UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN KESEHATAN DIRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI RW 02 CISALAK PASAR
KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIA-N)
NI KOMANG RATIH 0806457161
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI 2012 DEPOK JULI 2013
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN KESEHATAN DIRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI RW 02 CISALAK PASAR
KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIA-N) Diajukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar ners
NI KOMANG RATIH 0806457161
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI 2012 DEPOK JULI 2013 ii
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan karya ilmiah akhir ners ini. Karya ilmiah akhir ners ini dengan judul asuhan keperawatan keluarga bapak M dengan kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi terutama pada anak L dengan masalah kesehatan reproduksi di RT 01 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis Depok ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan pada Program Studi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Pada penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mengarahkan, yaitu kepada: 1. Ibu Dewi Irawaty M.A., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2. Ibu Ns Henny Permatasari, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom selaku coordinator mata kuliah special yang telah mengatur jadwal sedemikian rapi sehingga mata kuliah special ini berjalan dengan lancar 3. Ibu Intan Nurani selaku pembimbing di RW 02 yang sudah membimbing, mengarahkan dan memberikan nasihat selama proses praktek di RW 02 Cisalak Pasar. 4. Ibu Ns Dwi Cahya Ramadiyah S.Kep selaku dosen pembimbing karya ilmiah akhir yang sudah membimbing dengan sabar, memberikan nasihat-support selama proses penulisan karya ilmiah akhir ini. 5. Keluarga (kedua orangtua dan kakak) yang telah memberikan banyak pengorbanan dan dukungan secara moril maupun material. Semoga doa kalian selalu menyertai setiap langkah perjuanganku yang baru dimulai ini 6. Mila, Paulus sahabat berbagi cerita dan ceria selama proses penulisan iv
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
7. Teman sekelompok peminatan komunitas yang selalu bersama dan saling mendukung 8. Teman-teman FIK 08 yang luar biasa, kalian semua adalah orang-orang yang penting dibalik penyelesaian KIA. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam laporan penelitian ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu peneliti senantiasa mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun sehingga dimasa yang akan datang dapat membuat karya yang lebih baik. Peneliti berharap semoga rancangan penelitian ini dapat memberikan manfaat.
Depok, 10 Juli 2012
Penulis
v
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Nama : Ni Komang Ratih A . N Program Studi : Ilmu Keperawatan Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak M dengan Masalah Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Diri tentang Kesehatan Reproduksi pada Remaja di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar
Masa remaja adalah remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, dan, sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, tetapi dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya. Wanita di Indonesia, termasuk di dalamnya remaja putri, rentan terhadap kejadian keputihan. Keputihan merupakan sekresi vagina yang terinfeksi mikroorganisme patogen sehingga terjadi perubahan pada karakteristik lendirnya. Hal ini dipengaruhi oleh cara perawatan organ reproduksi wanita. Tujuan penulisan ini adalah meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya menjaga kebersihan vagina dengan cara yang tepat dan mencegah keputihan, serta membantu remaja putri mendeteksi adanya kelainan pada sekresi vagina sehingga dapat dilakukan pengobatan secepatnya. Penulisan ini menyarankan diadakannya penyuluhan kesehatan reproduksi, memasukkan pendidikan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum sekolah menengah, dan menegakkan standar kebersihan di lingkungan sekolah.
Kata Kunci : Keputihan, Perawatan Organ Reproduksi, Pengetahuan Reproduksi
vii
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
ABSTRACT
Name : Ni Komang Ratih A . N Study Program : Nursing Tittle : Family Nursing Care for Mr. M with ineffective self management health about reproductive health on teenager in RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar
Teenager is a teen that begins with the onset of sexual maturity, then teen will be faced with circumstances that require adaptation to receive changes that occur. Reproductive health is physical, mental, and, social guidance, not only free from disease or disability, but also effect in all aspects relating to the reproductive system, functions, and processes. Women in Indonesia, including girls, are susceptible to fluor albus. Fluor albus is secretions of infected pathogenic microorganisms resulting in a change in the characteristics of the mucus. It is influenced by the way the female reproductive organ treatment. The purpose of this paper is to raise awareness of the importance of keeping the hygiene of vagina in appropriate way, prevent fluor albus, and help girls to detect any abnormalities in vaginal secretions so that treatment can be done as soon as possible. This scientific paper suggests to be held reproductive health education, admit reproductive health education into the high school curriculum, and enforce standards of cleanliness in the school environment.
Keywords: fluor albus, treatment reproductive organ, knowledge about reproductive
viii
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii KATA PENGANTAR........................................................................................ iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH....................... vi ABSTRAK.......................................................................................................... vii ABSTRACT........................................................................................................ viii DAFTAR ISI....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL............................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii 1. PENDAHULUAN....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang...................................................................................... 13 1.2 Perumusan Masalah.............................................................................. 14 1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 14 1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................. 14 1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................. 14 1.4 Manfaat Penulisan................................................................................. 15 1.4.1 Manfaat Aplikatif....................................................................... 15 1.4.2 Manfaat Metodologi.................................................................... 15 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 17 2.1 Keluarga................................................................................................ 17 2.2 Asuhan Keperawatan Keluarga …........................................................ 18 2.3 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja ....................................... 19 2.4 Remaja ……………………………………………………................. 21 2.5 Organ Reproduksi Wanita……………………..................................... 24 2.6 Perawatan Organ Reproduksi Wanita................................................. 28 2.7 Keputihan pada saluran reproduksi wanita........................................... 29 2.8 Intervensi Inovasi : Cara merawat organ reproduksi............................ 34 2.9 Teori & Konsep KKMP ....................................................................... 35 2.10Peran perawat dalam keperawatan kesehatan perkotaan ...................... 36 2.11Indentifikasi kesenjangan ......................................................................37 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA........................................... 38 3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga....................................................... 38 3.2 Diagnosis Keperawatan Keluarga......................................................... 41 3.3 Intervensi Keperawatan………………................................................ 41 3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga............................. 45 3.5 Intervensi Inovasi Komunikasi Efektif pada Keluarga Bp. R............... 60 4. ANALISIS SITUASI.................................................................................. 53 4.1 Profil Lahan Praktik.............................................................................. 53 4.2 Fenomena Keluarga………….............................................................. 57 4.3 Analisis Kesehatan Reproduksi terkait KKMP…………………......... 60 4.4 Analisis terkait konsep remaja…………............................................. 64 4.5 Analisis Intervensi dengan konsep dan penelitian terkait…..................67 4.6 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan....................................... 69 ix
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
5.
PENUTUP................................................................................................... 5.1 Kesimpulan........................................................................................... 5.2 Saran..................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ LAMPIRAN.......................................................................................................
x
72 72 73 75 78
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa awal dewasa. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting yang diawali dengan matangnya organ-organ seksual sehingga mampu bereproduksi (Wong, 2008). Sedangkan masa remaja peralihan dari masa kanak-kanak ke
merupakan masa perubahan atau
masa dewasa yang meliputi perubahan
biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial (Hurlock, 2000). Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk golongan anak-anak tetapi tidak juga termasuk golongan dewasa. Perkembangan biologis dan psikologis remaja dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan dan sosial. Oleh karena itu remaja akan berjuang untuk melepaskan ketergantungannya kepada orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga mereka dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahanperubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja (Guyton, 2006). Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya. Selain tertarik kepada dirinya, juga mulai muncul perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawanan jenis.
Remaja pada periode usia ini individu mengalami perubahan dari segi kognitif, psikososial dan fisik. Problematika yang dihadapi oleh remaja antara lain narkoba, seksualitas dll. Isu-isu remaja terutama mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja di Indonesia belum dijadikan prioritas utama untuk diangkat (Wong, 2003). Akses informasi layanan kesehatan yang ramah remaja masih sangat minim sehingga banyak remaja yang memiliki pengetahuan 1
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
2
kesehatan reproduksi sangat minim untuk menyelesaikan permasalahan remaja (Soetjiningsih, 2004). Masalah perilaku reproduksi di kalangan remaja tidak saja sebagai akibat dari biologis semata tetapi juga bekenaan dengan faktor lingkungan serta kurangnya pembekalan (infomasi) mengenai reproduksi sehat secara utuh dan menyeluruh. Faktor lingkungan tersebut seperti menurunnya tingkat kepedulian masyarakat terhadap perilaku seks remaja, kondisi pergaulan remaja yang nampak semakin bebas. Faktor lainnya adalah kurangnya informasi tentang reproduksi yang sehat, benar dan utuh yang disebabkan oleh beberapa kendala seperti sulit komunikasi dengan orang lain dan tidak tahu kemana dan dimana bisa mencari informasi tentang reproduksi.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2001), kesehatan reproduksi, adalah kesejahteraan fisik, mental, dan, sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, tetapi dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya. Kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja, yaitu dengan rentang usia 10-24 tahun menurut WHO dan 10-19 tahun menurut Depkes RI, baik sehat fisik, mental, dan sosial kultural. Kesehatan organ reproduksi wanita, vagina merupakan organ yang memegang peranan penting. Organ ini merupakan jalan masuk bagi sperma untuk membuahi sel telur dan merupakan jalan lahir atau jalan akhir bila tidak terjadi pembuahan. Keadaan normal, vagina mengeluarkan sekresi lendir (fluor albus) yang berhubungan dengan siklus menstruasi. Tepat sebelum akhir periode menstruasi, sekresi vagina akan menjadi lebih tebal dan lengket (Saputra, 1999).
Fluor albus dapat bersifat fisiologis (normal) maupun patologis (abnormal). Remaja dengan fluor albus normal, cairan yang keluar berwarna putih atau bening tidak berbau, dan tidak menyebabkan gatal. Sedangkan pada fluor albus abnormal, cairan keluar dalam jumlah banyak dengan warna putih seperti kepala susu, berbau, dan terasa gatal di area setempat. Abnormalitas fluor albus disebut
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
3
juga keputihan, dan apabila seorang wanita mengalami keputihan, maka dapat diindikasikan vaginanya terinfeksi jamur, bakteri, atau virus (Kusmiran, 2011; Prawirohardjo, 2005).
Data yang didapatkan untuk kejadian keputihan remaja, angka keputihan di Indonesia lebih besar daripada angka keputihan di Amerika. Sebanyak 75% wanita di Indonesia pernah mengalami keputihan minimal satu kali seumur hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih. Hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca lembab yang mendukung perkembangan mikroorganisme patogen di area vagina (BKKBN RI, 2005; Sari, 2010). Sedikitnya 90% wanita mempunyai potensi untuk terserang keputihan, termasuk di dalamnya remaja putri (Noer, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Farida (2005) di SMA Negeri Salatiga, terdapat 23% dari 30 siswi menunjukkan adanya kejadian keputihan.
Tingginya angka keputihan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor predisposisi, yaitu penggunaan antiseptik ke dalam vagina (vaginal douche), penggunaan sabun pembersih kewanitaan, cara membasuh area kewanitaan, kebersihan kamar mandi, dan pemilihan pembalut yang digunakan saat menstruasi (Farida, 2005). Menurut Geiger, Foxman, dan Gillespie (1995), faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya keputihan adalah cara membersihkan atau membasuh area kewanitaan setelah buang air kecil atau buang air besar, penggunaan produk feminine hygiene, dan bahan celana dalam yang digunakan.
Pemerintah Indonesia dalam merealisasikan kesehatan masyarakat yaitu dengan mencapai Sasaran Pembangunan Milenium pada tahun 2015 yang tertuang dalam program-program MDGs (Millennium Development Goals). Menurut Stalker (2009), dalam MDGs ditetapkan delapan tujuan utama yang perlu ditindak lanjuti oleh setiap negara, tiga diantaranya adalah mengenai masalah kesehatan yang meliputi menurunkan angka kematian anak usia di bawah 5 tahun, meningkatkan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
4
kesehatan ibu, memerangi HIV, malaria, penyakit menular dan tidak menular lainnya. Pencapaian MDG’s memerlukan peran serta aktif mulai dari masyarakat, lembaga pemerintah maupun swasta
Keperawatan kesehatan komunitas juga turut berupaya mewujudkan MDGs tahun 2015 dengan melakukan pelayanan kesehatan yang profesional bagi masyarakat. Pelayanan keperawatan komunitas diberikan melalui upaya peningkatan derajat kesehatan (health promotion), pemeliharaan kesehatan (health maintenance), pendidikan kesehatan serta manajemen pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat (Anderson&McFarlane, 2010). Tujuan keperawatan komunitas adalah memberikan pelayanan langsung kepada individu, keluarga, dan kelompok untuk menurunkan prevalensi penyakit di masyarakat seperti di kalangan remaja. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan mengalami perubahan fisik dan psikis (Hurlock, 2000). Usia remaja adalah antara 10-24 tahun (BKKBN, 2010). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya adalah remaja yang terdiri dari Laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,70%) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30 %). Masa remaja dikatakan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Remaja yang masih dalam masa transisi sangat memerlukan dukungan dari keluarga untuk melalui tugas-tugas perkembangannya, sehingga tidak terlibat dalam masalah kenakalan remaja.
Selain itu remaja mengalami proses berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Pada masa remaja sering kali muncul dorongan untuk mengetahui dan mencoba hal-hal baru dalam usahanya untuk mencari jati diri dan mencapai kematangan
pribadi
sesuai
tugas
perkembangannya.
Berbagai
bentuk
penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hasil penelitian Byer (2001) menunjukan bahwa remaja telah melakukan hubungan seks usia 18 tahun, laki-laki dewasa rata-rata berhubungan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
5
dengan 6 pasangan berbeda dan wanita dengan 2 pasangan berbeda, selanjutnya 22% perempuan mengatakan pernah dipaksa melakukan kegiatan seksual oleh pasangan yang dicintainya, hanya 3% laki-laki yang pernah di paksa.
Menurut survey Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) tahun 2010 di Depok tentang pengetahuan kesehatan reproduksi menunjukkan 43,22% pengetahuannya rendah, 37,28% pengetahuan cukup,19,50% pengetahuannya memadai sedangkan untuk perilaku remaja saat berpacaran menunjukkan saling mengobrol 100%, berpegangan tangan 93,3%, mencium pipi/kening 84,6%, berciuman bibir 60,9%, mencium leher 36,1%, saling meraba (payudara dan kelamin) 25%, dan melakukan hubungan seks 7,6% (Farid, 2005).
Terbatasnya informasi tentang seks dari orang tua maupun kurangnya pendidikan seks di sekolah menyebabkan remaja mencari informasi sendiri melalui media majalah, televisi dan internet. Kebanyakan informasi itu diterima secara mentah tanpa ada yang memfilter apakah itu informasi yang bagus atau malah informasi yang sifatnya negatif. Informasi yang salah akan membawa berbagai dampak yang tidak diingikan serta dapat mengakibatkan berbagai penyakit. Sering terjadi di masyarakat beberapa masalah tentang remaja antara lain kehamilan tidak diinginkan dan aborsi, penyalahgunaan obat-obat terlarang, perilaku seks bebas, kenakalan remaja dan seringnya kejadian Penyakit Menular seksual di kalangan remaja (Susanto, 2009). Penyakit Menular Seksual biasanya dialami oleh remaja yang aktif secara seksual, apakah itu sering gonta-ganti pacar/pasangan ataupun remaja yang sering menggunakan jasa penjaga seks. Beberapa diantaranya seperti gonore, sifilis, klamidia, herpes genitalis, kondiloma akuminata, HIV dan lainlain. Upaya promosi dan pencegahan terkait masalah kesehatan reproduksi juga perlu diarahkan pada masa remaja, dimana terjadi peralihan dari masa anak menjadi dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat (Kiswan, 2008). Hal ini ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya jasmani secara pesat,
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
6
menyebabkan remaja secara fisik mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi belum dapat mempertanggungjawabkan akibat dari proses reproduksi tersebut. Informasi dan penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja ini (Sijabat, 2006).
Perubahan alamiah dalam diri remaja sering berdampak pada permasalahan yang cukup serius. Perubahan psikologis seksual dan fisik disebabkan oleh faktorfaktor dalam diri remaja yaitu antara nilai-nilai dan norma yang ada dilingkungan sosial remaja. Sementara perubahan fisik seksual yang dialami oleh remaja adalah kemampuan melanjutkan keturunan. Perubahan fisik seksual antara lain meliputi perubahan proporsi badan menjadi bentuk badan orang dewasa dan kematangan seksual, untuk itu remaja perlu memahami kesehatan reproduksinya agar mengenal tubuhnya dan organ-organ reproduksinya. Selain itu penting bagi remaja untuk memahami fungsi dan perkembangan organ reproduksinya secara benar. Melindungi diri dari berbagai resiko yang mengancam kesehatan dan keselamatannya
mempersiapkan
masa
depan
yang
sehat
dan
cerah,
mengembangkan sikap dan prilaku bertanggung jawab mengenai proses reproduksinya dan memahami perubahan psikis dan fisiknya. Sering terjadi perubahan fisik seksual remaja, maka remaja akan mengalami keputihan (flour albus) (Kusmiran, 2012). Flour albus adalah keluarnya cairan yang berlebihan yang menyebabakan seorang remaja puteri acap kali mengganti pakaian dalam atau menggunakan pembalut. Sikap remaja puteri terhadap flour albus selama ini masih kurang menonjol dikarenakan masih kurangnya pengetahuan dan informasi tentang flour albus yang di alami oleh remaja puteri itu sendiri. Oleh kerena itu dengan kurangnya pengetahuaan remaja puteri tarhadap flour albus dapat berdampak sikap remaja puteri yang kurang perhatian terhadap flour albus yang di alaminya. Sikap remaja puteri terhadap flour albus juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti gaya hidup, keluarga, gizi, kesehatan, kebersihan dan ganguan emosianal. Sikap terdiri
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
7
atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dicapai oleh individi pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang (Rosiana, 2009) Data keputihan tentang kesehatan reproduksi di perkotaan menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak 2 kali atau lebih. Di Indonesia kejadian keputihan semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian (Sulaiman, 2001) menyebutkan bahwa pada tahun 2002 sebanyak 50% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan, kemudian pada tahun 2003 meningkat menjadi 60% dan pada tahun 2004 meningkat lagi menjadi hampir 70% wanta Indonesia pernah mengalami keputihan setidaknya sekali dalam hidupnya (Katharini, 2009). Keputihan juga dapat terjadi karena menderita sakit dalam waktu lama, kurang terjaganya kebersihan diri sehingga timbulnya jamur atau parasit dan kanker karena adanya benda-benda asing yang di masukkan secara sengaja atau tidak ke dalam vagina misalnya tampon, obat atau alat kontrasepsi (Rozanah, 2003). Masalah keputihan adalah masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Remaja merupakan salah satu bagian dari populasi beresiko terkena keputihan yang perlu mendapat perhatian khusus. Remaja mengalami pubertas yang ditandai dengan datangnya menstruasi. Pada sebagian orang saat menjelang menstruasi akan mengalami keputihan.
Ada beberapa remaja putri yang merasa berat dan malu untuk membicarakan organ genitalia dengan orang lain. Sehingga perawatan kesehatan alat kelamin terhambat oleh pantangan sosial dan kurangnya pengetahuan. Kalaupun ada hanya beberapa remaja putri yang berkonsultasi dengan dokter tentang masalah keputihan. Hal tersebut dapat menyebabkan pengetahuan remaja putri tentang Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
8
keputihan menjadi terbatas. Keputihan masih dianggap bukan hal yang serius di kalangan remaja putri, sehingga dalam menjaga kebersihan organ genitalia pada remaja putri masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya remaja putri yang memakai celana ketat dan mereka cenderung memilih yang berbahan bukan dari katun, keputihan bisa jadi disebabkan oleh celana panjang yang ketat dan atau celana dalam yang terbuat dari serat sintetik/nilon (Clayton dalam Katharini, 2009).
Menurut Sianturi (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keputihan bermacam-macam. Keputihan dapat disebabkan oleh adanya infeksi (oleh kuman, jamur, parasit, virus ), adanya benda asing dalam liang senggama misalnya tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai waktu senggama, gangguan hormonal akibat mati haid, adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin dan kurangnya perilaku dalam menjaga kebersihan organ genital. Sebelum seseorang melakukan perilaku menjaga kebersihan organ genital ada 3 tahapan yang harus dilalui yaitu: pengetahuan, sikap, praktik atau tindakan (Notoatmojdo, 2003). Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), remaja harus mengetahui terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya. Remaja putri akan melakukan pembersihan organ genitalia apabila remaja mengetahui tujuan dan manfaatnya bagi kesehatannya, dan bahaya-bahayanya bila tidak melakukan hal tersebut. Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmojdo, 2003).
Pengetahuan ini akan membawa remaja putri untuk berfikir dan berusaha supaya tidak terkena keputihan. Dalam berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
9
bekerja sehingga remaja tersebut berniat menjaga kebersihan organ genitalia untuk mencegah supaya tidak terkena keputihan. Remaja ini mempunyai sikap tertentu tehadap objek tersebut. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah ketersediaan sumber atau fasilitas antara lain sumber mendapatkan informasi mengenai keputihan baik dari media audio, audio visual, visual dan fasilitas yang lainnya. Media informasi yang mudah didapat antara lain melalui majalah-majalah remaja putri yang didalamnya terdapat topik bahasan tentang kesehatan reproduksi remaja putri, khususnya tentang keputihan (Fitriyani, 2007).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2010) di SMA Negeri I Jakarta Barat tentang hubungan perilaku higiene pribadi (praktek kebersihan) dengan kejadian keputihan ditemukan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara higiene pribadi dengan kejadian keputihan. Untuk mencegah terjadinya keputihan, pengetahuan mengenai perawatan organ reproduksi wanita sangat dibutuhkan, terutama pada remaja. Namun, terdapat ketidakmerataan mengenai tingkat
pengetahuan
remaja
tentang
keputihan
dan
perawatan
organ
reproduksinya. Hal ini berdasarkan pada hasil penelitian dari Noer (2007) pada siswi di SMA Tunas Patria Ungaran yang mendapatkan sebanyak 51,8% siswi memiliki tingkat pengetahuan yang buruk tentang keputihan dan sebanyak 69,6% mendukung diadakannya pendidikan kesehatan tentang perawatan organ reproduksi wanita sebagai upaya pencegahan keputihan. Selain itu, Sukarti (2005) juga mengungkapkan bahwa 94,3% dari remaja putri di Depok mendukung diadakannya
program
kesehatan
reproduksi
tentang
keputihan
dan
pencegahannya. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian Kurniawan (2008) di SMA Negeri 1 Jakarta Utara mengungkapkan bahwa tingginya pengetahuan mengenai cara menjaga kebersihan organ reproduksi tidak menjamin tingginya praktik perawatan kebersihannya. Didapatkan sebanyak 47,3% siswi
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
10
memiliki praktik perawatan organ reproduksi yang buruk, dan hanya 17,3% yang praktik kebersihannya dilakukan dengan baik. Hal ini bertentangan dengan pengetahuan siswi mengenai perawatan organ reproduksi yang 81,8% memiliki pengetahuan dengan kategori baik.
Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja. Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya. Selain tertarik kepada dirinya, juga mulai muncul perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawanan jenis. Keterbatasan akses dan informasi mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi remaja di Indonesia ’bisa dipahami’ karena masyarakat umumnya masih menganggap seksualitas sebagai sesuatu yang tabu dan tidak untuk dibicarakan secara terbuka. Orangtua biasanya enggan untuk memberikan penjelasan masalahmasalah seksualitas dan reproduksi kepada remajanya, dan anak pun cenderung malu bertanya secara terbuka kepada orang tuanya. Kalaupun ada orang tua atau guru di sekolah yang ingin member penjelasan kepada anaknya, mereka seringkali kebingungan bagaimana caranya dan apa saja yang harus dijelaskan. Menurut Dr. Boy Abidin data kehamilan remaja di Indonesia tahun 2007 yaitu hamil di luar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2%, karena sama-sama mau sebanyak 12,9% dan tidak terduga sebanyak 45%. Seks bebas sendiri mencapai 22,6% hal itu terjadi karena minimnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi (Anton, 2007).
Remaja diperkotaan biasanya kontrol dari orang tua kurang karena orang tua mereka biasanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Mereka harus bekerja dari pagi dan pulang malam. Hal ini dilakukan karena biaya hidup diperkotaan yang besar sehingga memaksa mereka untuk rajin bekerja. Selain itu, kadang ada
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
11
orang tua yang susah untuk ketemu dengan anaknya karena saat berangkat bekerja anaknya belum bangun dan pulang bekerja mereka sudah tidur. Tingginya perkembangan teknologi di perkotaan juga salah satu penyebab orang tua dan anak
remajanya
jarang
berkomunikasi.
