UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M.H THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI PERIODE 17 JUNI – 16 AGUSTUS 2013
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
RIYON FAJARPRAYOGI, S.Farm. 1206330053
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M.H THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI PERIODE 17 JUNI – 16 AGUSTUS 2013
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
RIYON FAJARPRAYOGI, S.Farm. 1206330053
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 ii
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
iii
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
iv
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
v
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Kalbe Farma, Tbk. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Anne Prima Heryanti., selaku pembimbing I dan Manager Quality Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk. yang telah membimbing penulis selama menjalankan PKPA. 2. Dra. Maryati K., M.Si, Apt. Selaku dosen pembimbing, yang telah bersedia membimbing, memberikan saran, kepercayaan kepada penulis selama pelaksanaan PKPA dan penyusunan Laporan PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk. 3. Rosa Lusia Wahyuni S.T., selaku Supervisor QA Validation Facility PT. Kalbe Farma, Tbk., yang telah memberikan arahan, bimbingan dan pengetahuan selama pelaksanaan PKPA, hingga penyusunan laporan PKPA. 4. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI. 5. Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan kesempatan, dan arahan, pada pelaksanaan PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk. 6. Seluruh staf di PT. Kalbe Farma, Tbk., khususnya inspektor QA Validation Facility (Eris, Sidik, Ibnu, Rida, Ali, Taufik, Reza, Erik) atas kerja sama dan bantuan selama penulis melaksanakan kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA. 7. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI. 8. Kedua Orang Tua tercinta atas segala dukungan, motivasi, perhatian, kasih sayang, doa dan dana yang diberikan kepada penulis. 9.
Teman-teman seperjuangan di PT. Kalbe Farma, Tbk. atas kerjasama selama pelaksanaan PKPA vi
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama penulisan laporan PKPA ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan PKPA ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan laporan PKPA ini. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan penulis selama mengikuti PKPA dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan
Penulis
2014
vii
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...............................................iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................. v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................1 1.2 Tujuan ................................................................................................2 BAB 2. TINJAUAN UMUM ...............................................................................3 2.1 Industri Farmasi ................................................................................3 2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik ......................................................6 BAB 3. TINJAUAN KHUSUS PT. KALBE FARMA, Tbk. ............................13 3.1 Sejarah PT. Kalbe Farma, Tbk .........................................................13 3.2 Visi dan Misi .....................................................................................14 3.3 Lokasi dan Tata Ruang .....................................................................16 3.4 Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk ......................................17 BAB 4. PEMBAHASAN ......................................................................................35 4.1 Manajemen Mutu .............................................................................35 4.2 Personalia .........................................................................................36 4.3 Bangunan dan Fasilitas.....................................................................39 4.4 Peralatan ...........................................................................................42 4.5 Sanitasi dan Higiene .........................................................................43 4.6 Produksi ............................................................................................45 4.7 Pengawasan Mutu ............................................................................47 4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu ..........................................................49 4.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian ........................................................50 4.10 Dokumentasi ....................................................................................52 4.11 Pembuatan dan Analisis terhadap Kontrak ......................................53 4.12 Kualifikasi dan Validasi ...................................................................54 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................57 5.1 Kesimpulan........................................................................................57 5.2 Saran ..................................................................................................57 DAFTAR ACUAN ...............................................................................................58
viii
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1
Logo PT. Kalbe Farma, Tbk ..................................................... 16
ix
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk. ............................ 59
x
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi di masa sekarang ini mendorong industri
farmasi untuk meningkatkan pengelolaan sistem yang baik dalam berbagai aspek kerjanya sehingga industri farmasi dapat menjalankan usahanya secara efektif dan efisien serta mampu bersaing dengan industri farmasi lainnya. Industri farmasi di Indonesia berkembang cukup pesat dan merupakan pasar farmasi terbesar di kawasan ASEAN. Tentunya iklim kompetisi akan berlangsung semakin ketat dengan
adanya berbagai
persyaratan
dari
pemerintah
untuk menjamin
ketersediaan obat yang bermutu, aman serta berkhasiat. Proses pembuatan sediaan farmasi hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi yang telah mendapat izin dari Menteri Kesehatan dan mampu memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Penerapan CPOB dalam industri farmasi bertujuan untuk memastikan mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya (BPOM, 2012). Aspek yang diatur dalam CPOB meliputi manajemen mutu; personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri, audit mutu, dan audit persetujuan pemasok; penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; serta kualifikasi dan validasi. Salah satu industri farmasi terbesar di Indonesia yaitu PT. Kalbe Farma, Tbk senantiasa melakukan
upaya peningkatan kesehatan masyarakat
dengan
memproduksi obat yang aman, efektif, dan bermutu baik dengan harga yang terjangkau dan menerapkan CPOB dalam seluruh proses produksinya. PT. Kalbe Farma, Tbk juga melakukan berbagai kegiatan untuk turut serta dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia khususnya apoteker dengan cara melakukan pembinaan, pelatihan dan kegiatan lain dalam usaha meningkatkan kualitas apoteker di Indonesia. Dalam membina generasi baru di bidang tenaga kesehatan, khususnya tenaga apoteker, maka PT. Kalbe Farma, Tbk membuka kesempatan bagi calon – 1
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
2
calon apoteker untuk melakukan kegiatan praktek kerja program profesi apoteker (PKPA). Dalam kegiatan praktek kerja ini, mahasiswa diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman yang bermanfaat mengenai peran apoteker dalam kaitannya dengan produksi obat serta penerapan CPOB di industri farmasi dengan cara melakukan peninjauan langsung ke industri farmasi dan membandingkan kenyataan yang terjadi di lapangan dengan teori – teori yang diperoleh selama masa perkuliahan. Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA di) PT. Kalbe Farma, Tbk. berlangsung mulai dari tanggal 17 Juni – 16 Agustus 2013.
1.2
Tujuan Tujuan pelaksanaan PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah untuk:
a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala aspek CPOB di PT. Kalbe Farma, Tbk. b. Memahami peran dan tugas apoteker dalam industri farmasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN UMUM
2.1
Industri Farmasi Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 1799/MENKES/PER/XII/2010
tentang Industri Farmasi, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Fungsi industri farmasi adalah pembuatan obat/bahan obat, pendidikan, pelatihan, penelitian & pengembangan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi. Industri Farmasi dalam membangun usahanya perlu mendapatkan izin industri farmasi. Izin tersebut akan dikeluarkan oleh Direktur Jendral Kementrian Kesehatan. Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi, yaitu berbadan usaha berupa perseroan terbatas, memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat, memiliki NPWP, memiliki secara tetap 3 orang apoteker Warga Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi dan pengawasan mutu, komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung dan tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian. Izin usaha pendirian industri farmasi juga membutuhkan persetujuan prinsip. Permohonan persetujuan prinsip diajukan kepada Direktur Jendral dengan tembusan kepada kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dan kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Izin industri dikeluarkan setelah pihak perusahaan telah mengajukan permohonan Rencana Induk Pembangunan (RIP) kepada kepala Badan POM. Persetujuan prinsip diberikan kepada industri farmasi untuk dapat langsung melakukan persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi, peralatan dan lain-lain yang diperlukan, termasuk produksi percobaan dengan
memperhatikan
ketentuan
perundang-undangan
di
bidang
obat.
Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama jangka waktu 3 tahun dan selama jangka waktu tersebut, perusahaan yang bersangkutan harus menyampaikan laporan informasi kemajuan pembangunan fisik setiap 6 bulan sekali kepada
3
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
4
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Persyaratan agar mendapatkan persetujuan prinsip, yaitu : a.
Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
b.
Fotokopi KTP/identitas direksi dan komisaris perusahaan
c.
Susunan direksi dan komisaris
d.
Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi
e.
Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan
f.
Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha berdasarkan Undang-Undang Gangguan (HO)
g.
Fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan
h.
Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan
i.
Fotokopi NPWP
j.
Persetujuan lokasi dari pemerintah daerah provinsi
k.
Persetujuan RIP dari Kepala Badan
l.
Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat
m. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu n.
Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu Setelah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip, dapat dilakukan
permohonan izin usaha industri. Permohonan diajukan kepada Direktur Jenderal Kementrian Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala BPOM dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama industri farmasi bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Surat permohonan izin industri farmasi harus ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker penganggung jawab pemastian mutu dengan kelengkapan, yaitu : a.
Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
5
b.
Surat persetujuan penanaman modal untuk industri farmasi dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
c.
Daftar peralatan dan mesin yang digunakan
d.
Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya
e.
Fotokopi sertifikat upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan /Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
f.
Rekomendasi kelengkapan administratif izin industri farmasi dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
g.
Rekomendasi Pemenuhan CPOB dari Kepala BPOM.
h.
Daftar pustaka wajib seperti Farmakope edisi terakhir
i.
Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu
j.
Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu dari pimpinan perusahaan
k.
Fotokopi ijazah dan STRA dari masing--masing apoteker penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu
l.
Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsng maupun tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian. Setelah industri farmasi dibangun maka industri tersebut wajib memenuhi
persyaratan CPOB. Pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan adanya sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama lima tahun sepanjang memenuhi persyaratan. Setiap industri farmasi wajib menjalankan fungsi farmakovigilans yaitu seluruh kegiatan tentang pendeteksian, penilaian, pemahaman, dan pencegahan efek samping atau masalah lainnya terkait dengan penggunaan obat. Implementasi dari farmakovigilans pada industri farmasi adalah berupa tindakan pelaporan kepara kepala badan apabila ditemukan obat dan atau bahan obat hasil produksi industri tersebut yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, atau mutu. Adanya perubahan yang signifikan terhadap pemenuhan CPOB yang terjadi pada industri farmasi, industri farmasi wajib melaporkan hal tersebut Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
6
kepada BPOM untuk disetujui. Perubahan yang dapat terjadi mencakup perubahan kapasitas produksi atau perubahan lokasi produksi. Industri farmasi yang melakukan penambahan kapasitas produksi atau penambahan bentuk sediaan tidak memerlukan izin perluasan. Izin perluasan diperlukan apabila perusahaan yang bersangkutan akan menambah luas area produksi. Izin usaha industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama perusahaan industri farmasi yang bersangkutan berproduksi. Permohonan izin usaha industri farmasi dapat diajukan setelah pembangunan fisik industri farmasi selesai dan perusahaan siap melaksanakan kegiatan produksi komersial. 2.2
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) CPOB Cara pembuaan obat yang baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin
obat yang dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat essensial untuk menjamin bahwa konsumen menggunakan obat bermutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa, atau memulihkan kesehatan. CPOB merupakan pedoman yang sangat penting tidak hanya bagi industri farmasi dan regulator, tetapi juga bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhannya akan pengobatan yang aman, berkhasiat, dan berkualitas. Terdapat 12 aspek dalam CPOB, yaitu: 2.2.1 Manajemen Mutu Dalam manajemen mutu, industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah, atau tidak efektif. Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu kebijakan mutu yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen dalam perusahaan, para pemasok, dan distributor. Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya, serta tindakan sistematis untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
7
tinggi, sehingga produk atau jasa pelayanan yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu. 2.2.2 Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pengawasan mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Industri
farmasi
bertanggungjawab
untuk
menyediakan
personil
yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal yang berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan. Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain. 2.2.3 Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan,
pencemaran
silang dan
kesalahan
lain,
serta memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Persyaratan bangunan menurut CPOB, yaitu : a.
Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah, dan air maupun dari kegiatan industri lain yang berdekatan;
b.
Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi, dan dirawat agar memperoleh perlindungan maksimal; Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
8
c.
Dalam
menentukan
rancang
bangunan
dan
tata
letak
hendaklah
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: kesesuaian dengan kegiatan lain, yang mungkin dilakukan dalam sarana yang sama atau dalam sarana yang berdampingan; tata letak ruang yang sedemikian rupa untuk memungkinkan kegiatan produksi dilaksanakan di daerah yang letaknya diatur secara logis dan berhubungan mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang disyaratkan; luasnya ruang kerja yang memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan logis serta terlaksananya kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasi dan pengawasan yang efektif; pencegahan penggunaan kawasan industri sebagai lalu lintas umum; d. Daerah pengolahan produk steril dipisahkan dari daerah produksi lain serta dirancang dan dibangun secara khusus; e. Produk antibiotika tertentu, hormone tertentu, sitotoksik tertentu, bahan aktif berpotensi tinggi hendaklah diproduksi di bangunan terpisah; f.
Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai, dan langit-langit) hendaklah licin, bebas dari keretakan, dan sambungan yang terbuka serta mudah dibersihkan dan bila perlu mudah didesinfeksi;
g.
Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta ventilasi yang baik;
h.
Area produksi diventilasi secara efektif dengan fasilitas pengendali udara.
2.2.4 Peralatan Pembuatan obat hendaklah menggunakan peralatan yang memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat terjamin secara seragam dari bets ke bets dan memudahkan pembersihan dan perawatannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk antara, produk ruahan atau obat jadi tidak boleh bereaksi atau mengabsorpsi, yang dapat mengubah identitas, mutu, atau kemurniannya di luar batas yang telah ditentukan. Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan diperiksa Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
9
pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan. Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko kesalahan atau kontaminasi. Antara masing-masing peralatan hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan dan memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk. Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk. Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu disanitasi dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk. 2.2.5 Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan, dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber kontaminasi potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Penerapan higiene perorangan meliputi pemeriksaan kesehatan, mencuci tangan sebelum memasuki area produksi, memakai pakaian pelindung. Semua personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut. Sesudah pemeriksaan kesehatan awal hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja dan kesehatan personil secara berkala. Tiap personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat jadi sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan tidak lagi menimbulkan risiko. Kegiatan makan, minum dan merokok tidak diperbolehkan dalam area gudang, laboratorium dan area produksi. Sanitasi meliputi bangunan dan fasilitas. Tiap bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihan peralatan diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan. Prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
10
hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas prosedur memenuhi persyaratan. 2.2.6 Produksi Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Unsur-unsur produksi yang diatur oleh CPOB meliputi pembelian bahan awal yaitu bahan baku & bahan pengemas; validasi proses; pencegahan kontaminasi silang; sistem penomoran bets/ lot; penimbangan & penyerahan; pengolahan; pengemasan; pengawasan selama proses; penanganan bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan & dikembalikan; karantina & penyerahan produk jadi; catatan pengendalian pengiriman obat; penyimpanan bahan awal, bahan kemas, produk antara, produk ruahan & produk jadi dan pengiriman & pengangkutan. Pengawasan Mutu Kegiatan pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari CPOB untuk memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan dalam seluruh rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari awal pembuatan sampai distribusi obat jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Pengawasan Mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis. Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
11
memuaskan. 2.2.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit & Persetujuan Pemasok Tujuan
inspeksi
diri
adalah
untuk
mengevaluasi
apakah
semua
aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB ditetapkan. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar, independen, atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan Kembali Produk Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Penarikan kembali produk dapat berupa satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari semua peredaran distribusi. Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang diperiksa secara berkala untuk mengatur segala tindakan penarikan kembali. Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan.
Catatan dan laporan penarikan kembali produk hendaklah
didokumentasikan dengan baik 2.2.10 Dokumentasi Dokumentasi
adalah
bagian
dari
sistem
informasi
manajemen
dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
12
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi induk/ formula pembuatan, prosedur, metode, instruksi, laporan, dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting. 2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan
dan
analisis
berdasarkan
kontrak
dilakukan
jika
suatu perusahan membuat produk di perusahaan lain atau sebaliknya. Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dengan penerima kontrak harus dibuat secara jelas dalam hal tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian manajemen mutu (pengawasan mutu). 2.2.12 Kualifikasi dan Validasi Kualifikasi dan validasi adalah bagian penting dari sistem pemastian mutu sehingga tercantum sebagai persyaratan CPOB bagi industri farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV). Validasi diklasifikasikan menjadi tiga, yakni validasi pembersihan, validasi metode analisis dan validasi proses. Kualifikasi diklasifikasikan menjadi empat, yaitu kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PT. KALBE FARMA
3.1
Sejarah dan Perkembangan PT. Kalbe Farma, Tbk. didirikan oleh seorang farmakolog bernama dr.
Boenjamin Setiawan pada tanggal 10 September 1966 di sebuah garasi rumah di Jalan Simpang I No. 1, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Nama Kalbe merujuk pada nama para pemegang saham awal, yakni Khoew Sioe Tjiang, Liem Lian Kiok dan Boenjamin Setiawan. Tujuan pendirian PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah turut berpartisipasi dalam pembangunan nasional pada umumnya dan meningkatkan kesejahteraan serta derajat kesehatan masyarakat pada khususnya, yang tercermin dalam moto perusahaan yaitu The Scientific Pursuit of Health For A Better Life (Mengabdikan Ilmu Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan). Pada tanggal 24 Desember 1966 PT. Kalbe Farma, Tbk baru memperoleh ijin produksi dari Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (DitJen POM) dan pada awal tahun 1967 PT. Kalbe Farma, Tbk mulai melaksanakan produksinya. Produk pertama yang dihasilkan oleh PT. Kalbe Farma, Tbk adalah gel untuk luka dengan merek Bioplacenton®. Produk PT. Kalbe Farma kemudian berkembang menjadi berbagai macam produk farmasi sesuai dengan kebutuhan konsumen yang beragam. Dalam rangka meningkatkan pelayanan penyediaan obat sebagai tuntutan atas meningkatnya kebutuhan obat yang berkualitas maka pada bulan April 1972, PT. Kalbe Farma melakukan perluasan usahanya dengan memindahkan usahanya ke lokasi yang lebih luas yaitu ke Jl. Ahmad Yani, Pulomas, Jakarta Timur. Pada tahun 1980, aktivitas distribusi produk-produk PT. Kalbe Farma dipisahkan dari kegiatan industrinya yaitu dengan mendirikan PT. Enseval Putra Megatrading yang bertindak sebagai distributor tunggal PT. Kalbe Farma. Tahun 1994, PT. Kalbe Farma, Tbk membangun pabrik baru di kompleks industri Delta Silicon (Cikarang). Semua jalur produksi dipindahkan secara bertahap dari Pulomas ke Cikarang pada tahun 1997 sampai dengan tahun 1998. Pabrik baru tersebut diresmikan pada tanggal 17 Desember 1998 bersamaan dengan diterimanya sertifikat ISO 9001 yang lebih menekankan pada Customer 13
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
14
Satisfaction (kepuasan pelanggan) terhadap produk yang dihasilkan. Pada tanggal 30 Juli 1991, PT Kalbe Farma Tbk. untuk pertama kali tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan tujuan memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk ikut memiliki industri ini sekaligus menanamkan sahamnya di PT Kalbe Farma Tbk. Dalam rangka memperkuat persaingan bisnis industri farmasi PT. Kalbe Farma, Tbk melakukan akuisisi perusahaan seperti PT. Bintang Toedjoe (1990), Dankos Laboratories (1992), HexPharm Jaya (1993), Saka Farma (1997), Merek Dagang Woods® (1997), Baxter Kalbe (1999), dan PT. Erbapharma Internasional (2000). Untuk mendukung proses produksi dan mencegah ketergantungan kebutuhan bahan pengemas, PT. Kalbe Farma, Tbk melakukan akuisisi terhadap 2 perusahaan, yaitu PT. Igar Jaya dan PT. Avesta Continental Pack. PT. Igar Jaya memproduksi vial, ampul gelas, alat kesehatan sekali pakai, wadah, dan tutup plastik, sedangkan PT. Avesta Continental Pack memproduksi bahan pengemas fleksibel termasuk blister dan strip obat padat, juga untuk industri makanan, agrokimia, dan industri kosmetik. Bahan pengemasan sekunder seperti dus, corg box, dan master box disuplai oleh PT. Kageo, sedangkan sebagian kecil kemasan lain (kemasan primer tertentu) masih bergantung pada produk impor. PT. Kalbe Farma, Tbk mulai menerapkan metode perjanjian lisensi dengan beberapa perusahaan farmasi dunia seperti Pharmacia Corporation,
Bristol-Myers
Squibb,
Daiichi
Pharmaceutical,
Fujisawa
Pharmaceutical, dan Pfizer, Inc. Di akhir tahun 2004, PT. Kalbe Farma, Tbk berhasil melakukan integrasi sertifikat ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu) versi 2000, sertifikat ISO 14001 (Sistem Manajemen Lingkungan), dan OHSAS 18001/SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja) setelah menyelesaikan audit ketiga sistem tersebut secara bersamaan pada bulan Oktober 2004. 3.2 Visi dan Misi Visi PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah ”Menjadi perusahaan perawatan kesehatan terbaik yang dimotori oleh inovasi, nama dagang yang kuat, dan manajemen yang unggul”. Untuk mencapai visi tersebut, PT. Kalbe Farma, Tbk. menetapkan misi perusahaan yakni “Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik”. Misi tersebut terfokus pada tiga elemen utama, yaitu: Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
15
a.
