147/FT.EKS.01/SKRIP/03/2012
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI KUAT TEKAN PADA MORTAR YANG MENGANDUNG RICE HUSK ASH (RHA) DAN CONCRETE SLUDGE WASTE (CSW) DENGAN KOMPOSISI SEMEN, AGREGAT HALUS 1:3
SKRIPSI
SHEBA BILQIS 0906605800
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK JANUARI 2012
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
147/FT.EKS.01/SKRIP/03/2012
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI KUAT TEKAN PADA MORTAR YANG MENGANDUNG RICE HUSK ASH (RHA) DAN CONCRETE SLUDGE WASTE (CSW) DENGAN KOMPOSISI SEMEN, AGREGAT HALUS 1:3
SKRIPSI
SHEBA BILQIS 0906605800
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK JANUARI 2012
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
147/FT.EKS.01/SKRIP/03/2012
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDY OF COMPRESSIVE STRENGTH FOR MORTARS CONTAINING RICE HUSK ASH (RHA) AND CONCRETE SLUDGE WASTE (CSW) WITH COMPOSITION CEMENT, AGGREGATE 1 : 3
FINAL PROJECT
SHEBA BILQIS 0906605800
FACULTY OF ENGINEERING CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT DEPOK JANUARY 2012
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
147/FT.EKS.01/SKRIP/03/2012
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI KUAT TEKAN PADA MORTAR YANG MENGANDUNG RICE HUSK ASH (RHA) DAN CONCRETE SLUDGE WASTE (CSW) DENGAN KOMPOSISI SEMEN, AGREGAT HALUS 1 : 3
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
SHEBA BILQIS 0906605800
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK 2012
i Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi Ini ni Adalah Hasil Karya Saya Sendiri, Dan Semua Sumber umber Baik Yang Dikutip Maupun Dirujuk Telah elah Saya Nyatakan Dengan Benar.
Nama
: Sheba Bilqis
NPM
: 0906.605.800
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 22 Januari 2012
ii Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
SHEET OF ORIGINALITY
This script is truly my own work, work and nd all of the source that I quote or referenced I stated that all is true.
Name
: Sheba Bilqis
NPM
: 0906.605.800
Signature
:
Date
: January 22th 2011
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
SHEET OF APPROVAL
This final assignment submitted by : Name : Sheba Bilqis NPM : 0906.605.800 Study Program : Civil Engineering Title : Study of Compressive Strength for Mortars Containing Rice Husk Ash (RHA) and Concrete Sludge Waste (CSW) with Composition Cement, Aggregate 1: 3
Have succeeded to be submitted in examiner board and accepted as partial fulfillment needed to obtain Bachelor Degree in Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, University of Indonesia.
EXAMINER BOARD Mentor I
: Ir. Essy Arijoeni, M.Sc.,Ph.D
(
)
Examiner I
: Ir. Madsuri, MT.
(
)
Examiner II
: Dr. Ir. Elly Tjahjono.S, DEA
(
)
Approved in Date
: Depok : January Januar 2012
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Ini Diajukan Oleh Nama NPM Program Studi Judul Skripsi
: : Sheba Bilqis : 0906.605.800 : Teknik Sipil : Studi Kuat Tekan Pada Mortar Yang Mengandung Rice Husk Ash (RHA) Dan Concrete Sludge Waste (CSW) Dengan Komposisi Semen, Agregat Halus 1 : 3
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Indonesia
DEWAN PENGUJI Pembimbing I
: Ir. Essy Arijoeni, M.Sc.,Ph.D
(
)
Penguji I
: Ir. Madsuri, MT.
(
)
Penguji II
: Dr. Ir. Elly Tjahjono.S, DEA
(
)
Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
: Januari 2012
iii Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, ridho, dan karunia-Nya, akhirnya dengan segenap usaha dan kerja keras penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat kelulusan Program Pendidikan Sarjana Ekstensi, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (PPSEDTS-FTUI). Dalam menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir ini penulis banyak mendapat bantuan, baik materil maupun spirituil dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1.
Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya.
2.
Teristimewa, kepada Kedua Orang Tua ku tercinta Abi dan Umi, serta adikadikku Rara, Mia, Tami dan Silmi yang telah memberikan doa, bantuan, dorongan semangat dan pengertian yang tulus, baik material dan spiritual kepadaku, sehingga aku dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3.
Daden Nursandi ST, yang senantiasa membantu, menemani, dan memberikan nasehat serta semangat yang sangat berarti sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
4.
Ibu Ir. Essy Ariyuni PhD selaku dosen pembimbingku, yang telah memberikan banyak masukan dan nasehat sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.
5.
Teman-teman seperjuanganku dalam skripsi ini, Marchin, Vian, Imam, Arya, Andi, Wahyu serta Dhika, yang telah berjuang bersama dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
6.
Dosen Penguji, atas saran dan kritikannya sehingga terselesaikan penulisan skripsi ini.
7.
Pak bibin dan keluarga beserta staff PT. Hakiki yang banyak membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini.
8.
PT Holcim, Tbk yang sudah membantuku dalam penyedian bahan limbah beton sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. iv Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
9.
Prof. Irwan Katili selaku Kepala Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
10.
Bpk Ir. Madsuri MT selaku Pembimbing Akademik selama kuliah.
11.
Semua staff laboratorium Universitas Indonesia (Pak Apri, Pak Agus, Mas Soni dll), dosen-dosen Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DTS-FTUI) yang banyak membantu dalam memberi ilmu dan masukan baik selama kuliah maupun skripsi ini sendiri yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
12.
Semua teman-teman sekelas Teknik Sipil Ekstensi 2009 FTUI yang satu perjuangan dan satu penderitaan yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
13.
Pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan naskah Tugas Akhir ini. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengatahuan serta masyarakat luas, khususnya di indonesia.
Depok, Januari 2012
Penulis
v Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Sheba Bilqis NPM : 0906.605.800 Program Studi : Teknik Sipil Departemen : Teknik Sipil Fakultas : Teknik Jenis karya : Skripsi Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive ( exclusive Royalty Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : STUDI KUAT TEKAN PADA MORTAR YANG MENGANDUNG RICE HUSK ASH (RHA) DAN CONCRETE SLUDGE WASTE (CSW) DENGAN KOMPOSISI SEMEN, SEMEN AGREGAT HALUS 1 : 3 Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data ((database), ), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat bua dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 24 Januari 2012 Yang Menyatakan
(Sheba Bilqis)
vi Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Sheba Bilqis : Teknik Sipil : Studi Kuat Tekan Pada Mortar Yang Mengandung Rice Husk Ash (RHA) Dan Concrete Sludge Waste (CSW) Dengan Komposisi Semen, Agregat Halus 1 : 3
Penelitian tentang penggunaan Rice Husk Ash (RHA) sebagai substitusi perekat semen hidrolis jenis PCC dengan campuran Concrete Sludge Waste (CSW) sebagai substitusi pasir sebagai campuran mortar telah dilakukan dilaboratorium untuk menguji sifat mekanik mortar dengan total benda uji sebanyak 250 buah. Mortar yang di uji dibedakan menjadi 5 variasi yang meliputi kuat tekan sebanyak 175 buah yang diuji sesuai standar ASTM C 579-01sehingga dalam pengujian ini didapat kuat tekan optimum sebesar 20.09 Mpa; Pengujian kerapatan (density) sebanyak 25 buah yang diuji sesuai standar ASTM C 905-01dengan nilai density rata-rata sebesar 1.626 gr/cm3 ;Pengujian absorpsi sebanyak 25 benda uji sesuai standar ASTM C 1403-00 dengan nilai absorpsi rata-rata pada umur 24 jam sebesar 138 gr/cm2 ; Pengujian susut sebanyak 25 benda uji sesuai standar ASTM C531-00 dengan nilai susut rata-rata sebesar 0.1466% dari total panjang benda uji. Dengan nilai kuat tekan sebesar 20.09 MPa dengan komposisi 92% semen, 8% RHA, 50% Pasir, 50% CSW, diharapkan dapat diaplikasikan dalam pembuatan bata beton (paving blok) kelas pedestrian. Kata Kunci
: Rice Husk Ash, Concrete Sludge Waste, sifat mekanik mortar, kuat tekan, density, absorpsi, Susut .
vii Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
ABSTRACT Nama Program Studi Judul
: Sheba Bilqis : Civil Engineering : Study of Compressive Strength for Mortars Containing Rice Husk Ash (RHA) and Concrete Sludge Waste (CSW) with Composition Cement, Aggregate 1: 3
Research about using of waste materials called rice husk ash (RHA) as a substitute of adhesive hydraulic cement type of PCC mixed with concrete sludge waste (CSW) as a substitute of sand for mixed cement mortars have been done on laboratory. The mechanical properties tested in the laboratory with 250 samples of total samples. Comprising 175 samples for testing of the compressive strength refer to ASTM C 57901 the result from this test is 20.09 Mpa, 25 sample for testing of density refer to ASTM C 905-01and the average result from this test is 1.626 gr/cm3, 25 samples for testing of absorption refer to ASTM C 1403-00 01and the average result from this test until 24 hours is 138 gr/cm2 , and 25 samples for testing of length change refer to ASTM C 531-00 01and the average result from this test is 0.1466% total length. The optimum compressive strength is 20.09 MPa, with composition cement, Aggregate 1:3, consist of 92% cement 8% RHA as an adhesive materials and 50% Sand, 50% CSW hoped can be applied in the manufacture of concrete bricks (paving blocks) for pedestrian class.
Keywords
: Rice Husk Ash, Concrete Sludge Waste, the mechanical properties of mortar, compressive strength, density, absorption, length change.
viii Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………………
ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………..
iii
KATA PEGANTAR…………………………………………………………………….
iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………………….
v
ABSTRAK……………………………………………………………………...………..
vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...……..
ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………
xii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………....
xvi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………
xvii
BAB I
PENDAHULUAAN…………………………………………………………
1
1.1
Latar Belakang Masalah……………………………………………………...
1
1.2
Tujuan Penelitian…..…………………………………………………………
2
1.3
Batasan Masalah…..………………………………………………………….
3
1.4
Hipotesa…..………………………………………………….……………….
3
1.5
Metode Penelitian……………………………….………….…………...……
3
1.6
Sistematika Penelitian………………….……….………….…………...……
4
STUDI LITERATUR………………………………………………………...
5
2.1
Tinjauan Pustaka ………………………..…………………………………….
5
2.2
Mortar ……………..…………………………………………………………..
6
2.3
Portland Cement……………..………………….……………………………..
8
2.4
Air……………..…………………………..…….……………………………..
14
2.5
Abu Sekam Padi………………………..…….………………………………..
16
2.6
Concrete Sludge Waste (CSW)……..…….…………………………………...
18
2.6.1 Kuat Tekan……..…….…………………………………………………...
19
2.6.2 Density……..…….………………...…………………...………………...
20
BAB II
ix Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
2.6.3 Absorpsi……..…….………………...…………..……...………………...
21
2.6.4 Susut (Shrinkage) .…………..……...…………..…………...……………
21
Penelitian Yang Pernah Dilakukan……………………………………..……..
22
BAB III METODE PENELITIAN…..………………………………………………..
24
2.7
3.1
Rancangan Penelitian.…………………..……………………………….….....
24
3.2
Bahan Pembentuk Mortar.……………....…………………………………......
26
3.3
Alat-alat Penelitian .…………..………....………………………………….....
26
3.4
Pengujian Pendahuluan.……………........………………………………….....
27
3.4.1 Pengujian Sifat agregat (CSW dan RHA) .……………........…………….
29
3.4.1.1 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air…...............…………….
29
3.4.1.2 Pengujian Berat Isi…...............…………………………………......
31
3.4.1.3 Pengujian Analisa Ayak........……………………...…………….....
32
3.4.1.4 Pengujian Kadar Lumpur.………………………….…………….…
32
3.4.1.5 Uji Kadar Air.…………………………...…………..………….…..
34
3.4.2 Pengujian Konsistensi ……………………………..………..…...............
33
3.4.3 Pengujian Setting Time……………………………..………..…..............
36
Pengujian Mekanik Mortar ……………………………..………..…...............
39
3.5.1 Pengujian Kuat Tekan……………………………..………..….................
39
3.5.2 Pengujian Absorpsi ……………………………..………….….................
43
3.5.3 Pengujian Density.. ……………………………..………..…....................
46
3.5.3 Pengujian Susut….. ……………………………..………..…...................
46
Jadwal Kegiatan…………..………………………………………..….............
49
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……...…………………………….....
50
3.5
3.6
4.1
Hasil Pengujian Pendahuluan…………...……………………………….….....
50
4.1.1 Pengujian Sifat Agregat CSW dan RHA………………….……….…......
50
4.1.1.1 Hasil pengujian Berat Jenis dan Penyerapan air Concrete Sludge Waste (CSW) …………...………………………………................
50
4.1.1.2 Hasil Pengujian Berat Isi Lepas dan Berat Isi Padat CSW…..….....
51
4.1.1.3 Hasil Pengujian Analisa Ayak..…...……………………….…….....
51
4.1.1.4 Hasil Pengujian Kadar Lumpur..…...………………………….…...
53
x Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
4.2
4.1.1.5 Hasil Pengujian Kadar Air..…...……………………………….…...
54
4.1.2 Pengujian Konsistensi..…...……………………………….......................
54
4.1.3 Nilai Setting Time..…...……………………………….........…….............
56
Kebutuhan Bahan Desain Campuran…………...……………………….….....
65
4.2.1 Pasta Campuran Semen dengan Rice Husk Ask (Kode: CRHA) …….......
65
4.2.2 Pasta Campuran Semen dengan Concrete Sludge Waste (Kode :
4.3
4.4
CCSW)…...................................................................................................
66
4.2.3 Pasta Campuran Semen dengan RHA+CSW (Kode: CHW) ……….…...
66
Kebutuhan Bahan Desain Campuran Mortar dengan Perbandingan 1:3 (Kode : CHWM 13) …………...……………………….…………….…...
67
4.3.1 Total Kebutuhan Bahan Keseluruhan untuk pengujian kuat tekan Mortar
68
Hasil Pengujian Kuat Tekan…………...………………………………..…....
68
4.4.1 Hasil Pengujiaan Kuat Tekan Desain Campuran Awal………….…..…..
68
4.4.1.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Pada Pasta Campuran Semen + RHA (CRHA) …………...……………...…………………………..…...
68
4.4.1.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Pada Pasta Campuran Semen + CSW (CCSW) …………...………...…...…………………………..…...
75
4.4.1.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Pada Pasta Campuran Semen+ RHA + CSW (CHWP) …...………...…...…………………………..…...
84
4.4.2 Analisa distribusi data.………...…...……..………………………..…....
93
4.4.2.1 Chi-square Kode CHWM 131……..………………………...…....
93
4.4.2.2 Chi-square Kode CHWM 132……..………………………...…....
94
4.4.2.3 Chi-square Kode CHWM 133……..………………………...…....
94
4.4.2.4 Chi-square Kode CHWM 134……..………………………...…....
95
4.4.2.5 Chi-square Kode CHWM 135……..………………………...…....
96
4.4.3 Hasil pengujian Kuat Tekan Mortar Semen + RHA, Pasir + CSW Perbandingan 1: 3 (CHWM 13) …….……………………….……..…....
97
4.4.3.1 Hasil Pengujian dengan Campuran 30% Pasir 70% CSW (Kode : CHWM 131) ……..……………………….……..…...........
97
4.4.3.2 Hasil Pengujian dengan Campuran 40% Pasir 60% CSW (Kode : CHWM 132) ……..……………………….…………..…... 4.4.3.3 Hasil Pengujian dengan Campuran 50% Pasir 50% CSW
xi Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
98
(Kode : CHWM 133) ……..……………………….……..………...
99
4.4.3.4 Hasil Pengujian dengan Campuran 60% Pasir 40% CSW (Kode : CHWM 134) ……..……………………….……..………...
100
4.4.3.5 Hasil Pengujian dengan Campuran 70% Pasir 30% CSW (Kode : CHWM 135) ……..……………………….……..…...........
101
4.4.3.6 Histogram Perbandingan Kuat tekan Semua Variasi Mortar 4.4.3.7
disetiap umur benda uji ……..…………………….……..…...........
102
Grafik Kuat Tekan Mortar Gabungan Semua Variasi…..…...........
106
4.5
Hasil Pengujian Density…………...……………………….…...……………..
107
4.6
Hasil Pengujian Absorpsi…………...……………………….….…………......
109
4.7
Hasil Pengujian Susut…………...……………………….…..………………...
113
4.7.1 Hasil pengujian susut mortar CHWM131……………..............................
113
4.7.2 Hasil pengujian susut mortar CHWM132……………..............................
114
4.7.3 Hasil pengujian susut mortar CHWM133……………..............................
114
4.7.4 Hasil pengujian susut mortar CHWM134……………..............................
115
4.7.5 Hasil pengujian susut mortar CHWM135……………..............................
116
4.7.6 Hasil pengujian susut mortar gabungan…………………………………
116
4.8
Analisa Hasil Penelitian…………...……………………….……………….....
117
4.8.1 Analisa Kuat Tekan…………………….………………...........................
117
4.8.2 Analisa Density…………………….……………….................................
119
4.8.3 Analisa Absorpsi……...…………………………….……………….........
120
4.8.4 Analisa Susut……...…………………………….………………..............
120
Pengaruh Penambahan Concrete Sludge Waste (CSW) …….….………….....
121
4.9.1 Pengaruh Terhadap Kuat Tekan…….….………………...........................
121
4.9.2 Pengaruh Terhadap Density…….….……………….................................
121
4.9.3 Pengaruh Terhadap Absopsi…….….……………….................................
122
4.9.4 Pengaruh Terhadap Susut…….….……………….....................................
122
4.10 Pemanfaatan CSW untuk bahan Bangunan…….…...…………………………
122
4.9
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN……...………………………………….........
124
5.1
Kesimpulan…………...…………………………………….…........................
124
5.2
Saran…………...…………………………………….…..................................
126
xii Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA ……...……………………….......................................................
xix
LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR GAMBAR 2.1
Campuran Pembentuk Mortar ……………………………….......……...
7
GAMBAR 2.2
Campuran Pembentuk Mortar dengan filler CSW+RHA.……..….…….
7
GAMBAR 2.3
Proses Produksi Semen ……………………………………….………...
9
GAMBAR 2.4
Proses pembuatan abu sekam padi ……………..……………..………...
16
GAMBAR 2.5
Grafik Hubungan Regangan Susut (εsh) terhadap waktu (t)…..………...
21
GAMBAR 3.1
Flowchart penelitian ……………..………………………………....…..
25
GAMBAR 3.2
Pengujian Density ………..………………………………………..……
46
GAMBAR 3.3
Alat Pengujian Susut ……………………………….....….……………..
47
GAMBAR 4.1
Pengujian analisa ayak Rice Husk Ash (RHA)…………..………...……
52
GAMBAR 4.2
Pengujian analisa ayak Concrete Sludge Waste (CSW)……...….……...
53
GAMBAR 4.3
Histogram perbandingan nilai FAS berdasakan variasi mortar………....
56
GAMBAR 4.4
Grafik Setting Time Kode CHWM131……………..…………….........
57
GAMBAR 4.5
Grafik Setting Time Kode CHWM132……………..…………….........
59
GAMBAR 4.6
Grafik Setting Time Kode CHWM133……………..…………….........
60
GAMBAR 4.7
Grafik Setting Time Kode CHWM134……………..…………….........
62
GAMBAR 4.8
Grafik Setting Time Kode CHWM135……………..…………….........
63
GAMBAR 4.9
Histogram perbandingan nilai setting time berdasarkan variasi mortar..
64
GAMBAR 4.10
Grafik Pengujian Kuat Tekan Pasta Kode CRHA00………..…………
69
GAMBAR 4.11
Grafik Pengujian Kuat Tekan Pasta Kode CRHA06………..…………
70
GAMBAR 4.12
Grafik Pengujian Kuat Tekan Pasta Kode CRHA08………..…………
71
GAMBAR 4.13
Grafik Pengujian Kuat Tekan Pasta Kode CRHA10………..…….……
72
GAMBAR 4.14
Grafik Pengujian Kuat Tekan Pasta Kode CRHA12………..…………
73
GAMBAR 4.15
Histogram kuat tekan pasta CRHA pada umur 3 hari…………………..
73
GAMBAR 4.16
Histogram kuat tekan pasta CRHA pada umur 7 hari…………………..
74
GAMBAR 4.17
Histogram kuat tekan pasta CRHA pada umur 14 hari……………..
74
GAMBAR 4.18
Histogram kuat tekan pasta CRHA pada umur 28 hari………………..
75
GAMBAR 4.19
Grafik Pengujian Kuat Tekan Pasta Kode CCSW11…………………..
76
GAMBAR 4.20
Grafik Pengujian Kuat Tekan Pasta Kode CCSW12……………………
77
xiii Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
GAMBAR 4.21
Grafik Pengujian Kuat Tekan Pasta Kode CCSW13……………………
78
GAMBAR 4.22
Grafik Pengujian Kuat Tekan Pasta Kode CCSW14……………………
79
GAMBAR 4.23
Grafik Pengujian Kuat Tekan Pasta Kode CCSW15……………………
80
GAMBAR 4.24
Histogram kuat tekan pasta semua variasi CCSW umur 3 hari….……
80
GAMBAR 4.25
Histogram kuat tekan pasta semua variasi CCSW umur 7 hari…………
81
GAMBAR 4.26
Histogram kuat tekan pasta semua variasi CCSW umur 14 hari………
81
GAMBAR 4.27
Histogram kuat tekan pasta semua variasi CCSW umur 28 hari………
82
GAMBAR 4.28
Histogram kuat tekan pasta semua variasi CCSW umur 56 hari……
82
GAMBAR 4.29
Grafik Pengujian Kuat Tekan Gabungan Semua Variasi CCSW …….
83
GAMBAR 4.30
Grafik Pengujian Kuat Tekan Pasta Kode CHWP11…………………..
84
GAMBAR 4.31
Grafik Pengujian Kuat Tekan Pasta Kode CHWP12……………..…….
85
GAMBAR 4.32
Grafik Pengujian Kuat Tekan Pasta Kode CHWP13………..………….
86
GAMBAR 4.33
Grafik Pengujian Kuat Tekan Pasta Kode CHWP14…………..……….
87
GAMBAR 4.34
Grafik Pengujian Kuat Tekan Pasta Kode CHWP15…………….…….
88
GAMBAR 4.35
Histogram kuat tekan pasta semua variasi kode CHWP umur 3 hari…..
89
GAMBAR 4.36
Histogram kuat tekan pasta semua variasi kode CHWP umur 7 hari…..
89
GAMBAR 4.37
Histogram kuat tekan pasta semua variasi kode CHWP umur 14 hari….
90
GAMBAR 4.38
Histogram kuat tekan pasta semua variasi kode CHWP umur 21 hari….
90
GAMBAR 4.39
Histogram kuat tekan pasta semua variasi kode CHWP umur 28 hari..
91
GAMBAR 4.40
Grafik Pengujian Kuat Tekan Gabungan Semua Variasi CHWP …….
92
GAMBAR 4.41
Grafik Normal Probability Mortar Kode CHWM131………….……...
93
GAMBAR 4.42
Grafik Normal Probability Mortar Kode CHWM132………….……...
94
GAMBAR 4.43
Grafik Normal Probability Mortar Kode CHWM133………….……...
95
GAMBAR 4.44
Grafik Normal Probability Mortar Kode CHWM134………….……...
96
GAMBAR 4.45
Grafik Normal Probability Mortar Kode CHWM135………….……...
96
GAMBAR 4.46
Grafik Pengujian Kuat Tekan Mortar Kode CHWM131…………...…..
97
GAMBAR 4.47
Grafik Pengujian Kuat Tekan Mortar Kode CHWM132…………...…..
98
GAMBAR 4.48
Grafik Pengujian Kuat Tekan Mortar Kode CHWM133…………...…..
99
GAMBAR 4.49
Grafik Pengujian Kuat Tekan Mortar Kode CHWM134…………...…..
100
GAMBAR 4.50
Grafik Pengujian Kuat Tekan Mortar Kode CHWM135…………...…..
101
GAMBAR 4.51
Histogram kuat tekan mortar semua variasi CHWM umur 3 Hari……
102
GAMBAR 4.52
Histogram kuat tekan mortar semua variasi CHWM umur 7 Hari……
102
xiv Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
GAMBAR 4.53
Histogram kuat tekan mortar semua variasi CHWM umur 14 Hari……
103
GAMBAR 4.54
Histogram kuat tekan mortar semua variasi CHWM umur 21 Hari……
103
GAMBAR 4.55
Histogram kuat tekan mortar semua variasi CHWM umur 28 Hari……
104
GAMBAR 4.56
Histogram kuat tekan mortar semua variasi CHWM umur 56 Hari……
104
GAMBAR 4.57
Histogram kuat tekan mortar semua variasi CHWM umur 90 Hari……
105
GAMBAR 4.58
Grafik Pengujian Kuat Tekan Mortar Gabungan ………………………. 106
GAMBAR 4.59
Histogram pengujian Density Gabungan mortar CHWM………………
108
GAMBAR 4.60
Grafik Data Pengujian Absorpsi CHWM131……………………….…..
109
GAMBAR 4.61
Grafik Data Pengujian Absorpsi CHWM132…………………………..
110
GAMBAR 4.62
Grafik Data Pengujian Absorpsi CHWM133……………..……………
110
GAMBAR 4.63
Grafik Data Pengujian Absorpsi CHWM134……………..…………….
111
GAMBAR 4.64
Grafik Data Pengujian Absorpsi CHWM135……………..……………
112
GAMBAR 4.65
Histogram Data Pengujian Absorpsi Gabungan …………..…………..
112
GAMBAR 4.66
Grafik Data pengujian susut kode CHWM131…………..……………..
113
GAMBAR 4.67
Grafik Data pengujian susut kode CHWM132……..…………………..
114
GAMBAR 4.68
Grafik Data pengujian susut kode CHWM133……………..…………..
115
GAMBAR 4.69
Grafik Data pengujian susut kode CHWM134……………..…………..
116
GAMBAR 4.70
Grafik Data pengujian susut kode CHWM135……………..…………..
117
GAMBAR 4.71
Histogram Data Pengujian susut Gabungan ……………..……………..
118
xv Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
DAFTAR TABEL TABEL 2.1
Sifat-sifat Senyawa Semen ……………………………….…………….. 11
TABEL 2.2
Komposisi Kimia Semen Portland Menurut Jenisnya ………………….. 11
TABEL 2.3
Syarat fisika semen portland komposit …………………………..…….. 14
TABEL 2.4
Particle Size,Mesh Size and Grit No ………………………………..….. 17
TABEL 2.5
Komposisi kimia abu sekam padi ……………………………………..... 18
TABEL 2.6
Kandungan senyawa kimia pada limbah adukan beton ………….…….. 19
TABEL 3.1
Peta penelitian secara umum ………………………………………..….. 26
TABEL 3.2
Campuran pasta semen dan Rice Husk Ask (RHA)…………………….. 28
TABEL 3.3
Campuran pasta semen dan Concrete Sludge Waste (CSW)………….. 28
TABEL 3.4
Campuran pasta semen Rice Husk Ask (RHA) dan Concrete Sludge Waste (CSW)………………………………………………………….... 29
TABEL 3.5
Jadwal Kegiatan ……………………………………………………….. 49
TABEL 4.1
Hasil pengujian Berat Jenis dan Penyerapan air ……………………….. 50
TABEL 4.2
Hasil pengujian Berat Isi Lepas dan Berat Isi Padat CSW …………….. 51
TABEL 4.3
Pengujian analisa ayak Rice Husk Ash ………………………………… 52
TABEL 4.4
Pengujian analisa ayak Concrete Sludge Waste (CSW)……………….. 53
TABEL 4.5
Hasil Pengujian Kadar Lumpur CSW …………………………………. 54
TABEL 4.6
Hasil Pengujian Kadar Air CSW ……………………………………..
54
TABEL 4.7
Nilai flow table hasil pengujian konsistensi …………………………..
55
TABEL 4.8
Nilai faktor air semen dan Faktor air mortar …………………………..
55
TABEL 4.9
Nilai Setting Time CHWM 131 ……………………………………….
56
TABEL 4.10 Nilai Setting Time CHWM 132……………………………………….
58
TABEL 4.11 Nilai Setting Time CHWM 133……………………………………….