Masalah
keputihan
diperkotaan
merupakan masalah yang sering dialami oleh remaja. Salah satu faktor terjadinya keputihan karena kurangnya pengetahuan serta tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan remaja sulit untuk mendapatkan informasi lebih lanjut terkait kesehatan reproduksi. Penyuluhan diperkotaan sangat penting untuk menyadarkan remaja untuk merawat organ reproduksi serta lebih bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan. Informasi yang sering diterima oleh remaja tidak di pilih-pilih sehingga terkadang remaja melakukan hal yang salah namun menurut remaja sudah benar. Salah satu peran sebagai perawat di kesehatan perkotaan yaitu meningkatkan upaya kesehatan, pencegahan, pemeliharaan kesehatan dan pemulihan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).
Salah satu wilayah perkotaan adalah Kelurahan Cisalak Pasar berada di Kecamatan Cimanggis, Depok. Kota Depok berbatasan langsung dengan Ibu Kota Jakarta. Luas wilayah Cisalak Pasar adalah 1,71 km2. Dikelurahan ini terdapat pasar sehingga warganya banyak yang bekerja sebagai wiraswata. Selain itu, Cisalak Pasar juga dekat dengan mal-mal dan supermarket. Kelurahan Cisalak Pasar mempunyai 9 RW dan penulis melakukan asuhan keperawatan di RW 2. Hasil pengkajian yang di dapat dari remaja RW 02, Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok bahwa jumlah remaja di RW ini adalah 364 orang. Delapan belas remaja yang diambil menjadi kelolaan.
Setelah dilakukan pengkajian
semuanya mengaku jarang mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan cara membersihkan organ reproduksi secara tepat. Selain itu remaja yang diambil sebagai kelolaan utama yaitu anak L mengaku tidak pernah mendapatkan informasi terkait kesehatan reproduksi. Anak L juga mengaku kurang mengetahui kesehatan reproduksi, fungsi organ reproduksi dan cara merawat organ reproduksi secara benar. Anak L mengatakan sering mengeluarkan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
12
lender-lendir putih dari vagina dan terasa gatal. Anak L jarang berkomunikasi atau menceritakan masalah kesehatan reproduksinya. Keluarga juga mengaku bahwa jarang menanyakan masalah kesehatan reproduksi remajanya. Anak L juga tidak pernah mendapatkan penyuluhan / informasi tentang kesehatan reproduksi. Hal inilah yang mendorong dilakukannya asuhan keperawatan pada keluarga Bapak M khususnya pada anak L di RW 02, Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok dengan intervensi inovasinya adalah cara merawat organ reproduksi secara tepat
Remaja yang sudah mendapatkan menstruasi, akan lebih sering merasakan flour albus. Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan remaja (Anak L) pernah mengalami flour albus yang dapat menimbulkan rasa gatal. Kebiasaan sehari-hari anak L sangat malas untuk menjaga kesehatan organ reproduksi. Menurut anak L dia tidak tahu pentingnya merawat organ reproduksi. Ketika sedang menstruasi biasanya anak L mengganti pembalut hanya 1-2x dan menggantikan celana dalam hanya 2x/hari. Setelah dikaji untuk cara perawatan organ reproduksi anak L membersihkan organ reproduksi dari belakang ke depan. Anak L juga pernah mendapatkan informasi terkait kesehatan reproduksi sejak SD. Anak L mengaku di RW 02 tidak pernah diadakan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi sehingga keterbatasan pengetahuan tentang perawatan organ reproduksi. Setelah dilakukan pengkajian lebih lanjut, mahasiswa memberikan penjelasan tentang kesehatan reproduksi dan cara membersihkan organ reproduksi yang merupakan salah satu project inovasi selama tindakan. Remaja diajarkan untuk cara membersihkan organ reproduksi secara benar. Saat mahasiswa memberikan penjelasan tentang kesehatan reproduksi, remaja diharapkan menyebutkan balik apa yang sudah diajarkan dan mempraktekan ulang cara membersihkan organ reproduksi. Menurut remaja pengetahuan ini sangat penting untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, apalagi semakin perubahan zaman banyak remaja yang kurang paham tentang kesehatan reproduksi serta dampak jika tidak merawat organ reproduksi.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
13
Pendidikan kesehatan reproduksi remaja, khususnya mengenai perawatan organ reproduksi wanita, sangat penting untuk dilakukan agar dapat meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya menjaga kebersihan vagina dengan cara yang tepat dan mencegah keputihan, serta membantu remaja putri mendeteksi adanya kelainan pada sekresi vagina sehingga dapat dilakukan pengobatan secepatnya. Berdasarkan penjelasan diatas maka diperlukan penulisan lebih lanjut terutama pada remaja untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan
kesehatan
reproduksi.
1.2 RUMUSAN MASALAH Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa awal dewasa. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting yang diawali dengan matangnya organ-organ seksual sehingga mampu bereproduksi (Wong, 2008). Sedangkan masa remaja peralihan dari masa kanak-kanak ke biologik, perubahan psikologik, dan
merupakan masa perubahan atau
masa dewasa yang meliputi perubahan perubahan social (Hurlock, 2000).
Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja (Guyton, 2006). Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya. Selain tertarik kepada dirinya, juga mulai muncul perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawanan jenis.
Masalah perilaku reproduksi di kalangan remaja tidak saja sebagai akibat dari biologis semata tetapi juga bekenaan dengan faktor lingkungan serta kurangnya pembekalan (infomasi) mengenai reproduksi sehat secara utuh dan menyeluruh. Faktor lingkungan tersebut seperti menurunnya tingkat kepedulian masyarakat
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
14
terhadap perilaku seks remaja, kondisi pergaulan remaja yang nampak semakin bebas. Faktor lainnya adalah kurangnya informasi tentang reproduksi yang sehat, benar dan utuh yang disebabkan oleh beberapa kendala seperti sulit komunikasi dengan orang lain dan tidak tahu kemana dan dimana bisa mencari informasi tentang reproduksi. Dari pola kehidupan remaja tidak terlepas dari dampak globalisasi antara lain pergaulan bebas, longgarnya norma sosial, serta arus informasi yang semakin meningkat.
Adapun program kesehatan reproduksi remaja merupakan hasil penjabaran misi program Keluarga Berencana Nasional untuk merencanakan sumber daya manusia berkualitas sejak dini dengan tujuan untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap, dan perilaku kehidupan yang sehat (Kusmiran, 2011). Program kesehatan ini diwujudkan dalam bentuk penyuluhan dengan sasarannya adalah anak usia remaja dan sudah banyak diterapkan. Namun, pendidikan kesehatan reproduksi wanita ini tidak merata khususnya tentang perawatan organ reproduksi dan keputihan. Ketidakmerataan pengetahuan mengenai praktik perawatan organ reproduksi wanita dapat mengurangi kesadaran terhadap pentingnya merawat organ reproduksi wanita dengan cara yang tepat dan dapat berdampak pada meningkatnya angka keputihan pada remaja. Demikian dilakukan penulisan lebih lanjut untuk meningkatkan pengetahuan remaja terkait dengan kesehatan dan cara perawatan alat reproduksi
1.3 Tujuan 1.3.1
Tujuan Umum Mahasiswa mampu menggambarkan asuhan keperawatan keluarga bapak M terutama pada anak L dengan masalah kesehatan reproduksi di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok
1.3.2
Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penulisan ini adalah :
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
15
1. Mampu menggambarkan data-data tentang masalah kesehatan reproduksi melalui pengkajian keperawatan pada anak L di RW 02 2. Mampu menggambarkan masalah kesehatan reproduksi pada anak L di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar 3. Mampu menggambarkan perencanaan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi pada anak L di RW 02 Cisalak Pasar 4. Mampu menggambarkan tindakan keperawatan pada setiap rencana keperawatan yang telah di susun untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi pada anak L di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar. 5. Mampu menggambarkan evaluasi dari setiap implementasi yang dilakukan pada anak L dengan kesiapan meningkatkan pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar. 6. Mampu menggambarkan rencana tindak lanjut dalam menangani masalah dengan kesiapan meningkatkan pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi anak L di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar. 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1
Aplikatif Karya Ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada orang tua tentang cara asuhan keperawatan pada remaja dengan masalah kesehatan reproduksi dan manfaat membersihkan organ reproduksi secara tepat
1.4.2
Metodologi Karya Ilmiah ini dapat memberikan informasi atau sebagai bahan rujukan bagi
penulisan
selanjutnya,
khususnya
tentang
kesiapan
untuk
meningkatkan pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi pada remaja manfaat membersihkan organ reproduksi secara tepat pada remaja dan orangtua
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
16
1.4.3
Keilmuan Karya Ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan pengajaran dan pengembangan ilmu keperawatan. Selain itu, dapat juga memberikan informasi tentang masalah kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi pada remaja manfaat membersihkan organ
reproduksi secara benar dalam keluarga untuk mencegah
timbulnya keputihan / masalah organ reproduksi pada remaja .
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Keluarga Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga (Duval, 1972 dalam Setiadi 2008). Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anakanaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain. Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu: a. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah. b. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak. c. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang tuanya. (Duval, 1972 dalam Setiadi 2008) Dalam keluarga modern sekalipun, pengaruh orang tua terhadap anaknya masih sangat kuat. Nampaknya adanya kecenderungan pembentukan perilaku anak sebagai hasil interaksi antara orang tua dengan anaknya. Sebagaimana 17
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
18
diungkapkan oleh Larson (Dorothy, 1997) bahwa kebanyakan sikap dan perilaku anak akan ditentukan oleh salah satu faktor penting, yaitu kualitas hubungan diantara orang tua dengan anak.
2.2 Asuhan Keperawatan Keluarga Aspek keperawatan yang paling penting adalah perhatian pada unit keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendi, 2004). Keluarga yang juga adalah individu, kelompok, dan komunitas merupakan klien perawat atau penerima pelayanan asuhan keperawatan. Keluarga membentuk unit dasar masyarakat dan tentunya unit dasar ini sangat mempengaruhi perkembangan individu yang memungkinkan menentukan keberhasilan atau kegagalan kehidupan individu (Friedman, 2003).
Unit
keluarga
menempati
posisi
diantara
individu
dan
masyarakat
(Bronfenbrenner, 1979 dalam Friedman, 2003). Tujuan dasar sebuah keluarga terdiri dari dua, yaitu: mempertemukan kebutuhan dari masyarakat dimana keluarga merupakan bagian dari masyarakat dan mempertemukan kebutuhan individu-individu dalam keluarga. Fungsi ini merupakan asas bagi adaptasi manusia yang tidak dapat dipenuhi secara terpisah sehingga harus berkaitan satu sama lain di dalam sebuah keluarga. Hal ini menjadi dasar bagi perawat untuk mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga dengan baik demi terciptanya keluarga dan masyarakat yang sehat.
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu
sebagai
anggota
keluarga
(Friedman, 2003). Tahapan
proses
keperawatan keluarga meliputi pengkajian keluarga dan individu dalam keluarga,
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
19
perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, pelaksanaan asuhan keperawatan dan evaluasi.
2.3 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan social yang utuh, tidak hanya terbebas dari penyakit dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksinya (Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 2000). Pendidikan kesehatan reproduksi remaja merupakan program penjabaran dari misi BKKBN untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sejak dini demi menciptakan keluarga yang berkualitas. Adanya pendidikan kesehatan reproduksi remaja bertujuan agar remaja memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap, dan perilaku kehidupan yang sehat dan bertanggung jawab melalui promosi, advokasi, komunikasi informasi edukasi, konseling, pelayanan, dan dukungan kegiatan yang bersifat positif (Iskandar, 2008; Kusmiran, 2011).
Reproduksi yang sehat berkaitan dengan sikap dan perilaku yang sehat serta bertanggung jawab yang semua hal tersebut berkaitan dengan alat reproduksi, fungsi dan prosesnya serta pencegahan terhadap gangguan – gangguan yang mungkin muncul yang dapat menghambat fungsi dan proses reproduksi. Maka pemeliharaan
kesehatan
reproduksi
mutlak
diperlukan
dalam
rangka
mengembangkan keturunan yang sehat dan berkualitas hidup yang lebih baik.
Beberapa alasan yang mendasari kebutuhan remaja terhadap pengetahuan reproduksi adalah sebagai berikut (Kusmiran, 2011): 1. Remaja memiliki hak yang sama untuk mendapatkan informasi yang cukup mengenai masalah kesehatan reproduksi.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
20
2.
Remaja harus memiliki kepastian bahwa mereka dapat melindungi diri dari kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual.
3. Remaja memiliki kesempatan untuk membuat keputusan dan mengambil langkah tanpa tekanan atau paksaan dari pihak manapun. 4. Remaja memiliki jaminan kerahasiaan atas kehidupan reproduksinya. 5. Remaja membutuhkan layanan dan informasi yang diberikan tanpa adanya proses dan rasa dihakimi atau menghakimi. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Leonora (2007) dan Kurniawati (2008), didapatkan bahwa mayoritas remaja putri memiliki pengetahuan yang buruk mengenai perawatan organ reproduksinya. Dalam penelitian Leonora (2007), mengenai perineal hygiene pada remaja putri di SMA Negeri 58 Jakarta, ditemukan sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang rendah tentang organ reproduksi (95,6%) dan memiliki pengetahuan yang rendah mengenai perineal hygiene (93,3%). Kurniawati (2008), pada remaja putri di SMP Negeri 16 Jakarta Barat, juga menemukan hal yang sesuai, yaitu distribusi pengetahuan yang rendah mengenai kesehatan reproduksi, yaitu sebesar 53,6% dan sisanya (46,4%) mempunyai pengetahuan yang baik. Menurut penelitian Kitting (2004) didapatkan pengetahuan remaja perempuan akan cirri pubertas pada dirinya cukup baik, 70% remaja perempuan mengatakan ciri pubertas adalah menstruasi. Bagi remaja perempuan sejak dia menstruasi sampai akhir masa suburnya, setiap bulan akan mengalami masa subur dimana jika perempuan melakukan hubungan seksual dapat hamil. Masa subur selama 2 – 4 hari yang berada di tengah diantara dua sekitarnya. Sekitar 50 % remaja mengatakan masa subur segera setelah menstruasi ( 44% perempuan dan laki – laki 51%). Hanya 30% remaja mengetahui dengan benar masa subur yang dialami oleh seorang perempuan (29% perempuan dan laki – laki 32%). Berbeda dengan penelitian sebelumnya penelitian yang dilakukan oleh Sari (2008) mengenai hubungan tingkat pengetahuan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
21
dengan persepsi tentang kebersihan vagina pada mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan di Universitas Indonesia, ditemukan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswi sudah cukup tinggi. Hal ini diketahui dari hasil penelitian yaitu sebanyak 67,5% dari 114 responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai kebersihan vagina, sedangkan 32,5% diantaranya memiliki pengetahuan yang rendah. 2.4 Remaja 2.4.1
Definisi Remaja Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, ekonomi social dan fisik (Hurlock, 2000). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, 2001) bahwa masa remaja menunjukan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Menurut Borring E.G (dalam Hurlock, 2000) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak – anak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa remaja. Sedangkan menurut Papalia dan Olds (2001) masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak – kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal puluhan tahun. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997) masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (2001) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 – 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 – 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
22
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting yang diawali dengan matangnya organ-organ seksual sehingga mampu bereproduksi. Remaja digolongkan menjadi tiga tahap, yaitu tahap remaja awal (usia 13-14 tahun), tahap remaja tengah (usia 15-17 tahun), dan tahap remaja akhir (usia 18-21 tahun) (Rumini & Sundari, 2004; Suparyanto, 2010). Ada beberapa aspek perubahan dan perkembangan yang terjadi pada usia remaja. Wong (2008) mengungkapkan bahwa perkembangan yang terjadi pada masa remaja meliputi perkembangan fisik, perkembangan psikososial, perkembangan kognitif, perkembangan moral, perkembangan spiritual, dan perkembangan sosial yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli.
Ball dan Bindler (2003) mengungkapkan bahwa proses perkembangan seksualitas pada remaja melibatkan interaksi dengan lawan jenis, interaksi dengan keluarga dan kekuatan masyarakat, serta pembentukan identitas. Kematangan tubuh yang terjadi pada remaja dan diiringi dengan berkembangnya kemampuan dalam berpikir, remaja membutuhkan informasi yang akurat tentang tubuh dan seksualitas mereka. Remaja harus memahami minat dan kekuatan yang mereka miliki, termasuk didalamnya adalah pendidikan seks di sekolah atau penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular seksual.
2.4.2
Tahapan Remaja Remaja
mengalami
tumbuh
kembang
menuju
dewasa,
berdasarkan
kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut : a. Masa Remaja Awal Dini (Early Adolescence) : umur 11 – 13 tahun Pada masa ini biasanya remaja perempuan lebih cepat matang dibandingkan laki – laki, kegiatan lebih senang dengan jenis kelamin yang sama, mulai menyenangi kesendirian, malu – malu mudah tersipu,
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
23
bereksperimen dengan dirinya sendiri dan cemas tentang tubuhnya sendiri apakah normal apa tidak b. Masa Remaja Pertengahan ( Middle Adolenscence) : umur 14 – 16 tahun Remaja pada masa mulai peduli terhadap daya tarik seksual, mulai tertarik pada lawan jenis dan mulai cemburu antara cinta dan nafsu c. Masa Remaja Lanjut ( Late Adolescence) : umur 17 – 21 tahun Remaja pada masa ini mulai berfikir untuk membina hubungan yang lebih
serius,
identitas
seksualnya
makin
jelas
dan
mampu
mengembangkan cinta yang disertai kasih sayang. Dengan adanya kematangan biologis dan adanya penundaan usia perkawinan dimana semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin panjang usia sebelum menikah akan mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks sebelum nikah.
2.4.3
Perubahan Fisik Remaja Kementrian Kesehatan (2003) menyatakan bahwa pada remaja terjadi pertumbuhan fisik yang cepat. Organ – organ reproduksi (organ seksual) mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi yang ditandai dengan : a. Tanda Seksual Primer Terjadinya haid pertama pada remaja Terjadinya mimpi basah pada remaja putra
b. Tanda Seksual Sekunder Laki – laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis testis membesar, terjadi ereksi dan ejakulasi, dada melebar, badan berotot, tumbuh kumis, jambang dan rambut sekitar kemaluan dan ketiak
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
24
Perempuan terjadi pelebaran pinggul, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara melebar dan membesar, tumbuh rambut di ketiak dan sekitar kemaluan, menstruasi awal
2.5 Organ Reproduksi Wanita Organ merupakan kumpulan dua atau lebih jaringan primer yang tersusun sedemikian rupa untuk melakukan fungsi tertentu. Organ reproduksi merupakan sekumpulan jaringan yang berkontribusi dalam kelangsungan hidup spesies dan sangat penting fungsinya bagi manusia sebagai makhluk seksual (Sherwood, 2001). Pada wanita, organ reproduksi dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan letaknya, yaitu genitalia eksterna dan genitalia interna (Potter dan Perry, 2005; Verrals, 1997). 2.5.1
Genitalia Eksterna Organ genitalia eksterna wanita secara kolektif dikenal sebagai vulva dan meliputi struktur sebagai berikut: 2.5.1.1 Vulva Vulva merupakan tampak luar dari organ reproduksi wanita yang dimulai dari mons pubis sampai tepi perineum. Vulva terdiri dari mons pubis, labia majora, labia minora, klitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, dan kelenjar-kelenjar pada dinding vagina. 2.5.1.2 Mons Pubis Mons Pubis adalah suatu bantalan yang terdiri dari jaringan lemak yang ditutupi oleh kulit yang terletak di atas simfisis pubis. Pada daerah ini, setelah pubertas akan ditumbuhi rambut. 2.5.1.3 Labia Majora Labia majora adalah dua lipatan membulat besar yang terbentuk dari jaringan lemak yang tertutup oleh kulit yang bertemu di depan pada mons pubis. Pada saat kedua labia majora berjalan ke belakang ke arah anus, kedua labia menjadi lebih datar dan menuju ke depan corpus perinealis.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
25
Permukaan sebelah dalam labia majora halus dan mengandung banyak kelenjar keringat (glandula sudoferia) dan kelenjar minyak (glandula sebasea), sedangkan permukaan luarnya setelah pubertas akan tertutup oleh rambut. 2.5.1.4 Labia Minora Labia minora adalah dua lipatan kulit yang berwarna merah muda yang lebih kecil, terletak memanjang di bagian dalam labia majora. Kedua labia majora ini halus dan tidak tertutupi oleh rambut, tetapi mengandung sejumlah glandula sudoferia dan glandula sebasea. Daerah yang tertutup oleh kedua labia minora ini disebut vestibulum. Lipatan bagian atas dari labia minora ini mengelilingi klitoris. 2.5.1.5 Klitoris Klitoris merupakan struktur kecil, sangat sensitif, dan erektil yang letaknya dikelilingi oleh labia minora. Klitoris merupakan struktur yang dapat disetarakan dengan penis pada pria karena sebagian besar terdiri dari jaringan erektil, mempunyai banyak ujung saraf, dan sangat sensitif terhadap sentuhan, tekanan, dan suhu. Menurut Boston Women’s Health Book (1992) dalam Potter dan Perry (2005), klitoris adalah organ yang paling sensitif terhadap stimulasi dan mempunyai peran sentral dalam rangsangan seksual dan peningkatan perasaan ketegangan seksual. 2.5.1.6 Vestibulum Vestibulum dibatasi oleh labia minora dari bagian atas klitoris dan bagian bawah pertemuan kedua labia minor. Untuk memeriksa vestibulum, maka kedua lipatan labia minora harus dibuka agar vestibulum tampak. Pada vestibulum terdapat ostium urinarius (meatus), ostium vaginalis (introitus), dua lubang kelenjar bartolini, dan dua saluran skene. Hymen adalah lipatan jaringan membranosa yang sebagian menutupi introitus dan belum diketahui fungsinya. Hymen biasanya tetap utuh sampai terjadi hubungan senggama pertama kali. Kelenjar bartolini terletak pada kedua sisi ostium vaginalis dan berfungsi untuk mensekresi mukus yang
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
26
bermuara di luar hymen sehingga mempertahankan kondisi genital eksterna tetap lembab.
2.5.2
Genitalia Interna 2.5.2.1 Vagina Vagina merupakan saluran potensial yang terbentang dari vulva ke uterus. Vagina berjalan ke atas dan ke belakang sejajar dengan pintu masuk pelvis. Bentuknya seperti pipa potensial dan dindingnya secara normal terletak berdekatan antara sisi satu dengan sisi lain, tetapi sangat mudah dipisahkan. Vagina berfungsi sebagai jalan masuknya spermatozoa, jalan keluarnya darah menstruasi, dan sebagai jalan lahir bagi janin. Dinding vagina tidak halus, tetapi terdapat lipatanlipatan transversal yang disebut rugae yang memungkinkan vagina dapat meregang. Dinding vagina terdiri atas tiga lapisan jaringan, yaitu a. Lapisan serosa luar yang tipis, yang merupakan bagian dari membran yang melapisi kavitas tubuh dan menutupi organ. b. Lapisan tengah otot polos, involunter yang dilanjutkan dengan otot dari uterus. c. Lapisan terdalam adalah membran yang disebut mukosa.
Terdapat media yang asam di dalam vagina yang dihasilkan oleh Bacillus doederlein yang merupakan mikroorganisme normal di dalam vagina. Bacillus doederlein bekerja mengubah glikogen pada dinding vagina menjadi asam laktat. Medium asam akan menghancurkan organisme patogen pada vagina. Jika bacillus tersebut tidak ada atau berkurang, maka keasaman vagina akan berubah sehingga menyebabkan vaginitis.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
27
2.5.2.2 Uterus Uterus adalah suatu organ berbentuk seperti buah pir yang dilapisi oleh peritoneum (serosa). Uterus terbentuk dari lapisan jaringan penyambung eksternal yang disebut perimetrium, lapisan tengah adalah lapisan otot yang disebut miometrium dan membran mukosa bagian dalam disebut
endometrium. Serat
otot dari lapisan
miometrium membesar selama kehamilan untuk memungkinkan pertumbuhan janin. Selama kehamilan, uterus berfungsi sebagai tempat implantasi, retensi, dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan, adanya kontraksi pada dinding uterus dan pembukaan serviks uterus membantu mengeluarkan isi konsepsi. Di bagian terbawah uterus, terdapat serviks yang terdiri dari pars vaginalis (yang berbatasan dengan vagina) dan pars supravaginalis. Serviks terdiri dari dua bagian, yaitu serviks eksternal (vaginalis) disebut ektoserviks, dan kanalis servikalis internal disebut sebagai endoserviks. Pertemuan area ini adalah tempat dimana epitel kubus berubah menjadi sel epitel batang. Sel-sel dari area ini yang diambil untuk mengkaji pertumbuhan eksesif prekanker atau malignan. Lapisandalam serviks mengandung banyak kelenjar yang menyekresi mukus. Aliran konstan mukus melindungi kavitas uterin ketika terjadi ovulasi. Mukus lebih mudah ditembus oleh sperma pada saat ovulasi.
