UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS GANGGUAN PENYULANG AKIBAT LAYANGLAYANG DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN AREA GARUT RAYON GARUT KOTA
SKRIPSI
ISTI NURUL SHOFYAH 1206314762
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK Desember 2014
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS GANGGUAN PENYULANG AKIBAT LAYANGLAYANG DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN AREA GARUT RAYON GARUT KOTA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
ISTI NURUL SHOFYAH 1206314762
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK Desember 2014
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan benar
Nama : Isti Nurul Shofyah NPM: 1206314762
Tanda tangan :.......................... Tanggal
:..........................
ii
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh: Nama
: Isti Nurul Shofyah
NPM
: 1206314762
Program Studi : Teknik Elektro Judul Skripsi : Analisis Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI Pembimbing : Ir. Amien Rahardjo, M.T.
(........................................)
Penguji
: Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa, M.K. M.T. (........................................)
Penguji
: Ir. I Made Ardita Y, M.T.
(........................................)
Ditetapkan di : Depok Tanggal
:
iii
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan Penguasa Alam, Yang menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna, Yang melengkapinya dengan segala fasilitas hidup sebagai jaminan secara adil dan bijaksana. Rahmat tadzim dan salam sejahtera teruntuk Nabi Muhammad SAW, dan teruntuk pula kaum kerabatnya, seluruh sahabat setianya, dan seluruh umatnya. Atas selesainya skripsi ini, dengan penuh rasa syukur saya megucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Ir. Amien Rahardjo, MT. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
2.
Bapak H. Dion, Bapak Apipudin, Bapak Solihin, Bapak Zuansyah, dan rekan-rekan sebagai mentor di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut dan Rayon Garut Kota yang selalu meluangkan waktu dalam memberikan arahan selama proses pengambilan data dalam pembuatan skripsi ini.
3.
Kedua Orang Tua yang tiada hentinya membimbing dan mendukung dengan penuh kasih sayang sampai saat ini.
4.
Kepada teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam proses pembuatan skripsi ini. Menjadi sempurna adalah tidak mungkin, karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT. Yang bisa kita lakukan sebagai mahluk-Nya hanya berupaya untuk menyempurnakan kemungkinan itu. Kebenaran pasti berasal dari Allah SWT dan segala kesalahan semata-mata datang dari diri kita sendiri. Maka, saya sebagai penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat saya harapkan demi kemajuan dan perbaikan penulis di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Depok, Desember 2014
Penulis iv
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Isti Nurul Shofyah
NPM
: 1206314762
Program Studi : Teknik Elektro Departemen
: Teknik Elektro
Fakultas
: Teknik
Jenis Karya
: Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : “Analisis Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota” dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan memublikasikan skripsi saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : Desember 2014 Yang Menyatakan
(Isti Nurul Shofyah)
v
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
ABSTRAK
Nama : Isti Nurul Shofyah Program Studi : Teknik Elektro Judul : Analisis Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota Suatu sistem tenaga listrik tidak bisa lepas dari berbagai macam gangguan listrik yang dapat mengganggu kualitas dan kontinuitas pelayanan pasokan listrik. Salah satu gangguan penyulang yang paling banyak menyebabkan terjadinya pemadaman listrik tak terencana di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota adalah gangguan layang-layang. Pada tahun 2012 sebesar 36% pemadaman yang disebabkan gangguan penyulang terjadi karena layang-layang, dan meningkat menjadi 52% pada tahun 2013. Gangguan layang-layang ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan hubung singkat 3 fasa, 2 fasa, 2 fasa ke tanah, ataupun 1 fasa ke tanah. Bahkan, dapat merusak dan membuat penghantar SUTM putus. Dampak dari gangguan penyulang oleh layang-layang ini berbahaya bagi manusia, baik pemain layang-layang itu sendiri maupun masyarakat yang berada di sekitar jaringan PLN yang mengalami gangguan karena dapat terkena sengatan listrik. Selain itu, terhentinya pasokan listrik membuat pihak PLN merasakan kerugian yang cukup besar dan membuat keandalan sistem (SAIFI dan SAIDI) menurun. Oleh karena itu, pada skripsi ini akan dilakukan analisis terhadap gangguan penyulang oleh layang-layang di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota agar dapat ditentukan strategi untuk menekan frekuensi terjadinya gangguan tersebut. Kata kunci: sistem tenaga listrik, gangguan, penyulang, layang-layang, hubung singkat, penghantar putus, keandalan sistem, SAIDI, SAIFI
vi
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
ABSTRACT
Name : Isti Nurul Shofyah Study Program: Electrical Engineering Title : Feeder Fault Analysis Due To Kites in PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota An electric power system can not be separated from a variety of electric fault that can interfere the quality and continuity of electricity supply services. One of the most feeders fault that causing unplanned power outages in PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota is the kites disruption. In 2012, 36% outage caused by feeder faults occured because the kites disruption, and increased to 52% in 2013. Kite disruption can lead to 3 phase, 2phase, 2-phase to ground, or 1 phase to ground short circuit. In fact, it can destroy and create SUTM broken conductor. The impact of feeders faults due to kites is harmful to humans, both the kites players itself and the people who are around the grid which is harmed can get an electrical shock. In addition, the interruption of electricity supply makes PLN get some substantial losses and make the system reliability (SAIFI and SAIDI) decreases. Therefore, in this thesis will carried out an analysis of the feeders fault due to kites in PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota to determined some strategies to suppress the occurrence frequency of that fault. Key words: electric power system, fault, feeder, kites, sort circuit, broken conductor, sistem reability, SAIDI, SAIFI
vii
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................................. v ABSTRAK ............................................................................................................. vi ABSTRACT ............................................................................................................ vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2
Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.3
Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.4
Metodologi Penelitian .............................................................................. 2
1.5
Sistematika Penulisan ............................................................................... 3
BAB 2 SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK.............................................. 4 2.1
Sistem Tenaga Listrik ............................................................................... 4
2.2
Sistem Distribusi ...................................................................................... 5
2.3
Klasifikasi Sistem Distribusi .................................................................... 7
2.3.1
Klasifikasi Berdasarkan Ukuran Tegangan ....................................... 7
2.3.1.1
Sistem Distribusi Primer ............................................................ 7 viii
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
2.3.1.2 2.3.2
Klasifikasi Berdasarkan Sistem Penyaluran...................................... 8
2.3.2.1
Saluran Udara (Overhead Lines) ............................................... 8
2.3.2.2
Saluran Bawah Tanah (Underground Lines) ............................. 9
2.3.3
2.4
Sistem Distribusi Sekunder........................................................ 8
Klasifikasi Berdasarkan Bentuk Jaringan ....................................... 11
2.3.3.1
Sistem Radial ........................................................................... 11
2.3.3.2
Sistem Rangkaian Tertutup (Loop Circuit) ............................. 12
2.3.3.3
Sistem Mesh............................................................................. 13
2.3.3.4
Sistem Spindel ......................................................................... 15
Gangguan Pada Sistem Distribusi .......................................................... 16
2.4.1
Gangguan Beban Lebih ................................................................... 17
2.4.2
Gangguan Tegangan Lebih ............................................................. 17
2.4.3
Gangguan Ketakstabilan (Instability) ............................................. 18
2.4.4
Gangguan Hubung Singkat ............................................................. 18
2.4.4.1
Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah ...................... 19
2.4.4.2
Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ...................................... 20
2.4.4.3
Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah ...................... 21
2.4.4.4
Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa ..................................... 21
2.4.5
Upaya Mengatasi Gangguan ........................................................... 22
2.5
Pemadaman Listrik ................................................................................. 23
2.6
Sistem Pengaman Pada Sistem Distribusi .............................................. 24
2.6.1
Peralatan Pemisah atau Penghubung ............................................... 25
2.6.1.1
Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) .......................................... 25
2.6.1.2
Saklar Pemisah (Disconnecting Switch) .................................. 26
2.6.1.3
Saklar Pemisah Beban (Load Break Switch) ........................... 26
2.6.1.4
Saklar Seksi Otomatis (Automatic Line Sectionalizer) ............ 27 ix
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
2.6.2
2.6.2.1
Pelebur (Fuse Cut Out) ............................................................ 28
2.6.2.2
Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser) ....................... 29
2.6.2.3
Relai ......................................................................................... 30
2.6.3
2.7
Peralatan Pengaman Arus Lebih ..................................................... 27
Peralatan Pengaman Tegangan Lebih ............................................. 31
2.6.3.1
Kawat Tanah (Overhead Groundwire) .................................... 32
2.6.3.2
Penangkap Petir (Lightning Arrester) ...................................... 32
Keandalan Sistem Distribusi .................................................................. 33
2.7.1
SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) ................. 34
2.7.2
SAIDI (System Average Interruption Duration Index) ................... 34
BAB 3 SISTEM DISTRIBUSI RAYON GARUT KOTA ................................... 35 3.1
Target Kerja Distribusi Rayon Garut Kota ............................................. 36
3.2
Data Aset Rayon Garut Kota .................................................................. 36
3.2.1
Penyulang Desa Kolot (DSKT) ....................................................... 37
3.2.2
Penyulang Cilawu (CLWU) ............................................................ 37
3.2.3
Penyulang Margawati (MGWT) ..................................................... 37
3.2.4
Penyulang Cigasong (CGSO) ......................................................... 38
3.2.5
Penyulang Intan Tiga (INTI) ........................................................... 38
3.2.6
Penyulang Intan Satu (INTU) ......................................................... 38
3.2.7
Penyulang Talaga Bodas (TLBS).................................................... 39
3.2.8
Penyulang Suci ................................................................................ 39
BAB 4 ANALISIS GANGGUAN PENYULANG AKIBAT LAYANG-LAYANG ............................................................................................................................... 40 4.1
Padam Akibat Gangguan Penyulang Oleh Layang-Layang ................... 42
4.2
Pengaruh Faktor Konstruksi Sistem ....................................................... 45
4.3
Pengaruh Faktor Cuaca dan Iklim .......................................................... 54 x
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
4.4
Dampak Dari Gangguan Layang-Layang ............................................... 55
4.4.1
Kerusakan Peralatan ........................................................................ 56
4.4.2
Ancaman Keselamatan Bagi Manusia ............................................ 57
4.4.3
Kerugian PLN ................................................................................. 59
4.4.4
Keandalan Sistem Distribusi PLN .................................................. 60
4.4.4.1
Indeks Rata-Rata Frekuensi Pemadaman (SAIFI) Rayon Garut
Kota ...........................................................................................................60 4.4.4.2
Indeks Rata-Rata Lama Pemadaman (SAIDI) Rayon Garut
Kota ...........................................................................................................62 4.5
Upaya Penekanan Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang .......... 63
4.6
Evaluasi Hasil Penekanan Gangguan Layang-Layang ........................... 65
4.7
Perencanaan Optimasi Penyulang Dari Gangguan Layang-Layang ...... 66
BAB 5 KESIMPULAN ......................................................................................... 69 DAFTAR ACUAN................................................................................................ 70 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 72
xi
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Sistem Tenaga Listrik......................................................................... 6 Gambar 2.2. Skema Penyaluran Daya Hingga Ke Konsumen ................................ 7 Gambar 2.3. Saluran Udara (Overhead Lines) ........................................................ 9 Gambar 2.4. Saluran Bawah Tanah (Underground Lines) .................................... 10 Gambar 2.5. Sistem Radial.................................................................................... 11 Gambar 2.6. Sistem Rangkaian Tertutup (Loop Circuit) ...................................... 13 Gambar 2.7. Sistem Mesh ..................................................................................... 14 Gambar 2.8. Sistem Spindel .................................................................................. 15 Gambar 2.9. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah .............................. 20 Gambar 2.10. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ............................................ 20 Gambar 2.11. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah............................. 21 Gambar 2.12. Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa ............................................ 22 Gambar 2.13. Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) ................................................ 25 Gambar 2.14. Saklar Pemisah (Disconnecting Switch)......................................... 26 Gambar 2.15. Saklar Pemisah Beban (Load Break Switch) .................................. 27 Gambar 2.16. Saklar Seksi Otomatis (Automatic Line Sectionalizer) .................. 28 Gambar 2.17. Pelebur (Fuse Cut Out) .................................................................. 29 Gambar 2.18. Penutup Balik Otomatis (AutomaticRecloser) ............................... 30 Gambar 2.19. Penangkap Petir (Lightning Arrester) ............................................ 32 Gambar 3.1. Wilayah Kerja Area Garut ................................................................35 Gambar 4.1. Grafik Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun 2012 dan 2013 .......................................................................................................................40 Gambar 4.2. Grafik Penyebab Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun 2012 ....................................................................................................................... 41 Gambar 4.3. Grafik Penyebab Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun 2013 ....................................................................................................................... 41 Gambar 4.4. Grafik Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang Rayon Garut Kota Tahun 2012 dan 2013 ................................................................................... 42 Gambar 4.5. Kawat Layang-Layang Menghubungkan 2 Kawat SUTM .............. 43 xii
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
Gambar 4.6. Kawat SUTM Putus (Broken Conductor) Akibat Layang-Layang .. 44 Gambar 4.7. Grafik Gangguan per Penyulang Tahun 2012 .................................. 47 Gambar 4.8. Grafik Gangguan Per Penyulang Tahun 2013.................................. 47 Gambar 4.9. Akibat Layang-Layang Pada Penyulang .......................................... 56 Gambar 4.10. Terjadinya Arus Balik Saat Konduktor di Sisi Hilir Menyentuh Tanah ..................................................................................................................... 58 Gambar 4.11. Ilustrasi Pemain Layang-Layang Terkena Tegangan Sentuh ......... 58 Gambar 4.12. Sosialisasi Bahaya Bermain Layang-Layang Di Dekat Jaringan PLN ....................................................................................................................... 64 Gambar 4.13. Grafik Perbandingan Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang Tahun 2012-2014 .................................................................................................. 65
xiii
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Target Kerja Distribusi PT. PLN Area Garut Rayon Garut Kota ........ 36 Tabe 4.1. Data Wilayah Rawan Gangguan Layang-Layang .................................45 Tabel 4.2. Impedansi Penyulang CGSO Urutan Positif dan Negatif .................... 50 Tabel 4.3. Impedansi Penyulang CGSO Urutan Nol ............................................ 51 Tabel 4.4. Impedansi Ekivalen Jaringan
dan
..................................... 51
Tabel 4.5. Impedansi Ekivalen Jaringan
...................................................... 51
Tabel 4.6. Arus Gangguan Hubung Singkat Pada Penyulang Di Rayon Garut Kota ............................................................................................................................... 52 Tabel 4.7. SAIFI Per Penyebab Pemadaman Rayon Garut Kota Tahun 2012 ...... 60 Tabel 4.8. SAIFI Per Penyebab Pemadaman Rayon Garut Kota Tahun 2013 ...... 61 Tabel 4.9. SAIDI Per Penyebab Pemadaman Rayon Garut Kota Tahun 2012 ..... 62 Tabel 4.10. SAIDI Per Penyebab Pemadaman Rayon Garut Kota Tahun 2013 ... 63 Tabel 4.11. Data Panjang Penggantian Kawat A3C ............................................. 66 Tabel 4.12. Estimasi Kerugian PLN Setelah Optimasi Jaringan .......................... 67
xiv
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Aset Gardu Rayon Garut Kota ................................................. 73 Lampiran 2. Data Aset SUTM Rayon Garut Kota ................................................ 74 Lampiran 3. Data Aset Tiang Rayon Garut Kota .................................................. 75 Lampiran 4. Impedansi Penghantar....................................................................... 77 Lampiran 5. Kerugian PLN Rayon Garut Kota Akibat Layang-Layang Th. 2012 78 Lampiran 6. Kerugian PLN Rayon Garut Kota Akibat Layang-Layang Th. 2013 79 Lampiran 7. Rincian Nilai SAIFI dan SAIDI Rayon Garut Kota Tahun 2012 ..... 82 Lampiran 8. Rincian Nilai SAIFI dan SAIDI Rayon Garut Kota Tahun 2013 ..... 85 Lampiran 9. Diagram Garis Tunggal Penyulang Desa Kolot (DSKT) ................. 88 Lampiran 10. Diagram Garis Tunggal Penyulang Cilawu (CLWU) .................... 89 Lampiran 11. Diagram Garis Tunggal Penyulang Margawati (MGWT) .............. 90 Lampiran 12. Diagram Garis Tunggal Penyulang Cigasong (CGSO) .................. 91 Lampiran 13. Diagram Garis Tunggal Penyulang Intan Tiga (INTI) ................... 92 Lampiran 14. Diagram Garis Tunggal Penyulang Intan Satu (INTU) .................. 93 Lampiran 15. Diagram Garis Tunggal Penyulang Talaga Bodas (TLBS) ............ 94 Lampiran 16. Diagram Garis Tunggal Penyulang Talaga Bodas (TLBS) ............ 95 Lampiran 17. Konstruksi Pemasangan Ground Steel Wire (GSW) ...................... 96 Lampiran 18. Data Padam Akibat Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun 2012 ....................................................................................................................... 97 Lampiran 19. Data Padam Akibat Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun 2013 ..................................................................................................................... 101 Lampiran 20. Peta Wilayah Rawan Gangguan Layang-Layang di Rayon Garut Kota ..................................................................................................................... 107
xv
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Tenaga listrik saat ini telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat,
sehingga pasokan energi listrik harus dijaga kontinuitasnya agar dapat menyediakan pelayanan secara terus menerus dan merata dengan mutu dan keandalan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan suatu sistem tenaga listrik yang handal dan mumpuni. Tetapi, dalam pelaksanaannya suatu sistem tenaga listrik tidak lepas dari berbagai macam gangguan yang dapat menyebabkan menurunnya keandalan sistem. Berbagai permasalahan dalam hal menjaga kontinuitas pasokan listrik juga terjadi di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota. Salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya mutu dan ketersediaan pelayanan daya listrik pada sistem distribusi rayon garut kota adalah gangguan pada penyulang, dimana penyebabnya didonimasi oleh layang-layang. Di beberapa wilayah Rayon Garut Kota, permainan layang-layang menjadi hal favorit untuk dilakukan, jenis layangan yang digunakan pun beraneka ragam. Kondisi dimana terdapat suatu daerah yang mayoritas warganya gemar melakukan kegiatan bermain layang-layang maka kemungkinan Jaringan Tegangan Menengah dihinggapi sampah berupa kerangka layangan serta benang pun semakin besar. Untuk layangan dengan dimensi yang besar serta menggunakan bahan berupa benang yang dapat menghantarkan aliran listrik, bila mengenai jaringan PLN 20 KV bukan tidak mungkin akan langsung mengakibatkan gangguan pada penyulang tersebut. Sedangkan untuk layang-layang biasa pun tetap berpotensi menyebabkan terjadinya gangguan penyulang dimana pada saat kondisi hujan maka sampah berupa kerangka layangan atau benang tersebut dapat membuat jalur konduktif antara fasa atau antara fasa dan tanah. Oleh karena dilatarbelakangi permasalahan di atas, pada skripsi ini akan dilakukan analisis mengenai gangguan penyulang yang disebabkan oleh layang1
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
2
layang di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota agar dapat dihasilkan beberapa strategi untuk meminimalkan jumlah gangguan yang disebabkan oleh layang-layang.
1.2
Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk analisis gangguan pada
penyulang di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota akibat layang-layang untuk mengetahui karakteristik gangguan tersebut hingga dapat menyebabkan terjadinya pemadaman tak terencana, kerugian yang ditimbulkannya, dan langkah-langkah penekanan gangguan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan angka terjadinya pemadaman akibat gangguan layang-layang.
1.3
Batasan Masalah Batasan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.
Analisis dilakukan terhadap gangguan penyulang SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah) yang diakibatkan oleh layang-layang.
2.
Data yang diamati adalah data gangguan penyulang tahun 2012 dan 2013.
3.
Sistem distribusi yang dijadikan bahan penelitian adalah sistem distribusi di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota.
4.
Evaluasi keandalan sistem distribusi menggunakan dua parameter, yaitu SAIDI dan SAIFI.
5.
Data yang digunakan sebagai perbandingan untuk evaluasi hasil penekanan gangguan adalah data gangguan penyulang oleh layang-layang pada bulan Juni-September tahun 2014.
1.4
Metodologi Penelitian Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan metode studi skasus
yang dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu studi literatur dengan melakukan pencarian materi yang berkaitan dengan topik yang dibahas, pengambilan data Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
3
yang diperoleh dari hasil data rekap gangguan penyulang dan laporan pemadaman di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota, pengolahan data, analisis dan evaluasi hasil pengolahan data.
