UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KLIEN DENGAN KEHAMILAN HIDROSEFALUS DI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO
KARYA ILMIAH AKHIR
MERLIN JOVANY 0806457142
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI 2013
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KLIEN DENGAN KEHAMILAN HIDROSEFALUS DI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO
KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners
MERLIN JOVANY 0806457142
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI 2013
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Karya Ilmiah Akhir
: : Merlin Jovany : 0806457142 : Ilmu Keperawatan : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Klien Dengan Kehamilan Hidrosefalus di RSUPN Cipto Mangunkusumo
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan pada Program Profesi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Hayuni Rahmah., S.Kep., MN
Penguji
(
: Tri Budiati S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Mat
Ditetapkan di : Depok Tanggal
: 8 Juli 2013
iii Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
)
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir Profesi ini. Penulisan tugas akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar ners keperawatan. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai penyusunan tugas akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Hayuni Rahmah., S.Kep., MSN., selaku dosen pembimbing peminatan maternitas dan juga dosen pembimbing karya tulis ilmiah akhir ners yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan kesabaran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini. Terima kasih ya bu. 2. Ibu Tri Budiati., S.Kep., M.Kep., selaku dosen pembimbing selama praktik peminatan maternitas. Terima kasih ya bu. 3. Ibu Riri Maria., selaku Ketua Program Studi Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan yang telah mengatur rangkaian proses penyelesaian tugas akhir profesi; 4. Orang tua, mama, papa, nenek, paman, budeh, adik, kakak yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral. Love you so much; 5. Teman-teman satu gerbong profesi Irma, Anis, Teh Yuyun, Teh Adel, K Amir, K Monic makasi yaaa atas bimbingannya. Teman-teman satu peminatan (Resta, K Hendrikus, K Evina, Nike, Ika, Memei, dan Rani). Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga penelitian ini bermanfaat.
Depok, 8 Juli 2013
Peneliti
iv Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Nama : Merlin jovany Program Studi : Ilmu Keperawatan Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Klien Dengan Kehamilan Hidrosefalus di RSUPN Cipto Mangunkusumo
Kehamilan hidrosefalus merupakan salah satu kelainan kongenital yang dapat disebabkan karena lingkungan perkotaan. Kehamilan hidrosefalus memiliki dampak tersendiri untuk ibu dan juga keluarganya. Tujuan dari penulisan karya ilmiah akhir ini adalah untuk mendeskripsikan pelayanan keperawatan maternitas pada kehamilan hidrosefalus dalam konteks kesehatan masyarakat perkotaan. Hasil analisis pada kasus ibu dengan kehamilan hidrosefalus memiliki kecemasan terhadap bayi yang akan dilahirkan nanti. Kurang pengetahuan ibu dan keluarga mengenai hidrosefalus merupakan salah satu faktor munculnya kecemasan. Pemberian pendidikan kesehatan seputar hidrosefalus dan perawatan bayi dengan hidrosefalus dapat menurunkan kecemasan pada ibu dan keluarga.
Kata kunci: Kehamilan hidrosefalus, lingkungan perkotaan
vi Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
ABSTRACT
Name : Merlin jovany Program study : Profession in Nursing study Title : Analysis of clinical nursing practice of urban community health at pregnancy with hydrochepalus in RSUPN Cipto Mangunkusumo
Pregnancy with hydrochepalus of congenital anomaly can cauese by urban environment. Pregnancy with hydrochepalus have own effect for mother and also her family. This aim of this paper is to describe maternity nursing service on pregnancy with hydrochepalus in urban area. Result analysis of pregnancy with hydrochepalus’s case shows mother whose has pregnancy with hydrochepalus anxiety with his baby. One of factor that incerase anxiety of hydrochepalus is the lack of knowledge of mother and family. Giving health education about hydrochepalus and new born care of hydrochepalus will decrease level of anxiety to mother and her family.
Keyword: Pregnancy with hydrochepalus, urban environment
vii Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum 1.3.2 Tujuan Khusus 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Praktik Pelayanan Keperawatan 1.4.2.2 Rumah Sakit
i ii iii iv v vi vii viii x 1 1 4 4 4 4 5 5 5 5 5
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Perkotaan 2.1.1 Deskripsi 2.1.2 Karakteristik Masyarakat Perkotaan 2.1.3 Masalah Kesehatan Perkotaan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya 2.1.4 Peran Perawat 2.2 Kehamilan Dengan Hidrosefalus 2.2.1 Deskripsi 2.2.2 Tanda dan Gejala 2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi 2.3 Asuhan Keperawatan 2.3.1 Asuhan Keperawatan Untuk Ibu dan Keluarga 2.3.2 Asuhan Keperawatan Untuk Bayi 2.4 Intervensi Inovasi Untuk Klien yang Mengalami Kehamilan Hidrosefalus
6 6 6 7
3 GAMBARAN KASUS KELOLAAN 3.1 Gambaran Kasus 3.2 Asuhan Keperawatan Antenatal 3.2.1 Pengkajian Antenatal 3.2.1.1 Data Umum 3.2.1.2 Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu 3.2.1.3 Riwayat KehamiGinekologi
19 19 20 20 20 20 21
viii Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
8 10 11 11 12 13 15 16 17 17
3.2.1.3 Pemeriksaan Fisik 3.2.2 Diagnosa Keperawatan Antenatal 3.2.3 Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan Antenatal 3.3 Asuhan Keperawatan Postnatal 3.3.1 Pengkajian Postnatal 3.3.1.1 Riwayat Kehamilan Saat Ini 3.3.1.2 Riwayat Persalinan 3.3.1.3 Pemeriksaan Fisik 3.3.2 Diagnosa Keperawatan Postnatal 3.3.3 Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan Postnatal
21 24 24 25 25 25 26 26 28 29
4 ANALISIS SITUASI 4.1 Profil Lahan Praktik 4.2 Analisis Masalah Keperawatan 4.2.1 Analisis Keperawatan Kehamilan Hidrosefalus dengan Konsep KKMP 4.2.2 Analisis Masalah Keperawatan Pada Masa Antenatal Kehamilan Hidrosefalus 4.2.3 Analisis Masalah Keperawatan Pada Masa Postnatal Kehamilan Hidrosefalus 4.3 Analisis Tindakan Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian Terkait 4.4 Alternatif Penyelesaian Masalah
35 35 35
5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran
42 42 42
DAFTAR PUSTAKA
43
ix Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
35 37 37 39 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Pengkajian
Lampiran II
Rencana Asuhan Keperawatan
Lampiran III Catatan Perkembangan
x Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masyarakat perkotaan merupakan salah satu ruang lingkup dari keperawatan komunitas yang memiliki segmennya tersendiri yaitu keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan. Masyarakat perkotaan memiliki segmennya tersendiri karena masyarakat perkotaan memiliki ciri-ciri dan karakter yang unik, berbeda dengan masyarakat pedesaan. Keunikan dan kekhasan masyarakat perkotaan juga terlihat dari masalah kesehatan yang terjadi di perkotaan. Menurut Allender (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan perkotaan adalah lingkungan fisik, lingkungan sosial dan akses untuk mendapatkan kesehatan dan pelayanan sosial.
Blum (1994) menjelaskan bahwa determinan derajat kesehatan meliputi empat faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor genetik. Kualitas dan kuantitas setiap faktor dapat muncul secara berbeda-beda dalam mempengaruhi status kesehatan. Lingkungan yang buruk dapat mengakibatkan gangguan kesehatan di masyarakat. Tingginya angka kesakitan penyakit infeksi berbasis lingkungan masih merupakan masalah utama di Indonesia (Soemirat, 2009). Berdasarkan dua pernyataan diatas dapat disimpulkan lingkungan merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan perkotaan.
Kondisi lingkungan perkotaan saat ini mengalami kemunduran. Industrialisasi merupakan salah satu faktor yang memicu kemunduran lingkungan perkotaan Dampak industrialisasi terhadap lingkungan perkotaan adalah meningkatnya pencemaran lingkungan di kota, dan urbanisasi. Urbanisasi menyebabkan sempitnya lahan pemukiman yang berdampak terhadap menurunya derajat kesehatan masyarakat perkotaan, serta memburuknya sanitasi lingkungan. (www.depkes.go.id).
1 Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
2
Kemajuan industri juga menyebabkan banyak faktor di lingkungan sekitar atau lingkungan kerja menjadi tidak baik dan dapat mempengaruhi sistem reproduksi dan kesehatan janin semasa kehamilan. Paparan radiasi, bahan kimiawi dan asap rokok dapat menyebabkan kelainan bawaan, bayi lahir dengan berat lahir rendah, lahir prematur, gangguan perkembangan di kemudian hari, dan bahkan keguguran serta dapat menyebabkan kanker pada anak.
Polusi udara yang disebabkan oleh industri hingga, lalu lintas dan juga debu juga memiliki efek yang buruk terhadap kesehatan terutama pada saat kehamilan. Hasil studi di Amerika Serikat yang dipublikasikan dalam Jurnal Epidemiologi dan Kesehatan Komunitas sebagaimana dikutip situs BBC menyebutkan, tingginya paparan polusi dari asap kendaraan bermotor pada ibu pada awal dan akhir kehamilan bisa menyebabkan janin tidak tumbuh baik sehingga bayi lahir dengan berat badan rendah. Hal ini juga dapat menyebabkan bayi lahir dengan kelainan kongenital (Judarwanto, 2013).
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelahiran bayi dengan kelainan kongenital menduduki urutan ketujuh (4,2%) dari penyebab kematian bayi di Indonesia setelah campak (7,5%) dan kelainan saraf (5,6%) (Pedersen dan Stay, 1998). Kelainan kongenital dapat disebabkan karena faktor genetik, lingkungan maupun gabungan antara genetik dan lingkungan. Kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital adalah terpaparnya radiasi, zat-zat kimia, polusi industri, serta agen-agen mutagenik di tempat kerja. Salah satu kelainan dari kelainan kongenital adalah hidrosefalus (Reeder, 2011).
Hidrosefalus berasal dari bahasa latin yaitu, hydro yang berarti air dan cephalus yang berarti kepala (Moore, Keith., et al, 2002). merupakan keadaan yang disebabkan gangguan
Hidrosefalus
keseimbangan antara
produksi dan absorpsi cairan serebrospinal dalam ventrikel otak. Jika sistem
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
3
produksi cairan serebrospinal lebih besar daripada absorpsi, cairan serebrospinal akan terakumulasi dalam sistem ventrikel, dan biasanya peningkatan tekanan akan menghasilkan dilatasi pasif ventrikel (Wong, 2008). Berdasarkan dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hidrosefalus adalah peningkatan jumlah volume cairan serebrospinal dalam kepala.
Insidensi hidrosefalus antara 0.2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0.5-1.8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Stenosis aquaductus serebri adalah penyempitan pada bagian aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam perbedaan ras. Hidrosefalus infantil, 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Darsono, 2005).
Menurut Wong (2008) hidrosefalus disebabkan oleh berbagai keadaan, dapat merupakan penyakit kongenital (gangguan perkembangan janin dalam uterus atau infeksi intrauteri) atau didapat (neoplasma, perdarahan, atau infeksi). Ropper dan Robert (2005) mengatakan bahwa hampir 60-90% penderita hidrosefalus
disebabkan
karena
kongenital.
Hidrosefalus
kongenital
disebabkan karena adanya gangguan perkembangan janin dalam uterus atau infeksi intrauteri. Infeksi yang dapat menyebabkan hidrosefalus adalah terinfeksi Toxoplasma gondii pada saat hamil (Reeder, 2011).
1.2 Perumusan Masalah Kehamilan kongenital merupakan penyebab ke empat kematian bayi di Indonesia. Kehamilan kongenital dapat disebabkan karena faktor genetik, lingkungan, dan gabungan antara genetik dan lingkungan. Hidrosefalus merupakan salah satu dari kelainan kongenital. Lingkungan yang tercemar dan kotor serta kebersihan yang tidak dijaga dapat meningkatkan angka kejadian hidrsosefalus. Oleh sebab itu diperlukan sebuah asuhan keperawatan untuk mengatasinya.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
4
1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1
Tujuan Umum Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan kehamilan hidrosefalus.
1.3.2
Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu menjelaskan gambaran lingkungan perkotaan yang dapat mempengaruhi kehamilan hidrosefalus. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan kehamilan hidrosefalus di periode antenatal dan postnatal. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa keperawatan pada klien dengan kehamilan hidrosefalus di periode antenatal dan postnatal sesuai dengan prioritas. 4. Mahasiswa mampu menjelaskan rencana asuhan keperawatan keperawatan untuk mengatasi masalah pada klien dengan kehamilan hidrosefalus di periode antenatal dan postnatal. 5. Mahasiswa mampu menjelaskan intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah pada klien dengan kehamilan hidrosefalus di periode antenatal dan postnatal. 6. Mahasiswa mampu menjelaskan evaluasi tindakan yang telah dilakukan. 7. Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara asuhan keperawatan yang diberikan dengan teori-teori terkait.
1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat Teoritis Karya ilmiah ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dalam
bidang
mengenai
keperawatan
asuhan
khususnya
keperawatan
pada
keperawatan klien
dengan
maternitas kehamilan
hidrosefalus di periode antenatal dan postnatal.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
5
1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Praktik Pelayanan Keperawatan Karya ilmiah ini dapat menjadi data masukan dan sebagai sumber informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan kehamilan hidrosefalus di
periode antenatal dan postnatal. 1.4.2.2 Rumah Sakit Karya ilmiah ini dapat memberikan masukan bagi rumah sakit tentang asuhan keperawatan pada klien dengan kehamilan hidrosefalus terkait intervensi yang dilakukan terhadap masalah prioritas.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masyarakat Perkotaan 2.1.1 Deskripsi Masyarakat berasal dari istilah bahasa arab yaitu syareha, yang berarti ikut serta atau partisipasi. Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Masyarakat juga didefinsikan sebagai sekelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama (Gillin, dalam Sunandar M (2009).
Berdasarkan dua pengertian tentang masyarakat dapat
disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekolompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama serta mempuyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama.
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Menurut Mansyur (2008) masyarakat kota adalah masyarakat yang anggotaanggotanya terdiri dari manusia yang bermacam-macam lapisan atau tingkatan hidup, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain serta mayoritas penduduknya hidup berjenis-jenis usaha yang bersifat non agraris. Menurut Anshor & Sudarsono (2008) masyarakat perkotaan merupakan satuan kehidupan sosial manusia, menempati wilayah yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejaia pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan pedesaan.
6
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
7
2.1.2 Karakteristik Masyarakat Perkotaan Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Menurut Munandar (2009) ciri-ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu, kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa, masyarakat kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain, pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata, kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh masyarakat kota dari pada masyarakat desa, interaksi yang terjadi lebih banyak berdasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi, pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu, dan perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Menurut Susanto (1993) bahwa karakter yang menunjukan kehidupan masyarakat di perkotaan adalah terdiri dari berbagai masyarakat yang memiliki latar belakang, baik suku, agama, ras dan kebudayaan yang berbeda, masyarakat diperkotaan memiliki sifat yang individualis, egois dan mementingkan kehidupan pribadinya, masyarakatnya merupakan masyarakat yang heterogen. Mayarakat kota terdiri dari berbagai kumpulan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda sehingga membentuk suatu komunitas yang kompleks.
