UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA PONDOK UNGU PERMAI PERUMAHAN PONDOK UNGU PERMAI BLOK AC 1 NO. 20A-B, KELURAHAN BABELAN, BEKASI UTARA PERIODE 8 JANUARI – 14 FEBRUARI 2014
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
OLIVIA HERAWATI NAIBAHO, S. Farm. 1306434212
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA PONDOK UNGU PERMAI PERUMAHAN PONDOK UNGU PERMAI BLOK AC 1 NO. 20A-B, KELURAHAN BABELAN, BEKASI UTARA PERIODE 8 JANUARI – 14 FEBRUARI 2014
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
OLIVIA HERAWATI NAIBAHO, S. Farm. 1306434212
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014
ii
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa Laporan Praktek Kerja Apoteker yang saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia.
Depok, 17 Juli 2014
Olivia Herawati Naibaho
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan praktek kerja profesi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Olivia Herawati Naibaho
NPM
: 1306434212
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 17 Juli 2014
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh: Nama
Olivia Ilerawati Naibaho. S, Farm.
NPM
1306434212
Program Studi
Apoteker
Judul Laporan
Laporan Praktek Kerja Profbsi Apoteker
di
Apotek
Mitrasana Pondok Ungu Permai Blok AC No. 20,{-8,
Kel. Babelan, Bekasi Utara Periode 8 Januari -
14
Februari 2014
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI Pembimbing I
Selvyana C. Palit. S. Si., Apt.
Pembimbing II
Dr. Hayun, M.Si,, Apt.
p販 .A多じ れ踊 Penguji
′鶴7A7t・
Ii
U,for.f,A
Diretapkan di
: Depok
Tanggal
:2014
l^I
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Mitrasana berlangsung pada periode 8 Januari – 14 Februari 2014. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang diberikan, kepada: 1.
Selvyana C. Palit, S.Si, Apt., selaku Manajer Operasional PT. Millenia Dharma Insani dan selaku Pembimbing PKPA yang telah membimbing dan memberikan inspirasi kepada penulis selama PKPA berlangsung.
2.
Dr. Hayun, M.Si., Apt. selaku Pembimbing PKPA internal kampus dan Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah membimbing dan memberikan inspirasi kepada penulis selama PKPA berlangsung.
3.
Dr. Mahdi Jufri, M. Si, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
4.
Bapak Sie Djohan selaku Director of Corporate Business Development & Management System PT. Kalbe Farma, Tbk., yang telah bersedia memberikan kesempatan praktik kerja di apotek Mitrasana.
5.
dr. Sandy Qlintang selaku Direktur PT. Millenia Dharma Insani.
6.
Hubertina Indrawati, S.Si, Apt. selaku Regional Manager di PT. Millenia Dharma Insani yang telah bersedia memberikan penjelasan dan memberikan arahan kepada penulis selama PKPA.
7.
Theresia Budi Susilowati, S.Farm, Apt. selaku Area Manager Mitrasana Bekasi Utara yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengetahuan.
8.
Meylani Sigarlaki, S.Farm, Apt. selaku Store Manager gerai Apotek Mitrasana Pondok Ungu Permai yang telah memberikan banyak bimbingan dan bantuan serta seluruh rekan-rekan MSA PUP yang telah memberikan banyak informasi dan pengalaman kepada penulis selama PKPA.
iv Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
9.
Seluruh karyawan dan staf PT. Millenia Dharma Insani.
10. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 11. Orang tua, adik-adik penulis atas doa, semangat, dan dukungan moril serta materil yang telah diberikan. 12. Rekan-rekan Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia angkatan LXXVIII atas kebersamaan dan dukungan selama menempuh pendidikan. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktik Kerja Profesi Apoteker ini dapat bermanfaat bagi rekanrekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.
Penulis 2014
v Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI LAPORAN PREKTEK KERJA APOTEKER UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Fakultas Jenis karya
: Olivia Herawati Naibaho : 1306434212 : Apoteker : Farmasi : Laporan Praktek Kerja Apoteker
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Mitrasana Pondok Ungu Permai Perumahan Pondok Ungu Permai Blok AC 1 No. 20A-B, Kelurahan Babelan, Bekasi Utara Periode 8 Januari – 14 Februari 2014 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : 17 Juli 2014 Yang menyatakan
( Olivia Herawati Naibaho )
vi
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
ABSTRAK
Nama : Olivia Herawati Naibaho Program Studi : Apoteker Judul : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Mitrasana Pondok Ungu Permai Perumahan Pondok Ungu Permai Blok AC 1 No. 20A-B, Kelurahan Babelan, Bekasi Utara Periode 8 Januari – 14 Februari 2014 Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Mitrasana Pondok Ungu Permai (PUP) bertujuan memahami secara umum struktur organisasi Apotek Mitrasana PUP, memahami tugas, fungsi dan tanggung jawab Apoteker di Apotek Mitrasana PUP dalam mengelola apotek secara profesional serta mengetahui kegiatan yang dilakukan di Apotek Mitrasana PUP. Tugas khusus yang diberikan berjudul Pengembangan Metode Penyampaian Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Apotek Mitrasana Pondok Ungu Permai (PUP) yang bertujuan agar mahasiswa mengetahui kondisi pelaksanaan KIE yang berjalan di Apotek Mitrasana PUP serta dapat mengembangkan metode KIE yang sesuai untuk Apotek Mitrasana PUP yang disesuaikan dengan profil pelanggan Apotek Mitrasana PUP setempat.
Kata Kunci Tugas umum Tugas khusus Daftar Acuan Tugas Umum Daftar Acuan Tugas Khusus
: Apotek Mitrasana, Metode KIE : x + 68 halaman; 8 gambar; 15 lampiran. : v + 39 halaman; 1 tabel; 5 gambar; 2 lampiran. : 10 (1978-2012) : 9 (2006-2013)
vii
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
ABSTRACT
Name : Olivia Herawati Naibaho Program Study : Pharmacists Title : Report of Apothecary Profession Internship at Apotek Mitrasana Pondok Ungu Permai Blok AC No. 20A-B, Kel. Babelan, Bekasi Utara Period 8 January-14 February 2014 Apothecary Profession Internship at Apotek Mitrasana Pondok Ungu Permai (PUP) aims to understand the general structure organization in Mitrasana PUP Pharmacy, understand the duties, functions and responsibilities of the Pharmacist in managing a pharmacy in a professional and know the activities carried out in pharmacies Mitrasana PUP. Given a special assignment titled Development Method of Communication, Information, Education (KIE) Pharmacy Mitrasana Pondok Ungu Permai (PUP) which aims to make the students know the condition of the implementation of the KIE that runs in Mitrasana PUP Pharmacy and can develop appropriate KIE method for the PUP Mitrasana Pharmacy tailored to the customer profile PUP Mitrasana local pharmacy.
Key Words : Apotek Mitrasana, KIE method General Assiggnment : x + 68 pages; 8 picture; 15 attachments. Specific Assiggnment : v + 39 pages; 1 table; 5 picture; 2 attachments. Bibliography of General Assiggnment : 10 (1978-2012) Bibliography of Specific Assiggnment : 9 (2006-2013)
viii
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI..................................................... ABSTRAK ................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................ DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
i iii iv vi vii ix x xi
1. PENDAHULUAN................................................................................... 1.1 Latar Belakang................................................................................ 1.2 Tujuan.............................................................................................
1 1 2
2. TINJAUAN UMUM ............................................................................... 2.1 Definisi Apotek............................................................................... 2.2 Landasan Hukum Apotek ................................................................ 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek ................................................................ 2.4 Persyaratan Apotek ......................................................................... 2.5 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek.......................................... 2.6 Tata Cara Perizinan Apotek............................................................. 2.7 Pencabutan Izin Apotek................................................................... 2.8 Pengelolaan Obat ............................................................................ 2.9 Pengelolaan Narkotika .................................................................... 2.10 Pengelolaan Psikotropika ................................................................ 2.11 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ......................................
3 3 3 4 4 5 7 8 9 12 15 18
3. TINJAUAN KHUSUS ............................................................................ 3.1 PT. Kalbe Farma ............................................................................. 3.2 PT. Millenia Dharma Insani ............................................................ 3.3 Mitrasana Apotek – Healtmart – Laboratorium – Dokter .................
20 20 23 26
4. PEMBAHASAN ..................................................................................... 4.1 Perencanaan dan Pengadaan ............................................................ 4.2 Penerimaan ..................................................................................... 4.3 Penyimpanan................................................................................... 4.4 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika ......................................... 4.5 Pelayanan Apotek ........................................................................... 4.6 Administrasi Apotek .......................................................................
35 38 40 42 42 43 45
5. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
48
DAFTAR ACUAN ......................................................................................
50
LAMPIRAN ................................................................................................
51
ix
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6
Logo Kalbe ............................................................................ Logo Mitrasana ...................................................................... Empat buah Wall Gondola ..................................................... Gondola berisi Produk Fast Moving ....................................... (a) Penyimpanan Obat Sediaan Sirup; (b) Penyimpanan Obat Sediaan Semi Padat dan Tetes Mata ....................................... Meja Pemeriksaan POCT ....................................................... Ruang Tunggu ....................................................................... Lemari Narkotika Mitrasana PUP...........................................
x
22 27 36 36 37 37 38 43
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15.
Struktur Organisasi Perseroan .............................................. Struktur Organisasi Grup Kalbe ........................................... Struktur Organisasi PT. Millenia Dharma Insani .................. SOP Penjualan OTC/Minimarket ......................................... SOP Penjualan Obat Resep Dalam ....................................... SOP Penjualan Obat Resep Luar .......................................... SOP Pendaftaran Klinik ....................................................... SOP Pendaftaran Pasien Baru .............................................. SOP Klinik atau Praktik Dokter ........................................... SOP Pelayanan Laboratorium atau Rontgen ......................... SOP Pengambilan Sampel................................................... SOP Rujukan Sampel Laboratorium..................................... SOP Layanan Antar ............................................................. Petunjuk Teknis Order Nonreguler....................................... Petunjuk Teknis Barang Cito ...............................................
xi
52 53 54 55 56 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan
kualitas sumber daya manusia. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera maka kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan secara terus menerus termasuk derajat kesehatannya. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan manusia untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya yaitu dengan membangun sarana-sarana kesehatan yang merata dan terjangkau oleh pemerintah dan masyarakat secara menyeluruh, sehingga masyarakat dapat menikmati pelayanan kesehatan dengan baik dan optimal. Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan yang diperlukan dalam menunjang upaya pelayanan kesehatan. Apotek adalah suatu tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi. Perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. (Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 dan Keputusan Menkes Nomor 1332/Menkes/SK/X/ 2002). Selain sebagai sarana pelayanan kesehatan tempat dimana dilakukan pekerjaan kefarmasian oleh profesi apoteker, apotek juga memiliki fungsi sebagai tempat usaha untuk mencari keuntungan (profit oriented). Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Lebih lanjut lagi, di poin berikutnya, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan sediaan farmasi adalah obat, bahan obat tradisional, dan kosmetika. Menurut Dictionary of Ecomomics, 2nd edition yang dikutip dari Buku Manajemen Apotek Praktis, suatu usaha dikatakan sebagai bisnis eceran jika menyediakan satu atau beberapa jenis produk yang dijual kepada konsumen/pengguna tingkat akhir (yang mengonsumsi/ menggunakan barang yang dibeli. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa apotek juga merupakan bisnis eceran. Oleh karena itu, seorang apoteker selain memiliki pengetahuan dalam bidang kefarmasian dituntut juga untuk memiliki kemampuan 1
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
2
manajerial dalam mengelola bisnis apotek sehingga dapat memberikan keuntungan bagi apotek. Peran apoteker dalam mengelola suatu apotek sangat besar sehingga diperlukan pembekalan kepada calon apoteker, baik secara teori maupun praktik mengenai cara mengelola suatu apotek, baik dari sudut pandang farmasi maupun dari sudut pandang bisnis. Oleh karena itu, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT. Millenia Dharma Insani (Mitrasana) mengadakan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung dari tanggal 8 Januari hingga 10 Februari 2014 di Mitrasana Pulo Gadung, Jakarta Timur.
1.2
Tujuan Tujuan dilaksanakannya Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ialah :
a. Memahami secara umum struktur organisasi Apotek Mitrasana Babelan Perumahan Pondok Ungu Dua. b. Memahami tugas, fungsi dan tanggung jawab Apoteker di Apotek Mitrasana dalam mengelola apotek secara profesional. c. Mengetahui kegiatan yang dilakukan di Apotek Mitrasana Babelan Perumahan Pondok Ungu Dua.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1
Definisi Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/Menkes/SK/X/2002, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua
bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
2.2
Landasan Hukum Apotek Apotek memiliki landasan hukum yang diatur dalam :
a. Undang – Undang Negara, yaitu: 1. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. 2. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. 3. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Peraturan Pemerintah, yaitu: 1. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.26 Tahun 1965 tentang Apotek. 2. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. c. Peraturan Menteri Kesehatan, yaitu: 1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Kententuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
3
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
4
2. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. d. Keputusan Menteri Kesehatan, yaitu: 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan
Atas
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 2. Keputusan Kementerian Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
2.3
Tugas dan Fungsi Apotek Tugas dan fungsi apotek menurut pasal 2 peraturan pemerintah No.25
Tahun 1980, yaitu : a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah megucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang telah melakukan peracikan, perubahan bentuk pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan baku obat. c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat secara luas dan merata.
2.4
Persyaratan Apotek Pendirian apotek harus memenuhi ketentuan-ketentuan atau persyaratan
yang berlaku sesuai dengan undang-undang guna mendapatkan izin sehingga apotek dapat beroperasi sesuai peraturan yang berlaku. Adapun persyaratan dalam pendirian apotek berdasarkan Permenkes No. 1027/MENKES/SK/IX/2004: Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan. Masyarakat harus Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
5
diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan pengerat, serangga/ pestisida, apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. Apotek harus memiliki : a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien. b. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi. c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien d. Ruang racikan. e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien. f. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.
2.5
Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,
disebutkan bahwa Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. Seorang Apoteker wajib memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker). STRA merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri Kesehatan kepada Apoteker yang telah diregistrasi. Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi, dapat memperoleh surat registrasi apoteker dan sertifikat kompetensi profesi secara langsung setelah melakukan registrasi. Berdasarkan peraturan pemerintah no. 51 tahun 2009, untuk memperoleh STRA, seorang Apoteker harus memenuhi persyaratan antara lain: a. Memiliki ijazah Apoteker. b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
6
d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik. e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Setelah memiliki STRA, apoteker wajib memiliki surat izin sesuai tempat kerjanya. Surat izin tersebut dapat berupa Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan kefarmasian atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas produksi atau distribusi farmasi (Menteri Kesehatan, 2011). Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan: a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN; b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap (Menteri Kesehatan, 2011). Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Seorang Apoteker Pengelola Apotek harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut: a. Memiliki ijazah yang telah terdaftar pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker. c. Memiliki SIK dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
7
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi secara penuh dan tidak menjadi APA di apotek lain. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut (Menteri Kesehatan, 2011).
2.6
Tata Cara Perizinan Apotek Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang Tata Cara Pemberian Izin Apotek dinyatakan bahwa : a. Permohonan izin Apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1. b. Dengan
menggunakan
Formulir
APT-2
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan Apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT-4. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
8
e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir model APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir model APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Terhadap permohonan izin Apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan APA dan atau persyaratan Apotek atau lokasi Apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7.
2.7
Pencabutan Surat Izin Apotek Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila: a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Apoteker Pengelola Apotek, dan atau b. Apoteker tidak memenuhi kewajibannya dalam menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin dan melakukan penggantian obat generik dalam resep dengan obat paten, dan atau
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
9
c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dan dua tahun secara terusmenerus, dan atau d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-undang Obat Keras Nomor.St. 1937 No. 541, Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan, dan atau e. Surat Izin Kerja APA dicabut dan atau Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat, dan atau f. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditetapkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan harus berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. Pembekuan izin Apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-13. Pembekuan SIA dapat dicairkan kembali apabila Apoteker telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan. APA atau Apoteker Pengganti, wajib mengamankan perbekalan farmasinya. Pengamanan dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotik, obat keras tertentu, dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di Apotek. b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas.
2.8
Pengelolaan Obat Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1027 tahun 2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pengelolaan persediaan obat dan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
10
perbekalan kesehatan dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan. Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out). a. Perencanaan Dalam
membuat
perencanaan
pengadaan
sediaan
farmasi
perlu
diperhatikan: 1. Pola penyakit 2. Kemampuan masyarakat 3. Budaya masyarakat b. Pengadaan Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sedian farmasi harus melalui jalur resmi. c. Penyimpanan 1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang-kurangnya memuat nomor batch dan tanggal kadaluarsa. 2. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan. d. Administrasi 1. Persiapan resep sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku 2. Pencatatan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang masuk dan keluar (kartu stok) Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek adalah: a. Undang-undang atau Peraturan yang berlaku Dalam mengelola perbekalan farmasi di Apotek, undang-undang atau peraturan merupakan hal penting yang harus diketahui oleh APA beserta stafnya di Apotek. Sebab pengelolaan yang menyimpang dari ketentuan peraturan yang berlaku akan memperoleh sanksi pidana.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
11
b. Golongan obat Obat yang ada di Apotek telah ditetapkan oleh Pemerintah menjadi beberapa golongan, hal ini dimaksudkan untuk dapat mempermudah APA dalam memperoleh, menyimpan, dan menyerahkannya sehingga penggunaannya menjadi tepat. c. Sifat obat Perbekalan farmasi (khususnya obat) memiliki sifat yang berbeda dengan sifat barang kebutuhan rumah tangga, umumnya berasal dari bahan kimia yang dapat berubah fungsi karena cahaya, panas, kelembapan udara, daluarsa, dosis (takaran), interaksi dengan bahan lain, sehingga tata cara penanganannya membutuhkan pengetahuan khusus. d. Cara penyimpanan Karena sifatnya yang dapat berubah fungsi ini, maka cara penyimpanannya harus ditempatkan pada wadah dan ruangan tertentu agar tetap memenuhi syarat baku (tidak rusak) sampai batas daluarsanya. e. Cara penataan Dalam menata obat di Apotek, disamping memperhatikan peraturan dan sifat obat juga harus mempertimbangkan hal-hal seperti estetika (keindahan), lay out (tata letak dan susunan), serta desain lemari atau rak obat baik diruang pelayanan obat ethical ataupun di pelayanan obat OTC (obat bebas). f. Bisnis dan sosial Dalam menjalankan usaha Apotek, seorang APA harus mampu memberikan keuntungan atas modal yang telah diinvestasikan, agar Apoteknya dapat terus beroperasi dan berkembang, tetapi juga tidak melupakan fungsi sosialnya. Pertimbangannya adalah bahwa konsumen tidak mengerti tentang obat dan harga obat, dan tidak semua konsumen mampu membayar biaya obat, sehingga APA beserta stafnya dapat menginformasikan dan melayani kebutuhan obat sesuai dengan kemampuan konsumen yang datang ke Apotek. (Umar, 2012)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
12
2.9
Pengelolaan Narkotika Berdasarkan Undang-undang RI no. 35 tahun 2009, yang dimaksud dengan
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: a. Narkotika golongan I Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah heroin, kokain, ganja, dan obat-obat psikotropika golongan I dan II. b. Narkotika golongan II Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah morfin, petidin, dan metadon. c. Narkotika golongan III Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah kodein. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun di sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Oleh karena itu, pengaturan narkotika harus benar-benar terkontrol, baik dalam hal mengimpor, mengekspor, memproduksi, menanam, menyimpan, mengedarkan dan menggunakan narkotika harus dikendalikan dan diawasi dengan ketat. Tujuan pengaturan Narkotika tersebut untuk: a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
13
b. Mencegah,
melindungi,
dan
menyelamatkan
Bangsa
Indonesiadari
penyalahgunaan narkotika; c. Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika; dan d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalah guna dan pecandu narkotika.
