UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN ANTARA WAKTU TEMPUH UJI JALAN 400 METER DENGAN KEMANDIRIAN FUNGSIONAL PADA USIA LANJUT
TESIS
RUBY VALENTINE 0906566472
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI JAKARTA FEBRUARI 2013
i Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN ANTARA WAKTU TEMPUH UJI JALAN 400 METER DENGAN KEMANDIRIAN FUNGSIONAL PADA USIA LANJUT
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
RUBY VALENTINE 0906566472
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI JAKARTA FEBRUARI 2013 ii Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
Penelitian ini telah disetujui oleh Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Dr. dr. Tirza Z Tamin, SpKFR (K) NIP 196403141990032001 Sekretaris Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 FKUI-RSUPN-CM
Dr. dr. Widjajalaksmi, SpKFR (K), M.Sc. NIP 195506071981032001 Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 FKUI-RSUPN-CM iii Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip mapun yang dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.
Nama : Ruby Valentine NPM : 0906566472 Tandatangan: Tanggal: 28 Februari 2013
iv Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Tesis
: : dr. Ruby Valentine : 0906566472 : Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi : Hubungan antara Uji Jalan 400 Meter dengan kemandirian fungsional pada usia lanjut
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Dokter Spesialis pada Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : dr. Siti Annisa Nuhonni, SpKFR(K)
(…………………)
Pembimbing : Dr. dr. Nury Nusdwinuringtyas, SpKFR(K), M.Epid.(….......……)
Pembimbing : dr. Aria Kekalih, M.Ti
Penguji
(…………………)
: Prof. Dr. dr. Angela B.M Tulaar, SpKFR (K) (…………………)
Ditetapkan di : Jakarta Tanggal
: 28 Februari 2013 v Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama proses pendidikan hingga dalam penyelesaian penulisan tesis ini, sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sedalamdalamnya kepada: 1. dr. Siti Annisa Nuhonni, SpKFR(K), sebagai guru dan pembimbing yang telah penulis anggap sebagai ibu sendiri. Beliau mendidik, mengarahkan, dan selalu memberikan motivasi kepada penulis baik selama proses pendidikan, hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 2. Dr. dr. Nury Nusdwinuringtyas, SpKFR(K), M.Epid, sebagai guru dan pembimbing yang senantiasa memberikan arahan, semangat, dan dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 3. dr. Aria Kekalih, M.Ti, sebagai pembimbing yang dengan sabar, teliti dan sistematis memberikan bimbingan statistik sampai selesainya tugas akhir ini. 4. Dr. dr. Widjajalaksmi, SpKFR(K), M.Sc, selaku ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sebagai guru yang dengan penuh kesabaran telah memberikan ilmu yang bermanfaat buat penulis selama menjalankan program pendidikan. 5. Dr. dr. Tirza Z Tamin, SpKFR(K), selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Program Pendidikan Dokter Spesialis vi Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia dan guru yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberikan bimbingan, arahan, dan semangat kepada penulis selama menjalankan program pendidikan, hingga penyelesaian tesis ini. 6. Prof. Dr.dr.Angela B.M. Tulaar, SpKFR(K), selaku guru yang memberi contoh teladan ilmuwan yang penulis banggakan, selalu memberikan ilmu yang bermanfaat dan menambah masukan yang sangat berharga dalam penyempurnaan tesis ini. 7. dr. Wanarani, SpKFR(K), selaku Kepala Departemen Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSCM dan guru yang telah memberikan bimbingan selama penulis menjalani program pendidikan. 8. Kepada para staf pengajar: dr.Elida Ilyas, SpKFR(K); dr. Amendi Nasution, SpKFR(K); dr. Luh Karunia Wahyuni, SpKFR(K); dr. I Nyoman Murdana, SpKFR(K); dr. Deddy Tedjasukmana, SpKFR(K), MARS, MM.; dr. Herdiman B Purba, SpKFR(K), MPd.Ked.; dr. Ira Mistivani, SpKFR; dr. Tresia Fransiska UT, SpKFR. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas segala bimbingan, nasehat, serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama menjalani program pendidikan. 9. Kepada staf pengajar IKFR di rumah sakit jejaring RSU Fatmawati, RSU Persahabatan, RS Kanker Dharmais, RSU Kusta Sitanala. Terima kasih atas segala bimbingan dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama menjalani pendidikan. 10. Kepada Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 dan 3 beserta staf (ibu Eka, mbak Yuli, mba Azizah dan lainnya), serta Bapak Ketua RT 03/RW 06 Cipayung;
yang memberikan izin, dukungan, dan bantuan
penuh selama masa persiapan dan pelaksanaan penelitian, hingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Tak lupa penulis haturkan rasa terima kasih kepada para kakek nenek Warga Bina Sosial sebagai subyek
vii Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
penelitian, yang telah bekerja sama dengan baik dan mendukung semua proses penelitian dengan semangat. 11. Rasa cinta yang mendalam pada Candra Nugraha, suami yang penuh pengertian, selalu mendukung baik di kala suka maupun duka, rela menjaga anak-anak di saat penulis sibuk, bahkan rela menunda perawatan di RS karena DBD hingga penulis menyelesaikan ujian tesisnya. 12. Teriring rasa hormat serta terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada kedua orang tua penulis, Nurmayza dan Rusmadi Syam (alm) yang dengan penuh kasih sayang telah mengandung, melahirkan, merawat, membesarkan, dan mendidik penulis, serta tiada henti memberikan do’a restu, dukungan moril, dan spiritual selama masa pendidikan. Kepada mertua penulis, M.Djoenadi danYayah Widianingsih, yang selalu mendampingi, memberikan do’a restu dan dukungan penuh, hingga menjaga cucu-cucu yang sering dititipkan selama masa pendidikan. 13. Anak-anakku tersayang, Fauzan Abdurrahim, Firdaus Abdullah Azzam, Faiz Muhammad Ridho, dan Fikri Ahmad, terima kasih dan mohon maaf atas ketidakhadiran ummi secara penuh untuk membesarkan, merawat dan mendidik kalian. Kalianlah yang selalu memicu semangat penulis dalam menyelesaikan pendidikan. Semoga menjadi anak sholeh dan bermanfaat untuk ummat. 14. Kak Vera, adinda Visca dan Vinci beserta keluarga besar yang selalu mendukung dan memberi semangat penulis, terima kasih atas segalanya. 15. Sahabat-sahabatku, dr. Rizky Kusuma Wardani, dr. Lulus Herdiyanti, dr. Fitri Anastherita, dr. Widyastuti Retno Annisa, dr. Maulin Nikmah, dr. Pontjo, dr. Eva Permatasari, dr. Irene Roma Hasudungan, dr. Verial Attamimy, dan dr. Vanda Mustika, yang menjadi teman seperjuangan baik saat suka maupun duka, selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil, serta kerjasama yang baik selama menjalani program pendidikan.
viii Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
16. Rekan-rekan residen di bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM, kakak-kakak senior, serta teman-teman residen lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan kerja samanya selama menjalani pendidikan. 17. Para pegawai program pendidikan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FKUI besrta para pegawai dan staf Departemen Rehabilitasi Medik RSUPN Ciptomangunkusumo, terima kasih atas bantuan selama penulis menjalani masa pendidikan. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
kedokteran, terutama
Ilmu Kedokteran
Rehabilitasi.
Jakarta, Februari 2013 Penulis,
Ruby Valentine
ix Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Fisik dan
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, penulis yang bertandatangan di bawah ini: Nama
: Ruby Valentine
NPM
: 0806485915
Program Studi : Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Departemen
: Rehabilitasi Medik
Fakultas
: Kedokteran
Jenis Karya
: Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah penulis yang berjudul: Hubungan antara Waktu Tempuh Uji Jalan 400 Meter dan Kemandirian Fungsional pada Usia Lanjut beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini,
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir penulis selama tetap mencantumkan nama penulis sebagai penulis dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Dibuat di
: Jakarta
Pada tanggal : 28 Februari 2013 Yang menyatakan,
Ruby Valentine x Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
ABSTRAK
Nama
: Ruby Valentine
Program Studi : Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Judul Tesis
: Hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan kemandirian fungsional pada usia lanjut
Tujuan : Mengetahui rerata waktu tempuh uji jalan 400 meter pada usia lanjut, mengetahui tingkat kemandirian fungsional berdasarkan instrumen FIM (Functional Independence Measure) pada usia lanjut, dan mengetahui hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional pada usia lanjut. Metode: Disain penelitian ini adalah potong lintang. Populasi terjangkau adalah usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha DKI Jakarta yang memenuhi kriteria dan mau berpartisipasi dalam penelitian selama kurun waktu April s.d. Agustus 2012. Sampel didapatkan berdasarkan cluster random sampling dari 5 panti di DKI Jakarta, yang memenuhi kriteria penerimaan dan pengeluaran. Utuk menilai kemampuan mobilitas digunakan waktu tempuh uji jalan 400 meter, sedangkan tingkat kemandirian dinilai menggunakan instrumen FIM. Hasil : 58 subyek penelitian usia 60 tahun ke atas dianalisa pada penelitian ini. Nilai waktu tempuh uji jalan 400 meter pada usia lanjut di PSTW adalah median 413 detik (6:53 menit) dengan minimum 281 detik (4:41 menit) dan maksimum 901 detik (15:01 menit). Tingkat kemandirian fungsional berdasarkan instrumen FIM pada usia lanjut adalah sebesar rerata 120 ± 5, dengan 13,8% subyek mempunyai tingkat mandiri penuh.Terdapat hubungan kuat antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional (r = - 0,941, Spearman p < 0,001), dengan nilai 7 menit sebagai batas waktu yang membedakan kemampuan kemandirian secara signifikan.
xi Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang kuat antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan kemandirian fungsional pada usia lanjut. Kemampuan kemandirian terendah yang harus diperhatikan pada usia lanjut adalah pada domain locomotion (stairs, walk), transfer (toilet dan shower), dan social cognition (problem solving dan social interaction).
Waktu tempuh cukup baik untuk memprediksi
kemampuan kemandirian usia lanjut di aspek locomotion, transfer dan selfcare (dressing lower body, bathing, dan toileting), tapi tidak akurat untuk memprediksi sphingter control dan kognitif. Batas waktu tempuh uji jalan 400 meter sebesar 7 menit, dapat menjadi cut-off point yang membedakan kemampuan kemandirian pada usia lanjut. Kata kunci : usia lanjut, waktu tempuh uji jalan 400 meter, kemandirian, FIM, 7 menit.
xii Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
ABSTRACT
Name
: Ruby Valentine
Study program : Physical Medicine and Rehabilitation Title
: The correlation between timed to finish 400 meter walk test and functional independency in elderly.
The aim: To know the avarage of timed to finish 400 meter walk test in elderly, to know the functional independency level in elderly, and to know the correlation between timed to finish 400 meter walk test and functional independency in elderly. Methods: The design of the study was cross sectional. The population was the elderly at Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) DKI Jakarta who fit the criteria and want to partcipate in April-August 2012. Sampling method was cluster random sampling from 5 PSTW in DKI Jakarta. The mobility capacity was assessed by measure the timed to finish 400 meter walk test, and to asses the functional independence was used the Functional Independence Measure (FIM) instrument. Results: 58 subjects aged 60 years old and above were analyzed in this study. The median value of 400 meter walk test timed was 413 seconds (6:53 minutes) with minimum 281 seconds (4:41 minutes) and maximum 901 seconds (15:01minutes). The mean of functional independence level according to FIM tools was 120 ± 5, with 13,8% subjects were complete independence. There were strong correlation between timed to finish 400 meter walk test and functional independency in elderly (r = - 0,941, Spearman p < 0,001), with the boundary seven minute as the cut-off point that differentiate independence level significantly. Conclusions: There was strong correlation between timed to finish 400 meter walk test and functional independency in elderly.The lowest functional independence level in elderly that must be concerned of were on locomotion (stairs, walk), transfer (toilet and shower), and social cognition (problem solving xiii Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
and social interaction) domain. Timed to walk 400 meter was good enough to predict functional indenpendence in elderly, at locomotion, transfer, and selfcare (dressing lower body, bathing, and toileting) domain, but can’t predict sphincter control and cognitif level accurately. Seven minutes is a cut-off point time to differentiate independence level among elderly. Key words: elderly, timed to walk 400 meter, independence, FIM, 7 minutes.
xiv Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL .........................................................................................
i
HALAMAN JUDUL .............................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN DARI PROGRAM STUDI ............................... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. iv HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................
v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. x ABSTRAK ............................................................................................................... xi DAFTAR ISI ........................................................................................................... xv DAFTAR TABEL, BAGAN DAN GAMBAR ................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xix DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xx BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................
1
1.1.
Latar belakang ..............................................................................................
1
1.2.
Rumusan masalah .........................................................................................
4
1.3.
Hipotesis kerja ..............................................................................................
4
1.4.
Tujuan penelitian ..........................................................................................
4
1.5.
Manfaat penelitian ........................................................................................
5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
7
2.1. Batasan usia lanjut ............................................................................................
7
2.2. Fisiologis penuaan ...........................................................................................
7
2.2.1. Performa kardiopulmoner .......................................................................
7
2.2.2. Kemampuan fungsional berjalan ............................................................
9
2.3. Aktivitas fisik pada usia lanjut ......................................................................... 14 2.4. Uji latih pada usia lanjut ................................................................................... 15 xv
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
2.4.1. Gambaran umum uji latih ..................................................................... 15 2.4.2. Uji jalan 400 meter ................................................................................ 16 2.4.2.1. Aplikasi uji jalan 400 meter ................................................................. 17 2.5. Sistem energi ................................................................................................... 18 2.5.1. Interaksi sumber energi aerobik dan anaerobik ..................................... 20 2.6. Pengukuran status fungsional ........................................................................... 21 2.6.1. Instrumen FIM ....................................................................................... 22 2.7. Kerangka teori .................................................................................................. 24 2.8. Kerangka konsep penelitian ............................................................................ 25 BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 26 3.1. Jenis penelitian ................................................................................................ 26 3.2. Tempat dan waktu penelitian ........................................................................... 26 3.3. Populasi dan sampel penelitian ....................................................................... 26 3.4. Kriteria penerimaan ......................................................................................... 27 3.5. Kriteria penolakan ............................................................................................ 27 3.6. Kriteria gugur ................................................................................................... 27 3.7. Estimasi besar sampel ...................................................................................... 28 3.8. Bahan, alat, dan tempat penelitian ................................................................... 29 3.9. Identifikasi variabel ......................................................................................... 30 3.10. Manajemen dan analisis data ......................................................................... 30 3.11. Definisi operasional ....................................................................................... 30 3.12. Prosedur penelitian ........................................................................................ 33 3.13. Persetujuan tindakan medis ........................................................................... 33 3.14. Etika penelitian ............................................................................................... 34 3.15. Alur penelitian ............................................................................................... 35
BAB 4. HASIL PENELITIAN ............................................................................. 36 4.1. Karakteristik subyek penelitian ....................................................................... 36 4.2. Waktu tempuh uji jalan 400 meter pada usia lanjut ......................................... 38 xvi
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
4.3. Tingkat kemandirian fungsional berdasarkan instrumen FIM pada usia lanjut. 39 4.4. Hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional menggunakan instrumen FIM pada usia lanjut ............................. 42 4.5. Rata-rata skor FIM berdasarkan kelompok waktu tempuh menurut Simonsick. 44
BAB 5. PEMBAHASAN ....................................................................................... 45 5.1. Gambaran umum subyek penelitian ................................................................ 45 5.2. Hasil pengumpulan data ................................................................................... 45 5.3. Kompetensi menggunakan instrumen FIM ..................................................... 47 5.4. Karakteristik subyek penelitian ........................................................................ 47 5.5. Waktu tempuh uji jalan 400 meter pada usia lanjut ......................................... 49 5.6. Tingkat kemandirian fungsional berdasarkan instrumen FIM pada usia lanjut 52 5.7. Hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional menggunakan instrumen FIM pada usia lanjut ........ 54 5.8. Hambatan dan keterbatasan penelitian ............................................................ 60
BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 61 6.1. Simpulan .......................................................................................................... 61 6.2. Saran ................................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 63
xvii
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR
Tabel 1.1. Perubahan fisiologis kardiopulmoner yang terjadi dengan bertambahnya usia
8
Tabel 1.2. Disabilitas mobilitas dan proses disablement ................................................... 10 Tabel 1.3. Instrumen yang digunakan untuk skrining dan mengklasifikasi mobilitas ........ 11 Tabel 1.4. Perubahan fisiologis muskuloskeletal yang terjadi dengan bertambahnya usia
12
Tabel 1.5. Karakteristik tiga sistem energi ......................................................................... 19 Tabel 4.1. Karakteristik dasar subyek penelitian ................................................................ 37 Tabel 4.2. Karakteristik penyakit yang diderita subyek ..................................................... 37 Tabel 4.3. Waktu tempuh uji jalan 400 meter berdasarkan kelompok usia lanjut (dalam detik) ................................................................................................................. 38 Tabel 4.4. Waktu tempuh uji jalan 400 meter berdasarkan kelompok usia lanjut (dalam menit) ................................................................................................................ 39 Tabel 4.5. Skor FIM berdasarkan kelompok usia ............................................................... 40 Tabel 4.6. Penilaian kemandirian menggunakan FIM per kelompok/subtotal .................... 41 Tabel 4.7. Persentase kemampuan subyek melakukan tiap domain FIM ........................... 42 Tabel 4.8. Hubungan korelasi domain FIM dengan waktu tempuh .................................... 43 Tabel 4.9. Rata-rata skor FIM berdasarkan kelompok waktu tempuh menurut Simonsick
46
Bagan 1. Sumber energi primer .......................................................................................... 20 Gambar 1. Profil grafik FIM ............................................................................................... 24 Gambar 4.1. Diagram boxplot waktu tempuh uji jalan 400 meter berdasarkan kelompok usia ................................................................................................................. 39 Gambar 4.2. Diagram boxplot skor FIM berdasarkan kelompok usia ................................ 40
xviii
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar penjelasan prosedur penelitian Lampiran 2. Pernyataan persetujuan menjadi peserta penelitian Lampiran 3. Formulir pengumpulan data dan pemeriksaan fisik Lampiran 4. MMSE Lampiran 5. Prosedur uji jalan 400 meter Lampiran 6. Hasil uji jalan 400 meter Lampiran 7. FIM instrument Lampiran 8. Interpretasi tingkat kemandirian fungsional dengan instrumen FIM Lampiran 9. The descriptions of the FIM® instrument Lampiran 10. Dokumentasi penelitian Lampiran 11. Keterangan lolos etik
xix
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
DAFTAR SINGKATAN
ABC study
= Aging and Body Composition study
ADP
= Adenosine Diphosphate
AKS
= Aktivitas Kegiatan Sehari-hari
ATP
= Adenosine Triphosphate
CP
= Creatinine Phosphate
BAB
= Buang air besar
BAK
= Buang air kecil
BPS
= Badan Pusat Statistik
dkk
= dan kawan-kawan
DM
= Diabetes Melitus
FIM
= Functional Independence Measure
OA
= Osteoartritis
MMSE
= Mini Mental State Examination
PSTW
= Panti Sosial Tresna Werdha
SKRT
= Survei Kesehatan Rumah Tangga
UDSMR
= Uniform Data System for Medical Rehabilitation
SSA
= Social Security Administration
WBS
= Warga Bina Sosial
WHO
= World Health Organization
xx
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Berdasarkan data demografi, proporsi usia lanjut di hampir seluruh dunia menunjukkan tren peningkatan yang terus bertambah pesat, sebagai contoh di Amerika Serikat diperkirakan pada tahun 2020 lebih dari 30% populasinya adalah berusia di atas 65 tahun1, dengan angka harapan hidup untuk perempuan 82 tahun dan untuk laki-laki 74,2 tahun.2 Di Indonesia sendiri jumlah usia lanjut meningkat cukup pesat yaitu pada tahun 2000 mencapai 16 juta jiwa (7,6%), tahun 2007 18,4 juta jiwa (8,4%), tahun 2008 21,1 juta jiwa (9,3%), dan data terakhir pada tahun 2010 sebesar 22 juta jiwa, dengan prediksi pada tahun 2020 mencapai 28,8 juta jiwa (11,34%), bahkan pada tahun 2025 diproyeksikan mencapai 62,4 juta jiwa (yaitu sekitar 25% dari prediksi jumlah total penduduk Indonesia sebesar 273 juta jiwa pada tahun tersebut).3,4,5,6 Angka harapan hidup Indonesia dari tahun ke tahun juga menunjukkan peningkatan, yaitu dari 70,4 tahun (tahun 2007) menjadi 70,9 tahun (tahun 2010).7 Pencegahan disabilitas fisik merupakan prioritas utama dalam penelitian pada usia lanjut di berbagai institusi kedokteran. Didapatkan data bahwa lebih dari 40% usia lanjut berusia 65 tahun ke atas mengalami keterbatasan untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari dan secara gender didapat lebih dari 22% perempuan dan 15% laki-laki mengalami ketergantungan atau tidak mandiri.8 Disabilitas yang terjadi umumnya pertama kali adalah dalam hal mobilitas, dan kesulitan dalam mobilitas dapat memprediksi onset terjadinya disabilitas dalam melakukan tugas-tugas penting untuk menjalankan kehidupannya sehari-hari (seperti berbelanja, menyiapkan makanan) ataupun dalam perawatan diri (seperti mandi, berpakaian) dengan mandiri. Minimal setengah dari disabilitas total dalam melakukan perawatan diri merupakan tanda terjadinya penurunan fungsi yang progresif, sementara setengahnya yang lain dapat terjadi oleh karena faktor medis (contohnya stroke).8
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
2
Kemampuan berjalan, yang merupakan tugas mobilisasi dasar seseorang, dapat dijadikan salah satu tolok ukur dalam menilai performa fungsional baik dalam hal kecepatan berjalan, waktu tempuh, jarak tempuh, maupun kadar VO2max yang didapat dari berjalan. Kapasitas kemampuan berjalan dapat menggambarkan kapasitas kardiopulmoner (dengan menilai kadar VO2max), yang juga termasuk dalam penilaian tingkat kebugaran seseorang. Untuk menilai performa fungsional berjalan ini dapat diukur melalui uji latih. Uji latih berjalan dengan treadmill sering dijadikan standar baku emas, akan tetapi kurang praktis karena hanya dapat dilakukan pada institusi tertentu yang menyediakan fasilitas ini, dengan biaya cukup mahal, dan memerlukan banyak peralatan medis.9 Oleh sebab itu dikembangkan metode lain yang lebih mudah, murah, dan dapat dilakukan di mana saja, seperti uji jalan koridor. Berbagai teknik uji jalan koridor telah banyak dikembangkan dan yang paling banyak dikenal saat ini adalah uji jalan koridor berbasis waktu, seperti uji jalan 6 menit dan 12 menit. Uji jalan berbasis jarak atau uji jalan koridor jarak jauh (long distance coridor walk test) merupakan metode yang relatif baru dikembangkan. Uji jalan jenis ini dilakukan dengan menggunakan target jarak 400 meter9, 2 km10 dan 1 mil11. Uji jalan 400 meter selama ini lebih banyak digunakan untuk menilai kemampuan mobilitas fungsional pada usia lanjut. Uji jalan 400 meter merupakan metode pengukuran mobilitas dengan realiabilitas yang tinggi (tes Kappa =1).12 Pemilihan jarak 400 meter didasarkan pada kategori disabilitas, dimana seorang individu dikatakan memiliki disabilitas mobilitas bila tidak dapat berjalan sedikitnya ¼ mil (400 meter).13,14,15 Pada studi terhadap usia lanjut yang dilakukan terpisah oleh Gregg, Simonsick, dan Rolland, disimpulkan bahwa seorang individu dikatakan memiliki disabilitas dalam mobilitas bila tidak dapat menempuh jarak 400 meter dalam waktu 15 menit.9,16 Adanya target jarak dapat membuat seorang usia lanjut lebih termotivasi dibandingkan dengan waktu, oleh karena jarak dapat dilihat dan terukur, sehingga semakin cepat seseorang berjalan maka akan semakin cepat pula sampai pada targetnya.9,17 Simonsick dkk mendapatkan bahwa uji jalan 400 meter memperlihatkan performa berjalan yang lebih baik pada usia lanjut secara Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
3
signifikan dibanding pada uji jalan 6 menit, dengan didapatkan rata-rata kecepatan berjalan yang lebih cepat (1,34 meter/detik) dibandingkan pada uji jalan 6 menit (1,12 meter/detik).8 Dan didapatkan pula bahwa pada usia lanjut, uji jalan 400 meter lebih mendekati nilai VO2max terukur (dengan nilai korelasi 0,79), dibandingkan dengan uji jalan 6 menit (dengan nilai korelasi 0,45).18,19,20 Pada suatu studi kohort yang dilakukan Newman dkk (2006) terhadap komunitas usia lanjut dengan tingkat fungsional yang baik, ketidakmampuan untuk menyelesaikan uji jalan 400 meter ternyata sangat berhubungan dengan risiko kematian, penyakit kardiovaskular, keterbatasan mobilitas dan disabilitas. Pada subyek yang dapat menyelesaikan uji jalan 400 meter, kenaikan setiap menit dari total waktu yang ditempuh meningkatkan risiko kematian sebanyak 29%, risiko penyakit kardiovaskular 20%, dan keterbatasan/disabilitas mobilitas 52%.21 Hal ini memperkuat pernyataan bahwa waktu untuk menyelesaikan uji jalan 400 meter adalah faktor prediksi terkuat untuk menentukan hilangnya mobilitas, dan dapat memperkirakan risiko terjadinya gangguan atau penyakit di kemudian hari. Di Indonesia, belum banyak penelitian untuk melihat kemampuan mobilitas pada usia lanjut dengan uji jalan 400 meter ini. Pada studi yang dilakukan oleh Pakasi (2007) mengenai perbandingan performa uji jalan 400 meter pada pasien diabetes melitus tipe 2 dan individu sehat dalam kelompok umur, didapatkan bahwa faktor usia sangat berpengaruh terhadap hasil kecepatan uji jalan, waktu tempuh, maupun terhadap kapasitas kardiopulmoner, yaitu pada kelompok usia 60-69 tahun didapatkan rerata kecepatan berjalan dan prediksi VO2max yang lebih rendah, serta waktu tempuh yang lebih lama.22 Untuk menilai status kemandirian pada usia lanjut dapat dilakukan dengan instrumen Functional Independence Measure (FIM). FIM ini merupakan alat ukur status fungsional yang banyak digunakan di bidang rehabilitasi, dan merupakan bagian dari Uniform Data System of Medical Rehabilitation, yang telah tervalidasi, dengan reliabilitas dan stabilitas yang telah teruji.23,24 Terdiri dari 18 item yang berhubungan dengan fungsi motorik dan kognitif, yang masingmasingnya dinilai tingkat kemandiriannya (1 sampai 7) mulai dari tidak mandiri
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
4
penuh hingga mandiri penuh. Nilai FIM digunakan untuk merencanakan program rehabilitasi, mengukur kemajuannya, memprediksi hasil, dan memutuskan kapan keadaan plateau telah tercapai.24 Hingga saat ini belum ada tolok-ukur waktu sebagai prediktor disabilitas dari kemampuan berjalan 400 meter pada usia lanjut di Indonesia, dan belum ada pula yang menghubungkannya dengan status kemandirian fungsional pada usia lanjut. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menilai adakah hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan kemandirian pada usia lanjut di Indonesia. 1.2.
Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Ingin diketahuinya apakah terdapat hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan kemandirian fungsional pada usia lanjut. 1.3.
Hipotesis kerja
Terdapat hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan kemandirian fungsional pada usia lanjut. 1.4.
Tujuan penelitian
1.4.1.
Umum
Diketahuinya waktu tempuh uji jalan 400 meter pada usia lanjut dan hubungannya dengan kemandirian fungsional menggunakan instrumen FIM. 1.4.2.
Khusus
1.4.2.1. Diketahuinya waktu tempuh uji jalan 400 meter pada usia lanjut. 1.4.2.2. Diketahuinya tingkat kemandirian fungsional berdasarkan instrumen FIM pada usia lanjut.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
5
1.4.2.3. Diketahuinya hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional menggunakan instrumen FIM pada usia lanjut. 1.5.
Manfaat penelitian
1.5.1.
Bidang pelayanan - Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif yang mudah diaplikasikan dan murah, dalam menilai kemampuan fungsional berjalan pada usia lanjut. -
Didapatkan informasi tentang kemampuan berjalan usia lanjut berdasarkan waktu tempuh yang dicapai, dan dapat memprediksi adanya risiko disabilitas pada usia lanjut, sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup untuk usia lanjut.
1.5.2.
Bidang penelitian - Didapatkan informasi tambahan mengenai kajian metode uji latih dengan target jalan spesifik. - Didapatkan informasi awal untuk penelitian lanjutan mengenai batasan disabilitas atau prediksi kemampuan fungsional berjalan pada usia lanjut, berdasarkan performa uji latih target jarak spesifik. - Didapatkannya informasi awal tentang tingkat kemandirian fungsional usia lanjut. - Penelitian ini dapat menjadi proses pembelajaran bagi peneliti untuk meneliti secara mandiri.
1.5.3.
Bidang pendidikan - Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, terutama memberikan data mengenai waktu tempuh uji jalan 400 meter dan tingkat kemandirian fungsional pada usia lanjut.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
6
- Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menambah
pengetahuan
serta
pengalaman mengenai pemberian metode uji latih dengan target jarak spesifik pada usia lanjut. - Uji kecepatan jalan 400 meter dapat menjadi salah satu metode alternatif untuk menilai performa berjalan. - Diharapkan seorang dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dapat lebih berperan dalam mencegah terjadinya disabilitas pada usia lanjut.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Batasan usia lanjut Batasan usia lanjut menurut World Health Organization (WHO) tahun 2001 dan UU RI tentang kesejahteraan lanjut usia (UU No.13/1998) pasal 1 ayat 2 adalah bahwa yang disebut usia lanjut yaitu seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.25 Frontera membagi batasan usia pada usia lanjut menjadi tiga klasifikasi, yaitu the youngest-old (usia 60-74 tahun), the old-old (usia 75-84 tahun), dan the oldest-old (85 tahun ke atas).2,26 2.2. Fisiologis penuaan Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi pada hampir semua sistem organ yaitu sistem kardiovaskular, sistem saraf pusat, fungsi paru, fungsi ginjal, sistem pencernaan, sistem hematopoietik dan imunitas, sistem endokrin, komposisi tubuh, dan sistem muskuloskeletal.27 Perubahan yang terjadi pada fungsi sistem ini, selain berhubungan dengan usia, juga disebabkan oleh faktor sekunder lain yaitu gaya hidup dan penyakit yang menyertainya.27 Seiring dengan penurunan fungsi fisik pada penuaan, terjadi penurunan pada parameter kebugaran fisik, seperti kekuatan otot dan konsumsi oksigen maksimal. Penurunan kekuatan otot rangka pada usia lanjut dapat disebabkan secara langsung akibat perubahan biologis penuaan, dan/atau secara tidak langsung akibat disuse atrofi, aktivitas fisik yang kurang, gizi kurang, atau akumulasi penyakit kronis dan penggunaan obat-obatan.28 Penurunan dan keterbatasan fungsional fisik ini merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut. 2.1.1. Performa kardiopulmoner Pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi pembuluh darah perifer, yang lebih disebabkan oleh meningkatnya aterosklerosis dan kekakuan pembuluh darah.29 Tekanan darah sistolik biasanya lebih meningkat daripada tekanan diastolik.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
8
Terjadinya penurunan curah jantung (cardiac output) diakibatkan oleh karena menurunnya isi sekuncup (stroke volume). Cardiac index dapat menurun 8,8% per tahun seiring dengan pertambahan usia.2 Akibat dari kekakuan pada miokardium, seorang usia lanjut akan sulit meningkatkan cardiac outputnya selama latihan maksimal, dengan ejection fraction pada ventrikel kiri saat puncak latihan juga lebih rendah. Frekuensi denyut jantung selama latihan juga menunjukkan penurunan berdasarkan usia.29 Selain karena faktor usia, perfoma kardiopulmoner seseorang juga tergantung pada gaya hidup. Dari beberapa studi didapatkan bahwa pada individu sehat dengan usia yang semakin bertambah, cardiac output dapat dipertahankan dengan latihan.29 Adanya penurunan performa kardiopulmoner pada sebagian besar orang, lebih dikarenakan adanya perubahan patologis, yang sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (seperti gaya hidup dan paparan kerja).30 Perubahan
fisiologis
multidimensi
pada
kardiovaskular,
respirasi,
muskuloskeletal, sistem saraf sentral dan perifer, dan perubahan lainnya akibat penyakit yang dialami pada usia lanjut, harus dipertimbangkan dalam menentukan aktivitas fisik dan program latihan untuk usia lanjut.29 Tabel 1.1. Perubahan fisiologis kardiopulmoner yang terjadi dengan bertambahnya usia, dan dampaknya terhadap kesehatan dan kebugaran.31 Sistem Fisiologi
Perubahan yang terjadi
Kardiovaskular
↓ denyut jantung maksimal ↓ cardiac output maksimal ↓ curah jantung
Mekanisme
Efek pada kesehatan dan kebugaran
↓ curah jantung ↓ kontraktilitas ↓ kemampuan ↓ Ca2+ activated myosin berolahraga dan ATPase kembalinya ke ↓ difusi darah homeostasis ↑ tahanan perifer total ↑ kekakuan arteri ↑ TD sistolik ↑ arteriosklerosis dan diastolik ↑ arteriosklerosis ↓ aktivitas enzim untuk pemecahan lemak ↓ saturasi O2 dalam darah ↓ afinitas hemoglobin ↓ O2 carrying ↓ isi hemoglobin capacity of blood Respirasi ↑ resistensi paru ↑ kekakuan dinding ↓ kapasitas vital ↑ aktivitas diafragma ↓ jaringan elastik ↑ volume residu ↓ kapasitas difusi ↓ campuran gas paru ↑ beban kerja Pulmonal ↓ darah ke paru ↑ kebutuhan O2 Dikutip dan diterjemahkan bebas dari: Rimmer JH. Fitness and rehabilitation programs for special populations. USA; Brown & Benchmark:1994.p.28.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
9
2.2.2. Kemampuan fungsional berjalan Mobilitas didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuhnya pada jarak tertentu.15 Untuk melakukan mobilitas diperlukan tenaga dan sistem kontrol umpan balik yang dapat mengarahkan massa tubuh melalui lingkungan tiga dimensi. Bentuk dari mobilitas yaitu mulai dari berbalik di tempat tidur, transfer dari berbaring ke duduk, duduk tegak, berpindah dari duduk ke berdiri, pergerakan dengan peningkatan base of support (seperti merangkak, atau menggunakan walker), berjalan tanpa alat bantu, naik turun tangga, berlari, memanjat, hingga berolahraga. Berjalan merupakan tugas mobilisasi yang mendasar dalam kehidupan manusia.15 Hilangnya mobilitas (terutama kemampuan berjalan) pada usia lanjut merupakan gejala kritis pada proses disablement, sehingga meningkatkan risiko untuk terjadinya disabilitas dan kematian secara signifikan.32,33 Terjadinya disabilitas dapat disebabkan oleh proses patologis yang menyebabkan gangguan sistem organ dan keterbatasan fungsional, maupun proses fisiologis seperti menurunnya kekuatan otot, ketahanan otot dan kardiopulmoner, koordinasi, keseimbangan, maupun fleksibilitas (tabel 1.2). Disabilitas akan menyebabkan handicap dengan terbatasnya peran seseorang seperti bekerja ataupun merawat orang lain. Adanya disabilitas dalam mobilitas menyebabkan ketidakmampuan melakukan aktivitas mobilitas secara normal seperti berjalan, transfer, atau menaiki tangga. Rantai siklus negatif dapat terjadi, oleh karena disabilitas mobilitas dapat menyebabkan penurunan aktivitas, yang berakibat semakin buruknya keterbatasan fungsional, dan menyebabkan dekondisioning sistem organ, termasuk kelemahan otot, hilangnya lingkup gerak sendi, dan rendahnya ketahanan kardiovaskular.15 Disabilitas mobilitas meningkat secara dramatis sesuai dengan meningkatnya usia, yaitu dari 5% pada usia 65-74 tahun menjadi 30% pada usia 85 tahun ke atas. Perempuan mempunyai kecenderungan untuk mengalami disabilitas mobilitas lebih tinggi daripada laki-laki.15
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
10
Mobilitas dapat dinilai berdasarkan self-report, observasi profesional, atau pengukuran langsung. Instrumen untuk menilai mobilitas berdasarkan ketiga perspektif tersebut telah banyak dikembangkan (tabel 1.3).
Instrumen ini
digunakan untuk memperkirakan angka kejadian dan prevalensi gangguan mobilitas, memprediksi dampak dari gangguan mobilitas, menyaring populasi penderita, menentukan kebutuhan perawatan, dan pelayanan di bidang rehabilitasi.15 Tabel 1.2. Disabilitas mobilitas dan proses disablement.15 Komponen proses disablement Proses patologis Gangguan sistem organ Keterbatasan fungsional Disabilitas mobilitas Handicap
Contoh yang berhubungan dengan disabilitas mobilitas Kondisi kardiopulmoner, neurologis, dan muskuloskeletal Hilangnya kekuatan, ketahanan, koordinasi, keseimbangan, dan fleksibilitas Gangguan pada transfer, berjalan, dan menaiki/menuruni tangga Ketergantungan atau kesulitan pada AKS, contohnya mandi atau berbelanja Keterbatasan pada bekerja, care giving
Dikutip dan diterjemahkan bebas dari: Brach J, Rosano C, Studenski S. Mobility. In: Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Asthana S. Hazzard‟s geriatric medicine and gerontology. 6th ed. USA; McGraw-Hill: 2009. p.1398.
Masalah mobilitas pada tingkat yang lebih tinggi didefinisikan sebagai kesulitan untuk berjalan ¼ mil (atau 400 meter), maupun menaiki tangga.15 Status mobilitas ini dapat memprediksi mortalitas. Rendahnya performa mobilitas merupakan prediktor independen terhadap kematian dan perawatan jangka panjang.15 Performa lokomotor merupakan suatu proses yang kompleks dengan melibatkan fungsi sistem saraf, otot, tulang, dan sendi. Sebagaimana disebutkan di atas, untuk melakukan aktivitas berjalan diperlukan fungsi kekuatan otot, keseimbangan, fleksibilitas, koordinasi, ketahanan otot dan ketahanan kardiorespirasi. Pada usia lanjut terjadi perubahan berbagai jaringan dan organ tubuh, yang salah satu dampaknya adalah menurunnya kekuatan otot. Patel dkk menyebutkan puncak kekuatan otot terjadi pada usia 20-30 tahun.30 Sarkopenia adalah hilangnya massa otot dan kekuatannya karena usia lanjut.34 Penurunan kekuatan otot berhubungan dengan menurunnya ukuran dan jumlah serabut otot, terutama
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
11
serabut tipe 2 (fast-twitch), dan disamping itu terjadi pula penurunan pada aktivitas enzim otot.35,36 Pada usia diatas 60 tahun, power otot menurun sekitar 3,5% per tahun, sedangkan kekuatan otot menurun 1,4 - 2,5% per tahun.34 Kekuatan ekstensor lutut baik pada laki-laki maupun perempuan, mengalami penurunan 14% per dekade, dan fleksor lutut menurun 16% per dekade.34 Tabel 1.3. Instrumen yang digunakan untuk skrining dan mengklasifikasi mobilitas.15 Tipe instrumen Laporan diri
Nama instrumen, referensi Rosow-Breslau SF-36 fungsi fisik
Survei perawatan jangka panjang Modifikasi mobilitas
Mobilitas Avlund
Asesmen profesional
Barthel: domain mobilitas Functional Independence Measure (FIM)
Performa
Minimum Data Set (MDS) Short Physical Performance Battery (SPPB) Kecepatan jalan
Item
Komentar
Berjalan ½ atau ¼ mil dan menggunakan tangga. 10 item, sebagian berhubungan dengan mobilitas, mulai dari berjalan melintasi ruangan hingga berjalan 1 mil. Berjalan di dalam ruangan dan transfer tempat tidur/kursi Laporan diri tentang merubah cara berjalan ½ mil dengan menggunakan tangga Fatig dan butuh bantuan pada enam aktivitas mobilitas dari transfer, menggunakan tangga, dan berjalan ke luar. Berjalan/dengan kursi roda, transfer, dan menggunakan tangga Transfers dan locomotion (berjalan/ dengan kursi roda, menggunakan tangga)
Digunakan sebagai single items Skor 0-100
Mobilitas di tempat tidur, transfers, locomotion (termasuk mobilitas kursi roda/berjalan) Waktu tempuh, bangkit dari kursi, dan berdiri tandem. Waktu tempuh, jarak, instruksi, dan prosedur yang bervariasi
Timed up and go
Waktu untuk bangkit dari kursi, berjalan 10 feet, berputar, berjalan balik, dan duduk kembali.
Berjalan 6 menit
Jarak tempuh selama 6 menit.
