UNAIR Silaturahmi Undang Kampus Lain Hadiri Mata Najwa UNAIR NEWS – Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR terus berupaya melakukan inovasi. Termasuk, di bidang pengembangan komunikasi dengan pihak luar. Salah satu yang dilakukan adalah mengeratkan hubungan dengan kampus-kampus lain se-Surabaya. Hal itu dilakukan untuk membentuk sinergi di antara perguruan tinggi. Sebab, semua kampus sejatinya punya sfesifikasi disiplin ilmu dan keunikan. Semua itu bisa dikombinasikan untuk mencapai manfaat yang lebih besar. Ada banyak langkah terobosan yang sudah dan akan dilakukan. Di antaranya, mengajak kampus-kampus se-Surabaya untuk hadir dalam event besar di UNAIR. Yang terbaru, acara Creativepreneurship (14/4) dan Mata Najwa on Stage Metro TV (15/4) yang digelar di Airlangga Convention Center (ACC). Perguruan tinggi yang dimaksud antara lain, Universitas dr Soetomo, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Politeknik Untag, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya (Stikosa) AWS, dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa). “Humas UNAIR terus melakukan pendekatan-pendekatan dengan humas dari kampus-kampus lain demi mewujudkan kebersamaan. Ke depan, tentu bukan hanya antar unit humas. Melainkan, antar semua unit kampus” kata Ketua PIH Suko Widodo. Semua perguruan tinggi, kata lelaki yang pernah jadi “penasihat spiritual presiden” dalam program Republik Mimpi Metro TV tersebut, bisa saling mengisi di lini-lini tertentu. Tujuannya, saling melengkapi. Dengan demikian, efek positif keberadaan kampus di masyarakat pasti lebih kongkret. “ITS, misalnya. Punya jurusan arsitektur. Bisa dikombinasikan dengan ilmu komunikasi. Tujuannya, menghadirkan aspek-aspek unik dalam karya-karya arsitektur. Tidak hanya yang kasat
mata. Tapi juga, yang dimensinya komunikasi psikologis dan lain-lain,” ungkap pakar komunikasi politik ini. Sementara itu, mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Unesa yang hadir dalam event Creativepreneur di ACC bernama Robi Heriaji mengaku puas dengan acara yang disaksikannya. “Acara diskusi tentang industri kreatif seperti ini membuka wawasan baru bagi saya,” ungkap lelaki yang mengambil jurusan kepelatihan tersebut. Tak berbeda dengan Robi, Mahasiwa dari Untag bernama Vikri Fla merasa beruntung bisa hadir dalam acara tersebut. Dia juga hadir dalam acara sehari setelahnya, Mata Najwa on Stage. “Saya bisa menguatkan silaturahmi dan berkenalan dengan mahasiswa-mahasiswa dari kampus lain. Event seperti ini merupakan wadah komunikasi yang efektif bagi para mahasiswa lintas perguruan tinggi,” ungkap pemuda dari jurusan manajemen tersebut. (*) Penulis: Rio F. Rachman
Praktek Akademik Berbasis Teleconference, Inovasi Pendidikan Dokter Gigi Era Modern UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran Gigi sudah sukses melaksanakan sistem teleconference untuk sejumlah praktek akademik. Misalnya, untuk kegiatan perkuliahan, koordinasi pimpinan dengan universitas di luar negeri, dan wawancara kandidat S3. Saat ini, FKG makin mengukuhkan diri sebagai
fakultas yang kaya inovasi. Ketua Unit Sistem Informasi (USI) FKG UNAIR Aqsa Sjuhada drg MKes, telah mendapat pelatihan khusus teleconference di TEMDEC (Telemedicine Development Center of Asia) Kyushu UniversityJepang. Pelatihan khusus selama sebulan ini dimaksudkan untuk membekali kecakapan dan keterampilan personil USI FKG ke tingkat yang lebih tinggi. Aqsa menjelaskan, dengan dukungan seluruh staf USI dan pimpinan fakultas serta partisipasi aktif segenap civitas akademika, FKG siap menjadi institusi kedokteran gigi pertama di Indonesia yang menerapkan teledentistry.