2.9.1 Pengadaan Pengadaan narkotika dilakukan dengan pesanan tertulis melalui Surat Pesanan Narkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Surat Pesanan narkotika harus ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, SIA, dan stempel. Satu surat pesanan terdiri dari rangkap 4 rangkap, 3 rangkap termasuk aslinya diserahkan ke pihak distributor (Kimia Farma) sementara sisanya disimpan oleh pihak Apotek sebagai arsip. Satu lembar surat pesanan hanya dapat digunakan untuk memesan satu jenis obat narkotika.
2.9.2 Penerimaan dan Penyimpanan Menurut Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang penyimpanan narkotika, penerimaan narkotika dapat dilakukan oleh APA atau AA yang mempunyai SIK dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas, nomor SIA, dan stempel apotek. Segala zat atau bahan yang termasuk narkotika di Apotek wajib disimpan khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Pasal 14 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009. Tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.28/MENKES/Per/V/1978. Dalam peraturan tersebut dinyatakan Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
14
persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. e. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. g. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.
2.9.3 Penyerahan Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. Selain itu, apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika.
2.9.4 Pemusnahan Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang penyimpanan narkotika, pasal 9 mengenai pemusnahan narkotika, APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya memuat: a. Tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun) b. Nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
15
c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari perusahaan atau badan tersebut d. Nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan e. Cara pemusnahan f. Tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM setempat.
2.9.5 Pelaporan Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK, SIA, nama jelas dan stempel apotek. Laporan penggunaan narkotika setiap bulannya dikirim ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten setempat dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Propinsi, Balai POM dan untuk arsip apotek. Pelaporan selambat-lambatnya tanggal 10 tiap bulannya. Laporan bulanan narkotika berisi nomor urut, nama sediaan, satuan, jumlah pada awal bulan, pemasukan, pengeluaran, dan persediaan akhir bulan serta keterangan. Khusus untuk penggunaan morphin, pethidin, dan derivatnya dilaporkan dalam lembar tersendiri disertai dengan nama dan alamat pasien serta nama dan alamat dokter.
2.10 Pengelolaan Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997, Psikotropika digolongkan menjadi: a. Psikotropika golongan I Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat psikotropika golongan I
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
16
adalah ecstasy (MDMA), psilosin (jamur meksiko/jamur tahi sapi), LSD (lisergik deitilamid), dan meskalin (kaktus amerika). b. Psikotropika golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat golongan psikotropika golongan II adalah amfetamin, metakualon, dan metilfenidat. Sekarang obat psikotropika golongan I dan II dikategorikan dalam obat narkotika golongan I. c. Psikotropika golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat psikotropika golongan III adalah amorbarbital, flunitrazepam, dan kastina. d. Psikotropika golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat psikotropika golongan IV adalah barbital, bromasepam, diazepam, estazolam, fenorbarbital, klobazam, dan klorazepam. Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa Psikotropika golongan I dan II telah dipindahkan menjadi Narkotika golongan I sehingga Lampiran mengenai Psikotropika golongan I dan II pada UU No. 5 Tahun 1997 dinyatakan tidak berlaku lagi.
2.10.1 Pemesanan Pemesanan
Psikotropika
memerlukan
Surat
Pesanan
yang
harus
ditandatangani oleh APA dilengkapi dengan nama jelas, nomor SIPA, SIA, dan stempel Apotek. Satu lembar surat pesanan bisa digunakan untuk memesan beberapa jenis obat Psikotropika. Surat Pesanan terdiri dari 2 rangkap, aslinya diserahkan ke pihak distributor sementara salinannya disimpan oleh pihak Apotek sebagai arsip.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
17
2.10.2 Penyimpanan Penyimpanan obat golongan psikotropika belum diatur oleh peraturan perundang-undangan, akan tetapi mengingat obat-obat psikotropik ini cenderung disalahgunakan, maka disarankan penyimpanan obat-obat golongan psikotropika diletakan tersendiri dalam rak atau lemari khusus. 2.10.3 Penyerahan Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997 pasal 14, penyerahan Psikotropika dapat dilakukan oleh: a. Penyerahan psikotropika dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan dan dokter. b. Penyerahan psikotropik oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada pengguna/pasien. c. Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas hanya dapat dilakukan kepada pengguna/pasien. d. Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan dilaksanakan berdasarkan resep dokter. e. Penyerahan psikotropika oleh dokter dilaksanakan dalam hal, menjalankan praktik terapi dan diberikan melalui suntikan; menolong orang sakit dalam keadaan darurat; menjalankan tugas di daerah terpencil. f. Psikotropika yang diserahkan dokter hanya dapat diperoleh dari apotek.
2.10.4 Pemusnahan Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1997, pemusnahan psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku, kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan. Pada pemusnahan psikotropika, Apoteker wajib membuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat kepastian.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
18
2.10.5 Pelaporan Sesuai dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan yang berhubungan dengan psikotropika dan dilaporkan kepada Menteri Kesehatan secara berkala. Laporan dikirim setahun sekali ke Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat selambatlambatnya tanggal 10 tahun berikutnya, dengan tembusan kepada Balai Besar POM.
2.11 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi: a. Pelayanan Resep 1. Skrining resep Seorang Apoteker pada saat menerima resep wajib melakukan skrining resep yang meliputi nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta; cara pemakaian yang jelas; bentuk sediaan, dosis,potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat; adanya tidaknya alergi, efek samping, interaksi, serta kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan
alternatif
seperlunya
bila
perlu
menggunakan
persetujuan
setelah
pemberitahuan. 2. Penyiapan obat Penyiapan obat dimulai dengan peracikan jika terdapat resep racikan. Meracik merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
19
3. Penyerahan Obat Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. b. Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi . Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya. c. Pelayanan residensial (Home Care). Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
BAB III TINJAUAN KHUSUS
3.1
PT. Kalbe Farma
3.1.1 Sejarah dan profil perusahaan PT. Kalbe Farma, Tbk., didirikan pada tahun 1966, tepatnya pada tanggal 10 September, oleh enam orang bersaudara yang dipimpin dr. Boenjamin Setiawan, Ph. D. (yang lebih dikenal sebagai dokter Boen) dan Fransiskus Bing Aryanto dengan tekad membantu manusia Indonesia meningkatkan kesadaran akan kesehatan dan kesejahteraan mereka. PT. Kalbe Farma, Tbk., berawal dari sebuah bisnis farmasi yang beroperasi di sebuah garasi rumah yang berlokasi di daerah Tanjung Priok, Jakarta Utara. Visi yang tajam, jiwa wirausaha yang tinggi, serta kerja keras para pendiri dan seluruh karyawan telah menyebabkan Kalbe terus berkembang dan menjadi perusahaan yang sukses. Saat ini, setelah lebih dari 40 tahun beroperasi, PT. Kalbe Farma, Tbk., diakui pada tingkat regional sebagai perusahaan farmasi terbesar se-Asia Tenggara. Meskipun telah beroperasi selama lebih dari 40 tahun, Kalbe masih memiliki banyak tujuan yang ingin dicapai. Pengembangan usaha telah gencar dilakukan melalui akuisisi strategis terhadap perusahaan farmasi lain, membangun merek produk yang unggul dan menjangkau pasar internasional, dalam rangka transformasi Kalbe menjadi perusahaan produk kesehatan serta nutrisi yang terintegrasi dengan daya inovasi, strategi pemasaran, pengembangan merek, distribusi, kekuatan keuangan, keahlian riset dan pengembangan serta produksi yang sulit ditandingi dalam mewujudkan misinya untuk meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik. Grup Kalbe telah menangani portofolio merek yang handal dan beragam untuk produk obat resep, obat bebas, minuman energi dan nutrisi, yang dilengkapi dengan kekuatan bisnis usaha kemasan dan distribusi yang menjangkau lebih dari satu juta outlet. Kalbe telah berhasil memposisikan merek-mereknya sebagai pemimpin di dalam masing-masing kategori terapi dan segmen industri, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di berbagai pasar internasional, dengan produkproduk kesehatan dan obat-obatan yang telah senantiasa menjadi andalan keluarga 20
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
21
seperti Promag®, Mixagrip®, Woods®, Komix®, Prenagen® dan Extra Joss®. Pembinaan dan pengembangan aliansi dengan mitra kerja internasional telah mendorong pengembangan usaha Kalbe di pasar internasional. Pada akhir tahun 2005, pangsa pasar internasional Kalbe telah meluas hingga Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Myanmar, Sri Lanka, dan Afrika Selatan. Kerja sama internasional juga dimanfaatkan untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek riset dan pengembangan yang canggih, serta memberi kontribusi dalam penemuan terbaru di dalam bidang kesehatan dan farmasi, termasuk riset sel punca. Pelaksanaan konsolidasi Grup pada tahun 2005 telah memperkuat kemampuan produksi, pemasaran dan keuangan Perseroan sehingga meningkatkan kapabilitas dalam rangka memperluas usaha Kalbe, baik di tingkat nasional maupun internasional. Saat ini, sebagai salah satu perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara, Kalbe memiliki saham yang telah tercatat di bursa efek dengan nilai kapitalisasi pasar di atas US$ 1 miliar dan penjualan melebihi Rp 7 triliun. Posisi kas yang sangat baik saat ini juga memberikan fleksibilitas yang luas dalam pengembangan usaha Kalbe di masa mendatang. Dengan dukungan finansial yang kuat dan sumber daya yang berkualitas, Kalbe akan terus berinovasi dan berkembang untuk mencapai cita-cita perusahaan, menjadi pemimpin dalam sektor bisnis farmasi di Indonesia, serta mempersiapkan diri menghadapi tantangan global. 3.1.2 Nama dan Logo Logo Kalbe menggunakan double helix DNA yang melambangkan komitmen dalam mengabdikan ilmu untuk kesehatan dan kesejahteraan. Warna hijau sebagai warna dasar digunakan untuk melambangkan kehidupan, pertumbuhan, dan inovasi. Pada bulan Maret 2007, Kalbe memperkenalkan logo baru dan pada logo baru tersebut, Kalbe tetap mempertahankan simbol double helix DNA tetapi penggambarannya diperbaharui sebagai wujud dua manusia. Hal ini menunjukkan bahwa Kalbe yang baru lebih dinamis, siap menghadapi hal-hal baru, serta mempertegas fokus Kalbe kepada masyarakat, kepedulian, dan rasa berbagi. Adapun logo Kalbe dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
22
Gambar 3.1 Logo Kalbe 3.1.3 Visi dan Misi 3.1.3.1 Visi Menjadi perusahaan yang dominan dalam bidang kesehatan di Indonesia dan memiliki eksistensi di pasar global dengan merek dagang yang kuat, didasarkan oleh manajemen, ilmu dan teknologi yang unggul.
3.1.3.2 Misi Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik.
3.1.4 Motto “The Scientific Pursuit of Health for a Better Life” atau penelusuran ilmiah terhadap dunia kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik.
3.1.5 Core Value (Nilia Inti) Core Value atau nilai inti yang dianut oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. Antara lain: a. Memberikan Pelayanan Terbaik kepada Pelanggan b. Gigih untuk Mencapai yang Terbaik c. Kerjasama yang Kokoh d. Inovasi e. Lincah f. Integritas.
3.1.6 Struktur Organisasi Perseroan Bagan struktur organisasi perseroan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
23
3.1.7 Struktur Organisasi Grup Kalbe Bagan struktur organisasi Grup Kalbe dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.2
PT. Millenia Dharma Insani
3.2.1 Pendahuluan PT. Millenia Dharma Insani merupakan anak perusahaan dari Grup Kalbe yang berfokus pada
bisnis jaringan apotek, healthmart, praktik dokter, dan
laboratorium. Bagan struktur organisasi PT. Millenia Dharma Insani sebagai anak perusahaan Grup Kalbe dapat dilihat pada Lampiran 3.
3.2.2 Visi dan Misi 3.2.2.1 Visi Visi dari PT. Millenia Dharma Insani (Persero) adalah menjadi perusahaan layanan kesehatan utama di Indonesia yang mempunyai daya saing dan komitmen yang kuat.
3.2.2.2 Misi a. Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik b. Mengembangkan produk layanan yang berpusat pada kepuasan konsumen c. Memberikan dedikasi dan mutu layanan yang terbaik pada konsumen dan masyarakat pada umumnya. d. Menyediakan pelayanan kesehatan yang aman dan cepat dengan harga terjangkau dan kosisten
3.2.3 Struktur Organisasi PT. Millenia Dharma Insani dipimpin oleh Direktur Utama yang membawahi Direktur Operasional serta Direktur Pengembangan yang masing – masing membawahi fungsi dari tiap departemen. Direktur Operasional Membawahi Manager Operasional dan Regional Operation Manager dimana kedua Manager membawahi Area Manager, Purchasing Manager, Logistik, dan Store Manager, sedangkan Direktur Pengembangan membawahi Manager SDM,
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
24
Manager Keuangan dan Akuntansi, Manager Informasi dan Teknologi, Manager Pemasaran dan Promosi.
3.2.4 Tugas dan Fungsi Berdasarkan struktur organisasi PT. Millenia Dharma Insani, terdapat bebrapa bagian utama yang saling mendukung dengan tugas dan tanggung jawab yang berbeda.
3.2.4.1 Operasional (Operational) Tugas pokok manajer operasional adalah mengelola seluruh kegiatan operasional gerai, yang meliputi: a. Pendapatan dan laba (revenue and profit). b. Penanganan aset (asset handling). c. Penanganan persediaan (inventory handling). d. Penanganan sumber daya manusia (people handling). e. Menaungi beberapa manajer area, dan setiap manajer area membawahi store manager yang bertanggung jawab langsung terhadap kegiatan operasional gerai. Manajer operasional juga dibantu oleh Koordinator Pelayanan Medis yang bertugas mengawasi kualitas pelayanan di seluruh gerai Mitrasana, memberi pelatihan pelayanan medis, serta pencarian dan penerimaan staf medis.
3.2.4.2 Supply Chain Management Supply Chain Management bertugas mengelola pembelian dan pengadaan barang yang dibutuhkan oleh seluruh gerai. Supply Chain Management terbagi ke dalam tiga divisi, yaitu Divisi Merchandise, Divisi Purchasing, dan Divisi Logistic. Divisi Purchasing bertanggung jawab menangani pembelian seluruh barang dagangan outlet, peralatan, dan inventaris perusahaan. Divisi Logistic bertanggung jawab menangani pengadaan barang dagangan, pengiriman barang dagangan sesuai dengan pesanan apotek, meminimalisir dan penanganan barang rusak.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
25
3.2.4.3 Pengembangan Bisnis (Business Development) Manajer bagian Pengembangan Bisnis PT. Millenia Dharma Insani bertugas mengembangkan jenis-jenis usaha dan layanan yang prospektif, serta menjalin kerja sama dengan investor dan perusahaan.
3.2.4.4 Keuangan dan Akuntansi (Finance and Accounting) Manajer
Keuangan
bertugas
mengatur
dan
mengelola
keuangan
perusahaan, termasuk: a. Menerima setoran penjualan outlet b. Memenuhi dan mengontrol petty cash c. Menerima tagihan piutang asuransi d. Pembayaran tagihan ke pihak supplier e. Melakukan perhitungan pajak f. Merancang SOP setiap departemen g. Evaluasi SOP yang sudah berjalan h. Audit SOP di setiap departemen dan outlet
3.2.4.5 Teknologi Informasi (Information Technology) Tugas Manajer Teknologi Informasi mencakup perancangan program komputer untuk pengelolaan dan operasional seluruh gerai; perancangan jaringan online di dalam setiap gerai; perancangan jaringan semi online antara setiap gerai dengan kantor pusat; pengolahan data dari outlet; serta pengadaan, perawatan, perbaikan, dan peningkatan kualitas hardware/software.
3.2.4.6 Sumber Daya Manusia (Human Resource) Bagian ini bertugas menyelenggarakan penerimaan dan pelatihan karyawan; mengurus pembayaran gaji, cuti, tunjangan, serta kesehatan karyawan; pengembangan karyawan; promosi, demosi, mutasi.
3.2.4.7 Bagian Umum (General Affair) Bagian ini bertanggung jawab dalam renovasi bangunan sesuai standar; pemasangan dan perawatan telepon, air, listrik sesuai kebutuhan; perawatan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
26
bagunan dan aset perusahaan di outlet; penggantian kerusakan seluruh sarana dan prasarana outlet; administrasi fixed asset perusahaan; serta standarisasi lay out outlet dan gondola.
3.2.4.8 Network Development Bagian ini bertugas untuk membangun jaringan dengan pihak lain di luar Mitrasana, termasuk membangun jaringan dengan pihak asuransi, perusahaan, laboratorium, rumah sakit, dan dokter untuk meningkatkan sales Mitrasana.
