UNIVERSITAS INDONESIA
CONTINUOUS BLADDER IRRIGATION (CBI) PADA KLIEN BENIGNA PROSTATE HYPERPLASIA (BPH) POST TRANSURETHRAL RESECTION PROSTATE (TURP) DI RUANG ANGGREK TENGAH KANAN RSUP PERSAHABATAN
KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIA-N)
ESTI GIATRININGGAR, S.Kep 0806333871
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI 2013
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
CONTINUOUS BLADDER IRRIGATION (CBI) PADA KLIEN BENIGNA PROSTATE HYPERPLASIA (BPH) POST TRANSURETHRAL RESECTION PROSTATE (TURP) DI RUANG ANGGREK TENGAH KANAN RSUP PERSAHABATAN
KARYA ILMIAH AKHIR-NERS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan
ESTI GIATRININGGAR, S.Kep 0806333871
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI 2013
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah peneliti nyatakan dengan benar.
Nama
: Esti Giatrininggar
NPM
: 0806333871
Tanda Tangan :
Tanggal
: 4 Juli 2013
ii
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh
:
Nama
: Esti Giatrininggar
NPM
: 0806333871
Program Studi
: Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi
: Continuous Bladder Irrigation (CBI) Pada Klien Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) Post Transurethral Resection Prostate (TURP) Di Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI Pembimbing
: Efy Afifah, S.Kp., M.Kes
(
)
Penguji
: Ns. Nuraini., S.Kep
(
)
Ditetapkan di : Depok Tanggal
: 4 Juli 2012
iii Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah Ners (KIA-N) yang berjudul Continuous Bladder Irrigation (CBI) pada Klien Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) Post Transurethral Resection Prostate (TURP) Di Ruang Anggrek Tengah Kanan RSU Persahabatan ini dapat penulis selesaikan. Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini terdapat banyak hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bimbingan, dorongan, motivasi dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
2.
Ibu Riri Maria, SKp., MANP, selaku koordinator Mata Ajar Karya Ilmiah Keperawatan;
3.
Ibu Efy Afifah, Skp., M.Kes, selaku pembimbing karya tulis ilmiah;
4.
Ibu Tuti Herawati, Skp., MN, selaku pembimbing kelompok bedah RSUP Persahabatan;
5.
Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang luar biasa serta mendoakan kelancaran penyelesaian karya tulis ilmiah ners ini. Terima kasih Mama dan Bapak yang telah memberikan restu dan doa yang begitu berarti;
6.
Kakak-kakakku, Mba Yuni dan Mas Dwi yang selalu mendukung dan memotivasi selama proses penyusunan karya ilmiah akhir ners ini. Juga Kakak ipar, Mas Budi dan Mba Susi terima kasih atas doanya ;
7.
Keponakanku, Ifa, Eza, dan Vio yang selalu menghibur dengan tingkah lucunya sehingga membuat penulis tetap semangat;
iv
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
8.
Kepala ruangan bedah kelas, Ibu Ns. Nuraini, S.Kep serta kakak-kakak perawat di ruangan bedah kelas yang selalu membimbing dan memberikan dukungan selama praktik di ruang bedah kelas;
9.
Teman-teman sekelompok yang OMOESTA, Kak Monik, Herlia, MJ, Puspa, Fitri, Nicky;
10. Seluruh teman seperjuangan FIK 2008 PEDULI yang telah sama-sama berjuangan menyelesaikan karya ilmiah akhir ners. Terima kasih untuk kepedulian,
canda-tawa,
motivasi,
dan
kekompakan
kalian
dalam
memberikan dukungan demi mencapai cita-cita bersama untuk meraih gelar sarjana yang kita impikan. Akhirnya kita berjumpa di Balairung 2013; 11. Teman-teman Asrama Aceh. Desy, Manggar, Anis, Yuyun yang selalu kocak dan membuat hari-hari penyusunan karya ilmiah akhir ners menjadi begitu berwarna; 12. Herlia Yuliantini, Lina Budiarti, dan Yudi Elyas teman sebimbingan. Semoga kita dapat menghasilkan sebuah penulisan yang bermanfaat; 13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun sangat membantu kelancaran proses pelaksanaan penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi hasil yang lebih baik di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga penyusunan karya ilmiah akhir ners ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di masa depan.
Depok, Juli 2013
Penulis
v
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama (NPM) : Esti Giatrininggar (0806333871) Program Studi : Ilmu Keperawatan Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
: Karya Ilmiah Akhir Ners
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas laporan penelitian kami yang berjudul: “Continuous Bladder Irrigation (CBI) Pada Klien Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) Post Transurethral Resection Prostate (TURP) Di Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan” Dengan Hak Bebas Royalti ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan laporan penelitian kami ini tanpa meminta izin dari kami selama tetap mencantumkan nama kami sebagai penulis dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Depok
Pada Tanggal : 4 Juli 2013 Yang menyatakan
(Esti Giatrininggar)
vi
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
ABSTRAK Nama : Esti Giatrininggar Program Studi : Ilmu Keperawatan Judul : Continuous Bladder Irrigation (CBI) Pada Klien Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) Post Transurethral Resection Prostate (TURP) Di Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan Salah satu hal yang harus diperhatikan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien post op TURP adalah pemantauan cairan irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperhatikan dan diketahui perawat dalam melakukan pemantauan irigasi bladder.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hal yang harus diperhatikan perawat dalam melakukan pemantauan irigasi bladder antara lain jenis cairan yang digunakan, kecepatan aliran, ballance cairan, pemantauan tanda-tanda penyumbatan kateter, dan meningkatkan intake cairan di atas 3000 ml per hari. Pengetahuan perawat tentang irigasi bladder perlu ditingkatkan untuk menghindari komplikasi yang umum terjadi pada klien post op TURP. Kata kunci: Irigasi bladder, TURP, pemantauan
ABSTRACT Name : Esti Giatrininggar Study Program: Nursing Science Title : Continuous Bladder Irrigation (CBI) On Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) Client Post Transurethral Resection Prostate (TURP) In Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan One of important thing that should be cared by nurse for post TURP patient is monitoring bladder irrigation. The aims of the study was to identify the thing that should be cared by nurse during monitoring bladder irrigation. The result indicated the thing that shuould be cared during bladder irrigation are kind of fluid, rapidity of fluid, fluid ballance, sign of chatheter blockage, and increase fluid intake up to 3000 ml per day. Knowledge about bladder irrigation of the nurse should be increase to avoid complication that commonly happen to post op TURP client.
Keyword: bladder irrigation, TURP, monitoring vii
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... KATA PENGANTAR .......................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................................... ABSTRAK ........................................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
i ii iii iv vi vii viii x xi
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 1.3 Manfaat Penelitian ....................................................................................
1 1 4 4
BAB 2 TINJAUAN TEORI ............................................................................... 2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ........................................ 2.2 Benigna Prostate Hyperplasia ................................................................... 2.2.1 Pengertian ....................................................................................... 2.2.2 Tanda dan Gejala ............................................................................ 2.2.3 Etiologi ........................................................................................... 2.2.4 Faktor Risiko .................................................................................. 2.2.5 Pemeriksaan ................................................................................... 2.2.6 Penanganan .................................................................................... 2.2.7 Keperawatan Pre dan Post Operatif ................................................. 2.2.8 Continuous Bladder Irrigation ........................................................ 2.2.9 Komplikasi .....................................................................................
5 5 6 6 6 7 8 9 11 14 16 18
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA .......................................... 3.1 Pengkajian Keperawatan .......................................................................... 3.2 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 3.3 Laporan Operasi ....................................................................................... 3.4 Daftar Terapi Medis ................................................................................ 3.5 Analisis Data ............................................................................................ 3.6 Rencana Asuhan Keperawatan ................................................................. 3.7 Implementasi keperawatan .......................................................................
20 20 27 29 31 32 33 35
BAB 4 ANALISIS SITUASI ............................................................................... 4.1 Profil lahan praktik .................................................................................... 4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan Konsep Kasus Terkait .............................................................................. 4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait ........ 4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan .............................................
39 39
viii
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
40 42 43
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 45 5.1 Simpulan .................................................................................................. 45 5.2 Saran ........................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 47
ix
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kelenjar Prostat ................................................................................ Gambar 2.2 Prosedur Penanganan Prostat ............................................................ Gambar 2.3 Continuous Bladder Irrigation .......................................................... Gambar 2.4 Continuous Bladder Irrigation ..........................................................
x
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
6 13 16 17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Asuhan Keperawatan Lampiran 2
Catatan Perkembangan
Lampiran 3 Catatan Harian Berkemih Lampiran 4 Penghitungan Ballance Cairan Lampiran 5 Flyer Discharge Planning BPH Lampiran 6 Biodata Peneliti
xi
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Peningkatan usia harapan hidup penduduk merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan peningkatan jumlah penduduk usia lanjut. Tahun 2010 diperkirakan akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Presentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77 persen pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 11,34 persen pada tahun 2010 (Menegpp, 2009). Peningkatan jumlah penduduk usia lanjut harus dicermati, terutama dalam bidang kesehatan.
Proses penuaan menjadikan seseorang mengalami berbagai perubahan pada jaringan-jaringan tubuh yang disebabkan karena proses degenerasi. Degenerasi terjadi karena tidak ada lagi perkembangan dalam sel seperti pada otot, jantung, dan ginjal. Proses degenerasi hampir mempengaruhi seluruh kemunduran fungsi organ tubuh, salah satunya adalah fungsi pada sistem urinarius. Penuaan mempengaruhi sistem urinarius dalam berbagai cara. Pada lansia yang sehat, kemunduran mungkin tidak akan terlalu mencolok karena sistem ginjal masih mampu bekerja dengan normal. Namun, pada lansia yang mengalami kemunduran kesehatan, penuaan pada sistem ginjal menjadi sangat rentan. Berbeda halnya yang terjadi pada sistem urinarius. Meskipun penuaan tidak langsung berpengaruh pada inkontinensia, namun penuaan dapat menjadi salah satu faktor risiko terjadinya inkontinensia.
Perubahan fungsi pada traktur urinarius pada lansia dipengaruhi proses fisiologis penuaan pada sistem tersebut. Kapasitas kandung kemih yang normal sekitar 300 sampai 600 ml dengan sensasi untuk berkemih sekitar 300 sampai 350 ml. Berkemih dapat ditunda satu atau dua jam setelah sensai berkemih dirasakan. Pada orang dewasa hampir semua urin dapat 1
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
2
dikeluarkan sehingga tidak meninggalkan residu urin. Namun, pada lansia tidak semua urin dapat dikeluarkan. Terkadang terdapat residu urin sekitar 50 ml atau kurang dan masih dianggap adekuat. Namun, jika residu sudah melebihi 100 ml, maka perlu dicurigai adanya retensi urin.
Peningkatan residu urin ataupun terjadinya inkontinensia dapat disebabkan karena beberpa hal diantaranya kapasitas kandung kemih yang mengecil karena atrofi otot-otot kandung kemih, penurunan hormon estrogen pada wanita lansia, dan pembesaran kelenjar prostat pada pria lansia. Atrofi otot akibat penuaan menyebabkan penurunan kontraksi kandung kemih. Sedangkan penurunan hormon estrogen menyebabkan atrofi jaringan uretra dan efek melahirkan yang dapat dilihat dari melemahnya otot detrusor. Sedangkan pembesaran kelenjar prostat menyebabkan tekanan pada kandung kemih dan uretra.
Penyebab penyakit ginjal obstrukstif yang paling sering terjadi khususnya pada pria lansia adalah pembesaran kelenjar prostat atau yang lebih dikenal dengan benign prostate hyperplasia (BPH). Menurut Siloam Hospital (2011), BPH dan batu ginjal menempati persentase kasus urologi yang paling umum terjadi di Indonesia, yakni sebesar 75%.
Kelenjar prostat sendiri terletak di antara tulang kemaluan dan dubur, mengelilingi uretra proksimal. Prostat berbentuk seperti buah kemiri dengan ukuran kira-kira 4x3x2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram pada keadaan normal. Pembesaran yang terjadi pada kelenjar prostat erat kaitannya dengan proses penuaan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan pembesaran kelenjar prostat diantaranya dihydrotestosteron, perubahan keseimbangan hormon estrogen-progesteron, interaksi stroma - epitel, berkurangnya sel yang mati, serta terkait dengan teori sel stem. Namun, dalam beberapa penelitian ditemukan hubungan konsumsi alkohol (Rohrmann, S., Platz, Elizabeth., Giovannuci, Edward., 2005), obesitas
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
3
(Kellog parson dkk, 2006), dan peningkatan gula darah (Kellog parson dkk, 2006) dengan terjadinya BPH.
Penderita BPH umumnya mengalami berbagai gejala seperti memulai fase berkemih yang lama dan kadang disertai mengedan, terputus-putusnya aliran urin, menetesnya urin pada akhir BAK, pancaran yang lemah, dan rasa tidak puas saat berkemih. Berbagai gejala tersebut dikenal dengan istilah LUTS atau lower urinary tract symptoms. Komplikasi yang umum terjadi pada penderita BPH diantaranya trabekulasi atau penebalan seratserat detruseor, sarkulasi, divertikel, atau pembentukan batu vesika. Tahap akhir fase dekompensai berakibat pada vesika urinasia yang tidak dapat mengosongkan diri sehingga terjadi retensi urin total.