2.5.2.3 Tuba Fallopii Tuba fallopii adalah jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan, yaitu serosa, muscular (longitudinal dan sirkular), serta mukosa dengan epitel bersilia. Kedua tuba fallopian mulai pada bagian atas uterus dan berakhir dengan fimbria panjang seperti jari dekat ovarium. Tuba fallopii berfungsi sebagai saluran untuk lewatnya telur dan sperma
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
28
sehingga dapat terjadi fertilisasi. Fertilisasi biasanya terjadi dalam bagian atas salah satu tuba fallopii. 2.5.2.4 Ovarium Ovarium adalah organ endokrin berbentuk oval yang terletak di dalam rongga peritoneum, berjumlah sepasang, kiri dan kanan. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon-hormon steroid seperti esterogen dan progesteron. Kedua ovarium ini memproduksi telur yang dilepaskan dan ditransportasi melalui tuba fallopii.
2.6 Perawatan Organ Reproduksi Wanita Keputihan dapat dicegah dengan menerapkan perilaku bersih dan sehat terhadap pemeliharaan kesehatan reproduksi wanita. Hal-hal yang perlu diketahui, diperhatikan dan harus dilakukan dalam memelihara kesehatan reproduksi wanita yaitu (Manan, 2011; Patricia, 2009): 1. Daerah kewanitaan perlu dijaga kebersihan untuk mencegah adanya mikroorganisme patogen penyebab keputihan. Area kewanitaan perlu dibilas setiap setelah buang air, bukan hanya diseka dengan tissue. Cara membilas area kewanitaan pun perlu diperhatikan. Area kewanitaan dibilas dari arah depan ke belakang untuk menghindari perpindahan bakteri dari anus ke vagina. 2. Penggunaan produk pembersih vagina tidak boleh digunakan secara rutin dan berlebihan. Hal ini disebabkan karena pembersih tersebut dapat mengganggu keseimbangan flora normal yang ada di vagina yang bertugas melindungi vagina dari mikroorganisme patogen dari luar. 3. Daerah kewanitaan harus selalu dalam keadaan kering. Setelah melakukan buang air besar atau buang air kecil dan dibilas dengan air, bagian kewanitaan diseka dengan tisu atau handuk bersih. Apabila daerah kewanitaan dibiarkan basah, akan menciptakan lingkungan yang
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
29
lembab yang dapat memicu perkembangbiakan mikroorganisme patogen. 4. Celana luar dan celana dalam yang terlalu ketat sebaiknya tidak digunakan. Selain karena friksinya yang dapat menyebabkan iritasi, penggunaan celana luar dan celana dalam yang ketat juga dapat meningkatkan kelembaban yang mendukung perkembangbiakan bakteri dan jamur patogen. Celana dalam dan celana luar yang baik untuk digunakan adalah celana yang berbahan katun dan diganti secara teratur untuk menjaga kebersihan. 5. Pada saat ovulasi, vagina mengeluarkan sekresi lendir yang lebih banyak dari biasanya. Penggunaan pantyliner dibutuhkan dalam keadaan ini untuk menjaga area kewanitaan tetap kering. Selain pada saat masa ovulasi, pantyliner juga dapat digunakan ketika di akhir periode menstruasi. Penggunaan pantyliner sebaiknya tidak digunakan setiap hari, karena dapat meningkatkan kelembaban akibat dasar dari pantyliner yang terbuat dari bahan plastik. Pantyliner yang digunakan sebaiknya tidak mengandung parfum, terutama bagi individu yang memiliki kulit yang sensitif. 6. Saat menstruasi, pembalut yang sebaiknya digunakan adalah pembalut yang tidak mengandung parfum. Selain itu, penggantian pembalut dilakukan setiap 4 jam. 7. Pertukaran celana dalam dan handuk dengan teman atau saudara harus dihindari karena memiliki resiko untuk menularkan penyakit. 8. Rambut yang tumbuh di daerah kemaluan dapat menjadi sarang mikroorganisme patogen apabila dibiarkan terlalu panjang. Oleh karena itu, rambut di sekitar kemaluan perlu digunting secara berkala dan dengan hati-hati.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
30
2.7 Keputihan pada Saluran Reproduksi Wanita Organ reproduksi pada wanita rentan dengan infeksi mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan keputihan atau fluor albus abnormal, terutama pada area vagina. Pengetahuan mengenai fluor albus diperlukan untuk mengidentifikasi apakah sekresi lendir yang dikeluarkan oleh vagina bersifat normal atau abnormal. Fluor albus adalah cairan selain darah yang keluar dari liang senggama (vagina) yang berwarna putih seperti sagu kental atau kekuning-kuningan, baik berbau ataupun tidak. Fluor albus dapat bersifat fisiologis maupun patologis dan merupakan manifestasi gejala dari hampir semua penyakit kandungan. Pada fluor albus yang bersifat fisiologis, cairan yang keluar berwarna putih atau bening tidak berbau, dan tidak menyebabkan gatal. Sedangkan fluor albus yang bersifat patologis atau abnormal akan keluar dalam jumlah yang banyak dengan warna putih seperti kepala susu, atau kekuningan, berbau, dan terasa gatal di area setempat. Ketidaknormalan pada fluor albus inilah yang biasa disebut dengan keputihan. Apabila seorang wanita mengalami masalah keputihan, maka dapat diindikasikan bahwa vaginanya terinfeksi jamur, bakteri, atau virus (Kusmiran, 2011; Manuaba, 2005; Prawirohardjo, 2005).
Fluor albus ini terbagi atas dua macam, yaitu fluor albus yang bersifat fisiologis (normal) dan fluor albus yang sifatnya patologis (abnormal). 1. Fluor albus Fisiologis Fluor albus fisiologis terdiri atas cairan yang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Alat kelamin wanita dipengaruhi oleh berbagai hormon yang dihasilkan berbagai organ, yakni hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan adrenal. Esterogen dapat mengakibatkan maturasi epitel vagina, serviks, proliferasi stroma, dan kelenjar. Sedangkan progesteron akan mengakibatkan fungsi sekresi. Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada masa sebelum dan sesudah menstruasi, saat mendapatkan rangsangan seksual, hamil, kelelahan, stress, dan sedang mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
31
pil KB. Fluor albus ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau, dan tidak menyebabkan rasa gatal (Sibagariang, 2010; Prawirohardjo, 2005). 2. Fluor albus Patologis Fluor albus patologis merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung banyak leukosit. Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas atau luka. Jejas ini dapat diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker, dan neoplasma ganas. Kuman penyakit yang menginfeksi vagina seperti jamur Candida albicans, parasit Tricomonas, E. Coli, Staphylococcus, Treponema pallidum, Condiloma aquiminata, dan Herpes. Selain itu, luka di daerah vagina, benda asing yang tidak sengaja atau dengan sengaja dimasukan ke vagina, dan kelainan serviks juga dapat mengakibatkan keputihan. Akibatnya, timbul gejala-gejala yang sangat mengganggu, seperti berubahnya cairan dari yang berwarna jernih menjadi kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental, berbau, terasa gatal atau panas, dan menimbulkan luka di daerah mulut vagina. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri, dan virus, maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu. Normalnya bakteri doederlein atau laktobasilus pada vagina akan memakan glikogen yang dihasilkan oleh esterogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya dan menjadikan pH vagina menjadi asam. Dalam kondisi abnormal, pH vagina akan menjadi basa dan akan membuat kuman penyakit berkembang dan hidup subur di dalam vagina (Sibagariang, 2010).
Terjadinya keputihan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh, sedangkan faktor eksogen merupakan faktor yang berasal dari luar tubuh. Faktor endogen yang mendorong terjadinya keputihan adalah adanya kelainan pada vagina. Untuk faktor eksogen, penyebabnya dibedakan dalam dua golongan, yaitu golongan infeksi dan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
32
golongan non infeksi. Golongan infeksi disebabkan karena adanya pajanan dari mikroorganisme patogen seperti bakteri, jamur, parasit, dan jamur. Pajanan ini dapat terjadi ketika seseorang menggunakan toilet yang tidak bersih yang merupakan sarang bagi mikroorganisme patogen tersebut. Sedangkan untuk faktor eksogen golongan non infeksi, disebabkan karena adanya benda asing yang masuk ke vagina baik disengaja maupun tidak disengaja. Selain itu faktor eksogen golongan non infeksi juga dapat disebabkan karena membasuh area kewanitaan yang tidak bersih dan kelembaban di area kewanitaan yang tidak dijaga. Kelembaban di areaa kewanitaan dapat dijaga dengan menggunakan celana kering yang kering dan tidak ketat, serta menyeka area kewanitaan dengan tissue atau handuk bersih setelah dibilas dengan air setelah buang air besar atau buang air kecil (Bumi, 2011).
Keputihan terjadi akibat adanya infeksi mikroorganisme pada area kewanitaan. Berikut merupakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan keputihan (Manan, 2011; Sibagariang, 2010; Smeltzer dan Bare, 2001): a. Jamur Jamur yang paling sering menyebabkan keputihan adalah Candida albicans. Jamur ini merupakan saprofit yang pada keadaan biasa tidak menimbulkan keluhan gejala, tetapi pada keadaan tertentu menyebabkan gejala infeksi mulai dari yang ringan hingga yang berat. Penyakit ini dalam istilah medis seringkali disebut kandidiasis vaginal, vulvovaginal candidiasis, atau vaginitis candida albicans. Keputihan ini dapat disertai gejala atau tanpa ada gejala yang dirasakan, tetapi jika dilakukan pembiakan sekret vagina, akan terlihat adanya jamur Candida, sp. Keluhan penyakit kandidiasis ini adalah rasa gatal atau panas pada alat kelamin, keluarnya lendir yang kental, putih dan bergumpal seperti butiran tepung. Selain itu, keluar cairan terutama sebelum menstruasi dan kadang-kadang disertai rasa nyeri pada waktu senggama. Pada pemeriksaan klinis, terlihat vulva berwarna merah atau eritema, sembab, dan terkadang terdapat erosi akibat garukan. b. Bakteri
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
33
Gonokokus Penyakit ini disebut dengan Gonorrhea dan penyebab penyakit ini adalah bakteri Neisseria gonorrhoe atau gonokokus. Penyakit ini sering terjadi akibat hubungan seksual sehingga termasuk ke dalam golongan penyakit menular seksual (PMS). Gejala yang ditimbulkan adalah keputihan kental yang berwarna kekuningan atau nanah, dan rasa sakit pada waktu berkemih maupun bersenggama. Trakomatis Kuman ini sering menjadi penyebab penyakit mata trakoma dan menjadi penyakit menular seksual. Klamidia adalah organisme intraseluler obligat. Pada manusia, bakteri ini umumnya berkoloni secara lokal di permukaan mukosa, termasuk mukosa serviks. Klamidia sering menjadi faktor etiologi pada penyakit radang pelvis, kehamilan di luar kandungan, dan infertilitas. Tanda dan gejala yang muncul pada wanita yaitu keluarnya keputihan encer berwarna putih kekuningan, rasa nyeri di rongga panggul, dan perdarahan setelah berhubungan seksual. Grandnerella Grandnerella adalah bakteri yang menyebabkan peradangan vagina tak spesifik, biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina membentuk khas clue cell. Bakteri ini menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi senyawa amin, bau amis, dan berwarna keabu-abuan. Gejala klinis yang ditimbulkan adalah fluor albus yang berlebihan dan berbau, serta disertai rasa tidak nyaman di perut bagian bawah. Treponema Pallidum Treponema pallidum merupakan penyebab penyakit sifilis yang ditandai dengan kondilomalata pada vulva dan vagina. Kuman ini berbentuk spiral dan bergerak aktif
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
34
c. Parasit Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trikomonas vaginalis, berbentuk lonjong, bersilia, dan dapat bergerak berputar-putar dengan cepat. Penyakit ini dapat menular melalui berbagai cara, namun yang paling efektif adalah dengan jalan koitus. Gejala yang ditimbulkan apabila terinfeksi parasit Trikomonas vaginalis adalah fluor albus yang encer sampai kental, berwarna kekuningan dan agak bau, serta terasa gatal dan panas. d.
Virus Keputihan yang disebabkan oleh virus sering disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) dan Herpes simpleks. HPV sering ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan berbau, namun tanpa rasa gatal.
2.8 Intervensi Inovasi : Cara Merawat Organ Reproduksi Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi utuh dalam segala hal yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja, baik fisik, mental dan social cultural. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja merupakan program penjabaran dari misi BKKBN untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sejak dini demi menciptakan keluarga yang berkualitas. Adanya pendidikan kesehatan reproduksi remaja bertujuan agar remaja memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku kehidupan yang sehat dan bertanggung jawab melalui promosi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi, konseling, pelayanan dan dukungan kegiatan yang bersifat positif (Iskandar, 2008). Hal ini sesuai dengan penelitian (Hertanto, 2001) bahwa pendidikan ksehatan reproduksi remaja, khususnya mengenai perawatan organ reproduksi wanita sangat penting dilakukan secara benar agar dapat meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya menjaga kebersihan vagina dengan cara yag tepat dan mencegah keputihan serta membantu remaja putrid mendeteksi adanya kelainan pada sekresi vagina sehingga dapat dilakukan pengobatan selanjutnya.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
35
Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya dekat dengan anus (Kusmiran, 2011). Oleh karena itu untuk menjaga kebersihan organ reproduksi, ada beberapa yang harus dilakukan seperti membersihkan organ reproduksi. Daerah kewanitaan perlu dijaga kebersihan untuk mencegah adanya mikroorganisme patogen penyebab keputihan. Area kewanitaan perlu dibilas setiap setelah buang air, bukan hanya diseka dengan tissue. Cara membilas area kewanitaan pun perlu diperhatikan. Area kewanitaan dibilas dari arah depan ke belakang untuk menghindari perpindahan bakteri dari anus ke vagina. Penggunaan produk pembersih vagina tidak boleh digunakan secara rutin dan berlebihan. Hal ini disebabkan karena pembersih tersebut dapat mengganggu keseimbangan flora normal yang ada di vagina yang bertugas melindungi vagina dari mikroorganisme patogen dari luar dan untuk daerah kewanitaan harus selalu dalam keadaan kering. Setelah melakukan buang air besar atau buang air kecil dan dibilas dengan air, bagian kewanitaan diseka dengan tisu atau handuk bersih. Apabila daerah kewanitaan dibiarkan basah, akan menciptakan lingkungan yang lembab yang dapat memicu perkembangbiakan mikroorganisme pathogen (Manan, 2011; Patricia, 2009).
2.9 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kota dapat diartikan yang lain sebagai suatu daerah yang memiliki gejala pemusatan penduduk yang merupakan suat
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
36
perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis sosial, ekonomi, kultur, yang terdapat di daerah tersebut dengan adanya pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lainnya (Bintarto, 2000). Masyarakat urban dapat disimpulkan sebagai massa yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih baik.
2.10
Peran Perawat dalam Keperawatan Kesehatan Perkotaan
Ruang
lingkup
peningkatan
praktik
kesehatan
keperawatan (promotif),
masyarakat
pencegahan
meliputi:
upaya-upaya
(preventif),
pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut pertama yaitu memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan
kesehatan
masyarakat.
Kedua
Penyuluhan/pendidikan
kesehatan
masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004).
Ketiga konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi. Keempat bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi. Kelima melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Keenam penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Ketujuh sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan. Kedelapan melaksanakan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
37
sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan. Kesembilan mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komuniti. Kesepuluh Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait dan terakhir memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).
2.11
Identifikasi Kesenjangan Keadaan Kesehatan, Keamanan yang dialami
oleh Masyarakat di Daerah Perkotaan Mengidentifikasi kesenjangan keadaan kesehatan klien dapat dilihat dari pengaruh lingkungan terhadap kesehatan klien. Hal yang dapat diidentifikasi berkaitan dengan dimensi kesehatan klien (Clark, 2000) seperti: a. Dimensi biophysical yaitu kondisi lingkungan klien yang memiliki efek yang berbeda pada tingkatan usia populasi serta efek yang terjadi. b. Dimensi psychological yaitu efek kondisi lingkungan terhadap kualitas estetika pada lingkungan. c. Dimensi physical yaitu faktor-faktor fisik yang mempengaruhi interaksi kondisi lingkungan dan berefek pada kesehatan. d. Dimensi sosial yaitu sikap, pekerjaan serta status ekonomi yang dimiliki oleh klien sehingga berpengaruh pada kondisi lingkungan klien. e. Dimensi behavioral yaitu keadaan klien yang merokok, pola diet serta aktivitas rekreasi klien terhadap kondisi lingkungan yang dapat berimbas terhadap kesehatan. f. Dimensi sistem kesehatan dapat diidentifikasi dari keadaan lingkungan kesehatan yang dimiliki serta tanda-tanda yang dimiliki oleh klien ketika klien sakit dan penanganan yang dilakukan klien ketika sakit.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN Keluarga bapak M tinggal di daerah Cisalak Pasar RT 01 / 02 kelurahan Cisalak pasar kecamatan Cimanggis kota Depok. Bapak M berusia 54 tahun merupakan seorang kepala keluarga dengan anggota keluarga yang terdiri dari Ibu L (46 tahun), Anak D (25tahun), Anak R (22 tahun), Anak L (15 tahun), Anak A (9 tahun), Anak A (11 tahun). Keluarga bapak M merupakan keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari orangtua yakni bapak M dan Ibu L dan 5 orang anak lainnya yaitu Anak D, R, L, A, A. Namun semua anak-anak bapak M belum ada yang menikah sehingga masih tinggal bersama dalam 1 rumah.
Anak L (15 tahun) mengalami masalah kesehatan reproduksi. Selama ini anak L tidak pernah berobat / control dengan petugas kesehatan. Setelah dilakukan pengkajian terkait kesehatan reproduksi dan cara perawatan organ reproduksi, anak L tidak mengetahui cara perawatan organ reproduksi dan jenis-jenis yang termasuk organ reproduksi wanita. Setiap hari anak L membersihkan organ reproduksi dari belakang ke depan dengan menggunakan sabun. Anak L juga dalam menggantikan pakaian / celana dalam hanya 2x. Ketika jika sedang mens hari pertama anak L hanya mengganti pembalut sekitar 2x, namun ketika sudah hari ke 5 anak L mengganti pembalut hanya 1x. Menurut anak L menggantikan pembalut secara banyak membuat anak L males dan ribet.
38
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
39
Anak L juga tidak pernah mendapatkan informasi / penyuluhan terkait dengan kesehatan reproduksi di RT 01. Anak L mengaku mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi waktu di sekolah dan itu hanya sekilas. Anak L mengatakan bahwa disekitar organ reproduksi sering merasakan gatel, keluar cairan kental putih bening dan terkadang berbau. Saat merasakan seperti itu anak L menggunakan pantyliner agar tidak menyerap pada celana dalamnya. Selain itu anak L mendapatkan menstruasi sejak kelas 3 SMP awal pada usia 14 tahun. Perasaan pertama saat anak L mendapatkan mens kaget, karena bingung / tidak tahu tentang menstruasi. Selama mendapatkan menstruasi anak L merasa ada perubahan fisik yang dialami seperti pelebaran pada pinggul, payudara membesar, tumbuh jerawat. Anak L juga kurang peduli / cuek dengan perawatan organ reproduksi karena keterbatasan informasi. Setelah dikaji lebih lanjut anak L tidak mengetahui tentang menstruasi, pengertian remaja, tahapan remaja, perubahan yang di alami remaja, gejala normal yang dialami saat menstruasi, akibat jika tidak melakukan perawatan dan cara perawatan organ reproduksi wanita.
Anak L mengaku setiap hari mandi sekitar 2x, namun jika sedang libur anak L mandi hanya 1x dan dalam 1x itu anak L tidak pernah menggantikan pakaian / celana dalam. Anak L mengatakan setiap ke kamar mandi jarang mengelap sekitar organ reproduksi dengan tissue / handuk kecil, sehingga terkadang celana dalam menjadi lembab dan bau. Anak L takut karena keterbatasan informasi menyebabkan masalah yang berbahaya pada dirinya. Menurut anak L cara membersihkan organ reproduksi dari belakang ke depan lebih bersih dibandingkan dari depan ke belakang. Anak L mengatakan pada sekitar organ reproduksi tidak terdapat benjolan / luka. Selain masalah terkait kesehatan reproduksi, anak L juga memiliki masalah tonsillitis. Ibu L mengaku bahwa anak L senang sekali minum es dan jajan chiki. Tonsillitis yang dialami anak L sudah cukup lama, bahkan ketika kambuh dokter menyarankan untuk dioperasi. Ibu L sudah sering memberitahukan anak L untuk menjaga kesehatannya, namun ketika sehat anak L terkadang susah diberitahu. Ketika dilakukan pengkajian lebih lanjut
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
40
kepada keluarga bapak M terutama anak L, keluarga belom memahami tentang pengertian tonsillitis, gejala dan pencegahannya.
Pada pemeriksaan fisik anak L terdapat TD : 120/80, RR : 20x/menit, HR : 85 x/menit, ronchi -/-, BB : 53 kg, TB : 159 cm. Menurut Ibu L pola makan anak L termasuk mudah. Anak L sangat menyukai makanan pedas, es, indomie. Pada pagi hari biasanya anak L diberikan sarapan dengan nasi dan lauk pauk, tetapi ketika di luar anak L sering jajan sembarangan. Ibu L mengaku anak L terkadang susah diberitahu untuk tidak makan sembarangan karena dapat mempengaruhi kesehatan organ reproduksinya. Namun anak L masalah kesehatan reproduksi dan cara perawatan organ reproduksi hal yang kecil dan masik baik-baik saja. Anak L mengaku senang menggunakan pakaian / celana yang ketat (celana pensil) dan terkadang tidak menyerap keringat. Ibu L mengatakan bahwa di kamar mandi dirinya sering menggunakan sabun sirih untuk membersihkan organ reproduksi ketika mandi. Anak L mengaku ketika mendapatkan menstruasi tanggal mens terkadang maju-mundur sekitar 1-2 hari. Menurut anak L dia tidak mengetahui siklus menstruasi secara normal.
Ketika membahas terkait manfaat pelayanan kesehatan, anak L mengaku tidak pernah melakukan kontrol / konsultasi dengan petugas kesehatan. Anak L merasa malu dan males untuk mengungkapkan keluhannya. Anak L ingin sekali mengetahui lebih lanjut yang termasuk organ reproduksi wanita, penyakit yang dapat terjadi pada kesehatan reproduksi wanita dan cara membersihkan organ reproduksi secara benar. Anak L mengaku cara membersihkan organ reproduksi wanita dan pria sangat berbeda. Selama bergaul anak L tidak pernah menonton film porno, merokok ataupun mencoba untuk hubungan intim. Menurut anak L melakukan hubungan intim sembarangan dapat menyebarkan penyakit terkait dengan reproduksi.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
41
Setelah dilakukan pengkajian, Ibu L tidak mengetahui pengertian kesehatan reproduksi, perubahan yang di alami remaja, akibat jika tidak merawat organ reproduksi, yang mereka tau hanya salah satu dampak menstruasi yaitu nyeri pada perut dan tidak tahu lebih lanjut mengenai kesehatan reproduksi remaja. Ibu L mengetahui bahwa anak L sangat cuek dalam merawat dan menjaga organ reproduksi. Anak L juga tidak pernah mengungkapkan keluhan yang dirasakan terkait masalah kesehatan reproduksi pada Ibu L. Menurut Ibu L selama ini Ibu L hanya sering membelikan obat cebok (sabun sirih) untuk di gunakan sehari-hari. Anak L mengaku setelah menggunakan sabun sirih, vagina menjadi keset dan rasa gatel berkurang.
