UJI TOKSISITAS SARI BUAH DAN BONGGOL NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) TERHADAP LARVA UDANG (Artemia salina Leach) Much Husna Nur Husnul Khuluq 1), Sri Wardatun 2), Ike Yulia Wiendarlina 3) 1),2),3) Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor ABSTRAK Buah nanas (Ananas comosus (L.) Merr) memiliki kandungan zat aktif yang sangat potensial diantaranya flavonoid, saponin dan steroid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas sari buah nanas yang dibedakan antara sari bonggol buah, sari daging buah dan campuran bonggol-daging buah. Proses ektraksi sari buah nanas menggunakan alat juice extractor. Penentuan uji toksisitas sari buah nanas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menggunakan hewan coba Artemia salina Leach. Parameter yang digunakan adalah nilai LC50. Hasil penelitian memberikan nilai LC50 sari bonggol buah sebesar 1.501,91 ppm, sari daging buah sebesar 2.204,45 ppm dan sari campuran bonggol-daging buah sebesar 2.015,47 ppm. Ketiga sari buah nanas tersebut memiliki rata-rata nilai LC50 > 1000 ppm yang menunjukkan semua sampel tersebut tidak toksik (tidak aktif) dimana pada deret kosentrasi 1000 ppm tidak menunjukkan kematian larva udang Artemia salina Leach lebih dari 50% hewan uji. Dari ketiga sampel sari buah nanas yang dibedakan tersebut dinyatakan tidak berpotensi sebagai obat antikanker tidak toksik (tidak aktif) dengan nilai LC50 > 1000 ppm. Menunjukkan semua sampel tidak memiliki korelasi positif sebagai obat antikanker. Kata kunci: Ananas comosus (L.) Merr,Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), Artemia salina Leach. ABSTRACT Pineapple (Ananas commosus (l,.) Merr ) has an active substances which are very potential e.g. flavonoid, saponin and steroid. The purpose of this research was aimed to know the toxicity of pineapple juice which was differentiated among excrescence fruit juice, flesh fruit juice and mix excrescence and flesh fruit juice. The process of pineapple juice was using extractor juice. Determination of the toxicity test of pineapple juice with Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method used experimental animal Artemia salina Leach. The Parameter used LC50 score. The result of this research provides LC50 score of excrescence fruit juice was 1.501,91 ppm, flesh fruit juice in the amount of 2.204,45 ppm, and mix excrescence and flesh fruit juice for about 2.015,47 ppm. From the three pineapples juice, they had an average score LC50 > 1000 ppm that showed all of the samples are not toxic (inactive) where on 1000 ppm series concentration are not showing shrimp larva decease Artemia salina Leach more than 50% experimental animal. From all of the pineapples juice’s sample that is differentiated before, declared has no potential as an anticancer medicine is not toxic (inactive) with LC50 > 1000 ppm. The result of the experiment showed that all of the samples did not have positive correlation as anticancer medicine. Keywords: Ananas comosus (L.) Merr, Brine Shrimp Lethality Test (BSLT),Artemia salina Leach. PENDAHULUAN Penggunaan bahan alam sebagai pengobatan alami sudah dikenal sejak awal keberadaan manusia. Obat tradisional di Indonesia digunakan dalam berbagai macam pengobatan berdasarkan pengalaman empirik secara turun temurun. Seiring dengan perkembangan teknologi dan ditunjang oleh alam Indonesia yang kaya akan bahan alam
maka penggunaan obat tradisional akan semakin meningkat menjadi bagian dari kehidupan masyarakat modern (Goeswin, 2007). Bahan alam yang digunakan dalam bidang kesehatan dan berkhasiat sebagai obat tradisional, salah satunya buah nanas, yang merupakan tanaman buah semak dengan nama ilmiah Ananas comosus L. Merr, dan termasuk famili Bromeliaceae. Tumbuh liar di
