PENGARUH ETIKA KERJA DAN KEPEMIMPINAN ISLAM TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi pada KJKS/UJKS Koperasi Kab. Pati)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Dalam Ilmu Ekonomi Islam
r
Oleh: AHMAD ZAINURI 072411061
JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
ii
KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS SYARI’AH Jl. Prof. Dr. Hamka Telp./Fax. (024) 7601291. 7615387 Semarang 50185
PENGESAHAN Nama NIM Fakultas/Jurusan Judul Skripsi
: : : :
Ahmad Zainuri 052411020 Ekonomi Islam Pengaruh Etika Kerja dan Kepemimpinan Islam Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada KJKS/UJKS Koperasi Kab. Pati).
Telah Dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dan dinyatakan lulus, pada tanggal : 28 Juni 2011 Dan dapat diterima sebagai pelengkap ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana (Strata Satu/S1) dalam Ilmu Ekonomi Islam. Semarang,
Juni 2011
Dewan Penguji Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang
Drs. H. Djohan Masruhan, M.M. NIP. 19510510 198203 1 002
Penguji I,
H. Ade Yusuf Mujaddid, M.Ag NIP. 19670119 199803 1 002
Ari Kristin P, S.E., M.Si NIP. 19790512 200501 2 004
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Djohan Masruhan, M.M. NIP. 19510510 198203 1 002
iii
ABSTRAK Etika kerja dan kepemimpinan Islam merupakan nilai-nilai untuk membentuk kepribadian seseorang yang baik dalam bekerja dan dianjurkan dalam Syari’at Islam. Penerapannya tidak terbatas dalam suatu lembaga termasuk di dalam KJKS/UJKS yang merupakan suatu lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan, dalam bentuk aktivitas pembiayaan yang berdasarkan dengan prinsip Syari’ah. Dalam penelitian terdahulu disebutkan bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh etika kerja dan kepemimpinan Islam yang diterapkan di dalamnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah etika kerja dan kapemimpinan yang Islami memiliki pengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan. . Dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: bagaimana pengaruh etika kerja dan kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan KJKS/UJKS wilayah kabupaten Pati dan seberapa besar pengaruhnya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif di mana terdapat dua variabel yaitu etika kerja dan kepemimpinan Islam sebagai variabel bebas (independent) dan kinerja karyawan sebagai variabel terikat (dependent), dengan mengguanakan sumber data di antaranya data primer, sekunder, populasi dan sampel. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, menyebar angket (kuesioner) kepada sejumlah responden dan dokumentasi data atau variabel yang berupa catatan-catatan, buku dan sebagainya. Serta menggunakan alat ukur berupa validitas dan reabilitas untuk melihat kevalidan hasil penelitian dan reliabel dalam Crombach Alpha, selanjutnya mengguanakan metode analisis data dengan menggunakan metode analisis regresi berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat secara parsial dan simultan, yaitu variabel etika kerja dan kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan, dengan menggunakan uji hipotesis berupa uji T yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana variabel-variabel bebas yang digunakan, secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat. Uji simulasi (uji F) yaitu digunankan untuk mengetahui sejauh mana variabel-variabel bebas yang digunakan, secara simultan mampu menjelaskan variabel terikat. Dan koefisien determinasi untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dari hasil penelitian tersebut, dilihat secara parsial dengan uji T bahwa etika kerja Islam tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di KJKS/UJKS wilayah kabupaten Pati dengan nilai t hitung sebesar 1,074, sedangkan variabel kepemimpianan Islam berpengaruh signifikan dengan nilai t hitung sebesar 3,477. Selanjutnaya dalam uji pengaruh secara simultan dengan uji F menunjukkan bahwa etika kerja dan kepemimpinan Islam berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan nilai F hitung sebesar 8,566. Dan secara koefisien determinan menunjukkan bahwa variasi perubahan variabel kinerja karyawan dipengaruhi oleh perubahan variabel bebas etika kerja dan kepemimpinan Islam sebesar 25,1%. Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat bermanfaat kepada semua pihak terutama dalam meningkatkan kinerja karyawan.
iv
DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, Penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiranpikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 14 Juni 2011 Deklarator,
Ahmad Zainuri NIM. 072411061
v
MOTTO
”Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” ( Q.S. Al-Insyiroh: 5-6)
vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1.
Ayah dan Ibunda tercinta yang telah membesarkanku, atas segala kasih sayang serta do’anya dengan tulus ikhlas untuk kesuksesan putranya.
2.
Adikku tercinta Siti Nur Ayni dan kakakku Mas Muh. Soleh, kalian penyemangatku dalam menyelesaikan skripsi dan menjalani hidup ini.
3.
Pak Dhe dan Bu Dhe-ku semua yang rajin memberi wejangan dan nasehat kepada penulis, dan tak henti-hentinya penulis mengharapakan do’a restu dari panjenengan semua.
4.
KH. Mudawam Fadlullah (Alm) dan Hj. Tohirotun (Mbah Tun) sekeluarga yang selalu meniupkan api semangat dalam diri penulis dan selalu penulis harapkan barokah ilmunya.
5.
Keluarga besar Pondok Pesantren Miftahussa’adah wabil khusus KH. M. Subkhi Abadi dan Ibu Nyai Mulyati sekeluarga yang penulis tunggu barokah dan manfaat ilmunya.
6.
Ustadz Salman Al-Farisi, Mas Imam Muttaqin, Ustadz Sami’un Siddiq, Pak Hartono, Ibu Wari Hastuti, dan semua guru-guruku dari kecil
sampai
sekarang. Semoga ilmu yang diajarkan bermanfaat bagi penulis. 7.
Sahabat dan saudara-saudaraku di Pon-Pes Miftahussa’adah Putra (Achmad Wahib, Salam Qodim, Pulung, Ikhsan, Edi, Baskoro, Saifudin, Jendon, Arlon, Umam, Ivo, Habib, Lek Soleh, Masorin, Jhon Sarmin, Pak Ali, Pak Arip) dan santri putri (Bu lurah, Mbak Tri, Muna, Indah, Nely, Fitri, Isti, Ulya, Khamim, Kunti, Lina, Laela, Uswah, Mita,)
8.
Teman-teman Prodi Ekonomi Islam angkatan 2007, khusunya paket EIB ’07 yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
9.
Sahabat-sahabatku Baihaqi, Habib, Fajri, Kasan, Sa’ad, Alaik, Faqih, Picus, Mihek, Mbak Pi’ah, Lek Rani, Malik, Yuyun, Iza, Firoh, terima kasih atas dukungan dan do’anya.
vii
10. Agus Triyani terima kasih atas semua bantuan, dukungan dan motivasinya, kepadamu penulis berbagi suka dan duka sehingga beban tak terasa. 11. Almamaterku dan Pengelola Prodi Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang. 12. Tim KKN ke-56 Posko 44 dan Bapak Ibu Kepala Desa Gonoharjo (Bapak Yudi dan Ibu Mutiah) yang selalu mengharap keberhasilan penulis. 13. Tak ada yang penulis persembahkan selain kata terima kasih yang sebesarbesarnya. Skripsi ini merupakan salah satu wujud dari terima kasihku untuk semuanya. Kepada semua pihak yang telah bersedia dengan tulus ikhlas mendo’akan dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT selalu memberi limpahan rahmat dan hidayah serta kesabaran dan ketabahan kepada semua dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan maghfiroh-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kehadirat Nabi Agung Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat dan para pengikut beliau, dengan harapan semoga kita mendapat syafa’at di hari akhir nanti. Kepada semua pihak yang membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini, penulis hanya bisa menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tinginya, khususnya kepada: 1.
Prof. Dr. Muhibbin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang
2.
Dr. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.
3.
Dr. Ali Murtadlo, M.Ag selaku Kajur Ekonomi Islam, serta Bapak Nur Fatoni, M.Ag selaku Sekjur Ekonomi Islam.
4.
Bapak Drs. H. Djohan Masruhan, M.M selaku Dosen Pembimbing I, serta Bapak Rustam DKAH, M.Ag selaku Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Segenap civitas akademika Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, para dosen, karyawan beserta staf-stafnya.
6.
Ayah dan Ibunda tercinta yang telah membesarkanku, atas segala kasih sayang serta do’anya dengan tulus ikhlas untuk kesuksesan putranya.
7.
KH. Mudawam Fadlullah (Alm) dan Hj. Tohirrotun (Mbah Tun) sekeluarga yang selalu meniupkan api semangat dalam diri penulis dan penulis harapkan barokah ilmunya.
8.
KH. Subkhi Abadi selaku pengasuh Pon-Pes Miftahussa’adah yang telah menuntun saya, sehingga dapat lancar dalam segala urusan, khususnya dalam penulisan skripsi ini.
ix
9.
Semua sahabat dan teman-temanku yang tidak dapat penulis sebutkan satupersatu, terima kasih atas dukungan dan motivasinya.
10. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan skripsi ini. Teriring do’a semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan dari semuanya dengan sebaik-baik balasan. Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Semarang, 14 Juni 2011 Penulis,
AHMAD ZAINURI Nim: 072411061
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iii
HALAMAN ABSTRAK ...........................................................................
iv
HALAMAN DEKLARASI .......................................................................
v
HALAMAN MOTTO ...............................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
vii
HALAMAN KATA PENGANTAR..........................................................
ix
HALAMAN DAFTAR ISI........................................................................
xi
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN........................................................
xiv
BAB I :
BAB II :
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................
7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................
8
1.3.1 Tujuan penelitian ......................................................
8
1.3.2 Manfaat penelitian.....................................................
8
1.4 Sistematika Penulisan.........................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KJKS dan UJKS.................................................................
11
2.2 Kerangka Teori ..................................................................
13
2.2.1 Etika Kerja Islam.....................................................
13
2.2.2 Kepemimpinan Islam ..............................................
23
2.2.3 Kinerja Karyawan....................................................
31
2.3 Penelitian Terdahulu ..........................................................
33
2.4 Kerangka Berpikir ..............................................................
34
2.5 Hipotesa.............................................................................
36
xi
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data .......................................................
37
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian..........................................
37
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................
38
3.3.1 Wawancara .............................................................
38
3.3.2 Kuesioner (angket) .................................................
38
3.3.3 Dokumentasi ...........................................................
40
3.4 Variabel Penelitian dan Pengukuran Data...........................
40
3.4.1 Etika Kerja Islam ....................................................
41
3.4.2 Kepemimpinan Islam ..............................................
42
3.4.3 Kenerja Karyawan ...................................................
44
3.5 Teknis Analisis Data ..........................................................
44
3.5.1 Uji Validitas dan Reabilitas .....................................
45
3.5.2 Uji Asumsi Klasik ..................................................
45
3.5.2.1 Uji Normalitas.............................................
45
3.5.2.2 Uji Multikolinieritas ....................................
46
3.5.2.3 Uji Heteroskidastisitas.................................
46
3.5.2.4 Uji Autokorelasi..........................................
46
3.6 Analisis Regresi Berganda..................................................
47
3.6.1 Uji T........................................................................
47
3.6.2 Uji F ........................................................................
48
3.6.3 Uji Koefisien Determinasi .......................................
50
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Data Penelitian dan Responden..........................
52
4.1.1 Deskripsi Data Penelitian.........................................
52
4.1.2 Deskripsi Data Responden .......................................
53
4.2 Deskriptif Variabel Penelitian ...........................................
60
4.2.1 Variabel Etika Kerja Islam.......................................
60
4.2.2 Variabel Kepemimpinan Islam.................................
64
4.2.3 Variabel Kinerja Karyawan......................................
65
xii
4.3 Uji Validitas dan Reabilitas ................................................
68
4.3.1 Uji Validitas ............................................................
68
4.3.2 Uji Reabilitas...........................................................
70
4.4 Hasil Analisis Data.............................................................
71
4.4.1.1 Uji Asumsi Klasik..................................................
71
4.4.1.1.1 Uji Normalitas .......................................
71
4.4.1.1.2 Uji Multikolinieritas...............................
73
4.4.1.1.3 Uji Heteroskidastisitas ...........................
74
4.4.1.1.4 Uji Autokorelasi.....................................
76
4.4.1.2 Persamaan Linier Regresi Berganda.......................
77
4.4.1.3 Pengujian Hipotesis ..............................................
79
4.4.1.3.1 Uji T .....................................................
79
4.4.1.3.2 Uji F .....................................................
81
4.4.1.4 Koefisien Determinasi............................................
82
4.5 Pembahasan .......................................................................
84
BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan........................................................................
89
5.2 Saran-saran ........................................................................
92
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Tabel Tanggapan Responden. Lampiran 2 : Tabel Deskripsi Responden. Lampiran 3 : Tabel Analisis Deskriptif Prosentase Per-Variabel. Lampiran 4 : Tabel Hasil Uji Validitas Instrumen. Lampiran 5 : Tabel Hasil Uji Reabilitas Instrumen. Lampiran 6 : Tabel Residual Variabel Etika Kerja Islam, Kepemimpinan Islam, dan Kinerja Karyawan. Lampiran 7 : Angket Penelitian Lampiran 8 : Surat Izin Riset
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Manusia dalam pandangan Islam adalah makhluk Allah yang paling mulia.1 Untuk membedakan dengan makhluk lainnya, manusia dikaruniai akal dan hati nurani yang mempunyai kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Di samping itu, Allah juga mengaruniakan kepada manusia suatu pedoman etika moral yang lengkap dalam bentuk Al-Qur’an. Salah satu fungsinya adalah sebagai AlFurqon, yang di dalamnya kebaikan dan keburukan bisa dilihat dengan jelas dan transparan. Manusia diperintahkan untuk berperilaku sesuai dengan etika moral, guideline (petunjuk) yang ada di dalam Al-Qur’an.2 Termasuk di dalam bisnis pun juga harus memperhatikan etika sesuai dengan Syari’at Islam. Tidak seperti pandangan kaum Liberalis, yang beranggapan bahwa setiap urusan bisnis tidak dikenal adanya etika sebagai kerangka acuan, sehingga dalam pandangan mereka bahwa kegiatan bisnis adalah amoral. 3 Mereka menganggap bisnis adalah bisnis, tidak ada hubungannya dengan
1
Abdullah Abdul Husain At-Tariqi, Ekonomi Islam, Prinsip, Dasar dan Tujuan, Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004, h. 318. 2 Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Pustak Al-Kautsar, h. 27. 3 Kuat Ismanto, Manajemen Syari’ah Implementasi TQM dalam Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009, h. 41.
