ISSN : 1907-6304
UNIVERSALITAS EKONOMI ISLAM Universal Islam Economic Elma MuncarAditya *) Abstract Researcher has questing to economic system goodness. The islam economic system has aplicating begin interest from researcher since period Rasulullah Muhamad SAW. This problem is convensional economic system apparently swerve from the beginning purpose, that is create the prosperity. Islam economic system is begin aplicate because it's not thought from only islam community but for all community. This problem is show with many universal characteristic in the islam economic.
Keyword: Economic System, Prosperity. Universal Abstrak Pencarian para ilmuwan terhadap sistem ekonomi yang terbaik terus dilak:ukan. Belakangan ini sistem ekonomi Islam yang telah diterapkan sejak jaman Rasulullah Muhamad SAW mulai dilirik oleh beberapa ahli.Hal ini disebabkan sistem dwnomi konvensional ternyata telah melenceng dari tujuannya semula yaitu mewujudkan kesejahteraan bersama. Sistem ek:onomi Islam mulai dilirik karena sistem ek:onomi Islam bukan hanya diciptakan untuk umat Islam saja tetapi untuk seluruh umat manusia. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa karakteristik dalam sistem ek:onomi Islam yang bersifat universal.
Kata Kunci: Sistem ekonomi, K ejahteraan, Universalitas.
1. Latar Belakang Wacana mengenai ek:onomi Islam sudah bukan merupakan hal yang asing bagi kita. Wacana mengenai ek:onomi islam ini muncul karena belakangan nwlai ditemukan beberapa kelemahan dari sistem ek:onomi konvensional yang berada di bawah naungan kapitalisme. Kapitalisme dianggap gagal dalam mewujudkan cita-cita semula dari sebuah sistem ek:onomi yaitu kesejahteraan bersama. Banyak indikasi kegagalan kapitalisme tersebut, anatara lain: Pertama, Ekonomi konvensional yang berlandaskan pada sistem ribawi, ternyata semakin menciptakan ketimpangan pendapatan yang hebat dan ketidak-adilan ek:onomi.Kedua. Ekonomi kapitalisme tersebut juga telah menciptakan *) Staff Pengajar STIE Widya Manggala Semarang
UNIVERSAI.lTAS EKONOMIS I LAM
ElmaMuncar Aditya
I
87
krisis moneter dan ekonomi di banyak negara. Di bawah sistem kapitalisme, krisis demi krisis terjadi terusmenerus,Sti,jaktahun 1923, 1930, 1940, 1970,1980,1990, 1997bahkansampai sekamng. Banyak negara senantiasa terancam krisis susulan di masa depan jika sistem kapitalisme terus dipertahankan. Ketiga, Ekonomi kapitalisme banyak memiliki kekeliruan dan kesalahan dalam sejumlah premisnya, terutama rasionalitas ekonomi yang telah mengabaikan dimensi moral (Agustianto). Pendapat tersebut diperkuat olehAhmad (dalamAgustianto, 2007)) yang mengatakan bahwa paradigma ekonomi konvensional yang muncul saat ini bercirikan pada paradigma yang berupaya melepaskan ilmu ekonomi dari semua kaitan transendental dan kepedulian etika, agama dan nilainilai moral. Pendekatan yang sangat sekuler dan berorientasi duniawi, positivistik dan pragmatis. Lebih dari itu, ilmu ekonomi, berkembang sebagai sebuah disiplin yang semata-mata mengitari pusat kepentingan diri, usaha pribadi, mekanisme pasar dan motif mencari keuntungan semata. Semua ini pada gilirannya berakibat pada kemelut sejarah ekonomi kapitalis, saat ia tercerabut dari matrik budaya dan nilai-nilai dalam menganalisis dan menformulasi pemecahan masalah ekonomi. Hal ini sangat logis jika kita menilik dari ideologi sistem ekonomi kapitalis itu sendiri. Sistem ekonomi kapitalisme berakar pada kepentingan pribadi. Smith (dalam Eldine, 2007) mengatakan bahwa motif manusia melakukan kegiatan ekonomi adalah atas dasar dorongan kepentingan pnbadi, yang bertindak sebagai tenaga pendorong yang m.embimbing manusia mengerjakan apa saja asal masyarakat sedia membayar. Hal ini berarti seseorang akan terdorong untuk selalu memikirkan diri sendiri, memperkaya diri sendiri, dan mengabaikan rasa perikemanusiaan tarhadap yang lain. Prinsip ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang sangat menjunjung tinggi kebersamaan dan gotong royong. Dan di Indonesia sistem ekonomi kapitalis sebenamya melanggar Pancasila sebagai ideologi bangsa, yaitu sila kedua:kemanusiaan yang adil dan beradab, sila ketiga:persatuan Indonesia, dan sila kelima: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dari berbagai analisa para ekonom dapat disimpulkan. bahwa teori ekonomi telah mati karena beberapa alasan. Pertama, teori ekonomi Barat (kapitalisme) telah menimbulkan ketidakadilan ekonomi yang sangat dalam, khususnya karena sistem moneter yang hanya menguntungkan Barat melalui hegemoni mata uang kertas dan sistem ribawi. Kedua, teori ekonomi kapitalisme tidak mampu mengentaskan masalah kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Ketiga, paradigmanya tidak mengacu kepada kepentingan masyarakat secara menyeluruh, sehingga ada dikotomi antara individu, masyarakat dan negara. Keempat, teori ekonominya tidak mampu menyelaraskan hubungan antara negara-negara di dunia, terutama antara negara-negara maju dan negara berkembang. Kelima, terlalaikannya pelestarian sumber daya alam (Agustianto). Dengan adanya permasalahan-permasalahan dalam sistem ekonomi konvensional - yang masih juga kita anut sampai sekarang ini - maka kita sangat m.embutuhkan sebuah sistem ekonomi yang dapat mewujudkan kesejahteraan bersama.
Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :87 - 98
2. Pembahasan 2.1. Ekonomi Islam vs Ekonomi Konvensional Perbedaan dasar antara ekonomi Islam dan konvensional dapat dilihat dari beberapa sudut yaitu: 2.1.1. Sumber (Epistemology) Sebagai sebuah addin yang syumul, sumbernya berasaskan kepada sumber yang mutlak: yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Al-Qur'an dan As-Sunnah ini menyuruh k:ita memprak:tikkan ajaran wahyu tersebut dalam semua aspek kebidupan termasuk soal muamalah. Kesemuanya itu menjurus kepada suatu tujuan yaitu pembangunan seimbangjasmani dan rohani manusia berasaskan tauhid. Sedangkan ekonomi konvensional tidak: bersumber atau berlandaskan wahyu. Ia lahir dari pemik:iran manusia yang bisa berubah berdasarkan wak:tu atau masa sebingga diperlukan mak:lumat yangbaru. 2.1.2. TujuanKebidupan Tujuan ekonomi Islam membawa kepada konsep al-falah (k:ejayaan) di dunia dan ak:hirat, sedangkan ekonomi sekuler untuk kepuasan dunia saja. Ekonomi Islam meletak:kan manusia sebagai khalifah di bumi ini di muka bumi ini di mana segala bahan-bahan yang ada di bumi dan langit adalah diperuntukkan untuk manusia. 2.1.3. Konsep Harta sebagai Wasilah Di dalam Islam harta bukanlah merupakan tujuan hidup tetapi sekedar wasilah atau perantara bagi mewujudkan perintah Allah SWT. Harta bukanlah tujuan utama kehidupan tetapi sebagai jalan bagi mencapai nikmat ketenangan kebidupan di dunia hingga ke alam ak:hirat. Ini berbeda dengan ekonomi konvensional yang meletak:kan keduniaan sebagai tujuan yang tidak mempunyai kaitan dengan Tuhan dan ak:hirat sama sekali. Mereka membentuk sistem-sistem yang mengikuti selera nafsu mereka guna memuaskan kehendak: materiil mereka semata. Oleh karena itu, sistem konvensional mempunyai tujuan keuntungan tanpa memedulikan nilai wahyu, maka mereka mengutamakan kepentingan individu atau kepentingan golongan tertentu serta menindas golongan atau individu yang lemah dan berprinsip siapa kuat dialah yang berkuasa (Nasution, et.al, 2006). Sedangkan menwut Rosadi (2007), perbedaan yang mendasar antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya khususnya sistem ekonomi Kapitalis, mencakup perbedaan pandangan tentang : A. Penetapan problematika ekonomi serta solusi untuk mengatasinya. B. Konsep kepemilikan harta kekayaan. C. Konsep tentang pengelolaan kepemilikan harta. D. Konsep tentang distribusi kekayaan di tengah masyarakat. A. Problematika Ekonomi dan Solusinya Terdapat perbedaan penting antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya, khususnya Kapitalis dalam memandang apa sesungguhnya yang menjadi permasalahan ekonomi manusia. Menurut sistem ekonomi kapitalis, permasalahan ekonomi yang sesungguhnya adalah kelangkaan (scarcity) barang dan jasa. Hal ini karena setiap manusia mempunyai kebutuhan yang beranekaragam dan jumlabnya tidak terbatas sementara sarana pemuas (barang dan jasa) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia terbatas.Sebagai catatan yang dimaksud kebutuhan di sini mencakup kebutuhan (need) dan keinginan (want), sebab menurut pandangan ini pengertian antara kebutuhan (need) dan keinginan (want) adalah dua hal yang sama, yakni kebutuhan itu
UNIVERSAI.lTAS EKONOMIS I LAM
ElmaMuncar Aditya
I
89
