UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM INDIVIDU (STUDI KASUS PADA DELAPAN BANK TERBESAR)
TESIS
TOMI HANDONO NPM 0706 181 416
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK JAKARTA JULI 2011
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM INDIVIDU (STUDI KASUS PADA DELAPAN BANK TERBESAR)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Ekonomi (M.E)
TOMI HANDONO NPM 0706 181 416
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK KEKHUSUSAN EKONOMI KEUANGAN PERBANKAN JAKARTA JULI 2011
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.
Jakarta,
Juli 2011
(Tomi Handono)
ii
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Tomi Handono
NPM
: 0706 181 416
Tanda Tangan
: ...........................
Tanggal
:
Juli 2011
iii
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Tesis
: : : :
Tomi Handono 0706 181 416 Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Analisis Pengaruh Rasio Keunagan Terhadap Indeks Harga Saham Individu (Studi Kasus Pada Delapan Bank Terbesar)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
: Andry Asmoro, SE., MA.
(................................)
Penguji
: T. M. Zahir Machmud, Ph. D.
(................................)
Penguji
: Dr. Eugenia Mardanugraha, ME.
(................................)
Ditetapkan di
: Jakarta
Tanggal
:
iv
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga atas izin dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Andry Asmoro, SE., MA selaku pembimbing tesis yang telah memberikan semangat, memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis. 2. Bapak Dr. Arindra A. Zainal selaku ketua program Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 3. Bapak T. M. Zahir Machmud, Ph. D. dan Ibu Dr. Eugenia Mardanugraha, ME selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan tesis ini 4. Kedua Orang Tua penulis, Papah H. Muljono dan Mamah Hj. Isye Risliawati, Kakak Diki Alfan, Adik-adik Geri, Anggah, Gian dan Wilmi yang telah memberikan doa, dukungan moril dan motivasi untuk penyelesaian tesis ini. 5. Unsur Pimpinan BNI KCU Jakarta Pusat, rekan-rekan kerja di BNI KCU Jakarta Pusat, Rekan-rekan ODP Internal Batch 1-2011, yang senantiasa memberikan dorongan dan memahami kondisi penulis yang sering izin dalam rangka penyelesaian tesis ini. 6. Segenap rekan-rekan MPKP Angkatan 17C Sore, Pak Sutan, Mba Oti, Ridya Freshca yang senantiasa saling memberikan semangat, motivasi dan support bagi penulis. 7. Segenap pegawai administrasi MPKP UI, Mas Haris, Mas Triman, Mas Dwi, Mas Iyus, Mba Siti dan Mba Warni yang senantiasa membantu kelancaran proses tahapan yang harus dilewati oleh penulis sebagai satu rangkaian saling terkait hingga selesai. 8. Untuk rekan-rekan yang memiliki berkontribusi langsung dalam diskusi, pengolahan data, penyediaan paper, berbagai artikel, dll.
v
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
Penulis sangat menyadari bahwa karya tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, masih terdapat kekurangan. Maka, apabila dikemudian hari ada kritik, saran atau masukan dari pembaca, penulis dengan senang hati akan menerimanya. Mudahmudahan karya penulis yang masih sangat sederhana ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca dan penulis.
Jakarta,
Juli 2011
Penulis
Tomi Handono
vi
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Tomi Handono NPM/NIP : 0706 181 416 Program Studi : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas : Ekonomi Jenis karya : Tesis demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Indeks Harga Saham Individu (Studi Kasus Pada Delapan Bank Terbesar) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : Juli 2011 Yang menyatakan
( Tomi Handono )
vii
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
ABSTRAKSI Nama Program Studi Judul
: Tomi Handono : Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik : Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Indeks Harga Saham Individu (Studi Kasus Pada Delapan Bank Terbesar)
Pasar Modal merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara serta menunjang perkembangan roda ekonomi suatu negara. Semakin banyak perusahaan yang melakukan go-public berarti sebagian saham dari perusahaanperusahaan tersebut akan dimiliki oleh masyarakat luas. Salah satu instrumen keuangan yang diperjual belikan di pasar modal (Bursa Efek Indonesia) adalah saham termasuk di dalamnya saham industri perbankan, hal terpenting seseorang ataupun perusahaan dalam penetapan langkah investasi saham pada perusahaan perbankan adalah sejauh mana nilai uang yang di investasikan akan memberikan return dari Capital Gain yang paling optimal. Dengan demikian, perlu dilakukan kajian terhadap faktor fundamental yang mempengaruhi investasi saham tersebut dengan menganalisis rasio keuangan perusahaan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh rasio return on equity (ROE), earning per share (EPS), beban operasional/pendapatan operasional (BOPO), dan loan to deposit ratio (LDR) terhadap indeks harga saham individu perbankan pada delapan bank terbesar baik secara bersama-sama maupun parsial selama periode 2004-2010. Untuk menemukan pengaruh tersebut, penulis menggunakan metode uji hipotesis dengan model analisis regresi linear berganda, dan asumsi klasik. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari Bank Indonesia daan Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama rasio ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan delapan bank (ISHG8), EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap ISHG8, BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap ISHG8 dan LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ISHG8. Namun hasil penelitian parsial per bank secara umum menunjukkan bahwa rasio ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham individu (IHSI), rasio EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSI, rasio BOPO berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap IHSI dan LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap IHSI.
Keyword: Harga Saham, Rasio Profitabilitas, Efisiensi, dan Likuditas Viii Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
ABSTRACT Name Study Program Title
: Tomi Handono : Master Program for Planning and Public Policy : The Analysis Of Influence Of Financial Ratios On Individual Stock Price Index (Case Study On Eight The Biggest Banks)
Capital market is an indicator of a country's economic progress and to support the development of a country's economic wheel. More and more companies went public that does mean some shares of these companies will be owned by the public. One of the financial instruments traded in capital markets (Indonesia Stock Exchange) is stock including the shares of the banking industry, the most important thing a person or company in the determination step in the company stock investment banking is the extent to which the value of the money invested will provide a return (Capital gain) the most optimal. thus, necessary to the study of fundamental factors that affect stock investments by analyzing financial ratios. The purpose of this study was to identify the effect of the ratio of return on equity (ROE), earnings per share (EPS), operating expenses / operating income (BOPO), and loan to deposit ratio (LDR) of individual stock price index of banking at eight largest banks both jointly or partial period 2004-2010. To find such influence, the author uses the method of hypothesis testing with multiple linear regression analysis model, and the classical assumptions. The data in this study were collected from Central Bank and the Indonesia Stock Exchange. The results showed that as simultaneously the ratio ROE has negative and a significant effect on join stock prices index at eight banks (IHSG8), EPS has positive and significant effect on IHSG8, BOPO has positive and significant effect on IHSG8, LDR has positive and not significant effect on IHSG8. For the results of each banks in general, the ratio of ROE has negative and significant effect on individual stock price index (IHSI), ratio EPS has positive dan significant effect on IHSI, ratio BOPO hasa negative dan not significant effect on IHSI, and also LDR has positive and not significant effect on IHSI.
Keyword: Stock Price, profitability ratios, efficiency, and liquidity
ix Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... KATA PENGANTAR ..................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... ABSTRAKSI ................................................................................................... ABSTRACT ...................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................... DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
i ii iii iv v vii viii ix x xii xiv
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ....................................................................................... 6 1.3. Batasan Penelitian .......................................................................................... 6 1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6 1.5. Hipotesis Penelitian........................................................................................ 7 1.6. Sistematika Penulisan .................................................................................... 7 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal .................................................................................................... 9 2.1.1. Pengertian Saham .................................................................................. 11 2.1.2. Jenis-Jenis Saham ................................................................................. 13 2.1.3. Ukuran Kinerja Saham .......................................................................... 15 2.1.4. Indeks Harga Saham ............................................................................. 15 2.2. Pengertian Perbankan dan Bank .................................................................... 19 2.3. Karakteristik Lembaga Perbankan ................................................................. 20 2.4. Laporan Keuangan ......................................................................................... 21 2.5. Rasio Keuangan ............................................................................................. 23 2.6. Rasio Keuangan Bank .................................................................................... 28 2.6.1. Analisis Likuiditas ................................................................................ 29 2.6.2. Analisis Rentabilitas.............................................................................. 30 2.6.3. Analisis Rasio Solvabilitas.................................................................... 31 2.7. Rasio Camel ................................................................................................... 32 2.8. Hasil Telaah Penelitian Terdahulu ................................................................. 36
x Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
Universitas Indonesia
3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 40 3.2. Model Penelitian ............................................................................................ 40 3.3. Pengembangan Hipotesis ............................................................................... 41 3.4. Metode Penelitian........................................................................................... 42 3.5. Jenis dan Sumber Data ................................................................................... 42 3.6. Pengukuran Variabel ...................................................................................... 43 3.6.1. Variabel Dependen ................................................................................ 43 3.6.2. Variabel Independen ............................................................................. 43 3.7. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 44 3.8. Metode Analisis Data ..................................................................................... 45 3.8.1. Statistik Deskriptif ................................................................................ 46 3.8.2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 46 3.8.3. Regresi Berganda .................................................................................. 48 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskriptif Objek Penelitian ............................................................................ 50 4.2. Analisis Statistik Deskriptif ........................................................................... 62 4.3. Analisis Asumsi Klasik .................................................................................. 65 4.3.1. Uji Multikolinearitas ............................................................................ 65 4.3.2. Uji Autokorelasi ................................................................................... 68 4.3.3. Uji Heterokedastisitas .......................................................................... 69 4.4. Analisis Hasil Regresi Berganda .................................................................... 70 4.5. Hubungan SBI, Inflasi, dan GDP terhadap Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8) ................................................ ... 80 4.5.1. SBI terhadap Nilai Rata-Rata IHSG8.................................................. 80 4.5.2. Inflasi Terhadap Nilai Rata-Rata IHSG8........................................... 82 4.5.3. GDP Terhadap Nilai Rata-Rata IHSG8 ............................................. 83 4.6. Pembahasan .................................................................................................. 84 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan .................................................................................................. 87 5.2. Saran ............................................................................................................. 88 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 90 LAMPIRAN ..................................................................................... ................. 94
xi Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Kinerja Perbankan ................................................................................. 4 Tabel 1.2 Perkembangan Pasar Modal .................................................................. 5 Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Studi Terdahulu ......................................................... 39 Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Dependen............................................................ 43 Tabel 3.2 Pengukuran Variabel Independen ......................................................... 44 Tabel 3.3 IPO Perusahaan ..................................................................................... 45 Tabel 4.1 Perbankan Periode 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan II ..................... 50 Tabel 4.2 EPS Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III ....................... 51 Tabel 4.3 ROE Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III ...................... 53 Tabel 4.4 BOPO Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III.................. . 55 Tabel 4.5 LDR Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III ...................... 57 Tabel 4.6 Indeks Harga Saham Individu (IHSI) Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III.................................................................................. 60 Tabel 4.7 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Bebas dan Terikat (per bank) .... 63 Tabel 4.8 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Bebas dan Terikat (delapan bank) .............................................................................................................................. 65 Tabel 4.9 Pengujian Multikolinearitas Parsial per Bank ....................................... 66 Tabel 4.10 Pengujian Multikolinearitas Delapan Bank ....................................... 67 Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi Parsial per Bank ............................................. 68 Tabel 4.12 Hasil Pengujian Autokorelasi Delapan Bank ..................................... 69 Tabel 4.13 Hasil Uji Heterokedastisitas Parsial per Bank .................................... 69 Tabel 4.14 Hasil Uji Heterokedastisitas Delapan Bank ........................................70
xii
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
Universitas Indonesia
Tabel 4.15 Hasil Pengujian Regresi Parsial per Bank........................................... 71 Tabel 4.16 Hasil Pengujian Regresi Delapan Bank.............................................. 77
xiii
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 40 Gambar 4.1 Tingkat Suku Bunga (SBI) Terhadap Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8) ...................................... 80 Gambar 4.2 Inflasi Terhadap Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8) ................................................................... 82 Gambar 4.1 Growth Domestic Product (GDP) Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8) ...................................... 83
xiv Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Hal ini
karena pasar modal dapat menjalankan dua fungsi sekaligus, yakni fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Sebagai fungsi ekonomi pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang mengeluarkan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal ini, maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return). Sebaliknya, pihak yang memerlukan dana dalam hal ini perusahaan dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi. Pasar modal dikatakan mempunyai fungsi keuangan karena pasar modal memberikan peluang dan kesempatan untuk memperoleh imbalan bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Fakhruddin, 2001: 43). Salah satu instrumen keuangan yang diperjual belikan di pasar modal (Bursa Efek Indonesia) adalah saham termasuk di dalamnya saham industri perbankan. Hal terpenting seseorang ataupun perusahaan dalam penetapan langkah investasi saham pada perusahaan perbankan adalah sejauh mana nilai uang yang di investasikan akan memberikan return (Capital Gain) yang paling optimal, yang mana tentunya hal ini akan menjadi pertimbangan penting dalam pengambilan suatu keputusan sebuah nilai investasi. Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi harga saham yaitu faktor eksternal dan internal, faktor eksternal atau yang lebih dikenal dengan faktor ekonomi makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, sedangkan faktor internal merupakan faktor kinerja perusahaan itu sendiri seperti laba bersih, pertumbuhan penjualan, penurunan biaya operasional (efisiensi). Dengan demikian, upaya investor dalam mendapatkan tingkat return atas investasi saham tidak terlepas dari tingkat risiko yang dihadapinya. Dimana risiko-risiko ini harus seminimal mungkin dihindari oleh investor. Risiko di pasar modal terdiri dari risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko tidak sistematis adalah resiko yang disebabkan oleh menurunnya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
1
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011 Universitas Indonesia
2
yang akhirnya akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan deviden. Risiko ini dapat dikendalikan dengan cara diversifikasi asset/saham dengan portofolio yang tepat, sedangkan risiko sistematis adalah risiko yang tidak dapat dikendalikan oleh investor tetapi dipengaruhi oleh faktorfaktor eksternal perusahaan. Beberapa risiko sistematis adalah: 1. Resiko daya beli (purchasing power risk) yaitu resiko yang berkaitan dengan terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai riil pendapatan menjadi lebih kecil. 2. Resiko suku bunga (interest risk rate) yaitu resiko yang disebabkan oleh arah pergerakan suku bunga yang berlawanan dengan harga-harga sekuritas di pasar modal. Apabila suku bunga naik maka harga-harga sekuritas di pasar modal akan turun, demikian pula sebaliknya. 3. Resiko perubahan nilai tukar mata uang (foreign exchange risk) yaitu resiko yang berkaitan dengan penurunan atau kenaikan nilai tukar mata uang dalam Negara terhadap mata uang luar negeri. Namun penelitian ini hanya memfokuskan pada faktor internal perusahaan atau yang dikenal dengan risiko tidak sistematis yaitu kinerja keuangan perusahaan sebagai faktor yang mempengaruhi harga saham, hal ini karena penilaian secara internal yang dilakukan oleh para investor merupakan langkah awal dan yang terpenting agar mendapatkan saham yang menguntungkan, dengan mengetahui kinerja perusahaan penerbit saham (emiten) dapat dianalisa kemampuan emiten memberikan pendapatan bagi pemegang sahamnya. Salah satu cara yang sangat populer untuk mengetahui kinerja emiten adalah menganalisa rasio keuangan Sulistyastuti (2002), hal yang sama juga dinyatakan oleh Robert dan Ang (1997) bahwa kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu aspek yang fundamental mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis rasio keuangan perusahaan dalam suatu periode, beberapa rasio keuangan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis fundamental adalah Price Earning Ratio (PER), Return On Investment (ROI), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Total Assets Turnover. Selain itu, informasi rasio keuangan dapat dengan mudah diperoleh investor, karena perusahaan yang telah go public mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan informasi kepada para pemegang saham dan pihak umum
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
3
tentang segala aktivitasnya, laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan harus mengandung informasi keuangan yang dapat digunakan oleh umum untuk mengambil keputusan ekonomi tentang perusahaan tersebut. Secara umum, informasi tersebut dapat digunakan untuk mengurangi ketidak pastian yang dihadapi oleh pihak eksternal dalam mengambil suatu keputusan. Calon investor merupakan pihak eksternal yang membutuhkan informasi keuangan yang diterbitkan perusahaan tersebut. Calon investor saham hendaknya memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan tempat investasinya sebelum mereka memutuskan untuk melakukan investasi, karena saham merupakan cerminan kepemilikan perusahaan. Untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan dari investasi yang dilakukan, seorang investor sebelum mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham tertentu, terlebih dahulu menganalisis sahamsaham tersebut, baik perilakunya maupun indikator-indikatornya. Hal ini dilakukan untuk menilai kualitas, prospek dan resiko dari saham yang akan dibeli. Untuk kepentingan tersebut, dibutuhkan informasi yang jelas, relevan, dan dapat dipercaya. Salah satu sumber informasi tersebut adalah rasio keuangan perusahaan. Rasio keuangan dipercaya dapat memberikan suatu indikator yang baik bagi para analisis. Analisis rasio keuangan yang didasarkan pada data keuangan historis memiliki tujuan untuk memberi suatu indikasi kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan rasio keuangan telah banyak dilakukan baik oleh professional dan para akademis. Dengan menggunakan informasi yang berasal dari rasio keuangan, investor dapat melakukan predikasi terhadap kebangkrutan suatu usaha. Rasio keuangan juga dapat digunakan untuk mempredikasi keuntungan saham. Adanya keterkaitan antara rasio keuangan dengan return saham juga dinyatakan oleh Martani dan Mulyono (2009), hasil penelitiannya membuktikan bahwa rasio ROE dan NPM berpengaruh terhadap return saham, sedangkan Uddin (2009) menguji pengaruh rasio profitabilitas, NPV terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang terdapat pada New York Stock Exchange. Periode pengamatan data dilakukan pada Desember 2007 – November 2008. Penelitian tersebut menemukan deviden, net asset value, dan earning per share berpengaruh
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
4
signifikan terhadap harga saham. Sementara itu, Wulandari (2006) dalam penelitiannya menemukan adanya pengaruh rasio profitabilitas dalam hal ini earnings per share (EPS) terhadap harga saham. Mengingat adanya hubungan antara kinerja rasio keuangan dengan return saham seperti yang ditemukan oleh penelitian terdahulu, maka perlu bagi investor untuk dapat mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan perusahaan, khususnya saham perusahaan perbankan, terlebih industri perbankan selalu bergerak dinamis karena perbankan berperan untuk menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Fungsi intermediasi bank merupakan faktor dominan agar suatu bank dapat memperoleh rasio keuangan yang bagus. Pada tabel 1.1 diperlihatkan bahwa sejak tahun 2006 hingga bulan Oktober 2010 jumlah aset perbankan secara keseluruhan menunjukkan peningkatan. Ini berarti industri perbankan merupakan kunci utama dalam menggerakkan perekonomian Indonesia. Selain itu dari segi jumlah aset juga selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini memberikan peluang bagi setiap calon investor bahwa perbankan masih dibutuhkan terutama perbankan yang telah go public.
Tabel 1.1 Kinerja Perbankan Indikator
2006
2007
2008
Mar 2009
Juni 2009
Sept 2009
Sept 2010
Okt 2010
Asset (Rp T) Kredit (Rp T) DPK (Rp T) Rugi/Laba (Rp T) Modal (Rp T) CAR (%) ROA (%) BOPO (%) LDR (%) NPL Gross (%) NIM (%)
1693.9 792.3 1287.1 28.3 183.4 21.3 2.6 87 61.6 6.1 5.8
1986.5 1002.0 1510.8 35 211.2 19.3 2.8 84.1 66.3 4.1 5.7
2310.6 1307.7 1753.3 30.6 238.3 16.8 2.3 88.6 74.6 3.2 5.7
2352.1 1306.4 1786.2 12.2 255.9 18 2.8 90.7 73.1 3.9 5.5
2353.1 1335 1823.1 23.3 253.7 18.2 2.7 87.8 73.2 3.9 5.6
2388.6 1366.1 1857.3 34.3 262.8 17.76 2.63 87.41 73.55 3.8 5.49
2.758 1.659 2114 43.36 301.32 16.52 2.91 86.26 77.06 2.96 5.75
2.796 1.676 2174 49.09 308.13 16.99 2.94 85.93 76.73 3.05 5.73
Sumber: www.bi.go.id, 2010
Perkembangan pasar modal sebagai wahana investasi saat ini mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, hal ini ditunjukkan dari nilai kapitalisasi pasar saham mengalami peningkatan sebesar 4.13% pada Januari 2010 jika
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
5
dibandingkan dengan bulan Desember 2009. Sedangkan kegiatan pasar obligasi pada Januari 2010 cenderung stagnan jika dibandingkan dengan bulan Desember 2009. Transaksi investor asing secara net turun 88.8% dibandingkan dengan Desember 2009. Transaksi jual lebih tinggi dibandingkan transaksi beli karena tekanan jual masih ada di area resisten sehingga lebih mudah bagi asing untuk melakukan transaksi jual. Penurunan transaksi juga dipengaruhi oleh situasi dalam negeri, dimana kasus Bank Century turut membawa ketidakpastian investasi. Namun, volume transaksi saham di BEI menunjukkan kinerja yang baik. IHSG menguat sebesar 3.02% dan ditutup pada level 2.610,8 (Tinjauan ekonomi dan Keuangan, 2010).
Tabel 1.2 Perkembangan Pasar Modal %Δ Jan-09 (1) – (2)/(2) (3) 4.13 1071.52 0.68 1.38 0.00 397
%Δ (1) – (3)/(3) 96.24 6.52 0.25
Jan-10 (1) 2102.71 1.47 398
Des-09 (2) 2019.38 1.46 398
581.75 88.45
581.75 88.45
0.00 0.00
534.89 75.17
8.76 17.67
Saham (Rp triliun) Obligasi Pemerintah (Rp triliun)
79.01 92.58
55.1 94.66
43.39 -2.20
31.39 45.38
151.70 104.01
Obligasi Korporasi (Rp triliun) Transaksi Asing
6.51
6.33
2.84
2.79
133.33
21.67 16.67 29.99 8.99 Beli (Rp triliun) 21.24 12.83 65.55 10.15 Jual (Rp triliun) 0.43 3.84 -88.80 -1.16 Net Pembelian (Rp triliun) Sumber: Tinjauan Perkembangan Ekonomi & Keuangan Edisi Januari 2010
141.05 109.26 137.07
Saham Kapitalisasi Pasar (Rp triliun) Saham diperdagangkan (triliun unit) Jumlah Emiten (korporasi) Obligasi Pemerintah (Rp triliun) Korporasi (Rp triliun) Perdagangan
Kontribusi saham industri perbankan terhadap nilai kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia memang cukup tinggi, bahkan pada tahun 2008, saham industri perbankan menguasai kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Itu berarti naik turunnya saham sektor perbankan akan sangat memengaruhi arah
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
6
pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Seperti saham Bank Central Asia menguasai 6,50 persen, Bank BRI sekitar 5,19 persen, dan Bank Mandiri mencapai 3,98 persen. Ketiga saham perbankan ini masuk 10 besar saham berkapitalisasi terbesar yang menguasi sekitar 50,2 persen dari total nilai kapitalisasi pasar (Sihombing, 2008).
1.2.
Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang penelitian di atas maka dapat dirumuskan
pokok-pokok permasalahan yang akan dilakukan pembahasan pada penelitian ini, yaitu: 1. Seberapa besar pengaruh rasio ROE, EPS, BOPO, dan LDR terhadap indeks harga saham individu perbankan pada delapan bank terbesar secara parsial? 2. Seberapa besar pengaruh rasio ROE, EPS, BOPO, dan LDR terhadap indeks harga saham gabungan perbankan pada delapan bank terbesar secara bersama-sama?
1.3. Batasan Penelitian Penelitian ini mempunyai keterbatasan sebagai berikut: 1. Bank yang dipilih menjadi sampel yaitu delapan bank yang listed di BEI dan masuk dalam urutan delapan terbesar berdasarkan the biggest market capitalization dan assets. 2. Data yang diambil untuk penelitian ini yaitu antara tahun 2004 hingga tahun 2010. 3. Hanya mempertimbangkan nilai rasio keuangan bank yang dapat mempengaruhi indeks harga saham individu.
1.4. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antar variabel rasio keuangan.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
7
2. Sebagai bukti empiris untuk melihat seberapa besar variabel–variabel rasio keuangan ROE, EPS, BOPO, dan LDR terhadap indeks harga saham individu perbankan pada delapan bank terbesar secara bersama.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan nantinya bermanfaat bagi kalangan akademisi maupun perusahaan perbankan dalam rangka melakukan penilaian kinerja perusahaan. Selain itu, juga diharapkan bermafaat bagi investor khususnya pemodal kecil untuk mendapatkan akses informasi yang dibutuhkan.
