RELATIONSHIP WITH RELIGIOSITY MEANINGFULNESS KIDNEY FAILURE OF LIFE IN PATIENTS IN TERMINAL RSPAU HALIM
Lia Amelia Undergraduate Program, Faculty of Psychology Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id
Keywords: Religiosity, Meaningful life, renal failure, Hemodialysis
ABSTRACT This study aims to examine the relationship of religiosity with the meaningfulness of life in patients with renal failure undergoing hemodialysis therapy in RSPAU Halim Jakarta. Meaningfulness of life is identified as the dependent variable, whereas religiosity as independent variables. The population was patients with renal failure undergoing hemodialysis therapy in RSPAU Halim Jakarta. The sampling method in this study using accidental sampling technique, through engineering research subjects were obtained by 30 patients. Methods of data collection was conducted using Likert-scale model, which includes the scale meaningfulness of life through the characteristics set out Bastaman (1996), and the scale of the proposed dimensions of religiosity by Glock and Stark (in Robentson, 1993). Validity test results indicate that the meaningfulness of life scale consisting of 20 items showed that 19 items declared valid by the validity index ranged from 0.401 to 0.685 and one item disqualified, and the reliability of 0898. While religusitas scale consisting of 40 items showed that 34 items declared valid by the validity index ranged from 0.302 to 0.841 and six items disqualified, and the reliability of 0,958. Results of correlation analysis Pearson's Moment Produkct obtained at 0.002 for the p-value
UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI
Jurnal Penelitian : HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA PASIEN GAGAL GINJAL TERMINAL DI RSPAU HALIM Disusun oleh :
Nama
: Lia Amelia
NPM
: 10503102
Jurusan
: Psikologi
Pembimbing
: Prof, Dr. A. M. Heru Basuki, M.Psi
DEPOK 2011
LIA AMELIA Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan religiusitas dengan kebermaknaan hidup pada pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa di RSPAU Halim Jakarta. Kebermaknaan hidup diidentifikasi sebagai variabel terikat, sedangkan religiusitas sebagai variabel bebas. Populasi penelitian ini adalah pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa di RSPAU Halim Jakarta. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik aksidental sampling, melalui teknik tersebut diperoleh subjek penelitian sebanyak 30 pasien. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode skala Model Likert, yang meliputi skala kebermaknaan hidup melalui karakteristik yang dikemukakan Bastaman (1996), dan skala religiusitas melalui dimensi yang dikemukakan Glock dan Stark (dalam Robentson, 1993). Hasil uji validitas menunjukan bahwa skala kebermaknaan hidup yang terdiri dari 20 item menunjukan bahwa 19 item dinyatakan sahih dengan indeks validitas berkisar antara 0,401 - 0,685 dan satu item dinyatakan gugur, serta relibilitas sebesar 0.898. Sedangkan skala religusitas yang terdiri dari 40 item menunjukan bahwa 34 item dinyatakan sahih dengan indeks validitas berkisar antara 0,302 - 0,841 dan enam item dinyatakan gugur, serta reliabilitas sebesar 0,958. Hasil analisis korelasi Produkct Moment Pearson’s diperoleh sebesar 0,002 karena nilai p < dari 0,05, maka H0 ditolak dan Ha
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan religiusitas dengan kebermaknaan hidup pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisa di RSPAU Halim, Jakarta.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahardjo (dalam Waspadji dkk, 1996) mengatakan ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur
konsentrasi
garam
dalam
darah, mengatur keseimbangan asamKata Kunci: Religiusitas, Kebermaknaan Hidup, Gagal Ginjal, Hemodialisa
basa darah, serta mengatur ekskresi. Apabila
terjadi
keseimbangan dalam
air
tubuh
terjadinya
gangguan dan
dapat
pada
metabolisme mengakibatkan
penumpukan
zat-zat
berbahaya dalam darah sehingga dapat mengganggu hilangnya
kerja
fungsi
fungsinya, ginjal,
yaitu
insufisiensi
ginjal, gagal ginjal dan gagal ginjal terminal yang menyebabkan penderita memerlukan pengobatan segera, yang salah
satunya
menjalani
terapi
hemodialisa untuk menggantikan fungsi ginjal yang gagal. Terapi Hemodialisa ( cuci darah ) merupakan salah satu terapi pengganti untuk mengganti sebagian kerja
atau
fungsi
ginjal
dalam
mengeluarkan sisa hasil metabolisme, kelebihan cairan dan zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh. Kasus gagal ginjal di Indonesia setiap tahunnya semakin meningkat, hal
ini seperti dikemukakan Santoso (2008)
semangat
dalam sebuah seminar kesehatan bahwa
Bastaman, 1998) mengemukakan bahwa
berdasarkan perbandingan data dengan
setiap manusia memiliki kemampuan
negara lain kasus gagal ginjal di
untuk
Indonesia tinggi. Di negara Amerika
penderitaan dan peristiwa tragis yang
Serikat saja perbandingannya untuk
tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa
klasifikasi orang dewasa dari sebanyak
diri
sepuluh orang satu diantaranya terkena
mengatasinya telah dilakukan secara
gagal
optimal. Maksudnya, jika individu tidak
ginjal.