Kegiatan teleconference FKG yang diikuti beberapa universitas luar negeri (Foto: Istimewa) Kegiatan teleconference FKG selama ini telah terkoneksi dengan beberapa institusi. Antara lain, Hiroshima University, Tohoku University, Kyushu University, Universitas Indonesia, Kagoshima University, RS Harapan Kita, dan masih akan bertambah lagi. Lebih lanjut, Aqsa menjelaskan, dalam waktu dekat akan dilaksanakan seminar internasional dengan berbagai
Universitas di dunia berbasis teleconference. “Seminar dengan basis teleconference ini baru pertama kali dilaksanakan oleh FKG di Indonesia. Jarak antara narasumber bukan masalah. Yang berarti, dapat menghemat waktu, dan biaya. Transfer of knowledge dari dalam dan luar negeri bisa berlangsung lebih cepat dan mudah”, kata Aqsa. (*) Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman
LP3 Siap Gencarkan Penerbitan Buku Ajar Karya Dosen UNAIR NEWS – Lembaga Pendidikan, Pengajaran, dan Pengembangan Universitas Airlangga (LP3 UNAIR) menyelenggarakan sosialisasi kebijakan buku ajar. Topiknya seputar peran penting penulisan dan penerbitan buku ajar. Sosialisasi ini diikuti oleh pimpinan dan staf pengajar. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen UNAIR, pada Kamis (14/4). Prof. Dr. Widji Soeratri, DEA., Apt, yang menjadi pembicara dalam sosialisasi itu menyampaikan, penulisan buku merupakan salah satu implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi di bidang pendidikan. Tujuannya, memudahkan transfer ilmu pengetahuan pada saat pengajaran berlangsung. Dosen diimbau menulis buku ajar sesuai dengan kompetensi keilmuan. Hal itu bisa disesap dari poin pada Undang-undang RI no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. “Ini merupakan cara untuk membantu mahasiswa mencapai kompetensi yang seharusnya didapatkan,” tutur Prof. Widji. Guru Besar Fakultas Farmasi UNAIR itu juga menyarankan kepada
dosen untuk senantiasa menggunakan ‘me time’ untuk menulis buku ajar. “Bahwa sesibuk apapun, coba luangkan waktu untuk menulis,” tuturnya. Ketua LP3 UNAIR Prof. Dr. Djoko Agus Purwanto, M.Si., Apt., mengatakan, buku ajar karya para dosen akan mendukung proses akademik. Otomatis, dapat mendukung kenaikan peringkat UNAIR versi QS World Class University. Untuk mendorong angka pencetakan buku ajar, LP3 UNAIR akan memberikan insentif kepada dosen. “Kami berikan dua jenis insentif kepada penulis. Yaitu, untuk pencetakan buku dan insentif ketika buku telah terjual,” tutur Prof. Djoko. Pada tahun 2016, LP3 UNAIR mematok target untuk mencetak sebanyak 30 buku ajar. Namun, apabila jumlah buku ajar yang siap cetak melebihi target yang ditetapkan, pihaknya membuka pintu lebar-lebar. “Tahun ini targetnya 30 buku ajar. Tapi, kalau sudah siap 100 buku, kami tetap membiayai dengan anggaran tahun berikutnya,” ujar Guru Besar pada Fakultas Farmasi UNAIR itu. Selain pemberian insentif, LP3 UNAIR telah siap sedia untuk memberikan fakultas.
