1
Hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan kemandirian fungsional pada usia lanjut Ruby Valentine, Siti Annisa Nuhonni1, Nury Nusdwinuringtyas1, Aria Kekalih2 1
Department of Physical Medicine and Rehabilitation, Faculty of Medicine, University of Indonesia, Jakarta, Indonesia 2 Department of Community Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia, Jakarta, Indonesia
Abstrak Latar belakang: Menurunnya kemandirian fungsional menjadi perhatian utama pada usia lanjut. Hal
ini terjadi seiring dengan menurunnya fungsi organ tubuh yang mengakibatkan disabilitas fisik, terutama dalam hal mobilitas. Uji jalan 400 meter sering digunakan untuk menilai kemampuan mobilitas pada usia lanjut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional pada usia lanjut. Metode: Disain penelitian potong lintang dilakukan pada subyek di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) DKI Jakarta yang didapatkan secara cluster random sampling. Untuk menilai kemampuan mobilitas digunakan uji jalan 400 meter, sedangkan untuk menilai tingkat kemandirian digunakan instrumen FIM. Hasil : Didapatkan 58 subyek usia lanjut yang memenuhi kriteria dan dapat menyelesaikan uji jalan 400 meter. Nilai waktu tempuh uji jalan 400 meter pada subyek adalah median 413 detik (281 detik: 901 detik). Tingkat kemandirian fungsional berdasarkan instrumen FIM didapatkan rerata 120 ± 5. Terdapat hubungan sangat kuat antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional (r = - 0,941, Spearman p < 0,001), dengan nilai 7 menit sebagai batas waktu yang membedakan kemampuan kemandirian secara signifikan. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang sangat kuat antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan
kemandirian fungsional pada usia lanjut. Kemampuan kemandirian terendah yang harus diperhatikan pada usia lanjut adalah pada domain locomotion (stairs, walk), transfer (toilet dan shower), dan social cognition (problem solving dan social interaction). Waktu tempuh uji jalan 400 meter sangat baik memprediksi kemampuan kemandirian terutama di aspek locomotion, transfer dan selfcare. Batas waktu tempuh 7 menit, dapat menjadi cut-off point yang membedakan kemampuan kemandirian pada usia lanjut.
Abstract Background: Losing functional independence is a major concern in elderly, that happened parallel with the declining of body organ functions. The 400-meter walk test has been wide used to asses the mobility capacity. The aim of this study was to know the correlation between timed to finish 400-meter walk test and functional independence level in elderly. Methods: A cross-sectional design was implemented in subjects aged 60 and more at Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) DKI Jakarta with cluster random sampling method. The mobility capacity was assessed by measure the timed to finish 400 meter walk test, and to asses the functional independence was used the Functional Independence Measure (FIM) instrument. Results: There were 58 subjects who fit the criteria and complete the 400-m walk test. The median value of 400-m walk test timed was 413 seconds (281: 901 seconds). The mean of FIM score was 120 + 5. There were strong correlation between timed to finish 400-meter walk test and functional independence level in elderly (r = - 0,941, Spearman p < 0,001), with the boundary seven minute as the cut-off point that differentiate independence level significantly. Conclusion: There was strong correlation between timed to finish 400 meter walk test and functional independency in elderly. Timed to walk 400-meter was good enough to predict functional independence in elderly, especially in locomotion, transfer, and selfcare domain. 7 minutes is a cut-off point time to differentiate independence level among elderly. Key words: elderly, timed to walk 400 meter, independence, FIM, 7 minutes. Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
2
PENDAHULUAN Berdasarkan data demografi, proporsi usia lanjut di hampir seluruh dunia menunjukkan tren peningkatan yang terus bertambah pesat, dengan angka harapan hidup yang juga semakin meningkat.1 Di Indonesia jumlah usia lanjut meningkat cukup pesat yaitu dari 7,6% pada tahun 2000, 9,3% tahun 2008, menjadi 11,34% untuk prediksi tahun 2020.2,3,4 Angka harapan hidup juga menunjukkan peningkatan, yaitu dari 70,4 tahun (tahun 2007) menjadi 70,9 tahun (tahun 2010) di Indonesia.5 Hal ini perlu diantisipasi mengingat pada usia lanjut sering terjadi disabilitas fisik akibat menurunnya berbagai fungsi hampir semua organ tubuh.6 Pencegahan disabilitas fisik merupakan prioritas utama dalam penelitian pada usia lanjut di berbagai institusi kedokteran. Fried dan Miller menyatakan lebih dari 40% usia lanjut berusia 65 tahun ke atas mengalami keterbatasan untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari6, yang semakin meningkat pada usia 85 tahun ke atas.7 Disabilitas yang terjadi umumnya pertama kali adalah dalam hal mobilitas, dan kesulitan dalam mobilitas dapat memprediksi onset terjadinya disabilitas dalam melakukan tugas-tugas penting untuk menjalankan kehidupan sehari-hari ataupun dalam perawatan diri.6 Kemampuan berjalan, yang merupakan tugas mobilisasi dasar seseorang, dapat dijadikan salah satu tolok ukur dalam menilai performa fungsional baik dalam hal