UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. INDEC DIAGNOSTICS KOMPLEKS PERKANTORAN TAMAN PULO GEBANG BLOK A3, JL RAYA BEKASI, JAKARTA PERIODE 11 FEBRUARI – 28 MARET 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. INDEC DIAGNOSTICS KOMPLEKS PERKANTORAN TAMAN PULO GEBANG BLOK A3, JL RAYA BEKASI, JAKARTA PERIODE 11 FEBRUARI – 28 MARET 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini Diajukan oleh: Nama : Furqon Dwi Cahyo NPM : 1206313135 Program Studi : Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker PT Indec Diagnostics Kompleks Perkantoran Taman Pulo Gebang A3 No. 18—20 Jl. Raya Bekasi Km. 24, Jakarta
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Ditetapkan di : Depok Tanggal
: 6 Juli 2013
iii
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang dengan limpahan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Industri Alat Kesehatan PT Indec Diagnostics Jakarta. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia untuk mendapatkan gelar profesi apoteker. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memahami peran dan tugas Apoteker di industri, khususnya industri alat kesehatan. Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di di Industri Alat Kesehatan PT Indec Diagnostics berlangsung pada periode 11 Februari–Maret 2013. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang diberikan, kepada: 1.
Ihya Nurul Islam, Apt., selaku pembimbing di Industri Alat Kesehatan PT Indec Diagnostics.
2.
Prof. Maksum Radji, M.Biomed., Apt., sebagai pembimbing di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
3.
Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
4.
Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
5.
Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi sekaligus sebagai pembimbing di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI.
6.
Seluruh keluarga penulis atas doa, semangat, dan dukungan moril serta materil
8.
yang telah diberikan.
Rekan-rekan Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia angkatan LXXVI atas kebersamaan dan dukungan selama menempuh pendidikan.
9.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan laporan ini.
iv
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari
pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Penulis 2013
v
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Furqon Dwi Cahyo
NPM
: 1206313135
Program Studi
: Profesi Apoteker
Fakultas
: Farmasi
Jenis Karya
: Laporan Praktek Kerja
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT, Indec Diagnostics Jalan Kompleks Perkantoran Taman Pulo Gebang A3 No. 18—20 Jl. Raya Bekasi Km. 24, Jakarta Periode 11 Februari – 28 Maret 2013 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
Royalti
Nonekslusif
ini,
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di
: Depok
Pada tanggal
: 03 Agustus 2013
Yang menyatakan,
(Furqon Dwi Cahyo)
1
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii KATA PENGANTAR......................................................................................... iv DAFTAR ISI........................................................................................................ vi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1 1.2 Tujuan ........................................................................................................... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 3 2.1 Alat Kesehatan.............................................................................................. 3 2.2 Industri Alat Kesehatan ................................................................................ 7 2.3 CPAKB ......................................................................................................... 11 2.3.1 Sistem Menejemen Mutu ........................................................................ 13 2.3.2 Tanggung Jawab Manajemen .................................................................. 15 2.3.3 Pengelolaan Sumber Daya......................................................................17 2.3.4 Realisasi Produk ......................................................................................22 2.3.5 Pengukuran, Analisa dan Perbaikan ........................................................29 2.4 Registrasi Alat Kesehatan.............................................................................31 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PT. INDEC DIAGNOSTICS .......................... 39 3.1 Sejarah .......................................................................................................... 39 3.2 Visi dan Misi................................................................................................. 39 3.3 Departemen & Struktur Organisasi .............................................................. 40 3.4 Produk...........................................................................................................45 3.5 Pengembangan Produk .................................................................................47 BAB 4 PEMBAHASAN ...................................................................................... 48 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 49 5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 49 5.2 Saran ............................................................................................................. 49 DAFTAR REFERENSI ..................................................................................... 50
vi
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Alur Kerja registrasi secara on-line untuk Alat Kesehatan.................. 51 Lampiran 2 Peta Lokasi PT Indec Diagnostics ..................................................... 52 Lampiran 3 Peta Akses PT Indec Diagnostics dengan Bandara Internasional dan Pelabuhan. ............................................................................................................. 53 Lampiran 4 Struktur Organisasi PT Indec Diagnostics......................................... 54 Lampiran 5 Struktur Organisasi Departemen Penelitian dan Pengembangan PT Indec Diagnostics .................................................................................................. 55 Lampiran 6 Denah Bagian Penelitian dan Pengembangan PT Indec Diagnostic . 56 Lampiran 7 Contoh formulir prosedur tetap ......................................................... 57 Lampiran 8 Denah Departemen Produksi, QC dan PPIC ..................................... 58 Lampiran 9 Contoh-contoh label yang digunakan di Departemen QC................. 59 Lampiran 10 Produk Diagnostik Kimia Klinik di PT Indec Diagnostics ............. 60 Lampiran 11 Produk Diagnostik Imunologi Rapid test di PT Indec Diagnostics. 61 Lampiran 12 Produk Diagnostik Imunologi ELISA di PT Indec Diagnostics...... 62
vii
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar belakang Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Alat kesehatan berperan penting sebagai penunjang kualitas hidup serta kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, industri alat kesehatan diwajibkan untuk menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan produk alat kesehatan yang dihasilkannya dan produknya harus terdaftar di KEMENKES (Kementrian Kesehatan). Industri alat kesehatan yang akan melakukan kegiatan produksi wajib memperoleh sertifikat produksi dari Direktur Jenderal. Untuk memperoleh sertifikat produksi alat kesehatan, industri alat kesehatan harus memiliki penanggung jawab teknis produksi. Sertifikat produksi yang diterbitkan, ada beberapa jenis, yaitu sertifikat kelas A, B, dan C sesuai jenis produk alat kesehatan yang akan diproduksi. Penanggung jawab teknis untuk mendapatkan sertifikat produksi kelas tertinggi, yaitu kelas A harus memiliki pendidikan apoteker, sarjana lain yang sesuai atau memiliki sertifikat yang sesuai, dan D3 ATEM untuk Alat Kesehatan Elektromedik, (Permenkes RI No. 1189, 2010).
Peraturan tersebut menggambarkan peran apoteker di sektor industri alat
kesehatan. Selain dapat berperan sebagai penanggung jawab teknis produksi industri alat kesehatan, potensi seorang apoteker juga memiliki peranan yang penting dalam pengembagan produk-produk baru yang berkualitas sebagai penunjang keberadaan suatu industri alat kesehatan secara khusus dan untuk mendukung pemerintah dalam upaya pembangunan kesehatan secara umum. Dalam menjalankan peran dan tanggung jawab tersebut, apoteker dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan salah satu sarana bagi calon apoteker untuk mendapatkan pengalaman praktis dan pemahaman yang lebih dalam tentang tugas dan fungsi Apoteker di industri farmasi. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT. Indec Diagnostics sabagai salah satu industri alat kesehatan mengadakan kegiatan
1 Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
2
Praktek Kerja Apoteker (PKPA) yang berlangsung dari tanggal 11 Februari sampai dengan 28 Maret 2013. Melalui pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA), mahasiswa calon apoteker diharapkan terbuka wawasannya mengenai salah satu sektor yang membutuhkan peranan apoteker selain industri obat, yaitu sektor alat kesehatan dan mampu menerapkan dan mengembangkan ilmu serta wawasannya ke dalam dunia kerja. PT. Indec Diagnostics merupakan perusahaan alat kesehatan yang didirikan sejak tahun 2002, yang secara khusus bergerak di bidang alat kesehatan diagnostik kimia klinik dan immunologi. Perusahaan tersebut telah mendapatkan sertifikat ISO SGS 9001, KAN Komite Akreditasi Nasional dan merupakan percontohan sertifikasi CPKB dari Kementrian Kesehatan. Sertifikasi tersebut merupakan bukti bahwa PT. Indec Diagnostics memiliki komitmen untuk memproduksi alat kesehatan yang berkualitas dan terpercaya untuk menegakan diagnostik sebagai salah satu sarana untuk membangun kesehatan nasional. 1.2
Tujuan Pelaksanaan PKPA di PT. Indec Diagnostics, bertujuan agar mahasiswa calon
apoteker: 1. Mengetahui dan memahami salah satu sektor penunjang kesehatan, yaitu industri alat kesehatan khususnya alat kesehatan diagnostik 2. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di industri diagnostik khususnya peranan apoteker di PT Indec Diagnostics
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Alat Kesehatan Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin dan atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Selain itu, alat kesehatan dapat juga mengandung obat yang tidak mencapai kerja utama pada atau dalam tubuh manusia melalui proses farmakologi, imunologi, atau
metabolisme tetapi dapat
membantu fungsi yang diinginkan dari alat kesehatan dengan cara tersebut. Alat kesehatan berdasarkan tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud oleh produsen, dapat digunakan sendiri maupun kombinasi untuk manusia dengan satu atau beberapa tujuan sebagai berikut : a.
Diagnosis, pencegahan, pemantauan, perlakuan atau pengurangan penyakit;
b.
Diagnosis, pemantauan, perlakuan, pengurangan atau kompensasi kondisi sakit;
c.
Penyelidikan, penggantian, pemodifikasian, mendukung anatomi atau proses fisiologis;
d.
Mendukung atau mempertahankan hidup;
e.
Menghalangi pembuahan;
f.
Desinfeksi alat kesehatan;
g.
Menyediakan informasi untuk tujuan medis atau diagnosis melalui pengujian in vitro terhadap spesimen dari tubuh manusia. Alat kesehatan berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan RI digolongkan
berdasarkan fungsi dan kelas produksinya. Jenis alat kesehatan yang dibedakan berdasarkan fungsi-fungsinya dibagi menjadi beberapa kategori dan sub kategori alat kesehatan (PERMENKES RI No. 1190 , 2010), antara lain : 1. Peralatan kimia klinik dan toksikologi klinik a. Sistem Tes Kimia Klinik b. Peralatan Laboratorium klinik c. Sistem Tes Toksikobgi klinik
3 Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
4
2. Peralatan hematologi dan patologi a. Pewarna Biological b. Produk Kultur Sel dan Jaringan c. Peralatan dan Asesori Patologi d. Pereaksi Penyedia Specimen e. Peralatan Hematologi Otomatis dan Semi Otomatis f. Peralatan Hematologi Manual g. Paket dan Kit hematologi h. Pereaksi Hematologi i. Produk yang digunakari dalam pembuatan sediaan darah dan sediaan berasal dan darah 3. Peralatan Imunologi dan Mikrobiologi a. Peralatan Diagnostika b. Peralatan Mikrobiologi c. Pereaksi Serologi d. Perlengkapan dan Pereaksi Laboratorium Imunologi e. Sistem Tes Imunologikal f. Sistem Tes Imunologikal Antigen Tumor 4. Peralatan Anestesi a. Peralatan Anestesi Diagnostik b. Peralatan Anestesi Pemantauan c. Peralatan Anestesi Terapetik d. Peralatan Anestesi Lainnya 5. Peralatan Kardiologi a. Peralatan Kardiologi Diagnostik b. Peralatan Kardiotogi Pemantauan c. Peralatan Kardiologi Prostetik d. Peralatan Kardiologi Bedah e. Peratatan Kardiologi Terapetik 6. Peralatan Gigi a. Peralatan Gigi Diagnostik b. Peralatan Gigi Prostetik
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
5
c. Peralatan Gigi Bedah d. Peralatan Gigi Terapetik e. Peralatan Gigi Lainnya 7. Peralatan Telinga, Hidung Dan Tenggorokan (THT) a. Peralatan THT Diagnostik b. Peralatan THT Prostetik c. Peralatan THT Bedah d. Peralatan THT Terapetik 8. Peralatan Gastroenterologi-Urologi (GU) a. Peralatan GU Diagnostik b. Peralatan GU Pemantauan c. Peralatan GU Prostetik d. Peralatan GU Bedah e. Peralatan GU Terapetik 9. Peralatan Rumah Sakit Umum Dan Perorangan (RSU & P) a. Peralatan RSU & P Pemantauan b. Peralatan RSU & P Terapetik c. Peralatan RSU & P Lainnya 10. Peralatan Neurologi a. Peratatan Neurologi Diagnostik b. Peralatan Neurologi Bedah c. Peralatan Neurotogi Terapetik 11. Peralatan Obstetrik Dan Ginekologi (OG) a. Peralatan OG Diagnostik b. Peralatan OG Pemantauan c. Peralatan OG Prostetik d. Peralatan OG Bedah e. Peralatan OG Terapetik f. Peralatan Bantu Reproduksi 12. Peralatan Mata a. Peralatan Mata Diagnostik b. Peralatan Mata Prostetik
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
6
c. Peralatan Mata Bedah d. Peralatan Mata Terapetik 13. Peralatan Ortopedi a. Peralatan Ortopedi Diagnostik b. Peralatan Ortopedi Prostetik c. Peralatan Ortopedi Bedah 14. Peralatan Kesehatan Fisik a. Peralatan Kesehatan Fisik Diagnostik b. Peralatan Kesehatan Fisik Prostetik c. Peratatan Kesehatan Fisik terapetik 15. Peralatan Radiologi a. Peralatan Radiologi Diagnostik b. Peralatan Radiologi Terapetik c. Peralatan Radiologi Lainnya 16. Peralatan Bedah Umum Dan Bedah Plastik a. Peralatan Bedah Diagnostik b. Peratatan Bedah Prostetik c. Peralatan Bedah d. Peratatan Bedah Terapetik Sedangkan Berdasarkan risiko yang ditirnbulkan dalam penggunaan produk alat kesehatan menurut PERMENKES RI No. 1190 tahun 2010 alat kesehatan dibedakan menjadi : 1.
Kelas I Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya tidak rnenyebabkan
akibat yang berarti. Penilaian untuk alat kesehatan ini dititikberatkan hanya pada mutu dan produk. 2.
Kelas IIa Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat
memberikan akibat yang berarti kepada pasien tetapi tidak menyebabkan kecelakaan yang serius. Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi dan memenuhi persyaratan yang cukup lengkap untuk dinilai tetapi tidak memerlukan uji klinis. 3.
Kelas IIb
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
7
Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat memberikan akibat yang sangat berarti kepada pasien tetapi tidak menyebabkan kecelakaan yang serius. Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi dan memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisa resiko dan bukti keamanannya untuk dinilai tetapi tidak memerlukan uji klinis. 4.
Kelas Ill Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya dapat memberikan
akibat yang serius kepada pasien atau perawat/operator. Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi formulir dan memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisa resiko dan bukti keamanannya untuk dinilai serta memerlukan uji klinis. 2.2
Industri Alat Kesehatan Alat kesehatan di produksi oleh suatu badan usaha resmi yang terdaftar di
Kementrian Perindustrian atau perusahaan rumah tangga yang memproduksi alat kesehatan tertentu dan dengan fasilitas sederhana yang diperkirakan tidak akan menimbulkan bahaya bagi pengguna, pasien, pekerja, dan lingkungan. Seluruh industri yang memproduksi alat kesehatan harus memiliki penanggung jawab teknis produksi untuk menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan dari alat kesehatan yang di produksi. Standar dan/atau persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan diberlakukan sesuai dengan Farmakope Indonesia atau Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Pedoman Penilaian Alat Kesehatan atau standar lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Produksi alat kesehatan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah, dan/atau mengubah bentuk alat kesehatan. Produksi untuk produk bukan skala rumah tangga dilakukan oleh perusahaan yang memiliki sertifikat produksi. Sertifikat produksi menentukan jenis produk yang diizinkan untuk diproduksi. Penambahan jenis produk dapat dilakukan dengan addendum sertifikat untuk perluasan produksi. Perusahaan yang hanya melakukan pengemasan kembali, perakitan, rekondisi/remanufakturing dan perusahaan yang menerima makloon, yaitu pelimpahan sebagian atau seluruh kegiatan pembuatan alat kesehatan juga harus memiliki sertifikat produksi. Perusahaan yang memproduksi alat kesehatan bertanggung jawab terhadap mutu, keamanan, dan kemanfaatan alat kesehatan yang diproduksinya. Perusahaan harus
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
8
dapat menjamin bahwa produknya dibuat sesuai dengan Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) dan tidak terjadi penurunan kualitas dan kinerja selama proses penyimpanan, penggunaan dan transportasi. Pemerintah berkewajiban untuk melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala minimal 1 (satu) tahun sekali untuk menjamin ketaatan terhadap Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik. 2.2.1
Klasifikasi Sertifikat Produksi
Sertifikat produksi alat kesehatan diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelas meliputi : a.
Sertifikat Produksi Alat Kesehatan Kelas A, yaitu sertifikat yang diberikan
kepada pabrik yang telah menerapkan Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik secara keseluruhan sehingga diizinkan untuk memproduksi alat kesehatan kelas I, kelas IIa, kelas IIb dan kelas III; b.
Sertifikat Produksi Alat Kesehatan Kelas B, yaitu sertifikat yang diberikan
kepada pabrik yang telah layak memproduksi alat kesehatan kelas I, kelas IIa, dan kelas IIb, sesuai ketentuan Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik; c.
Sertifikat Produksi Alat Kesehatan Kelas C, yaitu sertifikat yang diberikan
kepada pabrik yang telah layak memproduksi alat kesehatan kelas I dan Iia tertentu, sesuai ketentuan Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik. Penanggung jawab teknis adalah tenaga kesehatan atau tenaga lain yang memiliki pendidikan dan pengalaman dalam memproduksi alat kesehatan. Penentuan kelas Sertifikat Produksi ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan kesiapan pabrik dalam penerapan Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2.2.2
Persyaratan Sertifikat Produksi Permohonan sertifikat produksi alat kesehatan dilakukan oleh suatu badan
usaha. badan usaha atau industri alat kesehatan yang akan mengajukan permohonan sertifikat produksi harus memiliki penanggung jawab teknis yang menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan dari alat kesehatan yang di produksi. Penanggung jawab teknis yang menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan alat kesehatan harus memiliki keahlian dan pendidikan tertentu.. Syarat pendidikan untuk menjadi penanggung jawab teknis industri alat kesehatan, yaitu : a.
Apoteker, sarjana lain yang sesuai atau memiliki sertifikat yang sesuai, dan D3 ATEM untuk Alat Kesehatan Elektromedik, bagi pemilik Sertifikat Produksi
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
9
Kelas A. b.
Minimal D3 Farmasi, Kimia, Teknik yang sesuai dengan bidangnya, bagi pemilik Sertifikat Produksi Kelas B.
c.
SMK Farmasi atau pendidikan tenaga lain yang sederajat yang mempunyai kualifikasi sesuai dengan bidangnya, bagi pemilik Sertifikat Produksi Kelas C. Selain syarat pendidikan penanggung jawab teknis, kelas sertifikat produksi juga
ditentukan oleh adanya laboratorium dalam industri alat kesehatan tersebut. Ketentuan laboratorium berdasarkan kelasnya, yaitu : a.
Sertifikat Produksi Kelas A wajib memiliki laboratorium.
b.
Sertifikat Produksi Kelas B memiliki laboratorium atau bekerjasama dengan laboratorium terakreditasi atau diakui.
c.
Sertifikat Produksi Kelas C menguji produknya ke laboratorium terakreditasi atau diakui.
2.2.3
Tata Cara Pembuatan Sertifikat Produksi Sertifikat produksi diterbitkan oleh Direktur Jendral dan berlaku 5 (lima) tahun
dan dapat diperpanjang selama memenuhi ketentuan yang berlaku. Permohonan perpanjangan sertifikat produksi diajukan oleh perusahaan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhir masa berlaku sertifikat produksi kepada Direktur Jenderal melalui kepala dinas kesehatan provinsi. Perusahaan yang tidak melakukan perpanjangan sertifikat produksi hingga masa berlaku sertifikat produksi habis, harus mengajukan permohonan sertifikat produksi baru. Adapun tata cara mendapatkan Sertifikat Produksi Alat Kesehatan, sebagai berikut: 1.
Perusahaan pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri melalui kepala dinas kesehatan provinsi setempat.
2.
Kepala dinas kesehatan provinsi selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja sejak menerima tembusan permohonan, berkoordinasi dengan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota membentuk tim pemeriksaan bersama untuk melakukan pemeriksaan setempat;
3.