Selanjutnya
dikatakan
hidup.
Frankl
mengambil
sendiri,
sikap
(dalam
terhadap
sekalipun
upaya
bahwa tingginya kasus gagal ginjal
mengubah
berpotensi
kasus
ubahlah sikap diri atas keadaan itu, agar
kematian, pasalnya dalam satu tahun
diri tidak terhanyut secara negatif oleh
cuci darah saja hanya terdapat 70 pasien
keadaan itu. Tentu saja dengan sikap
yang masih bertahan dari total seratus
tepat dan baik, yakni sikap yang
penderita yang berobat ke satu dokter.
menimbulkan kebajikan pada diri sendiri
Terganggunya proses aktivitas sehari-
dan orang-orang lain serta sesuai dengan
hari dan tingginya tingkat kematian pada
nilai-nilai kemanusiaan.
pada
tingginya
kasus gagal ginjal, menyebabkan tidak sedikit
pasien
gagal
ginjal
yang
mengalami masalah psikologis.
suatu
keadaan
(tragis),
Proses memaknai hidup dapat dilakukan bukan pada saat senang atau bahagia saja, tetapi para pasien gagal
Menurut Santoso (2008), Tingginya
ginjal yang hidupnya bergantung pada
biaya pengobatan bagi penderita gagal
terapi medis juga dapat memberikan arti
ginjal yang mencapai 3-4 juta rupiah
dalam kehidupannya.
perbulan
dengan Frankl (dalam Bastaman, 1998)
juga
membuat
pasien
mengalami stres.
yang mengemukakan bahwa hidup tetap
Penderitaan fisik dan psikologis yang dirasakan oleh para pasien gagal ginjal tentunya sangatlah berat, ketidakkuasaan atas penderitaan perlu dimaknai secara positif
agar
pasien
Hal ini sesuai
tetap
memiliki
memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga,
dan
didambakan
serta
memberikan nilai khusus bagi seseorang.
Selanjutnya
dikatakan
bahwa
internalisasi agama dalam diri seseorang.
makna hidup bila berhasil ditemukan
Pendapat yang senada juga diberikan
dan
oleh Uyun (1998), mengatakan bahwa
dipenuhi
akan
pula
menyebabkan
kehidupan ini berarti dan biasanya
religiusitas
individu
agama dihayati dan dipraktekkan oleh
yang
menemukan
dan
merupakan
bagaimana
mengembangkannya akan terhindar dari
penganutnya.
keputusasaan.
mengatakan tingkat religiusitas adalah
Crumbaugh dan Maholick (dalam Koeswara,
1992)
memperkenalkan
konsep makna hidup dengan maksud hidup,
dirinya
makna
hidup
pengalaman
berpendapat adalah
pengalaman-
memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan, yang merefleksikan ketaatan seseorang dalam beragama. Hasil penelitan yang dilakukan
dipandang penting oleh diri individu
oleh Comstock, GW dan kawan-kawan
yang mengalaminya yang terkait dengan
(Hawari, 2007) seperti yang termuat
maksud hidupnya (tujuan atau
misi),
dalam Journal of Chronic Diseases,
hidup, kebebasan, sikap
menyatakan bahwa bagi mereka yang
terhadap
kematian,
subjektif
seseorang
(2003),
yang
kepuasan
hidup
bahwa
keadaan
Prihastuti
pikiran
tentang
bunuh diri dan kepantasan hidup.
teratur, ternyata risiko kematian akibat
Sikap positif atau negatif seseorang terhadap keadaan atau musibah yang dihadapi dipengaruhi oleh seberapa jauh penghayatan
terhadap
agama
yang
dianut. Keyakinan atau religiusitas akan mempengaruhi
segala
tindakan,
perkataan, bahkan perasaan individu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Afiatin
(1997),
mengatakan
bahwa
religiusitas merupakan keberagamaan yang
mencakup
adanya
melakukan kegiatan keagamaan secara
unsur
jantung koroner lebih rendah 50%, sementara kematian akibat emphisema (paru-paru) lebih rendah 56%, kematian akibat penyakit hati (cirrhosis hepatis) lebih rendah 74% dan kematian akibat bunuh diri lebih rendah 53%. Bukti lain datang dari penelitian Robbins dan Metzner yang dilakukan selama 8-10 tahun terhadap 2700 responden di Amerika didapati bahwa responden yang rajin menjalankan ibadah serta berdoa, angka kematiannya jauh lebih rendah
dibandingkan yang tidak beribadah.
ginjal, sangatlah berat, dirinya mau tidak
Beribadah
kita
mau selalu bergantung pada tindakan
terhadap Tuhan , dimana kita bergantung
medis yang dilakukan secara terus
hanya pada satu yaitu Tuhan yang
menerus,
menciptakan manusia , dunia, dan alam
berdampak pada permasalahan lainnya,
semesta.