kecepatan berjalan, waktu tempuh, jarak tempuh, maupun kadar VO2max. Uji jalan 400 meter telah banyak digunakan untuk menilai kemampuan mobilitas fungsional pada usia lanjut. Uji jalan 400 meter merupakan metode pengukuran mobilitas dengan realiabilitas yang tinggi (tes Kappa =1).8 Pemilihan jarak 400 meter didasarkan pada kategori disabilitas, dimana seorang individu dikatakan memiliki disabilitas mobilitas bila tidak dapat berjalan sedikitnya ¼ mil (400 meter).9,10,11 Adanya target jarak dapat membuat seorang usia lanjut lebih termotivasi dibandingkan dengan waktu, oleh karena jarak dapat dilihat dan terukur, sehingga semakin cepat seseorang berjalan maka akan semakin cepat pula sampai pada targetnya.12,13 Simonsick dkk mendapatkan bahwa pada usia lanjut, uji jalan 400 meter lebih mendekati nilai VO2max terukur (dengan nilai korelasi 0,79), dibandingkan dengan uji jalan 6 menit (dengan nilai korelasi 0,45).14 Untuk menilai status kemandirian pada usia lanjut dapat dilakukan dengan instrumen Functional Independence Measure (FIM). FIM merupakan alat ukur status fungsional yang banyak digunakan di bidang rehabilitasi, dan merupakan bagian dari Uniform Data System of Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
3
Medical Rehabilitation yang telah tervalidasi, dengan reliabilitas dan stabilitas yang telah teruji.15,16 FIM terdiri dari 18 item yang berhubungan dengan fungsi motorik dan kognitif, yang masing-masing dinilai tingkat kemandiriannya (1 sampai 7) mulai dari tidak mandiri hingga mandiri penuh. Kualitas kontrol FIM cukup terjaga, yaitu penggunanya diharuskan melalui training atau ujian kompetensi. Hingga saat ini belum ada tolok-ukur waktu sebagai prediktor disabilitas dari kemampuan berjalan 400 meter pada usia lanjut di Indonesia, dan belum ada pula yang menghubungkannya dengan status kemandirian fungsional pada usia lanjut. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menilai adakah hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan kemandirian pada usia lanjut di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rerata waktu tempuh uji jalan 400 meter pada usia lanjut, mengetahui tingkat kemandirian fungsional berdasarkan instrumen FIM pada usia lanjut, dan mengetahui hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional menggunakan instrumen FIM pada usia lanjut. METODE Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan periode sewaktu (potong-lintang). Dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) wilayah Jakarta Timur pada bulan April hingga Desember 2012. Populasi targetnya adalah usia lanjut di komunitas, dengan populasi terjangkau adalah usia lanjut di PSTW DKI Jakarta yang memenuhi kriteria. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan cluster random sampling dari lima PSTW DKI Jakarta hingga terpilih dua panti di wilayah Jakarta Timur. Besar sampel dihitung menggunakan rumus uji korelasi dan didapatkan sebesar 32 orang untuk tiap kelompok yaitu dibawah 75 tahun dan diatas 75 tahun, sehingga didapatkan jumlah sampel keseluruhan adalah sebesar 64 orang. Kriteria penerimaan pada penelitian ini adalah usia lanjut berusia 60 tahun ke atas, kondisi medis stabil, tidak menderita penyakit progresif seperti kanker, mempunyai fungsi kognisi yang baik (skor MMSE 23-30)17, dapat berjalan tanpa alat bantu, dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian. Kriteria penolakannya adalah tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau diastolik > 100 mmHg10, 18; denyut nadi istirahat > 120 kali per menit atau < 40 kali per menit10,18; dalam 3 bulan terakhir memiliki riwayat infark miokard akut, operasi jantung, angina, sesak nafas berat atau sesak nafas saat istirahat, hilang kesadaran, stroke, atau parese tungkai bawah; penderita artritis sendi lutut yang sedang aktif; gangguan visus berat Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
4
belum dikoreksi (kurang dari 3/60); gangguan pendengaran berat yang dinilai dengan uji berbisik negatif; dan gangguan keseimbangan yang dinilai dengan hasil tes Romberg positif. Prosedur penelitian Calon subyek yang bersedia mengikuti penelitian dilakukan seleksi dengan anamnesis, pencatatan riwayat penyakit dahulu, dan pemeriksaan fisik. Subyek yang memenuhi kriteria penerimaan dan pengeluaran diikutkan menjadi sampel penelitian dan menandatangani surat persetujuan. Subyek melakukan uji jalan 400 meter di lapangan dengan lintasan 20 meter, yang didahului dengan pemanasan berjalan selama 2 menit. Subyek yang berhasil menyelesaikan uji jalan 400 meter, dihitung waktu tempuhnya dalam satuan detik terdekat. Kemudian subyek dinilai status kemandiriannya dengan instrumen FIM versi 5.2. baik dengan wawancara maupun observasi langsung oleh peneliti untuk tiap item. Uji jalan 400 meter Sebelum melakukan uji jalan dilakukan persiapan alat, tempat, dan subyek terlebih dahulu untuk menjamin keselamatan subyek. Peralatan yang dipersiapkan: tensimeter merek RiesterNova, stetoskop merek Littmann, pulse oxymetry, stopwatch, set P3K, oksigen. Persiapan tempat: Lokasi untuk uji jalan dipilih halaman depan panti yang cukup luas untuk membuat lintasan sepanjang 20 meter, lantai aspal yang halus dan rata, lintasan, meteran gulung, dan marka untuk penanda jalur berjalan. Persiapan subyek sebelum melakukan uji jalan yaitu