Tim pemeriksaan bersama, jika diperlukan, dapat melibatkan tenaga ahli/konsultan/lembaga tersertifikasi di bidang produksi yang telah disetujui oleh Direktur Jenderal;
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
10
4.
Tim pemeriksaan bersama selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja melakukan pemeriksaan dan membuat berita acara pemeriksaan.
5.
Apabila telah memenuhi persyaratan, kepala dinas kesehatan provinsi selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan dari tim pemeriksaan bersama membuat surat rekomendasi kepada Direktur Jenderal.
6.
Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada angka 2, angka 3, dan angka 4 tidak dilaksanakan pada waktunya, perusahaan pemohon yang bersangkutan dapat membuat surat pernyataan siap melaksanakan kegiatan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada kepala dinas kesehatan provinsi dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
7.
Setelah diterima surat rekomendasi dan lampirannya sebagaimana dimaksud pada angka 5, Direktur Jenderal mengeluarkan Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan/atau PKRT, dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah berkas lengkap.
8.
Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada angka 7, Direktur Jenderal dapat melakukan penundaan atau penolakan permohonan sertifikat produksi.
9.
Terhadap penundaan sebagaimana dimaksud pada angka 8 diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya surat penundaan. Perusahaan alat kesehatan juga dapat bergerak dalam industri remanufakturing.
Industri remanufakturing adalah perusahaan yang memproduksi, mengemas kembali, merakit, atau merekondisi alat kesehatan. Perudahaan tersebut juga harus melaporkan hasil produksinya minimal setiap 1 (satu) tahun sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada kepala dinas kesehatan provinsi dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.. 2.2.4
Perubahan Sertifikat Produksi Dalam perjalanannya suatu industri alat kesehatan kemungkinan besar
melakukan modifikasi atau mengembangkan instalasi atau penunjang produksinya sehingga harus melakukan perbaharuan sertifikat produksi yang dimilikinya. Perubahan sertifikat produksi dapat dilakukan dalam hal terjadi : a. perubahan badan usaha;
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
11
b. perubahan nama dan alamat perusahaan; c. penggantian penanggung jawab teknis; d. penggantian pemilik/pimpinan perusahaan; dan/atau e. perubahan klasifikasi. Perusahaan yang melakukan perubahan sertifikat produksi akan diberi perubahan sertifikat produksi. 2.2.5
Pencabutan Sertifikat Produksi Sertifikat produksi alat kesehatan suatu industri alat kesehatan dapat dicabut
apabila terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh industri tersebut. Beberapa penyebab dicabutnya sertifikat produksi alat kesehatan , antara lain : a.
Terjadi pelanggaran terhadap persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang dapat mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan pengguna, pekerja atau lingkungan; dan/atau
b.
Trbukti sudah tidak lagi menerapkan Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB).
Pencabutan sertifikat produksi alat kesehatan dilakukan dengan mengeluarkan surat keputusan pencabutan serrtifikat produksi. 2.3 Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) Pedoman CPAKB adalah pedoman yang digunakan untuk produsen alat kesehatan dalam mengembangkan sistem manajemen mutu dalam rangka menjamin produk yang diproduksi aman, bermutu, dan bermanfaat.Pedoman ini memuat persyaratan sistem manajemen mutu yang dapat digunakan oleh produsen alat kesehatan untuk desain dan pengembangan, produksi, pemasangan dan layanan alat kesehatan, serta desain, pengembangan, dan penyediaan yang terkait layanan tersebut. Selain itu, pedoman ini juga dapat digunakan oleh berbagai pihak, termasuk badan sertifikasi, untuk menilai kemampuan produsen alkes dalam memenuhi ketentuan yang berlaku. Pedoman CPAKB menguraikan syarat untuk sebuah sistem manajemen mutu dimana suatu perusahaan perlu menunjukkan kemampuannya untuk memproduksi serta menyediakan alat kesehatan dan jasa terkait yang memenuhi persyaratan yang berlaku secara konsisten. Tujuan utama dari pedoman ini adalah
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
12
untuk memfasilitasi keselarasan persyaratan peraturan perundang-undangan alat kesehatan dengan sistem manajemen mutu Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB).Pedoman ini menetapkan sebuah model untuk Sistem Manajemen Mutu pembuatan alat kesehatan yang mungkin diterapkan di perusahaan dengan tipe dan ukuran apapun.Pedoman ini didasarkan kepada model sistem penerapan dari Perencanaan-Penerapan-Pemantauan dan Penugkuran-Tinjauan atau biasa dikenal dalam standar internasional dengan konsep PDCA (Plan, Do, Check, Action) dengan mengikuti urutan yang praktis dan logis. Tahapan perencanaan dari siklus penerapan dimulai oleh pemahaman terhadap efek atau resiko terhadap mutu produk alat kesehatan yang diakibatkan oleh kegiatan perusahaan. Perusahaan harus melakukan identifikasi terhadap kritikal proses area yang berdampak terhadap mutu produk alat kesehatan dan terhadap persyaratan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang relevan dengan proses dan produk. Kondisi kritikal dalam proses sebaiknya dievaluasi dan jika perlu dilakukan validasi oleh ahli untuk memastikan identifikasi yang dilakukan telah sesuai dan semua proses kritikal telah sesuai untuk ditetapkan. Perusahaan dapat memutuskan area atau proses yang mana yang dinilai kritikal dan dengan demikian perlu dikendalikan. Proses evaluasi ini sangat penting untuk pengembangan CPAKB lebih lanjut mengingat hasilnya digunakan untuk menetapkan sistem manajemen tersebut. Setelah proses evaluasi ini perusahaan dapat menetapkan kebijakan mutu sebagai panduan dalam memproduksi alkes yang baik dan perusahaan dapat membuat konsep penerapannya, mengingat kebijakan tersebut akan disusun berdasarkan masalah tertentu dan kondisi kritikal tertentu yang terkait bagi perusahaan. Pada sistem penerapan seluruh kritikal proses area harus dikendalikan. Oleh karena itu, perusahaan dapat memilih kegiatan peningkatan dengan menetapkan tujuan, sasaran dan program manajemen, serta perrusahaan berkewajiban mengendalikan kritikal proses area dengan prosedur pengendalian operasional. Selain itu, masalah yang diidentifikasi sebagai potensi keadaan
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
13
darurat juga harus dikendalikan melalui proses pencegahan darurat, dan kemungkinan dengan rencana dan prosedur keadaan darurat. `
Tahapan Pemantauan dan Pengukuran ini mencakup prosedur pengukuran,
pemantauan dan kalibrasi untuk memastikan bahwa pengendalian dan program berfungsi seperti yang dikehendaki, serta pemeriksaan mengenai kesesuaian terhadap peraturan. Tahapan lain dari proses ini adalah audit manajemen mutu, yatu memastikan sistem yang dikembangkan akan diaudit secara rinci dengan memverifikasi apakah sistem beroperasi sesuai dengan rencana. Pada tahap tinjauan, seluruh sistem dikaji untuk memastikan bahwa system tersebut berfungsi dan menghasilkan apa yang dibutuhkan dan masih tetap terkini serta memadai untuk perusahaan. Dalam sistem ini terdapat output kajian yang merupakan rencana tindak lanjut perbaikan dan peningkatan sistem manajemen secara berkesinambuungan. Beberapa tahapan dari CPAKB ini merupakan sistem pendukung penting yang membantu dalam memastikan pengendalian dilakukan secara efektif dan mampu telusur ulang, antara lain : 1. Struktur dan tanggung jawab 2. Pelatihan, kesadaran dan kompetensi 3. Komunikasi internal dan eksternal 4. Dokumentasi Sistem Maajemen Mutu 5. Pengendalian dokumen 6. Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan, dan pencegahan 7. Pengendalian rekaman 2.3.1 Sistem Manajemen Mutu Perusahaan harus merupakan satu organisasi yang memiliki struktur organisasi, bagan alur kerja, mekanisme alur kerja, uraian tugas yang mampu mendukung terlaksananya sistem manajemem mutu. Hal ini merupakan satu persyaratan umum dari sistem manajemen mutu. Pada bagian persyaratan dokumentasi, Perusahaan harus merupakan satu organisasi yang memiliki struktur organisasi, bagan alur kerja, mekanisme alur kerja, uraian tugas yang mampu mendukung terlaksananya sistem manajemen
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
14
mutu. Dokumen harus terdiri dari kebijakan mutu, sasaran mutu dan pedoman mutu. Untuk setiap jenis atau varian atau tipe produk alat kesehatan, perusahaan harus menetapkan dan memelihara dokumen teknis yang berisi spesifikasi produk dan persyaratan sistem manajemen mutu. Dokumen tersebut menjelaskan proses produksi secara lengkap dan jika perlu proses pemasangan dan servis produk Dokumen teknis untuk alat kesehatan aktif meliputi spesifikasi produk, persyaratan keamanan dan uji kinerja. Dokumen teknis untuk produk diagnostic in vitro meliputi spesifikasi produk, dan uji klinis. Dokumen harus didesain dan disusun sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dengan mudah dan efektif. Dokumen yang beredar harus merupakan dokumen yang sedang berlaku dan dilakukan pengaturan agar menghindari penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku lagi. Dokumen yang tidak berlaku segera ditarik dari peredaran dan diberi tanda ”tidak berlaku”. Kekeliruan yang ditemukan pada dokumen harus diperbaiki dengan cara diberitanda, kemudian diparaf dan ditulis tanggal pada dokumen asli, sedangkan salinan yang beredar segera ditarik untuk diganti sehingga sesuai dengan dokumen asli yang telah diperbaiki. Instruksi pada dokumen harus dibuat jelas, tepat, tidak ambigu dan dapat dipahami oleh pemakai. Instruksi ditulis dalam nada perintah dan dalam bentuk langkah-langkah yang diberi nomor urut. Perusahaan harus memiliki catatan distribusi dokumen yang berisi nama bagian atau nama personel yang menerima salinan dokumen. Dokumen harus dikaji ulang secara periodik, jika tidak ada perubahan diperbarui tanggal berlakunya, dan jika dilakukan perubahan dibuat dokumen baru. Manual mutu harus berisi garis besar struktur dokumentasi yang digunakan pada sistem manajemen mutu suatu perusahaan. Ruang lingkup manual mutu adalah termasuk rincian dan justifikasi setiap pengecualian yang ada pada perusahaan. Ruang lingkup manual mutu meliputi profil organisasi, struktur organisasi, deskripsi interaksi antar proses perencanaan mutu (proses, parameter, spesifikasi, dan lain-lain) serta lingkup sistem manajemen mutu. Perusahaan harus memastikan setiap perubahan pada dokumen telah ditinjau dan disetujui baik oleh pihak yang semula menyetujui atau pihak lain yang memiliki akses terhadap terhadap latar belakang informasi yang mendasari keputusan perubahan itu. Perusahaan harus menetapkan jangka waktu suatu
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
15
dokumen tersimpan. Dalam jangka waktu tersebut dokumen produk harus tersedia, yaitu paling kurang selama umur produk alat kesehatan yang ditentukan olehperusahaan, tetapi tidak kurang dari 2 tahun. Perusahaan harus menyimpan catatan selama jangka waktu paling kurang selama umur produk alat kesehatan seperti yang sudah ditentukan sebelumnya oleh perusahaan, tetapi tidak kurang dari 2 tahun dari tanggal produk diluluskan oleh bagian pengawasan mutu. Prosedur terdokumentasi mengenai prosedur catatan memuat ketentuan mengenai pembuangan, identifikasi, mudah ditemukan, penyimpanan, pemeliharaan dan masa simpan suatu catatan. Catatan harus berisi informasi cukup untuk identifikasi faktor yang mempengaruhi ketidakpastian dan untuk memungkinkan proses diulang. Contoh catatan: Formulir, Catatan kerja, Laporan pengujian, Sertifikat kalibrasi eksternal/internal, Catatan pelanggan, dan lain-lain. 2.3.2 Tanggung Jawab Manajemen Pada bab Tanggung jawab manajemen terdapat 6 sub bab. Sub-bab tersebut yaitu komitmen manajemen, fokus pelanggan, kebijakan mutu, perencanaan, tanggung jawab, wewenang dan komunikasi, dan tinjauan manajemen. Bagian komitmen manajemen, Manajemen menetapkan visi dan misi perusahaan untuk diimplementasikan dan kemudian dilakukan peninjauan secara berkala. Manajemen harus memiliki komitmen untuk menjamin komunikasi ke seluruh organisasi antara lain dalam bentuk rapat, buletin dan pengumuman kepada seluruh karyawan. Bagian fokus pelanggan dijelaskan bahwa Perusahaan memastikan kepuasan pelanggan dengan melakukan survey kepuasan pelanggan berupa wawancara, kuisioner dan angket. Sedangkan bagian kebijakan mutu dijelaskan bahwa Pimpinan menetapkan kebijakan mutu yang merupakan tujuan dari perusahaan, dievaluasi secara terus-menerus untuk perbaikan berkelanjutan dan dikomunikasikan sehingga dapat dipahami oleh seluruh lapisan karyawan. Kebijakan mutu yang ditetapkan termasuk komitmen perusahaan untuk selalu menjaga kesesuaian dengan persyaratan dan memelihara efektifitas sistem manajemen mutu.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
16
Bagian perencanaan, Pimpinan telah menetapkan sasaran mutu yang terukur dan konsisten dengan kebijakan mutu. Pimpinan memastikan bahwa tujuan mutu termasuk yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan bagi produk seperti ditetapkan pada tiap fungsi dan tingkat yang terkait, dapat diukur, serta konsisten dengan kebijakan mutu. Perencanaan dilaksanakan menurut persyaratan umum, meliputi identifikasi proses penentuan rantai dan interaksi antara prosesproses penentuan kriteria dan metode, Ketersediaan sumber daya dan informasi, Pemantauan, pengukuran, dan analisa proses, Perbaikan berkelanjutan Integritas dari sistem manajemen mutu harus dipelihara. Perencanaan sistem manajemen mutu
dapat
dinyatakan
dalam
rencana
bisnis
(business
plan),
Anggaran/Budgeting. Bagian tanggung jawab wewenang dan komunikasi, Pimpinan menetapkan uraian kerja/job description yang meliputi tugas dan tanggung jawab serta wewenang setiap personel yangmempengaruhi mutu yang dinyatakan secara dan didefinisikan dengan jelas dan dikomunikasikan. Pimpinan harus menetapkan hubungan antara seluruh personel yang mengatur, melaksanakan dan memastikan pekerjaan yang saling berhubungan dan memastikan independensi dan wewenang yang diperlukan untuk melaksanakan tugas tersebut. Pimpinan harus menunjuk wakil manajemen yang bertanggung jawab dan berwenang untuk menetapkan, mengimplementasikan dan memelihara system manajemen mutu melaporkan kinerja dan peningkatan sistem manajemen mutu, membangkitkan
kepedulian
terhadap
persyaratan
pelanggan.
Manajemen
hendaklah menggunakan bentuk komunikasi berupa tinjauan manajemen, rapat, intranet, bulletin, papan pengumuman , pemberian penghargaan. Pimpinan harus memastikan proses komunikasi yang sesuai dan komunikasi efektif mengenai sistem manajemen mutu yang sudah ditetapkan. Media komunikasi berupa manual mutu, Tinjauan manajemen, konferensi/rapat, bulletin/selebaran,
papan
pengumuman,
pemberitahuan,
serta
pemberian
penghargaan. Pada bagian tinjauan manajemen, Pimpinan harus menetapkan rencana jangka waktu melakukan tinjauan manajemen dan dilaksanakan secara periodic untuk memastikan kesesuaian, kelayakan dan efektifitas yang berkelanjutan.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
17
Pimpinan harus melakukan tinjauan manajemen yang meliputi tinjauan peluang perubahan, perlunya tidaknya perubahan dan masukan sistem manajemen mutu. Masukan tinjauan manajemen dengan memperhatikan hasil audit (audit internal dan eksternal), umpan balik pelanggan, kinerja/pelaksanaan proses dan kesesuaian produk, status tindakan perbaikan dan pencegahan, tindakan lanjut dari tinjauan manajemen sebelumnya, rekomendasi untuk peningkatan, perubahan volume jenis dan pekerjaan pengaduan. Ada prosedur kaji ulang, jadwal kaji ulang, biasanya satu tahunsekali. Temuan kaji ulang manajemen dan tindakan perbaikan direkam dan dipelihara. Keluaran tinjauan mencakup keputusan dan tindakan yang terkait dengan peningkatan sistem manajemen mutu, peningkatan produk terkait dengan persyaratan pelanggan, serta sumber daya yang dibutuhkan. 2.3.3 Pengelolaan Sumber Daya Perusahaan harus menetapkan dan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk memelihara efektifitas sistem manajemen mutu dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Sumber daya yang dimaksud terdiri dari sumber daya manusia, sarana, peralatan, serta fasilitas penunjang. Selain itu, pengelolaan sumber daya juga ditunjang oleh lingkungan kerja. Karyawan yang tugasnya mempengaruhi mutu produk harus menjalani pemeriksaan kesehatan, sebelum diterima maupun selama bekerja. Penggunaan sarung tangan dan atau alat bentuk lain yang sesuai dilakukan untuk menghindari kontak langsung dengan produk serta untuk menghindari pencemaran dan demi keamanan karyawan. Karyawan harus menggunakan pakaian pelindung yang bersih, penutup rambut, masker, alas kaki yang sesuai dengan jenis tugasnya. Prosedur higiene perorangan dan sanitasi termasuk menggunakan pakaian pelindung berlaku bagi semua orang yang memasuki daerah produksi. Personel harus mencuci tangan sebelum memasuki daerah produksi. Sirkulasi udara diatur sedemikian rupa sehingga aliran udara terjamin. Ventilasi, pengatur suhu udara, instalasi air , gas berfungsi dengan baik dan sesuai dengan fungsinya, memiliki identitas dan untuk alat ukur yang mempengaruhi mutu produk dikalibrasi secara berkala. Perusahaan harus memastikan semua karyawan yang bekerja dalam kondisi khusus telah dilatih atau diawasi oleh personel yang terlatih. Jika diperlukan, pengaturan khusus harus ditetapkan dan didokumentasikan untuk
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
18
mengontrol kontaminasi atau potensi kontaminasi terhadap produkproduk lain, lingkungan kerja, ataupun karyawan. 2.3.3.1Sumber daya manusia Secara umum personel dipersyaratkan sebagai berikut sehat fisik dan mental, personel mengenakan pakaian kerja yang bersih, personel yang melaksanakan pekerjaan yang mempengaruhi mutu harus tidak berpenyakit menular, atau memiliki luka terbuka, menggunakan penutup rambut dan alas kaki yang sesuai serta jika perlu memakai sarung tangan dan masker. Personel harus dalam jumlah yang memadai dan memiliki kompetensi sesuai dengan tugasnya, memiliki sikap dan kesadaran tinggi terhadap mutu dan menjalankan CPAKB. Kompetensi karyawan ditetapkan berdasarkan pendidikan, pelatihan, ketrampilan dan pengalaman. Perusahaan harus menetapkan kompetensi yang diperlukan untuk karyawan yang terutama bekerja langsung mempengaruhi mutu. Menentukan sistem penerimaan sumber daya manusia (SDM). Perusahaan harus menetapkan pelatihan yang sesuai untuk meningkatkan kompetensi karyawan dan melakukan evaluasi terhadap pelatihan tersebut serta memelihara catatan pelatihan . Dalam memberikan pelatihan atau tindakan lain yang serupa, perusahaan harus : memiliki sasaran pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan personel, memiliki prosedur untuk mengidentifikasi pelatihan yang dibutuhkan, ada kesesuaian antara program
pelatihan
dan
kebutuhan
perusahaan,
mengevaluasi
pelatihan,
memelihara catatan dari kompetensi pendidikan, kualifikasi personel, pelatihan. 2.3.3.2 Sarana Lokasi pabrik harus semaksimal mungkin terhindar dari pencemaran lingkungan, baik berupa pencemaran udara, tanah dan air. Harus dilakukan usaha pencegahan yang memadai. Misalnya dilengkapi dengan sistem ventilasi berupa saringan udara yang sesuai, lahan untuk produksi terhindar dari rembesan air, serangga dan binatang lainnya, dilengkapi dengan saluran pembuangan air yang baik untuk mencegah banjir. Ruangan
harus
diatur
dan
didesain
sedemikian
rupa
sehingga
tersediaruang yang cukup luas untuk kegiatan produksi, penerimaan, pengemasan, pelabelan penyimpanan, dan sebagainya untuk meminimalkan kontaminasi,
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
19
menjamin prosedur penanganan yang teratur, dan mencegah campur-baur. Untuk sarana produksi yang melakukan pengemasan ulang (repacking) dan/atau pelabelan ulang (relabel/ untuk produk unpacked bulk device), kontraksterilisasi, dan remanufaktur harus mengatur dan mendesain ruangan sesuai kebutuhan meskipun tidak harus selengkap ruangan untuk sarana yang memproduksi sendiri alat kesehatan. Ruangan terpisah bagi pembuatan berupa sediaan serbuk harus tersedia untuk mencegah terjadinya pencemaran silang. Penataan ruangan harus didesain sedemikian rupa sehingga alur penerimaan barang dan alur proses produksi berurutan dan tidak bolak-balik untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang, kekeliruan dan campur baur. Koridor untuk lalu lintas personel pada ruang produksi harus dibuat. Produk atau barang yang perlu penanganan khusus harus disimpan di tempat yang sesuai dengan persyaratan. Ruang produksi alat kesehatan steril harus mengikuti persyaratan ruangan. ruang ganti karyawan disediakan secara terpisah dengan ruang produksi. Kamar kecil /toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan ruang produksi dan harus diberi tanda pemberitahuan bahwa setiap personel harus mencuci tangan dengan sabun sesudah menggunakan kamar kecil. Kamar kecil wanita dan pria harus terpisah. Harus tersedia ruang yang terpisah untuk kegiatan karyawan, seperti ruang makan, minum, menyimpan tas, dan sebagainya. Hal yang harus diperhatikan bagi permukaan lantai, dinding, langit-langit dan pintu adalah tidak terdapat sambungan sehingga mencegah pelepasan atau penumpukan
partikel.
