UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA EKSTENSI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)
SKRIPSI
EVIE ANGGRIYANI 1006823242
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM EKSTENSI KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI, 2012
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA EKSTENSI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelas sarjana S1
EVIE ANGGRIYANI 1006823242
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM EKSTENSI KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI, 2012
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Evie Anggriyani
NPM
: 1006823242
Tanggal
: 2 Juli 2012
Tanda Tangan
:
ii Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh Nama
: Evie Anggriyani
NPM
: 1006824232
Program Studi
: Ekstensi Keperawatan
Judul Skripsi
: Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Ekstensi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Dalam
Mengikuti
Pembelajaran
Menggunakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kbk).
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai, bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
: Kuntarti, Skp., M. Biomed
(………………………)
Penguji
: Enie Novieastari S.Kp., MSN (……………………….)
Ditetapkan di : Depok Tanggal
: 2 Juli 2012 iii Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan Jurusan Ilmu Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada; 1. Ibu Dewi Irawati, PhD, selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Indonesia. 2. Ibu Kuntarti, Skp., M. Biomed, selaku dosen pembimbing akan bimbingannya juga masuk-masukan kepada saya serta selaku koordinator Mata Ajar Tugas Akhir Keperawatan. 3. Keluarga kercinta dan orang yang saya sayangi papa, mama, agus, nanang, dan bayu yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan penelitian ini. 4. Rekan-rekan mahasiswa ekstensi 2010 dan 2011 yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 5. Rekan-rekan mahasiswa ekstensi 2010 yang telah mendukung dan membantuannya dalam penyusunan laporan penelitian ini. 6. Mas Maulana atas bantuannya dalam pengolahan data untuk uji validitas dan uji reabilitas. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, Juli 2012 Penulis iv Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Evie Anggriyani
NPM
: 1006823242
Program Studi
: Ilmu Keperawatan
Departemen
: Fakultas Ilmu Keperawatan
Fakultas
: Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK)
Jenis karya
: Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Ekstensi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Dalam Mengikuti Pembelajaran Menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)” Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Depok Pada tanggal: 02 Juli 2012 Yang menyatakan
( Evie Anggriyani )
v Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
ABSTRAK
Nama
: Evie Anggriyani
Program Studi
: Ilmu Keperawatan
Judul
: Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Ekstensi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Dalam Mengikuti Pembelajaran Menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di FIK-UI diharapkan akan menghasilkan lulusan yang dapat memberikan perubahan yang lebih baik di bidang keperawatan di tempat kerja. Penerapan KBK menuntut mahasiswa lebih aktif dan mandiri, hal ini yang menimbulkan kecemasan pada mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada mahasiswa ekstensi FIK UI dalam mengikuti pembelajaran KBK. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif terhadap 87 mahasiswa ekstensi secara total sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua mahasiswa ekstensi FIK-UI mengalami kecemasan: 86.02% cemas berat, 12.64% cemas sedang dan 1.15% cemas berat sekali (panik). Penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan dalam mengikuti proses belajar dengan KBK perlu dilakukan. Metode pembelajaran yang lebih kondusif dan tidak menimbulkan kecemasan berat bagi mahasiswa juga perlu dirancang oleh dosen FIK-UI.
Kata kunci: kurikulum berbasis kompetensi (kbk), mahasiswa ekstensi, tingkat kecemasan.
vi Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
ABSTRACT
Name
: Evie Anggriyani
Study Program
: Nursing Science.
Title
: Description of Anxiety Levels of Extension Student From University Indonesia Nursing Faculty Following The Implementation of Competency-Based Curriculum (CBC).
The implementation of implementation Competency-Based Curriculum (CBC) in FIK-UI is expected to the produce a graduates who can provide improvement in the nursing workplace. This implementation demands students to be more active in learning and independent, which cause anxiety in students. The purpose of this study was to determine the anxiety level overview on FIK-UI extension students, in studying by using the CBC. This study examines 87 extensions program students in total sampling. The results indicate that all FIK-UI extensions program students experience anxiety rating from: 86.02% severe anxiety, 12.64% mild anxiety and 1.15% panic. These is a to need conduct further research to explore the factors that cause anxiety in students attending the CBC, and to fine a more conducive method of learning that does not cause severe anxiety for FIK-UI students.
Keywords: Competency-Based Curriculum (CBC), extension students, levels of anxiety.
vii Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
DAFTAR ISI LEMBAR ORISINALITAS ………………………………………..
ii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………..
iii
KATA PENGANTAR
iv
………………………………………..
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH …..
v
ABSTRAK
………………………………………………………..
vi
DAFTAR ISI
………………………………………………..
vii
DAFTAR TABEL
………………………………………………..
xi
DAFTAR LAMPIRAN
………………………………………..
xii
……………………………………….
1
……………………………….
5
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………….
5
1.4 Manfaat Penelitian
……………………………….
6
2.1 Teori Kecemasan ……………………………………….
7
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Pengertian Kecemasan
……………………………..
7
2.1.2 Penyebab Kecemasan …………………………………
8
2.1.3 Tingkat Keemasan
………………………………..
10
2.1.4 Rentang Kecemasan ………………………………..
12
2.1.5 Teori Predisposisi Kecemasan
…………………..
12
2.1.6 Alat Mengukur Tingkat Kecemasan ………………….
13
2.2 Teori Belajar
………………………………………..
2.2.1 Pengertian Belajar
………………………………..
14 14
2.2.2 faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar … 14 2.2.3 Motivasi Belajar
………………………………. viii
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
17
2.3 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ……………… 2.3.1 Pengertian KBK
………………………………
2.3.2 KBK Perguruan Tinggi
18 18
……………………….
18
2.3.3 Bentuk Perubahan
……………………………….
19
2.3.4 Karakteristik KBK
……………………………….
22
2.3.5 Prinsip-prinsip pengembangan dan pelaksanaan KBK
24
2.3.6 Model-model KBK di Perguruan Tinggi
………
25
……………………………………….
27
2.4 Kerangka Teori
BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ………………………………………
28
3.2 Definisi Operasional
………………………………
30
4.1 Desain Penelitian ………………………………………
31
4.2 Populasi dan Sampel
………………………………
31
4.2.1 Populasi
………………………………………
31
4.2.2 Sampel
………………………………………
32
4.3 Cara Pengambilan Sampel ………………………………
33
4.4 Tempat Penelitian ……………………………………….
33
4.5 Waktu Penelitian ……………………………………….
33
4.6 Etika penelitian
33
BAB 4 METODE PENELITIAN
……………………………………….
4.7 Alat Pengumpulan Data
……………………………….
4.8 Prosedur Pengumpulan Data 4.9 Analisa Data
34
………………………
36
………………………………………
36
4.9.1 Pengolahan Data
……………………...
36
………………………………
37
………………………………………
38
4.9.2 Analisa Data BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Data Demografi
5.2 Data Variabel Kecemasan
……………………...
ix Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
39
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Interprestasi Hasil Penelitian
……………………..
43
6.2 Keterbatasan Penelitian ………………………………
49
6.3 Implikasi Penelitian
………………………………
49
………………………………………
50
………………………………………………
50
BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perubahan Konsep Kurikulum
……………………………...
22
Tabel 2. Urian Ringkasan Model Belajar KBK Perguruan Tinggi ………..
25
Tabel 3.2 Definisi operasional variable-variabel penelitian ……………..
30
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Mahasiswa Ekstensi FIK-UI
…………………………………………….
40
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI
……………………………………………………
41
Table 5.3 Perbandingan Tingkat Kecemasan Mahasiswa Ekstensi FIK-UI 2010 dan 2011
……………………………………
41
Tabel 5.4 Tingkat Kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI dalam mengikuti pembelajaran KBK berdasarkan Usia ……………
42
Tabel 5.5 Tingkat Kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI dalam mengikuti pembelajaran KBK berdasarkan Jenis Kelamin ……
43
Tabel 5.6 Tingkat Kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI dalam mengikuti pembelajaran KBK berdasarkan Pekerjaan ………
43
Tabel 5.7 Tingkat Kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI dalam mengikuti pembelajaran KBK berdasarkan Pernikahan ……
xi Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
44
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar informasi untuk responden Lampiran 2. Lampiran persetujuan menjadi responden Lampiran 3. Kuesioner Lampiran 5. Surat izin untuk penelitian di FIK UI
xii Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Dalam era globalisasi ini dunia pendidikan mendapat tantangan dalam menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan mampu berperan secara global. Pengaruh globalisasi dicirikan dengan adanya aliran manusia, informasi, teknologi baru, modal dan gagasan serta citra. Keadaan ini mempengaruhi perubahan nilai-nilai dalam masyarakat dan tuntutan dunia kerja terhadap lulusan perguruan tinggi. Lulusan perguruan tinggi diharapkan memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu, teknologi, seni, dunia kerja, profesi, dan pengembangan kepribadian dengan ciri khas kebudayaannya masing-masing (BPMA UI, 2007). Kemampuan bersaing SDM dalam hal penguasaan pengetahuan dan teknologi menjadi semakin sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa. Hanya individu yang mampu bersaing yang akan dapat bertahan hidup dalam era globalisasi ini. Untuk mampu bersaing, setiap individu harus memiliki kompetensi yang handal dalam berbagai bidang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan (Sanjaya, 2008). Oleh karena itu, penataan kurikulum dalam dunia pendidikan tinggi di Indonesia harus dilakukan agar menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dalam era globalisasi. SK Kemendiknas No.232/U/2000 mendefinisikan kurikulum pendidikan tinggi sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi. Kurikulum pendidikan tinggi seharusnya sudah mengarah pada upaya membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan
1 Universitas Indonesia Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
2
yang terkait dengan disiplin ilmu tertentu baik secara teoritis maupun aplikasi (OBM UI, 2008). SK Kemendiknas No. 232/U/2000 ini memberikan keleluasaan & kebebasan berkreasi bagi setiap perguruan tinggi dalam mengembangkan kurikulum sesuai minat dan potensi masing-masing individu. Setiap perguruan tinggi dapat mengeksplorasi potensi yang dimiliki menjadi yang terbaik dan melampaui standar mutu yang dituju. Hal yang mendasari dan mendorong dilakukan perubahan orientasi kurikulum dan luaran perguruan tinggi adalah sebagai adanya kurikulum yang disarankan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) agar lulusan mempunyai
kemampuan belajar sepanjang hayat (life long learning). Kemampuan ini dapat dicapai apabila didukung dengan empat pilar kemampuan yaitu learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together. Rambu-rambu kurikulum baru juga ditetapkan dan dituangkan dalam SK Mendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik. Kemudian dilengkapi dengan SK Mendiknas No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi menggantikan SK Mendiknas No. 056/U/1994. Semula kurikulum yang digunakan adalah kurikulum berbasis isi (KBI), kemudian beralih ke kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dalam KBK terjadi perubahan dalam proses pembelajaran yang menyangkut pula perubahan dalam
peran
dosen,
perencanaan
kurikulum,
pelaksanaan
proses
pembelajaran, pengembangan proses pembelajaran, dan evaluasi program pembelajaran. Universitas Indonesia (UI) melalui Badan Penjamin Mutu Akademik (BPMA), telah mensosialisasikan adanya perubahan kurikulum di dunia perguruan tinggi di Indonesia. Semula UI menitik beratkan pada pemecahan masalah internal perguruan tinggi dengan target penguasaan pada ilmu
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
3
pengetahuan dan teknologi (SK Mendiknas No. 056/U/1994), sekarang menekankan pada proses pendidikan yang mengacu pada konteks kebudayaan
dan
pengembangan
manusia
secara
komprehensif,
mendunia/universal dengan targetnya adalah menghasilkan lulusan yang berkebudayaan dan mampu berperan di dunia internasional. Dalam rangka mengakomodasi perubahan ini, UI melalui BPMA berinisiatif untuk menyempurnakan mutu kurikulumnya dengan membuat Pedoman Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia untuk Kurikulum dan Mahasiswa. Dengan adanya perubahan proses pembelajaran yang telah ditetapkan oleh Kemendiknas dan BPMA UI ini, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) berupaya menerapkan KBK dalam menyelenggarakan pendidikan sarjana. Penerapan KBK untuk program studi sarjana di FIK mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2008/2009. Sebagai salah satu institusi pendidikan yang secara langsung bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu keperawatan di Indonesia, FIK UI membuka peluang bagi para perawat yang masih berstatus Ahli Madya Keperawatan untuk melanjurkan pendidikan ke jenjang sarjana keperawatan melalui program Ekstensi. Program ini diperuntukan bagi lulusan Diplama III keperawatan yang telah memiliki pengalaman bekerja selama 2 tahun di bidang pelayanan kesehatan. Program ini dapat diselesaikan dalam waktu 3 tahun sebanyak 6 semester, yang terdiri atas 2 tahun tahap akademik dan 1 tahun tahap profesi. Mulai tahun ajar 2010 FIK UI menerapkan KBK untuk program pendidikan sarjana program ekstensi 2010. Saat ini, peneliti belum mendapatkan data tertulis tentang institusi pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia yang sudah menerapkan KBK pada sarjana keperawatan untuk program ekstensi selain di UI. Berdasarkan informasi dari beberapa mahasiswa ekstensi keperawatan di UNPAD (Universitas Padjajaran) dan USU (Universitas Sumatra Utara), KBK belum diterapkan di institusi tersebut. Di dua
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
4
universitas tersebut baru diterapkan pada program regular. Di UI sendiri, belum semua fakultas menerapkan KBK baik untuk program regular maupun program ekstensi. Penerapan KBK di FIK-UI diharapkan akan menghasilkan lulusan yang dapat memberikan perubahan yang lebih baik di bidang keperawatan di tempat kerja.