sendiri. Setiap kebutuhan yang ada pada diri manusia tersebut menuntut untuk dipenuhi oleh alatalat dan sarana-sarana pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Oleh karena di satu sisi kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas sementara alat dan sarana yang digunakan untuk memenuhinya terbatas, maka muncullah konsep kelangkaan. Dari pandangan tersebut di atas maka sistem ekonomi kapitalis menetapkan bahwa problematika ek:onomi akan muncul pada setiap diri individu, masyarakat atau negara karena adanya keterbatasan barang dan jasa yang ada pada diri setiap individu, masyarakat atau negara untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Karena itu disimpulkan bahwa problematika ek:onomi yang sesungguhnya adalah karena adanya kelangkaan (scarcity}. Dari sinilah muncul pandangan dasar terhadap problematika ekonomi, yaitu tidak seimbangnya antara kebutuhan yang tidak terbatas dengan alat dan sarana pemuasnya yang terbatas. Sehingga dengan demikian barang danjasa yang ada tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan manusia secara menyeluruh. Pada saat itulah masyarakat akan menghadapi problematika ek:onomi, yaitu kelangkaan atau keterbatasan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.Alabat pasti dari kelangkaan dan keterbatasan ini adalah adanya sebagian kebutuhan yang senantiasa tidak terpenuhi secara sempuma atau bahkan tidak terpenuhi sama sekali. Dan pandangan demikian muncul pula solusi pemikiran untuk memecahkan problematika ek:onomi tersebut dengan jalan menitikberatkan pada aspek produksi dan pertumbuhan sebagai upaya untuk meningkatkan barang dan jasa agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Karena itulah maka sistem ek:onom Kapitalis menitikberatkan perhatiannya pada upaya pemngkatkan produksi nasional dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Perhatian yang begitu besar terhadap aspek produksi dan pertumbuhan seringkali justru mengabaikan aspek distribusi dan kesej'ahteraan masyarakat banyak. Hal ini dapat dilihat dari keberpihakan yang sangat besar kepada para konglomerat, sebab pertumbuhan yang tinggi dengan mudah dapat dicapai dengan jalan ek:onomi konglomerasi dan sulit ditempuh dengan mengandalkan ekonomi kecil dan menengah. Karena sangat mengandalkan pada pertumbuhan dwnomi suatu negara,maka sistemek:onomi kapitalis tidak lagi memperhatikan apakah pertumbuhan ek:onomi yang dicapai betul-betui riil yakni lebih mengandalkan sektor riil atau pertumbuhan ekonomi tersebut hanyalah semu, yakni mengandalkan sektor non-riil (sektor moneter). Dalam kenyataannya, sistem ekonomi kapitalis pertumbuhannya lebih dari 85 % ditopang oleh sektor non-riil dan sisanya sektor riil. Akibatnya adalah ketika sektor moneter ambruk, maka ekonomi negara-negara yang menganut sistem ekonomi kapitalis juga ambruk. Berbeda dengan sistem ek:onomi kapitalis, maka sistem ekonomi Islam menetapkan bahwa problematika ekonomi yang utama adalah masalah rusaknya distribusi kekayaan di tengah masyarakat. Menurut Islam, pandangan sistem ekonomi kapitalis yang menyamakan antara pengertian kebutuhan (need) dengan keinginan (want) adalah tidak tepat dan tidak sesuai dengan fakta. Keinginan (want) manusia memang tidak terbatas dan cenderung untuk terus bertambah dari waktu ke waktu. Sementara itu, kebutuhan manusia ada kebutuhan yang sifatnya merupakan kebutuhan pokok (al hajat al asasiyah) dan ada kebutuhan yang sifatnya pelengkap (al hajat al
kamaliyat) yakni berupa kebutuhan sek:under dan tersier. Kebutuhan pokok manusia berupa pangan, sandang dan papan dalam kenyataannya adalah terbatas. Setiap orang yang telah kenyang makan makanan tertentu maka pada saat itu sebenamya kebutuhannya telah terpenuhi dan dia tidak memmtut untuk makan makanan lainnya.Setiap orangyangsudah memiliki pakaian tertentu meski.pun hanya beberapa potong saja, maka sebenamya kebutuhan dia akan pakaian sudah terpenuhi.
Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :87 - 98
Demikian pula jika orang telah menempati ru:mah tertentu untuk tempat tinggal meskipun hanya dengan jalan menyewa maka sebenamya kebutuhannya akan ru:mah tinggal sudah terpenuhi. Danjika manusia sudah mampu memenuhi kebutuhan pokolmya maka sebenarnya dia sudah dapat menjalani kehidupan ini tanpa mengalami kesulitan yang berarti. Adapun kebutuhan manusia yang sifatnya pelengkap (sekunder dan tersier) maka memang pada kenyataannya selalu berkembang terns bertambah seiring dengan tingkat kesejahteraan individu dan peradaban masyarakatnya. Namun perlu ditekankan disini bahwa jika seorang individu atau suatu masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan pelengkapnya, namun kebutuhan pokolmya terpenuhi, maka individu atau masyarakat tersebut tetap dapat menjalani kehidupannya tanpa kesulitan berarti. Oleh karena itu anggapan orang kapitalis bahwa kebutuhan manusia sifatnya tidak terbatas adalah tidak tepat sebab ada kebutuhan pokok yang sifatnya terbatas selain niemang ada kebutuhan pelengkap yang selalu berkembang dan terns bertambah. Berbeda halnya dengan kebutuhan manusia, maka keinginan manusia memang tidak terbatas. Sebagai contoh seseorang yang sudah dapat makan kenyang kebutuhan akan makanan sudah terpenuhi tentunya ia dapat saja menginginkan makanan lainnya sebagai variasi dari makanannya. Demikian pula seseorang yang telah berpakaian kebutuhan akan pakaian telah terpenuhi tentunya dapat pula menginginkan pakaian lainnya yang lebih bagus dan lebih mahal. Contoh lainnya adalah seseorang yang telah memiliki rumah tinggal kebutuhan papannya telah terpenuhi tentunya dapat saja menginginkan ru:mah tinggal yang lebih besar dan lebih banyak. Oleh karena itu sebenamya kebutuhan pokok manusia sifatnya terbatas adapun keinginan manusia memang tidak pemah akan habis selama ia masih hidup.Oleh karena itulah pandangan orang-orang kapitalis yang menyamakan antara kebutuhan dan keinginan adalah tidak tepat dan tidak sesuai dengan fakta yang ada. Karena itulah permasalahan ekonomi yang sebenamya adalahjika kebutuhan pokok setiap individu masyarakat tidak terpenuhi. Sementara itu barang danjasa yang ada, kalau sekedar untuk memenuhi kebutuhan pokok seluruh manusia, maka jumlah sangat mencukupi. Namun karena distribusinya sangat timpang dan rusak, maka akan selalu kita tenwkan - meskipun di negaranegara kaya orang-orang miskin yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok mereka secara layak. Atas dasar inilah maka persoalan ekonomi yang sebenarnya adalah rusaknya distribusi kekayaan di tengah-tengah masyarakat. Dan untuk mengatasinya maka menurut sistem ekonomi Islam, haruslah dengan jalan memberi perhatian yang besar terhadap upaya perbaikan distribusi kekayaan di tengah masyarakat, namun aspek produksi dan pertumbuhan tetap tidak diabaikan.
B. Konsep Kepemilikan Barta kekayaan. Perbedaan lainnya antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah dalam hal konsep kepemilikan harta. Pandangan tentang kepemilikan harta berbeda antara sistem ekonomi Sosialis dengan sistem ekonomi Kapitalis serta berbeda juga dengan sistem ekonomi Islam Kepemilikan harta (barang dan jasa) da1am Sistern Sosialisd.Ibatasi dari segi jumlah(kuantitas), namun dibebaskan dari segi cara (kualitas) memperoleh harta yang dimiliki. Artinya cara memperolebnya dibebaskan dengan cara apapun yang yang dapat dilakukan. Sedangkan menurut pandangan Sistem Ekonomi Kapitalis jumlah (ku.antitas) kepemilikan harta individu berikut cara memperolebnya (kualitas) tidak dibatasi, yalmi dibolehkan dengan cara apapun selama tidak mengganggu kebebasan orang lain. Sedangkan menurut sistem ekonomi Islam kepemilikan harta
UNIVERSAI.lTAS EKONOMIS I LAM
ElmaMuncar Aditya
I
91
dari segi jumlah (kuantitas) tidak dibatasi namun dibatasi dengan cara-cara tertentu (kualitas) dalam memperoleh harta (ada aturan halal dan haram). Demikian juga pandangan tentangjenis kepemilikan harta. Di dalam sistem ekonomi sosialis tidak dikenal kepemilikan individu (private property). Yang ada hanya kepemilikan negara (state property) yang dibagikan secara merata kepada seluruh individu masyarakat. Kepemilikan negara selamanya tidak bisa dirubah menjadi kepemilikan individu. Berbeda dengan itu di dalam Sistem Ekonomi Kapitalis dikenal kepemilikan individu (private property) serta kepemilikan umu:m (public property). Perhatian Sistem Ekonomi Kapitalis terhadap kepemilikan individu jauh lebih besar dibandingkan dengan kepemilikan umu:m. Tidak jarang kepemilikan umu:m dapat diubah menjadi kepemilikan individu denganjalanprivatisasi. Berbeda lagi dengan Sistem Ekonomi Islam, yang mempunyai pandangan bahwa ada kepemilikan individu (private property), kepemilikan umu:m (public property) serta kepemilikan negara (state property). Menurut Sistem Ekonomi Islam, jenis kepemilikan umu:m khususnya tidak boleh diubah menjadi kepemilikan negara atau kepemilikan individu.