Health ABC
Endurans berjalan: waktu tempuh jalan 400 meter, pemanasan dalam 2 menit. SPPB yang diperbaharui
Digunakan sebagai single items Digunakan sebagai single items Skor 0-6
Domain mobilitas terintegrasi menjadi skor total Skor 7 level kebutuhan asisten dalam domain mobilitas.Domain mobilitas terintegrasi menjadi skor total Menggunakan single items Skor 0-12 Skor 10-12, 7-9, dan 4-6 risiko hasil buruk ↑ Usia lanjut sehat > 1 m/dtk Lambat < 0,6 m/dtk Sangat lambat < 0,4 m/dtk < 10 detik – normal < 20 detik – mudah bergerak dalam komunitas >30 detik – perlu asisten untuk mobilitas x usia lanjut sehat > 500 m Usia lanjut dibantu 300 m
Suplemen SPPB. Digunakan untuk orang dengan skor SPPB 10-12
Dikutip dan diterjemahkan bebas dari: Brach J, Rosano C, Studenski S. Mobility. In: Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Asthana S. Hazzard‟s geriatric medicine and gerontology. 6th ed. USA: McGraw-Hil; 2009. p.1398.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
12
Nygard dkk menemukan bahwa kapasitas muskuloskeletal menurun 16-22% dalam 4 tahun atau sekitar 4-5% per tahun pada sekelompok pekerja berusia 51-55 tahun.37 Tanpa latihan, kekuatan otot akan menurun secara cepat, sedangkan latihan fisik yang teratur dapat melawan progresivitas efek yang berkaitan dengan usia ini. Frontera dkk menemukan bukti adanya hipertrofi otot setelah latihan teratur dengan cara mengukur otot paha dengan MRI.36 Tabel 1.4. Perubahan fisiologis muskuloskeletal yang terjadi dengan bertambahnya usia, dan dampaknya terhadap kesehatan dan kebugaran.31 Sistem fisiologis Muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi ↓ masa tubuh bukan lemak ↓ diferensiasi tipe serat ↓ produksi tenaga ↓ kecepatan kontraksi ↓ mineral tulang
Mekanisme ↓ jumlah serat ↓ ukuran serat ↓ testosteron ↓serat tipe II (glikolisis) Berubahnya balans Na/K ↓ testosteron ↓estrogen
Dampak pada kesehatan dan kebugaran ↓ kekuatan ↓ metabolisme istirahat
↓ masa tulang ↓ kekuatan tulang ↓ tinggi badan
Dikutip dan diterjemahkan bebas dari: Rimmer JH. Fitness and rehabilitation programs for special populations. USA; Brown & Benchmark:1994. p.28. Pada pola berjalan normal, terjadi gerakan ritmik bergantian pada tungkai yang memindahkan massa tubuh dari satu titik ke titik lainnya dengan pengeluaran energi minimal. Pusat gravitasi tubuh terletak anterior dari segmen sakral-2. Selama berjalan, pusat gravitasi tubuh ini menunjukkan gambaran kurva sinusoidal dengan pergeseran ≤ 2 inch, dan kurva horizontal dengan pergeseran sekitar 1¾ inch. Bila tungkai kaku, maka pergeseran ini akan bertambah besar dan energi yang digunakan juga lebih tinggi. Pada penelitian biomekanika, didapatkan enam faktor determinan yang penting untuk menjaga pusat gravitasi pada jalur sinusoidalnya dan akan mempengaruhi pola jalan, yaitu: rotasi panggul, pelvic-tilt, fleksi lutut, rotasi ankle, pivoting ankle, dan gerakan lateral dari pusat gravitasi.36 Kecepatan
berjalan
bervariasi
antar
individu,
tergantung
dari
tingkat
kenyamanannya. Pada orang dewasa sehat, kecepatan berjalan bervariasi antara 75 meter/menit hingga 80 meter/menit, dengan energi yang dikeluarkan minimal. Semakin lambat kecepatan berjalan seseorang, maka akan semakin besar energi yang dikeluarkan.36 Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
13
Pada usia lanjut tanpa gangguan neurologis, muskuloskeletal, kardiopulmoner, ataupun kognitif, kecepatan berjalan akan menurun sebesar 1-2% per tahun pada usia 60 hingga 80 tahun. Seorang usia lanjut dengan kecepatan berjalan kurang dari 1 meter/detik mempunyai risiko tinggi untuk penurunan fungsional dan hospitalisasi. Kecepatan berjalan merupakan prediktor kuat terhadap disabilitas dalam mobilitas, aktivitas kegiatan sehari-hari, dan mortalitas.38 Karakterisik pola berjalan yang didapatkan pada usia lanjut, adalah bukan murni disabilitas fungsional, tapi merupakan bagian fisiologis dari perubahan komponen tubuh. Bila pada dewasa sehat menghabiskan 60% dari siklus berjalan untuk fase stance, dan 40% untuk fase swing, maka Murray menemukan bahwa pada usia lanjut, fase stance akan terjadi lebih lama, sedangkan fase swing akan lebih cepat. Demikian pula periode double support akan menjadi lebih panjang. Panjang langkah juga akan memendek dan melebar. Laki-laki usia lanjut juga menunjukkan pemendekan penyimpangan tungkai bawah selama fase swing. Perubahan-perubahan
tersebut
merupakan
mekanisme
kompensasi
untuk
membuat berjalan menjadi lebih aman bagi para usia lanjut, dimana sendi-sendi telah berkurang fleksibilitasnya, dan otot-otot menjadi lebih lemah.36 Gambaran pola gerakan tersebut bertujuan untuk memproteksi usia lanjut dari hilangnya keseimbangan, akan tetapi berakibat pula meningkatnya penggunaan energi dalam berjalan, terutama dengan langkah-langkah yang memendek. Seorang dewasa muda akan melakukan ekstensi punggung saat permulaan fase stance untuk menjaga pusat gravitasi berada tetap di belakang sendi panggul dari tungkai yang melangkah. Pada kebanyakan usia lanjut, daerah punggung bawah menjadi kaku dan tidak dapat diekstensikan penuh, sehingga ia akan menggunakan otot-otot ekstensor panggul untuk menjaga panggul agar tidak jatuh ke arah fleksi, akibatnya energi yang dipakai menjadi meningkat.36 Tipe jalan pada usia yang sangat lanjut (senil) digambarkan Pếtren dengan sebutan “Marche a petit pas” yaitu berjalan dengan kepala maju ke depan, punggung atas fleksi, lumbal datar, panggul dan lutut tidak lagi ekstensi penuh, langkah kecil-kecil, dan kaki sedikit terseret di tanah, serta diikuti dengan gerakan tangan seperti mendayung yang kasar.36 Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
14
2.3. Aktivitas fisik pada usia lanjut Aktivitas fisik, didefinisikan sebagai segala bentuk gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot rangka, yang menimbulkan pengeluaran energi.19 Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur mempunyai keuntungan baik dalam hal kesehatan, sosial, maupun ekonomi. Bagi kebanyakan orang, menjadi tua berarti hilangnya kekuatan, fleksibilitas, energi, dan kebugaran, yang kesemuanya berarti menurunnya kualitas hidup.40 Pernyataan tersebut tidak benar, oleh karena kerentanan terhadap masalah kesehatan dan hilangnya fungsi yang berhubungan dengan penuaan (seperti kesulitan untuk berjalan dengan jarak jauh, atau membawa benda berat) terutama disebabkan oleh inaktivitas fisik.40 Prinsip “use it or lose it” sangat berhubungan dengan fungsi otot dan kebugaran fisik. Pada hampir semua usia lanjut, khususnya yang rentan/frailty, kemampuan mobilitas, fungsional, dan kemandirian dapat ditingkatkan dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur.40 Telah banyak studi yang mendapatkan hasil bahwa pada usia lanjut yang tetap melakukan aktivitas fisik secara aktif akan mendapatkan fungsi fisik yang lebih baik dan harapan hidup yang lebih panjang, dibandingkan dengan usia lanjut yang sedentary.32,41 Latihan, yang merupakan bagian dari aktivitas fisik, mempunyai efek yang penting pada kekuatan, power, dan kecepatan gerakan.30 Untuk mempertahankan performa lokomotor ternyata tidak cukup hanya dengan bekerja atau aktif, harus ada latihan fisik teratur yang merupakan bagian dari aktivitas fisik sehari-hari.30 Dari segi kesehatan, dampak dari aktivitas fisik pada usia lanjut yaitu: 1. Dapat mengurangi risiko berkembangnya penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, dan kanker. 2. Dapat dimasukkan dalam menajemen problem aktif seperti tekanan darah tinggi, obesitas, dan kolesterol tinggi. 3. Dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam melakukan fungsi dan kemandirian
dengan penyakit yang telah ada, seperti penyakit paru atau
radang sendi.40
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
15
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya hidup yang aktif merupakan kunci utama untuk melalui masa tua yang sehat dan sukses.40 2.4. Uji latih pada usia lanjut 2.4.1. Gambaran umum uji latih Secara umum, tujuan utama uji latih adalah: menguji kebugaran tubuh, mengevaluasi status fungsi sistem kardiovaskular, menentukan derajat risiko, menentukan intensitas yang tepat untuk peresepan latihan, mengevaluasi program rehabilitasi.42,43 Uji latih pada usia lanjut lebih ditujukan pada penilaian aspek kesehatan dan kemandirian, dibandingkan dengan untuk melihat performanya. Hasilnya pun tidak dapat dibandingkan dengan nilai „rata-rata‟ dewasa. Tidak semua usia lanjut harus menjalani uji latih untuk menentukan kebugarannya, terutama pada usia lanjut dengan risiko tinggi, sehingga dikatakan isu yang utama uji latih pada usia lanjut ini adalah keselamatan.43 Demikian pula obat-obatan yang biasa dikonsumsi pada usia lanjut, dapat mempengaruhi latihan maupun hasil uji latih. American College of Sports Medicine tahun 1997 dan 2001 mengajukan berbagai jenis uji latih, termasuk treadmill dan sepeda, yang pemilihannya tergantung pada status medis peserta. Untuk peserta usia lanjut yang tidak memiliki penyakit jantung koroner, direkomendasikan uji jalan 6 menit, 12 menit atau 20 feet.44 Uji latih jalan dewasa ini merupakan metode alternatif yang dapat dikembangkan untuk menghitung kapasitas fungsional, mengingat metode ini lebih mudah diaplikasikan, dan memiliki keuntungan lokasi, waktu, biaya, serta teknis pelaksanaan yang relatif lebih sederhana.18 2.4.2. Uji jalan 400 meter Uji jalan 400 meter merupakan uji performa kemampuan fungsional berjalan yang relatif baru dikembangkan, dengan aplikasinya sering dilakukan pada populasi usia lanjut. Uji jalan 400 meter yang termasuk dalam uji jalan koridor jarak jauh, digunakan untuk menilai toleransi latihan, kebugaran kardiovaskular, fungsi Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
16
mobilitas, dan penilaian derajat berat penyakit pada usia lanjut. Pemilihan jarak 400 meter
didasarkan pada kategori disabilitas. Seorang individu dikatakan
memiliki disabilitas mobilitas bila tidak dapat berjalan sedikitnya ¼ mil (400 meter).14,15 Pada suatu studi oleh Sayers dkk (2004) didapatkan bahwa kemampuan berjalan 400 meter berhubungan dengan disabilitas dalam rawat diri dan mortalitas di kemudian hari.45 Demikian pula pada penelitian Newman dkk (2006) didapatkan bahwa ketidakmampuan untuk menyelesaikan uji jalan 400 meter sangat berhubungan dengan risiko kematian, penyakit kardiovaskular, keterbatasan mobilitas dan disabilitas.21 Karena itu kemampuan berjalan jarak 400 meter dapat dijadikan tolok ukur keterbatasan fungsional pada usia lanjut.45,46 Dalam suatu studi oleh Rolland dkk (2004) didapatkan bahwa pada populasi usia lanjut, disabilitas berjalan didefinisikan sebagai ketidakmampuan seorang individu untuk menempuh jarak 400 meter dalam waktu 15 menit dengan kecepatan berjalan biasa.12 Fried dkk mengatakan bahwa disabilitas mobilitas merupakan petanda yang bagus untuk memonitor jalur penyebab keterbatasan partisipasi seseorang dalam kehidupannya.8 Hal ini disebabkan karena disabilitas mobilitas terjadi pada awal proses disablement, dan menjadi faktor prediktif terhadap keterbatasan fisik dan kognitif dalam menjalankan peran sosialnya.14 The United States-Social Security Administration (SSA) tahun 2005 memberikan definisi bahwa nilai VO2max < 18,0 mlO2/kg/menit menunjukkan adanya disabilitas.18 Estimasi Astrand untuk kebutuhan oksigen minimal yang digunakan untuk berjalan pada lintasan pendek (misalnya menyeberang jalan) adalah 12 mlO2/kg/menit. Ambilan oksigen 12-18 mlO2/kg/menit menggambarkan tingkat kebugaran minimal hingga suboptimal yang diperlukan untuk berfungsi secara independen dalam suatu komunitas.18 Simonsick dkk (2006) mengaplikasikan estimasi ini pada kemampuan berjalan usia lanjut berjarak 400 meter dengan kecepatan maksimal. Simonsick menyimpulkan bahwa waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 400 meter dengan kecepatan maksimal pada ambilan oksigen minimal hingga suboptimal (12-18 mlO2/kg/menit) yaitu antara 6 menit 48 detik dan 7 menit 40 detik. Dengan demikian seorang individu yang Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
17
menempuh waktu lebih dari 7 menit pada uji jalan 400 meter dengan kecepatan maksimal, dapat dikatakan memiliki keterbatasan fungsional nyata; sedangkan individu yang berjalan lebih dari 5 menit 30 detik dapat berisiko tinggi mengalami kesulitan melakukan aktivitas fungsional.18 Rolland dkk (2004) menguji test-retest realibility uji jalan 4 meter dan uji jalan 400 meter pada usia lanjut. Uji jalan 400 meter diusulkan sebagai batas performa tingkat tinggi dalam menilai performa fungsional tungkai. Sedangkan untuk pasien yang tidak dapat melakukan uji jalan 400 meter, maka uji kecepatan jalan 4 meter dapat dijadikan prediktor yang baik untuk menilai performa fungsional pasien.16 Pada penelitian yang serupa, Chang dkk (2004) mendapatkan bahwa uji jalan 400 meter memiliki korelasi yang tinggi dalam menilai kemampuan fungsional pasien usia lanjut.46 Pakasi (2007) melakukan uji jalan 400 meter pada kelompok perempuan penderita diabetes dan kelompok perempuan sehat dengan 3 kelompok usia. Para individu dibagi dalam kelompok usia: 40-49 tahun, 50-59 tahun, dan 60-69 tahun. Pada uji jalan 400 meter ini didapatkan perbedaan performa uji latih antar kelompok usia. Pada kelompok sehat dengan usia 40-49 tahun rerata waktu tempuhnya adalah 209,36 detik (3 menit 29 detik) dengan prediksi VO2max sebesar 26,67 ml/kg/menit. Untuk kelompok sehat dengan usia 50-59 tahun rerata waktu tempuhnya sebesar 229,93 detik (3 menit 49 detik) dengan prediksi VO2max 25,05 ml/kg/menit. Sedangkan untuk kelompok sehat dengan usia 60-69 tahun, rerata waktu tempuh adalah 272,90 detik (4 menit 32 detik) dengan prediksi VO2max sebesar 20,46 ml/kg/menit. Dalam studi tersebut didapatkan bahwa pada kelompok usia yang lebih tua (60-69 tahun) rerata waktu yang ditempuh lebih lama, dengan prediksi VO2max yang lebih rendah.22 2.4.2.1. Aplikasi uji jalan 400 meter Prosedur uji jalan 400 meter dapat menggunakan metode yang dikembangkan Simonsick dkk (2001, 2006) dalam The Health ABC (Aging and
Body
Composition) study.9,18 Pada prosedur ini diperlukan lintasan sepanjang 20 meter dengan marka jalan (traffic cones) guna menandai lintasan, yang diletakkan pada
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
18
kedua ujung lintasan. Sebelum uji latih, pemeriksa melakukan pengukuran denyut nadi, tekanan darah, dan antropometri. Prosedur uji jalan 400 meter berdasarkan metode Simonsick dkk adalah sebagai berikut:9,18 - Pemanasan: subyek berjalan selama 2 menit seputar lintasan, membentuk jalur yang kontinyu. - Perintah untuk pemanasan: “Anda harus berjalan di seputar lintasan ini dan mencakup sebanyak mungkin lintasan, dalam kecepatan yang dapat Anda pertahankan selama 2 menit.” - Saat pemanasan peserta diberi semangat untuk setiap putaran. - Peserta juga diberi aba-aba waktu seperti: “30 detik lagi”, “10 detik lagi”, “stop, tetap diam di tempat”. - Denyut nadi diukur saat awal pemanasan, dan setiap 30 detik dalam 2 menit pemanasan. - Tekanan darah diukur saat awal pemanasan, dan segera setelah selesai. - Diukur jarak tempuh dalam meter. - Uji jalan 400 meter: dimulai dalam 60 detik setelah pemanasan. - Peserta diminta berjalan sebanyak 10 putaran (400 meter), dengan perintah, ”Berjalanlah secepat-cepatnya sebanyak 10 putaran, dalam kecepatan yang dapat Anda pertahankan”. - Peserta diberi semangat setiap 1 putaran, dan diingatkan setiap putaran. Contoh: “sudah 3 putaran, tinggal 7 putaran lagi…Anda melakukannya dengan baik!” - Denyut nadi dicatat setiap menit, dan tekanan darah diukur kembali segera setelah selesai (dalam 60 detik setelah selesai). - Waktu dicatat dalam detik terdekat. 2.5. Sistem energi Sistem energi adalah sistem metabolik yang mencakup serial reaksi biokimia dalam formasi Adenosine Triphosphate (ATP), karbon dioksida, dan air. Sel menggunakan energi yang diproduksi dari hasil konversi ATP menjadi Adenosine Diphosphate (ADP) dan Phosphat (P) dalam rangka melakukan aktivitas Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
19
metabolik. Sel otot menggunakan energi ini untuk formasi kontraksi cross-bridge aktin myosin.42 Untuk penyediaan bahan bakar otot, terdapat tiga sistem energi utama yaitu dua sistem anaerobik dan satu sistem aerobik. Karakteristik ketiga sistem energi itu dapat dilihat pada tabel 5. Karbohidrat, lemak, dan protein dapat menghasilkan ATP jika dibutuhkan sebagai bahan bakar tubuh melalui jalur metabolik. Tubuh menggunakan ATP simpanan dan Creatinine Phosphate (CP) bila tubuh memerlukan energi untuk melakukan gerakan tiba-tiba yang disuplai untuk waktu 10 detik. Sedangkan untuk pengisian kembali suplai CP yang telah digunakan menbutuhkan waktu selama 1-2 menit. Keseluruhan proses ini berlangsung secara anaerobik (tidak membutuhkan oksigen), berlangsung cepat, dan membutuhkan kekuatan besar. Seleksi substrat yang penting tergantung dari intensitas dan durasi kerja. Pada beberapa menit pertama kerja fisik berlangsung metabolisme anerobik pada keratin fosfat dan glukosa. Seiring dengan berlanjutnya kerja fisik maka berlangsung metabolisme aerobik pada glukosa dan asam lemak. Bila kerja fisik lebih memberat dengan VO2max ≥ 60% maka akan terjadi pergeseran kembali ke metabolime glukosa secara anerobik.42,43 Tabel 1.5. Karakteristik tiga sistem energi47 Sistem Anaerobik (tanpa O2)
Intensitas
Sumber energi utama Bahan bakar Hasil Waktu pemulihan
Sistem Aerobik (dengan O2)
Fosfat (ATP-CP) Sangat tinggi (45100% dari usaha maksimal) 30 detik pertama
Glikolisis Sangat tinggi (45-60% dari usaha maksimal)
Kreatin fosfat
Glukosa hanya karbohidrat Asam laktat 1-2 jam
50% dalam 30 detik 100% dalam 2 menit
30-90 detik pertama dari
Rendah-menengah (di atas 75% dari usaha maksimal) dimulai setelah menit ke-2 Karbohidrat dan lemak CO2 + H2O Pemulihan terusmenerus
Dikutip dari: Tamin TZ. Model dan efektivitas latihan endurans untuk peningkatan kebugaran penyandang disabilitas intelektual dengan obesitas (disertasi). Jakarta; Universitas Indonesia: 2009.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
20
2.5.1. Interaksi sumber energi aerobik dan anaerobik Bagan 1 menunjukkan perkiraan persentase peran sumber energi aerobik dan anaerobik pada jenis lomba lari. Dominasi metabolisme anaerobik (kiri) dan aerobik (kanan) ditunjukkan pada daerah di luar zona area abu-abu. Bagan 1. Sumber Energi Primer47 SUMBER ENERGI PRIMER Sistem ATP-PC, Asam Laktat dan Sistim Oksigen Sistem Oksigen
ATP-PC dan Sistem Asam Laktat % aerobik
% anaerobik
0
10
20
30
40
50
60
100
90
80
70
60
50
40
Kejadian (meter)
100
200 400
Waktu
0:10
0:20
0:45
800 1:45
1500
3200 (2 miles)
3:45
9:00
70
30
80
90
100
20
10
0
5000 14:00
10000 29:00
Dikutip dari: Tamin TZ. Model dan efektivitas latihan endurans untuk peningkatan kebugaran penyandang disabilitas intelektual dengan obesitas. (disertasi). Jakarta; Universitas Indonesia: 2009.
Penggunaan energi yang berkesinambungan untuk jarak 100 hingga 42.200 meter merupakan rentang mode anaerobik hingga aerobik. Aktivitas diantara kedua nilai ekstrem tersebut merupakan penggunaan energi berkesinambungan untuk lomba lari yang disebut sebagai energi continuum for track events.47 Pada lari jarak 1.500 meter dan 2-mil (3.200 meter), jumlah energi total yang disuplai oleh anaerobik dan aerobik adalah hampir sama, dengan perbedaan waktu tempuh yaitu 3:45 dan 9:00 menit. Sehingga pada masa ini kebutuhan akan energi dari jalur aerobik dan anaerobik adalah sama pentingnya.48 Konsep ini juga dapat diterapkan pada aktivitas lainnya seperti berjalan, dan tidak hanya pada lomba lari saja; akan tetapi pada berjalan yang perlu diperhatikan adalah lamanya waktu yang ditempuh dengan kecepatan berjalan yang konstan dan semaksimal mungkin.47 Pada uji jalan 400 meter oleh usia lanjut, dengan rentang waktu yang diperoleh dari berbagai penelitian berkisar antara 3 hingga 9
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
42200 (marathon) 135:00
21
menit, maka kapasitas energi aerobik dan anaerobik hampir berimbang, yaitu terletak pada zona area abu-abu sesuai dengan bagan di atas. Hal ini menunjukkan batas aman yang dapat dilakukan oleh subyek, terutama untuk usia lanjut. 2.6. Pengukuran status fungsional Dalam rehabilitasi medis, istilah “fungsi” umumnya mengacu pada keterampilan dalam melakukan tugas-tugas yang penting untuk kehidupan sehari-hari, melakukan hobi, pekerjaan, interaksi sosial, dan perilaku keseharian lainnya. Tujuan dari rehabilitasi medis adalah untuk memonitor, mendukung, dan memfasilitasi performa dan perilaku seseorang, sambil memperhatikan aspek lingkungan, struktural, fisik, dan psikologis; sehingga pengukuran fungsi menjadi sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut.49 Pengukuran status fungsional adalah suatu metode untuk menggambarkan kemampuan dan keterbatasan seseorang; juga untuk menilai hasil dari suatu intervensi. Pengukuran ini dimulai dari pengertian tentang apa yang akan diukur.49 Setiap alat ukur yang digunakan dalam pengukuran harus didisain dan teruji dalam hal realibilitas, validitas, respons terhadap perubahan, kelayakan, dan kemanfaatan di bidang klinis; serta idealnya dipergunakan dalam jangka waktu tertentu.49 Donaldson dkk (1973) membuat simpulan tentang
tujuan dari instrumen
pengukuran fungsional, yang masih dianut hingga sekarang, yaitu: deskripsi objektif dari status fungsional pada saat tertentu; repetisi serial, untuk mendeteksi perubahan status fungsional; data terkumpul melalui observasi yang relevan dan berguna dalam monitoring program terapi; meningkatkan komunikasi di antara anggota tim terapi dan dalam mekanisme rujukan; observasi klinis yang dapat dibandingkan, yang sesuai dengan pertanyaan penelitian.49 Instrumen pengukuran status fungsional yang dipilih, haruslah memenuhi syarat: praktis, mudah digunakan, dan hasilnya bermanfaat dalam proses rehabilitasi. Instrumen yang mengukur kemampuan fungsional untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, di antaranya yaitu: Barthel Index, Index of Independence in
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
22
Activities of Daily Living, Kenny Self-Care Evaluation, FIM™ instrument, WeeFIM® instrument, Level of Rehabilitation Scale (LORS) and LORS American Data System (LADS) atau (LORS/LADS), dan Patient Evaluation and Conference System. 49 2.6.1. Instrumen Functional Independence Measure (FIM) Status fungsional kemandirian seseorang dapat dinilai dengan menggunakan berbagai instrumen, yang salah satunya adalah Functional Independence Measure (FIM). FIM dikembangkan pada tahun 1983 oleh the American Congres of Rehabilitation Medicine dan the American Academy of Physical Medicine and Rehabilitation, yang diketuai oleh Carl Granger dan Bysron Hamilton. Instrumen ini disusun berdasarkan review atas 36 alat ukur performa fungsional yang telah ada, dan dengan instrumen final berdasarkan atas Barthel index.50 FIM telah tervalidasi, dengan reliabilitas dan stabilitas yang telah teruji serta telah dipakai luas dalam dunia rehabilitasi.23 Dalam bidang rehabilitasi geriatri, nilai FIM
digunakan
untuk
merencanakan
program
rehabilitasi,
mengukur
kemajuannya, memprediksi hasil, dan memutuskan kapan keadaan plateau telah tercapai.23 FIM umumnya digunakan pada pasien yang sedang menjalani rawat inap, untuk menilai perkembangan pasien saat masuk, beberapa hari setelah perawatan, dan saat pulang. Mason dkk menemukan adanya hubungan antara peningkatan nilai FIM dengan penurunan jumlah jam perawatan.51 Beberapa institusi telah membandingkan skor FIM dengan test-agreement, dan pada penelitian Grey dan Kennedy, didapatkan bahwa FIM mempunyai korelasi yang erat dengan angka yang dibuat oleh pasien itu sendiri (patient self-rating).52 Instrumen FIM ini dapat pula digunakan untuk menilai status fungsional seseorang di luar rumah sakit atau di komunitas.32 Berdasarkan konsensus US National Advisory Committee dan Uniform Data System for Medical Rehabilitation (UDS-MR), FIM merupakan instrumen untuk menilai performa seseorang melakukan 18 tugas dalam domain motorik dan kognitif, yang pada masing-masing item dinilai tingkat kemandiriannya (1 sampai 7). Nilai maksimal totalnya yaitu 126 (yang berarti mandiri penuh), dan
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
23
minimalnya yaitu 18 (yang berarti tidak mandiri penuh). Pada aspek motorik yang dinilai meliputi self-care, sphincter control, transfer, dan locomotion; sedangkan pada aspek kognitif yang dinilai adalah komunikasi dan kognisi sosial.24,52,53 Dalam pengisian instrumen FIM, dicatat level fungsi terbaik yang dapat dilakukan responden untuk setiap item atau domain. Nilai setiap item FIM harus menggambarkan performa aktual responden pada setiap aktivitas, bukan apa yang seharusnya bisa dilakukan, bukan menstimulasi suatu aktivitas, dan bukan pula harapan responden nantinya untuk dapat melakukan aktivitas tersebut.24 Pada konsep kemandirian, kebutuhan seseorang terhadap asisten (yang menjadi beban perawatan) dapat diterjemahkan kepada waktu dan energi, yang berarti orang lain harus menyediakan waktu dan tenaga untuk membantu orang yang disable mencapai dan mempertahankan kualitas hidupnya.24 FIM membedakan seseorang mandiri atau tidak mandiri untuk tiap domain, yaitu dinilai dari kebutuhannya terhadap orang lain (asisten). Mandiri dapat berupa mandiri penuh ataupun dimodifikasi (nilai skor 7 dan 6), sedangkan tidak mandiri dibedakan menjadi tidak mandiri penuh (skor 1 dan 2) atau dimodifikasi (skor 3 hingga 5). Skor ini nantinya dijumlah untuk ke-18 domain, sehingga berbentuk skor FIM total. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran-7 dan 8. Menurut Ween dkk skor FIM saat awal perawatan lebih dari 70 telah terbukti berhubungan dengan pencapaian kemandirian pasien saat pulang, sedangkan skor kurang dari 50 berarti akan tetap bergantung pada orang lain (dependent).55 Kualitas kontrol pengisian FIM ini cukup terjaga, yaitu dengan diharuskannya seorang pemeriksa untuk melalui training atau ujian persamaan guna keseragaman persepsi dan penilaian dalam memeriksa dan menilai responden.24,54 Instrumen FIM juga mempunyai kekurangan, seperti adanya kompleksitas pengukuran, dan diperlukan waktu cukup lama untuk mengisi formnya. Perlu diperhatikan pula bahwa terdapat perbedaan tingkat kesulitan pada berbagai aktivitas yang dinilai, sebagai contoh pada aspek motorik: aktivitas makan dan menyisir adalah hal yang paling mudah, sedangkan menaiki tangga dan transfer adalah paling sulit.23
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
24
Bentuk instrumen FIM dapat dilihat pada lampiran-7, atau dengan gambaran grafik-1 berikut.
