UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH KELOMPOK SWABANTU ASIEKs DALAM MENINGKATKAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA AGGREGATE IBU HAMIL DAN MENYUSUI DI WILAYAH KELURAHAN CURUG CIMANGGIS KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR
OLEH ISTIANNA NURHIDAYATI 10068333804
PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN PEMINATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DEPOK. JUNI 2014
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH KELOMPOK SWABANTU ASIEKs DALAM MENINGKATKAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA AGGREGATE IBU HAMIL DAN MENYUSUI DI WILAYAH KELURAHAN CURUG CIMANGGIS KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesiali Keperawatan Komunitas
OLEH ISTIANNA NURHIDAYATI 10068333804
SUPERVISOR Dra.Junaiti Sahar,S.Kp., MaPP.Sc., P.hD Wiwin Wiarsih, S.Kp., MN
PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN PEMINATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DEPOK, JUNI 2014
ii Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
i v Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas kuasa dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir yang berjudul “Pengaruh kelompok swabantu ASIEKs sebagai strategi intervensi dalam peningkatan perilaku memberikan ASI Eksklusif pada Aggregate Ibu hamil dan menyusui di wilayah Kelurahan Cimanggis kota Depok. Karya Ilmiah Ini ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners spesialis Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan di Universitas Indonesia.
Penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik moril maupun materil, maka dengan rendah hati pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada: Dra. Junaiti Sahar,S.Kp.,M.App.SC.,PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan dan supervisor utama, pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan dan motivasi sejak awal penulisan hingga terselesaikannya karya ilmiah dengan penuh pengertian dan kesabaran. Terimakasih dan penghargaan yang sama penulis sampaikan kepada: Wiwin Wiarsih, S.Kp.,M.N selaku supervisor dan pembimbing II, yang telah membimbing, mengarahkan, dan banyak memberikan masukan dalam pembuatan karya ilmiah.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, tenaga, sumbangan pemikiran, dukungan moril, sarana dan dana, selama penyelesaian karya ilmiah ini kepada: 1. Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom. selaku Ketua Program Studi Magister dan Spesialis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia sekaligus pembimbing dan supervisor praktik residensi I dan II. 2. Widiyatuti,M.Kep.,Sp.Kom; Poppy Fitriyani,M.Kep.,Sp.Kep.Kom; Agus Setiawan,S.Kp,MN.,DN selaku pembimbing dan supervisor praktik residensi I dan II, yang telah memberikan banyak masukan, saran selama praktik residensi Keperawatan Komunitasi.
v Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
3. Seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Indonesia. 4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok yang telah memberikan ijin praktik di wilayah kerja Dinas Kesehatan kota Depok. 5. Kepala Puskesmas Cimanggis, yang telah memberikan ijin praktik residensi di wilayah kerja Puskesmas Cimanggis. 6. Kepala Kelurahan Curug, yang telah memberikan ijin praktik residensi di wilayah kelurahan Curug. 7. Saifudin Zukhri, SKp.,M.Kes ketua Stikes Muhammadiayah klaten periode 2009 - 2013 yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi dan memfasilitasi keperluan studi. 8. Ns.Sri Sat Titi Hamranani,S.Kep.,M.Kep ketua STIKES Muhammadiyah Klaten
periode 2014-2018 yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melanjutkan studi dan memfasilitasi keperluan studi.
9. Imamku dan tiga bidadari kecilku, atas pengertian, dukungan doa, cinta dan kesabarannya selama studi di Fakultas Ilmu Keperawatan.
10.Ibuku tercinta, terimakasih untuk semua doa yang engkau panjatkan untukku, saat engkau sakit, sampai akhir hayatmu doa untuk kami tak pernah lupa engkau panjatkan kehadiratNya, Robb tempatkan Ibu dan Bapakku di surga Mu Amin.
11. Rekan-rekan mahasiswa residen keperawatan komunitas, yang senantiasa kompak, membantu, memotivasi dan kebersamaan yang indah ber-13 bersama praktik residensi di tahun 2013.
12.Seluruh dosen dan civitas akademik Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten yang selalu memberikan dukungan dan semangat pada penulis untuk menyelesaikan studi. 13. Seluruh kader kesehatan, ibu hamil dan menyusui di RW 04, 08 dan 10 Kelurahan Curug, terimakasih telah terlibat aktif dalam praktik residensi saya 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah mendukung praktik residensi dan penyusunan Karya Ilmiah ini.
vi Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis mengharapkan masukan dan saran untuk menyempurnakan KIA ini, karena penulis menyadari KIA ini perlu perbaikan. Semoga KIA ini memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan keperawatan khususnya Keperawatan Komunitas. Depok, Juni2014 Penulis
vii Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN PEMINATAN NERS KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Karya Ilmiah Akhir, Juni 2014 PENGARUH KELOMPOK SWABANTU ASIEKs DALAM MENINGKATKAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA AGGREGATE IBU HAMIL DAN MENYUSUI DI WILAYAH KELURAHAN CURUG CIMANGGIS KOTA DEPOK ix + 139 halaman + 1 tabel
+
2 gambar +
4 skema+ 9 lampiran
Istianna Nurhidayati ABSTRAK Pemberian ASI eksklusif yang cenderung menurun, menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada bayi. Ibu harus memiliki kemampuan, komitmen dan memperoleh dukungan untuk tetap memberikan ASI eksklusif. Salah satu upaya untuk menumbuhkan komitmen dan memberikan dukungan pada ibu adalah dengan kegiatan kelompok swabantu ASI eksklusif (KS-ASIEKs). Penulisan Karya Ilmiah ini bertujuan untuk melihat gambaran pengaruh KS-ASIKs dalam meningkatkan perilaku pemberian ASI eksklusif. Metode yang dilakukan dengan melibatkan pelayanan keperawatan, kelompok ibu hamil dan menyusui serta keluarga yang memiliki ibu hamil dan menyusui. Hasil intervensi adalah terdapat pengaruh yang signifikan ibu hamil dan menyusui yang mengikuti kegiatan KS-ASIEKs dengan perilaku pemberian ASI eksklusif (p<0,005). Kelompok swabantu ASI eksklusif sebagai intervensi keperawatan efektif dalam meningkatkan perilaku pemberian ASI dengan memberikan dukungan dan meningkatkan kepercayaan diri ibu. Perawat Perkesmas dapat menggunakan intervensi KS-ASIEKs pada asuhan meternal yang berujuan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif.
Kata kunci : Kelompok swabantu, ASI Eksklusif, asuhan
ix Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
NURSING PROGRAM SPECIALIST COMMUNITY NURSING SPECIALISATION NURSING FACULTY UNIVERSITY OF INDONESIA Final Scientific Work, June 2014 THE EFFECTYVENESS SELF-HELP GROUPS ASIEKs INFLUENCE PREGNANT AND LACTATING MOTHER AGGREGATE BEHAVIOR TO GIVE EXCLUSIVELY BREASTFEEDING IN THE CURUG VILLAGE CIMANGGIS DEPOK xii + 139 pages + 1 table + 2 pictures + 4 + 9 attachment scheme Istianna Nurhidayati ABSTRACT Exclusive breastfeeding is decreas, causing various health problems in infants. Mom must have the ability, commitment and the support to continue to provide exclusive breastfeeding. One effort to foster commitment and support to the mother is breastfeeding exclusively self-help group activities (KS-ASIEKs). Scientific Writing aims to given on overview the effect of KS-ASIKs to increasing exclusive breastfeeding behavior. The method were carried out with the involvement of nursing services, a group of pregnant women and lactating mothers and families who have become pregnant and lactating. The results of the intervention was a significant difference pregnant and lactating women who follow the activities of KS-ASIEKs with exclusive breastfeeding behavior (p <0.005). Exclusive breast self-help groups as a nursing intervention is effective in improving breastfeeding behavior by providing support and enhance the confidence of the mother. PHN Nurses can use the KS-ASIEKs intervention in the meternal care to increase exclusive breastfeeding.
Keywords: self-help groups, exclusive breastfeeding, care
x Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
I
HALAMAN PERNYATAAN .....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..............................................
v
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vi
HALAMAN ABSTRAK ..............................................................................
ix
DAFTAR ISI .................................................................................................
xi
DAFTAR SKEMA ........................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ . DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1.2 Tujuan ............................................................................................ 1.3 Manfaat .......................................................................................... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelompok Ibu Hamil dan Menyusui sebagai Aggregate Berisiko 2.2 Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat dalam Peningkatan Pemberian ASI......................................................... 2.3 Asuhan Keperawatan Komunitas .................................................. 2.4 Asuhan Keperawatan Keluarga ..................................................... 2.5 Peran dan Fungsi perawat Komunitas dalam Pemberian ASI Eksklusif .......................................................................................
xi Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
xv
1 8 9
11 15 22 46 60
BAB 3 KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH 3.1 Kerangka Konsep KIA................................................................... 3.2 Profil Wilayah ............................................................................... 3.3 Kelompok Swabantu ASI Eksklusif...............................................
65 70 71
BAB 4 PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGGREGATE IBU HAMIL DAN MENYUSUI DALAM UPAYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RW 04,08 DAN 10 KELURAHAN CURUG 4.1 Pengelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas ..... 4.2 Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas ............................. 4.3 Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga ...............................
78 100 112
BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Analisa Pencapaian Kesenjangan ................................................ 5.2 Keterbatasan dalam Intervensi Keperawatan ................................ 5.3 Implikasi Keperawatan ..................................................................
128 145 146
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ........................................................................................ 6.2 Saran ..............................................................................................
148 149
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1 Skema 4.1 Skema 4.2 Skema 4.3
Skema Kerangka Kerja ....................................................... Skema Fish Bone ................................................................. Skema Web of Caution Komunitas ..................................... Skema Web of Caution Keluarga ........................................
xiii Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
69 81 96 110
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR Tabel 4.1 Tingkat Kemandirian Keluarga ......................................... Gambar 2.1 Pengkajian Komunitas ......................................................
xiv Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
120 24
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9
Penapisan masalah Pengelolaan Manajemen PelayananKeperawatan Penapisan Masalah Asuhan Keperawatan Komunitas Penapisan Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada kelompok Ibu hamil dan Menyusui Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada keluarga dengan Ibu hamil dan Menyusui Contoh rencana usulan kegiatan Puskesmas Contoh rencana usulan kegiatan Perkesmas Buku modul Fasilitator KS-ASIEKs Buku Kerja Kader Pendukung ASI Eksklusif
xv Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjabarkan latar belakang disertai evidence based yang mendukung masalah pemberian ASI, program yang telah dilakukan pemerintah dan dinas kesehatan, inovasi meningkatkan pemberian ASI serta hasil inovasi, tujuan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, serta manfaat penulisan Karya Ilmiah Akhir. 1.1 Latar Belakang Millennium Development Goals (MDGs) menyepakati delapan tujuan yang harus dicapai oleh negara-negara di dunia. Tujuan ke empat dari MDGs adalah menurunkan angka kematian bayi di dunia. Pemberian ASI memberikan dampak yang signifikan dalam menurunkan angka kematian bayi. Pemberian ASI selama 6 bulan di dunia berkisar antara 1% sampai 89% (WHO, 2012). Data statistic United
Nations
Children’s Fund (UNICEF) (2013) memaparkan rata-rata
pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan di wilayah Afika 47%, Asia 31%, Amerika Latin dan Caribia 48%, dan total rata-rata di dunia adalah 39%. Centers for Disease Control and Prevention’s (CDC)(2012) memaparkan tingkat pemberian ASI eksklusif
6 bulan
naik
dari 35% menjadi 49%, tingkat
pemberian ASI selama 1 tahun naik dari 16% menjadi 27%. Data World Health Organisation
(WHO) (2010) menunjukkan bahwa angka pemberian ASI
eksklusif enam bulan pertama di dunia sebesar 38%, dengan persentase tiga wilayah paling tinggi adalah Asia Selatan (45%), Asia Timur (43%), dan negara berkembang (38%).
Indonesia berada dalam kelompok capaian negara
berkembang.
Profil kesehatan Indonesia memaparkan persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan tahun 2010 mencapai 61, 3% , tahun 2011 mencapai 61,5% , tahun 2012 sebesar 48,6% (Kementrian Kesehatan RI, 2010, 2011,2012). Terjadinya penurunan yang signifikan menyebabkan angka kejadian kasus diare pada tahun 2012 sebesar 1.585, dan menunjukkan kenaikan Case Fatality Rate
1
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
2
(CFR) diare sebesar 1.45% dan angka CFR tahun 2012 menunjukkan tidak tercapainya target CFR (<1%) (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Provinsi Jawa Barat cakupan pemberian ASI pada tahun 2012 sebesar 47,8% (Kemenkes, 2013) angka ini menunjukkan penurunan drastis jika dibandingkan dengan cakupan pemberian ASI di Provinsi Jawa Barat tahun 2010 sebesar 67,3% (Kemenkes, 2011). Di Kota Depok persentase ASI eksklusif 38% (Dinkes Depok, 2012). Di Puskesmas Cimanggis cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 49.9%. Di kelurahan Curug pemberian ASI eksklusif sebesar 51.1% (Profil Puskesmas Cimanggis, 2012). Angka cakupan ASI di Depok mengalami penurunan jika dibandingkan
tahun 2010 sebesar 39,6%. Penurunan angka
pemberian ASI eksklusif ini berdampak pada kejadian pneumonia bayi < 1 tahun di Jawa barat sebesar 68.692 kasus dan meninggal sebanyak 53 bayi. Merujuk data masih rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indoneia, provini Jawa Barat, dan di Kota Depok, maka diperlukan upaya peningkatan pemberian ASI di masyarakat. Sasaran upaya pemberian ASI eksklusif adalah ibu hamil dan menyusui.
Kelompok ibu hamil dan
menyusui termasuk
dalam population at risk.
Population at risk adalah kelompok yang memiliki peluang untuk lebih cepat mengalami masalah kesehatan. Masalah kesehatan pada ibu hamil dan menyusui muncul karena interaksi faktor resiko dengan dimensi biologi dan usia, faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan (Stanhope & Lancaster, 2010). Pada karya ilmiah ini ibu hamil dan menyusui berada dalam kelompok risiko, karena ibu hamil dan menyusui yang memperoleh asuhan belum terputus pemberian ASI eksklusif pada bayi mereka. Faktor risiko biologi pada ibu hamil dan menyusui adalah bentuk puting susu ibu, kesiapan ibu berperan menjadi ibu, kecemasan ibu. Faktor perilaku pada ibu menyusui perilaku diit ibu, ibu bekerja sehingga menganggap menyusui adalah hal yang merepotkan. Faktor lingkungan pada ibu hamil dan menyusui yang berpengaruh adalah sulitnya mendapatkan pelayanan konseling laktasi, dukungan keluarga dan masyarakat untuk tetap memberikan ASI.
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
3
Saleh dan Noer (2011) mengatakan faktor yang mempengaruhi praktik pemberian ASI eksklisif adalah pengetahuan, sikap dan perilaku ibu yang masih rendah, ibu bekerja, dukungan suami yang kurang, dan peran tenaga kesehatan yang masih kurang. Sholihah., at all (2010) menyimpulkan dalam
penelitiannya faktor
dominan yang mempengaruhi ibu memberikan ASI adalah pendidikan ibu. Rahmah (2011) melakukan studi fenomenologi : Atribusi tentang kegagalan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja menyimpulkan faktor penyebab yang sifatnya internal, tidak stabil dan dapat dikendalikan adalah kondisi psikis ibu yang mengalami stres, kurangnya usaha atau persiapan ibu semasa kehamilan, kurangnya pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi, kurangnya keterampilan menyusui, kurangnya ketekunan dan kesabaran dalam berlatih menyusui, perepsi yang salah tentang menyusui, dan tidak adanya motivasi untuk menyusui.
Centre for Breastfeeding Education (2011) mengemukakan bahwa ibu menyusui masih beranggapan bahwa menyusui dapat membuat ibu tidak bebas beraktivitas. Selain itu, adanya anggapan pada ibu menyusui bahwa memberikan susu dengan menggunakan botol lebih mudah dibandingkan dengan menyusui secara langsung (Centre for Breastfeeding Education, 2011). Faktor risiko sosial ekonomi ditunjukkan dari hasil survey di Inggris bahwa 17% perempuan memilih memberikan ASI karena ASI lebih murah dari susu botol dan 25% perempuan memilih untuk memberikan susu botol kepada bayi mereka karena ingin kembali bekerja untuk memenuhi kebutuhan keuangan keluarga (Moddy, Britten, & Hogg, 2006). Peningkatan jumlah wanita bekerja, dan kurang tersosialisasinya manfaat asi untuk ibu dan bayi menyebabkan ibu memilih untuk tidak memberikan ASI setelah masa cuti berakhir. Kurangnya pemberian ASI eksklusif pada bayi berdampak pada angka kematian bayi, kejadian kasus diare pada bayi, dan penumonia pada bayi. Masalah kematian bayi, diare pada bayi dan pneumonia harus mendapatkan intervensi di masyarakat. Lancet (2003) menyatakan intervensi yang direkomendasikan untuk mengurangi angka kematian bayi (AKB), kejadian diare dan pneumonia pada bayi adalah pemberian ASI 6-11 bulan. Anak-anak yang mendapat ASI eksklusif 14 kali lebih mungkin untuk bertahan hidup dalam enam
bulan pertama kehidupan
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
4
dibandingkan anak yang tidak disusui. Mulai menyusui pada hari pertama setelah lahir dapat mengurangi risiko kematian baru lahir hingga 45 persen (Unicef, 2013). Beberapa penelitian yang mengembangkan intervensi untuk mengatasi masalah pemberian ASI eksklusif telah dilakukan. Chapman, Dami, Perez-Escamilla (2004) menjelaskan dukungan
sebaya memungkinkan terjadinya pendekatan
yang efektif untuk mempromosikan pemberian ASI pada perempuan dengan berbagai latar belakang sosial ekonomi. Wright, Parkinson, Drewett (2004) menyimpulkan ibu menyusui akan tetap memberian ASInya setelah mendapat saran dari teman sebayanya. Chung, at all (2008) menjelaskan dukungan sebaya pada ibu menyusui merupakan sumber dukungan dan memotivasi ibu untuk menyusui dibandingkan dengan pemberian pendidikan
kesehatan terstuktur
tentang manajemen laktasi. Kistin, Abramson, Dublin (1994) menyimpulkan perempuan yang ikut aktif dalam diskusi kelompok sebaya memberikan ASI lebih lama dibandingkan yang tidak mengikuti. Study untuk mengatasi rendahnya pemberian ASI eksklusif telah dilakukan dan dapat dijadikan sebagai acuan pemerintah dalam mengembangkan program peningkatan pemberian ASI eksklusif.
Pemerintah Indonesia telah men jalankan program upaya untuk memecahkan masalah kurangnya pemberian ASI eksklusif yaitu: 1) pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif; 2) melakukan pelatihan konseling menyusui dan konseling Makanan Pendamping ASI (MP-ASI); 3) melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM); 4) sosialisasi dan kampanye ASI eksklusif; 5) Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) melalui media cetak dan elektronik; 6) pemberdayaan ibu, keluarga, dan masyarakat dalam praktek pemberian ASI melalui program keluarga sadar gizi (KADARZI); 7) bekerjasama dengan lintas sektor terkait dalam pengawasan pemasaran susu formula dan produk makanan bayi sesuai standar produk makanan (codex alimentarius); 8)advokasi dan promosi peningkatan pemberian ASI (Kementrian
Kesehatan, 2013).
Program Dinas
kesehatan Kota Depok untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif dari 36%
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
5
menjadi 40 % di tahun 2013 adalah pelatihan konselor laktasi, pendampingan kerja Puskesmas, pembinaan KP ASI, pembentukan ruang menyusui, penyuluhan ASI di perusahaan, evaluasi KP ASI. Di Puskesmas Cimanggis program yang dilaksanakan adalah pelatihan kader tentang KP ASI.
Pelaksanaan program peningkatan pemberian ASI belum dilaksanakan secara optimal. Belum ada kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk meningkatkan cakupan ASI. Program Perkesmas untuk asuhan maternal belum dijalankan. Pelatihan konselor dan manajemen perawat. Perencanaan program
laktasi belum
melibatkan
operasional tahunan capaian asuhan maternal
belum ditetapkan, di tingkat dinas kota Depok. Keterbatasan sumber daya manusia untuk melaksanakan program (Nurhidayati, 2014). Untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif di wilayah kota Depok diperlukan keterlibatan semua petugas kesehatan. Salah satu petugas kesehatan yang berkontribusi adalah perawat komunitas.
Perawat komunitas supaya dapat menjalankan upaya kesehatan di masyarakat dapat menggunakan pendekatan Community Health Nursing (CHN) yaitu dengan mengkombinasikan ketrampilan klinis berbasis populasi dan pengetahuan yang mendukung CHN. Aumann (2008) mendefinisikan perawat komunitas adalah spesialisasi dalam disiplin ilmu keperawatan yang diakui berdasarkan body knowlege dan teori dari Nigtingale 1868. Pendekatan dan pengembangan teori dan konseptual
telah mewujudkan paradigma keperawatan. Paradigma tersebut
menguraikan hubungan antara orang, kesehatan, lingkungan dan keperawatan. Kecenderungan saat ini praktek berbasis bukti dikembangkan di keperawatan komunitas. Praktik berbasis bukti dapat digunakan untuk memperbaiki strategi intervensi menyelesaikan masalah komunitas.
Strategi intervensi yang telah dikembangkan adalah dengan pendidikan kesehatan, kemitraan, proses kelompok dan pemberdayaan. Stanhope dan Lancaster (2010) mendefinisikan pendidikan kesehatan adalah kegiatan dalam rangka upaya promotif dan preventif yang bertujuan agar masyarakat berperilaku sehat dengan
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
6
melakukan penyebaran informasi dan meningkatkan motivasi masyarakat. Partnership atau kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama aktif antara perawat komunitas, masyarakat, maupun lintas sektor dan program. Bentuk kegiatannya adalah kolaborasi, negosiasi dan sharing dilakukan untuk saling menguntungkan (Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchock, Schuber & Thomas, 1999). Empowering atau pemberdayaan adalah suatu
kegiatan
keperawatan
komunitas dengan
melibatkan masyarakat secara aktif untuk menyelesaikan masalah yang ada di komunitas, masyarakat sebagai subjek dalam menyelesaikan masalah (Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchock, Schuber & Thomas, 1999). Proses kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang dilakukan bersamaan dengan masyarakat melalui pembentukan peer atau sosial support berdasar kondisi dan kebutuhan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchock, Schuber & Thomas, 1999). . Proses kelompok untuk meningkatan pemberian ASI eksklusif di masyarakat yang telah dikembangkan oleh Infant and Young Child Nutrition (IYCN) adalah “Mother to Mother Support Groups” (MtMSG) di Dadaab camp pengungsian Somalia. Program MtMSG ini dilakukan di Dadaab camp karena banyaknya pengungsi adalah ibu dan bayi, jumlah bayi yang banyak dan perubahan status kesehatan bayi yang terjadi di camp pengungsian. Program ini dirancang supaya masyarakat mampu mengidentifikasi masalah mereka dan dapat memecahkan masalah,
menerima dukungan, dan meningkat kepercayaan diri
untuk
memberikan ASI secara eksklusif. Program aplikasi dari MtMSG di Dadaap camp dapat meningkatkan inisiasi menyusui dini dari 66,2% pada tahun 2007 menjadi 76,5% pada tahun 2008. Pemberian ASI eksklusif dari 4.1% menjadi 25.6% di tahun yang sama. Pengenalan makanan pada bayi pada usia 6 bulan dari 53,8% menjadi 68.9% .Pemberian ASI yang dilajutkan sampai 1 tahun dari 35% menjadi 54.4% (LINKAGES, 2010). Program peningkatan pemberian ASI eksklusif yang dilakukan oleh pemerintah sebagian besar ditujukan kepada kader kesehatan. Kader setelah mengikuti kegiatan diharapkan
mampu menyebar
luaskan pada masyarakat, namun tidak semua kader mampu membagi pengalaman dan ilmunya di masyarakat. Program langsung pada sasaran ibu hamil untuk
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
7
mempersiapkan diri menyusui belum banyak di kembangkan di Indonesia. Seperti halnya di kelurahan Curug.
Fenomena di kelurahan Curug kecamatan Cimanggis berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif diantaranya belum ada wadah untuk membantu ibu hamil dan menyusui mengatasi masalah. Perencanaan kegiatan program ASI dilaksanakan setiap tahun oleh programer Gizi di Tingkat Dinas Kesehatan Kota Depok, dengan rancangan anggaran sampai di tingkat Puskesmas. Kader kelurahan Curug belum memiliki perencanaan kegiatan KPASI (Kelompok Pendukung ASI), kader hanya menyarankankan ibu menyusui bayinya secara eksklusif pada pelaksanaan kegiatan posyandu jika ada ibu baru melahirkan datang ke posyandu. Kader belum memiliki perencanaan penyuluhan di posyandu perencanaan pemberian ASI eksklusif
(meja 4). Pelaksanaan dan
digabung dengan program Kadarzi
(Nurhidayati, 2014).
Hasil FGD kader kesehatan yang telah mengikuti pelatihan KPPASI di Puskesmas diperoleh tema : 1) tidak tahu kegiatan KP ASI; 2) belum terbentuk organisasi KP ASI; 3) kurang percaya diri berbicara didepan umum 4) kurang kemampuan cara komunikasi di dalam kelompok; 5) dinamika kelompok belum baik; 6) komunikasi 1arah, 7) kurang percaya diri, 8) belum optimal melakukan pencatatan pemberian ASI eksklusif (Nurhidayati, 2014). Hasil FGD pada ibu menyusui menyusui dan ibu hamil di kelurahan Curug diperoleh tema :1) tidak dipahami IM; 2) ASI tidak cukup, 3) disarankan orang tua; 4) puting susu lecet. Tujuan dilakukan FGD pada ibu hamil dan menyusui adalah untuk menggali permasalahan pengetahuan IMD: penyebab memberikan susu formula atau pemberian makan dini pada bayi, yang menganjurkan pemberian susu formula dan makan dini, serta masalah yang terjadi selama menyusui
Berdasarkan fenomena dan sintesis dari intervensi MtMSG di Dadaap Camp, dukungan sosial dengan proses kelompok, dan perilaku positif diatas penulis membuat inovasi intervensi keperawatan komunitas dengan proses kelompok. Kelompok yang di bentuk
adalah Kelompok Swabantu ASI Eksklusif (KS-
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
8
ASIEKs).
Kegiatan pertemuan KS-ASIEKs di kelurahan Curug dilakukan tiap 2 (dua) minggu sekali. KS-ASIEKs beranggotakan10-15 orang tiap kelompok terdiri dari ibu hamil trimester 3 dan ibu menyusui bayi usia 0-1 tahun, tiap kelompok melaksanakan 8 pertemuan dengan topik tentang kehamilan, menyusui dan masalah menyusui. KS-ASIEKs di kelurahan Curug kegiatan rutin melibatkan kader kesehatan sebagai karena masih kurangnya pengetahuan serta motivasi dari anggota. Kader kesehatan berfungsi sebagai kelompok pendukung kegiatan KSASIEKs dan fasilitator pertemuan.
Hasil kegiatan
inovasi intervensi KS-ASIEKs dikelurahan Curug
adalah
terbentuk tiga (3) KS-ASIEKs di kelurahan Curug, terjadi peningkatan 15% kemampuan kader, terjadi peningkatan 25% kemampuan ibu hamil dan menyusui setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKs, terjadi peningkatan 27,8% kepercayaan diri ibu, terjadi peningkatan 28% dukungan ayah dalam memberikan ASI eksklusif dan terjadi peningkatan kemandirian keluarga (KM) dari KM I menjadi KM IV sebanyak 40%
1.2 Tujuan Umum dan Khusus 1.2.1
Tujuan Umum Memberikan gambaran tentang pengaruh KS-ASIEKs terhadap perilaku ibu hamil dan menyusui dalam memberikan ASI eksklusif di Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat.
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
9
1.2.2 Tujuan khusus 1.2.2.1 Peningkatan kemampuan (Pengetahuan, sikap dan ketrampilan) kader sebagai Fasilitator kegiatan KS-ASIEKs 1.2.2.2 Peningkatan
pelaksanaan
kegiatan
KS-ASIEKs
(pertemuan
rutin,
keaktifan fasilitator, keaktifan anggota KS-ASI) 1.2.2.3 Peningkatan kemampuan (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) anggota KS-ASIEKs di 1.2.2.4 Peningkatan kepercayaan diri anggota KS-ASIEKs dalam memberikan ASI Eksklusif 1.2.2.5 Peningkatan dukungan keluarga (suami) dalam pemberian ASI eksklusif 1.2.2.6 Peningkatan
kemandirian keluarga dalam
mencegah diskontinuitas
pemberian ASI eksklusif 1.2.2.7 Peningkatan pemberian ASI eksklusif pada masyarakat (aggregat dan keluarga)
1.3 Manfaat 1.3.1. Pengambil Kebijakan : 1.3.1.1Dinas Kesehatan Kota Depok Mendukung terlaksananya program
Perkesmas di kota Depok, dan
menempatkan program perkesmas sebagai program wajib Puskesmas, sehingga pelaksanaan kegiatan KS-ASIEKs lebih optimal. 1.3.1.2 Pemerintah Kota Depok Mendukung terlaksananya program Perkesmas di Kota Depok, dan memberikan kesempatan seluas-luasnya perawat untuk meningkatkan pendidikan, sehingga pengembangan diri dan kemampuan perawat di kota Depok meningkat.
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
10
1.3.2 Pelayanan kesehatan Dalam Keperawatan 1.3.2.1 Puskesmas Kecamatan Cimanggis Kegiatan kelompok swabantu ASI dapat menjalankan upaya preventif, dan promotif. Puskesmas Cimanggis dapat meningkatkan cakupan, mereplikasi kegiatan KS-ASIEKs untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Cimanggis. 1.3.2.2 Perawat Komunitas Perawat Perkesmas Puskesmas Cimanggis dapat mengembangkan program pelayanan dan asuhan
keperawatan kelompok,
khususnya
asuhan
maternal sebagai upaya pencapaian indikator standar pelayanan minimal bidang kesehatan 1.3.2.3 Keluarga dan masyarakat Kelompok Swabantu ASI dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan ibu hamil dan ibu menyusui serta kemadirian keluarga dalam memberikan ASI eksklusif.
1.3.3 Perkembangan Ilmu Keperawatan Pengembangan program praktik keperawatan komunitas KS-ASIEKs sebagai bentuk intervensi keperawatan komunitas yang efektif dengan sasaran komunitas dan keluarga dalam upaya promotif dan preventif pada ibu hamil dan menyusui. Penerapan KS-ASIEKs dapat dijadikan intervensi keperawatan komunitas yang lebih efektif dalam upaya meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan mencegah diskontinuitas menyusui.
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menjelaskan mengenai kelompok ibu hamil dan menyusui sebagai aggregate berisiko, dukungan sosial pada ibu menyusui, proses kelompok dan perilaku positif dalam menyusui yang terintegrasi dalam intervensi keperawatan komunitas, model Community As Partner (CAP), serta Family Centered Nursing (FCN) dalam memberikan memberikan asuhan keperawatan komunitas pada aggregate ibu menyusui. 2.1 Kelompok Ibu Hamil dan Menyusui sebagai Aggregate Berisiko Aggregate adalah sekumpulan individu yang berinteraksi di suatu daerah atau mempunyai karakteristik khusus dan menjadi bagian dari masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2010). Hitchcock, Schubert dan Thomas (1999) mendefinisikan aggregate adalah kelompok orang dengan kebutuhan yang sama. Maglaya (2009) menjelaskan aggregate adalah sekelompok orang yang memiliki karakteristik khusus, tahap perkembangan atau paparan pada faktor lingkungan khusus, dan masalah kesehatan. Berdasar beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan aggregate definisikan sekelompok individu yang memiliki karakteristik khusus, tahap perkembangan atau paparan pada faktor lingkungan khusus, dan masalah kesehatan dan menjadi bagian dari masyarakat. Berdasar pengertian aggregate diatas, perempuan dengan karakteristik hamil dan menyusui adalah aggregate.
Kelompok ibu hamil dan menyusui berisiko
mendapat masalah kesehatan karena tahap pertumbuhan dan perkembangannya, faktor sosial dan lingkungannya (Lundy & Janes,2009). Perempuan pada usia 2040 tahun menurut Lundy dan Janes (2009) merupakan usia produktif, fungsi reproduksi mulai matang. Pada kelompok usia 20-40 tahun perempuan biasa hamil, untuk menjalankan fungsi reproduksi. Pada masa kehamilan dan usia subur wanita dapat mengalami masalah-masalah kesehatan
11
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
12
Definisi risiko mengacu pada kondisi kesehatan sebagai hasil interaksi dari faktor genetik seseorang, gaya hidup, serta lingkungan fisik dan sosial dimana orang tersebut tinggal atau bekerja (Lundy & Janes, 2009). Risiko merupakan efek dari integrasi beberapa faktor, yang kemudian menyebabkan perubahan pada status kesehatan seseorang (Sebastian, 2004, dalam Lundy & Janes, 2009). Mc.Murray (2003) mendefinisikan risk sebagai kemungkinan terjadinya penyakit atau cidera karena adanya beberapa faktor dari individu maupun faktor dari lingkungan atau keduanya. Population at risk di definisikan oleh Mc.Murray (2003) sebagai keadaan dimana populasi tidak secara teratur mengakses pelayanan kesehatan, sehingga populasi tersebut berada dalam keadaan sakit, cidera atau mendapatkan masalah kesehatan. Maurer dan Smith (2005) mendifinisikan
population at risk adalah kelompok
secara statistic berisiko terkena masalah kesehatan dan memiliki keterbatasan. Berdasarkan pengertian tersebut disimpulkan population at risk adalah kelompok berisiko terkena masalah kesehatan dan memiliki keterbatasan yang tidak dapat secara teratur mengakses pelayanan kesehatan, sehingga kelompok mendapatkan masalah kesehatan, cidera atau sakit. Kelompok ibu hamil dan menyusui menurut Stanhope dan Lancaster (2010) mendapatkan masalah kesehatan karena hambatan transportasi, birokrasi, petugas kesehatan yang menolak memberikan pelayanan, klinik yang ramai dan penuh sesak. Stanhope dan Lancaster (2010) menjelaskan kesehatan perempuan terutama selama kehamilan di daerah pedesaan perlu diperhatikan oleh perawat komunitas. Kesehatan ibu selama kehamilan dipengaruhi oleh sosial ekonomi yang kurang, tingkat pendidikan, umur, pekerjaan dan penggunaan pelayanan prenatal. Melihat fenomena di masyarakat dan teori peneliti menyimpulkan ibu hamil dan ibu menyusui sebagai kelompok di masyarakat berisiko diskontinuitas pemberian ASI karena hambatan transportasi untuk mencapai petugas kesehatan dan konselor laktasi, birokrasi saat mengunakan pelayanan kesehatan guna mengatasi masalah menyusui, kesibukan petugas kesehatan di masyarakat sehingga kurang memberikan layanan konseling menyusui.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
13
Stanhope dan Lancaster (2010) memaparkan beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kesehatan dan masalah kesehatan seorang ibu. Akan tetapi, tidak setiap ibu yang terpapar dengan keadaan yang sama akan memperoleh dampak yang sama juga. Masalah kesehatan yang muncul pada kelompok ibu hamil dan menyusui dapat diidentifikasi melalui faktor resiko yang menyebabkan suatu kondisi diskontinuitas menyusui. Faktor-faktor yang mempengaruhi seorang ibu mengalami diskontinuitas menyusui adalah faktor biologi dan usia (biological including age risks), sosial dan
lingkungan fisik (social and physical
environmental risk), dan faktor risiko perilaku dan gaya hidup (behavioral lifestyle risk) (Stanhope & Lancaster, 2010). 2.1.1 Faktor Biologi dan usia Perkembangan individu, kondisi kesehatan, faktor genetik merupakan komponen faktor biologi yang mempengaruhi kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2010). Fitria (2010) menyimpulkan dalam peneltiannya bahwa perawaatan payudara dan mengkonsumsi makanan bergizi berhubungan dengan produksi ASI pada ibu menyusui. Puting susu mendatar atau terbenam dapat membuat bayi sulit menyusu. Selama kehamilan ibu akan mengalami perubahan tingkat inversi puting susu, pigmentasi kulit, dan elastisitas, 10 % ibu tetap mengalami puting susu inverted setelah persalinan (Smith, 2013). Chen et al (2004 dalam Lawrence & Lawrence 2011) menjelaskan etnisitas memiliki sedikit pengaruh pada ukuran payudara dan produksi ASI. Lawrence dan Lawrence (2011) menjelaskan Ibu dengan riwayat penyakit Human Immunodeficiency virus tipe 1 (HIV-1) dan Human Immunodeficiency virus tipe 2(HIV-2),Human T-Cell Leukimia Virus tipe 1(HTLV-1) dan Human T-Cell Leukimia Virus tipe II(HTLV-II) merupakan kontra indikasi untuk memberikan ASI. Ibu terdiagnosa penyakit yang menular melalui udara, droplet pernafasan dan kontak langsung pemisahan sementara antara ibu dan bayi dapat dilakukan, namun bayi tetap mendapat ASI perah.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
14
2.1.2 Faktor Sosial dan lingkungan fisik Keadaan sosial dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesehatan. Lingkungan yang mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan, kriminalitas, polusi, dan adanya stress lingkungan yang tinggi dapat meningkatkan terjadinya masalah kesehatan dalam keluarga (Stanhope & Lancaster, 2004). Allender dan Spradley (2010) mengidentifikasi aspek sosiokultural terdiri dari tingkat pendidikan, nilai dan budaya, dukungan sosial, dan akses pelayanan kesehatan. Status kesehatan seseorang akan menurun jika terjadi ketidakadekuatan sumber dan proses koping sosial. Ibu menyusui sangat membutuhkan dukungan masyarakat agar dapat memberikan ASI secara eksklusif. Hasil survey yang dilakukan di Inggris pada tahun 2000 menemukan, 84% ibu menyusui karena teman mereka juga menyusui anaknya dan 54% wanita memberikan susu botol pada bayi karena teman-teman mereka juga memberikan susu botol (Moddy, et.,al, 2006). Diperjelas dengan penelitian Setiawan (2008) mengidentifikasi tingkat pendidikan dan sikap ibu secara signifikan berkorelasi positif terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif. Ibu menyusui sangat membutuhkan dukungan dari pasangan dan keluarga selama periode menyusui. Dukungan instrumental memegang peran penting dalam pemenuhan kebutuhan selama periode menyusui. Ibu menyusui berharap bahwa dukungan sosial yang ada di sekitar mereka akan berdampak pada mobilisasi dukungan yang ada pada jejaring sosial mereka (Negrog, Martin, Almog, Balnierz & Howell, 2010). 2.1.3 Faktor Perilaku dan Gaya Hidup Kebiasaan kesehatan berkontribusi besar terhadap angka kesakitan dan angka kematian. Gaya hidup adalah pola kebiasaan kesehatan pribadi dan perilaku berisiko individu dan keluarga. Keluarga menjadi unit dimana perilaku kesehatan, nilai-nilai kesehatan, kebiasaan kesehatan, dan persepsi terhadap risiko kesehatan
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
15
ditanamkan. Keluarga membentuk kebiasaan bagaimana makanan dibuat dan disajikan, pola istirahat dan tidur, rencana aktivitas, pemeriksaan kesehatan, kepatuhan terhadap pengobatan, menentukan kapan anggota keluarga sakit, dan kapan anggota keluarga harus memperoleh perawatan (Stanhope & Lancaster, 2004). Centre for Breastfeeding Education (2011) mengemukakan bahwa ibu menyusui masih beranggapan bahwa menyusui dapat membuat ibu tidak bebas beraktivitas. Selain itu, adanya anggapan pada ibu menyusui bahwa memberikan susu dengan menggunakan botol lebih mudah dibandingkan dengan menyusui secara langsung (Centre for Breastfeeding Education, 2011). Transisi perpindahan dari satu tahap atau kondisi merupakan saat berisiko pada kelompok. Pengalaman mengharuskan kelompok mengubah perilaku, jadual, pola komunikasi, membuat keputusan baru, mengidentifikasi, dan belajar untuk menggunakan sumber daya baru (Allender & Spradley, 2010). Perubahan peran pada kelompok ibu hamil dan menyusui menyebabkan mereka harus beradaptasi. Pengalaman memberikan ASI sebelumnya, status anak, dan kejadian-kejadian selama memberikan ASI sebelumnya mempengaruhi kelompok ibu menyusui tetap memberikan ASI pada bayinya (Thulier & Mercer, 2009).
2.2 Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat dalam Peningkatan Pemberian ASI Huber (2010) mendefinisikan manajemen adalah koordinasi dan integrasi sumbersumber melalui perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan dalam mencapai tujuan. Lebih lanjut Huber (2010) menjelaskan manajemen keperawatan adalah suatu proses koordinasi dan pengintegrasian sumber-sumber dengan melakukan langkah-langkah manajemen unit pelayanan keperawatan. Manajemen keperawatan tidak lepas dari penggunaan ketrampilan dan pemanfaatan sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada pelayanan keperawatan.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
16
Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Lokakarya PPNI, 1983). Pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) merupakan pelayanan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat agar mandiri dalam kesehatannya (Kepmenkes No. 279 Tahun 2006).
Penerapan Perkesmas di Indonesia khususnya pada masalah diskontinuitas ibu menyusui dapat dilakukan dalam dua bentuk: pertama, pelayanan asuhan keperawatan kelompok diberikan kepada kelompok ibu hamil dan menyusui dalam masyarakat yang memerlukan perhatian dan kedua, asuhan keperawatan keluarga yang ditujukan pada keluarga rawan yang memiliki risiko diskontinuitas pemberian ASI. Pelayanan asuhan keperawatan kelompok dan keluarga untuk mencegah diskontinuitas pemberian ASI mendukung pencapaian indikaror pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan dalam standar pelayanan minimal (SPM). Keterpaduan kegiatan perkesmas dalam upaya mencapai SPM terlihat dalam pedoman perkesmas untuk perawat Puskesmas. Pada pedoman disebutkan pelayanan pencegahan diskontinuitas menyusui merupakan pelayanan promosi kesehatan. Indikator SPM yang harus dicapai pada pelayanan promosi kesehatan pemberian ASI eksklusif pada bayi adalah 80%. Untuk mencapai indikator kegiatan Perkesmas dapat dilakukan dengan pemberian asuhan keperawatan keluarga pada ibu hamil dan menyusui, serta asukan keperawatan kelompok ibu hamil dan menyusui yang ada di masyarakat
sebagai bentuk pelayanan
keperawatan (Kementrian Kesehatan, 2006). Pelayanan keperawatan di Indonesia merupakan bagian integral dari sistem kesehatan secara keseluruhan (Suhartati, 2013). Pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat sering disebut dengan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Suhartati
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
17
(2013) menjelaskan UKM merupakan bentuk pelayanan kesehatan dimana terdapat peran aktif masyarakat dan swasta. Peningkatan UKM memerlukan pelaksanaan fungsi manajemen yang baik guna menjaga kesinambungan dan keberlangsungan kegiatan. Fungsi manajemen menurut Fayol (1925 dalam Marquis 2012) terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, komando, koordinasi dan kontrol. Konsep manajemen yang dilaksanakan pada pelayanan kesehatan komunitas berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Marquis dan Huston (2012) yaitu penerapan fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepegawaan (staffing), pendelegasian (directing) dan kontrol (controlling). Marquis dan Huston (2012) mendefinisikan perencanaan adalah upaya memutuskan apa yang akan dilakukan, siapa yang melakukan, dan bagaimana, kapan dan dimana hal tersebut dilakukan. Gillies (2000) menjelaskan perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan yang matang tentang apa yang akan dikerjakan dalam satu periode waktu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menyusun dan menentukan rangkaian kegiatan. Swansburg (1999) menjelaskan tujuan perencanaan yaitu analisis, pengkajian sistem, penyusunan strategi (tujuan jangka panjang) dan operasional (tujuan jangka pendek) dan memilih prioritas yang akan dilakukan termasuk alternatifnya. Terdapat tujuh elemen perencanaan yang dikemukakan oleh Marquis dan Huston (2012) yaitu: (1)visi dan misi, (2) filosofi, (3) tujuan umum, (4) tujuan khusus, (5) kebijakan, (6) prosedur dan (7) aturan. Perencanaan perkesmas untuk mencegah diskontinuitas pemberian ASI eksklusif mulai dari dinas kesehatan kabupaten/kota dengan langkah menentukan tindakkan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia (Kementrian kesehatan, 2011). Di tingkat puskesmas proses penyusunan rencana tahunan puskesmas untuk mengatasi masalah diskontinuitas pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas. Perencanaan kegiatan perkesmas dengan langkah: menyusun usulan kegiatan sesuai dengan prioritas,
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
18
menyusun usulan kegiatan yang terpadu dan disertai dengan persetujuan pembiayaan, menyusun rencana peleksanaan kegiatan (Kementrian kesehatan, 2011). Pembiayaan pelaksaanaan kegiatan perkesmas bersumber dari: (1) pemerintah; APBN (DIPA dan BOK), APBD (DIPA dan Jamkesda, retribusi puskesmas; (2) Sumber lain : Jamsostek, bantuan luar negeri, Non Govermen Organization (NGO) (Kementrian kesehatan, 2011). Pengorganisasian dalam manajemen merupakan pembentukan struktur sebagai pelaksana rencana program, menetapkan program layanan yang tepat, menentukan aktivitas yang akan dicapai masing-masing bagian, bekerja pada struktur organisasi, memahami, menggunakan kekuatan yang tepat (Marquis & Hurston, 2012). Struktur organisasi mengacu pada bagaimana kelompok dibentuk, alur komunikasi, pengaturan kewenangan dan pengambil keputusan. Pengorganisasian diperlukan karena lebih banyak pekerjaan dapat dilakukan bersama daripada bekerja sendiri. Pada tahap pengorganisasian hubungan masing-masing bagian di definisikan, prosedur ditentukan, dan rincian tugas-tugas yang diberikan harus jelas. Pengorganisasian juga membentuk struktur formal yang akan menciptakan koordinasi serta penentuan sumberdaya untuk mencapai tujuan (Marquis & Huston, 2012). Fayol (1949 dalam Marquis & Huston, 2012) menyebutkan tujuan pengorganisasian adalah mendapatkan sumberdaya manusia, perlengkapan, sumber untuk menggerakkan, mengorganisasikan dan bekerja sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Setiap organisasi memiliki struktur formal dan informal. Struktur formal melalui pembagian departemen, pembagian kerja, memberikan kerangka kerja untuk menjelaskan kewenangan, tanggung jawab dan tanggung gugat manajerial. Marquis dan Huston (2012) menyebutkan elemen pengorganisasian terdiri struktur organisasi, uraian tugas, kerjasama lintas sektor dan program, dan koordinasi. Struktur organisasi perkesmas diuraikan pada penyeliaan keperawatan kesehatan masyarakat. Penanggungjawab keperawatan kesehatan masyarakat di puskesmas
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
19
adalah kepala puskesmas. Selanjutnya kepala puskesmas menetapkan perawat pelaksana perkesmas, perawat penanggungjawab daerah binaan dan perawat koordinator perkesmas di puskesmas (Kementrian Kesehatan, 2006). Staffing merupakan fungsi ketiga dalam manajemen pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan bersifat labor intesive (pelayanan yang membutuhkan pekerja yang banyak untuk mencapai tujuan). Pada staffing manajer melakukan perekrutan
pekerja,
memilih,
memberikan
orientasi
dan
meningkatkan
pengembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi. Memperkirakan jumlah kepersonaliaan dengan akurat adalah ketrampilan manajemen untuk menghindari krisis kepersonaliaan. Elemen staffing adalah menentukan kebutuhan staff saat ini dan masa datang, melakukan wawancara, memilih dan menempatkan staff (Marquis & Huston, 2012). Staffing kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat kabupaten/kota adalah
adanya
perawat
penyelia
keperawatan
kesehatan
masyarakat
kapupaten/kota dengan kualifikasi Ners dan telah mendapatkan pelatihan keperawatan komunitas, serta berpengalaman bekerja di puskesmas. Kedudukan perawat penyelia di Dinas Kesehatan kabupaten dapat struktural ataupun fungsional, tergantung pada kondisi daerah. Tugas perawat penyelia perkesmas, bertanggung jawab kepada kepala Dinas Kesehatan kabupaten untuk: (1) pertemuan rutin perawat koordinator puskesmas dalam rangka: koordinasi penyusunan rencana upaya perkesmas, mengidentifikasi faktor penghambat dan penunjang
pelaksanaan
perkesmas,
mengidentifikasi
inovasi,
perubahan
pelaksanaan, membahas hasil pertemuan dan evaluasi perkesmas
dan
perencanaan tindak lanjut seluruh puskesmas kabupaten/kota; (2) kunjungan lapangan dalam rangka: penyeliaan terhadap penyelenggaraan upaya perkesmas, pembinaan langsung pada perawat koordinator dan pelaksana, membimbing dan bersama kepala puskesmas memfasilitasi refleksi diskusi kasus (RDK) oleh perawat puskesmas (Kementrian Kesehatan, 2006).