ini,
seperti masalah ekonomi dan psikologis.
jiwa
Hal ini menarik untuk di teliti karena
manusia bahwa ada pendukung hidupnya
dalam kondisi mereka yang sulit untuk
yang amat dekat, yang tidak akan pernah
hidup dan terus bergantung pada terapi
membuatnya sedih (Hawari, 2007)
hemodialisa yang dilakukan secara rutin
adalah
Dengan
timbulkan
rasa
pengakuan
pengakuan
aman
dalam
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa
pemecahan
penyesuaian depresi,
diri
frustasi,
masalah terhadap dan
dan distres,
kekecewaan
melalui cara mendekatkan diri kepada tuhan lebih membawa dampak positif bagi individu. Dampak ini tentu saja akan meringankan beban psikologis, memunculkan optimisme, dan semangat individu untuk berhasil dalam mengatasi permasalahannya (Hawari, 2007)
yang
akhirnya
dapat
tanpa ada batasan waktu berhentinya terapi dan dengan biaya yang tidak sedikit membuat respon yang berbedabeda
pada
setiap
mengartikan keadaan
pasien
dalam
yang sulit itu.
Umumnya, seseorang dengan tingkat religiusitas yang tinggi akan lebih mudah memahami bahwa sakit itu datang dari Tuhan sebagai cobaan, sebagai ujian. Apa yang terjadi dengan dirinya dianggap sebagai bagian dari kehidupan yang harus dijalani. Dengan
Hal khusus pada pasien gagal
keadaan yang seperti itu individu masih
ginjal terletak pada kondisi yang tidak
bisa mensyukuri keadaannya yang sulit,
sama dengan pasien penyakit lainnya.
karena dirinya memandang hidup penuh
Pasien gagal ginjal sangat rentan dalam
dengan makna dan tujuan. Oleh karena
kondisi fisik. Kondisi fisik yang tidak
itu kebermaknaan hidup dan religiusitas
menentu
terkadang
sangat penting dimiliki oleh pasien gagal
lemah sering dirasakan oleh pasien.
ginjal, karena sangat berperan sebagai
Proses
pondasi dalam mempertahankan kualitas
terkadang
dalam
kuat,
mempertahankan
kehidupan yang dijalani pasien gagal
hidupnya.
tingkat religiusitas dalam diri sehingga
B. Tujuan Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
untuk
dapat memberi makna pada hidup dan
menguji hubungan religiusitas dengan
mampu
kebermaknaan hidup pada pasien gagal
mengembangkan potensi yang ada dalam
ginjal yang menjalani terapi hemodialisa
dirinya dengan semaksimal mungkin
di RSPAU Halim.
tanpa melihat penyakit gagal ginjal
berinteraksi
sosial
serta
dalam dirinya sebagai kekurangan.
C. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :
BAB II
1. Manfaat Teoritis
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap khasanah ilmu pengetahuan khususnya Psikologi Klinis yang berkaitan dengan kecemasan dan stres
pada penderita
gagal ginjal. dan sebagai dasar atau pedoman untuk
penelitian selanjutnya
dengan lebih memperhatikan tingkat religiusitas penderita gagal ginjal dengan kebermaknaan hidup untuk menghadapi keadaan yang dihadapi.
penelitian
bagi
Fankl
(dalam
Bastaman,
1998)
mengemukakan bahwa makna hidup merujuk dimana individu mengalami kehidupannya sebagai sesuatu yang berarti dan mudah untuk dimengerti, dan merasakan adanya rasa bahwa hidup memiliki tujuan dan misi melebihi perhatiannya terhadap keduniaan pada
Schultz (1991) mengartikan makna ini,
peneliti
berharap dapat memberikan manfaat dan masukan
1. Pengertian Kebermaknaan Hidup
kehidupannya sehari-hari.
2. Manfaat Praktis Hasil
A. Kebermaknan Hidup
masyarakat
pada
umumnya, keluarga pasien gagal ginjal dan pada pasien gagal ginjal itu sendiri agar tidak memiliki persepsi diri yang negatif. Bertahan hidup dan menambah
hidup
sebagai
pemberian
kualitas
kehidupan pada diri pribadi dalam rangka tersebut
pemenuhan
diri.
menunjukkan
Pendapat bahwa
kebermaknaan hidup akan melahirkan nilai-nilai dalam diri individu, sehingga dirinya akan merasakan keberhargaan
diri yang selanjutnya akan menampilkan
keberagamaan yang mencakup adanya
aktivitas yang seiring dengan tujuan
unsur internalisasi agama dalam diri
hidupnya.
seseorang.