3.2.4.9 Pemasaran (Marketing) Bagian ini bertugas untuk menyusun, merancang, serta memastikan progam promosi berjalan dengan baik serta menyusun dan merancang sales focus di setiap gerai Mitrasana.
3.3
Mitrasana Apotek – Healtmart – Laboratorium – Dokter
3.3.1 Pendahuluan Mitrasana pertama kali didirikan pada tanggal 18 Januari 2008 di Cikarang (Mitrasana Jababeka) oleh pendiri Grup Kalbe, yaitu dr. Boenjamin Setiawan, Ph.D. Pendirian sarana pelayanan kesehatan Mitrasana dilatar belakangi oleh dua hal. 1. Mitrasana berupaya mendukung program pemerintah dalam hal memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care) yang bermutu dan terjangkau. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dimaksud adalah pelayanan dokter umum dan pelayanan ini diharapkan dapat diakses oleh masyarakat, baik dari kalangan ekonomi bawah, menengah, maupun dari kalangan ekonomi atas. 2. Mitrasana diharapkan menjadi strategic alignment bagi seluruh satuan unit bisnis Grup Kalbe, yaitu memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh karyawan Grup Kalbe. Segmentasi dari Mitrasana yaitu seluruh usia (keluarga), geografi sub-urban dan urban, serta sosial ekonomi yang dibagi menjadi dua ketegori yaitu kelas A-B dan B-C. Target pasar Mitrasana merupakan daerah perumahan dan menjadi Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
27
endorser untuk kesehatan keluarga. Mitrasana memiliki positioning “Bersama dengan rekan, kami peduli dan sungguh-sungguh melayani kesehatan keluarga melalui aksi yang nyata”. Hingga pada saat ini, telah berdiri 67 outlet Mitrasana yang sebagian besar terletak di daerah Bekasi dan beberapa di Jakarta. 3.3.2 Nama dan Logo Nama Mitrasana berasal dari dua kata, yaitu “MITRA” yang menurut bahasa Indo-Iranian adalah kepercayaan, persetujuan, janji, dan menurut bahasa Sansekerta berarti teman, partner, atau rekan, sedangkan “SANA” yang berasal dari bahasa Latin dan berarti sehat, sehingga Mitrasana ingin merangkul pasien atau pelanggan dengan menjadi sahabat mereka di bidang kesehatan. Hal ini juga ditunjukkan pada logo Mitrasana yang menggambarkan penyedia layanan kesehatan dan pelanggan yang bergandengan tangan. Bentuk logo yang menyerupai hati menggambarkan bahwa pelayanan di Mitrasana dilakukan dengan sepenuh hati.
Gambar 3.2 Logo Mitrasana 3.3.3 Visi dan Misi 3.3.3.1 Visi Meningkatkan kesehatan demi kehidupan yang lebih baik
3.3.3.2 Misi Menyediakan pelayanan kesehatan tingkat I yang mudah terjangkau dan berkualitas (one stop services – Apotek – Healthmart – Laboratorium – Dokter Keluarga) di Indonesia dengan harga terjangkau.
3.3.4 Motto Solusi sehat yang nyaman dan terjangkau bagi Anda dan keluarga.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
28
3.3.5 Core Value (Nilai Inti) Nilai inti yang dijunjung oleh Mitrasana adalah Panca Sradha, yaitu: a. Trust is the glue of life Saling percaya adalah perekat diantara kami. Trust mencakup: 1. Menghargai orang lain dan memperlakukan mereka seperti kita ingin diperlakukan. 2. Mempercayai bahwa setiap orang punya potensi dan percaya bahwa setiap orang mampu menggunakan potensinya semaksimal mungkin. 3. Menjunjung tinggi keterbukaan dan kejujuran. b. Mindfullness is the foundation of our action Kesadaran penuh adalah dasar setiap tindakan kami. Mindfulness mencakup: 1. Peka dan peduli terhadap harapan seluruh pemangku kepentingan. 2. Peka dan peduli terhadap masyarakat dan lingkungan. 3. Menjunjung tinggi nilai-nilai perusahaan dalam bertindak dan mengambil keputusan. c. Innovation is the key to our success Inovasi adalah kunci keberhasilan kami. Innovation mencakup: 1. Menghargai semangat kewirausahaan dengan menjadi pelopor yang inovatif. 2. Tekat untuk meningkatkan kualitas hidup melalui inovasi berdasarkan kebutuhan pelanggan dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi. 3. Senantiasa menerapkan cara-cara baru dalam berbisnis untuk memenangkan persaingan. d. Strive To Be the Best Bertekad untuk menjadi yang terbaik. Tekad mencakup: 1. Menginspirasi dan membekali setiap individu untuk mencapai sasaran yang menantang. 2. Membudayakan proses belajar dan perbaikan yang berkesinambungan. e. Interconnectedness is universal way to life Saling keterkaitan adalah panduan hidup kami. Hal ini mencakup: 1. Mengutamakan kerja sama tim dalam keragaman budaya dengan suasana kerja yang hangat dan menyenangkan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
29
2. Percaya bahwa kesuksesan perusahaan bergantung pada keharmonisan karyawan dan keluarganya. 3. Berkontribusi pada masyarakat dan manfaat sumber daya lingkungan secara bertanggung jawab untuk menjaga kesinambungan.
3.3.6 Organisasi Operasional Apotek Mitrasana Secara struktural organisasi operasional di gerai Apotek Mitrasana dipimpin oleh seorang SM (Store manager), dengan anggota dokter, perawat, asisten apoteker, kasir, kurir dan ahli laboratorium (untuk outlet apotek mitrasana yang dilengkapi dengan Laboratorium). Setiap SM di apotek bertanggung jawab penuh kepada AM (Area Manager). AM dipimpin langsung oleh seorang ROM (Regional Operasional Manager), dan ROM sendiri diketuai oleh seorang OPR manager (MDP Mitrasana, 2012). Berdasarkan organisasi operasional ada 4 bagian yang saling berhubungan agar kegiatan Apotek bisa berjalan lancar. Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing di outlet Apotek Mitrasana yaitu (MDP Mitrasana, 2012): a. Store Manager Tugas: 1.
Mencapai revenue outlet yang ditargetkan
2.
Mencapai debet customer
3.
Mencapai buying power
4.
Memastikan kebijakan/program dari Head Office
Tanggung Jawab: 1.
Membuat rencana kerja bulanan outlet
2.
Membuat jadwal absensi karyawan outlet
3.
Mengkoordinasikan dan memastikan seluruh karyawan melakukan dan menjaga kebersihan
4.
Mengelola bawahannya dengan cara: menciptakana iklim kerja yang sesuai dengan budaya perusahaan; mengkoordinasi program kerja di outlet;
melakukan
pelatihan;
dan
mengkomunikasikan
kebijakan-
kebijakan/program dari kantor pusat. 5.
Monitoring dan memastikan persiapan buka outlet Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
30
6.
Melakukan dan memastikan pelayanan sesuai dengan SOP Operrasional
7.
Melakukan dan memastikan kegiatan after sales services
8.
Mencocokkan uang fisik dengan nilai sales yang tertera di sistem
9.
Mengkoordinasikan dan memastikan ketersediaan stok barang di outlet
10. Memimpin dan mengkoordinasikan SDM yang menjadi tanggung jawabnya 11. Menginformasikan SDM kepada Area Manager bila ada kekurangan atau kelebihan man power di outlet 12. Mengendalikan biaya operasional di outlet 13. Melaporkan sarana dan prasarana di outlet yang menjadi tanggung jawabnya apabila terjadi kerusakan atau gangguan 14. Membuat laporan (laporan harian; laporan mingguan; dan laporan bulanan) 15. Melakukan pekerjaan lain yang diberikan atasan terkait bidang tugasnya 16. Menangani keluhan pelanggan 17. Mengawasi dan ikut serta dalam menjaga keamanan outlet 18. Monitoring dan memastikan persiapan tutup outlet b. Asisten Apoteker Tugas: 1.
Mencapai revenue outlet yang ditargetkan
2.
Mencapai debet customer
3.
Mencapai buying power
4.
Mengimplementasikan kebijakan/program dari Head Office
Tanggung Jawab: 1.
Melaksanakan rencana kerja bulanan yang dibuat oleh SM
2.
Mematuhi jadwal absensi karyawan yang telah disusun
3.
Melaksanakan persiapan buka outlet
4.
Melaksanakan pelayanan sesuai dengan SOP Operrasional
5.
Mencocokkan dan melaporkan semua bon pembelian dan sisa uang fisik sesuai dengan petty cash, menerima barang yang dikrimkan dari logistik pusat dan mencocokkan dengan IBT, menjaga stok barang di outlet
6.
Ikut serta dan berperan aktif dalan briefing yang dipimpin oleh SM Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
31
7.
Mengendalikan biaya operasional di outlet
8.
Melaporkan sarana dan prasarana di outlet yang menjadi tanggung jawabnya apabila terjadi kerusakan atau gangguan
9.
Membuat laporan (laporan harian; laporan mingguan; dan laporan bulanan)
10. Melakukan pekerjaan lain yang diberikan atasan terkait bidang tugasnya 11. Bersedia ditugaskan di seluruh oulet dalam 1 (satu) cluster 12. Menjaga kebersihan toilet 13. Mengawasi dan ikut serta dalam menjaga keamanan outlet 14. Monitoring dan memastikan persiapan tutup outlet c. Perawat Tugas : 1.
Melayani pasien yang akan diperiksa oleh dokter dan/atau melakukan pengambilan sampel darah
2.
Membantu dokter dalam pelaksanaan pelayanan medis di outlet dalam 1 cluster dan membantu program dokter keluarga
3.
Membantu pelayanan di outlet
Tanggung jawab: 1.
Melakukan pelayanan prima kepada pelanggan dengan standar pelayanan yang berlaku
2.
Melakukan persiapan pasien yang akan diperiksa dokter
3.
Membantu SM dalam mengelola barang dagangan, serta menginfokan produk yang stoknya kurang/kosong dan pencapaian sales outlet
4.
Melakukan pengambilan sample darah pasien
5.
Mempersiapakn peralatan atau obat yang dibutuhkan dokter
6.
Membantu dokter dalam hal yang berkaitan dengan administrasi
7.
Membantu team marketing bila dibutuhkan
8.
Mengerjakan administrasi dan stok opname klinik
9.
Membantu pelaksanaan MCU di perusahaan maupun di outlet
10. Melayani pasien dengan kasih saying dan tanggung jawab 11. Melakukan grooming sesuai standar yang telah ditetapkan 12. Bertanggung jawab mengelola limbah medis di outlet Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
32
13. Menjaga kebersihan outlet, terutama ruang dokter d. Kurir Tugas: 1.
Menjaga kebersihan dan kerapian outlet
2.
Melakukan pengantaran barang,dokumen serta SDM (dokter, manager, perawat, analis, AA) dalam satu cluster
Tanggung jawab: 1.
Melakukan pelayanan prima kepada pelanggan sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku
2.
Menjaga kebersihan dan kerapian di seluruh outlet
3.
Melakukan pengantaran barang,dokumen serta SDM (dokter, manager, perawat, analis, AA) dalam satu cluster
4.
Membantu aktivitas promosi outlet
5.
Menjaga keamanan outlet
6.
Melakukan grooming sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
7.
Membantu menyebarkan brosur
3.3.7 Pelayanan Pelayanan kesehatan yang terdapat pada Mitrasana terdiri atas apotek, healthmart, laboratorium, dan praktik dokter (dokter umum, gigi, dan spesialis). Layanan apotek dari Mitrasana menyediakan obat-obatan yang terjamin keasliannya dengan harga yang terjangkau, dan layanan antar yang gratis. Healthmart atau swalayan kesehatan menyediakan kategori produk kesehatan, seperti obat OTC (Over The Counter), vitamin dan suplemen, obat tradisional, produk perawatan tubuh, produk perawatan bayi, serta alat kesehatan. Laboratorium Mitrasana menggunakan peralatan yang otomatis dan mampu memberikan hasil yang akurat, didukung oleh tenaga analis yang kompeten, serta memberikan layanan pengambilan sampel di rumah. Praktik dokter atau dokter keluarga yang dimiliki Mitrasana memberikan layanan kunjungan dokter ke rumah (home visit) dan konsultasi melalui telepon. Keunggulan yang dimiliki oleh Mitrasana antara lain:
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
33
a. Jaringan yang luas, yaitu memiliki beberapa gerai yang tersebar di beberapa wilayah. b. Sistem informasi yang terintegrasi dan online, yaitu sistem informasi untuk pelayanan pasien, stok obat, dan pembelian yang terpusat (central procurement). c. Kualitas dan kelengkapan produk, mulai dari obat OTC, ethical, hingga alat kesehatan. d. One Stop Services, yaitu pelayanan dalam satu atap meliputi: layanan apotek, dokter, laboratorium, dan healthmart. e. Pelayanan dokter keluarga, diwujudkan melalui pelayanan homecare, homevisit, dan follow up pasien setelah tiga hari berobat di Mitrasana dengan tujuan menuntaskan terapi pasien dan tidak lanjut jika terjadi keluhan lain.
3.3.8 Operasional Mitrasana Operasional Mitrasana bertanggung jawab atas pengelolaan seluruh kegiatan operasional di outlet.Sejak tahun 2009 Mitrasana telah memiliki Standard Operational Procedure (SOP) agar seluruh kegiatan operasional Mitrasana terlaksana sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditentukan oleh departemen operasional Mitrasana. Terdapat sepuluh SOP yang dirancang oleh operasional Mitrasana. Adapun SOP yang dirancang oleh operasional Mitrasana antara lain: a. SOP Penjualan OTC/ Minimarket SOP Penjualan OTC/Minimarket dapat dilihat pada lampiran 4. b. SOP Penjualan Obat Resep Dalam SOP Penjualan Obat Resep Dalam dapat dilihat pada lampiran 5. c. SOP Penjualan Obat Resep Luar SOP Penjualan Obat Resep Luar dapat dilihat pada lampiran 6. d. SOP Pendaftaran Klinik SOP Pendaftaran Klinik dapat dilihat pada lampiran 7. e. SOP Pendaftaran Pasien Baru SOP Pendaftaran Pasien Baru dapat dilihat pada lampiran 8. f. SOP Klinik/ Praktik Dokter SOP Klinik/ Praktik Dokter dapat dilihat pada lampiran 9. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
34
g. SOP Laboratorium/ Rontgen SOP Laboratorium/ Rontgen dapat dilihat pada lampiran 10 h. SOP Pengambilan Sampel/ Persiapan Rontgen SOP Pengambilan Sampel/ Persiapan Rontgen dapat dilihat pada lampiran 11. i. SOP Rujukan Sampel Laboratorium SOP Rujukan Sampel Laboratorium dapat dilihat pada lampiran 12. j. SOP Layanan Antar SOP Layanan Antar dapat dilihat pada lampiran 13.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
BAB IV PEMBAHASAN
Apotek Mitrasana Pondok Ungu Permai (MSA PUP) atau dengan nama lain Mitrasana Babelan merupakan salah satu outlet yang termasuk di dalam bisnis Mitrasana yang terletak di Perumahan Pondok Ungu Permai Blok AC 1 No. 20A dan B, Kelurahan Babelan, Bekasi Utara. Outlet ini telah beroperasi selama kurang lebih dua tahun, yakni mulai beroperasi per tanggal 18 April 2012 dan dilengkapi dengan pelayanan praktik dokter umum dan dokter gigi, serta memiliki kerjasama dengan asuransi. Apotek MSA PUP terletak di daerah yang cukup strategis, yaitu terletak di tepi jalan dua arah yang tidak dibatasi dengan pembatas jalan, termasuk di area perumahan yang padat penduduk, serta terdapat klinik dan beberapa Rumah Sakit yang berada tidak jauh dari Outlet Apotek MSA PUP. Jalanan yang terdapat di depan Apotek merupakan jalan utama dalam perumahan sehingga cukup ramai dilalui oleh kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Lokasi yang strategis ini juga didukung dengan adanya sarana umum lain seperti ruko, minimarket, restoran kecil, dan usaha lain yang selalu ramai dipadati pelanggannya.
Outlet Mitrasana PUP merupakan outlet induk pada cluster
Pondok Ungu yang membawahi 6 satelit yaitu outlet Apotek Mitrasana Taman Harapan Baru, Pejuang Harapan Baru, Pondok Ungu Dua, Chandra Baga, Mahedir, dan Marakas. Bagian depan Outlet Apotek Mitrasana Pondok Ungu Permai terdapat papan nama penunjuk keberadaan apotek yang terlihat dengan jelas, terutama dari kejauhan. Halaman Outlet Apotek MSA PUP dapat digunakan sebagai tempat parkir dengan kapasitas dua buah mobil dan beberapa sepeda motor. Bangunan Outlet Apotek MSA PUP berbentuk rumah persegi yang terbagi menjadi beberapa ruangan: ruang display produk; counter untuk penerimaan resep, kasir, dan penyerahan obat; ruang tunggu pasien; ruang praktik dokter umum; ruang praktik dokter gigi; ruang penyimpanan obat (gudang kecil); ruang racik obat; dan toilet. Obat bebas (OTC) diletakkan pada gondola dengan penyajian menyerupai minimarket. Ruang tengah sebagai counter diberi papan petunjuk yang digantung yang memberi petunjuk kepada pasien untuk mengenali tempat penerimaan resep, 35
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
36
kasir, dan pengambilan obat. Di counter terdapat lemari pendingin untuk meletakkan produk minuman, etalase dari kaca tembus pandang dengan tinggi sekitar 1,2 meter untuk meletakkan beberapa produk reguler dan konsinyasi, serta terdapat gondola yang mengelilingi counter yang berisikan obat-obatan OTC yang bersifat fast moving maupun produk-produk yang berada dalam masa penawaran khusus.