1.5
Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab satu merupakan pendahuluan dimana
pada bab ini dijelaskan permasalahan yang melatarbelakangi penulisan skripsi, termasuk juga tujuan, batasan, metodologi, dan sistematika penulisan. Bab dua berisi teori-teori yang mendasari analisis gangguan penyulang, diantaranya mengenai fungsi dan peran jaringan distribusi dalam sistem tenaga listrik, klasifikasi sistem distribusi, gangguan pada sistem distribusi, sistem proteksi, dan parameter keandalan sistem. Bab tiga membahas data aset dan konstruksi sistem distribusi di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota. Bab empat merupakan analisis gangguan penyulang di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota akibat layang-layang yang menyebabkan pemadaman tak terencana, meliputi karakteristik gangguan layang-layang sehingga dapat menyebabkan pemadaman, dampak dari terjadinya gangguan layang-layang, langkah-langkah penekanan gangguan layang-layang, dan evaluasi hasil penekanan gangguan layang-layang. Bab lima merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dari keseluruhan penulisan skripsi.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
BAB 2 SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
2.1
Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah sekumpulan Pusat-Pusat Tenaga Listrik yang
di interkoneksi satu dengan yang lainnya, melalui transmisi atau distribusi untuk memasok ke beban atau satu Pusat Listrik dimana mempunyai beberapa unit generator yang diparalel [1]. Pada umumnya suatu sistem tenaga listrik yang lengkap memiliki empat unsur [2]. Pertama, adanya suatu unsur pembangkit tenaga listrik. Tegangan yang dihasilkan oleh pusat tenaga listrik itu biasanya merupakan tegangan menengah (TM). Kedua, suatu sistem transmisi lengkap dengan gardu induk. Karena PusatPusat Listrik berada jauh di di luar pusat beban, maka dibutuhkan tegangan tinggi (TT) atau tegangan extra tinggi (TET) agar pasokan tenaga listrik, terutama tegangan dan frekuensi, tetap stabil. Ketiga, adanya saluran distribusi, yang biasanya terdiri atas saluran distribusi primer dengan tegangan menengah (TM) dan saluran distribusi sekunder dengan tegangan rendah (TR). Keempat, adanya unsur pemakaian atas utilisasi yang terdiri atas instalasi pemakaian tenaga listrik. Instalasi rumah tangga biasanya memakai tegangan rendah, sedangkan pemakai besar seperti industri mempergunakan tegangan menengah atau tegangan tinggi. Gambar 2.1 memperlihatkan skema suatu sistem tenaga listrik. Dari penjelasan di atas juga dapat diketahui bahwa sistem tenaga listrik terdiri dari tiga komponen utama, yaitu pusat pembangkit tenaga listrik atau sistem pembangkitan, saluran transmisi tenaga listrik atau sistem transmisi, dan sistem distribusi. Fungsi dan peran ketiga komponen tersebut di dalam sistem tenaga listrik adalah sebagai berikut. 1.
Sistem Pembangkitan Pusat pembangkit listrik adalah tempat energi listrik pertama kali dibangkitkan, dimana pada pembangkit tenaga listrik ini sumber-sumber energi alam diubah oleh turbin sebagai penggerak mula (prime mover)
4
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
5
menjadi energi mekanis yang berupa kecepatan atau putaran dan selanjutnya energi mekanis tersebut akan diubah menjadi energi listrik oleh generator. Jenis pusat pembangkit yang umum antara lain PLTA (pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap), PLTG (Pusat Listrik Tenaga Gas), dan PLTN (Pusat Listrik Tenaga Nuklir). 2.
Sistem Transmisi Merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik (power plant) sampai ke saluran distribusi listrik (substation distribution), sehingga dapat disalurkan sampai pada pelanggan pengguna listrik.
3.
Sistem Distribusi Sistem distribusi berfungsi mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen yang berupa pabrik, industri, perumahan, dan sebagainya. Transmisi tenaga dengan tegangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi pada saluran transmisi dirubah pada gardu induk menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi primer, yang selanjutnya tegangannya diturunkan lagi menjadi tegangan untuk konsumen yang menghasilkan tegangan kerja/tegangan jala-jala untuk konsumen [3].
2.2
Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berguna
untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya besar (bulk power source) sampai ke konsumen [4]. Pada umumnya sistem distribusi tenaga listrik di Indonesia terdiri atas beberapa bagian, sebagai berikut : 1.
Gardu Induk (GI)
2.
Saluran Tegangan Menengah (TM)/ Distribusi Primer
3.
Gardu Distribusi (GD)
4.
Saluran Tegangan Rendah (TR)/ Distribusi Sekunder Gardu induk akan menerima daya dari saluran transmisi kemudian
menyalurkannya melalui saluran distribusi primer menuju gardu distribusi. Sistem Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
6
jaringan distribusi terdiri dari dua buah bagian yaitu jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder. Jaringan distribusi primer umumnya bertegangan tinggi (20 kV atau 6 kV). Tegangan tersebut kemudian diturunkan oleh transformator distribusi pada gardu distribusi menjadi tegangan rendah (220 atau 380 Volt) untuk selanjutnya disalurkan ke konsumen melalui saluran distribusi sekunder [2]. Pada Gambar 2.2 ditunjukkan bagaimana skema penyaluran daya hingga ke konsumen melalui jaringan distribusi. Dari penjelasan di atas dapat diketahui fungsi sistem distribusi tenaga listrik, yaitu sebagai berikut [4]: 1.
Untuk pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke pelanggan.
2.
Merupakan subsistem tenaga listrik yang yang langsung berhubungan dengan pelanggan karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Gambar 2.1. Sistem Tenaga Listrik [5]
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
7
Gambar 2.2. Skema Penyaluran Daya Hingga Ke Konsumen [1]
2.3
Klasifikasi Sistem Distribusi Sistem atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa
kategori, diantaranya sebagai berikut: 1.
Berdasarkan ukuran tegangan
2.
Berdasarkan sistem penyaluran
3.
Berdasarkan bentuk jaringan
2.3.1
Klasifikasi Berdasarkan Ukuran Tegangan Berdasarkan ukuran tegangan, sistem distribusi diklasifikasikan menjadi
dua sistem, yaitu sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder.
2.3.1.1 Sistem Distribusi Primer Sistem distribusi primer atau sering disebut juga jaringan distribusi tegangan tinggi (JDTT) merupakan bagian dari sistem distribusi yang berfungsi untuk menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari pusat suplai daya besar (bulk power source) atau disebut gardu induk ke pusat-pusat beban. Terletak pada sisi primer trafo distribusi, antara gardu induk dengan gardu pembagi, yang memiliki tegangan sistem lebih tinggi dari tegangan terpakai untuk konsumen. Sistem distribusi primer atau sistem distribusi tegangan menengah tersusun oleh penyulang utama (main feeder) dan penyulang percabangan (lateral). Standar tegangan distribusi primer ini adalah 6 kV, 10 kV, dan 20 kV (sesuai standar PLN).
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
8
2.3.1.2 Sistem Distribusi Sekunder Sistem distribusi sekunder atau sering disebut jaringan distribusi tegangan rendah (JDTR) merupakan bagian dari sistem distribusi yang bertugas mendistribusikan tenaga listrik secara langsung dari gardu-gardu pembagi (gardu distribusi) ke konsumen tenaga listrik. Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban. Standar tegangan untuk sistem distribusi sekunder ini adalah 127/220 V untuk sistem lama, dan 220/380 V untuk sistem baru, serta 440/550 V untuk keperluan industri.
2.3.2
Klasifikasi Berdasarkan Sistem Penyaluran Menurut sistem penyalurannya, sistem distribusi dapat dilakukan dengan
saluran udara (overhead lines) maupun saluran bawah tanah (underground lines).
2.3.2.1 Saluran Udara (Overhead Lines) Saluran udara, disebut juga saluran udara tegangan menengah (SUTM) adalah saluran distribusi yang menyalurkan energi listrik melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antar menara atau tiang distribusi seperti terlihat pada Gambar 2.3. Beberapa pertimbangan untuk saluran udara diantaranya sebagai berikut. Keuntungan saluran udara: 1.
Tiang-tiang jaringan distribusi primer dapat pula digunakan untuk jaringan distribusi sekunder dan keperluan pemasangan trafo atau gardu distribusi tiang, sehingga secara keseluruhan harga instalasi menjadi lebih murah.
2.
Lebih mudah dalam pemasangannya.
3.
Lebih fleksibel dan leluasa dalam upaya untuk perluasan beban.
4.
Pemeliharaan lebih mudah.
5.
Apabila terjadi gangguan mudah diatasi dan dideteksi. Adapun kerugian atau kekurangan pada saluran udara berupa:
1.
Lebih mudah terganggu dan terpengaruh oleh cuaca buruk, angin ribut, petir, badai, tertimpa pohon, layang-layang, dsb.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
9
2.
Untuk wilayah yang penuh dengan bangunan yang tinggi, sukar untuk menempatkan saluran.
3.
Masalah efek kulit, induktansi, dan kapasitansi yang terjadi, akan mengakibatkan tegangan drop lebih tinggi.
4.
Menganggu pemandangan dikarenakan oleh banyaknya tiang-tiang dan kabel-kabel
hantaran udara
yang digunakan sehubungan dengan
banyaknya konsumen yang harus dilayani. 5.
Ongkos pemeliharaan lebih mahal, karena perlu jadwal pengecatan dan penggantian material listrik bila terjadi kerusakan.
Gambar 2.3. Saluran Udara (Overhead Lines) [6]
2.3.2.2 Saluran Bawah Tanah (Underground Lines) Saluran bawah tanah atau disebut juga saluran kabel tegangan menengah (SKTM) adalah saluran distribusi yang menyalurkan energi listrik melalui kabel yang ditanam didalam tanah, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4. Terdapat keuntungan dan kerugian dalam penggunaan saluran bawah tanah, antara lain adalah sebagai berikut. Keuntungan saluran bawah tanah: 1.
Tidak terpengaruh oleh cuaca buruk, bahaya petir, badai, tertimpa pohon, layang-layang, dsb. Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
10
2.
Tidak mengganggu pandangan, bila adanya bangunan yang tinggi.
3.
Saluran bawah tanah lebih sempurna dan lebih indah dipandang.
4.
Mempunyai batas umur pakai dua kali lipat dari saluran udara.
5.
Ongkos pemeliharaan lebih murah, karena tidak perlu adanya pengecatan.
6.
Jatuh tegangan lebih rendah karena masalah induktansi bisa diabaikan.
7.
Keandalan lebih baik.
8.
Tidak ada korona.
9.
Rugi-rugi daya lebih kecil.
Gambar 2.4. Saluran Bawah Tanah (Underground Lines) [7]
Sedangkan kerugian dari saluran bawah tanah adalah: 1.
Biaya investasi pembangunan lebih mahal dibandingkan dengan saluran udara.
2.
Saat terjadi gangguan hubung singkat, usaha pencarian titik gangguan sulit dilakukan.
3.
Perlu pertimbangan-pertimbangan teknis yang lebih mendalam didalam perencanaan, khususnya untuk kondisi tanah yang dilalui.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
11
4.
Tidak dapat menghindari bila terjadi bencana banjir, desakan akar pohon, dan ketidakstabilan tanah.
5.
Gangguan yang terjadi bersifat permanen.
6.
Tidak fleksibel terhadap perubahan jaringan.
7.
Waktu dan biaya untuk menanggulangi bila terjadi gangguan lebih lama dan lebih mahal.
2.3.3
Klasifikasi Berdasarkan Bentuk Jaringan Konfigurasi jaringan distribusi primer pada suatu sistem jaringan distribusi
sangat menentukan mutu pelayanan yang akan diperoleh khususnya mengenai kontinuitas pelayanan. Berdasarkan bentuk jaringannya, sistem distribusi dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis dasar, yaitu sistem radial, sistem rangkaian tertutup (loop circuit), sistem mesh dan sistem spindel.
2.3.3.1 Sistem Radial Sistem radial pada jaringan distribusi merupakan sistem terbuka, dimana tenaga listrik yang disalurkan secara radial melalui gardu induk ke konsumenkonsumen dilakukan secara terpisah satu sama lainnya. Bentuk jaringan dengan sistem radial diperlihatkan pada Gambar 2.5. Sistem ini merupakan sistem yang paling sederhana diantara sistem yang lain dan paling murah, sebab sesuai konstruksinya sistem ini menghendaki sedikit sekali penggunaan material listrik, apalagi jika jarak penyaluran antara gardu induk ke konsumen tidak terlalu jauh.
Gambar 2.5. Sistem Radial [9]
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
12
Sistem radial terbuka ini paling tidak dapat diandalkan dibandingkan dengan bentuk sistem lain, karena penyaluran tenaga listrik hanya dilakukan dengan menggunakan satu saluran saja. Jaringan model ini sewaktu mendapat gangguan akan menghentikan penyaluran tenaga listrik cukup lama sebelum gangguan tersebut diperbaiki kembali. Keuntungan dari sistem radial terbuka diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Konstruksinya lebih sederhana.
2.
Material yang digunakan lebih sedikit, sehingga lebih murah.
3.
Sistem pemeliharaannya lebih murah.
4.
Untuk penyaluran jarak pendek akan lebih murah. Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut:
1.
Keandalan sistem ini lebih rendah.
2.
Makin panjang jaringan (dari Gardu Induk atau Gardu Hubung), kondisi tegangan tidak dapat diandalkan.
3.
Rugi-rugi tegangan lebih besar.
4.
Kapasitas pelayanan terbatas.
5.
Bila terjadi gangguan penyaluran daya terhenti.
2.3.3.2 Sistem Rangkaian Tertutup (Loop Circuit) Sistem rangkaian tertutup pada jaringan distribusi merupakan suatu sistem penyaluran melalui dua atau lebih penyulang yang saling berhubungan membentuk rangkaian berbentuk cincin. Gambar 2.6 menunjukkan bentuk jaringan dengan sistem rangkaian tertutup (loop circuit). Keuntungan sistem dengan konfigurasi rangkaian tertutup (loop), diantaranya adalah sebagai berikut. 1.
Dapat menyalurkan daya listrik melalui satu atau dua penyulang yang saling berhubungan.
2.
Menguntungkan dari segi ekonomis.
3.
Bila terjadi gangguan pada penyulang, maka penyulang lain dapat menggantikan untuk menyalurkan daya listrik.
4.
Kontinuitas penyaluran daya listrik lebih terjamin.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
13
5.
Bila digunakan dua sumber pembangkit, kapasitas tegangan lebih baik dan regulasi tegangan cenderung kecil.
6.
Dalam kondisi beroperasi normal, pemutus beban dalam keadaan terbuka.
7. Biaya konstruksi lebih murah. 8. Faktor penggunaan konduktor lebih rendah, yaitu 50%.
Gambar 2.6. Sistem Rangkaian Tertutup (Loop Circuit) [9]
Pada konfigurasi loop ini juga terdapat beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut. 1. Drop tegangan makin besar. 2. Bila beban yang dilayani bertambah, maka kapasitas pelayanan akan lebih jelek.
2.3.3.3 Sistem Mesh Sistem mesh ini merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang dilakukan secara terus-menerus oleh dua atau lebih penyulang pada gardu-gardu induk dari beberapa pusat pembangkit tenaga listrik yang bekerja secara paralel. Pola jaringan ini terlihat pada Gambar 2.7, memiliki beberapa rel daya dan antara rel tersebut dihubungkan oleh saluran penghubung yang disebut tie feeder. Dengan demikian setiap gardu distribusi dapat menerima atau mengirim daya dari atau ke rel lain. Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
14
Gambar 2.7. Sistem Mesh
Sistem ini merupakan pengembangan dari sistem-sistem yang terdahulu dan merupakan sistem yang dapat diandalkan, mengingat sistem ini dilayani oleh dua atau lebih sumber tenaga listrik. Selain itu, jumlah cabang lebih banyak dari jumlah titik penyulang. Sistem ini dapat digunakan pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan tinggi dan membutuhkan kapasitas dan kontinuitas pelayanan yang sangat baik. Gangguan yang terjadi pada salah satu saluran tidakakan mengganggu kontinuitas pelayanan. Sebab semua titik beban terhubung paralel dengan beberapa sumber tenaga listrik. Keuntungan yang diperoleh dari sistem mesh diantaranya sebagai berikut: 1.
Penyaluran tenaga listrik dapat dilakukan secara terus-menerus (selama 24 jam) dengan menggunakan dua atau lebih penyulang.
2.
Memiliki kapasitas dan kontinuitas pelayanan sangat baik, sehingga tingkat keandalannya tinggi.
3.
Dapat digunakan pada daerah-daerah yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi.
4.
Gangguan yang terjadi pada salah satu saluran tidak akan mengganggu kontinuitas pelayanan. Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
15
Adapun kerugian dari sistem mesh ini adalah sebagai berikut. 1. Biaya konstruksi dan pembangunan lebih tinggi. 2. Pengaturan alat proteksi lebih sulit.
2.3.3.4 Sistem Spindel Jaringan ini merupakan gabungan dari struktur radial dan rangkaian tertutup (loop circuit). Pada sebuah sistem spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan sebuah penyulang cadangan (penyulang express) yang akan dihubungkan melalui gardu hubung. Pola spindel biasanya digunakan pada jaringan tegangan menengah yang menggunakan saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM). Dalam keadaan normal, tipe ini beroperasi secara radial dan dalam keadaan darurat bekerja secara rangkaian tertutup (loop circuit) melalui penyulang cadangan dan gardu hubung. Gardu distribusi pada sistem mesh ini terdapat disepanjang saluran kerja dan terhubung secara seri. Saluran kerja yang masuk ke gardu dihubungkan oleh saklar pemisah, sedangkan saluran yang keluar dari gardu dihubungkan oleh sebuah saklar beban. Untuk lebih jelas, bentuk jaringan dengan sistem spindel ditunjukkan pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8. Sistem Spindel Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
16
Keuntungan dari sistem spindel ini diantaranya adalah sebagai berikut. 1.
Sederhana dalam hal teknis pengoperasiannya, seperti pola radial.
2.
Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pada pola radial maupun loop.
3.
Pengecekan beban masing-masing saluran lebih mudah dibandingkan dengan pola mesh.
4.
Penentuan bagian jaringan yang teganggu akan lebih mudah dibandingkan dengan pola mesh.
5.
Baik untuk dipakai di daerah perkotaan dengan kerapatan beban yang tinggi. Tetapi, terdapat juga kelemahan dari sistem ini, yaitu sistem ini relatif
mahal karena sudah memperhitungkan perkembangan beban atau penambahan jumlah konsumen sampai beberapa tahun ke depan, sehingga dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama.
2.4
Gangguan Pada Sistem Distribusi Gangguan pada sistem distribusi adalah terganggunya sistem tenaga listrik
yang menyebabkan bekerjanya relai pengaman penyulang untuk membuka pemutus tenaga (circuit breaker) di gardu induk yang menyebabkan terputusnya suplai tenaga listrik. Gangguan pada jaringan distribusi lebih banyak terjadi pada saluran udara (SUTM) yang umumnya tidak memakai isolasi dibanding dengan saluran distribusi yang ditanam dalam tanah (SKTM) dengan menggunakan isolasi pembungkus. Sumber gangguan pada jaringan distribusi dapat berasal dari dalam sistem (internal) maupun dari luar sistem distribusi (eksternal). 1.
2.
Gangguan dari dalam sistem antara lain: a.
Tegangan lebih atau arus lebih
b.
Beban lebih
c.
Kegagalan kerja peralatan pengaman
d.
Pemasangan yang kurang tepat
e.
Usia pemakaian
Gangguan dari luar sistem antara lain: a.
Dahan/ranting pepohonan yang mengenai SUTM Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
17
b.
Sambaran petir
c.
Hujan atau cuaca
d.
Kerusakan pada peralatan
e.
Binatang ataupun layang-layang
f.
Penggalian tanah
g.
Gagalnya isolasi karena kenaikan temperatur
h.
Kerusakan sambungan
Adapun jenis-jenis gangguan yang sering terjadi pada sistem distribusi diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Gangguan Beban Lebih
2.
Gangguan Tegangan Lebih
3.
Gangguan Ketakstabilan
4.
Gangguan Hubung Singkat
2.4.1
Gangguan Beban Lebih Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan
terus-menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri oleh arus tersebut. Karena arus yang mengalir melebihi kapasitas peralatan listrik dan kapasitas pengaman yang terpasang melebihi kapasitas peralatan, sehingga saat beban lebih, pengaman tidak trip [1]. Misalnya, kapasitas penghantar 350 A dan pengaman di setting 400 A tetapi beban mencapai 380 A, sehingga pengaman tidak trip dan penghantar akan terbakar.
2.4.2
Gangguan Tegangan Lebih Gangguan tegangan lebih yang diakibatkan adanya kelainan pada sistem,
dimana tegangan lebih dibedakan atas: 1.
Tegangan Lebih Dengan Frekuensi Kerja (Power Frequency) Tegangan lebih dengan frekuensi kerja (power frequency) adalah tegangan lebih yang terjadi, misalnya dikarenakan pembangkit kehilangan beban yang diakibatkan adanya gangguan pada sisi jaringan, sehingga terjadi putaran lebih (over speed) pada generator. Tegangan lebih ini juga dapat Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
18
terjadi karena adanya gangguan pada pengatur tegangan secara otomatis (Automatic Voltage Regulator) [1]. 2.
Tegangan Lebih Transien Tegangan lebih transien merupakan tegangan lebih karena adanya surja petir yang mengenai peralatan listrik atau saat pemutus tenaga yang menimbulkan kenaikan tegangan yang disebut surja hubung [1].
2.4.3
Gangguan Ketakstabilan (Instability) Lepasnya pembangkit dapat menimbulkan ayunan daya (power swing)
atau menyebabkan unit-unit pembangkit lepas sinkron. Ayunan juga dapat menyebabkan salah kerja relai. Lepas sinkron dapat menyebabkan berkurangnya pembangkit, karena pembangkit yang besar jatuh (trip) dari cadangan putar (spinning reserve), maka frekuensi akan terus turun atau bisa terjadi terpisahnya sistem yang dapat menyebabkan gangguan yang lebih luas, bahkan terjadi keruntuhan sistem (collapse) [1].
