UNIVERSITAS INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN BEROBAT PASIEN KEGANASAN UROLOGI DI RSUP DR SARDJITO
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Urologi
RAJASA HERWANDAR 0706312355
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS UROLOGI JAKARTA DESEMBER 2013
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Rajasa Herwandar
NPM
: 0706312355
Tanda tangan
:
Tanggal
: 13 Desember 2013
ii
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul
: : Rajasa Herwandar : 0706312355 : Program Pendidikan Dokter Spesialis Urologi : FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN BEROBAT PASIEN KEGANASAN UROLOGI DI RSUP DR SARDJITO
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Spesialis Urologi pada Program Studi Urologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
: dr. Trisula Utomo, SpU
Ditetapkan di
: Yogyakarta
Tanggal
: 13 Desember 2013
(
iii
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
)
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada 1. Dr. Trisula Utomo, SpU selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis ini. 2. Orang tua, istri, dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral, dan 3. Segenap karyawan di RSUP dr Sardjito yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini Semoga segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan semua pihak dalam penyusunan tesis ini akan menjadi amalan kebaikan yang tidak putus-putusnya bagi Allah SWT. Akhir kata penulis berharap agar tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu.
Jakarta, 10 Desember 2013
Rajasa Herwandar
iv
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Rajasa Herwandar
NPM
: 0706312355
Program Studi
: Spesialis Urologi
Departemen
: Urologi
Fakultas
: Kedokteran Universitas Indonesia
Jenis karya
: Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN BEROBAT PASIEN KEGANASAN UROLOGI DI RSUP DR SARDJITO Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya. Dibuat di Jakarta Pada tanggal: 11 Desember 2013 Yang menyatakan
(Rajasa Herwandar)
v
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: : :
Rajasa Herwandar Urologi Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan Berobat Pasien Keganasan Urologi di RSUP Dr. Sardjito
Di Indonesia, masalah penyakit kanker merupakan masalah yang terus melonjak luar biasa, dalam jangka waktu 10 tahun terlihat bahwa peringkat kanker sebagai penyebab kematian naik dari peringkat dua belas menjadi peringkat empat ditahun 2005. Tumor di bidang urologi merupakan penyakit keganasan yang penting pada penyakit tumor secara keseluruhan, dan masih banyak masyarakat yang sulit untuk mencapai lokasi rumah sakit yang tersedia spesialisasi dibidang urologi baik karena faktor biaya, sulitnya trasportasi, jarak yang sangat jauh dan lainya. Sebuah studi klinis prospektif yang dilakukan di bangsal urologi RS Dr. Sardjito Yogyakarta, kami mempelajari pasien urologi yang datang untuk berobat lebih dari 1 kali kunjungan setelah adanya gejala awal atau terlambat datang untuk berobat pada periode Juni 2012 – Januari 2013. Pengambilan Sampel dilakukan dengan Mengumpulkan data pasien sebanyak 40 orang dengan diagnosis keganasan di bidang urologi yang dirawat dan kontrol ke poli urologi, kemudian dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner penelitian. Penelitian dilakukan dengan metode cross-sectional, dinilai rasio prevalen yaitu membandingkan antara jumlah subjek dengan penyakit pada suatu saat dengan seluruh subjek yang ada. Sebuah studi observasional untuk menentukan hubungan antara faktor resiko dan penyakit. Seluruh metode mempergunakan program statistik SPSS versi 17. Dilakukan analisis bahwa pada uji hubungan antara lamanya pasien berobat dengan variabel yang dimiliki responden, didapatkan sebanyak 27.5% responden mengaku pernah berobat ke paramedik, 85% responden berobat ke dokter umum dan 77.5% responden pernah berobat ke dokter spesialis, setelah pasien berobat ke tenaga medis (paramedik, dokter umum). Didapatkan hubungan antar lama berobat dengan jumlah kunjungan p=0.037, didapatkan hubungan bermakna antara lama berobat dengan kunjungan ke dokter spesialis (p=0.001), Didapatkan hubungan bermakna antara lama berobat dengan berobat ke paramedik dengan nilai p = 0.017
Kata kunci: Keterlambatan Berobat, Keganasan Urologi
vi
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
ABSTRACT
Name Study Program Title
: : :
Rajasa Herwandar Urology Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan Berobat Pasien Keganasan Urologi di RSUP Dr. Sardjito
In Indonesia, malignancy is an increasing problem over the years. In the past ten years, it is observed that cancer-related mortality is increasing, from 12th position to 4th at the year of 2005. Urological cancer is one of important malignancy, yet still a lot of patients suffering these diseases couldn’t have access to hospital with attending urologists, due to cost problems, transportation problem, and others. In one prospective clinical trial done at urological ward at dr. Sardjito hospital, we studied urologic patients who seek for help more than once after their symptoms became apparent, or did not come until their disease reach late stage at periode June 2012 until January 2013. Total 40 inward or outward patients diagnosed with urological malignancy were collected during the research, and an interview using research questionnaire was conducted for each patient. This is a cross-sectional research, an observational study to determine the relationship between a disease and its risk factor. In this study we assess prevalence ratio; we compared subject with a disease at one time to the population. The whole analysis is using SPSS version 17 software. We analyzed the correlation between time needed by the patient before seek medical help doctors between variables acquired by them. We got the result that 27,5% patients respond that they did go to the doctors before, 85% of them went to the general practitioners, and 77,5% of them went to specialist after they went to GP. There is a correlation between time needed by patient to seek for medical help and visiting frequency (p=0,037). There is also a correlation between time needed by patient to go to the doctor and visiting frequency to urologists (p=0,001) and paramedics (p=0,017)
