UNIVERSITAS INDONESIA
PENGELOLAAN SEKOLAH SEPAKBOLA INTERNASIONAL : STUDI TENTANG PROSPEK MOBILITAS SOSIAL PADA SISWA LIVERPOOL INTERNATIONAL SOCCER SCHOOLS MENJADI PEMAIN SEPAKBOLA
SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial
DUFRI ANDREAS 0806463813
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI SOSIOLOGI DEPOK Januari 2013
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGELOLAAN SEKOLAH SEPAKBOLA INTERNASIONAL : STUDI TENTANG PROSPEK MOBILITAS SOSIAL PADA SISWA LIVERPOOL INTERNATIONAL SOCCER SCHOOLS MENJADI PEMAIN SEPAKBOLA
SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial
DUFRI ANDREAS 0806463813
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI SOSIOLOGI DEPOK Januari 2013
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat, karunia, serta pertolongan Tangan-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan selesainya Skripsi ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, baik yang secara langsung maupun tidak langsung telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada : (1)
Yang paling utama, saya sungguh-sungguh berterima kasih kepada kedua orangtua saya, (alm) Bapa dan Mama. Atas seluruh bantuan dukungan mereka baik secara material, moral, dan doa selama saya bersekolah di tempat ini. Juga kepada Abang dan adik saya, serta seluruh keluarga Opung Alex dan Opung Ruben.
(2)
Lidya
Triyana,
memberikan
M.Si,
selaku
pembimbing
akademik,
yang telah
arahan, dan masukannya selama masa perkuliahan saya di
program sarjana sosiologi UI (3)
Drs. M. Iqbal Djajadi, M.Si, selaku pembimbing skripsi, yang telah bersedia untuk selalu direpotkan dan juga memberikan bimbingan, saran, masukan dan kritik terhadap tulisan-tulisan yang saya buat. Secara khusus saya sangat salut dan berterima kasih dengan cara bimbingan yang telah Babeh berikan kepada saya.
(4)
Yosef Hillarius, M.Si, selaku penguji skripsi, yang telah memberikan banyak masukan, dan juga tambahan buku kepada saya untuk memperkuat tulisan ini.
(5)
Dosen-dosen Program Sarjana Sosiologi yang tak bisa saya sebutkan satu per satu, namun jasa-jasanya begitu besar dalam memberikan pengetahuan, pola pikir, dan wawasan saya selama saya belajar di Sosiologi UI.
(6)
Pihak Liverpool International Soccer Schools yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan melakukan pencarian data di tempat ini. Khususnya untuk informan saya dan beberapa orangtua siswa yang mau menjawab pertanyaan yang saya berikan.
vi Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
(7)
Teman-teman Sosiologi 2008 yang telah banyak memberikan cerita, pengalaman, dan kenangan yang sulit dilupakan. Secara khusus untuk Sahabat KK yang telah memberikan perhatian dan doanya ( Dika, Donny, Zico ), teman satu bimbingan dan main Badminton bersama Babeh (Mia, Ardi, Bogel, Purna, dan Dea), serta sahabat-sahabat di sosio 2008 yang telah banyak memberikan cerita bagi saya selama di sosio (Andy, Aji, Tangkas, Aulia, Donny, Zico, Bubur, Dady, Agni, Dina, dan Dawud)
(8)
Seluruh teman, kerabat, dan keluarga yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan bantuan yang sangat bermanfaat selama ini dalam kehidupan saya.
Jakarta, 16 Januari 2013
Penulis
vii Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
ABSTRAK Nama
: Dufri Andreas
Program Studi
: Sosiologi
Judul
: Pengelolaan Sekolah Sepakbola Internasional : Studi tentang Prospek Mobilitas Sosial Pada Siswa Liverpool International Soccer Schools Menjadi Pemain Sepakbola Profesional
Skripsi ini meneliti prospek mobilitas sosial anak-anak yang berlatih di sekolah sepakbola Internasional, khususnya di Liverpool International Soccer Schools menjadi pemain sepakbola profesional. Konsep yang digunakan adalah mobilitas sosial dan stratifikasi sosial. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, peneliti melakukan wawancara mendalam dan observasi langsung terhadap subjek yang diteliti serta mengkaji berbagai literatur terkait. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak yang berlatih di Liverpool International Soccer Schools memiliki prospek perkembangan masa depan yang kurang baik untuk menjadi pemain sepakbola profesional. Kecilnya prospek perkembangan anak-anak tersebut disebabkan SSB ini hanya dapat di akses oleh anak-anak kelas menengah ke atas. Bagi sebagian masyarakat kelas menengah atas, khususnya yang berlatih di SSB ini, program kegiatan olahraga seperti sepakbola merupakan kegiatan pengisi waktu luang yang terbaik dan dapat memperkuat status kelas sosial dan prestise mereka. Kata kunci: mobilitas sosial, Sekolah sepakbola, Liverpool International Soccer Schools
ix
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
ABSTRACT Name
: Dufri Andreas
Study Program
: Sociology
Title
: Management of International Soccer Schools : Study of Prospect Social Mobility Students Liverpool International Soccer Schools be a professional football player
This under-graduate thesis examines the prospect Social Mobility of Children who practice in International Football Schools especially practicing in liverpool international soccer schools to be professional football player. This research uses a social mobility and social stratification. The research used Qualitative method approach. The researcher directly observe to the people being studied and also review of various literature that related. The results of this study show that Children who practice in liverpool international soccer schools has prospect of future developments not good enough for to be a professional football player, because liverpool international soccer schools can only be in access by the middle and upper class, For some people from middle upper-class, especially that practice in this Football Schools, programs of sport activies such as football is the best pastime activity and able to strengthen social class status and prestige .
Keywords: social mobility, Soccer school, Liverpool International Soccer Schools
x
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINIL........................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN UNTUK KEAKURATAN DATA....................................... v UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................................ vi HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................... viii ABSTRAK............................................................................................................................. ix ABSTRACT...........................................................................................................................x DAFTAR ISI......................................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR, TABEL, BAGAN............................................................................ xiv
BAB I : PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Masalah............................................................................................ 1
1.2.
Permasalahan............................................................................................................. 4
1.3.
Tujuan Penelitian........................................................................................................6
1.4.
Signifikasnsi Peneltian............................................................................................... 7
1.4.1
Akademis....................................................................................................... 7
1.4.2
Praktis............................................................................................................ 7
BAB II : KERANGKA PEMIKIRAN 2.1
Studi Mengenai Sepakbola........................................................................................ 8
2.2
Definisi Konseptual................................................................................................... 11 2.2.1
Mobilitas Sosial........................................................................................... 11
2.2.2
Stratifikasi Sosial........................................................................................... 12
2.2.3
Pemain Profesional........................................................................................ 13
2.2.4
Pengelolaan Sepakbola.................................................................................. 13
2.3
Studi Sosiologi Olahraga mengenai anak-anak dalam dunia Olahraga..................... 14
2.4
Sepakbola dan Sekolah Sepakbola.............................................................................18
xi
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1
Pendekatan Penelitian................................................................................................ 20
3.2
Subjek Penelitian....................................................................................................... 20
3.3
Lokasi Penelitian........................................................................................................21
3.4
Penentuan Informan................................................................................................... 22
3.5
Tahap pengumpulan data........................................................................................... 23
3.6
Tahap pengolahan data.............................................................................................. 26
3.7
Hambatan Penelitian.................................................................................................. 26
BAB 4: GAMBARAN UMUM LIVERPOOL INTERNATIONAL SOCCER SCHOOLS 4.1
Liverpool Football Club International Football Academy and Soccer Schools Indonesia.................................................................................................................... 29
4.2
Visi dan misi dari Liverpool FC International Football Academy and Soccer Schools....................................................................................................................... 32
4.3
Kegiatan Pelatihan Sepakbola di Liverpool FC Football Academy and Soccer Schools Indonesia.....................................................................................................
33
4.3.1
Free Coaching Clinic..................................................................................... 33
4.3.2
Soccer Camp .................................................................................................. 35
4.3.3
Training Experience with Liverpool Legend................................................. 35
4.4
Bahasa ....................................................................................................................... 36
4.5
Sekolah Sepakbola Internasional Liverpool (Liverpool International Soccer Schools)..................................................................................................................... 39
4.6
Kurikulum Kepelatihan..............................................................................................42
4.7
Biaya dan Jadwal Pelatihan........................................................................................43
4.8
Tenaga Kepelatihan Liverpool International Soccer Schools Indonesia................... 45
4.9
Profil Siswa-Siswi Liverpool International Soccer Scholls Indonesia...................... 47 4.9.1
Berdasarkan Jenis Kelamin............................................................................ 47
4.9.2
Berdasarkan Usia........................................................................................... 48
4.9.3
Kendaraan yang digunakan............................................................................ 49
4.9.4
Berdasarkan jumlah latihan yang diikuti....................................................... 51
4.9.5
Sepatu.............................................................................................................52 xii
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
4.10
Profil Siswa................................................................................................................ 53
4.10.1
4.10.1.a
Alasan Bergabung di Liverpool Soccer Schools......................................54
4.10.1.b
Sepatu dan Kendaraan yang di gunakan ketika latihan............................57
4.10.2
4.11
Profile siswa : TAN ....................................................................................... 53
Profile siswa : TMMS.................................................................................... 59
4.10.2.a
Alasan Bergabung di Liverpool Soccer Schools..................................... 60
4.10.2.b
Sepatu dan Kendaraan yang di gunakan ketika latihan............................61
Diskusi dan Analisa................................................................................................... 64
4.11.1
Bentuk Organisasi Liverpool Soccer Schools................................................64
4.11.2
Komitmen terhadap sepakbola.......................................................................65
4.11.3
Kelas Sosial Pesepakbol Lokal dan Internasional......................................... 74
4.11.4
Liverpool International Soccer Schools (LISS) : Kapitalisme-Masyarakat Negara............................................................................................................. 83
BAB 5 : PENUTUP 5.1
Kesimpulan................................................................................................................ 87
5.2
Saran.......................................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 90 LAMPIRAN
xiii
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
DAFTAR GAMBAR,TABEL, BAGAN GAMBAR Gambar 4.1 Kegiatan Free Coaching Clinic yang dilakukan Oleh LIFass........................... 35 Gambar 4.2 Soccer Camp dan Sertifikat Liverpool International Football Academy and Soccer Schools..................................................................................................... 36 Gambar 4.3 Pengumuman Training Experience with Liverpool Legend............................. 37 Gambar 4.4 Halaman depan (home) website Liverpool International Football Academy and Soccer Schools..................................................................................................... 39 Gambar 4.5 Lapangan Hoki lama Senayan............................................................................41 Gambar 4.6 Alat-alat latihan dan kesehatan......................................................................... 42 Gambar 4.7 Petugas keamanan dari kepolisisan................................................................... 43 Gambar 4.8 Jadwal dan biaya latihan Liverpool international Soccer School Indonesia.....46 Gambar 4.9 Kendaraan yang digunakan oleh Siswa............................................................ 50 Gambar 4.10 Orangtua siswa dan para supir siswa............................................................... 52 Gambar 4.11 Sepatu yang di gunakan para siswa..................................................................54 Gambar 4.12 Pemeriksaan Fisik TAN....................................................................................59 Gambar 4.13 Kegiatan LES Bahasa Inggris TAN................................................................. 59 Gambar 4.14 Sepatu yang digunakan TAN........................................................................... 60 Gambar 4.15 Sepatu League Classico 2 Garuda IC...............................................................61 Gambar 4.16 Mobil yang digunakan oleh TAN dan keluarga............................................... 62 Gambar 4.17 TMMS sedang latihan sepakbola..................................................................... 64 Gambar 4.18 Sepatu yang digunakan TMMS........................................................................65 Gambar 4.19 Sepatu ADIDAS FN IN BIRU MERAH......................................................... 65 Gambar 4.20. Mobil yang digunakan oleh TMMS dan keluarga ...........................................66 Gambar 4.21 Suasana latihan di Liverpool Soccer Schools.................................................. 70 Gambar 4.22 Keadaan orangtua siswa ketika menunggu anaknya berlatih............................70 TABEL Tabel 4.1 Profil siswa berdasarkan Jenis Kelamin per tanggal 19 mei 2012.........................47 Tabel 4.2 Profil siswa berdasarkan usia per 19 Mei 2012......................................................48 xiv
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
Tabel 4.3 Jumlah latihan perminggu.....................................................................................51 Tabel 4.4 Perbandingan antara TAN dengan TMMS............................................................63 Tabel 4.5 Besar keseriusan siswa bermain bola di Liverpool Soccer Schools Indonesia......66 Tabel 4.6 Ciri-ciri dari 5 kategori SSB dan Akademi Sepakbola..........................................70 Tabel 4.7 Profil Pemain sepakbola dalam negeri...................................................................75 Tabel 4.8 Profil Cristiano Ronaldo...................................................................................... 76 Tabel 4.9 Profil Perbandingan Andik Vermansyah dan Syamsir Alam............................... 78 BAGAN Bagan 4.1 Proses pemain usia dini menjadi pemain profesional........................................... 80 Bagan 4.2 Hubungan Kapitalisme-Masyarakat-Negara dalam LISS.................................... 83
xv
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Olahraga memiliki arti penting dan tidak dapat dipisahkan di dalam
kehidupan manusia. Hal ini ditandai dengan banyaknya kegiatan ataupun jenis olahraga yang dilaksanakan di dalam kehidupan manusia, baik jenis olahraga yang sederhana seperti berjalan kaki, lari ataupun bersepeda sampai pada jenis olahraga yang sudah kompleks dan kompetitif, seperti sepakbola, bola basket, dan jenis olahraga lainnya. Kegiatan-kegiatan olahraga ini secara sadar ataupun tidak seringkali dilaksanakan pada kehidupan sehari- hari, misalkan saja ketika sedang berlari mengejar bus agar tidak terlambat ke kantor. Oleh karena itu olahraga memiliki arti yang cukup penting di dalam usahanya untuk meningkatkan sumber daya manusia dan juga kesehatan manusia. Selain itu, saat ini olahraga bukan hanya semata- mata untuk keperluan kesehatan dan rekreasi saja tetapi sekarang telah berkembang menjadi suatu profesi pekerjaan utama dan juga menjadi simbol bagi kelas sosial seseorang, misalkan saja olahraga permain golf yang menjadi simbol bagi permainan orang-orang yang berada di kelas elit. Sepakbola merupakan jenis permainan yang sangat populer di dunia termasuk di Indonesia dan dapat diterima oleh semua kalangan, baik kelas sosial atas maupaun kelas sosial bawah, orang tua sampai anak-anak dan juga laki- laki ataupun perempuan. Natakusumah menyatakan bahwa saat pertama kali sepakbola modern digagas dan disebarluaskan oleh orang Inggris ke segala penjuru dunia, mungkin tak ada yang mengira kalau suatu saat nanti sepakbola akan menjadi sebuah kekuatan maha dahsyat yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan didunia ini (Hidayat, 2010: 1). Sebagai sebuah permainan, sepakbola telah jauh merasuk ke bidang-bidang lain seperti sosial, keagamaan, teknologi informasi, ekonomi, hiburan bahkan politik.
1
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
2
Dari aspek sosial ekonomi, sepakbola saat ini bukan hanya dilakukan untuk keperluan olahraga dan rekreasi saja tetapi juga sudah berkembang menjadi sebuah profesi pekerjaan yang dapat memberikan kesejahteraan dan kebanggaan tersendiri terhadap prestasi yang diperoleh. Oleh karena itu tak heran jika saat ini banyak negara yang berlomba- lomba untuk menggalang prestasi pada jenis olahraga ini dan membuat olahraga sepakbola ini menjadi sebuah industri olahraga. Semakin populernya olahraga sepakbola di dunia khususnya di Indonesia berdampak pada munculnya sepakbola menjadi sebuah industri baru yang dapat memberikan kesejahteraan dan prestise bagi orang-orang atau profesi-profesi lainnya yang turut terlibat di dalam industri sepakbola ini. Profesi-profesi tersebut di antaranya adalah pemain sepakbola, pelatih, wasit, komentator, agen pemain, wartawan olahraga, dokter, dan lain sebagainya. Namun di antara profesi tersebut profesi yang paling banyak mendapatkan keuntungan dari industri sepakbola ini adalah pemain sepakbola. Di mana industri sepakbola membuat pemain sepakbola menjadi terkenal dan populer bahkan seorang pemain sepakbola dapat lebih populer dibandingkan dengan pemimpin di negaranya tersebut. Kepopuler dari pemain sepakbola ini dapat membuat si pemain menjadi kaya atau sejahtera kehidupannya, terkenal, dan dapat menjadi panutan bagi masyarakat. Dengan semakin populernya profesi pemain sepakbola serta dapat menjadi alat mobilitas vertikal yang cukup efektif di bidang sosial ekonomi. Hal ini berdampak positif bagi perkembangan olahraga sepakbola, karena akan semakin banyak orang yang serius untuk menekuni olahraga sepakbola. Dengan adanya dampak tersebut maka akan dapat mempengaruhi peningkatan jumlah lembaga pendidikan sepak bola (LPSB) yang berdiri dan tersebar di wilayah-wilayah Indonesia. Banyaknya Lembaga Pendidikan Sepakbola (LPSB) atau Sekolah Sepakbola (SSB) yang berdiri di Indonesia ini di karenakan adanya kesadaran dari para insan sepakbola yang mengerti bahwa pengembangan olahraga tidak hanya dapat dilakukan melalui proses kompetisi amatir dan profesional tetapi juga melalui pola pendekatan ilmiah yang berbasiskan ilmu pengetahuan dan mengacu pada pola pembinaan
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
3
sepakbola nasional. Di mana proses pembinaan itu dilakukan dengan programprogram latihan yang disusun oleh para pelatih (PSSI,1993). Menurut salah satu matan pengurus PSSI yaitu Edi Elison bahwa SSB mengajarkan cara bermain sepakbola yang benar sehingga membentuk pemain masa depan kesebelasan nasional (Radityo, 2003: 4). Di negara-negara yang olahraga sepakbolanya dan kompetisi sepakbolanya telah maju juga banyak dipengaruhi dan didukung oleh pembinaan usia dini yang baik dan berjenjang. Sehingga dengan adanya kombinasi antara pembinaan usia dini melalui lembaga pendidikan sepakbola dan juga berbagai macam eventevent pertandingan atau kompetisi sepakbola yang dilaksanakan maka akan terwujud pemain-pemain yang baik dan berkualitas yang berguna untuk menciptakan prestasi yang lebih baik lagi bagi dunia persepakbolaan khususnya persepakbolaan Indonesia. Pada beberapa tahun belakangan ini banyak sekali berdiri LPSB / SSB yang tersebar di seluruh Indonesia baik itu yang sekolah sepakbola yang biasa saja sampai pada sekolah sepakbola yang berstandar internasional. Namun dengan tumbuh suburnya sekolah-sekolah sepakbola yang ada di Indonesia hal ini tidak disertai dengan kualitas dan metode pembelajarannya yang baik pada sekolah-sekolah sepakbola tersebut. Memang sebagian besar SSB yang ada di Indonesia hampir tidak ada perbedaan yang sangat signifikan antara SSB yang berkualitas dengan SSB yang biasa saja, tapi jika dilihat dari segi non teknisnya maka akan terlihat perbedaan antara SSB yang berkualitas dan SSB yang biasa-biasa saja (Media Indonesia, 2011). Ciri-ciri dari Sekolah Sepak bola (SSB) yang baik dan berkualitas adalah sebagai berikut: (1) memiliki program dan kurikulum yang jelas serta memiliki manajemen organisasi yang baik dan diisi oleh orang-orang yang kompeten, paham pengembangan pendidikan anak; (2) SSB yang berkualitas biasanya memiliki struktur manajemen yang baik. Misalnya mereka memiliki kepala sekolah, kepala pelatih, asisten pelatih di berbagai level usia, bendahara, fisioterapis, sekretaris, atau bahkan humas; (3) memiliki pelatif berlisensi minimal lisensi C nasional; (4) memiliki jadwa l latihan yang konsisten dan terukur. (5) memiliki latar belakang yang baik; (6) memiliki kedisiplinan untuk menumbuhkan kepercayaan, sikap, dan kemandirian siswanya. SSB yang sudah mapan juga memberi pemahaman lain seperti attitude dan
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
4
kewirausahaan. Ini diperlukan jika siswa pada akhirnya pensiun bermain bola atau tidak lolos seleksi; (7) aktif berkompetisi dan berprestasi. Pada umumnya, jenis sekolah sepakbola internasional memiliki ciri-ciri tersebut. Sehingga dengan adanya hal tersebut akan berpengaruh pada munculnya bibit pemain sepakbola profesional yang terbaik di Indonesia, dan juga akan meningkatkan kualitas sepakbola Indonesia.
1.2
Permasalaha n Penelitian Semakin populernya cabang olahraga sepakbola di seluruh dunia khususnya
di Indonesia berdampak pada keinginan dari masyarakat untuk berprestasi di cabang olahraga tersebut. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi semakin banyaknya sekolah sepakbola yang didirikan di kota, kabupaten atau bahkan kecamatan-kecamatan (Nurdiansyah, 2008: 34). Dengan banyaknya sekolah sepakbola yang berdiri diberbagai daerah di Indonesia membuat ada berbagai jenis sekolah sepakbola, di antaranya adalah sekolah sepakbola lokal seperti SSB Patriot, SSB Villa 2000, dan lain sebagainya dan juga ada sekolah sepakbola Internasional yang berafiliasi kepada klub di luar negeri, seperti SSI Arsenal, Liverpool Football Club International Academy and Soccer Schools (LFCIFAss), SSB Real Madrid , dan yang lainnya Salah satu sekolah sepakbola yang berkembang pesat di wilayah Indonesia ini adalah
Liverpool
Football
Club
International
Academy
and
Soccer
Schools(LFCIFAss) atau khusunya Liverpool International Soccer Schools(LISS) yang berdiri pada Juli 2011. Liverpool International Soccer Schools ini merupakan sekolah sepakbola bertaraf internasional yang berafiliasi dengan klub liga utama Inggris Liverpool. Liverpool International Soccer Schools ini berusaha menularkan budaya sepakbola Inggris ke anak-anak Indonesia. Liverpool Football Club International Academy and Soccer Schools (LFCIFAss) ini juga dibangun dan dibuka bukan hanya untuk anak-anak yang berbakat saja tetapi juga untuk anak-anak dengan skill yang biasa saja tetapi memiliki kecintaan terhadap sepakbola dan ingin menjadi bagian di dalam permainan sepak bola itu sendiri. Selain itu Liverpool International Soccer Schools ini memiliki pembagian kelompok umur dari usia 6 tahun (KU 6)
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
5
sampai pada kelompok usia senior yaitu 18 Tahun ke atas (KU 18). Lalu di dalam Liverpool International Soccer Schools juga terdapat struktur mana jemen atau organisasi yang telah terbagi-bagi berdasarkan bidangnya dan diisi oleh orang-orang yang berkompeten di bidangnya tersebut sehingga dengan adanya hal- hal seperti diatas ini maka tidak mustahil Liverpool International Soccer Schools sekarang ini telah menjadi populer dan beberapa bulan terakhir ini cukup banyak menjadi sorotan dari media massa. Di sini terdapat suatu keinginan dari Liverpool International Soccer Schools untuk memajukan dan mengembangkan olahraga sepakbola Indonesia dengan menerapkan kurikulum yang sama dengan yang ada di Ingris serta menggunakan pelatih dari Akademi Liverpool di Ingris. Tujuan penggunaan pelatih yang berasal dari Akademi Liverpool di Inggris ini adalah agar penyampaian pelatihan sepakbolanya dapat sesuai dengan kurikulum yang ada serta standarisasi yang di tetapkan oleh pihak Akademi di Liverpool dapat terjaga dengan baik. Lalu di Liverpool Internat ional Soccer Schools terdapat fasilitas- fasilitas untuk latihan dan bermain sepakbola yang sangat baik dan berkualitas. Selain itu adanya agenda pengiriman siswa terbaik untuk berlatih di Livepool Academy di Inggris sekiranya dapat meningkatkan keinginan anak-anak untuk semangat berlatih dan juga dapat meningkatkan kualitas sepakbola Indonesia. Namun dengan adanya hal tersebut, terdapat suatu permasalah di dalam Liverpool Soccer Schools ini. Di mana untuk masuk menjadi siswa di Liverpool Soccer Schools ini ternyata dibutuhkan biaya yang cukup tinggi. Sehingga sepertinya akan sulit bagi anak-anak dari kelas menengah ke bawa h untuk mengakses pelatihan dan pendidikan disana. Telah menjadi rahasia umum bahwa masyarakat dari kelas menengah bawah banyak yang terdapat anak-anak dengan talenta bermain sepak bola yang baik, dan mungkin jika ditambah dengan pelatihan dan pendidikan sepakbola yang baik mungkin mereka dapat menjadi pemain sepakbola yang baik dan secara tidak langsung juga akan berdampak pada persepakbolaan Indonesia yang akan memiliki kualitas sepakbola yang baik. Hal- hal seperti ini dapat dilihat di dunia persepakbolaa n di luar negeri di mana banyak pesepakbola dahulunya memiliki latar belakang
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
6
kondisi ekonomi yang tidak baik tetapi dengan memiliki talenta bermain sepakbola yang baik serta ditambah dengan pelatihan dan pendidikan seapakbola yang baik maka sekarang pesepakbola tersebut menjadi pesepakbola dengan kualitas yang baik serta dapat menjadi terkenal dan status ekonominya menjadi meningkat. Oleh karena itu dengan adanya pengelolaan yang baik dan elit seperti yang dimiliki oleh Liverpool Soccer Schools ini, sebenarnya dapat memberikan pendidikan dan pelatihan sepakbola yang baik bagi anak-anak yang ingin menjadi pemain sepakbola. Namun disini sepertinya tidak semua kalangan dapat mengakses pendidikan dan pelatihan fasilitas- fasilitas lainnya yang ada Liverpool Soccer Schools karena adanya sesuatu yang menghambat masyarakat tersebut. Sehingga hal inilah yang mendorong untuk peneliti untuk meneliti mengenai pengelolaan pelatihan dari Liverpool Soccer Schools ini. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana prospek SSB Liverpool secara sosiologis dalam melahirkan pemain sepakbola profesional ?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut, tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran prospek SSB Liverpool dalam melahirkan pemain sepakbola profesional dan berkualitas. Dengan memperhatikan pengelolaan pelatihannya sehingga nantinya akan terlihat jelas bagi kita tentang baik buruknya proses pelatihan dan perekrutan pemain di SSB Internasional ini akan berdampak pada pembentukan pemain sepakbola yang profesional serta membawa pengaruh bagi masa depan sepakbola indonesia karena pada umumnya siswa dari sekolah sepakbola merupakan calon-calon pemain sepakbola yang akan memperkuat kesebelasan nasional di kemudian hari.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
7
1.4
Signifikansi Penelitian
1.4.1
Akademis signifikansi yang berusaha didapatkan melalui penelitian ini adalah untuk menambah wawasan bagi peneliti maupun pembaca. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pengetahuan dan
data
empiris
bagi
perkembangan ilmu sosiologi terutama di dalam mata kuliah sosiologi olahraga dan organisasi. Penelitian ini juga dimaksudkan dapat dijadikan kajian ilmiah dan dasar bagi penelitian selanjutnya mengenai kajian pengelolaan organisasi. 1.4.2
Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada Liverpool International Soccer Schools dan juga Sekolah Sepakbola (SSB) lainnya tentang pentingnya pengelolaan organisasi yang tepat untuk menciptakan atlet sepakbola yang profesional ser ta berprestasi, dan mencapai juga tujuan yang dinginkan sekolah sepakbola tersebut.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
Pada bab ini akan memaparkan tentang penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai sepakbola.
2.1 Studi mengenai Sepakbola Tinjauan pustaka pada penelitian ini yang terkait dengan sepakbola. Penelitian pertama adalah Proses pengalihan pengetahuan Sepakbola bagi siswa SSB Bina Taruna Jakarta oleh Banudoyo Radityo pada tahun 2003. Penelitian kedua adalah Dinamika Pesepakbola Etnis Tionghoa dalam pesepakbolaan
Indonesia : Studi
terhadap klub Union Makes Strength (UMS) oleh Hansen Julianto pada tahun 2011. Lalu penelitian ke tiga adalah gambaran Self Efficacy sebagai pemain sepakbola Tim Nasional oleh Teguh Handrawan pada tahun 2004. Radityo dalam penelitiannya pada tahun 2003 yang berjudul Proses Pengalihan Pengetahuan Sepakbola bagi Siswa SSB Bina Taruna Jakarta, dilakukan di Sekolah Sepakbola Bina Taruna Jakarta. Penelitian ini menggambarkan bagaimana proses pengalihan pengetahuan sepakbola dari pelatih kepada pemain atau siswa yang berlangsung di SSB (Sekolah Sepakbola) Bina Taruna, Jakarta. Di dalam penelitian ini terlihat bahwa proses pengalihan pengetahuan sepakbola dari pelatih kepada pemain atau siswa sekolah sepakbola Bina Taruna terjadi melalui proses Learning Proses. Dalam Learning Proses tersebut terdapat berbagai macam kegiatan yang saling
berhubungan
mendengarkan
diantaranya
instruksi
pelatih.
adalah
pemain
Sedangkan
melihat,
pelatih
mengulang
memberi
dan
pengarahan,
mencontohkan gerakan kepada pemain serta memperbaiki gerakan yang salah. Pene litian yang dilakukan oleh Radityo ini memiliki peranan yang cukup penting bagi penelitian ini, karena penelitian ini memberikan beberapa masukan kepada
8
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
9
peneliti. Sumbangan dari penelitian yang dilakukan Radityo untuk penelitian yang peneliti lakukan, diantaranya memberikan pengertian dan penjelasan mengenai sepakbola, khusus penjelasan mengenai sekolah sepakbola. Sumbangan mengenai sekolah sepakbola yang di berikan oleh Penelitian Radityo, diantaranya adalah manfaat dari sekolah sepakbola dan juga nama-nama sekolah sepakbola yang ada di Indonesia pada tahun 90an. Selain itu Penelitian ini juga memberikan masukan pada bab 4 tentang beberapa hal yang dimasukkan pada profil sekolah sepakbola. Namun ada perbedaan mendasar antara penelitian yang dilakukan oleh Radityo dengan penelitian yang saya lakukan. Di mana penelitian yang dilakukan Radityo lebih menekankan pada proses pengalihan pengetahuan dan juga dilakukan di sekolah sepakbola lokal yang notabene memiliki biaya yang terjangkau oleh mayoritas masyarakat Indonesia sehingga siapa saja anak-anak yang ingin ikut pelatihan sepakbola dapat berlatih di SSB ini. Sedangkan pada penelitian yang saya lakukan di lakukan di sekolah sepakbola Internasional yang memiliki biaya yang tinggi dan tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hansen Julianto pada tahun 2011 yang berjudul Dinamika Pesepakbola Etnis Tionghoa dalam pesepakbolaan Indonesia : Studi terhadap klub Union Makes Strength (UMS). Penelitian ini lebih melihat pada aspek etnisitas dan sosialisasi. Peneltian ini bertujuan untuk menggambarkan tentang dinamika eksistensi pesepakbola Tionghoa yang secara garis besar mengalami penurunan seiring dengan perkembangan sepakbola di Indonesia. Hal ini tercermin dari dinamika klub UMS yang notabene di bentuk oleh orang-orang etnis Tionghoa dan dahulu pemain-pemain UMS mayoritas atau bahkan seluruhnya berasal dari etnis Tionghoa. Penurunan eksistensi pemain sepakbola yang berasal dari etnis tionghoa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah adanya pengalaman negatif (baik itu dari segi ekonomi ataupun sentimen ras) yang dirasakan oleh pesepakbola Tionghoa. Selain itu juga dengan perkembangan sepakbola yang berjalan di tempat atau bahkan mengalami kemunduran maka membuat suatu pandangan negatif dari etnis tionghoa terhadap sepakbola, dan berpendapat bahwa sepakbola tidak dapat mencerminkan status kelompok etnis tionghoa yang hidup Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
10
dalam ekonomi kelas menengah ke atas. Sehingga berpengaruh pada sosialisasi pada keturunan etnis tionghoa agar tidak mengikuti jejak pendahulunya sebagai pemain sepakbola. Dari gambaran diatas Penelitian ini juga memberikan sumbangan atau memperkuat pendapat terhadapa penelitian yang akan dilakukan, yaitu masyarakat yang berada di kelas menengah ke atas seperti etnis Tionghoa tidak memiliki keinginan atau fokus yang khusus untuk menjadi pemain sepakbola karena sepakbola tidak memiliki nilai ekonomis dan tidak dapat mencerminkan status kelompok ekonomi kelas menengah ke atas. Selanjutnya penelitian dari Teguh Handrawan pada tahun 2004 yang berjudul Gambaran Self-Efficacy sebagai Pemain Sepakbola Tim Nasional. Tujuan penelitian ini yaitu ingin memperoleh gambaran tentang self-efficacy pada pemain sepakbola tim nasional PSSI(Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa self-efficacy memiliki pengaruh pada performance di dalam dunia olahraga. Self-efficacy itu sendiri merupakan suatu belief atau keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas atau tindakan tertentu dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa self-efficacy saat berkompetisi pemain Tim Nasional PSSI secara umum baik. Hal ini terlihat dari masing- masing informan yang mengetahui dan cukup yakin akan kemampuan apa saja yang harus dimiliki untuk bermain sepakbola. Keyakinan akan kemampuan yang dimiliki ini membuat mereka yakin dapat menjala nkan tugas yang diberikan saat berkompetisi sebagai pemain Tim Nasional PSSI. Selain itu di dalam penelitian ini juga terdapat perbedaan tujuan dalam bertanding yang dimiliki oleh para pemain Tim Nasional. Perbedaan tujuan tersebut antara lain adalah tujuan bermain sepakbola untuk mencapai prestasi dan tujuan sepakbola sebagai suatu pekerjaan mencari nafkah. Perbedaan tujuan bermain sepakbola ini dapat mempengaruhi self-efficacy sehingga dapat mempengaruhi performance mereka dalam bermain sepakbola. Dari ga mbaran di atas penelitian ini hanya memberikan masukan tentang gambaran umum tentang pengertian dari sepakbola yang ada di bagian bab 2. Selain itu juga penelitian ini memperkuat pendapat peneliti bahwa pemain sepakbola merupakan suatu pekerjaan yang dapat Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
11
dilakukan untuk mencari nafkah dan juga sebenarnya dapat meningkatkan tingkat ekonomi seseorang. Dengan adanya penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dijelaskan di atas, sesungguhnya terdapat perbedaan dengan apa yang akan peneliti lakukan dan mungk in apa yang peneliti lakukan belum ada di penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam Penelitian ini peneliti akan menjelaskan mengenai prospek mobilitas sosial dari sekolah sepakbola Internasiomal khususnya Liverpool Soccer Schools secara sosiologis dalam menghasilkan pemain sepakbola profesional.