1
2
etika.4 Interpretasi hukum di dalamnya didasarkan pada nilai-nilai standar kontemporer yang seringkali berbeda-beda, sementara dalam masyarakat Islam, nilai-nilai dan standar tersebut dituntun oleh ajaran Syari’at dan kumpulan fatwa fiqih.5 Dalam konsep Ekonomi Islam6, meskipun manusia memiliki peranan yang penting sebagai pelaku ekonomi, mereka tetap menjadikan prinsip moral dalam sumber hukum sebagai etika bisnis, sebagai basis yang harus dipegang dan dijalankan seseorang atau kelompok dalam melakukan aktivitasnya.7 Etika dibutuhkan dalam bekerja ketika manusia mulai menyadari bahwa kemajuan di bidang bisnis telah menyebabkan manusia semakin tersisih dari nilai-nilai kemanusiaannya (humanistik).8 Dalam persaingan bisnis yang ketat, perusahaan yang unggul bukan hanya perusahaan yang memiliki kriteria bisnis manajerial yang baik, melainkan juga perusahaan yang mempunyai etika bisnis yang baik. Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang mempunyai arti kebiasaan (custom) atau karakter (character). Dalam pemaknaannya
4
A. Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan Dan Relevansinya, Yogyakarta: Kanisius, 1998,
h. 55. 5
Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004, h. 5 Ekonomi Islam merupakan ilmu tentang hukum-hukum Syari’at aplikatif yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci terkait dengan mencari, membelanjakan, dan cara membelanjakan harta. 7 A. Sonny Keraf , op.cit, h. 41. 8 Redi Panuju, Etika Bisnis Tinjauan Empiris dan Kiat Mengembangkan Bisnis Sehat, Jakarta: PT Grasindo, 1995, h. 7. 6
3
berarti karakter istimewa, sentimen, tabiat moral, atau keyakinan yang membimbing seseorang, kelompok, atau institusi.9 Etika merupakan seperangkat nilai tentang baik, benar, buruk, dan salah yang berdasarkan prinsip-prinsip moralitas, khususnya dalam perilaku dan tindakan. Sehingga etika merupakan salah satu faktor penting bagi terciptanya kondisi kehidupan manusia yang lebih baik.10 Etika kerja adalah acuan yang dipakai oleh suatu individu atau perusahaan sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya, agar kegiatan yang mereka lakukan tidak merugikan individu atau lembaga yang lain.11 Di dalam Lembaga Keuangan yang berbasis Syari’ah, acuan yang digunakan dalam menerapkan etika kerja adalah berdasarkan AlQur’an dan Hadits. Sistem etika kerja Islam berbeda dengan paham kaum mikro ekonomi yang menekankan pada efisiensi penggunanaan sumber daya untuk memuaskan kebutuhan dan berupaya memaksimalkan keuntungan dengan mengesampingkan kebutuhan untuk mempertimbangkan persoalan etis. Sedangkan dalam etika bisnis Islam, maksimalisasi keuntungan bukanlah tujuan tertinggi ataupun satu-satunya prinsip etis bekerja dalam Islam12 sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
9
Faisal Badroen, et. al, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2006, h. 4-5. Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang : Rasail, 2007, h. 63-64. 11 Bambang Rudito dan Melia Famiola, Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia, Bandung: Rekayasa Sains, 2007, h. 6. 12 Rafik Issa Beekum, op. cit, h. 19 10
4
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”13 ( Q.S. Al-Kahfi: 46) Kepemimpinan adalah proses menggerakkan grup dalam arah yang sama tanpa paksaan.14 Soehardi Sigit dalam bukunya Teori Kepemimpinan dalam Manajemen, mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu hubungan yang di dalamnya antara orang dan pemimpin saling mempengaruhi agar mau bekerjasama berbagi tugas untuk mencapai keinginan sang pemimpin.15 Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai usaha mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi orang lain, agar pikiran dan kegiatannya tidak menyimpang dari tugas pokok bidangnya masing-masing.16 Kepemimpinan Islam adalah kegiatan menuntun, membimbing, memandu dan menunjukkan jalan yang diridhoi Allah SWT. Jadi orientasi utama dalam kepemimpinan islam adalah keridhaan Allah.17 Penerapan kepemimpinan Islam diperlukan dalam suatu organisasi, agar para pemimpin organisasi dapat menjalankan tugas yang diembannya dengan baik, selalu memberikan motivasi spiritualitas pada bawahannya sehingga
13 14
Al-Jumanatul Ali, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. J-Art, 2005, h. 300 Ari Retno Habsari, Terobosan Kepemimpinan, Yogyakarta: Media Pressindo, 2008, h.
3 15
Ainur Rahim Fakih dan Iip Wijayanto, Kepemimpinan Islam, Yogyakarta: UI Press,
2001, h. 3. 16
Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 2006, h. 11-12 17 Ibid, h. 7.
5
tujuan keberhasilan tidak hanya didasarkan pada materi, tetapi juga memperhatikan aspek religialitas. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa yang diperlukan oleh dunia bisnis adalah mengembangkan makin banyak pemimpin. Ada pendapat yang mengatakan bahwa organisasi bisnis dewasa ini tidak memiliki cukup banyak pemimpin yang tangguh (underled) tetapi sebaliknya, terlalu banyak manager (over managed).18 Pada penelitian ini, penulis menerapkan pengaruh etika kerja dan kepemimpianan Islam terhadap kinerja karyawan pada Lembaga-Lembaga Keuangan Syari’ah yang ada di wilayah kabupaten Pati, yang umumnya masih berbentuk Koperasi yang memakai sistem Syari’ah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pati, ada beberapa kinerja koperasi yang diantaranya mengalami peningkatan yang berarti, ada pula yang tidak mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:
18
Sondang P. Siagian, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002, h. 65.
6
Tabel 1.1 Data KJKS/UJKS Koperasi Kabupaten Pati
No
Nama KJKS/UJKS
1
KJKS FASTABIQ
2
Volume Usaha (Rp Juta)
Piutang (Rp Juta)
SHU (Rp Juta)
Asset (Rp Juta)
10.222
31,337,567.00
335,587.00
43,296,068.00
43,648,287.00
KJKS AL FATH
3.218
1,749,850.00
99,581.00
2,359,120.00
2,298,250.00
3
KJKS TAYU ABADI
1269
789,098.00
58,900.00
890,765.00
1,098,976.00
4
KJKS MADANI
457
476,200.00
356,908.00
543,098.00
789,120.00
78
58,098.00
5,098.00
78,567.00
109,789.00
30
-
-
22,800.00
-
29
-
-
19,789.00
-
2489
534,900.00
46,978.00
787,340.00
956,890.00
1434
456,786.00
35,980.00
678,956.00
895,890.00
2451
765,450.00
78,690.00
890,760.00
1,098,897.00
3489
1,456,795.00
100,998.00
1,678,906.00
2,567,098.00
1345
675,908.00
87,968.00
876,989.00
1,232,673.00
2432
2,456,897.00
76,898.00
2,546,908.00
3,454,789.00
1654
987,678.00
45,768.00
1,123,450.00
1,432,564.00
23322
18,715,018.00
472,021.00
34,499,809.00
26,280,234.00
KUD BAHAGIA KSU BAWON SYARIAH
6570
4,657,906.00
123,465.00
5,435,786.00
6,786,098.00
1342
567,907.00
45,890.00
678,903.00
786,908.00
KSU AL HIKMAH KOPONTREN MUWAHIDUN KOPONTREN BINA SEJAHTERA KSU SYARIF HIDAYATULLAH
2315
1,567,980.00
90,878.00
1,678,980.00
2,456,784.00
2156
1,768,567.00
134,289.00
1,976,980.00
2,567,890.00
578
112,365.00
4,567.00
129,325.00
198,787.00
2359
1,432,789.00
250,670.00
1,657,896.00
2,907,645.00
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
KJKS KARUNIA LESTARI KJKS MINA MADANI KJKS BMT AL FATTAH KSU AR ROHMAH KSU RORMATUL UMMAH KSU AMANAH UMAH KSU HARAPAN UMMAT KSU BINA UMMAT KSU SINOM PERDOPO KSU MEKAR SARI KOPONTREN YAUMI FATIMAH
Jumlah Anggota
Sumber : Data sekunder, Dinas Koperasi dan UMKM kabupaten Pati, 2011
7
Pada tabel 1.1 menunjukkan tingkat kesehatan kinerja keuangan KJKS/UJKS di wilayah kabupaten Pati dengan perbandingan penilaian dari jumlah piutang, SHU, asset, dan volume usaha memiliki rata-rata yang baik (cukup sehat). Di dalam penelitian terdahulu mengatakan bahwa sebagian besar kinerja KJKS dan UJKS cukup sehat, karena dipengaruhi beberapa faktor antara lain: modal, aktiva, provitabilitas, efisiensi dan likuiditasnya. Selain itu kinerja juga dipengaruhi oleh etika kerja dan kepemimpinan yang Islami, mengingat Lembaga Keuangan Syari’ah memiliki kerangka dasar atau aturan main yang dasar hukumnya berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.19 Dari uraian latar belakang di atas, penulis mengadakan suatu penelitian
yang
berjudul
“PENGARUH
KEPEMIMPINAN ISLAM TERHADAP
ETIKA
KERJA
DAN
KINERJA KARYAWAN”.
Dan studi penelitian ini dilakasanakan di KJKS/UJKS wilayah Kabupaten Pati. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah etika kerja dan kepemimpinan yang Islami berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan ?
19
Rahman El-Junusi, dkk (2004), Pengaruh Religiusitas, Etika Kerja Islam dan Individual Rank Terhadap Kinerja Lembaga Keuangan Syari’ah (Studi pada BMT di Jawa Tengah), Jurnal Penelitian, h. 2
8
2. Seberapa besar nilai prosentase kontribusi (R Square) pengaruh etika kerja dan kepemimpinan yang Islami terhadap peningkatan kinerja karyawan ? 1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1
Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah, 1. Untuk mengetahui apakah etika kerja dan kepemimpinan yang Islami berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan. 2. Untuk mengetahui seberapa besar nilai prosentase kontribusi (R Square) pengaruh etika kerja dan kepemimpinan yang Islami terhadap peningkatan kinerja karyawan.
1.3.2
Manfaat penelitian Manfaat
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberi
pengetahuan, sumber masukan untuk mengembangkan konsep tentang hal-hal yang mempengaruhi kinerja karyawan yang penting dalam pencapaian output dalam sebuah organisasi atau tujuan perusahaan. 1.4
Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah: Bab I :
Berisi pendahuluan untuk mengantarkan permasalahan skripsi secara keseluruhan. Pendahuluan pada bab pertama ini
9
didasarkan pada bahasan masih secara umum. Bab ini nantinya terdiri dari: 1. Latar belakang masalah. 2. Rumusan masalah. 3. Tujuan dan manfaat penelitian, dan 4. Sistematika penulisan. Bab II :
Akan dipaparkan mengenai: 1. KJKS dan UJKS 2. Kerangka teori. 3. Penelitian terdahulu 4. Kerangka berpikir, dan 5. Hipotesis.
Bab III: Karena penelitian ini berupa penelitian lapangan, maka akan penulis paparkan mengenai metode penelitian yaitu: 1. Sumber dan jenis data. 2. Populasi dan sampel. 3. Metode pengumpulan data. 4. Variabel penelitian dan pengukuran data, dan 5. Metode analisis data. Bab IV: Setelah pembahasan yang mendalam pada landasan teori dan perolehan data yang dicari, kemudian penulis memaparkan: 1. Secara analisis data kuantitatif, sejalan dengan pokok permasalahan yang telah penulis jelaskan sebelumnya.
10
2. Pembahasan dari analisis data kuantitatif, sejalan dengan pokok permasalahan yang telah penulis jelaskan sebelumnya. Bab V : Pada bab ini berisikan: 1. Kesimpulan. 2. Saran-saran 3. Penutup.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) dan Unit Jasa Keuangan Syari’ah (UJKS) Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah unit koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai dengan pola bagi hasil (syariah). Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha pembiayaan, investasi, simpanan dengan pola bagi hasil (syariah) sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.20 Keluarnya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah merupakan realisasi atas keperdulian pemerintah untuk berperan memberikan payung hukum atas kenyataan yang tumbuh subur dalam masyarakat ekonomi Indonesia terutama dalam lingkungan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Berdasarkan ketentuan yang disebut Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (Syari’ah). Dengan demikian semua BMT yang ada di Indonesia dapat digolongkan
20
http://esharianomics.com/esharianomics/koperasi/koperasi-syariah/kjks-dan-ujks/diposkan oleh KPRI KIPAS di 07:33
12
dalam KJKS, mempunyai payung Hukum dan legal kegiatan operasionalnya asal saja memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku.21 Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang
isinya
berintikan
bayt
al-maal
wat-tamwil
dengan
kegiatan
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan ekonominya.22 BMT merupakan lembaga ekonomi masyarakat yang bertujuan untuk mendukung kegiatan usaha ekonomi rakyat bawah dan kecil, yang dijalankan berdasarkan syari’at Islam. BMT berintikan dua kegiatan usaha yang mencakup baitul maal dan baitul tamwil.23 BMT sebagai Baitul Maal (rumah harta) menerima titipan dana zakat, infak, dan sedekah dan mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Sedangkan BMT sebagai Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.24 Dengan demikian, selain menghimpun dana dari masyarakat, melalui investasi/ tabungan, kegiatan
21 22
Ibid,http://esharianomics.com/esharianomics/koperasi/koperasi-syariah/kjks-dan-ujks/ Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: Kencana, 2009. h.