2.4.4
Gangguan Hubung Singkat Gangguan yang sering terjadi dan berbahaya bagi sistem tenaga listrik
adalah gangguan hubung singkat. Adanya hubung singkat menimbulkan arus lebih yang pada umumnya jauh lebih besar daripada arus pengenal peralatan dan terjadi penurunan tegangan pada sistem tenaga listrik. Dimana besarnya arus hubung singkat tergantung dari sumber yang memasok, luas penampang jaringan, dan lokasi dimana gangguan hubung singkat tersebut terjadi. Akibat dari adanya arus gangguan ini adalah dapat merusak peralatan-peralatan listrik dan terganggunya penyaluran listrik pada konsumen. Berdasarkan lama terjadinya gangguan hubung singkat pada sistem distribusi dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1.
Gangguan Temporer Gangguan yang bersifat sementara karena dapat hilang dengan sendirinya dengan cara memutuskan bagian yang terganggu sesaat, kemudian menutup balik kembali, baik secara otomatis (autorecloser) maupun secara Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
19
manual oleh operator. Bila gangguan sementara terjadi berulang-ulang maka dapat menyebabkan gangguan permanen dan merusak peralatan. 2.
Gangguan Permanen Gangguan bersifat tetap, sehingga untuk membebaskannya perlu tindakan perbaikan atau penghilangan penyebab gangguan. Hal ini ditandai dengan jatuhnya (trip) kembali pemutus tenaga setelah operator memasukkan sistem kembali setelah terjadi gangguan. Berdasarkan kesimetrisannya, gangguan hubung singkat yang mungkin
terjadi pada jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut: 1.
Gangguan Asimetris Gangguan asimetris merupakan gangguan yang mengakibatkan tegangan dan arus yang mengalir pada setiap fasanya menjadi tidak seimbang. Gangguan ini terdiri dari:
2.
a.
Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah
b.
Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa
c.
Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah
Gangguan Simetris Gangguan simetris merupakan gangguan yang terjadi pada semua fasanya (3 fasa) sehingga arus maupun tegangan setiap fasanya tetap seimbang setelah gangguan terjadi.
2.4.4.1 Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah Munculnya arus gangguan disebabkan karena adanya gangguan pada salah satu fasa, dalam hal ini dimisalkan gangguan pada fasa A (sebagai referensi). Pada Gambar 2.9 gangguan terjadi karena salah satu kawat terhubung ke tanah akibat pohon atau penyebab lainnya. Nilai arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut [1].
(2.1)
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
20
Dimana:
-
Gambar 2.9. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah
2.4.4.2 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa Gangguan hubung singkat terjadi antara fasa B dan fasa C, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.10. Gangguan fasa-fasa yang terjadi pada sistem tenaga listrik ini biasanya karena pohon atau kawat layang-layang.
Gambar 2.10. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa
Nilai arus gangguan hubung singkat dua fasa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut [1].
(2.2)
Dimana:
-
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
21
2.4.4.3 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah Gangguan hubung singkat ini terjadi antara fasa B dan fasa C yang terhubung ke tanah, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.11. Biasanya hubungan ini terjadi karena ranting pohon terkena dua fasa.
Gambar 2.11. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah
Nilai arus gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut [1].
(2.3)
Dimana:
-
2.4.4.4 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa Gangguan tiga fasa pada Gambar 2.12 dapat terjadi pada jaringan tenaga listrik karena ketiga fasanya terhubung oleh pohon atau kawat dari benang layanglayang. Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
22
Gambar 2.12. Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa
Nilai arus gangguan hubung singkat dua fasa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut [1].
(2.4)
Dimana:
-
2.4.5 Upaya Mengatasi Gangguan Upaya mengatasi gangguan pada sistem distribusi tenaga listrik bertujuan untuk mengurangi terjadinya gangguan dan akibat gangguan. Berikut adalah beberapa upaya mengatasi gangguan yang dapat dilakukan [10]. 1.
Mengurangi terjadinya gangguan a. Memakai peralatan yang dapat diandalkan (memenuhi persyaratan standar). b. Penentuan spesifikasi yang tepat dan desain yang baik (tahan terhadap kondisi kerja normal ataupun gangguan). c. Pemasangan yang benar sesuai dengan desain. d. Penggunaan kawat tanah pada saluran udara tegangan menengah. e. Penebangan/pemangkasan pohon-pohon yang dekat dengan saluran udara tegangan menengah. f. Penggunaan kawat udara/kabel secara selektif.
2.
Mengurangi akibat gangguan a. Mengurangi besarnya arus gangguan. b. Menghindari konsentrasi pembangkit di satu lokasi. Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
23
c. Menggunakan tahanan pentanahan netral. d. Penggunaan penangkap petir (lightning arrester) dan koordinasi isolasi. e. Melepas bagian terganggu dengan mempergunakan relai dan pemutus tenaga. f. Pola pemutusan arus (load shedding/splitting), untuk sistem di distribusi pemasangan peralatannya di penyulang keluar (outgoing feeder). g. Pelepasan bagian sistem yang terganggu, antara lain penggunaan jenis dan kordinasi relai yang tepat, penggunaan saluran ganda (double), penggunaan sistem rangkaian tertutup (loop), penggunaan pemutus balik otomatis (recloser) atau saklar seksi otomatis (automatic line sectionalizer), penggunaan sistem spindel pada JTM. h. Penggunaan peralatan cadangan.
2.5
Pemadaman Listrik Definisi pemadaman listrik adalah saat terhentinya pasokan aliran listrik
ke pelanggan.Secara umum listrik padam dapat disebabkan karena hal-hal sebagai berikut : 1.
Pemadaman Terencana Pemadaman terencana adalah pemadaman yang diakibatkan adanya
kegiatan yang telah direncanakan oleh PLN yang mengharuskan terhentinya aliran listrik PLN ke pelanggan [11], seperti penambahan peralatan jaringan, pemeliharaan preventif (preventive maintenance) pembangkit, penggantian kabel konduktor (reconductoring) transmisi 150 kV, pemeliharaan jaringan dan gardu yang sudah dijadwalkan sebelumnya dengan tujuan untuk menjaga keandalan agar tidak terjadi kerusakan yang lebih fatal. 2.
Pemadaman Tidak Terencana (Gangguan) Adalah pemadaman akibat terjadinya gangguan yang tidak direncanakan.
Contohnya sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
24
a.
Terganggunya suatu unit pembangkit: gangguan pada sistem pelumasan, sistem pendingin, generator, ketel (boiler) pemanas air menjadi uap.
b.
Terganggunya jaringan/transmisi listrik: Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV tersambar petir, terkena pohon roboh, tanah longsor, trafo meledak, dan lain-lain.
c.
Terganggunya instalasi pelanggan karena hubung singkat, kerusakan alat-alat listrik yang dipakai atau beban lebih besar dari daya tersambung.
2.6
Sistem Pengaman Pada Sistem Distribusi Agar suatu sistem distribusi dapat berfungsi dengan baik,gangguan-
gangguan yang terjadi pada tiap bagian harus dapat dideteksi dan dipisahkan dari sistem lainnya dalam waktu secepat mungkin. Beberapa fungsi sistem pengaman adalah sebagai berikut: 1.
Melokalisir gangguan untuk membebaskan perlatan dari gangguan.
2.
Membebaskan bagian yang tidak bekerja normal, untuk mencegah kerusakan.
3.
Memberi petunjuk atau indikasi atas lokasi serta jenis kegagalan yang terjadi.
4.
Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen.
5.
Untuk mengamankan keselamatan manusia terutama terhadap bahaya yang ditimbulkan listrik. Adapun peralatan proteksi yang digunakan pada jaringan tegangan
menengah terbagi menjadi tiga kelompok [2]: 1.
Peralatan pemisah atau penghubung
2.
Peralatan pengaman arus lebih
3.
Peralatan pengaman tegangan lebih
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
25
2.6.1
Peralatan Pemisah atau Penghubung Fungsi dari pemutus beban atau pemutus tenaga (PMT) adalah untuk
mempermudah dalam membuka dan menutup suatu saluran yang menghubungkan sumber dengan beban, baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan gangguan. Jenis pemutus yang digunakan pada gardu adalah: 1.
Pemutus Tenaga(Circuit Breaker)
2.
Saklar Pemisah (Disconnecting Switch) Sedangkan pemutus pada jaringan adalah:
1.
Saklar Pemisah Beban (Load Break Switch)
2.
Saklar Seksi Otomatis (Automatic Line Sectionalizer)
2.6.1.1 Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) Dalam keadaan tidak normal (terjadi gangguan) pemutus tenaga (PMT) berperan sebagai saklar otomatis yang dapat memutuskan arus gangguan hubung singkat, menghilangkan gangguan permanen dengan cara memisahkan dari bagian yang terganggu secara otomatis, dimana pada umumnya untuk mengoperasikan PMT tersebut digunakan suatu rangkaian trip yang mendapat sinyal dari suatu rangkaian relai pengaman. Contoh bentuk pemutus tenaga (circuit breaker) diberikan pada Gambar 2.13.
Gambar 2.13. Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) [12] Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
26
2.6.1.2 Saklar Pemisah (Disconnecting Switch) Saklar pemisah, seperti terlihat pada Gambar 2.14, merupakan alat pemutus rangkaian listrik pada kondisi tanpa beban yang dioperasikan secara manual karena waktu pemutusan yang terjadi bersifat sangat subjektif, yaitu tergantung pada subjek operatornya. Tugas utama saklar pemisah adalah memisahkan suatu bagian beban dari sumbernya pada keadaan tidak berarus (saat pemeliharaan atau perbaikan), sehingga dapat dilihat atau dipisahkan antara bagian yang aktif dan bagian yang tidak aktif.
Gambar 2.14. Saklar Pemisah (Disconnecting Switch) [13]
2.6.1.3 Saklar Pemisah Beban (Load Break Switch) Saklar pemisah beban (load break switch) yang ditunjukkan pada Gambar 2.15 merupakan saklar yang didesain untuk memutus rangkaian listrik dengan kondisi beban nominal dan bekerja secara manual. Saklar ini tidak dapat bekerja secara otomatis pada waktu terjadi gangguan, dibuka atau ditutup hanya untuk memanipulasi beban.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
27
Gambar 2.15. Saklar Pemisah Beban (Load Break Switch) [14]
2.6.1.4 Saklar Seksi Otomatis (Automatic Line Sectionalizer) Saklar seksi otomatis (SSO) merupakan pengaman cadangan dari PMT, dimana peralatan ini dipasang pada jaringan udara tegangan menengah. SSO adalah suatu peralatan pemutus yang bekerja secara otomatis untuk membebaskan seksi-seksi yang terganggu dari suatu sistem distribusi, atau dengan kata lain, membebaskan/melokalisir daerah yang teganggu agar tetap mendapatkan suplai tenaga listrik. Pemasangannya pada jaringan distribusi tenaga listrik 20 kV dilengkapi dengan pemasangan pemutus balik otomatis (recloser) dan indikator seksi gangguan (fault section indicator) penyulang. Hal ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan kerja dari SSO. Gambar 2.16 menunjukkan contoh bentuk saklar seksi otomatis (SSO).
2.6.2
Peralatan Pengaman Arus Lebih Fungsi dari peralatan pengaman arus lebih adalah untuk mengatasi
gangguan arus lebih pada sistem distribusi sebelum gangguan tersebut meluas keseluruh sistem yang ada. Peralatan yang banyak digunakan pada jaringan distribusi diantaranya adalah: 1.
Pelebur (Fuse Cut Out) Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
28
2.
Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser)
3.
Relai
Gambar 2.16. Saklar Seksi Otomatis (Automatic Line Sectionalizer)[15]
2.6.2.1 Pelebur (Fuse Cut Out) Pelebur (fuse) yang ditunjukkan pada Gambar 2.17 merupakan kombinasi alat pelindung dan pemutus rangkaian yang mempunyai prinsip melebur (expulsion). Pengaman lebur ini ditempatkan pada sisi tegangan menengah (TM) untuk mengamankan jaringan TM dan peralatan ke arah GI terhadap gangguan hubung singkat di trafo, atau sisi TM sebelum trafo, dan gangguan permanen antara fasa ke tanah. Karakteristik waktu/arus dari sebuah pelebur (fuse) adalah sekitar
.
Untuk semua jenis pelebur, batas arus pelebur biasanya lebih tinggi daripada arus normalnya. Pelebur yang melewatkan arus melampaui batas arus untuk waktu yang lebih lama daripada waktu untuk melewatkan arus pemutus minimum, dapat mengalami kerusakan yang dapat mempengaruhi karakteristiknya, terutama kemampuannya untuk memutus.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
29
Gambar 2.17. Pelebur (Fuse Cut Out) [16]
2.6.2.2 Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser) Penutup balik adalah alat pengaman arus lebih dimana waktu untuk memutus dan menutup kembali dapat diatur dan bekerja secara otomatis. Pemutus balik otomatis dilengkapi dengan sarana indikasi arus lebih, pengatur waktu operasi, serta penutupan kembali secara otomatis. Desain dari penutup balik otomatis memungkinkan untuk dapat membuka kontak-kontaknya secara tetap dan terkunci (lock out), sesuai pemrogramannya setelah melalui beberapa kali operasi buka-tutup. Contoh bentuk dari pemutus balik otomatis diberikan pada Gambar 2.18. Pada gangguan yang bersifat sementara, penutup balik otomatis akan membuka dan menutup kembali bila gangguan telah hilang. Jika gangguannya bersifat tetap/permanen, maka penutup balik otomatis akan membuka kontakkontaknya secara tetap dan terkunci. Apabila gangguan telah dihilangkan, maka kontak dapat ditutup kembali.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
30
Gambar 2.18. Penutup Balik Otomatis (AutomaticRecloser)[17]
2.6.2.3 Relai Relaia dalah peralatan pengaman yang dipasang pada perangkat yang berfungsi untuk melindungi peralatan listrik dari gangguan yang mungkin terjadi. Relai bersifat peka terhadap perubahan pada rangkaian yang dapat mempengaruhi kinerja alat lain. Tujuan dipasang relai pengaman adalah: 1.
Menghindari atau mengurangi kerusakan yang terjadi akibat gangguan pada alat yang dilalui arus gangguan.
2.
Menyelamatkan sistem atau bagian sistem lainnya yang tidak terganggu supaya tetap dapat bekerja terus, dengan cara melepaskan bagian sistem yang terganggu sedemikian rupa sehingga penyimpangan atau kesalahan akibat gangguan tersebut tidak memberikan akibat negatif yang lebih luas terhadap keseluruhan sistem yang ada. Adapun relai yang terpasang terdiri dari:
1.
Relai Arus Lebih (Over Current Relay) Relai arus lebih (OCR) merupakan pengaman sistem distribusi dari gangguan antar fasa, baik hubung singkat 2 fasa maupun 3 fasa. Pemasangannya dapat dilakukan di penyulang masuk (incoming feeder), penyulang keluar (outgoing feeder), atau di gardu hubung. Relai ini Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
31
memberikan reaksi terhadap besarnya arus masukan,dan bekerja untuk memutuskan rangkaian listrik (trip) apabila besarnya arus melebihi nilai tertentu yang dapat diatur. 2.
Relai Gangguan Tanah (Ground Fault Relay) Relai ini merupakan pengaman sistem distribusi dari gangguan fasa ke tanah. Pada dasarnya, relai ini memiliki prinsip kerja yang sama dengan relai arus lebih. Pemasangannya dapat dilakukan di penyulang masuk (incoming feeder), penyulang keluar (outgoing feeder), atau di gardu hubung.
3.
Relai Momen (Instant) Relai momen (instant) berperan sebagai pengaman untuk arus yang besar dengan pengaturan kerja cepat. Waktu minimm yang dibutuhkan adalah 40 milidetik. Biasanya pengaturan relai momen di atur dengan arus gangguan 2 fasa atau 3 fasa dekat dengan sumber (30-50%) panjang jaringan.
4.
Relai Penghantar Putus (Broken Conductor) Relai penghantar putus (broken conductor) sebagai kelengkapan pengaman yang terpasang di relai. Dipergunakan untuk pengaturan bila beban tidak seimbang yang disebabkan adanya penghantar yang putus arah beban, sehingga beban tidak seimbang tiap fasanya.
2.6.3
Peralatan Pengaman Tegangan Lebih Pada sistem distribusi, gangguan dapat terjadi akibat adanya tegangan
lebih. Gangguan ini bisa terjadi akibat proses switching pada saluran dan akibat sambaran petir. Bila gangguan ini dibiarkan maka dapat merusak peralatan listrik. Oleh karena itu, peralatan listrik itu harus dilindungi dari gangguan tegangan lebih dengan memasang peralatan pengaman tegangan lebih, seperti : 1.
Kawat Tanah (Overhead Groundwire)
2.
Penangkap Petir (Lightning Arrester)
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
32
2.6.3.1 Kawat Tanah (Overhead Groundwire) Dalam hal melindungi saluran tenaga listrik, ada beberapa cara yang dapat diterapkan. Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan kawat tanah (overhead groundwire) pada saluran. Prinsip dari pemakaian kawat tanah ini adalah bahwa kawat tanah akan menjadi sasaran sambaran petir sehingga melindungi kawat fasa dengan daerah/zona tertentu.
2.6.3.2 Penangkap Petir (Lightning Arrester) Penangkap petir berfungsi untuk melindungi peralatan sistem tenaga listrik terhadap tegangan surja dengan membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkan ke tanah. Alat ini berlaku sebagai jalan pintas (bypass) sekitar isolasi. Penangkap petir membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada keadaan normal penangkap petir berlaku sebagai isolator dan bila timbul surja berlaku sebagai konduktor yang melewatkan aliran arus yang tinggi. Setelah surja hilang, penangkap petir harus dengan cepat kembali menjadi isolator, sehingga pemutus daya tidak sempat membuka. Gambar 2.19 memperlihatkan dimensi dari ligthning arrester.
Gambar 2.19. Penangkap Petir (Lightning Arrester) [18] Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
33
2.7
Keandalan Sistem Distribusi Keandalan tenaga listrik adalah kontinuitas penyaluran tenaga listrik
kepada pelanggan, terutama pelanggan daya besar yang membutuhkan kontinuitas penyaluran tenaga listrik secara mutlak. Struktur jaringan tegangan menengah memegang peranan penting dalam menentukan keandalan penyaluran tenaga listrik karena jaringan yang baik memungkinkan dapat melakukan manuver tegangan dengan mengalokasikan tempat gangguan dan beban dapat dipindahkan melalui jaringan lainnya. Kontinuitas pelayanan yang merupakan salah satu unsur dari kualitas pelayanan tergantung kepada jenis penghantar dan peralatan pengaman. Jaringan distribusi sebagai sarana penghantar tenaga listrik mempunyai tingkat kontinuitas tergantung kepada susunan saluran dan cara pengaturan operasinya. Parameter-parameter keandalan yang biasa digunakan untuk mengevaluasi sistem distribusi adalah frekuensi kegagalan tahunan rata-rata ( ), lama terputusnya pasokan listrik rata-rata ( ) lama/durasi terputusnya pasokan listrik tahunan rata-rata (
). Parameter-parameter tersebut dapat dinyatakan sebagai
berikut: ∑
(2.5)
∑
(2.6) (2.7)
Dimana:
-
-
Berdasarkan parameter-parameter keandalan dasar ini, didapat sejumlah indeks keandalan untuk sistem secara keseluruhan yang dapat dievaluasi, yaitu SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) dan SAIDI (System Average Interruption Duration Index).
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
34
2.7.1
SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) SAIFI (system average interruption frequency index) adalah indeks
frekuensi pemadaman rata-rata tiap tahun yang merupakan jumlah dari perkalian frekuensi padam dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang dilayani. Menginformasikan tentang frekuensi pemadaman rata-rata tiap konsumen dalam suatu area yang dievaluasi. Satuannya adalah pemadaman per pelanggan per tahun. Didefinisikan sebagai berikut: (2.8) ∑
(2.9)
∑
dengan:
adalah frekuensi padam adalah jumlah pelanggan pada titik beban i
2.7.2
SAIDI (System Average Interruption Duration Index) SAIDI (system average interruption durasi index) adalah indeks durasi
atau lama pemadaman rata-rata tiap tahun yang merupakan jumlah dari perkalian lama padam dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang dilayani. Menginformasikan tentang lama pemadaman rata-rata tiap konsumen dalam suatu area yang dievaluasi. Dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: (2.10) ∑
(2.11)
∑
dengan:
adalah durasi pemadaman/gangguan tahanan untuk beban i adalah jumlah pelanggan pada titik beban i
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
BAB 3 SISTEM DISTRIBUSI RAYON GARUT KOTA
Wilayah kerja PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut dengan luas wilayah 3.065 km2 yang ditunjukkan pada Gambar 3.1, dibagi kedalam lima rayon, yaitu Rayon Garut Kota, Rayon Leles, Rayon Cibatu, Rayon Cikajang, dan Rayon Pameungpeuk. Sistem distribusi yang diamati pada skripsi ini adalah sistem distribusi Area Garut Rayon Garut Kota.
Gambar 3.1. Wilayah Kerja Area Garut
35
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
36
3.1
Target Kerja Distribusi Rayon Garut Kota Visi dan misi dari PT. PLN (Persero) Area Garut adalah sebagai berikut:
1.
Visi Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang. Unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
2.
Misi a.
Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
b.
Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
c.
Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
d.
Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Dalam rangka memenuhi visi dan misi tersebut, PT. PLN (Persero) Area Garut, khususnya dalam hal ini Rayon Garut Kota, selalu berusaha menjaga kualitas dan kontinuitas pasokan listrik terhadap pelanggan. Oleh karena itu, dibuat suatu target kerja sebagai acuan dan bahan evaluasi keberhasilan kinerja PLN dalam meningkatkan keandalan sistem. Berikut pada Tabel 3.1 diberikan target kerja distribusi Rayon Garut Kota. Tabel 3.1. Target Kerja Distribusi PT. PLN Area Garut Rayon Garut Kota Parameter
3.2
Satuan
Tahun 2012
Tahun 2013
Gangguan Penyulang
kali/tahun
30
25
SAIFI
kali/pelanggan/tahun
4,2
5,2
SAIDI
jam/pelanggan/tahun
0,98
2,34
Data Aset Rayon Garut Kota Area Garut Rayon Garut Kota memiliki jumlah pelanggan sebanyak
102.080 pada tahun 2012. Jumlah ini meningkat pada tahun 2013 menjadi 136.107 pelanggan. Terdapat1 Gardu Induk, yaitu GI Garut, 2 buah trafo 150 kV dengan daya masing-masing 60 MVA, dan 8 buah penyulang dengan panjang Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
37
total 288,070 kms menggunakan material utama A3C (All Alloy Alumunium Conductor) yang merupakan saluran penghantar terbuka (tanpa isolasi). Adapun data lengkap aset Rayon Garut Kota diberikan pada Lampiran 1 (Data Aset Gardu), Lampiran 2 (Data Aset SUTM), dan Lampiran 3 (Data Aset Tiang). Pada tahun pengamatan, yaitu tahun 2012 dan 2013, terdapat delapan penyulang yang berada di Area Garut Rayon Garut Kota. Penyulang tersebut terdiri dari Penyulang Desa Kolot (DSKT), Penyulang Cilawu (CLWU), Penyulang Margawati (MGWT), Penyulang Cigasong (CGSO), Penyulang Intan Tiga (INTI), Penyulang Intan Satu (INTU), Penyulang Talaga Bodas (TLBS), dan Penyulang Suci. Semua penyulang tersebut memiliki konstruksi horizontal.
3.2.1
Penyulang Desa Kolot (DSKT) Berdasarkan bentuk jaringannya, Penyulang Desa Kolot (DSKT) ini
termasuk ke dalam sistem rangkaian tertutup (loop circuit). Terdapat 17 gardu dengan jumlah kVA terpasang 1555 kVA. Penyulang ini memiliki panjang total 14,309 kms. Material utama penyulang SUTM yang digunakan adalah A3C 150 mm2 dengan panjang 5,846 kms. Diagram garis tunggal (single-line diagram) penyulang DSKT ditunjukkan pada Lampiran 9.
3.2.2
Penyulang Cilawu (CLWU) Bentuk jaringan pada Penyulang Cilawu (CLWU) merupakan sistem
rangkaian tertutup (loop circuit). Data aset yang dimiliki Penyulang CLWU diantaranya adalah terdapat 39 gardu dengan total daya trafo 5.465 kVA, panjang penyulang total adalah 24,120 kms dengan material utama yang digunakan, yaitu A3C 150 mm2 sepanjang 10,865 kms. Diagram garis tunggal (single line diagram) penyulang CLWU dilampirkan pada Lampiran 10.
3.2.3
Penyulang Margawati (MGWT) Sama halnya dengan Penyulang DSKT dan CLWU, Penyulang Margawati
(MGWT) memiliki sistem rangkaian tertutup (loop circuit). Penyulang MGWT ini memiliki panjang 93,711 kms, dengan material yang paling banyak digunakan Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
38 adalah A3C 70 mm2 sepanjang 27,647 kms. Selain itu, terdapat 108 gardu dengan jumlah kVA terpasang sebesar 11.270 kVA. Diagram garis tunggal (single-line diagram) penyulang MGWT ditunjukkan pada Lampiran 11.
3.2.4
Penyulang Cigasong (CGSO) Berbeda dengan penyulang lainnya, dilihat dari bentuk jaringan,
Penyulang Cigasong (CGSO) ini menggunakan sistem radial. Penyulang CGSO memiliki aset 44 gardu dengan jumlah daya trafo terpasang sebesar 4.300 kVA. Total panjang penyulang adalah 31,753 kms. Material penghantar yang paling banyak digunakan adalah material A3C 70 mm2 dengan panjang 22,469 kms. Diagram garis tunggal (single line diagram) penyulang CGSO diberikan pada Lampiran 12.
3.2.5
Penyulang Intan Tiga (INTI) Jaringan pada Penyulang Intan Tiga (INTI) membentuk sistem rangkaian
tertutup (loop circuit). Berbeda dengan penyulang lain, material utama yang digunakan pada penyulang INTI adalah A3CS 150 mm 2 yang merupakan saluran penghantar berisolasi sepanjang 22,453 dari total panjang penyulang 39,988 kms. Pada Penyulang INTI terdapat 74 gardu dengan total daya trafo terpasang sebesar 10.895 kVA. Diagram garis tunggal (single-line diagram) penyulang MGWT ditunjukkan pada Lampiran 13.
3.2.6
Penyulang Intan Satu (INTU) Dilihat dari bentuk jaringannya, sistem ini merupakan sistem rangkaian
tertutup (loop circuit). Data aset yang dimiliki diantaranya adalah 26 gardu dengan jumlah kVA terpasang sebesar 8.695 kVA. Material utama yang digunakan adalah kabel tanah XLPE 240 mm2 sepanjang 28,280 kms dari total penyulang terpasang 31,282 kms. Diagram garis tunggal (single line diagram) penyulang CGSO diberikan pada Lampiran 14.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
39
3.2.7
Penyulang Talaga Bodas (TLBS) Penyulang Talaga Bodas (TLBS) ini memiliki panjang 14,482 kms dengan
material utamanya adalah XLPE 240 mm 2 sepanjang 13,858 kms. Terdapat juga 20 gardu dengan daya trafo terpasang sebesar 6.720 kVA. Bentuk jaringan pada Penyulang TLBS membentuk suatu rangkaian tertutup (loop circuit). Diagram garis tunggal (single-line diagram) penyulang MGWT ditunjukkan pada Lampiran 15.
3.2.8
Penyulang Suci Penyulang Suci membentuk jaringan dengan sistem rangkaian tertutup
(loop circuit). Aset yang dimiliki Penyulang Suci diantaranya adalah 80 gardu, daya trafo terpasang sebesar 13.450 kVA, panjang penyulang terpasang adalah 38,365 kms dengan material utama A3C 150 mm2 sepanjang 19,563 kms. Diagram garis tunggal (single line diagram) penyulang CLWU dilampirkan pada Lampiran 16.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
BAB 4 ANALISIS GANGGUAN PENYULANG AKIBAT LAYANG-LAYANG
Dari hasil rekap data gangguan penyulang di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota tahun 2012 dan 2013 diketahui bahwa terjadi 72 gangguan penyulang di tahun 2012 dan 128 gangguan penyulang di tahun 2013 yang mengakibatkan terjadinya pemadaman. Berikut diberikan grafik gangguan penyulang tahun 2012 dan 2013 pada Gambar 4.1. 25
Jumlah Gangguan
20 15 Tahun 2012
10
Tahun 2013 5 0
Bulan Gambar 4.1. Grafik Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun 2012 dan 2013
Jumlah gangguan tersebut jauh melebihi target kerja Rayon Garut Kota yang diberikan pada Tabel 3.1. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab gangguan pada penyulang, diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Komponen Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
2.
Alam
3.
Pohon
4.
Layang-layang
5.
Binatang
40
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
41
Pada Gambar 4.2 ditunjukkan grafik persentase penyebab gangguan penyulang pada tahun 2012 dan pada Gambar 4.3 ditunjukkan grafik persentase gangguan penyulang tahun 2013. Dari kelima faktor penyebab yang terlihat di dalam tersebut diketahui bahwa penyebab gangguan pada penyulang yang paling dominan adalah layang-layang. Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini akan dibahas mengenai gangguan penyulang yang disebabkan oleh layang-layang. POHON 3% ALAM 19% BINATANG 3%
LAYANG-LAYANG 36% KOMP. JTM 39%
Gambar 4.2. Grafik Penyebab Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun 2012 POHON 7% ALAM 13%
LAYANG-LAYANG 52%
BINATANG 2%
KOMPONEN JTM 26%
Gambar 4.3. Grafik Penyebab Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun 2013
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
42
Padam Akibat Gangguan Penyulang Oleh Layang-Layang
4.1
Pemadaman akibat gangguan penyulang oleh layang-layang sering terjadi dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 memiliki persentase sebesar 36% dan meningkat menjadi 52% pada tahun 2013. Pada Gambar 4.4 ditunjukkan grafik gangguan penyulang yang diakibatkan oleh layang-layang pada tahun 2012 dan 2013. 16
Jumlah Gangguan
14 12 10 8 Tahun 2012
6
Tahun 2013
4 2 0
Bulan Gambar 4.4. Grafik Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang Rayon Garut Kota Tahun 2012 dan 2013
Permainan layang-layang yang menggunakan kawat bermaterial logam dapat menyebabkan gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah, 2 fasa atau 3 fasa. Saat warga setempat bermain layang-layang di sekitar SUTM, kawat layanglayang bermaterial logam menempel atau tersangkut di 2 fasa atau 3 fasa kawat penghantar terbuka (tanpa isolasi), seperti terlihat pada Gambar 4.5. Kawat layang-layang tersebut dapat menjadi penghantar dan bersifat sebagai impedansi gangguan yang memiliki nilai sangat kecil, sehingga akan menghasilkan arus gangguan hubung singkat yang sangat besar melebihi kapasitas saluran penghantar. Arus gangguan yang besar dan melebihi kapasitas penghantar tersebut akan membuat sistem pengaman relai arus lebih momen (over current moment) bekerja dan penyulang jatuh (trip) yang mengakibatkan terjadinya pemadaman tak terencana. Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
43
Pada saat terjadi hubung-singkat antar fasa, akan timbul lompatan api (flash over) yang mengakibatkan isolasi udara tembus (breakdown). Karena yang tembus (breakdown) adalah isolasi udaranya, maka tidak ada kerusakan yang permanen. Setelah arus gangguan terputus karena pemutus tenaga (circuit breaker) atau pemutus balik (recloser) terbuka oleh relai pengamannya, peralatan atau saluran tersebut dapat beroperasi kembali. Selain gangguan antar fasa, apabila kawat atau benang dan rangka layanglayang melilit isolator dan mengenai tiang atau traves maka dapat menyebabkan gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah dan menimbulkan arus gangguan hubung singkat yang besar. Sehingga sistem pengaman relai arus lebih gangguan tanah (over current ground fault) akan bekerja dan membuat penyulang jatuh (trip) sehingga listrik padam.
Gambar 4.5. Kawat Layang-Layang Menghubungkan 2 Kawat SUTM
Gangguan penyulang oleh layang-layang juga dapat menyebabkan gangguan yang bersifat permanen dimana sistem baru bisa dioperasikan kembali apabila bagian yang terkena layang-layang dibersihkan dan bagian yang rusak diperbaiki atau diganti. Gangguan layang-layang sampai mengakibatkan Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
44
gangguan permanen ini memang jarang terjadi, tetapi perlu diwaspadai karena dampak yang ditimbulkannya sangat berbahaya, yaitu dapat mengakibatkan kawat SUTM putus yang berpotensi mengenai pemain layang-layang atau masyarakat sekitar. Hubung singkat yang terjadi karena kawat dan rangka layang-layang melilit di SUTM akan menimbulkan lompatan-lompatan api yang membuat saluran penghantar rapuh dan mempercepat penuaan penghantar. Ditambah lagi panas yang timbul akibat arus gangguan yang besar juga dapat merusak isolasi dan mengikis lapisan penghantar. Akibatnya, lama-kelamaan luas penampang penghantar semakin kecil dan kemampuan hantar arus yang dimilikinya menurun. Sehingga, ketika dalam kondisi tersebut penghantar tetap dialiri arus normal, penghantar atau kawat SUTM akan putus (broken conductor), seperti ditunjukkan pada Gambar 4.6. Adanya penghantar yang putus arah beban akan mengakibatkan beban tidak seimbang pada setiap fasanya. Hal ini membuat sistem pengaman relai broken conductor bekerja dan penyulang jatuh (trip).
Gambar 4.6. Kawat SUTM Putus (Broken Conductor) Akibat Layang-Layang
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
45
4.2
Pengaruh Faktor Konstruksi Sistem Konstruksi sistem distribusi juga mempengaruhi kualitas dan kontinuitas
pelayanan listrik terhadap pelanggan. Melihat jenis sistem penyalurannya, gangguan layang-layang hanya terjadi pada saluran udara (SUTM), sehingga pada jaringan distribusi yang banyak menggunakan saluran bawah tanah (SKTM) seperti, Penyulang Intan Satu (INTU) dan Talaga Bodas (TLBS) tidak sering terjadi gangguan penyulang oleh layang-layang. Sedangkan pada penyulang lainnya yang didominasi SUTM, seperti Penyulang Desa Kolot (DSKT), Cilawu (CLWU), Margawati (MGWT), Intan Tiga (INTI), Cogasong (CGSO), dan Suci, sering terjadi gangguan layang-layang. Hal ini juga didukung oleh peta wilayah rawan gangguan layang-layang pada Lampiran 20 yang menunjukkan bahwa wilayah-wilayah yang termasuk ke dalam daftar wilayah rawan gangguan layanglayang merupakan wilayah yang dicakup oleh penyulang dengan saluran udara (SUTM) saja. Data wilayah tersebut diberikan pada Tabel 4.1. Tabe 4.1. Data Wilayah Rawan Gangguan Layang-Layang No. 1
Kecamatan Cilawu
Desa/Kelurahan Kersamaju
Kampung Cihideung,
Penyulang Cigasong
Cikoneng, Cigasong 2
Cilawu
Dayeuhmanggung
Dayeuhmanggung
Cigasong
3
Cilawu
Karya Mekar
Karya Mekar
Cigasong
4
Cilawu
Sukamukti
Sukamukti
Cigasong
5
Bayongbong
Ciburuy
Ciburuy
DSKT
6
Bayongbong
Sukarame
Cibuntu, Cilimus
DSKT
7
Bayongbong
Sukasenang
Radug
DSKT
8
Bayongbong
Cinisti
Cinisti
DSKT
9
Bayongbong
Pamalayan
Bebedahan, Cicayur,
DSKT
Caringin 10
Bayongbong
Pangauban
Situsari, Cipaganti,
DSKT
Pangauban 11
Bayongbong
Cikedokan
Cikedokan,
DSKT
Bunisakit 12
Sukaresmi
Sukaresmi
Sukaresmi
DSKT
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
46
(Sambungan) Tabel 4.1. No.
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Kampung
Penyulang
13
Tarogong Kidul
Sukakarya
Patrol
INTI
14
Tarogong Kidul
Cibunar
Cibunar
INTI
15
Tarogong Kidul
Kersamenak
Kersamenak
INTI
16
Tarogong Kaler
Cintakarya
Pasir
INTI
17
Tarogong Kaler
Jayawaras
Panawuan
INTI
18
Tarogong Kaler
Pananjung
Pasawahan
INTI
19
Tarogong Kaler
Tanjungkemuning
Tanjungkemuning
INTI
20
Tarogong kaler
Cintarasa
Genteng, Cintarasa
Suci
21
Cilawu
Ngamplang
Cimaragas
Suci
22
Garut kota
Kotakulon
Galumpit, Wanasari,
Suci
23
Garut kota
Kotawetan
Sukaregangkidul,
Suci
Bentar 24
Garut kota
Sucikaler
Sucipermai
Suci
25
Garut kota
Haurpanggung
Ciawitali
Suci
26
Garut kota
Jayaraga
Jayaragakaler
Suci
27
Garutkota
Sukagalih
Cirengit
Suci
28
Garut kota
Sirnajaya
Malayu
Suci
29
Banyuresmi
Sukasenang
Bojongsalam
Suci
30
Sucinaraja
Lengkongjaya
Lengkongjaya
Cilawu
31
Karangpawitan
Karangsari
Cibolerang
Cilawu
32
Karangpawitan
Karangpawitan
Timang Ayu
Cilawu
33
Wanaraja
Cikole
Panyawenyan
Cilawu
34
Wanaraja
Tegalpanjang
Tegalpanjang
Cilawu
35
Sukawening
Sukawening
Sukawening
Margawati
36
Sukawening
Cihuni
Cihuni
Margawati
37
Sukawening
Maripari
Mariuk
Margawati
Dari hasil pengolahan data pemadaman listrik akibat gangguan penyulang diketahui bahwa jika diakumulasikan, penyulang dengan tingkat pemadaman akibat gangguan layang-layang paling tinggi tahun 2012-2013 adalah Penyulang Cigasong (CGSO). Berikut pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 diberikan grafik gangguan per penyulang tahun 2012 dan 2013. Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
47
16
Jumlah Gangguan
14 12 10
Komponen JTM
8
Alam
6
Layang-layang
4
Pohon
2
Binatang
0 CGSO CLWU DSKT
INTI
INTU MGWT SUCI
TLBS
Penyulang
Jumlah Gangguan
Gambar 4.7. Grafik Gangguan Per Penyulang Tahun 2012 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Komponen JTM Alam Layang-Layang Pohon Binatang CGSO CLWU DSKT
INTI
INTU MGWT SUCI
TLBS
Penyulang Gambar 4.8. Grafik Gangguan Per Penyulang Tahun 2013
Jika dilihat dari bentuk jaringannya, Penyulang Cigasong (CGSO) memang memiliki kekurangan dibanding penyulang lainnya yang berbentuk rangkaian tertutup (loop), dimana jaringan Penyulang CGSO berbentuk radial. Hal ini membuat keandalan sistem rendah dan kondisi penyulang kurang dapat diandalkan apabila terdapat gangguan karena penyaluran tenaga listrik hanya dilakukan dengan menggunakan satusaluran saja. Jaringan dengan bentuk radial ketika mendapat gangguan, dalam hal ini yang disebabkan oleh layang-layang, akan menghentikan penyaluran tenaga listrik cukup lama sebelum gangguan tersebut diperbaiki kembali. Berbeda halnya dengan sistem rangkaian tertutup Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
48
(loop) yang apabila terjadi gangguan pada penyulang, maka penyulang yang lain dapat menggantikan untuk menyalurkan daya listrik. Material penyulang yang digunakan juga berperan besar dalam terjadinya pemadaman listrik akibat layang-layang. Secara keseluruhan, jenis material yang banyak digunakan pada penyulang saluran udara (SUTM) di Rayon Garut Kota adalah A3C yang merupakan kawat penghantar terbuka (tanpa isolasi). Kawat penghantar terbuka (tanpa isolasi) sangat rawan terhadap gangguan layang-layang. Hal ini karena kawat layang-layang yang menempel di penyulang akan bersifat sebagai konduktor/penghantar dan membuat hubung singkat pada sistem. Selain itu, kawat penghantar terbuka akan lebih cepat rapuh dibandingkan dengan kawat berisolasi. Terbukti dengan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa pada beberapa penyulang SUTM dengan material utama A3C, seperti Penyulang CGSO, SUCI, dan MGWT, sering terjadi padam akibat gangguan penyulang oleh layang-layang. Berbeda dengan penyulang SUTM yang menggunakan A3CS (kawat berisolasi) sebagai material utamanya, seperti Penyulang INTI, dimana frekuensi padam akibat gangguan penyulang oleh layang-layang lebih sedikit dibandingkan dengan penyulang lainnya. Jenis dan luas penampang material penghantar yang digunakan pada penyulang juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya arus gangguan hubung singkat. Untuk mengetahui besarnya arus gangguan hubung singkat yang dapat terjadi ketika layang-layang menempel atau membelit penyulang di Rayon Garut Kota, dilakukan perhitungan besarnya arus gangguan hubung singkat berdasarkan panjang penyulang, yaitu diasumsikan terjadi di 25%, 50%, 75%, dan 100% panjang penyulang. Berikut adalah langkah-langkah perhitungan arus gangguan hubung singkat pada penyulang Cigasong (CGSO): a.
Menghitung Impedansi Sumber Data Hubung Singkat di bus sisi primer (150 kV) Gardu Induk Garut
adalah sebesar 2.468 MVA. Maka impedansi sumber (Xs) adalah:
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
49
Untuk mengetahui impedansi di ssi sekunder, yaitu di bus sisi 20 kV maka:
b.
Menghitung Reaktansi Trafo Besarnya nilai Ohm pada 100 %, yaitu:
Nilai reaktansi trafo tenaga:
Reaktansi urutan positif dan negatif
Reaktansi urutan nol Trafo mempunyai belitan delta, maka:
c.
Menghitung Impedansi Penyulang Berdasarkan data aset Rayon Garut Kota, total panjang penyulang CGSO
adalah 31,753 kms. Jenis penghantar yang digunakan pada penyulang CGSO terdiri dari 4,718 kms tipe A3C 150 mm 2, 22,469 kms tipe A3C 70 mm2, 0,860 kms tipe A3C 35 mm2, 3,582 kms tipe A3CS 150 mm2, dan 0,124 kms XLPE 240 mm2.
Impedansi A3C 150 mm2
Impedansi A3C 70 mm2
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
50
Impedansi A3C 35 mm2
Impedansi A3CS 150 mm2
Impedansi XLPE 240 mm2
Impedansi Penyulang Total ∑ ∑
Hasil perhitungan impedansi penyulang dengan jarak 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100% panjang penyulang diberikan pada Tabel 4.2 untuk urutan positif dan negatif, sedangkan Tabel 4.3 untuk urutan nol. Tabel 4.2. Impedansi Penyulang CGSO Urutan Positif dan Negatif % Panjang Penyulang Impedansi Penyulang ( 0
0
25 50 75 100 d.