2.2 Definisi Konseptual 2.2.1
Mobilitas sosial Mobilitas sosial secara sederhana dapat didefinisikan sebagai berubahnya atau
berpindahnya posisi seseorang pada lapisan sosial tertentu ke lapisan sosial lainnya dalam suatu stratifikasi sosial. Mobilitas sosial menurut definisi yang diajukan J.Rocek merujuk pada perubahan atau pergerakan kedudukan seseorang dalam lapisan sosial masyarakat. Perubahan atau pergerakan dari satu lapisan ke lapisan lainnya tanpa merubah tingkat lapisannya disebut sebagai mobilitas horizontal, sedangkan pergerakan atau perubahan dari satu lapisan ke lapisan sosial atasnya atau bawahnya disebut sebagai mobilitas vertikal. (Santoso, 2007). Selain itu mobilitas sosial juga membahas menge nai mobilitas berdasarkan generasi. Mobilitas sosial yang dialami seseorang dalam hidupnya disebut dengan mobilitas intra generasi, sedangkan mobilitas antar- generasi mengacu pada perbedaan status yang dicapai seseorang dengan status orangtuanya (Sunarto, 2004 : 87). Pada penelitian ini akan melihat bagaimana mobilitas sosial yang akan terjadi pada anakanak yang berlatih sepakbola Liverpool Soccer Schools, kemudian membandingkan dengan terjadi beberapa pemain sepakbola profesional yang telah mengalami mobilitas sosial. Selain itu dengan adanya penjelasan diatas, penelitian ini akan cenderung mengarah pada mobilitas antar- generasi karena adanya perubahan kelas sosial pada generasi orangtua dan generasi anak. Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
12
2.2.2
Stratifikasi sosial Stratifikasi sosial merupakan suatu pembedaan anggota masyarakat
berdasarkan status yang dimilikinya (Sunarto, 2004: 83). Di dalam kehidupan seharihari kita sering kali melihat pembedaan-pembedaan tersebut, baik itu berdasarkan kekayaan dan penghasilan atau berdasarkan hal-hal lainnya yang ada di dalam masyarakat. Menurut Pitirin. A. Sorokin juga bahwa sistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setip masyarakat yang teratur (Sorokin, 1959). Dalam hal ini, siapapun yang memiliki sesuatu yang berharga atau bernilai dalam jumlah yang sangat banyak maka akan ditempatkan pada keduduka n lapisan atas oleh masyarakat. Sementara mereka yang sedikit atau tidak memiliki sesuatu yang berharga sama sekali maka kedudukannya berada pada lapisan bawah dalam masyarakat. Sementara tokoh lain, yaitu Soejono Sukamto, di dalam masyarakat (setiap masyarakat) senantiasa terdapat stratifikasi yang membagi masyarakat ke dalam beberapa lapisan-lapaisan secara bertingkat, di mana artinya bahwa suatu lapisan tertentu secara sosial memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari lapisan sosial lainnya, dan demikian seterusnya, namun yang terpenting lapisan- lapisan sosial tersebut berjenjang secara vertikal. (Sukamto, 1994). Dari penjelasan diatas maka dapat terlihat bahwa di dalam masyarakat selalu terdapat stratifikasi yang dapat mengkategorikan anggota masyarakat kedalam posisi-posisi berdasarkan kelas-kelas sosial. Stratifikasi sosial juga terlihat didalam dunia olahraga. Salah satunya stratifikasi sosial tersebut adalah adanya suatu pilihan atau preferensi jenis olahraga pada kelompok kelas sosial tertentu terhadap, misalnya pada kelas menengah ke atas lebih memilih olahraga golf, tenis, dan lain sebagainya, sedangkan pada kelas menengah ke bawah lebih memilih olahraga sepakbola, basket dan lain sebagainya. Selain itu juga stratifikasi sosial pada dunia olahraga dapat dilihat dari posisi orangorang yang terlibat di dalam olahraga tersebut, misalnya adanya perbedaanantara pemilik klub dan pemain atau atlet profesional. Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
13
2.2.3
Pemain Profesional Berdasarkan kamus kata-kata serapan bahasa asing dalam Bahasa Indonesia
definisi profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang profesional. Sementara kata profesional sendiri berarti bersifat profesi, memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan latihan, serta mendapatkan bayaran karena keahliannya itu. Sedangkan Pemain atau dalam kasus ini adalah atlet, atlet merupakan setiap orang yang melakukan kegiatan olahraga untuk tujuan prestasi optimal(Mutohir, 2007). Konsep tentang Pemain atau atlet didalam dunia olahraga, khususnya sepakbola terbagi atas dua jenis, yaitu pemain amatir dan pemain profesional. Hal ini berdasarkan atas Peraturan Organisasi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Nomor : 01/PO-PSSI/I/2011, Pemain amatir merupakan pemain yang tidak menerima bayaran selain pengeluaran nyata yang terjadi selama partisipasinya atau setiap aktivitasnya yang berkaitan dengan sepakbola, dan dinyatakan berstatus pemain amatir. Hanya pemain yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) yang dapat menjadi pemain amatir. Sedangkan pemain profesional merupakan pemain yang menerima bayaran lebih, selain dari pengeluaran nyata selama partisipasinya atau aktivitasnya yang berkaitan dengan sepakbola serta dilakukan dengan suatu kontrak/perjanjian kerja, dan dinyatakan berstatus pemain profesional. Pemain profesional terdiri dari pemain lokal dan pemain asing.
2.2.4 Pengelolaan Sekolah Sepakbola Sekolah Sepakbola merupakan wadah pembinaan atau sebagai tempat bagi pembinaan pemain muda. Sebagai wadah bagi pembinaan pemain muda, sekolah sepakbola pasti akan bersinggungan dengan masalah teknis yang diantaranya berupa permasalahan pelatihan di lapangan, cara pengajaran dan lain sebagainya. Selain mengenai masalah teknis sekolah sepakbola juga tidak lepas
dari masalah
pengelolaan sekolah sepakbola, diantaranya adalah sumber keuangan, kepemilikan modal, sumber daya manusia, dan lain sebagainya. Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
14
Dalam penelitian ini akan fokus pada masalah-masalah mengenai sumber keuangan Sekolah Sepakbola, khususnya masalah tentang biaya yang ditetapkan oleh pihak Liverpool Internasional Soccer Schools Indonesia. Biaya yang ditetapkan pada Liverpool Internasional Soccer Schools ini memiliki pengaruh pada siswa-siswa yang dapat berlatih di Liverpool Internasional Soccer Schools. Dengan adanya hal tersebut membuat adanya semacam ekslusi di Liverpool Soccer Schools ini, dimana hanya anak-anak dari kalangan menengah ke atas saja yang dapat masuk dan mengikuti pelatihan di sekolah sepakbola yang memiliki ciri-ciri sekolah sepakbola yang berkualitas.
2.3 Studi Sosiologi Olahraga mengenai anak-anak dalam dunia Olahraga Anak merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan keluarga, bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Sehingga pada nantinya anak-anak baik itu laki- laki maupun perempuan
akan
berkembang
menjadi
manusia
dewasa
produktif
dalam
perkembangan waktu yang cepat, terutama pada masyarakat ekonomi kapitalis. Para orangtua ataupun orang-orang yang berada di lingkungan anak-anak tersebut terutama pada masyarakat kapitalis berharap bahwa olahraga, terutama olahraga tim seperti sepakbola, dapat mengajari anak laki- laki dari kelas ke luarga kelas pekerja untuk dapat bisa bekerja secara bersama-sama. Selain itu mereka juga berharap bahwa olahraga akan dapat mengubah anak-anak dari keluarga kelas menengah dan dari kelas atas menjad laki- laki dengan karakter yang kuat, tegas, dan kompetit if dengan menyediakan pengalaman untuk menyeimbangkan nilai- nilai “feminim” yang dipelajari dirumah, sedangkan pada waktu yang sama anak-anak perempuan disediakan kegiatan untuk menjadi ibu yang baik dan menjadi ibu rumah tangga (Coakley, 2001: 110). Tahun-tahun belakangan ini olahraga untuk anak-anak atau pemuda (youth sport) sudah sangat berkembang dan populer dan jenis-jenis pembiayaannya ada yang dibiayai oleh pemerintah, swasta atau pribadi dan juga sponsor komersial. Semakin populernya youth sport dikarenakan oleh beberapa faktor( Ibid,: 111),yaitu : Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
15
1. Jumlah keluarga dengan kedua orangtua yang bekerja di luar rumah mengalami peningkatan, hal ini membuat permintaan terhadap kegiatan setelah sekolah (after school) dan kegiatan liburan yang diawasi oleh orang dewasa mengalami peningkatan. Organisasi/kegiatan olahraga merupakan kegiatan yang paling populer diantara program/kegiatan after school lainnya. Hal ini dikarenakan orangtua berpendapat bahwa olahraga dapat memberikan kesempatan pada anaknya
untuk
mendapatkan
hal- hal
yang
menyenangkan
(have
fun),
pembelajaran nilai-nilai kedewasaan, dan memperoleh nilai- nilai ketrampilan di dalam kelompok teman sebaya mereka. 2. Adanya pendapat masyarakat untuk menjadi “orangtua yang baik” yaitu dengan mereka harus dapat menjelaskan keberadaan dan perilaku anak-anak mereka selama 24 jam dalam sehari. Ekpektasi ini merupakan komponen baru dari ideologi pengasuhan, dan dalam tahun-tahun terakhir ini hal ini telah menyebabkan banyak orangtua mencari organisasi dan progr am pengawasan orang dewasa untuk anak-anak. Organisasi olahraga menjadi favorit karena organisasi ini menekankan kontrol dan kepemimpinan dari pelatih, jadwalnya dapat diprediksi, dan mereka memberikan indikator yang terukur kepada orangtua mengenai prestasi anak-anak mereka. Dan ketika anak-anak mereka berhasil, orangtua dapat mengklaim atau meyatakan bahwa mereka telah memenuhi tangggung jawab mereka sebagai orangtua. 3. Adanya keyakinan yang tumbuh secara tidak resmi bahwa aktivitas yang ada di dalam kendali anak-anak sering memberi kesempatan bagi anak-anak untuk menimbulkan atau menyebabkan terjadinya masalah. Sehingga banyak membuat orangtua melihat organisasi olahraga sebagai aktivitas ideal untuk tetap menjaga anak-anak agar tetap aktif, dan juga dapat keluar dari kekuatiran akan terjadinya masalah karena adanya pengawasan dari orang dewasa, seperti pelatihnya. 4. Banyak orangtua melihat dunia luar rumahnya sebagai tempat bahaya untuk anakanaknya. Mereka menganggap organisasi olahraga sebagai alternatif yang aman untuk berkumpul/ bergaul atau memainkan kegiatan informal diluar rumah.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
16
5. Visisbility high-performance dan olahraga profesional meningkatkan kesadaran masyarakat tentang organisasi olahraga sebagai bagian dari budaya. Seperti anakanak yang menonton olahraga di televisi, mendengarkan orangtua dan temantemannya membicarakan tentang olahraga, mendengar tentang kekayaan dan ketenaran dari atlet populer. Sehingga hal ini membuat organisasi atau kegiatan olahraga menjadi menarik bagi anak-anak. Saat organisasi olahraga menjadi semakin populer, namun telah terjadi penurunan jumlah program yang didanai pemerintah/publik dengan kebijakan partsispasi yang bebas dan terbuka. Di mana pada saat ini organisasi-organisasi youth sport, seperti akademi ataupun sekolah olahraga banyak yang semakin mengarah menjadi organisasi privat. Disini maksudnya adalah banyak organisasi-organisasi olahraga untuk anak-anak yang dibiayai oleh swasta dan organisasi komersial. Hal ini terjadi karena pemerintah lokal mengalami krisis sehingga anggaran untuk berbagai pelayanan sosial, termasuk untuk youth sport seringkali mengalami pemotongan atau bahkan tidak memiliki anggaran.( Ibid, 2001 : 113). Untuk menghadapi masalah tersebut maka dikenakan biaya partisipasi dalam setiap program olahraga, yang bertujuan untuk menutupi biaya. Selain itu Dengan merespon peristiwa ini maka dilakukan privatisasi pada youth sport , di mana para orantua, pihak penyelenggara, dan operator olahraga komersil nantinya melaksanakan kegiatan atau program olahraga yang bersifat selektif ekslusif yang cenderung memiliki biaya yang mahal dan lebih cenderung memilih anak-anak dari kelas menengah dan menengah keatas. Bahkan ketika ada keinginan untuk membebaskan biaya (beasiswa) bagi anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah, itupun hanya sedikit yang berpartisipasi. Setidaknya dua konsekuensi negatif yang terkait dengan tren privatisasi ini. Pertama. Privatisasi pada youth sport dapat menghasilkan kesenjangan ekonomi dan etnis yang ada dimasyarakat sema kin lebih besar. Kedua taman kota dan kawasan rekreasi akan berhenti menawarkan program yang bersifat bebas. Tetapi belakangan mereka lebih seringkali menjadi perantara dari taman kota untuk program organisasi olahraga privat. Hal ini membuat taman kota yang dimiliki oleh publik menjadi tidak ada lagi. ( Ibid, 2001 : 114) Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
17
Bentuk-bentuk organisasi Youth Sport Tujan dari organisasi youth sport selalu berubah dengan adanya tujuan dari sponsor. Berikut ini merupakan 4 kategori dari youth sport: (coackley,2001 : 115) 1. Publik, pajak yang didukung organisasi rekreasi komunitas (public,tax -supported community recreation organization). Ini mencakup taman lokal dan kawasan rekreasi dan pusat komunitas, yang secara tradisional telah menawarkan berbagai macam organisasi program olahraga gratis dan murah untuk anak-anak. Program ini umumnya inklusif dan penekanan pada semua partisipan,dan pada umumnya kegiatannya adalah pengembangan ketrampilan fisik yang berkaitan dengan kesehatan dan kesenangan. 2. Publik,
organisasi
komunitas
nonprofit
(public,
nonprofit
community
organization). secara tradisional memberikan rentang batas biaya mulai dari gratis sampai yang berbiaya rendah/murah pada program organisai olahraga untuk anakanak. Tujuan dari program ini bermacam- macam, termasuk semuanya mulai dari memberikan anak-anak lingkungan khusus, seperti sehat, memiliki suasana yang damai. Untuk berolahraga organisasi ini memberikan anak-anak suatu aktivitas yang beresiko agar dapat menjaga mereka untuk tidak “berkeliaran” atau hidup dijalanan 3. Privat, organisasi olahraga non profit (Private, nonprofit sport organization). Organisasi ini umumnya memberikan banyak kesempatan ekslusif dan selektif dalam memilih kelompok anak untuk mengikuti program olahraga mereka, umumnya program yang mereka tawarkan untuk anak-anak dengan keahlian spesial dari keluarga yang mampu membayar uang partisipasi yang relatif mahal. 4. Klub privat komersial (Private commercial clubs). Kegiatan olahrga Ini termasuk senam, tenis, skate, sepakbola, dan klub olahraga dan program latihan lainnya. Organisasi ini selalu memiliki biaya keanggotaan yang mahal dan biaya partisipasi dan cenderung menekankan pada pelatihan intensif, pengembangan keterampilan secara progresif dan khusus, dan kompetisi elit.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
18
2.3 sepakbola dan sekolah sepakbola Sepakbola adalah permainan yang dilakukan oleh dua kesebelasan yang saling berlawanan dan masing- masing kesebelasan terdiri dari satu penjaga gawang dan sepuluh pemain lapangan guna memasukkan bola ke gawang lawan (Hickokk dalam Radityo, 2003 : 10). Untuk menentukan kemenangan ditentukan oleh selisih gol yang dicetak dan masuk kedalam gawang lawan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005 : 1042). Sedangkan menurut Billy Murray mengatakan bahwa sepakbola selalu mengandung emosi dan fanatisme. Sifat fanatisme sepakbola unik karena orang yang berada di dalamnya rela untuk membela tim kesayangannya dengan pengorbanan yang tidak kecil, baik tenaga dan dana (M Iskandar, 2006 : 41-43). Dengan adanya fanatisme sepakbola tersebut maka sekarang ini Sepakbola menjadi suatu jenis olahraga yang sangat populer didunia dan juga termasuk di Indonesia. Bahkan pada perkembangannya di dalam beberapa tahun belakangan ini sepakbola telah menjadi sebuah Industri yang cukup besar sehingga banyak sekali orang-orang serta dana-dana yang terlibat di dalamnya. Dengan adanya hal tersebut maka sekarang ini banyak negara-negara yang ingin memajukan sepakbolanya baik itu dari pemerintahnya sendiri maupun pihak-pihak swasta yang diantaranya adalah klub-klub sepakbola itu sendiri ataupun individuindividu yang ingin memajukan sepakbola. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan membuat sekolah-sekolah sepakbola. Sekolah sepakbola di Indonesia awalnya berkembang ketika kondisi sepakbola terjadi penurunan kualitas. Di mana banyak muncul pendapat serta analisis yang berkembang mengenai penyabab dari mundurnya prestasi sepakbola di Indonesia, salah satunya adalah pembinaan pemain sepakbola usia muda yang tidak benar ( Sumosardjono dalam intisari, 2002 : 82-83). PSSI lalu mencari alternatif untuk me ngembalikan kejayaan sepakbola Indonesia seperti tahun 1950-1980an, yaitu dengan membina SSB (Sekolah sepakbola) (Radityo,2003 : 4-5). Lalu menurut salah satu mantan pengurus PSSI bidang hubungan masyarakat pada saat itu yaitu Eddie Elison bahwa SSB mengajarkan cara bermain sepakbola yang benar sehingga membentuk pemain masa depan kesebelasan nasional. (ibid ). Beberapa usaha yang dilakukan pssi dalam pembinaan ssb adalah Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
19
mengadakan kursus kepelatihan dan mengeluarkan ijasah karena jika seorang pelatih belum memiliki kedua hal tersebut maka PSSI melarang seseorang melatih suatu kesebelasan. Tujuan tersebut agar kualitas sepakbola Indonesia mengalami peningkatan karena selama ini sekolah sepakbola masih sangat sembarangan dalam memilih pelatih sehingga mutu sekolahsepakbola tidak mengalami peningkatan.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada Bab tiga ini dipaparkan mengenai metodologi penelitian yang digunakan sebagai perangkat untuk melihat suatu objek yang diteliti. Dalam hal ini peneliti akan menjelaskan metode penelitian, diantaranya adalah pendekatan penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian, penentuan informan, tahap pengumpulan data, tahap analisa data, dan terakhir hambatan penelitian.
3.1
Pendekatan Penelitian Penelitian ini betujuan untuk menggambarkan tentang prospek SSB Liverpool
dalam melahirkan pemain sepakbola profesio nal. Selain itu penelitian ini juga akan menjelaskan mengenai permasalahan-permasalahan yang ada di dalam sekolah sepakbola internasiona khusunya Liverpool International Soccer Schools dan juga akan membandingkan dengan latar belakang mayoritas siswa-siswa di Liverpool International Soccer Schools dengan pemain-pemain sepakbola yang berhasil di dunia sepakbola baik itu pemain lokal maupun pemain Internasional. Oleh karena itu untuk memperoleh informasi yang mendalam terkait dengan hal tersebut maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Karena dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif, kita dapat melihat memahami pemaknaan individu (subjective meaning) dari subjek yang di telitinya (cresswell,2003 : 157-159).
3.2
Subjek Penelitian Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah Liverpool Football Club
(LFC) International Football Academy and Soccer Schools yang berlokasi di Wisma Metropolitan 1, Jakarta dan lokasi latihan di lapangan Hoki Lama di Kompleks olahraga Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Alasan dipilihnya Liverpool International Soccer Schools sebagai subjek penelitian karena sekolah sepakbola ini
20
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
21
merupakan salah satu sekolah sepakbola internasional yang berafiliasi dengan salah satu anggota klub Liga Premier Inggris, yaitu Liverpool FC. Selain itu juga sekolah sepakbola ini juga merupakan salah satu sekolah sepakbola (SSB) yang menerapkan pengelolaan yang elitis dengan menetapkan biaya pendidikan yang cukup mahal bagi sebagian masyarakat Indonesia, dan hingga saat ini biaya pendaftaran dan pelatihan yang ada di Liverpool International Soccer Schools(LISS) ini merupakan biaya pendaftaran dan pelatihan termahal yang ada di Indonesia dibandingkan dengan sekolah-sekolah sepakbola lainnya yang ada di Indonesia. Alasan lainnya adalah kare na di sekolah sepakbola Liverpool ini memiliki suatu sistem talent scout untuk dapat menarik atau memasukkan anak-anak yang memiliki kualitas bermain sepakbola yang baik ke dalam sekolah sepakbola Liverpool ini. Sehingga baik anakanak dari kelas menengah keatas maupun kelas menengah kebawah dapat menikmati pelatihan disini, walaupun sistem talent scout
ini hanya dapat diisi oleh sangat
sedikit anak saja, bahkan saat ini, anak-anak yang terpantau dari talent scout ini juga berasal dari keluarga menengah keatas. Sehingga dengan adanya sistem talent scout ini sedikit banyak dapat menggambarkan mobilitas sosial di dalam Liverpool Soccer Schools ini.
3.3
Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di dua tempat berbeda. Hal ini
dilakukan karena terdapat perbedaan antara tempat pelatihan dengan kantor sekretariatnya. Lokasi pertama adalah kantor sekretariat Liverpool Football Club (LFC) International Football Academy and Soccer Schools Indonesia yang berada di Wisma Metropolitan 1 lantai 15, Jakarta. Hal yang peneliti dapatkan dari lokasi ini adalah peneliti dapat berkenalan dengan orang-orang yang memiliki jabatan struktural di Liverpool Football Club (LFC) International Football Academy and Soccer Schools Indonesia. Selain itu disini peneliti juga mendapatkan izin untuk melakukan magang ditempat ini dan juga peneliti mendapatkan informan yang memiliki jabatan struktural di Liverpool Football Club (LFC) International Football Academy and Soccer Schools Indonesia.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
22
Lalu lokasi kedua adalah tempat pelatihan dari Liverpool Soccer Schools Indonesia yaitu di lapangan Hoki Lama di Kompleks olahraga Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Lokasi ini merupakan tempat peneliti melakukan tugas-tugas magang yang di berikan oleh Liverpool Football Club (LFC) International Football Academy and Soccer Schools Indonesia. selain itu dilokasi ini peneliti dapat dengan bebas mengamati segala macam atribut-atribut dan fasilitas- fasilitas yang ada di Liverpool Soccer Schools ini. Selain itu di tempat ini peneliti seringkali melakukan wawancara non formal kepada orangtu siswa, siswa, pelatih, dan pekerja pengurus lapangan hoki lama ini. 3.4
Penentuan Informan Penentuan Informan dilakukan dengan atas dasar pertimbangan penulis
sendiri. Berdasarkan atas penelitian ini yang fokus pada “prospek mobilitas sosial Liverpool Soccer Schools dalam melahirkan pemain sepakbola profesional dan berkualitas” serta dengan melihat pengelolaan pelatihan serta penerimaan siswa di Liverpool Soccer Schools ini, maka yang menjadi informan utama penelitian ini adalah pengurus dari Liverpool Soccer Schools dan juga orangtua dari siswa Liverpool Soccer Schools. karakteristik informan utama yang dipilih adalah adalah mereka yang memiliki pengetahuan mengenai pengelolaan pelatihan di Liverpool Soccer Schools, dan segala sesuatu mengenai Liverpool Soccer Schools serta memiliki pengetahuan mengeni sepakbola. Berikut ini penulis melakukan pemilihan karakter informan utama dalam beberapa kategori informan, antara lain: •
Pengurus dari Liverpool Football Club (LFC) International Football Academy and Soccer Schools Indonesia. Kriteria Khusus yang dijadikan patokan untuk memilih informan yang berasal dari pengurus atau salah satu pemilik jabatan struktural di Liverpool Football Club (LFC) International Football Academy and Soccer Schools Indonesia adalah mereka yang sudah bekerja dari awal pendirian Liverpool Football Club (LFC) International Football Academy and Soccer Schools Indonesia ini dan mengetahui sejarah, peristiwa-peristiwa yang ada di SSB ini, dan mengetahui secara mendalam mengenai pelatihan sepakbola. Hal ini dilakukan agar mendapatkan informasi
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
23
yang terperinci mengenai pengelolaan pelatihan disini dan dengan mengetahui pelatihan sepakbola diharapkan dia dapat memberikan gambaran dari prospek masa depan dari siswa-siswa yang berlatih disana. •
Orangtua siswa Liverpool Soccer Schools. kriteria khusus yang dijadikan patokan untuk memilih informan yang berasal dari dua orangtua siswa yang berbeda di mana yang satu mewakili siswa yang memiliki kemampuan sepakbola yang baik menurut pelatih dan berasal dari kalangan atas, serta mengikuti perkembangan anaknya berlatih di SSB ini dan memiliki pengetahuan sepakbola yang baik. Yang kedua adalah Orangtua siswa dari siswa yang mewakili kemampuan sepakbolanya kurang baik dan berasal dari kalangan atas, mengikuti perkembangan anaknya berlatih di SSB ini dan memiliki pengetahuan sepakbola yang baik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tujuan dari orangtua siswa memasukkan anaknya ke SSB ini. Selain mewancarai dua orangtua murid tersebut, peneliti juga memberikan beberapa pertanyaan ke beberapa orangtua murid selama proses magang di Liverpool Soccer Schools mengenai alasan anak-anak mereka berlatih di Liverpool Soccer Schools ini.
3.5
Tahap pengumpulan data Untuk pengumpulan data dalam penelitain ini, Peneliti melakukannya dalam
beberapa teknik . Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mendapatkan data sebanyak mungkin untuk mendukung penelitian yang penulis lakukan. Pertama, Observasi atau pengamatan langsung ke lapangan. Pada tahap awal ini penulis melakukannya dengan cara magang atau praktek kerja lapangan selama kurang lebih dua bulan (6 April 2012 sampai 27 Mei 2012) disetiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Tugas utama yang di berikan oleh pihak Liverpool kepada peneliti adalah melakukan presensi atau mengecek kehadiran para siswa-siswa yang berlatih di Liverpool Soccer Schools, walaupun ada beberapa tugas lain yang sesekali diberikan olah pihak Liverpool Soccer Schools.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
24
Sebelum melakukan proses kerja magang di Liverpool Soccer Schools ini, terdapat hal-hal yang dilakukan oleh penulis terlebih dahulu yaitu melakukan observasi lapangan untuk pertama kali ke tempat latihan Liverpool Soccer Schools di lapangan Hoki lama Senayan. Tujuannya adalah untuk mengetahui lokasi latihan dari Liverpool Soccer Schools, mengetahui keadaan, suasana dan atribut apa saja yang digunakan disana, dan tata cara yang harus dilakukan untuk mendapatkan izin melakukan penelitian di sini. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penolakan seperti yang terjadi di SSI Arsenal sebelumnya. 1 Selanjutnya setelah melakukan pengurusan dan mendapatkan izin untuk dapat melakukan penelitian disana, lalu pihak Liverpool Football Club (LFC) International Football Academy and Soccer Schools Indonesia menawarkan untuk melakukan praktek kerja lapangan atau magang. Kerja magang ini dilakukan atas permintaan dari pihak Liverpool Soccer Schools itu sendiri sebagai timbal balik atas izin yang mereka berikan kepada peneliti untuk dapat mengumpulkan data di sini. Permintaan dari pihak Livepool ini disetujui oleh peneliti selain agar lebih mudah mendapatkan data disana juga agar menghindari kejadian penolakan di SSI Arsenal sebelumnya. Setelah seluruh tahapan yang ada telah dilaksanakan, maka peneliti memulai proses magang di Liverpool Soccer Schools dengan tugas seperti yang ada di atas. Berdasarkan observasi di tempat latihan ini, penulis membaginya menjadi 2 tahapan, yaitu : pertama, penge nalan awal mengenai keadaan dan suasana disana, seperti mengamati keadaan dan fasilitas- fasilitas yang tersedia disana, saran dan prasarana (seperti: lapangan, lahan parkir, ruang ganti, peralatan-peralatan latihan,dan lain sebagainya). Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai situasi dan keadaan di Liverpool Soccer Schools. Pada tahap ini juga peneliti melakukan pengambilan gambar (foto) pada keadaan, suasana, dan juga sarana dan prasarana yang ada disana. Kedua, pada tahap ini peneliti mengamati interaksi dan hubungan sosial yang ada diantara pengurus yang hadir di lapangan dengan orangtua dan siswa disana. cara yang digunakan untuk dapat meningkatkan kedekatan antara 1
Penjelasan terdapat di batasan penelitian.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
25
peneliti dengan orangtua siswa adalah bersikap sopan dan ramah serta melakukan konfirmasi kehadiran anak mereka. Pada beberapa kegiatan konfirmasi yang dilakukan mengenai konfirmasi kehadiran siswa kepada para orangtua siswa tersebut, peneliti melakukan sedikit wawancara mengenai alasan mereka memasukkan anaknya untuk berla tih di Liverpool Soccer Schools ini. Dengan melakukan hal tersebut maka akan terbangun kedekatan dengan para orangtua siswa. Hal ini dapat mempermudah tugas peneliti untuk memperoleh data-data yang diinginkan dari orangtua siswa. Selain bertanya kepada orangtua murid peneliti juga bertanya kepada pelatih lokal mengenai kurikulum disini dan keadaan umum mengenai prospek perkembangan anak-anak yang berlatih di Liverpool Soccer Schools untuk menjadi pemain profesional. Dari hasil observasi selama kegiatan maga ng inilah yang dijadikan peneliti untuk membuat catatan lapangan sebagai tamabahan data dan informasi untuk peneliti. Kedua, pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam. Wawancara yang dilakukan penulis dilaukan penulis dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah di buat sebelumnya. Wawancara dilakukan terhadap 3 orang, dua berasal dari orangtua siswa dan satu lagi dari pengurus Liverpool Football Club (LFC) International Football Academy and Soccer Schools Indonesia. Selain dengan melakukan wawancara mendalam dengan 3 orang tersebut, ada pula obrolan-obrolan lain dengan orang tua yang lain, pelatih, serta pekerja yang mengurusi lapangan hoki lama, Senayan yang tidak terekam yang turut memberikan sumbangsih terhadap proses pengumpulan data. Ketiga, melakukan Studi Pustaka. Kepuatakaan yang dimaksud adalah tulisantulisan tentang sekolah-sekolah sepakbola, khususnya sekolah sepakbola Liverpool (Liverpool Soccer Schools), dan juga mengenai latar belakang dan juga keadaan kehidupan saat ini dari pemain-pemain sepakbola, seperti Andik, Cristioano Ronaldo, dan lain- lain. Peneliti memperolehnya dari beberapa sumber, seperti buku, artikel, media cetak, situs internet, dan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini juga menggunakan buku dan dokumen lain yang berisi mengenai konsep-konsep yang digunakan di dalam penelitian ini. Dengan
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
26
mempelajari dokumen-dokumen ini maka akan dapat lebih mudah untuk dapat memahami konsep, dan pendapat ahli mengenai hal tersebut. studi yang dilakukan yaitu dengan membaca, mengutip, mengkaji konsep dan informasi yang dianggap relevan dengan permasalahan penelitian yang telah ditentukan.
3.6
Tahap pengolahan data Tahap pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data-data yang ada
baik itu melalui data primer maupun sekunder selesai dilaksanakan. Dalam tahap ini peneliti melakukan transkip wawancara, membuat catatan lapangan (field notes) dan menggabungkan data-data yang berasal dari internet. Lalu setelah itu penyajian data dilakukan dalam berbagai cara yaitu dalam bentuk tabel dan grafik. dilakukan untuk menggabungkan informasi yang didapat agar tersusun dengan baik. Setelah itu melakukan penarikan kesimpulan yang didapatkan dari perumusan data yang telah dilakukan.
