UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN WAHAM KEBESARAN DI RUANG REHABILITASI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
MUTHMAINNAH 0806334142
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI REGULER DEPOK, JULI 2013
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN WAHAM KEBESARAN DI RUANG REHABILITASI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
MUTHMAINNAH 0806334142
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI REGULER DEPOK, JULI 2013
i Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
iii Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah akhir Ners yang berjudul Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Klien Skizofrenia dengan Waham Kebesaran di Ruang Rehabilitasi RSKO Jakarta ini dapat saya selesaikan. Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir profesi pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari dalam penyusunan laporan karya ilmiah akhir Ners ini terdapat banyak hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bimbingan, dorongan, motivasi dari berbagai pihak akhirnya saya dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
2.
Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP selaku koordinator Mata Ajar Karya Ilmiah Akhir Ners;
3.
Ibu Novy Helena CD, SKp., M.Sc. selaku pembimbing yang tidak pernah bosan memberikan bimbingan, masukan, motivasi kepada mahasiswa bimbingannya;
4.
Ibu Dewi Sartika, SKp., M.Kep., Sp.Kep. Jiwa dan ibu Widya Lolita, SKp., M.Kep. selaku pembimbing klinik yang telah memberikan ilmu ketika praktik di RSKO Jakarta, masukan, motivasi kepada mahasiswa bimbingannya;
5.
Kedua orang tua
yang telah memberikan dukungan baik secara moral
maupun motivasi serta mendoakan demi kelancaran penyelesaian karya ilmiah akhir ini. Terima kasih Ibunda Dra. Hj. Nur’aini HB dan Ayahanda Drs. H. Saiful Amri yang telah memberikan restu dan doa yang begitu berarti serta abang Aulia Fadhilah dan adik Qurrota A’yun; 6.
Seluruh teman seperjuangan FIK 2008 PEDULI yang telah sama-sama berjuangan menyelesaikan tugas akhir mata ajar karya ilmiah akhir Ners ini. Terima kasih untuk kepedulian, canda-tawa, motivasi, dan kekompakan iv
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
kalian dalam memberikan dukungan demi mencapai cita-cita bersama untuk meraih gelar profesi yang kita impikan. Sungguh semua itu merupakan suntikan semangat yang luar biasa dalam menjalani hari-hari berat yang berkesan menuju Balairung 2013; 7.
Untuk salah seorang mahasiswa sederhana dan baik hati yang selalu menginspirasi saya dan banyak orang lewat tulisan dan tindakannya serta membuat hari-hari penyusunan karya ilmiah menjadi begitu berwarna;
8.
Yunara, Yunika, Santi dan Pak Wahyu, Sonya, Zume, Susi, Resti, Erny teman seperjuangan praktik di RSKO Jakarta. Semoga kita dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah akhir yang bermanfaat;
9.
Perawat-perawat di ruangan Rehabilitasi dan MPE (pak Ade, kak Ida, kak Yanti, kak Titi, kak Lia, kak Nasya, bro Udin, blih Agung, bro Herri, bro Lukman, kak Citra, bu De) yang telah membimbing saya dan teman-teman selama praktik di RSKO Jakarta;
10. Tak lupa kepada klien/residence di Halmahera House yang telah bersedia menerima saya selama 7 minggu praktik di RSKO Jakarta; 11. Konselor-konselor (Bro Octo, Latif, Chandra, Iwan, Nasrul, Agil, Taufan dan sister Tifanny) yang telah mengizinkan saya untuk berinteraksi dengan klien di Halmahera House dan berbagi ilmu tentang NAPZA; 12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun sangat membantu kelancaran proses pelaksanaan penyusunan karya ilmiah akhir ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi hasil yang lebih baik di masa yang akan datang. Saya berharap semoga penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di masa depan.
Depok, Juli 2013
Penulis v
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Nama
: Muthmainnah
Program studi
: Profesi Keperawatan
Judul
: Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Klien Skizofrenia dengan Waham Kebesaran di Ruang Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta
Skizofrenia merupakan penyakit psikiatri yang berat dengan angka kejadian nasional yang meningkat setiap tahun. Waham adalah salah satu gejala negative yang terjadi pada klien dengan skizofrenia. Praktik profesi dilakukan di ruang rehabilitasi RSKO Jakarta pada Tn. J dengan skizofrenia pada tanggal 6 Mei-22 Juni 2013. Masalah keperawatan klien adalah waham kebesaran. Intervensi keperawatan yang telah dilakukan adalah BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya), memfasilitasi klien untuk orientasi realita, berdiskusi tentang kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah, memotivasi klien melakukan aktivitas fisik yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien, berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki, memfasilitasi klien untuk melakukan kemampuan yang dimiliki, berdiskusi tentang obat yang diminum dan melatih minum obat yang benar. Masalah keperawatan waham kebesaran teratasi sebagian. Penulis menyarankan agar melaksanakan komunikasi terapeutik dengan klien waham kebesaran dengan teknik fokus membahas topik tertentu dan waktu yang tidak terlalu lama untuk berinteraksi.
Kata kunci: Intervensi keperawatan, masalah keperawatan, skizofrenia, waham kebesaran
vii Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
ABSTRACT Name
: Muthmainnah
Study Program
: Nursing Profession
Title
: The Clinic Practice Analytical of Urban Society Health Nursing at Schizophrenia Client with Grandiose Delusion In the Rehabilitation Room RSKO Jakarta
Schizophrenia is the serious psychiatric disorder that has increased incident in national every year. Delusion is one of the negative symptom that happen in schizophrenia client. Profession practice was done in the client Mr. J with schizophrenia in the rehabilitation room RSKO Jakarta during May 6 until June 22, 2013. The nursing problem was grandiose delusion. The nursing interventions were done were engage in a trusting relationship, facilitate client to identify the reality, discuss the triggers that may be related anxiety, fears and anger, motivate client to doing the physic activity that can fill the physic and emotional needed, discuss the client positive ability, facilitate client to doing the positive ability, discuss the client medicine and practice client to drink the medicine. The nursing problem: grandiose delusion was solved a part. Writer recommend to doing the therapeutic communication with grandiose delusion client with focusing one topic and short time interaction.
Keywords: Grandiose delusion, nursing intervention, nursing problem, schizophrenia.
viii Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii KATA PENGANTAR .............................................................................................. iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................................ vi ABSTRAK ................................................................................................................ vii ABSTRACT .............................................................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ..................................................................................................... x DAFTAR SKEMA .................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4 1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................ 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6 2.1 NAPZA ........................................................................................................ 6 2.2 Skizofrenia ................................................................................................... 8 2.3 Waham ......................................................................................................... 12 2.4 Tindakan Keperawatan pada Klien dengan Waham Kebesaran ................... 14 2.5 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan .......................................... 16 BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ............................................ 21 3.1 Pengkajian ..................................................................................................... 21 3.2 Masalah Keperawatan .................................................................................. 23 3.3 Pohon Masalah dan Diagnosis Keperawatan ................................................ 26 3.4 Rencana Asuhan Keperawatan...................................................................... 26 3.5 Catatan Perkembangan Implementasi Keperawatan ..................................... 26 BAB 4 ANALISIS SITUASI ................................................................................... 27 4.1 Profil Lahan Praktik ..................................................................................... 27 4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep kasus terkait ................................................................................................. 28 4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait ............ 31 4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan ................................................ 33 BAB 5 PENUTUP .................................................................................................... 35 5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 35 5.2 Saran ........................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 38 ix
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel Prevalensi Skizofrenia .................................................................... 12
x
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
DAFTAR SKEMA Kerangka Respon Adaptif-Maladaptif Pengguna NAPZA ....................................... 7 Kerangka Respon Adaptif-Maladaptif ..................................................................... 13 Pohon Masalah Keperawatan ................................................................................... 26
xi
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Laporan Pendahuluan Waham Kebesaran
Lampiran 2
Strategi Pelaksanaan Waham Kebesaran
Lampiran 3 Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa Tn. J Lampiran 4 Rencana Asuhan Keperawatan Tn. J Lampiran 5 Implementasi dan Evaluasi Tindakan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Lampiran 6
Tn. J Catatan Interaksi Perkembangan Tn. J
xii
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Setiap manusia yang hidup di dunia memiliki indikasi untuk mengalami gangguan jiwa. Manusia mampu mengatasi gangguan jiwa dengan kapasitas mental yang dimiliki. Namun, pada sebagian orang terkadang tidak mampu menggunakan kapasitas mental secara maksimal sehingga timbullah gangguan jiwa (Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011). Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik maupun mental. Keabnormalan yang terjadi tidak disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota badan, walaupun terkadang gejalanya terlihat dengan fisik (Ardani, Rahayu & Sholichatun, 2007). Keabnormalan dibagi menjadi dua golongan, yaitu gangguan jiwa dan sakit jiwa. Orang yang mengalami gangguan jiwa masih mengetahui dan merasakan kesulitan, sedangkan orang yang mengalami sakit jiwa kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar dan tidak sanggup memahami masalahnya (Darajat, 1996 dalam Ardani, Rahayu & Sholichatun, 2007). Menurut Djatmiko, 2011 dalam Firmanzah,dkk, 2011 prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat dijumpai rata-rata 1-2% dari jumlah seluruh penduduk di suatu wilayah pada setiap waktu. Jika terdapat 1 dari 1000 penduduk yang menderita gangguan jiwa maka di Indonesia bisa mencapai 200.000-250.000 penderita. Usia gangguan jiwa mulai banyak muncul kira-kira 15-35 tahun. Data status kesehatan jiwa di Indonesia dapat dilihat dari hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2007) yang dilakukan oleh badan penelitian pengembangan kesehatan Departemen Kesehatan menunjukkan prevalensi nasional gangguan mental emosional (depresi dan kecemasan) pada penduduk berusia di atas 15 tahun mencapai 11,6% dari populasi orang dewasa atau diderita oleh sekitar 1,74 juta orang. Sedangkan dengan gangguan jiwa berat rata-rata sebesar 0,64% atau sekitar 1 juta penduduk. Sebanyak 14 provinsi mempunyai
1 Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
2
prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk umur > 15 tahun di atas prevalensi nasional yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Papua Barat. Jumlah penderita gangguan jiwa beberapa tahun belakangan ini di Indonesia meningkat tajam. Hasil riskesdas 2007 menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Berdasarkan umur, tertinggi pada kelompok umur 75 tahun ke atas (33,7%). Kelompok yang rentan mengalami gangguan mental emosional adalah kelompok dengan jenis kelamin perempuan (14,0%), kelompok yang memiliki pendidikan rendah (paling tinggi pada kelompok tidak sekolah, yaitu 21,6%), kelompok yang tidak bekerja (19,6%), tinggal di perdesaan (12,3%), serta pada kelompok tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita terendah (padaKuintil 1: 12,1%).
Skizofrenia merupakan masalah jiwa yang umum terjadi di masyarakat saat ini. Skizofrenia tergolong ke penyakit jiwa yang berat. Skizofrenia (skf) adalah sindrom klinik termasuk gangguan psikotik yang paling sering dijumpai dan merupakan masalah kesehatan masyarakat mayor. Skizofrenia dijumpai di seluruh daerah di dunia ini dengan angka kejadian yang hampir sama. Skizofrenia melibatkan 1% dari populasi umum, biasanya mulai sebelum usia 25 tahun. Skizofrenia yang bermula sebelum usia 10 tahun dan sesudah 60 tahun jarang sekali dijumpai (Lumbantobing, 2007)
Skizofrenia ditandai dengan dua kategori gejala utama yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif berfokus pada distorsi fungsi normal.Sedangkan gejala negatif mengidentifikasi hilangnya fungsi normal. Gejala negatif yang didapat klien berupa waham dan halusinasi (Copel, 2007 dalam Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011). Waham merupakan salah satu gejala negatif yang umum terjadi pada klien dengan skizoprenia. Waham merupakan gangguan proses pikir yaitu keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
3
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial. Ada beberapa jenis waham yaitu waham kebesaran, waham somatik,waham curiga, waham keagamaan dan waham nihilistik (Stuart & Laraia, 2005).
Waham kebesaran yang merupakan kepercayaan seseorang memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa padahal kenyataannya tidak (Stuart & Laraia, 2005). Pada kasus-kasus skizofrenia dengan prilaku waham, individu mencoba berprilaku sesuai dengan jenis waham yang diyakininya dengan mengaku bahwa dia memiliki kekuatan yang lebih, terkenal, berkuasa dan klien cendrung membesar-besarkan dirinya. Apabila waham tersebut tidak segera ditanggulangi, dapat menyebabkan individu mengalami penarikan diri dari hubungan sosial (Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011).
Waham merupakan salah satu efek samping yang dirasakan klien akibat penyalahgunaan narkoba. Stuart & Laraia (2005) dalam bukunya berjudul Psychiatric Nursing, menyatakan definisi dari penyalahgunaan obat sebagai penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologi terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan.Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik.
Menurut
Hawari
(2006)
permasalahan
penyalahgunaan/ketergantungan
NAPZA mempunyai dimensi yang luas dan kompleks; baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial-budaya, kriminalitas, kerusuhan massal dan lain sebagainya). Dari sekian banyak permasalahan
yang
penyalahgunaan/ketergantungan
ditimbulkan
sebagai
NAPZA
antara
adalah
dampak lain:
merusak
hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar dan produktivitas
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
4
kerja secara drastis, ketidakmampuan untuk membedakan perilaku yang baik dan buruk, perubahan perilaku menjadi perilaku antisosial (perilaku maladaptif), gangguan kesehatan (fisik dan mental), mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas , tindak kekerasan dan kriminalitas lainnya.
Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi akibat penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA di rumah sakit khususnya upaya terapi dan rehabilitasi sering tidak disadari, kecuali mereka yang berminat pada penanggulangan NAPZA (Hawari, 2006). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya peran serta tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat yang sedang dirawat di rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat tentang perawatan masalah waham kebesaran akibat penyalahgunaan NAPZA pada klien. Perawat dirasakan perlu meningkatkan kemampuan merawat klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu asuhan keperawatan jiwa dan penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA (sindroma putus zat).
1.3 TujuanPenulisan 1.3.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu menganalisis intervensi keperawatan klien dengan waham kebesaran di Ruang Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari pembuatan karya ilmiah ini adalah: 1.3.2.1 Mahasiswa mengetahui profil lahan praktik 1.3.2.2 Mahasiswa mampu menganalisis masalah keperawatan waham kebesaran terkait kasus skizofrenia dan konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) 1.3.2.3 Mahasiswa mampu memberikan gambaran strategi pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan waham kebesaran
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
5
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara asuhan keperawatan yang diberikan dengan teori-teori terkait 1.3.2.5 Mahasiswa melakukan asuhan keperawatan pada klien kelolaan waham kebesaran dengan skizofrenia 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat Teoritis Karya ilmiah ini sebagai bahan pengembangan pengetahuan dalam keilmuan keperawatan jiwa khususnya tentang masalah jiwa yaitu waham kebesaran.
1.4.2 Manfaat Aplikatif 1.4.2.1 Praktik Pelayanan Keperawatan Karya ilmiah ini dapat menjadi data masukan dan sebagai sumber informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien masalah jiwa yaitu waham kebesaran.
1.4.2.2 Klien Karya ilmiah dapat dijadikan rujukan bagi klien dewasa untuk mengenali masalah jiwa terutama waham kebesaran sehingga nantinya klien dapat berorientasi realita secara bertahap.