59
TABEL 4.12 Nilai Setting Time CHWM 134……………………………………….
61
TABEL 4.13 Nilai Setting Time CHWM 135……………………………………….
62
TABEL 4.14 Kebutuhan Bahan Pasta Kode CRHA …………………………………
65
TABEL 4.15 Kebutuhan Bahan Pasta Kode CCSW …………………………………
66
TABEL 4.16 Kebutuhan Bahan Pasta Kode CHW ………………………………….
66
TABEL 4.17 Kebutuhan Bahan Desain Campuran Mortar Kode CHWM 13 ……….
67
xvi Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
TABEL 4.18 Total kebutuhan bahan untuk pengujian kuat tekan mortar …………...
68
TABEL 4.19 Total kebutuhan bahan untuk pengujian kuat tekan mortar …………...
68
TABEL 4.20 Kuat Tekan Pasta Kode CRHA00…………………………………….
69
TABEL 4.21 Kuat Tekan Pasta Kode CRHA06…………………………………….
70
TABEL 4.22 Kuat Tekan Pasta Kode CRHA08…………………………………….
70
TABEL 4.23 Kuat Tekan Pasta Kode CRHA10…………………………………….
71
TABEL 4.24 Kuat Tekan Pasta Kode CRHA12…………………………………….
72
TABEL 4.25 Kuat Tekan Pasta Kode CCSW11…………………………………….
75
TABEL 4.26 Kuat Tekan Pasta Kode CCSW12……………………………………
76
TABEL 4.27 Kuat Tekan Pasta Kode CCSW13…………………………………….
77
TABEL 4.28 Kuat Tekan Pasta Kode CCSW14…………………………………….
78
TABEL 4.29 Kuat Tekan Pasta Kode CCSW15……………………………………
79
TABEL 4.30 Kuat Tekan Pasta Kode CHWP11…………………………………….
84
TABEL 4.31 Kuat Tekan Pasta Kode CHWP12…………………………………….
85
TABEL 4.32 Kuat Tekan Pasta Kode CHWP13…………………………………….
86
TABEL 4.33 Kuat Tekan Pasta Kode CHWP14…………………………………….
87
TABEL 4.34 Kuat Tekan Pasta Kode CHWP15…………………………………....
88
TABEL 4.35 Kuat Tekan Mortar CHWM 131………………………………………
97
TABEL 4.36 Kuat Tekan Mortar CHWM 132………………………………………
98
TABEL 4.37 Kuat Tekan Mortar CHWM 133………………………………………
99
TABEL 4.38 Kuat Tekan Mortar CHWM 134………………………………………
100
TABEL 4.39 Kuat Tekan Mortar CHWM 135………………………………………
101
TABEL 4.40 Hasil Pengujian density CHWM 131…………………………………
107
TABEL 4.41 Hasil Pengujian density CHWM 132…………………………………
107
TABEL 4.42 Hasil Pengujian density CHWM 133…………………………………
108
TABEL 4.43 Hasil Pengujian density CHWM 134…………………………………
108
TABEL 4.44 Hasil Pengujian density CHWM 135…………………………………
108
TABEL 4.45 Hasil Pengujian Absorpsi CHWM 131………………………………..
109
TABEL 4.46 Hasil Pengujian Absorpsi CHWM 132………………………………..
109
TABEL 4.47 Hasil Pengujian Absorpsi CHWM 133………………………………..
110
TABEL 4.48 Hasil Pengujian Absorpsi CHWM 134………………………………..
111
TABEL 4.49 Hasil Pengujian Absorpsi CHWM 135………………………………..
111
xvii Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
TABEL 4.50 Hasil Pengujian susut gabungan ………………………………………
117
TABEL 4.51 Syarat mutu Paving Blok menurut SNI ………………………………..
123
DAFTAR LAMPIRAN L-up-01
Uji Pendahuluan : pengujian Konsisitensi (flow table)
L-up-02
Uji Pendahuluan : pengujian Analisa ayak abu sekam padi
L-up-03
Uji Pendahuluan : pengujian Analisa ayak Concrete Sludge Waste
L-crha-01
Pengujian kuat tekan pasta : Kode CRHA00
L-crha-06
Pengujian kuat tekan pasta : Kode CRHA06
L-crha-08
Pengujian kuat tekan pasta : Kode CRHA08
L-crha-10
Pengujian kuat tekan pasta : Kode CRHA10
L-crha-12
Pengujian kuat tekan pasta : Kode CRHA12
L-ccsw-01
Pengujian kuat tekan pasta : Kode CCSW11
L-ccsw-02
Pengujian kuat tekan pasta : Kode CCSW12
L-ccsw-03
Pengujian kuat tekan pasta : Kode CCSW13
L-ccsw-04
Pengujian kuat tekan pasta : Kode CCSW14
L-ccsw-05
Pengujian kuat tekan pasta : Kode CCSW15
L-chwp-01
Pengujian kuat tekan pasta : Kode CHWP11
L-chwp-02
Pengujian kuat tekan pasta : Kode CHWP12
L-chwp-03
Pengujian kuat tekan pasta : Kode CHWP13
L-chwp-04
Pengujian kuat tekan pasta : Kode CHWP14
L-chwp-05
Pengujian kuat tekan pasta : Kode CHWP15
L-chwm-01
Pengujian kuat tekan mortar : Kode CHWM131
L-chwm-02
Pengujian kuat tekan mortar : Kode CHWM132
L-chwm-03
Pengujian kuat tekan mortar : Kode CHWM133
L-chwm-04
Pengujian kuat tekan mortar : Kode CHWM134
L-chwm-05
Pengujian kuat tekan mortar : Kode CHWM135
L-Density
Pengujian Density
L-Absorpsi
Pengujian Absorpsi
L-susut-01
Pengujian susut : Kode CHWM131
L-susut-02
Pengujian susut : Kode CHWM132
L-susut-03
Pengujian susut : Kode CHWM133
xviii Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
L-susut-04
Pengujian susut : Kode CHWM134
L-susut-05
Pengujian susut : Kode CHWM135 DAFTAR PUSTAKA
ASTM C 270-03B. Mortar for Unit Masonry, ASTM International, 100 Barr Harbor Drive, PO Box C700, West Conshohocken, PA 19428-2959, United States : 2003. ASTM C 579-01. Compressive Strength of Chemical-Resistant Mortars, Grouts, Monolithic Surfacings, and Polymer Concretes, ASTM International, 100 Barr Harbor Drive, PO Box C700, West Conshohocken, PA 19428-2959, United States : 2001. ASTM C 905-01. Apparent Density of Chemical-Resistant Mortars, Grouts, Monolithic Surfacings, and Polymer Concretes, ASTM International, 100 Barr Harbor Drive, PO Box C700, West Conshohocken, PA 19428-2959, United States : 2001. ASTM C 1403-00. Rate of Water Absorption of Masonry Mortars, ASTM International, 100 Barr Harbor Drive, PO Box C700, West Conshohocken, PA 19428-2959, United States : 2000 Houston, D.F. Rice Chemistry And Technology, American Association Of Cereal Chemist, Inc. Minnesota : 1972. Krishnarao R. V., Subrahmanyam J., Kumar, T. J. Studies On The Formation Of Black In Rice Husk Silica Ash, J. Ceramic Society : 2000 Kusumantara, Diah. Pengaruh Faktor Air Semen Terhadap Campuran 50% Semen Dan 50% Abu Sekam Padi, Departemen Teknik Sipil, Universitas Indonesia, Depok : 2009. Anagyagos, Nigoskatis. Kuat Tekan, Density, Absorpsi Dan Modulus Elastisitas Mortar Campuran Semen, Abu Sekam Padi, Dan Precious Slag Ball Dengan Perbandingan 30%; 30%; 40%. Departemen Teknik Sipil, Universitas Indonesia, Depok : 2011. Latief, Abdul. Kuat tarik langsung, kuat tarik lentur, susut dan density mortar campuran semen, Abu sekam padi, dan precious slag ball Dengan persentase 30%; 30%; 40%. Departemen Teknik Sipil, Universitas Indonesia, Depok : 2011. SNI 15-7064-2004. Semen Portland Komposit, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta : 2004.
xix Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
SNI 03-0691-1996 mengenai syarat mutu dan klasifikasi bata beton (paving blok) Badan Standardisasi Nasional, Jakarta : 1996. Id.shvoong.
Exact-science
,proses
pembuatan
semen,
Browsing
internet,
http://id.shvoong.com/exact-sciences/1693617-prosespembuatansemen/#ixzz1PPU9JUgw
Id.shvoong. internet and technologies,mengenal lebih jauh mengenai mortar, Browsing internet,http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/websites/1910302-mengenallebih-jauh-mengenai-mortar/#ixzz1PPY5CM4H
xx Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kemajuan tekhnologi yang semakin pesat di Indonesia, khususnya dalam bidang teknik sipil menjadikan tolak ukur perkembangan suatu negara. Namun, tidak hanya kemajuan tekhnologi yang pesat akan tetapi diiringi angka pertumbuhan penduduk yang saat ini mencapai lebih dari 250 juta jiwa, sehingga akan semakin banyak pula sarana dan fasilitas yang harus terpenuhi.
Penggunaan bahan baku konstruksi secara besar-besaran pun dilakukan demi terpenuhinya kebutuhan konstruksi di Indonesia. Sehingga harus ada upaya yang dilakukan agar mengurangi penggunaan bahan baku konstruksi yang tentunya akan berdampak berkurangnya kerusakan lingkungan yang terjadi. Ketidakmerataan sumber bahan baku konstruksi juga menjadi salah satu hambatan bagi perkembangan dunia konstruksi Indonesia, dan terbukti dengan banyaknya daerah-daerah di indonesia yang minim akan bahan baku konstruksi. Tidak hanya itu, polemik limbah hasil konstruksi juga menjadi permasalahan baru bagi pelaku konstruksi yang tentunya dapat mengganggu ekosistem setempat. Hal ini pula yang menjadikan para ahli teknik terus melakukan upaya pengembangan dalam menanggulangi masalah-masalah konstruksi yang terjadi demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Upaya yang kini sudah dilakukan adalah penggunaan bahan limbah sebagai bahan tambah atau pengganti sumber baku konstruksi, tidak hanya mengurangi biaya pengolahan limbah serta penanggulangan pencemaran lingkungan saja. Hal ini ternyata sangat efektif dalam pengurangan penggunaan bahan baku konstruksi yang secara terus menerus di ambil demi terpenuhinya pembangunan di Indonesia. Pengembangan baru yang akan diuji adalah pengaruh pemanfaatan limbah adukan beton siap pakai dan abu sekam padi sebagai bahan pengisi mortar. Limbah adukan beton siap pakai adalah adukan beton yang dihasilkan oleh batching plant PT. Holcim, Tbk yang sudah tidak terpakai dan dibuang ke tempat pembuangan limbah beton. Limbah inilah yang nantinya akan diolah kembali sebagai bahan pengganti agregat. Bahan tambah lainnya yang digunakan dalam pengujian ini adalah Abu sekam Padi. Penambahan abu sekam padi dalam
1
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
2
persentase tertentu dapat meningkatkan kekuatan mortar semen melalui reaksi antara silika (SiO2) dengan kalsium hidroksida (Ca(OH)2) yang merupakan produk reaksi hidrasi semen untuk menghasilkan kalsium silikat hidrat (CSH) yang memberikan kekuatan pada mortar semen. Abu sekam padi diperoleh dengan menghaluskan abu sekam sampai lolos saringan 200. Sekam padi yang sudah dihaluskan tersebut dibakar sampai temperatur 400-800oC sesuai dengan kemampuan tungku (furnace) yang ada sehingga menjadi abu sekam padi (Kusumantara, D., 2009). Pengujian pun pernah dilakukan kembali, dengan persentase nilai abu sekam padi yang ditambahkan terlalu banyak, sehingga pada pengujian tersebut terjadi penurunan sifat mekanik pada mortar, untuk itu pada pengujian selanjutnya jumlah persentase abu sekam padi akan dikurangi, kisarannya kurang dari 10% (Anagyagos, N., 2011). Penggunaan limbah adukan beton dan abu sekam padi sebagai bahan tambah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan proporsi campuran yang baik agar didapatkan nilai sifat mekanik yang maksimal. Untuk itu, pada penelitian ini penulis mencoba untuk meneliti seberapa besar kuat tekan mortar terhadap penggunaan limbah adukan beton dan abu sekam padi. 1.2. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat mekanis beton, menggunakan bahan campuran Portland Composite Cement, Limbah Adukan beton siap pakai (Concrete Sludge Waste), dan Abu Sekam Padi (Rice Husk Ash) dengan Komposisi semen, agregat halus 1 : 3. Sehingga dari pengujian ini diharapkan bisa memanfaatkan limbah menjadi suatu produk yang ramah lingkungan. 1.3. BATASAN MASALAH Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan dalam pengujian kedalam hal-hal dibawah ini : -
Semen yang digunakan pada pengujian sesuai dengan standar SNI 157064-2004 untuk semen portland komposit, sehingga sifat fisis dan
Universitas Indonesia
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
3
mekanis semen dianggap telah sesuai dengan standar, sehingga tidak dilakukan pengujian. -
Campuran yang akan digunakan akan dicari terlebih dahulu faktor air semen yang maksimum dengan cara trial & error.
-
Menggunakan abu sekam padi yang di produksi sendiri oleh PT. Hakiki di daerah Indramayu.
-
Menggunakan Limbah Adukan beton siap pakai yang di sediakan oleh PT Holcim, Tbk.
-
Suhu yang digunakan dianggap sama yaitu suhu kamar yaitu 28oC.
-
Pengujian dilakukan berdasarkan standard SNI dan ASTM.
-
Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur benda uji 3, 7, 14, 21, 28, 56, dan 90 hari. Dengan menggunakan benda uji kubus ukuran 50 mm x 50mm x 50mm, sesuai standar ASTM C 579-01. Sedangkan pengujian density, Absorpsi, dan Modulus Elastisitas dilakukan pada benda uji yang berumur 28 hari.
1.4. HIPOTESA Mortar campuran Portland Composite Cement, abu sekam padi (RHA) dan limbah adukan beton (CSW) dengan komposisi PCC, CSW+RHA 1 : 3 akan menghasilkan nilai kuat tekan pada mortar. 1.5. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah : -
-
Metode pengumpulan data yang terdiri dari: a.
Studi perpustakaan/literatur.
b.
Studi dokumenter.
Metode Eksperimental Dilakukan dengan cara mendapatkan data-data secara langsung dari hasil pengujian laboratorium.
-
Metode trial and error Adapun metode yang di gunakan untuk menentukan faktor air semen yaitu menggunakan metode trial and error (metode coba-coba).
Universitas Indonesia
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
4
1.6. SISTEMATIKA PENELITIAN Sistematika penulisan penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut : BAB 1
PENDAHULUAN Pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan yang digunakan.
BAB 2
STUDI LITERATUR Studi literatur ini berisi pengenalan tentang sifat-sifat beton serta bahanbahan pembentuknya dan pengujian yang pernah dilakukan yang berkaitan dangan penelitian ini.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang cara atau prosedur penelitian dan pengujian bahan di laboratorium yang berhubungan dengan penelitian ini.
BAB 4
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisikan data desain campuran benda uji yang akan dilakukan, serta data-data yang diperoleh dari pengujian di laboratorium struktur dan material Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan dan saran atas penelitian yang dilakukan.
Universitas Indonesia
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
BAB 2 STUDI LITERATUR 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Sekam padi atau Rice Husked merupakan lapisan keras yang membungkus kariopsis butir gabah, terdiri atas dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan gabah, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Dari proses penggilingan gabah akan dihasilkan sekitar 20% sekam padi atau bervariasi antara 13% sampai 29% dari total abu sekam yang dihasilkan setiap kali pembakaran (Hara, 1996; Krishnarao, et al., 2000). Nilai paling umum kandungan silika (SiO2) dalam abu sekam padi adalah 94%-96% dan apabila nilainya mendekati atau dibawah 90% kemungkinan disebabkan oleh sampel sekam yang telah terkontaminasi oleh zat lain yang kandungan silikanya rendah (Houston, 1972; Prasad, et al., 2000). Abu sekam padi jika dibakar secara terkontrol pada suhu tinggi (400-800oC) akan menghasilkan abu silika. Abu silika tersebut memiliki sifat hidrolis yang baik yang dapat meningkatkan daya ikat semen, sehingga dapat menghemat penggunaan semen dalam mortar. CSW (Concrete Sludge Waste) adalah adukan beton siap pakai yang masih tertinggal pada mobil molen setelah melakukan pengecoran disuatu proyek. Setelah mobil molen kembali ke batching plan dan dibersihkan, limbah hasil pembersihan diletakkan pada bak penampungan limbah beton yang dipisahkan antara limbah cair yang berbentuk lumpur dan limbah padat yang berbentuk bongkahan-bongkahan beton. Limbah adukan beton siap pakai ini di keringkan dalam kondisi kering udara dan kemudian dihancurkan dengan proses abrasi. Dari proses Abrasi inilah CSW bisa digunakan sebagai filler beton maupun mortar semen.
5
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
6
Mengacu pada penjelasan mengenai abu sekam padi (RHA) dan Limbah adukan beton siap pakai (CSW) diatas maka pada penelitian ini akan dicoba mengkaji penggunaan kedua bahan tersebut sebagai bahan pembentuk mortar semen. Untuk itu penulis mencoba untuk meneliti Studi Kuat Tekan pada Mortar yang Mengandung Abu Sekam Padi dan Limbah Adukan Beton dengan Komposisi Semen, Agregat Berbanding 1:3. Dari studi inilah diharapkan dapat diketahui seberapa besar pengaruh kedua bahan tersebut ditinjau dari kuat tarik dan geser pada mortar. 2.2. MORTAR Mortar adalah campuran semen, air, dan pasir namun ada yang berpendapat bahwa mortar adalah bahan bangunan berbahan dasar semen yang digunakan sebagai “perekat” untuk membuat struktur bangunan. Perbedaan mortar dengan semen adalah pada mortar adalah semen siap pakai yang komponen pembentuknya umumnya adalah semen itu sendiri, filler, dan berbagai jenis additif yang sesuai. Seperti kita tahu, dalam proses penggunaan semen oleh tukang, biasanya kita melihat tukang mencampur semen, pasir ayak, kapur (lime), bata merah halus (opsional), dan air. Pencampuran ini tentunya selalu tidak pernah seragam dan juga hanya berdasarkan “intuisi” si tukang. Adanya mortar tentunya merubah konsep cara pencampuran seperti itu karena mortar adalah Semen Instant siap pakai, hanya tambah air, aduk, kemudian langsung bisa dipakai. Jenis-jenis mortar Di Indonesia telah diperkenalkan, yaitu antara lain : 1. Tile Adhesive (Perekat Keramik) Ada vertikal (dinding) dan horizontal (lantai), dan juga ada perekat keramik baru diatas keramik lama (tanpa membongkar keramik lama). 2. Tile Grout Sebagai pengisi nat (celah) antar keramik 3. Thin Bed Untuk perekat AAC (Autoclaved Aerated Concrete) alias bata ringan 4. Skim Coat Untuk pelapis dinding baru, dll.
Penggunaan mortar tentunya akan ber-efek membuat biaya bahan bangunan menjadi bengkak, tetapi karena penggunaannya yang relatif sangat mudah, maka man-hours tukang kita akan berkurang drastis sehingga ongkos tukang akan berkurang. Untuk jangka panjangnya, penggunaan mortar ini juga akan bisa menghindarkan problem yang mungkin terjadi jika dibandingkan dengan
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
7
penggunaan campuran semen biasa misalnya seperti dinding retak dan lantai terangkat. Karena bisa jadi biaya reparasi di kemudian hari bisa jauh lebih tinggi daripada ongkos lebih yang dikeluarkan dengan penggunaan mortar (dibanding dengan campuran semen biasa) pada saat pembangunan awal struktur. Perlu diketahui juga, untuk bangunan-bangunan tinggi (high rise) dan juga ruko-ruko terbaru, umumnya sekarang mereka sudah menggunakan mortar dan AAC untuk bahan baku pembuatan dinding, dan juga mereka merekatkan keramik (vertikal dan horisontal) dengan mortar, sedangkan untuk struktur mereka menggunakan beton ready mix. Ini bertujuan untuk menjaga konsistensi bahan baku yang digunakan dan juga efisiensi tenaga kerja, sehingga diharapkan bisa memperpanjang usia bangunan dengan menghindari problem-problem yang mungkin terjadi di kemudian hari.
Gambar 2.1 Campuran Pembentuk Mortar
Pada penelitian yang akan dilakukan disini adalah mengganti komposisi pasir pada mortar dengan CSW dan RHA sebagai filler. Dengan komposisi tertentu diharapkan dapat menghasilkan kuat tekan tertentu. Sehingga dalam hal ini pemanfaatan limbah adukan beton dan abu sekam padi dapat lebih maksimal.
Gambar 2.2 Campuran Pembentuk Mortar dengan filler CSW+RHA
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
8
2.3. PORTLAND CEMENT Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi akan aktif setelah berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang penting dalam reaksi kimia tersebut. Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton maupun mortar. Semen potland didefinisikan sebagai perekat hidrolis, yaitu bahan perkat yang dapat mengeras bila bersenyawa dengan air dan berbentuk benda padat yang tidak larut dalam air. Semen portland yang digunakan di indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-81 atau standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut (PB.1989:3.2-8). Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat berisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agregat. Ada 2 macam cara pembuatan semen : - Proses Basah Proses ini dimulai dengan mencampur semua bahan baku dengan air. Setelah itu dihancurkan. Kemudian bahan yang sudah dihancukan tadi dibakar menggunakan bahan bakar minyak. Karena membutuhkan banyak BBM, proses ini sudah jarang dilakukan oleh produsen semen. - Proses Kering Proses ini memakai proses penggilingan yang dilanjutkan dengan proses pembakaran. Ada lima tahapan dalam proses ini, seperti proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal, proses pencampuran untuk mendapatkan campuran yang homogen, proses pembakaran bahan baku untuk menghasilkan terak, proses pendinginan terak, dan terakhir proses penggilingan clinker dan gypsum. Salah satu contoh proses kering adalah pembuatan semen Portland, berikut adalah proses pembuatan semen Portland : a)
Proses Pembuatan Semen Portland Pembuatan semen portland dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu : 1. Penambahan di quarry 2. Pecahan di crushing plant 3. Penggilingan (blending)
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
9
4. Pencampuran bahan-bahan 5. Pembakaran(clin) 6. Penggilingan kembali hasil pembakaran 7. Penambahan bahan tambah (gipsum) 8. Pengikatan
Gambar 2.3 Proses Produksi Semen
b)
Sifat dan Karakteristik Semen Portland 1. Sifat Fisika Semen portland -
Kehalusan Butir (fineness) : kehalusan butiran mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pengikatan (setting time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih kasar. Semakin halus butiran semen. Proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang. Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air ke permukaan, tetapi semen cenderung terjadi penyusutan yang besar dan mempermudah terjadinya retak susut pada beton.
-
Kepadatan (density) : Berat jenis semen yang di syaratkan oleh ASTM adalah 3,15 Mg/m3. Berat jenis semen yang di produksi
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
10
berkisar antara 3,05 Mg/m3. Variasi ini akan berpengaruh pada proporsi campuran semen dalam campuran. -
Berat jenis dan berat isi : berat jenis dan berat isi berkisar antara 3,10 - 3,30 dengan berat jenis rata-rata sebesar 3,15. BJ semen penting untuk di ketahui karena dengan mengetahui BJ semen akan dapat dilihat kualitas semen itu.
-
Waktu pengikatan : waktu yang di butuhkan semen untuk mengeras mulai semen bereaksi dengan air sampai pasta semen mengeras dan cukup kaku untuk menahan tekanan.
-
Kekekalan bentuk : kekekalan bentuk adalah dimana sifat dari pasta semen yang telah mengeras, dimana bila pasta tersebut dibuat bentuk tertentu bentuk itu tidak berubah.
-
Kekuatan semen : kuat tekan semn sangat berpengaruh terhadap kekuatan beton. Kuat tekan semen ini merupakan gambaran kemampuan semen dalam melakukan pengikatan (daya rekatnya) sebagai bahan pengikat.
-
Pengikatan awal palsu : pengikatan awal semen hanya terjadi kurang dari 60 menit, dimana setelah semen dicampur dengan air segera nampak menjadi kaku. Pengikatan ini hanya bersifat mengacau saja dan tidak mempengaruhi sifat semen yang lain.
-
Panas Hidrasi : panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan air, di nyatakan dalam kalori/gram. Panas hidrasi bervariasi mulai 37 kalori/gram pada temperatur 50C hingga 80 kalori/gram pada temperatur 400C.
2. Sifat Kimia Semen Portland Secara garis besar, ada 4 senyawa kimia utama yang menyusun semen portland, yaitu : -
Trikalsium Silikat ( 3 CaO.SiO2) yang di singkat menjadi C3S
-
Dikalsium Silikat ( 2 CaO.SiO2) yang di singkat menjadi C2A
-
Tetrakalsium Aluminoferrit (4CO. Al2O3.Fe2O3)
-
C4AF
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
11
Komposisi C3S dan C2S adalah 70% - 80% dari berat semen dan merupakan bagian yang paling dominan adalah sifat semen, Jika senyawasenyawa tersebut berhubungan dengan air, maka sifatnya adalah: Tabel 2.1 Sifat-sifat Senyawa Semen C3S
C2S
C3A
C4AF
sedang
lambat
cepat
Lambat sekali
b. Panas hidrasi (kal/gr)
120
60
207
100
c. Nilai rekatan
baik
baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
ada
pasif
Sifat a. Reaksi dgn air
d. Pengambangan
karena
reaksi
Komposisi kimia dari kelima type semen adalah seperti pada Tabel 2.2 di bawah ini (Nawy, 1985). Tabel 2.2 Komposisi Kimia Semen Portland Menurut Jenisnya Komposisi dalam %
Tipe Semen
Tipe 1, Normal
Karakteristik
C3S
C2S
C3A
C4AF
CaSO4
CaO
MgO
49
25
12
8
2,9
0,8
2,4
Umum Semen untuk semen tujuan Relatif sedikit
Tipe 2, Modifikasi
46
29
6
12
2,8
0,6
3
pelepasan panas, digunakan untuk struktur besar
Tipe 3, Kekuatan awal tinggi Tipe 4, Panas hidrasi rendah
c)
Mencapai kekuatan 56
15
12
8
3,9
1,4
2,6
awal yang tinggi pada umur 3 hari
30
46
5
13
2,9
0,3
2,7
Dipakai pada bendungan beton
Jenis – jenis semen portland Presentase senyawa kimia semen akan menyebabkan perbedaan semen. Kandungan senyawa kimia semen yang ada pada semen akan membentuk karakter dan jenis semen. Dilihat dari susunan senyawanya, portland semen di bagi menjadi lima jenis, yaitu : 1.
Semen type 1, semen yang ada di alamnya penggunaannya tidak secara khusus (pemakaian secara umum). Biasanya di gunakan pada
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
12
bangunan-bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus. 2.
Semen type 2, mengandung kadar C3A<8%. Semen yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Semen ini digunakan untuk bangunan dan konstruksi beton yang selalu berhubungan dengan air kotor, air tanah atau pondasi yang tertanan di dalam tanah yang mengandung garam sulfat dan saluran air limbah atau bangunan yang berhubungan langsung dengan air rawa.
3.
Semen type 3, memiliki kadar C3S dan C3A yang tinggi dan butirannya di giling sangat halus sehingga cepat mengalami proses hidarasi. Semen portland yang dalam penggunaannyamemerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase pengikatan terjadi. Biasanya di gunakan untuk bangunan di daerah bertemperatur rendah (musim dingin).
4.
Semen type 4, kadar C3S maksimum 35% dan C3A maksimum 5%. Semen portland yand dalam penggunaanya memerlukan panas hidrasi rendah. Digunakan pada pekerjaan beton volume besar (beton massa) dan masif, misalnya bendunga.
5.