3.7
Hambatan Penelitian Terdapat beberapa hambatan dalam penelitian ini yang di hadapi oleh peneliti
terkait dalam proses pengumpulan data, yang pertama adalah mengenai tidak adanya koneksi atau orang dalam yang dikenal yang bekerja di Liverpool Soccer Schools Sehingga walaupun telah di izinkan untuk melakukan penelitian, tetapi tetap saja ada beberapa hal mengenai data-data yang dibutuhkam oleh peneliti yang tidak bisa didapatkan oleh peneliti, misalkan saja mengenai data-data pribadi dari para siswa, penjelasan mengenai kurikulum yang digunakan oleh Liverpool Soccer Schools ini, data-data mengenai pengeluaran dan pendapatan dari Liverpool soccer Schools dan lain sebagainya. Sulitnya informasi dan data yang didapatkan oleh peneliti mungkin disebabkan oleh sifat tertutup dari organisasi tersebut atau mungkin saja memang sekolah sepakbola ini belum memiliki pengorganisasi data-data organisasi yang baik karena relatif masih barunya organisasi Liverpool Soccer Schools ini, di mana sekolah sepakbola ini baru berdiri kurang lebih 1 (satu) tahun. Selain itu tugas dari pihak Liverpool yang mengharuskan peneliti untuk tetap ada atau selalu siap berada
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
27
di sekitar lapangan sehingga terkadang menyulitkan peneliti untuk melakukan observasi di sekitar lapangan tersebut ataupun mengobrol dengan waktu yang cukup lama dengan para orangtua siswa. 2 Selain itu adanya kegagalan yang pernah terjadi pada peneliti ketika ingin melakukan penelitian di SSI Arsenal cukup memakan waktu sampai kurang lebih 3 bulan membuat banyak waktu yang tersisa serta peneliti harus melakukan proses penelitian dari awal lagi. Di mana ketika itu sebelum menetapkan lokasi penelitian di Liverpool Soccer Schools, peneliti sebelumnya telah menetapkan lokasi penelitian di SSI Arsenal namun setelah menyerahkan proposal dan surat perizinan ke pihak SSI Arsenal sesuai dengan apa yang mereka minta. Namun setelah 3 bulan berjalan dan setelah dilakukan konfirmasi setiap 2 minggu sekali selama 3 bulan tersebut ke tempat latihan SSI Arsenal (di Ciputat dan di Pancoran) ternyata tidak ada kejelasan dari pihak Arsenal apakah mengizinkan penelitian ini atau menolak memberikan izin untuk penelitian ini. Hingga akhirnya peneliti berkonsultasi pada pembimbing mengenai hal tersebut dan juga peneliti memberikan opsi untuk melakukan perubahan tema penelitian3 dan juga melakukan perubahan lokasi penelitian dengan lokasi yang baru dengan karakteristik yang kurang lebih sama seperti SSI Arsenal. Proses ini juga cukup memakan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 3 minggu karena peneliti di minta oleh pembimbing untuk mencari cara lain agar dapat masuk ke SSI Arsenal sekaligus mencari alternatif sekolah sepakbola lain yang memiliki karakteristik kurang lebih sama serta lo kasi tersebut memiliki izin untuk dapat dilakukan 2
Tugas yang di berikan oleh pihak Liverpool adalah melakukan presensi terhadap siswa -siswa yang akan mengikuti latihan. Kadang kala ada beberapa siswa yang mengalami keterlambatan, sehingga peneliti harus menunggu dan harus selalu berada di sekitar lapangan. Selain itu terkadang peneliti juga ditugaskan untuk ikut masuk kedalam lapangan untuk membantu para pelatih yang kesulitan mengawasi atau melatih siswa-siswa dengan jumlah yang banyak. Lalu peneliti juga kadang kala di tugaskan untuk merawat siswa yang mengalami cedera ringan. Hal-hal seperti inilah yang mengharuskan peneliti untuk siap atau tetap berada di sekitar lapangan. 3
Pada saat itu peneliti mengajukan permintaan kepada pembimbing skripsi untuk merubah tema penelitian skripsi menjadi hal yang berhubungan dengan kelompok suporter. Akan tetapi permintaan ini di tolak oleh pembimbing skripsi dan meminta peneliti untuk berusaha lebih keras lagi untuk mencari cara lain agar mendapatkan jalan untuk dapat masuk kedalam SSI Arsenal
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
28
penelitian. Akhirnya peneliti mengusulkan Liverpool Soccer Schools sebagai lokasi baru penelitian dan akhirnya disetujui oleh pembimbing dan juga dari pihak Liverpool Soccer Schools itu sendiri. Namun seperti yang di jelaskan di paragraf sebelumnya, di Liverpool Soccer Schools ini tetap saja ada kesulitan untuk mendapatkan data-data tertentu. Selain hal-hal yang ada diatas yang dapat di kategorikan kedalam hambatan dari luar, ada juga hambatan yang berasal dari dalam diri peneliti sendiri, misalnya adalah ketakutan penulis untuk memberikan proposal kepada pihak Liverpool Soccer Schools dan juga ketika melakukan wawancara kepada pihak pengurus Liverpool Soccer Schools karena adanya pengalaman penolakan pemberian izin penelitian di SSI Arsenal sebelumnya. Sehingga disini ada beberapa data-data yang kurang dalam tergali.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
BAB IV GAMBARAN UMUM LIVERPOOL INTERNATIONAL SOCCER SCHOOLS
4.1
Liverpool Football Club International Football Academy and Soccer Schools
Indonesia. Liverpool Football Cub International Football Academy and Soccer Schools (yang selanjutnya akan disingkat menjadi LIFass) Indonesia merupakan akademi dan sekolah sepakbola yang menjadi partner resmi Liverpool FC.4 LIFass Indonesia ini juga merupakan akademi dan sekolah sepakbola yang berafiliasi dengan Liverpool FC pertama yang ada di luar benua Eropa dan Amerika. Di mana sebelumnya Liverpool Football Cub International Football Academy and Soccer Schools ini hanya ada di 9 negara di benua Eropa dan Benua Amerika, yaitu Inggris, Amerika Serikat, Norwegia, Swedia, Denmark, Prancis, Yunani, Siprus, dan St.Vincent. Kehadiran LIFass di Indonesia ini diawali oleh adanya bantuan dari British Chamber of Commerce in Indonesia yang telah menjembatani komunikasi dengan pihak LIFass pusat yang ada di Inggris dengan membawa pemain-pemain legenda sepakbola Liverpool Fc ke Indonesia, yaitu Ian Rush, dan Phil Neil melalui program Giving Kids A Sporting Chance. Di mana menurut Cris Wren5, CEO LiFass Indonesia melalui wawancara dengan wartawan bahwa program ini adalah program yang dirancang untuk membantu anak-anak yang punya sedikit kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan olahraga yang terstruktur. 6 Lalu setelah adanya 4
Liverpool Football Club adalah salah satu anggota klub Liga Premier Inggris (Premier League) yang memiliki home base atau stadion di Anfield, Liverpool, Inggris. Dan menjadi salah satu klub besar dan tersukses di Inggris dan Eropa, di mana klub Liverpool ini telah memenangkan berbagai macam kejuaraan domestik dan juga kejuaraan di benua eropa bahkan dunia 5
Cris Wren adalah Direktur Eksekutif British Chamber of Commerce di Indonesia (Britcham) dan komisioner LIFass (Liverpool International Football Academy and Soccer Schools) Indonesia. 6
www.sport5689.com/hadirkan_liverpool_school_academy_karena_cinta_indonesia_berita103.html , di unduh pada tanggal 28 April 2012
29
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
30
kedatangan legenda-legenda sepakbola Liverpool tersebut melalui program Giving Kids A Sporting Chance ini, pihak Liverpool kemudian berencana untuk membuat LIFass di Indonesia. Hal ini didasarkan atas adanya dukungan khususnya terhadap Liverpool melalui kelompok suporternya yang cukup besar dan juga dukungan pada sepakbola yang sangat besar pada umumnya oleh masyarakat Indonesia, hingga akhirnya pihak LIFass pusat menunjuk dan mempercayai Indonesia sebagai negara pertama di luar Eropa dan Amerika untuk membuka LIFass. Hal ini seperti yang di kemukakan oleh YY (pelatih dan kepala operasional LFC Indonesia) : “......ya kemudian dari beberapa kali kita kedatangan para legenda dari Liverpool ini ke Indonesia mereka melihat bahwa animo terhadap Liverpool melalui BigReds atau suporter Liverpool di Indonesia dan animo sepakbola secara keseluruhan di Indonesia memang luar biasa dan akhirnya mereka menunjuk kita untuk menjadi partner untuk membuka, partner resmi ya yang dipercaya membuka Liverpool FC International Football Academy and Soccer Schools pertama di Luar Eropa, jadi kami yang pertama di Asia” ( Hasil wawancara dengan informan YY, 24 April 2012) Dari potongan wawancara diatas dapat terlihat bahwa sebenarnya terdapat tujuan lain dari kehadiran LIFass ke Indonesia. Di mana hal ini terlihat dari adanya pernyataan yang menyatakan bahwa terdapat animo yang tinggi terhadap Liverpool, dan hal ini menunjukan bahwa bukan hanya sekedar untuk melakukan pembinaan sepakbola saja tujuan di dirikannya Liverpool Football Cub International Football Academy and Soccer Schools ini tetapi ada kemungkinan juga terdapat tujuan lain untuk meningkatkan merk dagang (brand) mereka di Indonesia yang sekiranya dapat menghasilkan pendapatan yang cukup baik bagi Liverpool FC itu sendiri ataupun orang-orang yang terlibat di SSB tersebut. Setelah itu dengan adanya kesepakatan kerjasama antara Liverpool FC dengan pihakpihak yang ada di Indonesia maka pada tanggal 1 Mei 2011 bertempat di Stadion Anfield, di umumkan bahwa akan segera dibuka LIFass. 7 Lalu dengan adanya pengumuman resmi itu maka mulailah dilakukan perkenalan-perkenalan atau promosi mengenai LIFass yang ada di Indonesia 7
Pada saat itu pengumuman dilakukan ketika jeda istirahat pertandingan Liga Premier Inggris antara Liverpool melawan Newcastle United. Ketika itu pihak Indonesia diwakili oleh Cris Wren (Direktur Eksekutif British Chamber of Commerce di Indonesia) dan komisioner dari LIFass (Liverpool International Football Academy and Soccer Schools) Indonesia. dan Andhika Suksmana (Presiden BIGREDS tahun 2005-2011) masuk kedalam lapangan Anfield untuk mengumumkan dan memperkenalkan pembukaan Liverpool International Football Academy and Soccer Schools di Indonesia kepada pihak Liverpool, khususnya suporter Liverpool di Inggris. Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
31
ini, yang salah satunya dengan melakukan Coaching Clinic 8yang dilakukan diberbagai tempat, misalkan saja di lapangan Hockey lama Senayan, High Scope Institute, dan lain sebagainya. Setelah melakukan coaching clinik untuk pengenalan dan promosi mengenai LIFass ini, maka pada tanggal 10 Juli 2011 dilakukanlah soft opening di lapangan Hoki lama Senayan untuk menandakan dibukanya LIFass di Indonesia. Di mana pelaksanaan program pelatihan yang dilakukan oleh LIFass ini berpedoman pada kurikulum pelatihan sepakbola yang bersumber dari LIFass di Inggris. Kurikulum Pelatihan yang dimaksud adalah kurikulum dengan metode pelatihan PLAY THE LIVERPOOL WAY. Pada saat ini Liverpool FC Indonesia (LFC Indonesia) resmi beroperasi di Indonesia dengan memiliki dua jenis pelatihan sepakbola di Indonesia, yaitu Akademi sepakbola (football Academy) dan juga sekolah sepakbola (Soccer Schools). Jenis pelatihan yang pertama adalah akademi sepakbola (football academy), jenis pelatihan ini mungkin masih sangat jarang terdapat di Indonesia apalagi yang berafiliasi dengan klub sepakbola luar negeri dan mungkin Liverpool Football academy ini merupakan akademi sepakbola pertama di Indonesia yang berafiliasai dengan klub sepakbola dari luar negeri. Akademi sepakbola ini nantinya di peruntukan bagi mereka khususnya anak-anak yang memiliki talenta dan kemampuan bermain sepakbola yang sangat baik dan juga telah menetapkan tujuan hidupnya untuk “terjun” ke dalam dunia sepakbola. Di dalam akademi sepakbola ini terdapat seleksi pemain terlebih dahulu yang bertujuan untuk dapat menentukan pemain-pemain ataupun anak-anak mana saja yang dapat mengikuti pelatihan di akademi sepakbola Liverpool ini. Namun hingga saat ini akademi sepakbola Liverpool ini belum dapat dibuka karena ada berbagai alasan tertentu. Salah satunya adalah belum rampungnya pembangunan infrastruktur bangunan dan lapangan yang memiliki standar khusus yang telah ditetapkan oleh pihak akademi Liverpool di Inggris. Sedangkan bentuk pelatihan yang kedua adalah Sekolah Sepakbola (Soccer Schools), sekolah sepakbola ini memiliki hampir kesamaan dengan jenis pelatihan akademi namun ada sedikit perbedaan mendasar yang ada diantara kedua jenis pelatihan tersebut. Di mana jika pada akademi sepakbola terdapat seleksi atau pemilihan pada anak-anak yang mempunyai kemampuan khusus pada permainan sepakbola dan telah menetukan masa depannya untuk terlibat di dalam dunia olahraga sepakbola, sedangkan jika pada sekolah sepakbola pada 8
Coaching Clinic adalah suatu klinik pelatuhan singkat untuk orang-orang tertentu yang di berikan oleh tenagatenaga ahli atau profesional dibidangnya. Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
32
umumnya semua orang atau kalangan bisa masuk kedalam sekolah sepakbola tanpa adanya seleksi atau pemilihan berdasarkan kemampuan terlebih dahulu tetapi disini akan ada biaya yang di kenakan kepada siswa yang masuk sekolah sepakbola ini.
4.2
Visi dan misi dari Liverpool FC International Football Academy and Soccer
Schools 9 Visi: 1. Mengembangkan potensi sepakbola generasi muda usia 6 – 18 tahun dengan metode pelatihan Play The Liverpool Way! 2. Meningkatkan kualitas pelatihan sepakbola dan intensitas pertandingan baik di skala lokal, Nasional maupun International 3. Melahirkan pemain yang mampu bermain di kancah sepakbola Eropa, khususnya di Liverpool FC Misi: 1. Meningkatkan level pelatihan sepakbola yang lebih baik 2. Mengenalkan pola pelatihan teknik sepakbola yang berjenjang dengan sistem Long Term Athlete Development (pembentukan atlet jangka panjang) 3. Penataan sarana dan prasarana bagi pelatihan sepakbola 4. Memberikan disiplin ilmu sepakbola tanpa mengesampingkan pendidikan disekolah umum Untuk memenuhi Visi dan Misi yang ada di atas Pihak LIFass Indonesia telah melakukan berbagai hal, diantaranya adalah dengan mendatangkan pelatih senior Akademi di Liverpool Academy yang ada di Inggris. Dengan hadirnya pelatih tersebut maka kurikulum dan metode pelatihan Play The Liverpool Way dapat di kembangkan di Indonesia. Selain itu juga dengan adanya metode pelatihan yang telah terstandarisasi dan juga adanya pelatih yang langsung didatangkan dari Liverpool serta pelatih-pelatih lokal yang berpengalaman dan juga telah memiliki lisensi minimal dari PSSI maka hal ini dapat membuat level pelatihan sepakbola menjadi lebih baik lagi.
9
Di kutip dari Email yang dikirim oleh Informan YY Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
33
Lalu dalam memenuhi misi melahirkan pemain yang mampu bermain di kancah sepakbola eropa, maka pihak Liverpool saat ini telah melakukan langkah nyata yaitu selain mendatangkan pelatih langsung dari Liverpool tadi untuk memberi pelatihan yang berstandar Eropa, pelatih tersebut juga bertugas untuk melihat dan merekomendasikan pemain atau anakanak mana saja yang dapat bermain di kompetisi Eropa, khususnya di Liverpool. Saat ini telah ada satu anak yang telah melaksanakan program khusus yang nantinya bertujuan agar pemain tersebut dapat siap untuk berlatih di Liverpool Football Academy yang ada di Inggris. Selanjutnya untuk memenuhi misi penataan sarana da n prasarana bagi pelatihan sepakbola maka pihak LIFass yang ada di Inggris telah melakukan standarisasi terhadap sarana dan prasana yang harus dipenuhi agar dapat digunakan oleh pihak LIFass di Indonesia. Oleh karena itu untuk memenuhi standarisasi tersebut pihak LIFass Indonesia memilih secara ketat sarana dan prasarana untuk latihan, salah satunya adalah dengan memilih lapangan Hoki lama Senayan untuk menjadi tempat latihan mereka. 4.3
Kegiatan Pelatihan Sepakbola di Liverpool FC Football Academy and Soccer
Schools Indonesia Selain pelatihan reguler yang ada di Sekolah Sepakbolanya ataupun yang nantinya ada di Akademi Sepakbolanya, LIFass Indonesia juga membuat beberapa kegiatan pelatihan yang biasanya dibuka secara umum. 10 Kegiatan-kegiatan pelatihan tersebut adalah : 4.3.1
Free Coaching Clinic. Kegiatan pelatihan ini merupakan kegiatan pelatihan
sepakbola yang diberikan kepada pihak-pihak tertentu tanpa di pungut biaya, dan di Liverpool ini biasanya berlangsung selama 45 sampai 90 menit. Kegiatan Free Coaching Clinic ini telah dilakukan di beberapa sekolah, yaitu Jubile International Schools, Schools of Tiara Bangsa, High Scope Institute, beberapa sekolah AL-Azhaar, British International Schools, Jakarta International School, Sinarmas World Academy (SWA). Selain dilakukan dengan bekerja sama dengan Sekolah, Free Coaching Clinic ini juga telah dilaksanakan di Stadion Kuningan Soemantri Brojonegoro yang di peruntukan bagi sekolah-sekolah yang tersebar di Jabodetabek. Selain itu juga ada yang bekerja sama dengan perusahaan, seperti Perusahaan JOTUN. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh informan YY :
10
Di buka secara umum maksudnya adalah pelatihan ini dapat di ikuti oleh member dari LIFass Indonesia ataupun bukan member LIFass Indonesia atau masyarakat umum. Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
34
“....kita sudah melakukan beberapa Coaching clinik diantaranya melakukan kerja sama dengan PT. Jotun dan PT. Aspek Indonesia, terus kita juga melakukan Coaching Klinik di beberapa sekolahan diantaranya Jubile International School, School of Tiara Bangsa, beberapa sekolah AL-Azhar, High Scope Institute, British International School, Jakarta International School, Sinarmas World Academy, dan sekolah-sekolah lainnya.......” ( Hasil wawancara dengan informan YY, 24 April 2012) Free Coaching Clinic dengan PT. JOTUN
Free Coaching Clinic di Sekolah AL-Azhar
Gambar 4.1 Kegiatan Free Coaching Clinic yang dilakukan Oleh LIFass Sumber : www.lfcindonesia.com Dari Free Coaching Clinic yang dilaksanakan oleh pihak Liverpool Football Akademy and soccer schools Indonesia mayoritas cenderung di selenggarakan untuk kalangan-kalangan atas, di mana hal ini terlihat dari pemilihan sekolah-sekolah yang didatangai untuk melakukan Free Coaching Clinic ini. Menurut saya ini dilakukan mungkin sebagai bentuk promosi untuk memperkenalkan tentang keberadaan Liverpool International Soccer Schools kepada siswa-siswa dan orangtua siswa di sekolah tersebut. hal ini diperkuat ketika berada di tempat latihan Liverpool International Soccer Schools maka disana akan ditemukan beberpa anak yang bersekolah di tempat-tempat dilaksanakannya Coaching Clinic tersebut, misalkan saja Al-Azhar.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
35
4.3.2
Soccer Camp. Kegiatan pelatihan pada umumnya hampir sama dengan Coaching
Clinic, namun perbedaannya adalah kegiatan soocer camp ini dilaksanakan selama tiga hari dan tiga jam per harinya. Selain itu kegiatan Soccer Camp ini di kenakan biaya sebesar Rp 495.000 (empat ratus sembilan puluh lima ribu rupiah). Selain itu Soccer Camp ini juga akan memberikan sertifikat yang bertandatangan legenda Liverpool kepada anak-anak yang mengikuti Soccer Camp ini. Sertifikat ini di berikan sebagai tanda telah mengikuti kegitan Soccer Camp di Liverpool
Gambar 4.2. Soccer Camp dan Sertifikat Liverpool International Football Academy and Soccer School Sumber : www.lfcindonesia.com
4.3.3
Training Experience with Liverpool Legend.
Kegiatan pelatihan ini sama
halnya dengan Coaching Clinic, namun perbedaannya adalah latihan sepakbola ini dilatih oleh langsung oleh legenda- legenda liverpool, misalkan Robbie Fowler, John Barnes, dan Stephen Henchoz. Kegiatan pelatihan ini dikenakan biaya yang cukup besar, yaitu sebesar Rp.1.500.000 bagi anggota LIFass dan Rp.2.200.000 bagi non anggota. Pelatihan ini berlangsung selama 90 menit dalam satu hari. Selain mendapatkan pelatihan sepakbola, para siswa akan mendapatkan baju latihan, foto bersama legenda Liverpool, sertifikat, stiker, meet and greet, dan melihat press conference secara langsung. Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
36
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa pelatihan yang dilakukan merupakan suatu bagian kecil dari serangkaian acara dari kedatangan para legenda liverpool ke Indonesia. selain itu pelatihan ini sepertinya hanya menjadi “pembungkus ” saja untuk menjual acara tersebut.
Gambar 4.3 Pengumuman Training Experience with Liverpool Legend Sumber: www.facebook.com/LFCIndonesia 4.4
Bahasa Bahasa adalah suatu sistem tutur kata, peraturan-peraturan tertulis, atau gestur yang
dimiliki oleh setiap anggota dalam suatu organisasi yang berguna untuk pemaknaan siapa dirinya dan orang lain yang berada dalam sistem tersebut (Trice & Beyer,1993:78). Dalam Liverpool Football Academy and Soccer Schools Indonesia ini bahasa yang digunakan adalah Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Hal ini dapat terdengar ketika kita Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
37
berada di tempat pelatihan Liverpool International Soccer Schools yang ada di Senayan dan juga ketika berada di Kantor yang berada di wisma Metropolitan 1, Sudirman. Namun Bahasa Inggris sepertinya menjadi bahasa formal disana dan dalam penggunaannya juga lebih sering digunakan oleh orang-orang yang berada di Liverpool Football Academy and Soccer Schools Indonesia. Penggunaan Bahasa Ingris biasanya digunakan ketika berada dalam keadaan-keadaan yang formal, seperti rapat, pemberian materi pelatih an oleh pelatih asing dan beberapa pelatih lokal kepada para siswa ketika latihan, percakapan dengan sebagian orangtua siswa dan juga beberapa siswa, percakapan dengan orang-orang asing yang ada di Liverpool International Soccer Schools Indonesia. 11 Selain itu juga Bahasa Inggris merupakan satu-satunya bahasa juga digunakan di dalam website resmi dari Liverpool International Academy and Soccer Schools, yaitu www.lfcindonesia.com. Sedangkan penggunaan Bahasa Indonesia biasanya digunakan dalam percakapan yang dilakukan oleh staff-staff ataupun pelatih-pelatih yang sama -sama berasal dari Indonesia, pemberian materi pelatihan oleh pelatih lokal kepada para siswa ketika latihan, percakapan dengan sebagian orangtua siswa, percakapan antar beberapa orangtua siswa yang berasal dari Indonesia, dan percakapan-percakapan informal lainnya diantara orang-orang yang berada di Liverpoool dan yang berasal dari Indonesia. 12 Selain kedua bahasa tersebut ada beberapa bahasa lain yang digunakan oleh orang-orang yang berasal dari daerah yang sama, seperti Jawa, dan juga ada beberapa bahasa dari negara lalin, seperti Jepang dan Korea tetapi biasanya bahasa-bahasa seperti ini jarang sekali sekali dapat ditemui karena hanya bebarapa orang saja yang menggunakannya
11
12
Hasil Observasi Peneliti sejak 6 April 2012 Ibid Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
38
Gambar 4.4 Halaman depan (home) website Liverpool International Football Academy and Soccer Schools Sumber : www.lfcindonesia.com
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa Bahasa Inggris merupakan bahasa utama yang digunakan oleh pihak Liverpool. Hal ini dikarenakan Bahasa Inggris menjadi satu-satunya bahasa yang digunakan oleh pihak LIFass Indonesia di dalam website ini. Website ini juga menjadi salah satu sumber informasi yang utama untuk menginformasikan kegiatan-kegiatan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan oleh pihak LIFass Indonesia. selain menginformasikan kegitan website ini juga menginformasikan tentang staf atau karyawan-karyawan yang bekerja di LIFass Indonesia.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
39
4.5
Sekolah Sepa kbola Internasional Liverpool (Liverpool International Soccer
Schools) Sekolah Sepakbola Internasional Liverpool ini berdiri sejak tanggal 10 Juli 2011 bersamaan dengan soft launching dari LIFass yang dilaksanakan di lapangan Hoki Lama Senayan. Sampai pada tanggal 20 Agustus 2012 siswa yang terdaftar untuk mengikuti latihan sepakbola adalah sebanyak 293 siswa dan terdapat 10 pelatih. Selain itu juga Sekolah Sepakbola Internasional Liverpool ini memiliki beberapa kelompok kategori umur, yaitu kategori U6 (under 6), U8, U10, U12, U14, U16, dan U18. Saat ini tempat pelatihan Liverpool International Soccer Schools (yang selanjutnya akan disingkat menjadi LISS) berada di lapangan Hoki lama Senayan, Jakarta. Biaya sewa untuk Lapangan Hoki ini sebesar Rp.450.000 per 2 jam namun disini pihak Liverpool FC Indonesia ini menyewa lapangan Hoki ini dengan sistem kontrak per 6 bulan dengan biaya yang tidak dapat disebutkan. 13 Penggunaan lokasi latihan di lapangan Hoki mungkin bagi sebagian masyarakat sedikit tidak lazim karena adanya perbedaan ukuran besaran lapangan, bentuk serta alas lapangannya. Namun alasan penggunaan lapangan Hoki ini didasarkan atas tidak adanya ketersediaan lapangan sepakbola yang memadai di Indonesia khususnya di Jakarta dan sekitarnya. Maksud dari lapangan sepakbola yang memadai disini adalah lapangan yang yang memiliki struktur tanah atau lapangan yang baik atau rata dan lembut, memiliki kualitas rumput yang baik dan terjaga serta drainase atau sistem saluaran pembuangan air dilapangan yang baik. Oleh karena itu dengan tidak adanya lapangan yang baik tersebut maka dipilihlah lapangan hoki lama Senayan, Jakarta tersebut. Hal ini dikarenakan lapangan Hoki senayan ini memiliki alas yang rata dan lembut karena dilapisi oleh karpet serta memiliki drainase yang cukup baik sehingga tidak ada genangan air ketika terjadi hujan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh informan YY ( pelatih dan kepala Operasional LFC Indonesia ) : “......kita tahu di Indonesia ini, sangat susah untuk menemukan lapangan yang dengan permukaan yang rata dan dengan tekstur tanah yang baik dan juga rumput yang terjaga, oleh karenanya kita memilih dilapangan Hoki dengan alas karpet karena alasan kerataan permukaan tanah atau permukaan lapangan.....” ( Hasil wawancara dengan informan YY, 24 April 2012) 13
Hasil observasi peneliti pada 5 Mei 2012, saat itu peneliti sedang berada di Lapangan Hoki untuk melakukan tugas magang, saat itu peneliti berbicara kepada Pekerja yang mengurus lapangan Hoki tentang biaya yang dikeluarkan untuk menyewa lapangan Hoki Lama di Senayan. Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
40
Dari pernyataan diatas dapat terlihat bahwa sarana dan prasarana yang ada di Indonesia untuk mendukung pelatihan sepakbola yang baik sangat kurang, khususnya dalam hal lapangan atau tempat yang akan digunakan untuk latihan. Di mana selama ini memang mayoritas lapangan yang ada di Indonesia kurang layak untuk digunakan sebagai tempat latihan atau pertandingan, karena permukaan yang tidak rata dan keras, serta memiliki drainase yang sangat buruk sehingga jika terjadi hujan lapangan akan becek, berlumpur dan banyak genangan air di sekitar lapangan. Oleh karena itu pihak LISS lebih memilih lapangan Hoki lama Senayan yang memiliki kualitas lapangan yang baik, baik dari segi kerataan permukaan tanah maupun dalam hal drainase lapangannya. Pemilihan lapangan Hoki ini juga untuk memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan pihak Liverpool di Inggris dan juga untuk memenuhi visi dan misi mereka. Berikut ini merupakan contoh gambar dari lapangan Hoki Senayan.
Gambar 4.5 Lapangan Hoki lama Senayan Sumber : Hasil Observasi Peneliti
Selain dalam hal lapangan, sarana dan prasaran yang ada di LISS juga dapat mencerminkan bahwa Sekolah sepakbola (SSB) ini termasuk dalam Sekolah Sepakbola Elit. Hal ini dikarenakan sarana dan prasaran yang tersedia merupakan sarana dan prasarana yang berkualitas dan sangat menunjang untuk latihan. Diantaranya adalah alat-alat latihan, seperti Bola, di mana di LISS ini menyediakan berbagai jenis ukuran bola, baik itu bola ukuran 3,4,dan 5.14 Penyediaan berbagai ukuran ini disesuaikan dengan usia anak-anak yang berlatih, hal ini di 14
Bola ukuran 3 untuk U-6 sampai U-8 Bola ukuran 4 untuk U-10 sampai U-12 Bola Ukuran 5 untuk U-14 sampai U-18 Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
41
tujukan untuk mencegah terjadinya kelain an tulang. Selain alat-alat latihan, juga terdapat alatalat kesehatan di setiap pelatihan sepakbola, hal ini dilakukan untuk penangan pertama jika terjadi kecelakaan.
Gambar 4.6 alat-alat latihan dan kesehatan Sumber : Hasil Observasi Peneliti
Selain alat-alat latihan dan kesehatan yang menunjang untuk latihan, pihak LISS juga bekerja sama dengan polisi untuk mengawai dan mengamankan latihan sepakbola di lapangan Hoki Senayan ini. Dengan adanya kerja sama tersebut maka disetiap latihan akan ada minimal satu orang dari anggota kepolisian untuk menjaga keamanan disana. Menurut Pihak Liverpool Soccer Schools, sepakbola harus dicitrakan sebagai sesuatu yang positif dan aman dan disini mereka bukan hanya melakukan penjualan saja tetapi juga mereka harus menjaga apa yang ada. Berikut kutipan wawancaranya : “itu untuk keamanan bahwasanya sepakbola sekarang sudah harus dicitrakan sebagai sesuatu yang positif dan aman, dan bahwasanya anda bisa lihat sendiri bukan tidak mungkin dengan adanya anak-anak yang notabenenya adalah datang kalangan-kalangan yang ber uang atau ber ada, orang-orang yang punya niat untuk melakukan hal yang tidak baik bisa datang kesitu misalnya tahu-tahu mengambil tas dan menyolong handphonenya atau menyolong BB nya atau menyolong dompetnya atau bisa jadi nyolong mobil, nyolong motor dan juga lain- lain. Itu adalah bagian dari fungsi keamanan yang bisa difungsikan secara sosial atau PR atau kehumasan di mana bahwasanya kita juga peduli terhadap sesuatu bukan hanya menjual saja tetapi kita juga menjaga apa yang sudah mereka punya, belum lagi isu- isu seperti penculikan misalnya. Karena mereka kan datang dari orang yang ber ada dan seperti yang kita lihat di televisi dan berita-berita bahwa si Anu di culik dengan minta tebusan yang cukup besar karena mereka datang dari kalangan yang kucup ber ada. Itu mungkin saja terjadi oleh karena itu kita sediakan seperti polisi atau siapapun. Dan itu merupakan inisiatif kita untuk bisa menjaga daerah itu.” Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
42
( Hasil wawancara dengan informan YY, 24 April 2012) Dari kutipan wawancara diatas terlihat bahwa ada suatu bentuk pencitraan untuk meningkatkan nama mereka kepada masyarakat umum, khususnya kepada orangtua siswa yang berlatih di LISS ini. Selain itu juga kutipan wawancara diatas semakin menegaskan bahwa Sekolah Sepakbola ini merupakan sekolah sepakbola elit, di mana untuk menjaga keamanan disana mereka sampai harus menggunakan jasa kepolisisan untuk melindungi customer mereka atau siswa disana yang di mana sebagian besar siswa-siswa LISS adalah siswa-siswa dengan orangtu dari kalangan atas atau dari kalangan berada. Berikut ini adalah salah satu petugas keamanan yang berasal dari anggota kepolisian yang berjaga di tempat pelatihan :
Gambar 4.7 Petugas keamanan dari kepolisisan yang menjaga keamanan di Liverpool Soccer Schools Sumber : Hasil Observasi Peneliti
4.6
Kurikulum Kepelatihan Kurikulum kepelatihan yang digunakan LISS adalah Kurikulum Play The Liverpool
Way. Play The Liverpool Way is much superior style. The greater intensity, discipline, and wellorganized sessions mean that all children are active, workinghard, and learning aspects of football, technical and tactical remember – control, pass, and move ( Newsletter Liverpool Footbal Club International Football Academy and Soccer Schools, 2011). Dari penjelasan di atas maka terlihat bahwa kurikulum yang digunakan menekankan pada disiplin pemain, aktif, bekerja keras, dan yang terpenting adalah memahami taktik permain Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
43
sepakbola yang menekankan pada kontrol, umpan, dan bergerak (control, pass, move). Dan jika dilihat dari kurikulum diatas maka dapat terlihat bahwa kecenderungan orientasi pelatihan sepakbola di LISS ini adalah cenderung pada permainan sepakbola Inggris ya ng terkenal dengan gaya permainan kick and rush nya. Selain itu kehadiran pelatih asing yang berasal dari Inggris juga memperkuat proses pelatihan di SSB ini yang cenderung mengikuti cara permainan dari sepakbola Inggris. Namun ada suatu perbedaan pola latihan ketika siswa-siswa tersebut dilatih oleh sebagian pelatih lokal. Di mana ternyata ada sebagian pelatih-pelatih lokal tersebut tidak mendapatkan sosialisasi mengenai kurikulum Play The Liverpool Way ini. Menurutnya, dia melatih dengan pola pelatihan yang di bawa sendiri- sendiri oleh mereka berdasarkan pengalaman melatih mereka di tempat sebelumnya. 15
4.7
Biaya dan Jadwal Pelatihan LISS Indonesia memiliki 3 hari jadwal latihan, di mana setiap siswa dapat memilih
jumlah latihan yang diinginkan dan hari apa saja yang mereka inginkan. Jadwal-jadwal latihan yang terdapat di Liverpool International Soccer Schools Indonesia, yaitu 1. Jumat, Pukul 16:00 – 18:00 WIB 2. Sabtu, Pukul 15:30 – 17:30 WIB 3. Minggu, Pukul 14:00 – 16:00 WIB (Kelompok U6 – U12) 4. Minggu, Pukul 16:00 – 18:00 WIB (Kelompok U14 – U18) Adanya pembagian waktu latihan antara kelompok U6 – U12 dengan kelompok U14 – U16 di hari Minggu dikarenakan banyaknya siswa-siswa di LISS Indonesia ini yang memilih jadwal latihan di hari Minggu. Oleh sebab itu untuk memberikan pelayanan dan kualitas pelatihan yang terbaik maka harus ada pembatasan jumlah siswa yang latihan di tiap sesinya. 16 Berdasarkan jadwal pelatihan yang ada seperti yang tertera diatas, sesungguhnya ada keterkaitan antara jadwal latihan dengan biaya pelatihan. Di mana semakin banyak jadwal latihan yang diikuti maka akan semakin mahal biaya pelatihan yang akan harus ditanggung. Tetapi pada dasarnya biaya yang dibutuhkan untuk masuk menjadi siswa di LISS Indonesia ini 15
Observasi peneliti Hasil Observasi peneliti pada tanggal 22 April 2012, saat itu peneliti mendengar penjelasan dari pihak Liverpool Soccer Schools, dalam hal ini adalah Customer relations office kepada orangtua siswa yang bertanya tentang jadwal latihan Universitas Indonesia 16
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
44
cukup mahal atau bahkan bisa dib ilang sangat mahal bagi sebagian masyarakat Indonesia. Hal ini seperti yang di kemukakan oleh Yahya Yusworo (Head of Operation LFC Academy) dalam sebuah wawancara oleh sebuah media online, di mana dia mengakui bahwa “Saya tidak menampik hal itu. Kami juga mempunyai tujuan untuk mencari keuntungan. Mencari orangorang kaya atau katagori pangsa pasar A yang mau bergabung bersama kami,” tegas Yahya.17 Di mana biaya pendaftaran untuk masuk menjadi siswa Liverpool International Soccer Schools Indonesia akan dikenakan biaya sebesar Rp.1.750.000 tetapi nantinya akan ada pengurangan biaya, di mana jika siswa tersebut memiliki orangtua atau pun saudara kandung yang terdaftar sebagai anggota resmi BIGREDS 18 maka akan ada pengurangan biaya sebesar Rp. 500.000 ataupun akan mendapat pengurangan biaya pendaftaran sebanyak 10 % jika siswa tersebut memiliki saudara kandung yang telah menjadi murid dari LISS ini dan dari biaya pendaftaran ini para siswa akan mendapatkan Staterpack
19
. Selain dikenakan biaya pendaftaran ada bia ya per
bulan yang akan dikenakan oleh para siswa. Biaya ini akan dikenakan kepada siswa sesuai dengan jumlah latihan yang dia ikuti per minggunya. Jika 1 kali latihan per minggu akan dikenakan biaya Rp.750.000 per bulannya, lalu jika 2 kali latihan per minggu akan dikenakan biaya Rp.1.200.000 per bulannya, dan jika 3 kali latihan per minggu akan dikenakan biaya Rp.1.600.000 per bulannya.