pelatihan
penulisan
buku
ajar
kepada
setiap
Sejak tahun 2008 sampai 2015, pihak LP3 UNAIR telah menerbitkan 82 buku ajar yang ber-ISBN. Pada tahun 2014, buku ajar yang telah dicetak mencapai 17 judul buku. Sedangkan pada tahun 2015 buku ajar yang telah dicetak mencapai 13 judul buku. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor: Rio F. Rachman
Workshop Creativepreneurship Metro TV Bagi Tips Sukses di Era Ekonomi Kreatif UNAIR NEWS – Menjadi pemuda yang kreatif di era sekarang merupakan sebuah tuntutan, untuk itulah Universitas Airlangga dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggelar acara yang bertajuk ekonomi kreatif. Acara yang masih dalam bagian dari Mata Najwa on Stage Surabaya melahirkan pemuda-pemuda kreatif yang bergerak dalam berbagai bidang. Mewakili Rektor UNAIR, Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH), Drs. Suko Widodo, M.Si., menyampaikan bahwa di era ekonomi kreatif ini diperlukan otak-otak yang cemerlang. “Jika mau mendalami ekonomi kreatif, Surabaya ini merupakan kota yang tepat untuk belajar, karena orang Surabaya ini berani-berani,” jelasnya. “Di Surabaya ini, setan saja berani di makan, makanya ada rawon setan,” imbuhnya yang dibarengi tawa para hadirin. Selepas membuka sambutan, acara berlanjut dengan sesi berbagi inspirasi dari para pemateri. Acara yang digelar di Airlangga Convention Center (ACC) UNAIR pada Kamis, (14/4) tersebut dipandu oleh Merry Riana dan Robert Harianto. Pada acara tersebut wanita yang kisah hidupnya sempat diangkat di layar lebar tersebut berpesan kepada para hadirin bahwa ada tiga tips menjadi orang muda yang sukses, yakni partisipasi, open mind, dan aksi. “Ketiganya merupakan perpaduan yang harus dilakukan kalau mau sukses, perlunya berpartisipasi, membuka fikiran, dan yang terpenting adalah mengambil aksi,” jelasnya. Setelah
memberikan
sedikit
motivasi
untuk
menghangatkan
suasana, tak lama kemudian Merry dan Robert mempersilahkan tiga pemuda Surabaya yang bisa dibilang sudah sukses di bidangnya masing-masing walaupun masih berumur belia, ketiganya yaitu; Abimanyu Gusti, Chef Ken, dan Ade Putra. Abimanyu adalah seorang model dan pengusaha di bidang fashion, chef Ken adalah salah satu finalis di program Master Chef Indonesia season 2 sekaligus pemilik restaurant Pipe and Barrel , sedangkan Ade Putra adalah owner dari toko pusat oleh-oleh haji dan umrah Nabawi.
Peserta Creativepreneurship melakukan yel-yel yang dipandu oleh pembawa acara Meri Riana (Foto: Alifian Sukma) Ketika ditanya mengenai tips untuk sukses, ketiganya sepakat bahwa kuncinya terletak pada modal dan pengetahuan. Namun ketiga pemuda tersebut punya cara masing-masing dalam menjalankan bisnisnya. “Semua branding harus ada faktor x, yaitu yang membedakan produk kita dengan produk yang lain, jadi ada ciri khasnya,”
ujar Abimanyu. Berbeda dengan Abimanyu, Chef Ken justru menekankan pada faktor pengalaman seseorang dalam menjalankan bisnisnya. “Selain modal dan ilmu, bagi saya pengalaman kerja itu penting,”jelasnya. Banyak orang yang terkejut dengan keputusan karir yang diambil oleh chef Ken, pasalnya sebelum tenar dengan keahliannya dibidang kuliner, dia sempat menjadi seorang General Manager (GM) di sebuah perusahaan. Alih-alih menikmati posisi kerja dengan gaji yang besar,dia justru memilih menjadi seorang koki yang handal. Namun menurutnya hal tersebut adalah pengalaman yang berarti baginya.