Konsumen PT. Kalbe Farma, Tbk. mampu menyediakan produk berkualitas dengan harga murah dan terjangkau, mudah diperoleh, serta dengan pelayanan yang prima untuk menyenangkan hati pelanggan agar menjadi pilihan pertama konsumen.
b.
Sumber Daya Manusia (SDM) PT. Kalbe Farma, Tbk. mampu mewujudkan SDM yang sesuai dengan kualifikasi dan tuntutan pekerjaan, memiliki dedikasi tinggi, inovatif, berorientasi pada pelayanan dan kualitas, serta pengembangan SDM melalui proses belajar yang berkelanjutan dan lingkungan kerja yang sehat dan mendukung.
c.
Proses dan Kualitas PT. Kalbe Farma, Tbk. mampu meningkatkan kecepatan dan efisiensi proses kerja melalui sistem dan prosedur kerja yang rapi sesuai dengan perencanaan, usaha, pemeriksaan, dan aksi (plan, do, check, and action/PDCA). Visi dan misi tersebut didukung oleh nilai-nilai utama yakni gigih untuk mencapai yang terbaik, inovasi, kerjasama yang kokoh, lincah, memberikan pelayanan terbaik, serta integritas. Dalam mencapai visi dan misi tersebut, PT. Kalbe Farma, Tbk. memiliki
moto The Scientific Pursuit of Health For A Better Life (Mengabdikan Ilmu Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan). Selain itu, PT Kalbe Farma, Tbk. juga membuat suatu core values (nilai inti) yang berfungsi menunjang penerapan visi dan misi yaitu berupa Kalbe Panca Sradha dan dijadikan landasan oleh seluruh karyawan dalam menjalankan kinerja sehari-hari: a.
Trust is the glue of life Saling percaya adalah perekat diantara kami.
b.
Mindfulness is the foundation of our action Kesadaran penuh adalah dasar setiap tindakan kami.
c.
Innovation is the key to our success Inovasi adalah kunci keberhasilan kami.
d.
Strive to be the best Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
16
Bertekad untuk menjadi yang terbaik. e.
Interconnectedness is a universal way of life Saling keterkaitan adalah panduan hidup kami.
Gambar 1.1 Logo PT. Kalbe Farma, Tbk. 3.3
Lokasi dan Tata Ruang PT. Kalbe Farma, Tbk. terletak di Kawasan Industri Delta Silicon Jalan
M.H. Thamrin Blok A1-3, Lippo Cikarang, Bekasi. Bangunan ini terdiri dari gedung kantor, gedung produksi, teknik, gudang dan sarana pendukung seperti pengolahan limbah, lapangan parkir, koperasi, dan kantin. Bangunan PT. Kalbe Farma, Tbk. terdiri dari dua bagian yaitu bangunan kantor dan bangunan pabrik.
3.3.1 Bangunan Kantor Gedung kantor PT. Kalbe Farma, Tbk. terdiri dari empat lantai yaitu: a.
Lantai 1 meliputi bagian Operasional Cikarang, Departemen Sumber Daya Manusia
dan
Departemen
Pengembangan, Pengembangan
Departemen
Proses,
Personalia
Departemen
dan
Akuntansi,
Umum, ruang
perpustakaan, dan kantin. b.
Lantai 1½ meliputi Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pusat, Departemen Veteriner, serta Departemen Teknologi Informasi.
c.
Lantai 2 meliputi Departemen Keuangan dan Pemasaran, serta Departemen Hukum atau Legal.
d.
Lantai 3 meliputi Departemen Research and Development, yang terdiri dari bagian pengembangan operasional Cikarang dengan laboratorium formulasi dan laboratorium pengembangan metode analisis, Departemen Pemastian Mutu, Departemen Pengawasan Mutu dengan laboratorium pengawasan mutu. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
17
e.
Lantai 4 meliputi ruangan pilot plant Departemen Research and Development.
3.3.2 Bangunan Pabrik Gedung produksi terdiri dari tiga lantai yang masing-masing lantai dipisahkan oleh ruang yang disebut Mezanin, yaitu ruang khusus untuk penempatan fasilitas utilitas seperti penyedot udara, pipa-pipa, kabel listrik, dan lain-lain. Tiap lantai terdiri dari jalur-jalur produksi dengan jumlah total 10 jalur, yaitu jalur 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9 dan 10. Pada tahun 2013, ada penambahan kapasitas ruangan pada line tertentu dan sampai penyusunan laporan ini dibuat ruangan tersebut sedang dalam kualifikasi sistem bangunan dan fasilitas. Pembagian ruangan pada gedung produksi adalah sebagai berikut: a.
Lantai dasar digunakan untuk ruang produksi line 9 dan 10, gudang alkohol, Departemen Teknik, Ruang QA Facility Validation dan ruang loker karyawan.
b.
Lantai 1 digunakan untuk ruang produksi line 1, line 2, line 4, line 5, gudang bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang obat jadi.
c.
Lantai 2 digunakan untuk ruang produksi line 6, line 7, line 8A, dan 8B.
d.
Lantai 3 digunakan untuk ruang purified water generator, pure steam generator, water for injection generator, dan oil free air compressor. Lantai ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. dicat dengan cat epoksi
agar mudah dibersihkan, dibuat melengkung (tidak memiliki sudut) agar tidak menjadi tempat berkumpulnya debu, serta bingkai jendelanya dibuat miring dengan maksud agar mudah dibersihkan dan juga tidak menjadi tempat berkumpulnya debu. Berdasarkan CPOB tahun 2012, ruangan di industri farmasi dibagi menjadi 5 jenis area berdasarkan perbedaan tingkat kebersihannya, yaitu kelas A, B, C, D dan E. Kelas A, B, C, dan D digunakan untuk produksi sediaan steril dan kelas E untuk produksi sediaan nonsteril. PT. Kalbe Farma, Tbk. telah menyesuaikan kembali klasifikasi ruangan sesuai dengan pedoman CPOB 2012.
3.4 Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk. Bagan struktur organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk. dapat dilihat pada Lampiran 1. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
18
3.4.1 Departement Research and Development Departemen Research and Development (R&D) berperan antara lain dalam pengembangan produk baru, perbaikan, atau improvement existing product, pengatasan masalah produksi, proyek penelitian khusus, penentuan spesifikasi bahan baku untuk manufacturing, penyusunan metode analisa, penentuan shelflife produk, dan penunjang data untuk penyusunan dossier registrasi (formula, data stabilitas, dan kemasan). Departemen R&D dipimpin oleh seorang R&D Pharma Deputy Director. Departemen R&D mencakup tiga bagian utama, yaitu: 3.4.1.1 Packaging Development (pengembangan kemasan) Tugas utama Packaging Development adalah melakukan penelitian dan pengembangan material kemasan (primer dan sekunder) untuk produk baru, melakukan penelitian dan pengembangan desain produk baru, dan menyiapkan atau menyediakan dokumen yang terkait dengan kemasan meliputi dokumen spesifikasi, metode analisis (MA), dan Prosedur Pengemasan Induk 3 (PPI 3). 3.4.1.2 Formulation (pengembangan formula) Tugas utama Formulation adalah pengembangan produk baru, baik OTC maupun ethical, sesuai dengan perkembangan teknologi sediaan farmasi. Proses pengembangan produk baru ini dapat dilakukan di dalam perusahaan atau di luar perusahaan, misalnya melalui kegiatan lisensi atau bekerja sama dengan lembaga penelitian/ pendidikan. 3.4.1.3 Analytical Development (pengembangan metode analisis) Tugas utama Analytical Development adalah sebagai berikut: a.
Mengembangkan metode analisis suatu senyawa obat, bahan pengemas, dan sampel produk sehingga diperoleh metode analisis yang sesuai. Metode analisis yang diperoleh selanjutnya divalidasi dan dijadikan acuan analisis pemeriksaan rutin sehingga metode analisis tersebut menjadi valid, efektif, dan praktis.
b.
Menentukan approved manufacturer bahan baku baru yang digunakan di PT. Kalbe Farma, Tbk.
3.4.2 Departemen Process Development Pada awalnya Departemen Process Development merupakan bagian dari departemen Research & Development. Pada awal tahun 2007, Process Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
19
Development dipisahkan dari Departemen R&D di mana R&D fungsinya lebih ke arah riset pengembangan produk baru sedangkan untuk Proses Development lebih ke produk-produk yang sudah ada (existing product). Secara umum Departemen Proses Development menangani semua produk-produk yang sudah ada (existing), menerima peralihan tanggung jawab terhadap status material yang berubah dari percobaan menjadi induk, dan mengatasi masalah atau trouble shooting produksi. Departemen Process Development dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: 3.4.2.1 Formulation (formulasi) Tugas utama bagian formulasi adalah memperbaiki atau mengembangkan formula-formula produk existing, mendukung bagian produksi jika ada masalah terutama dalam hal formulasi, dan mendukung bagian pembelian (purchasing) dalam hal diversifikasi raw material. Menyiapkan dokumen untuk bagian produksi, seperti: Prosedur Pengolahan Induk 1 (PPI 1) yang berisi keterangan Raw Material yang digunakan dan Prosedur Pengolahan Induk 2 (PPI 2) yang berisi prosedur pembuatan obat dan spesifikasinya. 3.4.2.2 Packaging (kemasan) Tugas utama bagian kemasan adalah melakukan penelitian dan pengembangan material kemasan, baik primer dan sekunder, penelitian dan pengembangan tersebut juga mencakup uji stabilitas dan trial di produksi (jika diperlukan). Selain itu bagian kemasan juga melakukan penelitian dan pengembangan desain kemasan produk existing, mulai dari pembuatan konsep, verifikasi sampai dengan penyiapan disket dan print-out final art work untuk dikirim ke supplier kemasan serta menyiapkan/ menyediakan dokumen yang terkait dengan kemasan, seperti Prosedur Pengolahan Induk (PPI) dan Production Model (PM) Kemas. Bagian ini juga memberi dukungan terhadap bagian lain untuk masalah-masalah yang terkait/ berhubungan dengan kemasan, seperti pembelian mesin baru di bagian produksi, diversifikasi supplier oleh bagian Purchasing dan permintaan penyederhanaan prosedur pemeriksaan dari bagian QC. 3.4.3 Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Departemen
Perencanaan
Produksi
dan
Pengendalian
Persediaan/
Production Planning and Inventory Control (PPIC) PT. Kalbe Farma, Tbk. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
20
merupakan bagian dari grup PPIC dari empat situs perusahaan yang berada di bawah grup Kalbe, yaitu PT. Kalbe Farma, Tbk., PT. Dankos Farma, PT. Hexpharm Jaya, dan PT. Fima. Grup PPIC ini menjadi penghubung antara bagian pemasaran dan distributor, yaitu PT. Enseval Putera Megatrading dengan divisi produksi masing-masing situs. PPIC manager membawahi PPIC specialist, sedangkan PPIC specialist membawahi empat bagian yaitu Inventory Plannning Control (IPC), Production Planning Control (PPC), dan Toll Manufacturing. Secara umum tugas dari departemen ini adalah sebagai berikut: a.
Merencanakan, mempersiapkan, dan mengendalikan proses produksi mulai dari bahan baku sampai obat jadi.
b.
Melakukan kegiatan toll manufacturing, meliputi: 1)
Toll in, yaitu permintaan produksi dari perusahaan lain yang bisa dipenuhi karena masih tersedia kapasitas.
2)
Toll out, yaitu permintaan bantuan produksi ke perusahaan lain karena tidak memiliki fasilitas produksi produk bersangkutan atau karena kapasitas tidak mencukupi.
c.
Membuat laporan ke instansi terkait, antara lain hasil produksi, pemakaian material seperti prekursor, dan narkotika/psikotropika.
Tugas dari masing-masing bagian di Departemen PPIC adalah: a. Inventory Planning Control (IPC): 1)
Menghitung Evaluasi Kebutuhan Material (EKM) bulanan selama 6 bulan kedepan berdasrkan Rolling Production Plan (RPP).
2)
Memantau persediaan bahan baku, wadah, dan kemasan dengan mempertimbangkan prioritas penggunaan material di bagian produksi.
3)
Membuat Formulir Permintaan Barang (FPB) untuk material.
4)
Memperbanyak dan menurunkan Kartu Produksi (KP) atau Prosedur Pengolahan Induk (PPI).
b. Production Planning Control (PPC): 1)
Menerjemahkan rolling forecast (ROFO) yang merupakan permintaan dari PT. Enseval Putera Megatrading menjadi Rolling Production Plan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
21
(RPP) dengan mempertimbangkan stock, buffer stock, work in process (WIP), batch size, average selling out, pending order, dan day of inventory (DOI). ROFO merupakan jumlah perkiraan penjualan selama 6 bulan mendatang dalam satuan unit. RPP merupakan rencana produksi yang dibuat setiap 6 bulan mendatang dalam satuan batch. 2)
Mengirim RPP ke bagian IPC untuk dijadikan dasar penyusunan Rencana Pemakaian Material (RPM) setiap bulan.
3)
Membuat rencana produksi bulanan (RPB) yang berisikan jumlah batch dan target yang harus dicapai oleh Departmen Produksi selama satu bulan.
4)
Mengevaluasi
pencapaian
rencana
produksi
bulan
lalu
untuk
perencanaan rencana produksi bulan berikutnya c. Toll Manufacturing bertugas mengkoordinasi produk-produk toll out dan toll in untuk menjamin agar kebutuhan sales dan marketing tetap dapat dipenuhi oleh rekanan yang telah ditentukan oleh perusahaan apabila kapasitas produksi tidak tersedia/ tidak mencukupi.
3.4.4 Departemen Produksi Departemen produksi merupakan bagian Plant Department yang dipimpin oleh Group Production Manager (GPM). GPM membawahi 4 manager produksi. Masing-masing manager memiliki tanggung jawab terhadap mini company produksi yang terdiri dari beberapa jalur produksi, yang disebut line. Mini company promag terdiri dari line 1 dan line 1 extension. Mini company I terdiri dari line 2, 9, dan 10. Pada mini company I terdapat seorang manajer produksi, yaitu manajer produksi yang mengepalai line 2, 9, dan 10. Mini company II terdiri dari line 4, 5, dan 6. Sedangkan untuk mini company III terdiri dari line 7, 8A, dan 8B. Masing-masing line dijalankan oleh supervisor produksi atau disebut juga Penanggung Jawab Line (PJL) yang bertanggung jawab kepada manager produksi di masing-masing mini company. Sedangkan PJL pada masing-masing line produksi membawahi coordinator lapangan, administrasi, operator, pembantu operator, production helper, dan packer. Line Produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. Cikarang terdiri dari 11 bagian Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
22
line yaitu line 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9, dan 10. Line tersebut digolongkan menjadi dedicated line dan non-dedicated line. Dedicated line merupakan line yang memproduksi obat dalam jenis produk yang relatif sedikit, tapi dengan ukuran batch yang besar. Line ini terdiri atas line 1, 4, 9 dan 11. Nondedicated line merupakan line yang memproduksi obat dengan jenis produk relatif banyak namun dengan ukuran batch yang relatif kecil atau sedikit. Line ini terdiri atas line 2, 5, 6, 7, 8A, 8B, dan 10. Produk obat yang diproduksi di setiap line adalah sebagai berikut: 1.
Line 1: line ini memproduksi 1 jenis produk sediaan padat yaitu tablet Promag®. Line ini juga mempunyai extension. Line 1 extension ini khusus memproduksi tablet Promag® untuk menunjang permintaan pasar yang tidak dapat dipenuhi oleh line 1. Untuk line 1 extention sejak agustus 2013 telah melakukan produksi karena telah lolos kualifikasi.
2.
Line 2: line ini terdiri atas 2 line yang merupakan gabungan dari line 2A dan line 2B. Sebagian besar produk line 2A adalah tablet inti, sedangkan produk line 2B adalah tablet coating. Produk line 2 antara lain: Neo Entrostop®, Xon-Ce®, Pronicy®, Neuralgin®, Cypron®, Vitazym®, Zegavit®, dan Zegase®.
3.
Line 4: line yang memproduksi tablet inti, contoh produknya: Procold ®, dan Promag Double Action®.
4.
Line 5: line yang memproduksi sediaan cair oral antara lain sirup, emulsi, dan suspensi, seperti Cerebrofort®, Plantacid®, dan Woods®. Line 5 juga mengalami perluasan produksi dengan penambahan line 5 extention, hingga laporan ini dibuat, line 5 extention masih dalam tahap PQ (performance qualification)
5.
Line 6: line ini khusus memproduksi sediaan cair steril (injeksi) seperti Rantin®, Ulsikur®, dan Kalmethasone®.
6.
Line 7: line ini memproduksi sediaan semi padat topikal seperti krim, semi solid seperti jeli, dan salep, serta sediaan suppositoria dan ovula. Contoh produknya adalah Bioplacenton ® (gel), Mycoral® (krim), dan Kaltrofen® (gel dan suppositoria).
7.
Line 8: line yang banyak memproduksi beberapa jenis produk obat Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
23
namun volumenya kecil. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian besar merupakan produk ethical. Line ini dibagi menjadi 2 yaitu line 8A yang menangani proses pembuatan produk, line 8B menangani pengemasan produk. Pada tahun 2013 ini, line 8 mengalami penambahan area produksi yaitu line 8 extention yang hingga laporan ini dibuat sedang menjalani tahap PQ (performance qualification). 8.
Line 9: line ini khusus memproduksi sediaan cair non oral seperti Kalpanax Tincture®.
9.
Line 10: line ini khusus melakukan pengemasan ulang (repack) untuk produk impor. Tugas umum Departemen Produksi secara keseluruhan adalah melakukan
proses produksi dari raw material dan packaging material menjadi produk jadi. Tugas dan tanggung jawab masing-masing line produksi antara lain: a.
Mencapai target produksi (kuantitas, kualitas, dan waktu yang tepat) yang ditetapkan berdasarkan ketersediaan kapasitas mesin dan ketersediaan tenaga kerja serta memonitor aktivitas harian dan mingguan berdasarkan Jadwal Produksi Mingguan (JPM).
b.
Mengoptimalkan dan mengontrol expense (biaya bulanan dan tahunan) yang dipakai untuk mencapai target produksi. Sebagai contoh, biaya lembur dan gaji karyawan, biaya toolsand supplies (selang, solvent, dan oli) dan maintenance mesin (break down dan periodik).
c.
Mencapai rendemen (yield) yang ditetapkan dengan cara meminimalkan bahan baku yang terbuang pada setiap tahap proses dan mengusulkan penyederhanaan proses (bekerjasama dengan R&D). Rendemen sudah ditetapkan standarnya setiap tahun.
d.
Memastikan ketersediaan utilitas kerja, seperti Air Handling Unit (AHU), pengendali tekanan, Relative Humidity (RH), udara, dan suhu.
e.
Memantau produktivitas kerja (orang dan mesin).
f.
Mengefisienkan pemakaian kapasitas mesin dengan cara melakukan penjadwalan yang
efisien,
penempatan
operator
yang
tepat,
dan
perawatan mesin. g.
Memeriksa, mengevaluasi, dan memberi approval dokumen-dokumen Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
24
yang dipakai dan dikirim ke QC. h.
Membimbing supervisor dan subordinat.
i.
Memberi masukan kepada atasan, untuk perencanaan jangka panjang (misal: perubahan lay out ruangan, penambahan mesin dan karyawan, optimalisasi cara kerja).
j.