C. Konsep Pengelolaan Kepemilikan Barta kekayaan Perbedaan lainnya antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah dalamhal konsep pengelolaan kepemilikan harta.baik dari segi nafkah maupun upaya pengembangan kepemilikan. Menurut sistem ekonomi kapitalis dan sosialis, harta yang telah dimiliki dapat dipergunakan (konsumsi) ataupun di kembangkan (investasi) secara bebas tanpa memperhatikan aspek halal dan haram serta bahayanya bagi masyarakat. Sebagai contoh, membeli dan mengkonsumsi minuman keras (khamr) adalah sesuatu yang dibolehkan, bahkan upaya pembuatannya dalam bentuk pendirian pabrik-pabrik minuman keras dilegalkan dan tidak dilarang. Sedangkan menurut Islam harta yang telah dimiliki, pemanfaatan (konsumsi) maupun pengembangannya (investasi) wajib terikat dengan ketentuan halal dan haram. Dengan demikian maka membeli, mengkonsumsi barang-barang yang haram adalah tidak diperkenankan (dilarang). Termasukjuga upaya investasi berupa pendirianpabrik barang-barang haramjuga dilarang. Karena itulah memproduksi, menjual, membeli dan mengkonsumsi minuman keras adalah sesuatu yang dilarang dalam sistem ekonomi Islam. D. Konsep Distribusi Barta kekayaan di Tengah Masyarakat. Perbedaan lainnya antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah dalam hal konsep distribusi kekayaan di tengah masyarakat. Menurut sistem ekonomi sosialis, distribusi kekayaan di tengah masyarakat dilakukan oleh negara secara nwtlak. Negara akan membagikan harta kekayaan kepada individu rakyat dengan sama rata, tanpa memperhatikan lagi kedudukan dan status sosial mereka. Akibatnya adalah meskipun seluruh anggota masyarakat memperoleh harta yang sama, namun penghargaan yang adil terhadap jerih payah setiap orang menjadi tidak ada. Sebab berapapun usaha dan produktivitas yang mereka hasilkan, tetap saja mereka memperoleh pembagian harta (distribusi) yang sama dengan orang lain, meskipun orang tersebut memberikan jerih payah yang kecil atau bahkan sama sekali tidak bekerja. Karena itulah sistem ekonomi sosialis menolak mekanisme pasar (harga) dalam distribusi kekayaan. Berbeda juga dengan sistem ekonomi kapitalis yang lebih mengandalkan pada mekanisme pasar (harga) dan menolak sejauh mungkinperanan negara secara langsung dalam mendistribusikan harta di tengah masyarakat. Menurut mereka mekanisme harga (pasar) dengan invisible hands-
Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :87 - 98
nya akan secara otomatis memhuat distrihusi kekayaan di tengah masyarakat. Karena itulah maka sistem ekonomi kapitalis akanmengahaikan setiap orang yang tidak mampu mengikuti mekanisme pasar dengan haik. Seolah-olah menurut mereka hanya orang-orang yang mampu mengikuti makanisme pasar artinya mampu mengikuti persaingan pasarlah yang layak hidup. Sedangkan orang-orang lemah, jottq>O, cacat tidaklah layakuntukhidup, sebah hanya menjadi behan masyarakat. Sedangkan sistem ekonomi Islam, dalam hal distrihusi kekayaan di tengah masyarakat, selain mengandalkan mekanisme ekonomi yang wajar juga mengandalkan mekanisme non ekonomi. Dalam persoalan distrihusi kekayaan yang timpang di tengah masyarakat, Islam melalui sistem ekonomi Islam telah menetapkan herhagai mekanisme tertentu yang digunakan untuk mengatasi persoalan distrihusi. Mekanisme distrihusi yang ada dalam sistem ekonomi Islam secara garis hesar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok mekanisme, yaitu (1) apa yang disehut mekanisme ekonomi dan (2) mekanisme non-ekonomi. Mekanisme ekonomi adalah mekanisme utama yang ditempuh oleh Sistem Ekonomi Islam untuk mengatasi persoalan distrihusi kekayaan. Mekanisme dijalankan dengan jalan memhuat herhagai ketentuan yang menyangkut kegiatan ekonomi yang herkaitan dengan distrihusi kekayaan. Dengan sejumlah ketentuan-ketentuan yang menyangkut herhagai kegiatan ekonomi tertentu, diyakini distrihusi kekayaan itu akanherlangsung normal. Namun jika mekanisme ekonomi tidak dapat atau helum mampu herjalan untuk mengatasi persoalan distrihusi, haik karena sehah-sehah alamiah yang menimhulkan kesenjangan, atau pun kondisi-kondisi khusus seperti karena hencana alam, kerusuhan dan lain sehagainya, maka Islam memiliki sejumlah mekanisme non-ekonomi yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan distrihusi kekayaan. Dengan demikian dapat diketahui hahwa Sistem Ekonomi Islam sangat herheda dengan Sistem Ekonomi Kapitalis yang untuk terjadinya distrihusi kekayaan mengandalkan (hanya) kepada mekanisme(harga) pasar. Mereka percaya hahwa dengan menggenjot produksi, tangan tak kelihatan (the invisible-hand) dalam mekanisme pasar akan