Tiga pemuda Surabaya yang bisa dibilang sudah sukses di bidangnya masing-masing walaupun masih berumur belia, ketiganya yaitu; Abimanyu Gusti, Chef Ken, dan Ade Putra (Foto: Alifian Sukma)
“Jadi GM emang besar gajinya tapi saya juga butuh waktu, terutama untuk kluarga saya. Jadi GM selama 6 tahun dan gak pernah ambil cuti jadi stress saya, tapi sekarang sudah bebas. Freedom,” ungkapnya. Berbeda dengan Ade Putra, pemilik toko pusat oleh-oleh haji dan umrah itu mengungkapkan bahwa ide yang unik akan menentukan keberhasilan seseorang. “Ide saya berawal dari keinginan untuk bantu jamaah haji dan umrah, supaya mereka lebih sungguh-sungguh buat ibadah, gak khawatir sama oleh-oleh nya karena bisa beli ditempat saya,” ujarnya. Ketiganya sepakat, bahwa untuk menjadi seorang yang sukses diusia belia, memang dibutuhkan pengorbanan serta ketekunan. Sering kali seorang pengusaha melalui masa kegagalan. Namun semua orang pasti dapat melewatinya dan melangkah maju untuk sebuah kesuksesan. Penulis: Nuri Hermawan dan Dilan Salsabila
Profesor Leiden University: Di Indonesia, Kriminalnya Banyak, Penjaranya Sedikit UNAIR NEWS – Program Studi Magister Sains Hukum dan Pembangunan (MSHP) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga kembali mengadakan seminar dengan menggandeng profesor asing. Seminar bertajuk “Stadium General: Legal Research and its Development” dihadiri oleh Prof. Dr. Adriaan Bedner, guru besar asal Van Vollenhoven Institute for Law, Government and
Development, Faculty of Law, Leiden University. Ini merupakan kali ketiga profesor asal Belanda tersebut hadir berbagi ilmu kepada mahasiswa UNAIR. Selain Prof Adriaan, hadir pula sebagai pembicara Herlambang Perdana Wiratraman, S.H., M.A., sekretaris Pusat Kajian Hukum Hak Asasi Manusia atau lebih dikenal dengan Center of Human Rights Law Studies (HRLS) UNAIR. Pada kesempatan ini, Prof Adriaan memberikan materi mengenai Beasiswa Bidang Humum Indonesia dan Yurisprudensi sebagai Kendala untuk Lembaga Hukum Transplantasi. Materi ini merupakan karyanya yang diterbitkan dalam Hague Journal on the Rule of Law. Penelitian hukum merupakan prinsip penting untuk mengetahui bagaimana hukum di suatu negara mengambil peran penting dalam pelaksanaan program pembangunan. Ia juga menyinggung mengenai fragmentasi pemerintahan, korupsi, gangguan sistem politik, dan banyak hal lainnya. Profesor yang menguasai bahasa Indonesia dengan baik tersebut juga memaparkan mengenai bagaimana kondisi penegakan hukum di Indonesia dan Belanda. Salah satunya mengenai fenomena kriminalitas dan jumlah penjara yang ada di dua negara tersebut. “Di Belanda, banyaknya jumlah penjara dapat memicu penurunan tingkat kriminalitas. Sedangkan di Indonesia, kejahatan kriminal banyak jumlahnya, akan tetapi penjaranya,” ungkap Prof Adriaan.
sedikit
sekali
Sebagai bentuk dari Tri Darma Perguruan Tinggi, seperti yang disampaikan oleh Herlambang, hasil dari seminar ini dapat menjadi bahan pengembangan keilmuan hukum di Indonesia. “Seminar ini ditujukan untuk memberikan inovasi pada penelitian hukum, mengembangkan keilmuan hukum. Selain itu untuk menumbuhkan kepekaan hukum, serta isu-isu keadilan sosial,” kata Herlambang.
“Menghadirkan dosen tamu yang berkualitas penting untuk dilakukan. Mengingat, hal tersebut untuk menunjang perkembangan keilmuan, khususnya pada Sekolah Pascasarjana,” ujar Dr. H. Suparto Wijoyo, Koordinator Program Studi MSHP. Sebelum menghadirkan profesor dari Universitas Leiden, MSHP juga pernah mendatangkan dosen tamu dari Universitas Osaka, Jepang, yang membahas mengenai pembangunan lingkungan. Prodi yang baru yang telah berjalan tiga tahun tersebut bertekad untuk dapat dikenal serta memiliki jaringan dan kolega dari berbagai kampus bukan hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Suparto juga mengatakan bahwa di Leiden, MSHP merupakan program yang diimpikan. MSHP menjadi satu-satunya program di Indonesia yang menawarkan bidang ilmu hukum saintifik yang kontekstual, serta melihat pembangunan yang dinamis. Oleh karena itu, MSHP dan Leiden telah sepakat menjalin kerjasama yang baik. Bahkan, Prof Adriaan bersedia menerima tawaran untuk memberikan kuliah tamu, menjadi konsultan, serta menjadi pembimbing tesis di MSHP. “Harapanya, pada prodi MSHP ini mahasiswa tidak hanya menjadi magister yg terampil dalam regulasi, tetapi juga terampil di bidang development policy. Negara ini membutuhkan orang yang memahami hukum dalam konteks pembangunan,” kata Suparto. Terjalinya
hubungan
baik
antara
prodi
MSHP
UNAIR
dan
Universitas Leiden salah satunya karena faktor kedekatan keilmuan dan telah adanya kecocokan. Selain itu, terdapat dosen UNAIR yang pernah menorehkan prestasi ketika masih melangsungkan studi di Leiden. Faktor itu yang membawa relasi tersendiri antara MSHP UNAIR dan Universitas Leiden. (*) Penulis : Ahalla Tsauro Editor : Binti Q. Masruroh
Belajar Budaya dan Sejarah di Negeri Sakura UNAIR NEWS – Kesempatan berkunjung ke negeri luar dalam rangka studi memang tak boleh dilewatkan. Setelah dari luar negeri, ada saja pengalaman menarik yang bisa dibagikan kepada temanteman atau pihak yang membutuhkan informasi.