Selain
itu,
komponen-komponen
tersebut
mudah
dibersihkan dan tahan terhadap bahan pembersih yang digunakan serta kedap air. Pertemuan antara lantai, dinding dan langit-langit harus berbentuk lengkung untuk memudahkan pembersihan. Pemasangan pipa harus memperhatikan kemudahan pembersihan dan perawatan, misalnya di langit-langit, di atas plafon koridor atau di dalam ruangan. Harus diberikan jarak yang cukup dengan dinding untuk memudahkan pembersihan dan mencegah penumpukan debu. Ventilasi ruangan harus didesain sedemikian sehingga memungkinkan pertukaran udara agar dapat menghilangkan uap, gas, asap bau dan debu serta panas yang mempengaruhi mutu produk. Lampu
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
20
pada ruang pengolahanharus dipasang rata dengan langit-langit serta memiliki penutup. Colokan listrik harus dipasang rata dengan dinding agar mudah dibersihkan. Sarana pengolahan limbah harus didesain sesuai dengan sifat serta jumlah limbah. Untuk ruang proses produksi harus dilakukan kontrol terhadap adanya partikulat dari debu cardboard, produk antara dari kegiatan sliting (pemotongan), mikroorganisme atau kelembaban, suhu, statis elektrisasi dan sebagainya yang akan menyebabkan kontaminasi. Ruang pengepakan untuk produk steril harus bersih, kering, dan bebas insektisida. Harus ada prosedur tertulis pada penggunaan rodentisida, insektisida, atau zat berbahaya lain untuk mencegah kontaminasi terhadap proses pembuatan alat kesehatan. Ruang untuk penimbangan, Ruangan didesain sedemikian rupa sehingga akses personal dibatasi, untuk mencegah kontaminasi produk oleh personel lain. Pintu masuk harus mudah ditutup. Langit-langit dari kayu atau bahan padat lain yang sejenis harus dapat mencegah debu agar tidak mengkontaminasi bahan yang ditimbang. Harus tersedia ruang untuk penimbangan bahan baku, packaging materialdan produk dalam kondisi yang memenuhi kesehatan (sanitary condition). Harus mempunyai ruangan dan peralatan untuk analisa dan testing raw material, packaging material, dan produk. Untuk ruangan untuk produksi produk diagnostik in vitro, pabrik harus mempunyai peralatan dan perlengkapan yang cukup yang diperlukan untuk memproduksi produk Ruang produksi harus dalam kondisi sanitasi yang baik, dengan kontrol kualitas untuk menjamin mutu dan kinerja produk. Ruangan kerja cukup penerangan, ventilasi/sirkulasi udara dan harus selalu bersih. Ruangan kerja cukup luas dan tidak ada halangan. Harus dilengkapi dengan peralatan untuk kontrol debu, insektisida, dan binatang pengerat. Lantai dari bahan beton atau material yang sesuai. Harus ada fasilitas untuk penanganan limbah cair dan limbah padat yaitu harus ada fasilitas disinfeksi untuk personel. 2.3.3.3 Peralatan Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan alat kesehatan harus didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan memiliki kapasitas yang sesuai dengan ukuran batch yang direncanakan, mudah dibersihkan, dan diletakkan pada posisi
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
21
yang sesuai dengan alur proses pembuatan. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin agar keseragaman hasil produksi dari batch satu ke batch yang lain. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah harus tidak bereaksi atau menyerap bahan. Agar mudah dibersihkan, bagian peralatan tersebut harus mudah dijangkau, dibongkar, dipasang kembali serta permukaan tidak menahan bahan pembersih yang digunakan. Pemasangan alat / mesin harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: memungkinkan kelancaran lalu lintas personel dan barang selama proses produksi, memudahkan proses pembersihan dan perawatannya, menjamin tidak terjadi kontaminasi silang ataupun kekeliruan. Peralatan yang menghasilkan debu harus dipasang pada ruang terpisah yang dilengkapi dengan penghisap debu agar terhindar dari kontaminasi produk/bahan lainnya serta menjaga kesehatan personel. Peralatan ukur harus mampu menghasilkan akurasi yang diperlukan. Peralatan harus dioperasikan oleh personel yang berwenang serta harus ada program kalibrasi dan pemeliharaan alat serta pelaksanaannya. Instruksi kerja untuk penggunaan alat harus ada di tempat. Catatan harus dipelihara untuk setiap peralatan yang berisi antara lain identitas peralatan, Nama manufaktur, identifikasi tipe, nomer seri atau identifikasi lainnya. Ketidaksesuaian peralatan dengan spesifikasi harus diperiksa. Selain itu juga harus di periksa lokasi terkini Instruksi manufaktur, manual tanggal, hasil dan salinan laporan dan sertifikat dari semua kalibrasi, adjustment, persyaratan penerimaan, tanggal kalibrasi berikutnya. Rencana perawatan dan perawatan yang telah dilakukan. Kerusakan, kegagalan pemakaian, modifikasi dan perbaikan. 2.3.3.4 Fasilitas penunjang Kualitas air untuk produksi yang digunakan sekurang kurangnya adalah kualitas air bersih. Pemeriksaan kualitas air secara lengkap harus dilakukan secara teratur sesuai prosedur tetap yang ada, misalnya dua kali setahun.Sistem pemipaan air harus didesain sedemikian rupa sehingga mencegah terjadinya pelepasan bahan-bahan yang tidak diinginkan. Petunjuk cara pembersihan peralatan ditulis rinci dan diletakkan pada tempat yang sesuai sehingga mudah dilihat. Prosedur pembersihan harus menjamin tidak ada sisa produk yang diproduksi sebelumnya
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
22
maupun sisa bahan pembersih. Prosedur pembersihan dilakukan setiap selesai proses produksi dan setiap perubahan produk yang akan diproduksi. Tersedianya fasilitas keamanan terhadap kebakaran seperti alarm kebakaran, tabung pemadam kebakaran, hidrant. 2.3.4 Realisasi Produk Perusahaan harus menetapkan rencana untuk pengembangan yang diperlukaan dalam realisasi produk yang meliputi tujuan mutu dan persyaratan produk, proses, dokumen dan sumber daya, verifikasi, validasi, pemantauan, inspeksi dan kriteria serta catatan. Perusahaan harus menetapkan persyaratan terdokumentasi mengenai manajemen risiko selama realisasi produk. Catatan manajemen risiko harus dipelihara. Pada proses terkait pelanggan terdapat tiga sub-bab. Perusahaan harus menentukan kepuasan pelanggan serta memelihara catatan proses tersebut. Tinjauan kepuasan pelanggan meliputi kepuasan produk semula, perbedaan dengan kontrak sebelumnya, kemampuan perusahaan memenuhi persyaratan yang ditentukan. Penetuan dan komunikasi dengan pelanggan dalam hal informasi produk, permintaan, kontrak atau order, termasuk perubahan, umpan balik pelanggan termasuk keluhan pelanggan serta peringatan. Untuk desain dan pengembanagan alat kesehatan, terdapat 7 sub-bab. Pada bagian ini dijelaskan bahwa perusahaan memiliki prosedur terdokumentasi mengenai tahapan dalam desain dan pengembangan, peninjauan, verifikasi, dan validasi di setiap tahap tersebut dan penetapan tanggung jawab dan wewenang dalam desain dan pengembangan. Perusahaan harus menetapkan masukan desain dan pengembangan serta memelihara catatannya. Masukan desain dan pengembangan berasal dari survey terhadap pelanggan, order pelanggan, umpan balik pelanggan serta keluhan pelanggan. Selain itu juga dapat berasal dari persyaratan fungsional dan kerja, persyaratan ketentuan yang berlaku. Perusahaan harus menetapkan dan memelhara catatan luaran desain dan pengembangan. Catatan luaran termasuk spesifikasi dan prosedur pembuatan. Tinjauan ulang desain dan pengembangan yang dilakukan harus melibatkan perwakilan fungsi terkait, untuk mengevaluasi kemampuan luaran desain dan pengembangan dalam memenuhi persyaratan, mengidentifikasi masalah dan tindakan lainyang
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
23
diperlukan. Perusahaan harus menetapkan verifikasi dan validasi desain dan pengembangan dan memelihara catatannya. Perusahaan harus melaksanakan uji kinerja/mutu atau penilaian klinis sesuai persyaratan produk pada tahap desain dan pengembangan. Perusahaan harus menetapkan prosedur terdokumentasi mengenai perubahan desain dan pengembangan agar dapat diidentifikasi, ditinjau dan disetujui sebelum diimplementasi. Catatan proses ini harus dipelihara. Pada bagian pembelian, terdiri dari 3 sub-bagian. Untuk proses pembelian, perusahaan harus menetapkan prosedur terdokumentasi untuk memastikan produk yang dibeli sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dan memelihara catatannya. Perusahaan harus menetapkan prosedur terdokumentasi untuk mengevaluasi dan menseleksi pemasok dan memelihara catatannya. Untuk informasi pembelian, perusahaan harus menetapkan informasi pembelian yang meliputi persyartaan untuk persetujuan produk, proses dan peralatan, persyaratan kualifikasi produk dan persyaratan sistem manajemen mutu. Perusahaan harus memelihara dokumen dan catatan informasi pembelian untuk tujuan penelusuran kembali. Perusahaan harus menetapkan prosedur terdokumentasi untuk inspeksi atau kegiatan lain dalam rangka verifikasi produk yang dibeli agar memastikan produk tersebut sesuai persyaratan dan memelihara catatannya. Pada bagian produksi dan pengadaan jasa, perusahaan harus menetapkan ketentuan produksi dengan memastikan tersedianya prosedur terdokumentasi, persyaratan terdokumentasi, petunjuk kerja serta pelaksanaan labeling dan pengemasan. Perusahaan harus menetapkan dan memelihara catatan setiap batch produk agar memungkinkan mampu telusur dan identifikasi jumlah yang disetujui untuk
didistribusikan.
Perusahaanharus
Catatan
menetapkan
batch
harus
identifikasi
diverifikasi
status
dan
produk
disetujui.
agar
dapat
diidentifikasikan. Perusahaan harus menenetapkan prosedur terdokumentasi untuk mengidentifikasi,
memverifikasi
dan
melindungi
milik
pelanggan
serta
memelihara catatannya. Batas waktu penyimpanan yang sesuai untuk bahan awal maupun produk jadi harus ditetapkan. Setelah batas waktu tersebut, dilakukan pengujian kembali pada bahan atau produk tersebut dan dinyatakan lulus atau ditolak. Jika suatu bahan disimpan pada kondisi yang tidak sesuai persyaratan, harus dilakukan pengujian ulang sebelum digunakan.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
24
Kegiatan
pelabelan,
perusahaan
harus
menetapkan
prosedur
terdokumentasi kegiatan pelabelan, label harus dicetak dan ditempatkan pada posisi yang mudah dibaca dan sesuai dengan kondisi selama proses produksi, penyimpanan, penanganan, distribusi dan dimana penggunaan yang tepat. Desain label tidak boleh dikeluarkan sebelum dilakukan uji coba label terhadap konsumen/ orang yang dituju untuk menjamin akurasi termasuk tanggal kadaluarsa yang benar, nomor kontrol, petunjuk penyimpanan, petunjuk penanganan, dan beberapa tambahan petunjuk proses. Tidak boleh ada pemberitahuan/bimbingan kepada peserta uji coba. Selama uji coba, harus dicatat semua masalah dan harus dibuat koreksi yang sesuai atas petunjuk, penandaan, atau label lain. Catatan tanggal dan tanda tangan orang-orang yang melakukan uji coba harus didokumentasikan. Perusahaan harus menyimpan label dengan cara yang sesuai sehingga memudahkan identifikasi dan diatur untuk mencegah campur baur. Perusahaan harus mengontrol kegiatan pelabelan dan pengemasan untuk mencegah campur baur. Perusahaan harus mengontrol kegiatan pelabelan dan pengemasan untuk mencegah campur baur yang dapat mengakibatkan kesalahan label. Label dan pelabelan yang dilakukan untuk tiap unit produksi, lot, atau batch harus didokumentasikan. Apabila nomor kontrol diperlukan untuk kemudahan penelusuran, maka nomor kontrol harus tertera pada atau menyertai produk selama proses distribusi. Pelabelan produk Diagnostik in vitro, label untuk produk diagnostic in vitro harus mencantumkan informasi seperti nama generik dan nama dagang (merek), kegunaan produk, pernyataan peringatan atau perhatian untuk pemakai dan peringatan lain yang sesuai atas bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk, tulisan “Untuk Penggunaan In Vitro Diagnostik” atau “For In Vitro Diagnostic Use”dan batasan lain yang sesuai dengan kegunaan produk, nama dan alamat pabrik, pengemas (packer), atau distributor, nomor lot atau kontrol. Untuk pelabelan produk diagnostik in vitrokhususnya untuk reagen, selain memenuhi pelabelan produk diagnostic in vitrosecara umum, pernyataan atas nama merek, dan jika ada jumlah, proporsi, atau konsentrasi dari masing-masing kandungan aktif, dan untuk reagen yang berasal dari material biologi disebutkan sumber dan takaran aktivitasnya. Jumlah, proporsi, konsentrasi, atau aktivitas
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
25
harus dinyatakan dalam satuan yang umum digunakan, misalnya metric, Internasional Unit(IU), dan sebagainya. Petunjuk penyimpanan yang cocok untuk melindungi stabilitas produk. Jika ada, petunjuk ini termasuk informasi seperti kondisi temperatur, cahaya, kelembaban, dan faktor lain yang berhubungan. Untuk produk yang memerlukan perlakuan awal seperti rekonstitusi atau pencampuran sebelum digunakan, petunjuk penyimpanan yang sesuai harus tersedia dimana biasanya harus disimpan dalam wadah asli. Alat yang bias menjamin bahwa produk memenuhi standar idengtitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian pada saat penggunaan. Untuk ini harus tersedia baik untuk produk maupun untuk hasil rekonstitusi atau campuran, termasuk dalam label satu atau lebih seperti tanggal luarsa, pernyataan atas kondisi yang teramati, misalnya kekeruhan, perubahan warna, endapan, diluar kondisi standar, petunjuk untuk metode sederhana di mana pengguna bisa menentukan bahwa produk masih memenuhi standar. Selain itu, pada reagen harus dicantumkan jumlah isi yang dinyatakan dalam berat atau volume, hitungan angka atau kombinasi yang secara akurat menggambarkan isi dalam kemasan. Pelabelan reagen spesifik untuk analit misalnya antibodi monoklonal, antigen viral, ligan, dan lainnya memiliki pelabelan yang berbeda. Pelabelan tersebut terdiri dari nama generik dan nama dagang (merek), pernyataan atas nama merek, jumlah, proporsi, atau konsentrasi dari kandungan reagen; dan untuk reagen yang berasal dari bahan biologi, disebutkan sumber dan angka aktivitasnya bila tersedia. Jumlah, proporsi, dan konsentrasi, atau aktivitas harus dinyatakan dalam sistem yang umum digunakan dan diterima oleh pengguna, pernyataan mengenai kemurnian dan kualitas reagen, termasuk pernyataan kuantitatif dari kemurnian dan metode analisis atau karakterisasi. Pelabelan juga termasuk informasi komposisi kimia atau molecular, susunan asam nukleat, daya ikat, reaksi silang, dan interaksi dengan zatyang diketahui secara klinis bermakna. Peringatan atau perhatian untuk pengguna dari kemungkinan timbulnya bahaya juga harus dicantumkan. Selain itu, tanggal produksi dan petunjuk penyimpanan yang tepat untuk melindungi stabilitas produk. Jika tersedia, petunjuk ini harus meliputi informasi mengenai kondisi temperatur, cahaya, kelembabam, tanggal kadaluarsa, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Untuk pelabelan produk
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
26