Keywords Delayed time fot treatment, urological malignancy
vii
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
KATA PENGANTAR
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
v
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
ix
1. PENDAHULUAN
1
2. STUDI LITERATUR
4
3. METODE
11
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
13
5. KESIMPULAN DAN SARAN
24
DAFTAR REFERENSI
25
viii
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Sebaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin
13
Tabel 4.2. Sebaran Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
13
Pasien Tabel 4.3. Sebaran Responden Berdasarkan Rentang Waktu
13
Pertama Kali Berobat hingga Berobat ke Bagian Urologi RS dr. Sardjito Tabel 4.4. Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Responden terhadap
14
Tindakan Kedokteran Tabel 4.5. Sebaran Responden Berdasarkan Alasan Penolakan
14
Tindakan Kedokteran Tabel 4.6. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan ke
15
Dokter Tabel 4.7. Sebaran Pasien Berdasarkan Asal Daerah
15
Tabel 4.8. Sebaran Responden Berdasarkan Diagnosis
16
Tabel 4.9. Hubungan Antara Lama Berobat dengan Jenis Kelamin
16
Responden Tabel 4.10. Hubungan Antara Lama Berobat dengan Berobat ke
17
Paramedik Tabel 4.11. Hubungan Antara Lama Berobat dengan Berobat ke
17
Dokter Umum Tabel 4.12. Hubungan Antara Lama Berobat dengan Masalah
17
Jarak Tempuh Tabel 4.13. Hubungan Antara Lama Berobat dengan Jarak Tempuh
18
dari Rumah ke RS Sardjito Tabel 4.14. Hubungan Antara Lama Berobat dengan Sikap Pasien
18
Tabel 4.15. Hubungan Antara Lama Berobat dengan Masalah Biaya
19
Tabel 4.16. Hubungan Antara Lama Berobat dengan Masalah Jarak
19
Tempuh ke RS Sardjito Tabel 4.17. Hubungan Antara Lama Berobat dengan Perhatian Keluarga ix
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
19
Tabel 4.18. Hubungan Antara Lama Berobat dengan Jumlah
20
Kunjungan Tabel 4.19. Hubungan Antara Lama Berobat dengan Tingkat
20
Pendidikan Tabel 4.20. Sebaran Dokter Spesialis Urologi di Yogyakarta dan Sekitarnya
x
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
20
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Di Indonesia , masalah penyakit kanker merupakan masalah yang terus melonjak luar biasa, dalam jangka waktu 10 tahun terlihat bahwa peringkat kanker sebagai penyebab kematian naik dari peringkat dua belas menjadi peringkat empat ditahun 2005.13 Setiap tahun diperkirakan terdapat 190 ribu penderita baru di Indonesia dan seperlimanya meninggal karena penyakit tersebut. Berdasarkan data catatan medis rumah sakit disamping laporan bidang patologi anatomi, penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia bersama-sama Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia dan Yayasan Kanker Indonesia menunjukan pola frekuensi relative jenis kanker yang tersering didapat di Indonesia dengan urutan Kanker leher rahim, hati, payudara, paru-paru, kulit, nasofaring, limfoma, leukemia, kolon/rectum. Namun menurut American Cancer Society penyebab kematian terbesar pada wanita adalah kanker payudara (19%), kanker paru (19%), serta kolon/rectum.13 Pada pria didominasi kanker paru (34%), kolon/rectum (12%) dan prostat (10%). Menurut Kepala Departemen Radioterapi Rumah Sakit CiptoMangunkusumo Profesor Soehartati kenaikan prevalensi kanker di Indonesia masih merupakan masalah bagi pengobatan. Pusat pengobatan kanker di Indonesia baru dapat melayani 15% pasien kanker. “Padahal, angka itu saat pasien kanker di Indonesia masih diprediksi 1 banding 1000. Indonesia perlu menambah pusat kanker dengan lokasi yang merata.13 Pusat pengobatan kanker di Indonesia masih 22 rumah sakit negeri dan 2 rumah sakit swasta itu pun letaknya tidak merata.13 Tumor di bidang urologi merupakan penyakit keganasan yang penting pada penyakit tumor secara keseluruhan, dan masih banyak masyarakat yang sulit untuk mencapai lokasi rumah sakit yang tersedia spesialisasi dibidang urologi baik karena faktor biaya, sulitnya trasportasi, jarak yang sangat jauh dan lainnya. Kadang tenaga medis baik perawat, dokter umum bahkan dokter spesialis dan sebagainya yang masih kurang memahami mengenai keganasan dibidang urologi xi
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
sehingga tidak sedikit pasien keganasan yang datang ke spesialisasi urologi sudah dalam keadaan lanjut atau kadang sudah dalam keadaan metastase. Pada penelitian ini ingin mencari tahu faktor – faktor apa saja yang menyebabkan pasien keganasan di bidang urologi terlambat datang untuk berobat.
1.2.Rumusan Masalah Faktor – faktor apa saja yang menyebabkan pasien keganasan di bidang urologi terlambat datang untuk berobat.
1.3.Hipotesis Faktor pendidikan pasien, jauhnya jarak pasien ke tempat pelayanan kesehatan, sebaran ahli urologi yang kurang, merupakan faktor-faktor yang menyebabkan pasien terlambat datang untuk berobat pada keganasan di bidang urologi.
1.4.Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Penelitian
ini untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan pasien dan
jauhnya jarak pasien ke tempat pelayanan kesehatan merupakan faktor-faktor yang menyebabkan pasien terlambat datang untuk berobat pada keganasan di bidang urologi. 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui faktor- faktor penyebab pasien terlambat datang untuk berobat ke spesialis urologi pada penyakit keganasan. 2. Mengetahui penyakit-penyakit keganasan di bidang urologi 3. Untuk mendapatkan data pasien keganasan urologi yang mengalami keterlambatan penanganan. 4. Untuk mengetahui sebaran ahli urologi di Jogjakarta dan sekitarnya.