Setiap
perubahan
kurikulum
tentunya
menuntut
perubahan
sistem/metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan dalam KBK umunya menggunakan metode active learning. Pada program ekstensi metode pembelajaran yang banyak digunakan dalam metode pada Problem Basic Learning (PBL) dan Collaborative Learning (CL). Metode PBL dan CL merupakan 2 contoh metode pembelajaran active learning, yang menuntut mahasiswa lebih aktif mencari informasi melalui sumber pembelajaran yang diberikan. Hal ini membuat sebagian mahasiswa ekstensi mengalami kesulitan, ketakutan, dan kecemasan yang tak menentu. Hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa ekstensi yang merasakan kecemasan sangat dirasakan oleh mahasiswa yang sudah bekerja dalam waktu lama, karena sudah tidak pernah membaca-baca buku kembali setelah lulus dari Diploma III keperawatan. Selain itu, mahasiswa juga merasa kesulitan dalam membagi waktu antara mengerjakan tugas dengan pekerjaan, kesulitan menggunakan fasilitas internet, menggunakan komputer, sulit memahami literature yang sebagaian besar menggunakan Bahasa Inggris, kurangnya informasi yang baru tentang keperawatan, khawatir tidak tercapainya target pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan cemas akan mendapat nilai yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dari pengalaman yang peneliti sendiri rasakan selama tiga semester melalui metode belajar dengan KBK, ada kecemasan dan rasa pesimis dalam menjalani pembelajaran yang diterapkan dalam KBK. Kecemasan ini tidak hanya dirasakan oleh peneliti, tetapi hampir semua mahasiswa ekstensi yang lainnya. Selama hampir tiga semester banyak fenomena yang terjadi dengan
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
5
menggunakan sistem pembelajaran KBK, misalnya kecemasan akan tugas yang menumpuk dan belum selesai, tugas yang datangnya terus menerus, takut belum menyelesaikan tugas, takut tidak mendapatkan nilai yang cukup untuk lulus dari mata ajar, masalah biaya pendidikan, pemahaman akan pembelajaran yang berbeda-beda, dan lain sebagainya. Dengan alasan dan permasalahan yang dirasakan oleh mahasiswa ekstensi tersebut. Peneliti melihat adanya fenomena kecemasan yang mungkin akan mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar mahasiswa. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi keperawatan dalam mengikuti metode pembelajaran KBK di FIK UI. 1.2 Rumusan masalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), adalah suatu hal yang baru bagi mahasiswa khususnya mahasiswa ekstensi. Dalam hal ini ada kecemasan yang tidak menentu yang dirasakan oleh setiap mahasiswa. Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang ada, dapat dirumuskan masalah penelitian bagaimanakah gambaran tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi FIK UI dalam mengikuti pembelajaran dalam KBK. 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada mahasiswa ekstensi FIK UI dalam mengikuti pembelajaran KBK. 1.3.2 Tujuan Khusus Diketahui: a) Karakteristik mahasiswa ekstensi FIK-UI. b) Tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi FIK UI dalam mengikuti pembelajaran KBK.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
6
1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Untuk memperluas pengetahuan dan meningkatkan pengetahuan pada bidang pendidikan keperawatan. 1.4.2 Bagi Institusi Bagi pendidikan keperawatan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, khususnya bagi staf pengajar/dosen dalam memahami dan memecahkan masalah kecemasan belajar mahasiswa, khususnya mahasiswa ekstensi. 1.4.3 Bagi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas dalam sistem pembelajaran.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS
2.1 TEORI KECEMASAN 2.1.1 Pengertian Kecemasan Dari beberapa sumber referensi yang didapatkan kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu emosi yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas sistem otonom, secara khusus aktivasi pada sistem saraf simpaatis (seperti meningkatnya detak jantung, tekanan darah, pernapasan, dan tegangan otot), perasaan subyektif terhadap tekanan, dan kondisi yang meliputi ketakutan dan kekhawatiran menurut Kowalski (2000). Menurut Raimah (2003), kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang, dan karena itu berlangsung tidak lama. Kecemesan dan rasa takut selalu berdampingan dalam hampir semua situasi dalam proporsi yang berbeda-beda. Kecemasan menurut Ibrahim (2011) adalah perasaan yang menetap berupa kekuatan atau kecemasan (was-was, khawatir dan cemas), yang merupakan respons terhadap ancaman. Dianggap berbahaya atau hal tersebut dapat merupakan perasaan yang ditekan ke dalam bawah alam sadar bila terjadi peningkatan akan adanya bahaya dari dalam. Hampir semua individu mengalami kecemasan. Meskipun mungkin hanya sekali dalam hidupnya. Kecemasan timbul sebagai akibat masalah kehidupan yang semakin banyak dan bertambah. Dengan demikian kecemasan dapat diartikan sebagai perasaan yang tidak menetap berupa ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan suatu emosi yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas sistem otonom. Kecemasan dan rasa takut
7
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
8
selalu berdampingan dalam hampir semua situasi dalam proporsi yang berbeda-beda. 2.1.2 Penyebab Kecemasan Banyak faktor yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan sangat erat kaitannya dengan psikologi setiap individu. Kecemasan yang dirasakan dapat timbul karena faktor dari luar atau pun dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan rasa cemas, antara lain faktor lingkungan, faktor fisik, dan faktor psikologi. Raimah (2003) menyebutkan kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu yang panjang. Peristiwa-peristiwa atau situasi-situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan, tetapi hanya setelah terbentuk pola dasar pada pengalaman hidup seseorang dan sebagaian besar bergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Raimah (2003), juga menyebutkan bahwa terdapat dua faktor dasar yang menunjukan reaksi rasa kecemasan. Pertama, lingkungan sekitar tempat tinggal dapat mempengaruhi cara berpikir tentang kita sendiri dan orang lain. Kedua, kecemasan dapat terjadi jika seseorang tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaan kita dalam hubungan personal, sehingga seseorang akan menekan emosinya. Gejala-gejala yang muncul,
biasanya
disebabkan
oleh
interaksi
dari
aspek-aspek
biopsikososial, termasuk genetik, dengan beberapa situasi, stres atau trauma yang menimbulkan kecemasan. Ibrahim (2011), menyebutkan bahwa banyak faktor yang menyebabkan kecemasan, seperti psikologi, tingkah laku, eksistensi, dan biologis. Teori Psikologis menyebutkan bahwa kecemasan disebabkan oleh karena ID yang tidak terkontrol, ego yang tidak dapat diterima, dan super ego yang terganggu. Dalam keadaan normal hal tersebut akan
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
9
direpresi di bawah alam sadar dalam bentuk mekanisme pertahanan. Berdasarkan teori ini, perasaan tidak nyaman kecemasan dapat terjadi atas, merasa akan kehilangan rasa kasih sayang, merupakan fantasi yang berhubungan dengan pembentukan implus seksual, pada fase akhir pembentukan super ego pada pre pubertas. Teori Tingkah Laku menerangkan bahwa , kecemasan merupakan suatu kondisi sebagai respon terhadap stimulus/suasana lingkungan yang spesifik. Teori Eksistensi, biasanya berlaku untuk gangguan kecemasan yang menyeluruh yaitu bila seseorang merasa cemas berisi akan hidupnya dan perasaan takut akan kematian. Teori eksistensi tentang kecemasan memberikan model untuk gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder), dimana tidak terdapat stimulus yang dapat di identifikasikan secara spesifik untuk suatu perasaan kecemasan yang kronis. Bila terjadi gangguan cemas menyeluruh, seseorang yang merasa cemas akan kehidupan, dan perasaan takut akan kematian. Teori Biologis, teori biologis tentang kecemasan telah dikembangakan dari penelitian praklinis dengan model kecemasan dan berkembangnya pengetahuan tentang neurologis dasar dan kerja obat psikoterapeutik. Teori biologi berhubungan dengan: Neurotransmitter, Norepinefrin, di Locus Cereolus dan di pons. Memberikan respon atas perasaan nyeri dan stimulus yang berbahaya. GABA, Seretonin: berhubungan dengan perasaan cemas dan depresi. Neuroanatomi, limbik: yaitu Locus Cereolus dan nukleus rafe yang mengandung norepinefrin dan serotonin. Korteks cerebral, berhubungan dengan gangguan lobus temporalis dan gangguan obsesif-kompulsif. Penyebab kecemasan yang lebih bnyak dapat dari dalam diri seserang sangat mempengaruhi dalam melakukan aktfitas dalam kehidupan. Penyebab kecemasan selain datangnya dari dalam diri (psikologis : emosi, tingkah laku), seperti faktor fisik: biologis dan sosial: lingkungan.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
10
Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi timbulnya rasa kecemasan seseorang yang akan mempengaruhi aktifitas sehari-hari. 2.1.3 Tingkat Kecemasan Kecemasan mempunyai berbagai tingkat, Stuart & Sundeen (1998) menggolongkan 4 empat tingkat. Kecemasan Ringan. Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati serta waspada. Individu akan terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Kecemasan ringan diperlukan orang agar dapat mengatasi suatu kejadian. Seseorang dengan kecemasan ringan dapat dijumpai berdasarkan hal-hal sebagai berikut : a)
Persepsi dan perhatian meningkat, waspada.
b)
Mampu mengatasi situasi bermasalah.
c)
Dapat mengatakan pengalaman masa lalu, saat ini dan masa mendatang, menggunakan belajar, dapat memvalidasi secara konsensual, merumuskan makna.
d)
Ingin tahu, mengulang pertanyaan
e)
Kecenderungan untuk tidur
Kecemasan Sedang. Memungkinkan seseorang untuk memuaskan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain sehinga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Orang dengan kecemasan sedang biasanya menunjukan keadaan seperti : a)
Persepsi agak menyempit, secara selektif tidak perhatian tetapi dapat mengarahkan perhatian.
b)
Sedikit lebih sulit untuk konsentrasi, belajar menuntut upaya lebih.
c)
Selain itu ia juga memandang pengalaman ini dengan masa lalu.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
11
d)
Dapat gagal untuk mengenali sesuatu apa yang terjadi pada situasi, akan mengalami beberapa kesulitan dalam beradaptasi dan menganalisa.
e)
Perubahan suara atau ketinggian suara.
f)
Peningkatan frekuensi pernafasan dari jantung.
g)
Tremor, gemetar
Kecemasan Berat. Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi. Individu cenderung memikirkan pada hal-hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak mampu berpikiran berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan. Hal-hal dibawah ini sering dijumpai pada seseorang dengan kecemasan berat, yaitu : a)
Persepsi sangat berkurang/berfokus pada hal-hal detail, tidak dapat berkonsentrasi
lebih
bahkan
ketika
diinstruksikan
untuk
melakukannya. b)
Belajar sangat terganggu, sangat mudah mengalihkan perhatian, tidak mampu untuk memahami situasi saat ini.
c)
Memandang pengalaman saat ini dengan arti masa lalu, hampir tidak mampu untuk memahami situasi ini.
d)
Berfungsi secara buruk, komunikasi sulit dipahami.
e)
Hiperventilasi, takhikardi, sakit kepala, pusing, mual.
Kecemasan Berat Sekali (panik). Pada tingkat ini persepsi terganggu pada individu, sangat kacau, hilang control, tidak dapat berpikir secara sistematis dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun telah diberi pengarahan. Tingkat ini tidak sejalan dengan kehidupan , dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan kelelahan. Persepsi yang menyimpang, fokus pada hal yang tidak jelas. Tidak mampu dalam mengikuti proses belajar. Berfokus pada hal saat ini, tidak mampu berpikir. Biasanya aktifitas motorik meningkat atau respon yang tidak dapat diperkirakan bahkan pada stimulasi minor,
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
12
komunikasi yang tidak dapat dipahami. Mudah merasakan muntah dan mau pingsan. 2.1.4 Rentang Respon Kecemasan Rentang respon kecemasan dapat dikonseptualisaikan dalam rentang respon. Respon ini dapat digambarkan dalam rentang respon adaptif sampai
maladative.
Reaksi
terhadap
kecemasan
dapat
bersifat
konstruktif dan deskruktif. Konstruktif adalah motivasi seseorang untuk belajar memahami terhadap perubahan-perubahan terutama tentang perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan befokus pada kelangsungan hidup. Sedangkan reaksi destruktif adalah reaksi yang dapat menimbulkan tingkah laku maladaptive serta difungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik Stuart dan Sundeen, 1998).
Respon Adaptif
Antisipas i
Respon Maldaptif
Ringan
Sedang
Berat
Panik
Gambar : Rentang Respon Kecemasan, Sumber : Stuart, G.W dan Sundeen, S. J. (1998). 2.1.5 Teori predisposisi kecemasan Menurut Freud (dalam Siswati 2000), kecemasan individu dapat diterangkan melalui teori : a)
Teori kognitif : pandangan teori kognitif menyatakan bahwa kecemasan dapat terjadi karena adanya penympanan cara berfikir (distorsi kognitif) pada seseorang. Individu akan mengalami gangguan atau penyimpanan dalam
menafsirkan
situasi-situasi
yang
dihadapinya,
sehingga
kecemasan ini lebih dipengaruhi oleh proses berpikir individu bukanlah oleh situasinya.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
13
b)
Teori belajar: kecemasan menurut padangan teori belajar terjadi bukan terpusat pada konflik interval tetapi cara-cara ketika kecemasan dihubungkan dengan situai-situasi tertentu melalui proses belajar. Para pengikut pandangan tradisional ini dari teori belajar menganggap bahwa kecemasan berkembang melalaui belajar berasosiasi. Sehingga stimulus yang tidak memihak menjadi sesuatu yang mencemaskan karena cenderung terkondisi yang didasarkan pada hubungan dengan stimulus yang tidak menyenangkan atau aversive stimulus.
c)
Teori kepribadian: kecemasan merupakan dimensi dasar kepribadian dan kecemasan dapat dilihat sebagai campuran atara intraversi dan neurotisme. Adapun stressor pecetus kecemasan dikelompokakn mejadi 2 kategori yaitu:
1.
Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melaksanankan aktifitas sehari-hari.
2.
Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi dalam diri seseorang.
2.1.6 Alat mengukur tingkat kecemasan Ada beberapa alat ukur yang peneliti temukan untuk mengetahui tingkat kecemasan seseorang. Seperti Trait Manifest Anxiety Scale (TMAS) dari Taylor, State Trait Anxiety Inventory (STAI) dari Spielberger dan Hamilton anxiety rating scale (HARS) dari Hamilton. Dari ketiga alat ukur kecemasan banyak yang menggunakan HARS dari Hamilton. Dari hasil penelusuran seperti buku dan jurnal rata-rata menyarankan untuk menggunakan pengukuran tingkat kecemasan adalah Hamilton anxiety rating scale (HARS). Alat ukur kecemasan Hamilton anxiety rating scale, terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Berisi tentang perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatik, gejala kardiovaskuler, gejala resperatori, gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala autonom,tingkah laku.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
14
Menurut Hawari (2004) dan Hidayat (2007), untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringat, sedang, berat, atau berat sekali (panik) dapan menggunakan alat ukur yang dikenal dengan Hamilton anxiety rating scale (HRS-A). kerena menggunakan alat ukur ini sederhana dan gejala-gejala yang lebih spesifik. Penelitian-penelitian jurnal yang dilakukan Nancy, Gerard & Helen (2006) mengatakan alat ukur kecemasan Hamilton anxiety rating scale (HRS-A). Alat ukur yang sederhana dan dapat digunakan untuk anak-anak, remaja, dewasa dan lansia.