Ni Made Ayu Karina Wiraswari, mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (Foto: Istimewa) Ni Made Ayu Karina Wiraswari, mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, akhir Maret 2016 lalu baru saja kembali dari Negeri Sakura. Ia bersama delapan mahasiswa asal Indonesia terpilih mengikuti spring program lainnya berkunjung ke Universitas Kumamoto, Jepang, selama sepuluh hari. Mahasiswa program studi Sistem Informasi, FST UNAIR, itu
menuturkan bahwa pihak penyelenggara kegiatan menyuguhkan beragam edukasi budaya, mulai dari tarian tradisional, kuliner, olahraga bela diri, ke tempat pembuatan pernak-pernik khas Jepang, hingga disuguhkan dengan sejarah Istana Kumamoto. “Kegiatan ini memang bertujuan untuk menarik minat mahasiswa asing untuk belajar ke Jepang, ya, utamanya belajar di Universitas Kumamoto,” jelas Karina yang juga penerima beasiswa Bank Indonesia. Karina menuturkan, dengan adanya kegiatan spring program ia akhirnya mendapatkan banyak relasi baru dengan mahasiswa dari berbagai negara di Asia. “Dengan interaksi dengan mahasiswamahasiswa asing lainnya, secara tidak langsung, kita juga mempromosikan keunggulan yang dimiliki Indonesia. Pengalaman penting, ya, bisa punya relasi, teman baru, banyak pengalaman yang saya dapatkan dari komunikasi dengan mahasiswa dari beragam negara,” ujar perempuan kelahiran 19 Oktober 1993. Berkunjung ke museum Mahasiswa UNAIR lainnya yang juga berkesempatan mengunjungi Negeri Matahari Terbit adalah Annisa Rochma Sari. Ia mengikuti program Study and Visit Japan 2016 dengan kegiatan bertema ‘Modernization and Post-War Experience’ di Universitas Okayama yang berakhir pada penghujung Maret lalu.
Annisa Rochma Sari
mahasiswa Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya (Foto: Istimewa) Pada kunjungannya ke Jepang, mahasiswa Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, UNAIR itu mengagumi sistem perkuliahan di Jepang. Ia menilai penjelasan para profesor di Jepang cukup detail, serta mendorong dan mengembangkan daya kritis mahasiswa. Selain itu, mahasiswa kelahiran 11 Mei 1995 tersebut juga kagum dengan sistem pelayanan museum di Jepang. Annisa menyebutkan bahwa museum di Jepang memiliki visualisasi yang terintegrasi dengan permainan audio, diorama, dan media informasi yang lengkap. “Museum di sana sangat menarik, misalnya di Museum Yamato yang kami kunjungi, tidak hanya menampilkan sejarah tentang kapal perang Yamato, tetapi juga replika dan beberapa bagian mesin asli. Peralatan itu sengaja dihadirkan supaya pengunjung bisa menyentuh dan menyadari adanya koneksi antara masa lalu dan masa kini,” ujar Annisa. Ia juga dibuat takjub dengan Hiroshima Peace Museum and Memorial Park. Beragam memori, barang bukti, audio visual tentang sejarah, atmosfer sunyi bercampur sedih dan mencekam, serta diorama korban bom atom di Hiroshima juga dihadirkan. “Hal itu memang bertujuan untuk menyadarkan pengunjung bahwa tragedi kemanusiaan seperti ini tidak boleh terulang kembali,” imbuhnya. Ditanya mengenai rencana selanjutnya usai pulang dari Jepang, mahasiswa yang hobi travelling tersebut menjelaskan bahwa dirinya ingin mengembangkan cara belajar sejarah dan budaya sebagaimana yang ia dapatkan di Jepang. “Saya ingin kembangkan pembelajaran sejarah melalui datang ke situs asli sejarah, melakukan wawancara dengan masyarakat
lokal untuk menggali fakta, memori, dan memahami dampak sosial yang terjadi, serta menuliskan dan mempublikasikan hasil yang didapatkan ke masyarakat,” pungkasnya. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S.