Memastikan
suasana
kerja yang
sehat
dan
memotivasi
bawahan
(misalnya membantu masalah mereka dan memberi training). k.
Memastikan dipenuhinya standar atau peraturan yang berlaku (misal: CPOB, ISO 9000, OSHAS 18000, ISO 14000, dan cGMP) dan berkomitmen untuk mengimplementasikan kebijakan mutu, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), dan lingkungan.
3.4.5 Departemen Group Process Improvement (GPI) Departemen Group Process Improvement adalah departemen yang terbentuk pada tahun 2006. Departemen ini bertujuan untuk mengadakan continual improvement agar perusahaan dapat terus berkembang menjadi lebih baik. Misi GPI adalah untuk mengarahkan perbaikan berkesinambungan agar tumbuh menjadi budaya di lingkungan Kalbe Group serta untuk memfasilitasi kegiatan tersebut di empat operasi bisnis agar dapat tumbuh secara bersama. Tugas dan tanggung jawab dari departemen GPI antara lain adalah: 1. Energy Cost Saving 2. Standar Minimal Spesifikasi Mesin 3. Focus Plant 4. Proyek Lean 5. Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin (5R) 6. Continual improvement Dalam melakukan perbaikan proses dengan metode Continual Improvement ada enam tahapan, yaitu: a. Understand the customer Memahami pernyataan end customer terkait tentang keinginan, kebutuhan, harapan terhadap suatu produk atau jasa yang dijadikan sebagai persyaratan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
25
Untuk memenuhi persyaratan tersebut, perusahaan harus mengukur kemampuan dan mengidentifikasi adanya gap. b. Analisis Efisiensi Fokus pada pemenuhan kebutuhan dan harapan pelanggan internal, minimasi biaya, minimasi variasi, dan waktu siklus. c.
Analyze the Process Pada tahap analisis, amati kondisi proses exsisting, proses yang tidak efektif, tidak efisien, dan proses yang buruk.
d. Improve the Process Aktivitas improvement tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Continual Improvement membentuk pemahaman yang fundamental pada customer requirement, kapabilitas proses, dan root cause gap yang terjadi. Contohnya dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas produk atau jasa, maka aktivitas improvement yang dilakukan adalah berfokus pada pengurangan variasi, error, serta cacat. e. Implement changes f. Standardize and monitor
3.4.6 Departemen Quality Operation Quality Operation adalah departemen yang bertugas menjamin mutu produk yang dihasilkan dengan memperhatikan seluruh aspek yang berpengaruh pada kualitas produk. Departemen QO dipimpin oleh seorang QO Manajer yang bertanggung jawab kepada Group Head Quality. Secara umum QO dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA).
3.4.6.1 Quality Control (QC) Secara umum bagian QC bertugas dalam: a.
Pelulusan dan pengujian terhadap material yang datang (raw material dan packaging material), produk ruahan dan produk jadi.
b.
Memberikan persetujuan pemeriksaan (retesting) dan pengerjaan ulang (rework) suatu produk. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
26
c.
Menangani pemusnahan material atau produk jadi (kadaluwarsa atau tidak memenuhi syarat). Bagian-bagian dalam Departemen QC:
a.
Seksi Bahan Baku (Raw material) Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan baku yang masuk yang akan digunakan untuk proses produksi.
b.
Seksi Wadah dan Kemasan (Packaging Material) Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan terhadap semua wadah dan kemasan dengan prosedur berdasarkan MA yang telah ditetapkan oleh Departemen R&D
c.
Seksi Obat Jadi Seksi obat jadi bertugas dalam melakukan pemeriksaan dan meloloskan atau menolak produk jadi yang akan dipasarkan.
d.
Laboratorium Mikrobiologi Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan mikrobiologi material dan obat sesuai dengan MA yang telah ditetapkan oleh Departemen R&D. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu: potensi antibiotika, uji sterilitas, uji pirogen/ endotoksin, pemeriksaan angka total mikroba, pemeriksaan untuk uji sampel stabilitas, pemeriksaan sampel pertinggal, dan pemeriksaan hasil validasi pembersihan mesin. Selain mendukung seksi bahan baku, seksi wadah dan kemasan, dan seksi obat jadi, laboratorium mikrobiologi juga mendukung bagian validasi dalam pemeriksaan ruangan. Hubungan Departemen QC dengan departemen lain adalah sebagai
berikut: a.
Departemen Logistik Bahan baku dan bahan kemas yang diterima oleh Departemen Logistik diperiksa oleh Departemen QC.
b.
Departemen R&D Departemen QC melakukan pemeriksaan rutin menggunakan metode analisa yang ditetapkan oleh Analytical Development dan Packaging Development yang merupakan bagian dari Departemen R&D. Sebelum suatu metode analisa ditetapkan oleh Analytical Development dan Packaging Development, Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
27
dilakukan
transfer
metode
analisa
ke
Departemen
QC
untuk
menyempurnakan metode analisa tersebut c.
Departemen Produksi Departemen QC memeriksa kualitas produk ruahan berdasarkan sampling yang dilakukan oleh Departemen Produksi (IPC mandiri). Untuk In Process Control (IPC) dilakukan oleh Departemen Produksi karena bagian produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. dianggap sudah mampu untuk melakukan IPC sendiri dan Departemen QC melakukan pemeriksaan composit sample dari hasil suatu proses produksi.
d.
Departemen Pembelian (Purchasing) Hubungan Departemen QC dengan bagian pembelian melibatkan bagian Analytical Development dan Formulasi. Bagian pembelian akan membeli bahan baku maupun bahan kemas dari pemasok baru setelah memperoleh persetujuan dari bagian Analytical Development dan Formulasi. Selanjutnya, bahan baku dan bahan kemas yang dibeli dari source baru diperiksa kualitasnya oleh Departemen QC menggunakan metode analisa yang ditetapkan oleh bagian Analytical Development.
e.
Departemen Marketing Departemen QC memberikan informasi ke Departemen Marketing tentang release batch number pertama produk baru dan pemberitahuan perubahan kemasan.
3.4.6.2 Quality Assurance (QA) Departemen QA dipimpin oleh seorang QA Manajer yang bertanggung jawab langsung kepada QO manager. Secara umum QA dibagi menjadi empat kelompok besar yaitu Audit Proses, Post Marketing, Validasi, dan GMP Compliance. a.
Audit Proses Audit Proses/ Process Inspection dilakukan untuk memastikan proses produksi yang sedang berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Petugas inspesksi datang ke departemen produksi secara langsung dan berkala
untuk
mengamati
apakah
pada
proses
produksi
terdapat
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
28
penyimpangan atau tidak. Selain itu, juga terdapat bagian evaluasi catatan bets (Evaluation Batch Record/ EBR). Bagian ini bertanggung jawab memeriksa kelengkapan batch record serta menyatukan data-data dari produksi dan hasil analisa dari departemen QC. EBR diperlukan sebagai dokumentasi dan untuk memastikan produk sebelum di-release telah dievaluasi dengan benar termasuk penelusuran masalah jika terjadi penyimpangan. b.
Post Marketing Post Marketing bertugas melakukan pemantauan atau pengawasan terhadap kualitas produk jadi setelah produk tersebut diproduksi dan dipasarkan. Tugas dari post marketing adalah menangangi keluhan pelanggan (product complaint), menangani recall dan returned product, menangani batch record, dan post marketing stability testing.
c.
Validasi Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Bagian Validasi di PT. Kalbe Farma, Tbk memiliki bagian validasi proses, validasi pembersihan, validasi fasilitas dan utilitas, validasi computer, dan annual product review. Kalibrasi dan kualifikasi merupakan suatu proses yang termasuk ke dalam validasi fasilitas. Kalibrasi bertujuan untuk memastikan semua peralatan yang digunakan untuk pengukuran selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sehingga menjamin ketelitian pengukuran berada dalam batas yang diijinkan. Sebagai parameter digunakan suatu kalibrator yang spesifik untuk setiap instrumen. Sedangkan kualifikasi adalah tindakan untuk memastikan kelayakan dari suatu mesin atau peralatan. Kualifikasi yang dilakukan meliputi: Design Qualification (DQ), Installation Qualfication (IQ), Operational Qualification (OQ), dan Performance Qualification (PQ). Kalibrasi merupakan bagian dari kualifikasi, dengan interval pengujian yang lebih sempit (misalnya, kalibrasi dilakukan per 6 bulan, sedangkan kualifikasi dilakukan minimal 3 tahun bila tidak ada perubahan yang signifikan). Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
29
d.
GMP Compliance Pada GMP Compliance terdapat bagian pengendalian perubahan (Change Control). Tujuan Change Control adalah agar setiap perubahan yang berkaitan dengan mutu, lingkungan dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dievaluasi dahulu dampaknya terhadap mutu, lingkungan, dan K3 serta sesuai pada ketentuan, peraturan atau undang-undang terkait sebelum diimplementasikan.
Jika
terjadi
suatu
perubahan,
misalnya
terjadi
penggantian mesin, maka departemen tersebut akan mengajukan usulan perubahan, kemudian perubahan tersebut diamati dan dipelajari oleh tiap departemen yang terkait, apakah perubahan memberikan dampak atau tidak.
3.4.7 Departemen Quality System Quality System (QS) mempunyai fungsi utama memastikan standar atau pedoman yang ada senantiasa berjalan dengan baik. QS bertugas memelihara dan mengembangkan sistem di PT. Kalbe Farma, Tbk. Secara keseluruhan, sistem yang dibuat telah memasukkan unsur-unsur CPOB/c-GMP, ISO 9001:2000, ISO 14001:2004, dan OHSAS 18001. a.
System Compliance Bagian ini memiliki tanggung jawab dalam Management Review, Audit Development, Corrective Action/Preventive Action (CAPA), dan Standard Development.
b.
Document Compliance Secara umum tugas QS dalam Document Compliance adalah apabila terdapat dokumen baru atau perubahan pada dokumen lama, dokumen baru atau dokumen yang telah diubah tersebut harus dikaji terlebih dahulu oleh QS. Selanjutnya QS akan mengkaji dampak perubahan terhadap departemen lain. Setelah dokumen diperbaiki disetujui oleh QS, perlu dilakukan pelatihan pada semua personil yang terkait. Setelah itu, dokumen tersebut baru bisa didistribusikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
c.
Occupational Health, Safety & Environment (OHSE) compliance OHSE dikoordinasi oleh System Compliance yang bertugas untuk memastikan kinerja sistem manajemen K3 & lingkungan telah diterapkan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
30
dengan baik. Selain itu OHSE juga bertugas untuk melakukan identifikasi, mencegah, dan mengatasi hazard (bahaya) yang akan timbul akibat tidak memahami standar prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Cara yang dilakukan antara lain: eliminasi, substitusi, engineering control, visual control dan administration Control, alat pelindung diri (APD). d.
Plan Do Check Action (PDCA) Divisi ini bertugas untuk memeriksa setiap kegiatan kerja yang akan dilaksanakan oleh departemen-departemen yang ada di PT. Kalbe Farma, Tbk. Pada umumnya mereka akan mengikuti setiap rapat kerja yang ada dan mengevaluasi kinerja program serta status kemajuannya.
e.
Continual Improvement Program Development Bagian Program Development memiliki tugas yang terbagi menjadi dua, yaitu Program Development & Maintenance dan Training Development Maintenance. Bagian ini bertanggung jawab untuk merancang dan melaksanakan sistem pelatihan bagi karyawan, khususnya karyawan baru, sebagai sarana untuk meningkatkan budaya kualitas karyawan sehingga tercipta produk yang berkualitas. Program-program pengembangan yang dilaksanakan antara lain 5R, Ko HASE, serta CONIM (Continual Improvement). Setiap kebijakan CONIM yang telah dibuat oleh Group Process Improvement (GPI) kemudian diteruskan kepada divisi ini untuk kemudian dirancang pelaksanaannya.
3.4.8 Departemen Logistik Logistik atau Warehouse adalah departemen yang bertanggung jawab atas penerimaan, penyimpanan, pengeluaran bahan baku, wadah, bahan kemas, dan produk jadi. Secara struktural departemen logistik dipimpin oleh seorang Manager Logistik yang membawahi empat supervisor gudang, yaitu supervisor gudang bahan baku dan wadah, supervisor gudang penimbangan, supervisor gudang kemasan, serta supervisor gudang produk dan sarana promosi. Bagian Logistik memiliki peranan penting dalam kegiatan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran bahan baku, wadah, kemasan, maupun produk. Dalam menjalankan peran tersebut, Departemen Logistik terkait dengan beberapa bagian, yaitu bagian Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
31
QA/QC, R&D, Purchasing, PPIC, Produksi, dan Teknik. Fungsi dan tugas dari masing-masing seksi adalah sebagai berikut: a.
Seksi gudang bahan baku / wadah Gudang bahan baku dan wadah mempunyai beberapa ruang penyimpanan dengan suhu ruangan yang berbeda-beda, yaitu ruang suhu kamar (25-30°C), ruang AC (20-25°C), dan ruang pendingin/cool room (2-8°C) untuk penyimpanan bahan baku yang rentan terhadap suhu. Untuk ruang AC terdiri dari 6 ruangan yaitu, ruang AC 1 untuk penyimpanan material halal, ruang AC 2 untuk penyimpanan essence dan flavouring, ruang AC 3 untuk penyimpanan bahan kemas primer (foil), ruang AC 4 untuk penyimpanan berbagai macam bahan baku, ruang AC 5 untuk penyimpanan bahan baku beta laktam dalam kemasan asli, ruang AC 6 untuk penyimpanan bahan baku dan wadah yang bersifat umum, serta ruang AC khusus untuk penyimpanan menthae peppermint oil. Selain itu, terdapat beberapa area atau ruang yang penting seperti: 1. Area khusus prekursor serta tempat khusus penyimpanan bahan baku yang bersifat prekursor narkotika dan psikotropika. Area ini selalu terkunci dan akses ke area ini harus mendapat persetujuan supervisor dan mengisi log book. 2. Ruang sampling QC, ruang khusus untuk proses sampling bahan baku dan wadah yang baru datang untuk diuji kualitasnya sebelum digunakan. 3. Ruang tolak, ruangan atau area yang terpisah yang menyimpan bahan baku dan wadah yang ditolak oleh QC. Penataan barang di gudang bahan baku dan wadah menggunakan system
racking secara alfabetis dan numerik dimana setiap rak terdapat beberapa level (tingkat vertikal) dan beberapa kolom (horizontal), serta didata secara komputerisasi menggunakan sistem IBAS (Integrated Barcode Application System) yang menggantikan fungsi kartu letak barang dan memuat kode produk, nama produk, dan nomor Certificate of Analysis (CoA). Cara penyimpanan barang di gudang pada dasarnya disusun antara lain berdasarkan hal-hal berikut: 1.
Kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan (suhu, cahaya, dan kelembaban).
2.
Kedekatan dengan pelanggan (gudang timbang atau produksi). Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
32
3. Bentuk material dan sifat bahan baku (flammable atau non flammable). 4. Untuk barang-barang toll out didekatkan area toll out. 5. Berdasarkan status (karantina, baik, atau tolak). b.
Seksi gudang penimbangan Gudang timbang adalah tempat berlangsungnya proses penimbangan dan penyediaan bahan baku dan wadah yang dibutuhkan oleh produksi berdasarkan JPM (Jadwal Produksi Mingguan). Bahan baku dan wadah yang ditimbang dan disediakan sesuai dengan Prosedur Pengolahan Induk yang diturunkan yaitu: PPI 1A, 1B dan 3A. Bahan baku dan wadah ditimbang dan disediakan dengan sistem First Expired First Out (FEFO) oleh gudang timbang, kemudian dikirim ke produksi sesuai line yang membutuhkan.
c.
Seksi gudang kemasan Gudang kemas memiliki tanggung jawab melayani permintaan kemasan sekunder
berupa
master
box,
dus,
brosur,
dan
label
kemudian
mengirimkannya ke setiap line produksi berdasarkan PPI 3B. Kemasan sekunder yang dikirim oleh vendor akan diperlakukan sama seperti bahan baku dan wadah, yaitu akan dikarantina terlebih dahulu untuk pengujian kualitas kemasan tersebut. Jika QC menyatakan status kemasan adalah “BAIK” maka kemasan yang sesuai dengan PPI 3B akan dikirim ke produksi. Sistem FEFO juga diterapkan untuk pengiriman kemasan sekunder untuk produksi. d. Seksi gudang produk dan sarana promosi Ruang lingkup, fungsi, dan tugas seksi gudang produk dan sarana promosi adalah sebagai berikut: a. Menerima, memeriksa produk dan dokumen, serta memasukkan data. b. Menata dan menyimpan produk. c. Mengirimkan
produk
untuk
pelanggan
(distributor,
ekspor,
dan
sebagainya) atas Sales Order/Shipping Instruction Internal dari marketing atau Formulir Kebutuhan Barang (FKB). d. Melaksanakan cycle count produk. e. Menerima, memeriksa, dan memasukkan data produk retur. f. Menerima, menata, menyimpan, dan mengirimkan sarana promosi atas permintaan Marketing.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
33
3.4.9. Departemen Teknik Departemen Teknik menunjang proses produksi dengan cara memelihara dan melakukan perawatan semua mesin di semua departemen. Walaupun tidak berperan secara langsung dalam kegiatan produksi, namun Departemen Teknik merupakan pendukung utama kegiatan produksi di industri farmasi. Departemen Teknik memiliki tanggung jawab dalam pengadaan, perbaikan dan pemeliharaan gedung, sarana penunjang dan mesin-mesin yang digunakan di industri farmasi. Secara umum, Departemen Teknik dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: 1. Bagian Utilitas. Tugas dan tanggung jawab dari bagian utilitas adalah: a. Memastikan tersedianya energi listrik, air, udara dingin, tekanan udara/uap dan sarana penunjang lain untuk keperluan produksi dan operasi perusahaan sehari-hari. b. Memastikan perawatan terhadap mesin-mesin utilitas agar produksi dapat berjalan secara efisien. 2. Bagian Pemeliharaan. Tugas dan tanggung jawab dari bagian pemeliharaan yaitu: a. Menyusun dan mengimplementasikan rencana perawatan atau perbaikan mesin dan peralatan. b. Mengevaluasi hasil yang sudah dicapai. c. Mengontrol pelaksanaan instalasi baru, pemeliharaan berkala mesin yang mengalami kerusakan dan penyediaan suku cadang agar dapat menunjang kelancaran proses produksi. Kerja pemeliharaan dibagi menjadi dua, yakni pemeliharaan preventif dan penanganan
kerusakan.
Pemeliharaan
preventif
merupakan
kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan untuk menjamin agar mesin-mesin produksi dan sarana penunjang lainnya selalu dalam keadaan optimum dan dapat dioperasikan secara optimal. Sementara itu penanganan kerusakan adalah perawatan mesin yang mengalami kerusakan dan harus segera diperbaiki agar tidak mengganggu proses produksi. 3. Bagian Suku Cadang Bagian ini bertanggung jawab dalam penyediaan stok suku cadang untuk mesin-mesin yang ada baik untuk Produksi maupun untuk bagian lain. Suku Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
34
cadang yang disediakan adalah suku cadang dari mesin-mesin yang sangat penting yang harus terus berjalan atau merupakan suku cadang yang pemesanannya membutuhkan waktu lama, sehingga jika terjadi kerusakan dapat segera ditangani. 4. Administrator Bagian ini bertanggung jawab dalam melaksanakan urusan administrasi di Bagian Teknik. 5. Koordinator Pekerjaan Sipil Bagian ini bertanggung jawab dalam melaksanakan suatu proyek pembangunan baru, misalnya membuat ruangan baru, membuat gedung baru.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN
PT Kalbe Farma Tbk. merupakan salah satu industri farmasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan di Indonesia yang memiliki komitmen untuk membantu masyarakat mewujudkan kesehatan dan kehidupan yang lebih baik. Hal ini diwujudkan dengan memproduksi produk – produk yang terjamin kualitasnya sehingga tidak membahayakan masyarakat. Dalam mewujudkan komitmennya, PT. Kalbe Farma Tbk telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam setiap aspek pembuatan obat. CPOB merupakan suatu petunjuk yang bersifat dinamis, artinya mengikuti perkembangan jaman dan kemajuan teknologi dengan kriteria kualifikasi yang terus berubah Jaminan kualitas produk PT. Kalbe Farma, Tbk. telah diakui melalui berbagai standar internasional, antara lain dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001 (2001) untuk sistem manajemen, sertifikat ISO 14001 untuk jaminan terhadap sistem lingkungan, dan sertifikat OHSAS 18001/SMK3 untuk jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
4.1 Manajemen Mutu Dalam CPOB, manajemen mutu disyaratkan untuk menjamin pembuatan obat agar sesuai dengan tujuan utama penggunaannya, memenuhi syarat izin edar, dan
bermutu
dalam
arti
tidak
menimbulkan
resiko
berbahaya
dalam
penggunaannya. Konsep dasar pengawasan mutu, CPOB, dan pemastian mutu adalah aspek manajemen mutu yang saling terkait. Sistem manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk telah dijalankan sesuai ketentuan CPOB yaitu dilakukan upaya penjagaan mutu produk obat sejak awal proses pengolahan karena pada prinsipnya, mutu suatu produk obat tidak hanya ditentukan dari hasil akhir. Hal tersebut dilakukan agar produk obat jadi yang dihasilkan dapat memenuhi spesifikasinya sesuai izin edar (quality) serta memenuhi kriteria safety dan efficacy.