Hal
ini
sejalan
dengan
Adisubroto
(1992),
Bastaman (1996), yang menyatakan
mengatakan bahwa manusia religius
bahwa makna hidup adalah nilai-nilai
adalah manusia yang struktur mental
khusus
dan
kehidupan
penting
bagi
keseluruhannya
seseorang
yang
diarahkan kepada pencipta nilai mutlak,
sangat
pribadi
berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan sebagai pengarah kegiatan-kegiatannya
dapat
memuaskan, dan tertinggi pada Tuhan. secara konsep religiusitas berbeda
berhubungan. Religiusitas merujuk pada
disimpulkan
bahwa
perwujudan individu atas nilai-nilai
hidup
adalah
ketuhanan yang terdapat pada ajaran
individu
terhadap
agama dalam kehidupan sehari-hari.
kebermaknaan penghayatan
bertahap
dengan agama, namun keduanya saling
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka
secara
dan
Agama sendiri merupakan suatu tatanan
berharga yang melahirkan nilai-nilai
resmi yang dianggap telah memiliki
dalam diri individu sehingga merasakan
pengakuan secara pemerintahan yang
keberhagaan diri yang selanjutnya akan
secara menyeluruh berisikan nilai-nilai
menampilkan
ketuhanan.
pengalaman-pengalaman
penting
aktivitas
untuk
Hal
ini
sesuai
dengan
menampilkan aktivitas untuk mencapai
pendapat Glock dan Stark (Ancok &
tujuannya.
Suroso, 2000), yang menyatakan bahwa agama sebagai sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem B. Religiusitas
perilaku
1. Pengertian Religiusitas Uyun bahwa bagaimana
(1998),
yang
religiusitas agama
yang
terlembagakan,
yang
semuanya itu berpusat pada persoalanmengatakan
persoalan yang dihayati sebagai yang
merupakan
paling maknawi. Pendapat serupa juga
dihayati
dan
diberikan oleh Cremers (1995), bahwa
dipraktekkan oleh penganutnya. Hal
religi diartikan sebagai suatu kumpulan
yang sama juga dikatakan oleh Afiatin
tradisi
(1997), bahwa religiusitas merupakan
pengalaman religius dari masa lampau
kumulatif
dimana
semua
dipadatkan dan diendapkan ke dalam
individu
seluruh
ekspresi
terdapat dalam agama menuju sebuah
tradisional yang bersifat kebudayaan dan
penalaran yang mewujudkan sikap dan
lembaga. Lebih lanjut Cremers (1995)
kecenderungan perilaku yang merujuk
menyatakan
pada sifat-sifat ketuhanan di dalam
sistem
merupakan
bentuk
bahwa suatu
religiusitas
keseluruhan
isi
terhadap
nilai-nilai
yang
kehidupan sehari-harinya.
keyakinan (belief) dan pandangan yang diungkapkan
dalam
sejumlah C. Gagal Ginjal
representasi tertentu dan dianggap benar sebagai ajaran resmi agama. Hal senada juga
diberikan
oleh
Dister
Pengertian Gangguan Fungsi Ginjal
(dalam
Afiatin, 1997) yang menyatakan bahwa
Rahardjo
(dalam
Waspadji
dkk,
religiusitas adalah kualitas penghayatan,
1996) mengklasifikasi gangguan pada
sikap
fungsi ginjal ke dalam empat tahap yaitu
dan
kecenderungan
perilaku
beragama berdasarkan nilai-nilai agama
hilangnya
fungsi
ginjal,
insufisiensi
yang diyakini.
ginjal, gagal ginjal dan gagal ginjal terminal. Tahap awal dari gangguan
Berdasarkan
penjelasan
beberapa
ahli di atas maka dapat diuraikan bahwa religiusitas tidak dapat dipisahkan dari agama, hal itu disebabkan religiusitas merupakan tampilan dari output atas sifat dan nilai-nilai ketuhanan yang berada dalam agama yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan kecenderungan perilaku
individu
dalam
menjalani
kehidupan.
fungsi ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Pada tahap ini biasanya penderita tidak menyadari adanya gangguan pada fungsi ginjalnya. Keadaan ini hanya akan diketahui apabila penderita melakukan pemeriksaan
terjadi
penghayatan
penumpukan
metabolisme
dan
pengalaman
ginjal.
di
dalam
seseorang
sisa-sisa tubuh
yang
mengalami
gangguan yang lebih berat.
telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah
fungsi
Namun seiring dengan waktu maka akan
menyebabkan
Mengacu pada pendapat ahli yang
suatu
khusus
Pada tahap berikutnya, yaitu insufisiensi ginjal, penurunan fungsi ginjal
semakin
dapat
dilihat
lewat
pemeriksaan rutin. Akan tetapi penderita
penderita sudah sedemikian nyata dan
sering tidak mengeluhkan keadaan ini
tindakan
sampai
dimana
dilakukan untuk menyelamatkan pasien.
penurunan fungsi ginjalnya semakin
Pada gangguan fungsi ginjal tahap ketiga
memburuk
dan tahap terakhir apabila tidak ditangani
mencapai
tahap
sehingga
mengganggu
kemampuan sehari-harinya.
dengan
Pada tahap ketiga, yaitu gagal ginjal, gangguan fungsi ginjal serta gejala sudah nyata.