Pengananan BPH dapat dilakukan dalam berbagai cara diantaranya lain watchfull
waiting,
medikamentosa,
dan
tindakan
pembedahan.
Transurethral resection prostate (TURP) menjadi salah satu tindakan pembedahan yang paling umum dilakukan untuk mengatasi pembesaran prostat. Tindakan pembedahan ini dipilih karena memiliki efek minimal jika dibandingkan dengan jenis pembedahan lainnya. Namun, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait penanganan klien post operasi TURP. Salah satunya adalah continuous bladder irrigation.
Salah satu tindakan post operatif yang dilakukan perawat adalah pemantauan continuous bladder irrigation (CBI) atau irigasi bladder. Irigasi dilakukan untuk mencegah obstruksi, mengeluarkan darah, dan klot yang mungkin terjadi setelah proses pembedahan TURP. Pemantauan cairan
irigasi
penting
dilakukan
oleh
perawat.
Perawat
harus
mengobservasi jumlah cairan irigasi yang masuk serta menghitung berapa banyak cairan irigasi beserta urin yang keluar. Perawat juga harus memastikan jenis cairan yang digunakan untuk irigasi adalah cairan yang tepat dan sesuai. Selain itu, perawat juga harus memastikan jumlah intake klien post TURP adekuat. Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini, Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
4
penulis akan membahas tentang
pemantauan continuous bladder
irrigation (CBI) atau irigasi bladder
1.2 Tujuan penelitian 1.2.1 Tujuan umum Mengidentifikasi pemantauan continuous bladder irrigation (CBI) atau irigasi bladder klien post op TURP 1.2.2 Tujuan khusus 1. Mahasiswa mampu memberikan gambaran tentang penanganan post operatif klien post op TURP 2. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien post op TURP 3. Mahasiswa mampu menjelasakan salah satu intervensi yang diangkat dikaitkan dengan teori terkait
1.3 Manfaat 1.3.1 Manfaat teoritis Karya ilmiah ini sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dalam keilmuan keperawatan medikal bedah khususnya dalam bidang urologi yakni Benigna Prostate Hyperplasia (BPH). 1.3.2 Manfaat Aplikatif 1.3.2.1 Praktik Pelayanan Keperawatan Karya ilmiah ini dapat menjadi data masukan dan sebagai sumber informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien BPH post TURP 1.3.2.2 Klien Karya ilmiah ini dapat dijadikan rujukan bagi klien dewasa untuk lebih mengenal tanda dan gejala BPH serta penangannya. 1.3.3 Manfaat Metodologi Karya ilmiah ini dapat menjadi sarana penelitian untuk lebih mengembangkan pemberian asuhan keperawatan pada klien BPH post TURP. Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes, 2004). Pembangunan kesehatan melalui perawatan terhadap kesehatan masyarakat penting untuk dilakukan karena semakin kompleksnya masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat perkotaan saat ini. Perawatan kesehatan masyarakat itu sendiri merupakan suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lain dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 1996).
Dirjen P2PL mengatakan beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya masalah kesehatan di daerah perkotaan adalah polusi (air dan udara), stress, kualitas makanan yang tidak sehat, lingkungan pemukiman dan transportasi yang tidak sehat, dampak rokok, obat-obat terlarang, dan sebagainya (Depkes, 2012). Selain itu, berdasarkan data WHO yang dikutip dari Depkes (2012) pada tahun 2009, lebih dari 43 % penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan, dan menurut prediksi pada tahun 2025 lebih dari 60% populasi akan tinggal di pusat kota. Hal ini mengindikasikan bahwa kesehatan masyarakat perkotaan perlu menjadi salah satu prioritas untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
5
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
6
2.2. Benigna Prostat Hyperplasia 2.2.1 Pengertian Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) merupakan perbesaran atau hipertrofi pada prostat. Banyak klien yang berusia diatas 50 tahun mengalami perbesaran kelenjar prostat, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutupi urifisium uretra (Fillingham and Douglas, 2000). Selain itu, BPH juga merupakan kondisi patologis yang paling umum untuk pria lansia.
Gambar 2.1 Kelenjar Prostat
2.2.2 Tanda dan Gejala Berdasarkan Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAIU), tanda dan gejala BPH dibagi menjadi dua yang meliputi gejala obstruktif dan iritatif, yakni: a. Gejala Obstruktif 1. Hesitansi yaitu memulai fase berkemih yang lama dan kadang disertai mengejan 2. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing saat BAK 3. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir BAK 4. Pancaran lemah yakni kelemahan kekuaran dan kaliber pancaran detrusor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra 5. Rasa tidak puas saat berkemih
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
7
b. Gejala iritasi 1. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan 2. Frekuensi yaitu BAK lebih sering dari biasanya 3. Disuria yaitu nyeri pada saat BAK Kumpulan gejala tersebut dikenal dengan istilah LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) 2.2.3 Etiologi Penyebab dari perbesaran kelenjar prostat tidak diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perbesaran kelenjar prostat, diantaranya: a. Dihydrotestosteron Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen
yang dapat
menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami pembesaran. b. Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron Proses penuaan pada estrogen
dan
pria
penurunan
menyebabkan peningkatan hormon testosteron
yang
mengakibatkan
hiperplasia stroma. c. Interaksi stroma - epitel Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast factor
dan
penurunan
transforming
growth
factor
growth beta
menyebabkan pembesaran atau hiperplasia pada stroma dan epitel. d. Berkurangnya sel yang mati Prostat berada dalam keadaan seimbang antara sel yang tumbuh dan mati.
Namun,
peningkatan
estrogen
yang
menyebabkan
peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat. e. Teori sel stem Pada keadaan tertentu terjadi peningkatan sel stem yang meningkatkan proliferasi sel transit.
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
8
2.2.4 Faktor Risiko a. Kadar hormon Kadar hormon testosteron yang meningkat berhubungan dengan peningkatan kadar dihydrotestosteron yang memegang peranan penting terjadinya BPH dan LUTS (Rohrmann, S., Platz, Elizabeth., Giovannuci, Edward., 2005) b. Usia Benigna prostat hyperplasia memiliki prevalensi yang tinggi pada lansia. Prevalensi BPH pada lansia Amerika usia 60 sampai 69 tahun diperkirakan lebih dari 70%. (Parsons, Kellogg and Kashefi, Carol., 2008) c. Obesitas Obesitas berhubungan dengan ukuran prostat dan kecepatan pertumbuhan prostat. Sebuah studi yang dilakukan pada 158 klien ditemukan pembesaran prostat lebih sering ditemukan pada klien yang memiliki masalah obesitas, hipertensi dan diabetes tipe 2. (Parsons, Kellogg and Kashefi, Carol., 2008) d. Pola diet Sebuah analisis data dari Health Profesional Follow-up Study, lakilaki dengan total intake energi tinggi dan intake tinggi protein memiliki peningkatan risiko BPH jika dibandingkan dengan laki-laki dengan konsumsi energi dan protein yang rendah. (Rohrmann, S., Platz, Elizabeth., Giovannuci, Edward., 2005) e. Aktivitas seksual Saat kegiatan seksual, kelenjar prostat akan mengalami peningkatan tekanan darah sebelum terjadi ejakulasi. Suplai darah yang tinggi akan menyebabkan kelenjar prostat menjadi bengkak. Penelitian yang dilakukan James Meigs (2001) menunjukkan laki-laki yang menikah dan hidup bersama istri memiliki risiko 60% peningkatan gejala klinis BPH.
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
9
f. Kebiasaan merokok Beberapa penelitian tidak menemukan dampak yang signifikan antara aktivitas merokok dengan peningkatan risiko BPH. Namun, ada sebuah studi yang menunjukkan perokok berat lebih mudah terkena LUTS jika dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok sendiri meningkatkan
konsentrasi
testosteron.
Peningkatan
testosteron
berhubungan dengan peningkatan konsentrasi dihydrotestosteron yang berperan penting dalam perkembangan BPH dan LUTS. (Rohrmann, S., Platz, Elizabeth., Giovannuci, Edward., 2005) g. Kebiasaan minum-minuman beureuralkohol Minum-minuman beralkohol dapat meningkatkan risiko terjadinya BPH (Rohrmann, S., Platz, Elizabeth., Giovannuci, Edward., 2005) h. Olah raga Pada pria yang rutin melakukan aktivitas fisik berpeluang lebih kecil untuk mengalami gangguan pembesaran prostat (Parsons, Kellogg and Kashefi, Carol., 2008) i. Penyakit diabetes melitus Sebuah studi yang dilakukan pada 158 klien ditemukan pembesaran prostat lebih sering ditemukan pada klien yang memiliki masalah obesitas, hipertensi, dan diabetes tipe 2 (Parsons, Kellogg and Kashefi, Carol., 2008)
2.2.5 Pemeriksaan Berdasarkan Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI), terdapat beberapa cara untuk penegakkan diagnostik BPH, antara lain: a. Pemeriksaan fisik Digital rectal examination atau colok dubur merupakan salah satu pemeriksaan fisik yang penting pada klien BPH. Pemeriksaan colok dubur digunakan untuk memperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu tanda dari keganasan prostat.
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
10
b. Urinalisis Pemeriksaan urinalisis dapat menunjukkan adanya leukosituria dan hematuria. Benigna prostate hyperplasia (BPH)
yang sudah
menimbulkan komplikasi seperti infeksi saluran kemih, batu buli-buli yang menimbulkan keluhan miksi akan menunjukkan adanya kelainan pada pemeriksaan urinalisis. Oleh karena itu, jika dicurigai adanya infeksi saluran kemih perlu dilakukan pemeriksaan kultur urine. c. Pemeriksaan fungsi ginjal Pemeriksaan faal ginjal dilakukan untuk menentukan perlu atau tidaknya dilakukan pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih bagian atas. d. Pemeriksaan PSA (Prostate Spesific Antigen) Pertumbuhan volume kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan kadar PSA. Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada peradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi urin akut, kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua. Serum PSA meningkat pada saat terjadi retensi urin akut dan kadarnya perlahan-lahan menurun terutama setelah 72 jam dilakukan kateterisasi. Rentang kadar PSA yang dianggap normal berdasarkan usia adalah:
40-49 tahun : 0-2,5 ng/ml
50-59 tahun : 0-3,5 ng/ml
60-69 tahun : 0-4,5 ng/ml
70-79 tahun : 0-6,5 ng/ml
e. Catatan harian miksi (voiding diaries) Catatan harian miksi dipakai untuk menilai fungsi traktus urinarius bagian bawah dengan reliabilitas dan validitas yang baik. Pencatatan miksi berguna pada klien yang mengeluh nokturia sebagai keluhan utama yang menonjol. f. Uroflowmetri Uroflowmetri merupakan pencatatan pancaran urine selama proses miksi secara elektronik. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
11
adanya gejala obstruktif saluran kemih bagian bawah yang tidak invasif. g. Pemeriksaan residual urin Residual urin merupakan sisa urin yang tertinggal di dalam buli-buli setelah miksi. Jumlah residual urine pada orang normal adalah 0,092,24 ml dengan rata-rata 0,53 ml. Sebanyak 78% pria normal memiliki residual urine kurang dari 5 ml dan semua pria normal mempunyai residual urin tidak lebih dari 12 ml. h. Pencitraan traktur urinarius Pencitraan traktur urinarius pada BPH meliputi pemeriksaan traktur urinarius bagian atas maupun bawah dan pemeriksaan prostat. Pemeriksaan USG prostat bertujuan untuk menilai bentuk, besar prostat, dan mencari kemungkinan adanya karsinoma prostat. i. Uretrosistoskopi Pemeriksaan ini secara visual dapat mengetahui keadaaan uretra prostatika dan buli-buli. Uretrosistoskopi dilakukan pada saat akan dilakukan tindakan pembedahan untuk menentukan tindakan yang akan diambil yakni TUIP, TURP atau prostatektomi terbuka. j. Pemeriksaan urodinamika Berbeda dengan pemeriksaan uroflowmetri yang hanya dapat menilai pancaran urin, pemeriksaan urodinamika dapat membedakan pancaran urin yang lemah disebabkan karena obstruksi leher buli-bulu dan uretra atau kelemahan kontraksi otot detrusor. Pemeriksaan ini cocok untuk klien yang akan menjalani prosedur pembedahan,
2.2.6 Penanganan Berdasarkan Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI), terdapat beberapa cara untuk penanganan BPH, antara lain: a. Watchful waiting Watchful waiting artinya klien tidak mendapatkan terapi apapun namun perkembangan penyakitnya selalu di pantau oleh dokter. Pada watchful waiting ini, klien diberikan penjelasan mengenai hal yang dapat Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
12
memperburuk keluhannya, misalnya mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam, membatasi konsumsi obat-obatan influenza yang mengandung fenilpropanolamin, makan makanan pedas dan asin, dan menahan kencing yang terlalu lama. Setiap 6 bulan, klien diminta untuk memeriksakan diri dan memberitahukan mengenai perubahan keluhan yang dirasakannya. Watchful waiting dilakukan jika klien belum bermasalah dengan pembesaran prostat yang dialami b. Medikamentosa Terapi medikasi dilakukan jika BPH mulai bergejala dan mencapai tahap tertensu. Dalam pengobatan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya jenis obat
yang digunakan, pemilihan obat, dasar
pertimbangan terapi, dan evaluasi selama pemberian obat. Beberapa obat yang biasa digunakan adalah antagonis adregenik α yang bertujuan menghambat kontraksi otot polos prostat sehingga mengurangi resistensi tonus leher buli-buli dan uretra. Beberapa obat dari golongan antagonis adregenik α diantaranya pirazosin, terazosin, doksazosin, dan tamsulosin. Selain itu ada obat dari golongan inhibitor 5 α-reduktase yang bekerja dengan cara menghambat pembentukan dihidrotestosteron (DHT). c. Pembedahan Pembedahan sampai saat ini menjadi solusi terbaik pengobatan BPH yakni dengan mengangkat bagian kelenjar prostat yang menyebabkan obstruksi.