2.2 BELAJAR 2.2.1 Pengertian Menurut Sunaryo (2004), kegiatan belajar melibatkan aspek fisiologis struktur otak dan aspek psikologis atau fungsi (berpikir). Mengutip pendapat Ernest H. Hilgard, “belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukannya sebelum ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi daripada sebelum”. Belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan latihan. 2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Proses Belajar Banyak faktor yang dapat mempengaruhi dalam proses belajar dapat dari dalam atau pun luar diri individu. Pengaruh tingkah laku, lingkungan, dapat membuat individu tidak akan berhasil dalam memperoleh hasil yang optial dalam belajar. Sunaryo (2004), menyebutkan terdapat tiga persoalan yang fundamental dalam setiap kegiatan belajar. kegiatan belajar adalah suatu sistem yang terjadi dari input, proses, dan output. Input, Berupa subjek belajar, sasaran belajar, atau individu itu sendiri yang memiliki latarbelakang bermacammacam. Proses, Di dalam proses belajar terjadi interksi timbal balik dari berbagai faktor, yaitu: subjek belajar (peserta didik), pengajar atau
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
15
fasilitator, metode, alat bantu belajar mengajar dan materi atau bahan yang dipelajari. Output, Keluaran berupa hasil belajar yang terjadi kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat, dan dari tidak terampil menjadi terampil. Sunaryo juga menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar seseorang dapat dari faktor internal dan eksternal. 1. Faktor Internal (Faktor ini dari dalam diri individu) a) Faktor fisiologis Kematangan fisik. Fisik yang sudah matang atau siap untuk belajar akan mempermudah dan memperlancar proses belajar atau sebaliknya. Keadaan indra. Keadaan indra yang sehat atau normal, terutama penglihatan
dan
pendengaran
akan
memperlancar
dan
mendukung proses belajar atau sebaliknya. Keadaan kesehatan. Kondisi badan yang tidak sehat termasuk kecacatan ataupun kelemahan, misalnya: kurang gizi, sakitsakitan, kurang vitamin, gangguan bicara, atau cacat badan lain, akan menjadi kendala dan menghambat proses belajar atau sebaliknya. b) Faktor Psikologis: Motivasi. Belajar yang dilandasi motivasi yang kuat dan berasal dari dalam diri individu akan memperlancar proses belajar atau sebaliknya. Emosi. Emosi yang stabil, terkendali, dan tidak emosional akan mendukung proses belajar. Sebagai contoh mahasiswa yang IQnya diatas rata-rata, tetapi emosinya labil sehingga menghadapi permasalahan kecil mudah marah, mudah putus asa, tidak tekun sehingga akan mengahambat proses belajar atau sebaliknya.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
16
Sikap. Sikap negatif terhadap mata pelajaran, fasilitator, kondisi fisik, dan dalam menerima pelajaran, dapat menghambat atau kendala dalam proses belajar atau sebaliknya. Minat. Bahan pelajaran yang menarik minat akan mempermudah individu
untuk
mempelajari
dengan
sebaik-baiknya
atau
sebaliknya. Bakat. Seseorang yang tidak berbakat pada bidang tertentu, apabila memasuki jurusan atau mengikuti pelajaran yang tidak sesuai bakatnya akan menimbulkan hembatan dalam proses belajar. Intelegensi. Di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi belajar, faktor intelegensi sangat besar pengaruhnya dalam proses dan kemajuan belajar individu. Apabila individu memiliki intelegensi rendah, sulit untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Kreativitas. Individu yang memiliki kreativitas ada usaha untuk memperbaiki kegagalan sehingga akan merasa aman bila menghadapi pelajaran. 2. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri individu) a) Faktor Sosial: Orang tua. Orang tua yang mampu mendidik dengan baik, mampu berkomunikasi dengan baik, penuh perhatian terhadap anak, tahu kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi anak, dan mampu menciptakan hubungan baik dengan anak-anaknya, akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar anak tersebut. Manusia yang hadir. Manusia yang hadir pada saat seseorang sedang belajar dapat mengganggu proses belajar, misalnya: Suasana rumah yang gaduh, sekitar kelas banyak anak bermain, atau suasana di sekitar ruang kelas yang berisik.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
17
Bukan manusia yang hadir. Dapat berupa film, video, VCD, DVD atau kaset yang diputar sehingga dapat mengganggu individu yang sedang belajar. b. Faktor Nonsosial: Alat bantu belajar mengajar (ABBM) yang lengkap akan membantu proses belajar. Metode mengajar yang memadai akan membantu dalam proses belajar. Faktor alam seperti udara, cuaca, waktu, tempat, sarana, dan prasarana, dapat mempengaruhi proses belajar. 2.2.3 Motivasi Belajar Individu yang memiliki motivasi belajat tinggi akan mendapatkan hasil yang baik, dan sebalik individu yang tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi akan mendapatkan hasil yang tidak akan memuaskan untuk dirinya sendiri. Menurut Naido & Witls (2000), seseorang dapat menyadari adanya dorongan tertentu dalam berkreatis, tetapi dapat pula tidak menyadari adanya dorongan dalam diri. Oleh karena itu motivasi bersifat individu. Sikap seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu juga dipengaruhi oleh motivasi dan kepercayaan. Sedangan Potter & Perry (2005), motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang mengambil suatu tindakan. Jika seseorang tidak ingin belajar, hal ini menunjukan pembelajaran tidak akan terjadi. Motivasi
dapat
berasal
dari
motif
sosial,
tugas,
atau
fisik.
Ketidaknyamanan fisik, kecemasan, dan distraksi dari lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan untuk belajar.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
18
Dapat disimpulkan motivasi belajar adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan tindakan dengan tujuan tertentu 2.3 KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) 2.3.1 Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pusat kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002) mendefinisikan bahwa kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum ini berorientasi pada: a) Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan b) Keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai dengan kebutuhannya. Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang disusun berdasarkan elemen-elemen kompetensi yang dapat menghantarkan mahasiswa untuk mencapai kompetensi utama, pendukung dan lainnya yang terkait. (BPMA UI, 2007). 2.3.2 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Perguruan Tinggi Kepmendiknas No. 232/U/2000 adalah: Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.
Menurut Margono, (2011). Pendidikan harus menghasilkan kemampuan bertindak yang benar & cerdas; tindakan yang produktif, yang efektif, yang mampu memecahkan masalah nyata dalam kehidupan. Pendidikan tidak sekedar mengajarkan dan mempelajari pengetahuan, tetapi juga keterampilan dan aspek-aspek kepribadian lain. Dalam ilmu pendidikan dikenal adanya 3 kawasan tujuan pendidikan yang perlu dicapai melalui Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
19
kegiatan belajar/ pendidikan, yaitu: cognitive, psycho-motoric dan affective. Pendidikan yang baik adalah yang mencakup ketiga kawasan tujuan itu, yang menjamin dikuasainya kemampuan bertindak cerdas, dan bukan sekedar mengetahui (cognitive). UNESCO merumuskan adanya empat pilar utama pendidikan, yaitu: a) Learning to know (Belajar untuk mengetahui) b) Learning to do (Belajar untuk dapat melakukan) c) Learning to be (Belajar memerankan) d) Learning to live together
(Belajar hidup bersama berinteraksi,
bekerja-sama.) Keempatnya harus dapat dicapai melalui setiap pendidikan/program studi. 2.3.3 Bentuk Perubahan Dalam penyusunan Ditjen Dikti (2008) mengungkapkan adanya pembaharuan konsep kurikulum pendidikan tinggi yang dituangkan dalam Kepmendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045/U/2002 , yang mengacu kepada konsep pendidikan tinggi abad XXI UNESCO (1998) , terdapat perubahan yang mendasar yaitu: 1) Luaran hasil pendidikan tinggi yang semula berupa kemampuan minimal penguasaan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sesuai dengan sasaran kurikulum suatu Program studi, diganti dengan kompetensi seseorang untuk dapat melakukan seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungj awab sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Luaran hasil pendidikan tinggi ini yang semula penilaiannya dilakukan oleh penyelenggara pendidikan tinggi sendiri, dalam konsep yang baru penilaian selain oleh perguruan tinggi juga dilakukan oleh masyarakat pemangku kepentingan. 2) Kurikulum program studi yang semula disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah lewat sebuah Konsorsium (Kurikulum Nasional), diubah, yakni kurikulum inti disusun oleh perguruan tinggi bersama-sama
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
20
dengan pemangku kepentingan dan kalangan profesi, dan ditetapkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan. 3) Berdasarkan Kepmendikbud No. 056/U/1994 komponen kurikulum tersusun atas Kurikulum Nasional (Kurnas) dan Kurikulum Lokal (Kurlok) yang disusun dengan tujuan untuk menguasai isi ilmu pengetahuan dan penerapannya (content based), sedangkan dalam Kepmendiknas No. 232/U/2000 disebutkan bahwa kurikulum terdiri atas Kurikulum Inti dan kurikulum Institusional. Kurikulum Inti merupakan penciri dari kompetensi utama, ditetapkan oleh kalangan perguruan tinggi bersama masyarakat profesi dan pengguna lulusan. Sedangkan Kompetensi pendukung, dan kompetensi lain yang bersifat khusus dandengan kompetensi utama suatu program studi ditetapkan oleh
institusi
penyelenggara
program
studi
(Kepmendiknas
No.045/U/2002). 4) Dalam Kurikulum Nasional terdapat pengelompokan mata kuliah yang terdiri atas: Mata Kuliah Umum (MKU), Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK), dan Mata Kuliah Keahlian (MKK). Sedangkan dalam Kepmendiknas no 232/U/200. Kurikulum terdiri atas kelompok-kelompok
Mata
Kuliah
Pengembangan
Kepribadian
(MPK), Mata Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MKK), Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB), Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), serta Mata Kuliah Berkehidupan Bersama (MBB). Namun, pada Kepmendiknas No.045/U/2002, pengelompokkan mata kuliah tersebut diluruskan maknanya agar lebih luas dan tepat melalui pengelompokkan berdasarkan elemen kompetensinya,yaitu a. landasan kepribadian b. penguasaan ilmu dan keterampilan c. kemampuan berkarya d. sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai e. pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
21
Konsep ini untuk dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang menjadikan perguruan tinggi menjadi tempat pembelajaran dan suatu sumber daya pengetahuan, pusat kebudayaan, serta tempat pembelajaran terbuka untuk semua, maka dimasukkan strategi kebudayaan dalam pengembangan pendidikan tinggi. Strategi kebudayaan tersebut berujud kemampuan untuk menangani masalahmasalahyang terkait dengan aspek: a) fenomena anthrophos, dicakup dalam Pengembangan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudipekerti luhur,berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan; b) fenomena tekne, dicakup dalam penguasaan ilmu dan ketrampilan untuk mencapai derajat keahlian berkarya c) fenomena oikos, dicakup dalam kemampuan untuk memahami kaidah kehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. d) fenomena etnos, dicakup dalam pembentukan sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keahlian yang dikuasai. 5)
Perubahan kurikulum juga berarti perubahan pembelajarannya, sehingga dengan konsep diatas proses pembelajaran yang dilakukan di pendidikan tinggi tidak hanya sekedar suatu proses transfer of knowledge, namun benar-benar merupakan suatu proses pembekalan yang berupa method of inquiry seseorang yang berkompeten dalam berkarya di masyarakat.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
22
Tabel 1. Perubahan konsep kurikulum No 1.
Tujuan Latar belakang
Kurikulum Berbasis
Kurikulum Berbasis
Isi (KURNAS 1994)
Kompetensi (KBK 2000)
Masalah internal.
Masalah global.
Berbasis isi (Content
Berbasis komptensi
Based Curriculum).
(Competency Based
perubahan 2.
Basis kurikulum
Curricullum). 3.
Keluaran
Kemampuan minimal
Kompetensi yang dianggap
Pengguruan tinggi
sesuai sasaran
mampu oleh masyarakat.
kurikulumnya. 4.
Penilaian kualitas
Perguruan tinggi
Perguruan tinggi dan
lulusan
sendiri.
pengguna lulusan/stakeholders.
5.
Cara penyusus
Mulai dari isi
Mulai dari penetapan profil
keilmuannya.
lulusan dan kompetensi.
6.
Penekanan
Output, lebih banyak
Outcome, keseimbangan
7.
Pembelajaran
menekankan hard skill.
hard skill dan soft skill.
Teacher centered
Student centered learning
learning (TLC), dengan
(SCL), diarahkan pada
titik berat pada transfer
pembekalan method of
of knowledge.
inquiry and discovery.