1.4.3 Manfaat Metodologi Karya ilmiah ini dapat menjadi sarana peneliti untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pemberian asuhan keperawatan jiwa terutama pada masalah jiwa serta mengaplikasikan materi yang didapatkan saat di bangku perkuliahan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 NAPZA Menurut Hawari (2006) zat-zat yang tergolong narkotika dalam UU di Indonesia yang dilarang untuk disalahgunakan adalah ganja, morphine, heroin dan kokain. Zat-zat yang tergolong psikotropika dalam UU di Indonesia yang dilarang untuk disalahgunakan terbagi dalam 4 golongan yaitu: a) Golongan psikodesleptika
yaitu
Asam
Lisergik
Dietil-amida/LSD,
Meskalina,
Psilosibina dan zat lain yang efeknya sama; b) Golongan stimulansia yaitu Amfetamin dan turunannya (“ectasy”, “shabu-shabu”) dan zat lain yang efeknya sama; c) Golongan sedative/hipnotika yaitu nitrazepam, barbiturat dan zat lain yang efeknya sama; d) Golongan ansiolitika (anti cemas) dan zat lain yang efeknya sama. Orang-orang yang mengkonsumsi NAPZA, jenis amfetamin (Psikotropika golongan I) contoh: shabu-shabu dengan cara dihirup dengan alat khusus yang disebut dengan “bong” akan mengalami gejala psikologik: a) Agitasi psikomotor: yang bersangkutan berperilaku hiperaktif; b) Rasa gembira (elation): suasana gembira yang berlebihan (euphoria); c) Harga diri meningkat (grandiosity); d) Banyak bicara (melantur); e) Kewaspadaan meningkat (paranoid); f) Halusinasi penglihatan (melihat sesuatu/ bayangan yang sebenarnya tidak ada) (Hawari, 2006). Gejala fisik yang dialami penguna amfetamin: a) Jantung berdebar-debar (palpitasi); b) Pupil mata melebar (dilatasi pupil); c) Tekanan darah naik (hipertensi); d)Keringat berlebihan atau kedinginan; e) Mual dan muntah; f) Tingkah laku maladaptif seperti perkelahian, gangguan daya nilai realitas, gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan (Hawari, 2006). Orang yang mengkonsumsi amfetamin akan mengalami gangguan delusi (waham) yang ditandai dengan gejala-gejala: a) Waham kejaran yaitu ketakutan yang tidak rasional/paranoid, dirinya terancam karena ada orangorang yang mengejar ingin mencelakakan dirinya; b) Kecurigaan terhadap lingkungan sekitar yang menyangkut dirinya sendiri (ideas of reference),
6 Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
7
pembicaraan orang atau berita serta peristiwa yang terjadi ditujukan terhadap dirinya; c) Agresivitas dan sikap bermusuhan; d) Kecemasan dan kegelisahan; e) Agitasi psikomotor (tidak dapat diam, tidak dapat tenang dan mudah terprovokasi) (Hawari, 2006). Kerangka Respon Adaptif-Maladaptif Pengguna NAPZA
(Sumber: Yosep, 2007) Keterangan : Eksperimental: Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa ingin tahu dari remaja. Sesuai kebutuan pada masa tumbuh kembangnya, klien biasanya ingin mencari pengalaman yang baru atau sering dikatakan taraf coba-coba. Rekreasional: Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam mingguan, acara ulang tahun. Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama teman-temannya. Situasional:
Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan
kebutuhan bagi dirinya sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya individu menggunakan zat pada saat sedang mempunyai masalah, stres, dan frustasi. Penyalahgunaan: Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial, pendidikan, dan pekerjaan. Ketergantungan: Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
8
adanya toleransi dan sindroma putus zat (suatu kondisi dimana individu yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan. Sedangkan toleransi adalah suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya. 2.2 Skizofrenia 2.2.1 Definisi Skizofrenia berasal dari kata yunani yang bermakna: schizo artinya terbagi, terpecah dan prenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau terpecah. Saat ini para ahli berpendapat pengertian penderita skizofrenia: pikiran dan perilakunya tidak konsisten. Penderita tidak konsisten, tidak rasional dan tidak pasti (Lumbantobing, 2007). Beberapa ahli mendefinisikan pengertian skizofrenia. Menurut Duran & Barlow, 2007 dalam Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011, mengatakan bahwa skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan pikiran yang terpecah (split) yang mendasari perilaku menyimpang (tidak lazim),
seperti
asosiative
splitting
dalam
fungsi-fungsi
dasar
kepribadiannya. Copel, 2007 dalam dalam Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011 mengemukakan bahwa skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan komunikasi, bahasa, pikiran, persepsi dan perilaku. Penyakit ini mula-mula dikemukakan di kepustakaan DR. emil kraepelin (1855-1926), psikiater berkebangsaan jerman. Ia menamai kelainan sebagai demensia praecox (dini), terdapat deteriorasi mental dini. Kata schizophrenia mula-mula digunakan oleh Eugene bleuler, seorang psikiater berkebangsaan Swiss. Manifestasi primer : gangguan pikiran, emosi menumpul dan hubungan
dengan dunia luar dan lingkungan
terganggu. Gejala sekunder: adanya halusinasi atau delusi/waham (Lumbantobing, 2007).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
9
2.2.2 Klasifikasi Menurut Copel, Durrand & Barlow, 2007 dalam Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011 tipe skizofrenia dikelompokkan atas lima bagian, yaitu: a)Skizofrenia jenis tidak terorganisasi: gejala mayornya adalah waham tidak sistematis, inkoheren, asosiasi lepas, perilaku umum tidak terorganisasi, afeknya datar, tumpul atau tidak wajar; b)Katatonik:: gejala mayornya adalah abnormalitas motorik, baik aktivitas yang berlebihan atau terdapat inaktivitas, termasuk imobilitas, fleksibilitas seperti lilin (menempatkan ekstremitasnya pada suatu sikap dan mempertahankannya untuk beberapa waktu); c) Skizofrenia Paranoid: gejalanya adalah adanya delusi kebesaran dan persekusi, mengalami halusinasi terutama pada halusinasi pendengaran, mengalami gangguan psikomotor seperti stupor, negativisme, rigiditas, postur aneh, agitasi dan mutisme (bisu), mengalami ansietas dan suka marah-marah, selalu bersifat argumentatif, hubungan interpersonal menguat, berpotensi berprilaku agresif pada diri sendiri atau orang lain, keterampilan kognitif dan afektif tetap utuh, menunjukkan hasil tes kognitif yang normal, memiliki persepsi superior terhadap penyataan emosi, menunjukkan tingkat kesembuhan yang relatif besar apabila dibandingkan dengan tipe-tipe gangguan skizofrenia lainnya; d) Hebefrenia: ditandai deteriorasi, ditunjukkan oleh perilaku kekanakan dan afek yang tidak wajar seperti tertawa, terkekeh atau tingkah laku ritual; e) Simple (sederhana), terutama ditandai oleh menyendiri dan afek yang datar
2.2.3 Gejala Klinis Bleuler, 1908 dalam Lumbantobing (2007) mengidentifikasi
gejala
primer pada skizofrenia: gangguan asosiasi, gangguan afek, autisme, ambivalen (sikap atau perasaan mendua atau lebih). Ada 2 gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia, yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif merupakan gejala akut dan sensasi dialami oleh pasien, padahal tidak ada yang merangsang atau mengkreasi sensasi tersebut, serta dapat timbul pikiran yang tidak dapat dikontrol
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
10
pasien: a) Halusinasi pendengaran; b)Delusi (waham): penyelipan pikiran,menarik pikiran dan penyiaran isi atau buah pikiran. Ada pemikiran
yang
mengakibatkan
dimasukkan,
terjadi
diinsersi
kebingungan,
ke
kekacauan
dalam
pikirannya
dan
disorientasi
(Lumbantobing, 2007). Menurut Copel, 2007 dalam Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011, Delusi atau waham adalah keyakinan oleh kebanyakan orang atau anggota masyarakat sebagai misinterpretation terhadap realitas dari pengalaman atau persepsi. Waham sering terjadi dalam bentuk penyiaran pikiran yaitu mereka percaya bahwa pikiran pribadinya telah disiarkan ke dunia luar dan mereka sering kali percaya bahwa perasaan, pikiran dan tindakan bukan dilakukannya tetapi digerakkan oleh kekuatan-kekuatan eksternal. Delusi pada
klien skizofrenia sering berupa keyakinan yang tidak
realistis, ganjil dan tidak dimiliki orang lain. 2.2.4 Faktor Risiko Terjadinya Skizofrenia Sampai saat ini belum ditemukan penyebab skizofrenia. Banyak ahli yang menduga penyebabnya dari multi faktor: faktor biologis, faktor psikologis, psikososial, peran bakat, peran lingkungan, nature and nuture dalam penyebab penyakit ini (Lumbantobing, 2007). Skizofrenia dapat dianggap sebagai gangguan yang penyebabnya multiple yang saling berinteraksi.
Menurut Stuart & Laraia (2005) faktor-faktor penyebab skizofrenia, yaitu 2.2.4.1 Faktor Predisposisi a) Faktor biologis: skizofrenia diyakini terjadi karena adanya atrofi
otak,
gangguan
anatomik,herediter
atau
genetik
pembesaran dan ventrikel di otak atau perubahan pada sel kortikal dan limbik. Gangguan anatomik: dicurigai ada beberapa bangunan anatomis berperan yaitu lobus temporal, sistem limbik dan reticular activating system. Ventrikel penderita skizofrenia lebih besar daripada control.Pemeriksaan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
11
MRI menunjukkan hilangnya atau berkurangnya neuron di lobus temporal. Hasil pemeriksaan didapatkan menurunnya aliran darah dan metabolisme glukosa di lobus frontal. b) Faktor psikologis: Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan. Misalnya konflik pernikahan, koping stress tidak konstruktif atau tidak adaptif, gangguan identitas. c) Faktor sosial budaya: seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham. Misalnya kemiskinan, ketidakharmonisan sosial budaya, hidup terisolasi, stress menumpuk d) Faktor
perkembangan:
hambatan
perkembangan
akan
mengganggu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif .faktor predisposisi yang terakhir adalah faktor genetik. 2.2.4.2 Faktor Presipitasi Faktor presipitasi waham terdiri dari proses pengolahan informasi yang berlebihan, mekanisme penghantaran listrik yang abnormal, dan adanya gejala pemicu. Sumber faktor presipitasi bisa beragam,
namun
berkembangnnya menjadi
suatu kondisi
patologis dipengaruhi oleh waktu (lama dan frekuensi stimulus) serta jumlah stimulus yang dialami.
Faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi
skizofrenia
menurut
Lumbantobing 2007, yaitu a) Biokimiawi: saat ini didapat hipotesa yang mengemukakan adanya peranan dopamine, katekolamin, norepinefrin dan gaba pada skizofrenia; b) Serotonin: obat-obat serotonin-dopamin antagonis (misalnyaclozapin, risperidon, sertindole) banyak diteliti
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
12
mempunyai aktivitas terkait serotonin yang kuat. Sistem neurotransmitter multiple saling bekerja (berinteraksi) meregulasi gejala skizofrenia.
Tabel 2.1 Prevalensi Skizofrenia No
Populasi
Prevalensi
1
Populasi umum
1%
2
Saudara kandung penderita skizofrenia
8%
3
Anak
yang
orang
tuanya
penderita 12%
skizofrenia 4
Saudara kembar dizigot skizofrenia
12%
5
Saudara kembar monozigot skizofrenia
47%
6
Anak yang kedua orang tuanya penderita 40% skizofrenia
Sumber: Lumbantobing, 2007
2.3 Waham Keliat (2010) mendefinisikan waham sebagai suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Menurut Stuart & Laraia (2005), waham dalah kepercayaan yang salah terhadap obyek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelektual dan budaya. Selain itu, waham disebut juga dengan keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan kondisi obyektif, dipertahankan terus menerus. Perubahan proses pikir adalah keadaan di mana individu mengalami suatu gangguan dalam aktivitas mental seperti berpikir sadar, orientasi realitas, pemecahan masalah, penilaian dan pemahaman yang berhubungan dengan koping (Carpenito, 2006).
2.3.1 Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham meliputi: 2.3.1.1 Waham kebesaran, yaitu individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali,
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
13
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh: “Saya ini pejabat di kementerian kesehatan lho.” 2.3.1.2 Waham curiga, yaitu individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh: “Saya tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan
hidup
saya
karena
mereka
iri
dengan
kesuksesan saya.” 2.3.1.3 Waham agama, yaitu individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi sesuai dengan kenyataan. Contoh, “saya nabi ke 26 dalam agama islam.” 2.3.1.4 Waham somatik, yaitu individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh, “ saya sakit kanker setiap hari.” (Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker) 2.3.1.5 Waham nihilistik, yaitu individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.”
Respon adaptif
Respon maladaptif
Berpikir logis Persepsi akurat Emosi yang konsisten dengan pengalaman Tingkah laku yang sesuai Hubungan sosial harmonis
Kadang proses pikir terganggu Ilusi Emosi berlebihan Tingkah laku yang tidak biasa Menarik diri
Gangguan proses pikir : Waham Gangguan persepsi sensori : halusinasi Perubahan proses emosi Tingkah laku yang tidak terorganisasi Isolasi sosial
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
14
Data-data yang perlu dikaji untuk klien dengan waham kebesaran adalah (Keliat, 2010): klien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan menetap, klien takut terhadap objek atau situasi tertentu atau cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya, klien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidak nyata, klien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya, klien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain, klien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar, klien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya.
2.4 Tindakan Keperawatan pada Pasien dengan Waham Kebesaran 2.4.1 Tujuan Tujuan dari intervensi keperawatan yaitu klien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap, klien dapat memenuhi kebutuhan dasar, klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan, klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (Keliat, 2010). 2.4.2 Tindakan Keperawatan Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu bina hubungan saling percaya,
bantu
orientasi
realita,
diskusikan
kebutuhan
psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah, tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien, berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki, bantu melakukan kemampuan yang dimiliki, berdiskusi tentang obat yang diminum,melatih minum obat yang benar. SP 1 Pasien: BHSP, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktikkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi. 1) Bina hubungan saling percaya
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
15
Tindakan keperawatan: mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukai, menjelaskan tujuan interaksi, membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2) Membantu orientasi realitas Tindakan Keperawatan: tidak mendukung atau membantah waham pasien, meyakinkan pasien berada dalam keadaan aman, mengobservasi pengaruh waham pada aktivitas sehari-hari, jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya, memberikan pujian jika penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas 3) Mendiskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah
SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktikkannya 1) Pertahankan rasa percaya pasien Tindakan
keperawatan:
mengucapkan
salam
dan
memberi
motivasi.Assesment ulang waham dan tidak menyangkal atau tidak mendukung waham pasien 2) Membuat kontrak ulang: meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien 3) Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki 4) Memfasilitasi melakukan kemampuan yang dimiliki klien dan memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
SP 3Pasien: Mengajarkan dan melatih minum cara minum obat yang benar 1) Pertahankan rasa percaya pasien Tindakan keperawatan: mengucapkan salam dan memberi motivasi , assesment ulang latihan hobi yang dimiliki klien
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
16
2) Membuat kontrak ulang: berdiskusi tentang obat dan latihan cara minum obat yang benar 3) Mendiskusikan tentang obat yang diminum 4) Melatih minum obat yang benar
2.5 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Talcott Parsons (1937) mengemukakan pendapatnya mengenai tipe masyarakat kota yang diantaranya mempunyai ciri-ciri : a). Netral Afektif Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkan rasionalitas. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya. b). Orientasi Diri Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistik. c). Universalisme Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk universalisme. d). Prestasi Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu diterima berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya. e). Heterogenitas Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat heterogen, artinya terdiri dari lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
17
Urban health (kesehatan masyarakat perkotaan) sebagai salah satu aspek kajian ilmu keperawatan komunitas menjadi hal yang sangat penting untuk dikaji. Urban health ini dikarakteristikkan dengan adanya hubungan antara lingkungan dengan kesehatan populasi masyarakat perkotaan. Menurut Galea dan Vlahov (2005), faktor yang bertanggung jawab pada kesehatan warga kota antara lain lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan akses kesehatan serta pelayanan sosial. Komunitas masyarakat perkotaan ditandai dengan adanya dukungan sosial yang negatif seperti konsumsi narkoba dan kelompok/gang dan kemiskinan.