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
20
Kepala puskesmas dibantu oleh perawat koordinator
sekaligus menjadi
koordinator keperawatan kesehatan masyarakat. Koordinator ditetapkan oleh kepala puskesmas berdasarkan kualifikasi pendidikan minimal D3 keperawatan dan telah mendapatkan pelatihan keperawatan kesehatan komunitas. Perawat koordinator bertanggung jawab pada kepala puskesmas melakukan bimbingan teknis maupun administrative kepada perawat penanggungjawab daerah binaan dan perawat pelaksana. Tugas perawat koordinator perkesmas meliputi : (1) pertemuan dengan perawat pelaksana / penanggung jawab daerah binaan untuk : mengidentifikasi
prioritas
masalah,
merencanakan
kegiatan
keperawatan
kesehatan masyarakat, memfasilitasi pembahasan masalah dengan RDK, membahas hasil pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan perkesmas dan mengusulkan rencana tindak lanjut; (2) melakukan kunjungan lapangan untuk membimbing perawat pelaksana dan peawat penanggung jawab daerah binaan; (3) menyusun laporan evaluasi hasil upaya perkesmas di puskesmas dan perkembangannya (Kementrian Kesehatan, 2006) Pengarahan dan pengendalian merupakan peran manajer berupaya membangun lingkungan kerja yang kondusif untuk mencapai tujuan (Gillies, 2000). Pengarahan merupakan kegiatan membangun, memelihata, mempertahankan dan memajukan organisasi melalui staff baik secara struktural maupun fungsional supaya langkah pencapaian tujuan tidak keluar dari perencanaan. Marquis dan Huston (2012) menyebutkan komponen pengarahan adalah memotivasi, membina komunikasi organisasi, memecahkan konflik, memfasilitasi kerjasama, negosiasi, dan dampak tawar menawar kolektif dan undang-undang ketenagaan pada manajemen. Manajer melakukan pengarahan supaya pekerjaan dapat diselesaikan. Upaya manajer memotivasi dan menciptakan suasana yang baik, untuk mencapai tujuan individu dan tujuan organisasi. Pengarahan dan pengendalian merupakan rangkaian penyelenggaraan pemantauan serta penilaianan pada upaya perkesmas. Pengarahan dilakukan secara berkala oleh kepala puskesmas dan koordinator perkesmas melalui kegiatan: (1) membahas atau mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
21
perkesmas: RDK, lokakarya mini bulanan, lokakarya mini tri bulanan; (2) melakukan penilaian yang dilakukan setiap akhir tahun (Kementrian Kesehatan, 2006). Pengendalian kegiatan perkesmas
menggunakan indikator kinerja
perawata dan dilakukannya dokumentasi setiap kegiatan Perkesmas dan pelaporan kegiatan Perkesmas. Indikator kinerja terdiri atas input, proses dan output. Indikator output di dasarkan pada pencapaian indikator standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan Kabupaten/Kota. Fungsi pengawasan dijelaskan oleh Marquis dan Huston (2012) merupakan evaluasi dalam proses manajemen. Pengawasan memiliki tujuan supaya sumberdaya yang digunakan efisien dan staf lebih efektif dalam mencapai tujuan program. Elemen pengawasan dirinci sebagai berikut, monitoring dan evaluasi program, kendali mutu dan penilaian kinerja. Manfaat pengawasan yaitu mengetahui capaian kegiatan program yang dilakukan oleh staf sesuai dengan standar atau rencana kerja. Pengawasan dan pertanggungjawaban kegiatan perkesmas terintegrasi dengan kegiatan puskesmas lainnya. Pengawasan dilakukan baik internal maupun eksternal. Monitoring dan evaluasi (monev) kegiatan perkesmas dilakukan oleh perawat penyelia dinas Kabupaten/Kota dan perawat koordinator/kepala puskesmas. Terdapat tiga indikator monev : struktur, proses, output dan dampak (Kementrian kesehatan, 2011). Indikator dampak dilihat dari asuhan keperawatan keluarga yaitu keluarga mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya yang dinilai dengan tingkat kemandirian keluarga. Kementrian Kesehatan RI (2006) menetapkan empat (4) indikator kemandirian keluarga yaitu: (1) keluarga mandiri tingkat pertama (KMI): menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan; (2) keluarga mandiri tingkat dua (KM-II): menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar,
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
22
melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan; (3) Keluarga mandiri tingkat tiga (KM-III): menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar, melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif; (4) keluarga mandiri tingkat empat (KM-IV): menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar, melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
2.3 Asuhan Keperawatan Komunitas Model pengkajian yang dikembangkan pada aggregate wanita dewasa menyusui adalah aplikasi dari community as partner yang dikembangkan oleh Anderson dan McFarlane dari teori Betty Neuman (Anderson & McFarlane, 2013). Model ini lebih berofkus pada perawatan kesehatan masyarakat, yang meliputi praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya. Model Community as partner melihat setiap variable merupakan sesuatu yang holistic sehingga variable akan tergali perasalahannya. Model community as partner masyarakat dikelilingi oleh tiga garis pertahanan yaitu : garis pertahanan flesibel, normal dan resisten. Garis pertahanan fleksibel adalah kesehatan yang dinamis hasil dari respon terhadap stressor yang tidak menetap seperti mobilisasi tetangga dan stressor lingkungan. Garis pertahanan normal adalah angka kematian, tingkat ekonomi masyarakat. Sedangkan garis pertahanan resisten adalah mekanisme internal terhadap stressor (Anderson & McFarlane, 2013).
Garis utuh yang melingkupi masyarakat merupakan garis pertahanan normal untuk mencapai tingkat kesehatan masyarakat dari waktu ke waktu. Garis
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
23
pertahanan normal meliputi karakteristik tingkat imunitas yang tinggi, angka kematian bayi yang rendah, atau tingkat pendapatan rata-rata. Garis pertahanan normal juga meliputi pola teladan koping, kemampuan memecahkan masalah yang merupakan indikator kesehatan masyarakat (Anderson & McFarlane, 2013).
Garis pertahanan fleksibel digambarkan sebagai garis putus-putus di sekitar masyarakat dan garis pertahanan normal. Garis pertahanan fleksibel adalah suatu daerah penyangga yang memiliki tingkat kesehatan yang dinamis sebagai hasil yang mewakili suatu tingkat kesehatan yang dinamis sebagai hasil tanggapan temporer terhadap stressor. Tanggapan temporer merupakan pengerahan lingkungan melawan terhadap stressor lingkungan, misalnya beredarnya majalah dewasa yang tak dikehendaki. Delapan sub sistem dibagi melalui garis putusputus untuk menggambarkan bahwa delapan sub sistem tidak terpisah tetapi saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh satu sama lain (Anderson & McFarlane, 2013).
Anderson dan McFarlane (2013), menjelaskan garis pertahanan resisten di dalam masyarakat merupakan mekanisme internal yang berlaku untuk melindungi masyarakat terhadap stressor. Bentuk pertahanan resisten dalam masyarakat seperti contoh dari ibu bekerja yang tetap memberikan ASI, membuat ibu-ibu yang di rumah terpacu untuk tetap memberikan ASI. Garis pertahanan resisten ada sepanjang seluruh sub sistem dan menghadirkan kekuatan masyarakat. Pada model ini, stressor mengakibatkan ketidak seimbangan dalam sistem. Stressor yang berasal dari dalam dan luar komunitas jika menembus garis flexible maupun normal akan mengakibatkan gangguan dalam komunitas. Jumlah gangguan atau ketidak seimbangan disebut sebagai derajat reaksi (Anderson & McFarlane, 2013).
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
24
2.3.1 Pengkajian Model Community as partner terdapat dua faktor utama yaitu fokus pada komunitas sebagai mitra dan proses keperawatan (Anderson & McFarlane, 2013). Pada pengkajian komunitas terdapat core dan 8 (delapan) sub sistem dari masyarakat. Core yang terdiri dari riwayat terbentuknya aggregate, demografi, suku, nilai dan kepercayaan. Sedangkan pada sub sistem terdapat lingkungan fisik, pelayanan kesehatan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi. Pada aggregate ibu hamil dan ibu menyusui unsur-unsur pengkajian berdasarkan model community as partner adalah: 2.3.1.1 Core adalah inti dari komunitas terdiri dari : Riwayat terbentuknya komunitas, yang terdiri dari sejarah terbentuknya komunitas yaitu sejarah tentang riwayat komunitas yang berhubungan
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
25
dengan menyusu pada balita dan perkembangan komunitas yang berkaitan dengan perkembangan balita menyusu. Hal ini dimaksudkan untuk menggali lebih dalam berapa lamakah balita tinggal di dalam komunitas?. Demografi, yang terdiri dari data demografi dan data statistik vital. Data demografi terdiri dari: (1) jumlah balita berdasarkan jenis kelamin, (2)jumlah ibu hamil, (3) jumlah ibu menyusui, (2) jenjang pendidikan ibu hamil, menyusui, (4) cakupan ASI eksklusif, (5) jumlah konselor ASI, (6) Suku yang meliputi: (a) suku di masyarakat yang berpengaruh terhadap kejadian balita menyusu. Hal ini perlu dikaji dikarenakan kebiasaan suku yang memberikan makan pertama pada bayi, (b) gaya hidup masyarakat terutama yang berpengaruh pada balita dan ibu menyusui.
Vital statistik meliputi: (1) angka kematian ibu, (2) jumlah ibu hamil dengan KEK, (3) angka kematian bayi, (4) angka kelahiran bayi, (5) cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Nilai dan keyakinan meliputi (1) kebiasaan baik dan buruk yang dilakukan bayi selama menyusu, (2) perilaku yang dapat mengakibatkan menyusui secara eksklusif, (3) keyakinan ibu kemampuan memberikan ASI eksklusif, (4) keyakinan keluarga terkait pemberian ASI, (5) keyakinan masyarakat berkaitan pemberian ASI eksklusif.
2.3.1.2 Subsistem, terdiri dari: Lingkungan fisik meliputi: (1) keadaan lingkungan tempat tinggal ibubayi yang dapat berisiko untuk terjadinya terputusnya menyusui (ibu bekerja), (2) tempat yang biasa digunakan ibu berinteraksi dengan sesama ibu pemberi ASI. Pelayanan kesehatan dan sosial meliputi: (1) fasilitas kesehatan yang ada. Puskesmas bertugas untuk melakukan pengkajian dan penanganan mengenai berbagai macam permasalahan yang terjadi pada komunitas termasuk permasalahan menyusu pada ibu-bayi, (2) keberadaan pojok laktasi, (3) konseling menyusui, (4) kursus ibu hamil dan menyusui, fasilitas kesehatan ini juga selayaknya sebagai sumber data bagi
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
26
pemerintah untuk menentukan kebijakan dalam pencegahanterputusnya pemberian ASI eksklusif pada balita, (5) jenis pelayanan kesehatan yang tersedia untuk ibu-bayi, Puskesmas kemungkinan besar memiliki data vital mengenai cakupan ASI eksklusif, (6) kegiatan sosial yang ada di komunitas bagi ibu-bayi, kegiatan sosial akan memudahkan pendekatan pada agregat sehingga rencana intervensi akan berjalan dengan baik, (7) keaktifan kegiatan balita di komunitas, orang tua bayi yang aktif di kegiatan sosial atau kegiatan positif lainnya akan lebih mudah untuk menerima masukan atau intervensi dari petugas kesehatan, (8) pelayanan dan lembaga sosial yang ada di komunitas yang perhatian terhadap menyusui, pelayanan dan lembaga ini bisa menjadi mitra bagi perawat komunitas dalam melaksanakan rencana asuhan.
Ekonomi meliputi: (1) pendapatan keluarga ibu-bayi, (2) pekerjaan orang tua bayi. Keamanan dan transportasi meliputi: (1) alat transportasi di keluarga dan komunitas, (2) karakteristik keamanan di komunitas terkait ASI bayi. Politik dan Pemerintahan meliputi: (1) kebijakan di komunitas yang mengatur tentang pencegahan diskontinuitas ASI eksklusif pada bayi, (2) peraturan dalam keluarga yang mengatur tentang penggunaan sanitasi lingkungan yang bersih dan sehat.
Komunikasi meliputi: (1) sarana komunikasi yang ada di keluarga dan komunitas yang digunakan oleh orang tua bayi, (2) media informasi yang digunakan keluarga dan komunitas. Media yang tersedia dan digunakan akan memberikan gambaran dalam melakukan intervensi keperawatan. Pendidikan meliputi: (1) tingkat
pendidikan orang tua balita, (2)
pengetahuan orang tua tentang kejadian kesiapan menyusui, inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif. Rekreasi meliputi: (1) jenis rekreasi yang dilakukan oleh
ibu, (2) tempat rekreasi ibu, (3) frekuensi ibu dalam
berekreasi, (4) penggunaan waktu senggang ibu.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
27
2.3.1.3 Stressor Kegagalan dalam proses menyusui sering karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak memahami masalah ini, kegagalan menyusui dianggap problem anak saja. Masalah dari ibu timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa pasca persalinan, dan masa pasca persalinan lanjut. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus. Ibu sering mengeluhkan bayinya sering menangis, atau menolak menyusu, yang sering diartikan ASI tidak cukup, atau ASI tidak enak dan tidak baik sehingga sering menyebabkan ibu mengambil keputusan untuk menghentikan menyusui. Masalah pada bayi umumnya terkait dengan manajemen laktasi, sehingga bayi sering menjadi bingung putting dan sering menangis, yang sering ditafsirkan oleh ibu dan keluarga ASI tidak tepat untuk bayi. 2.3.1.4 Persepsi Persepsi merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubunganhubungan
yang
diperoleh
dengan
menyimpulkan
informasi
dan
melampirkan pesan (Rakhmat,2004). Persepsi tentang pemberian ASI di masyarakat meliputi : (1) bagaimana persepsi masyarakat tentang ASI eksklusif dan pemberian makan dini pada bayi, (2) masalah-masalah yang terjadi di masyarakat terkait dengan pemberian ASI eksklusif dan IMD, (3) bagaimana pengetahuan masyarakat tentang IMD dan ASI eksklusif seperti pengertian, langkah IMD, manfaat ASI eksklusif, dampak tidak diberikan ASI eksklusif, Masalah-masalah selama menyusui; (4) bagaimana sikap keluarga dan masyarakat terhadap masalah ASI eksklusif. Sebelum proses pengkajian komunitas dimulai, fase pra pengkajian perlu dibuat dalam rangka mengembangkan perencanaan pengkajian. Fase pra pengkajian meliputi penetapan tujuan pengkajian, menetapkan komunitas dan kerangka kerja mengenai panduan dalam pengumpulan data. Setelah data dikumpulkan
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
28
berdasarkan sumber data yang ada di komunitas proses selanjutnya adalah analisis data melalui kategori frame work pengkajian komunitas, dan perbandingan komunitas dengan komunitas yang lebih luas seperti negara dan pemerintah. Selanjutnya hasil analisa data dilakukan sintesis data, sebagai hasil akhir dari pengkajian adalah diagnosa keperawatan (Ervin, 2002).
2.3.2 Diagnosis keperawatan Ervin (2002) mengemukakan diagnosa keperawatan dapat diartikan sebagai suatu pernyataan hipotesis atau hasil yang diharapkan yang didapat dari proses analisis dan sisntesis data yang telah didapatkan pada fase pengkajian komunitas. Diagnosis adalah suatu pernyataan hasil sisntesis pengkajian data. Diagnosa keperawatan komunitas berfokus pada suatu komunitas yang biasanya didefinikan sebagai suatu kelompok, populasi atau kumpulan. Dalam diagnosis berisi masalah, etiologi dan dokumentasi penyebab/sumber masalah. Bedasarkan hasil kesepakatan KONAS IPKKI 2013 di Yogyakarta disepakati diagnosa keperawatan komunitas dan keperawatan keluarga menggunakan diagnosa tunggal, yaitu pernyataan problem di komunitas/ aggregat. Diagnosa keperawatan komunitas di Indonesia adalah: kesimpulan dari analisis data dan sinthesis dinyatakan sebagai hipotesis tentang situasi yang merugikan atau status, kekuatan, tren, kelemahan, masalah potensial, atau risiko dan deskripsi dari populasi, komunitas, aggregate, atau kelompok
2.3.3
Perencanaan
Perencanaan didefinisikan sebagai suatu respon atau tanggapan sebagai peluang, tantangan atau kebutuhan didepan pada setiap individu, organisasi atau komunitas. Di dalam kasus pada praktik keperawatan kesehatan komunitas modern, perencanaan memberikan arti sebagai sebuah respon dari suatu proses pengkajian dan diagnosis (Finnegan & Ervin, 1989). Ervin (2002) menjelaskan tiga level dalam membuat suatu rencana antara lain : mengembangkan rencana strategis
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
29
untuk seluruh lembaga atau komponen dalam lembaga, mengembangkan rencana yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat tertentu, mengembangkan advokasi kesehatan masyarakat atau intervensi layanan dimana targetnya sub-populasi tertentu dalam masyarakat. Ervin (2002) juga menjelaskan terdapat inti dari proses perencanaan secara umum terdiri dari empat langkah interdependent yaitu defining, analizing, choosing, dan mapping. Defining (medefinisikan). Pada tahap ini, perencana mengumpulkan dan menyusun informasi dari berbagai sumber yang akan memberikan pandangan semua sisi dari kesempatan, tantangan atau kebutuhan untuk menunjukkan dan merespons yang terjadi. Pada tahap ini, dapat disederhanakan jika yang komprehensif telah dikumpulkan dan di susun rapi, sebagai contoh ketika pengkajian komunitas secara mendalam telah lengkap. Perencana harus focus untuk mengumpulkan informasi tentang program yang dapat terlaksana dan respons terhadap berbagai kebijakan. Perencana perlu mengumpulkan informasi tentang respons pada masa lalu, dan disesuaikan dengan kebutuhannya. Respon masa lalu ini dihubungkan dengan tujuan yang seharusnya diidentifikasi dan mengakomodasi keinginan dari lembaga, komunitas atau program partisipan.
Analizing (Menganalisa) bertindak dengan jelas menegaskan beberapa dimensi tantangan, masalah atau kebutuhan. Tahap ini, perencana mengevaluasi secara kritis tentang berbagai sumber data yang mengungkapkan tantangan atau masalah. Selain itu, perencana menganalisa informasi tentang rencana yang mungkin atau tanggapan kebijakan yang dapat dilakukan dan hambatan maupun sumber yang didapatkan dari masing-masing tanggapan. Beberapa kemungkinan ini dievaluasi dengan memperhatikan konsistensi dari sebuah misi lembaga atau mandate legislative. Tanggapan ini dinilai oleh lembaga yang untuk dianalisa lebih jauh dari segi etika, politik, dan biaya ekonomi dan keuntungan. Akhirnya, tanggapan dievaluasi sebagai daftar produk yang efektif dari hasil yang diinginkan.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
30
Choosing (memilih) sebagai hasil dari proses analisis, perencana memilih dari beberapa alternative yang telah ditemui untuk kebutuhan, tantangan atau peluang yang telah ditunjukkan. Memilih mungkin relative mudah. Sebagai contoh apabila lembaga atau komunitas harus memilih dari alternative yang tidak mahal. Setelah memilih sebuah pendekatan, hasil dihubungkan dengan tujuan yang seharusnya ditinjau sebagai hasil akhir pada proses perencanaan.
Mapping setelah memilih harus membuat keputusan yang diambil dan hasil yang berhubungan dengan tujuan terakhir. Memetakan perencanaan yang ada yang meliputi penetapan kebijakan yang diperlukan atau kerangka prosedural, memperoleh sumber daya manusia dan materi, dan menetapkan kriteria evaluasi.
Tahapan dalam kegiatan perencanaan program menurut Dignan dan Carr (1992) dalam ervin 2002 sebagai berikut : membentuk tim perencanaan, menentukan tujuan umum yang ingin dicapai, menentukan tujuan khusus, mengidentifikasi sumber daya dan kelemahan yang dimiliki, memilih metode atau kegiatankegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.3.3.1 Strategi Intervensi Strategi yang digunakan dalam intervensi keperawatan adalah pendidikan kesehatan, proses kelompok, partnership, dan empowertment (Hitchock, Schubert dan Thomas 1999, Helvie, 1998). 1) Pendidikan Kesehatan Pendidikan merupakan bagian dari program kesehatan, sehingga harus mengacu pada program kesehatan yang sedang berjalan. Penyusunan perencanaan program penyuluhan harus diperhatikan bahwa perencanaan yang dibuat harus sesuai dengan kebutuhan sasaran, mudah diterima, bersifat praktis, dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi setempat, dan sesuai dengan program yang ditunjang dan didukung oleh kebijaksanaan yang ada. Penekanan konsep pendidikan/penyuluhan
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
31
kesehatan lebih pada upaya mengubah perilaku sasaran agar berperilaku sehat terutama pada aspek kognitif (pengetahuan dan pemahaman sasaran), sehingga pengetahuan sasaran penyuluhan telah sesuai dengan yang diharapkan oleh penyuluh kesehatan maka penyuluhan berikutnya akan dijalankan sesuai dengan program yang telah direncanakan (Nasution, 2004).
Intervensi pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan menurut Pander, Murdaugh dan Parsons (2002) adalah aktivitas fisik dan kesehatan, nutrisi dan kesehatan stress manajemen dan dukungan sosial. Dukungan sosial lebih lanjut dijelaskan sebagai upaya pendidikan kesehatan pada ibu hamil dan menyusui. Definisi Dukungan Sosial Dukungan sosial adalah respon yang diperoleh seseorang dari orang lain dan memberikan keuntungan, berupa penghargaan, persetujuan terhadap tindakan, dan persetujuan terhadap sikap yang dilakukan (Hollander, 1981). Dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai perasaan subjektif dari seseorang untuk diterima, dicintai, dihargai, diperlukan untuk diri sendiri, atau untuk bisa melakukan sesuatu pada orang lain (Pander, 2002). Baron dan Byrne (2000) menyebutkan, dukungan sosial merupakan keyamanan secara fisik dan psikologis yang diperoleh individu dari teman dan anggota keluarga. Pendapat lain dikemukakan oleh Siegle (1997, dalam Taylor, 2006) bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan dukungan sosial adalah ketersediaan sumberdaya yang dapat memberikan kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diperoleh melalui interaksi bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain. Dukungan sosial pada ibu menyusui merupakan respon bantuan yang diterima oleh ibu menyusui dari orang lain atau keluarga yang membuat ibu nyaman secara fisik dan psikologis selama menyusui (Sidi, Suradi, Masoara, Budihardjo & Martono,2011).
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
32
Masalah kesehatan dapat teratasi jika individu memiliki dukungan sosial (keluarga, teman, atau pendukung lainnya). Keluarga dengan dukungan yang adekuat akan lebih mudah menyelesaikan masalah dan mengurangi masalah komplikasi yang ditimbulkan oleh masalah tersebut. Sistem dukungan sosial yang berkembang di masyarakat seperti keluarga, kelompok pendukung, kelompok swabantu, dan kelompok agama (Kozeir & Erb’s, 2012). Cook dan Stacey (2003) dalam penelitiannya tentang dukungan pada multipara dan primipara setelah melahirkan menyatakan perempuan yang menyusui memerlukan dukungan baik dari petugas kesehatan maupun dari orang lain. Britton, McCormick, Renfrew,Wade dan King (2007) menyatakan semua bentuk dukungan pada ibu menyusui meningkatkan durasi menyusui. Hal senada disampaikan oleh Dykes, at al (2003) dari hasil penelitiannya tentang pengalaman dan dukungan yang dibutuhkan pada ibu menyusui. Dukungan yang dibutuhkan ibu menyusui berkaitan dengan dukungan sosial. Hasil penelitian ini berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumen, dukungan informasi dan dukungan network. Hoddinot dan Pill (2000), Cook dan Stacey (2003) menjelaskan perempuan yang menyusui memerlukan dukungan baik dari petugas kesehatan atau orang lain. Cochrane collaborative review sistem menilai semua bentuk dukungan yang
diberikan
untuk ibu menyusui meningkatkan durasi menyusui. Jenis Dukungan Sosial Jenis dukungan sosial yang diperoleh individu diklasifikasikan menjadi lima bagian (Cutrona’s 1990, dalam Stewart, 1996), yaitu : a) Dukungan Emosional Dukungan emosional sangat diperlukan oleh ibu menyusui, khususnya pada ibu primipara. Adanya dukungan secara emosional dari orang terdekat sangat membantu ibu dalam menumbuhkan rasa percaya diri untuk dapat memberikan ASI eksklusif (Sidi, Suradi, Masoara, Budihardjo, & Martono, 2011). Dukungan
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
33
sosial sangat dibutuhkan ibu primipara saat pertama kali memberikan ASI pada bayi mereka (Bello, Adedokun, & Ojengbede, 2009). Schied, Bake, Sheehan, McCourt, Dykes (2009) menjelaskan pentingnya memberikan dukungan yang seimbang pada ibu menyusui. Dukungan untuk ibu menyusui harus positif dan realistis, tidak terlalu idealis, memberikan dorongan, proaktif dan berfokus pada manfaat, tidak memberikan tekanan pada ibu sehingga membuat mereka merasa tidak mampu dan merasa gagal. Ibu menyusui merasa didukung jika didengarkan dengan empati dan diberikan informasi rinci dan realistis yang berpusat pada kebutuhan mereka, diberikan dorongan dan penegasan.
Kondisi psikologis ibu yang berkembang sejak kehamilan sampai pasca melahirkan akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam menyusui. Kesiapan ibu memberikan ASI pada bayinya sangat penting. Keputusan atau sikap ibu yang positif terhadap pemberian ASI harus sudah terjadi pada saat kehamilan. Sikap ibu dipengaruhi oleh adat, kebiasaan, dan kepercayaan tentang menyusui di daerah masing-masing, pengalaman sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga, dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI, dan dukungan sosial pemberian ASI (Perinasia, 2011).
b) Dukungan Integrasi Sosial Budaya masyarakat saat ini yang cenderung individualis, sehingga ibu menyusui membutuhkan adanya interaksi sosial, baik dengan sebaya maupun komunitasnya. Dukungan kelompok (support group) atau dukungan swabantu (self help group) dapat membantu mengurangi beban psikologis dan emosional akibat ketidak mampuan menyusui dan masalah menyusui yang dihadapi. Dukungan kelompok berusaha mempertahankan kontak sosial diantara anggota kelompok, biasanya dilakukan sebulan sekali di tempat yang telah disepakati seperti tempat pelayanan kesehatan atau di rumah salah satu anggota. Tujuan pertemuan ini adalah saling bertukar pengalaman, mendengarkan dan menerima pengalaman anggota, saling memahami dan membuat jejaring sosial. Dukungan sosial juga memberikan
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
34
informasi kepada masyarakat atau bisa juga digunakan untuk kepentingan advokasi (Garung, 2006; Randal, 2003) Dukungan integrasi sosial dapat membantu ibu menyusui untuk merasa dapat diterima pada kelompoknya. Hal ini menyebabkan ibu menyusui dapat berbagi perasaan, minat, perhatian, dan mampu mempertahankan pemberian ASI secara eksklusif (Sidi, Suradi, Masoara, Budihardjo, & Martono, 2011). Salah satu bentuk dukungan integrasi sosial dapat dilihat dalam kehgiatan kelompok swabantu. c) Dukungan Penghargaan Dukungan penghargaan dapat membantu ibu untuk meningkatkan rasa percaya diri. Rasa percaya diri pada ibu menyusui muncul karena ibu memperoleh penghargaan dan pengakuan dari orang lain. Hal ini sangat bermanfaat bagi ibu menyusui dalam mengatasi rasa percaya dirinya, apakah ia akan mampu memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya atau tidak (Kementrian Kesehatan RI, 2012). Reinforcement dan pengakuan diperlukan oleh ibu menyusui untuk membantu tetap memberikan ASI kepada bayi (Prochaska et al, 2002). Dykes, et al (2003) menjelaskan ibu muda membutuhkan dukungan yang dikombinasi sinergis antara dukungan emosional, penghargaan, instrumen dan net work support. d) Dukungan Instrumental Dukungan instrumental meliputi bentuk bantuan secara langsung berupa barang seperti buku panduan, uang, atau makanan. Dukungan instrumental yang dapat diterima oleh ibu menyusui adalah buku panduan kesehatan ibu dan anak, bantuan dana dari pemerintah yang berkaitan dengan jaminan perawatan pada bayinya selama masih usia 0-28 hari (neonatal) (Kementrian Kesehatan RI, 2012). Selain dana dari pemerintah yang memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan untuk neonatal, dukungan instrumen yang sedang dikembangkan oleh Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) adalah ASI donor.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
35
e) Dukungan Informasi Hong, et al (2003) mendefinisikan dukungan informasi ibu menyusui adalah pemberian informasi, mengajarkan posisi menyusui, dan menilai tehnik menyusui yang dilakukan pada ibu menyusui. Lebih lanjut Hong, et al (2003) menyatakan perilaku supportif yang dilakukan oleh perawat kepada ibu menyusui di ruang rawat adalah memberikan informasi dan memberikan dukungan emosional. Dukungan informasi yang diberikan kepada ibu menyusui dapat berupa nasihat, saran, atau umpan balik. Dukungan informasi pada ibu menyusui terkait dengan proses memberikan ASI dan masalah yang mungkin muncul selama menyusui. Informasi tentang IMD dan ASI eksklusif dapat diberikan oleh kader atau petugas kesehatan kepada ibu menyusui, khususnya pada ibu primipara. Kirm, et al (2006) menjelaskan terjadinya peningkatan yang signifikan ibu yang mendapatkan pendampingan secara coaching. Peningkatan terjadi pada waktu menyusui eksklusif. Ibu yang mendapatkan pendampingan coaching periode rentang waktu menyusui eksklusifnya hingga delapan bulan. Fungsi dan Pemberi Dukungan Sosial Fungsi utama dukungan sosial adalah meningkatkan kekuatan pribadi yang diberikan dukungan dan mempromosikan pencapaian tujuan hidup (Pander, Murdaugh & Carolyn, 2002). Beberapa sistem dukungan sosial yang berkaitan dengan pemberian ASI adalah natural support system ( dukungan keluarga ), dukungan kelompok sebaya (dibahas dalam stategi intervensi di komunitas, proses kelompok), dan petugas kesehatan. Dukungan dari keluarga (orang tua) seperti memberikan pengalaman menyusui yang telah mereka lakukan kepada ibu menyusui (Februhartanty, Bardosono, Septiari. 2007). Mannion, et al (2013) meneliti persepsi dukungan maternal dari pasangan selama menyusui didapatkan hasil ibu lebih mampu dan percaya diri menyusui ketika pasangan mereka mendukung dengan cara verbal dan terlibat aktif dalam kegiatan menyusui. Dukungan dari suami dapat berupa memberikan
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
36
waktu yang cukup dan suasana yang nyaman selam proses menyusui. Dukungan petugas kesehatan, teman dekat, atau
kerabat sangat dibutuhkan oleh ibu,
khususnya pada ibu yang baru pertama kali hamil (Perinasia, 2011). Dukungan yang natural berkaitan dengan fasilitas dalam menyusui diperlukan oleh wanita menyusui. Fenwick, et al (2001) mengemukakan hubungan saling percaya antara petugas kesehatan berpengaruh positif pada wanita menyusui. Lebih lanjut penelitian Fenwick, et al (2008) menemukan bahwa verbal exchange antara perawat dan ibu menyusui mempengaruhi kepercayaan diri wanita dalam menyusui. Menhire, et al (2007) mengemukakan pengalaman ibu menyusui dipengaruhi oleh support yang konsisten dari petugas kesehatan dan membuat ibu menyusui tetap menyusui, percaya diri dan merasa puas dalam menyusui.
2) Proses Kelompok Proses kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang dilakukan bersamaan dengan masyarakat melalui pembentukan peer atau sosial support berdasar kondisi dan kebutuhan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchock, Schuber & Thomas, 1999). Strategi intervensi dengan proses kelompok dapat memberikan pengaruh yang positif meliputi ; 1) membangun harapan ketika anggota kelompok menyadari bahwa ada orang lain yang telah menghadapi atau berhasil menyelesaikan masalah yang sama; 2) universalitas, dengan menyadari bahwa dirinya tidak sendiri menghadapi masalah yang sama; 3) berbagi informasi; 4) altruieme dan saling membantu; 5) koreksi berantai atau berurutan, hubungan yang paralel terjadi dalam kelompok dan dalam keluarga; 6) pengembangan tekhnik sosialisasi; 7) perilaku imitatif dari pemimpin kelompok; 8) chatarsis, ketika anggota belajar untuk mengekspresikan perasaan secara tepat; 9) faktor faktor eksistensial ketika anggota kelompok menyadari bahwa hidup kadang tidak adil dan setiap orang harus bertanggung jawab terhadap cara hidup yang telah ditempuh (Yalom, 1983 dalam Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999).
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
37
Pembentukan peer support sebagai strategi intervensi asuhan keperawatan kelompok ibu hamil dan menyusui dengan mengembangkan model kelompok swabantu. Katz dan Bender (1976 dalam Nayar, et al 2004) mendefinisikan kelompok swabantu adalah kelompok yang bersifat sukarela, memiliki struktur kelompok yang kecil untuk saling membantu dan mencapai tujuan khusus. Hutauruk, Simanungkalit, dan Hepiana (2011) menjelaskan, kelompok swabantu adalah beberapa orang yang mengalami situasi yang sama atau memiliki tujuan yang sama, bertemu secara rutin untuk saling menceritakan kesulitan, keberhasilan, infomasi, dan ide yang berkaitan dengan situasi yang dihadapi atau upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kelompok swabantu adalah kelompok masyarakat yang suportif, berhubungan satu sama lain dalam jaringan sosial, memuaskan orang lain yang membutuhkan, dan tempat belajar bagaimana menghadapi pengalaman baru (Silverman, 1980 dalam Hunt, 2004). Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kelompok swabantu adalah kelompok yang berada di masyarakat, memiliki situasi dan tujuan yang sama, bertemu secara rutin untuk belajar, menceritakan kesulitan, menceritakan keberhasilan, memberikan informasi, serta ide baru yang berkaitan dengan situasi yang dihadapi. Ciri-ciri dari kelompok swabantu adalah: anggotanya memiliki masalah yang sama, baik secara fisik, mental maupun sosial; sifat keanggotaan sukarela; menekankan pada kebersamaan dan saling mendukung yang tinggi; menghargai serta bertanggungjawab pada anggotanya; memiliki aturan yang harus dipatuhi dan disepakati oleh anggotanya; mempertahankan hubungan secara baik dengan cara mengunjungi anggotanya serta mengadakan pertemuan; memberikan dukungan dan masukan kepada anggota kelompok yang memiliki masalah (Pander, 2002; Stuart & Laraia, 1998; Bomar, 2004). Karakteristik dari kelompok swabantu ibu adalah jumlah masyarakat yang cukup untuk membentuk kelompok dan perekrutan anggota yang menarik (Hutauruk, Simanungkalit, & Hepiana, 2011). Tujuan utama dari kegiatan ini adalah memberikan dukungan psikologis kepada setiap anggota kelompok (Hutauruk,
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
38
Simanungkalit, & Hepiana, 2011). Nayar et al (2004) menyebutkan kelompok swabantu dibentuk oleh peer untuk bersama-sama saling membantu dalam memenuhi kebutuhan umum. Kelompok swabantu menekankan interaksi sosial tatap muka, memberikan dukungan emosional,dan memperluas nilai-nilai. Katz (1976 dalam Nayar et al 2004) menyampaikan bahwa kelompok swabantu biasanya mulai dari kondisi ketidak berdayaan, anggotanya spontan, menyetujui beberapa tindakan untuk berpartisipasi. Kelompok swabantu membuat dan mengatur organisasi dan membuat peratuan kelompok. Pembentukan kelompok swabantu terdiri dari lima fase (Hitchcock, Schubert, dan Thomas, 1999), yaitu: (1) fase orientasi: fase orientasi merupakan fase penjajakan untuk menentukan arah, tujuan, dan bentuk kepemimpinan yang ingin dicapai oleh kelompok. Seleksi anggota berdasarkan masalah yang dihadapi. Pada tahap ini, pengaruh dari pemimpin diperlukan untuk meningkatkan hubungan saling percaya. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan tujuan bersama, norma dan nilai yang berlaku, jadual pertemuan, dan bentuk pertemuan yang diharapkan oleh kelompok; (2) fase konflik: konflik terjadi dalam kelompok karena adanya perbedaan keinginan yang terjadi dalam kelompok. Adanya seorang pemimpin yang berpengaruh dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah, sangat diperlukan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dalam kelompok.; (3) fase kohesif: fase ini menunjukkan bahwa dalam kelompok mulai terjadi adaptasi peran dan aturan yang diwujudkan melalui hubungan yang baik dan harmonis antar kelompok. Pemimpin berperan sebagai pemberi arahan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh anggota; (4) fase kerja: fase kerja dimulai dari terapi kelompok. Anggota kelompok swabantu akan saling berbagi pengalaman dan membantu untuk menyelesaikan masalah yang dirasakan oleh anggota; (6) fase terminasi: fase terminasi merupakan tahap akhir dari pelaksanaan kelompok, bisa dari individu anggota kelompok maupun dari kelompok tersebut. Pada tahap ini, setiap anggota kelompok mengungkapkan perasaan selama mengikuti proses kelompok, harapan yang ingin dipenuhi, dan umpan balik.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
39
Levi dalam Pender (2002) mengidentifikasi empat tujuan kelompok swabantu, yaitu sebagai kontrol perilaku, koping stress dan memberi dukungan, orientasi hidup, dan aktualisasi diri. Kelompok yang sudah berjalan akan menunjukkan perilaku dan pengetahuan yang digambarkan sebagai berikut: (a) proses perubahan perilaku pada kelompok swabantu meliputi: (1) penguatan baik langsung maupun perwakilan untuk mengembangkan perilaku yang diinginkan dan pengurangan perilaku yang bermasalah, (2) pelatihan, indoktrinasi, dan dukungan dalam penggunaan kontrol perilaku, (3) pemodelan metode untuk mengatasi stress dan mengubah perilaku; dan (4) menunjuk anggota untuk melakukan kunjungan guna mengubah lingkungan social; (b) proses kognitif dalam kelompok swabantu berorientasi pada: (1) menyediakan informasi baik formal maupun non formal dan pesan-pesan yang diperlukan oleh anggota; (2) perluasan persepsi berbagai alternatif pemecahan masalah dan tindakan untuk mengatasi masalah anggota; (3) dukungan untuk setiap perubahan sikap terhadap diri sendiri, perilaku diri sendiri, dan pengurangan ketidakpastian di masyarakat dan rasa terisolasi atas masalah mereka; dan (4) penggantian budaya yang pada anggota baru dapat mengembangkan identitas pribadi dan meningkatkan rasa percaya diri mereka.
Kelompok swabantu ibu mengutamakan anggota kelompok pada ibu hamil serta ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan. Selain itu, kelompok ini sangat terbuka untuk individu lain yang berminat untuk masuk dalam kelompok swabantu ibu, misalnya suami atau anggota keluarga yang lain. Diskusi yang dilakukan dalam pertemuan kelompok swabantu ibu diutamakan pada isu seputar perawatan kesehatan, pemenuhan gizi untuk menjaga kesehatan, dan pemenuhan gizi untuk ibu selama hamil dan pasca melahirkan, serta ASI dan menyusui. Diskusi dalam kelompok swabantu ibu dapat berkembang dengan baik jika disesuaikan dengan situasi dari peserta, misalnya perawatan pasca melahirkan atau perawatan bayi baru lahir.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
40
Pertemuan
kelompok swabantu ibu diharapkan sebagai pertemuan yang
menyenangkan, tidak kaku, dan santai. Karakteristik pada pertemuan pertama, biasanya masih agak kaku. Seiring berjalannya waktu, keakraban diantara anggota kelompok, dan bertambahnya pengalaman motivator sebagai pemandu, maka pertemuan kelompok swabantu ibu biasanya menjadi lebih santai dan akrab. Hutauruk, Simanungkalit dan Hepiana (2011) mengklasifikasikan pertemuan kelompok swabantu ibu menjadi lima bagian, yaitu: a) Pembukaan (10 menit) Motivator membuka pertemuan kelompok swabantu
ibu
dengan
mengucapkan selamat datang kepada para anggota kelompok. Sebaiknya, motivator juga menyampaikan terimakasih atas kehadiran peserta untuk hadir dalam pertemuan hari itu. Bila pertemuan tersebut adalah pertemuan pertama, motivator perlu melakukan: (1) memperkenalkan diri serta menjelaskan perannya sebagai motivator; (2) menjelaskan tujuan diundangnya
anggota
kelompok
dalam
pertemuan
tersebut;
(3)
menjelaskan bahwa pertemuan kelompok swabantu ibu akan dilakukan secara rutin menurut kesepakatan dengan peserta; (4) menjelaskan bahwa setiap pertemuan kelompk swabantu ibu akan dilaksanakan dalam waktu tidak lebih dari dua jam; dan (5) mempersilakan peserta untuk saling memperkenalkan diri. Apabila ada peserta baru dalam pertemuan tersebut, motivator perlu memperkenalkan peserta baru tersebut kepada kelompok dan mempersilakan semua peserta untuk memperkenalkan dirinya masingmasing.
b) Membangun keakraban (20 menit) Motivator meminta peserta untuk menceritakan kejadian paling menarik yang terjadi pada mereka. Motivator kelompok swabantu ibu dapat meminta ibu untuk menceritakan pengalaman menarik yang mereka alami selama dua minggu terakhir seputar kehamilan, menyusui, maupun hal-hal dalam keluarga.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
41
c) Pengumuman dan perayaan (10 menit) Motivator dapat memberikan informasi yang berguna untuk anggota kelompok, misalnya hari pelayanan posyandu, kegiatan pembagian Vitamin A, atau lomba yang akan dilaksanakan di lingkungan tersebut. Setiap kemajuan dan perubahan yang terjadi pada anggota kelompok yang baru melahirkan, anggota kelompok yang berhasil melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), atau ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif, perlu dirayakan bersama kelompok. Perayaan ini merupakan bentuk keberhasilan kelompok untuk mendukung ibu dalam melakukan perubahan perilaku.
d) Diskusi (durasi diskusi maksimal satu jam) Motivator dapat memulai sesi diskusi dengan menawarkan sebuah topik diskusi yang dipandang sesuai dengan minat peserta. Selain itu, motivator juga dapat mengumumkan topik yang akan dibahas sesuai dengan kesepakatan dalam pertemuan sebelumnya. Jika diskusi sangat menarik peserta dan menghabiskan waktu, motivator perlu meminta kesepakatan dari peserta apakah pertemuan dihentikan atau dilanjutkan. Hal ini sangat membantu anggota kelompok swabantu ibu yang
sedang hamil,
mengingat ibu hamil mengalami tekanan pada otot panggul sehingga akan mengalami kelelahan bila duduk terlalu lama.
e) Kesimpulan dan penutup (20 menit) Apabila waktu pertemuan kelompok dan semua hal penting terkait topik diskusi sudah habis, pertemuan dapat ditutup. Motivator menutup dengan mengemukakan: Apa saja yang telah anggota pelajari dari pertemuan ini, apa saja yang disukai anggota dari pertemuan ini, dan apa saja yang ingin diubah dari pertemuan ini. Setelah semua peserta mengemukakan ketiga hal tersebut, motivator merangkum pernyataan-pernyataan dari peserta, kemudian meminta kesepakatan mengenai: tanggal dan waktu pertemuan
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
42
berikutnya, tempat pelaksanaan, serta topik diskusi pada pertemuan berikutnya. Keanggotaan dalam kelompok swabantu ibu perlu diperhatikan agar setiap peserta mendapat kesempatan untuk berbicara sehingga terjadi diskusi yang aktif. Jumlah peserta dalam kelompok sebaiknya berkisar antara 8-10 orang dalam kelompok kecil atau 12 -15 dalam kelompok besar (Lung’aho & Jemeines, 2010). Sebab, jumlah peserta akan mempengaruhi lamanya waktu dan luasnya tempat yang diperlukan untuk pertemuan. Durasi setiap pertemuan kelompok swabantu ibu maksimal 120 menit ( Hutauruk, Simanungkalit & Hepiana, 2011). Kegiatan kelompok swabantu diharapkan memberikan efek positif pada anggotanya. Antze (1976 dalam Belliveau & Wagone, 1999) menjelaskan kelompok swabantu dapat mendorong terjadinya adopsi pengetahuan. Adapun adaptasi terjadi dengan cara: 1) hubungan yang lama antara anggota , 2) penyampaian pengalaman, mendengarkan dan penggunaan pengetahuan, 3) mendorong anggota untuk membujuk anggota yang lain untuk memahami pengetahuan, 4) pemberian penghargaan akan meningkatkan keinginan anggota lain, 5) anggota yang memiliki masalah mendapatkan support dari anggota lain. Giddings dan McVicar (2007) menyatakan manfaat yang diperoleh oleh anggota kelompok swabantu dari kelompok adalah terjalinnya relationship diantara anggota. Relationship merupakan hal yang utama, dimana mereka dapat melakukan sharing dengan para profesional. Katz (1985 dalam Belliveau & Wagoner, 1989) menyampaikan bahwa kelompok swabantu efektif untuk gangguan mental, orang tua dengan bayi prematur, penderita penyakit kronik seperti asma, reumatoid arthritis. Hadi (2001 dalam Nayaar 2004) menjelaskan keterlibatan perempuan dalam kelompok swabantu menghasilkan manfaat kesehatan seperti peningkatan perawatan anak, dan peningkatan penggunaan kontrasepsi. Bhuiya (2000) menjelaskan dengan kegiatan kelompok swabantu pada perempuan dapat menurunkan
kekerasan dalam rumah tangga,
meningkatkan pengetahuan kesehatan dan pencegahan penyakit.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
43
Proses kelompok untuk mengubah perilaku pemberian ASI eksklusif dalam praktik residensi diharapkan terjadi adopsi perilaku positif untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif. Perilaku positif berawal dari keyakinan bahwa di dalam setiap kelompok terdapat beberapa individu yang tidak memiliki sumberdaya tambahan, telah menyesuaikan perilaku-perilaku dan strategi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dibandingkan orang-orang disekitarnya yang tinggal di lingkungan yang sama. Pendekatan perilaku positif melalui proses peningkatan kesadaran, membantu masyarakat dalam mengenali masalah dan menemukan bahwa ada orang-orang di masyarakat yang telah menemukan solusi dari masalahmasalah tersebut. Solusi yang ditemukan dalam masyarakat akan lebih berkelanjutan dibandingkan dengan solusi yang didatangkan dari luar masyarakat tersebut.
Perilaku positif menekankan pada perilaku-perilaku berhasil yang tersedia sebagai solusi yang terlihat di dalam kelompok dan belajar mempraktikkan perilakuperilaku yang telah diidentifikasi tersebut. Karena solusi tersebut datang dari kelompok sendiri, hal itu menjadi lebih mudah untuk diterima dan memilikinya dalam waktu yang singkat. Pendekatan ini adalah pendekatan pemecahan masalah yang menekankan pada penemuan proses dibandingkan pengajaran dan pembelajaran proses.
Fokus utama perilaku positif adalah merubah perilaku sehingga hal tersebut akan merubah cara berfikir. Perilaku positif segera dimulai dengan melatih perilaku yang telah ditemukan di kelompok. Secara teoritis ada tahapan yang harus dilakukan yang disebut dengan istilah 6 “D” sebagai langkah yang harus dilalui dengan catatan yang melakukannya adalah komunitas yang bersangkutan yang didampingi oleh fasilitator. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut: a) Define, tetapkan atau definisikan masalah dan solusinya, dengarkan apa penyebabnya (analisis situasi) menurut mereka/kelompok sehingga ada pernyataan masalah dari komunitas. Misalnya, dalam suatu kelompok masyarakat, ibu menyusui mengalami produksi ASI yang kurang.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
44
b) Determine, tentukan apakah ada orang-orang dari kelompok mereka yang telah menunjukkan prilaku yang diharapkan. Misalnya, ada ibu yang produksi ASInya banyak dan anaknya tumbuh sehat c) Discover, cari tahu apa yang membuat “perilaku positif” mampu menemukan solusi yang lebih baik dari pada tetanggganya. Misalnya, “perilaku positif” memberikan makanan tertentu yang dikonsumsi ibu, Pastikan “perilaku positif“ tidak mendapatkan subsidi dari sanak keluarganya yang mampu, baik yang berada di perkampungan itu maupun di daerah lain, sehingga itu juga merupakan penyebab ibu produksi ASInya meningkat. d) Design, rancang dan susun strategi yang memampukan orang lain mengakses dan mengadopsi prilaku baru tersebut. Misalnya, membuat program gizi dan peserta diwajibkan membawa food contributions berupa makanan “perilaku positif” dan mempraktekkannya secara aktif. e) Discern, amati tingkat efektivitas intervensi melalui pengawasan dan monitoring yang dilakukan secara terus menerus. Misalnya, mengukur produksi ASI ibu yang ikut kelompok swabantu dengan penimbangan dan pemantauan pertumbuhan kepada bayi tiap bulan. f) Disseminate, sebarluaskan kesuksesan kepada kelompok lain yang sesuai. Misalnya, bentuk sebuah “Universitas Hidup” (laboratorium sosial) sebagai tempat belajar bagi orang lain yang tertarik untuk mengadopsi prilaku mereka sendiri di tempat lain dan siap berpartisipasi dalam program tersebut.
3) Kemitraan Kemitraan secara umum dapat didefinisikan oleh Departemen Kesehatan (2003) sebagai hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat) untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip dan peran masing masing. Partnership atau kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama aktif antara perawat komunitas, masyarakat, maupun lintas sektor dan program. Bentuk kegiatannya
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
45
adalah kolaborasi, negosiasi dan sharing dilakukan untuk saling menguntungkan (Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchock, Schubert & Thomas, 1999). Partnership adalah intervensi keperawatan komunitas dalam bentuk kerjasama dengan pihak terkait untuk membina, mengawasi, dan mencegah permasalahan terputusnya pemberian ASI eksklusif (Ervin, 2002). Pihak yang dapat dilibatkan dalam partnership ini adalah pemerintah (Dinas Kesehatan, Puskesmas, Kelurahan) dan LSM (AIMI). Bentuk kegiatan adalah kerjasama program dan dukungan dari pihak yang diajak kerjasama. Program dapat berasal dari pihak yang diajak kerjasama atau perawat.
4) Pemberdayaan Pemberdayaan adalah suatu kegiatan keperawatan komunitas dengan melibatkan masyarakat secara aktif untuk menyelesaikan masalah yang ada di komunitas, masyarakat sebagai subjek dalam menyelesaikan masalah (Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchock, Schuber & Thomas, 1999). Pemberdayaan adalah keseluruhan upaya untuk meningkatkan kontrol dalam pengambilan keputusan pada level individual, keluarga, komunitas dan masyarakat (Nies & McEwen, 2001). Perawat dapat menggunakan strategi pemberdayaan untuk
membantu masyarakat
mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah, menciptakan jejaring, negosiasi, lobbying, dan mendapatkan informasi untuk meningkatkan kesehatan (Nies & McEwen, 2001).
Pemberdayaan dalam implementasi program ini merupakan suatu kegiatan dalam bentuk melibatkan keluarga dan masyarakat dalam mempengaruhi ibu-ibu menyusui untuk tetap memberikan ASI secara ekskluasif. Tujuan kegiatan empowerment ini adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan ibu hamil dan ibu menyusui. Kegiatan empowerment dapat dilakukan di keluarga masing-masing atau dikumpulkan pada suatu tempat yang mudah dijangkau oleh orang tua. Kegiatan pemberdayaan keluarga dan masyarakat untuk memberikan dukungan dan memberikan masukan-
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
46
masukan yang tepat berkaitan dengan masalah menyusui yang dihadapi oleh ibuibu menyusui. Pencegahan terputusnya pemberian ASI eksklusif di masyarakat
yang
dilaksanakan melalui asuhan keperawatan komunitas pada kelompok ibu hamil dan menyusui, ditindaklanjuti dengan pembinaan keluarga yang beriko mengalami terputusnya pemberian ASI dengan asuhan keperawatan keluarga menggunakan konsep Asuhan keperawatan keluarga.
2.4 Asuhan keperawatan Keluarga Pada Ibu menyusui Keluarga
adalah
unit
dasar
dari
sebuah
komunitas
dan
masyarakat,
mempresentasikan perbedaan budaya, ras, etnik dan sosial ekonomi. Aplikasi dari teori ini termasuk mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya ketika melakukan pengkajian dan perencanaan, implementasi, dan evaluasi perawatan pada anak dan keluarga (Hitchock, Schubert, Thomas, 1999). Penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan Family Centered Nursing(FCN) salah satunya menggunakan Friedman Assasement Model (FAM). FCN didasarkan pada asumsi bahwa keluarga adalah sumber utama pengasuhan selama masa anak-anak (Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010). Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, dan Hanson (2010) menjelaskan pendekatan FCN memiliki elemen pendekatan: keluarga sebagai pusat, kolaborasi antara keluarga dan petugas
kesehatan,
komuniasi
antara
keluarga
dan
petugas
kesehatan,
keberagaman budaya dalam keluarga, perbedaan koping dan dukungan, keluarga dan kelompok pendukung, pelayanan khusus dan sistem dukungan dan holistic perspectif FCN. Pendekatan FCN dilaksanakan dengan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
47
2.4.1 Pengkajian Asuhan keperawatan keluarga dimulai dengan pengkajian keperawatan sampai dengan evaluasi keluarga. Asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan FCN memberikan kerangka acuan untuk mengaplikasikan proses keperawatan melalui Friedman Assasement Model (FAM). Kedua konsep disintesis selanjutnya menjadi pedoman pelaksanaan melakukan pengkajian.