1.5. Hipotesis Penelitian Penelitian ini menggunakan hipotesis asosiatif, yaitu suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini hubungan variabel (bebas) ROE, EPS, BOPO dan LDR terhadap variabel (terikat) indeks harga saham individu.
1.6. Sistematika Penulisan Bab I. Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian dan hipotesa penelitian. Bab ini berisi tentang gambaran awal mengenai isi keseluruhan dari tulisan ini. Bab II. Tinjauan Pustaka Pada bab ini memuat tentang landasan-landasan teoritis yang pakai agar dapat merumuskan hipotesis. Sub bab dari bab ini memuat tentang beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang berguna untuk memperkuat penelitian ini serta berisi tentang kerangka penelitian untuk mendapatkan suatu rangkaian tahapan penelitian. Bab III. Metode Penelitian Pengambilan sampel perusahaan bank yang tercatat pada BEI merupakan bagian data yang diperlukan untuk mendukung analisa tentang expektasi dan indeks harga saham individu. Oleh karena itu, analisa yang digunakan merupakan pedoman bagi pengambilan keputusan. Alat analisa yang dipakai berupa model
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
8
ekonometrik berupa Ordinary Least Square (OLS) dengan memperhatikan beberapa asumsi-asumsi yang dipakai. Bab IV. Analisis dan Pembahasan Bab ini merupakan pengolahan dari metode yang dipakai. Analisis ini berguna sebagai interpretasi dari jawaban atas permasalahan penelitian dan memberikan penjelasan bagaimana tujuan penelitian tercapai. Bab V. Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan bagian akhir dari tulisan ini. Seluruh hasil dan interpretasi akan dirangkum dalam bab ini. Saran-saran diberikan penulis sebagai alternatif pemikiran dan kemungkinan pengembangan lebih lanjut dari hasil penelitian ini.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal mengacu pada semua lembaga dan prosedur yang menyediakan transaksi instrumen keuangan jangka panjang. Jangka panjang disini berarti memiliki periode jatuh tempo yang lebih dari satu tahun, (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Menurut Sundjaja dan Barlian (2003) pasar modal merupakan kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang. Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan ataupun institusi Pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001) peran dan manfaat Pasar Modal antara lain : 1.
Pasar Modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang baru ditawarkan ataupun yang diperdagangkan di Pasar Modal. Sebaliknya, perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang melalui Pasar Modal tersebut.
2.
Pasar Modal sebagai alternatif investasi Pasar Modal memudahkan alternatif berinvestasi dengan memberikan keuntungan dengan sejumlah risiko tertentu.
3.
Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik. Perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik, sebaiknya tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang-orang tertentu saja, karena penyebaran kepemilikan secara luas akan mendorong perkembangan perusahaan menjadi lebih transparan.
4.
Pelaksanaan manajemen perusahaan secara professional dan transparan
9 Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
Universitas Indonesia
10
Keikutsertaan masyarakat dalam kepemilikan perusahaan mendorong perusahaan untuk menerapkan manajemen secara lebih professional, efisien dan berorientasi pada keuntungan, sehingga tercipta suatu kondisi “good corporate governance” serta keuntungan yang lebih baik bagi para investor 5.
Peningkatan aktivitas ekonomi nasional Dengan keberadaan Pasar Modal, perusahaan-perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana, sehingga akan mendorong perekonomian nasional menjadi lebih maju, yang selanjutnya akan menciptakan kesempatan kerja yang luas, serta meningkatkan pendapatan pajak bagi Pemerintah. Pengertian pasar modal dalam arti luas:
1.
Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersil dan semua perantara dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan pendek.
2.
Pasar modal adalah semua pasar yang teroganisir dan lembaga–lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham, obligasi, hipotek, tabungan serta deposito berjangka. Pasar modal dalam istilah asing disebut “capital market” pada hakikatnya
ialah suatu kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana. Dana yang diperjualbelikan itu digunakan jangka panjang dalam menunjang pengembangan usaha. Tempat penawaran atau penjualan dana dilaksanakan dalam satu lembaga resmi yang disebut “Bursa Efek”. Bursa yaitu tempat dimana bertemunya penjual dan/atau pembeli efekefek. Pada saat ini di Indonesia ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terletak di Jakarta. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003) keuntungan dan kerugian berinvestasi di pasar modal adalah keuntungan dan kerugian investasi di Pasar Modal. Pasar modal dari tahun ke tahun menjadi wahana yang menarik bagi dunia usaha dan menjadi semakin penting perannya. Bagi dunia usaha pasar modal dapat dijadikan sarana untuk menawarkan berbagai macam efek sesuai dengan kebutuhan dana yang diperlukan dengan tingkat biaya dana yang relatif murah. Keuntungan investasi di Pasar Modal, antara lain:
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
11
1.
Laba capital yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dari nilai beli sahamnya.
2.
Dividen bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham
3.
Saham perusahaan, seperti juga tanah atau aktiva berharga sejenis nilainya meningkat sejalan dengan waktu dan sejalan dengan perkembangan atau kinerja perusahaan. Investor jangka panjang mengandalkan kenaikan nilai saham ini untuk meraih keuntungan dari investasi saham. Investor seperti ini membeli saham dan menyimpannya untuk jangka waktu lama (tahunan) dan selama masa itu mereka itu memperoleh manfaat dari dividen yang dibayarkan perusahaan setiap periode tertentu.
4.
Saham juga dapat dijaminkan ke bank untuk memperoleh kredit, sebagai agunan tambahan dari agunan pokok. Investasi di pasar modal bukan investasi tanpa risiko, kerugian investasi
antara lain: 1.
Rugi modal, yakni kerugian dari hasil jual beli saham, yang berupa selisih antara nilai jual yang lebih rendah dari nilai beli saham
2.
Rugi kesempatan, yakni kerugian berupa selisih suku bunga deposito dikurangi total hasil yang diperoleh dari total investasi. Likuidasi, kerugian karena perusahaan dilikuidasi di mana nilai likuidasinya
lebih rendah dari harga saham. (Sundjaja dan Barlian 2003).
2.1.1. Pengertian Saham Sulistyastuti, (2002: 1) mengemukakan bahwa saham biasa (common stock) atau sering disebut saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi atas suatu perusahaan. Saham sebagai sekuritas yang bersifat ekuitas, memberikan implikasi bahwa kepemilikan saham mencerminkan kepemilikan atas suatu perusahaan. Berbeda dengan obligasi, saham tidak memiliki jangka waktu jatu tempo (perpetual) dan tidak memberikan pendapatan tetap. Sulistyastuti, (2002: 1) menambahkan bahwa nilai suatu saham dapat dipandang dalam empat konsep yang memberikan makna berbeda. Pertama, suatu
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
12
saham memiliki niai nominal yaitu nilai perlembar saham yang berkaitan dengan kepentingan akuntansi dan hukum. Nilai nominal tidak mengukur nilai riil suatu saham, tetapi hanya digunakan untuk menentukan besarnya modal disetor penuh dalam neraca. Nilai modal disetor penuh adalah nilai nominal saham dikalikan jumlah saham yang dikeluarkan perusahaan. Nilai nominal suatu saham juga disebut stated value, face value, par value. Kedua, nilai buku perlembar saham (book value per share) yaitu total ekuitas dibagi jumlah saham beredar. Nilai buku perlembar saham (book value per share) menunjukkan nilai aktiva bersih perlembar saham yang dimiliki oleh pemegangnya (Sulistyastuti, 2002: 1). Konsep nilai ketiga adalah nilai pasar. Nilai pasar (market value) adalah niali suatu saham yang ditentukan oleh pemintaan dan penawaran saham di bursa saham. Harga pasar saham inilah yang menentukan indeks harga saham gabungan (IHSG). Fluktuasi harga saham di bursa yang menentukan resiko sistematis suatu saham (Sulistyastuti, 2002: 2). Pada konsep nilai terakhir yaitu nilai fundamental, konsep mengenai nilai fundamental inilah yang paling penting. Tujuan perhitungan nilai fundamental saham atau lebih sering disebut sebagai nilai intrinsik saham adalah menentukan harga wajar suatu saham agar harga saham tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya (Sulistyastuti, 2002:2). Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001: 23) saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan diperusahaan tersebut. Terdapat beberapa karakteristik yuridis kepemilikan saham suatu perusahaan, antara lain: a.
Limited risk artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai jumlah yang disetorkan kedalam perusahaan.
b.
Ultimate control, artinya pemegang saham (secara kolektif) akan menentukan arah dan tujuan perusahaan.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
13
c.
Residual claim, artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk dividen) dan sisa aset dalam proses likuidasi perusahaan. Pemegang saham memiliki posisi yunior dibanding pemegang obligasi atau kreditor.
2.1.2. Jenis-Jenis Saham Darmadji dan Fakhruddin (2001: 5) menjelaskan saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal luas di masyarakat. umumnya saham yang dikenal sehari-hari merupakan saham biasa (common stock). Ditinjau dari segi dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas: a.
Saham Biasa (Common Stock) yaitu merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
b.
Saham Preferen (Preferred Stock), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendapatkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu: mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar dividen. Dilihat dari cara peralihannya saham dapat dibedakan atas :
1. Saham atas unjuk (bearer stocks), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari suatu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah di akui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. 2. Saham atas nama (registered stocks), merupakan saham yang di tulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 7) Weston dan Brigham (2000: 25) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham, yaitu: a.
Earnings per share (EPS)
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
14
Seoarang investor yang melakukan investasi pada perusahaan yang akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham yang diberikan perusahaan maka para investor akan semakin percaya bahwa perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. b.
Tingkat Bunga Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan dua cara, yaitu mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan mendapatkan hasil yang lebih besar dari obligasi, sehingga mereka akan segera menjual saham mereka untuk ditukarkan dengan obligasi. Penukaran yang demikian akan menurunkan harga saham. Hal ini sebaliknya juga terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan. Tingkat bunga juga dapat mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga semakin rendah laba perusahaan. Selain itu suku bunga dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi maka akan mempengaruhi laba perusahaan.
c.
Jumlah kas deviden yang diberikan Kebijakan pembagian dividen dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagaian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian dividen merupakan salah satu
cara untuk
meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas dividen yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham meningkatkan. d.
Jumlah laba yang didapat oleh perusahaan Umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena cenderung menunjukan prospek yang cerah sehingga
investor
tertarik untuk
berinvestasi,
yang nantinya
akan
mempengaruhi harga saham perusahaan.
e.
Tingkat resiko dan tingkat pengembalian
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
15
Apabila tingkat resiko dari proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko semakin besar tingkat pengembalian (High risk high return) yang diharapkan investor. Hal ini akan mempunyai pengaruh yang besar antara sikap para investor dengan tingkat harga saham yang diharapkan.
2.1.3. Ukuran Kinerja Saham Sulistyastuti, (2002: 33) menjelaskan bahwa fokus utama dari setiap aktivitas investasi adalah mendapatkan keuntungan. Untuk mendapat keuntungan yang layak, seorang investor yang hendak membeli suatu saham perusahaan tertentu harus melakukan analisis atas nilai saham tersebut. Langkah awal dan terpenting agar mendapatkan saham yang menguntungkan adalah mengetahui kinerja perusahaan. Dengan mengetahui kinerja perusahaan penerbit saham (emiten) dapat dianalisa kemampuan emiten memberikan pendapatan bagi pemegang sahamnya. Salah satu cara yang sangat populer untuk mengetahui kinerja emiten adalah menganalisa rasio keuangan. Ketika kita hendak membeli suatu saham, hendaknya diperhatikan dua rasio yang berperan terhadap kinerja saham, yaitu (Sulistyastuti, 2002: 33): a) Rasio Pofitabilitas terutama return on equity (ROE). ROE dapat dijadikan indikator prospek perusahaan. Semakin tinggi ROE semakin baik pertumbuhan laba perusahaan. b) Rasio Leverage. Rasio leverage yang mempengaruhi risiko yang ditanggung pemodal. Semakin besar leverage semakin besar risiko yang ditanggung.
2.1.4. Indeks Harga Saham Indeks harga saham adalah harga saham yang dinyatakan dalam angka indeks (Haningsih, 2009). Indeks saham digunakan untuk tujuan analisis dan menghindari dampak negatit dan penggunaan hanga saham dalam rupiah. Corporate action yang dilakukan oleh perusahaan dapat merusak analisis apabila menggunakan harga saham dalam rupiah tanpa dikoreksi terlebih dahulu. Dengan menggunakan indeks saham dapat dihindari kesalahan analisis walaupun tanpa koreks (Haningsih, 2009).
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
16
Setiap bursa efek akan menetapkan angka basis indeks yang berbeda. yaitu ada yang dimulai dengan basis 100, 500. atau 1.000. Jenis Indeks dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: 1.
Indeks harga saham individu. Ketika pertama kali saham dicatatkan di Bursa Efek, yaitu pada pagi hari
sebelum perdagangan di bursa dimulai, saham tersebut sudah mempunyai harga, yaitu harga yang dibayar oleh investor di pasar perdana atau harga perdana (Haningsih, 2009). Pada umumnya, harga perdana yang tercantum dalam prospektus merupakan harga tetap yang harus dibayar oleh investor tanpa ditambah biaya transaksi. Investor yang membeli saham di pasar perdana dan kemudian menjual sahamnya di bursa efek pasti ingin mengetahui persentase kenaikannya. Oleh karena itu, harga perdana digunakan sebagai nilai dasar (unit base value) dalam menghitung indeks harga saham. Apabila terjadi corporate action, misalnya split, pembagian saham bonus, atau dividen saham, maka nilai dasar harus disesuaikan. Penghitungan indeks harga saham individu dilakukan dengan rumus berikut (Haningsih, 2009): IHSI = jumlah saham beredar x harga pasar x 100% jumlah saham beredar x nilai dasar (Haningsih, 2009) Sebelum transaksi pertama terjadi di bursa efek, saham tersebut diberi indeks harga = 100 sebagai angka dasar. Kemudian ketika jam perdagangan mulai berlangsung, puluhan kali harga terbentuk dalam transaksi hari bersangkutan. Dari sekian harga yang terbentuk lalu dibagi menjadi tiga, yaitu harga terendah, harga tertinggi dan harga penutupan. Ketiga jenis harga tersebut tertera dalam Daftar Informasi Perdagangan Efek Harlan yang diterbitkan oleh bursa. Indek harga harian dihitung berdasrkan harga pasar penutupan (closing price) (Haningsih, 2009). 2.
Indeks harga saham parsial. Setiap pihak dapat menciptakan indeks harga saham yang terdiri dari
beberapa jenis saham untuk kepentingan sendiri (Haningsih, 2009). Apabila indeks harga saham parsial tersebut ternyata baik digunakan sebagai pedoman oleh investor, maka indeks tersebut akan laris diperdagangkan. Misalnya, indeks
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
17
Nikkei 225 adalah indeks dari 225 jenis saham di Jepang, dan indeks S&P 100 adalah indeks gabungan dari 100 jenis saham di Amerika Serikat. Indeks harga saham parsial tersebut lebih laku diperdagangkan daripada indeks harga saham gabungan (composite index). Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks harga saham parsial adalah :
(Haningsih, 2009) dimana : Indeks 100
= jumlah kapitalisasi pasar dari 100 emiten dibagi dengan jumlah nilai dasar dari 100 emiten, kemudian dikalikan dengan 100 sebagai angka dasar.
Kapitalisasi pasar
= saham beredar x harga pasar per unit saham.
Total nilai dasar
= jumlah saham beredar x nilai dasar per unit.
Indeks 100 berarti indeks dari 100 jenis saham.
Pada Bursa Efek Jakarta, indeks harga saham gabungan parsial dijumpai dalam indeks LQ 45, yaitu indeks saham gabungan dari 45 jenis saham terpilih. Jenis saham ini harus memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Bursa dan LQ 45 selalu disesuaikan setiap periode 6 (enam) bulan sekali (Haningsih, 2009). 3. Indeks harga saham gabungan. Indeks harga saham gabungan seluruh saham menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu (Haningsih, 2009). Biasanya pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Dalam hal ini mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. Indeks harga saham gabungan seluruh saham adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di suatu bursa efek (Haningsih, 2009). Maksud dari gabungan seluruh saham ini adalah
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
18
kinerja saham yang dimasukkan dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat di bursa tersebut. Perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan Haningsih (2009) menyebutkan bahwa terdapat dua metode perhitungan indeks harga saham gabungan, yaitu: 1.
Metode rata-rata (Average Method) Pada metode ini, harga pasar saham-saham yang dimasukkan dalam
perhitungan indeks tersebut dijumlahkan kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi tertentu. Rumus indeks harga saham gabungan dengan metode rata-rata adalah (Haningsih, 2009):
(Haningsih, 2009) IHSG
= Indeks Harga Saham Gabungan
∑Pbase
= Suatu nilai pembagi
Ps
= Harga Pasar Saham
∑Pbase merupakan suatu faktor nilai pembagi dimana faktor pembagi ini harus dapat beradaptasi terhadap perubahan harga saham teoritis, karena ada aksi emiten seperti right issue, dividen saham, saham bonus, dan sebagainya (Haningsih, 2009). Seperti pada perhitungan indeks yang lain, IHSG ditentukan hari dasar untuk perhitungan indeks. Pada hari dasar, harga dasar yang sama dengan harga pasar sehingga indeksnya adalah 100% (Haningsih, 2009). 2.
Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method) Pada metode ini, dalam perhitungan indeks menambahkan pembobotan disamping harga dasar saham. Ada dua ahli yang mengemukakan metode ini (Haningsih, 2009):
1. Metode Paasche Rumus Paasche:
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
19
(Haningsih, 2009) IHSG
= Indeks Harga Saham Gabungan
Ps
= Harga Pasar Saham
Ss
= Jumlah Saham yang dikeluarkan (outstanding shares)
Pbase
= Harga dasar saham
Dalam rumus diatas, (Ps x Ss) adalah jumlah nilai kapitalisasi pasar seluruh saham yang tergabung dalam indeks yang bersangkutan (Haningsih, 2009). Sedangkan (Pbase x Ss) merupakan jumlah seluruh nilai dasar dari saham-saham yang bergabung dalam indeks yang bersangkutan. Jadi, rumus Paasche ini membandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam suatu indeks. Jadi makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan memberikan pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan (Haningsih, 2009). 2. Metode Laspeyres Rumus Laspeyers:
(Haningsih, 2009) IHSG
= Indeks Harga Saham Gabungan
Ps
= Harga Pasar Saham
So
= Jumlah Saham yang dikeluarkan pada hari dasar
Pbase
= Harga dasar saham
Pada metode Laspeyers di atas jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak bias berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru (Haningsih, 2009). Sedangkan Paasche menggunakan jumlah saham yang berubah jika ada pengeluaran saham baru.
2.2. Pengertian Perbankan dan Bank
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
20
Berdasarkan kamus perbankan (BI, 1999), Perbankan adalah sesuatu yang menyangkut bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melakukan kegiatan usahanya. Sedangkan pengertian bank sendiri adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990, pengertian bank adalah suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Pengertian di atas memiliki kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990. Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999) Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihakpihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
2.3. Karakteristik Lembaga Perbankan Fungsi utama sebuah bank adalah sebagai lembaga intermediasi. Artinya bertindak sebagai perantara dari pihak yang mempunyai dana lebih untuk disalurkan pada pihak yang kekurangan dana. Oleh karenanya dapat dipahami bahwa sebagian besar dana yang disalurkan bukan berasal dari modal pemilik bank melainkan pihak lain seperti para deposan maupun bank lain. Oleh karenanya pada setiap neraca bank, ratio to debt equity akan selalu besar. Bank merupakan sebuah lembaga yang paling banyak dikenai peraturan. Peraturan tersebut dimaksudkan untuk melindungi kepentingan para deposan maupun debt holder. Adapun pihak yang paling berkompeten mengawasi lembaga perbankan adalah bank sentral. Risiko yang dihadapi oleh bank cukup banyak, diantaranya adalah risiko yang dikarenakan oleh tingkat suku bunga (Saunders, 2000). Saat bank memberikan pinjaman jangka panjang biasanya akan menetapkan tingkat bunga kredit dengan tingkat bunga tetap (flat rate) dan biasanya dengan tingkat bunga yang rendah. Adapun dana yang digunakan untuk
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
21
pemberian kredit berasal dari simpanan nasabah yang berjangka pendek dengan tingkat bunga yang berfluktuasi. Pada kasus krisis tahun 1997 di Indonesia, tingkat bunga simpanan/deposito sempat mencapai 60% per tahun. Akibatnya adalah negative spread yang berakibat pada berkurangnya modal bank. Lebih jauh dijelaskan Golin (2001) bahwa karakteristik perbankan ditandai dengan tingkat persaingan suku bunga yang ketat dan surat-surat berharga. Menurut Golin (2001) kegagalan sebuah bank karena buruknya kualitas pengawasan kredit, antara lain: • Kurangnya tingkat kepatuhan terhadap ketentuan atau sarat kredit • Tidak adanya standar yang jelas untuk ketentuan batas maksimum kredit • Bank terlalu fokus terhadap lending • Pengawasan yang kurang terhadap petugas kredit • Pertumbuhan kredit melebihi kemampuan bank dalam mengelola asset kredit tersebut • Belum adanya sistem yang dapat mengidentifikasi masalah pinjaman secara komprehensif • Pengetahuan petugas keuangan yang masih minim
2.4. Laporan Keuangan Menurut Haskins et al (2000: 83) pengertian laporan keuangan adalah: “is the process of reviewing and interpreting financial information for the purpose of appraising the financial wealth and operating performance of a company.” Menurut Berstein dan Wild (1998: 15) laporan keuangan adalah: “financial statement report a company past financial performance and current financial position” Harahap (2002: 55) mengatakan, laporan keuangan adalah merupakan output proses akutansi yang dapat digunakan sebagai informasi tentang kinerja perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari empat laporan utama yaitu perhitungan rugi laba, neraca, perhitungan laba yang ditahan, dan laporan arus kas (Weston & Brigham, 1990).
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
22
1.
Perhitungan rugi laba adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan beban perusahaan selama suatu periode akuntansi. Perhitungan rugi laba yaitu penjualan bersih yang dikurangi dengan berbagai biaya, termasuk pajak penghasilan, untuk menentukan laba bersih bagi para pemegang saham.
2.
Neraca adalah laporan mengenai posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu.
3.
Perhitungan laba yang ditahan adalah perhitungan yang melaporkan seberapa banyak laba perusahaan yang tidak dibayarkan sebagai dividen. Angka laba yang ditahan yang tampak di sini merupakan jumlah dari laba yang ditahan setiap tahunnya sejak perusahaan berdiri.
4.
Siklus arus kas adalah arus kas bersih aktual yang mengalir masuk atau keluar perusahaan selama beberapa periode tertentu, kas bersih aktual tidak sama dengan laba bersih akuntansi. Sementara itu, menurut Harahap (2002: 7) laporan keuangan terdiri dari
beberapa jenis, yaitu: 1.
Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu.
2.
Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil biaya, dan laba rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.
3.
Laporan sumber dan penggunaan dana. Laporan ini memuat sumber dan pengeluaran
perusahaan
selama
satu
periode.
Laporan
ini
juga
menggambarkan laporan perubahan dana (modal kerja) atau kas. 4.
Laporan arus kas. Laporan arus kas menggambarkan sumber dan pengeluaran kas pada suatu periode tertentu. Dalam laporan ini transaksi kas itu dikelompokkan pada tiga bagian:
5.
a.
Transaksi kas yang berasal dari kegiatan operasi.
b.
Transaksi kas yang berasal dari kegiatan pembiayaan.
c.
Transaksi kas yang berasal dari kegiatan transaksi.
Laporan kegiatan keuangan. Laporan ini hanya diusulkan oleh Committee dan agaknya tidak begitu mendapat sambutan. Laporan ini menyajikan ikhtisar transaksi pertukaran yang mempengaruhi (berakibat) ke kas selama satu periode.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
23
6.
Catatan penjelasan laporan keuangan. Laporan ini memberikan penjelasan tambahan mengenai laporan keuangan utama yang belum dapat dijelaskan dalam tubuh laporan. Penjelasan ini dianggap penting karena dapat membantu pengambil keputusan dalam membacanya.
7.
Daftar lainnya. Daftar ini biasanya merupakan pendukung laporan utama misalnya: a. Daftar laba ditahan (Retained Earning Statement) b. Daftar perubahan modal (Capital Statement) c. Daftar perhitungan harga pokok (Cost of Good Manufactured Statement).” Dari penjelasan-penjelasan diatas disebutkan ada beberapa jenis laporan
keuangan yakni: laporan neraca, laporan laba/rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Bahkan Harahap (1996: 9) menambahkan adanya laporan keuangan dan daftar lainnya selain laporan-laporan keuangan yang disebutkan oleh Fraser (1995: 9).