1.5.Manfaat Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan pasien dan jauhnya jarak pasien ke pelayanan kesehatan faktor-faktor yang menyebabkan xii
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
pasien terlambat datang untuk berobat pada keganasan di bidang urologi 2. Bisa memberikan kesadaran bagi pasien pentingnya berobat pada
pasien keganasan.
xiii
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
BAB II STUDI LITERATUR
2.1. Definisi Penyakit Keganasan Penyakit keganasan atau bisa disebut kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel – sel jaringan tubuh yang tidak normal.12 Sel – sel yang tidak normal tersebut akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri dan selanjutnya akan berkembang ke organ lain disekitarnya dengan penyebaran melalui jaringan ikat, darah. Dalam keadaan normal sel hanya dapat membelah diri jika ada pergantian sel – sel yang telah mati atau rusak sebaliknya pada sel kanker akan terus membelah meskipun tubuh tidak memerlukannya sehingga akan terjadi penumpukan sel-sel baru.12 Penumpukan tersebut akan menyebabkan pendesakan dan pengrusakan jaringan normal sehingga menggangu dan merusak organ yang ditempatinya. Kanker dapat terjadi di berbagai jaringan tubuh. Sulit di deteksi bila kanker berada didalam tubuh karena kadang tidak memberikan gejala.12
2.2. Masalah Kanker di Indonesia Masalah kanker di Indonesia masih merupakan masalah yang rumit. Pada pembukaan seminar sehari dalam rangka memperingati hari kanker sedunia 2013 di Kemenkes RI Menteri Kesehatan RI, dr Nafsiah Mboi, Sp.A,MPH mengungkapkan ada 4 masalah yang perlu diperhatikan dan disebarluaskan yaitu (1) Dampak social dari kanker, (2) kanker sebagai global epidemic,(3) efektifitas pengobatan kanker, (4) upaya meningkatkan pencegahan kanker.14 Menurut Menkes dampak social kanker termasuk pembiayaan pengobatan yang tinggi yang mengganggu pembiayaan keluarga, bangsa, dan Negara. Kanker sebagai global epidemi berarti telah menjadi masalah dunia karena jumlah penderita kanker terus meningkat.14 Menurut WHO dan Bank Dunia 2005 memperkirakan setiap tahun 12 juta orang diseluruh dunia
menderita kanker dan 7.6 juta diantaranya meninggal
dunia. Jika tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2003. Ironisnya kejadian ini akan xiv
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
terjadi lebih cepat dinegara miskin dan berkembang( International Union Against Cancer/UICC,2009). Menurut Prof. Tjandra Yoga, di Indonesia prevalensi kanker adalah 4.3 per 1000 penduduk. Kanker merupakan penyebab kematian nomor 7 (5.7 %) setelah stroke, TB, hipertensi, cedera perinatal dan DM (Riskesdas,2007). Penyakit kanker tidak menular namun angka kejadiannya terus meningkat setiap hari dan membawa semakin banyak masalah ekonomi, social, psikologis, karena pengobatan yang mahal dan sangat berpengaruh terutama bagi orang miskin. Pada data prevalensi tumor / kanker Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi di Indonesia yaitu 9.6 per 1000 penduduk. Angka nasional 4.3 per 1000 penduduk dengan angka kejadian lebih tinggi pada perempuan 5.7 per 1000 penduduk dibandingkan dengan laki – laki 2.9 per 1000 penduduk. Penanganan Kanker diIndonesia belum dapat dilaksanakan secara optimal sebab hamper 70 % kasus baru ditemukan dalam keadaan stadium yang sudah lanjut. Hal ini terjadi akibat penanganan penyakit belum sepenuhnya mendapat prioritas dari pemerintah dan berbagai pihak.14 Kejadian penyakit kanker dopengaruhi banyak faktor resiko seperti merokok dan atau terkena paparan asap rokok, mengkomsumsi alcohol, paparan sinar ultraviolet pada kulit, obesitas, diet tidak sehat, kurang aktifitas fisik. Para ahli mengatakan bahwa 40 % kanker dapat dicegah dengan mengurangi dan menghindari faktor resiko tersebut menurut Prof. Tjandra Yoga. Kementrian Kesehatan bekerja sama dengan lintas sector, organisasi profesi, LSM, perguruan tinggi, dan masyarakat telah dan akan terus mengembangkan program pengendalian kanker.14 Program tersebut diprioritaskan pada penyakit kanker tertinggi di Indonesia yaitu kanker payudara, kanker leher rahim, dan kanker paru. Keganasan di bidang urologi yang paling sering terjadi diantaranya Kanker prostat, buli, ginjal, testis dan penis.
Banyak pasien yang datang ke
klinik urologi dalam keadaan lanjut atau beberapa sudah metastase ke organ lain. Beberapa pasien sudah dirawat sebelumnya oleh tenaga medis seperti perawat, dokter umum bahkan dokter spesialis. Malah beberapa sudah dilakukan tindakan medis yang rupanya tindakan tersebut tidak sesuai dengan penatalaksanaan di bidang urologi. Ada baiknya pada penelitian ini kita bahas satu demi satu xv
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
mengenai keganasan di bidang urologi baik dari tanda dan gejala, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, bahkan penatalaksaan dini sebelum dirujuk ke spesialis urologi. Penatalaksanaan keganasan sulit bila tidak didukung sarana dan prasarana ditempat dokter tersebut bekerja. Seperti. Bila kita melihat jurnal yang diterbitkan di India dikatakan bahwa keterbatasan alat menyebabkan beberapa urologi tidak melakukan deteksi awal, hanya 48% urologi yang melakukan deteksi awal kanker prostat.4 Pada penelitian tersebut juga dikatakan hanya 55% urologi yang menawarkan terapi kuratif dimana 41 % dengan radikal prostatektomi dan 14 % lainnya dengan radioterapi. Juga didapatkan data 83 % menawarkan hormonal terapi untuk terapi awal kanker prostat dan 7 % lebih memilih untuk menfollow up pasien mereka. 4 Penelitian tersebut dilakukan di departemen urologi Christian Medical College didaerah Tamilnadu India.