Psikologi UNAIR Ajak Mahasiswa Ikuti Program Student Exchange UNAIR NEWS – Dalam rangka memperkenalkan program pertukaran pelajar ke luar negeri, Fakultas Psikologi UNAIR mengadakan acara Talkshow STUDENTS GO ABROAD dengan tema “Find out more about exchange program and study abroad opportunity”. Acara yang berlangsung pada Selasa (12/4) di Aula lantai 3 fakultas Psikologi ini menarik minat banyak peserta dari kalangan mahasiswa, sehingga ruangan dengan kapasitas 200 orang terpenuhi. Dalam kesempatan tersebut, Margaretha S.Psi, P.G.Dip.Psych., M.sc, menyampaikan motivasinya kepada mahasiswa Psikologi UNAIR agar dapat memiliki keinginan yang kuat untuk ke luar negeri. “Ke luar negeri itu mudah yang paling penting adalah niat, yang kedua adalah skill bahasa Inggris,” paparnya selaku ketua IOP UNAIR. Menurutnya, jika memang sudah ada niat dan skill yang dimiliki oleh mahasiswa, tentu keluar negeri untuk pertukaran pelajar bukanlah hal yang sulit dicapai. Pasalnya Fakultas dan
Universitas juga akan berusaha untuk memfasilitasi kegiatan seperti ini. Acara tersebut dilanjutkan dengan talkshow dan sharing pengalaman, hadir sebagai pembicara yaitu Bo Nicolai Van Der Burgt Student Exchange dari Frontys Hogenschool Jerman dan juga Muhammad Asri Rahim dari Universiti Utara Malaysia. Selain kedua mahasiswa asing tersebut, acara ini juga mendatangkan mahasiswa Psikologi UNAIR yang telah merasakan pengalaman ke luar negeri diantaranya adalah Indiraprana Katnia Amani, Sukma Rahastri Kanthi, S.Psi yang pernah ke Cina dan Trisha safira dengan pengalamannya ke Thailand, Jepang serta London tahun 2016. Dari pengalaman ketiga pembicara ini, semuanya sepakat bahwa keinginan untuk ke luar negeri harus ada, setelah itu barulah diwujudkan dengan tindakan. “Informasi untuk kegiatan ke luar negeri loh banyak dan bertebaran disekitar kita,” tutur Sukma. “Kita seharusnya bangga, karena Fakultas dan Universitas sangat mendukung, buktinya semua pembiayaan saya dulu sepenuhnya difasilitasi,” imbuh Indira. Penulis : Akhmad Janni Editor : Dylan Salsabila
Lokakarya PKM-GT Bedah Proposal Sebelum Didaftarkan
ke PIMNAS UNAIR NEWS – Dalam menyongsong Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2016, Dirmawa Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan Lokakarya Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT), Jumat (8/4). Dalam acara itu hadir puluhan Tim PKM-GT yang terdiri dari ratusan mahasiswa, serta dua anggota Tim Pembina Kemahasiswaan (TPK) Agus Widyantoro, SH., MH., dan Dr. Eduardus Bimo Aksono, drh., M.Kes yang memberi pengarahan. Dalam lokakarya itulah “dibedah” belasan judul PKM-GT yang dirancang akan diajukan mahasiswa UNAIR untuk diseleksikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti). Pendaftaran proposal PKM-GT ini akan ditutup pada 29 April 2016 ini. Sehingga dengan lokakarya ini diharapkan rancangan proposal PKM-GT yang akan diajukan menjadi lebih baik, lebih “melangit” tetapi tetap membumi, serta semakin tajam dalam penulisannya, sehingga akan semakin banyak tim yang lolos PIMNAS ke-29 tahun 2016. ”Biasanya untuk PKM-GT ini dari UNAIR rata-rata ada 40-an proposal yang didaftarkan. Mudah-mudahan tahun ini lebih banyak,” kata Afri Andiarto, Staf Bagian Kemahasiswaan UNAIR. Menurut rencana, PIMNAS