Menghitung Impedansi Ekivalen Jaringan
Perhitungan
dan
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
51
Hasil perhitungan
dan
diberikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.3. Impedansi Penyulang CGSO Urutan Nol % Panjang Penyulang
Impedansi Penyulang (
0
0
25 50 75 100 Tabel 4.4. Impedansi Ekivalen Jaringan
dan
% Panjang Penyulang Impedansi Ekivalen (
dan
0 25 50 75 100
Perhitungan
Hasil perhitungan
diberikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Impedansi Ekivalen Jaringan % Panjang Penyulang
Impedansi Ekivalen (
0 25 50 75 100
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
52
e.
Menghitung Arus Gangguan Hubung Singkat Jenis gangguan hubung singkat yang dapat terjadi karena menempelnya
layang-layang pada SUTM adalah gangguan 1 fasa ke tanah, 2 fasa, 2 fasa ke tanah, dan 3 fasa. Dengan memasukkan nilai-nilai yang telah didapat sebelumnya ke dalam persamaan 2.1, 2.2, 2.3, dan 2.4, diperoleh besarnya arus gangguan hubung singkat yang dapat terjadi pada penyulang CGSO di titik 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100% panjang penyulang. Dengan menggunakan langkah perhitungan yang sama, maka dapat diketahui pula berapa besar arus gangguan hubung singkat yang terjadi pada penyulang lainnya. Adapun hasil perhitungan diberikan pada Tabel 4.6. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa selain jenis material penghantar yang digunakan, jarak atau lokasi terjadinya gangguan, dalam hal ini titik menempelnya layang-layang pada SUTM, juga mempengaruhi besarnya arus gangguan yang terjadi. Semakin dekat dengan sumber, arus gangguan hubung singkat yang dihasilkan semakin besar. Tabel 4.6. Arus Gangguan Hubung Singkat Pada Penyulang Di Rayon Garut Kota Arus Hubung Singkat Panjang
Jarak
Penyulang
3 fasa (A)
2 fasa (A)
2 fasa ke
1 fasa ke
tanah (A)
tanah (A)
CGSO 0%
0
3849
5000
5787,212053
163,3805539
25%
7,93825
1693,800263
1719,035754
1211,77836
154,0554829
50%
15,8765
1057,634189
1008,291834
660,1952054
144,7806473
75%
23,8148
767,9068507
712,4039473
455,1385545
136,072867
100%
31,753
602,6169072
550,6175196
348,210541
127,9956694
0%
0
3849
5000
5787,212053
163,3805539
25%
3,57725
2467,180629
2717,213336
2167,608598
159,1408297
50%
7,1545
1757,503702
1795,295333
1276,611055
154,65381
75%
10,7318
1360,235405
1335,296788
902,8106402
150,2232225
100%
14,309
1108,475029
1061,907724
698,7727021
145,8940504
DSKT
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
53
(Sambungan) Tabel 4.6. Panjang Penyulang
Jarak 3 fasa (A)
Arus Hubung Singkat 2 fasa ke 2 fasa (A) tanah (A)
1 fasa ke tanah (A)
CLWU 0%
0
3849
5000
5787,212053
163,3805539
25%
6,03
2208,707621
2365,215749
1802,034503
157,6643474
50%
12,06
1498,237407
1490,967065
1024,782191
151,7641007
75%
18,09
1130,622995
1085,428258
715,813148
146,056944
100%
24,12
907,2922575
852,74171
550,7612442
140,5855327
0%
0
3849
5000
5787,212053
163,3805539
25%
9,997
1797,839723
1844,097002
1318,703234
154,6561096
50%
19,994
1135,174309
1090,274023
719,3331183
146,068728
75%
29,991
828,0859975
772,5465446
495,7652754
138,0917755
100%
39,988
651,5325916
597,9849851
379,1630089
130,7256023
0%
0
3849
5000
5787,212053
163,3805539
25%
9,59125
1863,645394
1924,58654
1389,303486
155,3784235
50%
19,1825
1202,053857
1161,972078
771,9670438
147,3027908
75%
28,7738
885,9446575
831,010279
535,7297731
139,570824
100%
38,365
701,260873
646,5773008
411,1245384
132,265355
0%
0
3849
5000
5787,212053
163,3805539
25%
23,4428
852,1284863
796,7636499
512,2906631
139,0539544
50%
46,8855
472,0416373
426,2242998
268,2193094
118,7045728
75%
70,3283
326,3549041
290,8521759
182,988364
102,5621187
100%
93,771
249,3740569
220,7313803
139,3558391
89,79397013
0%
0
8074,825175
8474,576271
6251,439661
509,8156382
25%
7,8205
4643,362089
4470,720962
2947,497259
477,9002651
50%
15,641
3106,040217
2883,843012
1834,088372
447,1253024
75%
23,4615
2318,081385
2113,595336
1326,398146
419,3060874
100%
31,282
1845,68521
1664,942589
1039,445455
394,326063
INTI
SUCI
MGWT
INTU
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
54
(Sambungan) Tabel 4.6. Panjang
Arus Hubung Singkat
Penyulang
Jarak
3 fasa (A)
2 fasa (A)
2 fasa ke tanah (A)
1 fasa ke tanah (A)
TLBS
4.3
0%
0
8074,825175
8474,576271
6251,439661
509,8156382
25%
3,6205
6185,932979
6185,613334
4267,086079
495,4710017
50%
7,241
4840,185787
4682,410308
3103,494931
480,6421444
75%
10,8615
3934,381218
3724,538945
2412,002209
466,1507181
100%
14,482
3301,211045
3079,000434
1965,942967
452,2216124
Pengaruh Faktor Cuaca dan Iklim Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan
sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Berdasarkan studi data sekunder, iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattern), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat; dan elevasi topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 24° C - 27° C. Besaran angka penguap keringatan (evapotranspirasi) menurut Iwaco-Waseco (1991) adalah 1572 mm/tahun. Selama musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang membawa udara basah dari Laut Cina Selatan dan bagian barat Laut Jawa. Pada musim kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia yang terletak di tenggara. [20] Pada Gambar 4.4, grafik gangguan penyulang akibat layang-layang rayon garut kota tahun 2012 dan 2013, menunjukkan bahwa selama bulan Januari hingga April jarang terjadi padam akibat gangguan layang-layang. Pada bulan Mei-Desember, padam akibat gangguan layang-layang mengalami peningkatan. Pemadaman akibat gangguan layang-layang paling sering terjadi selama bulan Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
55
Agustus sampai dengan Oktober. Hal ini berarti selama 4 bulan, dari Januari sampai April merupakan bulan kering (musim kemarau) dan selama 8 bulan, dari Mei sampai Desember termasuk bulan basah (musim hujan). Bagaimana faktor cuaca dan iklim dapat mempengaruhi pemadaman yang terjadi akibat layang-layang? Permainan layang-layang banyak dilakukan di musim kemarau. Jumlah layang-layang di udara semakin bertambah dan semakin besar pula ukurannya. Hal ini menjadi sangat merugikan, karena banyak layanglayang yang tersangkut di SUTM dan menyebabkan listrik padam. Pada musim ini, padam yang terjadi hanya disebabkan oleh kawat layang-layang yang menempel di SUTM saja. Benang dan rangka layang-layang yang ikut menempel atau melilit di SUTM tidak turut menjadi penyebab pemadaman. Sedangkan pada musim hujan permainan layang-layang berkurang. Tetapi, tidak sama halnya dengan gangguan penyulang yang diakibatkan oleh layanglayang. Hal ini dikarenakan kawat, bahkan benang dan rangka layang-layang yang bukan terbuat dari bahan logam, jika dalam keadaan basah (akibat hujan atau embun) dapat berubah sifat sebagai konduktor yang mengalirkan arus listrik dan dapat membuat terjadinya hubung singkat fasa ke tanah ataupun antar fasa yang mengakibatkan terjadinya pemadaman. Oleh karena itu, padam akibat gangguan layang-layang lebih banyak terjadi di musim hujan dibandingkan dengan musim kemarau. Sehingga, untuk mencegah hal ini perlu dilakukan operasi rutin pembersihan SUTM dari sampah layang-layang selama musim kemarau berlangsung, agar saat menghadapi musim hujan tidak ada lagi kawat, rangka, dan benang layang-layang yang menempel di SUTM yang berpotensi menyebakan gangguan pada penyulang dan mengakibatkan pemadaman.
4.4
Dampak Dari Gangguan Layang-Layang Pemadaman yang terjadi akibat adanya gangguan penyulang oleh layang-
layang dapat menimbulkan beberapa kerugian, seperti kerugian pihak PLN, terhentinya pasokan listrik, kerusakan pada peralatan sistem, dan dapat mengancam
keselamatan
manusia,
baik
pemain
layang-layang
maupun
masyarakat di sekitar SUTM.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
56
4.4.1
Kerusakan Peralatan Kawat layang-layang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada
peralatan. Kerusakan akibat arus gangguan ini tergantung pada besar dan lamanya arus gangguan. Contoh kerusakan tersebut diberikan pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9. Akibat Layang-Layang Pada Penyulang
Gangguan hubung singkat yang diakibatkan oleh layang-layang dapat menimbulkan panas pada penghantar. Saat penghantar dialiri arus, ada dua titik dengan media udara yang bersifat sebagai penghantar yang mempunyai tahanan besar, sehingga penghantar tersebut panas sesuai dengan persamaan 4.1 dan 4.2. ∫
(4.1) (4.2)
dimana: I = arus gangguan (Amp) R = tahanan penghantar/konduktor (Ohm) t = waktu lamanya arus ganggan (detik)
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
57
Pemanasan berlebih akan menaikkan suhu penghantar yang dialiri arus gangguan. Jika terlalu lama, suhu penghantar akan terlalu tinggi sehingga dapat merusak isolasi juga penghantar tersebut atau mempercepat penuaannya. Tidak hanya merusak penghantar, tetapi gangguan layang-layang ini juga dapat membuat penghantar putus. Hubung singkat yang terjadi karena kawat dan rangka layang-layang melilit di SUTM akan menimbulkan lompatan-lompatan api dan panas atau termal akibat arus gangguan yang besar. Hal ini akan merusak isolasi dan mengikis lapisan penghantar. Semakin lama luas penampang penghantar menjadi semakin kecil dan kemampuan hantar arus yang dimilikinya menurun. Apabila dalam kondisi tersebut penghantar tetap dialiri arus normal yang melebihi kapasitas hantar arusnya sekarang, maka kawat SUTM akan putus, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.7.
4.4.2
Ancaman Keselamatan Bagi Manusia Akibat dari layang-layang ini tidak hanya merusak peralatan, tetapi juga
sangat berbahaya bagi manusia. Panasnya penghantar yang diakibatkan oleh terjadinya gangguan hubung singkat dapat melepas uliran dari penghantar dan membuatnya terurai. Uraian dari penghantar (bundle conductor) ini akan menggantung, dan akan sangat berbahaya apabila terjangkau oleh manusia atau pohon karena bisa menyebabkan terkena sengatan listrik. Apabila kawat SUTM putus, pada sisi hilir (downstream), ketika kawat menyentuh tanah akan mengalir arus balik (feedback) dari fasa lain yang bernilai sangat besar dan berbahaya bagi manusia. Ilustrasi peristiwa ini diberikan pada Gambar 4.10. Selain itu, saat layang-layang tersangkut ke SUTM, para pemainnya berusaha untuk menarik kembali layang-layang tersebut supaya terlepas dari SUTM. Hal ini sangat berbahaya, karena orang yang menarik layang-layang tersebut dapat terkena tegangan sentuh sebesar 20 kV, seperti ilustrasi yang diberikan pada Gambar 4.11. Padahal tubuh manusia dengan tahanan 2000-3000 Ω hanya mampu menerima tegangan maksimum AC sebesar 50 V, arus terasa sebesar 0,9 mA, dan arus yang dapat menyebabkan kematian > 50-100 mA.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
58
Gambar 4.10. Terjadinya Arus Balik Saat Konduktor di Sisi Hilir Menyentuh Tanah [19]
Gambar 4.11. Ilustrasi Pemain Layang-Layang Terkena Tegangan Sentuh
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
59
4.4.3
Kerugian PLN Akibat dari sering terjadinya pemadaman yang disebabkan gangguan
penyulang oleh layang-layang di Rayon Garut Kota, jumlah kwH listrik yang tidak terjual pun semakin tinggi dan merugikan pihak PLN. Besar kwH tidak terjual dan kerugian yang dirasakan PLN dapat dihitung dengan cara berikut. √
dimana: I = Arus (Ampere) t = Lama terjadinya gangguan (jam) = Faktor daya (0,85) Sebagai contoh perhitungan, pada tanggal 1 Januari 2012 terjadi gangguan penyulang akibat layang-layang yang mengakibatkan pemadaman listrik pada pukul 14:02-14:05 dengan nilai arus 32 A. Besar kerugian PLN adalah sebagai berikut: √
(
)
Setelah dilakukan perhitungan, diketahui bahwa akibat dari gangguan layang-layang di Rayon Garut Kota pada tahun 2012, 10.776,3 kwH tidak tersalurkan dengan nilai jual per kwH adalah Rp 685,00 yang mengakibatkan PLN merugi sebesar Rp 7.381.775,00. Sedangkan pada tahun 2013, seiring dengan bertambahnya frekuensi gangguan layang-layang yang terjadi, bertambah besar pula kerugian yang dialami PLN. Sebesar 46.771,7 kwH tidak tersalurkan dengan nilai jual per kwH adalah Rp 715,00. Akibatnya, PLN merugi sebesar Rp 33.441.768,00. Rincian perhitungan kerugian PLN tahun 2012 dan 2013 diberikan pada Lampiran 5 dan Lampiran 6.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
60
4.4.4
Keandalan Sistem Distribusi PLN Tingginya persentase pemadaman yang terjadi akibat gangguan penyulang
oleh layang-layang mempengaruhi keandalan sistem distribusi yang diukur dengan menggunakan indeks keandalan SAIFI dan SAIDI. SAIFI menunjukkan rata-rata frekuensi padam pada setiap pelanggan, sedangkan SAIDI menunjukkan rata-rata lama pemadaman pada sistem. Oleh karena itu, semakin kecil nilai SAIFI dan SAIDI maka akan semakin bagus keandalan suatu sistem distribusi.
4.4.4.1 Indeks Rata-Rata Frekuensi Pemadaman (SAIFI) Rayon Garut Kota Berdasarkan data pemadaman di Area Garut Rayon Garut Kota tahun 2012, dapat dihitung nilai SAIFI per penyebab pemadaman dengan menggunakan persamaan 2.8. Berikut pada Tabel 4.7 diberikan rincian nilai SAIFI per penyebab pemadaman tahun 2012. Tabel 4.7. SAIFI Per Penyebab Pemadaman Rayon Garut Kota Tahun 2012 SAIFI No.
Penyebab Pemadaman Total
Rata-rata
1
Kelompok Sambungan Tenaga Listrik &APP
2,9703076019 0,2475256335
2
Kelompok Jaringan Tegangan Rendah
0,1254408307 0,0104534026
3
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
2,1868730408 0,1822394201
4
Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)
0,0000097962 0,0000008164
Jumlah Total
5,2826312696 0,4402192725
Nilai SAIFI tahun 2012 menunjukkan bahwa setiap pelanggan mengalami 5,2826312696 kali pemadaman/tahun, dimana nilai ini melebihi target kinerja Rayon Garut Kota, yaitu sebesar 4,2 pemadaman/pelanggan/tahun. Dari hasil rekap data pemadaman di Area Garut Rayon Garut Kota tahun 2012 diketahui pula bahwa telah terjadi 121 kali pemadaman yang disebabkan SUTM dengan jumlah pelanggan padam sebanyak 16.367 pelanggan. Dan dari 121 kali pemadaman tersebut, 26 pemadaman (21%) diantaranya disebabkan oleh gangguan penyulang akibat layang-layang. Maka, nilai SAIFI akibat gangguan penyulang oleh layang-layang adalah sebagai berikut: Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
61
pemadaman/pelanggan /tahun. Adapun nilai SAIFI per penyebab pemadaman tahun 2013 diberikan pada Tabel 4.8. Hasilnya menunjukkan bahwa pada tahun 2013 setiap pelanggan mengalami 6,2565408098 kali pemadaman/tahun. Nilai ini lebih besar dari tahun sebelumnya dan melebihi target kerja yang ditetapkan, yaitu sebesar 5,2 pemadaman/pelanggan/tahun. Hal ini berarti tingkat keandalan SAIFI tahun 2013 lebih buruk daripada tahun 2012. Tabel 4.8. SAIFI Per Penyebab Pemadaman Rayon Garut Kota Tahun 2013 SAIFI No.
Penyebab Pemadaman Total
Rata-rata
1
Kelompok Sambungan Tenaga Listrik &APP
3,7461041680 0,3121753473
2
Kelompok Jaringan Tegangan Rendah
1,4877412624 0,1239784385
3
Kelompok Transformator Gardu Distribusi
0,0084933178 0,0007077765
4
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
1,0142020616 0,0845168385
Jumlah Total
6,2565408098 0,5213784008
Dari total 150 pemadaman yang terjadi oleh karena disebabkan masalah pada SUTM, 66 gangguan (44%) diantaranya disebabkan oleh gangguan penyulang akibat layang-layang. Total jumlah pelanggan padam akibat masalah SUTM adalah sebanyak 11.524 pelanggan. Maka, nilai SAIFI gangguan penyulang akibat layang-layang pada tahun 2013 dapat dihitung dengan cara berikut.
pemadaman/pelanggan /tahun. Walaupun angka gangguan penyulang akibat layang-layang pada tahun 2013 lebih banyak dari tahun 2012, tetapi nilai SAIFI per penyebab layang-layang tahun 2013 lebih kecil dari tahun 2012. Hal ini karena dipengaruhi oleh jumlah pelanggan padam pada tahun 2012 yang lebih besar dari tahun 2013.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
62
4.4.4.2 Indeks Rata-Rata Lama Pemadaman (SAIDI) Rayon Garut Kota Pada Tabel 4.9 diberikan nilai SAIDI per penyebab pemadaman di Rayon Garut Kota tahun 2012 yang dihitung menggunakan persamaan 2.10. Jumlah total keseluruhan data menunjukkan nilai SAIDI Rayon Garut Kota pada tahun 2012 adalah 1,7105067594 jam padam/pelanggan/tahun, dimana nilai tersebut melebihi target yang ditetapkan yaitu 0,98 jam padam/pelanggan/tahun. Dari semua penyebab pemadaman nilai SAIDI pemadaman akibat SUTM merupakan yang paling besar. Lama pemadaman total akibat masalah SUTM pada tahun 2012 adalah 57,27 jam dengan jumlah pelanggan padam sebanyak 16.367 pelanggan. Dari total lama padam tersebut, 182 menit (5,3%) pemadaman tersebut diakibatkan gangguan penyulang oleh layang-layang. Sehingga nilai SAIDI gangguan penyulang oleh layang-layang tahun 2012 dapat dihitung sebagai berikut.
jam padam/pelanggan /tahun. Tabel 4.9. SAIDI Per Penyebab Pemadaman Rayon Garut Kota Tahun 2012 SAIDI No.
Penyebab Pemadaman Total
Rata-rata
1
Kelompok Sambungan Tenaga Listrik &APP
0,619566321
0,051630527
2
Kelompok Jaringan Tegangan Rendah
0,022721787
0,001893482
3
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
1,068210815
0,089017568
4
Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)
0,000007837
0,000000653
Jumlah Total
1,7105067594 0,1425422300
Sedangkan, pada tahun 2013 diperoleh hasil perhitungan nilai SAIDI sebesar 3,4081729816 jam padam/pelanggan/tahun. Nilai ini melebihi target kerja SAIDI tahun 2013 yang ditetapkan sebesar 2,34 jam padam/pelanggan/tahun. Nilai SAIDI per penyebab pemadaman tahun 2013 diberikan pada Tabel 4.10. Lama pemadaman total akibat masalah SUTM sepanjang tahun 2013 adalah 49,18 jam dengan jumlah pelanggan padam sebanyak 11.524 pelanggan. Dari total lama padam tersebut, 1336 menit (45,3%) diakibatkan gangguan
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
63
penyulang oleh layang-layang. Maka nilai SAIDI gangguan penyulang oleh layang-layang adalah sebagai berikut:
jam padam/pelanggan /tahun. Tabel 4.10. SAIDI Per Penyebab Pemadaman Rayon Garut Kota Tahun 2013 SAIDI No.
Penyebab Pemadaman Total
Rata-rata
1
Kelompok Sambungan Tenaga Listrik &APP
2,786708839
0,232225737
2
Kelompok Jaringan Tegangan Rendah
0,306759094
0,025563258
3
Kelompok Transformator Gardu Distribusi
0,001453856
0,000121155
4
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
0,313251192
0,026104266
Jumlah Total
4.5
3,4081729816 0,2840144151
Upaya Penekanan Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang Melihat frekuensi gangguan layang-layang yang semakin meningkat dan
besarnya kerugian yang dihasilkan, maka perlu dilakukan upaya penekanan gangguan seoptimal mungkin agar keandalan sistem dan kualitas serta kontinuitas pelayanan pasokan listrik terhadap pelanggan dapat ditingkatkan. Dengan mempertimbangkan hasil analisis terhadap karakteristik penyebab pemadaman
akibat
gangguan
layang-layang,
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya, dan dampak yang ditimbulkan, upaya untuk menekan gangguan penyulang akibat layang-layang dapat dilakukan secara teknis maupun non-teknis. Upaya teknis untuk menekan gangguan layang-layang adalah sebagai berikut: 1.
