UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA TIM DAN KINERJA WAKTU PROYEK (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PT. X)
TESIS
FRANS NATALIUS 0906579866
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM PASCA SARJANA JAKARTA JUNI 2011
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
235/FT.01/TESIS/07/2011
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA TIM DAN KINERJA WAKTU PROYEK (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PT. X)
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik
FRANS NATALIUS 0906579866
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL KEKHUSUSAN MANAJEMEN PROYEK JAKARTA JUNI 2011
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Frans Natalius
NPM
: 0906579866
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 30 Juni 2011
ii
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
HALAMAN PENGESAHAN Tesis ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Tesis
: : : :
Frans Natalius 0906579866 Teknik Sipil Analisa Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional untuk meningkatkan Kerjasama Tim dan Kinerja Waktu Proyek (Studi Kasus pada Perusahaan PT. X)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI Pembimbing : Dipl. ing. M. Ichsan, MT.PMP Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, MT. vv Penguji
: Ir. Wisnu Isvara, MT
Penguji
: Prof. Dr. Ir. Krisna Mochtar, M.Sc
Penguji
: Ir. Eddy Subiyanto, MM. MT
Ditetapkan di : Jakarta Tanggal
: 30 Juni 2011
iii
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik Jurusan Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan tesis ini, sulit bagi saya untuk menyelesaikan. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada : (1)
Bapak Dipl. Ing. M. Ichsan, MT, PMP dan Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, MT. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran yang tidak ternilai harganya untuk membimbing saya dalam penyusunan tesis ini;
(2)
Bapak Dr.Silverius Y. Soeharso,SE, MM, Ir. Eddy Subiyanto,MM, MT, Ibu Dr. Erna S. Widodo,SS, MM, dan Ir. Noeraini Poerwadi, MT atas saran dan masukan bagi Tesis ini;
(3)
Seluruh dosen pengajar dan staf Program Studi Pascasarjana Teknik Sipil Kekhususan Manajemen Proyek Kampus Salemba Universitas Indonesia;
(4)
Seluruh Pimpinan di perusahaan penulis bekerja yang telah memberikan kesempatan dan waktu kepada saya untuk mengambil kuliah magister;
(5)
Papa dan Mama tercinta, Ingriani, Merry Natalia, dan Wildyana yang selalu memberikan dukungan, pengertian dan doa selama studi saya;
(6)
Teman-teman seperjuangan mahasiswa Manajemen Proyek / Konstruksi Angkatan 2009/2010 Kampus Salemba Universitas Indonesia;
(7)
Dan masih banyak pihak-pihak yang tidak tercantum namun sangat membantu dalam penyusunan tesis ini.
Akhirnya, saya berharap Allah Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu Manajemen Proyek/Konstruksi di Indonesia
Jakarta, 30 Juni 2011 Penulis iv
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama NPM Program studi Departemen Fakultas Jenis karya
: : : : : :
Frans Natalius 0906579866 Manajemen Proyek Teknik Sipil Teknik Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Analisa Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional Untuk Meningkatkan Kerjasama Tim dan Kinerja Waktu Proyek (Studi Kasus pada Perusahaan PT. X)
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Pada tanggal
: Jakarta : 30 Juni 2011
Yang menyatakan
( Frans Natalius )
v
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
ABSTRAK Nama Program Studi Judul Tesis
: Frans Natalius : Teknik Sipil : Analisa Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional untuk meningkatkan Kerjasama Tim dan Kinerja Waktu Proyek (Studi Kasus pada Perusahaan PT. X)
Penelitian ini dilakukan di perusahaan yang bergerak sebagai developer yang memiliki proyek-proyek di DKI Jakarta pada tahap konstruksi dengan karakteristik proyek berskala besar, kompleksitas yang tinggi, schedule proyek yang pendek dan ukuran tim yang besar. Manajer proyek dituntut memiliki kepemimpinan yang mampu menciptakan kerjasama tim yang efektif dalam mencapai kesuksesan waktu proyek. Model kepemimpinan diwakili oleh kepemimpinan transaksional dan transformasional yang mempengaruhi komunikasi, kolaborasi dan keutuhan tim (kerjasama tim) dan kinerja waktu proyek. Kata kunci : Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional, Kerjasama Tim, Kinerja Waktu
ABSTRACT Name Study Program Title
: Frans Natalius : Civil Engineering : The Analysis of Transformational and Transactional Leadership to improve Teamwork and Project Time Performance (A case study of PT. X)
This research was conducted in a company engaged as developers who have projects in Jakarta during the construction phase with the characteristics of large scale projects, high complexity, short project schedule and large team size. The project manager has to have leadership that is able to create effective teamwork in achieving project success. Leadership model represented by transactional and transformational leadership that affects communication, collaboration and cohesiveness of the team (teamwork) and project time performance. Keywords: Transactional performance
and
transformational
leadership,
vi
Teamwork,
Project
time
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH............................... v ABSTRAK ............................................................................................................. vi DAFTAR ISI......................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix DAFTAR TABEL................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 4 1.2.1 Deskripsi Masalah .......................................................................... 4 1.2.2 Signifikansi Masalah ...................................................................... 6 1.2.3 Rumusan Masalah .......................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7 1.4 Batasan Penelitian .................................................................................... 7 1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 8 1.6 Keaslian Penelitian ................................................................................... 8 1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................... 9 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 10 2.1 Pendahuluan ........................................................................................... 10 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan ........................................................... 10 2.1.2 Tugas dan Peran Pemimpin ......................................................... 11 2.2 Gaya Kepemimpinan .............................................................................. 13 2.2.1 Sejarah dan Perkembangan Teori Kepemimpinan ....................... 16 2.2.2 Gaya Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional ........ 21 2.3 Kerjasama Tim ....................................................................................... 33 2.4 Kinerja Waktu ......................................................................................... 40 2.5 Hubungan Gaya Kepemimpinan, Kerjasama Tim dan Kinerja Waktu Proyek...................................................................................................... 45 2.6 Kerangka Berpikir Dan Hipotesa Penelitian .......................................... 50 2.6.1 Kerangka Berpikir ........................................................................ 50 2.6.2 Hipotesa Penelitian ....................................................................... 52 3. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 53 3.1 Pendahuluan ........................................................................................... 53 3.2 Pemilihan Strategi Penelitian ................................................................. 53 3.3 Proses Penelitian ..................................................................................... 55
vii
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
3.4 Variabel Penelitian ................................................................................. 57 3.4.1 Variabel Bebas ............................................................................. 58 3.4.2 Variabel Perantara ....................................................................... 65 3.4.3 Variabel Terikat ........................................................................... 68 3.5 Instrument Penelitian .............................................................................. 68 3.5.1 Kuesioner ..................................................................................... 70 3.5.2 Skala Pengukuran Data ................................................................ 73 3.6 Pengumpulan Data .................................................................................. 74 3.6.1 Populasi Penelitian ....................................................................... 75 3.6.2 Sampel Penelitian ......................................................................... 75 3.6.3 Responden Penelitian ................................................................... 75 3.7 Metode Analisa ....................................................................................... 75 3.7.1 Analisa Statistik ........................................................................... 76 3.7.2 Analisa Structural Equation Modeling (SEM) ............................ 79 3.8 Kesimpulan ............................................................................................. 87 4. PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA ............................................... 88 4.1 Pendahuluan ........................................................................................... 88 4.2 Pengumpulan Data .................................................................................. 89 4.2.1 Pengumpulan Data Tahap Pertama .............................................. 89 4.2.2 Pengumpulan Data Tahap Kedua ................................................. 91 4.2.3 Pengumpulan Data Tahap Ketiga ................................................ 92 4.3 Analisa Deskriptif ................................................................................. 109 4.4 Analisa Korelasi ................................................................................... 121 4.5 Analisa Structural Equation Modeling (SEM) ..................................... 126 4.6 Validasi ................................................................................................. 137 4.6.1 Validasi Pakar ............................................................................ 138 4.6.2 Validasi di PT. X ....................................................................... 138 5. TEMUAN DAN PEMBAHASAN ............................................................. 141 5.1 Pendahuluan ......................................................................................... 141 5.2 Temuan ................................................................................................. 141 5.2.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................ 141 5.2.2 Hasil Analisa Korelasi ............................................................... 141 5.2.3 Hasil Analisa Structural Equation Modeling (SEM) ................. 142 5.3 Pembahasan .......................................................................................... 143 5.3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................ 143 5.3.2 Hasil Korelasi ............................................................................. 148 5.3.3 Hasil Structural Equation Modeling (SEM) .............................. 150 5.4 Kesimpulan ........................................................................................... 154 6. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 157 6.1 Pendahuluan ......................................................................................... 157 6.2 Kesimpulan ........................................................................................... 157 6.3 Saran ..................................................................................................... 157 DAFTAR ACUAN ............................................................................................ 159 DAFTAR REFERENSI ..................................................................................... 174 viii
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pemimpin dan Kepemimpinan........................................................ 14 Gambar 2.2
Profil Optimal ............................................................................... 26
Gambar 2.3
Sukses melalui Kerjasama Tim...................................................... 38
Gambar 2.4 Project Effectiveness Through Teamwork and Interrelationship Between People, Structural and Technological Factors................ 47 Gambar 2.5
Kerangka Berpikir.......................................................................... 51
Gambar 2.6
Diagram Penelitian......................................................................... 52
Gambar 3.1
Kerangka Penelitian ....................................................................... 57
Gambar 3.2
Diagram Alir Analisa Statistik dan SEM ....................................... 77
Gambar 3.3
Simbol Variabel Laten ................................................................... 82
Gambar 3.4
Simbol Variabel Teramati .............................................................. 83
Gambar 3.5
Model Struktural SEM ................................................................... 83
Gambar 3.6
Model Pengukuran SEM ................................................................ 84
Gambar 3.7
Model Full Hybrid SEM ................................................................ 85
Gambar 4.1 Sebaran Data Pendidikan Responden Tim Proyek ........................ 96 Gambar 4.2 Sebaran Data Jabatan Responden Tim Proyek ............................... 97 Gambar 4.3 Sebaran Data Pengalaman Kerja Responden Tim Proyek ............. 98 Gambar 4.4 Sebaran Data Pendidikan Responden Manajer Proyek .................. 99 Gambar 4.5 Sebaran Data Pengalaman Kerja Responden Manajer Proyek .... 100 Gambar 4.6 Hasil Regresi ................................................................................ 130 Gambar 5.1 Hubungan Signifikan antar Konstruk .......................................... 151
ix
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Gaya Kepemimpinan pada Project Professionals ................................ 5 Tabel 2.1 Hubungan Gaya Kepemimpinan, tipe tim proyek dan siklus proyek . 18 Tabel 2.2 Perbedaan Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional....... 22 Tabel 2.3 Dimensi Multifactor Leadership Questionnaire................................. 23 Tabel 2.4 Tipe Kepemimpinan diukur dengan MLQ.......................................... 24 Tabel 2.5 Model MLQ-5X .................................................................................. 27 Tabel 2.6 Project Management Process & Knowledge Area Maping........... 41-42 Tabel 2.7 Skala Output Kinerja Waktu............................................................... 44 Tabel 3.1 Bentuk Pertanyaan Penelitian ............................................................. 54 Tabel 3.2 Variabel Gaya Kepemimpinan....................................................... 59-64 Tabel 3.3 Variabel Kerjasama Tim ............................................................... 65-67 Tabel 3.4 Variabel Kinerja Waktu ..................................................................... 68 Tabel 3.5 Format Tabulasi Input Data ................................................................ 78 Tabel 4.1 Data Umum Pakar .............................................................................. 90 Tabel 4.2 Data Umum Validasi Pakar ............................................................... 91 Tabel 4.3 Profil Responden pada Pilot Survey .................................................. 92 Tabel 4.4 Penyebaran Kuesioner ....................................................................... 93 Tabel 4.5 Profil Responden Tim Proyek ....................................................... 94-95 Tabel 4.6 Profil Responden Manajer Proyek ..................................................... 95 Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel X ........................................................... 102-103 Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Z ............................................................ 103-104 Tabel 4.9 Uji Reliabilitas Variabel X ............................................................... 105 x
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Tabel 4.10 Uji Reliabilitas pada tiap masing-masing Variabel X ............. 105-107 Tabel 4.11 Uji Reliabilitas Variabel Z .............................................................. 108 Tabel 4.12 Uji Reliabilitas pada tiap masing-masing Variabel Z .............. 108-109 Tabel 4.13 Analisa Deskriptif Variabel X ................................................. 110-112 Tabel 4.14 Indikator Variabel Contingent Reward ........................................... 113 Tabel 4.15 Indikator Variabel Management by Exception-Active .................... 113 Tabel 4.16 Indikator Variabel Management by Exception-Passive .................. 114 Tabel 4.17 Indikator Variabel Idealized Attributes ........................................... 114 Tabel 4.18 Indikator Variabel Idealized Influence ............................................ 115 Tabel 4.19 Indikator Variabel Inspirational Motivation ................................... 116 Tabel 4.20 Indikator Variabel Intellectual Stimulation ............................. 116-117 Tabel 4.21 Indikator Variabel Individualized Consideration ........................... 117 Tabel 4.22 Analisa Deskriptif Variabel Z ......................................................... 118 Tabel 4.23 Indikator Variabel Komunikasi ....................................................... 119 Tabel 4.24 Indikator Variabel Kolaborasi ......................................................... 120 Tabel 4.25 Indikator Variabel Keutuhan..................................................... 120-121 Tabel 4.26 Analisa Korelasi Variabel X dan Variabel Z ........................... 122-125 Tabel 4.27 Analisa Korelasi Variabel Z dan Variabel Y .................................. 126 Tabel 4.28 Composite Reliability ............................................................... 130-131 Tabel 4.29 Cronbachs Alpha ..................................................................... 131-132 Tabel 4.30 Average Variance Extracted (AVE) ......................................... 132-133 Tabel 4.31 Tahap Reduksi Indikator .......................................................... 133-134 Tabel 4.32 R-Square ......................................................................................... 134 Tabel 4.33 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) ......................... 135-136 xi
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Tabel 4.34 Data Pakar pada Validasi Hasil Analisa ......................................... 138 Tabel 5.1 Rangkuman Hasil Analisa SEM dengan Metode PLS .............. 142-143 Tabel 5.2 Hasil Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional ...................................................................... 144-145 Tabel 5.3 Hasil Uji Validitas Variabel Kerjasama Tim ................................... 146 Tabel 5.4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepemimpinan Transaksional dan Trasnformasional ............................................................................. 147 Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kerjasama Tim ............................... 147 Tabel 5.6 Hasil Korelasi Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional dengan Kerjasama Tim ............................................................. 148-149 Tabel 5.7 Hasil Korelasi Kerjasama Tim dengan Kinerja Waktu .................... 150
xii
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Matrik Referensi/Literatur Lampiran 2. Validasi Variabel Penelitian Lampiran 3. Kuesioner Responden Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 6. Hasil Analisa Deskriptif Lampiran 7. Hasil Analisa Korelasi Lampiran 8. Hasil Analisa Regresi Lampiran 9. Hasil Analisa Structural Equation Modeling (SEM) Lampiran 10. Risalah Sidang Tesis
xiii
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kepemimpinan merupakan salah satu bagian dari kemampuan manajerial
yang dituntut dari seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Kepemimpinan adalah aktifitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan (Ordway Tead, 1935). Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat, salah satunya dari John C. Maxwell yang mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut. Pada bidang konstruksi bangunan, pelaksanaan proyek tidak hanya memerlukan penjadwalan yang baik, pengetahuan dan kemampuan teknis pelaksanaan tetapi juga manajemen sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan, dalam organisasi proyek melibatkan banyak stakeholder yang salah satunya adalah tim proyek. Manajemen sumber daya manusia memerlukan seorang pemimpin (manajer proyek) yang memiliki kemampuan dengan kepemimpinan yang baik yang menentukan keberhasilan pelaksanaan proyek berdasarkan biaya, mutu dan waktu (BMW) yang telah ditetapkan. Pada proyek berskala besar dengan kompleksitas yang tinggi memerlukan skill manajer proyek dalam memimpin proyek mencapai tujuan. Kepemimpinan merupakan bagian dari kompetensi skill yang tergolong ke dalam soft skill bagi manajer proyek. Dan gaya kepemimpinan merupakan bagian salah satu dari kepemimpinan manajemen proyek. Kepemimpinan manajer proyek menjadi sangat vital dalam mengelola proyek tersebut karena metode dan pendekatan pelaksanaan yang advance disertai durasi waktu proyek yang pendek. Dalam pelaksanaan konstruksi proyek dengan karakter seperti diatas maka harus diimbangi dengan ukuran tim yang besar dan berpengalaman. Manajemen sumber daya manusia menjadi sangat penting dan berperan besar terhadap kesuksesan proyek.
1
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
2
Dengan gambaran proyek yang demikian, manajer proyek dituntut mampu mengelola proyek dengan jumlah sumber daya manusia yang banyak (ukuran tim proyek besar dengan jumlah anggota lebih dari 50 orang). Hal tersebut membutuhkan model kepemimpinan yang mampu menciptakan kerjasama antar anggota tim dalam proyek. Tim tersebut kemudian diharapkan terbentuk tidak untuk jangka waktu yang pendek melainkan untuk jangka waktu yang panjang dan tidak diperuntukan hanya 1 proyek saja (tim dibubarkan saat proyek selesai) tetapi untuk proyek selanjutnya yang akan datang sehingga sangat penting terbentuknya kerjasama di dalam tim. Dengan kebijakan perusahaan yang selalu melakukan rotasi anggota tim proyek sebelumnya untuk proyek baru dan sering kali tim proyek yang baru merupakan gabungan dari anggota tim yang berasal dari proyek-proyek lain sehingga dibutuhkan kepemimpinan manajer proyek yang mampu menciptakan kerjasama tim. Kondisi proyek yang juga selalu berada dalam tekanan dan intensitas kerja yang tinggi dengan schedule proyek yang pendek sehingga dibutuhkan teamwork yang efektif dan manajer proyek dituntut mampu menciptakan kerjasama dalam tim. Bagaimanapun model kepemimpinan manajer proyek dalam mengelola sumber daya manusia sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan proyek. Menurut Crawford (2007), kepemimpinan proyek merupakan kategori tertinggi dalam faktor kompetensi manajer proyek. Gaya kepemimpinan manajer proyek mempengaruhi kinerja proyek menyeluruh [1]. Penelitian terbaru mendukung ide bahwa proyek yang sukses dipimpin oleh individu yang tidak hanya memiliki gabungan antara pengetahuan teknis dan manajemen, tetapi juga keterampilan kepemimpinan internal yang kompetibel dengan motivasi tim proyek (Slevin dan Pinto, 1988 [2]; Turner et al. , 1998) [3]. Manajer proyek dipersyaratkan agar mampu memiliki kompetensi berupa Knowledge, Skill dan personal characteristic (Boyatsis, 1982 [4]; Crawford, 2003 [5]). a. Ilmu pengetahuan (knowledge) : yaitu memiliki keahlian dan kualifikasi tertentu yang meliputi : pengetahuan tentang benefit analysis, aliran kas proyek, depresiasi dan pajak, kriteria seleksi dengan return of invesment, Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
3
kriteria seleksi net present value, kriteria seleksi interest rate of return, kriteria seleksi benefit-cost ratio, mengetahui resiko finansial, mengetahui keperluan total biaya proyek, survey dan pengkajian, mengetahui unsur biaya proyek dan anggarannya, inflasi dan eskalasi, pengendalian tahap konseptual, pendanaan proyek sistem built operate and transfer (BOT), dan menghitung biaya modal proyek. b. Kemampuan (skill) : yaitu kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang diantaranya yaitu : mempunyai visi kedepan, berkharisma, hubungan antar personil, mengutarakan pendapat, membujuk dan mempengruhi, perkiraan, antisipasi, deteksi, dan tanggap. c. Karakter personal (attitude) : yaitu karakter seseorang dalam memimpin yang mencakup (motives, traits and self concepts) meliputi : berkomitmen, bekerja keras, mempunyai ide baru, percaya terhadap kemampuan diri sendiri, pantang menyerah, dan mampu mengambil tindakan.
Penjelasan lebih rinci mengenai kemampuan (skill) dikemukakan oleh Muzio, Fisher, Thomas and Peters (2007) [6] didalam Soft Skill Quantification for Project Manager Competencies, Project Management Journal, seorang Project manager harus memiliki kompetensi hard skill dan soft skill : a. Hard skills merupakan kemampuan teknis yang dimiliki oleh seseorang. Seperti : teknologi, financial, metodologi manajemen proyek dan lain-lain. b. Soft skills merupakan kemampuan nonteknis seperti : berpikir konseptual, manajemen konflik, pengambilan keputusan, kemampuan interpersonal, dan lain-lain.
Dalam penelitian ini, tinjauan gaya kepemimpinan yang mempengaruhi kerjasama tim dan kinerja waktu dilihat dari sisi owner/developer yang merupakan pemilik proyek dengan karakter proyek sebagai berikut : a. Proyek berskala besar. b. Kompleksitas proyek yang tinggi. c. Tipikal proyek advance. d. Schedule proyek yang pendek. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
4
e. Ukuran tim yang besar. f. Tim untuk jangka panjang.
1.2
Perumusan Masalah
1.2.1
Deskripsi Masalah Seperti yang telah disampaikan pada latar belakang bahwa gaya
kepemimpinan merupakan bagian dari kompetensi manajer proyek [7] dan mampu mempengaruhi kinerja proyek secara menyeluruh. Perubahan pada gaya kepemimpinan manajer proyek dapat berdampak terhadap kinerja tim karena manajer proyek memiliki peran kepemimpinan dalam menciptakan lingkungan kerja yang efektif bagi tim proyek [8]. Gaya kepemimpinan manajer proyek yang tidak tepat pada situasi tertentu dapat menyebabkan kinerja tim menurun. Dalam general management literature menunjukan bahwa kepemimpinan efektif sebagai critical success factor dalam manajemen organisasi dan gaya kepemimpinan yang tepat dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik [9]. Dalam manajemen proyek, kepemimpinan adalah salah satu kunci keberhasilan proyek, manajer proyek yang memiliki kemampuan kepemimpinan yang luar biasa cenderung memimpin tim proyek menuju kesuksesan (Dulewicz & Higgs, 2005) [10]. Dalam membahas topik kepemimpinan, jelas bahwa ada banyak aspek kepemimpinan, termasuk gaya kepemimpinan didalamnya. Dalam manajemen proyek, ada segala macam proyek, dan setiap manajer proyek memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan seorang manajer proyek merupakan faktor penting bagi yang bertugas dalam sebuah proyek (Turner dan Müller, 2005) [11]. Pada saat yang sama, gaya kepemimpinan manajer proyek mempengaruhi tim proyek dan memberikan kontribusi terhadap keberhasilan proyek. Makilouko (2004) menyarankan manajer proyek yang paling mengadopsi gaya yang berorientasi tugas tidak sesuai dalam situasi multikultural, namun menunjukkan bahwa beberapa manajer proyek yang mengadopsi dua gaya lainnya lebih tepat yaitu gaya yang berorientasi pada manusia dan berorientasi pada Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
5
hubungan [12]. Blake dan McCanse (1991) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan yang ideal dikategorikan dalam dimensi "Team Management", yang memiliki kepedulian yang tinggi pada masing-masing orientasi manusia dan produksi [13]. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nauman dan Khan (2009), menemukan bahwa 98,3% Project Management Professional gagal dalam kategori pemimpin manajemen tim (fokus utama pada masing-masing orang dan tugas) dan 1,7% gagal dalam manajemen country club [14].
Tabel 1.1 Gaya Kepemimpinan pada Project Professionals
Authority compliance
Country club
Middle-of-the
Improverished
Team
management
management
road
management
management
0%
1,7%
0%
0%
98.3%
Sumber : S. Nauman & A.M. Khan, 2009
Kurangnya informasi tentang manfaat kepemimpinan dalam keunggulan kompetitif yang tidak menentu dari kerjasama telah mengakibatkan keengganan manajer untuk mengadopsi gaya kepemimpinan yang berbeda. Beberapa manajer proyek mengembangkan gaya kepemimpinan tertentu dalam upaya untuk mencapai tujuan proyek. Para manajer proyek juga memeriksa kerjasama tim sebagai cara untuk meningkatkan keberhasilan proyek [15]. Hubungan antara kerjasama tim dan kinerja tim juga telah dipelajari. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan ada hubungan antara kerjasama tim (termasuk komunikasi, kolaborasi, dan kekompakan tim) dan kinerja tim. Dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kerjasama tim memegang peran penting dalam kinerja tim. Tim dapat dibuat lebih sukses dengan meningkatkan interaksi tim dan keutuhan. Dengan demikian, kinerja tim yang efektif mungkin berasal dari komunikasi, kolaborasi, dan keutuhan tim (Morris, 1988 [16]; Kendra dan Taplin, 2004 [17]).
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
6
1.2.2
Signifikasi Masalah Dalam buku PMBOK 4th edition (knowledge area project management)
dijelaskan bahwa manajemen kinerja tim proyek merupakan salah satu aktifitas dari pengaturan tim proyek. Di dalam proses ini meliputi kegiatan-kegiatan seperti mengamati perilaku tim, mengatur/mengatasi konflik, mengatur isu dan memberikan penilaian terhadap kinerja tim proyek [18]. Kecenderungan manajer proyek dalam mengelola sumber daya manusia dimana prioritas utama adalah biaya, mutu dan waktu proyek sehingga seringkali mengabaikan sikap kepemimpinan mereka sendiri. Bagaimana seorang manajer proyek memimpin mempengaruhi kinerja tim yang dipimpinnya sehingga dibutuhkan sikap kepemimpinan yang tepat dalam mengelola sumber daya manusia agar dapat bekerja dengan optimal. Istilah tim dapat didefinisikan sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari tiga atau lebih orang, yang tertanam dalam sebuah organisasi dimana anggotanya menganggap diri mereka sendiri dan dianggap sebagai anggota oleh orang lain, dan yang berkolaborasi pada tugas umum (Teamwork) [19]. Menurut definisi Katzenbach dan Smith [20], kerjasama tim mewakili seperangkat nilai-nilai yang mendorong mendengarkan, menanggapi secara konstruktif untuk pandangan yang diungkapkan oleh orang lain, memberikan dukungan dan mengakui prestasi orang lain. Keterlambatan dalam waktu pelaksanaan proyek mempunyai dampak yang besar terhadap suatu keberhasilan proyek. Keterlambatan suatu proyek dapat mengakibatkan : a. Biaya pada pelaksanaan proyek akan mengalami pembengkakan. b. Kualitas proyek tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan. c. Tidak tercapainya kepuasan pelanggan.
1.2.3
Rumusan Masalah Dalam pemaparan latar belakang diatas, bahwa gaya kepemimpinan
manajer proyek memiliki peran penting dan berpengaruh terhadap kerjasama tim proyek. Gaya kepemimpinan yang positif memberikan dampak positif dan sebaliknya gaya kepemimpinan yang negatif akan memberikan dampak negatif Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
7
juga. Zimmerer dan Yasin (1998) menemukan bahwa kepemimpinan yang positif memberikan kontribusi sebesar hampir 76% bagi keberhasilan proyek. Kepemimpinan yang negatif atau buruk memberikan kontribusi sebesar 67% terhadap kegagalan proyek [21]. Kerjasama tim berpengaruh terhadap keberhasilan waktu proyek. Kerjasama tim yang efektif dapat membantu penyelesaian proyek sesuai dengan jadwal dan sebaliknya kerjasama yang kurang efektif pada anggota tim dapat menggagalkan keberhasilan waktu proyek. Dalam hubungan antara gaya kepemimpinan, kerjasama tim dan kinerja waktu proyek diperoleh rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional manajer proyek terhadap kerjasama tim proyek? b. Bagaimana pengaruh kerjasama tim terhadap kinerja waktu proyek?
1.3
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah : a. Mengidentifikasi
pengaruh
gaya
kepemimpinan
transaksional
dan
transformasional manajer proyek terhadap kerjasama tim proyek. b. Mengidentifikasi pengaruh kerjasama tim terhadap kinerja waktu proyek.
1.4
Batasan Penelitian Untuk membatasi cakupan yang luas pada topik penelitian dan agar
penelitian ini memiliki fokus dan terarah pada masalah yang terjadi. Dengan itu batasan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Subyek penelitian adalah menganalisa kepemimpinan transaksional dan trasformasional untuk meningkatkan kerjasama tim dan kinerja waktu proyek. b. Pendekatan penelitian adalah studi kasus di perusahaan PT. X yang bergerak sebagai Owner/Developer properti di Indonesia dan berpusat hanya dilakukan di DKI Jakarta dengan jenis proyek yaitu bangunan gedung bertingkat.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
8
c. Obyek Penelitian sebagai responden yaitu :
Manager proyek ; untuk menilai kerjasama dalam tim dan kinerja waktu proyek.
Tim proyek ; untuk menilai gaya kepemimpinan manajer proyek.
d. Metode analisa yang digunakan Analisa Statistik (Korelasi dan Regresi) dan Analisa SEM (Structural Equation Modelling).
1.5
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa yaitu
sebagai berikut : a. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang model kepemimpinan yang tepat dalam manajemen sumber daya manusia pada proyek-proyek di perusahaan PT. X. b. Bagi para manajer proyek, penemuan ini dapat digunakan untuk menciptakan kerjasama tim yang efektif melalui gaya kepemimpinan dalam mencapai keberhasilan kinerja waktu di perusahaan PT. X.
1.6
Keaslian Penulisan Penelitian mengenai topik gaya kepemimpinan telah banyak dilakukan
sebelumnya namun penelitian dengan topik yang memiliki kesamaan dalam variabel penelitian masih sedikit yang dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan topik ini yaitu sebagai berikut : a. Tesis oleh Rakhmat Nugroho (2006) yang melakukan penelitian mengenai analisa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan (Studi empiris pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Cabang Bandung). b. Tesis oleh Rufus Patty Wutun (1996) yang melakukan penelitian mengenai persepsi karyawan tentang perilaku kepemimpinan atasan : kajian teori transformational-transactional menurut Bernard M. Bass pada Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Swasta Nasional di Jakarta. c. Tesis oleh Irina Auruma (2006) yang melakukan penelitian mengenai hubungan kepemimpinan transformasional, transaksional & laissez faire terhadap tingkat kepuasan kerja staf Puskesmas di Kabupaten Bekasi. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
9
1.7
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan disusun untuk memudahkan melakukan analisis
terhadap permasalahan yang ada sehingga perlu dilakukan seperti dibawah ini : Bab 1 Pendahuluan Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab ini memuat teori-teori yang mendukung dan menjadi dasar penelitian yang dilakukan pada penulisan tesis ini. Bab 3 Metodologi Penelitian Bab ini membahas mengenai metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis secara rinci tentang bahan atau materi penelitian, alat atau instrumen penelitian dan langkah-langkah penelitian mulai dari persiapan
penelitian sampai dengan penyajian data serta kesulitan-
kesulitan yang timbul selama penelitian dan pemecahannya. Bab 4 Pengumpulan dan Analisa Data Bab ini menguraikan mengenai pengumpulan dan analisa data terhadap data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil survey, dan menguraikan hasil analisa data. Bab 5 Temuan dan Pembahasan Bab ini berisikan temuan yang menarik dari hasil analisa data yang dilakukan pada bab sebelumnya dan pembahasan temuan tersebut. Validasi oleh pakar/ahli dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil analisa dan komentar/saran untuk menyempurnakan hasil penelitian. Bab 6 Kesimpulan dan Saran Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan yang diperoleh dari analisis pada bab-bab sebelumnya dan penyusunan saran atas beberapa hal penting yang ditemukan dalam penelitian untuk dijadikan pertimbangan tindak lanjut terhadap hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pendahuluan Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan
tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin
adalah
seseorang
yang
aktif
membuat
rencana-rencana,
mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara, 1992) [22].
2.1.1
Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan diperlukan sepanjang siklus hidup proyek. Hal ini sangat
penting ketika proyek mengalami gangguan, ketika perubahan diperlukan atau di mana ketidakpastian tentang tindakan. Kepemimpinan adalah dinamis, yang merupakan kemampuan untuk mempengaruhi kelompok-kelompok untuk tujuan prestasi (Koontz dan Weihrich, 1990) [23]. Kepemimpinan diperlukan untuk mengerahkan semua dari kompetensi manajer proyek dengan cara yang dapat dilihat dan dianut oleh tim. Kepemimpinan proyek didefinisikan sebagai kehadiran dan proses yang dilakukan dalam peran organisasi yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dan hak dari orang-orang yang memilih untuk mengikuti pemimpin dalam mencapai hasil proyek [24]. Kepemimpinan dianggap penting untuk memfasilitasi efektivitas tim (Cohen dan Bailey, 1997 [25]; Hackman dan Walton, 1986 [26]; Kozlowski et al, 1996 [27]), dan beberapa peneliti juga berpendapat bahwa kepemimpinan adalah faktor yang paling kritis (Sinclair, 1992 [28]; Zaccaro et al, 2001 [29]). Namun, sebagian besar penelitian yang ada tentang kepemimpinan tim telah difokuskan secara sempit pada pengaruh individu pemimpin tim sehingga sebagian besar mengabaikan kepemimpinan yang disediakan oleh anggota tim (Kozlowski dan Bell, 2003 [30]; Stewart dan Manz, 1995 [31]). 10
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
11
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok terhadap pencapaian tujuan (Robbins, 2005) [32]. Definisi kepemimpin juga diungkapkan oleh Iman Soeharto (1997) yaitu proses mempengaruhi dan mengarahkan anggota kelompok organisasi untuk melakukan kegiatan dan bekerjasama dengan sukarela yang berkaitan dengan tugasnya untuk mencapai tujuan [33]. Kepemimpinan mempengaruhi semua aspek dari usaha manusia. Meskipun ada banyak definisi kepemimpinan, definisi masing-masing memiliki fokus yang berbeda tentang kepemimpinan. Sehingga fokus pada penelitian ini ialah definisi yang menyoroti dan mencerminkan pada gaya kepemimpinan.
2.1.2
Tugas dan Peran Pemimpin Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah sebagai
berikut: a. Pemimpin bekerja dengan orang lain Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi. b. Pemimpin
adalah
tanggung
jawab
dan
mempertanggungjawabkan
(akuntabilitas) Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun dan menjalankan tugas serta mengadakan evaluasi agar mencapai hasil yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan. c. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi seorang pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu dan menyelesaikan masalah secara efektif. d. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
12
Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain. e. Manajer adalah seorang mediator Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah). f. Pemimpin adalah politisi dan diplomat Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya. g. Pemimpin membuat keputusan yang sulit Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
Menurut Henry Mintzberg (1990, 1994), Peran Pemimpin adalah sebagai berikut : [34] a. Personnel Leader Sebagai seorang pemimpin, manajer bertanggung jawab untuk mengawasi, merekrut, melakukan pelatihan, mengorganisasikan tim, berkoordinasi dan memotivasi setiap kader dan personelnya untuk mencapai hasil yang telah ditentukan oleh organisasi. b. Resource Allocator Seorang manajer harus mampu memutuskan bagaimana mengalokasikan sumber daya manusia, keuangan dan sumber informasi ke setiap tugas yang berbeda di proyek tersebut. Pada tipe ini, penekanan dilakukan pada saat perencanaan, pengorganisasian, koordinasi dan pengendalian terhadap tugas. c. Spokesman Sebagai juru bicara, seorang manajer harus dapat berhubungan bukan saja didalam organisasinya tetapi juga harus dapat berbicara dengan lingkungan luar yang berada diluar area yuridiksinya. d. Entrepreneur Seorang manajer harus dapat mengidentifikasi kebutuhan dari user dan mengembangkan suatu solusi yang akan mengubah situasi bisnis. Tanggung jawab
utama
seorang
manajer
adalah
memastikan
mengembangkan
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
13
kesempatan teknis yang cepat agar dapat dimengerti, direncanakan, diimplementasikan dan melakukan strategi eksploitasi didalam organisasi tersebut. e. Liaison Seorang manajer harus dapat berkomunikasi dengan pihak luar termasuk menukar informasi dengan para vendor dan supplier. f. Monitor Pada peran ini penekanan pada pengamatan dari pihak luar untuk dapat menjaga perubahan teknis dan kompetisi yang relevan. Seorang manajer harus mengidentifikasi ide baru dari berbagai sumber diluar organisasinya. Untuk menyelesaikan tugasnya, seorang project manager menggunakan berbagai sumber.
Dari keenam bagian tersebut Leader Role & Entrepreneur Role termasuk bagian dari Internal Role, dan Liaison & Monitor Role termasuk dalam bagian External Role.
2.2
Gaya Kepemimpinan Pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi orang lain dan
memiliki otoritas manajerial sedangkan kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi individu atau kelompok untuk mencapai tujuan [35] sehingga
dapat
didefinisikan
bahwa
gaya
kepemimpinan
adalah
gaya/perilaku/sikap seorang pemimpin dalam mempengaruhi individu atau kelompok dalam mencapai tujuan.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
14
Leader
Person
Leadership
Process
Gambar 2.1 Pemimpin dan Kepemimpinan
Sumber : Hasil Olahan
Kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai gaya perilaku yang dirancang untuk mengintegrasikan kebutuhan organisasi dan kepentingan pribadi seseorang dalam mencapai tujuan tertentu. Semua manajer memiliki semacam tanggung jawab kepemimpinan. Jika waktu memungkinkan, teknik dan praktek kepemimpinan yang sukses dapat dikembangkan. Kepemimpinan (leadership) didefinisikan beragam oleh para ahli namun secara umum kepemimpinan menggambarkan hubungan antara pimpinan (leader) dengan yang dipimpin (follower) dan bagaimana seorang pemimpin mengarahkan follower akan menentukan sejauh mana follower mencapai tujuan atau harapan pimpinan (Locander et al., 2002 [36] ; Yammarino et al., 1993 [37]). Locander et al. (2002) lebih lanjut menjelaskan bahwa kepemimpinan mengandung makna pemimpin mempengaruhi yang dipimpin tapi hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin bersifat saling menguntungkan kedua belah pihak [38]. Lok dan Crawford
(2001)
memandang
kepemimpinan
sebagai
sebuah
proses
mempengaruhi aktivitas suatu organisasi dalam upaya menetapkan dan mencapai tujuan [39]. Sejalan dengan uraian di atas, Andrews dan Field (1998) menyimpulkan 3 elemen penting yang harus ada dalam kepemimpinan yaitu : pemimpin, yang dipimpin, dan interaksi diantara keduanya. Tanpa ketiga elemen penting tersebut, maka kepemimpinan tidak akan pernah ada [40]. Manajer proyek harus tahu mana gaya kepemimpinan yang ada dan memutuskan mana yang sesuai untuk proyek ini, tim yang sedang dikelola dan ketika berhadapan dengan manajemen senior dan pihak yang berkepentingan, di Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
15
semua jenis situasi. Gaya kepemimpinan adalah cara dan pendekatan yang memberikan arahan, melaksanakan rencana, dan memotivasi orang [41]. Gaya kepemimpinan yang diadopsi mencakup pola perilaku, metode komunikasi, sikap tentang konflik dan kritik, cara mengendalikan perilaku tim anggota, proses pengambilan keputusan, dan jumlah dan jenis delegasi. Tiga faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan yang diterapkan. a. Latar belakang personal manajer : Apa kepribadian, pengetahuan, nilai, etika, dan pengalaman yang dimiliki oleh manajer. Apa hal yang dipikir akan berhasil? b. Staf yang diawasi : Staf individu dengan kepribadian yang berbeda dan latar belakang. Gaya kepemimpinan yang digunakan akan tergantung pada staf individu dan apa akan direspon dengan baik. c. Organisasi : Tradisi, nilai, filsafat, dan kekhawatiran akan organisasi mempengaruhi bagaimana seorang manajer bertindak. [42]
Gaya kepemimpinan seseorang dipengaruhi oleh sistem nilai yang dianutnya. Oleh karena itu, penerapan gaya kepemimpinan bergantung pada beberapa kondisi yaitu antara lain : a. Tingkat pendidikan dan pengalaman dalam pekerjaan b. Penguasaan dan pemahaman mengenai pelaksanaan tugasnya c. Tingkat kemandirian dan kemampuan bekerjasama d. Kesediaan dan kesiapan memikul tanggung jawab e. Perhatian bawahan terhadap soal-soal yang dihadapi pimpinan f. Toleransi bawahan. [43]
Cara menentukan gaya kepemimpinan yang terbaik yaitu sebagai berikut : a. Apakah seharusnya para pemimpin memilih orientasi tugas atau orientasi hubungan (orang). b. Pemimpin memiliki gaya dominan, salah satu yang mereka gunakan dalam berbagai situasi. c. Tidak ada gaya yang paling baik, pemimpin harus mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka dengan situasi serta kepada orang yang dipimpin. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
16
d. Banyak aspek yang berbeda untuk menjadi pemimpin besar, peran mensyaratkan salah satu untuk menggunakan gaya kepemimpinan yang berbeda untuk menjadi sukses.
2.2.1
Sejarah dan Perkembangan Teori Kepemimpinan Selama
tujuh
puluh
tahun
terakhir,
teori
kepemimpinan
dapat
dikategorikan menjadi enam sekolah utama kepemimpinan (Dulewicz & Higgs, 2003 [44]; Handy, 1982 [45] ; Partington, 2003 [46]) : a. The trait school b. The behavioral or style school c. The contingncy school d. The visionary and charismatic school e. The emotional intelligence school f. The competency school
Enam sekolah teori kepemimpinan tersebut telah dikembangkan, lima diantaranya telah menyarankan bahwa gaya kepemimpinan yang berbeda sesuai dalam situasi yang berbeda (Turner dan Müller, 2005) [47]. The trait school sangat populer di tahun 1940-an. Teori ini menyatakan bahwa pemimpin yang efektif memiliki ciri-ciri umum. Mereka menyarankan para pemimpin yang baik menampilkan ciri-ciri tertentu yang mana telah ada sejak lahir dan bukan dibuat. Upaya untuk mengidentifikasi ciri-ciri pemimpin yang efektif telah berfokus pada tiga bidang utama, yaitu : a. Kemampuan - manajemen hardskill b. Kepribadian - seperti rasa percaya diri dan variabel emosional, dan c. Penampilan fisik - termasuk ukuran dan penampilan. [48]
Dalam
studi
terakhir
di
tahun
1991,
Kirkpatrick
dan
Locke
mengemukakan 6 Traits pemimpin efektif, yaitu sebagai berikut : [49] a. Ambisi dan Gerakan b. Keinginan untuk memimpin dan mempengaruhi orang lain c. Integritas dan Jujur Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
17
d. Rasa percaya diri e. Pandai f. Pengetahuan teknis
Turner (1999) dari pekerjaan yang dilakukan di Henley Management College, mengidentifikasi 7 Traits dari manajer proyek yang efektif, yaitu : [50] a. Kemampuan memecahkan masalah b. Orientasi hasil c. Energi dan inisiatif d. Rasa percaya diri e. Perspektif f. Komunikasi g. Kemampuan negosiasi
The behavioral school, teori kepemimpinan yang populer di tahun 1940-an sampai tahun 1960-an. The behavioral school mengasumsikan bahwa perilaku pemimpin yang efektif menunjukan perilaku atau gaya yang dapat dikembangkan dan tidak selalu ada sejak lahir. Kebanyakan peneliti dari the behavioral school menganggap perilaku-perilaku yang berbeda atau gaya yang sesuai dalam situasi yang berbeda, tapi konsep yang telah ditetapkan oleh the contingency school. Turner (1999) mengambil empat gaya kepemimpinan yaitu laissez-faire, demokratis, otokratis dan birokrasi [51] dan bagaimana penerapan gaya masingmasing tersebut yang tepat pada tahapan yang berbeda dari siklus hidup proyek yaitu : Feasibility, Design, Execution dan Closing (Frame, 1987) [52].
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
18
Tabel 2.1 Hubungan Gaya Kepemimpinan, Tipe Tim Proyek dan Siklus Proyek
Leadership Style
Stage
Team Type
Team Nature
Laissez-faire
Feasibility
Egoless
Expert with shared responsibility
Democratic
Design
Matrix
Autocratic
Execution
Task
Bureaucratic
Closing
Surgical
Mixed discipline working on several tasks Single discipline working on separate task Mixed working on a single task
Sumber : Turner (1999), Frame (1987)
The contingency school, teori kepemimpinan ini adalah bentuk populer pada tahun 1960-an sampai tahun 1970-an. Berbeda dengan teori lain yang menentukan teori umum dari kepemimpinan yang akan digunakan dalam situasi yang berbeda, The contingency school menunjukkan bahwa apa yang membuat seorang pemimpin efektif akan tergantung pada situasi. Teori ini mencoba mengikuti pola yang sama, yaitu: a. Menilai karakteristik pemimpin b. Mengevaluasi situasi dalam hal variabel kontingensi kunci c. Mencari kecocokan antara pemimpin dan situasi. [53]
Salah satu dari teori contingency school yang populer adalah path-goal theory (House, 1971) yang memiliki ide bahwa pemimpin harus mampu membantu tim dalam menemukan arah untuk tujuan tim tersebut dan membantu dalam proses pencapaian tersebut. Teori ini mengidentifikasi 4 perilaku kepemimpinan, yaitu : [54] a. Directive leaders b. Supportive leaders c. Participate leaders d. Achievement-oriented leaders
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
19
The visionary school, teori kepemimpinan yang populer di tahun 1980-an dan 1990-an. The visionary school mengidentifikasi dua jenis pemimpin, orangorang yang fokus pada hubungan dan mengkomunikasikan nilai-nilai, dan mereka yang fokus pada proses, disebut pemimpin transformasional dan transaksional (Bass, 1990) [55]. Confucius dan Aristoteles memiliki pandangan serupa tentang kepemimpinan. a. Transaksional, mengutamakan fokus pada tugas b. Transformasional, mengutamakan fokus pada orang
Keegan dan Den Hartog (2004) memprediksi bahwa kepemimpinan transformasional akan lebih tepat untuk manajer proyek. Namun dalam studi mereka, meskipun telah menemukan sebuah referensi untuk kepemimpinan transformasional, mereka tidak dapat menemukan hubungan yang signifikan [56]. Dengan demikian di semua proyek, yang satu dimensi bukanlah penentu keberhasilan yang signifikan sebagai manajer proyek. The
emotional
intelligence
school,
teori
kepemimpinan
yang
mengasumsikan bahwa semua manajer memiliki tingkat kecerdasan yang wajar. Apa yang membedakan para pemimpin bukan pada kecerdasan mereka, tetapi respon emosional terhadap situasi. Goleman et al. (2002) mengidentifikasi 19 kompetensi kepemimpinan yang dikelompokkan menjadi empat dimensi : [57] a. Kompetensi pribadi
Kesadaran diri (terutama moderasi Confucius)
Manajemen diri (terutama nilai-nilai Confucius)
b. Kompetensi sosial
Kesadaran social (terutama nilai-nilai Confucius)
Manajemen hubungan (terutama hubungan Confucius)
Goleman et al. (2002) juga menyarankan enam gaya manajemen dengan profil yang berbeda dari kompetensi, yaitu : [58] a. Visionary b. Coaching c. Affinitive Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
20
d. Democratic e. Pacesetting f. Commanding
Melalui survei terhadap 2.000 manajer, teridentifikasi situasi-situasi di mana setiap gaya yang sesuai. Empat pertama ( visionary, coaching, affinitive dan democratic) adalah gaya yang terbaik dalam situasi tertentu, tetapi cukup dalam kebanyakan situasi menengah sampai jangka panjang. Mereka mengklasifikasikan dua gaya terakhir sebagai racun, dikatakan bahwa gaya tersebut dapat bekerja dengan baik pada situasi tertentu atau situasi pemulihan, tetapi jika diterapkan pada jangka waktu menengah hingga jangka panjang dapat merusak situasi, dan menurunkan motivasi bawahan [59]. The competency school, teori kepemimpinan yang menyatakan pemimpin yang efektif menunjukkan kompetensi tertentu. Ini mencakup semua sekolah sebelumnya karena sifat dan perilaku kompetensi, teori ini mengatakan profil kompetensi tertentu sesuai dalam situasi yang berbeda, dapat menentukan profil kompetensi pemimpin transformasional dan transaksional, dan ini menunjukkan kecerdasan emosional sebagai salah satu dari empat kelompok kompetensi. Setelah tinjauan substansial dari literatur tentang kompetensi kepemimpinan, Dulewicz dan Higgs (2003) mengidentifikasi 15 faktor yang mempengaruhi kinerja kepemimpinan yang telah dikelompokkan ke dalam tiga jenis kompetensi, yang disebut intellectual quotient (IQ), managerial quotient (MQ) and emotional quotient (EQ) [60]. Dulewicz
dan
Higgs
(2003)
juga
mengidentifikasi
tiga
gaya
kepemimpinan, yaitu Goal-Oriented, Involving and Engaging [61]. Dengan mempelajari 250 manajer yang bekerja pada organizational change projects menunjukkan pemimpin dengan gaya Goal-Oriented paling baik pada proyek kompleksitas rendah, pemimpin dengan gaya involving paling baik pada proyek kompleksitas menengah, dan para pemimpin dengan gaya engaging paling baik pada proyek kompleksitas tinggi. Dengan demikian, mereka menunjukkan bahwa pada organizational change projects :
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
21
a. Gaya kepemimpinan tertentu mengarah kepada hasil yang lebih baik dari pada yang lain b. Gaya kepemimpinan yang berbeda sesuai tergantung pada kompleksitas perubahan
Semua sekolah kepemimpinan meyakini bahwa gaya kepemimpinan yang berbeda sesuai dalam situasi yang berbeda. Namun, literatur manajemen proyek telah hampir mengabaikan kontribusi gaya kepemimpinan manajer proyek untuk kesuksesan proyek. 2.2.2
Gaya Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional Selama beberapa dekade terakhir, orang-orang di bidang manajemen telah
terlibat dalam pencarian untuk gaya kepemimpinan yang "terbaik". Namun, bukti dari penelitian jelas menunjukkan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan tunggal untuk semua tujuan. Pemimpin yang sukses adalah yang mampu mengadaptasikan perilaku mereka untuk memenuhi tuntutan situasi mereka sendiri yang unik. Konsep transaksional (transactional leadership) dan transformasional (tranformational leadership) berkembang
dalam dua dasawarsa terakhir dan
mendapat perhatian banyak kalangan akademisi maupun praktisi (Locander et al., 2002 [62]; Yammarino et al., 1993 [63]). Hal ini menurut Humphreys (2002) [64] maupun Liu et al. (2003) [65] disebabkan konsep yang dipopulerkan oleh Bass pada tahun 1985 ini mampu mengakomodir konsep kepemimpinan yang mempunyai spektrum luas, termasuk mencakup pendekatan perilaku, pendekatan situasional, sekaligus pendekatan kontingensi.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
22
Tabel 2.2 Perbedaan Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional Transactional Leadership
Transformational Leadership
Recognize that their associates want to get
Raise associates’level of awareness of the
from their work, and try to see that they get
importance of achieving valued outcomes
it, if their performance so warrants.
and the strategies for reaching them.