ini juga dicantumkan nama dan alamat pabrik pengemas dan distributor serta nomor lot atau kontrol. Pelabelan untuk nomor lot atau kontrol memiliki beberapa kriteria. Untuk produk unit ganda, nomor lot atau kontrol harus memungkinkan penelusuran identitas masing-masing unit. Untuk instrument, nomor lot atau kontrol harus memungkinkan penelusuran identitas dari semua bagian-bagiannya. Sedangkan untuk produk unit ganda yang memerlukan penggunaan semua unit bersama-sama (sebagai sebuah sistem), semua unit harus mengandung nomor lot atau kontrol yang sama, jika tersedia, atau bentuk lain identifikasi yang seragam harus tersedia. Pengecualian untuk ketentuan umum pelabelan dilakukan untuk dua hal. Pengecualian pertama yaitu jika container terlalu kecil atau tidak bisa memuat label dengan luas yang cukup untuk memuat seluruh informasi yang telah ditentukan dan dikemas dalam container luar yang dibuang pada saat penggunaan, informasi pada ketentuan seperti kegunaan, tulisan dan ketentuan khusus untuk reagen boleh dicantumkan hanya pada label container luar. Pengecualian kedua yaitu jika keberadaan informasi pada container tengah bisa mempengaruhi tes, maka informasi boleh diletakan dikontainer luar atau pembungkus. Pelabelan yang menyertai tiap produk, misalnya package insert,boleh diletakan disatu tempat informasi berikut dibawah ini, kecuali bila informasi tersebut tidak tersedia, atau sebagaimana dispesifikasi dalam standar untuk produk kelas tertentu. Pelabelan untuk instrument multi guna (multi-purpose) yang digunakan untuk tujuan diagnostik, dan tidak dijalankan dengan prosedur atau sistem diagnostic khusus diperbolehkan hanya mencantumkan informasi berikut seperti nama generik dan nama dagang, kegunaan produk, instrument, nama dan alamat pabrik, pengemas atau distributor serta tanggal keluar terakhir dari label. Pelabelan untuk reagen yang digunakan sebagai pengganti pada sistem diagnostic boleh terbatas pada informasi yang cocok yang diperlukan untuk mengidentifikasi reagen dan untuk menggambarkan penggunaannya secara tepat dalam sistem. Kesimpulan dan penjelasan tes, termasuk sejarah singkat metodologi yang dipakai, dengan referensi yang berhubungan dan pernyataan yang wajar mengenai keunggulan metode dan keterbatasan metode atau produk ini. jika pada label
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
27
produk merujuk pada prosedur lain, literature rujukan harus dituliskan dan dalam label harus dijelaskan perbedaan dengan aslinya dan pengaruhnya terhadap hasil tes. Prinsip secara kimia, fisik, fisiologi, atau biologi dari prosedur harus dijelaskan pula reaksi kimia dan teknik yang berpengaruh bila ada. Pada pelabelan khususnya untuk prosedur sebaiknya dicantumkan garis besar/ skema prosedur yang direkomendasikan dari mulai penerimaan specimen hingga mendapatkan hasil. Dibuat poin-poin yang berguna untuk memperbaiki presisi dan akurasi. Detail tentang kalibrasi, material yang direferensikan diidentifikasi. Dijekaskan juga mengenai persiapan sampel yang direferensikan, penggunaan blangko, persiapan kurva standar, dan sebagainya. Range kalibrasi harus termasuk nilai tertinggi dan terendah yang terukur oleh prosedur. Untuk hasil, dijelaskan prosedur penghitungan nilai yang tidak diketahui. Diberikan penjelasan untuk tiap komponen formula yang digunakan untuk perhitungan. Termasuk perhitungan sampel, langkah-langkah, penjelasan atas hasil. Nilai harus menunjukan jumlah yang sesuai untuk gambaran signifikan. Jika tes juga bisa digunakan untuk selain kuantitatif, harus tersedia penjelasan yang tepat tentang hasil yang diharapkan. Untuk nilai yang diharapkan, disebutkan range nilai yang diharapkan diperoleh berdasarkan hasil studi pada berbagai populasi. Tunjukan keadaan bagaimana nilai range bisa berlaku tetap dan pada populasi mana nilai range bisa berubah.untuk karakteristik kinerja khusus termasuk informasi yang menjelaskan mengenai karakteristik kinerja seperti akurasi, presisi, spesifitas dan sensitifitas. Hal ini bisa berhubungan dengan metode yang umum diterima menggunakan specimen biological dari populasi normal dan abnormal. Termasuk pernyataan ringkasan data sebagai dasar dari karakteristik kinerja khusus. Untuk instrumen harus mencantumkan kegunaan atau fungsi, prosedur pemasangan dan persyaratan khusus, prinsip-prinsip pengoperasian, karakteristik kinerja dan spesifikasi, petunjuk pengoperasian, prosedur kalibrasi, termasuk bahan dan/atau peralatan yang digunakan, perhatian selama pengoperasian dan pembatasan, bahaya-bahaya yang mungkin terjadi, serta informasi servis dan perawatan. Pada bagain pengemasan, desain kemasan merupakan bagian integral dari program desain dan pengembangan. Kemasan harus sesuai dengan karakteristik
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
28
alat kesehatan, proses sterilisasi, sealing, pelabelan, kemasan sekunder, penanganan, pengriman, lingkungan, penyimpanan, peraturan pemerintah, dan konsumen. Harus ada perencanaan kegiatan desain dan pengembangan kemasan dan penentuan tanggung jawab untuk pelaksanaan kegiatan desain dan kontrol atas kegiatan tersebut. Prosedur tetap untuk kegiatan desain kemasan, termasuk review, dokumentasi, tanda tangan, dan tangggal, harus ada prosedur tetap yang sesuai dengan kegunaan dan kebutuhan pengguna dan pasien. Perusahaan harus menjamin bahwa kegiatan desain dan pengembangan sesuai prosedur review desain dilakukan oleh personel yang identifikasi desain, hasil review, personel yang mereview, dan tanggal harus didokumentasikan dalam file riwayat desain. Dokumentasi atas verivikasi desain/ validasi untuk menjamin bahwa luaran desain memenuhi persyaratan masukan desain dalam file riwayat desain. Dokumentasi harus memuat nama personel yang meriview dan tanggal review. Setelah desain kemasan disetujui/diterima, harus dilakukan kontrol atas perubahan sesuai dengan prosedur kontrol perubahan diperusahaan. Perusahaan harus menetapkan prosedur untuk identifikasi, dokumentasi, validasi atau verifikasi, review, dan persetujuan atas perubahan desain sebelum dilakukan perubahan tersebut. Penegendalian produksi dan pengadaan jasa persyaratan khusus terdiri dari 3 bagaian. Kebersihan produk dan pengendalian kontaminasi harus disusun metode pembersihan untuk meminimalkan bioburden produk yang akan disterilkan atau dibuat dalam kondisi aseptis. Persyartaan ruangan dengan kondisi udara tertentu, sesuai persyaratan produksi alat kesehatan harus ditetapkan. Kegiatan servis harus dilaksanakan oleh personel yang sudah mempunyai pengalaman dan sudah terlatih Laporan servis harus didokumentasikan dan harus meliputi nama alat kesehatan yang diservis, identifikasi alat kesehatan dan nomor kontrol, tanggal servis, nama personel yang melakukan servis, servis yang telah dilakukan, serta tes dan data inspeksi. Validasi proses untuk produksi dan pengadaan jasa dilakuakan terhadap proses produksi dan penyediaan jasa dimana luaran yang dihasilkan tidak dapat diverifikasi. Mencakup setiap proses yang kekurangannya hanya terlihat bila produk telah digunakan atau jasa telah dilakukan. Validasi mencakup kriteria yang ditetapkan untuk pengkajian dan peningkatan, persetujuan dari peralatan dan
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
29
kualifikasi personel, penggunaan metode dan prosedur yang spesifik persyaratan untuk catatan, revalidasi. Pada
bagian
kemudahan
penelusuran,
tersedia
prosedur
tertulid
kemudahan penelusuran, sejauhmana produk bisa dilacak dan catatan-catatan diperlukan. Persyaratan khusu untuk alat kesehatan implant aktif dan alat kesehatan impalan, untuk kemudahan penelusuran harus tersedia catatan berupa nomor batch atau kontrol, atau seri produk yang didistribusikan. Identifikasi khusus dilakukan untuk mempermudah penelusuran, untuk produk alkes aktif, harus menggunakan penandaan khusus sesuai peraturan perundang-undangan agar mudah diidentifikasi. Bagain properti pelanggan dijelaskan bahwa perusahaanharus bertindak hati-hati
terhadap
milik
pelanggan,
perusahaan
harus
mengidentifikasi,
memverifikasi, melindungi dan menjaga milik pelanggan, bila milik pelanggan ada yang hilanh, atau tidak sesuai untuk digunakan harus dilaporkan. Pemeliharaan produk, prosedur tertuli atau instruksi kerja selama proses internal dan pengirimnya, pemelihara. Pemeliharaan meliputi media, tersedia prosedur tertulis untuk produkyang mempunyai umur terbatas. 2.3.5 Pengukuran, Analisa dan Perbaikan Perusahaan harus menetapkan rencana dan implementasi pemantauan, pengukuran, analisa dan perbaikan proses yang diperlukan untuk perbaikan terus menerus dan agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada bab pengukuran, analisa dan perbaikan terdiri dari 5 bagian. Pada bagian pemantauan dan pengukuran, perusahaan harus menetapkan prosedur terdokumentasi untuk mengumpulkan informasi pelanggan baik berupa survey pelanggan, umpan balik, angket, kebutuhan pasar informasi terkait persaingan. Perusahaan harus menetapkan prosedur terdokumentasi pelaksanaan audit internal meliputi jadwal pelaksanaan, kriteria, lingkup dan frekuensi, dan metode audit. Untuk pemantauan dan proses sistem manajemen mutu, diterapkan metode yang sesuai. metode menunjukan kemampuan proses untuk mencapai hasil yang direncanakan. Bila hasil yang direncanakan tidak tercapai harus dilakukan perbaikan dan tindakan perbaikan. Perbaikan merupakan tindakan yang diambil untuk menghilangkan
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
30
ketidaksesuaian tindakan perbaikan. Tindakan yang diambil untuk meniadakan penyebab dari ketidaksesuaian atau situasi yang tidak diinginkan. Untuk pemantauan dan pengukuran produk, prosedur untuk memantau dan mengukur karakteristik produk untuk verifikasi harus tersedia. Pemantauan dan pengukuran produk di lakukan pada tahap-tahap yang sesuai dari realisasi produk (sesuai rencana pengendalian). Bukti kesesuaian yang dipelihara dan catatan harus menunjukan orang yang berwenang melepas produk. Pelepasan produk dan penyerahan jasa dilakukan apabila pengaturan terencana telah diselesaikan. Persyaratan khusus untuk alat kesehatan implant aktif dan alat kesehatan implant harus dilakukan pencatatan identitas personel yang melaksanakan pemeriksaan dan pengujian. Pada bagian pengendalian produk yang tidak sesuai, perusahaan memiliki prosedur pengendalian untuk produk yang tidak sesuai dengan persyaratan. Produk tidak sesuai harus ditandai dan dikendalikan. Pengendalian, tanggung jawab, dan wewenang terkait dengan produk tidak sesuai harus ditetapkan dalam prosedur terdokumentasi. Catatan harus dipelihara. Apabila produk tidak sesuai diperbaiki, harus dilakukan verifikasi ulang. Produk tidak sesuai ditemukan setelah penyerahan atau pemakaian telah dimulai, organisasi harus mengambil tindakan yang sesuai. prosedur terdokumentasi untuk pengendalian produk yang tidak sesuai harus tersedia. Perusahaan harus menetapkan prosedur terdokumentasi untuk menetapkan, mengumpulkan dan melakukan analisa yang tepat untuk menunjukan kesesuaian dan efektifitas sistem manajemen mutu. Cara menangani prosedur tidak sesuai dilakukan dengan 4 cara. Cara pertama yaitu mengambil tindakan untuk menghilangkan ketidaksesuaian yang ditemukan. Cara kedua yaitu menyetujui pemakaian, pelepasan, atau penerimaan dibawah konsesi. Cara ketiga yaitu mengambil tindakan pencegahan penerapan atau pemakaian awal. Cara keempat, produk yang tidak sesuai diperbaiki, dilakukan verifikasi ulang. Produk tidak sesuai ditemukan setelah penyerahan atau pemakaian, diambil tindakan yang sesuai. Pada tahapan desain dan pengembangan produk, harus dirancang penelitian stabilitas untuk mengetahui stabilitas produk jadi, menetapkan kondisi penyimpanan yang sesuai dan penetapan umur produk. Pengujian stabilitas harus ditetapkan jadwal pengujian, jumlah contoh/ sampel yang diperlukan, kondisi penyimpanan, metode pengujian, kelengkapan produk, seperti kemasan primer. Pengujian stabilitas dilakukan
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
31
pada produk baru, penggantian atau penambahan kemasan primer, perubahan formula, metode perubahan produsen bahan baku, produk yang dikeluarkan dengan konsesi. Penelitian stabilitas produk yang telah beredar dilakukan pada suhu kamar. Pada bagaian analisa data, perusahaan harus menetapkan prosedur terdokumentasi untuk menetapkan, mengumpulkan dan melakukan analisa yang tepat . sehingga dapat menunjukan kesesuaian dan efektifitas sistem manajemen mutu. Perusahaan harus mengidentifikasi dan menetapkan setiap perubahan yang diperlukan untuk mamastikan dan memelihara kesesuaian dan efektifitas sistem manajaemen mutu melalui penggunaan kebijakan mutu, hasil audit, analisa data, tindakan perbaikan dan pencegahan dan tinjauan manajemen. Catatan seluruh complain pelanggan harus diselidiki dan dipelihara. Jika keluhan pelanggan tidak diikuti oleh tindakan perbaikan/ pencegahan, alasan harus dinyatakan dan dibuat catatannya. Untuk mendapatkan peningkatan terdapat dua tindakan. Tidankan tersebut yaitu tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan. pada tindakan perbaikan, perusahaan harus
menetapkan
prosedur
terdokumentasi
mengenai
tindakan
terhadap
ketidaksesuaian yang meliputi peninjauan ketidaksesuaian, penetapan penyebabnya, evaluasi untuk memastikan hal tersebut tidak terulang lagi dan catatan hasil tindakan perbaikan. Pada tindakan pencegahan, perusahaan harus menetapkan prosedur terdokumentasi mengenai penetapan ketidaksesuaian potensial dan penyebabnya, evaluasi tindakan untuk mencegah hal itu, tindakan yang diperlukan dan catatan hasil tindakan yang dilakukan. 2.4
Registrasi Alat Kesehatan Alat kesehatan dan / atau PKRT yang akan di impor, digunakan dan / atau
diedarkan di wilayah Republik Indonesia harus terlebih dahulu memiliki izin edar (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010c). Izin edar dapat diperoleh dengan melakukan registrasi alat kesehatan dan / atau PKRT dengan melakukan tata cara registrasi sebagai berikut: 2.4.1. Pra-Registrasi Tahapan pra-registrasi merupakan proses penilaian registrasi awal yang dilaksanakan secara on line pada website Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
32
Alat Kesehatan http://regalkes.depkes.go.id. Tahapan kerja yang dilakukan secara on line dapat dilihat pada Lampiran 1. Petugas yang melaksanakan evaluasi pra-registrasi adalah anggota tim penilai. Adapun hal yang dinilai dalam proses pra-registrasi adalah memeriksa kelengkapan data administrasi dan kelengkapan data teknis. Pemberian, penerimaan, dan pemeriksaan berkas seluruhnya dilakukan secara on line yaitu dengan cara melakukan upload atau download berkas. Jika terdapat berkas yang tidak lengkap, petugas akan memberikan penjelasan mengenai status pendaftar yang berada pada keadaan data yang tidak lengkap. Pendaftar kemudian harus melengkapi kurangan data atau berkas yang diminta oleh petugas (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan. (2012). 2.4.2. Persyaratan Pendaftaran Izin Edar Alat Kesehatan Untuk mendapatkan izin edar alat kesehatan diperlukan kelengkapan persyaratan izin edar yaitu data administrasi dan data teknis (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010b). 2.4.2.1.Data Administrasi a. Data administrasi yang harus dimiliki oleh alat kesehatan dalam negeri adalah: sertifikat produksi sesuai dengan jenis alat kesehatan yang didaftarkan dan lisensi (bila merek produk dan formulanya berasal dari pihak lain). b. Data administrasi yang harus dimiliki oleh alat kesehatan luar negeri / impor adalah: izin penyalur alat kesehatan, surat penunjukan/surat kuasa untuk mendaftarkan yang dilegalisir oleh KBRI setempat, dan surat keterangan dari pejabat pemerintah/badan yang diberi kewenangan di negara asal (Certificate of Free Sale atau lainnya) bahwa produk tersebut telah beredar di Negara asal. 2.4.2.2.Data teknis Data teknis yang diperlukan pada permohonan izin edar alat kesehatan adalah Formulir A (data administrasi), Formulir B (informasi produk), Formulir C (informasi spesifikasi dan jaminan mutu), Formulir D (penandaan dan petunjuk penggunaan) dan Formulir E (post market evaluation).
