UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER – 15 OKTOBER 2011
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
YUDHO PRABOWO, S.Farm. 1006835596
ANGKATAN LXXIII
PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPOK DESEMBER 2011
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER – 15 OKTOBER 2011
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
YUDHO PRABOWO, S.Farm 1006835596
ANGKATAN LXXIII
PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPOK DESEMBER 2011 i
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh : Nama : Yudho Prabowo, S.Farm. NPM : 1006835596 Program Studi : Apoteker Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Apotek Kimia Farma No. 7 Jl. H. Juanda No. 30 Bogor Periode 5 September 2011 – 15 Oktober 2011 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
Ditetapkan di Tanggal
: Depok : 5 Januari 2012
ii
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena rahmat-Nya Penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No.7, Bogor dan menyelesaikan laporan ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia untuk mencapai gelar apoteker. Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Segenap Direksi PT. Kimia Farma Apotek yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
2.
Bapak Drs. Priyanggo Artadji, Apt. selaku Manajer Bisnis Wilayah Bogor dan sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker maupun dalam penyusunan laporan ini.
3.
Bapak Dr. Harmita, Apt. Sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI dan sebagai Pembimbing yang telah memberi masukan dalam penyusunan laporan ini.
4.
Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt. sebagai Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI.
5.
Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor yang telah memberikan bantuan, kerjasama yang baik, saran, dan kesempatan selama masa PKPA.
6.
Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
7.
Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materil sehingga pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan dapat berjalan lancar.
8.
Seluruh teman-teman Apoteker Universitas Indonesia Angkatan 73 yang saling mendukung dan bekerjasama selama perkuliahan dan pelaksanaan PKPA.
iii
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
9.
Serta pihak lain yang telah membantu sehingga Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat selesai. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, Desember 2011 Penulis
iv
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ KATA PENGANTAR ............................................................................ DAFTAR ISI........................................................................................... DAFTAR GAMBAR .............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
i ii iii v vi vii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................... 1.1 Latar Belakang ................................................................... 1.2 Tujuan ................................................................................
1 1 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................... 2.1 Pengertian Apotek .......................................................... 2.2 Landasan Hukum Apotek ............................................... 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek ............................................... 2.4 Persyaratan Apotek ........................................................ 2.5 Tata Cara Pemberian Izin Apotek................................... 2.6 Pengelolaan Apotek ........................................................ 2.7 Pelayanan Apotek ........................................................... 2.8 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker........................... 2.9 Pencabutan Surat Izin Apotek......................................... 2.10 Sediaan Farmasi .............................................................. 2.11 Pengelolaan Narkotika .................................................... 2.12 Pengelolaan Psikotropika................................................
3 3 3 4 4 8 9 10 13 14 15 18 21
BAB 3. TINJAUAN UMUM............................................................... 3.1 Sejarah Singkat PT. Kimia Farma, Tbk. ........................ 3.2 PT. Kimia Farma Apotek................................................
24 24 28
BAB 4. TINJAUAN KHUSUS ........................................................... 4.1 Bisnis Manajer Wilayah Bogor....................................... 4.2 Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor..................................
30 30 35
BAB 5. PEMBAHASAN .....................................................................
46
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 6.1 Kesimpulan ..................................................................... 6.2 Saran ...............................................................................
52 52 52
DAFTAR ACUAN ................................................................................
54
v
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Penandaan obat bebas ........................................................ Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas ........................................... Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas (P1-P6) .......... Gambar 2.4. Penandaan obat keras ......................................................... Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika .................................................. Gambar 3.1. Logo PT. Kimia Farma Tbk...............................................
vi
16 16 16 17 17 27
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek................ Lampiran 2. Alur Pelayanan Penerimaan Resep ................................. Lampiran 3. Lay Out Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor.................... Lampiran 4. Etiket Obat ...................................................................... Lampiran 5. Kemasan Obat ................................................................. Lampiran 6. Copy Resep ..................................................................... Lampiran 7. Kartu Stok Obat .............................................................. Lampiran 8. Bon Permintaan Barang Apotek ..................................... Lampiran 9. Surat Pemesanan Narkotika dan Psikotropika ................ Lampiran 10. Laporan Penggunaan Narkotika ....................................... Lampiran 11. Laporan Khusus Penggunaan Morfin, Petidin, dan Derivatnya....................................................................... Lampiran 12. Laporan Penggunaan Psikotropika.................................. Lampiran 13. Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH).................. Lampiran 14. Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi .............. Lampiran 15. Formulir Permintaan Obat Upaya Pengobatan Sendiri .............................................................................
vii
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Penyelenggaraan upaya kesehatan dapat berupa pendekatan pemeliharaan,
pelayanan
kesehatan,
peningkatan
kesehatan
(promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) (Presiden Republik Indonesia, 2009). Pelayanan kesehatan mempunyai peranan strategis dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan apotek merupakan salah satu pelayanan kesehatan di Indonesia (Handayani, Rini Sasanti., Raharni., Gitawati, Retno., 2009). Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari product oriented menjadi patient oriented yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Kegiatan pelayanan farmasi yang tadinya hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi harus diubah menjadi pelayanan yang komprehensif dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi akibat perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan
interaksi
langsung
dengan
pasien,
salah
satunya
untuk
melaksanakan pemberian informasi obat. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan dalam proses pelayanan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004). Apotek merupakan salah satu sumber daya kesehatan yang menjadi sarana untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Apotek merupakan suatu tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan
termasuk
pengendalian
mutu
sediaan
farmasi,
pengamanan,
pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta 1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
2
pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Presiden Republik Indonesia, 2009). Apoteker sebagai penanggung jawab pekerjaan kefarmasian yang dilakukan di apotek, memiliki peran besar dalam mengelola apotek agar apotek dapat berjalan sesuai dengan fungsinya dalam menunjang terwujudnya kesehatan yang bagi masyarakat. Seorang apoteker harus mempunyai kemampuan dan pengetahuan di bidang teknis kefarmasian serta mampu mengelola apotek dalam hal pelayanan dan peningkatan mutu apotek serta jaminan keefektifan dan keamanan obat yang diberikan kepada pasien. Oleh karena itu, Departemen Farmasi FMIPA UI bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Apotek menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi calon apoteker. Dengan PKPA ini diharapkan para calon apoteker dapat melihat secara langsung kegiatan yang berlangsung di apotek dan memahami peran apoteker dalam mengelola apotek dan memberikan pelayanan kepada pasien. 1.2.
Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan oleh
Program Studi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia yang bekerjasama dengan PT. Kimia Farma Apotek bertujuan untuk : a. Memberikan pemahaman akan fungsi dan peranan apoteker dalam mengelola apotek secara profesional. b. Menambah dan memperluas pengetahuan serta wawasan calon apoteker agar dapat mengaplikasikan teori yang telah didapat dengan mengamati secara langsung kegiatan rutin, organisasi, manajemen dan pelayanan kesehatan di apotek.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Apotek Apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2002). Menurut PP No. 51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pekerjaan
kefarmasian
yang
dilakukan
meliputi
pembuatan
termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan dan obat tradisional. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika (Presiden Republik Indonesia, 2009). 2.2
Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang diatur dalam : a. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian. b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MenKes/SK/X/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek. c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek. d. Undang – Undang No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika. e. Undang - Undang No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika. f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MenKes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek. g. Undang – Undang Kesehatan RI No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan. 3
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
4 h. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1990 tentang masa bakti apoteker, yang disempurnakan
dengan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
184/MenKes/Per/II/1995. i. Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1980 tentang Perubahan atas PP NO.26 Tahun 1965 tentang apotek. 2.3
Tugas dan Fungsi Apotek Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980
tugas dan fungsi
apotek adalah sebagai berikut : a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. d. Sarana pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya. 2.4
Persyaratan Apotek Apotek baru yang akan beroperasi harus mempunyai Surat Izin Apotek
(SIA) yaitu surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Izin apotek berlaku untuk seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotek dapat melaksanakan pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, 2002). Apoteker Pengelola Apotek adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Untuk menjadi Apoteker Pengelola Apotek, harus memenuhi persyaratan
sebagai
berikut
(Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
5 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, 1993) : a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan RI. b. Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai apoteker. c. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan : a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional (KFN); b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. Registrasi ini merupakan pencatatan resmi terhadap tenaga kefarmasian yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu serta diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan/praktek profesinya. Sertifikat kompetensi profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seorang Apoteker untuk dapat menjalankan pekerjaan/praktek profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi. Sertifikat kompetensi profesi dikeluarkan oleh organisasi profesi setelah lulus uji kompetensi. Sertifikat kompetensi profesi ini berlaku selama 5 tahun dan dapat dilakukan uji kompetensi kembali setelah habis Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
6 masa berlakunya. Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi dianggap telah lulus uji kompetensi dan dapat memperoleh sertifikat kompetensi profesi secara langsung. Tata Cara Memperoleh Surat Tanda Registrasi a. Untuk memperoleh STRA, Apoteker mengajukan permohonan kepada KFN b. Surat permohonan STRA harus melampirkan: 1. Fotokopi ijazah Apoteker; 2. Fotokopi surat sumpah/janji Apoteker; 3. Fotokopi sertifikat kompetensi profesi yang masih berlaku; 4. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek; 5. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi; dan 6. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar. c. Permohonan STRA dapat diajukan dengan menggunakan teknologi informatika atau secara online melalui website KFN. Persyaratan pendirian sebuah apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek yaitu : a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. 2.4.1 Bangunan Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan dan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Bangunan apotek harus memiliki Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
7 ruangan khusus diantaranya ruang penerimaan dan penyerahan resep, ruang tunggu (dibuat seluas dan senyaman mungkin, tenang, bersih, segar, terang, tidak ada nyamuk atau serangga lain yang mengganggu sehingga para pembeli merasa betah dan tidak lelah menunggu. Ruang tunggu dilengkapi dengan ventilasi udara segar atau jika memungkinkan memakai pendingin udara, penerangan yang baik tapi tidak menyebabkan panas, televisi atau musik yang enak didengar supaya para pembeli betah menunggu, jam dinding di tempat yang mudah terlihat oleh pembeli, rak atau lemari etalase yang berisi obat bebas atau produk lainnya dan rak brosur obat atau majalah yang bisa dibaca para pembeli, ruang peracikan sebagai tempat peracikan obat yang telah diresepkan oleh dokter harus tenang, bersih, dan nyaman, ruang administrasi, ruang apoteker sebagai tempat dilaksanakannya konseling dan pelayanan informasi obat bagi pasien, konter kasir dan ruang penjualan obat bebas, serta gudang sebagai tempat penyimpanan obatobatan. 2.4.2 Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang terdapat di apotek antara lain Apoteker Pengelola Apotek, yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA); Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek disamping Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek; Asisten Apoteker, yaitu mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker; personalia lain yang membantu kegiatan di apotek, antara lain juru resep yang membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan obat untuk diracik; pemegang kas/kasir dan petugas kebersihan. 2.4.3 Perlengkapan Perlengkapan yang harus ada di apotek adalah peralatan untuk membuat, mengolah dan meracik obat seperti timbangan, mortir dan alu, gelas ukur dan lainlain; tempat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari dan rak untuk menyimpan obat, lemari pendingin, lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika; wadah pengemas dan pembungkus seperti etiket obat; peralatan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
8 administrasi seperti blanko pemesanan obat, salinan resep dan kartu stok; buku standar yang berhubungan dengan kegiatan apotek. 2.5
Tata Cara Pemberian Izin Apotek (Departemen Kesehatan, 2002) Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek diatur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993. Izin apotek diberikan oleh Menteri yang kemudian wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut : a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1. b. Dengan
menggunakan
formulir
APT-2
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam (nomor 2) dan (nomor 3) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan formulir APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana di maksud ayat (3), atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek (SIA) dengan menggunakan formulir APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud (nomor 3) masih belum memenuhi syarat,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
9 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan formulir APT-6 dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam (nomor 6), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana. i. Pemilik sarana yang dimaksud (nomor 8) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan. j. Terhadap permohonan izin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan
surat
penolakan
disertai
dengan
alasannya
dengan
menggunakan formulir APT-7. 2.6
Pengelolaan Apotek (Departemen Kesehatan RI, 1993) Pengelolaan Apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan Apoteker untuk
melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi 2, yaitu pengelolaan teknis farmasi dan pengelolaan non teknis farmasi. a. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi : 1. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. 2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi lainnya. 3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi : a) Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
10 b) Pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan/atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya. b. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya, yaitu : a. Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. b. Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas khusus dan berhubungan secara keseluruhan. c. Kepemimpinan, yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. d. Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. 2.7
Pelayanan Apotek (Departemen Kesehatan RI, 1993) Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan
Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 yaitu : a. Apoteker
berkewajiban
menyediakan,
menyimpan
dan
menyerahkan
perbekalan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin; b. Apoteker wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat; Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
11 c. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. Namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten boleh diganti dengan obat generik; d. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat; e. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat; f. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep; g. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker; h. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu tiga tahun; i. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku; j. APA, apoteker pendamping atau apoteker pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia; k. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotek, Apoteker pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pengganti; l. Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping, Apoteker Pengganti di dalam pengelolaan Apotek. Apoteker Pendamping bertanggung jawab atas Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
12 pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan Apoteker Pengelola Apotek; dan m. Dalam pelaksanakan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten Apoteker (AA). AA melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek dibawah pengawasan Apoteker. Pelayanan yang dilakukan di apotek harus menerapkan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Untuk mewujudkan pelayanan kefarmasian, farmasis harus menerapkan standar pelayanan yang baik dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, yang meliputi pelayanan resep, promosi dan edukasi, pelayanan residensial
(Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2004). 2.7.1 Pelayanan Resep (Departemen Kesehatan RI, 2004) a. Skrining resep meliputi persyaratan administratif (nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis, jumlah obat yang diminta; cara pemakaian yang jelas serta informasi lainnya yang diperlukan), kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian), dan pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). b. Penyiapan obat meliputi peracikan (menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah), penulisan etiket harus jelas dan dapat dibaca, kemasan obat harus cocok dan rapi sehingga terjaga kualitasnya, penyerahan obat (dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi mengenai obat dan konseling kepada pasien). Sebelum obat diserahkan pada pasien, dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dan resep. Informasi obat yang diberikan kepada pasien harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
13 Informasi ini sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan monitoring penggunaan obat, terutama untuk pasien kardiovaskular, diabetes, tuberkulosis, asma dan penyakit kronis lainnya. c. Konseling didefinisikan sebagai proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. 2.7.2 Promosi dan Edukasi (Departemen Kesehatan RI, 2004) Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi kepada pasien. Apoteker ikut membantu penyebaran informasi antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan lainnya. 2.7.3 Pelayanan Residensial (Departemen Kesehatan RI, 2004) Pelayanan residensial adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk itu apoteker harus membuat catatan pengobatan pasien (medication record). 2.8
Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker (Departemen Kesehatan RI, 2002) Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002, yaitu : a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
14 b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pelaporan oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat 2.9
Pencabutan Surat Izin Apotek (Departemen Kesehatan RI, 2002) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila : a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang tercantum dalam persyaratan sebagai Apoteker Pengelola Apotek. b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya sebagai Apoteker Pengelola Apotek. c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus menerus. d. Terjadi
pelanggaran
terhadap
ketentuan
perundang-undangan
yang
berhubungan dengan kegiatan apotek. e. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut. f. Pemilik Sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
15 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan : a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13. Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan contoh formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker
Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sabagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a). 2.10
Sediaan Farmasi (Departemen Kesehatan RI, 2006) Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah menggolongkan obat menjadi :
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
16 2.10.1 Obat Bebas Obat golongan ini adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan warna hijau disertai brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, atau aturan pemakaiannya, nomor bets, nomor registrasi, nama pabrik, dan alamat serta cara penyimpanannya.