35
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
36
Kegiatan manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. sudah memenuhi CPOB. Bagian dari manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah Quality Operation, di mana pada bagian ini terdapat Quality Assurance (pemastian mutu) dan Quality Control (pengawasan mutu). Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan mutu bertugas untuk mengontrol kualitas dari bahan awal (bahan baku dan bahan kemas) hingga ke produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik, kimia, dan mikrobiologi. Pemastian mutu ini dipastikan dengan pelaksanaan CPOB untuk menghindarkan atau meminimalkan resiko terhadap produk. Pelaksanaan CPOB itu sendiri dipastikan dengan melakukan pengawasan mutu. Pengawasan mutu ini meliputi berbagai macam aspek seperti produk yang sesuai standar, bangunan dan fasilitas yang memadai, dan sebagainya.
4.2 Personalia Personalia PT. Kalbe Farma, Tbk. sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh CPOB di mana personil kunci yaitu Kepala Bagian Pengawasan Mutu, Kepala Bagian Manajemen Mutu, dan Kepala Bagian Produksi dipimpin oleh seorang apoteker dan bersifat independen satu sama lain. Jumlah karyawan di setiap tingkatan hendaklah cukup serta memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan sesuai dengan tugasnya. Mereka hendaknya memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara profesional dan sebagaimana mestinya. Mereka hendaknya mempunyai sikap dan kesadaran tinggi untuk mewujudkan CPOB. Struktur organisasi perusahaan hendaknya sedemikian rupa sehingga bagian produksi dan bagian pengawasan mutu dipimpin oleh orang yang berlainan yang tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing bagian hendaknya diberi wewenang penuh dan sarana cukup yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Keduanya tidak boleh mempunyai kepentingan lain di luar organisasi di luar pabrik, yang dapat Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
37
menghambat atau membatasi tanggung jawabnya atau yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan pribadi atau finansial. Di samping manajer produksi dan manajer pengawasan mutu hendaknya tersedia tenaga yang terlatih secara teknis dalam jumlah memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi dan pengawasan mutu sesuai dengan prosedur dan spesifikasi yang telah ditentukan. Mereka hendaknya memahami petunjuk kerja yang tertulis. Pada saat pengangkatan, mereka diberi pelatihan (training) yang cukup. Tanggung jawab yang diberikan kepada setiap karyawan tidak boleh berlebihan sehingga dapat menimbulkan resiko terhadap mutu obat. Seluruh karyawan yang ikut serta secara langsung dalam kegiatan pembuatan obat dan atau yang karena tugasnya mengharuskan mereka masuk ke daerah pembuatan obat, hendaknya dilatih mengenai kegiatan tertentu yang sesuai dengan tugasnya maupun mengenai prinsip CPOB. Pelatihan mengenai CPOB hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin supaya para karyawan terbiasa dengan persyaratan CPOB yang berkaitan dengan tugasnya. Catatan pelatihan karyawan mengenai CPOB hendaknya disimpan dan efektivitas program pelatihan hendaknya dinilai secara berkala. Setelah mengadakan pelatihan, prestasi karyawan dinilai untuk menentukan apakah mereka telah memiliki kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman karyawan terhadap CPOB di PT. Kalbe Farma Tbk., dilakukan program pelatihan Kualitas Lima Aspek (KUA LIMA) yang telah memasukkan unsur-unsur CPOB, K3, dan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Aspek KUA LIMA meliputi produk, manusia, bahan dan peralatan, metode serta lingkungan kerja. Penjabaran dari lima aspek dalam KUA LIMA adalah sebagai berikut : a. Produk yang senantiasa berorientasi pada pasar b. Sumber daya manusia yang selalu mengutamakan kualitas c. Peralatan, bahan, dan teknologi yang memadai. d. Proses, prosedur, dan metode kerja yang efisien. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
38
e.
Lingkungan kerja yang mendorong prestasi.
Pelaksanaan Program KUA LIMA ini dilaksanakan dalam dua tingkatan, yaitu tingkat I - V, serta plus 1 dan plus 2. Evaluasi dan ujian kenaikan tingkat dilakukan tiap enam bulan sekali. Setiap tiga tahun sekali dilakukan refresh, yaitu ujian yang dilakukan kepada personel yang telah mendapatkan training. Pelatihan ini diadakan setiap 3 bulan oleh bagian Quality System (QS) seksi Training Program yang bekerja sama dengan Human Resource Development (HRD). Dalam melaksanakan kegiatannya, PT. Kalbe Farma, Tbk. tidak lepas dari peran serta apoteker. Apoteker yang berkualitas dituntut untuk dapat bekerja secara optimal mutu produk yang dihasilkan dapat berkualitas juga. Apoteker yang bekerja di PT. Kalbe Farma, Tbk. ditempatkan secara khusus pada bagian BO (Business Operation) karena pada bagian ini diperlukan peran serta karyawan yang sangat kompeten dalam bidang obat. Sebagai contoh adalah pada bagian QC, QA, R&D, produksi, dan PPIC. Bagian-bagian tersebut sangat erat kaitannya dengan peran serta apoteker, karena apotekerlah yang sangat mengerti dan sangat kompeten pada bidang tersebut. Apoteker yang bekerja pada bagian QA bertanggung jawab terhadap mutu obat mulai dari awal proses produksi dilakukan hingga dihasilkan produk jadi. Tugas utama seorang apoteker yang bekerja pada bagian QC adalah melakukan kontrol kualitas dari bahan awal (bahan baku dan bahan kemas) sejak masuk ke gudang hingga ke produk jadi yang siap dipasarkan. Seorang apoteker yang bekerja pada bagian produksi bertanggung jawab terhadap pengolahan bahan awal hingga menjadi produk jadi. Apoteker yang bekerja pada bagian R&D bertanggung jawab dalam melakukan penelitian dan pengembangan suatu produk baru. Selain itu, bagian R&D juga bertanggung jawab dalam pengembangan kemasan, pengembangan formulasi, dan pengembangan metode analisis. Pada bagian PPIC, apoteker bertanggung jawab antara lain dalam perencanaan, persiapan, dan pengendalian proses produksi. Tugas ini erat kaitannya dengan tugas yang dilakukan oleh bagian produksi, sehingga bagian ini memerlukan apoteker yang berkualitas juga. Hal-hal di atas merupakan gambaran bahwa PT. Kalbe Farma, Tbk. tidak lepas dari peran apoteker dalam melaksanakan semua kegiatannya. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
39
Kalbe Service Exellence (KSE) merupakan salah satu upaya PT. Kalbe Farma Tbk. untuk menjamin kepuasan terhadap semua pelanggan, baik internal maupun eksternal. Setiap karyawan harus melaksanakan sebelas perilaku KSE, yaitu senyum tulus, wajah hangat dan bersemangat, pelanggan adalah orang penting, dengarkan kebutuhannya, menyebut namanya, bahasa tubuh positif, bicarakan yang diminati pelanggan, bahasa yang halus dan tepat, beritahukan proses yang sudah/sedang/akan dikerjakan, pengetahuan akan produk, serta tampil dengan rapi.
4.3
Bangunan dan Fasilitas PT. Kalbe Farma, Tbk. berada di kawasan industri Delta Silicon I,
Cikarang. Lokasi pabrik terletak cukup jauh dari pemukiman penduduk sehingga resiko pencemaran, baik dari pabrik ke lingkungan maupun dari lingkungan ke pabrik, dapat dihindari. Gedung dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dapat mencegah terjadinya kontaminasi yang berasal dari udara, tanah, air, maupun dari kegiatan di sekitarnya, seperti debu dari industri lain, rembesan air, serangga, binatang pengerat, dan sebagainya. PT. Kalbe Farma, Tbk. juga memiliki instalasi pengolahan limbah untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan. Pengolahan limbah pabrik ini bekerja sama dengan pihak luar. Pengelolaan limbah bertujuan untuk mengatur alur pembuangan limbah agar sesuai dengan prosedur dan keamanan. Limbah dapat dibagi menjadi : 1. Limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya) a. Untuk limbah B3 padat, limbah dikirim ke PPLI (Pusat Penanganan Limbah Industri) dan PT. Wastec untuk diolah dan dibuang. b. Untuk limbah cair, dikirim ke PT. Wastec untuk diolah dan dibuang. 2. Limbah non B3 a. Limbah padat, dijual ke PT. CKU. Limbah padat ini dapat berupa kertas, botol, kardus, dsb. b. Limbah cair, diolah di WWTP.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
40
Secara umum bangunan di PT. Kalbe Farma Tbk. memiliki ukuran, rancang bangun, konstruksi, dan tata letak yang memadai sesuai dengan persyaratan CPOB. Hal ini menunjang pelaksanaan kerja, pembersihan, dan pemeliharaan dapat dilakukan dengan baik. Rancang bangun dan tata letak ruang produksi pada PT. Kalbe Farma, Tbk. dibagi menjadi beberapa kelompok sehingga kegiatan-kegiatan dapat berlangsung tanpa harus berhubungan dengan daerah luar. Ruang ganti pakaian berhubungan langsung dengan area produksi dan dipisahkan oleh pintu yang hanya dapat diakses dengan menggunakan kartu akses karyawan. Lalu lintas barang dan orang dipisahkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya kontaminasi silang. Penghubung antar ruang atau kelas yang berbeda adalah ruang buffer atau ruang antara, sedangkan untuk barang digunakan penghubung berupa kotak penghubung (pass box). Khusus perpindahan antara grey area dengan white area terdapat air lock yang dilengkapi air shower. Setiap ruang produksi memiliki koridor sebagai lalu lintas umum karyawan atau bahan. Pada area produksi terdapat ruang staging yang digunakan sebagai tempat penyimpanan kemasan dan bahan baku. Selain itu, terdapat pula ruang work in process (WIP) untuk staging produk ruahan dan produk antara. Desain permukaan lantai, dinding, langit-langit, dan pintu dibuat kedap air serta tidak terdapat sambungan dan mudah untuk dibersihkan. Permukaan lantai ruang produksi menggunakan beton yang dilapisi epoksi, sudut-sudut ruangan dibuat melengkung, sambungan dilapisi oleh silicon rubber, dinding dan langit-langitnya dilapisi cat minyak. Penutup fitting lampu, titik ventilasi, dan instalasi lainnya dibuat rata dengan langit-langit sehingga meminimalkan adanya celah yang dapat menahan debu. Sarana-sarana penunjang produksi, seperti Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC), pipa saluran air, Air Handling Unit (AHU), kabel listrik diletakkan di ruangan khusus di antara setiap lantai ruangan produksi yang disebut mezzanine. Beberapa ruangan juga dilengkapi dengan pengumpul debu (dust collector) untuk mengendalikan jumlah partikel sesuai dengan kelas ruangan masing-masing. Bangunan PT. Kalbe Farma, Tbk. menerapkan sistem line (jalur produksi). Satu line mencakup semua tahap pengolahan sampai dengan pengemasan produk Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
41
sehingga kontaminasi silang dapat dihindari. Ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. diklasifikasikan sesuai dengan ASEAN GMP, yaitu kelas I dan II (white area), kelas III (grey area), dan kelas IV (black area). Apabila dikaitkan dengan CPOB, kelas black area merupakan kelas E, kelas grey area merupakan kelas C (untuk produksi steril), D (untuk produksi non-steril), dan kelas white area merupakan kelas A, B (produksi steril). Sebagai penghubung antara kelas ruangan yang satu dengan yang lain disediakan ruang antara atau ruang buffer dan loker karyawan. Setiap kelas ruangan memiliki persyaratan jumlah partikel dan jumlah mikroba tertentu, serta tekanan udara yang berbeda untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Pengaturan perbedaan tekanan udara ini dilakukan dengan membedakan volume udara yang dimasukkan ke dalam ruangan oleh AHU. White area memiliki tekanan udara paling tinggi dan black area memiliki tekanan udara yang paling rendah, sedangkan tekanan udara di grey area berada diantaranya. Black area ditandai dengan lantai yang di cat epoksi berwarna hijau dan dinding yang di cat minyak berwarna kuning muda. Area ini meliputi ruang penanggung jawab line produksi, ruang pengemasan sekunder, dan ruang ganti pakaian untuk menuju grey area. Grey area memiliki lantai berwarna biru tua dan dinding berwarna kuning muda. Area ini meliputi daerah-daerah yang berhubungan langsung dengan proses produksi, seperti gudang timbang, koridor penghubung gudang timbang dengan ruang proses produksi, ruang proses produksi, ruang pengemasan primer, serta ruang penyangga atau buffer. Lantai white area berwarna biru muda dengan dinding berwarna kuning muda. Area ini khusus memproduksi sediaan steril, meliputi ruang penyangga, ruang ganti pakaian, ruang penyemprot udara (air shower), dan ruang pengisian (filling). Pada area ini dilengkapi pula penyaring HEPA yang dapat menyaring udara yang masuk ke dalam ruangan sehingga dapat membatasi jumlah dan ukuran partikel, serta jumlah bakteri yang ada di ruangan tersebut. Gudang bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang produk disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam penyimpanan dan penelusuran barang. Penyimpanan barang yang baru datang, karantina, atau barang ditolak diletakkan terpisah. Gudang penyimpanan bahan-bahan mudah Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
42
terbakar atau mudah meledak diletakkan terpisah. Selain itu, juga terdapat sarana gudang dengan kondisi khusus, seperti suhu dan kelembaban ruangan yang terkendali misalnya penyimpanan pada suhu 2-8OC.
4.4
Peralatan Peralatan yang digunakan untuk produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk.
memiliki rancang-bangun dan konstruksi yang kuat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan pada posisi yang tepat. Masing-masing alat memiliki penandaan sehingga memudahkan dalam identifikasi mesin. Pemasangan dan penempatan peralatan di atur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Bahan yang digunakan untuk peralatan selama proses produksi sebagian besar adalah baja tahan karat (stainless steel). Peralatan senantiasa di rawat menurut jadwal yang tepat supaya tetap berfungsi dengan baik dan konsisten. Perawatan dan pembersihan juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas dan mutu atau kemurnian produk. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk antara, produk ruahan atau obat jadi tidak boleh bereaksi atau mengabsorpsi, yang dapat mengubah identitas, mutu atau kemurniannya di luar batas yang telah ditentukan. Peralatan hendaklah dapat dibersihkan dengan mudah baik bagian dalam maupun bagian luar serta tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap produk. Pemasangan dan penempatan peralatan diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Peralatan hendaklah dirawat menurut jadwal yang tepat suparya tetap berfungsi dengan baik dan mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas, mutu atau kemurnian produk. Peralatan yang digunakan pada tiap line produksi disesuaikan dengan produk yang dihasilkan dan ukuran batch dari produk tersebut. Penempatan peralatan produksi dilakukan secara berurutan sehingga mempermudah proses produksi. Pemisahan peralatan dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang antara produk satu dengan produk yang lain. Selain itu, untuk mencegah adanya Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
43
kontaminasi dari debu yang dihasilkan pada saat proses produksi, peralatan yang menghasilkan debu dilengkapi dust collector. Peralatan juga diberi penandaan status penggunaan alat tersebut untuk menghindari kesalahan penggunaan alat. Tiap mesin diletakkan dalam ruang sesuai dengan proses yang sedang berlangsung misalnya timbangan pada ruang timbang dan mesin mixing pada ruang campur massa. Bila terdapat lebih dari satu alat dalam satu ruangan maka peralatan diletakkan tidak berdekatan dengan tujuan untuk memberikan keleluasaan bekerja dan mencegah terjadinya cross contamination dan mix-up antar bahan maupun produk ruahan. Untuk peralatan baru dilakukan kualifikasi antara lain: Installation Qualification
(IQ),
Operasional
Qualification
(OQ),
dan
Performance
Qualification (PQ). Sedangkan untuk peralatan lama dilakukan secara periodik yaitu setiap 3 tahun. Kalibrasi dilakukan terhadap peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji, dan mencatat pada periode tertentu yang sudah ditetapkan dan tercatat dalam Jadwal Kalibrasi Alat. Begitu pula dengan mesin dan sistem-sistem penunjang seperti pure steam, dust collector system, instalasi aquademin, dan Heat Ventilating Air Conditioner (HVAC) telah tervalidasi untuk menjamin dihasilkannya produk berkualitas yang reproducible. Pemeliharaan peralatan menjadi tanggung jawab departemen produksi dan juga departemen teknik yaitu bagian Planner Maintenance. Bagian ini melakukan preventive maintenance yang meliputi pengecekan, penggantian bagian-bagian dari mesin yang rusak dan lubrikasi mesin secara periodik. Preventif maintenance yang dilakukan diperhitungkan supaya tidak mengganggu jalannya proses produksi.
4.5
Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi harus diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene, meliputi personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan setiap hal yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Oleh karena itu, diperlukan suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Prosedur Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
44
sanitasi dan higiene harus divalidasi, serta dievaluasi secara berkala untuk selalu memastikan bahwa hasilnya efektif dan memenuhi persyaratan. Semua karyawan PT. Kalbe Farma, Tbk. harus menjalani pemeriksaan kesehatan, baik sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama bekerja. Karyawan yang bertugas sebagai pemeriksa visual diharuskan menjalani pemeriksaan mata secara berkala untuk melihat apakah mata masih dapat bekerja optimal dan tidak menimbulkan kerugian. Tiap karyawan yang mengidap suatu penyakit yang dapat merugikan kualitas produk dilarang menangani bahan baku, bahan pengemas, bahan yang sedang dalam proses, dan obat jadi sampai karyawan tersebut dinyatakan telah sembuh. Setiap karyawan dilarang untuk makan dan merokok di dalam gedung produksi maupun kantor, khususnya di daerah yang berhubungan dengan produk, seperti daerah produksi dan gudang. Toilet, tempat cuci tangan, kotak P3K, dan ruang minum (pantry) yang terpisah dari ruang kerja dan ruang produksi merupakan salah satu bentuk sarana penunjang pelaksanaan sanitasi dan higiene. Kantin dan koperasi di atur sedemikian rupa sehingga lokasinya dekat, namun tidak berhubungan langsung dengan kantor maupun area produksi. Pada setiap grey area bagian produksi terdapat ruang pencucian untuk mencuci alat-alat yang telah selesai digunakan untuk proses produksi. Sanitasi ruangan dan peralatan dilakukan secara berkala minimal seminggu sekali, kecuali ruang steril pada line 6. Pada ruang tersebut dilakukan sanitasi setiap hari dengan menggunakan alkohol 70%. Sanitasi peralatan juga dilakukan setiap terjadi pergantian jenis produk. Pembersihan rutin juga dilakukan pada alat yang sudah lama tidak digunakan. Peralatan yang dapat dipindahkan di cuci di ruang pencucian pada grey area, sedangkan peralatan yang tidak dapat dipindahkan di cuci di ruangan tempat peralatan tersebut berada. Pada ruangan tersebut telah dilengkapi dengan saluran khusus untuk pembuangan limbah dari pencucian alat. Pembersihan alat dan mesin tersebut dilakukan berdasaran prosedur tetap yang telah ditetapkan oleh Pemastian Mutu. Semua ruang di jalur produksi memiliki status yang tertempel pada pintu ruangan, meliputi label ”TELAH DIBERSIHKAN”, ”SEDANG PROSES”, atau Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
45
”UNTUK
DIBERSIHKAN”.