Mengganti kawat penghantar terbuka (tak berisolasi) A3C dengan kawat penghantar berisolasi A3CS. Dengan demikian dapat mengurangi resiko terhubungnya antar fasa penghantar yang disebabkan karena menempelnya layang-layang pada penyulang.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
64
2.
Menggunakan Grounding Steel Wire (GSW) untuk mencegah kawat layang-layang langsung menempel ke saluran penghantar. Konstruksi pemasangan GSW diberikan pada Lampiran 17.
3.
Operasi pembersihan layang-layang yang menempel di penyulang secara rutin di daerah-daerah yang berpotensi gangguan. Upaya non-teknis untuk mengatasi gangguan layang-layang, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Sosialisasi di daerah potensi bermain layangan yang tinggi untuk menghindari bermain layangan di dekat jaringan PLN.
2.
Pemasangan/penyebaran spanduk mengenai bahaya bermain layangan di dekat jaringan PLN.
3.
Mensosialisasikan langsung kepada pengguna dan produsen layangan mengenai kerugian yang akan timbul bila bermain layangan tidak pada tempatnya serta penggunaan bahan layangan yang tidak seharusnya.
4.
Berkordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk menjadikan perhatian khusus terhadap penggunaan layangan yang tidak sewajarnya (dari segi dimensi dan bahan benang yang digunakan). Beberapa contoh sosialisasi bahaya bermain layangan di dekat jaringan
PLN ditunjukkan pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12. Sosialisasi Bahaya Bermain Layang-Layang Di Dekat Jaringan PLN Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
65
4.6
Evaluasi Hasil Penekanan Gangguan Layang-Layang Hasil dari upaya penekanan gangguan penyulang akibat layang-layang
dapat dilihat dari angka gangguan layang-layang yang terjadi pada tahun 2014, apakah jumlah gangguan tersebut mengalami penurunan atau tidak. Berikut pada Gambar 4.13 diberikan perbandingan gangguan penyulang akibat layang-layang dari tahun 2012 sampai bulan September tahun 2014 di Rayon Garut Kota. 16 Jumlah Gangguan
14 12 10 8
Tahun 2012
6
Tahun 2013
4
Tahun 2014
2 0
Bulan Gambar 4.13. Grafik Perbandingan Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang Tahun 2012-2014
Total gangguan penyulang akibat layang-layang pada tahun 2012 adalah 26 gangguan, meningkat pada tahun 2013 menjadi sebanyak 66 gangguan, dan pada tahun 2014 terhitung ada 34 gangguan penyulang akibat layang-layang yang terjadi sampai bulan September 2014. Angka tersebut menunjukkan telah terjadi penurunan tingkat gangguan yang terjadi dibandingkan dengan tahun 2013. Beberapa gangguan penyulang akibat layang-layang yang masih terjadi dapat disebabkan beberapa faktor, seperti penggantian kawat terbuka A3C ke kawat berisolasi A3CS dan pemasangan grounding steel wire (GSW) yang belum menyeluruh, masih terdapatnya layang-layang di beberapa titik SUTM yang menyebabkan gangguan penyulang, serta sosialisasi mengenai bahaya bermain layang-layang di sekitar SUTM terhadap masyarakat yang masih kurang efektif, sehingga masih banyak permainan layang-layang yang dilakukan di sekitar jaringan PLN.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
66
4.7
Perencanaan Optimasi Penyulang Dari Gangguan Layang-Layang Untuk meningkatkan hasil penekanan gangguan layang-layang, pada sub-
bab ini akan dibuat perencanaan optimasi penyulang dengan mengganti kawat terbuka (tanpa isolasi) A3C menjadi kawat berisolasi A3CS. Solusi ini merupakan solusi terbaik untuk mencegah agar layang-layang yang menempel atau melilit di SUTM tidak akan langsung menyebabkan gangguan pada penyulang, sehingga angka pemadaman dapat menurun. Rencana penggantian kawat A3C ke A3CS dilakukan pada penyulang dengan angka gangguan layang-layang tinggi, yaitu penyulang CGSO, MGWT, dan SUCI. Berikut pada Tabel 4.11 diberikan data panjang kawat A3C pada ketiga penyulang tersebut. Tabel 4.11. Data Panjang Penggantian Kawat A3C No. Penyulang Panjang Kawat A3C 1
CGSO
28,047 kms
2
MGWT
63,574 kms
3
SUCI
23,585 kms
Dengan melakukan penggantian kawat A3C, seluruh jenis material yang menyusun ketiga penyulang tersebut akan berubah menjadi kawat berisolasi A3CS. Sehingga, angka kerugian pihak PLN dapat diturunkan. Kerugian pihak PLN setelah dilakukan penggantian kawat A3C menjadi A3CS diberikan pada Tabel 4.12. Dengan optimasi jaringan pada penyulang CGSO, MGWT, dan SUCI, kerugian yang dialami PLN akibat gangguan layang-layang adalah sebesar Rp 10.936.741,00 dengan 15.296,1 kwH tak terjual. Ini berarti kerugian PLN telah berkurang sebanyak Rp 22.505.027,00 dari kerugian akibat gangguan layanglayang pada tahun 2013. Selain itu, dampak positif lain dari penggantian kawat A3C menjadi A3CS ini juga dapat meningkatkan keandalan sistem distribusi, dimana pada tahun 2013 nilai SAIFI dan SAIDI belum memenuhi target kerja yang telah ditetapkan Rayon Garut Kota.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
67
Tabel 4.12. Estimasi Kerugian PLN Setelah Optimasi Jaringan No.
Durasi
kwH tak
(mnt)
tersalurkan
Penyulang
Amp
1
INTI
195
20
1.911,7
1.366.830
2
INTU
80
30
1.176,4
841.126
3
INTU
85
15
625,0
446.848
4
INTI
175
23
1.972,9
1.410.638
5
INTI
216
11
1.164,6
832.715
6
DSKT
124
6
364,7
260.749
7
DSKT
185
14
1.269,5
907.715
8
INTI
121
4
237,2
169.627
9
TLBS
145
50
3.553,7
2.540.901
10
DSKT
212
26
2.701,8
1.931.786
11
INTI
130
5
318,6
227.805
TOTAL
1336
15.296,1
Rupiah
10.936.741
Dengan melihat grafik gangguan per penyulang tahun 2013 pada Gambar 4.8 diketahui jumlah padam akibat gangguan layang-layang pada ketiga penyulang yang dioptimasi adalah sebanyak 55 kali padam. Ini berarti, dari total 150 kali pemadaman yang terjadi oleh karena disebabkan masalah pada SUTM, 55 kali padam atau sebesar 37% telah berkurang. Sehingga SAIFI sistem setelah optimasi dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.
pemadaman/pelanggan/tahun Nilai SAIFI setelah dioptimasi tersebut menunjukkan peningkatan dari nilai sebelumnya di tahun 2013. Walaupun masih belum memenuhi target kerja yang ditetapkan sebesar 5,2 kali pemadaman/pelanggan/tahun, nilai SAIFI setelah optimasi ini sudah mendekati target kerja. Sedangkan untuk melihat dampak optimasi jaringan pada parameter SAIDI, dilihat dari durasi pemadaman pada penyulang yang diakibatkan layanglayang pada tahun 2013. Lama pemadaman total akibat layang-layang pada ketiga
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
68
penyulang yang dioptimasi adalah sebesar 1132 menit, yang berarti mengurangi 38% dari SAIDI SUTM. Nilai
SAIDI
sistem
setelah
dioptimasi
dapat
dihitung
dengan
menggunakan cara berikut.
jam padam/pelanggan/tahun Dari hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa nilai SAIDI setelah dioptimasi lebih kecil dari sebelum optimasi. Hal tersebut menunjukkan peningkatan pada parameter SAIDI yang semakin mendekati target kerja Rayon Garut Kota. Secara keseluruhan, perencanaan
hasil optimasi jaringan dengan
mengganti kawat terbuka A3C menjadi kawat berisolasi A3CS menunjukkan penurunan kerugian pada pihak PLN dan peningkatan keandalan sistem distribusi. Tetapi kendala di dalam optimasi ini adalah dari segi biaya penggantian yang mahal. Sebagai solusi alternatif yang lebih ekonomis, optimasi jaringan dapat dilakukan dengan memasang GSW (Grounding Steel Wire) pada jaringan.
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Jenis gangguan yang disebabkan oleh menempel atau membelitnya layang-layang pada SUTM dapat berupa gangguan hubung singkat 3 fasa, 2 fasa, 2 fasa ke tanah, 1 fasa ke tanah, dan putusnya kawat penghantar.
2.
Dampak dari gangguan penyulang akibat layang-layang dapat merugikan pihak PLN dan konsumen dikarenakan terhentinya pasokan listrik, menurunnya keandalan sistem distribusi, kerusakan pada peralatan sistem, dan berbahaya bagi manusia karena bisa terkena sengatan listrik apabila mengenai bagian peralatan (kawat penghantar) yang rusak atau putus.
3.
Solusi secara teknis yang dapat dilakukan untuk menekan gangguan penyulang oleh layang-layang adalah penggantian kawat terbuka dengan penghantar berisolasi, penggunaan GSW (Grounding Steel Wire), dan operasi rutin pembersihan SUTM dari sampah layang-layang.
4.
Solusi non-teknis dalam upaya menekan terjadinya pemadaman akibat gangguan layang-layang adalah dengan sosialisasi kepada masyarakat akan bahaya bermain layang-layang di dekat jaringan PLN melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik.
69
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
70
DAFTAR ACUAN
[1]
Sarimun, Wahyudi. (2011). Buku Saku Pelayanan Teknik. Kota Depok: Garamond.
[2]
Rendra, Prambudhi Setyo. (2010). Analisa Penentuan Lokasi Dan Jumlah Sectionalizer Untuk Peningkatan Keandalan Sistem Distribusi. Tesis. 11 November 2014. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100009036635/8336
[3]
Buku
AST
(Yusreni
Warmi).
(t.d.).
30
September
2014.
http://www.academia.edu/6383668/Buku_AST_Yusreni_Warmi_ [4]
(t.p.). (2008). Sistem Distribusi Tenaga Listrik. 14 Oktober 2014.
[5]
Kadir, Abdul. (2000). Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
[6]
Courtney, Martin. (15 Oktober 2013). Whatever Happened To Broadband Over Power Line?. Engineering and Technology Magazine. 4 November 2014.
http://eandt.theiet.org/magazine/2013/10/broadband-over-power-
line.cfm [7]
Edvard. (22 Oktober 2010). Types of Underground Lines. Electrical Engineering Portal. 4 November 2014. http://electrical-engineeringportal.com/types-of-underground-lines
[8]
Suswanto, Daman. (25 November 2010). Bab 2 Klasifikasi Jaringan Distribusi.Sistem Distribusi Tenaga Listrik.
[9]
Hammer, Cutler. (1999). Learning Module 3: Fundamentals Of Electrical Distribution. Fundamentals Of Electrical Distribution. 15 November 2014. http://electrical-engineering-portal.com/download-center/books-andguides/electrical-engineering/fundamentals-of-electrical-distribution
[10]
Sarimun, Wahyudi. (2012). Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Kota Depok: Garamond.
[11]
(t.p.). (2011). Memahami Pemadaman Listrik. PT PLN (Persero) Distribusi Lampung. 11 November 2014. http://www.pln.co.id/lampung/?p=3408 Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
71
[12]
(t.d.). Vacuum Circuit Breaker/Outdoor. Direct Industry: The Online Industrial
Exhibition.
25
November
2014.
http://www.directindustry.com/prod/cg-power-systems/vacuum-circuitbreakers-outdoor-13988-693221.html [13]
Newton, Gerald. (2008). 2008 NEC Change Test 7. 25 November 2014. http://www.electrician2.com/2008nec_pract_tests/NEC803/NEC807.HTM
[14]
(t.d.). Outdoor Indoor Load Break Switch. Power Protection. 25 November 2014.
http://www.powerprotection.co.in/outdoor-indoor-load-break-
switch.htm [15]
(t.p.). (11 November 2013). Energy Management: Disconnect Switch For Line Sectionalizing, Isolation Of Distribution Circuits. Utility Products. 25 November 2014. http://www.utilityproducts.com/articles/2013/11/energymanagement-disconnect-switch-for-line-sectionalizing-isolation-ofdistribution-circuits.html
[16]
(t.p.) (2010). Buku 5: Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik. PT. PLN (Persero).
[17]
Edvard. (15 Juli 2012). Autoreclosing in Transmission and Distribution Systems.
Electrical
Engineering
Portal.
25
November
2014.
http://electrical-engineering-portal.com/autoreclosing-in-transmission-anddistribution-systems [18]
(t.d.). Distribution Systems: Protective Equipment. United States Department
Of
Labor.
25
November
2014.
https://www.osha.gov/SLTC/etools/electric_power/illustrated_glossary/dis tribution_system/protective_equipment.html [19]
(t.p.). (29 Juni 2009). Kesalahan Setting Relay Pembatas Beban F49. 25 November 2014. https://bincanglistrik.wordpress.com/category/proteksi/
[20]
(t.p.). (2014). Profil Daerah Kabupaten Garut. 11 Januari 2015. http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1045
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
72
DAFTAR PUSTAKA
Coffer, Walter. Faulkenberry, Luces M. 1996. Electrical Power Distribution and Transmission. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Sarimun, Wahyudi. 2012. Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Depok: Garamond. Sarimun, Wahyudi. 2011. Buku Saku Pelayanan Teknik. Depok: Garamond. SPLN41-10: 1991. Penghantar Aluminium Paduan Berselubung Polietilen Ikat Silang (AAAC-S). Affandi, Irfan. 2009. Analisa Setting Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang Sadewa Di GI Cawang. Depok: Universitas Indonesia. Kelompok Kerja Standar Kontruksi Jaringan Disribusi Tenaga Listrik dan Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia. 2010. Buku 1 Kriteria Desain Enjinering Kontruksi Jaringan Disribusi Tenaga Listrik. Jakarta: PT. PLN (Persero). Kelompok Kerja Standar Kontruksi Disribusi Jaringan Tenaga Listrik dan Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia. 2010. Buku 5 Standar Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik. Jakarta: PT. PLN (Persero).
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
73 Lampiran 1. Data Aset Gardu Rayon Garut Kota URAIAN
TIPE
CGSO
CLWU
DSKT
INTI
INTU
SUCI
MGWT TLBS
JUMLAH
TIPE GARDU CANTOL
32
18
12
22
-
19
76
1
180
PORTAL
11
21
5
50
11
59
31
5
193
TEMBOK LAMA
-
-
-
2
1
1
1
1
6
7R2
1
-
-
-
14
1
-
12
28
ST16
-
-
-
-
-
-
-
1
1
44
39
17
74
26
80
108
20
408
1
-
-
-
5
-
10 72
JUMLAH GARDU KVA TRAFO
25
4
50
15
6
5
5
-
6
34
1
100
16
16
8
33
-
28
46
-
160
5
7
3
20
1
19
13
1
69
200
1
3
-
4
3
2
2
-
15
250
2
4
-
8
6
21
5
5
51
315
-
3
-
3
5
2
1
2
16
400
1
-
-
1
9
1
2
10
24
630
-
-
-
-
2
1
-
1
4
8.695
13.450
6.720
62.350
JUMLAH KVA TERPASANG
4.300
-
5.465
1.555
10.895
11.270
147
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
74 Lampiran 2. Data Aset SUTM Rayon Garut Kota URAIAN Panjang SUTM
UKURAN
CGSO
CLWU
DSKT
INTI
INTU
SUCI
MGWT
TLBS
JUMLAH
A3C 150
4,718
10,865
5,846
-
-
19,563
25,227
0,0480
66,267
A3C 70
22,469
-
5,566
0,488
-
2,648
27,647
-
58,818
A3C 35
0,860
4,144
2,283
-
-
1,374
10,700
-
19,361
A3CS 150
3,582
8,968
0,533
22,453
1,050
12,947
27,161
0,576
77,270
A3CS 70
-
-
-
16,501
-
0,778
2,922
-
20,201
XLPE 150
-
-
-
0,452
1,952
0,022
-
-
2,426
31,753
24,120
14,309
39,988
31,282
38,365
93,771
14,482
288,070
TOTAL (Kms)
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
75 Lampiran 3. Data Aset Tiang Rayon Garut Kota URAIAN JENIS TIANG
UKURAN BETON
ACC SUTM
CLWU
DSKT
INTI
INTU
SUCI
MGWT
TLBS
JUMLAH
-
4
-
-
-
-
-
-
4
BETON BULAT
460
487
120
530
2
505
1.055
27
3.186
BETON PERSEGI
149
300
130
46
-
219
-
7
851
23
21
18
319
30
156
474
3
1.044
BETON 2
-
1
1
2
-
-
287
-
291
11/350 DAN
-
-
-
-
-
2
-
-
2
11/200 DAN
532
428
249
296
31
553
1.472
32
3.593
9/200 DAN
96
77
19
298
1
163
258
-
912
13/350 DAN
4
45
1
303
-
162
86
5
606
TOTAL
632
550
269
897
32
880
1.816
37
5.113
TRVERS TUMPU 1.8
443
346
183
678
26
590
1.373
19
3.658
TRVERS D. TUMPU 2.0
33
11
9
39
-
37
112
1
242
TRVERS AFSPAN 1.8
73
79
48
169
7
171
202
16
765
TRVERS AFSPAN 2.5
31
16
11
12
-
20
47
1
138
TRVERS AFSPAN 3.0
48
5
4
8
-
6
40
-
111
-
-
1
-
-
-
-
-
1
732
426
246
747
21
747
1.281
57
4.257
1.587
1.161
634
2.384
79
2.106
4.946
64
12.961
BESI
JUMLAH TIANG
CGSO
TRAVERS V ISOLATOR AFSPAN ISOLATOR TUMPU
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
76 (Sambungan) Lampiran 3 URAIAN ACC SUTM
UKURAN
CGSO
CLWU
DSKT
INTI
INTU
SUCI
MGWT
TLBS
JUMLAH
CUT OUT
42
39
21
102
3
153
42
-
402
ARRESTER
75
9
27
6
12
30
54
42
255
PENTANAHAN TM
13
11
8
9
4
25
30
15
115
KABEL NAIK/TURUN
1
3
1
2
4
10
6
14
41
LBS/PTS
-
4
3
4
-
4
5
1
21
RECLOSER
1
1
1
1
-
-
1
-
5
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
77
Lampiran 4. Impedansi Penghantar Tahanan (R) dan Reaktansi (XL) Penghantar AAAC Tegangan 20 kV (Dikutip dari SPLN: 1985) Luas
Jari-jari
U
GMR
Impedansi
Impedansi
Penampang
(mm)
(rat)
(mm)
Urutan Positif
Urutan Nol
(Ohm/km)
(Ohm/km)
(mm
2)
16
2,2563
7
1,6380
2,0161 + j 0,4036
2,1641 + j 1,6911
25
2,8203
7
2,0475
1,2903+ j 0,3895
1,4384 + j 1,6770
35
3,3371
7
2,4227
0,9217 + j 0,3790
1,0697 + j 1,6665
50
3,9886
7
2,8957
0,6452 + j 0,3678
0,7932 + j 1,6553
70
4,7193
7
3,4262
0,4608 + j 0,3572
0,6088 + j 1,6447
95
5,4979
19
4,1674
0,3096 + j 0,3449
0,4876+ j 1,6324
120
6,1791
19
4,6837
0,2688 + j 0,3376
0,4168 + j 1,6324
150
6,9084
19
5,2365
0,2162 + j 0,3305
0,3631 + j 1,6180
185
7,6722
19
5,8155
0,1744 + j 0,3239
0,3224+ j 1,6114
240
8,7386
19
6,6238
0,1344 + j 0,3158
0,2824 + j 1,6034
Impedansi Kabel Tanah Dengan Penghantar Aluminium Luas
R
L
C
Impedansi
Impedansi
Penampang
(Ohm/km)
(mH/km)
(pf/km)
Urutan Positif
Urutan Nol
(Ohm/km)
(Ohm/km)
(mm
2)
150
0,206
0,33
0,26
0,206 + j 0,104
0,356 + j 0,312
240
0,125
0,31
0,31
0,125 + j 0,097
0,275 + j 0,290
300
0,100
0,30
0,34
0,100 + j 0,094
0,250 + j 0,282
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
78
Lampiran 5. Kerugian PLN Rayon Garut Kota Akibat Layang-Layang Th. 2012
Penyulang
Amp
Durasi
kwH Tak
(mnt)
tersalurkan
No.
Tanggal
1
01/01/2012
CGSO
32
3
47,1
32.233
2
13/04/2012
CGSO
32
3
47,1
32.233
3
18/05/2012
TLBS
152
4
298,0
204.145
4
02/06/2012
CGSO
30
4
58,8
40.292
5
19/06/2012
TLBS
195
48
4.588,0
3.142.753
6
26/06/2012
CGSO
35
5
85,8
58.759
7
27/06/2012
DSKT
185
4
362,7
248.465
8
03/07/2012
INTU
98
41
1.969,5
1.349.100
9
12/07/2012
CGSO
32
4
62,7
42.978
10
08/08/2012
DSKT
212
4
415,7
284.728
11
10/08/2012
DSKT
185
4
362,7
248.465
12
12/08/2012
DSKT
128
4
251,0
171.911
13
21/08/2012
CGSO
61
3
89,7
61.445
14
21/08/2012
CGSO
32
4
62,7
42.978
15
25/08/2012
CGSO
32
4
62,7
42.978
16
25/08/2012
DSKT
201
3
295,6
202.466
17
25/08/2012
CGSO
74
2
72,5
49.693
18
31/08/2012
CGSO
30
4
58,8
40.292
19
31/08/2012
CGSO
32
4
62,7
42.978
20
31/08/2012
CGSO
32
5
78,4
53.722
21
08/09/2012
CGSO
32
4
62,7
42.978
22
24/09/2012
DSKT
201
4
394,1
269.954
23
28/10/2012
CGSO
32
4
62,7
42.978
24
03/11/2012
DSKT
206
5
504,9
345.837
25
09/11/2012
CGSO
32
3
47,1
32.233
26
09/11/2012
TLBS
152
5
372,5
255.181
760.681,0
521.066.485
TOTAL
182
Rupiah
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
79
Lampiran 6. Kerugian PLN Rayon Garut Kota Akibat Layang-Layang Th. 2013
Penyulang
Amp
Durasi
kwH tak
(mnt)
tersalurkan
No.