Gambar 2.1. Penandaan obat bebas 2.10.2 Obat Bebas Terbatas Obat golongan ini adalah obat keras yang diberi batas pada setiap takaran dan kemasan yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat ini dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan warna biru yang ditulis pada etiket dan bungkus luar.
Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas Di samping itu ada tanda peringatan P.No.1 sampai dengan P.No.6, dan penandaan pada etiket atau brosur terdapat nama obat yang bersangkutan, daftar bahan khasiat serta jumlah yang digunakan, nomor bets, dan tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan (indikasi), dan cara pemakaian, peringatan, serta kontraindikasi. Tanda peringatan pada kemasan dibuat dengan dasar hitam, tulisan putih.
Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas (P1-P6)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
17 2.10.3 Obat Keras Obat golongan ini adalah obat-obatan yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksi dan lain-lain pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tanda khusus lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K didalamnya. Psikotropika termasuk dalam golongan obat keras.
Gambar 2.4. Penandaan obat keras 2.10.4 Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika Berdasarkan Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika, narkotika dibedakan dalam tiga golongan yaitu: a. Narkotika golongan I, yang dapat digunakan untuk kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contoh tanaman Papaver somniferum (kecuali biji), Erythroxylon coca, Cannabis sativa. b. Narkotika golongan II, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah morfin dan petidin. c. Narkotika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan ketergantungan, contohnya yaitu Codein.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
18 2.11
Pengelolaan Narkotika Menurut Undang-undang 35 Tahun 2009 pengaturan narkotika bertujuan
untuk : a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan; b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika; dan c. Memberantas peredaran gelap narkotika. Secara
garis
besar
pengelolaan
narkotika
meliputi
pemesanan,
penyimpanan, pelayanan dan pemusnahan. 2.11.1 Pemesanan Narkotika Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) tertentu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, yaitu PT. Kimia Farma, dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanan narkotika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan (SP) khusus narkotika yang terdiri dari 4 rangkap yang ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK, dan SIA. Satu Surat Pesanan (SP) hanya untuk memesan satu jenis narkotika. 2.11.2 Penyimpanan Narkotika (Departemen Kesehatan RI, 1978) Apotek harus mempunyai tempat khusus yang dikunci dengan baik untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
19 e. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. g. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum. 2.11.3 Pelayanan Resep Yang Mengandung Narkotika Menurut UU No. 9 Tahun 1976 tentang narkotika disebutkan bahwa : a. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan dan/atau ilmu pengetahuan. b. Narkotika hanya dapat dipergunakan untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. c. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh diambil di apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu, dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep yang mengandung narkotika. 2.11.4 Pelaporan Narkotika Undang-undang No. 35 Tahun 2009 pasal 14 ayat (2) menyatakan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang ada dalam penguasaannya. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan yang ditandatangani oleh APA. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan khusus menggunakan morfin, petidin dan derivatnya. Laporan dikirim ke kepala Dinas Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
20 Kesehatan Kabupaten/Kota setempat selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, dengan tembusan kepada Kepala Dinkes Propinsi, Balai/Balai Besar POM, dan sebagai arsip. 2.11.5 Pemusnahan Narkotika (Departemen Kesehatan RI, 1978) APA dapat melakukan pemusnahan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan. APA yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan narkotika yang memuat : a. Hari, tanggal, bulan,dan tahun pemusnahan. b. Nama APA. c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari perusahaan atau badan tersebut. d. Nama dan jumlah Narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tandatangan penanggung jawab apotek. Pemusnahan narkotik harus disaksikan oleh : a. Petugas Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan untuk Importir, pabrik farmasi dan unit pergudangan pusat b. Petugas Kantor Wilayah Departemen Kesehatan untuk pedagang besar farmasi penyalur narkotika, lembaga dan unit pergudangan propinsi c. Petugas Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II untuk apotek, rumah sakit, puskesmas dan dokter Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada kepala kantor Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan tembusan kepada Kepala Dinkes Propinsi, Balai/Balai Besar POM, dan sebagai arsip. Menurut Petunjuk Teknis Peraturan Apotek Tahun 2004 mengenai Prosedur Tetap Pelayanan Resep Narkotika, yaitu : a. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi. b. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetika, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
21 c. Mengkaji pertimbangan klinis, yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). d. Narkotika hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter. Salinan resep narkotika dalam tulisan “iter” tidak bolah dilayani sama sekali. e. Salinan resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau yang belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. f. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan. 2.12
Pengelolaan Psikotropika Menurut Undang Undang 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada sistem saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu: a. Psikotropika golongan I, yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: lisergida dan meskalina. b. Psikotropika golongan II, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin dan metamfetamin. c. Psikotropika golongan III, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amobarbital, pentobarbital dan pentazosina. d. Psikotropika golongan IV, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: barbital, alprazolam dan diazepam.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
22 2.12.1 Pemesanan Psikotropika Surat Pesanan (SP) psikotropika harus ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Satu surat pesanan ini dapat terdiri dari berbagai macam nama obat psikotropika dan dibuat tiga rangkap. 2.12.2 Penyimpanan Psikotropika Obat
golongan
perundang-undangan,
psikotropika namun
penyimpanannya
karena
belum diatur
kecenderungan
oleh
penyalahgunaan
psikotropika, maka disarankan agar obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus. 2.12.3 Pelaporan Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997, apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan wajib melaporkan kepada Menteri secara berkala. Pelaporan psikotropika ditandatangani oleh APA ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinkes Propinsi setempat, Balai/Balai Besar POM serta sebagai arsip apotek. 2.12.4 Pemusnahan Psikotropika Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1997, setiap pemusnahan psikotropika, wajib dibuatkan berita acara. Pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal : a. Berhubungan dengan tindak pidana b. Kadaluarsa c. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika sebagaimana dimaksud : a. Pada butir (a), dilakukan oleh suatu tim yang terdiri dari pejabat yang mewakili departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku, dan ditambah pejabat dari instansi terkait dengan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
23 tempat terungkapnya tindak pidana tersebut, dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kekuatan hukum tetap. Untuk psikotopika khusus golongan I, wajib dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dilakukan penyitaan; dan b. Pada butir (b) dan (c) dilakukan oleh apoteker yang bertanggung jawab atas peredaran psikotropika dengan disaksikan oleh pejabat departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, dalam waktu 7 (tujuh) hari. 2.12.5 Penyerahan Psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep dokter.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 3 TINJAUAN UMUM
3.1
Sejarah Singkat PT. Kimia Farma, Tbk. (PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., 2009) PT. Kimia Farma, Tbk. merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang didirikan pada tanggal 16 Agustus 1971 dengan status Perusahaan Perseroan Terbatas (PT) dan berada dibawah lingkup Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menurut sejarah perkembangannya, PT. Kimia Farma Tbk. berawal dari beberapa perusahaan milik Belanda, yaitu : a. Bidang usaha industri farmasi dan pertambangan 1. N. V. Chemicalien Handel Rathkamp & Co., bergerak dalam bidang farmasi dan alat kesehatan, di Jakarta. 2. N. V. Pharmaceutische Handel Svereniging, J. Van Gorkom & Co., bergerak dalam bidang farmasi dan alat kesehatan, di Jakarta. 3. N. V. Pharmaceutische Handel Svereniging, De Gedeh, bergerak di bidang farmasi, alat kesehatan dan apotek, Jakarta. 4. N. V. Bandoengsche Kinine Fabriek (pabrik kina) di Bandung. 5. N.V. Indonesche Combinatie Voor Chemicals Industries, di Bandung. 6. N. V. Jodium Onderneming Watoedakon (pabrik yodium), di Watudakon, Mojokerto. 7. N.V. Verband Stoffe Fabriek (pabrik kain kasa), di Surabaya. 8. Drogistery Ballem, di Surabaya. b. Bidang usaha apotek 1. N.V. Bavosta – Bataviasche volks stads apotheek, 2. Multi pharma, Jln. Menteng Raya No.23. 3. N.V. Nederlandsche Apotheek, di Jakarta. 4. N.V. Apotheek Jakarta, di Jakarta. 5. N.V. Apotheek De Vos, di Jakarta. 6. N.V. Apotheek Vij Zel, di Jakarta. 7. N.V. Buiten Zorgsche apotheek, di Bogor . 24
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
25 8. N.V. Apotheek , De Gedeh, di Sukabumi. 9. Apotheek Pharmacon, di Bandung. 10. C.V. Apotheek Malang, di Malang. Pada masa pembebasan wilayah Irian Barat, Penguasa perang saat itu dengan berdasar kepada Undang-undang No. 74/1957, mengambil alih dan menguasai semua perusahaan swasta Belanda yang beroperasional di seluruh wilayah Republik Indonesia termasuk perusahaan-perusahaan tersebut diatas. Pada
Tahun
1958,
perusahaan-perusahaan
tersebut
mengalami
proses
nasionalisasi dan dibentuk menjadi Bapphar (Badan Pusat Penguasaan Perusahaan “Farmasi Belanda”). Bapphar kemudian digabung dengan beberapa perusahaan dari Bappit (Badan Pusat Penguasaan Perusahaan “Farmasi Belanda”). Berdasarkan UU no. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (PN) dan PP No.69 Tahun 1961, Departemen Kesehatan mengubah Bapphar menjadi Badan Perusahaan Umum (BPU) Farmasi Negara dan membentuk beberapa Perusahaan Negara Farmasi (PNF) yaitu; Radja Farma (Jakarta), Nurani Farma (Jakarta), Nakula Farma (Jakarta), Bhineka Kina Farma (Bandung), Bio Farma (Bandung), Sari Husada (Jogyakarta) dan Kasa Husada (Jawa Timur). Pada perkembangan selanjutnya, melalui PP No. 3 Tahun 1969 tanggal 23 Januari 1969, PNF Radja Farma, PNF Nakula Farma, PNF Sari Husada dan PNF Bhineka Kina Farma digabungkan dan dilebur menjadi perusahaan Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka Kimia Farma. Pada tanggal 19 Maret 1971 pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1971, mengalihkan bentuk PN Farmasi Kimia Farma menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Pada tahun 1997 PT. Kimia Farma menjadi sebuah perusahaan terbuka (Tbk) sehingga masyarakat ikut serta dalam kepemilikan saham di PT. Kimia Farma. Saat terjadi krisis ekonomi tahun 1998 di ASEAN, bersamaan dengan adanya pergantian kepala pemerintahan (reformasi) terjadi defisit anggaran dan hutang negara yang besar. Untuk mengurangi beban hutang tersebut Pemerintah mengeluarkan kebijakan privatisasi BUMN. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-59/ M-PM. BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT. Kimia Farma di privatisasi. Pada tanggal 4 Juli tahun Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
26 2002 PT. Kimia Farma resmi listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai perusahaan publik. Direksi PT. Kimia Farma, Tbk. kemudian mendirikan 2 anak perusahaan pada tanggal 4 Januari 2002 yaitu: PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading & Distribution. Hal ini bertujuan untuk dapat mengelola perusahaan sehingga lebih terarah dan berkembang dengan cepat. 3.1.1 Visi, Misi, Motto dan Arah Kebijaksanaan PT. Kimia Farma,Tbk. 3.1.1.1 Visi PT. Kimia Farma, Tbk. Mempunyai visi berkomitmen pada peningkatan kualitas kehidupan, kesehatan dan lingkungan. 3.1.1.2 Misi PT. Kimia Farma, Tbk. mempunyai misi sebagai berikut : a. Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan penelitian dan pengembangan produk yang inovatif. b. Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu (health care provider) yang berbasis jaringan distribusi dan jaringan apotek. c. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan mengembangkan sistem informasi perusahaan. 3.1.1.3 Motto PT. Kimia Farma, Tbk. yang memiliki filosofi “I CARE” yang merupakan singkatan dari : I
: Innovative
C
: Customer First
A
: Accountability
R
: Responsibility
E
: Eco Friendly
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
27 3.1.2 Tujuan, Fungsi, dan Logo