Ibu L mengatakan saat ini yang menjadi fokus utamanya adalah kesehatan anak L. Menurut Ibu L pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan cara perawatan terkait organ reproduksi sangat penting untuk ke depannya, agar anak L mengetahui akibat jika tidak merawat organ reproduksi dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Ibu L takut dengan kurangnya informasi/ pengetahuan akan menimbulkan masalah tentang kesehatan reproduksi anak L. Ibu L berharap anak L dapat memahami dan mengerti setelah diberikan penjelasan oleh mahasiswa terkait kesehatan reproduksi dan anak L mulai menjaga/merawat organ reproduksinya. 3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait dengan kesehatan reproduksi (Ditemukan tanggal 20 Mei 2013) 2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait dengan tonsillitis (Ditemukan pada tanggal 04 Juni 2013) 3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait dengan gastritis (Ditemukan pada tanggal 23 Mei 2013)
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
42
3.3 Intervensi Keperawatan 3.3.1
Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait dengan kesehatan reproduksi pada anak L Tujuan umum dari intervensi tersebut diharapkan setelah dilakukan pertemuan sebanyak 12 kali kunjungan, keluarga bapak M terutama anak L diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi sedangkan tujuan khusus dari tindakan selama diberikan intervensi 2 x 50 menit, keluarga mampu: TUK 1 : Keluarga bapak M terutama anak L mampu mengenal kesehatan reproduksi dengan menyebutkan pengertian remaja yaitu remaja merupakan orang-orang yang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa; Pengertian masa remaja adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa peralihan; pengertian tumbuh kembang remaja yaitu masa pertumbuhan dan perkembangan remaja diawali dengan masa pubertas; Pengertian menstruasi adalah pelepasan darah dan sel-sel dari dinding rahim melalui vagina; Pengertian Fluor albus adalah cairan selain darah yang keluar dari liang senggama (vagina) yang berwarna putih seperti sagu kental atau kekuning-kuningan, baik berbau ataupun tidak; Gejala menstruasi yakni : 1) Nyeri perut dan pinggang 2)Sakit kepala 3)Payudara terasa nyeri 4)Mual 5)Mudah lelah dan marah; Manfaat perawatan organ reproduksi yaitu 1) Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina 2) Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar vagina 3) Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal, yaitu 3,5 sampai 4,5. 4) Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri. 5)Mencegah munculnya keputihan dan virus; Perubahan yang dialami remaja yaitu 1) Pinggul melebar 2)Pertumbuhan rahim dan vagina 3)Tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak 4)Payudara membesar 5)Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat;
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
43
TUK 2 : Keluarga bapak M terutama anak L diharapkan mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan terkait reproduksi dengan menyebutkan akibat jika tidak merawat organ reproduksi yaitu 1) Gonorhea (kencing nanah). 2) Sifilis 3) Herpes genital 4) Keputihan (flour albus) 5) HIV/AIDS. Menyebutkan akibat jika tidak berobat terkait dengan kesehatan reproduksi yaitu 1) penyakit lebih sukar sembuh, 2) kuman tumbuh dan berkembang lebih banyak, 3) butuh biaya lebih besar, 4) waktu pengobatan menjadi lebih lama; Menjelaskan pencegahan masalah kesehatan reproduksi yaitu 1) Gizi seimbang. 2) Informasi tentang kesehatan reproduksi. 3) Pencegahan kekerasan, termasuk seksual. 4) Pencegahan terhadap ketergantungan NAPZA. 5) Pernikahan pada usia wajar. 6) Peningkatan penghargaan diri. 7) Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman. Keluarga bapak M terutama anak L diharapkan mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi yang dialami anggota keluarga.
TUK 3 : Keluarga bapak M terutama anak L mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan reproduksi dengan menjelaskan cara merawat organ reproduksi yaitu 1) Membersihkan daerah kewanitaan 2) Menjaga kesehatan pada masa menstruasi 3) Memilih pakaian dalam (celana dalam & BH) yang terbuat dari bahan alami (katun); Mendemontrasikan cara merawat organ reproduksi
TUK 4 : Keluarga bapak M diharapkan mampu memodifikasi perilaku yang sesuai untuk menjaga kesehatan reproduksi dengan cara 1) Memilih sabun yang
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
44
mengandung PH 2) Mengganti pembalut setiap 4 jam sekali 3) Memilih celana dalam yang tidak ketat
TUK 5: Keluarga bapak M diharapkan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat dengan menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan yakni 1) Mendapatkan perawatan secara langsung, 2) Memperoleh informasi tentang cara perawatan dirumah, 3) Mendapatkan terapi pengobatan; Menyebutkan jenis fasilitas kesehatan yakni 1) Puskesmas, 2) Rumah sakit, 3) Klinik dokter.
3.3.2 Intervensi Inovasi Cara membersihkan organ reproduksi merupakan intervensi unggulan yang dipilih karena sesuai data aktual yang ditemukan saat pengkajian adanya cara membersihkan organ reproduksi yang salah dari belakang ke depan, tidak mengetahui akibat jika tidak merawat organ reproduksi, antusias bertanya ketika membahas kesehatan reproduksi dan cara perawatan organ reproduksi. Kebersihan daerah kewanitaan bagi perempuan sangat penting karena dapat membuat wanita merasa nyaman dan dapat mencegah dari penyakit serta infeksi menular (Taylor, 2000). Sebagian besar perempuan menganggap kebersihan genitalia internal dan eksternal merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk menjaga kesehatan organ reproduksi dan organ seksual mereka. Berbagai macam cara pun dilakukan untuk menjaga kebersihan daerah feminim tersebut (Taylor, 2000). Salah satu cara perawatan daerah organ reproduksi dapat dilakukan dengan membersihkan vagina dari depan ke belakang. Membersihkan vagina merupakan kegiatan mencuci atau membersihkan vagina dengan cara menyemprotkan air atau cairan lain (cuka, baking soda atau larutan douching komersil) ke dalam vagina. Menurut
(Taylor, 2000) tujuan
membersihkan vagina yang sesungguhnya adalah untuk tujuan terapeutik,
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
45
yaitu untuk membersihkan vagina setelah dilakukan tindakan pembedahan, dan untuk mengurangi pertumbuhan bakteri setelah diberikan antiseptik. Akan tetapi bagi wanita yang sehat, douching dengan berbagai bahan dan larutan akan mengubah flora bakterial normal dan keseimbangan kimiawi vagina serta akan mengubah mucus/lender yang alami sehingga menganggu ekologi vagina. Membersihkan vagina meliputi eksternal douching maupun internal douching. Eksternal douching meliputi pembilasan labia dan bagian luar vagina dengan bahan-bahan tertentu, sedangkan internal douching meliputi memasukkan 2 bahan atau alat pembersih ke dalam vagina dengan menggunakan jari dan atau dalam bentuk spraying atau liquid.
Membersihkan daerah genital akan lebih aman bila menggunakan air saja dibandingkan dengan menggunakan obat-obatan atau bahan-bahan komersil dipasaran karena akan mempengaruhi pertumbuhan flora dalam vagina yang akan meningkatkan resiko infeksi dan meningkatkan resiko terjadinya keputihan (fluor albus) (Qomariyah, 2004). Setiap wanita akan mengalami pengeluaran cairan dari vagina sesudah mendapatkan haid yang pertama. Didalam vagina terdapat bakteri laktobasilus yaitu bakteri yang baik yang berfungsi untuk mempertahankan keasaman vagina agar bakteri pathogen mati dan untuk menjaga keseimbangan flora normal vagina. Terganggunya keseimbangan flora normal pada vagina dapat menyebabkan berbagai masalah. Salah satunya adalah terjadinya keputihan (fluor albus) (Sianturi, 2001). Berdasarkan hal diatas, cara membersihkan organ reproduksi merupakan cara paling efektif untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi (flour albus) dan juga merupakan cara yang mudah, murah dan praktis dilakukan dirumah.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
46
3.4 Implementasi Project Inovasi dan Evaluasi Keperawatan Diagnosa : Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait dengan kesehatan reproduksi pada anak L Implementasi 3.4.1
TUK 1 : Menjelaskan kepada keluarga pengertian remaja yaitu remaja merupakan orang-orang yang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa; Menjelaskan pengertian masa remaja adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa peralihan; Menjelaskan pengertian tumbuh kembang remaja yaitu masa pertumbuhan dan perkembangan remaja diawali dengan masa pubertas; Menjelaskan pengertian menstruasi adalah pelepasan darah dan sel-sel dari dinding rahim melalui vagina; Menjelaskan pengertian Fluor albus adalah cairan selain darah yang keluar dari liang senggama (vagina) yang berwarna putih seperti sagu kental atau kekuning-kuningan, baik berbau ataupun tidak; Menjelaskan gejala menstruasi yakni : 1) Nyeri perut dan pinggang 2)Sakit kepala 3)Payudara terasa nyeri 4)Mual 5)Mudah lelah dan marah; Manfaat perawatan organ reproduksi yaitu 1) Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina 2) Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar vagina 3) Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal, yaitu 3,5 sampai 4,5. 4) Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri. 5)Mencegah munculnya keputihan dan virus; Menjelaskan perubahan yang dialami remaja yaitu 1) Pinggul melebar 2)Pertumbuhan rahim dan vagina 3)Tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak 4)Payudara membesar 5)Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat. Setelah diberikan penjelasan, mahasiswa menanyakan kembali kepada keluarga Ibu L terutama anak L tentang pengertian remaja, masa remaja, tumbuh kembang, menstruasi,
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
47
keputihan, gejala menstruasi, manfaat perawatan organ reproduksi, memberikan reinforcement positif kepada keluarga Ibu L terutama anak L jika jawaban keluarga tepat, membantu keluarga Ibu L untuk mengidentifikasi anggota keluarganya yang menderita memiliki masalah kesehatan reproduksi
3.4.2
TUK 2 : Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat jika tidak merawat organ reproduksi yaitu 1) Gonorhea (kencing nanah). 2) Sifilis 3) Herpes genital 4) Keputihan (flour albus) 5) HIV/AIDS. Menjelaskan akibat jika tidak berobat terkait dengan kesehatan reproduksi yaitu 1) penyakit lebih sukar sembuh, 2) kuman tumbuh dan berkembang lebih banyak, 3) butuh biaya lebih besar, 4) waktu pengobatan menjadi lebih lama; Menjelaskan pencegahan masalah kesehatan reproduksi yaitu 1) Gizi seimbang. 2) Informasi tentang kesehatan reproduksi. 3) Pencegahan kekerasan, termasuk seksual. 4) Pencegahan terhadap ketergantungan NAPZA. 5) Pernikahan pada usia wajar. 6) Peningkatan penghargaan diri. 7) Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman. Keluarga bapak M terutama anak L diharapkan mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi yang dialami anggota keluarga. Setelah diberikan penjelasan, mahasiswa menanyakan kembali kepada keluarga Ibu L terutama anak L tentang akibat jika tidak merawat organ reproduksi, akibat jika tidak berobat terkait dengan kesehatan reproduksi, cara
pencegahan
masalah
kesehatan
reproduksi,
memberikan
reinforcement positif kepada keluarga jika jawaban keluarga sudah tepat, membantu keluarga dalam mengambil keputusan dalam melakukan perawat
anggota
keluarga
yang
mengalami
masalah
kesehatan
reproduksi.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
48
3.4.3
TUK 3 : Menjelaskan kepada keluarga bapak M terutama anak L cara merawat organ reproduksi yaitu 1) Membersihkan daerah kewanitaan 2) Menjaga kesehatan pada masa menstruasi 3) Memilih pakaian dalam (celana dalam & BH) yang terbuat dari bahan alami (katun); Mendemontrasikan cara merawat organ reproduksi. Setelah diberikan penjelasan, mahasiswa menanyakan kepada pada anak L tentang cara perawatan organ reproduksi wanita dan cara membersihkan organ reproduksi wanita dan memberikan reinforcement positif kepada keluarga jika jawaban keluarga sudah tepat serta membantu keluarga terutama anak L dalam menjaga kesehatan organ reproduksi.
3.4.4
TUK 4 Menjelaskan kepada keluarga bapak M terutama anak L untuk memodifikasi perilaku yang sesuai untuk menjaga kesehatan reproduksi dengan cara 1) Memilih sabun yang mengandung PH 2) Mengganti pembalut setiap 4 jam sekali 3) Memilih celana dalam yang tidak ketat. Setelah diberikan penjelasan, mahasiswa menanyakan kepada pada anak L tentang modifikasi perilaku yang sesuai untuk menjaga kesehatan reproduksi dan memotivasi remaja untuk menjaga organ reproduksinya dan memberikan reinforcement positif kepada keluarga jika jawaban keluarga sudah tepat serta memotivasi remaja untuk mengubah perilaku yang dulu menjadi perilaku yang baik
3.4.5
TUK 5: Menjelaskan kepada keluarga bapak M untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat dengan menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan yakni 1) Mendapatkan perawatan secara langsung, 2) Memperoleh informasi tentang cara perawatan dirumah, 3) Mendapatkan terapi pengobatan; Menyebutkan jenis fasilitas kesehatan yakni 1)
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
49
Puskesmas, 2) Rumah sakit, 3) Klinik dokter. Setelah diberikan penjelasan, mahasiswa menanyakan kembali kepada keluarga manfaat dari fasilitas kesehatan dan beberapa fasilitas kesehatan yang dapat di kunjungi. Selain itu memberikan reinforcement positif kepada keluarga jika jawaban keluarga sudah tepat serta memotivasi keluarga untuk menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
3.4.6
Evaluasi Keperawatan Evaluasi yang didapatkan setelah 4x pertemuan dalam waktu 2x50 menit keluarga bapak M terutama anak L setelah dilakukan implementasi adalah keluarga mengatakan bahwa mereka menjadi semakin mengerti tentang kesehatan reproduksi dan cara perawatan organ reproduksi. Selain itu Ibu L mengatakan bahwa dia baru mengetahui beberapa penyakit yang muncul jika tidak merawat organ reproduksi. Anak L juga mengatakan bahwa ternyata cara yang dilakukan selama ini salah, bukan dari belakang kedepan melainkan dari depan kebelakang untuk cara membersihkan organ reproduksi. Anak L mengaku setelah diberikan penjelasan baru mengetahui dan mengerti tentang perubahan yang dialami remaja, siklus menstruasi serta informasi lebih lanjut terkait reproduksi. Keluarga mampu menyebutkan kembali tentang pengertian remaja, tumbuh kembang remaja, menstruasi, siklus menstruasi, pengertian keputihan. Anak L mampu menyebutkan 3 perubahan fisik yang dialami remaja yaitu pertumbuhan payudara, pinggul membesar dan pertumbuhan rambut pada alat kelamin dan ketiak. Gejala menstruasi yaitu nyeri perut, sakit kepala, payudara terasa nyeri, mual. Dua masalah kesehatan yang sering dialami remaja yaitu keputihan,
sifilis juga
disebutkan oleh anak L. Permasalahan yang terjadi pada remaja seperti
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
50
timbul jerawat, kegemukan, pencarian jati diri, sering menentang orang tua, bolos, dan suka berkelahi juga dapat disebutkan kembali oleh ibu L.
Evaluasi pada TUK 3 selama 4x pertemuan dalam waktu 3x50 menit keluarga bapak M terutama anak L mampu menyebutkan cara perawatan organ reproduksi. Anak L menyebutkan bahwa langkah-langkah perawatan organ reproduksi wanita ada 3 yaitu cara membersihkan organ reproduksi, cara memilih pakaian dalam, cara memilih pembersih yang cocok untuk organ reproduksi. Dalam merawat organ reproduksi tidak boleh menggunakan pakaian dalam yang kecil karena friksinya yang dapat menyebabkan iritasi, penggunaan celana luar dan celana dalam yang ketat juga dapat meningkatkan kelembaban yang mendukung perkembangbiakan bakteri dan jamur pathogen. Celana dalam dan celana luar yang baik untuk digunakan adalah celana yang berbahan katun dan diganti secara teratur untuk menjaga kebersihan. Selain itu anak L mampu menyebutkan kembali cara membersihkan organ reproduksi dari depan kebelakang karena untuk untuk menghindari perpindahan bakteri dari anus ke vagina. Ibu L terutama anak L dapat mempraktekan cara membersihkan organ reproduksi dengan menggunakan phantom seakanakan phantom tersebut alat reproduksi anak L. Anak L membersihkan pertama dengan mengguyurkan air dari depan ke belakang vagina, lalu menggunakan sabun yang mengandung PH di sekitar vagina kemudian membilas dengan menggunakan air bersih dengan posisi dari depan ke belakang lalu dikeringkan menggunakan tissue / handuk bersih sampai kering. Anak L juga mengatakan bahwa tidak harus menggunakan sabun setiap membersihkan organ reproduksi, cukup dengan menggunakan air bersih sudah terbaik dalam membersihkan organ reproduksi. Analisis pada implementasi pertama yang dilakukan adalah tujuan khusus 1-3 tercapai. Rencana yang akan dilakukan adalah mengevaluasi pengetahuan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
51
remaja tentang kesehatan reproduksi dan memotivasi anak L untuk mulai menjaga kebersihan organ reproduksi.
Evaluasi selanjutnya selama 4x pertemuan dalam 2x50menit mahasiswa melakukan evaluasi tentang pengetahuan kesehatan reproduksi dan cara membersihkan organ reproduksi. Hasilnya adalah anak L sudah mulai menjaga dan merawat organ reproduksi. Keluarga juga mampu menyebutkan pengertian tumbuh kembang remaja, perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja dan permasalahan yang terjadi jika tidak merawat organ reproduksi pada remaja. Ibu L terutama anak L juga dapat mempraktekkan cara merawat organ reproduksi dengan baik. Setelah melakukan evaluasi, mahasiswa menjelaskan tentang modifikasi perilaku yang dapat dilakukan dalam keluarga dalam menjaga kesehatan reproduksi. Hasilnya adalah keluarga mengerti dan mampu menyebutkan kembali
modifikasi
perilaku
yang
dapat
dilakukan
dan
akan
mempraktekkannya.
Selanjutnya evaluasi pada TUK 5 selama 4x pertemuan dalam 3x50menit mahasiswa menjelaskan tentang manfaat fasilitas kesehatan/sosial seperti puskesmas, rumah sakit dan BP yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah pada remaja atau untuk konsultasi masalah kesehatan reproduksi pada remaja. Keluarga mengatakan bahwa akan memfaatkan fasilitas yang ada seperti puskesmas atau anak L akan mengunjungi BP disekolah untuk konseling atau sekedar curhat tentang masalah kesehatan reproduksi, tumbuh kembang remaja atau masalah sekolah. Selain itu, Ibu L sudah mulai mengingatkan anak L untuk merawat kesehatan organ reproduksi. Anak L juga mengaku bahwa selama ini yang dilakukan salah dan akan mulai merawat kesehatan organ reproduksi. Ibu L sudah melihat perubahan yang dialami anak L seperti mengganti pembalut setiap 4 jam, menggantikan celana dalam yang lembab, tidak menggunakan pakaian
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
52
ketat dan dapat melakukan cara membersihkan organ reproduksi secara benar. Setelah keluarga bapak M terutama anak L diberikan intervensi tentang kesehatan reproduksi, maka hasil kesimpulan dari evaluasi diatas mahasiswa menyimpulkan bahwa TUK 1 sampai 5 tercapai sempurna. Keluarga bapak M terutama anak L mampu menyebutkan kembali dan memahami materi yang sudah diberikan oleh mahasiswa. Keluarga bapak M terutama anak L juga mampu mendemonstrasikan cara membersihkan organ reproduksi secara benar. Keluarga mengatakan informasi tersebut sangat penting untuk disampaikan oleh remaja, untuk menghindari halhal yang tidak diinginkan oleh remaja dan remaja memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan merawat organ reproduksi. Selain itu keluarga bapak M terutama anak L akan mulai menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk memeriksakan kesehatan. Mahasiswa juga memiliki planning untuk keluarga bapak M terutama anak L untuk menjaga kesehatan organ reproduksi dan motivasi anak L untuk lebih merawat organ reproduksi.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
BAB 4 ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktik Kelurahan Cisalak Pasar berada di pinggir jalan raya bogor. Kelurahan ini memiliki 8 RW yang tiap RW memiliki paling sedikit 4 RT. Kelurahan ini mencakup pasar Cisalak sampai dengan auri. Kelurahan ini memiliki Puskesmas rujukan yaitu pada Puskesmas Cimanggis. Di wilayah Cisalak Pasar ini juga terdapat satu bidan yang membina satu kelurahan untuk pelaksanaan Posyandu dan juga Posbindu. Pada survey yang dilakukan oleh mahasiswa residen, untuk aggregate remaja khususnya masalah yang sering dialami remaja seperti kesehatan reproduksi, pola asuh dan peran sebagai remaja yang paling banyak terjadi di wilayah RW 02.
Rukun warga (RW) 02 merupakan sebuah komunitas dengan jumlah penduduk mencapai 1778 jiwa. Presentase penduduk laki-laki 808 orang (46%) dan perempuan 965 orang (56%). RW 02 sendiri terdiri dari lima rukun tetangga yakni dari RT 1 sampai RT 5. Untuk lingkungan RW 02 tampak padat oleh rumah warga dan sebagian RT memiliki lingkungan terbuka. Lingkungan RT 03 memiliki satu lahan kosong untuk di kontrakan. Lingkungan di RW 02 terdapat pos penjagaan yang biasanya di jadikan tempat tongkrongan anak remaja setiap malam. Selain itu di RW 02 terdapat TK, yang biasanya untuk tempat bermain anak-anak jika sore hari. Lingkungan RW 02 termasuk lingkungan yang aman dan tidak pernah terjadi kemalingan. Kondisi lingkungan RW 02 sangat nyaman, banyak terdapat pohon-pohon di sepanjang jalan. Menurut warga setiap bulan RW 02 sering diadakan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan.
53
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
54
Pemukiman warga RW 02 berdasarkan kepemilikan tanah merupakan rumah pribadi dan sebagian besar merupakan rumah permanen. Bangunan terbuat dari batu bata atau batako dengan atap genteng. Namun di beberapa bangunan masih terdapat atap asbes. Lantai perumahan bervariasi, mulai dari plester hingga lantai keramik. Di lingkungan RW 02 banyak terdapat rumah kontrakan sehingga jarak antar rumah sangat dekat bahkan banyak yang saling berhimpitan. Sebagian besar rumah memiliki halaman depan yang sempit. Halaman pada umumnya di berikan tanaman kecil di dalam pot. Sebagian besar rumah kontrakan kurang mendapatkan paparan cahaya matahari karena kurangnya ventilasi. Jalan di wilayah RW 02 sebagian besar sudah diaspal dan disemen, terutama jalan utama. Wilayah RW 02 tidak tampak terlalu gersang karena terdapat beberapa pohon besar di sekitar pemukiman.
Tempat pembuangan sampah umum tidak terlihat dan mayoritas masyarakat tidak memiliki tempat pembuangan sampah permanen di depan rumah, biasanya hanya menggunakan kardus atau plastik yang selanjutnya diangkut oleh petugas kebersihan yang dikelola oleh RW. Namun ada juga warga yang membakar sampah dedaunan yang berserakan di halaman atau di pinggir jalan. Di beberapa tanah kosong masih juga dijumpai tumpukan sampah yang sengaja di tumpuk Keadaan got di sekitar rumah di sekitar RW 02 mengalir lancar dan sistemnya menggunakan sistem terbuka, tetapi ada juga got yang tersumbat akibat sampah dedaunan yang mengalir yang biasanya terjadi bila hujan lebat. Keadaan air yang digunakan masyarakat rata-rata jernih, tidak berbau, dan tidak berasa. Kebanyakan masyarakat menggunakan sumur, bukan air ledeng. Sumber pencemaran lingkungan berasal dari asap kendaraan bermotor dan bau sampah rumah tangga. Namun ada beberapa warga yang mengeluhkan warganya yang memelihara unggas dan mengatakan bahwa kotoran unggas tersebut mencemari atap rumahnya.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
55
Fasilitas kesehatan yang biasanya dipergunakan warga RW 02 adalah praktik Bidan, puskesmas Cimanggis, posyandu, dan posbindu. Namun kebanyakan warga yang berobat di klinik. Pada RW 02 tidak terdapat toko obat sehingga warga harus membeli obat di sepanjang jalan auri. Untuk tempat ibadah di RW 02, masing-masing RT terdapat mesjid. Menurut warga jika satu mesjid banyak anak remaja yang tidak akur dengan RT lainnya. Di RW 02 tidak di temukan bak sampah sedangkan WC umum tidak ada. Upaya yang telah dilakukan warga untuk mengatasi masalah kesehatannya meliputi senam diabetes dan asam urat serta pengaturan pola makan yang telah diajarkan oleh mahasiswa kelompok profesi komunitas FIK UI sebelumnya, sedangkan pada agregat remaja belum di adakan penyuluhan, sehingga banyak remaja yang belum mengetahui tentang kesehatan reproduksi.
Berbagai masalah kesehatan teridentifikasi di RW 02, diantaranya hipertensi, asam urat, diabetes melitus, ISPA, dan gizi kurang pada balita, namun masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu permasalahan seputar TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza), rendahnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja dan pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja, pengawasan orangtua dan komunikasi orangtua dengan remaja.