17
http://koranbaru.com/berita-bola -franchise-sekolah-sepak-bola-ssb -semakin-marak-di-indonesia/ , diakses pada tanggal 28 April 2012 18 Kelompok Suporter atau pendukung resmi Liverpool yang ada di Indonesia 19 Stater Pack ini berisis kaos latihan, celana latihan, kaos kaki, shin pads (pelindungtulangkering), handuk, mini bag, id card, sticker Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
45
Gambar 4.8 Jadwal dan biaya latihan Liverpool international Soccer School Indonesia Sumber : www.lfcindonesia.com/schedule
4.8
Tenaga Kepelatihan Liverpool International Soccer Schools (LISS) Indonesia Tenaga Kepelatihan merupakan salah satu unsur yang paling penting di dalam kemajuan
sekolah sepakbola (soccer schools). Hal ini disebabkan karena Pelatih merupakan orang yang memiliki kualifikasi sebagai pelatih cabang olahraga dan menjalankan fungsinya di lapangan.(Mutohir, 2007: 185) Pentingnya kualitas tenaga kepelatihan di dalam Sekolah Sepakbola karena pelatih merupakan sosok atau bagian yang secara langsung berhadapan untuk mendidik, memberikan perhatian, memberi pengetahuan baik secara teori dan praktek, serta orang yang bertanggung jawab secara langsung mengenai pertumbuhan dan perkembangan permainan sepakbola dari siswa yang berlatih di sekolah sepakbola tersebut. Di LISS Indonesia sendiri memiliki tenaga-tenaga kepelatihan yang baik dan berkualitas serta memiliki pengalaman dibidangnya. Pelatih-pelatih yang ada di LISS Indonesia ini terdiri dari 2 (dua) pelatih asing dan 8 (delapan) pelatih lokal dengan memiliki kualitas dan pengalaman melatih yang baik. Pelatih-pelatih tersebut adalah : Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
46
1. Coach Paul Barratt. Pelatih kelahiran 15 September 1987 ini adalah mantan pemain Liverpool FC U21. Sebelum bergabung bersama Liverpool, Paul Barratt bergabung terlebih dahulu bersama tim junior Manchester City di umur 7 tahun lalu setelah umur 15 tahun tim pencari bakat Liverpool mengajaknya bergabung bersama Liverpool. Prestasi yang pernah diraihnya adalah menjuarai FA Cup bersama Liverpool FC U21. Selain itu dia juga pernah bergabung bersama reserve team (tim cadangan) dan ikut berlatih bersama Robbie Fowler, Jamie Carragher, Harry Kewell and Xabi Alonso. Namun karena ada suatu hal Paul akhirnya pensiun dari pemain sepakbola dan kini pelatih. Saat ini dia merupakan salah satu Senior Academy Coach di Liverpool Academy di Inggris. Sampai saat ini dia telah mendapatkan lisensi kepelatihan mulai dari level 1, 2 dan yang terakhir adalah lisensi “B” UEFA. 20 2. Ryan Cottrelwalsh. Adalah pelatih yang berasal dari Inggris dengan memiliki lisensi kepelatihan dari FA 3. Yahya Yusworo. Adalah mantan pelatih di Soccer School Indonesia (SSI) Arsenal, mantan Assistant Coach di Pro Titan FC (Pro Duta FC, Medan) dan Medan Chiefs (Tim SepakbolaLiga Primer Indonesia), berlisensi PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) dan mengikuti berbagai kursus kepelatihan non formal yang diadakan oleh pelatih-pelatih International. 4. Dzulfikri Bashari El Hassan. Adalah pelatih berlisesnsi “C” AFC (Asian Football Confederations), Physical Education teacher di School of Tiara Bangsa ACS Internationa l. 5. Hardi Ardhia Putra. Adalah mantan pelatih di Asian Soccer Academy dan Two Touch Football Academy, berlisensi “C” PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) 6. Andre Picessa Pratama. Adalah mantan pemain Timnas Futsal Indonesia, mantan pemain professional U17 dan U21. Berlisensi PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) 7. Auriga Sonny Prabowo. Adalah pelatih berlisesnsi “C” AFC (Asian Football Confederations), Physical Education teacher di Sinarmas world Academy. 8. Indra Lesmana. Adalah mantan pelatih di SSB Mahesa. Berlisensi PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) 9. Bagus Ardiansyah. Adalah mantan pelatih tim Sepakbola dan Futsal di Universitas Nasional, berlisensi PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) 10. Slamet Hidayat. Adalah pelatih berlisensi PSSI (PersatuanSepakbolaSeluruh Indonesia)
20
. www.lfcindonesia.com/squad, diakses pada tanggal 26 Mei 2012 Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
47
4.9
Profil Siswa-Siswi Liverpool International Soccer Scholls Indonesia Dalam setiap sekolah sepakbola (Soccer Schools) tentunya memiliki profil dari siswasiswi yang ada di sekolah sepakbola tersebut, demikian halnya dengan LISS Indonesia. Berikut ini adalah pemaparan profil siswa berdasarkan jenis kelamin, usia, jenis kendaraan yang digunakan, jumlah latihan yang diikuti, dan sepatu ayang digunakan. 4.9.1 Berdasarkan Jenis Kelamin Table 4.1. Profil siswa berdasarkan Jenis Kelamin per tanggal 19 mei 2012
Jenis Kelamin perempua n 0,6%
Laki-Laki 99,4%
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas atau sebagian besar siswa yang mengikuti latihan di LISS Indonesia ini adalah berjenis kelamin Laki- laki, yaitu sampai 99.4 %. Sedangkan siswa perempuannya hanya 0,6 %. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa Sekolah Sepakbola ini didominasi oleh laki- laki. Dominasi ini dikarenakan dunia sepakbola sampai saat ini mungkin masih dianggap sebagai olahraganya laki- laki. walaupun hanya 2 orang yang berjenis kelamin perempuan yang berlatih di sekolah sepak bola ini dibandingkan dengan jumlah laki- laki yang lebih dari 200 orang, tetapi ada yang menarik dengan adanya perempuan yang berlatih di sekolah sepakbola ini. Oleh karena itu menurut pengamatan saya ada alasan mengapa ada perempuan di dalam sekolah sepakbola ini, di mana menurut saya kemungkinan besar adanya perempuan di sekolah sepakbola ini adalah karena adanya saudara kandung mereka yang juga berlatih di LISS Indonesia ini dan perempuan yang berlatih disini cenderung masih tergolong kecil atau masuk kedalam kelompok umur U8. 21
21
Hasil Observasi peneliti sejak tanggal 6 April 2012 Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
48
4.9.2 Berdasarkan Usia Table 4.2 Profil siswa berdasarkan usia per 19 Mei 2012
Usia 70 60 50 40 30 20 10 0
69
62
57 40
39 17
9
Usia < Usia 7- Usia 9- Usia Usia Usia 6 8 10 11-12 12-14 15-16
Usia
Usia >17
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa kelompok Usia 8 tahun merupkan kelompok usia terbanyak dengan jumlah siswa sebanyak 69 anak dari 293 jumlah keseluruhan anak. Sedangkan untuk kelompok U-10 berjumlah 62 anak, kemudian U-12 berjumlah 57 anak, U-14 berjumlah 40 anak, U-16 berjumlah 39 anak, U-18 berjumlah 17 anak dan U-6 berjumlah 9 anak. Dari gambaran usia diatas maka tidak mengherankan jika lebih banyak anak-anak di usia 7-12 tahun yang mengikuti latihan di SSB ini. Karena secara umum memulai latihan sepak bola yang baik yaitu di umur se dini mungkin yaitu di rentang umur 7 sampai 10 atau 12 tahun, khususnya di umur 8 tahun. Menurut Yahya yang merupakan salah satu pelatih LISS mengatakan bahwa untuk umur 10 tahun ke bawah, hakekatnya olahraga menjadi hiburan, bukan berlatih.” (Kontan, 2012). Pendapat diatas dapat diterima karena dengan terbentuknya rasa suka atau senang pada anak-anak pada olahraga sepakbola akan berdampak pada keinginan mereka untuk berlatih secara terus menerus dan secara tidak langsung akan meningkatkan skill mereka dalam bermain sepakbola. Lalu dengan sedikitnya jumlah siswa yang berumur lebih dari 17 tahun dalam mengikuti pelatihan sepakbola di SSB ini, mungkin ada beberapa hal yang menyebabkannya pertama karena memang sudah terlambat jika di umur 17 tahun ke atas baru berlatih sepakbola. Selain itu juga kesibukan para remaja tersebut baik itu di bidang pendidikan, organisasi, maupun pergaulan mereka. Sehingga hal ini telah menghabiskan waktu mereka dahulu sebelum berlatih sepakbola.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
49
4.9.3 Berdasarkan kendaraan yang digunakan
Gambar 4.9 Kendaraan yang digunakan oleh Siswa Sumber : Hasil Observasi Peneliti Dari gambar-gambar yang ada diatas dapat lihat bahwa sebagian besar siswa-siswa di LISS ini banyak yang menggunakan mobil sebagai kendaraan mereka untuk menuju tempat latihan di Lapangan Hoki lama Senayan. Jumlah kendaraan roda empat atau mobil yang ada di parkiran LISS Indonesia ini kira-kira berkisar antara 55 sampai 75 kendaaraan, dan hari sabtu biasanya menjadi hari yang paling banyak jumlah kendaraannya khusunya mobil untuk parkir di sekitar lapangan Hoki lama senayan ini. Tetapi walaupun banyak kendaraan roda empat yang parkir di sekitar lapangan Hoki lama Senayan ini, masih ada terlihat kendaraan roda dua (motor) disana. Dari pengamatan saya ada sekitar 6 sampai 15 kendaraan roda dua yang terdapat di parkiran lapangan Hoki Lama Senayan ini. Pada umumnya yang menggunakan sepeda motor sebagai kendaraan mereka ini mayoritas adalah para pelatih lokal dan juga siswa-siswa yang Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
50
berada di kelompok U14 – U1822 . Sedangkan bagi mereka yang berada di kelompok usia U14 ke bawah lebih banyak menggunakan Mobil sebagai kendaraan mereka dan biasanya mereka diantar oleh orangtua mereka ataupun oleh supir mereka. Sehingga tidak mengherankan jika setiap latihannya banyak orangtua dari siswa-siswa ini datang untuk melihat anak-anaknya berlatih. Dan kecenderungannya para orangtua ini tidak datang sendiri tetapi mereka biasanya akan membawa anak-anak mereka yang lain dan juga pekerja-pekerja yang ada di rumah mereka, seperti supir dan pengasuh anak (baby sitter). Keadaaan seperti ini dapat terlihat seperti sedang rekreasi keluarga, di mana ada beberapa keluarga yang membawa seluruh anggota keluarganya hanya untuk melihat anaknya berlatih sepakbola. Dan hal ini sepertinya menyenangkan bagi mereka karena banyak diantara para orangtua yang mengabadikan momen tersebut dengan mengambil gambar atau foto anaknya yang sedang berlatih sepakbola ataupun ketika berkumpul bersama anggota keluarga lainnya Hal ini dapat dilihat pada gambar yang ada di bawah in
Gambar 4.10. Orangtua siswa dan para supir siswa Sumber : Hasil Observasi Peneliti
22
Ibid
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
51
4.9.4 berdasarkan jumlah latihan yang diikuti Table 4.3 jumlah latihan perminggu
jumlah latihan per minggu 2.74 % 17.4 % 1kali 79.86 %
2nd Qtr 3rd Qtr
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa-siswa yang berlatih di LISS Indonesia memiliki jumlah latihan sebanyak 1 (satu) kali seminggu, yaitu sebesar 79.86%. Sedangkan, untuk yang berlatihan sebanyak 2 (dua) kali seminggu adalah sebesar 17,4%, dan yang berlatih 3 (tiga) kali seminggu sebesar 2,74 %. Banyaknya anak-anak yang berlatih hanya satu kali disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah karena biaya latihan yang cukup mahal, di mana untuk satu satu kali latihan di kenakan biaya Rp.750.000 per bulannya, sedangkan untuk dua kali latihan adalah sebesar Rp. 1.200.000 per bulannya., lalu untuk yang tiga kali seminggu dikenakan bia ya Rp. 1.600.000 per bulannya. Selain biaya yang mahal, mayoritas anak-anak yang berlatih satu kali disini karena mereka memiliki alasan tertentu atau khusus untuk berlatih di tempat ini. Di mana sebagian besar yang berlatih satu kali disini adalah mereka- mereka yang ingin mengisi waktu kosong yang lebih bermanfaat, selain itu juga ada yang mengikuti pelatihan sepakbola disini untuk menyalurkan sifat anak mereka yang Hyperactive dan serta alasan untuk membuat anak mereka lebih kuat dan sehat. Sedangkan alasan bagi mereka yang mengikuti latihan sampai 3 kali seminggu karena sebagian besar dari mereka memiliki keinginan untuk menjadi pemain sepakbola profesional, ataupun karena mereka mendapatkan program beasiswa dari Liverpool Soccer Schools ini, seperti Tristan Alif Naufal. Walaupun ada anak yang mengikuti tiga kali latihan seminggu ini untuk mengisi waktu libur dia di sekolah atau tempat kuliah.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
52
4.9.5 Sepatu Sepatu merupakan salah satu alat latihan yang paling penting untuk berlatih sepakbola. Saat ini ada bermacam- macam merek sepatu, baik itu sepatu merk lokal maupun merek internasional. Selain itu saat ini sepatu sepakbola atau futsal juga memiliki berbagai jenis, yaitu jenis untuk akselerasi atua berlari, sepatu untuk para pengumpan atau pemain tengah, dan sepatu untuk menendang keras dan terarah. Di LISS sendiri ada berbagai macam jenis sepatu yang di gunakan baik itu merk Nike, Adidas, Diadora, Umbro, League, Lotto dan lain sebagainya. Dari sekian banyak merk sepatuyang ada, yang paling banyak digunakan oleh para siswa adalah sepatu bermerk Nike dan Adidas. Di mana rata-rata harga untuk merk sepatu diatas adalah sekitar Rp.400.000. Sedangkan jenis sepatu yang mayoritas digunakan oleh siswa-siswa di SSB ini adalah Nike Mercurial dan CTR360 serta Adidas F10. Di mana rata-rata harga untuk ketiga sepatu tersebut adalah untuk sepatu Adidas F10 adalah sebesar Rp.619.000, sedangkan untuk Nike mercurial adalah sebesar Rp.669.000 lalu untuk Nike CTR360 adalah sebesar Rp.449.000 (www.tokosepatu.com).
Gambar 4.11 Sepatu yang di gunakan para siswa Sumber : Hasil Observasi Peneliti
Dari gambar dan penjelasan mengenai harga diatas dapat terlihat bahwa sebagian besar anak-anak yang berlatih di LISS ini adalah orang-orang yang berada di level atas dalam segi ekonomi. Hal ini dikarenakan mayoritas dari anak-anak ini memilih sepatu yang berharga sangat mahal bagi mayoritas penduduk di Indonesia dan juga memiliki kualitas sepatu yang sangat baik.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
53
4.10
Profil Siswa Anak-anak yang berlatih di Sekolah Sepakbola ini mayoritas adalah anak-anak yang
berasal dari keluarga dengan status ekonominya berada di level menengah ke atas. Dan terdapat suatu perbedaan antara kelompok menengah dengan kelompok atas. Berikut profil mengenai masing- masing kelompok :
4.10.1 Profile siswa : TAN TAN ini sudah beberapa bulan ini berlatih di Sekolah Sepakbola Liverpool. TAN memulai latihan Sekolah sepakbola sejak umur 6 tahun, sekolah sepakbola pertama yang dia ikuti adalah Sekolah Sepakbola Indonesia (SSI) Arsenal yang berada di kawasan Ciputat. La lu setelah ayah TAN mendapatkan informasi dari BIGREDS bahwa telah di bangun sekolah sepakbola Liverpool di wilayah Senayan, maka saat itu TAN diajak Ayahnya untuk berlatih di sana. Dan selanjutnya TAN juga ikut berlatih di LISS ini dan dalam jangka waktu beberapa bulan dia mengikuti dua pelatihan sepakbola di dua SSB yang berbeda, yaitu SSI Arsenal dan LISS. Dan hingga pada akhirnya dia memilih Liverpool sebagai satu-satunya SSB atau tempat pelatihan sepakbola yang dia ikuti. Di LISS ini TAN di masukkan kedalam kelompok U10 (Under 10), di mana jika berdasarkan umur, semestinya Alif dimasukka kedalam kelompok U8. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh salah satu pelatih Yahya Yoswara dalam acara HITAM PUTIH yang mengatakan bahwa : “ ..... karena kalau dia dimainkan di U8, dia akan terlalu mendominasi atau menonjol, dan dia juga butuh kompetisi di level latihan 23 “ Menurut pengamatan penulis selama kurang lebih dua bulan di LISS, sebenarnya di dalam latihan TAN terkadang juga tidak hanya berlatih dengan anak-anak dari kelompok U10 tahun tetapi juga terkadang digabungkan dengan anal-anak dari kelompok U12. Menurut penulis hal ini dilakukan agar TAN dapat lebih siap jika nantinya akan jadi dikirim ke Liverpool Football Academy yang ada di Inggris. Saya memperhatikan bahwa TAN ini memang sangat mendapatkan perhatian khusus dari para pelatih yang ada Di Liverpool Soccer Schools ini. Di mana selain mendapatkan pelatihan di reguler bersama anak-anak lain, TAN juga mendapatkan pelatihan khusus di hari Jumat sebelum 23
Bukan kutipan wawancara yang dilakukan oleh penulis secara langsung, tetapi diambil dari wawancara pada salah satu acara di salah satu stasiun televisi swasta Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
54
anak-anak yang lain datang dari Coach Paul. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ayah dari TAN yang menyatakan bahwa : “.....dia juga ada latihan khusus di sini tiap hari jumat jam setengah tiga sore sama Coach Paul....” ( kutipan wawancara dengan informan IT, 11 Mei 2012)
4.10.1.a
Alasan Bergabung di Liverpool International Soccer Schools (LISS)
TAN sebelum berlatih di Liverpool ini, dia sudah pernah ikur berlatih di SSI Arsenal bahkan sekitar satu bulan ia mengikuti latihan di dua SSB yang berbeda, yaitu SSI Arsenal, LISS. Hingga akhirnya TAN berhenti dari SSI Arsenal dan hanya melanjutkan pelatihan di LISS ini. Di Liverpool Soccer Schools ini TAN mengikuti 3 (tiga) kali latihan, yaitu Jumat, Sabtu, Minggu dalam kurun waktu 1 (satu) minggu. Alasan keluarga TAN khususnya TAN dalam memilih LISS sebagai tempat pelatihan sepakbolanya atau sebagai sekolah sepakbola adalah karena Liverpool merupakan Klub favorit atau klub paling di sukai oleh Ayahnya TAN dan Steven Gerrard juga merupakan salah satu pemain idola dari TAN.24 Namun ada alasan utama, mengapa alif memilih Liverpool Soccer Schools ini menjadi Sekolah Sepakbolanya dibandingkan dengan SSI Arsenal. Alasan utamanya adalah bahwa di LISS ini TAN mendapatkan Beasiswa untuk berlatih, selain itu pula TAN juga mendapatkan kesempatan untuk berlatih di Liverpool Academy di Inggris. Hal ini seperti yang di kemukakan oleh ayah dari Alif yang mengatakan bahwa : “aaaa jadi pertama tahu Liverpool itu kan saya ini kan liverpuldian dan juga anggota BIGREDS, jadi saya dapat informasi Liverpool ini dari sana, trus saya ajak si Alif tuh kesini. “lif ada tempat latihan bola tuh di Liverpool, mau ikut gak?” “oh mau- mau Bi”. kalau masalah bola sih dia cepet, pasti mau. Nah setelah latihan beberapa bulan latihan di sini dan lagi ada heboh- hebohnya tentang video Alif di Youtube, kita ditawarin sama pihak Liverpool untuk latihan disini aja dan nanti ada beasiswa untuk latihan disini, trus mereka juga nawarin tentang prospek di masa depan dan kata mereka tahun depan itu Alif bisa di bawa ke Inggris untuk latihan di Liverpool Academy di sana.” ( kutipan wawancara dengan informan IT, 11 Mei 2012) Dari pernyataaan diatas dapat terlihat bahwa TAN memiliki kemampuan yang sangat baik untuk menjadi pemain sepakbola sehingga ia bisa mendapatkan beasiswa untuk berlatih di 24
Hasil Observasi ketika ngobrol atau berbicara sesaat dengan Alif sebelum menunggu waktu latihan di mulai Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
55
sekolah sepakbola Internasional dan juga memiliki kesempatan untuk berlatih di Akademi sepakbola di luar negeri. Selain itu pula disini terlihat bahwa orangtua TAN, khususnya TAN sepertinya telah memiliki keinginan atau cita-cita untuk bekerja di dalam dunia sepakbola khususnya menjadi pemain sepakbola. Keinginan TAN untuk menjadi pemain sepakbola ini pernah di ucapkannya ketika berbicara denganku ataupun ketika dia ada di dalam salah satu acara di salah satu stasiun televisi swasta, di mana dia mengatakan keinginannya untuk menjadi pemain sepakbola dan dapat bermain di Eropa. Lalu untuk mewujudakan keinginan atau cita-cita TAN untuk menjadi pemain sepakbola yang baik, maka pihak LISS telah membantu TAN mewujudkan hal tersebut dengan berbagai cara. Diantaranya dengan memberikan beasiswa pelatihan di LISS yang ada di Indonesia dan membawa TAN untuk berlatih di Liverpool Football Academy yang ada di Inggris. Untuk mempersiapkan Alif agar siap ketika pindah ke Inggris pada tahun depan (2013) maka pihak LIFass Indonesia telah memberikan berbagai macam persiapan, baik itu persiapan dibidang sepak bola maupun non sepakbola, di mana hal ini bertujuan agar dia tidak shock ketika berada di sana. Persiapan-persiapan atau pembekalan di bidang sepakbola yang diberikan kepada TAN oleh LIFass Indonesia, diantaranya adalah memberikan latihan khusus yang dilatih langsung oleh Coach Paul. Selain itu juga pihak LIFass Indonesia membuat program untuk peningkatan hormon dan nutrisi serta melakukan pemeriksaan fisik (physical Check up) agar kondisi tubuhnya siap ketika berlatih di Inggris nanti. Hal ini seperti yang di kemukakan oleh ayah dari TAN yang mengatakan bahwa : “ohh kalau itu kemarin Alif lagi diperiksa fisiknya terutama tulangnya. Jadi dia sekarang lagi dipersiapkan untuk bawa ke Inggris, selain itu dia juga ada latihan khusus di sini tiap hari jumat jam setengah tiga sore sama Coach Paul, karena hari ini hujan makanya tadi gak ada latihan. terus sekarang ini dia juga lagi di ada program buat peningkatan hormon sama nutrisi.” ( kutipan wawancara dengan informan IT, 11 Mei 2012) Selain persiapan di bidang Sepakbola seperti yang ada diatas, pihak LIFass juga memberikan persiapan di bidang non sepakbola, diantaranya adalah dengan memberikan kursus Bahasa Ingris dari British Chamb dan juga memindahkan sekolah TAN, yang semula dari SD Kartika X-2 ke British International School ketika naik ke kelas tiga nanti. Hal ini dilakukan oleh agar alif tidak shock ketika berada di Inggris dan dapat mengenali kebudayaan dan pelajaran-
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
56
pelajaran yang ada di Inggris. Hal ini seperti yang di kemukakan oleh ayah dari TAN yang mengatakan bahwa : “ya persiapan buat disana, tapi sebenarnya Pihak Liverpool di Inggris itu maunya Alif itu dibawa tahun ini ke sana, tapi si Cris gak izinin katanya harus ada persiapan matang dulu disana biar nantinya disana dia tidak terlalu shock untuk menghadapi suasana dan budaya disana dan dia bisa siap tinggal disana, makanya sekarang tiap hari selasa dan Rabu dia ikut Les Bahasa Inggris dari British Chamb dan belajarnya di kantor Liverpool di Sudirman, terus dia juga setelah naik kelas ke kelas tiga, dia akan di pindahkan ke British Schools, katanya sih supaya siap kalau di tinggal disana dan siap menghadapi pelajaran disana.” (kutipan wawancara dengan informan IT, 11 Mei 2012)
Gambar 4.12 TAN sedang dilakukan pemeriksaan Fisik Sumber : www.facebook.com/lfcindonesia
Gambar 4.13. TAN sedang mengikuti kegiatan Les bahasa Inggris Sumber : www.facebook.com/lfcindonesia Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
57
4.10.1.b Sepatu dan Kendaraan yang di gunakan ketika latihan Dari pengamatan yang penulis lakukan selama di tempat latihan Liverpool Soccer Schools yang berada di Lapangan Hoki lama Senayan, penulis melihat bahwa sepatu yang seringkali digunakan oleh TAN di setiap kali latihan adalah sepatu bermerk League Classico 2 Garuda IC.25 Di mana kisaran harga dari sepatu League Classico 2 Garuda IC adalah sekitar Rp.175.000( http://sepatuleague.com/sepatu- league-classico- liga-2-garuda-ic-white-truered-metgold ).
Gambar 4.14.Sepatu yang TAN gunakan dalam latihan Sumber : www.facebook.com/lfcindonesia
25
Hasil Observasi Peneliti sejak 6 April 2012 Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
58
Gambar 4.15. Contoh sepatu League Classico 2 Garuda IC Sumber: www.sepatuleague.com/sepatu- league-classico-liga-2-garuda- ic-white-truered-met-gold
Selain mengenai sepatu, atribut lain yang digunakan oleh TAN ketika ada di LISS adalah kendaraan. Di mana kendaaraan ini merupakan alat transportasi yang di gunakan oleh para siswa untuk menuju tempat latihan. TAN sendiri pergi ke tempat latihan biasanya ditemani oleh ibu dan bapaknya, ataupun salah satu diantara keduanya. Menurut pengamatan saya, kehadiran Ibu dan bapaknya TAN di tempat latihan ini tidak hanya sekedar untuk menemani atau sekedar menunggu TAN untuk berlatih saja, tetapi biasanya ada tugas-tugas lain yang harus di kerjakan di tempat latihan ini. Tugas-tugas tersebut antara lain adalah, mengambil gambar atau video dari TAN ketika latihan, di mana hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan dari pihak Liverpool untuk membuat profile tentang TAN dan terdapat dokumentasi dan video dari aktivitas yang dilakukan TAN selama berlatih di LISS ini. Selain mengambil gambar dan video, ayah dan Ibu TAN ikut datang ke sini untuk memenuhi wawancara dengan berbagai macam media massa. Selain itu juga tentaunya kedua orang tua TAN ini datang untuk mengawasi TAN dalam berlatih. Lalu alat transportasi yang digunakan oleh TAN dan keluarganya untuk datang ke tempat latihan di Senayan adalah mobil, di mana mobil yang digunakan adalah mobil Daihatsu Xenia. Kendaraan ini digunakan oleh keluarga ini ketika ibu dari TAN ikut datang ke tempat latihan di Senayan. Namun ada kendaraan yang berbeda yang di gunakan oleh TAN dan keluarganya
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
59
ketika hanya ayahnya saja yang ikut menemani TAN ke tempat latihan, di mana kendaraan yang di gunakan adalah motor Honda Supra X.
Gambar 4.16. Mobil yang digunakan oleh TAN dan keluarga Sumbe r : Hasil Observasi Peneliti
4.10.2 Profile siswa : TMMS TMMS ini sudah sekitar 3 (tiga) bulan berlatih di LISS ini dan LISS Indonesia ini juga merupakan sekolah sepakbola pertama yang di ikuti oleh TMMS untuk melatih dia dalam bermain sepakbola. Untuk mendapatkan informasi mengenai Liverpool Soccer Schools ini Ayah dari TMSS ini pertama kali memperolehnya dari berita di Internet, kemudian beberapa waktu kemudian ayah dari mendapatkan informasi lagi mengenai LIFass Indonesia melalui Forum BIGREDS di internet, dan setelah itu ayah dari TMSS ini datang ke tempat latihan LISS di lapangan Hoki lama Senyan untuk melihat- lihat sekaligus mendaftarkan anaknya untuk berlatih disana. Dari pernyataan ini dapat terlihat bahwa informasi mengenai Liverpool ini sudah banyak dapat di akses oleh masyarakat umum. Selain itu juga terdapat kerjasama yang cukup baik antara BIGREDS dengan pihak LIFass Indonesia. Saat ini TMMS berada di kelompok U6 ( under 6) yang terdiri dari anak-anak dibawah umur 6 tahun. Hal ini dikarena usia dari TMMS ini yang memang yang baru berumur 6 tahun. Dan selama pengamatan saya di tempat latihan LISS ini, TMMS seringkali di dalam kelompoknya menggunakan sarung tangan saat latihan hal in dikarenakan dia yang ingin menjadi kiper ketika ada game di akhir sesi latihan. Hal ini cukup baik bagi si anak kedepannya jika hal ini terus dipertahankan, karena dia telah mendapatkan posisi yang diinginka oleh dirinya dan proses pelatihannya menjadi lebih baik dan fokus bagi dirinya. Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
60
4.10.2.a Alasan Bergabung di Liverpool International Soccer Schools (LISS) TMMS yang sebelumnya memang belum pernah sekalipun berlatih sepakbola di sekolah sepakbola akhirnya dia memilih LISS ini sebagai tempat pelatihan sepakbola pertama dia. Di LISS ini TMMS hanya berlatih satu kali dalam kurun waktu satu minggu, yaitu di hari Minggu saja. Alasan dia hanya mengambil satu kali latihan dalam satu minggu adalah karena tidak adanya waktu lain yang dimiliki orangtuanya untuk mengantar dia tempat latihan. Alasan orangtua dari TMMS untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah sepakbola adalah karena orangtua dari TMMS ini ingin anaknya mengisi waktu luangnya dengan kegiatankegiatan yang bermanfaat dan menyehatkan. Karena menurut ayahnya denganmegnikuti kegiatan-kegitan yang bermanfaat seperti kegitan sepakbola ini setidaknya dapat membuat TMMS menjadi lebih sehat, memiliki teman-teman yang baru serta dapat membantu dia agar dapat bekerja sama dengan teman-temannya. Setidaknya hal-hal seperti itulah yang diharapkann oleh orangtua dari TMMS yang bisa didapatkan oleh anaknya. Lalu menurut ayahnya jika TMMS dapat menjadi pemain sepakbola profesional, hal tersebut merupakan hadiah lain yang didapatkan oleh dirinya karena orangtua dari TMMS ini tidak ada niatan untuk menjadikan anaknya menjadi pemain sepakbola profesional Lalu alasan keluarga dari TMMS, khususnya ayahnya memilih TMMS untuk berlatih sepakbola di LISS Indonesia ini adalah karena ayah dari TMMS ini merupakan penggemar berat klub sepakbola Liverpool, selain itu pula tempat latihan Liverpool Soccer Schools yang berada di Lapangan Hoki Senayan yang memiliki kerataan yang sangat baik dan juga memiliki alas yang berupa karpet juga menjadi salah satu alasan pemilihan LISS menjadi tempat pelatihan sepakbola bagi TMMS. Jadi disini terdapat alasan fanatisme dari ayah TMMS terhadap klub sepakbola yang menjadi salah satu alasan yang cukup kuat untuk membuat anak mereka masuk ke dalam sekolah sepakbola ini. .
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
61
Gambar 4.17. Suasana ketika TMMS (yang memakai sarung tangan) sedang berlatih Sumber : Facebook.com 4.10.2.b Sepatu dan Kendaraan yang di gunakan ketika latihan Dari pengamatan yang penulis lakukan selama di tempat latihan LISS yang berada di Lapangan Hoki lama Senayan, penulis melihat bahwa sepatu yang seringkali digunakan oleh TMMS di setiap kali latihan adalah sepatu bermerk League Classico 2 Garuda IC.26 Di mana kisaran harga dari sepatu ADIDAS FN IN BIRU MERAH adalah sekitar Rp.450.000
26
Hasil Observasi Peneliti sejak 6 April 2012 Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
62
Gambar 4.18. Sepatu yang TMMS gunakan dalam latihan Sumber : Facebook.com
Gambar 4.19. Contoh sepatu ADIDAS FN IN BIRU MERAH Sumber : http://gudangsepatubranded.blogspot.com/2012/04/adidas-original-sepatu- futsal.html
Selain mengenai sepatu, atribut lain yang digunakan oleh TMMS ketika ada di LISS adalah kendaraan. Di mana kendaaraan ini merupakan alat transportasi yang di gunakan oleh Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
63
para siswa untuk menuju tempat latihan. TMMS sendiri pergi ke tempat latihan biasanya di temani oleh Ayah, Adik, pengasuh bayi (baby Sitter), dan juga supirnya. Menurut pengamatan saya, baby sitter ini bertugas hanya untuk mengawasi adik dari TMMS, sedangkan ayahnya lebih konsentrasi kepada TMMS. Di mana ketika ada break di tiap 15 (lima belas) menit sekali untuk minum maka ayahnya biasanya menghampiri TMMS untuk mengelap keringat dari TMMS. Lalu kendaraan yang digunakan oleh TMMS ini adalah Mobil Ford berwarna putih. Hal ini seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.20. Mobil yang digunakan oleh TMMS dan keluarga Sumber : Hasil Observasi Peneliti Tabel 4.4 perbandingan antara TAN dengan TMMS profil siswa
Sepatu
TAN Ayah : pengurus / manager rental mobil mewah Ibu : wirausaha SD Kartika X-2 Kelas 3 : British International School (Beasiswa) League Classico 2 Garuda IC
kendaraan
Mobil Daihatsu Xenia Motor Supra X (bersama ayah)
Pekerjaan orangtua
sekolah
Jumlah
latihan 3 kali (beasiswa)
TMMS Ayah : General Manager Ibu : Wirausaha
Bunda Hati Kudus ADIDAS FN IN BIRU MERAH
Ford
1 kali
per minggu Sumber : Observasi Peneliti Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
64
4.11
Diskusi dan Analisa
4.11.1 Bentuk Organisasi Liverpool International Soccer Schools (LISS) Secara garis besar bagian yang akan diuraikan berikut ini akan membahas mengenai prospek dari Sekolah Sepakbola Internasional, khususnya LISS Indonesia untuk dapat menghasilkan pemain-pemain sepakbola yang profesional. Berdasarkan data-data yang ada serta hasil observasi yang telah dilakukan maka berdasarkan pendapat dari Coackley dapat diketahui bahwa LISS ini cenderung termasuk kedalam kategori Klub Privat komersial (Private commercial clubs) jika berdasarkan bentuk-bentuk organisasi youth sport yang dihubungkan dengan tujuan dari sponsor mereka. Hal ini dapat dilihat dari sekolah sepakbola ini yang hanya ditujukan untuk kalangan menengah ke atas. Dengan termasuk kedalam bentuk Private commercial clubs maka sudah dapat diketahui bahwa LISS ini memiliki pelatihan sepakbola yang intensif, yaitu 1 sampai 3 kali seminggu dan memiliki pengembangan ketrampilan sepakbola yang progresif. Selain itu dengan adanya bentuk Private commercial clubs ini pada LISS maka telah terjadi komodifikasi terhadap permainan ataupun pelatihan olahraga sepakbola itu sendiri. Sepakbola sebagai permainan dan organisasi bisnis mengalami perubahan yang sangat fundamental, dari olahraga menjadi industri olahraga hiburan. Hal ini dapat dilihat dari biaya pendaftaran dan pela tihan di LISS Indonesia yang sangat mahal bagi sebagian masayarakat Indonesia serta adanya program-program yang ada dibuat oleh LISS. Program-program tersebut diantaranya adalah kegiatan free coaching clinic yang dilakukan pihak LISS dengan sekolah-sekolah internasional ataupun sekolah elite. Selain itu terdapat kegiatan Training Experience with Liverpool Legend, program kegiatan pelatihan ini cenderung lebih mengarah kepada sisi hiburannya saja. Hal ini dikarenakan program kegiatan yang membutuhkan biaya sebesar Rp.2.200.000 ini hanya melangsungkan pelatihan sepakbola selama 90 menit saja dan juga para siswa akan mendapatkan baju latihan, foto bersama legenda Liverpool, sertifikat, stiker, meet and greet, dan melihat press conference secara langsung. Dari penjelasan diatas pelatihan ini sepertinya hanya menjadi “pembungkus” saja untuk menjual acara tersebut. Selain masalah program dan biaya pelatihannya ada juga mengenai gaya hidup disana yang menunjukkan gaya hidup kelas menengah yang dapat dilihat pada sepatu anak-anak yang digunakan dan juga kendaraan yang digunakan diatas yang dapat menjadi penyebab sulitnya anak-anak dari kelas lain untuk beradaptasi atau masuk ke LISS. Adanya komodifikasi dengan bentuk komersialisasi dalam SSB tersebut maka hal ini cenderung mempersulit anak-anak yang Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
65
berasal dari keluarga tidak mampu atau dari kalangan menengah ke bawah untuk dapat memperoleh pelatihan sepakbola yang berkualitas seperti yang terdapat di dalam pelatihan LISS ini dan semakin mengekalkan kelas menengah k eatas dari para siswa LISS tersebut. Sehingga hal ini menegaskan bahwa tidak adanya kesempatan yang sama pada setiap anak di Indonesia untuk memperoleh pelatihan sepakbola yang berkualitas di Sekolah sepakbola Internasional seperti di LISS ini, selain itu juga hal ini dapat menimbulkan kesenjangan ekonomi yang ada di masyarakat semakin lebih besar (Coackley, 2001: 114). Dengan adanya hal- hal seperti di atas maka dapat membuat masyarakat sepakbola di Indonesia tidak dapat terlalu banyak berharap kepada Sekolah Sepakbola Internasional, khususnya pada LISS ini. Selain itu dengan hanya terdapat masyarakat kelas menengah ke atas saja yang berlatih disana maka akan semakin kecil harapan terhadap LISS ini. Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut, diantaranya adalah bagi kelas menengah ke atas program kegiatan olahraga seperti sekolah sepakbola Liverpool ini, merupakan suatu program yang baik bagi anak mereka untuk belajar menjadi anak yang memiliki karakter yang kuat, tegas, dan kompetitif seperti nilai- nilai yang disediakan olah jenis olahraga tersebut dan juga untuk menyeimbangkan nilai-nilai “Feminim” seperti sikap manja dan lemah (Ibid, 2001:
110). Selain itu juga dengan memasukkan anak-anak mereka ketempat
seperti ini maka akan memperkuat status kelas sosial dan prestise mereka di dalam lingkungan masyarakat atau kelompok sosial mereka. Lalu dengan adanya pilihan pekerjaan yang cukup banyak yang mereka miliki membuat anak-anak dari kelas menengah ke atas menjadi tidak terlalu fokus terhadap pekerjaan yang mereka inginkan. Hal inilah yang cenderung sulit untuk mengharapkan siswa-siswa di LISS untuk menjadi pemain sepakbola profesional yang berkualitas karena untuk menjadi pemain sepakbola profesional dibutuhkan pelatihan yang serius dan fokus sejak kecil. Bagi anak-anak dari kelas menengah atas cenderung memiliki banyak pilihan pekerjaan yang mereka inginkan, sehingga hal ini membuat mereka cenderung menjadi tidak terlalu fokus terhadap pekerjaan yang mereka inginkan. Hal inilah menjadi satu alasan kurang baiknya prospek dari LISS ini untuk menghasilkan pemain profesional yang berkualitas.
