Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 1 Tahun 2016
UJI STABILITAS DAN UJI IRITASI PRIMER SEDIAAN KOSMETIK MIKROEMULSI VITAMIN C PALMITAT (ASCORBYL PAMITATE)
Dimas Adhi Pradana*, Bambang Hernawan Nugroho Program Studi Farmasi Universitas Islam Indonesia
*email:
[email protected]
ABSTRAK
Stabilitas kimia menunjukan askorbil palmitat mengalami degradasi secara hidrolisis dan secara oksidasi. Bedasarkan uji iritasi primer skor eritma dan edema pada kulit yang di insisi lebih besar daripada kulit yang tidak diinsisi, sedangkan berdasarkan dosis pengolesan didapatkan nilai indeks iritasi primer berturut-turut 1,275; 1,825; 1,875 dan 1,350 sehingga dapat disimpulkan sediaan tersebut memiliki indeks iritasi dengan kategori sedikit mengiritasi.
Vitamin C memiliki beberapa turunan, antara lain berupa askorbil palmitat yang memiliki kepolaran yang rendah, salah satu kendala dalam membuat sediaan vitamin C topikal adalah rendahnya stabilitas dan penetrasi ke dalam kulit. Mikroemulsi memiliki keunggulan antara lain mempunyai kestabilan yang baik, serta dapat meningkatkan penetrasi obat ke dalam kulit. Penelitian ini bertujuan mengetahui kestabilan mikroemulsi askorbil palmitat dan tingkat toksisitas dengan mengukur indeks iritasi pada kulit kelinci. Mikroemulsi askorbil palmitat dibuat dengan teknik low energy, dilakukan uji stabilitas fisik meliputi pH, visikositas, pemisahan fase dan homogenitasnya. Uji stabilitas kimia dilakukan dengan prosedur uji hidrolisis (0,1 N HCl, air dan 0,1 N NaOH) dan oksidasi (H2O2 3%). Uji iritasi primer dilakukan dengan teknik uji tempel pada kulit kelinci yang terbagi menjadi 2 kelompok yang di insisi (n=5) dan tidak di insisi (n=5). Tiap kelompok terdiri dari kontrol akuades, kontrol basis dan perlakuan dengan variasi dosis pengolesan 0,25ml/inci, 0,50 ml/inci, 1 ml/inci dan 2 ml/inci. Hasil stabilitas fisik dari mikroemulsi mengalami perubahan pH, visikositas, warna dan homogenitas.
Kata kunci : askorbil palmitat, mikroemulsi, stabilitas, surfaktan, iritasi kulit ABSTRACT Ascorbyl palmitate is a derivative of ascorbic acid which has a more lipophilic propertis. Ascorbic acid as a hydrophilic compound in topical formulation has low penetration through the skin. Ascorbyl palmitate has better penetration through the skin than that of ascorbic acid. Problem of ascorbic acid and it is derivatives has a low stability in topical formulation. Microemulsion may increase stability of drugs and have better penetration through the skin. Microemulsion have high surfactant concentration in the formula which followed irritation. The aim of this research was to evaluate stability and
10
11 | Dimas Adhi Pradana
primary irritation ascorbyl palmitate microemulsion. Ascorbyl palmitate microemulsion was made by low energy process. Physical stability of microemulsion was examined for viscosity, phase separation and homogeneities. Stress testing was also performed to the drug for hydrolisis (0.1 N HCl, water and 0.1 N NaOH) and oxidation (3% H2O2). Primary irritation test conducted with techniques on rabbits skin patch test. Rabbits were divided into 2 groups on the incision (n = 5) and not in the incision (n=5). Each group consisted of distilled water control, base control and treatment gruops with dose variations 0.25 ml /
inch, 0.50 ml / inch, 1 ml / inch and 2 ml / inch. Ascorbyl palmitate microemulsion change in colour, viscosity and pH values during storage at temperature of 25°C and of 40°C. The stability of microemulsion, ascorbyl palmitate underwent degradation by route of hydrolysis and by oxidation. Primary irritation index values obtained respectively 1.275, 1.825, 1.875 and 1.350. Ascorbyl palmitate microemulsion produce irritation index slightly irritating.