Gambar 4.1 Empat buah Wall Gondola
Gambar 4.2. Gondola berisi Produk Fast Moving Ruang racik obat berada dalam satu lingkup dengan counter. Ruang racik diberi sekat yang terbuat dari triplek yang kuat dan di atasnya diletakkan beberapa dummy sebagai salah satu sarana pemasaran dan pengenalan. Di dalam ruang racik, terdapat rak yang menyatu dengan sekat untuk meletakkan obat-obat sediaan sirup, suspensi, cream, salep. Selain itu, terdapat lemari es ukuran kecil sebagai sarana untuk menyimpan obat-obatan yang harus disimpan dalam suhu lemari es serta terdapat wastafel untuk keperluan mencuci.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
37
(a)
(b)
Gambar 4.3. (a) Penyimpanan Obat Sediaan Sirup; (b) Penyimpanan Obat Sediaan Semi Padat dan Tetes Mata Apotek Mitrasana Pondok Ungu Permai melayani Point of Care Testing (POCT) untuk pemeriksaan tekanan darah, kadar glukosa darah, kolesterol dan trigliserida, serta pemeriksaan kadar asam urat darah. Selain itu, juga melayani pengambilan sampel darah vena untuk diuji secara lengkap. Sampel darah vena yang di dapat akan diuji di Apotek Mitrasana Taman Harapan Baru (THB) dan hasilnya akan disampaikan ke konsumen. Selain itu, Outlet Apotek MSA PUP menjalin kerjasama dengan beberapa instansi berupa pelayanan kesehatan oleh dokter umum. Instansi yang dimaksud diantaranya yaitu INHEALTH, BNI LIFE, HMO, dan JASINDO.
Gambar 4.4. Meja pemeriksaan POCT
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
38
Pada ruang tunggu disediakan kursi, yaitu 4 kursi yang terdapat di depan kasir dan 3 kursi yang terdapat di depan ruang praktik dokter umum. Pada ruang tunggu juga disediakan satu unit televisi. Di ruang tengah Apotek disediakan sebuah meja dan 2 kursi untuk melakukan POCT. Untuk menjamin stabilitas obat selama penyimpanan, kenyamanan tenaga kerja serta pelanggan, Apotek Mitrasana PUP dilengkapi dengan empat pendingin udara atau air conditioner (AC): dua pendingin udara digunakan untuk menyejukkan ruang display dan counter, satu pendingin udara untuk ruang praktik dokter umum dan gudang, satu pendingin lainnya di ruang praktik dokter gigi.
Gambar 4.5. Ruang Tunggu
4.1
Perencanaan dan Pengadaan Seluruh kegiatan manajerial Apotek Mitrasana Pondok Ungu berkaitan
langsung dengan kantor pusat, termasuk perencanaan dan pengadaan barang dagangan di Apotek. Pengadaan barang di Apotek Mitrasana terdiri dari 3 jenis order yaitu pengadaan reguler, non reguler, dan Cito/Urgent. Pengadaan Reguler. Outlet Apotek Mitrasana Pondok Ungu Permai akan mendapatkan kiriman barang reguler dari kantor pusat setiap hari Kamis tiap minggunya. Perhitungan jumlah tiap jenis barang yang akan dikirim dilakukan oleh pihak Merchandising (MD) kantor pusat. Pihak MD akan melakukan penarikan data berupa data stok yang dimiliki oleh seluruh Apotek Mitrasana dan rata-rata penjualan dalam tiga atau enam bulan terakhir di seluruh Outlet Apotek Mitrasana, dalam hal ini Outlet Apotek MSA PUP. Dengan menggunakan data tersebut, dilakukan kalkulasi data stok yang sedang dimiliki dan rata-rata Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
39
penjualan dalam tiga atau enam bulan terakhir di Outlet Apotek Mitrasana PUP, sehingga didapatkan jumlah per jenis barang yang harus dikirim ke Outlet Apotek MSA PUP, Apotek tidak perlu membuat item request reguler. Setelah pihak MD melakukan kalkulasi jumlah tiap jenis barang yang akan dikirimkan ke outlet Mitrasana PUP maka pihak logistik kantor pusat akan mengirimkan barang sesuai dengan persetujuan pihak MD. Pengadaan non reguler. Pengadaaan barang non reguler merupakan permintaan barang diluar item request reguler namun dibutuhkan oleh outlet. Pada selang waktu permintaan, petugas apotek akan memeriksa jenis persediaan obat yang mulai menipis dan membuat item request untuk melakukan permintaan non reguler ke kantor pusat melalui email sehingga terjadinya kekosongan obat dapat diminimalisir. Item request non reguler wajib diapprove minimal oleh Store Manager atau Area Manager serta wajib diisi alasan permintaannya di kolom keterangan, tanpa keterangan yang jelas maka item request non reguler tidak akan dilayani. Pengadaan Cito/Urgent. Jika Apotek MSA PUP mengalami kosong stok terhadap suatu barang dan outlet Apotek Mitrasana lain juga mengalami kekosongan sedangkan barang tersebut sangat diperlukan oleh pelanggan maka petugas outlet Apotek MSA PUP mengirimkan email dan menginfokan kantor pusat untuk melakukan pengadaan barang tersebut dan bersifat cito (segera). Perlu diketahui, pengadaan cito/urgent merupakan pengadaan khusus dan harus habis dalam jangka waktu tujuh hari. bila tidak maka akan menjadi beban bagi apotek yang memesannya. Perbedaan antara pengadaan cito dan urgent adalah pada pengadaan urgent, barang-barang yang diadakan berupa barang nonethical, sedangkan barang yang berasal dari pengadaan cito berupa barang ethical. Selain ketiga cara pengadaan yang berasal dari kantor pusat diatas, pengadaan/permintaan juga bisa dilakukan antar outlet Apotek Mitrasana. Pengadaan barang yang dilakukan antar outlet Mitrasana disebut Inter Branch Transfer (IBT). Jika terjadi kekosongan stok barang di outet MSA PUP dan barang tersebut sangat diperlukan maka dapat dilakukan proses IBT kepada outlet Mitrasana lainnya yang memiliki stok barang tersebut untuk memenuhi permintaan barang dengan cepat. Pengadaan barang dengan proses IBT dapat Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
40
dilakukan melalui email ataupun telepon pada Apotek Mitrasana sekitar yang memiliki barang yang dibutuhkan. Pada Apotek Mitrasana PUP terdapat barang konsinyasi yaitu perbekalan farmasi yang di titipkan kepada apotek Mitrasana dengan sistem bagi hasil. Konsinyasi yang terdapat pada Apotek Mitrasana Pondok Ungu mempunyai jangka waktu tertentu dalam waktu 6 – 12 bulan. Apabila obat atau perbekalan farmasi tersebut habis terjual maka pihak apotek harus merekapitulasi semua penjualan dengan bukti struk atau faktur yang akan dikirim ke pihak finance Mitrasana kantor pusat dan akan dikirim ke PBF bersangkutan. Secara keseluruhan, proses pengadaan yang berlangsung di Outlet Apotek MSA PUP telah berjalan cukup baik. Dalam proses pengadaan, peran Apoteker sangatlah penting terutama untuk pengadaan nonreguler, cito, dan urgent. Untuk pemgadaan non reguler, Apoteker berperan dalam memastikan bahwa barangbarang yang akan dipesan sudah mencapai stok minimum sehingga perlu dilakukan pengadaan serta mengklasifikasikan setiap barang/produk menjadi dua kelompok, yaitu fast moving dan slow moving. Jika barang/produk sudah terklasifikasi demikian maka diharapkan tidak akan terjadi kekosongan stok akibat terlambat dalam memesan barang atau bahkan terjadi stok berlebih akibat pemesanan yang terlalu banyak untuk barang yang bersifat slow moving. Peran apoteker dalam pengadaan cito dan urgent adalah memastikan bahwa konsumen benar-benar membutuhkan barang/produk tersebut serta mengestimasi jumlah barang yang akan dipesan mengingat barang yang bersumber dari pengadaan cito/urgent akan menjadi beban outlet apabila tidak habis dalam waktu tujuh hari.
4.2
Penerimaan Pihak kantor pusat akan mengirimkan barang ke Apotek MSA PUP sesuai
dengan jadwal yang ditetapkan yaitu setiap hari selasa dan kamis tiap minggunya untuk pengadaan reguler dan non reguler sedangkan unutk pengadaan cito/urgent akan dikirimkan dalam waktu 1x24 jam setelah pemesanan. Pada saat barang dikirimkan ke outlet MSA PUP, pihak kantor pusat akan memberikan SO (Supplier Order) yang berisi daftar nama barang yang dikirimkan beserta jumlah tiap item. Penerimaan barang dapat dilakukan oleh Apoteker maupun Asisten Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
41
Apoteker. Pada saat penerimaan barang, petugas yang menerima wajib melakukan pemerikasaan kesesuaian antara jenis dan jumlah barang yang terdapat pada SO dan jenis dan jumlah barang secara fisik. Selain jumlah dan jenis, setiap barang yang diterima juga diperiksa dan di data tanggal daluwarsanya serta keadaan fisik barang. Untuk penerimaan barang IBT, barang yang diterima dari outlet Mitrasana lain akan disertai dengan struk tanda IBT dari outlet yang bersangkutan. Barang diperiksa apakah sesuai dengan yang tertera pada struk dan struk ini disimpan oleh apotek yang menerima barang, dalam hal ini MSA PUP. Terdapat tiga masalah utama dalam hal penerimaan barang. Pertama, jika barang yang dikirim jumlahnya kurang dari yang tertera di SO maka barang tersebut dilakukan proses IBT (Inter-Branch Transfer) OUT secara sistem, yakni mengeluarkan barang secara sistem ke outlet Apotek Mitrasna lain, sejumlah berlebihnya. Permasalahan kedua, yaitu jika jumlah barang berlebih secara fisik dari yang tertera di faktur maka barang dikembalikan dan ditulis pada Form Tanda Terima Barang dengan menuliskan nama barang, selisih berlebih, dan alasan dikembalikan, misal karena jumlah fisik berlebih/tidak sesuai dengan faktur. Permasalahan ketiga, yaitu jika barang yang dikirim tidak sesuai dengan faktur/tanggal dalauarsa (expired date/ED) yang dekat/kemasan rusak maka dilakukan proses IBT OUT terhadap barang tersebut dan secara fisik serta ditulis pada Form Tanda Terima Barang dengan menuliskan nama barang dan alasan dikembalikan, misal karena tidak sesuai dengan faktur/salah barang. Setelah dilakukan pemeriksaan dan tidak terdapat masalah maka SO diberi tanggal penerimaan, nomor urut, distempel Apotek, dan ditandatangani oleh penerima. Setelah serah terima SO dan barang selesai, dilakukan pemindahan data barang ke sistem serta melakukan sinkronisasi dengan data yang dikirim dari bagian logistik pusat. Stok yang tersedia akan disesuaikan secara otomatis dengan barang yang datang. Pengeluaran barang pada saat transaksi dengan konsumen diproses langsung menggunakan sistem komputasi sehingga stok yang keluar masuk akan disinkronisasi secara otomatis dengan sistem.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
42
4.3
Penyimpanan Barang yang telah diterima dan disinkronisasi data melalui sistem disimpan
di gudang sesuai dengan jenis sediaan, nama barang atau diletakkan di gondola untuk barang/obat OTC sesuai dengan nama barang tersebut. Obat disimpan digudang secara alfabetis dan dipisahkan antara obat generik dengan obat merek dagang sedangkan unutk obat OTC di susun di gondola berdasarkan efek farmakologisnya. Penyimpanan barang di gudang maupun peletakkan barang di gondola menggunakan sistem kombinasi antara FEFO (First In First Out) dan FIFO (First Expired First Out). Hal ini dilakukan agar perputaran barang tetap terjaga dengan baik sehingga tidak ada barang yang mencapai masa daluwarsa di apotek. Untuk barang-barang yang menjelang 3 – 6 bulan akan memasuki masa daluwarsa dan memiliki perjanjian dapat diretur dengan pihak distributor maka penyimpanannya dipisahkan dan dicatat ke dalam buku daluwarsa yang kemudian dapat dilakukan proses retur ke bagian logistik kantor pusat untuk diteruskan ke distributor/principle yang bersangkutan. Namun apabila tidak memiliki perjanjian retur maka apotek bertanggung jawab untuk melakukan pemusnahan terhadap barang tersebut.
4.4
Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika Pengadaan obat Narkotika dan Psikotropika pada outlet Mitrasana
menggunakan sistem dimana tidak semua outlet Mitrasana (67 outlet) mempunyai stok Narkotika dan Psikotropika, hanya beberapa outlet yang ditunjuk per area oleh kantor pusat yang diberikan wewenang untuk menyimpan stok obat dengan golongan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pengawasan untuk obat golongan tersebut lebih mudah mengingat obat tersebut seringkali disalahgunakan dan juga banyaknya outlet Mitrasana yang ada sehingga dengan sistem ini pengelolaan obat golongan ini lebih mudah untuk dikontrol. Outlet Mitrasana lainnya yang bukan merupakan outlet yang ditunjuk untuk kantor pusat termasuk Mitrasana PUP, apabila membutuhkan obat golongan Narkotika dan Psikotropika harus melakukan permintaan ke outlet yang ditunjuk pada areanya. Untuk Apotek Mitrasana PUP, permintaan pengadaaan Narkotika dan Psikotropika dilakukan kepada outlet Mitrasana Kelapa Gading (KGG). Permintaan Narkotika dan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
43
Psikotropika pada outlet yang ditunjuk menggunakan surat pesanan NarkotikaPsikotropika dengan menuliskan nama dan jumlah yang dibutuhkan pada surat pesanan dan ditandatangani oleh Store Manager/Area Manager dan diketahui oleh APA. Narkotika dan Psikotropika yang diterima dari Mitrasana HIH disimpan pada lemari Narkotika apabila obat tidak langsung digunakan atau diberikan kepada pasien. Untuk pelaporan penggunaan atau pemakaian Narkotika dan Psikotropika tidak dilakukan oleh Mitrasana PUP. Pelaporan Narkotika dan Psikotropika tiap bulannya dilakukan oleh outlet yang ditunjuk dalam hal ini Mitrasana KGG karena obat tersebut merupakan stok barang dari outlet tersebut.
Gambar 4.6 Lemari Narkotika Mitrasana PUP
4.5
Pelayanan Apotek Pelayanan yang dilakukan di Apotek Mitrasana PUP meliputi pelayanan
resep, pelayanan non resep, pelayanan POCT, pelayanan pesan-antar obat. 4.5.1 Pelayanan Resep Pelayanan resep pada Apotek Mitrasana PUP terbagi menjadi dua yaitu pelayanan resep tunai dan resep kredit (asuransi). Setiap resep yang masuk dilakukan identifikasi kelengkapan resep melalui skrining resep oleh Asisten Apoteker. Setelah dilakukan skrining, dilakukan perhitungan harga resep dan pengecekan stok obat yang ada pada resep melalui sistem komputasi. Kemudian, untuk resep tunai diminta persetujuaan pasien untuk menebus obat yang sudah ditetapkan (harganya) dengan cara membayar. Di sini, pasien mempunyai hak penuh untuk menentukan jumlah obat yang akan diambil, setuju atau tidak dengan harga yang ditetapkan. Apabila pasien kurang setuju, apoteker dapat menyarankan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
44
obat lain yang lebih rendah harganya tapi dengan indikasi yang sama atau menghubungi dokter. Setelah memperoleh persetujuan pasien, maka dilakukan penyiapan obat. Jika terdapat resep racikan, obat dihitung dosisnya dengan seksama sebelum diracik untuk menghindari kesalahan penimbangan. Jika obat tidak perlu diracik, obat diambil dari gudang penyimpanan. Obat yang telah diambil dan diracik, dikemas dalam plastik tertutup dan diberi etiket yang berisi tentang aturan pakai obat serta indikasi obat (jika perlu). Langkah terakhir, yaitu penyerahan obat. Sebelum obat diserahkan dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh Apoteker atau Asisten Apoteker disertai dengan pemberian informasi obat. Setiap tahap pelayanan resep dilakukan oleh orang yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir human error dalam melayani resep sehingga pasien tidak akan dirugikan dari segi materi maupun kesehatannya.
4.5.2 Pelayanan Non Resep Pelayanan non resep di Apotek Mitrasana PUP dapat berupa pembelian obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras maupun perbekalan farmasi seperti kassa, plester, dan lain-lain. Obat bebas merupakan obat-obatan yang aman untuk dikonsumsi, untuk mengobati penyakit ringan, dan dapat dibeli di Apotek maupun tempat lain selain Apotek/ toko obat. Sementara obat bebas terbatas ialah obat keras yang masih tergolong aman jika dikonsumsi sesuai aturannya. Biasanya terdapat tanda peringatan pada kemasan obat tersebut. Obat keras merupakan obat yang penggunaannya tidak boleh sembarangan dan harus disertai dengan resep dokter, kecuali dalam keadaan tertentu dapat diberikan kepada pasien tanpa resep dari dokter. Obat keras yang dapat diberikan kepada pasien tanpa resep dokter adalah obat keras yang termasuk dalam Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA), misalnya obat kontrasepsi. Selain obat keras yang termasuk dalam DOWA, beberapa obat keras dapat diberikan kepada pasien jika pasien tersebut memang sudah rutin mengkonsumsinya dan sebelumnya telah menggunakan resep dari dokter, misalnya obat hipertensi. Sementara obat keras lainnya tidak dapat diberikan oleh Apoteker, terlebih jika obat tersebut berpotensi untuk disalahgunakan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
45
Pelayanan non resep di Apotek Mitrasna PUP telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Pasien yang membeli obat non resep diberikan informasi mengenai cara penggunaan obat serta informasi lainnya yang harus diketahui pasien saat mengkonsumsi obat tersebut, terlebih lagi jika obat tersebut berupa obat keras atau berupa obat antibiotik yang harus dikonsumsi hingga habis. Obat-obatan yang dianggap dapat disalahgunakan pada pasien tidak diberikan kecuali pasien menyerahkan resep dari dokter.
4.5.3 Pelayanan POCT Apotek Mitrasana PUP memberikan layanan Point of Care Testing (POCT) berupa pemeriksaan tekanan darah, kadar glukosa darah, kolesterol dan trigliserida, serta pemeriksaan kadar asam urat darah. Pelayan POCT ini merupakan pelayanan pemeriksaan kesehatan sederhana yang dilakukan menggunakan sampel darah pasien dalam jumlah sedikit. Pelayanan POCT ini dilakukan untuk mempermudah dan mempercepat pemeriksaan kesehatan pasien sehingga hasil yang didapat akan memberikan pengambilan keputusan klinis secara cepat oleh dokter. Layanan ini juga sering digunakan oleh penderita penyakit gula, kolestrol ataupun asam urat dan darah tinggi yang ingin melakukan kontrol kesehatan dikarenakan waktu pengecekan yang cepat dan biayanya yang tidak mahal. Selain itu, juga melayani pengambilan sampel darah vena untuk diuji secara lengkap. Sampel darah vena yang di dapat akan diuji di Apotek Mitrasana Taman Harapan Baru (THB) dan hasilnya akan disampaikan ke konsumen.