Terdapat
tiga
macam
teknik
pembedahan
yang
direkomendaikan diantaranya Prostatektomi terbuka, insisi prostat terbuka (TUIP), dan reseksi prostat transuretra (TURP). 1. Prostatektomi terbuka Merupakan cara yang paling tua, paling invasif, dan paling efisien diantara tindakan lainnya. Prosedur ini dapat memberikan perbaikan hingga 95% gejala BPH. Prosedur ini dianjurkan pada prostat yang volumenya diperkirakan lebih dari 80-100cm3. Namun, prosedur ini dapat menimbulkan komplikasi striktur uretra dan inkontinensia urin yang lebih sering jika dibandingkan dengan TURP atau TUIP.
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
13
2. Insisi prostat terbuka (TUIP) Insisi leher buli-buli direkomendasikan pada prostat yang ukurannya kecil (kurang dari 30 cm3). Waktu yang dibutuhkan lebih cepat dan lebih sedikit menimbulkan komplikasi dibandingkan dengan TURP. Prosedur ini mampu memperbaiki keluhan BPH meskipun tidak sebaik TURP. 3. Reseksi prostat transuretra (TURP) Prosedur TURP merupakan prosedur yang paling sering dilakukan oleh ahli urologi yakni sebanyak 95%. Prosedur TURP lebih sedikit menimbulkan trauma jika dibandingkan dengan prosedur bedah terbuka dan memerlukan masa pemulihan yang relatif lebih cepat. Secara umum, TURP dapat memperbaiki gelaja BPH hingga 90% dan meningkatkan pancaran urin hingga 100%. Namun, komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan. Timbulnya penyulit bisanya pada reseksi prostat yang beratnya lebih dari 45 gram, usia yang lebih dari 80 tahun, klien dengan ASA II-IV, dan lamanya prosedur lebih dari 90 menit yang akan menimbulkan sindroma TUR.
Gambar 2.2 Prosedur penanganan prostat
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
14
2.2.7 Keperawatan Pre dan Post Operatif Perawatan pre operatif dan post operatif sangat penting untuk diperhatikan oleh perawat. Berikut ini akan dibahas tentang hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pre operatif dan post operatif pada klien BPH (Fillingham and Douglas, 2000), yakni: 1.
Perawatan Pre Operatif Penjelasan mengenai perawatan pre operatif dan post operatif penting untuk dijelaskan kepada klien. Banyak laki-laki yang tidak peduli bahwa laki-laki memiliki kelenjar prostat sampai suatu saat timbul masalah pada prostat tersebut dan sebagian besar tidak memahami mengapa hal tersebut dapat terjadi. Perawat harus memberikan edukasi tentang
dimana
kelenjar
prostat
berada
dan
mengapa
dapat
menimbulkan masalah. Penjelasan dengan menggunakan gambar mungkin dapat membantu. Selain edukasi, perawat juga harus mempersiapkan perawatan pre operatif lainnya yang meliputi: a. Chest X-ray jika klien memiliki masalah respirasi atau jantung b. Spesimen darah c. Persediaan dua unit kantong darah d. Pemeriksaan EKG e. Pemeriksaan urin midstream 2.
Perawatan Post Operatif a. Perdarahan post operasi Kelenjar prostat mengandung banyak pembuluh darah, oleh karena itu pemantauan perdarahan harus dilakukan dengan seksama. Pemantauan tekanan darah dan nadi dilakukan setiap 15 sampai 60 menit sampai stabil. Jika terjadi penurunan tekanan darah dan peningkatan nadi dengan ekstremitas dingin, maka perlu dicurigai klien mengalami hipovolemik. Jika terjadi perdarahan, maka irigasi dipercepat dengan tujuan mencegah terjadinya clot dan tersumbatnya kateter. Kateter yang tersumbat akan menyebabkan klien mengeluh ingin BAB. Jika hal ini terjadi, irigasi kandung kemih harus
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
15
dihentikan
untuk
mencegah
distensi
kandung
kemih
dan
ketidaknyamanan pada klien. b. Pemantauan hidrasi dan output Klien umumnya terpasang infus untuk memastikan klien tidak mengalami dehidrasi dan memiliki urin output yang baik. Hal ini dipantau selama 24 jam sampai klien dapat minum tanpa keluhan mual dan muntah. Jika tidak ada komtraindikasi, klien dianjurkan untuk minum kurang lebih tiga liter air per hari untuk mencapai urin output yang baik dan mengurangi risiko terjadinya hematuria. Jumlah irigasi harus dipantau dengan seksama dan dipastikan bahwa total output sesuai dengan input. Jika irigasi diabsorbsi ke dalam pembuluh darah, maka TUR sindrom dapat terjadi. Hal ini bukan merupakan hal yang umum terjadi namun sangat berbahaya. Jika cairan diserap ke dalam pembuluh darah, maka akan menyebabkan dilusi dan overload cairan. Klien akan menjadi bingung dan tidak sadar. Perawat harus segera memberitahukan pada dokter jika terjadi sindrom TURP. c. Infeksi selama operasi dan kateter indweling Pemantauan suhu dilakukan selama empat jam pertama. Setiap kenaikan suhu yang terjadi, segera diberitahukan pada dokter. Jika klien diketahui mengalami infeksi saluran kemih, maka antibiotik harus segera diberikan. Untuk mencegah infeksi, area insersi kateter dibersihkan dan dijaga agar tetap bersih dan kering. d. Nyeri akibat pemasangan kateter Nyeri selama pelaksanaan operasi merupakan hal yang wajar. Spasme kandung kemih yang dimanifestasikan dengan nyeri akut, nyeri abdomen bagian bawah disebabkan karena iritasi balon kateter yang menjaga agar kateter tetap berada dalam posisi yang tepat. Fiksasi kateter pada bagian paha mungkin dapat mengurangi pergerakan kateter dan akan mengurangi nyeri. Jika spasme sudah sangat mengganggu, dokter dapat memberikan obat antispasmodik seperti oxybutynin atau propantheline bromide. Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
16
e. Konstipasi akibat pembatasan mobilisasi Klien sudah mulai beraktivitas secara bertahap sehari setelah operasi. Namum, konstipasi dapat menjadi masalah karena klien takut untuk beraktivitas karena kateter yang masih terpasang. Oleh karena itu, diet tinggi serat harus diberikan atau jika intake klien sulit mungkin obat supositouria dapat diberikan. f. Pelepasan kateter Ketika kateter dilepas, klien akan mengalami kesulitasn untuk mengosongkan kandung kemih dan menyebabkan terjadinya retensi urin. Sebagian besar klien mengalami peningkatan berkemih dan keinginan berkemih yang mendesak saat kateter dilepaskan. Perawat harus menjelaskan pada klien bahwa volume saat berkemih mungkin hanya 50-75 ml setiap berkemih. Akan tetapi, jumlahnya akan semakin meningkat setiap harinya. 2.2.8 Continuous Bladder Irrigation (CBI) Continuous bladder irrigation adalah sebuah prosedur yang dirancang untuk mencegah formasi dan retensi clot sehubungan dengan dilakukannya TURP (Christine, Ng, 2001). Afrainin, Syah (2010) menjelaskan Continuous Bladder Irrigation (CBI) merupakan tindakan membilas atau mengalirkan cairan secara berkelanjutan pada bladder untuk mencegah pembentukan dan retensi clot darah yang terjadi setelah operasi transurethral resection of the prostate (TURP).
Gambar 2.3 Continuous Bladder Irrigation
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
17
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mencegah formasi clot, melancarkan
aliran urin, dan mempertahankan kateter dengan secara terus menerus melakukan irigasi kandung kemih dengan menggunakan cairan rumatan normal saline (ACI Urology Network-Nursing, 2012). Selain itu, penelitian yang dilakukan Nojiri et al (2007) menyebutkan bahwa continuous bladder irrigation menurunkan insiden terjadinya obstruksi kateter.
Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan kateter threeway ke dalam uretra hingga ke kandung kemih. Prosedur ini umumnya dilakukan pada 24 jam pertama post operasi TURP dan dilakukan sebagai bagian dari perawatan post operatif post operasi TURP. Irigasi bladder tidak boleh dianggap remeh oleh perawat karena risiko komplikasi yang dapat timbul seperti perdarahan, retensi clot, infeksi genitourinari, dan kegagalan untuk mengosongkan kandung kemih (Mebust, Holtgrewe, Cockett, and Petters, 1989 dalam Afrainin, 2010).
Gambar 2.4 Continuous Bladder Irrigation
Afrainin, Syah (2010) menyatakan bahwa penggunaan kateter tertutup dengan aliran yang berkelanjutan dapat digunakan dengan kecepatan aliran yang direkomendasikan 500 ml/jam. Normal saline juga sangat dianjurkan sebagai cairan irigasi bukan glycine ataupun air steril, dengan kecepatan yang direkomendasikan untuk mengurangi terjadinya hematuria. Air sebaiknya tidak digunakan sebagai cairan irigasi, karena akan menyebabkan osmosis, dan akan mudah diabsorbsi dan menyebabkan sindrom TUR. Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
18
Normal saline merupakan cairan yang paling baik karena merupakan cairan isotonik dan tidak mudah diabsorbsi. Klien dengan irigasi kandung kemih harus didokumentasikan intake dan output dalam sebuah chart irigasi bladder. Selain itu, klien juga harus dipantau untuk mengetahui ada atau tidak hematuria dengan memantau warna urin dan konsistensinya (Afrainin, 2010). Jika tidak terdapat komplikasi, kecepatan aliran dapat dikurangi dan kateter dapat dilepas pada hari pertama atau hari kedua post operasi.
Pemantauan CBI penting untuk dilakukan guna menghindari risiko yang mungkin terjadi. Risiko tersebut diantaranya infeksi saluran kemih (Kennedy, 1984 dalam Afrainin, 2010), clot yang terkumpul yang dapat menimbulkan obstruksi dan menyebabkan nyeri, kelebihan volume cairan, dan ruptur kandung kemih (Gilbert and Gobbi, 1989 dalam Afrainin, 2010). Perawat bertanggung jawab untuk memberikan perawatan klien yang efektif yang meliputi pemantauan aliran berkelanjutan selama 24 jam masa kritis. Selain itu, perawat juga harus mampu mengidentifikasi kateter yang tersumbat dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi hal tersebut. Gilbert and Gobbi (1989) dalam Afrainin, Syah (2010) menjelaskan tanda dari kateter yang tersumbat antara lain spasme kandung kemih, kebocoran urin di sekitar kateter, distensi pada area suprapubik, terdapat clot pada lumen. Selain itu, jumlah output drainase yang tidak sama dengan intake irigasi atau klien mengeluh terdapat keinginan yang mendesak untuk BAB (Afrainin, 2010).
2.2.9 Komplikasi Beberapa komplikasi mungkin terjadi pada klien BPH yang telah menjalani prosedur pembedahan, baik prostatektomi maupun TURP. Berikut beberpa komplikasi yang mungkin terjadi (Fillingham and Douglas, 2000) : a. Inkontinensia Satu persen klien yang menjalani operasi prostatektomi mengalami inkontinensia dalam jangka waktu yang lama.
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
19
b. Striktur Striktur uretra dapat terjadi sepanjang prosedur operasi. c. Impotensi TURP yang diikuti terjadinya impotensi dilaporkan terjadi antara 4% dan 30% (Tanagho and McAnicnh, 1992). d. Hemoragi Perdarahan post operatif terjadi hampir pada 4% klien post operatif. Perdarahan berulang dapat saja terjadi yang menyebabkan klien harus kembali ke rumah sakit. e. Kematian Secara keseluruhan, kematian akibat TURP kurang dari1% dan biasanya terjadi akibat permasalahan kardiovaskular atau komplikasi pernafasan. Namun, risiko kematian juga dapat ditimbulkan jika terjadi sindroma TUR dan tidak segera dilakukan penanganan secara tepat.