PENDAHULUAN
tembus oksigen, encapsulasi, membuat
Keyword: ascorbil palmitate, mikroemulsion, stability, surfactan,skin irritation
sediaan Askorbil
palmitat
merupakan
pada
meminimalkan
pH jumlah
rendah,
air
dalam
salah satu turunan dari vitamin C
formulasi, dan penambahan antioksidan
dengan kepolaran yang rendah (Silva
lain dalam formulasi.
dan Campos.2000).
Kendala dalam
sediaan
topikal
vitamin
rendahnya
C
penetrasi
kedalam
Berbagai
topikal telah banyak digunakan dan
kulit,
dikembangkan sebagai alternatif yang efisien
menembus
penghantaran
yang
lebih
sediaan
adalah
askorbil palmitat memiliki kemampuan kulit
formulasi
baik
dan
praktis obat.
dalam
sistem
Salah
dibandingkan dengan vitamin C (Kogan
dengan
dan
utama
sediaan topikal mikroemulsi. Kelebihan
maupun
mikroemulsi sebagai sediaan topikal
Garti,
2006).
Problem
sediaan dengan vitamin C turunannya
adalah
terutama
degradasi
oksidasi,
salah
mengatasinya
satu
adalah
stabilitasnya, dengan
jalur
cara
untuk
dengan
cara
antara
mengembangkan
satunya
lain
bersifat
formulasi
stabil
secara
termodinamika, jernih, transparan atau translucent.
Penggunaan mikroemulsi
tidak hanya pada pembuatan yang
seperti esklusi oksigen dalam proses
mudah dan biayanya
produksi, penggunaan wadah yang tidak
sediaan
topikal
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 1 Tahun 2016
murah tetapi
mikroemulsi
dapat
12 | Dimas Adhi Pradana
meningkatkan kecepatan permeasi obat
Ukuran
(Terjarla,
1999).
surfaktan dan kosurfaktan yang mampu
secara
signifikan
stabilitas
Tipe
mikroemulsi
mempengaruhi
mikroemulsi
(Spiclin
et
partikel
menurunkan
ini
dihasilkan
tegangan
dari
permukaan,
sehingga memiliki ukuran partikel yang
al.,2001). Tipe mikroemulsi M/A sebagai
lebih
suatu
permukaan yang lebih besar, untuk
sistem
pembawa
dapat
kecil
dan
menghasilkan
meminimalisir terjadinya reaksi oksidasi
menurunkan
dari askorbil palmitat. Tipe mikroemulsi
tersebut
diperlukan
M/A memiliki stabilitas yang lebih baik
surfaktan
yang
dibandingkan tipe A/M , dikarenkan fase
meningkatkan ketoksikan dan potensi
minyak mampu melindungi zat aktif
iritasi.
askorbil palmitat yang berada pada fase minyak,
dimana
menghalangi
fase
oksigen
memiliki
tinggi
penelitian
sehingga
ini
adalah
berinteraksi
primer dari sediaan mikroemulsi yang dihasilkan.
palmitat
yang
konsentrasi
mengetahuai stabilitas fisik dan iritasi
merupakan
turunan dari Vitamin C yang memiliki kelarutan
Tujuan
permukaan
internal
dengan zat aktif. Askorbil
tegangan
luas
rendah
METODOLOGI PENELITIAN
sehingga
kemampuan
penetrasi
menembus kulit lebih baik,
Bahan dan Alat Penelitian
namun
Bahan utama yang digunakan
memiliki stabiltas yang rendah. Perlu
adalah askorbil palmitat (Sigma-Aldrich)
dilakukan penelitian askorbil palmitat
sebagai zat aktif, Tween 80 (Bratachem,
untuk
dan
kualitas farmasetis), isopropil miristat
transpornya dengan membuat formulasi
(Merck, kualitas pro sintesis), lesitin
sediaan
kedelai
memperbaiki
stabilitas
mikroemulsi
mikroemulsi ukuran
memiliki
partikel
sehingga
tipe
termodinamika dibandingkan
(Bratachem,
kualitas
karakteristik
farmasetis), etanol (Bratachem, kualitas
lebih
kecil
farmasetis), metanol (Merck, kualitas
kesetimbangan
pro analisa), kalium dihidrogenfosfat
yang
memiliki
M/A,
yang
lebih
dengan
baik emulsi
(Merck, kualitas pro analisa), kalium orto fosfat (Merck, pro analisa)
propilen
konvensional, sediaan mikroemulsi juga
glikol (Bratachem, kualitas farmasetis),
dapat
obat
natrium asetat (Merck, pro analisa),
melewati kulit (Kweon et al., 2004).