4.5.4 Pelayanan Pesan-Antar Obat Apotek Mitrasana PUP juga memberikan layanan pesan-antar obat untuk resep maupun non resep namun dibatasi dalam jarak tertentu. Layanan ini tentunya merupakan suatu tawaran yang menarik bagi pasien sehingga dapat mendorong peningkatan penjualan di Apotek.
4.6
Administrasi Apotek Pengelolaan resep di Apotek Mitrasana PUP sudah dilakukan dengan baik.
Semua resep yang diterima dan dikerjakan, disimpan per hari berdasarkan nomor Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
46
urut resep. Resep-resep tersebut akan disimpan selama tiga tahun. Setelah periode tiga tahun, akan dilakukan pemusnahan resep dengan membuat berita acara, yang dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Bekasi. Pelayanan resep dalam hal kecepatan dan ketepatan selalu ditingkatkan untuk meningkatkan kepuasan pasien. Pada pelayanan resep, informasi umum sesuai perintah dokter selalu disampaikan ke pasien, namun pemberian konseling obat masih jarang dilakukan. Segala administrasi di Outlet Apotek Mitrasana PUP telah dilakukan secara terkomputerisasi untuk meningkatkan kinerja apotek. Sistem jaringan yang digunakan merupakan program khusus yang meliputi pencatatan pembelian, persediaan, dan penjualan barang-barang di apotek beserta keterangan dari barang tersebut. Sistem ini sangat bermanfaat bagi informasi seputar apotek yang lebih terintegrasi, misalkan informasi mengenai arus barang di apotek, termasuk hal pengeluaran barang. Terdapat beberapa jenis laporan yang dibuat di Outlet Apotek MSA PUP, baik dalam skala per hari hingga per bulan. Laporan-laporan tersebut, secara keseluruhan, telah dikerjaan secara cukup tertib dan tepat waktu. Untuk skala pengerjaan per hari, laporan yang rutin dibuat oleh Outlet Apotek MSA PUP adalah grafik sales penjualan, grafik debit customer, grafik buying power, dan grafik lost sales. Selain grafik-grafik tersebut, laporan yang dikerjakan setiap hari adalah setoran pendapatan ke bank, terkecuali hari sabtu dan minggu tidak dikerjakan. Untuk skala pengerjaan per pekan, laporan yang rutin dibuat adalah rekapitulasi setoran bank dan receipt voucher. Laporan ini dibuat di hari senin. Data hasil rekapitulasi setoran bank dan receipt voucher ini dikirimkan, baik melalui surat elektronik maupun secara fisik ke bagian finance (keuangan) kantor pusat. Untuk skala pengerjaan per bulan, laporan yang ada dapat dikelompokkan berdasarkan tanggal pengambilan data, yaitu per tanggal 1, per tanggal 15, per tanggal 16, dan per akhir bulan. Beberapa laporan yang dilakukan pengambilan data dan dikerjakan per tanggal 1 tiap bulan adalah laporan Cash Opname dan Petty cash, laporan lost sales, laporan stock opname alkes/klinik, laporan asuransi, laporan mesin EDC/kartu kredit, laporan selling focus/promo, laporan rekapan setoran bank dan receipt voucher, laporan customer data, laporan time table event dan dokumentasi, laporan lembur karyawan, laporan rekapitulasi Program Stamp Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
47
dan Voucher pengambilan hadiah/promo, laporan rekapitulasi barang-barang daluarsa (expired date/ED), laporan stock adjustment, dan laporan pembersihan alat Reflotron. Laporan yang dilakukan penarikan data per tanggal 15 tiap bulan adalah laporan tarik absen finger print. Sedangkan untuk per tanggal 16 tiap bulan, dilakukan penarikan data dan pembuatan laporan untuk program asuransi, mesin EDC/kartu kredit, kilometer kurir, dan struk penjualan (pink). Pada setiap akhir bulan, dilakukan penarikan absen jari dari dokter umum maupun dokter gigi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
a. Apotek Mitrasana dipimpin oleh seorang SM (Store manager), dengan anggota dokter, perawat, asisten apoteker, kasir, kurir dan ahli laboratorium (untuk outlet apotek mitrasana yang dilengkapi dengan Laboratorium). Setiap SM di apotek bertanggung jawab penuh kepada AM (Area Manager). AM dipimpin langsung oleh seorang ROM (Regional Operasional Manager), dan ROM sendiri diketuai oleh seorang OPR manager. Apotek Mitrasana berada dibawah PT. Millenia Dharma Insani yang merupakan anak perusahaan dari Grup Kalbe. PT. Millenia Dharma Insani dipimpin oleh Direktur Utama yang membawahi Direktur Operasional serta Direktur Pengembangan yang masing – masing membawahi fungsi dari tiap departemen. Direktur Operasional Membawahi Manager Operasional dan Regional Operation Manager dimana kedua Manager membawahi Area Manager, Purchasing Manager, Logistik, dan Store Manager, sedangkan Direktur Pengembangan membawahi Manager SDM, Manager Keuangan dan Akuntansi, Manager Informasi dan Teknologi, Manager Pemasaran dan Promosi. b. Tugas dan tanggung jawab Apoteker di Apotek Mitrasana secara garis besar adalah mencapai revenue outlet yang ditargetkan; mencapai debet customer; mencapai buying power; memastikan kebijakan/program dari Head Office; membuat rencana kerja bulanan outlet; mengelola bawahannya dengan cara: menciptakana
iklim
kerja
yang
sesuai
mengkoordinasi program kerja di mengkomunikasikan
dengan
budaya
perusahaan;
outlet; melakukan pelatihan; dan
kebijakan-kebijakan/program
dari
kantor
pusat;
melakukan dan memastikan pelayanan sesuai dengan SOP Operasional; mengkoordinasikan dan memastikan ketersediaan stok barang di outlet; memimpin dan mengkoordinasikan SDM yang menjadi tanggung jawabnya; membuat laporan (laporan harian; laporan mingguan; dan laporan bulanan). c. Kegiatan yang dilakukan di Apotek Mitrasana Pondok Ungu Dua meliputi pengelolaan obat, pelayanan resep yang dimulai dari skrining resep, dispensing 48
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
49
obat hingga penyerahan, pelayanan non resep (swamedikasi), pemberian informasi obat, pelayanan POCT, serta pelayanan pesan antar obat.
5.2
Saran
a. Fungsi bisnis dari Apotek perlu ditingkatkan agar dapat meningkatkan sales Apotek. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan memaksimalkan selling point seorang Apoteker dalam memberi masukan serta informasi mengenai obat OTC dan OWA kepada pasien, terutama untuk pelayanan swamedikasi. b. Informasi obat yang diberikan kepada pasien perlu dilakukan dengan lebih profesional untuk meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap Apotek Mitrasana PUP, meminimalkan terjadinya penyalahgunaan maupun penggunasalahan obat serta meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien. c. Meningkatkan ketertiban dalam melakukan pencatatan untuk segala keperluan administratif dan pelaporan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
DAFTAR ACUAN
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/ SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia (1980). Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No.26 tahun 1965 tentang Apotek.. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009b). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Presiden Republik Indonesia (2009c). Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta. Umar Muhammad. (2012). Manajemen Apotek Praktis. PD. Wira Putra Kencana, Jakarta.
50
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
52
Lampiran 1. Struktur Organisasi Perseroan
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
53
Lampiran 2. Struktur Organisasi Grup Kalbe
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
54
Lampiran 3. Struktur Organisasi PT. Millenia Dharma Insani
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
55
Lampiran 4. SOP Penjualan OTC/ Minimarket
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
56
Lampiran 5. SOP Penjualan Obat Resep Dalam
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
57
Lampiran 5. (Lanjutan)
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
58
Lampiran 5. (Lanjutan)
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
59
Lampiran 6. SOP Penjualan Obat Resep Luar
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
60
Lampiran 7. SOP Pendaftaran Klinik
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
61
Lampiran 8. SOP Pendaftaran Pasien Baru
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
62
Lampiran 9. SOP Klinik atau Praktik Dokter
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
63
Lampiran 10. SOP Pelayanan Laboratorium atau Rontgen
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
64
Lampiran 11. SOP Pengambilan Sampel
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
65
Lampiran 12. SOP Rujukan Sampel Laboratorium
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
66
Lampiran 13. SOP Layanan Antar
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
67
Lampiran 14. Petunjuk Teknis Order Nonreguler
Membuat item request ke CP (MS_HO)
Barang akan dicarikan & dikirim ke outlet
Receive IBT-in di masing-masing outlet
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
68
Lampiran 15. Petunjuk Teknis Barang Cito
Membuat item request ke CP (MS_HO)
Barang akan dicarikan & dikirim ke outlet
Receive IBT-in oleh outlet center/focus
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA SAMPUL
PENGEMBANGAN METODE PENYAMPAIAN KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI (KIE) APOTEK MITRASANA PONDOK UNGU PERMAI (PUP)
TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA PONDOK UNGU PERMAI (PUP) PERUMAHAN PONDOK UNGU PERMAI BLOK AC 1 NO. 20A-B, KELURAHAN BABELAN, BEKASI UTARA PERIODE 8 JANUARI – 14 FEBRUARI 2014
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
OLIVIA HERAWATI NAIBAHO, S. Farm. 1306434212
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................ DAFTAR TABEL ........................................................................................ DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
i ii iii iv v
1. PENDAHULUAN................................................................................... 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1.2 Tujuan ...............................................................................................
1 1 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2.1 Pengertian Apotek ............................................................................. 2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ........................................ 2.3 Komunikasi Informasi dan Edukasi ................................................... 2.4 Strategi Komunikasi yang Efektif ...................................................... 2.5 Strategi Informasi dan Edukasi .......................................................... 2.6 Penerapan KIE ..................................................................................
3 3 3 5 8 12 16
3. METODOLOGI PENGKAJIAN........................................................... 3.1 Waktu dan Lokasi Survey.................................................................. 3.2 Metode Pengumpulan Data................................................................ 3.3 Responden......................................................................................... 3.4 Teknik Sampling ............................................................................... 3.5 Teknik Analisis Data .........................................................................
20 20 20 20 20 20
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 4.1 Hasil Survey Lokasi Apotek Mitrasana PUP...................................... 4.2 Hasil Survey KIE Apotek Mitrasana PUP.......................................... 4.3 Analisis SWOT KIE Apotek Mitrasana PUP ..................................... 4.4 Rencana Pengembangan KIE Apotek Mitrasana PUP ........................
21 21 21 28 30
5. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
34
DAFTAR ACUAN ......................................................................................
36
LAMPIRAN ................................................................................................
37
ii
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Survey Pelaksanaan KIE Apotek Mitrasana PUP ...............
iii
22
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Presentase Jenis Pelayanan yang diberikan di Apotek Mitrasana PUP berdasarkan Jumlah Reseponden.................... Gambar 4.2. Presentase Pemberian KIE berdasarkan Jumlah Responden Keseluruhan ........................................................................... Gambar 4.3. Presentase Komponen KIE berdasarkan Jumlah Responden yang Diberi KIE..................................................................... Gambar 4.4. Presentase Pemberi KIE berdasarkan Jumlah Responden yang diberi KIE...................................................................... Gambar 4.5. Presentase Alasan Pelanggan Tidak diberi KIE ......................
iv
24 24 25 26 26
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Cuplikan Hasil Survey Lokasi Apotek Mitrasana PUP.............. Lampiran 2. Form Survey KIE Apotek Mitrasana PUP.................................
v
38 39
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus
diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan. Pembangunan kesehatan diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, maka perlu dilakukan suatu upaya kesehatan dengan cara peningkatan kualitas tenaga kesehatan, adanya sistem pelayanan yang teroganisir dengan baik dan ditunjang oleh sarana kesehatan yang memadai. Salah satu sarana kesehatan untuk melaksanakan upaya kesehatan adalah Apotek. Apotek merupakan tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Adapun pekerjaan kefarmasian yang dilakukan di Apotek meliputi pembuatan
termasuk pengendalian
mutu
sediaan
farmasi,
pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, serta pelayanan informasi obat dan konseling. Pelayanan farmasi saat ini telah bergeser orientasinya yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi perubahan tersebut, Apoteker dan petugas Apotek dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut salah satunya adalah melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). KIE merupakan rangkaian kegiatan interaksi positif antara farmasis dengan pasien/keluarga atau dengan tenaga kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman bagi pasien/keluarga dan tenaga kesehatan mengenai penggunaan obat yang benar dan rasional. Dalam melakukan KIE Apoteker dituntut untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini. KIE adalah bagian penting dalam pelayanan kesehatan dimana setiap profesi kesehatan dituntut tanggung jawabnya untuk 1
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
2
selalu mengefektifkan KIE sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu wujud pelayanan KIE di Apotek adalah pemberian informasi obat baik dalam pelayanan resep maupun pelayanan swamedikasi. Banyak cara atau metode yang dapat digunakan oleh seorang Apoteker dalam pelaksanaan Komunikasi Informasi dan Edukasi di Apotek. Metode pelaksanaan KIE ini harus disesuaikan dengan Apotek tempat dilaksanakannya, karena berkaitan langsung dengan pelanggan di Apotek tersebut. Perilaku pelanggan pada suatu Apotek dapat dilihat dari profil pelanggan dilingkungan sekitar Apotek. Apotek Mitrasana Pondok Ungu Dua (PUP) merupakan outlet yang terletak di daerah perumahan padat penduduk yang mempunyai profil pelanggan yang berbeda dengan tempat-tempat lainnya, oleh karena itu perlu dibuat strategi khusus yang disesuaikan dengan profil pelanggan tersebut untuk mengoptimalkan KIE yang dilaksanakan di Mitrasana PUP.
1.2
Tujuan
a. Mengetahui kondisi pelaksanaan KIE yang berjalan di Apotek Mitrasana PUP . b. Mengembangkan metode KIE yang sesuai untuk Apotek Mitrasana PUP yang disesuaikan dengan profil pelanggan Apotek.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Apotek Menurut
Keputusan
No.1332/Menkes/SK/X/2002
Menteri tentang
Kesehatan Perubahan
Republik atas
Peraturan
Indonesia Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993, Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas dasar resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
2.2
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004, standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi: a. Pelayanan Resep 1. Skrining resep Seorang Apoteker pada saat menerima resep wajib melakukan skrining resep yang meliputi nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta; cara pemakaian yang jelas; bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat; adanya tidaknya alergi, efek samping, interaksi, serta kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya 3
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
4
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan
alternatif
seperlunya
bila
perlu
menggunakan
persetujuan
setelah
pemberitahuan. 2. Penyiapan obat Penyiapan obat dimulai dengan peracikan jika terdapat resep racikan. Meracik merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. 3. Penyerahan Obat Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. b. Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
5
c. Pelayanan residensial (Home Care). Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).
2.3
Komunikasi Informasi dan Edukasi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) di bidang kefarmasian
merupakan rangkaian kegiatan interaksi positif antara Apoteker dengan pasien, keluarga pasien, atau dengan tenaga kesehatan. Tujuannya adalah untuk membangun hubungan dan kepercayaan dengan pasien, mendapatkan informasi dari pasien, memberikan instruksi pada pasien yang berkaitan dengan obat, serta untuk memberikan dukungan maupun semangat kepada pasien supaya penyakitnya cepat sembuh. KIE yang diberikan berupa informasi mengenai efek samping, dosis, cara penggunaan, interaksi obat, harga obat, dan lain-lain. Seorang Apoteker harus dapat menyarankan pengobatan yang rasional dan dapat memberikan alternatif pengobatan lain yang lebih aman dan efektif. Latar belakang perlunya KIE adalah sebagai berikut: a. Ketidakpatuhan pasien Berbagai macam penyebab ketidakpatuhan antara lain status ekonomi pasien maupun adanya interaksi antara pasien dengan tenaga kesehatan yang kurang baik. Ketidakpatuhan ini dapat terjadi dalam bentuk resep tidak ditebus oleh pasien, resep yang lama tidak ditebus kembali, atau dosis yang tidak efektif membuat pasien menggandakan dosis sendiri. b. Penggunaan obat yang tidak rasional Hal ini dapat berupa obat tidak tepat indikasi, tidak tepat pasien, jenis obat, dosis, rute pemberian, waktu pemberian, durasi pemberian dan obat tidak terjangkau oleh pasien. c. Penggunaan obat yang tidak benar Hal ini lebih ditekankan pada teknik penggunaan obat oleh pasien. Terdapat beberapa bentuk sediaan obat yang memerlukan teknik khusus dalam Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
6
penggunaannya agar lebih efektif, antara lain obat asma yang menggunakan inhaler, suppositoria, dan obat tetes. KIE dapat memberikan manfaat, baik bagi pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan, maupun Apoteker. Beberapa manfaat tersebut, antara lain : a. Bagi pasien 1. Meminimalkan kesalahan 2. Meningkatkan pemahaman 3. Meningkatkan kepatuhan 4. Meminimalkan efek samping obat 5. Meningkatkan kualitas hidup 6. Menurunkan biaya pengobatan b. Bagi tenaga kesehatan 1. Meningkatkan pengetahuan tentang obat 2. Mendorong pemberian obat yang rasional 3. Meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien c. Bagi Apoteker 1. Meningkatkan kepuasan kerja 2. Meningkatkan citra profesi 3. Menarik pelanggan 4. Meningkatkan pendapatan Komunikasi adalah pancaran ide dari satu pemikiran ke pemikiran lain melalui interaksi antara dua pihak yaitu komunikator dan penerima pesan melalui suatu proses sehingga terjadi pemindahan pesan secara sempurna. Komunikasi merupakan pembentukan pesan dari pemikiran, perasaan, perilaku pengirim (sender) atau, penyampaian pesan kepada penerima (receiver) atau, mengartikan pesan oleh penerima atau, reaksi penerima.