Gambar 3.1. Logo PT. Kimia Farma, Tbk. Tujuan dari PT. Kimia Farma Tbk. adalah terwujudnya bidang farmasi menuju tercapainya kemandirian di bidang obat yang memiliki peranan di bidang kesehatan,
serta
kemampuan
untuk
meningkatkan
dan
memperbaiki
perekonomian negara. PT. Kimia Farma Tbk. memiliki tiga fungsi yaitu: a. Mendukung setiap kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan terutama di bidang pengadaan obat mengingat PT. Kimia Farma, Tbk. merupakan salah satu badan usaha milik negara dalam industri farmasi. b. Memupuk laba demi kelangsungan usaha. c. Sebagai agent of development yaitu menjadi pelopor perkembangan kefarmasian di Indonesia. PT. Kimia Farma, Tbk. memiliki logo resmi berupa nama Kimia Farma berwarna biru yang diatasnya ada lambang matahari terbit berwarna orange dengan jenis huruf italic. Maksud dari simbol tersebut adalah : a. Simbol : matahari Paradigma baru : matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang lebih baik. 1. Optimis Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnisnya. 2. Komitmen Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara teratur dan terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
28 3. Sumber energi Matahari sumber energi bagi kehidupan, dan Kimia Farma baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat. 4. Semangat yang abadi Warna oranye berarti semangat, warna biru berarti keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi. b. Jenis huruf Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada. Sifat huruf : 1. Kokoh Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir, dan merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia. 2. Dinamis Dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimisme. 3. Bersahabat Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya. 3.2
PT. Kimia Farma Apotek Perkembangan jumlah apotek yang pesat dapat dilihat mulai tahun 1985
sampai September 2011 ini terdapat sekitar 390 unit outlet apotek. Kegiatan yang dilakukan di apotek Kimia Farma tidak hanya melayani resep dokter namun juga dilengkapi dengan : a. Counter swalayan farmasi yang berisi obat-obat bebas dan bahan-bahan kebutuhan sehari-hari. b. Tempat praktek dokter dan laboratorium klinik untuk mendekatkan pelayanan kepada pasien.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
29 c. Layanan kacamata yang didukung oleh peralatan modern untuk pembuatan kacamata. Kimia Farma juga memenuhi kebutuhan obat-obatan dan sediaan farmasi lainnya dalam rangka menunjang program pemerintah, seperti program obat inpres dan program peningkatan gizi masyarakat. Bidang pelayanan terus ditingkatkan dengan cara: a. Pelayanan berbagai sarana untuk menciptakan suasana keamanan dan kenyamanan. b. Penempatan tenaga kerja yang terampil dan ramah. c. Penempatan harga yang terjangkau. d. Kecepatan pelayanan dan kelengkapan obat. Paket Deregulasi 23 Oktober 1993 memberikan dampak munculnya apotek-apotek baru yang mengakibatkan persaingan apotek yang semakin ketat. Untuk menghadapi tantangan tersebut, maka Kimia Farma memunculkan gagasan grouping antar Apotek Kimia Farma agar lebih efisien dalam pekerjaan pelayanan dan ekonomis serta untuk meningkatkan daya saing dengan apotek swasta lainnya yang lebih dulu melakukan grouping dalam menjalankan usahanya. Dalam melaksanakan grouping ini maka Apotek Kimia Farma secara umum dibagi menjadi 2 jenis kegiatan apotek yaitu apotek Bisnis Manajer dan apotek pelayanan. Pada apotek Bisnis Manajer dilakukan kegiatan administrasi yang mengkoordinasikan aktivitas administrasi beberapa apotek pelayanan dalam suatu group daerah, disamping melaksanakan fungsi pelayanan apotek secara umum, sedangkan apotek pelayanan hanya melaksanakan fungsi pelayanan. Pada apotek Bisnis Manajer dilakukan pengadaan dan penyimpanan barang, serta pendistribusian barang dan juga pengumpulan data kegiatan untuk semua apotek dalam group daerahnya. Dengan adanya apotek Bisnis Manajer ini maka dapat ditingkatkan efisiensi modal kerja, pengadaan dan kelengkapan barang serta pengumpulan data apotek pelayanan secara terpadu. Pada apotek pelayanan tidak dilakukan pengadaan dan penyimpanan barang sendiri, namun barang diperoleh dari apotek Bisnis Manajer sehingga kegiatannya terfokus pada pelayanan. Saat ini terdapat 33 Bisnis Unit di seluruh Indonesia.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 4 TINJAUAN KHUSUS
4.1
Bisnis Manajer Wilayah Bogor Bisnis Manajer wilayah Bogor membawahi apotek pelayanan di wilayah
Bogor, Depok, Sukabumi dan Cianjur. Bisnis Manajer wilayah Bogor bertempat di Apotek Kimia Farma No.7, Jl. H. Juanda No.30, Bogor. Bisnis Manajer bertanggung jawab terhadap kegiatan pengadaan dan administrasi dari apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Struktur organisasi Bisnis Manajer terdiri dari seorang Manajer Bisnis yang membawahi supervisor pelayanan, supervisor pengadaan dan supervisor administrasi dan keuangan. 4.1.1 Manajer Bisnis Tugas dari seorang manajer bisnis adalah mengarahkan, mengelola, dan mengawasi kegiatan operasional beberapa apotek di wilayahnya baik dari sisi penjualan dan pelayanan, untuk memastikan pencapaian target operasional yang telah ditentukan baik dari segi penjualan, keuntungan, dan lainnya. Adapun tanggung jawab utama dari manajer bisnis adalah: a. Merencanakan, mengelola, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan bisnis dan operasional unit bisnis sesuai dengan kebijakan yang digariskan PT. Kimia Farma Apotek. b. Merencanakan dan menyusun rencana kerja serta anggaran perusahaan unit bisnisnya. c. Mengendalikan dan mengawasi penggunaan anggaran operasional. d. Merencanakan,
mengkoordinasikan,
melaksanakan,
dan
menganalisis
pengembangan usaha di daerahnya berkoordinasi dengan manajer pelayanan dan pengembangan usaha. e. Mengevaluasi dan meningkatkan standar pelayanan yang ada di unitnya.
30
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
31 4.1.2 Bagian Pengadaan Dipimpin oleh supervisor pengadaan yang bertanggung jawab langsung pada Bisnis Manajer. Dalam melaksanakan tugasnya, bagian pembelian haruslah merencanakan semua perbekalan farmasi yang akan dibeli secara cermat dan sesuai dengan kebutuhan apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Tanggung jawab utama bagi supervisor pengadaan adalah : a. Melaksanakan pengecekan dan validasi BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek) dari apotek pelayanan untuk memastikan pemesanan barang/obatobatan kepada distributor/PBF (Pedagang Besar Farmasi) yang dibutuhkan apotek pelayanan sesuai dengan rencana dan ketentuan serta prosedur yang berlaku. b. Membuat perencanaan dan pengadaan barang untuk seluruh unit bisnis apotek berdasarkan pareto penjualan apotek. c. Melakukan pemeriksaan terhadap ketersediaan barang di gudang, sebelum dilakukan pemesanan barang kepada distributor untuk memastikan ketepatan dalam pemenuhan ketersediaan barang. d. Membuat SPB (Surat Pesanan Barang) sebagai bukti pemesanan barang/obatobatan kepada distributor/PBF dan permintaan pengiriman barang/obat-obatan secara langsung dari distributor/PBF kepada apotek pelayanan, untuk memastikan
bahwa
distributor/PBF
memberikan
dan
mengirimkan
barang/obat-obatan yang sesuai dengan pesanan kepada apotek pelayanan. e. Melakukan pemesanan barang/obat-obatan sekaligus melakukan negosiasi diskon harga (waktu kegiatan dan waktu pembayaran) dan bonus dengan distributor/PBF untuk mendapatkan harga yang kompetitif. f. Melakukan verifikasi faktur dan BPBA dari seluruh apotek pelayanan g. Memberikan faktur untuk verifikasi lebih lanjut terhadap barang yang sudah dicek kepada administrasi pembelian/hutang dagang, memastikan pengarsipan faktur dan memperlancar proses pembayaran hutang kepada distributor/PBF. h. Melaksanakan rekapitulasi koreksi harga dan penambahan barang/obatobatan. i. Melaksanakan pemilihan distributor/PBF. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
32 4.1.3 Bagian Keuangan Bagian keuangan dijalankan oleh petugas kasir besar yang bertanggung jawab kepada Bisnis Manajer. Tugas kasir besar adalah : a. Menyiapkan uang sebagai modal awal untuk diserahkan ke kasir apotek. b. Menerima setoran penjualan tunai berdasarkan bukti setoran kasir dari apotek pelayanan. c. Menerima hasil penagihan piutang dagang berupa uang tunai, cek atau giro dari bagian penagihan. d. Mengeluarkan uang untuk keperluan rutin dengan sepengetahuan/perintah unit BM seperti : uang transpor, gaji pegawai, pembayaran hutang dagang yang telah jatuh tempo, dan lain-lain. e. Membuat laporan mingguan saldo kas/bank. Tanggung jawab kasir besar adalah : a. Menerima dan mengeluarkan uang (surat berharga) sesuai dengan bukti-bukti dokumen yang sah dan disetujui oleh APA. b. Menjaga dan memelihara keamanan dari risiko kehilangan dan kerusakan uang (surat berharga). c. Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan. 4.1.4 Bagian Administrasi/Ketatausahaan Fungsi bagian administrasi/ketatausahaan adalah sebagai pelaksana pembuatan laporan akuntansi keuangan dan sebagai pengawas kesesuaian proses pelaksanaan pengumpulan data, pencatatan, penyajian laporan dan pengarsipan data dari seluruh fungsi kegiatan yang ada di apotek terhadap sistem yang berlaku di apotek. Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor administrasi dan keuangan yang bertanggung jawab kepada Bisnis Manajer. Supervisor administrasi dan keuangan bertugas mengkoordinir semua kegiatan administrasi di apotek yang ada dibawahnya, meliputi administrasi hutang dagang, administrasi piutang dagang, administrasi kas bank, administrasi pajak, administrasi inkaso dan administrasi umum. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
33 4.1.4.1 Administrasi hutang dagang Bagian ini melaksanakan semua kegiatan administrasi pembelian barang di apotek, yaitu: a. Mencatat seluruh faktur pembelian di kartu hutang masing-masing distributor sebagai hutang dagang. b. Menerima kontrabon dari distributor (faktur asli, pajak dan surat pesanan) dan membuat tanda terima faktur untuk distributor seminggu sebelum jatuh tempo pembayaran. c. Mencocokkan salinan faktur dengan yang asli dan menyimpannya sampai jatuh tempo. d. Menyerahkan struk hutang dagang ke bagian keuangan untuk dibuatkan bukti pengeluaran kas. e. Melengkapi berkas-berkas seperti faktur asli, salinan faktur, SP barang dan bukti pengeluaran kas untuk diserahkan ke kasir besar. f. Membuat laporan hutang dagang. g. Membuat laporan saldo mutasi hutang dagang. 4.1.4.2 Administrasi piutang dagang Bagian ini melaksanakan semua kegiatan administrasi penjualan kredit di apotek, kegiatannya meliputi : a. Mengumpulkan faktur-faktur resep kredit setiap hari disertai faktur penjualan, copy resep dan kuitansi dan mengelompokkannya berdasarkan masing-masing debitur. b. Membuat rekap tagihan perbulan untuk masing-masing debitur. c. Membuat kuitansi penagihan perbulan untuk masing-masing debitur (dibuat 5 rangkap yaitu 1 untuk bagian administrasi inkaso, 1 lembar untuk bagian administrasi piutang dagang dan 3 lembar untuk ditagihkan kepada debitur). d. Mencocokkan resep/faktur penjualan kredit dengan data yang ada di komputer. e. Mencatat piutang dagang dalam kartu piutang dagang. f. Membuat laporan piutang dagang setiap bulan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
34 4.1.4.3 Administrasi pajak Bagian administrasi pajak bertugas untuk mengurus seluruh administrasi pajak yang ada di Bisnis Manajer wilayah Bogor. a. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPN (Pajak Pertambahan Nilai). b. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal 21. c. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal 22. d. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal 23. 4.1.4.4 Administrasi inkaso Kegiatan bagian administrasi inkaso meliputi : a. Bertanggung jawab menyimpan dan menerbitkan alat-alat tagih (dibuat oleh bagian administrasi piutang dagang) yang terdiri dari rekap tagihan, kuitansi penagihan dan bukti fotokopi resep kredit. b. Setiap bulan, menerbitkan tagihan ke masing-masing debitur, kemudian dibuat tanda terima kuitansi dari debitur. c. Tanda terima kuitansi kemudian disimpan di map tunggu sampai jatuh tempo pelunasan piutang tiba. d. Setelah jatuh tempo, tanda terima kuitansi ditagihkan ke debitur oleh bagian penagihan untuk dilunasi oleh debitur, hasil pelunasan diserahkan ke bagian kasir besar. e. Setelah dilunasi, bagian administrasi inkaso akan menerbitkan nota inkaso sebagai bukti pelunasan piutang. f. Setiap bulan dilakukan stok kuitansi untuk melihat apakah terdapat debitur yang belum melunasi piutangnya. 4.1.4.5 Administrasi kas bank Bagian ini bertugas untuk mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran melalui kas atau bank. Kegiatannya adalah membuat laporan saldo kas/bank berdasarkan dokumen penjualan tunai dan penerimaan piutang, pembayaran hutang dan dokumen biaya variabel dan biaya tetap.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
35 4.1.4.6 Administrasi Umum Administrasi terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian umum dan bagian sumber daya manusia/kepegawaian. Setiap bagian tersebut mempunyai tugas tersendiri, adapun tugas dari bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut : a. Tugas bagian umum: 1. Menyiapkan bahan-bahan rapat. 2. Melakukan kegiatan surat menyurat. 3. Bertanggung jawab terhadap seluruh barang inventaris perusahaan. b. Tugas bagian SDM/kepegawaian: 1. Membuat daftar gaji pegawai, IP (Iuran Pensiun), ISP (Iuran Sosial Pensiun), Iuran Jamsostek. 2. Mengajukan kenaikan pangkat dan membuat surat usulan kenaikan pangkat bagi pegawai. c. Tugas bagian teknologi informasi Bagian Teknologi informasi bertanggung jawab atas kelancaran sistem yang digunakan di Bisnis Manajer wilayah Bogor baik software maupun hardware. 4.2.
Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor
4.2.1 Lokasi dan Tata Ruang 4.2.1.1 Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma No.7 terletak di kawasan yang sangat strategis yaitu berada di tepi jalan besar dua arah dengan halaman yang luas, mudah diakses, dapat dilewati oleh mobil pribadi, kendaraan umum, dekat dengan Kebun Raya Bogor dan disekitarnya merupakan daerah perkantoran. 4.2.1.2 Tata Ruang Apotek Bangunan apotek terdiri dari 3 lantai, dimana lantai 1 digunakan untuk kegiatan apotek pelayanan resep umum, lantai 2 digunakan untuk kegiatan apotek pelayanan resep asuransi kesehatan (askes) dan sebagai tempat beberapa praktek dokter, sedangkan lantai 3 digunakan untuk kegiatan Bisnis Manajer untuk wilayah bogor. Ruang di Apotek KF No.7 diatur sedemikian rupa sehingga Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
36 memudahkan dalam pelaksanaan aktivitas pelayanan apotek, memberikan suasana nyaman bagi pasien dan pegawai apotek. Adapun pembagian ruang atau tempat yang terdapat di dalam apotek antara lain : a.
Ruang tunggu Ruang ini dilengkapi dengan pendingin ruangan dan televisi sehingga
dapat memberikan kenyamanan bagi pasien yang menunggu. b.
Tempat penyerahan resep dan pengambilan obat Tempat ini berupa counter yang tingginya kurang lebih 1 meter untuk
kegiatan penyerahan dan pengambilan obat. c.
Swalayan farmasi Ruangan ini berada di sebelah kanan dari pintu masuk apotek dan mudah
terlihat dari ruang tunggu pasien. Barang-barang yang dijual di swalayan farmasi adalah obat-obat bebas, produk-produk susu, minyak angin, bedak tabur, alat kesehatan, dan lain sebagainya. d.
Tempat peracikan Ruangan ini terletak di bagian samping tempat penyerahan resep. Di
ruangan ini dilakukan peracikan obat-obat yang dilayani berdasarkan resep dokter. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperti timbangan, blender, lumpang, bahan baku dan alat-alat untuk meracik. 4.2.2 Struktur Organisasi Apotek KF No.7 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan apotek serta membawahi secara langsung supervisor yang terdapat di apotek tersebut. Di bawah supervisor terdapat pelaksana-pelaksana yang masing-masing memiliki tanggung jawab lain selain menyiapkan obat dan memberikan obat kepada pasien, seperti Asisten Apoteker (AA) yang bertanggung jawab mengurusi penjualan resep kredit ataupun tender dengan perusahaan atau instansi. Masing-masing Asisten Apoteker (AA) juga bertanggung jawab pada rak-rak obat tertentu mengenai persediaan obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
37
4.2.3 Tugas dan Fungsi Tenaga Kerja Apotek 4.2.3.1 Apoteker Pengelola Apotek Pimpinan Apotek Kimia Farma No.7 adalah seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan Surat Izin Apotek. APA bertindak sebagai manajer apotek pelayanan yang memiliki kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengawasi jalannya apotek. 4.2.3.2 Apoteker Pendamping Apoteker pendamping adalah seorang apoteker yang bertugas memberi pelayanan farmasi ketika apoteker pengelola apotek tidak berada ditempat. Apotek Kimia Farma No. 7 mempunyai seorang Apoteker Pendamping yang melaksanakan pekerjaan kefarmasiannya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. 4.2.3.3 Supervisor Supervisor adalah seorang asisten apoteker senior yang bertanggung jawab langsung kepada pimpinan apotek. Tugas Supervisor adalah sebagai berikut: a. Membantu Apoteker Pengelola Apotek melakukan pengontrolan dan pengawasan pelayanan kepada pasien. b. Membantu Apoteker Pengelola Apotek melakukan pengontrolan dan mengawasi kelancaran arus barang yang masuk dan keluar, serta pengadaan barang untuk apotek, kelancaran resep, penjualan bebas, dan penjualan alat kesehatan. c. Mengatur jadwal masuk kerja serta pergantian jadwal masuk kerja para petugas apotek. 4.2.3.4 Asisten Apoteker Asisten apoteker bertanggung jawab langsung kepada supervisor pelayanan. Tugas asisten apoteker adalah sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
38 a. Mengatur, mengontrol dan menyusun penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan bentuk dan jenis barang yang disusun secara alfabet. b. Menerima resep dan memeriksa keabsahan dan kelengkapan resep sesuai dengan peraturan kefarmasian. c. Memeriksa ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya berdasarkan resep yang diterima. d. Memberikan harga pada setiap resep dokter yang masuk. e. Melayani dan meracik obat sesuai dengan resep dokter antara lain menghitung dosis obat untuk racikan, menimbang bahan, meracik, mengemas obat dan memberikan etiket. f. Membuat kuitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya diambil sebagian atau bila diperlukan pasien. g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep dan cara pemakaian. h. Melakukan pemeriksaan akhir terhadap hasil penyiapan obat. i. Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan memberikan penjelasan tentang penggunaan obat atau informasi lain yang dibutuhkan. j. Mencatat masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang. k. Melakukan pelayanan informasi mengenai cara pemakaian obat melalui penyerahan obat dari asisten apoteker kepada pelanggan. 4.2.3.5 Juru Resep Juru resep bertugas membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan obat dan perbekalan farmasi lainnya di bawah pengawasan asisten apoteker. Tugas Juru resep adalah sebagai berikut : a. Membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan obat, mengerjakan obatobatan racikan yang telah disiapkan oleh asisten apoteker sesuai dengan sediaan yang diminta. b. Membuat obat-obat racikan standar (anmaak) di bawah pengawasan asisten apoteker. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
39 c. Menjaga kebersihan ruangan apotek. 4.2.4 Kegiatan Apotek Kegiatan utama yang dilakukan apotek Kimia Farma No.7 meliputi kegiatan teknis kefarmasian maupun kegiatan non teknis kefarmasian. 4.2.4.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di apotek meliputi pengadaan, penyimpanan, peracikan, penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya serta pengelolaan psikotropika dan narkotika. a.
Pengadaan barang Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No.7 dilakukan melalui Bisnis
Manajer dengan sistem Distribution Center (DCs) melalui sistem online. Dengan sistem DC ini kita dapat mengetahui kebutuhan apotek, sehingga pengiriman barang berdasarkan kebutuhan apotek. Pemesanan ditujukan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan barang yang dipesan dikirim ke gudang pusat kemudian didistribusikan ke masing-masing apotek berdasarkan dengan kebutuhan apotek tersebut. Apotek pelayanan dapat melakukan permintaan mendesak (by pass) jika obat atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan segera tetapi tidak ada persediaan, permintaan dilakukan menggunakan Bon Pemesanan Barang Apotek (BPBA) yang ditujukan kepada PBF. Khusus untuk pengadaan narkotika, pengadaan dilakukan oleh masing-masing apotek pelayanan melalui surat pesanan khusus dan diantar langsung ke apotek pelayanan. Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak saja berasal dari PBF Kimia Farma tetapi juga dari PBF atau distributor resmi/berizin lainnya. Adapun dasar pemilihan PBF atau distributor adalah sebagai berikut : 1. Ketersediaan barang. 2. Kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggungjawabkan. 3. Besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan. 4. Kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu. 5. Cara pembayaran. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
40
b.
Penyimpanan barang Apotek Kimia Farma No.7 melakukan penyimpanan barang di ruang
peracikan dan di tempat penjualan bebas. Obat-obat yang dapat dibeli bebas diletakkan di swalayan farmasi ataupun ruang tunggu yang dapat langsung dilihat oleh pembeli. 1.
Penyimpanan di ruang peracikan Setiap AA bertanggungjawab terhadap lemari penyimpanan obat yang
telah ditetapkan. Penyimpanan obat atau perbekalan farmasi di ruang peracikan dilakukan oleh AA. Setiap pemasukan dan penggunaan obat/barang harus di input kedalam komputer dan untuk ketelitian dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal pengisian/pengambilan, nomor dokumennya, jumlah barang yang diisi/diambil,
sisa
barang
dan
paraf
petugas
yang
melakukan
pengisian/pengambilan barang. Kartu stok ini diletakkan di masing-masing obat/barang. Setiap AA bertanggung jawab terhadap stok barang yang ada di lemari. Penyimpanan barang disusun berdasarkan kegunaan farmakologisnya, jenis sediaan, bentuk sediaan dan alfabetis. Penyimpanan obat/barang di ruang peracikan disusun sebagai berikut : a) Lemari penyimpanan obat ethical/prescription drugs. b) Lemari penyimpanan obat psikotropika. c) Lemari penyimpanan obat narkotika. d) Lemari penyimpanan bahan baku. e) Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi. f) Lemari penyimpanan obat tetes/drops dan obat salep dan tetes mata. g) Lemari penyimpanan ampul, syringe dan infus. h) Lemari pendingin untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti suppositoria, serum dan vaksin. 2.