Berkurangnya
menyebabkan
fungsi
penumpukan
ginjal
akan
maka
segera
gangguan
akan
akhirnya memerlukan tindakan yang mahal dan berakibat fatal.
hasil
nitrogen yang beracun bagi tubuh, tubuh
baik
harus
berkembang ke arah yang lebih berat dan
pemecahan protein, yaitu ureum dan
sehingga
perawatan
mengalami
kekurangan protein. Gangguan dalam
D. Hubungan Religiusitas dengan Kebermaknaan Hidup pada Pasien Gagal Ginjal Terminal Dister
(dalam
Afiatin,
1997)
metabolisme lemak akan menyebabkan
mengatakan bahwa Religiusitas adalah
low density lipoprotein (LDL) atau
kualitas
kolesterol
kecenderungan
"buruk"
dan
trigliserida
penghayatan,
sikap
perilaku
beragama
meningkat, sedang HDL atau kolesterol
berdasarkan
"baik" menurun. Dalam jangka panjang
diyakini. Religiusitas sangat penting
hal
gangguan
dimiliki semua orang karena dengan
kardiovaskuler Sementara itu gangguan
menjadi manusia yang religi seseorang
pada
memiliki pandangan yang positif dalam
ini
menimbulkan
metabolisme
karbohidrat
akan
nilai-nilai
dan
hidup.
darah. Kemampuan penderita menjadi
diperlukan oleh pasien gagal ginjal
terganggu dalam pekerjaan atau aktivitas
terminal karena bisa memotivasi mereka
sehari-hari.
dalam menjalani hidupnya. Untuk
terus
juga
yang
menyebabkan peningkatan kadar gula
Tahap akhir dari gangguan fungsi
Religiusitas
agama
sangat
mempertahankan
ginjal, yaitu gagal ginjal terminal, dapat
hidupnya, pasien gagal ginjal terminal
dilihat dari sisa fungsi yang minimal
harus bergantung pada terapi medis
sehingga gejala dan komplikasi pada
seperti
hemodialisa
(cuci
darah),
rutinitas yang membosankan, biaya yang
karena mensyukuri semua yang terjadi
tinggi, dan resiko kematian yang cukup
pada diri mereka.
tinggi turut berdampak pada masalahmasalah psikologis seperti stres, cemas, depresi dan putus asa. Kondisi sulit yang tidak bisa dielakan lagi oleh pasien menuntut kearifan dalam menyikapi secara
positif
penderitaan
yang
dialaminya, untuk itu penting kiranya bagi pasien memaknai hidup agar tetap
Sedangkan pasien dengan tingkat religiusitas
yang
rendah,
cenderung
merasa hidupnya tidak berarti, penuh dengan penderitaan dan putus asa karena tidak ada pondasi dalam dirinya untuk menerima keadaan tersebut. Sejauh mana individu memaknai
dapat mewujudkan diri menjadi manusia
secara
yang memiliki tujuan hidup dan penuh
terkait dengan nilai-nilai religius yang
arti, sehingga tetap merasakan adanya
dijadikan
kebahagiaan dalam penderitaan yang
Individu yang berserah diri kepada
dialaminya.
penciptanya cenderung lebih menerima
Pada pasien gagal ginjal dengan tingkat
religiusitas
yang
tinggi
cenderung bisa menerima keadaan yang terjadi pada dirinya. Menurut sebagian pasien hemodialisa di RSPAU Halim, dengan kondisi yang sulit karena harus bergantung pada terapi rutin yang harus mereka jalani dan penuh dengan resiko kematian yang cukup tinggi membuat mereka lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, sehingga mereka mempunyai motivasi untuk hidup dan memandang hidup lebih berarti. Mereka memandang semua yang terjadi pada dirinya adalah ujian yang harus mereka jalani dengan begitu hidup mereka lebih bermakna
positif
kehidupannya
pedoman
hidup
sangat
olehnya.
keadaan diri atau kodratnya, individu yang mensyukuri segala hal yang terjadi pada dirinya akan dapat merasakan kesenangan
dalam
keyakinannya
terhadap
penderitaan, derita
yang
dialaminya merupakan kehendak sang pencipta memunkinkan dirinya untuk memanjatkan
doa-doa
meringankan
deritanya.
untuk Bastaman
(1996) mengemukakan bahwa ibadah merupakan salah satu metode untuk menemukan makna hidup. Ibadah juga dapat digunakan sebagai terapi bagi seseorang dalam menemukan makna hidup.