Pengkajian keluarga dengan menggunakan model Friedman terdiri atas enam kategori, yang meliputi: identitas keluarga, riwayat keluarga dan tahap pekembangan keluarga, lingkungan tempat tinggal, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping adaptasi keluarga. Model pengkajian Friedman mengasumsikan bahwa keluarga merupakan sistem sosial dengan kebutuhan fungsional, keluarga sebagai sistem sosial menjalankan fungsi dengan melayani individu dan masyarakat. Selanjutnya pengkajian keluarga di fokuskan pada tahap perkembangan keluarga, struktur dan fungsi keluarga dalam manajemen pemberian ASI (breastfeeding).
2.4.1.1 Tahap Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan keluarga adalah interval waktu dengan struktur dan interaksi hubungan peran dalam keluarga secara kualitatif dan kuantitatif (Klein& White, 1996 dalam Friedman, 2003). Dalam tahap perkembangan keluarga menyiratkan adanya tugas yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh keluarga, dan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian. Tahap perkembangan yang menjadi fokus keperawatan keluarga disini adalah Childbearing. Tahap ini merupakan pengalaman
awal
menjalankan
peran
parenting.
Keperawatan
keluarga
childbearing melihat keluarga sebagai klien dan keluarga sebagai konteks perawatan anggota keluarga atau keduanya (Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010). Childbearing family nursing berfokus pada kesehatan dan kesejahteraan, bukan pada prosedur dan tindakan madis.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
48
Pada tahap childbearing, saat pasca melahirkan semua anggota keluarga mengekspresikan adanya pergolakan pada minggu awal kelahiran. Tugas perkembangan menurut Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, dan Hanson (2010) ada sembilan yaitu penyediaan ruang untuk anak, pembiayaan kelahiran anak dan membesarkan anak, mengasumsi tanggung jawab bersama untuk perawatan anak dan
pengasuhan,
memfasilitasi
pembelajaran
peran
anggota
keluarga,
menyesuaikan diri dengan perubahan pola komunikasi, rencana untuk anak-anak berikutnya, menyelaraskan pola antargenerasi, menjaga anggota keluarga motivasi dan semangat kerja, membangun ritual dan rutinitas keluarga. Pelaksanaan tugas keluarga memfasilitasi peran anggota keluarga dibahas lebih lanjut pada struktur keluarga.
2.4.1.2 Struktur Keluarga dalam Pemberian ASI Friedman (2010) menjelaskan struktur keluarga merupakan cara pengaturan keluarga, cara pengaturan bagaimana unit-unit keluarga saling mempengaruhi. Teori struktur dipilih karena memberikab perspektif yang komprehensif dan holistik dalam pengkajian. Dimensi struktur keluarga
Friedman (2010)
memaparkan empat hal, yaitu struktur peran, struktur nilai, proses komunikasi dan struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan.
Peran adalah kumpulan dari perilaku yang relatif homogen yang dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seseorang yang menempati posisi sosial (Friedman, 2010). Peran keluarga menurut Friedman (2010) dikategorikan dalam dua kategori yaitu peran formal dan peran informal. Peran keluarga lebih jelas dikemukakan Satir (1967 dalam Friedman, 2010) peran formal adalah peran eksplisit yang terdapat pada struktur peran keluarga (seperti ayah-suami) dan peran informal bersifat implisit, seringkali tidak tampak dan diharapkan untuk memenuhi kebutuhan
emosonal
keluarga,
serta
untuk
menjaga
dan
memelihara
keseimbangan keluarga. Keluarga dapat mengalami tekanan peran pada saat transisi peran. Transisi peran muncul pada saat memiliki bayi baru (Aldous, 1996 dalam Friedman , 2010).
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
49
Hung (2005 dalam Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson 2010) menjelaskan periode setelah melahirkan merupakan waktu yang menegangkan bagi ibu karena perubahan peran dan menghadapi tugas-tugas baru dari perannya sebagai ibu. Perubahan hubungan, tuntutan ekonomi, dan dukungan sosial dapat mengakibatkan stress post partum. Perubahan peran saat memiliki bayi baru menggambarkan adanya kesulitan dalam membuat transisi peran. Ventura (1987 dalam Friedman , 2010) pada studinya menjelaskan 35% ibu baru dan 65% ayah melaporkan merasa tertekan karena banyaknya tuntutan peran. Kaakinen, GedalyDuff, Coehlo, dan Hanson (2010) memaparkan semua anggota keluarga mengalami pergolakan selama beberapa hari pada minggu pertama bayi baru lahir berada di rumah mereka.
Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, dan Hanson (2010) menyebutkan bahwa sukses dalam pemberian ASI menginduksi perasaan peran seorang ibu. Pemberian ASI merupakan peran seorang perempuan, namun ayah dapat dilibatkan dalam kegiatannya. Ayah dapat menyendawakan bayi setelah menyusu, memeluk bayi setelah selesai makan, atau memberikan ASI perah pada bayi, memberikan kesempatan ibu untuk beristirahat, membantu menggatikan popok dan memandikan, mengurangi stress ibu, membantu seputar kegiatan dirumah (Davidson et al, 2008 dalam Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010; WHO, 2013).
Keterlibatan ayah dalam memberikan ASI merupakan hal yang baik bagi perawat dalam melakukan observasi interaksi orang tua dengan bayi dan merupakan tanda perilaku positif pemberian kasih sayang peran orang tua. Februhartanti (2009) mengidentifikasi peran ayah untuk mempersiapkan pemberian ASI ada tiga, yaitu: (1) saat kehamilan: belajar dan mencari informasi tentang kehamilan yang sehat dan persiapan menyusui, menemani istri memeriksakan kehamilan, berdiskusi dengan dokter/bidan tentang niat istrinya memberikan ASI eksklusif, memberikan istri semangat supaya siap memberikan ASI; (2) saat melahirkan: belajar dan mencari informasi tentang persalinan yang aman serta tehnik menyusui segera
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
50
setelah proses kelahiran, siap menemani istri melahirkan, dan menunggui proses IMD, berdiskusi dengan petugas kesehatan bahwa mereka ingin memberikan ASI dan menolak pemberian susu formula, memberikan semangat pada istri untuk dapat menyusui dan tidak tergoda dengan susu formula; (3) saat periode usia bayi 0-6 bulan: belajar dan mencari informasi tentang cara pemberian ASI eksklusif, memberkan kenyamanan pada istri saat menyusui, membantu pekerjaan rumah tangga, bersikap ramah saat kebutuhan suami tidak dapat langsung dilaksanakan oleh istri, membantu meyakinkan istri bahwa ASInya cukup sampai 6 bulan.
Pada keluarga extended dukungan nenek menentukan untuk tetap memberikan ASI. Ekstrom, Widsrom, dan Nissen (2003) menjelaskan bahwa dukungan dari pasangan dan nenek sangat signifikan dalam meningkatkan pemberian ASI di Swedia. Sebuah studi di Malawi menyebutkan nenek dari ayah (paternal) memegang peranan penting dalam pemberian ASI, makanan pertama pada bayi (Kerr, Dakishoni, Shumba, Msachi, Chirwa, 2008). Grassley dan Eschiti (2008) menyimpulkan penelitiannya ibu menyusui pada keluarga extended memerlukan dukungan nenek, namun nenek cenderung untuk mengarahkan untuk memberikan makan dini dan tidak menyusui.
Nilai dalam struktur keluarga diartikan sebagai suatu sistem ide, perilaku dan keyakinan tentang nilai suatu hal atau konsep secara sadar maupun tidak sadar mengikat angota keluarga dalam kebudayaan sehari-hari (Parad & Caplan, 1965 dalam Friedman, 2010). Johanson, Foldevi dan Rudebeck (2013) serta Brown dan Lee (2011) dalam penelitian kualitatifnya tentang nilai dalam brestfeeding bagi seorang perempuan dan pengalaman serta sikap perempuan memberikan ASI selama enam bulan, memuncukan tema nilai hidup dalam menyusui bagi perempuan adalah perasaan koherensi, kesenangan, dan kebanggaan sebagai interaksi dari elemen biologis, sensual, rasional dan sosial, sehingga ibu memutuskan untuk menyusui; keyakinan yang tertanam dan kuat, pilihan breastfeeding adalah normal dan sehat.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
51
Sebuah metaethnografi studi pada perempuan migran dalam pengalaman menyusui di negara baru di temukan tema adanya konfik dalam praktek pemberian ASI. Penelitian ini membahas konflik pemberian ASI timbul dalam keluarga
adalah praktek pemberian ASI dan praktek perawatan post artum
tradisional. Penyebab berhentinya pemberian ASI eksklusif adalah peran dominan saudara perempuan atau ibu (Schmid at al., 2012). Friedman (2010) menjelaskan konflik nilai antar generasi dapat terjadi pada keluarga dengan tipe extended family. Nilai konflik tidak dapat dihindari ketika ibu atau saudara perempuan memegang nilai memberikan makan selain ASI secara dini tidak memberikan akibat pada bayi.
Komunikasi keluarga adalah suatu simbolis, proses transaksional menciptakan dan membagi arti dalam keluarga (Galvin & Brommel, 1986 dalam Friedman, 2010). Dalam keluarga childbearing mengkomunikasikan kebutuhan dan keinginan harus secara fungsional: menyatakan maksud dengan jelas dan tegas, mengklarifikasi dan mengualifikasi apa yang dikatakan, meminta umpan balik dan terbuka terhadap umpan balik (Satir,1967 dalam Friedman, 2010).
2.4.1.3 Fungsi keluarga dalam pencegahan terputusnya pemberian ASI eksklusif Fungsi afektif dalam keluarga childbearing berhubungan dengan perlindungan psikososial dan dukungan terhadap anggota. Afektif melibatkan persepsi keluarga terhadap penghargaan dan asuhan kebutuhan psikososial anggota. Melalui fungsi afektif keluarga meningkatkan kualitas kemanusiaan, stabilitas kepribadian dan perilaku, relabilitas serta harga diri anggota keluarga (Friedman, 2010).
Fungsi sosialisasi dalam keluarga childbearing adalah banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarga. Pengalaman ditujukan untuk mengajarkan anak bagaimana berfungsi dan mengemban peran di masyarakat. Metode pengasuhan yang berkembang dimasyarakat untuk memberikan pengalaman pada berubah dengan cepat. Salah satu perubahan pengasuhan adalah pemberian ASI.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
52
Susu formula yang beredar dimasyarakat membuat ibu memilih memberikan susu formula dari pada ASI (Friedman, 2010).
Fungsi perawatan kesehatan berkaitan dengn praktik kesehatan dalam keluarga dan pemanfaatan layanan perawatan kesehatan. Dua alasan utama keluarga dalam praktik perawatan kesehatan adalah konsep sehat dan sakit yang diyakini keluarga dan pencarian layanan perawatan kesehatan. Tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah untuk meningkatkan praktik kesehatan dalam keluarga (Friedman, 2010).
Friedman (2010) mengidentifikasi delapan area praktik kesehatan keluarga. Delapan area tersebut: praktik diit keluarga, praktik tidur dan istirahat keluarga, praktik latihan dan rekreasi keluarga, praktik penggunaan obat (terapeutik penenang, alkohol dan tembakau), praktik perawatan diri keluarga, praktik lingkungan dan hygiene, praktik pencegahan berbasis pengobatan, dan terapi alternatif.Pada penelitian ini dibahas bagaimana praktik diit keluarga, praktik perawatan diri pada ibu menyusui.
Diit ibu hamil dan menyusui meliputi pemenuhan karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Karbohidrat merupakan sumber utama untuk tambahan energi/kalori yang dibutuhkan selama kehamilan. Karbohidrat meningkatkan asupan serat dan mencegah konstipasi (sembelit). Satu (1) gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori. Direkomendasikan penambahan jumlah kalori sebesar 265 – 300 kalori perhari dibanding saat tidak hamil (1900 kalori) Pada akhir kehamilan dan menusui dibutuhkan sekitar 80.000 kalori lebih banyak dari kebutuhan kalori sebelum hamil (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004).
Tambahan protein diperlukan untuk pertumbuhan janin, uterus, payudara, hormon, penambahan cairan darah ibu serta persiapan laktasi. Tambahan protein yang diperlukan selama kehamilan sebanyak 12 gram perhari. Wanita hamil dan menyusui membutuhkan lebih banyak vitamin dan mineral dibanding sebelum hamil untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
53
diferensiasi sel. Beberapa vitamin yang dibutuhkan selama kehamilan
dan
menyusuiadalah : (1) asam folat dan vitamin B12 (Sinokobalamin), berfungsi untuk mencegah anemia megaloblatik, dibutuhkan 0,4 mg perhari; (2) vitamin B6 (Piridoksin), berperan penting dalam pembentukan asam amino dalam tubuh tubuh serta untuk mengurangi mual selama kehamilan, dibutuhkan 2,2 mg perhari; (3) vitamin C (Asam askorbat), kekurangan vitamin c dapat mengakibatkan keracunan kehamilan dan Ketuban pecah dini,dibutuhkan 10 mg/hari selama kehamilan dan menyusui; (4) vitamin A, berfungsi untuk memelihara pertumbuhan sel jaringan, penting untuk kesehatan mata, kulit, rambut, kebutuhan vitamin A selama kehamilan dan menyusui adalah 200 RE/hari; (5) vitamin D, selama kehamilan dan menyusui dapat mencegah hipokalsemia, membantu penyerapan kalsium dan fosfor serta menetralisasi tulang dan gigi. Vitamin D banyak terdapat pada kuning telur dan susu.Kebutuhan vitamin D pada ibu hamil adalah 15 ug/hari; (6) vitamin E, berfungsi pada pertumbuhan sel dan jaringan dan integrasi sel darah merah. Dianjurkan mengkomsumsi 2 – 10 mg/hari; (7) vitamin K, bila kekurangan dapat mengakibatkan perdarahan. Kebutuhannya pada ibu hamil adalah 130 mg/hari; (8) calsium (Ca), sebagian besar digunakan untuk perkembangan tulang dan janin, banyak terdapat pada produk susu, ikan, kacangkacangan, tahu, tempe, sayuran hijau dengan jumlah komsumsi yang dianjurkan adalah 900-1200 mg/hari; (9) fosfor, berfungsi untuk pembentukan rangka dan gigi janin serta kenaikan metabolism kalsium ibu; (10) zat besi (Fe), diperlukan untuk mencegah anemia, dianjurkan 30 mg/hari; (11) Yodium, kekurangan dapat mengakibatkan kreatinisme yang mengakibatkan hambatan pertumbuhan anak. Diperlukan 25 ug/hari; (12) natrium, berperan penting dalam metabolism air, dan bersifat mengikat cairan dalam jaringan sehingga mempengaruhi keseimbangan cairan pada ibu hamil, natrium pada ibu hamil dan menyusui bertambah sekitar 3,3 gr/minggu, sehingga ibu hamil cenderung mengalami edema (bengkak) (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004). Kebutuhan nutrisi untuk bayi (0-6 bulan) adalah pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif adalah hanya memberikan ASI dan tidak memberikan
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
54
makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan, vitamin, mineral tetes, serta ASI perah yang dilakukan sampai bayi berusia enam bulan (WHO, 2004). ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi lahir sampai berusia enam bulan. Selama enam bulan tersebut, bayi tidak diberikan tambahan cairan lain seperti susu formula, air putih, air teh, atau tajin (Perinasia, 2011). Pada beberapa pengertian tersebut dapat ditarik benang merah ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi tanpa memberikan minuman lain seperti susu formula, air putih, tajin dan tidak memberikan makanan tambahan lain kepada bayi. Akan tetapi, obat cair, vitamin, mineral, ASI perah diperbolehkan untuk diberikan pada bayi hingga bayi berusia 6 bulan. Kebutuhan ASI pada minggu pertama perlu diperhatiakan. Pemberian ASI dapat dilakukan tiap 2 sampai 3 jam, atau 8 sampai 12 kali menyusu selama 24 jam. Pada minggu pertama, stimulasi hisapan bayi sangan diperlukan untuk meningkatkan produksi ASI. Pemberian ASI dilakukan sesuai dengan kebutuhan bayi sampai bayi puas (Neifert, 2004 dalam Ackley & Ledwig, 2011) Istirahat tidur ibu hamil dan menyusui arus dipenuhi. Kebutuhan istirahat dan tidur ibu hamil dan menyusui sekitar 8 jam. Selain kebutuhan istirahat tidur ibu, setelah lahir perlu diperhatikan kebutuhan dan keamanan tidur bayi. Kebutuhan tidur bayi yaitu pada usia 2 sampai 6 minggu, bayi muda dapat tidur 2 sampai 4 jam pada satu waktu. Usia 6 sampai 8 minggu, tidur bayi menjadi lebih terkonsentrasi pada malam hari karena mereka lebih terjaga di siang hari. Pada usia 3 bulan, bayi dapat tidur sekitar 4 jam pada satu waktu, dan biasanya terpanjang pada malam hari. Pada usia 6 bulan, bayi mungkin dapat tidur sampai 6 jam pada satu waktu (Goodlin-Jones, Beth, Burnham, Gaylor, Anders. 2001; Burnham, Goodlin-Jones, Gaylor, Anders. 2002). Perawatan diri keluarga meliputi pengetahuan keluarga, motivasi dan kekuatan atau koordinasi motorik yang diperlukan untuk melakukan tugas perawatan fisik, dan memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarga (Friedman, et al, 2010). Pada keluarga childbearing pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi, perawatan
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
55
ibu hamil, ibu nifas; kemampuan motorik orang tua dalam melakukan perawatan dan memenuhi kebutuhan dasar bayi, ibu hamil dan ibu nifas.
2.4.2 Diagnosis keperawatan keluarga Hasil dari pengkajian keluarga adalah teridentifikasinya masalah keluarga baik aktual maupun risiko ataupun potensial. Dalam praktik keperawatan masalah kesehatan yang dialami keluarga dirumuskan sebagai diagnosa keperawatan keluarga (Friedman, et al., 2010). Menurut Gordon (2000, dalam Friedman et al, 2010) diagnosa keperawatan keluarga digunakan sebagai dasar proyeksi hasil, intervensi perencanaan, dan evaluasi hasil yang dicapai. Dalam menegakkan diagnosa keperawatan keluarga harus di dasarkan pada salah satu teori keperawatan atau teori keluarga atau menggunakan diagnosis dari NANDA (North American Nursing Diagnosis Association).
Diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan, selanjutnya perlu ditetapkan prioritas masalah yang akan diselesaikan. Perawat perlu mempertimbangkan faktor-faktor berikutnini dalam memodifikasi masalah kesehatan dalam keluarga : 1) pengetahuan saat ini, teknologi dan intervensi yang dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga atau manajemen masalah; 2)Sumber yang dimiliki oleh keluarga-fisik, finansial dan sumberdaya manusia; 3) sumber dari perawat – pengetahuan, ketrampilan dan waktu; 4) sumber yang ada di komunitas- fasilitas organisasi kemasyarakatan atau support dari masyarakat (Maglaya, et al,2009). Perawat dapat mengurutkan prioritas masalah dengan menggunakan “Scale for Ranking Health Conditions and Problems According to priorities.”. Tools ini membantu dalam mengambil keputusan dalam mempertimbangkan factor-faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan dan respon keluarga pada masalah keperawatan. Setelah penentuan criteria pada scoring, total score tertinggi merupakan proiritas penyelesaian masalah dalam keluarga. Nilai tertinggi score dengan metode ini adalah 5. Masalah keperarawatan dengan nilai 5 menjadi
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
56
proiritas pertama dan yang mendekati 5 menjadi urutan berikutnya (Maglaya, et al,2009).
2.4.3 Intervensi Keperawatan keluarga Tahap selanjutnya adalah penyusunan perencanaan asuhan keperawatan keluarga. Secara umum tahapan penyusunan perencanaan adalah : memprioritaskan masalah, penetapan tujuan umum, penetapan kriteria hasil (tujuan khusus), rencana intervensi dan rencana evaluasi. Tujuan (Goal) adalah seberapa luas hasil dan kearah mana perilaku diarahkan. Tujuan khusus (objective) adalah sasaran hasil untuk mencapai tujuan.Perencanaan harus disusun bersama keluarga serta melibatkan seluruh anggota keluarga dalam unit pelayanan (Friedman, et al, 2003). Perencanaan secara umum mengacu pada : 1) analisa dengan keluarga yang didasarkan pada pengalaman hidup, 2) meningkatkan kognitif, afektif dan psikomotor, 3) fokus intervensi pada kemampuan keluarga melaksanakan tugas kesehatan : mengenal masalah kesehatn, mengambil keputusan berkaitan dengan masalah
kesehatan
yang
dihadapi,
meningkatkan
kemampuan
keluarga
memberikan perawatan pada anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan, meningkatkan kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan sesuai dengan syarat kesehatan, memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan; 4) mengkatalis perilaku melalui motivasi dan dukungan. Menyusun rencana
evaluasi,
secara
sepesifik
adalah
bagaimana
perawat
akan
menggambarkan perubahan satatus kesehatan, kondisi, situasi dan pencapaian outcome secara spesifik yang telah disebutkan dalam obyektif. Rencana evaluasi meliputi indikator, standar, metode dan tools/ sumber data evaluasi (Maglaya, et al, 2009).
Kegiatan yang dapat dilakukan keluarga dari persiapan sampai pemberian ASI adalah sebagi berikut : 2.4.3.1 Persiapan dan tehnik menyusui Persiapan menyusui pada masa kehamilan penting dilakukan. Ibu yang menyiapkan sejak dini. Ibu yang menyiapkan sejak dini akan lebih siap
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
57
menyusui bayinya. Persiapan yang harus dilakukan oleh ibu yang akan menyusui diantaranya :
1) Persiapan Psikologis Keberhasilan menyusui didukung oleh persiapan psikologis, yang dilakukan sejak masa kehamilan. Persiapan ini penting karena keputusan dan sikap ibu yang positif terhadap pemberian ASI harus terjadi saat kehamilan, atau jauh sebelumnya. Sikap ibu terhadap pemberian ASI dipengaruhi oleh berbagai factor, antaralain adat, kebiasaan, kepercayaan tentang menyusui di daerah masing-masing. Pengalaman menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga atau kalangan kerabat, pengetahuan ibu dan keluarganya tentang manfaat ASI juga sikap ibu terhadap kehamilannya (diinginkan atau tidak) berpengaruh terhadap keputusan ibu, pakah ia akan menyusui atau tidak. Dukungan dokter, bidan, atau petugas kesehatan lain, teman dekat sangat dibutuhkan terutama ibu yang baru pertama kali hamil.
2) Pemeriksaan payudara Payudara ibu perlu diperiksa sebagai persiapan menyusui. Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui keadaan payudara sehingga bila terdapat kelainan segera diketahui. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi. Payudara yang di inspeksi ukuran dan bentuk , kontur /permukaan: adanya depresi, elevasi atau luka pada kulit payudara , dan warna kulit. Areola yang diinspeksi adalah bentuk dan ukuran, permukaan, warna. Putting susu bentuk dan ukuran , ukuran putting sangat bervariasi bila ditemukan putting susu yang terbenam, jangan katakan bahwa ibu mengalami abnormalitas. Putting susu dapat ditonjolkan menggunakan alat atau dengan prosedur Hoffman. Palpasi payudara meliputi konsistensi karena pengaruh hormonal akan ada perbedaan konsistensi. Massa, setiap massa harus digambarkan dengan jelas letak dan ciri-cirinya.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
58
3) Tehnik menyusui Seorang ibu dengan bayi pertama mungkin akan mengalami masalah ketika menyusui, yang sebetulnya hanya karena tidak tahu cara yang sebenarnya. Bayi walaupun sudah dapat menghisap tetap dapat menimbulkan putting terasa nyeri. Pada minggu awal psetelah persalinan biasanya ibu lebih sensitive. Pada kondisi ini ibu perlu seorang pendamping yang dapat membimbingnya untuk bisa merawat bayi, disarankan ibu mendapatka pendampingan dari orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya. Termasuk pendampingan tehnik menyusui dengan benar :
a) Langkah menyusui dan perlekatan yang benar Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Cara ini merupakan tehnik desinfektan dan menjaga lkelembaban putting susu. Bayi diletakkan menghadap perut/payudara, ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayo terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan. Perut bayi menempel pada badan ibu kepala bayi menghadap payudara. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang. Payudara di pegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang di bawah. Jangan menekan putting susu atau areola mamae saja. Beri
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
59
rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau sentuh sisi mulut bayi. Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke mulut bayi, usahan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga putting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan AS yang terletak dibawah areola. Setelah bayi menghisap payudara tidak perlu dipegang.
Setelah menyusu pada satu payudara samapai terasa kosong. Sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain, untuk melepas isapan gunakan jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah, gantikanpada payudara yang belum diisap oleh bayi. Setelah selesai menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan
sendirinya.
Sendawakan
bayi,
yang
bertujuan
untuk
mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusu.
b) Pengeluaran ASI Apabila ASI berlebihan, sampai keluar memancar, maka sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghindari tersedak atau enggan menyusu. Dan hasilnya ditampung dalam botol steril untuk dapat disimpan. Cara pengeluaran ASI dengan tangan: ibu mencuci tangan sampai bersih, ibu atau keluarga menyiapkan gelas bersih dan telah direbus dengan air mendidih. Ibu melakukan massage payudara dengan kedua telapak tangan dari pangkal kea rah areola. Ulangi pemijatan pada sekeliling payudara, tekan areola kearah dada dengan ibu jari disekitar aareola bagian atas dan jari telunjuk pada sisi areola yang lain. Minta 12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
60
ibu mengulangi tekan-peras-lepas-tekan –peras-lepas, jangan berhenti setelah beberapa kali ASI akan keluar. Lakukan ini pada semua area areola sehingga ASI diperah dari semua segmen payudara.
c) Penyimpanan ASI ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat. Ada perbedaan lamanya disimpan dikaitkan dengan tempat penyimpanan. Di udara bebas /terbuka : 6-8jam, di almari es (4˚C) : 24 jam, di pendingin/beku (-18˚C) : 6 bulan.
d) Pemberian ASI peras ASI yang didinginkan tidak boleh direbus bila akan dipakai, karena kualitasnya akan menurun, yaitu unsure kekebalannya. Cukup didiamkan beberapa saat dalam suhu kamar, agar tidak terlalu dingin. Atau dapat direndam dalam wadah yang telah diisi air panas. ASI tidak boleh diberikan dengan botol/dot, karena akan menyebabkan bayi bingung puting. Berikan dengan sendok, sehingga saat menyusu langsung bayi tidak menolak menyusu. Ibu memberi minum bayi duduk dengan memangku, punggung bayi dipegang dengan lengan, cangkir diletakkan pada bibir bawah bayi, lidah bayi diatas pinggir cangkir dan biarkan bayi menghisap ASI dari dalam cangkir, beri sedikit waktu menelan.
2.5 Peran dan fungsi perawat Komunitas dalam Pemberian ASI eksklusif Stanhope dan Lancaster (2004) menjelaskan, perawat komunitas harus memperhatikan prinsip praktik keperawatan komunitas dalam
memberikan
layanan keperawatan. Prinsip praktik keperawatan komunitas seperti otonomi, yaitu memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk melakukan atau memilih alternatif yang terbaik dan sesuai dengan kondisinya. Selain itu, perawat komunitas harus menerapkan prinsip kemanfaatan. Prinsip kemanfaatan yaitu intervensi yang diberikan harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
61
terhadap masyarakat. Prinsip keadilan juga harus diterapkan oleh perawat komunitas sehingga dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan kemampuan dan kapasitas masyarakat. Perawat berperan sebagai care provider, advocate, educator, counsellor, case manager, researcher, collaborator, dan liaison officer di komunitas (Helvie, 1998; Hitchock, Schubert & Thomas, 1999). Secara rinci, peran perawat adalah sebagai berikut: 2.5.1 Care provider Perawat berperan sebagai care provider, yaitu memberikan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, dan komunitas secara langsung menggunakan prinsip tiga tingkat pencegahan. Ibu menyusui di masyarakat sangat berisiko terjadi diskontinuitas menyusui. Rendahnya cakupan ASI eksklusif dapat menyebabkan bayi tidak mendapatkan ASI secara eksklusif. Dalam hal ini, perawat harus dapat mengembangkan level pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat dan ibu hamil tentang ASI eksklusif dan Inisiasi menyusu Dini pada masa kehamilan, pencegahan sekunder dilakukan dengan deteksi dini masalah-masalah yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya, cara mengatasi puting susu inverted, ibu bekerja dengan membuat bank ASI, pencegahan tertier dengan membantu mengatasi payudara bengkak saat menyusui, puting susu lecet (Perinasia, 2011). 2.5.2 Advocate Perawat berperan sebagai advocate, ditunjukkan dengan cara tanggap terhadap kebutuhan komunitas dan mampu mengkomunikasikan kebutuhan tersebut kepada pemberi layanan secara tepat. Perawat komunitas dapat menggunakan sumber dan dukungan yang tersedia di masyarakat. Perawat komunitas harus dapat membantu masyarakat
dalam
mengambil
keputusan
untuk
mempertahankan
dan
meningkatkan kesehatannya.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
62
Perawat komunitas harus mampu melakukan advokasi pemberian ASI eksklusif pada tingkat individu, keluarga dan masyarakat serta pengambil kebijakan. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan dukungan individu dan keluarga pada tahap child bearing. Advocasi dilakukan supaya ibu dapat memberikan ASI dan bayi memperoleh ASI secara eksklusif. Pada tingkat masyarakat atau budaya, perawat komunitas dapat memberikan advokasi pada masyarakat mengenai pentingnya ASI eksklusif untuk ibu, bayi, keluarga, masyarakat. Advokasi dilakukan dengan cara mengedukasi dan menjalin kemitraan serta bernegosiasi dengan para pemegang kebijakan di masyarakat. Perawat komunitas dapat mengadvokasi para pekerja wanita yang menyusui agar mendapatkan fasilitas waktu untuk menyusui bayinya atau mendapatkan tempat untuk memerah dan
menyimpan ASI. Perawat komunitas harus dapat
mengadvokasi peraturan yang terkait pemberian ASI eksklusif dan insiasi menyusu dini di tingkat pemegang kebijakan. 2.5.3 Educator Perawat komunitas memiliki tanggung jawab sebagai pendidik kepada individu, keluarga, dan komunitas. Perawat dapat melakukan pemberian informasi pada institusi formal dan pilihan sesuai dengan tingkat kemampuan masyarakat. Pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif sangat diperlukan di masyarakat. Pendidikan kesehatan dapat diawali saat pra nikah, saat kehamilan, dan atau saat dilakukan pemeriksaan antenatal care (ANC) pendidikan kesehatan bertujuan untuk membangun sikap positf tentang pemberian ASI eksklusif. 2.5.4 Counsellor Perawat harus dapat mendengarkan keluhan klien secara objektif, memberikan umpan balik dan informasi, membantu klien dalam menyelesaikan masalah, dan mengidentifikasi sumber yang dimiliki oleh klien. Perawat memberikan bantuan secara profesional dengan menerapkan metode yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi klien. Dalam hal ini, perawat komunitas harus dapat
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
63
menjadi pembina kelompok swabantu sehingga jika ada permasalahan yang tidak terselesaikan
oleh
motivator,
pembina
dapat
membantu
menyelesaikan
permasalahan tersebut. 2.5.5 Case Manager Perawat harus dapat mengkaji dan mengidentifikasi kebutuhan kesehatan klien, merancang rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien, serta mengawasi dan
mengevaluasi dampak terhadap pelayanan yang diberikan.
Perawat perlu menunjukkan kemampuan dalam mengidentifikasi sumber-sumber yang ada di komunitas, memotivasi, dan melakukan koordinasi dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di komunitas.
2.5.6 Researcher Peran perawat sebagai peneliti ditunjukkan oleh perawat komunitas dengan berbagai aktivitas penelitian, mengaplikasikan hasil riset dalam praktik keperawatan, mengumpulkan data, merancang, dan mendesiminasikan hasil riset. Perawat harus dapat mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, menganalisa data, melakukan interpretasi data, mengaplikasikan penemuan, mengevaluasi, mendesain, menerapkan hasil temuan dalam pengembangan, melakukan perbaikan praktik keperawatan komunitas, dan meningkatkan asuhan pada kelompok ibubayi menyusu.
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
BAB 3 KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH
Bab kerangka kerja ini memaparkan dan menelaah keterkaitan antar konsep yang mendasari pelaksanaan praktek keperawatan komunitas pada aggregate ibu hamil dan menyusui menggunakan integrasi Community As Partner (CAP), Family Centered Nursing (FCN), perilaku positif dalam menyusui, dan model dukungan sosial dan Kelompok Swabantu ASI Eksklusif (KS-ASIEKs), serta manajemen pelayanan keperawatan. 3.1 Kerangka Kerja Praktik Keperawatan Komunitas Praktik keperawatan di masyarakat memerlukan adanya proses dan respon masyarakat terhadap kebutuhan kesehatan dan masalah, manajemen program dan sumberdaya, termasuk kebijakan yang mempengaruhi pelayanan kesehatan dan keperawatan (Maglaya, et al, 2009). Praktik keperawatan di komunitas memiliki tiga fokus yaitu: klien, pelayanan kesehatan dan political leader atau pengambilan kebijakan. Proses yang dipakai dalam praktik keperawatan komunitas adalah (1) klien: asuhan keperawatan; (2) pelayanan kesehatan: manajemen program, supervisi, jaminan mutu, dan penelitian keperawatan; (3) pengambilan kebijakan: advokasi dan tindakan politik. Variabel yang diintegrasikan didalam penelitian ini adalah pelayanan kesehatan: manajemen program, supervisi, jaminan mutu. Manajemen program berdasarkan pendekatan teori yang dikemukakan oleh Marquis dan Huston (2012) perencanaan, pengoganisasian, kepegawaian, pendelegasian, dan pengawasan. Pada penelitian ini variabel perencanaan menggunakan elemen sumber daya manusia, anggaran, dan kebijakan. Variabel pengorganisasian terdiri dari struktur organisasi, uraian tugas, kerja sama dan koordinasi. Fungsi pengarahan menggunakan variabel komunikasi, pelatihan dan supervisi. Fungsi pengawasan menggunakan variabel monitoring dan evaluasi program serta penilaian kinerja. Praktik keperawatan komunitas pada aggregate ibu hamil dan menyusui untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif dikemas dalam program Perkesmas.
65
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
66
Asuhan keperawatan komunitas pada aggregat ibu hamil dan menyusui dilakukan dengan proses keperawatan. Proses tersebut diawali dengan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pengkajian merupakan sebuah proses, tindakan untuk mengenal masyarakat, orang-orang di masyarakat adalah mitra. Pada penelitian ini menggunakan community as partner model sebagai framework pengkajian. Pengkajian komunitas model ini memiliki tiga bagian yaitu : (1) core the community, (2) sub sistem komunitas dan (3) persepsi ( (Anderson & Mc Farlane, 2011). Core terdiri dari riwayat terbentuknya komunitas; data demografi, tipe rumahtangga, status perkawinan, vital statistik, nilai dan kepercayaan, serta agama. Data subsistem komunitas terdiri atas : lingkungan, pelayan kesehatan, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan, dan rekreasi. Pada penelitian ini variabel yang digunakan pada integrasi model dari community as partner: (1) core: demografi, status perkawinan, vital statistic: angka kelahiran cakupan pemberian Asi eksklusif, nilai dan keyakinan pemberian ASI eksklusif; (2) sub sistem: lingkungan: dukungan sosial masyarakat terhadap pemberian ASI, pelayanan kesehatan yang digunakan untuk mengatasi masalah pemberian ASI; politik dan pemerintahan: dukungan kebijakan pemberian ASI eksklusif; dan pendidikan. Family cetered nursing memiliki elemen pendekatan: keluarga sebagai pusat, kolaborasi antara keluarga dan petugas kesehatan, komuniasi antara keluarga dan petugas kesehatan, keberagaman budaya dalam keluarga, perbedaan koping dan dukungan, keluarga dan kelompok pendukung, pelayanan khusus dan sistem dukungan dan holistic perspectif family cetered nursing (Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010). Setiap langkah asuhan pada keluarga baik individu dalam keluarga atau keluarga secara keseluruhan, membutuhkan kebijaksanaan dan proses penalaran. Model pengkajian keluarga yang digunakan adalah Friedman Family Assessment Model (FFAM). Asumsi utama pada FFAM adalah keluarga merupakan sistem sosial dengan kebutuhan fungsional, keluarga merupakan kelompok kecil yang memiliki fitur genetik, keluarga sebagai sistem sosial menyesuaikan fungsi yang melayanai individu dan masyarakat, tindakan individu sesuai dengan norma dan nilai yang dipelajari melalui sosialisasi (Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010). FFAM terdiri: Identifikasi data umum keluarga, tahap dan riwayat
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
67
perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress, koping dan adaptasi keluarga (Friedman, Bowden &Jones, 2010). Pada penelitian variabel yang digunakan dalam integrasi model adalah tahap dan riwayat perkembangan perkembangan: childbearing; struktur keluarga: komunikasi, peran, pengambilan keputusan, dan nilai dalam keluarga; fungsi keluarga: fungsi afektif, fungsi perawatan kesehatan: perilaku kesehatan, praktik diit keluarga, kebiasaan istirahat tidur, dan praktik perawatan diri keluarga. Tingkat kemandirian keluarga dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya yang didasarkan pada tugas kesehatan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan: mengenal masalah kesehatan; mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatannya; melakukan tindakan perawatan untuk anggota keluarga yang sakit, memilki kebutuhan khusus, atau berisiko sakit; memodifikasi lingkungan yang kondusif untuk kesehatan, pertumbuhan individu; dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Konsep model hubungan sosial dan sosial support pada kesehatan terdapat 5 (lima) konsep utama: (1) adanya hubungan langsung antara jejaring sosial dan dukungan sosial teadap status kesehatan, (2) efek jejaring sosial dan dukungan sosial terhadap kesehatan individu, (3) jejaring sosial dan dukungan sosial mempengaruhi frekuensi dan durasi paparan stressor, (4) efek jejaring sosial dan dukungan sosial terhadap kesehatan komunitas dan (5) efek jejaring sosial dan dukungan sosial pada perilaku sehat (Glanz, Rimer, & Viswanath, 2008). Pada penelitian ini variabel yang diintegrasikan dalam model adalah efek jejaring sosial dan dukungan sosial terhadap kesehatan komunitas dan efek jejaring sosial dan dukungan sosial pada perilaku sehat. Integrasi dari model program manajemen perkesmas aggregat ibu hamil dan menyusui dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif memadukan program pelayanan Perkesmas, klien ibu hamil dan menyusui serta keluarga dalam satu kesatuan dengan memadukan model hubungan sosial dan dukungan sosial sebagai strategi intervensi. Strategi intervensi yang digunakan dalam mengatasi masalah manajemen, dan klien aggregat ibu hamil dan menyusui untuk meningkatkan pemberian ASI adalah kelompok swabantu ASI eksklusif (KS-ASIEKs). Pembentukan KS-ASIEKs merupakan intervensi yang didesign untuk membangun hubungan sosial baru pada ibu hamil dan menyusui saat mereka hanya memiliki
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
68
jaringan sosial yang kecil, terbebani dan tidak memiliki dukungan yang efektif (Glanz, Rimer, & Viswanath, 2008). KS-ASIEKs berperan memberikan dukungan dan menerima dukungan, saling berbagi antar anggota. Berbagi pada anggota kelompok swabantu, melibatkan pengalaman psitif yang dimiliki anggota dalam mengatasi masalah pemberian ASI eksklusif. Perilaku positif ini dibagi ada anggota untuk bisa digunakan oleh anggota yang lain dalam mengatasi masalah pemberian ASI eksklusif.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
INPUT
-Manajemen : - Perencanaan: Visi, misi, tujuan, renstra jangka pdk dan panjang, prosedur, kebijakan, pembiyaan dan alokasi sumber daya. - Pengorganisasian:Iderntifikasi Struktur, tupoksi kerja, - Kerjasama lintas sektor dan lintas program. - Pengarahan dan pendelegasian: instruksi pelaksanaan - Pengawasan : Monev program - Core: Jumlah ibu hamil dan menyusui, status perkawinan, vital statistic: angka kelahiran, cakupan pemberian Asi eksklusif, nilai dan keyakinan - Sub sistem : lingkungan: dukungan sosial masyarakat terhadap pemberian ASI, pelayanan kesehatan yang digunakan untuk mengatasi masalah pemberian ASI; politik dan pemerintahan: dukungan kebijakan pemberian ASI eksklusif; dan pendidikan. - Family Cetered Nursing : - - tahap dan riwayat perkembangan perkembangan: childbearing - - struktur keluarga: komunikasi, peran, pengambilan keputusan, dan nilai dalam keluarga; - fungsi keluarga: fungsi afektif, fungsi perawatan kesehatan: perilaku kesehatan, praktik diit keluarga, kebiasaan istirahat tidur, dan praktik perawatan diri keluarga. - Tingkat kemandirian keluarga Perilaku Positif dalam menyusui - Model dukungan sosial dan jejaring sosial : Kelompok swabantu Dukungan keluarga
KERANGKA KONSEP
Masalah keperawatan : - Manajemen - Keluarga - Komunitas
KELOMPOK SWABANTU ASIKs (KS-ASIEKs)
(Gilles,2000; Anderson, 2011; Friedman, 2010; Karen,2008)
.1 Skema Kerangka Konsep
PROSES Pelayanan Keperawatan: 1. Perencanaan : a. Sosialisasi tujuan dan sasaran kelompok masyarakat peningkatan ASI eksklusif b. Perencanaan SDM,dana sarana dan prasarana c. Perencanaan tahunan 2. Pengorganisasian : pembentukan KSASIEKs, stuktur organisasi 3. Pengarahan : Pelatihan/penyegaran kader pedili ASIEKs, pelatihan fasilitator KSASIEKs, Materi manajemen laktasi 4. Pendelegasian : Supervisi deteksi faktor risiko diskontinuitas ASIEKs, supervisi fasilitator KS-ASIEKs, Monitoring dan evaluasi program
Indikator Manajemen pelayanan Keperawatan : - Tersosisalisasinya kelompok masyarakat peduli ASI eksklusif - Teridentifikasi jumlah SDM, dana sarana dan prasarana serta tempat - Terbentuk KS-ASIEK - Tersusun programkerja tahunan KSASIEKs - Peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan kader dalam dukungan pemberian ASI eksklusif - Dilaksanakannya supervisi dan monev secara periodik di RW dibina (kelengkapan pencatatan dan pelaporan) - Terlaksananya pelatihan fasilitator KSASIEKs
Asuhan Keperawatan Komunitas : - Pendidikan kesehatan : kader, TOMA, masyaraat - Screening faktor risiko diskontinuitas menyusui - Penggalian perilaku positif dan adopsi perilaku positif - Sistem rujukan kasus menyusui - Pemantauan kecukupan pemberian ASI pada bayi - Pemantauan masalah kesehatan pada bayi - Peningkatan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI
Komunitas : - Terbentuk KS-ASIEKs - 80% Peningatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil dan menyusui - perilaku positif diadopsi KS-ASIEKs - Kepuasan ibu hamil dan menyusui dalam mengukuti kegiatan KS-ASIEKs - Perilaku Pemberian ASI eksklusif meningkat - 80% BB bayi sesuai KBM - Teridentifikasi masalah kesehatan bayi 01 tahun
Keluarga : - Dukungan ayah untuk memberikan ASI eksklusif - Konseling - Coaching :perawatan bayi baru lahir - Komplementer : pijat oksitosin dan breastcare: marmet
Keluarga : - Peningkatan dukungan ayah pada pemberian ASI eksklusif - Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga - Pemberian ASI eksklusif pada keluarga binaan - Kemandirian keluarga KM-IV
3.1 Skema Kerangka Konsep 65
OUTPUT
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
70
3.2 Profil Kelurahan Curug Kelurahan Curug berada pada wilayah kerja Puskesmas
Cimanggis. Jumlah
penduduk di kelurahan Curug tercatat sebanyak 22.756 jiwa yang tersebar pada 11 RW. Sebaran penduduk miskin 26% dan jumlah KK miskin 5,4%. Distribusi menurut tingkat pendidikan 25% tidak memiliki ijazah, 30% SD/MI sederajat, 19% SLTP, 16% SMU, 10% Diploma/Sarjana. Jumlah ibu hamil di Kelurahan Curug 610 orang, sementara jumlah ibu bersalin sebanyak 486 orang (Profil kelurahan Curug, 2012).
Fasilitas terkait pemberian ASI di kelurahan Curug memiliki 1 (satu) pembina kesehatan yang telah terlatih sebagai konselor laktasi. Jarak Puskesmas Cimanggis cukup dekat, dapat diakses dengan kendaraan umum selama 15 menit. Curug memiliki 15 Posyandu dengan 87 kader kesehatan. Ada 12 orang kader
telah
mendapatkan pelatihan manajemen laktasi dari Puskesmas dan Dinas kesehatan kota Depok. Posyandu memberikan pelayanan pada masyarakat 1 (satu) kali tiap bulan (Nurhidayati, 2013).
Hasil pengkajian dukungan sosial di kelurahan Curug yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif, banyak ibu bekerja di pabrik yang berada di sekitar kelurahan Curug. Pengasuhan bayi,
keluarga mempercayakan pada nenek. Ibu
menyusui belum mendapatkan informasi tentang bank ASI di rumah. Pengasuhan yang diberikan oleh nenek seperti yang dilakukan dulu pada anaknya, yaitu dengan memberikan makan dan atau susu formula dini pada bayi. Bahkan ada yang sudah diberi makan buah (pisang) atau bubur susu sejak usia 1 minggu. Tokoh masyarakat kurang memahami pentingnya ASI eksklusif (Nurhidayati, 2013).
Pemberian ASI eksklusif merupakan perilaku keluarga KADARZI, namun pada kenyataanya kegiatan tersebut belum optimal, kegiatan pembinaan oleh kader dan petugas kesehatan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif belum optimal, pendidikan kesehatan belum optimal dilakukan, pembinaan keluarga balita belum optimal dilakukan. Belum optimalnya pemberian informasi, pembinaan keluarga dan pendidikan pada masyarakat berdampak pada kurangnya pemahaman masyarakat tentang ASI eksklusif, iklan susu formula yang menarik, ibu bekerja, mendapatkan
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
71
masalah selama menyusui (puting susu lecet, bengkak), pengalaman memberikan ASI eksklusif kurang, dukungan kelurga yang kurang merupakan determinan diskontinuitas pemberian ASI Eksklusif di kelurahan Curug (Nurhidayati, 2013).
3.3 Kelompok Swabantu ASI Eksklusif (KS-ASIEKs) Pada Sub bab ini penulis memaparkan Kelompok Swabantu ASIEKs berdasarkan sintesis dari pedoman MtMSG yang diterbitkan oleh IYCN dan WHO (2011), pedoman kelompok pendukung dari Mercy Corp (2008) dan pedoman pelaksanaan posyandu di Indonesia (2010). 3.3.1 Pengertian Kelompok Swabantu ASI eksklusif Kelompok swabantu
adalah kelompok yang berada di masyarakat merupakan
bentuk UKBM, memiliki situasi dan tujuan yang sama, bertemu secara rutin untuk belajar, menceritakan kesulitan, menceritakan keberhasilan, memberikan informasi, serta ide baru yang berkaitan dengan situasi yang dihadapi. UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan perawat Perkesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.
3.3.2 Tujuan 1) Tujuan Umum : menunjang peningkatan pemberian ASI eksklusif 2) Tujuan khusus : a. Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan dasar dan pemberian dukungan psikologis yang berkaitan dengan peningkatan pemberian ASI eksklusif b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam pemberian ASI eksklusif c. Meningkatnya Cakupan pemberian ASI eksklusif di masyarakat
3.3.3 Sasaran Sasaran kelompok swabantu ASIEKs adalah seluruh masyarakat, utamanya : bayi 06 bulan, ibu hamil trimester 3, dan ibu menyusui.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
72
3.3.4 Fungsi 1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam pemberian dukungan psikologis pada ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif, dalam rangka meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif. 2) Sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan problem solving ibu menyusui yang memiliki permasalahan dalam persiapan menyusui dan selama menyusui. 3) Sebagai wadah kontrol perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui
3.3.5 Manfaat 1) Bagi Keluarga dengan ibu hamil dan menyusui -
Memperoleh kemudahan untuk informasi seputar kehamilan dan menyusui
-
Memperoleh pembinaan secara berkala dari petugas Puskesmas (Perawat Perkesmas)
2) Bagi Kader dan Kelompok Pendukung -
Mendapat informasi terlebih dahulu tentang upaya yang terkait dengan peningkatan pemberian ASI eksklusif dan kehamilan
-
Sebagai bentuk aktualisasi diri di masyarakat dengan menyelesaikan masalah kesehatan khususnya pemberian ASI eksklusif
3) Bagi Puskesmas -
Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
-
Sebagai bentuk pelaksanaan upaya perawatan kesehatan masyarakat dengan melaksanakan asuhan kelompok maternal di masyarakat
-
Mendekatkan akses informasi dan pelayanan kesehatan pada ibu hamil dan menyusui.
3.3.6 Lokasi Uji coba pelaksanaan kelompok swabantu ASIEKs dilakukan di kelurahan Curug, diawali di RW 08 kelurahan Curug, dan di replikasi di RW 04 dan 08. Kegiatan ini dilakukan di kelurahan Curug kerena dekelurahan Curug belum terdapat wadah yang dapat membantu ibu hamil dan menyusui mengatasi masalah yang mereka hadapi, dan kader posyandu belum memiliki perencanaan yang baik untuk memberikan
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
73
motivasi dan penyuluhan pada ibu hamil dan menyusui, terdapat ibu bekerja yang ingin memberikan ASI eksklusif namun belum tahu bagaimana menyiapkannya. Kegiatan kelompok swabantu ASIEKs dapat direplikasi dengan cara yang sama di tempat lain yang setara dengan wilayah RW. Kelompok Swabantu ASIEKs berada di setiap RW, dusun atau sebutan lain yang sesuai.
3.3.7 Pengorganisasian Struktur organisasi ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada saat pembentukan Kelompok Pendukung ASI. Struktur organisasi fleksibel dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan dan kemampuan sumberdaya. Struktur organisasi minimal terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara serta kelompok pendukung sebagai anggota dan fasilitator kegiatan KS-ASIEKs.
Kader dan tokoh masyarakat yang peduli dengan pemberian ASI eksklusif selanjutnya disebut kelompok pendukung, adalah anggota masyarakat yang seusia ibu menyusui, anggota masyarakat, bersedia , mampu dan memiliki waktu untuk memfasilitasi kegiatan KS-ASIEKs.