Data yang didapatkan dari hasil pengkajian melalui wawancara dan observasi dengan para kader diketahui bahwa lebih dari 50% orang tua jarang berinteraksi dengan anak remajanya. Hal ini menyebabkan komunikasi antara orang tua dan anak remajanya tidak terjalin dengan baik. 60% dari 18 orang tua yang diwawancarai mengaku bahwa selama ini mereka jarang berbincangbincang dengan anaknya. Mereka mengaku bahwa anaknya lebih sering bermain daripada berada dirumah. Para orang tua mengaku bahwa anak remajanya tidak pernah menceritakan masalahnya kepada orang tuanya.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
56
Selain itu, mereka lebih sering berbicara dengan nada tinggi kepada anaknya apabila anaknya berbuat nakal.
Pada hasil pengkajian selanjutnya melalui observasi dan wawancara dengan para kader diperoleh data bahwa belum pernah dilakukan penyuluhan kepada para remaja di RW 02 mengenai kesehatan reproduksi. Adapun, dari hasil kuesioner yang diberikan mahasiswa tentang kesehatan reproduksi mengenai tingkat pengetahuan remaja diperoleh data bahwa 66,7% berpengetahuan rendah. Berdasarkan item pertanyaan diperoleh 27,8% remaja menjawab benar tentang alat organ reproduksi pria, 33,3% menjawab benar tentang konsumsi rokok dan alkohol tidak mempengaruhi organ reproduksi, 21,4% remaja menjawab benar tentang fungsi organ reproduksi antara wanita dan pria berbeda, 52,8% remaja menjawab benar tentang kehamilan pada wanita, 58,3% remaja menjawab benar tentang mimpi basah. Adapun, data dari kuesioner mengenai perilaku remaja diperoleh bahwa 11,1% remaja tidak pernah menyiram atau membasuh alat kelamin setiap kali buang air kecil, 11,1% remaja jarang menyiram atau membasuh alat kelamin setiap kali buang air kecil, 8,3% remaja tidak pernah membersihkan alat kelamin dari depan ke belakang setiap kali buang air besar, 2,8% remaja jarang membersihkan alat kelamin dari depan ke belakang setiap kali buang air besar, 25% remaja sering memakai celana dalam yang terlalu ketat, 13,9% selalu memakai celana dalam yang terlalu ketat, 11,1% remaja tidak pernah mengganti celana dalam dua kali sehari, 11,1% remaja jarang mengganti celana dalam dua kali sehari. 13,9% remaja tidak pernah menggunakan celana dalam yang menyerap keringat, 25% remaja jarang menggunakan celana dalam yang menyerap keringat, 2,8% remja sering mencoba berhubungan seksual atau menonton film porno, 2,8% remja selalu mencoba berhubungan seksual atau menonton film porno.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
57
Dalam rangka peningkatan kesehatan komunitas, mahasiswa program profesi S1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia sesuai dengan tugas praktik profesi Peminatan Keperawatan Komunitas melakukan praktik kerja lapangan di wilayah RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok selama 7 minggu. Praktik profesi keperawatan ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan komunitas dan keluarga kepada individu, keluarga dan masyarakat yakni sebagai usaha pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan dan memandirikan keluarga dan masyarakat agar dapat meningkatkan dan mempertahankan derajat kesehatan secara optimal.
Mahasiswa menggunakan model komunitas sebagai partner, pengkajian dan pendekatan proses keperawatan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh remaja RW 02. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan delapan subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi. Data pengkajian nantinya akan digunakan untuk menentukan masalah keperawatan yang di RW 02 dan mencari solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Penyelesaian masalah kesehatan tersebut melalui kerjasama dengan RW, RT, tokoh agama, tokoh masyarakat dan para kader RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok.
4.2 Fenomena Keluarga dengan Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja Berdasarkan teori masyarakat perkotaan terdapat beberapa masalah yang sering timbul, seperti kejahatan kriminal, banyaknya anak jalanan, pekerja anak-anak, pemulung, gelandangan, dan juga pengemis. Masalah-masalah ini timbul akibat tingginya urbanisasi, adanya daerah padat penduduk, banyaknya daerah yang masih kumuh, hilangnya sarana fasilitas umum seperti tempat bermain anak, hilangnya daerah resapan air, pencemaran tanah dan air, polusi udara, hingga masalah sampah yang dibuang sembarangan sehingga menumpuk dan juga bertebaran di sepanjang sungai di pinggir kota. Masalah
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
58
kurangnya pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi masalah perkotaan terutama anak remaja . Salah satu masalah remaja yaitu kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi (Kusmiran, 2011). Banyak remaja yang tidak tahu pengertian remaja, menstruasi, gejala menstruasi, tahapan remaja, perubahan yang dialami remaja dan cara perawatan organ reproduksi wanita.
Saat ini kekurangan informasi tentang masalah kesehatan reproduksi akan memperkuat remaja untuk melakukan perilaku yang berbahaya untuk kesehatan reproduksinya. Salah satu faktor yang menyebabkan masalah kesehatan reproduksi yaitu kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, ketidaktahuan tentang perkembangan seksual, keretakan orangtua pada remaja, ketidakseimbangan hormonal. Perubahan fisik yang pesat / perubahan endokrin merupakan pemicu masalah kesehatan remaja, karena timbulnya dorongan motivasi yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi pada remaja yaitu kehamilan remaja, hubungan seks pranikah, aborsi, PMS, HIV-Aids (Anderson, 2001). Akses untuk mendapatkan informasi bagi remaja sangat kurang, sehingga remaja harus diberikan penyuluhan berupa informasi tentang kesehatan reproduski remaja dan memberikan motivasi kepada remaja untuk sadar terhadap tanggung jawab dalam menjaga organ reproduksinya. Remaja sangat bergantung dengan keluarga terutama ibunya dalam perawatan organ reproduksi (Notoatmodjo, 2007). Masa remaja merupakan waktu yang sangat beresiko dalam terpapar penyakit bila tidak diberikan informasi.
Keluarga dengan remaja seharusnya mempersiapkan segala hal untuk mendukung perkembangan tahapan remaja yang memiliki perubahan yang sangat cepat. Adapun masalah yang sering terjadi pada remaja masalah perkosaan, kehamilan dini, merokok, pergaulan bebas dan terutama masalah kesehatan reproduksi. Berawal dari informasi yang mendukung serta
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
59
lingkungan yang kondusif. Informasi yang memadai pada remaja, meingatkan remaja untuk tidak salah memilih dalam bergaul. Masalah kesehatan reproduksi pada remaja sangat sering terjadi di masyarakat sehingga banyak remaja yang tidak tahu cara menangani masalah kesehatan reproduksi tersebut. Penyuluhan terkait perawatan organ reproduksi sangat penting diberikan untuk remaja, agar remaja menjaga kebersihan vagina dan mencegah keputihan. Apabila remaja tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi, dapat menurunkan kesadaran remaja untuk pentingnya menjaga
kesehatan
organ
reproduksi
wanita
(Farida,
2005).
Cara
membersihkan organ reproduksi bertujuan agar keluarga terutama anak L menjaga dan mengetahui pentingnya merawat organ reproduksi secara benar. Kebersihan akan selalu datang jika remaja membersihkan organ reproduksi dari depan ke belakang. Setelah membersihkan organ reproduksi segera dikeringkan dengan menggunakan tissue/handuk bersih, karena jika tidak dikeringkan dapat menyebabkan lembab dan pertumbuhan jamur yang dapat menyebabkan keputihan/bakteri.
Remaja yang memiliki masalah kesehatan reproduksi
yang belum
terselesaikan harus di rujuk ataupun di pantau selama beberapa bulan untuk mengetahui perubahan dan perkembangan remaja. Selain itu peran orangtua sangat mendukung perkembangan remaja dari segi mental, fisik, biologis (Potter & Perry, 2005). Sebagian remaja terlihat cuek dan kurang peduli terhadap masalah kesehatan reproduksi. Menurut mereka hal tersebut tidak terlalu penting karena keterbatasan informasi yang didapat oleh remaja. Ketika dilakukan pengkajian remaja terhadap pelayanan kesehatan, sebagian remaja mengatakan tidak mau konsultasi tentang kesehatan reproduksi karena males untuk mengungkapkan keluhan yang dirasakan. Fenomena masalah kesehatan reproduksi remaja sudah banyak terjadi di wilayah Depok maupun Indonesia. Dari fenomena tersebut dapat disimpulkan salah satu faktor adalah kurangnya pengetahuan keluarga terhadap remaja tetapi faktor lainnya yaitu
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
60
kurangnya perhatian dari kedua orangtuanya terlebih lagi untuk masalah kesehatan reproduksi oleh remaja.
4.3 Analisis Masalah Kesehatan Reproduksi terkait KKMP Keperawatan kesehatan masyarakat cakupannya sangat luas, tidak hanya menangani suatu permasalahan yang membutuhkan adanya penyembuhan dari suatu masalah kesehatan/ penyakit tetapi juga adanya upaya pencegahan. Oleh karena itu di lingkup keperawatan kesehatan masyarakat mencakup peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif, dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga dan kelompok-kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakat (resosialitatif).
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa,
yang
dimulai
pada
saat
terjadinya
Perkembangan
biologis
dan
psikologis
kematangan
remaja
seksual.
dipengaruhi
oleh
perkembangan lingkungan dan sosial. Oleh karena itu remaja akan berjuang untuk melepaskan ketergantungannya kepada orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga mereka dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja. Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya. Selain tertarik kepada dirinya, juga mulai muncul perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawanan jenis.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
61
Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongandorongan seksual yang tidak sehat maka akan timbul perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Kesetaraan perlakuan terhadap remaja pria dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja, agar dapat tertangani secara tuntas. (Yani Widyastuti , 2009). Masa remaja sangat erat kaitannya dengan perkembangan psikis pada periode yang dikenal sebagai pubertas serta diiringi dengan perkembangan seksual. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi rentan terhadap masalah-masalah perilaku seperti melakukan hubungan seks sebelum menikah dan penyalahgunaan NAPZA, yang kedua dapat membawa risiko terhadap penularan HIV dan AIDS. Kompleksitas permasalahan remaja perlu mendapat perhatian secara terus menerus baik dari pihak pemerintah, LSM, masyarakat, maupun keluarga, guna menjamin kualitas generasi mendatang (Muadz, 2008).
Remaja merasakan bahwa membahas soal seks, kesehatan reproduksi remaja, perilaku seksual, lebih terbuka dan lebih senang bila dilakukan dengan teman sebaya (peer group) dari pada dengan orang tua. Pada umumnya remaja sangat menghargai pertemanan, jalinan komunikasi antarteman sebaya lebih baik dan lebih terbuka. Banyak remaja merasa enggan untuk menyampaikan masalah dan mencari jawaban dari orang tuanya karena masih banyak orang tua yang tidak mempunyai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dan masih risih untuk membicarakan mengenai perkembangan biologis dan psikologis remaja. Menurut SKRRI (Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia), 2002-2003 51% remaja perempuan dan 47% remaja laki-laki mengaku mendapat pelajaran kesehatan reproduksi pada saat sekolah di SLTP. Ini berarti peran sekolah dalam menyediakan informasi tentang kesehatan reproduksi belum optimal, akibatnya kebutuhan remaja terhadap informasi kesehatan reproduksi remaja masih sangat kurang. Hal ini karena
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
62
informasi yang diterima dari teman sebaya yang masih sama-sama belum mengetahui secara benar dan banyak disalah artikan dan diselewengkan (Saroha Pinem, 2009).
Permasalahan remaja di RW 02, Kelurahan Cisalak Pasar, Depok cukup banyak seperti seks bebas yang berujung pada KTD, merokok, dan remaja yang setiap malam nongkrong, perawatan organ reproduksi remaja. Masalah remaja yang terjadi dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor yang dapat mempengaruhi dari
internal adalah kurangnya
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan kontrol diri yang lemah. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi masalah pada remaja adalah keluarga, teman sebaya dan lingkungan. Masalah remaja yang terjadi di RW 02 sebagian besar disebabkan oleh pengaruh teman sebaya dan kurangnya
pengetahuan
terkait
kesehatan
reproduksi
pada
remaja.
Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih amat kurang sampai saat ini. Kurangnya pemahaman ini amat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang ada di masyarakat tentang seksualitas yang seharusnya dipahaminya. Sebagian dari masyarakat masih amat percaya pada mitos – mitos yang merupakan salah satu pemahaman yang salah tentang seksual (Endarto, 2010). Pemahaman tentang perilaku seksual remaja merupakan salah satu hal yang penting diketahui sebab masa remaja merupakan masa peralihan dari perilaku seksual anak – anak menjadi perilaku seksual dewasa. Menurut Maulana (2008) , kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja amat merugikan bagi remaja itu sendiri termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual. Kurangnya pemahaman tersebut disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : adat istiadat, budaya, agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang benar. Hal ini akan mengakibatkan berbagai dampak yang justru amatmerugikan kelompok remaja dan keluarganya (Soetjiningsih, 2004).
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
63
Permasalah kesehatan reproduksi ada beberapa hal yang sering terjadi pada remaja putri, salah satu diantaranya adalah keputihan (fluor albus). Keputihan dapat disebabkan oleh adanya infeksi bakteri, parasit dan infeksi virus. Keputihan juga dapat terjadi karena menderita sakit dalam waktu lama, kurang terjaganya kebersihan diri sehingga timbulnya jamur atau parasit dan kanker karena adanya benda-benda asing yang di masukkan secara sengaja atau tidak ke dalam vagina misalnya tampon, obat atau alat kontrasepsi (Rozanah, 2003). Masalah keputihan adalah masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Remaja merupakan salah satu bagian dari populasi beresiko terkena keputihan yang perlu mendapat perhatian khusus. Remaja mengalami pubertas yang ditandai dengan datangnya menstruasi. Pada sebagian remaja saat menjelang menstruasi akan mengalami keputihan.
Masalah remaja seperti keputihan merupakan salah satu akibat dari kurangnya remaja dalam merawat organ reproduksi seperti membersihkan organ reproduksi. Masalah ini memiliki kesamaan oleh masalah yang ditemukan pada keluarga bapak M khususnya anak L adalah kurang peduli terhadap kesehatan organ reproduksi sehingga anak L sering mengalami keputihan seperti keluar cairan putih dari vagina, terasa gatal dan sedikit berbau. Tingginya angka keputihan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor predisposisi, yaitu penggunaan antiseptik ke dalam vagina (vaginal douche), penggunaan sabun pembersih kewanitaan, cara membasuh area kewanitaan, kebersihan kamar mandi, dan pemilihan pembalut yang digunakan saat menstruasi Anak L mengaku setiap membersihkan organ reproduksi dari belakang kedepan. Anak L tidak pernah mendapatkan penyuluhan / informasi terkait kesehatan reproduksi. Daerah kewanitaan perlu dijaga kebersihan untuk mencegah adanya mikroorganisme patogen penyebab keputihan. Area kewanitaan perlu dibilas setiap setelah buang air,
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
64
bukan hanya diseka dengan tissue. Cara membilas area kewanitaan pun perlu diperhatikan. Area kewanitaan dibilas dari arah depan ke belakang untuk menghindari perpindahan bakteri dari anus ke vagina.selanjutnya daerah kewanitaan harus selalu dalam keadaan kering. Setelah melakukan buang air besar atau buang air kecil dan dibilas dengan air, bagian kewanitaan diseka dengan tisu atau handuk bersih. Apabila daerah kewanitaan dibiarkan basah, akan
menciptakan
lingkungan
yang
lembab
yang
dapat
memicu
perkembangbiakan mikroorganisme patogen Penggunaan produk pembersih vagina tidak boleh digunakan secara rutin dan berlebihan. Hal ini disebabkan karena pembersih tersebut dapat mengganggu keseimbangan flora normal yang ada di vagina yang bertugas melindungi vagina dari mikroorganisme patogen dari luar.
Era globalisasi dan modernisasi ini telah terjadi perubahan dan kemajuan di segala aspek dalam menghadapi perkembangan lingkungan, kesehatan dan kebersihan, dimana masyarakat dituntut untuk selalu menjaga kebersihan fisik, organ tubuh dan alat tubuh. Salah satu organ tubuh yang penting serta sensitive dan memerlukan perawatan khusus adalah alat reproduksi. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi. Apabila alat reproduksi tidak dijaga kebersihannya, maka akan menyebabkan infeksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit. Oleh karena remaja harus lebih sering mendapatkan informasi terkait masalah kesehatan reproduksinya, agar remaja sadar dan memiliki tanggung jawab untuk merawat organ reproduksi. Penyuluhan sangat penting diadakan setiap bulan di lingkungan remaja untuk mengurangi masalah kesehatan yang dialami remaja di lingkungan sekitar. 4.4 Analisis Masalah Terkait Konsep Remaja Masalah remaja yang ditemukan pada keluarga bapak M khususnya anak L adalah kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan kesehatan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
65
reproduksi. Anak L tidak mengetahui tentang remaja, perubahan yang dialami remaja, dan tentang kesehatan reproduksi. Anak L mengaku bahwa dirinya kurang peduli terhadap kesehatan organ reproduksi. Hal ini dikarenakan karena anak L tidak mengetahui cara perawatan organ reproduksi sehingga membuat anak L kurang peka akan kesehatan reproduksinya. Teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson yaitu masa remaja ada pada tahap dimana krisi identitas versus difusi identitas harus diatasi. Perubahan biologis dan sosial memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi pada kepribadian remaja. Masa remaja adalah masa dimana pencarian identitas. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa. Masa remaja tidak lagi dikatakan sebagai kanakkanak dan belum cukup matang baik kematangang mental dan sosial. Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang matang yang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara daerah geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis.
Hal inilah yang menyebkan seorang remaja lebih mudah terbawa arus atau tren untuk berperilaku negatif. Penelitan McCord (dalam Kartono, 2003) yang menunjukkan bahwa pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal meninggalkan tingkah laku kriminalnya. 60 % dari mereka menghentikan perbuatan kenakalannya pada usia 21 sampai 23 tahun. Seorang remaja lebih menyukai bergaul atau bercerita dengan teman mereka dibandingkan dengan keluarganya. Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal. Hasil penelitian Santrock (1996) terhadap 500 pelaku kenakalan dan 500 remaja yang tidak melakukan kenakalan di Boston, dapat diketahui bahwa kenakan remaja lebih banyak
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
66
terjadi pada remaja yang mempunyai hubungan dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan. Hal ini sesuai dengan pengakuan anak L bahwa dia sering diajak oleh temannya untuk mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan.
Faktor keluarga juga sangat berpengaruh terhadap timbulnya masalah pada remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya masalah yang terjadi pada remaja. Ibu L mengaku bahwa anak L sangat tidak pernah merawat organ reproduksi. Ibu L cenderung sering melihat anak L tidak menggantikan pembalut jika sedang menstruasi sehingga kadang pengawasan mereka terhadap anaknya kurang. Selain itu anak L tidak pernah menceritakan masalah organ reproduksinya seperti keputihan. Hal ini yang membuat anak remaja lebih cenderung tertutup dan males memeriksakan kesehatan reproduksi pada orang tua dan petugas kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Gerald Patterson dan rekan-rekannya (dalam Santrock, 2000) menunjukkan bahwa pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya masalah remaja.
Selain faktor keluarga sangat berpengaruh kepada remaja, pengetahuan juga penting pada masalah remaja. Faktor kurangnya pengetahuan pada remaja terkait dengan kesehatan reproduksi menyebabkan remaja kurang memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan reproduksi. Ketidakpatuhan dalam menjaga kesehatan reproduksi dapat menyebabkan keputihan yang sering dialami oleh para remaja. Remaja mengaku keputihan yang sering dialami cairan berwarna putih kental, sedikit berbau dan terasa gatal. Menurut Smeltzer dan Bare (2001) dan Gor (2011), bau tidak sedap merupakan gejala
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
67
umum dari keputihan, terutama bakteriovaginosis dan trikomonas vaginalis. Selain itu, terdapat pula remaja putri yang memiliki keluhan sering berkemih dalam waktu singkat. Oleh karena itu pengetahuan sangat utama bagi remaja untuk mendapatkan pengetahuan secara benar. Namun jika informasi sudah didapatkan oleh remaja, tidak semua remaja mau berubah untuk menjaga kesehatan reproduksi. Penelitian yang dilakukan Kurniawan (2008) juga mengungkapkan bahwa tingginya tingkat pengetahuan tentang perawatan organ reproduksi pun tidak menjamin praktik menjaga kebersihan organ reproduksi yang tepat. 4.5 Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait Pengetahuan seorang remaja tentang tahap perkembangan remaja dan peran seorang remaja sangat diperlukan seorang remaja dalam perkembangannya. Dukungan keluarga sekitar juga sangat berperan dalam proses pencarian jati diri seorang remaja. Depkes (2005) menyebutkan bahwa salah satu penyebab dari perilaku seksual berisiko pada remaja adalah kurangnya pengetahuan dan kurang kepedulian orang tua dan masyarakat sekitar terhadap remaja. Anak L mengaku bahwa dia tidak mengetahui tahap perkembangan, masalah kesehatan reproduksi seorang remaja dan tidak pernah mendapat penyuluhan tentang tahap perkembangan dan terutama penyuluhan tentang kesehatan organ reproduksi remaja. Ibu L juga mengatakan bahwa dirinya jarang memperhatikan kebiasaan anaknya dalam menjaga kesehatan reproduksi. Selain itu ibu L mengatakan selama ini sering membelikan sabun sirih untuk di taroh di kamar mandi, sehingga ibu L kurang menjaga dan mengawasi kebiasaan anaknya saat membersihkan organ reproduksi.
Cara membersihkan organ reproduksi pada remaja harus di dukung oleh orangtua, karena seorang remaja untuk memiliki kesadaran dan tanggung jawab sangat sulit untuk dijalannin jika tidak didampingi oleh orangtua sebagai pengingat dan motivasi remaja. Orang tua bertanggung jawab dalam mengembangkan kemampuan anak termasuk kebutuhan fisik dan psikis sehingga seorang remaja
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
68
dapat tumbuh dan berkembang kearah kepribadian yang matang (Gunarsa, 2004). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indriyani (2003) terhadap 107 siswa SMP menyimpulkan bahwa remaja yang tidak pernah menjaga organ reproduksi mempunyai resiko lebih besar dibandingkan dengan remaja yang menjaga dan merawat organ reproduksi secara benar.
Membersihkan organ reproduksi perlu menggunakan trik yang khusus agar kuman yang ada di bagian belakang dekat anus tidak pindah ke bagian depan. Akan lebih baik jika membersihkan vagina dari bagian depan ke bagian belakang. Jangan melakukan berulangulang, karena tetap saja kuman dapat berpindah (Kissantie, 2012). Untuk membersihkan vagina dengan air, sebaiknya dilakukan dengan menggunakan shower toilet. Cara membersihkan vagina dengan shower toilet adalah dengan menyemprot permukaan luar vagina pelan-pelan dan menggosoknya dengan tangan. Membilas vagina dengan cairan khusus boleh saja, tapi tidak dianjurkan, asal jangan terlalu sering dan pilih yang tanpa parfum dengan pH-nya netral agar tidak mempengaruhi pH vagina (Suryana, 2009).Gerakan cara membersihkan adalah dari daerah vagina ke arah anus untuk mencegah kotoran dari anus masuk ke vagina (Kusmiran, 2012).
Selain itu dukungan di dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung didalam keluarga (Friedman, Bowden dan Jones, 2003). Widjaja (2000) berpendapat bahwa komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia tida akan terjadi, adanya keterbukaan serta saling percaya diantara kedua belah pihak dapat memicu keterbukaan serta penyampaian informasi juga mengenai masalah remaja terutama seksualitas. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Olson (2000) yang menyatakan bahwa komunikasi merupakan variabel penting dalam kaitannya dengan kenakalan remaja dimana komunikasi yang baik akan membuat keluarga terhindar dari masalah kenakalan remaja.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
69
Selain komunikasi pendidikan ayah-ibu sangat mempengaruh terhadap masalah kesehatan reproduksi pada remaja. Pendidikan rendah / kurang memahami tentang masalah perilaku kesehatan reproduksi yang beresiko dan mungkin juga selalu menunggu arahan / keputusan dari suami sehingga kurang berinisiatif dalam menghadapi keadaan perkembangan perilaku remaja. Dibandingkan orangtua yang tinggi tentunya mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan orangtua yang berpendidikan rendah terutama dalam hal mengarahkan remajanya untuk berperilaku kesehatan reproduksi yang tidak beresiko. Pendidikan orangtua berkaitan dengan masalah adat-istiadat, budaya dan sistem social yang kurang memberikan kesempatan kepada perempuan untuk memperoleh pendidikan yang memadai (Sidhi, 2000) sehingga dalam peran dan kedudukannya dalam keluarga biasanya ibu hanya mengikuti apapun keputusan dari suami padahal dengan peningkatan pada remaja dapat mengubah persepsi remaja terhadap dirinya, sadar akan martabat dirinya sebagai manusia yang mampu berprestasi sendiri dan tidak harus bergantung terhadap orang lain (Sudijoprato, 2000). Hal ini sesuai dengan penelitian Miller (2002) yang menemukan bahwa orangtua dengan pendidikan tinggi cenderung menentukan pencapaian moral yang tinggi sedangkan orangtua dengan pendidikan rendah berhubungan dengan perilaku kesehatan reproduksi yang beresiko.