Penyimpanan obat atau barang yang dapat dibeli bebas Obat atau barang yang dapat dibeli secara bebas disimpan di rak-rak
penjualan obat bebas swalayan farmasi disamping ruang tunggu pasien dan ruang racik apotek. Pengaturan penyimpanannya didasarkan pada bentuk dan jenis Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
41 sediaan serta kegunaannya agar memudahkan pembeli untuk melihat dan memudahkan petugas dalam mengambil obat/barang yang diinginkan oleh pembeli. c.
Penjualan Penjualan yang dilakukan oleh Apotek KF No.7 meliputi :
1.
Penjualan tunai obat dengan resep dokter Penjualan tunai obat dengan resep dilakukan terhadap pelanggan yang
langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan dibayar secara tunai. Prosedur penjualan tunai obat dengan resep dokter adalah sebagai berikut : a) Asisten apoteker pada bagian penerimaan resep menerima resep dari pasien, lalu memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep tersebut. b) Asisten apoteker akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. Bila obat yang dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan memberitahukannya kepada pasien. c) Setelah pasien setuju segera dilakukan pembayaran atas obat dan dibuatkan struk pembayaran obat tersebut dan disatukan dengan resep aslinya. Informasi pasien akan dicatat di medical record pasien. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas membuat salinan resep untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang memerlukan kuitansi dapat pula dibuatkan kuitansi dan salinan resep di belakang kuitansi tersebut. d) Obat disiapkan. e) Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas. f) Pemeriksaan kembali dilakukan sebelum obat diberikan yang meliputi nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya juga dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta kebenaran kuitansi. g) Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep yang disertai dengan informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan pasien. h) Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
42 2.
Penjualan dengan cara kredit obat dengan resep dokter Penjualan obat dengan resep berdasarkan perjanjian kerjasama yang telah
disepakati oleh suatu perusahaan/instansi dengan apotek yang pembayarannya dilakukan secara kredit melalui penagihan kepada perusahaan secara berkala. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, hanya saja pada pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan seperti: a) Setelah resep dokter diterima dan diperiksa kelengkapannya maka dilakukan penetapan harga namun tidak dilakukan pembayaran oleh pasien tetapi langsung dikerjakan oleh petugas apotek. b) Harga resep kredit ditetapkan berdasarkan perjanjian kerjasama oleh intansi/perusahaan dengan Apotek Kimia Farma, sehingga harganya berbeda dengan pembelian resep tunai. c) Penomoran resep dokter yang dibeli secara kredit dibedakan dengan resep yang dibeli secara tunai. d) Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep yang dibeli secara tunai kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan masingmasing instansi atau perusahaan untuk dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati bersama. 3.
Pelayanan upaya pengobatan diri sendiri (UPDS) Pelayanan UPDS yang dimaksud adalah penjualan obat bebas atau
perbekalan farmasi yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti OTC (over the counter) baik obat bebas dan obat bebas terbatas. Prosedur pelayanan UPDS yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Petugas
menerima
permintaan
barang
dari
pasien
dan
langsung
menginformasikan ketersediaan obat. b) Setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar ke kasir. c) Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti penyerahan nota penjualan bebas. d) Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada pasien.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
43 4.2.4.2 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No.7 berupa administrasi harian dalam bentuk pembuatan laporan harian baik penjualan (LIPH) tunai maupun kredit, serta memasukkan data resep tunai dan resep kredit. Kegiatan pencatatan dilakukan oleh bagian administrasi dan keuangan di Bisnis Manajer. Kegiatan pencatatan yang dilakukan meliputi kegiatan administrasi dan keuangan. Kegiatan administrasi ditangani oleh beberapa staf adiministrasi
dan
keuangan
yang
bertanggungjawab
kepada
supervisor
administrasi dan keuangan, sedangkan kegiatan keuangan ditangani oleh Kasir Besar. Supervisor administrasi dan keuangan serta Kasir Besar bertanggungjawab langsung kepada pimpinan apotek BM. 4.2.5 Pengelolaan Narkotik dan Psikotropika 4.2.5.1 Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.7 meliputi : a.
Pemesanan narkotika Pemesanan sediaan narkotika dilakukan secara tertulis sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Surat pesanan narkotika yang sudah ditandatangani oleh APA dikirim ke BM. Pemesanan dilakukan ke PBF KF selaku distributor tunggal dengan membuat surat pesanan khusus narkotika yang dibuat rangkap empat, yang masing-masing diserahkan kepada PBF yang bersangkutan (SP asli dan 2 Lembar kopi SP), dan satu lembar sebagai arsip di apotek. b.
Penerimaan narkotika Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh Apoteker Pengelola
Apotek. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah melihat kesesuaian dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
44 c.
Penyimpanan narkotika Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma
No.7 disimpan dalam lemari khusus yang terkunci. Kunci lemari tersebut di pegang oleh senior supervisor. d.
Pelayanan narkotika Apotek Kimia Farma No.7 hanya melayani resep narkotika dari resep asli
atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No.7 sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. e.
Pelaporan narkotika Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.7 dibuat
setiap bulan yang meliputi laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan penggunaan bahan baku narkotika. Laporan dibuat rangkap lima dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, alamat apotek, dan stempel apotek yang kemudian dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kota Bogor, dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM Propinsi Jawa Barat, Penanggung Jawab Obat Narkotika PT. Kimia Farma Tbk., Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, dan Arsip apotek. f.
Pemusnahan narkotika. Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut :
1. Apoteker pengelola apotek membuat dan menandatangani surat permohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisi antara lain jenis dan jumlah narkotika yang rusak dan atau tidak memenuhi syarat. 2. Surat permohonan yag telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke Balai POM Jawa Barat. Balai POM akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan. 3. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari Apoteker Pengelola Apotek, Asisten Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala Kantor Dinkes Kota Bogor. 4. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara Pemusnahan yang berisi: a) Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnahan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
45 b) Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. c) Cara pemusnahan. d) Petugas yang melakukan pemusnahan. e) Nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek. Berita acara tersebut dikirimkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM), Kepala dinas kesehatan Propinsi, dan Arsip apotek. 4.2.5.2 Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No.7 meliputi : a.
Pemesanan Psikotropika Pemesanan obat psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat
Pesanan Psikotropika yang boleh berisi lebih dari satu jenis psikotropika. Surat pemesanan dibuat rangkap 3, yang masing-masing diserahkan ke PBF yang bersangkutan (asli dan salinan) dan 1 lembar sebagai arsip di apotek. b.
Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan obat Psikotropika dilakukan di lemari khusus yang terpisah
dari sediaan yang lain. c.
Pelayanan Psikotropika Apotek KF No.7 hanya melayani resep psikotropika dari resep dokter.
d.
Pelaporan Psikotropika Laporan penggunaan Psikotropika dikirimkan kepada Kepala Dinas
Kesehatan setiap 1 bulan. Laporan psikotropika memuat nama apotek, nama obat, nama distibutor, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran, tujuan pemakaian, dan stok akhir. Laporan ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama dan nomor SIK, serta stempel apotek dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM Propinsi, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Arsip apotek. e.
Pemusnahan Psikotropika Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan
narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan Psikotropika dapat dilakukan bersamaan dengan pemusnahan narkotika.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 5 PEMBAHASAN
Apotek Kimia Farma No. 7 merupakan apotek pelayanan yang berada satu atap dengan Bisnis Manajer wilayah Bogor. Apotek ini dikepalai oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang sekaligus menjabat sebagai Manajer Bisnis untuk wilayah Bogor. Apotek terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 30, Bogor. Lokasinya strategis ditambah lagi posisi apotek yang berada satu tempat dengan Bisnis Manajer wilayah Bogor sehingga kendala operasional yang ditemui tidaklah begitu banyak. Apotek beroperasi selama 24 jam dan 7 hari dalam seminggu tidak terkecuali di hari besar. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk menunjukkan dedikasi yang besar untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan. Apotek ini ditunjang dengan sarana dan prasarana yang baik serta praktek dokter yang cukup memadai dalam melayani kebutuhan pengobatan pelanggan. Diharapkan dengan begitu masyarakat menaruh kepercayaan yang tinggi. Kegiatan operasional apotek adalah sebagai berikut : a.
Fungsi Pengadaan Kegiatan pengadaan barang apotek dilakukan secara terpusat yang
dilakukan oleh bagian pembelian di Bisnis Manajer. Pembelian secara terpusat memberikan keuntungan yaitu: 1. Pembelian dilakukan dalam jumlah besar sehingga potongan harga yang diperoleh lebih besar. 2. Efisiensi modal kerja terutama untuk Apotek Kimia Farma lainnya yang ada di wilayah bisnis Bogor. 3. Pembelian dilakukan setiap minggu, berdasarkan daftar obat ethical yang ada di sistem komputer. Dengan menggunakan sistem yang terdapat di komputer dapat diketahui daftar pareto A hingga C, buffer stock, serta lead time untuk masing-masing apotek. Sehingga pemesanan obat lebih efektif dan efisien. Selain itu peminjaman barang juga dapat dilakukan antar apotek pelayanan yang lain apabila stok barang di apotek kosong. Pembelian dapat dilakukan kapanpun karena letak distributor yang relatif dekat dan sudah ada perjanjian 46
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
47 sebelumnya dengan distributor yaitu same day service (hari ini dipesan, hari ini juga diantar) atau one day service (hari ini dipesan, besok diantar). Namun begitu masih terdapat kendala dalam pengadaan barang dikarenakan sistem pengadaan barang yang diatur dengan sistem Distribution Center belum optimal. Buffer stock kurang berjalan dengan baik di apotek, karena kurangnya disiplin dari petugas dalam menjaga stock obat dilemari penyimpanan. Hal ini dapat terlihat dari seringnya pengambilan barang CITO langsung ke gudang. Bagian pembelian di Bisnis Manajer belum dapat menyesuaikan kinerjanya dengan sistem Distribution Center sehingga terkadang menyebabkan dualisme dalam pengadaan barang untuk apotek pelayanan. Keberhasilan fungsi pembelian suatu apotek akan menentukan keberhasilan apotek secara keseluruhan karena fungsi pembelian yang baik dapat menjamin persediaan barang di apotek. Indikator keberhasilan dari fungsi pembelian adalah Harga Pokok Penjualan (HPP) yang rendah dan jumlah resep yang ditolak sangat kecil. b.
Fungsi Penyimpanan Apotek tidak menggunakan sistem gudang yang memungkinkan
penyimpanan barang dalam jumlah besar dengan tujuan meminimalisir kehilangan barang. Obat-obatan yang datang langsung diletakkan di lemari-lemari obat yang ada di ruang peracikan dan swalayan. Penyusunan dilakukan berdasarkan abjad dan dikelompokkan berdasarkan farmakologi, obat generik, obat khusus untuk Askes, obat golongan psikotropik, obat golongan narkotik, obat suntik, sediaan parenteral, obat yang termasuk pareto, obat-obat suspensi oral atau sirup, obatobat tetes mata, obat tetes telinga, hidung dan inhaler, dan obat-obat yang harus disimpan dalam kondisi khusus. Sedangkan ditempat swalayan farmasi menyediakan obat-obat bebas, alat kesehatan dan kebutuhan-kebutuhan lain diluar obat seperti kursi roda, produk kosmetik, susu, madu, dan lain-lain. Petugas mempunyai tanggung jawab untuk mengontrol stok obat-obatan yang ada di lemari. Setiap petugas apotek diberikan tugas untuk bertanggung jawab terhadap beberapa rak obat-obatan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi ketidaksesuaian stok, memeriksa tanggal kadaluarsa obat, serta untuk mengetahui obat-obat yang slow moving maupun fast moving.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
48 Setiap item obat yang masuk maupun keluar dicatat secara akurat. Hal ini penting untuk menjaga agar stok obat terkontrol dengan baik serta sesuai antara jumlah fisik obat dengan jumlah pada kartu stok. Namun hal ini sering dilupakan terutama pada jam-jam sibuk apotek. Namun dikarenakan kedisiplinan petugas yang masih kurang, ataupun karena tercecernya obat menyebabkan pada saat stock opname dilakukan, banyak ditemui ketidakcocokan antara jumlah fisik barang dan jumlah pada kartu stok. c.