Keberagaman latar belakang serta ras yang ada pada masyarakat perkotaan dipicu karena tingginya arus urbanisasi. Peningkatnya arus urbanisasi menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk di perkotaan. Urbanisasi memiliki dampak tersendiri bagi masyarakat perkotaan. Salah satu dampak arus urbanisasi adalah kemunduran lingkungan fisik yag berdampak terhadap kesehatan masyarakat perkotaan (Soetomo,2009).
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
8
2.1.3.Masalah
Kesehatan
Perkotaan
dan
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhinya Masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan adalah akibat dari beban perkotaan terhadap meningkatnya jumlah populasi penduduk, yang akhirnya berdampak pada sanitasi yang buruk yang bisa menyebabkan penyakit berbasis lingkungan pada masyarakat perkotaan. Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit. Menurut Poppe, Synder, dan Mood (1995) penyakit berbasis lingkungan dapat disebabkan oleh mikroorganisme seperti, bakteri, virus, dan jamur merupakan contoh penyebab penyakit yang disebabkan dari lingkungan dan binatang yang menambah penyebaran penyakit ini yang terdapat di lingkungan. Tumbuhan mungkin menambah terjadinya keracunan atau reaksi alergi. Industri, kendaraan, dan bangunan menambah polusi air, udara, dan kebisingan.
Menurut Allender (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan perkotaan adalah lingkungan fisik, lingkungan sosial dan akses untuk mendapatkan kesehatan dan pelayanan sosial. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di luar diri manusia. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan, contohnya di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih. Lingkungan sosial adalah keadaan hubungan antarmanusia. Keturunan atau genetik merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Anderson dan Mcfarlene, 2006).
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
9
Lingkungan perkotaan saat ini mengalami kemunduran. Lingkungan perkotaan menjadi kotor, kumuh serta polusi. Kemunduran lingkungan perkotaan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena tingginya jumlah penduduk perkotaan serta industri. Saat ini jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan diperkirakan telah mencapai 54 persen. Jika saat ini penduduk Indonesia sudah lebih dari 240 juta, artinya paling sedikit ada 129,6 juta orang yang menyesaki perkotaan. Angka ini melambung tinggi dibandingkan hasil sensus penduduk 2010. Saat itu, sebanyak 49,8 persen dari 237,6 juta penduduk Indonesia tinggal di kota. Ketua Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sonny Harry B Harmadi (www.kompas.com).
Kemajuan Industri juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Kemajuan industri menyebabkan banyak faktor di lingkungan sekitar atau lingkungan kerja menjadi tidak baik dan dapat mempengaruhi sistem reproduksi dan kesehatan janin semasa kehamilan. Paparan radiasi, bahan kimiawi dan asap rokok dapat menyebabkan kelainan bawaan, bayi lahir dengan berat lahir rendah, lahir prematur, gangguan perkembangan di kemudian hari, dan bahkan keguguran serta dapat menyebabkan kanker pada anak.
Polusi udara yang disebabkan oleh lalu lintas, industri hingga debu berdampak buruk pada kesehatan. Pada kehamilan akan meningkatkan risiko berat lahir bayi rendah. Hasil studi di Amerika Serikat yang dipublikasikan dalam Jurnal Epidemiologi dan Kesehatan Komunitas sebagaimana dikutip situs BBC menyebutkan, tingginya paparan polusi dari asap kendaraan bermotor pada ibu pada awal dan akhir kehamilan bisa menyebabkan janin tidak tumbuh baik sehingga bayi lahir dengan berat badan rendah. Hal ini juga dapat menyebabkan bayi lahir dengan kelainan kongenital (Judarwanto, 2013).
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
10
Kondisi lingkungan perkotaan tersebut memunculkan berbagai masalah kesehatan untuk masyarakat. Beberapa penyakit yang paling umum dan berhubungan dengan faktor lingkungan adalah diare, ISPA, DBD, dan lain-lain. Selain itu, ternyata lingkungan perkotaan juga rentan terhadap kejadian penyakit kongenital hidrosefalus. Menurut Zuhdi Kondisi lingkungan yang buruk tentunya akan menurunkan derajat kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan yang menurun akan menimbulkan berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang ditimbulkan karena penurunan derajat kesehatan adalah hidrosefalus (www.pkpu.com).
2.1.4 Peran Perawat Perawat menurut Undang-Undang Kesehatan No 23, 1992 menyebutkan bahwa Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Perawat dalam menjalankan perannya, dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.
Adapun peran perawat sejak Lokakarya Nasional Keperawatan 1983 menurut Retno (2011) antara lain: 1. Peran Pelaksana (care giver) yaitu memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga,kelompok maupun masyarakat berupa asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi pemberian asuhan keperawatan, memberikan bantuan langsung pada individu/pasien dan keluarga atau masyarakat yang mengalami masalah terkait dengan kebutuhan keamanan. 2. Peran Educator dimana pembelajaran merupakan dasar dari Health Education yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan. Perawat harus mampu memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga dalam hal pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit, menyusun program Health Education serta, memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
11
3. Peran Fasilitator dimana perawat merupakan tempat bertanya bagi masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan. Diharapkan perawat dapat memberikan solusi mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. 4. Peneliti, dimana perawat berperan dalam pengembangan ilmu kesehatan khusunya keperawatan dalam hal menuju arah yang lebih baik.
2.2 Kehamilan dengan Hidrosefalus 2.2.1 Deskripsi Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari perempuan. Masa kehamilan
dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir (Adriaansz, Winkjosastro dan waspodo, 2007). Kehamilan juga didefinsikan sebagai pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008). Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (www.repository.usu.ac.id). Kehamilan dapat disimpulkan sebagai penyatuan antara sel ovum dan sel sperma yang lamanya 280 hari atau kurang lebih 40 minggu.
Hidrosefalus berasal dari bahasa latin yaitu, hydro yang berarti air dan cephalus yang berarti kepala (Moore, Keith., et al, 2002). Hidrosefalus merupakan keadaan yang disebabkan gangguan keseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan serebrospinal dalam ventrikel otak. Jika sistem produksi cairan serebrospinal lebih besar daripada absorpsi, cairan serebrospinal akan terakumulasi dalam sistem ventrikel, dan biasanya peningkatan tekanan akan menghasilkan dilatasi pasif ventrikel (Wong, 2008).
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
12
Kehamilan dengan hidrosefalus adalah suatu keadaan dimana ibu mengandung janin yang mengalami hidrosefalus. Kehamilan dengan hidrosefalus
hanya
dapat
diidentifikasi
melalui
pemeriksaan
ultrasonografi (USG). Pemeriksaan hidrosefalus melalui USG melalui penampang transversal kepala pada berbagai berbagai tingkatan, mulai dari verteks sampai dasar tengkorak. Pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan bila kepala berada dalam posisi oksiput melintang (Wiknjosastro, 2009)
Pemeriksaan ventrikel lateral otak dapat dilakukan mulai kehamilan 13 minggu. Ukuran ventrikel lateral biasanya dinyatakan secara kualitatif, yaitu berupa rasio dari lebar ventrikel lateral dan lebar hemisfer (rasio V/H). Diagnosis hidrosefalus dapat ditegakkan bila pada kehamilan 18 minggu atau lebih dijumpai rasio V/H yang lebih dari 0,5. Pada hidrosefalus yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu, dilatasi ventrikel lateral biasanya tidak disertai dengan pembesaran ukuran kepala. Pada hidrosefalus yang menyertai spina bifida dan beberapa kelainan janin lainnya, ukuran kepala bahkan lebih kecil dari normal (mikrosefalus) (Wiknjosastro, 2009).
2.2.2 Tanda dan gejala Kehamilan
dengan
hidrosefalus
merupakan
penyakit
kongenital
(gangguan perkembangan janin dalam uterus atau infeksi intrauteri) atau didapat (neoplasma, perdarahan, atau infeksi) (Wong, 2008). Kehamilan hidrosefalus salah satunya dapat disebabkan karena toksoplasmosis. Menurut Reeder (2011) tidak ada gejala infeksi pada 90% orang dewasa yang terpapar toksoplasmosis. Apabila gejala terjadi selama tahap infeksi akut, gejala tersebut menyerupai influenza yang disertai dengan limfadenopati. Diagnosisi toksoplasmosis dapat ditegakkan melalui imunofluoresen indirek, pewarnaan Sabin-Feldman (Sabin-Feldman dye), dan tes ELISA.
Kehamilan dengan hidrosefalus dapat
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
13
diidentifikasi dengan melalukan pemeriksaan USG pada kehamilan 18 minggu atau lebih (Winkjosastro, 2009).
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Menurut Wong (2008) hidrosefalus disebabkan oleh berbagai keadaan, dapat merupakan penyakit kongenital (gangguan perkembangan janin dalam uterus atau infeksi intrauteri) atau didapat (neoplasma, perdarahan, atau infeksi).
Hidrosefalus kongenital biasanya terjadi karena faktor genetik dan lingkungan. Menurut Reeder (2011) pajanan terhadap zat kimia berbahaya atau radiasi, penggunaan obat-obatan tertentu, penggunaan obat rekreasi, sering mandi berendam air hangat dan spa, dan riwayat nutrisi yang buruk sebelum hamil meningkatkan peluang munculnya masalah genetik. Faktor risiko hidrosefalus kongenital juga dapat disebabkan karena ketidakteraturan dalam melakukan pemeriksaan antenatal
care,
hipertensi
selama
hamil,
pre
eklampsi,
dan
mengkonsumsi alkohol selama hamil (www.patient.co.uk)
Infeksi yang dapat menyebabkan hidrosefalus adalah terinfeksi Toxoplasma gondii pada saat hamil (Reeder, 2011). Toksoplasmosis adalah penyakit zoonis, disebabkan oleh parasti Toksoplasma gondii, yang dikenal sejak tahun 1908. Toksoplasma (Yunani berbetuk seperti panah) adalah sebuah genus tersendiri. Infeksi akut yang didapat setelah lahir dapat bersifat asimtomatik, namun lebih sering menghasilkan kista jaringan yang bersifat kronik. Toksoplasmosis kongenital adalah infkesi pada bayi baru lahir yang berasal dari penularan lewat plasenta pada ibu yang terinfeksi (Sudoyo et al, 2006).
Toksoplasmosis
yang
didapat
dalam
kehamilan
dapat
bersifat
asimtomatik atau dapat memberikan gejala setelah lahir. Risiko toksoplasmosis kongenital bergantung pada saat didapatnya infeksi akut
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
14
ibu. Transmisi Toxoplasmo gondii meningkat seiring dengan usia kehamilan (15-25% dalam trimester I, 30-54% dalam trimester II, dan 6065% dalam trimester III). Sebaliknya, derajat keparahan penyakit kongenital meningkat jika infeksi terjadi pada awal kehamilan (Sudoyo et al, 2006).
Di Indonesia prevalensi zat anti Toksoplasmo gondii yang positif pada manusia berkisar antara 2% dan 63%. Sedangkan pada orang Eskimo prevalensinya 1% dan di El Savador, Amerika Tengah 90%. Prevalensi zat anti Toksoplasmo gondii pada binatang di Indonesia adalah sebagai berikut; pada kuxing 25-73%, pada babi 11-36%, pada kambing 11-61%, pada anjing 75%, dan pada ternak lain kurang dari 10%. Di Amerika Serikat didapatkan sekitar 3-70% orang dewasa sehat telah terinfeksi dengan Toksoplasma gondii. Toksoplasma gondii juga menginfeksi 3500 bayi di Amerika Serikat (Sudoya et al, 2006).
Toksoplasma gondii dapat menular ke manusia melalui beberapa rute, yaitu toksoplasmosis kongenital transmisi Toksoplasma kepada janin terjadi in utero melalui plasenta, bila ibunya mendapat infeksi primer waktu hamil. Toksoplasmosis akuisita infeksi dapat terjadi, bila makan daging mentah atau kurang matang (misalnya sate) (Sudoya et al, 2006).
Lingkungan serta kepadatan penduduk ternyata dapat meningkatkan risiko kejadian hidrosefalus. Semakin cepatnya pertambahan jumlah penduduk di Indonesia akan menurunkan derajat kesehatan masyarakat. Penurunan
derajat
itu
mencakup
risiko
bertambahnya
kejadian
hidrosefalus. Kondisi lingkungan belum membaik, angka bayi penderita hidrosefalus juga akan bertambah. Kebiasaan masyarakat memelihara burung dan kucing di rumah yang sempit, sumpek, merupakan salah satu sumber penyakit hidrosefalus (www.pkpu.com).
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
15
2.3 Asuhan Keperawatan Hidrosefalus 2.3.1 Asuhan Keperawatan Untuk Ibu dan Keluarga Ibu yang memiliki janin hidrosefalus membutuhkan penatalaksanaan khusus selama periode kehamilan serta persalinan. Kehamilan dengan hidrosefalus dapat diketahui melalui USG ketika usia janin 18 minggu atau lebih. Pemeriksaan laboratorium pada Ibu juga penting untuk mengetahui penyebab dari hidrosefalus (Winkjosastro, 2009).
Hidrosefalus yang disebabkan karena toksoplasmosis pada saat hamil, pengobatan dapat ditujukan untuk ibu, janin atau bayi baru lahir. Spiramisin merupakan antibiotic makrolid yang terkonsentrasi di plasenta, sehingga mengurangi infeksi plasenta 60%. Obat ini tidak digunakan secara terus menerus melalui barier plasenta dan digunakan untuk transmisi vertikal. Spiramisin 3g/hari dalam dosis terbagi tiga diberikan pada wanita hamil yang mengalami infeksi akut sejak diagnosis ditegakkan hingga kelahiran, kecuali terbukti terjadi infeksi janin (Sudoya et al, 2006).
Kehamilan dengan janin hidrosefalus memerlukan penatalaksanaan khusus. Menurut Bobak, Lowdermilk dan Jensen (2004) kehamilan dengan janin hidrosefalus dapat menyebabkan distosia persalinan. Distosia persalinan adalah persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang timbul karena berbagai kondisi yang berhubungan dengan persalinan yang disfungsional, perubahan struktur pelvis, sebab-sebab pada janin, posisi ibu serta respon psikologis ibu. Salah satu penatalaksanaan kehamilan dengan hidrosefalus adalah operasi caesar.