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian Keperawatan 3.1.1 Data Umum Klien 1. Nama
: Tn. DM
2. Tanggal lahir
: 05-02-1949
3. Jenis Kelamin
: Laki-laki
4. No. RM
: 139.73.51
5. Umur
: 67 tahun
6. Tanggal masuk
: 27 Mei 2013
7. Tanggal Pengkajian
: 27 Mei 2013
8. Suku bangsa
: Jawa
9. Dx medis
: Benigna Prostate Hyperplasia (BPH)
3.1.2 Anamnesa 1. Keluhan utama ketika klien datang Klien datang dengan keluhan sulit BAK sejak 3 minggu SMRS.
2. Riwayat penyakit sekarang Klien datang dengan keluhan sulit BAK. Tiga minggu SMRS, klien mengeluh sulit BAK. Klien harus mengejan saat BAK dan terasa tidak tuntas. Urin masih menetes setelah BAK. Klien lalu memeriksakan diri ke rumah sakit pada tanggal 20 Mei 2013 dan dipasang selang kateter. Klien kembali kontrol pada tanggal 27 Mei 2013. Saat itu, selang di lepas. Namun, sore harinya, kateter kembali dipasang karena klien tidak dapat BAK. Dokter memberikan terapi Terazosin yang diminum 2 kali per hari. Saat ini, klien masih terpasang kateter. Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan nyeri saat berkemih. Riwayat hipertensi (-), DM (-), riwayat batuk darah (+) saat klien berusia 12 tahun. Saat ini, keluhan batuk (-), dahak (-), batuk darah (-), sesak (-), nyeri dada (-), demam (-), mual (-), muntah (-).
20
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
21
Hasil pemeriksaan TD : 120/80 mmHg, N:84 x/ menit, RR: 20 x/ menit, T=360C.
3. Riwayat penyakit sebelumnya Pada usia 12 tahun, klien sempat mengalami batuk darah. Pada tahun 1972, klien sempat mengalami sulit BAK. Jika BAK, terasa sulit dan harus mengejan. Saat itu, klien meminum obat yang diberikan oleh temannya (klien mengatakan tidak ingat dengan nama obat). Keesokan harinya, klien dapat BAK dengan lancar.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik 1. KU/ tingkat kesadaran
: KU sedang/ kesadaran CM
2. BB/ TB
: 65 Kg/ 170 cm
3. IMT
: 22,5
4. TTV
:
a.
TD
: 120/80 mmHg
b.
Nadi
: 84 x/menit
c.
RR
: 20 x/menit
d.
Suhu
: 360 C
5. Mata
:
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. Reaksi pupil baik. Klien menggunakan alat bantu penglihatan (kacamata). 6. Hidung
:
Tidak ada keluhan flu, tidak ada sumbatan, tidak ada gangguan penciuman, nafas cuping hidung (-). 7. Telinga
:
Tidak ada cairan abnormal yang keluar dari lubang telinga. Telinga simetris. Klien tidak menggunakan alat bantu dengar.
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
22
8. Mulut
:
Sebagian gigi sudah tanggal, klien menggunakan gigi palsu, tidak ada bau mulut, tidak ada sariawan, kebiasaan membersihkan gigi dan mulut 2x/hari. 9. Leher
:
Tidak terlihat peningkatan JVP, tidak ada keluhan sakit menelan, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid. 10. Dada a. Paru-paru -
Inspeksi
: dada terlihat simetris, tidak ada penggunaan otot
bantu nafas -
Palpasi
: lapang kanan dan kiri dada klien sama
-
Perkusi
: sonor
-
Auskultasi : bronkhial (+), bronkovesikuler (+), vesikuler (+), Rh -/-, Whezing -/-, mengi -/-,
b. Jantung -
BJ1 dan BJ 2 normal , murmur (-) gallops (-)
11. Abdomen -
Inspeksi : tidak ada perbesaran
-
Palpasi : tidak ada masaa, lembek
-
Perkusi : dullnes
-
Auskultasi
12. Ektrimitas
: BU (+) : akral hangat, bengkat/ edema ekstrimitas (saat pengkajia) tidak ada.
3.1.3 Pengkajian dengan Pendekatan Sistem Tubuh 1. Aktivitas/ Istirahat Klien merupakan pensiunan PPD sejak tahun 2003. Saat itu klien bekerja di bagian teknisi. Klien mengatakan, saat ini klien memiliki sebuah counter pulsa yang dikelola oleh anaknya. Sesekali klien mengunjungi counter pulsa. Klien mengatakan tidak memiliki hobi
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
23
khusus. Selam dirawat di rumah sakit klien mengatakan tidak memiliki perasaan bosan. Klien selalu membuat suasana santai. Klien mengatakan meskipun saat ini terpasang kateter, klien tetap dapat beraktivitas seperti biasanya. Klien tidak merasa terganggu meskipun terpasang kateter. Biasanya klien menggantungkan urine bag di bagian pinggang dan menutupinya dengan sarung jika hendak pergi ke sekitar rumah. Klien mengatakan saat di rumah, tidur tidak tentu. Terkadang klien tidur pukul 10 malam atau lebih dan bangun jam 4.30 pagi.
Hasil pemeriksaan menunjukkan klien merasakan segar saat terbangun. kesadaran baik dan status mental CM(compos mentis) dengan GCS 15 Penilaian kekuatan otot : Kanan
Kiri
Tangan
5555
5555
Kaki
5555
5555
Rentang gerak klien normal, tidak ditemukan deformitas pada ekstremitas, tidak terdapat tremor, dan tonus otot baik
2. Sirkulasi Klien mengatakan tidak ada rasa kesemutan atau baal pada kaki. Riwayat hipertensi (-), masalah jantung (-), riwayat batuk/hemoptisis(+) saat klien berusia 12 tahun, riwayat DM tipe 2 (-) Hasil pemeriksaan fisik (20/05/2013) menunjuukan a. TTV TD
= 120/80 mmHg
RR
= 20 x/menit
Nadi
= 84 x/menit
Suhu = 36 0C
b. Dada Paru-paru -
Inspeksi : dada terlihat simetris, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
-
Palpasi
: lapang dada kiri dan kanan sama
-
Perkusi
: sonor Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
24
-
Auskultasi : bronkhial (+), bronkovesikuler (+), vesikuler (+), Rh -/-, Whezing -/-, mengi -/-
Jantung -
BJ1 dan BJ 2 normal , murmur (-) gallops (-)
c. CRT < 3” d. Tanda homans (-) e. Warna - Lidah
: pink
- Konjungtiva
: tidak anemis
- Sklera
: tidak ikterik
f. Diaforesis
: tidak ada
g. Turgor kulit
: elastis, membran mukosa lembab
h. Edema ekstrimitas
: tidak ada
i. Asites
: tidak ada
j. Distensi vena jugularis
: tidak ada
k. Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
3. Integritas Ego Klien mengatakan tidak memikirkan penyakit yang sedang dideritanya saat ini. Namun, klien mengatakan cemas dengan tindakan operasi yang akan dilakukan. Klien mengatakan ini merupakan pertama kalinya klien melakukan operasi. Klien mengatakan sebelumnya sudah pernah dijelaskan tentang prosdur yang akan dilakukan. Dokter mengatakan klien akan menjalani prosedur pembedahan prostat namun tidak dijelaskan terkait anestesi dan efek yang akan dirasakan setelah operasi.
Hasil pengamatan menunjukkan status Emosi klien stabil dan kooperatif. Klien nampak tenang namun
merasa sedikit khawatir
dengan tindakan operasi yang akan dijalani. Beberapa kali klien nampak menarik nafas panjang dan menanyakan pertanyaan terkait tindakan operasi yang akan dijalani. Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
25
4. Eliminasi Klien mengatakan tidak ada keluhan diare . BAB lancar 1x/hari, BAB konsistensi padat. Saat ini, klien terpasang kateter dengan produksi per 24jam 3000-3500 cc. Hasil pemeriksaan menunjuukan nyeri tekan tidak ada. Abdomen lunak, tidak ada massa, bising usus (+)
5. Makanan dan Cairan Diit biasa 3x/hari porsi, keluhan muntah dan mual (-), gangguan menelan (-), alergi terhadap makanan tertentu (-). Sebelum masuk rumah sakit, klien makan 3x per hari. Alergi makanan (-), masalah menelan (-). Hasil pemeriksaan berat badan klien 65 kg dengan tinggi badan 170 cm. Sehingga didapatkan IMT klien 22,5 dan masih dalam batas normal.
6. Higiene Aktifitas sehari-hari dilakukan secara mandiri. Saat ini klien masih dapat beraktivitas seperti biasa meskipun terpasang selang kateter. umum klien bersih, tidak ada bau badan, pakaian sesuai dengan kondisi/keadaan, kutu rambut (-).
7. Neurosensori Klien mengatakan tidak ada keluhan sakit kepala. Tidak merasa kebas dan tidak ada gangguan pendengaran. Hasil pemeriksaan menunjukkan status mental/ tingkat kesadaran klien adalah compos mentis (CM). Klien masih terorientasi waktu, tempat dan orang. Klien dapat dapat mengingat memori jangka panjang (riwayat klien masuk RS) dan riwayat jangka pendek. Reaksi pupil baik. Klien menggunakan alat bantu penglihatan. Penggunaan alat bantu dengar tidak ada.
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
26
8. Nyeri/ Ketidaknyamanan Saat ini klien mengatakan nyeri sudah tidak ada setelah dipasang kateter. Namun, saat selang kateter dilepas, klien mengatakan nyeri saat BAK dengan skala 7 dari total 10. Saat dilakukan pengkajian, klien tidak merasakan nyeri. Mengerutkan muka (-), penyempitan fokus (-)
9. Pernapasan Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan tidak merasakan sesak. Klien juga mengatakan tidak ada keluhan batuk ataupun sakit tenggorokan. Klien memiliki riwayat perokok berat namun saat ini klien sudah tidak merokok.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan RR klien adalah 20 kali/menit, nafas cuping hidung tidak ada. Penggunaan otot bantu nafas tidak ada. Paru kanan dan kiri simetris. Tidak ada sianosis. Auskultasi dilakukan dengan mendengarkan suara pernapasan diperoleh hasil suara nafas bronkhial (+), bronkovesikuler (+), vesikuler (+), Rh -/-, Whezing -/-, mengi-/-.
10. Keamanaan Klien dapat berakitivitas secara normal. Klien masih mampu berjalanjalan dan tidak menggunakan alat bantu. Alergi terhadap obat tidak ada. Pemeriksaan TTV khususnya suhu adalah 360C (afebris), tidak ada diaforesis. Tonus otot baik. Rentang gerak aktif, cara berjalan normal.
11. Seksualitas Sebelumnya klien tidak pernah memiliki riwayat pembesaran prostat. Klien terpasang chateter folley, dan kadang klien menggantungkan urin bag di bagian pinggang saat akan beraktivitas.
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
27
12. Interaksi Sosial Klien sudah menikah selama 43 tahun. Klien memiliki lima orang anak yakni tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan. Namun, anak ketiga klien meninggal dunia pada tahun 2003 karena kecelakaan motor. Saat ini klien sudah memiliki lima orang cucu.
Bicara klien jelas. Klien selalu berkomunikasi baik dengan keluarga terutama istri. Istri klien selalu menunggui klien. Anak-anak klien secara bergantian menjenguk klien setiap harinya. Anak-anak klien tidak menunggui klien karena harus bekerja esok hari.
13. Penyuluhan dan pembelajaran Bahasa dominan klien adalah bahasa Indonesia. Klien mampu membaca dan menulis, tingkat pendidikan terakhir klien adalah SLTP. Klien mengetahui tentang penyakit yang dialaminya saat ini.