2.3. Data Demografi Jawa Tengah Jumlah penduduk propinsi jawa tengah adalah 30.775.846 jiwa. Kabupaten atau kota dengan penduduk terbesar adalah Kabupaten Brebes (1,767 juta jiwa), Kabupaten Cilacap (1,644 juta jiwa), dan Kabupaten Banyumas (1,603 juta jiwa). Sebaran penduduk tersebar terkonsentrasi di pusat-pusat kota, baik kabupaten maupun kota. Kawasan pemukiman yang cukup padat berada didaerah Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah Kabupaten Demak dan Kendal). Pertumbuhan penduduk Jawa Tengah sebesar 0.67% pertahun. Dari jumlah penduduk 47 % diantaranya adalah angkatan kerja dengan mata pencaharian paling banyak adalah sektor pertanian (42,43 %), diikuti dengan perdagangan (20,91%), industri (15,71%) dan jasa (10,98%).15 Propinsi Jawa Tengah memiliki penduduk miskin dalam jumlah yang cukup tinggi. Dalam 10 tahun terakhir jumlah penduduk miskin mulai 2001 sampai 2011 terdapat kenaikan sebanyak 113.000 jiwa. Pada tahun 2001 penduduk miskin mencapai 5.256000 orang atau mencapai 16.21 %, tetapi pada tahun 2011 penduduk miskin naik menjadi sekitar 5.369000 penduduk atau sebedar 16.56%. Kenaikan kemiskinan ini dipengaruhi tingginya peristiwa bencana alam, kondisi social ekonomi masyarakat. Bencana xvi
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
alam membuat banyak anggota keluarga kehilangan mata pencaharian dan pekerjaan semakin sulit didapat. Jumlah penduduk yang banyak tidak didukung jumlah rumah sakit di Jawa Tengah seperti di Cilacap hanya terdapat 5 rumah sakit, banyumas satu RSU, Purwokerto terdapat 7 rumah sakit, Purbalingga – Banjarnegara 4 rumah sakit, Kebumen 4 rumah sakit, Purworejo-Wonosobo-Muntilan 5 rumah sakit, Tegal 5, Pekalongan 4, Semarang 24 rumah sakit, Salatiga 6, Surakarta 15 rumah sakit, Magelang 8 rumah sakit dan daerah lainnya yang masih sedikit jumlah sarana kesehatan, Dari sekian tempat di jawa Tengah sampai Jogjakarta hanya beberapa rumah sakit atau daerah yang terdapt spesialisasi urologi. Hal ini yang merupakan tugas bagi pemerintah dalam kelengkapan sarana dan prasarana kesehatan. Dokter umum hendaknya mengetahui secara benar dasar – dasar keganasan dibidang urologi sehingga pasien mendapatkan kepastian penangan dalam tempo waktu yang sesegera mungkin.
Penelitian yang dilakukan di
departemen urologi di Inggris kepada para dokter umum perihal lamanya rujukan sampai pasien ke dokter spesialis urologi hendaknya tidak lebih dari 2 minggu untuk pasien dengan keganasan di bidang urologi.7 Namun pada penelitian tersebut didapatkan rata – rata waktu rujukan selama 21 hari. Ini menjadi perhatian bagi pemerintah di Inggris, maka dari itu dikeluarkannya panduan rujukan bagi dokter umum terhadap pasien keganasan pada umumnya dan keganasan di bidang urologi pada khususnya, dimana pasien dengan curiga kanker hendaknya dirujuk ke dokter spesialis maksimal 2 minggu.7 Dilanjutkan penelitian lain mengenai rujukan pasien oleh dokter umum di Inggris pada tahun 2009 dimana pasien dirujuk berdasarkan panduan yang di atur oleh pemerintahan di Inggris.8 Pada penelitian tersebut sebanyak 170 pasien, 143 orang layak untuk dianalisis. 43 pasien (30 %) didapatkan kanker kandung kemih, 13 pasien ( 9%) mikroskopik hematuria tanpa ditemukan keganasan. 35 pasien (25%) dirujuk karena curiga kanker testis dengan ditemukannya benjolan
/
pembengkakan pada testis dimana pada pasien tersebut tidak ditemukan adanya keganasan testis. 41 pasien
dirujuk dengan PSA yang meningkat dan 18
terdeteksi kanker prostat. Tidak ditemukan kanker pada usia kurang dari 50 tahun. Hasil kesimpulan dari penelitian tersebut didapatkan insiden kanker sebesar 27.9 xvii
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
% dengan kasus terbanyak kanker buli dan prostat.8 Memang kesan rujukan tersebut berlebihan karena lebih banyak yang tidak terdeteksi kanker namun panduan ini baik bagi pasien. Kendala merujuk pasien di Inggris juga masih menjadi masalah maka dari itu diadakan penelitian untuk menilai masalah yang terjadi. Perjalanan pasien yang diamati sejak awal datang ke dokter umum dan berakhir dengan penatalaksaan definitive.9 Penelitian selanjutnya yang dilakukan desember 2010 di Inggris dengan hasil 1 dari 3 pasien menjalani rujukan selama 2 minggu dan interval dari pasien mengeluh adanya symptom sampai pasien dilakukan operasi dengan rata – rata lamanya 137 hari. Penangan urologi paling lama pada pasien kanker prostat dan penatalaksanaan kanker urologi paling cepat adalah kanker testis.9 Penelitian ini semata – mata untuk penanganan keganasan di bidang urologi yang lebih baik
2.4. Faktor Keterlambatan Masalah keterlambatan dalam diagnosis masih merupakan faktor resiko dan faktor morbiditas dan mortalitas pasien dengan kanker yang masih controversial selama bertahun – tahun. Angka keselamatan pasien kanker di Inggris lebih rendah dibandingkan negara – Negara lainnyadi Eropa. Kebanyakan kasus yang terlewatkan dimana pasien sebenarnya datang dengan symptom keganasan namun kebanyakan dari pasien keganasan mendapatkan penanganan bukan masalah keganasan.10 Meminimalkan waktu penegakan diagnosis tergantung dari pasien itu menjelaskan symptom
dan penanganan awal dari dokter umum terhadap
symptom keganasan tersebut, dengan managemen yang baik dan merujuk langsung ke dokter spesialis. Keterlambatan bisa terjadi pada tiga fase diantaranya: 1. Interval antara pasien pertama sekali mengeluh penyakit keganasan dan konsultasi pertama ke dokter. 2. Interval antara konsultasi pertama dan rujukan ke dokter spesialis. 3. Interval antara rujukan dan tegaknya diagnosis. xviii
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
Terminologi
delay pada penanganan kanker pada literature digunakan