Sumber Ditjen Dikti 2008. 2.3.4 Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi Menurut Sanjaya (2008) KBK memiliki
dua makna, pertama adalah
dalam KBK mahasiswa tidak sekedar dituntut untuk memahami sejumlah konsep, tetapi bagaimana pemahaman konsep tersebut berdampak pada perilaku dan pola pikir sehari-hari. Pengembangan kompetensi diarahkan untuk memberi keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam masyarakat yang cepat berubah, penuh persaingan dan penuh tantangan ketidak pastian dan ketidak menentuan. Makna kedua, dalam KBK pendidikan menghargai bahwa setiap mahasiswa memiliki kemampuan,
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
23
minat, dan bakat yang berbeda, sesuai dengan keberagaman dan kecepatan masing-masing
individu.,
KBK
menuntut
untuk
keberagaman
penggunakan sumber belajar secara optimal. Mahasiswa dituntut untuk dapat menggunakan berbagai sumber informasi sebagai sumber belajar (learning resources), tidak hanya mengandalkan informasi dari dosen. Tetapi juga dari sumber lainnya termasuk dari media elektronik, seperti komputer, internet, video, dan lain sebagainya. Kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi, memungkinkan siswa bisa belajar dari berbagai sumber belajar sesuai dengan minat, kemampuan, dan kecepatan untuk mendapatkan informasi. Menurut Depdiknas (2002, dalam Sajaya 2008) karateristik KBK secara lebih rinci sebagai berikut: 1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individu maupun kelompok. 2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. 3. Penyampaian informasi dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. 4. Sumber belajar bukan hanya dari fasilitator, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur pendidikan. 5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. 2.3.5 Prinsip-prinsip pengembangan dan pelaksanaan KBK Proses pengembangan dan pelaksana KBK Depdiknas telah merumuskan harus dilakukan dengan memerhatikan beberapa prinsip. Setiap prinsip pengembangan dan pelaksanaan KBK dalam kerangka dasar kurukulum 2004 (Sanjaya, 2008), yaitu seberikut: 1. Prinsip pengembangan. Prinsip yang harus diperhatikan dalam proses pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), yaitu; a) Peningkatan keimanan, budi pekerti luhur, dan penghayatan nilai-nilai budaya. b) Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
24
c) Penguatan integritas nasional. d) Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi. e) Pengembangan kecakapan hidup. f) Pilar pendidikan. g) Komprehensif dan berkesinambungan. h) Belajar sepanjang hayat. i) Diversifikasi kurikulm. 2. Prinsip pelaksanaan. Prinsip dalam pelaksanakan KBK adalah sebagai berikut: a) Mengutamakan kesamaan memperoleh kesempatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. b) Berpusat pada peserta didik. c) Pendekatan menyeluruh dan kemitraan. d) Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan. 2.3.6 Model-model Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Perguruan Tinggi. Panduan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi berisi tentang,
terdapat
beragam metode pembelajaran untuk SCL, di antaranya adalah: Small Group Discussio, Role-Play & Simulation, Case Study, Discovery Learning, Self-Directed Learning (SDL), Cooperative Learning (CL), Collaborative Learning (CbL), Contextual Instruction (CI), Project Based Learning (PjBL), dan Problem Based Learning and Inquiry (PBL).
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
25
Tabel 2. Urian Ringkasan Model Belajar KBK Perguruan Tinggi No 1.
Model Belajar Small Group Discussion
Yang Dilakukan Mahasiswa Membentuk kelompok (5 – 10 orang). Memilih bahan diskusi. Mepresentasikan paper dan mendiskusikan di kelas.
2.
Simulasi
Mempelajari dan
Yang Dilakukan Dosen Membuat rancangan bahan diskusi dan aturan diskusi. Menjadi moderator dan sakaligus mengulas pada setiap akhir sesion diskusi mahasiswa. Merancang situasi/ kegiatan yang
menjalankan suatu peran
mirip dengan yang sesungguhnya,
yang ditugaskan kepadanya.
bisa bermain peran, model, atau
Mempraktekkan/mencoba berbagi model yang telah
berbagai latihan simulasi. Membahas kinerja mahasiswa.
disiapkan. 3.
Discovery Learning
Mencari, mengumpulkan, dan
Menyediakan data, atau petunjuk
menyusun informasi yang ada
untuk menelusuri suatu
untuk mendeskripsikan suatu
pengetahuan yang harus sipelajari
pengetahaun
oleh mahasiswa. Memeriksa hasil belajar mandiri mahasiswa.
4.
5.
Self Directed Learning
Cooperative Learning
Merancang kegiatan belajar,
Sebagai fasilitator, member
melaksanakan, dan menilai
arahan, bimbingan dan konfirmasi
pengalaman belajarnya
terhadap kemajuan belajar yang
sendiri.
telah dilakuakn individu.
Membahas dan
Merancang dan memonitor proses
menyimpulkan masalah/
belajar dan hasil belajar
tugas yang diberikan dosen
kelompok.
secara berkelompok
Menyiapkan suatu masalah/ kasus atau bentuk tugas untuk diselesaikan oleh mahasiswa secara berkelompok.
6.
Collaborative Learning
Bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam mengerjakan tugas, Membuat rancangan proses
Merancang tugas yang bersifat open ended. Sebagai fasilitator dan motivator.
dan bentuk penilaian berdasarkan consensus kelompok sendiri.
Bersambung Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
26
No
Model Belajar
Yang Dilakukan
Yang Dilakukan Dosen
Mahasiswa 7.
Contextual Instruction
Membahas konsep (teori) kaitannya dengan situasi
bersifat mengaitkannya dengan
nyata.
situasi nyata dalam kehidupan
Melakukan studi
Project Based Learning
sehari-hari, atau kerja professional,
lapangan/ terjun di dunia
manajerial, entrepreneurial.
nyata untuk mempelajari
Menyusun tugas untuk studi
kesesuaian teori. 8.
Menjelaskan bahan kajian yang
Mengerjakan tugas yang
mahasiswa terjun ke lapangan. Merancang suatu tugas yang
telah dirancang secara
sistematik agar mahasiswa belajar
sistematis.
pengetahuan dan ketrampilan
Menunjukan kinerja dan
melalui proses pencarian/
mempertanggung
penggalian, yang terstrukstur dan
jawabankan hasil kerjanya
kompleks.
di forum.
Merumuskan dan melakukan proses pembimbingan dan asesmen.
9.
Problem Based Learning
Belajar dengan menggali/ mencari informasi serta memanfaatkan informasi
Merancang tugas untuk mencapai kompetensi tertentu. Membuat petunjuk untuk
memecahkan masalah
mahasiswa dalam mencari
factual/ yang dirancang
pemecahkan masalah yang dipilih
oleh dosen.
oleh mahasiswa sendiri.
2.4 Kerangka Teori Kecemasan adalah suatu keadaan yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu yang panjang dan sebagaian besar bergantung pada seluruh pangalaman hidup seseorang. Setiap individu mempunyai tingkat kecemasan berbeda. Semakin tinggi tingkat kecemasan individu maka akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikis. Kecemasan tingkat sedang dapat memotivasi pembelajaran. Akan tetapi, kecemasan tingkat tinggi menghambat terjadinya pembelajaran. Ini sangat mempengaruhi dalam proses belajar. apalagi kurikulum berbasis kompetensi membutuhkan membutuhkan ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap dan kompetensi. Seseorang mengalami
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
27
tingkat kecemasan yang tinggi ini akan menghambat proses belajar dan akan mendapatkan hasil belajar yang tidak maksimal.
Reaksi normal terhadap situasi yang menekan kehidupan seseorang (Raimah, 2000)
Kecemasan suatu emosi yang ditandai meningkatnya aktifitas sistem otonom, seperti jantung, pernapasan, tekanan darah, dan jetegangan otot. (Kowalski, 2000)
Sosial
Dianggap berbahaya, terutama sebagai akibat dari masalahmasalah kehidupan yang semakin banyak (Ibrahim, 2011)
Kecemasan
Fisiologi
Psikologi
Respon Adaptif (Stuart & Sundeen, 1998)
Antisipasi
Respon Maladptif
Ringan
Sedang
Berat
Panik
Fisiologi (Sunaryo, 2004)
Sosial Mempengaruhi proses belajar
Psikologi
Non- sosial
Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi, membutuhkan tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan kompetensi. (BPMA UI, 2007)
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
BAB 3 KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep merupakan rangkuman dari kerangka teori yang dibuat dalam bentuk diagram yang menghubungkan antar variabel yang diteliti dan variabel lain yang terkait (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Masing-masing variabel disusun definisi operasionalnya yang merupakan sebuah konsep atau variabel dengan prosedur spesifik yang dapat diukur dengan menggunakan alat ukur (Polit & Beck, 2005). Berikut ini akan dijelaskan kerangka konsep, dan definisi operasional.
3.1 Kerangka Konsep Teori yang telah diuraikan dalam studi kepustakaan, maka konsep pada penelitian akan menggambarkan kecemasan mahasiswa ekstensi dalam proses belajar dengan sistem
pembelajaran
kurikulum
berbasis
kompetensi
di
Fakultas
Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Ringan Penerapan KBK
Sedang
Kecemasan
Berat Panik
Fisiologis Proses belajar
Psikologis
- Persepsi
Sosial Ket:
- Motivasi (prilaku)
Area yang terkait Area penelitian
28 Universitas Indonesia Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
29
3.2 Definisi Operasional N
Variabel
o 1
Definisi
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
operasional
Skala ukur
Data Demografi Usia,
Penghitungan umur yang dihitung sejak lahir sampai ulang tahun terakhir
Kuesioner
Kuesioner A merupakan data demografi responden.
1) 20 – 30 Tahun. 2) 31 – 40 tahun 3) 41 – 50 tahun.
Rasio
Jenis Kelamin,
Mengetahui Fisik responden yang lebih dikhususkan atas anatomi biologi yang dibagi menjadi 2 yaitu laki-laki dan perempuan.
Kuesioner
Kuesioner A merupakan data demografi responden
1) Laki-laki. 2) Perempuan.
Nominal
Status Pekerjaan
Status pekerjaan responden saat mengikuti perkuliahan masih bekerja atau tidak
Kuesioner
Kuesioner A merupakan data demografi responden
1) Bekerja 2) Tugas belajar. 3) Tidak Bekerja.
Nominal
Status Pernikahan,
Status perkawinan responden
Kuesioner
Kuesioner A merupakan data demografi responden
1) Menikah 2) Belum menikah
Nominal
Kelas (Ekstensi)
Mengetahui angkatan responden
Kuesioner
Kuesioner A merupakan data demografi responden
1) Ekstensi 2010. 2) Ekstensi 2011
Nominal
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
30
N
Variabel
o 2
Definisi
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
operasional Tingkat Kecemasan.
Respon mahasiswa ekstensi FIK UI dalam menikuti pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi.
Skala ukur
Dengan memberikan 40 kuesioner yang dapat mengukur tingkat kecemasan
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang telah dikembangkan dan dimodifikasi dari kuesioner Hamilton Ratting Scale for Anxiety. - Nilai 1 : Tidak pernah merasakan - Nilai 2 : Jarang merasakan. - Nilai 3 : Sering merasakan - Nilai 4 : Selalu merasakan.
Skor tertinggi 160 dan nilai terendah 40 untuk kepentingan deskriptif maka di golongkan menjadi:
Ordinal
1. Skor 0 – 40 bila cemas ringan. 2. Skor 41 – 80 bila cemas sedang. 3. Skor 81 – 120 bila cemas berat. 4. Skor 121 160 nilai cemas berat sekali (panik).
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
BAB 4 METODE PENELITIAN
Merumuskan tujuan, teori yang terkait dan kerangka konsep penelitian, selanjutnya membuat rancangan pelaksanaan penelitian dengan menguraikan metodologi penelitian yang meliputi: desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, tempat penelitian, waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dan analisis data.
4.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi dalam menghadapi sistem belajar dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). 4.2 Populasi Dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi Populasi merupakan seluruh subjek atau obek dengan karateristik tertentu yang akan di teliti (Alimul, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa ekstensi FIK UI yang berkuliah di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitasi Indonesia, Depok. Jumlah mahasiswa ekstensi 2010 adalah 47 mahasiswa yang terdiri dari kelas A 23 mahasiswa dan kelas B 23 mahasiswa., danmahasiswa ekstensi 2011 berjumlah 71 mahasiswa. Kelas A 37 mahasiswa dan kelas B 34 mahasiswa. Total jumlah populasi dari keselurahan ekstensi FIK UI 117 mahasiswa.
31 Universitas Indonesia Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
32
4.2.2 Sampel Menurut Notoatmojo, (2005) sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Penentuan besaran sampel, jumlah sampel suatu penelitian bergantung pada dua hal: pertama, adanya sumber-sumber yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dari besarnya sampel. Kedua, kebutuhan dari rencana analisis yang menentukan batas minimal dari besarnya sampel. Sampel pada penelitian ini adalah jumlah sampel minimal pada penelitian ini menggunakan rumus sampel sederhana Notoatmodjo (2004). N
n=
Keterangan : N = Besar populasi
1 + N (d²)
n = Besar sampel d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,05) 117
n= 1 + 118 (0,05²) 117
n =
1 +117 (0,0025)
=
117
=
90,52
1,295
Perhitungan drop out n
Keterangan: n = besarsampel yang akandihitung
n' = (1 – f)
f = perkiraanproporsi drop out (10%)
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
33
90,52
n' = (1 – 0,1)
n' = 100,57 n’ = 101 orang. Dengan demikian jumlah minimal sampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah 101 orang. Akan tetapi pada penelitian ini akan menggunakan total sampling, yaitu semua mahasiswa ekstensi FIK – UI yang menjadi populasi akan dijadikan sampel. 4.3 Cara Pengambilan sampel Penelitian menggunkan semua populasi sebagai sampel yaitu berjumlah 117 mahasiswa ekstensi. 4.1 Tempat penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. 4.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2012. 4.3 Etika Penelitian Selama penelitian, beberapa prinsip etik yang ditekankan dalam penelitian menurut Silva (1995) sebagai berikut: a. Menghormati otonomi responden untuk ikut serta dalam penelitian dengan menentukan derajat dan lamanya berpartisipasi tanpa menimbulkan dampak negatif.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
34
b.