3.2 Pemeriksaan Penunjang 1. Data Laboratorium Test
Hasil Pemeriksaan
Nilai normal
Hematologi Darah Rutin 12,10
5 – 10 ribu/mm3
Netrofil
72,1
50 – 70 %
Limfosit
21,8
25 – 40%
Monosit
4,6
2 – 8%
Eosinofil
0,8
2 -4 %
Basofil
0,7
0 – 1%
Eritrosit
5,21
3,6 – 5,8 juta/ul
Hb
14,8
12 – 16 g/dl
Ht
44
35 – 47 fL
MCV/VER
84,5
80,0- 100,0 %
Leukosit Hitung Jenis
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
28
MCH/HER
33,5
26,0- 34,0 pg
MCHC/KHER
33,5
32,0-36,0 %
RDW - CV
12
11,5- 14,5 %
Trombosit
290
150 – 440 ribu/mm3
GDS
173
< 200 mg/dl
SGOT
15
0-37 U/L
SGPT
16
0-40 U/L
Hemostasis Test
Hasil Pemeriksaan
Nilai normal
PT INR PT
10,7
10-14 detik
INR
0,90
Control
11,7
10-13,8 detik
APRR os
35,1
29-40 detik
Control
34,2
28,9-38,3 detik
APTT
Test
Hasil Pemeriksaan
Nilai normal
Elektrolit Na
137
135 – 145 mmol/L
K
4,50
3,5 – 5,5 mmol/L
Cl
101,0
98 – 109 mmol/l
Ureum
55
20 – 40 mg/dl
Creatinin
1,3
0,8 – 1,5 mg/dl
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
29
3.3 Laporan Operasi A. Pre Operasi Pengkajian Klien dijadwalkan operasi pada tanggal 28 Mei 2013. Pada pukul 24.00 tanggal 27 Mei 2013 atau 8 jam sebelum operasi klien diminta untuk puasa. Klien tidak diperbolehkan makan dan minum sampai tindakan operasi selesai. Sehari sebelum operasi atau tanggal 27 Mei 2013, klien diberikan informasi terkait tindakan operasi TURP yang akan dijalani. Klien juga diajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi ansietas. Klien diantar ke ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS) pada pukul 08.00 pagi pada tanggal 28 Mei 2013. Sebelumnya klien diberikan premedikasi dan dilakukan pengecekan checklist pre op yang meliputi tidak menggunakan gigi palsu, pewarna kuku, maupun perhiasan. Mahasiswa mengantar Tn. DM ke ruang IBS dengan menggunakan kursi roda. Sesampainya di ruang IBS, mahasiswa membantu Tn. DM untuk berganti baju klien. klien mengatakan sedikit cemas setelah diantar ke ruang operasi. Mahasiswa kembali mengingatkan klien cara melakukan nafas dalam untuk mengurangi ansietas.
B. Intra Operasi Pengkajian Klien dibawa ke ruang operasi pada pukul 09.15 WIB. Klien dipindahkan dari tempat tidur biasa ke tempat tidur operasi. Klien berada pada posisi litotomi dengan anestesi spinal. Medikasi yang digunakan Bupivacain spinal 5% 12,5 gr dam fentanyl 25 mg. Klien lalu terpasang O2 2 liter/menit. Pemantauan TTV pukul 09.30: TD 140/90 N: 80. Pukul 09.35 operasi TURP dimulai. Alat sitoskopi dimasukkan dan dokter memantau besarnya ukuran prostat melalui sebuah monitor. Setelah alat mencapai prostat, secara perlahan-lahan jaringan prostat yang membesar mulai dikikis. Jaringan yang telah dikikis di keluarkan dengan menggunakan cairan irigasi dextrose 5%. TURP dilakukan secara sistematis dan didapat jaringan prostat Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
30
sebanyak 30 gr. Setelah jaringan prostat selesai di kikis, klien lalu dipasang kateter threeway dengan ukuran 24 fr. Traksi dilakukan dan dipasang di bagian paha klien. Irigasi langsung dilakukan dengan menggunakan cairan NaCl 0,9%. Tanda-tanda vital post op 124/62, N 60 kali per menit. Operasi selesai pada pukul 10.45. Setelah itu, klien dibawa ke ruang pemulihan dengan instruksi pemantauan TTV post op dan irigasi non stop selama 24 jam. Post Operasi Pengkajian Pada pukul 10.45 WIB, klien diantar ke Recovery Room (RR) menggunakan tempat tidur. Kesadaran dalam kondisi CM, orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan orang baik. Klien tidak mengeluh pusing, mual, dan nyeri pada area luka operasi. TTV pada pukul 10.45 WIB diperoleh hasil TD124/62 mmHg, N 60, SPO2 100%. Klien terpasang kateter threeway dengan cairan irigasi Nacl 0,9% dengan tetesan lebih dari 30 tpm. Instruksi post op diantaranya bedrest selama 24 jam, pantau cairan irigasi jangan sampai habis, pantau tanda-tanda vital setiap 15 menit sekali pada 2 jam pertama pot operasi, anjurkan makan dan minum sedikit demi sedikit, berikan kaltopren supp 3x1 jika terasa nyeri. Pada pukul 11.00 klien diantar ke ruang rawat anggrek tengah kanan. Sesampainya di ruangan, klien diberikan posisi semi fowler. Mahasiswa menjelaskan terkait cairan irigasi yang harus diganti dan jangan sampai terputus. Mahasiswa melakukan pemantauan tandatanda vital setiap 15 menit pada 2 jam pertama post operasi. Saat dilakukan monitoring irigasi, terlihat urine klien berwarna merah muda, tidak ada clot, dan lancar. Klien mengatakan nyeri pada luka post op. Klien mengatakan sudah mulai makan dan minum sedikit demi sedikit.
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
31
3.4. Daftar Terapi Medis Jenis Obat Pre O Injeksi
Nama Obat
Dosis
Ceftizoxim
2 x 1gr
Post Op Injeksi
Ceftizoxim
2 x 1 gr
Injeksi
Vit K
Injeksi
Vit C
Injeksi
Transamin
Supositoria
Kaltrofen
Cara Kerja Obat Termasuk antibiotika belaktam golongan sefalosporin. Mekanisme kerja dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. Indikasi untuk menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai penyakit pada paru-paru, kulit, tulang, sendi, perut, darah, dan saluran kencing
Termasuk antibiotika belaktam golongan sefalosporin. Mekanisme kerja dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. Indikasi untuk menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai penyakit pada paru-paru, kulit, tulang, sendi, perut, darah, dan saluran kencing 3x1 Meningkatkan biosintesis beberapa faktor pembekuan darah yang berlangsung di hati. Digunakan untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi vitamin K 1 x 400 Berfungsi sebagai antioksidan dan mg meningkatkan sistem imun tubuh 3x1 Bekerja dengan menghambat fibrinolisi. Biasanya digunaka untuk mengatasi perdarahan pada kasus paru, THT, interna, dan bedah 3x1 Memiliki efek analgesik dan antipiretik. Bertindak dengan cara menghambat produksi prostaglandin tubuh
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
32
3.5 Analisis Data Pre Op Data Pengkajian
Masalah Keperawatan Ansietas
Ds: - Klien mengatakan khawatir dengan prosedur operasi yang akan dilakukan - Klien mengatakan tidak mengetahui prosedur yang akan dilakukan
Do: - Klien nampak tegang - Klien nampak nervous Kurang pengetahuan
Ds: - Klien mengatakan mendapatkan penjelasan bahwa klien akan menjalani operasi TURP - Klien tidak mengetahui prosedur operasi yang akan dijalani - Klien mengatakan belum mendapatkan penjelasan tentang anestesi yang akan digunakan - Klien mengatakan tidak mengetahui dampak yang terjadi setelah operasi
Do: - Melaporkan masalah yang dihadapi - Klien tidak dapat menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
33
Post Op Data Pengkajian Ds:
Masalah Keperawatan Nyeri
- Klien mengeluhkan nyeri saat berkemih - Klien mengatakan nyeri pada bagian yang terpasang kateter - Klien mengatakan skala nyeri yang dirasakannya adalah 6 dari nilai maksimal 10 - Klien mengatakan setelah minum obat, nyeri sedikit berkurang namun tidak hilang
Do: - Klien terlihat mengernyitkan wajah - Klien nampak menarik nafas panjang beberapa kali
Faktor risiko
Risiko perdarahan
- Kurang pengetahuan - Prosedur pembedahan
3.6 Rencana Asuhan Keperawatan A. Pre Operatif Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian adalah ansietas dan kurang pengetahuan. Diangnosa ini ditegakkan berdasarkan data subjektif dan objektif.
Rencana intervensi terkait diagnosa ansietas bertujuan untuk membantu klien menemukan koping yang adaptif terhadap stres yang dialami. Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
34
Intervensi dilakukan selama satu kali 20 menit dan diharapkan klien mampu mengungkapkan penyebab ansietas, perilaku saat klien ansietas, serta cara untuk mengatasi ansietas yang dirasakan. Selain itu, diharapkan tanda-tanda vital klien dalam batas normal. Intervensi yang direncakanan diantaranya, diskusikan tentang perasaan klien saat sedang menghadapi masalah atau tekanan, identifikasi situasi yang membuat klien ansieta, ajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam
Diagnosa kedua yang diangkat adalah kurang pengetahuan. Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data objketif klien yang mengatakan klien belum mengetahui terkait prosedur operasi yang akan dijalani. Setelah satu kali 30 menit, diharapkan pengetahuan klien tentang penyakitnya dna tindakan operasi yang akan dijalani bertambah serta tanda-tanda vital klien berada dalam rentang normal.
Intervensi yang direncanakan meliputi observasi tanda vital, dorong klien menyatakan rasa takut persaan dan perhatian, kaji ulang proses penyakit,pengalaman klien, dan jelaskan terkait prosedur operasi yang akan dijalani
B. Post Operatif Berdasarkan data subjektif dan objektif yang didapat saat pengkajian post op klien, dapat ditegakkan dua diagnosa yakni nyeri dan risiko perdarahan. Diagnosa nyeri diangkat karena klien mengatakan skala nyeri berada pada rentang enam sampai tujuh. Sedangkan diagnosa risiko perdarahan ditegakkan karena prosedur pembedahan yang klien jalani.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x30 menit diharapkan rasa nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang serta tanda-tanda vital dalam batas normal. Rencana intevensi meliputi observasi tanda vital, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting, dukung untuk menemukan posisi Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
35
yang nyaman, anjurkan pada klien untuk tidak duduk dalam waktu yang lama sesudah tindakan TURP, latih klien teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri, jaga selang drainase urine tetap aman dipaha untuk mencegah peningkatan tekanan pada kandung kemih, serta tindakan kolaboratif pemberian analgesik.
Diagnosa kedua yang ditegakkan adalah risiko perdarahan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x30 menit diharapkan klien tidak mengalami perdarahan, tidak ada tanda penyumbatan kateter, serta tandatanda vital klien dalam batas normal. Intervensi yang direncanakan antara lain jelaskan pada klien tentang sebab terjadi perdarahan setelah pembedahan dan tanda – tanda perdarahan, irigasi aliran kateter jika terdeteksi gumpalan dalam saluran kateter, pantau traksi kateter: catat waktu traksi di pasang dan kapan traksi dilepas, pantau urin : warna, jumlah, konsistensi, observasi tanda vital, anjurkan klien untuk tidak melakukan valsava manuver serta kolaborasi pemberian diet makanan tinggi serat dan memberi obat untuk memudahkan defekasi.
3.7
Implementasi Keperawatan Mahasiswa menegakkan dua diagnosa untuk pre operatif, yakni ansietas dan kurang
pengetahuan.
Sedangkan
untuk
post
operatif,
mahasiswa
menegakkan dua diagnosa yakni nyeri dan risiko perdarahan. Penegakan diagnosa tersebut didasarkan pada data subjektif dan data objektif yang didapatkan dari hasil pengkajian.
Implementasi dilakukan pada tanggal 27 Mei 2013. Implementasi yang dilakukan pada diagnosa pertama pre operatif yakni ansietas antara lain mendiskusikan
tentang
perasaan
klien
saat
ini,
bersama-sama
mengidentifikasikan situasi yang membuat klien merasa cemas, serta mengajarkan klien melakukan teknik nafas dalam untuk mengurangi kecemasan klien. Evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan antara lain klien mengatakan rasa cemas timbul karena akan menjalani operasi untuk Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
36
pertama kalinya, selama klien cemas tidak ada tindakan yang dilakukan. Klien juga mengatakan merasa lebih tenang setelah melakukan teknik nafas dalam. Sedikit demi sedikit rasa cemas berkurang meskipun tidak hilang secara keseluruhan. Klien mengatakan sangat terbantu dengan penjelasan yang diberikan tentang nafas dalam. Hail pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan dalam rentang normal, yakni TD 120/80 mmHg, Nadi 84 kali per menit, RR 20 kali per menit, suhu 36,5 0C. Selain itu, klien dapat melakukan teknik nafas dalam dengan benar. Ekspresi wajah klien pun tenang dan tidak menunjukkan tanda-tanda ketegangan.
Implementasi untuk diagnosa kedua pre operatif yakni melakukan pemeriksaan tanda vital serta menjelaskan tentang prosedur operasi yang akan dilakukan. Penjelasan yang dilakukan tentang prosedur operasi TURP, jenis anestesi yang digunakan, efek setelah operasi, dan hal-hal yang perlu diperhatiakan stelah prosedur operasi.