mengatur distrihusi kekayaan secara rasional. Bila kesejahteraan individu dicapai, resultantenya akan tercipta pula kesejahteraan hersama. Kenyataannya, tangan-tangan tak kelihatan itu tidaklah muncul dengan sendirinya dalam mekanisme pasar. Dengan pola seperti itu, yang terjadi justru yang kaya makin kaya dan yang miskin hertamhah miskin. Kesejahteraan hersama menjadi sekadar harapan. Fenomena perkampungan kumuh, getho, atau apapun namanya, yang merupakan kantong-kantong penduduk miskin di tengah gemerlapnya kota metropolitan di herhagai helahan dunia sehagai hentuk kesenjangan ekonomi yang sangat mencolok, merupakan hukti sangat nyata dari kegagalan sistem distrihusi yang sekadar mengandalkan mekanisine pasar.Tangan tak kelihatan yang diharapkan itu temyata tidak dengan sendirinya muncul. Tegasnya, distrihusi kekayaan secara lebih haik tidak hisa dilakukan hila hanya mengandalkan mekanisme ekonomi saja (itupun hanyak kegiatan seperti herhagai jenis kegiatan rihawi, juga judi, yang hila dicermatijustru menimhulkan hambatan terhadap lancamya distrihusi kekayaan).Maka mestinya harus ada pula mekanisme non ekonomi yang dapat diterapkan untuk mengatasi persoalan distrihusi. Kemudian Marthon (2004) mengungkapkanjuga hahwa hal-hal yang membedakan ekonomi Islam secara operasional dengan ekonomi sosialis maupun kapitalis adalah:
UNIVERSAI.lTAS EKONOMIS I LAM
Elma Muncar Aditya
I
93
a. Dialektika Nilai-nilai Spiritualisme dan Materialisme Sistem perekonomian kontemporer hanya peduli terhadap peningkatan utilitas dan nilai-nilai materialisme suatu barang tanpa menyentuh nilai-nilai spiritualisme dan etika kehidupan masyarakat. b. ](ebebasan berekononrl Dalam kerangka merealisasikan konsep kebebasan individu pada kegiatan ekonomi, kapitalisme menekankan prinsip persamaan bagi setiap individu masyarakat dalamkegiatan ekonomi secara bebas untuk meraih kekayaan. Realitanya konsep tersebut menimbulkan kerancuan bagi proses distribusi pendapatan dan kekayaan. Selain itu sistem tersebut secara otomatis membagi masyarakat menjadi dua bagian yaitu pemilik modal dan para pekerja. Dalam konsep sosialisme masyarakat tidak mempunyai kebebasan sedikitpun dalam melakukan kegiatan ekonomi. Kepemilikan individu dihilangkan dan tidak ada kebebasan untuk melakukan transaksi dalam kesepakatan perdagangan. Ekonomi Islam tidak menafikan intervinsi pemerintah. Kebijaksanaan pemerintah merupakan sebuah keniscayaan ketika perekonomian dalam kondisi darurat, selama hal itu dibenarkan secara syara'.Pada sisi lain kepemilikan dan kebebasan individu dibenarkan sepanjang tetap pada koridor syariah. Kebebasan tersebut akan mendorong masyarakat untuk beramal dan berproduksi demi terciptanya kemaslahatan hidup bermasyarakat. c. Dualisme kepemilikan Hakikatnya pemilik alam semesta beserta isinya hanyalah Allah semata. Menusia hanya wakil Allah dalam rangka memakmurkan dan mensejahterakan bumi. Kepemilikan manusia merupakan derivasi kepemilikanAllah yang hakiki. Untuk itu, setiap langkah dan kebijakan ekonomi yang diambil oleh manusia untuk memakmurkan alam semesta tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang digariskan oleh Allah yang Maha Memiliki. Konsep keseimbangan merupakan karakteristik dasar ekonomi Islam, karena Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan seimbang. Salah satu wujud keseimbangan kepemilikan manusia adalah adanya kepemilikan publik sebagai penyeoimbang kepemilikan individu.Asas dan pijakan kepemilikan publik adalah kemaslahatan bersamna. Segala komoditas dan jasa yang dapat menciptakan ataupun menjaga keseimbangan dan kemaslahatan bersama merupakan barang publik yang tidak boleh dimiliki secara individu (public goods). Kepemilikan barang publik dapat didelegasikan ke pemerintah ataupun instansi lain yang mempunyai nilai-nilai amanah dan tanggung jawab, yang dapat dibenarkan oleh syariah. d. Menjaga ](emaslahatan Ind.ividu dan Bersama Kemaslahatan individu tidak boleh dikorbankan demi kemaslahatan bersama atau sebaliknya. Untuk mengatur danmenjaga kemasJahatan mesyarakat diperlukan sebuah instansi yang menduku.ng. Al-Hisbah merupakan instansi keuangan dalam pemerintahan Islam yang berfungsi sebagai pengawas atas segala kegiatan ekonomi. Lembaga tersebut bertugas untuk mengawasi semua infrastruktur yang terlibat dalam mekanisme pasar. Selain itu Al-Hisbah mempunyai wewenang untuk mengatur tata letak kegiatan ekonomi demi terciptanya kemaslahatan bersama. Dari perbandingan-perbandingan di atas dapat ditarik suatu kesimpulanbahwa, sistern ekonomi Islam merupakan sebuah solusi tepat bagi sistern ekonomi kita. Karena sistern ekonomi Islam tidak seperti sistem ekonomi kapitalis yang mementingkan kebebasan individu tapi mengabaikan kebersamaan, ataupun sistem ekonomi sosialis yang menjunjung tinggi asas kebersamaan namun menghilangkan hak-hak individu. Dari sisi lain ekonomi Islam bukan menyoroti pemenuhan ..keinginan" manusia yang memang tidak akan pernah ada habisnya, namun ekonomi Islam lebih
Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :87 - 98
berfokus kepada distribusi ekonomi dari golongan "the have" kepada golonngan "the have nof' . jika diterapkan secara kaffah atau menyeluruh ekonomi Islam juga akan memperpendek kesenjangan ekonomi yang ada sekarang ini. Karena dengan ditiadakannya riba, maka tidak ada lagi penindasan yang dilakukan oleh pemilik modal kepada peminjam begitu juga dengan aplikasi pembayaran zakat secara benar. Selain itu masalah-masalah sosial yang muncul di masyarakat dapat berkurang secara simengingat dalam ekonomi Islam, barang yang tidak bermanfaat, tidakmemiliki value, meskipun ada permintaan, contoh:minuman keras (khamr), narkoba, dll
2.2. Universalitas Ekonomi Islam Sistem Ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilainilai Islam. Sumber dari keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Al-Qur'an, As-Sunnah, ijma, dan qiyas (Nasution et.al, 2006). Meskipun demikian, nilai-nilai Islam yang terdapat diAl-Qur'an dan As-Sunnah bukanlah nilai yang diperuntukkan hanya bagi umat I pemeluk agama Islam saja, namun nilai-nilai ini ditujukan untuk seluruh umat manusia. Demikianjuga karakteristi ekonomi Islam, sebagaimana disebutkan dalam A./-Maswu'ah a/-i/miyah wa al-amaliyah a/-is/amiyah yang dapat diringkas sebagai berikut:
2.2.1. Barta Kepunyaan Allah dan Manusia Merupakan Khalifah atas Barta Karakteristik pertama ini terdiri dari dua bagian yaitu: Pertama, semua harta baik benda maupun alat produksi adalah mi1ik (kepunyaan) Allah, firmanAllah dalam QS al-Baqarah ayat 284:
"Kepunyaan A.llah-lah segala apa yang di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendakiNya; dan Allah Mahakuasa alas sega/a sesuatu"(QS Al-Baqarah, 2: 284). Kedua, manusia adalah khali.fu.h atas harta miliknya. Diantara ayat yang menjelaskan fungsi manusia sebagai khalifah Allah atas harta adalah fmnan Allah dalam QS al-Hadiid ayat 7:
"Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan najkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar"(QS Al-Hadiid, 57: 7). Dari kedua hal inidapat disimpulkan bahwa semua harta yang ada di tangan manusia pada hakikatnya kepunyaan Allah, karena Dia-lah yang menciptakan. Akan tetapi Allah memberikan hak kepada kamu (manusia) untuk memanfaatkannya.
2.2.2. Ekonomi Terikat dengan Akidab, Sayariah (Hukwn), dan MoraL Hubungan ekonomi Islam dengan akidah Islam tampak jelas dalam banyak hal, seperti pandangan Islam terhadap alam semesta yang ditundukkan (disediakan) untukkepentingan manusia. Hubungan ek.onomi Islam dengan akidah dan syariah tersebut memungkinkan aktivitas ekonomi dalam Islam menjadi ibadah. Sedangkan di antara bukti hubungan ek.onomi dan moral dalam Islam (Yafie, 2003:41-42) adalah:
UNIVERSAI.lTAS EKONOMIS I LAM
ElmaMuncar Aditya
I
95
•:• Larangan terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat menimbulkan kerugian atas barta orang lain atau kepentingan masyarakat. Nabi Muhamad SAW bersabda: "tidak boleh merugikan diri sendiri dan juga orang lain" (HR.Ahmad). •:• Larangan melakukan penipuan dalam transak:si. Nabi Muhamad SAW bersabda:"orang-orang yang menipu kita bukan termasuk golongan kita". •:• Larangan menimbun (menyimpan) emas dan perak atau sarana-sarana moneter lainnya, sehingga mencegah peredaran uang karena uang sangat diperlukan untuk mewujudkan kemakmuran perekonomian dalam masyarakat. •:• Larangan melakukan pemborosan, karena akan menghancurkan individu dalam masyarakat.
2.2.3. Keseimbangan antara Kerohanian dan Kebendaan Sesungguhnya Islam tidak memisahkan antara kehidupan antara kehidupan dunia dengan akhirat. Setiap aktivitas manusia di dunia akan berdampak pada kehidupannya kelak di akhirat. Oleh karena itu, aktivitas keduniaan kita tidak boleh mengorbankan kehidupan akhirat.
2.2.4. Ekonomi Islam Mendpyakan Keseimbangan antara Kepentingan Individu dengan Kepentingan Umum Arti keseimbangan dalam sistem sosial Islam adalah, Islam tidak mengakui hak nmtlak dan kebebasan mutlak, tetapi mettqJunyai batasan-batasan tertentu, termasuk dalam bidang hak milik. Hanya keadilan yang dapat melindungi keseimbangan antara batasan-batasan yang ditetapkan dalam sistem Islam untuk kepemilikan individu dan umum.