Menurut (Reeder,2011) diagnosa keperawatan yang muncul pada saat antenatal antara lian, ansietas dan ketakutan yang berhubungan dengan kemungkinan komplikasi, proses persalinan. Untuk ibu yang mengalami kehamilan dengan hidrosefalus ansietas juga disebabkan karena kurang pengetahuan ibu tekait kondisi hidrosefalus. Diagnosa keperawatan yang
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
16
muncul pada saat postpartum adalah nyeri berhubungan dengan luka bekas operasi caesar, perilaku sehat berhubungan dengan pemulihan postnatal, ansietas yang berhubungan dengan kondisi ibu atau bayi baru lahir, tanggung jawab menjadi orang tua, adaptasi keluarga dan diskontuinitas pemberian ASI. Diskontuinitas terjadi karena bayi yang mengalami hidrosefalus memerlukan penanganan yang khusus, sehingga tidak dirawat gabung oleh ibunya.
Kebutuhan khusus dan kekhawatiran orang tua selama periode perawatan anak di rumah sakit berhubungan dengan alasan anak di rawat di rumah sakit (perbaikan pirau, infeksi, diagnosis) dan dengan prosedur diagnostik dan atau bedah yang dijalani anak. Orang tua sering kali hanya memiliki sedikit pemahaman mengenai anatomi; oleh karena itu, mereka memerlukan eksplorasi lebih lanjut dan penegasan kembali informasi yang telah diberikan oleh dokter anak dan dokter bedah saraf; selain itu mereka juga memerlukan informasi yang dapat mereka harapkan. Orang tua merasa takut, terutama terhadap setiap prosedur yang melibatkan otak, dan ketakutan mereka terhadap retardasi atau kerusakan otak terlihat nyata dan mendalam (Wong, 2008).
Perawat dapat melakukan banyak hal untuk menghilangkan kecemasan orang tua, yaitu dengan memberikan penjelasan mengenai dasar yang melandasi berbagai aktivitas keperawatan dan medis, seperti pengaturan posisi anak atau pemeriksaan diagnostik dan dengan mendampingi orang tua serta bersedia mendengarkan kekhawatiran mereka. Penatalaksanaan hidrosefalus pada anak merupakan tugas yang berat bagi keluarga maupun tenaga kesehatan. Membantu keluarga menghadapi masalah anak merupakan tangung jawab penting keperawatan. Perawat harus menekankan bahwa hidrosefalus merupakan masalah yang dialami seumur hidup dan anak yang menderita hidrosefalus memerlukan pemeriksaan evaluasi yang teratur (Wong, 2008).
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
17
2.3.2 Asuhan Keperawatan Untuk Bayi Terapi hidrosefalus diarahkan pada pengurangan gejala hidrosefalus, penanganan komplikasi, dan penatalaksanaan masalah yang berkaitan dengan efek gangguan terhadap perkembangan psikomotorik. Dengan beberapa pengecualian, penanganan hidrosefalus dilakukan dengan pembedahan. Pembedahan ini dilakukan dengan mengangkat langsung obstruksi (seperti tumor), atau prosedur pemintasan yang mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel ke kompartemen ekstrakranial, biasanya peritoneum. (ventriculoperitoneal (VP) shunt) (Wong, 2008). Menurut Said Alfin coo ass di RSUD Dr. Zainoel dalam artikelnya yang berjudul Review Artikel Hidrosefalus mengatakan sekitar seratus ribu shunt digunakan setiap tahunnya di beberapa negara. Ketergantungan shunt terjadi pada 75% dari semua kasus hidrosefalus.
Asuhan keperawatan umum bagi bayi yang menderita hidrosefalus dapat menimbulkan masalah khusus. Tindakan mempertahankan nutrisi yang adekuat sering kali memerlukan jadwal pemberian makan yang fleksibel untuk mengakomodasi prosedur diagnostik, karena pemberian makan sebelum atau setelah pelaksanaan terapi dapat memicu episode muntah. Pemberian makan sedikit demi sedikit tapi sering dapat di toleransi dari pemberian makan porsi besar dengan jarak antar pemberian yang terlalu lama. Bayi ini sering kali mengalami kesulitan menyusu dan memerlukan waktu yang lama serta inovasi (Wong, 2008).
2.4 Intervensi Inovasi Untuk Klien yang Mengalami Kehamilan Hidrosefalus Kehamilan dan memiliki anak adalah anugerah yang terindah yang diberikan oleh sang maha pencipta. Kehamilan merupakan momen terindah yang didambakan oleh pasangan dan keluarga. Melihat keadaan bayi yang tumbuh sehat dan sempurna adalah harapan dan dambaan setiap pasangan dan keluarga. Namun, harapan tidak seindah kenyataan. Memiliki bayi dengan kondisi yang tidak normal dapat menjadikan permasalahan tersendiri untuk pasangan dan keluarga. Salah satu yang dapat dihadapi pasangan dalam
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
18
kehamilan adalah memiliki anak dengan hidrosefalus. Kecemasan merupakan salah satu dampak yang terjadi pada orang tua yang memiliki anak dengan hidrosefalus.
Menurut Wong (2008) orang tua mengalami kecemasan dan takut memiliki anak dengan hidrosefalus. Oleh sebab itu dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini penulis mengambil diagnosa ansietas sebagai diagnosa inovasi. Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis (Tomb, 2000). Stuart (2001) mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif.
Intervensi inovasi untuk menurunkan ansietas adalah dengan memberikan informasi kepada ibu dan keluarga seputar hidrosefalus dan perawatan bayi dengan hidrosefalus. Informasi yang diberikan adalah pengertian hidrosefalus, penyebab, serta penatalaksanaan hidrosefalus. Menurut Wong (2008) perawat dapat melakukan banyak hal untuk menghilangkan kecemasan orang tua, yaitu dengan memberikan penjelasan mengenai dasar yang melandasi berbagai aktivitas keperawatan dan medis, seperti pengaturan posisi anak atau pemeriksaan diagnostik dan dengan mendampingi orang tua serta bersedia mendengarkan kekhawatiran mereka.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN
3.1 Gambaran Kasus Klien berinisial Ny. S (34 tahun) datang ke poli kebidanan RSCM pada tanggal 14 Mei 2013 dengan status obstetrik G3P1A1H40 minggu. Klien datang ke poliklinik kebidanan karena rujukan dari RSUD Bekasi. Klien menikah dengan Bpk R (33 tahun) pada tahun 2002. Haid pertama haid terakhir (HPHT) ibu S pada tanggal 4 Agustus 2012 dan taksiran partus 11 Mei 2013. Pendidikan terakhir Ibu S adalah SMP. Klien dirujuk dari RSUD Bekasi ke RSUPN Cipto Mangunkusumo karena janin didiagnosa hidrosefalus. Pada saat pemeriksaan fisik antenatal care tekanan darah klien 151/111 mmHg. Klien tampak cemas. Klien mengatakan bingung dan takut. Klien mengatakan “Bagaimana keadaan anaknya nanti.” Klien direncanakan operasi caesar elektif pada tanggal 17 Mei 2013. Klien juga mengatakan ini adalah operasi caesar pertamanya.
Pada tanggal 15 Mei 2013 pukul 20.00 WIB klien mengalami kontraksi dan keluar air ketuban. Klien langsung kembali lagi ke rumah sakit. Klien dilakukan operasi caesar darurat pada tanggal 16 Mei 2013 pukul 01.30-03.00 WIB. Pada tanggal 16 Mei lahir bayi laki-laki dengan berat badan 3680 gr, panjang badan 52 cm, lingkar kepala 52 cm. Nilai Apgar bayi klien 5/9.
Klien dan bayinya tidak dirawat gabung. Bayi klien dirawat di ruang perinatologi lantai 4 Pusat Jantung Terpadu (PJT) sedangkan klien dirawat di gedung A zona B lantai 2. Pada saat pengkajian postpartum 17 Mei 2013 klien mengatakan air susu belum keluar, masih belum bisa mobilisasi dan belum BAB. Klien tampak cemas dan menyanyakan keadaan anaknya nanti.
Klien tinggal di tingal di daerah Bekasi. Klien tinggal bersama suami dan anaknya. Klien tidak memelihara unggas, namun saudara Ibu S memelihara burung. Tempat tinggal Klien termasuk kedalam kategori padat penduduk.
19 Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
20
Sekitar rumah klien terdapat kandang kerbau. Keadaan rumah klien terlihat berantakan, dan lembab.
3.2 Asuhan Keperawatan Antenatal 3.2.1 Pengkajian Antenatal Pengkajian antenatal adalah pengkajian yang dilakukan pada saat kehamilan. Pengkajian antenatal dilakukan pada tanggal 14 Mei 2013 di Poli Kebidanan RSUPN Cipto Mangunkusumo. Pengkajian yang dilakukan adalah data umum klien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 3.2.1.1 Data Umum Klien Klien berinisial Ny. S (34 tahun). Status perkawinan menikah dengan Tn. R (33 Tahun) sejak tahun 2002. Latar belakang pendidikan klien adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Klien merupakan ibu bekerja. Klien bekerja sebagai penjahit di salah satu pabrik konveksi di Bekasi. Suami klien berlatar belakang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMU). Suami klien bekerja sebagai buruh pabrik di perusahaan gas di daerah Bekasi.
3.2.1.2 Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu Pada tahun 2004, klien melahirkan anak pertama secara spontan di bidan. Anak klien yang pertama berjenis kelamin perempuan, dengan berat badan saat lahir sebesar 3,2 Kg, panjang badan 49 cm, dan menangis kuat. Klien mengatakan tidak ada masalah dengan kehamilan pertamanya. Klien mengatakan menyusui anak pertamanya secara hingga usia anak dua tahun. Pada tahun 2010 klien hamil untuk yang kedua kalinya, namun pada saat usia kehamilan dua bulan klien mengalami keguguran. Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab keguguran pada kehamilan kedua.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
21
3.2.1.3 Riwayat Ginekologi Klien mengatakan tidak ada masalah dalam ginekologi. Jenis alat kontrasepsi yang digunakan klien adalah kontrasepsi suntik setiap tiga bulan. Klien mengatakan tidak ada masalah selama menggunakan kontrasepsi ini.
3.2.1.4 Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dimulai dari pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan head to toe.
Selain pemeriksaan head to toe
dilakukan pengkajian tentang kebutuhan dasar sehari-hari klien.
Data umum klien didapat status obstetri G3P1A1H40 minggu, klien berpenampilan rapih, bersih, compus mentis dan teorientasi baik (klien dapat mengenal ruangan, tempat, waktu serta orang disekitar). Berat badan klien sebelum hamil 57 Kg, berat badan sekarang 72 Kg. Pemeriksaan tanda-tanda vital klien didapat TD: 151/111 mmHg, Nadi: 90 x/menit, Suhu: 36,8 0C, RR: 20x/menit. Klien mengatakan mengalami tekanan darah tinggi sejak kehamilan delapan bulan.
Pemeriksaan fisik head to toe didapat, kepala klien simetris, rambut klien hitam dan penyebarannya merata, klien mengatakan keramas 2 hari sekali. Muka tidak ada kloasma gravidarum, mata klien simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, klien mengatakan penglihatan jelas, klien tidak menggunakan kaca mata, mata klien simetris. Pemeriksaan hidung dan telinga tidak ada pengeluaran cairan berlebih. Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam menelan dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Pemeriksaan fisik dada dimulai dengan inpeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Inspeksi didapat bentuk simetris, tidak
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
22
ada spider nevi, putting susu menonjol, hiperpigmentasi aerola. Palpasi didapat, klien mengatakan tidak ada nyeri tekan, tidak ada teraba massa yang mecurigakan, kolustrum belum keluar. Auskultasi didapat bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak terdengar mumur dan tidak ada gallops, suara napas klien vesikuler, tidak ada ronchi dan wheezing. Pemeriksaan perkusi didapat bunyi paru resonan dan bunyi perkusi jantung pekak.
Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan tiga tahap inspeksi, palpasi dan auskultasi. Inspeksi didapat abdomen klien bersih, terlihat linea nigra, strie gravidarum dan pusat klien menonjol. Palpasi yang dilakukan yaitu pemeriksaan Leopold dan TFU. Leopold 1 di daerah fundus uteri teraba kepala, Leopold II teraba punggung kiri, Leopold III presentasi bokong, dan Leopold 4 tidak dilakukan (karene presentasi janin bokong). Pemeriksaan tinggi fundus uteri (TFU) 34 cm. Auskultasi abdomen klien didapat denyut jantung janin 140 kali/menit, kuat dan teratur serta bising usus klien aktif di empat kuadran dengan frekuensi 5 kali/ menit.
Pengkajian fisik selanjutnya yaitu ektremitas dan genitalia. Pengkajian ektremitas didapat edema pada ekstremitas kaki. Klien mengatakan bengkak pada kaki terjadi pada saat kehamilan tujuh bulan. Reflex bisep, trisep dan patella normal, tidak ada varises. Genitalia klien bersih, keputihan tidak ada, hemoroid tidak ada, dan varises di vagina tidak ada.
Berdasarkan hasil pengkajian tentang kebutuhan dasar seharihari, klien mengatakan sejak hamil trimester III, frekuensi BAK 7-8 kali dengan jumlah 1000 ml, warna kuning, berbau khas. Klien juga mengatakan belum BAB selama 2 hari. Klien juga mengatakan sering perut terasa begah dan terkadang nyeri pada
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
23
ulu hati. Pola tidur klien tidak ada gangguan. Sehari-hari klien bekerja sebagai buruh jahit di perusahaan konveksi. Klien bekerja 8-10 jam sehari sebagai penjahit. Klien mengatakan lingkungan pekerjaan cukup bersih, namun terdapat banyak debu jahitan. Klien tidak pernah menggunakan masker. Selama hamil klien mengatakan nafsu makan baik, minum air putih juga cukup, namun pada saat hamil klien tidak suka minum susu ibu hamil. Klien mengatakan susu ibu hamil tidak enak. Selama hamil klie diberikan obat-obatan Folamil 1x1 dan adalat oros 1x30 mg.
Pengkajian aspek psikologis didapat klien mengatakan bahwa klien tampak cemas, klien terlihat bingung dan takut terhadap keadaan janin yang dikandungnya. Terlihat dari klien yang menangis dan klien yang mengatakan “ Bagaimana nasib anak saya nanti”. Klien juga mengatakan takut dan cemas terhadap persalinannya karena ini adalah operasi caesar yang pertama yang dihadapi oleh klien. Aspek sosial didapat hubungan klien dengan keluarga baik. Hal ini terlihat ketika klien diantar ke poli kebidanan klien tidak hanya diantar oleh suami, tapi juga diantar oleh adik ipar. Klien juga kooperatif dengan petugas kesehatan rumah sakit.
Pemeriksaan penunjang klien dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium,
dan
pemeriksaan
ultrasonografi
(USG).