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
33
2.4.3. Pelaksanaan Pemberian Izin Edar Alat Kesehatan Diagnostik Invitro Sesuai
peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1190/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga bahwa alat kesehatan yang beredar atau dijual di wilayah Indonesia harus mendapat izin dari Menteri Kesehatan. Izin edar adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk produk alat kesehatan, yang akan diimpor, digunakan dan/atau diedarkan di wilayah Republik Indonesia, berdasarkan penilaian terhadap mutu, keamanan, dan kemanfaatan. Prosedur Permohonan izin edar alat kesehatan sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009a; Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, 2012): a. Pemohon
melakukan
pendaftaran
secara
on
line
pada
http://regalkes.depkes.go.id. untuk mendapatkan username dan password perusahaan b. Pemohon melakukan pengisian data perusahaan pada Form Pendaftaran Registrasi Online Prodis Alkes c. Pemohon menerima pernyataan dari petugas bahwa pemohon telah melakukan pendaftaran kemudian menerima username dan password melalui email. d. Pemohon melakukan login dengan username dan password yang telah diterima e. Pemohon mengajukan permohonan (sertifikat produksi, izin edar, atau penyalur) kemudian mengisi dan meng upload berkas yang diminta, dalam hal ini adalah berkas permohonan izin edar f. Jika berkas yang di upload masih belum lengkap, petugas akan memberikan keterangan status pendaftar yang tertulis “Data belum lengkap / masih ada kekurangan silahkan periksa hasil evaluasi”. Status tersebut akan tercantum pada bagian status permohonan di account registrasi online yang dimiliki oleh perusahaan. Pemohon diharuskan melengkapi berkas yang diminta oleh petugas g. Jika berkas telah lengkap, pemohon akan menerima nomor pendaftaran sementara dan jadwal ke loket serta diminta untuk membawa hard copy permohonan dalam map. Map berwarna merah untuk produk alat kesehatan
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
34
elektromedik, biru untuk produk alat kesehatan non elektromedik, hijau untuk produk alat kesehatan diagnostik invitro serta kuning untuk produk PKRT. Petugas akan melakukan verifikasi kesesuaian antara berkas yang di upload dengan hard copy serta penentuan kelas dari produk yang diajukan. h. Jika terdapat ketidaksesuaian atau berkas kurang lengkap, pemohon diminta untuk melengkapi berkas kembali secara on line i. Setelah berkas pra registrasi disetujui, akan dikeluarkan permintaan pembayaran PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) yang dapat dicetak untuk meminta SSBP, setelah itu dapat dilakukan pembayaran pada bank yang telah ditentukan j. Setelah membayar PNBP, berkas hard copy yang telah diverifikasi dan bukti setoran / pembayaran PNBP yang telah di fotokopi dua kali di serahkan kepada petugas di loket k. Berkas selanjutnya diserahkan ke Kasubdit untuk didistribusikan ke Kepala Seksi dan selanjutnya dianalisa oleh verifikator. l. Hasil evaluasi dari verifikasi diberikan ke Kasie untuk verifikasi ulang dan selanjutnya diserahkan ke Kasubdit untuk dilakukan verifikasi akhir. m. Berkas tidak lengkap dibuatkan surat tambahan data. n. Surat tambahan data ditandatangani oleh Direktur dan diberikan kepada pemohon di loket Unit Pelayanan Terpadu. o. Berkas yang telah lengkap kemudian dilakukan pemberian nomor izin edar dan pengetikan sertifikat / izin edar p. Sertifikat / izin edar diserahkan kepada Kasie untuk di paraf oleh Kasie q. Sertifikat / izin edar diserahkan kepada Kasubdit untuk di paraf oleh Kasubdit dan di tandatangani oleh Direktur (untuk produk diagnostik invitro kelas I dan II) r. Direktur menyerahkan sertifikat / izin edar secara verbal untuk disetujui dan ditandatangani oleh Direktur Jenderal (untuk produk diagnostik invitro kelas III) s. Sertifikat / izin edar yang telah selesai kemudian dientri ke dalam sistem National Single Window (NSW) dan diberikan kepada pemohon di loket Unit Pelayanan Terpadu.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
35
Waktu penerbitan sertifikasi/izin edar alat kesehatan dan PKRT dihitung sejak dokumen dinyatakan lengkap adalah sebagai berikut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010c) : a. Kelas 1: 30 hari kerja b. Kelas 2: 60 hari kerja c. Kelas 3: 90 hari kerja 2.4.4. Penilaian Persyaratan Registrasi 2.4.4.1.Data Administrasi Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persyaratan administrasi antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009b): a. Formulir pendaftaran harus diisi lengkap Nama produk yang didaftarkan harus sesuai dengan nama produk pada penandaan, terdapat tanda tangan penanggungjawab teknis dan pimpinan serta stempel perusahaan. b. Sertifikat produksi Produk yang didaftarkan termasuk dalam lampiran sertifikat produksi, bila tidak tercantum harus mengajukan adendum. c. Certificate of Free Sale (CFS) Certificate of Free Sale dikeluarkan oleh pemerintah atau badan yang berwenang mengeluarkan surat tersebut dan produk yang didaftarkan sama dengan yang dinyatakan dalam CFS yang diberikan. CFS menyebutkan nama produk yang akan dijual serta alamat pabrik pembuatan. Harus diperhatikan, hanya produk buatan pabrik tersebut yang diperbolehkan dan tercantum pada nomor registrasi. CFS berasal dari country of origin (yang memiliki sistem regulasi yang diakui), jika tidak ada dapat digantikan dengan CFS dari negara lain dimana produk tersebut telah diedarkan. d. Izin Penyalur Alat Kesehatan (IPAK) Izin Penyalur Alat Kesehatan beserta addendumnya yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Cq Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan ( Untuk Alat Kesehatan impor), diberikan dalam bentuk foto kopi.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
36
e. Surat Penunjukan/LOA (Letter of Authorization) Dikeluarkan oleh prinsipal, jika dikeluarkan oleh perwakilan prinsipal harus disertai dengan surat penujukan perwakilan yang dikeluarkan oleh prinsipal. Perhatikan waktu berlakunya penunjukan dan produk yang didaftarkan termasuk dalam surat penunjukan tersebut. 2.4.4.2.Data Teknis Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persyaratan teknis antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009b): a. Untuk produk yang terbentuk dari bahan kimia, pendaftar harus memberikan komponen formula dalam satuan internasional atau persentase dan menuliskan fungsi masing-masing bahan. b. Prosedur pembuatan secara singkat berupa alur kerja/flow chart dalam proses produksi disertai dengan penandaan tentang proses kritis yang mempengaruhi kualitas dan langkah yang dilakukan untuk mengontrol proses kritis tersebut. c. Produk HIV harus melampirkan hasil evaluasi dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. d. Produk diagnostik invitro, pastikan keamanan dengan melampirkan data hasil uji sesuai dengan persyaratan IEC 61010 mengenai keselamatan listrik. e. Untuk kelas I, sertifikat CE dapat menggantikan CoA dan proses produksi 2.4.4.3.Penandaan Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menilai penandaan antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009b): a. Informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan cara penggunaan produk dengan aman harus tersedia. Jika kemasan individual tidak memungkinkan informasi yang lengkap, informasi tersebut harus terdapat dalam leaflet, insert, atau bentuk lain yang sesuai. b. Cara penggunaan harus jelas dan mudah dipahami (dalam bahasa Indonesia). c. Perhatikan adanya klaim berlebihan yang tidak disertai dengan data pendukung yang memadai. Setiap klaim hendaklah dapat didukung oleh data pendukung yang sesuai. Penandaan sekurang-kurangnya berisi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010c):
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
37
a. Nama produk dan/atau nama dagang; b. Nama dan alamat perusahaan yang memproduksi alat kesehatan dan/atau PKRT; c. Nama PAK dan/atau importir PKRT yang memasukkan produk ke dalam wilayah Indonesia; d. Komponen pokok alat kesehatan dan/atau PKRT; e. Kegunaan dan cara penggunaan harus dalam bahasa Indonesia; f. Tanda peringatan atau efek samping harus dalam bahasa Indonesia; g. Batas waktu kadaluarsa untuk alat kesehatan dan/atau PKRT tertentu; dan h. Nomor batch/kode produksi/nomor seri, nomor izin edar, dan netto. 2.4.4.4.Code of Federal Regulation / CFR (Food and Drug Administration, 2012) CFR merupakan sistem pengkodean untuk regulasi dan peraturan umum serta permanen untuk hukum administratif yang dikeluarkan oleh departemen atau agensi Pemerintah Amerika Serikat. Ditjen Prodis Alkes menggunakan kode CFR untuk mengkategorikan registrasi alat kesehatan. Kode CFR sudah dapat membedakan antara produk alat kesehatan dan PKRT sehingga status suatu produk jelas. 2.4.4.5.Harmonized Commodity Description and Coding System (HS Code) HS Code merupakan sistem standarisasi internasional untuk nama dan nomor klasifikasi produk perdagangan. HS Code disusun dan dikembangkan oleh World Health Organization (WHO). WHO merupakan organisasi independen antar pemerintah dengan anggota lebih dari 170 negara, berpusat di Brussels, Belgia. Kode cakupan terbesar terdiri dari 4 digit angka, sebagai kode awal. Nomenklatur internasional ditentukan pada 6 digit angka setelahnya. Jika dibutuhkan, kode untuk subdivisi diberikan lagi 2 digit angka. Untuk memastikan penggunaan HS Code yang sesuai dengan peraturan internasional, maka perusahaan harus mencantumkan 4 digit awal dan 6 digit keterangannya. Penggunaannya seragam, namun boleh mencantumkan subkategori yang diadopsi dari peraturan negara tertentu. 2.4.5. Penulisan Nomor Izin Edar
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
38
Permohonan izin edar yang telah disetujui maka akan dikeluarkan nomor izin edar. Nomor izin edar tersebut terdiri dari 11 digit dengan keterangan sebagai berikut: 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Digit 1
: kelas
Digit 2,3
: kategori
Digit 4,5
: sub kategori
Digit 6,7
: tahun pemberian izin (dibalik)
Digit 8 sampai 11
: nomor urut
Alat Kesehatan Dalam Negeri
: AKD
Alat Kesehatan Impor
: AKL
PKRT Impor
: PKL
PKRT Dalam Negeri
: PKD
10
11
Salah satu contoh nomor izin edar untuk produk impor alat kesehatan diagnostik invitro untuk mendeteksi keberadaan HBsAg pada sampel darah adalah AKL 20305213456 yang berarti AKL adalah alat kesehatan impor, digit 1 (angka 2) menunjukkan alat kesehatan kelas 2, digit 2,3 (angka 03) menunjukkan kategori 3 yaitu peralatan imunologi dan mikrobiologi, digit 4,5 (angka 05) menunjukkan sub kategori 5 yaitu sistem tes imunologikal, digit 6,7 (21) yang merupakan tahun pemberian izin edar (dibalik) tahun 2012 dan digit ke 8-11 menunjukkan nomor urut pemberian izin edar 3456. Penentuan/penilaian kelas, kategori dan sub kategori alat kesehatan mengacu pada Code of Federal Regulation (CFR). Jika produk yang telah didaftarkan tersebut dalam masa peredarannya terdapat penambahan atau perubahan seperti ukuran, penandaan, kemasan dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), maka produk tersebut harus didaftarkan kembali tapi tidak perlu diganti nomor izin edar (masih dapat memakai nomor izin edar yang lama). Tapi jika terjadi perubahan selain yang tersebut di atas seperti penambahan/perubahan indikasi, maka harus didaftarkan kembali ke Kementerian Kesehatan (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan) dan nomor registrasi lama tidak berlaku lagi (diganti dengan nomor izin edar baru). (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010c).
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
39
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PT. INDEC DIAGNOSTICS 3.1
Sejarah PT Indec Diagnostics atau selanjutnya disebut Indec Diagnostics
merupakan perusahaan swasta nasional berdiri pada tahun 2002 dengan kantor berada di Jakarta. Perusahaan ini merupakan perusahaan manufaktur kesehatan in vitro pada kelompok produk immunologi dan kimia klinik serta merupakan bagian dari PT. Sevana group.Pada awalnya, bagian PT. Sevana group yang bergerak dalam bidang produk peralatan diagnosa adalah PT. Pacific Biotekindo yang memiliki target konsumen dengan tingkat ekonomi menengah ke atas.Sedangkan, Indec Diagnostics memiliki target konsumen dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Saat ini, Indec Diagnostics lebih fokusdalam bidang riset-pengembangan dan produksi berbagai produk peralatan diagnosa laboratorium kesehatan, khususnya kelompok produk imunoserologi dan kimia klinik. Riset dan pengembangan produk dilakukan in-house dan secara kolaborasi dengan peneliti, pelaku bisnis, lembaga riset nasional dan Internasional.Pemasaran, penjualandistribusi, dan dukungan purna jual dilakukan secara eksklusif oleh PT Pacific Biotekindo.Selain melakukan riset, Indec Diagnostics juga melakukan repacking di bidang produksi produk imunoserologi, seperi ELISA dan rapid test dan sebagian produk kimia klinik. Produk yang diproduksi maupun hasil repacking tersebut tidak hanya dipasarkan di Indonesia, tetapi juga diekspor ke beberapa Negara Asia, antara lain Vietnam dan Thailand. 3.2
Visi dan Misi PT. Indec Diagnostics memiliki visi, yaitu menjadi perusahaan
manufaktur produk kesehatan in vitro pada kelompok produk immunologi dan kimia klinik dengan nilai penjualan masuk dalam
peringkat 10 besar
perusahaan sejenis di kawasan Asia Tenggara. Untuk menunjang terwujudnya visi tersebut, maka PT. Indec Diagnostics memiliki misi yaitu menyediakan
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
40
produk diagnostik kesehatan in vitro pada kelompok produk immunologi dan kimia klinik dengan mengutamakan keunggulan dan kualitas produk, ketepatan waktu pemenuhan pesanan, pelayanan yang baik kepada pelanggan, dan keamanan produk. Oleh sebab itu,
PT.Indec Diagnostics menerapkan
dan
memelihara sistem Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB). Selain menerapkan sistem Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB), PT. Indec Diagnostics juga menetapkan bahwa seluruh staff PT. Indec Diagnostics berkomitmen dalam pengembangan berkelanjutan dalam sistem manajemen mutu yang sesuai dengan persyaratan ISO 9001: 2008 dan ISO 13485: 2003 dan senantiasa melakukan perbaikan mutu. 3.3
Departemen & StrukturOrganisasi PT. Indec Diagnostics berkomitmen untuk terus melakukan pengembangan
berkelanjutan dalam hal sistem managemen dan penjaminan mutu, oleh karena itu dibentuklah suatu organisasi yang terstruktur (Lampiran 4) yang terbagi menjadi beberapa departemen dan subdepartemen, dimana masing-masing bagian memiliki peran dan bekerja sama untuk mencapai tujuan perusahaan. Departemen yang terdapat dalam PT. Indec Diagnostics diantaranya: 3.3.1 Departemen General Affair (GA) Departemen GA bertanggung jawab dalam mengurus fasilitas dan pemeliharaan gedung, keperluan fasilitas dan alat-alat kantor, perundangan, gangguan, keamanan, serta penerimaan tamu. Departemen ini tidak memiliki karyawan apoteker. Pekerjaan yang dilakukan oleh GA, yaitu : 1. Permasalahan atau kegiatan yang berhubungan dengan tanggung jawab perusahaan terhadap anggota masyarakat atau penduduk di sekitarnya 2. Penilaian terhadap kinerja karyawan 3. Penghargaan terhadap karyawan 4. Training dan pembelajaran untuk karyawan 5. Menstruktur organisasi dan menangani setiap kemampuan karyawan 3.3.2 Departemen Finance and Accounting (FA) Departemen FA bertanggung jawab mengelola dan mengalokasikan kas/dana perusahaan dengan baik selain itu, FA juga bertanggung jawab atas terlaksanaanya
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
41
purchase order tepat waktu, jumlah dan spesifikasinya sesuai dengan pemesanan, tugas dan tanggung jawab lainnya adalah dalam kegiatan evaluasi kinerja pemasok. Adapun tugas dibagian keuangan lainnya adalah sebagai berikut: 1. Melakukan verifikasi atau pengecekan ulang atas semua bukti-bukti kas, 2. Penerimaan dan pengeluaran kas, 3. Melakukan verifikasi atas semua bukti penjualan tunai, faktur penjualan tunai dan nota pembelian barang serta bukti pemesanan barang dari perusahaan ke konsumen, 4. Melakukan penyusunan laporan keuangan seperti neraca dan daftar laba rugi perusahaan 5. Melakukan penelitian dan analisis keuangan perusahaan, termasuk masalah pajak. Pada departemen FA ini tidak memiliki karyawan apoteker. 3.3.3
Departemen Human Resources & Development (HRD) HRD bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya manusia dalam sebuah
perusahaan. Pengelolaan dimulai dari recruitment, trainning, benefit, penilaian kinerja, perencanaan jenjang karir seluruh karyawan, serta pemutusan hubungan kerja. Departemen HRD tidak memiliki staf seorang apoteker. 3.3.4
Departemen Research and Development (R&D) Departemen
R&D
adalah
departemen
yang
bertanggung
jawab
mengembangkan produk mulai dari tahap desain formula, pengujian stabilitas pembuatan formula dan spesifikasi bahan kemas untuk skala produksi, dimana kegiatan tersebut saat ini baru dilakukan pada sektor produk kimia klinik. Untuk pengembangan produk immunologi-serologi saat ini PT. Indec Diagnostics baru melakukan kegiatan remanufakturing dari produsen luar negri. Peranan departemen R&D pada sektor produk diagnostik immunologi serologi, adalah dalam hal pencarian jenis produk imunologi yang baru dan berpotensi untuk segmen pasar di Indonesia untuk dilakukan proses remanufakturing dan dipasarkan di Indonesia. Kegiatan pengembangan produk immunologi—serologi dimulai dari penelusuran produk baru immunologi—serologi yang berpotensi untuk pasar Indonesia, pengajuan perjanjian kerjasama dengan produsen asal hingga peregistrasian produk alat kesehatan yang akan diproduksi.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
42
Pada departemen R&D dipimpin oleh seorang manager yang dijabat oleh seorang apoteker. Untuk menunjang kinerjanya departemen R&D mempunyai dua staf pendukung dan tiga Sub-Departemen. Staf pendukung bagian R&D, yaitu staf administrasi yang mengelola dokumen dan staff R&D instrumen mencari instrumen pendukung produk diagnostik PT Indec Diagnostics, sebagai upaya meningkatkan potensi penjualan produk-produk PT Indec. Selain itu departemen R&D juga memiliki tiga Sub-Departemen, antara lain adalah Sub-Departemen QA, Sub-Departemen Pengembangan Produk Kimia Klinik dan Sub-Departemen Pengembangan Produk Immunologi—Serologi. 3.3.4.1 Sub-Departemen Pemastian Mutu (Quality Assurance/QA) Berbeda dengan industri obat, dimana bagian pemastian mutu (QA) merupakan bagian terpisah dari R&D dan dipersyaratkan dalam peraturan harus seorang apoteker, dalam industri alat kesehatan tidak terdapat peraturan baku mengenai bagian QA. Departemen QA di PT. Indec Diagnostics merupakan bagian dari R&D dan bertanggung jawab dalam menetapkan dan menjamin sistem pemastian mutu yang baik pada produk-produk baru yang akan diproduksi, termasuk dalam kegiatan tersebut adalah validasi produk kimia klinik, dan menetapkan sistem produksi dan inspeksi mutu produk-produk baru baik itu produksi murni maupun remanufakturing. Selain itu, Departemen QA
juga
melakukan kegiatan pengenalan dan pelatihan sistem pemastian mutu produkproduk baru. 3.3.4.2 Sub-Departemen Pengembangan Produk Kimia Klinik Departemen Pengembangan Produk Kimia Klinik bertanggung jawab dalam pengembangan dan penelusuran produk-produk diagnostik kimia klinik yang baru dan akan diproduksi di PT. Indec Diagnostics. Pada sektor produksi kimia klinik, PT. Indec Diagnostic khususnya pada subdeparteman pengembangan produk kimia klinik telah mampu bergerak mulai dari tahapan pendesainan formula, pengujian stabilitas, pembuatan formula dan penetapan spesifikasi bahan kemas untuk kemudian dilanjutkan ke skala produksi. 3.3.4.3 Sub-Departemen Pengembangan Produk Imunologi-Serologi Departemen Pengembangan Produk Immunologi-Serologi bertanggung jawab dalam pengembangan dan penelusuran produk-produk diagnostik kategori
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
43
produk imunologi-Serologi yang baru dan akan diproduksi di PT. Indec Diagnostics. Penelusuran produk-produk imunologi dan serologi dilakukan mulai dari tahapan studi literatur penelusuran informasi dari jurnal maupun seminar ilmiah, pengajuan perjanjian kerjasama dan Letter of Authorization dengan pihak produsen asal, penyiapan dokumen untuk proses registrasi hingga pengajuan usulan untuk remanufakturing produk tersebut. 3.3.5 Departemen Manufakturing Departemen manufaktur PT. Indec Diagnostics bertanggung jawab atas seluruh kegiatan manufakturing/remanufakturing untuk pencapaian target perusahaan PT. Indec Diagnostics. Departemen manufakturing memiliki beberapa subdepartemen, yaitu Sub-Departemen Produksi, QC, Logistik, dan Tekhnik yang dipimpin oleh seorang Plant Manager. Tugas dan wewenang dari Plant Manager yaitu merencanakan, mengawasi dan mengatur tugas-tugas yang didelegasikan kepada, Koordinator Produksi, QC, Logistik, dan Tekhnik . 3.3.5.1 Sub-Departemen Produksi Tugas dari Sub Departemen produksi adalah melakukan suatu perencanaan yang sangat baik produksi dan menerapkannya sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) pada proses produksi sehingga produksi berjalan dengan baik, efektif dan efisien. Pada Sub-Departemen ini dikepalai oleh seorang apoteker sebagai manager produksi dan sekaligus sebagai penanggung jawab teknis. 3.3.5.2 Sub-Departemen Pengawasan Mutu ( Quality Control/QC ) Sub-Departemen QC bertanggung jawab pada pengawasan mutu produk yaitu inspeksi rutin In Process Control (IPC) dan Post Process Control (PPC). Sub-Departemen ini dipimpin oleh apoteker dan bertanggung jawab dalam penetapan status Release dari suatu produk. 3.3.5.3 Sub-Departemen Logistik Sub-Departemen Logistik bertanggung jawab terhadap pembelian bahan baku, bahan kemas dan bahan penunjang serta dapat juga berupa produk siap remanufaktur, peralatan produksi, ataupun kebutuhan rumah tangga PT. Indec Diagnostics.
Selain itu bagian Logistik beserta staf didalamnya (PPIC dan
purchasing) juga bertanggung jawab dalam kualifikasi pemasok baru yang sebelumnya diajukan oleh bagian R&D. Pemasok disebut memenuhi kualifikasi
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
44
jika: 1. Bahan atau sampel yang diberikan memenuhi spesifikasi PT. Indec Diagnmostics yang sebelumnya telah ditetapkan oleh sub-departemen R&D. 2. Hasil kuesioner penilaian diri atau audit memenuhi persyaratan. 3. Pertimbangan komersial lainnya (harga, bonafiditas dan waktu pengantaran barang) Pembelian diawali dengan penerimaan surat usulan permintaan barang atau usulan PO (Purchase Order) yang telah disetujui Direktur Utama PT Indec Diagnostics. Pemasok yang sesuai untuk barang yang disebutkan dalam usulan PO ditentukan dengan cara membandingkan minimal beberapa pemasok yang telah terkualifikasi dengan dasar mutu pertimbangan harga, waktu tenggang (lead time), ketepatan pengiriman, jumlah minimum pemesanan (Minimum Quantit ), syarat pembayaran (Term Of Payment) serta kelengkapan dokumen pendukung. Kemudian Sub—Departemen Logistik membuat surat pesanan (Purchase Order/PO) kepada pemasok yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut. Jumlah pesanan dalam PO disesuaikan dengan kebutuhan yang diminta dan standar pesanan minimum. PO dicetak rangkap tiga yaitu untuk pemasok, sebagai arsip Sub-Departemen Logistik dan dikirim ke bagian FA untuk keperluan penagihan. Secara berkala bagian Logistik bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi rutin mengenai kapabilitas pemasok . 3.3.5.3 Sub-Departemen Teknik Sub-Departemen ini bertanggung jawab dalam kualifikasi pengadaan alat atau instrumen baru termasuk pemeliharaan dan pemjaminan kinerja alat-alat elektronik dan mekanik yang terinstal di PT Indec Diagnostics berjalan dengan baik. 3.3.6 Departemen Marketing Departemen Marketing dipimpin oleh seorang Manager yang telah berpengalaman dalam dunia marketing bidang kesehatan. Departemen ini bertanggung jawab terhadap pencapaian target penjualan produk-produk PT Indec Diagnostics baik itu Produk Immunologi—Serologi maupun produk kimia klinik. Manager Marketing mendelegasikan tugas dan tanggung jawabnya kedalam Dua
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
45
divisi yaitu Divisi Produk Spesialist yang
bertugas untuk merepresentasikan
segala aspek yang ada dalam suatu produk, dan Brand Spesialist yang berperan dalam pengemasan produk sehingga menarik kustomer. 3.3.7 Departemen Customers Support Departemen ini bertanggung jawab dalam manajemen pelanggan, menjaga kepuasan dan mengelola komplain dari pelanggan secara baik sehingga meningkatkan kepercayaan dan loyalitas kustomer. 3.4
Produk PT. Indec Diagnostics merupakan perusahaan yang mengembangkan,
memproduksi dan memasarkan reagen dan produk diagnostik yang digunakan dalam imunologi dan kimia klinis. Fokus utama produk PT. Indec Diagnostics adalah pada penyakit tropis termasuk demam berdarah, tifus, TBC, malaria, dan hepatitis. Dalam kegiatannya PT. Indec Diagnostics bekerja sama dengan suplayer global dalam pengembangan inovatif produk yang efektif dan memberikan real manfaat ekonomi. Fokus perusahaan saat ini adalah dalam produk in-vitro diagnostik, khususnya produk ELISA imunologi, produk imunologi kerja cepat (rapid test), dan kimia klinis.