Exchange rewards and promises of reward for appropriate level of support.
Encourage associates to transcend their self-interest for the sake of the team, organization, or larger policy. Develop associate’s needs to higher levels
Respond to the needs and desires of associates as long as they getting the job done.
in such areas as achievement, autonomy, and affiliation, which can be both work related and not work related.
Sumber : Leadership and Performace beyond expectations, Bass. 1985
Namun sebelum konsep ini berkembang sejak tahun 1985, penelitian yang dilakukan sebelumnya yang mendasari konsep yang dikemukakan oleh Bass. a. Kepemimpinan transformasional diperkenalkan ke dalam penelitian oleh Burns
(1978)
sebagai
paradigma
baru
kepemimpinan
yang
lebih
memperhatikan untuk memulai perubahan di antara pengikut dan nilai-nilai pribadi pengikut dan kelompok serta budaya organisasi [66]. b. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada proses pertukaran dimana pengikut dihargai untuk mencapai target yang ditetapkan (Hollander, 1978) [67].
Bass (1985) kemudian mengembangkan konstruk dengan membandingkan kepemimpinan
transformasional
dan
transaksional
dimana
pendahulunya
membangun hubungan yang secara kualitatif berbeda dengan pengikut berdasarkan pada pertukaran pribadi, emosional dan inspirasional [68]. Konsep kepemimpinan transaksional dan transformasional berkembang maju, hal ini ditandai pada tahun 1990, Bass dan Avolio mengembangkan Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ) untuk melakukan tes pada gaya
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
23
kepemimpinan Transaksional, Transformasional dan Non-transaksional laissez faire [69].
Tabel 2.3 Dimensi Multifactor Leadership Questionnaire
Style
Dimensions
Descriptions
Idealized attributes
The charima of the leader
Idealized influence
Charisma centered on value, belief
(behavior)
and mission
Inspirational motivation Transformational Intellectual stimulation
Transactional
Energizing followers by optimism, goals and vision Challenging creativity for ploblem solving
Individualized
Advising, supporting and caring for
consideration
individuals
Contingent reward
Providing role, task clarification and
leadership
psychological rewards
Management by exception
Active vigilance of a leader to ensure
(active)
goals are met
Management by exception
Leaders intervene after mistakes
(passive)
have happened Leader avoids making decisions,
Laissez-faire
Laissez-faire leadership
abdicates responsibility, and does not use authority
Sumber : Bass dan Avolio (1990)
Avolio dan Bass (2004) mengembangkan apa yang disebut sebagai full range leadership model yang menunjukan kehadiran model kepemimpinan sebelumnya yang tidak memperhitungkan semua karakteristik kepemimpinan yang harus dipertanggungjawabkan. Model ini dimulai dengan mengidentifikasi tiga jenis kepemimpinan yang luas : (a) transformasional, (b) transaksional, dan Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
24
(c) passsive/avoidant (laissez-faire). Passive individual menghindari terlibat dalam perilaku kepemimpinan dan merupakan pemimpin paling tidak efektif. Pemimpin transaksional berfokus pada kesalahan dan exceptions, pertukaran hadiah untuk usaha dan hasil, dan dapat menjadi pemimpin yang efektif. Jenis kepemimpinan yang paling efektif adalah pemimpin transformasional karena pengikut terinspirasi, tertantang, dan merangsang untuk mengejar visi. Selain itu dalam full range leadership model juga dilengkapi dengan MLQ Assesment, Feedback
dan
Leadership
Coaching
yang
memungkinkan
penilaian
kepemimpinan dapat dilakukan 360° secara horisontal dan vertikal (bawahan, level setara dan atasan).
Tabel 2.4 Tipe Kepemimpinan diukur dengan MLQ
Leadership type
Full Range Leadership model Factor Labels
Abbreviation
Idealized Attributes
IA
Transformational Leadership
Idealized Behaviors
IB
The 5 I’s of Transformational
Inspirational Motivation
IM
Leadership
Intellectual Stimulation
IS
Individualized Consideration
IC
Transactional Leadership -
Contingent Reward
CR
Management
Management-by- Exception : Active
MBE-A
Passive - Avoidant Leadership
Management-by-Exception : Passive
MBE-P
Behaviors
Laissez faire
LF
Sumber : Avolio and Bass (2004)
Seorang pemimpin transformasional adalah proaktif dan berusaha untuk mengoptimalkan kinerja dengan cara memimpin individu-individu untuk mencapai hasil yang lebih tinggi. Kelima faktor dalam kepemimpinan transformasional yang menjelaskan bagaimana hal tersebut diberi label dengan kata-kata yang diawali dengan huruf ³I', sehingga mereka disebut 5I’s Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
25
kepemimpinan transformasional. Pertanyaan terkait dengan Idealized Attributes (IA) berusaha untuk menentukan apakah pemimpin mampu menanamkan cara berpikir tertentu dalam pengikut, seperti rasa kebanggaan, rasa hormat, dan kepentingan lain. Idealized Behavior (IB) adalah lebih berorientasi pada tindakan, dan
mencari
perilaku
seperti
berbicara
tentang
nilai-nilai
kelompok,
mempertimbangkan implikasi moral dari keputusan, dan memiliki rasa kolektif pada misi. Inspirational Motivation (IM) berisikan antusiasme, optimisme, dan keyakinan bahwa tujuan akan tercapai. Intellectual Stimulation (IS) mengenai tentang mencari perspektif yang berbeda untuk memecahkan masalah dan menyarankan cara-cara baru dalam melakukan sesuatu. Individual Consideration (IC) tentang menghabiskan waktu dengan orang lain dalam mengajar dan pembinaan, dan menghargai masukan dari orang lain dalam kelompok. Pemimpin transaksional memanfaatkan penghargaan dan hukuman untuk memimpin
pengikutnya
untuk
hasil
yang
diinginkan.
Kepemimpinan
transaksional dapat berupa Contingent Reward (CR) atau Management-byException : Active (MBEA). Contingent Reward menggunakan sasaran dan tujuan spesifik dan menyediakan insentif untuk menghargai pengikut untuk memperoleh tujuan tersebut. Management-by-Exception : Active berfokus pada pengecualian dan kesalahan dan mengarahkan perhatian terhadap kegagalan sehingga standar dapat dipenuhi. Passive –Avoidant Behavior adalah reaktif dan tidak efektif, dan dapat dibagi menjadi dua jenis. Management-by Exception : Passive (MBEP) menunggu sampai ada masalah dan kemudian menanggapi itu. Laissez-Faire (LF) merupakan kekosongan kepemimpinan dan tidak responsif sama sekali (Avolio & Bass, 2007) [70].
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
26
Gambar 2.2 Profil Optimal
Sumber : Bernard M. Bass & Bruce J. Avolio, 1994
Perkembangan model MLQ terakhir pada tahun 2008 dengan dibentuknya MLQ-5X yang merupakan penyempurnaan dari full range leadership model yang dilengkapi dengan effectiveness behavior. Dalam mengukur kunci kepemimpinan dan perilaku efektivitas ditunjukkan dalam penelitian sebelumnya yang dihubungkan dengan masing-masing kesuksesan baik
secara individu dan
organisasi. Model ini berisikan 9 komponen kepemimpinan dari full range of leadership styles dan 3 komponen dari effectiveness behavior.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
27
Tabel 2.5 Model MLQ-5X
MLQ-5X Full Range Leadership model
Effectiveness
Transformational
Transactional
Passive - Avoidant
Leadership
Leadership
Leadership
Contingent
Management-by-
Reward
Exception : Passive
Idealized Influence (Attribute) Idealized Influence(Behavior)
Behavior
Extra Effort
Effectiveness
Inspirational Motivation Management-byIntellectual Stimulation
Exception : Active
Laissez faire Satisfaction
Individualized Consideration
Sumber : www.mindgarden.com
Klasifikasi gaya kepemimpinan yang paling populer membedakan gaya kepemimpinan
transaksional
dan
transformasional.
Gaya
kepemimpinan
transaksional merupakan pandangan tradisional mengenai kepemimpinan, yang berfokus pada hubungan kontraktual antara pemimpin dan bawahannya dalam hal kinerja yang diharapkan sebagai imbalan untuk hadiah tertentu (Thite, 2000) [71]. Hubungan pemimpin - pengikut berkurang untuk pertukaran sederhana kualitas pekerjaan tertentu dengan harga yang memadai. Hal ini diyakini bahwa suatu proses pertukaran biaya - manfaat hanya akan memberikan hasil seperti yang diharapkan dan kinerja bawahan. Di sisi lain, pemimpin transformasional yang sangat memotivasi pengikut untuk melakukan melampaui harapan mereka, meningkatkan rasa pengikut tentang penting dan nilai tugas, dan merangsang anggota untuk melihat melampaui kepentingan mereka sendiri dan mengarahkan diri untuk kepentingan tim, organisasi atau komunitas yang lebih besar (Mackenzie et al, 2001) [72]. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
28
Meskipun tidak ada gaya kepemimpinan tunggal yang berlaku untuk semua situasi proyek, beberapa peneliti IS (Cheung et al, 2001 [73]; Thite, 2000 [74]) merekomendasikan karisma perilaku untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Sebagai contoh Cheung et al [75], survei empiris yang dilakukan di Hong Kong menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan karismatik memiliki pengaruh paling besar terhadap kepuasan anggota tim. Menariknya, gaya kepemimpinan karismatik seringkali merupakan gaya yang paling dominan di negara-negara Asia.
2.2.2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Kepemimpinan transaksional (transactional leadership) mendasarkan diri pada prinsip transaksi atau pertukaran antara pemimpin dengan bawahan. Pemimpin memberikan imbalan atau penghargaan tertentu (misalnya bonus) kepada bawahan jika mampu memenuhi harapan pemimpin (misalnya kinerja karyawan tinggi). Di sisi lain, bawahan berupaya memenuhi harapan pemimpin disamping
untuk
memperoleh
imbalan
atau
penghargaan,
juga
untuk
menghindarkan diri dari sanksi atau hukuman. Di sini tercipta hubungan mutualisme dan kontribusi kedua belah pihak akan memperoleh imbalan (Bass et al., 2003 [76]; Humphreys, 2002 [77]; Liu et al., 2003 [78]; Yammarino et al., 1993 [79]). Sarros dan Santora (2001) menyebutkan bahwa imbalan yang dikejar dua belah pihak lebih bersifat ekonomi. Kebutuhan fisik dan materi bawahan berusaha dipenuhi oleh pemimpin dan sebagai balasannya, pemimpin memperoleh imbalan berupa performa bawahan yang tinggi [80]. Waldman et al. (2002) mengemukakan bahwa kepemimpinan transaksional “beroperasi” pada sistem atau budaya yang sudah ada (eksisting) dan tujuannya adalah memperkuat strategi, sistem, atau budaya yang sudah ada, bukan bermaksud untuk mengubahnya. Oleh sebab itu, pemimpin transaksional selain berusaha memuaskan kebutuhan bawahan untuk “membeli” performa, juga memusatkan perhatian pada penyimpangan, kesalahan, atau kekeliruan bawahan dan berupaya melakukan tindakan korektif [81]. Humphreys (2002) [82] serta Yammarino et al. (1993) [83] menyebutkan bahwa kepemimpinan transaksional paling banyak
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
29
ditemui dalam kehidupan sehari-hari, sehingga berkembang menjadi paradigma praktek kepemimpinan dalam organisasi. Kepemimpinan transaksional menurut beberapa pakar memiliki dua karakter yang dinamakan contingent reward dan management by exception. Pemimpin transaksional yang mempunyai karakter contingent reward akan menjelaskan tujuan dan sasaran yang hendak dicapainya dan mengarahkan bawahan untuk mencapainya. Besar kecilnya imbalan (reward) akan tergantung pada (contingent) sejauhmana bawahan mencapai tujuan dan sasaran tersebut (Bass et al., 2003 [84]; Humphreys, 2002 [85]; Yammarino et al., 1993 [86]). Sedangkan pemimpin transaksional berkarakter management by exception dapat dibagi lagi kedalam dua sifat, yaitu aktif dan pasif. Pada active management by exception, pemimpin menetapkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai berikut standar kerja yang harus dipatuhi. Jika terjadi penyimpangan, pemimpin tidak segan menjatuhkan sanksi kepada bawahan. Pemimpin dengan sifat seperti ini akan cenderung mengawasi bawahan dengan ketat dan segera melakukan tindakan korektif apabila muncul penyimpangan, kekeliruan, atau kesalahan. Sementara pada passive management by exception, pemimpin menghindari tindakan korektif atau “keributan” dengan bawahan selama tujuan dan sasaran yang disepakati bersama tercapai (Bass et al., 2003 [87]; Humphreys, 2002 [88]; Yammarino et al., 1993 [89]). Bass et al. (2003) [90] maupun Sarros dan Santora (2001) [91] menjelaskan bahwa karakter contingent reward menggambarkan hubungan timbal balik yang positif antara pemimpin dengan bawahan, karena pemimpin memberikan penjelasan dan pengarahan dalam proses mencapai tujuan sebagai upaya memacu performa bawahan. Di sisi lain, bawahan terdorong untuk mengerahkan kemampuan terbaik karena besar kecilnya imbalan akan tergantung pada sejauh mana mereka mencapai tujuan. Sebaliknya, management by exception (aktif maupun pasif) menurut Yammarino et al. (1993) dapat berdampak negatif terhadap kinerja bawahan karena takut membuat kesalahan untuk menghindari sanksi sehingga merasa bekerja di bawah tekanan [92]. Kondisi ini menyebabkan proses organisasi tidak akan berjalan efektif. Sedangkan passive management by exception tidak mendorong bawahan untuk bekerja dengan giat. Selama target Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
30
tercapai dan sistem organisasi berjalan sebagaimana mestinya maka semua orang merasa bahagia. Tidak ada petualangan atau tantangan baru dalam bekerja. Kondisi tersebut akan membawa kejenuhan pada bawahan sehingga kinerja organisasi tidak akan maksimal (Sarros & Santora, 2001) [93].
2.2.2.2 Gaya Kepemimpinan Transformasional Jika kepemimpinan transaksional mendasarkan diri pada prinsip pertukaran maka kepemimpinan transformasional (transformational leadership) berdasarkan prinsip pengembangan bawahan (follower development). Pemimpin transformasional mengevaluasi kemampuan dan potensi masing-masing bawahan untuk menjalankan suatu tugas/pekerjaan, sekaligus melihat kemungkinan untuk memperluas tanggung jawab dan kewenangan bawahan di masa mendatang. Sebaliknya, pemimpin transaksional memusatkan pada pencapaian tujuan atau sasaran, namun tidak berupaya mengembangkan tanggung jawab dan wewenang kemajuan bawahan. Perbedaan tersebut menyebabkan konsep kepemimpinan transaksional dan transformasional diposisikan pada satu kontinuum dimana keduanya berada pada ujung yang berbeda (Dvir et al., 2002) [94]. Humphreys (2002) menegaskan bahwa hubungan antara atasan dengan bawahan dalam konteks kepemimpinan transformasional lebih dari sekedar pertukaran “komoditas” (pertukaran imbalan secara ekonomis), tapi sudah menyentuh sistem nilai (value system) [95]. Pemimpin transformasional mampu menyatukan seluruh bawahannya dan mampu mengubah keyakinan (beliefs), sikap, dan tujuan pribadi masing-masing bawahan demi mencapai tujuan, bahkan melampaui tujuan yang ditetapkan (Humphreys, 2002 [96]; Liu et al., 2003 [97]; Rafferty & Griffin, 2004 [98]; Yammarino et al., 1993 [99]). Bass et al. (2003) [100] serta Humphreys (2002) [101] menjelaskan kemampuan pemimpin transformasional mengubah sistem nilai bawahan demi mencapai tujuan diperoleh dengan mengembangkan salah satu atau seluruh faktor yang merupakan dimensi kepemimpinan transformasional, yaitu: karisma (kemudian diubah menjadi pengaruh ideal atau idealized influence), inspirasi (inspirational motivation), pengembangan intelektual (intellectual stimulation), dan perhatian pribadi Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
31
(individualized consideration). Idealized influence menurut Sarros dan Santora (2001) merupakan perilaku (behavior) yang berupaya mendorong bawahan untuk menjadikan pemimpin mereka sebagai panutan (role model) [102]. Pada mulanya, dimensi ini dinamakan kharisma, namun karena mendapat banyak kritik maka istilah karisma diubah menjadi pengaruh ideal atau visi. Aspek kritikal karisma adalah kekuatan spiritual (transcendent power) yang diyakini oleh bawahan dimiliki oleh pemimpinnya, sehingga bawahan percaya sepenuhnya dan mau melakukan apa saja demi pemimpinnya (true believer). Aspek tersebut tidak dimiliki oleh setiap orang dan selama ini tidak tercakup dalam kajian kepemimpinan transformasional, sehingga dimensi ini tidak tepat disebut karisma. Kajian mengenai dimensi ini lebih terpusat pada pemimpin yang memiliki visi jauh kedepan dan mampu menanamkan visi tersebut dalam diri bawahan (Rafferty & Griffin, 2004) [103]. Lebih jauh, pemimpin yang mempunyai idealized influence selain mampu mengubah pandangan bawahan tentang apa yang penting untuk dicapai pada saat ini maupun masa mendatang (visi), juga mau dan mampu berbagi resiko dengan bawahan, teguh dengan nilai, prinsip, dan pendiriannya, sehingga bawahan percaya, loyal, dan menghormatinya (Bass et al., 2003 [104]; Humphreys, 2002 [105]; Sarros & Santora, 2001 [106]; Yammarino et al., 1993 [107]). Idealized influence merupakan dimensi terpenting kepemimpinan
transformasional
karena
memberikan
inspirasi
dan
membangkitkan motivasi bawahan (secara emosional) untuk mengesampingkan kepentingan pribadi demi pencapaian tujuan bersama (Humphreys, 2002 [108]; Rafferty & Griffin, 2004 [109]). Inspirational motivation menurut Humphreys (2002) [110] serta Rafferty dan Griffin (2004) [111] memiliki korelasi yang erat dengan idealized influence. Seperti dijelaskan sebelumnya, pemimpin transformasional memberikan inspirasi kepada bawahan untuk memusatkan perhatian pada tujuan bersama dan melupakan kepentingan pribadi. Inspirasi dapat diartikan sebagai tindakan atau kekuatan untuk menggerakan emosi dan daya pikir orang lain (Rafferty & Griffin, 2004) [112]. Keeratan dua dimensi ini mendorong munculnya pandangan untuk menyatukan kedua dimensi ini dalam satu konstruk. Namun dalam penelitian ini, idealized influence dan inspirational motivation diposisikan sebagai dua konstruk Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
32
yang berbeda dimana idealized influence mempunyai makna yang lebih dalam daripada inspirational motivation, atau dengan kata lain, inspirational motivation merupakan sisi luar atau perwujudan idealized influence (Humphreys, 2002 [113]; Rafferty & Griffin, 2004 [114]). Inspirational
motivation
menurut
Humpherys
(2002)
berbentuk
komunikasi verbal atau penggunaan simbol-simbol yang ditujukan untuk memacu semangat bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan akan arti penting visi dan misi organisasi sehingga seluruh bawahannya terdorong untuk memiliki visi yang sama [115]. Kesamaan visi memacu bawahan untuk bekerja sama mencapai tujuan jangka panjang dengan optimis. Sehingga pemimpin tidak saja membangkitkan semangat individu tapi juga semangat tim (Bass et al., 2003) [116]. Intellectual
stimulation,
merupakan
faktor penting kepemimpinan
transformasional yang jarang memperoleh perhatian (Rafferty & Griffin, 2004) [117]. Intellectual stimulation merupakan perilaku yang berupaya mendorong perhatian dan kesadaran bawahan akan permasalahan yang dihadapi. Pemimpin kemudian berusaha mengembangkan kemampuan bawahan untuk menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan-pendekatan atau perspektif baru. Dampak intellectual stimulation dapat dilihat dari peningkatan kemampuan bawahan dalam memahami dan menganalisis permasalahan serta kualitas pemecahan masalah (problem solving quality) yang ditawarkan (Rafferty & Griffin, 2004 [118]; Yammarino et al., 1993 [119]). Bass et al. (2003) [120] serta Sarros dan Santora (2001) [121] berpandangan bahwa intellectual stimulation pada prinsipnya memacu bawahan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memahami dan memecahkan masalah. Bawahan didorong untuk meninggalkan cara-cara atau metode-metode lama dan dipacu untuk memberikan ide dan solusi baru. Bawahan bebas menawarkan metode baru dan setiap ide baru tidak akan mendapat kritikan atau celaan. Sebaliknya, pemimpin berusaha meningkatkan moral bawahan untuk berani berinovasi. Pemimpin bersikap dan berfungsi untuk membina dan mengarahkan inovasi dan kreativitas bawahan.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
33
Invidualized
consideration
atau
perhatian
pribadi.
Individualized
consideration mengarah pada pemahaman dan perhatian pemimpin pada potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap bawahannya. Pemimpin menyadari perbedaan kemampuan, potensi, dan juga kebutuhan bawahan. Pemimpin memandang setiap bawahannya sebagai aset organisasi. Oleh sebab itu, pemahaman
pemimpin
akan
potensi
dan
kemampuan
setiap
bawahan
memudahkannya membina dan mengarahkan potensi dan kemampuan terbaik setiap bawahan (Bass et al., 2003 [122]; Sarros & Santora, 2001 [123]; Yammarino et al., 1993 [124]).
2.3
Kerjasama Tim Hubungan antara kerja sama tim dan kinerja tim telah dipelajari. Hasil
penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan antara kerja sama tim (termasuk komunikasi, kolaborasi, dan kekompakan tim) dan kinerja tim. Solomom (2001) menunjukkan bahwa komunikasi memainkan peran penting dalam operasional tim. Komunikasi tim dapat mengakibatkan keseragaman anggota tim dan membuat tim lebih efektif [125]. Dalam penelitian sebelumnya, komunikasi tim ditemukan terkait dengan penentu penting kinerja tim (Kotlarsky dan Oshri, 2005 [126]; Thamain, 2004 [127]). Komunikasi yang efektif diperlukan untuk memastikan bahwa kita memperoleh informasi yang tepat untuk orang yang tepat pada waktu yang tepat dan dengan biaya efektif. Definisi literatur secara khusus tentang komunikasi yang efektif meliputi: a. Sebuah pertukaran informasi b. Sebuah tindakan atau contoh dari transmisi informasi c. Sebuah pesan verbal atau tertulis d. Sebuah teknik untuk mengekspresikan ide secara efektif e. Sebuah proses dimana makna dipertukarkan antara individu melalui sistem umum simbol. [128]
Sebagai tambahan, Gladstein (1984) menekankan bahwa kerjasama tim merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam kinerja tim [129]. Kinerja tim Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
34
yang efektif berasal dari kolaborasi yang sukses antara anggota tim (Jassawalla dan Sashittal, 1999 [130]; Kotlarsky dan Oshri, 2005 [131]). Terakhir, Levine dan Moreland (1990) menunjukkan bahwa kekompakan memainkan peran penting dalam tim. Kekompakan dapat diartikan sejauh mana anggota tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap dalam kelompok [132]. Mereka menyimpulkan bahwa tim dapat dibuat lebih sukses dengan memperkuat kohesi mereka [133]. Kekompakan juga penting untuk lingkungan tim. Tim kohesif yang tinggi dapat memaksa anggota untuk memenuhi posisi kelompok (Thibaut, 1950) [134]. Kekompakan Tim juga dapat meningkatkan keseragaman anggota tim (Lott dan Lott, 1965) [135]. Dengan demikian, kinerja tim yang efektif berasal dari kekompakan tim yang sukses (McGrath, 1964) [136]. Kekompakan sangat penting karena telah ditemukan berhubungan dengan produktivitas kelompok [137]. Kerjasama tim dalam hal komunikasi, kolaborasi, dan keutuhan tim. Komunikasi adalah proses untuk menyebarkan informasi kepada anggota tim lainnya (Lussier, 2003) [138]. Komunikasi tim dapat dianggap sebagai sejauh mana anggota bertukar pikiran dan pendapat dengan orang lain untuk menyelesaikan misi (Campion et al, 1993) [139]. Bass dan Avolio (1994) berpendapat
bahwa
komunikasi
tim
mungkin
dipengaruhi
oleh
gaya
kepemimpinan [140]. Selain itu, Yammarino et al. (1998) menyatakan bahwa kepemimpinan dapat meningkatkan komunikasi tim [141]. Di sisi lain, kolaborasi juga penting untuk lingkungan kelompok. Kolaborasi adalah bekerja sama dengan satu atau lebih orang lain, terutama dalam upaya intelektual bersama. Kolaborasi dapat meningkatkan hubungan antara anggota tim (Nelson dan Cooprider, 1996) [142]. Podsakoff et al. (1990) menyatakan bahwa kepemimpinan dapat berkontribusi untuk kerjasama tim [143]. Kerjasama tim dapat juga dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan (Shamir et al, 2000) [144].
Akhirnya, kekompakan tim dapat dianggap sebagai sejauhmana anggota tim merasa menjadi bagian dari tim dan keinginan untuk tetap berada di dalam tim (Wang et al, 2005) [145]. Kekompakan adalah perekat yang mengikat anggota tim Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
35
bersama sebagai satu unit (tim). Dionne et al. (2004) berpendapat bahwa kepemimpinan dapat meningkatkan kekompakan tim [146]. Gaya kepemimpinan dapat meningkatkan hubungan tim dan memperkuat kohesi tim (Perry et al, 1999 [147]; Prati et al, 2003 [148]). Kohesi dipandang sebagai prediktor terkuat tunggal dari perilaku kelompok. Definisi kohesivitas kelompok adalah sejauh mana anggota kelompok merasa menjadi bagian dari kelompok dan keinginan untuk tetap dalam kelompok. Menurut Levin dan Moreland [149], kelompok dapat dibuat lebih sukses dengan memperkuat kohesi mereka. Kelompok yang sangat kohesif akan lebih mampu untuk memaksa anggota untuk memenuhi posisi kelompok [150,151]. Kekompakan kelompok juga menghasilkan keseragaman anggota kelompok [152], dan membuat kelompok lebih efektif. Kekompakan merupakan salah satu aspek penting dari kualitas kerjasama tim. Ada beberapa faktor termasuk gaya kepemimpinan [153], yang akan mempengaruhi keinginan anggota tim untuk tetap di tim dan bekerja satu sama lain. Jika tidak ada keinginan dari anggota untuk bekerja sama dan berkomitmen satu sama lain, akan tidak mungkin untuk mempertahankan tim dan bagi anggota untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Kinerja sebuah tim tergantung pada tingkat kekompakannya. Kekompakan mengacu pada berapa banyak orang-orang menyukai tim dan bagaimana memotivasi mereka untuk tetap sebagai anggota tim [154]. Kekompakan terkait dengan tiga fungsi utama tim berikut ini yang juga mewakili tiga alasan utama mengapa orang bergabung dengan tim : a. Mencapai tujuan (individu dan tim) b. Mendapatkan status dan memenuhi kebutuhan afiliasi sosial c. Mendapatkan dukungan emosional (selama krisis atau kesulitan)
Kebanyakan orang ingin menjadi dan tetap menjadi anggota tim karena percaya bahwa tim akan membantu dalam memenuhi kebutuhan pribadi dan tujuan [155].
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
36
Berikut dibawah ini adalah cara-cara yang dapat dipakai oleh pemimpin untuk mendorong kekompakan kelompok yaitu : a. Buatlah kelompok kecil b. Mendorong perjanjian dengan tujuan kelompok c. Meningkatkan waktu yang digunakan bersama anggota d. Meningkatkan status kelompok dan kesulitan yang dirasakan dalam memperoleh keanggotaan dalam kelompok e. Merangsang kompetisi dengan kelompok lain f. Memberikan penghargaan kepada kelompok daripada anggota individu g. Secara fisik mengisolasi kelompok [156]
Singkatnya, kerjasama tim telah diidentifikasi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja tim. Banyak penelitian lain menunjukkan bahwa kerjasama tim dalam komunikasi, kolaborasi dan kekompakan tim memainkan peran penting dalam kinerja tim (Trist, 1981 [157]; Jewell dan Reitz, 1981 [158]; Gladstein, 1984 [159]; Schwarz, 1994 [160]). Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan hubungan antara kerjasama tim dan kinerja tim. Penelitian ini memperluas penelitian sebelumnya dengan menunjukan dampak kerjasama pada kinerja proyek. Tim dapat dibuat menjadi lebih sukses dengan meningkatkan interaksi dan keutuhan. Dengan demikian, kinerja tim yang efektif berasal dari komunikasi, kolaborasi dan keutuhan tim (Morris, 1988 [161]; Kendra dan Taplin, 2004 [162]). Menurut Sarwono. S (1997) agar kerjasama tim berhasil dengan baik diperlukan beberapa hal yaitu sebagai berikut : [163] a. Persesuaian tentang pemahaman tentang tujuan tim dan pembagian tugas masing-masing anggotanya b. Kesediaan mendelegasikan wewenangnya dan mempercayakan anggota lain bahwa mereka mampu melaksanakan tugas c. Kesediaan untuk mengalah dan menerima umpan balik dari sesama anggota tim tentang pelaksanaan tugasnya, serta memberikan pandangannya tentang orang lain secara terus terang
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
37
d. Kemampuan untuk menyampaikan pandangan dan kritik secara baik (obyektif dan tidak emosional) sehingga dapat diterima baik oleh orang lain e. Kesediaan untuk mengubah/memperbaiki diri berdasarkan kritik atau umpan balik tersebut f. Rasa solidaritas kelompok yaitu mengutamakan kepentingan kelompok dan kesediaan membantu rekan-rekan sekelompok demi kesuksesan tujuan tim g. Tanggung jawab kelompok yaitu bersedia bekerja seoptimal mungkin demi timnya dan mau menanggung resiko jika terjadi kesalahaan dalam pekerjaannya serta tidak saling menyalahkan atas kegagalan tersebut h. Pemantauan proses kerja sama ini secara berkala dan membandingkan apa yang telah dicapai dengan yang direncanakan
Sedangkan menurut Chang (1999) kunci menuju kerjasama tim yang efektif digambarkan seperti dibawah ini : [164] a. Komunikasi adalah inti dari keberhasilan kerjasama tim. Komunikasi yang efektif adalah titik berangkat dari pemahaman, penafsiran dan tindakan. Mendengarkan secara efektif juga diperlukan seperti parafrase, merenungkan implikasi pesan, mengundang kontribusi dan merenungkan perasaan yang mendasari pesan.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
38
Motivasi Tim
Keragaman Tim
Komunikasi dan mendengarkan efektif
Menyelesaikan Konflik
Gambar 2.3 Sukses melalui Kerjasama Tim
Sumber : Chang (1999)
b. Mengatasi konflik. Anggota tim sering memiliki pendekatan dan insting tersendiri dalam mengatasi konflik. Beberapa orang berusaha menghindari konflik, ada yang menghadapi secara obyektif dan ada pula yang menangani secara emosional. Ketika anggota tim menggunakan campuran dari berbagai pendekatan ini, hasilnya bisa kontra produktif, sering hasilnya bukan mengatasi konflik malah justru memperburuk konflik. Solusinya adalah tim harus menggunakan pendekatan yang efektif dan konsisten. c. Keragaman anggota tim. Keragaman latar belakang anggota tim menghasilkan tantangan sekaligus peluang. Tantangan bila anggota tim keliru menafsirkan pesan atau tindakan orang lain, atau memberi tanggapan dengan cara yang tidak diinginkan. Pada saat yang sama keragaman anggota tim memberikan peluang bagi tim untuk belajar memanfaatkan kekuatan dan keunikan masingmasing anggota tim. Anggota tim harus mengenali keunikan agar bisa menyesuaikan dan memberi perhatian khusus pada hal-hal yang tidak bisa diubah. d. Motivasi adalah spark plug kinerja tim, menjadi inspirasi komitmen, inovasi dan efektivitas tim. Tetapi tidak bisa muncul begitu saja. Pemimpian dan anggota tim perlu menyadari faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dan Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
39
teknik yang bisa digunakan untuk memajukan dan mempertahankan tingkat motivasi. Faktor-faktor motivasi terkait dengan sifat dan isi dari pekerjaan yang dilakukan oleh anggota tim. Apabila ada faktor-faktor ini akan membangun motivasi yang tinggi. Faktor-faktor motivasi yang bisa mendorong tim untuk unggul mencakup seperti dibawah ini :
Prestasi menyelesaikan tugas dengan berhasil
Pengakuan atas prestasi
Pekerjaan itu sendiri menarik dan menantang
Kesempatan untuk berkembang
Tanggung jawab yang lebih besar
Menurut Chang (1998) manfaat kerjasama tim bukan saja untuk organisasi tetapi juga untuk individu dan pelanggan [165]. a. Manfaat kerja sama tim bagi organisasi adalah :
Meningkatkan komitmen karyawan/petugas terhadap keputusan yang diambil
Meningkatkan produktifitas tim kerja
Lebih fleksibel dalam operasional kerja
Meningkatnya rasa tanggung jawab
b. Manfaat kerjasama tim bagi individu adalah :
Pekerjaan lebih bervariasi
Lebih banyak kebebasan untuk membuat dan menindak-lanjuti keputusan yang benar
Meningkatkan kesempatan untuk mempelajari keahlian baru
c. Manfaat kerja sama tim bagi pelanggan adalah :
Tanggapan yang lebih cepat
Peningkatan mutu
Kontak langsung dengan pelanggan dan
Penyampaian produk dan jasa lebih cepat
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
40
Robin (1996) meringkas manfaat tim sebagai berikut : [166] a. Motivasi karyawan meningkat karena tim kerja meningkatkan pelibatan karyawan. Tim tersebut membantu karyawan dalam memenuhi kebutuhan sosial b. Tingkat produktivitas yang lebih tinggi karena tim mempunyai potensi untuk menciptakan sinergi positif c. Kepuasan karyawan yang meningkat. Karyawan mempunyai kebutuhan akan pertalian/silahturahmi. Bekerja dalam tim dapt membantu memenuhi kebutuhan ini dengan meningkatkan interaksi dan menciptakan persahabatan di antara anggota tim d. Komitmen bersama terhadap tujuan. Tim mendorong individu-individu untuk memperkecil tujuan demi tujuan kelompok e. Komunikasi
yang
diperbaiki.
Tim
dikelola
dengan
menciptakan
ketergantungan antar pribadi yang menuntut anggota untuk berinteraksi lebih banyak dari pada mereka yang bekerja pada pekerjaan secara sendirian f. Keterampilan pekerjaan yang ditingkatkan. Pelaksanaan tim hampir selalu diiringi dengan pelatihan pekerjaan yang diperluas. Melalui pelatihan ini karyawan membangun keterampilan teknis, pengambilan keputusan dan antar pribadi g. Keluwesan (fleksibilitas) organisasional. Tim berfokus pada proses bukannya fungsi. Tim mendorong pelatihan silang sehingga dapat mengerjakan pekerjaan yang lain dan perluasan keterampilan
2.4
Kinerja Waktu Didalam PMBOK (2008) [167] Project Management Process dipetakan
kedalam knowledge area yang dapat dilihat seperti dibawah ini.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
41
Tabel 2.6 Project Management Process & Knowledge Area Maping
Knowledge Areas
Initiating Process Group
Project Integration Management
Develop Project Charter
Project Scope Management
Project Time Management
Project Cost Management
Project Management Process Groups Monitoring & Planning Executing Controlling Process Group Process Group Process Group Monitor & Control Project Develop Project Direct and Work Management Managed Project Perform Plan Execution Integrated Change Control Collect Verify Requirements Scope Define Scope Control Scope Create WBS Define Activities Sequence Activities Estimate Control Activity Schedule Resources Estimate Activity Durations Develop Schedule Estimate Cost Control Cost Determine Budget
Closing Process Group
Close project or phase
Project Quality Management Project Human Resource Management
Project Communication Management
Develop Human Resource Plan
Identify Stakeholders
Plan Communication
Acquire Project Team Develop Project Team Manage Project Team Distribute Information Manage Stakeholder Expectations
Report Performance
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
42
Tabel 2.6 (sambungan)
Knowledge Areas
Project Management Process Groups Monitoring & Planning Executing Controlling Process Process Group Process Group Group Plan Risk Management Identify Risk Perform Qualitative Risk Monitor and Analysis Control Risk Perform Quantitative Risk Analysis Plan Risk responses
Initiating Process Group
Project Risk Management
Project Procurement Management
Plan Procurement
Conduct Procurement
Administer Procurements
Closing Process Group
Close Procurements
Sumber : PMBOK 2008
Pada tabel diatas, manajemen waktu terletak pada proses Planning dan Monitoring and Controlling. Menurut PMBOK [168] peran manajer proyek dalam project time management pada dua proses pelaksanaan proyek yang berpengaruh terhadap kinerja waktu yaitu : a. Planning process group, kegiatannya meliputi :
Define Activities merupakan proses mengidentifikasi aktivitas-aktivitas tertentu yang harus dilakukan untuk menghasilkan berbagai produk proyek dan tercantum dalam WBS (Work Breakdown Structure). Hasil output dari Define Activities adalah activity list, activity attributes and Milestone list.
Sequence Activities merupakan proses mengidentifikasi semua kegiatan dan dokumentasi hubungan antara aktivitas pekerjaan proyek. Hasil output dari Sequence Activities adalah : Project schedule network diagrams dan update dokumen proyek.
Estimate Activity Resources merupakan proses estimasi dari tipe dan kualitas material, orang, alat atau mensuplai semua yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan. Hasil output dari estimate activity resource adalah : Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
43
activity resource requirements, resource breakdown structure dan dokumen proyek update.
Estimate Activity Durations adalah proses memperkirakan durasi waktu yang perlu untuk menyelesaikan aktivitas dan identifikasi semua resiko yang akan terjadi pada kegiatan. Hasil output dari estimate activity duration adalah : estimasi durasi aktivitas dan dokumen proyek update.
Develop Schedule merupakan proses monitoring dari proyek untuk memperbarui kemajuan proyek dan mengelola perubahan schedule proyek yang berisikan jadwal dan durasi waktu kegiatan dapat berupa milestone chart, bar chart atau project schedule network diagrams. Hasil output dari Develop Schedule adalah : schedule proyek, schedule baseline, schedule data dan dokumen proyek update.
b. Monitoring & Controlling Process Group Monitoring & controlling merupakan proses memonitor dan mengontrol schedule pelaksanaan proyek. Hasil output dari monitoring & controlling adalah work performance measurements, organizational process assets updates, change order, project management plan updates and project document update.
Kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat. Keterlambatan dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana jadwal yang telah dibuat, karena kondisi kenyataan tidak sama/sesuai dengan kondisi saat jadwal tersebut dibuat [169]. Dari LPJKN (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional) didapatkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek sebagai berikut : [170] a. Mengumpulkan, menganalisa, dan mengorganisasikan informasi b. Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi c. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan d. Bekerjasama dalam tim proyek e. Menggunakan ide dan teknik matematis Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
44
f. Memecahkan masalah g. Memanfaatkan teknologi
Pengukuran kinerja waktu pelaksanaan proyek berdasarkan Kog et al (1999) dengan persamaan sebagai berikut :
(2.1)
Kemudian kinerja waktu tersebut diukur dengan pembobotan dalam skala penilaian dari 1 sampai 5 seperti tabel dibawah ini : [171]
Tabel 2.7 Skala Output Kinerja Waktu
Skala
Penilaian
Keterangan
1
Sangat Buruk
Terlambat > 16%
2
Buruk
Terlambat antara 8%-16%
3
Rata-rata
Terlambat ≤ 8%
4
Baik
Lebih cepat antara 0-4%
5
Sangat Baik
Lebih cepat > 4%
Sumber : Kog, Y.C., Chua, D.K.H., Loh, P.K., Jaselskis, E.J., Key Determinants Construction Schedule Performance, 1999.
for
Keterangan pada skala penilaian yaitu sebagai berikut : 1. Sangat buruk : dinilai buruk apabila mengalami keterlambatan diatas 16% dari waktu pelaksanaan proyek. 2. Buruk : dinilai sedikit terlambat apabila mengalami keterlambatan antara 8% 16% dari waktu pelaksanaan proyek. 3. Rata-rata : dinilai rata-rata apabila terlambat lebih kecil sama dengan 8% dari waktu pelaksanaan proyek. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
45
4. Baik : dinilai agak baik apabila dalam waktu pelaksanaan proyek lebih cepat antara 0% - 4%. 5. Sangat baik : dinilai baik apabila dalam waktu pelaksanaan proyek lebih cepat 4%.
2.5
Hubungan Gaya Kepemimpinan, Kerjasama Tim dan Kinerja Waktu Proyek Menurut Davis (dalam Danim, 2004) tanpa kepemimpinan organisasi hanya
merupakan kelompok manusia yang kacau, tidak teratur dan tidak akan dapat melahirkan perilaku [172].
Sebagaimana ditunjukkan oleh kajian literatur, perilaku pemimpin secara positif terkait dengan kerjasama tim dalam komunikasi, kolaborasi dan keutuhan tim (Wang et al, 2005 [173]; Bass, 1990 [174]; Zaccaro et al, 2001 [175]). Perilaku pemimpin dapat terlihat langsung dari gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin itu sendiri. Apabila model kepemimpinan yang dipilih tepat sesuai dengan situasi dan kematangan tim, maka tim akan memiliki kerjasama yang baik dalam hal komunikasi, kolaborasi dan kekompakan yang mampu meningkatkan kinerja tim lebih baik. Dengan gaya kepemimpinan yang tepat akan menciptakan kerjasama tim yang baik sehingga meningkatkan kinerja tim dalam mencapai tujuan organisasi tersebut. Gaya kepemimpinan yang dipilih dapat mempengaruhi komunikasi dalam tim dan komunikasi terbuka antar anggota tim sangat penting dalam kolaborasi untuk mencapai tujuan. Karena itu, pemimpin harus mampu menciptakan komunikasi terbuka melalui keterampilan kepemimpinan yang dimilikinya. Kepemimpinan juga sangat penting dalam membentuk saling percaya antar anggota tim yang mengarahkan kepada komunikasi yang efektif. Namun perlu diperhatikan oleh pemimpin bahwa kurangnya perhatian yang diberikan kepada bawahan dapat menyebabkan frekuensi komunikasi menurun dan sangat penting juga keberadaan penghargaan bagi bawahan yang memberikan hasil kerja yang baik agar hubungan komunikasi antar atasan-bawahan dapat terjaga dengan baik.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
46
Dalam lingkungan proyek, kepemimpinan mampu meningkatkan kerja bawahan lebih efektif karena pemimpin mampu menciptakan lingkungan kerja yang saling percaya, mendukung dan bersama-sama memiliki tujuan yang sama. Hal tersebut mampu menciptakan kolaborasi antara anggota dalam tim sehingga mau saling bekerja sama dan berkontribusi dalam menyelesaikan tugas atau memecehkan masalah. Pemimpin juga harus mampu mengkoordinasikan dan mengintegrasikan usaha dari tiap anggotanya. Selain itu, pemimpin juga harus mampu menciptakan lingkungan kerja dimana semua anggota tim ikut ambil bagian dan terlibat dalam usaha mencapai tujuan sehingga diperlukan gaya kepemimpinan yang tepat agar tiap anggota tim merasa menjadi bagian dan ingin tetap berada dalam tim. Kepuasan dalam bekerja dan saling percaya antar anggota tim juga ikut berperan dalam membentuk kekompakan tim. Hubungan kerja dan interaksi yang lebih baik sangat perlu dibentuk oleh pemimpin sehingga tiap anggota tim memiliki komitmen yang kuat dalam mencapai kinerja yang baik, yang akhirnya tujuan berhasil dicapai. Kerjasama tim yang efektif merupakan hasil/produk dari kepemimpinan yang baik. Kepemimpinan menyebabkan saling percaya yang tinggi yang mengarah kepada komunikasi yang efektif, hubungan kerja menjadi lebih baik, peningkatan motivasi, moral menjadi lebih tinggi dan komitmen yang lebih kuat untuk mencapai kinerja yang tinggi. Menurut Slevin, kunci dari kepemimpinan yang sukses ialah mengetahui apa gaya yang dominan dan mampu merubah gaya tersebut tergantung pada kemungkinan situasi kepemimpinan tertentu [176]. Secara umum, efektivitas organisasi tergantung pada kegiatan yang berpusat diantara empat kelas utama faktor : a. Faktor manusia, termasuk sikap, keterampilan interpersonal, keterampilan kepemimpinan, keterampilan komunikasi dan aspek lain dari sumber daya manusia b. Faktor struktural, termasuk kebijakan, prosedur, kontrol organisasi dan struktur organisasi, dll c. Faktor teknologi, yang merujuk pada jenis peralatan atau proses yang membantu anggota organisasi melakukan pekerjaan mereka
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
47
d. Kerjasama tim, yang memiliki dampak yang signifikan terhadap efektivitas proyek karena mempengaruhi masing-masing faktor di atas. Kerjasama tim yang efektif membantu dalam mengelola faktor manusia, struktural, dan teknologi yang menciptakan sinergi manusia
Untuk mengoptimalkan efektivitas proses manajemen proyek, manajer proyek harus mencoba untuk mencocokkan orang yang tepat dengan teknologi yang tepat dan struktur yang sesuai. Keempat faktor tersebut saling tergantung dan efektivitas proyek ditentukan oleh hubungan antara ketiga faktor seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.4 Project Effectiveness Through Teamwork and Interrelationship Between People, Structural and Technological Factors
Sumber : Samuel C. Certo, Steven H. Appelbaum and Irene Divine (1989) Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
48
Komunikasi merupakan proses penyebaran informasi kepada anggota tim lain sehingga dapat dikatakan komunikasi berperan penting dalam operasional tim tersebut. Bagaimana tim dapat beroperasi dengan baik apabila di antara anggota tim kurang/tidak ada komunikasi dan kinerja tim yang baik akan membantu pelaksanaan pembangunan proyek sesuai dengan schedule dengan cara meningkatkan komunikasi tim. Komunikasi dapat berlangsung pada internal tim dan juga antar tim kerja dalam perusahaan. Hubungan antar anggota dalam tim merupakan komunikasi dalam tim sedangkan hubungan anggota tim dengan anggota tim lain yang berada dalam perusahaan dan kerjasama tim di dalam perusahaan merupakan bagian dari komunikasi antar tim kerja. Dalam manajemen proyek, pentingnya komunikasi ditekankan oleh Sievert, yang mengatakan "Sebuah persentase yang tinggi dari friksi, frustrasi, dan inefisiensi dalam hubungan kerja yang dapat dilacak ke komunikasi yang buruk. Dalam hampir setiap kasus, kesalahan tafsir dari gambar desain, kesalahpahaman dalam change order, tanggal pengiriman yang terlambat , atau kegagalan untuk mengeksekusi hasil instruksi dari gangguan dalam komunikasi [177]. Komunikasi yang buruk dapat menyebabkan overlapping tanggung jawab, perubahan yang sering terjadi di ruang lingkup dan kendala, integrasi yang kompleks dan interface requirements, desentralisasi proses pengambilan keputusan dan potensi semua konflik menimbulkan tantangan dalam komunikasi. Kolaborasi dapat dilihat melalui kerjasama anggota tim dengan anggota tim lain dalam bagian tugas pekerjaan yang saling terkait dan ketergantungan satu sama lain dalam proses penyelesaian tugas pekerjaan tersebut. Kolaborasi dapat meningkatkan hubungan antar anggota tim dan anggota tim tersebut bersedia bekerja optimal demi tim. Hal tersebut dapat terjadi sehingga kolaborasi menghasilkan koordinasi antar anggota tim yang baik dan sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan proyek agar tujuan proyek dapat dicapai sesuai dengan schedule. Kolaborasi antar anggota tim dapat berupa integrasi informasi dan sumber daya dalam rangka mencapai tujuan proyek, interaksi antar anggota tim yang saling memberikan dukungan dan motivasi agar tujuan proyek tercapai dan semua anggota tim berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi bersama-sama. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
49
Kekompakan merupakan salah satu aspek penting dari kerjasama tim yang tercipta berasal dari pribadi/individu anggota tim. Rasa menjadi bagian dari kelompok adalah salah satu penyebab tiap individu berkeinginan untuk tetap berada dalam kelompok tersebut. Tanpa adanya keinginan untuk tinggal dan bekerjasama akan sangat sulit untuk membentuk lingkungan kerja yang efektif bagi anggota tim sehingga memudahkan dalam melakukan pekerjaan dengan baik yang sesuai dengan schedule. Kekompakan tim dapat dibangun dari individu anggota tim yang merasa bagian dari tim dan menilai diri menyerupai dengan anggota tim lain (cognitive), memiliki perasaan senang berada dalam kelompok dan berinteraksi dengan anggota tim lain (affective) dan bekerja sama dalam tim dengan memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan dan penyelesaian masalah (behavior). Tanpa ketiga hal tersebut diatas, anggota tim tidak akan bekerja sama dan melakukan pekerjaan dengan baik dan sebaliknya akan cenderung meninggalkan kelompok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gaya kepemimpinan manajer proyek dan kerjasama tim dan dampak dari kerjasama tim terhadap kinerja proyek. Analisa ini menunjukkan bahwa kenaikan tingkat kepemimpinan dapat meningkatkan hubungan antara anggota tim. Secara khusus, hasil menunjukkan bahwa manajer proyek yang mengadopsi kepemimpinan transaksional dan transformasional dapat meningkatkan komunikasi, kolaborasi, dan keutuhan tim. Dalam menyelidiki hubungan antara kerjasama tim dan kinerja proyek, kerjasama yang positif berkaitan dengan kinerja proyek. Temuan menunjukkan bahwa keberhasilan proyek dalam hal kinerja jadwal, kinerja biaya, kinerja kualitas, dan kepuasan stakeholder dapat dicapai dengan komunikasi dan kolaborasi tim yang kuat serta kekompakan tim yang sama baiknya [178]. Dan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap waktu dilihat dari kompetensi project manager adalah teamwork yang merupakan bagian dari kompetensi technical (IPMA) [179].