tidak melakukan olahraga berat kurang dari 12 jam sebelum tes, cukup istirahat pada malam hari, dilakukan paling sedikit 2 jam setelah makan, memakai pakaian dan alas kaki yang sesuai. Uji jalan 400 meter dilakukan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Simonsick dkk (2001, 2006) dalam the Health ABC study12,14 yang telah dimodifikasi peneliti. Sebelum melakukan uji jalan 400 meter dilakukan pemanasan berjalan pada lintasan yang sama selama 2 menit, dan setelah itu uji jalan 400 meter. Keduanya dilakukan dengan kecepatan berjalan semaksimal mungkin dan irama yang dapat dipertahankan. Kriteria penghentian uji jalan yaitu bila selama pelaksanaan didapatkan keluhan subyektif dan tanda obyektif pada subyek berupa: nyeri dada, sesak nafas, vertigo, kepala terasa ringan, ingin pingsan, mual, nyeri tungkai, kelelahan otot, tampak pucat, sianosis, kulit dingin, denyut jantung >170 x/menit, penurunan tekanan darah sistolik > 20 mmHg dari tekanan darah awal, atau subyek meminta untuk berhenti dan tidak sanggup menyelesaikan uji jalan hingga 400 meter.10,14,19,20,21 Subyek dapat berhenti untuk beristirahat sejenak, dan kemudian dapat melanjutkan kembali hingga tercapai jarak tempuh 400 meter. Apabila subyek tidak dapat Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
5
menyelesaikan uji jalan 400 meter sesuai dengan kriteria penghentian uji jalan, maka subyek dinyatakan gugur atau tidak dapat melanjutkan penelitian. Analisa statistik Data yang telah terkumpul diolah dengan komputer melalui program piranti lunak program SPSS versi 11.5. Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi serta gambaran deskriptif dari semua variabel yang diamati. Uji korelasi bivariat dilakukan untuk melihat korelasi antara hasil waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan skor FIM yang diperoleh, dengan menggunakan uji Spearman pada sebaran yang tidak normal. Normalitas dinilai menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Analisis multivariat menggunakan uji Annova. HASIL PENELITIAN Karakteristik subyek penelitian Penelitian ini mendapatkan 58 subyek yang memenuhi kriteria penerimaan dan pengeluaran serta dapat menyelesaikan uji jalan 400 meter. Subyek perempuan lebih banyak yaitu sebesar 59% dibandingkan dengan laki-laki (41%). Pendidikan tertinggi yang ditempuh terbanyak adalah tingkat dasar (SD dan SMP atau sederajat) sebesar 53,4%. Indeks massa tubuh subyek rata-rata adalah normal (45%), dengan 26% obesitas grade I, 17% berat badan berlebih, dan 10% berat badan kurang. (tabel 1). Kondisi penyakit yang diderita subyek tertinggi adalah osteoartritis 19% yang diketahui, hipertensi 15,5%, diabetes melitus 7%, stroke lama 5%, ginjal 5%, jantung koroner 2% dan dislipidemia yang diketahui 2%. Tabel 1. Karakteristik dasar subyek penelitian Variabel Kelompok Usia (tahun) Jenis Kelamin Pendidikan
IMT
60-74 75-84 ≥ 85 Laki-laki Perempuan Tidak sekolah Tingkat dasar Tingkat menengah Tingkat tinggi <18,5 (BB kurang) 18,5-22,9 (normal) 23-24,9 (BB berlebih) 25-29,9 (obesitas gr.I) ≥ 30 (obesitas gr.II)
N 32 22 4 24 34 17 31 7 3 6 26 10 15 1
% 55.2% 37.9% 6.9% 41.4% 58.6% 29.3% 53.4% 12.1% 5.2% 10.3% 44.8% 17.2% 25.9% 1.7% Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
6
Waktu tempuh uji jalan 400 meter pada usia lanjut Median total waktu yang ditempuh oleh seluruh subyek adalah sebesar 413 detik (6 menit 53 detik) Dari ketiga kelompok usia lanjut, didapatkan hasil waktu tempuh hasil uji jalan 400 meter tercepat pada kelompok usia A (60-74 tahun), kemudian diikuti oleh kelompok usia B (75-84 tahun) dan kelompok C (≥ 85 tahun). Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Waktu tempuh uji jalan 400 meter berdasarkan kelompok usia lanjut Kelompok Umur
Median detik menit
Minimum detik menit
Maksimum detik menit
60-74 tahun
402
6:42
281
4:41
901
15:01
75-84 tahun
427
7:07
297
4:57
738
12:18
≥ 85 tahun
498,5
8:18
400
6:40
664
11:04
Total
413
6:53
281
4:41
901
15:01
Nilai waktu tempuh yang dilihat berdasarkan kelompok usia, secara statistik tidak berbeda bermakna (Kruskall Wallis p = 0,181), tapi mengalami kecenderungan untuk menempuh waktu yang lebih lama pada kelompok yang lebih tua. Hal ini dapat dilihat pada diagram boxplot sebagai berikut: 1000 900
9
800
19
700
2
600
waktu (detik)
500 400 300 200 N=
32
22
4
60-74
75-84
=> 85
kelompok usia
Gambar 1. Diagram boxplot waktu tempuh uji jalan 400 meter berdasarkan kelompok usia
Tingkat kemandirian fungsional berdasarkan instrumen FIM pada usia lanjut. Dari 58 subyek yang diteliti, didapatkan rerata skor FIM sebesar 120,10 + 4,5 (dengan nilai minimum 110 dan maksimum 126). Berdasarkan kelompok usia, didapatkan bahwa semakin muda usia, tingkat kemandirian semakin tinggi secara signifikan (ANOVA p = 0,019). Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
7
Tabel 3. Skor FIM berdasarkan kelompok usia Kelompok usia 60-74 75-84 ≥ 85 Total
Rata-rata 121,44 118,95 115,75 120,10
Simpang Baku 3,983 4,884 4,113 4,509
Minimum 110 112 113 110
Maksimum 126 126 121 126
Pada penilaian kemandirian menggunakan instrumen FIM berdasarkan kelompok domain ataupun subtotal skor, didapatkan nilai median dengan selisih terjauh dari nilai maksimum terdapat pada kelompok domain transfer, locomotion dan social cognition. Sedangkan berdasarkan subtotal skornya, kelompok motor mempunyai selisih nilai yang paling besar. (tabel 4). Tabel 4. Penilaian kemandirian menggunakan instrumen FIM per kelompok/subtotal Kelompok domain FIM Selfcare Sphincter control Transfer Locomotion Communication Social cognition Motor subtotal score Cognitive subtotal score