4.6 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja dan mengatasi masalah kesehatan organ reproduksi remaja yaitu dengan kegiatan pemberian dukungan kepada remaja dalam bentuk empowerment. Pemberian dukungan kepada remaja bertujuan untuk memotivasi remaja / menyadarkan remaja agar menjaga kesehatan organ reproduksi. Empowering atau pemberdayaan adalah suatu kegiatan dengan melibatkan masyarakat secara aktif untuk menyelesaikan masalah yang ada, masyarakat sebagai subjek dalam menyelesaikan masalah (Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchock, Schuber & Thomas, 1999).
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
70
Permasalahan remaja terkait cara membersihkan reproduksi dapat diselesaikan dengan adanya suatu forum dari luar sistem remaja melalui pembentukan social support group / penyuluhan. Orang tua sebagai bagian dari sistem keluarga dimana remaja tinggal selama 24 jam di rumah dapat diupaya untuk meningkatkan kontrol dalam pengambilan keputusan pada level individual, keluarga, komunitas dan masyarakat. Perawat dapat menggunakan strategi pemberdayaan untuk membantu masyarakat mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah, menciptakan jejaring, negosiasi,
lobbying, dan
mendapatkan informasi untuk meningkatkan kesehatan (Nies & McEwen, 2001).
Media massa memiliki peranan penting untuk mendapatkan informasi, terutama dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik dalam tatanan masyarakat, kelompok, atau individu dalam aktivitas sosial dimana media massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, dan behavioral. Selain informasi, pendidikan juga sangat mempengaruhi pengetahuan pada remaja. Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan pengetahuan, menimbulkan sikap positif, serta memberikan atau meningkatkan kemampuan individu atau masyarakat tentang aspekaspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu sumber daya yang berkembang. Sistem pendidikan yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui pola tertentu. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi (Notoatmodjo (2003).
Adanya pendidikan terkait kesehatan reproduksi remaja bertujuan agar remaja memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap, dan perilaku kehidupan yang sehat dan bertanggung jawab melalui promosi, advokasi, komunikasi informasi edukasi, konseling, pelayanan, dan dukungan kegiatan yang bersifat positif. Masalah kesehatan reproduksi yang sering dialami remaja yaitu keputihan. Keputihan dapat dicegah dengan menerapkan perilaku bersih dan sehat terhadap
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
71
pemeliharaan kesehatan reproduksi wanita. Cara membersihkan organ reproduksi merupakan cara yang tepat untuk mencegah timbulnya keputihan dan memberikan kenyamanan / kesehatan pada remaja khususnya pada organ reproduksi.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya, hal ini karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan dari masa anak-anak ke dewasa (Wong, 2008). Pada masa remaja, mereka juga harus menghadapi realitas tantangan kehidupan dan permasalahan seperti kemiskinan, eksploitasi, pelecehan, pengangguran, kenakalan remaja, penyalahgunaan zat (NAPZA), HIV-AIDS, dan akses terbatas terhadap pendidikan.
Terbatasnya akses terhadap pendidikan menimbulkan rendahnya pengetahuan remaja akan pentingnya pendidikan terkait kesehatan reproduksi sehingga berbagai masalah yang dihadapi dalam hal pendidikan membuat banyak anak yang kurang mengerti tentang fungsi organ reproduksi dan cara merawat organ reproduksi.
Masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada keluarga bapak M khususnya anak L juga dikarenakan faktor kurangnya pengetahuan. Keluarga mengatakan anak L kurang memperhatikan dan merawat organ reproduksi. Saat ini anak L tidak pernah berkonsultasi ke petugas kesehatan karena menurut anak L males untuk mengungkapkan keluhan yang dialami remaja tersebut. Kebiasaan hal-hal negative yang dilakukan anak L karena di RW 02 tidak pernah diadakan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi oleh remaja.
Mengatasi masalah kesehatan reproduksi pada remaja yang terjadi pada keluarga bapak M khususnya anak L diperlukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah remaja pada anak L. Asuhan keperawatan yang dilakukan pada anak L adalah mengenal tentang organ reproduksi wanita, menjelaskan 72
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
73
tentang pengertian remaja – tumbuh kembang remaja – perubahan yang dialami remaja – menstruasi – siklus menstruasi – akibat jika tidak merawat organ reproduksi, manfaat jika merawat organ reproduksi dan mengajarkan anak L untuk membersihkan organ reproduksi secara tepat. Perencanan pendidikan ini dibuat agar anak L dapat merawat dan menjaga kesehatan organ reproduksi secara benar (Supono, 2008) Hasil yang didapatkan bahwa anak L mengerti dan memahami cara merawat organ reproduksi. Anak L mengatakan
bahwa cara membersihkan organ
reproduksi selama ini salah dan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi secara dini. Anak L sangat senang mendapatkan informasi dari mahasiwa, karena menurut anak L informasi sangat penting untuk remaja sadar dan memiliki tanggung jawab untuk merawat organ reproduksi.
Selama dilakukan intervensi cara membersihkan organ reproduksi, anak L memiliki tingkat kemandirian yang semakin meningkat. Sebelum diberikan intervensi, anak L terlihat kurang mengerti tentang kesehatan reproduksi dan saat membersihkan organ reproduksi masih terlihat kurang tepat, namun ketika diberikan intervensi anak L terlihat mulai mengerti tentang kesehatan reproduksi dan mampu melakukan cara membersihkan organ reproduksi secara tepat. Anak L mulai akan merubah perilaku yang kurang teratur menjadi perilaku yang lebih peduli terhadap kesehatan reproduksi. Anak L mengaku pengetahuan yang diberikan mahasiswa dapat merubah perilaku dan menyadarkan untuk lebih tanggung jawab akan organ reproduksi 5.2 Saran 5.2.1
Bidang Keperawatan Komunitas
5.2.1.1 Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumber informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan remaja
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
74
khususnya untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi dan cara membersihkan organ reproduksi secara tepar 5.2.1.2 Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi petunjuk dasar untuk menyusun promosi kesehatan dan proteksi kesehatan bagi masyarakat agar pengetahuan remaja terkait kesehatan reproduksi dapat meningkat
5.2.2
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Cimanggis
5.2.2.1 Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi anak remaja sebaiknya tidak hanya menangani masalah fisik melainkan dilakukannya konseling kesehatan reproduksi khusus pada anak remaja tersebut. Hal ini diharapkan agar pelayanan di puskesmas juga dapat menggali masalah reproduksi terutama remaja dengan informasi yang terbatas.
5.2.3 Penulis berikutnya 5.2.3.1 Karya ilmiah ini dapat dijadikan bahan pembelajaran dan pengembangan ide untuk penulisan yang selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan keperawatan keluarga dengan remaja khususnya masalah kesehatan reproduksi dan cara membersihkan organ reproduksi 5.2.3.2 Karya ilmiah ini dapat dilanjutkan kembali untuk mengetahui masalah remaja lainnya yang bisa dijadikan sebagai bahan untuk penulisan berikutnya .
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Ball, J. W., & Bindler, R. (2003). Pediatric nursing: caring for children. New Jersey: Prentice Hall. BKKBN, RI. (2005). Isu pokok kesehatan reproduksi remaja. Dipetik 1 Juli 2013, dari BKKBN RI: http://www.bkkbn.go.id/Webs/index.php/rubrik/detail/510 Bumi. (2011) Faktor penyebab terjadinya keputihan. Dipetik 1 Juli 2013, dari http://www.pustakabumi.com. Dahlan, S. (2008). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Sagung Seto. Geiger, A. M., Foxman, B., dan Gillespie, B. W. (1995). The epidemiology of vulvovaginal candidiasis among university students. American Journal of Public Health , 1146-1148. Gor, H. B. (2011). Vaginitis. (M. E. Rivlin, Penyunt.) Dipetik 29 Juni 2013, dari Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/257141-overview Heng, L. S., Yatsuya, H., Morita, S., dan Sakamoto, J. (2010). Vaginal douching in cambodian woman: Its prevalence and assciation with vaginal candidiasis. Japan Epidemiological Association , 70-76. Iskandar, S. S. (2008). Awas keputihan bisa mengakibatkan kematian dan kemandulan. Dipetik 01 Juli dari http://www.averroes.or.id/lifestyle/awas-keputihanbisa-mengakibatkan-kematian-dan-kemandulan.html Krisno, A. (2011). Kajian mikrobiologi kesehatan. Dipetik 1 Juli 2013, dari http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/11/hubungan-kandidiasis-dengankanker-serviks-dalam-paradigma-penelitian-bidang-mikroba/ Kurniawan, T. P. (2008). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 1 Purbalingga, Kabupaten Purbalingga. Thesis. Tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro, Semarang. Kurniawati, L. (2008). Hubungan antara tingkat pengetahuan remaja dengan perilaku dalam menjaga kesehatan reproduksi. Laporan Penelitian. Tidak dipublikasikan. Universitas Indonesia, Depok. Kusmiran, E. (2011). Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta: Salemba Medika.
75
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
76
Leonora, E. S. (2007). Gambaran tingkat pengetahuan perineal hygiene pada remaja putri di SMA 58 Jakarta. Laporan Penelitian. Tidak dipublikasikan. Universitas Indonesia, Depok. Manan, E. (2011). Miss v. Jogjakarta: Bukubiru. Manuaba, I. B. (2005). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Meliono, I. (2007). MPKT modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FE UI. Nikitin, M. V., Artemova, L. V., Kravtsov, E. G., Dalin, M. V., Radzinskii, V. E., dan Doyle, R. J. (2003). Study of candida albicans strains isolated from woman with various forms of vaginal candidiasis. Bulletin of Experimental aBiology and Medicine: Microbiology and Immunology , 276-280. Noer, W. H. (2007). Hubungan pengetahuan dan sikap temaja puteri tentang keputihan (fluor albus) dengan upaya pencegahan (studi pada siswi SMA Tunas Patria Ungaran tahun 2007). Skripsi Sarjana. Tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta. Widyastuti, Yani. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : PT Fitramaya Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto. Departemen Kesehatan RI Bekerjasama dengan United Nations Population Fund. (2002). Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Komunikasi, Infoemasi, Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduks iuntuk Petugas Kesehatan di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta : UNFA. United Nations Population Fund. (2002). Buku Sumber Untuk Advokasi Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi. Gender dan Pembangunan Kependudukan. Jakarta : UNFA Suparyanto. (2010). Konsep remaja. Dipetik 28 Juni 2013, dari http://www.drsuparyanto.blogspot.com. Verrals, S. (1997). Anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan (3 ed.). Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
77
Wong, D. L. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Potter, P. A., dan Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan (4 ed., Vol. 1). (D. Yulianti, Penyunt., dan Y. Asih, Penerj.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Prawirohardjo, S. (2005). Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Rumini, & Sundari. (2004). Perkembangan anak & remaja. Jakarta: Rineka Cipta. Saputra, L. (Penyunt.). (1999). The female body : Buku pintar kesehatan wanita. (W. Kusuma, Penerj.) Tangerang: KARISMA Publishing Group. Sari, D. W. (2010). Hubungan perilaku higiene pribadi dengan kejadian keputihan pada siswi SMA Negeri 1 Loceret. Dipetik 28 Juni 2013, dari Skripsi Sarjana Fakultas Kedokteran Departemen Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro: http://eprints.undip.ac.id/14819/ Sari, R. O. (2008). Hubungan tingkat pengetahuan dengan persepsi mahasiswi FIK Universitas Indonesia tentang kebersihan vagina. Laporan Penelitian. Tidak dipublikasikan. Universitas Indonesia, Depok. Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sibagariang, E. E. (2010). Kesehatan reproduksi wanita. Jakarta: CV Trans Info Media. Smeltzer, S. C., dan Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah (8 ed., Vol. 2). (E. Pakaryaningsih, Penyunt.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Soepraptie, T., dan Lumintang, H. (2008). Bakterial vaginosis di divisi penyakit menular seksual unit rawat jalan RSU Dr. Soetomo Surabaya. Berkala Ilmu kesehatan Kulit dan Kelamin , 135-146.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
BIODATA MAHASISWA
1.
Nama Lengkap
: Ni Komang Ratih A . N
2.
Agama
: Hindu
3.
Tempat/Tgl Lahir
: Jakarta, 12 Agustus 1990
4.
Suku
: Bali
5.
Alamat
: Jln KS Tubun III RT : 02 RW : 06 NO : 14 B Asrama Brimob Petamburan Jakarta Barat 11410
6.
Hp
: 085718331119
7.
Email
:
[email protected]
8.
Riwayat Pendidikan
:
a. TK Bhayangkari
(1995-1996)
b. SD Barunawati II
(1996-2002)
c. SMP Barunawati III
(2002-2005)
d. SMAN 16
(2005-2008)
e. Fakultas Ilmu Keperawatan UI (Sarjana)
(2008-2012)
f. Fakultas Ilmu Keperawatan UI (Profesi)
(2012-2013)
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
LAMPIRAN FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA
I.
DATA UMUM
1.
Nama keluarga (KK) : Bapak M
2.
Jenis Kelamin
: Laki - laki
3.
Pendidikan terahir
: SMP
4.
Usia
: 54 tahun
5.
Alamat dan Telp
: Cisalak Pasar RW 02 RT 01
6.
Komposisi Keluarga :
No
Nama
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bapak M Ibu L Anak D Anak R Anak L Anak A Anak A
Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan Laki – laki Laki – laki Perempuan Perempuan Perempuan
Hub dgn KK
Usia
Kepala Keluarga Ibu Rumahtangga Anak Pertama Anak Kedua Anak Ketiga Anak Keempat Anak Kelima
54 tahun 46 tahun 25 tahun 22 tahun 15 tahun 11 tahun 9 tahun
Pendidikan Terakhir SMP SMP SMA SMA SMP SD SD
Genogram
7.
Tipe keluarga
Keluarga Bp. M termasuk tipe keluarga nuclear family. Keluarga Bp.M terdiri dari Bapak M, Ibu L dan kelima anaknya 8.
Suku Bangsa
Bpk M berasal dari Betawi sedangkan Ibu L berasal dari Tasik. Bahasa yang digunakan dirumah adalah bahasa campuran bahasa Sunda dengan bahasa
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Indonesia. Bahasa yang lebih disenangi ketika berbicara di luar yaitu bahasa Sunda. Bapak M dan Ibu L lahir di daerah masing-masing, sedangkan anak-anak Ibu L lahir di Cimanggis. Pada seluruh keluarga Bapak M sangat menyukai makanan pedas, terutama pada anak-anaknya suka sekali dengan makanan pedas dan air dingin. Cara berpakaian keluarga tidak identik dengan daerah asal. Bapak M lebih sering memakai celana pendek dan kaos saat berada dirumah, sama dengan Ibu L dan anak-anaknya. Dekorasi rumah tidak menggambarkan daerah asal orangtua, hanya ada foto anak Bapak M selama masih kecil. Keluarga Bapak M menggunakan praktik penyembuhan dokter dan terkadang menggunakan obat tradisional seperti kunyit asem, beras kencur untuk mengobati sakit maag. Keluarga mengatakan suka sekali masak makanan yang pedas karena mempengaruhi suku. Anak – anak Ibu L sangat menyukai makanan pedas, jika tidak pedas anak Ibu L sering sekali mogok makan / membeli sambel di warung. 9.
Agama
Keluarga Bapak M beragama Islam. Adapun kegiatan keagamaan yang dijalani keluarga ini seperti sholat berjamaah di mesjid dekat rumah, mengikuti pengajian di lingkungan RT 01. Orangtua berusaha mengingatkan kepada anak-anaknya untuk tidak meninggalkan sholat setiap hari. Ibu L selama sehari – hari di dalam / luar rumah tidak menggunakan jilbab, begitu juga dengan semua anak perempuan Ibu L tidak menggunakan jilbab. Menurut keluarga menggunakan jilbab hanya saat ada pengajian / pergi ke rumah sodara. Keluarga mengatakan ibadah merupakan tugas yang utama, walapun Ibu L tidak mengekang anaknya untuk menggunakan jilbab, namun Ibu L berusaha agar anaknya rajin beribadah dan menjauhkan hal – hal negatif. 10. Status Sosial Ekonomi Keluarga Pada keluarga Bapak M berkerja sebagai pengeboran air, anak pertama / kedua bapak M juga sudah bekerja sebagai karyawan swasta. Meskipun gaji yang diperoleh cukup besar dari dirinya, namun Bapak M tidak pernah menuntut kedua anaknya untuk menafkahi keluarga. Bapak M lebih sering meminta kedua anaknya untuk menabung untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan kebutuhan menikah dll. Menurut Ibu L kedua anaknya sering memberikan sebagian gaji mereka untuk kebutuhan sehari – hari. Keluarga tidak pernah mendapatkan bantuan dana dari siapapun, sehingga dengan penghasilan tersebut Ibu L mengaku harus pinter mengatur dalam biaya yang dikeluarkan. Untuk mengurangi pengeluaran Ibu L selalu membuatkan sarapan dan makan siang sehingga anak – anak Ibu L selalu membawa bekal, tetapi terkadang Ibu L hanya membuat makan siang, sehingga sarapan pagi hanya minum susu / membeli nasi uduk warung. Pada uang jajan semua anaknya, Ibu L membatasinya jika uang jajan di sekolah sudah habis tidak boleh minta duit selama di rumah. Namun semua anak Ibu L lebih sering meminta uang kepada kakaknya untuk membeli makanan sembarangan.
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
11.
Aktivitas Rekreasi Keluarga
Ibu L mengakui bahwa keluarganya jarang melakukan aktivitas rekreasi keluarga. Hal ini dikarenakan karena keterbatasan kendaraan. Keluarga mengaku hanya saat lebaran baru mengunjungi sodara – sodara yang di Jakarta. Kegiatan sehari – hari disaat liburan keluarga hanya menonton TV dan belanja ke pasar. Keluarga ingin sekali rekreasi, tetapi dengan keterbatasan kendaraan, biaya yang menyebabkan jarang untuk berekreasi. Ibu L mengatakan kalaupun anak – anaknya ingin berekreasi lebih sering mempersilakan mereka untuk berekreasi sendiri bersama dengan teman – temannya. Ketika ada acara dari RT untuk berekreasi yang gratis biasanya Ibu L ikut berserta anak – anaknya. Ibu L mengatakan rekreasi yang bener – bener bersama keluarga jika ada duit dan hanya jalan – jalan ke taman raya bogor yang biayanya tidak terlalu mahal.
II.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1.
Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ini termasuk tahap dengan keluarga anak remaja, dimana anak tertua masih tinggal bersama Bpk M berumur 25 tahun, sedangkan anak terakhir Bpk M berusia 9 tahun. Anak pertama, kedua Bpk M sudah bekerja namun belum kepikiran untuk menikah. Mereka mengatakan ingin membantu adek – adeknya sekolah dan biaya keluarga. Selain itu jika menikah tidak ingin tinggal bersama keluarganya, melainkan ingin membentuk keluarga sendiri. Pada anak ketiga Bpk M tahap perkembangan remaja dengan umur 15 tahun. Anak L mengaku ingin melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Anak L mengaku ingin membahagiakan orangtua dengan prestasinya. 2.
Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
Ibu L mengatakan bahwa semua anaknya adalah anak yang pendiam dan jarang berbicara jika tidak ditanya. Ibu L ingin semua anak – anaknya mendapatkan pendidikan hingga SMA lalu berkerja. Untuk melanjutkan hingga kuliah, Ibu L menyuruh anaknya bekerja sambil kuliah. Keluarga mengaku kedua anaknya belom ada yang menikah dan masih tergantung kepada Ibu L. Keluarga mengharapkan kedua anaknya cepat menikah dan memberikan cucu untuk Ibu L. Pada masing – masing keluarga sudah menjalankan tugasnya. Pada Bapak M mencari nafkah dan berperan sebagai kepala keluarga sehingga keputusan diarahkan padanya. Sementara pada Ibu L berperan mendidik anak – anaknya dan mengurus rumah tangga. Bapak M mengatakan tahap perkembangan yang belom terpenuhi yaitu membantu anak untuk mandiri dan masih tergantung keluarga. 3.
Riwayat keluarga inti
Bapak M dan Ibu L berkenalan saat acara di sekitar rumahnya. Setelah merasa cocok, keduanya memutuskan untuk menikah. Selama menikah mereka tidak pernah mengeluh dengan masalah ekonomi yang dialaminya. Setelah menikah Bapak M hanya mengeluh sering pusing, pegal – pegal dan memiliki riwayat maag, sedangkan Ibu L hanya mengeluh sakit pegal – pegal dan pusing. Selama
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
sakit keluarga tidak pernah mengeluh, hanya jika tidak ada perubahan keluarga berobat kedokter. Saat itu dokter memberitahukan bahwa keluarga mempunyai darah tinggi. Sejak saat itulah keluarga membatasi. III.
Lingkungan
1. Karakteristik rumah Rumah keluarga Bapak M merupakan bangunan permanen yang beratapkan genteng dengan status kepemilikan sendiri yang sudah dihuni selama 5 tahun. Keluarga mengatakan walaupun bukan rumah pribadi, nyaman tinggal disini karena lingkungan yang bersih dan strategis. Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 ruang tamu, 1 teras dan 1 kamar mandi. Pada ruang tamu tidak terdapat bangku, hanya terdapat 1 TV, 1 VCD. Pada ruang tidur terdapat 1 kasur, 1 lemari kecil dan pada dapur terdapat 1 kompor gas dan alat – alat masakan seperti panic, penggorengan dll. Untuk kamar mandi berdampingan dengan dapur. Dekorasi rumah tidak terlalu sulit dan tidak ada jendela / ventilasi di setiap ruangan. Koleksi foto hampir tidak ada dan hanya ada beberapa lukisan pahlawan. Pada area depan rumah terdapat halaman yang lumayan luas untuk tempat bermain / parker motor. Sumber air yang digunakan sehari-hari adalah dari air tanah. Saluran pembuangan air adalah selokan yang mengalir di belakang rumah. Tempat pembuangan sampah adalah tong sampah yang sampahnya diambil oleh petugas kebersihan. 2. Karakteristik tetangga dan komunitas Sebagian besar warga berasal dari daerah yang berbeda. Adapun sukunya yaitu Jawa, Sunda, Betawi. Sebagian besar warga bekerja dari pagi sampai sore hari. Meskipun demikian, mereka masih menyempatkan diri untuk bertegur sapa dengan warga lainnya. Bapak M menyadari bahwa tetangga merupakan keluarga sendiri karena tetangga terkadang sering memberikan bantuan kepada keluarganya. Oleh karena itu keluarga Bapak M menjalin hubungan baik dengan warga sekitar penting dilakukan. Ketua RW biasanya mengadakan acara kumpul bersama tetangga di RT 01 untuk menjalin persaudaraan. Bapak M mengatakan selama dirinya tinggal disana keamanan terjaga. Terkadang warga mengadakan ronda malam secara bergantian bersama anak mudanya, namun belakangan ini warga tidak pernah mengadakan ronda bersama dikarenakan semakin sibuk acara masing – masing warga. Meskipun begitu terkadang keluarga tidak pernah memasukan motor kedalam rumah pada saat malam hari, keluarga Bapak M belum pernah mengalami masalah kehilangan motor begitu pula dengan warga yang lain. Hal ini memungkinkan karena setiap malam ada anak remaja yang nongkrong di sekitar rumahnya sehingga walaupun malam tetap ramai. 3. Mobilitas geografis keluarga Keluarga Bpk M telah lama menetap di RT 01/02. Menurut keterangan Ibu L rumah yang sekarang di tinggalnya adalah rumah kontrakan sekitar 5 tahun, sehingga Ibu L sudah mengenal tempat tersebut. Rumah saudara – saudara Ibu L kebanyakan berada di Jakarta, di depok hanya 1-2 saudara yang tinggal. Semua anak Ibu L lahir dan dibesarkan dirumah tersebut. Bapak M lebih banyak
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
menghabiskan waktu diluar rumah untuk bekerja, sementara Ibu L lebih banyak didalam rumah. Anak-anak Ibu L berada di luar rumah untuk bersekolah, bekerja dari pagi hingga siang, les, dan bermain dengan teman-temannya. 4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Keluarga Bapak M tidak pernah merencanakan untuk berkumpul. Mereka berkumpul bila memang kebetulan seluruh anggota keluarga ada dirumah / ada acara keluarga. Keluarga Bapak M berkumpul dengan keluarga besar hanya pada saat-saat/acara tertentu seperti idul fitri, idul adha, pernikahan, dan selametan. Namun, jika liburan terkadang Ibu L sering mengajak anak-anaknya berlibur ke tempat saudara-saudara Ibu L untuk menginap menghindari kebosanan di rumah. Ibu L jarang mengikuti pengajian di lingkungan sekitar rumah
5. Sistem pendukung keluarga Menurut Ibu L, hingga saat ini keuangan yang dihasilkan dari nafkah suaminya dan sebagian dari penghasilan anaknya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Menurut Ibu L, keluarganya tidak mau merepotkan sanak saudara jika terdapat masalah yang dapat diselesaikan keluarga Bpk M sendiri. Namun, jika terdapat masalah di luar kemampuan keluarga Bpk M, maka Bpk M akan meminta bantuan sanak saudara yang tinggal berdekatan dengan rumah Bpk M, tetapi biasanya Ibu L yang lebih dahulu meminta bantuan dari keluarga besarnya karena keluarga mereka lebih dekat pada keluarga besar Ibu L karena memang jarak rumah yang cukup dekat.