asam asetat glacial (Merck, pro analisa),
meningkatkan
transpor
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 1 Tahun 2016
13 | Dimas Adhi Pradana
Aquabidest(ikapharmindo,
kualitas
dilakukan
pengadukan
dengan
farmasetis). Subyek uji yang digunakan
kecepatan 3000 rpm dengan alat Ultra-
dalam penelitian ini adalah kelinci jantan
Turrak®),
lokal umur berat badan 1-1,5 kg, yang diberi pakan rumput dan sayur-sayuran
Evaluasi
serta minum ad libitum.
Askorbil Palmitat
Alat Gelas, vacum filter, neraca analitis,hot
plate,
motor
Stabilitas
a. Stabilitas Fisik
pengaduk
(Ultra-Turrak®),
shaking
Dilakukan
(warna,
(Shimadzu
fase)
UV-detector
(shimadzu SPD-6A) kolom C-18 (shimpack®,
6mm 30cm),
CLC-C18,
dengan
pengamatan
thermostatic(mommeth®),HPLC SCL-6B),
Mikroemulsi
organoleptis
bau
dan
pemisahan
berdasarkan
penilaian
responden (n=20), selaian itu dilakukan
poengukuran
pH
membran filter 0,45µm (whatman®),
sediaan dengan menggunakan
yellow
pH meter dan uji visikositas
tip,
elektrik
micropipette,mikroskop
(Olympus
CX-41),
ultasonik
(Brookfield
5510),
climated
chamber
selama penyimpanan suhu 25°C
(Branson
(Climacell), viskometer Brookfield (DV-I Prime).Alat untuk perlakuan hewan uji
pipet
volume,
kuas,
DV-I
Prime),
dan 40°C b. Stabilitas Kimia Stabilitas
yaitu kandang kelinci, alat pencukur hewan,gunting,
seri
senyawa
askorbil palmitat diuji dengan
kapas, plester, leukoplast, kain kasa
kondisi
stres
berdasarkan
hidrofil (steril), masker, dan sarung
prosedur
ICH
tangan.
Waterman, 2009; De Diego et
(ICH,
2003;
al., 2010), Askorbil palmitat diuji stabilitasnya pada kondisi stres
Pembuatan mikroemulsi mikroemulsi
hidrolisis (0,1 N HCl, air dan 0,1
mencampurankan
N NaOH) dan oksidasi (3%
masing-masing fase dengan surfaktan
H2O2). Stres hidrolisis dilakukan
yang digunakan dalam formula, fase
dengan cara askorbil palmitat 10
minyak
mg/ml dilarutkan dalam metanol,
Pembuatan dilakukan
dengan
dengan
surfaktan
lesitin,
sedangan fase air dengan tween 80,
pipet
masing-masing
2
ml
dimasukan ke dalam labu ukur Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 1 Tahun 2016
14 | Dimas Adhi Pradana
10 ml kemudian ditambahkan
peningkatan
tiap labu ukur tersebut 0,1 N
berpatokan
HCl, akuades dan 0,1 N NaOH
sediaan
sampai
askorbil palmitat 2 %
tanda
batas.