Ibadah
berbentuk
disini
ritualitas
bukan
hanya
yang
rutin
dilakukan, melainkan juga hal-hal kecil yang
dapat
memberi
sugesti
2. Variabel Bebas : Religiusitas
pada
seseorang akan nilai-nilai kehidupan. Allport
(dalam
Craps
B. Definisi Operasional Variabel
1993),
Penelitian
mengemukakan bahwa agama sebagai bentuk
dari
religiusitas
yang
merupakan
ciri
terlembagakan
kepribadian berfungsi otomatis yang memiliki
kekuatan
memotivasi
diri
dalam segi pemikiran dan emosi dalam menghadapi makna dan tujuan hidup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
individu
dengan
Definisi
operasional
dalam
penelitian ini adalah : 1. Kebermaknaan hidup merupakan penghayatan
individu
pengalaman-pengalaman
terhadap penting
dan
berharga yang melahirkan nilai-nilai dalam diri individu sehingga merasakan keberhagaan diri yang selanjutnya akan
tingkat
menampilkan aktivitas untuk mencapai
religiusitas yang tinggi akan menemukan
tujuannya, Kebermaknaan hidup diukur
makna
dengan
dengan skala Likert melalui karakteristik
dalam
yang diberikan oleh Bastaman (1996),
penderitaan tetap saja merasa bersyukur
yang meliputi ingin menjadi orang yang
dan menerima keadaan baik susah
berguna
maupun senang dengan memandang
memperjuangkan
hidup penuh arti.
dengan
hidupnya,
kondisi
yang
walaupun
susah
atau
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian
bagi
penuh
lingkungannya, tujuan
hidupnya
semangat,
memiliki
tanggung-jawab terhadap diri sendiri, mampu menentukan sendiri apa yang akan
dilakukannya,
merasa
dirinya
berarti. 2. Religiusitas merupakan penghayatan individu terhadap nilai-nilai ketuhanan
Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan di uji adalah : 1. Variabel Terikat : Kebermaknaan Hidup
pengalaman individu terhadap nilai-nilai agama menuju sebuah penalaran sikap dan
kecenderungan
merujuk
pada
perilaku
sifat-sifat
yang
ketuhanan
dalam
kehidupan
yang
dijalaninya.
Religiusitas diukur dengan skala Likert yang
dimensinya
pendapat
Glock
Robentson,
didasarkan dan
1993)
Stark yang
pada
BAB IV PERSIAPAN, PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN
(dalam
PEMBAHASAN
meliputi
A. Persiapan Penelitian
keyakinan, praktek agama, pengalaman,
Pada penelitian ini terlebih dahulu
pengetahuan, dan konsekuensi.
dipersiapkan alat ukur atau instrumen C. Populasi dan Teknik
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa di RSPAU Halim Jakarta. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang, Teknik pengambilan sampel penelitian
ini
yang
terdiri
dari
skala
religiusitas yang mengacu pada dimensi
Pengambilan Sampel
dalam
penelitian,
religiusitas yang dikemukakan Glock dan Stark (dalam Robentson, 1993), dan skala
kebermaknaan
mengacu
pada
hidup
yang
karakteristik
kebermaknaan hidup yang dikemukakan oleh Bastaman (1996).
menggunakan
nonprobability sampling. Adapun teknik
B. Pelaksanaan Penelitian
nonprobabilty sampling yang digunakan
Pada
adalah aksidental sampling.
pengumpulan
data
ini,
peneliti
menggunakan try out terpakai, yaitu data
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini
penelitian
teknik
menggunakan
kuesioner dengan metode skala, yang
yang diperoleh dengan system try out dalam penyebaran skala dan sekaligus juga digunakan sebagai data dalam penelitian. Kuesioner
disebarkan
kepada
terdiri dari skala kebermaknaan hidup
pasien hemodialisa di RSPAU Halim
dan skala religiusitas.
yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
C. Hasil Penelitian
b. Uji Reliabilitas Hasil
1. Deskripsi Responden Responden berjumlah
30
dalam
penelitian
orang
yang
ini
berjenis
kelamin perempuan sebanyak 16 orang dan laki-laki sebanyak 14 orang dengan rentangan usia berkisar 21 – 50 tahun . 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala 1). Skala Kebermaknaan Hidup
uji
reliabilitas
alat
ukur,
diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0.958. 3. Hasil Uji Analisis Data Penelitian Hasil
uji
Kolmogorof
normalitas
Smirnov
dengan
menunjukkan
bahwa pada skala Kebermaknaan Hidup diperoleh
nilai
signifikansi
sebesar
0, 200 (p > 0,05 ) hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor Kebermaknaan
a. Uji Validitas 20 item skala Kebermaknaan Hidup yang diujicobakan terdapat 19 item yang valid dan 1 item yang gugur. Dari 19 item yang valid tersebut memiliki korelasi total item antara 0.401 - 0.685 .
Hidup pada subjek penelitian adalah normal.
Untuk
skala
Religiusitas
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,200 ( p > 0,05 ) hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor Religiusitas pada subjek penelitian adalah normal.
b. Uji Reliabilitas Hasil uji reliabilitas, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0.898.
4. Uji Hipotesis Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dengan menggunakan
2) Skala Religiusitas
teknik
korelasi
pearson’s.
a. Uji Validitas
product
Diperoleh
nilai
moment korelasi
sebesar 0,002 ( p < 0,05 ). Maka H0 40
skala
Religiusitas
yang
ditolak dan Ha diterima. Hasil tersebut
diujicobakan terdapat 34 item yang valid
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
dan 6 item yang gugur. Dari 34 item
positif dan signifikan antara Religiusitas
yang valid tersebut memiliki korelasi
dengan
Kebermaknaan
Hidup
total item antara 0,302 - 0,841.