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 14 Mei 2013 didapat gula darah puasa 78 dan Hbsag nonreaktif. Pemeriksaan USG pada tanggal 14 Mei 2013 didapat Janin biometri janin sesuai hamil aterm. Aktivitas janin normal. Janin dengan hidrosefalus tipe non komunikans supect ec obstruksi.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
24
3.2.2 Diagnosa Keperawatan Antenatal Setelah dilakukan pengkajian secara menyeluruh kepada klien didapat satu diagnosa keperawatan untuk dua masalah yang dialami klien. Diagnosa
keperawatan
berhubungan dengan
yang
dapat
ditegakan
adalah
ansietas
kurangnya pengetahuan terkait kondisi janin
suspect hidrosefalus dan juga persalinan caesar. Diagnosa tesebut ditegakan berdasarkan data subjetif dan data objektif klien. Data objektif yang mendukung adalah klien menangis, kehamilan klien didiagnosa janin hidrosefalus, usia kehamilan klien 40 minggu. Untuk data subjektif yang mendukung adalah klien mengatakan klien takut dan bingung. Klien mengatakan “Bagaimana keadaan anak saya nanti?”. Klien mengatakan ini adalah operasi seksio sesarea yang pertama untuk klien.
3.2.3 Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan Antenatal Diagnosa keperawatan pada saat antenatal adalah ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terkait kondisi janin yang terdiagnosa hidrosefalus dan rencana persalinan caesar. Tujuan intervensi: setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas berkurang. Kriteria Evaluasi: klien mengatakan cemas berkurang atau hilang, wajah rileks, ibu memahami kondisi bayinya, ibu mengetahui proses persalinan caesar, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi keperawatan yaitu, mengkaji pengetahuan klien seputar janin hidrosefalus, megkaji derajat kecemasan klien, mengukur tanda-tanda vital klien, menjadi pendengar yang aktif untuk klien, memberikan kalimat yang dapat memotivasi klien, memberikan informasi yang dibutuhkan
klien
seputar
hidrosefalus
dan
persalinan
caesar,
mengajarkan teknik relaksasi napas dalam, kaji koping klien dan meningkatkan koping klien.
Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 15 Mei 2013. Implementasi yang sudah dilakukan oleh perawat adalah mengkaji
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
25
derajat cemas klien, mengukur tanda-tanda vital, mengkaji pengetahuan klien seputar hidrosefalus dan persalinan caesar, mengkaji koping klien, dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh klien seputar hidrosefalus dan persalinan caesar. Berdasarkan hasil pengkajian klien masih cemas jika memikirkan bayinya nanti, klien masih belum mengetahui seputar hidrosefalus.
Evaluasi keperawatan terdiri dari suyektif, obyektif, analisa dan perencanaan (S, O, A, P). Tanggal 15 Mei 2013. Subjektif klien mengatakan sudah mengetahui persalinan caesar, suaminya selau ada dan mendampingi klien. Objektif tanda-tanda vital; tekanan darah tekanan darah 130/80 mmHg, nadi: 88x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 36.7°C, klien menangis, dan klien tampak sedikit lega setelah diberikan informasi oleh perawat. Analisis: Ansietas berhubungan dengan persalinan caesar sudah dapat diatasi dalam 1x intervensi, namun cemas berhubungan dengan hidrosefalus baru teratasi sebagian. Perencanaan: memberikan informasi seputar hidrodefalus (pengertian, peyebab serta pencegahan) serta cara perawatan bayi dengan hidrosefalus pada saat postnatal.
3.3 Asuhan Keperawatan Postnatal 3.3.1 Pengkajian Postnatal Pengkajian postnatal adalah pengkajian yang dilakukan pada ibu yang sudah melahirkan. Pengkajian postnatal pada klien Ny.S (34 tahun) pada tanggal 17 Mei 2013 di ruang rawat obstetrik Gedung A lantai 2 zona B. Pengkajian postnatal terdiri dari pengkajian riwayat kehamilan, riwayat persalinan, data umum kesehatan klien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 3.3.1.1 Riwayat Kehamilan Saat Ini Selama hamil klien mengatakan rutin melakukan pemeriksaan ke bidan (minimal 1x/bulan). Klien mengatakan tidak ada masalah pada saat hamil. Namun klien mengatakan pernah jatuh
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
26
dari motor pada saat usia kehamilan dua bulan dan pernah keluar flek-flek coklat pada usia kehamilan empat bulan.
3.3.1.2 Riwayat Persalinan Klien dilakukan operasi caesar darurat pada tanggal 16 Mei 2013. Operasi caesar dimulai pada pukul 01.30 dan selesai pada pukul 03.00 WIB (klien dilakukan operasi caesar darurat karena sudah mengalami kontraksi dan ketuban pecah dini). Klien melahirkan bayi laki-laki dengan BB bayi 3680gr, PB 52cm, A/S: 5/9. Klien dilakukan operasi caesar karena presentasi bokong serta kehamilan suspect hidrosefalus.
Klien mengalami perdarahan sebanyak 500cc. Penyakit pra anastesi adalah hipertensi grade I TD 140/90 mmHg terkontrol. Riwayat operasi sebelumnya tidak ada, riwayat alergi tidak ada, anastesi yang digunakan adalah spinal pada lumbal ke 5 dan ke 6. Obat-obatan yang diberikan selama operasi cefazolin 2gr (IV), gransentron 1mg (IV), ranitidin 50mg (IV), oxytocin 20 (IV), metergin 0.2 (IV), misoprositol 800 mEq, dan asam traneksamat (IV).
3.3.1.3 Pemeriksaan Fisik Status obstetrik P2A1 post operasi caesar nifas hari pertama dengan kesadaran baik, compus mentis. Berat badan klien 68 Kg. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapat TD: 130/80 mmHg, N: 78 x/menit, RR: 18 x/menit, S: 37,2 0C. Klien tidak memiliki riwayat masalah ginekologi. Setelah melahirkan plasenta klien langsung dipasang IUD.
Pemeriksaan fisik head to toe dimulai dari bagian kepala sampai ke ektremitas. Bentuk kepala simetris, tidak ada kloasma gravidarum. Konjungtiva klien tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
27
Hidung dan telinga tidak mengeluakan cairan berlebih. Mukosa bibir lembab, tidak ada gangguan menelan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Pemeriksaan fisik dada dilakukan dengan inpeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Inspeksi, bentuk dada simetris, tidak ada spider nevi, putting susu menonjol. Palpasi, tidak ada nyeri tekan, ASI belum keluar. Auskultasi didapat bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak terdengar mumur dan tidak ada gallops, suara napas klien vesikuler, tidak ada ronchi dan wheezing. Pemeriksaan perkusi didapat bunyi paru resonan dan bunyi perkusi jantung pekak.
Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan inspeksi, palpasi dan auskultasi. Inspeksi terdapat luka bekas operasi caesar, linea nigra, ada strie garvidarum dan pusat menonjol. Palpasi klien mengatakan sakit ketika di palpasi, pada saat pengkajian belum dilakukan pengukuran fundus uteri, klien terpasang folley chatater, pada folley catheter terlihat pengeluaran air kencing sebanyak 300cc berwarna kuning. Auskultasi didapat bising usus aktif di empat kuadran dengan 8 kali/ menit.
Pemeriksaan fisik genitalia, perineum utuh. Tidak dilakukan pengkajian REEDA karena klien dilakukan operasi caesar. Lokea rubra warna terang, berbau khas, berjumlah sedang 40-50 cc, hemoroid tidak ada. Pengkajian fisik ekstremitas edema sudah berkurang tidak seperti waktu hamil, reflex bisep, trisep dan patella normal, varises tidak ada, dan tanda homan’s sign tidak ada.
Pengkajian pola kesehatan fungsional terdiri dari pola persepsi tentang pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi, pola eliminasi,
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
28
pola istirahat, dan persepsi diri. Persepsi terhadap kesehatan cukup baik klien rutin memeriksakan kehamilannya ke rumah bidan praktik di dekat rumah Ibu S. Ibu S juga mengtakan akan kontrol ke poli kebidanan untuk memeriksakan kondisi kesehatannya setelah melahirkan caesar.
Setelah melahirkan klien mengonsumsi menu rumah sakit 3 x sehari habis 1 porsi dan tidak terdapat gangguan maupun alergi. Pola BAK klien 2-3 x sehari warna kuning, keruh berbau khas, namun klien belum BAB sejak hari pertama, namun klien BAB setelah 4 hari setelahnya.
Pengkajian tentang persepsi diri pada klien didapat klien mengatakan masih klien tidak tahu tentang hidrosefalus, klien juga tidak tahu mengapa dirinya bisa memiliki bayi dengan riwayat hidrosefalus. Klien mengatakan tidak tahu sama sekali, bagaimana harus menggondongnya dan bagaimana harus merawatnya. Klien mengatakan takut dan bingung.
3.3.2 Diagnosa Keperawatan Postnatal Setelah dilakukan pengkajian pada klien didapat empat masalah keperawatan dari masalah tersebut dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah, etiologi dan symptom.
Diagnosa pertama adalah nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi caesar. Data objektif yang mendukung adalah klien terlihat meringis, skala nyeri 3-4. Data subjektif yang mendukung adalah klien mengatakan nyeri pada bagian luka operasi, klien mengatakan nyeri bergerak dan klien mengatakan nyeri pada bagian luka operasi.
Diagnosa
kedua
adalah
ansietas
berhubungan
dengan
kurang
pengetahuan ibu terkait kondisi keesehatan bayinya juga memiliki bayi
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
29
hidrosefalus. Data yang mendukung diagnosa tersebut adalah klien menangis, klien selalu bertanya “Bagaimana nanti anak saya ya sus?”, klien mengatakan takut dan bingung, klien juga mengatakan bagaimana nanti ketika sudah boleh pulang.
Diagnosa ketiga adalah diskontuinitas pemberian ASI berhubungan terpisahnya perawatan ibu dan bayi. Data yang mendukung diagnosa tersebut adalah pada hari pertama ASI klien belum keluar, anak klien dirawat di perinatologi lantai 4 Pusat Jantung Terpadu (PJT) sedangkan klien dirawat di ruang rawat lantai 2 zona B. Selain itu, klien juga mengatakan belum pernah menyusui bayinya dan mengatakan bingung dan takut jike memberikan ASI kepada bayinya, namun kien mengatakan ingin menyusui bayinya.
Diagnosa keempat adalah perilaku sehat berhubungan dengan pemulihan postnatal. Data yang mendukung diagnosa tersebut adalah ibu post operasi caesar hari pertama, nilai leukosit 17.000 (masih dalam rentang normal postnatal), edema (-), homan’s sign (-), mobilisasi sedikit-sedikit, nafsu makan baik, Ibu S terpasang kateter, warna urin kuning, Ibu S mengatakan tidak ada keluhan dengan kateternya, warna lokea rubra. Ibu mengatakan belum mengetahui apa yang harus dilakukan setelah melahirkan.
3.3.3 Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan Postnatal Diagnosa keperawatan yang pertama adalah nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi caesar, Tujuan dari intervensi adalah setelah diberikan asukan keperawatan nyeri berkurang atau hilang. Kriteria evaluasi klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang ditandai dengan VAS 0, wajah klien tampak rileks dan segar, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
30
Implementasi keperawatan yang sudah dilaksanakan dalam mengurangi nyeri pasien tanggal 17 Mei 2013 adalah lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyeban, gunakan komunikasi yang terapeutik agar pasien dapat menyatakan pengalamannya terhadap nyeri serta dukungan dalam merespon nyeri, mendorong pasien dalam memonitor nyerinya sendiri, ajari untuk menggunakan tehnik non-farmakologi: teknik relaksasi napas dalam, anjurkan untuk istirahat/tidur yang adekuat untuk mengurangi nyeri dan pemantauan TTV
Evaluasi keperawatan terdiri dari suyektif, obyektif, analisa dan perencanaan (S, O, A, P). Tanggal 17 Mei 2013: Subyektif: klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi, klien mengatakan nyeri skala 3-4, klien mengatakan nyeri ketika digerakan, klien mengatakan nyeri berkurang jika bagian tubuh tidak digerakan, klien mengatakan sedikit demam, klien mengatakan belum diberikan obat nyeri, dan klien mengatakan nyeri sedikit berkurang setelah diberikan teknik relaksasi napas dalam. Objektif: TD: 130/80 mmHg, Nadi: 78x/menit, S: 37.2 °C, kelembapan kulit normal, klien tampak lemah dan meringis. Analisis: Masalah teratasi sebagian. Perencanaan: Pantau nyeri, motivasi klien untuk mobilisasi miring kiri dan miring kanan, anjurkan klien untuk istirahat, berikan medikasi jika masih nyeri, dan anjurkan klien untuk melapor ke perawat jika nyeri makin parah dan berlanjut.
Diagnosa keperawatan yang kedua adalah pertama ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ibu terkait kondisi keesehatan bayinya dan juga memiliki bayi hidrosefalus. Tujuan dari intervensi adalah setelah diberikan asuhan keperawatan cemas klien berkurang dan klien bisa menerima keadaan bayinya. Kriteria evaluasinya adalah cemas berkurang, ibu memahami kondisi bayinya, ibu terlihat rileks dan bahagia, ibu mampu merawat bayinya.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
31
Intervensi keperawatan terkait diagnosa ansietas adalah mengkaji tandatanda
vital
klien,
mengkaji
dan memvalidasi
perasaan
klien,
mengajarkan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas, meningkatkan koping klien, memotivasi klien, dan memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan klien seputar hidrosefalus termasuk perawatan bayi hidrosefalus. Pendidikan kesehatan yang diberikan oleh penulis adalah pengertian dari hidrosefalus, penyebab dan penataksanaan dari hidrosefalus. Perawatan bayi hidrosefalus yang diberikan adalah cara menggendong, cara menstabilkan kepala, dan pengukuran lingkar kepala.
Pada tanggal 23 Mei 2013 penulis melakukan implementasi pertama untuk diagnosa ansietas di rumah klien. Implementasi yang diberikan adalah mengkaji tingkat kecemasan, mengkaji koping klien dan keluarga, memeriksa TTV, mengkaji pemahaman pasien terkait kondisi bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang hidrosefalus (pengertian hidrosefalus.
dari
hidrosefalus,
penyebab
dan
penatalaksanaan
Evaluasi keperawatan klien terkait diagnosa adalah
Subjektif klien mengatakan masih cemas dan takut ketika memikirkan bayinya, klien mengatakan saat ini suaminya sedang ke rumah sakit melihat bayinya, klien mengatakan mengerti penjelasan dari penulis terkait hidrosefalus, klien mengatakan keluarga dan suami selalu mendukung klien. Objektif: klien masih menangis, TD: 130/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 36.7°C. Analisis: masalah teratasi sebagian. Perencanaan: Memfasilitasi klien untuk bertanya ke dokter anak ketika kontrol pada tanggal 27 Mei 2013.