3.3.9 Pembentukan dan pemantauan 1) Pembentukan KS-ASIEKs dibentuk oleh masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif. Pendirian ditetapkan dengan Surat keputusan kepala Desa/ Kelurahan. Pembentukan KS-ASIEKs fleksibel, dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Langkah-langkah pembentukan Ks-ASIEKs dapat dilakukan dengan tahapan berikut ini : 1. Pendekatan internal Mempersiapkan para petugas kesehatan (Perawat Perkesmas), sehingga memiliki kemampuan untuk mengelola dan membina KS-ASIEKs. Dalam upaya meningkatkan layanan secara profesional 2. Pendekatan eksternal Mempersiapkan masyarakat, khusunya tokoh masyarakat, sehingga bersedia mendukung penyelenggaraan KS-ASIEKs, sehingga perlu
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
74
dilakukan pendekatan pada tokoh masyarakat. Jika sudah ada Forum Kesehatan Desa (FKD) perlu diikutsertakan. Dukungan dapat berupa moril, finansial atau material. 3. Pembentukan kader pendukung ASI eksklusif sebagai fasilitator Pemilihan kader pendukung dipilih dari anggota masyarakat yang peduli dengan pemberian ASI eksklusif, bisa ibu kader posyandu, tokoh agama, tokoh masyarakat. Selanjutnya dibentuk kepengurusannya dengan struktur minimal : ketua, sekretaris dan bendahara, selanjutnya kepengurusan diperkuat dengan SK kepala desa/kelurahan. Selanjutnya dilakukan orientasi tugas pengurus dan kelompok pendukung serta menyusun rencana kegiatan dalam 1 tahun (POA 1 tahun). Setelah terbentuk dilakukan pelatihan kelompok pendukung ASI untuk menjadi fasilitator KS-ASIEKs yang meliputi materi : a. Inisiasi Menyusui Dini (IMD), b. manajemen laktasi, c. masalah dan penangananya sebelum menyusui, waktu penyusuan dini, dan penyusuan lanjut d. Makanan pendamping ASI e. Mitos tentang ASI dan menyusui f. Pengaturan Jarak kelahiran g. Kelompok Swabantu ASIEKs : Struktur KS-ASIEKs, manjadi fasilitator KS-ASIEKs, membangun dinamika kelompok, menjadi fasilitator yang komunikatif, pencatatan dan pelaporan KS-ASIEKs 4. Penyelenggaraan a. Anggotan KS-ASIEKs adalah ibu hamil trimester 3 dan ibu menyusui bayi usia 0-1 tahu b. jumlah anggota 12- 15 orang. c. Pertemuan dilaksanakan tiap 2 minggu sekali, lama pertemuan 120 menit. d. Kegiatan
reguler KS-ASIEKs meliputi: pembukaan, membangun
keakraban, pengumuman dan perayaan, diskusi, dan penutup. Tema diskusi setiap pertemuan tergantung pada keinginan ibu anggota ingin membahas topik apa seputar kehamilan,menyusui, dan bayi balita.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
75
e. Saat pertemuan ibu-ibu anggota diijinkan membawa bayi-bayi mereka f. Tempat pertemuan dapat di gedung posyandu atau di rumah warga
2) Pemantauan Setelah
KS-ASIEKs
terbentuk
dan
kelompok
pendukung
mampu
memfasilitasi kegiatan, pertemuan 1-2 boleh difasilitatori oleh petugas kesehatan selanjutnya, petugas kesehatan memantau pelaksanaan kegiatan KS-ASIEKs dengan kunjungan pembinaan minimal tiap 3 bulan sekali dan melihat pencatatan dan pelaporan kegiatan.
3.3.10 Kegiatan 1) Kegiatan utama Kegiatan kelompok ini sangat terbuka untuk individu lain yang berminat untuk masuk dalam kelompok swabantu ibu, misalnya suami atau anggota keluarga yang lain. Diskusi yang dilakukan dalam pertemuan kelompok swabantu ibu diutamakan pada isu seputar perawatan kesehatan, pemenuhan gizi untuk menjaga kesehatan, dan pemenuhan gizi untuk ibu selama hamil dan pasca melahirkan, serta ASI dan menyusui. Diskusi dalam kelompok swabantu ibu dapat berkembang dengan baik jika disesuaikan dengan situasi dari peserta, misalnya perawatan pasca melahirkan atau perawatan bayi baru lahir.
Pertemuan
kelompok swabantu ibu diharapkan sebagai pertemuan yang
menyenangkan, tidak kaku, dan santai. Karakteristik pada pertemuan pertama, biasanya masih agak kaku. Seiring berjalannya waktu, keakraban diantara anggota kelompok, dan bertambahnya pengalaman
motivator sebagai pemandu, maka
pertemuan kelompok swabantu ibu biasanya menjadi lebih santai dan akrab. Pertemuan kelompok swabantu ibu menjadi lima bagian, yaitu: a) Pembukaan (10 menit) Fasilitator
membuka
pertemuan
kelompok
swabantu
ibu
dengan
mengucapkan selamat datang kepada para anggota kelompok. Sebaiknya, motivator juga menyampaikan terimakasih atas kehadiran peserta untuk hadir dalam pertemuan hari itu. Bila pertemuan tersebut adalah pertemuan pertama, motivator perlu melakukan: (1) memperkenalkan diri serta menjelaskan
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
76
perannya sebagai motivator; (2) menjelaskan tujuan diundangnya anggota kelompok dalam pertemuan tersebut; (3) menjelaskan bahwa pertemuan kelompok swabantu ibu akan dilakukan secara rutin menurut kesepakatan dengan peserta; (4) menjelaskan bahwa setiap pertemuan kelompk swabantu ibu akan dilaksanakan dalam waktu tidak lebih dari dua jam; dan (5) mempersilakan peserta untuk saling memperkenalkan diri. Apabila ada peserta baru dalam pertemuan tersebut, Fasilitator perlu memperkenalkan peserta baru tersebut kepada kelompok dan mempersilakan semua peserta untuk memperkenalkan dirinya masing-masing.
b) Membangun keakraban (20 menit) Fasilitator meminta peserta untuk menceritakan kejadian paling menarik yang terjadi pada mereka. Fasilitator kelompok swabantu ibu dapat meminta ibu untuk menceritakan pengalaman menarik yang mereka alami selama dua minggu terakhir seputar kehamilan, menyusui, maupun hal-hal dalam keluarga.
c) Pengumuman dan perayaan (10 menit) Fasilitator dapat memberikan informasi yang berguna untuk anggota kelompok, misalnya hari pelayanan posyandu, kegiatan pembagian Vitamin A, atau lomba yang akan dilaksanakan di lingkungan tersebut. Setiap kemajuan dan perubahan yang terjadi pada anggota kelompok yang baru melahirkan, anggota kelompok yang berhasil melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), atau ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif, perlu dirayakan bersama kelompok. Perayaan ini merupakan bentuk keberhasilan kelompok untuk mendukung ibu dalam melakukan perubahan perilaku.
d) Diskusi (durasi diskusi maksimal satu jam) Fasilitator dapat memulai sesi diskusi dengan menawarkan sebuah topik diskusi yang dipandang sesuai dengan minat peserta. Selain itu, motivator juga dapat mengumumkan topik yang akan dibahas sesuai dengan kesepakatan dalam pertemuan sebelumnya. Jika diskusi sangat menarik peserta dan menghabiskan waktu, fasilitator perlu meminta kesepakatan dari
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
77
peserta apakah pertemuan dihentikan atau dilanjutkan. Hal ini sangat membantu anggota kelompok swabantu ibu yang sedang hamil, mengingat ibu hamil mengalami tekanan pada otot panggul sehingga akan mengalami kelelahan bila duduk terlalu lama.
e) Kesimpulan dan penutup (20 menit) Apabila waktu pertemuan kelompok dan semua hal penting terkait topik diskusi sudah habis, pertemuan dapat ditutup. Fasilitator menutup dengan mengemukakan: Apa saja yang telah anggota pelajari dari pertemuan ini, apa saja yang disukai anggota dari pertemuan ini, dan apa saja yang ingin diubah dari pertemuan ini. Setelah semua peserta mengemukakan tersebut,
fasilitator
merangkum
pernyataan-pernyataan
ketiga hal
dari
peserta,
kemudian meminta kesepakatan mengenai: tanggal dan waktu pertemuan berikutnya, tempat pelaksanaan, serta topik diskusi pada pertemuan berikutnya. 2) Kegiatan tambahan/ pengembangan Dalam keadaan anggota banyak yang hamil dapat ditambahkan kegiatan tabulin, atau dana sehat untuk anggota KS-ASIEKs.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
BAB 4 PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANGGREGATE IBU HAMIL DAN MENYUSUI DALAM UPAYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RW 04, 08, DAN 10 KELURAHAN CURUG
Bab ini penulis menjabarkan analisis situasi manajemen praktik keperawatan komunitas, asuhan keperawatan komunitas dan asuhan keperawatan keluarga ibu hamil dan menyusui yang berisiko diskontinuitas pemberian ASI eksklusif.
4.1 Pengelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas 4.1.1 Analisis Situasi Manajemen pelayanan keperawatan komunitas
pada agggregate ibu hamil dan
menyusui dianalisis dengan menggunakan fungsi manajemen. Terdapat Lima fungsi manajemen yang dianalisis yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan (Marquis & Huston, 2012).
4.1.1.1 Fungsi Perencanaan Fungsi perencanaan
manajemen pelayanan keperawatan komunitas dianalisis
menggunakan elemen : visi dan misi, tujuan, kebijakan, perencanaan operasional tahunan, dan anggaran. Di dinas kesehatan Kota Depok mengacu pada visi dan misi serta kebijan Kota Depok. Visi kota Depok periode tahun 2011-2016 adalah “ Terwujudnya Kota Depok mang maju menjabarkan misinya
dan sejahtera.”
Pemerintah kota depok
sebagai berikut : 1) mewujudkan pelayanan publik yang
profesional, berbasis teknologi dan informasi; 2) mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal; 3) Mewujudkan infrastruktur dan lingkungan yang aman; 4) mewujudkan sumber daya manusia yang unggul, kreatif dan religius. Pemerintah
Kota Depok
menjelaskan tujuan pembangunan
kesehatan yaitu
meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat dengan sasaran meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan
kesejahteraan sosial masyarakat
(Pemerintah Kota Depok, 2012).
Berdasarkan wawancara dengan perawat penyelia Perkesmas Kota Depok pelayanan keperawatan masyarakat (Perkesmas) tujuan, kebijakan dan perencanaan operasional 78
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
79
Perkesmas baru di tetapkan untuk asuhan keluarga rentan masalah kesehatan dan risiko tinggi (hight risk family) dengan difokuskan pada masalah maternal, bayi, balita, lansia, dan penyakit kronik. Perencanaan operasional tahunan Perkesmas tersusun, namun Perkesmas belum tersusun terinci, dan masih digabung dengan program kesehatan khusus (kesehatan jiwa, kesehatan kerja, kesehatan olahraga, dan kesehatan gigi dan mulut), belum adanya tujuan umum dan tujuan khusus pembinaan kelompok di masyarakat (baru diarahkan pada individu dan keluarga), belum ada kebijakan penetapan program Perkesmas sebagai program pokok Puskesmas, belum adanya panduan asuhan keperawatan : kelompok dan keluarga khususnya panduan asuhan masalah maternal. Perencanaan operasional tahunan belum tersusun secara rinci ini berdampak pada pelaksanaan program yang belum optimal. Berdasarkan pedoman kegiatan Perkesmas (2004) perencanaan kegiatan Perkesmas mendukung pencapaian indikator SPM dalam upaya kesehatan Puskesmas. Indikator tersebut meliputi : promosi kesehatan, KIA/KB, Gizi, P2M, balita Pneumonia, HIV-AIDS, DBD, Malaria, Diare, kesehatan lingkungan, pengobatan, dan kesehatan kerja. Indikator SPM pelayanan kesehatan kabupaten/kota pemberian ASI eksklusif 80% yang dicantumkan dalam indikator (Kementrian Kesehatan, 2004).
Perencanaan peningkatan pemberian ASI eksklusif di kota Depok dilakukan di bagian seksi kesehatan keluarga khususnya pada program gizi masyarakat. Capaian pemberian ASI eksklusif di kota Depok tahun 2013 sebesar 36% dan ditetapkan outcome program ASI eksklusif 2014 sebesar 60%. Masih minimnya
target capaian ASI eksklusif
(dibawah target nasional, 80%) antara lain karena perencanaan program gizi difokuskan dalam mengatasi gizi kurang dan stunting pada balita. Program peningkatan ASI eksklusif belum menyentuh langsung sasarannya, masih pada pelatihan konselor, pembentukan ruang menyusui, dan penyuluhan ASI di perusahaan (5 perusahaan) (Diseminasi Informasi Gizi Masyarakat, 2013).
Perencanaan kegiatan program ASI eksklusif setiap tahun oleh seksi kesehatan keluarga dan gizi. Anggaran peningkatan ASI eksklusif hanya sampai tingkat Puskesmas, tidak ada anggaran untuk peningkatan ASI di tingkat kelurahan karena selama ini sifatnya swadana masyarakat. Koordinator seksi kesehatan keluarga dan gizi merencanakan kegiatan: 1) pelatihan konselor menyusui, 2) penyuluhan ASI di perusahaan, 3) Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
80
pembentukan KPASI di kelurahan, 4) pembuatan ruang menyusui di 5 Puskesmas, 5) pembinaan KPASI. Adapun alokasi anggaran untuk pelaksanaan kegiatan adalah Rp 532.000.000,00 (Dinkes kota Depok, 2013). Peningkatan pembiyaan pemerintah untuk program peningkatan ASI eksklusif bertujuan untuk mempercepat pencapaian target MDGs, khususnya penurunan angka kematian bayi (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Berdasarkan
wawancara
koordinator
Perkesmas
Cimanggis
menyampaikan
perencanaan Perkesmas di Puskesmas Cimanggis masih difokuskan pada upaya kesehatan perorangan dan pelayanan dalam
gedung. Pelayanan di luar gedung
direncanakan melakukan kunjungan keluarga . Sasaran keluarga yang dikunjungi keluarga lansia, keluarga miskin dg balita kurang gizi, keluarga dengan penderita TB. Perencanaan tahunan peningkatan ASI eksklusif di Puskesmas belum disusun dengan rinci dan jelas. Belum adanya indikator kinerja program peningkatan ASI eksklusif di Puskesmas. Belum adanya perencanaan tahunan perkesmas dan gizi masyarakat untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Cimanggis berakibat pada pelaksanaan program belum optimal.
Perawat koordinator Perkesmas Cimanggis menyampaikan Di Puskesmas Cimanggis perawat koordinator Perkesmas belum menyusun perencanaan tahunan Perkesmas ia hanya mengikuti perencanaan yang ditetapkan oleh dinas kesehatan Kota Depok Perawat koordinator belum merencanakan asuhan keperawatan pada kelompok, Perkesmas hanya ditujukan pada keluarga, perencanaan Perkesmas masih pada penanggulangan penyakit. Belum dibuatnya tujuan umum dan tujuan khusus capaian Perkesmas, belum adanya pedoman pelaksanaan asuhan keperawatan maternal untuk perawat pelaksana di Puskesmas. Belum adanya standar operasional prosedur pelaksanaan asuahan keperawatan maternal di Puskesmas. Penyusunan perencanaan operasional kegiatan tahunan di Puskesmas Cimanggis belum optimal berdampak pada pelaksanaan program yang tidak efektif.
Program promosi kesehatan tentang ASI eksklusif diarahkan pada penyediaan pojok laktasi di Puskesmas Cimanggis. Penyuluhan ASI eksklusif di posyandu belum dilakukan, walaupun kader yang sudah mendapatkan pelatihan manajemen laktasi. Kegiatan Posyandu untuk meningkatkan pemberian ASI yang meliputi penyuluhan, Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
81
konseling dan pembinaan keluarga tidak ada. Indikator capaian kegiatan peningkatan pemberian ASI jangka panjang maupun jangka pendek belum ada di Puskesmas dan kelurahan. Hal ini berakibat pada ketidak jelasan tujuan yang akan dicapai dan perencanaan program yang tidak terinci. Perencanaan yang tidak rinci berdampak pada pelaksanaan kegiatan yang tidak optimal, berakibat lanjut pada tidak dapat dilakukannya evaluasi dan modifikasi program yang belum dapat dijalankan mulai dari tingkat Puskesmas dan kelurahan.
Di kelurahan Curug perencanaan bina keluarga balita (BKB) dan Kadarzi belum optimal. Perilaku kesadaran gizi khususnya ASI masih kurang ditunjukkan cakupan ASI eksklusif di kelurahan Curug masih rendah 51% (profil kesehatan Puskesmas Cimanggis, 2012) , kader kesehatan kelurahan curug belum membuat rencana kerja tahunan dengan optimal, hanya menyelenggarakan kegiatan Posyandu rutin tiap bulan. Kementrian kesehatan RI (2012) memaparkan keluarga Kadarzi apabila
telah
melakukan : menimbang berat badan secara teratur, memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan (ASI eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi sesuai anjuran.
Analisis situasi perencanaan program pemberian ASI eksklusif menyimpulkan bahwa perencanaan program operasional tahunan pemberian ASI eksklusif belum disusun secara optimal. Perencanaan operasional kegiatan Perkesmas tahunan maupun triwulan yang belum tersusun dan belum optimal berdampak pada belum dapat mencapai target kinerja yang ditetapkan oleh dinas kesehatan tingkat provinsi Jawa Barat (Dinas Provinsi : target 56 KK/tahun/ Puskesmas, Dinas Depok : 24 KK/tahun/Puskesmas). Pada akhirnya berdampak pada tidak tercapainya standar pelayanan kesehatan minimal pemberian ASI eksklusif di kota Depok (60%).
4.1.1.2 Fungsi Pengorganisasian Struktur organisasi formal yang ada pada jajaran Dinas kesehatan Kota Depok sesuai dengan
jabatan dan kedudukan yang telah ditetapkan. Posisi jabatan dan struktur
memiliki tugas, tanggung jawab, peran dan fungsi masing-masing. Fungsi pengorganisasian dapat memberikan kerangka kerja untuk melaksanakan perencanaan yang ditetapkan. Kegiatan pengorganisasian adalah mengelompokkan aktivitas untuk Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
82
mencapai tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Marquis dan Huston (2012) menjabarkan dalam pengorganisasian terdapat: struktur organisasi, uraian tugas, kejasama lintas program dan lintas sektor.
Struktur organisasi program Perkesmas di dinas kesehatan Kota Depok telah ditetapkan oleh kepala Dinas kesehatan Kota Depok. Penyelia Perkesmas seorang perawat dengan pendidikan D III keperawatan, memiliki tugas rangkap sekaligus memegang program kesehatan Jiwa. Berdasarkan hasil wawancara, perawat penyelia mengatakan belum dapat melaksanakan uraian tugasya, malu karena pendidikannya masih DIII, tidak menguasai ilmu keperawatan dengan baik, belum mampu memfasilitasi perawat Puskesmas untuk melakukan RDK. Penyelia Perkesmas kota Depok masih baru, diangkat dan ditetapkan pada bulan maret 2013. Seharusnya,
perawat penyelia
Perkesmas, bertanggung jawab pada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, untuk: 1) pertemuan dengan perawat koordinator Perkesmas Puskesmas secara berkala, 2) kunjungan lapangan, dan 3) menyusun laporan hasil evaluasi pelaksanaan perkesmas di Kabupaten/Kota dan menyampaikan umpan baliknya ke Puskesmas (Kementrian Kesehatan RI, 2006).
Perawat koordinator Perkesmas di Puskesmas telah ditetapkan oleh kepala Puskesmas, namun perawat koordinator masih merangkap tugas program TB. Koordinator Perkesmas memiliki pendidikan SPK. Koordinator perawat Perkesmas belum menginternalisasi tugasnya sebagai koordinator Perkesmas.
Perawat pelaksana
Perkesmas berjumlah 9 orang dengan latar belakang pendidikan 3 orang D III dan 6 orang SPK. Pertemuan rutin untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan kegiatan, memfasilitasi RDK, dan membahas hasil pemantauan belum dilakukan. Pembimbingan pada perawat pelaksana optimal dilakukan. Seharusnya,
perawat koordinator
Perkesmas di Puskesmas adalah bertanggung jawab kepada kepala Puskesmas untuk melakukan bimbingan tehnis dan administrative. Tugas perawat koordiantor terdiri dari: 1) pertemuan dengan perawat pelaksana, 2) melakukan kunjungan lapangan untuk membimbing perawat pelaksana dan perawat penanggung jawab daerah binaan, 3) menyusun laporan evaluasi hasil upaya Perkesmas di Puskesmas dan perkembangannya (Kementrian Kesehatan RI, 2006).
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
83
Dikelurahan Curug terdapat 12 orang kader terlatih manajemen Laktasi. Pendidikan Kader beragam, ada SD, SMP dan SMA. Organisasi kelompok pendukung di kelurahan Curug belum terbentuk sampai di tingkat RW, belum adanya organisasi kelompok pendukung ASI maupun kelompok swabantu ASI menyebabkan tidak terbinanya ibu hamil dan menyusui dalam menyiapkan penyusuan dan pemberian ASInya. Pada akhirnya ibu-ibu memberikan susu formula atau makanan secara dini pada bayinya dampaknya pencapaian cakupan ASI eksklusif di kelurahan Curug rendah. Analisis situasi di kelurahan Curug adalah belum adanya wadah yang memfasilitasi ibu hamil dan menyusui dalam mencari informasi, meningkatkan kemampuan pemberian ASI di Curug menyebabkan tidak terlaksananya kegiatan peningkatan pemberian ASI eksklusif.
Merujuk pada uraian fungsi pengorganisasian Perkesmas pada peningkatan pemberian ASI eksklusif di Dinas Kesehatan Kota Depok, di Puskesmas Cimanggis dan di kelurahan Curug dapat disimpulkan bahwa: belum optimal pelaksanan uraian tugas perawat Perkesmas karena pendidikan staff Perkesmas masih beragam, belum diberikannya kesempatan dengan membuka kesempatan studi lanjut untuk memperluas wawasan pengetahuan keperawatan, pelatihan yang tidak merata, kurangnya kesempatan peningkatan jenjang karir dan pengembangan diri.
4.1.1.3 Personalia Ketenaga merupakan suatu hal yang menjadi pertimbangan untuk melaksanakan kegiatan. Penentuan siapa pelaksana program, jumlah, kualitas tenaga yang dapat mengupayakan pencapaian keberhasilan program. Saat ini petugas peyelia Perkesmas di kota Depok berjumlah 1 orang dengan latar belakang pendidikan D3 keperawaran, belum mendapatkan pelatihan penyeliaan Perkesmas, dan pelatihan keperawatan komunitas. Perawat tersebut bertanggungjawab mengelola 32 Puskesmas di kota Depok. Sedangkan petugas Perkesmas di Puskesmas Cimanggis dikoordinatori oleh seorang perawat dengan latar pendidikan SPK, belum dilatih program Perkesmas. Di Puskesmas Cimanggis terdapat 10 perawat, dengan latar belakang pendidikan D3 (3orang) dan SPK (7orang). Semua perawat di Puskesmas Cimanggis belum mendapatkan pelatihan Perkesmas. Marquis dan Huston (2012) menjelaskan pendidikan staff dipergunakan untuk menetapkan seseorang dalam sebuah posisi. Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
84
Surat Keputusan Menteri Kesehatan no 279 tahun 2006 menyatakan bahwa di Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, menetapkan adanya perawat penyelia Kabupaten sekaligus menjadi perawat penyelia Perkesmas Kabupaten/kota dengan kualifikasi Sarjana keperawatan/Ners telah mendapatkan pelatihan Perkesmas dan memiliki pengalaman kerja di Puskesmas. Koordinator Perkesmas di Puskesmas ditetapkan oleh kepala Puskesmas berdasarkan kualifikasi pendidikan minimal D III Keperawatan,
telah
mendapatkan pelatihan Perkesmas, mempunyai pengalaman lebih dalam pelaksanaan Perkesmas dibanding perawat lainnya. Perawat pelaksana Perkesmas adalah semua tenaga fungsional perawat di Puskesmas.
Di Puskesmas Cimanggis seorang koordinator perawat Perkesmas dengan latar belakang pendidikan SPK, membina dua kelurahan yaitu kelurahan Curug dan kelurahan Cisalak Pasar dengan total penduduk 48.526 jiwa (Profil Puskesmas Cimanggis, 2012). Dengan sasaran kelompok rentan ibu hamil 1.224 jiwa, ibu bersalin 973 jiwa, bayi 1.113 jiwa, balita 3.786 jiwa, anak SD 4791 jiwa, dan usila 2085 jiwa. Marquis dan Huston (2012) menjelaskan optimalnya terdapat seorang perawat tiap 100.000 penduduk.
Merujuk pada situasi staffing program Perkesmas dapat disimpulkan permasalahan yang muncul fungsi personalia pada Perkesmas belum optimal yaitu : 1) masih terbatas pengembangan SDM di Dinas Kesehatan Kota Depok, 2) jumlah perawat Perkesmas masih terbatas, 3) beratnya beban kerja Dinas Kesehatan Kota Depok dan Puskesmas Cimanggis, 4) masih sedikit kader kesehatan yang dilatih tentang manajemen laktasi. Peningkatan SDM baik secara kuantitas maupun kualitas penting dalam mencapai tujuan organisasi (Gilies, 2000).
4.1.1.4 Pengarahan Fungsi pengarahan di Dinas Kesehatan Kota Depok telah berjalan dengan baik. Pengarahan
intern dilakukan oleh kepala dinas kesehatan kepada seluruh kepala
bidang, selanjutnya kepala bidang melakukan pengarahan pada kepala seksi. Penyelia Perkesmas mendapat pengarahan dari kepala seksi pelayanan dasar dan khusus. Pengarahan belum terencana, terlihat masih accidental. Supervisi dinas Kota Depok ke Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
85
Puskesmas belum terlaksana dengan baik tergantung pada anggaran yang disetujui untuk melakukan supervisi. Kegiatan rutin yang dilakukan adalah meminta laporan hasil Perkesmas triwulan dari tiap Puskesmas.
Wawancara dengan petugas gizi dan perkesmas di kota Depok (2013), terdapat 5 Puskesmas dengan capaian ASI eksklusif sangat rendah, dibawah nasional dan dibawah kota Depok, Puskesmas tersebut; Kemiri muka (0%), Cipayung (7,1%), Rangkap jaya (11,9%) dan depok jaya (14,8%). Kegiatan pengarahan dilakukan bersamaan dengan monitoring dan evaluasi, dengan cara mengatasi masalah yang saat itu ditemukan. Belum ada sanksi bagi yang kurang atau reword bagi petugas kesehatan yang dapat melakukan tugasnya dengan baik. Reword dapat meningkatkan motivasi pada diri staff. Memberikan motivasi pada staff harus dilakukan oleh seorang manajer. Motivasi yang diberikan akan meningkatkan kinerja staff dan kepuasan kerja (Marquis & Huston, 2012).
Fungsi pengarahan di Dinas kesehatan Kota Depok belum optimal disebabkan oleh : 1) kurangnya sosialisasi dan promosi kesehatan di Puskesmas, 2) pelaksanaan peningkatan pemberian ASI eksklusif hanya diberikan pada petugas gizi, sehingga tidak ada yang menindak lanjuti di masyarakat, 3) Perkesmas dengan sasaran kelompok maternal di masyarakat belum dilakukan, 4) petugas perkesmas belum optimal melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan kasus maternal, 5) adanya iklan masyarat tentang susu formula yang nemenarik, 6) adanya mitos-mitos menyusui yang masih dipercayai oleh masyarakat.
Merujuk pada uraian diatas disimpulkan fungsi pengarahan pada program Perkesmas peningkatan pemberian ASI eksklusif belum optomal, ditunjukkan dengan frekuensi supervisi yang kurang, RDK belum dilaksanakan, motivasi meningkatkan kegiatan program pemberian ASI belum efektif, kolaborasi lintas program dan lintas sektor belum efektif.
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
86
4.1.1.5 Pengawasan Pengawasan kegiatan Perkesmas di dinas kota Depok dilakukan oleh dinas kesehatan provinsi Jawa Barat. Pelaksanaan pengawasan diistilahkan dengan monev. Kegiatan monev dilakukan 1 kali dalam 1 tahun. Monev tidak selalu dilakukan oleh pemegang program Perkemas di tingkat provinsi yang melakukan monev. Monev berbarengan dengan program yang berada dalam seksi pelayanan dasar dan khusus. Situasi tersebut berdampak evaluasi kurang dan analisa temuan masalah di tingkat kabupaten Kota.
Pengawasan program perkesmas di Puskesmas Cimanggis dilaksanakan oleh penyelia Perkesmas Dinas Kesehatan Kota Depok. Dinas kesehatan Kota Depok telah merencanakan monev kegiatan Perkesmas 2 kali / tahun.
Hasil temuan masalah
selama monev adalah perawat pelaksana perkesmas merangkap program, multi job, perawat koordinator belum mengkoordinasikan program Perkesmas
pada program
yang lain. Belum ada format evaluasi yang terstruktur untuk program Perkesmas pada pembinaan kelompok dan masyarakat.
Pengawasan kegiatan pemberian ASI eksklusif di kelurahan Curug belum pernah dilakukan langsung oleh pemegang program dan pembina kelurhan, kader belum pernah dievaluasi kemampuannya melaksanakan tugasnya dalam upaya peningkata pemberian ASI eksklusif. Monev dari Puskesmas pada kader sebagai pelaksana di masyarakat belum optimal. Pengawasan dilakukan pada hal yang berhubungan dengan kuantitas kegiatan, belum pada kualitas pelayanan dan kegiatan. Kegiatan yang dinilai meliputi: pelaksanaan kegiatan posyandu, dan informasi kesehatan dari dinas kesehatan kota maupun dari Puskesmas.
Uraian situasi pengawasan program peningkatan pemberian ASI eksklusif di dinas Kota Depok, puskesmas Cimanggis dan kelurahan Curug dapat mengindikasikan masalah fungsi pengawasan adalah
belum optimalnya supervisi
pelaksanaan program
peningkatan pemberian ASI eksklusif.
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Belum optimalnya perencanan kegiatan kelompok ibu hamil dan menyusui
- Belum optimalnya Perencanaan tahunan peningkatan pemberian ASI eksklusif
Keterbatasan SDM untuk merencanakan perkesmas
- belum adanya struktur organisasi kelompok ibu hamil &menyusui memperoleh dukungan dlm memberikan ASI
Belum tersusun perencanaan tahunan cesara rinci di puskesmas dan kelurahan
- Belum adanya sistem reword yg optimal pada perawat perkesmas - Belum optimalnya komunikasi pelaksanaan program peningkatan pemberian ASIeksklusif
Perencanaan belum tersusun dengan rinci dan operasional Pelaksanaan kegiatan di dinas dan kelurahan belum optimal Dana BOK tidak terseprap optimal
Pengorganisasian Perkesmas blm optimal Belum diinternalisasi uraian tugas perawat perkesmas dan kader
Revisi kegiatan, dan pelakasanaan tidak optimal
RDK dan lokmin sebagai sarana komunikasi tidak terlaksana
Tidak terjadi perubahan asuhan keperawatan
format evaluasi yang terstruktur untuk prograam Perkesmas pada pembinaan kelompok dan masyarakat
Asuhann dg masalah maternal belum optimal dilakukan
Sistem reward pada perawat pelaksana dan kader d yang belum optimal
Tidak dilaksanakannya tugas dan kewajiban perawat Petugas perkesmas perkesmas dan Asuhan yang kader dg belum dilakukan optimal memperoleh belum optimal pelatihan
Belum adanya buku panduan asuhan kelompok dg sasaran aggregat maternal
pengarahan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan monev,
Buku panduan asuhan pada msl maternal belum ada
Pemberdayaan msy blm optimal Pengembang an SDM terbatas Blm adanya Kurangnya organisasi SDM di peduli ASI di Dinas dan Curug Puskesmas
peningkatan ASI blm optimal
Kegiatan tidak terarah
Keterbatasan anggaran kegiatan di dinas dan kelurahan
87 PERSONALIA
PENGORGANISASIA Peran N kader dalam
PERENCANAAN
Kinerja kurang, motivasi kurang, program tidak berjalan
Petugas Perkesmas belum terlatih
Beban kerja meningkat
Kader kelurahan belum dilatih
Pelaksanaan penilaian keberhasilan program belum optimal Pelaksanaan Asuhan keperawatan kelompok, klg dan individu msl maternl belum optimal
Kegiatan supervisi yang belum efektif ditingkat Puskesmas dan kader Sistem pencatatan asuhan, klg, kelompok, dengan masalah maternal belum dipahami dan belum sesuai Penilaian kinerja belum optimal dilakukan
Kegiatan asuhan klg, dan klp dg msl maternal belum terdokumentasikan Kinerja yang kurang pada perawat Perkesmas
PENGAWASAN
PENGARAHAN
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
88
4.1.2 Fish Bone Analisis masalah manajemen pelayanan peningkatan pemberian ASI eksklusif menggunakan diagram fish bone. Analisis dilakukan pada empat fungsi manajemen pelayanan
praktik
kesehatan
mengidentifikasi masalah
masyarakat.
Hasil
analisis
keempat
fungsi
manajemen yang ditegakkan dalam diagnosa masalah
majemen pelayanan keperawatan komunitas: (1) belum optimalnya perencanaan tahunan peningkatan pemberian ASI eksklusif; (2) belum adanya struktur organisasi kelompok ibu hamil dan menyusui memperoleh dukungan dalam memberikan ASI; (3) belum adanya sistem reword yang optimal pada program Perkesmas; (4) belum optimalnya komunikasi pelaksanaan program peningkatan pemberian ASI eksklusif. 4.1.3 Penapisan Masalah Penapisan masalah manajemen pelayanan Perkesmas menggunakan kriteria : (1) perhatian komunitas terhadap masalah; (2) motivasi komunitas untuk menyelesaikan masalah; (3) kemampuan perawat untuk mempengaruhi penyelesaian masalah; (4) kesiapan untuk menyelesaikan masalah; (5) hasil penyelesaian masalah sulit dicapai; (6) kecepatan penyelesaian masalah. Masing-masing kriteria diberikan score (1-10) selanjutnya kriteria di lakukan penilaian ranking (1-10), diteruskan dengan mengalikan antara score kriteria dengan score ranking, diakhiri dengan menjumlahkan hasil perkalian antara score kriteria dengan score rangking. Secara lemngkap penapisan masalah terlampir pada lampiran 1.
4.1.4 Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas Merujuk pada penapisan masalah, diagnosa manajemen pelayanan
keperawatan
komunitas berdasarkan prioritas adalah : (1) belum adanya wadah untuk ibu hamil &menyusui memperoleh dukungan dlm memberikan ASI; (2) belum optimalnya komunikasi pelaksanaan program peningkatan pemberian ASI eksklusif (3) belum optimalnya perencanaan operasional tahunan peningkatan pemberian ASI eksklusif; (4) ) belum adanya sistem reword yg optimal pada perawat Perkesmas.
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
89
4.1.5 Penyelesaian Masalah Pengelolaan pelayanan Komunitas Masalah I Belum adanya struktur organisasi kelompok
ibu hamil dan menyusui
untuk
memperoleh dukungan dalam memberikan ASI Tujuan Umum Setelah intervensi keperawatan selama 9 bulan diharapkan struktur organisasi wadah untuk ibu hamil dan menyusui memperoleh dukungan terbentuk dan melaksanakan kegiatan reguler. Tujuan khusus : Setelah tindakan keperawatan dilakukan di komunitas selama 9 bulan diharapkan : 1. Tersosialisasi pentingnya pengorganisasian KS-ASIEKs pada Team penggerak PKK dan kader kesehatan kelurahan Curug. 2. Terbentuknya struktur organisasi pengurus dan keanggotaan KS-ASIEKs di RW 08, 04 dan 10 kelurahan Curug 3. Tersedianya buku panduan fasilitator yang dapat digunakan oleh kader dalam memandu kegiatan KS-ASIEKs 4. Tersedianya buku kerja kelompok pendukung yang digunakan kader dalam pembinaan keluarga hamil dan menyusui untuk mendeteksi faktor risiko diskontinuitas pemberian ASI eksklusif. 5. Terselenggara pelatihan dan penyegaran kader kesehatan Kelurahan Curug dengan target jumlah kader yang dilatih minimal 70% yaitu minimal 7 orang dari 10 rata-rata kader yang ada di masing-masing RW 01 sampai 11 6. Terjadi peningkatan
kemampuan (pengetahuan, sikap dan perilaku) kader
tentang kelompok pendukung dan KS-ASIEKs, dan manajemen laktasi sebesar 2 standar deviasi 7. Tersusun dan dilaksanakan uraian tugas organisasi KS-ASIEKs 8. Terlaksana pertemuan rutin KS-ASIEKs minimal 8 kali dalam 1 tahun, kader hadir minimal 60% dalam tiap pertemuan. 9. Terbinanya keluarga dengan ibu hamil/menyusui oleh kader minimal 1(satu) keluarga tiap bulan. Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
90
Rencana tindakan Keperwatan 1. Sosialisasi pembentukan KS-ASIEKs pada pembina kesehatan, team penggerak PKK dan Kader kesehatan kelurahan Curug, pada minggu ke-1 bulan November 2013. 2. Pelatihan dan penyegaran kader kesehatan di kelurahan Curug tentang kelompok pendukung dan KS-ASIEKs, minggu ke-2 bulan November 2013 3. Penyusunan buku panduan dan buku kerja kader dalam deteksi faktor risiko diskontinuitas menyusui pada keluarga binaan. 4. Pembentukan KS-ASIEKs di RW 08, pada minggu ke-3 bulan November 2013 5. Penyusunan program kerja kader tahun 2014, bersama pengurus KS-ASIKs 6. Pertemuan rutin kelompok pendukung Asi eksklusif 7. Pertemuan rutin KS-ASIEKs 2 minggu sekali. Pembenaran : Pengorganisasian dalam manajemen merupakan pembentukan struktur sebagai pelaksana rencana program, menetapkan program layanan yang tepat, menentukan aktivitas yang akan dicapai masing-masing bagian, bekerja pada struktur organisasi, memahami, menggunakan kekuatan yang tepat (Marquis & Hurston, 2012). Fayol (1949 dalam marquis dan Huston, 2012) menyebutkan tujuan pengorganisasian adalah mendapatkan sumberdaya manusia, perlengkapan, sumber untuk menggerakkan, mengorganisasikan dan bekerja sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Hunt (2004) menjelaskan kelompok pendukung merupakan sekumpulan orang yang berencana, mengatur dan berespon secara langsung terhadap isu, tekanan maupun keaadaan yang merugikan. Cook dan Stacey (2003) dalam penelitiannya tentang dukungan pada multipara dan primipara setelah melahirkan menyatakan perempuan yang menyusui memerlukan dukungan baik dari petugas kesehatan maupun dari orang lain. Britton, McCormick, Renfrew,Wade dan King (2007) menyatakan semua bentuk dukungan pada ibu menyusui meningkatkan durasi menyusui. kelompok pendukung di masyarakat merupakan bentuk dukungan sosial yang ada di masyarakat pada ibu hamil dan menyusui. KS-ASIEKs adalah bentuk intervensi pada ibu menyusui yang bertujuan untuk mengembangkan jejaring sosial untuk mengatasi masalah selama menyusui. Levi dalam Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
91
Pender (2002) mengidentifikasi empat tujuan kelompok swabantu, yaitu sebagai kontrol perilaku, koping stress dan memberi dukungan, orientasi hidup, dan aktualisasi diri. Pelaksanaan kelompok swabantu ibu menyusui di Dadaab Refuge camp diperoleh hasil: dapat meningkatkan inisiasi menyusui dini dari 66,2% pada tahun 2007 menjadi 76,5% pada tahun 2008. Pemberian ASI eksklusif dari 4.1% menjadi 25.6% di tahun yang sama. Pengenalan makanan pada bayi pada usia 6 bulan dari 53,8% menjadi 68.9% .Pemberian ASI yang dilajutkan sampai 1 tahun dari 35% menjadi 54.4% (Lung’aho & Jemeines.,2010). Pelaksanaan : 1. Sosialisasi kegiatan kelompok
pendukung dan KS-ASIEKs pada pembina
kesehatan kelurahan Curug, Team penggerak PKK kelurahan Curug dan kader. Sosialisasi pada pembina kesehatan dilakukan saat pertemuan Posyandu, saat dilihat pencatatan pemberian ASI eksklusif belum benar dan cakupan ASI eksklusif masih kurang. Sosialisasi pada team penggerak PKK dilakukan saat pertemuan PKK kelurahan Curug untuk mendapatkan dukungan dan arahan struktur organisasi. Kegiatan ini dilakukan pada minggu pertama bulan November 2013. 2. Pelatihan dan penyegaran kader tentang kelompok pendukung dan KS-ASIKs se kelurahan Curug. Pelatihan dilakukan selama 2 hari. Pada tanggal 20-21 November 2013. Dalam pelatihan ini kader dikenalkan kegiatan kelompok pendukung dan KS-ASIEKs dengan film simulasi kegiatan kelompok pendukung dan kegiatan kelompok swabantu. 3. Penyusunan buku panduan dan buku kerja
kader pendukung dalam
memfasilitasi kegiatan KS-ASIEKs. Penyusunan buku panduan diselesaikan dalam 2 hari. Kemudian buku dikonsulkan pada pembimbing untuk mendapatkan masukan. Berdasarkan masukan pembimbing buku di revisi, selanjutnya digandakan dan dilatihkan bagaimana menjadi fasilitator dalam pertemuan kader, dan menggunakan buku kerja. 4. Penyusunan dan pembentukan struktur organisasi kelompok pendukung, di RW 08 dan di replikasi di RW 04 dan 10. Pertemuan ini mengundang elemen masyarakat : Kader, RT/RW, tokoh agama, anggota masyarakat untuk memberikan
dukungan
dan
menyepakati
organisasi
yang
dibentuk
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
92
diwilayahnya. Setelah disepakati kepengurusannya, disampaikan uraian tugas dari pengurus kelompok pendukung. Selanjutnya struktur organisasi diusulkan penetapannya dengan pembuatan Surat Keputusan Kepala Kelurahan Curug. Struktur organisasi disepakati: pengarah adalah Lurah kelurahan Curug, Pembina adalah pembina kesehatan kelurahan Curug, ketua, Sekretaris, bendahara dan 6 orang anggota.
5. Penyusunan Program kerja pengurus kelompok pendukung. Penyusunan program kerja dilakukan pada pertemuan perdana pengurus kelompok pendukung, sebelum dilakukan penyusunan program kerja, diberikan gambaran kegiatan dan contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh kelompok pendukung. Masing-masing pengurus diminta untuk mengusulkan 2 usulan kegiatan, kemudian usulan itu dipilih yang sesuai dan disepakati 12
tema kegiatan
selama tahun 2014. 6. Pertemuan rutin kelompok pendukung. Pertemuan dini diawali dengan menyusun perencanaan kegiatan di tahun 2014. Pertemuan penyusunan program kerja dihadiri oleh pengurus dan anggota. Pertemuan rutin dilanjutkan tiap 2 minggu sekali. Pertemuan kedua membahas IMD dan manfaat ASI eksklusif. Untuk mengenalkan IMD digunakan media layar proyektor untuk memutarkan Film IMD. Setelah melihat putaran film IMD selanjutnya dilakukan permainan menyusun langkah urutan IMD yang telah dibuat dalam bentuk kartu yang dipotong, disusun secara acak, selanjutnya kader diminta untuk mengurutkan rangkaian pelaksanaan IMD. Pertemuan ke-3 dilakukan oleh kader dengan membahas manajemen laktasi kader di berikan modul berisi manajemen laktasi dan permasalahan menyusui, pertemuan ke 4 dan ke 5 melanjutkan membahas isi buku modul manajemen laktasi. Pertemuan ke 6 membahas MP-ASI dengan peragaan langsung pada kader cara membuat bubur susu ASI, pertemuan ke 7 penggunaan buku kerja kelompok pendukung pertemuan ke 8 mendiskusikan dan mendemontrasikan pertolongan pertama balita sakit, dan pertemuan ke 9 mendemontrasikan perawatan komplementer meningkatkan produksi ASI (perawatan payudara dan pijat oksitosin).
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
93
7. Pendampingan kader dalam memfasilitasi kegiatan KS-ASIEKs. pendukung harus mampu memfasitasi kegiatan
Kelompok
KS-ASIEKs dalam hal
membangun dinamika kelompok, menemukan kebiasaan positif ibu menyusui yang dapat dicontoh oleh anggota KS-ASIEKs, menyimpulkan hasil diskusi. Sebelum menjadi fasilitator kader di berikan contoh secara langsung cara menjadi fasilitator oleh residen keperawatan komunitas pada KS-ASIEKs. 8. Pertemuan rutin KS-ASIEKs untuk memberikan dukungan, pemecahan masalah yang dihadapi oleh ibu menyusui. lima pertemuan di fasilitatori oleh residen keperawatan komunitas, selanjutnya pertemuan KS-ASIEKs di fasilitatori oleh kelompok pendukung, peneliti menjadi pendamping, dan memberikan pengarahan. Kegiatan pertemuan KS-ASIEKs dilakukan 2 minggu 1 kali. Di RW 08 pertemuan KS-ASIEKs dilakukan dari bulan November 2013 sampai Mei 2014. Awal pertemuan di RW 08 dilaksanakan 2 minggu, pada bulan Febuari dimulai pertemuan1 bulan sekali 1 kali , perubahan ini dilakukan atas permintaan anggota. Pelaksanaan KS-ASIEKs Di RW 04 dan 10 pertemuan dimulai bulan Febuari sampai Mei 2014 tiap 2minggu sekali. Evaluasi 1. Pembina kesehatan, team penggerak PKK dan kader menyetujui dan mendukung pemmbentukan kelompok swabantu ASI dengan struktur: pengarah, pembina, ketua, sekretaris, bendahara dan anggota. 2. Kegiatan pelatihan dan penyegaran kader selama 2 hari. Kader hadir pada pelatihan rata-rata 90% (hadir 50 orang kader dari 55 yang diundang). 3. Terjadi peningkatan pengetahuan kader sebesar 20, 10% tentang kelompok pendukung dan KS-ASIKs ( rerata nilai pre test adalah 68,25 dan rerata post test adalah 88,93). 4. Tersusun buku
panduan
kelompok pendukung dan buku kerja kelompok
pendukung. (lampiran 8 dan 9) 5. Tersusun struktur organisasi kelompok pendukung di RW 08,04 dan 10. Selanjutnya struktur organisasi ditetapkan dalam surat keputusan kepala kelurahan Curug untuk menguatkan organisasi .
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
94
6. Pertemuan rutin kelompok kader pendukung ASI eksklusif . 6.1 Hasil pre dan postest pengetahuan didapatkan
materi IMD dan ASI
eksklusif yang telah disampaikan terjadi perubahan nilai median. Penilaian pengetahuan tentang materi IMD dan ASI eksklusif didapatkan terjadi peningkatan skor pengetahuan kader dari nilai median 15,4 menjadi 17,8 dengan standar deviasi sebesar 1,4. Selisih atau beda nilai median pretest dengan postest sebesar 2,4, sehingga didapatkan peningkatan pengetahuan signifikan sebesar 2,4/20*100 = 12%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji wilcoxon (data berdistribusi tidak normal, Uji S-W 0,003 untuk pretest dan 0,000 untuk postest) didapatkan p-value 1-tailed sebesar 0,000 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan tentang materi IMD dan ASI eksklusif yang telah diberikan 6.2 Hasil pre dan postest pengetahuan didapatkan materi manajemen laktasi yang telah disampaikan terjadi perubahan nilai median. Penilaian pengetahuan tentang materi manajemen laktasi bahwa terjadi peningkatan skor pengetahuan kader dari nilai median 15,4 menjadi 18 dengan standar deviasi sebesar 1,6. Selisih atau beda nilai median pretest dengan postest sebesar 2,6, sehingga didapatkan peningkatan pengetahuan signifikan sebesar 2,6/20*100 = 13%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji Wilcoxon (data berdistribusi tidak normal, Uji S-W 0,042 untuk pretest dan 0,000 untuk postest) didapatkan p-value 1-tailed sebesar 0,000 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan tentang materi menajemen laktasi eksklusif yang telah diberikan 6.3 Hasil pre dan postest pengetahuan didapatkan
materi permasalahan
menyusui yang telah disampaikan terjadi perubahan nilai median. Penilaian pengetahuan tentang materi permasalahan menyusui
bahwa terjadi
peningkatan skor pengetahuan kader dari nilai median 16,2 menjadi 18 dengan standar deviasi sebesar 1,2. Selisih atau beda nilai median pretest dengan postest sebesar 1,8 sehingga didapatkan peningkatan pengetahuan signifikan sebesar 1,8/20*100 = 9%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji Wilcoxon (data berdistribusi tidak normal, Uji S-W 0,001 untuk pretest dan 0,05 untuk postest) didapatkan p-value 1-tailed sebesar 0,000 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan pengetahuan Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
95
yang signifikan tentang materi permasalahan menyusui
yang telah
diberikan. 6.4 Hasil pre dan postest pengetahuan didapatkan materi MPASI yang telah disampaikan terjadi perubahan nilai median. Penilaian pengetahuan tentang materi MPASI bahwa terjadi peningkatan skor pengetahuan kader dari nilai median 15 menjadi 18 dengan standar deviasi sebesar 1,65. Selisih atau beda nilai median pretest dengan postest sebesar 3, sehingga didapatkan peningkatan pengetahuan signifikan sebesar 3//20*100 = 15%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji Wilcoxon (data berdistribusi tidak normal, Uji S-W 0,01 untuk pretest dan 0,000 untuk postest) didapatkan p-value 1-tailed sebesar 0,000 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan tentang materi MPASI yang telah diberikan 6.5 Hasil pre dan postest pengetahuan didapatkan materi pertolongan pertama balita sakit yang telah disampaikan terjadi perubahan nilai-rata-rata. Penilaian pengetahuan tentang materi pertolongan pertama balita sakit bahwa terjadi peningkatan skor pengetahuan kader dari nilai rata-rata 14,1 menjadi 17,5 dengan standar deviasi sebesar 1,32. Selisih atau beda nilai rata-rata pretest dengan postest sebesar 3,4 sehingga didapatkan peningkatan pengetahuan signifikan sebesar 3,4//20*100 = 17%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji paired t test (data berdistribusi normal, Uji SW 0,050 untuk pretest dan 0,023 untuk postest) didapatkan p-value 1-tailed sebesar 0,000 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan tentang materi pertolongan pertama balita sakit yang telah diberikan 6.6 Ketrampilan perawatan payudara 27 kader yang mengikuti kegiatan diperoleh nilai rata-rata 18.4 6.7 Ketrampilan penggunaan buku kerja dari 22 kader yang mengikuti kegiatan diperoleh nilai rata-rata 11 7. Peran serta dan keaktifan kader dalam kegiatan mahasiswa rata-rata hadir 7 kali pertemuan dari 10 pertemuan yang diselenggarakan. Terdapat 11% kader yang kurang aktif.
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
96
8. Kemampuan kader dalam memfasilitasi kegiatan KS-ASIEKS dari 11 yang dievaluasi 82% kader mampu memfasilitasi kegiatan KS-ASIEKs hanya 18% kader yang belum mampu memfasilitasi kegiatan KS-ASIEKs dengan baik
Rencana Tindak Lanjut : Kegiatan kelompok pendukung ASI eksklusif perlu ditindak lanjuti oleh : 1. Puskesmas Melakukan pengarahan dan supervisi secara rutin terjadual oleh perawat perkesmas. Melakukan bimbingan dan kemitraan dengan kader dalam pemantaun deteksi faktor risiko diskontinuitas pemberian ASI eksklusif 2. Kelurahan Curug Kerja sama dengan team penggerak PKK khususnya pokja 4 untuk menindak lanjuti pencatatan pemberian ASI eksklusif di kelurahan curug, sehingga setiap RW membina keluarga ibu menyusui 0-6 bulan. 3. Kader kesehatan Melakukan pertemuan rutin kelompok pendukung, mengajak kader yang belum aktif, menyebarluaskan pada kader di RW lain untuk melakukan deteksi risiko diskontinuitas pemberian ASIeksklusif. Melakukan kunjungan rumah dan pembinaan keluarga menyusui 0-6 bulan 1 keluarga tiap bulan.