448 23
http://ymbhonline.org/index.php?option=com_content&view=article&id=46:pengertian -bmt&catid=38:pengertian-bmt&Itemid=37, diposkan Minggu, 04 August 2008 15:11 24 Andri Soemitra, op. cit,h. 447
13
Baitul Tamwil adalah mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi umat, terutama pengusaha kecil. 2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Etika Kerja Islam Etika berasal dari bahasa Yunani, ethikos yang mempunyai beragam arti; pertama, sebagai analisis konsep-konsep mengenai apa yang harus, mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar-salah, wajib, tanggung jawab, dan lain-lain. Kedua, pencarian ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral. Ketiga, pencarian kehidupan yang baik secara moral.25 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)26 Etika pada umumnya didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individual dan sosial sehingga, dapat menetapkan aturan untuk mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk dapat dijadikan sasaran dalam hidup.27 Menurut Hamzah Ya’kub, etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dan memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Menurut Herman Soewardi, etika dapat dijelaskan dengan membedakan
25
Kuat Ismanto, Manajemen Syari’ah Implementasi TQM dalam Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009, h. 41. 26 Nur Kholis, Etos Kerja Islami, diambil dari: http://nurkholis77.staff.uii. ac.id/etoskerja-isl ami/ 27 O.P. Simorangkir, Etika Bisnis, Jabatan dan Perbankan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003, h. 3
14
dengan tiga arti, yaitu (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.28 Etika menurut Frans Magins Suseno merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran-ajaran moral, yang bersifat rasional, kritis, sistematis, mendasar dan normatif. Berarti tidak sekedar melaporkan pandangan-pandangan moral, melainkan menyelidiki pandangan moral yang seharusnya.29 Triyuwono mengemukakan etika terekspresikan dalam bentuk Syari’ah, yang terdiri dari Al Qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Didasarkan pada sifat keadilan, Etika Syari’ah bagi umat Islam berfungsi sebagai sumber untuk membedakan mana yang benar (haq) dan yang buruk (bathil). Dengan menggunakan Syari’ah, bukan hanya membawa individu lebih dekat dengan Tuhan, tetapi juga memfasilitasi terbentuknya masyarakat secara adil yang di dalamnya tercakup individu dimana mampu merealisasikan potensinya dan kesejahteraan yang diperuntukkan bagi semua umat.30 Etika merupakan alasan-alasan rasional tentang semua tindakan manusia dalam semua aspek kehidupannya. Sementara itu
28
Ibid, http://nurkholis77.staff.uii.ac.id/etos-kerja-islami/ Redi Panuju, Etika Bisnis Tinjauan Empiris dan Kiat Mengembangkan Bisnis Sehat, Jakarta: PT Grasindo, 1995, h. 2. 30 Sri wahyuni, (2007), Pengaruh Komitmen Organisasi dan Keterlibatan Kerja Terhadap Hubungan Antara Etika Kerja Islam dengan Sikap Terhadap Perubahan Organisasi, Jurnal Skripsi. h. 8. 29
15
etika kerja Islam muncul ke permukaan, dengan landasan bahwa Islam adalah agama yang sempurna. Islam merupakan kumpulan aturanaturan ajaran (doktrin) dan nilai-nilai yang dapat menghantarkan manusia dalam kehidupannya menuju tujuan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.31 Etika juga termasuk bidang ilmu yang bersifat normatif, karena berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang individu.32 Etika adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar dan salah yang berdasarkan prinsip-prinsip moralitas, khususnya dalam perilaku dan tindakan. Sehingga etika salah satu faktor penting bagi terciptanya kondisi kehidupan manusia yang lebih baik.33 Menurut Imam Ghozali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin mendefinisikan etika sebagai sifat yang tetap dalam jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tidak membutuhkan pikiran.34 Dari beberapa pengertian di atas, definisi operasional etika adalah sebagai alat yang digunakan untuk menilai (mengukur) baik atau buruk suatu tindakan yang dilakukan seseorang, berdasarkan akal pikiran (rasional). Etika yang Islami tidak hanya menggunakan rasio dalam menilai perbuatan, tetapi juga didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits. Sehingga tindakan yang dinilai Etika Islam adalah berdasarkan akal pikiran yang sesuai dengan ajaran Syari’at Islam. 31
Ibid, h. 9. Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004, h. 3 33 Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang : Rasail, 2007, h. 63-64. 34 Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h. 171 32
16
Istilah lain yang terkait dengan etika adalah etos. Kata etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya.35 Dari definisi tersebut, ada hal yang membedakan antara etos dan etika. Etos sangat terkait kepada kerja keras, ketekunan, loyalitas, komunikasi, cara pengambilan keputusan, sikap, perilaku, dedikasi, dan disiplin tinggi untuk menciptakan nilai tambah organisasi Sedangkan etika sangat terkait dengan etos kerja yang memperhatikan aspek moral, etika, keadilan, dan integritas dalam menciptakan nilai tambah organisasi.36 Sehingga dalam penelitian ini penulis menggunakan istilah etika, karena ruang lingkup dari etika mencakup aspek-aspek yang menilai tindakan baik atau buruk dalam aktivitas manusia. Pengertian kerja dalam Islam dapat dibagi dalam dua bagian. Pertama, kerja dalam arti luas (umum), yakni semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi atau non materi, intelektual atau fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan atau akhirat. Jadi dalam pandangan Islam pengertian kerja sangat luas, mencakup seluruh pengerahan potensi yang dimiliki oleh manusia.37
35
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta: Gema Insani Press, 2002, h.
l5. 36
http://kecerdasanmotivasi.wordpress.com/2011/04/07/perbedaan-antara-etos-kerjadengan-etika-kerja/ 37 Abi Ummu Salmiyah, Etika Kerja dalam Islam, diambil dari : http://spesialistorch.com
17
Kedua, kerja dalam arti sempit (khusus), yakni memenuhi tuntutan hidup manusia berupa makanan, pakaian, dan tempat tinggal (sandang, pangan dan papan) yang merupakan kewajiban bagi setiap orang yang harus ditunaikannya, untuk menentukan tingkatan derajatnya, baik di mata manusia, maupun dimata Allah SWT. Dalam melakukan setiap pekerjaan, aspek etika merupakan hal mendasar yang harus selalu diperhatikan. Seperti bekerja dengan baik, didasari iman dan taqwa, sikap baik budi, jujur dan amanah, kuat, kesesuaian upah, tidak menipu, tidak merampas, tidak mengabaikan sesuatu, tidak semena-mena (proporsional), ahli dan professional, serta tidak melakukan pekerjaan yang bertentangan dengan hukum Allah atau Syariat Islam (Al-Quran dan Hadits).38 Pekerjaan
merupakan
sebuah
tugas
yang
menyerupai
kewajiban yang dilakukan oleh individu saat dibutuhkan.39 Di sisi lain makna bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguhsungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikir dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairu ummah).40 Etika kerja merupakan acuan yang dipakai oleh suatu individu atau perusahaan sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas
38
Ibid, http://spesialis-torch.com Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur’an dan Sains, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, h. 21 40 Toto Tasmara,op. cit, h. l5. 39
18
bisnisnya, agar kegiatan yang mereka lakukan tidak merugikan individu atau lembaga yang lain.41 Dan di dalam Lembaga Keuangan yang berbasis Syari’ah acuan yang digunakan dalam menerapkan etika kerjanya adalah berdasarkan Al Qur’an dan Hadits. Etika kerja yang Islami adalah serangkaian aktiviatas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya (barang/jasa), namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram.42 Etika kerja dalam Syari’at Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada kehawatiran, sebab sudah diyakini sebagai suatu yang baik dan benar.43 Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori etika kerja Islam yang dikemukakan oleh Dr. Mustaq Ahmad, karena substansi ajaran etika dan ajaran Syari’at Islam yang diterapkan di dalamnya dijelaskan secara spesifik dan mudah difahami. Oleh kerenanya, ada beberapa parameter kunci sistem etika bisnis dalam islam, diantaranya dapat dirangkum sebagai berikut:44 a. Berbagai tindakan dan keputusan disebut etis bergantung pada niat individu yang melakukannya. 41
Bambang Rudito dan Melia Famiola, Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia, Bandung: Rekayasa Sains, 2007, h. 6. 42 Muhammad dan Alimin, Etika & Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam, Yogyakarta: BPFE, 2004, h. 57 43 Ali Hasan, op. cit, h. 171 44 Kuat Ismanto, Manajemen Syari’ah Implementasi TQM dalam Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009, h. 41-42.
19
b. Niat baik yang diikuti tindakan yang baik akan dihitung sebagai ibadah c. Islam memberikan kebebasan kepada individu untuk percaya dan bertindak berdasarkan keinginannya, namun tidak dalam hal tanggung jawab dan keadilan. d. Keputusan yang menguntungkan kelompok mayoritas ataupun minoritas tidak secara langsung berarti bersifat etis dalam dirinya, sebab etika bukanlah permainan mengenai jumlah. e. Islam mennggunakan pendekatan terbuka terhadap etika, bukan sebagai sistem yang tertutup, dan berorientasi pada diri sendiri; sikap egois tidak mendapatkan tempat dalam ajaran Islam. Di dalam bukunya yang berjudul Etika Bisnis dalam Islam, Dr. Mustaq Ahmad mengatakan bahwa seorang pelaku bisnis diharuskan untuk berperilaku dalam bisnis mereka sesuai dengan apa yang dianjurkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pada batasan ini beliau merangkum tata krama perilaku bisnis itu ke dalam tiga garis besar, yaitu: 1. Murah hati, 2. Motivasi untuk berbakti dan 3. Ingat Allah dan Prioritas utama-Nya.45 1) Murah hati Murah hati dalam pengertian senantiasa bersikap ramah tamah, sopan santun, murah senyum, suka mengalah namun tetap penuh tanggung jawab. Sikap seperti itulah yang nanti akan menjadi
45
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001, h. 109.
20
magnet tersendiri bagi seorang pebisnis atau pedagang yang akan dapat menarik pembeli (pelanggan).46 Sopan santun adalah pondasi dasar dan inti dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini sangat dihargai dengan nilai yang tinggi, dan mencakup semua sisi hidup manusia. Allah memerintahkan orang Muslim untuk selalu rendah hati dan bersikap lemah lembut,47 sebagaimana di dalam firman-Nya,
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu48. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertawakkal kepada-Nya”49 (QS. Ali Imron: 159) 2) Motivasi untuk berbakti Di dalam aktivitas bisnis, seorang muslim hendaknya berniat untuk memberikan pengabdian yang diharapkan oleh masyarakatnya dan manusia secara keseluruhan. Aktivitasnya jangan semata-mata ditunjukkan untuk “mengasah kapaknya sendiri” dan tidak juga
46
Johan Arifin, op. cit, h. 107. Ali Hasan, op. cit, h. 189 48 Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya. 49 Al-Jumanatul Ali, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. J-Art, 2005, h. 76 47
21
semata-mata untuk memenuhi peti simpanannya. Etika bisnis AlQur’an mengharuskan pelakunya untuk memberikan perhatian pada kepentingan orang lain, yang karena alasan tertentu tidak mampu melindungi dan memproteksi kepentingan dirinya sendiri.50 Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui”51( (QS. Al-Baqoroh:280) 3) Ingat Allah dan Prioritas utama-Nya Seorang Muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah, bahkan dalam suasana sedang sibuk dalam aktivitas mereka. Dia hendaknya sadar penuh dan responsif terhadap prioritas-prioritas yang telah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta. Kesadaran akan Allah ini, hendaknya menjadi sebuah kekuatan pemicu (driving force) dalam segala tindakannya.52 Semua kegiatan bisnis hendaknya selaras dengan moralitas dan nilai-nilai utama yang digariskan oleh Al-Qur’an. Kaum Muslimin diperintahkan untuk mencari kebahagiaan akhirat dengan cara menggunakan nikmat yang telah Allah karuniakan padanya 50
Mustaq Ahmad, op. cit, h. 112-113 Al-Jumanatul Ali, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. J-Art, 2005, h. 93 52 Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h. 187 51
22
dengan jalan yang sebaik-baiknya.53 Walaupun Islam menyatakan bahwasannya berbisnis merupakan pekerjaan halal, namun pada tataran yang sama Islam juga mengingatkan secara eksplisit bahwasannya semua kegiatan bisnis jangan sampai menghalangi mereka untuk selalu ingat pada Allah dan melanggar rambu-rambu perintah-Nya, karena tujuan manusia diciptakan hanya untuk tunduk kepada Allah,54 sesuai dengan firman Allah dalam surat Ar-Ra’du ayat 36:
Artinya: Orang-orang yang Telah kami berikan Kitab kepada mereka55 bergembira dengan Kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya Aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya Aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali"56. (QS. Ar ra’d:36) 2.2.2 Kepemimpinan Islam Dalam sejarah kehidupan manusia, telah muncul konsepsi tentang kepemimpinan. Bagaimana Nabi Adam memimpin Hawa dan keturunannya di dunia setelah diusir dari surga. Begitu juga sejak awal 53
Nur S. Buchori, Koperasi Syariah, Sidoarjo: Kelompok Masmedia Buana Pustaka,
2009, h. 20 54
Ibid, h. 22. yaitu orang-orang Yahudi yang Telah masuk agama Islam seperti Abdullah bin salam dan orang-orang Nasara yang Telah memeluk agama Islam. 56 Al-Jumanatul Ali, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. J-Art, 2005, h. 255 55
23
kemunculan Islam, Nabi Muhammad selain sebagai seorang utusan Rasul yang menyampaikan ajaran-ajaran agama tetapi juga seorang kepala Negara dan kepala rumah tangga. Paling tidak dalam catatancatatan sejarah kenabian yang terdokumentasikan dalam hadits-hadits yang tetap terjaga dan masih bisa dikonsumsi sampai saat ini.57 Mengenai kepemimpinan, Rasul SAW bersabda:
ﻋَﻦْ اﺑْﻦِ ﻋُﻤَﺮَ رَﺿِﻲَ اﻟﻠﱠﮫُ ﻋَﻨْﮭُﻤَﺎ أَنﱠ رَﺳُﻮلَ اﻟﻠﱠﮫِ ﺻَﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﮫُ ﻋَﻠَﯿْ ِﮫ ٍوَﺳَﻠﱠﻢَ ﯾَﻘُﻮلُ ﻛُﻠﱡﻜُﻢْ رَاعٍ وَﻛُﻠﱡﻜُﻢْ ﻣَﺴْﺌُﻮلٌ ﻋَﻦْ َرﻋِﯿﱠﺘِﮫِ اﻟْﺈِﻣَﺎمُ رَاع ْوَﻣَﺴْﺌُﻮلٌ ﻋَﻦْ رَﻋِﯿﱠﺘِﮫِ وَاﻟﺮﱠﺟُﻞُ رَاعٍ ﻓِﻲ أَھْﻠِﮫِ وھُﻮَ ﻣَﺴْﺌُﻮلٌ ﻋَﻦ رَﻋِﯿﱠﺘِﮫِ وَاﻟْﻤَﺮْأَةُ رَاﻋِﯿَﺔٌ ﻓِﻲ ﺑَﯿْﺖِ زَوْﺟِﮭَﺎ وَﻣَﺴْﺌُﻮﻟَﺔٌ ﻋَﻦْ رَﻋِﯿﱠﺘِﮭَﺎ ٍوَاﻟْﺨَﺎدِمُ رَاعٍ ﻓِﻲ ﻣَﺎلِ ﺳَﯿﱢﺪِهِ وَﻣَﺴْﺌُﻮلٌ ﻋَﻦْ رَﻋِﯿﱠﺘِﮫِ وَﻛُﻠﱡﻜُﻢْ رَاع ِوَﻣَﺴْﺌُﻮلٌ ﻋَﻦْ رَﻋِﯿﱠﺘِﮫ Artinya :Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata :”Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dirumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelolaharta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.“ (HR. Bukhari dan Muslim) Hal yang paling mendasar yang dapat diambil dari hadits di atas adalah bahwa dalam level apapun, manusia adalah pemimpin termasuk bagi dirinya sendiri. Setiap perbuatan dan tindakan memiliki resiko yang harus dipertanggungjawabkan. Setiap orang adalah pemimpin meskipun pada saat yang sama setiap orang membutuhkan
57http://nazhroul.wordpress.com/2010/05/21/beberapa-hadits-tentang-kepemimpinandalam-kitab-riyadhus-shalihin/
24
pemimpin ketika ia harus berhadapan untuk menciptakan solusi hidup di mana kemampuan, keahlian, dan kekuatannya dibatasi oleh sekat yang ia ciptakan sendiri dalam posisinya sebagai bagian dari komunitas.58 Istilah kepemimpinan secara etimologi (asal kata) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata dasar “pimpin”. Dengan mendapat awalan me menjadi “memimpin” yang berarti menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing. Perkataan memimpin bermakna sebagai kegiatan, sedangkan yang melaksanakannya disebut pemimpin. Bertolak dari kata pemimpin berkembang pula kata kepemimpinan yang menunjukkan semua perihal dalam memimpin, termasuk juga kegiatannya.59 Dari sisi lain secara empiris terlihat bahwa kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk berbuat, guna mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditentukan.60 Rangkaian kegiatan itu berwujud kemampuan mempengaruhi dan mengarahkan perasaan dan pikiran orang lain, agar bersedia melakukan sesuatu yang diinginkan pemimpin dan terarah pada tujuan yang telah disepakati bersama.61
58
59
http://oysi.blogspot.com/2010/09/beberapa-hadits-tentang-kepemimpinan.html
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993, h. 28. 60 M. Manullang dan Marihot Manullang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE, 2001, h. 141. 61 Hadari Nawawi, op. cit, h. 29.