Beberapa contoh produk yang telah dipasarkan
oleh PT. Indec Diagnostics beberapa diantaranya adalah: 1. Produk Diagnostik Kimia Klinik a.
Albumin Albumin merupakan reagen untuk penentuan in-vitro kuantitatif albumin
dalam serum atau plasma menggunakan metodologi Bromokresol hijau. albumin yang disintesis dalam hati merupakan bagian utama dari protein total dalam tubuh. Peningkatan tingkat yang terlihat pada dehidrasi. b.
Trigliserida Trigliserida merupakan produk tes kimia klinik yang menggunakan
metode enzimatik kolorimetrik GPO-PAP. Prinsip utamanya adalah pengubahan Trigliserida (TGA) oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) menjadi gliserol. Kemudian dengan adanya gliserol oleh beberapa enzim seperti GK (Gliserol Kinase),
ATP, dan gliserol peroksidase (GPO) menghasilkan hidrogen
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
46
peroksidase.
Kemudian
hidrogen
(Aminofenazon) dan 4—klorofenol
peroksida
bersama
dengan
4AA
membentuk red quinone yang hasilnya
sebanding dengan jumlah trigliserida dalam darah. 2. Produk Diagnostik Immunologi kerja cepat (rapid test) a.
Mycotec TB xp® Mycotec TB
xp®
merupakan rapid chromatographic immunoassay untuk
deteksi antibodi Tuberculosis, yang terbentuk sebagai reaksi infeksi, secara kualitatif. Prinsip dasar test ini adalah penjerapan seluruh isotipe antibodi di dalam sampel ke dalam antigen rekombinan, dengan demikian test ini tidak hanya untuk mendeteksi TB pulmonal melainkan juga TB extrapulmonal. b.
NewSPOT HBsAg ® Produk NewSPOT HBsAg merupakan produk yang mendeteksi secara
kualitatif HBsAg (Hepatitis B surface Antigen) di dalam sampel serum atau plasma. Antigen Hepatitis B yang ada di sampel kemudian akan berikatan dengan monoklonal dan poliklonal anti-HBs yang telah di coating di site platenya dan akan menimbulkan warna garis. c. Srtartes HCV Srtartes HCV
®
merupakan rapid chromatographic immunoassay untuk
deteksi antibodi dari virus Hepatitis C, yang terbentuk sebagai reaksi infeksi virus Hepatitis C, secara kualitatif. Antibodi Hepatitis C yang ada di sampel kemudian akan berikatan dengan rekombinan protein HCV. 3. Produk Diagnostik Immunologi ELISA a.
RubelisaIgM ® Prinsip kerja RubelisaIgM
®
adalah ELISA direct assay. Antigen Rubela
murni disalut di dalam sumuran mikro. Kemudian IgM Rubela yang spesifik di dalam serum akan berikatan dengan antigen Rubela yang telah tersalut dalam sumuran mikro dan akan membentuk garis warna. Intesitas warna yang terbentuk sebanding dengan jumlah spesifik antibodi IgM yang spesifik dan dapat di baca oleh reader ELISA. Produk-produk PT. Indec Diagnostics dipasarkan kepada pelanggan yang bergerak di bidang kesehatan. Pelanggan PT. Indec Diagnostics yaitu termasuk rumah sakit, laboratorium, klinik, dan lembaga kesehatan lainnya, baik swasta
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
47
maupun milik negara. Dimana semua pihak memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan kesehatan seluruh masyarakat Indonesia. Melalui penerapan sistem kelas dunia PT Indec Diagnostics berfokus pada penyediaan produk-produk terbaik dan layanan pelanggan terbaik yang memberikan
pelanggan
apa
yang
mereka
butuhkan,
ketika
mereka
membutuhkannya. 3.5
Pengembangan Produk Pengembangan produk baru Indec Diagnostics dilakukan oleh Departemen
Research and Development (R&D). Hal pertama yang dilakukan oleh R&D untuk release produk baru adalah menentukan calon supplier untuk produk yang akan di release. Dalam menentukan calon supplier, R&D memiliki beberapa penilaian terhadap calon supplier tersebut, seperti spesifikasi produk, kualitas produk, serta kemudahan supplier untuk dihubungi. Setelah calon supplier ditentukan, selanjutnya diajukan kepada direktur untuk disetujui. Selanjutya, dilakukan pemesanan sampel produk melalui departemen purchasing. Setelah sampel datang, selanjutya sampel akan dievaluasi oleh R&D dan ditetapkan supplier yang akan dipilih. Selanjutnya, supplier yang terpilih diajukan kepada direktur untuk disetujui. Setelah disetujui, selanjutnya R&D memasukkan supplier terpilih ke dalam daftar supplier merchandise. Selanjutnya, dilakukan evaluasi supplier yang meliputi kualitas dan kuantitas produk, lama pengiriman, ketepatan waktu datangnya pesanan, serta kemudahan komunikasi. Setelah evaluasi selesai dilakukan, R&D selanjutya mengajukan usulan nama produk kepada direktur. Setelah disetujui oleh direktur, R&D mengajukan proposal Price Analysis (PAP) kepada Finance and AcountingManager (FAC) untuk dinilai. Setelah dinilai oleh FAC, R&D megajukan persetujuan penambahan produk baru atau perubahan produk kepada direktur. Setelah disetujui oleh direktur, selanjutnya R&D membuat spesifkasi produk serta meregistrasikan produk di Kementerian Kesehatan RI. Produk dapat di release jika telah teregistrasi di Kementerian Kesehatan RI.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
48
BAB 4 PEMBAHASAN PT. Indec Diagnostics adalah industri farmasi yang bergerak di bidang alat kesehatan yaitu alat diagnostik in vitro produk kimia klinik dan immunologi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan yang menjelaskan bahwa alat kesehatan yang diproduksi dan diedarkan harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan. Untuk menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan produk alat kesehatan memenuhi persyaratan, maka diperlukan suatu kegiatan produksi yang terstandar. Pedoman standar untuk industri alat kesehatan sendiri di Indonesia yaitu adalah Pedoman Cara Alat Kesehatan (CPAKB). CPAKB merupakan standar secara umum untuk alat kesehatan yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI. Dalam
kinerja
produksinya
PT.
Indec
Diagnostics
senantiasa
meningkatkan dan menjaga produk yang dihasilkannya agar memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan manfaat. Dalam upayanya tersebut PT. Indec Diagnostics merupakan perusahaan menerapkan CPAKB dalam setiap aspek produksinya. CPAKB diperlukan sebagai pedoman dalam mengembangkan sistem manajemen mutu agar mutu produk yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Mutu produk yang dihasilkan tidak hanya ditentukan berdasarkan pemeriksaan (analisa) produk akhir, namun mutu harus dibentuk ke dalam produk (Build in Quality) selama keseluruhan tahap proses pembuatan. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi, dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat. PT Indec Diagnostics berkomitmen terus meningkatkan mutu produk yang dihasilkannya. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001: 2008. Selain itu, PT. Indec Diagnostics juga telah memenuhi persyaratan CPAKB dan memperoleh sertifikat ISO 13485: 2003. Standasrisasi tersebut diterapkan dalam setiap aspek kegiatan produksinya.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1
Kesimpulan Alat kesehatan diagnostik merupakan salah satu bagian penting yang dapat
menentukan keberhasilan dalam suatu terapi. Oleh karena itu, mutu dari alat kesehatan harus terjamin dan reprodusibel. Untuk mencapai mutu yang diingikan dibutuhkan suatu standar dalam kegiatan produksinya. Standar produksi alat kesehatan di Indonesia adalah CPAKB yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI. Salah satu industri alat kesehatan diagnostik di Indonesia adalah PT. Indec Diagnostics. PT. Indec diagnostics bergerak dalam bidang alat kesehatan diagnostik immunologi dan kimia klinik. Dalam kinerja produksinya PT Indec Diagnostik telah menerapkan sistem manajemen mutu yang baik dan terawasi sesuai dengan standar CPAKB dan standar internal yang diterapkan dalam PT indec. Sektor alat kesehatan diagnostik merupakan sektor yang baru dan mulai berkembang di Indonesia. Sektor ini tergolong sektor industri baru di Indonesia dan berpotensi tinggi. Oleh karena itu, peranan apoteker dengan berbagai kompetensi dan potensinya begitu amat penting dan strategis dalam menunjang sektor ini diantaranya dalam pengembangan, penjaminan mutu, dan juga dalam sosialisai serta edukasi masyarakat mengenai alat kesehatan diagnostik. 1.2
Saran Mutu merupakan suatu hal yang dibentuk dari suatu proses yang
berkelanjutan. Oleh karena itu, diharapkan akan dilakukan secara terus menerus pengawasan dan pengembangan sistem manajemen mutu yang baik. Manajemen mutu yang baik akan menghasilkan produk yang baik pula.
49 Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
Universitas Indonesia
50
DAFTAR REFERENSI
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1189/Menkes/ Per/VIII/2010 tentang produksi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. (2007). Petunjuk Teknis Cara Produksi Alat Kesehatan yang Baik. Jakarta.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
Lampiran 1. Alur kerja registrasi secara on-line untuk Alat Kesehatan
[sumber: Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, 2012]
51
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
52 Lampiran 2. Peta Lokasi PT Indec Diagnostics
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
Lampiran 3. Peta Akses PT Indec Diagnostics dengan Bandara Internasional dan Pelabuhan
53
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
Lampiran 4. Struktur Organisasi PT. Indec Diagnostics
54
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
Lampiran 5. Struktur Organisasi Departemen Penelitian dan Pengembangan PT. Indec Diagnostics
55
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
56 Lampiran 6. Gambar denah Departemen R & D
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
57 Lampiran 7. Contoh Formulir Prosedur Tetap
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
Lampiran 8. Denah Departemen Produksi, QC dan PPIC
58
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
59 Lampiran 9. Contoh-contoh label yang digunakan di departemen QC
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
60 Lampiran 10. Produk Diagnostik Kimia Klinik di PT. Indec Diagnostics Albumin
Trigliserida
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
61 Lampiran 11. Produk Diagnostik Imunologi Rapid Test
Mycotec TB xp®
NewSPOT HBsAg ®
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
62
Lampiran 12. Produk Diagnostik Immunologi ELISA Hepalisa Anti-HCV ®
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. INDEC DIAGNOSTICS KOMPLEKS PERKANTORAN TAMAN PULO GEBANG BLOK A3, JL RAYA BEKASI, JAKARTA PERIODE 11 FEBRUARI –28 MARET 2013
PEMBUATAN PROTOKOL VALIDASI PROSES PRODUKSI LFIA (Lateral flow Immunoassay) TROPOSPOT I® FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i DAFTAR ISI........................................................................................................ ii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar belakang.......................................................................................... 1 1.2 Tujuan....................................................................................................... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3 2.1 Validasi Proses.......................................................................................... 3 2.2 Lateral Flow Immunoassay (LFIA)........................................................... 6 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PRODUK LFIA TROPOSPOT I ® ............... 12 3.1 Proses Produksi Tropospot I® ................................................................. 12 3.2 Titik Kritis Proses ProduksiTropospot I® ................................................ 15 BAB 4 PEMBAHASAN ..................................................................................... 18 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 20 5.1 Kesimpulan............................................................................................. 20 5.2 Saran ....................................................................................................... 20 DAFTAR REFERENSI ...................................................................................... 21
ii
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Protokol Validasi Proses Tropospot I® ............................................ 22
iii
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar belakang Salah satu jenis alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, dan/atau
implan yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit dalam tubuh manusia (Kementrian Kesehatan
RI, 2010). Alat kesehatan dengan tujuan mendiagnostik
penyakit disebut juga dengan alat diagnostik. Alat diagnostik merupakan tonggak utama dalam penentuan proses terapi suatu pasien agar tercapai kesuksesan dalam terapinya. Kesuksesan tersebut akan dicapai jika alat diagnostik yang digunakan mempunyai mutu yang baik. Untuk menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan produk alat kesehatan yang di produksi, pihak manufakturer harus mempunyai sistem penjaminan mutu yang baik sehingga produk yang dihasilkan dapat dipercaya.
Sistem penjaminan mutu sektor industri alat kesehatan di Indonesia mengacu pada Pedoman Cara Pembuaatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB). Selain itu terdapat pula pedoman standar mutu internasional yang dapat diacu seperti ISO 9001:2001 tentang sistem penjaminan mutu secara umum dan ISO 13485:2008 tentang penjaminan mutu industrialat kesehatan. Salah satu diantara aspek untuk menjamin mutu alat kesehatan yang terdapat dalam berbagai pedoman sistem penjaminan mutu alat kesehatan adalah aspek produksi. Tahapan produksi merupakan tahapan yang paling kritikal untuk mendapatkan mutu produk yang baik. Oleh karena itu, pihak manufakturer harus melakukan validasi proses produksi. PT. Indec Diagnostics merupakan perusahaan alat kesehatan yang didirikan sejak tahun 2002, yang secara khusus bergerak di bidang alat kesehatan diagnostik kimia klinik dan immunologi. Pada saat ini PT. Indec Diagnostics baru melakukan proses remanufakturing/repacking produk alat kesehatan dari supplier di luar negri. Namun PT. Indec Diagnostics mempunyai komitmen untuk menjalankan kegiatan produksi alat kesehatannya sendiri dengan penjaminan mutu yang baik. Komitmen tersebut diwujudkan dalam pembuatan beberapa sertifikat penjaminan mutu produksi seperti, sertifikat ISO SGS 9001, KAN Komite Akreditasi Nasional dan merupakan percontohan sertifikasi CPAKB dari Kementrian Kesehatan. Selain itu kegiatan penelitian dan pengembangan juga terus dilakukan PT Indec Diagnostics sehingga 1
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
Universitas Indonesia
2
mampu memproduksi alat kesehatan dengan mutu yang terjamin. .Melalui Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT. Indec Diagnostics sabagai salah satu industri alat kesehatan mengadakan kegiatan Praktek Kerja Apoteker (PKPA), dimana tugas khususnya ialah pembuatan protokol validasi produk diagnostik kimia klinik dan immunologi kerja cepat. Dengan demikian diharapkan akan menghasilkan produk-produk alat kesehatan yang aman, bermutu dan dapat dipercaya. 1.2
Tujuan Pembuatan tugas khusus PKPA di PT. Indec Diagnostics ini , bertujuan agar
mahasiswa calon apoteker: 1. Mengetahui dan memahami proses pembuatan produk alat kesehatan diagnostik immunologi kerja cepat khususnya LFIA Tropospot I. 2. Mengetahui dan memahami proses validasi proses produksi alat kesehatan diagnostic LFIA.
` Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Validasi Proses Validasi proses didefinisikan sebagai pembuktian yang terdokumentasi
bahwa proses tertentu secara konsisten akan menghasilkan produk yang memenuhi kualitas dan spesifikasi yang telah ditetapkan akan menghasilkan produk dengan jaminan mutu tingkat tinggi (FDA, 1997). Validasi proses melingkupi validasi awal proses baru, validasi proses yang dimodifikasi dan revalidasi (PIC/S, 2009). Validasi proses berlaku untuk semua kategori alat diagnostik in-vitro berdasarkan pembagian level kontaminasi mikrobiologi menurut FDA, yaitu alat diagnostik in-vitro steril, alat diagnostik In-vitro kontaminasi terkontrol; and, alat diagnostik in-vitro uncontrolled. Setiap proses manufakturing atau pengemasan akan melibatkan sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kualitas produk. Faktor-faktor tersebut akan diidentifikasi selama pengembangan produk dan akan memfasilitasi studi proses optimasi. Pada saat penyelesaian pengembangan dan optimalisasi, validasi proses menyediakan cara terstruktur untuk melakukan penilaian secara metodis faktor yang berdampak pada kualitas produk akhir (PIC/S, 2009). Validasi Proses biasanya akan selesai sebelum pembuatan produk jadi yang akan dilepas ke pasar (Validasi Prospektif). Apabila hal tersebut tidak mungkin, maka perlu untuk memvalidasi proses selama produksi outline (Validasi Concurrent). Selain itu, proses yang telah digunakan selama beberapa waktu juga harus divalidasi (Validasi retrospektif) (PIC/S, 2009). Secara teori kegiatan validasi hanya perlu dilakukan sekali untuk setiap proses tertentu. Namun dalam prakteknya proses produksi jarang bersifat statis. Perubahan bisa saja terjadi pada komponen (bahan baku dan bahan kemasan), modifikasi peralatan dan kondisi lingkungan saat proses, hal-hal tersebut tidak dapat dianggap tetap seperti validasi awal. Sebuah program reguler re-validasi adalah penting untuk menghadapi hal yang seperti itu (PIC/S, 2009). 2.1.1 Validasi Prospektif (FDA, 1997). Selama pengembangan produk proses produksi harus dibagi menjadi langkah-langkah individu. Setiap langkah harus dievaluasi atas dasar pengalaman
3 Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
Universitas Indonesia
4
atau pertimbangan teoritis untuk menentukan faktor-faktor kritis / parameter yang dapat mempengaruhi kualitas dari produk jadi. Semua alat in-vitro diagnostik (IVD) baru dan atau prosesnya harus divalidasi secara prospektif. Prospektif validasi dilakukan untuk IVD dengan label sebagai steril karena keterbatasan pengujian sterilitas produk jadi. Validasi Prospektif juga digunakan untuk IVD mikrobiologis terkontrol dan untuk IVD mikrobiologis yang tidak terkontrol karena keterbatasan sampling statistik. Serangkaian percobaan harus dirancang untuk menentukan kekritisan dari faktor-faktor untuk divalidasi. Semua pihak deepartemen baik itu dari Produksi, QC / QA, Teknik, dan dalam beberapa kasus R&D biasanya juga terlibat dalam proses ini. Percobaan ini dapat menggabungkan seluruh elemen uji untuk menentukan kekokohan proses. Secara umum uji dilakukan pada titik ekstrim. Pengujian pada titik ekstrem dari suatu spesifikasi dapat menunjukkan kemampuan proses untuk terus melanjutkan tahap produksinya sehingga akan menghasilkan produk jadi dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Setiap percobaan harus direncanakan dan didokumentasikan sepenuhnya dalam protokol resmi. Dokumen validasi terkandung beberapa unsur, yaitu: a. Deskripsi proses, b. Deskripsi eksperimen, c. Penjelasan mendetail mengenai equipment/fasilitas yang akan digunakan (termasuk peralatan pengukuran /perekaman data) tentunya dengan status kalibrasi dari masing-masing alat, d. Variabel yang akan dimonitoring, e. Cara pengambilan sampel –(waktu, cara, banyaknya dan lokasi sampling) f. Kriteria kinerja produk, karakteristik/atribut yang akan dimonitoring, terdokumentasi bersama dengan metode tesnya, g. Batas penerimaan, h. Jadwal validasi, i. Tanggung jawab Personnel, j. Penjelasan mendetail dari metode perekaman dan evaluasi hasil, termasuk analisa statistiknya.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
5
Semua peralatan, lingkungan produksi dan metode pengujian untuk analisis yang akan digunakan harus telah sepenuhnya divalidasi dan dikualifikasi (Kualifikasi Instalasi, Operasional dan Kinerja). Begitu pula dengan staf mengambil bagian dalam validasi juga harus terlatih. Bets yang dilakukan validasi harus didokumentasikan secara komprehensif ke dalam laporan validasi. Laporan validasi setidaknya terdiri dari: a. Deskripsi proses baik itu dokumen Batch atau Pengemasan, termasuk detail dari tahapan kritis, b. Penjelasan hasil secara mendetail melingkupi hasil in-process kontrol and final test, termasuk data dari test yang gagal. Apabila data mentah tidak dimasukan, maka diperlukan referensi dokumen untuk diakses. c. Kegiatan yang telah dilakukan baik itu sesuai protokol atau terdapat penyimpanan protokol harus secara formal dicatat beserta dengan penjelasannya, d. review dan komparasi hasil yang tercatat, e. Formal akseptansi/rejeksi dari kegiatan team/perorangan didisain sebagai pertanggungjawaban proses validasi, termasuk kesimpulan proses validasi berupa corrective action atau pengulangan validasi. Setelah selesai melakukan review bets validasi, rekomendasi, harus dilakukan pada tingkat pemantauan dan pengawasan in-proses yang diperlukan untuk produksi rutin. Hal tersebut harus dimasukkan ke dalam rekaman produksi atau pengemasan bets atau sesuai prosedur operasi standar (SOP). Batas, frekuensi dan tindakan yang harus diambil apabila terjadi penyimpangan bets harus ditentukan. 2.1.2 Validasi Konkuren (FDA, 1997). Pada kondisi tertentu dapat terjadi kondisi dimana tidak mungkin untuk menyelesaikan program validasi sebelum produksi rutin dimulai. Keadaan ini terjadi kemungkinan akibat dari proses baru sedang ditransfer ke produsen kontrak pihak ketiga / assembler atau misalnya, terjadi perubahan bentuk tablet atau kekuatan yang berbeda dengan produk yang sebelumnya telah divalidasi. Persyaratan dokumentasi validasi konkurent sama seperti yang ditentukan untuk Validasi Prospektif dan pengujian pengawasan mutu yang akan dilakukan
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
6
selama proses dan setelah produk jadi akan harus ditentukan dalam protokol. Protokol dan laporan harus ditinjau dan disetujui oleh penanggung jawab sebelum dirilis. 2.1.3 Validasi Retrospektif (FDA, 1997). Terdapat banyak sekali proses yang dalam penggunaan rutin belum mengalami proses validasi secara resmi yang terdokumentasikan. Validasi proses tersebut dapat dilakukan dengan suatu metode yang disebut dengan validasi retrospektif. Validasi retrospektif menggunakan data-data historis sebagai bukti dokumenter yang diperlukan untuk melakuakn validasi proses jenis ini. Langkahlangkah yang terlibat dalam jenis validasi ini antara lain protokol, pelaporan hasil dan proses review data sehingga mendapatkan kesimpulan dan rekomendasi yang tepat. Validasi ini hanya dapat diterima untuk proses yang terlah mapan dan akan tidak bisa dilakukan apabila telah terjadi perubahan terbaru dalam komposisi produk, prosedur operasi atau peralatan. Pada beberapa kasus, validasi retrospektif dapat digunakan untuk IVD yang telah dipasarkan karena proses validasi premarket yang kurang memadai. Proses validasi ini melingkupi beberapa analisa kemampuan proses produksi dengan cara pemeriksaan akumulasi data uji dan catatan manufaktur yang tersedia. Validasi Retrospektif meliputi: review mulai dari proses desain, sampai menentukan apakah spesifikasi yang telah ditetapkan mampu dipenuhi untuk setiap pengolahan; menentukan apakah metode pengujian memadai dan apakah rencana pengambilan sampel yang telah dibentuk, (mulai dari pengambilan sampel sampai pengujian) telah dilakukan dan menyediakan data base yang baik; dan, menentukan apakah prosedur telah diterapkan. 2.2
Lateral Flow Immunoassay (LFIA) Rapid tes immunologi atau lebih dikenal dengan Lateral—Flow
Immunoassay (LFIA) awalnya dikembangkan pada 1970-an. Selama 40 tahun terakhir telah menjadi sebuah platform standar untuk berbagai Pont Of Care (POC) tes imunologi. Keunggulan dari LFIA ini adalah : a. Mudah digunakan
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
7
b. Membutuhkan sampel yang relatif sedikit. c. Tingkat sensitivity yang baik. d. Dapat diproduksi dalam skala besar. e. Produk stabil pada temperatur ruang. f. Dapat diimplementasikan dengan reader teknologi g. Regulasi yang tak terlalu ketat h. Proses produksi yang tidak terlalu mahal. Beberapa diantara produk-produk Lateral—Flow Immunoassay (LFIA) yang telah beredar antara lain adalah untuk tes penyakit infeksi mikroba atau virus seperti Malaria, HIV dan Virus Dengue, serta untuk diagnosa biomarker tubuh manusia, seperti troponin, HDL, dan kolesterol Prinsip kerja diagnostik LFIA merupakan reaksi antigen antibodi. Secara umum LFIA terdiri dari dua jenis utama prinsip immunoassay : 1.