Melihat kondisi kota yang semakin parah ini, akhirnya pada abad ke -19 muncul dua disiplin ilmu yang berguna dalam mengatasi masalah perkotaan, yaitu urban planning (perencanaan kota) dan public health (kesehatan masyarakat). Urban planning dikhususkan untuk meningkatkan kesejahteraan individual dan masyarakat dengan menciptakan tempat yang lebih sehat, efisien, menarik, dan adil (Kochtitzky, et al., 2006). Selain itu juga disiplin ilmu ini mengkhususkan dirinya pada masalah seperti transportasi, perumahan, area komersil, sumber daya alam, perlindungan lingkungan, dan infrastruktur kesehatan. Sedangkan public health mengatasi masalah dengan mengkaji dan memastikan keterjangkauan pelayanan kepada masyarakat.
Seiring dengan perjalanan waktu, muncullah istilah health disparities (kesenjangan kesehatan) yang dikhususkan pada masyarakat perkotaan. Kesenjangan kesehatan dapat diartikan sebagai rantai yang ditandai dengan perbedaan dalam lingkungan; akses, penggunaan, dan kualitas pelayanan kesehatan; status kesehatan; dan kasus kesehatan khusus yang butuh pengamatan (Carter-Porras & Baquet, 2002, p. 427). Alasan utama adanya kesenjangan kesehatan ini adalah ketidakproporsionalan beban masalah sosial dan kesehatan tertentu diantara populasi yang berbeda. Kesenjangan kesehatan dapat terjadi di lingkup pelayanan kesehatan. Misalnya penyedia layanan tidak mau melayani kesehatan kepada ras tertentu yang tidak familiar, tidak mengenal bahasa, dan tidak sama nilai dan norma-normanya.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
18
Isu ras dan etnis sangat berpengaruh pada kesenjangan ini pada saat itu. ras kulit putih seakan lebih diutamakan dalam pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ras kulit hitam.
Berbagai stessor psikososial dapat memicu berbagai permasalahan psikologis pada masyarakat di daerah perkotaan. Karakteristik masalah tersebut diantaranya adalah kekerasan rumah tangga (KDRT), stres, gangguan jiwa, kasus perceraian, remaja putus sekolah, kriminalitas anak dan remaja, masalah anak jalanan, penyalahgunaan NAPZA serta dampaknya (Hepatitis, HIV/AIDS), serta kasus bunuh diri. Data WHO pada tahun 2012 menunjukan bahwa rata-rata 5-10 % dari populasi masyarakat di suatu wilayah perkotaan mengalami depresi dan memerlukan bantuan psikiatrik
dan intervensi
psikososial. Berikut ini akan diuraikan satu per satu mengenai masing-masing masalah psikososial masyarakat perkotaan yang telah disebutkan di atas. a. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang dalam anggota keluarga yang mengakibatkan timbulnya kesengsaraan atau penderitaaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga (UndangUndang Nomor 23 tahun 2004 tentang KDRT). Lingkup- rumah tangga mencakup istri, anak, suami, termasuk juga orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga karena pertalian darah, perkawinan, pengasuhan, dan perwalian. Dampak KDRT meliputi gangguan fisik non-reproduksi (luka fisik, kecacatan), gangguan kesehatan reproduksi (PMS, dan kehamilan diluar nikah), gangguan kesehatan jiwa (trauma mental), kematian atau bubuh diri. KDRT juag merupakan contributor untuk masalah lain seperti penelantarana anak, perceraian, kriminalitas remaja, serta penyalahgunaan narkoba.
b. Remaja Putus Sekolah Berdasarkan data direktorat Pendidikan kesehatan Depdiknas tahun 2005 lalu, di Indonesia tercatat jumlah pelajar SLTP yang putus sekolah sebanyak 1.000.746 siswa/siswi, sedangkan pelajar SMA putus sekloah
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
19
sebanyak 151.976. Jumlah pelajar SMA yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi adalah sebanyak 691.657 orang.Laporan ILO 2008 menyatakan bahwa sebanyak 4.18 juta anak di Indonesia putus sekolah dan sebagian besar menajdi pekerja anak. Hal ini disebabkan karena biaya pendidikan di Indonesia tergolong mahal dan masyarakat merasa tidak mampu memenuhinya. Masalah putus sekolah dapat memicu masalah lain dikemudian hari yakni meningkatnya angka pengangguran , kemiskinan, dan kriminal. Sedangkan bagi individu anak sendiri putus sekolah dapat berakibat apda masalah gangguan harga diri rendah, dan isolasi sosial.
c. Kriminalitas anak dan remaja Data direktorak jenderal kemasyarakatan dan komnas perlindungan anak (PA) menunjukan bahwa tahun 2005 di Indonesia terdapat 2.179 tahanan anak dan 802 narapidana, anak dan 7 diantaranya adalah perempuan. Dari tahun ke tahun angka ini terus meningkat hingga 20 % per tahun. Menurut data PA 40 % kasus narapidana anak diantaranya adalah penyalahgunaan obat-obat terlarang, 20% karena perjudian, dan sisanya kasus lain seperti pencurian dan pembunuhan.
Pada tahun 2006, dilaporkan bahwa 20% dari kasus kriminal remaja diantaranya adalah kasus kekerasan seksual.72% mengaku terinspirasi dari tayangan televisi, setelah membaca media cetak, atau menonton film porno.Selain itu, kenakalan remaja juga merambah ke bangku sekolah. Terbukti dengan banyaknya kasus tawuran antarpelajar di Ibu kota.
d. Masalah anak jalanan Masalah anak jalanan dan penelantaran anak di Indonesia tergolong sangat tinggi. Pada tahun 2012 tercatat sekitar 5,4 juta anak terlantar, lebih dari 170.000 anak jalanan dan lebih dari 1000 kasus kekerasan terhadap anak dibawah umur dilaporkan kepada komisi perlindungan anak. Anak-anak tersebut sangat rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA, pelecehan dan kekerasan seksual serta berpotensi sebagai pelaku tindak kriminalitas di
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
20
masa yang akan datang. Namun, di satu sisi anak-anak ini juga rentan tertular berbagai penyakit dan mati kelaparan akibat tidak terjangkaunya fasilitas kesehatan dan kebutuhan sehari-hari.
e. Masalah NAPZA serta dampaknya Narkotika, alkohol, dan zat adiktif lainya (NAPZA) tergolong kedalam zat psikoaktif
yang
bekerja
mempengarhui
sistem
saraf
pusat
(neurotransmitter) sel-sel susunan saraf pusat otak sehingga menyebabkan gangguan kognitif, persepsi, perilaku, serta dapat menyebabkan efek ketergantungan fisik, psikis, maupun psikologis. Kasus penyalahgunaan NAPZA terus meningkat di Indonesia dari tahun ke tahun.Seiring dengan bertambahnya kasus penyalahgunaan NAPZA, insiden
dan epidemi
penyakit terkait akibat NAPZA seperti hepatitis dan HIV/AIDS juga meningkat.
f. Stress, Gangguan psikotik dan Skizofrenia Gangguan jiwa berat ini merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam pikiran berupa disorganisasi (kekacauan) dalam isi pikiran yang ditandai antara lain dengan delusi (waham), halusinasi, serta perilaku aneh (bizarre). Gangguan ini sering kali membutuhkan perawatan intensif di pusat-pusat rehabilitasi psikologis/psikisatrik.
g. Kasus bunuh diri Kasus bunuh diri terus meningkat di beberapa Negara termasuk Indonesia. Data WHO menjukan bahwa 90 % kasus bunuh diri yang terjadi berkaitan dengan masalah gangguan jiwa depresi, pskiotik, dan ketergantungan zat. Pergeseran usia bunuh diri yang mengkhawatirkan yakni banyak kasus bunuh diri pada anak di bawah 12 tahun.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian Klien berinisial Tn. J berusia 32 tahun, RM 032086. Klien masuk ke RSKO tanggal 21 Desember 2012 dengan diagnosis medik Skizofrenia Paranoid. Klien sebelumnya telah menjalankan program rehabilitasi selama 9 bulan di RSKO. Klien marah-marah dan mencari shabu lagi setelah pulang ke rumah. Klien datang diantar oleh kakak kandung. klien mengeluhkan badan dan pinggang lemas, pantat ngilu dan kaku. Klien sudah dua kali dirawat di RSKO. Sebelumnya klien pernah mengalami masalah yang sama, pernah menjalani pengobatan masalah kesehatan jiwa di RSMM, namun tidak berhasil. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami masalah kejiwaan. Klien pernah memukul tantenya di rumah karena tantenya menghina klien tersebut. Klien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Klien mengatakan dirinya belum menikah dan klien mengatakan bahwa dia telah mempunyai calon istri yang telah dijodohkan dari kecil yaitu Dian Sastrowardoyo yang merupakan seorang aktris di Indonesia. Menurut penuturan konselor Z, konselor yang bertanggung jawab atas klien, klien merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Orang tua klien sudah meninggal keduanya dan menurut penuturan beliau kakak laki-laki dan kakak perempuan klien tidak mau mengurus klien di rumah sehingga klien masih menjalankan program rehabilitasi di RSKO. Klien ingin terus meniti karir dan mencari penghasilan yang banyak. Konselor Klien juga mengatakan dirinya memiliki hubungan yang kurang baik dengan tantenya. Klien memiliki latar belakang pendidikan SMA. Sebelum dirawat, klien mengatakan bahwa dia bekerja di perusahaan keluarga, perusahaan yang terkenal di Jakarta yaitu Bank Danamon. Setelah orang tua meninggal, klien tinggal bersama kakak laki-lakinya Pertama kali berinteraksi dengan perawat, klien mengatakan bahwa dirinya seorang dokter yang baru selesai mengikuti operasi di ruangan operasi. Ketika 21 Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
22
dikaji masalah riwayat pemakaian NAPZA, klien berkata bahwa dia membeli narkoba ke Afrika dan memakai pesawat karena klien mengatakan bahwa dia orang kaya. Klien mengatakan bahwa dia sejak dalam kandungan telah memakai narkoba dan dia juga menderita flu dan demam ketika masih berada di perut ibu sehingga membutuhkan obat flu setiap hari. Interaksi kedua klien mengatakan bahwa dirinya adalah Allah dan klien mengatakan bahwa dia memiliki api di tangannya sebagai bukti bahwa dia merupakan Tuhan. Pertemuan ketiga klien mengatakan bahwa di Indonesia terdapat beberapa presiden dan dia bekerja sebagai diplomat, menurut klien tugas seorang diplomat adalah membentangkan karpet merah ketika presiden datang. Menurut klien, Presiden Soeharto memberikan jabatan kepada klien sebagai diplomat dan menurut klien bapak Soeharto masih hidup. Klien selalu mengatakan bahwa dirinya adalah seorang alien. Klien mengatakan dirinya memiliki saudara kandung 150 orang. Klien juga mengatakan bahwa klien tinggal di planet Mars bukan di planet Bumi. Klien juga mengatakan bahwa Asty Ananta yang merupakan aktris terkenal di Indonesia adalah adik kandung klien. Pada pertemuan berikutnya, klien menganggap perawat adalah mama, klien memanggil perawat dengan kata “mama”
Pernyataan-
pernyataan tersebut sering diulang dengan ekspresi tegang dan nada bicara tinggi, serta mendominasi pembicaraan. Ekspresi klien nampak sedih dan putus asa. Saat berinteraksi, tatapan klien terlihat kosong dan kontak mata kurang. Klien memiliki keinginan pulang yang tinggi, klien mengatakan sudah bosan tinggal di RSKO. Klien mengatakan malas berdoa dan beribadah untuk meminta kesembuhan dan bisa segera pulang karena klien merasa lelah. Namun klien mengakui kadangkadang menjalankan sholat karena keinginan sendiri atau diingatkan temanteman. Klien jarang dikunjungi oleh keluarga. Konselor klien juga membantu klien untuk bisa “Home Live” (suatu program dari rehabilitasi yang memfasilitasi klien untuk pulang ke rumah dalam beberapa hari dengan tujuan agar klien bisa berinteraksi dan beradaptasi dengan keluarga sebelum benar-benar pulang ke rumah). Klien tampak sangat senang setelah bisa pulang ke rumah dalam 2 hari.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
23
Klien lebih sering terlihat sendirian dan klien mengatakan malas untuk berinteraksi dengan klien lain, karena menurutnya ngobrol dengan klien lain tidak nyambung. Klien mengatakan dirinya sering melihat hantu dan sejenisnya di ruangan rehabilitasi dan bisa muncul kapan saja apalagi ketika malam hari, namun sekarang sudah tidak pernah melihat wujud yang aneh lagi. Klien mengatakan saat di rumah halusinasinya tidak muncul. Klien belum mampu mengenal halusinasi secara kognitif dan psikomotor untuk mengontrol halusinasi, serta afektif masih perlu diajarkan. Klien mengatakan akibat halusinasi yang dirasakannya, ia menjadi gelisah, sulit tidur, senang keluar malam, serta menjadi kesal dan marah. Selama interaksi, klien berbicara dengan nada tinggi dan cepat. Klien juga terlihat tegang dengan emosi yang labil. Klien sering terlihat murung, sedih, dan lesu. Aktivitas selama di ruangan, klien banyak beraktivitas. Klien mengikuti kegiatan olahraga setiap pagi, merapikan seprei tempat tidur sendiri, “morning meeting” (sebuah pertemuan rutin setiap pagi yang diikuti oleh semua pasien program rehabilitasi yang membahas masalah individu dan kelompok), membantu mengerjakan tugas di ruangan seperti menyapu, mengepel, dan mencuci piring. Klien pernah menjadi wakil ketua kelompok yang dipercaya oleh teman-teman, namun ketika ditanya perasaan klien menjadi wakil ketua, klien menjawab dia tidak mau lagi menjadi wakil ketua karena capek dan lelah. Klien juga menjadi penanggung jawab “kitchen” (tanggung jawab untuk memasak nasi, menyiapkan lauk pauk untuk kelompok dan mencuci piring). Klien merasa kesal ketika konselor akan menghukum semua kelompok ketika hanya satu orang yang berbuat kesalahan. klien belum mampu mengontrol rasa marahnya dengan baik. Klien belum mampu menyebutkan cara-cara untuk mengontrol rasa marah dan kesalnya.
3.2 Masalah Keperawatan 1) Gangguan proses pikir : Waham Kebesaran Data Subjektif: klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang dokter dan baru selesai dari ruang operasi, klien mengatakan bahwa dirinya adalah
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
24
kekasih Dian sastro yang telah dijodohkan oleh keluarganya,
klien
mengatakan bahwa dirinya adalah kakak Asti ananta, klien mengatakan bahwa dirinya adalah alien, klien mengatakan bahwa dirinya bekerja sebagai diplomat, klien mengatakan bahwa dia bekerja di perusahaan keluarga yang terkenal yaitu Bank Danamon di Jakarta.
Data Objektif: klien jarang berinteraksi dengan klien lainnya, klien bercerita secara berulang-ulang, saat berinteraksi, klien mendominasi pembicaraan, ekspresi klien tegang dan mudah tersinggung, nada bicara klien tinggi dan berteriak. 2) Gangguan konsep diri: Harga diri rendah Data Subjektif: klien mengatakan bahwa ia kadang malu untuk berinteraksi terlebih dahulu dengan orang lain, klien mengatakan jarang berinteraksi dengan klien lainnya karena malas, klien mengatakan tidak pandai bermain badminton, tenis meja padahal ketika bermain dengan perawat klien menang.