2.5. Rasio Keuangan Sundjaja dan Barlian (2003: 128) menyatakan analisis rasio sebagai suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan. Input dasar untuk analisis rasio adalah laporan laba rugi dan neraca pada suatu periode tertentu yang akan dievaluasi. Karena itu, sebelum menganalisis lebih lanjut, kita perlu menggambarkan berbagai kelompok dan jenis rasio perbandingan (Sundjaja dan Barlian, 2003: 128). Sedangkan Husnan dan Pudjiastuti (2002: 76) menjelaskan untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada di dalam neraca saja, dalam laporan rugi laba saja, atau pada neraca dan rugi laba. Setiap analisis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu. Karena itu pernyataan pertama yang perlu dijawab adalah aspek-aspek apa yang akan dinilai. Pemilihan aspek-aspek yang akan dinilai perlu dikaitkan dengan tujuan analisis. Apabila analisis dilakukan oleh pihak kreditur, aspek yang dinilai akan berbeda dengan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban finansial tepat
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
24
pada waktunya, sedangkan pemodal akan lebih berkepentingan dengan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Secara keseluruhan, aspekaspek yang dinilai biasanya diklasifikasikan menjadi aspek likuiditas, aspek profitabilitas atau efisiensi, dan rasio-rasio nilai pasar. Rasio keuangan berguna untuk mengidentifikasikan beberapa kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan. Rasio tersebut memberikan dua cara, bagaimana membuat perbandingan dan data keuangan perusahaan yang berarti: (1) dapat meneliti rasio antar-waktu (katakanlah, untuk 5 (lima) tahun terakhir) untuk meneliti arah pergerakannya; dan (2) dapat membandingkan rasio perusahaan dengan dengan perusahaan lainnya (Keown et al, 2004: 70). Beberapa ahli keuangan menjelaskan rasio keuangan sebagai berikut: 1.
Analisis Likuiditas Salah satu yang menjadi perhatian utama dari kebanyakan analisis keuangan
yaitu perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban untuk melunasi pinjamannya. Suatu analisis likuiditas yang lengkap mensyaratkan penggunaan anggaran kas, tetapi dengan membandingkan jumlah kas dan aktiva lancar lainnya terhadap kewajian lancar, analisis rasio menyediakan suatu ukuran atas likuiditas yang cepat dan mudah digunakan. Dua rasio likuiditas yang lazim digunakan adalah (Sundjaja dan Barlian 2003: 134): 1. Rasio Lancar, rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar:
Aktiva lancar biasanya terdiri dari kas, sekuritas, piutang usaha, dan persediaan. Kewajiban lancar terdiri dari utang usaha, wessel bayar jangka pendek, utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam setahun, pajak penghasilan akrual, dan beban akrual atau beban terutang (terutama upah). Apabila suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, pembayaran utang usahanya akan menjadi lambat, pinjamannya ke bank akan lebih banyak, dan sebagainya. Jika kewajiban lancar ini tumbuh lebih cepat daripada aktiva lancar, rasio lancar akan merosot, dan hal ini dapat membahayakan. Karena rasio lancar
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
25
merupakan satu-satunya indikator terbaik yang menunjukan sejauh mana kewajiban lancar dapat diperbaharui dengan aktiva lancar, maka rasio ini paling lazim digunakan sebagai ukuran dari solvensi jangka pendek. Alasannya adalah karena rasio tersebut menunjukan seberapa besar aktiva yang dapat dikonversi menjadi kas pada saat kewajiban lancar jatuh tempo. 2. Rasio cepat, rasio cepat dihitung dengan jalan mengurangi aktiva lancar dengan persediaan dan kemudian membagi sisanya dengan kewajiban lancar:
Persediaan lazimnya merupakan aktiva lancar yang paling tidak likuid, karena itu, apabila terjadi likuidasi, maka aktiva ini mungkin akan menderita kerugian yang lebih besar jika dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Karena itu, mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek tanpa dikaitkan dengan penjualan persediaan adalah sangat penting. 2.
Analisis Profitabilitas Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang
dilakukan oleh perusahaan. Rasio profitabilitas (profitability ratio) akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Sedangkan menurut Van Horme dan John M. Wachowicz (2005: 136) rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Bersama-sama, rasio-rasio ini akan menunjukkan efektivitas
operasional keseluruhan
perusahaan. Pada laporan laba rugi dalam presentase yang umum, setiap unsur dinyatakan sebagai presentase penjualan, sehingga memudahkan evaluasi hubungan antara penjualan dan pendapatan tertentu serta biaya. Laporan laba rugi dalam presentase yang umum bermanfaat untuk membandingkan kinerja dari tahun ketahun (Sundjaja dan Barlian, 2003: 129). Rasio profitabilitas merupakan hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio yang telah kita ulas sejauh ini hanya memberikan gambaran
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
26
mengenai operasi perusahaan, tetapi rasio profitabilitas menunjukkan pengaruh hubungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva, pengelolaan utang terhadap hasilhasil operasi. (Weston dan Brigham, 1998: 304). Rasio profitabilitas juga dapat mengukur dalam kemampuan dasar menghasilkan laba. Rasio kemampuan dasar menghasilkan laba (basic earning power ratio) dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva:
(Weston dan Brigham, 1998: 304) Rasio ini menunjukkan kemampuan dasar perusahaan untuk menghasilkan laba, sebelum dipengaruhi oleh pajak dan leverage, sehingga sangat berguna untuk membandingkan perusahaan yang satu dengan yang lain. Karena rasio perputaran serta margin laba atas penjualannya rendah, maka tingkat pengembalian atas aktiva tidaklah sebesar perusahaan sejenis. 3.
Analisis Rasio Utang Pada umumnya seorang analis keuangan berkepentingan dengan hutang
jangka panjang sebab perusahaan harus membayar bunga dalam jangka panjang dan pokok pinjamannya. Demikian pula tuntutan terhadap kreditur harus didahulukan dibandingkan dengan pembagian hasil kepada pemegang saham. Pemberi pinjaman juga berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar hutang sebab semakin banyak hutang perusahaan, semakin tinggi kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur. Manajemen jelas berkepentingan terhadap hutang perusahaan agar dapat membayar kewajibannya (Sundjaja, 2003: 139). Umumnya, lebih banyak hutang perusahaan yang digunakan dalam kaitannya dengan total aktiva, lebih besar lagi pengaruh keuangan yaitu sejumlah hasil dan resiko yang ditimbulkan melalui penggunaan beban tetap keuangan seperti hutang dan saham preferen. Dengan perkataan lain semakin besar pengaruh keuangan yang digunakan perusahaan maka semakin besar hasil dan resiko yang diharapkan.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
27
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003: 155) ada dua bentuk umum pengukuran hutang, yaitu : 1) Tingkat jumlah hutang terhadap seluruh kekayaan perusahaan. Dua ukuran yang biasa digunakan, yaitu : a) Rasio hutang, mengukur besarnya total aktiva yang dibiayai oleh kreditur perusahaan. Semakin tinggi rasio tersebut semakin banyak uang kreditur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Sundjaja dan Barlian (2003:155) b) Rasio hutang terhadap ekuitas, perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal pemegang saham perusahaan. 2) Kemampuan melunasi hutang, kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran hutang sesuai perjanjian berdasarkan jadwal selama umur hutangnya. Dalam hutang terdapat kewajiban tetap untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. Kemampuan perusahaan untuk membayar biaya tetap diukur dengan menggunakan rasio mampu. Rasio mampu yang tinggi lebih disukai, tetapi terlalu tinggi rasio tersebut (di atas rata-rata industri) menunjukan adanya kewajiban tetap yang tidak digunakan dengan baik. Sebaliknya semakin rendah rasio mampu maka perusahaan lebih beresiko untuk tidak dapat membayar kewajiban tetapnya. Dua rasio mampu yaitu: 1) Rasio mampu bayar bunga, rasio ini mengukur berapa kali kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban berupa bunga dari hasil laba sebelum bunga dan pajak. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kemampuan perusahaan membayar bunga. 2) Rasio mampu bayar kewajiban tetap, rasio ini mengukur berapa kali kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban tetapnya seperti bunga dan pokok pinjaman, pembayaran sewa guna usaha dan dividen saham preferen dari hasil laba sebelum bunga dan pajak serta pembayaran sewa guna usaha. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kemampuan perusahaan membayar kewajiban tetapnya.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
28
4.
Rasio Aktivitas Rasio pengelolaan aktiva (asset management ratios) mengukur seberapa
efektif suatu perusahaan mengelola aktivanya. Rasio ini dirancang untuk mengetahui jumlah dari masing-masing jenis aktiva yang terdapat dalam neraca sudah wajar, terlalu tinggi atau terlalu randah mengingat tingkat pengoperasian saat ini dan yang diproyeksikan untuk masa mendatang. Masalah yang utama muncul apabila rasio perputaran aktiva tetap digunakan untuk membandingkan perusahaan-perusahaan yang berbeda. Ingat kembali bahwa semua aktiva, kecuali kas dan piutang usaha mencerminkan harga perolehannya. Inflasi menyebabkan nilai sejumlah besar aktiva yang dibeli pada waktu yang lalu menjadi sangat kecil. Karena itu jika kita membandingkan suatu perusahaan yang sudah lama berdiri, yang telah memperoleh sebagian besar aktiva tetapnya bertahun-tahun yang lalu dengan harga rendah, dengan perusahaan baru yang memperoleh aktiva tetapnya beberapa waktu yang lalu, kita mungkin akan menemukan bahwa perusahaan yang sudah lama berdiri melaporkan perputaran aktiva tetap yang lebih tinggi. Akan tetapi, mungkin ini lebih memperlihatkan ketidakmampuan akuntan menemukan metode akuntansi yang tepat untuk keadaan inflasi daripada memperlihatkan ketidakefesienan perusahaan baru tersebut. Profesi akuntansi sedang berupaya untuk menemukan cara-cara penyusunan laporan keuangan yang mencerminkan laporan saat ini ketimbang nilai-nilai masa lalu. Apabila neraca didasarkan pada nilai saat ini, ketepatan perbandingan tidak akan meragukan, tetapi hingga saat ini masalah tersebut masih harus kita hadapi. Karena para analis keuangan pada umumnya tidak memiliki data yang diperlukan untuk mengadakan penyesuaian, maka mereka harus benarbenar memahami bahwa suatu masalah mungkin akan timbul dan harus dihadapi dengan pertimbangan sendiri.
2.6. Rasio Keuangan Bank Dendawijaya (2009) menyebutkan bahwa dalam menganalisis kinerja bank perlu diperhatikan rasio-rasio keuangan antara lain analisis rasio likuiditas, analisis rasio rentabilitas dan analisis rasio solvabilitas. Adapun penjelasan rasiorasio keuangan tersebut:
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
29
2.6.1. Analisis Likuiditas Menurut Dendawijaya (2009) rasio likuiditas sangat penting untuk mengukur kinerja bank baik secara internal maupun dibandingkan dengan bankbank lain yang terdapat pada industri tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendeh maupun kewajiban yang sudah jatuh tempo. Terdapat beberapa pengukuran likuiditas bank, antara lain sebagai berikut: 1. Cash Ratio Cash ratio merupakan rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun bank dan harus segera dibayar. Misalnya untuk mengukur kemampuan bank membayar kewajiban apabila ada nasabah yang menarik simpanannya di bank.
2. Reserve Requirement Reserve requirement merupakan ketentuan yang diterapkan oleh Bank Indonesia (BI) terkait dengan porsi penyimpanan dana pihak ketiga sesuai ketentuan yang berlaku pada BI.
3. Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR merupakan rasio terhadap seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank. LDR= jumlah kredit yang diberikan x 100% jumlah dana pihak ketiga Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya likuiditas dari bank yang bersangkutan.
4. Loan to asset ratio Merupakan rasio dari likuiditas suatu bank dalam memberikan kredit kepada debitur dengan menggunakan seluruh total asset yang dimiliki suau bank. Semakin tinggi rasio ini bebrati semikin banyak asset yang disalurkan untuk pemberian kredit.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
30
5. Rasio kewajiban bersih call money Rasio ini merupakan perbandingan antara kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid di suatu bank.
2.6.2 Analisis Rentabilitas Menurut Dendawijaya (2009) rasio rentabilitas adalah rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank bersangkutan. Rasio ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Ada lima yang ternasuk dalam rasio rentabilitas, antara lain: 1. Return On Assets (ROA) ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar keuntungan bank dan akan semakin baik bank tersebut dalam penggunaan asset. ROA = laba bersih x 100% Total aktiva 2. Return On Equity (ROE) ROE merupakan perbandingan antara laba bersih dengan jumlah modal sendiri. Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta para investor di pasar modal yang ingin memliki saham bank yang bersangkutan. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank tersebut. ROE= laba bersih x 100% modal sendiri 3. Rasio biaya operasional (BOPO) Rasio BOPO adalah perbandingan antara beban operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio ini untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam kegiatan operasinya. BOPO = biaya operasional x 100% pendapatan operasional
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
31
4. Net Profit Margin (NPM) NPM merupakan rasio yang menggambarkan keuntungan yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. NPM = laba bersih x 100% pendapatan operasional 2.6.3. Analisis Rasio Solvabilitas Menurut Dendawijaya (2009) rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Beberapa ukuran rasio yang termasuk dalam solvabilitas, yaitu: 1.
Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank mengandung risiko. CAR juga merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanyasebagai akibat dari kerugian bank yang disebabkan aktiva berisiko. CAR = modal bank x 100% aktiva tertimbang menurut risiko
2.
Debt to equity ratio (DER) DER merupakan rasio untuk mengukur bank dalam menutupi sebagian atau seluruh utangnya baik jangka pendek dan panjang dengan memakai dana dari modal sendiri. DER = jumlah utang jumlah modal sendiri
3.
x 100%
Long term debt to assets ratio Rasio ini untuk mengukur penggunaan dari aktiva dalam membiayai dan dananya bersumber dari utang jangka panjang. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Utang jangka panjang x 100% Total aktiva
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
32
2.7. Rasio Camel Kewajiban dan wewenang bank sentral di seluruh negara untuk menjaga dan
mengendalikan
kesehatan
bank-bank
yang
ada
didalam
industri
perbankannya. Untuk melakukan kontrol terhadap tingkat kesehatan bank maka Bank Sentral mewajibkan bank-bank untuk mengirimkan laporan keuangan secara berkala baik berupa laporan mingguan, triwulanan, semesteran, maupun laporan tahunan (Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Bagi bank yang dapat menunjukkan tingkat kesehatan yang baik dalam laporan keuangannya maka akan diberikan kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan usahanya. Berbeda dengan bank yang menunjukkan tingkat kesehatan yang rendah maka Bank Sentral akan memberikan perhatian khusus berupa batasan-batasan dalam operasional bank tersebut (Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Dalam melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank, Bank Sentral biasanya menggunakan kriteria CAMELS yaitu Capital adequacy, Assets quality, Management quality, Earnings, Liquidity, Sensitivity to market risk. Kriteria yang disebut terakhir baru dipergunakan di Amerika sejak tanggal 1 Januari 1997. Berbagai lembaga dan analis telah menerapkan metode CAMEL dengan definisi yang berbeda. Ternyata masing-masing lembaga dan analisis tersebut menerapkan kriteria dan indikator yang berbeda meskipun sama-sama menggunakan metode CAMEL. Di Indonesia, CAMEL diperkenalkan sejak Paket Februari 1991 dikeluarkan oleh pemerintah mengenai sifat kehati-hatian bank (Bank Indonesia, 1993). Sementara itu, menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 model CAMELS terdiri dari enam aspek yaitu Capital, Assets Quality, Management, Earnings, Liquidity, Sensitivity to Market Risks bertujuan untuk mengukur tingkat kesehatan kinerja dari suatu bank, sehingga Bank Indonesia dapat menilai mana bank yang sehat dan yang tidak sehat agar Bank Indonesia dapat dengan segera melakukan suatu tindakan untuk mencegah terjadinya risiko dari bank yang dinilai mengalami kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya dan atau sistem perbankan nasional.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
33
CAMEL pada dasarnya merupakan metode penilaian kesehatan bank, yang meliputi lima kriteria (Kuncoro dan Suhardjono, 2002) :
Capital Adequacy, adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Perhitungan capital adequacy ini didasarkan atas prinsip bahwa setiap penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah modal sebesar persentase tertentu (risk margin) terhadap jumlah penanamannya. Berdasarkan Paket February 1991, perbankan diwajibkan memenuhi
Kewajiban Penyertaan Modal Minimum, atau dikenal dengan CAR (Capital Adequacy Ratio), yang diukur dari persentase tertentu terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Sejalan dengan standar yang ditetapkan Bank of International Settlements (BIS), terhadap seluruh bank di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR. Sedangkan pengertian modal disini adalah: (1) modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti dan modal pelengkap; serta (2) modal kantor cabang bank asing terdiri atas dana bersih kantor pusat dan kantor-kantor cabangnya diluar Indonesia. Pemenuhan penyediaan modal minimum sebesar 8% tersebut dilakukan secara bertahap, yaitu sebesar 5% pada akhir Maret 1992, 7% pada akhir Maret 1993, dan 8% pada akhir Desember 1993 (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
Assets quality (kualitas aktiva produktif) menunjukkan kualitas aset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya, yaitu termasuk aktiva lancar, diragukan atau macet. Pembedaan tingkat kolektibilitas tersebut diperlukan untuk mengetahui besarnya cadangan minimum penghapusan aktiva produktif yang harus disediakan oleh bank untuk menutup risiko kemungkinan kerugian yang terjadi.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
34
Berdasarkan Paket Februari 1991, bank wajib membentuk cadangan tersebut sekurang-kurangnya sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif ditambah: (1) 3% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar; (2) 50% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan, dan (3) 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet. Penilaian tingkat kesehatan aktiva produktif suatu bank didasarkan
pada
penilaian
terhadap
kualitas
aktiva
produktif
yang
dikuantifikasikan dan didasarkan pada dua rasio, yaitu: (1) perbandingan aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah seluruh aktiva produktif, dan (2) perbandingan cadangan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva yang diklasifikasikan. (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
Management quality (kualitas manajemen) menunjukkan kemampuan manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul melalui kebijakan-kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target. Berdasarkan Paket February 1991, manajemen suatu bank diwajibkan
mengelola banknya dengan baik sesuai dengan peraturan di bidang perbankan yang berlaku agar bank tersebut sehat. Keberhasilan dari manajemen didasarkan pada penilaian kualitatif terhadap manajemen yang mencakup beberapa komponen. Komponen tersebut terdiri dari manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas yang keseluruhannya meliputi dua ratus lima puluh aspek. Manajemen bank dapat diklasifikasikan sebagai sehat apabila sekurang-sekurangnya telah memenuhi 81% dari seluruh aspek tersebut. (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
Earning (rentabilitas) menunjukkan tidak hanya jumlah kuantitas dan trend earning tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas earning. Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap
rentabilitas bank yang diukur dengan rasio yang berbobot sama. Rasio tersebut terdiri: (1) rasio perbandingan laba dalam dua belas bulan terakhir terhadap volume usaha dalam periode yang sama (Return on Assets atau ROA), dan (2) rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional dalam periode 12 bulan. Suatu bank dapat dimasukkan dalam klasifikasi sehat apabila (1) rasio laba
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
35
terhadap volume usaha mencapai sekurang-kurangnya 1,2%; dan (2) rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional tidak melebihi 93,5%. (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
Liquidity (likuiditas) menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Pengaturan likuiditas bank terutama dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar. Berdasarkan Paket Februari 1991, bank wajib memelihara likuiditasnya
yang didasarkan pada dua rasio dengan bobot yang sama. Rasio tersebut adalah: (1) perbandingan jumlah kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar yaitu kas, giro pada Bank Indonesia, Sertifikat Bank Indonesia, dan Surat Berharga Pasar Uang dalam rupiah yang diendos oleh bank lain, dan (2) perbandingan antara kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima dengan jangka waktu lebih dari tga bulan. Likuiditas bank dapat diklasifikasikan sehat apabila: (1) rasio net call money terhadap aktiva lancar kurang dari 19%, dan (2) rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga kurang dari 89,8%. (Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Para analis kredit bank umumnya memakai pendekatan CAMEL dalam menganalisis kredit. CAMEL berasal dari sistem yang dikembangkan oleh pengamat perbankan di Amerika Serikat dan telah menjadi pendekatan internasional dimana nilai kredit (creditworthiness) suatu bank di evaluasi. Model CAMEL berupaya untuk mengkategorisasikan elemen utama dari kondisi finansial suatu bank yang mempengaruhi nilai kreditnya. Lima elemen tersebut adalah: C adalah untuk Capital (kapital) A adalah untuk Asset Quality (kualitas asset) M adalah untuk Management (manajemen) E adalah untuk Earnings (pendapatan) L adalah untuk Liquidity (likuiditas) Capital mengacu pada kecukupan modal (capital adequacy). Modal meliputi ekuitas pemegang saham, laba ditahan (retained earnings) dan simpanan ekuitas (equity reserve). Kecukupan modal mengarah pada kecukupan ekuitas
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
36
yang berkurang dan sumber-sumber lainnya yang berfungsi untuk meredam setiap guncangan yang dapat dialami suatu bank sebagai akibat dari kerugian atau menyusutnya aset-aset bank tersebut. Jika modal berkurang (cushion) dengan drastis, bank dapat dikatakan bangkrut, walaupun secara teknis masih dapat beroperasi jika bank tersebut memiliki akses ke sumber-sumber likuiditas eksternal seperti yang biasanya dilakukan bank-bank pemerintah. Indikatorindikator kecukupan modal meliputi rasio-rasio seperti rasio ekuitas pemegang saham terhadap asset dan risk-weighted Capital Adequacy Ratio (CAR) atau Kewajiban Penyertaan Modal minimum terhadap aktiva tertimbang menurut risiko sebagaimana yang di dikembangkan oleh Komite Basel. Asset quality adalah kualitas kredit dari pendapatan asset bank, yang meliputi portofolio pinjaman, portofolio investasi (biasanya pendapatan sekuritas tetap dan pendapatan sekuritas jarang), dan off-balance sheet. Kualitas, dalam konteks ini adalah tingkat dimana pinjaman yang telah diperluas oleh bank menunjukkan kinerjanya (di kembalikan/paid back) dan kecenderungan untuk terus menghasilkan. Ketika kualitas aset menurun, biaya kredit akan cenderung meningkat. Suatu bank yang memiliki kualitas aset yang baik akan mampu untuk mempertahankan profit yang mencukupi dan kecukupan capital. Management
adalah
kompetensi
dari
manajer
bank,
visi
dan
pengalamannya berikut kualitas-kualitas lainnya. Penilaian terhadap manajemen meliputi struktur kepemilikan bank dan struktur organisasi termasuk pelatihan karyawan dan pengalaman karyawan. Earnings adalah profit dan profitabilitas. Suatu bank dengan kapasitas penghasilan yang besar dan profitabilitas tinggi akan mampu membangun modal baru dan terus berinvestasi dan mengembangkan bisnisnya. Liquidity mengacu pada kemampuan bank untuk mengakses dana cair untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Kebutuhan seperti itu terjadi bilamana nasabah bersikap panik dan berupaya menarik dana mereka.