Semen type 5, Semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Biasanya digunakan pada bangunan yang selalu berhubungan dengan air laut, saluran limbah industri bangunan yang berpengaruh oleh uap kimia dan gas agresif serta untuk pondasi yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat tinggi.
d)
Jenis semen yang ada di pasaran Meningkatnya permintaan material beton untuk dijadikan sebagai elemen struktural pada berbagai konstruksi bangunan modern, sering kali tidak hanya tertuju pada tercapainya kinerja kekuatan, tetapi juga diperlukan kinerja-kinerja lain yang dapat memberikan nilai tambah pada beton tersebut. Tercapainya kinerja kekuatan beton yang diharapkan selalu harus dibarengi dengan tingkat kemudahan pengerjaan dan pemompaan yang baik namun dengan menggunakan jumlah air yang lebih sedikit serta memiliki
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
13
keawetan
jangka
panjang.
Beberapa
diantaranya,
juga
sekaligus
membutuhkan panas hidrasi rendah dan penundaan waktu ikat akibat pengaruh cuaca yang panas, jarak pengangkutan yang jauh, kondisi medan atau karena kondisi volume massa beton yang cukup besar. Upaya untuk mencapai kinerja-kinerja tersebut adalah dengan menggunakan
tipe
semen
yang
lambat
mengeras
atau
dengan
mensubtitusikan bahan-bahan tambah mineral yang bersifat pozolanik pada semen dan bahkan ada yang menggunakan produk semen yang dicampur secara khusus. Penggunan bahan-bahan admixture yang dapat mereduksi penggunaaan air (water reducing) namun memperbaiki workability campuran dan sekaligus menunda waktu pengikatan (retarding) juga sering menjadi alternatif. Beberapa tipe semen yang ada di pasaran, antara lain : -
Portland Pozzoland Cement (PPC)
-
Portland Composit Cement (PCC)
-
Ordinary Portland Cement (OPC) Namun Pada penelitian kali ini, Semen yang digunakan yaitu Portland
Composit Cement (PCC). Semen portland komposit adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa silikat, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6%-35% dari massa semen portland komposit. Semen portland komposit dapat digunakan untuk konstruksi umum seperti: pekerjaan beton, pasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding dan pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, panel beton, bata beton (paving block) dan sebagainya. Semen portland komposit ini memiliki persyaratan mengenai sifat kimia dan fisikanya, adapun syarat kimia untuk semen portland komposit adalah mempunyai kandungan SO3 maksimum 4.0%. Sedangkan untuk syarat fisika dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
14
Tabel 2.3 Syarat fisika semen portland komposit.
No.
Uraian
Satuan
Persyaratan
m²/kg
Min. 280
- Pemuaian
%
Maks. 0,80
- Penyusutan
%
Maks. 0,20
- Pengikatan Awal
Menit
Min. 45
- Pengikatan akhir
Menit
Maks. 375
- Umur 3 hari
Kg/cm²
Min. 125
- Umur 7 hari
Kg/cm²
Min. 200
- Umur 28 hari
Kg/cm²
Min. 250
%
Min. 50
% Volume
Maks. 12
1.
Kehalusan dengan alat blaine
2.
Kekekalan bentuk dengan autoclave :
3.
4.
5.
Waktu pengikatan dengan alat vicat :
Kuat Tekan :
Pengikatan Semu : - Penetrasi akhir
6.
Kandungan udara dalam mortar
Sumber : SNI-15-7064-2004 (Semen Portland Komposit).
2.4.
AIR Air diperlukan dalam pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi
semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton. Tidak hanya itu, air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula atau bahan-bahan kimia lain bila dipakai untuk campuran mortar/beton akan sangat menurunkan kekuatannya dan dapat juga mengubah sifat-sifat semen. Berikut adalah Sumber-sumber air: a. Air yang terdapat di udara Air yang terdapat di udara atau air atmosfir adalah air yang terdapat di awan. Kemurniannya sangat tinggi. b. Air hujan Air hujan menyerap gas-gas serta uap dari udara ketika jatuh ke bumi. c. Air tanah Air tanah terdiri dari unsur kation dan anion.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
15
d. Air permukaan Air permukaan dibagi menjadi air sungai, air danau dan situ, air genangan dan air reservoir. Air sungai atau air danau dapat digunakan sebagai bahan campuran beton asal tidak tercemar oleh buangan industri. e. Air laut Air laut umumnya mengandung 3,5% larutan garam (sekitar 78% adalah sodium klorida dan 15% adalah magnesium klorida). Garamgaram pada air laut ini akan mengurangi kualitas beton hingga 20%. Air laut sebaiknya tidak digunakan untuk campuran beton pra-tegang atau beton bertulang karena akan mengakibatkan korosi pada tulangan. Air digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, zat organis aatu bahan lainnya yang dapat merusak beton atau tulangan. Pada pemilihan air yang digunakan, air tersebut harus berasal dari sumber yang terbukti dapat menghasilkan beton yang terbukti memenuhi syarat. Jika air yang digunakan dari suatu sumber belum terbukti memenuhi syarat, maka harus dilakukan uji tekan mortar yang dibuat dengan air tersebut. Bila beton akan berhubungan dengan air payau, air laut, atau air siraman dari sumber-sumber tersebut maka faktor air semen berbeda serta tebal selimut beton (lihat pasal 7.7 pelindung beton) untuk tulangan dalam peraturan beton 1989:37-39, harus dipenuhi. Tebal minimum tersebut rata-rat sekitar 50mm. Air diperlukan dalam pembuatan mortar/beton agar terjadi reaksi kimia dengan semen untuk membasahi agregat dan untuk melumas campuran agar mudah dalam pengerjaannnya.. Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak seluruhnya selesai. Oleh karena itu persyaratan air sebagai bahan bangunan sesuai dengan penggunaannya harus memenuhi syarat sebagai berikut : -
Air harus bersih
-
Tidak mengandung lumpur, minyak, benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual.
-
Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
16
-
Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
-
Bila air meragukan harus dianalisa secara kimia dan dievaluasi mutunya menurut pemakaiannya.
2.5. ABU SEKAM PADI (RICE HUSK ASH) Pada penggilingan padi, diketahui 78% yang dihasilkan padi mengandung beras dan 22% lainnya adalah kulit atau sekam. Sekam ini digunakan sebagai bahan bakar di penggilingan padi untuk menghasilkan uap selama proses parboiling. Sekam ini berisi 75% bahan organik volatile dan sisanya 25% dari berat kulit ini diubah menjadi abu dalam proses pembakaran, yang dikenal sebagai abu sekam padi (RHA). Dan RHA mengandung sekitar 85% - 90% silika amorf. Tambahan Abu sekam padi inilah ditemukan lebih unggul daripada bahan tambahan lainnya seperti silika fume dan terak flyash. Ini dikarenakan aktivitas pozzolan pada abu sekam padi yang tinggi, baik kekuatan dan daya tahan pada beton. Untuk mengkonversi abu sekam padi ini menjadi bahan pozzolan aktif, kondisi tertentu dengan metode produksi dan pengolahan yang terkendali harus benar-benar diikuti.
Beras (78%)
Dibakar
Carbon
Padi 75 % Bahan Organik volatile
Sekam (22 %) Dibakar 700C
25 % RHA
Gambar 2.4 Proses pembuatan abu sekam padi.
Abu sekam padi dihaluskan hingga 200-400 mesh (British Standar) atau lolos saringan No.200 – 400 (ASTM). Sekam padi yang sudah dihaluskan tersebut dibakar sampai temperatur 700oC sesuai dengan kemampuan tungku (furnace) yang ada sehingga menjadi abu sekam padi. Berikut adalah standar partikel yang diatur pada ASTM maupun British Standar :
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
17
Tabel 2.4 Particle Size,Mesh Size and Grit No.
ISSpecification IS.460.62 5.60 mm 4.75 mm 4.00 mm 3.35 mm 2.80 mm 2.36 mm 2.00 mm 1.70 mm 1.40 mm 1.18 mm 1.00 mm 850 microns 710 microns 600 microns 500 microns 425 microns 355 microns 300 microns 250 microns 212 microns 180 microns 150 microns 125 microns 106 microns 90 microns 75 microns 63 microns 53 microns 45 microns 38 microns 32 microns 25 microns 20 microns
Particle Size , Mesh Size and Grit No British Standard American Standard Grit No Specification. BS410.60 Specification. ASTM.E 11,79 3 mesh No.3 -3.5 mesh No.4 -4 mesh No.5 -5 mesh No.6 -6 mesh No.7 -7 mesh No.8 -8 mesh No.10 -10 mesh No.12 -12 mesh No.14 -14 mesh No.16 -16 mesh No.18 -18 mesh No.20 -22 mesh No.25 24 25 mesh No.30 30 30 mesh No.35 36 36 mesh No.40 -44 mesh No.45 46 52 mesh No.50 54 60 mesh No.60 60 72 mesh No.70 70 85 mesh No.80 80 100 mesh No.100 90 120 mesh No.120 100 150 mesh No.140 120 170 mesh No.170 -200 mesh No.200 150 240 mesh No.230 180 300 mesh No.270 220 350 mesh No.325 -400 mesh No.400 300 450 mesh No.450 340 500 mesh No.500 380 635 mesh No.635 450
Analisis kimia untuk abu sekam padi yang dilakukan pada Laboratorium Material Science Universitas Indonesia menunjukkan kandungan silika oksida yang cukup tinggi, seperti ditunjukan pada tabel berikut.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
18
Tabel 2.5 Komposisi kimia abu sekam padi
Sumber : PT Hakiki.
2.6. CONCRETE SLUDGE WASTE (CSW) Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Concrete Sludge Waste adalah limbah hasil pengecoran yang masih tertinggal pada dinding Admixture Truck (mobil molen). Pada saat mobil Kembali ke batching plant, mobil dicuci dan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel. Dari pencucian inilah didapat dua limbah, yaitu limbah cair dan limbah padat yang dipisahkan dalam dua bak penampungan berbeda. CSW adalah limbah padat berupa adukan beton yang belum mengeras. CSW yang masih dalam keadaan basah inilah dikeringkan pada suhu kering udara. Setelah cukup kering, maka proses selanjutnya adalah penumbukkan dengan mesin Abrasi sehingga butiran-butirannya lebih halus. Penelitiaan tentang CSW memang sudah lama dilakukan dan hasilnya sudah banyak dimanfaatkan oleh sebagian orang, akan tetapi hal ini masih belum maximal karena mutu yang dihasilkan belum sesuai yang diharapkan. Sehingga penelitian demi penelitian pun dilakukan. Dalam penelitian ini dicoba kembali dengan mencampurkan CSW dengan Abu sekam padi dengan komposisi Semen, Agregat 1 : 3. Dari hasil analisis yang dilakukan di laboratorium kimia Universitas Indonesia limbah adukan beton memiliki kandungan kimia sepeti pada tabel berikut:
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
19
Tabel 2.6 Kandungan senyawa kimia pada limbah adukan beton No
Senyawa
Persentase (%)
1
MgO
1,82
2
Al2O3
7,56
3
SiO2
35,57
4
S
0,57
5
K2O
0,71
6
CaCO3
48,07
7
TiO2
0,59
8
Cr2O3
0,11
9
MnO2
0,19
10
Fe2O3
4,75
2.6.1. Kuat Tekan Mortar untuk pasangan batu bata ataupun pasangan lainnya harus mempunyai kekuatan yang baik. Kekuatan pada mortar dipengaruhi oleh bahan campurannya serta perbandingannya. Di Indonesia belum ada persyaratan mengenai kekuatan adukan, hanya untuk konstruksi tertentu, dianjurkan untuk menggunakan jenis campuran yang tertentu pula, seperti yang tercantum dalam peraturan bangunan nasional 1977. Beberapa negara sudah memiliki standard yang mencantumkan kekuatan aduk mortar ini, misalnya ASTM C270 mencantumkan syarat sebagai berikut : a.
Adukan Type M. Yaitu jenis adukan dengan kuat tekan yang tinggi dipakai untuk tembok bata bertulang, tembok dekat tanah/pasangan pondasi. Kuat tekan minimum 2500 Psi atau +175 Kg/cm².
b.
Adukan Type S. Yaitu jenis adukan dengan kekuatan yang sedang, dipakai bila tidak disyaratkan menggunakan Type M, tetapi diperlukan daya rekat tinggi serta adanya pengaruh gaya samping. Kuat tekan minimum 124 Kg/cm².
c.
Adukan Type N. Yaitu jenis adukan dengan kuat tekan sedang, dipakai untuk aduk pasangan terbuka diatas tanah. Kuat tekan minimum 52,5 Kg/cm².
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
20
d.
Adukan Type O. Yaitu jenis adukan dengan kekuatan yang agak rendah, dipakai untuk konstruksi tembok yang tidak menahan beban tekan tidak lebih dari 7 Kg/cm² dan gangguan cuaca tidak berat. Kuat tekan minimum 24,5 Kg/cm². Kuat tekan mortar = Dimana : Pmax A
Pmax N/mm2 atau Kgf/cm2 A
= beban maksimum dalam Newton atau Kgf = luas bidang tekan benda uji, mm2 atau cm2
2.6.2. Density Kerapatan (density) adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa persatuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu. Kerapatan benda padat dibedakan menjadi 2 yaitu kerapatan padat (solid/particle density) dan kerapatan curah (bulk density). Pada penelitian ini Mortar harus diteliti berat densitynya karena nantinya mortar ini akan digolongkan dalam jenisnya sendiri yaitu mortar ringan, sedang atau berat. Besarnya density dapat diukur sebagai berikut : DC V
Dimana :
w S SI W Ws w
γw = berat jenis air (gram/cm3) S
= berat benda uji kering udara (gram)
I
= berat benda uji dalam air (gram)
2.6.3. Absorpsi Besarnya penyerapan air pada mortar diukur dengan benda uji kubus tanpa memberikan tekanan air pada benda uji tersebut, dengan melihat penyerapan air pada waktu periode tertentu seperti pada waktu ¼ jam, 1 jam, 4 jam dan 24 jam. Besarnya absorpsi pada mortar sesuai ASTM C 1403-00 adalah :
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
21
At = (Wt-W0)x10000/L1xL2 Dimana : Wt = berat benda uji pada waktu T (gram). W0 = berat tetap awal benda uji (gram). 2.6.4. Susut (Shrinkage) Shrinkage adalah sifat mortar yang berupa mengecilnya volume mortar akibat berkurangnya kandungan air yang tidak berhubungan dengan pembebanan. Perubahan suhu pada mortar selama pengikatan dan proses pengerasan yang disebabkan adanya hidrasi semen oleh air menyebabkan terjadinya efek pemuaian pada mortar. Perubahan suhu tersebut dapat menyebabkan adanya muai susut pada mortar yang nantinya dapat mengakibatkan timbulnya retak rambut pada mortar. Susut adalah sifat yang tidak reversible. Jika mortar yang sudah benarbenar susut kemudian dijenuhkan dengan air, maka tidak akan tercapai volume asalnya. Gambar grafik 2.8 menunjukkan pertambahan regangan susut (εsh) terhadap waktu (t). Laju perubahannya berkurang terhadap waktu, karena semakin besar umur mortar maka akan semakin besar ketahannya terhadap regangan dan semakin sedikit mengalami susut.
Gambar 2.5. Grafik Hubungan Regangan Susut (εsh) terhadap waktu (t)
Faktor- faktor yang mempengaruhi penyusutan antara lain: a. kualitas dan komposisi masing-masing material penyusun. b. Kondisi curing c. kelembapan udara sekitar.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
22
Nilai susut mortar dapat dihitung dengan rumus : Perubahan panjang
=
x 100%
Dimana : L1
= pembacaan panjang benda uji pada tiap umur pengujian
L0
= pembacaan panjang benda uji pada umur 24 jam
2.7.
PENELITIAN YANG PERNAH DILAKUKAN Penelitian demi penelitianpun telah dilakukan, pada tahun 2009 mengenai
penambahan abu sekam padi pada pasta semen dengan berat abu sekam padi sama dengan berat semen yaitu 50% abu sekam padi dicampurkan dengan 50% semen, dengan variasi pasta semen campuran yang dibedakan berdasarkan faktor air semen (FAS) yaitu FAS 0.6, 0.7 dan 0.8 terhadap berat jenis pasta, didapatkan : -
Kuat tekan pasta semen campuran abu sekam padi mengalami penurunan terhadap pasta semen normal. Kuat tekan pasta semen campuran abu sekam padi tertinggi berada dinilai FAS 0.7 yaitu pada nilai kuat tekan fc′ = 26,5 MPa.
-
Kuat tarik pasta semen campuran abu sekam padi tertinggi berada dinilai FAS 0.7 yaitu pada nilai kuat tarik fct = 0,653 MPa. Dengan menggunakan grafik yang diinterpolasi maka didapatkan nilai kuat
tekan dan kuat tarik pasta semen campuran abu sekam padi tertinggi di peroleh pada faktor air semen 0,68. Abu sekam padi bisa menghemat penggunaan semen karena dengan pasta semen campuran abu sekam disini bisa menghemat penggunaan semen hingga 50% dan tetap memenuhi standard kekuatan acian sesuai dengan ASTM C 109 yaitu kekuatan acian berkisar dari 3,6 MPa-7,2 MPa, sedangkan untuk pasta semen campuran abu sekam disini kekuatannya sudah melebihi dari 8 MPa (Kusumantara, D., 2009). Penelitian Lanjutan juga telah dilakukan tahun 2010, akan tetapi komposisi mortar terdiri dari Semen, Abu Sekam Padi dan PSB. Dari campuran 30% PCC dan 70% PSB yang memiliki faktor air mortar sebesar 0.1 dan campuran mortar 30% PCC, 30% ASP, 40% PSB yang memiliki faktor air mortar sebesar 0.5 didapatkan :
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
23
-
Campuran 30% PCC dan 70% PSB untuk semen Type 1 dan Type 2 mencapai kuat tekan maksimum sebesar 79.074 MPa dan 79.960 Mpa pada umur 90 hari, dan nilai kuat tekan masih terus meningkat secara signifikan hingga umur 90 hari.
-
Penambahan
Precious Slag Ball
pada campuran terbukti
dapat
meningkatkan nilai kuat tekan. -
Campuran 30% PCC, 30% ASP, 40% PSB untuk semen Type 1 dan Type 2 mencapai kuat tekan maksimum sebesar 14.367 MPa dan 12.701 MPa pada umur 90 hari.
-
Terjadi penurunan kuat tekan dikarenakan penambahan abu sekam padi yang terlalu banyak, karena berat jenis abu sekam padi yang kecil, maka volume campuran yang dihasilkan menjadi besar. Hal ini mengakibatkan ikatan dengan semen tidak maksimal, sehingga mengurangi kuat tekan.
-
fc′ mortar campuran 30% PCC 70% PSB untuk semen Type 1 = 55.954 MPa pada umur 28 hari
-
fc′ mortar campuran 30% PCC 70% PSB untuk semen Type 2 = 54.080 MPa pada umur 28 hari
-
fc′ mortar campuran 30% PCC 30% ASP 40% PSB untuk semen Type 1 = 8.996 Mpa pada umur 28 hari, mengalami penurunan kuat tekan sebesar 83.93% terhadap campuran 30% PCC, 70% PSB untuk semen Type
-
fc′ mortar campuran 30% PCC 30% ASP 40% PSB untuk semen Type 2 = 9.114 MPa, pada umur 28 hari, mengalami penurunan kuat tekan sebesar 83.15% terhadap campuran 30% PCC, 70% PSB untuk semen Type 2.Berdasarkan ASTM C-270-73 mortar campuran 30% PCC 30% ASP 40% PSB digolongkan kedalam tipe N yaitu jenis adukan dengan kuat tekan sedang, dipakai untuk aduk pasangan terbuka diatas tanah. Kuat tekan minimum 52,5 Kg/cm². (Anagyagos, N., 2011).
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. RANCANGAN PENELITIAN Dalam penelitian ini mortar yang akan diteliti terdiri dari campuran semen Portland Composite Cement (PCC), Rice Husk Ask (RHA), dan Concrete Sludge Waste (CSW). Campuran tersebut akan dibuat dengan perbandingan Semen , Agregat (CSW + RHA) 1 : 3 yang kemudian diteliti sifat mekanik dari mortar tersebut. Rice Husk Ask (RHA) dan Concrete Sludge Waste (CSW) perlu dilakukan pengujian laboratorium untuk mengetahui kandungan kimia bahan, pengujian dilakukan di Laboratorium Material Science Universitas Indonesia sedangkan Semen portland komposit yang digunakan tidak dilakukan pengujian fisik dan kimia karena dianggap sudah memenuhi standar. Sebagai awalan terlebih dahulu akan dilakukan pengujian workability untuk mendapatkan faktor air semen (FAS) yang sesuai standar. Setelah didapatkan kadar FAS yang sesuai maka dilakukan pembuatan benda uji yang telah dicampur ASP yang bertujuan seberapa besar prosentase kandungan RHA pada mortar untuk mencapai kuat tekan optimum, begitu pula dengan CSW. Setelah mendapatkan Nilai optimum dari kedua bahan, maka selanjutnya dilakukan pencampuran keduanya dengan komposisi Semen, Agregat 1 : 3. Benda uji akan di test sesuai dengan umur pengujiannya, yang kemudian akan dianalisa dan dibuat kesimpulannya. Semua tahapan-tahapan proses penelitian ini dibuat flowchart seperti dibawah ini.
24
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
25
Mulai
Pembuatan Jadwal Kegiatan
Permohonan Bahan
Mengambil RHA
Mengambil CSW
Pengujian Sifat Fisis & Mekanis
Rice Husk Ask (RHA) (RHA)
Limbah Beton -Analisa Ayakan -Spesifik Gravity -Tes XRF -Tes PSA -Tes SEM
Pengujian Semen Tidak dilakukan
Rancangan Awal
Pengujian Fas (Trial & error)
NO
Memenuhi
Rancangan pakai
Pembuatan Benda Uji
Perawatan
Pengujian Benda Uji
Analisa Data Kesimpulan Selesai
Gambar 3.1 Flowchart penelitian.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
26
Tabel 3.1 Peta penelitian secara umum. Perbandingan berat (%) Kode
Semen
CHWM131 CHWM132 CHWM133 CHWM134 CHWM135
RHA
PASIR
25% 92%
8%
30%
8%
60%
8%
50%
8%
40%
50%
75%
25% 92%
40%
75%
25% 92%
70%
75%
25% 92%
CSW
75%
25% 92%
% air
60%
75% 8%
70%
30%
terhadap berat
Tes tekan umur (hari)
Jumlah benda
3
7
14
28
56
110%
5bh
5bh
5bh
5bh
5bh
25bh
112%
5bh
5bh
5bh
5bh
5bh
25bh
105%
5bh
5bh
5bh
5bh
5bh
25bh
115%
5bh
5bh
5bh
5bh
5bh
25bh
117%
5bh
5bh
5bh
5bh
5bh
25bh
semen
uji
3.2. BAHAN PEMBENTUK MORTAR Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembentukan mortar semen pada penelitian ini adalah : 1. Semen - Jenis : Semen Portland Composite Cement (PCC). - Merk : Semen Type 1. 2. Rice Husk Ask (RHA) - Asal : Indramayu. - Sumber : PT. HAKIKI. 3. Concrete Sludge Waste (CSW) - Sumber : PT Holcim, Tbk 4. Air - Jenis : Air PAM. - Sumber : Laboratorium Stuktur dan Material. 3.3. ALAT-ALAT PENELITIAN Alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi : 1. Timbangan Timbangan kapasitas 10 Kg,digunakan untuk mengukur berat contoh mortar.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
27
2. Gelas ukur Gelas ukur volume 50 ml, 100 ml, 250 ml, 1000 ml, digunakan untuk mengukur volume air yang dibutuhkan untuk adukan pasta semen. 3. Baskom dan cawan Baskom digunakan sebagai tempat untuk penyimpanan bahan susun adukan mortar semen 4. Sendok spesi Sendok spesi digunakan untuk mengaduk pasta semen 5. Cetakan mortar Cetakan kubus dengan ukuran 50mm x 50mm x 50mm yang digunakan untuk pengujian kuat tekan mortar semen. 6. Jangka sorong. Jangka sorong, digunakan untuk mengukur semua dimensi benda uji 7. Mesin aduk mortar Mesin dengan motor listrik, berkapasitas 2 liter, digunakan untuk mengaduk mortar segar 8. Alat uji tekan Alat uji tekan yang digunakan adalah mesin uji desak (Crushing test Machine). 9. Saringan logam 4,75 mm Saringan yang digunakan untuk pengetesan pasta segar 10. Penetrometer, cetakan kubus 15mm x 15mm x 15mm dan cawan logam Alat yang digunakan untuk setting time 3.4. PENGUJIAN PENDAHULUAN Sebelum pembuatan benda uji dimulai terlebih dahulu akan dilakukan pengujian pendahuluan untuk mengetahui sifat-sifat dari campuran. Pengujian tersebut adalah Pengujian sifat agregat (CSW dan RHA) , lalu pengujian konsistensi untuk mengetahui workability dan mendapatkan faktor air semen (FAS) yang sesuai standar dan pengujian setting time untuk mengetahui waktu ikat yang terjadi pada campuran. Pengujian campuran awal dilakukan dalam tiga tes, yaitu tes terhadap pasta semen dengan campuran semen dan Rice Husk Ask (RHA), semen dan Concrete
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
28
Sludge Waste (CSW) serta campuran semen, Rice Husk Ask (RHA) dan Concrete Sludge Waste (CSW). Benda uji berbentuk kubus dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm dengan jumlah 20 benda uji pada masing masing campuran, dibagi menjadi 5 benda uji pada masing – masing umur pengujian. 1. Tes pasta semen campuran Rice Husk Ask (RHA) Tes ini bertujuan untuk menentukan komposisi campuran semen dan Rice Husk Ask (RHA) yang optimum, yang diukur berdasarkan kuat tekan terhadap umur untuk setiap komposisi campuran. Campuran ini diberi kode CRHA, dengan dua angka terakhir menunjukan %RHA. Tabel 3.2 Campuran pasta semen dan Rice Husk Ask (RHA) Perbandingan berat (%)
Kode
Tes tekan umur (hari)
% air terhadap
Jumlah
berat semen
3
7
14
28
benda uji
0
35%
5bh
5bh
5bh
5bh
20bh
94
6
41%
5bh
5bh
5bh
5bh
20bh
CRHA08
92
8
42%
5bh
5bh
5bh
5bh
20bh
CRHA10
90
10
45%
5bh
5bh
5bh
5bh
20bh
CRHA12
88
12
48%
5bh
5bh
5bh
5bh
20bh
Semen
RHA
CRHA00
100
CRHA06
Nilai prosentase air diatas diambil dengan melakukan uji konsistensi yang mengacu pada peraturan ASTM C 305-99 2. Tes pasta semen camuran Concrete Sludge Waste (CSW) Tes ini bertujuan untuk menentukan komposisi campuran semen dan Concrete Sludge Waste (CSW) optimum, yang diukur berdasarkan kuat tekan terhadap umur untuk setiap komposisi campuran. Tabel 3.3 Campuran pasta semen dan Concrete Sludge Waste (CSW) Perbandingan Code
berat (%)
% air terhadap
Tes tekan umur (hari)
Jumlah
berat semen
3
7
14
28
benda uji
50
52%
5bh
5bh
5bh
5bh
20bh
33,33
66,67
65%
5bh
5bh
5bh
5bh
20bh
CCSW13
25
75
80%
5bh
5bh
5bh
5bh
20bh
CCSW14
20
80
105%
5bh
5bh
5bh
5bh
20bh
CCSW15
16,67
83,33
130%
5bh
5bh
5bh
5bh
20bh
Semen
Csw
CCSW11
50
CCSW12
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
29
Nilai prosentase air diatas diambil dengan melakukan uji konsistensi yang mengacu pada peraturan ASTM C 305-99 3. Tes campuran semen + Rice Husk Ask (RHA) + Concrete Sludge Waste (CHWP) Tes ini bertujuan untuk menentukan komposisi campuran semen, Rice Husk Ask (RHA) dan Concrete Sludge Waste (CSW) optimum, yang diukur berdasarkan kuat tekan terhadap umur untuk setiap komposisi campuran. Tabel 3.4 Campuran pasta semen Rice Husk Ask (RHA) dan Concrete Sludge Waste (CSW) Perbandingan berat (%) Kode
CHWP11 CHWP12 CHWP13 CHWP14 CHWP15
Semen
RHA
50% 45%
5%
33,33% 30%
3,33% 25%
22,5%
2,5%
20% 18%
2%
16,67% 15%
1,67%
CSW
% air terhadap berat semen
Tes tekan umur (hari) 3
7
14
28
Jumlah benda uji
50%
111.25%
5bh
5bh
5bh
5bh
20bh
66,67%
108.75%
5bh
5bh
5bh
5bh
20bh
75%
106.25%
5bh
5bh
5bh
5bh
80%
108.75%
5bh
5bh
5bh
5bh
83,33%
109.25%
5bh
5bh
5bh
5bh
20bh 20bh 20bh
Nilai prosentase air diatas diambil dengan melakukan uji konsistensi yang mengacu pada peraturan ASTM C 305-99. 3.4.1. Pengujian Sifat Agregat (CSW dan RHA) 3.4.1.1 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air a. Prosedur Pengujian Benda uji dikeringkan di dalam oven pada suhu ( 110 ± 5 )ºC sampai berat tetap. Dinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air pada suhu ruang selama 24 jam. Buang air perendam hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan agregat diatas talam, dikeringkan diudara panas dengan cara membalik-balikkan benda uji. Lakukan pengeringan sampai tercapai kering permukaan (SSD). Keadaan SSD diperiksa dengan mengisi benda uji ke dalam kerucut terpancung,
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
30
dipadatkan sebanyak 25 kali, angkat kerucut. Keadaan SSD tercapai bila benda uji lerengnya runtuh akan tetapi tingginya masih tetap. Setelah tercapai keadaan SSD, ambil benda uji sebanyak ± 500 gr (Bssd) masukkan kedalam piknometer. Air suling dimasukkan sebanyak 90 % dari isi picnometer, diputar sambil diguncang-guncangkan sampai tidak terlihat gelembung udara didalamnya. Untuk mempercepat dapat digunakan pompa hampa udara atau dengan cara merebus picnometer. Picnometer direndam dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar 25º C. Air ditambahkan sampai pada batas tertentu, kemudian timbang picnometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gr (BT). Benda uji dikeluarkan, dan dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC sampai berat tetap, kemudian benda uji dikeringkan dalam desikator. Setelah benda uji dingin lalu ditimbang (BK). Tentukan berat picnometer berisi air penuh dan suhu air diukur guna penyesuaian dengan suhu standar 25ºC (B). b. Perhitungan -
Berat Jenis
=
Bk ( B + Bssd - BT )
-
BJ Semu
=
Bk ( B + BK - BT )
-
BJ SSD
=
Bssd ( B + Bssd - BT )
-
Penyerapan Air
=
Bssd - Bk x100% Bk
Bk = Berat benda uji kering oven (garm) Bssd= Berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram) B
= Berat piknometer + air (gram)
BT = Berat piknometer + benda uji + air (gram)
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
31
3.4.1.2 Pengujian Berat Isi a. Prosedur Pengujian -
Berat Isi Lepas Silinder ditimbang dan dicatat beratnya (W1), serta diukur
volumenya (V). Benda uji dimasukkan dengan hati-hati supaya tidak terjadi pemisahan butiran, dari ketinggian maksimum 5 cm diatas wadah dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh. Permukaan benda uji diratakan dengan menggunakan mistar perata. Wadah ditimbang dan dicatat isinya (W2), kemudian menghitung berat benda uji (W3 = W2W1). -
Berat Isi Padat Agregat dengan ukuran butiran maksimum 38,1 mm dengan cara
penusukan. Silinder ditimbang dan dicatat beratnya (W1), kemudian silinder /wadah diisi dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata, dan pada pemadatan tongkat masuk sampai lapisan bagian bawah tiap lapisan. Permukaan benda uji diratakan dengan mistar perata, kemudian ditimbang dan dicatat berat wadah serta benda uji (W4) dan hitung berat benda uji (W5 = W4-W1). Agregat dengan diameter butiran antara 38,1 mm sampai 101,6 mm dengan penggoyangan. Silinder ditimbang dan dicatat beratnya (W1), kemudian wadah diisi dengan benda uji dalam lapisan yang sama tebal. Setiap lapisan dipadatkan dengan cara menggoyang-goyangkan wadah seperti berikut : -
Letakkan wadah diatas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu sisinya kira-kira 5 cm, kemudian lepaskan.