25
Kepemimpinan
juga
dapat
diartikan
sebagai
usaha
mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi orang lain, agar pikiran dan kegiatannya tidak menyimpang dari tugas pokok bidangnya masing-masing.62 Menurut Achmad Suyuti, yang dimaksud dengan kepemimpinan
adalah
proses
mengarahkan,
membimbing,
dan
mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang lain untuk digerakkan ke arah tujuan tertentu. Sedangkan menurut Asmara, kepemimpinan adalah tingkah laku untuk mempengaruhi orang lain agar mereka memberikan kerjasamanya dalam mencapai tujuan yang menurut pertimbangan mereka adalah perlu dan bermanfaat.63 Kepemimpinan adalah proses hubungan antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan perilaku orang lain. Soehardi Sigit dalam bukunya Teori Kepemimpinan dalam Manajemen, mengatakan bahwa kepemimpinan adalah hubungan di mana di dalamnya antara orang dan pemimpin saling mempengaruhi agar mau bekerjasama berbagi tugas untuk mencapai keinginan sang pemimpin.64 Yang dimaksud kepemimpinan dalam konteks ini adalah kepemimpinan yang Islami yaitu kegiatan menuntun, membimbing, memandu dan menunjukkan jalan yang diridhoi Allah SWT. Jadi
62
Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 2006, h. 11-12 63 Agus Asrofi,(2006) Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Intern Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, Jurnal Skripsi, h. 10. 64 Ainur Rahim Fakih dan Iip Wijayanto, Kepemimpinan Islam, Yogyakarta: UI Press, 2001, h.3.
26
orientasi utama dalam kepemimpinan islam adalah keridhaan Allah.65 Penulis sependapat dengan teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi yang dikutip di dalam bukunya Ainur Rahim Fakih dan Iip Wijayanto karena lebih sederhana dan kompleks. Al-Qur’an
sebagai
pedoman
utama
bagi
umat
Islam
memberikan kriteria-kriteria tertentu sebagai landasan akhlak bagi seorang pemimpin.66 Adapun kriteria tersebut antara lain: a. Mencintai kebenaran Seorang pemimpin yang beriman wajib berpegang teguh pada kebenaran yang telah diturunkan Allah SWT. tanpa mengenal kompromi apapun. Sebagai penegasan, Allah SWT. telah berfirman: Artinya: “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu.. sebab itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu”67 (Q.S. Al-Baqoroh: 147) Ahklak seorang pemimpin yang senantiasa istiqomah berpijak di atas kebenaran ajaran islam akan membuatnya dihormati dan dipatuhi di samping pada akhiratnya dia akan memetik kebahagiaan. Oleh kerena itu, akhlak mencintai kebenaran tersebut sangat penting. Karena dari sinilah akan membias begitu banyak sikap kepemimpinan yang positif, diantaranya adalah keadilan dan kejujuran. Adapun antara keadilan dan kejujuran itu sendiri telah diperintahkan oleh Allah sebagai tindakan yang paling utama, yang 65
Hadari Nawawi, op. cit. h. 28. Ainur Rahim Fakih dan Iip Wijayanto,op. cit, .h.39. 67 Al-Jumanatul Ali, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. J-Art, 2005, h. 24 66
27
wajib dilaksanakan oleh setiap pemimpin dalam memimipin kaumnya.68 b. Dapat menjaga amanah dan kepercayaan orang lain Jabatan (sebagai seorang pemimpin) adalah sebuah amanah yang sangat besar dan harus dipertanggungjawabkan, tidak saja di hadapan manusia yang memberikan amanah tersebut tetapi juga di hadapan Allah SWT. Untuk itu seorang pemimpin harus benar-benar menjaga amanah yang telah diberikan kepadanya, serta tidak menyelewengkannya untuk kepentingan sendiri lainnya. Amanah menjadi misi hidup seorang Muslim karena seorang Muslim hanya dapat menjumpai Sang Maha Benar dalam keadaan ridho dan diridhoi, yaitu bisa menepati amanat yang telah dipikulkan kepadanya.69 Allah awt. berfirman:
Artinya: “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya”70( Q.S. Al Mukminuun : 8) Maka tanggung jawab moral seorang pemimpin haruslah terus menerus terjaga sebagai modal dasar dan kontrol pribadi terhadap kepemimpinannya. Dan akan berpengaruh terhadap
68
Ainur Rahim Fakih dan Iip Wijayanto,op. cit, .h.41. Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, h. 17 70 Al-Jumanatul Ali, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. J-Art, 2005, h. 342 69
28
nuraninya selama masa-masa kepemimpinannya maupun telah berlalu masa-masa kepemimpinannya.71 c. Ikhlas dan memiliki semangat pengabdian Dalam menjalankan roda kepemimpinannya, hendaknya seorang pemimpin mendasarinya denga rasa yang benar-benar ikhlas. Jika memulai sebuah fase kepemimpinan dengan perasaan yang tidak ikhlas, serta selalu mengharapkan tendensi-tendensi tertentu, maka terjadilah kepemimpinan-kepemimpinan yang korup. Untuk itu, kepemimpinan sebagai sebuah proses harus dijalani dengan sepenuh hati dan mengembalikan imbalannya kepada Allah SWT72. Allah swt. berfirman:
Artinya: “..Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya"73 (QS. Al-Kahfi: 110) Firman Allah di atas sebagai petunjuk bagi orang-orang beriman dalam berbagai sektor kegiatan termasuk jabatan sebagai pemimpin bahwa yang dilakukannya tidak akan sia-sia. Allah sendiri
71
Ainur Rahim Fakih dan Iip Wijayanto,op. cit, .h.43. Ibid, h. 45 73 Al-Jumanatul Ali, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. J-Art, 2005, h. 304 72
29
yang nantinya akan membalas segala kebaikan yang dilakukan sesuai dengan kadar yang telah ditentukan-Nya. d. Baik dalam pergaulan masyarakat Mengenai hal ini Allah berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara kerena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah SWT supaya kamu mendapat rahmat.”74 (Al-Hujurat : 10) Islam sangat mengutamakan persahabatan sebagai kegiatan mu’amalah yang sangat dianjurkan, karena dengan terjalinnya ikatan silaturahmi akan memeperkokoh bangunan sosial kemasyarakatan. Bentuk ideal ini tentu saja akan sangat sulit direalisasikan jika pemimpin setempat tidak cukup akomodatif. Untuk itu hubungan silaturahim, saling bahu membahu dalam kebaikan, tolong menolong dalam seluruh sektor kehidupan harus dimulai oleh pemimpin terlebih dahulu karena ide-ide yang bereasal dari seorang pemimpin sangat mudah ditangkap oleh masyarakatnya untuk menjadi bahan renungan bersama.75 e. Bijaksana Kebijaksanaan adalah pantulan dari akhlak yang kaya akan iman dan diperlukan untuk menempatkan segala persoalan secara tepat dan proporsional. Terlebih dalam memimpin masyarakat yang majemuk, kebijaksanaan akan mampu memberikan rasa tentram bagi 74 75
Ibid, h. 516 Ainur Rahim Fakih dan Iip Wijayanto,op. cit, h.47
30
berbagai kepentingan untuk disatukan dibawah satu visi bersama. Keadilan merupakan sikap kebijaksanaan yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Karena Islam dalam menegakkan hukumhukumnya didasarkan atas landasan keadilan di antara manusia.76 Allah swt. telah memerintahkan untuk berbuat adil dalam banyak ayat di dalam Al-Qur’an, di antaranya,
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”77( Q.S. An-Nahl: 90) Dengan bermodalkan kebijaksanaan dan hidayah dari Allah dalam menganalisis dinamika kemasyarakatan yang ada, maka diharapkan kepemimpinan yang ada dapat bergulir sesuai dengan yang diinginkan tanpa harus merugikan kelompok-kelompok tertentu untuk memberi keuntungan kepada kelompok yang lain. 2.2.3 Kinerja karyawan Istilah kinerja berasal dari kata job performance dan actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.78 Kinerja dapat diartikan sebagai hasil
76
Abdullah Abdul Husain At-Tariqi, Ekonomi Islam, Prinsip, Dasar dan Tujuan, Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004, h. 308. 77 Al-Jumanatul Ali, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. J-Art, 2005, h. 278 78 Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, Jakarta: Gema Insani Press, 2002, h. 199.
31
kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.79 Byars (1984), mengartikan kinerja sebagai hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. Jadi bisa dikatakan prestasi kerja merupakan hasil keterikatan antara usaha, kemampuan dan persepsi tugas. Usaha merupakan hasil motivasi yang menunjukkan jumlah energi (fisik atau mental) yang digunakan oleh individu dalam menjalankan suatu tugas.80 Robbins (1996), mengatakan kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang
berlaku
untuk
suatu
pekerjaan.
Menurut
Bacal (1999)
mendefinisikan dengan proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan atasan langsungnya.81
79
Suryadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan, Yogyakarta: BPFE, 1999, h. 1-
2. 80
Ratna Kusumawati, “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan: (Studi Kasus pada RS Roemani Semarang),” Jurnal Ekonomi dan Bisnis, III (November, 2008). h.152. 81 Surya Dharma, Manajemen Kinerja Falsafah, Teori dan Penerapannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, h.18.
32
Kinerja diukur dengan instrumen yang dikembangkan dalam studi yang tergabung dalam ukuran kinerja secara umum, kemudian diterjemahkan ke dalam penilaian perilaku secara mendasar, meliputi:82 1. Kuantitas kerja, yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang telah ditentukan. 2. Kualitas kerja, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syaratsyarat kesesuaian dan kesiapannya 3. Pengetahuan tentang pekerjaan, yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilan. 4. Pendapat atau pernyataan yang disampaikan, yaitu keaktifan menyampaikan pendapat di dalam rapat. 5. Perencanaan kerja,
yaitu kegiatan yang dirancang sebelum
melaksanakan aktifitas pekerjaannya. 2.3 Penelitian Terdahulu 1. Penelitian Suharto dan Budhi Cahyono yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia di Sekretariat DPRD Propinsi Jawa Tengah” menyatakan ada pengaruh positif antara variabel independen dengan kinerja karyawan, semuanya terbukti secara signifikan. 2. Jurnal penelitian dari Rahman El-Junusi, dkk (2004), dengan judul “Pengaruh Religiusitas, Etika Kerja Islam dan Individual Rank Terhadap Kinerja Lembaga Keuangan Syari’ah” (Studi pada BMT di Jawa Tengah) 82
Suharto dan Budhi Cahyono “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia di Sekretariat DPRD Propinsi Jawa Tengah” Jurnal Ekonomi, I (Januari, 2005), h. 15.
33
juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabelvariabel yang diteliti. 3. Maya Puji Febriana dalam penelitian skripsinya yang berjudul ”Pengaruh Etos Kerja Islam Terhadap Kinerja Karyawan Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah Artha Mas Abadi Kabupaten Pati” menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti. Pengujian dengan menggunakan analisis faktor, analisis regresi sederhana dengan uji F dan koefisien determinasi. 4. Penelitian skripsi M. Zama’syari yang berjudul “Pengaruh Etos Kerja dan Budaya Kerja Islam Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan” (Studi pada KJKS/UJKS wilayah kabupaten Pati), menunjukkan bahwa etos kerja dan budaya kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan dengan hasil Uji T dari etos kerja Islam sebesar 2,940 dan budaya kerja sebesar 3,752. 5. Penelitian skripsi oleh Sri Wahyuni (2007) “Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Keterlibatan Kerja Terhadap Hubungan Antara Etika Kerja Islam Dengan Sikap Terhadap Perubahan Organisasi” dengan mengguanakan Uji Normalitas, Heteroskidastisitas dan Multukolinearitas, menunjukkan diterimanya hipotesis-hipotesis yang diajukan. 2.4 Kerangka Berpikir Untuk mengetahui masalah yang akan dibahas, perlu adanya kerangka pemikiran yang merupakan landasan dalam meneliti masalah yang bertujuan
34
untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.Murah Hati
2. Motivasi untuk Berbakti 3.Mengingat Allah
Etika Kerja Islam (X1) H1 H3
Kinerja Karyawan (Y)
H2 1. Kuantitas kerja 2. Kualitas kerja 3. Pengetahuan tentang pekerjaan 4. Pendapat yang disampaikan
1.Mencintai Kebenaran
5. Perencanaan kerja 2.Menjaga Amanah
3.Ikhlas
4.Baik dalam Pergaulan
5.Bijaksana
Kepemimpinan Islam (X2)
35
2.5 Hipotesis Hipotesis83 dalam penelitian ini adalah : a) Ada pengaruh positif84 dan signifikan85 antara etika kerja Islam terhadap kinerja karyawan. b) Ada pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan. c) Ada pengaruh positif dan signifikan antara etika kerja Islam dan kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan.
83
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto , 2006: 71). 84 Berpengaruh positif apabila antara kedua variabel saling berpengaruh berbanding lurus (tidak terbalik) 85 Dikatakan signifikan jika dalam uji T nilai t hitung > nilai t tabel, dan dalam uji F nilai f hitung > f tabel.
36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan sumber data Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh nantinya berupa angka. Dari angka yang diperoleh akan dinalisis lebih lanjut dalam analisis data. Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu etika kerja dan kepemimpinan Islam sebagai variabel bebas (independent) dan kinerja karyawan sebagai variabel terikat (dependent). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer86 dan data sekunder87. Data primer diperoleh penulis dari penyebaran angket atau kuesioner kepada para responden, yaitu karyawan di KJKS/UJKS wilayah kabupaten Pati yang terpilih sebagai sampel. Sedangkan sumber data sekunder penulis dapatkan dari Kantor Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pati, dan berbagai sumber informasi yang telah dipublikasikan baik jurnal ilmiah, penelitian terdahulu, majalah dan literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder dimaksudkan agar dapat memberikan ilustrasi umum dan dapat mendukung hasil penelitian. 3.2 Populasi dan sampel Populasi88 dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai atau karyawan yang ada pada 21 KJKS/UJKS di wilayah kabupaten Pati. Karena jumlah 86
Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh periset untuk menjawab masalah risetnya 87 Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) 88 Populasi adalah seperangkat unit análisis yang lengkap yang sedang diteliti.