2.8. Hasil Telaah Penelitian Terdahulu Suardana (2007) dalam penelitian menemukan bahwa rasio efisiensi yang diproxy sebagai BOPO menemukan adanya hubungan yang negatif antara BOPO
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
37
dan return saham, yang mana semakin rendah rasio BOPO maka akan semakin tinggi return saham pada industri perbankan tahu 2003-2005. Dengan demikian, hasil penelitian tersebut menunjukkan semakin efisien manajemen bank dalam mengelola aset maka akan semakin tinggi return saham. Ihsan et.al. (2007) melakukan penelitian tentang hubungan variabel ekonomi dan keuangan terhadap perilaku return saham di sektor sepuluh industri Karachi Stock Exchange (KSE) dengan menggunakan data bulanan. Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis hubungan variabel ekonomi dan keuangan terhadap perilaku return saham. Data dalam penelitian tersebut menggunakan harga saham bulanan pada periode juli 1985 sampai juli 2002, dengan total sebanyak 204 obsevasi, sedangkan dalam menganalisis digunakan metode analisis faktor dan regresi. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menemukan pelaksanaan yang tak terduga dari pada variabel ekonomi dan keuangan merupakan penentu dari signifikansi pergerakan harga saham. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa volatilitas merupakan faktor ekonomi dan keuangan yang pada umumnya memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap premi risiko. Kemudian Sasongko dan Wulandari (2006) meneliti tentang pengaruh eva dan rasio-rasio profitabilitas terhadap harga saham, yang mana penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh EVA (Economic Value Added) dan rasio profitabilitas terhadap harga saham, di mana rasio profitabilitas diukur dengan ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), ROS (Return On Sales), EPS (Earning Per Share), dan BEP (Basic Earning Power). Sampel penelitian merupakan 45 perusahaan manufaktur yang telah go public, dan tercatat sebagai emiten sejak tahun 2001 sampai 2002 secara terus menerus (tidak pernah mengalami delisting), sedangkan data yang digunakan adalah data sekunder yang mana data tersebut diperoleh dari Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dalam menguji pengaruh ROA, ROE, ROS, EPS, BEP, dan EVA terhadap harga saham, Sasongko dan Wulandari (2006) menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Setelah melakukan uji regresi berganda maka diperoleh hasil yang menyatakan bahwa berdasarkan uji t parsial menunjukkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
38
Sementara itu, Ardiani (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui kinerja keungan terhadap perubahan harga saham perbankan di BEJ. Metode sampling memakai purposive sampling dan sebanyak 15 bank dijadikan sebagai obyek penelitian. Hasil penelitian diperoleh bahwa secara parsial RORA, CAR, dan LDR berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Sedangkan ROA, BOPO, NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Penelitian lainnya dilakukan oleh Putra (2003), untuk melihat pengaruh rasio-rasio keuangan bank terhadap harga saham. Sebanyak 16 bank dipilih sebagai sampling dan metode analisis menggunakan metode descriptive statistics dan analisis ketergantungan chi-square dengan tingkat level sigfinkan 5%. Hasil yang didapatkan bahwa rasio-rasio keuangan tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham bank.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
39
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Studi Terdahulu Peneliti
Tahun
Ketut Alit Suardana
(2007)
Ihsan et.al
(2007)
Sasongko dan Wulandari
(2006)
Anita Ardiani
(2007)
Gusti Raizal Eka Putra
(2003)
Judul Penelitian Metode Pengaruh rasio Menggunakan CAMEL terhadap analisis regresi return saham pada linear berganda industri perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2003-2005.
Temuan Dari lima rasio camel yang diuji terbukti hanya CAR yang berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan BOPO berhubungan negative dan tidak signifikan terhadap return saham Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa variabel ekonomi makro berpengaruh signifikan terhadap pergerakan haga saham
Hubungan dari variabel ekonomi dan keuangan terhadap perilaku return saham
Menggunakan metode analisis faktor dan regresi
Pengaruh eva dan rasio-rasio profitabilitas terhadap harga saham Analisis pengaruh kinerja keuangan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Analisis pengaruh rasio-rasio keuangan bank go public terhadap harga saham
Menggunakan metode multiple regression analysis sebagai alat untuk menganalisis data Menggunakan metode analisis regresi berganda sebagai alat untuk menganalisis data
Menemukan bahwa berdasarkan uji t-parsial variabel earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham Menemukan bahwa CAR, RORA, LDR secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
Menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis interpendensi ChiSqaure sebagai alat untuk menganalisis data
Menemukan bahwa CAR, Aktiva Tetap Terhadap Modal Sendiri, ROE, ROA, NIM, BOPO, PPAP, Pemenuhan PPAP, dan LDR tidak berpengaruh secara signifikan dalam memetakan dan membentuk harga saham
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Faktor fundamental menentukan pergerakan harga saham, hal ini dinyatakan oleh Natarsyah, S (2002) dalam Ulupui (2004) dalam penelitiannya yang menemukan bahwa rasio keuangan, seperti (ROE, dividend payout ratio, debt to equity ratio, book value equity per share) terbukti mempengaruhi harga saham perusahaan. Besarnya kontribusi rasio keuangan dalam mempengaruhi harga saham juga ditemukan oleh Uddin (2009) yang menemukan bahwa Net Asset Value per Share (NAVPS), Dividend percentage (DIV), Earnings per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan. Atas dasar pemikiran di atas, peneliti merumuskan model penelitian bahwa harga saham sebagai variabel terikat, dan variabel keuangan perusahaan dalam konteks perbankan seperti ROE, ROE, EPS, BOPO, dan LDR sebagai variabel bebas. Sehingga kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
ROE EPS Indeks Harga Saham Individu
BOPO LDR
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran
3.2. Model Penelitian Model dalam penelitian ini memiliki persamaan model sebagai berikut: IHSIit = β0 + β1 ROEit + β2 EPSit + β3 BOPOit + β4 LDRit + ε Keterangan:
40 Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
Universitas Indonesia
41
IHSI = β0 = β =
ROE = EPS = BOPO= LDR = ε =
Variabel dependen (Indeks Harga Saham Individu) Konstanta Koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen Return on Equity Earning per Share Biaya Operasional/ Pendapatan Operasional Loan to Deposit Ratio Kesalahan penggangu
3.3. Pengembangan Hipotesis Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Hipotesis utama (H0) dapat dinyatakan bahwa koefisien regresi pada setiap variabel independen tidak berbeda nyata dan nol. Sedangkan sebagai hipotesis alternatif (H1) dapat dinyatakan bahwa koefisien regresi pada setiap variabel independen berbeda nyata dengan nol. Hipotesis : Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0 Tahapan pengujian hipotesis menggunakan regresi linear berganda ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan ttabel Untuk menentukan ttabel pertama kali ditentukan Df. Dalam penelitian ini α yang ditentukan adalah 5%. Df diperoleh dari rumus n– 4 atau jumlah data dikurang 4 (empat). b. Menentukan thitung Untuk menentukan thitung dilakukan pengolahan data menggunakan alat bantu program statistik EViews versi 7. c. Membandingkan thitung dengan ttabel . Jika thitung > ttabel : H0 ditolak Jika thitung ≤ ttabel : Ho diterima d. Pengambilan keputusan Pengambilan keputusan dilakukan sesuai dengan hasil perbandingan t hitung dengan ttabel. Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
42
3.4. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis explanatory research yaitu menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (ROE, EPS, BOPO, dan LDR) terhadap terhadap variabel terikat (Indeks Harga Saham Individu)
3.5. Jenis dan Sumber Data Pada dasarnya terdapat dua jenis data yaitu: 1.
Data Primer yaitu Semua data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk menjawab suatu permasalahan penelitiannya
2.
Data Sekunder yaitu data yang telah tersedia, namun telah pernah digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian lain Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data
yang telah tersedia, namun telah pernah digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian lain, data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa data laporan keuangan perusahaan (neraca dan laporan laba rugi) dan data harga saham pada tahun 2004-2010 setiap triwulan yang bersumber dari Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id, dan Bank Indonesia www.bi.go.id. Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini secara spesifik terdiri dari data laporan surat-surat berharga perusahaan data laporan jumlah kredit yang diberikan perusahaan, data laporan total aset tetap perusahaan, data total aset perusahaan, data jumlah dana yang diterima perusahaan yang berasal dari simpanan dan deposito, data total pinjaman perusahaan, data jumlah saham beredar, data harga saham perusahaan, data total ekuitas perusahaan, data pendapatan operasional selain bunga, data beban operasional selain bunga, data laba operasional, data laba bersih, dan data total ppap yang wajib dibentuk, dari tahun 2004-2010, yang diambil berdasarkan data setiap triwulan pada laporan keuangan. Data-data dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala rasio, menurut Cooper dan Emory (2001:133) skala rasio mencerminkan jumlahjumlah yang sebenarnya dari suatu variabel. Dalam penelitian bisnis, skala rasio dapat dipakai dalam bidang nilai uang, jumlah populasi, jarak, jumlah waktu Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
43
dalam artian periode waktu. Skala rasio memiliki semua ciri-ciri dari skala – skala lainnya sebab akibat (causality).
3.6. Pengukuran Variabel Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent variable), dan varaibel terikat (dependent variable).
3.6.1. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah indeks harga saham individu dengan menggunakan metode Paasche sebagai perhitungan IHSI. Pengukuran dari variabel dependen tersebut dijelaskan pada tabel 3.1 di bawah ini: Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Dependen No
Variabel Dependen
1
IHSI
Pengukuran
Sumber
Skala
Haningsih Rasio (2009)
3.6.2. Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROE, EPS, BOPO, dan LDR. Pemilihan variabel ROE karena rasio ini banyak menjadi perhatian bagi investor yang akan memiliki saham perbankan. Rasio EPS merupakan rasio pendapatan dari setiap lembar saham yang dimiliki oleh investor. Rasio BOPO dipakai untuk mengukur sebagai efisiensi dari beban dan pendapatan operasional. Penelitian ini hanya menggunakan beban dan pendapatan yang diperoleh. Variabel independen lainnya yaitu LDR dimana rasio LDR untuk mengetahui proporsional jumlah dana simpanan yang diterima terhadap jumlah kredit yang diberikan. Pengukuran tersebut secara detail dijelaskan pada tabel 3.2.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
44
Tabel 3.2 Pengukuran Variabel Independen No
Variabel independen
Pengukuran
Sumber
Skala
1
ROE
Laba Bersih Modal Sendiri
Dendawijaya (2009)
Rasio
2
EPS
3
BOPO
4
LDR
Laporan Keuangan Perusahaan Dendawijaya (2009) Dendawijaya (2009)
Rasio Rasio
Rasio
3.7. Populasi dan Sampel Testing hypotesis merupakan gambaran secara obyektif digunakannya peluang untuk membuat keputusan yang bersandar pada analisis data sampel Cooper dan Emory (1996:130). Karena salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membuktikan
menggunakan
metode
hipotesis
maka
pengambilan
diperlukan sampel
sampel.
dengan
tidak
Penelitian
ini
memberikan
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pada tujuan dan pertimbangan tertentu. Sampel penelitian adalah delapan bank terbesar berdasarkan the biggest asset yang listed di BEI dari tahun 2004-2010.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
45
Tabel 3.3 IPO Perusahaan No
Kode
Nama
1
PNBN
Saham (lembar)
Tanggal IPO
Total Aset (Rp)
Bank Pan Indonesia Tbk
29 Desember 1982
95.731.054.000.000
23.837.645.998
2
BNII
Bank International Ind. Tbk
21 Nopember 1989
69.271.346.000.000
55.719.170.852
3
BNGA
Bank CIMB Niaga Tbk
29 Nopember 1989
128.447.171.000.000
23.695.515.023
4
BDMN
Bank Danamon Tbk
06 Desember 1989
102.819.614.000.000
8.333.344.210
5
BNLI
Bank Permata Tbk
15 Januari 1990
66.994.265.000.000
8.943.310.441
6
INPC
Bank Artha Graha Internasional
29 Agustus 1990
15.400.972.000.000
8.489.325.464
7
NISP
Bank OCBC NISP Tbk
20 Oktober 1994
40.234.401.000.000
6.971.502.377
8
BBNI
Bank Negara Indonesia Tbk
25 Nopember 1996
69.271.346.000.000
18.462.169.893
9
BCIC
Bank Mutiara Tbk
25 Juni 1997
9.026.938.597.000
28.066.675.536
10
MAYA
29 Agustus 1997
9.255.930.000.000
3.060.908.400
11
BVIC
Bank Victoria Int l. Tbk
30 Juni 1999
8.983.743.000.000
4.061.422.357
12
MEGA
Bank Mega Tbk
17 April 2000
45.095.261.000.000
3.149.412.279
13
BBCA
Bank Central Asia Tbk
31 Mei 2000
310.196.236.000.000
24.408.459.120
14
BBNP
Bank Nusantara Parahyangan Tbk
10 Januari 2001
4.628.687.000.000
412.348.026
15
BEKS
Bank Pundi Indonesia Tbk.
13 Juli 2001
22.141.809.000.000
5.916.487.500
16
BSWD
Bank Swadesi Tbk
01 Mei 2002
1.616.267.000.000
859.320.000
17
BABP
Bank ICB Bumiputera Tbk
15 Juli 2002
7.668.559.000.000
5.436.078.541
18
BKSW
Bank Kesawan Tbk
19
BMRI
Bank Mandiri (Persero) Tbk
20
AGRO
Bank Agroniaga Tbk.
21
BBRI
Bank Rakyat Indonesia Tbk
22
BBKP
Bank Bukopin Tbk
23
SDRA
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
24
MCOR
Bank Windu Kentjana Internatio
25
BACA
26 27
Bank Mayapada Tbk
21 Nopember 2002
2.532.518.000.000
620.258.512
408.286.237.000.000
20.786.494.742
2.953.764.512.000
3.396.451.958
10 Nopember 2003
325.943.612.000.000
24.422.470.380
10 Juli 2006
41.668.874.000.000
6.094.988.753
15 Desember 2006
3.034.684.426.583
2.293.873.000
03 Juli 2007
3.643.529.000.000
3.719.307.123
Bank Capital Indonesia Tbk
04 Oktober 2007
4.127.494.000.000
4.467.175.062
BAEK
Bank Ekonomi Raharja Tbk.
08 Januari 2008
22.141.809.000.000
2.643.300.000
BTPN
Bank Tabungan Pensiunan Nasion
12 Maret 2008
30.759.841000.000
1.121.396.194
28
BBTN
Bank Tabungan Negara (Persero)
17 Desember 2010
63.498.342.000.000
8.623.285.575
29
BNBA
31 Desember 2010
2.673.613.000.000
2.286.900.000
30
BJBR
Bank Bumi Arta Tbk Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
08 Juli 2010
41.388.361.000.000
9.599.328.254
14 Juli 2003 08 Agustus 2003
Sumber: www.idx.co.id (Bursa Efek Indonesia, 2010) 3.8. Metode Analisis Data Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutkan dianalisis dengan model analisis regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan program software SPSS versi 17.00 yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ROE, EPS, BOPO, dan LDR terhadap IHSI. Namun, sebelum Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
46
dilakukan analisis regresi berganda terlebih dahulu dianalisis statistik deskriptif dan uji asumsi klasik:
3.8.1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai minimum, maximum, mean, standar deviasi, jarque berra, kurtosis, skewness dari setiap variabel.
3.8.2. Uji Asumsi Klasik Asumsi penting yang digunakan dalam metode kuadrat terkecil (ordinary least square = OLS) adalah non-autokolerasi dan homoskedatisitas. OLS dipilih sebagai pengujian karena OLS dapat menduga model penelitian dengan melihat pada obyek penelitian merupakan bank dengan data yang hampir bersifat homogen dan karakteristiknya mirip. Oleh karena itu, dilakukan pengujian asumsi klasik yaitu : a. Uji Multikolinearitas Merupakan situasi adanya korelasi variabel bebas diantara satu dengan yang lainnya, yang mana hubungan antar variabel bebas tersebut lebih tinggi dari hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat (Pindyk dan Rubenfeld dalam Kuncoro, 2003). Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi multikolinearitas antara lain dengan metode Koutsoyiannis, mentransformasikan variabel-variabel dan memperoleh lebih banyak data. Berdasarkan metode ini, langkah awal yang dilakukan adalah regresi variabel terikat atas setiap variabel bebas yang terkandung dalam suatu model regresi yang sedang diuji. Kemudian dari hasil regresi ini, dipilih salah satu model regresi yang secara apriori dan statistik yang paling meyakinkan. Model regresi yang terpilih ini disebut regresi elementer (elementary regression). Selanjutnya dimasukkan satu persatu variabel bebas lainnya untuk diregresikan dalam kaitannya dengan variabel terikat yang telah ditentukan. Hasil regresi yang terjadi diteliti baik mengenai koefisien regresi, standard error yang berkaitan dengan koefisien regresi ini maupun R2. Variabel bebas yang baru dimasukkan kedalam percobaan dapat diklasifikasikan sebagai variabel bebas yang berguna (useful), tidak perlu (superfluous) dan merusak hasil Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011 1
47
(detrimental). Dalam penelitian ini akan digunakan metode VIF (Variance Inflation Factor) untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas. Dikatakan tidak terdapat masalah multikolinearitas apabila mempunyai nilai VIF dibawah angka 10 dan angka tolerance diatas 0.10 atau (VIF = 1 / Tolerance) (Ekananda, 2007). Sementara itu, untuk mengatasi data yang mengalami multikolinearitas pada model, peneliti dapat melakukannya dengan menggunakan beberapa cara yang diantaranya, melihat informsai sejenis yang ada, mengeluarkan variabel bebas yang kolinier dari model, mentransformasikan variabel, dan mencari data tambahan (Nachrowi dan Usman, 2006: 104). b. Heterokedastisitas Merupakan kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki variance yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya (Kuncoro, 2003). Keadaan heterokedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien regresi jadi tidak efisien. Hasil taksiran dapat menjadi kurang dari semestinya, melebihi dari semestinya atau menyesatkan. Dalam penelitian ini dipakai
metode
gletser
test
untuk
menguji
ada
tidaknya
gejala
heterokedastisitas dalam model penelitian ini. Jika terjadi gejala heterokedastisitas dalam model penelitian, cara untuk mengatasinya terdapat berbagai teknik yang dapat digunakan, yang antara lain: (1) metode generalized least squares (GLS), (2) transformasi dengan E(Yi), dan (3) transformasi dengan logaritma (Nachrowi dan Usman, 2006: 119). c. Uji Autokorelasi Adalah korelasi yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu seperti data runtun waktu (time series data) atau yang tersusun dalam rangkaian ruang (seperti data silang waktu atau cross sectional data) (Kuncoro, 2003). Untuk menguji apakah hasil estimasi model regresi tersebut tidak mengandung korelasi serial diantara disturbance term-nya maka dipergunakan metode Langrange Multiplier Test (LM Test).
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
48
Dalam uji LM Test, kriteria melihat ada tidaknya autokorelasi adalah jika: 1. Obs * R – Squared atau probabilitanya < 0,05 maka terdapat autokorelasi. 2. Obs * R – Squared atau probabilitanya > 0,05 maka tidak terdapat autokorelasi. Untuk mengatasi apabila terjadi autolorelasi dalam model penelitian ini, digunakan beberapa tehknik yaitu: (1) jika koefisien autokorelasi tinggi maka dapat menggunakan metode transformasi/diferensi tingkat pertama, (2) jika koefisien autokorelasi rendah maka dapat menggunakan metode ordinary least square (OLS), dan (3) mengestimasi dengan adanya autokorelasi residu dimana residu memiliki proses autoregressive (AR) (Eknanda, 2007).
3.8.3. Regresi Berganda Analisis regresi linier berganda dinyatakan dengan hubungan persamaan regresi:
Yˆ a0 a1 X 1 a2 X 2 ... ak X k a0 Y a1 X 1 a2 X 2
( X 2i )( X 1iYi ) ( X 1i X 2i )( X 2iYi ) 2
a1
( X 1i )( X 2i ) ( X 1i X 2i ) 2
2
2
( X 1i )( X 2iYi ) ( X 1i X 2i )( X 1iYi ) 2
a2
( X 1i )( X 2i ) ( X 1i X 2i ) 2 2
2
Keterangan : X1, X2, ..., Xk : Variabel independen Y
: Variabel dependen
a0
: Konstanta
a1 , a2 ,..., ak
: Koefisien regresi
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
49
a. Analisis Determinasi Berganda Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan rumus menurut Sugiyono (2009) sebagai berikut : D = R2x 100% Dimana: D
= Koefisien determinasi
R
= Koefisien korelasi berganda
b. Uji Anova Uji anova untuk mengetahui apakah seluruh variable independen (X) memiliki hubungan secara bersama-sama terhadap varaibel dependen (Y) yakni dengan melakukan perbandingan/uji F dimana bentuk pengujian menggunakan distribusi F yang membandingkan F hitung dengan F tabel dengan hipotesis utama (H0) menyatakan bahwa model signifikan menjelaskan variabel terikat. Hipotesis alternatif (H1) menyatakan bahwa model tidak signifikan menjelaskan variabel terikat. Adapun kriteria pengujiannya yaitu jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak, demikian sebaliknya kalau F hitung < F tabel maka Ho diterima. Untuk membuktikan hipotesis variabel bebas secara bersamaan dilakukan dengan uji-F. Dengan derajat kebebasan (k – 4) dan (n – 4) serta tingkat ketelitian sebesar 5% dan tingkat keyakinan 95% yang berarti bahwa pengukur hanya membolehkan rata – rata penyimpangan sebesar 0,05 dan kemungkinan berhasil 0,95. Dengan rumus sebagai berikut :
Dimana: R2
= Koefisien Determinasi Berganda
K
= Banyaknya Variabel
n
= Jumlah Pengamatan
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskriptif Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah delapan perbankan yang sudah go public yang terdaftar di BI dan BEI pada tahun 2004 triwulan II – 2010 triwulan III, yaitu berikut nama-nama perbankan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.1 Perbankan Periode 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III Nama Perusahaan 1 Bank Central Asia Tbk. 2 Bank Rakyat Indonesia Tbk. 3 Bank Danamon Tbk. 4 Bank Mandiri Tbk. 5 Bank Internasional Indonesia Tbk. 6 Bank Niaga Tbk. 7 Bank Permata Tbk. 8 Bank Negara Indonesia Tbk. Sumber : BEI (2010) Dari delapan bank tersebut didapat data untuk setiap variabel dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Earning per Share (EPS) Nilai Earning per share diperoleh dari laporan laba bersih dibagi jumlah saham beredar, berikut nilai Earning per share dari delapan perbankan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :
50 Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
Universitas Indonesia
51
Tabel 4.2 EPS Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III Tahun 2004-II 2004-III 2004-IV 2005-I 2005-II 2005-III 2005-IV 2006-I 2006-II 2006-III 2006-IV 2007-I 2007-II 2007-III 2007-IV 2008-I 2008-II 2008-III 2008-IV 2009-I 2009-II 2009-III 2009-IV 2010-I 2010-II 2010-III
BBCA 122,57 190,34 256,08 68,02 137,28 213,24 291,53 79,60 165,11 254,07 344,31 86,12 176,56 272,55 364,85 46,69 98,55 162,22 212,82 66,19 133,97 206,44 275,19 78,32 163,38 250,72
BBRI 146,28 233,27 306,60 97,19 163,48 211,46 316,44 96,48 164,71 254,38 346,55 99,67 191,67 293,96 392,77 114,33 228,75 326,61 483,43 139,44 283,55 430,04 529,64 174,42 350,02 539,90
BDMN 224,62 357,84 491,05 130,39 261,86 384,99 407,07 50,93 113,33 185,81 267,97 96,95 207,10 318,38 426,48 111,54 229,62 349,46 304,18 77,90 103,91 162,87 182,65 83,45 170,34 261,77
BMRI 153,63 222,98 261,05 25,78 30,56 60,60 29,79 25,14 40,13 58,40 117,37 49,75 103,10 151,95 209,46 66,96 124,81 189,10 254,13 66,99 139,64 220,42 320,67 95,54 192,27 304,52
BNII 8,90 12,92 16,93 4,62 8,31 12,29 15,25 3,68 7,33 10,76 13,76 2,39 5,99 9,07 26,39 4,05 6,47 8,01 9,90 0,08 -1,33 1,29 -0,82 4,17 5,79 7,38
BNGA 38,59 55,60 79,19 21,00 39,04 55,13 46,03 14,86 29,55 44,68 53,73 16,55 33,14 47,89 61,95 16,64 34,93 45,78 14,29 -2,05 29,07 48,14 63,03 23,69 48,34 74,98
BNLI 36,28 63,12 80,42 16,98 27,81 23,73 23,23 9,55 18,16 28,86 40,61 10,92 25,01 47,91 64,45 22,48 35,30 49,58 58,43 20,55 41,49 63,99 68,49 49,25 67,57 101,17
Sumber : BI dan BEI (data diolah, 2010)
Keterangan:
BBCA BBRI BDMN BMRI
: Bank Central Asia : Bank Rakyat Indonesia : Bank Danamon : Bank Mandiri
BNII BNGA BNLI BBNI
: Bank Internasional Indonesia : Bank Niaga : Bank Permata : Bank Negara Indonesia
Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui nilai tertinggi dari nilai Earning per share pada tahun 2004 yaitu terdapat pada PT. Bank Danamon Tbk dengan nilai sebesar 491,05, sedangkan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 8,90 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2004 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 207,74. Pada tahun 2005 perusahaan yang memiliki nilai Earning per share tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Danamon Tbk dengan nilai sebesar 407,07 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia Tbk
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
BBNI 87,29 129,70 170,59 62,87 97,15 132,88 160,34 17,25 91,21 105,77 149,28 29,96 76,64 101,86 58,79 10,03 28,47 54,49 80,04 41,59 78,59 121,44 161,38 88,82 126,61 193,42
52
dengan nilai sebesar 4,62 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2005 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 161,21. Pada tahun 2006 perusahaan yang memiliki nilai Earning per share tertinggi yaitu terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 346,55 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 3,68 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2006 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 166,70. Pada tahun 2007 perusahaan yang memiliki nilai Earning per share tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Danamon Tbk dengan nilai sebesar 426,48 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 2,39 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2007 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 200,64. Pada tahun 2008 perusahaan yang memiliki nilai Earning per share tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 483,43 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 4,05 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2008 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 177,15. Pada tahun 2009 perusahaan yang memiliki nilai Earning per share tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 529,64 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia Tbk dengan nilai sebesar -1,33 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2009 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 200,03. Pada tahun 2010 perusahaan yang memiliki nilai Earning per share tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 539,90 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 4,17 dan nilai rata-rata pada triwulan III tahun 2010 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 216,73.