Median 42 14 19 12 14 19 87,5 33
Minimum 34 10 18 11 13 18 78 19
Maksimum 42 14 21 14 14 21 91 35
Berdasarkan persentase per domain FIM, kemampuan melakukan tiap domain dicapai tertinggi (nilai 7 = mandiri penuh) pada domain grooming dan bowel control, kemudian expression, bladder control, comprehension, dan eating. Mandiri dengan modifikasi (nilai 6) terbanyak pada problem solving, stairs, transfer toilet, transfer tub-shower, walk, social interaction, dan dressing lower body. Sedangkan level terendah yaitu nilai 3 (dibantu sedang) didapatkan pada bladder control 1,7%, nilai 4 (dibantu ringan) pada bathing 10,3% dan nilai 5 (perlu pengawasan atau pengaturan) pada stairs dan bladder control sebanyak masingmasing 1,7% dari seluruh subyek. (tabel 5)
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
8 Tabel 5. Persentase kemampuan subyek melakukan tiap domain FIM Persentase Domain FIM Selfcare
Nilai 7
Nilai 6
Eating
93,1
6,9
Grooming
98,3
1,7
Bathing
62,1
27,6
Dressing upper body
89,7
10,3
Dressing lower body
56,9
43,1
Toileting
75,9
24,1
Bladder control
94,8
1,7
Bowel control
98,3
1,7
Transfer bed, chair
70,7
29,3
Transfer toilet
41,4
58,6
Transfer tub, shower
48,3
51,7
Walk
48,3
51,7
Stairs
19
77,6
Comprehension
94,8
5,2
Expression
96,6
3,4
Social interaction
48,3
51,7
Problem solving
20,7
79,3
Memory
77,6
22,4
Nilai < 6
10,3
Sphincter control 3,4
Transfer
Locomotion 1,7
Communication
Social cognition
Berdasarkan persentase subyek yang mandiri, terdapat 8 orang (13,8%) subyek yang mandiri penuh (nilai 7) pada seluruh domain FIM, dan sisanya 50 orang (86,3%) mempunyai level domain kemandirian yang bervariasi, dengan skor FIM 110 hingga 125. Hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional menggunakan instrumen FIM pada usia lanjut Terdapat korelasi dengan kekuatan kuat (r = -0,941) dan signifikan secara statistik (Spearman p < 0,001) antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional menggunakan instrumen FIM secara keseluruhan. Bila dijabarkan berdasarkan kelompok domain FIM, maka didapatkan hubungan kuat (r > - 0,7) pada domain locomotion, transfer, dan selfcare. Sedangkan hubungan sedang (r 0,3 – 0,7) terdapat pada kelompok domain social cognition, dan communication, sedangkan hubungan lemah (r < - 0,3) pada domain sphincter control; dengan hasil statistik yang signifikan. Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
9
Bila dijabarkan per domain FIM, terlihat bahwa walk atau berjalan mempunyai hubungan terkuat dengan waktu tempuh uji jalan 400 meter, yaitu sebesar -0,841. Berikutnya berdasarkan urutan adalah transfer toilet, dressing lower body, transfer tub/shower, dan bathing. Sedangkan hubungan lemah terdapat pada domain bowel control, bladder control, grooming, dan expression. Tabel 6. Hubungan korelasi domain FIM dengan waktu tempuh DOMAIN FIM Selfcare Eating Grooming Bathing Dressing upper body Dressing lower body Toileting Sphincter control Bladder control Bowel control Transfers Transfer bed, chair Transfer toilet Transfer tub, shower Locomotion Walk Stairs Communication Comprehension Expression Social cognition Social interaction Problem solving Memory Score FIM total
Koefisien korelasi (r) -0,840 -0,386 -0,210 -0,752 -0,460 -0,772 -0,705 -0.286 -0,237 -0,154 -0.861 -0,731 -0,782 -0,761 -0.884 -0,841 -0,681 -0.417 -0,323 -0,248 -0.536 -0,362 -0,514 -0,369 -0.941
Signifikansi (p) <0.001 0,003 0,114 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0.029 0,073 0,247 <0.001 <0,001 <0,001 <0,001 <0.001 <0,001 <0,001 0.001 0,013 0,060 <0.001 0,005 <0,001 0,004 <0.001
Analisis tambahan: Rata-rata skor FIM berdasarkan kelompok waktu tempuh menurut Simonsick Berdasarkan klasifikasi waktu tempuh uji jalan 400 meter, dengan cut-off point dari Health ABC (Simonsick dkk), didapatkan sebanyak 48,3% subyek yang menempuh waktu diatas 7 menit, 32,8% menempuh waktu antara 5 menit 30 detik hingga 7 menit, dan 19% menempuh waktu kurang dari 5 menit 30 detik. Klasifikasi waktu tempuh ini dibuat berdasarkan estimasi Astrand yang dikaitkan dengan rumus Simonsick untuk mendapatkan estimasi VO2max dari uji jalan 400 meter.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
10
Bila dilihat dari pengelompokan waktu tempuh uji jalan 400 meter terhadap skor FIM, didapatkan bahwa nilai rata-rata skor FIM terkecil pada kelompok dengan waktu tempuh diatas 7 menit, sebesar 116,25 dan berbeda signifikan dibandingkan kelompok dengan waktu tempuh dibawah 7 menit. Setelah dihitung kekuatan analisisnya menggunakan Stata ver.9, besar sampel penelitian (28 orang untuk kelompok diatas 7 menit dan 19 orang untuk kelompok 5:30 - 7 menit) ternyata masih memenuhi kekuatan penelitian diatas 80%. Namun untuk analisis perbandingan dengan kelompok waktu tempuh dibawah 5:30 menit, jumlah sampel hanya 11 orang ternyata belum memenuhi kekuatan penelitian yang baik sehingga tidak bisa digeneralisasi suatu kesimpulan dari analisis tersebut. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Rata-rata skor FIM berdasarkan kelompok waktu tempuh menurut Simonsick Waktu Rata-rata tempuh N Skor FIM Simpang baku Minimal > 7 menit 28 116,25 3,284 110 5:30 - 7 menit 19 122,95 1,870 120 < 5:30 11 125,00 1,342 122 Total 58 120,10 4,599 110 *) Uji post hoc bonferroni dengan nilai > 7 menit sebagai referensi **) Uji Anova