2.3.1 Klasifikasi Komunikasi Komunikasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Komunikasi verbal adalah komunikasi secara lisan yang terjadi apabila dua orang atau lebih bertemu baik secara langsung atau tidak langsung. Penghubungnya adalah bahasa. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
7
b. Komunikasi non verbal adalah semua tingkah laku yang bukan lisan dan tidak secara tertulis. Penghubungnya antara lain ekspresi wajah, bunyi, anggota badan. Biasanya menggambarkan pesan perasaan, pikiran (disadari atau tidak), mengekspresikan wajah/gerakan, biasanya sulit dibuat-buat, dan lebih terpercaya.
2.3.2 Tahapan, Tipe dan Hambatan dalam Komunikasi Tahapan dari komunikasi terhadap pendengar yaitu sebagai berikut : a. Tahap pengenalan : Mulai mengenal sambil mencari informasi b. Tahap pembentukan sikap : Keinginan untuk berinteraksi antara komunikator dan komunikan. c. Tahap perilaku : Adanya persiapan untuk memberi informasi tersebut. Berbagai tipe komunikasi diantaranya sebagi berikut : a. Komunikasi dengan diri sendiri (Intrapersonal Communication) merupakan proses komunikasi dalam diri sendiri. b. Komunikasi
antar
pribadi
(Interpersonal
Communication)
merupakan
komunikasi antara 2 orang atau lebih secara tatap muka. c. Komunikasi publik (Public Communication) merupakan komunikasi yang disampaikan oleh pembicara dengan tatap muka di depan khalayak yang lebih besar. d. Komunikasi massa (Mass Communication) merupakan komunikasi dimana pesan dikirim dari sumber yang melembaga bagi khalayak. Dalam berkomunikasi terdapat berbagai macam hambatan, yang diantaranya disebut dengan a. Barrier fisik 1. Fisik pasien, contohnya gangguan pendengaran/penglihatan, keadaan sakit/lemah, kesukaran berbicara. 2. Ruangan, contohnya kurang leluasa, counter terlalu tinggi, terdapat penghalang kaca, suara berisik, gangguan telepon. b. Barrier psikologis 1. Bias 2. Prasangka Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
8
3. Wawasan sempit 4. Takut / khawatir 5. Emosi 6. Tidak kompatibel 7. Tidak ada saluran komunikasi c. Barrier non-verbal yaitu hambatan yang berupa kurang nya kontak mata antara komunikator dan komunikan. d. Barrier waktu dan administrasi 1. Apoteker tidak dibayar untuk melakukan konsultasi 2. Pasien sudah lelah menunggu dokter 3. Segan berkomunikasi
2.4
Strategi Komunikasi yang Efektif Berdasarkan empat unsur penentu efektivitas komunikasi, maka strategi
komunikasi disusun berdasarkan keempat unsur tersebut. Ada tiga tujuan utama strategi komunikasi yang ingin dicapai, yaitu : a. Memastikan bahwa penerima pesan memahami isi pesan yang diterimanya b. Memantapkan penerimaan pesan dalam diri penerima sasaran c. Memotivasi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan implikasi pesan Prinsip-prinsip strategi komunikasi terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut: 2.4.1 Merumuskan tujuan Langkah pertama yang harus dilakukan dalam merancang kegiatan komunikasi adalah mengidentifikasi masalah, data dan fakta. Langkah ini menghasilkan rumusan tujuan kegiatan yang memuat informasi ; a. Siapa sasaran komunikasi b. Perubahan perilaku yang diharapkan terjadi c. Kualitas perubahan d. Lokasi perubahan
2.4.2 Menetapkan dan mengenal target sasaran Target sasaran dalam proses komunikasi adalah penerima pesan, dengan mengetahui target sasaran dapat disusun strategi komunikasi yang hendak Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
9
dilakukan terkait dengan isi pesan, penentuan metode komunikasi dan pemilihan saluran pesan yang sesuai dengan isi pesan. Pengenalan target sasaran akan tergantung pada tujuan komunikasi yang hendak dicapai, apakah sekedar membuat target mengetahui tentang sesuatu yang akan disampaikan atau dimaksudkan agar target melakukan tindakan tertentu sesuai pesan yang disampaikan padanya. Setelah target sasaran atau penerima komunikasi ditetapkan maka sumber komunikasi perlu mengetahui target sasaran dalam hal : a. Ciri-ciri personal seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah keluarga b. Mengenal sistem sosial budaya penerima pesan, meliputi bahasa yang digunakan, persepsi mereka tentang sesuatu yang dikomunikasikan, sikap mereka terhadap perubahan, ketergantungannya terhadap tokoh panutan, serta sistem pengambilan keputusan dalam keluarga. c. Cara dan kebiasaan target berkomunikasi, lebih banyak menggunakan media atau komunikasi tatap muka / langsung. d. Minat penerima terhadap perubahan e. Status penerima, mandiri atau kelompok f. Tingkat pengetahuan penerima terhadap isi pesan. Pemahaman tentang tingkat pengetahuan target sasaran mengenai materi yang akan dikomunikasikan akan memudahkan terjadinya penerimaan perubahan. Komunikasi tentang sesuatu yang relatif sudah pernah didengar akan lebih muda diterima dibanding sesuatu yang jarang didengar atau sama sekali asing bagi penerima. Perlu dipahami bahwa pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan perilaku. Ada beberapa persepsi individual yang dapat menghambat seseorang melakukan perilaku yang diharapkan yaitu : 1. Kognitif 1. Kepercayaan/keyakinan 2. Persepsi 3. Pendapat pribadi 4. Norma
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
10
2. Emosional 1. Kemampuan pribadi 2. Respon emosional 3. Interaksi sosial 1. Pengaruh sosial 2. Anjuran kepada teman
2.4.3 Mendesain Pesan Disamping mengenal penerima komunikasi dengan baik, komunikator perlu mendisain pesan yang akan disampaikan sehingga mampu membangkitkan minat dan perhatian penerima terhadap pesan yang disampaikan. Ada empat syarat yang harus dipenuhi agar pesan yang disampaikan dapat diterima, yaitu : a. Pesan disusun, direncanakan dan disampaikan secara menarik. Ketrampilan komunikator (sumber komunikasi) dalam merencanakan dan mengemas pesan sehingga menarik perhatian sangat diperlukan. b. Pesan harus menggunakan simbol-simbol yang di dasarkan pada kesamaan pengalaman antara sumber dan penerima pesan dalam memahami simbolsimbol tersebut. c. Pesan harus dapat membangkitkan kebutuhan pribadi penerima pesan dan mampu memberi saran tentang cara untuk mencapai kebutuhan dari pesan yang disampaikan. d. Pesan harus dapat memberikan alternatif bagi penerima untuk memenuhi kebutuhan akan informasi secara layak, baik untuk kepentingan individu maupun kelompok.
2.4.4 Menetapkan Metode Metode komunikasi dapat dibagi dua yaitu ; a. Menurut cara pelaksanaannya 1. Metode redudancy: cara mempengaruhi target sasaran dengan jalan mengulang-ulang pesan yang sama. Penyampaian pesan dilakukan secara kontinyu, tidak hanya sekali atau dua kali aja. Cara penyampaian pesan sebaiknya menarik agar tidak membosankan. Keuntungan penyampaian Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
11
pesan berulang-ulang antara lain target sasaran akan lebih memperhatikan pesan, tidak mudah lupa dan sumber dapat memperbaiki diri dalam cara penyampaian pesan. 2. Metode canalizing: cara mengubah pengetahuan, pemikiran, pendapat dan sikap mental target sasaran ke arah yang dikehendaki secara perlahan-lahan karena pada dasarnya pengetahuan, pemikiran, pendapat dan sikap seseorang dipengaruhi oleh kerangka referensi dan pengalaman yang telah mengkristal selama bertahun-tahun. b. Menurut bentuk isi pesannya 1. Informatif: kegiatan mempengaruhi target sasaran melalui kegiatan penerangan. Penerangan adalah menyampaikan sesuatu apa adanya berdasarkan fakta dan data-data yang benar. Penerangan dilakukan untuk mengisi pengetahuan target sasaran tentang sesuatu yang belum diketahui tanpa upaya mempengaruhi persepsinya, misalnya siaran berita di radio & TV. 2. Persuasif: metode komunikasi yang difokuskan pada perubahan kesadaran atau sikap mental seseorang. Pada metode informatif pengetahuan target sasaran yang ingin diubah sedang pada metode persuasif yang lebih difokuskan adalah pada target sasaran yang telah tersugesti terlebih dahulu tentang sesuatu inovasi yang akan disampaikan. Contohnya, penyuluhan keamanan pangan dilakukan di kantor Dinas Kesehatan yang telah banyak ditempeli poster-poster tentang manfaat pangan yang aman. Pada kondisi demikian, target sasaran tersugesti untuk mengikuti program keamanan pangan karena dua hal yaitu, keberadaannya di lokasi penyuluhan, yaitu di kantor Dinas Kesehatan yang memang berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan dan poster-poster tentang keamanan pangan di kantor Dinas Kesehatan secara psikologis telah ”membujuk” target sasaran untuk mengikuti program komunikasi keamanan pangan. Pada metode persuasif pesan yang disampaikan selain berupa fakta, data dan pendapat orang lain juga dapat berupa non fakta. 3. Edukatif: metode komunikasi yang bertujuan mengubah perilaku target sasaran secara sengaja, teratur dan terencana. Isi komunikasi dengan metode Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
12
edukatif adalah berupa pendapat, fakta, data dan pengalaman seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Proses komunikasi dengan metode ini biasanya berlangsung lebih lama dibanding metode persuasif akan tetapi hasil metode edukatif dalam mengubah perilaku seseorang juga akan berlangsung lebih lama. 4. Kursif: metode komunikasi yang mempengaruhi target sasaran dengan cara memaksa. Pesan yang disampaikan biasanya berisi pendapat dan ancaman, misalnya peraturan-peraturan, perintah dan intimidasi. 2.4.5 Menseleksi dan Menetapkan Media Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab sehubungan dengan kegiatan penseleksian media komunikasi antara lain adalah : a. Saluran komunikasi mana yang paling banyak penerimanya tetapi murah biayanya? b. Saluran komunikasi mana yang paling besar dampaknya? c. Saluran komunikasi mana yang paling cocok dengan tujuan komunikasi dan target sasaran? d. Saluran mana yang paling cocok dengan isi pesan? e. Saluran komunikasi mana yang paling sesuai dengan ketersediaan dana dan kemampuan mengoperasionalkannya?
2.5
Strategi Informasi dan Edukasi Edukasi adalah proses untuk belajar mengajar yang sangat perlu diberikan
kepada produsen, konsumen dan pengambil kebijakan agar dapat mengubah perilakunya untuk menjadi lebih baik. Perilaku sebagai tujuan belajar diartikan sebagai segala tindak tanduk seseorang yang dapat diamati, didengar dan dirasakan oleh orang lain. Perilaku sebagai tujuan pendidikan terdiri dari tiga kawasan, yaitu : a. Kawasan kognisi Tujuan pengubahan perilaku pada kawasan kognisi mencakup perubahan perilaku yang berkaitan dengan aspek intelektualitas dan pengetahuan seseorang. Pengetahuan belajar pada kawasan kognisi ini terdiri dari enam unsur yang tersusun secara hierakis, yaitu : Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
13
1. Pengetahuan (knowledge) meliputi memori tentang fakta, kaidah, prinsip yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan orang yang belajar. 2. Komprehensi (comprehension) meliputi kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari materi pembelajaran yang telah dipelajari. 3. Aplikasi (application) meliputi kemampuan seseorang menggunakan materi belajar dalam situasi baru untuk memecahkan masalah-masalah kongkrit yang dihadapi. 4. Analisis (analysis) meliputi kemampuan seseorang untuk menjelaskan sesuatu yang pernah diajarkan dan dialami dengan rinci. 5. Sintesa (synthetic) merupakan kemampuan untuk menghubung-hubungkan segala sesuatu yang diajarkan dan dialami atau dilakukan sehingga mewujudkan suatu pengertian baru. 6. Penilaiaan (evaluation) merupakan kemampuan untuk menilai. b. Kawasan afeksi Kawasan afeksi (sikap mental) menyangkut emosi dan perasaan seseorang seperti rasa senang-tidak senang, rasa suka-tidak suka. Ada lima unsur kawasan afeksi yaitu: 1. Menerima 2. Menanggapi 3. Menilai 4. Organisasi 5. Penghayatan c. Kawasan psikometrik Perubahan perilaku dalam kawasan psikomotorik adalah perubahan ketrampilan seseorang mengerjakan sesuatu. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketrampilan seseorang adalah kekuatan, kecepatan, ketepatan, keseimbangan dan kecermatan. Setiap kawasan perubahan perilaku membawa konsekuensi yang berbeda-beda pada pengalaman belajar yang diberikan atau lebih tepatnya pada proses pendidikan yang dilaksanakan. Informasi dan edukasi dapat dilaksanakan melalui tiga jenis jalur pendidikan menurut sifat pelaksanaannya, yaitu pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan in-formal. Pembedaan ketiga sifat pendidikan tersebut ada pada Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
14
tidaknya proses belajar mengajarnya, mencakup kurikulum, materi, standarisasi warga belajar, kelengkapan sarana dan sebagainya. Pendidikan non formal adalah pendidikan luar sekolah yang memiliki aturan dan kurikulum yang luwes. Jika dalam pendidikan formal target sasaran sebagai obyek, maka pada pendidikan non-formal, target sasaran berperan sebagai pemain utama atau subyek pendidikan. Materi, metode, dan media pendidikan yang digunakan harus berdasarkan kebutuhan dan karakteristik target sasaran. Contoh pendidikan nonformal antara lain adalah penyuluhan keamanan makanan jajanan, penyuluhan pengawasan bahan berbahaya, pelatihan penerapan HACCP, pelatihan sertifikasi halal, kursus-kursus penanganan pangan aman dan sebagainya. Sementara itu pendidikan in-formal adalah pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga, meliputi pendidikan nilai-nilai pergaulan, etika kehidupan sehari-hari seperti etika makan, etika masuk rumah, etika menggunakan berbagai fasilitas, etika kesusilaan dan sebagainya. Contoh pendidikan in-formal dikeluarga adalah orang tua yang mengajarkan anaknya agar tidak jajan sembarangan misalnya diwarung makanan yang berlokasi persis samping tempat pembuangan sampah, mengajarkan anak agar tidak membiarkan makanan dalam keadaan terbuka, mengambil makanan dengan sendok atau penjepit makanan, membuang sampah pada tempatnya dan sebagainya.
2.5.1 Pesan Ada lima cara perlakuan pesan yaitu : a. Susunan pesan menarik b. Simbol pesan sama-sama dipahami oleh narasumber dan sasaran. c. Pesan mampu membangkitkan kebutuhan pribadi penerima d. Pesan dapat memberikan alternatif bagi penerima untuk memenuhi kebutuhan secara layak e. Isi pesan mudah diimplementasikan
2.5.2 Sasaran Secara umum ada dua jenis sasaran informasi dan edukasi, yaitu :
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
15
a. Sasaran yang langsung menggunakan perubahan perilaku untuk dirinya sendiri, sebagai contoh adalah produsen atau penjaja pangan dan para konsumen misalnya masyarakat umum, murid sekolah, pasien. b. Sasaran yang selain dapat menggunakan perubahan perilakunya untuk diri sendiri, berpotensi atau berperan mengubah perilaku target sasaran lain. Pada konsumen langsung karena sifatnya massal, kegiatan informasi dan edukasi dapat dilakukan melalui media massa contohnya , televisi, radio, leafet, brosur, poster, koran, majalah dll. Sedangkan untuk konsumen tak langsung strategi informasi dan edukasi yang diberlakukan adalah mengkombinasi komunikasi kelompok dengan menggunakan berbagai media,.contoh kongkritnya adalah bentuk-bentuk pelatihan diruangan.
2.5.3 Metode dan Media Sasaran informasi dan edukasi sangat beragam, baik usia, tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, dan sebagainya. Oleh kerena itu sumber informasi harus mampu memilih metode komunikasi yang paling sesuai dengan karakteristik kelompok sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Metode adalah cara mendekatkan target sasaran dengan sumber komunikasi. Untuk mengetahui hal tersebut ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu: a. Metode yang dipilih mampu merangsang target sasaran untuk berpikir kreatif. b. Metode dilaksanakan dilingkungan pekerjaan (kegiatan) target sasaran. c. Setiap individu terkait dengan lingkungan sosialnya, sehingga kegiatan informasi dan edukasi akan lebih efisien jika diberlakukan kepada para “tokoh panutan” d. Metode mampu menciptakan hubungan yang akrab dengan target sasaran. e. Metode mampu merangsang target sasaran untuk siap mengubah diri. Beberapa prinsip tersebut harus senantiasa digunakan dalam menerapkan metode. Ada tiga pendekatan dalam memilih metode yaitu : a. Metode informasi dan edukasi menurut jenis media yang digunakan terbagi menjadi tiga, yaitu: 1. Media lisan (langsung dan tak langsung) 2. Media cetak (poster, selebaran, majalah, dll) Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
16
3. Media terproyeksi (slide, film, animasi dll) b. Metode informasi dan edukasi berdasar hubungan sumber (pendidik) dan kelompok sasaran, dibedakan atas dua macam yaitu: 1. Komunikasi langsung 2. Komunikasi tak langsung (missal surat-menyurat) c. Metode informasi dan edukasi pendidik menurut jumlah sasaran dibedakan atas tiga macam yaitu: 1. Pendekatan individu 2. Pendekatan kelompok 3. Pendekatan massal Selain pertimbangan jenis media, hubungan antara sumber dengan sasaran dan jumlah sasaran, pertimbangan lain dalam menetapkan metode adalah perubahan perilaku yang ingin dicapai. Metode informasi dan edukasi keamanan pangan, untuk mengubah tingkat pengetahuan tentu berbeda dengan metode informasi dan edukasi untuk mengubah sikap mental atau keterampilan.