untuk waktu delay yang menyebabkan kanker menjadi advanced stage. Banyak author tidak berkenan menggunakan kalimat delay bukan hanya karena membingungkan, melainkan merupakan keputusan aktif tanpa aksi. 10 Pasien usia tua merupakan faktor pasien dengan keterlambatan berobat. Ini terutama pasien usia tua dengan kanker payudara, namun hal ini tidak terjadi pada kanker kolorektal, kanker urologi, dan kanker paru.. Juga tidak ada bukti konklusif dalam hubungannya antara usia dengan symptom pada gastrointestinal bagian atas, kanker kandungan. Gender juga merupakan faktor keterlambatan. Pria ditemukan lebih banyak mengalami keterlambatan pada kanker dibagian urologi terutama kanker kandung kemih. Ada juga beberapa bukti jenis kelamin dan waktu merupakan faktor keterlambatan pada kasus kanker gastrointestinal dan kanker paru.10 2.4.1. Faktor Psikososial Kurangnya kesigapan dan perhatian terhadap gejala penyakit merupakan faktor psikososial. Tidak menyadari akan bahaya keseriusan terhadap penyakit berhubungan juga dengan keterbatasan atau kurangnya pengetahuan tentang penyakit merupakan faktor resiko predominant keterlambatan berobat pada hampir semua kanker. Keterlambatan sering terjadi pada pasien dengan pola pikir “wait and see”, atau menyangkal akan adanya gejala kanker atau mendiagnosis diri sendiri dan mengobati diri sendiri sebelum pasien berkunjung pertama kali ke dokter. Respon emosional berhubungan dengan kesadaran akan adanya potensi kanker juga penting dalam pengambilan keputusan. Rasa takut akan gejala penyakit dengan indikasi kanker, takut untuk dilakukan investigasi dan terapi operatif merupakan faktor psikososial pada semua kasus kanker. Rasa malu terhadap gejala penyakit juga faktor lamanya pasien mendapatkan penanganan kanker. Dukungan lingkungan social juga faktor yang mempengaruhi pasien dalam pengambilan keputusan saat adanya gejala kanker. Pada penelitian dikatakan pasien dengan kanker payudara bila tidak adanya dukungan orang xix
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
terdekat dari pasien rata - rata pasien mengalami keterlambatan datang untuk berobat, hal tersebut terjadi pula pada wanita dengan kanker endometrium.10 Kesimpulan dari penelitian di Inggris yang dilakukan Macleod dan kawan - kawan, alas an keterlambatan pasien saat mulai gejala kanker dipengaruhi waktu rujukan dari dokter umum adalah masalah yang kompleks dan multifactor berdasarkan dua artikel sistemik review sebelumnya.
Pasien delay juga dipengaruhi masalah demografi dan
psikososial. Sosial ekonomi yang rendah dan derajat pendidikan adalah faktor resiko terjadinya keterlambatan. Pada penelitian kualitatif terhadap orang yang didiagnosis kanker dan dilaporkan bahwa gejala ringan, atau benjolan tanpa rasa nyeri dipercaya bahwa gejala tersebut akan hilang dengan sendirinya. Pada gejala yang intermiten dipercaya bahwa gejala tersebut merupakan gejala tumor jinak. Pada interview kualitatif pada gejala yang diyakini kanker seperti gejala yang memberat, ada gejala tambahan, adanya gejala yang menyebabkan pasien mengganggu aktifitas sehari - hari. Kanker prostat screening, diagnosis dan penatalaksanaan bisa dilakukan kerjasama antara dokter umum, dokter spesialis penyakit dalam, dan dokter spesialis onkologi.2
xx
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
BAB III METODE
3.1. Desain Penelitian Dilakukan secara analitik prospektif pada pasien keganasan urologi.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian RS Sardjito Yogyakarta Juni 2012 - Januari 2013
3.3. Sampel Pasien keganasan dibidang urologi yang datang untuk berobat lebih dari 1 kali kunjungan setelah adanya gejala awal atau terlambat datang untuk berobat di RS dr Sardjito Yogyakarta Juni 2011 - Januari 2013.
3.4. Pemilihan Sampel Kriteria Inklusi a.
40 pasien keganasan di bidang urologi yang dirawat dan kontrol di poli RSUP Dr Sardjito
Kriteria Eksklusi a.
Pasien keganasan diluar bidang urologi
b.
Pasien keganasan urologi diluar periode Juni 2012 – Januari 2013
3.5. Cara Kerja Pengambilan
dengan mengumpulkan data pasien keganasan di bidang
urologi yang dirawat sebanyak 40 pasien di RS dr Sardjito yang dirawat dan kontrol ke poli urologi dengan dilakukan wawancara
dengan menggunakan
kuesioner penelitian. Kami melakukan pengumpulan data dengan menyebarkan angket kepada pasien keganasan urologi yang dirawat dan kontrol di poli urologi RSUP Dr Sardjito. Kepada pasien kita berikan angket mengenai tingkat pendidikan pasien, riwayat pernah berobat ke tenaga medis sebelumnya, rentang waktu pertama kali berobat hingga berobat ke bagian urologi RS Dr Sardjito, sikap responden xxi
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
terhadap tindakan kedokteran, alasan penolakan tindakan kedokteran ( biaya, jarak ke rs, perhatian keluarga, penolakan pasien itu sendiri), berdasarkan jumlah kunjungan ke dokter dan kita juga mengumpulkan data mengenai sebaran urologi di jogjakarta dan sekitarnya Kemudian dengan data tersebut, kami mencari hubungan antara lama berobat dengan usia responden, hubungan antara lama berobat dengan jenis kelamin responden, Hubungan antara lama berobat dengan berobat ke dokter umum, hubungan antara lama berobat dengan berobat ke paramedik, hubungan antara lama berobat dengan berobat ke dokter spesialis, hubungan antara lama berobat dengan tingkat pendidikan pasien, hubungan antara lama berobat dengan sikap pasien, hubungan antara lama berobat dengan masalah biaya, hubungan antara lama berobat dengan masalah jarak tempuh ke RS Sardjito, hubungan antara lama berobat degan perhatian keluarga, hubungan antara lama berobat dengan jumlah kunjungan dengan menggunakan table 2 x 2, namun bila tidak memenuhi syarat chi-square kami menggunakan uji fisher. Untuk hubungan lama berobat dengan jarak tempuh dari rumah ke RS menggunakan uji chi-square dengan menggunakan tabel 2 x 3. Untuk mencari hubungan antara lama berobat dengan diagnosis pasien kami menggunakan uji Kruskal Wallis.
xxii
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin
Jumlah pasien berdasarkan jenis
Persentase
kelamin Laki-laki
35
86%
Perempuan
5
14%
Berdasarkan jenis kelamin, jumlah pasien laki 35 dengan persentase 86%, dan wanita sebanyak 5 pasien dengan persentase 14 %.