-
Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan, padatkan setiap lapisan sebanyak 25 kali untuk setiap sisinya. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata,
kemudian timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W4) dan hitung berat benda uji (W5 = W4-W1).
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
32
3.4.1.3. Pengujian Analisa Ayak a. Prosedur Pengujian Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110 ± 5 )º C, sampai berat tetap, kemudian timbang benda uji sesuai dengan berat yang disyaratkan. Susun saringan, dengan menempatkan saringan paling besar dibagian atas dan letakkan pan pada bagian bawah. Agregat dimasukkan dari bagian atas, tutup bagian atas saringan dengan penutup saringan, kemudian susunan saringan diletakkan dalam mesin penggetar saringan (sieve shaker ). Mesin penggetar saringan dijalankan selama ± 15 menit dan ditimbang berat agregat yang terdapat pada masing-masing saringan. b. Perhitungan Rumus :
Menghitung persentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan terhadap berat total benda uji.
Menghitung persentase tertahan komulatif
Menghitung angka kehalusan ( Fineness Modulus ) FM = (Σ% tertahan komulatif diatas ayakan 0,15 mm):100
-
Menghitung persentase lolos komulatif
-
Gambarkan grafik gradasi agregat
3.4.1.4 Pengujian Kadar Lumpur a. Prosedur Pengujian Benda uji dimasukkan dengan berat seperti tertera dalam table , lalu dikeringkan dalam oven dengan suhu ( 110 ± 5 )ºC, sampai berat tetap, kemudian ditimbang (W1). Benda uji dimasukkan ke dalam wadah, dan diberi air pencuci secukupnya sehingga benda uji terendam, Air cucian tersebut diaduk dalam wadah sehingga lumpur yang menempel pada agregat lepas, Air cucian dituang ke dalam susunan saringan no.16 dan no.200. pada waktu menuangkan air cucian diusahakan agar bahan kasar tidak ikut tertuang. air pencuci baru dimasukkan,dan pekerjaan diatas diulang sampai air cucian menjadi bersih. Semua bahan yang tertahan diatas saringan no.16 dan no.200 dikembalikan kedalam wadah, seluruh
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
33
bahan dimasukkan tersebut kedalam talam yang telah diketahui beratnya (W2) dan dikeringkan dalam oven sampai berat tetap. Setelah kering ditimbang dan dicatat beratnya (W3), kemudian hitung berat bahan kering tersebut ( W4 = W3 – W2 ) . b. Perhitungan Rumus : Kadar Lumpur
=
(W 1 - W 2) x 100 W1
3.4.1.5 Uji Kadar Air a. Prosedur Pengujian Berat talam ditimbang dan dicatat (W1), kemudian benda uji dimasukkan kedalam talam lalu ditimbang dan dicatat beratnya (W2). Menghitung berat benda uji (W3 = W2-W1), lalu benda uji dikeringkan beserta talam dalam oven dengan suhu ( 110 ± 5 )ºC, sampai berat tetap. Setelah kering, ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4), dan hitung berat benda uji kering (W5 = W4-W1). b. Perhitungan Rumus : Kadar Air =
(W 3 - W 5) x 100% W3
3.4.2. Pengujian Konsistensi a. Data Teknis Jenis Percobaan
:
Konsistensi Normal dengan Flow Table
Referensi
:
ASTM C-305-82
b. Tujuan Untuk menentukan jumlah air yang optimum agar menghasilkan mortar yang mudah dikerjakan. c. Dasar Teori Jumlah air yang digunakan untuk campuran mortar erat sekali hubungannya dengan sifat kemudahan dan keenakan untuk dikerjakan. Karena konsistensi/kelecakan mortar tergantung dari kadar air yang terkandung dalam mortar itu sendiri. Mortar dengan bahan dan campuran
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
34
yang berbeda akan membutuhkan jumlah air yang berlainan untuk mencapai sifat kelecakan (konsistensi normal) Untuk mengetahui jumlah air yang dibutuhkan untuk mencapai konsistensi normal dari suatu mortar, perlu dilakukan suatu pengujian. Di dalam laboratorium pengujian konsistensi/kelecakan ini biasanya diukur dengan suatu alat tertentu yang sering disebut dengan flow table, dimana mortar itu harus memiliki derajat kecairan (flow) yang tertentu. Alat yang dipakai berupa suatu plat datar dari logam, yang dapat diangkat dan dijatuhkan bebas setinggi kurang lebih ½ inchi, sebanyak 25 kali dalam waktu 15 detik. Diameter mortar sebelum dan sesudah plat tadi dijatuhkan 25 kali diukur kembali. Mortar yang sifat lecaknya baik, perlu memilki derajat kecairan (flow) antara 105%-115%. d. Alat dan Bahan Alat yang digunakan : 1. Mesin pengaduk mortar 2. Timbangan dengan ketelitian 1 gram 3. Gelas ukur 4. Peralatan flow table lengkap dengan jangka sorong 5. Stopwatch 6. Cawan 7. Sendok aduk 8. Spatula 9. Sarung tangan Bahan yang digunakan : 1. Bahan perekat hidrolis/semen PCC 2. Concrete Sludge Waste (CSW) 3. Rice Husk Ask (RHA) 4. Air e. Prosedur Pengujian -
Pembuatan Mortar 1. Timbang campuran semen, Rice Husk Ask (RHA), dan Concrete Sludge Waste (CSW) sesuai perbandingan volume, kemudian
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
35
tambahkan air dengan persentasi FAS yang akan dicoba (trial & error). 2. Letakkan mangkuk pengaduk dan pengaduk pada posisinya dalam mesin pengaduk. 3. Masukkan semua air pengaduk ke dalam mangkuk pengaduk. 4. Tambahkan semen ke dalam mangkuk pengaduk. 5. Jalankan pengaduk pada kecepatan rendah (140±5 rpm) selama 30 detik. 6. Tanpa mematikan mesin masukkan pasir perlahan-lahan selama 30 detik. Hentikan mesin pengaduk lalu pindah kekecepatan sedang (285±5 rpm) dan jalankan selama 30 detik. 7. Hentikan mesin pengaduk biarkan mortar dalam mangkuk pengaduk selama 90 detik. Bersihkan mortar yang menempel pada dinding mangkuk. 8. Aduk kembali mortar dengan kecepatan sedang selama 60 detik. Mortar yang menempel pada dinding mangkuk di dorong ke bawah. -
Penentuan Konsistensi 1. Persiapkan flow table, cetakan, penumbuk, stopwatch, dan jangka sorong. 2. Segera setelah selesai pengadukan, mortar diisikan ke dalam cetakan dalam 2 lapis. Tiap lapis ditumbuk 20 kali. Ratakan permukaan mortar sama dengan permukaan cetakan. 3. Cetakan diangkat tegak lurus secara perlahan-lahan. 4. Gerakkan flow table dengan cara memutar tuas penggerak sehingga terjadi ketukan 25 kali dalam waktu 15 detik. Karena ketukan ini mortar akan melebar pada permukaan flow table. 5. Ukur pelebaran mortar dengan jangka sorong pada tempat-tempat yang telah ditentukan pada flow table.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
36
f. Perhitungan 1. Menggunakan jangka sorong : Ukur diameter mortar setelah pengujian (diketuk), pada 4 (empat) tempat, lalu di rata-ratakan D1 mm Nilai Flow
=
( D1 - D0) x100% D0
D1
=
( Da + Db + Dc + Dd ) (mm) 4
Da-Dd
= diameter mortar pada empat posisi.
D0
= Diameter awal (dasar kerucut/cetakan) (mm)
2. Menggunakan Caliper khusus : Ukur diameter mortar setelah pengujian (diketuk), pada 4 (empat) tempat, lalu dijumlahkan Nilai Flow = Da + Db + Dc + Dd
(%)
g. Catatan : Konsistensi mortar tercapai apabila pelebaran yang diukur dengan jangka sorong khusus berkisar 1105%. Apabila belum tercapai, ulangi lagi percobaan dengan jumlah air yang berbeda. 3.4.3. Pengujian Setting Time a. Data Teknis Jenis Percobaan
:
Pengujian Waktu Ikat
Referensi
:
ASTM C-1117-89
b. Tujuan Tujuannya adalah untuk mengetahui kapan semen mulai mengikat sehingga setelah waktu tersebut dilalui, semen tidak boleh diganggu lagi ataupun dirubah kembali kedudukannya. c. Dasar Teori Waktu ikat pada semen ada dua macam, yaitu awal dan akhir. Waktu ikat awal yaitu mulai semen bereaksi dengan air dalam keadaan plastis menjadi bentuk tidak plastis, sedangkan waktu ikat akhir yaitu mulai semen bereaksi dengan air dalam keadaan plastis menjadi keras.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
37
Keras disini artinya relatif karena seperti diketahui pengerasan semen berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Arti keras disini ialah bahwa jika semen telah mencapai waktu ikat akhir cetakan untuk membuat benda yang dibuat dari semen sudah boleh dibongkar, tetapi tidak boleh dibebani, baik oleh berat sendiri ataupun berat lainnya. Dari kedua pengujian waktu ikat yang paling penting adalah waktu ikat awal, karena jika kita mengetahui waktu ikat awal maka setelah waktu ikat awal tercapai semen tersebut sudah tidak boleh digetar ataupun diubah kembali bentuknya. Waktu ikat pada semen sangat dipengaruhi oleh sifat kimia pada semen tersebut. Di dalam semen terdapat empat senyawa utama yaitu C3S, C2S, C3A, C4AF. Jika semen terlalu banyak mengandung C3S dibandingkan dengan senyawa C2S maka semen tersebut akan cepat mengeras. Selain sifat kimia sifat fisik juga mempengaruhi, makin halus butiran suatu semen maka makin cepat bereaksi dengan air, sehingga pengikatanpun akan lebih cepat pula. Selain dipengaruhi oleh bahan, pengikatan juga dipengaruhi oleh faktor luar yaitu suhu lingkungan, kecepatan angin serta kelembaban udara disekitarnya. Waktu ikat pada semen sangat mempengaruhi pengerjaan pada semennya ataupun pada betonnya. Waktu ikat yang terlalu cepat akan menyulitkan pekerjaan, demikian pula pengikatan yang terlalu lama akan memperlambat pekerjaan. d.
Peralatan 1.
Saringan logam 4.75 mm
2.
Cawan dari logam
3.
Sendok aduk, sarung tangan karet yang tidak menyerap air
4.
Penetrometer
5.
Cetakan kubus
6.
Alat pemadat
7.
Stopwatch
8.
Mistar perata
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
38
e.
Prosedur Pengujian 1.
Persiapan alat dan bahan yang diperlukan. Lumasi cetakan dengan minyak pelumas
2.
Dengan memakai sarung tangan, ambil pasta semen dan dikepalkepalkan membentuk seperti bola supaya plastis.
3.
Lempar-lemparkan dari satu tangan ke tangan lain sebanyak 6 kali dengan jarak lemparan kira-kira 15 cm.
4.
Isikan pasta semen tadi ke dalam cincin konik dari bagian bawahnya, kemudian tekan dengan plat kaca, sehingga mengisi seluruh cincin konik.
5.
Ratakan permukaan pasta semen sama dengan permukaan atas cincin konik dengan cara mengikis memakai spatula.
6.
Letakkan cincin konik yang berisi pasta semen di dalam ruang yang lembab selama 30 menit tanpa terjadi kerusakan.
7.
Tempatkan cincin konik berisi benda uji di bawah jarum vicat Ø1 mm dan sentuhkan jarum vicat tadi dengan permukaan benda uji, kemudian atur skala pada pesawat vicat pada kedudukan nol (0).
8.
Lepaskan pemegang jarum, sehingga jarum vicat jatuh bebas menembus benda uji selama 30 detik. Hitung penurunannya berdasarkan angka yang tertera pada skala.
9.
Lakukan langkah 7 dan 8 berulang-ulang dengan interval waktu 30, 15, 10, dan 5 menit sampai didapat penetrasi jarum Ø 1 mm sedalam 25 mm pada benda uji. Pada saat itu waktu ikat awal semen dinyatakan tercapai, catat waktunya dimulai dari pengadukan, sebagai waktu ikat awal semen. Jika pada waktu pengujian penetrasi jarum Ø 1 mm mendekati 25 mm maka interval waktu pengujian dapat dikurangi.
10. Lakukan pengujian 3 kali dengan letak titik penetrasi yang berbedabeda pada interval waktu tertentu yang sama. Jarak antar titik minimal 6,4 mm dan jarak dari tepi cincin konik ke titik terdekat minimal 9,5 mm. Apabila penetrasi 25 mm terlewati, tentukan waktu ikat awal semen menggunakan grafik.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
39
11. Jika waktu ikat awal sudah tercapai, ganti jarum Ø 1 mm dengan jarum Ø 1 mm “bersepatu” untuk mendapatkan waktu ikat akhir. 12. Tempatkan cincin konik berisi benda uji di bawah jarum vicat Ø 1 mm “bersepatu” dan sentuhkan jarum vicat tadi dengan permukaan benda uji, kemudian atur skala pada pesawat vicat pada kedudukan nol (0). 13. Lepaskan pemegang jarum, sehingga jarum vicat jatuh bebas menembus benda uji selama 30 detik. Hitung penurunannya berdasarkan angka yang tertera pada skala. 14. Lakukan 2 langkah sebelumnya berulang-ulang dengan letak titik penetrasi yang berbeda-beda sampai permukaan sepatu tidak membekas pada permukaan semen. Pada saat itu waktu ikat akhir semen dianggap tercapai. Catat waktunya dimulai dari pengadukan, sebagai waktu ikat akhir semen. f.
Perhitungan Waktu ikat awal tercapai jika setelah 30 detik jarum Ø 1 mm masuk ke dalam pasta semen sedalam 25 mm. Waktu ikat akhir tercapai apabila setelah jarum Ø 1 mm “bersepatu” turun 30 detik di atas permukaan pasta semen tidak tercetak bekas jarum. Catatlah waktu terjadinya waktu ikat awal dan waktu ikat akhir.
3.5. PENGUJIAN MEKANIK MORTAR Setelah melakukan pengujian pendahuluan dan didapatkan kadar FAS yang optimum sesuai syarat workability maka dilakukan pembuatan benda uji untuk pengujian kuat tekan, pengujian density, pengujian absorpsi dan pengujian susut. Setelah itu dilakukan perawatan benda uji. Benda uji akan di test sesuai dengan umur pengujiannya, yang kemudian akan dianalisa dan dibuat kesimpulannya. 3.5.1. Pengujian Kuat Tekan a.
Data Teknis Jenis Percobaan
:
Kuat Tekan Mortar
Referensi
:
ASTM C 579-01
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
40
b.
Tujuan Untuk mengetahui kekuatan mortar yang terbuat dari bahan perekat hidrolis dan agregat halus pada perbandingan sesuai rencana.
c.
Dasar Teori Kekuatan tekan mortar semen adalah muatan atau beban maksimum yang dapat dipikul oleh mortar semen persatuan luas. Cara yang digunakan untuk menguji kuat tekan mortar semen adalah dengan menggunakan mesin tekan. Prinsip pengujian kuat tekan mortar semen dengan alat mesin tekan adalah untuk mengukur besarnya beban yang dapat dipikul oleh satu satuan luas pasta semen keras (benda uji) sampai benda uji itu hancur atau rusak. Bentuk dari benda uji yang digunakan untuk menguji kekuatan tekan mortar semen adalah berupa kubus. Masing-masing benda uji menghasilkan kuat tekan yang berbeda demikian pula untuk ukuran benda uji yang berbeda, akan menghasilkan kuat tekan yang berbeda pula. Hasil pengujian kuat tekan, menunjukan hubungan antara makin besar pemberian gaya, maka akan semakin besar pula gaya atau tekanan yang diterima oleh benda uji. Nilai-nilai kekuatan tekan yang dihasilkan oleh sebuah mesin tekan merupakan angka-angka nyata, jadi nilai-nilai kekuatan tekan tersebut hanya memberikan petunjuk mengenai mutu mortar semen.
d.
Alat Dan Bahan Alat yang digunakan : 1.
Mesin pengaduk mortar dan perlengkapannya
2.
Timbangan dengan ketelitian 1 gram
3.
Gelas ukur
4.
Stopwatch
5.
Cetakan kubus 50 x 50 x 50 mm
6.
Batang penumbuk
7.
Spatula
8.
Sendok aduk
9.
Cawan
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
41
10. Mesin uji tekan Bahan yang digunakan :
e.
1.
Bahan perekat hidrolis/semen PCC
2.
Concrete Sludge Waste (CSW)
3.
Rice Husk Ask (RHA)
4.
Air
Prosedur Pengujian -
Tentukan terlebih dahulu komposisi adukan sesuai kebutuhan dalam perbandingan berat. Tentukan jumlah air pencampur sesuai konsistensi normal.
-
Pembuatan benda uji : 1. Timbang bahan sesuai dengan komposisi yang direncanakan. 2. Masukkan air pencampur ke dalam mangkuk pengaduk. 3. Masukkan semen. Jalankan mesin dengan kecepatan rendah (145±5 rpm) selama 30 detik. 4. Tanpa mematikan mesin masukkan Rice Husk Ask (RHA) dan Concrete Sludge Waste (CSW) perlahan-lahan selama 30 detik. 5. Hentikan mesin pengaduk lalu pindah kekecepatan sedang (2855 rpm) dan jalankan selama 30 detik. 6. Hentikan mesin pengaduk biarkan mortar dalam mangkuk pengaduk selama 90 detik. Bersihkan mortar yang menempel pada dinding mangkuk. 7. Aduk kembali mortar dengan kecepatan sedang selama 60 detik. Mortar yang menempel pada dinding mangkuk didorong ke bawah.
-
Pencetakan benda uji : 1. Lumasi cetakan dengan minyak pelumas. 2. Mortar yang telah mencapai konsistensi normal segera diisikan ke dalam cetakan dalam 2 lapis. Tiap lapis ditumbuk 32 kali dalam waktu 10 detik, yang terdiri dari 8 tumbukan. Urutan pemadatan sama dengan kuat tekan semen.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
42
3. Selesaikan 32 kali tumbukan tersebut baru pindah pada cetakan yang lain. Tumbukan ini hanya untuk meratakan pengisian mortar di dalam cetakan, karena itu jangan ditumbuk keras-keras. 4. Ulangi langkah di atas untuk lapis kedua dari tiap cetakan. 5. Ratakan permukaan mortar sama dengan permukaan cetakan dengan menggunakan spatula. -
Penyimpanan benda uji : 1. Segera setelah selesai pencetakan benda uji dan cetakannya diletakkan di tempat lembab (RH 95%) selama 20-24 jam. Suhu berkisar 20o-27oC. 2. Setelah 24 jam, lepaskan benda uji dari cetakannya dan rendam dalam air pada suhu ruang sampai waktu pengujian. Suhu berkisar 23o1,7oC. 3. Air perendam harus bebas dari minyak, lumpur dan bahan kimia yang dapat merusak semen.
-
Pengujian kuat tekan : 1. Pada saat pengujian keluarkan benda uji dari rendaman. Seka air yang berlebihan dan biarkan benda uji sampai kering udara. 2. Ukur rusuk-rusuk kubus dengan teliti dan hitung luas bidang yang akan ditekan. 3. Letakkan benda uji pada tengah-tengah bidang landasan (plat) baja penekan pada mesin tekan lalu atur agar permukaan bidang kubus terjepit antara dudukan dan landasan penekan mesin tekan. 4. Jalankan mesin sehingga memberikan pembebanan yang merata dan terus menerus pada benda uji dengan kecepatan pembebanan 41Mpa/menit, atau beban maksimum tercapai dalam waktu tidak kurang dari 20 detik. Catat beban maksimum dalam satuan Newton atau Kgf. 5. Hitung kuat tekan.
f.
Perhitungan Kuat tekan mortar =
Pmax N/mm2 atau Kgf/cm2 A
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
43
Dimana : Pmax
= beban maksimum dalam Newton atau Kgf = luas bidang tekan benda uji, mm2 atau cm2
A
3.5.2. Pengujian Absorpsi a.
b.
Data Teknis Jenis Percobaan
:
Absorpsi Mortar Semen
Referensi
:
ASTM C 1403-00
Tujuan Untuk mengetahui nilai penyerapan air dari mortar dengan benda uji kubus 50mm x50mmx 50mm.
c.
Dasar Teori Besarnya penyerapan air pada mortar diukur dengan benda uji kubus tanpa memberikan tekanan air pada benda uji tersebut, dengan melihat penyerapan air pada waktu periode tertentu seperti pada waktu ¼ jam, 1 jam, 4 jam dan 24 jam.
d.
Alat Dan Bahan Alat yang digunakan : 1.
Mesin pengaduk mortar dan perlengkapannya
2.
Timbangan dengan ketelitian 1 gram
3.
Gelas ukur
4.
Stopwatch
5.
Batang penumbuk
6.
Spatula
7.
Sendok aduk
8.
Besi dudukan benda uji
9.
Wadah berisi air
Bahan yang digunakan : 1.
Bahan perekat hidrolis/semen PCC
2.
Concrete Sludge Waste (CSW)
3.
Rice Husk Ask (RHA)
4.
Air
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
44
e.
Prosedur Pengujian -
Tentukan terlebih dahulu komposisi adukan sesuai kebutuhan dalam perbandingan berat. Tentukan jumlah air pencampur sesuai konsistensi normal.
-
Pembuatan benda uji : 1. Timbang bahan sesuai dengan komposisi yang direncanakan. 2. Masukkan air pencampur ke dalam mangkuk pengaduk. 3. Masukkan semen. Jalankan mesin dengan kecepatan rendah (145±5 rpm) selama 30 detik. 4. Tanpa mematikan mesin masukkan Rice Husk Ask (RHA) dan Concrete Sludge Waste (CSW) perlahan-lahan selama 30 detik. 5. Hentikan mesin pengaduk lalu pindah kekecepatan sedang (285±5 rpm) dan jalankan selama 30 detik. 6. Hentikan mesin pengaduk biarkan mortar dalam mangkuk pengaduk selama 90 detik. Bersihkan mortar yang menempel pada dinding mangkuk. 7. Aduk kembali mortar dengan kecepatan sedang selama 60 detik. Mortar yang menempel pada dinding mangkuk didorong ke bawah.
-
Pencetakan benda uji : 1. Lumasi cetakan dengan minyak pelumas. 2. Mortar yang telah mencapai konsistensi normal segera diisikan ke dalam cetakan dalam 2 lapis. Tiap lapis ditumbuk 32 kali dalam waktu 10 detik, yang terdiri dari 8 tumbukan. Urutan pemadatan sama dengan kuat tekan semen. 3. Selesaikan 32 kali tumbukan tersebut baru pindah pada cetakan yang lain. Tumbukan ini hanya untuk meratakan pengisian mortar di dalam cetakan, karena itu jangan ditumbuk keras-keras. 4. Ulangi langkah di atas untuk lapis kedua dari tiap cetakan. 5. Ratakan permukaan mortar sama dengan permukaan cetakan dengan menggunakan spatula.
-
Penyimpanan benda uji :
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
45
1. Segera setelah selesai pencetakan benda uji dan cetakannya diletakkan di tempat lembab (RH 95%) selama 20-24 jam. Suhu berkisar 20o-27oC. 2. Setelah 24 jam, lepaskan benda uji dari cetakannya dan rendam dalam air pada suhu ruang sampai waktu pengujian. Suhu berkisar 23o±1,7oC. Air perendam harus bebas dari minyak, lumpur dan bahan kimia yang dapat merusak semen. -
Persiapan pengujian : 1. Ambil benda uji dan bersihkan dari kotoran yang menempel. 2. Ukur dimensi benda uji, dan benda uji di oven selama 24 jam sampai berat tetap didapatkan. 3. Angkat benda uji dari oven dan samakan suhu benda uji dengan suhu ruangan.
-
Cara pengujian 1. Hitung luas permukaan dengan mengukur lebar dan tinggi benda uji, banyaknya pengukuran yaitu pada 3 bagian yang berbeda. 2. Timbang berat benda uji (Wo) dan tempatkan tanki/wadah pada permukaan datar. 3. Tambahkan air pada tanki/wadah sehingga benda uji terendam 3 ± 0,5 mm, setelah itu catat berat benda uji pada ¼ jam, 1 jam, 4 jam dan 24 jam.
f.
Perhitungan At = (Wt-W0)x10000/L1xL2 Dimana : Wt = berat benda uji pada waktu T (gram). W0 = berat tetap awal benda uji (gram).