4.11.2 Komitmen terhadap sepakbola Di LISS ini terdapat hal-hal yang semakin menguatkan bahwa akan sulit untuk melihat prospek yang baik untuk dapat melahirkan pemain sepakbola yang profesional. Di bawah ini ada Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
66
tabel yang dibuat peneliti untuk menunjukan bagaimana tingkat keseriusan siswa-siswa yang berlatih di LISS ini untuk menjadi pemain sepakbola profesional Tabel 4.5. Besar keseriusan bermain bola di Liverpool Soccer Schools Indonesia Siswa Liverpool Soccer Schools
Nilai keseriusan
Partisipasi Kehadiran per hari
Jumat : 55-60 anak dari 78 anak (70% - 77%) Sabtu : 100-110 anak dari 142 anak (70% - 77%) Minggu : 140- 151 anak dari 192 anak ( 72% - 78%)
Besar Besar Besar
Jumlah latihan per mingu per tanggal 20 mei 2012
1 kali : 79,86 % (233) siswa dari 293 siswa 2 kali : 17,4 % (52) siswa dari 293 siswa 3 kali : 2,74 % (8) siswa dari 293 siswa
Kecil Besar Besar
Cita-cita anak yang ingin menjadi pemain bola
± 70-80% ingin menjadi pemain sepakbola 27
Besar
Siswa yang berpotensi menjadi pemain sepakbola yang berkualitas
U6 = 0 siswa dari 9 siswa (0%) U-8 = 10-14 siswa dari 69 siswa (14%-20%) U-10 = 11-16 siswa dari 62 anak (17%-25%) U-12 = 12 – 16 siswa dari 57 siswa(21%-28%) U-14 = 10-13 siswa dari 40 siswa(25%-32%) U-16 = 6-10 siswa dari 39 siswa (15%-25%) U-18 = 4-7 siswa dari 17 siswa (23% -41%) + Jumlah = 53-76 siswa dari 293 siswa ( 18%-25%)28
Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil
Jumlah jam pelajar di sekolah formal
6-8 jam / hari (estimasi)
Jumlah anak yang di ± 18400 anak yang berlatih di 92 sekolah 1 sekolah sepakbola sepakbola yang terdaftar di ASSBI (estimasi) ikut
berlatih
(SSB) yang ada di Jakarta (estimasi)
Sumber : Hasil Observasi Peneliti
27
Angka ini didapat dari salah satu pelatih lokal di Liverpool International Soccer Schools
28
Angka ini berdasarkan atas penilaian pelatih dan juga berdasarkan nama -nama siswa yang terpilih untuk mengikuti turnamen di Taiwan Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
67
Baris pertama pada tabel diatas menjelaskan bagaimana siswa-siswa di LISS ini memiliki tingkat partisipasi kehadiran yang cukup tinggi, yaitu jka pada hari Jumat sekitar 70% sampai 77% anak-anak yang hadir dari 78 jumlah keseluruhan anak-anak yang berlatih pada hari tersebut. Sedangkan hari yang paling tertinggi adalah pada hari Minggu yaitu sekitar 72 % sampai 78% dari 192 jumlah anak yang berlatih pada hari minggu tersebut.
Gambar 4.21. Suasana latihan di Liverpool Soccer Schools Sumber : Hasil Observasi Peneliti Tingginya angka partisipasi kehadiran di LISS ini karena banyak diantara siswa-siswa tersebut yang diantar jemput atau bahkan ada anak yang ditunggui saat latihan oleh orang tua mereka. Jadi hal ini membuat anak mau tidak mau harus mengikuti latihan sepakbola pada hari tersebut. Hal ini seperti apa yang menurut Coackley sebagai salah satu komitmen dari orangtua si anak terhadap organisasi olahraga, di mana para orangtua rela menjadi mengeluarkan uang banyak, menyediakan supir atau bahkan menjadi supir pribadi bagi anaknya, dan memberikan support bagi anaknya dan lain sebagainya(Coackley, 2001 : 112).
Gambar 4.22. Contoh keadaan orangtua siswa ketika menunggu anaknya berlatih Sumber : Hasil Observasi Peneliti
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
68
Selain itu pula mereka sebenarnya memiliki keinginana atau cita-cita untuk menjadi pemain sepakbola Di mana menurut salah satu pelatih lokal dari SSB ini dari 293 anak yang mengikuti pelatihan ada sekitar 70-80% anak yang ingin menjadi pemain sepakbola Profesional. Hal ini menurut saya mungkin banyak di pengaruhi oleh banyaknya berita dan pertandingan sepakbola, khususnya sepakbola Eropa di Indonesia. Di mana biasanya berita-berita itu menampilkan tentang ketenaran dan kehidupan mewah yang di miliki oleh pemain-pemain dari luar negeri khususnya yang ada di Eropa tersebut. Hal inilah yang meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya anak-anak untuk mengikuti program atau kegitan olahraga di Liverpool Soccer Schools. Namun untuk menjadi pemain sepakbola profesional yang terbaik, niatan atau cita-cita saja mungkin tidak cukup, tetapi harus juga disertai dengan pelatihan yang keras, kemampuan yang baik, dan hal- hal yang lainnya. Di LISS ini jika dilihat dari tabel yang ada diatas, menurut saya sepertinya mungkin hanya sedikit yang akan dapat menjadi pemain sepakbola yang baik. Di baris ke 4 pada tabel di atas dapat menunjukan bahwa sebenarnya hanya sebagian kecil yang bisa menjadi pemain sepakbola profesional yang terbaik. Di mana berdasarkan penilaian pelatih, jumlah anak yang berpotensi menjadi pemain sepakbola profesional yang baik hanya dibawah 50% di setiap kelompok umurnya. Bahkan di kelompok umur U6 sampai saat ini belum ada yang terlihat dapat menjadi pemain sepakbola profesional. Hal ini dikarenakan pelatihan di kelompok U-6 ini lebih banyak ditekankan pada hal- hal yang sifatnya lebih banyak merangsang saraf motorik mereka untuk bekerja dan tumbuh kembang yang lebih baik. Selain itu menurut pendapat Yahya yang merupakan salah satu pelatih LISS mengatakan bahwa “untuk umur 10 tahun ke bawah, hakekatnya olahraga menjadi hiburan, bukan berlatih.” (Kontan, 2012). Pendapat tersebut dapat memperkuat alasan mengapa belum adanya anak-anak yang berpotensi dapat menjadi pemain sepakbola profesional di kelompok U-6. Selanjutnya selain di kelompok U-6 tahun yang sampai saat ini belum terlihat bakat-bakatnya untuk menjadi pemain sepakbola, ada juga kelompok umur U-18 di mana 23%-41% siswa dari 17 siswa yang dapat menjadi pemain sepakbola yang baik. Rendahnya jumlah siswa yang dapat menjadi pemain sepakbola profesional yang baik karena usia mereka saat ini yang sudah terlambat atau sudah terlalu tua untuk menjadi pemain sepakbola profesional yang baik. Jadi pada kelompok umur ini mungkin hanya ada beberapa orang saja yang terlihat berpotensi untuk menjadi pemain sepakbola.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
69
Selain potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh para siswa yang diperlukan untuk menjadi pemain sepakbola yang baik, ada juga faktor lain yang mempengaruhi seseorang untuk menjadi pemain yang baik yaitu kerja keras saat latihan ataupun jumlah latihan yang di ikuti tiap siswa perminggunya. Di mana pada baris kedua pada tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar siswa-siswa yang berlatih di LISS Indonesia memiliki jumlah latihan sebanyak 1 (satu) kali seminggu, yaitu sebesar 79.86%. Sedangkan, untuk yang berlatihan sebanyak 2 (dua) kali seminggu adalah sebesar 17,4%, dan yang berlatih 3 (tiga) kali seminggu sebesar 2,74 %. Ada beberapa faktor yang membuat anak-anak atau orangtua mereka memilih jumlah latihan perminggunya untuk mereka atau anaknya. Banyaknya anak-anak yang berlatih hanya satu kali disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah karena biaya latihan yang cukup mahal, untuk satu kali latihan di kenakan biaya Rp 750.000 per bulannya, sedangkan untuk dua kali latihan adalah sebesar
Rp. 1.200.000 per bulannya., lalu untuk yang tiga kali seminggu
dikenakan biaya Rp. 1.600.000 per bulannya. Selain biaya yang mahal ada alasan lain yang menyebabkan banyaknya anak-anak yang berlatih satu kali di tempat ini, di mana sebagian besar yang berlatih satu kali di sini adalah karena mereka ingin mengisi waktu kosong dengan kegiatan yang lebih bermanfaat, selain itu alasan lain anak-anak yang mengikuti latihan ini adalah untuk menyalurkan sifat anak mereka yang Hyperactive. Selain itu alasan lain adalah untuk membuat anak mereka lebih kuat dan sehat serta alasan-alasan lainnya. Sedangkan alasan bagi mereka yang mengikuti latihan sampai 3 kali seminggu karena sebagian besar dari mereka memiliki keinginan untuk menjadi pemain sepakbola profesional, ataupun karena mereka mendapatkan program beasiswa dari LISS ini, seperti Tristan Alif Naufal. Walaupun ada anak yang mengikuti tiga kali latihan seminggu ini hanya untuk mengisi waktu liburan dia di sekolah atau tempat kuliahnya. Selain itu pula ada alasan lain yang membuat mereka tidak dapat mengikuti latihan sebanyak tiga kali seminggu, yaitu kesibukan anak-anak ini di sekolah formal mereka ataupun adanya kegiatan-kegiatan di tempat pendidikan nonformal lain yang mereka ikuti. Adanya kemungkinan ini karena sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga kaya atau berada di kelas menengah ke atas pada struktur ekonomi masyarakat Indonesia. Sehingga pada umumnya anak-anak yang berada di kelas tersebut cenderung bersekolah di sekolah swasta ataupun sekolah Internasional yang memiliki waktu belajar 6-9 jam. Selain itu mereka pada umumnya banyak mengikuti kegiatan-kegiatan lain seperti kegiatan pendidikan nonformal (bimbingan belajar atau Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
70
sejenisnya). Sehingga dengan banyaknya kegiatan yang mereka ikuti maka membuat mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk berlatih sepakbola. Selain hal- hal diatas yang dapat membuat mereka menjadi pemain terbaik, ada pula halhal eksternal yang dapat membuat mereka gagal menjadi pemain sepakbola terbaik, yaitu adanya persaingan dengan anak-anak lain yang berada di sekolah sepakbola lainnya. Di mana pada saat ini PSSI akan melakukan standarisasi terhadap sekolah sepakbola (SSB) yang ada di Indonesia. Berdasarkan standarisasi tersebut akan ada 5 kategori SSB dan akademi dengan syarat-syarat tertentu. Kelima kategori tersebut adalah Bina sepakbola, SSB bintang satu, SSB bintang dua, SSB bintang tiga, akademi.(www.ssbindonesia.com). Selain itu juga kurikulum.yang digunakan oleh SSB lokal yang ada di Indonesia, khususnya SSB yang belum memiliki kurikulum pelatihan yang baku akan mengikuti kurikulum yang di susun ole Timo S. Scheunemann.
Tabel 4.6 Ciri-ciri dari 5 kategori SSB dan Akademi Sepakbola Bina Bola Bina bola adalah klub bola yang tidak memenuhi persyaratan minimal yakni SSB Bintang Satu
SSB Bintang satu
SSB Bintang dua
SSB Bintang tiga
Akademi
Terdaftar di PENGCAB setempat.
Terdaftar di ASSBI dan PENGCAB setempat.
Terdaftar di ASSBI dan PENGCAB setempat
Terdaftar di PENGCAB setempat, ASSBI, dan PSSI Pusat.
Lapangan masuk kategori “layak pakai.” Memiliki organisasi kepengurusan.
Lapangan masuk kategori “memuaskan.” Memiliki organisasi kepengurusan.
Lapangan masuk kategori “bagus.”
Persyaratan sama dengan SSB BINTANG TIGA. Yang membedakan AKADEMI tidak menarik biaya dari siswa alias gratis
Fasilitas latihan (gawang, cones, jumlah bola,dll) tersedia.
Fasilitas latihan (gawang, cones, bola, dll) tersedia dan berkualitas.
Memiliki organisasi kepengurusan yang sangat rapi. Ada kerja sama khusus dengan Fisioterapis, Dokter dan Rumah Sakit. Fasilitas latihan (gawang, cones, bola, dll) tersedia, lengkap, dan berkualitas tinggi. Juga tersedia
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
71
Telah terbukti terus exist/beraktifitas.
Telah terbukti terus exist dan beraktifitas dalam kurun waktu yang cukup lama. Memiliki beberapa Memiliki kategori kelompok beberapa kategori umur (minimal 2). umur (minimal 3). Penjadwalan latihan Penjadwalan terorganisasi latihan dengan baik terorganisasi sehingga jumlah dengan baik siswa tidak sehingga jumlah melebihi 23 dalam siswa tidak sebuah latihan (agar melebihi 23 dalam pemain bisa sebuah latihan disupervisi dengan (agar siswa bisa baik). disupervisi dengan baik). Jumlah pelatih Jumlah pelatih dibandingkan siswa dibanding siswa minimal adalah 20 minimal adalah 1 banding satu. banding 15 (artinya apabila jumlah siswa yang berlatih melebihi angka 20 diharuskan ada pelatih ke dua atau asisten di lapangan).
fasiliats penunjang (EXTRA) seperti kamar ganti, mini bus/elf, dll. Telah terbukti exist dan beraktifitas dalam kurun waktu yang cukup lama. Memiliki beberapa kategori umur (minimal 4). Penjadwalan latihan terorganisasi dengan baik sehingga jumlah siswa tidak melebihi 23 dalam sebuah latihan (agar siswa bisa disupervisi dengan baik). Jumlah siswa dibanding pelatih adalah 10 banding 1
Sumber: www.ssbindonesia.com
Di Jakarta sendiri terdapat 92 sekolah sepakbola yang tersebar di wilayah Jakarta ini. Dari 92 sekolah sepakbola yang tersebar di Jakarta ini, dan di perkirakan kurang lebih ada sekitar 18400 anak yang mengikuti kegiatan sekolah sepakbola ini. Dengan adanya jumlah ini serta akan adanya standarisasi SSB yang ada di Indonesia dan kurikulum pelatihan yang baik maka akan Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
72
semakin besar persaingan untuk menjadi pemain sepakbola terbaik. Selain itu pula sebagian sekolah-sekolah sepakbola yang ada di Jakarta ini telah memiliki tradisi melahirkan pemain sepakbola yang ada di liga Indonesia dan juga memiliki prestasi yang baik, seperti AS-IOP, JFA, Villa2000, dan lain sebagainya. Pada tabel diatas di gambarkan bahwa perbedaan antara sekolah sepakbola khususnya kategori 3 dengan akademi sepakbola adalah jumlah biaya pelatihan yang harus dikeluarkan, dimana jika akademi sepakbola tidak “menarik ” biaya kepada peserta didiknya atau gratis, sedangkan SSB kategori 3 tetap menetapkan biaya pada peseta didiknya. Selain itu menurut YY ada hal lain yang membedakan antara SSB dengan akademi sepakbola. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh informan YY ( pelatih dan kepala Operasional LFC Indonesia ) “....kalau sekolah sepakbola itu kan kegiatan after schools yang pada dasarnya kan semua orang bisa masuk, artinya segala kemampuan ya atau segala ability level. Sementara di akademi hanya anak-anak tertentu yang memang mempunyai kemampuan khususnya di bidang sepakbola ya untuk dapat masuk ke level akademi ini. Dan merekamereka inilah yang memang sudah mengetuk palu atau telah meyakinkan diri bahwa saya akan menjadi pemain sepakbola atau menekuni hidup di dunia sepakbola........” (Hasil wawancara dengan informan YY, 24 April 2012) Dari pernyataan diatas dapat terlihat bahwa pembinaan pemain muda di akademi sepakbola lebih fokus untuk mela hirkan pemain sepakbola karena adanya seleksi yang sangat ketat untuk dapat masuk akademi sepakbola, serta adanya keinginan dan fokus yang tinggi dari peserta didik untuk menjadi pemain sepakbola profesional. Sedangkan sekolah sepakbola yang masih kurang fokus untuk menghasilkan pemain sepakbola profesional, karena jenis kegiatannya yang merupakan kegiatan after schools atau kegiatan setelah jam pelajaran sekolah untuk mengisi waktu luang. Sehingga hal tersebut membuat mayoritas para peserta didiknya tidak terlalu fokus untuk menjadi pemain sepakbola profesional. Selain itu juga di dalam sekolah sepakbola tidak terdapat seleksi peserta didik dan lebih berorientasi pada profit sehingga setiap anak dapat masuk menjadi siswa di sekolah sepakbola walaupun tidak terdapat keinginan ataupun keahlian dari siswa tersebut untuk menunjang menjadi pemain sepakbola profesional. Di dalam akademi sepakbola dan juga klub-klub sepakbola amatir maupun profesional sesungguhnya terdapat sistem pemandu bakat (talent scout) yang selama ini lebih dapat membuka kesempatan bagi pesepakbola berpotensi dari kelas menengah ke bawah untuk masuk Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
73
ke level elit dan profesional. Pemandu bakat ini bertugas untuk dapat menemukan atlet atau pemain sepakbola usia dini, pada umumnya para pemandu bakat akan mencari pemain berbakat di sekolah-sekolah sepakbola, turnamen usia dini, dan lain sebagainya. Setelah menemukan pemain sepakbola usia dini maka petugas pemandu bakat akan secara terus menerus memonitor perkembangan dari pemain sepakbola usia dini tersebut. Setelah itu petugas pemandu bakat akan melaporkan hasil pengamatan terhadap pemain sepakbola usia dini tersebut dan memberikan rekomendasi kepada akademi sepakbola ataupun klub -klub sepakbola. Dari rekomendasi tersebut pihak pengelola klub maup un akademi sepakbola akan menentukan akan menerima pemain tersebut atau tidak. Setelah pemain diterima, khususnya di level klub sepakbola maka pemain tersebut akan di tempatkan di tingkat junior klub, seperti U-14, U-15,U-16, dan seterusnya. Setelah berlatih di tingkat junior maka nantinya pemain ini akan di tingkatkan kel Level profesional dengan bermain di tingkat profesional, baik bermain di klub tersebut atau bahkan dapat dijual ke klub lain yang menginginkannya. Hal ini tergantung pada pemilik modal atau klub tersebut yang memiliki kekuasaan penuh terhadap kontrak pemain tersebut. Dari penjelasan diatas dapat terlihat bahwa akademi sepakbola dan terutama sistem pemandu bakat (talent scout) merupakan wadah terbaik untuk dapat menghasilkan pemain sepakbola profesional, walaupun dari sinilah terjadinya kapitalisme olahraga itu bekerja seperti apa yang telah dijelaskan diatas. Sedangkan pada level sekolah sepakbola, terutama sekolah sepakbola Internasional, seperti LISS dengan berbagai macam penghambat seperti biaya pelatihan yang sangat besar bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sehingga membuat anakanak dari kalangan menengah ke atas saja yang dapat berlatih di sini dan tidak melihat adanya potensi dari kelas menengah ke bawah untuk menjadi profesional yang berkualitas. Selain itu banyaknya orangtua dari kalangan menengah ke atas yang beranggapan bahwa program olahraga seperti sekolah sepakbola Liverpool, hanyalah suatu program yang digunakan untuk mengisi waktu luang yang sangat baik karena anak-anak mendapatkan hal-hal yang menyenangkan (have fun), pembelajaran nilai-nilai kedewasaan, memperoleh nilai- nilai ketrampilan di dalam kelompok teman sebaya mereka dan juga dengan memasukkan anak-anak mereka ketempat seperti ini maka akan memperkuat status kelas sosial dan prestise mereka di dalam lingkungan masyarakat atau kelompok sosial mereka. Hal inilah yang membuat kurangnya komitmen dari para orangtua dan anak-anak yang berlatih di LISS ini. Hal inilah yang menjadi penyebab dari organisasi Youth Sport dengan jenis klub Privat komersial (Private commercial clubs) dan Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
74
dengan bentuk komodifikasi sepakbola seperti yang ada di LISS ini sulit untuk diharapkan menghasilkan pemain sepakbola profesional yang terbaik, meskipun di dalam sekolah sepakbola ini memiliki kurikulum, supervisi dan pelatih yang berasal dari klub Induknya, yaitu Liverpool FC di Inggris.
4.11.3 Kelas sosial Pesepakbol Lokal dan Internasional Seperti yang kita ketahui pemain-pemain sepakbola terbaik yang ada di Indonesia atau bahkan yang ada di dunia biasanya berasal dari masyarakat dari kalangan menengah ke bawah dan biasanya awal karir mereka bukan berasal dari sekolah sepakbola Internasional ataupun klub-klub besar tetapi berasal dari sekolah sepakbola lokal ataupun klub-klub lokal ata u amatir. Walaupun ada beberapa pemain-pemain terbaik berasal dari kalangan menengah ke atas tetapi itu hanya sebagian kecil saja seperti Pato, Socrates, dan lain- lain. Selain itu juga saat ini di dunia sepakbola, sekolah sepakbola Internasional memang dib utuhkan karena memiliki standarisasi yang tinggi, memiliki jaringan ke klub Luar negeri, dan memiliki sarana dan prasarana yang sangat memadai. Namun ada beberapa hal yang membuat banyak anak-anak yang memiliki potensi tinggi tidak dapat mengakses SSB Internasional seperti LISS ini, diantaranya adalah tingginya biaya pelatihan di tempat ini, program-program seperti Free Coaching Clinic yang cenderung bekerja sama dengan sekolah-sekolah Internasional atau elit dan lain sebagainya. Hal seperti inilah yang membuat hanya masyarakat menengah ke atas saja yang dapat mengakses pelatihan di sini dan cenderung mencegah anak-anak dari kalangan menengah ke bawah untuk masuk ke sekolah sepakbola Internasional. Sehingga banyak membuat anak-anak dari kalangan menengah ke bawah tersebut lebih memilih berlatih di sekolah sepakbola lokal yang murah ataupun tidak ikut sekolah sepakbola sama sekali. Berikut ini adalah tabel mengenai contohcontoh pemain sepakbola terbaik dan sukses yang berasal dari keluarga miskin atau kelas bawah. Yang mana pemain-pemain ini dapat menjadi contoh ataupun inspirasi bagi anak-anak yang berasal dari kalangan menengah ke bawah.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
75
Tabel 4.7 Profil Pemain Sepakbola Profesional Indonesia Andik Vermansyah
Boaz Solossa
Oktovianus Maniani
Bambang Pamungkas
Firman Utina
Pekerjaan Orangtua
Ayah : kuli bangunan Ibu : penjahit
Ayah : Ibu : PNS (Guru)
Ayah : Nelayan Ibu : -
SSB atau klub sepakbola junior Karir sepakbola
SSB KSI dan Suryanaga
PS. Putra Yohan
Tunas Muda Amadi
Ayah : Pelatih Sekolah Sepakbola Ibu: SSB Ungaran Serasi
Ayah: kuli batu atau bangunan Ibu: pekerja rumah tangga SSB Indonesia Muda
SSB Suryanaga
PS. Putra Yohan Perseru Jayapura Tim PON Papua Persipura Jayapura
Tunas Muda Amadi Persipura U23 Asmat Fc Merauke PON Papua PSMS Medan Persitara Jakarta Utara Sriwijaya FC Persiram Raja Ampat
SSB Ungaran Persikas Semarang Persija Jakarta EHC Norad (Belanda) Persija Jakarta Selangor FC Persija Jakarta
Indonesia Muda Bina Taruna Manado Persma Manado junior Persita Tangerang Arema Malang Persita Tangerang Pelita Jaya Persija Jakarta Sriwijaya FC
Rp 1.120.000.000 /Tahun (tahun 2010/2011 )
Rp 500.000.000 – Rp 750.000.000
Rp.750.000.000 – Rp. 1.400.000.000
1.350.000.000 (gaji pada tahun 2010/2011)
Persebaya Surabaya Junior
PON JATIM Persebaya Surabaya
Gaji atau penghasila n
Rp 500.000.000 – Rp 700..000.000
* diolah oleh peneliti dari berbagai sumber
Dari sekian banyak contoh-contoh pemain yang berhasil Di Indonesia, salah satu yang saat ini cukup terkenal dan berhasil adalah Andik Vermansyah, di mana Andik terlahir dari keluarga sederhana bahkan dapat dibilang berasal dari kalangan bawah. Andik memulai karir sepakbolanya di SSB Suryanaga tanpa di pungut biaya karena bakatnya yang dilihat oleh pelatih SSB tersebut ketika Andik bermain sepakbola Tarkam (antar kampung) untuk membeli sepatu sepakbola. Lalu pertama kali masuk Persebaya adalah ketika dia lulus ketika mengikuti seleksi
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
76
atau melalui tahapan pemandu bakat (talent Scout) yang dilakukan oleh Persebaya Junior ke tika SMP dan hingga saat ini Andik masih menjadi pemain Persebaya Surabaya. Sekarang ini kehidupan Andik sendiri dari masa kecil sampai sekarang ini dapat dilihat dari berbagai macam artikel-artikel yang terdapat di berbagai media, baik itu dari media cetak maupun media elektronik, diantaranya adalah artikel yang ada dapat dilihat di Lampiran 7. Tabel 4.8 Profil Cristiano Ronaldo Cristiano Ronaldo Ayah : Tukang kebun di balai kota dan petugas perlengkapan di klub amatir CF Andorinha Ibu : koki
Pekerjaan Orangtua
SSB atau klub sepakbola junior
CF Andorinha
Karir sepakbola
Klub Junnior : Andorinha (1993–1995), Nacional (1995–1997), sporting Lisbon (1997–2002) Klub Senior : Sporting Lisbon (2002–2003), Manchester United (2003–2009), Real Madrid (2009–… )
Gaji penghasilan saat ini
US $ 42.000.000 (Rp 399.000.000.000) (penghasilan)
Selain Andik ada juga Pemain Luar Negeri yang sangat di kenal di Dunia sepakbola, yaitu Cristiano Ronaldo. Ronaldo hampir sama dengan keadaan ekonomi keluarganya dengan Andik Vermansyah. Di mana mereka sama -sama berasal dari masyarakat kalangan bawah yang kemudian mengalami proses mobilitas vertikal melalui mekanisme talent scout pada permainan sepakbola dan saat ini berada pada kelas menengah ke atas di dalam stratifikasi sosial yang ada di dalam masyarakat sekitarnya. Ronaldo juga mengawali karirnya dari klub kecil amatir di daerahnya atau berasal dari klub CF Andorinha yang berbentuk Publik, organisasi komunitas nonprofit (public, nonprofit Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
77
community organization). Di mana dalam klub yang berbentuk seperti ini biasanya memberikan rentang batas biaya mulai dari gratis samapai yang berbiaya rendah/murah pada program organisai olahraga untuk anak-anak. selain itu juga memberikan program olahraga yang baik bagi anak-anak agar memiliki keterampilan olahraga fisik yang baik. Proses perubahan kelas sosial Ronaldo diawali dari klub talent scout Nacional yang mengambilnya dari CF Andorinha, dan kemudian ditemukan dan dijual ke Sportin g Lisbon melalui mekanisme talent scout berupa seleksi di klub Sporting Lisbon itu sendiri. Proses seleksi inilah yang merupakan salah satu bentuk sistem talent scout yang dapat membuat Ronaldo menjadi pemain Profesional. Hingga akhirnya kehidupannya benar-benar berubah ketika Manchester United melakukan pertandingan persahabatan dengan Sporting Lisbon dan saat itu kemampuan sepakbola Ronaldo dilihat oleh Pihak Manchester United. Hingga akhirnya dia di beli oleh Manchester United dan membuat kehidupannya dia berubah. Lalu pada tahun 2009 Ronaldo kemudian menjadi pemain termahal di dunia ketika di beli oleh Real Madrid dan saat itu juga dia menjadi pemain dengan gaji dan penghasilan terbesar di dunia. Dari dua cerita pemain sepakbola diatas terlihat bahwa sebagian besar dari mereka yang berhasil menjadi pemain sepakbola profesional yang terbaik cenderung berasal dari kalangan menengah ke bawah. Dimana terdapat sistem talent scout melalui seleksi pemain yang ketat untuk dapat menghasilakan pemain profesional terutama yang berasal dari masyarakat kelas menengah ke bawah. Kemudian setelah di temukan melalui mekanisme talent Scout ini maka nantinya pemain ini dilatih atau “dipercantik ” dahulu kemampuan skill sepakbolanya dan kemudaian akan dijual kembali untuk mendapatkan keuntungan yang signifikan. Hal seperti inilah yang menjadi komoditas sepakbola, yang bisa menunjukkan mobilitas dari seorang pemain sepakbola yang sebelumnya berasal dari kelas menengah ke bawah menjadi kelas menengah ke atas. Berdasarkan hal tersebut bukan berarti di sini peneliti tidak dapat menilai dengan pasti bahwa anak-anak atau pemain sepakbola yang berasal dari keluarga menengah ke atas tidak dapat menjadi pemain sepakbola profesional yang baik. Hal ini dikarenakan ada juga beberapa pemain sepakbola yang berasal dari keluarga menengah ke atas, seperti Syamsir Alam ataupun Arthur Irawan yang keduanya berasal dari Indonesia, ataupun Kaka yang berasal dari Brazil. Salah satu pemain Indonesia yang berasal dari keluarga menengah ke atas yang karir sepakbolanya tergolong baik adalah Syamsir Alam. Di mana Biografi dari Syamsir alam dapat dilihat dari artikel-artikel yang ada di bagian Lampiran 8. Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
78
Dari artikel yang ada di lampiran tersebut, maka dapat terlihahat bahwa Syamsir Alam ini bisa dikatakan berasal dari keluarga menengah ke atas. Hal ini terlihat dari pekerjaan orangtuanya, khususnya pekerjaan dari Ayahnya yang bekerja sebagai pengacara. Sehingga dalam artikel ini dapat menunjukkan bahwa anak-anak dari kalangan menengah ke atas juga dapat berhasil karirnya di dalam dunia persepakbolaan. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa sebagian besar pemain sepakbola yang berhasil adalah berlatar belakang dari keluarga menengah ke bawah. Tabel 4.9 Perbandingan antara Andik Vermansyah dan Syamsir Alam Pekerjaan Orangtua SSB atau klub sepakbola junior Karir sepakbola
Andik Vermansyah Ayah : kuli bangunan Ibu : penjahit
Syamsir Alam Ayah : Pengacara Ibu : Ibu rumah tangga
SSB KSI SSB Suryanaga SSB Suryanaga Persebaya Surabaya Junior PON JATIM Persebaya Surabaya
SSB Depok SSB AS-IOP
• 2012- sekarang CS Vise • 2010- 2011 Atletico Penarol • 2008- 2010: Tim SAD • PSJS Jakarta Selatan • Pelita Jaya • 2003- SSB Makassar FC/Timnas (ajang Piala Dunia U11/Danone Nations Cup di Paris, Perancis) • SSB AS IOP • SSB Depok (sekarang SSB Depok Jaya)
Dari tabel diatas terlihat bahwa keduanya berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, di mana jika Andik berasal dari keluarga menengah ke bawah, hal ini dapat terlihat dari pekerjaan orangtuanya yang hanya bekerja sebagai kuli bangunan dan penjahit, sedangkan Syamsir Alam berasal dari keluarga menengah ke atas yang berasal dari keluarga menengah ke bawah. Namun perbedaan latarbelakang kelurga yang berbeda tersebut tidak membuat nasib karir sepakbola mereka berbeda, hal ini dikarenakan kedua pemain ini memiliki karir sepakbola yang dapat dikatakan cukup baik di usia yang relatif muda saat ini. Selain itu juga keduanya juga bukan berasal dari sekolah sepakbola internasional ataupun sekolah sepakbola yang berbiaya
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
79
tinggi namun keduanya berasal dari sekolah sepakbola lokal dan sama-sama mendapatkan beasiswa atau mengikuti mekanisme talent scout dari sekolah sepakbola yang mereka ikuti. Walaupun memiliki persamaan diantara keduanya, yaitu sama-sama berhasil dalam dunia sepakbola, namun terdapat beberapa perbedaan lain untuk mendapatkan kualitas pelatihan sepakbola bagi mereka, di mana jika Andik hanya berlatih di sekolah sepakbola yang kualitas pelatihan sepakbolanya tidak terlalu baik jika dibandingkan dengan Syamsir Alm yang berlatih di sekolah sepakbola yang terkenal dan memiliki kualitas pelatihan yang baik. Selain itu juga Syamsir Alam dengan kekuatan finansial dari keluarganya dia pernah mengikuti pelatihan atau tes masuk bersama klub-klub junior Belanda, seperti Vitesse Arnhem dan Heerenveen. Meskipun gagal setidaknya Syamsir Alam telah merasakan pelatihan yang sangat baik jika dibandingkan dengan Andik Vermansyah. Dari gambaran yang telah dijelaskan mengenai bentuk sekolah sepakbola dan juga latar belakang kehidupan pemain sepakbola yang ada di Indonesia maupun luar negeri. Berikut ini merupakan bagan dari proses untuk menjadi pemain Tim nasional khususnya pemain Nasional Indonesia.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
80
Bagan 4.1 Proses pemain usia dini menjadi pemain profesional Tim Nasional
Klub sepakbola dalam negeri
NON SSB
Klub sepakbola Luar negeri
SSB Nasional / lokal
SSB Internasional
1
Anak-anak dari Kelas Menengah ke atas yang berpartisipasi di sepakbola
Anak-anak dari Kelas Menengah Ke bawah yang berpartisipasi dalam sepakbola
Anak-anak dari usia 6-18 tahun yang tidak berpartisipasi dalam sepakbola.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
81