Tabel 4.2. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan pasien
Tingkat Pendidikan
Pasien dengan tingkat
Persentase
pendidikan Sarjana
11
27.5 %
Non sarjana
29
72.5%
Berdasarkan tingkat pendidikan pasien sebanyak 11 pasien 27.5% berpendidikan sarjana dan sebanyak 29 pasien 72.5% bependidikan non sarjana.
Tabel 4.3. Sebaran responden berdasarkan rentang waktu pertama kali berobat hingga berobat ke bagian urologi RS Dr Sardjito
Jumlah pasien dengan lama waktu
Persentase
berobat sejak keluhan awal < 1 minggu
12
30%
1– 4 minggu
18
45%
>4 minggu
10
25%
xxiii
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
Setelah pasien berobat ke tenaga medis, dokter umum dan dokter spesialis, rentang waktu antara berobat ke tenaga medis hingga datang ke RS Sardjito terbanyak antara rentang waktu 1-4 minggu dengan rerata 2 minggu.
Tabel 4.4. Sebaran responden berdasarkan sikap responden terhadap tindakan kedokteran
Jumlah pasien dengan sikap terhadap
Persentase
tindakan kedokterasn Menolak Tindakan
21
52.5%
Kemoterapi
5
12.5%
Operasi
14
35 %
Tabel 4.5. Sebaran responden berdasarkan alasan penolakan tindakan kedokteran
Sikap responden
Alasan penolakan
Ya
Tidak
Biaya
6 (28.8%)
15 (17.4%)
Jarak tempuh yang jauh
5 (23.8%)
16 (76.2%)
Tidak
11 (52.4%)
10 (47.6%)
responden Menolak kedokteran
tindakan
ada
perhatian
keluarga Takut
2
Mayoritas pasien (21 responden/ 52.5%) memiliki sikap menolak tindakan kedokteran. Adapun alasan menolak tindakan dikarenakan masalah biaya (6 responden/ 28.6%), masalah jarak tempuh dari rumah hingga ke RS Sardjito (5 responden/23.8%), tidak ada perhatian keluarga (11 responden/ 52.5%) dan takut tindakan kedokteran (2 responden).
xxiv
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
Tabel 4.6. Sebaran responden berdasarkan jumlah kunjungan ke dokter
Jumlah pasien dengan banyaknya
Persentase
kunjungan ke dokter sampai dirujuk ke dokter spesialis urologi 1 – 2 kunjungan
20
50
3 – 4 kunjungan
7
17.5
> 4 kunjungan
13
32.5
Mayoritas responden hanya memerlukan 1-2 kunjungan ke dokter perujuk sebelum datang berobat ke RS Sardjito (50%) , namun jumlah responden yang memerlukan > 4 kunjungan mencapai 32.5%.
Tabel 4.7. Sebaran pasien berdasarkan asal daerah
No
Daerah asal
Jumlah
1
Kulon progo
1
2
Banjarnegara
1
3
Gunung kidul
2
4
Kupang
1
5
Cilacap
2
6
Temanggung
1
7
Wonosari
2
8
Papua
1
9
Banyumas
1
10
Bantul
4
11
Wonosobo
2
12
Kebumen
2
13
Magelang
4
14
Yogyakarta
16
xxv
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
Berdasarkan asal daerah, mayoritas pasien (24 pasien/ 60%) berasal dari luar yogyakarta dengan daerah terjauh yakni papua dan kupang, sedangkan dari Yogyakarta sebanyak 16 pasien.
Tabel 4.8. Sebaran responden berdasarkan diagnosis responden
Jumlah pasien berdasarkan
Persentase
jenis tumor Tumor Ginjal
5
12.5
Tumor Buli
27
67.5
Tumor Prostat
4
10
Tumor Penis
3
7.5
Tumor Testis
1
2.5
Berdasarkan diagnosis responden, mayoritas keganasan yang mengalami keterlambatan penanganan pada pasien keganasan di bidang
urologi, yang
menderita tumor buli sebanyak (67.5%), tumor ginjal (12.5%), tumor prostat (10%), tumor penis (7.5%) dan tumor testis (2.5%)
Tabel 4.9. Hubungan antara lama berobat dengan jenis kelamin responden
Lama berobat
Jenis kelamin
Nilai p (Fisher
Laki-laki
Perempuan
Test)
< 1 minggu
12
0
p=0.298
> 1 minggu
23
5
Demikian pula, tidak ada hubungan bermakna antara lama berobat dengan jenis kelamin responden dengan nilai p = 0.298.
xxvi
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
Tabel 4.10. Hubungan antara lama berobat dengan berobat ke paramedik
Lama berobat
Berobat ke paramedik
Nilai p (Fisher
Ya
Tidak
Test)
< 1 minggu
0
12
P = 0.017
> 1 minggu
11
17
Didapatkan hubungan bermakna antara lama berobat dengan berobat ke paramedik dengan nilai p = 0.017
Tabel 4.11.Hubungan antara lama berobat dengan berobat ke dokter umum
Berobat ke dokter umum
Lama berobat
Nilai p (Fisher
Ya
Tidak
Test)
< 1 minggu
9
3
P = 0.341
> 1 minggu
25
3
Tidak didapatkan hubungan bermakna antara lama berobat dengan berobat ke dokter umum (p=0.341)
Tabel 4.12. Hubungan antara lama berobat dengan masalah jarak tempuh ke RS Sardjito
Lama berobat
Jarak tempuh ke RS Sardjito
Nilai p
(Fisher
Jogjakarta
Luar Jogjakarta
Test)
< 1 minggu
8
4
P = 0.037
> 1 minggu
8
20
xxvii
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
Didapatkan hubungan antara lama berobat dengan masalah jarak tempuh ke RS Sardjito dengan nilai p=0.037
Tabel 4.13. Hubungan antara lama berobat dengan jarak tempuh dari rumah ke RS Sardjito
Lama
Jarak Tempuh dari rumah ke RS Sardjito
Nilai p (Chi-
Berobat
jarak < 10 km
Jarak 10 - 30 km
Jarak > 30 km
square test)
< 1 minggu
6
3
7
> 1 minggu
12
6
6
p= 0.463
Berdasarkan tabel di atas, tidak didapatkan hubungan antara jarak tempuh dari rumah ke RS Sarjito dengan lama berobat dengan nilai p= 0.463. Namun berdasarkan jarak tempuh < 10 km dan 10-30 km didapatkan perbedaan jumlah dua kali lipat antara kelompok < 1 minggu dan > 1 minggu sehingga menimbulkan kesan bahwa jarak < 30 km membuat pasien datang terlambat berobat ke RS Sardjito sebanyak 2 kali lipat.