3.5.3. Pengujian Density Mortar yang dihasilkan pada penelitian ini harus diteliti berat densitynya karena nantinya mortar ini akan digolongkan dalm jenisnya sendiri yaitu mortar ringan, sedang atau berat. 1.
Persiapan pengujian :
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
46
a. Ambil benda uji dan bersihkan b. Timbang benda uji (gram) c. Oven benda uji selama 24 jam dan catat berat benda uji setelah dioven. 2.
Cara Pengujian a. Letakkan benda uji dalam keranjang dan timbang benda uji dalam air ( benda uji + air) b. Angkat benda uji, lap hingga benda uji kering permukaan dan timbang benda uji
Gambar 3.2 Pengujian Density
Density = W/ V W Ws w Dimana : W = massa benda uji ( kg) V
3.5.4. Pengujian Susut Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai besar susut muai mortar. Uji susut dilakukan dengan membuat mortar dalam bentuk persegi panjang ukuran 25 x 25 x 300 mm (Berdasarkan ASTM C490-04). 1. Persiapan pengujian a. Ambil benda uji dan bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab. b. Tentukan berat dan ukuran benda uji. c. Benda uji sudah siap untuk diperiksa.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
47
2. Alat dan bahan
a. Alat uji susut
b. Cetakan susut dan penumbuk
c. Termometer Digital Gambar 3.3. Alat Pengujian Susut
Alat yang digunakan: a.
Timbangan dengan ketelitian 1 gram
b.
Gelas ukur
c.
Cetakan dengan ukuran 25 x 25 x 300 mm
d.
Batang penumbuk
e.
Spatula
f.
Length Comparator dan perlengkapannya
g.
Sendok aduk
h.
Cawan
Bahan yang digunakan : a.
PCC Type 1
b.
RHA
c.
CSW
d.
Air
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
48
3. Cara pengujian a. Lakukan pengukuran awal setelah benda uji berumur 24 ± 0,5 jam b. Pasang benda uji pada Length Comparator c. Baca angka pada micrometer sebagai bacaan awal d. Setelah pembacaan awal dicatat, simpan lagi benda uji sampai umur-umur pengujian. Length Comparator harus dijaga agar tetap pada posisi ukur yang sama. Selama pelaksanaan pengujian posisi tersebut tidak boleh berubah e. Ukur panjang benda uji dengan ketelitian sampai 0,001 mm f. Lakukan pengukuran perubahan panjang selama ± 28 hari 4. Perhitungan: Perubahan panjang dinyatakan dalam persen terhadap panjang benda uji. Perubahan panjang
(L1 - L0 ) skala dial (mm) 100% Panjang benda uji (mm)
..….(3.13)
Dimana : L1 = pembacaan Length Comparator pada tiap umur pengujian L0 = pembacaan Length Comparator pada umur 24 jam
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
49
3.6
JADWAL KEGIATAN Berikut ini adalah Jadwal kegiatan secara menyeluruh selama pengujian dilakukan. Tabel 3.5 Jadwal Kegiatan
No. 1 2 3
4 5 6
7
8
Kegiatan Permohonan Bahan Pembuatan Jadwal Kegiatan Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis a. Rice Husk Ash (RHA) b. Concrete Sludge Waste (CSW) Pengujian FAS (Trial and Error) Pengujian Pendahuluan Pembuatan Benda Uji a. Pasta semen Campuran Abu sekam Pagi b. Pasta semen Campuran Limbah Beton c. Pasta semen Campuran Limbah Beton dan Abu sekam Padi d. Pembuatan benda uji mortar dengan Komposisi 1 : 3 Pengujian Mekanik Mortar a. Pengujian Kuat Tekan b. Pengujian Absorpsi c. Pengujian Density d. Pengujian susut Penulisan Laporan dan Analisis
Durasi (minggu)
Mei 1
2
Juni 3
4
1
2
Juli 3
4
1
2
3
4
BULAN ( TAHUN 2011) Agustus September 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Oktober 2 3 4
1
November 2 3 4
1
4 4 4 4 2 4 2 2 2 4 26 4 4 4 12
Universitas Indonesia
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Desember 2 3 4
BAB 4 PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
HASIL PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian pendahuluan merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum melakukan pengujian sifat mekanik mortar. Berikut adalah pengujian pendahuluan yang telah dilaksanakan : a. Pengujian sifat agregat yang meliputi pengujian berat jenis dan penyerapan air, Pengujian analisa ayak, pengujian kadar lumpur, pengujian kadar air. b. Pengujian Konsistensi c. Pengujian Setting Time
4.1.1. Pengujian Sifat Agregat CSW dan RHA 4.1.1.1 Hasil pengujian Berat Jenis dan Penyerapan air Concrete Sludge Waste (CSW) Tabel 4.1 Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air Pengukuran
Sample I
Sample II
Rata-rata
Berat Agregat SSD (Gram)
500
500
500
Berat Agregat + Air + Picnometer (gram)
944
948.5
946.25
Berat Agregat kering oven (gram)
482
470
476
Berat piknometer + Air (gram)
643
646
644.5
Berat Jenis
2.422
2.380
2.401
BJ ssd
2.513
2.532
2.522
BJ Semu Penyerapan Air (%)
2.663 3.734
2.806 6.383
2.732 5.042
Dari hasil pengujian didapatkan data seperti dicantumkan diatas. Analisa yang bisa didapatkan, pada pengujian berat jenis SSD 2.522. suatu agregat bisa dikatakan agregat normal. Adalah mempunyai berat jenis antara 2.4 – 2,9. Dalam pengujian agregat CSW ini, diketahui agregatnya dikatagorikan sebagai agregat normal. Sedangkan penyerapan air didapatkan 5.042 %, batas maksimal prosentase penyerapan air sebesar 3 %. 50
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
51
4.1.1.2 Hasil Pengujian Berat Isi Lepas dan Berat Isi Padat CSW Tabel 4.2 Hasil pengujian berat isi lepas dan berat isi padat CSW No. 1 2 3 4 5
Kode (Keterangan)
W1 W2 W3 (Berat Isi Lepas) W4 W5 (Berat Isi Padat) Berat Isi Lepas Rata-rata Berat Isi Padat Rata-rata Faktor W5 terhadap W3
Sample 1 (Gram) 1039 3173 2134 3523 2484
Sample 2 (Gram) 1039 3175 2136 3522 2483 2135.0 2483.5 1.163
W1
= Berat Silinder
W2
= Berat Silinder + Benda uji keadaan Lepas
W3
= Berat Isi Lepas
W4
= Berat Silinder + Benda uji Keadaan Padat
W5
= Berat Isi Padat
Dari hasil pengujian didapatkan data seperti dicantumkan diatas. Analisa yang bisa didapatkan, pada pengujian berat isi lepas diketahui 2135 gr sedangkan Berat isi padat sebesar 2483,5 gr. Maka dengan demikian berat isi padat 1.163 kali lebih padat terhadap berat isi lepas CSW. 4.1.1.3 Hasil Pengujian Analisa Ayak a. Rice Husk Ash (RHA) Pada tahun 2010, pengujian nilai analisa ayak RHA telah dilakukan dilaboratorium UI, oleh sebab itu pengujian RHA tidak perlu kami lakukan kembali,karena jenis RHA yang kami pakai sama seperti pengujian tahun lalu. Berikut adalah tabel hasil pengujia analisa ayak pada RHA :
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
52
Tabel 4.3 Pengujian analisa ayak Rice Husk Ash (sumber: skripsi Abdul latief, 2011) Sample 1
Sample 2
Rata-Rata
Ukuran Saringan (mm)
Tertahan (gram)
1
9.500
0.00
0.00%
0.00%
0.00
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
2
4.750
0.00
0.00%
0.00%
0.00
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
3
2.360
0.00
0.00%
0.00%
0.00
0.00%
0.00%
0.00%
4
1.180
0.00
0.00%
0.00%
0.00
0.00%
0.00%
5
0.600
0.00
0.00%
0.00%
0.00
0.00%
6
0.300
7.00
2.81%
2.81%
6.00
2.44%
7
0.150
172.00
69.08%
71.89%
175.00
8
0.075
53.00
21.29%
93.17%
9
Pan
17.00
6.83%
100.00%
Jumlah
249.00
100.00%
No
Tertahan Kumulatif
Tertahan (gram)
Tertahan Kumulatif Tertahan Kumulatif
Lolos Kumulatif
Persen Kumulatif Tertahan ASTM Min
Max
100.00%
100.00%
100.00%
100.00%
95.00%
100.00%
0.00%
100.00%
80.00%
100.00%
0.00%
0.00%
100.00%
50.00%
85.00%
0.00%
0.00%
0.00%
100.00%
25.00%
60.00%
2.44%
2.63%
2.63%
97.37%
10.00%
30.00%
71.14%
73.58%
70.11%
72.73%
27.27%
2.00%
10.00%
46.00
18.70%
92.28%
19.99%
92.72%
7.28%
0.00%
0.00%
19.00
7.72%
100.00%
7.28%
100.00%
0.00%
0.00%
0.00%
246.00
100.00%
100.00%
75.36%
FM
0.754
Gambar 4.1 Grafik pengujian analisa ayak Rice Husk Ash (RHA)
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
53
b. Concrete Sludge Waste (CSW) Tabel 4.4 Pengujian analisa ayak Concrete Sludge Waste (CSW)
No
Ukuran Saringan (No)
Sample 1 Tertahan (gram)
Sample 2
Tertahan Kumulatif
Tertahan (gram)
Rata-Rata
Tertahan Kumulatif Tertahan Kumulatif
Lolos Kumulatif
Persen Kumulatif Tertahan ASTM Min
Max
1
4
0.00
0.00%
0.00%
0.00
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
100.00%
100.00%
100.00%
2
8
31.00
6.25%
6.25%
34.00
6.81%
6.81%
6.53%
6.53%
93.47%
95.00%
100.00%
3
16
54.00
10.89%
17.14%
61.00
12.22%
19.04%
11.56%
18.09%
81.91%
80.00%
100.00%
4
30
81.00
16.33%
33.47%
80.00
16.03%
35.07%
16.18%
34.27%
65.73%
50.00%
85.00%
5
50
63.00
12.70%
46.17%
61.00
12.22%
47.29%
12.46%
46.73%
53.27%
25.00%
60.00%
6
100
112.00
22.58%
68.75%
102.00
20.44%
67.74%
21.51%
68.24%
31.76%
10.00%
30.00%
7
200
120.00
24.19%
92.94%
130.00
26.05%
93.79%
25.12%
93.37%
6.63%
2.00%
10.00%
100.00%
31.00
6.21%
100.00%
6.63%
100.00%
0.00%
0.00%
0.00%
499.00
100.00%
100.00%
208.34%
FM
2.083
8
Pan
35.00
7.06%
Jumlah
496.00
100.00%
Gambar 4.2 Grafik pengujian analisa ayak Concrete Sludge Waste (CSW)
4.1.1.4 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Berikut ini adalah hasil penelitian Kadar lumpur yang sudah dilakukan terhadap Concrete Sludge Waste (CSW):
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
54
Tabel 4.5 Hasil pengujian kadar lumpur CSW No. 1 2 3 4 5 6
Sample 1 (Gram) 441 437.5 861 420 0.79%
Kode (Keterangan) W1 W2 W3 W4 Kadar Lumpur Kadar Lumpur Rata-rata Keterangan:
Sample 2 (Gram) 445 442.5 876 431 0.56% 0.678%
W1
= Berat kering oven (tetap)
W2
= Berat benda uji setelah di cuci di oven (Tetap)
W3
= Berat benda uji + talam
W4
= Berat talam
4.1.1.5 Hasil Pengujian Kadar Air Tabel 4.6 Hasil pengujian kadar air CSW No.
Kode (Keterangan)
1 2 3 4 5
W1 W2 W3 W4 W5
Kadar Air Kadar Air Rata-rata Keterangan:
Sample 1 Sample 2 (Gram) (Gram) 214 1384 714 1884 500 500 681 1850 467 466 6.60% 6.80% 6.70%
W1
= Berat talam
W2
= Berat benda uji + talam
W3
= Berat benda uji (W2-W1)
W4
= Berat benda uji + talam setelah di oven saMPai berat tetap
W5
= Berat benda uji setelah di oven (W4-W1)
4.1.2. Pengujian Konsistensi a. Nilai Faktor Air Semen Jumlah air yang digunakan untuk campuran mortar erat sekali hubungannya dengan sifat kemudahan dan keenakan mortar semen untuk dikerjakan. Karena konsistensi/kelecakan mortar tergantung dari kadar air yang terkandung dalam mortar itu sendiri.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
55
Tabel 4.7 Nilai flow table hasil pengujian konsistensi
Kode
Berat Campuran (gram)
Variasi PCC
RHA
CSW
8%
30%
25% 92%
Pasir
PCC
70%
138.00
75%
RHA
150.00
CSW
Pasir
8%
40%
60%
138.00
135.00
8%
50%
50%
138.00
12.00
180.00
92% 92%
8% 8%
60% 70%
40%
138.00
30%
138.00
d2
d3
d4
drata-rata
12.00
225.00
12.00 12.00
270.00 315.00
CHWM 135
50%
69
10.00
15.00
16.70
14.50
16.00
15.55
100%
138
10.00
18.50
19.00
19.00
20.00
19.13
110%
152
10.00
21.00
22.00
20.50
21.50
21.25
270.00
75%
104
10.00
15.00
15.50
16.00
16.00
15.63
100%
138
10.00
21.00
19.50
19.50
20.00
20.00
112%
155
10.00
20.50
21.00
21.00
21.00
20.88
225.00
CHWM 133
CHWM 134
d1
Total Nilai Flow (110 Nilai ± 5%) (gram) FAS 600.00
315.00
CHWM 132 92%
Air (ml) d-initial
450.00
12.00
CHWM 131 92%
Diameter Lingkaran % Air
180.00 135.00
90%
124
10.00
16.00
16.50
17.00
15.00
16.13
100%
138
10.00
19.50
20.00
20.00
20.50
20.00
105%
145
10.00
19.50
22.00
22.00
22.00
21.38
100%
138
10.00
19.00
19.50
20.00
19.50
19.50
115%
159
10.00
20.00
19.00
21.50
21.50
20.50
110%
152
10.00
18.50
18.50
20.00
19.00
19.00
115%
159
10.00
20.00
20.00
19.00
20.00
19.75
117%
162
10.00
22.00
22.00
21.00
21.00
21.50
56% 600.00
91%
1.10
113% 56% 600.00
100%
1.12
109% 61% 600.00
100%
1.05
114% 95%
600.00
105%
1.15
90% 600.00
98%
1.17
115%
Tabel 4.8 Nilai faktor air semen dan faktor air mortar
Kode
Variasi PCC
RHA
Berat Campuran (gram)
CSW
25%
Pasir 75%
PCC
RHA
150.00
CSW
Pasir
Air
450.00
Total (gram)
Nilai FAM
Nilai FAS
600.00
CHWM 11
92%
8%
30%
70%
138.00
12.00
135.00
315.00
152.00
600.00
0.25
1.10
CHWM 12
92%
8%
40%
60%
138.00
12.00
180.00
270.00
155.00
600.00
0.26
1.12
CHWM 13
92%
8%
50%
50%
138.00
12.00
225.00
225.00
145.00
600.00
0.24
1.05
CHWM 14
92%
8%
60%
40%
138.00
12.00
270.00
180.00
159.00
600.00
0.27
1.15
CHWM 15
92%
8%
70%
30%
138.00
12.00
315.00
135.00
162.00
600.00
0.27
1.17
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
56
Perbandingan Nilai FAS berdasarkan Variasi Mortar CHWM131
CHWM132
CHWM133
CHWM134
CHWM135
1.20
1.17
1.18 1.15
1.16
Nilai FAS
1.14
1.12
1.12
1.10
1.10 1.08
1.05
1.06 1.04 1.02 1.00 0.98 CHWM131
CHWM132
CHWM133
CHWM134
CHWM135
Kode Vasiasi Mortar
Gambar 4.3 Histogram perbandingan nilai FAS berdasakan variasi mortar
Dari percobaan dengan metode trial & error didapatkan nilai faktor air semen yang berbeda-beda dari setiap variasi campuran, dari hasil tersebut diketahui penyerapan CSW terhadap air cukup tinggi. 4.1.3. Nilai Setting Time Tujuannya adalah untuk mengetahui kapan mortar semen tersebut mulai mengikat sehingga setelah waktu tersebut dilalui, mortar semen tidak boleh diganggu lagi ataupun diubah kembali kedudukannya. Adapun mortar semen yang dilakukan pengujian setting time adalah : - Campuran CHWM131 (30% CSW, 70% Pasir) Tabel 4.9 Nilai setting time CHWM131 Penurunan (mm)
No
Waktu (Menit)
Waktu Akumulatif (Menit)
1
2
Penurunan Rata-Rata (mm)
1
0
0
-
-
-
2
30
30
42.50
43.00
42.75
3
30
60
41.50
42.50
42.00
4
30
90
40.50
41.00
40.75
5
30
120
39.00
39.50
39.25
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
57
6
30
150
37.50
37.00
37.25
7
15
165
34.00
34.00
34.00
8
15
180
30.50
30.50
30.50
9
15
195
26.50
26.50
26.50
10
15
210
21.50
22.00
21.75
11
15
225
16.00
16.50
16.25
12
15
240
12.00
12.00
12.00
13
15
255
8.50
9.00
8.75
14
15
270
6.00
6.50
6.25
15
5
275
4.00
4.50
4.25
16
5
280
3.00
3.00
3.00
17
5
285
2.00
2.00
2.00
18
5
290
1.00
1.50
1.25
19
5
295
1.00
1.00
1.00
20
5
300
0.00
0.00
0.00
Gambar 4.4 Grafik pengujian setting time kode CHWM131
Dalam pengujian setting time, waktu ikat awal terjadi pada saat jarum vicat masuk sedalam 25 mm setelah diturunkan selama 30 detik, sedangkan nilai waktu
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
58
ikat akhir didapat pada saat jarum tidak lagi berbekas pada mortar yang diuji. Dari grafik didapatkan nilai waktu ikat awal untuk campuran CHWM131tercapai setelah 200 menit, sedangkan nilai waktu ikat akhir tercapai pada 300 menit. - Campuran CHWM132 (40% CSW, 60% Pasir) Tabel 4.10 Nilai setting time CHWM132 Penurunan (mm)
No
Waktu (Menit)
Waktu Akumulatif (Menit)
1
2
Penurunan Rata-Rata (mm)
1
0
0
-
-
-
2
30
30
42.00
42.50
42.25
3
30
60
41.50
42.00
41.75
4
30
90
40.00
40.50
40.25
5
30
120
38.50
39.00
38.75
6
30
150
36.00
36.50
36.25
7
30
180
33.00
33.50
33.25
8
15
195
29.50
30.00
29.75
9
15
210
25.50
26.00
25.75
10
15
225
21.00
21.50
21.25
11
15
240
15.50
16.00
15.75
12
15
255
11.00
11.50
11.25
13
15
270
8.00
8.50
8.25
14
15
285
5.50
6.00
5.75
15
15
300
3.50
4.00
3.75
16
15
315
2.00
2.50
2.25
17
15
330
1.00
1.50
1.25
18
15
345
0.50
1.00
0.75
19
15
360
0.00
0.00
0.00
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
59
Gambar 4.5 Grafik pengujian setting time kode CHWM132
Dalam pengujian setting time, waktu ikat awal terjadi pada saat jarum vicat masuk sedalam 25 mm setelah diturunkan selama 30 detik, sedangkan nilai waktu ikat akhir didapat pada saat jarum tidak lagi berbekas pada mortar yang diuji. Dari grafik didapatkan nilai waktu ikat awal untuk campuran CHWM132 tercapai setelah 212.5 menit, sedangkan nilai waktu ikat akhir tercapai pada 360 menit. - Campuran CHWM133 (50% CSW, 50% Pasir) Tabel 4.11 Nilai setting time CHWM133 Penurunan (mm)
No
Waktu (Menit)
Waktu Akumulatif (Menit)
1
2
Penurunan Rata-Rata (mm)
1
0
0
-
-
-
2
30
30
43.0
42.5
42.75
3
30
60
42.0
42.0
42.00
4
30
90
41.0
41.0
41.00
5
30
120
39.5
39.0
39.25
6
30
150
37.0
37.5
37.25
7
30
180
34.5
34.0
34.25
8
15
195
31.5
31.0
31.25
9
15
210
27.5
27.0
27.25
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
60
10
15
225
23.0
22.5
22.75
11
15
240
16.5
16.5
16.50
12
15
255
12.0
12.5
12.25
13
15
270
9.0
9.5
9.25
14
15
285
6.5
7.0
6.75
15
5
290
4.5
4.5
4.50
16
5
295
3.0
3.5
3.25
17
5
300
2.5
2.0
2.25
18
5
305
2.0
1.5
1.75
19
5
310
1.5
1.5
1.50
20
5
315
1.0
1.0
1.00
21
5
320
0.0
0.0
0.00
Gambar 4.6 Grafik pengujian setting time kode CHWM133
Dalam pengujian setting time, waktu ikat awal terjadi pada saat jarum vicat masuk sedalam 25 mm setelah diturunkan selama 30 detik, sedangkan nilai waktu ikat akhir didapat pada saat jarum tidak lagi berbekas pada mortar yang diuji. Dari grafik didapatkan nilai waktu ikat awal untuk campuran CHWM133 tercapai setelah 217.5 menit, sedangkan nilai waktu ikat akhir tercapai pada 320 menit.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
61
- Campuran CHWM134 (60% CSW, 40% Pasir) Tabel 4.12 Nilai setting time CHWM134
No
Waktu (Menit)
Waktu Akumulatif (Menit)
1
2
1
0
0
-
-
2
30
30
43.0
42.5
42.75
3
30
60
42.5
41.5
42.00
4
30
90
41.0
40.5
40.75
5
30
120
39.5
39.0
39.25
6
30
150
37.0
37.5
37.25
7
30
180
34.0
34.0
34.00
8
15
195
30.5
30.5
30.50
9
15
210
26.5
26.5
26.50
10
15
225
22.0
21.5
21.75
11
15
240
16.5
16.0
16.25
12
15
255
12.0
12.0
12.00
13
15
270
9.0
8.5
8.75
14
15
285
6.5
6.0
6.25
15
15
300
4.5
4.0
4.25
16
15
315
3.0
3.0
3.00
17
15
330
2.0
2.0
2.00
18
15
345
1.5
1.0
1.25
19
15
360
1.0
1.0
1.00
20
15
375
0.0
0.0
0.00
Penurunan (mm)
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Penurunan Rata-Rata (mm)
Universitas Indonesia
62
Gambar 4.7 Grafik pengujian setting time kode CHWM134
Dalam pengujian setting time, waktu ikat awal terjadi pada saat jarum vicat masuk sedalam 25 mm setelah diturunkan selama 30 detik, sedangkan nilai waktu ikat akhir didapat pada saat jarum tidak lagi berbekas pada mortar yang diuji. Dari grafik didapatkan nilai waktu ikat awal untuk campuran CHWM134 tercapai setelah 215 menit, sedangkan nilai waktu ikat akhir tercapai pada 360 menit. - Campuran CHWM135 (70% CSW, 30% Pasir) Tabel 4.13 Nilai setting time CHWM135 Penurunan (mm)
No
Waktu (Menit)
Waktu Akumulatif (Menit)
1
0
0
-
-
2
30
30
42.00
42.00
42.00
3
30
60
41.50
41.00
41.25
4
30
90
40.00
40.00
40.00
5
30
120
38.50
38.50
38.50
6
30
150
36.00
37.00
36.50
7
15
165
33.00
33.50
33.25
8
15
180
29.50
30.00
29.75
1
2
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Penurunan Rata-Rata (mm)
Universitas Indonesia
63
9
15
195
25.50
26.00
25.75
10
15
210
21.00
21.00
21.00
11
15
225
15.50
15.50
15.50
12
15
240
11.00
11.50
11.25
13
15
255
8.00
8.00
8.00
14
15
270
5.50
5.50
5.50
15
15
285
3.50
3.50
3.50
16
15
300
2.00
2.50
2.25
17
15
315
1.00
1.50
1.25
18
15
330
0.50
0.50
0.50
19
15
345
0.00
0.00
0.00
Gambar 4.8 Grafik pengujian setting time kode CHWM135
Dalam pengujian setting time, waktu ikat awal terjadi pada saat jarum vicat masuk sedalam 25 mm setelah diturunkan selama 30 detik, sedangkan nilai waktu ikat akhir didapat pada saat jarum tidak lagi berbekas pada mortar yang diuji. Dari grafik didapatkan nilai waktu ikat awal untuk campuran CHWM135 tercapai setelah 197 menit, sedangkan nilai waktu ikat akhir tercapai pada 345 menit.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
64
Perbandingan Nilai Setting Time berdasarkan Variasi Mortar Waktu Ikat Awal
Waktu Ikat Akhir
400.0
375
360
345
350.0 300
300.0 Waktu (Menit)
320
250.0 200.0
200.0
212.5
217.5
CHWM132
CHWM133
215.0
197.0
150.0 100.0 50.0 0.0 CHWM131
CHWM134
CHWM135
Kode Vasiasi Mortar
Gambar 4.9 Histogram perbandingan nilai setting time berdasarkan variasi mortar
Dari gambar diatas, adalah perbandingan nilai setting time berdasarkan variasi mortar, diketahui nilai waktu ikat awal dan waktu ikat akhir setiap variasi berbeda-beda dikarenakan perbedaan jumlah material yang terkandung disetiap variasi sehingga perilaku pengikatan antara perekat dan agregat berbeda-beda pula. Pada histogram, terlihat bahwa kode CHWM134 memiliki waktu ikat akhir yang paling lama, yaitu sebesar 375 menit.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
65
4.2.