Ke-29/2016 ini akan dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada agenda rutin ilmiah tahunan itu, dari UNAIR terdapat 167 judul PKM yang didanai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti). PKM yang didanai itu terdiri 64 PKM-Penelitian (PKM-P), 33 PKMPengabdian Masyarakat (PKM-M), 43 PKM-Kewirausahaan (PKM-K), dan tiga judul PKM-Teknologi (PKM-T), dan 24 PKM-Karsa Cipta (PKM-KC). Dalam pengarahannya, Agus Widyantoro, SH., MH mengatakan banyak peristiwa yang terjadi dan bila dianalisis akan sangat menarik untuk ditawarkan suatu solusinya. Disinilah PKM-GT
disodorkan. Namun tidak hanya sekedar menawarkan ide/gagasan, tetapi juga harus dengan rincian nilai lebih, pertimbangan “plus-nya”, manfaatnya dan aplikasinya, termasuk nilai ekonominya. ”Banyak sekali permasalahan yang menunggu solusi itu. Misalnya, mengapa banyak orang bunuh diri? Di kota-kota banyak orang hidup kleleran. Bagaimana mengatasi banyak kecelakaan yang selalu terulang setiap H-7 dan H+7 hari Raya. Itu semua persoalan psikologi, persoalan ekonomi, budaya, dsb,” kata Agus, dosen FH yang sering menjadi Pimpinan Kontingen PIMNAS UNAIR itu. Ditambahkan oleh Dr. E. Bimo Aksono, dalam PKM-GT itu sah-sah saja menyodorkan gagasan yang “terbang tinggi” atau “mimpinya” apa, tetapi tetap harus membumi. Artinya gagasan itu bisa direalisasikan dengan nilai manfaat yang signifikan, sehingga tidak hanya “diangan-angan” dan sulit diwujudkan. Sehingga kreativitas yang ada akan merekomendasikan kekuatan naskah PKM-GT itu. Karena itu, kata dosen FKH UNAIR itu, penyusunan penulisan PKM-GT harus benar-benar sistematis dan runtut. Mulai dari pendahuluan yang tidak “bertele-tele”, gagasan, substansi gagasan, solusi yang ditawarkan, perannya dalam solusi atas masalah, termasuk peran pemerintah, dst. ”Karena tujuan PKM-GT ini antara lain untuk menumbuhkembangkan karya tulis dalam bentuk gagasan atau adu kreatif. Jadi akan mengadu ‘mimpi-mimpi’ orang,” kata Bimo Aksono, yang juga Sekretaris Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR itu. (*) Penulis : Bambang Bes
UKM Karate Boyong Juara di Piala Danpasmar-1 UNAIR NEWS – Sedikit berbeda dari pertandingan biasanya, persaingan yang sangat ketat harus dihadapi oleh para peserta Kejuaraan Nasional (KEJURNAS) Karate Danpasmar–1 yang digelar pada 8 hingga 10 April 2016. Pasalnya keikutsertaan tim dari TNI Angkatan Udara (AU), Angkatan Laut (AL), Angkatan Darat (AD), dan tim POLRI menjadikan pertandingan ini semakin kompetitis. Sebanyak 1500 peserta dari 60 tim ini terdiri dari kelas usia dini, pemula, pra-pemula, kadet, junior, under dan senior dari setiap daerah yang tersebar di Indonesia. Pertandingan yang digelar di gelora Pacasila Surabaya ini terbagi dalam beberapa kategori yang dilombakan. Mulai dari Kata Perorangan, Kata Beregu dan Kumite Perorangan. Kali ini, tim UKM Karate UNAIR mengirimkan sebanyak 6 atlet yang turun di empat kelas yaitu 3 orang pada kategori Kata Beregu Putra, Kumite Perorangan -55 Kg putra, Kumite Perorangan 84Kg putra, dan Kumite Perorangan -50Kg putri. Dari empat kelas tim karate UNAIR yang dikirim kali ini, dua prestasi membanggakan datang dari Hendra Kurniawan Aggazi (FKM) ia mendapat juara 3 pada Kumite Perorangan -55 Kg putra dan Riris Prihatin(FST) juara 2 Kumite Perorangan -50 Kg putri. “Karena sedikitnya kontingen dari UNAIR, sehingga hanya mendapat juara yang sedikit dibanding tim-tim dari kontingen lain. Tapi, dengan semangat juang dan komitmen kami jargon kami #kontribusikonsistensiprestasi maka diperolehnya juara 2 Kumite Perorangan putri dan juara 3 Kumite Perorangan 3 putra” kata Riris kontingen yang mendapat juara dua Kumite Perorangan putri. Meskipun UKM Karate masih menginjak umur dua tahun, prestasi