pekarangan dan dibudidayakan masyarakat sebagai tanaman obat oleh beberapa kebudayaan lokal (Kelly, 1996). Buah nanas memiliki kandungan air 90% dan kaya akan kalium, kalsium, iodium, sulfur dan khlor, selain itu juga kaya asam, biotin, vitamin B12, vitamin E, serta enzim bromelain (Kurniawan, 2008). Menurut Sumarno (1989) komposisi asam amino enzim bromelain yang berasal dari bonggol dan daging buah nanas berbeda. Enzim bromelain buah nanas yang sudah masak terutama pada bonggol disebutkan mampu menghambat siklus sel yang mengalami pengulangan dan sel khusus pada sel tumor serta digunakan pada perawatan kanker (Mynott, et al. 1999). Hasil penelitian buah nanas yang menyangkut enzim bromelain secara in vitro menunjukkan bahwa enzim bromelain dapat mengurangi kemampuan sel untuk migrasi dan invasi pada sel kanker (Tynes, et al., 2001). Penurunan metastasis pada kanker paru-paru yang mempunyai aktivitas antikoagulan (Batkin, et al., 1988). Menurut Kelly (1996) bonggol buah nanas pada konsentrasi tinggi dapat dimanfaatkan sebagai antikanker dan antitumor, dan secara spesifik enzim bromelain berfungsi sebagai immunomodulator yang memperbaiki aktivitas immunositosisitas dari monosit melawan sel kanker. Penelitian uji toksisitas pada ekstrak etanol bonggol nanas terhadap apoptosis karsinoma sel skuamosa lidah manusia sejauh ini sudah dilakukan oleh Naritasari dkk (2010). Hasil penelitian ilmiah lain menyebutkan bahwa konsumsi sari buah nanas akan meningkatkan protein dalam tubuh dan bisa sebagai pencegah dehidrasi (Natawidjaja, 1983). Sari buah merupakan cara yang paling efektif untuk mengkonsumsi buah nanas segar selain dimakan langsung mengingat pembuatan sari buah sangat praktis untuk langsung dikonsumsi. Penelitian Wen and Wrolstad (2002) melaporkan bahwa sari buah nanas selain mengandung enzim bromelain, juga mengandung serotonin sekitar 1,7-3,15 mg/ 100 gram. Kandungan serotonin ini selain berperan sebagai pencegah antikanker juga sebagai antistress. Buah nanas mempunyai kandungan senyawa fenolik antara lain yaitu myrisetin, quersetin, tiramin dan asam ferulat yang mampu meredam reaksi berantai radikal bebas dalam tubuh, sehingga dapat menekan terjadinya penyakit kanker (Kurniawan, 2008).
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut aktivitas terapeutik bonggol nanas tercapai pada konsentrasi tinggi, sehingga pengujian potensi toksisitas sangat perlu dilakukan mengingat bahwa bahan alam yang dianggap aman oleh masyarakat, juga perlu diwaspadai. Hal ini dikarenakan setiap bahan atau zat dari alam memiliki potensi bersifat toksik dan memiliki efek samping yang penggunaannya tergantung pada takaran dalam tubuh dan teknologi (Syarif, 2008; Peter, 2002). Potensi toksisitas yang ditimbulkan dari buah tersebut, dapat dimonitor dengan menentukan harga LC50 (Astuti dkk, 2005). Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dilakukan uji toksisitas sari buah bonggol nanas yang dibandingkan dengan daging buah dan campuran daging buah dan bonggol terhadap larva udang Artemia salina Leach. untuk memonitor toksisitas dari sebagaian skrining awal penelusuran potensi tanaman sebagai antikanker. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sari bonggol nanas, sari daging nanas, sari campuran daging-bonggol nanas, telur Artemia salina Leach, pereaksi Mayer, Dragendorff, wagner, besi klorida (FeCl3) 1%, asam sulfat pekat, asam asetat, amil alkohol, asam klorida, larutan ammonia, klorofom, natrium klorida 10%, campuran HCl 37%, alkohol klorhidrat, magnesium, ammonia 30%, aquadest, gelatin 10%, asam anhidrat dan lainlain. Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi vial, juice extractor (Vicenza), neraca analitik (Fujitsu), kain batis, plat tetes (Herma), pipet tetes (Pyrex), cawan penguap (Herma), labu ukur (Herma), gelas ukur (Herma), gelas piala (Herma), spatel, tabung reaksi (Pyrex), kertas saring, corong (Herma), erlemeyer (Pyrex), gelas kimia (Herma), pisau (stainless steel), spatula dan alat-alat yang biasanya digunakan dalam Laboratorium kimia farmasi. Metode Penelitian Pengumpulan Bahan Penelitian Buah nanas yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari desa Tajur halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat. Dideterminasi oleh Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Proses Pembuatan Sari Buah Nanas Pembuatan sari buah nanas bogor dilakukan agar mendapatkan buah yang benarbenar masih dalam keadaan segar, dengan cara sebagai berikut : 1. Pemilihan Buah Buah nanas yang diperoleh dari kaki bukit gunung salak. Desa Tajur halang kecamatan Cijeruk kabupaten Bogor Jawa Barat. Dilakukan pemilihan buah nanas dengan kriteria buah yang memiliki ukuran seragam dengan berat rata-rata berkisar antara 1/2 – 1 kg, dengan kematangan optimum atau berwarna kuning orange. Buah nanas dengan kematangan optimum memiliki ciriciri khusus yaitu terlihat dari bagian kulit buahnya yang berwarna kuning orange serta mata tunas bunga berlekuk keluar, dengan daging buah berwarna kuning orange dan berbau aromatik khas. 2. Pembersihan / Sortasi basah Dilakukan pembersihan dengan menggunakan sikat bersih serta kering dengan tujuan membersihkan sisa-sisa kotoran yang menempel pada buah. 3. Trimming Dilakukan trimming yaitu untuk membuang bagian yang tidak dikehendaki seperti tangkai pada buah. 4. Pengupasan Dilakukan pengupasan buah nanas menggunakan alat pisau (stainless steel) untuk memisahkan anatar kulit buah dengan daging,bonggol buah. 5. Ekstraksi Dilakukan ekstraksi menggunakan alat juice exstractor sehingga diperoleh sari buah murni dengan ampas buah tidak berair. 6. Dilakukan pengukuran berat jenis pada sari buah nanas menggunakan alat piknometer 50 mL, yang dibedakan antara sari bonggol buah, sari daging buah serta sari campuran bonggol-daging buah. 7. Pengemasan dan penyimpanan Dilakukan pengemasan sari buah nanas ke dalam botol steril yang kedap cahaya dan disimpan dalam lemari es dengan suhu ± 5ºC. Penentuan Berat Jenis Sari Buah Prosedur penentuan berat jenis zat cair menggunakan piknometer sebagai berikut: 1) Penentuan Volume Piknometer Menimbang piknometer kosong bersih dan kering (a) dalam bentuk gram.
Mengisi piknometer dengan aquadest pada suhu 18ºC yang telah diketahui berat jenis. Menimbang piknometer yang berisi aquadest tepat pada suhu 20ºC, (b) dalam bentuk gram. Menghitung berat aquadest pada suhu 20ºC (a-b) dalam bentuk gram Volume aquadest = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑏−𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑢ℎ𝑢 20ᵒ𝐶 Volume aquadest = volume piknometer 2) Penentuan berat jenis sari buah cair dengan pikometer Menimbang piknometer kosong bersih dan kering yang telah ditentukan volumenya (c) dalam bentuk gram. Mengisi piknometer dengan zat cair pada suhu 18ºC. Menimbang piknometer yang berisi zat cair tepat pada suhu 20ºC , (d) dalam gram. Berat zat cair, (d-c) dalam gram. Berat zat cair pada suhu 20ºC = 𝑑−𝑐
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Pengujian Fitokimia Sari Buah Nanas Uji fitokimia dilakukan secara kualitatif pada sari buah nanas untuk mengetahui kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan triterpenoid/steroid. Uji Toksisitas Sari Buah Nanas Penetasan Telur Artemia salina Leach Penetasan telur Artemia salina Leach dilakukan pada wadah bening seperti gelas kimia atau botol minuman 1 liter yang diberi bahan plastik, negatif film, atau kaca dengan menggunakan media air garam. Wadah penetasan dibagi menjadi dua bagian antara terang dan gelap oleh suatu sekat. Bagian gelap digunakan untuk meletakkan telur yang akan ditetaskan. Sekat yang terang menjadi jalan bagi larva yang telah lahir untuk bergerak secara alamiah ke arah terang. Selama penetasan telur larva berlangsung diberikan penerangan dengan cahaya lampu pijar atau neon 40-60 watt agar suhu penetasan 25-30˚C tetap terjaga. Sebagai media penetasan telur Artemia salina Leach digunakan air garam dengan kadar garam (NaCl) 15 g/L, dengan cara melarutkan 15 g NaCl dalam 1 liter air. Kadar oksigen yang dibutuhkan selama penetasan harus lebih dari 3 mg/L, sehingga pada media air garam harus diberi udara baik dengan alat aerator,