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
50
2.6
Kerangka Berpikir dan Hipotesa Penelitian
2.6.1
Kerangka Berpikir Seluruh kegiatan penelitian, sejak dari perencanaan, studi literatur,
pelaksanaan sampai penyelesaian merupakan satu-kesatuan kerangka pemikiran yang utuh untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang tertuang dalam rumusan masalah. Gambar dibawah ini menjelaskan kerangka berpikir dalam penelitian tentang kepemimpinan transaksional dan transformasional yang berpengaruh terhadap kerjasama tim dan pengaruh kerjasama tim terhadap kinerja wakru proyek yaitu sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
51
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Metode Penelitian
a. Pada proyek berskala besar dengan kompleksitas yang tinggi memerlukan skill manajer proyek dalam memimpin proyek mencapai tujuan. b. Kondisi proyek yang juga selalu berada dalam tekanan dan intensitas kerja yang tinggi dengan schedule proyek yang pendek sehingga dibutuhkan teamwork yang efektif.
a. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan Transaksional dan Transformasional manajer proyek terhadap kerjasama tim proyek?
a. Analisa Statistik b. Analisa Structural Equation Modeling
Landasan Teori
Gaya Kepemimpinan Transaksional Transformasional
Kerjasama tim Komunikasi Kolaborasi Keutuhan
Kinerja proyek Waktu
b. Bagaimana pengaruh kerjasama tim terhadap kinerja waktu proyek?
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
a. Data Collecting 1 Validasi Pakar b. Data Collecting 2 Pilot Survey c. Data Collecting 3 Responden
a. Analisa Statistik b. Analisa SEM
Hasil Pengolahan Data
Hipotesa Pengujian Hipotesa
H1.Kepemimpinan transformasional berpengaruh lebih efektif dalam pembentukan kerjasama tim dari pada kepemimpinan transaksional H2. Komunikasi, Kolaborasi dan Keutuhan tim meningkatkan keberhasilan kinerja waktu lebih baik
Temuan dan Pembahasan
Kesimpulan
a. Gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional yang berpengaruh terhadap kerjasama tim. b. Kerjasama tim yang mempengaruhi kinerja waktu proyek
SELESAI
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir Sumber : Hasil olahan
10 Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Universitas Indonesia
52
2.6.2
Hipotesa Penelitian Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang dikemukakan dalam perumusan masalah. Hipotesa merupakan sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan instrumen kerja dari teori.
Kepemimpinan Transaksional
H2 H1
Kerjasama Tim
Kinerja Waktu
Kepemimpinan Transformasional
Gambar 2.6 Diagram Penelitian
Sumber : Hasil olahan
Adapun hipotesa yang akan diuji pada penelitian ini adalah : H1
Kepemimpinan
trasnformasional
berpengaruh
lebih
efektif
dalam
pembentukan kerjasama tim dari pada kepemimpinan transaksional H2
Komunikasi, Kolaborasi, dan Keutuhan tim meningkatkan keberhasilan kinerja waktu lebih baik
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Pendahuluan Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan antara gaya
kepemimpinan, kerjasama tim dan kinerja waktu dimana kepemimpinan transaksional dan transformasional yang berpengaruh terhadap komunikasi, kolaborasi dan keutuhan tim dan pengaruh kerjasama tim tersebut terhadap kinerja waktu proyek. Bab ini akan menjelaskan mengenai metode penelitian yang akan dilakukan yaitu pemilihan strategi penelitian, proses penelitian, variabel-variabel penelitian, instrumen penelitian, pengumpulan data sampai dengan metode analisa statistik dan kesimpulan.
3.2
Pemilihan Strategi Penelitian Beberapa desain penelitian yang umum digunakan adalah: history,
descriptive/survey, experimental, grounded research, dan action research [180]. Terkait dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan manajer proyek yang berpengaruh terhadap kerjasama tim dan pengaruh kerjasama tim tersebut terhadap kinerja waktu, maka desain penelitian yang digunakan oleh penulis untuk kedua tahap penelitian tersebut adalah penelitian descriptive-exploratory. Desain Deskriptif bertujuan untuk menguraikan tentang sifat-sifat atau karakteristik suatu keadaan serta mencoba untuk mencari suatu uraian yang menyeluruh dan teliti dari suatu keadaan. Berhubung desain penelitian untuk menguraikan sifat atau karakteristik suatu fenomena tertentu, maka tidak memberikan kesimpulan yang terlalu jauh atas data yang ada. Hal ini disebabkan karena
desain
ini
hanya
bertujuan
untuk
mengumpulkan
fakta
dan
menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan. Desain sangat dibutuhkan agar uraiannya dapat menghasilkan cakupan menyeluruh mengenai persoalan dan informasi yang diteliti [181].
53
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
54
Sedangkan exploratory adalah studi eksplorasi yang bertujuan mencari hubungan-hubungan baru yang biasanya dilakukan untuk pengujian terhadap hipotesis-hipotesis. Hipotesis ini didasarkan atas pengalaman masa lampau atau teori yang telah dipelajari sebelumnya. Akan tetapi seringkali hipotesis ini tidak bisa dibuat karena tidak ada dasar yang kuat baik mengenai teori maupun pengalaman-pengalaman waktu lampau sebab persoalan yang ditemukan masih baru (exploring). Untuk mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan, maka diperlukan strategi penelitian yang tepat. Dalam penelitian ini digunakan suatu strategi yang disarankan Robert K. Yin (2002) untuk dapat menjawab pertanyaan dalam penelitian tersebut. Terdapat tiga faktor yang akan mempengaruhi jenis strategi penelitian, yaitu : [182] a. Tipe pertanyaan yang diajukan b. Luas control yang dimiliki peneliti atas peristiwa perilaku yang akan diteliti c. Fokus terhadap peristiwa kontemporer sebagai kebalikan dari peristiwa historis seperti terlihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Bentuk Pertanyaan Penelitian
Bentuk Pertanyaan Penelitian
Strategi
Eksperimen Survei Analisis Historis Studi Kasus
Bagaimana, Mengapa Siapa, apa, dimana, berapa banyak Siapa, apa, dimana, berapa banyak Bagaimana, mengapa Bagaimana, mengapa
Kontrol dari peneliti dengan tindakan dari penelitian yang aktual
Fokus Terhadap Peristiwa Kontemporer
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya/tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Sumber: Prof.Dr.Robert K.Yin (2002)
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
55
Mengacu pada research question “bagaimana”, maka strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Metode studi kasus adalah penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subyek penelitian dapat apa aja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas diatas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum [183]. Metode ini dilakukan untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang berpengaruh terhadap kerjasama tim dan pengaruh kerjasama tim tersebut terhadap kinerja waktu berdasarkan kuesioner yang diisi oleh responden. Survei dilakukan dalam dua tahap yakni tahap pertama validasi oleh para pakar dan tahap kedua memberi kuesioner kepada responden penelitian yaitu anggota tim proyek untuk menilai gaya kepemimpinan manajer proyek dan sebaliknya Manajer proyek menilai kerjasama tim dan kinerja waktu proyek pada perusahaan PT. X.
3.3
Proses Penelitian Penelitian yang akan dilakukan adalah bersifat deskriptif, penelitian
deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subyek penelitian. Tipe yang paling umum dari penelitian deskriptif ini meliputi penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan ataupun prosedur. Penelitian dimulai dengan merumuskan masalah dan judul penelitian yang didukung dengan suatu kajian pustaka. Setelah itu ditentukan konsep dan hipotesa penelitian yang menjadi dasar untuk memilih metode penelitian yang tepat. Untuk mengidentifikasi variabel penelitian, langkah selanjutnya adalah menetapkan pola dan pengambilan sampel dasar yang dapat diolah dan dianalisa. Hasil analisa dan pembahasan diakhiri dengan penarikan dan penyusunan kesimpulan. Proses penelitian survei tidak terlalu berbeda dari penelitian ilmiah lainnya dan merupakan usaha yang sistematis untuk mengungkapkan suatu fenomena sosial. Sebagai suatu metode ilmiah yang telah berkembang, penelitian survei Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
56
memiliki
dasar
pemikiran,
prosedur
dan
teknik-teknik
khusus
yang
membedakannya dari metode lain. Namun, juga terdapat kesamaan metode ini dengan metode ilmiah lainnya, yaitu unsur-unsur ilmu yang digunakan seperti konsep proposisi, teori, variabel, hipotesa dan definisi operasional [184]. Penelitian survei terdiri dari 2 (dua) tahap, yaitu proses teoritisasi dan proses empirisasi. Pada tahap teoritisasi diperlukan pengetahuan yang baik tentang berbagai unsur penelitian, karena dengan adanya pengetahuan tentang konsep, proposisi, dan teori akan dapat dirumuskan hubungan-hubungan teoritis secara baik. Pada tahap empirisasi, pengetahuan tentang variabel, hipotesa dan definisi operasional agar gambaran operasional tentang data yang akan dikumpulkan dalam suatu penelitian. Secara sederhana, langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian survei adalah sebagai berikut : a. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survey b. Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan, adakalanya hipotesa tidak diperlukan, misalnya pada penelitian operasional c. Pengambilan sampel d. Pembuatan kuesioner e. Pekerjaan lapangan termasuk memilih dan melatih pewawancara f. Pengolahan data g. Analisa dan pelaporan
Proses penelitian yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
57
Kuesioner 1
Gaya kepemimpinan Kerjasama tim Kinerja waktu 1. Latar belakang masalah 2. Tujuan penelitian 3. Framework
Data Collecting 1 Validasi Pakar
Kuesioner 2
Data Collecting 2 Pilot survey
Kuesioner 3
Data Collecting 3 Responden
Analisa Structural Equation Modeling (SEM)
Validasi
Temuan & Pembahasan
Analisa Korelasi
Kesimpulan
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
Sumber: Hasil olahan
3.4
Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan dapat ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003) [185]. Menurut hubungannya dengan variabel lain, maka variabel penelitian dapat dibedakan menjadi sebagai berikut : a.
Variabel bebas (independent) : variabel dikatakan independen apabila variabel tersebut bertindak sebagai variabel stimulus, input, prediktor dan anticendent. Variabel independen disebut juga sebagai variabel bebas atau variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel
terikat).
Jadi
variabel
independen
adalah
variabel
yang
mempengaruhi. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
58
b.
Variabel terikat (dependent): variabel dikatakan dependen apabila variabel tersebut merupakan variabel terikat yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
c.
Variabel perantara : variabel dikatakan sebagai perantara karena berfungsi sebagai penghubung antara variabel bebas dengan variabel terikat dan letaknya berada ditengah-tengah antara kedua variabel tersebut. Variabel ini memiliki hubungan dengan variabel bebas dan terikat, variabel perantara dipengaruhi oleh variabel bebas dan variabel perantara mempengaruhi variabel terikat.
Dalam penelitian ini, hubungan antara variabel gaya kepemimpinan, kerjasama tim dan kinerja waktu dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Variabel kepemimpinan sebagai variabel bebas (eksogen), variabel ini letaknya berada di sisi paling kiri dalam model penelitian yang memiliki hubungan arah keluar kepada variabel kerjasama tim. b. Variabel kerjasama tim sebagai variabel perantara, yang berada di tengahtengah dalam model penelitian dimana memiliki hubungan arah keluar kepada kinerja waktu dan arah masuk dari gaya kepemimpinan. c. Variabel kinerja waktu sebagai variabel terikat (endogen) yang berada di sisi paling kanan yang memiliki hubungan arah masuk dari kerjasama tim.
Pemilihan variabel berdasarkan tinjauan pustaka dari Bab 2 yang kemudian dijadikan dasar dalam membuat deskripsi variabel dengan melihat indikator dan sub-indikator.
3.4.1
Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah gaya kepemimpinan. Variabel
kepemimpinan transaksional dan transformasional diperoleh dari hasil literatur yang sudah dilakukan di bab 2. Penjelasan variabel bebas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
59
Tabel 3.2 Variabel Gaya Kepemimpinan
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Sub-indikator Imbalan sebagai balasan atas dukungan
Imbalan atas hasil kerja
Kesepakatan imbalan dari hasil kerja
Contingent Reward
X1
Perundingan imbalan sebagai balas jasa
Bantuan sebagai balas jasa
Transaksional
Tindakan untuk memperoleh imbalan
Kepastian imbalan yang pantas atas hasil kerja
Kepastian penghargaan atas hasil kerja
Kepuasan atas hasil kerja Management by Exception Active
Perhatian fokus kepada kesalahan
Pernyataan Memberikan kepada staf apa yang mereka inginkan sebagai balasan atas dukungan bawahan Menyatakan secara jelas kepada staf tentang apa yang dapat mereka peroleh apabila hasil kerjanya mencapai standar Membuat kesepakatan kepada staf tentang apa yang mereka terima, apabila mereka melakukan pekerjaannya sesuai dengan harapan Berunding dengan staf tentang apa yang dapat mereka peroleh sebagai balas jasa atas apa yang telah mereka hasilkan Membantu pekerjaan staf sebagai balas jasa atas upaya-upaya yang telah mereka lakukan Menunjukan kepada staf apa yang harus mereka lakukan untuk memperoleh imbalan dari upaya-upaya yang mereka lakukan Meyakinkan staf bahwa mereka menerima imbalan yang pantas atas hasil kerjanya yang mencapai target Meyakinkan kepada staf tentang penghargaan yang akan diterima apabila bersama-sama melaksanakan pekerjaan dengan baik Menunjukan kepuasan bilamana staf melakukan tugas dengan baik Memusatkan perhatian kepada kesalahan dari standar yang telah ditetapkan
Referensi
MLQ Bass & Avolio (2000)
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
60
Tabel 3.2 (sambungan)
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Management by Exception Active
X1
Transaksional
Management by Exception Passive
X2
Transformasional
Idealized Attributes
Sub-indikator Pernyataan Pengawasan Mengawasi secara ketat kepada kesalahan-kesalahan kesalahan pada hasil kerja staf Menghabiskan Memantau waktunya untuk mencari kesalahan "apa yang harus diatasi" Perbaikan Memperbaiki kesalahankesalahan kesalahan staf Peraturan untuk Menekankan peraturan mencegah kepada staf agar kesalahan terhindar dari kesalahan Memperhatikan Perhatian kegagalan dalam rangka kepada mencapai standar hasil kegagalan kerja Mengomentari hasil Komentar atas kerja staf setelah hasil kerja menemukan kesalahan Tindakan Mengambil tindakan perbaikan perbaikan setelah staf setelah gagal gagal mencapai sasaran mencapai yang ditetapkan sasaran Melakukan perbaikanPerbaikan perbaikan setelah staf setelah gagal gagal mencapai prestasi mencapai kerja sesuai dengan prestasi kerja standar Mengambil tindakan Tindakan saat saat masalah yang masalah serius dihadapi telah gawat Mengatakan tentang Penyampaian kesalahan-kesalahan staf kesalahan lebih lebih banyak dari pada banyak dari hasil kerja yang pada hasil kerja dilakukan benar Akan mengambil Tindakan jika tindakan jika ada ada kesalahan sesuatu yang salah Perlu melakukan Tindakan atas tindakan apabila penyimpangan ditemukan penyimpangan Mengambil tindakan Tindakan dalam bila masalah-masalah masalah gawat sudah menjadi gawat Mengorbankan Pengorbanan kepentingan pribadi diri demi kepentingan orang lain
Referensi
MLQ Bass & Avolio (2000)
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
61
Tabel 3.2 (sambungan)
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Sub-indikator Tenang dalam situasi kritis Rasa bangga
Idealized Attributes
Mendahulukan kepentingan orang lain Keyakinan diri
Kemampuan dan keahlian Rasa hormat Kepercayaan diri Nilai dan keyakinan X2
Transformasional
Komitmen
Cita-cita
Idealized influence
Asumsi dari keputusan
Keyakinan atas gagasan, nilai dan kepercayaan Sigap dalam masalah sulit Tujuan sebagai dasar tindakan
Pernyataan
Referensi
Bersikap tenang dalam menghadapi situasi kritis Menanamkan rasa bangga kepada staf selama bergabung bersama Tidak memperhatikan keinginan pribadi Memberikan keyakinan kepada staf bahwa rintangan dapat diatasi bersama Menunjukan bakat dan kemampuan dalam setiap hal yang dilakukan Mendapat respek dari staf Menunjukan kepercayaan diri pada staf Membahas nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang penting dengan staf Menekankan pada staf akan pentingnya komitmen mereka Menekankan secara khusus kepada staf akan pentingnya memiliki satu keinginan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan Mempertimbangkan akibat-akibat moral dan etika dari keputusankeputusan yang dibuat Menunjukan kepada staf keyakinan akan gagasangagasan, nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan yang dimiliki Siap dan tahan menghadapi masalahmasalah yang sulit Memperjelas tujuan utama yang mendasari tindakan-tindakan kepada staf
MLQ Bass & Avolio (2000)
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
62
Tabel 3.2 (sambungan)
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Sub-indikator
Kepercayaan antar staf
Idealized influence
Visi, misi dan tujuan Tingkah laku sesuai dengan nilai Standar yang tinggi terhadap hasil kerja Semangat mencapai kemungkinan baru Optimis tentang masa depan
X2
Transformasional
Kepercayaan diri atas kemampuan Motivasi kepada staf Inspirational Motivation Fokus kepada keberhasilan
Motivasi untuk bekerja keras
Semangat terhadap tujuan
Kesadaran pada hal prioritas Semangat untuk berhasil
Pernyataan Menjelaskan akan pentingnya saling percaya diantara staf untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada Menekankan kepada staf tentang perlunya memiliki satu misi, tugas, dan tujuan yang sama Bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dianut Menetapkan standar yang tinggi terhadap hasil kerja yang harus dicapai Bersemangat untuk memperoleh kemungkinankemungkinan baru Membicarakan secara optimis tentang masa depan dengan staf Menunjukan kepercayaan diri atas kemampuannya mencapai tujuan Memberikan dorongan terus-menerus kepada staf Menyarankan kepada staf untuk fokus terhadap apa yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan Memotivasi staf untuk bekerja lebih banyak dan lebih keras dari biasanya Menjelaskan dengan penuh semangat kepada staf tentang tujuantujuan apa yang harus dicapai Menumbuhkan kesadaran staf pada halhal yang diprioritaskan Meningkatkan semangat staf untuk berhasil
Referensi
MLQ Bass & Avolio (2000)
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
63
Tabel 3.2 (sambungan)
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Sub-indikator Visi yang harus dicapai
Inspirational Motivation
Optimis dalam penyelesaian rencana Inspirasi untuk berbuat lebih Menghargai pertanyaan yang penting Pemeriksaan terhadap asumsi kritis Pemikiran kreatif
X2
Respon terhadap cara lama dan tradisional Pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang
Transformasional
Intellectual Stimulation
Cara-cara baru dalam pekerjaan
Memberi gagasan dan pendapat
Melihat masalah dari aspek berbeda
Pemikiran yang inovatif
Pernyataan Membicarakan secara jelas tentang visi yang harus dicapai Menunjukan kepastian dalam menyelesaikan suatu rencana Mengajak staf untuk melakukan sesuatu yang lebih dari biasanya Menghargai pertanyaan staf yang memiliki nilai penting dan berguna Memeriksa kembali asumsi yang bersifat kritis untuk mengetahui apakah asumsi itu tepat Mendorong staf untuk mencari gagasangagasan baru Mempertanyakan caracara lama dan tradisional dalam melakukan sesuatu Memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang
Referensi
MLQ Bass & Avolio (2000)
Menyarankan staf tentang perlunya menggunakan cara-cara baru dalam melaksanakan pekerjaan/tugas Memberi kesempatan kepada staf untuk mengeluarkan dan menyatakan gagasangagasan dan pendapatpendapat yang mereka miliki Meminta staf untuk melihat satu masalah dari berbagai aspek/segi yang berbeda-beda Memberi kesempatan kepada staf untuk berpikir tidak tradisional dalam memecahkan persoalan tradisional
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
64
Tabel 3.2 (sambungan)
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Intellectual Stimulation
Sub-indikator Pemecahan masalah dengan logis Perlakuan sebagai individu dalam kelompok Mendengarkan pandangan Pemberian nasehat
Motivasi untuk berkembang X2
Transformasional
Individualized Consideration
Pemberian pelatihan dan petunjuk Perlakuan sebagai individu yang berbeda Pelatihan untuk mengetahui kebutuhan dan kemampuan Pengembangan diri Mendengarkan keluhan
Pernyataan Memberi kesempatan kepada staf untuk memecahkan masalah dengan menggunakan alasan logis dan buktibukti nyata Memperlakukan staf sebagai individu tidak hanya sebagai anggota kelompok Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikemukakan staf Memberikan nasehatnasehat yang berguna bagi pengembangan diri staf Menekankan kepada staf untuk mengembangkan kekuatan-kekuatan mereka sendiri Meluangkan waktu untuk mengajari dan memberi petunjuk kepada staf Memperlakukan staf sebagai individu yang berbeda satu dengan yang lain Mengajarkan kepada staf bagaimana cara mengetahui kebutuhankebutuhan dan kemampuankemampuan pihak lain Meningkatkan pengembangan diri pada staf Memberikan perhatian secara pribadi kepada staf yang terlihat membutuhkan perhatian
Referensi
MLQ Bass & Avolio (2000)
Sumber : Hasil olahan
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
65
3.4.2
Variabel Perantara Variabel perantara dalam penelitian ini adalah kerjasama tim. Indikator
untuk kerjasama tim berupa komunikasi, kolaborasi dan kekompakan/keutuhan tim yang dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini.
Tabel 3.3 Variabel Kerjasama tim
Variabel
Sub variabel
Indikator
Komunikasi antar tim kerja
Subindikator Komunikasi dengan orang lain Persaingan antar kelompok kerja Bekerja sama dalam perusahaan
Z1
Komunikasi
Komunikasi dalam tim kerja
Tukar informasi antar anggota kelompok kerja Peningkatan komunikasi antar anggota kelompok kerja Bekerja sama dalam kelompok kerja Integrasi informasi
Integrated information and resources Z2
Integrasi sumber daya
Kolaborasi
Assisting another
Membantu dalam penyelesaian pekerjaan
Pernyataan
Referensi
Berkomunikasi dengan orang lain selain tim sendiri Persaingan antar tim di dalam perusahaan Bekerja sama di dalam perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaan Bersedia berbagi informasi antar anggota tim tentang pekerjaan Meningkatkan komunikasi antar orang-orang yang bekerja di obyek yang sama Bekerja sama di dalam tim untuk menyelesaikan pekerjaan Berupaya menggabungankan informasi untuk menyelesaikan tugastugas bersama Berupaya menggabungankan sumber daya untuk menyelesaikan tugastugas bersama Mengambil waktu untuk membantu dan menolong orang lain agar dapat menyelesaikan pekerjaan
Campion, M.A., Medsker, G.J., Higgs, A.C (1993)
Tjosvold (1988)
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
66
Tabel 3.3 (sambungan)
Variabel
Z2
Sub variabel
Kolaborasi
Indikator
Subindikator
Discussing Problems openly
Diskusi dalam pemecahan masalah
Support and encouragement
Motivasi dan dukungan
Insisting on solving a problem by oneself
Avoiding discussing problems
Diskusi dalam pemecahan masalah dengan cara sendiri Menghindari diskusi untuk pemecahan masalah Menolak untuk membantu dalam penyelesaian tugas Tim menjadi bagian proyek
Cohesion
Tim melekat pada proyek Bangga menjadi bagian tim Tanggung jawab menjaga tim
Z3
Senang berada di kelompok berbeda Rasa saling suka dalam tim
Keutuhan
Affective
Interaksi dengan anggota lain Rasa tidak suka dengan banyak orang dalam tim
Pernyataan Berbicara secara terbuka dan berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi bersamasama Saling mendukung dan mendorong satu sama lain Mendiskusikan masalah tetapi bersikeras untuk melakukan dengan cara mereka sendiri Menghindari untuk membahas masalah dan mencoba memecahkan sendiri
Referensi
Tjosvold (1988)
Rekan kerja tidak bersedia membantu orang lain untuk menyelesaikan tugas Penting bagi anggota tim menjadi bagian dalam proyek Anggota tim melekat kuat di proyek Anggota tim bangga menjadi bagian dalam tim Setiap anggota tim bertanggung jawab untuk memelihara dan menjaga tim Anggota tim merasa berada di grup yang berbeda Anggota tim ini merasa suka satu sama lain Anggota tim menikmati kebersamaan dengan anggota lain
Eric Wang, Huey-Wen Chou dan James Jiang (2004)
Henry, K.B., Arrow, H., Carini, B (1999)
Anggota tim tidak suka banyak orang dalam tim
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
67
Tabel 3.3 (sambungan)
Variabel
Sub variabel
Indikator
Behavioral
Subindikator Tidak ada kerjasama dalam tim Kontribusi dalam mencapai tujuan Penyelesaian terhadap masalah bersama Tidak ada kerjasama dalam penyelesaian tugas tim Tim menjadi bagian diri
Z3
Menilai diri berbeda dengan anggota lain
Keutuhan Cognitive
Tim tidak menjadi bagian diri Menilai diri mirip dengan anggota lain
Socialoriented cohesion
Task-oriented cohesion
Skill dalam orientasi sosial
Skill dalam orientasi pemecahan masalah Fokus tim pada penyelesaian tugas
Pernyataan
Referensi
Anggota tim tidak bergantung satu sama lain Tiap anggota berkontribusi dalam mencapai tujuan tim Tim menyelesaikan hal-hal yang tidak dapat diselesaikan oleh satu anggota tim Anggota tim tidak bekerja sama untuk menyelesaikan tugas tim Anggota tim berpikir tim ini sebagai bagian dari diri mereka Anggota tim menilai diri sendiri sangat berbeda dari anggota tim lain Anggota tim tidak berpikir tim ini sebagai bagian dari diri mereka Anggota tim menilai diri sendiri cukup mirip dengan anggota tim lain Anggota tim melihat bahwa orang-orang dalam tim memiliki skill sosial yang tinggi Anggota tim melihat bahwa orang-orang dalam tim memiliki skill memecahkan masalah yang tinggi Anggota tim melihat bahwa tim berfokus pada menyelesaikan tugas
Henry, K.B., Arrow, H., Carini, B (1999)
Bernthal and Insko (1993)
Sumber : Hasil olahan
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
68
3.4.3
Variabel Terikat Pada hubungan antara gaya kepemimpinan, kerjasama tim dan kinerja
waktu, maka variabel terikat adalah kinerja waktu. Indikator untuk menghitung variabel waktu berdasarkan persamaan berikut :
(3.1)
Kemudian kinerja waktu diukur dengan cara pembobotan sebagai berikut : [186]
Tabel 3.4 Variabel Kinerja Waktu Skala
Penilaian
Keterangan
1
Sangat buruk
Terlambat >16%
2
Buruk
Terlambat antara 8%-16%
3
Rata-rata
Terlambat ≤ 8%
4
Baik
Lebih cepat antara 0-4%
5
Sangat baik
Lebih cepat >4%
Sumber : Kog, Y. C., Chua, D.K.H., Loh, P.K. and Jaselskis, E. J.
3.5
Instrumen Penelitian Instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya pengumpulan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dapat dipermudah. Data yang dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan karena data yang diperoleh merupakan landasan dalam penelitian ini. Dalam penentuan instrumen penelitian hendaknya menerapkan prinsip isomorfisme atau persamaan bentuk, yang artinya terdapat kesamaan yang dekat antara realitas yang diteliti dengan “nilai” yang diperoleh dari pengukuran. Kualitas data sangat ditentukan oleh alat pengumpul datanya (instrumen). Oleh Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
69
karena itu instrumen harus digarap sangat cermat, dan harus memiliki persyaratan sebagai berikut : 1. Valid atau jitu atau sahih, artinya instrumen harus menunjukan sejauh manakah ia mengukur apa yang seharusnya diukur 2. Reliabel atau ajek, artinya instrumen memiliki daya keterandalan manakah ia dilakukan dalam waktu yang lain dan berulang-ulang dalam kondisi yang sama kepada subyek yang sama harus menghasilkan hal yang hampir sama atau bahkan tetap sama 3. Obyektif atau terbuka artinya penggunaan instrumen (alat) pengumpul data, tidak mempengaruhi pengumpulannya (orang) dan obyeknya (yang diteliti)
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen kuesioner, yaitu lembar isian yang harus diisi oleh responden guna mendapatkan hubungan antara gaya kepemimpinan, kerjasama tim dan kinerja waktu. Adapun indikator-indikator yang digunakan pada kuesioner didapat melalui hasil studi literatur. Instrumen kuesioner sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, maka akan dilakukan pengujian, yaitu uji validitas dan reliabilitas. Instrumen dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya instrumen tersebut. Dengan kata lain valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengukuran validitas pada instrumen ini digunakan dengan korelasi product moment antara skor butir pertanyaan dengan total skornya. Nilai korelasi yang dimaksud adalah nilai korelasi yang telah dikoreksi, jika butir pertanyaan berkorelasi secara signifikan dengan total skornya (nilai korelasi > nilai r tabel) maka butir pertanyaan dinyatakan valid. Atau dengan syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah jika nilai Sig.(2tailed) yang dihasilkan dari analisis dengan aplikasi SPSS memiliki nilai di bawah 0.05. Pengujian reliabilitas data, menurut Sekaran (2003) mengatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang diinginkan dapat dipercaya Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
70
(diandalkan) sebagai alat pengumpul data serta mampu mengungkap informasi yang sebenarnya di lapangan [187]. Uji reliabilitas internal adalah cara menguji suatu alat ukur untuk sekali pengambilan data. Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik uji reliabilitas internal mengingat cara ini lebih hemat waktu dan biaya karena sekali dalam pengambilan data. Uji reliabilitas yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Cronbachs Alpha. Formula ini digunakan untuk melihat sejauh mana alat ukur dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda atau konsistensi bila dilakukan pengukuran kembali terhadap suatu fenomena sosial. Nilai reliabilitas akan semakin baik jika nilai cronbachs alpha untuk setiap variabelnya mendekati satu. Perhitungan nilai koefisien Alpha Cronbach menggunakan aplikasi SPSS dengan ketentuan nilai koefisien tersebut harus di atas 0.60 untuk memenuhi standar reliabilitas instrumen.
3.5.1
Kuesioner Angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2008) [188]. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Pada tahap verifikasi, klarifikasi, dan validasi variabel penelitian digunakan kuesioner terbuka. Dalam penelitian ini, kuesioner ditujukan untuk manajer proyek dan anggota tim proyek yang mana kuesioner A diisi oleh anggota tim proyek sedangkan kuesioner B diisi oleh manajer proyek. Kuesioner A merupakan kuesioner untuk kepemimpinan transaksional dan transformasional. Kuesioner ini dikutip dari teori MLQ (Multifactor Leadership Questionnaire) yang telah dikemukakan oleh Bass dan Avolio (1990) [189]. a. Gaya kepemimpinan transformasional
Idealized Attributes, kemampuan pimpinan dalam mengungkapkan visi, mendahulukan kepentingan perusahaan dan orang lain, keyakinan diri dan Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
71
keahlian dalam membuat bawahan merasa tenang dalam situasi krisis. Pengorbanan diri, keteladanan dan kemampuan yang menimbulkan rasa bangga dan hormat sehingga patut menjadi idola bawahan. Faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 1, 9,18, 27, 36, 44, 53, 59.
Idealized Influence, kemampuan pimpinan untuk menjadi model peran dengan menanamkan nilai-nilai kehidupan, cita-cita, asumsi, komitmen dan keyakinan kepada bawahan. Faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 2, 11, 20, 29, 37, 46, 55, 60, 63, 67.
Inspirational Motivation, kemampuan pemimpin untuk menimbulkan inspirasi kepada bawahan sehingga bawahan mampu bekerja keras dan memanfaatkan peluang dalam situasi yang mengancam. Melalui cara tersebut dapat menimbulkan antusias dan optimis serta semangat kerjasama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang beresiko tinggi dengan hasil yang memuaskan. Faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 4, 13, 22, 30, 39, 48, 52, 56, 61, 62, 64, 68, 71.
Intellectual Stimulation, kemampuan pemimpin untuk memprakarsai cara pemecahan masalah secara kreatif dan atau dengan cara-cara baru serta mendorong bawahan untuk berani dan berbeda pendapat melalui pemikiran yang kreatif dan inovatif. Faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 6, 15, 23, 32, 41, 50, 57, 65, 69, 73.
Individualized
Consideration,
kemampuan
pemimpin
untuk
memperlakukan bawahan sebagai individu yang utuh, mendengarkan pandangan dan keluhan mereka, memberikan saran dan nasehat, dan mendorong untuk berkembang melalui delegasi tugas dan pelatihan. Faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 8, 16, 25, 34, 43, 51, 58, 66, 70. b. Gaya kepemimpinan transaksional
Contingent Reward, perilaku pemimpin dalam melakukan perjanjian dengan bawahan seperti memberikan imbalan (reward) yang dibutuhkan oleh bawahan sebagai balas jasa atas kinerja yang telah dicapai sesuai dengan standar yang ditetapkan. Faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, 54, 72. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
72
Management By Exception Active, perilaku pemimpin yang membuat peraturan dan secara aktif ketat memperhatikan, mengikuti dan memantau setiap penyimpangan yang dilakukan bawahan serta mengambil tindakan korektif sebelum masalah menjadi lebih gawat. Faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 5, 12, 19, 26, 33, 40, 47.
Management By Exception Passive, perilaku pemimpin yang hanya akan bertindak atau turun tangan apabila muncul masalah-masalah yang disebabkan oleh penyimpangan dari standar yang ditetapkan. Faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 3, 10, 17, 24, 31, 38, 45.
Sedangkan kuesioner B adalah
kuesioner untuk kerjasama tim
(komunikasi, kolaborasi dan keutuhan). a. Komunikasi [190]
Communication between Work Groups, komunikasi antar tim-tim di dalam perusahaan. Faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 1, 4, 6.
Communication within the Work Group, komunikasi yang terjadi di dalam tim. Faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 2, 3, 5.
b. Kolaborasi [191]
Integrated information and resources, faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 7, 8.
Assisting another, faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 10
Discussing problems openly, faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 12
Support and Encouragement, faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 9
Insisting on solving a problem by oneself, faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 13
Avoiding discussing problems, faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 11, 14.
c. Keutuhan
Affective, faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 19, 20, 21, 22.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
73
Behavioral, faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 23, 24, 25, 26.
Cognitive, faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 27, 28, 29, 30. [192]
Social-oriented cohesion, faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 31.
Task-oriented cohesion, faktor ini diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 32, 33. [193]
Faktor-faktor lain yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Wang et al (2004) diwakili oleh pertanyaan kuesioner no : 15, 16, 17, 18. [194]
3.5.2
Skala Pengukuran Data Pembuatan skala penting sekali artinya didalam penelitian terutama pada
data yang bersifat kualitatif. Dengan teknik penentuan skala ini fakta-fakta kualitatif dapat dirubah menjadi suatu urutan kuantitatif [195]. Menurut Nazir (2003), ada 4 jenis ukuran yaitu : a. Ukuran nominal, merupakan ukuran yang paling sederhana di mana angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apa-apa. b. Ukuran ordinal, merupakan ukuran yang diberikan dimana angka-angka tersebut mengandung pengertian tingkatan. Ukuran ordinal digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah ke tertinggi atau sebaliknya. c. Ukuran interval, merupakan suatu pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain, yaitu jarak yang sama pada pengukuran interval memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur. d. Ukuran rasio, merupakan skala untuk menghitung kualitas yang terlihat secara visual, dapat dihitung, dapat ditambahkan dan dikurangi, dapat dibagi dan dilipatkan.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
74
Dari penjelasan di atas, maka pengukuran hasil data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan skala/ukuran ordinal. Adapun skala ordinal yang digunakan dalam penentuan rangking tingkat pengaruh variabel-variabel Gaya Kepemimpinan yang berpengaruh pada kerjasama tim dan kinerja waktu yang dipengaruhi oleh kerjasama tim adalah kategori 1-5. Alasan pemilihan besarnya skala kategori tersebut dikarenakan sebagian responden tidak dapat melaksanakan pemilihan untuk mengisi skala apabila terdapat banyak kategori.
3.6
Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan wawancara
atau kuesioner, yang ditujukan kepada pihak-pihak/responden yang relevan dengan pembahasan penelitian ini. Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung serta jawaban hasil kuesioner dari responden. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari responden.
Tahap pertama wawancara terstruktur dan survei terhadap 5 orang pakar untuk melakukan validasi terhadap variabel gaya kepemimpinan yang berpengaruh terhadap kerjasama tim dan kinerja waktu yang dipengaruhi oleh kerjasama tim. Pada pengumpulan data pertama ini, para pakar selain diminta untuk melakukan validasi, mengkoreksi, mengurangi dan atau menambahkan
variabel
yang
didapat
dari
referensi
berdasarkan
pengalaman keprofesionalnya, para pakar tersebut juga diminta untuk menilai frekuensi dan dampak dari variabel-variabel temuan pada dunia konstruksi sesungguhnya.
Tahap kedua dilakukan survey kepada responden yang terdiri dari anggota tim proyek dengan tujuan untuk mengetahui gaya kepemimpinan manajer proyek dan manajer proyek dengan tujuan untuk mengetahui kerjasama tim dan kinerja waktu proyek.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari jurnal dan literatur lain yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, yaitu diolah dan disajikan oleh pihak lain. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
75
Tahap awal penelitian yang dilakukan adalah studi literatur untuk mendapatkan data empiris. Kemudian berdasarkan data empiris tersebut disusun kuesioner untuk dianalisis lebih lanjut. Pengumpulan data yang akan dilakukan adalah dengan survei.
3.6.1
Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah proyek-proyek di perusahaan PT. X yang
merupakan proyek bangunan gedung bertingkat di DKI Jakarta.
3.6.2
Sampel Penelitian Sampel penelitian ini adalah proyek-proyek di perusahaan PT. X yang
sedang dalam tahap pelaksanaan konstruksi dengan karakteristik sebagai berikut : a. Proyek berskala besar. b. Kompleksitas proyek yang tinggi. c. Tipikal proyek termasuk advance. d. Schedule proyek yang pendek. e. Jumlah anggota tim yang banyak.
3.6.3
Responden Penelitian Responden penelitian adalah manajer proyek dan anggota tim proyek yang
berada dibawah kepemimpinan manajer proyek. Alasan pemilihan tersebut sebagai responden agar dapat memperoleh pandangan dari semua pihak baik itu manajer proyek maupun anggota tim proyek yang berada dibawah kepemimpinan manajer proyek terhadap gaya kepemimpinan, kerjasama tim dan kinerja waktu sehingga diharapkan hasil penelitian dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
3.7
Metode Analisa Metode analisa sangat penting dalam mengidentifikasi semua variabel
yang relevan, mekanisme serta pengaruhnya terhadap parameter penelitian. Metode analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu :
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
76
3.7.1
Analisis Statistik Tahapan setelah data kuesioner terkumpul dilanjutkan dengan melakukan
analisis data secara statistik dengan menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 17 untuk analisa korelasi dan software PLS (Partial Least Square) untuk analisa Structural Equation Modeling (SEM). Tahapan analisis data dapat digambarkan pada Gambar dibawah ini.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
77
Input Data
Analisa Korelasi
Analisa Structural Equation Modeling (SEM)
Uji Model
Validasi
Selesai
Gambar 3.2. Diagram Alir Analisa Statistik dan SEM
Sumber : Hasil Olahan
3.7.1.1 Input Data Data yang telah diperoleh akan ditabulasi sesuai dengan format yang ada pada program analisis statistik SPSS dalam bentuk tabel seperti dibawah ini :
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
78
Tabel 3.5 Format Tabulasi Input Data
Variabel No
Sampel
Kinerja waktu
Variabel
Variabel
Kerjasama tim
Gaya kepemimpinan
Y
Z1
Z2
Z3
X1
X2
1
Sampel 1
Y1
Z11
Z21
Z31
X11
X21
2
…
Y2
Z12
Z22
Z32
X12
X22
3
…
…
Z13
Z23
…
X13
X23
N
Sampel n
Yn
Z1n
Z2n
Z3n
X1n
X2n
Sumber : Hasil olahan
3.7.1.2 Analisa Korelasi Analisis korelasi digunakan untuk mengukur keeratan hubungan atau pengaruh dari variabel independen (bebas) kepada variabel dependen (terikat) yang dapat dilihat pada besarnya nilai koefisien korelasi. Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran tingkat korelasi antara variabel gaya kepemimpinan dengan kerjasama tim dan variabel kerjasama tim dengan kinerja waktu. Analisis pengukuran korelasi tersebut menggunakan Pearson Correlation yang dihitung menggunakan perangkat aplikasi SPSS. Variabel-variabel tersebut akan memiliki signifikansi dalam korelasi bila hasil perhitungan menunjukan nilai Sig.2tailed di bawah 0.05 atau 5%. Nilai tersebut merupakan nilai ambang batas maksimal untuk tingkat kesalahan yang ditetapkan oleh peneliti. Artinya bila nilai korelasi yang didapatkan berada pada nilai signifikansi di bawah 0.05 maka kedua variabel memiliki korelasi yang signifikan (Ghozali, 2007) [196]. Sedangkan menurut Sugiyono (2003), tingkatan koefisien korelasi dapat dijelaskan sebagai berikut : [197] 0,00 –0,199
= Sangat rendah
0,20 –0,399
= Rendah
0,40 –0,599
= Sedang
0,60 –0,799
= Kuat
0,80 –1,000
= Sangat kuat Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
79
Nilai koefisien korelasi ini paling kecil adalah -1. Jadi nilai R dapat dinyatakan sebagai berikut : -1 ≤ r ≤ 1 artinya apabila : R = 1 Hubungan X dan Y sempurna positif (mendekati 1 hubungan sangat kuat dan positif) R= -1 Hubungan X dan Y sempurna negatif (mendekati -1 hubungan sangat kuat dan negatif ) R = 0 Hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan.
3.7.2
Analisa Structural Equation Modelling (SEM) Structural Equation Modeling (SEM) merupakan teknik analisis
multivariat yang dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh model-model analisis sebelumnya yang telah digunakan secara luas dalam penelitian statistik. Model-model yang dimaksud diantaranya adalah regression analysis (analisis regresi), path analysis (analisis jalur), dan confirmatory factor analysis (analisis faktor konfirmatori) (Hox dan Bechger, 1998) [198]. Analisis regresi menganalisis pengaruh satu atau beberapa variabel bebas terhadap
variabel
terikat.
Analisis
pengaruh
tidak
dapat
diselesaikan
menggunakan analisis regresi ketika melibatkan beberapa variabel bebas, variabel perantara, dan variabel terikat. Penyelesaian kasus yang melibatkan ketiga variabel tersebut dapat digunakan analisis jalur. Analisis jalur dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total suatu variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis akan lebih bertambah kompleks ketika melibatkan latent variable (variabel laten) yang dibentuk oleh satu atau beberapa indikator observed variables (variabel terukur/teramati). Analisis variabel laten dapat dilakukan dengan menggunakan analisis faktor, dalam hal ini analisis faktor konfirmatori (confirmatory factor analysis). Analisis pengaruh semakin bertambah kompleks lagi ketika melibatkan beberapa variabel laten dan variabel terukur langsung. Pada kasus demikian, teknik analisis yang lebih tepat digunakan adalah pemodelan persamaan struktural (Structural Equation Modeling). SEM merupakan teknik analisis multivariat generasi kedua yang menggabungkan model pengukuran
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
80
(analisis faktor konfirmatori) dengan model struktural (analisis regresi, analisis jalur) [199]. Menurut Widodo (2006), dikemukakan 10 (sepuluh) keistimewaan SEM dari analisa statistik lainnya yaitu sebagai berikut : a. Mampu memperlakukan variabel endogenous (endogen) dan variabel eksogenous (eksogen) sebagai variabel acak dengan kesalahan pengukuran. b. Mampu memodelkan variabel laten sengan sejumlah indikatornya. c. Mampu membedakan kesalahan pengukuran dan model. d. Mampu menguji model secara kesuluruhan, bukan hanya menguji koefisien model secara individu. e. Mampu memodelkan variabel mediator. f. Mampu memodelkan hubungan antar error. g. Mampu menguji silang koefisien model dari berbagai kelompok sampel. h. Mampu memodelkan dinamika suatu fenomena. i. Mampu mengatasi data yang hilang. j. Mampu menangani data tidak normal.
Selain itu analisa SEM juga memiliki kelemahan, dimana tidak ada analisa statistik yang sempurna. Beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh SEM adalah sebagai berikut (Widodo, 2006) : a. SEM
tidak
digunakan
untuk
menghasilkan
model
namun
untuk
mengkonfirmasi suatu bentuk model. b. Hubungan kausalitas diantara variabel tidak ditentukan oleh SEM, namun dibangun oleh teori yang mendukungnya. c. SEM tidak digunakan untuk menyatakan suatu hubungan kausalitas, namun untuk menerima atau menolak hubungan sebab akibat secara teoritis melalui uji data empiris. d. Studi yang mendalam mengenai teori yang berkaitan menjadi model dasar untuk pengujian aplikasi SEM.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
81
Dalam melakukan analisa dengan teknik SEM, memiliki tahap-tahap analisa yang berbeda dengan analisa statistik yang lain. Secara umum analisa SEM terdiri atas beberapa tahapan sebagai berikut (Widodo, 2006) : [200] a. Pengembangan model berdasarkan teori. Tujuannya adalah untuk mengembangkan sebuah model yang mempunyai justifikasi (pembenaran) secara teoritis yang kuat untuk mendukung upaya analisis terhadap suatu maslah yang sedang dikaji/diteliti. b. Pengembangan diagram lintasan (path diagram). Menggambarkan model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama ke dalam sebuah diagram jalur agar peneliti dengan mudah dapat mencermati hubungan kausalitas yang ingin diujinya. c. Mengkonversi diagram jalur kedalam persamaan struktural. Langkah ini membentuk persamaan-persamaan pada model struktural dan model pengukuran. d. Pemilihan data input dan teknik estimasi. Tujuannya adalah menetapkan data input yang digunakan dalam pemodelan dan teknik estimasi model. e. Evaluasi masalah identifikasi model. Bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya masalah identifikasi berdasarkan evaluasi terhadap hasil estimasi yang dilakukan program komputer. f. Evaluasi Asumsi dan Kesesuaian model. Untuk mengevaluasi pemenuhan asumsi yang disyaratkan SEM, dan kesesuaian model berdasarkan kriteria goodness-of-fit tertentu. g. Interpretasi dan modifikasi model. Untuk memutuskan bentuk perlakuan lanjutan setelah dilakukan evaluasi asumsi dan uji kesesuaian model.