Maksimal 121 126 126 126
Signifikansi (nilai p) Referensi 0,001* 0,001* 0,001**
PEMBAHASAN Pada penelitian ini, didapatkan median waktu yang ditempuh oleh seluruh subyek untuk menyelesaikan uji jalan 400 meter yaitu sebesar 413 detik (6 menit 53 detik), dengan nilai minimum 281 detik (4 menit 41 detik) dan nilai maksimum 901 detik (15 menit 1 detik). Rentang waktu yang didapatkan tentu tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan berjalan pada uji jalan ini, di antaranya yang dapat diperkirakan yaitu faktor usia, antropometrik (berat badan, tinggi badan, panjang langkah), performa lokomotor, kebugaran kardiorespirasi dan penyakit yang diderita subyek; sehingga didapatkan distribusi yang tidak normal. Keterkaitan faktor-faktor yang berpengaruh tersebut tidak diteliti pada penelitian ini. Sebagai perbandingan, nilai rerata waktu tempuh uji jalan 400 meter pada usia lanjut dari berbagai penelitian di manca negara diantaranya yaitu Rolland dkk (2004) sebesar 5 menit 36 detik8, Marsh AP dkk (2006) sebesar 330,9 detik (5 menit 30 detik)10, Simonsick dkk (2001) sebesar 5 menit 11 detik12, Simonsick dkk (2006) sebesar 4 menit 15 detik14, Vestergaard dkk (2009) pada subjek dengan keterbatasan fungsional sebesar 8,17 ± 1,89 menit22, serta Chang M dkk (2004) juga pada subjek dengan keterbatasan fungsional sebesar 7,3 ± 1,6 menit23. Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
11
Nilai rerata waktu tempuh uji jalan 400 meter di atas bervariasi dan belum dapat digeneralisir pada seluruh usia lanjut di dunia. Data yang diperoleh lebih banyak berasal dari luar negeri dengan berbagai perbedaan yang cukup signifikan dengan populasi kita, terutama dalam hal antropometrik sampel. Panjang langkah, yang juga dipengaruhi oleh tinggi badan, akan sangat mempengaruhi kecepatan berjalan.24 Nilai waktu tempuh uji jalan 400 meter mempunyai kecenderungan untuk semakin bertambah sesuai dengan pertambahan usia. Hal ini sesuai dengan Pakasi (2007) pada studinya tentang performa uji jalan 400 meter pada kelompok perempuan penderita diabetes dibandingkan dengan kontrol pada 3 kelompok usia, didapatkan bahwa pada kedua kelompok baik baik penderita diabetes maupun sehat: semakin muda usia waktu tempuhnya lebih cepat.25 Pada studi tersebut juga didapatkan bahwa pada penderita DM waktu tempuh uji jalan 400 meter lebih lama daripada kelompok yang sehat.25,26 Seiring dengan bertambahnya usia, hampir seluruh komponen mengalami penurunan. Menurut Nygard dkk, terjadi penurunan sekitar 45% per tahun pada kapasitas muskuloskeletal sejak usia 51 tahun.27 Sedangkan Miller dkk menyatakan terjadi penurunan kecepatan berjalan pada usia lanjut ≥ 60 tahun sebesar 1-2% per tahun.38 Marsh AP dkk (2006) mendapatkan bahwa kekuatan otot dan power ekstremitas bawah merupakan prediktor terpenting terhadap waktu tempuh uji jalan 400 meter.10 Pada usia diatas 60 tahun, kekuatan otot menurun 1,4 - 2,5% per tahun, sedangkan power otot menurun sekitar 3,5% per tahun.28 Pada penelitian ini didapatkan rerata skor FIM total sebesar 120,10 ± 4,5 (dengan nilai minimum 110 dan maksimum 126), atau sekitar 95,3% dari skor total untuk mandiri penuh. Nilai rerata ini belum dapat menggambarkan tingkat kemandirian secara umum, karena harus dilihat per individu dan per domain. Domain yang utama mengalami penurunan yaitu locomotion (stairs, walk), transfer (toilet dan shower), dan social cognition (problem solving dan social interaction). Penurunan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya gangguan muskuloskeletal (terutama artritis dan deformitas), komorbid yang diderita subyek (terutama hipertensi, DM, paru, jantung), di samping menurunnya kekuatan otot, endurance, balance dan fungsi kognisi seiring dengan bertambahnya usia. Berdasarkan kelompok usia, pada kelompok A didapatkan rerata skor FIM 121,44, kelompok B sebesar 118,95, dan kelompok C sebesar 115,75; dengan tingkat kemaknaan yang signifikan (ANOVA p = 0,019). Hal ini menandakan bahwa semakin bertambah usia, tingkat kemandirian akan semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan Zimmerman SI dkk (1994) Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
12
berdasarkan data dari National Health Interview Survey, USA, 1984, yang menyatakan bahwa proporsi orang yang mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitasnya meningkat secara dramatis sesuai dengan usia. Proporsi ketergantungan pada usia 75-84 tahun meningkat sekitar dua kali lipat dibandingkan usia 65-74 tahun. Sedangkan proporsi ketergantungan pada usia 85 tahun ke atas meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan kelompok usia 75-84 tahun.29 Berdasarkan persentase per domain FIM, kemampuan melakukan tiap domain dicapai tertinggi (nilai 7 = mandiri penuh) sesuai urutannya yaitu pada domain grooming dan bowel control, kemudian expression, bladder control, comprehension, dan eating. Mandiri dengan modifikasi (level 6) terbanyak pada problem solving, stairs, transfer toilet, transfer tubshower, walk, social interaction, dan dressing lower