Data Objektif: kurang berinisiatif berinteraksi dengan orang lain,klien lebih banyak diam, klien terlihat kurang percaya diri dalam bermain badminton dan tenis meja, saat interaksi kontak mata klien kurang dan tatapan mata kosong
3) Isolasi Sosial Data Subjektif: klien mengatakan jarang berinteraksi dengan klien lainnya karena malas, klien mengatakan lebih senang menyendiri dan berinteraksi jika teman mengajak duluan Data Objektif: klien tampak sering menyendiri, klien tampak lebih suka di kamar dibandingkan bermain bola/badminton/tenis meja ketika sore hari, klien sering terlihat jarang berbincang-bincang dengan orang lain, klien
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
25
menunjukkan perilaku yang tidak diterima bagi kelompok dominan (Dian sastro merupakan kekasih klien)
4) Risiko Perilaku Kekerasan Data Subjektif: menurut konselor, klien pernah marah-marah memukul tantenya karena menghina klien, klien mengatakan marah pada konselor karena klien bersama teman mau dihukum gara- gara 1 orang teman menyimpan rokok, teman klien mengatakan bahwa klien berteriak pada konselor
Data Objektif: terlihat kaku, mata melotot, kadang gelisah, suka mondarmandir, klien berteriak 5) Gangguan sensori : halusinasi penglihatan Data Subjektif: klien mengatakan sering melihat hantu atau sejenisnya di Rumah Sakit, klien mengatakan melihat api di tangannya padahal orang lain tidak melihat api
tersebut, klien mengatakan saat sekarang sudah
jarang melihat hantu, klien melihat wujud hantu biasanya pada malam hari
Data objektif: klien sering terlihat tertawa sendiri, respon klien berlebihan dalam berbicara
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
26
3.3 Pohon Masalah dan Diagnosis Keperawatan Pohon Masalah Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan
Gangguan proses pikir: Waham Kebesaran
Gangguan sensori persepsi: Halusinasi penglihatan
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Isolasi sosial
Diagnosis Keperawatan: 1) Gangguan proses pikir: waham kebesaran 2) Gangguan konsep diri: harga diri rendah 3) Isolasi sosial 4) Risiko Perilaku Kekerasan 5) Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan 3.4 Rencana Asuhan Keperawatan (terlampir) 3.5 Catatan Perkembangan Implementasi Keperawatan (terlampir)
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
BAB 4 ANALISIS SITUASI Bab ini berisi tentang analisis situasi terkait pelaksanaan asuhan keperawatan waham kebesaran pada Tn. J yang mengalami Skizofrenia Paranoid yang dirawat di ruang rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. Analisis yang dilakukan meliputi profil lahan praktek, analisis masalah keperawatan, analisis intervensi, dan analisis terkait alternatif pemecahan masalah. 4.1 Profil lahan praktek Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta menggabungkan 2 ruangan yaitu ruang MPE dan Rehabilitasi pada tahun 2007. Tujuannya adalah untuk memudahkan alur dan proses penyembuhan pasien. Ruang rehabilitasi merupakan ruangan yang memberikan terapi rehabilitasi pada pecandu Napza dan memiliki konsep therapeutic community. Kapasitas tempat tidur diruangan ini berjumlah 60 tempat tidur dengan kapasitas kelas “primary” sebanyak 20 tempat tidur, 20 tempat tidur untuk program “special” dan 20 tempat tidur untuk program “re-entry dan aftercare”.
Ruangan rehabilitasi merawat pasien laki-laki dan perempuan dengan batasan usia remaja, dewasa, hingga lansia. Karakteristik pasien ruangan ini stabil dan dalam tahap pemulihan. Waktu terapi yang dibutuhkan di ruangan rehabilitasi berkisar dari 3 bulan-1 tahun.Masalah keperawatan yang ditemukan di ruangan ini adalah koping individu tidak efektif, ketidakberdayaan, keputusasaan, HDR, berduka disfungsional, gangguan pola tidur, defisit perawatan diri, RPK, halusinasi, waham, isolasi sosial, nyeri dan RBD.
Tahap Program di Ruangan Rehabilitasi: a) Primary: memotivasi pasien untuk menyadari perilaku dan bagaimana merubahnya; b) Special Program: kasus-kasus tertentu dan pasien yang mempunyai dual diagnosa; c) Re-entry: pengembangan sikap dan perilaku bertanggung jawab dalam keluarga dan lingkungan sosial; d) After Care: seorang pecandu kembali membangun hidup
27 Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
28
dengan keluarga dan dilingkungan sosial yang ada, namun masih dalam lingkungan yang terkontrol pada program penyembuhan.
Ruangan Rehabilitasi dan MPE dikepalai oleh seorang kepala ruangan yaitu bapak Ade Utama, Amd. kep dibantu
dua orang ketua tim yaitu katim
ruangan rehabilitasi, ibu Nur Wahidah, Amd.kep dan ibu Ns. Ade Leana Citra, S.Kep, serta dilengkapi dengan 15 orang perawat pelaksana.
Jumlah Ketenagaan di ruang MPE & Rehabilitasi: a) Dokter Umum : 2 orang; b) Dokter Spesialis Jiwa : 1 orang;c)Perawat Spesialis jiwa : 1 orang; d)Psikolog : 3 orang;e)Perawat : 19 orang: Dengan variasi 1 orang spesialis keperawatan jiwa, 4 orang sarjana keperawatan, dan 14 orang Diploma; f) Konselor : 11 orang; g) pekerja sosial : 2 orang; h) security : 6 orang; i) Cleaning service : 2 orang 4.2 Analisis masalah keperawatan Permulaan pelaksanaan pengkajian dilakukan perawat sejak saat pertama perawat masuk ruang rehabilitasi pada tanggal 13 Mei 2013. Hasil pengkajian didapatkan bahwa pasien sering mengatakan bahwa dia telah mempunyai calon istri yang telah dijodohkan dari kecil yaitu Dian Sastrowardoyo yang merupakan seorang aktris di Indonesia. Klien mengatakan bahwa dia bekerja di perusahaan keluarga, perusahaan yang terkenal di Jakarta yaitu Bank Danamon. Klien mengatakan bahwa dirinya seorang dokter yang baru selesai mengikuti operasi di ruangan operasi. Ketika dikaji masalah riwayat pemakaian NAPZA, klien berkata bahwa dia membeli narkoba ke Afrika dan memakai pesawat karena klien mengatakan bahwa dia orang kaya.Klien mengatakan bahwa dia sejak dalam kandungan telah memakai narkoba dan dia juga menderita flu dan demam ketika masih berada di perut ibu sehingga membutuhkan obat flu setiap hari. Interaksi kedua klien mengatakan bahwa dirinya adalah Allah dan klien mengatakan bahwa dia memiliki api di tangannya sebagai bukti bahwa dia merupakan Tuhan. Pertemuan ketiga klien mengatakan bahwa di Indonesia terdapat beberapa presiden dan dia bekerja sebagai
diplomat,
menurut
klien
tugas
seorang
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
diplomat
adalah
Universitas indonesia
29
membentangkan karpet merah ketika presiden datang.Menurut klien, Presiden Soeharto memberikan jabatan kepada klien sebagai diplomat dan menurut klien bapak Soeharto masih hidup. Klien selalu mengatakan bahwa dirinya adalah seorang alien. Klien mengatakan dirinya memiliki saudara kandung 150 orang. Klien juga mengatakan bahwa klien tinggal di planet Mars bukan di planet Bumi. Klien juga mengatakan bahwa Asty Ananta yang merupakan aktris terkenal di Indonesia adalah adik kandung klien. Pada pertemuan berikutnya, klien menganggap perawat adalah mama, klien memanggil perawat dengan kata “mama”. Selama interaksi ekspresi wajah sedih, mudah tersinggung, mendominasi pembicaraan, jarang menjalankan kegiatan keagamaan, bicara berulang-ulang dengan nada tinggi, mengihindar dari orang lain karena menurut pasien tidak nyambung dengan pasien lain dan malas untuk berinteraksi.Hal-hal tersebut menunjukkan klien mengalami gangguan proses pikir: waham kebesaran. Waham kebesaran adalah individu meyakini bahwa dia adalah seseorang yang memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, 2010). Waham dijelaskan Yosep (2009) bahwa pada fase improving, tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial. Selain itu Stuart & Laraia (2005) juga menyebutkan bahwa 90% orang yang menderita skizofrenia akan menunjukkan gejala psikologi seperti waham. Masalah waham kebesaran yang diangkat berhubungan dengan proses sakit, pengaruh lingkungan karena klien tinggal di daerah perkotaan dan diperburuk dengan terjadinya perubahan peran sosial akibat kehilangan kedua orang tua dan kedua kakak yang tidak mau merawat adiknya. Kondisi jiwa yang ditunjukkan oleh Tn. J dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu lingkungan
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Universitas indonesia
30
tempat tinggal, lingkungan sosial. Hal ini sesuai Galea dan Vlahov (2005), faktor yang bertanggung jawab pada kesehatan warga kota antara lain lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan akses kesehatan serta pelayanan sosial. komunitas masyarakat perkotaan ditandai dengan adanya dukungan sosial yang negatif seperti konsumsi narkoba dan kelompok/gang dan kemiskinan.
Masalah waham kebesaran yang dialami Tn. J disebabkan oleh beberapa faktor. Selain disebabkan oleh kondisi sakit masalah ini juga disebabkan oleh faktor psikologis yaitu hubungan yang tidak harmonis dengan keluarga. Hal ini sesuai dengan Stuart & Laraia (2005) yang menyatakan hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan dapat menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan (Misalnya konflik pernikahan, koping stress tidak konstruktif atau tidak adaptif, gangguan identitas)merupakan faktor psikologis
yang dapat menyebabkan terjadinya waham. Hal ini tampak pada hubungan yang tidak harmonis pada klien dan kedua kakanya yang diungkapkan oleh konselor klien sehingga kedua kakaknya tidak mau merawat klien di rumah dan mengantarkan adiknya ke RSKO. Faktor kedua yang menyebabkan klien waham karena klien mengkonsumsi NAPZA, jenis amfetamin (Psikotropika golongan I) yaitu : shabu-shabu dengan cara disuntik. Menurut Hawari, 2006 orang yang mengkonsumsi amfetamin akan mengalami gangguan delusi (waham) yang ditandai dengan gejala-gejala: a) Waham kejaran yaitu ketakutan yang tidak rasional/paranoid, dirinya terancam karena ada orang-orang yang mengejar ingin mencelakakan dirinya; b) Kecurigaan terhadap lingkungan sekitar yang menyangkut dirinya sendiri (ideas of reference), pembicaraan orang atau berita serta peristiwa yang terjadi ditujukan terhadap dirinya; c) Agresivitas dan sikap bermusuhan; d) Kecemasan dan kegelisahan; e) Agitasi psikomotor (tidak dapat diam, tidak dapat tenang dan mudah terprovokasi) . 3 dari 5 tanda gejala dari waham yang dijelaskan diatas terdapat pada Tn. J. Tn. J selalu merasa cemas dan gelisah, hal ini terlihat dari gerakan tangan yang selalu ada ketika berinteraksi dengan siapapun termasuk perawat. Tn. J mudah terprovokasi oleh temannya Tn. I yang berkuasa terhadap Tn. J contohnya: ketika klien dipeluk oleh Tn. I seperti
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Universitas indonesia
31
halnya istrinya klien mau saja. Tn. J juga pernah mengatakan pada perawat bahwa ada orang yang ingin mencelakakan dirinya padahal sebenarnya tidak ada, hanya ada di dalam pikiran Tn. J. Klien menampakkan suasana gembira yang berlebihan (euphoria) pada perawat, percaya diri bahwa dia memiliki kekasih seorang aktris, melantur dengan mengatakan bahwa perawat adalah mamanya, ketika diajak berdiskusi dengan teman perawat, klien tetap mempertahankan argument dan melihat api di tangannya yang sebenarnya tidak ada. Hal ini sependapat dengan Hawari, 2006 yang mengatakan pemakaian shabu-shabu akan menimbulkan efek psikologis:
berperilaku
hiperaktif,
suasana
gembira
yang
berlebihan
(euphoria), harga diri meningkat (grandiosity), banyak bicara (melantur), kewaspadaan meningkat (paranoid), halusinasi penglihatan (melihat sesuatu/ bayangan yang sebenarnya tidak ada). Faktor ketiga yang menyebabkan klien mengalami waham adalah faktor sosial budaya. Kesepian yang dialami oleh klien akibat kehilangan kedua orang tua karena meninggal. Stuart & Laraia (2005) menyebutkan bahwa seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham. Misalnya kemiskinan, ketidakharmonisan sosial budaya, hidup terisolasi, stress menumpuk. Klien dengan masalah waham kebesaran ini berada dalam tahap penyalahgunaan NAPZA yang menganggu fungsi klien sebagai adik dalam keluarga, tetangga dalam masyarakat dan belum sampai pada ketergantungan. Hal ini sepemahaman dengan Yosep, 2007 yang berpendapat bahwa penyalahgunaan merupakan penggunaan zat
yang sudah cukup patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial, pendidikan, dan pekerjaan. Sedangkan ketergantungan dikatakan bila klien menggunakan cukup berat dan terdapat tanda-tanda ketergantungan fisik dan psikologis. 4.3 Analisis intervensi Pelaksanaan askep jiwa terhadap Tn. J dilakukan sejalan dengan aktivitas perawat dalam melaksanakan askep fisik terhadap masalah utama klien yaitu defisit perawatan diri. Hal ini dilakukan sebagaimana telah dijelaskan
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Universitas indonesia
32
sebelumnya bahwa seseorang yang menderita suatu skizofrenia memiliki kecenderungan untuk mengalami masalah jiwa yang dipengaruhi oleh berbagai faktor (Lumbantobing, 2007).
Masalah jiwa yang gagal diatasi dapat
menyebabkan masalah jiwa yang lebih susah untuk ditangani dan bertahan lama menetap pada klien. Perhatian perawat terhadap masalah waham kebesaran akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya masalah psikologis yang lebih serius lagi. Permulaan pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan perawat dengan membina hubungan saling percaya dengan klien sejak saat pertama perawat masuk ruang rehabilitasi pada tanggal 13 Mei 2013. Setelah proses berjalan maka dilakukan intervensi dan disusun berdasarkan skala proritas. Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah waham kebesaran difokuskan padapengembalian pasien ke realita. Perawat melakukan tindakan keperawatan tidak mendukung atau membantah waham klien .Klien tampak terdiam dan tidak meneruskan waham ketika perawat mennyampaikan alasanalasan yang sesuai dengan realita.
Perbaikan interaksi terus dilakukan oleh perawat supaya strategi pelaksanaan untuk Tn. J tidak jalan ditempat, perawat sudah melakukan cara bertahap untuk mengembalikan klien ke keadaan realistis. Perawat melakukan tindakan keperawatan fokus terhadap SP yang akan disampaikan kepada klien sehingga waham kebesaran tidak muncul lagi pada pertemuan selanjutnya antara klien dan perawat. Strategi lain yang diterapkan oleh perawat ketika berinteraksi dengan klien adalah waktu yang tidak terlalu lama, singkat dengan pembahasan topik tertentu (focusing) yang ingin disampaikan atau diajak untuk berdiskusi kepada klien sehingga waham kebesaran tidak muncul dan tercapainya tujuan tindakan keperawatan.