37
populasi yang akan diteliti tidak teridentifikasi (unidentified), maka dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil sampel89 dari populasi yang ada dengan menggunakan metode simple random sampling yaitu dengan mengambil sebagian dari jumlah populasi obyek penelitian secara acak,90 sehingga memudahkan dalam mengambil data di lapangan. 3.3 Metode pengumpulan data 3.3.1 Wawancara Pihak-pihak yang diwawancarai oleh penulis adalah pengurus dan karyawan KJKS/UJKS di wilayah kabupaten Pati. Dan penulis juga mendapatkan informasi-informasi lain tentang KJKS dan UJKS dari wawancara dengan pengurus Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pati. 3.3.2 Kuesioner (angket) Kuesioer ini dimaksudkan untuk memperoleh data diskriptif guna menguji hipotesis. Model kajian untuk memperoleh data tersebut digunakan kuesioner yang bersifat tertutup yaitu pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga responden dibatasi dalam memberikan jawaban pada beberapa alternatif saja atau pada satu jawaban saja. Sedangkan penyusunan skala pengukuran digunakan metode Likert Summated Ratings (LSR).91 Dengan alternatif pilihan
89
Sampel adalah sub dari perangkat elemen yang dipilih untuk dipelajari. Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006, h. 116 91 Skala likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap dalam suatu penelitian. 90
38
jawaban sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju, dengan ketentuan sabagai berikut:
Variabel -
Definisi
Etika
Kerja Adalah akhlak
Islam
dalam menjalankan bisnis sesuai
-
Skala
1. Murah hati
Likert
2. Motivasi untuk berbakti 3. Ingat Allah dan
dengan nilai-nilai
prioritas utama-
Islam
Nya
Kepemimpinan Adalah kegiatan Islam
Dimensi
menuntun, membimbing,
1. Mencintai kebenaran 2. Menjaga amanah
memandu dan
dan kepecayaan
menunjukkan
orang lain
jalan yang
Likert
3. Ikhlas dan
diridhoi Allah
memiliki
SWT.
semangat pengabdian 4. Baik dalam pergaulan masyarakat 5. Bijaksana
-
Kinerja
Adalah hasil kerja
1. kualitas kerja
karyawan
yang dapat
2. kuantitas kerja
dicapai oleh
3. pengetahuan
seseorang atau
tentang
sekelompok
pekerjaan
orang dalam
4. pendapat atau
Likert
39
organisasi, sesuai
pernyataan
wewenang dan
yang
tanggung jawab
disampaikan
masing-masing,
5. perancanaan
dalam rangka
kerja
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
3.3.3 Dokumentasi Informasi lain tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatancatatan, buku dan sebagainya yang diperoleh peneliti adalah dengan dokumentasi. Di antaranya dokumentasi arsip-arsip dari
Dinas
Koperasi dan UMKM Kabupaten Pati dan brosur-brosur yang di ambil dari KJKS/UJKS yang diteliti. 3.4 Variabel penelitian dan pengukuran data Di dalam penelitian ini ada tiga variabel yang digunakan yaitu dua variabel bebas, X1 (etika kerja Islam) X2 (kepemimpinan Islam) dan satu variabel terikat Y (kinerja karyawan). Dari masing-masing variabel tersebut dapat diukur dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang dituangkan dalam sebuah koesioner, sehingga lebih terarah dan sesuai dengan metode yang digunakannya.
40
3.4.1 Etika kerja Islam Etika kerja islam yang diukur dengan kuesioner yang menentukan fakta sesuai dengan teori yang dikemukakan Dr. Mustaq Ahmad. Bahwa pelaku bisnis harus memiliki tata krama sebagai berikut92: a) Murah hati Murah hati dalam pengertian senantiasa bersikap ramah tamah, sopan santun, murah senyum, suka mengalah namun tetap penuh tanggung jawab. Sikap seperti itulah yang nanti akan menjadi magnet tersendiri bagi seorang pebisnis atau pedagang yang akan dapat menarik pembeli (pelanggan).93 b) Motivasi untuk berbakti Berniat untuk memberikan pengabdian yang diharapkan oleh masyarakatnya dan manusia secara keseluruhan. Aktivitasnya jangan semata-mata ditunjukkan untuk “mengasah kapaknya sendiri” dan tidak juga semata-mata untuk memenuhi peti simpanannya.94 c) Ingat Allah dan prioritas utama-Nya ”Orang-orang yang Telah kami berikan Kitab kepada mereka95 bergembira dengan Kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya Aku hanya 92
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001, h. 109. Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang : Rasail, 2007, h.107 94 Mustaq Ahmad, op. cit, h.113 95 Yaitu orang-orang Yahudi yang Telah masuk agama Islam seperti Abdullah bin salam dan orang-orang Nasara yang Telah memeluk agama Islam. 93
41
diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali". (QS. Ar ra’d:36) 3.4.2 Kepemimpinan islam Variabel kepemimpinan islam yang diukur dengan kuesioner yang menentukan fakta sebagai berikut: a. Mencintai kebenaran “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu. Sebab itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu” (Q.S. Al-Baqoroh: 147) b. Menjaga amanah dan kepercayaan orang lain Jabatan (sebagai seorang pemimpin) adalah sebuah amanah yang sangat besar dan harus dipertanggungjawabkan, tidak saja di hadapan manusia yang memberikan amanah tersebut tetapi juga di hadapan Allah SWT. Untuk itu seorang pemimpin harus benar-benar menjaga amanah yang telah diberikan kepadanya, serta tidak menyelewengkannya untuk kepentingan sendiri lainnya.96 c. Ikhlas dan memiliki semangat pengabdian “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" (QS. Al-Kahfi: 110).
96
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, h. 17
42
d. Baik dalam pergaulan masyarakat “Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara kerena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah SWT supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat : 10) e. Bijaksana Kebijaksanaan adalah pantulan dari akhlak yang kaya akan iman. Kebijaksanaan ini sangat diperlukan untuk menempatkan segala persoalan secara tepat dan proporsional. Lebih-lebih dalam memimpin masyarakat yang majemuk, kebijaksanaan akan mampu memberikan rasa tentram bagi berbagai kepentingan untuk disatukan di bawah satu visi bersama.97 3.4.3 Kinerja karyawan Menurut Lopez (1982) dimensi variabel terikat atau dependen yaitu kinerja karyawan dalam pengukurannya meliputi kriteria sebagai berikut:98 1. Kuantitas kerja yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang telah ditentukan. 2. Kualitas kerja yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syaratsyarat kesesuaian dan kesiapannya. 3. Pengetahuan
tentang
pekerjaan
yaitu
luasnya
pengetahuan
mengenai pekerjaan dan ketrampilan. 97
Abdullah Abdul Husain At-Tariqi, Ekonomi Islam, Prinsip, Dasar dan Tujuan, Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004, h. 308. 98 Suharto dan Budhi Cahyono “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia di Sekretariat DPRD Propinsi Jawa Tengah” Jurnal Ekonomi, I (Januari, 2005), h. 15.
43
4. Pendapat atau pernyataan yang disampaikan yaitu keaktifan menyampaikan pendapat di dalam rapat. 5. Perencanaan kerja yaitu kegiatan yang dirancang sebelum melaksanakan aktifitas pekerjaannya. 3.5 Teknis analisis data Di dalam penelitian ini ada beberapa analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh etika kerja Islam dan kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan. Di antaranya yaitu menggunakan analisis:
3.5.1 Uji Validitas dan Reabilitas 3.5.1.1 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.99 3.5.1.2 Uji Reabilitas Uji
reabilitas
dilakukan
untuk
mengukur
suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.100
99
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang: Badan Penerbit Undip, 2005, h. 45 100 Ibid, h. 41
44
3.5.2 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik adalah pengujian pada variabel penelitian dengan model regresi, apakah dalam variabel dan model regresinya terjadi kesalahan atau penyakit. Berikut ini macam-macam Uji asumsi klasik: 3.5.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang disajikan untuk dianalisis lebih lanjut berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas data, dalam penelitian ini
hanya akan dideteksi melalui analisis grafik
yang dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPPS.101 3.5.2.2 Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Dalam regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas.102 3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam mode regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
101 102
Ibid, h. 110 Ibid, h. 91
45
disebut
homoskedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas.103 3.5.2.4 Uji Autokorelasi Uji autukorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode
T
dengan
kesalahan
pada
periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yan baik adalah yang bebas dari autokorelasi.104 3.5.3 Analisis Regresi Berganda Analisis
ini
untuk
mengetahui
pengaruh
suatu
variabel
produktivitas dihubungkan dengan variabel etika kerja Islam dan kepemimpinan Islam. Y = a + b1x1 + b2x2+ e Keterangan: Y = kinerja karyawan a
= konstanta
x1 = etika kerja Islam x2 = kepemimpinan Islam b
= koefisien regresi yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y jika satu unit perubahan pada variabel bebas (variabel X).
e 103 104
= kesalahan prediksi.
Ibid, h. 105 Ibid, h. 95
46
3.5.3.1 Uji T Menunjukkan nilai signifikan dari tiap-tiap koefisien regresi terhadap kenyataan yang ada.105 Langkah-langkah: a. Menentukan hipotesis nihil dan alternatif. H0: β1 = β2 = 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat etika kerja dan kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan). H1: β1 β2 β0 (ada pengaruh yang signifikan antara tingkat etika kerja dan kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan). b. Menentukan level of significant (α = 0, 05) c. Kriteria pengujian H0 diterima bila t-tabel < t-hitung < t-tabel H0 ditolak bila t-hitung > t-tabel atau t-hitung < - t-tabel d. Perhitungan nilai T Dimana: Β = koefisien regresi dari variabel tingkat pendidikan Sb1 = standar error koefisien regresi e. Kesimpulan Dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dapat diketahui pengaruh antara etika kerja dan kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan. 105
h. 39
Algifari, Analisis Regresi : Teori, Kasus dan Solusi, Yogyakarta : BPFE UGM, 2000,
47
3.5.3.2 Uji F Digunakan untuk mengetahui signifikasi pengaruh antara dua variabel bebas (etika kerja dan kepemimpinan Islam) terhadap variabel terikat (kinerja karyawan) secara bersama-sama, sehingga bisa diketahui apakah dengan yang sudah ada dapat diterima atau ditolak.106 Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: a. H0: β1 = β2 = 0 artinya bahwa tingkat etika kerja dan kepemimpinan islam secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. b. H1: β1≠ β2 ≠ β0 artinya bahwa tingkat etika kerja dan kepemimpinan
islam
secara
bersama-sama
mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. c. Menentukan level of signifikan α = 0, 05 d. Kriteria yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut: Ho = diterima apabila F-hitung < F-tabel Ho = ditolak apabila F-hitung > F-tabel e. Perhitungan nilai F F=
R2 (k 1) (1 - R2) (n - k)
Keterangan: R = koefisien regresi linier berganda 106
Ibid, h. 42
48
k = banyaknya variabel n = ukuran variabel f. Kesimpulan Dengan membandingkan F hitung dan F tabel dapat diketahui pengaruh tingkat etika kerja dan kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan. 3.5.3.3 Koefisien determinasi (R2) Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Secara umum koefisien determinan untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data tuntun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi. Untuk menjelaskan aplikasi dengan menggunakan program SPSS.107
107
Ibid, h. 45-48.
49
Untuk mengetahui persentase besarnya perubahan variabel independen yang disebabkan oleh variabel dependen. Koefisien determinasi ini di mana: R2: koefisien determinasi Y : kinerja karyawan X1: etika kerja Islam X2: kepemimpinan Islam
50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Data Penelitian dan Responden 4.1.1 Deskripsi Data Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, dan peneliti secara langsung melaksanakan observasi untuk memperoleh data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Perolehan datadata dan informasi dilakukan dengan wawancara dan penyebaran angket kepada responden secara langsung. Namun demikian, sebelum peneliti menyebarkan angket
secara langsung kepada responden,
terlebih dahulu melakukan pra-riset kepada lembaga yang terkait guna memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian ini dan untuk mendapatkan ijin dari lembaga yang peneliti teliti. Pra-riset dilakukan di Kantor Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pati pada hari Senin tanggal 4 April 2011, dalam pra-riset di sini peneliti memperoleh data KJKS/UJKS yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pati yang berjumlah 21 KJKS/UJKS dan mendapat surat izin dari Dinas tersebut untuk melaksanakan penelitian di KJKS/KJKS di wilayah kabupaten Pati. Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya penulis mengambil 11 KJKS/UJKS untuk diteliti, dengan pertimbangan data yang penulis dapatkan dari Kantor Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pati.
51
Selanjutnya pada tanggal 11 Mei 2011 sampai dengan tanggal 19 mei 2011, peneliti menyebarkan angket tertutup kepada responden yang berjumlah 70 responden dari 11 KJKS/KJKS di wilayah kabupaten Pati. Pengumpulan data secara langsung dengan menemui responden ini bertujuan agar lebih efektif untuk meningkatkan respon rate responden dalam penelitian ini. Penelitian yang dilakukan selama 9 hari ini, dan karena adanya kerusakan atau ketidaklengkapan dalam pengisian angket oleh responden, maka data yang dapat diolah sebanyak 54 responden. 4.1.2
Deskripsi Responden Karakteristik responden perlu disajikan dalam penelitian ini guna untuk menggambarkan keadaan atau kondisi responden yang dapat memberikan informasi tambahan untuk memahami hasil-hasil penelitian. Penyajian data deskriptif penelitian ini bertujuan agar dapat dilihat profil dari data penelitian tersebut dan hubungan antar variabel yang digunakan dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti membagi karateristik responden menjadi 4 jenis, yaitu: 1. Jenis Kelamin Deskripsi responden berdasar jenis kelamin dapat diketahui sebagaimana dalam tabel 4.1 berikut:
52
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden Sex Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Laki-laki
30
55.6
55.6
55.6
Perempuan
24
44.4
44.4
100.0
Total
54
100.0
100.0
Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki. Sejumlah 30 responden atau 55,6% dari total responden adalah berjenis kelamin laki-laki, dan sisanya sebanyak 24 responden atau 44,4% adalah berjenis kelamin perempuan. Untuk lebih jelasnya, berikut gambar porsi dari deskripsi responden dilihat dari jenis kelamin yang dapat peneliti peroleh108:
108
Data pengolahan SPSS 1.8, 2011
53
2. Usia Responden Deskripsi responden dalam klasifikasi usia, peneliti membaginya dalam empat jenis, diantaranya adalah responden dengan usia dibawah 20 tahun, 21 tahun s/d 30 tahun, 31 tahun s/d 40 tahun, dan responden yang berusia lebih dari 40 tahun. Adapun deskripsi responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Umur Responden Age Cumulative Frequency Valid
< 20th
Percent
Valid Percent
Percent
5
9.3
9.3
9.3
21 s/d 30th
36
66.7
66.7
75.9
31 s/d 40th
11
20.4
20.4
96.3
> 40th
2
3.7
3.7
100.0
Total
54
100.0
100.0
Sumber : Data primer yang diolah 2011 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa usia responden KJKS/UJKS wilayah kabupaten Pati yang dijadikan sampel, yang usianya kurang dari 20 tahun ada 5 orang yakni 9,3%. Dominasi usia kisaran antara 21 tahun s/d usia 30 tahun, tabel umur responden menunjukan terdapat sebanyak 36 orang yakni 66,7%, responden berusia 31 tahun s/d 40 tahun sebanyak 11 orang yakni 10,4%, dan yang usianya di atas 40 tahun hanya 2 orang yakni 3,7%. Untuk lebih
54
jelasnya, berikut gambar porsi dari karateristik usia responden yang dapat peneliti peroleh109:
3. Tingkat Pendidikan Data tentang deskripsi responden dalam klasifikasi tingkat pendidikan, peneliti membaginya dalam tiga kategori, yaitu SMA, Diploma dan Sarjana.