Mencegah atau meminimalkan kerugian dan bahaya yang dapat terjadi serta meningkatkan manfaat untuk seluruh responden.
c. Menghormati kepribadian responden, serta menghargai keanekaragaman mereka. d. Memastikan bahwa manfaat dan beban dari penelitian dirasakan secara adil dalam pemilihan responden penelitian. e. Menjaga privasi responden semaksimal mungkin. f. Menjamin integritas etika dari proses penelitian. Etika ini
untuk menghormati otonomi, responden diikutkan dalam penelitian
tanpa unsur paksaan dan memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi dalam penelitian. Selama penelitian, jika responden mengalami kelelahan, pengambilan data dihentikan sementara dan dilanjutkan setelah responden bersedia. Kesejahteraan responden tetap diperhatikan dengan memberikan bantuan untuk mengisi kuesioner bagi responden yang mengalami kesulitan dan tetap menjaga kerahasiaan responden baik dalam proses pengumpulan data maupun hasil penelitian (Polit & Beck, 2005). 4.4 Alat Pengumpulan Data Penelitian menggunkan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Penyusunan kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu data demografi dan pernytaan tentang kecemasan. Data demografi meliputi usia, jenis kelamin, status pekerjaan, status pernikahan dan kelas. Data demografi menggambarkan karakteristik dari sampel yang diambil. Sedangkan bagian kedua berisi penyataan yang mengidentifikasikan variabelvariabel penelitian berjumlah 40 pernyataan. Pernyataan yang digunakana dalah mengeksplorasi
gambaran
tingkat
kecemasan
mahasiswa
dalam
proses
pembelajaran KBK. Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
35
Instrumen yang digunakan sebelumnya dilakukan uji coba pada 30 mahasiswa FIK-UI ekstensi 2011 dan 2010 pada tanggal 25 Mei 2012, dan untuk mahasiswa yang berjumlah 87 mahasiswa akan menjadi sampel penelitian. Instrumen yang digunakan terdiri dari 5 pertanyaan untuk data demografi dan 52 penyataan yang menanyakan tentang kecemasan. Kemudian dilakukan uji validitas dan uji reabilitas agar data yang diperoleh memenuhi persyaratan kedua aspek tersebut. Dengan mengunakan aplikasi komputer, pada uji reabilitas diperoleh r hitung lebih besa r dari r tabel (0,948 > 0,700) dan rentang nilai validitas (0,824 – 0,388). Uji validitas diperoleh 22 pertanyaan yang tidak validitas dan tidak memenuhi syarat, karena nilai r hitung lebih kecil dari r table. Setelah uji coba, dilakukan perbaikan kalimat kuesioner sesuai dengan hasil uji coba. Kuesioner menggunkan skala Likert yang terdiri dari jawaban tidak pernah (TP), jarang (J), sering (S), dan selalu (S). Pernyataan terdiri dari penyataan positif dan negatif. Untuk penyataan negatif pada setiap variabel diberi nilai skor sebagai berikut : TP = 1, J = 2, S = 3, dan SL = 4. Untuk pernyataan positif nilai skor sebagai berikut: TP = 4, J = 3, S = 2, dan SL = 1. Pada pernyataan pada variabel kecemasan, kelompok penyataan negatif nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17,19, 21, 23, 25, 27, 29, 31, 33, 35, 37 dan 39. Sedangkan untuk pernyataan kecemasan positif nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28, 30, 32, 34, 36, 38, dan 40. Skor yang digunakan adalah skor 0 – 40 bila cemas ringan, skor 41 – 80 bila cemas sedang, skor 81 – 120 bila cemas berat, dan skor 121 - 160 nilai cemas berat sekali (panik).
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
36
4.5 Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data meliputi prosedur administratif dan teknis. Prosedur tersebut sebagai berikut: 4.7.1 Prosedur administratif Penelitian dilakukan setelah mendapat surat ijin penelitian dan keterangan lolos kaji etik dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 4.7.2 Prosedur teknis Prosedur teknis dalam penelitian ini yaitu: a. Meminta izin kepada Dekan FIK UI menyampaikan maksud dan tujuan penelitian. b. Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat, prosedur penelitian, hak untuk menolak dan jaminan kerahasiaan sebagai responden. c. Data dikumpulkan oleh peneliti dengan mengisi format karakteristik responden, d. Waktu yang dibutuhkan untuk pengumpulan data adalah saat istirahat ataus ebelum masuk jam perkuliahan. e. Instrumen penelitian yang sudah diisi, selanjutnya dikumpulkan, diolah dan dianalisis. 4.6 Analisa Data 4.8.1 Pengolahan Data Pengolahan data merupakan kegiatan yang menentukan hubungan antara input dengan data processing, dan untuk mendapatkan jawaban dari permasalah yang diteliti. Tujuan pengolahan data adalah meringkas data sehingga memberikan informasi berdasarkan kebutuhan. Proses pengolahan data menurut Setia (2007), meliputi; Editing
: Melakukan pengecekan kuesioner apakah tiap pertanyaan sudah ada jawabannya/lengkap, jelas, relevan dan konsisten.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
37
Coding
: Memberikan kode data pada data dengan merubah kata-kata menjadi angka.
Sorting
: Mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data)
Entry data: Memasukkan data dengan cara manual atau melalui pengolahan dengan komputer. Cleaning
: Mengecek kembali data yang telah di entry, melihat variabel apakah data sudah benar atau belum.
Analizing: Melakukan analisa dari data mentah untuk memecahkan masalah penelitian sehingga menghasilkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian. 4.8.2 Analisis Data Data yang terkumpul dilakukan analisi. Jenis analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat. Pada data demografi setiap pertanyaan akan dianalisis dan hasilnya dalam bentuk distribusi frekuensi, dan prosentase responden berdasarkan tingkat kecemasan dari kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat dan kecemasan berat sekali (panik) . Data
kecemasan menggunakan kuesioner Hamilton Ratting Scale for Anxiety.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
BAB 5 HASIL PENELITIAN
Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis menggunakan analisis univariat untuk menggambarkan distribusi frekuensi dan proporsi variabel yang diteliti, yaitu karakterisrik responden (usia, jenis kelamin, status pekerjaan, status pernikahan dan kelas) dan tingkat kecemasan mahasiswa. Total responden pada penelitian adalah 87 mahasiswa ekstensi FIK – UI. 5.1 Karakteristik Responden Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Mahasiswa Ekstensi FIK-UI pada Juni 2012 (N = 87) Variabel
n
%
20 – 30 tahun
44
50.57%
31 – 40 tahun
42
48.28%
41 – 50 tahun
1
1.15%
Laki-laki
24
27,6%
Perempuan
63
72, 4%
Bekerja
59
67,8%
Tidak bekerja
12
13,8%
Tugas Belajar
16
18,4%
Belum menikah
31
64,4%
Menikah
56
35,6%
Ekstensi 2010
36
41,4%
Ekstensi 2011
51
58,6%
Usia
Jenis kelamin
Status Pekerjaan
Status Pernikahan
Kelas
38 Universitas Indonesia Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
39
Dari tabel 5.1 distribusi responden berdasarkan karakteristik mahasiswa ekstensi FIK-UI 2010 dan 2011. Tampak bahwa responden pada penelitian ini sebagian besar berusia 20 - 30 tahun (50.57%), perempuan (72,4%), yang berstatus bekerja (67,8%) dan yang belum menikah (64,4%). Dari proporsi mahasiswa ekstensi 2011 lebih banyak (58,6%) di bandingkan mahasiswa ekstensi 2010 (41,4%).
5.2
Tingkat Kecemasan Mahasiswa Ekstensi FIK-UI.
Kecemasan Ringan , 0% Kecemasan Berat Sekali (panik), 1.15%
Kecemasan Sedang , 12.64%
Kecemasan Berat, 86.21%
5.2 Diagram Tingkat Kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI dalam mengikuti pembelajaran KBK Tahun 2012 (N=87) Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 87 responden semua mengalami kecemasan dengan distribusi sebagian besar (86.21 %) mahasiswa ekstensi FIK-UI mengalami kecemasan berat, ada yang mengalami kecemasan sedang (12.64 %), dan kecemasan berat sekali (panik) sebesar (1.15%).
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
40
Table 5.3 Perbandingan Tingkat Kecemasan Mahasiswa Ekstensi FIK-UI 2010 dan 2011 (N = 87). Tingkat kecemasan Kecemasan Ringan
Kelas
Kecemasan Sedang
Kecemasan Berat
n 0
% 0%
n 7
% 19.45%
n 29
% 80.55%
Ekstensi 2011
0
0%
4
8.66%
46
90.19%
Total (n)
0
Ekstensi 2010
12
75
Kecemasan Berat Sekali (panik) n % 0 0% 1
1.15%
1
Total (%) n 36
100%
51
100%
87
Dari tabel 5.3 tampak bahwa baik pada mahasiswa ekstensi 2010 maupun mahasiswa ekstensi 2011 sebagaian besar mengalami kecemasan berat, tetapi mahasiswa ekstensi 2011 lebih banyak, yaitu 54.02% dari 51 orang dan mahasiswa ekstensi 2010 32.18% dari 36 orang. Mahasiswa ekstensi 2011 ada 1.15% yang mengalami kecemasan berat sekali (panik) Tabel 5.4 Tingkat Kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI dalam mengikuti pembelajaran KBK berdasarkan Usia Tahun 2012 (N=87) Variabel Range
Prosentase Tingkat Kecemasan Tk. Ringan
Tk. Sedang
Tk. Berat
Tk. Berat
Usia (tahun) 20 – 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun
Sekali (panik)
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
0
0%
5
11.36%
39
88.64%
0
0%
44
100%
0
0%
6
15.52%
35
83.33%
1
1.15%
42
100%
0
0%
0
0%
1
100%
0
0%
1
100%
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
41
Dari tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa.pada tabel diatas prosentase tingkat kecemasan berdasarkan range usia yang paling banyak mengalami kecemasan adalah pada range usia 20 – 30 tahun (50.57%). Tabel 5.5 Tingkat Kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI dalam mengikuti pembelajaran KBK berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012 (N=87).
Tingkat kecemasan Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat Kecemasan Berat Sekali (panik) Total
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan n % n % 0 0% 0 0% 1 4.35% 10 15.62% 22 95.65% 53 82.81% 0
0%
1
1.57%
23
100%
64
100%
Dari tabel 5.5 dapat disimpulkan bahwa.pada prosentase tingkat kecemasan berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak mengalami kecemasan adalah pada jenis kelamin perempuan (73.56%). Tabel 5.6 Tingkat Kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI dalam mengikuti pembelajaran KBK berdasarkan Status Pekerjaan Tahun 2012 (N=87). Variabel
Tingkat Kecemasan
Status
Tk.
pekerjaan
Ringan
Bekerja Tugas Belajar Tidak bekarja Total (n)
n
Tk. Sedang
Tk. Berat
Tk. Berat Sekali (panik)
%
n
Total
0 0
0% 0%
%
n 4 3
6.77% 18.75%
54 13
91.52% 81.25%
%
n 1 0
1.71% 0%
59 16
100% 100%
0
0%
4
33.33%
8
66.66%
0
0%
12
100%
0
0%
11
75
1
%
n
87
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
42
Dari tabel 5.6 dapat disimpulkan bahwa.pada tabel diatas prosentase tingkat kecemasan berdasarkan pekerjaan yang paling banyak mengalami kecemasan adalah yang bekerja 67.82%). Tabel 5.7 Tingkat Kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI dalam mengikuti pembelajaran KBK berdasarkan Status Pernikahan Tahun 2012 (N=87).
Tingkat kecemasan Kecemasan Ringan Kecemasan sedang Kecemasan Berat Kecemasan Berat Sekali (panik) Total
Status Pernikahan Sudah Belum Menikah Menikah n % n % 0 0% 0 0% 8 14.28% 3 9.68% 47 83.92% 28 90.32% 1
1.80
0
0%
56
100%
31
100%
Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa mahasiswa FIK-UI yang mengalami kecemasan berdasarkan status pernikahan adalah 64.37 % yang sudah menikah mengalami kecemasan.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1
Interprestasi hasil penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa ekstensi FIK-UI seluruhnya mengalami kecemasan, tidak ada mahasiswa ekstensi yang tidak mengalami kecemasan. Kecemasan yang di alami mahasiswa ekstensi FIK-UI dalam mengikuti membelajaran KBK beragam mulai dari tingkat kecemasan sedang sampai dengan tingkat kecemasan berat sekali (panik). Mahasiswa yang mengalami kecemasan sedang 12.64%, kecemasan berat 86,21%, dan kecemasan berat sekali 1.15%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa ekstensi FIK-UI sebagian besar mengalami kecemasan tingkat berat. Bila hal ini tidak di tangangi maka akan mempengaruhi proses belajar mahasiswa dan prestasi akademik untuk kedepannya. Dari hasil penelitian di dapatkan 12.64% mahasiwa FIK-UI mengalami kecemasan tingkat sedang. Kecemasan tingkat sedang yang di alami mahasiswa ekstensi FIK-UI apabila tidak ditangani secara dini akan meningkat pada tahap tingkat berat. Menurut Stuart & Sundden (1998) seorang individu mengalami kecemasan sedang persepsi agak menyempit, sedikit lebih sulit untuk konsentrasi belajar, memandang pengalaman ini dengan masa lalu, dapat gagal untuk mengenali sesuatu apa yang terjadi pada situasi, akan mengalami beberapa kesulitan dalam beradaptasi dan menganalisa, peningkatan frekuensi pernapasan dari jantung dan tremor/gemetaran. Sebaiknya bila menghadapi kecemasan sedang berhenting sejak dari kegiatan mengerjakan tugas-tugas, dengan cara teknik relaksasi tarik napas dalam dan membayangkan suatu tempat yang dapat menangkan diri dapat membantu untuk menghilangkan rasa kecemasan yang dirasakan.