Pasien
Gagal
Terminal
RSPAU Halim.
Ginjal
pada Di
kebermaknaan
D. Pembahasan Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menguji hubungan religiusitas dengan kebermaknaan hidup pada pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa
Hasil analisis korelasi religiusitas dengan kebermaknaan hidup diperoleh rxy sebesar 0,511 dan p sebesar 0,002 nilai p < 0,05 menunjukan bahwa ada positif
dan
bahwa responden yang berada pada religiusitas sedang dengan kebermaknaan hidup rendah sebanyak 1 (3.3%), dan religiusitas sedang dengan kebermaknaan
signifikan
Sedangkan religiusitas tinggi dengan kebermaknaan hidup sedang sebanyak 10 (33.3%),
pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisa di RSPAU Halim, Jakarta. Arah hubungan yang menunjukan
bahwa
semakin
tinggi religiusitas, maka semakin tinggi pula kebermaknaan hidup pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa. Begitu pula sebaliknya semakin rendah religiusitas, maka semakin rendah pula kebermaknaan hidup pasien gagal ginjal
Hasil kategorisasi menunjukkan bahwa secara umum religiusitas subjek penelitian berada pada kategori sedang. pula
halnya
dengan
kebermaknaan hidup subjek penelitian yang berada pada kategori sedang. Sedangkan norma
hasil
religiusitas
crostabulasi dengan
sedang
dengan
(16.7%), Berdasarkan hasil crostabulasi norma kebermaknaan hidup ditinjau dari jenis kelamin menunjukkan bahwa pria yang berada pada kebermaknaan hidup rendah sebanyak 1 (3.3%), pria yang berada pada kebermaknaan hidup sedang sebanyak 12 (40%), pria yang berada pada
kebermaknaan
hidup
tinggi
sebanyak 1 (3.3%). sedangkan pula halnya dengan norma kebermaknaan hidup ditinjau dari jenis kelamin pada wanita menunjukan bahwa perempuan
yang menjalani terapi hemodialisa.
Demikian
religiusitas
kebermaknaan hidup tinggi sebanyak 5
religiusitas dengan kebermaknaan hidup
positif
menunjukkan
hidup sedang sebanyak 14 (46.7%).
di RSPAU Halim, Jakarta.
hubungan
hidup
antara norma
yang berada pada kebermaknaan hidup rendah sebanyak 0 (0%), perempuan yang berada pada kebermaknaan hidup sedang sebanyak 12 (40%), perempuan yang berada pada kebermaknaan hidup tinggi sebanyak 4 (13.3%). Dilihat dari nilai mean empirik, perempuan cenderung memiliki tingkat
religiusitas (125,75) dan kebermaknaan hidup
(68,44)
dibandingkan
yang
lebih
laki-laki.
Hal
tinggi ini
Dilihat dari nilai mean empirik pada usia 41 -50 tahun cenderung memiliki tingkat
religiusitas
(129,56)
dan
dikarenakan perempuan cenderung lebih
kebermaknaan hidup (71,22) yang lebih
sering memakai pikiran serta perasaan
tinggi dibandingkan dengan usia yang
dalam
kehidupannya.
lainnya. Hal ini dapat terjadi karena pada
Sedangkan laki-laki cenderung lebih
usia tersebut individu cenderung sudah
rendah tingkat religiusitas (121,00) dan
mulai memikirkan kehidupan rohani
kebermaknaan hidup (56,29). Hal ini
dengan cara mendekatkan diri pada
dikarenakan laki-laki lebih acuh dan
Tuhan dibandingkan kehidupan duniawi.
cenderung memiliki pikiran yang praktis
Sedangkan
dalam
memiliki tingkat religiusitas (125,21)
menyikapi
menyikapi
kehidupan
yang
dijalani.
usia
31-40
tahun
dan tingkat kebermaknaan hidup (62,57
Hasil crostabulasi antara usia dengan
pada
hidup
dikarenakan individu masih cenderung
menunjukkan bahwa responden dengan
fokus memikirkan kehidupan duniawi
usia 21- 30 berada pada kebermaknaan
dengan
hidup rendah sebanyak 1 (3.3%), pada
seperti bekerja. Sedangkan pada individu
kebermaknaan hidup sedang sebanyak 6
dengan usia 21-30 tahun memiliki
(20%), pada kebermaknaan hidup tinggi
tingkat religiusitas (112,43) dan tingkat
sebanyak 0 (0%). Kemudian pada usia
kebermaknaan
31 – 40 berada pada kebermaknaan
cenderung agak rendah dibandingkan
hidup rendah sebanyak 0 (0%), pada
pada usia diatas usia tersebut. Individu
kebermaknaan hidup sedang sebanyak 14
cenderung agak sedikit menurun dalam
(46.67%), pada kebermaknaan hidup
kehidupan religiusitas, karena di usia
tinggi sebanyak 0 (0%). Sedangkan pada
tersebut mereka masih tergolong usia
usia 41 - 50 berada pada kebermaknaan
produktif untuk bekerja sehingga mereka
hidup rendah sebanyak 0 (0%), pada
lebih
kebermaknaan hidup sedang sebanyak 4
duniawi.