Tanggal
1
19/02/2013
CGSO
32
110
2
26/04/2013
CGSO
32
3
03/05/2013
INTI
4
14/05/2013
5
Rupiah
1.725,4
1.233.651
5
78,4
56.075
195
20
1.911,7
1.366.830
INTU
80
30
1.176,4
841.126
22/05/2013
INTU
85
15
625,0
446.848
6
22/05/2013
SUCI
158
10
774,5
553.741
7
29/05/2013
SUCI
30
18
264,7
189.253
8
01/06/2013
MGWT
20
5
49,0
35.047
9
09/06/2013
SUCI
136
4
266,7
190.655
10
10/06/2013
SUCI
142
5
348,0
248.833
11
15/06/2013
INTI
175
23
1.972,9
1.410.638
12
19/06/2013
SUCI
158
6
464,7
332.245
13
21/06/2013
MGWT
11
6
32,4
23.131
14
21/06/2013
MGWT
13
3
19,1
13.668
15
22/06/2013
MGWT
15
4
29,4
21.028
16
01/07/2013
SUCI
158
5
387,2
276.871
17
07/07/2013
INTI
216
11
1.164,6
832.715
18
08/07/2013
MGWT
22
5
53,9
38.552
19
08/07/2013
DSKT
124
6
364,7
260.749
20
19/07/2013
MGWT
15
5
36,8
26.285
21
20/07/2013
MGWT
16
5
39,2
28.038
22
27/07/2013
MGWT
12
3
17,6
12.617
23
03/08/2013
CGSO
32
5
78,4
56.075
24
04/08/2013
MGWT
11
40
215,7
154.206
25
04/08/2013
SUCI
190
28
2.607,7
1.864.496
26
08/08/2013
MGWT
11
32
172,5
123.365
27
09/08/2013
CGSO
35
34
583,3
417.058
28
11/08/2013
CGSO
32
7
109,8
78.505
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
80
(Sambungan) Lampiran 6 Penyulang
Amp
Durasi
kwH tak
(mnt)
tersalurkan
No.
Tanggal
Rupiah
29
11/08/2013
DSKT
185
14
1.269,5
907.715
30
13/08/2013
SUCI
176
22
1.897,9
1.357.017
31
17/08/2013
SUCI
145
3
213,2
152.454
32
26/08/2013
MGWT
11
36
194,1
138.786
33
27/08/2013
MGWT
11
30
161,8
115.655
34
29/08/2013
MGWT
22
52
560,8
400.937
35
30/08/2013
CGSO
32
7
109,8
78.505
36
31/08/2013
INTI
121
4
237,2
169.627
37
01/09/2013
MGWT
10
21
102,9
73.599
38
02/09/2013
MGWT
13
67
426,9
305.259
39
03/09/2013
MGWT
11
35
188,7
134.931
40
06/09/2013
TLBS
145
50
3.553,7
2.540.901
41
06/09/2013
CGSO
75
43
1.580,8
1.130.263
42
08/09/2013
CGSO
32
16
251,0
179.440
43
09/09/2013
CGSO
75
5
183,8
131.426
44
14/09/2013
SUCI
136
67
4.466,4
3.193.475
45
15/09/2013
CGSO
32
26
407,8
291.590
46
20/09/2013
MGWT
20
18
176,5
126.169
47
21/09/2013
CGSO
35
11
188,7
134.931
48
22/09/2013
SUCI
136
26
1.733,2
1.239.259
49
24/09/2013
CGSO
32
3
47,1
33.645
50
25/09/2013
SUCI
136
15
999,9
714.957
51
29/09/2013
CGSO
30
6
88,2
63.084
52
06/10/2013
CGSO
32
4
62,7
44.860
53
13/10/2013
CGSO
34
7
116,7
83.412
54
15/10/2013
CGSO
32
6
94,1
67.290
55
16/10/2013
SUCI
145
15
1.066,1
762.270
56
17/10/2013
SUCI
187
6
550,0
393.226
57
18/10/2013
SUCI
135
10
661,7
473.133
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
81
(Sambungan) Lampiran 6 Penyulang
Amp
Durasi
kwH tak
(mnt)
tersalurkan
No.
Tanggal
58
19/10/2013
DSKT
212
26
2.701,8
1.931.786
59
19/10/2013
INTI
130
5
318,6
227.805
60
21/10/2013
CGSO
30
30
441,2
315.422
61
24/10/2013
SUCI
130
18
1.147,0
820.098
62
29/10/2013
MGWT
27
46
608,8
435.283
63
01/11/2013
CGSO
32
12
188,2
134.580
64
10/11/2013
SUCI
198
23
2.232,2
1.596.037
65
10/11/2013
MGWT
25
71
870,0
622.083
66
28/11/2013
CGSO
75
30
1.102,9
788.556
TOTAL
1336
46.771,7
Rupiah
33.441.768
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
82 Lampiran 7. Rincian Nilai SAIFI dan SAIDI Rayon Garut Kota Tahun 2012 Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Penyebab
Jumlah
Lama
Jumlah
Pemadaman
Gangguan
Padam
Pelanggan
(Kali)
(Jam)
Padam
SR & APP
SAIFI Total
SAIDI Rata-rata
Total
Rata-rata
127
28,57
167
0,207768
0,017314
0,046739714
0,003894976
SUTR
2
0,42
6
0,000118
9,8E-06
2,46865E-05
2,05721E-06
SUTM
16
3,5
3095
0,48511
0,040426
0,106117751
0,008843146
115
25,78
153
0,172365
0,014364
0,038639694
0,003219975
SUTR
8
1,9
23
0,001803
0,00015
0,000428096
3,56746E-05
SUTM
3
0,32
266
0,007817
0,000651
0,000833856
6,9488E-05
157
31,9
209
0,321444
0,026787
0,0653125
0,005442708
SUTR
36
6,08
41
0,014459
0,001205
0,002442006
0,000203501
SUTM
4
1,57
798
0,03127
0,002606
0,012273315
0,001022776
157
31,9
209
0,321444
0,026787
0,0653125
0,005442708
SUTR
36
6,08
41
0,014459
0,001205
0,002442006
0,000203501
SUTM
3
0,6
798
0,023452
0,001954
0,004690439
0,00039087
129
27,05
140
0,17692
0,014743
0,037098354
0,00309153
SUTR
10
2,52
47
0,004604
0,000384
0,001160266
9,66889E-05
SUTM
12
26,67
1934
0,227351
0,018946
0,505287813
0,042107318
SR & APP
SR & APP
SR & APP
SR & APP
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
83 (Sambungan) Lampiran 7 Bulan
Juni
Juli
Agustus
Penyebab
Jumlah
Lama
Jumlah
Pemadaman
Gangguan
Padam
Pelanggan
(Kali)
(Jam)
Padam
SR & APP
Total
SAIDI Rata-rata
Total
Rata-rata
114
33,95
133
0,148531
0,012378
0,044233444
0,00368612
SUTR
9
2,25
33
0,002909
0,000242
0,000727371
6,06142E-05
SUTM
18
3,87
3114
0,549099
0,045758
0,11805623
0,009838019
SKTM
1
0,8
1
9,8E-06
8,16E-07
7,83699E-06
6,53083E-07
137
24,55
144
0,19326
0,016105
0,034631661
0,002885972
SUTR
13
4,83
45
0,005731
0,000478
0,002129212
0,000177434
SUTM
23
10,3
2372
0,534444
0,044537
0,239337774
0,019944815
157
31,9
209
0,321444
0,026787
0,0653125
0,005442708
SUTR
36
6,08
41
0,014459
0,001205
0,002442006
0,000203501
SUTM
17
2,2
798
0,132896
0,011075
0,017198276
0,00143319
157
31,9
209
0,321444
0,026787
0,0653125
0,005442708
SUTR
36
6,08
41
0,014459
0,001205
0,002442006
0,000203501
SUTM
6
1,4
798
0,046904
0,003909
0,010944357
0,00091203
113
20,85
129
0,1428
0,0119
0,026348452
0,002195704
SUTR
49
7,5
49
0,023521
0,00196
0,003600118
0,00030001
SUTM
8
3,27
798
0,062539
0,005212
0,025562892
0,002130241
SR & APP
SR & APP
September SR & APP
Oktober
SAIFI
SR & APP
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
84 (Sambungan) Lampiran 7 Bulan
November
Desember
Penyebab
Jumlah
Lama
Jumlah
Pemadaman
Gangguan
Padam
Pelanggan
(Kali)
(Jam)
Padam
SR & APP
SAIFI Total
SAIDI Rata-rata
Total
Rata-rata
157
31,9
209
0,321444
0,026787
0,0653125
0,005442708
SUTR
36
6,08
41
0,014459
0,001205
0,002442006
0,000203501
SUTM
8
2,97
798
0,062539
0,005212
0,023217672
0,001934806
157
31,9
209
0,321444
0,026787
0,0653125
0,005442708
SUTR
36
6,08
41
0,014459
0,001205
0,002442006
0,000203501
SUTM
3
0,6
798
0,023452
0,001954
0,004690439
0,00039087
2106
466,12
18937
5,282631
0,440219
1,710506759
0,14254223
SR & APP
TOTAL
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
85 Lampiran 8. Rincian Nilai SAIFI dan SAIDI Rayon Garut Kota Tahun 2013 Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Penyebab
Jumlah
Lama
Jumlah
Pemadaman
Gangguan
Padam
Pelanggan
(Kali)
(Jam)
Padam
SR & APP
SAIFI Total
SAIDI Rata-rata
Total
Rata-rata
122
34,95
145
0,129971
0,010831
0,037233574
0,003102798
SUTR
14
3,67
50
0,005143
0,000429
0,001348204
0,00011235
SUTM
7
1,73
869
0,044693
0,003724
0,011045501
0,000920458
138
39,2
145
0,147017
0,012251
0,041761261
0,003480105
SUTR
8
2,35
27
0,001587
0,000132
0,000466177
3,88481e-05
SUTM
9
2,17
1455
0,096211
0,008018
0,023197558
0,00193313
155
369,52
258
0,293813
0,024484
0,700450087
0,058370841
SUTR
18
4,78
274
0,036236
0,00302
0,009622723
0,000801894
SUTM
9
2,48
1008
0,066653
0,005554
0,018366726
0,001530561
159
145,08
395
0,461438
0,038453
0,421040799
0,035086733
SUTR
12
3,17
94
0,008288
0,000691
0,002189307
0,000182442
SUTM
16
4,57
788
0,092633
0,007719
0,026458301
0,002204858
156
47,62
221
0,253301
0,021108
0,077321666
0,006443472
SUTR
10
3,7
158
0,011609
0,000967
0,00429515
0,000357929
SUTM
9
2,58
557
0,036831
0,003069
0,010558311
0,000879859
SR & APP
SR & APP
SR & APP
SR & APP
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
86 (Sambungan) Lampiran 8 Bulan
Juni
Juli
Agustus
Penyebab
Jumlah
Lama
Jumlah
Pemadaman
Gangguan
Padam
Pelanggan
(Kali)
(Jam)
Padam
SR & APP
Total
SAIDI Rata-rata
Total
Rata-rata
154
47,5
227
0,256842
0,021404
0,07922076
0,00660173
SUTR
10
2,7
217
0,015943
0,001329
0,004304701
0,000358725
SUTM
11
2,58
503
0,040652
0,003388
0,009534704
0,000794559
SR & APP
195
39,07
247
0,353876
0,02949
0,070902231
0,005908519
SUTR
374
74,37
484
1,329954
0,110829
0,264461637
0,02203847
SUTM
9
1,8
2395
0,158368
0,013197
0,03167361
0,002639467
261
48,26
313
0,600212
0,050018
0,110981654
0,009248471
SUTR
38
6,75
43
0,012005
0,001
0,002132513
0,000177709
TRAFO
34
5,82
34
0,008493
0,000708
0,001453856
0,000121155
SUTM
20
9,8
798
0,117261
0,009772
0,057457735
0,004788145
157
31,9
209
0,241082
0,02009
0,048984255
0,004082021
SUTR
36
6,08
41
0,010844
0,000904
0,0018315
0,000152625
SUTM
18
7,4
798
0,105535
0,008795
0,043386453
0,003615538
155
369,52
258
0,293813
0,024484
0,700450087
0,058370841
SUTR
18
4,78
274
0,036236
0,00302
0,009622723
0,000801894
SUTM
17
4,9
1008
0,125901
0,010492
0,036289096
0,003024091
SR & APP
September SR & APP
Oktober
SAIFI
SR & APP
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
87 (Sambungan) Lampiran 8 Bulan
November
Desember
Penyebab
Jumlah
Lama
Jumlah
Pemadaman
Gangguan
Padam
Pelanggan
(Kali)
(Jam)
Padam
SR & APP
SAIFI Total
SAIDI Rata-rata
Total
Rata-rata
159
145,08
395
0,461438
0,038453
0,421040799
0,035086733
SUTR
12
3,17
94
0,008288
0,000691
0,002189307
0,000182442
SUTM
16
4,57
788
0,092633
0,007719
0,026458301
0,002204858
156
47,62
221
0,253301
0,021108
0,077321666
0,006443472
SUTR
10
3,7
158
0,011609
0,000967
0,00429515
0,000357929
SUTM
9
4,6
557
0,036831
0,003069
0,018824895
0,001568741
2711
1539,54
16506
6,256541
0,521378
3,408172982
0,284014415
SR & APP
TOTAL
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
88 Lampiran 9. Diagram Garis Tunggal Penyulang Desa Kolot (DSKT)
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
89 Lampiran 10. Diagram Garis Tunggal Penyulang Cilawu (CLWU)
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
90
Lampiran 11. Diagram Garis Tunggal Penyulang Margawati (MGWT)
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
91 Lampiran 12. Diagram Garis Tunggal Penyulang Cigasong (CGSO)
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
92 Lampiran 13. Diagram Garis Tunggal Penyulang Intan Tiga (INTI)
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
93 Lampiran 14. Diagram Garis Tunggal Penyulang Intan Satu (INTU)
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
94
Lampiran 15. Diagram Garis Tunggal Penyulang Talaga Bodas (TLBS)
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
95
Lampiran 16. Diagram Garis Tunggal Penyulang Talaga Bodas (TLBS)
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
96
Lampiran 17. Konstruksi Pemasangan Ground Steel Wire (GSW)
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
97 Lampiran 18. Data Padam Akibat Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun 2012 No
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
01/01/2012 08/01/2012 24/01/2012 24/01/2012 25/01/2012 26/01/2012 26/01/2012 26/01/2012 25/02/2012 26/02/2012 28/02/2012 01/03/2012 21/03/2012 23/03/2012 26/03/2012 13/04/2012 16/04/2012 07/05/2012 18/05/2012 20/05/2012 02/06/2012 07/06/2012
Penyulang CGSO INTU CGSO CGSO CGSO CGSO DSKT DSKT CGSO DSKT CGSO CGSO TLBS TLBS TLBS CGSO CGSO TLBS TLBS TLBS CGSO TLBS
Beban Trip Masuk 38 22 118 0 190 0 62 0 40 20 17 19 80 0 64 105 105 28
30 0 0 0
72 250 42 58 167 170 250 36 65
26 0 16 17 0 0 27
Indikasi OCRM GFTD BC OCRM OCRM OCRM OCRM OCRM OCRM OCRM OCTD OCRM GFTD BC GFTD OCRM OCRM OCRM OCRM GFTD OCRM OCTD
Jam Waktu Trip Masuk (mnt) >5 Total 14:02 14:05 3 0 1 4:55 5:00 5 0 1 13:58 14:02 4 0 1 23:44 23:47 3 0 1 9:03 9:07 4 0 1 12:24 12:27 3 0 1 12:32 12:48 16 1 1 13:14 13:18 4 0 1 18:20 18:25 5 0 1 10:53 11:03 10 1 1 14:48 14:52 4 0 1 14:50 14:55 5 0 1 17:43 18:25 42 1 1 17:08 17:12 4 0 1 20:02 20:45 43 1 1 15:57 16:00 3 0 1 3:00 3:04 4 0 1 13:36 13:40 4 0 1 16:11 16:15 4 0 1 18:05 18:50 45 1 1 12:14 12:18 4 0 1 8:10 9:00 50 1 1
R 1330 628,5 274,1 1947 1411 107,6 4953 5359 85,5 4112 24 427 185 744,5 1050 1212 207 3096 100 36 2656
Arus Gangguan Gangguan S T N Ig 1210 309 26,18 1330 LAYANG2/UMBUL2 155 110 517,4 628,5 ALAM 32,5 288,3 8,97 288,3 ALAM 1945 67,12 91,93 1947 ALAM 1389 38,62 0,73 1411 ALAM 1308 1249 1,19 1308 ALAM 4923 83,5 4,51 4953 ALAM 5377 8 1,09 5377 ALAM 123 813,7 628 813,7 ALAM 4047 107,5 429 4112 ALAM 0 PH 3/BINATANG 1872 1847 22,37 1872 ALAM 339 334 227,5 427 KOMP_JTM 120 168 0,85 185 ALAM 249 238 520,7 744,5 KOMP_JTM 34 77 12,43 1050 LAYANG2/UMBUL2 1444 1204 29,8 1444 ALAM 4364 4021 0,98 4364 KOMP_JTM 248 3323 171,6 3323 LAYANG2/UMBUL2 450 453,5 564 564 PH 3/BINATANG 1213 1194 1 1213 LAYANG2/UMBUL2 2739 2665 6,95 2739 KOMP_JTM Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
98 (Sambungan) Lampiran 18 No
Tanggal
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
07/06/2012 19/06/2012 26/06/2012 27/06/2012 03/07/2012 12/07/2012 27/07/2012 29/07/2012 08/08/2012 10/08/2012 12/08/2012 14/08/2012 14/08/2012 18/08/2012 20/08/2012 21/08/2012 21/08/2012 24/08/2012 24/08/2012 25/08/2012 25/08/2012 25/08/2012
Penyulang INTI TLBS CGSO DSKT INTU CGSO CGSO CGSO DSKT DSKT DSKT CGSO CGSO TLBS TLBS CGSO CGSO INTU TLBS CGSO DSKT CGSO
Beban Trip Masuk 170 43 252 0 162 48 117 119 195 0 1592 0 54 30 54 0 137 0 142 11 106 93 33 0 51 0 234 0 75 139 67 0 30 0 206 0 48 42 38 0 120 0 46 0
Indikasi OCRM GFTD BC OCRM GFTD OCRM OCRM OCRM OCRM OCRM OCRM OCRM OCRM GFTD BC OCRM OCRM GFTD BC OCRM OCRM OCRM
Jam Waktu Trip Masuk (mnt) >5 Total 8:10 8:13 3 0 1 20:12 21:00 48 1 1 16:58 17:03 5 0 1 16:54 16:58 4 0 1 17:34 18:15 41 1 1 10:20 10:24 4 0 1 17:03 17:07 4 0 1 16:43 16:48 5 0 1 16:08 16:12 4 0 1 16:53 16:57 4 0 1 8:56 9:00 4 0 1 12:55 12:59 4 0 1 17:05 17:09 4 0 1 22:04 22:30 26 1 1 10:20 10:24 4 0 1 6:12 6:15 3 0 1 10:32 10:36 4 0 1 20:24 21:11 47 1 1 21:22 21:28 6 1 1 13:12 13:16 4 0 1 17:00 17:03 3 0 1 17:45 17:48 2 0 1
R 2218 378 54,37 5824 227,5 1592 1657 12,26 136 135,5
1380 500 129,5 61 66 175,5 69 1293 1257
Arus Gangguan Gangguan S T N Ig 2667 1804 16,84 2667 KOMP_JTM 320 817 433,5 817 LAYANG2/UMBUL2 159,7 151,5 0,73 159,7 LAYANG2/UMBUL2 5820 135 37,35 5824 LAYANG2/UMBUL2 189,5 850 652,4 850 LAYANG2/UMBUL2 1560 36,75 5,58 1592 LAYANG2/UMBUL2 1753 51,75 195,1 1753 POHON 11,46 53,25 37,43 53,25 KOMP_JTM 6785 6220 495 6785 LAYANG2/UMBUL2 63,8 63,27 59 135,5 LAYANG2/UMBUL2 0 LAYANG2/UMBUL2 0 PERALATAN_JTM 1310 52,5 70,58 1380 PERALATAN_JTM 401 1272 827 1272 KOMP_JTM 119,5 74 0,73 129,5 PERALATAN_JTM 1905 1874 21,97 1905 LAYANG2/UMBUL2 1891 1882 26,26 1891 LAYANG2/UMBUL2 663,5 224 448,1 663,5 PERALATAN_JTM 109 105 0,85 109 PERALATAN_JTM 1272 37,5 0,57 1293 LAYANG2/UMBUL2 0 LAYANG2/UMBUL2 1925 1678 25,87 1925 LAYANG2/UMBUL2 Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