2. Return on Equity (ROE) Nilai Return on Equity dihasilkan dengan cara menghitung laba bersih dibagi dengan total ekuitas, data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini: Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
53
Tabel 4.3 ROE Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III Tahun BBCA BBRI BDMN 2004-II 10,77 17,19 14,99 2004-III 17,36 23,37 21,55 2004-IV 23,04 29,18 30,79 2005-I 5,76 8,73 7,79 2005-II 10,99 16,44 15,61 2005-III 17,28 21,97 22,96 2005-IV 23,00 28,52 23,32 2006-I 5,91 7,79 2,80 2006-II 12,37 14,53 6,89 2006-III 17,90 20,19 10,30 2006-IV 23,74 25,22 13,89 2007-I 5,60 6,75 5,20 2007-II 11,68 13,75 10,39 2007-III 16,99 19,73 15,45 2007-IV 22,22 24,89 19,76 2008-I 5,40 6,77 5,04 2008-II 11,66 14,68 11,25 2008-III 17,87 19,56 16,18 2008-IV 23,01 26,65 14,47 2009-I 6,52 7,11 3,58 2009-II 13,15 13,37 5,83 2009-III 18,81 20,53 8,74 2009-IV 24,39 23,96 9,68 2010-I 6,56 7,19 4,18 2010-II 13,39 0,001 8,53 2010-III 18,84 20,34 12,31 Sumber : BI dan BEI (data diolah, 2010)
BMRI 13,52 18,84 21,14 2,06 2,72 5,21 2,60 2,14 3,42 4,87 9,19 3,75 7,94 11,25 14,86 4,55 9,42 13,61 17,41 4,38 9,31 13,96 19,33 5,45 11,05 16,37
BNII 10,99 15,08 19,31 4,96 9,05 13,10 15,62 3,56 7,22 10,10 12,47 2,14 5,50 8,06 7,55 3,86 6,14 7,56 9,90 0,09 -1,42 1,28 -0,78 3,26 4,99 5,95
BNGA 15,33 20,00 26,85 6,53 12,33 11,37 13,79 4,15 8,15 11,64 13,65 4,04 7,96 11,74 14,69 3,89 7,88 10,45 6,79 -0,96 6,83 10,64 13,53 4,60 8,67 12,94
BNLI 14,06 22,17 26,60 5,32 8,42 7,41 7,38 2,71 4,97 6,29 8,35 2,41 5,31 9,72 12,79 4,36 6,84 9,34 10,55 3,56 6,89 10,21 10,86 7,66 9,99 14,28
Keterangan:
BBCA BBRI BDMN BMRI
: Bank Central Asia : Bank Rakyat Indonesia : Bank Danamon : Bank Mandiri
BNII BNGA BNLI BBNI
: Bank Internasional Indonesia : Bank Niaga : Bank Permata : Bank Negara Indonesia
Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui nilai tertinggi dari nilai Return on equity pada tahun 2004 yaitu terdapat pada PT. Bank Danamon Tbk dengan nilai sebesar 30,79, sedangkan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 10,42 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2004 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 24,43. Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
BBNI 10,42 14,46 18,51 6,01 10,76 15,02 17,14 1,85 10,03 10,70 14,24 5,65 6,92 8,27 5,20 1,02 2,96 5,57 7,92 3,83 6,86 10,08 12,78 6,72 9,11 13,86
54
Pada tahun 2005 perusahaan yang memiliki nilai Return on equity tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 28,52 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Mandiri Tbk dengan nilai sebesar 2,06 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2005 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 16,42. Pada tahun 2006 perusahaan yang memiliki nilai Return on Equity tertinggi yaitu terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 25,22 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 1,85 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2006 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 15,10. Pada tahun 2007 perusahaan yang memiliki nilai Return on Equity tertinggi yaitu terdapat pada PT. Bank Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 24,89 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 2,14 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2007 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 15,24. Pada tahun 2008 perusahaan yang memiliki nilai Return on
Equity
tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 26,65 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 1,02 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2008 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 14,59. Pada tahun 2009 perusahaan yang memiliki nilai Return on Equity tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 24,39 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Internasional Indonesia Tbk dengan nilai sebesar -1,42 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2009 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 14,22. Pada tahun 2010 perusahaan yang memiliki nilai Return on Equity tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 20,34 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 0,001 dan nilai rata-rata pada triwulan III tahun 2010 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 14,36.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
55
3. Beban Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) Nilai Beban Operasional/Pendapatan Operasional dihasilkan dengan cara menghitung total beban operasional dibagi dengan total pendapatan operasional, data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini: Tabel 4.4 BOPO Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III Tahun BBCA BBRI BDMN 247,33 368,48 131,70 2004-II 226,96 314,89 153,25 2004-III 221,89 361,23 160,57 2004-IV 239,81 352,39 153,77 2005-I 224,25 635,54 149,70 2005-II 217,28 1048,68 164,89 2005-III 212,01 1027,92 175,37 2005-IV 288,86 403,33 186,71 2006-I 259,61 612,52 193,25 2006-II 246,02 569,11 201,11 2006-III 243,43 506,68 196,91 2006-IV 246,47 589,17 201,14 2007-I 231,29 558,75 189,61 2007-II 222,48 550,19 210,54 2007-III 225,73 504,93 231,98 2007-IV 220,49 593,35 274,41 2008-I 210,39 563,87 247,89 2008-II 198,66 550,85 250,29 2008-III 189,71 447,36 292,48 2008-IV 208,20 359,72 211,74 2009-I 204,04 379,56 209,52 2009-II 202,44 294,01 185,40 2009-III 209,08 457,29 192,86 2009-IV 117,87 537,25 143,90 2010-I 120,68 602,21 116,90 2010-II 132,85 391,02 111,96 2010-III Sumber : BI dan BEI (data diolah, 2010)
BMRI 118,52 115,24 140,62 209,58 193,59 205,46 246,31 149,02 231,36 226,33 237,29 212,92 191,57 213,65 230,27 205,90 207,50 201,52 193,78 166,14 172,20 171,81 173,34 203,26 162,47 151,48
BNII 146,94 160,57 166,69 234,61 237,32 212,08 221,72 235,27 257,00 247,83 239,71 261,62 203,49 224,24 275,01 269,00 274,31 271,25 274,14 326,04 275,28 262,55 265,89 215,77 201,87 243,76
BNGA 189,74 208,98 231,96 327,37 351,17 352,32 450,22 386,07 429,96 373,92 266,34 316,58 252,10 271,47 310,16 348,66 380,45 418,14 555,38 983,12 303,76 282,46 292,13 267,69 284,38 291,09
BNLI 489,05 423,60 432,58 355,87 372,45 389,41 411,74 291,66 365,75 339,09 327,60 156,88 178,81 199,03 214,15 379,98 370,49 380,51 346,99 281,81 232,75 267,00 316,03 159,65 276,07 294,42
Keterangan:
BBCA BBRI BDMN BMRI
: Bank Central Asia : Bank Rakyat Indonesia : Bank Danamon : Bank Mandiri
BNII BNGA BNLI BBNI
: Bank Internasional Indonesia : Bank Niaga : Bank Permata : Bank Negara Indonesia
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
BBNI 261,01 263,60 286,53 307,28 222,75 155,28 354,31 264,82 265,44 252,83 239,98 140,87 149,65 182,52 228,62 234,93 261,56 255,17 237,07 138,82 194,73 220,72 221,39 192,17 215,13 187,74
56
Dari tabel 4.4 diatas dapat diketahui nilai tertinggi dari nilai BOPO pada tahun 2004 perusahaan yang memiliki nilai BOPO tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Permata Tbk dengan nilai sebesar 489,05 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Mandiri Tbk dengan nilai sebesar 115,24 dan nilai ratarata pada triwulan IV tahun 2004 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 250,26. Pada tahun 2005 perusahaan yang memiliki nilai BOPO tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 1048, 68 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Danamon Tbk dengan nilai sebesar 149,70 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2005 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 387,45. Pada tahun 2006 perusahaan yang memiliki nilai BOPO tertinggi yaitu terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 612,52 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Mandiri Tbk dengan nilai sebesar 149,02 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2005 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 264,78. Pada tahun 2007 perusahaan yang memiliki nilai BOPO tertinggi yaitu terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 589,17 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 140,87 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2007 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 277,61. Pada tahun 2008 perusahaan yang memiliki nilai BOPO tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 593, 35 dan nilai terendah terdapat pada PT. Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 189,71 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2008 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 317,11. Pada tahun 2009 perusahaan yang memiliki nilai BOPO tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 457,29 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Mandiri Tbk dengan nilai sebesar 166,14 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2009 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 266,00.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
57
Pada tahun 2010 perusahaan yang memiliki nilai BOPO tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 602,21 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Danamon Tbk dengan nilai sebesar 111,96 dan nilai rata-rata pada triwulan III tahun 2010 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 225,54. 4. Loan to Deposit Ratio (LDR) Nilai Loan to Deposit Ratio dihasilkan dengan cara menghitung jumlah kredit yang diberikan dibagi dengan jumlah dana yang diterima, data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini: Tabel 4.5 LDR Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III Tahun BBCA BBRI BDMN 35,10 84,57 72,75 2004-II 37,00 89,01 83,42 2004-III 39,26 90,34 83,59 2004-IV 42,05 92,92 87,31 2005-I 44,11 99,51 87,03 2005-II 52,77 99,02 92,37 2005-III 53,85 94,82 90,07 2005-IV 52,15 94,15 87,26 2006-I 50,66 94,66 84,63 2006-II 49,69 94,77 85,66 2006-III 51,98 93,46 83,95 2006-IV 47,50 94,42 83,34 2007-I 52,18 89,94 84,46 2007-II 53,18 90,44 96,17 2007-III 56,85 88,72 100,05 2007-IV 60,94 89,23 101,67 2008-I 67,07 95,74 103,95 2008-II 72,08 106,99 100,70 2008-III 71,26 99,68 96,39 2008-IV 65,43 98,40 90,10 2009-I 62,71 102,62 98,27 2009-II 61,73 105,98 96,38 2009-III 64,01 100,69 99,94 2009-IV 64,08 101,96 105,60 2010-I 67,15 107,31 113,57 2010-II 41,17 57,91 118,79 2010-III Sumber : BI dan BEI (data diolah, 2010)
BMRI 62,33 67,44 68,08 73,95 72,81 71,31 65,14 66,08 67,21 69,23 72,61 73,33 73,92 74,98 74,21 75,20 80,76 83,03 76,94 82,73 79,42 79,77 78,17 80,92 80,86 87,39
BNII 64,88 63,24 64,42 75,88 84,66 79,71 76,08 78,86 79,91 83,32 76,70 77,83 87,49 100,73 104,40 112,40 107,27 99,27 96,93 100,97 95,74 96,72 97,29 97,92 103,27 104,01
BNGA 108,37 112,63 111,96 115,37 117,40 111,85 100,92 104,11 107,33 106,30 101,02 101,93 117,80 116,48 111,21 113,19 117,14 113,25 114,68 118,29 121,18 125,64 125,09 122,17 113,26 118,14
BNLI 59,97 64,21 70,51 90,47 100,78 104,77 98,11 94,13 90,79 96,67 108,45 111,84 115,28 110,18 118,11 125,77 122,64 113,93 104,40 103,98 107,18 110,09 118,53 106,83 114,22 109,31
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
BBNI 72,20 73,88 76,91 80,08 83,38 79,30 73,42 69,39 72,59 68,34 66,61 63,29 77,06 79,83 85,82 70,48 93,62 98,69 92,50 90,96 93,08 97,75 82,60 87,28 97,14 91,95
58
Keterangan:
BBCA BBRI BDMN BMRI
: Bank Central Asia : Bank Rakyat Indonesia : Bank Danamon : Bank Mandiri
BNII BNGA BNLI BBNI
: Bank Internasional Indonesia : Bank Niaga : Bank Permata : Bank Negara Indonesia
Dari tabel 4.5 diatas dapat diketahui nilai tertinggi dari nilai LDR pada tahun 2004 perusahaan yang memiliki nilai LDR tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 112, 63 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 35,10 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2004 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 75,64. Pada tahun 2005 perusahaan yang memiliki nilai LDR tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 117,40 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 42,05 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2005 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 81,55. Pada tahun 2006 perusahaan yang memiliki nilai LDR tertinggi yaitu terdapat pada PT. Bank Permata Tbk dengan nilai sebesar 108,45 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 49,69 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2006 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 81,85. Pada tahun 2007 perusahaan yang memiliki nilai LDR tertinggi yaitu terdapat pada PT. Bank Permata Tbk dengan nilai sebesar 118,11 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 47,50 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2007 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 92,42. Pada tahun 2008 perusahaan yang memiliki nilai LDR tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Permata Tbk dengan nilai sebesar 125,77 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 60,94 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2008 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 94,10.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
59
Pada tahun 2009 perusahaan yang memiliki nilai LDR tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 125,64 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 61,73 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2009 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 95,79. Pada tahun 2010 perusahaan yang memiliki nilai LDR tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 122,17 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 41,17 dan nilai rata-rata pada triwulan III tahun 2010 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 93,04.
5. Indeks Harga Saham Individu (IHSI) Nilai harga saham dihasilkan pada akhir triwulan II tahun 2004 sampai akhir triwulan III tahun 2010, data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
60
Tabel 4.6 Indeks Harga Saham Individu (IHSI) Pada Tahun 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III Tahun BBCA BBRI BDMN 67,00 191,43 203,33 2004-II 71,43 234,29 268,10 2004-III 106,29 328,57 314,95 2004-IV 121,43 325,71 341,90 2005-I 128,57 331,43 363,52 2005-II 123,21 308,57 289,71 2005-III 121,43 345,71 341,90 2005-IV 149,14 445,71 345,52 2006-I 146,43 468,57 286,10 2006-II 172,36 560,00 381,52 2006-III 185,71 588,57 485,90 2006-IV 182,14 577,14 471,43 2007-I 194,64 657,14 496,67 2007-II 219,64 754,29 608,19 2007-III 260,71 845,71 575,81 2007-IV 232,14 720,00 496,67 2008-I 176,79 582,86 338,29 2008-II 225,00 617,14 352,67 2008-III 232,14 522,86 223,14 2008-IV 221,43 480,00 224,95 2009-I 251,79 720,00 459,52 2009-II 330,36 857,14 471,43 2009-III 346,43 874,29 433,33 2009-IV 392,86 942,86 495,24 2010-I 425,00 531,43 514,29 2010-II 478,57 571,43 552,38 2010-III Sumber : BI dan BEI (data diolah, 2010)
BMRI 174,07 214,81 285,19 253,33 222,22 214,81 242,96 250,37 254,81 344,44 429,63 370,37 462,96 522,22 518,52 466,67 385,19 392,59 300,00 322,22 470,37 696,30 696,30 792,59 888,89 1066,67
BNII 128,18 140,91 162,73 176,36 154,55 140,91 136,36 140,91 162,73 171,82 211,82 170,00 158,18 207,27 250,91 410,00 410,00 273,64 326,36 281,82 334,55 348,18 290,91 286,36 259,09 295,45
BNGA 40,00 44,00 61,33 66,00 58,00 51,33 54,00 62,67 73,33 98,67 122,67 98,67 109,33 116,00 120,00 100,00 128,00 96,00 66,00 62,67 82,67 93,33 94,67 116,53 140,13 170,27
BNLI 157,31 153,41 118,02 121,10 114,94 92,86 113,31 113,31 105,52 121,10 136,85 141,72 149,51 146,43 140,10 143,18 135,39 132,14 77,11 68,51 94,48 149,51 125,97 195,13 187,34 297,40
Keterangan:
BBCA BBRI BDMN BMRI
: Bank Central Asia BNII BNGA : Bank Rakyat Indonesia : Bank Danamon BNLI : Bank Mandiri BBNI Dari tabel 4.6 diatas dapat diketahui nilai
: Bank Internasional Indonesia : Bank Niaga : Bank Permata : Bank Negara Indonesia tertinggi dari nilai IHSI pada
tahun 2004 perusahaan yang memiliki nilai IHSI tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 328,57 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 40,00 dan nilai Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
BBNI 119,88 144,94 186,82 191,88 188,47 174,00 142,71 142,71 126,00 264,82 208,59 196,24 276,00 223,06 219,76 155,06 134,94 108,24 75,88 80,35 191,88 236,94 220,82 253,76 262,12 409,88
61
nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2004 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 195,49. Pada tahun 2005 perusahaan yang memiliki nilai IHSI tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Danamon Tbk dengan nilai sebesar 363,52 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 51,33 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2005 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 187,30. Pada tahun 2006 perusahaan yang memiliki nilai IHSI tertinggi yaitu terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 588,57 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 62,67 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2006 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 296,22. Pada tahun 2007 perusahaan yang memiliki nilai IHSI tertinggi yaitu terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 845,71 dan nilai terendah terdapat pada PT. Niaga Tbk dengan nilai sebesar 98,67 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2007 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 366,44. Pada tahun 2008 perusahaan yang memiliki nilai IHSI tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 720 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 66 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2008 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 227,94. Pada tahun 2009 perusahaan yang memiliki nilai IHSI tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 874,29 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 62,67 dan nilai rata-rata pada triwulan IV tahun 2009 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 385,34. Pada tahun 2010 perusahaan yang memiliki IHSI tertinggi yaitu masih terdapat pada PT. Bank Mandiri Tbk dengan nilai sebesar 1.066,67 dan nilai terendah terdapat pada PT. Bank Niaga Tbk dengan nilai sebesar 116,53 dan nilai rata-rata pada triwulan III tahun 2010 dari delapan perbankan tersebut adalah sebesar 480,26. Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
62
4.2. Analisis Statistik Deskriptif Dalam analsis statistik deskriptif dalam penelitian pada sub bab ini, peneliti akan menjabarkan hasil perhitungan nilai rata-rata (mean), standar deviasi (simpangan baku), nilai minimum, dan nilai maksimum EPS, ROE, BOPO, LDR, dan Indeks Harga Saham Individu (IHSI). Nilai minimum merupakan nilai terendah dari variabel, sedangkan nilai maksimum merupakan nilai tertinggi dari setiap variabel yang diteliti. Nilai mean merupakan nilai rata-rata dari setiap variabel yang diteliti. Standar deviasi merupakan sebaran data yang digunakan dalam penelitian yang mencerminkan data itu heterogen atau homogen yang sifatnya fluktuatif. Nilai rata-rata (mean), standar deviasi (simpangan baku), nilai minimum, dan nilai maksimum dari nilai aktiva bersih rata-rata pendapatan bersih, EPS, ROE, BOPO, LDR, dan Indeks Harga Saham Individu (IHSI) dihitung berdasarkan periode 2004 Triwulan II – 2010 Triwulan III dengan delapan Perbankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor EPS, ROE, BOPO, LDR, dan Indeks Harga Saham Individu (IHSI).
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
63
Tabel 4.7 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Bebas dan Terikat (per Bank) Bank
BBCA
BBRI
BDMN
BMRI
BNII
BNGA
BNLI
BBNI
Keterangan Maximum Minimum Mean Std. Deviation Maximum Minimum Mean Std. Deviation Maximum Minimum Mean Std. Deviation Maximum Minimum Mean Std. Deviation Maximum Minimum Mean Std. Deviation Maximum Minimum Mean Std. Deviation Maximum Minimum Mean Std. Deviation Maximum Minimum Mean Std. Deviation
ROE 24,38911 5,395246 14,77738
EPS 364,8528 46,68524 181,4121
BOPO 288,8618 15,34323 205,8420
LDR 72,07720 35,10468 54,45952
IHSI 478,5714 67,00000 213,9478
6,417712
88,91458
55,28290
10,66011
106,2750
29,18187 0,001373 16,86256
539,8961 0,035021 252,5015
1048,677 294,0082 522,3192
107,3114 57,91122 94,50973
942,8571 191,4286 553,1868
7,865623
140,6731
183,1770
9,567155
205,8414
30,79280 2,797415 12,36506
491,0516 50,92512 229,3253
292,4766 111,9586 189,9169
118,7889 72,75160 93,36334
608,1905 203,3333 397,5568
7,036654
121,6830
45,14625
10,46320
114,5742
21,14414 2,055831 9,550788
320,6659 25,13813 135,1817
246,3128 115,2405 189,6589
92,04769 62,32604 74,71079
1066,667 174,0741 432,2507
5,997419
90,91192
35,33422
6,745751
228,3588
19,31194 -1,415344 7,135502
26,38867 -1,330283 7,830029
326,0432 146,94 233,2407
112,3988 63,23665 88,84142
410,0000 128,1818 231,9231
5,219291
6,116686
48,82443
14,19700
87,06047
26,84887 -0,956656 10,28770
79,18598 -2,052780 39,76040
555,3809 98,31184 316,9547
125,6448 100,9151 113,3351
170,2667 40,00000 89,47179
5,646620
19,80759
91,88934
6,882745
32,65794
26,60153 2,410359 9,171277
101,1676 9,549761 42,12792
489,0468 156,8813 317,4386
125,7702 59,97036 102,7370
297,4026 68,50649 135,8329
5,516671
23,37814
88,43353
16,63936
44,00383
18,51009 1,024268 9,072026
193,4151 10,03408 94,47924
354,3142 49,44863 222,7778
102,9342 63,29399 81,88962
409,8824 75,88235 189,8371
4,640128
49,48508
62,21466
11,21072
71,52642
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2010
Tabel 4.7 menunjukan hasil minimum, maximum, mean, dan standat deviation pada delapan bank yang dihitung dari data variabel bebas dan terikat yang dikumpulkan selama masa penelitian tahun 2004 triwulan II sampai 2010 triwulan III. Pada variabel ROE nilai rata-rata yang diperoleh dari delapan bank Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
64
antara lain, Bank Central Asia sebesar 14,777, Bank Rakyat Indonesia sebesar 16,863, Bank Danamon sebesar 12,365, Bank Mandiri sebesar 9,551, Bank Internasional Indonesia sebesar 7,134, Bank Niaga 10,288, Bank Permata sebesar 9,171, dan Bank Negara Indonesia memperoleh nilai rata-rata sebesar 9,072. Sementara itu, perolehan nilai rata-rata pada variabel EPS dari delapan bank antara lain, Bank Central Asia sebesar 181,412, Bank Rakyat Indonesia sebesar 252,502, Bank Danamon sebesar 229,325, Bank Mandiri sebesar 135,182, Bank Internasional Indonesia sebesar 7,830, Bank Niaga 39,760, Bank Permata sebesar 42,128, dan Bank Negara Indonesia memperoleh nilai rata-rata sebesar 94,479. Kemudian, perolehan nilai rata-rata pada variabel BOPO dari delapan bank antara lain, Bank Central Asia sebesar 205,842, Bank Rakyat Indonesia sebesar 522,319, Bank Danamon sebesar 189,917, Bank Mandiri sebesar 189,659, Bank Internasional Indonesia sebesar 233,241, Bank Niaga 316,955, Bank Permata sebesar 317,439, dan Bank Negara Indonesia memperoleh nilai rata-rata sebesar 222,778. Selanjutnya, perolehan nilai rata-rata pada variabel LDR dari delapan bank antara lain, Bank Central Asia sebesar 54,460, Bank Rakyat Indonesia sebesar 94,510, Bank Danamon sebesar 93,363, Bank Mandiri sebesar 74,711, Bank Internasional Indonesia sebesar 88,841, Bank Niaga 113,335, Bank Permata sebesar 102,737, dan Bank Negara Indonesia memperoleh nilai rata-rata sebesar 81,890. Kemudian, perolehan nilai rata-rata pada variabel IHSI dari delapan bank antara lain, Bank Central Asia sebesar 213,948, Bank Rakyat Indonesia sebesar 553,187, Bank Danamon sebesar 397,557, Bank Mandiri sebesar 432,251, Bank Internasional Indonesia sebesar 231,923, Bank Niaga 89,472, Bank Permata sebesar 135,833, dan Bank Negara Indonesia memperoleh nilai rata-rata sebesar 189,837.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
65
Tabel 4.8 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Bebas dan Terikat Delapan Bank Keterangan Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROE -1,415 30,793 11,15279
EPS -2,053 539,896 122,8273
LDR 35,105 125,77 87,98082
BOPO 15,343 1048,677 274,7686
IHSI 40 1066,67 280,5009
6,752556
118,2304
20,18100
136,5814
198,2706
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2010
Tabel di atas menunjukan hasil minimum, maximum, mean, yang dihitung dari data variabel bebas dan terikat yang dikumpulkan selama masa penelitian tahun 2004 triwulan II sampai 2010 triwulan III. Pada variabel ROE diperoleh nilai rata-rata sebesar 11,153, sedangkan pada variabel EPS diperoleh nilai ratarata yang lebih tinggi yaitu sebesar 122,827. Kemudian pada variabel LDR diperoleh nilai rata-rata sebesar 87,980 dan pada variabel BOPO sebesar 274,768, sedangkan variabel IHSI memperoleh nilai rata-rata sebesar 280,5.