Hanya
ruang
dengan
label
”TELAH
DIBERSIHKAN” yang dapat digunakan untuk proses produksi. Label untuk alat/mesin meliputi label ”SIAP PAKAI”, ”SEDANG PROSES”, ”UNTUK DIBERSIHKAN”. Hanya alat/mesin berlabel ”SIAP PAKAI” saja yang dapat digunakan untuk proses produksi. Sebelum
memasuki
black
area,
karyawan
harus
menggunakan
perlengkapan berupa baju dan celana berwarna putih yang dilengkapi dengan penutup kepala dan sandal karet. Untuk masuk ke grey area atau white area, karyawan melalui ruang penyangga di mana tekanan udara di ruang buffer lebih kecil daripada ruang produksi sehingga mencegah adanya kontaminasi. Perlengkapan yang digunakan selama berada di grey area berupa baju terusan yang dilengkapi dengan penutup kepala yang dirangkap dengan baju black area, masker, dan sepatu khusus dengan bagian depan tertutup atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover). Sarung tangan digunakan jika bersentuhan langsung dengan produk, sedangkan penutup telinga digunakan untuk operator yang bekerja dengan mesin-mesin yang bising. Khusus grey area pada line 6 baju terusan yang digunakan berwarna merah muda, sedangkan pada line lainnya berwarna putih. Pada white area karyawan merangkap baju grey area dengan baju terusan bebas serat dengan penutup kepala, sarung tangan, masker, penutup mata, dan sepatu khusus. Pakaian kotor di simpan terpisah dalam wadah tertutup dan di cuci secara berkala dua kali dalam seminggu. Peraturan ini berlaku untuk semua orang, termasuk pimpinan dan tamu pabrik. 4.6
Produksi Departemen Produksi bertanggung jawab untuk memproduksi produk
sesuai dengan target dan JPB (Jadwal Produksi Bulanan) yang ditetapkan bersama dengan Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan. Proses produksi dilaksanakan berdasarkan Prosedur Pengolahan Induk (PPI) yang disusun oleh R&D dan dikeluarkan oleh Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan. Formula dan proses yang digunakan telah tervalidasi melalui beberapa tahap, seperti percobaan pada skala laboratorium dan produksi, pravalidasi, dan validasi. Penggunaan PPI bertujuan untuk memberikan jaminan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
46
bahwa produk senantiasa dibuat dengan prosedur yang tetap dan tervalidasi sehingga kualitas produk selalu terjaga. Selain itu, penggunaan PPI juga ditujukan untuk memudahkan penelusuran pada proses produksinya jika ditemukan masalah pada suatu produk. Semua proses produksi dikerjakan sesuai dengan PPI dan bila ada perubahan dalam proses dicatat sebagai Kontrol Perubahan Proses (KPP) dalam Catatan Produksi Bets (CPB). Untuk produk yang telah rilis, pengolahan ulang produk dilakukan melalui pengajuan Formulir Usulan Pengolahan Ulang (FUPU) dengan persetujuan dari QA. Pencemaran silang dan tercampurnya bahan dicegah dengan pembagian proses produksi dalam jalur produksi (line). Proses dikerjakan dalam ruang yang terpisah sesuai dengan tahapan proses dan terdapat ruang penyangga di antara kelas yang berbeda. Setiap jalur produksi mempunyai ruang timbang yang terpisah. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencemaran di ruang timbang. Setiap jalur juga dilengkapi dengan AHU, pengumpul debu, dan pengaturan tekanan dalam upaya pencegahan pencemaran, baik kimia maupun mikroba. Selain itu, terdapat persyaratan penggunaan pakaian yang berbeda-beda pada tiap kelas. Kontrol selama proses oleh bagian produksi dilakukan untuk menjamin kualitas produk. Parameter yang diperiksa, yaitu parameter-parameter kritis yang mempengaruhi kualitas produk. Laboratorium kontrol selama proses terletak di setiap jalur produksi dan dilengkapi dengan alat penguji yang sesuai dengan bentuk sediaan pada jalur produksi tersebut. Dengan adanya kontrol selama proses, penyimpangan yang terjadi dapat langsung terdeteksi sehingga dapat segera diambil tindakan untuk mengatasinya. Kontrol yang dilakukan selama proses sesuai dengan Prosedur Pengolahan Induk (PPI), meliputi jenis uji yang dilakukan, banyaknya sampel yang diambil, frekuensi pengambilan sampel, titiktitik pengambilan sampel, dan batas-batas yang masih memenuhi syarat untuk setiap spesifikasi uji yang dilakukan. Pengawasan mutu produk antara dan produk jadi juga dilakukan oleh Departemen Pengawasan Mutu. Produk antara boleh di kemas hanya jika sudah dinyatakan memenuhi persyaratan dan dirilis oleh Departemen Pengawasan Mutu. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
47
Pengemasan produk di PT. Kalbe Farma, Tbk. dilakukan secara manual dan otomatis tergantung mesin yang digunakan pada masing-masing jalur produksi. Untuk produk dari line 1, pengemasan sudah dilakukan dengan otomatis hingga tahap penimbangan. Setelah produk dikemas akan dilakukan pemeriksaan oleh Bagian Penjaminan Mutu untuk menentukan apakah produk dapat dirilis atau tidak. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan hasil bahwa produk tidak dapat dirilis, akan dilakukan tindakan lebih lanjut, yaitu bisa berupa pengolahan ulang, rilis dengan perubahan spesifikasi, atau pemusnahan. Pengolahan ulang untuk produk yang belum dirilis bisa dilakukan bila ada pengajuan Kontrol Perubahan Proses yang disetujui oleh Departemen Produksi, R&D, dan Pemastian Mutu. Pengolahan ulang produk yang telah rilis dilakukan melalui pengajuan Formulir Usulan Pengolahan Ulang dengan persetujuan dari Departemen Pemastian Mutu. Produk jadi, baik yang dalam status karantina maupun rilis, disimpan di gudang obat jadi yang terhubung langsung dari ruang produksi sesuai dengan kondisi penyimpanan yang tertera pada label klaim. Contoh pertinggal (retained sample) dikirim ke Penjaminan Mutu bagian Pascapemasaran dan PPI dikirim ke bagian Evaluasi Catatan Bets. Apoteker memegang peranan penting dalam proses produksi. Seorang apoteker yang menjadi manajer produksi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pembuatan obat. Obat dibuat sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik dan memenuhi spesifikasi kualitas yang ditetapkan dalam batas waktu dan biaya yang telah ditentukan. Apoteker yang menjadi supervisor produksi akan mengatur dan memastikan obat dibuat menurut prosedur pembuatan yang telah ditentukan dan sesuai jadwal; memeriksa catatan pengolahan batch telah diisi dengan benar; serta membimbing karyawan dalam bidang teknis dan mengatur ketertiban atau disiplin karyawan. 4.7
Pengawasan Mutu Pengawasan mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. dilakukan oleh bagian
Pengawasan Mutu (QC) yang berada di bawah departemen Quality Operation (QO). Pengawasan Mutu menjadi bagian yang penting dari CPOB untuk memastikan bahwa tiap obat yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
48
yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Sesuai dengan yang tertera pada CPOB pula, bagian ini sebaiknya independen dan terpisah dari produksi. Tugas utama bagian pengawasan Mutu adalah mengontrol kualitas dari bahan awal (bahan baku dan bahan kemas) sejak masuk ke gudang hingga menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan di bagian Pengawasan Mutu meliputi pemeriksaan bahan baku, produk ruahan, produk jadi, dan bahan kemas. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan fisik, kimia, dan mikrobiologi. Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan baku dan produk jadi menggunakan metode analisis yang telah disusun oleh bagian Analytical Development, departemen R&D. Selain itu, bagian Pengawasan Mutu juga melakukan pemeriksaan bahan kemas dan wadah menggunakan metode analisis tertentu yang ditetapkan oleh bagian Packaging Development. Kalibrasi dan validasi metode analisis dilakukan sesuai jadwal untuk menjamin agar peralatan dan metode analisa yang digunakan memberikan hasil pengukuran yang tepat. Peralatan yang digunakan untuk analisis selalu dalam keadaan terkalibrasi. Jika ada alat yang belum dikalibrasi, alat tersebut tidak boleh digunakan. Pada setiap alat ditempel label yang menandakan kondisi alat, tanggal kalibrasi terakhir, dan tanggal kalibrasi selanjutnya. Dengan adanya label tersebut, dapat dicegah penggunaan alat yang tidak terkalibrasi. Selain itu, terdapat pula Prosedur Tetap untuk semua alat di Laboratorium Pengawasan Mutu. Prosedur Tetap pengoperasian alat selalu diletakkan di dekat alat untuk memudahkan operator atau personel lain dalam menggunakan alat yang bersangkutan. Hal ini juga untuk menghindari adanya kesalahan. Alat pelindung diri disediakan untuk keselamatan personil, seperti masker, kaca mata pelindung, sarung tangan, dan pembasuh mata. Baku pembanding disimpan dalam kondisi yang sesuai. Pada wadahnya terdapat label informasi mengenai nama zat, nama penyalur, kadar, tanggal bahan datang, dan jenis stok. Hal ini telah sesuai dengan aturan CPOB. Ruang laboratorium untuk pemeriksaan di bagian Pengawasan Mutu telah sesuai dengan aturan CPOB, seperti persyaratan spesifikasi ruangan, desain ruangan, dan tempat pembuangan limbah. Laboratorium memiliki letak yang Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
49
terpisah dengan ruang produksi. Laboratorium mikrobiologi juga terpisah dari laboratorium lain. Laboratorium ini dilengkapi dengan peralatan yang berkaitan dalam hal pengujian mutu obat.
4.8.
Inspeksi Diri dan Audit Mutu Inspeksi diri dan audit mutu bertujuan untuk menilai kesesuaian seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu dalam industri farmasi dengan ketentuan CPOB. Hal ini juga bertujuan untuk mengevaluasi dan menentukan tindakan apa yang harus diambil sebagai langkah korektif jika terjadi suatu penyimpangan. Kegiatan ini hendaklah dilakukan secara teratur. PT. Kalbe Farma, Tbk. telah melaksanakan program inspeksi diri melalui Departemen Pemastian Mutu. Inspeksi tersebut mencakup kesesuaian dengan sistem atau regulasi yang berlaku dan penilaian aspek produksi melalui inspeksi proses yang dilakukan secara berkala. Pelaksanaan inspeksi diri di PT. Kalbe Farma, Tbk. diwujudkan dalam bentuk audit internal yang dilakukan secara rutin. Audit internal dilakukan dua kali dalam setahun oleh suatu tim internal PT. Kalbe Farma, Tbk. yang telah terlatih dan tersertifikasi. Pelaporannya meliputi hasil audit, penilaian dan kesimpulan, serta usulan tindakan perbaikan. Berdasarkan laporan audit, manajemen perusahaan akan mengevaluasi dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan. Audit eksternal dilakukan oleh auditor dari Badan Sertifikasi Nasional yang menilai kelayakan penerapan ISO 9001. Saat ini, PT. Kalbe Farma, Tbk. telah berhasil melakukan resertifikasi ISO 9001 sekaligus memperoleh sertifikasi ISO 14001 dan OHSAS 18001/SMK3 yang merupakan sertifikasi terhadap sistem manajemen lingkungan dan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. PT. Kalbe Farma, Tbk. juga mengalami inspeksi mendadak dari Badan POM dalam rangka memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan CPOB. Selain itu, setiap departemen juga dapat melakukan inspeksi sendiri. Hasil audit akan dibuat menjadi suatu rangkuman audit yang pada intinya adalah usulan untuk tindakan perbaikan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
50
Bahan awal dan bahan pengemas di PT. Kalbe Farma, Tbk. berasal dari pemasok yang memenuhi spesifikasi dan telah disetujui oleh bagian Pemastian Mutu.
Evaluasi
dilakukan
sebelum
pemasok
disetujui.
Evaluasi
mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok.
4.9
Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan Kembali Produk Keluhan dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Keluhan
tersebut dapat menyangkut mutu produk, efek samping yang merugikan, atau masalah efek terapetik. Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari semua pihak yang berkaitan dengan kegiatan manufaktur, sedangkan keluhan dari luar dapat berasal dari distributor, dokter, pasien, apoteker, rumah sakit/klinik, dan pemerintah. Keluhan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan melalui bagian pemasaran. Laporan sebaiknya disampaikan dengan menyertakan contoh yang dikeluhkan. Setiap keluhan dicatat dalam Formulir Keluhan Pelanggan (FKP) atau Surat Keluhan Pelanggan (SKP) yang kemudian dikirim ke bagian Pascapemasaran. FKP berisi keterangan antara lain: tanggal penerimaan, nama dan alamat pengirim, produk yang dikeluhkan (nama produk dan nomor bets) serta isi keluhan. Bagian ini menangani keluhan dengan cara melihat batch record dan pengujian terhadap contoh pertinggal akan dilakukan apabila diperlukan. Catatan tertulis mengenai semua keluhan dibuat dan ditangani oleh bagian yang terkait sesuai dengan jenis keluhan yang diterima. Misalnya keluhan menyangkut mutu ditangani oleh bagian Pengawasan Mutu, sedangkan keluhan dan laporan mengenai efek samping dan reaksi obat ditangani oleh bagian medis di bagian pemasaran. Atas dasar hasil evaluasi dan penelitian terhadap keluhan yang ada, bagian Pascapemasaran membuat jawaban atas keluhan dan bila perlu meminta saran dari pihak terkait. Tindak lanjut yang dilakukan adalah tindakan perbaikan/pencegahan atau bila ternyata keluhan yang dikirimkan dapat merugikan pelanggan bisa dilakukan penarikan kembali. Hasil evaluasi dan tindak lanjut yang dilakukan kemudian dilaporkan kepada bagian terkait dalam
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
51
perusahaan antara lain: Bagian Pemasaran, Bagian Pengawasan Mutu, Bagian Produksi dan direksi. Penarikan kembali obat dapat berupa penarikan kembali satu atau lebih bets atau seluruh obat jadi tertentu. Penarikan kembali produk bisa dilakukan sebagai tindak lanjut dari evaluasi terhadap adanya keluhan. Penarikan berdasarkan evaluasi dilakukan bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan efek samping. Selain itu, penarikan kembali produk bisa terjadi karena adanya Surat Perintah Penarikan Produk yang dikeluarkan oleh Badan POM (SPPP BPOM). Dengan adanya SPPP BPOM maka perlu dilakukan evaluasi terhadap contoh pertinggal (retained sample) sesuai nomor bets yang dimaksud. Jika hasil evaluasi sesuai dengan SPPP BPOM, bagian Pengawasan Mutu akan menindaklanjuti pelaksanaan penarikan yaitu pembuatan SPPP ke pelanggan yang dilakukan dalam waktu satu minggu. Setelah penarikan produk, dilakukan tindak lanjut berupa pemusnahan ataupun pengerjaan ulang. Selain itu perlu dibuat laporan penarikan produk yang ditujukan ke Badan POM. Penarikan produk dari produsen dilakukan dengan prosedur yang sama dengan penarikan karena adanya SPPP BPOM. Pemusnahan produk hasil penarikan dilaksanakan dengan memakai jasa pihak dari luar PT. Kalbe Farma, Tbk. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan. Produk obat yang dikembalikan akan diganti oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. jika setelah dilaksanakan evaluasi ternyata kerusakan tersebut diakibatkan oleh kesalahan dari pihak perusahaan atau produk yang dikembalikan belum melewati batas waktu pengembalian yang telah ditetapkan yaitu 1 bulan sebelum atau 4 bulan setelah tanggal kadaluwarsa. Selain itu semua produk kembalian harus masih berada dalam kemasan aslinya. Semua obat kembalian tersebut akan dikarantina di gudang obat jadi sambil menunggu hasil evaluasi dari Pascapemasaran untuk menentukan apakah obat kembalian tersebut dapat dikembalikan ke persediaan gudang, dikemas ulang, diolah ulang, atau ditolak. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
52
Apabila obat kembalian hendak diolah ulang atau dikemas ulang maka pada nomor bets obat kembalian yang dikemas ulang diberi tambahan huruf ”R” sedangkan obat kembalian yang diolah ulang diberi nomor bets baru.
Obat
kembalian yang ditolak mendapatkan tanda ditolak berdasarkan surat penolakan oleh bagian pengawasan mutu. Pemusnahannya tidak dilakukan sendiri oleh PT. Kalbe Farma, Tbk, tetapi melibatkan pihak dari luar.
4.10
Dokumentasi Dokumentasi adalah aspek esensial dalam industri farmasi dalam rangka
memenuhi persyaratan CPOB. PT. Kalbe Farma, Tbk membagi dokumentasi menjadi empat tingkatan yaitu manual perusahaan, prosedur perusahaan, dokumen pendukung, dan rekaman perusahaan. Dokumentasi di PT. Kalbe Farma, Tbk dibuat dan disusun oleh departemen yang berkaitan dengan jenis dokumen yang dibuat. Dokumentasi seperti spesifikasi dan metode analisa pemeriksaan bahan atau produk disusun oleh Departemen R&D bagian Analytical Development, sedangkan dokumen hasil pemeriksaan mutu dibuat oleh Departemen Pengawasan Mutu (QC). Dokumen formula, prosedur, metode, dan instruksi dalam proses produksi disusun oleh bagian Departemen R&D dalam bentuk PPI. Pelaksanaan proses produksi didokumentasikan oleh departemen produksi yang ditulis dalam PPI yang telah disediakan. Dokumen pelaksanaan produksi akan diperiksa oleh bagian Penjaminan Mutu (QA) dan rekaman bets akan ditangani oleh bagian Pemastian Mutu (QA) dalam bentuk Catatan Pengolahan Bets (CPB). Dokumen rekaman bets ini harus disimpan minimal 1 tahun setelah waktu kadaluarsa produk jadi. Penataan dokumen secara sistematis telah dilakukan oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. Penataan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pencarian dokumen. Penataan dan pengelolaan dokumen dilakukan oleh Departemen Quality System (QS) dan juga oleh departemen lain yang terkait. Di samping sistem dokumen secara manual, PT. Kalbe Farma, Tbk. juga menggunakan sistem dokumen yang dibangun dalam suatu sistem jaringan komputer yang terintegrasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
53
antarbagian sehingga mudah diakses oleh masing-masing bagian yang membutuhkan. Sistem dokumentasi ini dinamakan Oracle. Karena banyaknya dokumen dan keterbatasan tempat, PT. Kalbe Farma, Tbk. menggunakan jasa eksternal dokumentasi PT. Multifilling Mitra Indonesia (MMI). Bila suatu saat dibutuhkan, dokumen dapat dipanggil berdasarkan nomor kotak dan nomor bets. Waktu pengiriman yang diperlukan juga tidak terlalu lama. Bila pemanggilan dilakukan pada pagi hari, maka di siang harinya dokumen yang diperlukan tersebut sudah datang.