Fungsi Penjualan/Pelayanan Penjualan di Apotek Kimia Farma No.7 Bogor, dilaksanakan dengan 2
kasir untuk pelayanan resep, 1 kasir untuk swalayan, 1 kasir untuk pelayanan askes. Selain itu, ada pula pelayanan farmasi di tempat praktek dokter di gedung lama. Gedung lama ini letaknya bersebelahan dengan apotek. Pengamatan yang dilakukan selama di Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor terhadap pelayanan apotek dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Jarang terjadi penolakan resep. Hal ini karena tersedianya obat dalam jumlah yang cukup dalam melayani kebutuhan pelanggan. Namun demikian, tetap dilakukan upaya memenuhi permintaan konsumen dengan menawarkan obat lain sebagai pengganti obat yang tidak ada sesuai dengan rekomendasi dari dokter pasien tersebut. 2. Dilakukan pencatatan terhadap resep yang ditolak. Hal ini dilakukan guna mempersiapkan persediaan obat agar mengurangi penolakan resep di masa mendatang. 3. Untuk obat yang persediaannya habis, diantisipasi dengan melakukan aktivitas pengantaran obat, segera setelah obat tersebut tiba. 4. Petugas yang bekerja di bagian pelayanan/penjualan telah melayani dengan ramah, biasanya dimulai dengan sapaan dan tawaran bantuan serta diakhiri dengan ucapan terima kasih sebagai penutup. 5. Petugas menunjukkan sikap santun dan informatif dengan selalu berbicara dengan bahasa yang baik. 6. Petugas selalu tanggap dan cepat menangani keluhan serta membantu mengatasi kesulitan konsumen.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
49 7. Pelayanan informasi obat untuk konsumen diberikan oleh Apoteker dan pada saat Apoteker tidak di tempat, pelayanan informasi obat dilakukan oleh Asisten Apoteker. 8. Apotek melayani pasien rawat jalan peserta ASKES, JAMSOSTEK dan rekanan perusahaan yang menyediakan anggaran kesehatan bagi para karyawannya serta pasien dokter praktek bersama Apotek Kimia Farma No. 7 dan prakter dokter luar Kimia Farma 9. Waktu tunggu pelayanan cukup singkat sekitar 15 menit untuk obat non racikan dan 30 menit untuk obat racikan. Kelebihan yang ditunjukkan oleh apotek Kimia Farma adalah Swalayan farmasi. Swalayan ini membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan seperti kosmetik, minuman, alat kesehatan, majalah kesehatan, perlengkapan bayi dan lain-lain dengan lebih leluasa dan nyaman. Ditambah dengan adanya Sales Promotion Girl yang dapat memberikan informasi obat yang dibutuhkan oleh pelanggan. d.
Fungsi Administrasi/Ketatausahaan dan keuangan Apoteker dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang manajer memiliki
tanggung jawab dalam hal pengelolaan bisnis meliputi pengelolaan modal, sarana, administrasi, keuangan, ketenagakerjaan dan pemasaran. Namun keseluruhan fungsi tersebut telah diambil alih oleh Bisnis Manajer. Diharapkan dengan menggunakan sistem ini terjadi efisiensi didalam kinerja apotek. Bisnis Manajer terdiri dari supervisor administrasi dan keuangan yang membawahi bagian administrasi piutang dagang, bagian administrasi hutang dagang, bagian administrasi kas bank, bagian administrasi inkaso dan bagian umum. Struktur organisasi tersebut telah mampu menangani seluruh kegiatan yang diperlukan walaupun masih terdapat perangkapan di berbagai fungsi seperti administrasi pajak dirangkap oleh bagian administrasi piutang dagang. Perangkapan fungsi yang ada bertujuan untuk efisiensi tenaga kerja, karena pekerjaan-pekerjaan tersebut masih bisa dijalankan oleh satu orang dan pekerjaan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama untuk pengerjaannya. Namun untuk fungsi-fungsi yang dapat menimbulkan adanya peluang terjadinya penyimpangan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
50 tetap dipisahkan. Misalnya bagian juru tagih berada dibawah administrasi inkaso dan dilaksanakan oleh orang yang berbeda. Sistem Informasi Manajemen dan Keuangan Apotek (SIMKA) dipakai oleh seluruh Apotek Kimia Farma yang ada di Indonesia. Dengan adanya SIMKA maka kegiatan yang berhubungan dengan administrasi apotek dapat dilakukan dengan cepat dan terkontrol. Fungsi keuangan diselenggarakan oleh kasir besar yang bertanggung jawab langsung kepada Bisnis Manajer. Apotek Kimia Farma No. 7 berada di lokasi yang sama dengan BM sehingga arus uang menjadi lebih mudah dan cepat. Petugas kasir kecil dapat menyetorkan uang hasil penjualan setiap shift dengan menyertakan bukti setoran kasir. Bukti setoran kasir ini akan dicocokkan terlebih dahulu jumlahnya dengan Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) oleh supervisor peracikan sebelum diserahkan kepada kasir besar. Jumlah fisik uang dengan jumlah penjualan yang ada di LIPH harus sama, jika terjadi ketidakcocokan maka harus dicari penyebabnya apakah ada transaksi yang belum dientri atau ada penyebab lainnya. Kasir kecil tidak bisa membuka LIPH, maka tidak ada kemungkinan terjadinya penyimpangan uang. LIPH hanya dapat dibuka oleh petugas-petugas tertentu seperti supervisor dan petugas administrasi kas bank sehingga mekanisme pengontrolan uang dapat dilakukan dengan baik untuk mencegah kehilangan uang. Fungsi keuangan ini dilakukan oleh satu orang yaitu kasir besar dengan tujuan untuk menghindari adanya penyimpangan akibat adanya saling lempar tanggung jawab jika fungsi keuangan ini dilakukan oleh lebih dari satu orang. Secara umum fungsi keuangan di apotek ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan standar prosedur operasional yang ditetapkan. e.
Fungsi Desain Eksterior dan Interior Meningkatkan daya tarik apotek kepada pelanggan merupakan fungsi dari
desain interior dan eksterior. Hal ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan dalam pelayanan, sehingga diperlukan perancangan dan penataan desain interior dan eksterior yang baik. Desain interior apotek Kimia Farma No. 7 berkonsep minimalis dengan selalu memperhatikan kebersihan dan kerapihan disetiap etalasenya. Dilengkapi dengan swalayan farmasi yang cukup atraktif dalam menarik perhatian pelanggan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
51 untuk membeli atau hanya sekedar melihat dan mencari informasi obat yang mereka butuhkan. Pencahayaan yang cukup beragam dengan didominasi warna putih yang menunjang kesan bersih dan luas dari apotek itu sendiri. f.
Fasilitas Pendukung di Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor. Apotek Kimia Farma No. 7 didukung dengan fasilitas antara lain:
1. Praktek dokter. 2. Optik. 3. Laboratorium klinik. 4. Swalayan farmasi. 5. Masjid 6. Tempat parkir. 7. Toilet. Fasilitas pendukung tersebut berperan penting dalam menunjang kinerja apotek secara optimal dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. a.
Kesimpulan Apoteker Pengelola Apotek (APA) berperan dalam menentukan kebijakan pengelolaan apotek serta melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap semua komponen yang ada di apotek, disamping melaksanakan fungsinya sebagai seorang apoteker untuk menjamin penggunaan obat yang rasional.
b.
Pengelolaan Apotek mencakup administrasi, manajemen pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pelayanan telah sesuai dengan peraturan, dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat.
6.2. a.
Saran Kebersihan alat peracikan perlu diperhatikan guna menjamin efektifitas obat. Terutama untuk obat racikan yang mengandung betalaktam sebaiknya mempunyai alat racik sendiri.
b.
Apoteker lebih berperan aktif dalam kepuasan pelanggan terkait dengan pelayanan informasi obat selama jam kerja.
c.
Setiap karyawan sebaiknya lebih bertanggung jawab mengenai persediaan barang berdasarkan tanggung jawab rak masing-masing untuk mencegah kekosongan barang.
d.
Sebaiknya jumlah barang yang tersisa ditulis dalam kartu stok agar dapat mempermudah pengontrolan persediaan barang.
52
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1980. Apotek. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 1980. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1990. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1322/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/Sk/IX/2004. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta Handayani, Rini Sasanti., Raharni., Gitawati, Retno. 2009. Persepsi Konsumen Terhadap Pelayanan Apotek Di Tiga Kota Di Indonesia. Makara, Kesehatan, Vol. 13, No.1, Juni 2009: 22-36 Presiden Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2009. Mutu Pelayanan Kefarmasian dan Pengendalian Mutu. Dalam Panduan Materi PKPA di Apotek Kimia Farma. Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia. .2009. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta.
53
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
55 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek
Direktur Utama KFA
Manajer Bisnis Strata A
Supervisor Pengadaan
Supervisor Adm dan Keu
Direktur Operasional
Direktur SDM dan Umum
Manajer Bisnis Strata B
Manajer Bisnis Strata C
Direktur Keuangan
Apoteker Pengelola Apotek
Adm Hutang Dagang
Kepala Pelayanan Farmasi / APIM
Adm Piutang Dagang
Swalayan Farmasi
Pemegang Kas
Layanan Farmasi
Umum/SDM
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
56 Lampiran 2. Alur Pelayanan Penerimaan Resep
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
57 Lampiran 3. Lay Out Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor
Lantai 1
Lantai 2
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
58 Lampiran 4. Etiket Obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
59 Lampiran 5. Kemasan Obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
60 Lampiran 6. Copy Resep
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
61 Lampiran 7. Kartu Stok Obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
62
Lampiran 8. Bon Permintaan Barang Apotek
TANGGAL: No.
NAMA BARANG
BON PERMINTAAN BARANG APOTEK (BPBA) No. Urut: SATUAN
JUMLAH YANG
JUMLAH YANG
SISA PERSEDIAAN
DIMINTA
DIBERIKAN
DI GUDANG
PJ
PENERIMA
PJ
PJ
GUDANG
BARANG
PEMBELIAN
PELAYANAN
KET.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
63 Lampiran 9. 9 Surat Pemesanan Narkotika dan Psikotropika
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
64 Lampiran 10. 1 Laporan Penggunaan Narkotika
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
65 Lampiran 11. Laporan Khusus Penggunaan Morfin, Petidin, Petidin dan Derivatnya
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
66 Lampiran 12. 1 Laporan Penggunaan Psikotropika
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
68 Lampiran 13. Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH) PT. Kimia Farma Apotek Apotek KF No. 7 Jl. Juanda No. 30. Bogor Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian-Rekap Shift: Total Operator: Seluruh Tanggal : 20/10/2011 No.
Nama Pelayanan L/R
Hal: 1/1 Nomor
Kd.
Tanggal
Tunai
Kredit
Jumlah
Disc. Tag
PENJUALAN TUNAI 1
Obat Bebas
2
Retur Tunai
3
Resep Tunai
4
Resep UPDS Sub Total PENJUALAN KREDIT
1
Kartu Debit
2
Kartu Kredit Sub Total TOTAL TUNAI:
SETORAN:
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
69 Lampiran 14. Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi
BERITA ACARA PEMUSNAHAN PERBEKALAN FARMASI Pada hari ini kamis tanggal tiga belas bulan Januari tahun dua ribu sebelas sesuai dengan peraturan menteri kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek. Nama Apoteker Pengelola Apotek
: Drs. Syarifuddin, Apt.
SIK No.
: ……………………… Tanggal ………
Nama Apotek
: Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Bogor
Alamat Apotek
: Jl. Ir. H. Djuanda No. 30 Bogor
Telah melakukan pemusnahan
: Perbekalan farmasi sebagaimana tercantum dalam daftar terlampir
Tempat melakukan pemusnahan
: Halaman belakang Apotek Kimia Farma Jl. Ir H. Djuanda No. 30 Bogor
Berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab Berita acara ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) dan dikirimkan kepada : 1.
Kepala kantor wilayah departemen kesehatan propinsi jawa barat
2.
Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan di Bogor Bogor, 13 Januari 2011
Karyawan yang membantu
Yang membuat Berita Acara
(……………………………)
(Drs. Syarifuddin, Apt) SIK …………………….
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
70
Lampiran 15. Formulir Permintaan Obat Upaya Pengobatan Diri Sendiri
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
PREKURSOR NARKOTIKA YANG TERKANDUNG DI DALAM OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS
TUGAS KHUSUS PRAKTEK K KERJA PROFESI APOTEKER
YUDHO PRABOWO, PRABOWO S.Farm. 1006835596
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI DEPOK DESEMBER 2011
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... DAFTAR ISI........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
i ii iii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................... 1.1 Latar Belakang ................................................................... 1.2 Tujuan ................................................................................
1 1 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 2.1 Narkotika ........................................................................ 2.2 Prekursor Narkotika ....................................................... 2.3 Pelayanan Obat Non Resep ............................................
3 3 4 11
BAB 3. PEMBAHASAN ....................................................................
12
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 6.1 Kesimpulan ..................................................................... 6.2 Saran................................................................................
14 14 14
DAFTAR ACUAN.................................................................................