Masalah II Belum optimalnya komunikasi pelaksanaan program peningkatan pemberian ASI eksklusif. Tujuan Umum Intervensi keperawatan komunitas yang dilakukan selama 9 bulan diharapkan terdapat kerjasama lintas program dan lintas sektor dengan meningkatnya komunikasi lintas program dan lintas sektor dalam upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif di kelurahan Curug
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
97
Tujuan Khusus Intervensi keparawatan komunitas selama 9 bulan diharapkan : 1. Terlaksananya Asuhan keperawatan komunitas pada masalah maternal ibu menyusui, dan dilakukan pembinaan dari team dinas dan puskesmas Cimanggis. Pembinaan dilakukan dalam bentuk kehadiran dalam lokakarya mini di kelurahan Curug minimal 50%. 2. Terbinanya kerja sama dengan dinkes kota Depok, Puskesmas dalam pengadaan media informasi meningkatkan pemberian Asi eksklusif, leaflet , manikin, dan pelatihan pada kader tentang manajemen laktasi. 3. Terbinanya komunikasi dengan team penggerak PKK khususnya pokja IV dalam pemantauan pemberian ASI eksklusif. Pencatatan dan pelaporan pemberian ASI eksklusif di kelurahan Curug lebih baik. 4. Terbinanya pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada masalah maternal ibu menyusui di Puskesmas Cimanggis, dilaksanakannya RDK oleh peneliti pada koordinator perkesmas di Puskesmas dan perawat pelaksana perkesmas di Puskesmas Cimanggis. Rencana tindakan : 1. Diberikan asuhan keperawatan komunitas kelompok ibu hamil dan menyusui, dengan melibatkan KS-ASIEKs di RW 04, 08 dan 10 kelurahan Curug. Pembinaan asuhan keperawatan komunitas kelompok ibu hamil dan menyusui oleh dinas kesehatan dalam lokakarya mini sebanyak 4 kali 2. Penyelenggaraan lokakarya mini sebagai sarana komunikas, dan koordinasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas kelompok ibu hamil dan menyusui dikelurahan Curug 3. Jalin komunikasi dengan team penggerak PKK pokja 4, untuk menindak lanjuti pencatatan dan pelaporan kegiatan KS-ASIEKs 4. Pelaksanaan RDK sebagai sarana komunikasi dan koordinasi antara peneliti dan perawat koordinator Perkesmas serta perawat pelaksana perkesmas di puskesmas Cimanggis.
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
98
5. Koordinasi dengan dinas kesehatan kota Depok dan Puskesmas dalam pengadaan media: manikin payudara, boneka dan alat pemberian ASI perah, leaflet, lembar balik. Pembenaran Marquis dan Huston (2012) menjelaskan komunikasi dalam manajemen harus sistematis, kontinyu dan terintegrasi dalam struktur organisasi. Terjalinnya komunikasi mendorong pertukaran pandangan dan gagasan. Komunikasi harus dijalin dalam hubungan kemitraan. Kemitraan lintas program dan lintas sektor diperlukan dalam asuhan keperawatan kelompok ibu hamil dan menyusui sebagai bentuk kolaborasi menyelesaikan masalah. Lezin dan Young (2000) menjelaskan mekanisme kolaborasi perawat kominitas dengan masyarakat adalah hubungan kemitraan yang memiliki dua manfaat yaitu partisipasi aktif dan keberhasilan program kesehatan. Pelaksanaan 1. Terlaksananya asuhan keperawatan komuniatas pada kelompok ibu hamil dan menyusi
dilakukan sejak bulan Oktober 2013 sampai Mei 2014. Asuhan
dilakukan di RW 04, 08 dan 10. 2. Terselenggaranya lokakarya mini
sebagai sarana komunikasi kegiatan pada
masyarakat, Puskesmas dan Dinas kesehatan kota Depok. Lokakarya mini dilaksanakan sebanyak 4 kali. Lokmin 1 dilakukan pada Kamis, 24 oktober 2013; Lokmin 2 dilakukan pada 23 Januari, 2014, Lokmin 3 dilakukan pada 21 Maret 2014 dan lokmin 4 dilaksanakan pada 21 mei 2014. Lokmin merupakan sarana komunikasi perkembangan program peningkatan pemebrian ASI di kelurahan Curug dan koordinasi lintas program dan lintas sektor. 3. Terlaksananya komunikasi dengan PKK kelurahan Curug khususnya pokja 4 untuk menindak lanjuti pencatatan dan pelaporan kegiatan KS-ASIEKs dan cakupan pemberian ASI eksklusif di kelurahan Curug. Menjelaskan tehnik rekapitulasi pencatatan cakupan ASI eksklusif di kelurahan Curug. Komunikasi dilakukan pada saat rapat koordinasi team penggerak PKK kelurahan Curug, dilakukan pada 26 Maret 2014. 4. Terlaksananya kegiatan RDK di Puskesmas Cimanggis sebagai sarana komunikasi dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok ibu hamil dan Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
99
menyusi di Puskesmas Cimanggis. RDK dihadiri oleh perawat koordinator perkesmas dan 2 orang perawat pelaksana perkesmas.kegiatan dilakukan di Puskesmas Cimanggis pada 23 Mei 2014. 5. Terlaksananya koordinasi dengan dinas kesehatan kota Depok, Puskesmas Cimanggis . Dinas kota Depok memberikan media- media: manikin payudara, boneka dan alat pemberian ASI perah, dan leaflet pada Puskesmas. Selanjutnya Puskesmas Cimanggis menyalurkannya pada kelurahan di wilayahnya. Kelurahan Curug mendapat 3 paket media penyuluhan ASI dan diberikan di RW binaan penulis di RW 04,08 dan 10. Evaluasi 1. Keterlibatan kelompok ibu hamil dan menyusui di RW 4,08 dan 10 cukup optimal, hal ini ditunjukkan dengan kehadiran mereka dalam setiap pertemuan KS-ASIEKs selama 8 bulan. Di RW 04 yang masih kurang optimal kehadiran ibu hamil dan menyusui. 2. Keterlibatan Dinas kesehatan Kota Depok dan Puskesmas pada kegiatan lokakarya mini kesehatan dalam sarana komunikasi dan koordinasi kegiatan lintas sektor dan lintas program sangat tinggi. Ditunjukkan dengan kehadiran dalam setiap pertemuan Lokmin, namun perawat penyelia perkesmas Dinas kesehatan, perawat koordinator perkesmas Cimanggis belum optimal terlibat dalam kegiatan. 3. Pokja 4 PKK kelurahan Curug memahami sistem pencatatan dan pelaporan pemberian ASI, serta rekapitulasi cakupan ASI eksklusif di kelurahan Curug. 4. Perawat koordinator memahami tehnik RDK dan terjadi diseminasi asuhan keperawatan komunitas kelompok ibu hamil dan menyusui di puskesmas Cimanggis. 2 orang perawat pelaksana tidak hadir karena sedang cuti. 5. Terbaginya media penyuluhan pada kader RW 04, 08 dan 10. Rencana Tindak Lanjut 1. Dinas Kesehatan Kota Depok Melakukan komunikasi dengan bentuk koordinasi dan pembinaan pelaksanaan RDK di puskesmas Cimanggis.
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
100
2. Puskesmas Cimanggis Melakukan kegiatan RDK lebih rutin dengan pembinaan dinas kesehatan kota Depok. 3. PKK kelurahan Curug Melakukan pencatatan dengan benar rekapitulasi pemberian ASI eksklusif di kelurahan Curug tiap bulan.
4.2 Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas 4.2.1 Pengumpulan Data Jenis data yang disajikan adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Selaanjutnya kegiatan asuhan
keperawatan komunitas sebagai bentuk penelitian eksperimen
semu (quasi experiment). Intervensi KS-ASIEKs sebagai perlakukan pada asuhan keperawatan komunitas kelompok ibu hamil dan menyusui. Penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada kelompok subyek dengan atau tanpa kelompok pembanding, namun tidak dilakukan randomisasi untuk memasukkan subyek ke dalam kelompok (Dharma, 2011). Pengkajian awal sebagai data pre test kegiatan penulis di kelurahan Curug. Kriteria sampel pengambilan data pengkajian adalah ibu hamil usia antara 4 – 9 bulan, ibu menyusui bayi usia 0-1 tahun, tinggal diwilayah kelurahan Curug. Data diambil dengan membagikan kuesioner pada 95 responden, 40 ibu hamil dan 45 ibu menyusui. Data kualitatif. Diambil dengan tehnik Focus Group Discuss(FGD), dilakukan 2 kali, pertama dengan sasaran partisipan ibu hamil dan menyusui, ke-2 dengan partisipan kader dan ibu yang sudah memiliki cucu. Pengkajian tambahan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di kelurahan Curug dilakukan dengan studi literatur dan survey. Sumber data yang dianalisis pada identifikasi masalah adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan, yang dikumpulkan langsung dari pihak terkait pemberian ASI eksklusif di masyarakat. Untuk memperoleh data primer, disusun kuesioner yang didasarkan pada model community as partner yang melakukan penggalian data inti komunitas dan data delapan subsitem yang mempengaruhi.
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
101
Selanjutnya kuesioner dibagi pada sampel dengan metode cluster sampling di masing-masing RW. 4.2.2
Analisis situasi
Berdasarkan pada hasil kuesioner yang dibagikan pada 95 orang ibu hamil dan menyusui. Jumlah ibu hamil: 20% tersebar di RW 08, 30% di RW 04 dan lainnya tersebar di 9 RW. Jumlah ibu menyusui 32% di RW 08, 15 % di RW 04 dan 10% di RW 10, sisanya tersebar di 8 RW lainnya. Pekerjaan ibu 58% ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga 70% kurang dari UMR kota Depok. Josefa dan Margawati (2010) menjelaskan faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Semarang adalah status pekerjaan ibu. Pendidikan ibu 48% SMA dan 36% SMP. Hikmawati, Sakundarno,dan Purwanti (2008) menyimpulkan ibu berpendidikan rendah dan alasan karena ibu bekerja, sehingga mereka memilih tidak memberikan ASI eksklusif. Perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif terdiri dari 3 domain yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku. Data diperoleh sebagai berikut pengetahuan secara umum 24 % kurang baik. Pada manfaat ASI dan keunggulan ASI sebesar 15%, persiapan dan tehnik menyusui 59%, ibu mengalami masalah selama menyusui 42%, pengetahuan ibu tentang gizi ibu hamil dan menyusui kurang sebesar 23%, Sikap ibu hamil dan menyusui tentang gizi dan manajemen laktasi dengan kategori kurang sebesar 31%, dan perilaku ibu hamil dan menyusui tentang gizi dan manajemen laktasi dengan kategori kurang sebesar 44%. Peran keluarga dalam memberikan dukungan untuk memberikan ASI eksklusif sebesar 22%. Baetul dan Hamzens (2012) menyimpulkan penelitiannya faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku ibu memberikan ASI eksklusif adalah dukungan keluarga setelah dikontrol oleh variabel sikap dan penolong persalinan. Malonda, Bolang dan Kapantow (2012) menyimpulkan sikap berhubungan signifikan
dengan
pemberian ASI eksklusif pada ibu di wilayah kerja Puskesmas Tompaso. Hasil FGD pada ibu hamil dan ibu menyusui dikelurahan Curug di dapatkan tema : tidak dipahami IMD, ASI tidak cukup, disarankan orang tua dan puting susu lecet. FGD dilakukan untuk menggali : penyebab memberikan susu formula atau pemberian makan dini pada bayi, siapa orang yang menganjurkan pemberian susu Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
102
formula dan makan dini, serta masalah yang terjadi selama menyusui. Hikmawati (2008) menyimpulkan faktor risiko kegagalan pemberian ASI eksternal adalah pengenalan awal susu formula oleh keluarga maupun petugas kesehatan. Masalah keperawatan komunitas di atas dianalisis dengan menggunakan web of caution sebagai berikut:
Pemahaman yang kurang tentang manajemen laktasi dan pemberian makan pada bayi
Sikap dan perilaku ibu hamil dan menyusui yang kurang baik
Ketidak efektifan menyusui
Kurangnya sistem pendukung dalam pemantuan pemberian ASI eksklusif oleh keluarga dan masyarakat
Kurangnya dukungan sosial pada ibu menyusui
Koping terhadap masalah selama memberikan ASI tidak efektif
Kemampuan menghadapi stressor eksternal tidak adekuat
masyarakat
Kurangnya sistem pendukung pencegahan discontinuitas menyusui
Terputusnya pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui
Skema 4.2 Web of Caution asuhan keperawatan komunitas pada aggregat ibu menyusui
4.2.3 Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas Permasalahan pada asuhan keperawatan kelompok ibu hamil dan menyusui di kelurahan Curug diselesaikan dengan pendekatan asuhan keperawatan. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan berdasarkan pengkajian adalah (1) risiko terputusnya penyusuan ibu menyusui di kelurahan Curug; (2) ketidak efektifan menyusui pada ibu Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
103
menyusui di kelurahan Curug; (3) kurangnya dukungan sosial pada ibu menyusui di kelurahan Curug; (4) koping terhadap masalah menyusui tidak efektif masyarakat kelurahan Curug. Penapisan masalah terlampir di lampiran 2. 4.2.4 Penyelesaian Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan komunitas Masalah 1 Risiko terputusnya
penyusuan
ibu menyusui di kelurahan
Curug kecamatan
Cimanggis Kota Depok. Tujuan Umum Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 9 bulan diharapkan terjadi peningkatan pemberian ASI Eksklusif Tujuan khusus setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 9 bulan diharapkan : 1. Terjadi peningkatan pengetahuan ibu setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKs sebesar 2SD 2. Terjadi peningkatan sikap ibu setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKs sebesar 2SD 3. Terjadi peningkatan
perilaku ibu setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKs
sebesar 2SD 4. Terjadi peningkatan rerata cakupan ASI eksklusif di RW 08,04 dan 10 sebesar 20%. 5. Terjadi peningkatan rerata kepercayaan diri ibu dalm memberikan ASI sebesar 2 SD Rencana Tindakan keperawatan: 1. Pembentukan KS-ASIEKs di RW 08,04 dan 10 2. Mengkoordinasikan tempat pelaksanaan kegiatan KS-ASIEKs 3. Pelaksanaan kegiatan reguler KS-ASIEKs di RW 08,04 dan 10 tiap 2 minggu sekali 4. Penetapan alur rujukan masalah menyusui di kelurahan Curug Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
104
Pembenaran Proses kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang dilakukan bersamaan dengan masyarakat melalui pembentukan peer atau sosial support berdasar kondisi dan kebutuhan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchock, Schuber & Thomas, 1999). Kelompok swabantu adalah kelompok masyarakat yang suportif, berhubungan satu sama lain dalam jaringan sosial, memuaskan orang lain yang membutuhkan, dan tempat belajar bagaimana menghadapi pengalaman baru (Silverman, 1980 dalam Hunt, 2004). Antze (1976 dalam Belliveau & Wagone, 1999) menjelaskan kelompok swabantu dapat mendorong terjadinya adopsi pengetahuan. Adapun adaptasi terjadi dengan cara: 1) hubungan yang lama antara anggota , 2) penyampaian pengalaman, mendengarkan dan penggunaan pengetahuan, 3) mendorong anggota untuk membujuk anggota yang lain untuk memahami pengetahuan, 4) pemberian penghargaan akan meningkatkan keinginan anggota lain, 5) anggota yang memiliki masalah mendapatkan support dari anggota lain. Pelaksanaan 1. Melakukan pembentukan kelompok swabantu ASI eksklusif (KS-ASIEKs) di RW 08, RW 04 dan 10. Karakteristik anggota KS-ASIEKs RW 08 adalah 70% ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan dan 30% ibu hamil 4-9 bulan; di RW 04 60% ibu hamil primi 4-9 bulan, di RW 10 50% ibu menyusui bayi usia 4-6 bulan. 2. Melakukan koordinasi tempat pelaksanaan kegiatan rutin KS-ASIEKs. Di sepakati dengan kader dan tokoh masyarakat tempat pelaksaan pertemuan dan kegiatan KS-ASIEKs di RW 08 dilakukan di gedung Posyandu RW 08, di RW 04 dan 10 dilaksanakan di rumah seorang anggota KP-ASIEKs. 3. Melakukan pertemuan kegiatan reguler KS-ASIEKs dan pemantauan catatan menyusuiku di RW 08, RW 04 dan 10. 3.1 Pelaksanaan di RW 08 Pertemuan rutin KS-ASIEKs di RW 08 dilaksanakan tiap 2minggu sekali pada bulan November sampai Januari. Pertemuan KS-ASIEKs bulan Febuari – Mei dilaksanakan sebulan sekali . Pertemuan KS-ASIEKs yang pertama Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
105
sampai ke empat di fasilitatori oleh penulis fasilitatori oleh kader pendukung .
pertemuan selanjutnya di
Tema diskusi setiap pertemuan di
kelompok ini adalah : IMD dan ASI eksklusif, bagaimana ASI diproduksi, memberikan ASI dengan nyaman, puting susuku lecet, ASIku cukup tidak ya, gizi ibu menyusui, ibu sakit boleh tidak menyusui?, apa yang aku lakukan saat bayiku sakit?. Tema ini dipilih oleh ibu anggota KS-ASIEKs di RW 08 karena karakteristik anggota adalah ibu menyusui bayi usia 0-1 bulan lebih banyak. Tiga orang kader pendukung KS-ASIEKs aktif dan telah mendapatkan pelatihan manajemen laktasi dan KPASI di Puskesmas, sehingga lebih menguasai materi manajemen laktasi dan siap menjadi fasilitator KS-ASIEKs 3.2 Pelaksanaan di RW 04 Pertemuan rutin KS-ASIEKs di RW 04 dilaksanakan 2 minggu sekali. Pertemuan pertama dilaksanakan bulan Febuari 2014. Pertemuan KSASIEKs pertama sampai ke 5 di fasilitatori oleh penulis. Pertemuan ke 6-8 KS-ASIEKs di fasilitatori oleh kader pendukung. Tema diskusi setiap pertemuan kelompok: persiapan menyusui saat hamil, bagaimana persalinan itu?, IMD dan ASI eksklusif, bagaimana ASI diproduksi?, gizi ibu hamil dan menyusui, perawatan bayi baru lahir, tehnik perlekatan dan posisi menyusui, ibu sakit boleh tidak menyusui ? . Tema tersebut dipilih oleh ibu anggota kelompok karena karakteristik anggota sebagian besar ibu hamil usia 4-9 bulan, dan hamil yang pertama. 3.3 Pelaksanaan di RW 10 Pertemuan rutin KS-ASIEKs di RW 10 dilaksanakan 2 minggu sekali. Pertemuan pertama sampai ke 5 KS-ASIEKs di RW 10 di fasilitatori oleh mahasiswa . pertemuan ke lima sampai delapan difasilitatori oleh kader pendukung. Tema diskusi setiap pertemuan adalah IMD dan ASI eksklusif, gizi ibu menyusui, ibu sakit boleh tidak menyusui?, pertolongan pertama bayi sakit, MP-ASI, KB dan menyusui, masalah menyusui, ibu bekerja dan menyusui 4. Menetapkan alur rujukan masalah pemberian ASI di kelurahan Curug, dan mensosialisasikannya dalam pertemuan KS-ASIEKs.
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
106
Evaluasi 1. Pelaksanaan pertemuan KS-ASIEKs secara reguler di RW 08, 04 dan 10 dengan jumlah anggota 46 anggota terdiri dari 16 ibu hamil dan 30 ibu menyusui. 2. Setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKs terjadi peningkatan rerata : 2.1 Hasil postest, pengetahuan ibu setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKs terjadi perubahan nilai median. Penilaian pengetahuan terlihat pada peningkatan skor median 20,7 menjadi 26,9 dengan standar deviasi sebesar 1,9. Selisih atau beda nilai median pretest dengan postest sebesar 6,2 sehingga didapatkan peningkatan pengetahuan signifikan sebesar 6//30*100 = 20,7%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji wilcoxon (data berdistribusi tidak normal, Uji S-W 0,027 untuk pretest dan 0,000 untuk postest) didapatkan p-value 1-tailed sebesar 0,000 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan sebelum mengikuti dengan setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKs 2.2 Hasil postest, sikap ibu setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKs terjadi perubahan nilai median. Penilaian sikap terlihat pada peningkatan skor median 27,9 menjadi 47.7 dengan standar deviasi sebesar 3,99. Selisih atau beda nilai median pretest dengan postest sebesar 19,8 sehingga didapatkan peningkatan sikap signifikan sebesar 19,8//60*100 = 33%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji wilcoxon (data berdistribusi tidak normal, Uji S-W 0,131 untuk pretest dan 0,000 untuk postest) didapatkan p-value 1-tailed sebesar 0,000 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan sikap yang signifikan sebelum mengikuti dengan setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKs 2.3 Hasil postest, perilaku ibu setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKs terjadi perubahan nilai median. Penilaian perilaku terlihat pada peningkatan skor median 33,6 menjadi 48.6 dengan standar deviasi sebesar 2,39. Selisih atau beda nilai median pretest dengan postest sebesar 15 sehingga didapatkan peningkatan pengetahuan signifikan sebesar 15//60*100 = 25%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji wilcoxon (data berdistribusi tidak normal, Uji S-W 0,001 untuk pretest dan 0,000 untuk postest) didapatkan p-value 1-tailed sebesar 0,000 dengan nilai α =0,05. Artinya
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
107
terjadi peningkatan perilaku yang signifikan sebelum mengikuti dengan setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKs 3. Pemantauan pemberian ASI eksklusif dilakukan pada 30 bayi, dengan catatan menyusuiku diperoleh hasil : 10% bayi lulus ASI eksklusif pada bulan Desember 2013, 16% bulan Januari 2014, 20% pada bulan Febuari 2014, 5% bulan Maret, 20% bulan April dan 16,6 % bulan Mei. Terdapat 6,6% bayi tidak lulus ASI eksklusif. Bayi
tidak lulus pemberian ASI eksklusif karena ibu
merasa ASInya kurang saat bayi rewel oleh ibu dan suaminya disarankan untuk memberikan susu formula dan MP-ASI. 4. Hasil postest, kepercayaan diri ibu setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKs terjadi perubahan nilai median. Penilaian kepercayaan diri ibu terlihat pada peningkatan skor median 34,5 menjadi 51,2 dengan standar deviasi sebesar 2,9. Selisih atau beda nilai median pretest dengan postest sebesar 16,7 sehingga didapatkan peningkatan pengetahuan signifikan sebesar 16,7//60*100 = 27,8%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji wilcoxon (data berdistribusi tidak
normal, Uji S-W 0,000 untuk pretest dan 0,000 untuk
postest) didapatkan p-value 1-tailed sebesar 0,000 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan kepercayaan diri ibu yang signifikan sebelum mengikuti dengan setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKs 5. Hasil setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKS dengan aktif 82% ibu anggota KS-ASIEKs memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan 18% (8 ) ibu tidak memberikan ASI eksklusif. Hasil analisis hubungan lebih lanjut terhadap hubungan keaktifan mengikuti KS-ASIEKs terhadap pemberian ASI eksklusif diperoleh ( p=0,00) dengan nilai OR 23,2 pada 95% CI (8,4;64,2) sehingga disimpulkan
bahwa ibu yang aktif mengikuti kegiatan KS-ASIEKs akan
berpeluang 23,2 kali memberikan ASI eksklusif, dibandingkan ibu yang tidak aktif. 6. Pertemuan rutin KS-ASIEKs, setiap pertemuan evaluasi secara kualitatif. Selanjutnyahasil evaluasi
dilakukan analisis tema. Hasil analisis diperoleh
tema: 6.1 Senang mengikuti kegiatan dan mendapat pengetahuan, pernyataan partisipan sepert: “ saya senang mengikuti kegiatan KS-ASIEK, dapat pengetahuan tentang menyusui yang saya butuhkan (P3).” Seperti yang Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
108
dikatakan oleh ibu primi gravida berikut :” saya mendapatkan pengetahuan tiap 2minggu yang ingin saya ketahui untuk bayi saya nanti (P31)” 6.2 Ada tempat untuk bertanya, seperti pernyataan ibu : “ di KS-ASIEKs ini saya mendapatkan tempat bertanya apa yang tidak saya ketahui sebelumnya (P24).” 6.3 Mendapat kegiatan, seperti yang dikatakan ibu” disini saya mengisi waktu bersama ibu – ibu menyusui, saya mendapatkan kegiatan rutin tiap 2 minggu (P10).” 7. Alur rujukan masalah menyusui di kelurahan Curug : permasalahan menyusui pada ibu menyusui di tingkat RW diatasi oleh kader pendukung ASI eksklusif, jika tidak terpecahkan dilakukan rujukan pada konselor laktasi di Puskesmas Cimanggis.
Rencana Tindak Lanjut Untuk Kader Kesehatan Curug 1. Lanjutkan pertemuan reguler KS-ASIEKs 2. Lakukan perekrutan anggota baru untuk menggatikan anggota yang telah lulus ASI eksklusif. Untuk perawat Perkesmas Puskesmas Cimanggis 1. Melakukan pembinaan KS-ASIEKs yang sudah dibentuk dan berjalan reguler 2. Melakukan replikasi kegiatan di wilayah kerja Puskesmas Cimanggis untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif di Cimanggis Untuk Dinas Kesehatan Kota Depok 1. Mengembangkan dan
memperluas pelaksanaan kegiatan KS-ASIEKs untuk
meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Kota Depok Masalah II Ketidak efektifan
menyusui pada kelompok ibu menyusui di kelurahan Curug
kecamatan Cimanggis Kota Depok Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
109
Tujuan Umum Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 9 bulan ibu dan bayi mendapatkan ASI dengan perlekatan yang baik. Tujuan Khusus Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 9 bulan diharapkan : 1. Terjadi peningkatan pengetahuan kelompok ibu hamil dan menyusui tentang ASI eksklusif dan manajemen laktasi sebesar 2SD 2. Terjadi perlekatan dengan benar oleh bayi dengan ibu saat menyusu pada kelompok ibu hamil dan menyusui 3. Terjadi kenaikan BB bayi sesuai kenaikan berat badan minimal (KBM) 4. Terjadi peningkatan status kesehatan bayi di kelurahan Curug Rencana Tindakan 1. Lakukan intervensi pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif pada kegiatan rutin Posyandu dan KS 2. Lakukan intervensi proses kelompok (KS-ASIEKs) tentang tehnik perlekatan yang benar 3. Lakukan intervensi konseling laktasi pada pertemuan rutin Posyandu 4. Lakukan intervensi kemitraan dengan keluarga dalam pemberian dukungan ASI eksklusif pada bayi 5. Fasilitasi kader melakukan pemantaun risiko terputusnya pemberian ASI eksklusif 6. Lakukan pemantauan kenaikan BB , masalah kesehatan bayi tiap bulan Pembenaran Pendidikan kesehatan merupakan upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat supaya masyarakat mau melakukan tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan (Achyar, 2009). Perubahan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan harus didasari pengetahuan dan kesadaran melalui proses belajar. Proses belajar yang dilakukan di masyarakat dengan adanya pendidikan kesehatan pada kelompok dan masyarakat. Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
110
Proses belajar juga terjadi dalam kegiatan kelompok swabantu. Kelompok swabantu menciptakan interaksi sosial, ketika masing-masing peserta berinteraksi, menjadi bagian dari yang lain, saling belajar dari pengalaman anggota lain. kelompok lebih memberikan kesempatan untuk belajar dari variasi yang ada dalam anggota, prinsip mendasar dalam pemecahan masalah dapat dipelajari dari pengalaman kelompok, sehingga anggota mendapatkan pengalaman lebih mendalam dalam proses kelompok (Maglaya et al, 2009). Pelaksanaan 1. Pemberian pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif pada kegiatan rutin posyandu, dilakukan oleh residen keperawatan komunitas 2. Memberikan layanan konseling laktasi pada kegiatan rutin Posyandu balita di RW 08, 04 dan 10. 3. Memfasilitasi kegiatan KS-ASIEKs dengan tema pilihan anggota “bagaimana menyusui tidak mengalami lecet puting susunya?” 4. Menjalin kemitraan dengan keluarga (suami) untuk memberikan dukungan pemberian ASI eksklusif 5. Terlibat aktif dalam pelaksaan kegiatan Posyandu di masing-masing RW binaan guna memantau peningkatan berat badan bayi dan masalah kesehatan yang dialami bayi . Pelaksanaan posyandu di RW 08 tiap tanggal 17, di RW 04 tiap tanggal 11 dan di RW 10 pada tanggal 5 tiap bulannya. Evaluasi 1. Pelaksanaan pendidikan kesehatan pada pelayanan posyandu diberikan pada ibu menyusui 1 kali pertemuan di posyandu RW 08, RW 04, dan RW 10. Jumlah ibu yang mengikuti 75 orang. Hasil pendidikan kesehatan: postest pengetahuan ibu setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan terjadi perubahan nilai median. Penilaian pengetahuan ibu terlihat pada peningkatan skor median 15,7 menjadi 18,5 dengan standar deviasi sebesar 0,7. Selisih atau beda nilai median pretest
dengan
postest
sebesar 2,8
sehingga didapatkan peningkatan
pengetahuan signifikan sebesar 2,8//20*100 = 14,2%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji wilcoxon (data berdistribusi
tidak normal, Uji
S-W 0,000 untuk pretest dan 0,000 untuk postest) didapatkan p-value 1-tailed Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
111
sebesar 0,000 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan pengetahuan ibu yang signifikan pengetahuan ibu sebelum mengikuti dengan setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 2. Pelaksanaan pendidikan kesehatan pada KS-ASIEKs di RW 08, 04 dan 10 membahas tentang tehnik perlekatan ibu – bayi saat menyusui untuk mencegah puting susu lecet. Hasil observas tehnik menyusui dan perlekatan kelompok ibu hamil dan menyusui adalah 18% ibu belum dapat melakukan perlekatan dan tehnik menyusui dengan baik. Ibu yang belum dapat melakukan perlekatan dengan benar karena ibu tersebut ibu primipara, masih kurang berpengalaman, selanjutnya dilakukan kunjungan keluarga oleh kader kesehatan pad ibu yang belum dapat melakukan perlekatan dengan benar. 3. Pelaksanaan konseling laktasi di Posyandu RW 08, 04 dan 10 dengan konseli 2 orang tiap pelayanan. Konseling dilaksanakan pada ibu yang mengalami masalah menyusui, ibu melakukan konseling, karena ia tidak bergabung sebagai anggota KS-ASIEKs. 4. Pelaksanaan kemitraan dengan keluarga dalam memberikan dukungan pemberian ASI eksklusif dilakukan pada 10 keluarga binaan. 5 (lima) keluarga di RW 08, 4 (empat) keluarga di RW 04 dan 1(satu) keluarga di RW 10. Hasil dukungan keluarga pada ibu 5.
Hasil penimbangan BB bayi : BBL dibandingkan BB bulan Mei
setelah
diberi ASI terjadi perubahan nilai median. Penilaian kenaikan BB bayi terlihat pada peningkatan skor
median 2973 menjadi 7383 dengan standar deviasi
sebesar 311. Selisih atau beda nilai kenaikan median BBL dengan BB bulan Mei sebesar 4410 sehingga didapatkan peningkatan pengetahuan signifikan sebesar 7383-2973/7383*100 = 60%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji Wilcoxon (data tidak berdistribusi normal, Uji S-W 0,002 untuk BBL dan 0,550 untuk BB bayi bulan mei) didapatkan p-value 1-tailed sebesar 0,000 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan BB bayi yang signifikan dengan diberikan ASI eksklusif. 6. Pemantaun kesehatan bayi, terdapat 16,6% bayi terkena batuk pilek selama pemberian ASI eksklusif, dan 100% bayi tidak mengalami diare. Bayi yang mengalami batuk pilek tinggal di rumah kontrakan dengan penataan ruangan
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
112
dan ventilasi yang kurang, ada anggota keluarga yang sedang pilek, sehingga bayi tertular. Rencana Tindak Lanjut 1. Lakukan pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif di Posyandu, pengajian atau arisan RT dengan penanggung jawab ketua Kader pendukung ASI eksklusif dengan cara yang menarik. 2. Konseling laktasi dilanjutkan oleh pembina kesehatan kelurahan Curug setiap kegiatn rutin Posyandu 3. Lanjutkan pemantauan deteksi dini faktor risiko diskontinuitas pemberian ASI eksklusif oleh anggota KP-ASIEKs sebulan 1 keluarga.
4.3 Pengelolaan Asuhan Keperawatan keluarga 4.3.1 Analisa Situasi Pelayanan Perkesmas dengan sasaran keluarga yang rentan terhadap masalah kesehatan diskontinuitas pemberian ASI esklusif dilaksanakan di kelurahan Curug selama 8 bulan. Pelaksanaan Perkesmas dengan sasaran keluarga risiko tinggi diskontinuitas pemberian ASI eksklusif dilakukan di kelurahan Curug pada 10 keluarga. Asuhan keperawatan keluarga dilakukan dengan menggunakan model Family Cetered Nursing dan menggunakan family assessment model yang dikembangkan oleh Friedman. Pelayanan asuhan keperawatan keluarga dilakukan dengan kunjungan rumah. Penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah keluarga ibu hamil dan menyusui yang berisiko mengalami diskontinuitas pemberian ASI eksklusif. Proses keperawatan yang digunakan meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana tindakan, melakukan implementasi dan evaluasi pada asuhan yang diberikan. Pengkajian keluarga dengan ibu hamil dan menyusui difokuskan pada tahap perkembangan keluarga, struktur keluarga, dan fungsi keluarga dengan ibu hamil dan menyusui. Keluarga bapak I adalah keluarga extended. Dalam keluarga tinggal ayah bapak I (Bp J, 67th), ibu bapak I (Ibu S 62th) mereka tinggal bersama sejak pernikahan Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
113
bapak I dengan ibu N. Saat dilakukan pengkajian ibu N sedang hamil 32minggu, memiliki tanda KEK, dan anak pertama (An. F) baru berusia 16 bulan. Anak F tidak diberi ASI eksklusif. Anak F mulai diberikan makan tambagan saat berusia 4 bulan, karena sering
rewel. Nenek menyarankan untuk diberikan tajin, ibu N
akhirnya memberikan tajin pada An. F saat berusia 4 bulan. Grassley dan Eschiti (2008) pada penelitian kualitiatif tentang apa yang diperlukan dan diinginkan
ibu dari nenek untuk dapat menyusui memunculkan tema
menghargai menyusui, dukungan kasih sayang,
adanya hambatan, serta
menghadapi mitos. Arora, McJunkin, Wehrer, dan Kuhn (2000) menyimpulkan untuk mencapai 75% ibu memberikan ASI diperlukan pemahaman yang menyeluruh tentang manfaat ASI dari suami dan nenek. Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan mereka dapat dimulai sejak trimester pertama. Tahap perkembangan keluarga bapak I adalah keluarga childbearing dengan anak pertama berusia 16 bulan. Tugas perkembangan yang belum dapat dilakukan adalah membentuk keluarga muda sebagai suatu unit yang stabil dengan adanya anggota baru. Perubahan pada keluarga childbearing menyebabkan harus mengubah perilaku, mengubah jadual rutin, pola komunikasi, mengambil keputusan baru, belajar ketrampilan baru, menjalankan peran baru, dan mengidentifikasi dan menggali sumberdaya keluarga yang ada (Stanhope & Lancaster, 2010). Selama tahap childbearing memiliki sembilan tugas khusus untuk tumbuh dan mencapai kesejahteraan keluarga. Sembilan tugas keluarga childbearing dirinci berikut ini: penyediaan ruang untuk anak, pembiayaan kelahiran anak dan membesarkan anak, mengasumsi tanggung jawab bersama untuk perawatan anak dan pengasuhan, memfasilitasi pembelajaran peran anggota keluarga, menyesuaikan diri dengan perubahan pola komunikasi, rencana untuk anak-anak berikutnya, menyelaraskan pola antargenerasi, menjaga anggota keluarga motivasi dan semangat kerja, membangun ritual dan rutinitas keluarga (Kaakinen, Gedaly-Duff, Choehlo & Hanson., 2010). Ibu N hamil anak ke 2 saat An. F berusia 7 bulan. Ibu N saat itu belum merencanakan hamil lagi karena tidak menggunakan kontrasepsi, dan belum mengetahui alat kontrasepsi yang aman selama menyusui ia memutuskan untuk Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
114
tidak menggunakan alat kontrasepsi, akhirnya ibu N hamil anak F berusia 7 bulan. Ibu N merasa bersalah
pada An. F, karena setelah tahu dirinya hamil ia
memutuskan untuk menyapih pemberian ASI pada an. F. Pada trimester pertama kehamilannya ia mengalami morning sickness, dan ia malas untuk makan. Saat dilakukan pengkajian ditemukan tanda KEK kehamilan, Lingkar Lengan Atas ibu N hanya 22 Cm, BB 45Kg, BB sebelum hamil 39Kg. Kementrian kesehatan (2010) menguraikan
ibu hamil yang mengalami KEK
berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah, dan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak , intelektual anak di kemudian hari. Sumarna dkk (1998) menyimpulkan bahwa wanita hamil KEK mempunyai risiko melahirkan BBLR 2,3 kali dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak KEK. Friedman (2010) menjelaskan pada tahap childbearing merupakan masa yang sulit karena adanya perasaan ketidak mampuan menjadi orang tua baru ditambah dengan pengaturan jarak kehamilan yang gagal dilakukan oleh keluarga. Struktur keluarga bapak I digali dalam hal nilai, peran dan kekuatan, serta komunikasi dalam keluarga. Nilai- nilai yang dikembangkan dalam keluarga bapak I adalah nilai adat budaya Jawa. Ibu I tidak terlalu memahami nilai Jawa, ia menganut ajaran Islam yang ia yakini adalah agama islam memerintahkan pemberian ASI disempurnakan sampai 2 tahun, pada saat menyusui anaknya yang pertama ia merasa sedih dan bersalah karena tidak dapat menyusui sampai 2 tahun. Orang tua bapak I menganut nilai jawa meyakini anak lahir ke dunia minta makan, jika bayi menangis karena lapar sehingga harus diberi makan. Ibu N saat ini sedang mengalami ketegangan peran yaitu ketidak mampuan mendefinisikan situasi, kurangnya kesepakatan pembegian tugas. Ibu N mengatakan bingung bagaimanan nanti mengasuh dua balitanya, apakah ia mampu melakukannya. Saat bayi F lahir ia masih tinggal bersama ibunya, jadi perawatan bayi F dibantu oleh ibunya. Ibu N mengatakan tidak tahu bagaimana menjadi ibu dengan 2 balita.
Bagaimana cara memandikan bayi baru lahir , bagaimana
perawatan tali pusat . Selama menjalani pengasuhan anak pertama ia merasakan lelah sekali dan kurangnya bantuan dari anggota keluarga lain, termasuk suaminya. Pada perawatan bayi anak pertama bapak I kurang terlibat karena kesibukannya
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
115
bekerja. Bapak I jarang membantu pengasuhan anak F, sementara ibu N merasa malu meminta bantuan pada mertuanya. Ibu N ingin memberikan ASI secara eksklusif pada anak F, namun karena sering rewel ibu mertuanya menyarankan untuk diberi tajin, dan suamipun mendukung ibunya. Komunikasi dalam keluarga belum berlangsung dengan baik, ibu N masih sungkan meminta pertolongan pada ibu mertua dan suaminya dalam perawatan bayinya. Ibu N mengatakan tidak tahu bagaimana menjalankan perannya nanti saat anak keduanya lahir, bagaimana supaya tidak terjadi iri pada anak F. Ibu N juga tidak mengetahui akibat jika ia tidak berperan dengan baik. Ibu N belum pernah berkonsultasi pada pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan. Friedman (2010) menjelaskan hadirnya bayi baru dalam rumah menciptakan perubahan bagi anggota keluarga dan bagi perangkat hubungan dalam keluarga. Saat
bayi
lahir
istri
harus
tetap
menjalin
hubungan
dengan
suami
memperlakukannya sebagai pasangan dan ayah, dan sebaliknya suami juga berhubungan dengan istri dan memperlakukan sebagai ibu. Ibu sering merasa terbebani oleh tugas rumah tangga, sehingga ibu merasakan kelelahan fisik dan psikologis. Faktor yang menyebabkan sulitnya menjalankan peran sebagai orang tua adalah saat ini masyarakat tidak mempersiapkan untuk menjadi orang tua (Friedman, 2010). Pembentukan komunikasi yang memuaskan, termasuk perasaan dan perhatian personal, pernikahan dan parenteral. Lahirnya seorang bayi dalam keluarga meningkatkan tuntutan personal dalam keluarga. Orang tua harus menyadari kehamilan yang sering dan berjarak dekat dapat membahayakan ibu, ayah, dan anak kandung lainnya (Friedman, 2010). Friedman (2010) menjelaskan faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga adalah situasi, latar belakang etnik, siklus kehidupan keluarga, perbedaan gender, bentuk keluarga dan mini budaya dalam keluarga. Fungsi keluarga pada keluarga bapak I yang dikaji meliputi fungsi afektif, fungsi sosial dan fungsi perawatan kesehatan. Pada analisa situasi ini dipaparkan fungsi perawatan kesehatan yang menunjukkan adanya data maladaptif. Praktik diit keluarga: Ibu N mengatakan makannya sekarang 3 kali sehari dengan porsi sedang. Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
116
Ibu N ingin dapat menyusui bayinya secara eksklusif setelah mengetahui manfaat ASI yang banyak untuk bayi. Ia mengetahui manfaat ASI saat mengikuti penyuluhan ASI eksklusif di Posyandu. Ibu N tidak mengetahui kebutuhan makan pada ibu hamil dan menyusui. Ibu N tidak mengetahui tanda dan gejala ibu kurang nutrisi saat hamil dan menyusui. Untuk memenuhi kebutuhan ASI bayinya nanti ibu N belum mempersiapkan dari saat kehamilan. Ibu N tidak tahu apa yang harus disiapkan, karena waktu menyusui anak pertama ia tidak melakukan persiapan. ASInya keluar setelah hari ke 3, An. F diberi madu dan susu formula pada tiga hari pertama. Ibu N mengatakan saat menyusui anaknya yang pertama mengalami payudara bengkak yang membuat ia panas dingin, putingsusu lecet yang terasa nyeri sekali. Saat di observasi cara melakukan perlekatan ibu N salah melakukan perlekatan. Ibu N mengatakan tidak mengetahui persiapan menyusui, pemberian ASI yang efektif,
tanda-tanda bayi mendapat ASI cukup,
akibat bayi yang tidak
mendapatkan ASI cukup, perawatan payudara supaya lancar memberikan ASI, belum pernah berkonsultasi pada petugas kesehatan cara menyusui yang benar, dan meningkatkan produksi ASI. Masalah keperawatan yang muncul dianalisa menggunakan web of caution sebagai berikut : Komunikasi tidak efektif dalam keluarga
Ketidak efektifan hubungan
Ketegangan peran pemberi asuhan
Kebutuhan nutrisi ibu kurang dari kebutuhan tubuh
Kurang pengetahuan manajemen laktasi
Konflik peran orang tua
Koping keluarga thd masl menyusui tidak efektif
Ketidak efektifan menyusui
Diskontinuitas pemberian ASI eksklusif
Disfungsi Proses Keluarga Ketidak mampuan menjadi orang tua
Disfungsi proses keluarga
Skema 4.2 Web Of Caution Asuhan Keperawatan Keluarga pada ibu Hamil dan Menyusui Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
117
4.3.2 Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul selanjutnya dilakukan penapisan masalah. Diagnosa keperawatan keluarga dipaparkan berdasarkan urutan penapisan masalah yaitu (1) Ketegangan peran pemberi asuhan pada keluarga bapak I, (2) risiko ketidak efektifan menyusui pada keluarga bapak I. Secara lengkap penapisan masalah dilampirkan pada lampiran 3. 4.3.3
Penyelesaian Masalah pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga
Masalah I Ketegangan peran pemberi asuhan pada keluarga bapak I khususnya ibu N Tujuan Umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 bulan tidak terjadi ketegangan peran pada keluarga bapak I Tujuan Khusus Setelah dilakukan pertemuan selama 60 menit tiap minggu keluarga mampu (1) mengenal masalah peran : definisi peran, peran orang tua, (2) keluarga memutuskan menjalankan perannya , dengan pernyataan verbal berusaha menjalankan peran dengan baik, (3) mampu melakukan perannya dalam hal : post partum care, pengendalian kehamilan, pemberian ASI, infant care, (4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan psikologis: anticipatory guideance, (5) keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah yang dihadapi Rencana Tindakan 1. Pendidikan kesehatan pada keluarga tentang peran ibu 2. Konseling tentang KB dan antisipatory guidance 3. Coaching: infant care dan stimulasi tumbuh kembang bayi sampai usia 1 tahun 4. Meningkatkan dukungan (suami) dalam pelaksanaan peran ibu
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
118
Pembenaran Kaakinen, Gedaly-duff, Coehl, dan Hanson (2010) menjelaskan pendidikan kesehatan diperlukan pada keluarga yang memiliki bayi. Kementrian Kesehatan (2010) pendidikan kesehatan merupakan salah satu intervensi dari tindakan keperawatan yang ditujukan pada klien sebagai individu, keluarga, dan kelompok dalam lingkup promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan sebagai intervensi keperawatan, maka perawat harus menerapkan proses pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Proses keperawatan dilakukan untuk menggali kebutuhan keluarga dan klien untuk menjaga pendidikan kesehatan yang bermutu
(Efendi & Makhfudli, 2009). Hoddinot dan Amanda (2006)
menyimpulkan intervensi coaching pada ibu hamil meningkatkan IMD dan durasi menyusui. Husna (2014) menyimpulkan dukungan suami
berhubungan signifikan dengan
pelaksanaan IMD. Urbayatun (2006) menyimpulkan dukungan social(dukungan keluarga) berhubungan signifikan dengan kecenderungan depresi post partum pada ibu. Dukungan sosial suami menurunkan 22,1% konflik peran istri (Haris, 2008).
Pelaksanaan Pelaksanaan
TUK 1-2 menggunakan metode cerita peran, (1) mendiskusikan
dengan keluarga tentang peran parenting dan peran suami istri pada keluarga child bearing. keluarga diberikan lember cerita peran sebagai seorang ibu dengan childbearing, kemudian ibu diminta untuk mengidentifikasi pelaksanaan peran ibu, peran formal parenting dan peran formal suami istri dan diminta untuk berpendapat tentang peran yang telah diidentifikasi. Selanjutnya keluarga diminta menanggapi peran negatif yang dilakukan oleh ibu, untuk memberikan kesempatan keluarga mengidentifikasi peran negatif dan dampaknya, (2) memberikan pujian atas kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi peran, (3) mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang peran parenting dan peran suami-istri, (4) memberikan motivasi keluarga untuk mengambil keputusan model peran yang akan dilaksanakan.
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
119
Pelaksanaan TUK 3 dengan melakukan konseling : (1) memberikan konseling KB. Konseling dilakukan selama 2 pertemuan . Pertemuan pertama konseling tentang jenis kontrasepsi. Konseling dilakukan pada bapak I dan ibu N. Pertemuan ke dua untuk memutuskan jenis alat kontrasepsi yang akan dipilih nanti setelah melahirkan. Konseling dilakukan oleh ibu N pada penulis selama 90 menit tiap pertemuan. (2) coaching infant care (a) demontrasi
memandikan bayi dan
perawatan tali pusat dilakukan dengan menggunakaan manikin terlebih dahulu sebelum bayi ibu N lahir. (b) pendampingan memandikan bayi dan perawatan tali pusat saat bayi ibu N lahir dan sudah pulang dari RS. Pendampingan dilakukan 2 kali selama 60 menit. (c) coaching stimulasi tumbuh kembang dilakukan 4 kali pertemuan, pertemuan pertama demontrasi stimulasi tumbuh kembang usia 0-6 bulan, pertemuan ke dua demontrasi stimulasi tumbuh kembang usia 7bulan -1 tahun, pertemuan ke tiga pendampingan stimulasi tumbuh kembang anak 0-6 bulan, dan pertemuan ke empat pendampingan stimulasi tumbuh kembang usia 7 bulan – 1 tahun Pelaksanaan TUK 4 - 5 dengan memberikan konseling antisipatory guidance pada keluarga bapak I. Konseling antisipatory guidance dilakukan 1 kali pertemuan. Konseling dilakukan pada bapak I dan ibu N. Konseling dilakukan selam 60 menit. Memotivasi keluarga untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balitanya di Posyandu, datang ke Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan ANC, pertolongan persalinan, dan kontrasepsi . Evaluasi Ketegangan melakukan peran pemberian asuhan keluarga pada bapak I dapat diatasi dengan melakukan pendidikan kesehatan, konseling dan coaching. Diakhir pemberian asuhan keperawatan selama 9 bulan, keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan dan kemampuan merawat bayi baru lahir, dan melaksanakan perannya sebagai istri dan sebagai ibu, ditunjukkan dengan : (1) keluarga mampu mengenal masalah ketengangan peran dengan mengidentifikansi peran parenting dan peran suami-istri yang positif dan negatif, (2) keluarga mampu mengambil keputusan secara verbal mengungkapkan akan melakukan peran parenting dan peran suamiistri yang positif, (3) keluarga mampu melakukan antisipatory guidance, untuk
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
120
mencegah sibling rivalry pada anak mereka, keluarga mampu melakukan perawatan bayi baru lahir, (4) keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan psikologis untuk pertubuhan dan perkembangan balita mereka, (5) keluarga mampu memanfaatkan pelayanan posyandu tiap bulan untuk memantau berat badan balita mereka, berobat ke Puskesmas untuk ANC dan saat anak mereka sakit. Coaching infant care dengan melibatkan ayah untuk memberikan dukungan pada ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Rencana Tindak Lanjut 1. Membuat kesepakatan pada keluarga untuk selalu melakukan peran parenting dan peran suami istri yang positif , menciptakan lingkungan fisik dan psikologis yang kondusif untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan balita mereka. 2. Mendelegasikan KP-ASIEKs untuk memantau tumbuh kembang balita pada keluarga Bapak I.