Diagram lintasan (path diagram) dalam SEM digunakan untuk menggambarkan atau membuat spesifikasi model SEM dengan lebih jelas dan mudah dibandingkan dengan model persamaan matematik. Untuk dapat menggambarkan diagram jalur sebuah persamaan secara tepat, perlu diketahui tentang variabel-variabel dalam SEM berserta notasi dan simbol yang berkaitan. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
82
Kemudian hubungan diantara model-model tersebut dituangkan dalam model persamaan struktural dan model pengukuran. Variabel-variabel dalam analisa SEM terdiri dari : a. Variabel laten (latent variable). Variabel laten merupakan konsep abstrak, sebagai contoh : perilaku, perasaan, dan motivasi. Variabel laten ini hanya dapat diamati secara tidak langsung dan tidak sempurna melalui efeknya pada variabel teramati. Variabel laten dibedakan menjadi dua yaitu variabel eksogen dan endogen. Variabel eksogen setara dengan variabel bebas, sedangkan variabel endogen setara dengan variabel terikat. Notasi matematik dari variabel laten eksogen adalah (”ksi”) dan variabel laten endogen ditandai dengan
(eta).
Gambar 3.3 Simbol Variabel Laten
Sumber : Efferin, S et al (2008)
b. Variabel teramati (observed variable) atau variebel terukur (measured variable). Variabel teramati adalah variabel yang dapat diamati atau dapat diukur secara enpiris dan sering disebut sebagai indikator (Efferin, 2008) [201]. Variabel teramati merupakan efek atau ukuran dari variabel laten. Pada metode penelitian survei dengan menggunakan kuesioner, setiap pertanyaan pada kuesioner mewakili sebuah variabel teramati. Variabel teramati yang berkaitan atau merupakan efek dari variabel laten eksogen diberi notasi matematik dengan label X, sedangkan yang berkaitan dengan variabel laten endogen diberi label Y. Simbol diagram lintasan dari variabel teramati adalah bujur sangkar atau empat persegi panjang. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
83
Gambar 3.4 Simbol Variabel Teramati
Sumber : Efferin, S et al (2008)
Dalam pembuatan model dengan menggunakan analisa SEM yang bertujuan untuk menguji suatu bentuk model yang berdasarkan teori. Analisa SEM memiliki dua elemen atau model, yaitu model struktural dan model pengukuran. a. Model Struktural (Structural Model). Model ini menggambarkan hubungan diantara variabel-variabel laten. Parameter yang menunjukkan regresi variabel laten endogen pada eksogen dinotasikan dengan
(”gamma”). Sedangkan untuk regresi variabel endogen
pada variabel endogen lainnya dinotasikan dengan
(”beta”). Variabel laten
eksogen juga boleh berhubungan dalam dua arah (covary) dengan dinotasikan (”phi”). Notasi untuk error adalah
.
Gambar 3.5 Model Struktural SEM
Sumber : Efferin S, et al (2008)
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
84
Persamaan dalam model struktural dibangun dengan persamaan : Variabel laten endogen =
variabel laten endogen +
variabel laten
eksogen + error b. Model Pengukuran (Measurement Model). Setiap variabel laten mempunyai beberapa ukuran atau variabel teramati atau indikator. Variabel laten dihubungkan dengan variabel-variabel teramati melalui model pengukuran yang berbentuk analisis faktor. Setiap variabel laten dimodelkan sebagai sebuah faktor yang mendasari variabel-variabel terkait. Muatan faktor (factor loading) yang menghubungkan variabel laten dengan variabel teramati diberi label pengukuran dinotasikan dengan
(”lambda”). Error dalam model
.
Gambar 3.6 Model Pengukuran SEM
Sumber : Efferin, S et al (2008)
Persamaan dalam model pengukuran dibangun dengan persamaan : Indikator =
konstruk + error
X=
variabel laten eksogen + error
Y=
variabel laten endogen + error
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
85
Penggabungan model struktural dan pengukuran membentuk bentuk umum SEM (Full atau Hybrid Model), seperti berikut :
Gambar 3.7 Model Full Hybrid SEM
Sumber : Efferin, S et al (2008)
3.7.2.1 Pengukuran Model Dari model yang telah dibuat dalam SEM dengan program PLS, kemudian dilakukan interpretasi terhadap pengukuran konstruk dan model, yaitu sebagai berikut : a. Factor Loading Model PLS diestimasi dengan cara menentukan loading atau bobot yang menggambarkan bagaimana pengamatan berhubungan dengan yang tidak teramati, dan hubungan struktural, dimana nilai-nilai yang tidak teramati mempengaruhi nilai yang tidak teramati lain dalam sistem. Metode PLS melakukan estimasi melalui operator nonlinier yang vektor dari semua item loadings diestimasi sebagai konstrain fixed-point. Awalnya beberapa parameter yang dianggap diketahui dan karena itu dipertahankan tetap, dalam sebuah iterasi berikutnya yang lain adalah tetap sedangkan apa yang sebelumnya dipegang tetap tersebut sekarang diestimasi. Iterasi melanjutkan Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
86
konvergensi secara bertahap dengan masalah estimasi yang dikurangi menjadi serangkaian regresi sederhana dan ganda saling tergantung [202]. Indikator yang memiliki nilai factor loading sebesar antara -0.2 sampai dengan 0.2 dapat dinyatakan indikator tersebut memiliki pengaruh yang sangat kecil atau tidak berpengaruh sehingga variabel tersebut dapat dibuang sebelum melakukan analisa agar nilai R-Square dapat ditingkatkan. b. Average Variance Extracted (AVE) Metode ini merupakan salah satu cara untuk mengukur discriminant validity dari model pengukuran yang telah dibuat dengan membandingkan nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk lebih besar dari pada nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dapat dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik (Fornell dan Larkcker, 1981) [203]. Metode ini digunakan untuk melakukan uji validitas terhadap konstruk dengan persyaratan
yaitu
nilai
average
variance
extracted
(AVE)
yang
direkomendasikan harus diatas > 0.5. c. Composite Reliability Selain uji validitas konstruk, dilakukan juga uji reliabilitas konstruk yang diukur dengan composite reliability dan cronbach’s alpha. Composite Reliability blok indikator untuk mengukur suatu konstruk yang dapat dievaluasi dengan 2 (dua) macam ukuran yaitu internal consistency yang dikembangkan oleh Wert, Linn dan Joreskog (1974) dan Cronbach’s Alpha. Perbedaan kedua pengukuran tersebut dapat dilihat dari asumsi tau equaivalence antar pengukuran dengan asumsi semua indikator yang diberi bobot sama. Cronbach’s alpha tidak melakukan asumsi tau equaivalence sehingga cenderung lower bound estimate reliability sedangkan composite reliability merupakan closer approximation dengan asumsi estimasi parameter yang akurat sebagai ukuran internal consistence yang dapat digunakan untuk konstruk dengan reflektif indikator. Nilai cronbach’s alpha yang baik harus memiliki nilai diatas > 0.7 dan nilai composite reliability yang dapat dikatakan reliabel harus diatas > 0.6. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
87
d. Path Coefficients Untuk melakukan uji terhadap model struktural dapat dilihat melalui nilai Rsquare yang merupakan uji goodness-fit model. Hasil R-square untuk variabel endogen (terikat) sebesar 0.67 dapat dikatakan baik, 0.33 dikatakan moderat dan 0.19 dikatakan lemah. Uji selanjutnya yang perlu dilakukan adalah analisa jalur (path analysis) yang melihat hubungan signifikan antar variabel laten dengan melihat nilai T-statistics. Nilai t statistik yang lebih besar >1.96 dengan signikan 0.05 menunjukan hubungan yang signifikan antar hubungan variabel laten karena nilai T hitung > T tabel. [204]
3.8
Kesimpulan Penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian
survey
dengan
menggunakan kuesioner. Metode penelitian survey digunakan untuk : a. Mengidentifikasi variabel-variabel gaya kepemimpinan yang berpengaruh terhadap kerjasama tim. b. Mengidentifikasi variabel-variabel kerjasama tim yang berpengaruh terhadap kinerja waktu. c. Penelitian dilakukan di proyek bangunan gedung bertingkat yang sedang dalam tahap pelaksanaan konstruksi pada perusahaan PT. X.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
4.1
Pendahuluan Dalam suatu penelitian, data merupakan hal yang penting dalam mencapai
keberhasilan penelitian tersebut. Pada penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner tersebut kemudian diberikan atau disebarkan kepada para responden. Dalam penelitian ini responden terdiri dari manajer proyek dan tim proyek pada Perusahaan PT. X. Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian dilakukan analisa terhadap data tersebut. Analisa data dilakukan dengan 2 software program statistik yaitu dengan program SPSS dan SmartPLS. Penggunaan program SPSS dilakukan dengan tujuan untuk mengelola hasil pengumpulan data dari responden melalui analisa uji validitas dan reliabilitas, deskriptif, korelasi dan regresi. a. Tahap awal dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap data indikator variabel penelitian yang telah dikumpulkan dari responden dengan tujuan untuk mengetahui variabel penelitian yang dinyatakan valid dan reliabel dalam mengukur sebagai alat ukur. b. Tahap berikutnya dalam program SPSS yaitu analisa deskriptif dan korelasi. Analisa deskriptif menggambarkan ringkasan data setiap indikator variabel penelitian setelah variabel tersebut dinyatakan valid dan reliabel. Sedangkan analisa korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variabel penelitian dan arah hubungan yang terjadi. Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel penelitian yaitu gaya kepemimpinan, kerjasama tim dan kinerja waktu sehingga perlu dilakukan 2 tahap analisa korelasi yaitu hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kerjasama tim dan hubungan kerjasama tim dengan kinerja waktu. c. Tahap akhir dari analisa dengan program SPSS adalah analisa regresi yang bertujuan untuk melihat pola hubungan dan pengaruh antar variabel. Dalam analisa regresi juga dapat ditemukan data sampel responden yang outlier, yang perlu direduksi untuk meningkatkan nilai R-Square.
88
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
89
Selanjutnya setelah analisa dengan program SPSS, dilakukan analisa SEM (structural Equation Modelling) dengan program SmartPLS untuk mengetahui hubungan antara variabel laten/konstruk yang bersifat prediksi. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pada hubungan
antara variabel
kepemimpinan transaksional dan transformasional, kerjasama tim dan kinerja waktu. Metode PLS menggunakan analisa algorithm dan bootstrapping.
4.2
Pengumpulan Data
Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa penelitian ini termasuk penelitian survei. Dimana penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data. Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil adalah proyekproyek di perusahaan PT. X yang sedang dalam tahap pelaksanaan konstruksi, sehingga dapat mewakili untuk populasi data penelitian. Adapun tahap-tahap dalam pengumpulan data seperti dibawah ini. 4.2.1
Pengumpulan Data Tahap Pertama Tahap pertama menyebarkan kuisioner kepada beberapa pakar manajemen
proyek yang terdiri dari praktisi, dosen, maupun pelaku bisnis dalam bidang manajemen proyek, yang memiliki beberapa kriteria, yang mempunyai pengalaman dalam bidang manajemen proyek. Kuesioner tahap pertama ini digunakan untuk memvalidasi variabel-variabel yang telah disusun oleh peneliti tentang indikator kepemimpinan transaksional dan transformasional, kerjasama tim (komunikasi, kolaborasi dan keutuhan) yang mempengaruhi kinerja waktu proyek. 4.2.1.1 Gambaran Umum Data Pakar Data pakar yang telah memvalidasi tentang indikator kepemimpinan transaksional dan transformasional, kerjasama tim (komunikasi, kolaborasi dan keutuhan) yang mempengaruhi kinerja waktu proyek.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
90
Tabel 4.1 Data Umum Pakar
No
Pakar
Pengalaman Kerja
Pendidikan
Jabatan
terakhir
1
Silverius Y. Soeharso
32 Tahun
Akademisi
S3
2
Erna S. Widodo
30 Tahun
Akademisi
S3
3
Eddy Subiyanto
26 Tahun
Praktisi
S2
4
Noeraini Poerwadi
29 Tahun
Praktisi
S2
Sumber : Hasil Olahan
4.2.1.2 Hasil Verifikasi dan Validasi Pakar Dalam pembuatan kuesioner yang berhubungan dengan variabel kepemimpinan transaksional dan transformasional dikutip dari MLQ (Multifactor Leadership Questionnaire) dan kerjasama tim (komunikasi, kolaborasi dan keutuhan), harus memilih satu pernyataan dari beberapa pernyataan yang hampir sama, tidak membuat pernyataan yang mengandung pilihan dan membingungkan, pernyataan tidak boleh tendensius dan perlu diperhatikan kesesuaian dengan taksonomi Bloom. Dari validasi data pakar dapat disimpulkan bahwa pakar/ahli dalam penelitian ini mempunyai pengalaman lebih dari 20 tahun dengan jabatan akademisi dan praktisi serta memiliki pendidikan terakhir minimal S2. Sebaran data dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
91
Tabel 4.2 Data Umum Validasi Pakar
No 1
2
3
Keterangan
Jumlah
Pengalaman a) 26 Tahun
1
b) 29 Tahun
1
c) 30 Tahun
1
d) 32 Tahun
1
Jabatan a) Akademisi
2
b) Praktisi
2
Pendidikan Terakhir a) S2
2
b) S3
2
Sumber : Hasil Olahan
4.2.2
Pengumpulan Data Tahap Kedua Tahap kedua pengumpulan data adalah melakukan pilot survey kepada
responden yang berjumlah 6 orang. Responden diambil secara acak dengan level jabatan yang bervariasi mulai dari officer sampai General Manager di Perusahaan PT. X. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman responden terhadap kuesioner yang dibuat oleh peneliti. Profil responden pada tahap ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
92
Tabel 4.3 Profil Responden pada Pilot Survey
No
Responden
Pendidikan Terakhir
1
Responden 1
S1
2
Responden 2
S1
3
Responden 3
S1
4
Responden 4
S1
5
Responden 5
S2
6
Responden 6
S2
Sumber : Hasil Olahan
Pada tahap ini diperoleh saran dan komentar dari responden mengenai variabel
penelitian,
hal
tersebut
berguna
untuk
menyempurnakan
dan
mempermudah responden mengerti akan pernyataan yang disampaikan di dalam kuesioner sehingga diperoleh data yang menggambarkan keadaaan yang sebenarnya. Beberapa hal yang perlu diperbaiki mencakup membedakan pernyataan yang memiliki pengertian yang hampir sama dan membuat pernyataan lebih mudah dipahami sehingga responden mengetahui maksud dan tujuan dari pernyataan yang dibuat.
4.2.3
Pengumpulan Data Tahap Ketiga Tahap ketiga adalah menyebarkan kuesioner kepada responden yang
dibagi menjadi dua bagian yaitu kuesioner bagian A ditujukan untuk anggota tim proyek dan kuesioner bagian B ditujukan untuk manajer proyek di perusahaan PT. X pada proyek bangunan gedung bertingkat yang sedang dalam tahap pelaksanaan konstruksi. Pengumpulan data pada tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kepemimpinan
transaksional
dan
transformasional
yang
mempengaruhi kerjasama tim dalam hal komunikasi, kolaborasi dan keutuhan tim serta pengaruh kerjasama tim tersebut terhadap kinerja waktu proyek.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
93
4.2.3.1 Gambaran Umum Data Responden Setelah dilakukan pilot survey maka kuesioner disebarkan kepada anggota tim proyek dan manajer proyek di perusahaan PT. X untuk mengidentifikasi kepemimpinan transaksional dan transformasional, kerjasama tim dan kinerja waktu proyek. Berikut merupakan jumlah kuesioner yang telah disebarkan dan dikembalikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.4 Penyebaran Kuesioner
No
Uraian
Masuk
Kembali
1
Proyek A
5
5
2
Proyek B
3
3
3
Proyek C
5
2
4
Proyek D
3
3
5
Proyek E
3
3
6
Proyek F
3
3
7
Proyek G
4
4
8
Proyek H
3
3
9
Proyek I
3
3
10
Proyek J
3
3
35
32
Total
Sumber : Hasil Olahan
Untul profil responden terbagi dalam dua bagian sesuai dengan pembagian kuesioner yang terdiri dari kuesioner A untuk tim proyek dan kuesioner B untuk manajer proyek. Kedua profil responden tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
94
Tabel 4.5 Profil Responden Tim Proyek
Pendidikan
Pengalaman
No
Nama
1
Responden 1
S1
Inspector
8 Tahun
2
Responden 2
S1
Inspector
12 Tahun
3
Responden 3
S1
4
Responden 4
S1
Engineer
3 Tahun
5
Responden 5
S1
Engineer
11 Tahun
6
Responden 6
S1
Inspector
5 Tahun
7
Responden 7
S1
QS Manager
14 Tahun
8
Responden 8
S1
Site Manager
20 Tahun
9
Responden 9
S1
10
Responden 10
S1
11
Responden 11
S1
12
Responden 12
S2
13
Responden 13
S1
QS Manager
16 Tahun
14
Responden 14
S1
Site Engineer
12 Tahun
15
Responden 15
S1
Site Engineer
25 Tahun
16
Responden 16
S1
Supervisor
11 Tahun
17
Responden 17
S1
Supervisor
16 Tahun
18
Responden 18
S1
Cost Control
21 Tahun
19
Responden 19
S1
ME Engineer
21 Tahun
20
Responden 20
S1
Quantity Surveyor
18 Tahun
21
Responden 21
S1
Site Manager
14 Tahun
22
Responden 22
S1
QS Manager
19 Tahun
23
Responden 23
S1
Engineer Manager
23 Tahun
24
Responden 24
S1
Supervisor
8 Tahun
25
Responden 25
S1
Site Engineer
17 Tahun
26
Responden 26
S1
Site Manager
20 Tahun
Terakhir
Jabatan
Kerja
Construction
10 Tahun
Manager
Engineering
15 Tahun
Manager Mechanical Engineer Construction
7 Tahun 10 Tahun
Manager Construction
9 Tahun
Manager
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
95
Tabel 4.5 (sambungan)
Pendidikan
Pengalaman
No
Nama
Jabatan
27
Responden 27
S1
28
Responden 28
S1
29
Responden 29
S1
30
Responden 30
S1
M/E Engineer
16 Tahun
31
Responden 31
S1
Structure Engineer
23 Tahun
32
Responden 32
S1
Quantity Surveyor
9 Tahun
Terakhir
Kerja
Construction
16 Tahun
Manager Construction
20 Tahun
Manager Construction
11 Tahun
Manager
Sumber : Hasil Olahan
Tabel 4.6 Profil Responden Manajer Proyek
No
Nama
Pendidikan Terakhir
Pengalaman Kerja
1
Responden 1,2
S1
16 Tahun
2
Responden 3,4,5
S1
25 Tahun
3
Responden 6,7,8
S1
20 Tahun
4
Responden 9,10
S1
20 Tahun
5
Responden 11,12,13,14
S1
11 Tahun
6
Responden 15,16,17
S1
20 Tahun
7
Responden 18,19,20
S1
12 Tahun
8
Responden 21,22,23
S2
20 Tahun
9
Responden 24,25,26
S1
15 Tahun
10
Responden 27,28,29
S1
18 Tahun
11
Responden 30,31,32
S1
22 Tahun
Sumber : Hasil Olahan
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
96
Untuk memahami karakteristik responden yang terdiri dari tim proyek dan manajer
proyek,
jabatan/posisi
dan
dibuatlah
kelompok
pengalaman
kerja.
berdasarkan Responden
jenjang sebagai
pendidikan, tim
proyek
dikelompokan ke dalam 3 kelompok yaitu jenjang pendidikan, jabatan/posisi dan pengalaman kerja. a. Jenjang pendidikan. Karakteristik pendidikan dibagi ke dalam 2 bagian yaitu :
Kelompok responden dengan pendidikan S1.
Kelompok responden dengan pendidikan S2. Dengan sebaran data sebagai berikut :
Gambar 4.1 Sebaran Data Pendidikan Responden Tim Proyek
Sumber : Hasil Olahan
Gambar diatas menunjukan bahwa hampir seluruh responden tim proyek berlatar belakang dengan pendidikan S1, yaitu sebesar 97% dan hanya sebesar 3% yang berlatar belakang pendidikan S2.
b. Jabatan/posisi Karakteristik jabatan dibagi ke dalam 4 bagian yaitu :
Kelompok responden dengan jabatan Inspector. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
97
Kelompok responden dengan jabatan Engineer.
Kelompok responden dengan jabatan Quantity Surveyor.
Kelompok responden dengan jabatan Manager. Dengan sebaran data sebagai berikut :
Gambar 4.2 Sebaran Data Jabatan Responden Tim Proyek
Sumber : Hasil Olahan
Gambar diatas menunjukkan bahwa hampir setengah dari jumlah responden tim proyek memiliki jabatan manager (44%), engineer (28%), inspector (19%) dan sisanya dengan jabatan quantity surveyor (9%).
c. Pengalaman kerja. Karakteristik pengalaman kerja dibagi ke dalam 4 bagian yaitu :
Kelompok responden dengan pengalaman < 10 tahun.
Kelompok responden dengan pengalaman 10-15 tahun.
Kelompok responden dengan pengalaman 15-20 tahun.
Kelompok responden dengan pengalaman > 20 tahun.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
98
Dengan sebaran data sebagai berikut :
Gambar 4.3 Sebaran Data Pengalaman Kerja Responden Tim Proyek
Sumber : Hasil Olahan
Gambar diatas menunjukkan bahwa ada 2 kelompok responden tim proyek yang memiliki persentase yang sama sebesar 31% yaitu responden yang berpengalaman 10-15 tahun dan berpengalaman 15-20 tahun. Sedangkan responden yang berpengalaman kurang dari 10 tahun sebesar 22% dan sisanya sebesar 16% adalah responden yang berpengalaman lebih dari 20 tahun.
Sedangkan untuk responden manajer proyek dikelompokan ke dalam 2 kelompok yaitu jenjang pendidikan dan pengalaman kerja. Dikarenakan jabatan pada responden ini sudah jelas yaitu sebagai manajer proyek sehingga tidak diperlukan lagi pengelompokan. a) Jenjang pendidikan. Karakteristik pendidikan dibagi ke dalam 2 bagian yaitu :
Kelompok responden dengan pendidikan S1. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
99
Kelompok responden dengan pendidikan S2. Dengan sebaran data sebagai berikut :
Gambar 4.4 Sebaran Data Pendidikan Responden Manajer Proyek
Sumber : Hasil Olahan
Gambar diatas menunjukan bahwa hampir seluruh responden manajer proyek berlatar belakang dengan pendidikan S1, yaitu sebesar 91% dan hanya sebesar 9% yang berlatar belakang pendidikan S2.
b) Pengalaman kerja. Karakteristik pendidikan dibagi ke dalam 3 bagian yaitu :
Kelompok responden dengan pengalaman < 15 tahun.
Kelompok responden dengan pengalaman 15-20 tahun.
Kelompok responden dengan pengalaman > 20 tahun.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
100
Dengan sebaran data sebagai berikut :
Gambar 4.5 Sebaran Data Pengalaman Kerja Responden Manajer Proyek
Sumber : Hasil Olahan
Gambar diatas menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah responden manajer proyek yang berpengalaman 15-20 tahun, yaitu sebesar 55%. Sedangkan responden yang berpengalaman kurang dari 15 tahun sebesar 27% dan sisanya sebesar 18% adalah responden yang berpengalaman lebih dari 20 tahun.
4.2.3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan reliabilitas. Kedua uji tersebut masing-masing bertujuan untuk mengetahui akurasi data yang telah dikumpulkan dari kuesioner. a. Uji Validitas Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas sering digunakan untuk mengukur ketepatan suatu instrumen dalam kuesioner atau skala, apakah instrumenUniversitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
101
instrumen pada kuesioner tersebut sudah tepat dalam mengukur apa yang ingin diukur. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu instrumen yang akan digunakan, biasanya dilakukan signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05 yang artinya suatu instrumen dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap nilai total. Dengan cara melakukan korelasi pada masing-masing nilai instrumen dengan nilai total instrumen tersebut, dimana nilai total adalah penjumlahan dari keseluruhan nilai instrumen. Instrumen pertanyaan yang memiliki korelasi signifikan dengan nilai total berarti menunjukan instrumen tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan [193]. Uji validitas menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05 dengan kriteria sebagai berikut :
jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka dapat dikatakan instrumen pertanyaan memiliki korelasi signifikan terhadap nilai total (dinyatakan valid).
jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka dapat dikatakan instrumen pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap nilai total (dinyatakan tidak valid).
Untuk menguji valid atau tidaknya instrumen penelitian digunakan analisa korelasi Pearson dengan bantuan aplikasi SPSS versi 17 melalui cara-cara sebagai berikut :
Masukan data instrumen yang sebelumnya telah dibuat dalam bentuk tabulasi data dan nilai total dari tiap masing-masing instrumen.
Pilih
analyze–correlate–bivariate,
klik
pearson
pada
correlation
coefficients dan ok.
Pada
penelitian
ini
dilakukan
uji
validitas
terhadap
variabel
X
(kepemimpinan) dan variabel Z (kerjasama tim). Adapun hasil uji validitas terhadap kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
102
Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel X X2 4 XTOTAL
Pearson Correla tion
X32
Sig. (2tail ed) N
.269
.001 32 X2 5
XTOTAL
Pearson Correla tion
Pearson Correla tion Sig. (2tail ed) N
Pearson Correla tion
32
32
32
32
32
32
32
X33
X11
X43
**
.257
.074
.000
32
32
.811
X12
.563
**
X56
X66
**
.25 1
.346
.156
.000
.16 7
.053
.002
32
32
32
32
32
.667
X34 **
.707
X2
*
.409
X3 **
.450
X44
.545
**
X57 **
.776
**
.519
X20
.698
**
.344
.001
.00 0
.000
.054
32
32
32
32
32
32
32
32
X13
X27
X4
X35
X45
X21
X58
**
.233
.000
.000
.200
.000
.000
.00 5
.000
.000
32
32
32
32
32
32
32
32
.641
X68
X5
**
.648
X28
.709
**
X36
**
.485
.676
X22
**
X46
**
.638
X15
Pearson Correla tion
.162
Sig. (2tail ed) N
.376
.001
.000
.000
.000
.00 0
.002
.000
32
32
32
32
32
32
32
32
Pearson Correla tion
Pearson Correla tion Sig. (2tail ed) N
Pearson Correla tion Sig. (2tailed) N
Sig. (2tailed) N
**
.749
X69 **
.667
.790
**
X29 *
.376
.713
**
X23
.663
**
**
.689
.528
X37
**
-.012
X16 **
X47 *
.505
**
.618
.389
**
.530
.007
.000
.034
.000
.950
.00 3
.028
.002
32
32
32
32
32
32
32
32
X60 **
.724
X70 **
.511
X48
.398
X30
*
.38 0
*
X8
.711
**
X38
.407
*
X49
.625
**
.800
**
.000
.003
.024
.032
.000
.02 1
.000
.000
32
32
32
32
32
32
32
32
X71
.577
**
X31
.652
**
X39
.630
**
X50
.665
**
X51
.651
**
X40 **
.690
X52
.714
**
.579
**
.001
.000
.000
.000
.000
.00 0
.000
.001
32
32
32
32
32
32
32
32
X6 2 Pearson Correla tion
**
.579
X6 **
.468
X6 1
XTOTAL
.020
**
.010
X7
XTOTAL
.001
.556
.000
**
Sig. (2tail ed) N
XTOTAL
.00 0
**
.615
.001
X5 9 XTOTAL
.970
.629
.004
X1 4 XTOTAL
.182
X26
.747
Sig. (2tail ed) N
X65
.000
32
X6 7 XTOTAL
X1
.137
.000
**
X55
.007
.320
.491
X10
.242
X18
X1 9 XTOTAL
X42 **
**
.622
Sig. (2tail ed) N
X17
**
.566
X72
.718
**
X41
.724
**
X53
.417
*
X63
.676
**
X73
.812
**
X54 **
.692
X9
.803
**
.704
**
.000
.000
.017
.000
.000
.00 0
.000
.000
32
32
32
32
32
32
32
32
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
103
Tabel 4.7 (sambungan) X6 4 XTOTAL
Pearson Correla tion
XTOTAL 1
**
.655
Sig. (2tail ed) N
.000 32
32
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Dari hasil analisa korelasi Pearson menunjukan bahwa instrumen penelitian yang digunakan dapat dinyatakan valid dengan nilai probabilitas (sig 2-tailed) ≥ 0,05. Variabel X yang valid adalah variabel X dengan tanda *correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) atau **correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) sedangkan variabel X yang tidak valid dengan nilai (sig 2-tailed) < 0,05 adalah X2, X10, X11, X14, X18, X20, X23, X27, X32, X42, dan X56.
Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Z Z1 ZTOTAL
Pearson Correla tion Sig. (2tail ed) N
Z4
Pearson Correla tion Sig. (2tailed) N
Pearson Correla tion Sig. (2tail ed) N
Pearson Correla tion Sig. (2tailed) N
Z2
Z7
Z8
.373
.000
.000
.000
.00 0
.000
.000
32
32
32
32
32
32
32
32
Z9 .290
.000
.108
32
32 Z18
**
.667
**
.719
Z14
**
.702
**
Z10
.791
**
Z12
**
**
-.720
.765
Z13
Z15
**
.583
Z16
**
.064
-.20 7
.004
.000
.726
.25 7
.002
.000
32
32
32
32
32
32
.500
**
Z20 **
.775
.675
.847
Z21
.720
**
Z22
Z19
**
Z23
**
-.230
-.14 6
.746
.518
.690
**
Z24
-.565
**
.728
**
.000
.000
.000
.000
.206
.42 6
.001
.000
32
32
32
32
32
32
32
32
Z25 ZTOTAL
Z5
.000
Z17 ZTOTAL
Z3
.163
Z11 ZTOTAL
Z6
**
.847
Z26
Z27
**
.299
.008
.097
32
32
.463
Z29
Z30
Z28
Z31
Z32
**
-.178
.000
.000
.329
.00 2
.000
.000
32
32
32
32
32
32
.637
**
.822
-.516
**
**
.841
.662
**
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
104
Tabel 4.8 (sambungan) Z33 ZTOTAL
Pearson Correlation Sig. (2tail ed) N
ZTOTAL
.847* *
1
.000 32
32
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Sedangkan untuk variabel Z yang valid adalah variabel Z dengan tanda *correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) atau **correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) dan variabel Z yang tidak valid adalah Z4, Z9, Z12, Z13, Z19, Z22, Z26 dan Z30. b. Uji Reliabilitas Uji ini digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat dipercaya dan konsisten jika dilakukan pengukuran ulang. Metode yang digunakan yaitu metode Cronbach’s Alpha dengan nilai bentuk skala 1-5. Menurut Sekaran (1992), nilai reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik [194]. Uji reliabilitas dilakukan menggunakan data hasil uji validitas yang telah mengalami reduksi variabel yang tidak valid. Cara melakukan uji reliabilitas adalah sebagai berikut:
Menggunakan data hasil uji validitas terhadap variabel penelitian
Pilih analyze–scale–reliability analysis, klik semua variabel yang valid lalu pilih statistics dan klik scale if item deleted.
Seperti uji validitas sebelumnya, uji reliabilitas juga dilakukan untuk variabel X (kepemimpinan) dan variabel Z (kerjasama tim). Adapun hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
105
Tabel 4.9 Uji Reliabilitas Variabel X
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.973
62
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Tabel 4.10 Uji Reliabilitas pada tiap masing-masing Variabel X Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
X24
210.2500
1141.032
.580
.972
X17
210.2813
1143.241
.566
.972
X55
209.9688
1150.031
.576
.972
X1
210.8750
1132.306
.570
.972
X65
211.1563
1136.652
.389
.973
X25
210.4375
1145.157
.561
.972
X33
209.8438
1129.684
.774
.972
X43
210.1250
1136.435
.662
.972
X66
210.0625
1147.544
.490
.972
X19
210.1563
1134.717
.511
.972
X26
210.2188
1147.725
.517
.972
X12
210.6875
1128.609
.722
.972
X34
210.1563
1149.104
.386
.973
X3
211.2188
1126.886
.503
.972
X44
210.3125
1120.093
.788
.972
X57
210.2500
1125.419
.708
.972
X67
210.3125
1128.351
.744
.972
X13
210.8438
1132.136
.630
.972
X4
211.5000
1123.806
.607
.972
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
106
Tabel 4.10 (sambungan) Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
X35
210.6563
1121.652
.741
.972
X45
210.0938
1134.217
.495
.972
X21
210.0938
1127.636
.699
.972
X58
211.2813
1130.144
.654
.972
X68
210.2188
1150.628
.543
.972
X5
211.2188
1118.886
.737
.972
X28
210.1250
1104.048
.828
.971
X36
210.2813
1120.854
.726
.972
X22
210.5000
1121.290
.722
.972
X46
210.1563
1147.878
.490
.972
X15
210.5938
1123.862
.632
.972
X59
209.9063
1150.346
.462
.972
X6
211.2500
1123.484
.647
.972
X69
210.5000
1153.871
.325
.973
X29
210.0625
1139.609
.661
.972
X37
210.0000
1148.968
.483
.972
X16
210.9688
1146.934
.302
.973
X47
210.0625
1146.706
.476
.972
X7
211.1250
1112.565
.701
.972
X60
210.4375
1146.706
.461
.972
X70
211.5938
1138.120
.389
.973
X48
210.3438
1151.846
.323
.973
X30
210.2500
1111.097
.741
.972
X8
210.5938
1145.926
.326
.973
X38
210.5313
1144.193
.598
.972
X49
210.5625
1113.157
.802
.972
X61
210.1563
1142.394
.570
.972
X71
210.5000
1126.710
.640
.972
X31
209.9375
1130.383
.648
.972
X39
209.9375
1140.448
.622
.972
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
107
Tabel 4.10 (sambungan) Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
X50
210.0313
1136.031
.631
.972
X51
209.9688
1139.193
.674
.972
X40
209.9063
1143.765
.669
.972
X52
210.1250
1148.565
.523
.972
X62
210.4063
1121.733
.760
.972
X72
210.5000
1117.677
.752
.972
X41
210.4375
1148.448
.404
.972
X53
210.0625
1138.706
.638
.972
X63
210.8125
1111.060
.820
.971
X73
210.7813
1125.660
.688
.972
X54
210.4063
1123.926
.822
.972
X9
210.3438
1124.943
.737
.972
X64
210.0000
1138.323
.634
.972
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Hasil uji reliabilitas variabel X dapat dilihat di tabel reliability statistics pada nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.973 dan pada tabel item-total statistics nilai Cronbach’s Alpha berkisar antara 0.971-0.973 dengan variabel X28 dan X63 memiliki nilai Cronbach’s Alpha 0.971 sedangkan variabel X65, X34, X69, X16, X70, X48, dan X8 memiliki nilai Cronbach’s Alpha 0.973. Karena nilai diatas 0.8 maka alat ukur dalam penelitian dapat dikatakan baik dan reliabel.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
108
Tabel 4.11 Uji Reliabilitas Variabel Z
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .861
N of Items 25
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Tabel 4.12 Uji Reliabilitas pada tiap masing-masing Variabel Z
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
Z1
93.4688
73.805
.904
.843
Z6
92.9063
76.668
.772
.849
Z3
92.8750
77.081
.726
.850
Z5
93.4063
73.926
.709
.846
Z2
95.2500
96.645
-.850
.893
Z7
93.4375
77.222
.762
.850
Z8
93.5938
77.217
.598
.852
Z11
93.3438
74.878
.679
.848
Z14
93.0625
77.286
.312
.861
Z10
93.4688
73.805
.904
.843
Z15
93.0000
77.935
.637
.852
Z16
93.2813
75.305
.768
.847
Z17
93.0625
74.964
.744
.847
Z18
93.1875
72.544
.787
.843
Z20
93.5625
72.254
.793
.843
Z21
93.4688
69.934
.786
.841
Z23
93.8438
101.233
-.712
.912
Z24
92.9688
76.612
.786
.849
Z25
93.2500
77.419
.599
.852
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
109
Tabel 4.12 (sambungan)
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
Z27
93.8125
74.802
.369
.860
Z29
93.2813
74.918
.639
.849
Z28
95.5000
92.710
-.547
.889
Z31
93.8125
74.415
.779
.846
Z32
93.5313
72.773
.727
.845
Z33
93.3750
75.532
.853
.847
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Sedangkan pada variabel Z, hasil uji reliabilitas memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.861 dan pada tabel item-total statistics nilai Cronbach’s Alpha berkisar antara 0.841-0.912 dengan variabel X21 memiliki nilai Cronbach’s Alpha 0.841 sedangkan variabel X23 memiliki nilai Cronbach’s Alpha 0.912. Karena nilai diatas 0,8 maka alat ukur dalam penelitian dapat dikatakan baik dan reliabel.
4.3
Analisa Deskriptif Analisa deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data variabel
penelitian berupa mean, median, standar deviation dan sebagainya. Analisa deskriptif dilakukan terhadap variabel X dan Z yang telah dinyatakan valid dan realibel dengan penelitian yang dilakukan. Langkah-langkah dalam melakukan analisa deskriptif sebagai berikut : a. Data hasil uji validitas digunakan untuk melakukan analisa deskriptif. b. Pilih analyze–descriptive statistic–descriptive, klik semua variabel yang valid lalu pilih option, klik mean, std. deviation, min dan max.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
110
Hasil analisa deskriptif terhadap variabel X dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.13 Analisa Deskriptif Variabel X Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
X1
32
1.00
5.00
3.0000
.98374
X3
32
1.00
5.00
2.6563
1.26004
X4
32
1.00
5.00
2.3750
1.12880
X5
32
1.00
4.00
2.6563
1.03517
X6
32
1.00
4.00
2.6250
1.07012
X7
32
1.00
5.00
2.7500
1.21814
X8
32
1.00
5.00
3.2813
1.08462
X9
32
1.00
5.00
3.5312
.91526
X12
32
1.00
5.00
3.1875
.85901
X13
32
1.00
5.00
3.0313
.89747
X15
32
1.00
5.00
3.2813
1.08462
X16
32
1.00
5.00
2.9062
1.11758
X17
32
3.00
5.00
3.5938
.71208
X19
32
1.00
5.00
3.7188
1.02342
X21
32
1.00
5.00
3.7813
.90641
X22
32
1.00
5.00
3.3750
1.00803
X24
32
2.00
5.00
3.6250
.75134
X25
32
2.00
5.00
3.4375
.66901
X26
32
3.00
5.00
3.6563
.65300
X28
32
1.00
5.00
3.7500
1.19137
X29
32
2.00
5.00
3.8125
.69270
X30
32
1.00
5.00
3.6250
1.18458
X31
32
1.00
5.00
3.9375
.91361
X33
32
2.00
5.00
4.0312
.78224
X34
32
2.00
5.00
3.7187
.81258
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
111
Tabel 4.13 (sambungan)
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
X35
32
1.00
5.00
3.2188
.97499
X36
32
1.00
5.00
3.5937
1.01153
X37
32
3.00
5.00
3.8750
.65991
X38
32
2.00
5.00
3.3437
.65300
X39
32
2.00
5.00
3.9375
.71561
X40
32
3.00
5.00
3.9687
.59484
X41
32
1.00
5.00
3.4375
.80071
X43
32
2.00
5.00
3.7500
.76200
X44
32
1.00
5.00
3.5625
.94826
X45
32
1.00
5.00
3.7813
1.06965
X46
32
2.00
5.00
3.7188
.68318
X47
32
2.00
5.00
3.8125
.73780
X48
32
2.00
5.00
3.5313
.84183
X49
32
1.00
5.00
3.3125
1.06066
X50
32
2.00
5.00
3.8437
.80760
X51
32
2.00
5.00
3.9063
.68906
X52
32
3.00
5.00
3.7500
.62217
X53
32
2.00
5.00
3.8125
.73780
X54
32
1.00
5.00
3.4688
.84183
X55
32
3.00
5.00
3.9063
.53033
X57
32
1.00
5.00
3.6250
.94186
X58
32
1.00
4.00
2.5938
.91084
X59
32
2.00
5.00
3.9687
.64680
X60
32
1.00
5.00
3.4375
.75935
X61
32
1.00
5.00
3.7188
.72887
X62
32
1.00
5.00
3.4687
.94985
X63
32
1.00
5.00
3.0625
1.07576
X64
32
2.00
5.00
3.8750
.75134
X65
32
1.00
5.00
2.7188
1.25040
X66
32
2.00
5.00
3.8125
.69270
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
112
Tabel 4.13 (sambungan)
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
X67
32
1.00
5.00
3.5625
.84003
X68
32
3.00
5.00
3.6563
.54532
X69
32
1.00
4.00
3.3750
.75134
X70
32
1.00
4.00
2.2813
1.19770
X71
32
1.00
5.00
3.3750
1.00803
X72
32
1.00
5.00
3.3750
1.03954
X73
32
1.00
5.00
3.0938
.96250
Valid N (listwise)
32
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Pada variabel X (kepemimpinan transaksional dan transformasional) terbagi dalam 8 indikator yang terdiri dari 3 indikator yang menunjukan kepemimpinan transaksional dan 5 indikator yang menunjukan kepemimpinan transformasional. Dibawah ini hasil analisa deskriptif pada tiap masing-masing indikator tersebut. a. Kepemimpinan transaksional.
Contingent reward. Variabel yang termasuk ke dalam indikator ini adalah variabel X1, X3, X4, X5, X6, X7, X8, dan X9 dimana memiliki nilai berkisar antara 2.3750 sampai dengan 3.5312 (lihat tabel descriptive statistics pada kolom mean).
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
113
Tabel 4.14 Indikator Variabel Contingent Reward
No
Variabel
Mean
Penilaian
1
X1
3.0000
Cukup
2
X3
2.6563
Cukup
3
X4
2.3750
Jarang
4
X5
2.6563
Cukup
5
X6
2.6250
Cukup
6
X7
2.7500
Cukup
7
X8
3.2813
Cukup
8
X9
3.5312
Sering
Sumber : hasil olahan
Management by exception-active. Variabel yang termasuk ke dalam indikator ini adalah variabel X12, X13, X15, dan X16 dimana memiliki nilai berkisar antara 2.9062 sampai dengan 3.2813 (lihat tabel descriptive statistics pada kolom mean).
Tabel 4.15 Indikator Variabel Management by Exception-Active
No
Variabel
Mean
Penilaian
1
X12
3.1875
Cukup
2
X13
3.0313
Cukup
3
X15
3.2813
Cukup
4
X16
2.9062
Cukup
Sumber : hasil olahan
Management by exception-passive. Variabel yang termasuk ke dalam indikator ini adalah variabel X17, X19, X21, dan X22 dimana memiliki nilai berkisar antara 3.3750 sampai dengan 3.7813 (lihat tabel descriptive statistics pada kolom mean). Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
114
Tabel 4.16 Indikator Variabel Management by Exception-Passive
No
Variabel
Mean
Penilaian
1
X17
3.5938
Sering
2
X19
3.7188
Sering
3
X21
3.7813
Sering
4
X22
3.3750
Cukup
Sumber : hasil olahan
b. Kepemimpinan transformasional.
Idealized Attributes. Variabel yang termasuk ke dalam indikator ini adalah variabel X24, X25, X26, X28, X29, X30, dan X31 dimana memiliki nilai berkisar antara 3.4375 sampai dengan 3.9375 (lihat tabel descriptive statistics pada kolom mean).
Tabel 4.17 Indikator Variabel Idealized Attributes
No
Variabel
Mean
Penilaian
1
X24
3.6250
Sering
2
X25
3.4375
Cukup
3
X26
3.6563
Sering
4
X28
3.7500
Sering
5
X29
3.8125
Sering
6
X30
3.6250
Sering
7
X31
3.9375
Sering
Sumber : hasil olahan
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
115
Idealized Influence. Variabel yang termasuk ke dalam indikator ini adalah variabel X33, X34, X35, X36, X37, X38, X39, X40 dan X41 dimana memiliki nilai berkisar antara 3.2188 sampai dengan 4.0312 (lihat tabel descriptive statistics pada kolom mean).
Tabel 4.18 Indikator Variabel Idealized Influence
No
Variabel
Mean
Penilaian
1
X33
4.0312
Sering
2
X34
3.7187
Sering
3
X35
3.2188
Cukup
4
X36
3.5937
Sering
5
X37
3.8750
Sering
6
X38
3.3437
Cukup
7
X39
3.9375
Sering
8
X40
3.9687
Sering
9
X41
3.4375
Cukup
Sumber : hasil olahan
Inspirational Motivation. Variabel yang termasuk ke dalam indikator ini adalah variabel X43, X44, X45, X46, X47, X48, X49, X50, X51, X52, X53 dan X54 dimana memiliki nilai berkisar antara 3.3125 sampai dengan 3.9063 (lihat tabel descriptive statistics pada kolom mean).
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
116
Tabel 4.19 Indikator Variabel Inspirational Motivation
No
Variabel
Mean
Penilaian
1
X43
3.7500
Sering
2
X44
3.5625
Sering
3
X45
3.7813
Sering
4
X46
3.7188
Sering
5
X47
3.8125
Sering
6
X48
3.5313
Sering
7
X49
3.3125
Cukup
8
X50
3.8437
Sering
9
X51
3.9063
Sering
10
X52
3.7500
Sering
11
X53
3.8125
Sering
12
X54
3.4688
Cukup
Sumber : hasil olahan
Intellectual Stimulation. Variabel yang termasuk ke dalam indikator ini adalah variabel X55, X57, X58, X59, X60, X61, X62, X63 dan X64 dimana memiliki nilai berkisar antara 2.5938 sampai dengan 3.9687 (lihat tabel descriptive statistics pada kolom mean).
Tabel 4.20 Indikator Variabel Intellectual Stimulation
No
Variabel
Mean
Penilaian
1
X55
3.9063
Sering
2
X57
3.6250
Sering
3
X58
2.5938
Cukup
4
X59
3.9687
Sering
5
X60
3.4375
Cukup
6
X61
3.7188
Sering Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
117
Tabel 4.20 (sambungan)
No
Variabel
Mean
Penilaian
7
X62
3.4687
Cukup
8
X63
3.0625
Cukup
9
X64
3.8750
Sering
Sumber : hasil olahan
Individualized Consideration. Variabel yang termasuk ke dalam indikator ini adalah variabel X65, X66, X67, X68, X69, X70, X71, X72, dan X73 dimana memiliki nilai berkisar antara 2.2813 sampai dengan 3.8125 (lihat tabel descriptive statistics pada kolom mean).
Tabel 4.21 Indikator Variabel Individualized Consideration
No
Variabel
Mean
Penilaian
1
X65
2.7188
Cukup
2
X66
3.8125
Sering
3
X67
3.5625
Sering
4
X68
3.6563
Sering
5
X69
3.3750
Cukup
6
X70
2.2813
Jarang
7
X71
3.3750
Cukup
8
X72
3.3750
Cukup
9
X73
3.0938
Cukup
Sumber : hasil olahan
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
118
Hasil analisa deskriptif terhadap variabel Z dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.22 Analisa Deskriptif Variabel Z Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Z1
32
3.00
5.00
3.9375
.61892
Z2
32
1.00
3.00
2.1563
.80760
Z3
32
4.00
5.00
4.5313
.50701
Z5
32
3.00
5.00
4.0000
.76200
Z6
32
4.00
5.00
4.5000
.50800
Z7
32
3.00
5.00
3.9688
.47413
Z8
32
3.00
5.00
3.8125
.59229
Z10
32
3.00
5.00
3.9375
.61892
Z11
32
3.00
5.00
4.0625
.71561
Z14
32
2.00
5.00
4.3438
1.00352
Z15
32
4.00
5.00
4.4063
.49899
Z16
32
3.00
5.00
4.1250
.60907
Z17
32
3.00
5.00
4.3438
.65300
Z18
32
3.00
5.00
4.2188
.79248
Z20
32
3.00
5.00
3.8438
.80760
Z21
32
3.00
5.00
3.9375
.98169
Z23
32
1.00
5.00
3.5625
1.34254
Z24
32
4.00
5.00
4.4375
.50402
Z25
32
3.00
5.00
4.1563
.57414
Z27
32
1.00
5.00
3.5938
1.18755
Z28
32
1.00
3.00
1.9063
.92838
Z29
32
3.00
5.00
4.1250
.75134
Z31
32
3.00
5.00
3.5938
.66524
Z32
32
3.00
5.00
3.8750
.83280
Z33
32
3.00
5.00
4.0313
.53788
Valid N (listwise)
32
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
119
Sedangkan untuk variabel Z (kerjasama tim) terbagi dalam 3 indikator yang terdiri dari komunikasi, kolaborasi dan keutuhan. Dibawah ini hasil analisa deskriptif pada tiap masing-masing indikator tersebut. a. Komunikasi. Variabel yang termasuk ke dalam indikator ini adalah variabel Z1, Z2, Z3, Z5, dan Z6 dimana memiliki nilai berkisar antara 2.1563 sampai dengan 4.5313 (lihat tabel descriptive statistics pada kolom mean).
Tabel 4.23 Indikator Variabel Komunikasi
No
Variabel
Mean
Penilaian
1
Z1
3.9375
Sering
2
Z2
2.1563
Jarang
3
Z3
4.5313
Sering sekali
4
Z5
4.0000
Sering
5
Z6
4.5000
Sering sekali
Sumber : hasil olahan
b. Kolaborasi. Variabel yang termasuk ke dalam indikator ini adalah variabel Z7, Z8, Z10, Z11 dan Z14 dimana memiliki nilai berkisar antara 3.8125 sampai dengan 4.3438 (lihat tabel descriptive statistics pada kolom mean).