KEBUTUHAN BAHAN DESAIN CAMPURAN AWAL Pada desain campuran awal ini, dibahas kebetuhan bahan yang di butuhkan selama penelitian ini berdasarkan variasi campurannya. Dalam desain campuran awal ini terdapat 3 jenis pasta campuran yang dibuat 5 variasinya, yaitu : -
Pasta campuran semen dengan RHA
-
Pasta campuran semen dengan CSW
-
Pasta campuran semen dengan RHA+CSW
4.2.1. Pasta Campuran Semen dengan Rice Husk Ask (Kode: CRHA) Tabel 4.14 Kebutuhan bahan pasta kode CRHA
Kode
% air Jumlah Volume Kebutuhan Total Volume Konversi Kebutuhan Kebutuhan Perbandingan berat terhadap Kubus (m³) benda uji Semen /variasi (m3) ke Gram (%) berat RHA (Gr) Air (ml) (buah) (Gram) 5 x 5 x 5 cm semen
CRHA00
100%
0%
35%
20
0.000125
0.0025
2500
2500
0
875.00
CRHA06
94%
6%
41%
20
0.000125
0.0025
2500
2350
150
963.50
CRHA08
92%
8%
42%
20
0.000125
0.0025
2500
2300
200
966.00
CRHA10
90%
10%
45%
20
0.000125
0.0025
2500
2250
250
1012.50
CRHA12
88%
12%
48%
20
0.000125
0.0025
2500
2200
300
1056.00
11600
900
4873
1160 12760 127.60
90 990 9.90
487 5360 53.60
Jumlah Kebutuhan Bahan 10% Jumlah Kebutuhan Bahan Total Kebutuhan Bahan (KODE: CRHA) TOTAL KEBUTUHAN BAHAN (KODE: CRHA) DALAM KG
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
66
4.2.2. Pasta Campuran Semen dengan Concrete Sludge Waste (Kode: CCSW) Tabel 4.15 Kebutuhan bahan pasta kode CCSW
Kode
% air Jumlah Volume Kebutuhan Perbandingan berat terhadap Total Volume Konversi Kebutuhan Kebutuhan benda uji Kubus (m³) Semen berat (%) /variasi (m3) ke Gram CSW (Gr) Air (ml) (buah) (Gram) semen 5 x 5 x 5 cm
CCSW11
50%
50%
52%
20
0.000125
0.0025
2500
1250
1250
650.00
CCSW12
33.33%
66.67%
65%
20
0.000125
0.0025
2500
833
1667
541.61
CCSW13
25%
75%
80%
20
0.000125
0.0025
2500
625
1875
500.00
CCSW14 CCSW15
20%
80%
20
0.000125
0.0025
2500
500
2000
525.00
16.67%
83.33%
105% 130%
20
0.000125
0.0025
2500
417
2083
541.78
3625
8875
2758
363 3988 39.88
888 9763 97.63
276 3034 30.34
Jumlah Kebutuhan Bahan 10% Jumlah Kebutuhan Bahan Total Kebutuhan Bahan (KODE: CCSW) TOTAL KEBUTUHAN BAHAN (KODE: CCSW) DALAM KG
4.2.3. Pasta Campuran Semen dengan RHA+CSW (Kode: CHW) Tabel 4.16 Kebutuhan bahan pasta kode CHW
Kode
Perbandingan berat (%) Semen
CHW11
RHA 50%
45%
5% 33.33%
CHW12 30% CHW13 CHW14 CHW15
Jumlah benda uji (buah)
Total Volume Kebutuhan Konversi ke Volume Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kubus (m³) Semen Gram /variasi RHA (Gr) CSW (Gr) Air (ml) (Gram) 5 x 5 x 5 cm (m3)
CSW
28
50%
5bh
20
0.000125
0.0025
2500
1125.00
125.00
1250.00
1251.56
66.67%
5bh
20
0.000125
0.0025
2500
750.00
83.25
1666.75
815.63
75%
5bh
20
0.000125
0.0025
2500
562.50
62.50
1875.00
597.66
80%
5bh
20
0.000125
0.0025
2500
450.00
50.00
2000.00
489.38
83.33%
5bh
20
0.000125
0.0025
2500
375.00
41.75
2083.25
409.69
3263 326.25 3589 35.89
363 36.25 399 3.99
8875 887.50 9763 97.63
3564 356.39 3920 39.20
3.33% 25%
22.50%
2.50% 20%
18%
2% 16.67%
15%
Tes tekan umur (hari)
1.67%
Jumlah Kebutuhan Bahan 10% Jumlah Kebutuhan Bahan Total Kebutuhan Bahan (KODE: CHW) TOTAL KEBUTUHAN BAHAN (KODE: CHW) DALAM KG
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
67
4.3. KEBUTUHAN BAHAN DESAIN CAMPURAN MORTAR DENGAN PERBANDINGAN 1:3 (KODE : CHWM13) Tabel 4.17 Kebutuhan bahan desain campuran mortar kode CHWM13 (untuk pengujian kuat tekan)
Perbandingan berat (%) Kode semen CHWM 131 CHWM 132 CHWM 133 CHWM 134 CHWM 135
RHA
CSW
8%
30%
25% 92%
75%
25% 92%
60%
25% 8%
50%
8%
40%
35
40%
112%
35
50%
105%
35
60%
115%
35
8%
70%
30%
117%
35
75%
25% 92%
110%
75%
25% 92%
70% 75%
8%
92%
Pasir
Volume % air Jumlah Kubus (m³) terhadap benda uji berat (Buah) semen 5 x 5 x 5 cm
75%
Total Volume /variasi (m3)
Konversi ke Gram
0.000125
0.004375
4375
1006.25
87.50
984.38
2296.88
1106.88
0.000125
0.004375
4375
1006.25
87.50
1968.75
1312.50
1127.00
0.000125
0.004375
4375
1006.25
87.50
1640.63
1640.63
1056.56
0.000125
0.004375
4375
1006.25
87.50
1312.50
1968.75
1157.19
0.000125
0.004375
4375
1006.25
87.50
2296.88
984.38
1177.31
5031 503.13 5534 55.34
438 43.75 481 4.81
8203 820.31 9023 90.23
8203 820.31 9023 90.23
5625 562.49 6187 61.87
Jumlah Kebutuhan Bahan 10% Jumlah Kebutuhan Bahan Total Kebutuhan Bahan (KODE: CHWM) TOTAL KEBUTUHAN BAHAN (KODE: CHWM) DALAM KG
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Semen RHA (Gr) CSW (Gr) Pasir (Gr) (Gram)
Kebutuhan Air (ml)
Universitas Indonesia
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
68
4.3.1. Total Kebutuhan Bahan Keseluruhan untuk Pengujian Kuat Tekan Mortar dan Pasta Semen Tabel 4.18 Total kebutuhan bahan untuk pengujian kuat tekan mortar dan pasta semen
Kode
CRHA CCSW CHW CHWM 13
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Semen (Kg) RHA (Kg) Pasir (Kg) CSW (Kg) Air (liter)
Keterangan
Pasta Campuran Semen + RHA Pasta Campuran Semen + CSW Pasta Campuran Semen + RHA + CSW Mortar Perbandingan 1: 3 Semen+RHA+Pasir + CSW Total Kebutuhan Bahan
127.60
9.90
0
0
53.60
39.88 35.89
0 3.99
0 0
97.63 97.63
30.34 39.20
47.44
4.13
77.34
77.34
53.04
250.80
18.01
77.34
272.59
176.18
Tabel 4.19 Total kebutuhan bahan untuk pengujian kuat tekan mortar
No.
1 2 3
Jenis Pengujian
Pengujian Absorpsi Pengujian Density Pengujian Susut
4.4.
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Semen (Kg) RHA (Kg) Pasir (Kg) CSW (Kg) Air (liter) 5 cm x 5 cm x 5 cm 25 7.91 0.69 12.89 12.89 8.84 5 cm x 5 cm x 5 cm 25 7.91 0.69 12.89 12.89 8.84 2.5 cm x 2.5 cm x 30 cm 25 11.86 1.03 19.34 19.34 13.26 Total Kebutuhan Bahan 27.67 2.41 45.12 45.12 30.94 Ukuran Benda Uji
Jumlah
HASIL PENGUJIAN KUAT TEKAN
4.4.1. Hasil Pengujiaan Kuat Tekan Desain Campuran Awal 4.4.1.1. Hasil Pengujian Kuat Tekan Pada Pasta Campuran Semen + RHA (CRHA) Pada pengujian awal ini, pengujian kuat tekan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar abu sekam padi optimum terhadap semen. Benda uji dibuat 20 sample untuk 3 hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari yang memiliki perbedaan komposisi ASP dengan nilai 0%,6%,8%,10%,12% dengan masing-masing sample 5 benda uji. Berikut adalah hasil pengujian kuat tekan awal pada laboratorium Material and Science Universitas Indonesia :
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
69
a. Campuran Semen + Air (Kode : CRHA00) Tabel 4.20 Kuat tekan pasta kode CRHA00 (mengacu pada lampiran L-crha-01) No.
Kode
Umur Benda Uji
Luas (Cm2)
Berat BU Rata-rata (gr)
1
CRHA00 Rata-rata
3
25
2
CRHA00 Rata-rata
7
25
3
CRHA00 Rata-rata
14
4
CRHA00 Rata-rata
28
Beban (Kg)
Kuat Tekan (MPa)
242.0
9810
38.455
263.8
12578
49.306
25
263.2
14926
58.510
25
262.2
15270
59.858
Kuat Tekan Pasta Kode CRHA00 Kuat Tekat Pasta Rata-rata CRHA00 100.000
Kuat Tekan (MPa)
80.000
60.000 58.510
49.306
40.000
59.858
38.455 20.000
0.000 3
7
14
28
Umur (Hari)
Gambar 4.10 Grafik pengujian kuat tekan pasta kode CRHA00
Dari tabel diatas diketahui kuat tekan mortar CRHA00 pada umur 28 hari mencapai 59,858 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji. Pada Variasi campuran ini tidak ada penambahan RHA, hanya campuran semen dan air saja.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
70
b. Campuran 94% Semen + 6% RHA (Kode : CRHA06) Tabel 4.21 Kuat tekan pasta kode CRHA06 (mengacu pada lampiran L-crha-02) No.
Kode
Umur Benda Uji
Luas (Cm2)
Berat BU Rata-rata (gr)
Beban (Kg)
Kuat Tekan (MPa)
1
CRHA06 Rata-rata
3
25
235.2
8742
34.269
2
CRHA06 Rata-rata
7
25
249
10780
42.258
3
CRHA06 Rata-rata
14
25
240.6
11472.5
45.237
4
CRHA06 Rata-rata
28
25
241.6
15688
50.215
Kuat Tekan Pasta Kode CRHA06 Kuat Tekan Pasta Rata-rata CRHA 06
Kuat Tekan (MPa)
100.000 80.000 60.000
50.215
40.000
45.237
42.258 34.269
20.000 0.000 3
7
14
28
Umur (Hari)
Gambar 4.11 Grafik pengujian kuat tekan pasta kode CRHA06
Dari tabel diatas diketahui kuat tekan mortar CRHA06 pada umur 28 hari mencapai 50,215 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji. Pada Variasi campuran ini penambahan RHA sebesar 6%. c. Campuran 92% Semen + 8% RHA (Kode: CRHA08) Tabel 4.22 Kuat tekan pasta kode CRHA08 (mengacu pada lampiran L-crha-03) No.
Kode
Umur Benda Uji
Luas (Cm2)
Berat BU Rata-rata (gr)
Beban (Kg)
Kuat Tekan (MPa)
1
CRHA 08 Rata-rata
3
25
239.8
9096
35.656
2
CRHA 08 Rata-rata
7
25
240.6
10260
40.219
3
CRHA 08 Rata-rata
14
25
233.6
10896
42.712
5
CRHA 08 Rata-rata
28
25
234.2
14672
57.514
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
71
Kuat Tekan Pasta Kode CRHA08 Kuat Tekan Rata-rata Pasta Kode CRHA 08 100.000
Kuat Tekan (MPa)
80.000 57.514
60.000 42.712
40.219 40.000
35.656
20.000
0.000 3
7
14
28
Umur (Hari)
Gambar 4.12 Grafik pengujian kuat tekan pasta kode CRHA08
Dari tabel diatas diketahui kuat tekan mortar CRHA08 pada umur 28 hari mencapai 57,514 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji. Pada Variasi campuran ini penambahan RHA sebesar 8%. d. Campuran 90% Semen + 10% RHA (Kode: CRHA10) Tabel 4.23 Kuat tekan pasta kode CRHA10 (mengacu pada lampiran L-crha-04) No.
Kode
Umur Benda Uji
Luas (Cm2)
Berat BU Rata-rata (gr)
1
CRHA 10 Rata-rata
3
25
237.4
8838
34.645
2
CRHA 10 Rata-rata
7
25
242.2
10110
39.631
3
CRHA 10 Rata-rata
14
25
234.8
11322
44.382
5
CRHA 10 Rata-rata
28
25
231.8
14582
57.161
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Beban (Kg)
Kuat Tekan (MPa)
Universitas Indonesia
72
Kuat Tekan Pasta Kode CRHA10 Kuat Tekan Rata-rata Pasta Kode CRHA 10 100.000
Kuat Tekan (MPa)
80.000 57.161
60.000 44.382
39.631 34.645
40.000
20.000
0.000 3
7
14
28
Umur (Hari)
Gambar 4.13 Grafik pengujian pengujian kuat tekan pasta kode CRHA10
Dari tabel diatas diketahui kuat tekan mortar CRHA10 pada umur 28 hari mencapai 57,161 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji. Pada Variasi campuran ini penambahan RHA sebesar 10%. e. Campuran 88% Semen + 12% RHA (Kode: CRHA12) Tabel 4.24 Kuat tekan pasta kode CRHA12 (mengacu pada lampiran L-crha-05) No.
Kode
Umur Benda Uji
Luas (Cm2)
Berat BU Rata-rata (gr)
Beban (Kg)
1
CRHA 12 Rata-rata
3
25
223.8
7472.5
25.221
2
CRHA 12 Rata-rata
7
25
249.4
10822
42.422
3
CRHA 12 Rata-rata
14
25
238.8
11262
44.147
5
CRHA 12 Rata-rata
28
25
242.8
12938
50.717
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Kuat Tekan (MPa)
Universitas Indonesia
73
Kuat Tekan Pasta Kode CRHA12 Kuat Tekan Rata-rata Pasta Kode CRHA 12 100.000
Kuat Te kan (M Pa)
80.000 60.000 50.717
44.147
42.422
40.000 25.221
20.000 0.000 3
7
14
28
Umur (Hari)
Gambar 4.14 Grafik pengujian pengujian kuat tekan pasta kode CRHA 12
Dari tabel diatas diketahui kuat tekan mortar CRHA 12 pada umur 28 hari mencapai 50,717 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji. Pada Variasi campuran ini penambahan RHA sebesar 12%. f. Histogram gabungan semua variasi pasta CRHA berdasarkan umur benda uji -
Perbandingan pada saat benda uji umur 3 Hari
Gambar 4.15 Histogram kuat tekan pasta CRHA pada umur 3hari
Pada Histogram diatas, diketahui pada saat umur 3 hari, kuat tekan terbesar adalah CRHA00 dengan nilai sebesar 38.46 MPa sedangkan nilai
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
74
kuat tekan optimum bila mencampurkan antara pasta semen dan RHA yang terbesar adalah CRHA08, yaitu sebesar 35.66 MPa. -
Perbandingan pada saat benda uji umur 7 Hari
Gambar 4.16 Histogram kuat tekan pasta CRHA pada umur 7 hari
Pada Histogram diatas, diketahui pada saat umur 7 hari, kuat tekan terbesar adalah CRHA00 dengan nilai sebesar 49.31 MPa sedangkan nilai kuat tekan optimum bila mencampurkan antara pasta semen dan RHA yang terbesar adalah CRHA12, yaitu sebesar 42.42 MPa. -
Perbandingan pada saat benda uji umur 14 Hari
Gambar 4.17 Histogram kuat tekan pasta CRHA pada umur 14 hari
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
75
Pada Histogram diatas, diketahui pada saat umur 14 hari, kuat tekan terbesar adalah CRHA00 dengan nilai sebesar 58.51 MPa sedangkan nilai kuat tekan optimum bila mencampurkan antara pasta semen dan RHA yang terbesar adalah CRHA06, yaitu sebesar 45.24 MPa. -
Perbandingan pada saat benda uji umur 28 Hari
Gambar 4.18 Histogram kuat tekan pasta CRHA pada umur 28 hari
Pada Histogram diatas, diketahui pada saat umur 28 hari, kuat tekan terbesar adalah CRHA00 dengan nilai sebesar 59.86 MPa sedangkan nilai kuat tekan optimum bila mencampurkan antara pasta semen dan RHA yang terbesar adalah CRHA08, yaitu sebesar 57,514 MPa. 4.4.1.2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Pada Pasta Campuran Semen + CSW (CCSW) a. Campuran 50% Semen + 50% CSW (Kode: CCSW11) Tabel 4.25 Kuat tekan pasta kode CCSW11 (mengacu pada lampiran L-ccsw-01) No.
Kode
Umur Benda Uji
Luas (Cm2)
Berat BU Rata-rata (gr)
Beban (Kg)
Kuat Tekan (MPa)
1
CCSW11 Rata-rata
3
25
249.0
3008
11.791
2
CCSW11 Rata-rata
7
25
248.4
4442
17.413
3
CCSW11 Rata-rata
14
25
254.6
6720
26.342
5
CCSW11 Rata-rata
28
25
255.8
8210
32.183
6
CCSW11 Rata-rata
56
25
250.8
10350
40.572
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
76
Gambar 4.19 Grafik pengujian kuat tekan pasta kode CCSW 11
Dari tabel diatas diketahui kuat tekan mortar CCSW11 pada umur 56 hari mencapai 40,572 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji. Pada Variasi campuran ini penambahan CSW sebesar 50%. b. Campuran 33,33% Semen + 66,67 % CSW (Kode: CCSW12) Tabel 4.26 Kuat tekan pasta kode CCSW12 (mengacu pada lampiran L-ccsw-02) No.
Kode
1
CCSW12 Rata-rata
2
CCSW12 Rata-rata
3
CCSW12 Rata-rata
5
CCSW12 Rata-rata
6
CCSW12 Rata-rata
Umur Benda Uji 3
Luas (Cm2)
Berat BU Rata-rata (gr)
Beban (Kg)
Kuat Tekan (MPa)
25
236.6
1926
7.550
7
25
247.6
3292
12.905
14
25
243.4
5020
19.678
28
25
246
5320
20.854
56
25
246.2
6950
27.244
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
77
Gambar 4.20 Grafik pengujian Kuat Tekan Pasta Kode CCSW12
Dari tabel diatas diketahui Kuat tekan mortar CCSW12 pada umur 56 hari mencapai 27,244 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji. Pada Variasi campuran ini penambahan CSW sebesar 66,67%. c. Campuran 25% Semen + 75% CSW (Kode: CCSW13) Tabel 4.27 Kuat tekan pasta kode CCSW13(mengacu pada lampiran L-ccsw-03)
No.
Kode
1 2 3 5 6
CCSW 13 Rata-rata CCSW 13 Rata-rata CCSW 13 Rata-rata CCSW 13 Rata-rata CCSW 13 Rata-rata
Umur Benda Luas (Cm2) Uji 3 25 7 25 14 25 28 25 56 25
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Berat BU Rata-rata 239.2 237.2 238 239.2 235.8
Beban (Kg) 1140 1870 2310 3300 4475
Kuat Tekan (Mpa) 4.469 7.330 9.055 12.936 17.542
Universitas Indonesia
78
Gambar 4.21 Grafik pengujian kuat tekan pasta kode CCSW13
Dari tabel diatas diketahui Kuat tekan mortar CCSW13 pada umur 56 hari mencapai 17,542 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji. Pada Variasi campuran ini penambahan CSW sebesar 75%. d. Campuran 20% Semen + 80% CSW (Kode: CCSW14) Tabel 4.28 Kuat tekan pasta kode CCSW14 (mengacu pada lampiran L-ccsw-04)
No.
Kode
1 2 3 5 6
CCSW 14 Rata-rata CCSW 14 Rata-rata CCSW 14 Rata-rata CCSW 14 Rata-rata CCSW 14 Rata-rata
Umur Benda Luas (Cm2) Uji 3 25 7 25 14 25 28 25 56 25
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Berat BU Rata-rata 235.4 234.2 231.6 243.0 243.4
Beban (Kg) 1160 1410 1948 2245 3460
Kuat Tekan (Mpa) 4.547 5.527 7.636 8.800 13.563
Universitas Indonesia
79
Gambar 4.22 Grafik pengujian kuat tekan pasta kode CCSW14
Dari tabel diatas diketahui kuat tekan mortar CCSW14 pada umur 56 hari mencapai 13,563 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji. Pada Variasi campuran ini penambahan CSW sebesar 80%. e. Campuran 16,67% Semen + 83,33% CSW (Kode: CCSW15) Tabel 4.29 Kuat tekan pasta kode CCSW15(mengacu pada lampiran L-ccsw-05)
No.
Kode
1 2 3 5 6
CCSW 15 Rata-rata CCSW 15 Rata-rata CCSW 15 Rata-rata CCSW 15 Rata-rata CCSW 15 Rata-rata
Umur Benda Uji Luas (Cm2) 3 7 14 28 56
25 25 25 25 25
Berat BU Ratarata (gr) 218.8 220.8 227.6 226.4 237.8
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Beban (Kg) 205 525 920 1410 1500
Kuat Tekan (Mpa) 0.804 2.058 3.606 5.527 5.880
Universitas Indonesia
80
Gambar 4.23 Grafik pengujian kuat tekan pasta kode CCSW15
Dari tabel diatas diketahui Kuat tekan mortar CCSW15 pada umur 56 hari mencapai 5,880 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji. Pada Variasi campuran ini penambahan CSW sebesar 83,33%. f. Histogram gabungan kuat tekan mortar semua Variasi CCSW berdasarkan umur benda uji. -
Perbandingan kuat tekan semua variasi Kode CCSW umur 3 hari
Gambar 4.24 Histogram kuat tekan pasta semua variasi CCSW umur 3 hari
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
81
-
Perbandingan kuat tekan semua variasi Kode CCSW umur 7 hari
Gambar 4.25 Histogram kuat tekan pasta semua variasi CCSW umur 7 hari
-
Perbandingan kuat tekan semua variasi Kode CCSW umur 14 hari
Gambar 4.26 Histogram kuat tekan pasta semua variasi CCSW umur 14 hari
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
82
-
Perbandingan kuat tekan semua variasi Kode CCSW umur 28 hari
Gambar 4.27 Histogram kuat tekan pasta semua variasi CCSW umur 28 hari
-
Perbandingan kuat tekan semua variasi Kode CCSW umur 56 hari
Gambar 4.28 Histogram kuat tekan pasta semua variasi CCSW umur 56 hari
Pada Histogram, disetiap umur-umur benda uji terjadi perbedaan kuat tekan dengan jumlah komposisi CSW yang berbedabeda pula, dapat diketahui bahwa Komposisi 50% Semen 50% CSW dengan kode CCSW11 mempunyai kuat tekan optimum pada umur 56 hari sebesar 40.57 MPa. Berikut ini adalah grafik gabungan :
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
83
Gambar 4.29 Grafik pengujian kuat tekan gabungan semua variasi CCSW
Pada Grafik diatas adalah gabungan dari semua variasi campuran semen dan CSW, terlihat pada grafik bahwa campuran CCSW 50% mendapatkan nilai maximum yang terjadi disaat umur benda uji 56 hari, yaitu sebesar 40,57 MPa.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
84
4.4.1.3. Hasil Pengujian Kuat Tekan Pada Pasta Campuran Semen+ RHA + CSW (CHWP) a. Campuran 45% Semen,5% RHA,50% CSW (CHWP11) Tabel 4.30 Kuat tekan pasta kode CHWP11 (mengacu pada lampiran L-chwp-01) No.
Kode
1 2 3 4 5
CHWP11 Rata-rata CHWP11 Rata-rata CHWP11 Rata-rata CHWP11 Rata-rata CHWP11 Rata-rata
Umur Benda Uji 3 7 14 21 28
Luas (Cm2)
Berat BU Rata-rata (gr)
Beban (Kg)
25 25 25 25 25
223.2 249.8 242.6 246.8 234.4
1395 1590 2480 4930 5640
Kuat Tekan (MPa) 5.468 6.233 9.722 19.326 22.109
Kuat Tekan Pasta Kode CHWP11 Kuat Tekan Pasta Semen Rata-rata Kode CHWP11 24.000 22.000 22.109
20.000
Kuat Tekan (MPa)
18.000
19.326
16.000 14.000 12.000
9.722
10.000 8.000
5.468
6.000
6.233
4.000 2.000 0.000 3
7
14
21
28
Umur (Hari)
Gambar 4.30 Grafik pengujian kuat tekan pasta kode CHWP11
Dari tabel diatas diketahui Kuat tekan mortar CHWP11 pada umur 28 hari mencapai 22,109 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
85
b. Campuran 30%Semen, 3.33% RHA, 66.67% CSW (CHWP12) Tabel 4.31 Kuat tekan pasta kode CHWP12(mengacu pada lampiran L-chwp-02) No.
Kode
Umur Benda Uji
Luas (Cm2)
1 2 3 4 5
CHWP12 Rata-rata CHWP12 Rata-rata
3 7
25 25
CHWP12 Rata-rata CHWP12 Rata-rata CHWP12 Rata-rata
14 21 28
25 25 25
Berat BU Rata-rata (gr)
Beban (Kg)
Kuat Tekan (MPa)
224.0 216.8 230.6 226 225.8
1470 2680 3287.5 3520 3875
5.762 10.506 12.760 13.798 15.190
Kuat Tekan Pasta Kode CHWP12 Kuat Tekan Pasta Semen Rata-rata Kode CHWP12 20.000 18.000 15.190
16.000 13.798
Kuat Tekan (MPa)
14.000
12.760
12.000
10.506
10.000 8.000
5.762
6.000 4.000 2.000 0.000 3
7
14
21
28
Umur (Hari)
Gambar 4.31 Grafik pengujian kuat tekan pasta kode CHWP12
Dari tabel diatas diketahui Kuat tekan mortar CHWP12 pada umur 28 hari mencapai 15,190 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
86
c. Campuran 22.5%Semen, 2.5% RHA,75% CSW (CHWP13) Tabel 4.32 Kuat tekan pasta kode CHWP13(mengacu pada lampiran L-chwp-03) No.
Kode
Umur Benda Uji
Luas (Cm2)
Berat BU Rata-rata (gr)
Beban (Kg)
Kuat Tekan (Mpa)
1
CHWP13 Rata-rata
3
25
222.8
650
2.548
2
CHWP13 Rata-rata
7
25
217.4
915
3.587
3
CHWP13 Rata-rata
14
25
232.6
920
3.606
4
CHWP13 Rata-rata
21
25
226.2
950
3.724
5
CHWP13 Rata-rata
28
25
210.4
1165
4.567
Gambar 4.32 Grafik pengujian pengujian kuat tekan pasta kode CHWP13
Dari tabel diatas diketahui Kuat tekan mortar CHWP13 pada umur 28 hari mencapai 4,567 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
87
d. Campuran 18% Semen,2% RHA, 80% CSW (CHWP14) Tabel 4.33 Kuat tekan pasta kode CHWP14(mengacu pada lampiran L-chwp-04) No.
Kode
Umur Benda Uji
Luas (Cm2)
Berat BU Rata-rata (gr)
Beban (Kg)
Kuat Tekan (Mpa)
1
CHWP14 Rata-rata
3
25
205.4
235
0.921
2
CHWP14 Rata-rata
7
25
224.4
480
1.882
3
CHWP14 Rata-rata
14
25
226.4
625
2.450
4
CHWP14 Rata-rata
21
25
231
820
3.214
5
CHWP14 Rata-rata
28
25
218.2
930
3.646
Kuat Tekan Pasta Kode CHWP14 Kuat Tekan Pasta semen Rata-rata Kode CHWP14 6.000
Kuat Tekan (MPa)
5.000 4.000 3.646
3.214 3.000
2.450 1.882
2.000 1.000
0.921
0.000 3
7
14
21
28
Umur (Hari)
Gambar 4.33 Grafik pengujian kuat tekan pasta kode CHWP14
Dari tabel diatas diketahui Kuat tekan mortar CHWP14 pada umur 28 hari mencapai 3,646 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
88
e. Campuran 15% Semen, 1.67% RHA, 83.33% CSW (CHWP15) Tabel 4.34 Kuat tekan pasta kode CHWP15(mengacu pada lampiran L-chwp-05) No.