99 (Sambungan) Lampiran 18 No
Tanggal
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
31/08/2012 31/08/2012 31/08/2012 06/09/2012 06/09/2012 06/09/2012 08/09/2012 08/09/2012 24/09/2012 07/10/2012 08/10/2012 13/10/2012 15/10/2012 18/10/2012 18/10/2012 22/10/2012 28/10/2012 03/11/2012 07/11/2012 09/11/2012 09/11/2012 18/11/2012
Penyulang CGSO CGSO CGSO CLWU CLWU INTI CGSO CGSO DSKT DSKT INTU DSKT DSKT CLWU INTU INTU CGSO DSKT DSKT CGSO TLBS DSKT
Beban Indikasi Trip Masuk 38 0 OCRM BC BC 243 128 GFTD 128 128 GFTD 128 128 GFTD 40 0 OCRM 32 0 OCRM 132 0 OCRM 0 OCRM 234 0 GFTD 118 0 OCRM 123 8 OCRM 230 0 GFTD 147 0 GFTD 195 0 OCRM 42 0 OCRM 136 160 OCRM 0 OCRM 43 2 OCRM 175 17 OCRM 131 0 OCRM
Jam Waktu Trip Masuk (mnt) >5 Total 13:07 13:11 4 0 1 15:31 15:35 4 0 1 15:53 15:58 5 0 1 22:11 22:15 4 0 1 22:15 23:24 69 1 1 22:41 22:43 2 0 1 16:30 16:34 4 0 1 17:23 17:26 3 0 1 17:16 17:20 4 0 1 8:18 8:21 3 0 1 18:55 20:05 70 1 1 10:14 10:55 41 1 1 9:02 9:23 21 1 1 21:50 22:08 18 1 1 23:28 23:52 24 1 1 17:55 18:10 15 1 1 14:13 14:17 4 0 1 17:28 17:33 5 0 1 16:13 16:16 3 0 1 10:43 10:46 3 0 1 15:50 15:55 5 0 1 14:46 14:50 4 0 1
R 2643 31,2 31,12 475
1653 1150 3621 6773 287,2 105 107,5 219,5 526 3029 1288 3621 773 343,2 117,5
Arus Gangguan Gangguan S T N Ig 2526 40,5 158 2643 LAYANG2/UMBUL2 29,62 1,87 0,91 31,2 LAYANG2/UMBUL2 30,75 1,87 0,91 31,12 LAYANG2/UMBUL2 13,5 12 436 475 KOMP_JTM 0 KOMP_JTM 0 KOMP_JTM 1642 43,87 10,6 1653 LAYANG2/UMBUL2 921,7 35 66,1 1150 PERALATAN_JTM 1278 4690 21,48 4690 LAYANG2/UMBUL2 1105 123 1 6773 KOMP_JTM 217,5 509 237,5 509 PERALATAN_JTM 5749 6062 494,1 6062 PERALATAN_JTM 5096 5010 5,12 5096 POHON 224,5 994 774,2 994 KOMP_JTM 159 126,5 403,7 526 PERALATAN_JTM 584 3057 390,3 3057 PERALATAN_JTM 1273 44,2 1,09 1288 LAYANG2/UMBUL2 1278 4680 421,4 4680 LAYANG2/UMBUL2 6710 121 759,2 6710 ALAM 0 LAYANG2/UMBUL2 218,5 3659 163,8 3659 LAYANG2/UMBUL2 5749 6062 494,1 6062 KOMP_JTM Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
100 (Sambungan) Lampiran 18 No
Tanggal
67 68 69 70 71 72
19/11/2012 26/11/2012 30/11/2012 08/12/2012 16/12/2012 28/12/2012
Penyulang TLBS CGSO CLWU CGSO CGSO TLBS
Beban Trip Masuk 104 93 68 246 0 254 0 47 0 197 25
Jam Waktu Trip Masuk (mnt) >5 Total 9:20 OCGFM 8:55 25 1 1 20:23 22:36 OCRM 133 1 1 16:47 17:04 OCRM 17 1 1 14:20 14:42 OCRM 22 1 1 14:57 15:00 OCRM 3 0 1 18:55 19:04 OCRM 9 2 1 Indikasi
R
Arus Gangguan S T N
2995 2392 90,75 601,2 266 6338 6138 1,58 2460 2675 264,7 452 1295 771,3 705,3 900,2 262 4425 4251 0,61
Ig 0 2995 6338 2675 1295 4425
Gangguan PERALATAN_JTM PERALATAN_JTM KOMP_JTM KOMP_JTM ALAM KOMP_JTM
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
101 Lampiran 19. Data Padam Akibat Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun 2013
No
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
07/01/2013 09/01/2013 09/01/2013 10/01/2013 26/01/2013 03/02/2013 03/02/2013 03/02/2013 09/02/2013 10/02/2013 19/02/2013 08/03/2013 13/03/2013 14/03/2013 15/03/2013 21/03/2013 26/03/2013 29/03/2013 29/03/2013 31/03/2013 31/03/2013
Penyulang CGSO TLBS CGSO DSKT INTI DSKT INTI MGWT DSKT CGSO CGSO SUCI CGSO SUCI SUCI MGWT CLWU MGWT MGWT SUCI MGWT
Beban Trip Masuk 43 0 227 61 35 155 81 135 0 190 0 87 18 17 119
180 29 232 212 10 159 11 11 16 15
38 57 0 26 285 0 9 160
Indikasi OCRM OCRM OCRM GFM BC OCTD GFTD GFTD OCRM BC OCRM GFTD OCRM GFTD GFTD OCTD GFTD OCTD GFTD OCTD OCTD
Jam Waktu Trip Masuk (mnt) >5 Total R 14:09 14:18 9 1 1 19:50 19:56 6 1 1 338 23:14 23:19 5 1 1 1983 12:35 13:23 48 1 1 15:21 16:28 67 1 1 168,5 17:21 17:35 14 1 1 637 17:52 18:20 28 1 1 130 17:27 18:30 63 1 1 670 13:31 13:40 9 1 1 12:22 12:38 16 1 1 25,5 14:05 15:55 110 1 1 15:21 17:32 131 1 1 272,9 13:29 13:32 3 0 1 18:18 18:25 7 1 1 733 19:21 20:22 61 1 1 292 13:57 14:00 3 0 1 12:14 12:36 22 1 1 678,5 15:40 15:42 2 0 1 14 16:40 16:43 3 0 1 15:42 15:46 4 0 1 1280 2:49 2:55 9 1 1 2924
Arus Gangguan S T N 4136 1978 168,5 0 140 19
3950 58,2
Ig
0,73 0,64
6,5 2,31 639 0,12 255 122,5 19 651
39
36
0
30
42,6
213
238 260
240 525,1 621 421,6
223,5 1753
210 510,1 1743 0,6
1328 2315
1286 2940
0 24
0 4136 1983 0 168,5 639 255 670 0 39 0 272,9 0 733 621 0 678,5 1753 0 1328 2940
Gangguan ALAM ALAM ALAM POHON KOMP_JTM KOMP_JTM POHON ALAM ALAM KOMP_JTM LAYANG2/UMBUL2 ALAM ALAM PH3/BINATANG KOMP_JTM ALAM KOMP_JTM PH3/BINATANG POHON ALAM ALAM Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
102 (Sambungan) Lampiran 19 No
Tanggal
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
07/04/2013 11/04/2013 11/04/2013 20/04/2013 23/04/2013 26/04/2013 03/05/2013 14/05/2013 22/05/2013 22/05/2013 22/05/2013 23/05/2013 26/05/2013 29/05/2013 01/06/2013 02/06/2013 03/06/2013 09/06/2013 10/06/2013 15/06/2013 18/06/2013 19/06/2013
Penyulang CLWU SUCI SUCI MGWT MGWT CGSO INTI INTU INTU SUCI SUCI SUCI MGWT SUCI MGWT SUCI SUCI SUCI SUCI INTI MGWT SUCI
Beban Trip Masuk 220 11 137 158 147 134 24 22 21 20 38 142 82 0 136 11 227 242 227 242 184 190 30 0 181 183 10 10 265 245 67 39 174 165 193 183 164 0 10 9 220 238
Indikasi OCTD GFTD GFTD GFTD GFTD OCRM OCRM GFTD GFTD GFTD GFTD GFTD OCRM GFTD OCTD BC OCTD OCTD OCTD GFM GFTD GFTD
Jam Waktu Trip Masuk (mnt) >5 Total 15:36 16:05 29 1 1 0:43 0:46 3 0 1 3:23 3:31 8 1 1 18:10 18:14 4 0 1 19:05 20:30 85 1 1 15:30 15:35 5 0 1 17:31 17:51 20 1 1 8:45 9:15 30 1 1 15:15 15:30 15 1 1 22:15 22:25 10 1 1 22:41 22:45 4 0 1 6:35 6:44 9 1 1 18:45 18:50 5 0 1 12:18 12:36 18 1 1 11:39 11:44 5 0 1 19:10 20:17 67 1 1 9:00 9:29 29 1 1 11:35 11:39 4 0 1 14:55 15:00 5 0 1 17:07 17:30 23 1 1 14:45 14:40 3 0 1 5:49 5:55 6 1 1
R 278
Arus Gangguan S T N 2081 1912 0,12
25
135 152 222 443 394 34,5 3032 4 1317 221 237 252 337 228
23
606 582,4
102,5 595,5 438,5 124 451 332 482 226 276 181 29 3,95 2734 240 1903 1097 1266 139 11 512
180 281 23 370 86,5 5,12 2268 0 237 3,17 252 0,24 1227 121,7 1163 0,24 2652 0,12 10 326,3 233 299
Ig 2081 0 0 0 606 0 0 595,5 451 482 0 443 394 86,5 3032 240 1903 1227 1266 2652 337 512
Gangguan POHON ALAM ALAM POHON KOMP_JTM LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 KOMP_JTM KOMP_JTM ALAM LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 ALAM ALAM LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 POHON LAYANG2/UMBUL2 Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
103 (Sambungan) Lampiran 19 No
Tanggal
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
21/06/2013 21/06/2013 22/06/2013 29/06/2013 01/07/2013 07/07/2013 07/07/2013 08/07/2013 08/07/2013 18/07/2013 19/07/2013 20/07/2013 20/07/2013 21/07/2013 21/07/2013 23/07/2013 27/07/2013 31/07/2013 03/08/2013 04/08/2013 04/08/2013 08/08/2013
Penyulang MGWT MGWT MGWT CGSO SUCI SUCI INTI MGWT DSKT SUCI MGWT SUCI MGWT CGSO SUCI CGSO MGWT SUCI CGSO MGWT SUCI MGWT
Beban Trip Masuk 9 9 10 10 12 11 31 30 166 15 126 176 12 169 11 35 150 124 39 31 10 201 10
0 12 0 175 12 216 10 2 156
35 2 40
Indikasi OCTD OCRM OCTD OCRM OCTD OCTD OCRM OCTD OCRM GFTD OCTD GFTD OCTD OCRM GFTD OCRM GFTD OCTD OCRM OCTD OCTD OCTD
Jam Waktu Arus Gangguan Gangguan Trip Masuk (mnt) >5 Total R S T N Ig 15:22 15:28 6 1 1 1790 2022 1850 0 2022 LAYANG2/UMBUL2 16:32 16:35 3 0 1 1746 14 1735 0 1746 LAYANG2/UMBUL2 16:11 16:15 4 0 1 15 3047 3306 0 3306 LAYANG2/UMBUL2 11:26 11:31 5 0 1 1635 37,5 1291 512,9 1635 KOMP_JTM 16:50 16:55 5 0 1 0 LAYANG2/UMBUL2 10:15 10:27 12 1 1 1309 1339 1489 0 1489 KOMP_JTM 17:26 17:37 11 1 1 0 LAYANG2/UMBUL2 7:15 7:20 5 0 1 0 LAYANG2/UMBUL2 10:45 10:51 6 1 1 3464 3888 3308 0,48 3888 LAYANG2/UMBUL2 7:03 7:06 3 0 1 173 507 107 352 507 POHON 16:16 16:21 5 0 1 0 LAYANG2/UMBUL2 13:56 14:46 50 1 1 890 179 182 724 890 KOMP_JTM 15:04 15:09 5 0 1 2101 2169 1825 0 2169 LAYANG2/UMBUL2 7:31 7:34 3 0 1 33 1379 1457 136,7 1457 KOMP_JTM 11:33 11:36 3 0 1 150 160 259 101,5 259 POHON 14:48 14:56 8 1 1 0 KOMP_JTM 16:53 16:56 3 0 1 119,2 526,5 118,5 433,7 526,5 LAYANG2/UMBUL2 8:32 8:37 5 0 1 1092 1561,6 941,6 0 1561,6 ALAM 14:16 14:21 5 0 1 0 LAYANG2/UMBUL2 14:04 14:44 40 1 1 2001 2206 1895 0 2206 LAYANG2/UMBUL2 16:17 16:45 28 1 1 2665 238 3093 352,7 3093 LAYANG2/UMBUL2 16:18 16:50 32 1 1 0 LAYANG2/UMBUL2 Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
104 (Sambungan) Lampiran 19 No
Tanggal
66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87
09/08/2013 11/08/2013 11/08/2013 13/08/2013 17/08/2013 22/08/2013 25/08/2013 25/08/2013 26/08/2013 27/08/2013 29/08/2013 29/08/2013 29/08/2013 29/08/2013 30/08/2013 31/08/2013 01/09/2013 02/09/2013 03/09/2013 06/09/2013 06/09/2013 08/09/2013
Penyulang CGSO CGSO DSKT SUCI SUCI CLWU SUCI SUCI MGWT MGWT MGWT CLWU CLWU CLWU CGSO INTI MGWT MGWT MGWT TLBS CGSO CGSO
Beban Trip Masuk 33 36 0 129 2 177 20 178 180 175 42 63 68 207 217
38 130 69 11 69 26 40 38
42 0 10 14
Indikasi OCRM OCRM OCRM OCTD GFTD GFTD OCTD GFTD OCTD GFTD GFTD BC
0 OCRM 11 14 12 8 3 0
GFTD OCTD GFTD GFTD OCRM OCRM
Jam Waktu Trip Masuk (mnt) >5 Total R 16:55 17:29 34 1 1 38,25 16:21 16:28 7 1 1 1187 16:42 16:56 14 1 1 40,3 15:28 15:50 22 1 1 221 9:10 9:13 3 0 1 176 10:14 12:59 165 1 1 6162 12:40 13:20 40 1 1 184 13:50 13:58 8 1 1 256 13:40 14:16 36 1 1 1777 14:10 14:40 30 1 1 71 16:28 17:20 52 1 1 417 17:55 18:53 58 1 1 18,5 18:58 19:00 2 0 1 19:22 19:28 6 1 1 16:35 16:42 7 1 1 1102 15:35 15:39 4 0 1 129 15:10 15:31 21 1 1 75 16:45 17:52 67 1 1 971 15:09 15:44 35 1 1 80 10:09 10:59 50 1 1 560 17:28 18:11 43 1 1 495 9:34 9:50 16 1 1 2083
Arus Gangguan S T N 1474 1447 0,54 1447 36,75 1 4,5 3,56 3,57 1087 1017 0,27 562 176 198,6 164,5 164,5 515,5 1301 1308 0,24 219 559 160,3 1734 83 0 70 740 671 82 82 341,2 311,5 304,5 2,53
1147 2391 655,4 2982 2908 0,12 74 745 675,8 894 86 75,67 1029 879 235 104 85 480 1348 188,1 704,2 1318 35,62 452,6
Ig 1474 1447 40,3 1087 562 6162 1308 559 1777 740 417 311,5 0 0 2391 2982 745 971 1029 560 1348 2083
Gangguan LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 KOMP_JTM KOMP_JTM KOMP_JTM LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 KOMP_JTM KOMP_JTM KOMP_JTM LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
105 (Sambungan) Lampiran 19 No
Tanggal
88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109
09/09/2013 14/09/2013 14/09/2013 15/09/2013 15/09/2013 19/09/2013 20/09/2013 21/09/2013 22/09/2013 24/09/2013 25/09/2013 29/09/2013 06/10/2013 06/10/2013 07/10/2013 08/10/2013 08/10/2013 12/10/2013 13/10/2013 15/10/2013 16/10/2013 16/10/2013
Penyulang CGSO SUCI SUCI SUCI CGSO SUCI MGWT CGSO SUCI CGSO SUCI CGSO CGSO CGSO SUCI SUCI SUCI SUCI CGSO CGSO SUCI SUCI
Beban Trip Masuk 76 45 35 30 170 9
45 36 42 0 190
171 37 188 27 36 34 182 202 106 108 34 35 205 112
40 40 12 2 37 37 106 47 186 19 0 152 48
Indikasi OCRM GFTD GFTD GFTD OCRM GFTD OCTD OCRM OCTD OCRM GFTD OCRM OCRM OCRM GFTD GFTD GFTD OCTD OCRM OCRM OCTD OCTD
Jam Waktu Trip Masuk (mnt) >5 Total R 17:29 17:34 5 0 1 1023 2:15 3:22 67 1 1 170 3:35 3:50 15 1 1 95 5:08 5:18 9 1 1 103 15:25 15:51 26 1 1 38,25 12:44 12:55 11 1 1 175 15:51 16:09 18 1 1 2105 16:56 17:07 11 1 1 1029 14:45 15:11 26 1 1 195 16:32 16:35 3 0 1 2154 0:29 0:44 15 1 1 182 12:06 12:12 6 1 1 1781 12:45 12:49 4 0 1 36 14:41 14:45 4 0 1 34 2:35 3:00 25 1 1 528 14:15 14:29 14 1 1 202 14:30 15:35 65 1 1 682 11:24 11:32 8 1 1 1898 15:00 15:07 7 1 1 32,12 14:32 14:38 6 1 1 1402 9:30 9:45 15 1 1 1301 17:22 17:40 5 0 1 1033
Arus Gangguan S T N 1207 41,62 2,38 174 702 554 95 649 569 101 642 555,8 1100 1008 2,47 182 482 251 2215 194 0,24 1208 41,62 2,38 1398 1292 0,24 549,7 1788 0,09 719 181 543,9 1105 35,25 998,7 142 1387 0,91 1240 1226 0,49 176 175 376,1 605 209 424,2 110 2203 10,98 1852 1947 0 2229 2203 10,98 1306 36,75 30,85 1198 260 0,29 938 244 0
Ig 1207 702 649 642 1100 482 2215 1208 1398 2154 719 1781 1387 1240 528 605 2203 1947 2229 1402 1301 1033
Gangguan LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 KOMP_JTM KOMP_JTM LAYANG2/UMBUL2 KOMP_JTM LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 KOMP_JTM LAYANG2/UMBUL2 KOMP_JTM KOMP_JTM KOMP_JTM KOMP_JTM LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 KOMP_JTM Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
106 (Sambungan) Lampiran 19 No
Tanggal
110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128
17/10/2013 18/10/2013 19/10/2013 19/10/2013 21/10/2013 24/10/2013 29/10/2013 01/11/2013 10/11/2013 10/11/2013 16/11/2013 21/11/2013 28/11/2013 28/11/2013 02/12/2013 11/12/2013 14/12/2013 22/12/2013 27/12/2013
Penyulang SUCI SUCI DSKT INTI CGSO SUCI MGWT CGSO SUCI MGWT SUCI SUCI CGSO CGSO SUCI CGSO DSKT MGWT CGSO
Beban Trip Masuk 179 207 40 139 163 106 32 18 157 41 24 3 32 0 144 185 22 4 224 117 212 45 0 4 0 4 176 0 45 0 134 0 24 0 41 3
Jam Waktu Trip Masuk (mnt) >5 Total R 17:29 17:35 OCTD 6 1 1 217 14:30 14:40 OCTD 10 1 1 268 16:29 16:55 OCTD 26 1 1 6439 5:44 5:49 GFTD 5 0 1 94,5 13:53 14:23 OCRM 30 1 1 213 3:07 3:25 GFTD 18 1 1 147 21:00 21:46 GFTD 46 1 1 22 15:30 15:42 OCRM 12 1 1 36,75 17:01 17:24 OCTD 23 1 1 1302 18:16 19:27 GFTD 71 1 1 22 6:51 7:20 GFTD 29 1 1 1107 15:34 15:55 BC 21 1 1 246 17:39 18:09 OCRM 30 1 1 12,78 18:14 18:58 OCRM 44 1 1 1500 OCGFM 13:44 15:32 108 1 1 0 16:13 16:39 OCRM 26 1 1 2107 8:34 9:30 OCRM 56 1 1 110,5 20:30 21:07 GFTD 37 1 1 333 7:36 8:26 OCRM 50 1 1 414 Indikasi
Arus Gangguan S T N 954 874 252 1245 1435 0,24 6187 133 207,8 101,1 701 80,6 210 331 0,364 154 487 352 20 262 239,9 2100 1875 203,6 1298 1108 0 221 250 228,7 2210 1319 168,9 44 256 2,92 12,5 6262 0,45 18,03 78,37 581,8 199 201 451 2007 47,62 4,79 5179 5380 64,44 22 24 308,8 1399 39 0,45
Ig 954 1435 6439 701 331 487 262 2100 1302 250 2210 256 6262 1500 451 2107 5380 333 1399
Gangguan LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 LAYANG2/UMBUL2 PH3/BINATANG KOMP_JTM LAYANG2/UMBUL2 KOMP_JTM KOMP_JTM KOMP_JTM POHON ALAM KOMP_JTM
Universitas Indonesia
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
Lampiran 20. Peta Wilayah Rawan Ganggua
Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014