Double antibody sandwich assays Dalam format ini sampel bermigrasi dari pad sampel melalui pad
konjugasi di mana setiap analit target akan mengikat partikel konjugat. Sampel kemudian terus bermigrasi melintasi membran hingga mencapai zona test di mana akan terjadi kompleks konjugat-antigen dan akan berikatan dengan antibodi dan akan memproduksi garis yang akan tampak pada membran. Sampel kemudian bermigrasi lebih lanjut sepanjang strip sampai mencapai zona kontrol, di mana konjugat berlebih akan mengikat dan menghasilkan garis terlihat kedua pada membran. Ini garis kontrol menunjukkan bahwa sampel telah bermigrasi melintasi membran sebagaimana dimaksud. Dua garis yang jelas pada membran adalah hasil yang positif. Sebuah baris dalam zona kontrol adalah hasil negatif. Tes double antibodi sandwich paling cocok untuk analit yang besar, seperti bakteri patogen dan virus. Skema prinsip Double antibodi sandwich terlihat pada gambar berikut.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
8
Gambar 2.1 Skema LFIA model Double Sandwich antibody [Sumber Gambar : O'Farrel, Brendan,2009] 2.
Competitive assays Uji kompetitif terutama digunakan untuk menguji molekul kecil dan
bedanya dengan double sandwich antibodi bahwa pad konjugasi mengandung antibodi yang sudah terikat pada analit target, atau analognya. Jika analit target terdapat dalam sampel maka tidak akan terjadi ikatan antara conjugate berlabel dan antibodi pada garis tes. Tes dimulai ketika sampel bermigrasi di sepanjang membran dan mencapai zona analisis, analit target berlebih akan berikatan dengan antibodi pada tes region dan memblokir penangkapan konjugat, sehingga tidak ada garis pada test line. Konjugat yang bebas kemudian akan berikatan dengan antibodi pada zona kontrol menghasilkan garis kontrol terlihat. Sebuah garis tunggal pada zona kontrol membran adalah hasil yang positif. Dua garis yang terlihat di zona tes dan kontrol menyatakan hasil negatif.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
9
Gambar 2.2. Skema Model immunoassay kompetitif [Sumber Gambar : O'Farrel, Brendan,2009] Perangkat Lateral—Flow Immunoassay (LFIA) terdiri dari berbagai komponen membran dan reagen. Komponen membran LFIA standar meliputi Backing card, membran analisis tempat garis test dan kontrol tes, pad sampel, pad penyerap, pad konjugasi, dan kadang-kadang terdapat pula absorbent pad. Sedangkan untuk komponen reagen berupa protein monoklonal antigen atau antibodi sebagai maincore analisis,partikel konjugat yang merupakan pelabel seperti
colloidal gold, pewarna visible atau fluoresensi latex, atau partikel
paramagnetic. Pada LFIA modern memiliki pula separator darah yang efisien pada sampel pad sehingga sampel bisa berupa darah mentah (whole blood) tanpa harus dimurnikan menjadi serum atau plasma.
Gambar 2.3 Skema LFIA Secara Umum [Sumber Gambar : O'Farrel, Brendan,2009] Adapun secara umum proses manufaktur untuk LFIA, yaitu: 1.
Proses dispensing dengan presisi tinggi protein dan partikulat konjugat ke dalam matriks heterogen membran pad yang terbuat dari nitroselulosa, serat kaca dan poliester
2.
Imersi/perendaman membran pad kedalam larutan yang mengandung protein dan deterjen serta buffer, namun biasanya membrane tidak perlu dilakukan Imersi ini karena banyak supplier yang menyediakan membrane siap dispensi.
3.
Pengeringan membran pad yang telah mengandung protein dan partikel konjugat
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
10
4.
Laminasi membran pad, sampel pad, conjugate pad, dan absorbant pad ke backing card. Dilaminasikan secara overlapping sehingga akan menghasilkan aliran yang baik.
5.
Pemotongan lembaran/rol membran menjadi strip-strip kit
6.
Perakitan kedalam kaset kit
7.
Pengemasan kaset kedalam kantung/pouch yang disertai dengan desiccants dan penyegelan kantung pouch dan biasanya dilengkapi plastics dropper.
Tahapan diatas dilakukan pada setiap komponen pad (test pad, sample pad, pad konjugat, absorben pad / wick pad). Skema lihat gambar 2.
Gambar 2.4 Skema produksi LFIA [Sumber Gambar : O'Farrel, Brendan,2009] Industri alat diagnostik biasanya menggunakan metode produksi In-line process atau batch process untuk memproduksi LFIA. Proses Bets (batch process) merupakan istilah proses pembuatan LFIA dimana setiap tahap pembuatan komponen-komponennya (test pad, sample pad, pad konjugat, absorben pad / wick pad) dilakukan secara terpisah. Metode Batch Process ini mempunyai kelemahan dimana proses dilakukan secara terpisah, dengan operator yang berbeda-beda menyebabkan kemungkinan terjadinya interferensi perbedaan akibat perbedaan operator sehingga menyebabkan kualitas produk yang kurang reprodusible. Sedangkan In-line Process merupakan suatu metode produksi LFIA
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
11
yang setiap tahapannya
dilakukan berkesinambungan sehingga mendapatkan
produk LFIA dengan kualitasyang baik dan reprodusible. Proses In line mengunakan alat yang didesain terangkai dalam satu rangkaian rel, proses tersebut meliputi dispensing garis protein menggunakan dispenser kontak atau non-kontak secara kuantitatif, imersi ata perendaman pad menggunakan dip-tank dan pengeringan membran dalam dry tower, kemudian diikuti oleh laminasi dan pemotongan lembaran membran menjadi strip-strip. Contoh alat in-line proses seperti gambar gambar 2.5.
Gambar 2.5 Gambar Mesin Produksi in Line proses Keterangan : Kiri : Biodot RTR 4500 (dispesing, dipping dan drying ) Kanan :Biodot LM 6000 (continuous Laminating dan cutting)
Batch process biasanya dipake untuk produksi kapasitas kecil, ±1000 test / hari. Bahan baku membran bisanya dalam bentuk lembaran (Sheet). Sedangkan inline process untuk kapasitas produksi banyak ± 1.000.000 tests/hari yang bahan baku membran dalam bentuk Rol.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
12
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PRODUK LFIA TROPOSPOT I® 3.1
Proses Produksi Tropospot I® Tropospot I® merupakan salah satu brand produk PT Indec Diagnostic
yang akan diproduksi. Tropospot I® adalah alat diagnostik LFIA (Lateral flow immunoassay) yang digunakan untuk mendeteksi secara kualitatif protein biomarker cardiac Tropnin I (cTnI) dan kompleksnya di dalam darah, serum, dan plasma manusia, yang terdeteksi pada tingkat yang lebih tinggi atau sama dengan 1 ng/mL. Hal ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai tes skrining dan sebagai bantuan dalam diagnosis infark miokard akut atau acute myocardial infraction (AMI). Cardiac Troponin I (cTnI) adalah protein otot jantung dengan berat molekul 22,5 kDa. Bersama dengan Troponin T dan Troponin C, Troponin I membentuk kompleks troponin di jantung yang berperan dalam transmisi dari sinyal kalsium intraseluler untuk interaksi aktin-myosin. Troponin I memiliki keunggulan dalam spesifisitas dan sensitifitas terhadap AMI karena penambahan residu asam amino pada terminal N nya yang tidak menghasilkan bentuk lain membuatnya menjadi penanda baik untuk infark jantung. Troponin I dilepaskan dalam darah 4-6 jam setelah onset AMI dan tetap meningkat selama 6-10 hari. Peningkatan cTnI bisa setinggi 50 ng / ml selama 60-80 jam setelah AMI dan tetap terdeteksi hingga 10 -14 hari pasca AMI. Oleh karena itu, cTnI merupakan penanda spesifik dan sensitif untuk AMI. Sedangakn Tingkat troponin I akan sangat rendah pada orang sehat normal. 3.1.1 Prinsip kerja Tropospot I® Prinsip kerja rapid tes Tropospot I adalah kromatografi immunoassay kerja cepat untuk analisis kualitatif protein marker Troponin I sebagai alat diagnosis acute myocardial Infraction AMI. Test ini menggunakan kombinasi antibodi termasuk antibodi monoklonal cTnI untuk mendeteksi secara selektif peningkatan kadar cTnI. Uji ini dilakukan dengan menambahkan darah utuh atau spesimen serum pada perangkat uji dan mengamati pembentukan garis berwarna merah muda. Spesimen bermigrasi melalui pori-pori kapiler di sepanjang membran untuk
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
13
bereaksi dengan konjugat membentuk kompleks double sandwich antibodiantigen-antibodi. Spesimen yang positif akan bereaksi dengan konjugat antibodi-cTnI dan membentuk garis berwarna merah muda di region garis uji membran. Tidak adanya garis berwarna merah muda menunjukkan hasil negatif. Sebagai kontrol prosedur berjalan baik, maka terdapat garis kontrol berwarna merah muda yang menunjukan bahwa tes telah dilakukan dengan benar. 3.1.2 Komponen Tropospot I® Tropospot I merupakan kit kerja singkat yang terdiri dari dua komponen besar yaitu kaset kit dan larutan buffer. Di dalam kaset kit terdiri dari kaset plastik dan strip membran test, strip membran merupakan komponen utama yang terbagi menjadi membran untuk sampel pad, analisis pad (tes dan kontrol region). Sedangkan larutan buffer terdiri dari solven, surfaktan dan penstabil pH . Membran yang digunakan dalam tropospot I adalah membran nitroselulosa untuk analisis pad, sample pad absorbent/ wickpad, dan fiber Glass untuk pad konjugat. Selain itu digunakan juga backing card yang telah dilengkapi dengan perekat sebagai tempat penempelan membran ketika proses penyatuan atau laminating. Pada Tropospot I digunakan juga antibodi sebagai “mesin” penganalisis yang di dispensingkan kedalam membran analisis pad dan konjugat pad. Adapun antibodi yang merupakan komponen tropospot I antara lain : 1.
Antibodi monoklonal pada membran analisis: Kontrol region: Goat anti-mouse (Ig G) polyclonal antibody Test region: Mouse monoclonal anti-cTnI antibody A
2.
Antibodies terlabel koloidal gold pada membran pad konjugat: Colloidal gold—mouse monoclonal anti-cTnI antibody B
3.1.3 Proses Produksi Tropospot I® Metode produksi Tropospot I yang akan diterapkan di PT. Indec Diagnostic adalah model in-line proses. Model in-line proses merupakan model produksi yang berkesinambungan reel to reel dari suatu tahapan ke tahapan lainnya. Model ini memungkinkan produksi dengan kualitas yang lebih
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
14
reprodusible tanpa pengaruh perbedaan operator dan mampu memproduksi dalam skala besar. Skema produksi dapat dilihat pada gambar 3.1 Bahan Baku
QC Dispening antibodi Contro & Test region pada membran
Dispensing Colloidal Gold salut antibodi
QC
Pre-treatSampel Pad
QC Pengeringan
Pengeringan
Conjugate Pad
Test Pad
Backing Card
Sampel Pad
Wick Pad Laminating QC Perakitan ke Kaset Kit QC
Pengemasan & Labeling
QC
Simpan pada suhu 4—30 0C
Gambar 3.1 Flow proses Tropospot® Mesin pada inline proses yang digunakan pada produksi Tropospot I terbegi menjadi beberapa komponen, yaitu dispenser, dryer, pemotong dan mesing laminating. Adapun mesin yang akan digunakan untuk proses produksi, yaitu: 1.
BioDot RTR4500 : proses Dispensing, dipping dan Drying
2.
BioDot LM 6000 untuk proses lanjutan laminasi dan pemotongan.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
15
Tahapan Kritis Proses Produksi Tropospot I®
3.2
Rapid tes immunologi atau lebih dikenal dengan Lateral—Flow Immunoassay (LFIA) dalam proses produksinya mempunyai beberapa tahapan kritis yang menentukan kualitas dan kemampuan analisis dari produknys tersebut. Tahapan-tahapan kritis dalam proses produksi LFIA harus tervalidasi dan terdokumentasi secara baik dan merupakan bagian dari pengawasan mutu proses produksinya.
3.2.1 Inspeksi Bahan Baku Bahan baku yang datang diperiksa sesuai masing-masing spesifikasi, dimana sampel diambil dengan mempertimbangkan keterwakilan terhadap seluruh populasi bahan baku. Beberapa jenis pengawan mutu terhadap bahan baku, antara lain: 3.2.1.1 Membran (Sampel, Conjugate, wick, dan test pad) Pada inspeksi bahan baku membran, dilakukan pemeriksaan kesesuaian dengan spesifikasi pemesanan. Pemeriksaan meliputi :
Pemeriksaan kecacatan secara visual dilakukan secara menyeluruh
Ukuran roll : Panjang, Lebar, ketebalan dan jumlah disesuaikan dengan spesifikasi dan pemesanan. Roll biasanya panjang 100 meters dan paling rendah 50 meters.