43 Universitas Indonesia Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
44
Diketahui dari hasil penelitian 86.21% mahasiswa yang mengalami kecemasan tingkat berat. Hal ini sangat mengkhawatir mahasiswa, karena sulit bagi mahasiswa untuk dapat berkonsentrasi dalam belajar, menurun motivasi akan belajar, kesulitan beradaptasi dalam proses belajar dan keinginan belajar pun mulai menurun. Menurut Stuart & Sundden (1998) seseorang yang mengalami kecemasan berat akan menunjukan sikap seperti tidak dapat berkonsentrasi lebih, belajar sangat terganggu, mudah mengalihkan perhatian, komunikasi yang sulit dipahami dan terkadang akan mengalami takhikardi, sakit kepala, pusing dan mual. Mahasiswa yang mengalami kecemasan tingkat berat seharusnya dapat berkonsultasi kepada penanggung jawab akademik atau pun pada dosen mata ajar bila mengalami kesulitan dalam mengikuti belajar dan tugas-tugas yang diberikan. Mengutarakan perasaan kepada orang lain yang akan membuat rasa kecemasan dalam diri mulai berkurang. Dengan melakukan hal ini rasa kecemasan mulai berkurang dan individu pun dapat melakukan proses belajar dengan baik dan mendapat hasil yang memuaskan. Apabila hal ini terus berlanjut akan mengganggu dalam proses belajar dan juga kehidupan sehari-hari mahasiswa. Dari hasil penelitian didapatkan 1,15% mahasiswa ekstensi FIK-UI mengalami kecemasan berat sekali (panik). Menurut Stuart & Sundden (1998) kecemasan berat sekali (panik), persepsi individu terganggu, sangat kacau, hilang kontrol, tidak dapat berpikir secara sistematis dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun telah diberi pengarahan. Fokus pada hal yang tidak jelas, tidak mampu dalam mengikuti proses belajar, berfokus pada hal saat ini, dan tidak mampu berpikir. Hal ini sangat mengkhawatir mahasiswa karena tidak hanya kecemasan dalam proses belajar tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa yang mengalami kecemsan berat sekali (panik), perlu berkonsultasi langsung pada psikolog. Karena sulit baginya untuk lepas dari rasa kecemasan, apabila berlanjut
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
45
terus menerus mahasiswa akan mengalami depresi. Hal ini merugikan mahasiswa, sulit untuk mengikuti proses belajar dan akan mendapatkan hasil yang tidak memuaskan. Mahasiswa dapat mengatasi kecemasan dengan melakukan hobi yang disenangi, rekreasi dengan keluarga atau teman, curhat kepada orang yang dipercaya, dan dapat juga melakukan relaksai. Menurut Burn (dalam Subandi, 2003) menyatakan beberapa keuntungan dari relaksasi, antara lain adalah relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang berlebih-lebihan karena adanya kecesamasan, mengurangi tingkat kecemasan, mengurangi gangguan yang berhubungan dengan kecemasan, mengontrol situasi yang menimbulkan kecemasan, relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dan nyeri akibat operasi, konsekwensi fisiologis yang penting dari relaksasi adalah meningkatnya harga diri dan keyakinan diri sebagai hasil kontrol yang meningkat dari reaksi kecemasan, dan meningkatnya hubungan intertpersonal. Peneliti melakukan perbandingan perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi 2010 dengan mahasiswa ekstensi 2011. Dari hasil yang di dapat tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi 2010 kecemasan sedang 8.05%, kecemasan berat 32.18% dan mahasiswa ekstensi tidak ada yang mengalami keemasan tingkat berat sekali (panik). Sedangkan mahasiswa ekstensi 2011 yang mengalami kecemasan sedang 4.60%, kecemasan berat 54.02%, dan kecemasan berat sekali (panik) 1.15%. Dari hasil perbandingan tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi
FIK-UI,
mahasiswa ekstensi 2011 mengalami tingkat kecemasan yang cukup tinggi dibandingkan dengan mahasiswa ekstensi 2010. Hal ini dapat dikarenakan lamanya mahasiswa ekstensi 2010 yang telah menjalani proses belajar 4 semester, sedangkan mahasiswa ekstensi 2011 baru 2 semester. Seiring
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
46
berjalannya waktu kecemasan mahasiswa ekstensi 2010 pun mulai berkurang. Hal ini dirasakan juga oleh peneliti. Motifasi dari dalam diri juga lingkungan yang membuat kecemasan mulai berkurang. Dari hasil penelitian tingkat kecemasan mahasiswa dikaitkan dengan usia, di dapatkan usia 20 – 30 tahun mahasiswa yang mengalami kecemasan 50.57%, usia 31 – 40 tahun yang mengalami kecemasan 48.28% dan usia 41 – 50 tahun yang mengalami kecemasan 1.15% . Hal ini dapat dipengaruhi oleh kematangan fisik dan juga pengalaman mahasiswa dalam mengahadapi sesuatu masalah. Pengalaman dalam memperoleh ilmu seperti mengikuti pelatihan dan juga seminar-seminar untuk menambah pengalaman dan juga ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan. Hal ini juga dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menguasi ilmu. Dari hasil penelitian tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI dikaitkan dengan Jenis kelamin didapatkan di gambarkan bahwa mahasiswa ekstensi yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami kecemasan dibandingkan mahasiswa ekstensi laki-laki. Mahasiswa ekstensi perempuan 73.56% dan mahasiswa ekstensi 26.44%. Dari hasil penelitian tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi FIk-UI dikaitkan dengan status pekerjaan, didapatkan gambarkan bahwa mahasiswa yang bekerja mengalami tingkat kecemasan yang lebih banyak di bandingkan dengan mahasiswa yang tidak bekerja dan mahasiswa dengan tugas kuliah. Mahasiswa ekstensi yang bekerja 67.82%, tugas kuliah 18.82% dan yang tidak bekerja 13.79%. Mahasiswa yang bekerja dan mengalami tingkat kecemasan dapat dipengaruhi oleh sulitnya membagi waktu antara mengerjakan tugas, waktu kuliah, dan jadwal pekerjaan. Tugas kuliah yang banyak, yang membuat mahasiswa resah adalah tidak hanya tugas pribadi kuliah tetapi juga tugas kelompok. Hal ini yang membuat mahasiswa yang sebagian besar bekerja
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
47
mengalami kecemasan karena sulitnya membagi waktu, dan mengerjakan tugas. Hal ini membuat mahasiswa menyelesaikan tugas dengan apa adanya yang penting tugas kuliah selesai. Mengerjakan tugas yang asal jadi pun membuat mahasiswa mangalami kecemasan karena takut mendapatkan nilai yang tidak memuaskan karena mengerjakan tugas yang asal jadi. Karena mahasiswa mengetahui bahwa tugas kuliah yang diberikan oleh dosen akan membantu dalam penambahan nilai akhir mahasiswa. Dari hasil penelitian tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi FIk-UI dikaitkan dengan status pernikahan didapatkan di gambarkan bahwa mahasiswa yang mangalami kecemasan adalah mahasiswa yang sudah menikah. Mahasiswa ekstensi yang sudah menikah mengalami kecemasan 64.37% dan mahasiswa ekstensi yang belum menikah mengalami kecemasan 35.63%. Hal ini dapat dipengaruhi oleh mahasiswa yang sudah menikah memiliki tanggung jawab yang lebih dalam keluarga dan perkuliahan. Mahasiswa disibukan tidak hanya mengurusi keluarga tetapi juga tugas kuliah yang banyak.
Permasalahan-
permasalahan dalam rumah tangga, anak sakit, sulit membagi waktu antara keluarga, pekerjaan, anak, dan kuliah. Hal ini kemungkinan menjadi salah satu faktor yang membuat mahasiswa ekstensi yang sudah menikah mengalami kecemasan dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil penelitian tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi FIk-UI dikaitkan dengan berbagai karakteristik. Dapat digambarkan bahwa mahasiswa yang mengalami kecemasan dalam mengikuti pembelajaran KBK di FIK-UI sebagian besar berjenis kelamin wanita yang memiliki perkerjaan dan berstatus sudah menikah dan mahasiswa yang berusia 20 – 30 tahun kemungkinan kurang akan ilmu pengetahuan dan juga pengalaman dalam bidang keperawatan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan dalam proses belajar mahasiswa dapat timbul dari faktor internal (faktor ini dari dalam diri individu)
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
48
dan faktor eksternal (yang berasal dari luar diri individu). Menurut Sunaryo (2004) faktor internal yang mempengaruhi seseorang mengalami kecemasan dalam proses belajar faktor fisiologis yang teridiri dari kematangan fisik dan kesehatan fisik. Faktor psikologis yang terdiri dari motivasi, emosi, sikap, minat, bakat, dan kreativitas. Sedangkan faktor eksternal seperti keluarga, alat bantu belajar, metode belajar, dan faktor alam. Hal ini yang akan mempengaruhi seseorang dalam memahami dan juga mengerti maksud dan tujuan dari ilmu yang akan diperoleh. Untuk mengatasi atau mengalihkan rasa kecemasan dalam proses belajar adalah setiap individu harus memiliki motivasi belajar tinggi akan mendapatkan hasil yang baik. Sebalik individu yang tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi akan mendapatkan hasil yang tidak akan memuaskan untuk dirinya sendiri. Bila mahasiswa ekstensi memiliki motivasi yang tinggi maka kecemasan dalam proses pembelajar tidak akan terlalu menggangu. Menurut Potter & Perry (2005), motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang mengambil suatu tindakan. Jika seseorang tidak ingin belajar, hal ini menunjukan pembelajaran tidak akan terjadi. Motivasi dapat berasal dari motif sosial, tugas, atau fisik. Menurut Ibrahim (2011) seseorang dalam menghadapi gangguan kecemasan dapat melakukan perubahan gaya hidup. Banyaknya tugas juga membuat mahasiswa mengalami kecemasan, kecemasan tingkat berat yang sebagian besar mahasiswa ekstensi rasakan sebenarnya cukup mengganggu aktifitas sehari-hari. Terutama mahasiswa ekstensi yang bekerja bekerja, sulitnya membagi waktu dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan sangat dirasakan oleh mahasiswa ekstensi. Kurang kemampuan dalam menggunakan teknologi yang ada juga menghambat sebagian besar mahasiswa ekstensi. Karena mahasiswa ekstensi hamper sebagain beras saat Diploma III hanya mendapatkan pengaraharan dan informosi dari dosen saja, jarang mencari literatur dan infomasi menggunakan internet.
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
49
6.2 Keterbatasan penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang dimodifikasi dan yang dikembangkan oleh peneliti dari kuesioner Hamilton Ratting Scale for Anxiety. Kemudian dilakukan uji validitas dan uji reabilitas agar data yang diperoleh memenuhi persyaratan. Dengan mengunakan aplikasi komputer, setelah uji coba, dilakukan perbaikan kalimat kuesioner sesuai dengan hasil uji coba. Pada penelitian ini dari hasil jawaban kuesioner juga ada kemungkinan bias karena mengingat responden mempunyai pengetahuan akan ilmu keperawatan dan sampel yang diambil merupakan populasi tempat peneliti sama-sama belajar di FIK-UI. 6.3 Implikasi Penelitian Kecemasan yang dialami oleh mahasiswa ekstensi dalam mengikuti proses belajar akan mempengaruhi pada proses dan hasil belajar akan diikuti bila kecemasan ini terus berlanjut. Prestasi akademik dapat menurun dan tidak akan mendapatkan hasil yang diharapkan. Kecemasan yang dialami mahasiswa dapat menjadi bahan evaluasi bagi para dosen pengajar mengapa untuk mengevaluasi proses pembelajaran dan faktor-faktor yang mungkin menjai penyebab munculnya kecemasan tersebut. Kecemasan berat yang mahasiswa ekstensi alami jika tidak ditangani sejak dini, maka akan dapat mempengaruhi proses belajar dan prestasi akademik mahasiswa.
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 7 PENUTUP
7.1
Kesimpulan Mulai tahun ajar 2010 FIK UI menerapkan KBK untuk program pendidikan sarjana program ekstensi. KBK menuntut mahasiswa lebih aktif dalam pembelajaran dan hal ini menjadi stimulus untuk meningkatkan kecemasan pada mahasiswa ekstensi. Hasil penelitian ini mahasiswa ekstensi FIK-UI tidak ada satu pun mengalami kecemasan ringan, mahasiswa mengalami kecemasan berat (86.21%), kecemasan sedang (12.64%), dan kecemasan berat sekali (panik) (1.15%). Berdasarkan karakteristik, mahasiswa yang mengalami kecemasan berat sebagian besar berusia antara 20 – 30 tahun berjenis kelamin wanita , yang memiliki perkerjaan dan berstatus sudah menikah. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan mempengaruhi proses belajar mahasiswa di FIK-UI.
7.2
Saran Dari hasil penelitian ini ada beberapa hal yang perlu ditindak lanjuti : 1) Perlunya pengkajian lebih mendalam dan mengeksplorasi faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan dalam mengikuti KBK. 2) Sebagai bahan masukan bagi dosen FIK-UI untuk merancang pembelajaran yang tidak kondusif dan tidak menimbulkan kecemasan bagi mahasiswa ekstensi. 3) Sebagai bahan masukan bagi institusi FIK-UI untuk mengoptimalkan penanggung jawab akademik (PA) dalam mengurangi kecemasan selama proses belajar di FIK-UI.
50 Universitas Indonesia Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A,H. (2005). Pengantar ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. ___________ (2008). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Ayub.S.B. (2011). Panik neurosis dan gangguan cemas. Tangerang: Jelajah Nusa. Badan Penjamin Mutu Akademik Universitas Indonesia, (2007). Pedoman penjaminan mutu akademik dan mahasiswa. Universitas Indonesia. (diambil pada tanggal 23 Desember 2011) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Buku panduan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi pendidikan tinggi. Jakarta 2008. (diambil pada tanggal 23 Desember 2012) Hakim. T. (2005). Belajar secara efektif. Jakarta: Niaga Swadaya. Kaplan, G.W & Sandock, B.J, (2000). Sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan Perilaku psikiatri klinis. Jakarta: Binarupa Aksara. Kowalski, R. M, (2000). Anxiety: ecyclopedia of psychology. Washington, DC: America Psyschological Association. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Polit, Denise F & Beck, Cheryl Tatano, (2005). Essentials of nursing research: methods, appraisal, and utilization. Mixed media product Potter & Perry, (2005). Fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC. Raimah, S. (2003). Kecemasan. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Sabran, (2005). Ilmu dan aplikasi pendidikan bagian i: ilmu pendidikan teoritis. Jakarta: Grasindo. Setiadi, (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu. Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. (ed 4). Jakarta: Sagung Seto. Stuart, G.W, Laraia, M.T , (2001). Principles and practice of psychiatric nursing. 7th ed. St Louis. Mosby.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Stuart GW, & Sundeen SJ. (1998). Principle ang Practice of Psychiatric Nursing. St.louis Missouri. Mosby Year Book Inc. Subandi. 2003. Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk perawat. Jakarta: EGC. Wina, S. (2008). Pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta: kencana prenada media group.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Lampiran
LEMBAR INFORMASI UNTUK RESPONDEN
Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, akan melaksanakan penelitian tentang “ Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Ekstensi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Dalam Mengikuti Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)” Nama
: Evie Anggriyani
NPM
: 1006823242
Program
: Ekstensi 2010
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia tentang proses pembelajaran menggunakan sistem kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian bagi saudara sebagai responden, jawaban yang saudara berikan akan saya jaga kerahasiannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, setelah proses penelitian ini selesai data akan segera saya hapus. Bersama ini saya mohon kesediaan saudara untuk menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan serta pertnyaan dalam lembat kuesioner seseuai dengan petunjuk yang ada. Atas perhatian dan partisipasi yang baik dari saudara saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
Evie Anggriyani
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Lampiran
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini telah diminta kesediannya untuk turut berpartisipasi sebagai responden pada penelitian. Saya mengetahui bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi FIK – UI tentang proses membelajaran menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Peneliti dilakukan oleh Evie Anggriyani, mahasiswa FIK–UI program ekstensi 2010 telah menjelaskan bahwa penelitian ini tidak akan merugikan atau membahayakan saya,. Apabila ada pertanyaan/ pernyataan yang membuat saya merassa tidak nyaman, maka saya berhak mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa resiko apapun. Identitas serta jawaban yang saya berikan, hanya akan digunakan unutuk keperluan pengolahan. Demikian surat peernyataan ini akan saya tanda tangani tanpa suatu paksaan.