Pada tanggal 27 Mei 2013 penulis melakukan implementasi kedua dari diagnosa ansietas di rumah sakit pada saat klien melakukan kontrol setelah melahirkan. Implementasi yang dilakukan oleh penulis adalah memfasilitasi klien untuk bertanya ke dokter anak terkait kondisi bayinya dan memfasilitasi klien untuk bertanya ke perawat terkait
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
32
perawatan bayi dengan hidrosefalus. Evaluasi keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas: Subjektif klien mengatakan jauh lebih lega setelah bertanya ke dokter anak dan perawat, klien mengatakan mengerti cara perawatan bayi hidrosefalus (cara menstabilkan kepala, cara pengukuran lingkar kepala) dan klien mengatakan mengerti cara pengukuran lingkar kepala . Objektif: klien sudah tidak menangis, dan klien mampu mengulangi kembali cara perawatan bayi hidrosefalus. Analisis: Masalah teratasi sebagian. Perencanaan: Mengevaluasi
keadaan
klien dan memberikan informasi
seputar hidrosepalus yang masih dibutuhkan klien, dan melakukan kunjungan rumah.
Pada tanggal 16 Juni 2013 penulis melakukan implementasi ketiga sekaligus terakhir dari diagnosa keperawatan ansietas di rumah klien. Implementasi yang dilakukan mengevaluasi keadaan cemas klien, serta mengevaluasi kemampuan klien dalam melakukan perawatan bayi hidrosefalus. Evaluasi keperawatan dari diagnosa diatas: Subjektif: Klien mengatakan bahagia bayinya sudah
boleh pulang, klien mengatakan sudah tidak sedih lagi, klien mengatakan sudah bisa menerima keadaan bayinya dan klien mengatakan sedikitsedikit sudah mampu merawat bayinya. Objektif: Klien tampak bahagia, klien sudah mampu menggendong bayinya, mengukur lingkar kepala, TD: 120/80 mmHg, N: 70x/menit, S: 36.8°C, keluarga Ibu S kompak dalam mendukung Ibu S dan suami Ibu S selalu siaga menemani Ibu S. Analisis:Masalah teratasi. Perencanaan: Mengingatkan kembali waktu kontrol ibu.
Diagnosa ketiga adalah diskontuinitas pemberian ASI berhubungan dengan terpisahnya perawatan ibu dan bayi. Tujuan dari intervensi ini adalah setelah diberikan asuhan keperawatan pemberian ASI dapat berlanjut (continue). Kriteria evaluasi ibu melanjutkan untuk menyusui bayinya, ibu dan bayi menunjukan pemeliharaan menyusui dan ibu mengetahui manfaat ASI.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
33
Intervensi keperawatan terkait diagnosa diskontuinitas pemberian ASI adalah kaji pengetahuan klien mengenai laktasi dan perawatan payudara dan cara memerah ASI, berikan edukasi tentang manfaat ASI, perawatan payudara dan cara memerah ASI serta cara penyimpanan ASI yang benar, bantu klien untuk bertemu dengan bayinya, ajarkan cara menyusui dengan benar, motivasi klien untuk menyusui bayinya.
Implementasi
dari diagnosa diskontuinitas pemberian ASI adalah
perawatan payudara dan cara memerah ASI serta cara penyempinan ASI yang benar, bantu klien untuk bertemu dengan bayinya, ajarkan cara menyusui dengan benar, motivasi klien untuk menyusui bayinya.
Evaluasi dan respon klien setelah dilakukan implementasi tanggal 17 Mei, 23 Mei, 31 Mei dan 16 Juni yaitu klien mengatakan sudah mengerti pentingnya ASI bagi bayi, cara perawatan payudara, cara memerah ASI, cara perawatan payudara, serta penyimpanan ASI. Klien juga mengatakan ASI sudah keluar. Namun, karena jarak rumah dan rumah sakit cukup jauh dan klien tidak bisa ke rumah sakit sendirian harus diantar oleh suami, maka klien belum mampu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Klien menagatakan akan memberikan ASI kepada bayinya setelah bayinya sudah sampai rumah. Masalah diskontinuitas pemberian ASI teratasi selama 4 kali pertemuan. Diagnosa keempat adalah perilaku sehat berhubungan dengan pemulihan postnatal. Tujuan dari intervensi ini adalah setelah diberikan asuhan keperawatan klien dapat mengetahui dan menerapkan perilaku sehat postnatal. Kriteria evaluasi klien mampu menyebutkan perilaku sehat postnatal, dan klien mampu menerapkan perilaku sehat postnatal.
Intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien adalah jelaskan perubahan fisiologis postnatal, edukasi terkait pencegahan infeksi (cuci tangan, vulva hygiene, perinium hygiene, peningkatan mobilisasi, dan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
34
nutrisi postnatal), edukasi tanda-tanda infeksi postnatal serta melakukan pemantauan tanda-tanda vital.
Implementasi keperawatan yang dilakukan oleh perawat pada tanggal 17 Mei 2013 adalah mengkaji tanda-tanda vital klien, mengkaji tanda-tanda infeksi, edukasi cara untuk mencegah infeksi (yaitu dengan cara melakukan mobilisasi sedini mungkin, memakan makanan yang tinggi protein, menjaga kebersihan diri, cuci tangan dan kebersihan pernium dan vagina). Evaluasi yang didapat tanda-tanda vital; TD 130/80 mmHg, N: 78x/menit, S: 37,2 °C, RR: 20x/menit.
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 23 Mei dan 16 Juni 2013 adalah melakakukan evaluasi terhadap edukasi yang telah diberikan, mengkajia lokea dan tanda-tanda bahaya setelah persalinan. Evaluasi untuk implementasi adalah klien mengatakan melakukan mobilisasi, klien mengatakan mencuci tangan sebelum makan, klien mengatakan melakukan kebersihan diri dengan mandi 2x, dan klien mengatakan makan-makanan yang tinggi protein. Pengeluaran lokea klien sesuai dengan hari dan pengeluaran yang sesuai. Masalah selesai dan anjurkan klien untuk tetap menjaga kebersihan dan memakan makan yang bergizi.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
19
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 4 ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktik Penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPN-CM). RSUPN-CM terletak di Jl. Diponegoro 71, Jakarta Pusat. RSUPN-CM merupakan rumah sakit pendidikan yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk banyak belajar khususnya mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesisa (FIK UI). Rumah sakit ini merupakan rumah sakit kelas A yang juga berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan (Adriatin, 2009).
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPN-CM) didirikan pada tahun 1919 dengan nama Cental Bergeljk Zuikenhuise (CBZ), kemudian berganti nama beberapa kali yaitu Ika Daigaku Byongin (1942), Rumah Sakit Oemoem Negeri (1945), Rumah sakit Umum Pusat (1950), RSUP Dr. Tjipto Mangunkusumo (1964), RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (1994), Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebagai PERJAN (2001), dan akhirnya Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebagai Badan Layanan Umum (BLU) berdasarkan PP No. 23 tahun 2005 hingga sekarang.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan 4.2.1 Analisis Masalah Keperawatan Kehamilan Hidrosefalus dengan Konsep Keperawatan Masyarakat Perkotaan Masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan adalah akibat dari beban perkotaan terhadap meningkatnya jumlah populasi penduduk, seperti berdampak pada sanitasi yang buruk yang bisa menyebabkan penyakit berbasis lingkungan pada masyarakat perkotaan. Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit. Menurut Allender (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
35
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
36
kesehatan perkotaan adalah lingkungan fisik, lingkungan sosial dan akses untuk mendapatkan kesehatan dan pelayanan sosial.
Kondisi lingkungan perkotaan saat ini mengalami kemunduran. Industrialisasi
merupakan
salah
satu
penyebab
yang
memicu
kemunduran lingkungan perkotaan. Dampak industrialisasi terhadap lingkungan perkotaan adalah meningkatnya pencemaran lingkungan di kota, menyebabkan urbanisasi yang nantinya menyebabkan sempitnya lahan pemukiman yang berdampak terhadap menurunya
derajat
kesehatan
sanitasi
masyarakat
perkotaan,
serta
memburuknya
lingkungan. Keadaan ini yang akhirnya menurunkan derajat kesehatan lingkungan (www.depkes.go.id).
Kondisi lingkungan yang buruk
tentunya akan menurunkan derajat kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan yang menurun akan menimbulkan berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang ditimbulkan karena penurunan derajat keseahtan adalah hidrosefalus (www.pkpu.com).
Klien, Ny. S (34 tahun) mengalami kehamilan dengan hidrosefalus. Klien baru mengetahui mengalami kehamilan hidrosefalus ketika melakukan pemeriksaan USG di RSUD Bekasi ketika usia kehamilan 9 bulan. Berdasarkan hasil pengkajian dengan klien, klien mengatakan ini adalah kehamilan hidrosefelus yang pertama kali terjadi pada dirinya dan juga keluarga besarnya. Klien mengatakan tidak mengetahui tentang hidrosefalus sebelumnya.
Lingkungan rumah klien sangat menggambarkan lingkungan perkotaan. Klien tinggal di lingkungan padat penduduk. Klien tinggal di rumah petakan yang berdempetan satu dengan yang lainnya dengan tetangganya. Tetangga klien yang kebetulan saudaranya sendiri memilihara unggas, disekitar rumah klien juga terdapat kandang kerbau. Kunjungan rumah yang dilakukan oleh perawat, rumah klien tidak
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
37
rapih, lembab, dan tidak rapih. Klien juga mengatakan dirumahnya banyak terdapat tikus yang berkeliaran. Rumah
4.2.2 Analisis Masalah Keperawatan pada Masa Antenatal Kehamilan Hidrosefalus Masalah keperawatan yang terjadi pada klien pada saat pengkajian antenatal yaitu ansietas. Ansietas terjadi karena klien mengalami kehamilan dengan hidrosefalus dan juga harus menjalani persalinan caesar yang baru pertama kali. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maria Dian Handayani (2008) memilki anak dengan hidrosefalus memiliki dampak kecemasan secara psikologis. Persalinan caesar adalah kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada uterus (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 1995/2005). Persalinan caesar dilakukan apabila persalinan normal sudah tidak dapat dilakukan. Klien dilakukan persalinan cesar karena janin yang dikandungnya memiliki diameter ukuran kepala yang lebih besar, sehingga tidak dapat dilahirkan melalui jalan lahir normal.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Titik Heryanti dan Dara (2009) di RSUD 45 Kuningan dengan jumlah sampel 34 orang menjelaskan bahwa ibu yang melahirkan dengan cara persalinan caesar jauh lebih cemas dari pada dengan persalinan normal. Ibu yang melahirkan dengan cara persalinan caesar memiliki nilai skor sebesar 78.88 sedangkan ibu yang melahirkan dengan persalinan normal hanya 68.12.
4.2.3 Analisis Masalah Keperawatan pada Masa Postnatal Kehamilan Hidrosefalus Masalah keperawatan yang terjadi pada klien pada saat pengkajian postnatal adalah gangguan rasa nyaman (nyeri), ansietas, diskontinuitas pemberian ASI, dan perilaku sehat. Klien mengalami nyeri karena post operasi caesar, nyeri pada bagian perut, skala nyeri 4-5, nyeri hilang timbul, dengan durasi nyeri 20-30 detik. Menurut Kasdu (2003) Nyeri
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
38
yang dirasakan ibu paska seksio caesaria berasal dari luka yang terdapat dari perut. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Tingkat dan keparahan nyeri pasca operatif terganggu pada fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan nyeri (Brunner & Suddart, 2002).
Masalah postnatal yang kedua pada klien adalah ansietas. Masalah keperawatan ditegakkan kembali karena klien masih ansietas. Klien belum mengetahui keadaan anaknya, Klien mengatakan bingung dan takut dengan keadaan anaknya nanti kedepannya. Klien juga belum mengetahui perawatan bayi dengan hidrosefalus. Pada saat antenatal masalah ansietas berhubungan keadaan janin pada klien juga belum selesai. Jadi masalah keperawatan ansietas ditegakan kembali.
Masalah postnatal yang ketiga pada klien adalah diskontinuitas pemberian ASI. Masalah keperawatan ini tegakkan karena ibu dan bayi setelah melahirkan tidak menjalani rawat gabung. Klien dirawat di ruang warat gabung gedung A bayinya dirawat di ruang perinatologi. Klien dan bayinya terpisah karena bayi klien memerlukan perawatan khusus hidrosefalus.
Menurut Wong (2010) penatalaksanaan terapi hidrosefalus diarahkan pada pengurangan gejala hidrosefalus, penanganan komplikasi, penatalaksanaan masalah yang berkaitan dengan efek gangguan terhadap perkembangan psikomotorik dan juga pembedahan. Pada anak klien,
dilakukan
pembedahan
dengan
memasang
shunt
yang
mengalirkan cairan serebrospinal ke peritoneum (VP Shunt). Menurut Said Alfin coo ass di RSUD
Dr. Zainoel dalam artikelnya yang
berjudul Review Artikel Hidrosefalus mengatakan sekitar seratus ribu shunt digunakan setiap tahunnya di beberapa negara. Ketergantungan shunt terjadi pada 75% dari semua kasus hidrosefalus. Klien tidak
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
39
memberikan
ASI
kepada
anaknya,
oleh
sebab
itu
diagnosa
diskontinuitas pemberian ASI ditegakan.
Masalah postnatal yang keempat pada klien adalah perilaku sehat setelah melahirkan. Pada masa postpartum merupakan masa transisi fisik dan psikologis mayor bagi ibu baru dan seluruh anggota keluarganya. Pada masa postpartum rentan terjadinya infeksi. Menurut Barata (2008) hampir 15-20% kematian ibu disebabkan karena infeksi postpartum. Berdasarkan Berita Ilmu Keperawatan Volume 1 (2008) mengatakan bahwa terjadi peningkatan angka operasi caesar di Indoensia disertai kejadian infeksi luka post operasi caesar. Sekitar 90% dari morbiditas pasca operasi disebabkan oleh infeksi luka operasi caesar. Oleh sebab itu pemberian intervensi perilaku sehat setelah melahirkan sangat penting diberikan untuk klien.
4.3 Analisis Tindakan Inovasi Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian Terkait Harapan serta dambaan setiap orang tua adalah memiliki anak yang lahir dengan sehat tanpa cacat. Namun, ada kalanya harapan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Fakta bahwa anak yang dilahirkan mengalami hidrosefalus membuat ibu merasa shock. Bayangkan akan kesuksesan yang dapat diraih anaknya akhirnya pupus. Ibu mulai berpandangan pesimistis mengenai masa depan anaknya kelak.