Mahasiswa menjelaskan dengan
bahasa yang mudah dipahami. mahasiswa menjelaskan bahwa klien akan menggunakan anestesi spinal. Tubuh bagian bawah klien akan mengalami mati rasa lalu akan ada sebuah alat sistoskopi yang dimasukkan ke dalam penis klien. Alat tersebut akan mengerok atau mengikis prostat yang mengalami pembesaran. Setelah operasi, klien akan merasa baal pada tubuh bagian bawah namun itu hanya sementara. Klien juga harus memperhatikan hal-hal yang harus dilakukan setelah operasi, yakni pemantauan cairan irigasi dan meningkatkan intake cairan hingga 3 liter per hari jika tidak ada kontraindikasi. Evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan, antara lain klien mengatakan menjadi lebih memahami tentang prosedur operasi yang akan dilakukan, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Implementasi dilakukan pada tanggal 29 Mei 2013 sampai 31 Mei 2013. Implementasi post operatif yang dilakukan meliputi implementasi untuk diagnosa pertama yakni nyeri dan diagnosa kedua yakni risiko perdarahan, implementasi yang sudah dilakukan untuk mengatasi nyeri antara lain mengobservasi tanda vital, mengajarkan teknik nafas dalam, memberikan Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
37
lingkungan yang nyaman, meningkatkan tirah baring, menganjurkan klien untuk tidak duduk pada 12 jam post operasi TURP, menjaga agar selang kateter tetap terfiksasi dengan kuat. Motivasi klien untuk miring kanan dan kiri setelah 12 jam post op dan mulai mitivasi klien untuk duduk pada 24 jam post operasi. Selain itu, pemantauan skala nyeri juga dilakukan setiap hari. Pemberian analgetik dilakukan dengan melakukan kolaborasi tindakan dengan dokter. Setelah klien dapat duduk, motivasi untuk melakukan aktivitas secara bertahap namun tetap berhati-hati. Selain itu, discharge planning dilakukan untuk memberikan informasi pada klien tentang hal-hal yang boleh dilakukan atau tidak.
Evaluasi dari implementasi penanganan nyeri antara lain skala nyeri klien berkurang setiap harinya. Pada hari pertama post operasi, klien mengatakan skala nyeri 6 dari skala 10. Hari kedua post op, skala nyeri 4 dan pada hari ketiga post op skala nyeri klien berkisar pada angka 3-4. Pemberian posisi dilakukan sesuai dengan kenyamanan klien. Klien merasa nyaman berada dalam posisi semi fowler. Klien juga melakukan teknik nafas dalam jika rasa nyeri timbul. Pemberian analgetik dalam kasus ini adalah kaltopren dilakukan hanya pada hari pertama. Karena setelah dilakukan evaluasi oleh dokter, pada hari kedua post op rasa nyeri tidak terlalu mengganggu sehingga pemberian obat hanya jika klien merasa nyeri yang tidak tertahan. Diagnosa kedua menekankan pada pemantauan irigasi bladder untuk mencegah terjadinya retensi karena penimbunan clot. Implementasi yang dilakukan meliputi memantau traksi kateter, memantau tanda perdarahan, memantau warna dan konsistensi urin, mengobservasi tanda vital, memberitahu keluarga untuk segera mengganti cairan irigasi jika akan habis, memberikan informasi agar tidak melakukan valsava manuver, tindakan kolaborasi dengan ahli gizi dengan menyediakan makanan tinggi serat, serta kolaborasi pemberian medikasi vitamin K dan kalnex.
Evaluasi yang didapat antara lain pada hari pertama post operasi masih di dapatkan tanda perdarahan. Urin klien berwarna merah muda namun tidak Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
38
ada clot. Traksi masih dipasang dengan kuat pada hari pertama post operasi untuk menekan perdarahan yang mungkin terjadi pada uretra. Pada hari kedua, urin masih berwarna merah muda namun tidak seperti hari pertama. Pada hari ketiga, kateter dilepas dan mahasiswa melakukan discharge planning. Discharge planning yang diberikan meliputi konsumsi cairan minimal delapan gelas per hari, makan buah dan sayuran, menghindari minum teh, kopi dan minuman bersoda,serta melanjutkan minuman obatobat yang diresepkan. Selain itu, penjelasan tentang komplikasi yang mungkin terjadi seperti adanya darah pada urine pada tujuh sampai 14 hari post operasi. Klien juga diberikan penjelasan tentang aktivitas yang boleh dan sebaiknya dihindari seperti hanya melakukan pekerjaan ringan selama dua sampai tiga minggu post operasi, tidak melakukan pekerjaan berat selama empat sampai enam minggu post operasi, tidak melakukan hubungan seksual
selama
dua
sampai
tiga
bulan
setelah
operasi.
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
BAB IV ANALISIS SITUASI
4.1 Profil lahan praktek Rumah Sakit Umum Persahabatan (RSUP) merupakan rumah sakit rujukan paru tingkat nasional. Rumah sakit persahabatan memilki visi menjadi rumah sakit terdepan dalam menyehatkan masyarakat dengan unggulan kesehatan respirasi kelas dunia. Rumah sakit persabatan memiliki berbagai jenis ruang rawat salah satunya adalah ruang Anggrek Tengah Kanan atau yang biasa disebut dengan ruang bedah kelas. Ruang bedah kelas merupakan ruang rawat kelas tiga dengan jumlah kamar mencapai 11 ruangan dengan klasifikasi 10 kamar rawat biasa dengan kapasitas 30 tempat tidur dan satu kamar isolasi dengan kapasitas dua tempat tidur. Ruang bedah kelas memiliki satu orang kepala ruangan, dua orang katim, dan 13 perawat pelaksana. Jumlah tenaga berpendidikan Ners berjumlah dua orang, berpendidikan sarjana keperawatan tiga orang, serta D3 11 orang.
Peta Ruang Bedah Kelas
39
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
40
4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep kasus terkait
Peningkatan usia harapan hidup berkaitan erat dengan peningkatan jumlah lanjut usia. Pada tahun 2010 diperkirakan akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Presentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77 persen pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 11,34 persen pada tahun 2010 (Menegpp, 2009). Salah satu masalah yang harus dicermati adalah masalah kesehatan yang rentan terjadi pada lansia.
Proses penuaan membuat seseorang mengalami perubahan pada jaringan tubuhnya karena proses degenerasi. Hampir seluruh organ dan sistem tubuh mengalami kemunduran. Salah satunya adalah sistem urinarius. Permasalahan kesehatan yang terkait sistem urinarius diantaranya BPH, kanker prostat, batu ginjal, kaker kandung kemih dsb. Menurut Siloam hospital (2011), BPH dan batu ginjal menempati persentase kasus urologi yang paling umum terjadi di Indonesia, yakni sebesar 75%.
Benigna prostate hyperplasia atau pembesaran prostat merupakan hipertrofi atau pembesaran pada kelenjar prostat. Banyak faktor yang menyebabkan
pembesaran
kelenjar
prostat
diantaranya
faktor
ketidakseimbangan kadar hormon, usia, obesitas, pola diet, aktivitas seksual, kebiasaan merokok, kebiasaan minum minuman beralkohol, kurang olah raga, dan penyakit diabetes melitus.
Berdasarkan kasus Bpk. DM, usia 67 tahun, terdapat beberapa kemungkinan
faktor
risiko
yang
menyebabkan klien
mengalami
pembesaran prostat. Pertama, usia yang sudah mencapai 67 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Parsons, Kellogg and Kashefi, Carol pada tahun 2008 didapatkan prevalensi penderita PBH yang cukup tinggi yakni pada lansia Amerika, yakni pada lansia usia 60 sampai 69 tahun diperkirakan lebih dari 70% lansia mengalami pembesaran kelenjar Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
41
prostate. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rohrmann, S., Platz, Elizabeth., Giovannuci, Edward tahun 2005, menunjukkan bahwa sekitar 50 persen laki-laki berusia 51-60 tahun memiliki gejala pembesaran prostat. Proporsi ini meningkat menjadi 70 persen pada laki-laki berusia 61-70 tahun.
Faktor yang kedua adalah ketidakseimbangan kadar hormon. Kadar hormon testosteron yang meningkat berhubungan dengan peningkatan kadar dihydrotestosteron yang memegang peranan penting terjadinya BPH (Rohrmann, S., Platz, Elizabeth., Giovannuci, Edward., 2005). Faktor ketiga adalah merokok. Bpk. DM merupakan perokok berat namun saat ini klien sudah berhenti merokok. Terdapat sebuah studi yang menunjukkan perokok berat lebih mudah terkena LUTS jika dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok sendiri meningkatkan konsentrasi testosteron. Sedangkan testosteron meningkatkan kadar dihydrotestosteron yang menyebabkan terjadinya BPH (Rohrmann, S., Platz, Elizabeth., Giovannuci, Edward., 2005).
Faktor keempat adalah aktivitas seksual. Saat ini klien tinggal berdua dengan istri di rumah, meskipun aktivitas seksual klien tidak terkaji karena klien enggan menceritakan, namun terdapat penelitian yang menunjukkan hubungan antara aktivitas seksual dan terjadinya BPH. Penelitian yang dilakukan James Meigs (2001) menunjukkan laki-laki yang menikah dan hidup bersama istri memiliki risiko 60% peningkatan gejala klinis BPH. Hal ini dikarenakan saat kegiatan seksual, kelenjar prostat akan mengalami peningkatan tekanan darah sebelum terjadi ejakulasi. Suplai darah yang tinggi akan menyebabkan kelenjar prostat menjadi bengkak
Masalah keperawatan yang biasa timbul pada klien BPH antara lain nyeri, sulit berkemih. Tiga minggu SMRS, Bpk. DM mengeluh sulit BAK, harus mengejan, BAK terasa tidak tuntas serta urin masih menetes setelah BAK. Keluhan tersebut merupakan tanda gejala yang khas pada penderita BPH Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
42
yang dikenal dengan istilah LUTS atau Lower Urinary Tract Symptoms (Ikatan Ahli Urologi Indonesia).
Masalah keperawatan post operasi yang muncul antara lain nyeri dan risiko perdarahan. Nyeri dapat terjadi karena pemasangan kateter threeway yang digunakan untuk irigasi bladder. Sedangkan risiko perdarahan dapat terjadi karena prosedur operasi TURP yang mengerok atau mengikis bagian prostat yang mengalami pembesaran.
4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait Salah satu intervensi post operatif yang dilakukan perawat adalah pemantau irigasi kandung kemih (continuous bladder irrigation). Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mencegah formasi clot, melancarkan aliran urin, dan mempertahankan kateter dengan secara terus menerus melakukan irigasi kandung kemih dengan menggunakan cairan rumatan normal saline (ACI Urology Network-Nursing, 2012).
Pemantauan pada 24 jam pertama sangat penting dilakukan oleh perawat untuk mencegah penumpukan clot. Irigasi bladder tidak boleh dianggap remeh oleh perawat karena risiko komplikasi yang dapat timbul seperti perdarahan, retensi clot, infeksi genitourinari, dan kegagalan untuk mengosongkan kandung kemih (Mebust, Holtgrewe, Cockett, and Petters, 1989 dalam Afrainin, 2010). Irigasi bladder dilakukan untuk mencegah formasi clot yang menyebabkan tersumbatnya kateter yang ditandai dengan spasme kandung kemih, kebocoran urin di sekitar kateter, distensi pada area suprapubik, terdapat clot pada lumen. Pemantauan perdarahan dapat dilakukan dengan melihat cairan irigasi yang keluar melalui kateter. Perdarahan dikatakan berat jika warna urin terlihat merah pekat.
Pada kasus Bpk. DM, pemantauan 24 jam pertama post operatif TURP didapatkan warna urin masih berwarna merah muda. Kecepatan tetesan dipertahankan diatas 30 tpm. Afrainin, Syah (2010) menyatakan bahwa Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
43
penggunaan kateter tertutup dengan aliran yang berkelanjutan dapat digunakan dengan kecepatan aliran yang direkomendasikan 500 ml/jam. Pengaturan kecepatan kateter dilakukan untuk mencegah terjadinya hematuria. Penggunaan keteter terbuka sudah tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK).
Cairan yang digunakan untuk irigasi bladder adalah normal saline. Menurut Afrainin, Syah (2010), normal saline
juga sangat dianjurkan
sebagai cairan irigasi bukan glycine ataupun air steril. Hal itu dikarenakan normal saline merupakan cairan isotonik dan tidak mudah direabsorpsi (Fillingham and Douglas, 2000).. Penggunaan air tidak dianjurkan untuk irigasi bladder karena akan diabsorbsi oleh area di sekitar prostat yang akan menyebabkan sindrom TUR (Fillingham and Douglas, 2000).
Selain pemantauan warna dan konsistensi urin, perawat juga harus memperhatikan intake dan output klien. Peningkatan intake cairan dilakukan jika klien tidak memiliki kontraindikasi terhadap cairan seperti pada klien congestive heart failure (CHF) atau chronic kidney disease (CKD). Pada kasus Bpk. DM, karena klien tidak memiliki kontraindikasi terhadap intake cairan, maka konsumsi air putih disarankan mencapai tiga liter per hari untuk mencapai urine output yang baik dan mengurangi risiko terjadinya hematuria (Fillingham and Douglas, 2000). Jumlah irigasi harus dipantau dengan seksama dan dipastikan bahwa total output sesuai dengan input. Jika irigasi diabsorbsi ke dalam pembuluh darah di sekitar prostat dapat menyebabkan hipervolemia dan berpotensi terjadinya sindrom TURP (Fillingham and Douglas, 2000). Sindrom TUR sendiri ditandai dengan peningkatan tekanan darah, nadi, hingga penurunan kesadaran.