body. Sedangkan level terendah yaitu nilai 3 (dibantu sedang) didapatkan pada bladder control, nilai 4 (dibantu ringan) pada bathing, dan nilai 5 (perlu pengawasan atau pengaturan) pada stairs dan bladder control (tabel 4.7). Makna dari penemuan ini adalah bahwa sebagian besar aktivitas merawat diri, kontrol BAB dan BAK, serta komunikasi, dapat dilakukan secara mandiri oleh mayoritas subyek penelitian. Aktivitas locomotion dan transfer umumnya dilakukan mandiri dengan modifikasi, yaitu memerlukan waktu lebih lama atau memerlukan pegangan tangan saat naik/turun tangga. Hal ini sesuai dengan Zimmerman SI dkk dan Gill dkk, bahwa domain ADL ketergantungan tertinggi yang dialami usia lanjut yaitu dalam hal mandi, berjalan, memakai pakaian, inkontinensia, transfer dari tempat tidur ataupun kursi, dan menggunakan toilet. Tiap orang dapat mengalami kesulitan pada lebih dari satu domain aktivitas.29,30 Sedangkan Fulton JP dkk dan Cornoni-Huntley JC dkk mendapatkan bahwa prosentase tertinggi kesulitan melakukan ADL pada usia lanjut yaitu berjalan (19%), mandi dan pergi keluar rumah (10%), transfer dari dan ke tempat tidur dan kursi (8%), memakai pakaian (6%), dan menggunakan toilet (4%).31,32 Miller dan Alexander menyatakan bahwa pada penduduk usia 65 tahun ke atas di USA, sekitar 13% mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan 9%-nya kesulitan dalam mandi, 8% dalam berjalan, dan 6% dalam transfer dari dan/ke tempat tidur dan kursi. Angka ini makin meningkat tajam setelah usia 80 tahun, sehingga diperkirakan lebih dari 34% usia lanjut 85 tahun ke atas mengalami masalah mobilitas.7
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
13
Hasil waktu tempuh uji jalan 400 meter bila dihubungkan dengan tingkat kemandirian fungsional menggunakan instrumen FIM pada penelitian ini menunjukkan hubungan sangat kuat dan signifikan secara statistik. Hal ini sesuai dengan sebuah studi kohort yang dilakukan Newman dkk (2006) bahwa pada subyek yang dapat menyelesaikan uji jalan 400 meter, kenaikan setiap menit dari total waktu yang ditempuh akan meningkatkan risiko keterbatasan dan disabilitas mobilitas sebanyak 52%, risiko penyakit kardiovaskular 20%, dan risiko kematian hingga 29%.33 Pemilihan jarak 400 meter didasarkan pada kategori disabilitas, yaitu seseorang disebut memiliki disabilitas mobilitas bila tidak dapat berjalan sedikitnya ¼ mil (400 meter).12,34,35,36 Uji jalan 400 meter merupakan uji jalan yang memerlukan kekuatan otot, ketahanan otot maupun kardiorespirasi, keseimbangan, koordinasi, dan fleksibilitas; yang sesuai dengan konsep hierarki fungsi fisik.37 Semakin singkat waktu tempuh pada uji jalan 400 meter, yang artinya semakin cepat kemampuan untuk berjalan, maka kemampuan mobilitasnya adalah semakin baik, sehingga kemampuan subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas fisik yang memerlukan lima komponen dasar seperti di atas dapat dilakukan dengan lebih baik. Bila komponen dasar ini baik, maka seseorang dapat melakukan gerakan fisik spesifik, seperti uji jalan, yang artinya kemampuannya sudah naik pada level integrasi I. Lebih lanjut, orang tersebut akan mampu melakukan tugas atau aktivitas yang bertujuan, contohnya melakukan AKS seperti mandi, naik tangga, yang artinya sudah naik pada level integrasi II. Pada akhirnya orang tersebut akan dapat berperan atau mempunyai role function dalam kehidupannya (level integrasi III).37 FIM merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk menilai status kemandirian, dan juga untuk menskrining gangguan mobilitas (terutama pada domain locomotion dan transfers).15 Pada penelitian ini, didapatkan korelasi yang kuat antara waktu tempuh dengan skor beberapa kelompok domain FIM yaitu locomotion terdiri dari walk dan stairs; transfers terdiri dari transfer toilet, tub/shower, dan bed/chair serta selfcare pada domain dressing lower body, bathing, dan toileting. Pada domain walk atau berjalan, subyek diuji dengan berjalan minimal 50 meter. Korelasi yang sangat kuat antara domain berjalan dengan uji jalan 400 meter tentu dikarenakan untuk melakukannya sama-sama memerlukan ke-5 komponen dasar di atas termasuk kebugaran kardiorespirasi. Hal yang sama juga terjadi pada domain stairs yaitu menaiki atau menuruni tangga satu flight (12-14 anak tangga). Verghese J dkk (2008) menyatakan bahwa kesulitan Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
14
menaiki dan menuruni tangga pada usia lanjut berhubungan kuat dengan keterbatasan aktivitas.38 Untuk domain transfers, komponen yang lebih diuji adalah keseimbangan, koordinasi, fleksibilitas dan kekuatan otot. Mayoritas subyek melakukannya dengan penuh kehati-hatian, terutama untuk transfer toilet, dengan waktu yang lebih lama dari yang biasanya dikerjakan oleh orang lain. Pada domain bathing, juga diperlukan ke-5 komponen dasar, guna melakukan kegiatan menyiram tubuh, menyabuni ke-10 area tubuh, serta mengeringkannya. Sebagian subyek memerlukan waktu lebih lama dari umumnya untuk kegiatan mandi ini, ada juga yang tidak dapat menyabuni 100% area tubuh terutama tungkai bawah yaitu pada subyek dengan kondisi skoliosis lumbal, kifotik berat, atau sering mengalami nyeri pinggang saat beraktivitas. Pada domain dressing lower body, diperlukan keseimbangan, fleksibilitas, koordinasi, dan kekuatan otot, untuk dapat