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
120
Tabel 4.24 Indikator Variabel Kolaborasi
No
Variabel
Mean
Penilaian
1
Z7
3.9687
Sering
2
Z8
3.8125
Sering
3
Z10
3.9375
Sering
4
Z11
4.0625
Sering
5
Z14
4.3438
Sering
Sumber : hasil olahan
c. Keutuhan Variabel yang termasuk ke dalam indikator ini adalah variabel Z15, Z16, Z17, Z18, Z20, Z21, Z23, Z24, Z25, Z27, Z28, Z29, Z31, Z32 dan Z33 dimana memiliki nilai berkisar antara 1.9063 sampai dengan 4.4375 (lihat tabel descriptive statistics pada kolom mean).
Tabel 4.25 Indikator Variabel Keutuhan
No
Variabel
Mean
Penilaian
1
Z15
4.4063
Sering
2
Z16
4.1250
Sering
3
Z17
4.3438
Sering
4
Z18
4.2188
Sering
5
Z20
3.8438
Sering
6
Z21
3.9375
Sering
7
Z23
3.5625
Sering
8
Z24
4.4375
Sering
9
Z25
4.1563
Sering
10
Z27
3.5938
Sering
11
Z28
1.9062
Jarang
12
Z29
4.1250
Sering
13
Z31
3.5938
Sering Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
121
Tabel 4.25 (sambungan)
No
Variabel
Mean
Penilaian
14
Z32
3.8750
Sering
15
Z33
4.0313
Sering
Sumber : hasil olahan
4.4
Analisa Korelasi Analisa ini digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan dua variabel
dan mengetahui arah hubungan yang terjadi. Pada penelitian ini terdapat 3 variabel penelitian yaitu variabel bebas (X), variabel perantara (Z) dan variabel terikat (Y) sehingga perlu dilakukan analisa korelasi pada hubungan variabel X (kepemimpinan) dengan variabel Z (kerjasama tim) dan hubungan variabel Z (kerjasama tim) dengan variabel Y (kinerja waktu). Analisa korelasi dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Masukan data hasil uji validitas yang nantinya akan digunakan dalam analisa korelasi. b. Pilih analyze–correlate–bivariate, klik semua variabel, pilih pearson pada correlation coefficients, klik two-tailed dan flag significant correlations. Pada kotak option, klik semua bagian statistics dan pada missing value klik exclude cases.
Pada hubungan antara variabel X (kepemimpinan) dengan variabel Z (kerjasama tim), hasil analisa korelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
122
Tabel 4.26 Analisa Korelasi Variabel X dan Variabel Z
No
Analisa korelasi antara Variabel Z
1
2
Z1
Z6
3
Z3
4
Z5
5
6
Z2
Z7
7
Z8
8
Z11
9
10
Z14
Z10
Pearson Correlation
Variabel X X55
-.412*
X61
-.398*
X3
.479**
X34
.352*
X49
.419*
X62
.368*
X26
.375*
X44
.365*
X41
-.370*
X48
-.453**
X3
-.580**
X4
-.385*
X5
-.358*
X7
-.385*
X8
-.383*
X13
-.363*
X49
-.398*
X69
.379*
X39
-.386*
X53
-.386*
X55
-.397*
X60
-.409*
X61
-.400*
X64
-.374*
X66
-.411*
X60
-.386*
X7
-.429*
X8
-.625**
X26
-.355*
X34
-.392*
X52
-.375*
X53
-.433*
X55
-.412*
X61
-.398*
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
123
Tabel 4.26 (sambungan)
No
Analisa korelasi antara Variabel Z
11
12
13
14
15
16
17
Z15
Z16
Z17
Z18
Z20
Z21
Z23
Pearson Correlation
Variabel X X3
.486**
X4
.351*
X5
.404*
X6
.415*
X7
.385*
X8
.378*
X15
.378*
X49
.423*
X53
-.377*
X55
-.362*
X3
.423*
X8
.497**
X26
.437*
X34
.431*
X41
-.359*
X49
.352*
X13
.353*
X29
-.393*
X41
-.359*
X53
-.369*
X55
-.410*
X3
.580**
X4
.385*
X5
.358*
X7
.385*
X8
.383*
X13
.363*
X49
.398*
X69
-.379*
X3
.478**
X8
.350*
X26
.368*
X41
-.374*
X49
.391*
X64
.392*
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
124
Tabel 4.26 (sambungan)
No
Analisa korelasi antara Variabel Z
18
19
20
21
22
23
Z24
Z25
Z27
Z29
Z28
Z31
Pearson Correlation
Variabel X X3
.448*
X8
.358*
X26
.374*
X41
-.410*
X3
.433*
X6
.361*
X7
.381*
X8
.549**
X16
.375*
X26
.406*
X34
.374*
X41
-.350*
X48
-.390*
X61
-.360*
X66
-.449*
X25
-.369*
X29
-.449**
X37
-.358*
X38
-.353*
X41
-.416*
X53
-.538**
X55
-.455**
X60
-.382*
X61
-.405*
X64
-.371*
X66
-.387*
X1
-.424*
X48
.396*
X53
.444*
X69
.468**
X70
-.469**
X4
.381*
X41
-.382*
X48
-.409*
X55
-.386*
X61
-.443*
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
125
Tabel 4.26 (sambungan)
No
Analisa korelasi antara Variabel Z
23
24
25
Z31
Z32
Z33
Pearson Correlation
Variabel X X64
-.363*
X66
-.451**
X3
.511**
X4
.360*
X5
.398*
X7
.445*
X8
.397*
X49
.447*
X62
.362*
X53
-.472**
X55
-.442*
X60
-.429*
X61
-.388*
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Dari hasil korelasi pada tabel diatas antara variabel X dan variabel Z diperoleh hampir semua variabel Z dipengaruhi oleh variabel X kecuali variabel Z11 yang tidak pengaruhi oleh variabel X manapun. Variabel X yang memiliki pengaruh besar terhadap variabel Z (kerjasama tim) adalah variabel X yang memiliki tanda * atau ** pada nilai pearson correlation. Sedangkan pada hubungan antara hubungan variabel Z (kerjasama tim) dengan variabel Y (kinerja waktu), hasil analisa korelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
126
Tabel 4.27 Analisa Korelasi Variabel Z dan Variabel Y Z1 Z6 Pearson Correlation 0.068 0.285 Sig. (2-tailed) 0.711 0.114 Sum of Squares and Cross-products 0.875 3 Covariance 0.028 0.097 N 32 32 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Z14 Z10 Y Pearson Correlation 0.057 0.068 Sig. (2-tailed) 0.756 0.711 Sum of Squares and Cross-products 1.188 0.875 Covariance 0.038 0.028 N 32 32 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Z23 Z24 Y Pearson Correlation -.426* 0.179 Sig. (2-tailed) 0.015 0.326 Sum of Squares and Cross-products -11.875 1.875 Covariance -0.383 0.06 N 32 32 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Z33 Y Y Pearson Correlation 0.05 1 Sig. (2-tailed) 0.784 Sum of Squares and Cross-products 0.563 13.875 Covariance 0.018 0.448 N 32 32 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Y
Z3 0.053 0.771
Z5 0.127 0.49
Z2 -0.31 0.085
Z7 0.146 0.425
Z8 -0.031 0.868
Z11 .413* 0.019
0.563 0.018 32
2 0.065 32
-5.188 -0.167 32
1.438 0.046 32
-0.375 -0.012 32
6.125 0.198 32
Z15 0.127 0.489
Z16 0.178 0.329
Z17 0.162 0.377
Z18 0.3 0.095
Z20 0.31 0.085
Z21 0.239 0.187
1.313 0.042 32
2.25 0.073 32
2.188 0.071 32
4.938 0.159 32
5.188 0.167 32
4.875 0.157 32
Z25 0.152 0.406
Z27 0.069 0.709
Z29 0.08 0.663
Z28 -0.347 0.051
Z31 0.195 0.285
Z32 0.275 0.128
1.813 0.058 32
1.688 0.054 32
1.25 0.04 32
-6.688 -0.216 32
2.688 0.087 32
4.75 0.153 32
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Dari hasil korelasi, variabel Z (kerjasama tim) yang memiliki pengaruh besar terhadap variabel Y (kinerja waktu) adalah variabel Z yang memiliki tanda * atau ** pada nilai pearson correlation. Tabel diatas menunjukan bahwa hanya terdapat 2 variabel Z yang memiliki tanda * atau ** yaitu variabel Z11 dan Z23. Jadi variabel Z11 dan Z23 yang memiliki pengaruh besar terhadap kinerja waktu.
4.5
Analisa Structural Equation Modeling (SEM) Metode analisa SEM terbagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu model
covariance based SEM yang sering disebut dengan hard modeling dan model component based SEM yang sering disebut soft modeling. Hard modeling Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
127
bertujuan untuk memberikan pernyataan tentang hubungan kausalitas atau memberikan deskripsi mekanisme hubungan kausalitas (sebab-akibat) dan hal ini memberikan gambaran yang ideal secara ilmiah dalam analisa data (menggunakan software AMOS atau Lisrel). Sedangkan soft modeling bertujuan mencari hubungan linier prediktif antar variabel dan hubungan kausalitas tidak sama dengan hubungan prediktif (menggunakan software PLS). Penggunaan soft modeling dikarenakan data yang dianalisa tidak memenuhi kriteria ideal sehingga tidak dapat dianalisa dengan hard modeling sehingga soft modeling mencoba menganalisa data yang tidak ideal tersebut. Dikatakan soft karena mempunyai arti tidak mendasarkan pada asumsi skala pengukuran, distribusi data dan jumlah sampel. PLS hanya digunakan jika data yang dimiliki tidak dapat diselesaikan dengan covariance based SEM. Analisa SEM yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Partial Least Square (PLS). PLS merupakan metode analisa yang powerfull oleh karena tidak didasarkan banyak asumsi. Data tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala kategori, ordinal, interval sampai ratio dapat digunakan pada model yang sama), sampel tidak harus besar. Walaupun PLS dapat juga digunakan untuk menkonfirmasi teori, tetapi dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada atau tidak hubungan antar variabel laten. Untuk tujuan prediksi, pendekatan PLS lebih cocok karena mengasumsi bahwa semua ukuran variance berguna untuk dijelaskan. Estimasi parameter yang diperoleh dengan PLS dapat dikategorikan menjadi tiga bagian : a. Kategori pertama. Kategori ini mencari weight estimate adalah yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. b. Kategori kedua. Kategori
ini
mencerminkan
estimasi
jalur
(path
estimate)
yang
menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dengan blok indikator (loading).
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
128
c. Kategori ketiga. Kategori ini berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten.
Untuk memperoleh ketiga estimasi diatas, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dengan tiap tahap menghasilkan estimasi. Tahap pertama menghasilkan weight estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, dan tahap terakhir menghasilkan estimasi means dan lokasi (konstanta). [195] Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa SEM dengan software SmartPLS adalah sebagai berikut : a. Pilih file–new–create new project, isi project name lalu klik next. b. Browse file pada kolom file name, lakukan import data yang akan dianalisa (data harus dalam bentuk excel dengan format file .csv) selanjutnya klik finish. c. Ada dua bagian sheet yang terbentuk yaitu dalam bentuk format .splsm dan .csv dimana pada format .csv menampilkan tabulasi data hasil browsing sedangkan format .splsm adalah working area untuk menggambarkan model penelitian. d. Buat model regresi dengan variabel laten yang memiliki indikator reflektif atau formatif. e. Pilih calculate–PLS algorithm.
Weighting scheme : path.
Data metric : original.
Maximum iterations : 500.
Klik finish dan pilih report HTML untuk melihat hasil analisa. f. Interpretasi terhadap hasil analisa PLS algorithm adalah dengan melihat pada tabel convergent validity masing-masing indikator (loading factor ≥ 0,7), composite reliability > 0.6 dan cronbachs alpha > 0,7 dapat dikatakan reliabel.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
129
g. Nilai korelasi indikator terhadap konstruk harus lebih besar dibandingkan dengan nilai korelasi antara indikator dengan konstruk lain. Hal ini dapat dilihat pada tabel cross loadings. h. Cara lain untuk menguji discriminant validity adalah dengan membandingkan nilai akar dari Average Variance Extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya. Nilai akar AVE dapat dilihat pada tabel latent variable correlations dan √AVE. i. Nilai R-square menunjukan variabilitas konstruk yang dapat dijelaskan oleh konstruk lain. Nilai R-square dapat ditingkatkan dengan cara membuang semua indikator yang memiliki nilai factor loading sebesar antara -0.2 sampai dengan 0.2 karena indikator tersebut tidak berpengaruh atau memiliki pengaruh yang sangat kecil. Nilai loading indicator dapat dilihat pada tabel outer loadings. j. Pilih calculate–boostrapping.
Sign change : no sign changes.
Cases : 100.
Sample : jumlah data sample.
Klik finish dan pilih report HTML. k. Analisa selanjutnya dengan melihat tabel outer loading (mean, STDEV, Tvalues) pada nilai T statistik diatas 1,96 untuk tingkat signifikansi 0,05. l. Hubungan variabel laten dapat dilihat pada tabel path coefficient (mean, STDEV, T-values) di kolom original sample dengan signifikan 0,05.
Sebelum melakukan input data untuk analisa ke dalam program SmartPLS, terlebih dahulu dilakukan analisa regresi dengan menggunakan software SPSS v17. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan reduksi terhadap sampel responden yang outlier. Gambar berikut ini menunjukan sampel responden yang perlu dibuang.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
130
Gambar 4.6 Hasil Regresi
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Tabel diatas menggambarkan hasil regresi yang menunjukan sampel responden no 14 (R14) yang harus dibuang sehingga jumlah sampel responden yang digunakan untuk analisa SEM berjumlah 31 sampel responden. Hasil dari analisa PLS algorithm dapat dilihat pada tabel-tabel seperti dibawah ini :
Tabel 4.28 Composite Reliability
Latent variable
Composite Reliability
COHESIVENESS
0.659
COLABORATION
0.517
COMMUNICATION
0.258
CR
0.952
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
131
Tabel 4.28 (sambungan)
Latent variable
Composite Reliability
IA
0.789
IB
0.746
IC
0.798
IM
0.801
IS
0.797
MBE-A
0.718
MBE-P
0.627
TIME PERFORMANCE
0.249
Sumber : Hasil Olahan SmartPLS
Tabel composite reliability mengukur internal consistency semua konstruk. Reliabilitas dari konstruk ditunjukan oleh nilai diatas 0.60 dan terlihat pada tabel hampir semua konstruk memenuhi persyaratan, kecuali Kolaborasi 0.517, Komunikasi 0.258 dan Kinerja waktu 0.249.
Tabel 4.29 Cronbachs Alpha
Latent variable
Cronbachs Alpha
COHESIVENESS
0.829
COLABORATION
0.667
COMMUNICATION
0.351
CR
0.909
IA
0.832
IB
0.856
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
132
Tabel 4.29 (sambungan)
Latent variable
Cronbachs Alpha
IC
0.782
IM
0.893
IS
0.891
MBE-A
0.667
MBE-P
0.662
TIME PERFORMANCE
1.000
Sumber : Hasil Olahan SmartPLS
Nilai cronbach’s alpha yang dipersyaratkan diatas 0.70 dan termasuk cukup tinggi. Dari tabel diatas diperoleh konstruk yang memenuhi syarat adalah hampir semua memiliki nilai diatas 0.70 dan hanya Kolaborasi, Komunikasi, Management by Exception–Active dan Management by Exception–Passive yang memiliki nilai dibawah 0.70.
Tabel 4.30 Average Variance Extracted (AVE)
Latent variable
AVE
COHESIVENESS
0.348
COLABORATION
0.188
COMMUNICATION
0.284
CR
0.711
IA
0.357
IB
0.235
IC
0.401 Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
133
Tabel 4.30 (sambungan)
Latent variable
AVE
IM
0.242
IS
0.294
MBE-A
0.342
MBE-P
0.243
TIME PERFORMANCE
0.249
Sumber : Hasil Olahan SmartPLS
Validitas pada tiap masing-masing konstruk dapat diuji dengan nilai Average Variance Extracted (AVE). Konstruk dengan validitas yang baik dipersyaratkan memiliki nilai harus diatas 0.50. Tabel diatas menunjukan hanya Contingent Reward (CR) yang memenuhi persyaratan. Untuk mendapatkan nilai R-square yang tinggi, perlu dilakukan reduksi indikator yang memiliki nilai loading sebesar antara -0.2 sampai dengan 0.2. Tahap pembuangan indikator yang mempengaruhi nilai R-square dapat terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.31 Tahap Reduksi Indikator
No
Indikator yang direduksi
Factor loading
1
X10
0.171
2
X14
0.119
3
X23
0.134
4
X68
0.166
5
X69
0.182
6
Z4
-0.151
7
Z12
-0.154
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
134
Tabel 4.31 (sambungan)
No
Indikator yang direduksi
Factor loading
8
Z19
-0.068
9
Z22
-0.142
10
Z26
0.150
Sumber : Hasil Olahan SmartPLS
Setelah melakukan reduksi terhadap semua indikator-indikator diatas, diperoleh hasil untuk nilai R-square terhadap semua variabel laten seperti terlihat dibawah ini :
Tabel 4.32 R-Square
Latent variable
R Square
COHESIVENESS
0.660
COLABORATION
0.467
COMMUNICATION
0.578
CR IA IB IC IM IS MBE-A MBE-P TIME PERFORMANCE
0.577
Sumber : Hasil Olahan SmartPLS Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
135
Tabel R-square diatas menjelaskan hubungan variabilitas konstruk yang dapat dijelaskan oleh konstruk lain. Berikut ini uraian dari tabel diatas : a. Nilai R-square pada keutuhan sebesar 0.660 berarti variabilitas konstruk keutuhan yang dapat dijelaskan oleh konstruk CR, MBE-A, MBE-P, IA, IB, IC, IM dan IS sebesar 66%. b. Nilai R-square pada kolaborasi sebesar 0.467 berarti variabilitas konstruk kolaborasi yang dapat dijelaskan oleh konstruk CR, MBE-A, MBE-P, IA, IB, IC, IM dan IS sebesar 46.7%. c. Nilai R-square pada komunikasi sebesar 0.578 berarti variabilitas konstruk komunikasi yang dapat dijelaskan oleh konstruk CR, MBE-A, MBE-P, IA, IB, IC, IM dan IS sebesar 57.8%. d. Nilai R-square pada kinerja waktu sebesar 0.577 berarti variabilitas konstruk kinerja waktu yang dapat dijelaskan oleh konstruk keutuhan, kolaborasi, dan komunikasi sebesar 57.7%.
Sedangkan untuk Hasil dari analisa bootstrapping dapat dilihat pada tabel seperti dibawah ini :
Tabel 4.33 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/STERR|)
COHESIVENESS -> TIME PERFORMANCE
2.328
2.096
0.406
0.406
5.732
COLABORATION -> TIME PERFORMANCE
-0.631
-0.606
0.125
0.125
5.046
COMMUNICATION -> TIME PERFORMANCE
-1.805
-1.602
0.334
0.334
5.398
CR -> COHESIVENESS
0.492
0.565
0.235
0.235
2.087
CR -> COLABORATION
-0.294
-0.202
0.213
0.213
1.378
CR -> COMMUNICATION
0.576
0.582
0.208
0.208
2.766
IA -> COHESIVENESS
0.500
0.400
0.300
0.300
1.665
IA -> COLABORATION
0.349
0.323
0.261
0.261
1.334
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
136
Tabel 4.33 (sambungan)
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/STERR|)
IA -> COMMUNICATION
0.527
0.403
0.246
0.246
2.138
IB -> COHESIVENESS
0.412
-0.008
0.405
0.405
1.016
IB -> COLABORATION
0.386
0.022
0.340
0.340
1.134
IB -> COMMUNICATION
0.233
-0.073
0.353
0.353
0.659
IC -> COHESIVENESS
-0.353
-0.311
0.131573
0.131
2.685
IC -> COLABORATION
-0.057
0.012
0.178
0.178
0.323
IC -> COMMUNICATION
-0.393
-0.332
0.128
0.128
3.066
IM -> COHESIVENESS
-0.805
-0.452
0.351
0.351
2.288
IM -> COLABORATION
-0.319
-0.136
0.379
0.379
0.841
IM -> COMMUNICATION
-0.788
-0.423
0.371
0.371
2.123
IS -> COHESIVENESS
-0.495
-0.372
0.211
0.211
2.340
IS -> COLABORATION
-0.429
-0.325
0.205
0.205
2.089
IS -> COMMUNICATION
-0.421
-0.336
0.201
0.201
2.089
MBE-A -> COHESIVENESS
0.651
0.347
0.273
0.273
2.381
MBE-A -> COLABORATION
0.414
0.192
0.308
0.308
1.342
MBE-A -> COMMUNICATION
0.502
0.242
0.265
0.265
1.888
MBE-P -> COHESIVENESS
-0.382
-0.282
0.227
0.227
1.678
MBE-P -> COLABORATION
-0.752
-0.582
0.243
0.243
3.089
MBE-P -> COMMUNICATION
-0.153
-0.126
0.184
0.184
0.832
Sumber : Hasil Olahan SmartPLS
Uji hubungan antar konstruk ditunjukan oleh nilai T statistik diatas 1.96 dengan signifikan pada 0.05. Pada tabel diatas diperoleh hasil hubungan antar konstruk sebagai berikut : a. Contingent Reward (CR) mempengaruhi Cohesiveness dengan nilai T hitung 2.08 > T tabel 1.96. b. Contingent Reward (CR) mempengaruhi Communication dengan nilai T hitung 2.76 > T tabel 1.96. c. Idealized Attributes (IA) mempengaruhi Communication dengan nilai T hitung 2.13 > T tabel 1.96. d. Individualied Consideration (IC) mempengaruhi Cohesiveness dengan nilai T hitung 2.68 > T tabel 1.96. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
137
e. Individualied Consideration (IC) mempengaruhi Communication dengan nilai T hitung 3.06 > T tabel 1.96. f. Inspirational Motivation (IM) mempengaruhi Cohesiveness dengan nilai T hitung 2.28 > T tabel 1.96. g. Inspirational Motivation (IM) mempengaruhi Communication dengan nilai T hitung 2.12 > T tabel 1.96. h. Intellectual Stimulation (IS) mempengaruhi Cohesiveness dengan nilai T hitung 2.34 > T tabel 1.96. i. Intellectual Stimulation (IS) mempengaruhi Colaboration dengan nilai T hitung 2.08 > T tabel 1.96. j. Intellectual Stimulation (IS) mempengaruhi Communication dengan nilai T hitung 2.08 > T tabel 1.96. k. Management by Exception-Active (MBE-A) mempengaruhi Cohesiveness dengan nilai T hitung 2.38 > T tabel 1.96. l. Management by Exception-Passive (MBE-P) mempengaruhi Colaboration dengan nilai T hitung 3.08 > T tabel 1.96. m. Cohesiveness mempengaruhi Time Performance dengan nilai T hitung 5.73 > T tabel 1.96. n. Colaboration mempengaruhi Time Performance dengan nilai T hitung 5.04 > T tabel 1.96. o. Communication mempengaruhi Time Performance dengan nilai T hitung 5.39 > T tabel 1.96.
Sedangkan hubungan antar konstruk lainnya tidak ada yang signifikan karena nilai T hitung < T tabel (1.96).
4.6
Validasi Validasi yang dilakukan terhadap temuan pada penelitian ini terbagi dalam
2 (dua) tahap yaitu sebagai berikut : a. Validasi kepada ahli/pakar manajemen proyek, b. Validasi yang dilakukan di perusahaan PT. X.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
138
4.6.1
Validasi Pakar Tahap pertama dilakukan validasi terhadap hasil analisa SEM oleh ahli
atau pakar. Tahap ini dilakukan dalam bentuk wawancara yang bertujuan untuk melakukan validasi terhadap temuan yang diperoleh dari analisa. Melalui wawancara kepada para pakar tersebut didapatkan tanggapan dan komentar bahwa para pakar menyetujui hasil yang diperoleh berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya. Pada tahap validasi hasil analisa ini dilakukan oleh beberapa pakar seperti yang tertera dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.34 Data Pakar pada Validasi Hasil Analisa
Pengalaman
Jabatan
Pendidikan
Kerja
Sekarang
Terakhir
Eddy Subiyanto
26 Tahun
Praktisi
S2
2.
Erna S. Widodo
30 Tahun
Akademisi
S3
3.
Silverius Y. Soeharso
32 Tahun
Akademisi
S3
No
Nama Pakar
1.
Sumber : Hasil Olahan
4.6.2
Validasi di PT. X Validasi tahap kedua dilakukan di perusahaan PT. X yang melibatkan
manajer proyek dengan tujuan untuk mengidentifikasi peran manajer proyek dalam manajemen waktu proyek dan model kepemimpinan yang diterapkan pada proyek-proyek di perusahaan tersebut. Di perusahaan PT. X, manajer proyek memiliki tugas dan tanggung jawab harus mampu menyelesaikan proyek tepat waktu sesuai dengan jadwal proyek yang telah ditetapkan sehingga diperlukan peran manajer proyek dalam manajemen waktu agar dapat mencapai keberhasilan kinerja waktu. Adapun peran manajer proyek dapat diuraikan seperti dibawah ini : a. Menentukan ruang lingkup atau scope pekerjaan yang tercantum dalam WBS (Work Breakdown Structure). Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
139
b. Menentukan daftar semua kegiatan dan atribut tiap masing-masing kegiatan tersebut. c. Menetapkan milestone semua kegiatan pekerjaan. d. Menentukan hubungan antar kegiatan pekerjaan yang terdapat dalam diagram jaringan schedule proyek. e. Membuat estimasi sumber daya dan durasi kegiatan berdasarkan jumlah manpower, material dan tools. f. Melakukan identifikasi resiko pada semua kegiatan pekerjaan. g. Membuat schedule proyek yang didalamnya terdapat jadwal tiap kegiatan, durasi waktu kegiatan dan milestone serta menentukan start dan finish setiap kegiatan pekerjaan. h. Melakukan monitoring and controlling setiap kegiatan pekerjaan proyek. i. Mengelola change order.
Sedangkan untuk perilaku kepemimpinan manajer proyek secara umum yang terdapat di perusahaan PT. X yaitu sebagai berikut : a. Manajer proyek menjelaskan tugas dan tanggung jawab setiap bawahan sesuai dengan job description masing-masing. b. Manajer proyek akan memberikan imbalan/bonus atas hasil kerja yang dicapai oleh bawahan dan sebaliknya akan memberikan teguran atau peringatan kepada bawahan yang melakukan tugas dibawah standar yang ditetapkan baik secara lisan ataupun tertulis. c. Manajer proyek selalu memperhatikan dan memantau dengan seksama hasil kerja bawahan dan akan melakukan koreksi dengan cepat. d. Tindakan korektif akan diambil pada saat masalah yang dihadapi telah gawat/serius oleh manajer proyek dan saat bawahan tidak mampu mencapai standar hasil kerja. e. Manajer proyek bersikap mendahulukan kepentingan tim dari pada kepentingan pribadi dan menunjukan rasa bangga kepada bawahan dalam tim yang dipimpinnya. f. Manajer proyek harus memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang manajemen proyek dan teknis pelaksanaan pembangunan proyek. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
140
g. Manajer proyek juga berkomitmen kepada staf dalam pelaksanaan pembangunan proyek di PT. X sehingga menimbulkan keyakinan pada bawahan untuk memiliki komitmen. h. Manajer proyek menyampaikan visi dan misi terhadap proyek kepada bawahan. i. Manajer proyek memotivasi bawahan untuk bekerja keras dan memberikan yang terbaik kepada perusahaan. j. Manajer proyek menunjukan inspirasi dengan tindakan/perbuatan dan bersikap optimis dalam penyelesaian rencana yang dibuat. k. Manajer proyek memberikan dorongan kepada bawahan untuk berpikir kreatif, memiliki gagasan dan ide baru serta inovasi dalam setiap penyelesaian masalah. l. Manajer proyek memberikan nasehat kepada bawahan untuk mengembangkan diri dalam hal pengetahuan dan keahlian melalui pelatihan, sharing pengetahuan dan sebagainya.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Pendahuluan Bab ini menjelaskan temuan dari hasil analisa yang dilakukan pada bab
sebelumnya. Hasil temuan berupa hubungan antara variabel kepemimpinan transaksional dan transformasional, kerjasama tim dan kinerja waktu, analisa korelasi dan regresi serta analisa SEM. Kemudian akan dilakukan pembahasan berdasarkan hasil validasi akhir oleh pakar dan studi literatur.
5.2
Temuan Setelah dilakukan pengumpulan data dan analisa, langkah berikutnya
adalah memaparkan temuan yang diperoleh berdasarkan analisa yang dilakukan. Berikut ini adalah uraian temuan dalam analisa data yang telah dilakukan.
5.2.1
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Dalam Uji validitas diperoleh variabel-variabel yang memiliki korelasi
signifikan atau dapat dikatakan valid untuk mengukur instrumen penelitian. Uji validitas
dilakukan
terhadap
variabel
kepemimpinan
transaksional
dan
transformasional dan kerjasama tim. Sedangkan pada uji reliabilitas diperoleh nilai konsistensi alat ukur apakah dapat dipercaya dan konsisten. Uji reliabilitas juga dilakukan terhadap variabel kepemimpinan transaksional dan transformasional dan kerjasama tim
5.2.2
Hasil Analisa Korelasi Dalam
analisa
korelasi
yang
dilakukan
pada
hubungan
antara
kepemimpinan transaksional dan transformasional dengan kerjasama tim dan hubungan antara kerjasama tim dengan kinerja waktu ditemukan beberapa variabel yang berpengaruh seperti berikut ini : a. Pada hubungan antara kepemimpinan transaksional dan transformasional dengan kerjasama tim, variabel yang mempengaruhi kerjasama tim adalah X1, X3, X4, X5, X6, X7, X8, X13, X15, X16 (kepemimpinan transaksional) dan
141
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
142
X25, X26, X29 X34, X37, X38, X39, X41, X44, X48, X49, X52, X53, X55, X60, X61, X62, X64, X66, X69, X70 (kepemimpinan transformasional). b. Sedangkan pada hubungan antara kerjasama tim dengan kinerja waktu, variabel yang mempengaruhi kinerja waktu adalah Z11 (kolaborasi) dan Z23 (keutuhan).
5.2.3
Hasil Analisa Structural Equation Modeling (SEM) Analisa SEM dengan metode Partial Least Square (PLS) bertujuan untuk
mencari hubungan linier prediktif antar variabel laten. Variabel laten yang dianalisa merupakan turunan dari variabel kepemimpinan transaksional dan transformasional, kerjasama tim dan kinerja waktu. a. Kepemimpinan transaksional terbagi ke dalam Contingent Rewards (CR), Management by Exception-Active (MBE-A) dan Management by ExceptionPassive (MBE-P). b. Kepemimpinan transformasional terbagi ke dalam Idealized Attributes (IA), Idealized Influences (IB), Inspirational Motivation (IM), Intellectual Stimulation (IS) dan Individualized Consideration (IC). Adapun hasil temuan dari analisa tersebut yaitu sebagai berikut :
Tabel 5.1 Rangkuman Hasil Analisa SEM dengan Metode PLS
Latent variable
Composite Reliability
Cronbachs Alpha
COHESIVENESS
0.659
0.829
AVE
R Square 0.660
COLABORATION
0.467
COMMUNICATION
0.578
CR
0.952
0.909
IA
0.789
0.832
IB
0.746
0.856
IC
0.798
0.782
IM
0.801
0.893
IS
0.797
0.891
0.711
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
143
Tabel 5.1 (sambungan)
Latent variable
Composite Reliability
MBE-A
0.718
MBE-P
0.627
TIME PERFORMANCE
Cronbachs Alpha
AVE
1.000
R Square
0.577
Sumber : Hasil Olahan SmartPLS
Tabel diatas menunjukan nilai koefisien yang memenuhi persyaratan pada masing-masing kriteria penilaian Composite Reliability, Cronbachs Alpha, AVE dan R-Square. Tahapan proses penelitian telah dilakukan dengan urutan yang benar, mulai dari tahap validasi data, analisa regresi sampai dengan tahap analisa SEM (Structural Equation Modelling). Namun hasil analisa yang diperoleh menunjukan nilai R-Square sebesar 57,7% yang tergolong moderat (SmartPLS) dengan jumlah data hanya sebesar 31 buah sampel. Dengan kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa data responden penelitian tergolong kecil dan kurang sehingga hanya mampu menghasilkan nilai R-Square sebesar 0,577. Adanya penambahan jumlah data responden diharapkan mampu menghasilkan nilai R-Square lebih tinggi.
5.3
Pembahasan Berdasarkan temuan-temuan diatas, maka dapat dilihat bahwa terdapat
beberapa temuan yang menarik. Berikut ini adalah pembahasan dari hasil temuan seperti dibawah ini :
5.3.1
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Dari hasil uji validitas terhadap variabel kepemimpinan transaksional dan
transformasional ditemukan variabel-variabel yang dinyatakan valid seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
144
Tabel 5.2 Hasil Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional
No 1
2
Variabel
Uraian
Kepemimpinan transaksional X1
Imbalan sebagai balasan atas dukungan
X3
Kesepakatan imbalan dari hasil kerja
X4
Perundingan imbalan sebagai balas jasa
X5
Bantuan sebagai balas jasa
X6
Tindakan untuk memperoleh imbalan
X7
Kepastian Imbalan yang pantas atas hasil kerja
X8
Kepastian penghargaan atas hasil kerja
X9
Kepuasan atas hasil kerja
X12
Memantau kesalahan
X13
Perbaikan kesalahan
X15
Perhatian kepada kegagalan
X16
Komentar atas hasil kerja
X17 X19
Tindakan perbaikan setelah gagal mencapai sasaran Tindakan saat masalah serius
X21
Tindakan jika ada kesalahan
X22
Tindakan atas penyimpangan
Kepemimpinan transformasional X24
Pengorbanan diri
X25
Tenang dalam situasi kritis
X26
Rasa Bangga
X28
Keyakinan diri
X29
Kemampuan dan keahlian
X30
Rasa hormat
X31 X33
Kepercayaan diri Komitmen
X34
Cita-cita
X35
Asumsi dari keputusan
X36
Keyakinan atas gagasan, nilai dan kepercayaan
X37
Sigap dalam masalah sulit
X38
Tujuan sebagai dasar tindakan
X39
Kepercayaan antar staf
X40
Visi, misi dan tujuan Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
145
Tabel 5.2 (sambungan)
No 2
Variabel
Uraian
Kepemimpinan transformasional X41
Tingkah laku sesuai dengan nilai
X43
Semangat mencapai kemungkinan baru
X44
Optimis tentang masa depan
X45
Kepercayaan diri atas kemampuan
X46
Motivasi kepada staf
X47
Fokus kepada keberhasilan
X48
Motivasi untuk bekerja keras
X49
Semangat terhadap tujuan
X50
Kesadaran pada hal prioritas
X51
Semangat untuk berhasil
X52
Visi yang harus dicapai
X53
Optimis dalam penyelesaian rencana
X54
Inspirasi untuk berbuat lebih
X55
Menghargai pertanyaan bernilai penting
X57
Pemikiran kreatif
X58
Respon terhadap cara lama dan tradisional
X59
Pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang
X60
cara-cara baru dalam pekerjaan
X61
Memberi gagasan dan pendapat
X62
Melihat masalah dari aspek berbeda
X63
Pemikiran yang inovatif
X64
Pemecahan masalah dengan logis
X65
Perlakuan sebagai individu dalam kelompok
X66
Mendengarkan pandangan
X67
Pemberian nasehat
X68
Motivasi untuk berkembang
X69
Pemberian pelatihan dan petunjuk
X70
Perlakuan sebagai individu yang berbeda
X71
Pelatihan untuk mengetahui kebutuhan dan kemampuan
X72
Pengembangan diri
X73
Mendengarkan keluhan
Sumber : Hasil Olahan SPSS Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
146
Sedangkan hasil uji validitas terhadap variabel kerjasama tim ditemukan variabel-variabel yang dinyatakan valid seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.3 Hasil Uji Validitas Variabel Kerjasama Tim
No
Variabel
Uraian
1
Z1
Komunikasi dengan orang lain
2
Z2
Persaingan antar kelompok kerja
3
Z3
4
Z5
Bekerja sama dalam perusahaan Peningkatan komunikasi antar anggota kelompok kerja
5
Z6
Bekerja sama dalam kelompok kerja
6
Z7
Integrasi informasi
7
Z8
8
Z10
Integrasi sumber daya Diskusi dalam pemecahan masalah
9
Z11
Motivasi dan dukungan
10
Z14
Menolak untuk membantu dalam penyelesaian tugas
11
Z15
Tim menjadi bagian proyek
12
Z16
Tim melekat pada proyek
13
Z17
Bangga menjadi bagian tim
14
Z18
Tanggung jawab menjaga tim
15
Z20
Rasa saling suka dalam tim
16
Z21
Interaksi dengan anggota lain
17
Z23
Tidak ada kerjasama dalam tim
18
Z24
19
Z25
Kontribusi dalam mencapai tujuan Penyelesaian terhadap masalah bersama
20
Z27
Tim menjadi bagian diri
21
Z28
Menilai diri berbeda dengan anggota lain
22
Z29
Tim tidak menjadi bagian diri
23
Z31
Skil dalam orientasi sosial
24
Z32
Skil dalam orientasi pemecahan masalah
25
Z33
Fokus tim pada penyelesaian tugas
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
147
Uji reliabilitas untuk mengetahui konsistensi alat ukur yang akan digunakan dapat dipercaya dan konsisten dalam menilai instrumen penelitian. Nilai yang menunjukan reliabilitas adalah Cronbach’s Alpha. Dibawah ini nilai Cronbach’s
Alpha
pada
variabel
kepemimpinan
transaksional
dan
transformasional dan kerjasama tim dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .973
N of Items 62
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Tabel diatas menunjukan nilai cronbach’s alpha diatas 0,8 maka alat ukur dalam penelitian dapat dikatakan baik dan reliabel. Sedangkan pada variabel kerjasama tim diperoleh nilai cronbach’s alpha juga diatas 0,8 sehingga kedua variabel dapat dikatakan baik dan reliabel sebagai alat ukur dalam penelitian ini.
Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kerjasama Tim
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .861
N of Items 25
Sumber : Hasil Olahan SPSS Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
148
Dalam proses penelitian ini, metode survey yang dilakukan kepada para manajer proyek di proyek-proyek yang terdapat di perusahaan PT. X melalui cara menyerahkan kuesioner penelitian kepada responden. Namun dalam proses pengisian kuesioner yang dilakukan tanpa pendampingan (tanpa tatap muka) dan hanya diberikan petunjuk pengisian yang terdapat didalam kuesioner penelitian. Hal
tersebut
merupakan
kerugian
dalam
pelaksanaan
survey
karena
memungkinkan terjadinya kesalahpahaman/kekeliruan yang menyebabkan hasil survey tidak valid dan tidak sesuai dengan harapan dari peneliti. Hasil survey yang berisikan adanya variabel yang tidak valid juga dapat disebabkan oleh jumlah data responden penelitian yang tergolong sedikit karena proses penelitian dilakukan di perusahaan PT. X yang memiliki jumlah proyek terbatas dengan karakteristik yang spesifik. Dengan jumlah data hanya sebesar 32 buah sampel responden yang termasuk jumlah data minimum untuk melakukan analisa sehingga tidak dilakukan tindakan lain.
5.3.2
Hasil Korelasi Dari hasil korelasi yang dilakukan pada hubungan antara kepemimpinan
transaksional dan transformasional yang berpengaruh terhadap kerjasama tim ditemukan variabel yang berpengaruh yaitu sebagai berikut :
Tabel 5.6 Hasil Korelasi Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional dengan Kerjasama Tim
No
Variabel
Uraian
1
X1
Imbalan sebagai balasan atas dukungan
2
X3
Kesepakatan imbalan dari hasil kerja
3
X4
Perundingan imbalan sebagai balas jasa
4
X5
Bantuan sebagai balas jasa
5
X6
Tindakan untuk memperoleh imbalan
6
X7
Kepastian Imbalan yang pantas atas hasil kerja
7
X8
Kepastian penghargaan atas hasil kerja
8
X13
Perbaikan kesalahan Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
149
Tabel 5.6 (sambungan)
No
Variabel
Uraian
9
X15
Perhatian kepada kegagalan
10
X16
Komentar atas hasil kerja
11
X25
Tenang dalam situasi kritis
12
X26
Rasa Bangga
13
X29
Kemampuan dan keahlian
14
X34
Cita-cita
15
X37
Sigap dalam masalah sulit
16
X38
Tujuan sebagai dasar tindakan
17
X39
Kepercayaan antar staf
18
X41
Tingkah laku sesuai dengan nilai
19
X44
Optimis tentang masa depan
20
X48
Motivasi untuk bekerja keras
21
X49
Semangat terhadap tujuan
22
X52
Visi yang harus dicapai
23
X53
Optimis dalam penyelesaian rencana
24
X55
Menghargai pertanyaan bernilai penting
25
X60
Cara-cara baru dalam pekerjaan
26
X61
Memberi gagasan dan pendapat
27
X62
Melihat masalah dari aspek berbeda
28
X64
Pemecahan masalah dengan logis
29
X66
Mendengarkan pandangan
30
X69
Pemberian pelatihan dan petunjuk
31
X70
Perlakuan sebagai individu yang berbeda
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Sedangkan hasil korelasi pada hubungan kerjasama tim dengan kinerja waktu ditemukan hanya dua variabel yang berpengaruh yaitu sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
150
Tabel 5.7 Hasil Korelasi Kerjasama Tim dengan Kinerja Waktu
No
Variabel
Uraian
1
Z11
Motivasi dan dukungan
2
Z23
Tidak ada kerjasama dalam tim
Sumber : Hasil Olahan SPSS
5.3.3
Hasil Structural Equation Modeling (SEM) Hubungan antar konstruk dijelaskan dengan nilai T statistik pada tiap
masing-masing hubungan. Nilai T hitung harus lebih besar dari pada nilai T tabel sebesar 1.96 dengan signifikan pada 0.05. Gambar berikut dibawah ini menjelaskan hubungan yang signifikan dari model yang dibuat :
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
151
Gambar 5.1 Hubungan Signifikan antar Konstruk Sumber : Hasil Olahan SmartPLS
Dari gambar diatas ditemukan faktor perilaku kepemimpinan dan kerjasama tim yang mempengaruhi kinerja waktu dengan signifikan yaitu sebagai berikut : a. Tipe perilaku kepemimpinan yang mempengaruhi komunikasi.
Tipe Contingent Reward (CR) –Reward Achievement. Tipe pemimpin ini mendiskusikan peran dan tanggung jawab dengan jelas, menyatakan tujuan dan sasaran hasil kerja, menjelaskan imbalan dan hukuman serta menunjukan kepuasan ketika memperoleh hasil yang benar. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
152
Tipe Idealized Attributes (IA) –Build Trust. Tipe pemimpin yang berkharisma, menunjukan kebanggaan dan kemampuan, tidak mengutamakan kepentingan pribadi dan fokus terhadap kepentingan bawahan dan tim.
Tipe Individualized Consideration (IC) –Coach People. Tipe pemimpin yang mampu memahami dan berbagi dalam kebutuhan perhatian dan pengembangan, memperlakukan tiap bawahan secara unik dan
berbeda,
serta
mampu
meningkatkan
kebutuhan
untuk
memaksimalkan dan mengembangkan potensi tiap masing-masing bawahan.
Tipe Inspirational Motivation (IM) –Inspires Others. Tipe pemimpin yang mampu memberikan inspirasi kepada bawahan melalui kata-kata dan dengan cara yang sederhana, menjelaskan sasaran dan pemahaman mengenai hal yang penting dan benar, menunjukan visi yang mampu dicapai dan cara untuk mencapai visi tersebut serta meningkatkan dan mempromosikan harapan yang positif tentang kebutuhan yang perlu dilakukan.
Tipe Intellectual Stimulation (IS) –Encourage Innovative Thinking Tipe pemimpin yang mau membantu untuk berpikir tentang masalah lama dengan cara yang baru, mendorong bawahan melalui pertanyaan yang mampu menstimulasi untuk berpikir kreatif dan inovatif, mengembangkan kapasitas bawahan dalam pemecahan masalah, serta meningkatkan tanggung jawab terhadap masalah yang dihadapi, kesadaran tentang imajinasi/pikiran dan mengenali kepercayaan dan nilai bawahan.
b. Tipe perilaku kepemimpinan yang mempengaruhi kolaborasi.
Tipe Intellectual Stimulation (IS) –Encourage Innovative Thinking Tipe pemimpin yang mau membantu untuk berpikir tentang masalah lama dengan cara yang baru, mendorong bawahan melalui pertanyaan yang mampu menstimulasi untuk berpikir kreatif dan inovatif, mengembangkan kapasitas bawahan dalam pemecahan masalah, serta meningkatkan tanggung jawab terhadap masalah yang dihadapi, kesadaran tentang imajinasi / pikiran dan mengenali kepercayaan dan nilai bawahan. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
153
Tipe Management by Exception-Passive (MBE-P) –Fights Fires. Pemimpin dengan tipe ini akan menunggu sampai masalah muncul sebelum mengambil tindakan korektif. Tipe pemimpin ini juga berpendapat bahwa “if it isn’t broken, don’t fix it”dan menunggu masalah sampai menjadi gawat/parah sebelum mengambil tindakan korektif.
c. Tipe perilaku kepemimpinan yang mempengaruhi kekompakan.
Tipe Contingent Reward (CR) –Reward Achievement. Tipe pemimpin ini mendiskusikan peran dan tanggung jawab dengan jelas, menyatakan tujuan dan sasaran hasil kerja, menjelaskan imbalan dan hukuman serta menunjukan kepuasan ketika memperoleh hasil yang benar.
Tipe Individualized Consideration (IC) –Coach People. Tipe pemimpin yang mampu memahami dan berbagi dalam kebutuhan perhatian dan pengembangan, memperlakukan tiap bawahan secara unik dan
berbeda,
serta
mampu
meningkatkan
kebutuhan
untuk
memaksimalkan dan mengembangkan potensi tiap masing-masing bawahan.
Tipe Inspirational Motivation (IM) –Inspires Others. Tipe pemimpin yang mampu memberikan inspirasi kepada bawahan melalui kata-kata dan dengan cara yang sederhana, menjelaskan sasaran dan pemahaman mengenai hal yang penting dan benar, menunjukan visi yang mampu dicapai dan cara untuk mencapai visi tersebut serta meningkatkan dan mempromosikan harapan yang positif tentang kebutuhan yang perlu dilakukan.
Tipe Intellectual Stimulation (IS) –Encourage Innovative Thinking Tipe pemimpin yang mau membantu untuk berpikir tentang masalah lama dengan cara yang baru, mendorong bawahan melalui pertanyaan yang mampu menstimulasi untuk berpikir kreatif dan inovatif, mengembangkan kapasitas bawahan dalam pemecahan masalah, serta meningkatkan tanggung jawab terhadap masalah yang dihadapi, kesadaran tentang imajinasi / pikiran dan mengenali kepercayaan dan nilai bawahan.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
154
Tipe Management by Exception-Active (MBE-A) –Monitors Mistakes. Pemimpin dengan tipe ini berfokus pada memonitor masalah dan memiliki standar yang tinggi yang harus dicapai. Pemimpin akan memberikan sanksi kepada bawahan jika tidak mampu mencapai standar. Pemimpin akan terus bertindak memonitor masalah atau eror yang tidak sesuai dengan standar dan cepat melakukan tindakan korektif sebelum masalah atau eror tersebut muncul.
d. Faktor-faktor kerjasama tim yang mempengaruhi kinerja waktu yaitu sebagai berikut :
Komunikasi. Komunikasi dalam tim dapat diartikan sebagai proses dimana anggota tim didalamnya bertukar pikiran dan pendapat antar sesama anggota tim untuk mencapai tujuan.
Kolaborasi. Kolaborasi dalam tim diartikan sebagai bekerja samanya anggota di dalam tim dengan satu atau lebih anggota lain yang menciptakan keseragaman anggota tim.
Kekompakan/keutuhan. Kekompakan dalam tim mengukur sejauh mana anggota tim merasa menjadi bagian dari tim dan memiliki keinginan untuk tetap berada di dalam tim tersebut.
5.4
Kesimpulan Berdasarkan analisa yang dilakukan diperoleh bahwa baik kepemimpinan
transaksional dan transformasional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kerjasama tim. Indikator kedua gaya kepemimpinan tersebut dapat menciptakan kerjasama yang efektif di dalam tim. Pada kinerja waktu juga dipengaruhi oleh komunikasi, kolaborasi dan kekompakan tim. Kerjasama tim dapat mempengaruhi kinerja waktu yang baik pada tahap pelaksanaan konstruksi.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
155
Hasil penelitian ini telah dilakukan validasi dalam 2 (dua) tahap yaitu oleh pakar atau ahli dan manajer proyek di perusahaan PT. X, ringkasan dapat dilihat seperti dijelaskan dibawah ini : a. Para pakar menyetujui hasil penelitian ini yang sesuai dengan Teori Multifactor Leadership Questionaire (MLQ) dan penelitian sebelumnya. b. Terdapat beberapa temuan indikator-indikator dari model kepemimpinan transaksional dan transformasional yang diterapkan oleh manajer proyek di perusahaan PT. X. c. Bahwa semua faktor model kepemimpinan transaksional dan transformasional berpengaruh terhadap kerjasama tim. d. Bahwa kinerja waktu dipengaruhi signifikan oleh komunikasi, kolaborasi dan kekompakan tim yang masing-masing memiliki pengaruh yang sama besar.