Keliat (2010) menyebutkan bahwa salah satu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dengan masalah waham kebesaran yaitu dengan membantu orientasi realitas. Strategi yang dilakukan adalah tidak mendukung atau menambah waham pasien, meyakinkan pasien berada dalam keadaan
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Universitas indonesia
33
aman, mengobservasi pengaruh waham pada aktivitas sehari-hari, jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya, memberikan pujian jika penampilan dan orientasi sesuai dengan realitas. Klien juga telah dilakukan intervensi untuk mengubah pikiran-pikiran negatif menjadi pikiran positif. Hal-hal tersebut cukup berhasil. Pikiran positif dikembangkan agar penilaian negatif klien terhadap dirinya dapat diubah dan diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap status kesehatan klien secara umum. Sebagaimana Elfiky (2009) menyebutkan bahwa berpikir positif adalah sumber kekuatan dan sumber kebebasan, disebut sumber kekuatan karena ia akan membantu individu dalam
mencari solusi untuk
mengatasi masalah yang sedang dialami dan disebut sumber kebebasan karena dengan pikiran positif individu akan terbebas dari penderitaan dan pengaruh pikiran negatif yang akan berpengaruh terhadap kondisi fisik. Penulis menemukan kesesuaian dengan kondisi klien setelah dilakukan intervensi. Dalam waktu perawatan selama 3 minggu, penulis melakukan intervensi-intervensi untuk membimbing klien mengembangkan pikiran positif dengan cara mengekspolarasi aspek positif yang dimiliki, memfasilitasi pelaksanaan kegiatan yang bermakna selama di rawat, dan terus memberikan dukungan positif terhadap pikiran dan perasaan positif klien. Hasil dari intervensi yang dilakukan menunjukkan bahwa klien pada akhirnya mampu mengembangkan pikiran positif yang berdampak pada kemampuan klien dalam mengatasi masalah fisik yang dialaminya seperti defisit perawatan diri. Klien juga menunjukkan penilaian diri yang lebih baik dengan mengungkapkan kesiapan bertemu dengan keluarga (kedua kakak pasien). 4.4 Alternatif pemecahan masalah Masalah-masalah jiwa hingga saat ini masih jarang dibahas pada sumbersumber rujukan dan jurnal keperawatan yang telah ada. Pendekatan asuhan keperawatan biasanya lebih fokus pada masalah fisik yang dikeluhkan oleh klien. Kondisi seperti ini semestinya sudah ditinggalkan oleh dunia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Universitas indonesia
34
keperawatan
modern
karena
dalam
memberikan
pelayanan,
asuhan
keperawatan seharusnya bersifat holistik dimana perawat harus memperhatikan aspek bio, psiko, sosial, dan spiritual klien. Stuart & Laraia (2005) menyebutkan bahwa setiap perawat dimanapun mereka bekerja harus mampu mengkaji keadaan psikologis pasien dan memasukkan hasil pengkajiannya dalam rencana asuhan keperawatan. Tujuan dari pelayanan yang holistik adalah agar pelayanan yang dilakukan memenuhi seluruh kebutuhan klien pada setiap aspek kehidupan individu dan hasil akhirnya adalah menciptakan kepuasan klien terhadap pelayanan yang diberikan. Asuhan keperawatan jiwamendapat perhatian yang cukup besar dalam pelayanan asuhan keperawatan pada Tn. J. Selama berinteraksi dengan klien perawat juga memperhatikan penerapan teknik komunikasi terapeutik agar hubungan interpersonal antara perawat dan klien dapat terjalin dengan lebih optimal. Penerapan komunikasi terapeutik ini dilakukan untuk memudahkan perawat
dalam
membina
hubungan
saling
percaya
dengan
klien,
mempermudah pencapaian tujuan askep, dan diharapkan dapat memberi dampak yang positif terhadap kualitas pelayanan yang dinilai dapat mempengaruhi kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan. Paxton., et al (1996) dalam Jasmine (2009) juga menyebutkan bahwa pelaksanaan komunikasi terapeutik sesungguhnya akan berdampak pada peningkatan kepuasan klien terhadap pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Universitas indonesia
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Skizofrenia merupakan penyakit yang hingga saat ini belum ditemukan penyebab dan pengobatan terhadap penyakit ini. Penyakit ini banyak diderita oleh masyarakat di Indonesia. Jumlah penderita Skizofrenia beberapa tahun belakangan ini meningkat tajam. Penyakit ini biasanya menyerang penderita pada usia sebelum 25 tahun dan jarang terjadi pada usia sebelum10 tahun dan setelah 60 tahun. Saat ini penyakit Skizofrenia tidak hanya terbatas pada satu kalangan masyarakat saja misalnya masyarakat miskin tetapi dapat juga menyerang berbagai kalangan masyarakat menengah ke atas berhubungan dengan kondisi lingkungan dan stressor. Masalah yang ditimbulkan oleh penyakit ini tidak hanya berupa masalah psikis saja tetapi juga dapat berupa masalah fisik, sosial, dan spiritual. Masalah-masalah tersebut perlu diperhatikan dengan seksama agar keberhasilan pada program pengobatan dan proses kesembuhan pasien dapat dicapai dengan lebih optimal. Masalah jiwa yang dialami oleh penderita Skizofrenia dapat berupa waham, gangguan konsep diri: harga diri rendah dan gangguan sensori persepsi: halusinasi. Masalah-masalah ini secara umum dapat dikaitkan langsung dengan kondisi penyakit itu sendiri, disertai pengaruh lingkungan yang memberikan dampak besar terhadap persepsi dan cara individu bereaksi terhadap suatu kondisi. Penanganan masalah jiwa pada penderita Skizofrenia perlu mendapat perhatian khusus dari perawat yang memberikan askep terhadap pasien dimanapun areal keperawatan tersebut dijalankan. Hal ini dikarenakan masalah jiwa yang gagal diatasi sejak dini dapat menimbulkan masalah jiwa yang lebih serius. Perawat dapat menerapkan berbagai macam pendekatan khusus untuk dapat mengatasi masalah jiwa yang dialami klien. Salah satunya dengan mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa dan penerapan teknik komunikasi terapeutik. Pelaksanaan kedua strategi ini diharapkan dapat memberikan
35
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
36
sentuhan baru bagi pelayanan asuhan keperawatan khususnya pada area keperawatan jiwa. Dengan pendekatan ini diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat lebih optimal sehingga kepuasan klien terhadap mutu pelayanan keperawatan dapat ditingkatkan. 5.2 Saran 5.2.1 Saran bagi keilmuan Bagi sistem keilmuan khususnya ilmu keperawatan diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan teori-teori mengenai asuhan keperawatan jiwa khususnya pada pasien yang mengalami waham pada penderita Skizofrenia. Hal ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi baru untuk dijadikan pedoman
bagi
pelaksanaan
asuhan
keperawatan
jiwa
dan
dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dimasa yang akan datang. 5.2.2 Saran bagi pelayanan Diharapkan penerapan asuhan keperawatan jiwa dapat diterapkan di area keperawatan jiwa. Perawat jiwa kiranya dapat terus mengembangkan keterampilan klinisnya
dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa
didukung dengan peningkatan kemampuan komunikasi terapeutik untuk mencapai tujuan askep yang lebih optimal. Pihak manajemen rumah sakit diharapkan juga terus memfasilitasi pelaksanaan askep jiwa dengan sarana dan pra sarana yang memadai dan terus mendukung keterampilan perawat dengan meningkatkan aktivitas pelatihan, seminar, workshop, dan kegiatankegiatan ilmiah lainnya yang dapat diikuti perawat secara berjenjang dan berkesinambungan. 5.2.3 Saran bagi penelitian berikutnya Diharapkan
penulisan
karya
ilmiah
yang
berikutnya
dapat
lebih
mengeksplorasi tentang manfaat penerapan asuhan keperawatan jiwa bagi pelayanan asuhan keperawatan dan diharapkan lebih memfokuskan lagi
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Universitas indonesia
37
terhadap penemuan-penemuan teknologi atau strategi baru yang dapat digunakan dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa.
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Universitas indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, T.A., Rahayu, I.T. & Sholichatun, Yulia. (2007). Psikologi Klinis. Yogyakarta: Graha Ilmu Carpenito, Lynda Jual. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. (Asih, Yasmin, Penerjemah). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Carter-Porras, O., & baquet, C. (2002). What is a “health disparity”? Public Health Reports, 117, 426-434 Corburn, J. (2004). Confronting The Challenges in Reconnecting Urban Planning and Public Health. American Journal of Public Health, 94(4), 541-546 Depkes RI (2007). Riset kesehatan dasar. www.litbang.go.id diakses tanggal 3 Juli 2013 Doenges, M.E., Mooes, M.E., Moorhouse, M.F., Murr, A.C (2010). Nursing care plan: Guidelines for individualizing client care across the life span. 8th edition. Philadelphia: F.A Davis Company. Elfiky, I (2009). Terapi berpikir positif. Jakarta: Zaman Transforming Lives Firmanzah, dkk. (2011). Mengatasi Masalah Narkoba dengan Welas Asih. Jakarta: Gramedia Pustaka FIK-UI, RSMM (2012). Standar asuhan keperawatan diagnosa fisik dan psikososial. Tidak dipublikasikan. Galea, S., & Vlahov, D. (2005) Urban Health: Evidence, Challenges, and Directions. Annual Review of Public Health, 26, 341-365 Hawari, Dadang. (2006). Penyalahgunaan&Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, &Zat Adiktif). Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FK UI Herdman, T.H. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. (Sumarwati, Made. & Subekti, N.B., Penerjemah) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Jasmine, T.J.X. (2009). The use of effective therapeutic communication skills in nursing practice. Volume 36. Singapore Nursing Journal. Page 35-38. Keliat, A.B. & Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Kochtitzky, C., Frumkin, H., Rodriguez, R., et al. (2006). Urban Planning and Public Health at CDC. Morbidity &Mortlity Weekly, 55 [Suppl. 02], 34-38 Lumbantobing,S.M. (2007). Skizofrenia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI 38 Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
39
Pieter, H.Z., Janiwarti, B. & Saragih, M. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (7th ed). St Louis: Mousby WHO. (2005). The World Health Report: 2005: mental health: new Understanding, new hope. www.who.int/whr/2005/en diakses tanggal 4 Juli 2013 WHO. (2006). Mental Health Atlas. Ganeva : WHO WHO. (2011). Substance Abuse. http://www.who.int/topics/substance_abuse/en/ diakses 28 Maret 2012) WHO. (2010). Urbanization and communicable disease. http://www.searo.who.int/worldhealthday2010/linkifiles/Fact-Sheets/fs-6.pdf . (diakses pada 14 Februari 2012, 14.07 WIB). Wilkinson, J. M. & Ahern, N.R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9 (Wahyuningsih, Hesti, Penerjemah). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Rafika Aditama.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Lampiran 1: Laporan Pendahuluan Waham Kebesaran
Nama
: Muthmainnah
31 Mei 2013
NPM
: 0806334142
Ruangan
: Rehabilitasi RSKO Cibubur
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Kasus (Masalah utama) Perubahan proses pikir: Waham kebesaran (keyakinan seseorang percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa )
2. Proses terjadinya masalah Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap obyek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelektual dan budaya (Stuart & Sundeen, 1998). Selain itu, waham disebut juga dengan keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan kondisi obyektif, dipertahankan terus menerus. Perubahan proses pikir adalah keadaan di mana individu mengalami suatu gangguan dalam aktivitas mental seperti
berpikir sadar, orientasi realitas, pemecahan
masalah, penilaian dan pemahaman yang berhubungan dengan koping (Carpenito, 2000). Gail W. Stuart juga mendefinisikan waham sebagai keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial.
Faktor predisposisi dari waham terdiri dari: a. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif. b. Neurobiologis; Adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic c. Neurotransmitter ; abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat. d. Virus paparan virus influensa pada trimester III e. Psikologis; ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Faktor-faktor presipitasi waham terdiri dari: a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal c. Adanya gejala pemicu.
Tanda dan gejala yang ditunjukkan waham kebesaran adalah keyakinan seseorang bahwa dia memiliki kelebihan atau kekuatan luar biasa. Akibat dari waham adalah kerusakan komunikasi verbal. Mekanisme Koping a. Regresi b. Proyeksi c. Menarik diri d. Pada keluarga: mengingkari Perilaku waham antara lain: a. Waham agama: percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan supranatural atau alat supranatural b. Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian tubuh c. Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa d. Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak percaya dg orang lain e. Siar pikir: percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar f. Sisip pikir: percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya g. Kontrol pikir: merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran orang lain Kategori waham:
Waham sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin terjadi walaupun hanya secara teoritis.
Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak mungkin
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
3. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
Perubahan proses pikir: Waham Kebesaran
Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
RENTANG RESPON WAHAM Respon Adaptif
Pikiran logis
Persepsi akurat Emosi konsisten dg pengalaman Perilaku sesuai Berhubungan sosial
Respon Maladaptif
Distorsi pikiran Ilusi Reaksi emosi berlebihan /kurang Perilaku aneh/tdk biasa Menarik diri
Gangguan pikiran /waham Sulit berespon emosi Perilaku kacau Isolasi sosial
4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji No. Masalah Keperawatan 1. DS: - Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang dokter dan baru selesai dari ruang operasi. - Klien mengatakan bahwa dirinya adalah kekasih Dian sastro yang telah dijodohkan oleh keluarganya. - Klien mengatakan bahwa dirinya adalah kakak Asti ananta.
Data yang perlu dikaji Perubahan proses pikir: Waham kebesaran
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
- Klien mengatakan bahwa dirinya adalah alient. - Klien mengatakan bahwa dirinya bekerja sebagai diplomat
2.
DO: - Klien jarang berinteraksi dengan klien lainnya. DS: Gangguan konsep diri: Harga diri - Klien mengatakan bahwa ia rendah kadang malu untuk berinteraksi terlebih dahulu dengan orang lain - Klien mengatakan jarang berinteraksi dengan klien lainnya karena malas. DO: - Kurang berinisiatif berinteraksi dengan orang lain - Klien lebih banyak diam
3.
DS: - Klien mengatakan jarang berinteraksi dengan klien lainnya karena malas.
Isolasi sosial
DO: - Klien tampak sering menyendiri dan duduk di kamarnya - Klien sering terlihat tertunduk dan jarang berbincang-bincang dengan orang lain.
5. Rencana tindakan keperawatan (terlampir)
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Daftar Pustaka
Carpenito, L. J. (2000). Handbook of nursing diagnosis. (M. Ester, Penerjemah). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Inc. (Sumber asli diterbitkan 1999) Stuart, G. W. & Sundeen, S. J. (1998). Pocket guide to psychiatric nursing, 3/E. (A. Y. S. Hamid, Penerjemah). St. Louis: Mosby Year Book, Inc. (Sumber asli diterbitkan 1995) Wilkinson, J. M.&Ahern, N.R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Edisi 9). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Lampiran 2: Strategi Pelaksanaan Waham Kebesaran
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM KEBESARAN Selasa, 4 Juni 2013 Muthmainnah, 0806334142 Proses Keperawatan 1.Kondisi Klien Tn. J (32 th) DO:
Klien mondar mandir
Klien banyak berdiam diri di kamar
Klien jarang berinteraksi dengan teman-temannya
Klien tenang, emosi stabil.
Klien kooperatif dengan perawat
DS:
Klien mengatakan bahwa dirinya mempunyai saudara 100 orang
Klien mengatakan bahwa dia merupakan salah satu dokter di rumah sakit
Klien mengatakan bahwa dia Allah
Klien mengatakan sejak kecil dia telah dijodohkan dengan Dian Sastro
Klien mengeluh flu, demam dan badan meriang setiap hari sejak kecil dan klien minta obat decolgen setiap hari kepada perawat
Diagnosa Keperawatan : Waham kebesaran Tujuan khusus: Klien dapat menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
Tindakan keperawatan 1. Menjelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien. 2. Mendiskusikan manfaat obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
3. 4. 5. 6.
Menjelaskan prinsip benar (nama obat, nama klien, dosis obat, waktu, dan cara pemberian). Menjelaskan manfaat minum obat dan efek obat yang perlu diperhatikan. Menganjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu. Menganjurkan klien melaporkan pada perawat/dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan. 7. Memberi pujian jika klien minum obat dengan benar.
ORIENTASI 1. Salam terapeutik : “Selamat pagi Mas J, masih ingat dengan Saya?Ya, benar saya perawat Muthmainnah. ” 2. Evaluasi/validasi : “Bagaimana perasaan mas J pagi ini?Oh ya, bagaimana mas J latihan badminton dan tenis meja sudah dilakukan?Bagus sekali!” 3. Kontrak : “Baiklah, hari ini sesuai janji kemaren kita akan berbincang-bincang tentang obat yang mas J minum. Dimana kita mau bicara?Berapa lama mas J mau berbicara?Bagaimana kalau 30 menit?
KERJA ”Mas J, berapa macam obat yang diminum?Jam berapa saja obat diminum?” ”Mas J perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang. Obatnya ada 4 macam, yang warna putih ini namanya THP gunanya agar mas J rileks, yang bewarna merah jambu ini namanya HLP agar pikiran mas J tenang, yang warna merah ini namanya SF gunanya agar mas J tidak lemah dan yang warna kuning namanya B complek gunanya mengurangi stres. HLP dan THP diminum 2 kali sehari jam 7 pagi dan jam 7 malam, B complek diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam, SF diminum 1 kali sehari jam 7 malam. Jika nanti setelah minum obat ini mulut mas J terasa kering, untuk membantu mengatasinya mas J bisa banyak minum. Sebelum minum obat ini, mas J cek dulu label di plastik obat,apakah benar nama mas J tertulis disitu, berapa butir obat yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar. ” ”Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam waktu yang lama. Sebaiknya mas J tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum membicarakannya dengan dokter agar penyakit mas J tidak kambuh lagi.”