Adapun data mengenai
tingkat pendidikan responden yang diambil sebagai responden adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Responden Grad Cumulative Frequency Valid
109
Percent
Valid Percent
Percent
SMA
35
64.8
64.8
64.8
D3
11
20.4
20.4
85.2
S1
8
14.8
14.8
100.0
Data pengolahan SPSS 1.8, 2011.
55
Grad Cumulative Frequency
Percent
Percent
Valid Percent
SMA
35
64.8
64.8
64.8
D3
11
20.4
20.4
85.2
S1
8
14.8
14.8
100.0
54
100.0
100.0
Total
Sumber : Data primer yang diolah 2011 Berdasarkan
keterangan
pada
tabel
4.3
di
atas
memperlihatkan bahwa pendidikan responden dari karyawan KJKS/UJKS kabupaten Pati yang dijadikan sebagai sampel adalah pendidikan SMA atau sederajat sebanyak 35 orang atau 64,8%, pendidikan Diploma sebanyak 11 orang atau 20,4%, dan penididikan S1 sebanyak 8 orang atau 14,8%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar berpendidikan SMA atau sederajat yaitu sebanyak 64,8%. Untuk lebih jelasnya, berikut gambar porsi dari deskripsi pendidikan responden yang dapat peneliti peroleh110:
110
Data pengolahan SPSS 1.8, 2011
56
4. Jabatan Data tentang deskripsi responden dalam klasifikasi jabatan, peneliti membaginya dalam 5 kategori, yaitu dibagian keamanan, marketing, teller, administrasi, dan manager. Adapun data mengenai jabatan responden yang diambil sebagai responden adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan Job Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Keamanan
1
1.9
1.9
1.9
Marketing
22
40.7
40.7
42.6
Teller
16
29.6
29.6
72.2
Admin
7
13.0
13.0
85.2
Manager
8
14.8
14.8
100.0
57
Job Cumulative Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
Keamanan
1
1.9
1.9
1.9
Marketing
22
40.7
40.7
42.6
Teller
16
29.6
29.6
72.2
Admin
7
13.0
13.0
85.2
Manager
8
14.8
14.8
100.0
54
100.0
100.0
Total
Berdasarkan keterangan pada table 4.4 dapat dijelaskan bahwa responden karyawan KJKS/UJKS kabupaten pati yang dijadikan sampel jabatan keamanan sebanyak 1 orang atau 1,9%, jabatan marketing sebanyak 22 orang atau 40,7%, jabatan teller atau kasir sebanyak 16 orang atau 29,6%, jabatan administrasi sebanyak 7 orang atau 13,0%, dan jabatan manajer sebanyak 8 orang atau 14,8%. Untuk lebih jelasnya, berikut gambar porsi dari deskripsi jabatan responden yang dapat peneliti peroleh111:
111
Data pengolahan SPSS 1.8, 2011
58
4.2 Deskriptif Variabel Penelitian Penelitian ini mengamati dua variabel bebas (independent variable) yaitu variabel etika kerja Islami (X1) dan variabel kepemimpinan Islami (X2). Dan mengamati satu variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel Y, kinerja karyawan. 4.2.1 Variabel Etika Kerja Islam (X1) Definisi etika kerja Islam secara operasional adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dalam variabel etika kerja Islam disini terdiri atas tiga indikator, di mana untuk masing-masing indikator dalam variabel etika kerja Islam akan diwakili oleh dua item pertanyaan. 1. Indikator Murah Hati Definisi operasional dari indikator murah hati adalah karyawan senantiasa melakukan pelayanan dengan senantiasa bersikap ramah tamah, sopan santun, murah senyum, suka mengalah namun tetap
59
penuh tanggung jawab. Dalam indikator produk di sini diwakili oleh dua item pertanyaan. Adapun hasil penelitian tentang tanggapan responden terhadap indikator murah hati dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Murah hati Q
1 2
SS
S
N
TS
Total
STS
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
33
61,1
19
35,2
2
3,7
0
0
21
38,9
24
44,4
6
11,1
1
1,9
Frk
%
Frk
%
0
0
54
100
2
3,7
54
100
Sumber: data primer diolah 2011
Dari tabel 4.5 di atas dapat dideskripsikan bahwa tanggapan responden untuk indikator murah hati tergolong baik. Mayoritas responden memberi jawaban setuju dan sangat setuju bahwa karyawan dalam menjalankan pekerjaannya bersikap sopan dan tidak arogan terhadap rekannya di sisi item pertanyaan. Sebanyak 61,1% item pertanyaan pertama didominasi oleh jawaban sangat setuju, 35,2% menjawab setuju, dan sisanya 3,7% menjawab netral. Sedangkang pada item pertanyaan kedua mayoritas responden menjawab setuju (44,4%), dalam urutan kedua jawaban didominasi jawaban setuju (38,9%), kemudian 11,1% menjawab netral, 1,9% responden menjawab tidak setuju, sisanya 3,7% responden menjawab sangat tidak setuju.
60
2. Indikator Motivasi Berbakti Definisi operasional indikator berbakti adalah karyawan hendaknya berniat untuk memberikan pengabdian yang diharapkan oleh masyarakatnya, dan memberikan perhatian pada kepentingan orang lain, yang karena alasan tertentu tidak mampu melindungi dan memproteksi kepentingan dirinya sendiri. Dalam indikator berbakti di sini diwakili oleh dua item pertanyaan. Adapun hasil penelitian tentang tanggapan responden terhadap indikator karyawan lebih mementingkan kepentingan umum dan misi pengabdian kepada masyarakat, dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut: Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Motivasi Berbakti Q
3 4
SS
S
N
TS
Total
STS
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
15
27,8
24
44,4
3
5,6
2
3,7
15
27,8
26
48,1
8
14,8
5
9,3
Frk
%
Frk
%
0
0
54
100
0
0
54
100
Sumber: data primer diolah 2011
3. Indikator Ingat Kepada Allah Definisi operasional dari indikator ingat kepada Allah adalah karyawan tidak melalaikan kewajibannya kepada Allah meski dalam menjalankan pekerjaan. Adapun hasil penelitian tentang tanggapan responden terhadap indikator ingat kepada Allah dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut:
61
Tabel 4.7 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Ingat kepada Allah Q
5 6
SS
S
N
TS
Total
STS
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
29
53,7
22
40,7
2
3,7
1
1,9
0
0
54
100
19
35,2
26
48,1
6
11,1
3
5,6
0
0
54
100
Sumber: data primer diolah 2011
Dari tabel 4.7 di atas dapat dideskripsikan bahwa tanggapan responden untuk indikator ingat kepada Allah tergolong baik. Mayoritas responden
memberi jawaban setuju dan sangat setuju
bahwa karyawan dalam menjalankan pekerjaannya tidak pernah melalaikan kewajibannya yaitu dengan sholat tepat pada waktunya di sisi item pertanyaan. Sebanyak 53,7% item pertanyaan pertama didominasi oleh jawaban sangat setuju. 40,7% responden menjawab setuju, 3,7% menjawab netral dan sisanya 1,9% menjawab tidak setuju.
4.2.2 Variabel Kepemimpinan Islam (X2) Definisi kepemimpinan Islam secara operasional adalah kegiatan menuntun, membimbing, memandu dan menunjukkan jalan yang diridhoi Allah SWT. Dalam variabel kepemimpinan Islam di sini memiliki lima indikator, yaitu:
62
1. Indikator Cinta Kebenaran Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Cinta Kebenaran Q
7 8
SS
S
N
TS
Total
STS
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
13
24,1
18
33,3
17
31,5
6
11,1
11
20,1
19
35,2
19
35,2
5
9,3
Frk
%
Frk
%
0
0
54
100
0
0
54
100
Sumber: data primer diolah 2011
2. Indikator Amanah Tabel 4.9 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Amanah Q
9 10
SS
S
N
TS
Total
STS
Fr k
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
10
18,5
28
51,9
16
29,6
0
0
0
0
54
100
12
22,2
23
42,6
15
27,8
4
7,4
0
0
54
100
Sumber: data primer diolah 2011
3. Indikator Ikhlas Mengabdi Tabel 4.10 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Ikhlas Mengabdi Q
11 12
SS
S
N
TS
Total
STS
Fr k
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
13
24,1
26
48,1
15
27,8
0
0
0
0
54
100
10
18,5
25
46,3
18
33,3
1
1,9
0
0
54
100
Sumber: data primer diolah 2011
63
4. Indikator Baik Dalam Bergaul Tabel 4.11 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Baik dalam Bergaul
Q
SS
13 14
S
N
TS
Total
STS
Fr k
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
12
22,2
3
5,6
4
7,4
8
14,8
0
0
54
100
11
20,4
21
38,9
18
33,3
4
7,4
0
0
54
100
Sumber: data primer diolah 2011
5. Indikator Bijaksana Tabel 4.12 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Bijaksana Q
SS
15 16
S
N
TS
Total
STS
Fr k
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
11
20,4
28
51,9
12
22,2
2
3,7
0
0
54
100
14
25,9
25
46,3
12
22,2
3
5,6
0
0
54
100
Sumber: data primer diolah 2011
4.2.3 Variabel Kinerja Karyawan (Y) Definisi kinerja karyawan secara operasional adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Dalam variabel kinerja karyawan disini memiliki lima indikator, yaitu:
64
1. Indikator Kuantitas Kerja Hasil penelitian tentang tanggapan responden mengenai indikator kuantitas kerja dapat dilihat pada Tabel 4.13 sebagai berikut: Tabel 4.13 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Kuantitas Kerja Q
17 18
SS
S
N
TS
Total
STS
Fr k
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
9
16,7
32
59,3
10
18,5
3
5,6
0
0
54
100
9
16,7
33
61,1
10
18,5
2
3,7
0
0
54
100
Sumber: data primer diolah 2011
2. Indikator Kualitas Kerja Hasil penelitian tentang tanggapan responden mengenai indikator kualitas kerja dapat dilihat pada Tabel 4.14 sebagai berikut: Tabel 4.14 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Kualitas Kerja Q
19
SS
S
N
TS
Total
STS
Fr k
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
6
11,1
27
50
18
33,3
3
5,6
0
0
54
100
Sumber: data primer diolah 2011
3. Indikator Pengetahuan tentang Pekerjaan Hasil penelitian tentang tanggapan responden mengenai indikator pengetahuan tentang pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.15 sebagai berikut:
65
Tabel 4.15 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Pengetahuan tentang Pekerjaan Q
20 21
SS
S
N
TS
Total
STS
Fr k
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
7
13
33
61,1
14
25,9
0
0
0
0
54
100
7
13
30
55,6
15
27,8
2
3,7
0
0
54
100
Sumber: data primer diolah 2011
4. Indikator Pendapat yang Disampaikan Hasil penelitian tentang tanggapan responden mengenai indikator pendapat yang disampaiakan dapat dilihat pada Tabel 4.16 sebagai berikut: Tabel 4.16 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Pendapat yang Disampaiakan Q
22 23
SS
S
N
TS
Total
STS
Fr k
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
4
7,4
17
31,5
30
55,6
3
5,6
0
0
54
100
6
11,1
24
44,4
22
40,7
1
1,9
1
1,9
54
100
Sumber: data primer diolah 2011
5. Indikator Perencanaan Pekerjaan Hasil penelitian tentang tanggapan responden mengenai indikator perencanaan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.17 sebagai berikut:
66
Tabel 4.17 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Perencanaan Pekerjaan Q
24
SS
S
N
TS
Total
STS
Fr k
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
9
16,7
27
50
13
24,1
4
7,4
1
1,9
54
100
Sumber: data primer diolah 2011
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.3.1 Uji Validitas Pengujian ini penting dilakukan guna mengetahui apakah kuesioner yang ada dapat mengungkapkan data-data yang ada pada variabel-variabel penelitian secara tepat. Dari hasil pengujian validitas kuesioner yang terdapat dalam angket akan dapat diketahui sejauh mana data yang terkumpul sesuai dengan variabel-variabel penelitian atau tidak.112 Sebagai telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, bahwa kriteria daftar pertanyaan untuk masing-masing variabel dapat dikatakan valid apabila nilai dari r hitung lebih besar atau samadengan nilai r tabel. Untuk mengetahui r hitung peneliti menggunakan alat bantu SPSS for Windows versi 18.0 sedangkan untuk mencari r tabel adalah dengan mencarinya dalam tabel (terlampir) dengan harus mengetahui terlebih dahulu nilai derajat kebebasannya. Derajat kebebasan (degree of 112
Suharto dan Budhi Cahyono “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia di Sekretariat DPRD Propinsi Jawa Tengah” Jurnal Ekonomi, I (Januari, 2005), h. 22.
67
freedom) dalam penelitian ini adalah df = n – k – 1. Dengan ketentuan n (jumlah responden) adalah 54 responden dan k (variabel independen) adalah 2 (etika kerja Islami dan kepemimpinan Islami) sehingga besarnya df adalah 54 – 2 – 1 = 51 dengan alpha 0.05 (α=5%), didapat r tabel 0,271. Tabel 4.18 Hasil Uji Validitas Instrumen Corrected item total Variabel
Item
Keterangan Correlation (
)
q1
0,591
0,271
Valid
Etika Kerja
q2
0,476
0,271
Valid
Islam
q3
0,636
0,271
Valid
(X1)
q4
0,707
0,271
Valid
q5
0,646
0,271
Valid
q6
0,628
0,271
Valid
Kepemimpinan
q7
0,808
0,271
Valid
Islam
q8
0,764
0,271
Valid
(X2)
q9
0,651
0,271
Valid
q10
0,712
0,271
Valid
q11
0,774
0,271
Valid
q12
0,708
0,271
Valid
q13
0,738
0,271
Valid
q14
0,721
0,271
Valid
q15
0,684
0,271
Valid
68
q16
0,778
0,271
Valid
q17
0,658
0,271
Valid
q18
0,703
0,271
Valid
q19
0,712
0,271
Valid
q20
0,679
0,271
Valid
q21
0,671
0,271
Valid
q22
0,686
0,271
Valid
q23
0,535
0,271
Valid
q24
0,593
0,271
Valid
Kinerja Karyawan (Y)
Sumber data : output SPSS yang diolah, 2011 Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai r hitung pada kolom corrected item-total correlation untuk masing-masing item memiliki r hitung lebih besar dan positif dibanding r tabel untuk (df) = 51 dengan probabilitas 5% dengan uji dua sisi didapat r tabel sebesar 0,271 selain itu nilai r hitung, artinya masing-masing item pertanyaan dalam dua variabel independen (etika kerja Islam dan kepemimpinan Islam) dan satu variabel dependen (kinerja karyawan) adalah valid. 4.3.2 Uji Reliabilitas Pengujian Reliabilitas dilakukan dengan internal consistency atau derajat ketepatan jawaban. Untuk pengujian ini digunakan Statistical Packaged for Social Sciences
(SPSS) sebagai alternatif
pengujian reliabilitas untuk mengetahui konsistensi hasil sebuah jawaban tentang tanggapan responden. Untuk melakukan pengujian reliabilitas penulis menggunakan program SPSS versi 18.0 dan dalam
69
mengukur reliabilitas di sini menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (α), yang mana suatu variabel dikatakan reliabel jika memiliki Cronbach Alpha lebih dari 0,60 ( > 0,60).113 Hasil pengujian uji reliabilitas instrumen menggunakan alat bantu olah statistik SPSS versi 18.0 for windows dapat diketahui sebagaimana dalam tabel berikut: Tabel 4.19 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Reliability Variabel
Alpha
Keterangan
Coefficients
X1
6 item
0,651
Reliabel
X2
10 item
0,903
Reliabel
Y
8 item
0,803
Reliabel
Sumber Data: output SPSS, 2011 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel memiliki Cronbach Alpha lebih dari 0,60 (α > 0,60), yang artinya bahwa semua variabel X1, X2 dan Y adalah reliabel. Dengan demikian pengolahan data dapat dilanjutkan ke jenjang selanjutnya. 4.4 Hasil Analisis Data 4.4.1 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang disajikan untuk dianalisis lebih lanjut berdistribusi normal atau tidak. 113
Ibid, h. 22.