Sehingga hasil penelitian ini dapat dinyatakan valid dan model penelitian yang dibuat dapat menunjukan hasil yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya di perusahaan PT. X . Namun dari temuan yang diperoleh, ada beberapa rekomendasi perbaikan yang perlu dilakukan di perusahaan tersebut yang selama ini masih perlu ditingkatkan atau diadakan yaitu sebagai berikut : a. Pelatihan dan pengembangan model kepemimpinan transaksional dan transformasional di perusahaan PT. X. Seminar mengenai kepemimpinan bagi karyawan di perusahaan dirasakan sangat
kurang
padahal
seminar
merupakan
bagian
dari
program
pengembangan sumber daya manusia di perusahaan. Seminar yang pernah diadakan seperti seminar motivasi dan semacamnya. b. Peningkatan komunikasi antar anggota dengan teknologi yang canggih seperti melalui email atau jenis lainnya. Alat komunikasi canggih dan cepat seperti email masih perlu ditingkatkan dalam penggunaan sebagai alat penyampai informasi baik di dalam tim dan perusahaan. Hal itu diperlukan karena selama ini alat komunikasi untuk informasi berupa data dalam hard copy yang di routing sehingga sistem tersebut memerlukan waktu yang cukup lama dan berpindah dari individu ke individu lain yang sering sekali terhambat karena data dalam hard copy dapat Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
156
hilang/terselip dan sering belum dibaca. Dengan penggunaan email, permasalahan-permasalahan
diatas
dapat
diatasi
karena
email
dapat
menyampaikan informasi dengan cepat dan ke semua individu dalam waktu yang bersamaan. c. Membangun kerjasama dan koordinasi antar anggota tim dalam penyelesaian tugas dan masalah yang dihadapi. Kerjasama dan koordinasi dalam tim kurang kuat sehingga masih banyak ditemukan overlapping dalam tugas dan tanggung jawab tiap anggota tim. Ketegasan dalam pembagian tugas dan tanggung jawab sangat diperlukan agar tiap anggota tim dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik. d. Peningkatan kekompakan tim di proyek PT. X melalui gathering, outing dan sebagainya. Kebersamaan antar anggota tim selama ini dibentuk melalui acara-acara seperti gathering dan outing dari perusahaan yang tidak diadakan secara rutin sehingga dirasakan kurang oleh anggota tim. Padahal acara-acara tersebut sangat penting dalam membentuk kekompakan dan kebersamaan tim dimana anggota tim dapat saling mengetahui kekuatan dan kelebihan masing-masing anggota sehingga diperlukan penyelenggaraan acara gathering dan outing yang dilakukan secara rutin.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Pendahuluan Pada bab ini dicantumkan kesimpulan dan saran berdasarkan analisa
terhadap data penelitian dan pembahasan atas informasi yang diperoleh dari responden dan penelitian-penelitian yang terdahulu. 6.2
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pengolahan data, temuan-temuan, dan
pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa : a. Model kepemimpinan yang mempengaruhi kerjasama tim yaitu Contingent Reward, Management by Exception-Active dan Management by ExceptionPassive (transaksional) dan Idealized Attributes, Inspirational Motivation, Intellectual Stimulation, Individualized Consideration (transformasional). b. Komunikasi, kolaborasi dan kekompakan tim berperan penting dalam keberhasilan kinerja waktu proyek. Faktor-faktor tersebut membentuk kerjasama tim yang efektif. c. Hubungan
kepemimpinan
transaksional
dan
transformasional
dengan
kerjasama tim yang berpengaruh terhadap kinerja waktu adalah sebesar 57,7%. 6.3
Saran Adapun saran-saran yang akan diberikan oleh peneliti sebagai berikut :
a. Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi acuan bagi manajer proyek dalam memilih gaya kepemimpinan pada suatu proyek di perusahaan PT. X dalam mencapai keberhasilan kinerja waktu. b. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan dengan jumlah sampel yang besar sehingga mampu menggambarkan model yang lebih baik. c. Untuk meningkatkan nilai R-square kinerja waktu perlu dilakukan pemilihan variabilitas kinerja waktu yang memiliki skala range yang tidak terlalu besar. Hal ini dilakukan agar variabel kinerja waktu memiliki distribusi skala data yang lebih merata. 157
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
158
d. Untuk penelitian lebih lanjut diharapkan dapat membuat simulasi Monte Carlo agar dapat mengetahui batas minimum dan maksimum keberhasilan kinerja waktu proyek.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
159
DAFTAR ACUAN
[1]
Crawford, L. W., 2007, Developing the Project Management Competence of Individuals. In J. R. Turner (Ed), Gower Handbook of Project Management. Aldershot, UK: Gower Publishing.
[2]
Pinto, J.K. and Slevin, D.P., 1988, Project Success : Definitions and Measurement Techniques. Project Management Journal.
[3]
Turner, S.G., Utley, D.R., and Westbrook, J.D., 1998, Project Managers and Functional Managers : Case study of job satisfaction in a Matrix Organization. Project Management Journal.
[4]
Boyatsis, R. E., 1982, The competence Manager: A model for effective performance. New York: Wiley
[5]
Crawford, L. H., 2003, Assessing and developing the project management competence of individuals. In J. R. Turner (Ed), People in Project Management. Aldershot, UK: Gower
[6]
Edward Muzio, Deborah J. Fisher, Erv R. Thomas, Valerie Peters., 2007, Soft Skills Quantification (SSQ) for Project Manager Competencies11.
[7]
IPMA (International Project Management Association) Competence Baseline Version 3.0. www.ipma.ch
[8]
Turner, J. R. & Muller, R., 2005, The Project Manager’s Leadership style as a Success Factor on Projects: a Literature Review. Project Management Journal.
[9]
Zhang, Wei., 2009, The Relationship Between Project Management Leadership Style and Project Success.
[10]
Dulewicz, V. & Higgs., M. 2005, Assessing Leadership Dimensions, Style and Organizational Context. Journal of Managerial Psychology.
[11]
Turner, J. R. & Muller, R., 2005, The Project Manager’s Leadership style as a Success Factor on Projects: a Literature Review. Project Management Journal.
[12]
Makilouko, M., 2004, Coping with multi-cultural project: The leadership style of finnish project managers. International Journal of Project Management.
[13]
Blake, R.R. and McCanse, J.S., 1991, The managerial grid illuminated : Leadership dilemmas grid solutions, Houston, TX : Gulf. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
160
[14]
S. Nauman and A.M. Khan., 2009, Pattern of leadership for effective Project Management. Journal of Quality and Technology Management.
[15]
Li-Ren, Yang., Chung-Fah, Huang., and Kun-Shan, Wu., 2010, The association among project manager’s leadership style, teamwork and project success. International Journal of Project Management.
[16]
Morris, P., 1988, Managing Project Interfaces. Project Management Handbook, 2nd ed. Van Nostrand, New York.
[17]
Kendra, K., & Taplin, L. J., 2004, Project success: a cultural framework. Project Management Journal.
[18]
A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK Guide) 4th Edition, 2008, Project Management Institute (PMI), USA.
[19]
Hackman, J.R., 1987, The design of work teams. In : Lorsch, J.W, editor. Handbook of organizational behavior. NJ, Englewood Cliffs : PrenticeHall.
[20]
Katzenbach, J. and Smith, D., 1993, The discipline of teams. Harvard Bus Rev.
[21]
Zimmerer, T. and Yasin, M.M., 1998, A leadership profile of American Project Managers. Project Management Journal.
[22]
Anaroga, Pandji., 1992, Psikologi kepemimpinan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
[23]
Koontz, H. & Weihrich, C., 1990, Essentials of Management, 5th ed. McGraw Hill, New York.
[24]
David I Cleland., 1995, Leadership and the project-management body of knowledge. International journal of project management.
[25]
Cohen, S. G. and Bailey, D.E., 1997, What makes teams work : Group effectiveness research from the shop floor to the executive suite. Journal of Management.
[26]
Hackman, J. R., & Walton, R. E., 1986, Leading groups in organizations. In P. S. Goodman (Ed.), Designing effective work groups. San Francisco: Jossey-Bass
[27]
Kozlowski, S. W. J., Gully, S. M., McHugh, P. P., Salas, E., & CannonBowers, J. A., 1996, A dynamic theory of leadership and team effectiveness: Developmental and task contingent leader roles. In G. R. Ferris (Ed.), Research in personnel and human resource management. Greenwich, CT: JAI Press. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
161
[28]
Sinclair, B., 1992, The Emergence of Strong Leadership in the 1980s House of Representatives. The Journal of Politics
[29]
Zaccaro, S. J., Rittman, A. L., & Marks, M. A., 2001, Team leadership. Leadership Quarterly.
[30]
Kozlowski, S. W. J., & Bell, B. S., 2003, Work groups and teams in organizations. (R. J. Klimoski, Ed.) Handbook of psychology Industrial and organizational psychology. Wiley
[31]
Stewart, G. L., & Manz, C. C., 1995, Leadership for self-managing work teams: A typology and integrative model. Human Relations
[32]
Robbins, S. P., 2005, Organizational Behavior. Beijing: Pearson Education Company.
[33]
Soeharto, Iman., 1997, Manajemen proyek dari konseptual sampai operasional, Erlangga, Jakarta.
[34]
Mintzberg, H., 1990, “The manager’s job: folklore and fact”, Harvard Business Review,
[35]
Robbins, P. Stephen., and Coulter, Mary. 2007. Management ninth edition, Pearson International Edition.
[36]
Locander, W.B., F. Hamilton, D. Ladik & J. Stuart., 2002, “Developing a leadership-rich culture: The missing link to creating a market-focused organization, Journal of Market-Focused Management.
[37]
Yammarino, F.J., W.D. Spangler & B.M. Bass., 1993, “Transformational leadership and performance: A longitudinal investigation”, Leadership Quarterly.
[38]
Locander, W.B., F. Hamilton, D. Ladik & J. Stuart., 2002, “Developing a leadership-rich culture: The missing link to creating a market-focused organization, Journal of Market-Focused Management.
[39]
Lok, P. & J. Crawford., 2001, “Antecedents of organizational commitment and the mediating role of job satisfaction”, Journal of Managerial Psychology.
[40]
J.P. Andrews, Richard H.G. Field., 1998, "Regrounding the concept of leadership", Leadership & Organization Development Journal
[41]
Zhang, Wei., 2009, The Relationship Between Project Management Leadership Style and Project Success.
[42]
www.unpan.org (United Nations Public Administration Network) Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
162
[43]
Sondang P. Siagian., 1999, Manajemen sumber daya manusia, Bumi Aksara. Jakarta.
[44]
Dulewicz, V. & Higgs, M. J., 2003, Design of a New Instrument to Assess Leadership Dimensions and Style. Henley Working Paper Series HWP 0311. Henley-on-Thames, UK: Henley Management College.
[45]
Handy, C. B., 1982, Understanding Organizations. London : Penguin
[46]
Partington, D. A., 2003, Managing and Leading, In J. R. Turner (Ed), People in Project Management. Aldershot, UK: Gower.
[47]
Turner, J. R. & Muller, R., 2005, The Project Manager’s Leadership style as a Success Factor on Projects: a Literature Review. Project Management Journal.
[48]
Turner, J. R. & Muller, R., 2005, The Project Manager’s Leadership style as a Success Factor on Projects: a Literature Review. Project Management Journal.
[49]
Kirkpatrick, S. A. & Locke, E. A., 1991, Leadership traits do matter. Academy of Management Executive.
[50]
Turner, J. R., 1999, The Handbook of Project-based Management: Improving the Processes for Achieving Strategic Objectives. London: McGraw-Hill.
[51]
Turner, J. R., 1999, The Handbook of Project-based Management: Improving the Processes for Achieving Strategic Objectives. London: McGraw-Hill.
[52]
Frame, J. D., 1987, Managing Project in Organizations. San Francisco: Jossey Bass.
[53]
Turner, J. R. & Muller, R., 2005, The Project Manager’s Leadership style as a Success Factor on Projects: a Literature Review. Project Management Journal.
[54]
House, R. J., 1971, A path-goal theory of leader effectiveness. Administrative science quarterly.
[55]
Bass, B. M., 1990, From Transactional to Transformational Leadership: Learning to Share the Vision. Organizational Dynamics.
[56]
Keegan, A. E. & Den Hartog, D. N., 2004, Transformational Leadership in a Project-based Environment: a comparative study of the leadership style of the project managers and line managers, International Journal of Project Management. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
163
[57]
Goleman, D., Boyatzis, R. E., & McKee. A., 2002, The new leaders. Cambridge, MA: Harvard Business School Press.
[58]
Goleman, D., Boyatzis, R. E., & McKee. A., 2002, The new leaders. Cambridge, MA: Harvard Business School Press.
[59]
Zhang, Wei., 2009, The Relationship Between Project Management Leadership Style and Project Success.
[60]
Dulewicz, V. & Higgs, M. J., 2003, Design of a New Instrument to Assess Leadership Dimensions and Style. Henley Working Paper Series HWP 0311. Henley-on-Thames, UK: Henley Management College.
[61]
Dulewicz, V. & Higgs, M. J., 2003, Design of a New Instrument to Assess Leadership Dimensions and Style. Henley Working Paper Series HWP 0311. Henley-on-Thames, UK: Henley Management College.
[62]
Locander, W.B., F. Hamilton, D. Ladik & J. Stuart., 2002, “Developing a leadership-rich culture: The missing link to creating a market-focused organization, Journal of Market-Focused Management.
[63]
Yammarino, F.J., W.D. Spangler & B.M. Bass., 1993, “Transformational leadership and performance: A longitudinal investigation”, Leadership Quarterly.
[64]
Humphreys, J.H., 2002, “Transformational leader behavior, proximity and successful services marketing”, Journal of Services Marketing.
[65]
Liu, W., D.P. Lepak, R. Takeuchi & H.P. Sims., 2003, “Matching leadership styles with employment modes: Strategic human resource management perspective, Human Resource Management Review.
[66]
Burns, J. M., 1978, Leadership. New York: Harper & Row.
[67]
Hollander, E., 1978, Leadership dynamics. New York: Free Press.
[68]
Bass, B. M., 1985, Leadership and performance beyond expectations. New York: Free Press.
[69]
Bass, B. M., & Avolio, B. J., 1990, Manual for the Multifactor Leadership Questionnaire. Palo Alto, CA: Consulting Psychologists Press.
[70]
Avolio, B., & Bass, B., 2007, MLQ: Self Evalaution Report. MindGarden.
[71]
Thite, M., 2000, Leadership style in information technology projects. International Project Management.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
164
[72]
Mackenzie, S.B., Podsakoff, P.M., and Rich, G.A., 2001, Transformational and transactional leadership and salesperson performance. J Acad Market Science.
[73]
Cheung, S.O., Ng, S.T., Lam, K.C., and Yue, W.M., 2001, A satisfying leadership behavior model for design consultant. International Journal of Project Management.
[74]
Thite, M., 2000, Leadership style in information technology projects. International Project Management.
[75]
Cheung, S.O., Ng, S.T., Lam, K.C., and Yue, W.M., 2001, A satisfying leadership behavior model for design consultant. International Journal of Project Management.
[76]
Bass, B.M., B.J. Avolio, D.I. Jung & Y. Berson., 2003, “Predicting unit performance by assessing transformational and transactional leadership”, Journal of Applied Psychology.
[77]
Humphreys, J.H., 2002, “Transformational leader behavior, proximity and successful services marketing”, Journal of Services Marketing.
[78]
Liu, W., D.P. Lepak, R. Takeuchi & H.P. Sims., 2003, “Matching leadership styles with employment modes: Strategic human resource management perspective, Human Resource Management Review.
[79]
Yammarino, F.J., W.D. Spangler & B.M. Bass., 1993, “Transformational leadership and performance: A longitudinal investigation”, Leadership Quarterly.
[80]
Sarros, J.C. & J.C. Santora., 2001, “The transformational-transactional leadership model in practice, Leadership & Organization Develeopment Journal.
[81]
Waldman, D.A., G.G. Ramirez, R.J. House & P. Puranam., 2002, “Does leadership matter? CEO leadership attributes and profitability under conditions of perceived environmental uncertainty, Academy of Management Journal.
[82]
Humphreys, J.H., 2002, “Transformational leader behavior, proximity and successful services marketing”, Journal of Services Marketing.
[83]
Yammarino, F.J., W.D. Spangler & B.M. Bass., 1993, “Transformational leadership and performance: A longitudinal investigation”, Leadership Quarterly.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
165
[84]
Bass, B.M., B.J. Avolio, D.I. Jung & Y. Berson., 2003, “Predicting unit performance by assessing transformational and transactional leadership”, Journal of Applied Psychology.
[85]
Humphreys, J.H., 2002, “Transformational leader behavior, proximity and successful services marketing”, Journal of Services Marketing.
[86]
Yammarino, F.J., W.D. Spangler & B.M. Bass., 1993, “Transformational leadership and performance: A longitudinal investigation”, Leadership Quarterly.
[87]
Bass, B.M., B.J. Avolio, D.I. Jung & Y. Berson., 2003, “Predicting unit performance by assessing transformational and transactional leadership”, Journal of Applied Psychology.
[88]
Humphreys, J.H., 2002, “Transformational leader behavior, proximity and successful services marketing”, Journal of Services Marketing.
[89]
Yammarino, F.J., W.D. Spangler & B.M. Bass., 1993, “Transformational leadership and performance: A longitudinal investigation”, Leadership Quarterly.
[90]
Bass, B.M., B.J. Avolio, D.I. Jung & Y. Berson., 2003, “Predicting unit performance by assessing transformational and transactional leadership”, Journal of Applied Psychology.
[91]
Sarros, J.C. & J.C. Santora., 2001, “The transformational-transactional leadership model in practice, Leadership & Organization Develeopment Journal.
[92]
Yammarino, F.J., W.D. Spangler & B.M. Bass., 1993, “Transformational leadership and performance: A longitudinal investigation”, Leadership Quarterly.
[93]
Sarros, J.C. & J.C. Santora., 2001, “The transformational-transactional leadership model in practice, Leadership & Organization Develeopment Journal.
[94]
Dvir, T., D. Eden, B.J. Avolio & B. Shamir., 2002, “Impact of transformational leadership on follower development and performance: A field experiment”, Academy of Management Journal.
[95]
Humphreys, J.H., 2002, “Transformational leader behavior, proximity and successful services marketing”, Journal of Services Marketing.
[96]
Humphreys, J.H., 2002, “Transformational leader behavior, proximity and successful services marketing”, Journal of Services Marketing. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
166
[97]
Liu, W., D.P. Lepak, R. Takeuchi & H.P. Sims., 2003, “Matching leadership styles with employment modes: Strategic human resource management perspective, Human Resource Management Review.
[98]
Rafferty, A.E. & M.A. Griffin., 2004, “Dimensions of transformational leadership: Conceptual and empirical extensions”, Leadership Quarterly.
[99]
Yammarino, F.J., W.D. Spangler & B.M. Bass., 1993, “Transformational leadership and performance: A longitudinal investigation”, Leadership Quarterly.
[100] Bass, B.M., B.J. Avolio, D.I. Jung & Y. Berson., 2003, “Predicting unit performance by assessing transformational and transactional leadership”, Journal of Applied Psychology. [101] Humphreys, J.H., 2002, “Transformational leader behavior, proximity and successful services marketing”, Journal of Services Marketing. [102] Sarros, J.C. & J.C. Santora., 2001, “The transformational-transactional leadership model in practice, Leadership & Organization Develeopment Journal. [103] Rafferty, A.E. & M.A. Griffin., 2004, “Dimensions of transformational leadership: Conceptual and empirical extensions”, Leadership Quarterly. [104] Bass, B.M., B.J. Avolio, D.I. Jung & Y. Berson., 2003, “Predicting unit performance by assessing transformational and transactional leadership” Journal of Applied Psychology. [105] Humphreys, J.H., 2002, “Transformational leader behavior, proximity and successful services marketing”, Journal of Services Marketing. [106] Sarros, J.C. & J.C. Santora., 2001, “The transformational-transactional leadership model in practice, Leadership & Organization Develeopment Journal. [107] Yammarino, F.J., W.D. Spangler & B.M. Bass., 1993, “Transformational leadership and performance: A longitudinal investigation”, Leadership Quarterly. [108] Humphreys, J.H., 2002, “Transformational leader behavior, proximity and successful services marketing”, Journal of Services Marketing. [109] Rafferty, A.E. & M.A. Griffin., 2004, “Dimensions of transformational leadership: Conceptual and empirical extensions”, Leadership Quarterly. [110] Humphreys, J.H., 2002, “Transformational leader behavior, proximity and successful services marketing”, Journal of Services Marketing. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
167
[111] Rafferty, A.E. & M.A. Griffin., 2004, “Dimensions of transformational leadership: Conceptual and empirical extensions”, Leadership Quarterly. [112] Rafferty, A.E. & M.A. Griffin., 2004, “Dimensions of transformational leadership: Conceptual and empirical extensions”, Leadership Quarterly. [113] Humphreys, J.H., 2002, “Transformational leader behavior, proximity and successful services marketing”, Journal of Services Marketing. [114] Rafferty, A.E. & M.A. Griffin., 2004, “Dimensions of transformational leadership: Conceptual and empirical extensions”, Leadership Quarterly. [115] Humphreys, J.H., 2002, “Transformational leader behavior, proximity and successful services marketing”, Journal of Services Marketing. [116] Bass, B.M., B.J. Avolio, D.I. Jung & Y. Berson., 2003, “Predicting unit performance by assessing transformational and transactional leadership”, Journal of Applied Psychology. [117] Rafferty, A.E. & M.A. Griffin., 2004, “Dimensions of transformational leadership: Conceptual and empirical extensions”, Leadership Quarterly. [118] Rafferty, A.E. & M.A. Griffin., 2004, “Dimensions of transformational leadership: Conceptual and empirical extensions”, Leadership Quarterly. [119] Yammarino, F.J., W.D. Spangler & B.M. Bass., 1993, “Transformational leadership and performance: A longitudinal investigation”, Leadership Quarterly. [120] Bass, B.M., B.J. Avolio, D.I. Jung & Y. Berson., 2003, “Predicting unit performance by assessing transformational and transactional leadership”, Journal of Applied Psychology. [121] Sarros, J.C. & J.C. Santora., 2001, “The transformational-transactional leadership model in practice, Leadership & Organization Develeopment Journal. [122] Bass, B.M., B.J. Avolio, D.I. Jung & Y. Berson., 2003, “Predicting unit performance by assessing transformational and transactional leadership”, Journal of Applied Psychology. [123] Sarros, J.C. & J.C. Santora., 2001, “The transformational-transactional leadership model in practice, Leadership & Organization Develeopment Journal. [124] Yammarino, F.J., W.D. Spangler & B.M. Bass., 1993, “Transformational leadership and performance: A longitudinal investigation”, Leadership Quarterly. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
168
[125] Solomom, C., 2001, Managing virtual teams. Workforce. [126] Kotlarsky, J. & Oshri, I., 2005, Social ties, knowledge sharing and successful collaboration in globally distributed system development projects. European Journal of Informational Systems. [127] Thamain, H., 2004, Linkages of project environment to performance: lessons for team leadership. International Journal of Project Management. [128] Kerzner, Harold. 2001. Project Management : A Systems Approach to Planning, Scheduling and Controlling, seventh edition. John Wiley & Sons Inc, Ohio. [129] Gladstein, D. L., 1984, Groups in context: a model of task group effectiveness. Administrative Science Quarterly. [130] Jasaawalla, A. R. & Sashittal, H. C., 1999, Building collaborative crossfunctional new product teams. Academy of Management Executive. [131] Kotlarsky, J. & Oshri, I., 2005, Social ties, knowledge sharing and successful collaboration in globally distributed system development projects. European Journal of Informational Systems. [132] Keyton, J., and Springston, J. 1990. Redefining Cohesiveness in Groups. Small Group Research. [133] Levine, J. M. & Moreland, R. L., 1990, Progress in small group research. Annual Review of Psychology. [134] Thibaut, J., 1950, An experimental study underprivileged groups. Human Relations.
of
cohesiveness
of
[135] Lott, A. J. & Lott, B. E., 1965, Group cohesiveness as interpersonal attraction: a review of relationship with antecedent and consequent variables. Psychological Bulletin. [136] McGrath, J. E., 1964, Social Psychology: a Brief Introduction. Holt, Rinehart & Winston, New York. [137] Evans, C.R., and Dion, K.L. 1991. Group Cohesion and Performance: A Meta-Analysis. Small Group Research. [138] Lussier, R. N., 2003, Management Fundamentals: Concepts, Applications, Skill Development, 2nd ed. South-Western, Ohio. [139] Campion, M. A., Medsker, G. J. & Higgs, A. C., 1993, Relations between work group characteristics and effectiveness: implications for designing effective work groups. Personnel Psychology. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
169
[140] Bass, B. M. & Avolio, B. J., 1994, Improving Organizational Effectiveness through Transformational Leadership. Sage Publications, California. [141] Yammarino, F. J., Spangler, W. D. & Dubinsky, A. J., 1998, Transformational and contingent reward leadership: individual, dyad and group levels of analysis. Leadership Quarterly. [142] Nelson, K. M. & Cooprider, J. G., 1996, The contribution of shared knowledge to IS group performance. MIS Quarterly. [143] Podsakoff, P. M., MacKenzie, S. B., Moorman, R. H. & Fetter, R., 1990, Transformational leader behavior and their effects on followers’trust in leader, satisfaction, and organizational citizenship behavior. Leadership Quarterly. [144] Shamir, B., Brainin, E., Zakay, E. & Popper, M., 2000, Perceived combat readness as collective efficacy: individual-and group-level analysis. Military Psychology. [145] Wang, E., Chou, H. W., & Jiang, J., 2005, The impact od charismatic leadership style on team cohesiveness and overall performance during ERP implementation. International Journal of Project Management. [146] Dionne, S. D., Yammarino, F. J., & Atwater, L. E., 2004, Transformational leadership and team performance. Journal of Organizational Change Management. [147] Perrry, M. L., Pearce, C. L., & Sims, H. P., 1999, Empowered selling teams: how shared leadership can contribute to selling team outcomes. Journal of Personal Selling and Sales Management. [148] Prati, L. M., Douglas, C., Ferris, G. R., Ammeter, A. P., & Buckley, M. R., 2003, Emotional intelligence, leadership effectiveness, and team outcomes. The International Journal of Organizational Analysis. [149] Levin, J.M., and Moreland, R.L., 1990, Progress in small group research. Ann Rev Psychol. [150] Back, K., 1951, Influence through social communication. J Abnorm Soc Psych. [151] Thibaut, J.W., 1950, An experimental study of the cohesiveness of underprivileged groups. Human Relations. [152] Lott, A.J., and Lott, B.E., 1965, Group cohesiveness as interpersonal attraction : a review of relationships with antecedent and consequent variables. Psycho Bull. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
170
[153] Zaccaro, S.J., Rittman, A.L., and Marks, M.A., 2001, Team leadership. Leadership quarterly. [154] Shaw, Group Dynamics, and Goodman et al., Understanding Groups in Organizations. [155] P.R. Bernthal and C.A. Insko. 1993. Cohesiveness Without Groupthink: The Interactive Effects of Social and Task Cohesiveness. Group and Organization Management 18. Also A. Tziner, 1982, Differential Effects of Group Cohesiveness Types: A Clarifying Overview, Social Behavior and Personality 10 [156] Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., and Connelly Jr, J.H. 1994. Organizations 8th edition. [157] Trist, E.L., 1981, The sociotechnical perspective: the evolution of sociotechnical system as a conceptual framework and as an action research program. Perspective on Organization Design and Behavior. John Wiley and Sons, New York. [158] Jewell, L. N., & Reitz, H. J., 1981, Group effectiveness in Organizations. Scott Foresman and Company, Illinois. [159] Gladstein, D. L., 1984, Groups in context: a model of task group effectiveness. Administrative Science Quarterly. [160] Schwarz, R., 1994, The Skilled Facilitator: Pratical Wisdom for Developing Effective Groups. Jossey-Bass Publisher, California. [161] Morris, P., 1988, Managing Project Interfaces. Project Management Handbook, 2nd ed. Van Nostrand, New York. [162] Kendra, K., & Taplin, L. J., 2004, Project success: a cultural framework. Project Management Journal. [163] Sarwono. S., 1997, Sosiologi kesehatan, beberapa konsep beserta aplikasinya, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta [164] Chang, R.Y., 1999, Sukses melalui kerjasama tim, Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta [165] Chang, R.Y., 1998, Membangun tim mandiri, Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta [166] Robin, S.P., 1996, Perilaku organisasi, konsep, kontroversi, aplikasi, jilid 1, edisi Bahasa Indonesia, alih bahasa Hadyana Pujaatmaka, PT. Prenhallindo, Jakarta.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
171
[167] A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK Guide) 4th Edition, 2008, Project Management Institute (PMI), USA. [168] A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK Guide) 4th Edition, 2008, Project Management Institute (PMI), USA. [169] Arditi, D. and Patel, B.K., 1989, "Impact Analysis of Owner-Directed Acceleration", Journal of Construction Engineering and Management, ASCE. [170] LPJKN (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional) [171] Kog, Y.C., Chua, D.K.H., Loh, P.K., Jaselskis, E.J., 1999, Key Determinants for Construction Schedule Performance, International Journal of Project Management [172] Danim, S., 2004, Motivasi kepemimpinan dan efektivitas kelompok. Jakarta: Rineka Cipta [173] Wang, E., Chou, H. W., & Jiang, J., 2005, The impact od charismatic leadership style on team cohesiveness and overall performance during ERP implementation. International Journal of Project Management. [174] Bass, B. M., 1990, From Transactional to Transformational Leadership: Learning to Share the Vision. Organizational Dynamics. [175] Zaccaro, S. J., Rittman, A. L., & Marks, M. A., 2001, Team leadership. Leadership Quarterly. [176] Dennis, P. Slevin. 1983. Leadership and The Project Manager. Project Management Handbook, edited by Cleland and king, New York : Van Nostrand Reinhold co. [177] Richard W. Sievert, Jr. 1986. Communication : An Important Construction Tool. Project Management Journal. [178] Li-Ren, Yang., Chung-Fah, Huang., and Kun-Shan, Wu., 2010, The association among project manager’s leadership style, teamwork and project success. International Journal of Project Management. [179] IPMA (International Project Management Association) Competence Baseline Version 3.0. www.ipma.ch [180] Moh. Nazir., 2005, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta [181] Moh. Nazir., 2005, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta [182] Robert K. Yin., 2002, Studi Kasus Desain dan Metode, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 8. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
172
[183] Moh. Nazir., 2005, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta [184] Moh. Nazir., 2005, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta [185] Sugiyono., 2003, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung [186] Kog, Y.C., Chua, D.K.H., Loh, P.K., Jaselskis, E.J., 1999, Key Determinants for Construction Schedule Performance, International Journal of Project Management [187] Sekaran, Uma., 2003, Research Methods for Business : A Skill Building Approach, John Wiley and Sons Inc, New York. [188] Riduwan., 2008, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Alfabeta, Bandung. [189] Bass, B. M., & Avolio, B. J., 1990, Manual for the Multifactor Leadership Questionnaire. Palo Alto, CA: Consulting Psychologists Press. [190] Campion, M. A., Medsker, G. J. & Higgs, A. C., 1993, Relations between work group characteristics and effectiveness: implications for designing effective work groups. Personnel Psychology. [191] Tjosvold, D., 1988, Cooperative and competitive dynamics within and between organizational units. Human Relation. [192] Henry, K. B., Arrow, H., Carini, B., 1999, A tripartite model of group identification : theory and measurement. Small Group Research. [193] Bernthal, P.,&Insko, C., 1993, Cohesiveness without groupthink: The interactive effects of social and task cohesion. Group & Organization Management. [194] Wang, E., Chou, H. W., & Jiang, J., 2005, The impact od charismatic leadership style on team cohesiveness and overall performance during ERP implementation. International Journal of Project Management. [195] Moh. Nazir., 2005, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. [196] Ghozali, I., 2007, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang [197] Sugiyono., 2003, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit Alfabeta, Bandung. [198] Hox, J.J dan Bechger, T.M., 1998, An Introduction to Structural Equation Modeling, Family Science Review.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
173
[199] Dwi Andriyani., Pengenalan Structural Equation Modeling, Sandiman Pertama pada Direktorat Analisis Sinyal Deputi II Lembaga Sandi Negara [200] Widodo, P. P., 2006, Structural Equation Modeling, Universitas Budi Luhur Jakarta. [201] Efferin, S. et al. 2008, Metode Penelitian Akuntansi (Mengungkap Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif), Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta. [202] Efron, B., and Gong, G., 1983, A Leisurely look at the bootstrap, the jackknife, and cross-validation. The American Statistician. [203] Fornell, C and Larcker, D. 1981, Evaluating Structural Equation Models with Unobservable Variable an Measurement Error. Journal of Marketing Research. [204] Ghozali, I., 2008, Structural Equation Modeling : Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS). Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
174
DAFTAR REFERENSI
A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK Guide) 4th Edition., 2008, Project Management Institute (PMI), USA. Anaroga, Pandji., 1992, Psikologi kepemimpinan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Arditi, D. and Patel, B.K., 1989, "Impact Analysis of Owner-Directed Acceleration", Journal of Construction Engineering and Management, ASCE. Avolio, B., & Bass, B., 2007, MLQ: Self Evalaution Report. MindGarden. Back, K., 1951, Influence through social communication. J Abnorm Soc Psych. Bass, B. M., 1985, Leadership and performance beyond expectations. New York: Free Press. Bass, B. M., 1990, From Transactional to Transformational Leadership: Learning to Share the Vision. Organizational Dynamics Bass, B. M., & Avolio, B. J., 1990, Manual for the Multifactor Leadership Questionnaire. Palo Alto, CA: Consulting Psychologists Press. Bass, B. M. & Avolio, B. J., 1994, Improving Organizational Effectiveness through Transformational Leadership. Sage Publications, California. Bass, B.M., B.J. Avolio, D.I. Jung & Y. Berson., 2003, “Predicting unit performance by assessing transformational and transactional leadership”, Journal of Applied Psychology. Bernthal, P.,& Insko, C., 1993, Cohesiveness without groupthink: The interactive effects of social and task cohesion. Group & Organization Management. Blake, R.R. and McCanse, J.S., 1991, The managerial grid illuminated : Leadership dilemmas grid solutions, Houston, TX : Gulf. Boyatsis, R. E., 1982, The competence Manager: A model for effective performance. New York: Wiley Burns, J. M., 1978, Leadership. New York: Harper & Row. Campion, M. A., Medsker, G. J. & Higgs, A. C., 1993, Relations between work group characteristics and effectiveness: implications for designing effective work groups. Personnel Psychology.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
175
Chang, R.Y., 1999, Sukses melalui kerjasama tim, Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta Cheung, S.O., Ng, S.T., Lam, K.C., and Yue, W.M., 2001, A satisfying leadership behavior model for design consultant. International Journal of Project Management. Cohen, S. G. and Bailey, D.E., 1997, What makes teams work : Group effectiveness research from the shop floor to the executive suite. Journal of Management. Crawford, L. H., 2003, Assessing and developing the project management competence of individuals. In J. R. Turner (Ed), People in Project Management. Aldershot, UK: Gower Crawford, L. W., 2007, Developing the Project Management Competence of Individuals. In J. R. Turner (Ed), Gower Handbook of Project Management. Aldershot, UK: Gower Publishing. Danim, S., 2004, Motivasi kepemimpinan dan efektivitas kelompok. Jakarta: Rineka Cipta David I Cleland., 1995, Leadership and the project-management body of knowledge. International journal of project management. Dennis, P. Slevin. 1983. Leadership and The Project Manager. Project Management Handbook, edited by Cleland and king, New York : Van Nostrand Reinhold co. Dionne, S. D., Yammarino, F. J., & Atwater, L. E., 2004, Transformational leadership and team performance. Journal of Organizational Change Management. Dulewicz, V. & Higgs, M., 2005, Assessing Leadership Dimensions, Style and Organizational Context. Journal of Managerial Psychology. Dulewicz, V. & Higgs, M. J., 2003, Design of a New Instrument to Assess Leadership Dimensions and Style. Henley Working Paper Series HWP 0311. Henley-on-Thames, UK: Henley Management College. Dvir, T., D. Eden, B.J. Avolio & B. Shamir., 2002, “Impact of transformational leadership on follower development and performance: A field experiment”, Academy of Management Journal. Dwi Andriyani., Pengenalan Structural Equation Modeling, Sandiman Pertama pada Direktorat Analisis Sinyal Deputi II Lembaga Sandi Negara
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
176
Edward Muzio, Deborah J. Fisher, Erv R. Thomas, Valerie Peters., 2007, Soft Skills Quantification (SSQ) for Project Manager Competencies11. Efferin, S. et al. 2008, Metode Penelitian Akuntansi (Mengungkap Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif), Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta. Efron, B., and Gong, G., 1983, A Leisurely look at the bootstrap, the jackknife, and cross-validation. The American Statistician. Frame, J. D., 1987, Managing Project in Organizations. San Francisco: Jossey Bass. Fornell, C and Larcker, D. 1981, Evaluating Structural Equation Models with Unobservable Variable an Measurement Error. Journal of Marketing Research. Ghozali, I., 2007, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Ghozali, I., 2008, Structural Equation Modeling : Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS). Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., and Connelly Jr, J.H. 1994. Organizations 8th edition. Gladstein, D. L., 1984, Groups in context: a model of task group effectiveness. Administrative Science Quarterly. Goleman, D., Boyatzis, R. E., & McKee. A., 2002, The new leaders. Cambridge, MA: Harvard Business School Press Hackman, J.R., 1987, The design of work teams. In : Lorsch, J.W, editor. Handbook of organizational behavior. NJ, Englewood Cliffs : Prentice-Hall. Hackman, J. R., & Walton, R. E., 1986, Leading groups in organizations. In P. S. Goodman (Ed.), Designing effective work groups. San Francisco: JosseyBass Handy, C. B., 1982, Understanding Organizations. London : Penguin Henry, K. B., Arrow, H., Carini, B., 1999, A tripartite model of group identification : theory and measurement. Small Group Research. Hollander, E., 1978, Leadership dynamics. New York: Free Press.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
177
House, R. J., 1971, A path-goal theory of leader effectiveness. Administrative science quarterly. Hox, J.J dan Bechger, T.M., 1998, An Introduction to Structural Equation Modeling, Family Science Review. Humphreys, J.H., 2002, “Transformational leader behavior, proximity and successful services marketing”, Journal of Services Marketing. IPMA (International Project Management Association) Competence Baseline Version 3.0. www.ipma.ch Irina Auruma, Hubungan kepemimpinan transformasional, transaksional & laissez faire terhadap tingkat kepuasan kerja staf Puskesmas di Kabupaten Bekasi Tahun 2006. Jasaawalla, A. R. & Sashittal, H. C., 1999, Building collaborative cross-functional new product teams. Academy of Management Executive. Jewell, L. N., & Reitz, H. J., 1981, Group effectiveness in Organizations. Scott Foresman and Company, Illinois J.P. Andrews, Richard H.G. Field., 1998, "Regrounding the concept of leadership", Leadership & Organization Development Journal Katzenbach, J. and Smith, D., 1993, The discipline of teams. Harvard Bus Rev. Keegan, A. E. & Den Hartog, D. N., 2004, Transformational Leadership in a Project-based Environment: a comparative study of the leadership style of the project managers and line managers, International Journal of Project Management. Kendra, K., & Taplin, L. J., 2004, Project success: a cultural framework. Project Management Journal. Kerzner, Harold. 2001. Project Management : A Systems Approach to Planning, Scheduling and Controlling, seventh edition. John Wiley & Sons Inc, Ohio Kirkpatrick, S. A. & Locke, E. A., 1991, Leadership traits do matter. Academy of Management Executive. Kog, Y.C., Chua, D.K.H., Loh, P.K., Jaselskis, E.J., 1999, Key Determinants for Construction Schedule Performance, International Journal of Project Management Koontz, H. & Weihrich, C., 1990, Essentials of Management, 5th ed. McGraw Hill, New York. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
178
Kotlarsky, J. & Oshri, I., 2005, Social ties, knowledge sharing and successful collaboration in globally distributed system development projects. European Journal of Informational Systems. Kozlowski, S. W. J., & Bell, B. S., 2003, Work groups and teams in organizations. (R. J. Klimoski, Ed.) Handbook of psychology Industrial and organizational psychology. Wiley Kozlowski, S. W. J., Gully, S. M., McHugh, P. P., Salas, E., & Cannon-Bowers, J. A., 1996, A dynamic theory of leadership and team effectiveness: Developmental and task contingent leader roles. In G. R. Ferris (Ed.), Research in personnel and human resource management. Greenwich, CT: JAI Press Levine, J. M. & Moreland, R. L., 1990, Progress in small group research. Annual Review of Psychology. Li-Ren, Yang., Chung-Fah, Huang., and Kun-Shan, Wu., 2010, The association among project manager’s leadership style, teamwork and project success. International Journal of Project Management. Liu, W., D.P. Lepak, R. Takeuchi & H.P. Sims., 2003, “Matching leadership styles with employment modes: Strategic human resource management perspective, Human Resource Management Review. Locander, W.B., F. Hamilton, D. Ladik & J. Stuart., 2002, “developing a leadership-rich culture: The missing link to creating a market-focused organization, Journal of Market-Focused Management. Lok, P. & J. Crawford., 2001, “Antecedents of organizational commitment and the mediating role of job satisfaction”, Journal of Managerial Psychology. Lott, A. J. & Lott, B. E., 1965, Group cohesiveness as interpersonal attraction: a review of relationship with antecedent and consequent variables. Psychological Bulletin. LPJKN (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional) Lussier, R. N., 2003, Management Fundamentals: Concepts, Applications, Skill Development, 2nd ed. South-Western, Ohio. Mackenzie, S.B., Podsakoff, P.M., and Rich, G.A., 2001, Transformational and transactional leadership and salesperson performance. J Acad Market Science. Makilouko, M., 2004, Coping with multi-cultural project: The leadership style of finnish project managers. International Journal of Project Management. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
179
McGrath, J. E., 1964, Social Psychology: a Brief Introduction. Holt, Rinehart & Winston, New York. Mintzberg, H., 1990, “The manager’s job: folklore and fact”, Harvard Business Review. Moh. Nazir., 2005, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta Morris, P., 1988, Managing Project Interfaces. Project Management Handbook, 2nd ed. Van Nostrand, New York. Nelson, K. M. & Cooprider, J. G., 1996, The contribution of shared knowledge to IS group performance. MIS Quarterly. Partington, D. A., 2003, Managing and Leading, In J. R. Turner (Ed), People in Project Management. Aldershot, UK: Gower. Perrry, M. L., Pearce, C. L., & Sims, H. P., 1999, Empowered selling teams: how shared leadership can contribute to selling team outcomes. Journal of Personal Selling and Sales Management. Pinto, J.K. and Slevin, D.P., 1988, Project Success : Definitions and Measurement Techniques. Project Management Journal. Podsakoff, P. M., MacKenzie, S. B., Moorman, R. H. & Fetter, R., 1990, Transformational leader behavior and their effects on followers’trust in leader, satisfaction, and organizational citizenship behavior. Leadership Quarterly. P.R. Bernthal and C.A. Insko. 1993. Cohesiveness Without Groupthink: The Interactive Effects of Social and Task Cohesiveness. Group and Organization Management 18. Also A. Tziner, 1982, Differential Effects of Group Cohesiveness Types: A Clarifying Overview, Social Behavior and Personality 10 Prati, L. M., Douglas, C., Ferris, G. R., Ammeter, A. P., & Buckley, M. R., 2003, Emotional intelligence, leadership effectiveness, and team outcomes. The International Journal of Organizational Analysis. Priyatno, Duwi., 2010, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Mediakom, Yogyakarta. Rafferty, A.E. & M.A. Griffin., 2004, “Dimensions of transformational leadership: Conceptual and empirical extensions”, Leadership Quarterly. Rakhmat Nugroho, 2006, Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan (Studi empiris pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Cabang Bandung. Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
180
Richard W. Sievert, Jr. 1986. Communication : An Important Construction Tool. Project Management Journal Riduwan., 2008, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Alfabeta, Bandung. Robbins, P. Stephen., and Coulter, Mary. 2007. Management ninth edition, Pearson International Edition. Robbin, S.P., 1996, Perilaku organisasi, konsep, kontroversi, aplikasi, jilid 1, edisi Bahasa Indonesia, alih bahasa Hadyana Pujaatmaka, PT. Prenhallindo, Jakarta. Robbins, S.P., 2005, Organizational Behavior. Beijing: Pearson Education Company. Robert K. Yin., 2002, Studi Kasus Desain dan Metode, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Rufus Patty Wutun, 1996, Persepsi karyawan tentang perilaku kepemimpinan atasan : Kajian Teori Transformational-Transactional menurut Bernard M. Bass pada Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Swasta Nasional di Jakarta. Santoso, S. Mengatasi berbagai masalah statistic dengan SPSS versi 11.5 (Jakarta : Elex Media Komputindo). Sarros, J.C. & J.C. Santora., 2001, “The transformational-transactional leadership model in practice, Leadership & Organization Develeopment Journal Sarwono. S., 1997, Sosiologi kesehatan, beberapa konsep beserta aplikasinya, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Schwarz, R., 1994, The Skilled Facilitator: Pratical Wisdom for Developing Effective Groups. Jossey-Bass Publisher, California. Sekaran, Uma., 2003, Research Methods for Business : A Skill Building Approach, John Wiley and Sons Inc, New York. Shamir, B., Brainin, E., Zakay, E. & Popper, M., 2000, Perceived combat readness as collective efficacy: individual-and group-level analysis. Military Psychology. Shaw, Group Dynamics, and Goodman et al., Understanding Groups in Organizations. Sinclair, B., 1992, The Emergence of Strong Leadership in the 1980s House of Representatives. The Journal of Politics
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
181
Slevin, D.P. and Pinto, J.K., 1991, Project Leadership : Understanding and consciously choosing your style. Project Management Journal. S. Nauman and A.M. Khan., 2009, Pattern of leadership for effective Project Management. Journal of Quality and Technology Management. Soeharto, Iman., 1997, Manajemen proyek dari konseptual sampai operasional, Erlangga, Jakarta. Solomom, C., 2001, Managing virtual teams. Workforce. Sondang P. Siagian., 1999, Manajemen sumber daya manusia, Bumi Aksara. Jakarta. Stewart, G. L., & Manz, C. C., 1995,Leadership for self-managing work teams: A typology and integrative model. Human Relations Sugiyono., 2003, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung Thamain, H., 2004, Linkages of project environment to performance: lessons for team leadership. International Journal of Project Management Thibaut, J., 1950, An experimental study of cohesiveness of underprivileged groups. Human Relations. Thite, M., 2000, Leadership style in information technology projects. International Project Management. Tjosvold, D., 1988, Cooperative and competitive dynamics within and between organizational units. Human Relation. Trist, E.L., 1981, The sociotechnical perspective: the evolution of sociotechnical system as a conceptual framework and as an action research program. Perspective on Organization Design and Behavior. John Wiley and Sons, New York Turner, J. R., 1999, The Handbook of Project-based Management: Improving the Processes for Achieving Strategic Objectives. London: McGraw-Hill. Turner, J. R. & Muller, R., 2005, The Project Manager’s Leadership style as a Success Factor on Projects: a Literature Review. Project Management Journal. Turner, S.G., Utley, D.R., and Westbrook, J.D., 1998, Project Managers and Functional Managers : Case study of job satisfaction in a Matrix Organization. Project Management Journal.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
182
Waldman, D.A., G.G. Ramirez, R.J. House & P. Puranam., 2002, “Does leadership matter? CEO leadership attributes and profitability under conditions of perceived environmental uncertainty, Academy of Management Journal. Wang, E., Chou, H. W., & Jiang, J., 2005, The impact od charismatic leadership style on team cohesiveness and overall performance during ERP implementation. International Journal of Project Management. Widodo, P. P., 2006, Structural Equation Modeling, Universitas Budi Luhur Jakarta. Yammarino, F.J., W.D. Spangler & B.M. Bass., 1993, “Transformational leadership and performance: A longitudinal investigation”, Leadership Quarterly. Yammarino, F. J., Spangler, W. D. & Dubinsky, A. J., 1998, Transformational and contingent reward leadership: individual, dyad and group levels of analysis. Leadership Quarterly. Yin, R.K., 2002, Studi Kasus Desain dan Metode, Raja Grafindo Persada, Jakarta Zaccaro, S. J., Rittman, A. L., & Marks, M. A., 2001, Team leadership. Leadership Quarterly. Zhang, Wei., 2009, The Relationship Between Project Management Leadership Style and Project Success. Zimmerer, T. and Yasin, M.M., 1998, A leadership profile of American Project Managers. Project Management Journal.