4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan Peningkatan pengetahuan perawat tentang continuous bladder irrigation perlu dilakukan oleh pihak rumah sakit. Sampai saat ini, belum ada literatur yang menyediakan data untuk membantu perawat mengkaji Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
44
kateter yang tersumbat dan memperbaiki kepatenan kateter selama continuous bladder irrigation dilakukan. Hal tersebut menyebabkan perawat
generalis
yang
belum
mendapatkan pelatihan mengenai
continuous bladder irrigation diharapkan mampu merawat klien dengan masalah urologi.
Selain itu, diperlukan sebuah format pencatatan harian berkemih atau Daily Bladder Diary untuk membantu perawat dalam memantau intake dan output klien. Penggunaan Daily Bladder Diary dapat memaksimalkan pemantauan pada klien post op TURP dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Perawat pun akan lebih mudah mengetahui konsumsi cairan klien dan keluhan berkemih sehingga dapat diambil tindakan lebih lanjut jika terdapat hal yang abnormal.
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan 1. Cairan rumatan normal saline merupakan cairan yang paling tepat digunakan utnuk irigasi bladder karena bersifat isotonik sehingga tidak mudah diabsorbsi oleh area di sekitar prostat yang akan menyebabkan sindrom TUR. 2. Pemantauan ballance cairan dilakukan untuk mengetahui adanya sindrom TURP yang disebabkan karena absorbsi cairan irigasi oleh area di sekitar prostat. 3. Pemantauan warna dan konsistensi urine dilakukan untuk mengetahui adanya hematuria atau adanya urin dalam darah. 4. Konsumsi air putih disarankan mencapai tiga liter per hari untuk mencapai urin output yang baik dan mengurangi risiko terjadinya hematuria. 5. Kecepatan tetesan dipertahankan 500ml/jam atau diatas 30 tpm untuk mencegah penumpukan clot. 6. Penyumbatan kateter ditandai dengan spasme kandung kemih, kebocoran urin di sekitar kateter, distensi pada area suprapubik, terdapat clot pada lumen. 7. Komplikasi yang mungkin timbul pada klien post op TURP antara lain perdarahan, retensi clot, infeksi genitourinari, dan kegagalan untuk mengosongkan kandung kemih 8. Peningkatan pengetahuan perawat perlu dilakukan guna meningkatkan asuhan keperawatan pada klien post op TURP . 5.2.Saran 5.2.1 Bidang Keperawatan Medikal Bedah 5.2.1.1 Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumber informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien BPH post TURP. 5.2.1.2 Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi petunjuk dasar untuk menyusun promosi kesehatan bagi penderita BPH 45
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
46
5.2.2 Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Pusat Persahabatan 5.2.2.1 Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan BPH post TURP
5.2.3 Penelitian 5.2.3.1 Karya ilmiah ini dapat dijadikan data dasar dan pengembangan ide untuk penelitian yang selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada klien BPH
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
1. ACI Urology Network-Nursing. (2012). Bladder Irrigation Guidlines. Style sheet. www.health_nsw.gov.au/_data/.../Bladder Irrigation toolkit.pdf diambil pada 27 Juni 2013 2. Depkes. (2012). Urbanisasi Menjadi Salah Satu Masalah Kesehatan Dunia. Style sheet. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/pressrelease/964-urbanisasi-menjadi-salah-satu-masalah-kesehatan-dunia-abad21.html diambil pada 30 Juni 2013 3. Depkes. (2004). Sistem Kesehatan Nasional. Style sheet. www.depkes.go.id/download/SKN%20final.pdf diambil pada 30 Juni 2013 4. Doenges, M.E.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien.(edisi ketiga). Jakarta: EGC 5. Fillingham and Douglas. (2000). Urological Nursing. 2nd Ed. China: Bailiere Tindall. 6. Herdman, T.H. (2012). (ed.). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2012-2014. Oxford: Willey-Blackwell 7. Ikatan Ahli Urologi Indonesia. (IAUI). Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia. Style sheet. www.iaui.or.id/ast/file/bph.pdf diambil pada 26 Juni 2013 8. Kellogg, Parson., Sarma, Aruna., McVanry., Wei, John. (2007). Obesity and Benign Prostatic Hyperplasia: Clinical Connections, Emerging Etiological Paradigms and Future Directions. Style sheet. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0022534712054948 diambil pada 27 Juni 2013 9. Kellogg, Parsons and Kashefi, Carol. (2008). Physical Activity, Benigna Prostate Hyperplasia and LUTS. Style sheet. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0302283808001917# diambil pada 27 Juni 2013 47
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
10. Meigs, James et al. (2001). Risk factors for clinical benign prostatic hyperplasia in a community-based population of healthy aging men. Style sheet.http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S089543560100351 1 diambil pada 27 Juni 2013 11. Menegpp. (2009). Penduduk Lanjut Usia. Style sheet. menegpp.go.id/V2/index.../kependudukan?...9%3Apenduduk-lanjut-usia diambil pada 30 Juni 2013 12. Ng, Christine. (2001). Assessment and intervention knowledge of nurses in managing catheter patency in continuous bladder irrigation following TURP. Urologic Nursing, 21(2), 97-8, 101-7, 110-1. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/220146614?accountid=17242 13. Nojiri et al. (2007). Continuous bladder irrigation following transurethral resection of the prostate (TURP). Style sheet http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17929459
14. Rohrmann, S., Platz, Elizabeth., Giovannuci, Edward. (2005). Lifestyle and benign prostatic hyperplasia in older men: what do we know. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1571891305000610 15. Smeltzer, Suzanne & Bare, Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah “Brunner & Suddarth”. Ed.8. Jakarta: EGC 16. Stanley, Mickey dan Beare, Patricia. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC. 17. Syah, Nur Afrainin, MD,M.Med Ed. (2010). Bladder irrigation, post transurethral resection of the prostate 2010-02-20]. Adelaide: Joanna Briggs Institute. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/921745575?accountid=17242
48
Universitas Indonesia
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Usia Ruangan
: Tn. DM : 67 tahun : Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Diagnosa Keperawatan Ansietas
Kurang pengetahuan b.d tidak familiar dengan sumber informasi/
Tujuan Setelah dilakukan asuhan kekeperatan selama 1 x 20 menit, Klien akan menunjukkan cara koping adaptif terhadap stres
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
Rencana Tindakan Kriteria Evaluasi - Klien mengungkapkan perasaan ansietas, penyebab ansietas, dan perilaku akibat ansietas - Klien mampu mendemonstrasikan cara mengatasi ansietas secara positif - Tanda – tanda vital dalam batas normal. TD 100/70-120/90 RR 18-20 Suhu 36-37 Nadi 60-100
- Memahami tentang prosedur operasi
Keperawatan Intervensi 1. Diskusikan tentang perasaan klien saat sedang menghadapi masalah atau tekanan. 2. Identifikasi situasi yang membuat klien ansietas 3. Ajarkan klien teknik relaksasi
Mandiri 1. Observasi tanda vital
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
Rasional 1. Dengan mengenal ansietasnya, klien akan lebih kooperatif terhadap tindakan keperawatan. 2. Menyamakan persepsi bahwa ansietas terjadi pada klien 3. Membantu mengurangi ansietas
Mandiri 1. Mengetahui perkembangan lebih lanjut terkait kondisi
kurang informasi
Ds: - Klien tidak mengetahui prosedur operasi yang akan dijalani - Klien mengatakan tidak mengetahui dampak yang terjadi setelah operasi
selama 1x30 menit klien dapat memahami tentang proses penyakit dan prognosisnya.
yang akan dijalani - Tanda – tanda vital dalam batas normal. TD 100/70-120/90 RR 18-20 Suhu 36-37 Nadi 60-100
2. Dorong pasien menyatakan rasa takut persaan dan perhatian. 3. Kaji ulang proses penyakit,pengalaman pasien 4. Jelaskan terkait prosedur operasi yang akan dijalani
Do: - Melaporkan masalah yang dihadapi Klien tidah dapat menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
klien 2. Membantu pasien dalam menyelami perasaan. 3. Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi terapi. 4. Meningkatkan pengetahuan klien
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Usia Ruangan
: Tn. DM : 67 tahun : Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Diagnosa Keperawatan Nyeri b.d spasme kandung kemih dan insisi sekunder pada TURP Ds: - Klien mengeluhkan nyeri saat berkemih - Klien mengatakan nyeri pada bagian yang terpasang kateter - Klien mengatakan skala nyeri yang dirasakannya adalah 6 dari nilai maksimal 10 - Klien mengatakan setelah minum obat, nyeri sedikit berkurang namun tidak hilang Do: - Klien terlihat
Tujuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x30 menit rasa nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang atau hilang
Rencana Tindakan Kriteria Evaluasi - Klien mengatakan nyeri berkurang / hilang. - Ekspresi wajah klien tenang. - Klien akan menunjukkan ketrampilan relaksasi. - Klien akan tidur / istirahat dengan tepat. - Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Keperawatan Intervensi Mandiri 1. Observasi tanda vital
2. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
3. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting 4. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman 5. Anjurkan pada klien untuk tidak duduk dalam waktu yang lama sesudah tindakan TURP
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
Rasional Mandiri 1. Mengetahui perkembangan lebih lanjut terkait kondisi klien 2. Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi 3. Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
4. Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut 5. Mengurangi tekanan pada luka insisi
mengernyitkan wajah - Klien nampak menarik nafas panjang beberapa kali
6. Latih klien teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
7. Jagalah selang drainase urine tetap aman dipaha untuk mencegah peningkatan tekanan pada kandung kemih. Kolaborasi Berikan analgesik sesuai indikasi
Risiko perdarahan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x30 menit klien tidak menunjukkan perdarahan.
- Klien tidak menunjukkan tanda – tanda perdarahan . - Tanda – tanda vital dalam batas normal . - Urine lancar lewat kateter .
1. Jelaskan pada klien tentang sebab terjadi perdarahan setelah pembedahan dan tanda – tanda perdarahan . 2. Irigasi aliran kateter jika terdeteksi gumpalan dalm saluran kateter
3. Pantau traksi kateter: catat waktu traksi di pasang dan kapan traksi
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
6. Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman 7. Sumbatan pada selang kateter oleh bekuan darah dapat menyebabkan distensi kandung kemih dengan peningkatan spasme. Kolaborasi Diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat dan tidak dapat ditolerir pasien 1. Menurunkan kecemasan klien dan mengetahui tanda – tanda perdarahan
2.
Gumpalan dapat menyumbat kateter, menyebabkan peregangan dan perdarahan kandung kemih 3. Traksi kateter menyebabkan pengembangan balon ke
dilepas.
4. Pantau urin : warna, jumlah, konsistensi
5. Observasi tanda vital 6. Anjurkan klien untuk tidak melakukan valsava manuver Kolaborasi 7. Sediakan diet makanan tinggi serat dan memberi obat untuk memudahkan defekasi .
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
sisi fosa prostatik, menurunkan perdarahan. Umumnya dikendurkan 3 – 6 jam setelah pembedahan. 4. Mengetahui adanya perdarahan
5. Mengetahui perkembangan kondisi klien 6. Mencegah peningkatan tekanan intra abdomen
7. Mencegah konstipasi karena pembatasan aktivitas
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
: Tn. DM
Usia
: 67 tahun
Ruangan
: Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Tgl/Jam Senin, 27 Mei
Diagnosa Ansietas
Implementasi Mandiri
Evaluasi S:
1. Mendiskusikan
-
Klien mengatakan
2013
tentang perasaan klien
ini pertama kalinya
Jam
saat sedang
klien melakukan
13.00-
menghadapi masalah
operasi
13.15
atau tekanan.