4.11
Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dilakukan secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan pekerjaan atau produk yang dihasilkan tidak memiliki mutu yang memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas untuk menentukan tanggung jawab dan kewajiban masingmasing pihak. Dalam pelaksanaannya, PT. Kalbe Farma, Tbk. bertindak baik sebagai Pemberi Kontrak dalam produksi tol keluar maupun Penerima Kontrak dalam produksi tol masuk. Pelaksanaan tol masuk dan tol keluar bergantung pada kontrak pemanufakturan, misalnya kontrak dimana pabrik lain memberikan produk ruahan dan PT. Kalbe Farma, Tbk. hanya memproses tahap pengemasannya atau kontrak yang menyangkut proses awal higga akhir produksi. Begitu pula halnya dengan tol keluar dari PT. Kalbe Farma, Tbk. ke pabrik lain. Sebelum melakukan tol keluar, PT. Kalbe Farma, Tbk. terlebih dahulu melakukan seleksi rekanan tol keluar. Tujuan dari seleksi ini adalah agar produk tol keluar yang dihasilkan memenuhi persyaratan kualitas PT. Kalbe Farma, Tbk. Seleksi ini dimulai dari pengajuan rekanan tol keluar ke Manager Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan yang selanjutnya diteruskan ke Manajer Departemen Pemastian Mutu untuk dilakukan audit. Untuk memantau kualitas produk yang dihasilkan oleh rekanan tol keluar maka dilakukan Audit Rekanan tol keluar secara berkala. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
54
Audit merupakan syarat kerjasama untuk perusahaan yang akan menerima tol keluar PT. Kalbe Farma, Tbk. Audit dilaksanakan dua tahun sekali bila diperlukan. Evaluasi prestasi rekanan tol keluar pemanufakturan dilakukan setiap enam bulan sekali agar dapat mengevaluasi kinerja rekanan sesuai dengan keinginan perusahaan. Evaluasi ini meliputi penyerahan, penyimpangan kualitas dan kelengkapan dokumen.
4.12
Kualifikasi dan Validasi Kualifikasi dan validasi di PT. Kalbe Farma, Tbk dikoordinasi oleh bagian
Pemastian Mutu (QA). Kualifikasi yang dilakukan oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. meliputi kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja. Keempat kualifikasi tersebut dilaksanakan terhadap instrumen baru pada periode tertentu yang sudah ditetapkan yaitu tiga tahun serta dicatat dan didokumentasikan dalam jadwal kualifikasi alat. Pelaksanaan kualifikasi mengacu pada prosedur perusahaan. Kualifikasi dilaksanakan setiap minimal 3 tahun, sedangkan kalibrasi dilakukan setiap 6 bulan bila tidak ada perubahan signifikan. Kalibrasi dan kualifikasi ini dapat dilaksanakan di luar jadwal yang ditetapkan sebelumnya, yaitu jika diperkirakan terdapat masalah dengan alat. Dalam melaksanakan validasi, perusahaan mengacu pada Rencana Induk Validasi (RIV). RIV merupakan dokumen yang merangkum filosofi perusahaan secara keseluruhan dan pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan kinerja yang baik. Secara garis besar, organisasi validasi terdiri dari tim pengkaji dan tim pelaksana. Tim pengkaji terdiri dari manajer Departemen R&D, Produksi, Pemastian Mutu/Pengawasan Mutu dan Teknik. Sedangkan, tim pelaksana terdiri dari pengawas, pelaksana, operator, teknisi dan analis dari setiap departemen. Validasi yang dilakukan di PT. Kalbe Farma, Tbk. meliputi validasi proses, validasi fasilitas dan sarana penunjang, validasi pembersihan serta validasi komputer. Pelaksanaan validasi sesuai dengan urutan prioritas yang tercantum dalam analisis risiko. Jika terdapat pertimbangan tertentu, seperti terjadinya penyimpangan signifikan yang harus segera ditindaklanjuti, pelaksanaan validasi dapat tidak sesuai dengan analisis risiko. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
55
Validasi pembersihan dilakukan terhadap mesin atau peralatan setelah digunakan untuk proses produksi produk tertentu atau pengambilan sampel bahan baku tertentu yang ditentukan berdasarkan analisis resiko. Tiap jalur produksi memiliki berbagai macam mesin/alat yang dipakai untuk memproduksi berbagai macam produk dengan spesifikasi yang berbeda, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya satu mesin digunakan untuk lebih dari satu macam produk. Dalam kasus seperti inilah perlu dilakukan analisis risiko untuk menentukan prioritas produk mana yang perlu dilakukan validasi pembersihan. Validasi fasilitas dan sistem penunjang dilakukan terhadap sistem pemanas, ventilasi dan pendingin udara, sistem air, sistem kompresi udara, sistem pengumpul debu, sistem gas, sistem pabrik, listrik, fasilitas dan peralatan. Untuk memperoleh status valid, suatu proses harus secara konsisten memenuhi spesifikasi pada semua tahap melalui prosedur yang telah ditetapkan pada sedikitnya tiga kali pengujian berturut-turut. Jika terjadi modifikasi dalam proses atau terdapat perubahan sistem maupun peralatan yang terlibat dalam proses tersebut perlu dilakukan revalidasi. Validasi proses harus dapat membuktikan kelayakan suatu proses pada skala produksi sehingga juga dapat menjamin konsistensi kualitas produk suatu jalur dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Validasi proses terhadap produk-produk baru, dilaksanakan setelah diperoleh formula yang optimal hasil pra-validasi oleh Departemen Research dan Development. Validasi proses terbagi menjadi empat macam, yaitu validasi prospektif, validasi konkuren, validasi retrospektif dan validasi ulang. Validasi prospektif merupakan validasi yang dilakukan terhadap proses pembuatan produk baru. Selama proses pembuatan produk baru tersebut mungkin mengalami perubahan yang dapat berakibat terhadap karakteristik produk sebelum produk tersebut didistribusikan atau dipasarkan. Perubahan yang terjadi ini dipantau selama proses validasi prospektif. Validasi prospektif menyajikan bukti terdokumentasi bahwa suatu proses, prosedur, kegiatan, sistem, peralatan atau mekanisme yang digunakan dalam pembuatan obat sesuai dengan tujuannya. Validasi konkuren merupakan validasi yang dilakukan sambil melakukan produksi rutin untuk dijual. Jika ada perubahan, baik dari segi sumber bahan baku Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
56
serta mesin yang digunakan, dilakukan jenis validasi ini untuk membuktikan ketangguhan prosesnya berdasarkan parameter validasi yang diujikan. Keputusan untuk melakukan validasi konkuren harus didokumentasikan dan disetujui oleh personil yang berwenang. Persyaratan dokumentasi untuk validasi konkuren adalah sama seperti yang disebutkan dalam dokumentasi validasi prospektif. Fasilitas, peralatan dan metode analisa yang digunakan harus sudah tervalidasi dan terkualifikasi sebelumnya. Validasi retrospektif merupakan validasi proses pembuatan produk yang telah dipasarkan yang dilaksanakan berdasarkan data pembuatan, pengujian dan pengawasan data bets yang dikumpulkan. Validasi retrospektif hanya dapat diterima untuk proses yang telah tertata dengan baik dan akan tidak sesuai ketika telah terjadi perubahan dalam komposisi produk, prosedur operasi atau peralatan. Validasi dari proses tersebut harus berdasarkan riwayat produk, yang memerlukan persiapan dari protokol spesifik dan laporan dari hasil pengkajian data, mendorong ke arah suatu kesimpulan dan suatu rekomendasi. Jenis validasi proses ini tidak diberlakukan dalam kegiatan penjaminan mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. Pada pelaksanaan validasi prospektif dan konkuren sendiri memerlukan tiga bets yang memenuhi syarat hasil validasi secara berturut-turut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
57
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan a. PT. Kalbe Farma, Tbk. telah menerapkan seluruh aspek Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), sehingga produk – produk yang dihasilkan diharapkan telah memenuhi standar keamanan, dan mutunya. b. Apoteker memiliki peranan yang penting dalam industri farmasi, Penerapan ilmu dan keterampilan apoteker secara total akan meningkatkan kualitas produk obat yang dihasilkan oleh industri farmasi akan semakin baik.
5.2. Saran a. Penerapan seluruh aspek CPOB harus secara kontinu dilakukan, agar mutu produk yang dihasilkan konsisten, dan terjaga. b. PT. Kalbe Farma Tbk.,sebagai perusahaan Farmasi terbesar se Indonesia, sudah sepatutnya dijadikan program percontohan bagi penerapan seluruh aspek CPOB. Sehingga PT. Kalbe Farma, Tbk. sebaiknya terus meningkatkan pemahaman setiap karyawannya akan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam kaitannya dengan bidang kerjanya dan secara mendasar.
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
58
DAFTAR ACUAN . Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No HK. 03.1.33.12.12.8195 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Author
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2010). Peraturan Menteri Kesehata Republik Indonesia No 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
PT. Kalbe Farma Tbk,. (2011). Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma. Jakarta : PT. Kalbe Farma.
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
59
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk.
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M.H THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI PERIODE 17 JUNI – 16 AGUSTUS 2013
PEMBUATAN PROTOKOL SANITASI PADA INSTALASI PIPA DAN STORAGE TANK SISTEM WATER FOR INJECTION THERMOPHARMA STILLMAS BD 600
RIYON FAJARPRAYOGI, S.Farm. 1206330053
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M.H THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI PERIODE 17 JUNI – 16 AGUSTUS 2013
PEMBUATAN PROTOKOL SANITASI PADA INSTALASI PIPA DAN STORAGE TANK SISTEM WATER FOR INJECTION THERMOPHARMA STILLMAS BD 600
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
RIYON FAJARPRAYOGI, S.Farm. 1206330053
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 ii
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iii DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v BAB 1 1.1 1.2
PENDAHULUAN ....................................................................... 1 Latar Belakang ............................................................................. 1 Tujuan ........................................................................................... 2
BAB 2 2.1 2.2 2.3 2.4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 3 Water For Pharmaceutical Use ................................................... 3 Validasi dan Kualifikasi Sistem Air di Industri Farmasi ............ 5 Clean Steam System ...................................................................... 8 Sanitasi .......................................................................................... 8
BAB 3 3.1 3.2
METODOLOGI ......................................................................... 10 Waktu dan Tempat ....................................................................... 10 Metode Pengkajian ....................................................................... 10
BAB 4
PEMBAHASAN ......................................................................... 13
BAB 5 5.1 5.2
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 17 Kesimpulan ................................................................................... 17 Saran ............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18
iii
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Persyaratan Purified Water ........................................................... 4 Tabel 4.1 Spesifikasi Water for Injection yang dapat diterima ..................... 13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1a. Outlet sebelum pemasangan steam trap ....................................... 11 Gambar 1b.Stetlah pemasangan steam trap ..................................................... 11
iv
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. WFI Looping System (Point of Use) .......................................... 19 Lampiran 2. Diagram Pipa dan Instrumen Water For Injection System ......... 20 Lampiran 3a WFI Looping System secara digital ........................................... 21 Lampiran 3b WFI Looping system (Point of Use) Digital .............................. 21 Lampiran 4. Protokol Sanitasi Instalasi dan Storage Tank Sistem WFI Thermopharma Stillmas BD 600 ............................................... 39
v
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang PT. Kalbe Farma, Tbk., merupakan salah satu industri farmasi terbesar di Indonesia. Tahun 2012, dilaporkan bahwa Kalbe telah mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 25,0% atau mencapai Rp13.636 miliar di akhir tahun. Pencapaian tersebut diperoleh dari penjualan dari Divisi Obat Resep, Divisi Produk Kesehatan, Divisi Nutrisional, dan Divisi Distribusi dan Logistik (Annual Report Kalbe, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa tingginya permintaan dari masyarakat akan produk – produk yang dihasilkan oleh PT Kalbe Farma, Tbk. Selain itu, keputusan Pemerintah untuk mulai menerapkan kebijakan jaminan kesehatan nasional di tahun 2014 dinilai akan meningkatkan akses masyarakat ke layanan kesehatan, dan meningkatkan prospek industri kesehatan ke depan. Dalam rangka mengantisipasi seiring tingginya permintaan akan obat – obat yang bermutu dan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang dimulai tahun 2014, Kalbe melakukan peningkatan kapasitas produksi baru di pabrik yang berada Cikarang. Selain melakukan peningkatan kapasistas produksi, Kalbe juga terus melakukan evaluasi dan peningkatan mutu produk obat yang dihasilkan. Salah satu produk yang dihasilkan adalah sediaan steril (injeksi). Line produksi sediaan steril di PT Kalbe Farma, pabrik Cikarang ini berada pada line 6. Contoh produk yang dihasilkan adalah Rantin®, Ulsikur®, dan Kalmethasone®. Produksi sediaan steril memerlukan perhatian khusus, berbeda dengan
sediaan
obat
lainnya.
Perlakuan
khusus
ini
ditujukan
untuk
meminimalisasi terjadinya kontaminasi dari mikrobiologi (misalnya : bakteri, mikroba), partikel-partikel (contohnya : debu) dan pyrogen. Komponen yang menjadi faktor kritis pada produksi sediaan steril adalah air. Air yang digunakan haruslah sesuai dengan persyaratan monografi yang berlaku. Sistem produksi, penyimpanan, dan distribusi air untuk farmasi harus didesain, dipasang, divalidasi dan dirawat untuk meyakinkan produksi air dalam kualitas yang diinginkan. Selain itu, sistem ini perlu dilengkapi dengan kontrol mikrobiologi seperti sanitasi. 1
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
2
Dalam menghasilkan air untuk produksi sediaan steril atau Water for Injection, PT Kalbe Farma melakukan pengelolaan secara internal dan otomatis dari mulai penyediaan purified water (PW) sebagai bahan pembuatan Water for Injection dengan Purified Water Generation System, hingga produksi water for injection (WFI) menggunakan mesin Thermopharma Stillmas BD 600 (Water for Injection Generation System). Keseluruhan pembuatan WFI tersebut telah melalui tahap validasi dan kualifikasi sesuai protokol yang telah dibuat. Namun, adakalanya produk air yang dihasilkan tidak memenuhi syarat karena berbagai faktor. Oleh karena itu diperlukan usaha menjaga kualitas WFI yang dihasilkan, salah satunya melalui sanitasi. Program sanitasi yang dilakukan mencakup keseluruhan looping system WFI, baik itu instalasi pipa, dan storage tank WFI. Menurut CPOB 2012, Hendaklah ada prosedur tertulis yang menunjukkan penanggung jawab untuk sanitasi serta menguraikan dengan cukup rinci mengenai jadwal, metode, peralatan dan bahan pembersih yang harus digunakan untuk pembersihan. Oleh karena itu, dalam kesempatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kalbe Farma, Tbk.,inilah penulis melakukan pembuatan protokol sanitasi instalasi pipa dan storage tank sistem water for injection thermopharma stillmas bd 600 sebagai panduan dalam pelaksanaan program sanitasi sistem WFI.
1.2 Tujuan Penyusunan laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini bertujuan untuk : a.
Mengetahui dan memahami prosedur sistem pengolahan Water for Injection dan pelaksanaan program sanitasi sistem WFI.
b.
Sebagai acuan dalam program sanitasi instalasi pipa dan storage tank sistem water for injection thermopharma stillmas bd 600.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Water for Pharmaceutical Use Air merupakan salah satu aspek kritis (vital) dalam pelaksanaan c-GMP. Hal tersebut disebabkan karena air merupakan raw material (bahan baku) dalam jumlah besar, terutama untuk produk sirup, obat suntik cair, cairan infus, dan lainlain. Bila tercemar, beresiko sangat fatal bagi pemakai (pasien). Di industri farmasi dikenal berbagai macam jenis dan kualitas air (Water for Pharmaceutical use) yakni : Drinking Water, Purified Water, Highly Purified Water, Water for Injection dan jenis air lainnya. a.
Drinking Water/Potable water Air yang sehari hari kita minum dan berasal dari sumber alam yang tersedia seperti springgs, wells, rivers, lakes, dan laut. Kegunaannya untuk bahan baku pembuatan purified water (PW), Highly purified water (HPW) dan water for injection (WFI), untuk pencucian awal alat alat yang kontak produk tetapi pembilasan akhir harus dengan PW atau WFI
b.
Purified Water Purified water adalah air yang digunakan dalam produksi nonparenteral dan dalam aplikasi farmasi lainnya, seperti pembersihan dari beberapa peralatan dan komponen yang berkontak dengan produk. Kualitas purified water harus dijaga agar tetap konsisten. Sistem purified water yang berfungsi di bawah kondisi standar seringkali dicurigai menimbulkan biofilm, yang dapat menjadi sumber mikroorganisme hidup atau endotoksin yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, sistem ini memerlukan sanitasi berkala dan monitoring mikrobiologi untuk meyakinkan kualitas mikrobiologi air pada setiap point of use. Dalam USP juga disebutkan bahwa purified water harus memenuhi persyaratan Total Organic Carbon (TOC) dan konduktivitas. Produksi purified water berasal dari pengolahan air dari raw water menggunakan unit operasi yang meliputi deionisasi, destilasi, ion exchange, Reverse Osmosis, filtrasi, atau prosedur purifikasi lain yang sesuai. 3
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
4
Tabel 2.1 Persyaratan Purified Water
c.
Test
Kriteria
TOC
< 500 ppb
Konduktivitas
1,3 µS cm-1
Total Mikroba
100 CFU/ml
pH
5,0 – 7,0
Pemerian
Jernih, tidak berwarna dan tidak mengandung substansi lain
Highly Purified Water Highly Purified Water (HPW) harus dibuat dari potable water sebagai minimum air. HPW adalah spesifikasi unik untuk air yang hanya ditemukan dalam European Pharmacopoeia. HPW harus memenuhi standar kualitas yang sama seperti Water for Injection (WFI) termasuk batas endotoksin, tetapi pengolahan airnya menggunakan metode yang berbeda dengan distilasi. HPW dibuat dengan kombinasi metode seperti reverse osmosis, ultrafiltrasi dan deionisasi.
d.
Water for Injection Water for injection adalah air yang digunakan sebagai eksipien dalam sediaan parenteral dan lainnya, dimana dilakukan pengontrolan terhadap kadar endotoksin dalam produk, dan juga digunakan untuk membersihkan peralatan tertentu yang kontak dengan komponen produk parenteral (USP 29). Water for injection (WFI) merupakan air kualitas tertinggi yang digunakan di industri farmasi dimana Air untuk Injeksi adalah air dimurnikan dengan distilasi atau proses pemurnian yang setara atau lebih unggul dari destilasi dalam menghilangkan bahan kimia dan mikroorganisme. Menurut CPOB 2012, Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi, disimpan dan didistribusikan dengan cara yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba, misal disirkulasi dengan konstan pada suhu di atas 70°C. Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah disimpan dalam wadah yang bersih, steril, nonreaktif, nonabsorptif, nonaditif dan terlindung dari pencemaran. Bahan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
5
Baku pembuatan Water For Injection(WFI) berasal dari purified water yang dihasilkan dari purified water system, yang selanjutnya dilakukan destilasi (penyulingan) dengan terlebih dahulu melewati lampu UV untuk membunuh bakteri. Spesifikasi penerimaan WFI sama dengan purified water hanya berbeda pada pemeriksaan endotoksin pada WFI.