Universitas Indonesia
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 1 Matrik Referensi/Literatur
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 1 Matrik Referensi/Literatur
Matrik Referensi/Literatur Judul Penelitian
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Analisa Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional untuk meningkatkan Kerjasama Tim dan Kinerja Waktu Proyek (Studi Kasus pada PT.X)
Contingent Reward
Transaksional
Management by Exception Active
Management by Exception Passive
Idelized Attributes
Gaya Kepemimpinan
Idealized influence
Transformasional
Inspirational Motivation
Intellectual Stimulation
Individualized Consideration
Komunikasi
Kolaborasi
Kerjasama Tim
Communication between Work Groups Communication within the Work Group Integrated information and resources Assisting another Discussing Problems openly Support and encouragement Insisting on solving a problem by oneself Avoiding discussing problems Cohesion
Affective
Keutuhan
Behavioral
Cognitive Social-oriented cohesion
Sub-Indikator Imbalan sebagai balasan atas dukungan Imbalan atas hasil kerja Kesepakatan imbalan dari hasil kerja Perundingan imbalan sebagai balas jasa Bantuan sebagai balas jasa Tindakan untuk memperoleh imbalan Kepastian Imbalan yang pantas atas hasil kerja Kepastian penghargaan atas hasil kerja kepuasan atas hasil kerja Perhatian fokus kepada kesalahan Pengawasan kepada kesalahan Memantau kesalahan Perbaikan kesalahan Peraturan untuk mencegah kesalahan Perhatian kepada kegagalan Komentar atas hasil kerja Tindakan perbaikan setelah gagal mencapai sasaran Perbaikan setelah gagal mencapai prestasi kerja Tindakan sampai masalah serius Penyampaian kesalahan lebih banyak dari pada hasil kerja Tindakan jika ada kesalahan Tindakan atas penyimpangan Tindakan dalam masalah gawat Pengorbanan diri Tenang dalam situasi kritis Rasa Bangga Mendahulukan kepentingan orang lain Keyakinan diri Kemampuan dan keahlian Rasa hormat Kepercayaan diri Nilai dan keyakinan hidup Komitmen Cita-cita Asumsi dari keputusan Keyakinan atas gagasan, nilai dan kepercayaan Sigap dalam masalah sulit Tujuan sebagai dasar tindakan Kepercayaan antar staf Visi, misi dan tujuan Tingkah laku sesuai dengan nilai kehidupan Standar yang tinggi terhadap hasil kerja Semangat mencapai kemungkinan baru Optimis tentang masa depan Kepercayaan diri atas kemampuan Motivasi kepada staf Fokus kepada keberhasilan Motivasi untuk bekerja keras Semangat terhadap tujuan Kesadaran pada hal prioritas Semangat untuk berhasil Visi yang harus dicapai Optimis dalam penyelesaian rencana Inspirasi untuk berbuat lebih Menghargai pertanyaan bernilai penting Pemeriksaan terhadap asumsi kritis Pemikiran kreatif Respon terhadap cara lama dan tradisional Pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang cara-cara baru dalam pekerjaan Motivasi untuk gagasan dan pendapat Melihat masalah dari aspek berbeda Pemikiran yang inovatif Pemecahan masalah dengan logis Perlakuan sebagai individu dalam kelompok Mendengarkan pandangan Pemberian nasehat Motivasi untuk berkembang Pemberian pelatihan dan petunjuk Perlakuan sebagai individu yang berbeda Pelatihan untuk mengetahui kebutuhan dan kemampuan Pengembangan diri Mendengarkan keluhan Komunikasi dengan orang lain Persaingan antar kelompok kerja Bekerja sama dalam perusahaan Tukar informasi antar anggota kelompok kerja Peningkatan komunikasi antar anggota kelompok kerja Bekerja sama dalam kelompok kerja Integrasi informasi Integrasi sumber daya Membantu dalam penyelesaian pekerjaan
Sangat Buruk Buruk Rata-rata Baik Sangat Baik
Kuesioner
Orang-orang menggabungankan informasi, ide, dan sumber daya lain untuk menyelesaikan tugas-tugas bersama Orang-orang mengambil waktu untuk membantu dan menolong orang lain agar dapat menyelesaikan pekerjaan
Diskusi dalam pemecahan masalah
orang-orang berbicara secara terbuka dan berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi bersama-sama
Motivasi dan dukungan
Orang-orang saling mendukung dan mendorong
Pimpinan saya memberikan kepada saya apa yang saya inginkan sebagai balasan atas dukungan saya terhadapnya Pimpinan saya menyatakan secara jelas kepada say tentang apa yang dapat saya peroleh apabila hasil kerja saya mencapai standar/patokan Pimpinan saya membuat kesepakatan dengan saya tentang apa yang akan saya terima, apabila saya melakukan pekerjaan sesuai dengan harapan Pimpinan saya berunding dengan saya tentang apa yang dapat saya peroleh sebagai balas jasa atas apa yang telah saya hasilkan Pimpinan saya mau membantu pekerjaan staf sebagai balas jasa atas upaya-upaya yang telah staf lakukan Pimpinan saya memerintahkan apa yang harus saya lakukan agar usaha saya memperoleh imbalan Pimpinan saya meyakinkan kepada kami bahwa kami akan menerima imbalan yang pantas atas hasil kerja kami yang mencapai target Saya dan pimpinan saya akan memperoleh penghargaan karena saya telah melaksanakan pekerjaan dengan baik Pimpinan saya menunjukan kepuasannya bilaman saya melakukan tugas dengan baik Pimpinan saya memusatkan perhatian kepada hal-hal yang tidak teratur, keliru/salah dan menyimpang dari standar/patokan yang telah ditetapkan Pimpinan saya mengawasi secara ketat kesalahan-kesalahan dalam hasil kerja saya Pimpinan saya menghabiskan waktu saya untuk mencari “apa yang harus bisa diatasi Pimpinan saya memperbaiki kesalahan-kesalahan saya Pimpinan saya menekankan aturan-aturan agar terhindar dari kesalahan-kesalahan Pimpinan saya memperhatikan kegagalan dalam rangka mencapai standar/patokan hasil kerja Pimpinan saya mencari kesalahan terlebih dahulu sebelum mengomentari hasil kerja staf Pimpinan saya akan mengambil tindakan perbaikan setelah staf gagal mencapai sasaran yang ditetapkan Setelah prestasi kerja saya menurun dibawah standar/patokan/target, pimpinan saya baru berusaha melakukan perbaikan-perbaikan Pimpinan saya gagal melakukan campur tangan sampai masalah yang dihadapi menjadi serius Pimpinan saya lebih banyak mengatakan tentang apa kesalahan saya dari pada apa yang telah saya lakukan dengan benar Jika ada sesuatu yang salah, pimpinan saya akan mengambil tindakan Pimpinan saya percaya kepada pendapat yang mengatakan “tak perlu melakukan tindakan apabila belum ditemukan kelainan/penyimpangan” Pimpinan saya mengambil tindakan bila masalah-masalah sudah menjadi gawat Pimpinan saya mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang lain Pimpinan saya bersikap tenang menghadapi situasi krisis Pimpinan saya menanamkan rasa bangga saya selama bergabung bersamanya Demi kebaikan tim, pimpinan saya tidak memperhatikan keinginan pribadinya Pimpinan saya memberikan keyakinan bahwa kami dapat mengatasi rintangan-rintangan yang ada Pimpinan saya menunjukan bakat dan kemampuannya dalam setiap hal yang ia lakukan Tindakan-tindakan pimpinan saya menimbulkan rasa hormat saya kepadanya Pimpinan saya menunjukan rasa percaya diri Nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang paling penting baginya selalu dibahas bersama Pimpinan saya menekankan pada staf akan pentingya komitmen/keterikatan terhadap keyakinan-keyakinan yang dia miliki Pimpinan sayamenekankan secara khusus akan pentingnya memiliki satu keinginan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan Pimpinan saya mempertimbangkan akibat-akibat moral dan etika dari keputusan-keputusan yang dibuatnya Pimpinan saya menunjukan keyakinan akan gagasan-gagasan, nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan yang ia miliki Pimpinan saya siap dan tahan menghadapi masalah-masalah sulit Pimpinan saya menjelaskan tujuan utama yang mendasari “tindakan-tindakan kami” Pimpinan saya menyatakan bahwa saling percaya dapat membantu kami mengatasi kesulitan-kesulitan yang kami hadapi bersama Pimpinan saya menekankan pentingnya rasa kebersamaan dalam suatu misi Pimpinan saya berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ia anut Pimpinan saya menetapkan standar/patokan yang tinggi terhadap hasil kerja yang harus dicapai Pimpinan saya bersemangat untuk memperoleh kemungkinan-kemungkinan baru Pimpinan saya membicarakan masa depan dengan optimis Pimpinan saya menunjukan kepercayaan diri bahwa kami mampu mencapai tujuan Pimpinan saya memberikan dorongan terus-menerus kepada saya Pimpinan saya menyarankan kepada staf bahwa mereka harus memperhatikan apa yang harus mereka lakukan untuk menjadi berhasil Pimpinan saya memotivasi/mendorong saya untuk bekerja lebih banyak dan lebih keras dari pada yang selama ini saya lakukan Pimpinan saya menjelaskan dengan penuh semangat tentang tujuan-tujuan apa yang harus dicapai Pimpinan saya menumbuhkan kesadaran dalam diri saya tentang hal-hal apa yang penting untuk dipertimbangkan/diperhatikan Pimpinan saya meningkatkan motivasi saya untuk berhasil Pimpinan saya membicarakan secara jelas dengan staf tentang bayangan masa depan (visi) yang harus dapat dicapai Pimpinan saya menunjukan kepastian untuk menyelesaikan apa yang telah direncanakannya Pimpinan saya mengajak saya untuk melakukan sesuatu yang lebih besar/banyak dari pada yang selama ini saya lakukan Pimpinan saya menghargai pertanyaan saya yang memiliki nilai penting/berguna Pimpinan saya memeriksa kembali dugaan-dugaan (asumsi) yang bersifat kritis untuk mengetahui apakah asumsi itu tepat Pimpinan saya mendorong staf untuk memikirkan kembali gagasan-gagasan yang belum pernah dipertanyakan sebelumnya Pimpinan saya mempertanyakan cara-cara lama dan tradisional dalam melakukan sesuatu Pimpinan saya memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang Pimpinan saya meyarankan kepada kami untuk mencari cara-cara baru dalam mengerjakan tugas Pimpinan saya mendorong saya untuk mengeluarkan dan menyatakan gagasan dan pendapat yang saya miliki Pimpinan saya meminta saya untuk melihat satu masalah dari berbagai aspek/segi yang berbeda-beda Pimpinan saya mendorong saya untuk berpikir tidak tradisional dalam memecahkan masalah/persoalan yang tradisional Pimpinan saya mendorong saya untuk memecahkan masalah dengan menggunakan alasan logis dan bukti-bukti nyata dari pada menggunakan pendapat yang tidak ada buktinya. Pimpinan saya memperlakukan saya sebagai individu/pribadi, bukan hanya sebagai anggota dari suatu tim Pimpinan saya mengdengarkan dengan penuh perhatian atas apa yang saya kemukakan Pimpinan saya memberikan nasehat-nasehat yang berguna bagi pengembangan diri saya Pimpinan saya menekankan kepada saya untuk mengembangkan kekuatan-kekuatan yang saya miliki Pimpinan saya meluangkan waktunya untuk mengajari dan member petunjuk kepada saya Pimpinan saya memperlakukan kami sebagai individu-individu yang masing-masing memiliki kebutuhan, kemampuan dan aspirasi yang berbeda Pimpinan saya mengajarkan kepada saya bagaimana cara mengetahui kebutuhan dan kemampuan pihak lain Pimpinan saya meningkatkan pengembangan diri saya Pimpinan saya memberikan perhatian secara pribadi kepada staf yang membutuhkan perhatian Anggota tim saya sering berbicara dengan orang lain di perusahaan selain orang-orang di dalam tim Ada kompetisi kecil antara tim saya dan tim lain di perusahaan Tim di perusahaan bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan Anggota tim saya bersedia untuk berbagi informasi dengan anggota tim lain tentang pekerjaan Tim meningkatkan komunikasi antara orang yang bekerja di obyek yang sama Anggota tim saya bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan
Michael A. Campion, Gina J. Medsker & A. Catherine Higgs (1993)
Anggota tim saya berbicara terbuka dan berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi Dean Tjosvold (1988) Anggota tim saya saling mendukung dan mendorong
Orang-orang mendiskusikan masalah tetapi bersikeras untuk melakukan dengan cara mereka sendiri
Anggota tim saya mendiskusikan masalah tetapi tetap melakukan dengan cara mereka sendiri
Orang-orang menghindari untuk membahas masalah dan mencoba memecahkannya
Anggota tim saya menghindari untuk membahas masalah dan mencoba memecahkannya
Menolak untuk membantu dalam penyelesaian tugas Tim menjadi bagian proyek Tim melekat pada proyek Bangga menjadi bagian tim Tanggung jawab menjaga tim Senang berada di kelompok berbeda Rasa saling suka dalam tim Interaksi dengan anggota lain Rasa tidak suka dengan banyak orang dalam tim Tidak ada kerjasama dalam tim Kontribusi dalam mencapai tujuan Penyelesaian terhadap masalah bersama Tidak ada kerjasama dalam penyelesaian tugas tim Tim menjadi bagian diri Melihat diri berbeda dengan anggota lain Tim tidak menjadi bagian diri Melihat diri mirip dengan anggota lain
Rekan kerja tidak bersedia membantu orang lain untuk menyelesaikan tugas Penting bagi anggota tim menjadi bagian dalam proyek Anggota tim melekat kuat di proyek Anggota tim bangga menjadi bagian dalam tim Setiap anggota tim bertanggung jawab untuk memelihara dan menjaga tim Anggota tim lebih suka berada di grup yang berbeda Anggota tim ini saling menyukai satu sama lain Anggota tim menikmati berinteraksi dengan anggota lain Anggota tim tidak suka banyak orang dalam tim Anggota tim tidak harus bergantung satu sama lain Tiap anggota perlu berkontribusi dalam mencapai tujuan tim Tim menyelesaikan hal-hal yang tidak dapat diselesaikan oleh satu anggota tim Anggota tim tidak perlu bekerja sama untuk menyelesaikan tugas tim Anggota tim berpikir tim ini sebagai bagian dari diri mereka Anggota tim melihat diri sendiri sangat berbeda dari anggota tim lain Anggota tim tidak berpikir tim ini sebagai bagian dari diri mereka Anggota tim melihat diri sendiri cukup mirip dengan anggota tim lain
Anggota tim saya tidak bersedia membantu orang lain untuk menyelesaikan tugas Anggota tim saya menjadi bagian dalam proyek Anggota tim saya melekatkan kuat di proyek Anggota tim saya bangga menjadi bagian dalam tim Anggota tim saya bertanggung jawab untuk memelihara dan menjaga tim Anggota tim saya lebih suka berada pada grup lain Anggota tim saya saling menyukai satu sama lain Anggota tim saya senang berinteraksi dengan anggota lain Anggota tim saya tidak suka banyak orang dalam tim Anggota tim saya tidak harus bergantung satu sama lain Tiap anggota tim saya perlu berkontribusi dalam mencapai tujuan tim Tim menyelesaikan hal-hal yang tidak dapat diselesaikan oleh satu anggota tim Anggota tim saya tidak perlu bekerja sama untuk menyelesaikan tugas tim Anggota tim saya berpikir tim sebagai bagian dari diri mereka Anggota tim saya melihat diri sendiri sangat berbeda dari anggota tim lain Anggota tim saya tidak berpikir tim sebagai bagian dari diri mereka Anggota tim saya melihat diri sendiri cukup mirip dengan anggota tim lain
Fokus tim pada penyelesaian tugas Terlambat > 16%
MLQ Bass & Avolio (2000)
Anggota tim saya menggabungkan ide dan sumber daya lain untuk menyelesaikan tugas bersama Anggota tim saya menyediakan waktu untuk membantu dan menolong anggota tim lain agar depat menyelesaikan pekerjaan
Diskusi dalam pemecahan masalah dengan cara sendiri
Skill dalam orientasi sosial
Referensi
Anggota tim saya menggabungkan informasi untuk menyelesaiakan tugas bersama
Menghindari diskusi untuk pemecahan masalah
Task-oriented cohesion Skill dalam orientasi pemecahan masalah
Kinerja Waktu
Pernyataan Memberikan kepada staf apa yang mereka inginkan sebagai balasan atas dukungan bawahan Menyatakan secara jelas kepada staf tentang apa yang dapat mereka peroleh apabila hasil kerjanya mencapai standar Membuat kesepakatan kepada staf tentang apa yang mereka terima, apabila mereka melakukan pekerjaannya sesuai dengan harapan Berunding dengan staf tentang apa yang dapat mereka peroleh sebagai balas jasa atas apa yang telah mereka hasilkan Mau membantu pekerjaan staf sebagai balas jasa atas upaya-upaya yang telah mereka lakukan Menunjukan kepada staf apa yang harus mereka lakukan untuk memperoleh imbalan dari upaya-upaya yang mereka lakukan Meyakinkan staf bahwa mereka menerima imbalan yang pantas atas hasil kerjanya yang mencapai target Meyakinkan kepada staf tentang penghargaan yang akan diterima apabila bersama-sama melaksanakan pekerjaan dengan baik Menunjukan kepuasan bilamana staf melakukan tugasnya dengan baik Memusatkan perhatian kepada hal-hal yang tidak teratur, keliru/salah dan menyimpang dari standar/patokan yang telah ditetapkan Mengawasi secara ketat kesalahan-kesalahan dalam hasil kerja staf Menghabiskan waktunya untuk mencari "apa yang harus diatasi" Memperbaiki kesalahan-kesalahan staf Menekankan aturan-aturan kepada staf agar terhindar dari kesalahan-kesalahan Memperhatikan kegagalan dalam rangka mencapai standar/patokan hasil kerja Mengomentari hasil kerja staf setelah mencari kesalahan Mengambil tindakan perbaikan setelah staf gagal mencapai sasaran yang ditetapkan Melakukan perbaikan-perbaikan setelah staf gagal mencapai prestasi kerja sesuai dengan standar/patokan Mengambil tindakan sampai masalah yang dihadapi menjadi serius Mengatakan tentang kesalahan-kesalahan staf lebih banyak dari pada hasil kerja yang dilakukan benar Jika ada sesuatu yang salah, akan mengambil tindakan Perlu melakukan tindakan apabila ditemukan kelainan/penyimpangan Mengambil tindakan bila masalah-masalah sudah menjadi gawat Mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang lain Bersikap tenang dalam menghadapi situasi kritis Menanamkan rasa bangga kepada staf selama bergabung bersama Tidak memperhatikan keinginan pribadi Memberikan keyakinan kepada staf, rintangan dapat diatasi bersama Menunjukan bakat dan kemampuan dalam setiap hal yang dilakukan Mendapat respek dari staf Menunjukan kepercayaan diri pada staf Membahas nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang penting dengan staf Menekankan pada staf akan pentingnya komitmen/keterikatan mereka Menekankan secara khusus kepada staf akan pentingnya mereka memiliki satu keinginan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan Mempertimbangkan akibat-akibat moral dan etika dari keputusan-keputusan yang dibuat Menunjukan kepada staf keyakinan akan gagasan-gagasan, nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan yang dimiliki Siap dan tahan menghadapi masalah-masalah yang sulit Memperjelas tujuan utama yang mendasari tindakan-tindakan kepada staf Menjelaskan akan pentingnya saling percaya diantara staf, untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada Menekankan kepada staf tentang perlunya memiliki satu misi/tugas/tujuan yang sama Bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dianut Menetapkan standar/patokan yang tinggi terhadap hasil kerja yang harus dicapai Bersemangat untuk memperoleh kemungkinan-kemungkinan baru Membicarakan secara optimis tentang masa depan dengan staf Menunjukan kepercayaan diri atas kemampuannya mencapai tujuan Memberikan dorongan terus-menerus kepada staf Menyarankan kepada staf untuk fokus terhadap apa yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan Memotivasi staf untuk bekerja lebih banyak dan lebih keras dari biasanya Menjelaskan dengan penuh semangat kepada staf tentang tujuan-tujuan apa yang harus dicapai Menumbuhkan kesadaran staf pada hal-hal yang diprioritaskan Meningkatkan semangat staf untuk berhasil Membicarakan secara jelas tentang visi yang harus dicapai Menunjukan kepastian dalam menyelesaikan suatu rencana Mengajak staf untuk melakukan sesuatu yang lebih dari biasanya Menghargai pertanyaan staf yang memiliki nilai penting/berguna Memeriksa kembali dugaan-dugaan/asumsi yang bersifat kritis untuk mengetahui apaka asumsi itu tepat Mendorong staf untuk memikirkan gagasan-gagasan baru Mempertanyakan cara-cara lama dan tradisional dalam melakukan sesuatu Memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang Menyarankan staf tentang perlunya menggunakan cara-cara baru dalam melaksanakan pekerjaan/tugas Mendorong staf untuk mengeluarkan dan menyatakan gagasan-gagasan dan pendapat-pendapat yang mereka miliki Meminta staf untuk melihat satu masalah dari berbagai aspek/segi yang berbeda-beda Mendorong staf untuk berpikir tidak tradisional dalam memecahkan masalah/persoalan tradisional Mendorong staf untuk memecahkan masalah dengan menggunakan alasan logis dan bukti-bukti nyata Memperlakukan staf sebagai individu/pribadi tidak hanya sebagai anggota kelompok Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikemukakan staf Memberikan nasehat-nasehat yang berguna bagi pengembangan diri staf Menekankan kepada staf untuk mengembangkan kekuatan-kekuatan mereka sendiri Meluangkan waktu untuk mengajari dan memberi petunjuk kepada staf Memperlakukan staf sebagai individu-individu yang berbeda satu dengan yang lain Mengajarkan kepada staf bagaimana cara mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan kemampuan-kemampuan pihak lain Meningkatkan pengembangan diri pada staf Memberikan perhatian secara pribadi kepada staf yang kelihatannya membutuhkan perhatian Berkomunikasi dengan orang lain selain tim Kompetisi antar tim di dalam perusahaan Bekerja sama di dalam perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaan Bersedia berbagi informasi antar anggota tim tentang pekerjaan Meningkatkan komunikasi antar orang-orang yang bekerja di obyek yang sama Bekerja sama di dalam tim untuk menyelesaikan pekerjaan
Anggota tim merasa bahwa orang-orang dalam tim memiliki skill sosial yang tinggi Anggota tim merasa bahwa orang-orang dalam tim memiliki skill memecahkan masalah yang tinggi Anggota tim merasa bahwa tim berfokus pada menyelesaikan tugas
Anggota tim saya merasa bahwa anggota dalam tim memiliki skill sosial yang tinggi Anggota tim saya merasa bahwa anggota dalam tim memiliki skill memecahkan masalah yang tinggi Anggota tim saya merasa bahwa tim berfokus pada penyelesaian tugas
Eric Wang, Huey-Wen Chou and James Jiang (2004)
Kelly Bouas Henry, Holly Arrow and Barbara Carini (1999)
Bernthal and Insko (1993)
Terlambat > 16%
Terlambat antara 8% - 16%
Terlambat antara 8% - 16%
Terlambat ≤ 8%
Terlambat ≤ 8%
Lebih Cepat antara 0 - 4%
Lebih Cepat antara 0 - 4%
Lebih Cepat > 4%
Lebih Cepat > 4%
L1-1
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Kog, Y.C., Chua, D.K.H., Loh, P.K. and Jaselskis, E.J. (1999)
Lampiran 2 Validasi Variabel Penelitian
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 2 Validasi Variabel Penelitian
Variabel Penelitian
Analisa Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional untuk meningkatkan Kerjasama Tim dan Kinerja Waktu Proyek (Studi Kasus pada PT.X)
Judul Penelitian
Variabel
Sub Variabel
Transaksional
Kepemimpinan
Transformasional
Komunikasi
Kolaborasi
Kerjasama Tim
X1 X2 X3 X4 X5 Contingent Reward X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 Management by X13 Exception Active X14 X15 X16 X17 X18 X19 Management by X20 Exception Passive X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 Idelized Attributes X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35 X36 Idealized influence X37 X38 X39 X40 X41 X42 X43 X44 X45 X46 X47 Inspirational X48 Motivation X49 X50 X51 X52 X53 X54 X55 X56 X57 X58 X59 Intellectual Stimulation X60 X61 X62 X63 X64 X65 X66 X67 X68 Individualized X69 Consideration X70 X71 X72 X73 Z1 Communication Z2 between Work Groups Z3 Communication within Z4 Z5 the Work Group Z6 Integrated information Z7 Z8 and resources Assisting another Z9
Discussing Problems openly Support and encouragement Insisting on solving a problem by oneself Avoiding discussing problems Cohesion
Affective
Keutuhan
Behavioral
Cognitive Social-oriented cohesion Task-oriented cohesion
Kinerja Waktu
Sub-Indikator
Indikator
Sangat Buruk Buruk Rata-rata Baik Sangat Baik
Imbalan sebagai balasan atas dukungan Imbalan atas hasil kerja Kesepakatan imbalan dari hasil kerja Perundingan imbalan sebagai balas jasa Bantuan sebagai balas jasa Tindakan untuk memperoleh imbalan Kepastian Imbalan yang pantas atas hasil kerja Kepastian penghargaan atas hasil kerja kepuasan atas hasil kerja Perhatian fokus kepada kesalahan Pengawasan kepada kesalahan Memantau kesalahan Perbaikan kesalahan Peraturan untuk mencegah kesalahan Perhatian kepada kegagalan Komentar atas hasil kerja Tindakan perbaikan setelah gagal mencapai sasaran Perbaikan setelah gagal mencapai prestasi kerja Tindakan sampai masalah serius Penyampaian kesalahan lebih banyak dari pada hasil kerja Tindakan jika ada kesalahan Tindakan atas penyimpangan Tindakan dalam masalah gawat Pengorbanan diri Tenang dalam situasi kritis Rasa Bangga Mendahulukan kepentingan orang lain Keyakinan diri Kemampuan dan keahlian Rasa hormat Kepercayaan diri Nilai dan keyakinan hidup Komitmen Cita-cita Asumsi dari keputusan Keyakinan atas gagasan, nilai dan kepercayaan Sigap dalam masalah sulit Tujuan sebagai dasar tindakan Kepercayaan antar staf Visi, misi dan tujuan Tingkah laku sesuai dengan nilai kehidupan Standar yang tinggi terhadap hasil kerja Semangat mencapai kemungkinan baru Optimis tentang masa depan Kepercayaan diri atas kemampuan Motivasi kepada staf Fokus kepada keberhasilan Motivasi untuk bekerja keras Semangat terhadap tujuan Kesadaran pada hal prioritas Semangat untuk berhasil Visi yang harus dicapai Optimis dalam penyelesaian rencana Inspirasi untuk berbuat lebih Menghargai pertanyaan bernilai penting Pemeriksaan terhadap asumsi kritis Pemikiran kreatif Respon terhadap cara lama dan tradisional Pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang cara-cara baru dalam pekerjaan Motivasi untuk gagasan dan pendapat Melihat masalah dari aspek berbeda Pemikiran yang inovatif Pemecahan masalah dengan logis Perlakuan sebagai individu dalam kelompok Mendengarkan pandangan Pemberian nasehat Motivasi untuk berkembang Pemberian pelatihan dan petunjuk Perlakuan sebagai individu yang berbeda Pelatihan untuk mengetahui kebutuhan dan kemampuan Pengembangan diri Mendengarkan keluhan Komunikasi dengan orang lain Persaingan antar kelompok kerja Bekerja sama dalam perusahaan Tukar informasi antar anggota kelompok kerja Peningkatan komunikasi antar anggota kelompok kerja Bekerja sama dalam kelompok kerja Integrasi informasi Integrasi sumber daya Membantu dalam penyelesaian pekerjaan
Pakar
Deskriptor Memberikan kepada staf apa yang mereka inginkan sebagai balasan atas dukungan yang mereka berikan kepadanya Menyatakan secara jelas kepada staf tentang apa yang dapat mereka peroleh apabila hasil kerjanya mencapai standar Membuat kesepakatan kepada staf tentang apa yang mereka terima, apabila mereka melakukan pekerjaannya sesuai dengan harapan Berunding dengan staf tentang apa yang dapat mereka peroleh sebagai balas jasa atas apa yang telah mereka hasilkan Mau membantu pekerjaan staf sebagai balas jasa atas upaya-upaya yang telah mereka lakukan Menunjukan kepada staf apa yang harus mereka lakukan untuk memperoleh imbalan dari upaya-upaya yang mereka lakukan Meyakinkan staf bahwa mereka menerima imbalan yang pantas atas hasil kerjanya yang mencapai target Meyakinkan kepada staf tentang penghargaan yang akan diterima apabila bersama-sama melaksanakan pekerjaan dengan baik Menunjukan kepuasan bilamana staf melakukan tugasnya dengan baik Memusatkan perhatian kepada hal-hal yang tidak teratur, keliru/salah dan menyimpang dari standar/patokan yang telah ditetapkan Mengawasi secara ketat kesalahan-kesalahan dalam hasil kerja staf Menghabiskan waktunya untuk mencari "apa yang harus diatasi" Memperbaiki kesalahan-kesalahan staf Menekankan aturan-aturan kepada staf agar terhindar dari kesalahan-kesalahan Memperhatikan kegagalan dalam rangka mencapai standar/patokan hasil kerja Mengomentari hasil kerja staf setelah mencari kesalahan Mengambil tindakan perbaikan setelah staf gagal mencapai sasaran yang ditetapkan Melakukan perbaikan-perbaikan setelah staf gagal mencapai prestasi kerja sesuai dengan standar/patokan Mengambil tindakan sampai masalah yang dihadapi menjadi serius Mengatakan tentang kesalahan-kesalahan staf lebih banyak dari pada hasil kerja yang dilakukan benar Jika ada sesuatu yang salah, akan mengambil tindakan Perlu melakukan tindakan apabila ditemukan kelainan/penyimpangan Mengambil tindakan bila masalah-masalah sudah menjadi gawat Mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang lain Bersikap tenang dalam menghadapi situasi kritis Menanamkan rasa bangga kepada staf selama bergabung bersama Tidak memperhatikan keinginan pribadi Memberikan keyakinan kepada staf, rintangan dapat diatasi bersama Menunjukan bakat dan kemampuan dalam setiap hal yang dilakukan Mendapat respek dari staf Menunjukan kepercayaan diri pada staf Membahas nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang penting dengan staf Menekankan pada staf akan pentingnya komitmen/keterikatan mereka Menekankan secara khusus kepada staf akan pentingnya mereka memiliki satu keinginan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan Mempertimbangkan akibat-akibat moral dan etika dari keputusan-keputusan yang dibuat Menunjukan kepada staf keyakinan akan gagasan-gagasan, nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan yang dimiliki Siap dan tahan menghadapi masalah-masalah yang sulit Memperjelas tujuan utama yang mendasari tindakan-tindakan kepada staf Menjelaskan akan pentingnya saling percaya diantara staf, untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada Menekankan kepada staf tentang perlunya memiliki satu misi/tugas/tujuan yang sama Bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dianut Menetapkan standar/patokan yang tinggi terhadap hasil kerja yang harus dicapai Bersemangat untuk memperoleh kemungkinan-kemungkinan baru Membicarakan secara optimis tentang masa depan dengan staf Menunjukan kepercayaan diri atas kemampuannya mencapai tujuan Memberikan dorongan terus-menerus kepada staf Menyarankan kepada staf untuk fokus terhadap apa yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan Memotivasi staf untuk bekerja lebih banyak dan lebih keras dari biasanya Menjelaskan dengan penuh semangat kepada staf tentang tujuan-tujuan apa yang harus dicapai Menumbuhkan kesadaran staf pada hal-hal yang diprioritaskan Meningkatkan semangat staf untuk berhasil Membicarakan secara jelas tentang visi yang harus dicapai Menunjukan kepastian dalam menyelesaikan suatu rencana Mengajak staf untuk melakukan sesuatu yang lebih dari biasanya Menghargai pertanyaan staf yang memiliki nilai penting/berguna Memeriksa kembali dugaan-dugaan/asumsi yang bersifat kritis untuk mengetahui apaka asumsi itu tepat Mendorong staf untuk memikirkan gagasan-gagasan baru Mempertanyakan cara-cara lama dan tradisional dalam melakukan sesuatu Memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang Menyarankan staf tentang perlunya menggunakan cara-cara baru dalam melaksanakan pekerjaan/tugas Mendorong staf untuk mengeluarkan dan menyatakan gagasan-gagasan dan pendapat-pendapat yang mereka miliki Meminta staf untuk melihat satu masalah dari berbagai aspek/segi yang berbeda-beda Mendorong staf untuk berpikir tidak tradisional dalam memecahkan masalah/persoalan tradisional Mendorong staf untuk memecahkan masalah dengan menggunakan alasan logis dan bukti-bukti nyata Memperlakukan staf sebagai individu/pribadi tidak hanya sebagai anggota kelompok Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikemukakan staf Memberikan nasehat-nasehat yang berguna bagi pengembangan diri staf Menekankan kepada staf untuk mengembangkan kekuatan-kekuatan mereka sendiri Meluangkan waktu untuk mengajari dan memberi petunjuk kepada staf Memperlakukan staf sebagai individu-individu yang berbeda satu dengan yang lain Mengajarkan kepada staf bagaimana cara mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan kemampuan-kemampuan pihak lain Meningkatkan pengembangan diri pada staf Memberikan perhatian secara pribadi kepada staf yang kelihatannya membutuhkan perhatian Berkomunikasi dengan orang lain selain tim Kompetisi antar tim di dalam perusahaan Bekerja sama di dalam perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaan Bersedia berbagi informasi antar anggota tim tentang pekerjaan Meningkatkan komunikasi antar orang-orang yang bekerja di obyek yang sama Bekerja sama di dalam tim untuk menyelesaikan pekerjaan Orang-orang menggabungankan informasi, ide, dan sumber daya lain untuk menyelesaikan tugas-tugas bersama
P1 Memberikan apa yang diinginkan bawahan/staf sebagai balasan atas dukungan mereka Menghabiskan waktu untuk mencari solusi atas apa yang harus diatasinya. Memperjelas tujuan utama yang mendasari tindakan-tindakan pemimpin kepada stafnya Meningkatkan semangat bawahan/staf untuk mencapai hasil Mendorong staf untuk berpikir dengan cara yang berbeda dalam memecahkan masalah/persoalan -
Orang-orang mengambil waktu untuk membantu dan menolong orang lain agar dapat menyelesaikan pekerjaan
-
YA YA
Z10 Diskusi dalam pemecahan masalah
orang-orang berbicara secara terbuka dan berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi bersama-sama
-
YA
Z11 Motivasi dan dukungan
Orang-orang saling mendukung dan mendorong
Z12 Diskusi dalam pemecahan masalah dengan cara sendiri
Orang-orang mendiskusikan masalah tetapi bersikeras untuk melakukan dengan cara mereka sendiri
-
YA
Z13 Menghindari diskusi untuk pemecahan masalah
Orang-orang menghindari untuk membahas masalah dan mencoba memecahkannya
-
YA
Z14 Z15 Z16 Z17 Z18 Z19 Z20 Z21 Z22 Z23 Z24 Z25 Z26 Z27 Z28 Z29 Z30
Rekan kerja tidak bersedia membantu orang lain untuk menyelesaikan tugas Penting bagi anggota tim menjadi bagian dalam proyek Anggota tim melekat kuat di proyek Anggota tim bangga menjadi bagian dalam tim Setiap anggota tim bertanggung jawab untuk memelihara dan menjaga tim Anggota tim lebih suka berada di grup yang berbeda Anggota tim ini saling menyukai satu sama lain Anggota tim menikmati berinteraksi dengan anggota lain Anggota tim tidak suka banyak orang dalam tim Anggota tim tidak harus bergantung satu sama lain Tiap anggota perlu berkontribusi dalam mencapai tujuan tim Tim menyelesaikan hal-hal yang tidak dapat diselesaikan oleh satu anggota tim Anggota tim tidak perlu bekerja sama untuk menyelesaikan tugas tim Anggota tim berpikir tim ini sebagai bagian dari diri mereka Anggota tim melihat diri sendiri sangat berbeda dari anggota tim lain Anggota tim tidak berpikir tim ini sebagai bagian dari diri mereka Anggota tim melihat diri sendiri cukup mirip dengan anggota tim lain
-
YA
-
YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA
Menolak untuk membantu dalam penyelesaian tugas Tim menjadi bagian proyek Tim melekat pada proyek Bangga menjadi bagian tim Tanggung jawab menjaga tim Senang berada di kelompok berbeda Rasa saling suka dalam tim Interaksi dengan anggota lain Rasa tidak suka dengan banyak orang dalam tim Tidak ada kerjasama dalam tim Kontribusi dalam mencapai tujuan Penyelesaian terhadap masalah bersama Tidak ada kerjasama dalam penyelesaian tugas tim Tim menjadi bagian diri Melihat diri berbeda dengan anggota lain Tim tidak menjadi bagian diri Melihat diri mirip dengan anggota lain
-
P2 YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA
Orang-orang saling mendukung dan mendorong satu sama lain
kata "nya" ditujukan kepada siapa? Dihapus saja Koma dibuang garis miring diganti dengan koma (bila yg dimaksud bukan pilihan) pilih salah satu, dalam instrumen tidak boleh ada garis miring hipotesa atau asumsi? Pilih salah satu Apa yg ingin dicapai dari pertanyaan ini? (Cognitive) Dimana cognitivenya? Statement ini apakah tidak lebih "pas" di inspirational Motivation IM (mendorong = motivasi) IM (mendorong = motivasi) Individu =partial, pribadi = self orang lain diganti grup lain dalam kompetisi tidak selalu ada komunikasi sebaiknya dibuat secara terpisah
diperbaiki hasil ganti cara -
P4 YA YA TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK YA YA YA YA YA TIDAK TIDAK YA YA YA TIDAK YA YA YA YA TIDAK YA YA TIDAK TIDAK YA TIDAK TIDAK TIDAK YA TIDAK YA YA TIDAK TIDAK YA TIDAK YA TIDAK TIDAK YA YA YA TIDAK YA YA TIDAK TIDAK YA TIDAK YA TIDAK TIDAK YA YA YA TIDAK YA TIDAK TIDAK YA TIDAK TIDAK TIDAK YA YA YA YA YA TIDAK TIDAK YA YA YA YA YA YA YA YA
hampir sama dengan item X3, sebaiknya pilih salah satu apa arti membantu pekerjaan staf? Lihat teorinya definis imbalan & definisi penghargaan ( X7 & X8 ) Definisi penghargaan (ada arti imbalan, berarti ada item yg double) bisa di deskripsikan lagi kalo tidak eksplisit gmn? apakah tidak sebaiknya dibandingkan? Supaya bawahan melihat perbedaan dengan cara baru apa contoh pengembangan diri tidak diuraikan karena persepsi orang thd pengembangan diri berbeda kalo kompetisi kesannya jadi negatif -
YA YA YA TIDAK YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA
YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA
YA
-
YA
-
YA
-
YA
-
YA YA
YA
YA
-
YA
-
YA
YA
YA
-
YA
-
YA
YA
YA
-
YA
-
YA
YA
-
YA
-
YA
-
YA
YA
-
YA
-
YA
-
YA
YA
YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA Ya YA
-
YA YA YA YA YA YA TIDAK TIDAK YA YA YA YA YA YA YA YA
-
YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA
YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA
-
YA
P3 YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA TIDAK TIDAK YA YA TIDAK YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA YA TIDAK YA YA YA YA YA
-
masuk ke komunikasi kata " tidak harus" membingungkan kata "perlu" tendensius pada opsi kata "tidak perlu" membingungkan kata "sangat" tendensius pada opsi apakah kata "melihat" mewakili cognitive
YA
Z31 Skill dalam orientasi sosial
Anggota tim merasa bahwa orang-orang dalam tim memiliki skill sosial yang tinggi
-
YA
-
YA
-
YA
-
YA
YA
Z32 Skill dalam orientasi pemecahan masalah
Anggota tim merasa bahwa orang-orang dalam tim memiliki skill memecahkan masalah yang tinggi
-
YA
-
YA
-
YA
-
YA
YA
Z33 Fokus tim pada penyelesaian tugas
Anggota tim merasa bahwa tim berfokus pada menyelesaikan tugas
-
YA
-
YA
-
YA
-
YA
YA
YA
YA
Y
Terlambat > 16%
-
-
-
-
Terlambat antara 8% - 16%
-
-
-
-
Terlambat ≤ 8%
-
Lebih Cepat antara 0 - 4%
-
-
-
-
Lebih Cepat > 4%
-
-
-
-
L2-1
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
YA
-
YA
-
YA
-
Lampiran 3 Kuesioner Responden
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 3 Kuesioner Responden
UNIVERSITAS INDONESIA
KUESIONER PENELITIAN ( TIM PROYEK )
ANALISA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA TIM DAN KINERJA WAKTU PROYEK (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PT. X)
Oleh FRANS NATALIUS NPM: 0906579866
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM PASCA SARJANA JAKARTA 2011 L3-1
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 3 Lanjutan
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL KEKHUSUSAN MANAJEMEN PROYEK
ANALISA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA TIM DAN KINERJA WAKTU PROYEK (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PT. X) 1. PENDAHULUAN
Kepemimpinan merupakan bagian dari kompetensi manajer proyek yang terdiri dari Knowledge, Skill dan personal characteristic/attitude (Crawford, 2003) dan secara spesifik merupakan bagian dari kompetensi skill yang tergolong ke dalam soft skill bagi manajer proyek. Pada proyek berskala besar dengan kompleksitas yang tinggi memerlukan skill manajer proyek dalam memimpin proyek untuk mencapai tujuan. Kondisi proyek yang juga selalu berada dalam tekanan dan intensitas kerja yang tinggi dengan schedule proyek yang pendek sehingga dibutuhkan teamwork yang efektif dan manajer proyek dituntut mampu menciptakan kerjasama dalam tim.
Kepemimpinan manajer proyek menjadi sangat vital dalam mengelola proyek tersebut karena metode dan pendekatan pelaksanaan yang advance disertai durasi waktu proyek yang pendek. Dalam pelaksanaan konstruksi proyek dengan karakter seperti diatas maka harus diiringi dengan jumlah anggota dalam tim yang banyak dan berpengalaman. Manajemen sumber daya manusia menjadi sangat penting dan berperan besar terhadap kesuksesan proyek. Bagaimana pun model kepemimpinan manajer proyek dalam mengelola sumber daya manusia sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan proyek.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang berpengaruh terhadap kerjasama tim dan pengaruh dari kerjasama tim terhadap kinerja waktu proyek. Survey dilakukan pada manajer proyek dan anggota tim proyek pada perusahaan Developer. L3-2
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 3 Lanjutan
2. TUJUAN SURVEY Survey ini ditujukan untuk memperoleh data mengenai gaya kepemimpinan yang mempengaruhi kerjasama tim dan pengaruh kerjasama tim terhadap kinerja waktu proyek di perusahaan Developer, khususnya untuk proyek bangunan gedung bertingkat di DKI Jakarta. Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data yang akan menjadi bagian dari tesis.
3. KERAHASIAAN INFORMASI Sehubung dengan hal tersebut di atas, mohon kiranya Bapak/Ibu dapat meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Seluruh informasi yang anda berikan dalam survei ini akan dirahasiakan dan hanya dipakai untuk keperluan akademis sesuai dengan peraturan pada Program Studi Teknik Sipil, Kekhususan Manajemen Proyek, Universitas Indonesia.
Apabila Bapak/Ibu memiliki pertanyaan dan memerlukan keterangan lebih lanjut mengenai penelitian ini, silahkan hubungi kami pada: Frans Natalius: Telp: 0816-111-8341 atau 021-93136814 E-mail:
[email protected] Dipl. Ing. M. Ichsan, MT, CPM, PMP : Telp: 0815-923-7757 E-mail:
[email protected] Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, MT. Telp: 0815-897-7999 E-mail:
[email protected]
4. METODOLOGI SURVEY Survey ini mengambil sampel di perusahaan Developer yang bergerak di proyek bangunan gedung bertingkat. Data sampel yang diambil berasal dari proyekproyek yang sedang dalam tahap pelaksanaan konstruksi.
L3-3
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 3 Lanjutan Target responden adalah : Manajer Proyek sebagai pimpinan proyek dan bertanggung jawab terhadap tujuan proyek. Tim Proyek sebagai anggota tim dibawah pimpinan manajer proyek dan terlibat secara langsung dalam pembanguan proyek tersebut.
5. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Pada survey ini terdiri dari 2 bagian kuesioner yaitu Kuesioner A untuk diisi oleh Anggota tim proyek dan Kuesioner B untuk diisi oleh Manajer proyek. 2. Mohon melengkapi data responden dan data proyek untuk memudahkan kami menghubungi kembali bila klarifikasi data diperlukan. 3. Mohon mengisi Kuesioner A dan B dengan memilih jawaban yang benarbenar mencerminkan keadaan sesungguhnya dan memberi tanda ( √ ) pada skala penilaian “Tidak pernah”, “Jarang”, “Cukup”, “Sering” dan “Sering sekali”. Kesediaan Bapak/Ibu untuk membubuhkan jawaban sebenar-benarnya akan tercermin dalam pengolahan data. 4. Mohon mengisi kuesioner tentang kinerja waktu proyek dengan mengisi Nama Proyek, Durasi, Tahun Pelaksanaan dan Skala Penilaian Waktu Pelaksanaan Proyek (boleh lebih dari 1 proyek) berdasarkan pengalaman Bapak/Ibu dengan sebenar-benarnya.
Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu sebagai responden dalam penelitian ini, dimana nanti hasilnya diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pemikiran bagi perkembangan perusahaan.
Hormat saya,
Frans Natalius
L3-4
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 3 Lanjutan
KUESIONER A Pada bagian kuesioner ini ditujukan untuk Anggota tim proyek memberikan penilaian terhadap gaya kepemimpinan manajer proyek. Sebelum melakukan pengisian kuesioner, mohon membaca petunjuk kuesioner dengan seksama dan mengisi data responden terlebih dahulu. DATA RESPONDEN Mohon lengkapi data responden dibawah ini untuk memudahkan kami menghubungi kembali bila klarifikasi diperlukan.