2.6
Penerapan KIE Pelayanan obat kepada penderita melalui berbagai tahapan pekerjaan
meliputi diagnosis penyakit, pemilihan, penyiapan dan penyerahan obat kepada penderita menunjukkan adanya suatu interaksi antara dokter, farmasis, penderita dan khusus di rumah sakit melibatkan perawat. Dalam pelayanan kesehatan yang baik, informasi obat menjadi sangat penting terutama informasi dari apoteker, baik untuk dokter, perawat dan penderita. Salah satu implementasi dari KIE adalah kegiatan konseling. Konseling merupakan
suatu
proses
yang
sistematik
untuk
mengidentifikasi
dan
menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat oleh pasien. Tujuan dilakukannya konseling yaitu untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan, diantaranya mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, dan penggunaan obat-obat lain. Dalam hal menangani pasien, apoteker harus memiliki keterampilan komunikasi Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
17
yang prima supaya peningkatan derajat kesehatan dapat terwujud. Hal itu dapat dicapai melalui beberapa cara sebagai berikut : a. Menyediakan perhatian penuh kepada pasien b. Tidak bersikap kasar dan merendahkan pasien c. Berkomunikasi secara aktif dan efektif dengan memperhatikan respon pasien untuk meyakinkan bahwa pasien mengerti esensi dari informasi yang disampaikan d. Gunakan pertanyaan terbuka untuk menggali berbagai informasi yang diperlukan e. Minta pasien untuk mengulang informasi yang sudah disampaikan dan lakukan koreksi jika ada yang tidak sesuai f. Lakukan kontak mata ketika berkomunikasi. Agar dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif diperlukan usaha, waktu, kemauan untuk belajar dan yang tak kalah pentingnya adalah menumbuhkan rasa percaya diri. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi adalah sebagai berikut: a. Anggapan dan harapan Pendapat awal tentang seseorang seringkali berdasarkan pada apa yang dilihat dan didengar. Termasuk di dalamnya adalah penampilan, pakaian, usia, jenis kelamin, ras dan keterbatasan fisik. b. Nada bicara, tekanan dan ekspresi Nada bicara, tekanan dan ekspresi mempunyai pengaruh yang kuat dalam berkomunikasi. Ada respon yang berbeda-beda untuk orang yang satu dengan yang lain. Tidak ada satupun pengalaman yang sama pada situasi yang sama meskipun dapat terlihat melakukan hal yang sama tetapi tetap mempunyai perasaan yang berbeda. c. Komunikasi dengan suara Kualitas suara dijelaskan dengan nada, puncak, volume dan kecepatan. Nada dapat menyampaikan pengertian yang lebih dibandingkan dengan kata-kata yang sebenarnya. Volume harus diatur sesuai dengan keadaan dan dapat menegaskan kata kuncinya. Kecepatan berbicara harus tetap diperhatikan agar dapat dimengerti oleh pendengarnya. Penggunaan komunikasi vokal yang efektif Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
18
diperlukan agar dapat menjadi cakap dalam berbicara dengan nada suara yang hangat dan penuh percaya diri, volume suara dan kecepatan yang tepat dan tanpa interupsi atau suara yang kaku. d. Bahasa tubuh 1. Isyarat/sikap Isyarat tangan berguna untuk menekankan sebuah pokok pembicaraan atau untuk mendeskripsikan sesuatu. Bagaimanapun juga yang terpenting adalah tidak menggunakannya secara berlebih, karena akan mengurangi penggunaan kata-kata sehingga dapat membingungkan pendengarnya. Apoteker harus menggunakan isyarat
yang tepat untuk meyakinkan suatu pokok pembicaraan atau
menggambarkan sebuah prosedur. Dengan mengamati sikap orang lain, bisa memberikan informasi yang berguna, mengenai bagaimana memperhatikan dan membujuk. 2. Ekspresi wajah Ekspresi wajah menggambarkan tentang suasana hati dan emosi. Ekspresi wajah dari seorang apoteker saat memulai percakapan akan sangat menentukan bagaimana penerimaan dari pasien akan suatu saran atau informasiyang diberikan. Sangat penting bagi seorang apoteker untuk dapat membaca maksud dari ekspresi wajah. Dalam hal ini yang penting adalah menghormati level pemahaman pasien atau penerimaannya. 3. Kontak mata Menghindari kontak mata adalah jalur yang paling sukses untuk menghindari komunikasi. Pemeliharaan kontak mata adalah penting untuk memastikan kontinyuitas dari proses, karena hal itu menunjukkan ketertarikan dalam subjek dan juga berguna untuk menentukan giliran siapa yang berbicara. 4. Kontak fisik Hal ini adalah aspek yang penting dalam proses komunikasi dan dapat digunakan untuk mempertinggi komunikasi non verbal. Kontak fisik harus disesuaikan dengan aturan sosial yang berbeda untuk masing-masing kultur. Harus dipertimbangkan bahwa sikap yang dapat diterima oleh suatu budaya bisa saja tidak dapat diterima oleh budaya yang lain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
19
5. Sikap tubuh Sikap tubuh akan mempunyai pengaruh yang besar tentang bagaimana menciptakan komunikasi yang baik. Postur tubuh yang baik adalah posisi condong ke arah orang yang berbicara, atau duduk dalam kondisi yang rileks. e. Pola perilaku dalam berkomunikasi Perilaku tegas adalah baik dalam menjalin relasi dengan orang lain, melakukan komunikasi seefektif mungkin, terutama dalam situasi yang buruk. Perilaku tegas sangat berguna sekali ketika menyelesaikan konflik, dalam bernegosiasi, kepemimpinan dan memotivasi, ketika memberi dan menerima arus balik tersebut, dalam bekerja sama dan dalam pertemuan atau rapat. Komunikasi yang tegas dapat memberi rasa percaya diri, kesan yang baik dan kepastian dalam mengendalikan situasi, terutama dalam kondisi konflik. Selain itu pasien juga sangat membutuhkan informasi dan edukasi. Dasar pemberian informasi dan edukasi maupun konsultasi obat kepada pasien dapat dilakukan pada waktu penyerahan obat. Dalam melakukan Konseling terdapat beberapa tahapan yaitu sebagai berikut : a. Pengenalan yaitu dengan cara memperkenalkan diri dan menjelaskn tujuan konseling b. Penilaian yang bertujuan untuk menilai kepahaman pasien tentang obat yang diberikan. c. Pelaksanaan yang bertujuan untuk merangsang, mengubah sikap dari pasien agar mengerti dan mengikuti regimen terapetik. d. Pengujian yang bertujuan untuk memastikan pasien memahami, mengerti apa yang sudah diterangkan. e. Kesimpulan dan penutup dilakukan dengan menawarkan bantuan jika ada masalah.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
BAB III METODOLOGI PENGKAJIAN
3.1
Waktu dan Lokasi Survey Tugas khusus dilaksanakan bersama dengan rekan Putri Syajarwati, S. Far.
dan Putri A. Syahida, S. Farm. selama menjalankan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Mitrasana PUP Bekasi Utara, mulai tanggal 27-17 februari 2014. 3.2
Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data survey lokasi serta data pelaksaan KIE
di Apotek Mitrasana PUP periode Februari 2014. Data pelaksanaan KIE diperoleh dengan metode pengamatan (observasi) serta wawancara langsung kepada pasien. Pengumpulan data dilakukan bersama dengan rekan Putri Syajarwati, S. Far. dan Putri A. Syahida, S. Farm. 3.3
Responden Responden yang diamati dan diminta kesediaan untuk wawancara adalah
pelanggan Apotek Mitrasana PUP. Adapun jumlah responden untuk survey pelaksanaan KIE ini tidak dibatasi. Survey pelaksanaan KIE ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
3.4
Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah teknik random sampling, yaitu
semua pelanggan Apotek digunakan sebagai responden dalam melaksanakan survey pelaksanaan KIE di Apotek Mitrasana PUP.
3.5
Teknik Analisis Data Analisis data dalam survey ini menggunakan analisis deskriptif dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian, berdasarkan faktafakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Data yang diperoleh diolah dengan Microsoft Office Excel 2007 dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram batang. 20
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Survey Lokasi Apotek Mitrasana PUP Apotek Mitrasana Pondok Ungu Permai merupakan salah satu outet
Mitrasana yang terletak di kawasan perumahan padat penduduk sehingga sebagian besar pasien atau cutomer di Apotek Mitrasana merupakan warga perumahan Pondok Ungu Permai. Mitrasana membagi profil masyarakat berdasarkan kelas sosial ekonominya menjadi dua segmen, yaitu segmen A-B dan segmen B-C. Segmen A-B berarti keadaan sosial ekonomi masyarakatnya termasuk ke dalam kelas menengah ke atas, sedangkan segmen B-C berarti keadaan sosial ekonomi masyarakatnya termasuk ke dalam kelas menengah ke bawah. Berdasarkan hasil survey lokasi yang telah dilakukan oleh departemen Bussiness Development Mitrasana pada tahun 2012 (Lampiran 1) diketahui bahwa sebagian besar penduduk disekitar lingkungan Apotek merupakan golongan ekonomi kelas menengah kebawah (B-C). Hal ini tentunya sedikit banyak akan berpengaruh terhadap jalannya Apotek ini termasuk pelayanan KIE yang akan dilakukan. Metode serta cara penyampaian KIE bagi pasien atau customer dengan golongan B-C atau A-B tentunya akan berbeda. Bahasa yang digunakan, informasi yang diberikan serta sikap dalam melaksanan KIE hendaknya disesuaikan dengan pelanggan yang diberikan informasi sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal.
4.2
Hasil Survey KIE Apotek Mitrasana PUP Survey pelaksanaan KIE yang telah berjlaan di Apotek Mitrasana PUP
dilakukan dengan melakukan pengamatan serta melakukan wawancara langsung kepada pelanggan yang diberi KIE di Apotek. Pengamatan serta wawancara dilaksanakan sesuai dengan form survey yang telah dibuat sebelumnya (Lampiran 2). Pengambilan data diambil selama 3 hari berturut-turut dengan jumlah responden keseluruhan bejumlah 86 orang. Hasil pelaksanaan survey KIE secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel dibawah.
21
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
22
Tabel 4.1. Hasil Survey Pelaksanaan KIE Apotek Mitrasana PUP 1.
2.
3.
4.
5.
6.
PENGAMATAN Jenis kelamin a. Pria b. Wanita Jenis Pelayanan a. Resep b. Non Resep Pemeriksaan Post Of Care Test (POCT) a. Tekanan darah b. Gula Darah c. Kolesterol total d. Trigliserida e. Asam urat Pemberian KIE a. Iya b. Tidak - Buru-buru - Sudah paham - Tidak ditawari - Ramai - Sudah sering menggunakan - Lain-lain Pemberi KIE a. Apoteker b. Asisten Apoteker c. Dokter d. Perawat KIE yang diberikan a. Indikasi b. Dosis pemakaian c. Frekuensi pemakaian d. Durasi pengobatan e. Waktu penggunaan f. Cara pemakaian g. Efek samping h. Kontraindikasi i. Aktivitas yang dihindari j. Makanan dan minuman yang dihindari k. Cara penyimpanan
Jumlah 40 46 14 72 8 6 2 2 1 28 58 4 17 3 1 33 2 17 8 2 22 3 22 4 17 7 1 1 1
WAWANCARA 7. Umur a. Dewasa
79 Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
23
Jumlah responden (%)
b. Remaja c. Anak 8. Penggunaan Obat a. Sendiri b. Orang lain 9. Pemahaman Pasien a. Paham b. Tidak Paham c. Ragu-ragu 10. Bahasa yang digunakan a. Mudah dipahami b. Sulit dipahami c. Ragu-ragu 11. Info tambahan yang dibutuhkan pasien 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
6 1 37 30 26 26 -
83.7
16.2 Resep
Non Resep
Jenis pelayanan
Jumlah responden (%)
Gambar 4.1. Presentase jenis pelayanan yang diberikan di Apotek Mitrasana PUP berdasarkan jumlah responden keseluruhan 80 60
67.4
40 20
32.5
0 Iya
Tidak
Pemberian KIE pada responden Gambar 4.2. Presentase pemberian KIE berdasarkan jumlah responden keseluruhan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
24
Komponen KIE yang disampaikan
Indikasi
78.5
Dosis pemakaian
10.7
Frekuensi pemakaian
78.5
Durasi pengobatan
14.2
Waktu penggunaan
60.7
Cara pemakaian
25
Efek samping
0
Kontraindikasi
0
Aktivitas yg dihindari
3.5
Makanan/minuman dihindari
3.5
Cara penyimpanan
3.5 0
20
40
60
80
100
Jumlah responden (%)
Jumlah responden (%)
Gambar 4.3. Presentase komponen KIE yang disampaikan berdasarkan jumlah responden yang diberi KIE 70 60 50 40 30 20 10 0
60.7
28.5 7.1 Apoteker
7.1 Asisten Apoteker
Dokter
Perawat
Pemberi KIE Gambar 4.4. Presentase pemberi KIE berdasarkan jumlah responden yang diberi KIE
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
25
Jumlah responden (%)
60 56.8
50 40 30 29.3
20 10 0
6.8 Buru-buru
5.1 Sudah paham Tidak ditawari
1.7 Ramai
Sudah sering menggunakan
Alasan tidak diberi KIE Gambar 4.5. Presentase alasan pelanggan tidak diberi KIE Berdasarkan hasil survey KIE yang dilakukan di Apotek Mitrasana PUP dapat dilihat bagaimana kondisi pelaksanaan KIE yang sebenarnya pada outlet Mitrasana PUP. Data yang diperoleh ini dapat digunakan untuk mendukung pengembangan metode KIE yang sesuai untuk outlet Mitrasana PUP. Data jumlah pelanggan digunakan untuk mengetahui seberapa banyak pelanggan Apotek Mitrasana PUP dan dari jumlah tersebut berapa banyak pelanggan yang diberi pelayanan KIE (data pemberian KIE). Data jenis pelayanan digunakan untuk mengetahui seberapa bayak pelayanan resep dan non resep pada Apotek Mitrasana PUP sehingga dapat dikaitkan dengan pemberian KIE dimana seharusnya bukan hanya pelayanan resep saja yang diberikan KIE akan tetapi pelayanan non resep juga perlu untuk diberikan KIE. Data alasan tidak diberikan KIE digunakan untuk menganalisis hambatan atau permasalahan yang dihadapi sehingga pelanggan tidak diberi KIE. Data pemberi KIE digunakan untuk melihat peran Apoteker dan Asisten Apoteker dalam proses pemberian KIE. Data komponen KIE yang disampaikan digunakan untuk melihat kelengkapan komponen KIE yang seharusnya disampaikan kepada pelanggan dalam pelayanan KIE khususnya pelayanan informasi obat. Selain data-data yang diperoleh melalui pengamatan pada saat proses KIE berlangsung, dilakukan juga wawancara langsung kepada pelanggan yang telah memperoleh KIE untuk mengetahui Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
26
apakah informasi yang telah diberikan dipahami oleh pelanggan serta untuk mengetahui informasi tambahan yang dibutuhkan oleh pelanggan menurut sudut pandang mereka. Pada gambar 4.1 dan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa pada Apotek mitrasana PUP jenis pelayanan non resep lebih banyak dibandingkan dengan pelayanan resep, akan tetapi presentase pelanggan yang tidak diberi KIE lebih tinggi dibandingkan dengan pelanggan yang diberi KIE. Berdasarkan data ini dapat dilihat bahwa pemberian KIE pada Apotek Mitrasana PUP hanya berfokus pada pelayanan resep dan jarang dilakukan pada pelayanan non resep. Hal ini dapat menjadi titik yang perlu dikembangkan oleh Apotek Mitrasana PUP melihat bahwa pelayanan non resep cenderung lebih banyak dibandingkan pelayanan resep pada Apotek Mitrasana PUP. Pada pelayanan non resep perlu diberikan KIE untuk mencegah penyalahgunaan serta penggunasalahan obat oleh pelanggan. Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa komponen KIE khususnya untuk pelayanan informasi obat belum seluruhnya disampaikan secara lengkap sesuai dengan ketentuan yang ada. Ketidaklengkapan komponen pelayanan informasi obat yang diberikan disebabkan karena komponen yang disampaikan kepada pelanggan disesuaikan dengan jenis obat yang diterima oleh pelanggan dan tingkat kepentingan informasi obat tersebut untuk disampaikan. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah seberapa penting informasi tersebut diperlukan oleh pelanggan, misalnya Apoteker tidak memberikan informasi mengenai efek samping obat yang diterima oleh pelanggan karena efek samping tersebut jarang terjadi atau bukan merupakan efek samping yang berat karena hal tersebut dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat. Informasi efek samping hanya diberikan untuk obat-obatan dengan efek samping yang sering terjadi pada penggunanya seperti obat NSAID yang sering menyebabkan nyeri lambung sehingga perlu untuk disampaikan pada pasien. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, informasi obat yang paling banyak disampaikan adalah indikasi, frekuensi penggunaan, serta waktu penggunaan. Informasi mengenai cara penggunaan, durasi pengobatan, cara penyimpanan, aktivitas serta makanan minuman yang harus dihindari masih jarang disampaikan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
27
Hal ini perlu ditingkatkan karena informasi ini penting untuk disampaikan kepada pasien agar pengobatan yang dijalani pasien lebih optimal. Pada gambar 4.4 dapat dilihat presentase pemberi KIE yang dilakukan di Apotek Mitrasana PUP. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh data bahwa KIE yang dilaksanakan oleh Apotek Mitrasana PUP lebih banyak dilakukan oleh asisten apoteker, dokter, kemudian apoteker dan perawat. Asisten apoteker lebih banyak berperan dalam pelaksanaan KIE, disebabkan karena jumlah SDM dimana jumlah asisten apoteker lebih banyak dibandingkan Apoteker dan perawat yang hanya 1 orang serta jam kerja yang dibagi menjadi dua shift (pagi dan siang). Pada gambar 4.5 dapat dilihat presentase alasan pelanggan tidak diberi KIE. Alasan yang paling banyak adalah pasien sudah sering menggunakan dan sudah paham. Pada Apotek Mitrasana banyak pelanggan yang membeli obat non resep yang sudah sering mereka konsumsi seperti obat-obatan untuk penyakit degeneratif (darah tinggi, kolesterol, diabetes) sehingga pemberian informasi seringkali tidak dilakukan karena pelanggan dianggap telah paham dengan obat yang digunakan. Petugas Apotek dapat melakukan modifikasi penyampaian informasi kepada pelanggan seperti ini sehingga pelanggan tetap dapat menerima informasi yang diberikan dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyampaikan informasi dengan metode yang berbeda seperti menggunakan leaflet yang berisi informasi terbaru mengenai perkembangan penyakit yang diderita ataupun obat-obatan yang digunakan, dengan demikian pelanggan yang membeli obat yang telah sering digunakan pun akan tetap memperoleh informasi baru yang dapat mendukung pengobatan pasien. Hambatan yang sering juga dialami pada saat akan melakukan KIE adalah pelanggan yang terburu-buru, dengan kondisi pelanggan yang terburu-buru pemberian KIE akan terganggu sehingga informasi yang diberikan seringkali tidak lengkap bahkan tidak diberikan sama sekali. Hal ini dapat diatasi dengan mengubah waktu pemberian KIE. Pada Apotek Mitrasana PUP, pemberian KIE atau informasi obat seringkali dilakukan pada saat penyerahan obat. Pemberian KIE dapat dilakukan pada saat penerimaan resep atau pada saat obat yang dibeli disiapkan untuk menghemat waktu pelanggan terutama untuk pelnggan yang sedang terburu-buru. Selain Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
28
karena kondisi pasien yang buru-buru, seringkali juga KIE di Mitrasana PUP tidak dilaksanakan karena petugas tidak berinisiatif untuk memberikan KIE pada pelanggan (pelanggan tidak ditawari). Hal ini perlu untuk diperhatikan. Melatih kemampuan berkomunikasi petugas Apotek merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal tersebut. Dengan kemampuan komunikasi yang memadai, petugas Apotek akan lebih percaya diri dalam memberikan KIE kepada pelanggan. Selain itu, adanya SOP yang mengatur pemberian KIE pada pelanggan juga berpengaruh terhadap insiatif petugas Apotek dalam melakukan KIE. Usia pelanggan juga berpengarug terhadap jalannya proses KIE. Usia pasien yang lebih tua (geriatri) atau anak-anak (pediatri) memberikan kesulitan tersendiri dalam menjelaskan informasi obat. Hal ini dapat diatasi dengan cara meluangkan waktu lebih banyak untuk pasien geriatri dibandingkan pasien lainnya dalam melaksanakan KIE, hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan jangan disampaikan terlalu cepat. Petugas Apotek dapat menggunakan catatan khusus yang dilampirkan pada obat untuk mengingatkan pasien atau dapat melibatkan orang yang merawatnya. Pada pasien pediatri, petugas Apotek yang memberikan KIE dapat melibatkan orang tua atau keluarga pasien pada saat proses KIE atau pemberian informasi obat. Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa cukup banyak pasien yang melakukan POCT di Apotek Mitrasana PUP, baik pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah, kadar trigliserida, kadar kolesterol maupun kadar asam urat. Pada pasienpasien POCT ini perlu dilakukan KIE terkait penyakit yang dialami. Aktivitas yang harus dihindari, makanan minuman yang harus dihindari serta kadar normal dan tidak normal TD/gula darah/trigliserida/kolesterol/asam urat merupakan poin penting yang perlu disampaikan pada pasien. Apoteker atau asisten apoteker dapat menyampaikan akibat buruk yang dapat terjadi pada pasien apabila menjalankan gaya hidup yang tidak sesuai dengan penyakit yang diderita.