4.3. Analisis Asumsi Klasik 4.3.1. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas menunjukkan bahwa antar variabel independennnya mempunyai hubungan langsung (berkorelasi). Cara mendeteksi apakah ada atau tidaknya gangguan multikolinearitas ini adalah dengan melihat besaran Variance Inflatation Factor (VIF) dan toleransi pedoman dari suatu model regresi yang bebas dari gangguan multikolinearitas adalah sebagai berikut: -
Jika mempunyai nilai VIF < 10 atau Tolerance > 0,10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas
-
Jika mempunyai nilai VIF > 10 atau Tolerance < 0,10, maka terdapat gejala multikolinearitas Dari hasil pengolahan data statistik diperoleh tabel hasil pengujian
multikolinearitas sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
66
Tabel 4.9 Pengujian Multikolinearitas Parsial per Bank Nama Bank BBCA BBRI BDMN BMRI BNII BNGA BNLI BBNI
ROE TOL VIF 0,143 6,969 0,356 2,806 0,022 46,262 0,033 29,988 0,204 4,910 0,225 4,450 0,130 7,680 0,079 12,604
EPS TOL 0,142 0,352 0,023 0,030 0,324 0,231 0,188 0,082
VIF 7,022 2,843 43,959 33,831 3,090 4,321 5,315 12,206
BOPO TOL VIF 0,929 1,077 0,836 1,196 0,591 1,691 0,736 1,358 0,484 2,065 0,898 1,114 0,615 1,625 0,854 1,171
LDR TOL VIF 0,809 1,236 0,920 1,087 0,516 1,937 0,380 2,632 0,458 2,186 0,822 1,216 0,324 3,091 0,608 1,646
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2010
1. Bank Central Asia (BBCA) Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai VIF < 10 (atau Tolerance > 0,10), hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi terhindar dari masalah multikolinearitas. 2. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai VIF < 10 (atau Tolerance > 0,10), hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi terhindar dari masalah multikolinearitas. 3. Bank Danamon (BDMN) Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa pada variabel ROE dan EPS mengalami masalah multikolinearitas, dimana nilai VIF yang diperoleh > 10 (atau Tolerance < 0,10), sedangkan BOPO dan LDR terbebas dari masalah multikolinearitas, dengan perolehan nilai VIf < 10 (atau Tolerance > 0,10). 4. Bank Mandiri (BMRI) Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa pada variabel ROE dan EPS mengalami masalah multikolinearitas, dimana nilai VIF yang diperoleh > 10 (atau Tolerance < 0,10), sedangkan BOPO dan LDR terbebas dari masalah multikolinearitas, dengan perolehan nilai VIf < 10 (atau Tolerance > 0,10).
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
67
5. Bank Internasional Indonesia (BNII) Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai VIF < 10 (atau Tolerance > 0,10), hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi terhindar dari masalah multikolinearitas. 6. Bank Niaga (BNGA) Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai VIF < 10 (atau Tolerance > 0,10), hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi terhindar dari masalah multikolinearitas. 7. Bank Permata (BNLI) Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai VIF < 10 (atau Tolerance > 0,10), hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi terhindar dari masalah multikolinearitas. 8. Bank Negara Indonesia (BBNI) Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa pada variabel ROE dan EPS mengalami masalah multikolinearitas, dimana nilai VIF yang diperoleh > 10 (atau Tolerance < 0,10), sedangkan BOPO dan LDR terbabas dari masalah multikolinearitas, dengan perolehan nilai VIf < 10 (atau Tolerance > 0,10).
Tabel 4.10 Pengujian Multikolinearitas Delapan Bank Variabel Independen ROE EPS BOPO LDR
TOL 0,404 0,417 0,857 0,852
VIF 2,475 2,398 1,167 1,173
Kesimpulan Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2010 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai VIF < 10 (atau Tolerance > 0,10), hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi terhindar dari masalah multikolinearitas.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
68
4.3.2. Uji Autokorelasi Hasil analisa persamaan melalui regresi Ordinary Least Squere, menghasilkan sebuah model yang perlu dilakukan uji autokorelasi (serial correlation) dan heterokedastisitas untuk mengetahui hasil estimasi bersifat BLUE (best linear unbiased estimates). Uji autokorelasi dapat mengunakan dua cara, yaitu: uji Durbin Watson dan uji Breusch-Godfrey. Dalam penelitian ini dilakukan
pengujian
dengan
menggunakan
uji
Breusch-Godfrey
untuk
mengetahui keberadaan autokorelasi pada model. Dari hasil estimasi regresi antara seluruh variabel bebas dengan volume menghasilkan nilai uji autokorelasi seperti yang tertera pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Autokorelasi Parsial per Bank Nama Bank BBCA BBRI BDMN BMRI BNII BNGA BNLI BBNI
Prob. 0.0042 0.0098 0.0391 0.0439 0.0774 0.0504 0.0377 0.9387
Kesimpulan Terjadi Autokorelasi Terjadi Autokorelasi Terjadi Autokorelasi Terjadi Autokorelasi Tidak Terjadi Autokorelasi Tidak Terjadi Autokorelasi Terjadi Autokorelasi Tidak Terjadi Autokorelasi
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2010 Hasil uji formal pada data per bank seluruh tahun dan triwulan ini menunjukkan bahwa data pada BBCA, BBRI, BDMN, BMRI dan BNLI mengalami autokorelasi. Hal ini ditunjukkan dari nilai probability lebih kecil dari 0,05. Sementara itu, BNII dan BBNI dapat dikatakan terbebas dari masalah autokorelasi, dimana hal tersebut dikarenakan nilai probability lebih besar dari 0,05.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
69
Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi Delapan Bank Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
109.4758 108.4457
Prob. F(2,201) Prob. Chi-Square(2)
0.0000 0.0000
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2010 Hasil uji formal pada data seluruh tahun dan triwulan ini menunjukkan bahwa model mengalami autokorelasi. Hal ini ditunjukkan dari nilai probability lebih kecil dari 0,05.
4.3.3. Uji Heterokedastisitas Langkah selanjutnya adalah melakukan uji heterokedastisitas. Salah satu uji yang dapat digunakan adalah dengan menggunkan uji White. Dari hasil pengujian tersebut akan diambil keputusan, bila angka signifikansi > 0,05 pada taraf kepercayaan 95%, maka tidak heteroskedatisitas terjadi. Dari hasil estimasi regresi antara seluruh variabel bebas dengan volume menghasilkan nilai uji Heteroskedastis seperti yang tertera pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Parsial per Bank Nama Bank BBCA BBRI BDMN BMRI BNII BNGA BNLI BBNI
Prob. 0.0335 0.3832 0.1848 0.5701 0.4330 0.8985 0.2480 0.1911
Kesimpulan Terjadi Heteroskedastisitas Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2010 Hasil uji formal pada data per bank seluruh tahun dan triwulan ini menunjukkan bahwa data pada BBCA mengalami heterokedastisitas. Hal ini ditunjukkan dari nilai probability lebih kecil dari 0,05. Sementara itu, BBRI, BDMN, BMRI, BNII, BNGA, BNLI, dan BBNI dapat dikatakan tidak mengalami masalah heteroskedastisitas, dimana nilai probability yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
70
Hasil pengujian asumsi klasik pada model yang megikutsertakan semua bank, terdapat heteroskedatisitas dan autokorelasi, untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti telah melakukan transform data ke dalam bentuk logaritma natural sebagai solusi dari heteroskedatisitas dan autokorelasi, namun hasil yang diperoleh masih terdapat heteroskedatisitas dan autokorelasi dan hasilnya pun tidak lebih baik dari hasil model awal. Tabel 4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas Delapan Bank Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
2.286798 29.59426 50.94581
Prob. F(14,193) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.0065 0.0087 0.0000
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2010 Hasil uji formal pada data seluruh tahun dan triwulan ini menunjukkan bahwa model mengalami heterokedastisitas. Hal ini ditunjukkan dari nilai probability Obs*R-squared lebih kecil dari 0,05.
4.4. Analisis Hasil Regresi Berganda Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan metode least squares (LS) untuk melihat hubungan diantara variabel dependen Indeks Harga Saham Individu (IHSI) secara partial pada delapan bank yang menjadi obyek penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut pada tabel 4.15.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
71
Tabel 4.15 Hasil Pengujian Regresi Parsial per Bank Nama Bank BBCA BBRI BDMN BMRI BNII BNGA BNLI BBNI
C 129.8408 (0.3500) -81.42879 (0.7984) 426.6070 (0.1536) -72.13846 (0.8707) -245.3860 (0.0283) 114.0392 (0.2163) 210.1053 (0.0393) 368.3580 (0.0011)
ROE -5.598105 (0.4361) -26.25858 * (0.0003) -43.59147 ** (0.0251) -83.05500 * (0.0008) 3.986597 (0.3537) -8.530524 * (0.0001) -5.283724 (0.1648) -27.15082 * (0.0011)
EPS 0.535404 (0.3065) 1.778698 * (0.0000) 2.383859 ** (0.0293) 6.414819 * (0.0003) -4.453688 (0.1325) 2.514876 * (0.0000) 1.996036 ** (0.0115) 3.151395 * (0.0001)
BOPO -0.820698 ** (0.0186) 0.112672 (0.5176) -0.994550 ** (0.0790) 0.046487 (0.9523) -0.048661 (0.8690) -0.022956 (0.6635) -0.067108 (0.5309) -0.271550 (0.1125)
LDR 4.381927 ** (0.0231) 6.025073 ** (0.0675) 1.629801 (0.5195) 5.643726 (0.3247) 5.572682 * (0.0000) -0.260504 (0.7232) -0.862397 (0.2766) -2.069298 (0.0687)
Nilai-Fstat 4.358180 ** (0.010106) 7.635439* (0.000581) 4.135791** (0.012618) 18.83451* (0.000001) 14.07511* (0.000010) 7.746875* (0.000534) 3.816080** (0.017488) 9.148761* (0.000192)
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2010 Ket: : signifikan pada alpha 1% * ** : signifikan pada alpha 5% *** : signifikan pada alpha 10% 1. Hasil Regresi Bank Central Asia (BBCA) Dari hasil tabel 4.15, juga dapat dibuat persamaan matematis sebagai berikut. IHSI = 129.84 – 5.60 ROE + 0.54 EPS – 0.82 BOPO + 4.38 LDR + e 1. Koefisien beta sebesar = - (5,60) berarti peningkatan pada ROE sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 5,60. (ceteris paribus). Variabel ROE mempunyai hubungan negatif namun tidak signifikan terhadap IHSI 2. Koefisien beta sebesar = 0,54 berarti peningkatan pada EPS sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 0,54. (ceteris paribus). Variabel EPS mempunyai hubungan positif namun tidak signifikan terhadap IHSI. 3. Koefisien beta sebesar = - (0,82) berarti peningkatan pada BOPO sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 0,82. (ceteris paribus). Variabel BOPO mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada alpha 5%.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
72
4. Koefisien beta sebesar = 4,38 berarti peningkatan pada LDR sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 4,38. (ceteris paribus). Variabel LDR mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada alpha 5%. 5. Dengan melihat nilai probabilitas F yaitu 0,010106 berarti bahwa model ini signifikan pada alpha 5%.
2. Hasil Regresi Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Dari hasil tabel 4.15, juga dapat dibuat persamaan matematis sebagai berikut. IHSI = – 81.43 – 26.26 ROE + 1.78 EPS + 0.11 BOPO + 6.02 LDR + e 1. Koefisien beta sebesar = - (26,26) berarti peningkatan pada ROE sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 26,26. (ceteris paribus). Variabel ROE Mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada alpha 1% terhadap IHSI. 2. Koefisien beta sebesar = 1,78 berarti peningkatan pada EPS sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 1,78. (ceteris paribus). Variabel EPS mempunyai hubungan positif dan signifikan pada alpha 1% terhadap IHSI. 3. Koefisien beta sebesar = 0,11 berarti peningkatan pada BOPO sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 0,11. (ceteris paribus). Variabel BOPO mempunyai hubungan positif namun tidak signifikan terhadap IHSI. 4. Koefisien beta sebesar = 6,02 berarti peningkatan pada LDR sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 6,02. (ceteris paribus). Variabel BOPO mempunyai hubungan positif dan signifikan pada alpha 10% terhadap IHSI. 5. Dengan melihat nilai probabilitas F yaitu 0,000581 berarti bahwa model ini signifikan pada alpha 1%.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
73
3. Hasil Regresi Bank Danamon (BDMN) Dari hasil tabel 4.15, juga dapat dibuat persamaan matematis sebagai berikut. IHSI = 426.61 – 43.59 ROE + 2.38 EPS – 0.99 BOPO + 1.63 LDR + e 1. Koefisien beta sebesar = - (43,59) berarti peningkatan pada ROE sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 43,59. (ceteris paribus). Variabel ROE mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada alpha 5% terhadap IHSI 2. Koefisien beta sebesar = 2,38 berarti peningkatan pada EPS sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 2,38. (ceteris paribus). Variabel EPS mempunyai hubungan positif dan signifikan pada alpha 5% terhadap IHSI. 3. Koefisien beta sebesar = - (0,99) berarti peningkatan pada BOPO sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 0,99. (ceteris paribus). Variabel BOPO mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada alpha 10% terhadap IHSI 4. Koefisien beta sebesar = 1,63 berarti peningkatan pada LDR sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 1,63. (ceteris paribus). Variabel LDR mempunyai hubungan positif namun tidak signifikan terhadap IHSI. 5. Dengan melihat nilai probabilitas F yaitu 0,012618 berarti bahwa model ini signifikan pada alpha 5%.
4. Hasil Regresi Bank Mandiri (BMRI) Dari hasil tabel 4.15, juga dapat dibuat persamaan matematis sebagai berikut. IHSI = – 72.14 – 83.06 ROE + 6.41 EPS + 0.05 BOPO + 5.64 LDR + e
1. Koefisien beta sebesar = - (83,06) berarti peningkatan pada ROE sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 83,06. (ceteris paribus). Variabel ROE mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada alpha 1% terhadap IHSI. Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
74
2. Koefisien beta sebesar = 6,41 berarti peningkatan pada EPS sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 6,41. (ceteris paribus). Variabel EPS mempunyai hubungan positif dan signifikan pada alpha 1% terhadap IHSI. 3. Koefisien beta sebesar = 0,05 berarti peningkatan pada BOPO sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 0,05. (ceteris paribus). Variabel BOPO mempunyai hubungan positif namun tidak signifikan terhadap IHSI. 4. Koefisien beta sebesar = 5,64 berarti peningkatan pada LDR sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 5,64. (ceteris paribus). Variabel LDR mempunyai hubungan positif namun tidak signifikan terhadap IHSI. 5. Dengan melihat nilai probabilitas F yaitu 0,000001 berarti bahwa model ini signifikan pada alpha 1%.
5. Hasil Regresi Bank Internasional Indonesia (BNII) Dari hasil tabel 4.15, juga dapat dibuat persamaan matematis sebagai berikut. IHSI = – 245.39 + 3.99 ROE – 4.45 EPS – 0.05 BOPO + 5.57 LDR + e 1. Koefisien beta sebesar = 3,99 berarti peningkatan pada ROE sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 3,99. (ceteris paribus). Variabel ROE mempunyai hubungan positif namun tidak signifikan terhadap IHSI. 2. Koefisien beta sebesar = - (4,45) berarti peningkatan pada EPS sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 4,45. (ceteris paribus). Variabel EPS mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap IHSI. 3. Koefisien beta sebesar = - (0,05) berarti peningkatan pada BOPO sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 0,05. (ceteris paribus). Variabel BOPO mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap IHSI.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
75
4. Koefisien beta sebesar = 5,57 berarti peningkatan pada LDR sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 5,57. (ceteris paribus). Variabel LDR mempunyai hubungan positif dan signifikan pada alpha 1% terhdap IHSI. 5. Dengan melihat nilai probabilitas F yaitu 0,000010 berarti bahwa model ini signifikan pada alpha 1%.
6. Hasil Regresi Bank Niaga (BNGA) Dari hasil tabel 4.15, juga dapat dibuat persamaan matematis sebagai berikut. IHSI = 114.04 – 8.53 ROE + 2.51 EPS – 0.023 BOPO – 0.26 LDR + e 1. Koefisien beta sebesar = - (8,53) berarti peningkatan pada ROE sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 8,53. (ceteris paribus). Variabel ROE mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada alpha 1% terhadap IHSI 2. Koefisien beta sebesar = 2,51 berarti peningkatan pada EPS sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 2,51. (ceteris paribus). Variabel EPS mempunyai hubungan positif dan signifikan pada alpha 1% terhadap IHSI. 3. Koefisien beta sebesar = - (0,023) berarti peningkatan pada BOPO sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 0,23. (ceteris paribus). Variabel BOPO mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap IHSI 4. Koefisien beta sebesar = - (0,26) berarti peningkatan pada LDR sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 0,26. (ceteris paribus). Variabel LDR mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap IHSI. 5.
Dengan melihat nilai probabilitas F yaitu 0,000534 berarti bahwa model ini signifikan pada alpha 1%.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
76
7. Hasil Regresi Bank Permata (BNLI) Dari hasil tabel 4.15, juga dapat dibuat persamaan matematis sebagai berikut. IHSI = 210.10 – 5.28 ROE + 2.00 EPS – 0.07 BOPO – 0.86 LDR + e 1. Koefisien beta sebesar = - (5,28) berarti peningkatan pada ROE sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 5,28. (ceteris paribus). Variabel ROE mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap IHSI. 2. Koefisien beta sebesar = 2,00 berarti peningkatan pada EPS sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 2,00. (ceteris paribus).riabel EPS mempunyai hubungan positif dan signifikan pada alpha 5% terhadap IHSI. 3. Koefisien beta sebesar = - (0,07) berarti peningkatan pada BOPO sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 0,07. (ceteris paribus). Variabel BOPO mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap IHSI. 4. Koefisien beta sebesar = - (0,86) berarti peningkatan pada LDR sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 0,86. (ceteris paribus). Variabel LDR mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap IHSI. 5. Dengan melihat nilai probabilitas F yaitu 0,017488 berarti bahwa model ini signifikan pada alpha 5%.
8. Hasil Regresi Bank Negara Indonesia (BBNI) Dari hasil tabel 4.15, juga dapat dibuat persamaan matematis sebagai berikut. IHSI = 368.36 – 27.15 ROE + 3.15 EPS – 0.27 BOPO – 2.07 LDR + e 1. Koefisien beta sebesar = - (27,15) berarti peningkatan pada ROE sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 27,15. (ceteris paribus). Variabel ROE mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada alpha 1% terhadap IHSI.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
77
2. Koefisien beta sebesar = 3,15 berarti peningkatan pada EPS sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan peningkatan pada IHSI sebesar 3,15. (ceteris paribus). Variabel EPS mempunyai hubungan positif dan signifikan pada alpha 1% terhadap IHSI. 3. Koefisien beta sebesar = - (0,27) berarti peningkatan pada BOPO sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 0,27. (ceteris paribus). Variabel BOPO memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap IHSI. 4. Koefisien beta sebesar = - (2,07) berarti peningkatan pada LDR sebesar 1 satu satuan akan menyebabkan penurunan pada IHSI sebesar 2,07. (ceteris paribus). Variabel LDR mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada alpha 10% terhadap IHSI. 5. Dengan melihat nilai probabilitas F yaitu 0,000192 berarti bahwa model ini signifikan pada alpha 1%. Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan metode least squares (LS) untuk melihat hubungan diantara variabel dependen Indeks Harga Saham Individu (IHSI) secara gabungan delapan bank (IHSG8) dengan variabel independen ROE, EPS, BOPO, dan LDR dapat dibuat kesimpulan atas hasil analisa regresi persamaan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.16. Tabel 4.16 Hasil Regresi Delapan Bank Dependent Variable: IHSG8 Method: Least Squares Date: 03/09/11 Time: 20:33 Sample: 1 208 Included observations: 208 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS BOPO LDR
155.1611 -17.40456 1.690710 0.219369 0.585446
52.32801 2.379695 0.133560 0.080048 0.543876
2.965164 -7.313778 12.65885 2.740481 1.076434
0.0034 0.0000 0.0000 0.0067 0.2830
0.469713 0.459264 145.7978 4315171. -1328.911 44.95285 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
280.5009 198.2706 12.82606 12.90629 12.85850 0.570376
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2010 Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
78
Dari hasil tabel 4.16, dapat dibuat persamaan matematis sebagai berikut. IHSG8 = 155.161 - 17.405ROE + 1.690EPS + 0.219BOPO + 0.585LDR +e
Setelah dilakukan pengujian pada nilai alpha = 5%, maka diperoleh hasil uji regresi terhadap masing-masing variabel diatas dijelaskan sebagai berikut: 1.
Interpretasi Variabel ROE terhadap IHSG8 Pada model terlihat bahwa variabel ROE berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap IHSG8. Artinya Setiap kenaikan satu (1) persen dari ROE akan mengakibatkan penurunan pada nilai IHSG8 sebesar 17, 405%. Dapat disimpulkan bahwa ROE mempunyai hubungan berlawanan arah dengan IHSG8. 2.
Interpretasi variabel EPS terhadap IHSG8 Pada model terlihat bahwa EPS mempunyai hubungan secara positif dan
signifikan terhadap IHSG8. Artinya kenaikan satu satuan pada EPS akan meningkatkan nilai IHSG8 sebesar 1,69. Dapat disimpulkan bahwa EPS mempunyai hubungan searah dengan IHSG8. Hasil serupa juga diperoleh oleh Sasongko dan Wulandari (2006) yang meneliti tentang pengaruh EVA dan rasio-rasio profitabilitas terhadap harga saham, yang mana penelitian tersebut bertujuan untuk menguji pengaruh EVA (Economic Value Added), dan rasio-rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), ROS (Return on Sales), EPS (Earning Per Share), dan BEP (Basic Earning Power) terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta untuk periode 2001-2002. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham, yang mana dapat diartikan bahwa EPS dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. 3.
Interpretasi Variabel BOPO terhadap IHSG8 Pada model terlihat bahwa variabel BOPO mempunyai hubungan secara
positif dan signifikan terhadap IHSG8. Artinya kenaikan satu (1) persen BOPO akan meningkatkan nilai IHSG8 sebesar 0,219%. Dapat disimpulkan bahwa BOPO mempunyai hubungan searah dengan IHSG8.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
79
4.
Interpretasi Variabel LDR terhadap IHSG8 Pada model terihat bahwa variabel LDR mempunyai hubungan secara positif
dan tidak signifikan terhadap IHSG8. Artinya adanya perubahan LDR ini tidak secara signifikan memebrikan pengaruh kepada model. Hasil serupa juga diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Sahabbudin (2004) yang memfokuskan tentang pengaruh faktor keuangan terhadap harga saham di Bursa Efek Jakarta. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji pengaruh faktor keungan (capital, asset, earnings, dan liquidity) secara bersamaan terhadap harga saham pada Bursa Efek Jakarta. Adapun variabel independen dalam penelitian tersebut antara lain Capital Adequacy Ratio (CAR), Aktiva tetap terhadap modal, Kativa produktif yang bermasalah, Net Profil Loan (NPL), PPAP terhadap aktiva produktif, Pemenuhan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Income Margin (NIM), Beban Operasi Pendapatan Operasi (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan variabel dependen adalah harga saham. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa semua variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, termasuk LDR. 5.