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
TERMINASI 1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan a. Evaluasi klien (subjektif) “Bagaimana perasaan mas J setelah tadi kita berbincang-bincang tentang obat yang mas J minum?”
b. Evaluasi objektif “Apa saja nama obatnya?Jam berapa mas J minum obat?Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan mas J. Jangan lupa minum obatnya dan nanti setelah makan mas J minta sendiri obatnya pada suster, jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya mas J.”
2. Rencana tindak lanjut “Mas J, besok kita ketemu lagi ya untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 pagi dan di tempat sama?Sampai besok!”
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Lampiran 3: Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa Tn. J FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA RUANG RAWAT: Rehabilitasi (Spesial) I.
TANGGAL DIRAWAT: 21 Desember 2012
IDENTITAS KLIEN Inisial :J Umur : 32 tahun Informan : Rekam medik, perawat,klien
Tanggal Pengkajian : 15 Mei 2013 RM. No. : 032086
II. ALASAN MASUK Datang diantar oleh kakak karena klien baru sampai rumah (setelah direhabilitasi selama 9 bulan) marah-marah dan mencari shabu lagi, badan dan pinggang lemas,pantat ngilu dan kaku. Suggesti klien terhadap pemakaian shabu kuat III. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu? 2. Pengobatan sebelumnya : tidak berhasil 3.
Pelaku/Usia
ya
Korban/Usia
Saksi/Usia
Aniaya fisik Aniaya seksual Penolakan Kekerasan dalam keuarga Tindakan kriminal Sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 klien sudah dua kali keluar masuk RSKO karena sulit tidur, marah-marah, tidak melakukan perawatan diri sehari-hari seperti mandi selama kurang lebih 1 bulan, suka melamun, diam dan ketawa sendiri, ingin memakai shabu lagi, suggesti untuk memakai shabu dalam diri klien masih kuat. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil, klien baru pulang dari RSKO dan baru sehari di rumah, klien marah-marah dan ingin memakai shabu, badan klien lemas,pinggang dan pantat ngilu dan kaku. Dari hasil pengkajian, klien mengatakan pernah menjadi pelaku aniaya fisik yaitu klien memecahkan kaca . Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya seksual, penolakan, ataupun tindakan kriminal.
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Masalah Keperawatan : Risiko perilaku kekerasan 4.
Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa tidak Hubungan keluarga gejala Riwayat pengobatan/perawatan .........................................
.....................................
......................................
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan adanya masalah 5.
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Masalah keperawatan: Tidak ditemukan adanya masalah
IV. FISIK : TD: 120/70 mmHg N: 70 kali/menit 1. Tanda Vital kali/menit 2. Ukur : TB: 168 cm BB: 60 kg 3. Keluhan fisik : Tidak ada Jelaskan: Klien tidak mengeluh masalah kesehatan fisik.
S: 36,5°C
P: 20
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL 1. Genogram :
Tn J
Keterangan Klien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, klien mengatakan tinggal bersama kedua orangtua dan kedua adiknya. Kedua orang tua klien telah meninggal dunia, menurut pernyataan konselor klien. Klien mengatakan anggota keluarga yang paling dekat dengan klien adalah ibu karena sering berbagi cerita dengan klien. Selama klien di rawat di rumah sakit, klien jarang
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
dijenguk oleh keluarganya. Data tentang keluarga tidak banyak diperoleh karena klien selalu mengatakan bahwa keluarga dia alien Masalah keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan 2.
Konsep diri: a. Gambaran diri
: Klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai, klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah badan, karena menurut klien badannya six pack.
b.
Identitas
c.
Peran
: Klien mampu menyebutkan namanya sendiri, jenis kelamin dan usia. Klien mengatakan sebelum dirawat klien mengisi waktunya dengan mengelola perusahaan keluarga yang terkenal. : Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien mengurus perusahaan milik keluarga,perusahaan tersebut terkenal di Indonesia, klien menyebutkan BII merupakan perusahaan miliknya.
d.
Ideal diri
: Klien mengatakan cita-cita klien ingin menjadi seorang wiraswasta. Tahun 2011 klien sudah mulai di rawat pertama kali di RSKO sehingga klien hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SMA. Klien mengatakan harapannya saat ini ingin sembuh, dan ingin segera pulang ke rumah. Saat perawat menanyakan, jika klien sudah berada di rumah, kegiatan apa yang akan dilakukan adalah “mengelola perusahaan milik keluarga”. Terkait pekerjaan yang dapat dilakukan setelah klien pulang, klien mengatakan melanjutkan perusahaan yang dibangun oleh keluarga.
e.
Harga diri
: Klien mengatakan lulusan SMA, kegiatan sehari-hari mengurus perusahaan orang tua dan dengan kondisi berulangkali keluar masuk RSKO, klien tidak mau berinteraksi duluan dengan orang lain dan terlihat lebih suka sendirian Masalah keperawatan: Harga diri rendah
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
3.
Hubungan sosial: a. Orang berarti : Klien mengatakan orang yang berarti dalam kehidupannya adalah kakak karena klien tinggal serumah dengan kakaknya dan sering bercerita dengan kakaknya. b.
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: Klien mengatakan terlibat dalam kegiatan kelompok, pernah beberapa kali menjadi wakil ketua dalam kelompok program spesial rehabilitasi namun klien tidak mau lagi menjadi ketua karena lelah dan lebih suka sendiri di kamar ketika teman-teman bermain di lapangan pada sore hari
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Klien tidak mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan orang lain,namun klien tidak mau memulai pembicaraan duluan Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial 4.
Spiritual: a. Nilai dan keyakinan: Klien mengatakan klien beragama Islam b. Kegiatan ibadah: Klien mengatakan di RSKO klien jarang sholat. Klien mengatakan ada teman yang mengingatkan sholat, namun klien malas untuk mengerjakan sholat . Masalah Keperawatan : Distress spiritual
VI. STATUS MENTAL 1. Penampilan tidak rapi
penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan: Klien mengatakan mandi dua kali sehari, gosok gigi, rambut pendek, klien senang menggunakan baju kemeja dengan celana panjang dan mengganti setiap hari. Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
2.
Pembicaraan Cepat Apatis
Keras Lambat
Gagap Membisu
Inkoheren Tidak mampu memulai pembicaraan
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Jelaskan Selama interaksi klien berbicara dengan lancar klien mampu menjawab pertanyaan dari perawat, tetapi tidak memulai pembicaraan jika tidak ditanya, pembicaraan kadang tidak koheren.
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial
3.
Aktivitas Motorik Lesu Tik Jelaskan: Jelaskan :
Tegang Grimasen
Gelisah Tremor
Agitasi Kompulsif
Klien gelisah, mondar mandir di teras, sering bengong, dan lama-kelamaan pandangan berubah jadi melotot.
Masalah Keperawatan: Risiko perilaku kekerasan
4.
Alam Perasaan Sedih Ketakutan Putus asa Kawatir Jelaskan: Klien mengatakan sedih dan ingin segera pulang ke rumah.
Gembira berlebihan
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
5.
Afek Datar Jelaskan:
Tumpul
Labil
Tidak sesuai
Klien mengatakan perasaannya senang namun ekspresi wajah klien tampak berlebihan. Klien mengatakan puas dan senang memiliki bagian tubuh yang masih serta ekspresi wajah sesuai dengan kata-kata yang diucapkan secara verbal.
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan adanya masalah 6.
Interaksi selama wawancara Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung Kontak mata kurang Defensif Curiga Jelaskan: Selama beberapa kali interaksi klien kurang kooperatif dengan menolak diajak berinteraksi selama 2 kali.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah kronis
7.
Persepsi Pendengaran Penglihatan Perabaan Pengecapan Penghidu Jelaskan: Klien dapat mempersepsikan sesuai dengan stimulus yang ada namun, pernah waktu interaksi, klien mengatakan melihat api di tangannya padahal perawat tidak melihat dank lien lain pun tidak melihat
Masalah Keperawatan : Halusinasi: penglihatan 8.
Proses Pikir Sirkumstansial Fligt of ideas
Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi Pengulangan pembicaraan/ perseverasi
Jelaskan: Kata-kata yang diucapkan klien tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh perawat dan berbelit-belit. Masalah Keperawatan : Waham kebesaran 9.
Isi Pikir Obsesi Depersonalisasi
Fobia Ide yang terkait
Hipokondria Pikiran magis
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Jelaskan: Perawat menemukan klien memiliki pemikiran yang tidak logis atau pikiran yang selalu muncul dan klien berusaha meyakinkan perawat, contoh klien memiliki jumlah saudara kandung 100 orang dan klien mengaku bahwa dia seorang alien
Masalah Keperawatan : Waham kebesaran
10. Waham Agama Somatik Kebesaran Curiga Nihilistik Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir Jelaskan: Klien tidak terorientasi dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya, pada pertemuan ketiga klien mengaku bahwa dia adalah Allah,pertemuan pertama klien mengaku sebagai dokter,pertemuan kedua klien mengaku bahwa dia memiliki perusahaan yang terkenal
Masalah Keperawatan : Waham kebesaran
11. Tingkat kesadaran Bingung Disorientasi Waktu Jelaskan: Jelaskan:
Sedasi
Stupor
Tempat
Orang
Klien sadar penuh, klien mengatakan saat ini sedang dirawat di RSKO. Klien tahu RSKO adalah rumah sakit ketergantungan obat , klien mengenal teman-teman satu kamar dan terorientasi dengan waktu, namun kadang klien mengatakan bahwa perawat yang sedang berbicara dengan dia adalah mama klien
Masalah Keperawatan : Waham kebesaran
12. Memori Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka pendek
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi Jelaskan: Klien memiliki daya ingat yang buruk untuk kejadian jangka panjang. Klien mengingat bahwa dia memiliki 100 orang saudara kandung dan kedua orang tua klien tinggal di planet yang berbeda dengan bumi.namun, ketika ditanya kegiatan sehari-hari yang dilakukan di program spesial, klien menjawab dengan baik
Masalah Keperawatan : Waham kebesaran 13. Tingkat konsentrasi dan berhitung Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan: Selama interaksi dengan klien, klien mampu berkonsentrasi. Klien mampu berhitung sederhana, saat klien diberikan pertanyaan tentang hitungan 10+5, klien mampu menjawab dengan benar yaitu 15.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan 14. Kemampuan penilaian Gangguan ringan Jelaskan: Jelaskan:
Gangguan bermakna
Saat diberi pilihan, duduk dulu atau ambil bangku dulu, klien mampu memutuskan untuk ambilbangku dahulu sebelum mulai ngobrol.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan 15. Daya tilik diri Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar dirinya Jelaskan: Klien tahu dirinya sedang dalam perawatan di RSKO-Cibubur, dan klien tahu RSKO merupakan rumah sakit ketergantungan obat. namun, saat perawat bertanya “jadi Tn. J
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
kenapa berada disini?”, klien menjawab klien pernah memakai shabu sebelum masuk ke rumah sakit.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan.
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG 1. Makan Bantuan minimal Bantuan total 2. BAB/BAK Bantuan minimal Bantuan total Jelaskan: Tidak ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan makan, BAB/BAK, klien dapat melakukannya semua secara mandiri.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan 3. 4. 5.
Mandi Bantuan minimal Bantuan total Berpakaian/berhias Bantuan minimal Bantuan total Istirahat dan tidur Tidur siang : hasil observasi klien tidur siang selama 2 jam dari jam 13.0015.00 sesuai dengan program spesial.
Tidur malam
: jam 22.00 s/d 05.00
6.
7.
8.
Kegiatan sebelum dan sesudah tidur : olahraga pagi, interaksi dengan perawat, mencuci piring sesudah makan, mandi pagi dan sore, morning meeting, function (bersih-bersih: menyapu, mengepel, mencucidan menjemur pakaian). Penggunaan obat Bantuan minimal Bantuan total Pemeliharaan kesehatan Perawatan lanjutan Sistem pendukung Kegiatan didalam rumah
Ya
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Tidak
9.
Mempersiapkan makanan Menjaga kerapian rumah Mencuci pakaian Pengaturan keuangan Kegiatan diluar rumah Belanja Transportasi Lain-lain
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Jelaskan: Klien sudah mampu melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di dalam rumah dulu dan masih bisa dilakukan di rumah sakit saat ini. Klien bisa menyapu, mengepel, mencuci piring dan mencuci baju Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan VIII. MEKANISME KOPING Adaptif Bicara dengan orang lain Mampu menyelesaikan masalah Teknik relaksasi Aktivitas konstruktif Olahraga Lainnya ....................
Maladaptif Minum alkohol Reaksi lambat/berlebih Bekerja berlebihan Menghindar Mencederai diri Lainnya : ............................................
Masalah Keperawatan: Koping individu tidak efektif IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik: senam pagi, interaksi dengan perawat, mencuci piring sesudah makan, mandi pagi dan sore.
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: selama dirawat di spesial program klien mengatakan tidak pernah mempunyai masalah dengan teman lain atau sesama pasien namun klien lebih suka menonton tv/mendengarkan radio di kamar dibandingkan berinteraksi dengan teman, klien tidak mau memulai pembicaraan
Masalah dengan pendidikan, spesifik: : klien mengatakan lulusan SMA dan tidak melanjutkan kuliah Masalah dengan perumahan, spesifik: klien tinggal bersama kakaknya
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Masalah ekonomi, spesifik: klien mengatakan untuk keperluan sehari-hari masih dibiayai kakaknya
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: klien merasa sudah saatnya klien bisa pulang, klien mengatakan dirinya akan lebih sehat jika tidak dikurung di RS seperti sekarang dan bisa mengurus perusahaan keluarga
Masalah lainnya, spesifik: tidak ada
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG: Penyakit jiwa Sistem pendukung Faktor predisposisi Penyakit fisik Obat-obatan Koping Lainnya ..................................................................................... Masalah Keperawatan: Klien mengatakan bahwa klien kurang paham tentang obat-obatan. Masalah Keperawatan: Kurangnya pengetahuan klien terhadap obat-obatan
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
ANALISA DATA Data 1. Data Subjektif: - Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang dokter dan baru selesai dari ruang operasi. - Klien mengatakan bahwa dirinya adalah kekasih Dian sastro yang telah dijodohkan oleh keluarganya. - Klien mengatakan bahwa dirinya adalah kakak Asti ananta. - Klien mengatakan bahwa dirinya adalah alient. - Klien mengatakan bahwa dirinya bekerja sebagai diplomat
Masalah Waham Kebesaran
Data Objektif: Klien jarang berinteraksi dengan klien lainnya. 2. Data Subjektif: Gangguan konsep diri: Harga diri - Klien mengatakan bahwa ia kadang malu untuk rendah berinteraksi terlebih dahulu dengan orang lain - Klien mengatakan jarang berinteraksi dengan klien lainnya karena malas - Klien mengatakan tidak pandai bermain badminton, tenis meja padahal ketika bermain dengan perawat klien menang Data Objektif: - Kurang berinisiatif berinteraksi dengan orang lain - Klien lebih banyak diam - Klien terlihat kurang percaya diri dalam bermain badminton dan tenis meja 3. Data Subjektif: - Klien mengatakan jarang berinteraksi dengan klien lainnya karena malas. - Klien mengatakan lebih senang menyendiri dan berinteraksi jika teman mengajak duluan
Isolasi Sosial
Data Objektif: - Klien tampak sering menyendiri - Klien tampak lebih suka di kamar dibandingkan bermain bola/badminton/tenis meja ketika sore hari - Klien sering terlihat jarang berbincang-bincang dengan orang lain
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
-
Klien menunjukkan perilaku yang tidak diterima bagi kelompok dominan (Dian sastro merupakan kekasih klien)
Risiko Perilaku kekerasan
4. Data Subjektif: - Klien mengatakan pernah marah-marah, membuang alat-alat rumah tangga dan memecahkan kaca rumah. - Klien mengatakan marah karena ingin memakai shabu lagi Data Objektif: -
Terlihat kaku.