Gambar 1. Profil grafik FIM24 Sumber: Brummel-smith K. Assessment in rehabilitation. In: Osterweil, Brummel-smith K, Beck JC, editors. Comprehensive geriatric assessment. USA; McGraw-Hill: 2000.
2.7. Kerangka Teori
Proses penuaan
Penurunan fungsi: Kekuatan otot ↓ Fleksibilitas ↓ Proprioseptif ↓ Keseimbangan ↓ Koordinasi ↓ Endurance ↓
Kemampuan fungsional berjalan ↓
Penyakit penyerta Mobilitas ↓
Kemandirian ↓
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
25
2.8. Kerangka konsep penelitian
Karakteristik individu: - Usia - Jenis kelamin - Indeks massa tubuh - Status mental (MMSE)
USIA LANJUT
Komorbid : - Penyakit kardiovaskular - Penyakit neuromuskuler - Penyakit paru - Penyakit ginjal - Penyakit hati - Diabetes Melitus
Kemampuan fungsional berjalan: waktu tempuh pada uji jalan 400 meter
Kemandirian fungsional (FIM)
Keterangan: = variabel yang mempengaruhi variabel dependen (agen), tidak diukur dalam penelitian
= variabel yang mempengaruhi variabel dependen (≈ variabel independen)
= variabel dependen yang dihitung dalam penelitian
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
26
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan periode sewaktu (potong-lintang). 3.2. Tempat dan waktu penelitian 3.2.1. Tempat penelitian Panti Sosial Tresna Werdha di wilayah Jakarta Timur. 3.2.2. Waktu penelitian Persiapan
: Desember 2011 s.d. Maret 2012
Pelaksanaan
: April s.d. Agustus 2012
Analisis
: September s.d. Desember 2012
Penyajian
: Januari/Pebruari 2013
3.3. Populasi dan sampel penelitian 3.3.1. Populasi penelitian 3.3.1.1. Populasi target penelitian Populasi target pada penelitian ini adalah usia lanjut di komunitas. 3.3.1.2. Populasi terjangkau penelitian Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha DKI Jakarta yang memenuhi kriteria dan mau berpartisipasi dalam penelitian selama kurun waktu April s.d. Agustus 2012.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
27
3.3.2. Sampel penelitian Sampel adalah para usia lanjut yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW), yang disebut juga warga bina sosial (WBS). Sampel didapatkan secara cluster random sampling, yaitu dari lima PSTW yang berada di DKI Jakarta, dipilih wilayah dan kecamatan secara random dan tersistematis. Wilayah yang terpilih adalah Jakarta Timur, khususnya kecamatan Cipayung (PSTW 1) dan Ciracas (PSTW 3). Sampel diambil di tiap panti berdasarkan kelompok usia, dan memenuhi kriteria penerimaan dan pengeluaran. 3.4. Kriteria penerimaan 1. Usia lanjut berusia 60 tahun ke atas. 2. Kondisi medis stabil, tidak menderita penyakit progresif seperti kanker. 3. Mempunyai fungsi kognisi yang baik (skor MMSE 23-30).56 4. Dapat berjalan tanpa alat bantu. 5. Setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian. 3.5. Kriteria penolakan 1. Tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau diastolik > 100 mmHg.14,57 2. Denyut nadi istirahat > 120 kali per menit atau < 40 kali per menit.14,57 3. Dalam 3 bulan terakhir memiliki riwayat infark miokard akut, operasi jantung, angina, sesak nafas berat atau sesak nafas saat istirahat, hilang kesadaran, stroke, atau parese tungkai bawah. 4. Penderita artritis sendi lutut yang sedang aktif. 5. Gangguan visus berat belum dikoreksi (kurang dari 3/60) 6. Gangguan pendengaran berat, yang dinilai dengan uji berbisik negatif. 7. Gangguan keseimbangan, yang dinilai dengan hasil tes Romberg positif. 3.6.
Kriteria gugur
Subyek dinyatakan gugur bila tidak dapat menyelesaikan uji jalan 400 meter.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
28
3.7. Estimasi besar sampel Besar sampel dihitung dengan menggunakan dua rumus, yaitu untuk menilai rerata dan uji korelasi. a. Perhitungan untuk menilai rerata Untuk menilai rerata pada FIM digunakan data berdasarkan penelitian pendahuluan yaitu rerata 120 + 5. Data tersebut kemudian dimasukkan dalam rumus perhitungan yaitu : 58,59 N = (Z α + Z β) S2 d nilai standar yang digunakan adalah interval kepercayaan 95% (Za=1,96) dan kekuatan penelitian 90% (Zb=1,28). Berdasarkan penelitian pendahuluan didapatkan standar deviasi 5 dan presisi absolut yang ditetapkan peneliti adalah 3. Perhitungannya adalah sebagai berikut : N = (1,96+1,28) (5)2 3 Hasil perhitungan besar sampel yang dibutuhkan untuk menilai rerata FIM adalah 30 orang b. Perhitungan untuk menilai korelasi Untuk menilai korelasi antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan skor FIM, perhitungan besar sampel berdasarkan rumus untuk uji hipotesis dengan menggunakan koefisien korelasi sebagai berikut:58,59 Zα+Zβ
2
+3
N= 0,5 ln [(1+r)/(1-r) ] Keterangan: n
= besar sampel
Zα
= dilihat pada tabel tingkat kemaknaan alpha dengan tingkat kepercayaan 95% = 1,96
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
29
Zβ
= presisi trial (1 – beta) dengan kekuatan uji 80%, sehingga didapatkan 0,2.
r
= koefisien korelasi, berdasarkan estimasi peneliti koefisien korelasi sebesar 0,5
sehingga: 1,96 + 0,2
n =
2
0,5 ln [(1+0,5)/(1-0,5)] =
32 orang
Dari perhitungan di atas, didapatkan estimasi besar sampel adalah sebesar 32 orang untuk tiap kelompok. Untuk menentukan besar sampel pada dua kelompok usia lanjut yaitu dibawah 75 tahun dan diatas 75 tahun ditetapkan masing-masing kelompok sebanyak 32 orang. Khusus untuk kelompok diatas 75 tahun oleh karena jumlahnya sedikit secara epidemiologis, maka digunakan perhitungan proporsional berdasarkan data demografi rata-rata proporsi usia lanjut menurut kelompok usia sebagai berikut:60 a. Kelompok usia 75-84 tahun, dengan proporsi 70% (dari total seluruh kelompok diatas 75 tahun) didapatkan jumlah sampel 22 orang. b. Kelompok usia ≥ 85 tahun, dengan proporsi 30%, maka didapatkan jumlah sampel 10 orang. sehingga jumlah sampel keseluruhan adalah sebesar 64 orang. 3.8. Bahan, alat, dan tempat penelitian 1. Tensimeter merek Riester-Nova 2. Stetoskop merek Littmann 3. Pulse oxymetry 4. Timbangan berat badan 5. Alat ukur tinggi badan 6. Stopwatch 7. Set P3K, oksigen 8. Lintasan
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
30
9. Marka untuk penanda jalur berjalan 10. Meteran gulung 11. Tempat: permukaan datar, rata, tidak licin, cahaya cukup 12. Formulir penelitian, terdiri dari : −
Formulir informed consent
−
Formulir pemeriksaan
−
Formulir MMSE
−
Formulir FIM
3.9. Identifikasi variabel –
Variabel tergantung: skor FIM.
–
Variabel bebas: waktu tempuh uji jalan 400 meter.
3.10. Manajemen dan analisis data Uji statistik dilakukan dengan tujuan melihat korelasi antara hasil waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan skor FIM yang diperoleh, sehingga uji statistik yang dipakai adalah uji korelasi. Analisa dilakukan dengan menggunakan SPSS 11.5. Jenis statistik berupa: –
Statistik deskriptif: - Variabel numerik: waktu tempuh, skor FIM. Data sebaran normal akan ditampilkan dalam bentuk rata-rata ± SD, jika tidak normal dalam bentuk median (minimum hingga maksimum). - Variabel kategorik: kelompok usia, jenis kelamin, suku, pekerjaan, status nikah, tingkat pendidikan, IMT, penyakit yang diderita.
– Statistik analitik: dilakukan uji korelasi bivariat dengan menggunakan uji Pearson bila sebaran kedua variabel normal, atau uji Spearman bila tidak normal. Normalitas akan dinilai menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. 3.11. Definisi Operasional –
Kelompok studi, adalah usia lanjut yang memenuhi kriteria penerimaan dan bukan termasuk dalam kriteria penolakan.
–
Tinggi badan, adalah satuan dalam sentimeter (cm) sesuai hasil pengukuran
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
31
–
Berat badan, adalah satuan dalam kilogram (kg), sesuai hasil pengukuran.
–
Indeks massa tubuh, dihitung dari berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m) kuadrat dalam satuan kg/m2. IMT dapat dikelompokkan (berdasarkan kriteria Asia Pasifik) menjadi kelompok berat badan: 1. kurang (<18,5) 2. normal (18,5-22,5) 3. lebih (23-24,9) 4. obesitas derajat I (25-29,9) 5. obesitas derajat II (≥30)
–
Usia, adalah satuan umur dalam tahun, sesuai Kartu Tanda Penduduk.
–
Pengelompokan usia lanjut: 1. Kelompok usia 60-74 tahun 2. Kelompok usia ≥ 75 tahun
–
Tingkat pendidikan (menurut Undang-Undang RI no.20 tahun 2003)61: 1. Tidak sekolah 2. Tingkat pendidikan dasar : SD/sederajat dan SMP/sederajat 3. Tingkat pendidikan menengah : SMA/sederajat 4. Tingkat pendidikan tinggi : Akademi/Perguruan Tinggi
– Pekerjaan: 1. Pegawai negeri/ABRI 2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta 4. Lain-lain 5. Pensiunan 6. Tidak bekerja –
Waktu tempuh 400 meter, adalah waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 400 meter dalam satuan detik.
–
Denyut nadi, adalah jumlah pulsasi darah yang diukur dari perabaan arteri radialis, dalam satuan x/menit.
–
Tekanan darah, adalah tekanan sistolik dan diastolik jantung yang diukur dengan menggunakan alat tensimeter, dalam satuan mmHg.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
32
–
Komorbid, adalah penyakit penyerta yang ada pada subyek, ditentukan berdasarkan riwayat penyakit, catatan rekam medik, dan pemeriksaan fisik. Termasuk dalam komorbid: penyakit jantung koroner, hipertensi, PPOK, diabetes melitus, dislipidemia (kolesterol atau trigliserida tinggi), gangguan fungsi hati, nefropati, dan penyakit ginjal lainnya.
–
Status mental, yaitu penilaian keadaan mental subyek dengan menggunakan status mental Folstein (Mini Mental State Examination), dengan nilai normal: 23-30, dan terganggu: < 23.
–
Tingkatan penilaian kemandirian dinilai dengan instrumen FIM (lihat lampiran-7 hingga 9), baik dengan wawancara maupun observasi langsung.
–
Persiapan pra uji jalan, yaitu hal-hal yang perlu dipersiapkan subyek sebelum melakukan uji jalan, sebagai berikut: − Tidak melakukan olahraga berat kurang dari 12 jam sebelum tes − Cukup istirahat pada malam hari − Dilakukan paling sedikit 2 jam setelah makan − Memakai pakaian dan alas kaki yang sesuai
– Kriteria penghentian uji jalan, yaitu penghentian uji jalan bila selama pelaksanaan didapatkan keluhan subyektif dan tanda obyektif pada subyek sebagai berikut: – Nyeri dada – Sesak nafas – Vertigo – Kepala terasa ringan, ingin pingsan, mual – Nyeri tungkai – Kelelahan otot – Denyut jantung >170 x/menit – Penurunan tekanan darah sistolik > 20 mmHg dari tekanan darah awal – Tampak pucat, sianosis, atau kulit dingin – Subyek meminta untuk berhenti dan tidak sanggup menyelesaikan uji jalan hingga 400 meter. 14,18,62,63,64
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
33
3.12. Prosedur penelitian 1. Calon subyek yang bersedia mengikuti penelitian telah diberi edukasi untuk memenuhi persiapan pra uji jalan. 2. Dilakukan seleksi calon subyek dengan anamnesis, pencatatan riwayat penyakit dahulu, dan pemeriksaan fisik. 3. Apabila memenuhi kriteria penerimaan dan pengeluaran, serta setuju untuk berpartisipasi, maka subyek akan diikutsertakan dalam penelitian. 4. Dilakukan pemeriksaan berat badan dan tinggi badan, kemudian dilakukan perhitungan indeks massa tubuh. 5. Subyek dinilai status kemandiriannya dengan instrumen FIM langsung oleh peneliti sendiri yang telah medapatkan sertifikat dan licensed internasional. Penilaian dilakukan baik dengan wawancara maupun observasi langsung pada tiap item. 6. Uji jalan dilakukan pada suhu lingkungan yang tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Dilakukan uji jalan 400 meter dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Simonsick dkk (2001, 2006) dalam the Health ABC study yang telah dimodifikasi peneliti. (lihat lampiran-5) 7. Subyek dapat berhenti untuk beristirahat sejenak, dan kemudian dapat melanjutkan kembali hingga tercapai jarak tempuh 400 meter. 8. Apabila subyek tidak dapat menyelesaikan uji jalan 400 meter sesuai dengan kriteria penghentian uji jalan, maka subyek dinyatakan gugur. 9. Subyek yang berhasil menyelesaikan uji jalan 400 meter, dihitung waktu tempuhnya dalam satuan detik terdekat. 10. Dilakukan penilaian adakah hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan skor FIM. 3.13. Persetujuan tindakan medis Peserta penelitian mendapat informasi tindakan medis yang akan dilakukan, dari Lembaran Penjelasan Prosedur Penelitian seperti yang tertera pada Lampiran-1. Pada lembar penjelasan dijabarkan mengenai prosedur pemeriksaan dan uji latih yang akan diterima responden. Responden yang setuju untuk berpartisipasi dalam
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
34
penelitian akan diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tindakan medis (informed consent) seperti yang tertera pada lampiran-2. 3.14. Etika penelitian Permohonan persetujuan etika penelitian diajukan pada Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Terdapat empat prinsip etika penelitian, yaitu respect for autonomy, manfaat (beneficence), non-maleficence, dan prinsip keadilan. a. Dari respect for autonomy -
Calon subjek penelitian diberi penjelasan tentang penelitian, khususnya yang berkaitan dengan tujuan penelitian mengenai keuntungan dan kerugian serta manfaat penelitian.
-
Calon subjek penelitian diminta menandatangani surat persetujuan ikut dalam penelitian (informed-consent).
-
Semua data dan informasi dari subjek akan dirahasiakan.
-
Subjek berhak mengundurkan diri kapan saja jika merasa dirugikan.
b. Dari aspek manfaat (beneficence) -
Penelitian ini bermanfaat untuk subjek dalam hal mendeteksi dan memprediksi risiko disabilitas pada usia lanjut, sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin, guna meningkatkan kualitas hidupnya.
c. Dari aspek non-maleficence -
Subjek penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang juga dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan risiko yang tidak diinginkan pada subjek yang rentan.
-
Penelitian ini mempunyai standard operating procedure yang akan memastikan segala sesuatunya dilakukan dengan cara yang benar dan aman.
d. Dari aspek keadilan -
Subjek yang tidak bersedia mengikuti penelitian akan tetap diperlakukan secara adil sebagai pasien, dan tidak diperlakukan berbeda oleh dokter yang menanganinya.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
35
-
Kepada mereka diberikan perlindungan secara hukum jika terjadi kesalahan dalam pelaksanaan penelitian.
3.15. Alur penelitian
Usia lanjut ≥ 60 tahun
Memenuhi kriteria penerimaan dan pengeluaran
Pemeriksaan TB, BB dan penilaian FIM
Pemeriksaan pra uji jalan: Denyut nadi, TD
Pemanasan berjalan 2 menit
Uji jalan 400 meter
Pemeriksaan pasca uji jalan: Denyut nadi, TD
Hitung waktu tempuh
Pengolahan dan analisa data
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
36
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Karakteristik subyek penelitian Penelitian yang dilakukan di dua Panti Sosial Tresna Werdha ini berhasil mengumpulkan 58 subyek yang memenuhi kriteria penerimaan dan pengeluaran serta dapat menyelesaikan uji jalan 400 meter. Besar sampel dipilih berdasarkan sistem
proporsi yang meliputi kedua PSTW dan didapatlah 32 orang untuk
kelompok usia A (60-74 tahun), 22 orang untuk kelompok usia B (75-84 tahun), dan 4 orang untuk kelompok usia C (≥ 85 tahun). Subyek perempuan lebih banyak yaitu sebesar 59% dibandingkan dengan laki-laki (41%). Asal suku subyek didominasi oleh suku Jawa (40%) dan Betawi (19%). Mayoritas subyek beragama Islam (81%), kemudian Kristen (17%). Pendidikan tertinggi yang ditempuh terbanyak adalah tingkat dasar (SD dan SMP atau sederajat) sebesar 53,4%. Pada status pernikahan sebanyak 90% adalah janda/duda. Indeks massa tubuh subyek rata-rata adalah normal (45%), dengan 26% obesitas grade I, 17% berat badan berlebih, dan 10% berat badan kurang. Untuk fungsi kognisi dinilai dengan skrining menggunakan alat ukur MMSE, didapatkan rerata angka 27 dengan rentang 23 hingga 30 (kognisi baik). Kondisi penyakit yang diderita subyek tertinggi adalah osteoartritis sebanyak 11 orang (19%) yang diketahui, dan 32,8% lainnya tidak diketahui; hipertensi sebesar 15,5%, diabetes melitus 7%, stroke lama 5%, ginjal 5%, jantung koroner 2% dan dislipidemia yang diketahui 2%. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2 berikut.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
37
Tabel 4.1. Karakteristik dasar subyek penelitian Variabel Kelompok Usia (tahun) Jenis Kelamin Suku
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Status nikah IMT
60-74 75-84 ≥ 85 Laki-laki Perempuan Batak Betawi Cina Jawa Kalimantan Maluku Padang Palembang Sunda Tapsel Islam Kristen Katolik Pensiunan Tidak bekerja Lainnya Tidak sekolah Tingkat dasar Tingkat menengah Tingkat tinggi Janda/duda Tidak kawin <18,5 (BB kurang) 18,5-22,9 (normal) 23-24,9 (BB berlebih) 25-29,9 (obesitas gr.I) ≥ 30 (obesitas gr.II)
N 32 22 4 24 34 3 11 5 23 1 1 2 2 9 1 47 10 1 5 51 2 17 31 7 3 52 6 6 26 10 15 1
% 55.2% 37.9% 6.9% 41.4% 58.6% 5,2% 19,05% 8,6% 39,7% 1,7% 1,7% 3,4% 3,4% 15,5% 1,7% 81.0% 17.2% 1.7% 8.6% 87.9% 3.4% 29.3% 53.4% 12.1% 5.2% 89.7% 10.3% 10.3% 44.8% 17.2% 25.9% 1.7%
N 1 57 4 54 9 49 3 55 58
% 1.7% 98.3% 6.9% 93.1% 15.5% 84.5% 5.2% 94.8% 100.0%
Tabel 4.2. Karakteristik penyakit yang diderita subyek Penyakit PJK DM HT Riw. Stroke Parkinson
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
38
(lanjutan) Variabel Ginjal Ulkus kaki Dislipidemia Osteoartritis
N 3 55 58 1 57 11 28 21
Ya Tidak Tidak Ya Tidak tahu Ya Tidak Tidak tahu
% 5.2% 94.8% 100.0% 1.7% 98.3% 19% 48,3% 32,8%
4.2. Waktu tempuh uji jalan 400 meter pada usia lanjut Median total waktu yang ditempuh oleh seluruh subyek adalah sebesar 413 detik (6 menit 53 detik), dengan nilai minimum 281 detik (4 menit 41 detik) dan nilai maksimum 901 detik (15 menit 1 detik). Dari ketiga kelompok usia lanjut, didapatkan hasil waktu tempuh hasil uji jalan 400 meter tercepat pada kelompok usia A (60-74 tahun) sebesar median 402 detik (atau 6 menit 42 detik), dengan subyek tercepat berjalan dalam waktu 281 detik (4 menit 41 detik), dan yang paling lambat yaitu 901 detik (15 menit 1 detik). Kemudian diikuti oleh kelompok usia B (75-84 tahun) sebesar median 427 detik (7 menit 7 detik), dengan subyek tercepat berjalan dalam waktu 297 detik (4 menit 57 detik) dan yang paling lambat yaitu 738 detik (12 menit 18 detik). Waktu tempuh terlama dicapai oleh kelompok C (≥ 85 tahun) dengan median 498,5 detik (8 menit 18 detik), dengan subyek tercepat berjalan dalam waktu 400 detik (6 menit 40 detik) dan yang paling lambat yaitu 664 detik (11 menit 4 detik). Hal tersebut di atas dapat dilihat pada tabel 4.3, 4.4, dan gambar 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.3. Waktu tempuh uji jalan 400 meter berdasarkan kelompok usia lanjut (dalam detik) Kelompok Umur 60-74 tahun
Median 402
Minimum 281
Maksimum 901
75-84 tahun
427
297
738
≥ 85 tahun
498,5
400
664
Total
413
281
901
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
39
Tabel 4.4. Waktu tempuh uji jalan 400 meter berdasarkan kelompok usia lanjut (dalam menit) Kelompok Umur 60-74 tahun 75-84 tahun
Median 6:42
Minimum 4:41
Maksimum 15:01
7:07
4:57
12:18
≥ 85 tahun
8:18
6:40
11:04
Total
6:53
4:41
15:01
Nilai waktu tempuh yang dilihat berdasarkan kelompok usia, secara statistik tidak berbeda bermakna (Kruskall Wallis p = 0,181), tapi mengalami kecenderungan untuk menempuh waktu yang lebih lama pada kelompok yang lebih tua. Hal ini dapat dilihat pada diagram boxplot sebagai berikut: 1000 900
9
800
19
700
2
600
waktu (detik)
500 400 300 200 N=
32
22
4
60-74
75-84
=> 85
kelompok usia
Gambar 4.1. Diagram boxplot waktu tempuh uji jalan 400 meter berdasarkan kelompok usia
4.3. Tingkat kemandirian fungsional berdasarkan instrumen FIM pada usia lanjut. Dari 58 subyek yang diteliti, didapatkan rerata skor FIM sebesar 120,10 + 4,5 (dengan nilai minimum 110 dan maksimum 126). Berdasarkan kelompok usia, didapatkan bahwa semakin muda usia, tingkat kemandirian semakin tinggi secara signifikan (ANOVA p = 0,019); yaitu pada kelompok A rerata skor FIM total 121,44 + 3,98, kelompok B 118,95 + 4,88 dan kelompok C 115,75 + 4,11. Nilai
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
40
skor FIM total maksimalnya adalah 126 (mandiri penuh). Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5 dan 4.6 serta diagram 4.3 berikut. Tabel 4.5. Skor FIM berdasarkan kelompok usia Kelompok usia 60-74 75-84 ≥ 85 Total
Rata-rata 121,44 118,95 115,75 120,10
Simpang Baku 3,983 4,884 4,113 4,509
Minimum 110 112 113 110
Maksimum 126 126 121 126
130
Score FIM total
120
110
100 N=
32
22
4
60-74
75-84
=> 85
kelompok usia
Gambar 4.2. Diagram boxplot skor FIM berdasarkan kelompok usia Pada penilaian kemandirian menggunakan instrumen FIM berdasarkan kelompok domain ataupun subtotal skor, dapat dilihat bahwa nilai median dengan selisih terjauh dari nilai maksimum terdapat pada kelompok domain transfer, locomotion dan social cognition. Sedangkan berdasarkan subtotal skornya, kelompok motor mempunyai selisih nilai yang paling besar. (tabel 4.6)
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
41
Tabel 4.6. Penilaian kelompok/subtotal Kelompok domain FIM Selfcare Sphincter control Transfer Locomotion Communication Social cognition Motor subtotal score Cognitive subtotal score
kemandirian Median 42 14 19 12 14 19 87,5 33
menggunakan
instrumen
Minimum 34 10 18 11 13 18 78 19
FIM
per
Maksimum 42 14 21 14 14 21 91 35
Berdasarkan persentase per domain FIM, kemampuan melakukan tiap domain dicapai tertinggi (nilai 7 = mandiri penuh) pada domain grooming (98,3% dari seluruh subyek) dan bowel control (98,3%), kemudian expression (96,6%), bladder control (94,8%), comprehension (94,8%), dan eating (93,1%). Mandiri dengan modifikasi (nilai 6) terbanyak pada problem solving (79,3% dari seluruh subyek), stairs (77,6%), transfer toilet (58,6%), transfer tub-shower (51,7%), walk (51,7%), social interaction (51,7%), dan dressing lower body (43,1%). Sedangkan level terendah yaitu nilai 3 (dibantu sedang) didapatkan pada bladder control 1,7%, nilai 4 (dibantu ringan) pada bathing 10,3% dan nilai 5 (perlu pengawasan atau pengaturan) pada stairs dan bladder control sebanyak masingmasing 1,7% dari seluruh subyek. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7. Berdasarkan persentase subyek yang mandiri, terdapat 8 orang (13,8%) subyek yang mandiri penuh (nilai 7) pada seluruh domain FIM, dan sisanya 50 orang (86,3%) mempunyai level domain kemandirian yang bervariasi, dengan skor FIM 110 hingga 125.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