Kode
Umur Benda Uji
Luas (Cm2)
Berat BU Rata-rata (gr)
Beban (Kg)
Kuat Tekan (Mpa)
1
CHWP15 Rata-rata
3
25
228.4
575
2.254
2
CHWP15 Rata-rata CHWP15 Rata-rata
7 14
25 25
230.8
780
3.058
CHWP15 Rata-rata CHWP15 Rata-rata
21 28
25 25
211.8 228.4
1145 1370
4.488 5.370
238.6
2055
8.056
3 4 5
Kuat Tekan Pasta Kode CHWP15 Kuat Tekan Pasta Semen Rata-rata Kode CHWP15 10.000
8.056
Kuat Tekan (MPa)
8.000
6.000 5.370 4.488
4.000 3.058 2.254
2.000
0.000 3
7
14
21
28
Umur (Hari)
Gambar 4.34 Grafik pengujian kuat tekan pasta kode CHWP15
Dari tabel diatas diketahui Kuat tekan mortar CHWP15 pada umur 28 hari mencapai 8.056 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
89
f. Histogram Gabungan Kuat Tekan Pasta Semua Variasi CHWP berdasarkan umur benda uji. -
Perbandingan kuat tekan semua variasi Kode CHWP umur 3 hari
Gambar 4.35 Histogram kuat tekan pasta semua variasi kode CHWP umur 3 hari
Pada Histogram diatas, diketahui pada saat umur 3 hari, kuat tekan terbesar adalah CHWP12 yaitu sebesar 5.76 MPa, sedangkan kuat tekan terkecil adalah CHWP14 sebesar 0.92 MPa. -
Perbandingan kuat tekan semua variasi Kode CHWP umur 7 hari
Gambar 4.36 Histogram kuat tekan pasta semua variasi kode CHWP umur 7 hari
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
90
Pada Histogram diatas, diketahui pada saat umur 7 hari, kuat tekan terbesar masih dihasilkan oleh CHWP12 yaitu sebesar 10.51 MPa, sedangkan kuat tekan terkecil adalah CHWP14 sebesar 1.88 MPa. -
Perbandingan kuat tekan semua variasi Kode CHWP umur 14 hari
Gambar 4.37 Histogram kuat tekan pasta semua variasi kode CHWP umur 14 hari
Pada Histogram diatas, diketahui pada saat umur 14 hari, kuat tekan terbesar adalah CHWP12 yaitu sebesar 12.76 MPa, sedangkan kuat tekan terkecil adalah CHWP14 sebesar 2.44 MPa. -
Perbandingan kuat tekan semua variasi Kode CHWP umur 21 hari
Gambar 4.38 Histogram kuat tekan pasta semua variasi kode CHWP umur 21 hari
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
91
Pada Histogram diatas, diketahui pada saat umur 21 hari, kuat tekan terbesar adalah CHWP11 yaitu sebesar 19.33MPa, sedangkan kuat tekan terkecil adalah CHWP14 sebesar 3.21 MPa. -
Perbandingan kuat tekan semua variasi Kode CHWP umur 28 hari
Gambar 4.39 Histogram kuat tekan pasta semua variasi kode CHWP umur 28 hari
Pada Histogram diatas, diketahui pada saat umur 28 hari, kuat tekan terbesar adalah CHWP11 yaitu sebesar 22.11 MPa, sedangkan kuat tekan terkecil adalah CHWP14 sebesar 3.65 MPa. Dari beberapa histogram diatas, kuat tekan pada umur 3,7,14 hari adalah CHWP12, akan tetapi tertadi peningkatan kuat tekan pada variasi kode CHWP11 pada umur 21 dan 28 hari. Hasil ini, masih membingungkan, karena dikhawatirkan belum akurat. Tetapi bisa saja terjadi, namun hal ini sangat jarang terjadi, sehingga harus dilakukan penelitian ulang untuk memastikannya.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
92
Gambar 4.40Grafik pengujian kuat tekan gabungan semua variasi CHWP
Pada Grafik diatas adalah gabungan dari semua variasi campuran semen, RHA dan CSW, terlihat pada grafik bahwa campuran CHWP11 mendapatkan nilai maximum yang terjadi disaat umur benda uji 28 hari, yaitu sebesar 22,109 MPa.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
93
4.4.2. Analisa distribusi data Pengujian tekan pada penelitian ini dilakukan dengan mesin crushing test. Dari masing-masing komposisi dibuat benda uji kubus 50 x 50 x 50 mm sebanyak 5 buah. Berikut ini merupakan data kuat tekan mortar yang diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium. Sebelum data kuat tekan diolah, data kuat tekan akan dicek terlebih dahulu distribusinya dengan menggunakan metode chi-square. 4.4.2.1. Chi-square Kode CHWM131 Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah data benda uji kuat tekan memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk kode CHWM131 memiliki total 35 benda uji, masing-masing 5 sample tiap umur pengujian. Dari pengolahan data menggunakan metode chi-square diketahui bahwa sample memiliki distribusi normal dengan nilai x2 = 3.1870, yang mana lebih kecil dari nilai x2 tabel yaitu 12.59, untuk level of significance (α) 0.05.
Normal Probability Perhitungan Chi Square Benda Uji Kuat Tekan Kode CHWM131 Linear (Perhitungan Chi Square Benda Uji Kuat Tekan Kode CHWM131) 100.00 90.00 80.00
Frekuensi
70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Data (Kg)
Gambar 4.41 Grafik normal probability uji kuat tekan kode CHWM131
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
3500
94
4.4.2.2. Chi-square Kode CHWM132 Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah data benda uji kuat tekan memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk kode CHWM132 memiliki total 35 benda uji, masing-masing 5 sample tiap umur pengujian. Dari pengolahan data menggunakan metode chi-square diketahui bahwa sample memiliki distribusi normal dengan nilai x2 = 3.99, yang mana lebih kecil dari nilai x2 tabel yaitu 12.59, untuk level of significance (α) 0.05.
Gambar 4.42 Grafik normal probability uji kuat tekan kode CHWM132
4.4.2.3. Chi-square Kode CHWM133 Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah data benda uji kuat tekan memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk kode CHWM133 memiliki total 35 benda uji, masing-masing 5 sample tiap umur pengujian. Dari pengolahan data menggunakan metode chi-square diketahui bahwa sample memiliki distribusi normal
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
95
dengan nilai x2 = 3.64, yang mana lebih kecil dari nilai x2 tabel yaitu 12.59, untuk level of significance (α) 0.05.
Gambar 4.43 Grafik normal probability uji kuat tekan kode CHWM133
4.4.2.4. Chi-square Kode CHWM134 Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah data benda uji kuat tekan memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk kode CHWM134 memiliki total 35 benda uji, masing-masing 5 sample tiap umur pengujian. Dari pengolahan data menggunakan metode chi-square diketahui bahwa sample memiliki distribusi normal dengan nilai x2 = 4.55, yang mana lebih kecil dari nilai x2 tabel yaitu 12.59, untuk level of significance (α) 0.05.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
96
Normal Probability Perhitungan Chi Square Benda Uji Kuat Tekan Kode CHWM134 Linear (Perhitungan Chi Square Benda Uji Kuat Tekan Kode CHWM134) 100.00 90.00 80.00
Frekuensi
70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 0
500
1000
1500
2000
2500
Data (Kg)
Gambar 4.44 Grafik n normal probability uji kuat tekan kode CHWM134
4.4.2.5. Chi-square Kode CHWM135 Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah data benda uji kuat tekan memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk kode CHWM135 memiliki total 35 benda uji, masing-masing 5 sample tiap umur pengujian. Dari pengolahan data menggunakan metode chi-square diketahui bahwa sample memiliki distribusi normal dengan nilai x2 = 3.64, yang mana lebih kecil dari nilai x2 tabel yaitu 12.59, untuk level of significance (α) 0.05.
Normal Probability Perhitungan Chi Square Benda Uji Kuat Tekan Kode CHWM135 Linear (Perhitungan Chi Square Benda Uji Kuat Tekan Kode CHWM135) 100.00 90.00 80.00
Frekuensi
70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Data (Kg)
Gambar 4.45 Grafik normal probability uji kuat tekan kode CHWM135
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
97
4.4.3. Hasil pengujian Kuat Tekan Mortar Semen + RHA, Pasir + CSW Perbandingan 1: 3 (CHWM 13) Pada pengujian ini terdapat 5 variasi campuran yang berbeda yang dibedakan berdasarkan komposisi pasir dan CSW. Sedangkan, Komposisi Semen dan RHA diseragamkan yaitu 92% semen dan 8 % pasir dari 25% berat keseluruhan. 4.4.3.1. Hasil Pengujian dengan Campuran 30% Pasir 70% CSW (Kode : CHWM131) Tabel 4.35 Kuat tekan mortar CHWM131(mengacu pada lampiran L-chwm-01)
Umur Benda Berat BU Rata-rata Luas (Cm2) Beban (Kg) Uji (gr)
No.
Kode
1 2 3 4 5 6 7
CHWM 131 Rata-rata CHWM 131 Rata-rata CHWM 131 Rata-rata CHWM 131 Rata-rata CHWM 131 Rata-rata CHWM 131 Rata-rata CHWM 131 Rata-rata
3 7 14 21 28 56 90
25 25 25 25 25 25 25
218.6 231.0 240.0 238.4 238.2 239.8 241.6
Kuat Tekan (Mpa)
970 1725 2275 2490 2703 3055 3175
Gambar 4.46 Grafik pengujian kuat tekan mortar kode CHWM131
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
3.802 6.762 8.918 9.761 10.596 11.976 12.446
98
Dari tabel diatas diketahui Kuat tekan mortar CHWM131pada umur 28 hari mencapai 10.596 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji hingga umur 90 hari yang mencapai 12.446 MPa. 4.4.3.2. Hasil Pengujian dengan Campuran 40% Pasir 60% CSW (Kode : CHWM132) Tabel 4.36 Kuat tekan mortar CHWM132(mengacu pada lampiran L-chwm-02)
No.
Kode
1 2 3 4 5 6 7
CHWM 132 Rata-rata CHWM 132 Rata-rata CHWM 132 Rata-rata CHWM 132 Rata-rata CHWM 132 Rata-rata CHWM 132 Rata-rata CHWM 132 Rata-rata
Umur Benda Uji Luas (Cm2) 3 7 14 21 28 56 90
Berat BU RataKuat Tekan Beban (Kg) rata (gr) (Mpa)
25 25 25 25 25 25 25
244.0 240.8 252.4 249.4 246.2 245.8 240.2
1965 2405 2830 3285 3675 4370 4605
Gambar 4.47 Grafik pengujian kuat tekan mortar kode CHWM132
Dari tabel diatas diketahui Kuat tekan mortar CHWM132 pada umur 28 hari mencapai 14.406 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji yang pada umur 90 hari mencapai 18.052 MPa.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
7.703 9.428 11.094 12.877 14.406 17.130 18.052
99
4.4.3.3. Hasil Pengujian dengan Campuran 50% Pasir 50% CSW (Kode : CHWM133) Tabel 4.37 Kuat tekan mortar CHWM133(mengacu pada lampiran L-chwm-03)
No.
Kode
1 2 3 4 5 6 7
CHWM 133 Rata-rata CHWM 133 Rata-rata CHWM 133 Rata-rata CHWM 133 Rata-rata CHWM 133 Rata-rata CHWM 133 Rata-rata CHWM 133 Rata-rata
Umur Benda Berat BU Rata-rata Luas (Cm2) Beban (Kg) Uji (gr) 1080 237.0 3 25 2450 240.6 7 25 2905 245 14 25 3285 247 21 25 4055 244.4 28 25 4730 242.4 56 25 5125 243.2 90 25
Kuat Tekan (Mpa) 4.234 9.604 11.388 12.877 15.896 18.542 20.09
Gambar 4.48 Grafik pengujian kuat tekan mortar kode CHWM133
Dari tabel diatas diketahui Kuat tekan mortar CHWM133 pada umur 28 hari mencapai 15.896 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji. Pada usia 90 hari kuat tekan mortar mencapai 20.09 MPa.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
100
4.4.3.4. Hasil Pengujian dengan Campuran 60% Pasir 40% CSW (Kode : CHWM134) Tabel 4.38 Kuat tekan mortar CHWM134(mengacu pada lampiran L-chwm-04)
No.
Kode
Umur Benda Uji Luas (Cm2)
1 2 3 4 5 6 7
CHWM 134 Rata-rata CHWM 134 Rata-rata CHWM 134 Rata-rata CHWM 134 Rata-rata CHWM 134 Rata-rata CHWM 134 Rata-rata CHWM 134 Rata-rata
3 7 14 21 28 56 90
Berat BU Ratarata (gr)
Beban (Kg)
Kuat Tekan (Mpa)
219.0 233.0 231.8 234.4 234.4 235.6 236.8
412 580 1065 1150 1365 1960 2125
1.615 2.274 4.175 4.508 5.351 7.683 8.330
25 25 25 25 25 25 25
Gambar 4.49 Grafik pengujian kuat tekan mortar kode CHWM134
Dari tabel diatas diketahui Kuat tekan mortar CHWM134 pada umur 28 hari hanya mencapai 5.351 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji, dari grafik, pada umur 90 hari kuat tekan mortar hanya 8.330 MPa.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
101
4.4.3.5. Hasil Pengujian dengan Campuran 70% Pasir 30% CSW (Kode : CHWM135) Tabel 4.39 Kuat tekan mortar CHWM135(mengacu pada lampiran L-chwm-05)
No.
Kode
Umur Benda Uji
Luas (Cm2)
Berat BU Rata-rata (gr)
Beban (Kg)
Kuat Tekan (Mpa)
1 2 3 4 5 6 7
CHWM 135 Rata-rata CHWM 135 Rata-rata CHWM 135 Rata-rata CHWM 135 Rata-rata CHWM 135 Rata-rata CHWM 135 Rata-rata CHWM 135 Rata-rata
3 7 14 21 28 56 90
25 25 25 25 25 25 25
222.8 232.8 233.6 233.8 231.0 236.6 240.6
415 860 1170 1930 2010 2335 2580
1.627 3.371 4.586 7.566 7.879 9.153 10.114
Gambar 4.50 Grafik pengujian pengujian kuat tekan mortar kode CHWM135
Dari tabel diatas diketahui Kuat tekan mortar CHWM135 pada umur 28 hari hanya mencapai 7.879 MPa. Hal ini juga dapat dilihat pada grafik bahwa terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji. Pada saat usia benda uji 90 hari terjadi peningkatan kuat tekan sebesar 10.114 MPa.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
102
4.4.3.6. Histogram Perbandingan Kuat tekan Semua Variasi Mortar disetiap umur benda uji. -
Histogram Kuat tekan Mortar Umur 3 Hari
Gambar 4.51 Histogram kuat tekan mortar semua variasi CHWM umur 3 Hari
Pada Histogram diatas, diketahui pada saat umur 3 hari, kuat tekan terbesar adalah CHWM133 dengan nilai sebesar 6.35 MPa sedangkan nilai kuat tekan terendah adalah CHWM134 dengan nilai sebesar 1.62 MPa. -
Histogram Kuat tekan Mortar Umur 7 Hari
Gambar 4.52 Histogram kuat tekan mortar semua variasi CHWM umur 7 Hari
Pada Histogram diatas, diketahui pada saat umur 7 hari, kuat tekan terbesar adalah CHWM133 dengan nilai sebesar 9.60 MPa
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
103
sedangkan nilai kuat tekan terendah adalah CHWM134 dengan nilai sebesar 2.27 MPa. Histogram masih menunjukkan hal yang sama dengan nilai kuat tekan pada umur 3 hari. -
Histogram Kuat tekan Mortar Umur 14 Hari
Gambar 4.53 Histogram kuat tekan mortar semua variasi CHWM umur 14 Hari
Pada Histogram diatas, diketahui pada saat umur 14 hari, kuat tekan terbesar adalah CHWM133 dengan nilai sebesar 11.39 MPa sedangkan nilai kuat tekan terendah adalah CHWM134 dengan nilai sebesar 4.17 MPa. Histogram masih menunjukkan hal yang sama dengan nilai kuat tekan pada umur 7 hari. -
Histogram Kuat tekan Mortar Umur 21 Hari
Gambar 4.54 Histogram kuat tekan mortar semua variasi CHWM umur 21 Hari
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
104
Pada Histogram diatas, diketahui pada saat umur 21 hari, kuat tekan terbesar adalah CHWM133 dengan nilai sebesar 12.98 MPa sedangkan nilai kuat tekan terendah adalah CHWM134 dengan nilai sebesar 4.51 MPa. Histogram masih menunjukkan hal yang sama dengan nilai kuat tekan pada umur 14 hari. -
Histogram Kuat tekan Mortar Umur 28 Hari
Gambar 4.55 Histogram kuat tekan mortar semua variasi CHWM umur 28 Hari
Pada Histogram diatas, diketahui pada saat umur 28 hari, kuat tekan terbesar adalah CHWM133 dengan nilai sebesar 15.90 MPa sedangkan nilai kuat tekan terendah adalah CHWM134 dengan nilai sebesar 5.35 MPa. -
Histogram Kuat tekan Mortar Umur 56 Hari
Gambar 4.56 Histogram kuat tekan mortar semua variasi CHWM umur 56 Hari
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
105
Pada Histogram diatas, diketahui pada saat umur 56 hari, kuat tekan terbesar adalah CHWM133 dengan nilai sebesar 18.54 MPa sedangkan nilai kuat tekan terendah adalah CHWM134 dengan nilai sebesar 7.68 MPa. Histogram masih menunjukkan hal yang sama dengan nilai kuat tekan pada umur 28 hari. -
Histogram Kuat tekan Mortar Umur 90 Hari
Gambar 4.57 Histogram kuat tekan mortar semua variasi CHWM umur 90 Hari
Pada Histogram diatas, diketahui pada saat umur 90 hari, kuat tekan terbesar adalah CHWM133 dengan nilai sebesar 20.09 MPa sedangkan nilai kuat tekan terendah adalah CHWM134 dengan nilai sebesar 8.33 MPa. Histogram masih menunjukkan hal yang sama dengan nilai kuat tekan pada umur 56 hari. Setelah dianalisa, kuat tekan mortar pada setiap umur dan disetiap variasi memiliki kanaikan disetiap umurnya, tidak ada lonjakan kuat tekan yang signifikan dalam penelitian ini.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
106
4.4.3.7. Grafik Kuat Tekan Mortar Gabungan Semua Variasi CHWM
Gambar 4.58 Grafik pengujian kuat tekan mortar gabungan
Universitas Indonesia
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
107
Dari grafik ini dapat terlihat jelas perbedaan komposisi pada campuran mortar sangat mempengaruhi kuat tekan mortar yang terjadi pada setiap umur-umur benda uji. Komposisi Mortar Kode CHWM133 mempunyai kuat tekan terbesar pada umur 28 hari yaitu sebesar 15.896 MPa, sedangkan Komposisi Mortar Kode CHWM134 mempunyai kuat tekan terendah pada umur 28 hari yaitu sebesar 5.351 MPa. 4.5.
HASIL PENGUJIAN DENSITY Pengujian density mengunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.5 gram. Dari masing-masing komposisi dibuat benda uji kubus 50 x 50 x 50 mm sebanyak 5 buah. Berikut ini merupakan data pengujian density mortar yang diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium. Adapun rumus yang digunakan adalah. w S SI W Ws w
DC V
Dimana : γw = berat jenis air (gram/cm3) S
= berat benda uji kering udara (gram)
I
= berat benda uji dalam air (gram) Tabel 4.40 Hasil Pengujian density CHWM131
No Kode Benda Uji Luas (cm2) 1 2 3 4 5
CHWM 131-1 CHWM 131-2 CHWM 131-3 CHWM 131-4 CHWM 131-5
25 25 25 25 25
Jenis Semen Type 1 Type 1 Type 1 Type 1 Type 1
Umur (Hari) 28 28 28 28 28 Rata2
Kering Udara (gram) 251.0 250.0 248.0 246.0 246.0 248.2
Dalam Air (gram) 106.0 106.0 106.5 100.0 101.0 103.9
Kering Oven (gram) 197.0 197.0 197.0 194.0 199.0 196.8
Density (g/cm3) 1.727 1.732 1.748 1.681 1.692 1.716
Berat Jenuh
γw (g/cm3)
240 237 235 240 239 238.2
0.9975 0.9975 0.9975 0.9975 0.9975 1.0
Berat Jenuh
γw (g/cm3)
Density 3 (g/cm )
225 229 219 229 220
0.9975 0.9975 0.9975 0.9975 0.9975 0.9975
1.559 1.620 1.560 1.586 1.556 1.576
Tabel 4.41 Hasil Pengujian density CHWM132 No Kode Benda Uji Luas (cm2) 1 2 3 4 5
CHWM 132-1 CHWM 132-2 CHWM 132-3 CHWM 132-4 CHWM 132-5
25 25 25 25 25
Jenis Semen
Umur (Hari)
Kering Udara (gram)
Dalam Air (gram)
Kering Oven (gram)
Type 1 Type 1 Type 1 Type 1 Type 1
28 28 28 28 28
225.0 229.0 219.0 229.0 220.0 224.4
81.0 88.0 79.0 85.0 79.0 82.4
171.0 179.0 169.0 175.0 168.0 172.4
Rata2
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
224.4
Universitas Indonesia
108
Tabel 4.42 Hasil Pengujian density CHWM133 No Kode Benda Uji Luas (cm2) 1 2 3 4 5
CHWM 133-1 CHWM 133-2 CHWM 133-3 CHWM 133-4 CHWM 133-5
25 25 25 25 25
Jenis Semen Type 1 Type 1 Type 1 Type 1 Type 1
Umur (Hari) 28 28 28 28 28 Rata2
Kering Udara (gram) 241.0 242.0 235.0 242.0 231.0 238.2
Dalam Air (gram) 89.5 96.0 86.0 90.0 92.0 90.7
Kering Oven (gram) 185.0 189.0 182.0 176.0 184.0 183.2
3
Berat Jenuh
γw (g/cm )
241 235 240 235 233 236.8
0.9975 0.9975 0.9975 0.9975 0.9975 0.9975
Berat Jenuh
γw (g/cm )
231 229 232 228 229
0.9975 0.9975 0.9975 0.9975 0.9975 0.9975
Density 3
(g/cm ) 1.587 1.653 1.573 1.588 1.658 1.612
Tabel 4.43 Hasil Pengujian density CHWM134 No Kode Benda Uji Luas (cm2) 1 2 3 4 5
CHWM 134-1 CHWM 134-2 CHWM 134-3 CHWM 134-4 CHWM 134-5
25 25 25 25 25
Jenis Semen Type 1 Type 1 Type 1 Type 1 Type 1
Umur (Hari) 28 28 28 28 28 Rata2
Kering Udara (gram) 231.0 229.0 229.0 228.0 229.0 229.2
Dalam Air (gram) 79.0 86.0 87.0 80.0 80.0 82.4
Kering Oven (gram) 168.0 176.0 177.0 167.0 167.0 171.0
3
229.8
Density 3 (g/cm ) 1.516 1.597 1.609 1.537 1.533 1.558
Tabel 4.44 Hasil Pengujian density CHWM135 No Kode Benda Uji Luas (cm2) CHWM 135-1 CHWM 135-2 CHWM 135-3 CHWM 135-4 CHWM 135-5
25 25 25 25 25
Umur (Hari) 28 28 28 28 28 Rata2
Kering Udara (gram) 235.0 227.0 236.0 231.0 232.0 232.2
Dalam Air (gram) 95.0 91.0 94.0 93.0 93.5 93.3
Kering Oven (gram) 188.0 182.0 186.0 185.0 185.0 185.2
3
Berat Jenuh
γw (g/cm )
225 227 231 230 232
0.9975 0.9975 0.9975 0.9975 0.9975 0.9975
229.0
Hasil Data Pengujian Density Gabungan CHWM 131
CHWM 132
CHWM 133
CHWM 134
CHWM 135
1.750 1.716 1.700 1.668 Density (gr/cm3)
1 2 3 4 5
Jenis Semen Type 1 Type 1 Type 1 Type 1 Type 1
1.650 1.612 1.600
1.576 1.558
1.550
1.500 CHWM 131
CHWM 132
CHWM 133
CHWM 134
CHWM 135
Waktu
Gambar 4.59 Histogram pengujian Density Gabungan mortar CHWM
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
Density (g/cm3) 1.674 1.665 1.658 1.670 1.671 1.668
109
4.6.
HASIL PENGUJIAN ABSORPSI Pengujian absorpsi mengunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.5 gram. Dari masing-masing komposisi dibuat benda uji kubus 50 x 50 x 50 mm sebanyak 5 buah. Berikut ini merupakan data pengujian absorpsi mortar yang diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium. Berikut adalah Hasil pengujian absorpsi pada tiap-tiap kode-kode pengujian: Tabel 4.45 Hasil pengujian absorpsi CHWM131
No Kode Benda Uji CHWM 131-1 CHWM 131-2 CHWM 131-3 CHWM 131-4 CHWM 131-5
Jenis Semen
Umur (Hari)
Type 1 Type 1 Type 1 Type 1 Type 1
28 28 28 28 28 Rata2
Kering Udara (gram) 251.0
Kering Oven (gram) 197.0
250.0 248.0 246.0 246.0 248.2
197.0 197.0 194.0 199.0 196.8
15 Menit 60 Menit (gram) (gram) 205.0 205.0 206.0 204.0 209.0 205.8
212.0 212.0 214.0 215.0 217.0 214.0
4 Jam (gram) 221.0 222.0 224.0 225.0 225.0 223.4
24 Jam Absorpsi (gram/100cm2) (gram) 15 Menit 60 Menit 4 Jam 226.0 32 60 96 226.0 32 60 100 230.0 36 68 108 229.0 40 84 124 230.0 40 72 104 228.2 36 69 106
24 Jam 116 116 132 140 124 126
Pengujian Absorpsi CHWM131 Data Pengujian Absorpsi CHWM131 Komposisi 30% CSW 70% Pasir 140
126
120
Absorpsi (gram/100cm2)
1 2 3 4 5
Luas (cm2) 2500 2500 2500 2500 2500
106
100 80
69
60 36
40 20 0
15 Menit
60 Menit
4 Jam
24 Jam
Waktu
Gambar 4.60 Grafik pengujian absorpsi CHWM131
Tabel 4.46 Hasil pengujian absorpsi CHWM132 No Kode Benda Uji 1 2 3 4 5
CHWM 132-1 CHWM 132-2 CHWM 132-3 CHWM 132-4 CHWM 132-5
Luas (cm2) 2500 2500 2500 2500 2500
Jenis Semen
Umur (Hari)
Type 2 Type 2 Type 2 Type 2 Type 2
28 28 28 28 28 Rata2
Kering Udara (gram) 225.0
Kering Oven (gram) 171.0
229.0 219.0 229.0 220.0 224.4
179.0 169.0 175.0 168.0 172.4
15 Menit 60 Menit (gram) (gram) 189.0 193.0 188.0 193.0 180.0 188.6
195.0 204.0 190.0 199.0 186.0 194.8
4 Jam (gram)
24 Jam (gram)
202.0 207.0 193.0 202.0 191.0 199.0
206.0 210.0 206.0 204.0 200.0 205.2
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Absorpsi (gram/100cm2) 15 Menit 60 Menit 4 Jam 72 96 124 56 100 112 76 84 96 72 96 108 48 72 92 65 90 106
Universitas Indonesia
24 Jam 140 124 148 116 128 131
110
Pengujian Absorpsi CHWM132 Data Pengujian Absorpsi CHWM132 Komposisi 40% CSW 60% Pasir 131
140
Absorpsi (gram/100cm2)
120
106
100
90
80
65
60 40 20 0 15 Menit
60 Menit
4 Jam
24 Jam
Waktu
Gambar 4.61 Grafik pengujian absorpsi CHWM132
Tabel 4.47 Hasil pengujian absorpsi CHWM133
1 2 3 4 5
CHWM 133-1 CHWM 133-2 CHWM 133-3 CHWM 133-4 CHWM 133-5
Luas (cm2) 2500 2500 2500 2500 2500
Jenis Semen
Umur (Hari)
Type 2 Type 2 Type 2 Type 2 Type 2
28 28 28 28 28 Rata2
Kering Udara (gram) 241.0
Kering Oven (gram) 185.0
242.0 235.0 242.0 231.0 238.2
189.0 182.0 176.0 184.0 183.2
15 Menit 60 Menit (gram) (gram) 198.0 198.0 193.0 189.0 195.0 194.6
215.0 216.0 208.0 201.0 213.0 210.6
4 Jam (gram)
24 Jam (gram)
217.0 219.0 212.0 205.0 216.0 213.8
220.0 221.0 215.0 210.0 218.0 216.8
Absorpsi (gram/100cm2) 15 Menit 60 Menit 4 Jam 52 120 128 36 108 120 44 104 120 52 100 116 44 116 128 46 110 122
Pengujian Absorpsi CHWM133 Data Pengujian Absorpsi CHWM133 Komposisi 50% CSW 50% Pasir 160 134
140 122 120 Absorpsi (gram/100cm2)
No Kode Benda Uji
110
100 80 60
46
40 20 0 15 Menit
60 Menit
4 Jam
24 Jam
Waktu
Gambar 4.62 Grafik pengujian absorpsi CHWM133
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
24 Jam 140 128 132 136 136 134
111
Tabel 4.48 Hasil pengujian absorpsi CHWM134 No Kode Benda Uji
Luas (cm2)
Jenis Semen
Umur (Hari)
1 2 3 4 5
2500 2500 2500 2500 2500
Type 2 Type 2 Type 2 Type 2 Type 2
28 28 28 28 28
CHWM 134-1 CHWM 134-2 CHWM 134-3 CHWM 134-4 CHWM 134-5
Rata2
Kering Udara (gram) 231.0
Kering Oven (gram) 168.0
229.0 229.0 228.0 229.0 229.2
176.0 177.0 167.0 167.0 171.0
15 Menit 60 Menit (gram) (gram) 183.0 190.0 193.0 184.0 183.0 186.6
196.0 202.0 201.0 196.0 198.0 198.6
4 Jam (gram)
24 Jam (gram)
200.0 206.0 205.0 201.0 202.0 202.8
204.0 210.0 208.0 203.0 206.0 206.2
Absorpsi (gram/100cm2) 15 Menit 60 Menit 4 Jam 60 112 128 56 104 120 64 96 112 68 116 136 64 124 140 62 110 127
24 Jam 144 136 124 144 156 141
Pengujian Absorpsi CHWM134 Data Pengujian Absorpsi CHWM134 Komposisi 60% CSW 40% Pasir 160 141 140
127
Absorpsi (gram/100cm2)
120
110
100 80 62 60 40 20 0 15 Menit
60 Menit
4 Jam
24 Jam
Waktu
Gambar 4.63 Grafik pengujian absorpsi CHWM134 Tabel 4.49 Hasil pengujian absorpsi CHWM135 No Kode Benda Uji 1 2 3 4 5
CHWM 135-1 CHWM 135-2 CHWM 135-3 CHWM 135-4 CHWM 135-5
Luas (cm2) 2500 2500 2500 2500 2500
Jenis Semen
Umur (Hari)
Type 2 Type 2 Type 2 Type 2 Type 2
28 28 28 28 28 Rata2
Kering Udara (gram) 235.0
Kering Oven (gram) 188.0
227.0 236.0 231.0 232.0 232.2
15 Menit 60 Menit (gram) (gram)
4 Jam (gram)
24 Jam (gram)
182.0 186.0 185.0 185.0
204.0 199.0 201.0 203.0 202.0
220.0 216.0 216.0 218.0 217.0
224.0 221.0 220.0 223.0 223.0
229.0 225.0 224.0 222.0 224.0
185.2
201.8
217.4
222.2
224.8
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Absorpsi (gram/100cm2) 15 Menit 60 Menit 4 Jam 64 128 144 68 136 156 60 120 136 72 132 152 68 128 152 66
129
Universitas Indonesia
148
24 Jam 164 172 152 148 156 158
112
Pengujian Absorpsi CHWM135 Data Pengujian Absorpsi CHWM135 Komposisi 70% CSW 30% Pasir 180 158 160
145
Absorpsi (gram/100cm2)
140
129
120 100 80
66
60 40 20 0 15 Menit
60 Menit
4 Jam
24 Jam
Waktu
Gambar 4.64 Grafik pengujian absorpsi CHWM135
Gambar 4.65 Histogram pengujian absorpsi Gabungan
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
113
4.7.