Dari bagan diatas, dapat dilihat bahwa pada lapisan anak-anak kelas menengah ke atas menguasai atau mengakses seluruh jenis-jenis sekolah sepakbola, baik itu sekolah sepakbola lokal atau nasional maupun sekolah sepakbola Internasional. Hal ini dikarenakan anak-anak kelas menengah ke atas ini memiliki kekayaan atau harta yang cukup atau sangat banyak. Sehingga dengan kepemilikan tingkat ekonomi yang tinggi mereka dapat memilih baik itu sekolah sepakbola lokal maupun internasional. Walaupun dari data yang ada, tujuan mengikuti sekolah sepakbola bagi anak-anak dari kelas menengah ke atas cenderung hanya untuk menjadi gaya hidup dan memperkuat status dan prestise mereka saja didalam lingkungan masyarakat atau kelompok sosial mereka, karena saat ini sepakbola sebagai permainan dan organisasi bisnis mengalami perubahan dari olahraga menjadi suatu industri baru. Sedangkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah dari bagan tersebut terlihat bahwa mereka hanya dapat mengikuti sekolah sepakbola lokal/nasional ataupun tanpa melalui sekolah sepakbola untuk dapat menjadi pemain di salah satu klub sepakbola. Dari tahapan sekolah sepakbola ini terlihat bahwa terdapat proses penghambatan terhadap anak-anak dari kalangan menengah ke bawah untuk dapat mengikuti pelatihan sekolah sepakbola khususnya di sekolah sepakbola internasional seperti Liverpool soccer Schools. Pada tahap selanjutnya, yaitu tahapan klub sepakbola. Pada tahap ini cenderung telah menghilangkan pengkategorian anak-anak berdasarkan kelas ekonominya. Di dalam tahapan ini untuk dapat memasuki di perlukan beberapa proses, diantaranya adalah sistem pemandu bakat atau proses seleksi. Pada tahap ini dan dengan adanya sistem pemandu bakat (talent scout) maka akan mulai terlihat kapitalisme di bidang olahraga. Pemandu bakat ini bertugas untuk dapat menemukan atlet atau pemain sepakbola usia dini, pada umumnya para pemandu bakat akan mencari pemain berbakat di sekolah-sekolah sepakbola, turnamen usia dini, dan lain sebagainya. Pada proses inilah banyak pemain-pemain muda potensial, khususnya dari kalangan menengah ke bawah yang berhasil menapak menjadi pemain profesional. Pada tahap inilah yang terjadi dan dapat dilihat pada diri TAN, siswa dari LISS yang terjaring melalui tahap talent scout, kemudian setelah masuk ke dalam klub atau sekolah sepakbola tersebut maka akan mendapatkan pelatihan dan hal-hal lainnya yang dapat menunjang dia untuk dapat meningkatkan kemampuan sepakbola dan hal- hal lain yang berhubungan dengan sepakbola. Seperti halnya TAN setelah masuk ke LISS dan mendapatkan beasiswa pelatihan, dia mendapatkan porsi latihan khusus, pemeriksaan gizi dan hormon, beasiswa sekolah di sekolah internasional dan lain sebagainya. Pada tahap ini Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
82
pihak klub/SSB atau pemilik klub/SSB berani melakukan investasi pada pemain tersebut agar pada saatnya nanti, pihak klub dapat menggunakan pemain ini untuk meningkatkan prestasi klub/SSB itu sendiri dan juga nama besar dari klub/SSB itu sendiri melalui pemain tersebut ataupun nantinya dapat menjual kepada klub lain, di mana kedua hal tersebut sama-sama dapat menghasilkan keuntungan tersendiri bagi pemilik modal/klub tersebut serta secara tidak langsung hal ini juga dapat terjadi mobilitas sosial pada pemain sepakbola tersebut atau dalam kasus LISS adalah TAN. Pada bagan di atas juga terlihat bahwa SSB lokal maupaun non SSB cenderung lebih banyak menghasilkan pemain-pemain sepakbola yang bermain di klub sepakbola dalam negeri walaupun tidak menutup kemungkinan ada yang bermain klub diluar negeri. Sedangkan bagi SSB internasional sampai saat ini belum ada contoh nyata untuk menghasilkan pemain sepakbola yang bermain di klub luar negeri maupun dalam negeri, namun terdapat keunggulan/keuntungan dari SSB internasional dibandingkan dengan ssb dalam negeri, yaitu adanya hubungan atau jaringan yang kuat antara SSB Internasional dengan klub afiliasinya sehingga jalannya akan lebih mudah dibandingkan dengan SSB lokal. Pada tahapan klub sepakbola ini dengan melalui proses pemandu bakat (talent scout) ataupun prose s seleksi maka pada akhirnya akan terlihat mobilitas sosial yang terjadi pada pemain sepakbola seperti yang telah di jelaskan pada paragraf di atas, khususnya mobilitas sosial antar generasi, dan akan terlihat apakah akan mengalami mobilitas vertikal atau horizontal. Hal ini didasarkan atas tingkat ekonomi dan prestise yang didapatkan pada tahapan pemain klub profesional ini. Namun pada kelas menengah ke atas munkin akan cenderung mengalami mobilitas horizontal atau bahkan bisa menjadi mobilitas vertikal ke bawah jika dia mengalami kegagalan dalam profesi sepakbola yang dijalankannya. Sedangkan pada kelas bawah cenderung akan terjadi mobilitas vertikal ke atas. Selanjutnya pada tahapan pemain Tim Nasional yang seperti yang ada pada bagan diatas. Di dalam tahapan ini dapat dilihat kecenderungannnya bahwa pemain-pemain yang sampai di tahapan pemain Tim Nasional akan mengalami peningkatan kelas sosialnya. Di mana sebagian besar pemainnya akan mengalami mobilitas vertikal ke atas, seperti yang dialami oleh Andik Vermansyah. Di mana terjadi mobilitas sosial antar generasi dengan bentuk mobilitas vertikal, jika pada masa orantua Andik dahulu keluarga mereka hanya bekerja sebagai buruh
dan
pedagang. Lalu pada masa Andik menjadi pemain sepakbola, keluarga mereka mengalami mobilitas vertikal dengan menempati kelas menengah ke atas pada lingkuangan masyarakatnya. Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
83
Hal ini terjadi karena adanya peningkatan pendapatan dan juga nilai kehormatan yang didapatkannya ketika menjadi pemain Tim Nasional. 4.11.4 Liverpool International Soccer Schools (LISS) : Kapitalisme -M asyarakat-Negara Dari penjelasan diatas mengenai LISS itu sendiri atau bahkan mengenai pemain-pemain sepakbola yang ada terlihat bahwa didalam sepakbola khususnya LISS itu sendiri sebenarnya ada 3(tiga) faktor yang berpengaruh cukup besar bagi LISS, yaitu Kapitalisme, Masyarakat dan Negara : Bagan 4.2 Hubungan Kapitalisme -Masyarakat-Negara dalam LISS NEGARA
MASYARAKAT
KAPITALISME/PASAR
Kapitalisme atau pasar dalam hal ini diwakili perusahaan atau klub asing dalam konteks ini ada dalam bentuk sekolah sepakbola. Sedangkan masyarakat dalam hal ini pelatih dan pemain sedangkan Negara diwakili oleh PSSI. Pertama, kapitalisme yang dalam hal ini diwakili oleh pihak dari LISS. Pihak LISS yang berperan sebagai kapitalisme/pasar telah melakukan komodifikasi sepakbola dalam bentuk sekolah sepakbola. Adanya perubahan sepakbola menjadi komoditas didalam LISS ini dapat terlihat dari latar belakang berdirinya LISS itu sendiri; salah satu alasan yang cukup kuat mendirikan LISS di Indonesia adalah banyaknya masyarakat Indonesia yang menggemari liga Inggris khususnya yang menjadi pendukung Liverpool itu sendiri ataupun LIVERPOOLDIAN yang ada di Indonesia yaitu kurang lebih ada sekitar delapan ratus ribu anggota, ini bisa di lihat di forum resmi BIGREDS ataupun fanpage resmi Liverpool di jejaring sosial Facebook. Dengan adanya alasan tersebut ini merupakan pangsa pasar yang sangat besar bagi pihak LISS sendiri untuk memperkuat brand images Liverpool FC itu sendiri dan juga untuk mendapatkan keuntungan yang besar dari sana. Pembangunan sekolah sepakbola ini sesungguhnya memiliki tujuan yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Manchester United dengan pembangunan MU Cafe nya yaitu untuk meningkatkan nilai jual klub tersebut dan
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
84
memperkuat basis suporter Liverpool FC di Indonesia dan juga untuk mendapatkan mendapatkan keuntungan yang cukup besar. Hal ini dapat terlihat dari pihak LISS yang lebih mengejar anak-anak dari kelas menengah ke atas untuk menjadi siswa disana, hal ini dapat terlihat dari apa yang kemukakan oleh Yahya Yusworo (Head of Operation LFC Academy) dalam sebuah wawancara oleh sebuah media online, di mana dia mengakui bahwa “Saya tidak menampik hal itu. Kami juga mempunyai tujuan untuk mencari keuntungan. Mencari orang-orang kaya atau katagori pangsa pasar A yang mau bergabung bersama kami,” tegas Yahya. 29 Selain itu adanya biaya masuk serta pelatihan dan juga program-program yang dilaksanakan seperti free coaching clinic, dan lain sebagainya, hal ini juga dapat menunjukkan bahwa Indonesia hanya menjadi ladang bisnis mereka saja. Selain itu ada bentuk lain lagi dari komodifikasi terhadap sepakbola yang dilakukan pihak LISS yaitu adanya mekanisme talent scout. Seperti yang telah dijelakan di bagian sebelumnya bahwa di LISS ini sendiri terdapat satu anak yang telah dipersiapkan untuk dapat menjadi pemain sepakbola profesional, yaitu TAN. TAN ini mendapatkan beasiswa pelatihan sepakbola dan sekolah informal dan lain sebagainya untuk menunjang peningkatan kemampuan sepakbolanya. Hal inilah yang dilakukan pihak LISS untuk dapat meningkatkan kualitas permainan sepakbola TAN yang suatu hari nanti dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi dan Brand Images dari LISS ataupun Liverpool FC itu sendiri atau bahkan nantinya dapat dijual, di mana kedua hal tersebut sama-sama dapat menghasilkan keuntungan tersendiri yang cukup besar bagi pemilik modal/klub tersebut serta secara tidak langsung hal ini juga dapat terjadi mobilitas sosial dan ekonomi pada TAN dengan semakin meningkatnya status sosialnya didalam masyarakat ataupun kelompok sosialnya dan prestise yang diterimanya. Bagian yang kedua adalah masyarakat yang dalam hal ini diwakili oleh pemain, pelatih atau lebih tepatnya siswa-siswa yang berlatih di LISS. Pada bagian masyarakat ini menjadi berpengaruh karena dengan berdirinya LISS di Indonesia ini juga diikuti oleh banyaknya Pendukung dari klub Liverpool FC dan juga meningkatnya masyarakat kelas menengah keatas yang dimiliki oleh Indonesia. Pada bagian ini akan tergambar stratifikasi sosial yang ada, dimana seluruh siswa yang berlatih di LISS ini berasal dari masyarakat kelas menengah ke atas, hal ini 29
http://koranbaru.com/berita-bola-franchise-sekolah-sepak-bola-ssb-semakin-marak-di-indonesia/ , diakses
pada tanggal 28 April 2012 Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
85
dapat di tunjukkan dari data-data yang telah disebutkan pada bab 4, walaupun ada mekanisme talent scout yang pada kenyataanya juga sulit untuk dapat dinikmati oleh masyarakat menengah ke bawah. Seperti yang telah di jelaskan di bagian sebelumnya bahwa tujuan sebagian besar masyarakat kelas menengah keatas mengikuti program olahraga, seperti pelatihan sepakbola di LISS adalah sebagai pengisi waktu luang yang sangat baik karena anak-anak mendapatkan halhal yang menyenangkan (have fun), pembelajaran nilai- nilai kedewasaan, memperoleh nilai- nilai ketrampilan di dalam kelompok teman sebaya mereka. Selain itu juga dengan memasukkan anak-anak mereka ketempat seperti ini maka akan meningkatkan reputasi, status kelas sosial mereka dan prestise mereka di dalam lingkungan masyarakat atau kelompok sosial mereka. Selain itu pula adanya program-program yang di laksanakan pihak Liverpool seperti free coaching clinic yang sebagian besar dilaksanakan dengan melakukan kerjasama dengan pihak sekolah-sekolah internasional atau elite. Kegiatan free coaching clinic ini juga sebenarnya dapat dikatakan sebagai kegiatan promosi kepada masyarakat mengenai LISS itu sendiri. Oleh karena itu siswa-siswa yang ada di LISS ini banyak yang berasal dari sekolah-sekolah elite tersebut. Sehingga dengan adanya hal tersebut dapat menunjukkan bahwa yang dapat mengakses dan mendapatkan informasi mengenai pelatihan sepakbola di LISS hanya berasal dari kelas menengah ke atas. Hal inilah yang mendorong terjadinya kesenjangan sosial pada masyarakat karena tidak ada keadilan yang dilakukan pihak LISS pada masyarakat menengah ke atas dengan masyarakat menengah ke bawah mengenai informasi dan akses untuk pelatihan sepakbola disana. Hal itu menunjukkan bahwa kelas-kelas menengah keatas tersebut telah melakukan barrier terhadap kelompok lain untuk tidak memberikan peluang bagi masyarakat kelas bawah untuk melakukan mobilisasi sosial menuju kelompok mereka. Bagian ketiga adalah Negara atau dalam hal ini diwakili oleh PSSI. Pihak PSSI berperan sebagai pembuat kebijakan dan peraturan bagi semua aspek-aspek yang berhubungan dengan sepakbola, salahsatunya adalah sekolah sepakbola. Namun dalam hal ini PSSI tidak memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap LISS, karena LISS lebih mengacu pada standarisasi dan peraturan yang diberikan oleh Academy Liverpool di Inggris. Pengaruh dan hubungan antara PSSI terhadap LISS akan ada ketika LISS mengikuti turnamen yang diadaka n PSSI dan adanya pemain LISS yang direkrut oleh pihak PSSI. Sehingga nantinya pihak PSSI akan memberikan kebijakan dan peraturan yang harus di hormati oleh pihak LISS. Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
86
Dengan adanya keseluruhan penjelasan di atas, penulis tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa SSB Internasional itu tidak ada gunanya. Sedikit banyak, kehadiran SSB Internasional seperti LISS juga mendatangkan manfaat, diantaranya adalah adanya pemberian pola pelatihan seperti pelatihan yang ada di klub-klub di Eropa. Namun disini aksesibilitas SSB internasional ini sepertinya tertutup bagi kalangan menengah ke atas saja. Keberadaan SSB Internasional ini nampaknya lebih banyak menjadi wadah untuk mencari keuntungan saja; jika di beri persentase maka mungkin sebesar 60 persen dari usaha dagang mereka di peruntukkan untuk sisi komersilnya (Nonstop, 2012). Jadi, jika hanya berorientasi pada profit semata, anak-anak yang kurang beruntung secara ekonomi tidak berkesempatan mendapatkan pelatihan yang layak seperti yang ada di LISS Indonesia. Pada akhirnya keberadaan SSB Internasional seperti LISS tidak memiliki prospek yang bagus unutk menghasilkan pemain sepakbola profesional yang baik serta berkontribusi signifikan dalam upaya kita memajukan daya saing timnas di level internasional. Tetapi LISS ini cenderung hanya dapat menghasilkan kesenjangan ekonomi yang ada dimasyarakat semakin lebih besar saja.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan Liverpool Soccer Schools (yang selanjutnya akan disebut dengan LISS) merupakan
sekolah sepakbola Internasional yang berafiliasi dengan klub Inggris, Liverpool FC. Hal ini merupakan salah satu magnet kuat bagi para orang tua murid dan anak-anak untuk berlatih sepakbola di sana. Hal ini dikarenakan atas nama klub Liverpool yang memiliki sejarah yang besar dan memiliki pendukung yang cukup besar di Indonesia. Selain itu pula ada hal lain yang dapat membuat anak-anak dan orangtua siswa ingin memasukkan anak mereka untuk berlatih di LISS, diantaranya yaitu adanya fasilitas sarana dan prasarana yang baik dan berkualitas. LISS memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang baik dan berkualitas, seperti lapangan, pelatih kepala yang langsung berasal dari akademi Liverpool Di Inggris, dan alat-alat penunjang pelatihan sepakbola lainnya. Sehingga LISS yang merupakan suatu organisasi olahraga yang berbentuk sekolah sepakbola tentunya memiliki kapasitas untuk menjadi sekolah sepakbola terbaik yang ada di Indonesia. Selain itu juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan pemain sepakbola yang profesional bagi Tim nasional Indonesia. Oleh karena itu di dalam penelitian ini, peneliti pada awalnya melihat bahwa prospek anak-anak yang bersekolah di LISS akan berhasil menjadi pemain sepakbola profesional. Namun dengan dijadikannya sepakbola menjadi komoditas, diantaranya adalah adanya biaya pelatihan yang sangat tinggi bagi mayoritas masyarakat Indonesia yang harus dikeluarkan oleh para siswa serta adanya program-program yang dilaksanakan pihak LISS yang lebih cenderung hanya dapat diikuti oleh masyarkat menengah ke atas saja, maka hal ini menyebabkan hanya anak-anak tertentu saja yang berasal dari kalangan menengah ke atas yang bisa menjadi siswa dari LISS ini. Dengan adanya hal tersebut maka akan membuat terjadinya kesenjangan sosial dan ekonomi yang semakin membesar di dalam masyarakat karena sangat kecilnya kesempatan anak-anak yang berasal dari masyarakat menengah ke bawah untuk dapat berlatih sepakbola dengan pelatihan yang baik dan berkualitas. Berdasarkan temuan di atas peneliti melihat bahwa, hingga batas tertentu. dapat diambil kesimpulan bahwa prospek anak-anak yang berlatih sepakbola LISS yang berasal dari lapisan 87
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
88
menengah atas itu akan berhasil menjadi pemain sepakbola yang profesional. Namun data yang saya dapatkan tidak menunjang hal tersebut. Berdasarkan data, hal ini menunjukkan bahwa anakanak yang berasal dari kalangan menengah ke atas akan sulit untuk memiliki prospek menjadi pemain sepakbola profesional karena banyaknya jenis pekerjaan yang dapat mereka pilih serta kesibukan yang mereka alami membuat mereka tidak fokus untuk berlatih sepakbola. Selain itu bagi sebagian masyarakat kelas atas program kegiatan olahraga seperti sepakbola merupakan kegiatan pengisi waktu luang terbaik yang dapat memberikan anak mereka hal- hal yang menyenangkan (have fun), pembelajaran nilai- nilai kedewasaan, dan memperoleh nilai- nilai keterampilan di dalam kelompok teman sebaya mereka. Selain itu juga dengan memasukkan anak-anak mereka ketempat seperti ini maka akan memperkuat reputasi, status kelas sosial mereka dan prestise mereka di dalam lingkungan masyarakat atau kelompok sosial mereka. Selain itu pula adanya contoh-contoh nyata pemain sepakbola yang selama ini mayoritas pemain profesional yang berkualitas baik dan memilki prestasi yang baik adalah pemain sepakbola yang berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah. Bagi mereka olahraga (sepakbola) berfungsi sebagai alat bagi individu yang berada pada kelas sosial yang rendah untuk mencapai karir dan mengangkat kelas sosialnya atau melakukan mobilitas sosial lewat keberhasilan dalam olahraga (Luschen, 1967 dalam Marswensdy,2001). Dengan demikian akan sangat sulit untuk melihat prospek mobilitas sosial dari jenis sekolah sepakbola Internasional, khususnya LISS ini untuk berhasil menghasilkan pemain sepakbola yang profesional. Walaupun demikian dengan adanya sekolah sepakbola internasional, seperti LISS di Indonesia, sesungguhnya kurang lebih dapat mendatangkan manfaat dan pengaruh yang baik bagi sepakbola Indonesia, meskipun manfaat dan pengaruhnya masih terlalu kecil dan hanya dapat diterima oleh sebagian kecil penggiat sepakbola di Indonesia. Manfaat yang dihasilkan oleh sekolah sepakbola Internasional dapat ditunjukkan dengan adanya pelatihan yang berkualitas dan juga adanya Transfer of knowledge dari pelatih akademi yang berasal dari klub afiliasinya ke pelatih lokal, yang untuk selanjutnya dapat diajarkan ke atlet binaan.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
89
5.2.1 Saran Berkaitan dengan kesimpulan dari penelitian ini maka penulis mengemukakan beberapa saran, diantaranya : •
Khusus untuk Liverpool Soccer Schools, diharapkan untuk dapat memberikan beasiswa ataupun bentuk lainnya kepada anak-anak dari kalangan masyarakat menengah ke bawah yang memiliki kemampuan bermain sepakbola yang baik. Sehingga nanti talenta-talenta yang ada dapat tersalurkan dan dilatih dengan baik melalui pelatihan yang berkualitas seperti ayng ada di Liverpool Soccer Schools
•
Selain itu Liverpool soccer schools juga bisa bekerja sama dengan lembagalembaga terkait, seperti PSSI agar dapat memberikan pelatihan dan pembelajaran pada pelatih-pelatih SSB yang berada di daerah ataupun SSB yang tidak memiliki pelatih berkualitas.
•
Khusus kepada PSSI, baik itu PSSI pengurus pusat maupun PSSI pengurus provinsi agar dapat memperhatikan Sepakbola usia dini, baik itu dengan memberikan kompetisi atau liga yang berjenjang yang bergulir secara rutin maupun memberikan bantuan kepada SSB-SSB tersebut.
•
Khusus untuk Pemerintah ataupun PSSI agar menyediakan infrastuktur sepakbola yang berkualitas baik.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
90
Daftar Pustaka Carrington, Ben & Ian McDonald. (2009). Marxism, Cultural Studies and Sport. New York : Routledge Coackley, Jay. (2001). Sport In Society : Issues and Controversies (7th ed). New York: Mc Graw-Hill Craig, Peter & Paul Beedie. (2008). Sport Sociology. Exeter : Learning Matters Ltd Creswell, Johm W. (2003). Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches. Second Edition. London: Sage Publication. Foer, Franklin. (2006). Memahami Dunia Lewat Sepakbola : Kajian tak Lazim tentang Sosial Politik Globalisasi. Jakarta : Margin Kiri Iskandar, Muhaimin. (2006). Spiritualitas sepakbola. Yogyakarta : KLIK. R Luschen,G. (1967). The sociology of Sport. Dalam Current Sociology/La Sociologie Contemporaine,XV 3. Mouten Co. The Hague-Paris ----------, (1980). A Sociological Perspective of Sport . Minnesota : Burges Publishing Company Mutohir, Toto Cholik & Ali Maksun (2007). Sport Development Index : Konsep, Metodologi dan Aplikasi. Pt Indeks : Jakarta Scheunemann, Timo S (2012). Kurikulum dan Pedoman Dasar Sepak Bola Indonesia. Sindhunata. (2002). Air Mata Bola – Catatan Sepak Bola Sindhunata. Jakarta : Penerbit Buku Kompas Soekamto, Sarjono. (1990). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta : Rajawali Sorokin,Pitrim A. (1959). Social and Cultural Mobility, Collier-Macmillan Limited. London: The press of Glencoe Sumosardjuno, Sadoso. (2002 ). menjadi pemain sepakbola berprestasi, dalam intisari. Jakarta : februari 2002.
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
91
Sunarto, Kamanto. (2004). Penagntar sosiologi (edisi revisi). Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Trice, M. Harisson & Bayer, Janice. (1993). The Cultures of Work Organization. USA : Prentice Hall PSSI. (1993). Konsep Pembinaan Sepakbola Nasional (1995-1999). Jakarta : PB-PSSI.
Karya Ilmiah Handrawan, Teguh. (2004). Gambaran Self-Efficacy sebagai Pemain Sepakbola Tim Nasional. Skripsi Psikologi UI Hidayat, Rokhmat Taufiq. (2010). Analisa atas laporan keuangan klub Sepakbola : studi pada klub sepakbola Arsenal, Juventus, dan Barcelona. Tesis Magister Akuntansi UI Julianto, Hansen. (2007). Dinamika Pesepakbola Etnis Tionghoa dalam pesepakbolaan Indonesia : Studi terhadap klub Union Makes Strength (UMS). Skripsi Sosiologi UI Marswendy, Brien.(2001). Intensi Pemain Sepakbola untuk Melakukan Perilaku Agresif terhadap Wasit Sepakbola. Skripsi Psikologi UI Radityo, Banudoyo. (2003) Analisa Proses pengalihan pengetahuan sepakbola bagi siswa SSB Bina Taruna. Skripsi antropologi UI Nurdiansyah. (2008) Model Pembinaaan Sepakbola Usia dini Melalui Sekolah Sepakbola. diakses dari (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/373083337.pdf), tanggal 21 Agustus 2011
Majalah dan Koran Kompas. (2002). Nasib sekolah sepabola. Jakarta : Minggu, 7 Juli 2002. Nonstop (2012). Sekolah Bola di Buru. Jakarta : Senin, 2 Juli 2012 Newsletter Liverpool Footbal Club International Football Academy and Soccer Schools Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
92
Dinny, Mutiah, dan Arnoldus Dae. Merintis asa di sekolah sepakbola. Media Indonesia 8 Mei 2011
Internet www.lfcindonesia.com www.facebook.com/LFCIndonesia Kontan (2012). Euforia seolah sepakbola, Madrid sampai Barca. Jakarta :27 Februari-4 Maret 2012 (diakses dari : www.kontan.realviewusa.com) www.ssbindonesia.com, di unduh pada www.sport5689.com/hadirkan_liverpool_school_academy_karena_cinta_indonesia_berita103.ht ml, diunduh pada tanggal 28 April 2012 http://www.kucoba.com/2011/12/profil-andik-vermansyah-biodata-lengkap.html http://koranbaru.com/berita-bola- franchise-sekolah-sepak-bola-ssb-semakin-marak-di-indonesia/ http://ceritamu.com/Info/Individu/Syamsir-Alam www.tokosepatu.com
Universitas Indonesia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
1
LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA Pertanyaan untuk Pengurus /Staff dari Liverpool Football Club (LFC) International Football Academy and Soccer Schools Indonesia.
Informan
:
Jabatan
:
Hari & tanggal
:
Tempat
:
1. Bagaimana sejarah latar belakang berdirinya Liverpool Academy and Soccer School ini bisa ada di Indonesia? 2. Bagaimana peran dari Liverpool FC terhadap Liverpool Academy and Soccer School Indonesia ? 3. Dimana saja lokasi latihan dari Liverpool Academy and Soccer School Indonesia ? 4. Apa alasan penentuan lokasi pelatihan tersebut ? 5. Adakah kerjasama dengan institusi atau organisasi lain? 6. Apa saja pos pengeluaran dari Liverpool Academy and Soccer School Indonesia ? 7. Dari mana pendapatan Liverpool Academy and Soccer School Indonesia didapatkan ? 8. Adakah program beasiswa di Liverpool Academy and Soccer School Indonesia ? 9. Bagaimana cara mendapatkannya? 10. nilai- nilai apa saja yang dijarkan oleh Liverpool Academy and Soccer School Indonesia kepada para siswanya? 11. Apakah Liverpool Academy and Soccer School Indonesia ini di dirikan untuk menbuat anak-anak didiknya menjadi pemain sepakbola profesional? 12. Hal-hal apa saja yang telah dibuat oleh Liverpool Academy and Soccer School Indonesia untuk sepakbola Indonesia?
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
2
PEDOMAN WAWANCARA Pertanyaan untuk orantua/wali dari siswa Liverpool Football Club (LFC) International Football Academy and Soccer Schools Indonesia.
Informan
:
Orangtu/wali
:
Hari & tanggal
:
Tempat
:
1. Sudah berapa kali anak anda ikut SSB? Dan dimana saja? 2. Faktor apa yang membuat anda mendaftarkan anak anda ke Sekolah Sepakbola? 3. Apa penyebab anda memilih Liverpool International football Academy and Soccer Schools ini sebagai Sekolah sepakbola bagi anak anda? 4. Dari mana anda dapatkan informasi mengenai
Liverpool International football
Academy and Soccer Schools ? 5. Berapa kali dalam seminggu anak anda berlatih sepak bola disini? 6. Apakah anak anda memiliki cita-cita menjadi pemain sepakbola? 7. Apakah anda mengizinkan anak anda menjadi pemain sepakbola? 8. Adakah manfaat yang didapat setelah berlatih sepakbola disini? 9. Apa pekerjaan anda ? 10. Dimana seklah anak anda?
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
3
Lampiran 1
Nama Pewawancara : Dufri Andreas Narasumber
: YY ( Kepala Operasional dan pelatih)
Tanggal Wawancara : 24 April 2012 Tempat Wawancara : kantor Liverpool international football Academy and Soccer School Indonesia di Wisma Metropolitan I lantai 15, Jl, Jend. Sudirman Kav.29-31, Jakarta. Keterangan
:
D A= Dufri Andreas
YY = Informan
DA
: selamat siang Coach?
YY
: siang duf, ok apa yang mau di tanyakan dan ayng bisa saya bantu
DA
: ya, gini Coach pertama tuh bagaimana sejarah latar belakang berdirinya
Liverpool
Academy and Soccer School ini bisa ada di Indonesia? YY
: Sejarah kenapa Liverpool FC International Football Academy and Soccer Schools itu bisa ada di Indonesia sekarang adalah karena adanya kiprah dari British Chamber of Commerce in Indonesia yang telah menjembatani komunikasi dengan pihak liverpool FC International Football Academy di pusat di Inggris dengan membawa legenda sepakbola Liverpool ke Indonesia, antara lain Ian Rush dan Phil Neal. Program British Chamber yang waktu itu di selenggarakan adalah Giving Kids A Sporting Chance, ya kemudian dari beberapa kali kita kedatangan para legenda dari Liverpool ini ke Indonesia mereka melihat bahwa animo terhadap Liverpool melalui BigReds atau suporter Liverpool di Indonesia dan animo sepakbola secara keseluruhan di Indonesia memang luar biasa dan akhirnya mereka menunjuk kita untuk menjadi partner untuk membuka, partner resmi ya yang dipercaya membuka Liverpool FC International Football Academy and Soccer Schools pertama di Luar Eropa, jadi kami yang pertama di Asia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
4
DA
: itu tanggal berapa Coach ?
YY
: kita soft opening pertama tanggal 10 Juli 2011, soft opening ya dimana itu sudah menandakan dibukanya Liverpool FC International Football Academy and Soccer Schools ini
DA
: lalu peran Liverpool itu sendiri di Liverpool academy and soccer school ini bagaimana ?
YY
: perannya adalah dengan mendatangkan pelatih langsung, ya pelatih yang sudah di titipi oleh Liverpool pusat, yaitu Paul Barratt ya, untuk menyalurkan ilmunya baik kepada anak-anak didik dan juga kepada para pelatih lokal, ya jadi pola pengajaran Play the Liverpool way terhadap anak didik dan juga pelatih atau pelatihan sepak bola ala liverpool gitu atau yang biasa kita sebut play the liverpool way
DA
: hanya sebatas itu saja coach ?
YY
: oh enggak, ada juga secara teknis, yaitu melakukan review terhadap kinerja secara keseluruhan yang ada di Liverpool FC International Football Academy and Soccer Schools Indonesia dan ya itu jadi kan secara keseluruhan itu meliputi kinerja pelatih, murid, dan lain- lain
DA
: trus kaya modul- modul pelatihan dan peratauran atau standarisasi seperti itu ada tidak coach ?
YY
: ohh ya, modul pelatihan itu pastinya ada, modul pelatihan VIP dan play the liverpool way itu juga termasuk modul pelatihan kita, kemudian mengenai peraturan atau standarisasi, nah disinilah yang membuat adanya sedikit kesulitan buat kita karena kita diharuskan untuk mencari yang rata misalnya, sementara seperti yang kita tahu di Indonesia ini, sangat susah untuk menemukan lapangan yang dengan permukaan yang rata dan dengan tekstur tanah yang baik dan juga rumput yang terjaga, oleh karenanya kita memilih dilapangan Hoki dengan alas karpet karena alasan kerataan permukaan tanah atau permukaan lapangan maksud kami agar bisa disalurkan pelatihan atau first touch education ya, kita sebutnya first touch education kepada anak-anak khususnya yang berusia di bawah 12 tahun.
DA
: oh jadi itu yang membuat sekolah sepakbola ini hanya ada di Jakarta saja ?
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
5
YY
: Bukan, pastinya kita akan berusaha untuk merambah daerah-daerah lain yang ada di luar Jakarta, dan sementara ini sudah ada beberapa partner yang berminat untuk menjadikan cabang ya yang ada diluar Jakarta, dan tentu saja kita harus mensurvey kondisi atau misalnya mereka harus melakukan beberapa renovasi khususnya di rumput lapangannya
DA
: trus ada gak sih melakukan kerja sama dengan institusi atau organisasi yang lain ?
YY
: oh ada dan pastinya yang ada hubungannya dan berkecimpung dalam dunia sepakbola misalnya saja dengan PSSI dan KONI. Dimana jika dengan PSSI bentuknya misalkan mereka membutuhkan pelatihan bagi pemain usia dini dan juga agar anak-anak kita lebih diperhatikan dan juga agar kita bisa diakui sebagai salahsatu sekolah sepakbola yang juga menumbuh kembangkan dan melatih mereka- mereka yang berniat untuk menjadi pemain sepakbola. Lalu selain itu kalau dengan KONI kita bekerja sama agar mereka dapat memperhatikan anak-anak berbakat kita, seperti apa yang telah dilakukan kepada Alif, dimana mereka memberikan perhatiaanya kepada Alif.
DA
: hanya dua itu doang coach?
YY
: ya, kecuali dengan BigReds dan Liverpool Tv, dengan BigReds ya karena mereka kan basis suporter Liverpool, tapi nanti bisa dijelasin dengan lebih detail sama Dhika, jadi pas dulu deh ke pertanyaan yang lain
DA
: lalu apa saja pos pengeluaran yang ada di sini ?