Perasaan seperti itu yang dirasakan klien. Pada saat pengkajian antenatal pada tanggal 14 Mei 2013 klien selalu mengatakan “Bagaimana keadaan anak saya nanti?”. Pada saat postpartum pada tanggal 17 Mei 2013 klien juga mengatakan hal yang sama. Klien terlihat cemas, sedih dan juga takut. Terlihat sedikit kekecewaan dari wajah klien. Oleh sebab itu, masalah keperawatan ansietas merupakan salah satu masalah keperawatan yang ditegakkan.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
40
Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis (Tomb, 2000). Stuart (2001) mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maria Dian (2008) menjelaskan bahwa ibu yang memiliki anak dengan hidrosefalus memiliki dampak psikologis yang terjadi pada dirinya. Dampak psikologis yang muncul adalah depresi, rasa malu, kecemasan dan juga amarah. Maria Dian (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak Psikologis Ibu Yang Memiliki Anak Hidrosefalus” dampak kecemasan yang timbul dari orang tua yang memilikii anak hidorsefalus adalah berupa perasaan kuatir dan takut ketika dihadapkan pada situasi-situasi tertentu. Ibu merasa kuatir dengan kondisi anak yang bisa berubah sewaktu-waktu. Kondisi anak yang masih labil bisa menyebabkan kesehatan anak kembali memburuk apabila ibu lalai menjaganya. Perasaan ini akhirnya membuat ibu merasa takut kalau anaknya akan meninggal sewaktu-waktu.
Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi ataupun kecemasan pada klien adalah dengan cara memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang hidrosefalus (pengertian, penyebab, serta penatalakasnaan hidrosefalus), memfasilitasi klien dan suami untuk bertanya ke dokter anak serta perawat terkait hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan perawatan terhadap bayi dengan hidrosefalus. Menurut Wong (2008) perawat dapat melakukan banyak hal untuk menghilangkan kecemasan orang tua, yaitu dengan memberikan penjelasan mengenai dasar yang melandasi berbagai aktivitas keperawatan dan medis, seperti pengaturan posisi anak atau pemeriksaan diagnostik dan dengan mendampingi orang tua serta bersedia mendengarkan kekhawatiran mereka.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
41
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan hasi evaluasi terhadap intervensi keperawatan dalam mengatasi masalah
ansietas
pada
kehamilan
hidrosefalus
diperoleh
alternative
pemecahan masalah. Perawat menagatasi masalah dengan metode edukasi. Perawat memberikan informasi kepada klien
dan keluarga seputar
hidrosefalus. Hasil yang diperoleh klien dan keluarga mengetahui seputar hidrosefalus dan perawatan bayi hidrosefalus kecemasan klien dan keluarga dapat diatasi.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dalam penulisan karya ilmiah mengenai analisis praktik keperawatan pada kasus kehamilan dengan hidrosefalus di Gedung A Lantai 2 Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo dapat disimpulkan bahwa: 1. Lingkungan perkotaan dapat mempengaruhi berbagai kondisi kesehatan, salah satunya adalah kehamilan hidrosefalus. 2. Nyonya
S mengalami kehamilan dengan hidrosefalus.
Diagnosa
keperawatan yang dialami klien pada saat prenatal adalah ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terkait kondisi janin suspect hidrosefalus dan juga persalinan seksio sesarea. Diagnosa keperawatan yang dialami klien pada saat postnatal adalah gangguang rasa nyaman nyeri, ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ibu terkait kondisi kesehatan bayinya, diskontuinitas pemberian ASI, dan perilaku sehat berhubungan dengan pemulihan postnatal. 3. Kondisi cemas yang dialami klien dapat diatasi dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan
seputar
hidrosefalus
dan
perawatan
bayi
hidrosefalus.
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang didapat, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah: pemerintah dapat meningkatkan kesehatan lingkungan keseahtan perkotaan dengan berbagai peraturan dan program dari pemerintah. 2. Bagi rumah sakit: menyediakan wadah khusus yang menyediakan informasi seputar penyakit hidrosefalus serta cara perawatannya. 3. Bagi institusi pendidikan: perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai dampak lingkungan perkotaan terhadap kehamilan hidrosefalus.
42 Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Anderson, E. T. dan McFarlane, J. (2006). Buku ajar keperawatan komunitas: teori dan praktik. Alih bahasa: Agus Sutarna. (edisi 3). Jakarta: EGC. Anonim. (2010). Kehamilan dan persalinan. Diambil pada tanggal 21 Juni 2013 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31620/4/Chapter%20II.p df Anonim. Hydrochepalus. Diambil pada tanggal http://www.patient.co.uk/doctor/Hydrocephalus.htm
4
Juli
2013.
Adriaansz, Wiknjosastro dan Waspodo. (2007). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo. AW, Sudoyo et al. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Bastable. (2002). Perawat sebagai pendidik; Prisip-prinsip pengajaran dan pembelajaran. Jakarta: EGC. Betty, F & Himatusujanah. (2008). Hubungan tingkat kepatuhan pelaksanaan protap perawatan luka dnegan kejadia infeksi luka perawatab luka dengan kejadian infeksi luka post sectio caesarea (SC) di ruang mawar I RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan, Vol 1. Bloom, B. (1994). Bloom’s taxonomy: A forty-year retrospective. University of Chicago Press Bobak, M., Lowdermilk., & Jensen (2004). Maternity nursing. (Maria & Peter, Penerjemah). Jakarta: EGC. (Sumber asli diterbitkan 1995). Brunner, L dan Suddarth, D. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah (H. Kuncara, A. Hartono, M. Ester, Y. Asih, Penrjemah). (Ed.8) Vol 1. Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan. (2012). Lingkungan perkotaan. Diambil pada tanggal 20 Juni 2013 http:// www.depkes.go.id. Dian, M. (2008). Dampak psikologis ibu yang memiliki anak hidrosefalus. Diambil pada tanggal 20 Juni 2013. http://eprints.unika.ac.id/2186/1/03.40.0203_Maria_Dian_H.pdf
43 Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
44
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F, & Geissler, A.C. (2000). Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patient care. (3 rd Eds.) (Kariasa, M.I. & Sumarwati, M.N., alih bahasa). Philadelphia: Davis Company. Heryanti, T dan Dara (2009). Perbedaan tingkat kecemasan antara ibu bersalin normal dengan section caessaria di ruang bersalin RSUD 45 Kuningan peropde mei-juni 2009. Diambil pada tangal 30 Juni 2013. http://www.stikku.ac.id/wp-content/uploads/2010/08/PKM-AI-10STIKKU-Titik-Perbedaan-Tingkat-Kecemasan.pdf Judarwanto, W. (2013). Waspadai 10 kondisi kehamilan penyebab gangguan janin. Diambil pada tanggal 21 Juni 2013. http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan anak/2013/04/09/waspadai-10kondisi-kehamilan-penyebab-gangguan-janin-549318.html Kasdu. ( 2003 ). Operasi caesar masalah dan solusinya. Jakarta: Puspa swara. Manuaba, et al. ( 2008 ). Obstetri dan ginekologi untuk profesi bidan. Jakarta: EGC. Moore, Keith L., et al. (2002). Before we are born: Essentials of embryology and birth defects. Kent, UK: Elsevier— Health Sciences Division. Mundandar, S. (2009). lmu sosial dasar: teori dan konsep ilmu sosial. Balai Pustaka: Jakarta. Pedersen & Stray, B. (1997). Infeksi TORCH pada kehamilan. Oslo : Department of obstetrics and Gynaecology. Rachmad. (2013). Kelainan kongenital. Juni 28, http://www.angelfire.com/ga/RachmatDSOG/congenital.html
2013.
Reeder, Martin, Koniak & Griffin. (2011). Keperawatan maternitas: kesehatan wanita, bayi dan keluarga. (Yati Afiyanti et al, Alih bahasa). Jakarta: EGC. (Sumber asli diterbitkan 1997). Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. (2005). Adams AndvVictor’s principles Of neurology: Eight Edition. USA. Retno (2011). Peran perawat. Diambil pada tanggal 6 Juli 2013. http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/1071/T1_4 62008084_BAB%20II.pdf?sequence=3. Stuart, G. W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5. Jakarta. EGC Susanto, A. (1993). Globalisasi dan komunikasi. Jakarta : Pustaka Harapan.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
45
Soemirat , J.( 2009). Kesehatan lingkungan. Jakarta. Gadjah Mada Tomb, David A, (2004). Buku saku psikiatri Ed 6. (Martina Wiwie N, Alih bahasa). Jakarta: EGC. Wahyudi, M. (2012). Hampir 54 persen penduduk Indonesia tinggal di kota. Diambil pada tanggal 21 Juni 2013. http://nasional.kompas.com/read/2012/08/23/21232065/Hampir.54.Persen. Penduduk.Indonesia.Tinggal.di.Kota. Wilkinson, J.M dan Ahern, N.R. (2009). Buku saku diagnosis keperawatan: Diagnosis nanada, intervensi NIC, kriteria hasil NIC. Ed.9 (Alih bahasa: Esti Wahyuningsih). Jakarta: EGC. Wong, L.Donna et all. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Alih bahasa : Agus Sutarna, Neti. Juniarti, H.Y. Kuncoro. Editor edisi bahasa Indonesia : Egi Komara Yudha....[et al.]. Edisi 6. Jakarta : EGC. Zuhdi, A. (2005). Hidrosefalus sulit dicegah. Diambil pada tanggal 21 Juni 2013. http://www.pkpu.or.id/news/dr-amir-zuhdi-hydrochepalus-sulit-dicegah
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
LAMPIRAN I PENGKAJIAN
1.1 Pengkajian Antenatal Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu No
Tahun
Jenis
Penolong
Persalinan 1
2004
Spontan
Bidan
Jenis
Keadaan Bayi Masalah
Kelamin
Waktu Lahir
Perempuan Menangis.
Kehamilan Ibu
BB: 3,2 Kg
mengatakan
PB : 49 cm
tidak masalah kehamilan.
2.
2010
Hamil usia 2
-
-
-
-
bulan
kemudian keguguran. Pengalaman menyusui : Ya. Berapa lama: Dua tahun ( Asi ekslusif selama dua bulan).
2. Riwayat Ginekologi a. Masalah ginekologi : Ibu mengatakan tidak ada masalah ginekologi. b. Riwayat KB
: Kb suntik setiap 3 bulan dan pil
3. Riwayat Kehamilan Saat ini a. HPHT
: 4-8-2012
b. BB sebelum hamil : 57 Kg c. Taksiran Partus
: 11-5-2013
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
ada
TD
BB/TD
TF
Letak/presenta
(mmHg
U
si janin
)
(cm
DJJ
Usia
(x/menit gestasi
Keluha
Data lain
n
)
) 151/11
72/
34
2
151/11
Presentasi
140
bokong
2
40
Tidak
Janin
mingg
ada
suspect
u
hidrocepalu s
3. Data Umum Kesehatan Saat Ini a. Status Obstetrik: G3P1A1H40minggu b. Keadaan umum : Secara umum keadaan ibu sehat, namun ibu tampak cemas dan sesekali menangis jika mengetahui kondisi bayinya. c. Kesadaran : Compus Mentis d. BB
: 72 Kg
e. TB
: 155 cm
f. Tanda Vital :
Tekanan Darah
: 151/112 mmHg
Nadi
: 90 x/menit
Suhu
: 36,8 °C
Pernafasan
: 20 x/menit
g. Kepala :
Leher : Tidak ada pembesaran tiroid
Mata : Penglihatan jelas, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
Hidung : Tidak ada lesi, pengeluaran (-).
Mulut : mukosa bibir lembab, gigi bolong pada geraham atas, sariawan (-).
Telinga : Pengdengaran jelas, pengeluaran (-)
Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
h. Dada :
Jantung : S1(+), S2 (+), Gallop (-), dan Murmur (-).
Paru-paru: Simetris, Vesikuler (+), Ronkhy (-), Whezing (-).
Payudara : Tidak ada abses, simetris, tidak ada benjolan.
Putting susu : Menonjol.
Pengeluaran ASI : ASI belum keluar.
Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus.
i. Abdomen :
Uterus : -
Tinggi Fundus Uterus : 34 cm
Pigmentasi :
Lineanigra : Ada
Striae: Tidak ada
Fungsi pencernaan : Ibu mengatakan tidak ada masalah pencernaan.
Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus.
j. Perineum dan Genital Vagina: tidak ada varises Kebersihan : Vagina bersih. Keputihan : Tidak ada keputihan Hemoroid: Tidak ada hemoroid. k. Ekstremitas Ekstremitas atas : tidak ada edema Ekstremitas bawah : ada edema. Reflek patella: (+). Derajat 2. l. Eliminasi BAK : 3-5 x/hari BAB : 2 hari sekali, BAB tidak keras, dan konsistensi lembek. Masalah khusus: Risiko konstipasi.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
m. Istirahat dan Kenyamana: Pola tidur : Ibu mengatakan tidur dari jam 22.00-04.30 WIB. Kualitas tidur nyenyak. Keluhan atau ketidaknyamanan : Ibu mengatakan suka sakit pada bagian ulu hati. n. Mobilisasi dan latihan Tingkat mobilisasi: Ibu mampu melakukan mobilisasi secara mandiri. Latihan/senam : Ibu tidak pernah melakukan senam hamil. Masalah khusus : Ibu mengatakan tidak ada masalah khusus. o. Nutrisi dan cairan : Asupan nutrisi: Makan 3x1/hari Asupan cairan: Minum 6-8 gelas/hari. Ibu mengatakan tidak menyukai susu. Masalah khusus: Ibu mengatakakan menyukai makanan dan mentah dan kadang memakan-makanan yang mentah. Ibu tidak mengkonsumsi susu ibu hamil selama hamil. p. Keadaan Mental : Adaptasi psikologis : Ibu terlihat sedih dengan keadaan janin yang dikandungnya. Penerimaan terhadap kehamilan: Semenjak mengetahui anak yang ada dalam kandungannya mengalami pembesaran di bagian kepala, ibu tampak sedih terhadap kehamilannya. Tampak dari raut wajah ibu yang sedih dan kecewa. Terliha air mata keluar dari wajah ibu. Masalah khusus: Ibu cemas dan kuatir dengan keadaan bayinya dan bagaimana nasib bayinya ke depannya. q. Pola hidup yang meningkatkan risiko kehamilan : Ibu mengatakan bekerja 8-10 jam setiap harinya. Ibu bekerja sebagai penjahit, sehingga harus selalu duduk. Ibu mengatakan lingkungan pekerjaanya berdebu, namun ibu tidak pernah menggunakan masker. Pada saat bekerja diperbolehkan untuk makan dan minum. Ibu mengatakan lingkungan pekerjaan lumayan bersih. Namun
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
terkadang ibu suka lupa untuk minum. Ibu menyukai makanan yang mentah, ibu tidak pernah minum susu ibu hamil selama kehamilan (karena tidak enak). r. Persiapan persalinan: Ibu akan dilakukan persalinan dengan operasi caesar di RSCM, dengan metode caesar elektif direncanakan pada tanggal 17 Juni 2013. Edukasi ibu tanda-tanda persalinan, jika ibu mengalami tanda-tanda persalinan sebelum waktunya operasi caesar (sebelum tanggal 17 juni 2013) ibu harus segera ke rumah sakit. s. Obat-obatan yang di konsumsi saat ini: Folamil 1x1 Adalat oros 1x30 mg t. Hasil Pemeriksaan penunjang: Hasil pemeriksaan USG: Biometri janin sesuai hamil aterm. Aktivitas janin normal. Janin dengan hidrosefalus tipe non komunikans supect ec obstruksi. Hasil pemeriksaan laboratorium(14-05-13): Jenis pemeriksaan
Satuan
Hasil
Nilai rujukan
Hitung Jenis
0.1
0.5-1.0
Basofil
0.6
1-4
Eusonofil
83.0
55.0-70.0
Neutrofil
11.4
20-40
Limfosit
5.5
2-8
Monosit
6.5
0-20
78.0
70-100
Laju endap darah
Glucoe Tolerance test Glukosa puasa
Hepatitis marker
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Jenis pemeriksaan
Satuan
Hasil
Nilai rujukan
65
Index < 1.0
HbsAg
nonreaktif
1.2 Pengkajian Postnatal 1. Riwayat kehamilan saat ini: a. Berapa kali periksa hamil : Periksa kehamilan rutin (min 1x/bulan di bidan). b. Masalah kehamilan : Ibu mengatakan tidak ada masalah pada saat hamil. Ibu mengatakan pernah jatuh dari motor pada usia kehamilan 2 bulan dan pernah keluar flek coklat pada usia kehamilan 4 bulan. 2. Riwayat persalinan a. Jenis persalinan: SC. Darurat Tgl/jam : 16 Mei 2013/ 01.30-03.00 WIB. (Ibu dilakukan SC Darurat karena ibu sudah mengalami kontraksi dan ketuban pecah dini). b. Jenis kelamin bayi: laki-laki. c. BB : 3680 gr d. PB : 52 cm e. A/S : 5/9 g. Masalah dalam persalinan : Ibu dilakukan operasi caesar karena presentasi bokong serta kehamilan suspect hidrosepalus. h. Perdarahan: 500cc i. Penyakit pra anastesia: Hipertensi grade I TD 140/90 mmHg terkontrol. j. Riwayat operasi: Tidak ada. k. Alergi: Tidak ada. i. Anastesi yang digunakan: Spinal pada lumbal ke 5 dan ke 6. j. Obat-obatan yang diberikan: Cefazolin 2gr (IV)
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Gransentron 1mg (IV) Ranitidin 50mg (IV) Oxytocin 20 (IV) Metergin 0.2 (IV) Misoprositol 800 mEq As. Traneksamat (IV). k. Instruksi paska bedah: Pengelolaan nyeri : Ketorolac 3x30 mg, jika nyeri. Penanganan mual dan muntah: ondansentron 3x4 mg jika mual. Diet dan nutrisi: Boleh langsung makan dan minum jika mual dan muntah. 4. Data umum kesehatan saat ini a. Status Obstetrik: P2A1NH1 b. Keadaan umum : Baik c. Kesadaran : Compus Mentis d. BB
: 62 Kg
e. TB
: 155cm
f. Tanda Vital :
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg.