2.2.5. Kebebasai lndividu Dijamin dalam Islam Individu-individu dalam perekonomian Islam diberikan kebebasan untuk beraktivitas baik secara perorangan maupun kolektifuntuk mencapai tujuan. Nanmn kebebasan tidak boleh melanggar aturan-aturan yang telah digariskanAllah SWT dalamAl-Qur'an maupunAl-Hadis. Prinsip kebebasan ini sangat berbeda dengan prinsip kebebasan sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis. Dalam kapitalis, kebebasan individu dalam berekonomi tidak dibatasi normanorma ukhrawi, sehingga tidak ada urusan halal atau haram. Sementara dalam sosialis justru tidak ada kebebasan sama sekali, karena seluruh aktivitas ekonomi masyarakat diatur dan ditunjukkan hanya untuk negara.
2.2.6. Negara Diberi Wewenang Turut Campur dalam Perekonomian Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar kebutuhan masyarakat baik secara individu maupun sosial dapat terpenuhi secara proporsional.Dalam Islam negara berkewajiban melindungi kepentingan masyarakat dari ketidakadilan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, ataupun dari negara lain. Negara juga berkewajiban menberikan jaminan sosial agar seluruh masyarakat dapat hidup secara layak.
2.2.7.
Bimbingan Konsumsi Dalam hal bimbingan konsumsi Allah berfirman dalam QS al-A'raaf ayat 31: "Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan" (QS Al-A'Raaf, 7: 31).
Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :87 - 98
2.2.8. Petunjuk Investasi Tentang kriteria atau standar dalam menilai proyek investasi, al-Maswu'ahAl-ilmiyah wa al-amaliyah al-islamiyah memandang aada lima kriteria yang sesuai dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam menilai proyek investasi, yaitu: •:• Proyek yang baik menurut Islam. •:• Memberikan rezeki seluas mungkin kepada anggota masyarakat. •:• Memberantas kekafuan, memperbaiki pendapatan, dan kekayaan. •:• Memelihara dan menumbuhkank:embangkan harta. •:• Melindungi kepentingan anggota masyarakat.
2.2.9. Zakat Zakat adalah salah satu karakteristik ekonomi Islam mengenai harta yang tidak terdapat dalam sistem perekonomian lain. Sistern perekonomian di luar Islam tidak mengenal tuntunan Allah kepada pemilik harta, agar menyisihkan sebagian harta tertentu sebagai pembersih jiwa dari sifat kikir, dengki, dan dendam.
2.2.10.Larangan Riba Islammenekankan pentingnya memfungsikanuang pada bidangnya yang normal yaitu sebagai fasilitas transaksi dan alat penilaian barang. Di antara faktor yang menyelewengkan uang dari bidangnya yang normal adalah bunga I riba (Nasution, et.al, 2006)
3. Penutup Dapat kita lihat, bahwa karakteristik-karakteristik ekonomi Islam di atas bersifat universal, atau diperuntukkan bagi semua umat manusia. Karakteristik yang mengungkapkan bahwa segala sesuatu adalah milik Allah dan manusia hanya berhak mengelola untuk pribadi dan masyarakat luas, bukanlah prinsip umat Islam saja, nanw.n kita sebagai manusia, terutama di Indonesia yang merupakan negara beragama, keyakinan seperti itu akan ada di agama manapun, aliran kepercayaan apapun. Begitu juga dengan aturan konsumsi dan investasi. Tidak ada satu agamapun yang menganjurkan umatnya untuk bersikap berlebihan.Dan mengenai larangan riba yang sampai saat ini masih diperdebatkan, riba adalah produk kapitalisme. Karena riba mengubah fungsi uang dari sebagai alat perdagangan, menjadi dapat diperdagangkan. Riba memacu ketidakstabilan mata uang yang akan berujung pada inflasi berkepanjangan seperti yang dapat kita lihat akhir-akhir ini. Oleh karena itu tidak ada solusi lain selain beralih kepada sistem ekonomi Islam, atau sistem ekonomi syariah, karena pada dasarnya nilai Islam adalah Rahmatan Iii alamin atau universal.
UNIVERSAI.lTAS EKONOMIS I LAM
ElmaMuncar Aditya
I
97
Daftar Pustaka
Agustianto, The Death Of Economics Dan www.PesantrenVrrtual.com, 13 Maret 2007
Chance Ekonomi Syariahy,
Agustianto, Kegagalan Kapitalisme Dan Peluang Ekonomi Syariah, www.PesantrenVrrtual.com 13 Maret 2007 Agustianto, Kerapuhan Kapitalisme, www.PesantrenVirtual.com. 13 Maret 2007 Chapra, M. Umer, Sistem Moneter Islam, terjemahan dari Toward Just Monetary System, diterjemahkan Ikhwan Abidin Basri, Gema Insani Press, Jakarta, 2000 Eldine, Achyar, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, Jumalllmiah, 2007 Marthon, Said Sa'ad, Ekonomi Islam: Di Tengah Krisis Ekonomi Global, Zkrul Hakim, Jakarta, 2004 Nasution, et.al, Pengenalan Ekslusif: Ekonomi Islam, Pren.ada Media Group, Jakarta, 2006 R.azak, Mohamad Sofee, Keindahan Sistem Ekonomi Anjuran Islam, www.hmetro.com.my, 13 Februari 2007 Rosadi, Riza, Sekilas Ekonomi Islam, www.the house ofkhilafah 1924.org
Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :87 - 98