YY
: pos pengeluarannya itu ada untuk gaji pegawai dikantor dan termasuk gaji para pela tih dan pekerja yang ada dilapangan, lalu pembelian alat-alat pelatihan sepakbola, biaya operasional perkantoran dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dan juga alat-alat kantor yang ada seperti laptop ini kan dibeli sama kantor
DA
: trus pendanaannya dari mana saja ?
YY
: dana yang didapat itu dari uang pendaftaran dan uang biaya latiahan dari anak-anak serta dari sponsor tapi untuk saat ini sponsornya belum ada, dan itulah salah satu alasan kenapa biaya disini cukup mahal buat sebagian orang yang ada di sini.
DA
: trus disini ada program beasiswanya tidak coach ?
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
6
YY
: oh ada, dan saat ini sudah ada beberapa anak yang mendapatkan beasiswa contohnya si Alif sama si Fikar. Dan untuk mendapatkan beasiswa ini ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratannya bukan hanya dilihat dari kemahiran dia bermain sepakbola tetapi juga kita lihat juga dari pendidikan regulernya yang ada disekolah, karena kita tidak pernah mengenyampingkan pendidikan reguler sebagai yang nomor dua, walaupun objektifnya kita ini bermain bola tetapi kita juga menginginkan mereka untuk pintar dalam pelajaran-pelajaran yang ada dalam pendidikan reguler
DA
: itu mereka latihan dulu di Liverpool baru mereka bisa mendapat beasiswa? Karenakan tahunya mereka jago bermain bola kan harus tmelihat dulu
YY
: ohh enggak, itu ada seleksinya
DA
: seleksinya itu bagaimana?
YY
: seleksinya biasanya kan dengan sesuatu yang hadir gitu ya, salah satunya itu dengan video ya, kemudian kita panggil untuk melakukan beberapa trial dengan latihan- latihan tertentu untuk melihat langsung kemampuan dia.
DA
: jadi semua kalangan masyarakat bisa masuk gitu ya ?
YY
: mungkin tidak semua karena kita pasti akan memberi batasan
DA
: maksudnya batasan itu bagaimana ?
YY
: batasannya itu dalam bentuk prosentase, ya kira-kira sekitar tiga puluh persenlah yang akan kita persembahkan bagi mereka- mereka yang berprestasi dan kurang mampu dalam segi biaya untuk dapat mengikuti latihan di tempat ini.
DA
: Tapi nantinya tidak ada perbedaan kan dalam latihan itu antara mereka yang mendapat beasiswa dengan murid yang lainnya?
YY
: oh tidak, lu kan dah liat sendiri lah. Alif tidak pernah kita beda-bedakan dengan anakanak yang lainnya.
DA
: oh jadi ini semacam CSRnya gitu ya ?
YY
: oh iya
DA
: apa Cuma ini aja?
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
7
YY
: enggak, ada banyak ya, sebenarnya itu kalau kita bilang CSRnya itu maka Free Coaching clinik yang kita lakukan itu juga merupakan masuk kedalam CSR ya dan kita sudah melakukan beberapa Coaching clinik diantaranya melakukan kerja sama dengan PT. Jotun dan PT. Aspek Indonesia, terus kita juga melakukan Coaching Klinik di beberapa sekolahan diantaranya Jubile International School, School of Tiara Bangsa, beberapa sekolah AL-Azhar, High Scope Institut e, British International School, Jakarta International School, Sinarmas World Academy, dan sekolah-sekolah lainnya. Dan free Coaching clinik ini juga tidak hanya buat sekolah tetapi juga masyarakat- masyarakat umum, misalkan saja kita sudah melakukan Coaching clinik untuk masyarakat Subang dan juga justru orang-orang kampungnya yang banyak datang dan kami sempat bertanya bagaimana cara penyampian penerapan sepak bola di sekolah sepakbola disana, tetapi tetap kita berikan pembekalan dalam hal bagaimana berma ind an berlatih sepakbola yang baik dan yang benar.
DA
: selain di Subang itu ada lagi enggak yang dilakukan Liverpool soccer school ini untuk kalangan yang kurang mampu?
YY
: ya ada, pernah itu dilakukan namanya kalau ga salah premier league, jadi itu untuk anak-anak jalanan dibuat pertandingan yang dilakukan oleh British Council yang kemudian kita latih juga
DA
: samapai sekarang dilatihnya?
YY
: tidak, tentunya ada untuk event-event tertentu
DA
: terus dalam Liverpool Academy and Soccer School ini apa saja yang diajarkan ?
YY
: tentunya nilai- nilai yang ada didalam persepakbola, baik itu yang ada didalam sepak bola itu sendiri maupun yang ada pada non-sepakbola, misalkan saja seperti bagaimana cara untuk menjaga nutrisi atau bagaimana asupan makanan mereka harus dijaga, juga pelajaran-pelajaran bagaimana seseorang harus fairplay, bagaimana dapat tumbuh kembang di jalan yang positif dan sehat, bagaimana mereka mengenal teman baik itu sebagai saingan dalam kompetisi ya, begitupun juga bagaimana mengenal teman sebagai teammate atau rekand alam satu tim. Tahukan pengertiannya, ya jadi dalam kompetisi itu baik itu dalam satu tim pun haru ada suatu kompetisi, itu untuk menunjukan saya itu lebih
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
8
baik dari si A atu si B dan juga bisa dapat membangaun kerja sama dengan satu tim dengan mengajarkan teammate tersebut. DA
: tindakan Liverpool Academy and Soccer School untuk Indonesia apa coach ?
YY
: ya mungkin kembali seperti coaching clinik, program-program CSR, dan tentunya dengan latihan reguler ini karena kita percaya bahwasanya itu pelatihan di surface yang bagus, seperti di lapangan Hoki maka itu akan lebih bisa menyalurkan ilmu daripada kita latihan di lapangan yang tidak rata, misalkan saj kita mau passing kesitu malah nyampenya ke tempat lain. Jadi otomatis ketika mereka sudah main di liga profesional harusnya bermain dilapangan yang lebih bagus juga akan punya passing dan receiving atau menahan bola yang lebih mumpuni
DA
: sepenglihatannya Coach sendiri tentang perkembangan anak yang latihan DI Liverpool Soccer Schools itu sendiri bagaimana ?
YY
: ya perkembangannya itu kan ada subjektif-subjektif. subjektifnya itu tidak hanya dilihat dari segi sepakbolanya saja, artinya yang mungkin seperti anda lihat gitu ya, kita menerapka attituted untuk bersikap baik gitu kan misalkan saja utnuk tidak terlambat, untuk tidak bicara ketika pelatih sedang menerangkan sesuatu itulah yang sedang terjadi, itulah perubahan non sepakbola yang salah satu yang kita lihat. Lalu kalau perubahan dari sisi sepakbola harus kita akui bahwa ada waktu atau proses yang harus ditempuh sampai mereka menuju perubahan yang bisa kita bilang cukup signifikan.
DA
: trus Coach, Liverpool Soccer Schools ini dibuat untuk membuat anak-anak menjadi pemain sepakbola gak ?
YY
: secara general iya. Tapi jangan lupa bahwa sepakbola itu juga ada banyak hal yang bisa diikut sertakan, yang artinya dalam hal dunia sepakbola juga ada bisnis, juga ada nutrisionis, juga ada pelatih fisik misalnya, paling tidak mereka belajar dari situ, artinay kita disini memberi opsi bahwasanya mungkin semua anak yang masuk Liverpool FC International academmy and Soccer schools ini ingin mau menjadi pemain sepakbola tapi apa kenyataan ketika mereka tidak menjadi pemain sepakbola, apa mereka harus stress, apa mereka harus bunuh diri, tidak kan, dimana masih ada tawaran lain yang masih berada didalam lingkungan sepakbola, misalnya jadi nutrisionis, misalnya jadi pelatih
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
9
fisik, atau jadi pelatih statistik misalnya, atau jadi manager tim, manager pemain. Itu kan juga kita ajarkan. DA
: trus emang didalam pelatihan ini diajarkan bagaimana misalkan jadi nutrisionis atau manager tim ?
YY
: aaaa, kalau misalkan anda saya minta untuk ambil inisiatif, hey daripada nunggu mereka masuk kan mendingan disamperin aja, diabsen satu-satu, jadi lebih efisien daripada nanti plekk mereka harus masuk dan lu harus nulis lagi satu-satu, itu bagian dari pembelajaran bukan, ya sama jadi kaya kita mengelompokan mereka berdasarkan kelompok usia, berdasarkan tingkat kemampuan atau abillity level dan lain- lain, maka secara tidak langsung itu pelajaran bahwa sepakbola itu ada banyak aspek yang bisa dipelajari bahwa kita mengelompokan mereka berdasarkan kelompok usia itu tentu saja itu ada tujuan dan maksudnya, bahwa kita memberikan bola yang ukurannya tiga untuk anak-anak tentu itu ada maksudnya gitu, mengapa kita harus memberikan anak-anak bola tiga bukannya bola lima saja untuk anak-anak umur 6 sampai 8 tahun misalnya. Ya itu adalah bagian dari pembelajaran. Dan kemudian kan nutrisionis kita kan menekankan kepada mereka tentu saja bagi anak yang badanya agak gemuk gitu ya untuk tidak mengkonsumsi gula- gula yang mengandung glukosa tapi meskipun harus mengkonsumsi gula konsumsilah yang mengandung flukosa atau misalkan makanan apa saja yang mereka harus konsumsi dan kenapa kita sediain buah, dan kenapa kita sediain air yang dingin dan tidak dingin, kenapa kita sediain kotak P3K. Dan itukan merupkan bagian dari suatu pembelajaran, misalnya ada anak yang terkilir, apa yang harus kita tangani lebih dulu, apakah seeprti yang lain untuk langsung ditekuk atau cenderung dipakai es terlebih dahulu, dan makanya mengapa kita memiliki ice cube dan kenapa kita punya alat0alat seperti itu, dan mungkin disekolah sepakbola lain itu tidak ada dan berdasarkan pengalaman saya di menjadi pelatih disekolah sepak bola internsional lain mereka tidak punya hal-hal seperti itu. Itukan secara tidak langsung kan itu merupakan pelatihan bagi mereka untuk menangani orang yang keram misalnya. Kenapa tidak langsung ditekuk, kenapa harus dikasih es terlebih dahulu, kenapa jarus disemprot dengan klorotil, nah itu juga kita jelaskan, mungkin Dufri sesekali bisa lihat bagaimana saya atau Coach lain menangani siapapun yang terluka, kaya misalnya ada anak yang jatuh ya, kan kemarin sempat dengar ya ada anak yang sempat jatuh dan teriak-teriak. Nah kenapa kita tidak langsung dikasih
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
10
obat merah aja gitu, mungkin kalau yang lain- lain kan misalnya ada anak yang lecet akan langsung dikasih obat merah tanpa dikasih air, atau tanpa dibersihkan dahulu tanpa diberi alkohol gitu, buktinya itu anak ketika dikasih alkohol luka itu langsung kering hanya saja kan dia jatuh lagi dan luka lagi dan dikasih alkohol lagi dan teriak lagi kan dan itukan semua bagian dari pembelajaran. Belum jadi pelatih, bahwasanya seperti Paul dan saya gitu, dimana tentunya jika dibalikin menjadi kecil tentunya kita ingin menjadi pemain sepakbola profesional gitu seperti bambang pamungkas, kaya steven gerrard, dan lainlain. Cuma kita diharuskan berhadapan dengan kenyataan bahwa hey you can make it. Lu enggak bisa menjadi pemain sepakbola, dimana bagaimana saya tetap bisa berkecimpung didunia sepakbola tanpa harus menjadi pemain sepakbola maka itu kita menjadi pelatih dan Coach Paul menjadi pelatih. Ya seperti itu gitu sample nya DA
: dan hal seperti itu di sosialisasikan tidak ke anak-anak ?
YY
: iya, makanya kan kadang-kadang saya minta anda untuk ikut masuk kedalam untuk dapat mengerti lebih jauh gitu, jangan sampai anda cuman duduk diam disana setelah selesai absen gitu, itukan jadinya anda bisa mendapat ilmu yang tidak hanya sedikit
DA
: trus nih saya sering melihat polisi setiap kali ada latihan itu gunanya untuk apa?
YY
: itu untuk keamanan bahwasanya sepakbola sekarang sudah harus dicitrakan sebagai sesuatu yang positif dan aman, dan bahwasanya anda bisa lihat sendiri bukan tidak mungkin dengan adanya anak-anak yang notabenenya adalah datang kalangan-kalangan yang ber uang atau ber ada, orang-orang yang punya niat untuk melakukan hal yang tidak baik bisa datang kesitu misalnya tahu-tahu mengambil tas dan menyolong handphonenya atau menyolong BB nya atau menyolong dompetnya atau bisa jadi nyolong mobil, nyolong motor dan juga lain- lain. Itu adalah bagian dari fungsi keamanan yang bisa difungsikan secara sosial atau PR atau kehumasan dimana bahwasanya kita juga peduli terhadap sesuatu bukan hanya menjual saja tetapi kita juga menjaga apa yang sudah mereka punya, belum lagi isu- isu seperti penculikan misalnya. Karena mereka kan datang dari orang yang ber ada dan seperti yang kita lihat di televisi dan berita-berita bahwa si Anu di culik dengan minta tebusan yang cukup besar karena mereka datang dari kalangan yang kucup ber ada. Itu mungkin saja terjadi oleh karena itu kita sediakan seperti polisi atau siapapun. Dan itu merupakan inisiatif kita untuk bisa menjaga daerah itu.
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
11
DA
: trus coach, apa sih yang sekarang ini dapat dilakukan agar sepakbola profesional Indonesia dapat maju ?
YY
: harus kembali ke grass roots, harus ada pembenaran di sisi grass roots atau pelatihan usia dini ya dengan program yang tertata dengan baik kemudian penyediaan infrastruktur yang memenuhi standar yang dibutuhkan oleh level- level profesional, khususnya di dunia internasional, ya kita bisa lihat sendirikan infrastuk tur yang ada, ga usah jauh-jauh kaya di senayan yang memang telah menjadi pusat olahraga seluruh Indonesia juga seperti itu keadaanya, ada lapangannya yang gak ada rumput atau botak misalnya atau ada permukaan lapangan yang tidak rata dan lain- lain. Itu juga kan dapat menjadi penghambat, kemudian tentunya adanya peran serta dari berbagai pihak, khususnya dari mereka- mereka yang mengaku bertanggung jawab terhadap perkembangan sepakbola Indonesia, sepertu PSSI. Dan juga banyak institusi yang harusnya peduli. Pokoknya sepakbola dapat berkembang bukan karena PSSI aja, tetapi juga ada pihak-pihak lain seperti sponsor yang bisa menjalankan liga sepakbola dengan lebih profesional misalnya. Karenakan yang saat ini ada profesional yang kita sebut hanya ada di level- level tertinggi, seperti divisi utama atau LSI waktu itu atau kalau sekarang IPL gitu. Bahwasanya ada generasi- generasi muda yang tidak tersentuh oleh mereka dan seharusnya ada pihakpihak ketiga untuk dapat mensponsori liga misalnya, sekali lagi bukan hanya turnamen atau kompetisi untuk level grass roots atau level usia dini, nah itu yang belum pernah ada. Bayangin kalau ada liga berarti anak-anak U12 misalnya dari jakarta bisa main ke surabaya trus dari surabaya main ke medan dan seterusnya, dari situ kan kebayang mentalnya mereka semakin terbentuk dan mereka juga lebih siap ketika mereka berumur 17 mereka sudah bisa seperti michael owen misalnya yang ciptaan Liverpool atau misalkan steven gerrard atau carragher yang merupakan produk-produk asli dari liverpoool akademi.
DA
: trus mengeai akademi yang mau dibangun, itu bagaimana kelanjutannya?
YY
: akademi sudah dalam proses ya, tapi kembali lagi membangun rumput di Indonesia itu tidak segampang membangun rumput di Belanda atau di Inggris, karena cuaca yang cenderung berlawanan, ya ketika hujannya terlalu deras pasti akantumbuh jamur-jamur misalnya, atau cuacanya terlalu panas trus rumput akan mudah mati. Oleh karenanya
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
12
pembibitan rumput ini membutuhkan waktu lama, jadi pembentukan atau pembangunan akademi ini lebih ke menciptakan lapangan dengan standarisasi rumput yang baik DA
: akademinya dimana ?
YY
: saat ini belum bisa kita kasih tahu, masih dalam pembicaraan tertutup, tapi sudah dalam tahap pembangunan
DA
: itu konsepnya gimana buat perekrutan dan sebagainya gitu
YY
: ya jadi itulah sisi lain dari sekolah sepakbola dan akademi. Ada pengertian secara eropa yang kadang-kadang di salah artikan di Indonesia. kalau sekolah sepakbola pada dasarnya kan semua orang bisa masuk, artinya segala kemampuan ya atau segala ability level. Sementara di akademi hanya anak-anak tertentu yang memang mempunyai kemampuan khususnya di bidang sepakbola ya untuk dapat masuk ke level akademi ini. Dan merekamereka inilah yang memang sudah mengetuk palu atau telah meyakinkan diri bahwa saya akan menjadi pemain sepakbola atau menekuni hidup di dunia sepakbola. Lagi- lagi dikembalikan ke hal tadi bahwa menekuni hidup di sepakbola bukan berarti harus menjadi pemain bola, bisa menjadi pelatih, nutrisi,dan lainnya
DA
: proses perekrutannya belum dilakukakn?
YY
: belum, ya sampai lapangannya jadi karena kalau sudah merekrut dan belum ada fasilitas maka kita juga belum dapat menjalankan akademi dalam definisi eropa
DA
: itu semua kalangan bisa masuk kan?
YY
: semua bisa masuk ke kelompok umur yang telah kita inginkan, antara 10-14 tahun
DA
: oke, terima kasih buat waktunya hari ini Coach
YY
: oke
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
13
Lampiran 2
Nama Pewawancara
: Dufri Andreas
Narasumber
: IT (ayah dari TAN)
Tanggal Wawancara
: 11 Mei 2012
Tempat Wawancara
: Tempat latihan Liverpool Soccer Schools di Lapangan Hoki Lama Senayan
Keterangan
DA
:
D A= Dufri Andreas
IT = Informan
: Sore pak, gini pak saya mau tanya tentang Alif, itu kalo Si Alif sebenarnya sudah berapa kali ya pak ikut SSB trus dari umur berapa tahun pak ?
IT
: oh, Alif baru dua kali ikut SSB, yang pertama itu di SSI Arsenal, saat itu dia umurnya sekitar 6 tahun trus yang kedua itu disini
DA
: oh baru dua yang pak, terus kenapa kok kayanya bapak milihnya SSBnya Cuma SSB Internasional aja gitu ?
IT
: oh itu karena memang mayoritas SSB di Indonesia ini kan baru menerima anak-anak untuk berlatih disana ya sekitar umur 6 tahun atau lebih kan. Jadi ya lebih baik saya daftarin aja di SSI Arsenal, terus jarak dari rumah saya ke sana kan juga lebih dekat tuh. Selain itu juga kalau saya lihat sih SSB lokal itu kayanya lebih menekankan pada prestasi jadi anak-anak tuh kayanya udah di suruh macam- macam terus udah di tetapkan gitu posisinya, misalnya kaya si A jadi kiper, si itu jadi penyerang, jadi seperti tidak bebas gitu buat anak-anak untuk mencari posisi mana yang dia suka, nah kalau di SSB Internasional ini beda saya lihatnya disini itu sepertinya lebih menekankan pada pembinaan, jadi si anak itu lebih di bimbing dan dilakukan pembinaan yang baik dulu, jadi si anak akan di bimbing dan pelatih disini itu berusaha untuk membuat si anak untuk menyukai sepakbola terlebih dahulu. Selain itu juga disini itu kan punya hubungan dengan klub-klub yang ada di luar negeri, kaya Di Liverpool ini aja mas, ya jadi
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
14
kesempatan untuk main di Luar negeri itu setidaknya lebih besar dibanding SSB-SSB lokal. DA
: ohhh gitu pak, trus sampai sekarang masih gak di SSI Arsenal ?
IT
: sudah berhenti disana, kan mas nya sudah lihat sendiri kalau Alif latihan terus disini.
DA
: iya juga ya pak, trus kenapa pindah pak dari Arsenal dan tahu Liverpool ini dari mana pak ?
IT
: aaaa jadi pertama tahu Liverpool itu kan saya ini kan liverpuldian dan juga anggota BIGREDS, jadi saya dapat informasi Liverpool ini dari sana, trus saya ajak si Alif tuh kesini. “lif ada tempat latihan bola tuh di Liverpool, mau ikut gak?” “oh mau-mau Bi”. kalau masalah bola sih dia cepet, pasti mau. Nah setelah latihan beberapa bulan latihan di sini dan lagi ada heboh-hebohnya tentang video Alif di Youtube, kita ditawarin sama pihak Liverpool untuk latihan disini aja dan nanti ada beasiswa untuk latihan disini, trus mereka juga nawarin tentang prospek di masa depan dan kata mereka tahun depan itu Alif bisa di bawa ke Inggris untuk latihan di Liverpool Academy di sana.
DA
: ohh, makanya dulu Alif pernah ada latihan sama pelatih asing yang dulu datang sama Cris Wren itu ya?
IT
: ohh kalau itu kemarin Alif lagi diperiksa fisiknya terutama tulangnya. Jadi dia sekarang lagi dipersiapkan untuk dibawa ke Inggris nanti, selain itu dia juga ada latihan khusus di sini tiap hari jumat jam setengah tiga sore sama Coach Paul, karena hari ini hujan makanya tadi gak ada latihan. terus sekarang ini dia juga lagi di ada program buat peningkatan hormon sama nutrisi.
DA
: itu nanti disana dia sendiri aja apa sama keluarga semua di bawa ke Inggris?
IT
: oh iyalah, kita sekeluarga di bawa semua kesana, kan gak mungkin ninggalin anak kecil 8 tahun tinggal disana sendiri. Trus nanti si Alif juga sekolah disana, makanya lagi nyari juga sekolah disana kalau ada sih sekolah yang banyak anak-anak Indonesianya disana, tapi sekarang ini Alif sih sudah ada persiapan-persiapan buat disana.
DA
: maksudnya persiapan apa pak ?
IT
: ya persiapan buat disana, tapi sebenarnya Pihak Liverpool di Inggris itu maunya Alif itu dibawa tahun ini ke sana, tapi si Cris gak izinin katanya harus ada persiapan matang dulu disana biar nantinya disana dia tidak terlalu shock untuk menghadapi suasana dan budaya disana dan dia bisa siap tinggal disana, makanya sekarang tiap hari selasa dan Rabu dia
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
15
ikut Les Bahasa Inggris dari British Chamb dan belajarnya di kantor Liverpool di Sudirman, terus dia juga setelah naik kelas ke kelas tiga, dia akan di pindahkan ke British Schools, katanya sih supaya siap kalau di tinggal disana dan siap menghadapi pelajaran disana. DA
: itu yang biayain pihak Liverpool pak?
IT
: semua pihak Liverpool yang bayar, sekolah di British Schools juga nanti mereka yang bayar.
DA
: Oh gitu Pak, terus kalau masalah Video- video di Youtube itu siapa yang buat pak ?
IT
: oh itu baru ketahuan tuh siapa yang bikin Videonya. Sebelumnya itu kita belum ada yang tahu siapa yang buat, ditanyain ke keluarga gak ada yang ngaku. Terus baru-baru ini pihak Liverpool yang di Inggris mau buat Profile tentang Alif jadi kita disuruh buat video lagi tentang Alif tapi semuanya tentang Liverpool, kalau kemarinkan ada Arsenalnya tuh. Ya sudah kita sekarang ini lagi buat video-video si Alif makanya masnya sekarang sering lihat ibunya kan sering ngambil- ngambil gambar Alif nah itu untuk buat video baru alif lagi, nah pas lagi kumpul-kumpul keluarga dan lagi ngomongin soal Alif dan video di Youtube itu, trus om nya alif ada yang nyeletuk kalau dia yang buat dan masukin ke Youtube. Baru ketahuan deh ternyata dia yang buat. Pertama sih kita bilang terima kasih tapi kita terus sekalian deh kita minta buatin video baru tentang Alif yang semuanya tentang Liverpool ini
DA
: pak Alif itu kalau di rumah juga latihan gak sih? terus yang ngelatih bapak bukan?
IT
: oh kalau dirumah itu dia juga latihan tapi bukan sama saya, dia itu latihan sama Om nya namanya Sahat, om nya ini orang freestyler, jadi kalau latihan- latihan gerakan- gerakan itu sama om nya. Selain itu dia juga sering tuh liat-liat Video di Youtube tentang latihanlatihan sepakbola, gerakan-gerakannya, terus video-videonya Messi, sama video- video anak-anak yang jago main bola, kaya siapa tuh yang katanya mirip Zidane, lupa lagi saya pokoknya itulah ya. terus kalau dengan saya paling saya nyari- nyariin video- video tentang latihan sepakbola yang ada di Youtube, tapi kalau latihan sama saya sih itu enggak lah. Saya sih gak bisa main bola dan tidak terlalu ngerti tentang bola, kalau saya itu ngeliat orang bawa bola terus kerebut sama pemain lawan berarti di gak jago, ya gitugitu aja sih kalau saya.
DA
: terus kalau di rumah itu alif aja pak yang suka dan jago main bola ?
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
16
IT
: sampai saat ini sih gitu, tapi kayanya adenya alif yang kedua yang umurnya masih dua tahun kayanya itu sih sama kaya Alif, dia suka sekali sama bola, apa-apa bola kaya alif aja dulu waktu kecil kalau ke Mall pulang pasti bawa bola,saya makanya bingung udah berapa bola itu ada dirumah, makanya aneh gitu kalau biasanya anak-anak kalau ke mall minta dibeliin mainan, kaya mobil- mobilan, robot-robotan gitukan, nah kalau si Alif ini bola terus, bola warna ini lah itulah tapi ukurannya sama yang ukuran besar itu, nah saya itu baru tahu sekarang kalau bola itu ada ukuran-ukurannya dan untuk umur berapa aja itu ukuran bola tersebut. nah adeknya alif yang paling kecil itu sama banget kaya alif dikitdikit bola, ya mudah- mudahan aja kaya Alif. Tapi kalau adenya yang pertama ini, kayanya sih gak suka sama bola dia sukanya main game, main komputer. Kalau diajak main bola atau latihan barena alif biasanya dia itu gak mau tuh, dia maunya main game aja. Kalau megang komputer juga yang dipakai kalau enggak internetan dia biasanya main game aja.
DA
:oh gitu pak jadi beda-beda gitu ya pak. terus pak, saya kan sering ngeliat bapak nganter alif setiap kali latihan, kaya hari Jumat ini, maaf ya pak memang bapak tidak ada jadwal ke kantor pak ?
IT
: ohh kalau itu saya itu kerjaannya sih santai, saya itu kerjanya hanay ngurusin usaha temen saya. Jad itu saya diminta temen saya untuk ngurus usaha rental mobil mewah yang dia punya.
DA
: rental mobil mewah maksudnya apaan pak ?
IT
: iya jadi ini isinya mobil- mobil mewah yang biasa di pakai oleh dubes-dubes dari negara lain atau untuk acara-acara kenegaraan gitu, kaya kemarin itu ada acara apa itu KTT Asean ya. Itu mereka pakai mobil dari kita. Selain itu juga orang-orang yang mau buat iklan atau film juga sering pakai mobil kita, walaupun mereka paling hanya maju sedikit trus mundur lagi. Maju dikit terus mundur lagi, ya gitu- gitu aja deh.
DA
: terus posisi bapak di situ sebagai apa pak?
IT
: posisi saya ya, posisi saya itu gak tau yah di bilang apa, kalau mau dibilang direktur tapi bukan saya yang punya, ya intinya sih yang ngurus-ngurus aja deh, tugas saya itu initnya itu kalau ada presentasi-presentasi, mengikuti rapat-rapat dan negoisasi- negoisasi ke klien nah itu tugas saya. (red. Lalu ibu nya alif datang menghampiri ayah nya alif dan ketika itu mereka terlibat percakapan dan diakhir percakapannya, ayahnya alif menyuruh ibunya
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
17
alif untuk membayar minuman yang di minum oleh ayahnya alif). Hehehe enakkan kalau punya istri, bisa nyruh-nyuruh istri untuk bayar ini itu. masnya sudah berkeluarga belum? DA
: belum pak, saya masih kuliah
IT
: oh gitu, kalau gitu sih nanti- nanti aja kalau mau berkeluarga kalau udah puas untuk jalan-jalan sendiri, belanja-belanja sepuasnya nah baru deh masnya nikah. Nanti kalau udah berkeluarga baru nanti ngerasain uang semua dipegang istri kaya saya, saya paling suma megang uang 50 ribu setiap harinya buat beli rokok atau bensin aja buat pergi kekantor naik motor. Tapi kalau saya apa-apa kaya tadi tuh bayarin minuman, ya paling saya suruh dia Mi bayarin minuman, mi bayarin ini. Ya gitu-gitu aja
DA
: Ibu memang tidak kerja Pak?
IT
: kerja sih tapi hanya bisnis-bisnis kecil-kecilan aja dirumah, seperti jual-jual baju ke teman-teman arisannya atau tetangga-tetangga. Yah intinya sih buat uang jajan tamabahan dia aja, jadi enggak perlu lagi minta- minta tambahan uang jajan ke saya. Jadi sekarang itu kalau mau jalan ke mall paling sekarang ngajak anak-anak coba aja dulu pasti ajak saya juga, bi kesini yuk, eh ujung- ujungnya minta beliin ini- itu buat dan yang suruh bayar saya. (tiba-tiba datang alif yang telah selesai latihan)
DA
: ok terima kasih ya pak
IT
: oh iya mas.