2.2 Validasi dan Kualifikasi Sistem Air di Industri Farmasi Menurut
WHO,
kualifikasi
adalah
tindakan
membuktikan
dan
mendokumentasikan bahwa setiap fasilitas, sistem dan peralatan terpasang dengan benar, dan/atau bekerja dengan benar dan mengarah pada hasil yang diharapkan. Kualifikasi dan validasi secara essensial merupakan komponen yang mempunyai konsep yang sama. Istilah kualifikasi umumnya digunakan untuk peralatan, fasilitas dan sistem, sedangkan validasi digunakan untuk proses. Kualifikasi sering menjadi tahapan awal dari proses validasi. Prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di industri farmasi diatur dalam CPOB Bab 12. CPOB mengisyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian resiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. Rencana Induk Validasi sekurang-kurangnya memuat data mengenai ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi, serta protokol dan laporan validasi. Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan. Hendaklah dibuat laporan yang mengacu pada protokol kualifikasi dan/atau protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Setelah kualifikasi selesai dilaksanakan, hendaklah diberikan persetujuan tertulis untuk dapat melaksanakan tahap kualifikasi dan validasi selanjutnya. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
6
Kualifikasi harus diselesaikan sebelum proses validasi dilakukan. Sistem, fasilitas, atau perlatan yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas produk farmasi harus dikualifikasi. Proses kualifikasi harus merupakan proses logis dan sistematis dan harus dimulai dari fase desain fasilitas, peralatan, dan sistem. Ada 4 tahapan dari kualifikasi, yaitu : 1. Kualifikasi Desain (Design Qualification) 2. Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification) 3. Kualifikasi Operasional (Operational Qualification) 4. Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification) Sistem pengolahan air untuk keperluan farmasi merupakan sistem yang memberikan dampak langsung terhadap kualitas obat yang diproduksi. Oleh karena itu, sistem tersebut haruslah dikualifikasi. Kualifikasi yang dilaksanakan haruslah mengikuti tahapan kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. WHO menjelaskan bahwa kualifikasi kinerja untuk sistem pengolahan air mempunyai keunikan tersendiri untuk dapat membuktikan konsistensi dan kinerja yang meyakinkan. Berdasarkan WHO Technical Report Series tahun 2005 dan petunjuk Operasional CPOB 2006, ada tiga fase yang harus dilaksanakan untuk mencapai pembuktian tersebut, yang disebut dengan fase 1, fase 2, dan fase 3. 2.2.1 Fase 1 Pengujian selama 2-4 minggu harus dilaksanakan untuk memonitor sistem pengolahan air secara intensif. Tujuan dilakukan fase 1 dalam kualifikasi sistem pengolahan air adalah menetapkan range operasi yang sesuai, mengembangkan prosedur operasi, pembersihan dan perawatan serta mendemonstrasikan pengolahan dan pendistribusian air dalam kualitas yang diinginkan. Selama periode ini, sistem ini harus beroperasi secara kontinu tanpa ada kegagalan atau deviasi kinerja. Pemeriksaan fase 1 ini harus mencangkup hal-hal di bawah ini : a) Pelaksanaan pengujian kimia dan mikrobiologi b) Sampling raw water, tiap tahapan purifikasi dan tiap point of use setiap hari c) Pengembangan range operasi yang sesuai d) Pengembangan prosedur operasi, pembersihan, dan perawatan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
7
e) Demonstrasi pengolahan dan pendistribusian air secara kuantitas dan kualitas 2.2.2 Fase 2 Setelah sistem pengolahan air lulus kualifikasi fase satu, sistem tersebut harus dilanjutkan ke fase dua selama 2-4 minggu. Tujuan diadakan kualifikasi kinerja fase dua adalah untuk melihat konsistensi jalannya sistem dalam batasan yang telah ditentukan sebelumnya serta memastikan kualitas hasil akhir air memenuhi syarat ketika dioperasikan sesuai dengan SOP yang dibuat. Skema sampling pada fase dua harus sama dengan fase satu. Air yang dihasilkan dapat digunakan untuk tujuan produksi selama fase ini. 2.2.3 Fase 3 Fase ini merupakan fase terlama dan terakhir dari validasi sistem pengolahan air karena periodenya yang mencapai 1 tahun. Setelah lulus kualifikasi sistem fase 2, maka sistem pengolahan air akan melanjutkan kualifikasi kinerja ke fase 3. Tujuan fase ini adalah untuk membuktikan bahwa ketika dioperasikan dalam periode waktu tertentu, sistem pengolahan air ini menghasilkan air dengan kualitas yang ditentukan walaupun sumber raw water mempunyai variasi kualitas. Menurut CPOB Bab 12, untuk kualifikasi fasilitas, peralatan dan sistem terpasang yang telah operasional, hendaklah tersedia bukti untuk mendukung dan memverifikasi parameter operasional dan batas variabel kritis pengoperasian alat. Selain itu, kalibrasi, prosedur pengoperasian, pembersihan, perawatan preventif serta prosedur dan catatan pelatihan operator hendaklah didokumentasikan.
Validasi merupakan tindakan pembuktian bahwa proses, prosedur ataupun metode secara aktual dan konsisten ada pada hasil yang diharapkan. Ada 2 dasar pendekatan validasi, yaitu pembuktian berdasarkan pengujian (validasi prospektif dan konkuren), dan pembuktian berdasarkan data historikal akumulatif (validasi retrospektif). Fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan hendaklah telah terkualifikasi dan metode analisis hendaklah divalidasi. Personil yang melakukan validasi hendaklah mendapat pelatihan yang sesuai.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
8
2.3 Clean Steam System Clean steam adalah uap yang dihasilkan dari air yang diolah (pemanasan diatas suhu 100 °C) dan bebas dari senyawa aditif volatile, seperti amina dan hydrazines. Ketika kondensasi uap yang dihasilkan sesuai dengan parameter yang ada di farmakope untuk kualitas water for injection, hal itu disebut Uap Murni (pure steam). Penggunaan utama dari Clean steam di bidang farmasi adalah untuk sterilisasi produk atau peralatan. Steam sterilization biasanya digunakan dalam proses berikut: pembuatan larutan injeksi atau parenteral, yang selalu steril. Industri biofarma, di mana lingkungan yang steril harus dibuat untuk menumbuhkan organisme produksi biologis (bakteri, ragi atau sel hewan), pembuatan larutan steril, seperti produk tetes mata. Selain digunakan untuk sterilisasi, clean steam yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk mengatur kelembaban udara di ruang produksi, dan proses sanitasi intalasi pipa Looping water system. 2.4 Sanitasi Tingkat sanitasi dan higienis yang tinggi harus diterapkan pada setiap pembuatan obat. Lingkup dalam sanitasi adalah bangunan, peralatan, bahan, produksi dan lingkungan yang menjadi sumber kontaminasi bila tidak terkontrol dengan baik. Air merupakan faktor kritis yang juga menjadi sumber kontaminan, oleh karena itu instalasi pengolahan dan sistem distribusi air hendaklah didesain, dikonstruksi dan dirawat untuk menjamin agar air yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang sesuai. Hendaklah dipertimbangkan agar perawatan sistem air mencakup program pengujian yang diperlukan. Sistem hendaklah tidak dioperasikan melampaui kapasitas yang dirancang. Salah satu program yang dijalankan untuk mengontrol kontaminasi mikroba adalah dengan melakukan program sanitasi secara berkala. Sanitasi sistem pengolahan air dapat dilakukan dengan cara: pemanasan dan kimiawi. Sanitasi dengan cara pemanasan, dapat dilakukan secara periodik atau dengan sirkulasi air panas secara terus – menerus menggunakan sistem clean Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
9
steam. Suhu yang digunakan pada program sanitasi ini biasanya pada 80°C (prisip sterilisasi), tetapi dapat juga dilakukan pada suhu 65°C dengan sirkulasi air secara terus menerus. Kekurangan program sanitasi secara thermal ini, tidak menghilangkan biofilm secara efektif, sehingga jika sanitasi dihentikan atau tidak dilakukan kembali dapat tumbuh biofilm mikroba yang baru lagi. Pada kasus tersebut, mengkombinasikan antara sanitasi thermal dengan sanitasi secara kimiawi menjadi sangat efektif. Namun, dengan program sanitasi thermal yang rutin pertumbuhan biofilm dapat lebih dihambat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode 17 Juni – 16 Agustus 2013 di ruangan QA Facility Validation dan inspeksi terhadap sistem Water for Injection dilakukan di roof PT. Kalbe Farma, Tbk. yang berlokasi di jalan M. H. Thamrin Blok A1-3, kawasan industri Delta Silicon, Lippo Cikarang, Bekasi. Pengumpulan data literatur dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013. 3.2 Metode Pengkajian Metode yang digunakan untuk melakukan penyusunan tugas khusus ini adalah dengan melalui tahapan-tahapan kerja sebagai berikut : a.
Penelusuran data literatur Penulis melakukan studi pustaka mengenai water for injection dan
program sanitasi yang dijalankan. Penulis juga melakukan analisis terhadap prosedur tetap yang berlaku di PT Kalbe Farma Tbk., tertutama yang berkaitan dengan operasional purified water system generation dan water for injection system. b.
Analisis Pembuatan Water for Injection di PT Kalbe Farma Tbk. Bahan baku pembuatan water for injection adalah purified water (PW) yang
diperoleh dari hasil pengolahan Purified water generation System 1 (PWG 1). Purified Water yang dihasilkan kemudian masuk kedalam WFI generator Thermopharma Stillmass BD 600 kemudian diolah dengan proses destilasi secara vapor compression. Air ditampung dalam storage tank yang dilengkap dengan double jacket. Water for injection yang dihasilkan disirkulasi pada suhu 80° C, kemudian masuk ke dalam point of use di Line 6 produksi sediaan steril. c.
Proses sanitasi Intalasi Pipa dan storage tank Sistem WFI Thermopharma stillmas bd 600 Sanitasi instalasi pipa dan storage tank sistem WFI Thermopharma Still BD
600 dilakukan sesuai tahapan sebagai berikut : 1. Kosongkan WFI pada storage tank dengan cara : o Buka Valve drain otomatis melalui display panel, volume minimal pada storage tank hanya 63 L terbaca pada display. Universitas Indonesia
10 Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
11
2. Kosongkan WFI yang terdapat pada masing – masing outlet yaitu dengan membuka keran pada masing – masing outlet tersebut: o Outlet WFI R. LAF rubber (line 6) o Outlet WFI R. LAF cuci alat o Outlet WFI R. Washing 1 o Outlet WFI Corridor o Outlet WFI R. Mixing 1 o Outlet WFI R. Mixing 2 o Outlet WFI R. LAF Cuci Vial o Outlet WFI R. LAF cuci Baju 3. Pasang steam trap pada masing – masing outlet dengan benar, dan pastikan tidak ada kebocoran. Beri penampungan dibawah mulut steam trap untuk buangan air dan kondensat steam.
Gambar 1. a. Outlet sebelum pemasangan steam trap b. Setelah pemasangan steam trap. 4. Pada outlet WFI R. LAF cuci Baju, setelah pemasangan steam trap lakukan pula pemasangan Pressure Gauge diafragma. 5. Jalankan unit PSG Stilmas 750 dengan kondisi sanitasi looping WFI, yaitu: o Tutup valve aksesoris pada storage tank untuk mencegah flow pure steam kembali dari tangki ke unit thermopharma Still DB 600. o Aliran pure steam yang masuk dari unit PSG Stilmas 750 dibuat terbalik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
12
6. Buka inlet valve pure steam menuju WFI tank dan intalasi pipa Thermopharma Still BD 600, pastikan suhu yanng masuk sebesar 121,1 ºC dan tekanan sebesar minimal 2,2 bar (a) atau tekanan sebesar 3,2 barg. Kondisi pencapaian suhu sampai dengan minimal 121,1 ºC adalah kondisi preheating. 7. Catat suhu dan tekanan terbaca pada display dan outlet selama waktu preheating dengn interval waktu 1 menit. 8. amati suhu dan tekanan terbaca pada outlet WFI R. LAF Cuci Baju melalui display suhu dan Pressure Gauge yang terpasang, hasil penunjukan suhu dan tekanan harus sama dengan kondisi suhu dan tekanan terbaca pada display. Pembacaan harus stabil dan kondisi stabil suhu dan tekanan terbaca adalah kondisi heating. 9. catat suhu dan tekanan terbaca pada display dan outlet selama waktu heating dengan interval waktu 1 menit selama maksimal 10 menit. 10. Apabila kondisi heating selama 10 menit telah stabil ditunjukkan dengan tidak adanya penurunan suhu dibawah 121,1 ºC dan tidak terjadi penurunan tekanan, maka kondisi berikutnya adalah kondisi Sterilizing selama 20 menit. 11. Catat suhu dan tekanan terbaca pada display dan outlet pada kondisi Sterilizing dengan interval waktu 1 menit selama 20 menit. Kondisi sterilizing dinyatakan stabil dan dapat dilanjutkan ke proses berikutnya, apabila tidak didapat penurunan suhu
dan penurunan
tekanan dibawah yang telah ditetapkan. 12. Pada tahap Cooling, inlet valve PSG menuju WFI ditutup. Amati dan catat suhu dan tekanan terbaca pada display dan outlet selama waktu cooling dengan interval waktu 1 menit selama 5 menit. Tahapan proses sanitasi telah selesai. 13. Lakukan pelepasan steam trap dan pressure gauge pada outlet. 14. Proses selesai.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN
Water for Injection System (WFI Thermopharma Stilmas BD 600) adalah sebuah sistem yang digunakan untuk memproduksi air untuk injeksi dan sediaan parenteral lainnya sesuai dengan syarat yang ditetapkan di PT Kalbe Farma Tbk. Water for injection System yang digunakan di PT. Kalbe Farma menggunakan WFI generator Thermopharma Stilmass BD 600. Keseluruhan sistem telah melalui IQ, OQ dan PQ pada tahun 2012. Saat ini sistem WFI berada pada fase monitoring. Pemantauan terhadap kualitas air yang dihasilkan menajdi hal yang sangat penting, mengingat sediaan parenteral yang dibuat jika tidak memenuhi syarat dapat membahayakan bagi pasien yang menggunakan. PT Kalbe Farma Tbk., terus melakukan pemantauan kualitas Water for Injection yang dihasilkan, pemantauan secara berkelanjutan biasanya dilakukan oleh tim QA Validation Facility (untuk kualifikasi, validasi serta monitoring sistem), bagian teknik, dan tim bagian produksi (sebelum WFI digunakan untuk produksi). Water for injection yang dihasilkan tidak boleh mengandung substansi yang berbahaya. Spesifikasi yang harus dipenuhi: Tabel 4.1 Spesifikasi Water for Injection yang dapat diterima WFI
Persyaratan
Bacteria
<10 CFU/100ml
pH
5,0 – 7,0
Konduktivitas
1,3 µS/cm atau tidak lebih dari 2,1 µS/cm
Endotoksin bakteri
<0,25 USP endotoxin Unit per mL
TOC
500 ppb
Hasil temuan dilapangan dari beberapa kali pengujian WFI, terdapat kondisi yang tidak memenuhi syarat seperti kadar mikroba >10 CFU / 100 mL. Dimana dari laporan kualifikasi kinerja, hasil pemeriksaan mikroba ini perlu diinvestigasi lebih lanjut, namun kesimpulan sementara diindikasikan adanya kontaminasi pada saat sampling (baik dari proses pengambilan sampel maupun dari alat pengambilan dan botol vialnya) dan bukan berasal dari air yang dihasilkan. Untuk 13 Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
14
lebih meyakinkan lagi, dari Supervisor QA Validation Facility memutuskan untuk melakukan sanitasi terhadap instalasi pipa dan storage tank Sistem WFI dengan interval waktu yang lebih singkat. Pembuatan protokol sanitasi instalasi pipa dan storage tank Water for Injection System Thermopharma Stillmas BD 600 ini disusun berdasarkan studi literatur dan prosedur tetap (PROTAP) penggunaan WFI di PT Kalbe Farma. Pelaksanaan sanitasi pada intalasi pipa dan storage tank sistem WFI ini dengan menggunakan teknik thermal sanitization. Proses Sanitasi yang baik hendaklah dikualifikasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas prosedur memenuhi persyaratan. Dalam hal ini, sanitasi yang akan dilaksanakan dijadwalkan setiap 3 bulan sekali. Protokol ini disusun sebagai langkah dalam melakukan validasi penunjang sistem WFI, dan dibuat harus berisi beberapa poin penting seperti: 1. Tujuan Pelaksanaan 2. Ruang Lingkup 3. Penanggung Jawab 4. Alat 5. Prosedur 6. Pelaporan 7. Dokumen Rujukan 8. Kriteria Penerimaan 9. Riwayat Perubahan Dokumen 10. Program Pelatihan
Sanitasi dijalankan dengan metoda Steam in Place (SIP)/ thermal sanitization pada instalasi pipa dan storage tank Sistem WFI Thermopharma BD 600 (WFI Loop System) menggunakan Pure Steam dari PSG Stilmas 750 Generator. Dalam langkah instruksi kerja/protokol ini, Sanitasi instalasi pipa dan Storage tank Sistem WFI Thermopharma Still BD 600 memenuhi syarat, jika: •
Seluruh tahapan proses sanitasi telah dilaksanakan dari mulai preheating, heating, sterilizing dan cooling.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
15
•
Kondisi sterilizing tercapai pada suhu 121,1 ºC ± 2ºC dan dipertahankan selama 20 menit.
•
Tekanan dipertahankan pada 3,2 barg.
•
Nilai F0 tidak boleh kurang dari 12 menit.
Proses sterilisasi panas /thermal sanitization yang dijalankan, memiliki prinsip yang hampir sama dengan sterilisasi menggunakan autoklaf (sterilisasi uap). Pada saat melakukan sterilisasi uap, kita sebenarnya memapakan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi pelepasan energi lain uap yang mengakibatkan denaturasi atau koagulasi protein sel. Sterilisasi demikian merupakan sterilisasi paling efektif dan ideal karena uap merupakan pembawa (carrier) energi tertanal paling efektif dan semua lapisan
pelindung
luar
mikroorganisme
dapat
dilunakkan,
sehingga
memungkinkan terjadinya koagulasi, selain itu bersifat nontosik, mudah diperoleh dan relatif mudah dikontrol. Sterilisasi menggunakan sistem yang hampir sama dengan autoklaf ini, merupakan cara yang paling baik karena uap air panas dengan tekanan tinggi menyebabkan penetrasi uap air ke dalam sel-sel mikroba menjadi optimal sehingga langsung mematikan mikroba. Tahapan proses sanitasi dengan pure steam : a. Preheating Kondisi Preaheating adalah pengkondisian terhadap proses yang dijalankan, yaitu dari awal proses hingga mencapai suhu
121,1 ºC
dengan tekanan 3,2 barg dalam seluruh looping sistem WFI. b. Heating Kondisi dimana suhu 121,1 ºC dengan tekanan 3,2 barg dalam seluruh looping sistem WFI telah stabil dan tidak terjadi penurunan suhu, dengan interval waktu 10 menit. c. Sterilizing Merupakan proses sterilisasi pada suhu 121,1 ºC dengan tekanan 3,2 barg selama 20 menit, setelah kondisi heating tercapai d. Cooling Tahap pendinginan ketika proses sterilisai telah selesai.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
16
Setelah keseluruhan proses dijalankan denan dokumentasi selengkap – lengkapnya, maka dilakukan validasi. Validasi dilaksanakan dengan menghitung kecukupan proses thermal dalam membunuh bakteri. Kecukupan proses termal untuk membunuh mikroba target hingga pada level yang diinginkan dinyatakan dengan nilai F0. Secara umum, nilai F0 didefinisikan sebagai waktu (menit) yang dibutuhkan untuk membunuh mikroba target hingga mencapai level tertentu pada suhu tertentu. Nilai F0 biasanya menyatakan suatu proses pada suhu standar. Nilai F0 yang diharapkan adalah 12 menit. Perhitungan nilai F0 dengan perumusan: * Perhitungan F0 dan F0 kumulatif:
Maka F0 kumulatif :
Z
: 10 ºC Jika keseluruhan proses telah memenuhi kriteria yang diharapkan, maka
protokol yang dibuat dapat diterima, dan memenuhi syarat untuk dijadikan panduan dalam proses sanitasi – sanitasi berikutnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a.
Pengolahan water for injection yang dilakukan di PT Kalbe Farma, telah melewati tahap kualifikasi dan validasi dan kualitas air yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Untuk mempertahankan hasil yang diperoleh, dilakukan program sanitasi terhadap instalasi pipa dan storage tank sistem WFI dengan interval waktu yang lebih singkat yaitu tiap 3 bulan sekali.
b.
Protokol sanitasi untuk instalasi pipa dan storage tank Sistem WFI Thermopharma Stillmas BD 600, dibuat berdasarkan studi literatur dan prosedur tetap yang berlaku di lingkungan PT Kalbe Farma Tbk., dan akan dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan sanitasi terutama instalasi sistem Purified Water dan Water for Injection.
5.2 Saran a.
Protokol yang dibuat harus dievaluasi terlebih dahulu, dengan melakukan ujicoba pelaksaaan agar hasilnya dapat dipertangungjawabkan.
b.
Protokol yang telah disetujui nantinya harus dilaksanakan secara konsisten / berkelanjutan, untuk memastikan kualitas air yang dihasilkan.
c.