42
Tabel 4.7. Persentase kemampuan subyek melakukan tiap domain FIM Persentase Domain FIM Selfcare Eating
Nilai 7
Nilai 6
93,1
6,9
Grooming
98,3
1,7
Bathing
62,1
27,6
Dressing upper body
89,7
10,3
Dressing lower body
56,9
43,1
Toileting
75,9
24,1
Sphincter control Bladder control
94,8
1,7
Bowel control
98,3
1,7
Transfer Transfer bed, chair
70,7
29,3
Transfer toilet
41,4
58,6
Transfer tub, shower
48,3
51,7
48,3
51,7
Locomotion Walk Stairs
19
77,6
Communication Comprehension
94,8
5,2
Expression
96,6
3,4
48,3
51,7
Problem solving
20,7
79,3
Memory
77,6
22,4
Social cognition Social interaction
Nilai < 6
10,3
3,4
1,7
4.4. Hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional menggunakan instrumen FIM pada usia lanjut Karena penelitian ini hanya berhasil mengumpulkan 26 orang untuk kelompok usia 75 tahun ke atas, maka analisis hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional menggunakan FIM dilakukan penggabungan kedua kelompok (kelompok 75-84 tahun dan ≥ 85 tahun). Terdapat korelasi dengan kekuatan kuat (r = -0,941) dan signifikan secara statistik (Spearman p < 0,001) antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional menggunakan instrumen FIM secara keseluruhan. Arah negatif menunjukkan semakin sedikit waktu tempuh maka semakin baik tingkat kemandirian subyek. Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
43
Bila dijabarkan berdasarkan kelompok domain FIM, maka didapatkan hubungan kuat (r > - 0,7) pada domain locomotion (-0,884), transfer (-0,861), dan selfcare (0,840). Sedangkan hubungan sedang (r 0,3 – 0,7) terdapat pada kelompok domain social cognition (-0,536), dan communication (-0,417) dan hubungan lemah (r < 0,3) pada domain sphincter control (-0,286); dengan hasil statistik yang signifikan. Bila dijabarkan per domain FIM, terlihat bahwa walk atau berjalan mempunyai hubungan terkuat dengan waktu tempuh uji jalan 400 meter, yaitu sebesar -0,841. Berikutnya berdasarkan urutan adalah transfer toilet, dressing lower body, transfer tub/shower, dan bathing. Sedangkan hubungan lemah terdapat pada domain bowel control, bladder control, grooming, dan expression. Tabel 4.8. Hubungan korelasi domain FIM dengan waktu tempuh DOMAIN FIM Selfcare Eating Grooming Bathing Dressing upper body Dressing lower body Toileting Sphincter control Bladder control Bowel control Transfers Transfer bed, chair Transfer toilet Transfer tub, shower Locomotion Walk Stairs Communication Comprehension Expression Social cognition Social interaction Problem solving Memory Score FIM total
Koefisien korelasi (r) -0,840 -0,386 -0,210 -0,752 -0,460 -0,772 -0,705 -0.286 -0,237 -0,154 -0.861
Signifikansi (p) <0.001 0,003 0,114 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0.029 0,073 0,247 <0.001
-0,731 -0,782 -0,761
<0,001 <0,001 <0,001 <0.001
-0.884
<0,001 <0,001
-0,841 -0,681 -0.417
0.001 -0,323 -0,248
-0.536
0,013 0,060 <0.001
-0,362 -0,514 -0,369 -0.941
0,005 <0,001 0,004 <0.001
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
44
4.5. Analisis tambahan : Rata-rata skor FIM berdasarkan kelompok waktu tempuh menurut Simonsick Berdasarkan klasifikasi waktu tempuh uji jalan 400 meter, dengan cut-off point dari Health ABC (Simonsick dkk), didapatkan sebanyak 48,3% subyek yang menempuh waktu diatas 7 menit, 32,8% menempuh waktu antara 5 menit 30 detik hingga 7 menit, dan 19% menempuh waktu kurang dari 5 menit 30 detik. Klasifikasi waktu tempuh ini dibuat berdasarkan estimasi Astrand yang dikaitkan dengan rumus Simonsick untuk mendapatkan estimasi VO2max dari uji jalan 400 meter. Bila dilihat dari pengelompokan waktu tempuh uji jalan 400 meter terhadap skor FIM, didapatkan bahwa nilai rata-rata skor FIM terkecil pada kelompok dengan waktu tempuh diatas 7 menit, sebesar 116,25 dan berbeda signifikan dibandingkan kelompok dengan waktu tempuh dibawah 7 menit. Setelah dihitung kekuatan analisisnya menggunakan Stata ver.9, besar sampel penelitian (28 orang untuk kelompok diatas 7 menit dan 19 orang untuk kelompok 5:30 - 7 menit) ternyata masih memenuhi kekuatan penelitian diatas 80%. Namun untuk analisis perbandingan dengan kelompok waktu tempuh dibawah 5:30 menit, jumlah sampel hanya 11 orang ternyata belum memenuhi kekuatan penelitian yang baik sehingga tidak bisa digeneralisasi suatu kesimpulan dari analisis tersebut. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini. Tabel 4.9. Rata-rata skor FIM berdasarkan kelompok waktu tempuh menurut Simonsick Waktu Rata-rata Simpang tempuh N Skor FIM baku Min. > 7 menit 28 116,25 3,284 110 5:30 - 7 menit 19 122,95 1,870 120 < 5:30 11 125,00 1,342 122 Total 58 120,10 4,599 110 *) Uji post hoc bonferroni dengan nilai > 7 menit sebagai referensi **) Uji Anova
Max. 121 126 126 126
Signifikansi (nilai p) Referensi 0,001* 0,001* 0,001**
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
45
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Gambaran umum subyek penelitian Penelitian ini mengambil sampel para warga bina sosial (WBS) yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) di PSTW I (kecamatan Cipayung) dan PSTW III (kecamatan Ciracas), dengan pemilihan panti berdasarkan sistem cluster random sampling dari 5 PSTW yang ada di DKI Jakarta. Sampel diambil secara total sampling di tiap panti yang memenuhi kriteria penerimaan dan pengeluaran dengan jumlah sesuai dengan sistem proporsi. Dari 64 orang yang direncanakan, hanya didapatkan 58 orang yang memenuhi kriteria dan sanggup menyelesaikan uji jalan 400 meter. Jumlah seluruh WBS di kedua PSTW sebanyak 258 orang, dengan PSTW I berjumlah 128 orang dan PSTW III berjumlah 130 orang, dengan usia sebagian besar diatas 60 tahun. Kondisi WBS secara umum bervariasi, mulai dari keadaan mental dan fisik normal, tidak dapat berjalan tanpa alat bantu, terdapat gangguan kejiwaan, dan ada yang dengan ketergantungan total. Kegiatan harian yang ada di panti sangat bervariasi dan diikuti oleh sebagian besar WBS, seperti olahraga / senam 2 kali seminggu masing-masing selama 1 jam, ketrampilan (menjahit dan menganyam), musik (angklung dan rebana), pengajian, ceramah agama, dan panggung gembira. Lebih dari 50% WBS dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri seperti makan, mandi, merawat diri, dan mencuci pakaian. 5.2. Hasil pengumpulan data Sampel penelitian dipilih dari populasi PSTW dengan pertimbangan mempunyai latar belakang yang hampir sama, yaitu pada WBS dengan kognisi yang baik dan mampu berjalan tanpa alat bantu: didapatkan hampir seluruhnya melakukan aktivitas harian yang seragam, disamping secara psikologis mempunyai rasa persatuan yang kuat, saling menolong dan bekerja sama, walau terkadang terdapat pula selisih paham satu dengan lainnya. Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
46
Subyek tampak bersemangat mengikuti tahapan kegiatan penelitian di sela aktivitas harian yang cukup padat. Umumnya para usia lanjut di sebuah panti sosial menunjukkan respek yang cukup tinggi terhadap segala kegiatan dan perhatian khusus yang memfungsikan keberadaan mereka. Setelah lolos kaji etik, penelitian ini didahului oleh proses administrasi meliputi pengajuan ijin kepada Kepala Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, dan Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia I dan III. Proses penelitian di lokasi memakan waktu sekitar lima bulan sejak April hingga Agustus 2012 yang sebelumnya didahului dengan bimbingan teknis oleh para pembimbing penelitian guna kelancaran proses persiapan dan pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan penelitian didahului dengan studi pendahuluan kepada 10 orang subyek, untuk mendapatkan nilai rerata skor FIM guna menghitung besar sampel uji perbedaan rerata. Setelah mendapatkan angka besar sampel keseluruhan, kemudian peneliti melakukan pengambilan data. Dilakukan pemberian informasi tentang penjelasan prosedur penelitian kepada subyek penelitian seperti tertera pada lampiran 1 dan selanjutnya subyek menandatangani surat pernyataan persetujuan menjadi peserta penelitian seperti pada lampiran-2. Proses selanjutnya diikuti dengan pengisian status pemeriksaan fisik oleh peneliti meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan skrining fungsi kognisi. Subyek yang memenuhi kriteria penerimaan dan pengeluaran kemudian dilanjutkan dengan penilaian kemandirian menggunakan formulir FIM yang dilakukan sendiri oleh peneliti dengan cara observasi langsung kepada subyek. Setelah itu pada hari yang berbeda dilakukan uji jalan 400 meter kepada subyek dengan memperhatikan persiapan pra uji jalan yang telah diinformasikan kepada subyek penelitian, dan melakukan prosedur uji jalan sesuai dengan prosedur pada lampiran-5. Waktu untuk pelaksanaan uji jalan 400 meter dilakukan di pagi hari (sekitar pukul 07.00 hingga 08.30) yang dibagi atas beberapa orang per hari, dengan kondisi cuaca yang baik. Tempat pelaksanaan uji jalan adalah di halaman panti yang cukup luas dan memungkinkan membuat track 20 meter, dengan dasar aspal yang rata, dan para peserta menggunakan alas kaki yang biasa dikenakan masing-masing. Pasien
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
47
berjalan secepat mungkin dengan kecepatan yang diusahakan tetap, dan diberi semangat pada tiap putaran. Pada subyek yang diteliti, semula didapatkan 64 orang yang memenuhi kriteria penerimaan dan pengeluaran, tapi setelah melakukan uji jalan 400 meter terdapat 6 orang gugur, sehingga pada hasil akhir terdapat 58 orang yang menyelesaikan penelitian. Subyek yang gugur yaitu berasal dari kelompok A sebanyak dua orang, kelompok B tiga orang, dan kelompok C satu orang. 5.3. Kompetensi menggunakan instrumen FIM Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk menilai tingkat kemandirian subyek adalah FIM (Functional Independence Measure) versi 5.2. FIM ini dibuat oleh Uniform Data System for Medical Rehabilitation (UDSMR) berpusat di New York, Amerika Serikat, dan telah digunakan di banyak negara. Kualitas kontrol FIM cukup terjaga, yaitu penggunanya diharuskan melalui training atau ujian kompetensi. Peserta dinyatakan lulus bila skor mencapai nilai minimal 80. Dalam hal ini, peneliti telah menyelesaikan international licensed personnel exam pada tanggal 4 Desember 2011, menggunakan UDSMR® Online Credentialing System for The FIM System®, dan dinyatakan lulus dengan skor 91,67. Oleh karena itu peneliti dinyatakan kompeten untuk memeriksa dan menilai subyek penelitian dengan menggunakan FIM versi terbaru (5.2). Instrumen FIM dalam penelitian ini dinyatakan valid secara interna karena dilakukan sendiri oleh peneliti. 5.4. Karakteristik subyek penelitian Persentase usia subyek berdasarkan kelompoknya yaitu kelompok A (60-74 tahun) sebesar 55,2%, kelompok B (75-84 tahun) sebesar 37,9%, dan kelompok C (≥ 85 tahun) sebesar 6,9%. Pada perencanaan jumlah sampel semula, berdasarkan rumus perhitungan sampel untuk uji korelasi dan sistem proporsi, didapatkan komposisi kelompok A sebesar 50%, kelompok B+C sebesar 50% (atau B sebesar 35% dan C sebesar 15%). Hal ini sesuai dengan Guralnik JM dkk pada data demografi dan epidemiologi proporsi usia lanjut di USA tahun 2010 yaitu bahwa usia ≥ 85 tahun adalah sekitar 15% dari penduduk berusia ≥65 tahun.60 Bergesernya persentase dari rencana semula diakibatkan sulitnya mencari sampel
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
48
usia ≥ 85 tahun yang memenuhi kriteria penerimaan dan pengeluaran serta berhasil menyelesaikan uji jalan, oleh karena rata-rata fungsi pendengaran dan penglihatan pada kelompok ini sudah sangat terganggu, disamping adanya gangguan balance dan kognisi. Faktor lain yang juga menjadi penyulit adalah bahwa kelompok usia tersebut jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, hal ini sesuai dengan angka harapan hidup di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 yaitu 70,9 tahun.7 Data BPS (2010) menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia usia 60-74 tahun adalah sebanyak 14.630.500 atau 6,2% dari jumlah seluruh penduduk, dan usia ≥ 75 tahun sebanyak 3.944.500 atau 1,68% dari seluruh penduduk atau 21,24% dari jumlah penduduk ≥ 60 tahun.7 Tidak terdapat data khusus untuk jumlah usia lanjut Indonesia yang berusia ≥ 85 tahun. Jenis kelamin subyek didominasi oleh perempuan sebanyak 58,6%, sedangkan laki-laki 41,4%. Hal ini hampir sesuai dengan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2011, yaitu usia lanjut terbanyak adalah perempuan sebanyak 54,03%, dan laki-laki 45,97%.65 Tingkat
pendidikan subyek terbanyak adalah tingkat
dasar (SD atau
SMP/sederajat) sebesar 53,4%, kemudian diikuti 29,3% yang tidak bersekolah, 12,1% menyelesaikan SMA/sederajat, dan 5,2% menyelesaikan perguruan tinggi. Bila dilihat pendidikan penduduk Indonesia berdasarkan SKRT (2011) yaitu jumlah penduduk yang tidak bersekolah dan tidak tamat SD adalah 20,02%, yang menyelesaikan hanya sampai tingkat dasar (SD dan SMP/sederajat) adalah 50,29%, dan tingkat menengah (SMA/sederajat) sebesar 29,69%, maka rata-rata penduduk Indonesia didominasi oleh penyelesaian pendidikan hanya sampai tingkat dasar.65 Pada penelitian ini seluruh subyek dapat memahami pertanyaan dan instruksi selama proses penelitian, walau pada beberapa orang diperlukan pengulangan instruksi maupun pemberian contoh aktivitas yang akan diujikan. Status penikahan pada subyek, sebanyak 90% sebagai janda/duda, dan 10% tidak menikah. Umumnya WBS berasal dari keluarga yang kurang mampu, yang tidak dapat mengurus orang tua ataupun keluarganya yang sudah memasuki usia lanjut.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
49
Berdasarkan penyakit yang diderita subyek, didapatkan tertinggi adalah osteoartritis
sebanyak 19% yang telah diketahui dari data sekunder dan
anamnesis, dan 32,8% lainnya belum diketahui tapi sudah mengarah kepada OA dengan gejala kaku di pagi hari kurang dari 30 menit, yang membaik setelah digerakkan, untuk lutut sering berbunyi saat berjalan, dan sebagian sudah menunjukkan deformitas lutut. Osteoartritis terbanyak yang diderita adalah pada bagian lutut. Penyakit selanjutnya yang diderita subyek yaitu hipertensi sebesar 15,5%, diabetes melitus 7%, stroke lama 5%, batu ginjal 5%, jantung koroner 2%, dan dislipidemia yang diketahui 2%. Hal ini sesuai dengan data Centers for Disease Control and Prevention tahun 2007, yang dikutip oleh Guralnik dkk bahwa dominasi penyakit yang diderita pada usia lanjut adalah gangguan muskuloskeletal (terutama artritis dan penyakit sendi kronis), yang kemudian diikuti dengan hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, dan kanker.60 Semua penyakit yang diderita subyek pada penelitian ini berada pada kriteria stabil, artinya merupakan penyakit kronis yang tidak sedang eksaserbasi. Mayoritas subyek mempunyai indeks massa tubuh subyek yang normal (45%) berdasarkan kriteria Asia Pasifik, dengan 26% obesitas grade I, 17% berat badan berlebih, dan 10% berat badan kurang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah Muis, bahwa sebagian kelompok usia lanjut rentan terhadap kemungkinan kurang gizi, sebaliknya pola hidup sedenter juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya obesitas.66 Fungsi kognisi seluruh subyek pada penelitian ini diskrining dengan instrumen MMSE, dan didapatkan nilai 23-30 yang berarti kognisi baik. 5.5. Waktu tempuh uji jalan 400 meter pada usia lanjut Pada penelitian ini, median waktu yang ditempuh oleh seluruh subyek untuk menyelesaikan uji jalan 400 meter adalah sebesar 413 detik (6 menit 53 detik), dengan nilai minimum 281 detik (4 menit 41 detik) dan nilai maksimum 901 detik (15 menit 1 detik). Rentang waktu yang didapatkan tentu tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan berjalan pada uji jalan ini, di antaranya yang dapat diperkirakan yaitu faktor usia, antropometrik (berat badan, tinggi badan, panjang langkah), performa lokomotor, kebugaran kardiorespirasi Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
50
dan penyakit yang diderita subyek; sehingga didapatkan distribusi yang tidak normal. Keterkaitan faktor-faktor yang berpengaruh tersebut tidak diteliti pada penelitian ini. Nilai waktu tempuh uji jalan 400 meter mempunyai kecenderungan untuk semakin bertambah sesuai dengan pertambahan usia (gambar 4.1). Median waktu tempuh tercepat ialah pada kelompok usia A sebesar 402 detik (atau 6 menit 42 detik), kemudian diikuti oleh kelompok B sebesar 427 detik (7 menit 7 detik), dan waktu tempuh terlama dicapai oleh kelompok C dengan median 498,5 detik (8 menit 18 detik). Hal ini sesuai dengan Pakasi (2007) pada studinya tentang performa uji jalan 400 meter pada kelompok perempuan penderita diabetes dibandingkan dengan kontrol pada 3 kelompok usia, didapatkan bahwa kelompok sehat dengan usia 40-49 tahun rerata waktu tempuhnya adalah 209,36 detik (3 menit 29 detik), usia 50-59 tahun reratanya 229,93 detik (3 menit 49 detik), dan usia 60-69 tahun reratanya 272,90 detik (4 menit 32 detik). Demikian pula untuk kelompok penderita diabetes sebagai kelompok studi, didapatkan bahwa pada usia 40-49 tahun rerata waktu tempuhnya yaitu 298,43 detik (4 menit 58 detik), usia 50-59 tahun 310,21 detik (5 menit 10 detik), dan usia 60-69 tahun 352,60 detik (5 menit 52 detik). Studi ini menguatkan terjadinya waktu tempuh lebih lama pada kelompok usia yang lebih tua, dengan atau tanpa diabetes melitus.22 Pada studi tersebut juga didapatkan bahwa pada penderita DM waktu tempuh uji jalan 400 meter lebih lama daripada kelompok yang sehat.22,67 Untuk melakukan aktivitas berjalan apalagi dengan jarak yang cukup jauh (400 meter) diperlukan berbagai komponen dasar yaitu kekuatan otot, ketahanan otot, ketahanan kardiorespirasi, keseimbangan, fleksibilitas, dan koordinasi. Seiring dengan bertambahnya usia, hampir seluruh komponen mengalami penurunan. Menurut Nygard dkk, terjadi penurunan sekitar 4-5% per tahun pada kapasitas muskuloskeletal sejak usia 51 tahun.37 Sedangkan Miller dkk menyatakan terjadi penurunan kecepatan berjalan pada usia lanjut ≥ 60 tahun sebesar 1-2% per tahun.38 Marsh AP dkk (2006) meneliti hubungan antara kekuatan otot ekstremitas bawah dengan waktu tempuh uji jalan 400 meter pada 720 usia lanjut, hasilnya
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
51
adalah kekuatan otot dan power ekstremitas bawah merupakan prediktor terpenting terhadap waktu tempuh uji jalan 400 meter.14 Pada usia diatas 60 tahun, kekuatan otot menurun 1,4 - 2,5% per tahun, sedangkan power otot menurun sekitar 3,5% per tahun.34 Nilai rerata waktu tempuh uji jalan 400 meter oleh usia lanjut selain yang telah disebutkan di atas, juga didapatkan dari berbagai penelitian, di antaranya: Marsh AP dkk (2006) sebesar 330,9 detik (5 menit 30 detik)14 ,Simonsick EM et al (2006) sebesar 4 menit 15 detik18, Rolland dkk (2004) sebesar 5 menit 36 detik12, Simonsick dkk (2001) sebesar 5 menit 11 detik9, Vestergaard dkk (2009) pada usia lanjut dengan keterbatasan fungsional sebesar 8,17 ± 1,89 menit16, serta Chang M dkk (2004) juga pada usia lanjut dengan keterbatasan fungsional sebesar 7,3 ± 1,6 menit46. Nilai rerata waktu tempuh uji jalan 400 meter dari berbagai studi di atas bervariasi dan belum dapat digeneralisir nilai rata-rata pada seluruh usia lanjut di dunia. Data yang diperoleh lebih banyak berasal dari luar negeri dengan berbagai perbedaan yang cukup signifikan dengan populasi kita, terutama dalam hal antropometrik sampel. Panjang langkah, yang juga dipengaruhi oleh tinggi badan, akan sangat mempengaruhi kecepatan berjalan.68 Uji jalan 400 meter merupakan uji kebugaran kardiorespirasi, karena pada jarak yang panjang diperlukan endurans atau kebugaran kardiorespirasi disamping komponen dasar lainnya. Bila dipandang dari sudut sistem energi, uji jalan 400 meter ini berada pada zona area “aman”, yaitu dengan kisaran waktu tempuh ratarata 3 hingga 9 menit, maka penggunaan energi aerobik dan anaerobik adalah hampir berimbang (antara 50-50% dan 60-40%)47, sehingga dikatakan aman untuk dilakukan oleh usia lanjut. Uji jalan pada usia lanjut dibuktikan lebih tepat dengan berbasis jarak karena target jarak lebih terukur sehingga lebih menjadi motivasi untuk menyelesaikan putaran demi putaran.9,17
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
52
5.6. Tingkat kemandirian fungsional berdasarkan instrumen FIM pada usia lanjut. Berdasarkan kelompok usia, pada kelompok A (60-74 tahun) didapatkan rerata skor FIM 121,44, pada kelompok B (75-84 tahun) sebesar 118,95 dan kelompok C (≥ 85 tahun) sebesar 115,75; dengan tingkat kemaknaan yang signifikan (ANOVA p = 0,019). Nilai skor FIM total maksimalnya adalah 126 (mandiri penuh). Hal ini menandakan bahwa semakin bertambah usia, tingkat kemandirian akan semakin berkurang. Sesuai dengan Zimmerman SI dkk (1994) berdasarkan data dari National Health Interview Survey, USA, 1984, yang menyatakan bahwa proporsi orang yang mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitasnya meningkat secara dramatis sesuai dengan usia. Proporsi ketergantungan pada usia 75-84 tahun meningkat sekitar dua kali lipat dibandingkan usia 65-74 tahun. Sedangkan proporsi ketergantungan pada usia 85 tahun ke atas meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan kelompok usia 75-84 tahun.69 Pada penelitian ini, dari 58 subyek yang diteliti didapatkan rerata skor FIM total sebesar 120,10 ± 4,5 (dengan nilai minimum 110 dan maksimum 126), atau sekitar 95,3% dari skor total untuk mandiri penuh. Nilai rerata ini belum dapat menggambarkan tingkat kemandirian secara umum, karena harus dilihat per individu dan per domain. Berdasarkan persentase per domain FIM, kemampuan melakukan tiap domain dicapai tertinggi (nilai 7 = mandiri penuh) sesuai urutannya yaitu pada domain grooming