memakai dan melepaskan pakaian dari pinggang ke bawah, termasuk pakaian dalam, celana, rok, kaos kaki, sepatu, mengaitkan kancing, atau memakai reustleting; pada waktu yang sewajarnya dilakukan orang normal secara aman. Sebagian subyek memerlukan posisi duduk untuk mengenakan pakaian bawah ini, dan dalam waktu yang cukup lama. Hasil penelitian ini memperkuat pernyataan bahwa berjalan merupakan syarat utama untuk dapat melakukan aktivitas fungsional sehari-hari dengan baik.11 Dengan kemampuan berjalan yang baik, seorang usia lanjut dapat melakukan aktivitas lainnya dengan lebih baik, seperti transfer, naik tangga, mandi, dan seterusnya; yang artinya, tingkat kemandiriannya menjadi lebih tinggi. Seluruh subyek dapat menyelesaikan uji jalan 400 meter pada penelitian ini, walaupun terdapat 3 orang (5,2% dari total subyek) yang berhenti untuk istirahat dan kemudian melanjutkan berjalan lagi. Berdasarkan studi Vestergaard dkk (2009), kejadian berhenti untuk istirahat pada uji jalan 400 meter mempunyai korelasi kuat dengan insidens disabilitas mobilitas pada follow up setelah 6 dan 12 bulan kemudian.22 Simonsick dkk dalam grup studi Health ABC (2006) membuat cut-off point waktu tempuh yang dihubungkan dengan disabilitas, berdasarkan rumus VO2max dari hasil uji jalan 400 meter dan estimasi Astrand. Pada studi tersebut didapatkan bahwa seorang individu yang menempuh waktu lebih dari 7 menit dengan kecepatan maksimal, berarti memiliki keterbatasan fungsional nyata; sedangkan individu yang berjalan lebih dari 5 menit 30 detik dengan kecepatan maksimal, dapat berisiko tinggi mengalami kesulitan melakukan aktivitas Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
15
fungsional.14 Pada penelitian ini tergambar capaian skor FIM total pada ke-3 kelompok (tabel 3) yaitu pada kelompok diatas 7 menit rata-rata skor FIM-nya adalah 116,25, yang artinya memiliki keterbatasan kemandirian (dari skor total 126), sedangkan untuk kelompok 5:30 – 7 menit rata-rata skor FIM-nya adalah 122,95. Bila dilihat dari signifikansinya, nilai rata-rata skor FIM terkecil pada kelompok dengan waktu tempuh diatas 7 menit dan berbeda signifikan dibandingkan kelompok dengan waktu tempuh dibawah 7 menit, dengan kekuatan penelitian diatas 80%. Oleh sebab itu, dapat ditegakkan kesimpulan bahwa pada penelitian ini, batas waktu tempuh 7 menit dapat membedakan kemampuan kemandirian secara signifikan, yaitu dapat membantu mengidentifikasi defisit mobilitas sebagai dasar tatalaksana guna memperlambat kehilangan fungsi mobilitas. Untuk analisis perbandingan dengan kelompok waktu tempuh dibawah 5:30 menit, jumlah sampel belum memenuhi kekuatan penelitian yang baik sehingga belum dapat diambil kesimpulan. Simpulan Nilai waktu tempuh uji jalan 400 meter pada usia lanjut di PSTW I dan III adalah didapatkan median 413 detik (6:53 menit) dengan minimum 281 detik (4:41 menit) dan maksimum 901 detik (15:01 menit). Tingkat kemandirian fungsional berdasarkan instrumen FIM pada usia lanjut adalah sebesar rerata 120 ± 5. Hanya 13,8% subyek mempunyai tingkat mandiri penuh (skor FIM 126). Kemampuan kemandirian terendah yang harus diperhatikan adalah pada locomotion (stairs, walk), transfer (toilet dan shower), dan social cognition (problem solving dan social interaction). Terdapat hubungan sangat kuat antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional menggunakan instrumen FIM pada usia lanjut (r = - 0,941) dengan nilai signifikan secara statistik (Spearman p < 0,001). Dalam kegunaan klinis praktis, waktu tempuh cukup baik untuk memprediksi kemampuan kemandirian di aspek locomotion, transfer dan selfcare (dressing lower body, bathing, dan toileting), tapi tidak cukup akurat untuk memprediksi sphingter control dan kognitif. Batas waktu tempuh uji jalan 400 meter sebesar 7 menit, dapat menjadi cut-off point yang membedakan kemampuan kemandirian secara signifikan.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
16
DAFTAR PUSTAKA 1. Frontera WR, Meredith CN. Exercise in the rehabilitation of the elderly. In: Felsenthal G, Garrison S, Steinberg FU, editors. Rehabilitation of the aging and the elderly patient. USA: Williams & wilkins; 1994.p.35-46. 2. Depkominfo. Jumlah lansia di Indonesia 16,5 juta orang. 25 Mei 2009. [diunduh tanggal 5 Mei 2011]. Tersedia di http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/jumlah-lansiadi-indonesia-165-juta-orang/ 3. Atmaji DW. Forum Jakarta untuk perlindungan lansia digelar di Bappenas: Jumlah lansia 2025 diproyeksikan 62,4 juta jiwa. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Siaran Pers. Jakarta: 12 November 2007. 4. Komnas lansia. [Diunduh tanggal 20 Agustus 2011]. Tersedia di http://www.komnaslansia.or.id 5. Badan Pusat Statistik. Perkembangan beberapa indikator utama sosial-ekonomi Indonesia.Jakarta: BPS; 2010. 6. Fried LP, Bandeen-Roche K, Chaves PHM, Johnson BA. Preclinical mobility disability predicts incident mobility disability in older women. J gerontol A Biol Sci Med Sci. 2000;55:43-52. 7. Miller JAA, Alexander NB. Biomechanics of mobility. In: Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Asthana S. Hazzard’s geriatric medicine and gerontology. 6th ed. USA: McGraw-Hill; 2009. p.1369-80. 8. Rolland YM, Cesari M, Miller ME, Penninx BW, Atkinson HH, Pahor M. Reliability of the 400-m usual-pace walk test as an assessment of mobility limitation in older adults. J Am Geriatr Soc. 2004;52:972-6. 