-
2. Mengidentifikasi
Klien mengatakan cemas karena akan
situasi yang membuat
operasi besok
klien ansietas
-
3. Mengajarkan klien
Klien mengatakan cemas berkurang
teknik relaksasi
setelah melakukan nafas dalam O: -
TD 120/80 mmHg
-
Nadi 84 x/menit
-
RR 20 x/menit
-
Suhu 36,5 0C
-
Klien dapat melakukan nafas dalam dengan benar
-
Ekspresi wajah tenang
A: Masalah teratasi
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
: Tn. DM
Usia
: 67 tahun
Ruangan
: Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Tgl/Jam
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
Senin,
Kurang
S:
27 Mei
pengetahuan b.d
1. Mengobservasi tanda vital
2013
tidak familiar
2. Mendorong pasien
Jam
dengan sumber
menyatakan rasa takut
memahami
13.15-
informasi/ kurang
persaan dan perhatian.
penjelasan yang
13.30
informasi
Mandiri
-
mengatakan
3. Menjelaskan terkait prosedur operasi yang akan
diberikan O:
dijalani
Ds: - Klien tidak
mengetahui prosedur operasi
yang akan dijalani - Klien mengatakan tidak mengetahui dampak yang
Klien
-
TD 120/80 mmHg
Prosedur operasi TURP
-
Nadi 80 x/menit
Anestesi yang akan
-
RR 20 x/menit
digunakan beserta
-
Suhu 36,5 0 C
efek anestesi yang
-
Klien mengerti
akan dirasakan
dengan
Efek post operasi
penjelasan yang
Hal-hal yang perlu
diberikan
terjadi setelah
diperhatikan setelah
operasi
operasi seperti
A:
Do:
pemantauan cairan
Masalah teratasi
- Melaporkan
irigasi,
masalah yang
meningkatkan
dihadapi
intake cairan
- Klien tidah dapat
minimal 3 liter
menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
: Tn. DM
Usia
: 67 tahun
Ruangan
: Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Tgl/Jam
Diagnosa
Rabu,
Nyeri b.d spasme
29 Mei
kandung kemih dan
2013
insisi sekunder pada
Jam
TURP
Mandiri
Evaluasi S:
1. Mengobservasi tanda
-
vital
yang terpasang
lingkungan yang
kateter
tenang dan nyaman
Ds: - Klien
-
3. Meningkatkan tirah
mengeluhkan
baring, bantulah
nyeri saat
kebutuhan perawatan
berkemih
diri yang penting
- Klien mengatakan
Klien mengatakan nyeri pada bagian
2. Memberikan
16.0016.20
Implementasi
Klien mengatakan nyeri jika akan BAK
-
Klien mengatakan skala nyeri 6 dari 10
-
4. Membantu untuk
Klien mangatakan melakukan nafas
nyeri pada bagian
menemukan posisi
dalam jika terasa
yang terpasang
yang nyaman
nyeri
kateter
5. Menganjurkan pada
- Klien mengatakan
O:
klien untuk tidak
-
TD 130/90 mmHg
skala nyeri yang
duduk selama 12 jam
-
Nadi 84 x/menit
dirasakannya
post op TURP
-
RR 20 x/menit
6. Melatih klien teknik
-
Suhu 36,5 0C
relaksasi untuk
-
Klien dapat
adalah 6 dari nilai maksimal 10 - Klien mengatakan setelah minum
mengurangi nyeri
melakukan teknik
7. Menjaga selang
obat, nyeri sedikit
drainase urine tetap
berkurang namun
aman dipaha untuk
tidak hilang
mencegah peningkatan tekanan
nafas dalam dengan baik -
Ekspresi wajah meringis
-
pada kandung kemih.
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
Klien berada pada posisi 30 derajat
Do:
-
Kolaborasi
- Klien terlihat mengernyitkan wajah
Memberikan analgesik
dengan kuat
sesuai indikasi -
- Klien nampak
Selang terfikasasi
Kaltopren supp 3x1
A: Masalah teratasi sebagian
menarik nafas
-
Memberikan
panjang beberapa
lingkungan yang
kali
nyaman -
Membantu menemukan posisi yang nyaman
-
Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
-
Menjaga fiksasi selang kateter
P: -
Evaluasi skala nyeri klien
-
Evaluasi terknik nafas dalam
-
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
Observasi TTV
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
: Tn. DM
Usia
: 67 tahun
Ruangan
: Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Tgl/Jam
Diagnosa
Kamis,
Nyeri b.d spasme
30 Mei
kandung kemih dan
2013
insisi sekunder pada
Jam
TURP
Mandiri
Evaluasi S:
1. Mengobservasi tanda
-
vital
namun berkurang
menemukan posisi
-
yang nyaman
Ds: - Klien
4. Mengevaluasi teknik
berkemih
relaksasi nafas dalam
- Klien mengatakan nyeri pada bagian yang terpasang kateter
BAK
nyeri klien
nyeri saat
-
Klien mengatakan skala nyeri 4 dari 10
-
5. Mengendurkan traksi
Klien mengatakan melakukan nafas
selang kateter
dalam jika sedang
6. Memotivasi klien
merasa nyeri
untuk latihan duduk
- Klien mengatakan
Klien mengatakan masih nyeri jika
3. Mengevaluasi skala
mengeluhkan
Klien mengatakan nyeri masih ada
2. Membantu untuk
13.1513.25
Implementasi
-
7. Memotivasi klien
Klien mengatakan sebelumnya takut
skala nyeri yang
untuk menggerakkan
untuk duduk karena
dirasakannya
kaki
takut sakit
adalah 6 dari nilai maksimal 10 - Klien mengatakan
O:
setelah minum
-
TD 120/80 mmHg
obat, nyeri sedikit
-
Nadi 80 x/menit
berkurang namun
-
RR 20 x/menit
tidak hilang
-
Suhu 36,3 0C
-
Klien terlihat duduk secara bertahap
Do:
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
- Klien terlihat
-
Klien nampak
mengernyitkan
menggerakkan
wajah
kakinya (ke atas)
- Klien nampak
secara berhgantian
menarik nafas
A:
panjang beberapa
Masalah teratasi sebagian
kali
-
Skala nyeri berkurang
-
Membantu klien menemukan posisi yang nyaman
-
Memotivasi klien untuk beraktivitas secara bertahap
P: -
Evaluasi skala nyeri klien
-
Observasi TTV
-
Lakukan discharge palnning
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
: Tn. DM
Usia
: 67 tahun
Ruangan
: Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Tgl/Jam
Diagnosa
Jumat,
Nyeri b.d spasme
31 Mei
kandung kemih dan
2013
insisi sekunder pada
Jam
TURP
Mandiri
Evaluasi S:
1. Mengobservasi tanda
-
vital
Ds: - Klien
-
saat berkemih
setelah selang
yang nyaman
dilepas, masih terasa
-
4. Memotivasi klien untuk melakukan
nyeri pada bagian
aktivitas bertahap
kateter
nyeri saat BAK
nyeri klien
- Klien mengatakan
yang terpasang
Klien mengatakan sudah mulai latihan berjalan
-
5. Melakukan discharge
Klien mengatakan memahami tentang
planning
hal yang tidak boleh
- Klien mengatakan
dilakukan setelah
skala nyeri yang dirasakannya
Klien mengatakan
menemukan posisi
3. Mengevaluasi skala
mengeluhkan nyeri
Klien mengatakan skala nyeri 3 dari 10
2. Membantu untuk
17.0017.15
Implementasi
operasi TURP O:
adalah 6 dari nilai
-
TD 120/80 mmHg
maksimal 10
-
Nadi 80 x/menit
-
RR 20 x/menit
setelah minum
-
Suhu 36,3 0C
obat, nyeri sedikit
-
Kateter sudah
- Klien mengatakan
berkurang namun tidak hilang
dilepas -
Klien memahami penjelasan yang diberikan
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
Do:
A:
- Klien terlihat
Masalah teratasi
mengernyitkan wajah - Klien nampak menarik nafas panjang beberapa kali
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
: Tn. DM
Usia
: 67 tahun
Ruangan
: Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Tgl/Jam Rabu, 29 Mei
Diagnosa Risiko perdarahan
Implementasi
Evaluasi S:
Mandiri 1. Menjelaskan
pada
-
Klien mengatakan
2013
klien tentang sebab
memahami tentang
Jam
terjadi
penyebab terjadinya
16.20-
setelah pembedahan
16.30
dan tanda – tanda
perdarahan
perdarahan .
perdarahan
O:
2. Pantau traksi kateter:
-
TD 130/90 mmHg
catat waktu traksi di
-
Nadi 84 x/menit
pasang
-
RR 20 x/menit
-
Suhu 36,5 0C
-
Traksi terpasang
dan kapan
traksi dilepas. 3. Pantau urin : warna, jumlah, konsistensi
dengan kuat
4. Observasi tanda vital
-
5. Anjurkan klien untuk tidak
Traksi terpasang pukul 10.30 di ruang
melakukan
operasi
valsava manuver
-
6. Memberitahu
Urin murni/24 jam 3000 cc, warna
keluarga agar cairan
merah
irigasi tidak terputus
-
Tidak ada clot
-
Tidak ada distensi kandung kemih
Kolaborasi 7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
A:
menyediakan diet
Masalah teratasi sebagian
makanan tinggi serat
-
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
Menjelaskan tentang
8. Memberikan terapi
tanda dan penyebab
medikasi sesuai
perdarahan
indikasi -
Vit K 2 x 1
-
Kalnex 3 x 1
-
Memantau traksi kateter
-
Memantai urin
-
Menganjurkan agar tidak melakukan valsava manuver
P: -
Evaluasi tanda perdarahan
-
Melepas traksi kateter
-
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
Memantau urin
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
: Tn. DM
Usia
: 67 tahun
Ruangan
: Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Tgl/Jam
Diagnosa
Kamis,
Risiko perdarahan
30 Mei 2013 Jam
Implementasi
Evaluasi S:
Mandiri 1. Memantau
tanda
-
perdarahan 2. Memantau
13.25-
warna,
13.55
konsistensi
Klien mengatakan BAK sudah tidak
urin
:
terlalu sakit
jumlah,
-
Klien mengatakan sudah makan buah
3. Mengobservasi tanda
O:
vital
-
TD 120/80 mmHg
-
Nadi 80 x/menit
tidak
-
RR 20 x/menit
valsava
-
Suhu 36,3 0C
manuver
-
Traksi sudah dilepas
5. Memberitahu
-
Kateter terfikasasi di
4. Menganjurkan klien untuk melakukan
keluarga agar cairan
paha
irigasi tidak terputus
-
6. Menganjurkan klien untuk
sedikit berwarna
makan
merah
makanan tinggi serat seperti
sayur
-
dan -
Tidak ada clot
-
Tidak ada distensi kanung kemih
Kolaborasi
ahli gizi untuk menyediakan diet
Urin murni/24 jam 2800cc.
buah
7. Kolaborasi dengan
Urin jernih namun
A: Masalah teratasi sebagian -
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
Memantau urin
makanan tinggi serat
-
8. Memberikan terapi
kateter
medikasi sesuai
-
indikasi -
Vit K 2 x 1
-
Kalnex 3 x 1
Memantau irigasi
Memantau tanda perdarahan
P: -
Evaluasi urin
-
Obbservasi tanda perdarahan
-
Lakukan bladder training
-
Lepas kateter jika respon (+)
-
Observasi TTV
-
Lakukan discharge palnning
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
: Tn. DM
Usia
: 67 tahun
Ruangan
: Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Tgl/Jam
Diagnosa
Jumat,
Risiko
31 Mei
perdarahan
Implementasi Mandiri
S:
1. Memantau
2013 Jam
Evaluasi
tanda
-
perdarahan 2. Memantau
Klien mengatakan BAK sudah lancar,
urin
:
tidak terputus-putur,
17.15-
warna,
jumlah,
tidak perlu mengedan,
17.30
konsistensi
dan terapas puas
3. Mengobservasi
setelah berkemih
tanda vital
-
4. Mengevaluasi
Klien mengatakan warna urin jernih tidak
kemampuan
ada darah
berkemih klien
-
5. Melakukan
Klien mengatakan memahami tentang hal
discharge planning
yang boleh dan tidak boleh dilakukan setelah operasi TURP
Kolaborasi 6. Memberikan terapi
O:
medikasi sesuai
-
TD 120/80 mmHg
indikasi
-
Nadi 80 x/menit
-
Vit K 2 x 1
-
RR 20 x/menit
-
Kalnex 3 x 1
-
Suhu 36,3 0C
-
Kateter sudah dilepas
-
Klien dapat menjelaskan hal yang harus dilakukan - Minum minimal 8 gelas per hari
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
- Makan tinggi serat - Hindari minum teh -
Klien dapat menjelaskan hal yang tidak boleh dilakukan -
Berhubungan seksual
-
Mengangkat beban berat
-
Tidak mengendarai kendaraan
A: Masalah teratasi
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
Catatan Harian Berkemih
Jam
Kolf (Botol) ke-
Minum (ml)
06.00 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
Buang (ml)
Penghitungan Ballance Cairan
BC = I - O Keterangan: Intake (I) Range 1. Air minun
= 1400 – 1800 cc
2. Air dalam makanan
= 700 – 1000 cc
3. Air hasil oksidasi
= 300 – 400 cc
Output (O) Range 1. Urine
= 1400 – 1.800 cc (0,5 – 1 ml/kgBB/jam)
2. Feces
= 100 cc
3. IWL
= 300 – 500 cc
4. Keringat
= 600 – 800 cc
Pengukuran IWL 1. IWL dewasa = 15 - 20 cc/kgBB/hari IWL anak
= 30 – usia (thn) cc/kgBB/hari
Standar kehilangan IWL Neonatus
: 30 ml/kgBB/hari
Bayi
: 50-60 ml/kgBB/hari
Anak
: 40 ml/kgBB/hari
Remaja
: 30 ml/kgBB/hari
Dewasa
: 20 ml/kgBB/hari
2. Jika ada kenaikan suhu maka : IWL = 200 x (suhu badan sekarang-36,8 C)
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013
BIODATA DIRI
Identitas Personal Nama
: Esti Giatrininggar
TTL
: Jakarta, 24 Oktober 1989
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jalan Mesjid Al Muhajirin No. 51 RT 004/09 Tanah Tinggi, Tangerang 15119
No. Telepon
: 085717242171
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan Formal
SDN Daan Mogot 3 Tangerang (1996-2002)
SMP Negeri 5 Tangerang (2002-2005)
SMA Negeri 2 Tangerang (2005-2008)
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (2008-2013)
Continous bladder ..., Esti Giatrininggar, FIK UI, 2013