dan
bowel
control,
kemudian
expression,
bladder
control,
comprehension, dan eating. Mandiri dengan modifikasi (level 6) terbanyak pada problem solving, stairs, transfer toilet, transfer tub-shower, walk, social interaction, dan dressing lower body. Sedangkan level terendah yaitu nilai 3 (dibantu sedang) didapatkan pada bladder control, nilai 4 (dibantu ringan) pada bathing, dan nilai 5 (perlu pengawasan atau pengaturan) pada stairs dan bladder control (tabel 4.7). Makna dari penemuan ini adalah bahwa sebagian besar aktivitas merawat diri, kontrol BAB dan BAK, serta komunikasi, dapat dilakukan
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
53
secara mandiri oleh mayoritas subyek penelitian. Aktivitas locomotion dan transfer umumnya dilakukan mandiri dengan modifikasi, yaitu memerlukan waktu lebih lama atau memerlukan pegangan tangan saat naik/turun tangga. Hanya sedikit subyek yang bermasalah untuk mengontrol BAK dan tidak dapat menaiki tangga satu flight. Pada gangguan mengontrol BAK, hal ini dikarenakan adanya penyakit diabetes melitus, yang walaupun subyek mengaku minum obat rutin tapi terkadang sulit menahan BAK saat tertidur di malam hari. Menurut peneliti, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengevaluasi faktor penyebab yang lain, di samping cek kadar gula darah rutin untuk memantau keefektifan jenis dan dosis obat. Untuk kesulitan menaiki tangga, didapatkan pada satu orang subyek dengan OA genu bilateral dan deformitas varum 20. Subyek tersebut merasa nyeri saat menaiki maupun menuruni tangga dengan maksimal lima anak tangga sehingga tidak dapat mencapai kriteria mencapai 12-14 anak tangga; oleh karena itu dikategorikan menjadi skor 5. Berdasarkan persentase subyek yang mandiri, sebanyak 13,8% subyek yang mandiri penuh (nilai 7) pada seluruh domain FIM, yaitu dengan skor FIM total 126 dan sisanya 86,3% mempunyai level domain kemandirian yang bervariasi, mulai dari tidak mandiri yang dimodifikasi (nilai 3-5), hingga mandiri dengan modifikasi (nilai 6), dengan skor FIM total 110 hingga 125. Tiap orang dapat mempunyai nilai kemandirian yang bervariasi pada ke-18 domain. Hal ini sesuai dengan Zimmerman SI dkk dan Gill dkk, bahwa domain ADL ketergantungan tertinggi yang dialami usia lanjut yaitu dalam hal mandi, berjalan, memakai pakaian, inkontinensia, transfer dari tempat tidur ataupun kursi, dan menggunakan toilet. Tiap orang dapat mengalami kesulitan pada lebih dari satu domain aktivitas.69,70 Sedangkan Fulton JP dkk dan Cornoni-Huntley JC dkk mendapatkan bahwa prosentase tertinggi kesulitan melakukan ADL pada usia lanjut yaitu berjalan (19%), mandi dan pergi keluar rumah (10%), transfer dari dan ke tempat tidur dan kursi (8%), memakai pakaian (6%), dan menggunakan toilet (4%).71,72 Miller dan Alexander menyatakan bahwa pada penduduk non-institusi usia 65 tahun ke atas di USA, sekitar 13% mengalami kesulitan dalam melakukan Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
54
aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan 9%-nya kesulitan dalam mandi, 8% dalam berjalan, dan 6% dalam transfer dari dan/ke tempat tidur dan kursi. Angka ini makin meningkat tajam setelah usia 80 tahun, sehingga diperkirakan lebih dari 34% usia lanjut 85 tahun ke atas mengalami masalah mobilitas.38 Berdasarkan data-data tersebut di atas yang dikaitkan dengan penelitian ini, menandakan terdapatnya penurunan tingkat kemandirian pada usia lanjut, dengan faktor usia memegang peranan utama yaitu semakin lanjut (the oldest-old) maka tingkat kemandiriannya akan semakin rendah. Adapun domain yang utama mengalami penurunan yaitu locomotion (stairs, walk), transfer (toilet dan shower), dan social cognition (problem solving dan social interaction). Penurunan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya gangguan muskuloskeletal (terutama artritis dan deformitas), komorbid yang diderita subyek (terutama hipertensi, DM, paru, jantung), di samping menurunnya kekuatan otot, endurance, balance dan fungsi kognisi seiring dengan bertambahnya usia. 5.7. Hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional menggunakan instrumen FIM pada usia lanjut Hasil waktu tempuh uji jalan 400 meter bila dihubungkan dengan tingkat kemandirian fungsional menggunakan instrumen FIM menunjukkan hubungan sangat kuat di antara keduanya, yaitu dengan kekuatan korelasi sebesar - 0,941, dan signifikan secara statistik (Spearman p < 0,001). Arah negatif menunjukkan bahwa semakin cepat waktu tempuh maka semakin tinggi tingkat kemandiriannya. Hal ini sesuai dengan sebuah studi kohort yang dilakukan Newman dkk (2006) bahwa pada subyek yang dapat menyelesaikan uji jalan 400 meter, kenaikan setiap menit dari total waktu yang ditempuh akan meningkatkan risiko keterbatasan
dan
disabilitas
mobilitas
sebanyak
52%,
risiko
penyakit
kardiovaskular 20%, dan risiko kematian hingga 29%.21 Waktu tempuh pada studi ini dibedakan menjadi 4 kuartil: kuatil I (201- < 290 detik), II (290 - < 323 detik), III (323 - < 362), dan IV (362-942 detik), didapatkan bahwa subyek pada kuartil IV (>362 detik atau > 6 menit 2 detik) mempunyai kapasitas fungsional terendah dengan risiko kematian tertinggi dibandingkan dengan kuartil lainnya.21
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
55
FIM merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk menskrining gangguan mobilitas, terutama pada domain locomotion (walk/wheelchair, dan stairs) dan transfers.15 Pada penelitian ini, didapatkan korelasi yang kuat antara waktu tempuh dengan skor beberapa kelompok domain FIM yaitu locomotion (0,884), transfers (-0,861), dan selfcare (-0,832) dengan hasil yang signifikan. Bila dijabarkan lebih detail, kelompok domain tersebut dengan kekuatan korelasi kuat yaitu locomotion terdiri dari walk (-0,841) dan stairs (-0,681); transfers terdiri dari transfer toilet (-0,782), transfer tub/shower (-0,761), dan transfer bed/chair (-0,731); serta selfcare pada domain tertentu yaitu dressing lower body (-0,772), bathing (-0,724), dan toileting (-0,705). Semakin singkat waktu tempuh pada uji jalan 400 meter, yang artinya semakin cepat kemampuan untuk berjalan, maka kemampuan mobilitasnya adalah semakin baik, sehingga kemampuan subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas fisik yang memerlukan lima komponen dasar seperti yang diperlukan untuk berjalan 400 meter, dapat dilakukan dengan lebih baik. Kelima komponen dasar tersebut adalah kekuatan otot, ketahanan otot maupun kardiorespirasi, keseimbangan, koordinasi, dan fleksibilitas; sesuai dengan konsep hierarki fungsi fisik.73 Bila komponen dasar ini baik, maka seseorang dapat melakukan gerakan fisik spesifik, seperti uji jalan 400 meter, yang artinya kemampuannya sudah naik pada level integrasi I. Lebih lanjut, orang tersebut akan mampu melakukan tugas atau aktivitas yang bertujuan, contohnya melakukan AKS seperti mandi, naik tangga, yang artinya sudah naik pada level integrasi II. Pada akhirnya orang tersebut akan dapat berperan atau mempunyai role function dalam kehidupannya (level integrasi III).73 Hal tersebut dapat dilihat pada penelitian ini, yaitu adanya korelasi kuat antara waktu tempuh dengan kemandirian melakukan aktivitas sehari-hari. Dengan kemampuan berjalan yang baik, mengakibatkan seorang usia lanjut dapat melakukan aktivitas lainnya dengan lebih baik, seperti transfer, naik tangga, mandi, dan seterusnya; yang artinya, tingkat kemandiriannya menjadi lebih tinggi. Pada domain walk atau berjalan, subyek diuji dengan berjalan minimal 50 meter. Korelasi yang sangat kuat antara domain berjalan dengan uji jalan 400 meter tentu dikarenakan untuk melakukannya sama-sama memerlukan ke-5 komponen dasar
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
56
termasuk kebugaran kardiorespirasi. Hal yang sama juga terjadi pada domain stairs yaitu menaiki atau menuruni tangga satu flight (12-14 anak tangga). Hal ini sesuai dengan Verghese J dkk (2008), pada studi tentang kesulitan menaiki dan menuruni tangga pada
usia lanjut tanpa disabilitas, didapatkan 140 orang
mengalami kesulitan menaiki tangga dan 83 orang kesulitan menuruni tangga, sedangkan 59 orang mengalami kesulitan keduanya. Kesulitan menaiki tangga berhubungan dengan hipertensi, artritis, gejala depresi, gangguan keseimbangan, dan kekuatan grip. Subyek dengan kesulitan menuruni tangga lebih sering mengalami jatuh. Didapatkan hubungan antara kedua aktivitas tersebut dengan klaudikasio tungkai, rasa takut jatuh, gait lambat dan gangguan gait nonneurologis. Kesulitan sekaligus pada kedua hal tersebut (menaiki dan menuruni tangga) berhubungan kuat dengan keterbatasan aktivitas.74 Untuk domain transfers, komponen yang lebih diuji adalah keseimbangan, koordinasi, fleksibilitas dan kekuatan otot. Mayoritas subyek melakukannya dengan penuh kehati-hatian, terutama untuk transfer toilet, dengan waktu yang lebih lama dari yang biasanya dikerjakan oleh orang lain. Di PSTW tempat sampel berada, sebagian toiletnya adalah toilet jongkok. Pada domain bathing, juga diperlukan ketahanan dan kekuatan otot, keseimbangan, fleksibilitas, dan koordinasi, untuk dapat melakukan kegiatan menyiram tubuh, menyabuni ke-10 area tubuh, serta mengeringkannya (lihat lampiran-9). Sebagian subyek memerlukan waktu lebih lama dari umumnya untuk kegiatan mandi ini, ada juga yang tidak dapat menyabuni 100% area tubuh terutama tungkai bawah yaitu pada subyek dengan kondisi skoliosis lumbal atau kifotik berat, atau sering mengalami nyeri pinggang saat beraktivitas. Pada domain dressing lower body, diperlukan keseimbangan, fleksibilitas, koordinasi, dan kekuatan otot, untuk dapat memakai dan melepaskan pakaian dari pinggang ke bawah, termasuk pakaian dalam, celana, rok, kaos kaki, sepatu, mengaitkan kancing, atau memakai reustleting; pada waktu yang sewajarnya dilakukan orang normal secara aman. Sebagian subyek memerlukan posisi duduk untuk mengenakan pakaian bawah ini, dan dalam waktu yang cukup lama.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
57
Kekuatan korelasi yang telah disebutkan di atas, dapat dipraktikkan dalam kegunaan klinis praktis, yaitu bahwa hasil waktu tempuh uji jalan 400 meter dapat memprediksi kemampuan kemandirian usia lanjut di aspek locomotion, transfer dan selfcare (dressing lower body, bathing, dan toileting) dengan cukup baik, tapi tidak cukup akurat untuk memprediksi aspek sphingter control dan kognitif. Dari berbagai penelitian, pemilihan jarak 400 meter didasarkan pada kategori disabilitas, yaitu seseorang dikatakan memiliki disabilitas mobilitas bila tidak dapat berjalan sedikitnya ¼ mil (400 meter).14,15,74 Pada penelitian ini, seluruh subyek dapat menyelesaikan uji jalan 400 meter, walaupun terdapat 3 orang (5,2% dari total subyek) yang berhenti untuk istirahat dan kemudian melanjutkan berjalan lagi. Penyebab subyek berhenti ini ada yang disebabkan oleh nyeri pinggang (pada subyek dengan skoliosis lumbal dan kifosis torakal berat, serta obesitas grade I), tungkai lelah (pada subyek dengan OA genu, varum 20/10, obesitas grade I, menderita hipertensi dan DM terkontrol), dan lelah (pada subyek dengan riwayat sering batuk-batuk, dengan penurunan SaO2 dari 96% menjadi 93%, dan skala Borg pasca uji jalan yaitu usaha 14/sedikit berat, dan sesak 3/sedang), tapi ketiga subyek ini tetap ingin melanjutkan uji jalan hingga selesai setelah istirahat selama kurang dari satu menit. Berdasarkan studi Vestergaard dkk (2009), kejadian berhenti untuk istirahat pada uji jalan 400 meter mempunyai korelasi kuat dengan insidens disabilitas mobilitas pada follow up setelah 6 dan 12 bulan kemudian.16 Pada penelitian ini juga didapatkan 6 orang yang gugur atau tidak dapat menyelesaikan uji jalan 400 meter dikarenakan berbagai penyebab. Yaitu 2 orang pada kelompok A, 3 orang pada kelompok B, dan 1 orang pada kelompok C. Pada kelompok A dengan usia rata-rata 73 tahun, subyek tidak kuat menyelesaikan uji jalan 400 meter karena nyeri akibat gangguan muskuloskeletal (VAS 7-9), yaitu 1 orang dengan keluhan nyeri di ankle, mempunyai obesitas derajat II, dan 1 orang dengan keluhan nyeri di pinggang, dengan kifotik torakal berat (jarak oksiput dinding 30 cm), obesitas derajat II, dan hipertensi terkontrol. Pada kelompok B dengan usia rata-rata 80 tahun, didapatkan ke-3 nya berhenti dengan keluhan sakit pinggang, yaitu (i) dengan skoliosis lumbal struktural ke kiri, OA lutut, dan
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
58
hipertensi terkontrol; (ii) dengan kifosis torakal dan skoliosis lumbal ke kiri; (iii) dengan kifosis torakal berat, dan OA lutut. Kelompok C berusia 92 tahun, hanya dapat menyelesaikan 160 meter, dengan keluhan capek, tidak kuat, skala Borg pasca uji jalan yaitu usaha 15/berat, sesak 3/sedang, dan kaki lelah 3/sedang. Berdasarkan uraian ini didapatkan penyebab drop-out pada sampel rata-rata adalah akibat gangguan di muskuloskeletal, dengan tidak terlalu memandang usia. Pada skrining awal dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, subyek masih lolos kriteria penerimaan dan penolakan. Tapi dengan uji jalan yang memerlukan tenaga ekstra karena subyek diminta berjalan secepat mungkin yang mampu dilakukan, mungkin memprovokasi nyeri yang sebelumnya tidak begitu dirasakan. Bila dihubungkan dengan skor FIM nya memang didapatkan angka yang kurang (sebagai contoh pada satu orang yang gugur di kelompok C didapatkan skor FIM sebesar 104), akan tetapi tidak dapat dianalisa korelasinya karena subyek tidak dapat menyelesaikan uji jalan. Dalam studi oleh Rolland dkk (2004) didapatkan bahwa pada populasi usia lanjut, disabilitas berjalan didefinisikan sebagai ketidakmampuan seorang individu untuk menempuh jarak 400 meter dalam waktu 15 menit dengan kecepatan berjalan biasa.16 Pada penelitian ini didapatkan hanya satu subyek yang menyelesaikan uji jalan 400 meter dalam waktu lebih dari 15 menit, yaitu 15 menit 1 detik, dengan kondisi skoliosis lumbal dan kifosis torakal berat, obesitas grade I, skor FIM 116, dan sempat berhenti 1 kali karena nyeri pinggang. Hal ini menunjukkan hubungan kuat antara lamanya waktu tempuh uji jalan dengan berkurangnya skor kemandirian pada subyek ini. Walaupun aktivitas sehari-hari dapat dikerjakan sendiri tanpa asisten, tetapi sebagian besar dimodifikasi, baik dengan lambatnya pengerjaan tugas, tidak tuntas sesuai dengan seharusnya (seperti hanya 80% bagian tubuh yang dapat dijangkau untuk disabuni), memerlukan berpegangan pada hand-rail atau tembok pada saat tertentu, dan memerlukan kehati-hatian ekstra. Simonsick dkk dalam grup studi Health ABC (2006) berhasil membuat cut-off point waktu tempuh yang dihubungkan dengan disabilitas, berdasarkan rumus VO2max dari hasil uji jalan 400 meter dan estimasi Astrand. Pada studi ini
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
59
didapatkan bahwa seorang individu yang menempuh waktu lebih dari 7 menit dengan kecepatan maksimal, berarti memiliki keterbatasan fungsional nyata; sedangkan individu yang berjalan lebih dari 5 menit 30 detik dengan kecepatan maksimal, dapat berisiko tinggi mengalami kesulitan melakukan aktivitas fungsional.18 Pada penelitian ini terdapat 48,3% subyek yang menyelesaikan uji jalan 400 meter dalam waktu diatas 7 menit, 32,8% yang menyelesaikan dalam waktu 5 menit 30 detik hingga 7 menit, dan 19% yang menyelesaikan dalam waktu kurang dari 5 menit 30 detik. Bila dihubungkan dengan kriteria Simonsick diatas, dari penelitian ini berarti sekitar 48% subyek sebetulnya mengalami keterbatasan fungsional, dan 33% berisiko untuk mengalami disabilitas. Hal ini dapat diperkuat dengan capaian skor FIM total pada ke-3 kelompok tersebut, seperti tergambarkan pada tabel 4.9, yaitu pada kelompok diatas 7 menit rata-rata skor FIM-nya adalah 116,25, sedangkan untuk kelompok 5:30 – 7 menit rata-rata skor FIM-nya adalah 122,95. Bila dilihat dari signifikansinya, nilai rata-rata skor FIM terkecil pada kelompok dengan waktu tempuh diatas 7 menit (sebesar 116,25) dan berbeda signifikan dibandingkan kelompok dengan waktu tempuh dibawah 7 menit, dengan kekuatan penelitian diatas 80%. Oleh sebab itu, dapat ditegakkan kesimpulan bahwa batas waktu tempuh diatas 7 menit dapat membedakan kemampuan kemandirian secara signifikan, sesuai dengan kriteria Simonsick di atas. Pada studi terbaru oleh Simonsick dkk (2008), mengenai keterbatasan mobilitas pada 3056 usia lanjut sehat berusia 70-79 tahun di komunitas, yang terdeteksi dengan uji jalan 400 meter; didapatkan 23% laki-laki dan 36% perempuan terbukti mengalami defisit dalam mobilitas yang sebelumnya tidak diketahui (yaitu di antaranya dengan hasil waktu tempuh diatas 7 menit), sehingga disimpulkan uji jalan 400 meter ini dapat membantu mengidentifikasi defisit mobilitas dan berguna sebagai dasar tatalaksana guna memperlambat kehilangan fungsi mobilitas.76
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
60
5.8. Hambatan dan keterbatasan penelitian Penelitian ini ditujukan untuk melihat adanya hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional pada usia lanjut. Hambatan yang ditemukan pada penelitian ini adalah kesulitan mencari sampel dengan jumlah sesuai dengan yang direncanakan, karena sulitnya mencari sampel usia lanjut yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, serta dapat menyelesaikan uji jalan 400 meter, terutama pada kelompok the oldest-old (≥ 85 tahun). Total sampel yang didapat adalah 58 subyek dari 64 subyek yang direncanakan. Kesulitan lainnya adalah dalam hal menjaga keamanan atau safety subyek pada pelaksaan penelitian, dengan diperlukan pendampingan dan pengawasan yang ekstra ketat, adanya peralatan P3K, oksigen, dan keterampilan life saving. Pada penelitian ini penyakit yang diderita subyek didiagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan data sekunder yang ada. Untuk lebih memastikan kondisi kesehatan subyek, bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan penunjang tambahan guna kewaspadaan terhadap faktor risiko yang belum terdeteksi dan keamanan dalam melakukan uji latih.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
61
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan 1. Nilai waktu tempuh uji jalan 400 meter pada usia lanjut di PSTW I dan III adalah didapatkan median 413 detik (6:53 menit) dengan minimum 281 detik (4:41 menit) dan maksimum 901 detik (15:01 menit). 2. Tingkat kemandirian fungsional berdasarkan instrumen FIM pada usia lanjut adalah sebesar rerata 120 ± 5. Hanya 13,8% subyek mempunyai tingkat mandiri penuh (skor FIM 126). Kemampuan kemandirian terendah yang harus diperhatikan adalah pada locomotion (stairs, walk), transfer (toilet dan shower), dan social cognition (problem solving dan social interaction). 3. Terdapat hubungan kuat antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional menggunakan instrumen FIM pada usia lanjut (r = - 0,941) dengan nilai signifikan secara statistik (Spearman p < 0,001). Dalam kegunaan klinis praktis, waktu tempuh cukup baik untuk memprediksi kemampuan kemandirian di aspek locomotion, transfer dan selfcare (dressing lower body, bathing, dan toileting), tapi tidak akurat untuk memprediksi sphingter control dan kognitif. 4. Batas waktu tempuh uji jalan 400 meter sebesar 7 menit, dapat menjadi cut-off point yang membedakan kemampuan kemandirian secara signifikan.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
62
6.2. Saran 1. Instrumen FIM yang telah peneliti dapatkan lisensi penggunaannya, dapat diaplikasikan untuk selanjutnya pada bidang kedokteran fisik dan rehabilitasi Indonesia. Diperlukan penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia dan modifikasi beberapa kalimat yang disesuaikan dengan kondisi populasi Indonesia atas izin dari UDSMR. 2. Uji jalan 400 meter dapat digunakan sebagai salah satu uji latih pada usia lanjut sekalipun menderita penyakit kronis yang tidak sedang eksaserbasi. Uji jalan 400 meter ini ditujukan untuk mengukur kapasitas fungsional, keterbatasan mobilitas dan disabilitas. 3. Diperlukan peranan program kedokteran fisik dan rehabilitasi untuk melakukan
tindakan
preventif
terhadap
risiko
terjadinya
penurunan
kemandirian pada usia lanjut, terutama pada aspek locomotion (stairs, walk), transfer, dan social cognition (problem solving dan social interaction). Pemberian program latihan spesifik pada usia lanjut, khususnya dalam hal peningkatan kekuatan otot, ketahanan otot dan kardiorespirasi, keseimbangan, fleksibilitas, koordinasi, serta kognisi, sangat diperlukan sebagai pencegahan disabilitas, dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup. 4. Lingkungan tempat tinggal seorang usia lanjut harus memenuhi persyaratan keamanan dan memfasilitasi kemudahan untuk melakukan AKS, seperti dengan menambahkan hand-rail pada semua tangga dan di dalam kamar mandi, memberi alas karet pada lantai di beberapa tempat yang berisiko licin guna menghindari risiko jatuh, penerangan yang cukup, serta mengganti toilet jongkok dengan toilet duduk. 5. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah subyek berusia diatas 85 tahun yang lebih banyak, oleh karena dengan sedikitnya subyek pada kelompok usia tersebut mengakibatkan hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada kelompok usia tersebut.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
63
DAFTAR PUSTAKA
1. Brotzman SB. Wilk KE. Clinical orthopaedic rehabilitation. 2nd ed. USA: Mosby; 2003.p.530-8. 2. Frontera WR, Meredith CN. Exercise in the rehabilitation of the elderly. In: Felsenthal G, Garrison S, Steinberg FU, editors. Rehabilitation of the aging and the elderly patient. USA: Williams & wilkins; 1994.p.35-46. 3. Nasir. Dua dari lima orang Indonesia berisiko osteoporosis. 22 Oktober 2008. [diunduh
tanggal
2
Februari
2011].