Interpretasi model terhadap IHSG8 Secara bersama-sama kontribusi variabel ROE, EPS, BOPO, dan LDR
berpengaruh signifikan terhadap IHSG8 sebesar nilai adjusted R-square yaitu 45,9%. Dapat diartikan pula bahwa sebesar 54,1% ada variabel-variabel diluar model yang dapat berpengaruh kepada ISHG8. Penulis melihat kepada data historical variabel makro antara lain subunga SBI, Inflasi dan Gross Domestic Product. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah terdapat pengaruh rasio ROE, EPS, BOPO, dan LDR pada periode 2004 triwulan II – 2010 triwulan III terhadap indeks harga saham gabungan delapan bank (IHSG8) pada perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dan untuk menganalisis ada atau tidak pengaruh pengaruh rasio ROE, EPS, BOPO, dan LDR tersebut terhadap IHSI dilakukan dengan menggunakan analisis statistik regresi dengan menggunakan program EViews versi 7.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
80
4.5. Hubungan Suku Bunga (SBI), Inflasi, dan Growth Domestict Product (GDP) Terhadap Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8)
4.5.1. Suku Bunga (SBI) terhadap Indeks Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8)
Rata-rata IHSG8
Suku Bunga (SBI) 14
600
12
500
10 400 8 300 6
200 4
100
2
0
0 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2004
2005
2006
2007
SBI
2008
2009
2010
Rata-rata IHSG8
Sumber: www.bi.go.id
Gambar 4.1 Tingkat Suku Bunga (SBI) Terhadap Terhadap Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8) Berdasarkan gambar di atas, data SBI didapatkan pada website BI, www. bi.go.id dengan melihat data BI Rate bulanan kemudian diperoleh nilai rata-rata per triwulan. Pada gambar 4.1. diketahui bahwa nilai rata-rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8) tertinggi pada periode 2004 triwulan II sampai 2010 triwulan III, terjadi pada tahun 2010 triwulan III yaitu sebesar 480,26, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2004 triwulan II yaitu sebesar 135,15. Kemudian nilai rata-rata Suku Bunga (SBI) tiga bulan tertinggi terjadi pada tahun 2005 IV yaitu sebesar 12,75 %, sedangkan nilai rata-rata Suku Bunga (SBI) tiga bulan terendah terjadi pada tahun 2010 triwulan I yaitu sebesar 6,32 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata IHSG8 pada periode
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
81
2004 triwulan II sampai 2010 triwulan III terbilang cukup berfluktiatif terhadap tingkat Suku Bunga (SBI). Dilihat dari gambar di atas, pergerakan tingkat Suku Bunga (SBI) pada periode 2004 triwulan II hingga 2010 triwulan III terbilang berfluktuasi. Peningkatan yang paling signifikan pada SBI periode 2004 triwulan II hingga 2010 triwulan III terjadi pada tahun 2005 triwulan II hingga triwulan IV dengan grafik yang terus beranjak naik hingga puncaknya pada triwulan IV yaitu mencapai 12,75%. Peningkatan SBI tersebut diimbangi dengan peningkatan IHSG8, dimana pada tahun 2005 triwulan IV nilai IHSG8 meningkat dibanding triwulan III yang memperoleh nilai sebesar 187,30. Kemudian peningkatan pada SBI terjadi pula pada tahun 2008 triwulan II hingga triwulan IV dengan grafik yang terus beranjak naik hingga puncaknya pada triwulan IV yaitu mencapai 10,83%. Akan tetapi, peningkatan yang terjadi pada tahun 2008 ini tidak diimbangi dengan peningkatan IHSG8, dimana pada tahun 2008 nilai IHSG8 cenderung menurun. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan atau penurunan SBI yang terjadi pada periode 2004 triwulan II hingga 2010 triwulan III tidak selalu diimbangi dengan peningkatan atau penurunan IHSG8.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
82
4.5.2. Inflasi Terhadap Terhadap Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8) Rata-rata IHSG8
Inflasi 18
600
16 500 14
12
400
10 300 8 6
200
4 100 2 0
0 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2004
2005
2006
2007
Inflasi
2008
2009
2010
Rata-rata IHSG8
Sumber: www.bi.go.id
Gambar 4.2 Inflasi Terhadap Terhadap Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8) Berdasarkan gambar di atas, nilai inflasi diperoleh dari data pada website BI, www.bi.go.id dengan melihat data inflasi bulanan kemudian dibuatkan nilai rata-rata per triwulan. Pada gambar 4.2 diketahui bahwa nilai rata-rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8) tertinggi pada periode 2004 triwulan II sampai 2010 triwulan III terjadi pada tahun 2010 triwulan III yaitu sebesar 480,26, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2004 triwulan II yaitu sebesar 135,15. Kemudian inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2005 IV yaitu sebesar 17,11 %, sedangkan inflasi terendah terjadi pada tahun 2009 IV 2,78 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IHSG8 dan Inflasi pada periode 2004 triwulan II sampai 2010 triwulan II terbilang cukup berfluktuasi. Dilihat dari gambar di atas, pergerakan Inflasi pada periode 2004 triwulan II hingga 2010 triwulan III terbilang berfluktuatif. Terjadinya peningkatan yang paling signifikan pada Inflasi periode 2004 triwulan II hingga 2010 triwulan III adalah pada tahun 2005 triwulan III dengan grafik yang naik tajam dari tahun dan Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
83
triwulan-triwulan sebelumnya hingaa mencapai nilai Inflasi sebesar 17,11%. Peningkatan Inflasi tersebut diimbangi pula dengan peningkatan IHSG8, dimana pada tahun 2005 triwulan IV nilai IHSG8 meningkat dibanding pada triwulan sebelumnya dengan perolehan sebesar 187,30 pada tahun 2005 triwulan IV ini. Kemudian peningkatan pada Inflasi terjadi pula pada tahun 2008 triwulan III yaitu mencapai 12,14%. Akan tetapi, peningkatan tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan IHSG8, dimana pada tahun 2008 nilai IHSG8 cenderung menurun. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan atau penurunan Inflasi yang terjadi pada periode 2004 triwulan II hingga 2010 triwulan III tidak selalu diimbangi dengan peningkatan atau penurunan IHSG8.
4.5.3. Growth Domestict Product (GDP) Terhadap Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8)
Rata-rata IHSG8
Growt Domestic Bruto (GDP) 1800000
600
1600000 500 1400000
1200000
400
1000000 300 800000 600000
200
400000 100 200000 0
0 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2004
2005
2006
2007
GDP
2008
2009
2010
Rata-rata IHSG8
Sumber: www.bi.go.id
Gambar 4.3 Growth Domestict Product (GDP) Terhadap Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8) Berdasarkan gambar di atas, merupakan GDP nominal yang diperoleh dari data pada website BPS, www.bps.go.id dengan melihat data triwulan. Pada Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
84
gambar 4.3 diketahui bahwa nilai rata-rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8) tertinggi pada periode 2004 triwulan II sampai 2010 triwulan III, terjadi pada tahun 2010 triwulan III yaitu sebesar 480,26, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2004 triwulan II yaitu sebesar 135,15. Kemudian Growth Domestict Product (GDP) tertinggi terjadi pada tahun 2010 IV yaitu sebesar 1.656.480, sedangkan GDP terendah terjadi pada tahun 2004 II yaitu sebesar 654.422 rupiah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IHSG8 pada periode 2004 triwulan II sampai 2010 triwulan II terbilang cukup berfluktiatif. Lain halnya dengan IHSG8, tingkat pertumbuhan produk domestik (GDP) pada periode 2004 II hingga 2010 triwulan IV terbilang terus mengalami peningkatan yang stabil dari tahun ketahun. Dilihat dari gambar di atas, peningkatan pertumbuhan produk domestik (GDP) terbilang bergerak cukup stabil hingga tahun 2010 triwulan III. Peningkatan yang paling signifikan pada GDP periode 2004 triwulan II hingga 2010 triwulan III adalah pada tahun 2008 triwulan I hingga triwulan III dengan grafik yang terus beranjak naik higaa puncaknya pada triwulan III yaitu mencapai 1.320.071. Akan tetapi, peningkatan GDP tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan IHSG8, dimana pada tahun 2008 nilai IHSG8 cenderung menurun. Kemudian peningkatan secara garis besar pada GDP terjadi pada tahun 2010 triwulan III yaitu mencapai 1.654.480 yang juga diikuti dengan peningkatan IHSG yaitu sebesar 480,26. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan pertumbuhan produk domestik (GDP) pada periode 2004 triwulan II hingga 2010 triwulan III tidak selalu diimbangi dengan peningkatan IHSG8.
4.6. Pembahasan Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik informasi yang tersedia dipublik maupun informasi pribadi (privat). Salah satu informasi publik yang ada adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu alat bagi investor untuk menilai kinerja sebuah perusahaan sebelum memutuskan untuk membeli saham tersebut di pasar modal.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
85
Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan terhadap kinerja keuangan perbankan, yang diukur dengan rasio return on equity (ROE), earning per share (EPS), beban operasional / pendapatan operasional (BOPO), loan to deposit ratio (LDR) periode 2004-2010, yang mana terbukti dari empat rasio yang diuji secara bersama-sama, rasio ROE, EPS dan rasio BOPO berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan delapan bank. Dapat diartikan bahwa apabila perubahan nilai IHSG8 dominan dipengaruhi oleh perubahan dari nilai ROE. Pada variabel independen BOPO, semakin kecil nilainya semakin efisien bank terbesut dalam menjalankan usahanya. Hasil penelitian pada variabel keempat menunjukkan LDR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap indeks harga saham gabungan perusahaan perbankan yang go public di BEI. Rasio LDR mencerminkan kegiatan usaha atau operasi sehari-hari perbankan. Bagaimana operasinya dibiayai, apakah lebih banyak dari hutang atau modal perusahaan. Investor akan lebih memilih bankbank yang mampu membiayai operasinya dengan modal atau apabila harus dibiayai dengan hutang, maka bank tersebut harus bisa mengembalikannya dengan asset yang dimiliki. Perbankan mulai selektif untuk memberikan kredit kepada debitur agar dapat terhindar dari moral hazard dalam penyaluran kredit yang akan mengakibatkan pada peningkatan pencadangan untuk kredit macet. Temuan ini menggambarkan bahwa investor lebih memperhatikan kinerja rasio ROE, EPS dan BOPO sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan keputusan investasi saham dibandingkan rasio LDR. Hal ini dapat terjadi karena rasio profitabilitas merupakan pengukuran kinerja perusahaan yang bersifat direct, yang menunjukkan bahwa perusahaan dalam posisi stabil atau bertumbuh. Sehingga perusahaan yang memiliki profit tinggi menjadi daya tarik bagi investor terutama bagi investor jangka pendek. Karena prospek pertumbuhan perusahaan juga dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan-perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk setiap aktiva yang dimiliki. Selain itu perusahaan perbankan yang mempunyai reputasi kinerja sehat atau baik dan fluktuasi profitabilitas cenderung meningkat dapat menandakan kondisi pasar yang semakin bergairah. Kondisi ini juga mampu
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
86
memikat para investor untuk menanamkan dananya melalui saham pada perusahaan perrbankan yang go public di BEI. Hal tersebut berbeda dengan investor yang berorientasi jangka panjang, yang mana tingkat profitabilitas tidak menjadi pengukuran mutlak bahwa suatu perusahaan dikatakan sehat, sehingga investor harus mengidentifikasi rasio keuangan lainnya seperti LDR yang mana rasio ini mencerminkan komposisi antara dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank dibandingkan dengan kredit yang dikucurkan. Oleh karena itu, jika penilaian kinerja perusahaan hanya mengandalkan rasio profitabilitas tentu akan memberikan ruang terjadinya resiko karena rasio profitabilitas belum menggambarkan tingkat hutang maupun tingkat asset yang digunakan dalam memperoleh profit tersebut. Selain itu, dari hasil penelitian ini juga dapat diketahui bahwa seorang investor
dalam
melakukan
investasi
cenderung
memperhatikan
atau
mempertimbangkan Earning per Share (EPS) yang dimiliki perusahaan. Hal ini dapat disebabkan karena jika perusahaan memiliki Earning per Share (EPS) yang cendeerung naik maka kemungkinan keuntungan yang didapat investor akan lebih besar daripada resiko kerugian yang mungkin terjadi. Sehingga faktor pendapatan dari perusahaan sangat berpengaruh terhadap kecenderungan investor untuk menanamkan modalnya. EPS merupakan salah satu rasio yang merupakan rasio pasar yangmerupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham untuk lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan, sehingga besarnya EPS dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada para pemegang saham. Pada hasil pengujian regresi parsial per bank terlihat bahwa secara umum dari delapan bank tersebut, nilai koefisien pada ROE dan BOPO bertanda negatif. ROE merupakan hasil pembagian laba setelah pajak terhadap total ekuitas. Sedangkan BOPO merupakan hasil pembagian biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Tanda negatif pada koefisien ini dapat disebabkan oleh adanya kurang efisiensi dari pengelolaan dana untuk menjalankan operasional pada perbankan. Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah melakukan kajian dan analisa, maka dibawah ini akan dikemukakan kesimpulan dan saran sebagai bagian penutup pada penelitian ini.
5.1. Kesimpulan Pada hasil pengujian regresi parsial per bank, secara umum dapat dijelaskan bahawa variabel BOPO dan ROE bernilai negatif. BOPO merupakan hubungan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. ROE bernilai negatif didapatkan setelah data-data tersebut di regresikan. Dari hasil temuan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada hasil regresi gabungan pada delapan bank, disimpulkan bahwa: 1. Return On Equity (ROE) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8). Artinya, jika ROE meningkat maka IHSG8 akan mengalami penurunan. 2. Earning per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8). Artinya, jika EPS meningkat maka IHSG8 juga akan mengalami peningkatan. 3. Beban Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8). Artinya, jika BOPO meningkat maka IHSI juga akan mengalami peningkatan. 4. Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8). Artinya, jika LDR meningkat maka IHSI juga akan mengalami peningkatan. 5. Secara simultan, rasio Return On Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8). 6. Kenaikan tingkat Suku Bunga (SBI) tidak selalu diimbangi dengan penurunan Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8).
87 Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
Universitas Indonesia
88
7. Peningkatan Inflasi yang terjadi tidak selalu diimbangi dengan penurunan Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8). 8. Terbukti bahwa peningkatan yang terjadi pada Growth Domestic Bruto (GDP) juga mempengaruhi Nilai Rata-Rata Indeks Harga Saham Gabungan Delapan Bank (IHSG8). 5.2. Saran Merujuk hasil regresi seluruh bank didapatkan hasil dimana nilai adjusted R-squared nya sebesar 45, 9 persen artinya secara bersama-sama seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 45, 9 persen. Sisanya, sebesar 54,1 persen dipengaruhi oleh faktor diluar model. Peneliti mencoba melihat data-data histori makro yang dapat mempengaruhi fundamental perekonomian suatu bank, antara lain variabel suku bunga acuan yaitu nilai ratarata SBI bulanan, nilai rata-rata inflasi bulanan dan gross domestik product (GDP). Didapatkan hasil bahwa untuk kenaikan GDP diikuti oleh kenaikan nilai rata-rata IHSG8, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat bertambah seiring dengan adanya pertumbuhan sektor perbankan melalui pemberian kredit pada sektor riil dengan mengutamakan fungsi intermediasi perbankan. Rekomendasi kebijakan pemerintah dari hasil regresi ini yaitu pemerintah didorong agar tetap meningkatkan nilai dari GDP yang dapat meningkatkan nilai indeks harga saham meskipun berpengaruh secara tidak langsung. Sedangkan kebijakan pemerintah terkait untuk perbankan dalam obyek penelitian ini agar pemerintah melihat dari tata kelola perusahaan dengan baik artinya perbankan selalu menjaga tetap penambahan modal serta melakukan efisiensi agar tercipta menjaga persaingan perbankan yang sehat. Terkait dengan hasil penelitian di atas, implikasinya terhadap kebijakan public yang harus diambil terutama terkait dengan pengawasan dan kontrol bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dalam hal ini peran Bank Indonesia harus dilaksanakan secara efektif terhadap pengelolaan standar kerja bank karena dengan dijalankannya standar ketentuan pengelolaan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia diharapkan kinerja keuangan bank dapat menjadi baik, karena terbukti rasio keuangan bank sangat menentukan tingkat harga saham bank
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
Universitas Indonesia
89
tersebut di pasar modal. Bank Indonesia perlu menetapkan standar kerja disini adalah standar kerja operasional bank, contohnya seperti proses penarikan dana dan persetujuan kredit sehingga tidak terjadi kasus kebobolan dana nasabah bank, karena jika ini terjadi maka akan mengakibatkan kinerja keuangan bank menjadi turun dan investor akan berpikir negatif terhadap manajemen bank, yang akhirnya mempengaruhi saham bank tersebut di pasar. Kebijakan BI yang terkait langsung pada variabel penelitian yaitu melalui kebijakan penetapan giro wajib minimum (GWM). Penetapan batas minimum GWM telah diatur melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI). GWM ini secara tidak langsung mempengaruhi LDR suatu bank. Komponen pembentuk LDR yaitu jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan dan jumlah dana simpanan nasabah pada bank. Jika BI menetapkan peningkatan GWM artinya BI akan menurunkan jumlah uang beredar di masyarakat, akibatnya kepada porsi jumlah simpanan nasabah pada bank-bank di Indonesia pada GWM. Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan maka disarankan : 1. Bagi Investor Dari
hasil
penelitian
menginvestasikan
ini
dananya
diharapkan khususnya
bagi pada
investor saham
yang
perbankan
hendak dapat
mempertimbangkan nilai rasio profitabilitas (Earning per Share (EPS), dan efisiensi (BOPO) yang berhasil dicapai oleh bank tersebut. 2. Bagi Perusahaan Disarankan kepada pihak manajemen perusahaan agar dapat meningkatkan earning per share (EPS) dan beban operasional/pendapatan operasional (BOPO), karena telah terbukti dalam penelitian EPS dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham individu. 3. Bagi peneliti yang akan datang Disarankan kepada peneliti yang akan datang agar melakukan pengujian dengan melibatkan faktor ekonomi makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, gross domestic product, nilai tukar rupiah terhadap dollar sebagai variabel yang mempengaruhi indeks harga saham individu pada perusahaan perbankan selain dari rasio keuangan.
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Buku : Ang, Robert. (1997). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia. Brigham, Eugene F., dan Joel, F Houston. (2006). Dasar-dasar Manajemen Keuangan, edisi 10. Jakarta: Salemba Empat. Berstein, A Leopold, dan Wild, John J. (1998). Financial Statement Analysis: Theory, Application, and Interception. Sixth Edition. Singapore: McGrawHill. Cooper. Donald R., dan Emory, C. William. (2001). Metode Penelitian Bisnis Jilid 2 Edisi V .Ciracas. Jakarta: Penerbit Erlangga Darmadji, Tjiptono, dan Fakhruddin. (2001). Pasar Modal Di Indonesia: PendekatanTanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. Dendawijaya, Lukman (2009). Manajemen perbankan. Edisi Kedua. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Fraser, Lyn M. (1995). Understanding Financial Statements. Fourth Edition. Prentice Hall, Inc. Golin, J. (2001). The Bank Credit Analysis Handbook. A Guide for Analysis, Bankers and Investors. Wiley Finance. Asia. Haningsih, Luna. (2009). Pasar Modal: Indeks Pengembangan Bahan Ajar-UMB, Modul 11.
Harga
Saham.