9. Guyatt GH, et al. Effect of encouragement on walking test performance. Thorax. 1984;39:818-22. 10. Marsh AP, Miller ME, Saikin AM, et al. Lower extremity strength and power are associated with 400 meter walk time in older adults: The InCHIANTI study. J Gerontol A Biol Sci Med Sci. 2006;61:1186-93. 11. Brach J, Rosano C, Studenski S. Mobility. In: Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Asthana S. Hazzard’s geriatric medicine and gerontology. 6th ed. USA: McGraw-Hill; 2009. p.1397-409. 12. Simonsick EM, Montgomery PS, Newman AB, Bauer DC, Harris T. Measuring fitness in healthy older adults: the health ABC long distance coridor walk. J Am Geriatr Soc. 2001;49:1544-8. Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
17
13. Zdrenghea D, Beudean M, Pop D, Zdrenghea V. Four hundred meters walking test in the evaluation of heart failure patients. Rom J. Intern. Med.2010;48:33-8. 14. Simonsick E, Fan E, Fleg JL. Estimating cardiorespiratory fitness in well-functioning older adults: treadmill validation of the long distance corridor walk. J Am Geriatr Soc. 2006;54:127-32. 15. Brummel-smith K. Assessment in rehabilitation. In: Osterweil, Brummel-smith K, Beck JC, eds. Comprehensive griatric assessment. USA: McGraw-Hill; 2000.p.139-171. 16. Uniform Data System for Medical Rehabilitation. FIM instrument. New York:1997. 17. Spar JE, Rue AL. Clinical manual of geriatric psychiatry. USA: American Psychiatric Publishing; 2006. 18. American Thoracic Society. ATS statement: Guidelines for the six-minute walk test. Am J Repir Crit Care Med. 2002; 166: 111-7. 19. Nied RJ, Franklin B. Promoting and prescribing exercise for the elderly. American Family Physician. 2002;65(3):419-27. 20. Cooper CB, Storer TW. Exercise testing and interpretation: A practical approach. New York: Cambridge university press; 2008. 21. American Association of Cardiovascular & Pulmonary Rehabilitation. Guidelines for cardiac rehabilitation and secondary prevention programs. 3rd ed. USA: Human kinetics; 1999. 22. Vestegaard S, Patel KV, Walkup MP, et al. Stopping to rest during a 400-meter walk and incident mobility disability in older persons with functional limitations. J Am Geriatr Soc. 2009;57(2):260-5. 23. Chang M, Cohen-Mansfield J, Ferrucci L, et al. Incidence of loss of ability to walk 400 meters in a functionally limited older population. J Am Geriatr Soc. 2004;52:2094-8. 24. Nusdwinuringtyas N. Prediksi ambilan oksigen maksimal yang diperoleh dari hasil uji jalan 6 menit sebagai parameter kapasitas fungsi dewasa sehat di Indonesia.(disertasi). Jakarta: FKUI; 2011. 25. Pakasi RE. Perbandingan performa uji jalan 400 meter pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan individu sehat (tesis) Jakarta: FKUI; 2007. 26. Johnson ST, Tudor-Locke C, McCargar LJ, Bell RJ. Measuring habitual walking speed of people with type 2 diabetes: Are the meeting recommendations? Diabetes Care. 2005;28:1503-4.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.
18
27. Nygard CH, Luoparjavi T, Ilmarinen J. Musculoskeletal capacity and its changes among ageing municipal employees in different work categories. Scand J work environ health. 1991;17:110-7. 28. Bloch RM. Geriatric rehabilitation. In: Braddom RL, editor. Physical medicine and rehabilitation. 4th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011. p.1419-37. 29. Zimmerman SI, Fox K, Magaziner J. Demography and epidemiology of disabilities in the aged. In: Felsenthal G, Garrison SJ, Steinberg FU, editors. Rehabilitation of the aging and elderly patient. Baltimore: Williams & Wilkins; 1994.p.11-20. 30. Gill TM, Kurland B. The burden and patterns of disability in activities of daily living among community-living older persons. Journal of Gerontology. 2003; 58A(1):70-5. 31. Fulton JP, Kartz S, Jack SS, Hendershot GE. Physical functioning of the aged. USA.Vital & Health Stat; 1989:167. 32. Cornoni-Huntley JC, Foley DJ, White LR. Epidemiology of disability in the oldest old: Methodologic issues and preliminary findings. Milbank Mem Fund Q. 1985;63:350-76. 33. Newman AB, Haggerty CL, Kritchevsky SB, et al. Walking performance and cardiovascular response: Associated with the age and morbidity-The health, aging, and body composition study. Medical Sciences. 2003;58A:715-20. 34. Oja P, et al. A 2-km walking test for assessing the cardiorespiratory fitness of healthy adults. International journal of sports medicine. 1991;12:356-62. 35. Kline GM, et al. Estimation of VO2max from a one-mile track walk, gender, age, and body weight. Medicine and science in sports and exercise. 1987;19:253-9. 36. Newman AB, Simonsick EM, Naydeck BI, et al. Association of long-distance corridor walk performance with mortality, cardiovascular disease, mobility limitation, and disability. JAMA. 2006;297(17):2018-26. 37. Gerety MB. Health status and physical capacity. In: Osterweil, Brummel-smith K, Beck JC, eds. Comprehensive griatric assessment. USA: McGraw-Hill; 2000.p.45-7. 38. Verghese J, Wang C, Xue X, Holtzer R. Self-reported difficulty in climbing up or down stairs in nondisabled elderly. Arch Phys Med Rehabil. 2008; 89:100-4.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ruby Valentine, FK UI, 2013.