Tersedia
di
http://dokternasir.web.id/2008/10/dua-dari-lima-orang-indonesia-berisikoosteoporosis.html 4. Depkominfo. Jumlah lansia di Indonesia 16,5 juta orang. 25 Mei 2009. [diunduh tanggal 5 Mei 2011]. Tersedia di http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/jumlah-lansia-di-indonesia165-juta-orang/ 5. Atmaji DW. Forum Jakarta untuk perlindungan lansia digelar di Bappenas: Jumlah lansia 2025 diproyeksikan 62,4 juta jiwa. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Siaran Pers. Jakarta: 12 November 2007. 6. Komnas lansia. [Diunduh tanggal 20 Agustus 2011]. Tersedia di http://www.komnaslansia.or.id 7. Badan Pusat Statistik. Perkembangan beberapa indikator utama sosialekonomi Indonesia.Jakarta: BPS; 2010. 8. Fried LP, Bandeen-Roche K, Chaves PHM, Johnson BA. Preclinical mobility disability predicts incident mobility disability in older women. J gerontol A Biol Sci Med Sci. 2000;55:43-52. 9. Simonsick EM, Montgomery PS, Newman AB, Bauer DC, Harris T. Measuring fitness in healthy older adults: the health ABC long distance coridor walk. J Am Geriatr Soc. 2001;49:1544-8. 10. Oja P, et al. A 2-km walking test for assessing the cardiorespiratory fitness of healthy adults. International journal of sports medicine. 1991;12:356-62. 11. Kline GM, et al. Estimation of VO2max from a one-mile track walk, gender, age, and body weight. Medicine and science in sports and exercise. 1987;19:253-9. Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
64
12. Rolland YM, Cesari M, Miller ME, Penninx BW, Atkinson HH, Pahor M. Reliability of the 400-m usual-pace walk test as an assessment of mobility limitation in older adults. J Am Geriatr Soc. 2004;52:972-6. 13. Guyatt GH, et al. Effect of encouragement on walking test performance. Thorax. 1984;39:818-22. 14. Marsh AP, Miller ME, Saikin AM, et al. Lower extremity strength and power are associated with 400 meter walk time in older adults: The InCHIANTI study. J Gerontol A Biol Sci Med Sci. 2006;61:1186-93. 15. Brach J, Rosano C, Studenski S. Mobility. In: Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Asthana S. Hazzard‟s geriatric medicine and gerontology. 6th ed. USA: McGraw-Hill; 2009. p.1397-409. 16. Vestegaard S, Patel KV, Walkup MP, et al. Stopping to rest during a 400meter walk and incident mobility disability in older persons with functional limitations. J Am Geriatr Soc. 2009;57(2):260-5. 17. Zdrenghea D, Beudean M, Pop D, Zdrenghea V. Four hundred meters walking test in the evaluation of heart failure patients. Rom J. Intern. Med.2010;48:338. 18. Simonsick E, Fan E, Fleg JL. Estimating cardiorespiratory fitness in wellfunctioning older adults: treadmill validation of the long distance corridor walk. J Am Geriatr Soc. 2006;54:127-32. 19. Alexander NB, et al. Oxygen-uptake (VO2) kinetics and functional mobility performance in impaired older adults. J Gerontol A Biol Sci Med. 2003;58A:M734-9. 20. Newman AB, Haggerty CL, Kritchevsky SB, et al. Walking performance and cardiovascular response: Associated with the age and morbidity-The health, aging, and body composition study. Medical Sciences. 2003;58A:715-20. 21. Newman AB, Simonsick EM, Naydeck BI, et al. Association of long-distance corridor walk performance with mortality, cardiovascular disease, mobility limitation, and disability. JAMA. 2006;297(17):2018-26. 22. Pakasi RE. Perbandingan performa uji jalan 400 meter pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan individu sehat (tesis) Jakarta: FKUI; 2007.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
65
23. Brummel-smith K. Assessment in rehabilitation. In: Osterweil, Brummelsmith K, Beck JC, eds. Comprehensive griatric assessment. USA: McGrawHill; 2000.p.139-171. 24. Uniform Data System for Medical Rehabilitation. FIM instrument. New York:1997. 25. Undang-undang Republik Indonesia. Kesejahteraan lanjut usia. UU RI no.13/tahun 1998. 26. Timiras PS. Old age as a stage of life: Common terms related to aging and methods used to study aging. In: Physiological basis of aging and geriatrics. 4th ed. New York: Inform Healthcare USA inc; 2007. p.3-10. 27. Mooradian AD. Biology of aging. In: Felsenthal G, Garrison S, Steinberg FU, editors. Rehabilitation of the aging and the elderly patient. USA; Williams & wilkins: 1994.p.3-10. 28. Laurentani. Age-associated changes in skeletal muscles and their effect on mobility: an operational diagnosis of sarcopenia. J Appl Physiol; 2003;95:1851-60. 29. Anderson JM. Heart disease and cardiac rehabilitation in the elderly patient. In: Felsenthal G, Garrison S, Steinberg FU, editors. Rehabilitation of the aging and the elderly patient. USA: Williams & Wilkins; 1994.p.253-262. 30. Patel KV, Coppin AK, Manini TM, et al. Midlife physical activity and mobility in older age: The InCHIANTI study. Am J Prev Med. 2006;31(3):217-24. 31. Rimmer JH. Fitness and rehabilitation programs for special populations. USA: Brown & Benchmark;1994. 32. Goedhard WJA. Work and the older employee. In: Cox RAF, Edwards FC, Palmer K, editors. Fitness for work: The medical aspects. 3 rd ed. London: Oxford university press; 2000.p.512-28. 33. Verbrugge LM, Jette AM. The disablement process. Soc.Sci.Med. 1994;38(1):1-14. 34. Bloch RM. Geriatric rehabilitation. In: Braddom RL, editor. Physical medicine and rehabilitation. 4th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011. p.1419-37.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
66
35. Peddi R, Mory J. The physiology of aging. In: Meldon SW, editor. Geriatric emergency medicine. USA; American college of emergency physicians: 2004.p.4-11. 36. Steinberg FU. Disorders of mobility, balance, and gait. In: Felsenthal G, Garrison S, Steinberg FU, editors. Rehabilitation of the aging and the elderly patient. USA: Williams & wilkins; 1994.p.243-252. 37. Nygard CH, Luoparjavi T, Ilmarinen J. Musculoskeletal capacity and its changes among ageing municipal employees in different work categories. Scand J work environ health. 1991;17:110-7. 38. Miller JAA, Alexander NB. Biomechanics of mobility. In: Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Asthana S. Hazzard‟s geriatric medicine and gerontology. 6th ed. USA: McGraw-Hill; 2009. p.136980. 39. U.S. Department of health and human services. Physical activity for everyone: physical activity terms. [diunduh tanggal 28 Februari 2011]. Diambil dari http://www.cdc.gov/nccdphp/dnpa 40. Brill PA. Functional fitness for older adults.USA; Human kinetics: 2004. 41. Keysor JJ. Does late-lyfe physical activity or exercise prevent or minimize disablement? A critical review of the scientific evidence. Arm J Prev Med. 2003;25:129-36. 42. Skinner JS. Exercise testing and exercise prescription for special case: Theoretical basis and clinical application. 3rd ed. USA: Lippincott William & Wilkins; 2005. 43. Wijaya IP. Elektrokardiografi pada uji latih jantung. Dalam: Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Ed-3. Jakarta: IPD FKUI; 2006. p.1471-3. 44. Boyles C. Frailty. In: ACSM‟s exercise management for persons with chronic diseases and disabilities. Human Kinetics.USA: 1997, p. 112-8. 45. Sayers SP, Brasch JS, et al. Use of self-report to predict ability to walk 400 meters in a functionally limited older adults. J Am Geriatr Soc. 2004;52:2099103.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
67
46. Chang M, Cohen-Mansfield J, Ferrucci L, et al. Incidence of loss of ability to walk 400 meters in a functionally limited older population. J Am Geriatr Soc. 2004;52:2094-8. 47. Tamin TZ. Model dan efektivitas latihan endurans untuk peningkatan kebugaran penyandang disabilitas intelektual dengan obesitas. [disertasi]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2009. 48. Mathews DK, Fox EL. The physiological basis of physical education and athletics. 2nd ed. USA: W.B. Saunders; 1976. p. 9-30. 49. Granger CV, Black T, Braun SL. Quality and outcome measures for medical rehabilitation. In: Braddom RL, editor. Physical medicine & rehabilitation. 3rd ed. USA: Saunders-elsivier; 2007. p.151-164. 50. Glenny C, Stolee P. Comparing the functional independence measure and the interRAI/MDS for use in the functional assessment of older adults: a review of the literature. BMC geriatrics. 2009; 9(52):1-12. 51. Mason M, Bell J. Functional outcomes of rehabilitation in the frail elderly: A two-year retrospective review. Perspectives. 1994;18:7-9. 52. Grey N, Kennedy P. The functional independence measure: a comparative study of clinician and self ratings. Paraplegia. 1993;31:457-61. 53. Rossel I, Roriz-Cruz M, et al. Socioeconomic and health differentials between two community-dwelling oldest-old groups. Rev Saude Publica. 2011; 45:1-9. 54. Uniform Data System for Medical Rehabilitation. The FIM system® clinical guide, version 5.2. Buffalo: UDMSR; 2009. 55. Mackintosh S. Functional independence measure: Clinimetrics appraisal. Australian journal of physiotherapy. 2009;55:65. 56. Spar JE, Rue AL. Clinical manual of geriatric psychiatry. USA: American Psychiatric Publishing; 2006. 57. American Thoracic Society. ATS statement: Guidelines for the six-minute walk test. Am J Repir Crit Care Med. 2002; 166: 111-7. 58. Lemeshow S, Hosmer D, et al. Adequacy of sample size in health studies. Chisester: John Wiley and sons; 1990.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
68
59. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S. Ismael S, editor. Dasar-dasar metodologis penelitian klinis. ed.3. Jakarta: Sagung seto; 2008.h. 302-31. 60. Guralnik JM, Ferucci L. Demography and epidemiology. In: Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Asthana S. Hazzard‟s geriatric medicine and gerontology. 6th ed. USA: McGraw-Hill; 2009. p.45-67. 61. Undang-undang Republik Indonesia. Tingkat pendidikan. UU RI no.20/tahun 2003. 62. Nied RJ, Franklin B. Promoting and prescribing exercise for the elderly. American Family Physician. 2002;65(3):419-27. 63. Cooper CB, Storer TW. Exercise testing and interpretation: A practical approach. New York: Cambridge university press; 2008. 64. American Association of Cardiovascular & Pulmonary Rehabilitation. Guidelines for cardiac rehabilitation and secondary prevention programs. 3rd ed. USA: Human kinetics; 1999. 65. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta; Kemenkes RI: 2012. 66. Fatimah, Muis S. Gizi pada usia lanjut. Dalam: Boedhi-Darmojo, Martono H, ed. Buku ajar geriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;1999. h.471. 67. Johnson ST, Tudor-Locke C, McCargar LJ, Bell RJ. Measuring habitual walking speed of people with type 2 diabetes: Are the meeting recommendations? Diabetes Care. 2005;28:1503-4. 68. Nusdwinuringtyas N. Prediksi ambilan oksigen maksimal yang diperoleh dari hasil uji jalan 6 menit sebagai parameter kapasitas fungsi dewasa sehat di Indonesia.(disertasi). Jakarta: FKUI; 2011. 69. Zimmerman SI, Fox K, Magaziner J. Demography and epidemiology of disabilities in the aged. In: Felsenthal G, Garrison SJ, Steinberg FU, editors. Rehabilitation of the aging and elderly patient. Baltimore: Williams & Wilkins; 1994.p.11-20. 70. Gill TM, Kurland B. The burden and patterns of disability in activities of daily living among community-living older persons. Journal of Gerontology. 2003; 58A(1):70-5.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
69
71. Fulton JP, Kartz S, Jack SS, Hendershot GE. Physical functioning of the aged. USA.Vital & Health Stat; 1989:167. 72. Cornoni-Huntley JC, Foley DJ, White LR. Epidemiology of disability in the oldest old: Methodologic issues and preliminary findings. Milbank Mem Fund Q. 1985;63:350-76. 73. Gerety MB. Health status and physical capacity. In: Osterweil, Brummelsmith K, Beck JC, eds. Comprehensive griatric assessment. USA: McGrawHill; 2000.p.45-7. 74. Verghese J, Wang C, Xue X, Holtzer R. Self-reported difficulty in climbing up or down stairs in nondisabled elderly. Arch Phys Med Rehabil. 2008; 89:100-4. 75. Vestergaard S, Patel KV, Bandinelli S, Ferrucci L, Gurainik JM. Characteristic of 400-meter walk test performance and subsequent mortality in older adults. Mary Ann Liebert, inc. 2009;12:177-84. 76. Simonsick EM, Newman AB, et al. Mobility limitation in self-described wellfunctioning older adults: Importance of endurance walk testing. Journal of gerontology : Medical sciences. 2008; 63A(8):841-7.
Universitas Indonesia Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Lampiran-1 LEMBAR PENJELASAN PROSEDUR PENELITIAN UNTUK CALON PESERTA PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA WAKTU TEMPUH UJI JALAN 400 METER DENGAN KEMANDIRIAN FUNGSIONAL PADA USIA LANJUT
Dr. Ruby Valentine, peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FKUI/RSCM, bermaksud melakukan penelitian yang bertujuan melihat hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan kemandirian fungsional pada usia lanjut dengan kondisi medis stabil. Pada tahap awal akan dilakukan pemeriksaan fisik dan wawancara, kemudian ditentukan apakah Bapak/Ibu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini Bapak/Ibu akan diukur kemampuan berjalannya dengan diminta berjalan sejauh 400 meter secepat mungkin pada lintasan sepanjang 20 meter sebanyak 10 kali bolak-balik. Prosedur ini akan didahului dengan pemanasan berupa berjalan sebanyak 2 menit. Bapak/Ibu dapat menghentikan uji latih ini sewaktu-waktu bila timbul keluhan. Bapak/Ibu kemudian dinilai kemandirian fungsionalnya dengan instrumen FIM. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kecepatan berjalan Bapak/Ibu yang dapat memperkirakan risiko terjadinya gangguan atau penyakit di kemudian hari, dan sekaligus menilai tingkat kemandirian Bapak/Ibu, agar dapat dikaji apakah terdapat hubungan di antara keduanya. Apabila Bapak/Ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, diharapkan mengikuti uji latih pada waktu dan tempat yang kami tentukan. Semua data penelitian akan diperlakukan secara rahasia, dan bila memerlukan keterangan lebih lanjut dapat menghubungi: Dr. Ruby Valentine, alamat: Jl. Raya Bina Marga no.48-B, RT 003/RW 06, Kec. Cipayung. Hp 082110081033
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Lampiran-2 PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA WAKTU TEMPUH UJI JALAN 400 METER DENGAN KEMANDIRIAN FUNGSIONAL PADA USIA LANJUT
Setelah mendengar penjelasan mengenai penelitian ini, yang mencakup tujuan, kegunaan, dan manfaatnya, demi kepentingan yang sebesar-besarnya terhadap pemeliharan kesehatan saya.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi peserta dalam penelitian ini.
Surat persetujuan ini saya tanda-tangani tanpa paksaan.
Jakarta, tanggal ______________________ Nama: _____________________________
Tanda tangan _______________________
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Lampiran-3
FORMULIR PENGUMPULAN DATA DAN PEMERIKSAAN FISIK Nomor: Tanggal:
IDENTITAS
1. Nama
: ___________________bin/binti______________
2. Tempat tanggal lahir/ usia: ___________/________________/_________thn 3. Jenis kelamin
: 1. Laki-laki
4. Suku bangsa
:
5. Agama
: 1. Islam 4.Hindu
6. Pekerjaan
: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. Pendidikan
2. Perempuan
2. Kristen 5. Budha
[
]
3. Katolik [ ] 6. Lainnya_________ [
]
[
]
PNS/ABRI Pegawai swasta Wiraswasta Pensiunan Tidak bekerja Lainnya __________________
:
1. Tidak sekolah 2. Tingkat pendidikan dasar : SD/sederajat dan SMP/sederajat 3. Tingkat pendidikan menengah: SMA/ sederajat 4. Tingkat pendidikan tinggi : Akademi/ Perguruan Tinggi 8. Status pernikahan :
[ 1. Menikah 2. Tidak nikah 3. Janda/Duda
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
]
RIWAYAT PENYAKIT Apakah pernah didiagnosis oleh dokter menderita penyakit di bawah ini? 1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
Jika ya, sejak kapan?
Penyakit jantung koroner
[
]
[
]
Diabetes
[
]
[
]
Hipertensi (darah tinggi)
[
]
[
]
Stroke
[
]
[
]
Paru
[
]
[
]
Parkinson
[
]
[
]
Penyakit ginjal
[
]
[
]
Ulkus / gangren kaki
[
]
[
]
Dislipidemia (kolesterol/trigliserida tinggi) [
][
]
Pengapuran/osteoartritis di................ [
[
]
]
RIWAYAT PENGOBATAN Apakah ada obat-obatan yang sedang diminum rutin dalam 10 hari terakhir ini? 1. Ya
2. Tidak
[
]
Jika ya, sebutkan:
Pemeriksaan Fisik Tinggi badan
: _____ cm
Indeks Massa Tubuh: ______
Berat badan
: _____ kg
Tanda vital
Tekanan darah: _________mmHg Frekuensi nadi: _________x/menit Frekuensi nafas: ________x/menit
Pola berjalan: __________________________________ Penggunaan alat bantu: (ada/ tidak ada). Bila ada, jenis: _________________
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Pemeriksaan kepala: Mata
:
THT
:
Leher
:
Jantung
:
Paru
:
Abdomen :
Status muskuloskeletal: -
Trunkus
:
-
Ekstremitas atas:
-
Ekstremitas bawah:
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Lampiran-4
Mini Mental State Examination (MMSE) Maksimal Sekarang hari, tanggal, bulan, tahun, musim apa?
5
Kita berada dimana? Negara, propinsi, kota, RS, lantai
5
Sebutkan tiga benda 1 detik tiap benda, kemudian
3
subyek diminta mengulang (contoh: bola, kursi, sepatu) Pengurangan 100 dengan 7 (hentikan setelah lima
5
jawaban) 93-86-79-72-65 Subyek diminta menyebut kembali ketiga nama benda
3
tadi Subyek diminta menyebut nama 2 benda yang
2
ditunjukkan (contoh; pensil, arloji) Subyek diminta mengulangi kata ―jika‖, ―tidak‖, ―dan‖,
1
atau ―tetapi‖ Subyek diminta melakukan 3 perintah (contoh: ―ambil
3
kertas itu, lipat menjadi dua, kemudian letakkan di meja‖) Subyek diminta membaca kalimat di kertas kemudian
1
lakukan perintahnya (contoh: ―pejamkan mata anda‖) Subyek diminta menuliskan sebuah kalimat
1
Subyek diminta meniru gambar di bawah ini:
1
Jumlah Skor: 0 - 22 = ada gangguan fungsi luhur 23-30 = tidak ada gangguan fungsi luhur (normal)
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Nilai
Lampiran-5 PROSEDUR UJI JALAN 400 METER
Uji jalan 400 meter dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Simonsick dkk (2001, 2006) dalam the Health Aging and Body Composition study9,18 yang telah dimodifikasi peneliti, yaitu sebagai berikut: -
Dilakukan pemeriksaan tekanan darah awal dan denyut nadi awal (pra uji latih)
-
Dilakukan pemanasan pra uji latih selama 2 menit. Pasien diminta untuk berjalan sepanjang lintasan 20 meter bolak-balik memutari marka jalur membentuk lintasan berkesinambungan. Peserta diminta berjalan dengan kecepatan yang dapat dipertahankan sama, selama 2 menit, dan diminta untuk menempuh lintasan sebanyak mungkin.
-
Untuk setiap putaran pasien dapat diberi semangat yang telah distandarisasi.
-
Selama pemanasan, peserta juga diberi aba-aba waktu seperti: ―30 detik lagi‖, ―10 detik lagi‖, ―stop, tetap diam di tempat‖.
-
Denyut nadi diukur saat awal dan akhir pemanasan.
-
Tekanan darah diukur kembali segera setelah pemanasan selesai.
-
Uji jalan 400 meter: dimulai dalam 60 detik setelah pemanasan.
-
Denyut nadi sebelum uji jalan dicatat.
-
Peserta diminta berjalan sebanyak 10 putaran (400 meter), dengan perintah,‖Berjalanlah secepat-cepatnya sebanyak 10 putaran, dalam kecepatan yang dapat Anda pertahankan‖.
-
Peserta diberi semangat setiap 1 putaran, dan diingatkan setiap putaran. Contoh: ―sudah 3 putaran, tinggal 7 putaran lagi……Anda melakukannya dengan baik!‖
-
Denyut nadi dan tekanan darah diukur kembali segera setelah selesai.
-
Waktu dicatat dalam detik terdekat.