Pusat
Haskins, Mark E., et al. (2000). Financial Accounting and Reporting. Boston: Richard D. Irwin, Inc. Harahap, Sofyan Syafri. (2002). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Harahap, Sofyan Syafri. (1996). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
90 Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
91
Husnan, S., dan Pujiastuti, E. (2002). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP AM YKPN. Keown, Martin, Petty, dan Scott, JR. (2004). Manajemen Keuangan PrinsipPrinsip dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks. Kuncoro, Mudrajad. (2003). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kuncoro, M., dan Suhardjono. (2002). Manajemen perbankan: Teori dan Aplikasi, 1st ed. Yogyakarta: BPFE. Nachrowi,D Nacrowi dan Usman, Hardius. (2006). Ekonometetrika: Pendekatan Populer dan Praktis Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta. Natarsyah, S. (2002). Analisis Pengaruh beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham. Bunga Rampai Kajian Teori Keuangan. Jogjakarta: BPFE. Sartono, R.A. (2001). Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Saunders, E.A. Strock, N.G, Travlos, (2000) Ownership Structure, Deregulation, and BankRisk Taking. Journal of Finance (643-654). Sihombing, Pardomuan. (2008). Riset Re-capital Securities. Artikel Sulistyastuti, dyah ratih. (2002). Saham dan Obligasi. Universitas Atmajaya. Yogyakarta. Sundjaja, R.S., dan I., Barlian. (2003). Manajemen Keuangan. Edisi Kedua, Jakarta: Literata Lintas Media. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Van Horne, dan Wachowicz, JR. (2005). Fundamentals of Financial Management Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
92
Weston, J Fred, dan Brigham, Eaugene F. (1998). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan. Jakarta: Erlangga. Weston, J.F., dan Brigham, E.F. (1990). Dasar- Dasar Manajemen Keuangan, edisi kesembilan. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Artikel dan Jurnal : Bank Indonesia. (2010). www.bi.go.id. Data Inflaasi dan SBI. Jakarta Biro Pusat Statistik. (2010). www.bps.go.id. Data GDP Nominal. Jakarta Ardiani, Anita. (2007). Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Skirpsi S-1 Jurusan Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Semarang Ekananda, Mahyus (2007). Pengaujian Asumsi Dasar. Bahan Ajar. Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik. Universitas Indonesia. Jakarta Hendranata, Anton (2007). Ekonometri Terapan: Analisis Regresi. Bahan Ajar. . Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik. Universitas Indonesia. Jakarta Ihsan, Hajra, et al. (2007). Relationship of Economic and Financial Variables With Behavior of Stock Returns. Journal of Economic Cooperation, Vol. 28, No. 2, pp. 1-24. Martani, Dwi, Mulyono, Rahfiani Khairurizka. (2009). The Effect of Financial Ratios, Firm Size, And Cash Flow From Operating Activities in The Interim Report to the Stock Return. Chinese Business Review. Maditinos, Dimitrios I. (2004). Economic Value Added EVA. Is it really the best performance measure? A Review of the Theoretical and Empirical Literature. The case of Athens Stock Exchange ASE. Review of Economic Sciences, TEI of Epirus, Forthcoming. Putra, Guti Raizal Eka. (2003). Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keungan Bank Go Public Terhadap Harga Saham. Thesis S-2 Jurusan Ilmu Administrasi Universitas Indonesia. Jakarta. Sasongko, Noer, dan Wulandari, Nila. (2006). Pengaruh Eva Dan Rasio-Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham. Jurnal Ekonomi UNMER.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
93
Suardana, Ketut Alit .(2007). Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return Saham. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Uddin, Mohammed Belal. (2009). Determinants of market price of stock: A study on bank leasing and insurance companies of Bangladesh. Journal of Modern Accounting and Auditing, ISSN. Ulupui, I.G.K.A. (2009). Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di BEJ). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
94
Lampiran 1. Data Indeks Harga Saham Individu (IHSI), Suku Bunga (SBI), Inflasi, dan Growth Domestict Product (GDP) Tahun 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Kuartal Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
IHSI 135,1507 158,9855 195,4873 199,7164 195,2121 174,4268 187,299 206,2931 202,9363 264,3422 296,218 275,9634 313,0554 349,6377 366,441 340,4646 286,4306 274,6771 227,9374 217,7434 325,6569 397,8993 385,3397 434,4171 401,0353 480,2567
SBI (%) 7,34 7,39 7,43 7,44 8,25 10 12,75 12,73 12,5 11,25 9,75 9 8,5 8,25 8 7,96 8,73 9,71 10,83 8,21 6,95 6,48 6,46 6,32 6,5 6,5
Inflasi (%) GDP(Milyar) 6,83 564422,1 6,27 595320,6 6,4 599478,2 8,81 632330,5 7,42 670475,6 9,06 713000,1 17,11 758474,9 15,74 782752,9 15,53 812741,1 14,55 870319,8 6,6 873403 6,52 920203,1 5,77 963862,5 6,95 1031409 6,59 1035419 8,17 1110854 11,03 1221368 12,14 1328071 11,06 1291064 7,92 1317120 3,65 1385705 2,83 1459802 2,78 1450815 3,43 1498265 5,05 1574830 5,8 1654480
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
95
2. Hasil Uji Estimate Equation
X → Y (ALL BANKS) Dependent Variable: IHSI Method: Least Squares Date: 03/09/11 Time: 20:33 Sample: 1 208 Included observations: 208 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO
155.1611 -17.40456 1.690710 0.585446 0.219369
52.32801 2.379695 0.133560 0.543876 0.080048
2.965164 -7.313778 12.65885 1.076434 2.740481
0.0034 0.0000 0.0000 0.2830 0.0067
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.469713 0.459264 145.7978 4315171. -1328.911 44.95285 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
280.5009 198.2706 12.82606 12.90629 12.85850 0.570376
X → Y (BBCA) Dependent Variable: IHSI Method: Least Squares Date: 03/09/11 Time: 20:49 Sample: 1 26 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO
129.8408 -5.598105 0.535404 4.381927 -0.820698
135.8319 7.051206 0.510872 1.787857 0.321801
0.955893 -0.793922 1.048019 2.450938 -2.550330
0.3500 0.4361 0.3065 0.0231 0.0186
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.453591 0.349513 85.71378 154283.9 -149.8423 4.358180 0.010106
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
213.9478 106.2750 11.91095 12.15289 11.98062 0.896165
96
X → Y (BBRI) Dependent Variable: IHSI Method: Least Squares Date: 03/09/11 Time: 21:13 Sample: 1 26 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO
-81.42879 -26.25858 1.778698 6.025073 0.112672
314.8087 6.105776 0.343676 3.124671 0.171187
-0.258661 -4.300612 5.175510 1.928226 0.658180
0.7984 0.0003 0.0000 0.0675 0.5176
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.592563 0.514956 143.3584 431584.0 -163.2150 7.635439 0.000581
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
553.1868 205.8414 12.93961 13.18156 13.00928 0.819765
X → Y (BDMN) Dependent Variable: IHSI Method: Least Squares Date: 03/09/11 Time: 21:14 Sample: 1 26 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO
426.6070 -43.59147 2.383859 1.629801 -0.994550
288.1818 18.07539 1.018904 2.487569 0.538642
1.480340 -2.411647 2.339631 0.655178 -1.846405
0.1536 0.0251 0.0293 0.5195 0.0790
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.440644 0.334100 93.49565 183570.2 -152.1017 4.135791 0.012618
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
397.5568 114.5742 12.08475 12.32669 12.15442 1.009808
97
X → Y (BMRI) Dependent Variable: IHSI Method: Least Squares Date: 03/09/11 Time: 21:16 Sample: 1 26 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO
-72.13846 -83.05500 6.414819 5.643726 0.046487
437.8626 21.24348 1.488506 5.595765 0.767374
-0.164751 -3.909670 4.309568 1.008571 0.060580
0.8707 0.0008 0.0003 0.3247 0.9523
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.782018 0.740497 116.3293 284182.4 -157.7830 18.83451 0.000001
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
432.2507 228.3588 12.52177 12.76371 12.59144 1.138517
X → Y (BNII) Dependent Variable: IHSI Method: Least Squares Date: 03/09/11 Time: 21:18 Sample: 1 26 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO
-245.3860 3.986597 -4.453688 5.572682 -0.048661
104.1771 4.203769 2.845518 1.031150 0.291464
-2.355470 0.948339 -1.565159 5.404336 -0.166955
0.0283 0.3537 0.1325 0.0000 0.8690
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.728333 0.676587 49.51081 51477.72 -135.5729 14.07511 0.000010
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
231.9231 87.06047 10.81330 11.05524 10.88297 1.291221
98
X → Y (BNGA) Dependent Variable: IHSI Method: Least Squares Date: 03/09/11 Time: 21:19 Sample: 1 26 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO
114.0392 -8.530524 2.514876 -0.260504 -0.022956
89.45460 1.692169 0.475355 0.725769 0.052027
1.274827 -5.041178 5.290517 -0.358935 -0.441243
0.2163 0.0001 0.0000 0.7232 0.6635
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.596057 0.519115 22.64693 10770.55 -115.2366 7.746875 0.000534
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
89.47179 32.65794 9.248967 9.490908 9.318637 1.170614
X → Y (BNLI) Dependent Variable: IHSI Method: Least Squares Date: 03/09/11 Time: 21:20 Sample: 1 26 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO
210.1053 -5.283724 1.996036 -0.862397 -0.067108
95.61177 3.670793 0.720604 0.772104 0.105333
2.197483 -1.439396 2.769949 -1.116944 -0.637101
0.0393 0.1648 0.0115 0.2766 0.5309
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.420918 0.310617 36.53598 28032.43 -127.6717 3.816080 0.017488
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
135.8329 44.00383 10.20551 10.44745 10.27518 0.968936
99
X → Y (BBNI) Dependent Variable: IHSI Method: Least Squares Date: 03/09/11 Time: 21:21 Sample: 1 26 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO
368.3580 -27.15082 3.151395 -2.069298 -0.271550
97.17045 7.210851 0.665395 1.078556 0.163937
3.790844 -3.765273 4.736129 -1.918581 -1.656426
0.0011 0.0011 0.0001 0.0687 0.1125
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.635385 0.565935 47.12419 46634.48 -134.2884 9.148761 0.000192
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
189.8371 71.52642 10.71449 10.95643 10.78416 1.797880
100
3. Hasil Uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
2.286798 29.59426 50.94581
Prob. F(14,193) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.0065 0.0087 0.0000
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 03/13/11 Time: 23:53 Sample: 1 208 Included observations: 208 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE ROE^2 ROE*EPS ROE*LDR ROE*BOPO EPS EPS^2 EPS*LDR EPS*BOPO LDR LDR^2 LDR*BOPO BOPO BOPO^2
-74718.87 1491.411 141.5160 -20.66043 -25.73053 -7.434122 364.4242 0.405912 -0.701288 0.111945 1347.605 -5.518348 -0.173800 40.48092 0.112788
64440.42 3685.529 93.73588 9.049580 32.00545 5.740370 226.6444 0.292844 1.924111 0.325989 1182.079 6.364713 1.872721 171.3444 0.097551
-1.159503 0.404667 1.509732 -2.283027 -0.803942 -1.295060 1.607912 1.386102 -0.364474 0.343401 1.140030 -0.867022 -0.092806 0.236255 1.156199
0.2477 0.6862 0.1327 0.0235 0.4224 0.1968 0.1095 0.1673 0.7159 0.7317 0.2557 0.3870 0.9262 0.8135 0.2490
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.142280 0.080062 37922.18 2.78E+11 -2480.360 2.286798 0.006459
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
20746.01 39537.93 23.99384 24.23453 24.09116 0.911304
101
Hasil Uji Heteroskedastisitas Parsial per Bank BBCA Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
22.10933 25.10773 38.98586
Prob. F(14,11) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.0000 0.0335 0.0004
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/23/11 Time: 17:08 Sample: 1 26 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE ROE^2 ROE*EPS ROE*LDR ROE*BOPO EPS EPS^2 EPS*LDR EPS*BOPO LDR LDR^2 LDR*BOPO BOPO BOPO^2
497417.2 28323.49 -604.3862 89.46874 -46.26301 -116.8969 -2089.934 -3.302074 5.858136 8.093085 -10819.19 43.69171 26.64915 -1787.116 0.773924
150844.7 11560.57 142.9768 20.06650 81.53752 34.67830 1014.776 0.788237 7.859991 2.946157 3311.574 19.96129 6.865832 561.0370 0.432897
3.297545 2.450009 -4.227164 4.458613 -0.567383 -3.370895 -2.059501 -4.189191 0.745311 2.746998 -3.267086 2.188822 3.881416 -3.185380 1.787780
0.0071 0.0322 0.0014 0.0010 0.5818 0.0062 0.0639 0.0015 0.4717 0.0190 0.0075 0.0511 0.0026 0.0087 0.1014
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.965682 0.922004 3687.382 1.50E+08 -239.2393 22.10933 0.000005
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
5933.997 13203.31 19.55687 20.28269 19.76588 1.862158
102
BBRI Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.059015 14.92598 7.262411
Prob. F(14,11) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.4699 0.3832 0.9241
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/23/11 Time: 17:13 Sample: 1 26 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE ROE^2 ROE*EPS ROE*LDR ROE*BOPO EPS EPS^2 EPS*LDR EPS*BOPO LDR LDR^2 LDR*BOPO BOPO BOPO^2
467867.9 11061.93 -381.9329 62.62714 -251.7917 12.90419 18.76454 -2.363477 10.10565 -1.045795 -266.0516 -50.87372 17.70318 -1586.381 -0.070463
1109560. 23301.89 323.8087 29.95482 218.2128 25.24408 971.0639 0.968000 14.19691 1.645357 17079.22 76.26955 15.52741 1245.274 0.390626
0.421670 0.474722 -1.179502 2.090720 -1.153881 0.511177 0.019324 -2.441609 0.711820 -0.635603 -0.015577 -0.667025 1.140125 -1.273921 -0.180384
0.6814 0.6443 0.2631 0.0606 0.2730 0.6193 0.9849 0.0327 0.4914 0.5380 0.9879 0.5185 0.2785 0.2289 0.8601
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.574076 0.031991 20341.66 4.55E+09 -283.6409 1.059015 0.469920
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
16599.38 20675.06 22.97237 23.69820 23.18139 1.662746
103
BDMN Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.939581 18.50409 7.771648
Prob. F(14,11) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.1373 0.1848 0.9009
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/23/11 Time: 17:15 Sample: 1 26 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE ROE^2 ROE*EPS ROE*LDR ROE*BOPO EPS EPS^2 EPS*LDR EPS*BOPO LDR LDR^2 LDR*BOPO BOPO BOPO^2
-648882.7 67761.82 -1330.770 166.2336 -463.7061 -194.3288 -3431.842 -5.191679 24.80998 9.471330 9645.310 -36.51134 -17.07358 2149.676 -0.880666
455105.9 46424.80 1630.573 182.7482 422.6337 118.9962 2427.304 5.072557 22.21869 6.021617 8096.230 39.54502 10.81550 1634.563 1.701639
-1.425784 1.459604 -0.816137 0.909632 -1.097182 -1.633067 -1.413849 -1.023484 1.116627 1.572888 1.191333 -0.923285 -1.578622 1.315138 -0.517540
0.1817 0.1724 0.4317 0.3825 0.2960 0.1307 0.1851 0.3281 0.2880 0.1440 0.2586 0.3757 0.1427 0.2152 0.6150
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.711696 0.344763 6613.576 4.81E+08 -254.4287 1.939581 0.137338
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
7060.390 8170.284 20.72528 21.45111 20.93429 2.057518
104
BMRI Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.722032 12.45092 9.093951
Prob. F(14,11) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.7209 0.5701 0.8250
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/23/11 Time: 17:17 Sample: 1 26 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE ROE^2 ROE*EPS ROE*LDR ROE*BOPO EPS EPS^2 EPS*LDR EPS*BOPO LDR LDR^2 LDR*BOPO BOPO BOPO^2
-117898.4 78235.91 -2219.723 350.3049 -801.1502 -193.5115 -5213.107 -13.33248 49.34892 14.63108 -1999.832 19.86772 -2.743719 1948.229 -4.369715
1189210. 107154.1 5870.535 809.5673 1392.317 294.3178 7870.230 27.34496 98.41421 23.10435 32233.30 217.2460 50.16417 5936.812 8.695646
-0.099140 0.730125 -0.378112 0.432706 -0.575408 -0.657492 -0.662383 -0.487566 0.501441 0.633261 -0.062042 0.091453 -0.054695 0.328161 -0.502518
0.9228 0.4806 0.7125 0.6736 0.5766 0.5244 0.5214 0.6354 0.6259 0.5395 0.9516 0.9288 0.9574 0.7490 0.6252
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.478882 -0.184360 18152.11 3.62E+09 -280.6799 0.722032 0.720949
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
10930.09 16679.58 22.74461 23.47043 22.95362 1.608575
105
BNII Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.949414 14.22648 4.911499
Prob. F(14,11) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.5448 0.4330 0.9870
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/23/11 Time: 17:19 Sample: 1 26 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE ROE^2 ROE*EPS ROE*LDR ROE*BOPO EPS EPS^2 EPS*LDR EPS*BOPO LDR LDR^2 LDR*BOPO BOPO BOPO^2
-94070.15 -2529.216 132.5086 -267.6410 161.6483 -43.60042 4495.340 110.9692 -125.4157 24.21288 713.4954 -4.157814 0.220557 460.5207 -0.872505
68623.80 9097.790 283.6843 365.7187 150.1418 45.69571 9051.356 101.2094 147.0426 41.26609 989.2674 5.461840 2.996841 274.0289 0.533316
-1.370809 -0.278003 0.467099 -0.731822 1.076638 -0.954147 0.496648 1.096432 -0.852921 0.586750 0.721236 -0.761248 0.073596 1.680555 -1.636000
0.1978 0.7862 0.6495 0.4796 0.3047 0.3605 0.6292 0.2963 0.4119 0.5692 0.4858 0.4625 0.9427 0.1210 0.1301
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.547172 -0.029154 2107.318 48848695 -224.6922 0.949414 0.544753
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
1979.912 2077.256 18.43786 19.16369 18.64688 2.260655
106
BNGA Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.337913 7.819083 10.71022
Prob. F(14,11) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.9703 0.8985 0.7086
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/23/11 Time: 17:21 Sample: 1 26 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE ROE^2 ROE*EPS ROE*LDR ROE*BOPO EPS EPS^2 EPS*LDR EPS*BOPO LDR LDR^2 LDR*BOPO BOPO BOPO^2
59286.08 -4494.759 9.027092 -7.900309 48.34056 -3.363617 1356.028 1.595798 -14.19108 0.846814 -1252.963 6.485926 -0.374729 32.43331 0.025037
96495.43 4876.758 48.14369 24.08852 47.74169 2.806083 1346.307 3.341815 13.17949 0.605288 1753.816 8.312394 0.944321 110.7076 0.032639
0.614393 -0.921670 0.187503 -0.327970 1.012544 -1.198687 1.007221 0.477524 -1.076755 1.399026 -0.714421 0.780272 -0.396824 0.292964 0.767109
0.5515 0.3765 0.8547 0.7491 0.3330 0.2558 0.3355 0.6423 0.3046 0.1894 0.4899 0.4517 0.6991 0.7750 0.4592
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.300734 -0.589241 1091.356 13101640 -207.5844 0.337913 0.970305
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
414.2519 865.7083 17.12187 17.84770 17.33089 1.891089
107
BNLI Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.524120 17.15583 13.37895
Prob. F(14,11) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.2440 0.2480 0.4969
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/23/11 Time: 17:23 Sample: 1 26 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE ROE^2 ROE*EPS ROE*LDR ROE*BOPO EPS EPS^2 EPS*LDR EPS*BOPO LDR LDR^2 LDR*BOPO BOPO BOPO^2
-33226.25 235.7173 -317.1336 120.2955 -17.47817 5.579388 692.6676 -8.943221 -5.440715 -0.864622 252.8948 0.291478 -0.186463 68.68858 -0.090705
106460.2 7658.843 300.7514 117.1265 74.41666 8.590024 1292.320 9.299519 12.06734 1.485079 1677.501 6.787937 0.917673 126.1804 0.130140
-0.312100 0.030777 -1.054471 1.027056 -0.234869 0.649519 0.535987 -0.961686 -0.450863 -0.582206 0.150757 0.042941 -0.203191 0.544368 -0.696982
0.7608 0.9760 0.3143 0.3264 0.8186 0.5293 0.6026 0.3569 0.6608 0.5722 0.8829 0.9665 0.8427 0.5971 0.5003
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.659840 0.226908 1494.837 24579915 -215.7639 1.524120 0.244047
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
1078.170 1700.115 17.75107 18.47689 17.96008 1.872005
108
BBNI Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.886098 18.35404 8.845592
Prob. F(14,11) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.1476 0.1911 0.8408
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/23/11 Time: 17:25 Sample: 1 26 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE ROE^2 ROE*EPS ROE*LDR ROE*BOPO EPS EPS^2 EPS*LDR EPS*BOPO LDR LDR^2 LDR*BOPO BOPO BOPO^2
-97684.99 4451.593 -371.4238 37.50252 13.22580 -8.033791 -496.6224 -0.037250 -1.791651 1.206185 2056.796 -8.811912 -2.261560 162.4567 -0.065081
55863.90 7894.676 519.2081 93.60725 91.90943 7.585154 713.0720 4.055997 8.245722 0.780679 1300.009 7.958171 1.292120 107.6484 0.097292
-1.748625 0.563873 -0.715366 0.400637 0.143900 -1.059147 -0.696455 -0.009184 -0.217282 1.545047 1.582140 -1.107279 -1.750271 1.509141 -0.668922
0.1082 0.5842 0.4893 0.6964 0.8882 0.3122 0.5006 0.9928 0.8320 0.1506 0.1419 0.2918 0.1079 0.1594 0.5173
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.705925 0.331647 1817.691 36344025 -220.8482 1.886098 0.147648
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
1793.634 2223.398 18.14217 18.86799 18.35118 2.049447
109
4. Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
109.4758 108.4457
Prob. F(2,201) Prob. Chi-Square(2)
0.0000 0.0000
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 03/13/11 Time: 23:56 Sample: 1 208 Included observations: 208 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO RESID(-1) RESID(-2)
8.021024 1.383521 -0.161512 0.201090 -0.076725 0.670688 0.083389
36.38572 1.657280 0.093588 0.378600 0.055918 0.069675 0.070033
0.220444 0.834815 -1.725764 0.531141 -1.372099 9.625908 1.190705
0.8257 0.4048 0.0859 0.5959 0.1716 0.0000 0.2352
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.521373 0.507086 101.3677 2065356. -1252.280 36.49193 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-6.35E-15 144.3823 12.10846 12.22078 12.15388 1.889383
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
110
Hasil Uji Autokorelasi Parsial per Bank
BBCA Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
6.894215 10.93371
Prob. F(2,19) Prob. Chi-Square(2)
0.0056 0.0042
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/23/11 Time: 17:08 Sample: 1 26 Included observations: 26 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO RESID(-1) RESID(-2)
-183.5262 -4.819051 0.421917 0.927711 0.691755 0.738811 0.592126
119.5895 5.814856 0.426888 1.455544 0.318003 0.268017 0.280408
-1.534634 -0.828748 0.988355 0.637364 2.175307 2.756588 2.111659
0.1414 0.4175 0.3354 0.5315 0.0424 0.0126 0.0482
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.420527 0.237536 68.59619 89403.32 -142.7490 2.298072 0.077476
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-1.09E-14 78.55798 11.51916 11.85787 11.61669 1.382863
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
111
BBRI Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
5.247814 9.251755
Prob. F(2,19) Prob. Chi-Square(2)
0.0153 0.0098
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/23/11 Time: 17:12 Sample: 1 26 Included observations: 26 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO RESID(-1) RESID(-2)
-5.375228 2.948941 -0.021820 -0.321666 -0.022188 0.702126 -0.130406
295.8130 5.467651 0.303870 3.011116 0.146732 0.245083 0.277452
-0.018171 0.539343 -0.071807 -0.106826 -0.151212 2.864856 -0.470015
0.9857 0.5959 0.9435 0.9160 0.8814 0.0099 0.6437
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.355837 0.152417 120.9634 278010.6 -157.4975 1.749271 0.163933
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
2.84E-14 131.3901 12.65366 12.99237 12.75120 2.015092
112
BDMN Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
3.157210 6.485430
Prob. F(2,19) Prob. Chi-Square(2)
0.0655 0.0391
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/23/11 Time: 17:14 Sample: 1 26 Included observations: 26 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO RESID(-1) RESID(-2)
-109.2144 13.37334 -0.740892 0.685126 0.257593 0.542691 -0.021812
266.3400 17.66940 0.999230 2.283500 0.501297 0.232362 0.242787
-0.410056 0.756864 -0.741463 0.300034 0.513852 2.335544 -0.089840
0.6864 0.4584 0.4675 0.7674 0.6133 0.0306 0.9294
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.249440 0.012421 85.15635 137780.5 -148.3716 1.052403 0.423899
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
1.36E-13 85.69018 11.95166 12.29038 12.04920 1.795168
113
BMRI Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
3.008670 6.253696
Prob. F(2,19) Prob. Chi-Square(2)
0.0733 0.0439
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/23/11 Time: 17:16 Sample: 1 26 Included observations: 26 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO RESID(-1) RESID(-2)
-139.1369 11.39459 -1.121056 3.053373 -0.245073 0.589227 -0.082760
424.8929 20.48868 1.470652 5.482903 0.713962 0.255015 0.251235
-0.327463 0.556141 -0.762285 0.556890 -0.343258 2.310562 -0.329411
0.7469 0.5846 0.4552 0.5841 0.7352 0.0322 0.7454
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.240527 0.000693 106.5806 215828.9 -154.2063 1.002890 0.452047
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
4.21E-14 106.6175 12.40048 12.73920 12.49802 1.827566
114
BNII Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
2.327603 5.116648
Prob. F(2,19) Prob. Chi-Square(2)
0.1247 0.0774
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/23/11 Time: 17:18 Sample: 1 26 Included observations: 26 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO RESID(-1) RESID(-2)
-13.60527 -1.231395 2.690116 0.301634 -0.109568 0.562567 -0.106141
98.35909 4.065410 3.127993 0.987402 0.280348 0.260749 0.236256
-0.138322 -0.302896 0.860013 0.305482 -0.390827 2.157507 -0.449262
0.8914 0.7653 0.4005 0.7633 0.7003 0.0440 0.6583
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.196794 -0.056850 46.64943 41347.21 -132.7240 0.775868 0.598682
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
4.51E-15 45.37741 10.74800 11.08672 10.84554 2.072385
115
BNGA Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
2.834279 5.974509
Prob. F(2,19) Prob. Chi-Square(2)
0.0837 0.0504
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/23/11 Time: 17:20 Sample: 1 26 Included observations: 26 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO RESID(-1) RESID(-2)
17.02202 0.656522 -0.154611 -0.203264 0.018594 0.383158 0.222285
91.67540 1.709201 0.462455 0.726837 0.053716 0.256813 0.251735
0.185677 0.384111 -0.334328 -0.279655 0.346158 1.491972 0.883011
0.8547 0.7052 0.7418 0.7828 0.7330 0.1521 0.3883
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.229789 -0.013436 20.89522 8295.597 -111.8424 0.944760 0.486920
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-3.55E-14 20.75625 9.141722 9.480441 9.239261 1.819846
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
116
BNLI Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
3.202096 6.554390
Prob. F(2,19) Prob. Chi-Square(2)
0.0633 0.0377
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/23/11 Time: 17:23 Sample: 1 26 Included observations: 26 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO RESID(-1) RESID(-2)
82.36246 -3.626405 0.519094 -0.604444 -0.021793 0.607221 0.061944
92.83438 3.634022 0.687153 0.742298 0.096299 0.270446 0.256347
0.887198 -0.997904 0.755427 -0.814289 -0.226306 2.245255 0.241641
0.3861 0.3309 0.4593 0.4256 0.8234 0.0368 0.8116
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.252092 0.015910 33.21832 20965.68 -123.8955 1.067365 0.415677
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-1.64E-14 33.48578 10.06888 10.40760 10.16642 1.722098
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
117
BBNI Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.046461 0.126537
Prob. F(2,19) Prob. Chi-Square(2)
0.9547 0.9387
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/23/11 Time: 17:24 Sample: 1 26 Included observations: 26 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROE EPS LDR BOPO RESID(-1) RESID(-2)
0.599786 0.800362 -0.086785 0.049805 -0.016817 0.059671 -0.060865
103.2757 8.024264 0.754937 1.168960 0.180702 0.264744 0.269379
0.005808 0.099743 -0.114957 0.042607 -0.093065 0.225390 -0.225944
0.9954 0.9216 0.9097 0.9665 0.9268 0.8241 0.8237
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.004867 -0.309386 49.42167 46407.52 -134.2250 0.015487 0.999979
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-4.76E-14 43.19004 10.86346 11.20218 10.96100 1.868285
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
118
5. Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients(a)
Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
(Constant) ROE
.404
2.473
EPS
.417
2.400
LDR
.852
1.173
BOPO
.857
1.167
a Dependent Variable: IHSI
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
119
Hasil Uji Multikolinearitas Parsial per Bank
BBCA Coefficients (a) Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
(Constant) ROE
,143
6,969
EPS
,142
7,022
LDR
,929
1,077
BOPO
,809
1,236
a Dependent Variable: IHSI
BBRI Coefficients (a) Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
(Constant) ROE
,356
2,806
EPS
,352
2,843
LDR
,836
1,196
BOPO
,920
1,087
a Dependent Variable: IHSI
BDMN Coefficients (a) Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
(Constant) ROE
,022
46,262
EPS
,023
43,959
LDR
,591
1,691
BOPO
,516
1,937
a Dependent Variable: IHSI
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
120
BMRI Coefficients (a) Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
(Constant) ROE
,033
29,988
EPS
,030
33,831
LDR
,736
1,358
BOPO
,380
2,632
a Dependent Variable: IHSI
BNII Coefficients (a) Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
(Constant) ROE
,204
4,910
EPS
,324
3,090
LDR
,484
2,065
BOPO
,458
2,186
a Dependent Variable: IHSI
BNGA Coefficients (a) Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
(Constant) ROE
,225
4,450
EPS
,231
4,321
LDR
,898
1,114
BOPO
,822
1,216
a Dependent Variable: IHSI
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011
121
BNLI Coefficients (a) Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
(Constant) ROE
,130
7,680
EPS
,188
5,315
LDR
,615
1,625
BOPO
,324
3,091
a Dependent Variable: IHSI
BBNI Coefficients (a)
Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
(Constant) ROE
,079
12,604
EPS
,082
12,206
LDR
,854
1,171
BOPO
,608
1,646
a Dependent Variable: IHSI
Analisis pengaruh..., Tomi Handono, FE UI, 2011