IV.
STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga Pola komunikasi yang dimiliki keluarga Bpk M adalah komunikasi terbuka. Bila ada masalah maka akan diselesaikan bersama secara musyawarah. Bpk M dan Ibu L yang bermusyawarah untuk mengambil keputusan. Anak-anak Bpk M memiliki kebebasan untuk berbicara dan memberikan pendapat , dari kecil mereka dibiasakan untuk ikut berpendapat, misal dimulai dari hal yang kecil seperti mau lauk apa hari ini. Komunikasi Ibu L dan anak-anak dengan Bpk M lebih banyak ketika sedang berkumpul keluarga. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Sunda, tetapi jika berbicara dengan tetangga lebih sering menggunakan bahasa Indonesia.
V.
Struktur Kekuasaan Keluarga
Pengambil keputusan dalam keluarga merupakan Bapak M selaku kepala keluarga. Namun, terkadang Ibu L yang mengambil keputusan terutama bila terkait masalah anak atau mendesak seperti jika terdapat anak yang sakit maka Ibu
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
L akan membawanya ke Puskesmas atau klinik tanpa menunggu keputusan Bpk M. Namun jika Ibu L dan bapak M sedang diluar rumah, anak pertama Ibu L yang menggantikan tugas kepala keluarga sementara.
VI.
Struktur Peran Keluarga
Bpk M adalah bapak, kepala keluarga, pencari nafkah dan pelindung keluarga. Ibu W sebagai istri dan ibu telah seoptimal mungkin menjalankan perannya yaitu mengurus rumah tangga, mengelola keuangan, dan mengasuh anak-anaknya. An.Az, An.Al, dan An. U sebagai anak. Anak tertua An. Az juga turut membantu ibu membereskan rumah, menjaga adik, membeli sesuatu ke warung.
VII.
Nilai & Norma Keluarga
Pada saat berkunjung ke keluarga, tidak tampak adanya nilai – nilai khusus yang dipegang. Nilai dan norma yang dipegang oleh Bp. M adalah sesuai dengan nilainilai ajaran Islam dan tidak terpengaruh oleh norma budaya. Penerimaan keluarga terhadap perawat sangat baik, setiap masalah yang ada diutarakan, An. L menganggap perawat hendak melakukan perawatan terhadap keluarganya sehingga sangat antusias menerima kehadiran perawat.
VIII. FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Afektif Ibu L mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah sebenarnya dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat namun keluarga jarang berkumpul kecuali hari libur dan lebaran karena kesibukan masing-masing. 2. Fungsi Sosial Hubungan antaranggota keluarga dalam rumah berjalan dengan baik. Hubungan anggota keluarga dengan tetangga juga baik apalagi keluarga Bp. M tergolong paling lama tinggal di wilayah tersebut. 3. Fungsi Perawatan Kesehatan Ibu L mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang sakit, maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau dari apotik. Keluarga Ibu L juga sering memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS, tetapi karena jarak yang jauh kadang hanya diobati di rumah saja, tetapi jika sudah parah baru di bawa ke puskesmas / klinik. 4. Fungsi Reproduksi Ibu L mengatakan sekarang sudah menggunakan KB steril karena sudah cukup memiliki 5 orang anak. Menurut Ibu L, dari kelima anaknya yang paling males
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
menjaga kesehatan reproduksi Anak L. Ibu L mengaku bahwa anak L jika sedang mens jarang ganti pembalut. Setelah dilakukan pengkajian lebih lanjut pada anak L, anak L memang jarang ganti pembalut jika sedang mens, lalu ketika sedang membersihkan alat reproduksi biasanya dari belakang kedepan. Anak L juga kurang merawat alat reproduksinya karena menurut anak L tidak tahu cara perawatan alat reproduksi secara benar. Anak L mengaku kadang-kadang mandi hanya sekali dan saat itu anak L jarang menggantikan celana dalam. 5. Fungsi Ekonomi Bp. M sebagai kepala keluarga berfungsi sebagai pencari nafkah dalam keluarga. Bekerja sebagai tukang pengeboran air dengan gaji tidak terlalu besar. Namun kedua anak bapak M sudah bekerja sebagai pegawai swasta. Untuk kebutuhan sehari – hari ibu L mengatakan cukup, namun untuk biaya sekolah ketiga anaknya masih belom cukup. Jika ada kebutuhan yang mendadak, ibu L meminta bantuan dana kepada adik dari bapak M IX.
STRES DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor, Kekuatan dan Persepsi Keluarga Keluarga Bp. M mencemaskan kesehatan reproduksi anak L karena anak L kurang menjaga dan kurang peduli saat merawat organ reproduksi setiap harinya. Anak L juga sering mengalami masalah pada organ reproduksi yakni keputihan dan sering merasakan gatal. 2. Strategi koping yang digunakan keluarga Ibu L mengatakan menyerahkan semua masalah yang terjadi kepada Allah SWT tetapi tetap berusaha mengatasi masalah. 3. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah: Jika ada masalah, keluarga berupaya untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut dengan jalan musyawarah. Keluarga meyakini kalau setiap masalah ada jalan keluarnya, misalnya dengan minta bantuan dari orang tua dan tetangga yang terdekat. X.
Strategi Adaptasi Disfungsional: Tidak ada.
XI.
Harapan Keluarga: Keluarga berharap dengan kedatangan mahasiswa berkunjung ke rumahnya adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga. Dengan demikian keluarga berharap akan selalu berada dalam kondisi sehat lahir dan batin. Mereka juga berharap akan mendapatkan banyak pengetahuan tentang berbagai macam jenis penyakit dan cara perawatannya.
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Pemeriksaan Fisik: No
Nama
1
Bp. L
TD Nadi (mmHg) (x/menit) 130/90 86
Pemeriksaan Fisik
Nafas (x/menit) 21
Suhu (oC) 36,7
BB (kg) 68
TB (cm) 172
Jantung: Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal, pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen: Perut terlihat datar dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 10x/menit Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata:
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
No
Nama
2
Ibu. L Pemeriksaan Fisik
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik, memakai kacamata jika membaca. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. TD Nadi Nafas Suhu BB TB (mmHg) (x/menit) (x/menit) (oC) (kg) (cm) 110/70 82 19 36,8 48 154 Jantung: Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 19 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen: Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 9 x/menit Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
No
Nama
3
An. L Pemeriksaan Fisik
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. TD Nadi Nafas Suhu BB TB o (mmHg) (x/menit) (x/menit) ( C) (kg) (cm) 120/80 88 20 36,5 51 156 Jantung: Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal, pernafasan 20 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen: Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 9 x/menit Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
No
Nama
4
An. R
Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. TD Nadi Nafas Suhu BB TB o (mmHg) (x/menit) (x/menit) ( C) (kg) (cm) 110/80 91 21 36,8 36 139
Pemeriksaan Fisik
Jantung: Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen: Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 8 x/menit. Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
No 5
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. TD Nadi Nafas Suhu BB TB Nama o (mmHg) (x/menit) (x/menit) ( C) (kg) (cm) An. A 110/70 92 22 36,9 31 134 PemEriksaan Jantung: Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 22 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
No
Nama
6
Anak D Pemeriksaan Fisik
Abdomen: Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 8 x/menit. Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. TD Nadi Nafas Suhu BB TB (mmHg) (x/menit) (x/menit) (oC) (kg) (cm) 140/90 90 23 37 52 155 Jantung: Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 23 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen: Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 8 x/menit Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5 555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakkan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik, jarak pandang berkurang. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya,
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. ANALISA DATA Data-data Diagnosa Keperawatan DO : Klien terlihat tidak tahu fungsi dari Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Diri terkait kesehatan reproduksi organ reproduksi wanita Klien terlihat kurang memahami tentang kesehatan reproduksi Klien terlihat saat membersihkan organ reproduksi dari belakang kedepan Klien terlihat antusias untuk berdiskusi terkait kesehatan reproduksi Klien terlihat bingung saat ditanya tentang kesehatan reproduksi DS : Klien mengatakan tidak tahu cara menjaga kesehatan reproduksi yang benar Klien mengatakan ketika membersihkan organ reproduksi dari belakang ke depan Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan informasi terkait kesehatan reproduksi Klien mengatakan sering merasa gatal di sekitar organ reproduksi DO : -
Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait dengan gastritis
DS : Klien mengatakan suka makan makanan pedas Klien mengatakan suka makan dengan makanan rujak Klien mengatakan sering telat makan jika pagi siang hari Klien mengatakan suka minum kopi mix Klien mengatakan sering mual, muntah, pusing Klien mengatakan perut terasa
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
kembung Klien mengatakan biasanya kalau nyeri tidak di apa-apain Klien mengatakan kalau sedang sakit langsung berobat ke puskesmas DO : Terlihat pengbengkakan pada tonsil Nyeri pada sekitar tenggorokan Terlihat tidak nafsu makan
Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait dengan tonsillitis
DS : Klien mengatakan suka minum air es Klien mengatakan suka makan indomie, chiki Klien mengatakan setiap berobat dokter menyuruh operasi Klien mengatakan tidak nafsu makan Klien mengatakan nyeri, pusing Klien mengatakan kalo sedang nyeri suka minum air hangat Klien mengatakan susah merubah pola makan yang dilarang
3.3
Scoring/ Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah a. Scoring/ Pembobotan 1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Diri terkait Kesehatan Reproduksi No Kriteria Score Pembenaran 1 Sifat Masalah: 3/3 x 1 = 1 Saat ini An. L masih dalam tahap Aktual perkembangan remaja yang membutuhkan perhatian dan inormasi dalam mengungkapkan masalahnya. Orangtua biasanya hanya menyuruh untuk selalu merawat organ reproduksi dan selalu memberikan dukungan.
2
Kemungkinan 2/2 x 2 = 2 Masalah Untuk di
An. L masih dapat diajak berkomunikasi dan menurut pada
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Ubah: Mudah
orang tuanya, melalui pendekatan dan menambahkan pengetahuan terkait kesehatan reproduksi pada keluarga bapak M
3
Potensial Masalah 1/3 x 1 = 1/3 Untuk di Cegah: Rendah
Adanya perhatian yang baik dari orang tua dan saudara An. L akan perkembangan peran dan tanggung jawabnya.
4
Menonjolnya 2/2 x 1 = 1 Masalah: Perlu segera ditangani
Keluarga mengatakan ada masalah dan segera perlu ditangani karena mereka takut anaknya tidak bisa menjaga kesehatan organ reproduksi
Total
4
1/3
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait dengan gastritis pada anak L No Kriteria Score Pembenaran 1 Sifat Masalah: 3/3 x 1 = 1 Timbul mekanisme koping Aktual negatif baik pada remaja, orangtua, keluarga karena kurangnya kualitas manajemen antara mereka. 2
Kemungkinan 2/2 x 2 = 2 Masalah Untuk di Ubah: Mudah
Pola komunikasi antara remaja dan orang tua merupakan suatu proses yang harus dimulai dan dijaga keberlangsungannya, keluarga sudah memberikan respon positif dengan bertanya cara komunikasi yang baik dengan remaja.
3
Potensial Masalah 3/3 x 1 = 1 Untuk di Cegah: Tinggi
Keluarga sudah mengetahui stressor dan cara mencegahnya.
4
Menonjolnya 1/2 x 1 = 1/2 Masalah: Ada masalah tetapi tidak perlu segera ditangani 5 1/2 Total
Keluarga menganggap masalah terjadi tetapi tidak menjadikan masalah ini prioritas utama.
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait dengan tonsillitis No Kriteria Score Pembenaran 1 Sifat Masalah: 2/3 x 1 = 2/3 Masalah merupakan risiko, saat Risiko ini An. L masih duduk di kelas 2 SMP dan sering kambuh jika makan sembarangan dan walaupun dilarang anak L suka tetap makanan tersebut. Orangtua hanya marah jika sedang kambuh.
2
Kemungkinan 2/2 x 2 = 2 Masalah Untuk di Ubah: Mudah
An. L menyadari bahwa perlu belajar menjaga pola makan jika ingin sehat. Orangtua memiliki kemauan untuk membantu permasalahan.
3
Potensial Masalah 2/3 x 1 = 2/3 Untuk di Cegah: Sedang
Adanya kemauan dari remaja untuk memperbaiki cara memilih menu makan, tetapi kurang bantuan dan dukungan keluarga maupun temannya.
4
Menonjolnya 1/2 x 1 = 1/2 Masalah: Ada masalah tetapi tidak perlu segera ditangani 3 5/6 Total
Masalah ini merupakan proses pembelajaran anak yang hasilnya belum terlihat.
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Tingkat Kemandirian Keluarga Bapak M NO 1
KRITERIA Keluarga menerima petugas kesehatan
YA v
2
Keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana
v
3
Keluarga menyatakan masalah kesehatan secara benar
v
4
Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran
v
5
Keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran
v
6
Keluarga melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
v
TIDAK
PEMBENARAN Keluarga menerima kedatangan mahasiswa dengan senang hati dan penerimaan baik Keluarga menerima pelayanan kesehatan yang sudah direncanakan mahasiswa Keluarga mengatakan bahwa anak L ada masalah dalam menjaga kesehatan organ reproduksi seharihari dan sering kurang peduli terhadap perawatan organ reprodouksi. Keluarga ingin menyadari anak L untuk menjaga kesehatan organ reproduksi, dengan memberikan informasi terkait kesehatan reproduksi dan cara membersihkan organ reproduksi Keluarga melakukan cek ke kliknik atau ke rumah sakit saat ada anggota keluarganya ada yang sakit dan semakin parah. Keluarga terutama anak L mampu melakukan cara membersihkan organ reproduksi secara tepat. Selain itu keluarga harus sering menerapkan komunikasi efektif pada remaja agar mencegah hal yang tidak diinginkan Ibu L harus sering melakukan komunikasi efektif pada remaja dan orangtua harus sering berkomunikasi untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Pada anak L
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
7
Keluarga melaksanakan tindakan promotif secara aktif
v
harus mulai memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk merawat organ reproduksi dan mulai mempraktekan cara membersihkan organ reproduksi secara tepat dan mempraktekan komunikasi efektif di kehidupan seharihari Keluarga belum mampu untuk menularkan informasi yang diperoleh kepada orang lain.
Kesimpulan: Keluarga Bapak M terutama anak L berada pada tahap kemandirian tingkat III
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
FORMAT EVALUASI SUMATIF ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Diagnosa 1: Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Diri terkait Kesehatan Reproduksi No
RESPON KELUARGA
1
Keluarga mampu menyebutkan pengertian remaja, masa remaja, menstruasi, tumbuh kembang remaja, gejala menstruasi, kesehatan reproduksi, perubahan pada remaja, manfaat perawatan organ reproduksi
2
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat jika tidak merawat organ reproduksi, akibat jika tidak berobat terkait kesehatan reproduksi Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 pencegahan masalah kesehatan reproduksi, mampu mempraktekan cara merawat organ reproduksi. Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 modifikasi perilaku untuk menjaga kesehatan reproduksi Keluarga mampu menyebutkan 3 dari manfaat fasilitas kesehatan, menyebutkan 3 jenis fasilitas kesehatan
3
4
5
HASIL Ya Tidak v
Modifikasi intervensi Menjelaskan kembali dengan lembar balik, dijelaskan lebih pelan dan dengan bahasa sendiri yang mudah dimengerti dan diingat.
v
V
v
V
6
Keluarga mampu menyebutkan cara membersihkan organ reproduksi
V
7
Keluarga mampu mendemontrasikan cara membersihkan organ reproduksi
V
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
8
Keluarga mampu memilih sabun yang bagus untuk reproduksi
V
9
Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 cara memodifikasi perilaku untuk menjaga kesehatan reproduksi
v
10
Keluarga mampu menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan yaitu sebagai sarana untuk pemeriksaan, perawatan/pengobatan masalah kesehatan reproduksi dan sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi
V
11
Keluarga mampu menyebutkan 3 fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi yaitu: posyandu, RS, praktek dokter atau klinik
V
12
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk menangani masalah kesehatan reproduksi
V
Diagnosa 2 : Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait dengan tonsillitis No
RESPON KELUARGA
HASIL Ya Tidak V
1
Keluarga mampu menyebutkan pengertian dari tonsilitis
2
Keluarga mampu menyebutkan 3 penyebab tonsilitis
V
3
Keluarga mampu menyebutkan 5
V
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Modifikasi intervensi
dari 7 tanda dan gejala tonsillitis
4
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari akibat tonsilitis
V
5
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari cara pencegahan tonsilitis
V
6
Keluarga mampu menyebutkan 3 cara perawatan tonsilitis
V
7
Keluarga mampu mendemonstrasikan tehnik relaksasi tarik napas dalam.
V
8
Keluarga mampu mendemonstrasikan kompres air hangat
V
9
Keluarga mampu mendemonstrasikan cara pembuatan obat tradisional untuk tonsilitis
V
10
Keluarga dapat menyebutkan memodifikasi perilaku Keluarga mampu melakukan modifikasi perilaku untuk mengatasi tonsilitis Keluarga mampu menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan yaitu sebagai sarana untuk pemeriksaan, perawatan/pengobatan asam urat dan sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat untuk mengatasi masalah tonsilitis
V
Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: Puskesmas, Rumah
V
11
12
13
V
V
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
sakit dan Klinik dokter 14
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk menangani masalah tonsilitis
V
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA No. Diagnosa Keperawatan 1.
Kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi pada remaja
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Jangka Panjang
Jangka Pendek
Kriteria
Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 11 kali kunjungan, remaja dapat mengerti tentang kesehatan reproduksi dan cara membersihkan organ reproduksi secara benar
Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 2x60 menit, keluarga:
Rencana Intervensi
Standar
1. Mampu mengenal masalah kesehatan reproduksi, dengan:
Menyebutkan arti pengertian remaja, masa remaja, tumbuh kembang remaja, Respon menstruasi, keputihan verbal dan kesehatan reproduksi
Menjelaskan perubahan dialami remaja
yang
-
-
Pengertian remaja yaitu remaja merupakan orang-orang yang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa; Pengertian masa remaja adalah suatu periode masa pematangan
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
1.1.1. Dengan menggunakan lembar balik jelaskan pada keluarga tentang arti remaja, masa remaja, tumbuh kembang remaja, menstruasi, keputihan dan kesehatan reproduksi, perubahan yang dialami remaja 1.1.2. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan.
-
-
Respon verbal
organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa peralihan Pengertian tumbuh kembang remaja yaitu masa pertumbuhan dan perkembangan remaja diawali dengan masa pubertas Pengertian menstruasi adalah pelepasan darah dan sel-sel dari dinding rahim melalui vagina Pengertian Fluor albus adalah cairan selain darah yang keluar dari liang senggama (vagina) yang berwarna putih seperti sagu kental atau kekuningkuningan, baik berbau ataupun
Peubahan remaja : -
yang
1.2.1. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab tidak menjaga kesehatan reproduksi dengan menggunakan lembar balik
1.2.2. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan. 1.2.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat. 1.3.1. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda gejala menstruasi 1.3.2 Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
dialami
Pinggul melebar Pertumbuhan rahim
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
1.1.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
1.4.1.Jelaskan dengan menggunakan lembar balik jenis dan tandatanda jika tidak menjaga
-
-
dan vagina Tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak Payudara membesar Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat
kesehatan reproduksi
1.4.2. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan 1.4.3. Beri reinforcement positf atas jawaban yang tepat.
1.5.1. Bantu keluarga mengenali adanya masalah resiko dari kesehatan reproduksi karena ISPA dari tanda dan gejala. 1.5.2. Bantu keluarga jika kesulitan mengidentifikasi. 1.5.3. beri reinforcement positif atas usaha kelurga.
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Minimal 3 dari 4 penyebab tidak menjaga kesehatan reproduksi : Menyebutkan penyebab tidak menjaga kesehatan reproduksi.
-
Virus/bakteri. Keputihan Lingkungan yang kurang mendukung (kejahatan). 2.1.1. Jelaskan dengan lembar balik Kurang gizi. dan gambar tentang dampak lanjut jika merawat organ reproduksi 2.1.2 Tanyakan pada keluarga hal yang belum di mengerti.
Respon verbal
2.1.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat Minimal 3 dari 5 tandatanda gejala menstruasi : -
Nyeri perut Mual Sakit kepala Mudah lelah Payudara terasa nyeri.
Respon verbal
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
2.2.1.Motivasi keluarga untuk memutuskan tentang tindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi. 2.2.2. Berikan reinforcement positif bila keluarga sudah
Menyebutkan tanda gejala menstruasi.
memutuskan untuk mengatasi masalah. Jenis dan tanda-tanda tidak merawat organ reproduksi :
-
Gonorrhea Sifilis Herpes genitalis Candidiasis Kutu pubis HIV / AIDS:
Menyebutkan jenis dan tanda-tanda jika tidak merawat organ reproduksi.
3.1.1. Jelaskan dan demonstrasikan cara merawat organ reproduksi 3.1.2. Minta keluarga menjelaskan kembali. 3.1.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Respon verbal
1.Mengenal adanya masalah kesehatan reproduksi pada anggota keluarga berdasarkan tanda-tanda dan gejala yang ada.
4.1.1.
Mengidentifikasi adanya masalah kesehatan reproduksi pada anggota keluarga.
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Motivasi keluarga untuk melakukan modifikasi perilaku untuk merawat organ reproduksi secara benar
4.1.2. Lakukan kunjungan rumah tiba-tiba untuk mengevaluasi apakah keluarga memodifikasi perilaku remaja. 4.1.3. Berikan reinforcement positif bila jawaban keluarga sesuai dengan standar.
Respon verbal
Minimal 2 dari 4 manfaat menjaga kesehatan reproduksi : -
2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan reproduksi remaja, dengan:
-
Menyebutkan dampak lanjut dari kesehatan reproduksi.
Respon verbal. -
Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar vagina Mempertahankan Ph manfaat fasilitas derajat keasaman 5.1.1.Jelaskan kesehatan terkait keluhan yang vagina normal, yaitu ada. 3,5 sampai 4,5. Mencegah rangsangan 5.1.2.Evaluasi kembali hasil tumbuhnya jamur, penjelasan yang diberikan. bakteri. Mencegah munculnya 5.1.3. Beri reinforcement positif bila keputihan dan virus; jawaban sesuai dengan standar.
Menyatakan perlu suatu perawatan dan pengobatan untuk mengatasi dan 5.2.1 Diskusikan bersama keluarga mencegah masalah mengenai fasilitas kesehatan yang kesehatan reproduksi ada disekitar tempat tinggal
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
5.2.2 Motivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi Memutuskan merawat
untuk
5.2.3 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
5.3.1. Memotivasi keluarga untuk mengunjungi pelayanan kesehatan.
Respon verbal dan psiko motor.
3. Mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan reproduksi remaja, dengan:
5.3.2.