compressor maupun blower yang bertujuan suplai oksigen pada saat penetasan berlangsung terpenuhi. Dalam waktu 24-36 jam biasanya telur-telur sudah menetas menjadi larva yang disebut nauplii. Nauplii aktif yang telah berumur 48 jam digunakan sebagai hewan uji dalam penelitian (Harmita dan Maksum, 2005). Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) Sari daging buah, sari bonggol buah dan sari campuran daging-bonggol buah nanas utuh yang masing-masing dipipet setara dengan volume sari bonggol buah yaitu 4,32 mL, sari daging buah yaitu 4,28 mL dan sari campuran bonggol-daging buah yaitu 4,28 mL, lalu semua sample masing-masing dimasukkan dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan air laut hingga volume batas. Konsentrasi larutan induk tersebut adalah 50.000 ppm, lalu Larutan induk tersebut dipipet masing-masing sebanyak 0,002 ; 0,02 ; 0,2 dan 1 mL dan dimasukkan kedalam botol vial yang sudah ditara 10 mL. Larutan kontrol hanya berisi air laut tanpa penambahan sari buah. Ditambahkan air laut kedalam semua vial sampai kira-kira volume 8 mL lalu ditambahkan larva udang Artemia salina L masing-masing 10 ekor dan air laut sampai batas sehingga diperoleh konsentrasi pada masing-masing vial sebesar 10, 100, 1000 dan 5000 ppm. Masing-masing vial ditambahkan 1 tetes suspensi ragi (0,6 mg/ml) sebagai makanan larva udang. Uji toksisitas dilakukan terhadap larutan uji dan larutan kontrol yang telah dibuat, perlakuan uji toksisitas dilakukan sebanyak 3 kali ulangan pada masing-masing sari buah sampel. Pengamatan dilakukan selama 24 jam terhadap kematian larva udang. Dengan rumus kematian sebagai berikut : % Kematian larva = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐥𝐚𝐫𝐯𝐚 𝐦𝐚𝐭𝐢−𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐧𝐭𝐫𝐨𝐥 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐥𝐚𝐫𝐯𝐚 𝐮𝐣𝐢 (𝟏𝟎)
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Dengan mengetahui kematian larva Artemia salina Leach, kemudian dicari angka probit melalui tabel dan dibuat persamaan garis : Y = Bx + A
Dimana: X = log konsentrasi, dan Y = Angka probit
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Determinasi Buah Nanas Buah nanas yang digunakan dalam proses penelitian ini telah dilakukan determinasi oleh Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Hasil determinasi menyatakan bahwa buah yang digunakan dalam proses penelitian ini yaitu buah nanas dengan nama ilmiah Ananas comosus (L.) Merr yang termasuk ke dalam suku nanas-nanasan atau Bromeliaceae. Hasil Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Sari Buah Nanas Buah nanas yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat. Buah nanas didapat dalam keadaan segar yang dibagi menjadi 3 golongan buah dengan berat masing-masing buah nanas 705 gram yang sudah dilakukan trimming dan pengupasan pada kulit buah, setelah pengupasan buah ditimbang sebagaian berat awal yang dibedakan antara daging buah yang diperoleh sebanyak 255 gram, bonggol buah diperoleh sebanyak 180 gram dan campuran bonggol-daging buah diperoleh sebanyak 270 gram. Buah nanas yang sudah diketahui berat awalnya dilakukan pembuatan ekstraksi sari buah menggunakan alat juice exstractor sehingga diperoleh hasil dari masing-masing sari buah tersebut yaitu sari daging buah sebanyak 94 mL, sari bonggol buah sebanyak 60 mL dan sari campuran daging-bonggol buah sebanyak 110 mL dengan karakteristik sari buah yang didapat memiliki bau yang khas dan berwarna kuning berserat halus teksturnya setelah menjadi ekstrak sari buah.