Tabel 4.14. Hubungan antara lama berobat dengan sikap pasien
Sikap pasien Lama berobat
Menolak
Menerima
tindakan
tindakan
< 1 minggu
8
4
> 1 minggu
13
15
Nilai p (Fisher Test)
P = 0.240
Ternyata antara sikap pasien yang menolak tindakan kedokteran tidak mempengaruhi lama berobat dengan nilai p = 0.240
xxviii
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
Tabel 4.15. Hubungan antara lama berobat dengan masalah biaya
Lama berobat
Masalah biaya
Nilai p (Fisher
Ada masalah
Tidak ada masalah
Test)
< 1 minggu
3
9
P = 0.484
> 1 minggu
11
17
Tidak didapatkan hubungan bermakna antara lama berobat dengan masalah biaya (p=0.484)
Tabel 4.16. Hubungan antara lama berobat dengan masalah jarak tempuh ke RS Sardjito
Lama berobat
Jarak tempuh ke RS Sardjito
Nilai p (Fisher
Jauh
Dekat
Test)
< 1 minggu
2
10
P = 0.157
> 1 minggu
12
16
Tidak didapatkan hubungan antara lama berobat dengan masalah jarak tempuh ke RS Sardjito dengan nilai p=0.157
Tabel 4.17. Hubungan antara lama berobat dengan perhatian keluarga
Lama berobat < 1 minggu
Perhatian keluarga
Nilai p (Fisher
Tidak ada
Ada
Test)
8
4
P = 0.609
xxix
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
> 1 minggu
19
9
Tidak didapatkan hubungan antara lama berobat dengan perhatian keluarga dengan nilai p =0.609
Tabel 4.18. Hubungan antara lama berobat dengan jumlah kunjungan
Lama berobat
Jumlah kunjungan
Nilai p (Fisher
< 5 kali
> 5 kali
Test)
< 1 minggu
12
0
P = 0.037
> 1 minggu
19
9
Didapatkan hubungan antar lama berobat dengan jumlah kunjungan p=0.037
Tabel 4.19. Hubungan antara lama berobat dengan tingkat pendidikan
Lama berobat
Tingkat Pendidikan Sarjana
Bukan Sarjana
< 1 minggu
6
6
> 1 minggu
5
23
Nilai p (Fisher Test) P = 0.05
Didapatkan hubungan bermakna antara lama berobat dengan tingkat pendidikan dengan nilai p = 0.05 dengan lama berobat > 1 minggu hampir 4 kali lebih banyak pada yang bukan sarjana dibandingkan sarjana.
Tabel 4.20. Sebaran dokter spesialis Urologi di Yogyakarta dan sekitarnya. No
Nama
RS
Yogyakarta
di Jumlah dokter
No
Nama RS di
Jumlah
Spesialis
luar
dokter
Urologi
Yogyakarta
Spesialis Urologi
xxx
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
1
RS Sardjito
7
12
RS
PKU
2
Bantul 2
RS Panti Rapih
3
13
RSKB
2
Dipenogoro 3
RS Bethesda
2
14
RSUP Suradji
1
Tirtonegoro 4
RS
PKU
2
Muhammadiyah I 5
RS
PKU
2
Muhammadiyah II 6
RS Akademik
1
7
RS JIH
2
8
RSKB Annur
2
9
RSAU
1
Harjolukito 10
RS
Panti
1
Nugroho 11
RS PDHI
2
12
RS Patmasuri
1
Tercatat ada 13 dokter spesialis Urologi yang memiliki tempat praktek di Yogyakarta yang tersebar dalam 12 RS Umum dan swasta. Namun jumlah rumah sakit di jogja an sekitar 30 rumah sakit. Sehingga 18 rumah sakit di Jogjakarta dan sekitarnya belum ada dokter spesialis urologi. Sedangkan untuk daerah sekitar Yogyakarta (termasuk Klaten) tercatat ada 4 dokter spesialis Urologi yang tersebar dalam 3 RS. Pada penelitian diatas didapatkan kesimpulan bahwa pada uji hubungan antara lamanya pasien berobat dengan variabel jenis kelamin responden, berobat ke dokter umum, berobat ke paramedik, tingkat pendidikan pasien, sikap pasien, xxxi
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
masalah biaya, masalah jarak tempuh ke RS Sardjito, jauhnya jarak, perhatian keluarga, jumlah kunjungan dengan didapatkan responden kuesioner terdiri dari laki-laki sebanyak 35 orang (87.5%) dan perempuan sebanyak 5 orang (12.5%). Berdasarkan usia, jumlah pasien yang < 60 tahun dengan yang > 60 tahun seimbang yakni sebanyak 20 orang (50%) dengan usia rerata 60.5 tahun. Semua pasien mengaku pernah berobat ke tenaga medis sebelumnya sebelum mereka datang ke RS Sardjito. Sebanyak 27.5% responden mengaku pernah berobat ke paramedik, 85% responden berobat ke dokter umum dan 77.5% responden pernah berobat ke dokter spesialis, Setelah pasien berobat ke tenaga medis (paramedik, dokter umum ), rentang waktu antara berobat ke tenaga medis hingga datang ke RS Sardjito terbanyak antara rentang waktu 1-4 minggu dengan rerata 2 minggu. Berdasarkan pendidikan pasien hanya 27.5 % pasien berpendidikan sarjana, dan sebanyak 72.5% berpendidikan non sarjana. Mayoritas pasien (21 responden/ 52.5%) memiliki sikap menolak tindakan kedokteran. Adapun alasan menolak tindakan dikarenakan masalah biaya (6 responden/ 28.6%), tidak ada perhatian keluarga (11 responden/ 52.5%) dan takut tindakan kedokteran (2 responden). Berdasarkan asal daerah, mayoritas pasien (24 pasien/ 60%) berasal dari luar yogyakarta dengan daerah terjauh yakni papua dan kupang, sedangkan dari Yogyakarta sebanyak 16 pasien. Berdasarkan diagnosis responden, mayoritas keganasan yang mengalami keterlambatan penanganan pada pasien keganasan di bidang urologi, yang menderita tumor buli sebanyak (67.5%),tumor ginjal (12.5%), tumor prostat (10%), tumor penis (7.5%) dan tumor testis (2.5%). Mayoritas responden hanya memerlukan 1-2 kunjungan ke dokter perujuk sebelum datang berobat ke RS Sardjito (50%) , namun jumlah responden yang memerlukan > 4 kunjungan mencapai 32.5%. Sehingga dari hubungan antara lamanya berobat dengan variable tersebut memiliki tiga variable yang bermakna diantaranya. Didapatkan hubungan antara lama berobat dengan masalah jarak tempuh ke RS Sardjito dengan nilai p=0.037. Didapatkan hubungan bermakna antara lama berobat dengan tingkat pendidikan dengan nilai p = 0.05 dengan lama berobat > 1 minggu hampir 4 kali lebih banyak pada yang bukan sarjana dibandingkan sarjana. Didapatkan hubungan antar lama xxxii