Minimal 4 dari 6 cara menjaga kesehatan organ reproduksi: -
Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara membersihkan organ reproduksi wanita
-
-
Membersihkan daerah kewanitaan Menjaga kesehatan pada masa menstruasi Memilih pakaian dalam (celana dalam & BH) yang terbuat dari bahan alami(katun) Mendemontrasikan
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Beri reinforcement positif setelah keluarga pergi ke pelayanan kesehatan.
cara merawat reproduksi
organ
-
Bersama mahasiswa dan keluarga melakukan modifikasi perilaku untuk merawat organ reproduksi sesuai dengan cara yang telah diajarkan.
-
Terlihat perilaku yang baik dalam merawat organ reproduksi
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Respon verbal
Manfaat fasilitas bagi yang masalah terutama reproduksi: -
Setelah dilakukan pertemuan ke 2 sebanyak 1x 60 menit, keluarga:
-
4. Mampu memodifikasi perilaku
kesehatan memiliki kesehatan kesehatan
Mendapatkan perawatan secara langsung. Memperoleh informasi tentang cara perawatan dirumah. Mendapatkan terapi pengobatan.
Fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: - Puskesmas - Rumah sakit
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
- Klinik dokter
5. Mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat, dengan:
Respon verbal
Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan terkait masalah kesehatan reproduksi
Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan.
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Respon verbal
Menyebutkan fasilitas kesehatan terdekat.
Respon afektif
Memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan Jangka Panjang
Jangka Pendek
1.
Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 12 kali kunjungan masalah gastritis dapat teratasi
Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 3x60 menit, keluarga:
Ketidakefektif an manajemen kesehatan diri terkait dengan gastritis
Kriteria Evaluasi Kriteria
Standar
Respon verbal
Pengertian gastritis yaitu peradangan yang terjadi pada lapisan lambung atau lapisan dalam kantung nasi (kondisi perlukaan pada lambung)
Rencana Intervensi
1. Mampu mengenal masalah gastritis, dengan:
Menyebutkan arti pengertian gastritis 1.1.4. Dengan menggunakan lembar balik jelaskan pada keluarga tentang arti gastritis 1.1.5. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan. 1.1.6. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat. 1.2.4. Jelaskan
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
pada
keluarga
tentang penyebab gastritis dengan menggunakan lembar balik 1.2.5. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan. 1.2.6. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat. Minimal 3 dari 4 penyebab gastritis: Menyebutkan penyebab gastritis
Respon verbal
1.3.2
Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda gastritis
Pola makan tidak teratur Sering makan makanan 1.3.2 Beri reinforcement positif yang pedas, asam atas jawaban yang tepat. Makan terlalu cepat dan banyak Suka minum kopi 1.4.1.Jelaskan dengan menggunakan Suka makan makanan lembar balik jenis dan tandayang mengandung gas tanda gastritis (kubis / kol, sawi, 1.4.2 Evaluasi penjelasan yang nangka) telah diberikan Suka minuman yang 1.4.3. Beri reinforcement positf atas beralkohol jawaban yang tepat. Stress.
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Menyebutkan tanda gastritis
tandaRespon verbal
Minimal 3 dari 5 tandatanda gastritis : -
Nyeri Mual Muntah . Pusing . Kelemahan .
Jenis gastritis dan tandatandanya :
Menyebutkan jenis dan tanda-tanda gastritis. Respon verbal
Akut : terjadi mendadakan / baru (kurang dari 6 bulan) Kronik : terjadi menahun / lama (lebih dari 6 bulan) Nafas cepat. 2.Mengenal adanya gastritis pada anggota keluarga berdasarkan tanda-tanda dan gejala
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
1.5.1. Bantu keluarga mengenali adanya masalah resiko nyeri karena gastritis dari tanda dan gejala. 1.5.2. Bantu keluarga jika kesulitan mengidentifikasi. 1.5.3. beri reinforcement positif atas usaha kelurga.
yang ada.
2.1.1. Jelaskan dengan lembar balik dan gambar tentang damapak lanjut gastritis. 2.1.2 Tanyakan pada keluarga hal yang belum di mengerti. 2.1.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat
2.2.1.Motivasi keluarga untuk memutuskan tentang tindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi gastritis
Mengidentifikasi adanya gastritis pada anggota keluarga. Respon verbal
Minimal 2 dari 4 dampak lanjut gastritis : -
Nyeri hebat pada perut Pengikisan dinding lambung Diare
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
2.2.2. Berikan reinforcement positif bila keluarga sudah memutuskan untuk mengatasi masalah.
-
Perdarahan lambung Kanker lambung
2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan gastritis, dengan:
Menyebutkan dampak gastritis.
3.1.1. Jelaskan dan demonstrasikan cara merawat gastritis (nyeri) : kompres air hangat Menyatakan perlu suatu perawatan dan pengobatan 3.1.2. Minta keluarga menjelaskan kembali. untuk mengatasi dan mencegah gastritis 3.1.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
lanjut
Respon verbal
Memutuskan
pada
untuk
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
merawat
Respon verbal.
Minimal 4 dari 6 cara merawat gastritis : -
3. Mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan gastritis dengan:
-
Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara merawat anggota keluarga dengan gastritis
4.1.1.
Motivasi keluarga untuk melakukan modifikasi perilaku untuk mengatasi gastritis
Istirahat minimal 8jam. Tetap berikan makanan bergizi. Kompres air hangat 4.1.2. Lakukan kunjungan rumah tiba-tiba untuk mengevaluasi jika nyeri apakah keluarga memodifikasi Makan makanan yang perilaku agak lunak Minum air hangat / teh 4.1.3. Berikan reinforcement positif hangat sebelum makan bila jawaban keluarga sesuai agar tidak terasa mual dengan standar. Minum susu untuk menetralakan asam lambung
Respon verbal dan
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
psiko motor. -
-
Bersama mahasiswa 5.1.1.Jelaskan manfaat fasilitas dan keluarga kesehatan terkait keluhan yang melakukan modifikasi ada. perilaku dan kembali hasil menghindari makanan 5.1.2.Evaluasi penjelasan yang diberikan. sesuai dengan cara yang telah diajarkan. 5.1.3. Beri reinforcement positif bila jawaban sesuai dengan standar. Terlihat perilaku yang baik untuk gastritis
5.2.1 Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal 5.2.2 Motivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi 5.2.3 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga Manfaat fasilitas kesehatan
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
bagi penderita gastritis: -
-
Setelah dilakukan pertemuan ke 2 sebanyak 1x 60 menit, keluarga:
Mendapatkan 5.3.1. Memotivasi keluarga untuk perawatan secara mengunjungi pelayanan langsung. kesehatan. Memperoleh informasi tentang cara perawatan 5.3.2. Beri reinforcement positif setelah keluarga pergi ke dirumah. pelayanan kesehatan. Mendapatkan terapi pengobatan.
Fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: - Puskesmas - Rumah sakit - Klinik dokter
4. Mampu memodifikasi perilaku
Respon verbal
Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit gastritis
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
5. Mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat, dengan:
Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan.
Respon
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
verbal
Menyebutkan fasilitas kesehatan terdekat.
Memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Respon verbal
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Respon afektif
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bp. M Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf Ke dan Waktu 1 24 Mei 2013 1. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang Subjektif : jam 13.00 diketahui keluarga mengenai pengertian Keluarga (Ibu. L) mampu WIB remaja, masa remaja, tumbuh kembang menyebutkan pengertian remaja, remaja, menstruasi, keputihan, gejala masa remaja, tumbuh kembang keputihan dan manfaat perawatan organ remaja, menstruasi, keputihan, gejala reproduksi keputihan dan manfaat perawatan 2. Memberikan informasi kepada keluarga organ reproduksi mengenai pengertian remaja, masa remaja, Ibu. L mampu menyebutkan tumbuh kembang remaja, menstruasi pengertian membersihkan reproduksi keputihan, gejala keputihan dan manfaat Ibu. L mampu menyebutkan perawatan organ reproduksi dengan penyebab jika tidak merawat organ menggunakan media lembar balik dan leaflet. reproduksi 3. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang Ibu. L mampu menyebutkan syaratdiketahui keluarga mengenai pengertian cara syarat cara merawat organ reproduksi menjaga organ reproduksi dalam keluarga. 4. Memberikan informasi kepada keluarga Ibu. L mampu mengidentifikasi cara mengenai pengertian membersihkan organ merawat organ reproduksi pada reproduksi dengan menggunakan media keluarga Bp. M lembar balik dan leaflet. Ibu. L mampu menyebutkan risiko 5. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang akibat masalah kesehatan reproduksi diketahui keluarga tentang penyebab dalam keluarga bila tidak diatasi membersihkan organ reproduksi Ibu. L mampu mengambil keputusan 6. Memberikan informasi kepada keluarga untuk mengikuti program masalah tentang penyebab tidak membersihkan organ kesiapan dalam meningkatkan
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
reproduksi dengan menggunakan media pengetahuan terkait kesehatan lembar balik dan leaflet. reproduksi. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang Ibu. L mampu menyebutkan jenisdiketahui keluarga tentang syarat-syarat jenis cara merawat organ reproduksi membersihkan organ reproduksi. Ibu. L mampu menyebutkan Memberikan informasi kepada keluarga hambatan dalam merawat organ tentang syarat-syarat membersihkan organ reproduksi reproduksi dalam keluarga dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Objektif: Memotivasi keluarga untuk menyebutkan Orang tua (Ibu. L) dan remaja (Anak syarat-syarat membersihkan organ reproduksi L) dapat mendemonstrasikan cara dalam keluarga. membersihkan organ reproduksi Membantu keluarga untuk mengidentifikasi secara tepat dengan remaja cara menjaga organ reproduksi pada keluarga Orang tua (Ibu. L) dan remaja (Anak bapak M L) dapat mendemonstrasikan cara Mendiskusikan bersama keluarga apa yang merawat organ reproduksi pada diketahui keluarga tentang risiko akibat remaja masalah kesehatan reproduksi dalam keluarga bila tidak diatasi. Analisis: Memberikan informasi kepada keluarga TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai tentang risiko akibat masalah kesehatan dengan keluarga telah mampu reproduksi dalam keluarga bila tidak diatasi mengenal kesehatan reproduksi serta dengan menggunakan media lembar balik dan merawat organ reproduksi antara leaflet. orangtua dan remaja , mengambil Memotivasi anggota keluarga dalam keputusan dalam menciptakan mengambil keputusan untuk mengikuti kebersihan pada reproduksi dan program masalah ketidakefektifan koping mendemonstrasikan cara terutama masalah komunikasi. membersihkan organ reproduksi Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang jenis-jenis cara Planning:
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
merawat organ reproduksi 15. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai jenis-jenis cara merawat organ reproduksi dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 16. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang hambatan dalam merawat organ reproduksi 17. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai hambatan dalam menjaga organ reproduksi dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 18. Mendemonstrasikan dengan keluarga cara membersihkan organ reproduksi antara orang tua dan remaja. 19. Memberi kesempatan keluarga bertanya. 20. Memberi kesempatan keluarga mendemonstrasikan kembali cara membersihkan reproduksi antara orang tua dan remaja 21. Memberikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. 22. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 23. Memberikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 24. Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 25. Memberikan reinforcement positif atas usaha
Evaluasi TUK 1, 2 dan 3 kemudian lanjutkan ke TUK 4 dan 5
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
1
27 Mei 2013 1. jam 10.00 2. WIB
3.
4.
5.
6.
7.
8.
keluarga. Mengevaluasi TUK 1 – 3 Subjektif : Mendiskusikan bersama keluarga apa yang Keluarga (Ibu. L) mampu diketahui keluarga tentang faktor-faktor menyebutkan kembali pengertian dalam diri remaja untuk mendukung merawat remaja, masa remaja, tumbuh organ reproduksi kembang remaja, menstruasi, Memberikan informasi kepada keluarga keputihan, gejala keputihan dan mengenai faktor-faktor dalam diri remaja manfaat perawatan organ reproduksi untuk mendukung merawat organ reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan kembali dengan menggunakan media lembar balik dan pengertian membersihkan organ leaflet. reproduksi Mendiskusikan bersama keluarga apa yang Ibu L mampu menyebutkan kembali diketahui keluarga tentang faktor-faktor penyebab jika tidka merawat organ dalam diri orang tua untuk mendukung reproduksi merawat organ reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan kembali Memberikan informasi kepada keluarga syarat-syarat merawat organ mengenai faktor-faktor dalam diri orang tua reproduksi dalam keluarga. untuk mendukung merawat organ reproduksi Ibu. L mampu mengidentifikasi dengan menggunakan media lembar balik dan kembali tidak merawat organ leaflet. reproduksi keluarga Bp. M Mendiskusikan bersama keluarga apa yang Ibu. L mampu menyebutkan kembali diketahui keluarga tentang faktor-faktor risiko akibat masalah kesehatan perilaku untuk mendukung merawat organ reproduksi dalam keluarga bila tidak reproduksi diatasi Memberikan informasi kepada keluarga Ibu. L mengatakan sudah mengenai faktor-faktor perilakuuntuk mengusahakan mengingatkan untuk mendukung merawat organ reproduksi peduli dalam merawat organ dengan menggunakan media lembar balik dan reproduksi pada remaja leaflet. Ibu. L mampu mengambil keputusan Mendiskusikan bersama keluarga mengenai untuk mengikuti program masalah
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
9.
10. 11. 12.
13. 14. 15.
jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk berkonsultasi masalah kesehatan reproduksi antara orang tua dan remaja yang ada disekitar tempat tinggal. Memotivasi keluarga untuk mengulang jenisjenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga. Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan. Memberikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman yang benar. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. Memberikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan kembali jenis-jenis cara merawat organ reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan kembali hambatan dalam merawat organ reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan faktorfaktor dalam diri remaja untuk mendukung merawat organ reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan faktorfaktor dalam diri orang tua untuk mendukung merawat organ reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan faktorfaktor lingkungan untuk mendukung merawat organ reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan jenisjenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk berkonsultasi masalah kesehatan reproduksi antara orang tua dan remaja yang ada disekitar tempat tinggal. Objektif: Orang tua (Ibu. L) dapat mendemonstrasikan kembali cara
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
membersihkan organ reproduksi secara tepat dengan remaja Orang tua (Ibu. L) dapat mendemonstrasikan kembali cara merawat organ reproduksi Analisis: TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu mengenal kesehatan reproduksi serta cara merawat organ reproduksi, mengambil keputusan dalam menciptakan kesehatan pada reproduksi dalam keluarga dan mendemonstrasikan cara membersihkan reproduksi pada remaja. TUK 4 dan 5 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan / perilaku dan memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memfasilitasi kesehatan reproduksi dalam keluarga antara orang tua dan remaja. Planning: Evaluasi TUK 1 – 5 untuk diagnosa pertama (Kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan reproduksi keluarga Bp.
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
1
29 Mei 2013 1. jam 10.00 WIB
Mengevaluasi TUK 1 – 5
M) Subjektif : Keluarga (Ibu. L) mampu menyebutkan pengertian remaja, masa remaja, tumbuh kembang remaja, menstruasi, keputihan, gejala keputihan dan manfaat perawatan organ reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan pengertian membersihkan reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan penyebab jika tidak merawat organ reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan syaratsyarat cara merawat organ reproduksi dalam keluarga. Ibu. L mampu mengidentifikasi cara merawat organ reproduksi pada keluarga Bp. M Ibu. L mampu menyebutkan risiko akibat masalah kesehatan reproduksi dalam keluarga bila tidak diatasi Ibu. L mampu mengambil keputusan untuk mengikuti program masalah kesiapan dalam meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan reproduksi. Ibu. L mampu menyebutkan jenisjenis cara merawat organ reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
hambatan dalam merawat organ reproduksi Ibu. L mampu mengambil keputusan untuk mengikuti program masalah kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan kembali jenis-jenis cara merawat organ reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan kembali hambatan dalam merawat organ reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan faktor-faktor dalam diri remaja untuk mendukung merawat organ reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan faktorfaktor dalam diri orang tua untuk mendukung merawat organ reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan faktorfaktor lingkungan untuk mendukung merawat organ reproduksi Ibu. L mampu menyebutkan jenisjenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk berkonsultasi masalah kesehatan reproduksi antara orang tua dan remaja yang ada disekitar tempat tinggal. Objektif:
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Orang tua (Ibu. L) dan remaja (Anak L) dapat mendemonstrasikan kembali cara membersihkan organ reproduksi dengan remaja Orang tua (Ibu. L) dan remaja (Anak L) dapat mendemonstrasikan kembali cara merawat organ reproduksi Analisis: TUK 1 – 5 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu mengenal kesehatan reproduksi antara orang tua dengan remaja, mengambil keputusan dalam menciptakan perilaku peduli akan reproduksi dalam keluarga, mendemonstrasikan cara membersihkan organ reproduksi dengan anak remaja, memodifikasi lingkungan / perilaku dan memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memfasilitasi kesehatan reproduksi dalam keluarga antara orang tua dan remaja. Planning: TUK 1 – 3 untuk diagnosa ke dua (ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait dengan tonsillitis remaja pada keluarga Bp. M khususnya An. L)
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
2
1 Juni 2013 1. jam 10.00 WIB 2.
Mendiskusikan bersama keluarga apa yang Subjektif : diketahui keluarga mengenai pengertian Keluarga (Ibu. L) mampu gastritis menyebutkan pengertian gastritis Memberikan informasi kepada keluarga Ibu. L mampu menyebutkan mengenai pengertian gastritis dengan pengertian gastritis pada remaja menggunakan media lembar balik dan leaflet. Ibu. L mampu menyebutkan definisi 3. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang tumbuh kembang remaja diketahui keluarga mengenai pengertian Ibu. L mampu menyebutkan syaratremaja. syarat menjaga pola makan terkait 4. Memberikan informasi kepada keluarga gastritis dalam keluarga. mengenai pengertian remaja dengan Ibu. L mampu menyebutkan cara menggunakan media lembar balik dan leaflet. menjaga pola makan terkait gastritis 5. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang pada remaja. diketahui keluarga tentang definisi tumbuh Ibu. L mampu mengidentifikasi An. kembang remaja L termasuk dalam remaja 6. Memberikan informasi kepada keluarga Ibu. L mampu menyebutkan akibat tentang definisi gastritis pada remaja dengan jika tidak menjaga pola makan pada menggunakan media lembar balik dan leaflet. remaja 7. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang Ibu. L mampu menyebutkan akibat diketahui keluarga tentang gejala gastritis jika tidak menjaga pola makan pada 8. Memberikan informasi kepada keluarga remaja. tentang gejala gastritis pada remaja dengan Ibu. L mampu menyebutkan akibat menggunakan media lembar balik dan leaflet. tidak merawat kesehatan pada 9. Menanyakan kepada keluarga, adakah remaja. anggota keluarga yang memiliki kriteria Ibu. L mampu mengambil keputusan remaja sebagaimana yang telah dibahas. untuk mengasuh anak remaja dengan 10. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang tepat sesuai dengan masalah gastritis diketahui keluarga tentang akibat jika tidak Ibu. L mampu menyebutkan sikap dirawat gastritis orang tua dalam mengasuh anak 11. Memberikan informasi kepada keluarga remaja
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18. 19.
20.
mengenai akibat gastritis pada remaja dengan Ibu. L mampu menyebutkan sikap menggunakan media lembar balik dan leaflet. anak remaja dalam menjalani masa Mendiskusikan bersama keluarga apa yang remaja diketahui keluarga tentang akibat jika tidak merawat kesehatan pada remaja. Objektif: Memberikan informasi kepada keluarga Orang tua (Ibu. L) dan remaja (Anak mengenai akibat dari gastritis pada remaja L) dapat mendemonstrasikan cara dengan menggunakan media lembar balik dan kompres air hangat saat nyeri leaflet. Analisis: Mendiskusikan bersama keluarga apa yang TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai diketahui keluarga tentang akibat tidak dengan keluarga telah mampu menjaga pola makan mengenal masalah gastritis pada Memberikan informasi kepada keluarga remaja, mengambil keputusan yang mengenai akibat dampak dari gastritis pada tepat untuk mengasuh anak remaja remaja dengan menggunakan media lembar dan mendemonstrasikan cara balik dan leaflet. kompres air hangat dengan anak Membantu keluarga untuk mengenal dan remaja. menyadari akan adanya remaja di keluarganya. Planning: Membantu keluarga untuk memutuskan Evaluasi TUK 1, 2 dan 3 kemudian mengasuh anak remaja dengan tepat sesuai lanjutkan ke TUK 4 dan 5 dengan tumbuh kembangnya. Mendorong keluarga untuk menceritakan sikap orang tua dalam merawat anak remaja. Menginformasikan kepada keluarga tentang sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Mendorong keluarga untuk menceritakan sikap anak remaja dalam merawat gastritis
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
2
21. Menginformasikan kepada keluarga tentang sikap anak remaja dalam menjaga pola makan pada remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 22. Menanyakan kepada keluarga, hal apa yang telah dibicarakan dengan anggota keluarga yang remaja. 23. Memberikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. 24. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 25. Memberikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 26. Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 27. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 6 Juni 2013 1. Mengevaluasi TUK 1 – 3 Subjektif : jam 10.00 2. Mendiskusikan cara memodifikasi Keluarga (Ibu. L) mampu WIB lingkungan / perilaku yang sesuai dengan menyebutkan pengertian gastritis remaja. Ibu. L mampu menyebutkan 3. Menjelaskan kepada keluarga tentang cara pengertian gastritis pada remaja memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan Ibu. L mampu menyebutkan definisi remaja dengan menggunakan media lembar tumbuh kembang remaja balik dan leaflet. Ibu. L mampu menyebutkan syarat4. Memotivasi keluarga untuk menjelaskan syarat menjaga pola makan terkait kembali cara memodifikasi lingkungan yang gastritis dalam keluarga. sesuai dengan remaja. Ibu. L mampu menyebutkan cara 5. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai menjaga pola makan terkait gastritis
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal. 6. Memotivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi. 7. Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan. 8. Menanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. 9. Menjelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. 10. Memberikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
pada remaja. Ibu. L mampu mengidentifikasi An. L termasuk dalam remaja Ibu. L mampu menyebutkan akibat jika tidak menjaga pola makan pada remaja Ibu. L mampu menyebutkan akibat jika tidak menjaga pola makan pada remaja. Ibu. L mampu menyebutkan akibat tidak merawat kesehatan pada remaja. Ibu. L mampu mengambil keputusan untuk mengasuh anak remaja dengan tepat sesuai dengan masalah gastritis Ibu. L mengatakan sudah mengusahakan merawat anaknya ketika sakit Ibu. L mampu menyebutkan cara memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan remaja Ibu. L mampu menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal Objektif: Orang tua (Ibu. L) dapat mendemonstrasikan kembali cara kompres air hangat jika nyeri
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Analisis: TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu mengenal masalah gastritis remaja, mengambil keputusan yang tepat untuk mengasuh anak remaja dan mendemonstrasikan kompres air hangat dengan anak remaja. TUK 4 dan 5 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memfasilitasi dalam masalah gastritis pada remaja.
2
8 Juni 2013 1. jam 10.00 WIB
Mengevaluasi TUK 1 – 5
Planning: Evaluasi TUK 1 – 5 untuk diagnosa ke dua (ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada keluarga Bp.M khususnya An. L) Subjektif : Keluarga (Ibu. L) mampu menyebutkan pengertian gastritis Ibu. L mampu menyebutkan pengertian gastritis pada remaja Ibu. L mampu menyebutkan definisi tumbuh kembang remaja Ibu. L mampu menyebutkan syaratsyarat menjaga pola makan terkait gastritis dalam keluarga.
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
Ibu. L mampu menyebutkan cara menjaga pola makan terkait gastritis pada remaja. Ibu. L mampu mengidentifikasi An. L termasuk dalam remaja Ibu. L mampu menyebutkan akibat jika tidak menjaga pola makan pada remaja Ibu. L mampu menyebutkan akibat jika tidak menjaga pola makan pada remaja. Ibu. L mampu menyebutkan akibat tidak merawat kesehatan pada remaja. Ibu. L mampu mengambil keputusan untuk mengasuh anak remaja dengan tepat sesuai dengan masalah gastritis Ibu. L mengatakan sudah mengusahakan merawat anaknya ketika sakit Ibu. L mampu menyebutkan cara memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan remaja Ibu. L mampu menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal Objektif: Orang tua (Ibu. L) dapat mendemonstrasikan kembali cara
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013
kompres air hangat pada remaja Analisis: TUK 1 – 5 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu mengenal masalah gastritis remaja, mengambil keputusan yang tepat untuk mengasuh anak remaja, mendemonstrasikan kompres air dengan anak remaja, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memfasilitasi memfasilitasi dalam menerapkan masalah kesehatan gastritis Planning: Evaluasi sumatif untuk diagnosa keperawatan ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. M
Asuhan keperawatan..., Ni Komang Ratih, FIK UI, 2013