Untuk
konsentrasi pada krim
formula mikroemulsi dengan
hidrolisis basa (0,1 N NaOH)
dosis sebesar 0,25 ml/inci, 0,5
dipanasakan pada suhu 60 ºC
ml/inci, 1 ml/inci, 2 ml/inci.
selama
b. Penanganan hewan uji
5
menit,
perlakuan
hidrolisis
asam
dan
penambahan
akuades
Sebelum perlakuan,
diberi
hewan-hewan
dipanaskan dengan hot plate
yang
pada suhu 80 ºC selama 30 jam.
kelinci dipelihara dalam suatu
Pada perlakuan oksidasi, pipet
kondisi tertentu. Selama masa ini
dari
dalam
hewan uji di tempatkan di suatu
metanol sebanyak 3 ml masukan
kandang khusus terpisah dengan
ke dalam labu 10 ml tambahkan
hewan uji untuk penelitian yang
larutan
lain. Pada saat ini, hewan uji
stok
10
3%
mg/ml
H2O2,
sampel
akan
digunakan
uji
dipanaskan pada suhu 80 ºC
diberi
selama 6 jam, kemudian suhu
beradaptasi dengan lingkungan
diturunkan pada suhu ruang,
barunya dan dihindarkan dari
kemudian
stres.
sampel
dianalisis
kesempatan
yaitu
untuk
mengunakan HPLC dan panjang serapan
maksimum
c. Pengelompokan hewan uji
spektrofotometer UV-VIS. .
uji
Uji iritasi primer
dilakukan
hewan
berdasarkan
rangkaian uji sama subjek yang
a. Penetapan dosis Dosis
Pengelompokan
yang
artinya uji dilakukan dengan cara digunakan
setiap hewan uji pada masing-
dalam penelitian ini berpatokan
masing
pada 0,5 g untuk bahan yang
perlakuan yang sama dengan
berbentuk padat dan 0,5 ml
variabel
untuk bahan yang berupa cairan
konsentrasi/
untuk 1 x 1 inci kulit (Lu, 1995).
bebas yang digunakan ada dua
Sementara
kelompok
yang
penentuan Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 1 Tahun 2016
mendapat
sama
dosis.
yaitu
Variabel
15 | Dimas Adhi Pradana
yaitu
peringkat
dosis
dan
perlakuan insisi. Jumlah
didapatkan
hewan
digunakan
dengan alat pencukur, sehingga
uji
Pencukuran
6
sehingga tidak melukai hewan
perlakuan) untuk dua kelompok
uji. Masing-masing area dibatasi
besar yaitu kelompok tanpa insisi
oleh bulu kelinci yang tidak
dan
dengan
dicukur
pembagian
Setelah
kelompok
insisi.
1
ekor
rambut.
halus
dilakukan
rincian
5
bebas
yang
(
dengan
adalah
yang
kulit
ekor
(kel.)
Adapun
kelompok tersebut adalah:
sedemikian
dan
berbatas
pencukuran
rupa
jelas. selesai,
dilanjutkan dengan pemberian
Kel. 1
:kontrol normall dengan aqudes
larutan uji.
Kel. 2
:kontrol pelarut (basis)
e. Pemberian larutan uji dan
Kel. 3
:peringkat dosis mikroemulsi
pengamatan gejala toksik
askorbil palmitat 0,25 ml/inci Kel. 4
Kel. 5
Kel.6
:peringkat
dosis
Pemberian
mikroemulsi
larutan
uji
diawali dengan mengambil krim
askorbil palmitat 0,5 ml/inci
sebanyak 0,5 ml menggunakan
:peringkat
pipet volume kemudian larutan
dosis
mikroemulsi
askorbil palmitat 1 ml/inci
tersebut
dioleskan
: peringkat dosis mikroemulsi
punggung
askorbil palmitat 2 ml/inci
menggunakan kuas secara hati-
kelinci
pada dengan
hati dan merata sesuai dengan d. Pencukuran hewan uji
konsentrasi/ dosis yang telah
Bagian tubuh kelinci yang
ditentukan. Setelah pengolesan
dicukur adalah daerah punggung
selesai, area yang diolesi ditutup
dengan ukuran 1 x 1 inci.
dengan kain kasa steril yang
Pencukuran
dalam
dilapisi plastik, kemudian ditutup
beberapa tahap. Tahap pertama
lagi dengan hypafix dan diberi
merupakan
plester
dilakukan
proses
kemudian
uji
pengguntingan dengan gunting
dikembalikan
rambut sampai panjang rambut
Keesokan harinya (setelah 24
kira-kira
tersisa
cm,
jam), kasa steril dibuka lalu
kemudian
dilanjutkan
dengan
diamati gejala toksik apa saja
rambut
tersebut
yang timbul, termasuk eritema
pencukuran
0,5
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 1 Tahun 2016
ke
hewan
kandangnya.