Nadi
: 78x/menit
Suhu
: 37.2 °C
Pernafasan
: 18x/menit
g. Kepala :
Leher : Tidak ada pembesaran tiroid
Mata: Penglihatan jelas, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
Hidung : Tidak ada lesi, pengeluaran (-).
Mulut
Telinga : Pengdengaran jelas, pengeluaran (-)
Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus.
: mukosa bibir lembab.
h. Dada :
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Jantung : S1(+), S2 (+), Gallop (-), dan Murmur (-). Paru-paru: Simetris, Vesikuler (+), Ronkhy (-), Whezing (-). Payudara : Tidak ada abses, simetris, tidak ada benjolan. Putting susu : Menonjol, kebersihan kurang. Terlihat adanya kotoran pada payudara ibu. Pengeluaran ASI : ASI belum keluar. Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus. i. Abdomen : Terdapat luka operasi sesar. Luka operasi sedikiy nyeri. nanah (-), kemerahan (-). Uterus : - TFU (Sejajar pusat). j. Perineum dan Genital Vagina -
Luka : Tidak ada
-
Edema: : Tidak ada
-
Memar : Tidak ada
-
Hematom: Tidak ada
Perinium: Utuh. Kebersihan: kurang bersih. Lokia: rubra. -
Jumlah: ± 10-20cc.
-
Jenis/warna: merah kecoklatan.
-
Konsistensi: cair
-
Bau: amis
Hemoroid: tidak ada
Masalah khusus: Tidak ada masalah khusus.
k. Ekstremitas Ekstremitas atas : tidak ada edema Ekstremitas bawah : tidak ada edema. Varises: tidak ada
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Tanda homan (-). Masalah khusus: tidak ada masalah khusus. l. Eliminasi Urin: -
Kebiasaan BAK : 3-4 x/hari
-
BAK saat ini: terpasang kateter dengan volume ± 300cc berwanra kuning.
BAB : -
Kebiasaan BAB: 2 hari sekali.
-
BAB saat ini: Ibu belum BAB.
Masalah khusus: Risiko Konstipasi. m. Istirahat dan Kenyamanan: Pola tidur : Kebiasaan tidur, lama 6-8jam, kualitas tidur: kadang nyenyak kadang tidak nyenyak. Pola tidur saat ini: lama tidur 6-8 jam. Ibu mengatakan lumayan nyenyak. Keluhan atau ketidaknyamanan : Ya, lokasi : luka operasi. Frekuensi nyeri: sering. Durasi nyeri: < 1 menit. Nyeri berkurang ketika diberi obat nyeri dan istirahat. n. Mobilisasi dan latihan Tingkat mobilisasi: Nifas hari pertama setelah operasi Ibu belum mampu melakukan mobilisasi. Ibu masih terbaring di tempat tidur. Masalah khusus : Menganjurkan ibu untuk mulai kiring kiri dan miring kanan, untuk meningkatkan mobilisasi. o. Nutrisi dan cairan : Asupan nutrisi: 2000 kalori/hari. Nafsu makan: baik Asupan cairan: 1500cc/hari. Cukup Masalah khusus: edukasi ibu bahwa tidak ada makanan yang dipantang. Anjurkan ibu untuk makan-makanan yang megandung protein dan tinggin serat.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
p. Keadaan Mental : Adaptasi psikologis : Ibu mengatakan bahagia sudah melahirkan namun Ibu sedih dengan kondisi bayinya. Penerimaan terhadap bayi: Ibu belum bisa menerima keadaan bayinya. Masalah khusus: sedih. q. Kemampuan Menyusui: Belum dapat terkaji (bayi ibu masih dirawat di NICU, sehingga ibu belum menyusui bayinya). r. Obat-obatan yang di konsumsi saat ini: Adalat 30 mg ( 2x1 ). Seloxy tablet ( 1x1 ). Hembio ( 1x1 ). Paracetamol.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
LAMPIRAN II RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Rencana Asuhan Keperawatan Antenatal No Diagnosa Keperawatan 1.
Ansietas
Tujuan
berhubungan Setelah
dengan
rendahnya asuhan
pengetahuan
terkait 1x1
Kriteria Evaluasi
diberikan Ditandai dengan: kepeawatan jam
kondisi hidrocepalus dan berkurang.
cemas
persalinan caesar.
Cemas berkurang
Mandiri: a. Kaji tanda-tanda vital klien.
atau hilang.
R: Derajat kecemasan dapat dipantau
Ibu memahami
melalui Perubahan tanda-tanda vital.
kondisi bayinya.
Intervensi
b. Mengkaji dan memvaldiasi perasaan
Ibu mengetahui
klien.
proses persalinan
R: Dengan menanyakan perasaan klien
caesar.
dapat memudahkan mengkaji apa yang
Tanda-tanda vital
dirasakan klien.
dalam batas normal.
c. Kaji derajat kecemasan klien: sedang, ringan atau berat. R: Untuk mengtahui derajat kecemasan klien. d. Menjadi pendengar aktif klien.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi R: Menjadi pendengar yang aktif untuk klien, meruapakn salah satu dukungan perawat empati kepada klien. e. Memberikan kalimat yang dapat memotivasi klien. R: Meminimalisasikan kecemasan klien. f. Memberikan informasi yang dibutuhkan klien seputar hidrosepalus dan juga persalinan caesar. R: memberikan informasi (hidrosepalus) yang dibutuhkan klien dapat menurunkan kecemasan. g. Mengajarkan teknik relaksasi : napas dalam. R:.Teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan kecemasan klien. h. Meningkatkan koping klien. R: koping yang efektif dapat
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi menurunkan kecemasan.
Kolaborasi: a. Memberikan medikasi jika dibutuhkan.
Anti-cemas: diazepam (valium), clorazepate (Librium).
Benzodiazepines. Contohnya palprazolam (xanaxl), oxazepam (sarax) dll.
2.2 Rencana Asuhan Keperawatan Postnatal No Diagnosa Keperawatan 1.
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan
Ditandai dengan:
Mandiri:
dengan luka post operasi
Klien mengatakan
a. Manajemen nyeri
asuhan keperawatan
Lakukan penilaian nyeri secara
2x24 jam nyeri
nyeri berkurang atau
berkurang atau
hilang ditandai
komprehensif dimulai dari lokasi,
hilang.
dengan VAS 0.
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi Wajah klien tampak segar.
Intervensi intensitas dan penyebab. Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal,
Tanda-tanda vital
terutama untuk pasien yang tidak bisa
dalam rentang
mengkomunikasikannya secara efektif.
normal.
Pastikan pasien mendapatkan perawatan dengan analgesik. Gunakan komunikasi yang terapeutik agar pasien dapat menyatakan pengalamannya terhadap nyeri serta dukungan dalam merespon nyeri. Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri. Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu makan, aktivitas, kesadaran, mood, hubungan sosial, performance kerja dan melakukan tanggung jawab sehari-hari. Evaluasi pengalaman pasien atau
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi keluarga terhadap nyeri kronik atau yang mengakibatkan cacat. Evaluasi bersama pasien dan tenaga kesehatan lainnya dalam menilai efektifitas pengontrolan nyeri yang pernah dilakukan. Bantu pasien dan keluarga mencari dan menyediakan dukungan. Gunakan metoda penilaian yang berkembang untuk memonitor perubahan nyeri serta mengidentifikasi faktor aktual dan potensial dalam mempercepat penyembuhan. Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat memberikan kenyamanan pada pasien dan rencana keperawatan. Menyediakan informasi tentang nyeri, contohnya penyebab nyeri, bagaimana
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi kejadiannya, mengantisipasi ketidaknyamanan terhadap prosedur. Kontrol faktor lingkungan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien (suhu ruangan, pencahayaan, keributan). Mengurangi atau menghapuskan faktorfaktor yang mempercepat atau meningkatkan nyeri (spt:ketakutan, fatique, sifat membosankan, ketiadaan pengetahuan). Mempertimbangkan kesediaan pasien dalam berpartisipasi, kemampuannya dalam berpartisipasi, pilihan yang digunakan, dukungan lain dalam metoda, dan kontraindikasi dalam pemilihan strategi mengurangi nyeri. Pilihlah variasi dari ukuran pengobatan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi (farmakologis, nonfarmakologis, dan hubungan atar pribadi) untuk mengurangi nyeri. Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih metoda mengurangi nyeri. Mendorong pasien dalam memonitor nyerinya sendiri. Ajari untuk menggunakan tehnik nonfarmakologi (spt: biofeddback, TENS, hypnosis, relaksasi, terapi musik, distraksi, terapi bermain, acupressure, apikasi hangat/dingin, dan pijatan ) sebelum, sesudah dan jika memungkinkan, selama puncak nyeri , sebelum nyeri terjadi atau meningkat, dan sepanjang nyeri itu masih terukur. Kolaborasikan dengan pasien dan tenaga
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan metoda dalam mengatasi nyeri secara non-farmakologi. Anjurkan untuk istirahat/tidur yang adekuat untuk mengurangi nyeri. Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalamannya terhadap nyeri. Mempertimbangkan pasien, keluarga, dan hal lain yang mendukung dalam proses manajemen nyeri. Menyediakan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan keluarga terhadap respon nyeri. Menyertakan keluarga dalam mengembangkan metoda mengatasi nyeri. b. Pemantauan TTV Monitor kepuasan pasien terhadap
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi manajemen nyeri ynag diberikan dalam interval yang ditetapkan.
Pantau tekanan darah, nada, suhu dan status pernapasan.
Pantau tanda hipotermi atau hipertermi. Pantau ada tidaknya nadi dan kualitasnya. Pantau warna suhu dan kelembaban kulit. 3.
Perilaku sehat
Setelah
diberikan Ditandai dengan:
berhubungan dengan
asuhan
keperawatan Tidak ada tanda-
pemulihan postnatal.
3x24 jam tidak ada tanda-tanda infeksi.
Mandiri: a. Pengontrolan infeksi Ciptakan lingkungan ( alat-alat,
tanda infeksi.
berbeden dan lainnya) yang nyaman
Tanda-tanda vital
dan bersih terutama setelah
dalam batas normal. Nilai leukosit dalam batas normal.
digunakan oleh pasien.
Batasi jumlah pengunjung sesuai kondisi pasien.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Ajari klien untuk mencuci tangan sebagai gaya hidup sehat pribadi.
Instruksikan klien untuk mencuci tangan yang benar sesuai dengan yang telah diajarkan.
Instruksikan kepada pengunjung untuk selalu mencuci tanagn sebelum dan sesudah memasuki ruangan pasien
b. Edukasi terkait pencegahan infeksi: Cuci tangan. Vulva hygiene. Perinium hygiene. Peningkatan mobilisasi. Nutrisi paska partum. c. Edukasi klien terkait tanda-tanda infeksi paska partum:
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi Jelaskan kriteria lokia normal dan abnormal. Demam tinggi.
6.
Diskontunitas pemberian Setelah asi berhubungan dengan asuhan terpisahnya anak.
ibu
diberikan Ditandai dengan:
a. Pengkajian
keperawatan Ibu melanjutkan untuk
dan 2x3 pemberian ASI
Kaji kemampuan keluarga untuk
menyusui bayinya.
mendukung laktasi atau rencana
berlanjut Ibu dan bayi
dapat (continue).
menyusui dan mengatasi perubahan haya hidup.
menunjukan
Kaji keinginan dan motivasi ibu untuk
pemeliharaan menyusui.
meneruskan proses menyusui.
Ibu mengetahui
Konfirmasikan kesiapan untuk transisi
manfaat ASI.
payudara setelah diskontinnuitas. b. Edukasi ibu terkait manajemen laktasi: manfaat pemberian ASI, penyimpanan ASI, total waktu menyusui, berat badan, dan pola BAB. c. Motivasi ibu untuk memberikan ASI untuk bayinya.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi d. Evaluasi
6.
Ansietas
berhubungan Setelah
dengan
kurang asuhan
pengetahuan ibu terkait 3x2 kondisi bayinya
diberikan Ditandai dengan: keperawatan
Cemas berkurang
jam
atau hilang.
klien.