70
Untuk pengujian normalitas data, dalam penelitian ini hanya akan dideteksi melalui analisis grafik yang dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPPS.114 Data yang normal ditandai dengan sebaran titik-titik data diseputar garis diagonal. Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat pada Gambar 4.5 sebagai berikut:: Gambar 4.5 Normal Probability Plot
Sumber :Data primer yang diperoleh, 2011 Merujuk pada teorinya Santoso (2001) yang menyatakan bahwa: “Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi 114
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang: Badan Penerbit Undip, 2005, h. 110
71
normalitas, dan sebaliknya apabila data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi-asumsi normalitas”. Maka model regresi layak dipakai untuk
memprediksi
keputusan pembelian
berdasarkan masukan variabel independen.115 Sedangkan dalam Gambar 4.5 terlihat bahwa data yang digunakan menunjukkan indikasi normal. Analisis dari grafik diatas terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Artinya data yang digunakan telah memenuhi asumsi klasik dan dapat dikatakan data terdistribusi normal. 2. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas ini bertujuan untuk mengetahui apakah tiap–tiap variabel bebas yaitu etika kerja Islam (X1) dan kepemimpinan Islam (X2) saling berhubungan secara linier. Jika ada kecenderungan adanya multikoloinier maka salah satu variabel memiliki gejala multikolonier. Pengujian adanya multikolonier ini dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF pada masing – masing variabel bebasnya. Jika nilai VIF-nya lebih kecil dari 10 tidak ada kecenderungan terjadi gejala multikolonier.116 Dari hasil pengujian SPSS diperoleh nilai korelasi antar variabel kedua variabel bebas adalah sebagai berikut :
115
Santoso Singgih, SPSS Statistik Parametrik, Jakarta : PT. Elex MediaKomputindo, 2002, h. 211. 116 Suharto dan Budhi Cahyono, Op.cit, h. 25
72
Tabel 4.20 Hasil Uji Multikolinieritas a
Coefficients
Collinearity Statistics Model Tolerance
VIF
1 (Constant) Etika Kerja Islam
.906
1.103
Kepemimpinan Islam
.906
1.103
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Berdasarkan tabel rangkuman nilai Tolerance dan VIF menunjukkan bahwa tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 dan tidak ada satu nilai Tolerance variabel independen yang memenuhi nilai Tolerance yaitu kurang dari 10 % (9,06%). Hal ini berarti bahwa dalam model regresi yang dihasilkan tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen. 3. Uji Heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah yang homokedastis atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Homokedastis terjadi apabila varians dari nilai residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain konstan (sama). Untuk mengetahui apakah terjadi heteroskedastisitas antar nilai residual dari observasi dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titiknya menyebar di
73
atas dan di bawah sumbu 0 (nol) pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada suatu model regresi.117 Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS untuk variabel kinerja karyawan (Y) adalah sebagai berikut : Gambar 4.6 Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas
Sumber :Data primer yang diperoleh, 2011 Dari grafik scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas dan tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa regresi yang dihasilkan tidak mengandung heteroskedastisitas.
117
Ibid, h. 25
74
4. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1. Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi atau tidak dalam suatu model regresi dilakukan dengan melihat nilai statistic Durbin Watson (DW). Test pengambilan keputusan dilakukan dengan cara membandingkan nilai DW dengan du dan dl pada tabel.118 Berdasarkan
hasil
perhitungan
analisis
data
dengan
menggunakan SPSS diperoleh hasil uji autokorelasi sebagai berikut. Tabel 4.21 Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary Model
Change Statistics df1
1
Durbin-Watson
df2 2
51
1.395
a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan Islam, Etika Kerja Islam b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Pada tabel tersebut diatas, angka Durbin-Watson Test sebesar 1,395.
Menurut
Santoso
patokan
mendeteksi
tidak
adanya
autokorelasi yaitu jika angka D-W diantara -2 dan +2.119 Karena angka D-W Test (1,395) terletak diantara -2 dan +2, maka diambil keputusan bahwa model regresi ini tidak ada autokorelasi. Sehingga
118 119
Ibid, h. 26 Santoso Singgih, Op.cit, h. 218-219
75
dapat dikatakan model regresi dalam penelitian ini layak untuk memprediksi tingkat kinerja karyawan 4.4.2 Persamaan Regresi Linier Berganda Suatu model persamaan regresi linier berganda digunakan untuk menjelaskan hubungan antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel lain. Dalam penelitian ini model persamaan regresi linier ganda yang disusun untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama (serempak) antara variabel etika kerja Islam (X1) dan kepemimpinan Islam (X2) terhadap variabel kinerja karyawan (Y). Dalam regresi linier berganda, persamaan regresinya adalah Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 yang digunakan untuk melakukan analisis secara simultan antara etika kerja Islam (X1) dan kepemimpinan Islam (X2) terhadap kinerja karyawan (Y). Dengan menggunakan bantuan alat olah statistik SPSS Windows versi 18.0 diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut : Tabel 4.22 Hasil Analisis Regresi Berganda a
Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B 1
(Constant)
Std. Error
Beta
14.199
4.511
Etika Kerja Islam
.183
.170
.137
Kepemimpinan Islam
.287
.083
.442
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
for
76
Berdasarkan hasil analisis regresi
berganda pada tabel di atas
diperoleh koefisien untuk variabel bebas X1 = 0,183, X2= 0,287 dan konstanta sebesar
14,199 sehingga model persamaan regresi yang
diperoleh adalah: Y = 14,199 + 0,183X1 + 0,287X2 Dimana : Y = Variabel dependen (kinerja karyawan) X1 = Variabel independen (etika kerja Islam) X2 = Variabel independen (kepemimpinan Islam) a. Nilai konstan ( Y ) sebesar 14,199 artinya jika variabel etika kerja Islam (X1) dan variabel kepemimpinan Islam (X2) nilainya adalah 0 (nol), maka variabel kinerja karyawan (Y) akan berada pada angka 14,199. b. Koefisien regresi X1 (etika kerja Islami) dari perhitungan linier berganda didapat nilai coefficients (b1) = 0,183. Hal ini berarti setiap ada peningkatan etika kerja Islam (X1) maka
kinerja
karyawan (Y) juga akan meningkat dengan anggapan variabel kepemimpinan Islam (X2) adalah konstan. c. Koefisien regresi X2 (kepemimpinan Islam) dari perhitungan linier berganda didapat nilai coefficients (b2) = 0,287. Hal ini berarti setiap ada peningkatan kepemimpinan Islam (X2) maka kinerja karyawan (Y) akan meningkat, dengan anggapan variabel etika kerja Islami (X1) adalah konstan.
77
4.4.3 Pengujian Hipotesis 1. Uji hipotesis secara parsial ( uji T ) Untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial, digunakan uji Statistik T (uji T). Apabila nilai t hitung > nilai t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, sebaliknya apabila nilai t hitung < nilai t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hasil pengujian hipotesis secara parsial dapat dilihat pada Tabel 4.23 berikut ini:. Tabel 4.23 Hasil Analisis Uji t (Uji Parsial) a
Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
14.199
4.511
Etika Kerja Islam
.183
.170
Kepemimpinan Islam
.287
.083
Beta
t
Sig.
3.148
.003
.137
1.074
.288
.442
3.477
.001
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Diketahui bahwa t tabel dalam penelitian ini untuk derajat kebebasan df = 54 – 2 – 1 dengan signifikasi 5% adalah 2,007. Sedangkan penghitungan t hitung sebagaimana terlihat dalam tabel 4.24 diatas, diketahui bahwa nilai t hitung untuk variabel etika kerja Islam adalah 1,074 sedangkan nilai t tabel adalah 2,007 yang lebih besar dibandingkan dengan t hitung (1,074 < 2,007). Kemudian nilai
78
probabilitas untuk variabel etika kerja Islam terlihat lebih besar dari 0,05 ( 0,288 > 0,05) Artinya, pengaruh variabel etika kerja Islami terhadap kinerja karyawan adalah tidak signifikan. Atau dengan kata lain H1 yang berbunyi “Ada pengaruh positif dan signifikan antara etika kerja Islam terhadap kinerja karyawan” adalah ditolak. Selanjutnya uji hipotesa (uji t) untuk variabel kepemimpinan Islami terhadap variabel kinerja karyawan menunjukkan bahwa nilai t hitung kepemimpinan Islam adalah sebesar 3,477 dengan probabilitas 0,001 yang lebih kecil dibandingkan nilai probabilitas maksimal 0,05. Jika dibandingkan dengan t tabel, nilai t hitung dari variabel kepemimpinan Islam adalah lebih besar (3,477 > 2,007) yang artinya bahwa variabel kepemimpinan Islam secara signifikan berpengaruh positif terhadap variabel kinerja karyawan. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa hipotesa kedua yang berbunyi “Ada pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan” adalah tidak dapat ditolak. 2. Uji hipotesis secara simultan ( uji F ) Uji hipotesis secara serentak atau simultan ( Uji F ) antara variabel bebas etika kerja Islam (X1) dan kepemimpinan Islam (X2) terhadap kinerja karyawan (Y) pada KJKS/UJKS di wilayah kabupaten Pati.
79
Hasil analisis uji F dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.24 Hasil Analisis Uji F (Secara Simultan) b
ANOVA Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
1 Regression
200.037
2
100.018
Residual
595.463
51
11.676
Total
795.500
53
F 8.566
Sig. a
.001
a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan Islam, Etika Kerja Islam b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Tabel 4.24 menunjukkan bahwa F hitung sebesar 8,566 sedangkan nilai F tabel untuk df = 54 - 2 -1 = 51 dengan taraf signifikan 5% adalah 3,18 dengan demikian nilai F hitung lebih besar dengan nilai F tabel (8,566 > 3,18) dengan nilai probabilitas sebesar 0,001, karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka H3 diterima dan menolak Ho. Jadi dapat dikatakan bahwa ada pengaruh positif antara etika kerja Islam (X1) dan kepemimpinan Islam (X2) secara bersama- sama terhadap terhadap kinerja karyawan (Y) pada pada KJKS/UJKS di wilayah kabupaten Pati. 4.4.4 Koefisien Determinasi (R2) Analisis koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar nilai prosentase kontribusi variabel bebas terhadap
80
variabel terikat. Dari hasil perhitungan melalui alat ukur statistik SPSS 18.0 for Windows didapatkan nilai koefisien determinasi sebagai berikut : Tabel 4.25 Uji Koefisien Determinasi Model Summary Model R
R Square a
1
.501
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.251
.222
3.417
a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan Islam, Etika Kerja Islam
Penjelasan tabel 4.25 adalah sebagai berikut: nilai koefisien determinasi yang dinotasikan dalam angka r square adalah sebesar 0,251,
ini artinya bahwa variasi perubahan variabel kinerja
karyawan (Y) dipengaruhi oleh perubahan variabel bebas etika kerja Islam (X1) dan kepemimpinan Islam (X2) sebesar
25,1%.
Jadi
besarnya pengaruh secara bersama-sama antara etika kerja Islam dan kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan pada KJKS/UJKS di wilayah kabupaten Pati adalah sebesar 25,1%, sedangkan sisanya sebesar 74,9% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini. Sedangkan secara parsial, pengaruh antara variabel etika kerja Islam
(X1)
terhadap
kinerja
karyawan
(Y)
dan
pengaruh
kepemimpinan Islam (X2) terhadap kinerja karyawan (Y) dapat
81
dilakukan analisis secara parsial/uji determinasi secara parsial sebagai berikut: Tabel 4.26 Uji Koefisien Secara Parsial a
Coefficients Model
Correlations Zero-order
Partial
Part
1 (Constant) Etika Kerja Islam
.272
.149
.130
Kepemimpinan Islam
.484
.438
.421
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Nilai koefisien korelasi parsial X1 = 0,149 dan X2 = 0,438 sehingga koefisien determinan untuk X1 = 14,9% dan X2= 43,8% terhadap Y. Hasil ini memberikan gambaran bahwa pengaruh etika kerja Islam terhadap kinerja karyawan secara parsial sebesar 14,9%, sedangkang pengaruh kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 43,8%. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktorfaktor lain di luar penelitian ini. Di antaranya adalah gaji yang diberikan, budaya kerja, komitmen karyawan dan lain sebagainya seperti yang telah dijelaskan pada penelitian-penelitian terdahulu. 4.5 Pembahasan Di dalam pembahasan ini penulis menguraikan fakta-fakta lapangan yang sudah diuraian di atas kaitannya dengan menjawab rumusan masalah.
82
Yaitu “Seberapa besar pengaruh etika kerja yang Islam dan kepemimpinan yang Islami terhadap peningkatan kinerja karyawan” adalah sebagai berikut: Persamaan regresi linier berganda dapat diketahui dengan melihat angka koefisien regresi, dimana dalam penelitian ini diketahui besarnya parameter standar koefisien regresi j variabel independen etika kerja Islam (X1) dan kepemimpinan Islam (X2) dengan variabel dependen kinerja karyawan (Y) secara berturut-turut sebesar
0.183 (X1) dan 0,287 (X2)
dengan konstanta sebesar 14,199 sehingga dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 14,199 + 0,183X1 + 0,287X2 Keterangan : Y = Variabel dependen (kinerja karyawan) X1 = Variabel independen (etika kerja Islam) X2 = Variabel independen (kepemimpinan Islam) Dengan demikian, terlihat jelas bahwa parameter koefisien regresi untuk variabel etika kerja Islami dan kepemimpinan Islami adalah positif terhadap kinerja karyawan, dengan demikian setiap terjadi peningkatan kedua variabel independen tersebut diatas, maka variabel kinerja karyawan juga akan mengalami kenaikan dengan catatan, kinerja karyawan konstan pada angka 14,199. Nilai konstan (Y) sebesar
14,199 mengasumsikan
bahwa variabel etika kerja Islam (X1) dan variabel kepemimpinan Islam (X2) jika nilainya adalah 0 (nol), maka variabel kinerja karyawan (Y) akan berada pada angka 14,199 dan jika Koefisien regresi X1 (etika kerja Islam)
83
mengalami peningkatan maka kinerja karyawan (Y) juga akan meningkat dengan anggapan variabel kepemimpinan Islam (X2) adalah konstan. Selanjutnya jika kepemimpinan Islam (X2) mengalami peningkatan, maka kinerja karyawan (Y) akan meningkat, dengan anggapan variabel etika kerja Islam (X1) adalah konstan. Pengaruh secara parsial dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien korelasi parsial yang terangkum dalam tabel 4.26 diatas, dimana koefisien determinan untuk X1 adalah sebesar 14,9% dan X2 adalah 43,8% terhadap Y.
Hasil ini memberikan gambaran bahwa pengaruh etika kerja Islam
terhadap kinerja karyawan secara parsial sebesar
14,9%, sedangkan
pengaruh kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 43,8%. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar penelitian ini. Kontribusi variabel etika kerja Islam dan kepemimpinan Islam dalam upaya mempengarui variabel kinerja karyawan secara simultan (bersamasama) dapat diwakili oleh besarnya koefisien determinasi. Sebagaimana sudah diuraikan diatas, bahwa nilai koefisien determinasi yang dinotasikan dalam angka
(R square) adalah sebesar 0,251, yang artinya besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan adalah sebesar 25,1%, sisanya sebesar 74,9% dipengarui faktor lain yang tidak diteliti. Dalam penelitian ini berarti kinerja karyawan hanya 25% dipengaruhi oleh etika kerja dan kepemimpinan yang Islami, dan sisanya 74,9%
84
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Di antaranya adalah gaji yang diberikan, budaya kerja, komitmen karyawan dan lain sebagainya seperti yang telah dijelaskan pada penelitian-penelitian terdahulu. Besarnya kontribusi masing-masing variabel independen tersebut diatas baik secara parsial maupun parsial masih perlu dianalisa lebih lanjut guna mengetahui apakah hasilnya dapat diterima atau tidak. Dan untuk mengetahui diperlukan uji hipotesa. Diketahui dalam menguji hipotesa secara parsial, diperlukan uji T, sedangkan untuk menguji hipotesa secara simultan diperlukan uji F. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, hasil penghitungan uji T, diketahui nilai t hitung untuk variabel etika kerja Islam adalah lebih kecil dibandingkan dengan nilai t tabel (1,074 < 2,007), ini artinya uji parsial yang menyatakan bahwa etika kerja Islam berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan tidak dapat diterima, yang mana secara otomatis menolak hipotesa 1 yang telah diajukan oleh peneliti. Pengujian hipotesa secara parsial untuk variabel kepemimpinan kerja Islami terlihat bahwa nilai t hitungnya lebih besar dibandingkan dengan t tabel (3,477 > 2,007), artinya bahwa variabel kepemimpinan Islami dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kinerja karyawan, yang mana ini secara otomatis hipotesa kedua yang diajukan peneliti tidak dapat ditolak. Etika kerja Islam pada penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dikarenakan di dalam indikator-indikatornya terdapat pertanyaan yang menyangkut emosional dan aspek religi, sehingga
85
dalam menjawabnya sulit untuk diukur dengan menggunakan angka. Di sisi lain indikator-indikator dari variabel dalam penelitian ini belum pernah diteliti sebelumnya. Sedangkan di dalam penelitian terdahulu yang menggunakan dedikasi kerja, kreatif dan kerja keras sebagai indikator dari etika kerja Islam menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Diterimanya
hipotesis
yang
kedua
menunjukkan
bahwa
kepemimpinan Islam memiliki andil yang signifikan dalam meningkatkan kinerja karyawan. Sifat-sifat kepemimpinan yang Islami diperlukan seorang pimpinan atau manajer dalam menggerakkan bawahannya dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas. Sejalan dengan kepemimpinan yang dilaksanakan Nabi dengan penerapan sifat-sifat yang terpuji, di antaranya cinta kebenaran, dapat menjaga amanah, ikhlas, dan bijaksana sesuai dengan indikator kepemimpinan Islam di dalam penelitian ini. Dalam upaya untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh secara simultan, uji F diperlukan. Dibahasan sebelumnya telah diuraikan bahwa nilai F hitung lebih besar dengan F tabel (8,566 > 3,18) ini artinya, secara tegas bahwa secara serempak variabel independen (etika kerja Islam dan kepemimpinan Islam) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen (kinerja karyawan). Atau dengan kata lain, hipotesa ketiga yang diajukan peneliti adalah dapat diterima.
86
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sesuai dengan hipotesis sebagai berikut: 1. Dari hipotesis pertama bahwa hasil analisis penerapan etika kerja Islam menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara etika kerja Islam dengan kinerja karyawan pada KJKS/UJKS di wilayah kabupaten Pati. Terbukti dari uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen menggunakan uji T, sebagaimana terlihat dalam tabel 4.24, diketahui bahwa nilai t hitung untuk variabel etika kerja Islam adalah 1,074 sedangkan nilai t tabel adalah 2,007 yang lebih besar dibandingkan dengan t hitung (1,074 < 2,007). Kemudian nilai probabilitas untuk variabel etika kerja Islam terlihat lebih besar dari 0,05 ( 0,288 > 0,05). Atau dengan kata lain H1 yang berbunyi “Ada pengaruh positif dan signifikan antara etika kerja Islam terhadap kinerja karyawan” adalah ditolak. 2. Dari hipotesis kedua bahwa hasil analisis penerapan kepemimpinan Islam menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kepemimpianan Islam dengan kinerja karyawan pada KJKS/UJKS di wilayah kabupaten Pati. Ditunjukkan dengan nilai t hitung kepemimpinan Islam adalah sebesar 3,477 dengan probabilitas 0,001 yang lebih kecil dibandingkan
87
nilai probabilitas maksimal 0,05. Jika dibandingkan dengan t-tabel, nilai t hitung dari variabel kepemimpinan Islam adalah lebih besar (3,477 > 2,007) yang artinya bahwa variabel kepemimpinan Islam secara signifikan berpengaruh positif terhadap variabel kinerja karyawan. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa hipotesa kedua yang berbunyi “Ada pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan” adalah diterima (tidak dapat ditolak). 3. Dari hipotesis ketiga bahwa hasil analisis penerapan secara simultan variabel etika kerja Islam dan kepemimpinan Islam mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada KJKS/UJKS di wilayah kabupaten Pati. Hal ini ditunjukkan pada tabel 4.24 bahwa F hitung sebesar 8,566 dengan taraf signifikan 5% adalah 3,18 dengan demikian nilai F hitung lebih besar dengan nilai F tabel (8,566 > 3,18) dengan nilai probabilitas sebesar 0,001, karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Jadi dapat dikatakan bahwa hipotesa ketiga yang berbunyi “ada pengaruh positif dan signifikan antara etika kerja Islam dan kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan” adalah diterima. 4. Pengaruh secara parsial dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien korelasi parsial yang terangkum dalam tabel 4.26, dimana koefisien determinan
untuk etika kerja Islam adalah sebesar 14,9% dan
kepemimpinan Islam adalah 43,8% terhadap kinerja karyawan. Hasil ini memberikan gambaran bahwa pengaruh etika kerja Islam terhadap kinerja
88
karyawan
secara
parsial
sebesar
14,9%,
sedangkan
pengaruh
kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 43,8%. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar penelitian ini. Nilai koefisien determinasi yang dinotasikan dalam angka
(R square)
adalah sebesar 0,251, yang artinya besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan adalah sebesar 25,1%, sisanya sebesar 74,9% dipengarui faktor lain yang tidak diteliti. 5. Persamaan regresi linier berganda dapat diketahui dengan melihat angka koefisien regresi, dimana dalam penelitian ini diketahui besarnya parameter standar koefisien regresi j variabel independen etika kerja Islam (X1) dan kepemimpinan Islam (X2) dengan variabel dependen kinerja karyawan (Y) secara berturut-turut sebesar 0.183 (X1) dan 0,287 (X2) dengan konstanta sebesar 14,199 sehingga dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 14,199 + 0,183X1 + 0,287X2 Dengan demikian, terlihat jelas bahwa parameter koefisien regresi untuk variabel etika kerja Islami dan kepemimpinan Islami adalah positif terhadap kinerja karyawan, dengan demikian setiap terjadi peningkatan kedua variabel independen tersebut diatas, maka variabel kinerja karyawan juga akan mengalami kenaikan dengan catatan, kinerja karyawan konstan pada angka 14,199. Nilai konstan (Y) sebesar 14,199 mengasumsikan bahwa variabel etika kerja Islam (X1) dan variabel kepemimpinan Islam (X2) jika nilainya
89
adalah 0 (nol), maka variabel kinerja karyawan (Y) akan berada pada angka 14,199 dan jika Koefisien regresi X1 (etika kerja Islam) mengalami peningkatan maka kinerja karyawan (Y) juga akan meningkat dengan anggapan variabel kepemimpinan Islam (X2) adalah konstan. Selanjutnya jika kepemimpinan Islam (X2) mengalami peningkatan, maka kinerja karyawan (Y) akan meningkat, dengan anggapan variabel etika kerja Islam (X1) adalah konstan.
5.2 Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran yang bertujuan untuk kebaikan dan kemajuan KJKS/UJKS di wilayah kabupaten Pati, sebagai berikut: 1. Bagi
KJKS/UJKS
di wilayah
kabupaten
Pati diharapkan
lebih
mengingkatkan etika kerja karyawan, profesionalisme kerja, fasilitas dan sebagainya, karena hal-hal tersebut memiliki andil dalam meningkatkan kualitas kinerja dan loyalitas karyawan. 2. Idealisme produk dan kinerja yang berdasarkan operasional Syari’at Islam harus terus dipertahankan dalam Lembaga Keuangan Syari’ah, karena hal tersebut yang membedakannya dengan Lembaga Keuangan Konvensional. 3. Bagi Dinas Koperasi dan UMKM kabupaten Pati untuk mendata semua KJKS/UJKS yang ada di wilayah kabupaten Pati lengkap dengan jumlah karyawan di dalamnya, agar mempermudah dalam penelitian.
90
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Mustaq, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001. Ali , Al-Jumanatul, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. J-Art, 2005. At-Tariqi, Abdullah Abdul Husain, Ekonomi Islam, Prinsip, Dasar dan Tujuan, Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004. Algifari, Analisis Regresi : Teori, Kasus dan Solusi, Yogyakarta : BPFE UGM, 2000. Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Arifin, Johan, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang : Rasail, 2007. Arikunto,Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006. Asrofi, Agus, Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Intern Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, (Jurnal Skripsi), 2006. Badroen, Faisal, et. al, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2006. Beekum, Rafik Issa, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004. Buchori,, Nur S, Koperasi Syariah, Sidoarjo: Kelompok Masmedia Buana Pustaka, 2009. Fakih, Ainur Rahim dan Iip Wijayanto, Kepemimpinan Islam, Yogyakarta: UI Press, 2001. Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang: Badan Penerbit Undip, 2002. Habsari , Ari Retno, Terobosan Kepemimpinan, Yogyakarta: Media Pressindo, 2008. Hasan, Ali, Manajemen Bisnis Syari’ah Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
91
Indriantoro dan Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis, Yogyakarta: BPFE UGM, 2002. Ismanto, Kuat, Manajemen Syari’ah Implementasi TQM dalam Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009. Keraf, A. Sonny, Etika Bisnis Tuntutan Dan Relevansinya, Yogyakarta: Kanisius, 1998. Kusumawati, Ratna, “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan: (Studi Kasus pada RS Roemani Semarang),” Jurnal Ekonomi dan Bisnis, III (November, 2008). Manullang, M, dan Marihot Manullang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE, 2001. Muhammad dan Alimin, Etika & Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam, Yogyakarta: BPFE, 2004 Mujahidin , Akhmad, Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Mursi, Abdul Hamid, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur’an dan Sains, Jakarta: Gema Insani Press, 1997. Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993. Nawawi, Hadari dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 2006. Panuju , Redi, Etika Bisnis Tinjauan Empiris dan Kiat Mengembangkan Bisnis Sehat, Jakarta: PT Grasindo, 1995. Prawirosentono, Suryadi, Kebijakan Kinerja Karyawan, Yogyakarta: BPFE, 1999. Rudito, Bambang dan Melia Famiola, Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia, Bandung: Rekayasa Sains, 2007. Sarwono,Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006. Siagian, Sondang P, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
92
Simorangkir , O.P, Etika Bisnis, Jabatan dan Perbankan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003. Singgih, Santoso, SPSS Statistik Parametrik, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo,2002. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008. Suharto dan Budhi Cahyono “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia di Sekretariat DPRD Propinsi Jawa Tengah” Jurnal Ekonomi, I (Januari, 2005). Tasmara, Toto, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta: Gema Insani Press, 2002. Wahyuni, Sri, Pengaruh Komitmen Organisasi dan Keterlibatan Kerja Terhadap Hubungan Antara Etika Kerja Islam dengan Sikap Terhadap Perubahan Organisasi, (Jurnal Skripsi), 2007. Yusanto, Muhammad Ismail dan Muhammad karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, Jakarta: Gema Insani Press, 2002. http://esharianomics.com/esharianomics/koperasi/koperasi-syariah/kjks-dan-ujks/ http://nurkholis77.staff.uii. ac.id/etos-kerja-isl ami/ http://spesialistorch.comhttp://ymbhonline.org/index.php?option=com_content&v iew=article&id=46:pengertian-bmt&catid=38:pengertian-bmt&Itemid=37
93
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang membuat daftar riwayat hidup ini : 1. Nama Lengkap
: AHMAD ZAINURI
2. NIM
: 072411061
3. Tempat / Tanggal Lahir
: Pati, 22 Januari 1990
4. Nama Orang Tua
: Warjo
5. Alamat Asal
: Desa Sejomulyo RT.11/RW.02 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati
6. Alamat sekarang
: Ponpes Miftahussa’adah, Mijen Semarang
7. Alamat Email
:
[email protected]
8. Riwayat Pendidikan Formal
:
a. SDN 02 Sejomulyo tahun 2001 b. MTs Roudlatul Ma’arif Juwana tahun 2004 c. MA Nahjatus Sholihin Kragan-Rembang tahun 2007 d. IAIN Walisongo Semarang 2011 9. Riwayat Pendidikan Non-Formal
:
a. Ponpes Nahjatus Sholihin Kragan-Rembang lulus Tahun 2007 b. Madrasah Diniyyah Nahjatus Sholihin Kragan-Rembang lulus Tahun 2007 c. Pondok Pesantren Miftahussa’adah Mijen Semarang
Penulis,
AHMAD ZAINURI NIM: 072411061