Pemeriksaan kinerja membran, meliputi : Capilary flow time dan pola membran flow Capilary flow time atau biasa disebut wicking time didefinisikan sebagai
waktu yang dibutuhkan air untuk merambat suatu membran sejauh 4 cm. pengambilan sampel dilakukan pada setiap roll sebanyak 12 sampel dimana pengambilan diambil setiap pada ujung-ujungnya “head end dan tail end”(sesuai gambar). Kemudian hasil penetapan Capilary Flow Time disesuaikan dengan spesifikasi awal. ROLL 1
100 m
ROLL 2
ROLL 3
100 m
100 m
Gambar 1. Sketsa Sampling Plan Membran
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
16
Pola alir membran merupakan salah satu parameter yang menentukan kualitas membran dan menunjukan homogenitas pori-pori membran. Pola alir membran yang baik adalah pola alir yang sejajar seperti gambar
Gambar 2. Sketsa Pola Alir yang Baik
3.2.1.2 Bahan Baku Cair Pada proses manufakturing rapid test kit dibutuhkan beberapa bahan baku cair seperti antibodi, colloidal terkonjugasi antibodi serta running buffer. Untuk bahan baku tersebut dilakukan inspeksi visual, kualitatif dan kuantitatif. Inspeksi visual dilakukan dengan melihat jumlah, warna, kejernihan, dan keberadaan cacat pada kemasan. Pemeriksaan antibodi biasanya diuji dengan VS1000. Sampel diambil dengan mempertimbangkan kehomogenan dan keterwakilan seluruh bahan baku. 3.2.2 Pengawasan Mutu Proses Dispensing Tahap dispensing merupakan tahap kritis yang menentukan kualitas kinerja diagnostik kit. Pada tahap ini dilakukan kontrol jumlah antibodi yang terdapat di membran setelah proses dispensing. Proses kontrol ini dilakukan dengan metode spektrofotometri dengan menentukan serapan pada panjang gelombang 550nm dengan alat VS1000. Intensitas yang dihasilkan harus homogen dari produk ke produk dengan jumlah sesuai rancangan sebelumnya. 3.2.3 Pengawasan Mutu Proses Laminating Pada proses laminating dilakukan pengawasan mutu pada aspek alignment dari masing masing komponen, sampel pad, Conjugate pad, test pad dan wick pad. 3.2.4 Pengawasan Mutu Proses Cuttting Pada proses pemotongan dilakukan pengawasan mutu pada keseragaman ukuran dimensi strip, pengawasan adanya kecacatan membran yang dapat menurunkan kualitas kinerja kit. 3.2.5 Pengawasan Mutu Proses Assembling pelabelan dan pengemasan
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
17
Pada tahap finising dilakukan pengawanan terhadap kebenaran perakitan baik itu daya tahan kaset dan kemasan, uji kebocoran , presisi alignment, maupun kebenaran penandaannya.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
BAB 4 PEMBAHASAN Pada kegiatan PKPA di Industri PT. Indec Diagnostic ini, telah dilakukan suatu proses perancangan protokol validasi proses terhadap dua produk diagnostik yaitu Tropospot I®. Perancangan protokol validasi proses ini termasuk kedalam protokol validasi proses Prospektif berdasarkan klasifikasi validasi proses IVDs lembaga FDA.. Hal tersebut dikarenakan kedua produk tersebut belum pernah diproduksi dan merupakan “master plan “ produk diagnostik in vitro pertamakali yang rencananya akan diproduksi di Indonesia dalam hal ini oleh PT Indec Diagnostics. Pembuatan protokol proses validasi proses produksi Tropospot® dan Glucose® di PT. Indec Diagnostik dilakukan oleh Departemen manufakturing yang turut kolaborasi dengan departemen R&D dan diawasi langsung oleh penanggung jawab teknis. Protokol validasi proses dibuat berdasarkan acuan standarisasi mutu CPAKB, ISO 13485:2003 tentang alat kesehatan serta standar internasional sebagai referensi seperti GMP mengenai instrumen IVDs(Invitro Diagnostics) yang diterbitkan oleh FDA. Protokol validasi dibuat secara sistematis jelas dan tertelusur dengan kode dokumen sehingga dapat mudah dibaca, dipahami dan diakses oleh operator. Bagian-bagian dalam protokol harus di tulis jelas dan mendetail seperti komposisi, spesifikasi,peralatan, sistem penunjang kondisi lingkungan, alur proses, prosedur dan titik kritisnya, serta pengujian untuk pengawsan mutu yang dibutuhkan. Protokol validasi proses Dokumen-dokumen penunjang lain juga harus didefinisikan secara jelas dan disertai dengan kode agar mudah diakses. Dokumen penunjang lainnya berisi Standar Operasional Prosedur SOP meliputi : 1. Prosedur Pembersihan alat dan ruangan 2. Prosedur analisis kinerja diagnostik 3. Prosedur Pengawasan selama proses 4. Prosedur tahapan masing-masing proses 5. Prosedur kualifikasi alat dan validasi alat ukur pada tahapan kritis
18 Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
Universitas Indonesia
19
Selain itu dokumen penunjang dapat berupa kualifikasi alat produksi dan pemasok bahan baku juga didefinisikan kodenya sehingga mudah diakses dan tertelusur. Secara lengkap protokol validasi dapat dilihat pada lampiran. Validasi proses harus terdokumentasi secara baik dan di awasi oleh penanggungjawab teknis beserta dengan pihak terkait seperti R&D dan Manufakturing. Hasil validasi juga harus dilaporkan secara tertulis dan ditanda tangani oleh pihak-pihak operator dan pengawas proses validasi
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1
Kesimpulan Validasi proses merupakan suatu tahapan kritis yang menentukan
reprodusibilitas kualitas produk yang akan diproduksi. Setiap tahapan kritis harus divalidasi sehingga proses produksi dapat reprodusibel dan menghasilkan kualitas yang baik. Salah satu produk yang akan di produksi oleh PT. Indec Diagnostik, yaitu Tropospot I®. Produk tersebut merupakan alat kesehatan in vitro untuk menegakan diagnosa penyakit AMI (Acute Micardial Infraction) untuk diproduksi di sarana produksi PT Indec Diagnostics. Untuk menjaga kualitas dan konsistensi hasil diagnostiknya, produk tersebut harus di validasi prosesnya, dan dilakukan rencananya dengan metode validasi prospektif. 1.2
Saran Pembuatan laporan validasi produksi ini merupakan pelatihan dalam
menerapkan Good Manufakturing Practice (GMP) khususnya pada industri alat kesehatan. Masih terdapat kelemahan dalam pembuatannya dan perlu perbaikan dan penyempurnaan secara berkelanjutan.
20 Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
Universitas Indonesia
21
DAFTAR REFERENSI
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2010). Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik. Jakarta: 4-10. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2006). Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: 4-10. Bodor GS, Porter S, Landt Y, et al. Development of monoclonal antibodies for an assay of cardiac troponin-I and preliminary results in suspected cases of myocardial infarction. Clin Chem 1992;38:2203-14 Food and Drug Administration (FDA). (1997). Guideline for the Manufacture of In Vitro Diagnostic Products. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1189/MENKES/PER/VIII/20120 tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Rumah Tangga. Jakarta. Mair J, Genser N, Morandell D, et al. Cardiac troponin-I in the diagnosis of myocardial injury and infarction. Clin Chem Acta 1996;245:19-38 O'Farrel, Brendan. (2009). Evolution in Lateral Flow-Based Immunoassa Systems. New York : Humana Press. OH S, Foster K, Datta P, et al. Use of a dual monoclonal solid phase and polyclonal detector to create an immunoassay for the detection of human cardiac troponin-I. Clinical Biochemistry 2000;33(4);255-262 Pharmaceutical Inspection Convention /Scheme (PIC/S).(2007). Recommendation on Validation Master Plan. Wu ABH, Apple FS, Gibler WB, Jesse RJ, at el. National Academy of Clinical Biohememistry Standards of Laboratory Practice: recommendations for the use of cardiac markers in coronary artery diseases. Clin chem 1999;45:1104-21. Zaninotto M, Altinier S, Lachin M, et al. Fluoroenzymometric method to measure cardiac troponin-I in the sera of patients with myocardial infarction. Clin Chem 1996;42:1460-6.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
22
Lampiran 1. Dokumen Protokol Validasi Proses
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
23
Halaman 2 dari 13 Riwayat Perubahan Dokumen No. Revisi
Alasan Perubahan
00
Dokumen Baru
01
………………
Tanggal Berlaku dd/mm/yy
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
24
Halaman 3 dari 13 DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup....................................................................................
4
2. Penanggung Jawab ..............................................................................
4
3. Komponen Utama ..............................................................................
5
4. Spesifikasi Bahan Awal ......................................................................
5
5. Perlengkapan dan Peralatan ................................................................
6
6. Sistem Penunjang ................................................................................
6
7. Kondisi Ruangan.................................................................................
7
8. Bagan Alur Proses...............................................................................
8
9. Proses Pembuatan dan Parameter Kritis .............................................
9
10. Pengawasan Mutu .............................................................................
10
11. Dokumentasi .....................................................................................
13
12. Pengemasan.......................................................................................
13
13. Stabilitas............................................................................................
13
14. Penggunaan Bets ...............................................................................
13
15. Kesimpulan Validasi Proses..............................................................
13
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
25
Halaman 4 dari 13 1. Ruang Lingkup Protokol ini merupakan panduan untuk melakukan validasi proses pengolahan di Fasilitas Produksi PT. Indec Diagnostics, meliputi pengawasan parameter kritis pembuatan, pengambilan sampel yang tepat dan pengujian selama pengolahan validasi proses dilakukan terhadap tiga bets berurutan dengan ukuran bets yang sama yang digunakan untuk pembuatan bets produksi. Prosedur dan dokumentasi disesuaikan dengan CPAKB yang berlaku dan standar internal. 2. Tanggung Jawab 2.1 Bagian Manufaktur Bertanggung jawab untuk: 2.1.1 menyusun protokol dan laporan validasi. 2.1.2 memastikan bahwa: peralatan terkait sudah terkualifikasi, tersimpan dengan benar dan siap digunakan. Protap yang digunakan untuk memproduksi bets validasi, pengawasan selama proses dan pengambilan sampel sudah sesuai yang tercantum dalam Protokol ini, Proses pembuatan dilaksanakan sesuai Prosedur Pengolahan lnduk yang berlaku. 2.2
Penanggung Jawab Teknis bertanggung jawab untuk : 2.2.1 mengkaji dan menyetujui Protokol dan Laporan validasi, 2.2.2 mengevaluasi hasil uji stabilitas, 2.2.3 menangani kendala dan penyimpangan dalam validasi, dan 2.2.4 mengkaji dan memberikan persetujuan serta pelulusan atas bets validasi.
2.3 Pengawasan Mutu Pengawasan Mutu bertanggung jawab: 2.3.1 melaksanakan pengujian fisika dan kimia yang diperlukan untuk meluluskan produk, 2.3. 2 melakukan pengujian tambahan yang diminta dalam Protokol ini,
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
26
Halaman 5 dari 13 2.3.3menangani Hasil Uji di Luar Spesffikasi (HULS), dan 2.3.4 melakuka uji stabilitas. 3. Komponen Utama Ukuran bets : Langkah
Komponen
Dispensing
Goat antimouse (IgG) polyclonal antibody Mouse monoclonal anti-cTnI antibody A Colloidal gold conjugate of mouse monoclonal anti-cTnI antibody B
Per produk
Jumlah
Catatan Jumlah Nyata Bets yang divalidasi Bets I Bets II Bets III
4. Spesifikasi Bahan Awal Daftar bahan awal yang digunakan pada proses pembuatan Komponen Control Region Test Region
Antibodi Terlabel Membran Site analitik Conjugate Pad Wick pad Sample Pad
Kode Material
Pemasok
Spesifikasi/ No. Metode Analisis
RAW/RAPID/ 001/TI/2013
HyTest Ltd.
Single Band; MW:… kDa
RAW/RAPID/ 002/TI/2013
Shanghai Jieyi Biotechnology Co., Ltd.
Single Band; MW:… kDa
RAW/RAPID/ 003/TI/2013
Gentaur
Single Band; MW: 22,5 kDa
RAW/RAPID/ 004/TI/2013
Milipore
Capillary Flow time : 135±34
Glass Fiber Conjugate Pad.
RAW/RAPID/ 005/TI/2013
Milipore
sheet, 20x30cm Rolls, 1,0cm x 100 m
Hi-Flow Plus 180 C083 Cellulose Fiber Sample Pad Roll
RAW/RAPID/ 006/TI/2013
Milipore
Capillary Flow time : 135±34
RAW/RAPID/ 007/TI/2013
Milipore
Nama Dagang Goat anti-mouse (IgG) polyclonal antibody Mouse monoclonal anticTnI antibody A Colloidal gold conjugate of mouse monoclonal anticTnI antibody B Hi-Flow Plus 135
1.7cm x 100m
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
27
Halaman 6 dari 13 Backing Card
GL187 Backing Cards
RAW/RAPID/ 008/TI/2013
Glen Rock, PA.
Kualitas rekat
Running Buffer
ReliaBLOT®
RAW/RAPID/ 010/TI/2013
Bethyl Lab. Inc.
Organoleptis, Jumlah
Cassete
Plastic Cassete JY-S111
RAW/RAPID/ 011/TI/2013
Shanghai Jieyi Biotechnology Co., Ltd.
Jenis Ukuran dan bentuk
5. Perlengkapan dan Peralatan Daftar Peralatan yang digunakan pada proses pembuatan RUJUKAN Langkah
Peralatan
No. Identitas
Dispensing
Dispenser , tipe : XYZ 3200 (BioJet Quanti)
001
Cutting
Pemotong, Merck Guillotine Cutter Type: CM4000
002
Dry
Dry Tower (BioDot)
003
Imersion
Dip Tank (DP300 RR BioDot)
004
Quality Control
Visual Inspection VS1000
005
Laminating
LM6000 (BioDot)
006
Kualifikasi/ Kalibrasi
Tanggal
6. Sistem Penunjang Daftar sistem penunjang yang digunakan pada proses pembuatan NAMA DAGANG KODE MATERIAL
KOMPONEN HVAC Humidity Chamber HC 3050 Compressed Air System Purified and De-
TANGGAL
KI KO KK KI KO KK KI
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
28
ionized Water
KO KK
7. Kondisi Ruangan Proses manufakturing rapid test kit dilakukan pada dua kondisi ruangan, yaitu :
Kondisi ruangan agak lembab (T=25oC dan rh = 30%) Kondisi ruangan ini diperlukan pada proses atau tahapan dispensing antibodi ke membran nitroselulosa sebelum pengeringan. Kondisi ruangan dengan kelembaban diperlukan untuk membantu proses dispensing.
Kondisi ruangan kering (T=25oC dan rh < 20%) Kondisi ruangan ini diperlukan pada proses atau tahapan setelah pengeringan. Kondisi ruangan kering diperlukan untuk menjaga stabilitas membran.
Ruangan Dispensing Drying After Drying
Relative Humidity 30% <20% <20%
SUHU
Cemaran Partikel (>5µm) Non Operasional Operasional
4-20oC
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
29
Halaman 8 dari 13 8. Bagan Alur Proses
Bahan Baku QC Dispening antibodi Contro & Test region pada membran
Dispensing Colloidal Gold salut antibodi
QC
Pre-treatSampel Pad
QC Pengeringan
Pengeringan
Test Pad
Conjugate Pad
Backing Card
Sampel Pad
Wick Pad
Laminating QC Perakitan ke Kaset Kit QC Pengemasan & Labeling
QC
Simpan pada suhu 4—30 0C
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
30
Halaman 9 dari 13 9. Proses Pembuatan dan Parameter Kritis
Bahan Awal Goat antimouse (IgG) polyclonal antibody Membran Nitroselulose HF 135 Goat antimouse (IgG) polyclonal antibody Membran Nitroselulose HF 135 Mouse monoclonal anti-cTnI antibody A Membran Nitroselulose HF 135 Mouse monoclonal anti-cTnI antibody A Membran Nitroselulose HF 135 Colloidal gold conjugate of mouse monoclonal anti-cTnI antibody B Glass Fiber Conjugate Pad
Langkah Produksi
Dispensing Controll region
Drying
Dispensing Test region
Drying
Dispensing Conjugate pad
I
Peralatan
Parameter Kritis
XYZ 3200 (BioJet Quanti)
Variabilitas jumlah antibodi pada Control region
Parameter pengujian Intesitas Pita Antibodi cTnI pada panjang gelombang 550 nm
II
Dry Tower (BioDot)
Waktu Pengeringan Suhu pengeringan Tekhnik Pengeringan Kelembaban ruangan saat pengeringan
Kandungan air pada membran (Berat Penyusutan)
III
XYZ 3200 (BioJet Quanti)
Variabilitas jumlah antibodi pada Test region
Intesitas Pita Antibodi cTnI pada panjang gelombang 520 nm
IV
Dry Tower (BioDot)
Waktu Pengeringan Suhu pengeringan Tekhnik Pengeringan Kelembaban ruangan saat pengeringan
Kandungan air pada membran (Berat Penyusutan)
V
XYZ 3200 (BioJet Quanti)
Variabilitas jumlah antibodi pada Control region
Intesitas Pita Antibodi cTnI pada panjang gelombang 520 nm
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
31
Colloidal gold conjugate of mouse monoclonal anti-cTnI antibody B Glass Fiber Conjugate Pad
Drying
IV
Dry Tower (BioDot)
Sample Pad Conjugate Pad Test&Control Region Pad (yang telah di dispensing oleh antibodi) Wick pad Backing Card
Lamination
V
LM6000 (BioDot)
Kelekatan
Visual
Guillotine Cutter CM4000
Ukuran dimensi setiap strip
Pengukuran Dimensi Panjang, lebar, Ketebalan
Waktu Pengeringan Suhu pengeringan Tekhnik Pengeringan Kelembaban ruangan saat pengeringan
Kandungan air pada membran (Berat Penyusutan)
Lembaran Rapid Immunoassay Test
Cutting
VI
Strip test PVC Cassete
Asembly
VII
Kepekapan Kekuatan
Uji kekerasan
VIII
Pencetakan penanda Kebocoran Kelembaban ruangan
Uji kebocoran Dan cacat kemasan
Kaset Kit Botol Running Buffer Dessicant silika
Pengemasan dan Pelabelan
10. Pengawasan Mutu 10.1
Inspeksi Bahan Baku Bahan baku yang datang diperiksa sesuai masing-masing
spesifikasi, dimana sampel diambil dengan mempertimbangkan keterwakilan terhadap seluruh populasi bahan baku. Beberapa jenis pengawan mutu terhadap bahan baku, antara lain:
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
32
Halaman 11 dari 13 10.1.1 Membran (Sampel, Conjugate, wick, dan test pad) Pada inspeksi bahan baku membran, dilakukan pemeriksaan kesesuaian dengan spesifikasi pemesanan. Pemeriksaan meliputi : a. Pemeriksaan kecacatan secara visual dilakukan secara menyeluruh b. Ukuran roll : Panjang, Lebar, ketebalan dan jumlah disesuaikan dengan spesifikasi dan pemesanan. c. Pemeriksaan kinerja membran, meliputi : Capilary flow time dan pola membran flow
Capilary flow time atau biasa disebut wicking time didefinisikan
sebagai waktu yang dibutuhkan air untuk merambat suatu membran sejauh 4 cm. pengambilan sampel dilakukan pada setiap roll sebanyak 12 sampel dimana pengambilan diambil setiap 100m pada ujung-ujungnya “head end dan tail end”(sesuai gambar). Kemudian hasil penetapan Capilary Flow Time disesuaikan dengan spesifikasi awal. ROLL 1
100 m
ROLL 3
ROLL 2
100 m
100 m
Gambar 1. Sketsa Sampling Plan Membran
Pola alir membran merupakan salah satu parameter yang
menentukan kualitas membran dan menunjukan homogenitas pori-pori membran. Pola alir membran yang baik adalah pola alir yang sejajar seperti gambar
Gambar 2. Sketsa Pola Alir yang Baik
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
33
Halaman 12 dari 13 10.1.2
Bahan Baku Cair Pada proses manufakturing rapid test kit dibutuhkan beberapa
bahan baku cair seperti antibodi, colloidal terkonjugasi antibodi serta running buffer. Untuk bahan baku tersebut dilakukan inspeksi visual, kualitatif dan kuantitatif.
Inspeksi visual dilakukan dengan melihat jumlah, warna, kejernihan, dan keberadaan cacat pada kemasan.
Pemeriksaan antibodi dilakukan secara kualitatif dengan metode SDSPAGE untuk melihat kemurnian single band dan bobot molekul antibodi. Secara kuantitatif dilakukan dengan VS1000. Sampel diambil dengan mempertimbangkan kehomogenan dan keterwakilan seluruh bahan baku.
10.2
Pengawasan Mutu Proses Dispensing Tahap dispensing merupakan tahap kritis yang menentukan
kualitas kinerja diagnostik kit. Pada tahap ini dilakukan kontrol jumlah antibodi yang terdapat di membran setelah proses dispensing. Proses kontrol ini dilakukan dengan metode spektrofotometri dengan menentukan serapan pada panjang gelombang 550nm dengan alat VS1000. Intensitas yang dihasilkan harus homogen dari produk ke produk dengan jumlah sesuai rancangan sebelumnya. 10.2
Pengawasan Mutu Proses Laminating Pada proses laminating dilakukan pengawasan mutu pada aspek
alignment dari masing masing komponen, sampel pad, Conjugate pad, test pad dan wick pad. 10.3
Pengawasan Mutu Proses Cuttting Pada proses pemotongan dilakukan pengawasan mutu pada
keseragaman ukuran dimensi strip, pengawasan adanya kecacatan membran yang dapat menurunkan kualitas kinerja kit.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013
34
Halaman 13 dari 13 10.4
Pengawasan Mutu Proses Assembling pelabelan dan pengemasan Pada tahap finising dilakukan pengawanan terhadap kebenaran
perakitan baik itu daya tahan kaset dan kemasan, uji kebocoran , presisi alignment, maupun kebenaran penandaannya.
11. Dokumentasi No.
Judul Dokumen
Urut 1 2
No. Dokumen
Tanggal berlaku
Kualifikasi Alat Protokol Metode Analisis Produk Jadi
3 4 12. Pengemasan Bets validasi akan dikemas dalam dalam pouch sebagai kemasan sekunder dan kemudian 20 pouch dimasukan ke dalam box. 13. Stabilitas Pada bets validasi akan dilakukan Uji Stabilitas untuk melanjutkan uji Stabilitas yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk melakukan Uji Stabilitas Dipertukan Protokol terpisah. 14. Penggunaan Bets Bets validasi dapat disetujui untuk dipasarkan apabila memenuhi persyaratan spesifikasi 15. Kesimpulan Validasi Proses Rangkuman validasi dilaporkan terpisah
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Furqon Dwi Cahyo, FF, 2013