Protokol harus terus diperbaharui, disesuaikan dengan perkembangan teknik sanitasi yang berlaku.
17 Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
18
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Boca, B.M et al. (2002).
An Overview of the Validation Approach for Moist
Heat Sterilization, Part I. Journal of Pharmaceutical Technology. Hal 62-70. ISPE Baseline Guide. (2001). Pharmaceutical Engineering Guides for New and Renovated Facilities Volume 4 Water and Steam System. USA : ISPE. Kalbe Farma, Tbk. (2012). Company Procedure Calibration & Qualification. Cikarang : PT Kalbe Farma, Tbk. Rutala, William. A. Et al,.(2008). Guideline for Disinfection and Sterilization in Healthcare Facilities. CDC. United States Pharmacopea (32nd). (2008). Rockville : The United States Pharmacopeial Convention World Health Organization. (2006). Supplementary Guidelines on Good Manufacturing Practices : validation. WHO Technical Report Series, No 937. World Health Organization. (2006). WHO Good Manufacturing Practices : Water for Pharmaceutical Use. WHO Technical Report Series, No 929.
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Lampiran 1. WFI Looping System (Point of Use) Line 6 produksi
19
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Lampiran 2. Diagram Pipa dan Instrumen Water for Injection System
20
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
21
Lampiran 3a. WFI Looping System Secara digital (Storage Tank)
Lampiran 3b. WFI Looping System (Point of Use) Digital
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
22
Lampiran 4. Protokol Sanitasi Instalasi dan Storage Tank Sistem WFI Thermopharma Stillmas BD 600
VALIDASI SISTEM PENUNJANG PROTOKOL KUALIFIKASI SANITASI INTALASI PIPA DAN STORAGE TANK
SISTEM WATER FOR INJECTION (WFI) THERMOPHARMA STILL BD 600 TEKNIK
No. Protokol Tgl berlaku Menggantikan No. Tgl berlaku
: VS – 80018 A : : : -
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
23
VALIDASI SISTEM PENUNJANG PROTOKOL KUALIFIKASI SANITASI INSTALASI PIPA DAN STORAGE TANK SISTEM WFI THERMOPHARMA STILL BD 600
Lokasi
:
WFI Looping System (Line 6)
Jabatan Direview Oleh : Quality Assurance Spv Disetujui Oleh : Production Manager Engineering Manager Quality Assurance Manager
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Tanggal
Tanda tangan
24
DAFTAR ISI
11. Pendahuluan 12. Tujuan 13. Ruang Lingkup 14. Penanggung Jawab 15. Alat 16. Prosedur 17. Pelaporan 18. Dokumen Rujukan 19. Kriteria Penerimaan 20. Riwayat Perubahan Dokumen 21. Program Pelatihan
LAMPIRAN Lampiran 1
WFI Loop System (Instalasi Pipa dan Storage Tank)
Lampiran 2
Pelaksanaan Sanitasi Instalasi Pipa dan Storage Tank Sistem WFI
Thermopharma Still BD 600 Lampiran 3
Sampling Point
Lampiran 4
Hasil Monitoring Suhu dan tekanan pada kondisi Preheating
Lampiran 5
Hasil Monitoring Suhu dan tekanan pada kondisi Heating
Lampiran 6
Hasil Monitoring Suhu dan tekanan pada kondisi Sterilizing
Lampiran 7
Hasil Monitoring Suhu dan tekanan pada kondisi Cooling
Lampiran 8
Evaluasi
Lampiran 9
Laporan Penyimpangan
Lampiran 10 Laporan
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
25
1. PENDAHULUAN Dokumen ini diaplikasikan untuk melakukan sanitasi intalasi pipa dan storage tank sistem Water for Injection (WFI) Thermopharma BD 600 milik PT. Kalbe Farma, Tbk. yang berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Sanitasi dibutuhkan dalam sistem pembuatan WFI untuk mengontrol dan menghindari adanya kontaminasi mikroba dan air memenuhi spesifikasi yang sesuai dengan parameternya. Pelaksanaan sanitasi pada intalasi pipa dan storage tank sistem WFI ini dengan menggunakan teknik thermal sanitization. Proses Sanitasi yang baik hendaklah dikualifikasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas prosedur memenuhi persyaratan. Dalam hal ini, sanitasi yang akan dilaksanakan dijadwalkan setiap 3 bulan sekali. 2. TUJUAN Membuktikan bahwa proses sanitasi yang dilaksanakan pada instalasi pipa dan storage tank Sistem WFI Thermopharma Still BD 600 menggunakan Pure Steam dari PSG Stilmas 750 dengan metoda Steam in Place (SIP) pada suhu steam 121ºC selama 20 menit, memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. 3. RUANG LINGKUP Protokol ini terbatas untuk pelaksanaan sanitasi dengan metoda Steam in Place (SIP) pada instalasi pipa dan storage tank Sistem WFI Thermopharma BD 600 (WFI Loop System) menggunakan Pure Steam dari PSG Stilmas 750. 4. PENANGGUNG JAWAB Penjabaran mengenai tugas dan tanggung jawab personel yang terlibat dalam pelaksanaan sanitasi mengacu pada point “Tugas dan Tanggung Jawab Manajemen” yang terdapat dalam RIV PT Kalbe Farma, Tbk. (RI –E 80001 B). 5. ALAT 5.1
Pressure gauge.
5.2 Stopwatch 6. PROSEDUR PELAKSANAAN SANITASI 6.1
Mengacu pada PROTAP Sanitasi Instalasi Pipa & storage tank Sistem
WFI Stilmas Thermopharmas Still BD 600
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
26
6.2 Prosedur pelaksanaan Sanitasi secara lebih jelas terdapat pada Lampiran 2. 7. PELAPORAN Catat dan dokumentasikan indikator suhu dan tekanan pada masing – masing outlet selama proses sanitasi berjalan. 8. KRITERIA PENERIMAAN Sanitasi instalasi pipa dan Storage tank Sistem WFI Thermopharma Still BD 600 memenuhi syarat, jika: •
Kondisi sterilisasi pada suhu 121,1 ºC ± 2ºC selama 20 menit.
•
Tekanan dipertahankan pada 3,2 barg.
•
Nilai F0 tidak boleh kurang dari 12.
9. DOKUMEN RUJUKAN Protap
Nomor
10. Riwayat Perubahan Dokumen No. Perubahan
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Keterangan
27
11. Program Pelatihan Sanitasi Intalasi Pipa dan Storage Tank Sistem WFI
No. Test
1. Protap dan pelatihan
Parameter Uji
Memastikan bahwa personel yang melakukan kualifikasi sudah melalui tahap Pelatihan Protap
Prosedur Test
Catat nama Inspektor pelaksana kualifikasi Pastikan Inspektor pelaksana kualifikasi telah memahami Protap terkait Catat Judul protap dan nomor protap
Personel
Protap / No.Protap
Nama
Tanggal
Sesuai Ya Tidak
Kriteria Test
Keterangan
Direview oleh Diketahui oleh
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Tanda tangan
28
No. Test
2. Alat-alat ukur
Parameter Uji
Memastikan alat-alat ukur yang digunakan untuk pemeriksaan kualifikasi sanitasi instalasi pipa dan storage tank Thermopharma Still BD 600 Sistem WFI, sudah terkalibrasi.
Prosedur Test
Lihat label kalibrasi alat
Alat ukur
Merk/type
Tgl. rekalibrasi
Sesuai Ya Tidak
Pressure Gauge Kriteria Test
Stopwatch
Lampirkan foto copy sertifikat kalibrator atau check list kalibrator yang digunakan
Keterangan
Nama
Tanggal
Direview oleh Diketahui oleh
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Tanda tangan
29
No. Test
3.
Pemasangan Steam trap
Parameter Uji
Memastikan pemasangan steam trap pada proses sanitasi Sistem WFI terpasang dengan benar dan tidak ada kebocoran.
Prosedur Test
Pada masing – masing outlet WFI Nama Alat
: Trap San. 50 TC Tufsteell
Kode produk : No. Seri : Parameter
Kriteria Test
Hasil
Syarat
Sesuai Ya Tidak
Pemeriksaan fisik Alat Instalasi / Pemasangan steam trap Kebocoran
Keterangan
Nama
Tanggal
Direview oleh Diketahui oleh
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Tanda tangan
30
No. Test
4.
Instalasi Pressure Gauge diafragma
Parameter Uji
Memastikan pemasangan Pressure Gauge Diafragma secara benar sehingga pembacaan nilai tekanan menjadi jelas.
Prosedur Test
Pada outlet WFI R. LAF Cuci Alat (outlet no. 2) Nama Alat : No. Seri : Parameter
Kriteria Test
Hasil
Syarat
Sesuai Ya Tidak
Pemeriksaan fisik Alat Instalasi / Pemasangan Pressure Gauge Pembacaan Tekanan: Pressure Gauge Barg saat operasional
Keterangan
Nama
Tanggal
Direview oleh Diketahui oleh
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Tanda tangan
31
No. Test
5. Pemastian Kondisi Siap Sanitasi (seteah preheating sebelum heating)
Parameter Uji
Indikator terbaca melalui display suhu dan pressure gauge yang terpasang untuk memastikan kestabilan kondisi suhu dan tekanan selama sanitasi.
Prosedur Test
Setiap interval waktu menit, catat indikator terbaca yaitu suhu pada display dan tekanan pada Pressure Gauge yang terpasang pada outlet WFI R. LAF Cuci Baju. Nama Outlet : R. LAF Cuci Baju. Parameter
Hasil*
Sesuai Ya Tidak
Start time Stop time
Waktu (min)
Suhu (ºC)
Waktu (min)
Tekanan (barg)
Kriteria Test
Keterangan
* Kondisi stabil suhu dan tekanan terbaca ( 121,1 ºC), dinyatakan sebagai kondisi heating sehinga dapat dilanjutkan dengan prosedur berikutnya.
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
32
Catatan
Nama
Tanggal
Direview oleh Diketahui oleh
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Tanda tangan
33
No. Test
6.
Validasi Sanitasi Pipa dan Storage Tank Sistem WFI
Parameter Uji
Indikator Suhu dan tekanan terbaca selama proses sanitasi
Catat indikator terbaca yaitu suhu pada display dan tekanan pada display di masing – masing outlet, (Form pengisian data monitoring dapat dilihat pada lampiran 1). Proses sanitasi dinyatakan baik apabila kondisi sterilisasi selama proses sanitasi dengan suhu dipertahankan sebesar 121,1º C dan tekanan sebesar 3,2 barg. (20menit) Hitung F0 dan F0 kumulatif * Sanitasi dilaksanakan setiap 3 bulan sekali
Prosedur Test (lihat Lamp. 2 Pelaksanaan)
Parameter 1
2
3
Hasil Outlet** 4 5
Sesuai 6
Preheating Suhu (ºC) Tekanan (barg) Start time Stop Time
Heating (10 menit) Suhu (ºC)
Kriteri a Test
Tekanan (barg) Start time Stop Time
Sterilizing(20 menit) Suhu (ºC) Tekanan (barg) Start time Stop Time
Cooling(5 menit) Suhu (ºC) Tekanan (barg) Start time Stop Time
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
7
8
Ya
Tidak
34
* Perhitungan F0 dan F0 kumulatif:
Maka F0 kumulatif :
Keterangan
Z
: 10 ºC
** Outlet: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Outlet WFI R. LAF rubber (line 6) Outlet WFI R. LAF cuci alat Outlet WFI R. Washing 1 Outlet WFI Corridor Outlet WFI R. Mixing 1 Outlet WFI R. Mixing 2 Outlet WFI R. LAF Cuci Vial Outlet WFI R. LAF cuci Baju.
Catatan
Nama
Tanggal
Direview oleh Diketahui oleh
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Tanda tangan
35
HASIL Kesuksesan Pemeriksaan
Pemeriksaan Ya
Hasil Pemeriksaan setelah Reworking, Readjustment, dan Repair
Sesuai Tidak Ya Tidak
Parameter yang menyimpang
Tanda tangan
Tanggal
1. Protap pelatihan personel 2. Alat – alat ukur 3. Instalasi steam trap 4. Instalasi Pressure Gauge 5. Pemastian kestabilan kondisi sebelum sanitasi. Outlet WFI R. LAF Cuci Baju • Suhu • Tekanan 6. Validasi Sanitasi Pipa dan Storage Tank Sistem WFI pada masing-masing PoU R. LAF rubber (line 6) R. LAF cuci alat •
•
R. Washing 1
• •
Corridor
•
R. Mixing 1
•
R. Mixing 2 R.
•
LAF
Cuci
Vial
• R. LAF cuci Baju
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
36
.................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... KESIMPULAN .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... TINDAK LANJUT .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
Nama
Tanggal
Direview oleh Diketahui oleh Disetujui oleh
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Tanda tangan
37
Lampiran 1 WFI Loop System
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
38
Lampiran 2 Pelaksanaan Sanitasi Instalasi Pipa dan Storage Tank Sistem WFI Sanitasi instalasi pipa dan storage tank sistem WFI Thermopharma Still BD 600 dilakukan sesuai tahapan sebagai berikut : 1. Kosongkan WFI pada storage tank dengan cara : a. Buka alve drain otomatis melalui display panel, volume minimal pada storage tank hanya 63 L terbaca pada display. 2. Kosongkan WFI yang terdapat pada masing – masing outlet yaitu dengan membuka keran pada masing – masing outlet tersebut: •
Outlet WFI R. LAF rubber (line 6)
•
Outlet WFI R. LAF cuci alat
•
Outlet WFI R. Washing 1
•
Outlet WFI Corridor
•
Outlet WFI R. Mixing 1
•
Outlet WFI R. Mixing 2
•
Outlet WFI R. LAF Cuci Vial
•
Outlet WFI R. LAF cuci Baju
3. Pasang steam trap pada masing – masing outlet dengan benar, dan pastikan tidak ada kebocoran. Beri penampungan dibawah mulut steam trap untuk buangan air dan kondensat steam.
Gambar 1. a. Outlet sebelum pemasangan steam trap b. Setelah pemasangan steam trap.
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
39
4. Pada outlet WFI R. LAF cuci Baju, setelah pemasangan steam trap lakukan pula pemasangan Pressure Gauge diafragma. 5. Jalankan unit PSG Stilmas 750 dengan kondisi sanitasi looping WFI, yaitu: 6. Tutup valve aksesoris pada storage tank untuk mencegah flow pure steam kembali dari tangki ke unit thermopharma Still DB 600. 7. Aliran pure steam yang masuk dari unit PSG Stilmas 750 dibuat terbalik.
8. Buka inlet valve pure steam menuju WFI tank dan intalasi pipa Thermopharma Still BD 600, pastikan suhu yanng masuk sebesar 121,1 ºC dan tekanan sebesar minimal 2,2 bar (a) atau tekanan sebesar 3,2 barg. Kondisi pencapaian suhu sampai dengan minimal 121,1 ºC adalah kondisi preheating. 9. Catat suhu dan tekanan terbaca pada display dan outlet selama waktu preheating dengn interval waktu 1 menit. 10. amati suhu dan tekanan terbaca pada outlet WFI R. LAF Cuci Baju melalui display suhu dan Pressure Gauge yang terpasang, hasil penunjukan suhu dan tekanan harus sama dengan kondisi suhu dan tekanan terbaca pada display. Pembacaan harus stabil dan kondisi stabil suhu dan tekanan terbaca adalah kondisi heating. 11. catat suhu dan tekanan terbaca pada display dan outlet selama waktu heating dengan interval waktu 1 menit selama maksimal 10 menit. 12. Apabila kondisi heating selama 10 menit telah stabil ditunjukkan dengan tidak adanya penurunan suhu dibawah 121,1 ºC dan tidak terjadi penurunan tekanan, maka kondisi berikutnya adalah kondisi Sterilizing selama 20 menit. 13. Catat suhu dan tekanan terbaca pada display dan outlet pada kondisi Sterilizing dengan interval waktu 1 menit selama 20 menit. Kondisi sterilizing dinyatakan stabil dan dapat dilanjutkan ke proses berikutnya, apabila tidak didapat penurunan suhu tekanan dibawah yang telah ditetapkan.
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
dan penurunan
40
14. Pada tahap Cooling, inlet valve PSG menuju WFI ditutup. Amati dan catat suhu dan tekanan terbaca pada display dan outlet selama waktu cooling dengan interval waktu 1 menit selama 5 menit. Tahapan proses sanitasi telah selesai. 15. Lakukan pelepasan steam trap dan pressure gauge pada outlet. 16. Proses selesai.
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
41
Lampiran 3 Sampling point
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
42
Lampiran 4 DATA MONITORING SUHU DAN TEKANAN SANITASI INTALASI PIPA & STORAGE TANK SISTEM WFI THERMOPHARMA STILL BD 600 Tanggal Outlet Kondisi
: : : Preheating
Waktu (min)
Pressure terbaca (bar G)
Start time : Stop Time : Interval waktu pemeriksaan 1 menit Suhu pada display (ºC)
Lr
F0 Parsial
Perhitungan :
Average Min Max Max-Min Keterangan: LR: Lethality rate T : temperature F0 : nilai sterilitas (lethality) t : rentang waktu (menit) Z : 10 ºC.
Maka F0 akumulatif :
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
F0 kumulatif
43
Lampiran 5 DATA MONITORING SUHU DAN TEKANAN SANITASI INTALASI PIPA & STORAGE TANK SISTEM WFI THERMOPHARMA STILL BD 600 Tanggal Outlet Kondisi
: : : Heating (10 menit)
Waktu (min)
Pressure terbaca (bar G)
Suhu pada display (ºC)
Start time : Stop Time : Interval waktu pemeriksaan 1 menit Lr
F0 Parsial
Perhitungan :
Average Min Max Max-Min Keterangan: LR: Lethality rate T : temperature F0 : nilai sterilitas (lethality) t : rentang waktu (menit) Z : 10 ºC.
Maka F0 akumulatif :
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
F0 kumulatif
44
Lampiran 6 DATA MONITORING SUHU DAN TEKANAN SANITASI INTALASI PIPA & STORAGE TANK SISTEM WFI THERMOPHARMA STILL BD 600 Tanggal Outlet Kondisi
: : : Sterilizing (20 menit)
Waktu (min)
Pressure terbaca (bar G)
Suhu pada display (ºC)
Start time : Stop Time : Interval waktu pemeriksaan 1 menit Lr
F0 Parsial
Perhitungan :
Average Min Max Max-Min
Keterangan:
Maka F0 akumulatif :
LR: Lethality rate T : temperature F0 : nilai sterilitas (lethality) t : rentang waktu (menit) Z : 10 ºC
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
F0 kumulatif
45
Lampiran 7 DATA MONITORING SUHU DAN TEKANAN SANITASI INTALASI PIPA & STORAGE TANK SISTEM WFI THERMOPHARMA STILL BD 600 Tanggal Outlet Kondisi
: : : Cooling (5 menit)
Waktu (min)
Pressure terbaca (bar G)
Suhu pada display (ºC)
Start time : Stop Time : Interval waktu pemeriksaan 1 menit Lr
F0 Parsial
Perhitungan :
Average Min Max Max-Min
Keterangan:
Maka F0 akumulatif :
LR: Lethality rate T : temperature F0 : nilai sterilitas (lethality) t : rentang waktu (menit) Z : 10 ºC
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
F0 kumulatif
46
Lampiran 8 Evaluasi
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
47
Lampiran 9 Laporan Penyimpangan
1. Penyimpangan
2. Justifikasi untuk penerimaan
3. Dampak
Nama Disusun Oleh
Tanggal
Rosa Lusia
Diketahui Oleh
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Tanda tangan
48
Lampiran 10 Laporan Kualifikasi Sanitasi Intalasi Pipa dan Storage tank
1. Hasil
2. Kesimpulan
3. Tindak Lanjut
Nama Disusun Oleh QA supervisor Disetujui Oleh Engineering Manager QA Manager
Tanggal
Rosa Lusia
Rudi Gideon Anne Prima H.
Laporan praktek…., Riyon Fajar, FF UI, 2014
Tanda tangan