15
ii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas Yang Mengandung Efedrin ............................................................................. Lampiran 2. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas Yang Mengandung Pseudoefedrin .................................................................. Lampiran 3. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas Yang Mengandung Norefedrin/Fenil Propanolamin (PPA) ............................
iii
17 18 19
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan psikotropika saat ini telah
mencapai situasi yang mengkhawatirkan. Pengaruh arus globalisasi dibidang informasi, transportasi, dan modernisasi merupakan faktor pendorong terhadap maraknya peredaran gelap narkotika dan psikotropika. Berbagai upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan dan peredaran narkotika dan psikotropika telah dilakukan antara lain dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dalam undang-undang tersebut dilakukan pengawasan yang ketat terhadap narkotika sejak pengadaan bahan baku sampai dengan penggunaannya (Presiden Republik Indonesia, 2009). Namun demikian peredaran gelap yang berkembang saat ini tidak hanya narkotika dan psikotropika, tetapi sudah merambah kepada bahan yang digunakan untuk membuat narkotika dan psikotropika yang lazimnya disebut ‘prekursor’. Pada dasarnya prekursor digunakan secara resmi di industri farmasi sebagai bahan baku, bahan untuk pembuatan bahan baku obat, industri makanan, industri kimia, dan industri lainnya. Tetapi ada sebagian oknum yang diduga menyalahgunakan dan menyimpang ke jalur yang tidak resmi untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan narkotika dan psikotropika. Peningkatan penyalahgunaan prekursor dalam pembuatan narkotika dan psikotropika telah menjadi ancaman yang sangat serius yang dapat menimbulkan gangguan bagi kesehatan, instabilitas ekonomi, gangguan keamanan, serta kejahatan internasional oleh karena itu perlu diawasi secara ketat agar dapat digunakan sesuai peruntukannya. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 tahun 2010 tentang golongan dan jenis prekursor mengatur lebih ketat mengenai peredaran dan penggunaan prekursor narkotika (Presiden Republik Indonesia, 2009). 1
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
2 Saat ini konsumen apotek tidak lagi bisa bebas membeli produk maupun obatobat yang kandungan didalamnya terdapat prekursor narkotik. Dalam pasal 129 UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika dijabarkan bahwa perbuatan menawarkan prekursor untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika akan dipidana penjara paling singkat empat tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,-. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya pelanggaran karena dianggap melakukan peredaran zat-zat tersebut maka sebagai Apoteker yang bertanggung jawab dalam apotek harus mengetahui produk atau obat-obat yang mengandung prekursor narkotika khususnya untuk obat-obat yang dapat dibeli tanpa menggunakan resep. 1.2.
Tujuan Mengetahui prekursor narkotika yang terkandung dalam obat bebas dan obat
bebas terbatas.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Narkotika (Departemen Kesehatan RI, 2009) Istilah narkotika yang dikenal di Indonesia berasal dari bahasa Inggris
Narcotics yang berarti obat bius, yang sama artinya dengan kata Narcotics, dalam bahasa yunani yang berarti menidurkan atau membiuskan. Menurut UU Narkotika No. 35 Tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Pengaturan tentang Narkotika bertujuan : a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. b. Mencegah,
melindungi,
dan
menyelamatkan
bangsa
Indonesia
dari
penyalahgunaan narkotika. c. Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekusor narkotika. d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahgunaan dan pecandu Narkotika. Peredaran narkotika meliputi setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan narkotika, baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan, maupun pemindah tanganan, untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah mendapatkan izin edar dari Menteri. Narkotika hanya dapat disalurkan oleh Industri Farmasi, pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang. Industri Farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan narkotika kepada pedagang besar farmasi tertentu, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu, dan rumah sakit. Penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dan dokter. Apotek hanya dapat menyerahkan
3
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
4 narkotika kepada rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter, dan pasien. 2.1.1 Penggolongan Narkotika (Departemen Kesehatan RI, 2009) Narkotika dibedakan ke dalam beberapa golongan: a. Narkotika Golongan I Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh : tanaman Papaver somniferum L, tanaman koka (tanaman dari semua genus Erythoxylon dari keluarga Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya), tanaman ganja (semua tanaman genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis). b. Narkotika Golongan II Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan
ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin, Fentanil. c. Narkotika Golongan III Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Kodein dan garam-garam, campuran opium dengan bahan baku bukan narkotika serta campuran sediaan difenoksin/difenoksilat dengan bahan bukan narkotika. 2.2
Prekursor Narkotika Dalam ilmu kimia, prekursor adalah senyawa yang dapat mengalami
perubahan untuk menghasilkan senyawa baru dan membutuhkan adanya reagensia lain pada kondisi reaksi tertentu. Sedangkan prekursor menurut International Narcotics Control Board (INCB), prekursor adalah semua bahan kimia utama Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
5 yang digunakan untuk pembuatan obat yang berada dalam pengawasan baik berupa materi utama maupun reagensia (seperti pereaksi dan pelarut). Sedangkan menurut PP Nomor 44 tahun 2010, Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika dan psikotropika. Pengaturan prekursor bertujuan untuk : a. Melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan prekursor. b. Mencegah dan memberantas peredaran gelap prekursor. c. Mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan prekursor. d. Menjamin ketersediaan prekursor untuk industri farmasi, industri non farmasi, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2.2.1 Pengelompokan Prekursor (Presiden Republik Indonesia, 2010) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2010, prekursor narkotika dibagi menjadi dua kelompok yaitu sebagai berikut : a. Kelompok I : Anhidrida asetat, asam fenil asetat, asam lisergat, asam N-asetil antranilat, efedrin, ergometrin, ergotamine, 1-fenil-2-propanon, isosafrol, kalium permanganat, 3,4-metilen dioksifenil-2-propanon, norefedrin, piperonal, pseudoefedrin, safrol b. Kelompok II : Asam antranilat, asam klorida, asam sulfat, aseton, etil eter, metal etil keton, piperidin, toluene Sesuai dengan peran/fungsinya prekursor digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu prekursor sesungguhnya dan bahan kimia essensial. Prekursor sesungguhnya biasa digunakan untuk pembuatan bahan-bahan yang diawasi dan merupakan elemen yang penting untuk terciptanya produk yang dimaksud. Sedangkan bahan kimia essensial biasa digunakan untuk pembuatan proses kimia pembuatan bahanbahan yang diawasi, bertindak sebagai pelarut, pereaksi, katalisator, oksidator asam atau basa. 2.2.1.1 Kelompok Efedrin Asam fenil asetat dalam industri digunakan sebagai bahan untuk pembuatan parfum dan penisilin. Dalam hubungannya sebagai prekursor narkoba,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
6 asam fenil asetat diolah menjadi 1-fenil-2-propanon untuk diproses lebih lanjut menjadi narkoba golongan metamfetamin seperti sabu. Efedrin, pseudoefedrin dan norefedrin sering ditemukan pada komposisi obat pilek dan flu di Indonesia sebagai dekongestan. Obat pilek berbahan komponen tersebut bekerja dengan menyempitkan pembuluh darah di selaput lendir hidung, sehingga pembentukan lendir berkurang. Diantara ketiga jenis bahan ini, efedrin adalah bahan yang terbaik sebagai obat pilek dan flu jika dilihat dari segi harga dan efek samping obat.
OH
OH
H N
O
O 1-Fenil-2-propanon
Asam fenil asetat OH
H N
Efedrin OH
NH2 Pseudoefedrin
Noref edrin
Gambar 1. Prekursor kelompok efedrin Efedrin (EPH) adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan efedra yang biasa tumbuh di daerah Asia tengah. Tanaman ini biasanya hijau sepanjang tahun dan biji keringnya digunakan sebagai obat. Efedrin biasanya digunakan sebagai obat asma dan penurun berat badan. Efedrin dijual dalam bentuk garam hidroklorida dan sulfat. Efedrin pertama kali diisolasi dari tanaman Ephedra vulgaris pada tahun 1885 oleh Nagayoshi Nagai. Pseudoefedrin (PSE) adalah bentuk distereomer dari efedrin yang biasanya digunakan sebagai dekongestan. Pseudoefedrin selain diperoleh dari tanaman efedra, secara industri diperoleh dari hasil fermentasi dektrosa dengan benzaldehid. Sementara norefedrin yang lebih dikenal sebagai fenil propanolanine (PPA) biasanya digunakan sebagai dekongestan serta untuk mengurangi nafsu makan. Di eropa, d-norpseudoefedrin yang dikenal sebagai katin dan diisolasi dari tanaman Cathat edulis diperdagangkan sebagai PPA.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
7 Secara kimia dilihat dari strukturnya ketiga senyawa ini mempunyai struktur yang mirip. Efedrin sebagai prekursor metamfetanin, pseudoefedrin prekursor metamfetamin, sedangkan fenil propanolamin prekursor amfetamin (INCB, 2010)
OH O Asam f enil asetat
OH
OH
OH
H N
H N
O
NH 2
1-Fenil-2-propanon
Norefedrin/ Fenil propanolamin
H N
O
H N
Amfetamin
Efedrin
Pseudoef edrin
H N
Metkatinon
Metamf etamin
Metamfetamin.HCl
Amfetam in sulfat
Gambar 2. Sintesis golongan metamfetamin 2.2.1.2 Kelompok Safrol Prekursor kelompok safrol adalah safrol, isosafrol, piperonal dan 3,4metilendioksifenil-2-propanon.
O
O
O
O Isosafrol
Saf rol
O
O
O Piperonal
O O
O
3,4-Metilendioksifenil-2-propanon
Gambar 3. Prekursor kelompok safrol Safrol digunakan untuk pembuatan parfum dan piperonal. Piperonal sendiri biasanya digunakan sebagai perasa cerry atau vanilla dan penolak nyamuk. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
8 Isosafrol selain digunakan untuk pembuatan parfum dan piperonal juga digunakan sebagai pestisida. Dalam kaitannya dengan sintesis narkoba, safrol diproses menjadi isosafrol yang selanjutnya diubah menjadi 3,4-metilendioksifenil-2propanon sebelum diproses menjadi metilendioksimetamfetamin (MDMA, ecstacy) O O Pip eronal
O
O Isosafrol
Safrol
O
intermediet
intermediet
O O 3,4-Metile ndioksifenil-2-propanon
NH 2
O
O
O
O
H N
O
O
O
MDA (Tenamf etamin)
MDMA (Ecstacy)
Gambar 4. Sintesis Golongan MDMA 2.2.1.3 Kelompok Asam Lisergat Ergotamin dan ergometrin yang biasanya digunakan sebagai obat migrain dapat diolah menjadi asam lisergat yang selanjutnya ditranformasikan menjadi asam lisergat dietilamida (LSD) (INCB, 2010).
O N OH O
H
HN
H
NH
N
O
HO O
N
H
O
N O
N
H
OH
Ergometrin H
Ergotamin
NH
N O
HN As. Lisergat
N
H
N
HN As. Lisergat dietilamida
Gambar 5. Sintesis Golongan Asam Lisergat Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
9 2.2.1.4 Kelompok Piperidin Piperidin lebih dikenal pada pembuatan karet dan plastik, tetapi dalam sintesis narkoba lebih dikenal sebagai prekursor fensiklidin (INCB, 2008).
HCl N H Piperidin
N
Fensiklidin
Gambar 6. Sintesis fensiklidin 2.2.1.5 Kelompok Asam Antranilat Asam antranilat biasa digunakan pada pembuatan parfum sedangkan setelah melewati proses asetilasi dengan anhidrida asetat dapat digunakan untuk pembuatan plastik dan penolak serangga. Asam antranilat adalah prekursor untuk pembuatan metakualon (INCB, 2008). O O OH
N
OH
AC 2O
N
NH
NH 2
O
O
Asam antranilat
Metakualon
Asam N-asetil antranilat
Gambar 7. Sintesis metakualon 2.2.1.6 Kelompok Reagensia Seperti
yang
diketahui
setiap
perubahan
dalam
reaksi
kimia
membutuhkan reagensia-reagensia (seperti pereaksi dan pelarut) tertentu agar perubahan itu dapat terjadi. Perubahan itu berupa perubahan struktur kimia yang mengakibatkan terjadinya perubahan sifat fisika dan kimia suatu senyawa. Prekursor yang termasuk kelompok reagensia ini adalah asam sulfat, kalium permanganat, aseton, dietil eter, asam klorida, anhidrida asetat, toluen dan metil etil keton. Prekursor ini biasanya digunakan pada pengolahan narkoba golongan narkotika seperti berikut (INCB, 2008) :
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
10
Daun koka
H2 SO4
pasta koka
KMnO4
Kokain
aseton/Et2 O toluen, HCl O
Kokain.