(modifikasi dari prosedur yang dikembangkan oleh Simonsick dkk (2001, 2006) dalam the Health Aging and Body Composition study9,18 )
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Lampiran-6
HASIL UJI JALAN 400 METER Tanggal : Nama
No:
:
Jenis kelamin: Umur
:
Max. Predicted HR (200 – umur): Catatan prosedur uji jalan 400 meter
Parameter
Test
PEMANASAN: Nadi pre Nadi post TD pre TD post
UJI JALAN 400 METER Lintasan (coret yang sudah dilalui)
1 . 2 . 3 . 4 . 5 . 6 . 7 . 8 . 9 . 10 DENYUT NADI
Pre Post TEKANAN DARAH Pre Post
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Parameter Waktu tempuh Kecepatan (m/dtk)
Catatan:
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Test
Lampiran-7
FIM instrument 7 Complete Independence (Timely, Safely) L 6 Modified Independence (Device) E V Modified Dependence E 5 Supervision/Setup (Subject = 100%) L 4 Minimal Assistance (Subject = 75%+) S
NO HELPER
HELPER
3 Moderate Assistance (Subject = 50%+) Complete Dependence 2 Maximal Assistance (Subject = 25%+) 1 Total Assistance (Subject = less than 25%)
Selfcare A. Eating B. Grooming C. Bathing D. Dressing-Upper Body E. Dressing-Lower Body F. Toileting Sphincter Control G. Bladder Management H. Bowel Management Transfers I. Bed, Chair, Wheelchair J. Toilet K. Tub, Shower W Walk
Locomotion L. Walk/Wheelchair
C Wheelchair
M. Stairs
B Both
M otor Subtotal Score A A uditory
Communication
V V isual
N. Comprehension
B Both
O. Expression
V V ocal N Nonvocal
Social Cognition
B Both
P. Social Interaction Q. Problem Solving R. Memory Cognitive Subtotal Score TOTAL FIM score
Copyright© 1997. Uniform Data System for Medical Rehabilitation. www.udsmr.org 24
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Lampiran-8
Interpretasi Tingkat Kemandirian Fungsional dengan Instrumen FIM® Nilai 7
6
5
4 3 2 1
Deskripsi Complete Independence (mandiri penuh) : Seseorang dapat mengerjakan seluruh tugas dengan aman, dalam waktu yang wajar, tanpa modifikasi, tenaga bantuan, maupun alat bantu. Modified Independence (mandiri dengan modifikasi): Seseorang dapat melakukan aktivitas, tapi memerlukan alat bantu, dalam waktu yang lebih lama dari seharusnya, atau memerlukan perhatian keamanan atau risiko yang harus ditanggungnya. Supervision/Setup (perlu pengawasan/pengaturan): Seseorang hanya memerlukan asisten yang siap di tempat, memberi petunjuk, atau mengarahkan, tanpa terjadi kontak fisik; alternatif lain, seorang asisten menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan atau menyediakan ortosis atau alat bantu adaptif. Minimal Contact Assistance (dibantu minimal): Seseorang memerlukan bantuan sentuhan, dan dapat berusaha 75% atau lebih. Moderate Assistance (dibantu sedang): Seseorang memerlukan bantuan lebih dari sekedar sentuhan, atau dapat melakukan usaha 50% hingga 74%. Maximal Asistance (dibantu maksimal): Seseorang melakukan usaha 25% sampai 49%. Total Asistance (dibantu penuh): Seseorang melakukan usaha kurang dari 25%, memerlukan tenaga bantuan 2 orang, atau sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas tersebut.
Dari ketujuh nilai tersebut, interpretasi FIM dapat dibedakan menjadi 2 tingkatan, yaitu: a. Independent / mandiri ( nilai 6 dan 7), yaitu seseorang tidak memerlukan bantuan untuk melakukan aktivitasnya. b. Dependent / tidak mandiri (nilai 1 hingga 5), yaitu seseorang memerlukan orang lain, baik berupa pengawasan atau bantuan fisik, untuk melakukan aktivitas, atau aktivitas tersebut sama sekali tidak dapat dilakukan. Dibagi dua tingkat, yaitu: − tidak mandiri yang dimodifikasi (nilai 3 hingga 5), yaitu seseorang dapat melakukan 50% atau lebih dengan usaha sendiri. − tidak mandiri penuh (nilai 1 dan 2), yaitu seseorang dapat melakukan kurang dari 50% dengan usaha sendiri, memerlukan bantuan maksimal atau total, atau sama sekali tidak dapat melakukannya.
(diterjemahkan secara bebas dari the FIM system® clinical guide version 5.2, UDSMR, 2009 54)
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Lampiran-9
THE DESCRIPTIONS OF THE FIM® INSTRUMENT (adapted from the FIM system® clinical guide version 5.2, UDSMR, 2009 54) 1. EATING Eating includes using suitable utensils to bring food from a dish to the mouth, where the food is chewed and swallowed; using a cup or glass to bring liquid to the mouth, where it is swallowed; and managing a variety of food consistencies after a meal has been presented in the customary manner on a table or tray. Score Description 7 The patient safely performs all eating tasks without assistance or a device, in a reasonable amount of time 6 The patient performs all eating tasks without assistance, requires one or more of: an assistive/adaptive device, extra time, modified food/liquid consistency, self-administered parenteral/gastrostomy feeding, and concern for the safety. 5 The patient performs all eating tasks but requires one or more of : supervision, setup assistance, modified food consistency, or setup of the meal. 4 The patient performs 75-99% of eating tasks 3 The patient performs 50-74% of eating tasks 2 The patient performs 25-49% of eating tasks 1 One or more of: the patient performs < 25% of eating tasks, doesn’t eat/drink full meals by mouth, requires an IV for fluids or hydration, and need assistance from 2 helpers to eat. 2. GROOMING Grooming includes brushing teeth; combing and brushing hair; washing, rinsing, and drying the hands; washing, rinsing, and drying face; and shaving or applying make up. (Note there are 5 items to do) Score Description 7 The patient safely performs all grooming tasks without assistance or a device, in a reasonable amount of time 6 The patient performs all grooming tasks without assistance, requires one or more of: an assistive/adaptive device, extra time, and concern for the safety. 5 The patient performs all grooming tasks but requires supervision or setup. 4 The patient performs 75-99% of grooming tasks 3 The patient performs 50-74% of grooming tasks 2 The patient performs 25-49% of grooming tasks 1 One or more of: the patient performs < 25% of grooming tasks, or need assistance from 2 helpers.
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
3. BATHING Bathing includes washing, rinsing, and drying the body from the neck down (excluding the neck and back) in a tub, shower, or sponge/bed bath. Score Description 7 The patient safely bathes (washes, rinses, and dries) the 10 areas of the body. 6 The patient requires specialized equipment to bathe, extra time, and concern for the safety. 5 The patient requires supervision or setup. 4 The patient performs 75-99% of bathing tasks 3 The patient performs 50-74% of bathing tasks 2 The patient performs 25-49% of bathing tasks 1 One or more of: the patient performs < 25% of bathing tasks, need assistance from 2 helpers, or the activity doesn’t occur. Notes: Divide the body into 10 areas (each account for 10% of the total): 1. Chest 6. Buttocks 2. Left arm 7. Left upper leg 3. Right arm 8. Right upper leg 4. Abdomen 9. Left lower leg & foot 5. Perineal area 10. Right lower leg & foot 4. DRESSING—Upper Body Dressing—Upper Body includes dressing and undressing above the waist, as well as applying and removing a prosthesis or orthosis when applicable. Score Description 7 The patient dresses and undresses the upper body, include obtaining clothes from their customary places, with safely, without assistance, and uses a prosthesis or orthosis but not as an assistive device to dress. 6 The patient requires special adaptive closure or assistive device, or need extra time to dress. 5 The patient requires supervision or setup. 4 The patient performs 75-99% of dressing tasks 3 The patient performs 50-74% of dressing tasks 2 The patient performs 25-49% of dressing tasks 1 One or more of: the patient performs < 25% of dressing tasks,completely dressed by a helper, need assistance from 2 helpers, or the activity does need occur. 5. DRESSING—Lower Body Dressing—Lower Body includes dressing and undressing from the waist down, as well as applying and removing a prosthesis or orthosis when applicable. Score Description 7 The patient dresses and undresses the lower body, include obtaining clothes from their customary places, with safely, without assistance, and uses a prosthesis or orthosis but not as an assistive device to dress. 6 The patient requires special adaptive closure or assistive device, or need extra time to dress. 5 The patient requires supervision or setup.
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
4 3 2 1
The patient performs 75-99% of dressing tasks The patient performs 50-74% of dressing tasks The patient performs 25-49% of dressing tasks One or more of: the patient performs < 25% of dressing tasks,completely dressed by a helper, need assistance from 2 helpers, or the activity does need occur.
6. TOILETING Toileting icludes maintaining perianal hygiene and adjusting clothing before and after using toilet, commode, bedpan, or urinal after a continent episode. Score Description 7 The patient safely cleanses self after voiding and bowel movement, puts on or inserts feminine hygiene products, or adjusts clothing before and after using a toilet, bedpan, commode, or urinal. 6 The patient requires specialized equipment during toileting, takes more time, and safety considerations. 5 The patient requires supervision or setup, or assistance with feminine hygiene products. 4 The patient performs 75-99% of toileting tasks 3 The patient performs 50-74% of toileting tasks 2 The patient performs 25-49% of toileting tasks 1 The patient performs < 25% of toileting tasks, and requires assistance from 2 helpers. 7. BLADDER MANAGEMENT Bladder management includes complete and intentional control of urinary bladder and use of any equipment and medication (agents) necessary for bladder control. This item deals with the level of assistance, required to complete bladder management tasks; and frequency of Accidents, deals with success of bladder program and determined by tallying the number of accidents (wetting of linen or clothing with urine) that occur during the assessment time frame (3 days), including bedpan and urinal spills. Take the lower score that patient can do. Score Description 7 The patient controls the bladder completely and intentionally (no accident) without assistance, a device or medication, and in a reasonable amount of time, or the patient does not void (e.g. has renal failure and is on hemodialysis). 6 The patient controls the bladder completely and intentionally (no accident) or has an assistive device (such as urostomy) that has no leaked (wetting linen/clothing), and one or more of: requires an assistive device(e.g. bedpan, commode, urinal) and empties it, diaper and change it without assistance, self-catheterization, medication for control, need extra time, and concern for the safety. 5 One or more of: requires supervision or setup of the equipment, and helper empties the device; standby assistance, cueing or coaxing; cleans himself up after an accident/incontinent episode. The patient has had 1 bladder accident, including bedpan spills or
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
4 3 2 1
urostomy leakage, in the past 3 days. The patient performs 75-99% of bladder management tasks The patient has had 2 bladder accidents The patient performs 50-74% of bladder management tasks The patient has had 3 bladder accidents The patient performs 25-49% of bladder management tasks The patient has had 4 bladder accidents One or more of: The patient performs < 25% of bladder management tasks, need a helper changes the diaper, or to change the linen or clothing if had an accident, or requires assistance from 2 helpers. The patient has had 5 or more bladder accidents
8. BOWEL MANAGEMENT Bowel management includes complete and intentional control of bowel movements, and, if necessary, use of equipment or agents for bowel control. This item deals with the level of assistance, required to complete bowel management tasks; and frequency of accidents, deals with success of bowel management program and determined by tallying the number of accidents (soiling linen or clothing with stool) that occur during the assessment time frame (3 days), including bedpan spills. Take the lower score that patient can do. Score Description 7 The patient controls bowel completely and intentionally (no accident) without assistance, a device or medication, and in a reasonable amount of time. 6 The patient controls bowel completely and intentionally (no accident) or has an assistive device (such as colostomy) that has no leaked (soiling linen/clothing), and one or more of: requires an assistive device(e.g. bedpan, commode) and empties it, diaper and change it without assistance, medication for control, need extra time, and concern for the safety. 5 One or more of: requires supervision or setup of the equipment, and helper empties the device; standby assistance, cueing or coaxing; cleans himself up after an accident/incontinent episode. The patient has had 1 bowel accident, including bedpan spills or urostomy leakage, in the past 3 days. 4 The patient performs 75-99% of bowel management tasks The patient has had 2 bowel accidents 3 The patient performs 50-74% of bowel management tasks The patient has had 3 bowel accidents 2 The patient performs 25-49% of bowel management tasks The patient has had 4 bowel accidents 1 One or more of: The patient performs < 25% of bowel management tasks, need a helper changes the diaper, or to change the linen or clothing if had an accident, or requires assistance from 2 helpers. The patient has had 5 or more bowel accidents.
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
9. TRANSFERS: BED, CHAIR, WHEELCHAIR Includes all aspects of transferring from a bed to a chair and back, or from a bed to a wheelchair and back, or coming to a standing position if walking is the typical mode of locomotion. Score Description 7 If walking: the patient safely approaches, sits down on, and gets up to a standing position from a regular chair. The patients are safely to transfer from bed to chair. If in a wheelchair: the patient safely approaches a bed or chair, locks brakes, lifts foot rests, removes arm rests if necessary, perform either a standing pivot or sliding transfer (without a board), and returns. 6 The patient requires an adaptive/assistive device, takes more time, and safety considerations. 5 The patient requires supervision or setup. 4 One or more of: The patient performs 75-99% of transferring tasks; only need touching, guiding, or contact assistance; need assistance to lift one extremity in and out of bed. 3 One or more of: The patient performs 50-74% of transferring tasks; need lifting assistance to sit down or stand up; need assistance to lift two extremity in and out of bed. 2 One or both of: The patient performs 25-49% of transferring tasks; need lifting assistance to sit down or stand up. 1 One or more of: The patient performs < 25% of transferring tasks; requires assistance from 2 helpers; requires more than contact assistance to approach the chair or bed, sit down and stand up; or the activity doesn’t occur. 10. TRANSFERS: TOILET Includes all aspects of transferring on and off a toilet; with safely approaching, sitting down on, and getting up from the toilet. Score Description 7 If walking: the patient safely approaches, sits down on, and gets up from a standard chair. If in a wheelchair: the patient safely approaches the toilet, locks brakes, lifts foot rests, removes arm rests if necessary, perform either a standing pivot or sliding transfer (without a board), and returns. 6 The patient doesn’t need a helper, but requires one or more of :an adaptive/assistive device, takes more time, or safety considerations. 5 The patient requires supervision or setup. 4 One or both of: The patient performs 75-99% of transferring tasks; only need touching, guiding, or contact assistance. 3 One or both of: The patient performs 50-74% of transferring tasks; requires lowering assistance to sit down or lifting assistance to stand up. 2 One or both of: The patient performs 25-49% of transferring tasks; need lifting assistance to sit down and stand up. 1 One or more of: The patient performs < 25% of transferring tasks; requires assistance from 2 helpers; requires more than contact assistance to approach the toilet or commode; sit down and stand up; or the activity doesn’t occur.
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
11. TRANSFERS: TUB, SHOWER Includes getting into and out of a tub or shower. Score Description 7 If walking: the patient safely approaches a tub or shower, and gets ito and out of it. If in a wheelchair: the patient safely approaches a tub/shower, locks brakes, lifts foot rests, removes arm rests if necessary, perform either a standing pivot or sliding transfer (without a board), and returns. 6 The patient requires an adaptive/assistive device, takes more time, and safety considerations. 5 The patient requires supervision or setup. 4 One or more of: The patient performs 75-99% of transferring tasks; only need touching, guiding, or contact assistance; need assistance to lift one extremity in and out of the tub/shower. 3 One or more of: The patient performs 50-74% of transferring tasks; need lifting assistance to transfer in or out of the tub or shower; need assistance to lift two extremity in and out of the tub/shower. 2 One or both of: The patient performs 25-49% of transferring tasks; need lifting assistance to transfer in and out 1 One or more of: The patient performs < 25% of transferring tasks; requires assistance from 2 helpers; requires more than contact assistance to approach the tub/shower, transfer in and out; or the activity doesn’t occur. 12. LOCOMOTION : WALK, WHEELCHAIR If the patient walks : includes walking on a level surface once in a standing position. If the patient uses a wheelchair: includes using a wheelchair on a level surface once in a seated position. Indicate the more frequent mode of locomotion (―W‖ for ―walk‖, or ―C‖ for ―wheelchair‖), if both are used about equally, code ―B‖ for ―both‖. Score Description 7 The patient walks a minimum of 150 feet (50 meters) without assistive devices, safely. 6 If walking: The patient walks a minimum of 50 meters, and one or more of: uses an assistive device, takes more time, and safety considerations. If using a wheelchair: The patient operates a manual or motorized wheelchair independently for a minimum of 50 meters, turn around, maneuvers the chair to a table, bed, toilet; maneuvers on rugs and over door sills. 5 Exception (household locomotion): If walking, the patients walks only short distance (15-49 meters) independently, with or without a device. If using a wheelchair, the patient operates a manual or motorized wheelchair independently for short distance only (15-49 meters). Supervision: If walking, the patient requires standby supervision, cueing, or coaxing to walk a minimum of 50 meters. If in a wheelchair, the patient requires standby supervision, cueing, or coaxing to walk a minimum of 50 meters in a wheelchair. 4 The patient performs 75-99% of the effort to travel a minimum of 50 meters. 3 The patient performs 50-74% of the effort to travel a minimum of 50
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
2 1
meters. The patient performs 25-49% of the effort to travel a minimum of 15-49 meters, and requires the assistance of one person only. One or more of: The patient performs < 25% of the effort; requires assistance from 2 helpers; doesn’t walk or wheel a minimum of 15 meters, or the activity doesn’t occur.
13. LOCOMOTION : STAIRS Includes going up and down 12 – 14 stairs (one flight) indoors in a safe manner. Score Description 7 The patient safely goes up and down at least one flight of stairs without depending on any type of handrail or support. 6 The patient safely goes up and down at least one flight of stairs but requires a side support, handrail, cane, or portable supports; takes more time; and safety considerations. 5 Exception (household locomotion): The patient goes up and down 4-11 stairs independently, with or without a device. Supervision: The patient requires supervision to go up and down one flight of stairs. 4 The patient performs 75-99% of the effort to go up and down one flight of stairs. 3 The patient performs 50-74% of the effort to go up and down one flight of stairs. 2 The patient performs 25-49% of the effort to tra go up and down 4-11stairs. 1 One or more of: The patient performs < 25% of the effort; requires assistance from ≥ 2 helpers; goes up & down < 4 stairs; uses mechanical lift operated entirely by a helper; or the activity doesn’t occur. 14. COMPREHENSION Includes understanding of either auditory or visual communication (e.g., writing, sign language, and gesture). Evaluate and record the more usual mode of comprehension, whether ―A‖ for ―auditory‖ or ―V‖ for ―visual‖; if both modes are used about equally, record ―B‖ for ―both‖. Score Description 7 The patient understands complex or abstract directions & conversation, and understands either spoken or written language. 6 The patient understands complex or abstract directions & conversation readily. Doesn’t require prompting, but mat require a hearing aid, a visual aid, another assistive device, or extra time to understanding. 5 The patient understands directions and conversation about basic daily needs > 90% of time. The patients requires prompting (e.g., slowed speech rate, use of repetition, stressing particular words or phrases, pauses, visual or gesture cues) < 10 % of time. 4 The patient understands directions and conversation about basic daily needs 75 - 90% of time. 3 The patient understands directions and conversation about basic daily needs 50-74% of time. 2 The patient performs 25-49% of the time. The patient understands only simple, commonly used spoken expressions or gestures, and requires
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
1
prompting more than half the time. One or more of: The patient understands directions and conversation about basic daily needs < 25% of the time; doesn’t understand simple, commonly used spoken expressions or gestures; doesn’t respond appropriately or consistently despite prompting.
15. EXPRESSSION Includes clear vocal or nonvocal expression of language. This item includes either intelligible speech or clear expression of language, using writing or a communication device. Evaluate and record the more usual mode of expression, whether ―V‖ for ―vocal‖ or ―N‖ for nonvocal; if both modes are used about equally, record ―B‖ for ―both‖. Score Description 7 The patient expresses complex or abstract ideas clearly and fluently. 6 The patient mostly expresses complex or abstract ideas relatively clearly or with only mild difficulty, the patient doesn’t need any prompting but may require an augmentative communication device or system. 5 The patient expresses basic daily needs and ideas > 90% of the time and requires prompting (e.g. frequent repetition) < 10% of time to be understood. 4 The patient expresses basic daily needs and ideas 75-90% of the time. 3 The patient expresses basic daily needs and ideas 50-74% of the time.. 2 The patient expresses basic daily needs and ideas 25-49% of the time. The patient Uses only simple words or gestures and requires prompting > half the time. 1 The patient express basic daily needs < 25% of the time or doesn’t express basic needs appropriately or consistently despite prompting. 16. SOCIAL INTERACTION Includes skills related to getting along with others and participating with others in therapeutic and social situations. It represents how one deals with one’s own needs together with the needs of others. Score Description 7 The patient interact appropriately with staff, other patients, and family members and doesn’t require medication for control. 6 The patient interacts appropriately with staff, other patients, and family members in most situations and only occasionally loses control; need more time to adjust to social situations, or the patient may require medication to control his mood or behavior. 5 The patient requires supervision only under stressful or unfamiliar conditions, but the patient requires such supervision < 10% of time. The patient may require encouragement to initiate participation. 4 The patient interacts appropriately 75-90% of the time. 3 The patient interacts appropriately 50-74% of the time. 2 The patient interacts appropriately 25-49% of the time, but may need restraint due to socially inappropriate behaviors. 1 The patient interacts appropriately < 25% of the time, and may need restraint due to socially inappropriate behaviors.
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
17. PROBLEM SOLVING Includes skills related to solving problems of daily living. This means making reasonable, safe, and timely decisions regarding financial, social, and personal affairs, as well as initiating, sequencing, and self-correcting tasks and activities to solve problems. Score Description 7 The patient consistently recognizes problems when present, makes appropriate decisions, initiates and carries out a sequence of steps to solve complex problems until the task is completed, and self-corrects if errors are made. 6 The patient mostly recognizes a present problem and, with only mild difficulty, makes appropriate decisions, initiates, carries out a sequence of steps to solve complex problems; or requires more time. 5 The patient requires supervision to solve routine problems only under stressful or unfamiliar conditions, but the patient requires such supervision < 10% of time. 4 The patient solves routine problems 75-90% of the time. 3 The patient solves routine problems 50-74% of the time. 2 The patient solves routine problems 25-49% of the time. The patient needs direction > half time to initiate, plan, or complete simple daily activities and may need restraint for safety. 1 The patient solves routine problems < 25% of the time. The patient needs direction nearly all the time, or the patient doesn’t effectively solve problems. The patient may require constant one-to-one direction to complete simple daily activities and may need a restraint for safety. 18. MEMORY Includes skills related to recognizing and remembering while performing daily activities in an institutional or community setting; includes the ability to store and retrieve information, particularly verbal and visual. The functional evidence of memory includes recognizing people frequently encountered, remembering daily routines, and executing requests without being reminded. A deficit in memory impairs learning as well as performance of tasks. Score Description 7 The patient recognizes people frequently encountered, remembers daily routines, and executes the requests of others without need for repetition. 6 The patient appears to have only mild difficulty recognizing people frequently encountered, remembering daily routines, and responding to requests of others. The patient may use self-initiated or environmental cues, prompts, or aids. 5 The patient requires prompting only under stressful or unfamiliar conditions, but the patient requires such prompting < 10% of the time. 4 The patient recognizes and remember 75-90% of the time. 3 The patient recognizes and remember 50-74% of the time. 2 The patient recognizes and remembers 25-49% of the time and needs prompting more than half the time. 1 The patient recognizes and remembers < 25% of the time, or the patient doesn’t effectively recognize and remember.
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Lampiran-10 DOKUMENTASI PENELITIAN
PSTW Budi Mulia 3
Skrining
Asesmen FIM : Naik tangga
Persiapan Uji Jalan di lapangan
Tabung O2
Lintasan 20 meter
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013
Pemanasan
Uji jalan 400 meter
Para WBS
Hubungan antara waktu..., Ruby Valentine, FK UI, 2013