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
18
Lampiran 3
Daftar Nama Siswa Liverpool International Soccer Schools Nama
usia
Jumlah latihan
Hari latihan
U6 Atta Rasyah Sidney Agusto Putra Utama (Nino) Nauval Febrizky Norman M Rafi Rahmadhana Marcolle Wijaya
6 6 5 6 6
II I I I I
Jumat, Minggu Jumat Sabtu Sabtu Sabtu
Farrel Rabbani P Errol Albarr Mawardi Daffi Alvaro Himawan Tobias Manuel Marisi Situmeang
6 6 6 6
I I I I
Sunday Sunday Sunday Sunday
U8 Verru Fordia Puspanegara Omaar Marzuki Aziz Syahdana Hardjo Baswara Ende Adit Gopalan Zico Edgar Filbert Andu Gilang Defyan Haris Darussalam Mus Mafridza Riansyah Putra Anne Johansen John Johansen Naufal Sabiq Arya Danurwenda Sudrajat Andrew Brahmantyo Iqbiansyah Bimo Athala Atsal (Abim) M Sergio Maleva Ghazam M Hekal Algamasi I Putu Bima Anargya Prabawa (Bima) M Gibran Fernadri Kenzie Akeyla Sanjaya Rendra Luvandra Norman
8 8 8 8 8 8 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 7
II II I I I I II II I I II I II I I I II I I I I
Jumat, Minggu Jumat, Minggu Jumat Jumat Jumat Jumat Jumat, Minggu Jumat, Minggu Jumat Jumat Jumat, Minggu Jumat Sabtu, Minggu Sabtu Sabtu Sabtu Jumat, Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
19 Aurelio Stevan Karnadi Aurelius AL Jonathan Wawor Jason Tsang Suwandi Kim Tae Min Alexander Clifton Halim M. Nathan Alfajri Farrelio Fawzi Raditya Bimananda Prasjo Aldrian Putra B Glen Jarrell Marcello Wijaya Achmad Codie Hafiz Aryaputra Amadeus Ganesha Kaolan Stanley Anderson Setyawan Samuel Adison Widjanarko Ken Vardan Pradana Jonatan Figo Daranto Rifa Evaneal Subowo Gilberg Japsow Kenneth Emanuel Kurniawan Methew Ezra Rimbo Kefas Richard Rorimpandey M. Sultan Fidel Masora
8 7 8 8 8 8 8 8 8 7 8 8 8 7 8 7 7 8 8 8 8 8 8 8 7
I I I I I I II II I II I I I II I I I I I I I I II I I
Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Jumat, Sabtu Sabtu, Minggu Sabtu Sabtu, Minggu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu, Minggu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Jumat, Sabtu Sabtu Sabtu
Ammar Fulvian Wiryawan Deva Mahdavikia Wolayan Georgius Sergio Abuthan M Fatih Zain Muhammad Arka Ardilla Syahdana Hardjo Baswara Nabil M Reza Putra Laksmana Rafi Athala Aydin Tristan Alif Naufal
8 8 8 8 8 8 8 7 8
I I I I I I I I III
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Jumat, Sabtu, Minggu
Kaylaa Fidelma Phanhar
8 I
Minggu
Denzel Matthew Alihin
7 I
Minggu
Zaki
7 I
Minggu
Muhammad Ammar Tsaqif Rosiade
7 I
Minggu
Gusti Rafky Athailallah Gafli
7 I
Minggu
Ruby Zamayli Rafif Pribadi
7 I
Minggu
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
20 Christopher H
7 I
Minggu
Tristan Izza Putra
8 I
Minggu
Rainier Wardhana Hardjanto
7 I
Minggu
Ramses Wardhana Hardjanto
8 I
Minggu
Maverick Mikhail Remiel
8 I
Minggu
Said Musa
7 I
Minggu
Said Yaser
8 I
Minggu
Khaozainullah
8 I
Minggu
U10 H. Geraldo Livvizaki Mahomet Puspanegara M. Maharaz Syahafadika ( Syahafa) Carlos Oei Stephen Duncan Hilman Ikmanul Timothy Soetarto M Thoriq Adli Kennen Djajadi Farhan Widyandhana Radisa Hussein Rachmadi Michael Kammerholr Daniel Shivaei Rafa Putra Aryanda Eko tyo Prasetyo Abira Azza Wirawan Artha Danaraja Dewantoro Axel Aufar Safrudin Davin Andrew Soetanto Arva Adwitya Ray Adhitya Rachman Eric Azka Nugroho Franscessco Chendra Ardho Muhammad Jeremy Amadeus Muhammad Figo Fajari Christopher Nathanael Bennet Famtan Ryan Kusumo Rakha Yudhistira Prasojo
9 10 10 9 10 10 10 9 10 10 10 10 9 9 10 10 9 9 9 9 9 9 9 10 10 10 10 9 9 9
I II II I II II II I I II I I II I I I I II I I I I I I I I I I I I
Jumat Jumat, Minggu Jumat, Minggu Jumat Jumat, Minggu Jumat, Minggu Jumat, Minggu Jumat Jumat Jumat, Minggu Jumat Jumat Jumat, Minggu Jumat Jumat Sabtu Sabtu Sabtu, Minggu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
21 M Farrel Koswara William Nathan Widjaja Jonathan Ryan FN Davan D Sugarda Gavan Rizqullah Adhwa Kusumo Mulia Shadra Muhammad Noer Mohammad Rizqy Fauzi Ethan Jeremy Ojong Abyan Divano Dzakwan Teungku M. Rafli Ernest Nathaniel M. Atariq Gregorius Dito Muhammad Zaki M. Dzulfikar Arvin Imam Satrio M Andhika Aly M. Iqbal Farabi Marcello Muhammad Azra Ishak Hananto Reinhard Rhema Robot Faza Muhammad Perkasa Rivaldi Ahmad Fiyanda Naufalino Adil Sasongko Fernando Lukas James Rakanatha Yosharry Litanto Muhammad Ilham Quds Dylan Morgan Tio Prasetyo Gregorius Mickael Boska Wawo Raihan Putra Andaira M. Irsyad
9 9 10 10 9 10 10 9 9 10 9 9 10 10 9 9 10 10 9 10 9 9 10 10 9 9 10 10 10 10 10 10
I I I I I I III I II I I I I II II II I I I I I I I I I I I I I I I I
Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Jumat, Sabtu, Minggu Sabtu Jumat, Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Jumat, Sabtu Jumat, Sabtu Sabtu, Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
U 12 Zulfikrah A Ghifari Ikram Abubakar Kier Dharmadhi M Raihan Adrian Hamzah Mustafa Amir Helmy Mustafa Amir Zidan Fulvian Frederick M Irfan Akbar
12 II 11 I 12 II 12 I 12 I 11 I 11 I 12 I
Jumat, Minggu Jumat Jumat, Minggu Jumat Jumat Jumat Jumat Jumat
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
22 Johanes Martinus Supit Adika Muhammad pashya Ghaly Wisnu Aryawira Rayhan Rafferty Arkan Aziz Bima Matthew Poetiray Ida Bagus Gede B G P Farabi Rorenz Geraldi Saptari M. Dhiwa Al-Aziz Hanson Laksono Ahmad Davi Haikal Moh. Ravi Algamar Giallorossi Nafiza Rizky M. Enrique Wijaya Saputra Kim Dong Yen Moska M Subiakto Devito Athalla Johar Agus Bentlage Kurniawan Ezra Maulana Sebastian Raflin Kenneth Syaitendra Gondowordojo Izzat Ibrahim Assegaf Hanief Rifqyawarman Jayusman Fadel Ali Ryoma Igeta Philberg Japsow Timothy Ethan Kurniawan Leon Raykeonn Fattah Diah Fernando Habibie Syarief Jafar Jordan Oliver Soetikno M. Sultan Azizy H Rigel Valentino Abista Gandewa (Basga) Christian Louis M. Zidan Amriza Muhammad Rizki Fauzi Evano Djatmiko Fabianko Ongky
12 11 11 11 11 11 12 11 12 11 11 12 12 11 12 12 11 11 12 11 11 12 11 11 12 11 11 11 11 11 11 11 12 11 11 11 12 12 12 11 11
I I II II II I I I I I I I I III I I II I II I II I II I II I I I II I I I I I I I I I I I I
Jumat Jumat Sabtu, Minggu Jumat, Sabtu Sabtu, Minggu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Jumat, Sabtu, Minggu Sabtu Sabtu Sabtu, Minggu Sabtu Sabtu, Minggu Sabtu Jumat, Sabtu Sabtu Sabtu, Minggu Sabtu Jumat, Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu, Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
23 Gabriel M Manuel Juanda Tjahaya William Keane M. Fhadilah Syahri Kamil Alifan Adil Sasongko Bimo Ramadhantyo Priyoga Nikola Filipovic Arya Fatahillah
11 12 12 11 11 11 11 11
I I I I I I I I
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
U 14 M. Mahafat Reezky mus (Hafa) William Bonaventura Febrian Suheri Ihsan Dhiya Astra Mikael andika Gavrila Trianto Frits Matthew Isyam Satrio Sultan Rama Dea Baihaqi Abdullah Dillan Sesario Oscar Haris Malessy M Adlan Fatah Kyle Kusumo Jeremia Farel Manurung M Nauvaldo Padmananto Muhammad Rizki Faisal Rahman Muhammad Rizki Ananda Kenny Oswald Aryo Julian Kristoforus Bryant Alfred Meir Kafka Calvin Nathan Manik Kafka Keandre M. Jodie Abraham Isa Tobias Thariq Hartmann William Maruli Salim Mahdi Richard Devin Kristian Arya Shani (Anid) Denny Faizal Rasad M. Ifif Harzi
13 14 14 13 13 13 13 13 14 13 13 13 14 13 14 14 14 13 13 13 14 13 13 13 13 14 14 14 13 14 14 14
II I I I I I II I II I I I I I I I II I I III II I I I I II I II I I I I
Jumat, Minggu Jumat Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Jumat, Sabtu Sabtu Sabtu, Minggu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu, Minggu Sabtu Sabtu Jumat, Sabtu, Minggu Jumat, Sabtu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
24 Clemens Samuel Utomo Georgeus Lord Emanuel Wenno Naufal Al Fachry Euro Ramadhan Sean Richard Gabriel Bagaskoro Rizki Aulia Akbar Kefas Sidauruk
14 14 14 13 13 13 13 14
I I I I I I I I
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
U 16 Novacka Averoosh Stephen S Wisnu Wibisono Nugraha Fachran Noer Razzaq Dax Gifano Oenardi Gazza Zubizareta Gustav Rayson Pansawiru Sunan Ramadhan Hamzah Luthfi M. Ali Akbar Valjean Prima Curry Ryan Rachmanda Utama Galurayuda K.S Medy Renaldy Aurelius Arnadi Putra Baramuli Thufail Raffi Habibillah (Billy) Faisal B Aziz Aulia Kalang Anwar Rizky Sistian Prayogo Kevin Dave Herdian Muhammad Iqbal Zarkashi Faustine Fribert Laya Hasabi Bilal Irfan Adhi Prasetyo Jeffry Keola Iskandar Joy Stephano Cantona Lorenzo Abraham Putra Aulia Rachman Reva Irshadi Rizki P Pradipta Scott Kal-El Leonard
16 16 16 16 15 16 15 16
II II I II II I II II
Jumat, Minggu Jumat, Minggu Jumat Jumat, Minggu Jumat, Minggu Jumat Jumat, Minggu Jumat, Minggu
`15 15 15 15 15 16 15 15 15 15 15 15 16 16 15 16 16 16 15 15 16 15 16 15
I I I I I I I III I I I I II II I I I I I I I I I I
Jumat Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Jumat, Sabtu, Minggu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Jumat, Sabtu Sabtu, Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
25 Muhammad Al ghifary Muhammad Shahab (Hamud) Harvey Christopher Robot Yulius Jovan Kristian Bintang Ariadika Kusdiarto Deriel Akira Fadillah M Fadli Siregar
15 15 15 16 16 16 15
I I I I I I I
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
U 18 M. Raihan Ardhabayu Pradana (Ardha) Bernard T Sutjiadi Orlando Aditya Kurniawan Haidi Mawardi Masayoshi Shibazaki Rizky Maulana Adimas Luthfi Radhifan Syukuri Luthfi Hasyim Giorgino Abraham Jason Laya Muhammad Yudhistira Paulus Yoscar Armando Rodja Haldi Mawardi Hasan Tjahaya Rozano Ray
17 17 17 18 20 19 17 17 20 18 17 17 17 17 17 17 18
I II I III I II III II III I I I I I I I I
Jumat Jumat, Minggu Jumat Jumat, Sabtu, Minggu Sabtu Jumat, Sabtu Jumat, Sabtu, Minggu Jumat, Sabtu Jumat, Sabtu, Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
26
Lampiran 4 FIELDNOTE I
Tanggal
: Minggu, 22 April 2012
Tempat
: Lapangan Hoki lama Senayan, Jakarta
Kondisi Sekitar
: Ramai, sedang berlangsung Latihan rutin setiap Minggu. Di luar Lapangan, para orangtua siswa melakukan kegiatan yang berbeda-beda antara orangt ua yang satu dengan yang lainnya dan ada 3 orang pedaganng yang berjualan di luar sekitaran lapangan hoki lama, yaitu penjual air, penjual baksi dan penjual siomay
Ini bukanlah turun lapangan pertama saya dalam penelitian yang sedang saya lakukan, dan saya pun sebelumnya memang sering datang melihat latihan Liverpool International Soccer Schools ini karena memang saya diterima kerja magang disini. Pada kesempatan ini saya akan menggambarkan secara umum, seperti apa pelatihan yang berlangsung di Liverpool International Soccer Schools ini. Seperti hari- hari sebelumnya pada saat magang, saya masuk ke lokasi latihan dan mendatangi meja CRO (Customer Relation Office) lalu menyapa CRO yang bertugas untuk meminta kertas daftar hadir siswa Liverpool International Soccer Schools ini. Setelah itu saya pergi ke ruang ganti untuk ganti baju dan kemudian melaksanakan tugas saya, yaitu mengisi daftar hadir siswa Liverpool International Soccer Schools. pelatihan hari ini berbeda dengan pelatihan di dua hari sebelumnya karena khusus hari minggu latihannya dilakukan dalam dua sesi, yaitu sesi 1 dari jam 14.00-16.00 untuk kelompok umur (KU) U6 sampai U12 dan sesi 2 dari jam 16.00-18.00 untuk kelompok umur (KU) U14 sampai U18. Jika menurut penjelasan CRO kepada orantua siswa yang bertanya tentang adanya pembagian sesi berdasarkan kelomok umur ini adalah karena banyaknya siswa yang berlatih di hari Minggu, maka itu untuk memberikan pelayanan dan kualitas pelatihan yang terbaik harus ada pembatasan jumlah siswa
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
27
yang latihan. Sehingga membuat adanya perbedaan jam latihan antara U6 sampai U12 dengan U14 sampai U18. Sebelum Latihan dimulai biasanya para siswa akan di kumpulkan dahulu dan diberikan pengarahan oleh pelatih kepala ataupun pelatih senior, dan kemudian para siswa akan di tempatkan ke kelompok latihan tertentu berdasarkan usia para siswa. Setiap kelompok latihan ini akan di latih atau diawasi oleh satu atau dua pelatih. Dan biasanya setiap 15 sampai 60 menit sekali para pelatih akan saling bertukar tempat melatih. Di dalam latihan tiap kelompok usia ini memiliki bentuk latihan yang berbeda-beda tergantung dari pelatih-pelatih tersebut. Dari hal tersebut saya melihat adanya perbedaan cara melatih antara pelatih yang satu dengan yang lain, khususnya pelatih dari Inggris dengan pelatih lokal khususnya dengan pelatih-pelatih baru. Hal ini membuat sedikit penasaran dan juga membuat saya bertanya-tanya apakah ini memang seusai dengan kurikulum yang ada atau memang ini keinginan dari pelatih itu sendiri untuk melakukan bentuk latihan seperti itu. Setelah latihan selesai dan menuju ruang ganti, ternyata ada beberapa pelatih lokal juga sedang berganti pakaian. Di sela-sela pelatih itu melipat- lipat bajunya, saya mencoba bertanya tentang proses pelatihan dan kurikulum dis ini. Ternyata menurut penjelasan salah satu pelatih lokal tersebut, bahwa dia disini melatih tidak berdasarkan kurikulum Play the Liverpool waty, tetapi berdasarkan pengalaman dia melatih ditempat-tempat sebelumnya. Dia juga mengatakan bahwa ia tidak pernah diberitahukan mengenai penejelasan mengenai kurikulum yang ada di Liverpool International Soccer Schools ini. Sehingga dalam melatih ia melakukannya berdasarkan pengalaman dan juga apa yang sudah direncanakan dirumah sebelumnya. Selain itu dia juga menjelaskan bahwa sebelum dapat melatih disini dia juga harus mengikuti seminar kepelatihan dulu yang dilakukan di kantor Liverpool Soccer Schools dan juga ada seleksi atau test dalam hal melatih di sekolah Sinarmas World Academy yang ada di BSD, Tangerang. Lalus etelah itu baru bisa melatih disini. Dan apa yang saya lihat dan dengar dari yang saya dapatkan hari ini maka menjadi semacam bukti bahwa ternyata pelatihan disini tidak jauh berbeda dengan pelatihn sepakbola diSSB lain, terutama ketika di latih oleh pelatih-pelatih lokal. adanya perbedaan pelatiha mungkin dari segi sarana dan prasaran dan juga pelatihan yang dilakukan oleh pelatih asing dan juga ada satu pelatih lokal.
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
28
Lampiran 5 FIELDNOTE II
Tanggal
: Sabtu, 5 Mei 2012
Tempat
: Lapangan Hoki lama Senayan, Jakarta
Kondisi Sekitar
: Ramai, sedang berlangsung Latihan rutin setiap Sabtu. Di luar Lapangan, para orangtua siswa melakukan kegiatan yang berbeda-beda antara orangtua yang satu dengan yang lainnya dan ada 3 orang pedaganng yang berjualan di luar sekitaran lapangan hoki lama, yaitu penjual air, penjual baksi dan penjual siomay
Hari ini merupakan kali ke 14 saya datang ke tempat latihan dari Liverpool International Soccer Schools untuk melaksanakan tugas magang serta melakukan pengumpulan data. Pada kesempatan ini saya ingin menggambarkan beberapa hal mengenai Liverpool Soccer Schools ini. Seperti hari- hari sebelumnya, saya melaksanakan tugas saya untuk mengisi daftar hadir siswa Livepool International Soccer Schools. saya melaksanakan tugas ini dengan cara menghampiri anak-anak tersebut. Setelah dimulai latihan saya, kemudian berusaha untuk berbicara/ngobrol dengan beberapa orang tua siswa. Cara yang saya lakukan untuk dapat berbicara/ngobrol dengan orangtua adalah dengan cara bertanya pada orangtua siswa, apakah anaknya sudah ada dalam daftar hadir. Setelah bertanya mengenai kehadiran anaknya dan berusaha membangun komunikasi hingga akhirnya dapat mengetahui alasan apa yang mendasari memasukkan anaknya untuk berlatih di Livepool International Soccer Schools ini. Dari 3 orangtua yang dapat saya tanyai mengenai alasan orantua siswa untuk memasukan anaknya berlatih disini, ternyata ketiga orantua tersebut memiliki alasan yang berbeda-beda.
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
29
Orangtua yang pertama adalah Ayah dari 2 orang siswa kakak beradik, dimana menurut penjelasan dari bapak tersebut, bahwa ia memasukkan anaknya ke SSB ini karena anaknya yang kedua yang berada di U8 terlalu lemah dan mudah sakit. Jadi lelaki ini ingin melihat anaknya lebih kuat lagi dan tidak terlalu sering lagi diganggu oleh temannya di sekolah. Lalu jika alasan kakaknya juga berlatih di SSB ini karena kakaknya memang suka bermain sepakbola dan melihat latihan disini juga cukup aman dan berkualitas sehingga dapat dijadikan tempat bermain atau mengisi waktu luang setelah sekolah. Lelaki keturunan tionghoa ini mengatakan bahwa dia tidak menyarankan anaknya tersebut, khususnya anak yang pertama untuk menjadi pemain sepakbola, khusus pemain bola di liga Indonesia karena menurut dia sepakbola di Indonesia tidak memiliki masa depan yang jelas. Kalaupun nantinya anaknya tersebut ingin menjadi pemain sepakbola dia akan berusaha membawa anaknya ke luar negeri untuk menjadi pemain sepakbola. Lalu jika alasan orangtua yang kedua adalah karena faktor pelatih, dimana sebelum berlatih disini anaknya berlatih di SSI Arsenal. Lalu karena pindahnya salah satu pelatih, yaitu Yahya ke SSB ini maka anaknya juga meminta untuk pindah ke SSB ini. Sedangkan bagi orangtua yang ketiga alasan memasukkan anaknya ke SSB ini karena adanya saran dokter untuk menyalurkan sifat Hyperactive yang dimiliki anaknya. Oleh karena itu untuk menyalurkan anaknya ia memilih memasukkan anaknya ke SSB ini. Selain itu dengan permukaan lapangan yang rata dan terbuat dari karpet maka membuat lelaki ini merasa aman terhadap kesehatan anaknya tersebut. Setelah jam latihan akan segera berakhir dan tugas saya untuk mengisi daftar hadir siswa dan juga mengawasi para siswa di luar lapangan akan berakhir berakhir juga hari ini, maka saya kemudian ikut membantu pekerja atau pengelola lapangan hoki lama ini untuk membereskan alat-alat latihan yang sudah tidak dipakai lagi, seperti matras, cone, dan sebagian bola yang tidak digunkan lagi kedalam ruangan. Kami membereskan alat-alat tersebut juga sambil berbincang mengenai kegiatan dia disini. Ternyata dia sering bermain Hoki dan dari bermain hoki ini ia dapat mengenal banyak orang, dan dia juga banyak mengenal mahasiwa maupun alumni UI yang sering bermain hoki di senayan. Selain me mbicarakan mengenai kegiatan dia, saya juga bertanya mengenai biaya yang di keluarkan untuk dapat menggunakan lapangan hoki ini. Biaya yang digunakan untuk meyewa lapangan ini ternyata sebesar Rp.450.000 per 2 jam, tetapi pihak Liverpool Fc Indonesia menye wa lapangan Hoki in bukan menyewa dengan cara per hari tetapi
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
30
dengan melakukan sistem kontrak per 6 bulan dengan harga yang tidak diketahui oleh sang pekerja atau pengelola lapangan Hoki lama ini. Lalu setelah jam latihan telah selesai, saya pun berganti baju dan beranjjak pulang, dan berharap apa yang saya dapatkan ini bisa menjadi penunjang data dalam penelitian ini.
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
31
Lampiran 6 FIELDNOTE III
Tanggal
: Minggu, 3 Juni 2012
Tempat
: Lapangan Hoki lama Senayan, Jakarta
Kondisi Sekitar
: Ramai, sedang berlangsung Latihan rutin setiap Minggu. Di luar Lapangan, para orangtua siswa melakukan kegiatan yang berbeda-beda antara orangtua yang satu dengan yang lainnya
Hari ini merupakan kali ke 25 saya datang ke tempat latihan dari Liverpool International Soccer Schools, namun kali ini saya tidak lagi melaksanakan tugas magang. Hari ini saya datang ke tempat latihan Liverpool International Soccer Schools untuk menemui salah satu orangtua murid yang ingin saya wawancarai. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari lelaki berdarah batak ini, anaknya ini mulai latihan di sekolah sepakbola, di Liverpool International Soccer Schools ini sejak berumur 6 tahun, walaupun pada awalanya, bapak inilah yang terlebih dahulu yang mengajak anak ini untuk berlatih sepakbola. Pada tujuan awal bapak ini mengajak anaknya berlatih sepakbola adalah agar Tobi memiliki kegiatan yang aktif dan positif di hari Minggu setelah selesai beribadah di gereja. karena sebelum mengikuti pelatihan sepakbola, kegiatan yang dilakukan setelah beribadah di gereja adalah bermain game di rumah atau pergi ke mall/pusat perbelanjaan. Setelah mengikuti satu kali free trial, Tobi (anak) pada akhirnya suka dan ketagihan berlatih sepakbola. Dan pada akhirnya rutin berlatih selama satu kali seminggu. Selanjutnya alasan bapak yang tinggal di Cibubur Country ini memasukkan anaknya ke Liverpool International Soccer Schools adalah karena lelaki ini merupakan penggemar dari Liverpool Fc yang merupakan klub profesional yang bermain di liga premier Inggris. Selain itu juga ada alasan lain yang mendorong ia memasukkan anaknya ke SSB ini yaitu adanya sara dan prasarana yang sangat baik dan aman, dimana salahsatunya adalah permukaan lapangan yang
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
32
rata dan beralaskan karpet, yang mana menurut dia hal ini akan sangat aman bagi anaknya karena jika terjatuh nantinya tidak akan terlalu bahaya akibatnya. Lelaki yang bekerja sebagai general manager di salah satu perusahaan swasta ini mengaku mendapatkan informasi menge nai Liverpool International Soccer Schools adalah melalui Internet. Kemudian karena dia juga anggota dari BIGREDS dia sering membuka forum BIGREDS di media Internet. Setelah itu dia membaca topik mengenai SSB ini, Lalu dia membuka website resmi Liverpool International Soccer Schools untuk melihat informasi lebih jauh lagi. Hingga akhirnya dia memasukkan anaknya ke SSB ini dengan jumlahlatihan satu kali seminggu. Setelah selesai bertanya-tanya mengenai alsasan dari lelaki ini memasukkan anaknya berlatih di Liverpool International Soccer Schools, maka saya berpamitan pulang kepada dirinya dan juga anak keduanya yang selalu ikut mengantar kakanya berlatih di Liverpool Soccer Schools ini.
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
33
Lampiran 7
Profil Andik Vermansyah - Biodata Lengkap Andik Jumat, 09 Desember 2011 di 07:35 WIB Oleh Kang Salman Profil Andik Vermansyah Biodata Andik si kecil mungil nan lincah dan cepat itulah Andik, popularitasnya semakin meningkat setelah ajang pertandingan persahabatan dengan LA Galaxy, di anugrahi lari yang cepat serta skil yang tinggi membuat Andik dapat dengan leluasa mengobrak-abrik pertahanan tim sekelas LA Galaxy, bahkan pemain top sekelas David Backham saja beberapa kali berhasil dia kecoh sehingga membuat mantan kapten timnas Inggris tersebut frustasi dan terpaksa mengganjal Andik dengan keras. Pemuda berbakat kelahiran Sidoarjo, 23 November 1991 ini masih sangat muda saat bertanding dengan LA Galaxy sendiri umurnya saat itu tercatat 20 tahun, maka tidak haran beberapa klub top dunia kepincut pada talenta Andik dan mengharapkannya merapat pada tim mereka, sebut saja klub Banfica, dan tentunya pelatih LA Galaxy sendiri. "Saya sangat kagum pada pemain ini dia memiliki kecepatan yang luar biasa serta skil individu yang brilian saya berharap dia bergabung dengan tim kami." ujar pelatih LA Galaxy Namun sepertinya keinginan klub-klub dunia seperti Banfica dan LA Galaxy tidak berjalan mulus, Andik sendiri ketika di konfirmasi saat ini masih enggan merumput diluar negeri dan masih betah dengan kontraknya dengan timnya saat ini. Menurut saya sangat di sanyangkan sekali, mengapa Andik menolak tawaran tersebut. Saya percaya Jika Andik serius dia dapat menjadi pemain top dunia dan bukan tidak mungkin jika dia bermain bagus di tim luar negeri tersebut akan manarik perhatian tim-tim besar lainnya. (kucoba.com) Profil Andik Vermansyah : Lahir : Sidoarjo, 23 November 1991 Umur : 20 tahun Posisi : AMF SS CMF Postur: 162 Berat: 57kg Club : Persebaya 1927 Nomer : 3 (Timnas) Tim Favorit : Persebaya, Juventus, Real Madrid Karier : Klub Junior 2007 – Persebaya Surabaya 2008 – PON Jatim 2008 – POM ASEAN Klub Profesional 2008 – 2011 Persebaya Surabaya 2011 – Tim Nasional Indonesia U-23
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
34 Makanan favorit : Tempe penyet Pemain idola : Bejo Sugiantoro dan Cristiano Ronaldo Nama ayah: Saman Nama ibu: Jumiah
LA Galaxy vs Indonesia Selection Ada yang sangat special setelah pertandingan LA Galaxy vs Indonesia Selection selesai, Andik berhasil mendapatkan jersey pemain bintang LA Galaxy David Beckham. Beckham yang pada pertandingan tersebut sempat melakukan tackle keras kepada Andik merasa bersalah dan tidak enak hati kepada striker timnas U23 Sea Games 2011 tersebut, dan sebagai permohonan maafnya Beckham meminta Andik untuk bertukar kaus dengannya.
Andik Vermansyah Dia Orang Yang Sederhana. Perjalanan Andik Vermansyah merintis karir hingga kini tidaklah mudah. Andik harus bekerja keras untuk menjadi pemain bintang Indonesia seperti sekarang ini. Pria yang berasal dari keluarga sangat sederhana ini menyukai sepakbola sejak usia nya menginjak 10 tahun. Ayahnya, Saman, hanya seorang kuli bangunan dan ibunya, Jumi’ah, hanya seorang tukang jahit. Keadaan tersebut membuat Andik harus merantau dari Jember ke Surabaya bersama sang ibu untuk mengadu nasib demi melanjutkan kehidupan keluarganya. Surabaya merupakan tempat yang bersejarah buat Andik. Pertama kali tinggal di kota tersebut, Andik dan ibunya hanya mendiami rumah kontrakkan dengan ukuran 6×3 meter yang terletak di Jalan Rangkah no.7, Surabaya. Rumah kontrakkan tersebut rupanya menjadi penyalur hobi Andik dalam bermain sepakbola. Lapangan bola yang lokasinya tak jauh dari rumah membuatnya leluasa menjalankan hobinya itu setiap pulang sekolah bersama kakak dan teman-temannya, meski selalu dimarahi ibunya yang tak senang jika Andik bermain bola karena khawatir cedera. Hobi dan semangat yang besar mendorong Andik untuk terus bermain sepakbola hingga akhirnya mendapat restu dari ibunya bahkan sampai dibelikan sepatu bola walau hanya dengan harga Rp.25.000. Bahkan kedua orang tuanya harus kerja keras untuk bisa membelikan pemain Persebaya tersebut sebuah sepatu sepakbola. Maklum penghasilan Saman (ayah) dari pekerjaannya sebagai tukang batu dan Jumiyah (ibu) sebagai karyawan pabrik, tidaklah cukup untuk membeli sepatu sepakbola. Jumiyah akhirnya mencari penghasilan tambahan dari berjualan kue, koran dan es. "Terkumpul Rp 25 ribu. Saya sendiri yang ngantar ke Gembong (pasar barang-barang bekas di kawasan tengah kota Surabaya). Sempat cemas karena tidak ada uang lebih, kebetulan harganya juga pas dengan uang yang kami bawa. Bolak-balik saya tawar, penjualnya tidak mau turunkan harga," papar Jumiyah.
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
35 Saking senangnya, tambah Jumiyah, sepatu itu tidak dilepas dan terus dipakai saat tidur. Tak disangka, sepatu buatan lokal itu membawa Andik terbang tinggi. Namun, usia sepatubola pemberian sang ibu pun tak bertahan lama, kualitas yang tidak terlalu bagus membuat sepatu tersebut hanya bertahan 3 bulan. Namun semangat seorang Andik nampaknya tak pernah padam untuk sepakbola, ia tak segan untuk berjualan kue dan es keliling kampung hanya untuk membeli sepatu bola. Sebagai anak bungsu dari empat bersaudara, Andik memang mendapat perhatian lebih dari orang tuanya. Terutama dari ibundanya. Apalagi sejak 1 tahun, keluarga kecil ini ke Surabaya. Lengketnya hubungan ibu dan anak itu terlihat ketika Jumiyah harus bekerja membantu ekonomi Saman. "Saya waktu itu kerja di pabrik. Andik tetap saya bawa kerja karena tidak ada yang ngawasi di rumah. Kalau tidur, saya taruh di bawah mesin," kenang Jumiyah. Tak hanya itu, ekonomi yang pas-pasan membuat keluarga Andik empat kali pindah kontrakan. Dan itu berakhir setelah Andik mampu membelikan rumah di Jl Kalijudan Taruna II no 90. Rumah mungil bercat kuning itu nampaknya bakal jadi muara kehidupan pasangan Saman-Jumiyah di Surabaya. Kini dengan terangkatnya ekonomi keluarga seiring meningkatnya karir Andik, baik Jumiyah dan Saman berharap tidak terlena gemerlapnya kehidupan. Mereka pun sudah ikhlas jika Andik ingin meneruskan karir ke Eropa. "Sekarang sudah dewasa, kalau memang sesuai dengan keinginannya kami tentu akan mendukung. Sebenarnya dua tahun lalu sudah ditawari main di Eropa. Saya nggak tahu klub mana, tapi saya sarankan pada Andik untuk tidak menjawab tawaran itu. Usianya masih muda, kasihan kalau jauh dari keluarga," ucap Saman. Sukses Andik sebagai pesepakbola juga tak lepas dari perhatian kakak ketiganya, Agus Dwi Cahyono. Selisih usia yang hanya tiga tahun, membuat hubungan keluarga itu ibarat pertemanan. Adalah Agus yang mendorong Andik keluar dari SSB Dwikora dan pindah ke Kedawung Setia Indonesia (KSI). Di klub barunya, Andik mulai merasakan atmosfir kompetisi. Beberapa kali dirinya jadi pilihan utama saat main di sebuah turnamen. "Mas Agus yang selalu mendorong saya. Termasuk pilihan-pilihan yang ditawarkan manajemen Persebaya," tegas Andik. Referensi Tulisan & Foto: Vivanews.com Sumber : http://www.kucoba.com/2011/12/profil-andik-vermansyah-biodata-lengkap.html
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
36
Lampiran 8
Syamsir Alam Share on facebookShare on twitterShare dilihat: 646 kali on emailShare on printMore Sharing Services 1
5 Review
Syamsir Alam
Berita & Cerita Terkini Pemain muda Indonesia Syamsir Alam akhirnya dipastikan batal ikut membela Timnas U-22 Indonesia di babak kualifikasi Piala Asia U-22 yang akan berlangsung di Riau, awal Juli mendatang. Meski sebelumnya sempat dikabarkan akan bergabung, nyatanya Syamsir tidak bisa bergabung karena ia harus segera kembali ke klubnya, CS VISE 23 Juni mendatang untuk persiapan pra musim. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh striker muda berusia 19 tahun tersebut. "Sebenarnya saya selalu siap bermain untuk timnas Indonesia, kapanpun dan di manapun," ujar Alam dikutip dari Goal.com "Namun, sebagai pemain profesional saya juga harus mematuhi klub yang tidak melepas saya ke timnas. Vise akan menggelar pramusim pekan depan dimulai dengan persiapan fisik selama dua pekan. Kami menargetkan promosi musim ini sehingga melakukan persiapan dengan serius."lanjutnya.
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
37
Sebelumnya, PSSI sendiri sempat menyatakan mereka sudah memanggil Syamsir Alam untuk mengikuti seleksi skuad Timnas U-22 Indonesia. Bahkan PSSI juga siap untuk meminta izin langsung kepada pemilik klub CS Vise, Nirwan Bakrie. Namun pada akhirnya, tenaga Syamsir Alam ternyata sangat dibutuhkan klubnya tersebut, terlebih Syamsir sedang tidak dalam kondisi fisik terbaiknya usai berlibur lebih dari satu Bulan di Indonesia. (RH) Biografi Singkat Syamsir Alam yang merupakan goal getter tim SAD Indonesia dalam Quinta Division Uruguay 2008/2009, ternyata adalah anak “Rang Balingka” Kabupaten Agam. Nun, jalan menuju kelok 44 yang terkenal panorama alamnya di Sumatra Barat, sambil menyaksikan kemilau air danau Maninjau. Syamsir adalah lulusan dari SSB Depok (SEKARANG SSB DEPOK JAYA) saat itu pemilik SSB AS IOP yaitu mendiang Ronny Pattinasaranny datang untuk mengunjungi SSB yang di sponsorinya itu (SSB DEPOK), dia terkagum dengan skill Syamsir Alam akhirnya memutuskan untuk membawanya ke SSB AS IOP, SSB yang didirikan oleh mendiang Ronny Pattinasarani. Syamsir pernah mengikuti Piala Dunia U-11 Danone bersama Makassar FC yang mewakili Indonesia. Ia juga sempat mengikuti tes bersama tim junior dari Belanda, Vitesse Arnhem dan Heerenveen, tapi sayang gagal. Syamsir adalah type striker pekerja. di kompetisi Liga U-17 Quinta Division 2008 ia menjadi top skor dari tim SAD Indonesia dengan mengemas 15 gol dari 29 laga yang dilakoninya. Syamsir dikenal sangat dekat dengan pelatihnya Cesar Payovich. Pemain kelahiran 6 Juli 1992 ini, dalam kompetisi Quinta Division U-17 Liga Uruguay yang telah dijalaninya, acap kali menciptakan gol untuk kesebelasannya. Produktifitas Syamsir memang tercipta berkat penampilan briliannya dalam setiap pertandingan. Sementara pada putaran pertama, dari 23 pertandingan yang dilaksanakan, Syamsir Alam juga telah mengoleksi 10 gol selama kompetisi putaran pertama tahun 2008 lalu, disusul Shalan Shodiq dengan 5 gol, hingga total gol yang telah diraihnya selama kompetisi Quinta Division berjumlah 14 gol, sementara untuk putaran pertama ini anak sulung dari Edinas Sikumbang,SH yang pengacara kondang di Jakarta dan berkantor di Menara Sudirman ini, baru mencetak satu gol waktu menjebol tim Racing, Awal April 2009 lalu. Sehingga tidak mengherankan jika dari hasil analisa pelatih Cesar Payovich, performa Syamsir selalu mendapatkan nilai lebih. Dalam dua laga awal bahkan Cesar memberikan nilai 9 untuk aksi pemain bernomor punggung 10 ini. Dalam skema permainan Cesar Payovich, Syamsir Alam yang di akhir putaran pertama sering dimainkan sebagai gelandang serang yang bermain di belakang dua striker dalam pola 4-3-1-2, sejak dua pertandingan terakhir lebih dimaksimalkan sebagai striker bersama Alan Martha. Tekanan pertandingan dalam Liga Uruguay 2008 dikatakan oleh Cesar tak berbeda jauh dengan di Eropa. Seorang pemain tidak hanya cukup mengandalkan kualitas teknis saja. Tapi diperlukan juga kondisi fisik yang prima serta visi bermain yang baik untuk selalu melepaskan diri dari tekanan lawan.
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.
38 Dan kepiawaiannya dalam mengolah “si kulit bundar” di lapangan permainan, tidak hanya dikagumi para pelatih maupun pemain bola di Uruguay. Kalangan gadis-gadis cantik penggemar sepakbola di Amerika Latin juga ikut-ikutan mengagumi Alam. Salah satu diantaranya adalah Denise, warga Argentina penggila sepakbola yang ikut tergila-gila dengan Alam. Memang, meski usia Syamsir Alam sebaya dengan 24 rekan lainnya di Uruguay, ia lebih memiliki jam terbang internasional yang tinggi. Saat masih berusia 12 tahun, Syamsir sudah memperkuat Timnas U-14 di Piala Asia U-14 2004. Ia juga sempat mencicipi mulusnya rumput di Perancis dalam kejuaraan Danone Cup. Yang terakhir, dalam usia 15 tahun, Syamsir malah berhasil masuk timnas U-19 asuhan pelatih Bambang Nurdiansyah di kualifikasi Piala Asia U-19 tahun lalu. Selain itu, Syamsir sudah pernah berlatih di Belanda bersama timnas U-23 dan tim-tim yunior Divisi Utama Belanda. Kini Syamsir telah bersiap merajut impiannya, dimana akhir tahun 2011, Syamsir Alam resmi menyusul rekannya di timnas U-23, Yericho Christiantoko, untuk bergabung dengan tim peserta Devisi II Belgia, CS Vise, klub milik Grup Bakri. Karya Karir Tim • • • • • • • •
2012- sekarang CS Vise 2010- 2011 Atletico Penarol 2008- 2010: Tim SAD PSJS Jakarta Selatan Pelita Jaya 2003- SSB Makassar FC/Timnas (ajang Piala Dunia U-11/Danone Nations Cup di Paris, Perancis) SSB AS IOP SSB Depok (sekarang SSB Depok Jaya)
Karir timnas: • 2011- Indonesia • 2009- Indonesia • 2008- Indonesia • 2007- Indonesia • 2007- Indonesia • 2004- Indonesia
U-23 U-19 U-17 U-19 U-23 (magang) U-14
Pengelolaan sekolah..., Dufri Andreas, FISIP UI, 2013.