Gambar 8. Sintesis kokain.HCl
Opium
Morf in
Ac 2 O
Heroin
aseton Et 2O, HCl
Heroin.HCl
Gambar 9. Sintesis heroin.HCl 2.2.2
Peredaran Gelap Prekursor (Presiden Republik Indonesia, 2010) Peredaran adalah setiap kegiatan atau rangkaian kegiatan penyaluran atau
penyerahan Prekursor baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindahtanganan. Sedangkan, mengenai peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika, merujuk pada Pasal 1 ayat (6) UU Narkotika adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara tanpa hak atau melawan hukum yang ditetapkan sebagai tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. Lebih lanjut diatur dalam Pasal 38 UU Narkotika bahwa setiap kegiatan peredaran narkotika wajib dilengkapi dengan dokumen yang sah. Sehingga, tanpa adanya dokumen yang sah, peredaran narkotika dan prekursor narkotika tersebut dianggap sebagai peredaran gelap. Dalam Pasal 129 UU Narkotika dijabarkan lebih jauh perbuatanperbuatan yang dapat dipidana dengan pidana penjara paling singkat empat tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp 5 miliar dalam hal ada orang yang tanpa hak atau melawan hukum. a. Memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika; b. Memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau
menyalurkan
prekursor
narkotika untuk pembuatan narkotika; c. Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika;
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
11 d. Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika. 2.3
Pelayanan Obat Non Resep Pelayanan Obat Non Resep merupakan pelayanan kepada pasien yang
ingin melakukan pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi. Obat untuk swamedikasi meliputi obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep yang meliputi obat wajib apotek (OWA), obat bebas terbatas (OBT) dan obat bebas (OB). Obat wajib apotek terdiri dari kelas terapi oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, anti parasit dan obat kulit topikal. Apoteker dalam melayani OWA diwajibkan memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang tercantum dalam daftar OWA 1 dan OWA 2. Wajib pula membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan. Apoteker hendaknya memberikan informasi penting tentang dosis, cara pakai, kontra indikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien (Purwanti, Angki., Harianto., Supardi, Sudibjo., 2004). Pelayanan obat tanpa resep merupakan salah satu pelayanan yang penting di apotek sehubungan dengan perkembangan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada asuhan kefarmasian dan aspek bisnis apotek terkait dengan kepuasan
pelanggan.
Faktor
penting
dalam
swamedikasi
ini
adalah
pelanggan/pembeli mengemukakan keluhan atau gejala penyakit, kemudian apoteker menginterpretasikan penyakitnya dan memilihkan alternatif obatnya atau menyarankan ke pelayanan kesehatan lain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 3 PEMBAHASAN
Prekursor narkotika dan psikotropika adalah bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan narkotika atau psikotropika yang berada dalam pengawasan. Pada umumnya prekursor digunakan secara sah/resmi dalam proses industri dan sebagian besar diperdagangkan dalam perdagangan Internasional. Bahan kimia tersebut tidak berada dalam pengawasan khusus. Namun ekspor dan impor serta pemasokan prekursor kepada perorangan dan perusahaan yang penggunaannya bukan untuk pemakaian dalam industri merupakan suatu petunjuk bahwa ada kemungkinan kegiatan tersebut adalah kegiatan gelap. Mengingat belakangan ini penyalahgunaan prekursor dalam pembuatan narkotika dan psikotropika telah menjadi ancaman yang sangat serius yang dapat menimbulkan gangguan bagi kesehatan, instabilitas ekonomi, gangguan keamanan, serta kejahatan internasional,
maka pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 tahun 2010 tentang Golongan dan jenis Prekursor. Dalam PP ini diatur tentang penggolongan dan jenis prekursor, mekanisme penyusunan rencana kebutuhan tahunan secara nasional, pengadaan, impor dan ekspor, peredaran, pencatatan dan pelaporan, pengawasan serta ketentuan sanksi. Menurut PP No. 44 tahun 2010, Prekursor hanya dapat digunakan untuk tujuan industri farmasi, industri non farmasi, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam PP No. 44 tahun 2010 menyebutkan bahwa terdapat 23 zat kimia yang tergolong sebagai prekursor narkotika dan psikotropika antara lain efedrin, norefedrin, ergometrin, ergotamin, asam lisergat, 1-fenil-2-propanon, anhidrida asetat, aseton, asarm antranilat, etil eter, asam fenil asetat, piperidin, asam N-asetil antranilat, isosarfol, 3,4metilendioksifenil-2-propanon, piperonal, safrol, toluen, asam sulfat, kalium permanganat, metal etil keton, dan asam klorida. Semua prekursor tersebut biasa ditemukan pada
laboratorium-
laboratorium kimia terutama kimia sintesis organik. Anhidrida asetat biasa digunakan untuk pembuatan aspirin (antipiretik) dengan mengunakan katalis asam, asam klorida atau asam asetat. Kalium permanganat digunakan untuk 12
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
13 mengoksidasi benzil alkohol menjadi asam benzoat (pengawet). Etil eter digunakan dalam proses ekstraksi dan toluene sebagai pelarut dalam reaksi kimia sebagai pengganti benzen. Semua senyawa yang dihasilkan pada suatu proses sintesis senyawa organik dapat mempunyai aktivitas biologi yang bermanfaat bagi tubuh dan bisa juga menjadi racun dalam tubuh. Efedrin adalah salah satu senyawa kimia yang mempunyai aktivitas sebagai dekongestan, yaitu obat-obat yang dapat mengurangi produksi lendir di hidung saat seseorang menderita pilek. Begitu juga dengan pseudoefedrin dan norefedrin, jika digunakan secara tepat dapat memberikan manfaat bagi tubuh. Beberapa produk obat bebas (Over The Counter, OTC) dan obat bebas terbatas mengandung efedrin, pseudoefedrin, dan norefedrin yang dapat dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep dari dokter. Efedrin dan pseudoefedrin digunakan sebagai prekursor untuk pembuatan metamfetamin sedangkan norefedrin atau fenil propanolamin digunakan sebagai prekursor untuk pembuatan amfetamin. Dengan dikeluarkannya PP No. 44 tahun 2010 tersebut, penggunaan dan peredaran bahan-bahan kimia yang termasuk dalam prekursor narkotik diawasi sangat ketat dan konsumen apotek tidak lagi bisa membeli bahan-bahan kimia atau produk yang mengandung prekursor tersebut secara bebas. Sebagai contoh adalah membeli cairan aceton (penghilang cat kuku), kristal Kalium Permanganat (larutannya bersifat desinfektan/ untuk kompres luka), dan tablet ephedrin generik (obat asma). Zat-zat tersebut sering disalahgunakan. Hanya saja penyalahgunaan dilakukan oleh pemilik pabrik narkoba dan ekstasi. Untuk mencegah terjadinya pelanggaran karena dianggap melakukan peredaran zat yang tergolong dalam pekursor narkotika maka sebagai apoteker pengelola apotek harus mengetahui produk obat bebas dan obat bebas terbatas yang mengandung prekursor tersebut sehingga dapat melakukan pengawasan terhadap pembelian produk-produk tersebut secara berlebihan. Obat-obat yang mengandung efedrin, pseudoefedrin, dan norefedrin dapat dilihat pada Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan Prekursor narkotika yang terkandung dalam obat bebas dan obat bebas
terbatas adalah efedrin, pseudoefedrin, dan norefedrin. Prekursor tersebut sering digunakan untuk obat asma, obat batuk, dan pilek. 4.2.
Saran Sebaiknya apoteker melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap
penjualan obat-obat yang mengandung prekursor narkotika.
14
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN Anonim. 2009. MIMS Indonesia, Petunjuk Konsultasi Edisi 2009/2010. Jakarta International Narcotics Control Board. 2008. Precursors and chemicals frequently used in the illicit manufacture of narcotic drugs and psychotropic substances. United Nation, Vienna, Austria. International Narcotics Control Board. 2010. Precursors and chemicals frequently used in the illicit manufacture of narcotic drugs and psychotropic substances. United Nation, Vienna, Austria. Kunalan, Vanitha. 2009. Preliminary Techniques to Distinguish Methylamphetamine Synthesis Via P-2-P and Ephedrine/Pseudoephedrine Routes. Department of Chemistry, Malaysia. Presiden Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2010 Tentang Prekursor. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta.
15
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
17 Lampiran 1. Obat bebas dan Obat Bebas Terbatas Yang Mengandung Efedrin No
Nama Obat
Bentuk Sediaan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Asmadex® Asmano® Asmasolon® Asthma soho® Ephedrine HCl Berlico Bronchitin® Cold® Ersylan® Kafsir® Koffex® For Children Mixadin® Oskadryl®
Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Suspensi Kapsul Sirup sirup Sirup Tablet Tablet Sachet 4 mg Sirup Tablet Sirup
13. Phenadex® 14. Theochodil®
Golongan Obat W W W W W W W W W W W W W W W
Kandungan Efedrin 10 mg 12,5 mg 12,5 mg 12,5 mg 12,5 mg 8 mg (per 5 mL) 8 mg 3 mg (per 5 mL) 5 mg (per 5 mL) 3 mg (per 5 mL) 12,5 mg 8 mg 2,5 mg (per 5 mL) 12,5 mg 12,5 mg (per 15 mL)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
18 Lampiran 2. Obat bebas dan Obat Bebas Terbatas Yang Mengandung Pseudoefedrin No
Nama Obat
1.
Alerfed®
2. 3.
Berlifed® Bodrex® Flu & Batuk
Bodrex® Flu & Batuk Berdahak 5. Bodrexin® Flu & Batuk 6. Bodrexin® Pilek Alergi 7. Contrex® 8. Corhinza® 9. Decolgen® FX 10. Flugesic® 11. Kontrabat® 4.
Neo Triaminic® Noscapax® Paratusin ® Polaramine® Expectorant 16. Procold® 17. Rhinofed® 12. 13. 14. 15.
18. 19. 20. 21. 22. 23.
Rhinos Junior® Tremenza® Triaminic® Batuk Triaminic® Expectorant Triaminic® Pilek Trifed®
Bentuk Sediaan Tablet Sirup Sirup Kapsul Sirup Kapsul Sirup sirup sirup Tablet Kapsul Kapsul Kapsul Kapsul Sirup Sirup Sirup Sirup Sirup Kapsul Tablet Suspensi Sirup Sirup Sirup Sirup Sirup Tablet Sirup
Golongan Obat W W W W W W W W W B B W W W W W W W
Kandungan Pseudoefedrin 60 mg 60 mg (per 5 mL) 15 mg (per 5 mL) 30 mg 10 mg (per 5 mL) 30 mg 10 mg (per 5 mL) 7,5 mg (per 5 mL) 7,5 mg (per 5 mL) 30 mg 30 mg 30 mg 30 mg 30 mg 7,5 mg (per 5 mL) 15 mg (per 5 mL) 30 mg (per 5 mL) 7,5 mg (per 5 mL) 20 mg (per 5 mL)
W W W W W W W W W W
30 mg 30 mg 15 mg (per 5 mL) 15 mg (per 5 mL) 30 mg (per 5 mL) 15 mg (per 5 mL) 15 mg (per 5 mL) 15 mg (per 5 mL) 60 mg 30 mg (per 5 mL)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
19 Lampiran 3. Obat bebas dan Obat Bebas Terbatas Yang Mengandung Norefedrin/Fenil Propanolamin (PPA) No
Nama Obat
1.
Anadex®
2. 3.
Antiza®
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Bodrexin® Colfin® Collerin® Expectorant Combi® Flu Corsagrip® Cough En Expectorant Cough En Plus Decolgen®
12. Decolsin® 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Dextrosin® Dextrosin®anak Extra-Flu® Flu Stop® Flutab® Fludane®
19. 20. 21. 22. 23.
Fludane® Forte Fludane® Plus Fluzep® Frigrip® Mixaflu®
24. Mixagrip® 25. Neo Novapan® 26. Neozep Forte® 27. Paratusin® 28. Ponflu® 29. Sanaflu® 30. Sanaflu® Forte 31. Stopcold®
Bentuk Sediaan Drag Sirup Drag Sirup sirup Kapsul Sirup Sirup Kapsul Kapsul Sirup Sirup Sirup Tablet sirup Kapsul Suspensi Sirup Sirup Kapsul Kapsul tablet Kapsul Sirup Kapsul Kapsul Kapsul Tablet Tablet Sirup Tablet Sirup Sirup Tablet Tablet Tablet Kapsul Sirup Kapsul Kapsul Drag
Golongan Obat W W W W W W W W W W W B B W W B W W W W W W B B B B W W W W W W W B W B B B W W W
Kandungan PPA 15 mg 3,5 mg (per 5 mL) 12,5 mg 6,25 mg (per 5 mL) 2 mg (per 5 mL) 15 mg 3,5 mg (per 5 mL) 7,5 mg (per 5 mL) 15 mg 12,5 mg 3,5 mg (per 5 mL) 15 mg (per 5 mL) 10 mg (per 5 mL) 12,5 mg 12,5 mg (per 15 mL) 12,5 mg 6,25 mg (per 5 mL) 12,5 mg (per 5 mL) 6,25 mg (per 5 mL) 12,5 mg 12,5 mg 12,5 mg 12,5 mg 3,125 mg (per 5 mL) 12,5 mg 12,5 mg 12,5 mg 12,5 mg 10 mg 10 mg (per 5 mL) 25 mg 6 mg (per 5 mL) 3,5 mg (per 5 mL) 15 mg 15 mg 15 mg 12,5 mg 3,125 mg (per 5 mL) 15 mg 15 mg 20 mg Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
20
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011