Masalah II Risiko ketidak efektifan menyusui pada keluarga bapak I Tujuan Umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 9 bulan, pemberian ASI pada keluarga bapak I efektif Tujuan Khusus Setelah dilakukan pertemuan selama 60 menit/minggu, keluarga mampu (1)mengenal ketidakefektifan pemberian ASI dengan menjelaskan tanda bayi mendapatkan ASI yang cukup, tanda bayi melakukan perlekatan dengan benar, langkah menyusui dengan benar, (2) keluarga mampu memutuskan untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi mereka, (3) melakukan perawatan untuk tetap dapat memberikan ASI eksklusif, (4) keluarga mampu memodifikasi menu untuk
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
121
ibu hamil dan menyusui, (5) keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk melakukan pemantauan gizi ibu hamil, persalinan, dan konseling laktasi. Rencana Tindakan 1. Pendidikan kesehatan tentang manajemen laktasi yang meliputi : IMD dan ASI eksklusif, tehnik perlekatan dan posisi menyusui yang nyaman untuk ibu, diit ibu hamil dan menyusui, masalah-masalah menyusui dan cara mengatasi. 2. Coaching langkah menyusui, tehnik perlekatan, pembuatan diit ibu hamil dan menyusui Pembenaran Kaakinen, Gedaly-duff, Coehl, dan Hanson (2010) menjelaskan pendidikan kesehatan diperlukan pada keluarga yang memiliki bayi. Kementrian Kesehatan (2010) pendidikan kesehatan merupakan salah satu intervensi dari tindakan keperawatan yang ditujukan pada klien sebagai individu, keluarga, dan kelompok dalam lingkup promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan sebagai intervensi keperawatan, maka perawat harus menerapkan proses pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Proses keperawatan dilakukan untuk menggali kebutuhan keluarga dan klien untuk menjaga pendidikan kesehatan yang bermutu (Efendi & Makhfudli, 2009). Pelaksanaan Pelaksanaan TUK 1-2 pendidikan kesehatan dilakukan 4 kali pertemuan masingmasing dilakukan selama 60 menit. Pendidikan kesehatan menggunakan media lembar balik, manikin, contoh menu ibu hamil 1 porsi makan pagi, selingan, makan siang dan makan malam. (1)mendiskusikan dengan keluarga tentang IMD dan ASI eksklusif, tehnik perlekatan dan posisi menyusui yang nyaman untuk ibu, diit ibu hamil dan menyusui, masalah-masalah menyusui dan cara mengatasi, (2) memberikan kesempatan pada keluarga untuk mengidentifikasi maslah menyusui dan tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah menyusui, (3) memberikan reinforsment positif, (4) melakukan evaluasi kemampuan keluarga dan memberi kesempatan pada keluarga untuk membandingkan pengetahuan saat ini
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
122
dengan standar yang di tetapkan peawat, (5) memberikan support pada keluarga untuk mengambil keputusan supaya tidak mengalami masalah selama menyusui. Pelaksanaan TUK 3-4
dengan melakukan Coaching langkah menyusui, tehnik
perlekatan, pembuatan diit ibu hamil dan menyusui. coaching dilakukan selama 6 pertemuan, masing-masing 60 menit, (1) diawali dengan demontrasi langkah menyusui, demontrasi tehnik perlekatan dan demontrasi menu untuk ibu hamil dan menyusui.(2) mendiskusikan dengan keluarga cara untuk mempertahankan dan meningkatkan prosuksi ASI supaya bisa menyusui secara eksklusif dan dilanjutkan sampai 2 tahun, dengan diit gizi seimbang untuk ibu hamil dan menyusui, peawatan payudara dan pijat oksitosin, melibatkan peran ayah dalam mendukung pemberian ASI eksklusif, (3) mendemontrasikan perawatan payudara dan pijat oksitosin, (4) mengevalasi kemampuan keluarga dalam tehnik pelekatan, langkah menyusui, dan pelaksanaan diit ibu hamil dan menyusui, perawatan payudara, dan pijat oksitosin. Evaluasi Ketidak efektifan pemberian ASI pada keluarga bapak I tidak terjadi dengan diberikan asuhan keperawatan selama 8 bulan. Keluarga bapak I menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang langkah menyusui, tehnik perlekatan, pembuatan diit ibu hamil dan menyusui ditunjukkan dengan : (1) mengenal masalah ketidakefektifan menyusui dengan menyebutkan tanda bayi mendapatkan ASI yang cukup, tanda bayi melakukan perlekatan dengan benar, langkah menyusui dengan benar, (2) keluarga secara verbal menyatakan keinginan dan keputusannya untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi mereka setelah lahir (3) untuk merawat anggota keluarga yang menyusui untuk tetap dapat memberikan ASI dengan mengkonsumsi gizi seimbang untuk ibu hamil dan menyusui, perawatan payudara dan pijat oksitosin oleh ayah (4)keluarga mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilan, persalinan (di RS dengan tindakan sectio caesar atas indikasi panggul sempit), pemeriksaan bayi baru lahir dan imunisasi bayi mereka.
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
123
Rencana Tindak Lanjut 1. Membuat kesepakatan dengan keluarga untuk selalu mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi mereka, melakukan variasi gizi dan mengkonsumsi gizi seimbang untuk ibu menyusui setiap minggu. 2. Mendelegasikan pada KP-ASIEKs untuk melakukan pemantauan BB bayi F setiap kegiatan posyandu. Pada kesempatan ini penulis memaparkan hasil asuhan keperawatan pada 10 keluarga binaan. Pengkajian pada 10 keluarga dengan tahap tumbuh kembang childbearing 8 keluarga, 1 keluarga dengan anak sekolah, dan 1 keluarga dengan anak pra sekolah. Faktor risiko keluarga terjadi diskontinuitas menyusui adalah ibu primi akan bekerja kembali setelah masa cuti melahirkannya selesai, 1 ibu hamil dengan KEK dan anak pertama gagal pemberian ASI eksklusifnya, ibu dengan puting susu inverted dan
ibu anak pertama tidak diberi ASI eksklusif,
ibu
menyusui dengan puting susu pecah sampai infeksi, ibu tidak memiliki role model dalam memberikan ASI. Ketidak adekuatan suplai ASI, bayi tidak mampu lack on dengan tepat pada payudara ibu. Pada ibu bekerja ditemukan data kurang pengetahuan tentang cara memerah ASI, cara membuat bank ASI, ibu memuliki keinginan memberikan ASI eksklusif, ibu cemas produksi ASInya berkurang saat bekerja. Diagnosa keperawatan yang muncul pada 10 (sepuluh) keluarga : ketidakefektifan menyusui, diskontinuitas menyusui, risiko diskontinuitas menyusui, ketegangan peran pemberi asuhan, ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, koping keluarga terhadap masalah menyusui tidak efektif, dan kesiapan peningkatan pemberian ASI. Perencanaan pada
keluarga binaan, dilakukan pendidikan kesehatan untuk
mengenalkan masalah yang sedang dihadapi oleh keluarga. Pendidikan kesehatan dengan tema IMD dan ASI eksklusif, tehnik perlekatan dan posisi menyusui yang nyaman untuk ibu, diit ibu hamil dan menyusui, masalah-masalah menyusui dan cara mengatasi, menyusui dan bekerja, membuat bank ASI di rumah, MP- ASI. Pada ibu primipara dilakukan coaching infant care, konseling keluarga : koping konstruktif menghadapi masalah, antisipatory guidance. Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
124
Hasil implementasi pada keluarga , pengetahuan keluarga setelah diberikan asuhan keperawtan terjadi perubahan nilai-rata-rata. Penilaian pengetahuan terlihat pada peningkatan skor
rata-rata 21 menjadi 27 dengan standar deviasi sebesar 1,9.
Selisih atau beda nilai rata-rata pretest dengan postest sebesar 6 sehingga didapatkan peningkatan pengetahuan signifikan sebesar 6//10*100 = 60%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji paried t-test (data berdistribusi normal, Uji S-W 0,103 untuk pretest dan 0,036 untuk postest) didapatkan p-value 1tailed sebesar 0,0025 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan sebelum diberikan asuhan keperawatan dan sesudah diberikan . Post test sikap keluarga diberikan asuhan keperawatan terjadi perubahan nilai-ratarata. Penilaian sikap terlihat pada peningkatan skor rata-rata 24 menjadi 49 dengan standar deviasi sebesar 4,6. Selisih atau beda nilai rata-rata pretest dengan postest sebesar 25 sehingga didapatkan peningkatan sikap signifikan sebesar 25/60*100 = 40%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji paried t-test (data berdistribusi normal, Uji S-W pretest 0.600 dan 0,003 untuk postest) didapatkan pvalue 1-tailed sebesar 0,0025 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan sikap yang signifikan sebelum diberikan asuhan dengan setelah setelah diberikan asuhan keperawatan. Post test perilaku keluarga diberikan asuhan keperawatan terjadi perubahan nilairata-rata. Penilaian perilaku terlihat pada peningkatan skor rata-rata 34 menjadi 48 dengan standar deviasi sebesar 2,6. Selisih atau beda nilai rata-rata pretest dengan postest sebesar
sehingga didapatkan peningkatan perilaku signifikan sebesar
14/60*100 = 20%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji paried ttest (data berdistribusi
normal, Uji S-W 0,175 untuk pretest dan 0,036 untuk
postest) didapatkan p-value 1-tailed sebesar 0,0025 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan perilaku yang signifikan sebelum diberikan asuhan dengan setelah setelah diberikan asuhan keperawatan. Post test percaya diri ibu setelah diberikan asuhan keperawatan terjadi perubahan nilai-rata-rata. Penilaian percaya diri terlihat pada peningkatan skor rata-rata 33 menjadi 48 dengan standar deviasi sebesar 1,3. Selisih atau beda nilai rata-rata pretest dengan postest sebesar
sehingga didapatkan peningkatan percaya diri
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
125
signifikan sebesar 15/60*100 = 20%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji paired t-test (data berdistribusi
normal, Uji S-W 0,175 untuk pretest
dan 0,05 untuk postest) didapatkan p-value 1-tailed sebesar 0,0025 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan perilaku
yang signifikan sebelum diberikan
asuhan dengan setelah setelah diberikan asuhan keperawatan. Post test dukungan suami setelah diberikan asuhan keperawatan terjadi perubahan nilai-rata-rata. Peningkatan dukungan suami terlihat pada peningkatan skor ratarata 24,4 menjadi 38,7 dengan standar deviasi sebesar 4,4. Selisih atau beda nilai rata-rata pretest dengan postest sebesar sehingga didapatkan peningkatan percaya diri signifikan sebesar 14,3/52*100 = 28%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji paired t-test (data berdistribusi
normal, Uji S-W 0,175
untuk pretest dan 0,05 untuk postest) didapatkan p-value 1-tailed sebesar 0,0025 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan dukungan
yang signifikan
sebelum diberikan asuhan dengan setelah setelah diberikan asuhan keperawatan. Hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif pada keluarga sebanyak 80% ibu mendapatkan dukungan suami dan 20% ibu tidak mendapat dukungan suami. Hasil
analisis hubungan lebih lanjut antara dukungan suami
dengan perilaku pemberian ASI eksklusif (P:0,028) dengan OR sebesar 18 pada CI (6,8;48,9) artinya bahwa ibu yang mendapat dukungan suami akan ber peluang 18 kali untuk melakukan pemberian ASI eksklusif dibandingkan ibu yang tidak memdapatkan dukungan suami. Kemandirian keluarga (KM) meningkat dari KM I menjadi KM IV sebesar 40 %, KM I menjadi KM III sebesar 10% , KM II menjadi KM IV sebesar 40% dan KM II menjadi KM III sebesar 10%. Tingkat kemandirian keluarga dengan variabel tugas kesehatan keluarga.
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
126
Tabel 4.1 Tingkat Kemandirian keluarga (KM) dalam pemberian ASI eksklusif No
Kriteria
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Menerima petugas Perkesmas Menerima Pelayanan kesehatan sesuai rencana Menyatakan masalah kesehatan secara benar Memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran Melaksanakaan perawatan sederhana sesuai anjuran Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif Melaksanakan tindakan promotif secara aktif Tingkat Kemandirian akhir
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
√
-
√
√
√
√
√
IV
IV III IV III IV IV IV IV IV
2 3 4 5 6 7
Sebelum berakhir asuhan keperawatan penulis melakukan evaluasi dengan wawancara mendalam pada ibu tentang asuhan yang diberikan , selanjutnya dilakukan anlisis diperoleh tema : 1) ada tempat bertanya, seperti yang dikatakan ibu “ dengan adanya pembinaan dari mba UI saya jadi ada tempat bertanya, setiap masalah yang saya hadapi bisa saya tanyakan, bahkan lewat smspun dijawab (P2)”;2) mendapat pemecahan masalah, seperti yang disampaikan seorang ibu: “ saya mendapat pemecahan masalah-masalah yang saya hadapi sebagai ibu baru, dengan sabar mba’e mendampingi saya menyusui, ternyata susah menyusui, merawat talipusat,
memandikan bayi dan perawatannya (P4).” Dan seperti
pernyataan ibu: “hari pertama pulang dari bidan saya bingung, bayi saya sering menangis, ASI belum keluar, ibu saya sudah menyarankan untuk diberi susu formula, tapi tidak saya beri, trus saya sms mba dan mb kesini mendampingi saya menyusui, mengajari perlekatan, perawatan payudara,... dan banyak mba, semua masalah saya dapat terselesaikan dengan kunjungan mba kesini.(P8)”3) bantuan suami, seperti dikatakan ibu: “ saya senang suami saya mau membantu saya saat menyusui, kadang kadang mengambilkan minum, bahkan melakukan pijat oxitosin (P1), dan seperti pernyataan ibu: “suami saya dapat menggati popok saat saya sedang makan, senang rasanya(P2).” Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
127
Pada ayah dievaluasi bagaimana dukungannya untuk memberikan ASI eksklusif diperoleh hasil tema :1) percaya diri, seperti yang dikatakan ayah : “ saya yakin sekarang bisa mengganti popok, menyendawakan,dan membantu istri saya merawat jagoan saya, pasti saya bisa(P1); 2) merasa berguna dan dihargai, seperti yang disampaikan ayah : “saat istri saya sedang sibuk urusan dapur saya merasa berguna sekarang dapat gendong bayi saya, istri saya selalu berterimakasih kalau saya membantunya (p6).” 3) dukungan dan advokasi ASI eksklusif, seperti yang dikatakan ayah: “menyusui adalah perjuangan, saya akan bantu istri saya untuk bisa menyusui eksklusif dan sampai 2 tahun (P9)” dan seperti yang disampaikan: ini adalah tugas kami sebagai orang tua, kami akan memberikan yang terbaik untuk anak kami, termasuk ASI eksklusif (P10).” Pendeteksian faktor risiko terputusanya pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil dan menyusui juga dilakukan oleh anggota KP-ASIEK, setiap kader memiliki 1 keluarga binaan diluar anggota KS-ASIEKs. Dokumentasi deteksi kader dilakukan pada buku kerja kelompok pendukung ASI eksklusif. Terdapat 21 keluarga yang dibina oleh kelompok pendukung, yang dilakukan pemantauan pemberian ASI eksklusif.
Universitas Indonesia Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
BAB 5 PEMBAHASAN Bab lima pembahasan memaparkan kesenjangan dan pencapaian hasil dengan teori konsep, maupun penelitian yang mendukung hasil dan berbeda dengan hasil. Pembahasan meliputi analisis kesenjangan dan capaian pelaksanaan manajemen pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan komunitas, dan asuhan keperawatan keluarga. Pada bab ini penulis juga memaparkan implikasi hasil praktik terhadap pelayanan dan penelitian dalam keperawatan komunitas. 5.1 Analisis Pencapaian dan kesenjangan 5.1.1 Pengelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas Analisa pencapaian dan kesenjangan manajemen pelayanan keperawatan komunitas di kota Depok khususnya di kelurahan Curug dianalisis dengan membandingkan antara pencapaian hasil dengan teori dan hasil riset dikaitkan dengan manajemen pelayanan Perkesmas. Salah satu asuhan keperawatan komunitas pada sasaran kelompok maternal di masyarakat dengan meningkatkan upaya kesehatan masyarakat maka dibentuklah kelompok swabantu ASI eksklusif (KS-ASIEKs) di kelurahan Curug. Manajemen pelayanan keperawatan komunitas menerapkan Perkesmas dengan sasaran kelompok maternal berisiko. Kegiatan Perkesmas dapat diintegrasikan dengan pengembangan manajemen kesehatan. Pengintegrasian ini bertujuan untuk menindaklanjuti usulan Perkesmas sebagai upaya kesehatan wajib di Puskesmas. Selanjutnya penulis membahas hasil intervensi manajemen pelayanan berdasarkan pada fungsi manajemen (pengorganisasian, perencanaan, Personaliaan, pengarahan, dan pengawasan). 5.1.1.1 Pengorganisasian Kegiatan yang dilakukan penulis merupakan aplikasi Perkesmas pada kelompok maternal. Hasil pembentukan struktur organisasi kelompok pendukung ASI eksklusif di kelurahan Curug adalah pengarah, pembina, ketua, sekretaris, bendahara dan anggota. Struktur organisasi oleh Marquis dan Huston (2012) dijelaskan sebagai gambar suatu organisasi. Gambaran struktur organisasi menunjukkan peran dan harapan dari peran tersebut. Misalnya ketua kelompok pendukung mengkoordinir 122
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
129
pelaksanaan kegiatan KS-ASIEKs dan melaporkan hasilnya pada pembina kelurahan. Pengorganisasian yang baik ditetapkan untuk pelaksanaan tugas. Pengorganisasian menentukan hubungan kerja, prosedur kerja, perlengkapan yang harus diperlukan, dan uraian tugas yang diberikan (Marquis & Huston, 2012). Hein(1998 dalam Marquis & Huston, 2003) menjelaskan struktur organisasi mengacu pada bagaimana kelompok dibentuk, jalur komunikasi, cara mengatur otoritas, dan pembagian tugas serta pengambilan keputusan. Uraian tugas organisasi KS-ASIEKs terdiri dari 1) tugas kader : mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan KS-ASIEKs agar berjalan dengan baik sesuai dengan panduan yang ditetapkan, melaksanakan pendataansasaran (ibu hamil dan menyusui), memfasilitasi kegiatan secara rutin, melakukan kunjungan rumah dan membina keluarga berisiko terputus pemberian Asi eksklusif, membuat pencatatan dan pelaporan rutin bulanan; 2) tugas pengarah (Team penggerak PKK dan Lurah) mengarahkan dan memberikan arahan kebijakan umum program MDGs di kelurahan; 3) pembina kesehatan (perawat Perkesmas) merumuskan dan memberikan kebijakan operasional terhadap kegiatan KS-ASIEKs di kelurahan. Setelah terbentuk organisasi, dilakukan pelatihan pada kader pendukung
ASI eksklusif sebagai
fasilitator kegiatan KS-ASIEKs Hasil kegiatan pelatiahan adalah terjadi peningkatan pengetahuan IMD dan ASI eksklusif sebesar 12 %, Manajemen laktasi 13%, masalah menyusui 9%, MP-ASI 15% dan pertolongan pertama balita sakit 17%, 80% kader memiliki ketrampilan baik dalam perawatan payudara, 87% kader mampu menggunakan buku kerja, 81% kader mampu memfasilitasi KS-ASIEKs. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap objek tertentu, dan sebagaian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Efendi & Makhfudli, 2009). Hasil peningkatan pengetahuan pada kader berbeda-beda dan tiga peningkatan tertinggi pertolongan pertama balita sakit, MP-ASI dan manajemen laktasi. Ketiga materi ini disampaikan oleh penulis dengan cara demonstrasi secara langsung dan selanjutnya kader kelompok pendukung diminta mempraktekkan secara bergantian. Pertolongan balita sakit demontrasi pengukuran sushu tubuh, kompres hangat, pembuatan larutan gula garam dan cara memberikan obat pada bayi dan balita. MP-ASI, penulis melakukan demontrasi pembuatan bubur ASI dari berbagai macam bahan : nasi,
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
130
beras merah, dan tepung maizena selain itu demontrasi membuat pure buah ASI. Demontrasi manajemen laktasi adalah langkah menyusui, tehnik perlekatan dan posisi menyusui. Hasil kegiatan ini sesuai dengan pemaparan Suryaningsih (2012), bahwa tehnik pendidikan kesehatan demontrasi dapat meningkatkan motivasi ibu memberikan ASI. Capain hasil kegiatan pada kader dilaksanakan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi, serta metode belajar berdasarkan masalah. Sugiharto, Duljahman dan wahyuni (2003) menjelaskan bahwa pelatihan kader dengan metode ceramah dan diskusi lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah. Hasil menunjukkan capaian pengetahuan lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil perilaku. Masih adanya kader yang belum mampu menggunakan buku kerja, dan melakukan perawatan
payudara
dan
belum
mampu
memfasilitasi
KS-ASIEKs.
Notoatmojo(2010) menjelaskan ketrampilan merupakan kemampuan menggunakan koordinasi otak dan otot serta mengutamakan ketrampilan motorik. Sukiarko dan Edy (2007) menjelaskan metode belajar berdasarkan masalah pada kader meningkatkan pengetahuan kader dibandingan dengan metode konvensional. Kader sebagai kelompok pendukung ASI eksklusif dan fasilitator kegiatan KSASIEKs. Ibu menyusui memerlukan adanya dukungan, hasil study Morrell (2000) menyimpulkan dukungan kelompok ibu menyusui minimal 2 jam tiap pertemuan kelompok meningkatkan durasi pemberian ASI eksklusif enam minggu dan enam bulan.Haddinot (2009) menjelaskan hasil studinya pada kelompok ibu hamil dan menyusui yang difasilitasi oleh kader kesehatan meningkatkan pelaksanaan inisiasi menyusui dini, pemberian ASI sampai 8 bulan dan kepuasan maternal. Faqsheet Linkages project (2010) menjelas kan manfaat ibu mengikuti kelompok dari ibu untuk ibu adalah ibu mendapatkan bantuan dan dukungan dari ibu lain, ibu yang lebih berpengalaman menyusui membagikan informasi dan pengalamannya, dalam kelompok ibu mendapatkan dukungan dari ibu lain dalam suasana kekeluargaan dan penuh rasa hormat. Ibu dapat mengeksplorasi pengalaman ibu lain dalam menyusui dan pengaturan kehamilan.Analisa penulis kader pendukung diperlukan di kelurahan Curug karena ibu hamil dan menyusui kurang berpengalaman dalam berorganisasi dan belum termotivasi untuk menggerakkan masyarakat. KS-ASIEKs dibentuk untuk memberikan dukungan pada ibu dengan memanfaatkan sumberdaya masyarakat
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
131
yang ada, yaitu kader kesehatan sebagai fasilitator. Paul (2008) menjelaskan perlunya ada fasilitator dalam kelompok swabantu. Kelompok swabantu pada daerah dengan pendidikan minimal, dan berpenghasilan kurang diperlukan fasilitator yang dapat menjalankan dan memotivasi. Fasilitator tidak berperan sebagai guru, atau pelatih, fasilitator memfasilitasi ibu untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka saat berdiskusi. Keterlibatan kader pendukung sebagai fasilitator merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan arah kebijakan pembangunan jangka menengah Indonesia (2015-2019), arah kebijakan pembangunan kesehatan yang pertama disebutkan meningkatkan akses dan kualitas
pelayanan ibu, anak, remaja dan lanjut usia
ditempuh dengan berbagai strategi salah satunya peningkatan pelayanan kesehatan anak untuk mencapai persentase ASI eksklusif 80% (Riskesdas 2013 baru mencapai 32%). Upaya yang dilakukan adalah dengan pemberdayaan masyarakat. Kader pendukung ASI yang dilatih selanjutnya akan menggerakkan masyarakat untuk memberikan ASI eksklusif dengan kegiatan KS-ASIEKs. Untuk menjaga keberlangsungan kegiatan KS-ASIEKs perlu dilakukan arahan dan bimbingan oleh petugas kesehatan. Perawat Perkesmas dapat dioptimalkan peran dan fungsinya di Puskesmas untuk melakukan pembinaan UKBM yang ada di masarakat. Pada organisasi KS-ASIEKs perawat perkesmas menjalankan peran dan fungsinya sebagai koordinator dan kolaborator. Perawat perkesmas melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan kesehatan yang diterima oleh masyarakat dari berbagai program,
bekerjasama
dengan
masyarakat
dalam
perencanaan
pelayanan
keperawatan, sebagai penghubung dengan institusi pelayanan kesehatan dan sektor terkait (Kementrian Kesehatan RI, 2004). Diharapkan perawat Perkesmas lebih optimal menjalankan peran dan fungsinya sebagai perawat profesional. Perawat perkesmas dapat menjalankan peran dan fungsi minimalnya sebagai penemu kasus, pendidik kesehatan, pemberi pelayanan kesehatan, koordinator dan kolabolator, konselor dan role model. Merujuk pada peran perawat, Registered Nurses (RN) (RNAO, 2003) di Canada terlibat dalam mempengaruhi dan mendorong ibu untuk menyusui. Keterlibatan perawat dirinci dalam 3 hal : membangun sikap positif, memberikan pendidikan
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
132
dan advokasi. Steube (2009, dalam ARNNL,2011) menjelaskan persepsi ibu tentang durasi menyusui dipengaruhi secara langsung oleh petugas kesehatan; perawat memberikan informasi yang akurat dan konsisten, perawat bertanggung jawab untuk membantu ibu membuat keputusan menyusui, perawat pemberi asuhan keluarga harus mendukung prinsip kode pemasaran pengganti ASI dari WHO. Dalam upaya program peningkatan ASI eksklusif pengorganisasian perkesmas di Puskesmas memungkinkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya di masyarakat, khususnya pada masalah asuhan kelompok maternal. Gambaran struktur organisasi menunjukkan peran dan harapan dari peran (Marquis & Huston, 2012). Struktur organisasi di Puskesmas telah ditetapkan di Puskesmas dengan adanya penanggung jawab (Koordinaror Pekesmas) di tingkat Puskesmas, perawat penanggung jawab daerah binaan/kelurahan/desa, dengan adanya perawat pelaksana di setiap daerah binaan (KemenKes RI, 2013). Marquis dan Huston (2012) menjelaskan pada pengorganisasian
hubungan ditetapkan, prosedur diuraikan,
perlengkapan disiapkan dan tugas diberikan. 5.1.1.2 Perencanaan Perencanaan kegiatan KS-ASIEKs disusun oleh kader kelompok pendukung. Perencanaan disusun sebagai program kerja kelompok selama satu tahun. Marquis dan Huston (2012) menjelaskan perencanaan merupakan upaya memutuskan apa yang akan dilakukan, siapa yang melakukan, bagaimana, kapan dan dimana hal tersebut dilakukan. Kegiatan KS-ASIEKs memiliki tujuan umum meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di kelurahan Curug. Tujuan khusus : tersedia wadah dan sarana ibu hamil dan menyusui memperoleh dukungan memberikan ASI eksklusif, terselenggaranya kegiatan reguler KS-ASIEKs untuk mendukung ibu hamil dan menyusui memberikan ASI eksklusif, terbangunnya kapasitas ibu dalam mengatasi masalah menyusui, tercatat dan terpantau ibu hamil dan menyusui di wilayah RW. Marquis dan Huston (2012) memaparkan tujuan umum dan tujuan khusus merupakan akhir perjalanan organisasi. Tujuan umum menggambarkan produk akhir. Tujuan khusus memotivasi organisasi untuk menuju akhir yang spesifik dan jelas, terukur, dapat diobservasi dan dapat dicapai.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
133
Perencanaan KS-ASIEKs selama 1 tahun adalah
melakukan pendataan dan
pencatatan ibu hamil dan menyusui, melakukan kunjungan dan pembinaan keluarga ibu hamil dan menyusui yang memiliki faktor risiko, mengadakan pertemuan rutin kader pendukung KS-ASIKs, mengadakan pertemuan reguler KS-ASIKs setiap bulan, melakukan pencatatan kegiatan rutin kS-ASIEKs, melakukan rujukan kasus jika ditemukan masalah menyusui yang belum teratasi. Marquis dan Huston (2012) menjelaskan perencanaan harus spesifik, sederhana dan realistik. Disampaikan juga perencanaan harus mengandung langkah evaluasi. Perencanaan KS-ASIEKs
dimasukkan dalam upaya kesehatan pengembangan
dengan melakukan pembinaan wilayah kerja yang memiliki cakupan ASI eksklusif paling rendah. Upaya puskesmas: 1) upaya Perkesmas (CHN); 2)kegiatan: pengumpulan data di kelurahan A (cakupan ASI eksklusif paling rendah), pemetaan masalah keperawatan di kelurahan, melatih kader/tokoh masyarakat, pendidikan kesehatan kelompok, pembentukan KS-ASIEKs, kegiatan reguler KS-ASIEKs, asuhan keluarga dengan ibu menyusui prioritas keluarga childbearing;3) Tujuan; kemandirian masyarakat dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif; 4) Sasaran: masyarakat kelurahan A; 5) Target: peta masalah menyusui di kelurahan A, penemuan 100% ibu hamil dan menyusui 0-6 bulan, 20 kader dilatih, 5 kali penyuluhan, 8 kali kegiatan reguler KS-ASIEKs, dan pemberian asuhan keperawatan keluarga childbearin; 6) Waktu: 1 tahun (lebih rinci dalam lampiran 6). Untuk lebih optimal pelaksanaan upaya perkesmas di Puskesmas, perlu diupayakan terlaksana sebagai upaya wajib Puskesmas. Pelaksanaan Perkesmas dengan mengintegrasikan
pengembangan manajemen kesehatan. Dengan merencanakan
Perkesmas sebagai upaya wajib Puskesmas diperlukan perencanaan kegiatan, tenaga, biaya dan sumberdaya yang lain.Perencanaan Perkesmas perlu diinternalisasi dengan baik, perkesmas bukan hanya kunjungan rumah. Perawatan Kesehatan Masyarakat merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi (Kemenkes RI, 2006). Tujuan penerapan perkesmas sebagai upaya wajib Puskesmas adalah kemandirian masayarakat dalam mengatasi masalah kesehatan dengan upaya promotif, preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif, sehingga kemandirian masyarakat terhadap kesehatan merupakan tanggung jawab
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
134
perawat. Tugas tersebut dilaksanakan dengan mengedepankan proses keperawatan dalam bentuk asuhan keperawatan. Mengacu pada definisi dan tujuan yang ditetapkan, nampak bahwa perkesmas tidak dapat dilakukan oleh profesi lain selain perawat, karena berbeda latar belakang keilmuan. Perkesmas telah menetapkan standar proses asuhan yang harus dilakukan oleh perawat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai sasaran. Gillis (2000) menjelaskan bahwa standar adalah kesesuaian antara praktek dengan kewenangan profesional yang menyangkut kualitas praktek, pelayanan dan pendidikan. Perencanaan Perkesmas perlu diupayakan pelaksanaannya sebagai upaya wajib Puskesmas, sehingga perawat tidak kehilangan peran dan fungsinya di Puskesmas dan dapat melaksanakan standar asuhan yang telah ditetapkan pada individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Standar lain yang ditetapkan adalah struktur. Gillies (2000) menjelaskan standar struktur
berorientasi
pada
lembaga
kesehatan,
berkaitan
dengan
struktur
organisasi,yang telah dibahas pada sub bab diatas. Standar ke tiga adalah standar hasil merupakan pernyataan deskriptif tentang hasil perawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dalam perencanaan Perkesmas yang disusun oleh kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah menunjukkan adanya standar yang harus dipenuhi dalam sebuah program yang dilaksanakan oleh profesi. Pedoman Penyelenggaraan upaya perkesmas telah menetapkan standar struktur organisasi perkesmas, standar proses perkesmas, dan standar hasil perkesmas. Penetapan standart perkesmas menunjukkan bahwa hanya perawat yang dapat melaksanakan upaya perkesmas, sehingga upaya perkesmas yang selama ini dilaksanakan secara terpadu dalam upaya wajib Puskesmas, terkait dengan keterpaduan ketenagaan, kurang relevan. Upaya perkesmas sebaiknya sebagai upaya wajib Puskesmas yang ditambahkan menjadi upaya ke tujuh, berdiri sejajar bersama upaya lain yang dilakukan oleh profesi kesehatan di Puskesmas. Dengan dilaksanakannya Perkesmas sebagai upaya Wajib Puskesmas diperlukan adanya pembinaan tenaga keperawatan, personaliaan keperawatan untuk menjamin pelaksanaan perkesmas dengan mengintegrasikan
pengembangan manajemen
kesehatan.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
135
5.1.1.3 Personaliaan Organisasi KS-ASIEKs di kelurahan Curug dengan melibatkan adanya fasilitator kelompok swabantu. Schwanz, et al (2008) menjelaskan perlunya fasilitator kelompok swabantu dapat dipilih untuk memfasilitasi pekasanaan kegiatan kelompok. Adapun kriteria yang ditetapkan untuk menjadi fasilitator adalah anggota masyarakat yang tertarik dan memperhatikan pemberian ASI eksklusif, dapat membaca dan menulis, memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik, terbuka, memiliki komitmen dengan pemberian ASI, dan mudah diterima di masyarakat. Fasilitator KS-ASIEKs di kelurahan Curug dipilih dari masyarakat dan yang memiliki komitmen dengan pemberian ASI. Dalam kegiatan KS-ASIEKs fasilitator berperan untuk memberikan informasi, memfasilitasi pelaksanaan kegiatan KSASIEKs, membantu anggota untuk menjalankan peran dan mampu menyusui, membantu anggota untuk mendapatkan layanan rujukan dalam mengatasi masalah pemberian ASI. Peran fasilitator ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Schwanz, et al (2008) yang menjelaskan pentingnya peran fasilitator
dalam
kelompok swabantu. Perbedaan fasilitator KS-ASIEKs dengan fasilitator kelompok swabantu yang dikemukakan oleh Schwanz, et al (2008) adalah fasilitator bekerja sukarela dan tidak mendapatkan imbalan/gaji dari pemerintah/masyarakat, kegiatan kelompok pendukung dan fasilitator KS adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan fasilitator yang dikemukakan Schwanz, et al (2008) memperoleh gaji dari organisasi (NGO) 30-50 USD per bulan. Adanya penggajian diharapkan meningkatkan kinerja fasilitator. Sehingga perlu diupayakan juga bagaimana memberikan imbalan pada kader/ kelompok pendukung sebagai fasilitator kelompok swabantu untuk meningkatkan motivasi dan kinerja mereka. Pemberian imbalan ini bisa disesuaikan dengan kemampuan daerah. Dengan pemberian imbalan jasa pada fasilitator dan pembinaan yang kontinu dari perawat perkesmas KS-ASIEKs dapat terjaga keberlangsungan upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif di masyarakat. Personaliaan perawat Perkesmas yang ada di puskesmas Cimanggis saat ini cukup memenuhi rasio kecukupan tenaga perawat masyarakat.WHO menetapkan 1 perawat untuk 10.000 penduduk, sedangkan berdasarkan konferensi international public health nursing (2013) disampaikan rasio perawat di masyarakat adalah 1:5000
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
136
dengan pendidikan sarjana. Sementara Puskesmas Cimanggis memiliki 10 orang perawat dengan jumlah penduduk 48.526 jiwa. Dilihat dari segi jumlah telah memenuhi, namun jika dilihat dari aspek pendidikan masih kurang dan perlu ditingkatkan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2006) telah menetapkan personalia dan penyeliaan perawat perkesmas di Indonesia. Ditingkat provinsi perawat penyelia mempunyai kompetensi dalam bidang keperawatan kesehatan komunitas yang lebih dibandingkan dengan perawat penyelia kabupaten dengan pendidikan minimal S1 keperawatan. Diharapkan di masa yang akan datang penyelia provinsi minimal pendidikan S2 keperawatan (spesialis keperawatan komunitas). Perawat penyelia provinsi melakukan bimbingan kepada perawat penyelia kabupaten/kota, juga sebagai konsultan dan peneliti dalam bidang keperawatan kesehatan masyarakat. Ditingkat dinas kesehatan kabupaten/kota perawat penyelia perkesmas mempunyai kompetensi dibidang keperawatan kesehatan komunitas serta pengalaman yang lebih dibandingkan perawat koordinator Perkesmas di Puskesmas dengan pendidikan minimal DIII keperawatan. Diharapkan pada masa yang akan datang
penyelia
kabupaten/kota minimal berpendidikan S1 keperawatan. Penyelia kabupaten dapat melakukan bimbingan pada perawat koordinator maupun perawat pelaksana di Puskesmas (Kemenkes RI, 2006). Di Puskesmas ditetapkan perawat koordinator Perkesmas adalah yang memiliki kemampuan dan ketrampilan klinik keperawatan, majerial serta memiliki pengalaman lebih dibandingkan dengan perawat Puskesmas lainnya. Latar belakang pendidikan perawat koordinator minimal DIII keperawatan. Perawat koordinator melakukan bimbingan pada perawat pelaksana (Kemenkes RI, 2006). Gillies (2000) menjelaskan menempatkan perawat dalam satu kedudukan harus memperhatikan pengalaman, pendidikan dan wawasan. Tingkat pengetahuan dan kemampuan perawat merupakan hal utama dalam pencapaian tujuan perkesmas, sehingga diperlukan adanya pendidikan dan pelatihan guna pengembangan staf (Marquis & Huston, 2012). Syarat pendidikan yang telah ditetapkan oleh kementrian kesehatan hendaknya ditindak lanjuti oleh pemerintah daerah. Masih adanya perawat berpendidikan SPK
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
137
perlu mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan. Marquis dan Huston (2012) menjelaskan manajer kesehatan memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki performa
pegawai
melalui
pengajaran,
dan
diharapkan
manajer
mampu
menggunakan tehnik pengajaran untuk mengubah perilaku staf dan memperbaiki kompetensi guna megembagkan kemapuan staf. Manajer kesehatan harus mengkaji kebutuhan pengembangan staf. Kegiatan pengembangan staf diperlukan untuk meningkatkan kompetensi, memenuhi kebutuhan pembelajaran baru, dan memfasilitasi minat yang dimiliki oleh staf dalam bidang tertentu (Marquis & Huston, 2012). Ilmu keperawatan berkembang dengan pesat, perawat Perkesmas perlu mendapatkan pembelajaran tentang teknologi dan ilmiah baru yang berkembang untuk mencapai pemberian asuhan yang optimal. 5.1.1.4 Pengarahan Pengarahan kegiatan KS-ASIEKs dilakukan oleh perawat perkesmas. Salah satu bentuk pengarahan adalah pelaksanaan komunikasi dalam organisasi. Komunikasi sebagai elemen pengarahan dalam fungsi manajemen, dilakukan untuk mencapi tujuan organisasi. Komunikasi pogram peningkatan pemberian ASI eksklusif dijalin dengan pihak terkait dengan melaksanakan lokakarya mini, dan refleksi diskusi kasus (RDK). Komunikasi dalam manajemen organisasi merupakan eleman penting, komunikasi harus sistimatis, kontinu, terintegrasi, dan mendorong pertukaran pandangan dan gagasan (Marquis & Huston, 2012). Lokakarya mini diselenggarakan untuk mengkomunikasikan program peningkatan ASI eksklusif dan pembentukan KS-ASIEKs dengan dinas kesehatan, Puskesmas, kelurahan dan masyarakat. Lokakarya mini bulanan merupakan pertemuan bulanan di Puskesmas yang dihadiri oleh seluruh staf dan unit penunjang untuk membahas kinerja internal puskesmas, antara lain : cakupan, mutu, pembiayaan, masalah dan hambatan dalam pelaksanaan perkesmas untuk mendapatkan penyelesaiannya (Kemenkes RI, 2006). Lokakarya mini tribulanan, dipimpin oleh camat dan dihadiri oleh staf Puskesmas serta perwakilan badan penyantun Puskesmas, membahas masalah terkait dengan sektor lain untuk mendapat penyelesaian.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
138
RDK diselenggarakan di Puskesmas sebagai bentuk komunikasi dari penulis pada perawat pelaksana Perkesmas di Puskesmas, sebagai contoh asuhan kelompok yang ada di masyarakat. Kemenkes (2006) menjelaskan RDK merupakan forum diskusi berkala bagi perawat Puskesmas untuk membahas masalah tehnis Perkesmas dalam memberikan asuhan keperawatan. Adanya RDK diharapkan pemahaman serta ketrampilan perawat perkesmas dapat meningkat.
5.1.1.5 Pengawasan dan Evaluasi Pengawasan dan evaluasi kegiatan KS-ASIEKs dengan melakukan pencatatan. Di KS-ASIEKs terdapat 3 hal pencatatan rutin meliputi, keanggotaan, daftar hadir anggota, catatan pertemuan reguler, dan kunjungan fasilitator pada keluarga. Pengawasan dan evaluasi pada KS-ASIEKs secara periodik dapat dilakukan oleh perawat Perkesmas, hasil pengawasan menjadi masukan untuk perbaikan program kerja KS-ASIEKs tahun berikutnya (Kementrian RI, 2006). Evaluasi keberhasilan Perkesmas dilihat dari 4 indikator: indikator input, indikator proses, indikator output dan indikator dampak. Pemantauan dilakukan secara periodik oleh kepala Puskesmas dan perawat koordinator. Marquis dan Huston (2012) menjelaskan evaluasi secara periodik, memantau dan mengatur layanan merupakan bentuk kendali mutu pelayanan. Untuk mengukur
mutu asuhan yang diberikan oleh perawat perkesmas dapat
dilakukan dengan mengukur dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan, informasi yang dikumpulkan untuk menentikan apakah standar telah tercapai, dan tindakan edukasi dan koreksi diambil jika kriteria tidak tercapai (Marquis & Huston, 2012). Hasil pemantauan terhadap pencapaian indikator kinerja digunakan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja perawat, peningkatan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan. Marquis dan Huston (2012) memaparkan penilaian kinerja harus menggunakan standar yang tepat dan melibatkan pegawai.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
139
5.1.2 Asuhan Keperawatan Komunitas Asuhan keperawatan komunitas memilih aggregate ibu hamil dan menyusui di kelurahan Curug. Ibu hamil berjumlah 14 orang dan ibu menyusui berjumlah 28 orang. Kegiatan KS-ASIEKs sifatnya suka rela dari ibu hamil dan menyusui, sehingga dari 3 RW yang dibentuk, jumlah ibu hamil dan menyusui yang berpartisipasi sebanyak 44 orang. Kegiatan asuhan komunitas dilakukan bersama dengan kegiatan KS-ASIEKs. Pertemuan dilakukan tiap 2 minggu sekali. Hasil pada ibu setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKs adalah peningkatan pengetahuan 20,7%, sikap 33%,dan perilaku 25%, kepercayaan diri ibu meningkat 27,8%. Hasil evaluasi setiap akhir KS-ASIEKs secara FGD ibu anggota KS-ASIEKs merasa senang dapat bersosialisasi, mendapatkan pengetahuan dan mereka menyatakan termotivasi untuk memberikan ASI eksklusif. Peningkatan pengetahuan ibu setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKs di sejalan dengan hasil hasil penelitian Nurhidayati (2012), tema yang disimpulkan pada pengalaman ibu mengikuti kegiatan kelompok pendukung ASI adalah memperoleh informasi dan pengetahuan baru. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati (2012) adalah penelitian kualitatif yang menggali pengalaman ibu dalam mengikuti kegiatan kelompok swabantu, sehingga data secara subyektif dari partisipan penelitian. Faq sheet Linkages (2004) memaparkan bahwa keuntungan ibu mengikuti kegiatan KS-ASIEKs adalah mendapatkan pengetahuan persiapan menyusui pada ibu hamil.Teori Pender, Murdaugh dan Person(2001) memaparkan seseorang yang mengikuti kegiatan kelompok swabantu akan mendapatkan informasi, dukungan emosional, dan dalam kelompok individu akan memperoleh semangat, meningkat harapan hidup dan pengetahuannya. Dalam kegiatan kelompok KS-ASIEKs ibu anggota mendapatkan informasi baru yang ada di masyarakat, seperti: kegiatan bulanan posyandu dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dimasyarakat. Kegiatan KS-ASIEKs adalah intervensi keperawatan pada kelompok ibu hamil dan menyusui dengan strategi proses kelompok. Allender, Rector dan Warner (2010) menyebutkan peran group di masyarakat adalah memberikan informasi tentang kejadian dan pengalaman hidup yang dialami oleh anggota. Guna mencapai tujuan
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
140
kelompok, proses kelompok harus mengenalkan tanggung jawab, memberikan informasi, mengklarifikasi dan menyimpulkan, serta mengambil keputusan yang akan diadopsi bersama anggota kelompok. Pada akhirnya anggota akan belajar dari proses yang terjadi di dalam kelompok Ibu hamil dan ibu menyusui di kelurahan Curug yang mengikuti kegiatan KSASIEKs meningkat rasa percaya diri mampu menyusui sebesar 27,8% setelah mengikuti kegiatan KS-ASIEKs. Kepercayaan diri ibu untuk dapat menyusui diperlukan untuk menjaga keberlangsungan pemberian ASI pada bayi. Blyth et al (2002) mengutarakan kepercayaan diri pada ibu menyusui untuk dapat memberikan ASI merupakan faktor prediktor yang signifikan menentukan durasi memberikan ASI. Dennis (2006) menjelaskan faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepercayaan diri ibu menyusui adalah pendidikan ibu, dukungan dari ibu lain, paritas, kepuasan saat persalinan, persepsi kemajuan menyusui, dan kecemasan ibu. Hasil evidence based menjelaskan terjalinnya hubungan antara ibu, petugas kesehatan dan dukungan sosial memperpanjang pemberian ASI (Britton, McCormick, Renfrew, wade, & King, 2007). Penelitian lain yang mendukung peningkatan kepercayaan diri ibu disampaikan oleh Salonen et al (2009) dan Tarkka (2003). Mereka menyatakan dukungan kelompok membantu dalam mengambilan keputusan pada masa transisi, kelompok swabantu berfokus pada kebutuhan maternal saat itu sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri ibu. Kepercayaan diri berhubungan dengan keyakinan pada kemampuan untuk menjalankan peran menjadi ibu dan merupakan suatu hal yang kompleks. Kepercayaan diri ibu juga dipengaruhi oleh hubungan dinamik dalam kelompok sosial, faktor sosial dan budaya, dan adanya dukungan formal dan informal. Pemantauan pemberian ASI eksklusif dilakukan pada 30 bayi, dengan catatan menyusuiku diperoleh hasil : 10% bayi lulus ASI eksklusif pada bulan Desember 2013, 16% bulan Januari 2014, 20% pada bulan Febuari 2014, 5% bulan Maret, 20% bulan April dan 16,6 % bulan mei. Terdapat 6,6% bayi tidak lulus ASI eksklusif. Penyebab bayi tidak lulus ASI eksklusif adalah nenek merasa kasihan jika bayi menangis, ibu bayi takut membantah perintah mertuanya sehingga bayi diberi makan
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
141
bubur susu saat berusia 2 bulan. Bayi lain yang gagal pemberian ASI eksklusifnya adalah saat lahir dipelayanan kesehatan yang belum melaksanakan progran rumah sakit sayang bayi, sehingga bayi diberikan susu formula oleh petugas kesehatan yang ada dirumah sakit. Selanjutnya keluarga ini dibina oleh kader kesehatan dengan dilakukan kunjungan rumah, ibu merasakan yakin dapat menyusui. Setelah diberikan penjelasan intensif oleh kader kesehatn ibu beralih dengan memberi ASI. Keluarga extended mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI. Kerr, Dakishoni, Shumba,Msachi, dan Chirwa (2008) menyimpulkan nenek dari ayah memegang peranan penting dalam memberikan ASI dan makanan pertama bayi. Ibu menyusui yang tinggal bersama dalam extended family mendapatkan dukungan dari nenek, dan nenek cenderung mengarahkan untuk memberikan makan dini pada bayi (Grassley & Eschiti, 2008). Hasil penimbangan kenaikan BBL setelah diberikan ASI eksklusif mengalami kenikan BB sebesar 60%. Pemantaun kesehatan bayi, terdapat 16,6% bayi terkena batuk pilek selama pemberian ASI eksklusif, dan 100% bayi tidak mengalami diare. ASI mengandung zat protektif sehingga bayi yang mendapatkan ASI jarang menderita penyakit. Hal ini disebabkan karena ASI mengandung Laktobasilus bifidus yang mengubah laktosa menjadi asam asetat. Kedua zat asam ini akan menghambat pertumbuhan bakteri E.coli sehingga bayi akan terhindar dari diare. ASI juga mengandung laktoferin yang berfungsi mengikat zat besi dan menghambat pertumbuhan Staphylococcus dan E.coli. Kandungan lisozim dalam ASI berfungsi sebagai bakteriosidal dan anti inflamasi. Lisozim akan mengalami peningkatan produksi saat bayi berusia enam bulan. Antibodi yang dikandung dalam ASI saat ASI masih berbentuk kolostrum diantaranya immunoglobulin IgA, IgE, IgM, dan IgG. Antibodi ini akan bertahan dalam saluran pencernaan bayi, kemudian membentuk lapisan pada mukosa pencernaan sehingga menyebabkan bayi terlindungi dari bakteri patogen yang masuk ke dalam saluran pencernaan. ASI dapat memberikan imunitas seluler. Sebab, ASI mengandung makrofag yang berfungsi membunuh dan mem-fagositosis mikroorganisme serta membentuk lisozim dan laktoferin. Neville et al (2001 dalam Lawrence & Lawrence, 2008) menjelaskan colostrom diproduksi 4 hari pertama setelah kelahiran. Villalpando et al (1998 dalam Lawrence & Lawrence, 2008) memaparkan bahwa bayi yang diberikan ASI
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
142
terlindung dari agent penyebab infeksi saluran cerna dan saluran pernafasan. Hanson et al (2002 dalam Lawrence & Lawrence, 2008) menyimpulkan neonatus yang mendapatkan ASI terlindungi dari agen penyebab infeksi saluran kencing.
5.1.3 Asuhan Keperawatan Keluarga Pada sub bab ini penulis menganalisa hasil asuhan keperawatan keluarga dengan membandingkan hasil asuhan dengan teori dan hasil riset yang telah dilakukan. Hasil dilihat apakah ada kesamaan atau perbedaan. Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada 10 keluarga binaan. Pada awal asuhan 5 keluarga dengan kehamilan trimester tiga dan 5 keluarga dengan menyusui bayi 0-2 bulan. Terdapat 8 keluarga dengan tahap perkembangan childbearing, 1 keluarga dengan pre school dan 1 keluarga dengan anak sekolah.
Hasil asuhan keperawatan pada 10 keluarga
diperoleh hasil peningkatan rerata pengetahuan sebesar 60%, sikap 40%, dan perilaku 20%. Hasil FGD dengan keluarga diperoleh tema : takut, senang dibantu petugas kesehatan,
menjadi orang tua,
merawat anak, menyusui, mengambil
keputusan, bertambah pengalaman. Temuan peningkatan rerata pengetahuan, sikap dan perilaku pada keluarga diberi asuhan menunjukkan peningkatan yang baik. Hasil ini dipengaruhi oleh tehnik implementasi yang dilakukan pada keluarga. Penulis melakukan implementasi keperawatan dengan metoda coaching dan pendidikan kesehatan. Implementasi yang dilakukan pada keluarga merupakan bentuk promosi kesehatan pada bayi, keluarga dan masyarakat untuk mempertahankan kesehatan lebih lama. Kemampuan ibu untuk memberikan perawatan pada bayinya, dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, kesejahteraan psikologis, dan adanya dukungan sosial (WHO, 2004; Salonen et al, 2009). Queensland Health (2008) dan Hirst (2005) menjelaskan pentingnya intervensi untuk membantu orang tua mengambil keputusan dan mendukung orang tua melaksanakan perannya pada masa 8 minggu pertama setelah kelahiran. Terdapat evidence based yang kuat hubungan antara kepercayaan diri ibu menjalankan perannya dan kemampuan menjalankan kompetensi peran (Jones & Prinz, 2005). Penulis berpendapat dengan melakukan pendampingan pada keluarga
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
143
childbearing mampu meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap pada
keluarga untuk mengambil keputusan memberikan ASI eksklusif. Kepercayaan diri ibu yang diberi asuhan meningkat 20%. Hasil ini di dukung eviden based Tarkka (2003) membuktikan bahwa keberhasilan ibu merawat bayinya, memberikan ASI dan hubungan positif pada pasangan serta hubungan sosial merupakan bagian kompetensi infant care yang harus dilakukan ibu. Pendidikan yang diperlukan pada masa childbearing difokuskan pada dukungan untuk peningkatan kemampuan pengambilan keputusan, perilaku dan perawatan untuk menjaga kesehatan bayi. Terdapat evidence based yang menyimpulkan pendidikan kesehatan berhubungan positif terhadap parenting self efficasy, pengetahuan parenting, boanding dan attachment, dan kepuasan ibu pada masa childbearing (Lin, Chien, tai & Lee, 2008; Rosen, 2004). Selama tahap childbearing memiliki sembilan tugas khusus untuk tumbuh dan mencapai kesejahteraan keluarga. Sembilan tugas keluarga childbearing dirinci berikut ini: penyediaan ruang untuk anak, pembiayaan kelahiran anak dan membesarkan anak, mengasumsi tanggung jawab bersama untuk perawatan anak dan pengasuhan, memfasilitasi pembelajaran peran anggota keluarga, menyesuaikan diri dengan perubahan pola komunikasi, rencana untuk anak-anak berikutnya, menyelaraskan pola antargenerasi, menjaga anggota keluarga motivasi dan semangat kerja, membangun ritual dan rutinitas keluarga (Kaakinen, Gedaly-Duff, Choehlo & Hanson., 2010). Hasil wawancara mendalam dengan seorang ibu yang diberi asuhan keperawatan ia mengatakan “saya berterimakasih ibu telah mengajarkan semuanya pada saya, yang pada mulanya saya ingin memberikan susu formula sekarang tidak lagi, ibu membantu saya, suami saya mau bekerjasama mengasuh anak kami, dengan bantuan ibu saya merasa menjadi tahu, awalnya saya bingung dan banyak hal yang tidak saya ketahui, sekarang saya bisa menyusui, merawat bayi saya, bayi saya sehat... seneng saya bu, terimakasih (K1)” Coaching yang baik dan intensif dari petugas kesehatan, dalam konteks kebutuhan pelaksanaan peran ibu sangat berkontribusi pada keberhasilan ibu primipara menjalankan perannya. Pada kesempatan ini promosi kesehatan keterikatan antara
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
144
ibu dan bayi akan mempromosikan keberlangsungan perilaku-perilaku kesehatan lain seperti menyusui. Kunjungan rumah oleh petugas kesehatan menawarkan dukungan yang baik untuk ibu dan menumbuhkan niat ibu untuk tetap memberikan ASI selama 6 bulan, sehingga perlu dipertimbangkan pelaksaaan kunjungan rumah oleh petugas kesehatan dalam 8 minggu pertama masa transisi ibu.