Nama Responden : _____________________________________________________ Jenis kelamin : ________________ Umur : _______ tahun Pendidikan : __________________ Jabatan/posisi : ___________________________ Berapa lama anda sudah bekerja di perusahaan ini ? _______________ tahun Berapa lama anda sudah bekerja di industry konstruksi ? ____________ tahun Bila anda menginginkan salinan hasil survey ini, berikan tanda “√”pada kotak Tanggal pengisian survey : _____/ _____/ _____
L3-5
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 3 Lanjutan
Pernyataan-pernyataan berikut ditujukan untuk mengetahui tingkat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kerjasama tim di perusahaan Developer. Bapak/Ibu cukup memberi tanda silang ( √ ) pada pilihan skala 1 sampai 5 yang menggambarkan gaya kepemimpinan manajer proyek. Skala tingkat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kerjasama tim sebagai berikut:
No
1 2 3 4 5 6
Tidak Pernah
Jarang
Cukup
Sering
Sering sekali
1
2
3
4
5
Semua Pernyataan dibawah ini selalu dimulai dengan
SAYA MENILAI PIMPINAN SAYA : Rela untuk mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang lain. Membahas nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang penting bersama dengan saya Mengambil tindakan perbaikan setelah saya gagal mencapai sasaran yang ditetapkan Menetapkan standar yang tinggi terhadap hasil kerja saya yang harus dicapai Memusatkan perhatian kepada kesalahan dari pada standar yang telah ditetapkan Menghargai pertanyaan saya yang memiliki nilai penting dan berguna
7
Memberikan kepada saya apa yang saya inginkan sebagai balasan atas dukungan saya
8
Memperlakukan saya sebagai individu bukan hanya sebagai anggota dari suatu tim
9
Bersikap tenang dalam menghadapi situasi krisis
10
Melakukan perbaikan-perbaikan setelah saya gagal mencapai prestasi kerja sesuai dengan standar
11
Menekankan pada saya akan pentingya komitmen
12
Mengawasi secara ketat kesalahan-kesalahan dalam hasil kerja saya
13
Bersemangat untuk memperoleh kemungkinan-kemungkinan baru
14
Menyatakan secara jelas kepada saya tentang apa yang dapat saya peroleh apabila hasil kerja saya mencapai standar
15
Memeriksa kembali asumsi yang bersifat kritis untuk mengetahui apakah asumsi itu tepat
16
Mendengarkan dengan penuh perhatian atas apa yang saya kemukakan
17
Mengambil tindakan saat masalah yang dihadapi telah gawat
18
Menanamkan rasa bangga kepada saya selama bergabung bersamanya
19
Menghabiskan waktu untuk mencari “apa yang wajib diatasi “
20
Menekankan secara khusus kepada saya akan pentingnya memiliki satu keinginan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan
L3-6
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Pengaruh Terhadap Kerjasama tim 1 2 3 4 5
Lampiran 3 Lanjutan
No
Semua Pernyataan dibawah ini selalu dimulai dengan SAYA MENILAI PEMIMPIN SAYA :
Pengaruh Terhadap Kerjasama tim 1
21
Membuat kesepakatan dengan saya tentang apa yang akan saya terima, apabila saya melakukan pekerjaan sesuai dengan harapan
22
Membicarakan masa depan dengan optimis
23
Mendorong saya untuk mencari gagasan-gagasan baru
24 25
Lebih banyak mengatakan tentang kesalahan saya dari pada hasil kerja yang dilakukan dengan benar Memberikan nasehat-nasehat yang berguna bagi pengembangan diri saya
26
Memperbaiki kesalahan-kesalahan saya
27
Tidak memperhatikan keinginan pribadinya
28 29
Berunding dengan saya tentang apa yang dapat saya peroleh sebagai balas jasa atas apa yang telah saya hasilkan Mempertimbangkan akibat-akibat moral dan etika dari keputusankeputusan yang dibuat
30
Menunjukan kepercayaan diri atas kemampuannya mencapai tujuan
31
Akan mengambil tindakan jika ada sesuatu yang salah
32
Mempertanyakan cara-cara lama dan tradisional dalam melakukan sesuatu
33
Menekankan peraturan kepada saya agar terhindar dari kesalahan
34
Menekankan kepada saya untuk mengembangkan kekuatan-kekuatan yang saya miliki
35 36
Mau membantu pekerjaan saya sebagai balas jasa atas upaya-upaya yang telah saya lakukan Memberikan keyakinan kepada kami bahwa rintangan dapat diatasi bersama
37
Menunjukan keyakinan kepada saya akan gagasan-gagasan, nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan yang ia miliki
38
Melakukan tindakan apabila telah ditemukan penyimpangan
39
Memberikan dorongan terus-menerus kepada saya
40
Memperhatikan kegagalan dalam rangka mencapai standar hasil kerja
41
Memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang
42 43
Menunjukan apa yang harus saya lakukan agar usaha saya memperoleh imbalan Meluangkan waktunya untuk mengajari dan memberi petunjuk kepada saya
44
Menunjukan bakat dan kemampuan dalam setiap hal yang ia lakukan
45
Mengambil tindakan bila masalah-masalah sudah menjadi gawat
46
Siap dan tahan menghadapi masalah-masalah sulit
47 48
Menemukan kesalahan terlebih dahulu sebelum mengomentari hasil kerja saya Menyarankan kepada saya untuk fokus terhadap apa yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan
L3-7
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
2
3
4
5
Lampiran 3 Lanjutan
No
Semua Pernyataan dibawah ini selalu dimulai dengan SAYA MENILAI PEMIMPIN SAYA :
Pengaruh Terhadap Kerjasama tim 1
49
Meyakinkan bahwa kami akan menerima imbalan yang pantas atas hasil kerja kami yang mencapai target
50
Meyarankan kepada saya untuk mencari cara-cara baru dalam melaksanakan pekerjaan
51
Memperlakukan saya sebagai individu yang berbeda satu dengan yang lain
52
Memotivasi saya untuk bekerja lebih banyak dan lebih keras dari pada yang selama ini saya lakukan
53
Melalui tindakan-tindakannya menimbulkan rasa hormat saya kepadanya
54
Mmeyakinkan kepada kami tentang penghargaan yang akan diterima apabila bersama-sama melaksanakan pekerjaan dengan baik
55
Menjelaskan tujuan utama yang mendasari tindakan-tindakan kepada saya
56
Menjelaskan dengan penuh semangat tentang tujuan-tujuan yang harus dicapai
57
Memberikan kesempatan kepada saya untuk mengeluarkan dan menyatakan gagasan dan pendapat yang saya miliki
58
Mengajarkan kepada saya bagaimana cara mengetahui kebutuhan dan kemampuan pihak lain
59
Menunjukan rasa percaya diri
60
Menjelaskan pentingnya saling percaya diantara kami untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi
61
Menumbuhkan kesadaran dalam diri saya tentang hal-hal apa yang menjadi prioritas
62
Meningkatkan motivasi saya untuk berhasil
63
Menekankan perlunya memiliki satu misi, tugas dan tujuan yang sama
64
Membicarakan secara jelas dengan saya tentang visi yang harus dicapai
65
Meminta saya untuk melihat satu masalah dari berbagai aspek yang berbeda-beda
66
Meningkatkan pengembangan diri saya
67
Berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ia anut
68
Menunjukan kepastian dalam menyelesaikan suatu rencana
69
Memberikan kesempatan kepada saya untuk tidak berpikir tradisional dalam memecahkan persoalan yang tradisional
70
Memberikan perhatian secara pribadi kepada yang membutuhkan perhatian
71
Mengajak saya untuk melakukan sesuatu yang lebih dari pada yang selama ini saya lakukan
72
Menunjukan kepuasan bilamana saya melakukan tugas dengan baik
73
Memberikan kesempatan kepada saya untuk memecahkan masalah dengan menggunakan alasan logis dan bukti-bukti nyata
L3-8
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
2
3
4
5
Lampiran 3 Lanjutan Saran dan Komentar I.
Saran dan komentar terhadap kuesioner ini:
II. Catatan: 1. Mengharap Anda berkenan memeriksa kembali, apakah masih ada jawaban yang belum terisi. 2. Kuesioner yang belum terisi lengkap tidak dapat diolah dan akan kehilangan masukan yang sangat berharga dari partisipasi anda dalam menyelesaikan penelitian ini.
Terima Kasih atas Partisipasi dan Kerjasamanya .......................... 2011
________________________________________ (Tanda tangan Responden)
L3-9
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 3 Lanjutan
UNIVERSITAS INDONESIA
KUESIONER PENELITIAN ( MANAJER PROYEK )
ANALISA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA TIM DAN KINERJA WAKTU PROYEK (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PT. X)
Oleh FRANS NATALIUS NPM: 0906579866
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM PASCA SARJANA JAKARTA 2011 L3-10
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 3 Lanjutan
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL KEKHUSUSAN MANAJEMEN PROYEK
ANALISA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA TIM DAN KINERJA WAKTU PROYEK ( STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PT. X ) 1. PENDAHULUAN
Kepemimpinan merupakan bagian dari kompetensi manajer proyek yang terdiri dari Knowledge, Skill dan personal characteristic/attitude (Crawford, 2003) dan secara spesifik merupakan bagian dari kompetensi skill yang tergolong ke dalam soft skill bagi manajer proyek. Pada proyek berskala besar dengan kompleksitas yang tinggi memerlukan skill manajer proyek dalam memimpin proyek untuk mencapai tujuan. Kondisi proyek yang juga selalu berada dalam tekanan dan intensitas kerja yang tinggi dengan schedule proyek yang pendek sehingga dibutuhkan teamwork yang efektif dan manajer proyek dituntut mampu menciptakan kerjasama dalam tim.
Kepemimpinan manajer proyek menjadi sangat vital dalam mengelola proyek tersebut karena metode dan pendekatan pelaksanaan yang advance disertai durasi waktu proyek yang pendek. Dalam pelaksanaan konstruksi proyek dengan karakter seperti diatas maka harus diiringi dengan jumlah anggota dalam tim yang banyak dan berpengalaman. Manajemen sumber daya manusia menjadi sangat penting dan berperan besar terhadap kesuksesan proyek. Bagaimana pun model kepemimpinan manajer proyek dalam mengelola sumber daya manusia sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan proyek.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang berpengaruh terhadap kerjasama tim dan pengaruh dari kerjasama tim terhadap kinerja waktu proyek. Survey dilakukan pada manajer proyek dan anggota tim proyek pada perusahaan Developer. L3-11
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 3 Lanjutan
2. TUJUAN SURVEY Survey ini ditujukan untuk memperoleh data mengenai gaya kepemimpinan yang mempengaruhi kerjasama tim dan pengaruh kerjasama tim terhadap kinerja waktu proyek di perusahaan Developer, khususnya untuk proyek bangunan gedung bertingkat di DKI Jakarta. Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data yang akan menjadi bagian dari tesis.
3. KERAHASIAAN INFORMASI Sehubung dengan hal tersebut di atas, mohon kiranya Bapak/Ibu dapat meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Seluruh informasi yang anda berikan dalam survei ini akan dirahasiakan dan hanya dipakai untuk keperluan akademis sesuai dengan peraturan pada Program Studi Teknik Sipil, Kekhususan Manajemen Proyek, Universitas Indonesia.
Apabila Bapak/Ibu memiliki pertanyaan dan memerlukan keterangan lebih lanjut mengenai penelitian ini, silahkan hubungi kami pada: Frans Natalius: Telp: 0816-111-8341 atau 021-93136814 E-mail:
[email protected] Dipl. Ing. M. Ichsan, MT, CPM, PMP : Telp: 0815-923-7757 E-mail:
[email protected] Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, MT. Telp: 0815-897-7999 E-mail:
[email protected]
4. METODOLOGI SURVEY Survey ini mengambil sampel di perusahaan Developer yang bergerak di proyek bangunan gedung bertingkat. Data sampel yang diambil berasal dari proyekproyek yang sedang dalam tahap pelaksanaan konstruksi.
L3-12
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 3 Lanjutan Target responden adalah : Manajer Proyek sebagai pimpinan proyek dan bertanggung jawab terhadap tujuan proyek. Tim Proyek sebagai anggota tim dibawah pimpinan manajer proyek dan terlibat secara langsung dalam pembanguan proyek tersebut.
5. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Pada survey ini terdiri dari 2 bagian kuesioner yaitu Kuesioner A untuk diisi oleh Anggota tim proyek dan Kuesioner B untuk diisi oleh Manajer proyek. 2. Mohon melengkapi data responden dan data proyek untuk memudahkan kami menghubungi kembali bila klarifikasi data diperlukan. 3. Mohon mengisi Kuesioner A dan B dengan memilih jawaban yang benarbenar mencerminkan keadaan sesungguhnya dan memberi tanda ( √ ) pada skala penilaian “Tidak pernah”, “Jarang”, “Cukup”, “Sering” dan “Sering sekali”. Kesediaan Bapak/Ibu untuk membubuhkan jawaban sebenar-benarnya akan tercermin dalam pengolahan data. 4. Mohon mengisi kuesioner tentang kinerja waktu proyek dengan mengisi Nama Proyek, Durasi, Tahun Pelaksanaan dan Skala Penilaian Waktu Pelaksanaan Proyek (boleh lebih dari 1 proyek) berdasarkan pengalaman Bapak/Ibu dengan sebenar-benarnya.
Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu sebagai responden dalam penelitian ini, dimana nanti hasilnya diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pemikiran bagi perkembangan perusahaan.
Hormat saya,
Frans Natalius
L3-13
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 3 Lanjutan
KUESIONER B Pada bagian kuesioner ini ditujukan untuk Manajer proyek memberikan penilaian terhadap kerjasama tim dan kinerja waktu proyek. Sebelum melakukan pengisian kuesioner, mohon membaca petunjuk kuesioner dengan seksama dan mengisi data responden terlebih dahulu. DATA RESPONDEN Mohon lengkapi data responden dibawah ini untuk memudahkan kami menghubungi kembali bila klarifikasi diperlukan.
Nama Responden : _____________________________________________________ Jenis kelamin : ________________ Umur : _______ tahun Pendidikan : __________________ Jabatan/posisi : ___________________________ Berapa lama anda sudah bekerja di perusahaan ini ? _______________ tahun Berapa lama anda sudah bekerja di industry konstruksi ? ____________ tahun Bila anda menginginkan salinan hasil survey ini, berikan tanda “√”pada kotak Tanggal pengisian survey : _____/ _____/ _____
L3-14
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 3 Lanjutan
Pernyataan-pernyataan berikut ditujukan untuk mengetahui tingkat pengaruh kerjasama tim terhadap kinerja waktu proyek. Bapak/Ibu cukup memberi tanda silang ( √ ) pada pilihan skala 1 sampai 5 yang menggambarkan kerjasama tim dan kinerja waktu. Skala tingkat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kerjasama tim sebagai berikut:
No
Tidak Pernah
Jarang
Cukup
Sering
Sering sekali
1
2
3
4
5
Semua Pernyataan dibawah ini selalu dimulai dengan
SAYA MENILAI ANGGOTA TIM SAYA :
A
Komunikasi
1
Berkomunikasi dengan orang lain selain tim sendiri
2
Bersedia untuk berbagi informasi dengan anggota tim lain tentang pekerjaan
3
Bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan
4
Di perusahaan bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan
5
Meningkatkan komunikasi antar orang-orang yang bekerja di obyek yang sama
6
Memiliki persaingan antar tim di dalam perusahaan
B
Kolaborasi Berupaya menggabungkan informasi untuk menyelesaiakan tugas bersama
7 8
Berupaya menggabungkan menyelesaikan tugas bersama
9
Saling mendukung dan mendorong satu sama lain
10 11 12 13
sumber
daya
1
untuk
Menyediakan waktu untuk membantu dan menolong anggota tim lain agar dapat menyelesaikan pekerjaan Tidak bersedia membantu orang lain untuk menyelesaikan tugas Berbicara terbuka dan berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi Mendiskusikan masalah tetapi tetap bersikeras melakukan dengan cara mereka sendiri
C
Menghindari untuk membahas masalah dan mencoba memecahkan sendiri Keutuhan
15
Menjadi bagian dalam proyek
16
Melekatkan kuat di proyek
17
Bangga menjadi bagian dalam tim
18
Bertanggung jawab untuk memelihara dan menjaga tim
19
Merasa suka satu sama lain
14
Pengaruh Terhadap Kinerja waktu
L3-15
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
2
3
4
5
Lampiran 3 Lanjutan
Semua Pernyataan dibawah ini selalu dimulai dengan No
SAYA MENILAI ANGGOTA TIM SAYA :
Pengaruh Terhadap Kinerja waktu 1
20
Menikmati kebersamaan dengan anggota lain
21
Tidak suka banyak orang dalam tim
22
Merasa berada pada tim yang berbeda
23
Tidak bergantung satu sama lain
24
Berkontribusi dalam mencapai tujuan tim
26
Menyelesaikan hal-hal yang tidak dapat diselesaikan oleh satu anggota tim Tidak bekerja sama untuk menyelesaikan tugas tim
27
Berpikir tim ini sebagai bagian dari diri mereka
28
Tidak berpikir tim sebagai bagian dari diri mereka
29
Menilai diri sendiri cukup mirip dengan anggota tim lain
30
Menilai diri sendiri sangat berbeda dari anggota tim lain
31
Melihat bahwa anggota dalam tim memiliki skill sosial yang tinggi
32
Melihat bahwa anggota dalam memecahkan masalah yang tinggi
33
Mmelihat bahwa tim berfokus pada penyelesaian tugas
25
tim
memiliki
skill
L3-16
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
2
3
4
5
Lampiran 3 Lanjutan
Untuk pertanyaan berikut, Bapak/Ibu cukup memberi tanda silang ( √ ) pada kolom pilihan skala 1 sampai 5 yang menggambarkan kinerja waktu proyek. Skala penilaian waktu pelaksanaan proyek dengan persamaan sebagai berikut :
Dengan pembobotan dalam skala dibawah ini : Skala
Keterangan
1
Terlambat >16%
2
Terlambat antara 8%-16%
3
Terlambat ≤ 8%
4
Lebih cepat antara 0-4%
5
Lebih cepat >4%
Nama proyek No
(Boleh lebih dari 1 proyek)
Skala penilaian Durasi
Tahun
Kinerja waktu
proyek
pelaksanaan
pelaksanaan proyek
L3-17
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 3 Lanjutan
Saran dan Komentar I.
Saran dan komentar terhadap kuesioner ini:
II. Catatan: 1. Mengharap Anda berkenan memeriksa kembali, apakah masih ada jawaban yang belum terisi. 2. Kuesioner yang belum terisi lengkap tidak dapat diolah dan akan kehilangan masukan yang sangat berharga dari partisipasi anda dalam menyelesaikan penelitian ini.
Terima Kasih atas Partisipasi dan Kerjasamanya .......................... 2011
________________________________________ (Tanda tangan Responden)
L3-18
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas
Correlations X24 XTOTAL
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
X32
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.545
N
X43
X2
.556**
.970
.000
.001
32
32
32
X56
X66
**
.251
.346
.156
.000
.167
32
32
32
.667
X57
.776
**
X20
.698
.344
X19 **
.491**
.053
.002
.004
32
32
32
X67
**
.615
.519
X13
.747
**
X27
.641
**
.233
.000
.000
.054
.000
.000
.200
32
32
32
32
32
32
32
X58
X14
X68
X5
**
.162
.000
.000
.376
.001
32
32
32
32
.676
**
.638
X6
X69
.579
**
X29
X28
X36 **
.713**
.000
.000
.000
32
32
32
.749
**
X23
.790
X37
X16
.468**
.667**
.376*
.663**
-.012
.505**
.389*
.007
.000
.034
.000
.950
.003
.028
32
32
32
32
32
32
32
X70 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.629
X1 **
.001
N
XTOTAL
32
X44 **
X59 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
32
32
N
XTOTAL
32
.000
X21 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.182
.257
N
XTOTAL
.000
X11
X3 XTOTAL
.137
**
N
X55
.007
32
.811
X10
.242
.001
X33
X42 **
.269
.566
N
XTOTAL
X17
**
X48
X30
*
.380
.024 32
.398
*
X8
X38
**
.407
.032
.000
.021
32
32
32
.711
*
L4-1
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
X49
X61 **
.577**
.000
.000
.001
32
32
32
.625
**
.800
Lampiran 4 Lanjutan
Correlations X50 XTOTAL
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
X51
.651
**
.017
32
32
32
32
32
32
32
X12
.563
**
N
.707
X65
.450
X25
**
.409
*
X18
.622
X4
**
.320
.648**
.000
.010
.020
.000
.074
.000
32
32
32
32
32
32
32
X35
.689
**
X45
.709
**
X46
.485
**
X15
.528
**
X47
.618
**
X7
.530
**
.724**
.000
.000
.005
.002
.000
.002
.000
32
32
32
32
32
32
32
X71
.511
**
X31
.652
**
X39
.630
**
X53
.665
**
X63
.676
**
X73
.812
**
.692**
.003
.000
.000
.000
.000
.000
.000
32
32
32
32
32
32
32
X54 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
X34 **
.001
N
XTOTAL
.417*
.000
X60 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.724
.000
N
XTOTAL
.718
X41 **
.001
X22 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.579
X72 **
.000
N
XTOTAL
.714
X62 **
.000
X26 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.690
X52 **
.000
N
XTOTAL
X40 **
X9
X64
XTOTAL
.803**
.704**
.655**
.000
.000
.000
32
32
32
1
32
L4-2
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 4 Lanjutan
Correlations Z1 ZTOTAL
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Z4
.373
.000
.000
32
32
32
32
Z11
.000
.108
32
32
32
Z16
.518
**
N
.667
.000
.000
.000
32
32
32
-.720
Z12
Z13
**
.064
-.207
.004
.000
.726
.257
32
32
32
32
.500
.847
Z20
.775
**
Z21
.720
**
Z22
.746
**
-.230
.000
.000
.000
.000
.206
32
32
32
32
32
32
32
Z23
-.146
Z24
-.565
**
Z25
.728
**
Z26
.463
Z27
**
.299
Z29
.637
**
.822**
.426
.001
.000
.008
.097
.000
.000
32
32
32
32
32
32
32
Z30 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.690
.765**
.791
Z10 **
Z18 **
Z7 **
.000
N
ZTOTAL
Z17 **
Z2 **
.002
Z19 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.702
.675
**
Z14
.000
.583
N
ZTOTAL
Z9 .290
**
Z15 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.719
**
**
N
ZTOTAL
Z5
.000
Z8 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Z3
.163
.847
N
ZTOTAL
Z6
**
Z28
-.178
Z31
-.516
**
Z32
.841
**
Z33
.662
**
ZTOTAL
.847
**
.329
.002
.000
.000
.000
32
32
32
32
32
L4-3
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
1
32
Lampiran 5 Hasil Uji Reliabilitas
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 5 Hasil Uji Reliabilitas
Hasil Uji Reliabilitas Variabel X Reliability Statistics Cronbach's Alpha .973
N of Items 62
Item-Total Statistics Corrected Item-
Cronbach's
Total
Alpha if Item
Correlation
Deleted
1141.032
.580
.972
210.2813
1143.241
.566
.972
X55
209.9688
1150.031
.576
.972
X1
210.8750
1132.306
.570
.972
X65
211.1563
1136.652
.389
.973
X25
210.4375
1145.157
.561
.972
X33
209.8438
1129.684
.774
.972
X43
210.1250
1136.435
.662
.972
X66
210.0625
1147.544
.490
.972
X19
210.1563
1134.717
.511
.972
X26
210.2188
1147.725
.517
.972
X12
210.6875
1128.609
.722
.972
X34
210.1563
1149.104
.386
.973
X3
211.2188
1126.886
.503
.972
X44
210.3125
1120.093
.788
.972
X57
210.2500
1125.419
.708
.972
X67
210.3125
1128.351
.744
.972
X13
210.8438
1132.136
.630
.972
X4
211.5000
1123.806
.607
.972
X35
210.6563
1121.652
.741
.972
X45
210.0938
1134.217
.495
.972
X21
210.0938
1127.636
.699
.972
X58
211.2813
1130.144
.654
.972
X68
210.2188
1150.628
.543
.972
Scale Mean if
Scale Variance
Item Deleted
if Item Deleted
X24
210.2500
X17
L5-1
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 5 Lanjutan
Corrected Item-
Cronbach's
Total
Alpha if Item
Correlation
Deleted
1104.048
.828
.971
210.2813
1120.854
.726
.972
X22
210.5000
1121.290
.722
.972
X46
210.1563
1147.878
.490
.972
X15
210.5938
1123.862
.632
.972
X59
209.9063
1150.346
.462
.972
X6
211.2500
1123.484
.647
.972
X69
210.5000
1153.871
.325
.973
X29
210.0625
1139.609
.661
.972
X37
210.0000
1148.968
.483
.972
X16
210.9688
1146.934
.302
.973
X47
210.0625
1146.706
.476
.972
X7
211.1250
1112.565
.701
.972
X60
210.4375
1146.706
.461
.972
X70
211.5938
1138.120
.389
.973
X48
210.3438
1151.846
.323
.973
X30
210.2500
1111.097
.741
.972
X8
210.5938
1145.926
.326
.973
X38
210.5313
1144.193
.598
.972
X49
210.5625
1113.157
.802
.972
X61
210.1563
1142.394
.570
.972
X71
210.5000
1126.710
.640
.972
X31
209.9375
1130.383
.648
.972
X39
209.9375
1140.448
.622
.972
X50
210.0313
1136.031
.631
.972
X51
209.9688
1139.193
.674
.972
X40
209.9063
1143.765
.669
.972
X52
210.1250
1148.565
.523
.972
X62
210.4063
1121.733
.760
.972
X72
210.5000
1117.677
.752
.972
Scale Mean if
Scale Variance
Item Deleted
if Item Deleted
X28
210.1250
X36
L5-2
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 5 Lanjutan
Scale Mean if
Scale Variance
Item Deleted
if Item Deleted
1148.448
Corrected Item-
Cronbach's
Total
Alpha if Item
Correlation
Deleted
.404
.972
X41
210.4375
X53
210.0625
1138.706
.638
.972
X63
210.8125
1111.060
.820
.971
X73
210.7813
1125.660
.688
.972
X54
210.4063
1123.926
.822
.972
X9
210.3438
1124.943
.737
.972
X64
210.0000
1138.323
.634
.972
L5-3
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 5 Lanjutan
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Z Reliability Statistics Cronbach's Alpha .861
N of Items 25
Item-Total Statistics Corrected Item-
Cronbach's
Total
Alpha if Item
Correlation
Deleted
73.805
.904
.843
92.9063
76.668
.772
.849
Z3
92.8750
77.081
.726
.850
Z5
93.4063
73.926
.709
.846
Z2
95.2500
96.645
-.850
.893
Z7
93.4375
77.222
.762
.850
Z8
93.5938
77.217
.598
.852
Z11
93.3438
74.878
.679
.848
Z14
93.0625
77.286
.312
.861
Z10
93.4688
73.805
.904
.843
Z15
93.0000
77.935
.637
.852
Z16
93.2813
75.305
.768
.847
Z17
93.0625
74.964
.744
.847
Z18
93.1875
72.544
.787
.843
Z20
93.5625
72.254
.793
.843
Z21
93.4688
69.934
.786
.841
Z23
93.8438
101.233
-.712
.912
Z24
92.9688
76.612
.786
.849
Z25
93.2500
77.419
.599
.852
Z27
93.8125
74.802
.369
.860
Z29
93.2813
74.918
.639
.849
Z28
95.5000
92.710
-.547
.889
Z31
93.8125
74.415
.779
.846
Z32
93.5313
72.773
.727
.845
Z33
93.375
75.532
.853
.847
Scale Mean if
Scale Variance
Item Deleted
if Item Deleted
Z1
93.4688
Z6
L5-4
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 6 Hasil Analisa Deskriptif
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 6 Hasil Analisa Deskriptif
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Std. Deviation Statistic Statistic 3.0000 .98374 Mean
X1
Statistic 32
Statistic 1.00
Statistic 5.00
X3
32
1.00
5.00
2.6563
1.26004
X4
32
1.00
5.00
2.3750
X5
32
1.00
4.00
2.6563
X6
32
1.00
4.00
X7
32
1.00
5.00
X8
32
1.00
X9
32
X12
32
X13
Skewness
Kurtosis
Statistic Std. Error -.434 .414
Statistic Std. Error -.053 .809
-.016
.414
-1.009
.809
1.12880
.332
.414
-.680
.809
1.03517
-.355
.414
-.952
.809
2.6250
1.07012
-.179
.414
-1.169
.809
2.7500
1.21814
-.057
.414
-.902
.809
5.00
3.2813
1.08462
-.283
.414
-.335
.809
1.00
5.00
3.5313
.91526
-1.579
.414
2.224
.809
1.00
5.00
3.1875
.85901
-.384
.414
1.896
.809
32
1.00
5.00
3.0313
.89747
-.349
.414
.414
.809
X15
32
1.00
5.00
3.2813
1.08462
-.606
.414
.047
.809
X16
32
1.00
5.00
2.9063
1.11758
-.396
.414
-.730
.809
X17
32
3.00
5.00
3.5938
.71208
.791
.414
-.564
.809
X19
32
1.00
5.00
3.7188
1.02342
-1.120
.414
1.545
.809
X21
32
1.00
5.00
3.7813
.90641
-1.754
.414
4.251
.809
X22
32
1.00
5.00
3.3750
1.00803
-.844
.414
1.179
.809
X24
32
2.00
5.00
3.6250
.75134
-.213
.414
-.038
.809
X25
32
2.00
5.00
3.4375
.66901
.587
.414
.195
.809
X26
32
3.00
5.00
3.6563
.65300
.486
.414
-.603
.809
X28
32
1.00
5.00
3.7500
1.19137
-1.068
.414
.668
.809
X29
32
2.00
5.00
3.8125
.69270
-.354
.414
.471
.809
X30
32
1.00
5.00
3.6250
1.18458
-.939
.414
.317
.809
X31
32
1.00
5.00
3.9375
.91361
-1.225
.414
2.453
.809
X33
32
2.00
5.00
4.0313
.78224
-.487
.414
.005
.809
X34
32
2.00
5.00
3.7188
.81258
-.194
.414
-.288
.809
X35
32
1.00
5.00
3.2188
.97499
-.916
.414
.675
.809
X36
32
1.00
5.00
3.5938
1.01153
-1.070
.414
1.189
.809
X37
32
3.00
5.00
3.8750
.65991
.135
.414
-.570
.809
X38
32
2.00
5.00
3.3438
.65300
.256
.414
.204
.809
X39
32
2.00
5.00
3.9375
.71561
-.471
.414
.624
.809
X40
32
3.00
5.00
3.9688
.59484
.005
.414
.107
.809
X41
32
1.00
5.00
3.4375
.80071
-.990
.414
1.624
.809
X43
32
2.00
5.00
3.7500
.76200
.000
.414
-.396
.809
X44
32
1.00
5.00
3.5625
.94826
-1.160
.414
1.845
.809
X45
32
1.00
5.00
3.7813
1.06965
-1.220
.414
1.375
.809
X46
32
2.00
5.00
3.7188
.68318
-.224
.414
.208
.809
L6-1
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 6 Lanjutan
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Std. Deviation Statistic Statistic 3.8125 .73780 Mean
Skewness
Kurtosis
X47
Statistic 32
Statistic 2.00
Statistic 5.00
Statistic Std. Error -.197 .414
X48
32
2.00
5.00
3.5313
.84183
X49
32
1.00
5.00
3.3125
1.06066
-.683
.414
.363
.809
X50
32
2.00
5.00
3.8438
.80760
-.483
.414
.128
.809
X51
32
2.00
5.00
3.9063
.68906
-.508
.414
.926
.809
X52
32
3.00
5.00
3.7500
.62217
.214
.414
-.472
.809
X53
32
2.00
5.00
3.8125
.73780
-.197
.414
-.053
.809
X54
32
1.00
5.00
3.4688
.84183
-1.453
.414
3.058
.809
X55
32
3.00
5.00
3.9063
.53033
-.120
.414
.816
.809
X57
32
1.00
5.00
3.6250
.94186
-.633
.414
.721
.809
X58
32
1.00
4.00
2.5938
.91084
-.433
.414
-.515
.809
X59
32
2.00
5.00
3.9688
.64680
-.735
.414
2.101
.809
X60
32
1.00
5.00
3.4375
.75935
-.954
.414
2.285
.809
X61
32
1.00
5.00
3.7188
.72887
-1.634
.414
5.328
.809
X62
32
1.00
5.00
3.4688
.94985
-1.109
.414
1.322
.809
X63
32
1.00
5.00
3.0625
1.07576
-.794
.414
.029
.809
X64
32
2.00
5.00
3.8750
.75134
-.274
.414
-.038
.809
X65
32
1.00
5.00
2.7188
1.25040
.046
.414
-1.092
.809
X66
32
2.00
5.00
3.8125
.69270
-.354
.414
.471
.809
X67
32
1.00
5.00
3.5625
.84003
-.732
.414
1.690
.809
X68
32
3.00
5.00
3.6563
.54532
-.041
.414
-.767
.809
X69
32
1.00
4.00
3.3750
.75134
-1.247
.414
1.805
.809
X70
32
1.00
4.00
2.2813
1.19770
.136
.414
-1.600
.809
X71
32
1.00
5.00
3.3750
1.00803
-.844
.414
1.179
.809
X72
32
1.00
5.00
3.3750
1.03954
-1.390
.414
1.285
.809
X73
32
1.00
5.00
3.0938
.96250
-.660
.414
.423
.809
Valid N (listwis e)
32
.069
L6-2
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
.414
Statistic Std. Error -.053 .809 -.451
.809
Lampiran 6 Lanjutan
Descriptive Statistics N Statistic
Minimum Statistic
Maximum Statistic
Std. Deviation Statistic
Mean Statistic
Skewness Statistic Std. Error
Kurtosis Statistic Std. Error
Z1
32
3.00
5.00
3.9375
.61892
.034
.414
-.171
.809
Z2
32
1.00
3.00
2.1563
.80760
-.300
.414
-1.391
.809
Z3
32
4.00
5.00
4.5313
.50701
-.131
.414
-2.119
.809
Z5
32
3.00
5.00
4.0000
.76200
.000
.414
-1.223
.809
Z6
32
4.00
5.00
4.5000
.50800
.000
.414
-2.138
.809
Z7
32
3.00
5.00
3.9688
.47413
-.112
.414
2.045
.809
Z8
32
3.00
5.00
3.8125
.59229
.054
.414
-.160
.809
Z10
32
3.00
5.00
3.9375
.61892
.034
.414
-.171
.809
Z11
32
3.00
5.00
4.0625
.71561
-.092
.414
-.944
.809
Z14
32
2.00
5.00
4.3438
1.00352
-1.583
.414
1.487
.809
Z15
32
4.00
5.00
4.4063
.49899
.401
.414
-1.967
.809
Z16
32
3.00
5.00
4.1250
.60907
-.057
.414
-.155
.809
Z17
32
3.00
5.00
4.3438
.65300
-.486
.414
-.603
.809
Z18
32
3.00
5.00
4.2188
.79248
-.423
.414
-1.260
.809
Z20
32
3.00
5.00
3.8438
.80760
.300
.414
-1.391
.809
Z21
32
3.00
5.00
3.9375
.98169
.131
.414
-2.041
.809
Z23
32
1.00
5.00
3.5625
1.34254
-.654
.414
-.853
.809
Z24
32
4.00
5.00
4.4375
.50402
.265
.414
-2.063
.809
Z25
32
3.00
5.00
4.1563
.57414
.016
.414
.084
.809
Z27
32
1.00
5.00
3.5938
1.18755
-.608
.414
.088
.809
Z28
32
1.00
3.00
1.9063
.92838
.195
.414
-1.875
.809
Z29
32
3.00
5.00
4.1250
.75134
-.213
.414
-1.143
.809
Z31
32
3.00
5.00
3.5938
.66524
.686
.414
-.500
.809
Z32
32
3.00
5.00
3.8750
.83280
.246
.414
-1.520
.809
Z33
32
3.00
5.00
4.0313
.53788
.035
.414
.862
.809
Valid N (listwis e)
32
L6-3
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 7 Hasil Analisa Korelasi
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 7 Hasil Analisa Korelasi
Correlations X24 Z33
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Crossproducts Covariance
X17
X65
X25
X33
.061
-.034
-.308
-.002
-.218
-.442
.550
.230
.011
.740
.851
.086
.990
1.375
-2.594
-3.906
1.000
-.719
-3.438
-.031
.044
-.084
-.126
.032
-.023
-.111
-.001
32
32
32
32
32
32
32
X26
X12
X34
X3
X44
X57
X67
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
-.060
-.083
-.127
.159
.091
.024
.031
.743
.652
.489
.384
.621
.897
.865
Sum of Squares and Crossproducts Covariance
-.656
-1.188
-1.719
3.344
1.438
.375
.438
-.021
-.038
-.055
.108
.046
.012
.014
32
32
32
32
32
32
32
N
X45 Z33
X1 *
.110
N
Z33
X55
X21
X58
X68
X5
X28
X36
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
-.044
-.052
-.105
-.072
-.096
.013
.024
.812
.779
.568
.695
.601
.945
.896
Sum of Squares and Crossproducts Covariance
-.781
-.781
-1.594
-.656
-1.656
.250
.406
-.025
-.025
-.051
-.021
-.053
.008
.013
32
32
32
32
32
32
32
N
L7-1
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 7 Lanjutan
Correlations X59 Z33
X6
X37
X16
X47
-.183
-.091
-.190
-.330
-.261
.005
-.229
.317
.620
.299
.065
.149
.978
.208
Sum of Squares and Crossproducts Covariance
-1.969
-1.625
-2.375
-3.813
-2.875
.094
-2.813
-.064
-.052
-.077
-.123
-.093
.003
-.091
32
32
32
32
32
32
32
X51
X40
X52
X62
X72
X41
X53
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
-.166
-.198
-.169
.034
-.022
-.332
-.472**
.364
.276
.356
.855
.906
.063
.006
Sum of Squares and Crossproducts Covariance
-1.906
-1.969
-1.750
.531
-.375
-4.438
-5.813
-.061
-.064
-.056
.017
-.012
-.143
-.188
32
32
32
32
32
32
32
N
X43 Z33
X29
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N
Z33
X69
X66
X19
X63
X73
X54
X13
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
-.295
-.243
.134
-.171
-.068
.038
.132
.101
.179
.466
.350
.711
.837
.473
Sum of Squares and Crossproducts Covariance
-3.750
-2.813
2.281
-3.063
-1.094
.531
1.969
-.121
-.091
.074
-.099
-.035
.017
.064
32
32
32
32
32
32
32
N
L7-2
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 7 Lanjutan
Correlations X4 Z33
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Crossproducts Covariance
X35
X15
X48
X30
-.013
-.022
-.063
.150
-.180
-.082
.291
.942
.904
.732
.412
.323
.654
3.625
-.219
-.375
-.719
2.719
-2.531
-1.625
.117
-.007
-.012
-.023
.088
-.082
-.052
32
32
32
32
32
32
32
X7
X60
X70
X8
X38
X49
X50
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
-.086
-.429*
-.064
-.126
-.123
.039
.012
.639
.014
.727
.492
.501
.833
.950
Sum of Squares and Crossproducts Covariance
-1.750
-5.438
-1.281
-2.281
-1.344
.688
.156
-.056
-.175
-.041
-.074
-.043
.022
.005
32
32
32
32
32
32
32
N
X9 Z33
X46
.193
N
Z33
X22
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Crossproducts Covariance N
X61
X71
X31
X39
X64
Z1
.031
-.388
*
.097
-.062
-.330
-.309
.878**
.867
.028
.599
.738
.065
.085
.000
.469
-4.719
1.625
-.938
-3.938
-3.875
9.063
.015
-.152
.052
-.030
-.127
-.125
.292
32
32
32
32
32
32
32
L7-3
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 7 Lanjutan
Correlations Z6 Z33
Z3
Z7
Z8
Z11
.002
.002
.001
.000
.000
.000
.000
Sum of Squares and Crossproducts Covariance
4.500
4.469
7.000
-9.156
7.031
7.188
6.938
.145
.144
.226
-.295
.227
.232
.224
32
32
32
32
32
32
32
Z14
.529
**
Z10
.551
**
Z15
-.680
**
Z16
.889
**
Z17
.728
**
.581**
Z18
Z20
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.577**
.878**
.552**
.874**
.428*
.665**
.680**
.001
.000
.001
.000
.015
.000
.000
Sum of Squares and Crossproducts Covariance
9.656
9.063
4.594
8.875
4.656
8.781
9.156
.311
.292
.148
.286
.150
.283
.295
32
32
32
32
32
32
32
N
Z21 Z33
Z2
.531
N
Z33
Z5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
**
Z23
Z24
Z25
Z27
Z29
Z28
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.554
.001
.006
.001
.003
.035
.000
.010
Sum of Squares and Crossproducts Covariance
9.063
-10.563
4.563
4.844
7.406
8.875
-6.906
.292
-.341
.147
.156
.239
.286
-.223
32
32
32
32
32
32
32
N
**
-.472
**
.543
**
.506
**
.374
L7-4
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
*
.708
**
-.446*
Lampiran 7 Lanjutan
Correlations Z31 Z33
Z32
Z33 1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.668
.000
.003
Sum of Squares and Crossproducts Covariance
7.406
7.125
8.969
.239
.230
.289
32
32
32
N
**
.513
**
L7-5
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 7 Lanjutan
Correlations Y
Y
Y
Y
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
Z1 0.068 0.711
Z6 0.285 0.114
Z3 0.053 0.771
Z5 0.127 0.49
Z2 -0.31 0.085
Z7 0.146 0.425
0.875 0.028 32
3 0.097 32
0.563 0.018 32
2 0.065 32
-5.188 -0.167 32
1.438 0.046 32
Z8 -0.031 0.868
Z11 .413* 0.019
Z14 0.057 0.756
Z10 0.068 0.711
Z15 0.127 0.489
Z16 0.178 0.329
-0.375 -0.012 32
6.125 0.198 32
1.188 0.038 32
0.875 0.028 32
1.313 0.042 32
2.25 0.073 32
Z17 0.162 0.377
Z18 0.3 0.095
Z20 0.31 0.085
Z21 0.239 0.187
Z23 -.426* 0.015
Z24 0.179 0.326
2.188 0.071 32
4.938 0.159 32
5.188 0.167 32
4.875 0.157 32
-11.875 -0.383 32
1.875 0.06 32
Z25 0.152 0.406
Z27 0.069 0.709
Z29 0.08 0.663
Z28 -0.347 0.051
Z31 0.195 0.285
Z32 0.275 0.128
1.813 0.058 32
1.688 0.054 32
1.25 0.04 32
-6.688 -0.216 32
2.688 0.087 32
4.75 0.153 32
L7-6
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 7 Lanjutan
Correlations Y
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
Z33 0.05 0.784
Y 1
0.563 0.018 32
13.875 0.448 32
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
L7-7
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 8 Hasil Analisa Regresi
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 8 Hasil Analisa Regresi
Hasil Analisa Regresi
L8-1
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 9 Hasil Analisa Structural Equation Modeling (SEM)
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 9 Hasil Analisa Structural Equation Modeling (SEM)
Hasil Analisa Structural Equation Modeling (SEM) Composite Reliability Composite Reliability COHESIVENESS
0.659000
COLABORATION
0.517093
COMMUNICATION
0.258251
CR
0.952734
IA
0.789266
IB
0.746511
IC
0.798508
IM
0.801985
IS
0.797318
MBE-A
0.718113
MBE-P
0.627327
TIME PERFORMANCE
0.249740
Cronbachs Alpha Cronbachs Alpha COHESIVENESS
0.829479
COLABORATION
0.667609
COMMUNICATION
0.351010
CR
0.909382
IA
0.832117
IB
0.856247
IC
0.782188
IM
0.893609
IS
0.891357
MBE-A
0.667925
MBE-P
0.662081
TIME PERFORMANCE
1.000000
L9-1
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 9 Lanjutan
AVE AVE COHESIVENESS
0.348464
COLABORATION
0.188916
COMMUNICATION
0.284008
CR
0.711311
IA
0.357415
IB
0.235417
IC
0.401404
IM
0.242514
IS
0.294767
MBE-A
0.342899
MBE-P
0.243290
TIME PERFORMANCE
0.249740
R Square R Square COHESIVENESS
0.660208
COLABORATION
0.467160
COMMUNICATION
0.578332
CR IA IB IC IM IS MBE-A MBE-P TIME PERFORMANCE
0.577155
L9-2
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 9 Lanjutan
Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/STERR|)
COHESIVENESS -> TIME PERFORMANCE
2.328415
2.096384
0.406182
0.406182
5.732445
COLABORATION -> TIME PERFORMANCE
-0.631591 -0.606992
0.125153
0.125153
5.046559
COMMUNICATION -> TIME PERFORMANCE
-1.805427 -1.602826
0.334451
0.334451
5.398182
CR -> COHESIVENESS
0.492553
0.565195
0.235906
0.235906
2.087923
CR -> COLABORATION -0.294792 -0.202618
0.213892
0.213892
1.378227
CR -> COMMUNICATION
0.576735
0.582534
0.208441
0.208441
2.766902
IA -> COHESIVENESS
0.500983
0.400471
0.300729
0.300729
1.665897
IA -> COLABORATION
0.349113
0.323310
0.261581
0.261581
1.334628
IA -> COMMUNICATION
0.527865
0.403606
0.246815
0.246815
2.138707
IB -> COHESIVENESS
0.412072
-0.008951
0.405341
0.405341
1.016608
IB -> COLABORATION
0.386033
0.022399
0.340215
0.340215
1.134675
IB -> COMMUNICATION
0.233161
-0.073121
0.353487
0.353487
0.659602
IC -> COHESIVENESS
-0.353314 -0.311444
0.131573
0.131573
2.685299
IC -> COLABORATION
-0.057786
0.012101
0.178420
0.178420
0.323878
IC -> COMMUNICATION
-0.393948 -0.332603
0.128487
0.128487
3.066064
IM -> COHESIVENESS
-0.805179 -0.452079
0.351768
0.351768
2.288947
IM -> COLABORATION -0.319226 -0.136651
0.379528
0.379528
0.841113
IM -> COMMUNICATION
-0.788599 -0.423756
0.371301
0.371301
2.123881
IS -> COHESIVENESS
-0.495394 -0.372420
0.211680
0.211680
2.340295
IS -> COLABORATION
-0.429964 -0.325726
0.205790
0.205790
2.089336
IS -> COMMUNICATION
-0.421411 -0.336674
0.201716
0.201716
2.089127
MBE-A -> COHESIVENESS
0.651917
0.347306
0.273689
0.273689
2.381966
MBE-A -> COLABORATION
0.414642
0.192972
0.308869
0.308869
1.342453
MBE-A -> COMMUNICATION
0.502163
0.242710
0.265930
0.265930
1.888324
-0.382634 -0.282948
0.227941
0.227941
1.678657
MBE-P -> COHESIVENESS
L9-3
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 9 Lanjutan
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/STERR|)
MBE-P -> COLABORATION
-0.752885
-0.582090
0.243719
0.243719
3.089150
MBE-P -> COMMUNICATION
-0.153766
-0.126751
0.184637
0.184637
0.832801
L9-4
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 9 Lanjutan
Hasil Analisa SEM (Structural Equation Modeling)
CR 2.76
IA
2.13 3.06
IC
COMMUNICATION
2.12 IM
2.08 5.39 IS
IS
2.08
5.04 COLABORATION
3.08 MBE-P
5.73 CR 2.08
IC
2.68 2.28
IM
COHESIVENESS
2.34 2.38
IS
MBE-A
L9-5
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
TIME PERFORMANCE
Lampiran 10 Risalah Sidang Tesis
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 10 Risalah Sidang Tesis
UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCA SARJANA MANAJEMEN PROYEK PERNYATAAN PERBAIKAN TESIS Dengan ini dinyatakan bahwa pada: Hari
: Kamis, 30 Juni 2011
Jam
: 09.00 WIB – Selesai
Tempat
: Ruang Rapat Lantai Dasar Gedung MMJT FTUI Salemba
Telah berlangsung Ujian Sidang Tesis Semester Genap 2010/2011 Program Studi Teknik Sipil Salemba, Program Pasca Sarjana Manajemen Proyek, Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan peserta: Nama Mahasiswa
: Frans Natalius
No. Mahasiswa
: 0906579866
Judul Tesis
: Analisis
Kepemimpinan
Transaksional
dan
Transformasional untuk meningkatkan kerjasama tim dan kinerja waktu proyek (Studi kasus pada perusahaan PT. X)
Dan dinyatakan harus menyelesaikan perbaikan Tesis yang diminta oleh Dosen Penguji, yaitu:
L10-1
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 10 Lanjutan Dosen Penguji : Ir. Wisnu Isvara, MT No 1.
PERTANYAAN/SARAN Mengapa Judul dan proposal
KETERANGAN Tesis
Telah diperbaiki pada Halaman Judul
berbeda? 2.
Variabilitas kinerja waktu yang mungkin
Telah ditambahkan pada subbab 5.3
rendah (range skala terlalu besar) sehingga menyebabkan
R-square
kinerja
waktu
rendah?
Dosen Penguji : Ir. Eddy Subiyanto, MM, MT No 1.
PERTANYAAN/SARAN Apakah gaya kepemimpinan ?
2.
Bagaimana
peran
Project
KETERANGAN Telah ditambahkan pada subbab 2.2
Manager
Telah ditambahkan pada subbab 2.4 menurut PMBOK dan di perusahaan PT. X dan subbab 4.6.2 secara berkaitan
khusus
pada
dengan
kegiatan
Time
yang
Management
(Validasi variabel kepemimpinan)? 3.
Jelaskan hubungan gaya kepemimpinan dengan
komunikasi,
kolaborasi
Telah ditambahkan pada subbab 2.5
dan
kekompakan yang merupakan bentukbentuk dari perilaku organisasi (iklim organisasi) ?
L10-2
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 10 Lanjutan
Dosen Penguji : Prof. Dr. Ir. Krisna Mochtar, M.Sc No 1.
PERTANYAAN/SARAN KETERANGAN Setiap variabel harus ada pembahasan Telah ditambahkan pada subbab 2.5 minimal 1 alinea yang dikaitkan dengan kinerja waktu
2.
Pembahasan
seharusnya
variabel-variabel melalui
yang
hubungan
membahas
anda
Telah dijelaskan pada subbab 5.3.3
temukan
signifikan
antar
konstruk 3.
Validasi sebaiknya di PT. X juga karena kejadian-kejadian
yang
sudah
Telah ditambahkan pada subbab 4.6
pernah
terjadi di PT. X 4.
Rekomendasi perbaikan ke depan bagi PT.
Telah ditambahkan pada subbab 5.4
X sebagai manfaat bagi PT. X tersebut 5.
Formulasi dan proses penggunaan SEM
Telah diperbaiki pada subbab 3.7.2
perlu dijelaskan secara umum dalam metodologi penelitian
Dosen Penguji : Dipl. Ing. M. Ichsan, MT. PMP No 1.
PERTANYAAN/SARAN Perlu dilengkapi dengan tulisan yang
KETERANGAN Telah ditambahkan di subbab 3.7.2
menjelaskan model SEM (bagian factor loading) 2.
Hipotesa
perlu
diperjelas/dilengkapi
Telah diperbaiki pada subbab 2.6.2
(disesuaikan dengan kesimpulan dan hasil analisa)
L10-3
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 10 Lanjutan Dosen Penguji : Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, MT. No 1.
Jelaskan
PERTANYAAN/SARAN perbedaan model-model
kepemimpinan
transaksional
KETERANGAN Telah ditambahkan di subbab 2.2.2
dan
transformasional sejak tahun 1978 sampai 2004? 2.
Kalau MLQ sudah teruji, mengapa masih
Telah ditambahkan di subbab 5.3.1
ada variabel-variabel yang tidak valid? 3.
Proses validasi sudah dilakukan dan nilai R-square masih rendah walaupun sudah
Telah ditambahkan di subbab 5.2.3
reduksi sampel outlier sehingga datadatanya mungkin kurang. 4.
Ada hal yang perlu dijelaskan mengenai
Telah diperbaiki di subbab 4.1
penggunaan SPSS dan SEM
L10-4
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011
Lampiran 10 Lanjutan
Tesis ini telah selesai diperbaiki sesuai dengan keputusan Sidang Tesis pada tanggal 30 Juni 2011 dan telah mendapat persetujuan dari Dosen Pembimbing. Jakarta, 30 Juni 2011 Menyetujui,
Pembimbing II
Pembimbing I
(Dipl. Ing. M. Ichsan, MT, PMP) (Prof. Dr. Ir.Yusuf Latief, MT)
Penguji I
Penguji II
(Ir. Wisnu Isvara, MT)
(Ir. Eddy Subiyanto, MM. MT)
Penguji III
(Prof. Dr. Ir. Krisna Mochtar, M.Sc)
L10-5
Analisa kepemimpinan..., Frans Natalius, FT UI, 2011