(13.3%),
norma
pada
kebermaknaan
yang agak sedikit menurun. Hal ini
kebermaknaan
tinggi sebanyak 5 (16.7%)
hidup
masih
sering
melakukan
hidup
kegiatan
(52,29)
memikirkan
yang
kehidupan
dengan cara menambah waktu dan
BAB V
variasi kegiatan keagamaan. Adapun
PENUTUP
hal-hal yang dapat dilakukan yaitu,
A. Simpulan
beribadah secara berjamaah (bersama-
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa ada
sama), dan membaca buku-buku agama. 2. Bagi peneliti selanjutnya
hubungan positif dan signifikan antara
Penulis
menyarankan
untuk
religiusitas dengan kebermaknaan hidup
mengikutsertakan dan memperhatikan
pada pasien gagal ginjal terminal yang
faktor-faktor lainnya seperti usia, dan
menjalani terapi hemodialisa di RSPAU
lama menderita gagal ginjal yang diduga
Halim, Jakarta. Arah hubungan yang
berpengaruh
positif menunjukkan bahwa semakin
hidup, sehingga diperoleh hasil yang
tinggi religiusitas, maka semakin tinggi
maksimal
terhadap
kebermaknaan
pula kebermaknaan hidup pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisa. Begitu pula sebaliknya semakin
rendah
semakin
rendah
religiusitas, pula
maka
kebermaknaan
hidup pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisa. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi Subjek Penelitian Penulis
menyarankan
untuk
mengambil makna positif dari keadaan yang terjadi pada pasien gagal ginjal dengan
meningkatkan
kebermaknaan
hidup melalui penguatan religiusitas
DAFTAR PUSTAKA Adisubroto, D.A. (1992). Sifat religiusitas pada suku bangsa Jawa dan suku bangsa Minangkabau. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada. No. 1. 5-11. Afiatin, T. (1997). Religiusitas Remaja: Studi Tentang Kehidupan Beragama di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal psikologi. No. I. Tahun XXV, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ancok, D & Nashori, F. (2000). Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar,
S. (2004). Reliabilitas & validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bastaman, H.D. (1996). Meraih hidup bermakna. Paramadina, Jakarta.
bahasa : Handoyo, Y.S. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Bastaman, H.D. (1998). Adakah harapan di tanah tipis harapan? Mengenang Viktor Frankl pendiri Logoterapi (1904-1997). Psikologika Nomor 5 Tahun III 1998, Jakarta.
Robentson, R. (1993). Agama dalam analisa dan interpretasi sosiologi. Jakarta: Rajawali.
Carpenter, C.B, & Lazarus, J.M. (1984). Dyalisis and transplantation in the treatment of renal failure. New Jersey: McGraw-Hill International Book Company.
Santoso, J. (2008) Kasus gagal ginjal di Indonesia tinggi. www.antara.com, 18 Agustus. Tanggal akses 16 April 2009.
Cremers, A. (1995). Tahap-tahap perkembangan kepercayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Sidabutar, R.P & Suharjono (1992). Gizi pada gagal ginjal kronik : Beberapa aspek penatalaksanaan. Jakarta: Perhimpunan Nefrologi Indonesia.
Daugirdas, J.T., Blake, P.G., & Ing, T.S. (2001). Handbook of dialysis (3 ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Hawari, D. (2007). Psikoterapi Doa. http://www.ishlah.com/index.php . Tanggal Akses 14 Desember 2010. Kartono, Darmarini, F. & Roza R. (1992). Penyusunan diet pada penderita gagal ginjal kronik dengan dialisis. Jakarta: Perhimpunan Nefrologi Indonesia. Koeswara, E. (1987). Psikologi eksistensial : Suatu pengantar. Bandung: PT. Eresco. Koeswara, E. (1992). Logoterapi, psikoterapi Viktor Frankl. Yogyakarta: Kanisius. Michael J. (1986). Chronic renal failure: End-stage management. Medicine International, vol 2. 1317-1320. Pearce, E.C. (1995). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Alih
Schultz, D. (1991). Psikologi pertumbuhan. Jakarta: Kanisius. Sugiyono. (2003). Statistika untuk penelitian. Bandung : CV Alfabeta. Tierney, L.M., Jr, McPhee, S.J., Papdakis, M.A. & Schroeder, S.A. (1993). Current medical diagnosis & treatment: A lange medical book. New Jersey: Prentice-Hall International. Uyun, Q. (1998). Religiusitas dan motif berprestasi mahasiswa. Psikologika. Universitas Islam Indonesia. No.6. Thn III. 45-53. Waspadji, S., R.A. Gani, S. Setiati., & I. Alwi. (1996). Bunga rampai ilmu penyakit dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Yalom,
I. D. (1980). Existensial psychotherapy. New York: Basic Books, Inc. Publishers.