-
Mata melotot
-
Kadang gelisah
-
Suka mondar-mandir Halusinasi Penglihatan
5. Data Subjektif: - Klien mengatakan sering melihat hantu atau sejenisnya - Klien mengatakan melihat api di tangannya padahal orang lain tidak melihat api tersebut Data objektif -
Klien sering terlihat tertawa sendiri
-
Respon klien berlebihan dalam berbicara
XI. ASPEK MEDIK Diagnosa medik : Skizofrenia paranoid Terapi medik : SF 1x1 Haloperidol 2x1 Trihexyphenidyl 2x1
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
XII.
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN - Isolasi Sosial -
Waham Kebesaran
-
Harga Diri Rendah Kronik
-
Risiko Perilaku Kekerasan
-
Halusinasi Penglihatan
XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Waham Kebesaran 2. Isolasi Sosial 3. Harga Diri Rendah Kronik 4. Halusinasi: Penglihatan 5. Risiko Perilaku Kekerasan
Depok, 2 Juni 2013 Mahasiswa,
Muthmainnah
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Lampiran 4: Rencana Tindakan Keperawatan Perubahan Proses Pikir: Waham RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PERUBAHAN PROSES PIKIR: WAHAM Nama Klien No. RM
: Tn. J (32 th) : 032086
Diagnosis Tu Tujuan Perubahan proses pikir: TUK 1: Waham Klien dapat kebesaran membina hubungan saling TUM: percaya dengan Klien tidak perawat mengalami waham
Ruangan
: Rehabilitasi ( Spesial )
Rencana Tindakan Keperawatan
Rasional
Kriteria evaluasi
Strategi/ intervensi
Setelah 3x interaksi, klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat : 1.1.Klien dapat berinteraksi secara aktif dengan perawat, yang ditunjukkan dengan : a. Ekspresi wajah bersahabat. b. Menunjukkan rasa senang. c. Ada kontak mata. d. Mau berjabat tangan. e. Mau menyebutkan nama. f. Mau duduk berdampingan dengan perawat. g. Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi.
Bina hubungan saling percaya dg menggunakan prinsip komunikasi terapeutik: 1.1.1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal. 1.1.2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan. 1.1.3. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yg disukai klien. 1.1.4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap berinteraksi dengan klien. 1.1.5. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya. 1.1.6. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien. Dengarkan dengan penuh perhatian. 1.1.7. Hindari respon mengkritik atau
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Hubungan saling percaya yang baik merupakan dasar yang kuat bagi klien dalam mengekspresikan perasaannya. Menunjukkan keramahan dan sikap bersahabat. Agar klien tidak ragu kepada perawat. Menunjukkan bahwa perawat ingin kenal dengan klien. Agar klien percaya kpd perawat. Penerimaan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dapat meningkatkan keyakinan pada keluarga serta merasa adanya suatu pengakuan. Perhatian yang diberikan dapat meningkatkan harga diri klien. Respon mengkritik atau menyalahkan dapat menimbulkan adanya sikap penolakan.
menyalahkan saat klien mengungkapkan perasaanya. 1.1.8. Buat kontrak interaksi yang Memberi info tentang kontrak waktu. jelas. Setelah 4x interaksi Klien 2.1.1. Bantu klien untuk Mengidentifikasi hubungan klien menceritakan ide-ide dan mengungkapkan perasaan dan dengan lingkungan sekitar. perasaan yang muncul secara pikirannya berulang dalam perasaannya - Diskusikan pengalaman yang dialami selama ini termasuk hubungan dengan orang yang berarti, lingkungan dan kerja. Menunjukkan perhatian. - Dengarkan pernyataan klien dengan empati tanpa mendukung atau menentang Menunjukkan kepedulian waham. - Katakan perawat dapat memahami apa yang diceritakan klien. TUK 3: Setelah 4x interaksi, klien dapat: 3.1.1. Bantu klien untuk Mengidentifikasi stresor waham. Klien dapat 3.1. Dapat menyebutkan mengidentifikasi kebutuhan mengidentifikasi kejadian-kejadian sesuai yang tidak terpenuhi serta stressor atau urutan waktu serta harapan faktor pencetus waham. pencetus atau kebutuhan dasar yang - Diskusikan tentang kejadian wahamnya tidak terpenuhi. traumatik yang 3.2. Dapat menyebutkan menimbulkan rasa takut, hubungan antara kejadian ansietas maupun perasaan Mengidentifikasi kebtuhan/harapan yg traumatis atau kebutuhan tidak dihargai. blm terpenuhi. tidak terpenuhi dengan - Diskusikan kebutuhan atau wahamnya. harapan yang belum Klien bisa koping terhadap terpenuhi. ketidakpuasan. - Diskusikan cara mengatasi TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam pikiran klien
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
TUK 4: Klien dapat menyebutkan Klien dapat perbedaan pengalaman nyata mengidentifikasi dengan pengalaman wahamnya wahamnya
TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari wahamnya
Klien menjelaskan gangguan fungsi hidup sehari-hari yang diakibatkan ide-ide atau pikiran yang tidak sesuai kenyataan seperti: - hubungan dengan keluarga
kebutuhan yang tidak tepenuhi dan kejadian yang Mengidentifikasi adakah kaitannya dg traumatis. halusinasi. - Diskusikan apakah ada halusinasi yang Mencari kaitan antara kejadian dg meningkatkan pikiran terkait waham. wahamnya. - Diskusikan dengan klien antara kejadian-kejadian tersebut dengan wahamnya. 4.1.1. Bantu klien mengidentifikasi Mengidentifikasi pengalaman waham. keyakinannya yang salah tentang situasi yang nyata. Diskusikan pengalaman wahamnya tanpa berargumentasi. Tidak mendukung waham klien. Katakan akan keraguan perawat terhadap Mengidentifikasi perasaan. pernyataan klien. Diskusikan respon perasaan Mengidentifikasi frekuensi, terhadap wahamnya. intensitas&durasi waham. Diskusikan frekuensi, Mengorientasikan pd realitas. insensitas dan durasi tejadinya waham. Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang dipersepsikan salah oleh klien. 5.1.1. Diskusikan pengalaman- Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak konsekuensi dari wahamnya terhadap menguntungkan sebagai akibat interaksi dg org lain. dari wahamnya, seperti: Hambatan dalam berinteraksi dengan
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
- hubungan antara orang lain - pekerjaan dan prestasi
5.1.2.
5.1.3.
TUK 6: Klien dapat melakukan teknik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran yang terpusat pada wahamnya
keluarga. Hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain. Hambatan dalam melakukan aktivitas saharihari. Perubahan dalam prestasi kerja. Ajak klien melihat bahwa waham tersebut adalah masalah yang membutuhkan bantuan orang lain. Diskusikan orang atau tempat klien meminta bantuan apabila wahamnya timbul atau sulit dikendalikan. Diskusikan hobi/ aktivitas yang disukainya. Anjurkan klien memilih dan melakukan aktivitas yang membutuhkan perhatian dan keterampilan fisik.] Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik yang membutuhkan perhatian sebagai pengisi waktu luang. Libatkan klien dalam TAK orientasi realita. Bicara dengan klien topik=topik yang nyata. Anjurkan klien untuk bertanggung jawab secara personal dalam -
Setelah beberapakali interaksi 6.1.1. klien mampu melakukan aktivitas yang konstruktif sesuai 6.1.2. dengan minatnya yang dapat mengalihkan focus klien dari wahamnya 6.1.3.
6.1.4. 6.1.5. 6.1.6.
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Agar klien menyadari bahwa waham hrs diatasi. Memfasilitasi klien utk mengendalikan waham.
Klien dapat menerapkan distraksi saat terjadi waham
teknik
TUK 7: 7.1 Setelah berinteraksi beberapa Klien mendapat kali keluarga dapat dukungsan menjelaskan tentang keluarga - pengertian waham - tanda dan gejala waham - penyebab dan akibat waham - cara merawat klien waham 7.2 Setelah berinteraksi beberapa kali keluarga dapat mempraktekkan cara merawat klien waham.
TUK 8: Klien memanfaatkan obat dengan baik
8.1 Setelah berinteraksi beberapa kali klien menyebutkan: - manfaat minum obat - kerugian tidak minum obat - nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat 8.2 Setelah berinteraksi beberapa kali klien mendemonstrasikan
mempertahankan/ meningkatkan kesehatan dan pemulihannya. 6.1.7. Beri penghargaan bagi setiap upaya klien yang positif 7.1.1. Diskusikan pentingnya peran Klien mengetahui keluarga serta keluarga sebagai mendukungnya sehingga dapat pulih pendukung untuk mengatasi kembali waham. 7.1.2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi waham. 7.1.3. Jelaskan pada keluarga tentang: - Pengertian waham - Tanda dan gejala waham - Penyebab dan akibat waham - Cara merawat klien waham 7.1.4. Latih keluarga cara merawat waham. 7.1.5. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan. 7.1.6. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat klien di RS. 8.1.1. Diskusikan dengan klien tentang Agar klien mampu mengontrol waham manfaat dan kerugian tidak dengan patuh obat. minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi, efek samping penggunaan obat 8.2 Pantau klien saat penggunaan obat - Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar 8.3 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
penggunaan obat dengan benar 8.3 Setelah berinteraksi beberapa kali klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter
-
Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/ perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Lampiran 5 : Implementasi dan Evaluasi Tindakan Keperawatan Kesehatan Jiwa Tn. J IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT CIBUBUR Nama : Tn.J Tanggal Senin, 20 Mei 2013
Ruang: Rehabilitasi Diagnosis
Waham Kebesaran
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Membina hubungan saling S: - klien mengatakan mau percaya dengan memberikan untuk berinteraksi dengan salam dan menanyakan perawat keadaan klien. - alasan masuk ke rumah 2. Menawarkan kontrak: tujuan sakit karena memakai dan durasi interaksi narkoba 3. Memberi kesempatan klien - klien mengatakan dia untuk mengungkapkan bekerja sebagai dokter perasaan dan pikirannya dan sesaat sebelum 4. Mendiskusikan dengan klien diwawancarai dia pengalaman yang dialami mengaku telah melakukan selama ini termasuk operasi pada pasien hubungan dengan orang yang - klien mengatakan bahwa berarti, lingkungan dan kerja dia memiliki 100 orang saudara kandung 5. Mendengarkan pernyataan O: - Klien menyetujui kontrak klien dengan empati tanpa yang ditawarkan perawat mendukung atau menentang waham (mengatakan perawat - Klien mau mengungkapkan dapat memahami apa yang perasaannya diceritakan klien ) - Klien mampu 6. Menanyakan alasan klien menyebutkan alasan dibawa ke rumah sakit datang ke rumah sakit - Klien mampu menceritakan pengalaman yang dialami termasuk orang yang berarti, lingkungan dan kerja A: masalah belum teratasi P: - membantu klien orientasi realitas - mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan - Mempraktikkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Kamis, 23 Mei 2013
Waham Kebesaran
1. Mendiskusikan dengan klien S: - klien mengatakan bersedia tentang kejadian traumatik interaksi dengan perawat yang menimbulkan rasa - klien mengatakan bersedia takut, ansietas maupun untuk berdiskusi tentang perasaan tidak dihargai. harapan yang belum 2. Mendiskusikan kebutuhan terpenuhi atau harapan yang belum - klien mengatakan senang terpenuhi 3. Mendiskusikan cara setelah bercerita dengan mengatasi kebutuhan yang perawat tidak tepenuhi dan kejadian - klien mengatakan bekerja yang traumatis di perusahaan milik 4. Mendengarkan pernyataan keluarga yaitu perusahaan klien dengan empati tanpa terkenal bank danamon mendukung atau menentang - klien mengatakan dia waham (mengatakan perawat dapat memahami apa yang adalah Allah dan memiliki diceritakan klien api yang berada di 5. Mendiskusikan apakah ada tangannya halusinasi yang meningkatkan pikiran terkait O: - klien bersedia untuk berdiskusi tentang harapan wahamnya yang belum terpenuhi 6. Mendiskusikan dengan klien antara kejadian-kejadian - klien terlihat lebih tenang, halusinasi dengan wahamnya ekspresi ketawa 7. Mendiskusikan ADL yang berlebihan dilakukan klien setiap hari -klien mampu 8. Memberikan reinforcement menceritakan ADL seharipositif pada klien karena hari telah melakukan ADL secara A: masalah teratasi sebagian teratur P:
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
- mengevaluasi ADL klien - Memotivasi klien untuk melakukan ADL sehari- Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki klien - Membantu klien mempraktikkan kemampuan positif yang dimiliki
Senin, 27 Mei 2013
Waham Kebesaran
1. Mengevaluasi ADL klien 2. Mendiskusikan pengalaman wahamnya tanpa berargumentasi 3. Mendengarkan pernyataan klien dengan empati tanpa mendukung atau menentang waham (mengatakan perawat dapat memahami apa yang diceritakan klien 4. Mendiskusikan dengan klien hobi yang dimiliki 5. Mendiskusikan dengan klien kemampuan positif yang masih bisa dilakukan di RS 6. Melatih satu kegiatan bersama klien yang akan dilatih 7. Mempraktikan kemampuan positif yang dimiliki klien 8. Memasukkan latihan fitness ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari 9. Memberikan reinforcement positif pada klien karena telah melakukan fitness secara baik
S: klien mengatakan memiliki hobi Klien mengatakan suka melakukan fitness selama di rumah sakit Klien mengatakan anak alien yang orang tuanya tinggal di luar planet bumi Klien mengatakan bekerja sebagai diplomatik O: klien bersedia untuk berdiskusi tentang hobi yang dimiliki klien terlihat lebih tenang, ekspresi tertawa berlebihan -klien mampu menceritakan hobi yang paling suka dilakukan selama di rumah sakit A: masalah teratasi sebagian P: - Mengevaluasi latihan fitness - Memotivasi klien melakukan latihan fitness - Mempraktikkan hobi yang dimiliki klien
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Sabtu, 1 Juni 2013
Waham Kebesaran
1. Mengevaluasi latihan fitness klien 2. Memotivasi klien melakukan latihan fitness setiap sore hari 3. Mendiskusikan dengan klien hobi selain fitness 4. Melatih dua kegiatan bersama klien yang akan dilatih 5. Mempraktikan hobi klien: main badminton dan main tenis meja 6. Memasukkan latihan tenis meja ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari 7. Memberikan reinforcement positif pada klien karena telah menang dalam kompetisi main badminton dan main tenis meja
S: klien mengatakan memiliki hobi selain fitness Klien mengatakan bisa bermain tenis meja dan badminton O: klien bersedia latihan badminton dan tenis meja bersama perawat klien terlihat lebih tenang, ekspresi tertawa berlebihan -klien mampu bermain badminton dan tenis meja dan bisa menang dari perawat A: masalah teratasi sebagian P: - Mengevaluasi latihan badminton dan tenis meja - Memotivasi klien melakukan latihan badminton dan tenis meja - Mendiskusikan tentang obat yang diminum - Melatih klien minum obat
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Sabtu, 25 Mei 2013
Waham Kebesaran
1. Mendiskusikan dengan klien S: Klien mengatakan dia tentang kejadian traumatik merupakan kekasih Dian yang menimbulkan rasa Sastro yang telah takut, ansietas maupun dijodohkan oleh orang perasaan tidak dihargai. tuanya 2. Mendiskusikan kebutuhan atau harapan yang belum Klien mengatakan terpenuhi mempunyai adik Asti 3. Mendiskusikan cara ananta mengatasi kebutuhan yang Klien mengatakan bahwa tidak tepenuhi dan kejadian dia pernah melihat yang traumatis bayangan seperti hantu 4. Mendengarkan pernyataan beberapa kali di rumah klien dengan empati tanpa mendukung atau menentang sakit tapi sekarang sudah waham (mengatakan perawat tidak muncul lagi dapat memahami apa yang diceritakan klien O: klien bersedia untuk 5. Mendiskusikan apakah ada berdiskusi tentang halusinasi yang perasaan, kegiatan yang meningkatkan pikiran terkait wahamnya dilakukan sehari-hari dan 6. Mendiskusikan dengan klien bayangan yang dilihat antara kejadian-kejadian klien terlihat cemas dengan halusinasi dengan wahamnya tangan bergemetar 7. Mendiskusikan ADL yang ekspresi tertawa berlebihan dilakukan klien setiap hari klien mampu menceritakan 8. Memberikan reinforcement bayangan yang pernah positif pada klien karena telah melakukan ADL secara dilihat teratur A: masalah teratasi sebagian P: Memotivasi klien melakukan ADL Mengevaluasi ADL yang dilakukan klien Berdiskusi tentang hobi yang disukai dan bisa dilakukan di rumah sakit
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Senin, 3 Waham Kebesaran Juni 2013
1. Mengevaluasi latihan badminton dan tenis meja klien 2. Memotivasi klien melakukan latihan badminton dan tenis meja setiap sore hari 3. Mendiskusikan dengan klien tentang obat yang diminum klien setiap hari 4. Melatih klien minum obat dengan prinsip 5 benar 5. Memasukkan minum obat ke dalam jadwal kegiatan seharihari 6. Memberikan reinforcement positif pada klien karena telah mau minum obat sesuai dengan petunjuk dokter
S: Klien mengatakan mau berinteraksi dan berdiskusi dengan perawat tentang obat yang diminum klien Klien mengatakan senang setelah berdiskusi tentang obat yang diminum klien dengan perawat Klien mengatakan lebih tau tentang obat setelah berdiskusi dengan perawat Klien mengatakan sejak dalam kandungan minum obat flu Klien mengatakan harus minum obat flu setiap hari karena kondisi badan yang meriang, flu, demam setiap hari O: Klien bersedia berdiskusi tentang obat yang diminum klien Klien terlihat lebih tenang Ekspresi tertawa berlebihan Klien mampu menyebutkan nama obat yang diminum walaupun agak terlihat lupa dan kapan diminum obat Klien terlihat antusias membahas obat A: Masalah teratasi sebagian P: Memotivasi klien minum obat Mengevaluasi obat yang diminum,kapan minum obat,manfaat obat Berdiskusi tentang obat dengan membawa contoh obat agar klien mudah ingat
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Jum’at,7 Juni 2013
RPK
1.
Memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya 2. Mendiskusikan dengan klien pengalaman marah yang dialami dengan konselor terkait masalah penyimpanan rokok secara diam-diam dan konselor memutuskan untuk member pelajaran 3. Mendengarkan pernyataan klien dengan empati tentang marah yang dirasakan klien 4. Menanyakan alasan klien marah, bagaimana perasaan marah
S:
Klien mengatakan
berinteraksi
dan
mau
berdiskusi
dengan perawat tentang cara mengatasi kemarahan Klien ketika
mengatakan ditanya
pusing peristiwa
kemarahan terhadap konselor Klien mengatakan tidak mau melanjutkan pembicaraan dengan perawat O: Nada suara klien terlihat tinggi Klien terlihat tidak senang ketika
ditanya
peristiwa
kemarahan dengan konselor Klien
pergi
meninggalkan
perawat Klien terlihat gelisah A: Masalah teratasi sebagian P: Berdiskusi dengan klien teknik napas dalam Berdiskusi tentang cara mengatasi marah yang biasa dilakukan klien Berdiskusi tentang perasaan yang dialami klien ketika marah
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Selasa, 11 Juni 2013 Waham Kebesaran
S: 1. Mengevaluasi nama-nama obat yang diminum klien, waktu diminum, kegunaannya 2. Memotivasi klien minum obat secara teratur dengan petunjuk dokter 3. Mendiskusikan dengan klien tentang obat yang diminum klien setiap hari dengan contoh obat agar klien mudah mengingat obat 4. Melatih klien minum obat dengan prinsip 5 benar 5. Memasukkan minum obat ke dalam jadwal kegiatan seharihari 6. Memberikan reinforcement positif pada klien karena telah mau minum obat sesuai dengan petunjuk dokter
Klien
mengatakan
berinteraksi
dan
mau
berdiskusi
dengan perawat tentang obat yang diminum klien Klien
mengatakan
senang
setelah berdiskusi tentang obat yang diminum klien dengan perawat Klien mengatakan lebih tau tentang obat setelah berdiskusi dengan perawat O: Klien
bersedia
berdiskusi
tentang obat yang diminum klien Klien terlihat lebih tenang Ekspresi
tertawa
tidak
berlebihan Klien mampu menyebutkan nama obat yang diminum dan warna obat,kapan minum obat, kegunaan
obat
dan
efek
samping minum obat Klien terlihat antusias membahas obat A: Masalah teratasi sebagian P: Memotivasi klien minum obat Mengevaluasi obat yang diminum,kapan minum obat,manfaat obat Berdiskusi tentang teknik napas dalam
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
S: Senin, 17 Waham Kebesaran Juni 2013
1. Mengevaluasi minum obat klien 2. Mendiskusikan cara menahan marah dg latihan tarik napas dalam 3. Melakukan latihan tarik napas dalam 4. Beri pujian atas kemampuan yang telah dicapai. 5. Memasukkan latihan tarik napas dalam ke dalam jadwal latihan
Klien mengatakan
berinteraksi
dan
mau
berdiskusi
dengan perawat tentang teknik napas dalam Klien
mengatakan
senang
setelah
berdiskusi
tentang
teknik napas dalam Klien mengatakan mau mempraktikkan teknik napas dalam ketika di kamar O: Klien bersedia berdiskusi tentang teknik napas dalam Klien terlihat lebih tenang Ekspresi
tertawa
tidak
berlebihan Klien mampu mempraktikkan latihan teknik napas dalam A: Masalah teratasi sebagian P: Memotivasi klien melakukan latihan napas dalam Mengevaluasi latihan napas dalam yang telah dilakukan klien selama perawat tidak ada Berdiskusi tentang kebersihan diri
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
S: Rabu, 19 DPD Juni 2013
1. 2.
3.
4.
5. 6.
7.
Mendiskusikan dengan klien alasan klien tidak mandi Mendiskusikan dengan klien manfaat menjaga kebersihan diri dan risiko jika tidak menjaganya Memfasilitasi klien untuk membersihkan diri dengan memberikan alat-alat mandi seperti sabun, odol dan shampo Mendiskusikan cara mandi, gosok gigi, keramas, bercukur dan gunting kuku Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasannya. Membantu klien mengungkapkan tanda-tanda orang yang tidak mandi Memasukkan mandi, menggosok gigi,menggunting kuku dan bercukur ke dalam jadwal harian
Klien mengatakan
berinteraksi dengan
dan
mau
berdiskusi
perawat
tentang
kebersihan diri Klien
mengatakan
senang
setelah
berdiskusi
tentang
kebersihan diri Klien mengatakan mau memasukkan jadwal mandi, menggosok gigi, keramas, mencukur, gunting kuku O: Klien
bersedia
berdiskusi
tentang kebersihan diri Klien terlihat lebih tenang Ekspresi
tertawa
tidak
berlebihan Klien terlihat antusias Klien mampu menyebutkan pengertian kebersihan diri, cara mandi,alat-alat mandi, keuntungan dan kerugian tidak merawat diri A: Masalah teratasi sebagian P: Memotivasi klien untuk melakukan perawatan kebersihan diri Mengevaluasi klien tentang perawatan kebersihan diri Terminasi dengan klien
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Lampiran 6: Catatan Perkembangan Interaksi Tn. J dengan Waham Kebesaran CATATAN PERKEMBANGAN INTERAKSI Tn. J dengan WAHAM KEBESARAN Setelah 10 kali intervensi adanya waham kebesaran pada klien Tn. J berkurang Waham Kebesaran 5 minggu Minggu 1 Pertemuan 1 Senin, 20 Mei 2013 Data Subjektif
Data Subjektif: 3
Positif : 1 Negatif: 2
Data Objektif: 3
Negatif: 3
Klien mengatakan mau untuk berinteraksi dengan perawat Klien mengatakan dia bekerja sebagai dokter dan sesaat sebelum diwawancarai dia mengaku telah melakukan operasi pada pasien Klien mengatakan bahwa dia memiliki 100 orang saudara kandung Data Objektif Perkataan klien adalah seorang dokter disampaikan berulang-ulang selama berinteraksi Klien mengungkapkan perasaan dan pikirannya tapi tentang keyakinan memiliki kehebatan yang tidak sesuai dengan realita klien sekarang Klien mengungkapkan alasan dibawa ke rumah sakit karena memakai narkoba tidak sesuai dengan alasan sebenarnya (menurut Konselor, klien masuk ke rumah sakit karena memukul tantenya)
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Minggu 1 Pertemuan 2 Kamis, 23 Mei 2013 Data Subjektif
Data Subjektif : 5
Positif: 2 Negatif: 3
Data Objektif: 7
Positif 2 Negatif 5
Klien mengatakan bersedia untuk berdiskusi tentang harapan yang belum terpenuhi Klien mengatakan senang setelah bercerita dengan perawat Klien mengatakan bekerja di perusahaan milik keluarga yaitu perusahaan terkenal bank danamon Klien mengatakan dia adalah Allah Klien mengatakan memiliki api yang berada di tangannya Data Objektif Perkataan klien adalah Allah dan bekerja di bank Danamon disampaikan berulang-ulang selama berinteraksi Klien tampak meyakinkan perawat bahwa dia seorang Tuhan dengan menunjukkan bahwa di tangannya ada api padahal tidak ada Klien mengungkapkan perasaan dan pikirannya tapi tentang keyakinan memiliki kehebatan yang tidak sesuai dengan realita klien sekarang Klien terlihat lebih tenang Ekspresi tertawa berlebihan Klien mampu menceritakan ADL sehari-hari Klien terlihat berpendirian teguh dan keras tentang keyakinan yang salah
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Minggu 1 Pertemuan 3 Sabtu, 25 Mei 2013 Data Subjektif
Data Subjektif 4
Positif 2 Negatif 2
Data Objektif 7
Positif 2 Negatif 5
Klien mengatakan bersedia untuk berdiskusi tentang harapan yang belum terpenuhi Klien mengatakan senang setelah bercerita dengan perawat Klien mengatakan dia merupakan kekasih Dian Sastro yang telah dijodohkan oleh orang tuanya Klien mengatakan mempunyai adik Asti ananta Data Objektif Perkataan klien adalah kekasih Dian Satro dan memiliki adik Asti Ananta disampaikan berulang-ulang selama berinteraksi Klien tampak meyakinkan perawat bahwa dia seorang kekasih Dian Sastro dan memiliki adik Asti Ananta Klien mengungkapkan perasaan dan pikirannya tapi tentang keyakinan memiliki kekasih yang tidak sesuai dengan realita klien sekarang Klien terlihat lebih tenang Ekspresi tertawa berlebihan Klien mampu menceritakan ADL sehari-hari Klien terlihat berpendirian teguh dan keras tentang keyakinan yang salah
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Minggu 2 Pertemuan 4 Senin, 27 Mei 2013 Data Subjektif
Data Subjektif: 6
Positif: 2 Negatif:4
Data Objektif: 5
Positif: 3 Negatif: 2
Data subjektif 4
Positif 4
Klien mengatakan memiliki hobi Klien mengatakan suka melakukan fitness selama di rumah sakit Klien mengatakan anak alien yang orang tuanya tinggal di luar planet bumi Klien mengatakan bekerja sebagai diplomatik Klien mengatakan bahwa presiden di Indonesia ada 5 Klien mengatakan bahwa bapak Suharto masih hidup Data Objektif Klien bersedia untuk berdiskusi tentang hobi yang dimiliki Klien terlihat lebih tenang Klien tampak meyakinkan perawat bahwa presiden di Indonesia ada 3 orang Ekspresi tertawa berlebihan Klien mampu menceritakan hobi yang paling suka dilakukan selama di rumah sakit
Minggu 2 Pertemuan 5 Sabtu, 1 Juni 2013 Data Subjektif Klien mengatakan memiliki hobi selain fitness Klien mengatakan bisa bermain tenis meja Klien mengatakan bisa bermain badminton Klien mengatakan senang setelah bisa bermain tenis meja dan badminton bersama perawat
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Data Objektif
Data objektif 5
Positif 4 Negatif 1
Data subjektif 5
Positif 3 Negatif 2
Data objektif 5
Positif 4 Negatif 1
Klien bersedia latihan badminton dan tenis meja bersama perawat Klien terlihat lebih tenang Ekspresi tertawa berlebihan Klien mampu bermain badminton dan tenis meja Klien bisa menang dari perawat
Minggu 3 Pertemuan 6 Senin, 3 Juni 2013 Data Subjektif Klien mengatakan mau berinteraksi dan berdiskusi dengan perawat tentang obat yang diminum klien Klien mengatakan senang setelah berdiskusi tentang obat yang diminum klien dengan perawat Klien mengatakan lebih tau tentang obat setelah berdiskusi dengan perawat Klien mengatakan sejak dalam kandungan minum obat flu Klien mengatakan harus minum obat flu setiap hari karena kondisi badan yang meriang, flu, demam setiap hari Data Objektif Klien bersedia berdiskusi tentang obat yang diminum klien Klien terlihat lebih tenang Ekspresi tertawa berlebihan Klien mampu menyebutkan nama obat yang diminum walaupun agak terlihat lupa dan kapan diminum obat Klien terlihat antusias membahas obat
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Minggu 3 Pertemuan 7 Jum’at, 7 Juni 2013 Data Subjektif
Data Subjektif 3
Negatif 3
Data Objektif 4
Negatif 4
Data subjektif 3
Positif 3
Data objektif 5
Positif 5
Klien mengatakan mau berinteraksi dan berdiskusi dengan perawat tentang cara mengatasi kemarahan Klien mengatakan pusing ketika ditanya peristiwa kemarahan terhadap konselor Klien mengatakan tidak mau melanjutkan pembicaraan dengan perawat Data Subjektif Nada suara klien terlihat tinggi Klien terlihat tidak senang ketika ditanya peristiwa kemarahan dengan konselor Klien pergi meninggalkan perawat Klien terlihat gelisah
Minggu 4 Pertemuan 8 Selasa, 11 Juni 2013 Data Subjektif Klien mengatakan mau berinteraksi dan berdiskusi dengan perawat tentang obat yang diminum klien Klien mengatakan senang setelah berdiskusi tentang obat yang diminum klien dengan perawat Klien mengatakan lebih tau tentang obat setelah berdiskusi dengan perawat Data Objektif Klien bersedia berdiskusi tentang obat yang diminum klien Klien terlihat lebih tenang
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Ekspresi tertawa tidak berlebihan Klien mampu menyebutkan nama obat yang diminum dan warna obat,kapan minum obat, kegunaan obat dan efek samping minum obat Klien terlihat antusias membahas obat Minggu 5 Pertemuan 9 Senin, 17 Juni 2013 Data Subjektif
Data subjektif 3
Positif 3
Data objektif 4
Positif 4
Data subjektif 3
Positif 3
Klien mengatakan mau berinteraksi dan berdiskusi dengan perawat tentang teknik napas dalam Klien mengatakan senang setelah berdiskusi tentang teknik napas dalam Klien mengatakan mau mempraktikkan teknik napas dalam ketika di kamar Data Objektif Klien bersedia berdiskusi tentang teknik napas dalam Klien terlihat lebih tenang Ekspresi tertawa tidak berlebihan Klien mampu mempraktikkan latihan teknik napas dalam
Minggu 5 Pertemuan 10 Rabu, 19 Juni 2013 Data Subjektif Klien mengatakan mau berinteraksi dan berdiskusi dengan perawat tentang kebersihan diri Klien mengatakan senang setelah berdiskusi tentang kebersihan diri Klien mengatakan mau memasukkan jadwal mandi,
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
menggosok gigi, keramas, mencukur, gunting kuku Data objektif: 5
Data Objektif Klien bersedia berdiskusi tentang kebersihan diri Klien terlihat lebih tenang Ekspresi tertawa tidak berlebihan Klien terlihat antusias Klien mampu menyebutkan pengertian kebersihan diri, cara mandi,alat-alat mandi, keuntungan dan kerugian tidak merawat diri
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
Positif 5