4.3
Analisis SWOT KIE Outlet Mitrasana Pondok Ungu Permai Dalam upaya pengembangan KIE yang akan dilaksanakan pada outlet
Mitrsana PUP, maka dilakukan analisis terhadap kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity), dan ancaman (Threats). Analisis SWOT ini Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
29
digunakan untuk mengoptimalkan kekuatan, mengatasi kelemahan, memanfatkan peluang, dan menghindari ancaman yang dimiliki apotek sehingga KIE yang dilaksanakan dapat berjalan optimal.
4.1.1 Strength: a. Memiliki Store Manager (SM) yang dapat diandalkan dan sudah berpengalaman. b. Memiliki Asisten Apoteker (AA) yang berpengalaman dan sudah lama bekerja di Apotek Mitrasana. c. Dokter jaga koperatif dalam pemberian informasi. d. Jumlah pegawai mencukupi. e. Diadakan pelatihan karyawan Mitrasana setiap bulan oleh kantor pusat.
4.1.2 Weakness: a. SM memiliki beban kerja yang tinggi karena mengurus beberapa outlet sekaligus b. Rata-rata pasien yang datang 7 orang tiap harinya c. Berada di lingkungan dengan segmen masyarakat menengah ke bawah. d. Masih ada daerah (di kisaran PUP) yang belum mengetahui keberadaan outlet Mitrasana PUP. e. Pegawai kurang terpacu dalam meningkatkan pengetahuan.
4.1.3 Opportunity a. Rata-rata pelanggan yang datang 30 orang tiap harinya b. Masyarakat di lingkungan sekitar Apotek memiliki kesadaran tinggi akan kesehatan. c. Banyak masyarakat yang melakukan swamedikasi dapat dilihat dari banyaknya pelayanan non resep di Apotek Mitrasana PUP d. Terdapat beberapa penyakit yang umum ditemukan pada masyarakat sekitar apotek. e. Pelanggan yang datang biasanya didampingi keluarga/temannya. f. Banyak pelanggan yang melakukan POCT. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
30
4.1.4 Threat a. Terdapat beberapa apotek dan klinik di dekat Outlet MSA PUP b. Lokasi apotek merupakan wilayah rawan banjir
4.4
Rencana Pengembangan KIE Outlet Mitrasana Pondok Ungu Permai Dengan mempertimbangkan profil pelanggan dan SWOT yang dimiliki
Apotek Mitrasana PUP serta melihat keadaan KIE yang ada pada saat ini pada outlet Mitrasana PUP ada beberapa hal yang perlu dan dapat dikembangkan maupun ditingkatkan untuk mengoptimalkan KIE yang berjalan di Apotek Mitrasana PUP. Beberapa pendekatan KIE yang dapat dilakukan oleh Mitrasana PUP antara lain: a. Menggunakan bahasa yang tepat. Petugas Apotek harus dapat mengenali pelanggan yang akan diberi informasi. Penggunaan bahasa yang tepat berpengaruh terhadap proses KIE yang akan dilakukan. Tidak semua pelanggan mengerti dengan bahasa medis yang seringkali digunakan dalam dunia kefarmasian, oleh karena itu pemilihan bahasa yang tepat sangatlah penting dalam melaksanakan KIE. Petugas dapat menggunakan bahasa sederhana yang lebih mudah dimengerti oleh orang awam. b. Meningkatkan product knowledge petugas Apotek dengan mengadakan pelatihan setiap bulan. Pengetahuan product knowledge petugas Apotek penting dalam proses KIE. Petugas dengan product knowledge yang luas akan lebih mudah untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pelanggan. Hal ini berpengaruh terutama dalam melakukan swamedikasi mengingat banyaknya pelayanan non resep dibandingkan pelayan resep pada Apotek Mitrasana PUP. Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri oleh masyarakat. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami oleh masyarakat seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, diare, penyakit kulit, dan lain-lain. Dalam melakukan swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang terpadu dari tenaga kesehatan terutama Apoteker karena swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan karena keterbatasan pengetahuan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
31
masyarakat akan obat dan penggunaannya. Apoteker sebagai salah satu profesi kesehatan dituntut untuk dapat memberi informasi khususnya untuk obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi (obat-obat bebas dan bebas terbatas) sehingga masyarakat terhindar dari penyalahgunaan obat. Fenomena yang ada pada saat ini, masyarakat cenderung hanya tahu merek dagang obat tanpa tahu zat berkhasiat obat tersebut. sebagai profesional kesehatan dalam bidang kefarmasian, Apoteker mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan, nasehat dan petunjuk kepada masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi, agar dapat melakukannya secara bertanggung jawab. Apoteker harus dapat menekankan kepada pasien, bahwa walaupun dapat diperoleh tanpa resep dokter, namun penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas tetap dapat menimbulkan bahaya dan efek samping yang tidak dikehendaki jika dipergunakan secara tidak semestinya. Dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, Apoteker memiliki dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada pasien (dan keluarganya) agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional. Konseling dilakukan terutama dalam mempertimbangkan
ketepatan
penentuan
indikasi/penyakit,
ketepatan
pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis), serta ketepatan dosis dan cara penggunaan obat. Di samping itu Apoteker juga diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memonitor penyakitnya, serta kapan harus menghentikan pengobatannya atau kapan harus berkonsultasi kepada dokter. Informasi yang perlu disampaikan oleh Apoteker pada masyarakat dalam penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas antara lain khasiat obat, kontraindikasi, efek samping dan cara mengatasinya (jika ada), cara pemakaian, waktu lama penggunaan, hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan, hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat, cara penyimpanan obat yang baik, dan cara memperlakukan obat yang masih tersisa, oleh karena itulah product knowledge seorang petugas Apotek sangat diperlukan sehingga pemberian KIE pada proses swamedikasi Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
32
dapat dijalankan dengan maksimal. Dengan diberikannya KIE yang baik pada saat swamedikasi dapat memberikan suatu nilai tambah pada Apotek Mitrasana sehingga kepercayaan dan kepuasan pelanggan pada Apotek akan meningkat dan secara tidak langsung hal dapat bepengaruh pada sales Apotek kedepannya. c. Store Manager memastikan bahwa semua petugas Apotek mendapatkan pengetahuan yang sama mengingat training atau pelatihan yang rutin dilakukan oleh pihak kantor pusat Mitrasana hanya diikuti oleh perwailan Apotek. Perwakilan Apotek yang mengikuti pelatihan diharapkan dapat membagikan pengetahuan yang diperoleh pada saat pelatihan kepada rekan lainnya, hal ini dapat dilakukan dengan membuat membuat intisari materi pelatihan atau melakukan presentasi di depan seluruh petugas outlet agar memperoleh pengetahuan yang sama. d. Mengembangkan pelayanan konseling di Apotek Mitrasana PUP. e. Melatih petugas Apotek (Apoteker dan Asisten Apoteker) agar terampil dalam berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi seorang komunikator diperlukan untuk mengemas informasi yang akan disampaikan semenarik mungkin, sehingga pesan yang akan disampaikan akan lebih mudah diterima oleh pelanggan. f. Membuat SOP mengenai pelayanan informasi obat dan konseling sehingga pegawai terbiasa untuk proaktif dalam memberikan informasi serta sebagai standar dalam melaksanakan informasi obat dan konseling sehingga dapat berjalan dengan lebih baik. g. Memotivasi pegawai untuk selalu memperbaharui pengetahuan dengan melakukan sesi review pelatihan sebelumnya dan pemberian reward (misalnya gimmick) untuk pegawai yang memenuhi kriteria. h. Menyediakan majalah kesehatan pada ruang tunggu. Apotek Mitrasana PUP merupakan Apotek yang menyediakan fasilitas praktek dokter umum dan dokter gigi, sehingga seringkali pasien harus menunggu antrian dokter praktek ataupun menunggu pada saat resep pasien akan disiapkan. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh Apotek untuk dapat memberikan informasi dan edukasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
33
kesehatan kepada pelanggan yang menunggu dengan cara menyediakan bacaan-bacaan terkait kesehatan diruang tunggu. i. Memasang poster mengenai kesehatan ataupun obat-obatan. Apotek dapat membuat poster terkait penyakit-penyakit yang banyak dialami oleh masyakat sekitar misalnya daftar makanan yang harus dihindari untuk penyakit tertentu ataupun kiat-kiat untuk mencegah penyakit tersebut dengan memanfaatkan medical record pasien sehingga dapat diketahui penyakit yang paling banyak diderita. Poster-poster ini hendaknya dibuat semenarik mungkin dan diletakkan atau ditempel pada tempat yang mudah untuk dilihat oleh setiap pelanggan yang datang ke Apotek. j. Melakukan edukasi dan promosi kesehatan pada masyarakat sekitar Apotek dengan cara melakukan penyuluhan-penyuluhan terkait penyakit yang sedang banyak dialami atau sering dialami masyarakat sekitar. Penyuluhan yang dilakukan dapat melibatkan fasilitas kesehatan lingkungan sekitar Apotek, seperti memberi penyuluhan pap smear kepada ibu-ibu di posyandu.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
a. Apotek Mitrasana PUP telah menjalankan pelayanan KIE meskipun belum berjalan dengan optimal, masih banyak hal-hal yang perlu ditingkatkan untuk mencapai pelaksanaan KIE yang optimal. Pada Apotek Mitrasana PUP masih banyak pelayanan non resep yang seharusnya membutuhkan KIE tetapi belum dilakukan terutama untuk pelaksanaan swamedikasi yang seringkali dilakukan oleh masyarakat sekitar Apotek. Alasan terbanyak pelanggan tidak diberi KIE adalah sudah sering menggunakan (56,8%), sudah paham (29,3%), buru-buru (6,8%), tidak ditawari (5,1%) dan ramai (1,7%). Pemberian KIE mengenai indikasi, frekuensi pemakaian obat, serta waktu penggunaan obat telah dilaksanakan dengan baik. Penyampaian poin KIE seperti cara pemakaian, durasi pengobatan, cara penyimpanan, aktivitas dan makanan minuman yang dihindari perlu ditingkatkan mengingat hal tersebut merupakan informasi penting bagi pasien. Pada pelaksanaan KIE asisten apoteker telah berperan dengan baik, perlu dilakukan peningkatan peran Apoteker dalam penyampaian KIE kepada pelanggan. b. Strategi
KIE
yang dapat
dilakukan Apotek Mitrasana
PUP untuk
memengoptimalkan KIE sesuai dengan profil pelanggan dan keadaan KIE saat ini di outlet Mitrasana PUP antara lain, menggunakan bahasa yang dimudah dimengerti pelanggan; meningkatkan product knowledge petugas Apotek sehingga poin KIE yang disampaikan kepada pelanggan lebih lengkap; melatih keterampilan berkomunikasi petugas Apotek; mengembangkan pelayanan konseling; membuat SOP pelayanan informasi obat dan konseling untuk meningkatkan inisiatif petugas dalam menjalankan KIE; menyediakan majalah kesehatan di ruang tunggu; membuat poster-poster tentang kesehatan dan obatobatan di Apotek serta melakukan penyuluhan kesehatan bagi masyarakat lingkungan sekitar Apotek. Dengan peningkatan KIE di Apotek Mitrasana PUP diharapkan dapat berdampak pada peningkatan sales Apotek dan peningkatan
34
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
35
kepercayaan serta kenyamanan pelanggan dan masyarakat sekitar terhadap outlet Mitrasana PUP.
5.2
Saran
a. Peningkatan pelaksanaan KIE di Apotek Mitrasana PUP dapat dilakukan dengan mengevaluasi ketentuan yang ada dan mengatasi hambatan yang ada pada saat pelaksanaan KIE b. Apoteker Apotek Mitrasana PUP perlu mengembangkan kemampuan bawahannya (Asisten Apoteker) dalam melaksanakan KIE dengan cara melakukan training atau bimbingan khusus kepada Asisten Apoteker Mitrsana PUP. c. Apotek Mitrasana PUP perlu untuk melakukan evaluasi secara berkala dan melakukan self-improvement untuk menjaga kualitas pelayanan Apotek terutama dibidang KIE. d. Perlu adanya pelatihan dan pemahaman kepada petugas Apotek dalam hal KIE yang sesuai dengan ketentuan yang ada.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
DAFTAR ACUAN
Badan POM RI. (2012). Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2011). Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB), Good Pharmacy Practice (GPP). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/ SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009b). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Purwanti A., Harianto, Supardi S. (2003). Gambaran Pelaksanaan Standar Pelayanan Farmasi di Apotek DKI Jakarta. Majalah Ilmu Kefarmasian, I (2), 102-115. Sidharta B., Rachma H., Febrian A. (2013). Profil Komponen Pelayanan Informasi Obat oleh Apoteker pada Pelayanan Resep di Apotek Kecamatan Kota Malang. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
36
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
38
Lampiran 1. Cuplikan Hasil Survey Lokasi Apotek Mitrasana PUP
NO 4
PARAMETER PRILAKU MASYARAKAT
BOBOT
2.0%
* Jumlah Mobil /Motor
2
3
2.0%
* Prilaku Membeli
A
B
D
D
C
90
70
21
36
45
tidak ada
sepeda
1 Motor
1 Mobil
sensitif 2.0%
* Pengeluaran/ * Population
5
POINT
2.0% 2.0%
SKOR
4.4%
Sangat
bulan
4
10.0%
Segment * Type Rumah
1
Sensitif harga
Sedang
harga < 500 Rb/Bln <1500 KK
Tidak sensitif harga
500 Rb - 1
1 Jt - 1.5
1.5 Jt-2 Jt Per
Jt/Bln
Jt/Bln
Bln
1500 - <2000
2000-<2500
2500-<3000
>=1 motor & 1 mobil
36 3
FALSE 1.2%
Sangat tdk sensitif
3 1.2%
harga > 3 Jt
3
>=3000
2
1.2% 0.8%
38
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014
39
Lampiran 2. Form Survey KIE Apotek Mitrasana PUP
SURVEY PELAKSANAAN KIE APOTEK MITRASANA PUP PENGAMATAN 1. Jenis Kelamin : Pria / Wanita 2. Jenis Pelayanan : Resep / Non resep 3. Pemberian POCT : □ Tekanan darah □ Gula darah □ Kolesterol 4. Pemberian KIE □ Iya □ Tidak □ Buru-buru □ Sudah Paham □ Tidak ditawari 5. Pemberi KIE : □ Apoteker □ Asisten Apoteker 6. KIE yang diberikan □ Indikasi □ Dosis Pemakaian □ Frekuensi Pemakaian □ Durasi Pengobatan □ Cara Pemakaian □ Efek Samping
□ Trigliserida □ Asam urat
□ Ramai □ Sudah sering menggunakan □ dll………………………... □ Perawat □ Dokter □ Kontraindikasi □ Aktivitas yang dihindari □ Makanan dan Minuman yang dihindari □ Cara Penyimpanan □ Durasi pemberian KIE: …………
WAWANCARA 7. Umur : Dewasa / Remaja / Anak (……..….) 8. Penggunaan obat : Sendiri / Orang lain 9. Pemahaman pasien □ Paham □ Tidak paham □ Ragu-ragu 10. Bahasa penyampaian yang digunakan □ Mudah dipahami □ Sulit dipahami □ Ragu-ragu 11. Informasi tambahan yang dibutuhkan pasien ………………………………………
Laporan praktek…, Olivia Herawati Naibaho, FFar UI, 2014