Hasil dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif sebanyak 80%
ibu
mendapatkan dukungan suami dan 20% ibu tidak mendapat dukungan suami. Hasil ini didukung Tahota et al (2009) yang menyimpulkan dukungan emosional, praktis dan fisik ayah diidentifikasi sebagai faktor penting untuk meningkatkan keberhasilan menyusui dan meningkatkan pengalaman ibu dan ayah. Diperjelas oleh penelitian Susin dan Giugliani (1994) yang menyimpulkan bahwa ibu memerlukan bantuan dari pasangan, tapi ibu tidak menyampaikannya dengan jelas pada pasangan. Demikian pula, Sheehan et al (2001) menyampaikan ayah tidak hanya berpengaruh keputusan untuk menyusui, tetapi ayah juga memegang peranan penting dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif, apakah ibu akan terus menyusui atau berhenti sebelum waktunya. Johnson (2009) menyimpulkan dukungan dari ayah untuk memberikan ASI dalam bentuk sikap mengijinkan ibu menyusui di tempat umum dan mengetahui berapa banyak kebutuhan ASI untuk bayinya.
Hasil wawancara mendalam dengan seorang ayah yang terlibat aktif, dan mengikuti coaching menyampaikan “ kasih tahu saja kalau butuh bantuan, jadi saya bisa membantu dan melakukan apa yang diperlukan setelah jagoanku lahir, senang sekali diajari cara mengganti popok, cara menyendawakan dan memandikan walau saya belum berani melakukan sendiri.” Hasil ini diperkuat evidence based Tahotoa (2009) yang memaparkan empat (4) tema terkait dukungan ayah dalam menyusui: ingin terlibat, menginginkan informasi yang relevan, belajar peran dan menjadi advokat.
Pada praktik residensi ini penulis menyoroti pentingnya dukungan praktis, emosional dan fisik untuk ibu. Penulis menunjukkan kepada ayah bahwa ibu mengalami kesulitan saat menyusui, perlu dukungan dari pasangan untuk bisa sukses memberikan ASI eksklusif, selanjutnya ayah perlu memahami manfaat Asi untuk
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
145
ibu, bayi dan keluarga, mengajarkan ayah mencegah masalah menyusui. Pria ingin melaksanakan peran orang tua, namun mereka membutuhkan informasi dan pengetahuan.
Peran dukungan praktis dan emosional ayah merupakan unsur penting untuk keberhasilan menyusui, meningkatkan kepercayaan diri ibu, sehingga produksi ASI cukup untuk bayi. Memberdayakan orang tua untuk membuat dan mempertahankan komitmen memerlukan dukungan sumberdaya petugas kesehatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga maternal lebih dioptimalkan pelaksanaannya di masyarakat.
5.2 Keterbatasan dalam Intervensi Keperawatan Hambatan dan kendala serta keterbatasan dalam praktik residensi antara lain: 1) Belum dilibatkan, dan diberikan intervensi pada nenek yang memberikan akibat beberapa keluaga mengalami gagal pemberian ASI eksklusif. 2) Kader kesehatan sebagai fasilitator banyak kegiatan (pengajian, PKK, posyandu, posbindu, dan kegiatan sosial kemasyarakatan), perlu dilibatkan peran ibu menyusui dalam mengaktifkan KS-ASIEKs 3) Belum dinternalisasi peran perawat Perkemas oleh perawat Puskesmas, sehingga masih belum optimal pelaksanaan perkesmas di Puskesmas Cimanggis, khususnya asuhan keperawatan pada kelompok maternal. 4) Adanya layanan bidan dan RS yang belum melaksanakan program 10 Langkah sukses Memberikan Menyusui (MLM) 5) Adanya iklan susu formula yang menarik yang menyebabkan ibu beralih memberikan susu formula 6) Kurangnya koordinasi lintas sektor dan program sehingga mash ada anggapan dari perawat bahwa masalah ASI adalah program gizi masyarakat saja dan yang melaksanakan program tersebut harus nutritionist.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
146
5.3 Implikasi Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan Program manajemen pelayanan keperawatan dan asuhan keperaeatan komunitas menggunakan model intervensi KP-ASIEKs memunculkan beberapa implikasi keperawatan: untuk pelayanan keperawatan, perkembangan ilmu keperawatan, pembuat kebijakan kesehatan dan riset keperawatan. 5.3.1 Pelayanan keperawatan Asuhan pada kelompok ibu hamil dan menyusui dengan intervensi KS-ASIEKs terbukti meningkatkan perilaku pemberian ASI eksklusif. Perawat Perkesmas harus terlibat dalam upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif di Indonesia dalam kontribusi pencapaian MGGs 4. Bentuk kontribusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pembinaan KS-ASIEKs. Pembinaan
kegiatan KS-
ASIEKs merupakan kegiatan pelayanan perkesmas diluar gedung. 5.3.2 Pembuat kebijakan kesehatan Hasil kegiatan KS-ASIEKs yang dilakukan berdampak pada perlunya motivator dan fasilitator agar KS-ASIEKs tetap berjalan dan kelompok dapat direplikasi di tempat lain. Oleh karena itu diperlukan keterlibatan perawat perkesmas secara aktif dalam pelayanan di luar gedung khususnya dalam pembinaan pemberdayan masyarakat. Perkesmas selama ini belum berjalan dengan optimal, bahkan sebagian kota tidak melaksanakan karena bukan program wajib atau esensial, sehingga pemberdayaan masyarakat dalam bentuk kelompok swabantu, seperti KS-ASIEKs tidak dilaksanakan bahkan yang sudah diprakarsai mahasiswa spesialis keperawatan komunitas UI pun tidak berlanjut. Kondisi ini sungguh memprihatinkan mengingat tujuan pembangunan kesehatan terwujudnya masyarakat sehat, mandiri dan berkeadilan sulit tercipta. Dengan demikian pemberdayaan perkesmas sebagai program esensial Puskesmas menjadi suatu keharusan bagi pemangku kebijakan.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
147
5.3.3 Perawat Perkesmas Meningkatkan kompetensi sebagai perawat perkesmas dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan perkesmas dan meningkatkan jenjang pendidikan. Sehingga lebih mampu melaksanakan standar proses yang pada akhirnya akan mencapai hasil asuhan yang optimal. 5.4 Perkembangan Ilmu Keperawatan Hasil kegiatan kelompok swabantu ASIEKs menunjukkan kepercayaan diri untuk memberikan ASI lebih meningkat serta peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan ibu, kader kesehatan dan keluarga (suami) dalam memberikan dukungan pemberian Asi eksklusif yang berdampak pada peningkatan rata-rata perilaku pemberian ASI eksklusif.
Hal ini dapat dijadikan evidence based maupun
pendukung bagi pengembangan ilmu keperawatan komunitas dan keluarga. Fenomena terputusnya pemberian ASI eksklusif meningkat seiring banyaknya ibu bekerja, sehingga diperlukan inovasi yang tepat untuk meningkatkan rata-rata pemberian ASI pada bayi. Salah satu model intervensi yang dapat digunakan adalah kelompok swabantu ASIEKs. Inovasi KS-ASIEKs menggambarkan intervensi pada ibu hamil dan menyusui, kader dan dukungan keluarga (suami), perlu dilakukan pengembangan intervensi pada pemberdayaan keluarga, pemberian dukungan oleh anggota keluarga selain suami (misal: nenek) dalam penerapan KS-ASIEKs.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang simpulan dan saran dari uraian bab sebelumnya. Simpulan dan saran berdasarkan pada hasil dan pembahasan pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan komunitas dan asuhan keperawatan keluarga.
6.1 Simpulan 6.1.1 Kemampuan kader sebagai fasilitator kegiatan KS-ASIEKs meningkat setelah dilakukan pelatihan tentang IMD dan manfaat ASI manajemen laktasi dan permasalahan menyusui, manajemen laktasi, MP-ASI , pertemuan ke 7 penggunaan buku kerja kelompok pendukung, pertolongan pertama balita sakit, perawatan komplementer meningkatkan produksi ASI (perawatan payudara dan pijat oksitosin). 6.1.2
Pertemuan rutin KS-ASIEKs dilaksanakan rutin tiap 2 minggu, lebih dari separuh ibu hamil dan menyusui anggota aktif, dan kader pendukung ASI sebagai fasilitator lebih dari separuh mampu memfasilitasi pelaksanaan kegiatan reguler KS-ASIEKs.
6.1.3
Kemampuan ibu hamil dan menyusui anggota KS-ASIEKs terjadi peningkatan secara signifikan setelah mengikuti 8 kali pertemuan rutin, dan ada hubungan bermakna antara keaktifan mengikuti kegiatan KS-ASIEKs dengan perilaku pemberian ASI eksklusif, dimana ibu anggota KS-ASIEKs berpeluang memberikan ASI eksklusif.
6.1.4
Kepercayaan diri ibu hamil dan menyusui anggota KS-ASIKs terjadi peningkatan secara signifikan, dan ada hubungan bermakna keaktifan mengikuti kegiatan dengan peningkatan kepercayaandiri ibu, serta ada hubungan bermakna peningkatan kepercayaan diri dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.
6.1.5
Dukungan suami mengalami peningkatan setelah diberikan asuhan kepeawatan selama 8 minggu, dan ada hubungan yang bermakna dengan
142
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
149
perilaku ibu memberikan ASI eksklusif, dimana ibu yang mendapatkan dukungan dari suami berpeluang memberikan ASI eksklusif. 6.1.6
Kemandirian keluarga meningkat hampir semua keluarga yang diberikan asuhan keperawatan menjadi mandiri IV.
6.1.7
Pengaruh kegiatan KS-ASIEKs meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di kelurahan Curug, sehingga kegiatan KS-ASIEKs perlu dipertahankan, bahkan ditingkatkan pelaksanaannya di masyarakat.
6.2 Saran 6.2.1 Pelayanan kesehatan 6.2.1.1 Dinas Kesehatan Kota Depok 1) Menetapkan Program Perkesmas sebagai upaya wajib Puskesmas dan melaksanakan asuhan kelompok maternal di Dinas Kesehatan Kota Depok baik kelompok maupun keluarga. 2) Menempatkan perawat untuk mengembangkan perkesmas dengan latar belakang Ners sebagai penyelia perkesmas di kota Depok, kedepan dapat ditingkatkan seorang Ners Spesialis komunitas. 3) memberikan kesempatan pada perawat untuk dapat mengembangkan diri, menempuh pendidikan untuk meningkatkan kompetensinya sebagai perawat perkesmas. 4) KS-ASIEKs dapat diterapkan di masyarakat sebagai bentuk pelaksanaan program perkesmas di luar gedung untuk mencapai masyarakat sehat, mandiri dan berkeadilan. 6.2.1.2 Puskesmas Cimanggis 1) Menempatkan perawat dengan latar belakang DIII keperawatan sebagai koordinator Perkesmas di Puskesmas, kedepan dapat ditingkatkan seorang Ners 2) Melaksanakan program perkesmas, terutama program perkesmas diluar gedung, sehingga masyarakat lebih terarah dalam upaya pemberdayaan kesehatan.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
150
6.2.2
Perawat Komunitas
6.2.2.1 Meningkatkan kemampuan diri dan kompetensi dalam menjalankan peran
minimal
perawat
di
Puskesmas
dengan
meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman 6.2.2.2 melakukan pembentukan, pembinaan kelompok swabantu sebagai intervensi asuhan keperawatan maternal yang bertujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif.
6.2.3
Perkembangan Riset Keperawatan
6.2.3.1 Riset Kualitatif Pengembangan
penelitian
lebih
lanjut
dengan
melakukan
study
fenomenology pengalaman ayah memberikan dukungan pada ibu menyusui, Pengalan kader memfasilitasi kegiatan kelompok swabantu, pengalaman perawat Perkesmas membina kelompok maternal, pengalaman perawat perkesmas membina keluarga dengan masalah maternal, pengalaman keluarga childbearing mendapat pendampingan (coaching) dari petugas kesehatan. 6.2.3.2 Riset kuantitatif Pengembangan penelitian efektifitas kader dalam memfasilitasi kegiatan KSASIEKs,
Efektifitas
coaching
pada
keluarga
childbearing
dalam
melaksanakan peran dan tugas keluarga, Pengaruh kunjungan perawat Perkesmas pada keluarga childbearing terhadap peningkatan status kesehatan keluarga, Pengaruh Family Partnership Nursing pada keluarga childbearing di darah pedesaan
6.2.4
Keluarga dan Masyarakat Keluarga dan masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang nyaman untuk ibu tetap bisa menyusui. Pemberian dukungan suami secara nyata dengan membantu meringankan tugas-tugas istri selama menyusui. Masyarakat selalu memotivasi
ibu hamil dan ibu menyusui untuk aktif mengikuti
kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif seperti KS-ASIEKs.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
151
6.2.5
Ibu hamil dan menyusui Ibu hamil sebaiknya mempersiapkan diri sejak dini untuk dapat menyusui, dengan
mengikuti
kegiatan
di
masyarakat
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan pemberian ASI eksklusif seperti KS-ASIEK minimal sejak trimester 3 usia kehamilan, melakukan perawatan payudara sejak usia 9 bulan untuk mempersiapkan menyusui. Ibu menyusui untuk dapat mempertahankan produksi ASI dapat mengkonsomsi makanan bergizi dan mengosongkan payudara sampai benar-benar kosong, memberikan ASI sesuai keinginan bayi.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA Allender.J.A, Rector.C & Warner.K.D. 2014. Community & Public Health Nursing: Promoting the public’s health. Wolter Kluwer. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia Armstrong J, Reilly JJ & Child Health Information Team. 2002. Breastfeeding and lowering the risk of childhood obesity. Lancet 359, 2003-2004. Anderson.E.T & MCFarlane.J. 2011. Community as partner theory and practice in nursing. 6th ed. Wolter Kluwer. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia Badan Pusat Statistik (BPS) dan Marco International. (2007). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Calverton. Maryland, USA: BPS dan Marco International Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010) Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar 2010, Jakarta : Kementrian Kesehatan Aumann O., 2008. The role and scope of practice of Community Health Nurses in Victoria Arora S, McJunkin C, Wehrer J, Kuhn P. 2000. Major factors influencing breastfeeding rates: mother's perception of father's attitude and milk supply. Pediatrics . http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11061804. diakses 30 Mei 2014 Bachrach VR, Schwarz E, Bachrach LR.2003. Breastfeeding and the risk of hospitalization for respiratory disease in infancy: a meta-analysis. Arch Pediatr Adolesc Med
Bapenas. 2014. Rancangan teknokratik RPJMN 2015-2019 Sub Bidang kesehatan dan gizi Masyarakat. Kementrian PPN. Bapenas. http://www. binfar.depkes.go.id diakses 19 Juni 2014 Bernier MO, Plu-Bureau G, Bossard N, Ayzac L, Thalabard JC. 2000.Breastfeeding and risk of breast cancer: a meta-analysis of published studies. Hum Reprod Update Burnham MM, Goodlin-Jones BL, Gaylor EE, Anders TF. 2002; Nighttime sleep-wake patterns and selfsoothing from birth to one year of age: a longitudinal intervention study. J Child Psychol Psychiatry.
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Chung M, Ip S, Yu W, Raman G, Trikalinos T, DeVine D, Lau J.2008. Interventions in Primary Care to Promote Breastfeeding: A Systematic Review . Pubmed. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0005830/ Chapman DJ, Damio G, Perez-Escamilla R. 2004. Differential response to breastfeeding peer counseling within a low-income, predominantly Latina population. Journal of Human Lactation Dennis.C.L .2006. Identifying predictors of breastfeeding self-efficacy in the immediate postpartum period. http://onlinelibrary.wiley.com. Diakses 10 Juni 2014 EU 2004a. Project on promotion of breastfeeding in Europe. Protection, promotion and support of breastfeeding in Europe: a blueprint for action. European Commission, Directorate Public Health and Risk Assessment, Luxembourg. http://ec.europa.eu/health/ph_projects/2002/promotion/promotion_2002_18_en.h tm Februhartanty. 2009. ASI dari Ayah untuk Ibu dan Bayi, Panduan praktis peran ayah dalam mendukung keberhasilan Pemberian ASI. Semesta Medika. Jakarta. Fitria A. (2010) Faktor-faktor yang berhubungan dengan produksi ASI pada ibu menyusui di syah Kuala Banda Aceh. www.lppm.stikesu’budiyah Banda Acah Friedman.M.M, Bowden.V.R & Jones.E.G. 2003. Family nursing: Research, theory and practice, 5th ed. Alih bahasa Hamid, Sutarna, Subekti, Yuliyanti & Herdina. 2010. EGC. Jakarta Gielen AC, Faden RR, O’Campo P, Brown CH, Paige DM. 1991. Maternal employment during the early postpartum period: effects on initiation and continuation of breast-feeding. Pediatrics;87:298–305. PMID:2000269 Gillies (2000) Nursing Manajement A systems Approach. Third Edition. WB Saunders Company, Philadelphia. Glanz.K, Rimer.B.K & Viswanath.K.. 2008. Health Behavior and Health Education: theory, research, and practice. 4th edition. Jossey-Bass. Sanfrancisco Goodlin-Jones BL, Beth L, Burnham M, Gaylor E, Anders T. 2001; Night Waking, Sleep-Wake Organization, and Self-Soothing in the First Year of Life. J Dev & Behav Pediatri. Grassley J, Eschiti V. 2008. Grandmother breastfeeding support: what do mothers need and want? ;35:329–335. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19036046 diakses 30 mei 2014
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Haris.Y.D. 2008. Konflik peran ganda pada ibu bekerja ditinjau dari dukungan suami. Skripsi. http://eprints.unika.ac.id/1960/1/03.40.0182. diakses 19 Juni 2014 Hawkins SS, Griffiths LJ, Dezateux C, Law C. 2007. Millennium Cohort Study Child Health Group. The impact of maternal employment on breast-feeding duration in the UK Millennium Cohort Study. Public Health Nutr;10:891–6. PMID:17381907 Hitchock.J.E, Schubert.P.E, Thomas.S.A. 1999. Community Health Nursing: caring in Action. Delmar Publisher.Washington Husna, Subiyanto, Sriyatun. 2014. Hubungan Dukungan suami dengan pelaksanaan Inisiasi menyusui Dini. Tesis. http://s2mkk.pasca.uns.ac.id. Diakses 19 Juni 2014 Hoddinot & Amanda. 2006. Effectiveness of a Breastfeeding Peer Coaching Intervention in Rural Scotland. http://onlinelibrary.wiley.com . diakses 5 Juni 2014 Ingram J, Johnson D: A feasibility study of an intervention to enhance family support for breast feeding in a deprived area in Bristol, UK. Midwifery 2004, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 diakses 5 Juni 2014 Ip S, Chung M, Raman G, Chew P, Magula N, DeVine D, et al. 2007.Breastfeeding and maternal and infant health outcomes in developed countries: evidence report/ technology assessment, MD: Agency for Healthcare Research and Quality. AHRQ Publication No. 07-E007 Jones.G, Steketee R.W,Black.R.E, Bhutta.Z.A, Saul S Morris.S.S, 2003 How many child deaths can we prevent this year?. Lancet Vol 362. http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/pdfs/lancet_child_sur vival_prevent_deaths.pdf diakses 6 Juni 2014 Johansen ML, Foldevi M, Rudebeck CE . 2013. Breastfeeding as a specific value in women's lives: the experiences and decisions of breastfeeding women. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23131095 diakses 5 mei 2014 Kaakinen.R.J, Gedaly-duff, Coehlo.D.P, & Hanson. (2010). Family Health Care Nursing: Theory, Practice and Research. 4th ed. F.A. Davis Company. Philadelphia. Kementrian Kesehatan. 2013. Pusat data dan Informasi: Health Statistics Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Profil
Kementrian Kesehatan. 2010. Pedoman Gizi Ibu hamil dan Pengembangan Makanan Tambahan Ibu hamil berbasisi Pangan Lokal Kementrian Kesehatan. 2010. Pedoman promosi Kesehatan Bagi Perawat Kesehatan Masyarakat. Jakarta Kementrian Kesehatan. 2010. Pedoman Penyelenggaraan pelayanan keperawatan keluarga. Jakarta Kementrian Kesehatan RI. 2004. Pedoman kegiatan perawat kesehatan di Puskesmas. Jakarta Kementrian Kesehatan RI. 2006. Pedoman penyelenggaraan Upaya keperawatan kesehatanMasyarakat di Puskesmas. Jakarta Kementrian Kesehatan RI. 2013. Kebijakan Perkesmas terintegrasi pengembangan Manajemen Kinerja. Direktorat Pelayanan keperawatan dan keteknisan medik. Dirjen bina Upaya Kesehatan. Jakarta Kerr. R, Dakishoni. L, Shumba. L, Msachi. R, Chirwa. M, 2008. We Grandmothers Know Plenty’’: Breastfeeding, complementaryfeeding and the multifaceted role of grandmothers in Malawi. www.elsevier.com/locate/socscimed. diakses 1 Mei 2014 Kistin N, Abramson R, Dublin P. 1994.Effect of peer counselors on breast-feeding initiation, exclusivity, and duration among low-income urban women. Journal of Human Lactation Kwan ML, Buffler PA, Abrams B, Kiley VA. 2004. Breastfeeding and the risk of childhood leukemia: a meta-analysis. Public Health Report Lawrence & Lawrence. 2011. Breastfeeding Guide for the Medical Profession. Mosby, Elsevier. Lung’aho.M.S dan Jemeines.M.S .,2010 . Mother to Mother support groups in Dadaab Refuge Camps. Pubmed di akses 10 oktober 2013 Lundy & Janes., 2009. Community health nursing : caring for public’s health. 2nd ed. Jones and Barlett Publishers. Canada Maglaya.A.S, Cruz-Esrnshaw.R.G, Lao-Nario.MA.B, Pambid-Dones.L.B.L, Rabuco.L.B & Ubas-Deleon.W. 2009. Nursing Practice inthe Community. Fifth edition. Argonauta Corporation
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Martens PJ. 2002. Increasing breastfeeding initiation and duration at a community level: an evaluation of Sagkeeng First Nation's community health nurse and peer counselor programs. Journal of Human Lactation Marquis.B.L & Huston.C.J. 2012. Leadership Roles and Management Fuctions in nursing: theory and application .7th ed. Lippincott Williams & Wilkins .China Maurer.F.A & Smith.C.M. 2005. Community /Public Health Nursing Practice: health for families and Populations. Sagung seto. Indonesia. Jakarta Mc.Murray,A.(2003). Community approach.Toronto:Mosby.
Health
and
Wellness:
a
Sociological
Moody & Jane.(2006). Menyusui cara mudah, paktis dan nyaman;alih bahasa Susi purwoko. Jakarta: Arcan Nannkunda et al. (2010). She would sit with me : Mother experiences of individual peer support for exclusive breastfeeding in uganda. Vol:5 www.internationalbreastfeedingjournal.com. Diperoleh 5 Agustus 2012 Natland.S.T,Nilsen.T.I.L, Midthjell.K, Andersen.L.F, dan Forsmo.S (2012). Lactation and cardiovascular risk factors in mother a population-based studi :the HUNT-study. International Breastfeeding Journal, 7:8 www.internationalbreastfeedingjournal.com. Diperoleh 5 Agustus 2012 Pander.J.N. Murdaugh.C.L & Persons.M.A. 2001. Health Promotions in Nursing Practice. 4th ed. Persons Education. New Jersey. Rahmah (2011). Atribusi tentang kegagalan pemberian ASI pada ibu pekerja (sebuah studi fenomenologi). Jurnal Psikologi Proyeksi Vol 6 No 1 April 2011. Universitas Sultan Agung Randal,M.C. (2003) Support group: what they are and what they do. http:// www.genetichealth.com/Resources_support_Group_What_They_Are_and_W at_They_Do.shtml. Diperoleh 27 Agustus 2012 Schmied V, Olley. H, Burns. E, Duff.M, Dennis C & Dahlen GH., 2012. Contradictions and conflict: A meta-ethnographic study of migrant women’s experiences of breastfeeding in a new country. http://www.biomedcentral.com/1471-2393/12/163 diakses 5 mei 2014 Smith A, 2013. Flat or inverted nipples. http://www.breastfeedingbasics.com/articles. diakses 7 Juni 2014
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Sheehan D, Krueger K, Watt S, Sword W & Bridle B: The Ontario mother and infant survey: breastfeeding outcomes. J Hum Lact 2001, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed diakses 5 Juni 2014 Sholehah et all (2010) Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama. ejournal.litbang.depkes.go.id Sumamo, I; E Sarasrmti; E Musa; Yhazhazy; R.Aryanti; dkk. 1998. Risiko ibu hamil anemia untukrnelahirkan bayi berat badan behir rendah (BBLR). Bandung: Kerjasama Dinkes Prov. Jawa Barat dengan Puslitbang Gin Depkes RI. Suhartati Yuti .2013. Pelayanan Keperawatan dalam Sistem Kesehatan Nasional. Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Sugiharta. D, Doeljachman, Wahyuni. B. (2003). Pendidikan melalui metode seramah dan diskusi pada kader Posyandu di kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Jawa Tengah. http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/. Diakses 9 Juni 2014 Sukiarko, Edy (2007). Pengaruh pelatihan dengan metode belajar berdasarkan masalah terhadap pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu. http://eprints.undip.ac.id/15497. diakses 9 Juni 2014 Soleh & Noer (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan. eprints.undip.ac.id Suryaningsih. C. 2012. Pengaruh demonstrasi dan Pendampingan menyusui terhadap motivasi dan kemampuan ibu dalam pemberian ASI.Tesis.Lontar .ui.ac.id Susin LRO, Giugliani ERJ: Inclusion of fathers in an intervention to promote breastfeeding: impact on breastfeeding rates. JHum Lact 2008, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ diakses 5 Juni 2014 Stanhope. M & Lancester,J., (2010). Fundation of Nursing in the Community : Community oriented Practice. 3rd ed. Elsevier. China Urbayatun.S. 2006. Dukungan sosial dan kecenderungan depresi post partum pada ibu di Bantul. http://jogjapress.com/index.php/HUMANITAS/article/view/224. diakses 19 Juni 2014 Tahotoa.J, Maycock.B, Hauck.Y.L, Hoat.P, Burns.S, Binns.C.W. (2009). Dads make a difference: an exploratory study of paternal support for breastfeeding in Perth, Western Australia. http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content/4/1/15 diakses 5 Juni 2014
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Thulier D dan Mercer. J., (2009). Variables Associated With Breastfeeding Duration. Journal of Obstetric, Gynecologic, & Neonatal Nursing. Volume 38, Issue 3, pages 259–268, May - June 2009. http://onlinelibrary.wiley.com diakses 5 mei 2014 UNICEF (internet). 2013. Statistic topics http://www.unicef.org/nutrition/index_statistics.html diakses pada 1 Mei 2014 Watkins D, Cousins J, Whitehead D., 2010. Public Health and Community Nursing : Frameworks for practice. Third Ed. Elsevier. China World Health Organization [Internet]. Health topics: breastfeeding. Geneva: WHO; 2012. Available from: http://www.who.int/topics/breastfeeding/en/ diakses pada 16 febuari 2013 Wright CM, Parkinson KN, Drewett RF. 2004.Why are babies weaned early? Data from a prospective population based cohort study. Archives of Disease in Childhood ;89(9):813–6. _______, (2011)., Manual Mother to Mother Support Groups trainer manual, IYCN
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 1
KRITERIA PRIORITAS MASALAH MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN No
1.
DIAGNOSA No KEPERAWATAN
Belum optimalnya Perencanaan tahunan peningkatan pemberian ASI eksklusif
KRITERIA RANKING (1-10)
RASIONAL
PRIORITAS MASALAH (BM X RANK)
Pelayanan keehatan, jenis masalah kesehatan Kurang yakin masalah dapat diselesaikan karena lebih komplek Perawat dilatih meningkatkan kesadaran dan dukungan Tenaga kader menyadari kesiapan sebagai pembaharu Masalah dapat dikontrol dengan baik
49
Perhatian komunitas terhadap masalah
7
7
2
Motivasi komunitas untuk menyelesaikan masalah Kemampuan perawat untuk mempengaruhi penyelesaian masalah Kesiapan untuk menyelesaikan masalah Hasil Penyelesaian masalah sulit dicapai Kecepatan pencapaian penyelesaian maslah
8
7
8
7
8
7
6
6
6
6
1
Perhatian komunitas terhadap masalah
7
7
2
Motivasi komunitas untuk menyelesaikan masalah Kemampuan perawat untuk mempengaruhi penyelesaian masalah Kesiapan untuk menyelesaikan masalah Hasil Penyelesaian masalah sulit dicapai Kecepatan pencapaian penyelesaian maslah
7
7
8
8
8
8
7
7
7
7
3 4
6
Belum optimalnya komunikasi pelaksanaan program peningkatan pemberian ASI eksklusif
BERAT NYA MASALAH (1-10)
1
5
2.
KRITERIA
3 4 5 6
56 56 56 36
Waktu untuk mobilisasi penduduk 36 mendapatkan dukungan dan kegiatan sosial lainnya JUMLAH 289 Pelayanan keehatan, jenis masalah 49 kesehatan Kurang yakin masalah dapat 49 diselesaikan karena lebih komplek Perawat dilatih meningkatkan 64 kesadaran dan dukungan Tenaga kader menyadari kesiapan 64 sebagai pembaharu Masalah dapat dikontrol dengan baik 49 Waktu untuk mobilisasi penduduk 49 mendapatkan dukungan dan kegiatan sosial lainnya JUMLAH 324
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 1
No
DIAGNOSA No KEPERAWATAN
3.
Belum adanya wadah untuk ibu hamil &menyusui memperoleh dukungan dlm memberikan ASI
KRITERIA RANKING (1-10)
RASIONAL
PRIORITAS MASALAH (BM X RANK)
Pelayanan keehatan, jenis masalah kesehatan Kurang yakin masalah dapat diselesaikan karena lebih komplek Perawat dilatih meningkatkan kesadaran dan dukungan Tenaga kader menyadari kesiapan sebagai pembaharu Masalah dapat dikontrol dengan baik
56
Perhatian komunitas terhadap masalah
8
7
2
Motivasi komunitas untuk menyelesaikan masalah Kemampuan perawat untuk mempengaruhi penyelesaian masalah Kesiapan untuk menyelesaikan masalah Hasil Penyelesaian masalah sulit dicapai Kecepatan pencapaian penyelesaian maslah
8
8
8
8
8
8
7
7
7
7
1
Perhatian komunitas terhadap masalah
7
7
2
Motivasi komunitas untuk menyelesaikan masalah Kemampuan perawat untuk mempengaruhi penyelesaian masalah Kesiapan untuk menyelesaikan masalah Hasil Penyelesaian masalah sulit dicapai Kecepatan pencapaian penyelesaian maslah
7
7
7
7
7
7
6
6
6
6
3
5 6
Belum optimalnya pelaksanaan sistem monitoring Pemberian ASI eksklusif.
BERAT NYA MASALAH (1-10)
1
4
4.
KRITERIA
3 4 5 6
64 64 64 49
Waktu untuk mobilisasi penduduk 49 mendapatkan dukungan dan kegiatan sosial lainnya JUMLAH 346 Pelayanan keehatan, jenis masalah 49 kesehatan Kurang yakin masalah dapat 49 diselesaikan karena lebih komplek Perawat dilatih meningkatkan 49 kesadaran dan dukungan Tenaga kader menyadari kesiapan 49 sebagai pembaharu Masalah dapat dikontrol dengan baik 36 Waktu untuk mobilisasi penduduk 36 mendapatkan dukungan dan kegiatan sosial lainnya JUMLAH 268
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 1
KRITERIA PRIORITAS MASALAH MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN No
1.
DIAGNOSA No KEPERAWATAN
Belum optimalnya Perencanaan tahunan peningkatan pemberian ASI eksklusif
KRITERIA RANKING (1-10)
RASIONAL
PRIORITAS MASALAH (BM X RANK)
Pelayanan keehatan, jenis masalah kesehatan Kurang yakin masalah dapat diselesaikan karena lebih komplek Perawat dilatih meningkatkan kesadaran dan dukungan Tenaga kader menyadari kesiapan sebagai pembaharu Masalah dapat dikontrol dengan baik
49
Perhatian komunitas terhadap masalah
7
7
2
Motivasi komunitas untuk menyelesaikan masalah Kemampuan perawat untuk mempengaruhi penyelesaian masalah Kesiapan untuk menyelesaikan masalah Hasil Penyelesaian masalah sulit dicapai Kecepatan pencapaian penyelesaian maslah
8
7
8
7
8
7
6
6
6
6
1
Perhatian komunitas terhadap masalah
7
7
2
Motivasi komunitas untuk menyelesaikan masalah Kemampuan perawat untuk mempengaruhi penyelesaian masalah Kesiapan untuk menyelesaikan masalah Hasil Penyelesaian masalah sulit dicapai Kecepatan pencapaian penyelesaian maslah
7
7
8
8
8
8
7
7
7
7
3 4
6
Belum optimalnya komunikasi pelaksanaan program peningkatan pemberian ASI eksklusif
BERAT NYA MASALAH (1-10)
1
5
2.
KRITERIA
3 4 5 6
56 56 56 36
Waktu untuk mobilisasi penduduk 36 mendapatkan dukungan dan kegiatan sosial lainnya JUMLAH 289 Pelayanan keehatan, jenis masalah 49 kesehatan Kurang yakin masalah dapat 49 diselesaikan karena lebih komplek Perawat dilatih meningkatkan 64 kesadaran dan dukungan Tenaga kader menyadari kesiapan 64 sebagai pembaharu Masalah dapat dikontrol dengan baik 49 Waktu untuk mobilisasi penduduk 49 mendapatkan dukungan dan kegiatan sosial lainnya JUMLAH 324
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 1
No
DIAGNOSA No KEPERAWATAN
3.
Belum adanya wadah untuk ibu hamil &menyusui memperoleh dukungan dlm memberikan ASI
KRITERIA RANKING (1-10)
RASIONAL
PRIORITAS MASALAH (BM X RANK)
Pelayanan keehatan, jenis masalah kesehatan Kurang yakin masalah dapat diselesaikan karena lebih komplek Perawat dilatih meningkatkan kesadaran dan dukungan Tenaga kader menyadari kesiapan sebagai pembaharu Masalah dapat dikontrol dengan baik
56
Perhatian komunitas terhadap masalah
8
7
2
Motivasi komunitas untuk menyelesaikan masalah Kemampuan perawat untuk mempengaruhi penyelesaian masalah Kesiapan untuk menyelesaikan masalah Hasil Penyelesaian masalah sulit dicapai Kecepatan pencapaian penyelesaian maslah
8
8
8
8
8
8
7
7
7
7
1
Perhatian komunitas terhadap masalah
7
7
2
Motivasi komunitas untuk menyelesaikan masalah Kemampuan perawat untuk mempengaruhi penyelesaian masalah Kesiapan untuk menyelesaikan masalah Hasil Penyelesaian masalah sulit dicapai Kecepatan pencapaian penyelesaian maslah
7
7
7
7
7
7
6
6
6
6
3
5 6
Belum adanya sistem reword yg optimal pada perawat Perkesmas
BERAT NYA MASALAH (1-10)
1
4
4.
KRITERIA
3 4 5 6
64 64 64 49
Waktu untuk mobilisasi penduduk 49 mendapatkan dukungan dan kegiatan sosial lainnya JUMLAH 346 Pelayanan keehatan, jenis masalah 49 kesehatan Kurang yakin masalah dapat 49 diselesaikan karena lebih komplek Perawat dilatih meningkatkan 49 kesadaran dan dukungan Tenaga kader menyadari kesiapan 49 sebagai pembaharu Masalah dapat dikontrol dengan baik 36 Waktu untuk mobilisasi penduduk 36 mendapatkan dukungan dan kegiatan sosial lainnya JUMLAH 268
o
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 2
SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS NO
1 2 3 4
DIAGNOSA KEPERAWTAN
Risiko terputusnya pemberian ASI eksklusif ibu menyusui di kelurahan Curug Ketidak efektifan menyusui pada ibu menyusui di kelurahan Curug Kurangnya dukungan sosial pada ibu menyusui di kelurahan Curug Koping tidak efektif masyarakat kelurahan Curug
PEMBOBOTAN E F G
A
B
C
D
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
I
J
K
3
3
2
3
3
36
3
3
3
2
3
3
33
3
3
2
2
3
3
3
31
3
2
2
3
2
3
3
30
Keterangan Pembobotan: 1. Sangat rendah, 2. Rendah, 3. Cukup, 4 Tinggi, 5 Sangat tinggi A. B. C. D. E. F.
Risiko terjadi Risiko parah Potensial Pendidikan Kesehatan Minat masyarakat Kemungkinan diatasi Sesuai program pemerintah
JML H
G. Tempat H. Waktu I. Dana J. Fasilitas Kesehatan K. Sumber daya
Diagnosa Keperawatan Komunitas berdasarkan skoring : 1. Risiko terputusnya pemberian ASI eksklusif ibu menyusui di kelurahan Curug 2. Ketidak efektifan menyusui pada ibu menyusui di kelurahan Curug 3. Kurangnya dukungan sosial pada ibu menyusui di kelurahan Curug 4. Koping terhadap masalah menyusui tidak efektif masyarakat kelurahan Curug
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 3
SKORING MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa keperawatan keluarga : Ketegangan peran pemberi asuhan pada keluarga bapak I NO 1.
KRITERIA Sifat Masalah aktual
PERHITUNGAN 3/3 x 1
SKOR 1
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah: Mudah
2/2 x 2
2
3.
Potensi masalah untuk dicegah : Cukup
2/3 x 1
2/3
4.
Menonjolnya masalah : perlu segera ditangani
2/2 x 1
1
:
Jumlah
PEMBENARAN Masalah aktual : keluarga menyatakan bagaimana nanti merawat 2 balita sekaligus, ibu mengatakan tidak mampu dan belum tahu tentang infan care, ibu menjadi lebih tidak nafsu makan jika memikirkan masalah Ibu berpendidikan SMA, kooperatif dan terbuka terhadap masukan, BP I kooperatif dan terbuka dengan perawat, bapak I menyatakan keinginannya membantu istrinya Masalah cukup kompleks, penyelesaian memerlukan kontribusi seluruh angota keluarga, cukup lama untuk beradaptasi peran Ibu N menyatakan perlu segera ditangani, saat ini sudah 8 bulan kandungannya, supaya tidak terjadi masalah setelah melahirkan bayinya
4 2/3
Diagnosa keperawatan keluarga : Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga bapak I NO 1.
KRITERIA Sifat Masalah aktual
2.
3.
4.
PERHITUNGAN 3/3 x 1
SKOR 1
Kemungkinan masalah dapat diubah: sebagian
½x2
1
Potensi masalah untuk dicegah : cukup Menonjolnya masalah : masalah tidak dirasakan keluarga
2/3 x 1
2/3
0/2 x 1
0
:
Jumlah
PEMBENARAN Masalah ketidak seimbangan nutrisi pada ibu N sudah terjadi, ibu N intake nutrisinya kurang dari 2000 Kal dalam sehari, sudah ada tanda KEK, LILA ibu N 22,5cm. Ibu N mendapat paket peningkatan gizi ibu hamil dari Puskesmas, namun roti tidak pernah dimakan, terlalu manis, ibu N tidak menyukaia, ibu N minum susu yang diberikan Puskesmas Ibu N kurus sejak remaja, saat kehamilan pertama, ia juga kurus, dan bayi F lahir 2.3 kg. Ibu N tidak menganggap kurus tubuhnya menjadi masalah, saat kelahiran anak pertamanya dulu ia merasa sehat.
2 2/3
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 3
Diagnosa keperawatan keluarga : Risiko Ketidak efektifan pemberian ASI pada keluarga Bapak I NO
KRITERIA
PERHITUNGAN
SKOR
1.
Sifat Masalah : 2/3 x 1 Risiko
2/3
2.
Kemungkinan 2/2 x 2 masalah dapat diubah: Mudah
2
3.
Potensi masalah 2/3 x 1 untuk dicegah: Cukup Menonjolnya ½x1 masalah: masalah dirasakan tapi tidak urgen
2/3
4.
1/2
PEMBENARAN
Ibu N mengatakan saat bayi F tidak diberikan asi secara eksklusif, puting susunya inverted Ibu N menyatakan keinginannya untuk memberikan Asi eksklusif pada bayinya nanti, mudah menerima masukan dan terbuka Ibu N belum melakukan apapun untuk persiapan menyusui Keluarga merasakan penting untuk dapat menyusui, namun belum melakukan persiapan, dan upaya untuk bisa memberikan ASI
Jumlah 3 5/6 Prioritas Diagnosa Keperawatan keluarga : 1. Ketegangan peran pemberi asuhan pada keluarga bapak I 2. Risiko Ketidak efektifan pemberian ASI pada keluarga Bapak I 3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga bapak I
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 4
No 1.
Diagnosa keperawatan Komunitas Risiko terputusnya penyusuan pada ibu menyusui di kelurahan Curug
Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada kelompok Ibu hamil dan Menyusui di Kelurahan Curug kecamatan Cimanggis Kota Depok 2014 Rencana Kegiatan Tujuan Strategi Kegiatan Kriteria
Evaluasi Standar
Evaluator
Tujuan Umum Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan selama 9 bulan diharapkan
terjadi
peningkatan pemberian ASI Eksklusif Tujuan khusus setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 9 bulan diharapkan : 1. Terjadi
peningkatan
pengetahuan ibu setelah
Proses mengikuti kegiatan KS- Kelompok ASIEKs sebesar 2SD
Kegiatan ASIEKs
reguler
KS- Kognitif
2. Terjadi peningkatan sikap ibu
setelah
kegiatan
mengikuti KS-ASIEKs
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
1. Peningkatan Mahasiswa pengetahuan anggota KS ASIEKs dalam manajemen Kader laktasi dan perawatan bayi Puskesmas
Lampiran 4
No
Diagnosa keperawatan Komunitas
Rencana Kegiatan Strategi Kegiatan
Tujuan sebesar 2SD 3. Terjadi perilaku
Kriteria Afektif
peningkatan ibu
setelah
mengikuti kegiatan KS-
Afektif
ASIEKs sebesar 2SD 4. Terjadi peningkatan rerata cakupan ASI eksklusif di RW 08,04 dan 10 sebesar 20%.
Psikomotor Psikomotor
5. Terjadi peningkatan rerata kepercayaan diri ibu dalm
Psikomotor
memberikan ASI sebesar 2 SD Psikomotor
Afektif
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Evaluasi Standar
Evaluator
2. Teridentifikasi Supervisor peserta KS ASIEKs sebagai anggota kelompok 3. Peningkatan dan atau perbaikan sikap ibu dalam memberikan ASI eksklusif 4. Mampu melakukan perawatan payudara 5. Mampu memilih, menyusuin dan mengkonsumsi gizi bervariasi untuk meningkatkan asupan ASI 6. Mampu mencegah masalah pemberian ASI 7. Peningkatan sikap ibu pada kegiatan KS-ASIEKs
Lampiran 4
No 2.
Diagnosa keperawatan Tujuan Komunitas Ketidak Tujuan Umum diberikan
Rencana Kegiatan Strategi Kegiatan
efektifan
Setelah
menyusui
keperawatan selama 9 bulan
pada
ibu dan bayi mendapatkan
kelompok
ASI dengan perlekatan yang
Kriteria
Evaluasi Standar
Evaluator
asuhan
ibu menyusui baik. di kelurahan Tujuan Khusus Curug
Setelah dilakukan tindakan
kecamatan
keperawatan selama 9 bulan
Cimanggis
diharapkan :
Kota Depok
1. Terjadi peningkatan
Pendidikan Kesehatan
1.
Lakukan
intervensi
Kognitif
pendidikan
pengetahuan kelompok
kesehatan tentang ASI
ibu hamil dan menyusui
eksklusif pada kegiatan Psikomotor
tentang ASI eksklusif dan
rutin Posyandu dan KS
manajemen laktasi
2.
sebesar 2SD
Lakukan
intervensi
2. Terjadi perlekatan dengan
kelompok
benar oleh bayi dengan
ASIEKs)
proses (KS- Psikomotor tentang
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
1. Terjadi peningkatan pengetahuan ibu yang mengikuti penyuluhan 2. Mampu melakukan tehnik perlekatan dan langkah menyusui dengan benar 3. Mampu memilih posisi menyusui yang nyaman
Mahasiswa
Kader Puskesmas Supervisor
Lampiran 4
No
Diagnosa keperawatan Komunitas
Rencana Kegiatan Strategi Kegiatan
Tujuan
Kriteria
ibu saat menyusu pada
tehnik perlekatan yang Psikomotor
kelompok ibu hamil dan
benar
menyusui
3.
3. Terjadi kenaikan BB bayi
Lakukan
intervensi
Evaluasi Standar 4. Mampu mengidentifikasi kecukupan ASI pada bayi
konseling
sesuai kenaikan berat
laktasi pada pertemuan Afektif
badan minimal (KBM)
rutin Posyandu
4. Terjadi peningkatan status
5. Peningkatan atau perbaikan sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklisif
kesehatan bayi di kelurahan Curug
Kemitraan
4.
Lakukan
intervensi
Afektif
kemitraan
dengan keluarga dalam pemberian
dukungan
ASI eksklusif pada bayi Psikomotor
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Peningkatan keluarga pemberian eksklusif
sikap terhadap ASI
Pemberian dukungan aktif dari anggota keluarga dalam memberikan ASI eksklusif
Evaluator
Lampiran 4
No
Diagnosa keperawatan Komunitas
Rencana Kegiatan Strategi Kegiatan
Tujuan
5.
Lakukan
pemantauan
Kriteria Psikomotor
kenaikan
BB , masalah kesehatan
Evaluasi Standar
Evaluator
Ibu aktif memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi di posyandu
bayi tiap bulan 3.
Kurangnya
Tujuan Umum :
dukungan
Setelah
diberikan
asuhan
sosial pada ibu keperawatan selama 9 bulan, meyusui di
dukungan sosial pada ibu
kelurahan Curug
menyusui di kelurahan Curug meningkat Tujuan Khusus : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 9 bulan diharapkan : 1) peningkatan pengetahuan Kemitraan masyarakat
dan
kader
tentang sosial support 2) meningkat
kemampuan
Sosialisasi pada kader, Afektif tokoh masyarakat, tokoh agama pembina kesehatan tentang bentuk dukungan pemberian ASI
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Peningkatan kesadaran Mahasiswa kader, tokoh masyarakat, tokoh agama pembina Kader kesehatan untuk
Lampiran 4
No
Diagnosa keperawatan Komunitas
Rencana Kegiatan Strategi Kegiatan
Tujuan kader dalam memberikan dukungan
pada
Kriteria
Evaluator
eksklusif.
memberikan dukungan Puskesmas pemberian ASI eksklusif Supervisor
Pembentukan kelompok Psikomotor pendukung ASI eksklusif yang melibatkan kader kesehatan tokoh masyarakat dan pembina kesehatan
Pembentukan kelompok pendukung ASI eksklusif di kelurahan Curug
Pelatihan kader sebagai Kognitf fasilitator kegiatan KSASIEKs
Terjadi peningkatan pengetahuan kader tentang kegiatan KSASIEKs, manajemen laktasi, gizi ibu hamil dan menyusui, penanganan masalah mentusui, MP-ASI, pertolongan pertama
ibu
menyusui
Pendidikan Kesehatan
Evaluasi Standar
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Adanya pengorganisasian Kelompok PendukungASI eksklusif
SK
Lampiran 4
No
Diagnosa keperawatan Komunitas
Tujuan
Rencana Kegiatan Strategi Kegiatan
Kriteria
Evaluasi Standar
Evaluator
balita sakit, tindakan komplementer meningkatkan produksi ASI Psikomotor
Kader mampu memfasilitatori pelaksanaan kegiatan reguler KS-ASIEKs Kader mampu melakukantindakan komplementer peningkatan produksi ASI Kader memberikan pertolongan balita sakit
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
mampu pertama
Lampiran 4
RENCANA KERJA (PLAN OF ACTION) KOMUNITAS PADA AGGREGAT IBU MENYUSUI DI KELURAHAN CURUG KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK 2013-2014 NO
RENCANA
TUJUAN KEGIATAN
KEGIATAN
Sumber Daya Penanggung
Waktu Pelaksanaan
Alokasi Dana
Jawab 1.
Lokakarya Mini I, II, III, DAN IV -
-
2.
3.
Pembentukan Support group kelompok Pendukung ASI
/ -
Pelaksanaan Kegiatan Support group ASI /KP ASI -
Tempat Pelaksanaan
Tersosialisasikannya masalah kesehatan di Curug Terencananya program/kegiatan mengatasi masalah kesehatan di Curug Tercapainya kesepakan kerja lintas sektor, dan program Tercapainya kesepakan kerja lintas sektor, dan program Tercapainya kesepakan Rencana Tindak Lanjut lintas sektor, dan program Terpahaminya buku panduan support group/ KPASI termasuk pencatatan dan pelaporan kegiatan Terlaksananya program support group/KPASI bagi ibu menyusui
Residen Aplikasi
Minggu ke 4 bulan okt swadana 2013
Aula Curug
kelurahan
Residen
Minggu ke 3 Januari swadana 2014 Minggu ke 3 Maret swadana 2014 Minggu ke 3 Mei 2014 swadana
Aula Curug Aula Curug Aula Curug
kelurahan
Terbentuk dan terbinanyaanggota KPASI selama 6 kali pertemuan di RW 8 dan RW 4 dan 10 Anggota KPASI dapat melakukan pendidikan kesehata dan mengatasi masalah yang dihadapi selama ibu menyusui
Residen Ketua RW Siaga Puskesmas Ketua Posyandu kader
Minggu ke 2 Novenber 2013 Minggu ke 2 Januari 2014 Minggu ke 4 Januari 2014 Minggu ke 2 Novenber 2013 – mgg ke 4 Januari 2014
Gedung Posyandu RW 08 Gedung Posyandu RW 04 Rumah kader RW 10 Gedung posyandu Rw 08 dan PAUD RW 04 dan 10
Residen Residen
Residen Ketua RW Siaga Puskesmas Ketua Posyandu Toma
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
swadana Swadana sawadana Swadana Donatur masyarakat
kelurahan kelurahan
Lampiran 4
NO
RENCANA
TUJUAN KEGIATAN
KEGIATAN
Sumber Daya Penanggung
Waktu Pelaksanaan
Alokasi Dana
Jawab -
4.