Ibu memahami
R: Derajat kecemasan dapat dipantau
kondisi bayinya.
melalui Perubahan tanda-tanda vital.
keesehatan berkurang dan
memiliki hidrosefalus.
cemas atau
juga hilang. bayi
Mandiri:
Tanda-tanda vital
a. Palpasi nadi dan menghitug pernapasan
b. Mengkaji dan memvaldiasi perasaan klien.
dalam batas normal.
R: Dengan menanyakan perasaan klien dapat memudahkan mengkaji apa yang dirasakan klien. c. Kaji derajat kecemasan klien: sedang, ringan atau berat. R: Untuk mengtahui derajat kecemasan klien. d. Menjadi pendengar aktif klien. R: Menjadi pendengar yang aktif untuk
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi klien, meruapakn salah satu dukungan perawat empati kepada klien. e. Memberikan kalimat yang dapat memotivasi klien. R: Meminimalisasikan kecemasan klien. f. Memberikan informasi yang dibutuhkan klien seputar hidrosepalus: pengertian, penyebab dan penatalaksanaan hidrosefalus. menggendong, cara menstabilkan kepala, dan pengukuran lingkar kepala. R: memberikan informasi (hidrosepalus) yang dibutuhkan klien dapat menurunkan kecemasan. g. Meningkatkan koping klien. R: Pengembangan koping yang efektif sangat dibutuhkan klien untuk menurunkan kecemasan.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi h. Kaji pemahaman pasien tentag kondisi bayinya. Lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien dan pahami isinya. i. Berikan informasi yang dibutuhkan pasien seperti: perawatan bayi hidrosepalus. j. Memfasasilitasi klien untuk bertanya ke dokter atau perawat. R: dapat menurunkan tingkat kecemasan klien dan juga dapat meningkatkan pengetahuan klien.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
LAMPIRAN III CATATAN PERKEMBANGAN
3.1 Catatan Perkembangan Antenatal Diagnosa Ansietas b.d kurangnya pengetahuan klien terkait hidrocepalus dan persalinan caesar.
Tgl & Waktu 15 Mei 2013 & 13.00 WIB
Implementasi
Evaluasi
a. Kaji tanda-tanda vital klien.
S:
Klien mengatakan “Bagaimana dengan nasib anak saya nanti”.
b. Mengkaji dan memvalidasi
Klien mengatakan bingung harus
perasaan klien. c. Kaji derajat kecemasan klien:
seperti apa. Klien mengatakan takut.
sedang, ringan atau berat.
Klien mengatakan dokter hanya
d. Menjadi pendengar aktif klien. e. Memberikan kalimat yang dapat
memberitahukan bahwa kondisi
memotivasi klien.
bayi sehat, namun mengalami
f. Memberikan informasi seputar
pembesaran di bagian kepala
hidrosepalus dan persalinan
(hidosepalus).
caesar.
Klien mengatakan akan menanyakan kembali ke dokter O:
anak terkait kondisi bayinya nanti.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Diagnosa
Tgl & Waktu
Implementasi
Evaluasi Klien mengatakan mengerti terkait persalinan caesar. TD: 130/80 mmHg. Nadi: 88x/menit P: 22x/menit S: 36.7°C. A:
Klien menangis. Klien tampak sedikit lega setelah
P:
diberikan informasi oleh perawat.
Klien termasuk kedalam cemas sedang. Masalah teratasi sebagian
Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh klien seputar
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Diagnosa
Tgl & Waktu
Implementasi
Evaluasi hidrosepalus. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi cemas. Memfasilitasi klien untuk bertanya dengan dokter dan perawat seputar hidrosepalus. Mempertemukan dengan ibu yang memiliki anak riwayat hidrosepalus.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
3.2 Catatan Perkembangan Postnatal
Diagnosa Gangguan rasa nyaman: nyeri akut b.d luka post operasi
Tgl & Waktu 17 mei 2013 & 11.0012.00
Implementasi a. Pengkajian Nyeri
Evaluasi S:
Lakukan penilaian nyeri secara
Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi.
komprehensif dimulai dari lokasi,
Klien mengatakan nyeri skala 3-4
karakteristik, durasi, frekuensi,
Klien mengatakan nyeri ketika
kualitas, intensitas dan penyebab.
digerakan.
Gunakan komunikasi yang
Klien mengatakan nyeri berkurang
terapeutik agar pasien dapat
jika bagian tubuh tidak digerakan.
menyatakan pengalamannya
Klien mengatakan sedikit demam.
terhadap nyeri serta dukungan
Klien mengatakan belum diberikan
dalam merespon nyeri.
obat nyeri.
Mendorong pasien dalam
Klien mengatakan nyeri sedikit
memonitor nyerinya sendiri.
berkurang setelah diberikan teknik
Ajari untuk menggunakan tehnik non-farmakologi: teknik relaksasi
relaksasi napas dalam. O:
napas dalam.
TD: 130/80 mmHg Nadi: 78x/menit
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Anjurkan untuk istirahat/tidur yang
S: 37.2 °C. Kelembapan kulit normal.
adekuat untuk mengurangi nyeri. Pemantauan TTV
Klien tampak lemah dan meringis. A:
Masalah teratasi sebagian.
P:
Pantau nyeri Motivasi klien untuk mobilisasi miring kiri dan miring kanan. Anjurkan klien untuk istirahat. Berikan medikasi jika masih nyeri. Anjurkan klien untuk melapor ke perawat jika nyeri makin parah dan berlanjut. Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi napas jika masih nyeri.
Perilaku Sehat berhubungan dengan pemulihan postnatal
17 mei 2013 11.0012.00
Mandiri:
S:
a. Pengontrolan infeksi
Ciptakan lingkungan ( alat-alat,
Klien mengatakan akan mengkonsumsi makanan yang tinggi protein.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Klien mengatakan akan melakukan
berbeden dan lainnya) yang nyaman dan bersih terutama
kebersihan vagina. Klien mengatakan cara
setelah digunakan oleh pasien.
Batasi jumlah pengunjung sesuai
membersihkan vagian dari bagian
kondisi pasien.
depan ke bagian belakang. Klien mengatakan sedikit demam.
a. Edukasi terkait pencegahan infeksi: Cuci tangan.
Klien mengatakan akan memulai
Vulva hygiene.
untuk miring kiri dan miring kanan.
Perinium hygiene.
Klien mengatakan akan cuci tangan
Peningkatan mobilisasi.
sebelum dan sesudah makan.
Nutrisi paska partum. b. Edukasi klien terkait tanda-tanda
O:
TD: 130/80 mmHg
infeksi paska partum:
Nadi: 78x/menit
Jelaskan kriteria lokia normal dan
S: 37.2 °C. Klien tampak serius mendengarkan.
abnormal. Demam tinggi.
Klien beberapa kali bertanya. A:
Masalah teratasi sebagian.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
P:
Pantau TTV Pantau nutrisi Pantau tanda-tanda infeksi. Evaluasi cuci tangan, nutrisi, kebersihan vagina, serta mobilisasi.
Diskontunitas pemberian asi b.d terpisahnya ibu dan anak
17 mei 2013 11.0012.00
a. Pengkajian
S:
Kaji pengetahuan klien tentang
Klien mengatakan air susu belum keluar. Klien mengatakan bayinya masih
laktasi dan cara memerah ASI. Kaji keinginan dan motivasi ibu
ada di SCN 4. Klien mengatakan ingin menyusui
untuk meneruskan proses menyusui.
bayinya.
Kaji kemampuan keluarga untuk mendukung laktasi atau rencana
O:
Air susu (-).
menyusui dan mengatasi perubahan haya hidup.
Putting susu menonjol.
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Ajarkan klien untuk perawatan payudara. Ajarkan klien terkait manajemen laktasi.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Motivasi ibu untuk menyusui bayinya. Perilaku sehat
23 mei
a. Kaji tanda-tanda infkesi.
berhubungan
2013
b. Kaji lokia.
dengan
11.30
c. Evaluasi nutrisi klien.
pemulihan
d. Evaluasi cuci tangan.
postnatal.
e. Evaluasi mobilisasi.
S:
Klien mengatakan tidak ada demam. Klien mengatakan nafsu makan
baik. Klien mengatakan makan telur dan
f. Evaluasi kebersihan klien.
makan ikan setiap harinya. Klien mengatakan mobilisasi. Klien mengatakan lokea berwarna
merah kecolatan dan bau seperti darah haid. O:
Klien mengatakan mandi teratur. TD: 130/80 mmHg
A:
N: 80x/menit S: 36.7°C
P: Masalah teratasi sebagian.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Mengingatkan kembali tanda-tanda infeksi. Anjurkan klien untuk ke layanan kesehatan jika ada tanda-tanda infeksi.
Diskontunitas pemberian ASI
23 mei 2013
a. Pengkajian
S:
Klien mengatakan air susu keluar. Klien mengatakn ingin menyusui.
Kaji keinginan dan motivasi ibu untuk meneruskan proses
bayinya, hanya saja karena jarak
menyusui.
yang terlalu jauh. Jadi klien belum
b. Edukasi ibu terkait manajemen
bisa menyusui bayinya. Klien mengatakan mengerti tentang
laktasi: manfaat pemberian ASI, penyimpanan ASI.
penjelasan perawat terkait ASI.
c. Motivasi ibu untuk memberikan ASI untuk bayinya.
O:
Klien masih ragu untuk memompa ASI untuk bayinya.
A: Masalah belum teratasi.
P:
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Motivasi klien untuk menyimpankan ASI untuk bayinya. Evaluasi manajemen laktasi.
Cemas b.d kurangnya pengetahuan terkait memiliki bayi hidrosepalus.
23 Mei 2013
a. Kaji tingkat kecemasan klien.
S:
b.Kaji koping klien dan keuarga. c. Periksa TTV d.Kaji pemahaman pasien tentang kondisi bayinya. e. Lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien. f. Memberikan pendidikan kesehatan tentang hidrosefalus (pengertian dari hidrosefalus, penyebab dan penatalaksanaan hidrosefalus.
Klien mengatakan cemas, takut dan bingung. Klien mengatakan selalu sedih jika ingat bayinya. Klien mengatakan suami, keluarga dan teman-teman mendukung klien. Saling men-support satu sama lain. Klien mengatakan tidak mengetahu apa-apa tentang hidrosepalus. Klien mengatakan hari ini suaminya sedang ke RSCM karena bayinya sedang dilakukan CT-Scan. Klien mengatakan ingin mengetahui cara perawatan bayi hidrosepalus. Klien masih sedih, dan selalu
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
menangis jika ingat dengan anaknya. Klien mengatakan mengerti penjelasan yang diberikan oleh O:
perawat terkait hidrosefalus. TD: 130/80 mmHg N: 80x/menit S: 36.7°C
A: P:
Masalah teratasi sebagian. Memfasilitasi klien untuk bertanya ke dokter anak ketika kontrol pada tanggal 27 mei 2013.
Cemas b.d kurangnya pengetahuan terkait memiliki bayi hidrosepalus.
27 mei 2013 10.0011.00
a. Memfasilitasi klien untuk bertanya ke
S
dokter anak terkait kondisi bayinya. b. Memfasilitasi klien untuk bertanya ke perawat terkait perawatan bayi dengan hidrosefalus.
Klien mengatakan jauh lebih lega
setelah bertanya ke dokter anak dan perawat. Klien mengatakan mengerti cara pengukuran lingkar kepala. Klien mengatakan sedikit mengerti
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
cara perawatan bayi hidrosefalus (cara
c. Mengajarkan cara pengukuran lingkar
menstabilkan kepala).
kepala.
Klien sudah tidak menangis.
O:
Klien mampu mengulangi pendidikan yang diberikan oleh dokter, perawat ruangan serta perawat (mahasiswa). Masalah teratasi sebagian
A:
Mengevaluasi keadaan klien. Memberikan informasi seputar
P:
Perilaku sehat berhubungan dengan pemulihan postnatal
16 juni 2013 13.0014.00
a. Pantau tanda-tanda vital.
S:
b. Pantau tanda-tanda infeksi. c. Pantau pengeluaran lokea. d. Pantau pemberian obat dari dokter.
hidrosepalus yang dibutuhkan klien.
Klien mengatakan tidak demam. Klien mengatakan tidak ada kemerahan. Klien mengatakan nafsu makan
e. Evaluasi hygine klien.
baik. Banyak mengonsumsi telur
f. Evaluasi mobilisasi.
dan ikan.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Klien mengatakan mobilisasi lancar,
g. Evaluasi nutrisi.
nyeri pada bekas operasi sudah tidak ada. Klien mengatakan pengeluaran
darah flek-flek coklat. Klien mengatakan menghabiskan obat antibiotik dari dokter.
O:
Klien mengatakan mandi setiap hari, dan membersihkan vagina seusai danjuran perawat. TD: 120/80mmHg. Nadi: 70x/menit S: 36.8 °C
A: P:
Mobilisasi (+) Kemerahan (-) Gatal-gatal (-) Lokea: coklat (flek) Masalah teratasi.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Evaluasi edukasi tanda-tanda infeksi. Anjurkan untuk mengkonsumsi nutrisi yang bergizi. Anjurkan untuk selalu menjaga kebersihan diri. Anjurkan segera ke pelayanan kesehatan jika terjadi tanda-tanda infeksi.
Diskontunitas pemberian asi
16 Juni 2013 13.0014.00
a. Kaji pengeluaran ASI.
S:
b. Kaji pemberian ASI ibu.
Klien mengatkan belum menyusui bayinya karena sir susunya sedikit. Klien mengatakan ingin menyusui
c. Kaji keinginan ibu untuk menyusui bayinya.
bayinya. Klien mengatakan ASI jauh lebih
d. Edukasi ulang tentang manfaat ASI.
baik dari susu formula. Klien mengatakan akan mencoba
O:
menysui bayinya. Pengeluaran ASI (+) Kemampuan bayi menghisap baik.
A:
Kemampuan ibu menyusui untuk
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
menyusui bayinya baik. P: Masalah teratasi sebagian.
Pantau menyusui klien. Motivasi klien untuk menyusui bayinya.
Ansietas b.d kurangnya pengetahuan terkait memiliki bayi hidrosepalus.
16 juni 2013 13.0014.00
a. Mengevaluasi perasaan klien.
S:
b. Memberikan kesempatan klien untuk
Klien mengatakan bahagia bayinya sudah boleh pulang. Klien mengatakan sudah tidak sedih
bertanya terkait hidrosepalus. c. Mengingatkan kembali terkait
lagi. Klien mengatakan sudah bisa
perawatan bayi dengan hidrosepalus. d. Pantau TTV kilen.
menerima keadaan bayinya. Klien mengatakan sedikit-sedikit O:
sudah mampu merawat bayinya. Klien tampak bahagia.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
Klien sudah mampu memandikan bayinya, menyusui serta melakukan perawatan bayi baru lahir. TD: 120/80 mmHg. N: 70x/menit S: 36.8°C Keluarga klien kompak dalam mendukung Ibu S. Suami klien selalu siaga menemani klien. A: P:
Masalah teratasi. Mengingatkan kembali waktu kontrol klien.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013