HASIL PENGUJIAN SUSUT Pengujian susut mortar dilakukan sesuai dengan ASTM C 490-04. Tujuannya untuk mengetahui perubahan panjang tanpa dilakukan pembebanan. Pengujian dilakukan selama ±28 hari dengan benda uji balok 25x25x300 mm. Jumlah sampel 3 buah untuk setiap komposisi campuran. Berikut adalah grafik hasil pengujian kuat tekan berdasarkan variasi campuran. 4.7.1. Hasil pengujian susut mortar CHWM131 Untuk tabel penyusutan dapat dilihat pada lampiran (L-susut-01), dan berikut ini adalah grafik hasil pengujian susut kode CHWM131, yang berbanding antara waktu (hari) dengan penyusutan (%):
Hasil Data Pengujian Susut CHWM131 HASIL TEST SUSUT MORTAR CHWM131 0.1800 0.1600 0.1400 0.1126 0.1186
Shrinkage (%)
0.1200
0.1342
0.1283
0.1219
0.1369
0.1313
0.1252
0.1511
0.1468
0.1421
0.1531
0.1491
0.1444
0.1396
0.1003 0.1067
0.1000
0.0891 0.0953
0.0771
0.0800
0.0669
0.0600
0.0494 0.0582 0.0411
0.0828
0.0717
0.0400 0.0200
0.0069 0.0000
0.0000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Waktu (Hari)
Gambar 4.66 Grafik pengujian susut kode 131
Pada grafik diatas diatas diketahui, bahwa penyusutan ratarata ketiga sampel yang mewakili variasi Kode CHWM131 mencapai 0.152 % dari panjang benda uji. Penyusutan yang terjadi dipengaruhi oleh suhu ruangan dan kelembapan.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
26
27
28
114
4.7.2. Hasil pengujian susut mortar CHWM132 Untuk tabel penyusutan dapat dilihat pada lampiran (L-susut-02), dan berikut ini adalah grafik hasil pengujian susut kode CHWM132, yang berbanding antara waktu (hari) dengan penyusutan (%):
Hasil Data Pengujian Susut CHWM132 HASIL TEST SUSUT MORTAR CHWM132 0.160 0.140 0.120
0.111
0.104 0.097
Shrinkage (% )
0.100
0.090
0.080
0.064
0.045 0.051
0.032
0.040 0.0170.019 0.005 0.000
0.094
0.076
0.058
0.060
0.020
0.082 0.087
0.070
0.108
0.101
0.124
0.119
0.114
0.127
0.122
0.117
0.039 0.026
0.000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Waktu (Hari)
Gambar 4.67 Grafik pengujian susut kode 132
Pada grafik diatas diatas diketahui, bahwa penyusutan ratarata ketiga sampel yang mewakili variasi Kode CHWM132 mencapai 0.127 % dari panjang benda uji. Penyusutan yang terjadi dipengaruhi oleh suhu ruangan dan kelembapan. 4.7.3. Hasil pengujian susut mortar CHWM133 Untuk tabel penyusutan dapat dilihat pada lampiran (Lsusut-03), dan berikut ini adalah grafik hasil pengujian susut kode CHWM133, yang berbanding antara waktu (hari) dengan penyusutan (%):
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
26
27
28
115
Hasil Data Pengujian Susut CHWM133 HASIL TEST SUSUT MORTAR CHWM133 0.2000 0.1800 0.1600 0.1319
Shrinkage (% )
0.1400
0.1230 0.1124
0.1200
0.1018 0.0923
0.1000
0.1392
0.1369
0.1459
0.1426
0.1519
0.1489
0.1572
0.1546
0.1619
0.1596
0.1662
0.1642
0.1699
0.1682
0.1276
0.1176
0.1068
0.0969
0.0800
0.0642 0.0550 0.0450
0.0600 0.0400
0.0206 0.0200 0.0000 0.0000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Waktu (Hari)
Gambar 4.68 Grafik pengujian susut kode 133
Pada grafik diatas diatas diketahui, bahwa penyusutan ratarata ketiga sampel yang mewakili variasi Kode CHWM133 mencapai 0.169 % dari panjang benda uji. Penyusutan yang terjadi dipengaruhi oleh suhu ruangan dan kelembapan. 4.7.4. Hasil pengujian susut mortar CHWM134 Untuk tabel penyusutan dapat dilihat pada lampiran (Lsusut-04), dan berikut ini adalah grafik hasil pengujian susut kode CHWM134, yang berbanding antara waktu (hari) dengan penyusutan (%):
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
116
Hasil Data Pengujian Susut CHWM134 HASIL TEST SUSUT MORTAR CHWM134 0.160 0.140 0.119 0.120
0.111 0.116
0.101 Shrinkage (%)
0.100
0.106
0.090
0.060
0.051
0.095
0.080
0.073
0.080
0.145
0.141
0.137
0.132
0.127
0.122
0.134
0.130
0.124
0.147
0.143
0.139
0.085 0.074
0.059
0.036 0.028
0.040 0.020
0.000 0.000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Waktu (Hari)
Gambar 4.69 Grafik pengujian susut kode 134
Pada grafik diatas diatas diketahui, bahwa penyusutan ratarata ketiga sampel yang mewakili variasi Kode CHWM134 mencapai 0.147 % dari panjang benda uji. Penyusutan yang terjadi dipengaruhi oleh suhu ruangan dan kelembapan. 4.7.5. Hasil pengujian susut mortar CHWM135 Untuk tabel penyusutan dapat dilihat pada lampiran (Lsusut-05), dan berikut ini adalah grafik hasil pengujian susut kode CHWM135, yang berbanding antara waktu (hari) dengan penyusutan (%):
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
27
28
117
Hasil Data Pengujian Susut CHWM135 HASIL TEST SUSUT MORTAR CHWM135 0.160 0.140
0.105 0.096 0.101
Shrinkage (%)
0.100 0.083
0.066
0.048 0.054
0.036
0.040
0.109
0.077
0.060 0.060
0.122
0.116
0.136
0.132
0.128
0.089
0.072
0.080
0.042
0.024 0.020
0.119
0.113
0.120
0.138
0.134
0.130
0.125
0.007 0.000
0.000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Waktu (Hari)
Gambar 4.70 Grafik pengujian susut kode 135
Pada grafik diatas diatas diketahui, bahwa penyusutan ratarata ketiga sampel yang mewakili variasi Kode CHWM135 mencapai 0.138 % dari panjang benda uji. Penyusutan yang terjadi dipengaruhi oleh suhu ruangan dan kelembapan. 4.7.6. Hasil pengujian susut mortar gabungan Berikut ini adalah perbandingan nilai susut pada setiap kode variasi, terjadi perbedaan penyusutan dikarenakan material pembetuk serta suhu dan kelembapan ruangan. Tabel 4.50 Hasil Pengujian susut gabungan Shrinkage (%)
Kode
Rata-rata
S-1
S-2
S-3
CHWM131
0.1477
0.1543
0.1531
0.1517
CHWM132
0.1290
0.1267
0.1247
0.1268
CHWM133
0.1673
0.1710
0.1713
0.1699
CHWM134
0.1463
0.1483
0.1450
0.1466
CHWM135
0.1273
0.1263
0.1600
0.1379
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
27
28
118
Hasil Data Pengujian Susut Gabungan CHWM 131
CHWM 132
CHWM 133
CHWM 134
CHWM 135
Shrinkage (%)
0.2100 0.1900 0.1700 0.1500 0.1300 0.1100 0.0900 0.0700 0.0500 0.0300 0.0100
0.1699
0.1517
0.1466
0.1268
CHWM 131
CHWM 132
CHWM 133
CHWM 134
0.1379
CHWM 135
Kode Pengujian Berdasarkan Komposisi Campuran
Gambar 4.71 Histogram pengujian susut Gabungan
4.8.
ANALISA HASIL PENELITIAN
4.8.1. Analisa Kuat Tekan Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan pada laboratorium, Komposisi campuran Semen : Agregat Halus 1:3, yang di bagi kedalam 5 Variasi yaitu, CHWM131, dengan komposisi 92% semen, 8% RHA, 30% CSW 70% Pasir, pada umur 28 hari kuat tekan mencapai 10.596 MPa dan terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji hingga umur 90 hari yang mencapai 12.446 MPa. Untuk CHWM132 dengan komposisi 92% semen, 8% RHA, 40% CSW 60% Pasir, Terjadi Peningkatan dibandingkan Variasi kode CHWM131yang diketahui pada umur 28 hari kuat tekan mortar mencapai 14.406 MPa dan terjadi peningkatan kuat tekan pada umur 90 hari mencapai 18.052 MPa. Variasi ke 3 yang diberi Kode CHWM133 dengan komposisi 92% semen, 8% RHA, 50% CSW 50% Pasir, memiliki kuat tekan yang paling tinggi dibandingkan dengan variari lainnya, dari tabel dan grafik, pada
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
119
umur 28 hari Kuat tekan mortar mencapai 15.896 MPa dan terus terjadi peningkatan kuat tekan disetiap umur benda uji. Pada usia 90 hari kuat tekan mortar mencapai 20.09 MPa. Variasi ke 4 kode CHWM134 dengan komposisi 92% semen, 8% RHA, 60% CSW 40% Pasir memiliki kuat tekan terendah, Dari tabel dan grafik pada umur 28 hari hanya mencapai 5.351 MPa. Kenaikannya pun tidak terlalu signifikan karena pada saat usia benda uji 90 hari kuat tekan mortar hanya sebesar 8.330 MPa. Kode CHWM135, dengan komposisi 92% semen, 8% RHA, 70% CSW 30% Pasir , diketahui Kuat tekan mortar pada umur 28 hari hanya mencapai 7.879 MPa dan pada umur 90 hari kuat tekan mortar sebesar 10.114 MPa. Dari data-data diatas, penambahan CSW dengan komposisi yang tinggi, dapat menurunkan kuat tekan mortar, akan tetapi CSW dapat digunakan apabila komposisinya setara dengan pasir, hal ini dapat dilihat bahwa pencampuran CSW dan Pasir yang digunakan secara seimbang pada mortar kode CHWM133, akan menambah kuat tekan pada mortar. 4.8.2. Analisa Density Nilai berat jenis (density) yang dihasilkan untuk setiap komposisi mortar sangat bervariasi, semakin tinggi kadar pasir di suatu campuran mortar, maka akan semakin tinggi pula berat jenis yang dihasilkan. Dalam penelitian ini, Kode CHWM131dengan Komposisi 92% Semen ,8% RHA, 30% CSW 70% Pasir dengan nilai density 1,716 g/cm3, yang artinya nilai density yang dihasilkan lebih tinggi daripada nilai density pada variasi lainnya. Untuk Komposisi lainnya, seperti Kode CHWM132, dengan campuran 92% semen, 8% RHA, 60% Pasir 40% CSW dengan nilai density sebesar 1,576 g/cm3, sedangkan untuk Kode CHWM133, nilai density yang dihasilkan sebesar 1.612, dan nilai density terkecil untuk komposisi 92% semen, 8% RHA, 60% CSW , 40% Pasir yang diberi kode CHWM134 yaitu sebesar 1,558 g/cm3, serta nilai density CHWM135 sebesar 1,668 g/cm3.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
120
4.8.3. Analisa Absorpsi Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan nilai absorpsi pada campuran Kode CHWM131yaitu sebesar 126 gram/100cm2 pada saat 24 jam, sedangkan nilai absorpsi untuk campuran kode CHWM132 dengan komposisi 92% semen, 8% RHA, 40%CSW, 60% Pasir yaitu sebesar131 gram/100cm2 pada saat 24 jam. Nilai absorpsi campuran mortar kode CHWM133, komposisi 92% semen, 8% RHA, 50%CSW, 50% Pasir yaitu sebesar 134 gram/100cm2 pada saat 24 jam, sedangkan untuk CHWM134 dengan komposisi komposisi 92% semen, 8% RHA, 60%CSW, 40% Pasir memiliki nilai absorpsi sebesar 141 gram/100cm2 pada saat 24 jam. Dan variasi terkhir dengan kode CHWM135 komposisi 92% semen, 8% RHA, 70%CSW, 30% Pasir memiliki nilai absorpsi paling tinggi yaitu sebesar 158 gram/100cm2. Dari hasil ini diketahui bahwa penyerapan air pada CSW sangatlah tinggi.
4.8.4. Analisa Susut Untuk analisa pengujian susut yang dilakukan dilaboratorium, juga dilakukan terdiri 5 variasi Mortar, alat dial yang digunakan dipakai dengan ketelitian 0.001 mm, sehingga pembacaan lebih akurat. Untuk kode CHWM131mendapatkan nilai susut sebesar 0.1549% sedangkan untuk Kode CHWM132 dan Kode CHWM135 dilakukan pengujian susut secara bersamaan sehingga nilai susutnya pun sebesar 0.1268% dan 0.1379%. untuk pengujian CHWM133 dan CHWM134 nilai susutnya sebesar 0.1699 % dan 0.1466%. Dari hasil penelitian susut, banyak hal yang mempengaruhi penyusutan pada mortar, yaitu kelembapan dan suhu. Apabila suhu sangat tinggi, maka terjadi penyusutan yang sangat cepat. Untuk rincian penelitian, dapat dilihat pada lampiran pengujian susut.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
121
4.9.
PENGARUH PENAMBAHAN CONCRETE SLUDGE WASTE (CSW)
4.9.1. Pengaruh Terhadap Kuat Tekan Untuk penambahan RHA pada mortar, hal ini sebelumnya sudah dibahas pada penelitian sebelumnya. Pada laporan penelitian sebelumnya, penggunaan RHA, hanya bisa digunakan ± 10% dari berat semen untuk mendapatkan nilai kuat tekan optimum. Namun dilakukan kembali pengujian ulang, melalui tes pasta semen, dengan menggunakan RHA maksimum sebesar 8% dari berat semen untuk mendapatkan nilai kuat tekan optimum. Sehingga, dalam penelitian ini penggunaan maksimum RHA hanya 8% untuk pengujian campuran mortar selanjutnya. Dalam laporan ini, hanya akan dibahas pengaruh penambahan CSW pada mortar, karena komposisi CSW lebih besar sebagai pengganti pasir
atau
sebagai
agregat
halus.
Penambahan
CSW
ternyata
mempengaruhi kuat tekan mortar, akan tetapi penggunaannya tidak dapat sepenuhnya diganti dengan pasir karena kuat tekan yang dihasilkan sangat rendah. Dalam penelitian yang telah dilakukan, komposisi yang seimbang antara pasir dan CSW, dapat mengasilkan kuat tekan yang optimum, ini dikarenakan butiran CSW yang lebih halus dibandingkan pasir sehingga, satu sama lainnya saling mengikat sehingga lebih padat dan menghasilkan kuat tekan optimum. 4.9.2. Pengaruh Terhadap Density Nilai density pada CSW sangat mempengaruhi nilai density mortar. Karena berat jenis CSW jauh lebih rendah dibandingkan nilai density pasir, sehingga semakin banyak kandungan pasir dalam mortar, maka semakin tinggi pula nilai density mortar ini sendiri. Akan tetapi kandungan pada CSW juga terdapat pasir. Jadi, nilai density pada mortar yang mengandung CSW yang jauh lebih banyak belum tentu memiliki nilai density yang rendah, hal ini mungkin dikarenakan kandungan CSW juga mengandung material pasir.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
122
4.9.3. Pengaruh Terhadap Absorpsi Nilai penyerapan air atau Absorpsi pada mortar sangat bervariasi tergantung seberapa banyak CSW yang dicampurkan dengan material pembentuk mortar lainnya. Dari hasil pengujian yang sudah dilakukan yang tediri dari CHWM131dengan komposisi 30% CSW, CHWM132 dengan komposisi 40% CSW, CHWM133 dengan komposisi 50% CSW, CHWM134 dengan komposisi 60% CSW dan variasi terakhir dengan komposisi 70% CSW, maka variasi terakhir yaitu CHWM135 dengan kandungan sebesar 70% dari total berat agregat halus yang memiliki penyerapan air paling tinggi. Hal ini, bisa dapat dilihat dari hasil penyerapan air CSW pada pengujian pendahuluan. 4.9.4. Pengaruh Terhadap Susut Pengaruh penambahan CSW pada susut juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan disekitar pengujian. Untuk kode CHWM131mendapatkan nilai susut sebesar 0.1549% sedangkan untuk Kode CHWM132 dan Kode CHWM135 dilakukan pengujian susut secara bersamaan sehingga nilai susutnya pun sebesar 0.1268% dan 0.1379%. Untuk pengujian CHWM133 dan CHWM134 nilai susutnya sebesar 0.1699 % dan 0.1466%. 4.10. Pemanfaatan CSW untuk bahan bangunan Dalam hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa manfaat dari penggunaan CSW bisa digunakan oleh industri. Karena pada penelitian ini, komposisi semen Agregat halus 1: 3 dengan variasi 92%, 8%, 50%, 50% pada umur 28 hari mencapai kuat tekan sebesar 15.896 MPa. Berikut ini adalah pada persyaratan bata beton (Paving blok) menurut SNI 030691-1996 mengenai syarat mutu dan klasifikasi bata beton : Klasifikasi : - Bata Beton Mutu A digunakan untuk jalan - Bata Beton Mutu B digunakana untuk peralatan parkir - Bata Beton Mutu C digunakana untuk pejalan kaki
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
123
- Bata Beton Mutu D digunakan untuk taman dan penggunaan lain Syarat Mutu : Tabel 4.51 Syarat mutu Paving Blok menurut SNI Kuat Tekan
Ketahanan Aus
Penyerapan air
(MPa)
(mm/menit)
rata-rata maks
Mutu
Rata-rata
min
Rata-rata
min
%
A
40
35
0.090
0.103
3
B
20
17.0
0.130
0.149
6
C
15
12.5
0.160
0.184
8
D
10
8.5
0.219
0.251
10
Dari persyaratan mutu paving blok diatas, maka setelah diteliti bahwa penggunaan CSW dapat diaplikasikan sebagai bahan bangunan karena masuk dalam kalsifikasi paving blok mutu C yang digunakan untuk pejalan kaki. Dan tentunya dengan penelitian ini, limbah yang dihasilkan oleh batching plan dapat dimanfaatkan kembali menjadi suatu produk bahan bangunan lingkungan yang tentunya dapat pula meminimalisir dampak lingkungan disekitar batching plan.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Pada bab kesimpulan ini, dibuat berdasarkan uraian dan penjelasan pada bab-bab sebelumnya mengenai pemakain Rice Husk Ask dan Concrete Sludge Waste terhadap kuat tekan, density, absorpsi dan uji susut, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Pada penelitian ini, mortar dengan komposisi semen, Agregat halus 1: 3 dibedakan menjadi 5 campuran atau variasi berbeda dengan penamaan kode CHWM131 dengan komposisi 92% Semen, 8% RHA dan 30% CSW, 70% Pasir, untuk kode CHWM132 dengan komposisi 92% Semen, 8% RHA dan 40% CSW, 60% Pasir, kode CHWM133 dengan komposisi 92% Semen, 8% RHA dan 50% CSW, 50% Pasir, kode CHWM134 dengan komposisi 92% Semen, 8% RHA dan 60% CSW, 40% Pasir, dan kode CHWM135 dengan komposisi 92% Semen, 8% RHA dan 70% CSW, 30% Pasir. b. Kuat tekan untuk setiap variasi campuran di tes hingga benda uji berumur 90 hari. Untuk kode CHWM131 pada umur 90 hari mencapai 12.446 MPa. Untuk CHWM132 pada umur 90 hari kuat tekan mencapai 18.052 MPa. Variasi ke 3 yang diberi Kode CHWM133 pada usia 90 hari kuat tekan mortar mencapai 20.09 MPa. Variasi ke 4 kode CHWM134 memiliki kuat tekan terendah, pada saat usia benda uji 90 hari kuat tekan mortar hanya sebesar 8.330 MPa. Kode CHWM135, pada umur 90 hari kuat tekan mortar sebesar 10.114 MPa. c. Dari data-data diatas, komposisi yang seimbang antara pasir dan CSW, dapat mengasilkan kuat tekan yang relatif lebih tinggi, ini dikarenakan butiran CSW yang lebih halus dibandingkan pasir sehingga, satu sama lainnya saling mengikat sehingga lebih padat dan menghasilkan kuat tekan optimum. d. Berdasarkan ASTM C-270-73 mortar kode CHWM131 , kode CHWM134, serta kode CHWM135 yang masing-masing sebesar 108.12
124
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
125
Kg/cm², 54.6 Kg/cm² dan 93.4 Kg/cm² digolongkan kedalam tipe N yaitu jenis adukan dengan kuat tekan sedang, dipakai untuk aduk pasangan terbuka diatas tanah. Kuat tekan minimum 52,5 Kg/cm². Kode CHWM132 sebesar 147 Kg/cm² dan Kode CHWM133 sebesar 162.2 Kg/cm² digolongkan kedalam tipe S yaitu jenis adukan dengan kekuatan yang sedang, dipakai bila tidak disyaratkan menggunakan Type M, tetapi diperlukan daya rekat tinggi serta adanya pengaruh gaya samping. Kuat tekan minimum 124 Kg/cm². e. Nilai berat jenis (density) setiap variari berbeda-beda. Dalam penelitian ini, Kode CHWM131 Pasir dengan nilai density 1,716 g/cm3. Untuk Komposisi lainnya, seperti Kode CHWM132, dengan nilai density sebesar 1,576 g/cm3, sedangkan untuk Kode CHWM133, nilai density yang dihasilkan sebesar 1.612, dan nilai density terkecil yaitu kode CHWM134 yaitu sebesar 1,558 g/cm3, serta nilai density CHWM135 sebesar 1,668 g/cm3. f. Nilai density pada CSW sangat mempengaruhi nilai density mortar. Karena berat jenis CSW jauh lebih kecil dibandingkan nilai density pasir, sehingga semakin banyak kandungan pasir dalam mortar, maka semakin tinggi pula nilai density mortar ini sendiri. Akan tetapi kandungan pada CSW juga terdapat pasir. Jadi, nilai density pada mortar yang mengandung CSW yang jauh lebih banyak belum tentu memiliki nilai density yang rendah, hal ini mungkin dikarenakan kandungan CSW juga mengandung material pasir. g. Nilai absorpsi pada campuran Kode CHWM131 yaitu sebesar 126 gram/100cm2 pada saat 24 jam, sedangkan nilai absorpsi untuk campuran kode CHWM132 yaitu sebesar131 gram/100cm2 pada saat 24 jam. Nilai absorpsi
campuran
mortar kode
CHWM133
yaitu sebesar
134
gram/100cm2 pada saat 24 jam, sedangkan untuk CHWM134 memiliki nilai absorpsi sebesar 141 gram/100cm2 pada saat 24 jam. Dan variasi terkhir dengan kode CHWM135 memiliki nilai absorpsi paling tinggi yaitu sebesar 158 gram/100cm2. Dari hasil ini diketahui bahwa penyerapan air pada CSW sangatlah tinggi.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
126
h. Untuk kode CHWM131 mendapatkan nilai susut sebesar 0.1549% sedangkan untuk Kode CHWM132 dan Kode CHWM135 dilakukan pengujian susut secara bersamaan sehingga nilai susutnya pun sebesar 0.1268% dan 0.1379%. untuk pengujian CHWM133 dan CHWM134 nilai susutnya sebesar 0.1699 % dan 0.1466%. Penambahan CSW pada susut juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan suhu disekitar pengujian. i. Dalam hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa manfaat dari penggunaan CSW bisa digunakan oleh industri sebagai persyaratan pembuatan bata beton (Paving blok) yang mengacu pada SNI 03-06911996. Karena pada penelitian ini, komposisi semen Agregat halus 1: 3 dengan Kode CHWM133 pada umur 28 hari mencapai kuat tekan sebesar 15.896 MPa. Dari persyaratan mutu paving blok, kuat tekan CHWM133 masuk kedalam klasifikasi paving blok mutu C yang digunakan untuk pejalan kaki. j. Limbah yang dihasilkan oleh batching plan dapat dimanfaatkan kembali menjadi suatu produk bahan bangunan lingkungan yang tentunya dapat pula meminimalisir dampak lingkungan disekitar batching plan. 5.2. SARAN Adapun saran yang dapat penulis berikan berkaitan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah : a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap Concrete sludge waste (CSW) sehingga didapatkan nilai persentase pemakaian yang maksimum terhadap sifat mekanik mortar. b. Penggunaan CSW yang berlebihan, akan menurunkan kuat tekan pada mortar, sehingga untuk penelitian selanjutnya disarankan penggunaannya setara dengan penggunaan pasir pada mortar. c. Metode pengeringan dan penghancuran CSW dalam penelitian ini dilakukan secara manual sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap metode yang baik agar dapat menghasilkan CSW yang memenuhi standar.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
127
d. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang standar-standar dalam pengembangan pengolahan CSW sehingga dapat memenuhi syarat sebagai agregat halus. e. Perlu dilakukan penelitian terhadap keekonomisan dari penggunaan CSW ini, mengingat penggunaan CSW ternyata dapat digunakan sebagai campuran agregat halus pendamping pasir. Sehingga penggunaannya dapat dimanfaatkan oleh industri sebagai sebuah produk konstruksi secara komersial serta dapat mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan. f. Jumlah pembuangan limbah beton disetiap batching plan sangat bervariasi diindonesia, sehingga perlu ada penelitian lanjutan mengenai seberapa banyak penggunaan CSW ini bisa dimanfaatkan.
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
DOKUMENTASI PENELITIAN
D.1
Pengadaan Dan Proses Pengolahan Limbah Beton (Concrete Sludge Waste)
Pengambilan limbah di batching plan Holcim, Kampung Rambutan, Jakarta Timur
Limbah beton, yang baru di bersihkan dari mobil molen, yang siap di angkut ke laboratorium.
Penurunan limbah, dari mobil pengangkut limbah
Limbah dikeringkan ditempat terbuka, hingga kering permukaan
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
Setelah kering permukaan, lalu limbah dihancurkan dengan mesin abrasi,
dan kemudian disaring dengan saringan No. 4,75 sehingga butiran mejadi halus.
D.2
Pengujian Konsistensi
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
D.3
Pengujian Kuat Tekan
D.4
Pengujian Density
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012
D.5
Pengujian Absorpsi
D.6
Pengujian susut (shrinkage)
Studi kuat..., Sheba Bilqis, FT UI, 2012