Terlaksananya pemantauan dan pencatatan oleh anggota KPASI ibu menyusui di RW 04 dan 08 dan 10
5.
Pembentukan kelompok Swabantu KS ASI / self help group ASI di RW 08, 04 dan 10
6.
Pelaksanaan kegiatan KS-ASIEKs di RW 08, 04 dan 10
Tempat Pelaksanaan
Terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan KPASI dalam mengatasi masalah pemberian ASI
- Tersosialisasinya program KPASI di masyarakat dan disupervisi oleh Puskesmas - Proses pemecahan masalah terhadap ibu menyusui yg dilakukan masyarakat yang dilakukan pendampiangan oleh ketua posyandu - Tersedianya wadah bagi ibu menyusui untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapi
Residen Ketua RW Siaga Puskesmas Ketua Posyandu Kader
Minggu ke 2 -mgg 4 Swadana Januari 2014 Donatur masyarakat
Gedung posyandu Rw 08 dan PAUD RW 04 dan 10
Residen Ketua RW Siaga Puskesmas Ketua Posyandu Kader Ibu hamil dan ibu menyusui
Minggu ke 3 Oktober 2013 sampai minggu 4 Januari 2014
Swadana Donatur masyarakat
Gedung posyandu Rw 08, 04 dan 10
- Terlaksananya kegiatan rutin KSASIEKs - Terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan ibu hamil dan ibu menyusui tentang manajemen laktasi dan mengatasi kendala menyusui - Ibu hamil dan ibu menyusui dapat berbagi pengalaman dalam mengatasi masalah menyusui
Residen Ketua RW Siaga Puskesmas Ketua Posyandu Kader Ibu hamil dan ibu menyusui
Minggu ke 3 Oktober 2013 – minggu ke 2 Mei 2014
Swadana Donatur masyarakat
Gedung posyandu Rw 08, 04 dan 10
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 4
NO
RENCANA
TUJUAN KEGIATAN
KEGIATAN
Sumber Daya Penanggung
Waktu Pelaksanaan
Alokasi Dana
Jawab 7.
8.
Presentasi referat bentuk intervensi keperawatan komunitas Supervisi kegiatan kelompok pendukung ASI
Tempat Pelaksanaan
- Tergambarkannya model/bentuk intervensi keperawatan komunitas yang mendukung pelaksanaan
Residen
Minggu ke 1Januari 2014
Swadana
- Terevaluasinya kegiatan kelompok pendukung ASI melalui kegiatan supervisi terencana oleh ketua posyandu, puskesmas dan RW siaga - Teridentifikasinya pendukung dan penghambat kegiatan KPASI di RW 08 - Terselesaikannya permasalahan yang ada di wilayah RW 08 terutama masalah pemberian ASI eksklusif
Residen Ketua RW Siaga Puskesmas Ketua Posyandu Kader
Minggu ke IV tiap bulan
Swadana Donatur masyarakat
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Posko Masasiswa Residensi komunitas kel Curug Gedung posyandu Rw 08,04 dan 10
Lampiran 4
RENCANA KERJA (PLAN OF ACTION) KELUARGA PADA IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI DI KELURAHAN CURUG KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK 2013 -2014 NO
RENCANA KEGIATAN
Sumber Daya Waktu Alokasi Dana
TUJUAN KEGIATAN Penanggung Jawab
1.
2.
3.
4.
5.
Identifikasi keluarga dengan ibu Teridentifikasinya lima keluarga binaan hamil dan menyusui dengan ibu hamil dan ibu menyusui bayi 0-6 bulan di wilayah Curug Pengkajian keluarga binaan Terkajinya 5 keluarga binaan dengan ibu dengan ibu hamil dan ibu hamil dan ibu menyusui 0-6 bulan menyusui 0-6 bulan menggunakan pendekatan family center nursing Perumusan permasalahan Terumuskannya diagnosis keperawatan keluarga binaan dengan ibu hamil keluarga dengan ibu hamil dan menyusui dan ibu menyusui 0-6 bulan bayi 0-6 bulan pada 5 keluarga binaan dengan pendekatan NANDA Penyusunan perencanaan Tersusunnya perencanaan asuhan keluarga binaan dengan ibu hamil keperawatan keluarga denag ibuhamil dan ibu menyusui 0-6 bulan dan ibu menyusui bayi 0-6 bulan Implementasi asuhan Terimplementasikannya tindakan keperawatan keluarga binaan keperawatan spesialisttik keluarga dengan ibu hamil dan ibu dengan ibu hamil dan menyusui bayi 0-6 menyusui 0-6 bulan bulan pada 5 keluarga binaan melalui : 1. Pendidikan kesehatan 2. Coaching 3. Conseling 4. Modifikasi perlaku 5. Terapi komplementer peningkatan ASI
Pelaksanaan
Tempat Pelaksanaan
Mahasiswa Kader
Minggu I
Mahasiswa
RW 08 dan 04, 10
Mahasiswa
Minggu II s.d Mahasiswa III
RW 08 dan 04.10
Mahasiswa
Minggu II s.d Mahasiswa III
RW 08 dan 04,10
Mahasiswa
Minggu II s.d Mahasiswa III
RW 08 dan 04,10
Mahasiswa Kader
Minggu IV s.d Mahasiswa XI
RW 08 dan 04,10
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 4
6.
7.
Evaluasi asuhan keperawatan Terevaluasinya asuhan keperawatan Mahasiswa keluarga binaan dengan ibu hamil keluarga dengan ibu hamil dan menyusui Kader dan ibu menyusui 0-6 bulan bayi 0-6 bulan pada 5 keluarga binaan melalui tingkat kemandirian keluarga I s/d 4 Penyusunan laporan akhir Terlaporkannya lima asuhan Mahasiswa asuahan keperawatan keluarga keperawatan keluarga binaan dengan ibu hamil dan menyusui bayi 0-6 bulan pada 5 keluarga binaan
Minggu XI
Mahasiswa
Minggu XIII
Mahasiswa
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
RW 08 dan 04,10
Lampiran 4
No 1.
Rencana Asuhan Keperawatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Pada kelompok Ibu hamil dan Menyusui di Kelurahan Curug kecamatan Cimanggis Kota Depok 2013-2014 Diagnosa Tujuan Intervensi Evaluasi Standar Evaluator keperawatan Tujuan Umum Tujuan Khusus Komunitas Belum
adanya
Setelah
intervensi
Setelah
tindakan
struktur
keperawatan
selama
keperawatan dilakukan di
organisasi
9 bulan diharapkan
komunitas selama 9 bulan diharapkan :
kelompok
ibu
struktur
hamil
dan
wadah
menyusui
untuk
organisasi untuk
ibu
1. Tersosialisasi
hamil dan menyusui
pentingnya
memperoleh
memperoleh
pengorganisasian
dukungan dalam
dukungan
memberikan ASI
dan
terbentuk
melaksanakan
kegiatan reguler.
ASIEKs penggerak kader
KS-
pada Team PKK
dan
1.1 Sosialisasi pembentukan KS-ASIEKs pada pembina kesehatan, team penggerak PKK dan Kader kesehatan kelurahan Curug
kesehatan
kelurahan Curug. 2. Terbentuk
struktur 2.1 Pembentukan struktur organisasi KS-ASIEK organisasi KS-ASIEKs di RW 04, 08 dan 10 2.2 Penyusunan rencana kerja tahun 2014 KS-ASIEKs 2.3 pelatihan kader fasilitator Ks-ASIEKs
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
1.1.1 Pembina kesehatan, team penggerak PKK dan kader menyetujui dan mendukung pembentukan kelompok swabantu ASI dengan struktur: pengarah, pembina, ketua, sekretaris, bendahara dan anggota
Puskesmas Kelurhan Supervisor Mahasiswa
2.1.1 Terbentuk struktur organisasi KS-ASIEKs 2.1.2 Terdapat SK pengurus KSASIEKs 2.2.1 Tersedia rencana Kerja tahun 2014 2.3.1 Terlaksana pelatihan dan penyegaran kader tentang kelompok pendukung dan KS-ASIKs se kelurahan Curug
Puskesmas Kelurhan Supervisor Mahasiswa
Lampiran 4
No
Diagnosa keperawatan Komunitas
Tujuan Tujuan Umum Tujuan Khusus
Intervensi
Evaluasi Standar
Evaluator
2.3.2 Terlaksana Pelatihan kader fasilitator KS-ASIEKs di RW 08,04 dan 10 2.2.3 Terjadi peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kader pendukung ASI eksklusif tentang kegiatan KSASIEKs , manajemen laktasi, pe 3. Tersedianya
buku 3.1 Penyusunan buku panduan dan buku kerja panduan fasilitator Kskader pendukung dalam ASIEK dan Buku kerja memfasilitasi kegiatan Kelompok Pendukung KS-ASIEKs
3.1 Tersedia buku panduan fasilitator dan buku kerja kelompok pendukung
Mahasiswa Supervisor
4. Terlaksana
4.1 Pelaksanaan pertemuan reguler KS-ASIEKs minimal 8 kali setahun
Puskesmas Kelurhan Supervisor Mahasiswa
5. Terbina keluarga risiko 5.1 Pembinaan keluarga dengan ibu hamil dan terputus penyusuan oleh menyusui oleh kader kader
5.1 Pembinaan keluarga dengan ibu hamil dan menyusui oleh kader 1 keluarga tiap bulan
Puskesmas Kelurhan Supervisor Mahasiswa
ASI Eksklusif
kegiatan 4.1 Pelaksanaan pertemuan reguler KS-ASIEKs reguler KS-ASIEKs
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 4
No
Diagnosa keperawatan Komunitas
2.
Belum optimalnya
Intervensi
Setelah
komunikasi
keperawatan
Intervensi
pelaksanaan
komunitas
program
dilakukan selama
peningkatan
bulan
pemberian eksklusif.
ASI
Tujuan Tujuan Umum Tujuan Khusus
yang 9
Intervensi
Evaluasi Standar
dilakukan keparawatan
komunitas selama 9 bulan diharapkan : 1.1
Diberikan
asuhan
diharapkan
1. Terlaksananya Asuhan
kerjasama
keperawatan komunitas
keperawatan komunitas
lintas program dan
pada masalah maternal
kelompok ibu hamil dan
lintas sektor dengan
ibu
menyusui,
meningkatnya
dilakukan
terdapat
menyusui,
dan
dengan
pembinaan
melibatkan KS-ASIEKs
lintas
dari team dinas dan
di RW 04, 08 dan 10
program dan lintas
puskesmas Cimanggis.
kelurahan
Curug.
sektor dalam upaya
Pembinaan
Pembinaan
asuhan
peningkatan
dalam bentuk kehadiran
keperawatan komunitas
dalam lokakarya mini
kelompok ibu hamil dan
eksklusif di kelurahan
di
menyusui
Curug
minimal 50%.
komunikasi
pemberian
Evaluator
ASI
dilakukan
kelurahan
Curug
oleh
1.1. Keterlibatan kelompok ibu hamil dan menyusui di RW 4,08 dan 10 cukup optimal, hal ini ditunjukkan dengan kehadiran mereka dalam setiap pertemuan KSASIEKs selama 8 bulan
Mahasiswa Kelurahan Puskesmas Supervisor
2.1 Keterlibatan Dinas kesehatan Kota Depok dan Puskesmas pada kegiatan lokakarya mini kesehatan dalam sarana komunikasi
Puskesmas Kelurhan Supervisor Mahasiswa
dinas
kesehatan
dalam
lokakarya
mini
sebanyak 4 kali 2.
Terbinanya kerja sama dengan Depok,
dinkes
kota
Puskesmas
2.1 Penyelenggaraan lokakarya sarana
mini
sebagai
komunikas,
dan
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 4
No
Diagnosa keperawatan Komunitas
Tujuan Tujuan Umum Tujuan Khusus
Intervensi
dalam
pengadaan
media
informasi
meningkatkan
koordinasi
pelaksanaan
asuhan
keperawatan
komunitas kelompok ibu
pemberian eksklusif,
Evaluasi Standar
Asi leaflet
,
hamil
dan
menyusui
dikelurahan Curug
Evaluator
dan koordinasi kegiatan lintas sektor dan lintas program sangat tinggi. Ditunjukkan dengan kehadiran dalam setiap pertemuan Lokmin
manikin, dan pelatihan pada
kader
tentang
manajemen laktasi
3.
Terbinanya komunikasi
3.1 Jalin komunikasi dengan
3.1 Pokja 4 PKK kelurahan
dengan
team
team penggerak PKK pokja 4,
Curug
penggerak
PKK
untuk
lanjuti
pencatatan
pelaporan
pemberian
menindak
khususnya pokja IV
pencatatan
dalam
kegiatan KS-ASIEKs
pemantauan
pemberian eksklusif. dan
dan
ASI Pencatatan pelaporan
pemberian
ASI
eksklusif di kelurahan Curug lebih baik.
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
memahami
rekapitulasi
dan
sistem pelaporan
ASI, cakupan
serta ASI
eksklusif di kelurahan Curug.
Puskesmas Kelurhan Supervisor Mahasiswa
Lampiran 4
No
Diagnosa keperawatan Komunitas
Tujuan Tujuan Umum Tujuan Khusus
Intervensi
4. Terbinanya pelaksanaan
asuhan
Evaluasi Standar
4.1 Pelaksanaan RDK sebagai
4.1
sarana
memahami tehnik RDK dan
komunikasi
dan
Perawat
keperawatan komunitas
koordinasi antara peneliti dan
terjadi
pada masalah maternal
perawat koordinator Perkesmas
keperawatan
ibu
serta
pelaksana
kelompok
ibu
puskesmas
menyusui
di
menyusui
di
perawat
Puskesmas Cimanggis,
perkesmas
dilaksanakannya RDK
Cimanggis
oleh
peneliti
di
pada
koordinator perkesmas di
Puskesmas
perawat perkesmas
Evaluator
dan
pelaksana di
Puskesmas Cimanggis.
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Cimanggis
koordinator
diseminasi
asuhan komunitas
hamil
dan
puskesmas
Puskesmas Kelurhan Supervisor Mahasiswa
Lampiran 5
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA BAPAK I NO
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN TUJUAN TUJUAN KHUSUS UMUM Ketegangan peran Setelah dilakukan Setelah dilakukan pemberi asuhan pada pertemuan selama 60 tindakan keluarga bapak I menit tiap minggu (8 keperawatan selama minggu) keluarga 2 bulan tidak terjadi mampu : ketegangan peran 1. Mengenal masalah peran: pada keluarga 1.1 definisi peran, bapak I
1.2 peran orang tua
KRITERIA Respon verbal
EVALUASI STANDAR
RENCANA INTERVENSI
Menyebutkan definisi peran: sekumpulan perilaku yang sejenis dan dibatasi oleh norma dan diharapkan dari seorang yang menempati posisi sosial yang diberikan
Menyebutkan 5 peran formal dan 5 peran informal dalam keluarga. Peran formal : provider, pengurus rumah tangga, pengasuh anak, rekreasional, peran pertemanan, peran terapeutik, dan peran seksual Peran informal: penyelaras, sahabat,pengalah, pengikut, pendamai
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Pendorong, negosiator, Dominator,
Pendidikan kesehatan 1.1.1 Jelaskan pada keluarga definisi peran yaitu sekumpulan perilaku yang sejenis dan dibatasi oleh norma dan diharapkan dari seorang yang menempati posisi sosial yang diberikan 1.1.2 Berikan kesempatan keluarga untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti oleh keluarga 1.1.3 Tanyakan kembali definisi peran menurut keluarga 1.1.4 Beri reinforsment positif atas jawaban keluarga dalam bentuk pujian 1.2.1 Jelaskan pada keluarga 8 peran formal dan 8 peran informal 1.2.2 Berikan kesempatan keluarga untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti oleh keluarga 1.2.3 Tanyakan kembali peran dalam keluarga 1.2.4 Beri reinforsment positif atas jawaban keluarga dalam bentuk pujian
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
1.3 tugas keluarga childbearing
2. Keluarga memutuskan menjalankan perannya , dengan pernyataan verbal berusaha menjalankan peran dengan baik 2.1 menyebutkan akibat peran tidak dilaksanakan 2.2 memutuskan untuk
EVALUASI STANDAR Tugas keluarga pada tahap childbearing ada sembilan yaitu penyediaan ruang untuk anak, pembiayaan kelahiran anak dan membesarkan anak, mengasumsi tanggung jawab bersama untuk perawatan anak dan pengasuhan, memfasilitasi pembelajaran peran anggota keluarga, menyesuaikan diri dengan perubahan pola komunikasi, rencana untuk anakanak berikutnya, menyelaraskan pola antargenerasi, menjaga anggota keluarga motivasi dan semangat kerja, membangun ritual dan rutinitas keluarga
Respon verbal komitmen verbal dengan mengutarakan keinginan
Respon verbal menunjuk aspek
Akibat anggota keluarga tidak melakukan peran : ketegangan peran, konflik peran , dan konflik keluarga
Ungkapan identifikasi peran yang
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
RENCANA INTERVENSI
1.3.1 Jelaskan pada keluarga 9 tugas keluarga masa childbearing 1.3.2 Berikan kesempatan keluarga untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti oleh keluarga 1.3.3 Tanyakan kembali tugas dalam keluarga child bearing 1.3.4 Beri reinforsment positif atas jawaban keluarga dalam bentuk pujian
Diskusi Problem solving 2.1.1 Jelaskan pada keluarga akibat tidak dilaksanakan peran 2.1.2 Berikan kesempatan keluarga untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti oleh keluarga 2.1.3 Tanyakan kembali peran dalam keluarga 2.1.4 Beri reinforsment positif atas jawaban keluarga dalam bentuk pujian 2.2.1 Diskusikan peran yang belum dapat dilakukan oleh keluarga
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS mengatasi ketegangan peran
KRITERIA yang masih kurang dilakukan oleh keluarga, dan perlu untuk diperbaiki
EVALUASI STANDAR belum dapat dilakukan dan pernyataan akan berusaha melakukan perandan tugas pada masa child bearing
RENCANA INTERVENSI
2.2.2
2.2.3
2.2.4
3 Mampu melakukan perannya dalam hal : 3.1 post partum care,
Respon motorik
psiko
3.1 Melakukan 6 perawatan post partum dengan baik. Perawatan Post Partum di Rumah : a. Aktivitas (Aktivitas yang cukup beralasan sangat dianjurkan untuk dilakukan. Tidur siang harus dilakukan untuk memulihkan tenaga ibu.) b. Personal Hygiene ( Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi. Mandi setiap hari sangat dianjurkan) c. Istirahat (Setelah bayi lahir kebanyakan wanita sangat emosional dan merasa letih) d. After Pain (Jika perineum robek atau dilakukan episiotomi saat melahirkan maka akan terasa sakit diperineum dan mungkin akan berlanjut beberapa minggu atau
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Berikan kesempatan keluarga untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti oleh keluarga Berikan kesempatan keluarga untuk mengungkapkan pendapat bagaimana pelaksanaan peran yang mereka inginkan Beri reinforsment positif atas jawaban keluarga dalam bentuk pujian
Diskusi Problem solving : 3.1.1 Jelaskan pada keluarga perawatan post partum 3.1.2 Berikan kesempatan keluarga untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti oleh keluarga 3.1.3 Tanyakan kembali peranperawatan post partum keluarga 3.1.4 Beri reinforsment positif atas jawaban keluarga dalam bentuk pujian
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
3.2 pengendalian kehamilan,
KRITERIA
Respon motorik
psiko
EVALUASI STANDAR kadang-kadang sampai beberapa bulan. Jika pasien mengalami sembelit dan merasa kurang nyaman, sebaiknya meminta pengobatan. e. Eliminasi (Dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, kadang-kadang ibu merasa susah buang air kecil karena robekan selama melahirkan pada jaringan vagina dan jaringan sekeliling kandung kemih. Periksa dini di rumah sakit aka membantu masalah ini) f. Depresi post partum (Beberapa tanda depresi adalah kesedihan, sulit tidur, hilang selera makan, hilang konsentrasi, perasaan tidak dapat mengatasi suatu masalah, peka dan cemas. Wanita itu memerlukan bantuan dari dokter yang simpatik yang siap membantu, memberi dukungan dan dorongan, bukan obat, setidaknya pada awal pertemuan.) 3.2 Pengendalian kehamilan Memilih kontrasepsi saat menyusui a. Pil kontrasepsi Pil KB. kombinasi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron tidaklah dianjurkan untuk ibu menyusui karena
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
RENCANA INTERVENSI
Diskusi Problem solving : 3.2.1 jelaskan pada keluarga alat kontrasepsi selama menyusui 3.2.2 Berikan kesempatan keluarga untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti oleh keluarga 3.2.3 Tanyakan kembali peranperawatan post partum keluarga
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
EVALUASI STANDAR mengurangi produksi ASI. Bila Anda tak cocok dengan cara KB yang lain sedangkan Anda menyusui, lebih baik memilih pil KB yang hanya mengandung turunan hormon progesteron (mini pil) b. KB suntik atau implant (Karena hanya mengandung hormon turunan progesteron, KB suntik pada prinsipnya sama dengan mini pil. KB suntik memiliki efek lebih panjang dan disuntikkan pada periode tertentu saja (satu bulan atau 2-3 bulan) c. AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) Sampai saat ini, AKDR menjadi pilihan pertama untuk ibu yang masih menyusui namun belum ingin kontrasepsi mantap.Selain keluhan yang minimal, AKDR tidaklah berpengaruh pada ASI karena bekerja secara lokal di dalam rahim. Pemasangan AKDR tidaklah perlu menunda waktu, bisa dilakukan pada akhir nifas, biasanya saat satu bulan tujuh hari setelah ibu bersalin.
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
RENCANA INTERVENSI
3.2.4
Beri reinforsment positif atas jawaban keluarga dalam bentuk pujian
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
3.3 infant care
KRITERIA
Respon motorik
EVALUASI STANDAR
psiko
Perawatan bayi baru lahir a. Perawatan tali pusat: Bersihkan talipusat dengan air dan sabun, bilas dan dikeringkan. Bungkus longgar dengan kassa steril kering atau dibiarkan terbuka Jangan mengolesi talipusat dengan ramuan atau menaburi dengan bedak karena dapat menjadi media tumbuhnya kuman. b. Memandikan bayi c. Menggendong bayi d. Menjaga keamanan bayi e. Bayi gumoh f. Sentuhan g. Kontak mata (lampiran booklet) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan psikologis 4.1 Menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk menciptakan lingkungan yang baik untuk seluruh
RENCANA INTERVENSI
Coaching infant care 3.3.1 Ajarkan pada keluarga infant care perawatan tali pusat, memandikan, menggendong bayi, menjaga keamanan bayi 3.2.5 Berikan kesempatan keluarga untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti oleh keluarga 3.2.6 Tanyakan kembali infan care yang belum bisa dilakukan 3.2.7 Beri reinforsment positif atas jawaban keluarga dalam bentuk pujian
4
Respon verbal menyebutkan
4.1 Cara-cara memodifikasi lingkungan untuk koping yang efektif: a. Berusaha memahami keinginan anggota keluarga yang bervariasi. b. Minta bantuan keluarga
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
4.1.1 Jelaskan kepada keluarga cara memodifikasi lingkungan yang mendukung koping yang efektif dengan tehnik konseling. 4.1.2 Tanyakan keinginan keluarga utuk memilih salah satu cara
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
anggota keluarga
untuk mendukung usaha koping yang efektif. c. Lebih terbuka terhadap orang lain. d. Meminta anggota keluarga lain untuk saling mengingatkan jika koping yang berlangsung tidak efektif.
4.2 Melakukan modifikasi lingkungan fisik dan psikologis yang mendukung semua anggota keluarga 5 Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah yang dihadapi 5.1 fasilitas pelayanan kesehatan atau sosial yang dapat digunakan dalam menciptakan koping yang efektif. 5.2 Memanfaatkan pelayanan kesehatan/sosial dalam menciptakan koping yang
EVALUASI STANDAR
Verbal
Fasilitas pelayanan kesehatan/ sosial yang dapat digunakan: puskesmas, RS, Praktek perawat, dokter praktek dan praktek bidan, praktek psikolog, LSM pemerhati keluarga.
Pada kunjungan tidak terencana Adanya kartu berobat, tanggal kunjungan dan saran-saran yang diperoleh
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
RENCANA INTERVENSI
memodifikasi lingkungan dalam menciptakan koping yang efetif. 4.1.3 Beri penguatan terhadap pilihan anggota keluarga. 4.2.1 Kaji kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang mendukung koping efektif dengan keluarga. 4.2.2 Beri pujian atas usaha yang telah dilakukan keluarga.
Diskusi dan problem solving 5.1.1 Diskusikan dengan keluarga fasilitas kesehatan/sosial yang dapat digunakan untuk mengatasi koping yang dialami. 5.1.2 Tanyakan kepada keluarga fasilitas kesehatan/sosial yang akan digunakan. 5.1.3 Beri pujian atas usaha keluarga. 5.2.1 Anjurkan keluarga untuk menggunakan fasilitas kesehatan/sosial untuk menciptakan koping yang efektif. 5.2.2 Tanyakan kepada keluarga tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan/sosial yang sudah
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
EVALUASI STANDAR
RENCANA INTERVENSI
efektif
2.
Risiko ketidakefektifan menyusui
Setelah
dilakukan
digunakan. 5.2.3 Beri pujian jika keluarga telah memanfaatkan fasilitas kesehatan/sosial
1. Setelah
dilakukan
1.1
secara
Pengertian
ketidakefektifan
Pendidikan kesehatan:
kunjungan rumah 8
kunjungan rumah 1
verbal
menyusui: penghentian kontinuitas 1.1.1 Diskusi
kali
kali
menyebutkan
proses
pengertian
ketidakmampuan
menit
selama
45
diharapkan
diskontinuitas menyusui terjadi
selama
menit
diharapkan
keluarga tidak
45
mampu
mengenal
pemberian
ASI
akibat
pengertian
ketidakefektifan menyusui 1.1.2 Anjurkan
diskontinuitas
mengucapkan
menyusui
pengertian
diskontinuitas
keluarga
untuk kembali
diskontinuitas
menyusui
menyusui
1.1.3 Beri pujian atas kemampuan keluarga 1.2
secara
Menyebutkan 2 penyebab dari 4
Pendidikan kesehatan :
verbal
Penyebab
1.2.1 identifikasi bersama keluarga
menyebutkan
menyusui:
ketidak
efektifan
penyebab diskontinuitas menyusui
penyebab
1.
Penyakit ibu
1.2.2
diskontinuitas
2.
Ibu bekerja
mengungkapkan kembali
menyusui
3.
Prematuritas
1.2.3 Beri pujian atas kemampuan
4.
Kontra indikasi menyusui
keluarga
1.3
mampu
Tanda dan gejala ketidak efektifan
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Anjurkan
keluarga
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA menyebutkan tanda dan gejala
EVALUASI STANDAR menyusui : 1.
diskontinuitas menyusui
RENCANA INTERVENSI
1.3.1 Identifikasi bersama keluarga
Bayi
tidak
mendapat
nutrisi dari payudara 2.
3.
Keinginan
ibu
tanda
dan
gejala
diskontinuitas
menyusui untuk
1.3.2
Anjurkan
keluarga
mengakhiri pemberian ASI
mengungkapkan kembali
guna memenuhi kebutuhan
1.3.3 beri pujian atas kemampuan
nutrisi
keluarga
Kurang
pengetahuan
bagaimana memerah ASI 4.
Kurangnya
pengetahuan
bagaimana
menyimpan
ASI 2. Setelah
dilakukan
2.1
Menyebutkan
Menyebutkan
diskontinuitas menyusui jika bayi
selama 1 kali selama
akibat
diberi susu formula
45
diskontinuitas
terjadi :
kunjungan
rumah
menit
mampu
keluarga
mengambil
keputusan
menyusui
1.
untuk
dari
5
akibat
maka akan
Jika
pengenceran :
yang
hipernatremi,
obesitas 2.
menyusui 3.
Konseling : 2.1.1 Jelaskan akibat lanjut jika tidak diberikan ASI eksklusif/ diberi susu formula
salah
mengatasi diskontinuitas
3
2.1.2 Beri
kesempatan
keluarga
bertanya 2.1.3 Dorong
keluarga
untuk
Kontaminasi
mengungkapkan
bakteri/mikroorganisme
akibat lanjut bila bayi tidak
Menyebabkan alergi
diberi ASI eksklusif
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
kembali
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
EVALUASI STANDAR 4.
Susu
sapi
RENCANA INTERVENSI
dapat
menyebabkan diare kronis 5.
Susu
formula
2.1.4 Berikan
pujian
atas
kemampuan keluarga
tidak
memiliki manfaat seperti ASI
3. Setelah dilakukan 5 kali
kunjungan
rumah selama 45 menit
3.1 menyusu benar
Tehnik yang
Tehnik menyusu yang benar :
mampu
melakukan
tehnik menyusui
1.
Bayi tampak tenang
dengan benar:
2.
Bayi menempel pada perut
3.1.1 berikan arahan pada keluarga
diharapkan
keluarga
COACHING
ibu
untukmelakukan
3.
Mulut bayi terbuka lebar
menyendawakan bayi dengan
4.
Dagu bayi menempel pada
benar
manajemen laktasi
payudara ibu 5.
Sebagian
besar
3.1.2 bersama keluarga melakukan areola
masuk ke dalam mulut bayi, areola bagian bawah lebih banyak masuk 6.
dengan
irama
perlahan 7.
Putting susu ibu tidak
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
langkah-langkah menyendawakan bayi 3.1.3 pandu
keluarga
melakukan
menyendawakan bayi
Bayi Nampak menghisap kuat
tehnik
3.1.4 motivasi
keluarga
mendemonrasikan
untuk langkah
menyendawakan bayi 3.1.5 berikan reinfoscement positif
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
EVALUASI STANDAR
RENCANA INTERVENSI
terasa nyeri 8.
tehadap keluarga
Telinga dan lengan bayi terletak pada saltu garis lurus
9.
Kepala agak menengadah
10. Melepas
isapan
bayi
dengan benar 11. Menyusui
berikutnya
mulai dari payudara yang belum kosong 12. Selesai
menyusui,
ASI
sedikit
dan
keluarkan dioleskan
pada
putting
susu dan sekitar areola 13. Menyendawakan bayi 3.2
frekuensi
menyusui
Frekuensi Pemberian ASI :
Coaching tehnik pemebrian ASI :
1.
Nir-jadual (on deman)
2.
Menyusui sampai benar-
untukmelakukan
benar kosong
pemberian ASI
3.
Bayi sehat mengosongkan
1.2.1 berikan arahan pada keluarga
1.2.2 bersama keluarga melakukan
1 payudara sekitar 5-7
langkah-langkah
menit, labung kosong tiap
ASI
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
tehnik
pemberian
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
EVALUASI STANDAR
RENCANA INTERVENSI
2 jam 4.
1.2.3 pandu
Gunakan BH yang dapat menyangga
keluarga
melakukan
Lack-ON 1.2.4 motivasi
keluarga
untuk
mendemonrasikan Lack-ON 3.2.5 berikan reinfoscement positif tehadap keluarga 3.3 pengeluaran
Pengeluaran ASI
Coaching tehnik pengeluaran ASI :
ASI
1. Pengeluaran dengan tangan :
1.3.1 berikan arahan pada keluarga
a.
b.
c.
d.
Ibu mencuci tangan sampai
untukmelakukan
bersih
mengeluarkan ASI
Ibu
menyiapkan
tehnik
1.3.2 bersama keluarga melakukan
cangkir/gelas yang telah
langkah-langkah
dicuci dengan air mendidih
mengeluarkan/memerah ASI
Ibu melakukan massage payudara
dengan
telapak
tangan
kedua
1.3.3 pandu
keluarga
melakukan
memerah ASI
dari 1.3.4 motivasi
keluarga
pangkal kea rah areola.
mendemonrasikan
Minta ibu untuk mengulani
memerah ASI
untuk langkah
pemijatan pada sekeliling
3.3.5 berikan reinfoscement positif
payudara secara merata
tehadap keluarga
Pesankan kepada ibu untuk menekan
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
daerah
areola
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
EVALUASI STANDAR
RENCANA INTERVENSI
kearah dada dengan ibu jari di sekitar areola bagian atas dari telunjuk pada sisi areola yang lain e.
Peras areola dengan ibu jari dan telunjuk jangan memijat/menekan
putting
karena dapat menyebabkan rasa nyeri/lecet f.
Minta
ibu
mengulangi
untuk
tekan-peras-
lepas-tekan-peras-lepas. Pada mulanya ASI tak keluar,
jangan
berhenti,
setelah beberapa kali maka ASI akan keluar juga g.
Pesankan pada ibu untuk mengulangi
gerakan
ini
dari semua sisi sehingga yakin ASI diperas dari semua segmen payudara
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
EVALUASI STANDAR 2.
RENCANA INTERVENSI
Pengeluaran dengan pompa a.
Pompa silindris
b.
Pompa
silindris
dengan
batrei c. 3.4 penyimpanan
Pompa listrik
Penyimpanan ASI : 1.
ASI
Coaching Penyimpanan ASI :
ASI adalah cairan hidup, selain
makanan,
mengandung
Zat
ASI
untukmelakukan
anti
menyendawakan bayi dengan
infeksi 2.
Cara
penyimpanan
infeksi dan makanan yang dikandung Anti infeksi yang ada pada
1.4.2 bersama keluarga melakukan langkah penyimpanan ASI 1.4.3 pandu
keluarga
melakukan
menyimpan ASI 1.4.4 motivasi
keluarga
ASI tetap segar dalam
mendemonrasikan
waktu yang lebih lama
menyendawakan bayi
untuk langkah
karena akan menghambat
1.4.5 berikan reinfoscement positif
pertumbuhan bakteri jahat
tehadap keluarga
dalam ASI perah yang disimpan 4.
tehnik
benar
menentukan kualitas anti
3.
1.4.1 berikan arahan pada keluarga
Tempat penyimpanan ASI
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
EVALUASI STANDAR perah
yang
RENCANA INTERVENSI
dianjurkan
adalah tempat dari gelas atau botol plastic keras, sebaiknya
ASI
tidak
disimpan dalam botol susu 5.
Tulis jam, hari dan tanggal saat diperah
6.
Setelah cair ASI harus habis dalam 1 jam Sisa ASI jangan dimasukkan lagi dalam lemari es
7.
ASI tahan :
- 6-8 jam di udara luar - 24 jam dalam termos es - 2 x 24 jam dalam almari es - 2 minggu di freezer 1 pintu, 3bulan di freezer 2 pintu 3.5
Pemberian
ASI perah
Pemberian ASI perah : 1. cara
pemberian
JANGAN botol/dot
akan
bingung putting
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Coaching pemberian ASI Perah : pada
bayi
3.5.1 berikan arahan pada keluarga
menggunakan
untukmelakukan
menyebabkan
menyendawakan bayi dengan benar
tehnik
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
EVALUASI STANDAR
RENCANA INTERVENSI
2. cara pemberian dengan cangkir akan
lebih
mudah
daripada
sendok :
duduk dan memangku bayi - punggung
bayi
dipegang
bawah bayi
dan
keluarga
melakukan
3.5.4 motivasi
keluarga
mendemonrasikan
- cangkitr diletakkan pada bibir
bayi
3.5.3 pandu
menyendawakan bayi
dengan lengan
cangkir
langkah-langkah menyendawakan bayi
- ibu member minum dengan
- lidah
3.5.2 bersama keluarga melakukan
untuk langkah
menyendawakan bayi 3.5.5 berikan reinfoscement positif
diatas
pinggir
biarkan
tehadap keluarga
bayi
menghisap ASI dari dalam cangkir - beri sedikit waktu istirahat setiap kali menelan
3.6 cara memijit
Cara memijit payudara , mulai dari
Coaching pemijatan payudara :
payudara
pangkal payudara :
3.6.1 berikan arahan pada keluarga
1. tekan 2 jari dinding
dada,
atau 3 jari ke buat
gerakan
melingkar pada satu daerah di payudara. Pindah ke daerah
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
untukmelakukan
tehnik
menyendawakan bayi dengan benar 3.6.2 bersama keluarga melakukan
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
EVALUASI STANDAR
KRITERIA
RENCANA INTERVENSI
berikutnya. Arah pijatan spiral ,
langkah-langkah
mengelilingi
menyendawakan bayi
payudara
atau
radial menuju putting susu
3.6.3 pandu
2. Kepalkan tangan, tekan ruas ibu
keluarga
menyendawakan bayi
jari ke dinding dada. Pindahkan 3.6.4 motivasi tekanan
berturut-turut
ruas
telunjuk, jari tengah, jari manis,
melakukan
keluarga
mendemonrasikan
untuk langkah
menyendawakan bayi
dan kelingking kea rah putting,
3.6.5 berikan reinfoscement positif
ulangi
tehadap keluarga
gerakan
berikutnya. payudara dengan
pada
daerah
Pada
bawah
tekanan
dimulai
tekanan
ruas
jari
kelingking
4.Setelah
dilakukan
4.1
Agar diskontinuitas menyusui tidak
Konseling :
kunjungan
1
kali
mengidentifikas
terjadi keluarga
4.1.1 Diskusikan
kunjungan selama 45
i situasi social
yang dapat meningkatkan oksitosin
mempengaruhi
menit keluarga mampu
dan
:
produksi oksitosin
memodifikasi
yang
1.
Ibu dalam keadaan tenang
mempengaruhi
2.
Ibu
lingkungan
dalam
emosional
harus / hal-hal
melihat,
mencium,
hal-hal
peningkatan
4.1.2 Diskusikan dengan keluarga untuk dapat melakukan hal-hal
mencegah
diskontinuitas
mendengar celoteh atau
yang
diskontinuitas
menyusui
tangis bayi, memikirkan
produksi oksitosin
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
yang
dapat
meningkatkan
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
EVALUASI STANDAR
menyusui
RENCANA INTERVENSI
bayi dengan kasih sayang 3.
4.1.3 Informasikan
apakah
Ayah menggendong dan
kelompok
meneyendawakan bayi
keluarga untuk memberikan
4.
Ayah memandikan bayi
bantuan
5.
Ayah bermain dengan bayi
6.
Ayah memijit bayi
Takut
bentuk
4.1.4 Identifikasi
dan
keterlibatan
keluarga dalam melakukan hal-
Hal yang mengurangi oksitosin : 1.
pendukung
perlu
payudara
hal yang dapat meningkatkan produksi oksitosin
berubah dan takut gemuk 2.
Ibu bekerja
3.
Ibu merasa takut ASInya tidak cukup
4.
Ibu
merasa
kesakitan,
terutama saat menyusui 5.
Ibu merasa sedih, cemas, marah, kesal dan bingung
6.
Malu menyusui
7.
Suami/keluarga
kurang
mendukung dan mengerti ASI 5. Setelah dilakukan 1 kali
kunjungan
5.1
Fasilitas kesehatan dan social yang 5.1.1 Diskusikan
menyebutkan
dapat digunakan keluarga untuk
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
pelayanan
jenis-jenis kesehatan
yang
Lampiran 5
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
rumah selama 45
fasilitas
menit
dan
keluarga
social
kesehatan
EVALUASI STANDAR menangani
komunikasi
RENCANA INTERVENSI
pada
anggota keluarga :
digunakan
keluarga
mengatasi
mampu memanfaat
dalam
1.
Puskesmas
kan pelayanan untuk
menunjang
2.
Rumah sakit
fasilitas pencegahan
pemberian ASI
3.
Dokter praktik
diskontinuitas
eksklusif
4.
Kelompok pendukung ASI
dalam
diskontinuitas
menyusui 5.1.2 Bantu keluarga memilih fasilitas yang akan digunakan 5.1.3
menyusui
Beri
pujian
pilihan
keluarga 5.2
Kunjungan keluarga pada fasilitas
mengunjungi
kesehatan
fasilitas
mengatasi diskontinuitas menyusui
kesehatan social
dan
dan dalam
social
dalam
5.2.1 fasilitasi keterlibatan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi masalah
diskontnuitas
menysusui 5.2.2 komunikasikan
rencana
mengatasi
intervensi dengan tim secara
masalah
teratur
diskontinuitas menyusui
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 5
N O 3
DIAGNOSA KEPERAWATAN Koping keluarga tidak efektif terhadap masalah keluarga
TUJUAN UMUM Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 8 minggu, koping keluarga Bpk. I teutama ibu N menjadi efektf
TUJUAN TUJUAN KHUSUS Setelah pertemuan 8 x 45 menit, keluarga mampu : 1. Mengenal koping yang efektif dalam keluarga dengan cara: a. Menjelaskan pengertian koping yang efektif.
b. Menjelaskan sifat koping yang efektif dalam keluarga
c. Mengidentifikasi koping yang tidak efektif dalam keluarga.
KRITERIA
Respon verbal
Respon verbal
EVALUASI STANDAR
RENCANA INTERVENSI
1.1.1 Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian koping Koping yang efektif adalah yang efektif. mekanisme pertahanan diri 1.1.2 Tanyakan kembali pada yang adaptif terhadap masalah keluarga tentang pengertian yang dihadapinya. koping yang efektif 1.1.3 Beri pujian atas jawaban keluarga yang tepat
Sifat koping yang efektif 1. Menyelesaikan masalah 2. Memfasilitasi terbentuknya prilaku yang positif.
1.2.1 Jelaskan kepada keluarga sifat-sifat koping yang efektif. 1.2.2Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali sifatsifat koping yang efektif. 1.2.3Jelaskan kembali sifat koping yang efektif jika di perlukan. 1.2.4Beri pujian atas pencapaian keluarga.
Ungkapan jenis koping yang sedang berlangsung dalam keluarga.
1.3.1 Bantu keluarga mengidentifikasi jenis koping yang sedang berlangsung dalam keluarga. 1.3.2Beri dukungan kepada keluarga.
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 5
N O
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
TUJUAN UMUM
KRITERIA
2. Keluarga memutuskan untuk menciptakan koping yang efektif dalam keluarga. a. Menyebutkan manfaat koping yang efektif.
b. Ungkapan keinginan menciptakan koping efektif dalam keluarga.
3.
untuk yang
Menciptakan koping yang efektif dalam keluarga. a. Menjelaskan cara-cara membentuk koping yang efektif
Respon verbal.
Respon verbal
Respon verbal
EVALUASI STANDAR
Menyebutkan akibat koping yang tidak efektif dalam keluarga: 1. Hubungan dalam keluarga tidak harmonis. 2. Perselisihan antar anggota keluarga. 3. Perasaan tertekan/ tdk nyaman
RENCANA INTERVENSI
2.1.1 Diskusikan dengan keluarga akibat koping yang tidak efektif Tanyakan kembali kepada keluarga akibat koping yang tidak efektif. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.
Manfaat koping yang efektif: 2.2.1 Diskusikan manfaat koping 1. Melegakan perasaan yang efektif dengan keluarga. 2. Tidak menyakiti orang lain. 2.2.2 Tanyakan kembali kepada 3. Menyelesaikan masalah keluarga tentang manfaat secara baik. koping yang efektif. 2.2.3 Bantu keluarga untuk mengingat kembali tentang manfaat koping yang efektif. 2.2.4 Beri pujian atas jawaban keluarga.
Keinginan keluarga untuk menciptakan koping yang efektif.
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
2.3.1 Tanyakan kepada keluarga keinginan untuk menciptakan koping yang efektif dalam keluarga. 2.3.2 Fasilitasi keluarga dalam membuat keputusan. 2.3.3 Motivasi keluarga untuk menciptakan koping yang efektif
Lampiran 5
N O
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
EVALUASI STANDAR
RENCANA INTERVENSI
2.3.4 Beri penguatan atas keputusan keluarga. b.
Meredemonstrasi tehnik koping yang efektif
Respon Verbal
c.
Menerapkan koping yang efektif.
Redemonstrasi
Cara-cara melakukan koping Gunakan tehnik-tehnik Konseling yang efektif: pada keluarga: 1. Berasal dari diri sendiri Gali masalah yang 2. Keinginan untuk mencoba dirasakan oleh cara-cara yang ada. keluarga. 3. Konsistensi dari upaya yang Anjurkan keluarga dipilih. untuk 4. Dukungan dari anggota mengungkapkan keluarga yang lain. perasaannya Kaji upaya yang telah dilakukan keluarga Nilai efektifitas dari upaya yang telah dilakukan keluarga. Kuatkan upaya yang efektif yang telah dilakukan keluarga Kenali cara baru kepada keluarga jika diperlukan. Bantu keluarga mempertahankan upaya yang telah dilakukan. Melakukan koping yang Libatkan support efektif sistem yang dimiliki 1. Memilih dan keluarga. mempraktekkan tehnik Beri pujian atas koping efektif. pencapaian keluarga.
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 5
N O
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
EVALUASI STANDAR
RENCANA INTERVENSI
3.2.1 3.2.2 Pada kunjungan tidak terencana
4. Keluarga memodifikasi lingkungan dalam menciptakan koping yang efektif dengan cara : a. Menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk menciptakan koping yang efektif.
Respon Verbal
Pada kunjungan tidak terencana keluarga melakuakn koping yang efektif. 3.2.3
Lakukan konseling pada keluarga . Berikan penguatan kepada keluarga jika mampu menerapkan salah satu tehnik mengatasi koping yang dialami. Ingatkan keluarga untuk menerapkan tehnik koping yang telah dipilih.
3.3.1 Evaluasi kemampuan keluarga dalam melakukan koping secara efektif. 3.3.2 Tanyakan kepada keluarga perasaan setelah menerapkan tehnik koping yang efektif. 3.3.3 Beri pujian atas usaha Cara-cara memodifikasi keluarga. lingkungan untuk koping yang 3.3.4 Ingatkan keluarga untuk efektif: menerapkan dan e. Berusaha memahami mempertahankan tehnik keinginan anggota keluarga koping yang efektif yang yang bervariasi. telah di pilih. f. Minta bantuan keluarga untuk mendukung usaha koping yang efektif. 4.1.1 Jelaskan kepada keluarga g. Lebih terbuka terhadap cara memodifikasi orang lain. lingkungan yang h. Meminta anggota keluarga mendukung koping yang lain untuk saling efektif dengan tehnik mengingatkan jika koping konseling.
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 5
N O
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
EVALUASI STANDAR yang berlangsung tidak efektif.
b.
Melakukan modifikasi lingkungan yang mendukung koping yang efektif.
5. Memanfaatkan fasilitas kesehatan atau fasilitas sosial guna menciptakan komunikais yang efektif dengan cara: a. Mengidentifikasi fasilitas pelayanan kesehatan atau sosial yang dapat digunakan dalam menciptakan koping yang efektif.
b.
Memanfaatkan pelayanan kesehatan/sosial dalam menciptakan koping yang efektif
Pada kunjungan tidak terencana
Verbal
Pada kunjungan tidak terencana
Keluarga melakukan modifikasi lingkungan yang mendukung koping efektif
RENCANA INTERVENSI
4.1.2 Tanyakan keinginan keluarga utuk memilih salah satu cara memodifikasi lingkungan dalam menciptakan koping yang efetif. 4.1.3 Beri penguatan terhadap pilihan anggota keluarga.
4.2.3 Fasilitas pelayanan kesehatan/ sosial yang dapat digunakan: puskesmas, RS, Praktek perawat, dokter praktek dan 4.2.4 praktek bidan, praktek psikolog, LSM pemerhati keluarga. 5.1.4
Adanya kartu berobat, tanggal 5.1.5 kunjungan dan saran-saran yang diperoleh 5.1.6
Kaji kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang mendukung koping efektif dengan keluarga. Beri pujian atas usaha yang telah dilakukan keluarga.
Diskusikan dengan keluarga fasilitas kesehatan/sosial yang dapat digunakan untuk mengatasi koping yang dialami. Tanyakan kepada keluarga fasilitas kesehatan/sosial yang akan digunakan. Beri pujian atas usaha keluarga.
5.2.4 Anjurkan keluarga untuk menggunakan fasilitas kesehatan/sosial untuk menciptakan koping yang efektif.
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 5
N O
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN TUJUAN KHUSUS
KRITERIA
EVALUASI STANDAR
RENCANA INTERVENSI
5.2.5 Tanyakan kepada keluarga tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan/sosial yang sudah digunakan. 5.2.6 Beri pujian jika keluarga telah memanfaatkan fasilitas kesehatan/sosial.
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Lampiran 6
CONTOH RENCANA USULAN KEGIATAN PUSKESMAS (Kegiatan Perkesmas terintegrasi dalam upaya KIA, khususnya peningkatan pemberian ASI eksklusif) NO 1.
Upaya Kegiatan Puskesmas Kesehatan Pembinaan Kelompok ibu Ibu dan Anak hamil dan menyusui (UKM) 1. Petemuan reguler kelompok 8 kali setahun 2. Asuhan keperawatan keluarga childbearing berisiko tidak memberikan ASI eksklusif (5 kali per keluarga)
Tujuan Meningatkan Capaian Pemberian ASI eksklusif
Sasaran
Target
Waktu
Vol keg
150 ibu Terbentuk KS- 1 tahun hamil dan ASIEKs menyusui
15 KSASIEKs (75 OK)
56 keluarga 100% childbearing memberikan ASI eksklusif
280 OK
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
1tahun
Hasil diharapkan 1. Pencatatan keluarga childbearing berisiko 2. Kegiatan reguler KSASIEKs 3. Ibu memberikan ASI Eksklusif 4. Keluarga mendukung pemberian ASI eksklusif
Lampiran 7
CONTOH RENCANA USULAN UPAYA PERKESMAS (Sebagai Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas) tahun 2015 No 1.
Upaya Puskesmas Perkesmas (CHN)
Kegiatan
Tujuan
1. Pengumpulan dara di kelurahan A (kelurahan dengan capain ASI eksklusif terendah) 2. Pemetaan masalah keperawatan di kelurahan A 3. Melatih kader pendukung/ tokoh masyarakat sebagai fasilitator KSASIEKs 4. Penyuluhan tentang ASI eksklusif di masyarakat 5. Pembinaan keluarga childbearing
Sasaran
Target
Kemandirian Masyarakat 1. Peta masalah masyarakat kelurahan kesehatan dan dalam A keperawatan meningkatkan 2. Pencatatan ibu pemberian hamil dan ASI eksklusif menyusui di kelurahan A 3. 20 kader terlatih sebagai fasilitator KsASIEKs 4. 5 kali penyusuluhan 5. 100 % keluarga childbearing terbina
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
Waktu 3 bulan
Vol Keg 20 OH
3 bulan
60 OH
1 tahun
20 OK
1 tahun
5 OH
1 tahun
56 Family Folder
Hasil diharapkan 1. Teridentifikasi kantong ibu hamil dan ibu menyusui 2. Pencatatan 100% keluarga dengan ibu hamil dan menyusui 3. 20 kader di kelurahan A dilatih 4. Penyuluhan manfaat dan pentingnya ASI eksklusif di masyarakat 5. 100% keluarga childbearing mampu memberikan ASI eksklusif