ini merupakan ketercapaian yang kesekian kalinya. “Hal ini bisa kami raih berkat komitmen para anggota untuk selalu membanggakan nama almamater yang tertancap di dada mereka,” imbuhnya. Peluang besar yang selalu diperoleh para kontingen UNAIR sayangnya tidak selalu berbuah manis, di kelas senior tim karate UNAIR harus rela pulang dengan tangan kosong. Hal ini didasari dengan persiapan yang sangat mepet sekaligus terlambatnya informasi yang diterima. “Kegagalan dan keberhasilan dari kejuaraan yang sudah berlangsung akan kami jadikan sebagai ajang pemanasan untuk kejuaraan yang akan datang,” pungkasnya. Penulis : Disih Sugianti Editor
: Nuri Hermawan
Bentuk IKAMALA, Mahasiswa UNAIR Lamongan Adakan Bakti Sosial UNAIR NEWS – Sebagai agent of change, mahasiswa memiliki peran penting dalam lingkungan masyarakat untuk memberi pembenahan kearah yang lebih baik, hal inilah yang mendorong terbentuknya Ikatan Mahasiswa Lamongan (IKAMALA), untuk menyatukan elemen mahasiswa dari Lamongan sebagai fasilitas sharing ilmu di lingkungan masyarakat. Terhitung sejak bulan Desember 2015, Organisasi Mahasiswa Daerah (ORMADA) ini terus bergerak aktif dalam membangun kepeduliannya kepada masyarakat. Selain mahasiswa UNAIR,
IKAMALA juga memiliki anggota dari Universitas Trunojoyo Madura(UTM). Sejak awal pembentuknya, IKAMALA sudah terhitung dua kali melakukan Bakti Sosial (BAKSOS). Terbaru, diadakan di Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Rhodiyatul Jannah Kedung Cowek Surabaya pada Minggu (10/4). Bersama 35 anak–anak SD yang berada di yayasan tersebut, berbagai materi di sampaikan secara bergantian oleh mahasiswa UNAIR, beberapa diantaranya seperti bagaimana cara menggosok gigi yang benar, mencuci tangan dan memberikan pengertian mengenai pengaruh gadget bagi perkembangan mental anak kedepan. “Organisasi ini diadakan untuk membantu anak-anak yang kurang mendapatkan pendidikan supaya dapat memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, selain itu supaya kami lebih dekat dengan masyarakat dan bisa merangkul semua elemen,” ungkap Danang Bagus Mahendra, sebagai salah satu anggota IKAMALA. Berbagai kendala acapkali mengiringi kegiatan organisasi, salah satunya adalah kendala biaya. Namun dapat teratasi oleh uang iuran yang didapat dari anggota IKAMALA sendiri maupun dari hasil dana usaha di setiap fakultas sehingga dapat terkumpul dan didonasikan. Ketua IKAMALA 2016, Aditama Ardi Nugraha, menerangkan bahwa organisasi daerah ini masih tergolong baru, sehingga masih membutuhkan banyak bimbingan, wawasan, serta jaringan yang luas agar semakin dikenal oleh masyarakat luas. “Rencananya kami mau mencari pembimbing dari alumni mahasiswa Lamongan yang ada di sekitar Surabaya, kalau bisa alumni UNAIR,” pungkasnya. Penulis : Disih Sugianti Editor : Dilan Salsabila