Hasil Pembuatan Sari Buah Nanas Penentuan rendemen dari pembuatan sari buah nanas bertujuan untuk mengetahui perbandingan dari buah yang belum diekstrak dan hasil buah yang sudah diekstrak, dimana penentuan rendemen ini dapat diketahui dengan hasil buah yang sudah diekstraksi dengan satuan gram. Hasil dari rendemen sari buah yang sudah diekstrak menunjukkan jumlah senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak sari buah. Hasil dari rendemen ekstrak sari buah nanas dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Rendemen hasil ekstraksi sari buah Bahan masingmasing buah
Berat buah yang didapat (g)
Sari buah yang didapat (g)
Volume sari buah (mL)
Berat jenis (g/mL)
Rendemen (%)
Bonggol buah
180 g
69,4374 g
60 mL
1,15729 g/mL
38,57 %
Daging buah
255 g
109,6623 g
94 mL
1,16662 g/mL
43,00 %
Campuran dagingbonggol buah
270 g
128,4272 g
110 mL
1,16752 g/mL
47,56 %
Hasil Penentuan Berat Jenis Sari Buah Nanas Uji karakteristik sari buah nanas meliputi penentuan berat jenis sebagai massa suatu bahan per satuan volume bahan tersebut dengan tujuan pengujian pada penelitian ini mempermudah dalam pengerjaannya dengan cara mengkonfersikan dari mL ke satuan g/mL. Prosedur penentuan berat jenis sari buah nanas dibedakan menjadi 3 golongan ekstrak sari buah yaitu daging buah, bonggol buah dan campuran bonggol-daging buah. Menurut Santoso, (1998) nanas termasuk buah yang
tidak dapat disimpan dalam waktu lama karena kandungan kadar air yang relatif tinggi yaitu 85-90%. Kandungan kadar air buah nanas yang semakin besar maka akan mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme yang mennyebabkan terjadinya kerusakan pada sari buah nanas. Maka pembuatan ekstrak sari buah nanas untuk uji toksisitas ini dilakukan dalam keadaan segar, dikarenakan umur simpan nanas segar yang pendek, yakni hanya 4 - 6 hari (Hajare dkk, 2006). Hasil penentuan berat jenis sari buah nanas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Berat jenis sari buah nanas Jenis sari buah nanas Berat jenis (g/mL) Bonggol buah
1,15729 g/mL
Daging buah
1,16662 g/mL
Campuran daging-bonggol buah
1,16752 g/mL
Hasil Uji Fitokimia Sari Buah Nanas Pengujian fitokimia dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui adanya kandungan senyawa metabolit sekunder dalam nanas (Ananas comosus (L.) Merr). Hasil skrining
fitokimia menunjukkan bahwa sari buah nanas positif mengandung senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, saponin dan triterpenoid/steroid. Hasil uji fitokimia dapat dilihat pada Tabel 3.
Sampel
Tabel 3. Hasil uji fitokimia sari buah nanas Identifikasi Pereaksi Parameter Hasil Senyawa Analisis Flavonoid Mg Warna merah, kuning kuning, jingga jingga Saponin Aquadest Busa stabil Busa stabil Tanin
Sari buah nanas
Alkaloid
FeCl3 1% + Gelatin
Warna hijau kehitaman
Bouchardat LP
Endapan warna coklat Endapan warna putih Endapam warna merah Warna merah atau ungu Warna biru atau hijau
Mayer LP Dragondraf LP Triterpenoid
Klorofom+as.sulfat
Steroid
Klorofom+as.sulfat
Tidak ada warna dan endapan Tidak ada endapan Tidak ada endapan Tidak ada endapan Warna hijau Warna hijau
Keterangan (+) (+) (-)
(-)
(-) (+)
Keterangan : (+) Positif (-) Negatif Hasil pengujian skrining fitokimia sari buah nanas ini berbeda dengan hasil penelitian Mardian rakasiwi, (2013) men-ggunakan ekstrak etanol buah nanas yang menyebutkan bahwa adanya kandungan senyawa bioaktif metabolit sekunder golongan flavonoid, glikosida, saponin, triterpenoid/steroid. Perbedaan tersebut dalam hal kandungan senyawa triterpenoid yang dalam pengujianya tidak terdapat perubahan warna merah kecoklatan. Adanya perbedaan kandungan senyawa kimia tersebut kemungkinan terjadinya aktivitas farmakologis yang dihasilkan (Collegate dan Molyneux, 2008). Selain perbedaan aktivitas farmakologis, pelarut yang digunakan juga mempengaruhi uji bioaktif senyawa metabolit sekunder (Harborne, 1987). Pengujian senyawa flavonoid dapat diuji keberadaannya menggunakan Mg dan HCl pekat. Senyawa flavonoid dapat menghasilkan warna merah, kuning atau jingga ketika tereduksi dengan Mg dan HCl (Harborne, 1987). Hasil skrining yang didapat positif dengan ditunjukkan adanya cincin kuning jingga pada lapisan amil alkohol. Menurut Ricky (2012) flavonoid dapat diidentifikasi dengan memutus ikatan glikosida melalui reduksi ikatan menggunakan serbuk Mg dan HCl pekat, kemudian flavonoid yang sudah
bebas ditarik oleh amil alkohol sehingga amil alkohol yang mulanya tidak berwarna menjadi berwarna pada reaksi akhir. Hasil pengujian senyawa saponin menunjukkan hasil positif. Penambahan air panas 5 mL dan dilakukan pengocokan kuat terbentuknya busa stabil tidak kurang dari 10 menit. Apabila dikocok dalam air menimbulkan busa stabil sehingga bersifat seperti sabun (Robinson, 1995). Menurut Sangi dkk (2008) senyawa yang memiliki gugus polar dan non polar bersifat aktif pada permukaan, sehingga saat dikocok dengan air saponin dapat membentuk misel. Gugus polar pada struktur misel menghadap ke luar, sedangkan gugus non-polarnya menghadap ke dalam tampak seperti busa. Hasil pengujian kandungan senyawa triterpenoid/steroid dilakukan dengan menggunakan metode Libermann-Bucthard yang pada pengujiannya akan memberikan adanya warna jingga atau ungu untuk triterpenoid dan warna biru atau hijau untuk steroid (Harborne, 1987). Pereaksi yang digunakan asetat anhidrat, klorofom dan H2SO4 pekat ± 10 tetes. Pengujian ini didasari dari kemampuan senyawa triterpenoid dan steroid membentuk warna bila dilakukan penambahan H2SO4 pekat karena reaksi pengoksidasian asam tersebut tidak akan berlangsung jika
terkandung air maka dari itu dilakukan penambahan klorofom agar terbentuk dua cairan (Harborne, 1987). Berdasarkan hasil uji fitokimia dari sari buah nanas diketahui bahwa bonggol buah, daging buah dan campuran daging-bonggol buah mengandung senyawa steroid. Hal ini terjadi karena adanya perubahan warna hijau. Uji terpenoid menunjukkan hasil negatif, yang tidak ditunjukkan dengan perubahan warna merah kecoklatan. Hasil Uji Toksisitas Sari Buah Nanas Penelitian aktivitas BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) ini dilakukan terhadap sari buah nanas yang dibedakan antara sari bonggol buah, sari daging buah dan sari campuran daging-bonggol buah yang masingmasing dipipet dengan volume sari bonggol buah yaitu 4,32 mL, sari daging buah yaitu 4,28 mL dan sari campuran bonggol-daging buah yaitu 4,28 mL. Pada masing-masing sampel dilakukan pengenceran dalam labu ukur 100 mL sehingga di peroleh larutan induk 50.000
ppm. Deret larutan uji tiap kosentrasi terdiri dari 5000, 1000, 100 dan 10 ppm serta dibuat larutan kontrol 0 ppm yaitu hanya air laut tanpa penambahan sari buah. Jumlah hewan uji larva udang 10 ekor setiap pengujian. Larutan kontrol yang digunakan yaitu untuk menghilangkan pengaruh lain di luar ekstrak sari buah uji yang dapat menyebabkan kematian pada larva udang Artemia salina Leach. Pada sari buah nanas yang digunakan tidak menggunakan pelarut karena 85-90 % dari sari buah nanas terdiri dari kandungan air sehingga kelarutannya polar dalam air. Pengujian yang dilakukan terhadap sari buah nanas antara lain sari bonggol buah, sari daging buah dan sari campuran daging-bonggol buah dengan berdasarkan pengamatan kematian larva udang Artemia salina Leach yang mati setelah 24 jam dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan persamaan regresi dan pengaruh kematian larva udang dengan nilai LC50 dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Persamaan regresi dan nilai rata-rata LC50 dari sari bonggol buah, sari daging buah dan sari campuran daging-bonggol buah. No Sari buah Persamaan R2 LC50 (ppm) Rata-rata nanas regresi LC50 (ppm) 1. y = 0,8823x + 0,9481 955 1. Sari bonggol 2,3704 buah 2. y = 0,9149x + 0,9917 1.117,10 1.501,91 2,2113 3. y = 0,8427x + 0,993 2.433,65 2,1464 1. y = 0,7978x + 0,9781 2.007,24 2. Sari daging 2,3652 buah 2. y = 0,8427x + 0,993 2.433,65 2.204,54 2,1464 3. y = 0,8881x + 0,9677 2.172,75 2,0364 0,9781 2.007,24 3. Sari campuran 1. y = 0,7978x + 2,3652 daging-bonggol 2. y = 0,8055x + 0,9893 1.866,43 2.015,47 buah 2,1693 3. y = 0,8881x + 0,9677 2.172,75 2,0364 Harga nilai LC50 merupakan konsentrasi suatu zat yang dapat menyebabkan terjadinya kematian pada 50 % hewan percobaan yaitu pada larva udang Artemia salina Leach. Suatu tingkat toksisitas memberi makna terhadap potensi aktivitasnya sebagai antikanker apabila mempunyai nilai harga LC50 < 1000 ppm.
Pengujian yang dilakukan pada semua sampel sari buah nanas tersebut dilakukan pelebaran deret larutan kosentrasi sampai 5000 ppm, dimana pada deret larutan kosentrasi 1000 ppm tidak menunjukkan kematian larva udang Artemia salina Leach yang signifikan yaitu tidak lebih dari 50 % hewan coba. Pelebaran
deret larutan kosentrasi ini bertujuan untuk mengetahui nilai LC50 sari buah nanas yang akan mematikan 50 % hewan coba larva udang Artemia salina Leach. Berdasarkan hasil pengamatan pada semua sampel sari buah nanas tersebut yang dibandingkan antara sari bonggol buah, sari daging buah dan sari campuran bonggol-daging buah menunjukkan bahwa semua sampel sari buah nanas memiliki nilai rata-rata kosentrasi harga nilai LC50 > 1000 ppm yang dinyatakan tidak toksik (tidak aktif) dengan didapat nilai R2 yang mendekati nilai 1. Nilai R2 digunakan sebagai hubungan antara kosentrasi dengan angka probit, sehingga semakin linier garis yang dihasilkan maka nilai R2 mendekati 1. Hal-hal yang mempengaruhi hasil ini diduga dari senyawa-senyawa yang terkandung dalam buah nanas tersebut yang dapat ditarik menggunakan cara ekstraksi dengan pelarut organik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Naritasari dkk (2010), tentang uji toksisitas pada ekstrak etanol bonggol nanas (Ananas comosus (L.) Merr) terhadap apoptosis karsinoma sel skuamosa lidah manusia, menunjukkan hasil positif sebagai obat antikanker. Hasil tersebut menyebutkan bahwa pada bonggol nanas mampu menginduksi apoptosis dan terdapat peningkatan persentase apoptosis sel yang sebanding dengan penigkatan konsentrasi ekstrak etanol bonggol nanas. Hasil uji penelitian Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ini merupakan salah satu usaha untuk pengembangan sebagai obat alternatif antikanker. Pengujian terhadap sari buah nanas segar ini tidak menunjukkan aktivitas toksisitas yang signifikan terhadap larva udang Artemia salina Leach, karena memiliki kosentrasi harga nilai LC50 > 1000 ppm yang dinyatakan tidak toksik (tidak aktif) sehingga tidak ada korelasi positif sebagai obat antikanker.
SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk penelusuran aktivitas antikanker terhadap ekstrak nanas dengan menggunakan pelarut organik lain.
KESIMPULAN Hasil uji toksisitas sari bonggol buah, sari daging buah dan sari campuran dagingbonggol buah terhadap larva udang Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lhetality Test (BSLT) memiliki harga nilai LC50 yaitu 1.501,91 ppm; 2.204,54 ppm dan 2.015,47 ppm yang menunjukkan ketiga sampel sari buah nanas segar tersebut tidak aktif (tidak toksik).
Kurniawan, F. 2008, Sari Buah Nanas Kaya Manfaat : Alternatif Meningkatkan Nilai Ekonomis Hasil Panen, Sinar Tani edisi 13 - 19 Agustus 2008.
DAFTAR PUSTAKA Astuti, P., G. Alam., M.S. Hartanti., D. Sari., dan S.Wahyuono., 2005, Uji Sitotoksik Senyawa Alkaloid dari Spons petrosia sp.;potensial pengembangan sebagai antikanker, Majalah Farmasi Indonesia, vol. 16 (1), pp. 58-62. Batkin, S., S. Taussig., and J. Szeckerczes. 1988, Antimetastatic effect of bromelain with or without its proteolytic and anticoagulant activity, J. Can. Res. Clin. Oncol., 114:507-508. Collegate, S. M. and R. J. Molyneux. 2008. Bioactive Natural Product 2th Edition, CRC Press. New York, p. 3 Goeswin, A. 2007. Teknologi Bahan Alam. Institut Teknologi Bandung (ITB), Jakarta. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan: Padmawinata, K dan Soediro, I. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Harmita dan R. Maksum. 2005. Buku Ajar Analisis Hayati. Universitas Indonesia, Depok. Halaman 87 Kelly, G. S. 1996, Bromelain: A Literature Review and Discussion of Its Therapeutic Application, Alternative Medicine Review, 1 (4) : 243-257. Kurniawan, F. 2008, Sari Buah Nanas Kaya Manfaat: Alternatif Meningkatkan Nilai Ekonomis Hasil Panen, Sinar Tani edisi 13 - 19 Agustus 2008.
Mynott, T. L., A. Ladhams., P. Scarmato., and C.R. Engwerda. 1999. Bromelain, from Pineapple Stems, proteolytically blocks activation of extracellular regulated kinase-2 in T Cells, J Immun, 163: 2568-2575.
Naritasari, F., H. Susanto., Supriatno. 2010. Pengaruh konsentrasi ekstrak etanol bonggol nanas (Ananas comosus (L.) Merr) terhadap apoptosis karsinoma sel skuamosa lidah manusia. Majalah Obat Tradisional, vol. 15(1), pp. 16 – 25. Fakultas Kedokteran Gigi UGM: Yogyakarta. Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, Halaman 191 – 216 , Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung. Rakasiwi, M. 2013. Efek Antiagregasi Platelet Ekstrak Etanol Buah Nanas (Ananas comosus Merr) Pada Mencit Putih Jantan. Skripsi Sarjana Fakultas MIPA Program Ekstensi Sarjana Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan. Ricky, K. 2012. Penapisan (Screening) Awal Fitokimia. http :// ricky – kurniawan 20/12/1993.blogspot.com/2012/12/pen apisan-screening-awalfitokimia. html. Diunduh tgl 4 Juni 2015 jam 10.45 wib.
Sangi, M., Runtuwene, M. R. J., Simbala, H. E. I., dan Makang, V. M. A. 2008. Analisis fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara. J. Chem. Prog. 1 (1): 47 – 53. Santoso, H.B. 1998. Nanas Kering, Kanisius. Jakarta Sumarno. 1989. Studi Perbedaan Aktivitas Bromelin dari Buah, Tangkai, dan Batang nanas (Ananas Comosus (L.) Merr) Terhadap Substrat Kasein. Skripsi Sarjana Fakultas MIPA Universitas Indonesia, Jakarta. Syarif, A. 2008. Perlu bukti khasiat dan keamana obat bahan alam. Majalah Farmacia [online] cited 2009 January 16; Vol. 7 (8): 70. from:http://www.majalahfarmacia.co m/rubrick/one news.asp? IDNews=69. Diakses (6 juni 2015) jam 13.40 wib. Tysnes, B. B., H.R. Maurer., T. Porwol., B. Probst., B. Bjerkvig., and F. Hoover. 2001. Bromelain Reversibly Inhibits Invasive Properties of Glioma Cells, Neoplasia, 3(6): 469–479.