Depok, Apirl 2012 Responden
(
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
)
Lampiran
PENELITIAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN “GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA EKSTENSI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)”
A. Kuesioner Data Demografi Petunjuk Pengisian: 1. Isilah pertanyaan di bawah ini dengan cara menuliskan jawaban pada pertanyaan dengan memberikan tanda cek ( √ ) pada kolom jawaban yang disediakan. 2. Jawablah pernyataan berikut dengan jujur. 3. Mohon kepada responden untuk mengisi semua jawaban. Tanggal pengisian
:
Kode Responden
:
(Diisi oleh peneliti)
1. Inisial Responden
:
2. Usia
: …………..tahun
3. Jenis kelamin
: ( ) laki-laki
4. Status pekerjaan
: ( ) bekerja ( ) tidak bekerja
5. Status pernikahan
: ( ) menikah ( ) tidak menikah
6. Kelas
: ( ) ekstensi 2010 ( ) ekstensi 2011
( ) perempuan
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
( ) tugas belajar
Lampiran
B. Kuesioner Kecemasan Petunjuk Pengisian: Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini adalah perasaan atau keadaan yang saudara rasakan dan alami selama mengikuti pembelajaran KBK di FIK-UI. Isilah kolom d i sebelah kanan pertanyaan dengan memberikan tanda cek ( √ ) pada kolom jawaban pilihan yang paling menggambarkan keadaan saudara yang sebenarnya. Tidak ada jawaban benar atau salah, mohon untuk menjawab semua pertanyaan dengan jujur terima kasih. Keterangan : TP
: Jika Saudara tidak pernah merasakan atau mengalami.
J
: Jika saudara merasakan sesekali atau jarang.
S
: Jika saudara sering merasakan dengan frekuensi yang lebih banyak.
SL
: Jika saudara selalu merasakan/ mengalami.
No
Pertanyaan
1.
Saya tidak semangat dalam mengikuti metode pembelajaran KBK.
2.
Terlalu letih kuliah dan melakukan aktifitas yang dan bekerja membuat pandangan saya tidak jelas/buram
3.
Saya mudah terkejut bila mendengar ada tugas baru dalam pembelajaran KBK.
4.
Saya akan cemas setiap menghadapi suatu masalah.
5.
Setiap kali selesai ujian dan belum ada pengumungan kelulusan sulit rasanya saya menelan makanan.
6.
Selama kuliah berat baddan saya meningkat.
7.
Saya mengalami diare saat banyak tugas/ujian.
8.
Saya mudah menangkap/mencerna pelajaran dengan pembelajaran KBK.
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
TP
J S SL
Lampiran
No
Pertanyaan
9.
Selama kuliah berat badan saya menurun
10.
Pembelajaran dengan metode KBK membuat saya menjadi tertantang.
11.
Setiap kali ujian datang saya akan sering buang air kecil (BAK), lebih dari 2x.
12.
Saat ujian saya optimis akan lulus.
13.
Selama kuliah saya tidak punya waktu untuk melakukan hobi yang saya senangi.
14.
Saat presentasi di depan kelas saya akan memproduksi keringat yang berlebih.
15.
Saya suka melamun/termenung di depan kelas saat pembelajaran.
16.
Apabila banyak tugas kuliah perut saya akan terasa lapar.
17.
Selama kuliah saya sering sakit-sakitan dan mudah letih.
18.
Saya selalu mendapatkan dukungan dalam menyelesaikan masalah.
19.
Saya merasa gelisah setiap kali harus maju di depan keas.
20.
Perhatian saya akan meningkat bila mendengar dosen memberikan materi pelajaran.
21.
Wajah saya akan pucat jika mendapatkan tugas presentasi di depan kelas.
22.
Keingin tahuan saya tinggi dalam pembelajaran KBK.
23.
Selama kuliah saya tidak punya waktu untuk bersantai atau pun rekreasi.
24.
Saya dapat berkonsentrasi belajar dalam kondisi apapun.
25.
Selama menjalani pembelajaran KBK saya merasa takut tidak mendapatkan nilai yang bagus.
26.
Saya selalu memberikan gagasan yang tepat dalam kelompok diskusi.
27.
Apabila tudag kuliah tidak selesai saya akan mudah meneteskan air mata.
28.
Saya dapat beradaptasi dengan baik bila berbeda anggota kelompok.
29.
Saya kurang nyaman bila berada di kelompok diskusi yang baru.
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
TP
J S SL
Lampiran
No
Pertanyaan
TP
30.
Presentasi didepan kelas bukan suatu hal yang baru untuk saya.
31.
Saya akan terbangun pada malam hari untuk menyelesaikan tugas kuliah.
32.
Banyak tugas kuliah bukan beban untuk saya.
33.
Saya bermimpi buruk bila menyelesaikan tugas kuliah.
34.
Banyak tugas tidak menghalangi saya untuk berekreasi.
35.
Saya kurang menyukai dengan pembelajaran KBK yang setiap harinya hanya mengerjakan tugas.
36.
Setiap coordinator mata ajar menjelaskan BPKM saya memilki optimis dalam hati kau saya bisa menjalankan tugas-tugas kuliah.
37.
Saya kurang menyukai pembelajaran KBK yang hanya mengerjakan tugas setiap harinya.
38.
Metode pembelajaran KBK cocok untuk ilmu keperawatan.
39.
Dalam
menjalani
pembelajaran
KBK
saya
mengalami
suatu
kekhawatiran tidak bisa mengikuti metode pembelajaran ini dengan baik. 40.
Pembelajaran KBK memberikan saya banyak informasi yang belum pernah saya ketahui sebelumnya.
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
J S SL
Lampiran
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
1
TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA EKSTENSI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DALAM MENGIKUTI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)
ANXIETY LEVELS OF EXTENSION STUDENT FROM UNIVERSITY INDONESIA NURSING FACULTY FOLLOWING THE IMPLEMENTATION OF COMPETENCY-BASED CURRICULUM (CBC). Evie Anggriyani Keilmuan Dasar Keperawatan, Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Depok 16424 (021) 78849120 ext. 144, Fax. (021) 78849121. e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di FIK-UI diharapkan akan menghasilkan lulusan yang dapat memberikan perubahan yang lebih baik di bidang keperawatan di tempat kerja. Penerapan KBK menuntut mahasiswa lebih aktif dan mandiri, hal ini yang menimbulkan kecemasan pada mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada mahasiswa ekstensi FIK UI dalam mengikuti pembelajaran KBK. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif terhadap 87 mahasiswa ekstensi secara total sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua mahasiswa ekstensi FIK-UI mengalami kecemasan: 86.02% cemas berat, 12.64% cemas sedang dan 1.15% cemas berat sekali (panik). Penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan dalam mengikuti proses belajar dengan KBK perlu dilakukan. Metode pembelajaran yang lebih kondusif dan tidak menimbulkan kecemasan berat bagi mahasiswa juga perlu dirancang oleh dosen FIK-UI. Kata kunci: kurikulum berbasis kompetensi (KBK), mahasiswa ekstensi, tingkat kecemasan.
ABSTRACT The implementation of implementation Competency-Based Curriculum (CBC) in FIK-UI is expected to the produce a graduates who can provide improvement in the nursing workplace. This implementation demands students to be more active in learning and independent, which cause anxiety in students. The purpose of this study was to determine the anxiety level overview on FIK-UI extension students, in studying by using the CBC. This study examines 87 extensions program students in total sampling. The results indicate that all FIK-UI extensions program students experience anxiety rating from: 86.02% severe anxiety, 12.64% mild anxiety and 1.15% panic. These is a to need conduct further research to explore the factors that cause anxiety in students attending the CBC, and to fine a more conducive method of learning that does not cause severe anxiety for FIK-UI students. Keywords: Competency-Based Curriculum (CBC), extension students, anxiety of levels.
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
2
LATAR BELAKANG Mulai tahun ajar 2010 FIK UI menerapkan KBK untuk program pendidikan sarjana program ekstensi 2010. Saat ini, peneliti belum mendapatkan data tertulis tentang institusi pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia yang sudah menerapkan KBK pada sarjana keperawatan untuk program ekstensi selain di UI. Berdasarkan informasi dari beberapa mahasiswa ekstensi keperawatan di UNPAD (Universitas Padjajaran) dan USU (Universitas Sumatra Utara), KBK belum diterapkan di institusi tersebut. Di dua universitas tersebut baru diterapkan pada program regular. Di UI sendiri, belum semua fakultas menerapkan KBK baik untuk program regular maupun program ekstensi. Penerapan KBK di FIK-UI diharapkan akan menghasilkan lulusan yang dapat memberikan perubahan yang lebih baik di bidang keperawatan di tempat kerja. Setiap perubahan kurikulum tentunya menuntut perubahan sistem/metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan dalam KBK umunya menggunakan metode active learning. Pada program ekstensi metode pembelajaran pembelajaran yang banyak digunakan dalam metode pada Problem Basic Learning (PBL) dan Collaborative Learning (CL). Metode PBL dan CL merupakan 2 contoh metode pembelajaran active learning, yang menuntut mahasiswa lebih aktif mencari informasi melalui sumber pembelajaran yang diberikan. Hal ini membuat sebagian mahasiswa ekstensi mengalami kesulitan, ketakutan, dan kecemasan yang tak menentu. Hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa ekstensi yang merasakan kecemasan sangat dirasakan oleh mahasiswa yang sudah bekerja dalam waktu lama, karena sudah tidak pernah membacabaca buku kembali setelah lulus dari Diploma III keperawatan. Selain itu, mahasiswa juga merasa kesulitan dalam membagi waktu antara mengerjakan tugas dengan pekerjaan, kesulitan menggunakan fasilitas internet, menggunakan komputer, sulit memahami literature yang sebagaian besar menggunakan Bahasa Inggris, kurangnya informasi yang baru tentang keperawatan, khawatir tidak tercapainya target pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan cemas akan mendapat nilai yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dari pengalaman yang peneliti sendiri rasakan selama tiga semester melalui metode belajar dengan KBK, ada kecemasan dan rasa pesimis dalam menjalani pembelajaran yang diterapkan dalam KBK. Kecemasan ini tidak hanya dirasakan oleh peneliti, tetapi hampir semua mahasiswa ekstensi yang lainnya. Selama hampir tiga semester banyak fenomena yang terjadi dengan menggunakan sistem Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
3
pembelajaran KBK, misalnya kecemasan akan tugas yang menumpuk dan belum selesai, tugas yang datangnya terus menerus, takut belum menyelesaikan tugas, takut tidak mendapatkan nilai yang cukup untuk lulus dari mata ajar, masalah biaya pendidikan, pemahaman akan pembelajaran yang berbedabeda, dan lain sebagainya. Peneliti melihat adanya fenomena kecemasan yang mungkin akan mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar mahasiswa. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi keperawatan dalam mengikuti metode pembelajaran KBK di FIK UI. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei dengan menggunakan metode kuantitatif, deskriptif. Penelitian menggunakan semua populasi sebagai sampel yaitu berjumlah 117 mahasiswa ekstensi FIK-UI. Tempat penelitian dilaksanakan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2012. Instrumen yang digunakan sebelumnya dilakukan uji coba pada 30 mahasiswa FIK-UI ekstensi 201 1 dan 2010 pada tanggal 25 Mei 2012, dan untuk mahasiswa yang berjumlah 87 mahasiswa akan menjadi sampel penelitian. Instrumen yang digunakan terdiri dari 5 pertanyaan untuk data demografi dan 52 penyataan yang menanyakan tentang kecemasan. Kemudian dilakukan uji validitas dan uji reabilitas agar data yang diperoleh memnuhi persyaratan kedua aspek tersebut. Dengan mengunakan aplikasi komputer, pada uji reabilitas diperoleh r hitung lebih besa r dari r tabel (0,948 > 0,700) dan rentang nilai validitas (0,824 – 0,388). Uji validitas diperoleh 22 pertanyaan yang tidak validitas dan tidak memenuhi syarat, karena nilai r hitung lebih kecil dari r table. Setelah uji coba, dilakukan perbaikan kalimat kuesioner sesuai dengan hasil uji coba. Kuesioner menggunkan skala Likert yang terdiri dari jawaban tidak pernah (TP), jarang (J), sering (S), dan selalu (S). Pernyataan terdiri dari penyataan positif dan negatif. Untuk penyataan negatif pada setiap variabel diberi nilai skor sebagai berikut : TP = 1, J = 2, S = 3, dan SL = 4. Untuk pernyataan positif nilai skor sebagai berikut: TP = 4, J = 3, S = 2, dan SL = 1.
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
4
Pada pernyataan pada variabel kecemasan, kelompok penyataan negatif nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17,19, 21, 23, 25, 27, 29, 31, 33, 35, 37 dan 39. Sedangkan untuk pernyataan kecemasan positif nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28, 30, 32, 34, 36, 38, dan 40. Skor yang digunakan adalah skor 0 – 40 bila cemas ringan, skor 41 – 80 bila cemas sedang, skor 81 – 120 bila cemas berat, dan skor 121 - 160 nilai cemas berat sekali (panik). HASIL 5.1 Karakteristik Responden Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Mahasiswa Ekstensi FIK-UI pada Juni 2012 (N = 87) Variabel
n
%
20 – 30 tahun
44
50.57%
31 – 40 tahun
42
48.28%
41 – 50 tahun
1
1.15%
Usia
Jenis kelamin Laki-laki
24
27,6%
Perempuan
63
72, 4%
Bekerja
59
67,8%
Tidak bekerja
12
13,8%
Tugas Belajar
16
18,4%
Belum menikah
31
64,4%
Menikah
56
35,6%
Ekstensi 2010
36
41,4%
Ekstensi 2011
51
58,6%
Status Pekerjaan
Status Pernikahan
Kelas
Dari tabel 5.1 distribusi responden berdasarkan karakteristik mahasiswa ekstensi FIK-UI 2010 dan 2011. Tampak bahwa responden pada penelitian ini sebagian besar berusia 20 - 30 tahun (50.57%), perempuan (72,4%), yang berstatus bekerja (67,8%) dan yang belum menikah (64,4%). Dari proporsi mahasiswa ekstensi 2011 lebih banyak (58,6%) di bandingkan mahasiswa ekstensi 2010 (41,4%).