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
berobat dengan jumlah kunjungan p=0.037, didapatkan hubungan bermakna antara lama berobat dengan kunjungan ke dokter spesialis(p=0.001), didapatkan hubungan bermakna antara lama berobat dengan berobat ke paramedik dengan nilai p = 0.017. Namun terdapat data Tercatat ada 13 dokter spesialis Urologi yang memiliki tempat praktek di Yogyakarta yang tersebar dalam 12 RS Umum dan Swasta. Sedangkan untuk daerah sekitar Yogyakarta (termasuk Klaten) tercatat ada 4 dokter spesialis Urologi yang tersebar dalam 3 RS. Dari data yang kami dapat sekitar 30 rumah sakit di Yogyakarta dan sekitarnya dan sekitar 18 rumah sakit belum ada spesialis urologi.
xxxiii
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Didapatkan hubungan antar lama berobat dengan jumlah kunjungan, kunjungan ke dokter spesialis, dan kunjungan ke paramedik.
5.2. Saran 1. Penelitian ini berhasil mengumpulkan data sebanyak 40 pasien, namun penelitian ini akan lebih baik bila dilakukan dengan mengumpulkan responden yang lebih banyak. 2. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai keganasan dibidang urologi untuk mendapatkan data yang nyata mengenai masalah lamanya pasien dengan keganasan mendapatkan penatalaksanaan sehingga pelayanan kesehatan menjadi lebih baik pada umumnya . 3. Perlu adanya publikasi mengenai permasalahan pelayanan pasien lama berobat pada keganasan bidang urologi sehingga dapat meningkatkan kesadaran kepada pasien, tenaga kesehatan, dan pemerintah. 4. Perlu adanya penelitian keterlambatan pasien berobat pada keganasan bagian lain untuk menilai pelayanan kesehatan di Indonesia secara menyeluruh. 5. Perlu ditingkatkan pelayanan kesehatan pada kasus kasus keganasan dengan melengkapi sarana dan prasarana
di tiap – tiap RSUD di
Indonesia. 6. Perlu adanya sosialisasi kepada tenaga kesehatan di tiap – tiap RSUD di Indonesia bagaimana penatalaksanaan keganasan sebelum dirujuk ke rumah sakit rujukan. 7. Perlunya ditingkatkan jumlah dokter spesialis urologi pada khususnya dan spesialis lain pada umumnya ditiap – tiap RSUD di Indonesia.
xxxiv
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
DAFTAR REFERENSI
1.
Sharma S, Ksheersagar P, Sharma P. Diadnosis and Treatment of Bladder Cancer. Creighton University School of Medicine, Nebraska 2009.
2.
Jones. A Practical guide to prostate cancer diagnosis and management, Departement of Urology Cleveland Clinic Foundation, Cleveland 2011
3.
Mc Intyre M, Penile Cancer : An Analysis of Socioeconomic Factor at a Southeastern Tertiary Referral Center , Medical University of South Carolina, USA 2011
4.
Mukherjee A, Kumar S, Kekre N, Golalakrishnan. Analysis of Prostate Cancer in Tamil Nadu and Pondicherry : Are we missing the boat ?, Departemen of urology Christian medical College Vellore, India 2006
5.
Rochester M, Scurrell S, Parry J. Prospective evaluation of a Novel One – Stop Testicular Clinic . PubMeb , England 2008.
6.
Antoniewicz A, Zapala L, Poletajew S, Borrowka A, Macroscopic Hematuria – A leading Urological Problem in Patient On Anticoagulant Therapy : is the common Diagnostic Standard still Advisable. Departemen of Urology Miedzylesie Hospital, Poland 2011.
7.
Coxon JP, A Prospective Audit of The implementation of The 2-Week rule for Assessment of Suspected Urological Cancer, Department of Urology, St Helier Hospital. UK 2003
8.
Hawary AM, The’ 2 Week Wait’ Rule for Referral for Suspected Urological Cancer—Urgent Need for Refinement of Criteria. Department of Urology, Stepping Hill Hospital. UK 2008
9.
Subramonia K, Puranik F, Mufti M, How Will the Two – Weeks- Wait Rule Affect Delay in Management of Urological Cancer. Departemen of Urology, Medway Maritime Hospital. UK 2000
10. Macleod U, Mitchel E, Burgess C, Risk Factor for Delay Presentation and Referral of Symptomatic Cancer : Evidence for Common Cancers, British Journal. 2009 December ; 101 (S2): S92 – S101
xxxv
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013
11. Aiken W, Eldemire D, Prostate Cancer in Jamaica and The Wider Caribbean : It is time to consider screening , West Indian med journal vol 61 no 1 Mona Januari 2012. 12. Definisi Kanker;www cancer help.com 13. Penderita Kanker di Indonesia www health kompas .com 14. Menkes Ungkap 4 Masalah Utama Kanker, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, www.depkes.go.id 15. “http:// scratchpad.wikia.com/wiki/Jawa_tengah?oldid=570581”
xxxvi
Faktor-faktor penyebab…, Rajasa Herwandar, FK UI, 2013