16 | Dimas Adhi Pradana
dan
edema.
Data
tersebut
et
al.,
2010).
Pada
penelitian
ini,
merupakan data hari pertama
digunakan tehnik low energy, dimana
dan pengamatan gejala toksik
mikroemulsi askorbil palmitat terbentuk
juga diamati pada hari ke-3 (72
secara
jam). Hal ini dilakukan pada
pengadukan
semua hewan uji untuk semua
dengan kecepatan 3000 rpm, ukuran
kelompok untuk uji iritasi primer.
globul yang kecil dihasilkan dari proses
spontan
dengan
adanya
menggunakan
mikser
penurunan tegangan permukaan HASIL DAN PEMBAHASAN
oleh
surfaktan, konsentrasi surfaktan 38%
Pembuatan mikroemulsi Proses pembuatan mikroemulsi
dengan perbandingan lesitin dan tween 1:10, menghasilkan mikroemulsi yang
dikenal dengan dua jenis, yaitu tehnik
jenih dengan ukuran globul kurang dari
high energy dan low energy (Tirnaksiz
0,1µm (Gambar 1).
(a)
(b)
Gambar 1. Sediaan mikroemulsi askorbil palmitat (a) ; dan tampilan globul mikroemulsi yang terbentuk dalam mikroskop elektrik dengan perbesaran objektif 40x (b). Evaluasi stabilitas mikroemulsi homogenitas, dari stabilitas pH a. Stabilitas Fisik
dan
visikositas,
sediaan
Berdasarkan data yang
mengalami
diperoleh dari hasil kuisioner,
perubahan
stabilitas fisik dari mikroemulsi
adanya produk degradasi dari
mengalami
askorbil palmitat.
organoleptis,
perubahan yaitu
secara
perubahan
mikroemulsi
sedimentasi
adanya
perubahan
ini
Perubahan
warna, namun tidak mengalami dan
perubahan,
globul
diawali
agregasi,
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 1 Tahun 2016
disebabkan
dari
dengan
kemudiaan
17 | Dimas Adhi Pradana
terjadi
tumbukan
sehingga
dilakukan
dengan
menghasilkan globul emulsi yang
pengujian
berdasarkan
semakin membesar (Gambar 2).
terhadap
produk
b. Stabiltas Kimia Evaluasi
protokol ICH
sediaan
maupun zat aktif (Anonim, 2003). stabilitas
dari
mikroemulsi
askorbil
palmitat
dilakukan
dengan
cara
Pengujian
dilakukan
pada
kondisi stressor asam, basa dan suhu
tinggi
untuk
identifikasi stabilitas degradasi
mengidentifikasi hidrolisis, stres
zati oleh pengaruh hidrolisis dan
oksidatif
oksidasi.
peroksida.
Metode
pengujian
dengan
hidrogen
(a) (b) (c) Gambar 2. Globul mikroemulsi teragregasi (a); yang mengakibatkan terjadi tumbukan antar globul mikroemulsi (b) ; perubahan ukuran globul mikroemulsi dikarenakan penggabungan fase internal (ukuran globul membesar) (c). Tabel 1. Perlakuan kondisi stres askorbil palmitat berdasarkan prosedur ICH untuk mengetahui profil degradasi askorbil palmitat (Anonim 2003; Watermann (2009); De Diego et al.,(2010)) Kromatogram HPLC
Perlakuan
Spektrofotometer
Jumlah Puncak
WR.1
WR.2
(λ)maks
AP+NaOH 0,1N
1
6,390
-
269,40
AP+HCl 0,1N
2
6,453
7,393
247,00
AP+Akuades
1
6,356
-
245,00
AP+H2O2 (3%)
2
6,376
7,400
203.00
AP
1
-
7,666
249,00
AA
1
6,290
-
245,00
Keterangan : AP : Askorbil palmitat, AA: Asam Askorbat, WR: Waktu retensi
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 1 Tahun 2016
18 | Dimas Adhi Pradana
Pada
pengujian
askorbil
Uji Iritasi Primer
palmitat dilakukan stres pengujian
Pengamatan
dilakukan
berdasarkan penambahan asam, basa
selama 3 x 24 jam, dimana setelah 24
dan air
untuk mengetahui profil
jam pertama kasa dibuka kemudian
degradasi hidrolisis,sedangkan profil
diamati terjadinya edema dan eritema
oksidasi
cara
pada bagian yang diberi mikroemulsi
penambahan hidrogen peroksida 3%.
vitamin C palmitat. Hasil pengamatan
Proses hidrolisis dan oksidasi diuji
dinyatakan dalam skor edema dan
melalui prosedur ICH (Tabel 1). Dari
eritema
tabel tersebut nampak pergeseran
keparahannya dan diamati kembali
waktu retensi dan pergeseran panjang
pada jam ke-72. Hal ini bertujuan
gelombang
untuk
dilakukan
dengan
maksimum
pada
sesuai
dengan
membandingkan
tingkat
perubahan
perlakuan oksidasi. Pada perlakuan
kulit yang terjadi. Secara teoritis, skor
hidrolisis mengalami pembentukan 2
eritema dan edema pada kulit yang di
puncak yang menunjukan senyawa
insisi lebih besar daripada kulit yang
aktif
tidak di insisi hasil dari dua kelompok
terhidrolisis
menjadi
askorbat.
asam
besar tersebut digabungkan untuk mendapatkan indeks iritasi primer.
(a)
(b)
Gambar 3. Foto kondisi kulit punggung kelinci yang mengalami edema dengan kategori edema sedikit berbatas jelas (skor 2) (a). Foto kondisi kulit punggung kelinci yang mengalami eritema dengan kategori eritema sedikit berbatas jelas (b).
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 1 Tahun 2016
19 | Dimas Adhi Pradana
Tabel 2. Hasil uji iritasi primer dari sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dengan 4 variasi dosis dibandingkan dengan basis dan kontrol negatif (air) menghasilkan indeks iritasi yang sedikit
Jumlah kelinci
Indeks indeks eritema indeks edema
1 (Aquades)
2 (Basis)
3 (0,25mL)
4 (0,5 mL)
5 (1 mL)
6 (2 mL)
n=5
1,2
2,05
1,45
2,15
2,15
1,55
n=5
0,9 1,05
1,5 1,775
1,1 1,5 1,275 1,825 iritasi sedikit
1,6 1,875
1,15 1,35
Iritasi primer
Berdasarkan data pada tabel 2
mL/inci dan 1 mL/inci dan menurun
menunjukkan bahwa nilai indeks iritasi
kembali pada dosis 2 mL/inci.Secara
primer pada peringkat dosis
umum
0,25
dapat
disimpulkan
mL/inci, 0,5 mL/inci dan 1 mL/inci
keseluruhan
semakin meningkat sedangkan untuk
mikroemulsi vitamin C palmitat hanya
dosis
sedikit menyebabkan iritasi primer pada
2
mL/inci
penurunan.
justru
Secara
mengalami
umum
dapat
peringkat
bahwa dosis
kulit kelinci.
disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis
Berdasarkan data pengamatan
mikroemulsi vitamin C palmitat
maka
pada
nilai
akan
menggunakan aquades didapatkan data
menandakan
indeks iritasi primer sebesar 1,05 yang
indeks
iritasi
meningkat.Hal
primer
tersebut
kelompok
kontrol
bahwa semakin banyak jumlah vitamin
artinya
C
mengiritasi. Fenomena ini dikarenakan
palmitat
yang
terdapat
didalam
mempunyai
aquades
pula vitamin C palmitat yang diabsorbsi
yang
kulit
untuk
menimbulkan iritasi.Timbulnya kondisi
terjadinya efek iritasi juga semakin
sedikit iritasi dimungkinkan disebabkan
besar.
karena kondisi kulit (pada kulit insisi)
Data
kemungkinan
pada
Tabel
2
juga
menunjukkan bahwa tren kenaikan skor
memang
kontrol
sedikit
larutan uji maka akan semakin banyak
sehingga
merupakan
efek
normal
seharusnya
normal tidak
dan variasi individu kelinci.
indeks edema dan eritema sama, yaitu
Pada kontrol basis, diperoleh
meningkat dari dosis 0,25 mL/inci, 0,5
nilai indeks iritasi primer sebesar 1,775
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 1 Tahun 2016
20 | Dimas Adhi Pradana
yang artinya mempunyai efek sedikit
SARAN
mengiritasi. Nilai tersebut berada di atas
Pembuatan sediaan vitamin C
indeks iritasi primer untuk kelompok
topical sebaiknya mempertimbangakan
dosis
mL/inci
penambahan dapar pada fase air yang
dibandingkan
sesuai dengan pH zat aktif. Peningkatan
dengan indeks iritasi primer kelompok
stabilitas kimia vitamin C palmitat dalam
dosis 0,5 mL/inci dan 1 mL/inci masih
sediaan farmasi dapat dilakukan dengan
berada
meminimalkan kontak dengan oksigen
0,25
mL/inci
sedangkan
di
dan
apabila
bawahnya.
2
Hal
tersebut
berarti belum dapat disimpulkan apakah
dan air
keberadaan zat aktif dalam basis akan meningkatkan atau menurunkan indeks iritasi primer. Berdasarkan keseluruhan data
indeks
iritasi
primer
dapat
disimpulkan urutan potensi iritasi primer dari kelompok dengan indeks iritasi terkecl sampai dengan terbesar adalah kelompok kontrol normal
sediaan
mikroemulsi,i
vitamin C palmitat terdegradasi melaluii jalur oksidasi dan hidrolisis. Stabilitas fisik sediaan mikroemulsi vitamin C palmitat berdasarkan parameter pH, visikositas dan organoleptis mengalami perubahan. Uji iritasi primer sediaan tersebut menghasilkan indeks mengiritasi.
sedikit
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2003, Guidance for Industry Q1A(R2), Stability Testing of New Drug Substances and Products, International Conference on Harmonization, Rockvile, 1-22 De Diego, M., Godoy, G., Mennickent, S., Olivares, M., Godoy, R., 2010, Stress Degradation Studies of Ramipril by a Validated Stability-Indicating Liquid Chromatographic Method, J. Chil. Chem. Soc., 55(4),450-453. Kogan, A., Garti, N., 2006, Microemulsions As Transdermal Drug Delivery Vehicles, Adv. Colloid Interface Sci.123–126 : 369–385 Kweon, J.H., Chi, S.C., dan Park, E.S., 2004. Transdermal Delivery of Diclofenac Using Microemulsions. Arch. Pharm. Res. 27: 351-356. Lu, F. C., 1995, Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian resiko, Edisi II, diterjemahkan oleh Edi Nugroho, UI Press, Jakarta, 154-160, 239-242, 250-251. Silva, G.M., dan Campos, M., 2000. Ascorbic Acid And Its
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 1 Tahun 2016
21 | Dimas Adhi Pradana
Derivatives In Cosmetic Formulations. Cosmet. Toil 115,59–62. Splicin, P., M, Gasperlin., dan Kmetec, V., 2001, Stability of Askorbil palmitatin Topical Microemulsions, Int J Pharm 222, 271-279 Terjarla, S., 1999. Microemulsions: An Overview And Pharmaceutical Applications. Crit. Rev. Ther. Drug Carrier Syst 16, 461–521. Tirnaksiz, F., Akkus,S., dan Celebi, N., 2010, ‘Nanoemulsions as Drug Delivery System in Monzer Fanun (ed) Colloids in Drug Delivery, CRC Press 221-241 Waterman, K.C., 2009, ‘Understanding and Predicting Pharmaceutical Product Shelf-Life’, in Kim Huynh-Ba (ed), Handbook of Stability Testing in pharmaceutical Development, Springer New York , 126.
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 1 Tahun 2016