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
5
5.2
Tingkat Kecemasan Mahasiswa Ekstensi FIK-UI.
Kecemasan Ringan , 0% Kecemasan Berat Sekali (panik), 1.15%
Kecemasan Sedang , 12.64%
Kecemasan Berat, 86.21%
5.2 Diagram Tingkat Kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI dalam mengikuti pembelajaran KBK Tahun 2012 (N=87) Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 87 responden semua mengalami kecemasan dengan distribusi sebagian besar (86.21 %) mahasiswa ekstensi FIK-UI mengalami kecemasan berat, ada yang mengalami kecemasan sedang (12.64 %), dan kecemasan berat sekali (panik) sebesar (1.15%). Table 5.3 Perbandingan Tingkat Kecemasan Mahasiswa Ekstensi FIK-UI 2010 dan 2011 (N = 87). Tingkat kecemasan
n 0
% 0%
n 7
% 19.45%
n 29
% 80.55%
Kecemasan Berat Sekali (panik) n % 0 0%
Ekstensi 2011
0
0%
4
8.66%
46
90.19%
1
Total (n)
0
Kelas Ekstensi 2010
Kecemasan Ringan
Kecemasan Sedang
12
Kecemasan Berat
75
1.15%
1
Total (%) n 36
100%
51
100%
87
Dari tabel 5.3 tampak bahwa baik pada mahasiswa ekstensi 2010 maupun mahasiswa ekstensi 2011 sebagaian besar mengalami kecemasan berat, tetapi mahasiswa ekstensi 2011 lebih banyak, yaitu 54.02% dari 51 orang dan mahasiswa ekstensi 2010 32.18% dari 36 orang. Mahasiswa ekstensi 2011 ada 1.15% yang mengalami kecemasan berat sekali (panik) Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
6
Tabel 5.4 Tingkat Kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI dalam mengikuti pembelajaran KBK berdasarkan Usia Tahun 2012 (N=87) Variabel Range
Prosentase Tingkat Kecemasan Tk. Ringan
Tk. Sedang
Tk. Berat
Tk. Berat Sekali
Usia (tahun) 20 – 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun
(panik)
n
%
n 0
% 0%
n 5
% 11.36%
n 39
% 88.64%
n 0
% 0%
44
100%
0
0%
6
15.52%
35
83.33%
1
1.15%
42
100%
0
0%
0
0%
1
100%
0
0%
1
100%
Dari tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa.pada tabel diatas prosentase tingkat kecemasan berdasarkan range usia yang paling banyak mengalami kecemasan adalah pada range usia 20 – 30 tahun (50.57%). Tabel 5.5 Tingkat Kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI dalam mengikuti pembelajaran KBK berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012 (N=87).
Tingkat kecemasan Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat Kecemasan Berat Sekali (panik) Total
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan n % n % 0 0% 0 0% 1 4.35% 10 15.62% 22 95.65% 53 82.81% 0
0%
1
1.57%
23
100%
64
100%
Dari tabel 5.5 dapat disimpulkan bahwa.pada prosentase tingkat kecemasan berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak mengalami kecemasan adalah pada jenis kelamin perempuan (73.56%).
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
7
Tabel 5.6 Tingkat Kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI dalam mengikuti pembelajaran KBK berdasarkan Status Pekerjaan Tahun 2012 (N=87). Variabel
Tingkat Kecemasan
Status
Tk.
pekerjaan
Ringan
Bekerja Tugas Belajar Tidak bekarja Total (n)
n
Tk. Sedang
Tk. Berat
Tk. Berat Sekali (panik)
0 0
%
0% 0%
n
%
4 3
6.77% 18.75%
0
0%
4
33.33%
0
0%
11
n
Total
54 13
%
91.52% 81.25%
n 1 0
1.71% 0%
59 16
100% 100%
8
66.66%
0
0%
12
100%
75
%
n
1
87
Dari tabel 5.6 dapat disimpulkan bahwa.pada tabel diatas prosentase tingkat kecemasan berdasarkan pekerjaan yang paling banyak mengalami kecemasan adalah yang bekerja 67.82%). Tabel 5.7 Tingkat Kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI dalam mengikuti pembelajaran KBK berdasarkan Status Pernikahan Tahun 2012 (N=87).
Tingkat kecemasan Kecemasan Ringan Kecemasan sedang Kecemasan Berat Kecemasan Berat Sekali (panik) Total
Status Pernikahan Sudah Belum Menikah Menikah n % n % 0 0% 0 0% 8 14.28% 3 9.68% 47 83.92% 28 90.32% 1
1.80
0
0%
56
100%
31
100%
Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa mahasiswa FIK-UI yang mengalami kecemasan berdasarkan status pernikahan adalah 64.37 % yang sudah menikah mengalami kecemasan. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa ekstensi FIK-UI seluruhnya mengalami kecemasan, tidak ada mahasiswa ekstensi yang tidak mengalami kecemasan. Kecemasan yang di alami mahasiswa ekstensi FIK-UI dalam mengikuti membelajaran KBK beragam mulai dari tingkat kecemasan sedang sampai dengan tingkat kecemasan berat sekali (panik). Mahasiswa yang mengalami Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
8
kecemasan sedang 12.64%, kecemasan berat 86,21%, dan kecemasan berat sekali 1.15%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa ekstensi FIK-UI sebagian besar mengalami kecemasan tingkat berat. Bila hal ini tidak di tangangi maka akan mempengaruhi proses belajar mahasiswa dan prestasi akademik untuk kedepannya. Diketahui dari hasil penelitian 86.21% mahasiswa yang mengalami kecemasan tingkat berat. Hal ini sangat mengkhawatir mahasiswa, karena sulit bagi mahasiswa untuk dapat berkonsentrasi dalam belajar, menurun motivasi akan belajar, kesulitan beradaptasi dalam proses belajar dan keinginan belajar pun mulai menurun. Menurut Stuart & Sundden (1998) seseorang yang mengalami kecemasan berat akan menunjukan sikap seperti tidak dapat berkonsentrasi lebih, belajar sangat terganggu, mudah mengalihkan perhatian, komunikasi yang sulit dipahami dan terkadang akan mengalami takhikardi, sakit kepala, pusing dan mual. Mahasiswa yang mengalami kecemasan tingkat berat seharusnya dapat berkonsultasi kepada penanggung jawab akademik atau pun pada dosen mata ajar bila mengalami kesulitan dalam mengikuti belajar dan tugas-tugas yang diberikan. Mengutarakan perasaan kepada orang lain yang akan membuat rasa kecemasan dalam diri mulai berkurang. Dengan melakukan hal ini rasa kecemasan mulai berkurang dan individu pun dapat melakukan proses belajar dengan baik dan mendapat hasil yang memuaskan. Apabila hal ini terus berlanjut akan mengganggu dalam proses belajar dan juga kehidupan sehari-hari mahasiswa. Mahasiswa dapat mengatasi kecemasan dengan melakukan hobi yang disenangi, rekreasi dengan keluarga atau teman, curhat kepada orang yang dipercaya, dan dapat juga melakukan relaksai. Menurut Burn (dalam Subandi, 2003) menyatakan beberapa keuntungan dari relaksasi, antara lain adalah relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang berlebih-lebihan karena adanya kecesamasan, mengurangi tingkat kecemasan, mengurangi gangguan yang berhubungan dengan kecemasan, mengontrol situasi yang menimbulkan kecemasan, relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dan nyeri akibat operasi, konsekwensi fisiologis yang penting dari relaksasi adalah meningkatnya harga diri dan keyakinan diri sebagai hasil kontrol yang meningkat dari reaksi kecemasan, dan meningkatnya hubungan intertpersonal.
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
9
Peneliti melakukan perbandingan perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi 2010 dengan mahasiswa ekstensi 2011. Dari hasil yang di dapat tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi 2010 kecemasan sedang 8.05%, kecemasan berat 32.18% dan mahasiswa ekstensi tidak ada yang mengalami keemasan tingkat berat sekali (panik). Sedangkan mahasiswa ekstensi 2011 yang mengalami kecemasan sedang 4.60%, kecemasan berat 54.02%, dan kecemasan berat sekali (panik) 1.15%. Dari hasil penelitian tingkat kecemasan mahasiswa ekstensi FIK-UI dikaitkan dengan berbagai karakteristik. Dapat digambarkan bahwa mahasiswa yang mengalami kecemasan dalam mengikuti pembelajaran KBK di FIK-UI sebagian besar berjenis kelamin wanita yang memiliki perkerjaan dan berstatus sudah menikah dan mahasiswa yang berusia 20 – 30 tahun kemungkinan kurang akan ilmu pengetahuan dan juga pengalaman dalam bidang keperawatan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan dalam proses belajar mahasiswa dapat timbul dari faktor internal (faktor ini dari dalam diri individu) dan faktor eksternal (yang berasal dari luar diri individu). Menurut Sunaryo (2004) faktor internal yang mempengaruhi seseorang mengalami kecemasan dalam proses belajar faktor fisiologis yang teridiri dari kematangan fisik dan kesehatan fisik. Faktor psikologis yang terdiri dari motivasi, emosi, sikap, minat, bakat, dan kreativitas. Sedangkan faktor eksternal seperti keluarga, alat bantu belajar, metode belajar, dan faktor alam. Hal ini yang akan mempengaruhi seseorang dalam memahami dan juga mengerti maksud dan tujuan dari ilmu yang akan diperoleh. Untuk mengatasi atau mengalihkan rasa kecemasan dalam proses belajar adalah setiap individu harus memiliki motivasi belajar tinggi akan mendapatkan hasil yang baik. Sebalik individu yang tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi akan mendapatkan hasil yang tidak akan memuaskan untuk dirinya sendiri. Bila mahasiswa ekstensi memiliki motivasi yang tinggi maka kecemasan dalam proses pembelajar tidak akan terlalu menggangu. Menurut Potter & Perry (2005), motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang mengambil suatu tindakan. Jika seseorang tidak ingin belajar, hal ini menunjukan pembelajaran tidak akan terjadi. Motivasi dapat berasal dari motif sosial, tugas, atau fisik. Menurut Ibrahim (2011) seseorang dalam menghadapi gangguan kecemasan dapat melakukan perubahan gaya hidup.
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
10
KESIMPULAN Mulai tahun ajar 2010 FIK UI menerapkan KBK untuk program pendidikan sarjana program ekstensi. KBK menuntut mahasiswa lebih aktif dalam pembelajaran dan hal ini menjadi stimulus untuk meningkatkan kecemasan pada mahasiswa ekstensi. Hasil penelitian ini mahasiswa ekstensi FIK-UI tidak ada satu pun mengalami kecemasan ringan, mahasiswa mengalami kecemasan berat (86.21%), kecemasan sedang (12.64%), dan kecemasan berat sekali (panik) (1.15%). Berdasarkan karakteristik, mahasiswa yang mengalami kecemasan berat sebagian besar berusia antara 20 – 30 tahun berjenis kelamin wanita , yang memiliki perkerjaan dan berstatus sudah menikah. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan mempengaruhi proses belajar mahasiswa di FIK-UI. Kecemasan yang dialami oleh mahasiswa ekstensi dalam mengikuti proses belajar akan mempengaruhi pada proses dan hasil belajar akan diikuti bila kecemasan ini terus berlanjut. Prestasi akademik dapat menurun dan tidak akan mendapatkan hasil yang diharapkan. Saran Dari hasil penelitian ini ada beberapa hal yang perlu ditindak lanjuti : 1) Perlunya pengkajian lebih mendalam dan mengeksplorasi faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan dalam mengikuti KBK. 2) Sebagai bahan masukan bagi dosen FIK-UI untuk merancang pembelajaran yang tidak kondusif dan tidak menimbulkan kecemasan bagi mahasiswa ekstensi. 3) Sebagai bahan masukan bagi institusi FIK-UI untuk mengoptimalkan penanggung jawab akademik (PA) dalam mengurangi kecemasan selama proses belajar di FIK-UI. UCAPAN TERIMA KASIH Saya mengucapkan terima kasih kepada; 1. Ibu Dewi Irawati, PhD, selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Indonesia 2. Ibu Kuntarti, Skp., M. Biomed, selaku dosen pembimbing akan bimbingannya juga masuk-masukan kepada saya serta selaku koordinator Mata Ajar Tugas Akhir Keperawatan. 3. Keluarga kercinta dan orang yang saya sayangi papa, mama, agus, nanang, dan bayu yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan penelitian ini. 4. Rekan-rekan mahasiswa ekstensi 2010 dan 2011 yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
11
5. Rekan-rekan mahasiswa ekstensi 2010 yang telah mendukungan dan membantuannya dalam penyusunan laporan penelitian ini. 6. Mas Maulana atas bantuannya dalam pengolahan data untuk uji validitas dan uji reabilitas.
DAFTAR PUSTAKA Alimul, A,H. (2005). Pengantar ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. ___________ (2008). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Badan Penjamin Mutu Akademik Universitas Indonesia, (2007). Pedoman penjaminan mutu akademik dan mahasiswa. Universitas Indonesia. (diambil pada tanggal 23 Desember 2011) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Buku panduan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi pendidikan tinggi. Jakarta 2008. (diambil pada tanggal 23 Desember 2012) Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Polit, Denise F & Beck, Cheryl Tatano, (2005). Essentials of nursing research: methods, appraisal, and utilization. Mixed media product Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. (ed 4). Jakarta: Sagung Seto. Stuart GW, & Sundeen SJ. (1998). Principle ang Practice of Psychiatric Nursing. St.louis Missouri. Mosby Year Book Inc. Subandi. 2003. Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk perawat. Jakarta: EGC.
Gambaran tingkat..., Evie Anggriyani, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia