UJI MUTU FISIK DAN UJI KHASIAT GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc.) SEBAGAI PENURUN ASAM URAT PADA MENCIT (Mus Musculus)
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH GALIH ADI PRASETYAN NIM 09.011
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG AGUSTUS 2012
UJI MUTU FISIK DAN UJI KHASIAT GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc.) SEBAGAI PENURUN ASAM URAT PADA MENCIT (Mus Musculus)
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Kepada Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program D III bidang Analis Farmasi dan Makanan
OLEH GALIH ADI PRASETYAN NIM 09.011
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN YAYASAN PUTRA INDONESIA MALANG AGUSTUS 2012
LEMBAR PERSEMBAHAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan Menyebut Nama Allah Swt Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
“Dan jika kamu mengitung hitung nikmat ALLAH, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya ALLAH benar-benar maha pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.An-Nahl :18) Karya Tulis ini aku persembahkan untuk orang-orang yang slalu ada di hati Untuk kedua orang tua ku yang slalu menyayangi, membimbing dan merawat ku, pengorbanan kalian sepanjang masa............ Someone like you, ku nanti engkau dalam sujud panjang untuk menjadi makmum di hari-hari ku.......... Teman teman keluarga besar AKAFARMA dan AKFAR , pengalaman bersama kalian tiada mungkin terlupakan Sahabat sahabat ku terima kasih atas kebersamaan yang terjalin
Dan semua keluarga besar PIM Semoga Allah SWT selalu mencurahkan Kasih dan SayangNyauntuk kita semua.
Padamu Negri Kami Berjanji..........Padamu Negri Kami Berbakti Padamu Negri Kami Mengabdi........Bagimu Negri......Jiwa Raga Kami
ABSTRAK
Prasetyan, Galih Adi. 2012. Uji Mutu Fisik Dan Uji Khasiat Granul Effervescent Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) Sebagai Penurun Asam Urat Pada Mencit (Mus Musculus). Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putera Indonesia Malang. Pembimbing Ibu Misgiati, A.Md., M.Pd Kata Kunci: Ekstrak Jahe merah, Granul Effervescent, Uji Mutu Fisik, Uji Khasiat, Asam Urat Tanaman jahe merah atau Zingiber officinale Rosc. secara empirik telah digunakan dalam pengobatan asam urat oleh masyarakat. Beberapa penelitian pendukung juga telah dilakukan. Akan tetapi penggunaanya hanya sebatas jamu gendong atau serbuk. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi granul effervescent dan melihat seberapa besar potensi ekstrak jahe merah sebagai penurun asam urat yang meliputi uji mutu fisi granul dan uji khasiat penurun asam urat. Formulasi granul effervescent ekstrak jahe merah menggunakan metode granulasi kering dengan bahan asam sitrat, asam tatrat, natrium bikarbonat, manitol. Uji mutu fisik meliputi waktu alir, waktu larut, pengentapan dan uji volunter. Uji khasiat penurun asam urat dilakukan dengan cara sebanyak 9 ekor tikus dibagi dalam 3 kelompok (tiap kelompok 3 ekor). Tiap kelompok mendapat perlakuan sebagai berikut: Kelompok I: Kontrol positif (induksi allupurinol), Kontrol negatif (hanya diberi pakan), Kelompok perlakuan (induksi larutan effervescent ekstrak jahe merah 0,26 ml). Hasil uji menunjukan potensi jahe merah sebagai penurun kadar asam urat darah pada tikus dan uji mutu fisik granul effervescent ekstrak jahe merah memenuhi persyaratan yang terdapat pada farmakope indonesia.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Uji Mutu Fisik Dan Uji Khasiat Granul Effervescent Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) Sebagai Penurun Asam Urat Pada Mencit (Mus Musculus)” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program Diploma III di Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Sehubungan dengan selesainya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Hendy Krisna Dhani,S.Si selaku Direktur Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. 2. Ibu Misgiati, A.Md., M.Pd selaku Dosen Pembimbing 3. Bapak Hendy Krisna Dhani,S.Si. selaku Dosen Penguji I 4. Ibu Puji Astuti, S.Si., Apt. selaku Dosen Penguji II 5. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan serta semua staff 6. Kedua orang tua yang memberikan do’a dan motivasi.
ii
7. Teman-teman mahasiswa, dan semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan secara langsung maupun secara tidak langsung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih mempunyai beberapa kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat diharapkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat.
Malang, Agustus 2012
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................... ................................................................................
i
KATA PENGANTAR.................... ..............................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN.................... .............................................................
vii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .........................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................
4
1.4 Kegunaan Penelitian.................................................................
4
1.5 Asumsi Penelitian ....................................................................
4
1.6 Ruang Lingkup dan Ketebatasan Penelitian ............................
4
1.7 Definisi Istilah ..........................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Jahe Merah ................................................
7
2.2 Effervescent ..............................................................................
9
2.3 Asam Urat ................................................................................
11
iv
2.4 Mencit ......................................................................................
15
2.5 Uji Mutu Fisik dan Uji Khasiat ................................................
18
2.8 Kerangka Teori........................................................................
20
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ...............................................................
22
3.2 Populasi dan Sampel ................................................................
22
3.3 Definisi Operasional.................................................................
23
3.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ................................................
24
3.5 Instrumen Penelitian.................................................................
24
3.6 Pengumpulan Data ...................................................................
24
3.7 Analisis Data ............................................................................
28
BAB IV HASIL 4.1 Jahe Merah ................................................................................
29
4.2 Jahe Merah ................................................................................
29
4.3 Effervescent Jahe .......................................................................
29
4.4 Hasil Uji Mutu Fisik .................................................................
30
4.5 Hasil Uji Khasiat .......................................................................
34
v
BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ....................................................................................
37
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ..............................................................................
41
6.2 Saran .........................................................................................
41
DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................
42
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram Alir Pembuatan Serbuk Jahe Merah ………………….
44
Lampiran 2 Diagram Alir Ekstraksi Jahe Merah Serbuk …………................
45
Lampiran 3 Diagram Alir Pembuatan Granul Effervescent ……….......……
46
Lampiran 4 Uji Mutu Fisik Granul Effervescent ………...........……………
47
Lampiran 5 Perhitungan Dosis Uji Khasiat ………...................……………
48
Lampiran 6 Uji Khasiat Granul Effervescent ………...........….......…………
49
vii
viii
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman berkhasiat obat merupakan salah satu diantara obat tradisional yang paling banyak digunakan secara empiris oleh masyarakat dalam rangka menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya, baik dengan maksud pemeliharaan, pengobatan maupun pemulihan kesehatan. Meskipun secara empiris obat tradisional mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, tetapi khasiat dan keamananya belum terbukti secara klinis. Selain itu belum banyak diketahui senyawa apa yang mempengaruhi khasiat obat tradisional tersebut. Obat tradisional masih banyak digunakan oleh masyarakat, bahkan dari masa ke masa obat tradisional mengalami perkembangan yang semakin meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali ke alam “back to nature”. Akan tetapi obat tradisional yang dikenal masyarakat hanya terbatas pada bentuk jamu cair ataupun serbuk yang masih memiliki banyak kekurangan seperti mudahnya tercemar mikroorganisme, kurang praktis, serta takaran dosis yang kurang seragam. Penggunaan obat tradisional dalam bentuk effevescent masih jarang dijumpai, jika pun ada hanya terbatas pada produk produk obat kimia. Effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan yang dibuat dengan cara pencampuran bahan-bahan aktif dengan campuran asam-asam organik, seperti asam sitrat atau asam malat dan natrium karbonat. Jika dimasukkan dalam air, 1
2
mulai terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium karbonat membentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan gas CO2 serta air. Effervescent juga menghasilkan larutan yang jernih, menghasilkan rasa yang enak dan menyegarkan, karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa pada beberapa sediaan tertentu (Banker dan Anderson, 1994, dalam Ervina 2010). Effervescent memiliki kelebihan dibanding dengan serbuk ataupun bentuk cair, antara lain lebih praktis, tidak mudah tercemar mikroorganisme, lebih mudah penggunaanya. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai pengobatan adalah tanaman jahe. Tanaman jahe merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang banyak tersebar di pulau jawa. Jahe ditanam sebagai tanaman obat keluarga, tetapi pada umumnya dibudidayakan. Di Indonesia, jahe cocok ditanam baik di daerah daratan rendah maupun di dataran tinggi pada ketinggian 0-1250 meter di atas permukaan laut. Jahe memiliki bentuk dan aroma yang khas, serta kandungan kimia tanaman jahe merah meliputi oleoresin (gingerol, shogaol). Minyak atsiri (sineol, linaloal limonene, zingiberol, zingiberen kamfena), caprylic acid, capsaicin, chlorogenic acid, farnesal, farnesense, farnesol, dan unsur pati seperti tepung kanji (Ervina, 2010). Selain itu jahe juga memiliki banyak manfaat, yaitu sebagai penambah bumbu dapur, pengobatan darah tinggi, diabetes, asam urat dan sebagai stimulan tubuh (Restiani, 2009). Menurut Sutrisno (2008) kandungan oleoresin (gingerol, shogaol) pada jahe berpotensi menurunkan kadar asam urat dalam tubuh dengan mekanisme menekan prostagladin dan menghambat enzim siklo oksigenase sehingga purin dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui keringat, urin atau fases.
3
Asam urat merupakan substansi hasil pemecahan purin atau produk sisa dalam tubuh yang merupakan hasil dari katabolisme purin yang dibantu oleh enzim guanase dan xanthine oxidase. Asam urat ini dibawa ke ginjal melalui aliran darah untuk dikeluarkan bersama urin, jika terjadi gangguan eliminasi asam urat melalui ginjal yang disebabkan menurunnya sekresi asam urat kedalam tubuli ginjal, sehingga akan terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah, hal ini merupakan suatu kondisi yang disebut hiperurisemia. Hiperurisemia yang lanjut dapat berkembang menjadi gout dan pirai, yaitu penyakit yang menyerang sendi (Saputra, 2008). Berdasarkan latar belakang diatas, akan dilakukan penelitian tentang uji mutu fisik dan uji khasiat granul effervessent ekstrak jahe merah sebagai penurun asam urat pada mencit. Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan granul effervescent dengan metode granulasi kering. Setelah di dapat bentuk sediaan granul maka akan diujikan pada mencit yang diperlakukan agar memiliki kadar asam urat tinggi, sehingga dapat diukur khasiat ekstrak jahe dalam menurunkan kadar asam urat. 1.2 Rumusan Masalah Adapaun rumusan masalah sebagai berikut : 1.2.1
Bagaimana mutu fisik pada sediaan granul ekstrak jahe merah effervescent?
1.2.2
Bagaimana khasiat jahe ekstrak merah effervescent sebagai penurun asam urat pada mencit?
4
1.3 Tujuan Adapun tujuan penelitian sebagai berikut : 1.3.1
Untuk mengetahui mutu fisik pada sediaan granul effervescent ekstrak jahe yang telah dibuat.
1.3.2
Untuk mengtahui khasiat granul effervescent ekstrak jahe merah dalam menurunkan asam urat mencit.
1.4 Kegunaan Adapun kegunaan penelitian sebagai berikut : 1.4.1
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan terutama dibidang obat tradisional.
1.4.2
Sebagai reverensi untuk penelitian dan pengembangan sehingga jahe memiliki nilai tambah dan berdaya guna dalam penurunan asam urat.
1.5 Asumsi Penelitian Asumsi penelitian sebagai berikut : 1.5.1
Jahe merah memiliki khasiat sebagai penurun asam urat.
1.5.2
Pengujian pada mencit dapat merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengetahui khasiat jahe merah
1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi pembuatan sediaan granul effervescent, uji mutu fisik granul effervescent ekstrak jahe merah, uji khasiat granul effervescent ekstrak jahe merah pada mencit dan perhitungan penurunan kadar asam urat pada mencit.
5
Keterbatasan pada penelitian ini antara lain hanya menggunakan varietas jahe merah, yang diperoleh di daerah malang dengan masa pemanenan 9-10 bulan. Uji volunter dilakukan pada orang dewasa antara umur 30-50 tahun tanpa membedakan gender. 1.7 Definisi Istilah Definisi istilah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1.7.1 Effervescent merupakan sediaan berbuih dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air. 1.7.2 Uji mutu fisik sediaan effervescent adalah pemeriksaan untuk mengetahui mutu fisik atau kualitas fisik suatu produk effervescent berupa waktu alir, pengetapan, waktu larut dan volunter. 1.7.3 Uji khasiat adalah uji pemeriksaan yang dilakukan pada hewan uji untuk mengetahui khasiat suatu produk. 1.7.4 Asam Urat adalah asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin dalam tubuh yang tidak memiliki fungsi fisiologis sehingga dianggap produk buangan, dan dalam jumlah yang berlebih menyebabkan nyeri pada persendian. 1.7.5 Mencit merupakan hewan pengerat yang sering digunakan dalam penelitian praklinik, memiliki suhu badan normal 37,50C dan dapat hidup hingga 1-1,5 tahun. 1.7.6 Standar Deviasi adalah pengukuran untuk penyimpangan standar yang konsisten untuk semua distibusi normal.
6
1.7.7 Koevisien Variasi merupakan suatu ukuran variansi yang dapat digunakan untuk membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang berbeda.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tanaman Jahe Merah 2.1.1
Klasifikasi Tanaman Tanaman jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) dalam sistematika
tumbuhan adalah: Divisio Sub divisio Kelas Ordo Familia Genus Spesies
2.1.2
: Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Zingiberales : Zingiberaceae : Zingiber : Zingiber officinale Rosc.
Morfologi Tanaman Jahe Merah Herba, tegak, tinggi sekitar 30-60 cm. Batang semu, beralur, berwarna
hijau. Daun tunggal, berwarna hijau tua. Helai daun berbentuk lanset, tepi rata, ujung runcing, dan pangkalnya tumpul. Panjang daun lebih kurang 20-40 cm dan lebarnya sekitar 2-4 cm. Bunga majemuk berbentuk bulir, tangkai perbungaan panjangnya lebih kurang 25 cm, berwarna hijau merah. Kelopak berbentuk tabung, bergigi tiga. Mahkota bunga berbentuk corong panjangnya. 2-2,5 cm, berwarna ungu. Buah kotak berbentuk bulat sampai bulat panjang, berwarna coklat. Biji bulat berwarna hitam. Akar serabut, berwarna putih kotor. Rimpangnya bercabang-cabang, tebal dan agak melebar (tidak silindris), berwarna kuning pucat. Bagian dalam rimpang berserat agak kasar, berwarna kuning muda dengan ujung merah muda. Rimpang berbau khas, dan rasanya pedas menyegarkan. 7
8
2.1.3
Khasiat Tanaman Jahe Merah Produk utama tanaman jahe merah adalah rimpang jahe, yang
mengandung oleoresin (gingerol, shogaol). Minyak atsiri (sineol, linaloal limonene, zingiberol, zingiberen kamfena), caprylic acid, capsaicin, chlorogenic acid, farnesal, farnesense, farnesol, dan unsure pati seperti tepung kanji. Jahe merah (Zingiber officinale Rosc) dapat digunakan sebagai obat antiemetik atau obat antimuntah (Arifin, 2007 ,dalam ervina 2010). Sifat khas jahe merah disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresinnya menyebabkan rasa pedas. Minyak atsiri dapat diperoleh atau diisolasi dengan destilasi uap dari rhizoma jahe kering. Minyak atsiri jahe merah berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki komponen pembentuk rasa pedas. Kandungan minyak atsiri dalam jahe merah kering sekitar 1 – 3 persen. Komponen utama minyak atsiri jahe merah yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingiberol, Sedangkan oleoresin jahe merah diperoleh dengan metode ekstraksi. Oleoresin banyak mengandung komponen pembentuk rasa pedas yang tidak menguap. Komponen dalam oleoresin jahe merah terdiri atas gingerol dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan resin. Pemberi rasa pedas dalam jahe merah yang utama adalah zingiberol dan komponen kimia yang berpotensi menurunkan asam urat adalah gingerol dan shagaol, kedua zat aktif tersebut dapat mengurangi pembentukan senyawa xantin dan membantu sekresi asam urat yang terbentuk melalui ginjal (Sutrisno,2008). Oleoresin berasal dari kata ―oleo yang berarti minyak dan ―resin yang berarti damar. Jadi oleoresin adalah minyak dan damar yang merupakan campuran
9
minyak atsiri sebagai pembawa aroma dan sejenis damar sebagai pembawa rasa. Oleoresin merupakan suatu gugusan kimia yang cukup komplek susunan kimianya. Oleoresin berupa minyak berwarna cokelat tua sampai hitam (ramadhan, dkk. 2010). 2.2 Effervecsent Effervescent merupakan sediaan tidak bersalut yang dibuat dengan cara mencampur bahan-bahan aktif berupa sumber asam dan sumber basa (karbonat), seperti asam sitrat atau asam tartrat dan natrium bikarbonat. Bila sediaan seperti ini dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan CO2 serta air. Reaksinya cukup cepat dan biasanya selesai dalam waktu satu menit atau kurang. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, granul juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa obat tertentu. Dalam pembuatan sediaan effervescent, hal yang harus diperhatikan yaitu bagaimana menentukan formula yang tepat sehingga sediaannya dapat menghasilkan pembuih yang efektif, sediaan yang stabil, dan menghasilkan produk yang nyaman. Keuntungan sediaan effervescent sebagai bentuk sediaan obat adalah kemungkinan penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat (Banker dan Anderson, 1986, dalam Ervina 2010) 2.2.1
Sumber Asam Sumber asam yaitu bahan yang mengandung asam atau yang dapat
membuat suasana asam pada campuran effervescent. Sumber asam direaksikan dengan air akan terhidrolisa kemudian melepaskan asam yang dalam proses
10
selanjutnya menghasilkan CO2 (Mohrle, 1989). Sumber asam yang umum digunakan dalam pembuatan sediaan effervescent adalah asam sitrat dan asam tartat. Asam sitrat mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air dan mudah diperoleh dalam bentuk granul (Ansel et al., 2005). Menurut (Mohrle, 1989), keasaman sangat penting dalam proses reaksi effervescent, dan ini didapat dari tiga sumber asam yang mengandung asam tersebut, yaitu: 1. Asam bebas Asam bebas adalah asam yang mengandung asam atau bahan yang bisa memberikan suasana asam pada campuran effervescent, seperti:Asam sitrat (citric acid), Asam tartrat (tartaric acid), Asam malat (malic acid). Asam-asam seperti halnya bahan pengasam sangatlah penting untuk pembuatan effervescent. Jika direaksikan dengan air, bahan asam akan terhidrolisa kemudian akan melepaskan asam yang dalam proses selanjutnya akan bereaksi dengan bahan-bahan karbonat yang kemudian menjadi bagian dari proses effervescent 2. Asam anhidrat (acid anhydrides) Asam anhidrat dapat digunakan sebagai sumber asam pada pembuatan sediaan efervessent. Pada asam anhidrat ini tidak terdapat air kristal, contohnya asam suksinat dan asam anhidrat. 3. Asam garam Asam dalam bentuk garam lebih mudah larut dalam air, contohnya natrium dehidrogen fosfat. 2.2.2
Sumber Karbonat Bahan karbonat sebagai salah satu bahan yang digunakan untuk
menimbulkan gas karbondioksida pada sediaan effervescent. Sumber karbonat
11
yang biasa digunakan dalam pembuatan sediaan effervescent adalah natrium karbonat dan natrium bikarbonat. Keduanya adalah paling reaktif. Dalam sediaan effervescent natrium karbonat merupakan sumber karbon yang paling utama, yang dapat larut sempurna, nonhigroskopis, murah, banyak tersedia secara komersial mulai bentuk bubuk sampai granul, sehingga natrium karbonat lebih banyak dipakai dalam pembuatan sediaan effervescent (Mohrle, 1989). 2.2.3
Bahan Tambahan Lain Effervescent biasanya sering ditambahkan bahan pemanis, pewarna,
maupun perasa untuk memperbaiki penampilan sediaan akan tetapi yang terpenting bahan tambahan tersebut mudah larut dalam air agar tidak meninggalkan residu (Lindberg dkk, 1992). Garam effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan mengandung unsur obat dalam campuran kering, biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat, bila ditambah dengan air, asam dan basanya bereaksi membebaskan karbondioksida sehingga menghasilkan buih (Ansel, 1969). 2.3 Asam Urat Cincin purin disusun dari berbagai prekursor, yaitu glutamin, glisin, 10
aspartat, metilantetrahidrofolat, N -formiltetrahidrofolat dan CO . Pada manusia, 2
asam urat berasal dari makanan yang mengandung purin dan dari sintesis nukleotida purin. Sintesis purin de novo terjadi pada 5-phosphoribosyl-1pyrophosphate yang secara enzimatis diubah menjadi asam inosinat lalu diubah lagi menjadi asam nukleat atau dipecah menjadi xantin yang akan membentuk asam urat. Sintesis nukleotida purin berlangsung melalui bantuan enzim yang disintesis oleh substrat basa purin. Asam urat didistribusikan ke dalam cairan
12
ekstraseluler sebagai sodium urat. Jumlah urat dalam darah tergantung pada pemasukan purin, biosintesis purin dan laju ekskresi urat. Manusia mengubah nukleosida purin utama, adenosin dan guanin menjadi asam urat. Pertama-tama adenosin mengalami deaminasi menjadi inosin oleh enzim adenosin deaminase. Fosforolisis ikatan N-glikosidat inosin dan guanosin, yang dikatalisis oleh enzim nukleosida purin fosforilase, akan melepaskan senyawa ribosa 1- fosfat dan basa purin. Selanjutnya hipoxantin dan guanin membentuk xantin oleh reaksi yang masing-masing dikatalisis oleh enzim oksidase dan guanase. Kemudian xantin teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi kedua yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase (Fitria, 2008). Sebagian kecil dari asam urat digunakan kembali untuk sintesis inti sel, sisanya dikeluarkan lewat ginjal (70%) dan usus (30%) (Tjay dan Raharja, 2002).
Gambar 1. Pembentukan Asam Urat Dari Nukleotida Purin Melalui Basa Purin Hipoxantin, Xantin dan Guanin (Rodwell et al., 2000 dalam Fitria 2008)
13
2.3.1 Pengobatan Asam Urat dengan Obat Sintetis Penatalaksanaan dapat berupa diet rendah purin, menguruskan badan apabila terlalu gemuk, menghindari konsumsi alkohol, memperbanyak minum air putih. Obat-obat yang digunakan sebagai terapi hiperurisemia antara yaitu : 1). Non Steroid Anti Inflammatory Drug (NSAID). NSAID digunakan untuk pengobatan gout akut, contohnya Indometasin. 2). Kolkisin. Kolkisin digunakan untuk pengobatan gout akut yang bekerja dengan cara menghambat kemotaksis dan respon inflamasi kristal urat. 3). Urikosurik. Urikosurik digunakan untuk gout akut yang frekuensi nyerinya meningkat. Obat ini bekerja dengan cara mengahambat reabsorpsi tubular dari penyaringan urat dan mencegah pembentukan tofi, contohnya Probenesid dan Sulfinpirazon. 4). Allopurinol. Allopirinol digunakan untuk produksi asam urat yang berlebih, pasien yang tidak mempunyai respon terhadap obat urikosurik dan pasien gout disertai batu ginjal. Obat ini bekerja dengan cara menghambat xantin oksidase (Tierney et al., 2003 dalam fitria 2008) Tempat kerja obat-obat tersebut dapat dilihat pada Gambar 2
14
Allopurinol merupakan suatu analog hipoxantin dengan atom N dan C pada posisi 7 dan 8 saling bertukar, digunakan secara luas untuk mengatasi penyakit pirai. Mekanisme kerja allopurinol, awalnya bertindak sebagai substrat kemudian sebagai inhibitor xantin oksidase. Oksidase ini akan menghidroksilasi alopurinol menjadi aloxantin (oksipurinol). Sintesis urat dari hipoxantin dan xantin segera menurun setelah pemberian allopurinol. Itu sebabnya konsentrasi hipoxantin dan xantin serum meningkat, sedang kadar asam urat menurun (Styer, 2000 dalam fitria 2008). Bila allopurinol memberikan efek-efek samping yang tidak dapat diterima, barulah digunakan digunakan urikosurik (probenesid dan sulfinpirazon) yang memperbanyak ekskresi urat. Obat-obat tersebut menormalisir kadar urat darah tetapi kadar urat dalam kemih tetap tinggi (Tjay dan Raharja, 2002). Mekanisme reaksi allopurinol dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Mekanisme Penghambatan Allopurinol Terhadap Enzim Xantin Oksidase Pada Pembentukan Asam Urat (Tjay dan Raharja, 2002)
15
2.4 Mencit Tabel 2.1. Data biologik mencit normal - Konsumsi pakan per hari 5 g (umur 8 minggu) - Konsumsi air minum per hari 6,7 ml (umur 8 minggu) - Diet protein 20-25% - Ekskresi urine per hari 0,5-1 ml - lama hidup 1,5 tahun - Bobot badan dewasa - Jantan 25-40 g - Betina 20-40 g 1-1,5 g - Bobot lahir 28-49 hari - Dewasa kelamin (jantan=betina) 4-5 hari (polyestrus) - Siklus estrus (menstruasi) 21 hari - Umur sapih 10 hari - Mulai makan pakan kering 1 jantan – 3 betina - Rasio kawin 40 - Jumlah kromosom 37,5oC - Suhu rektal 163 x/mn - Laju respirasi 310 – 840 x/mn - Denyut jantung 7,7 ml/Kg - Pengambilan darah maksimum 8,7 – 10,5 X 106 / μl - Jumlah sel darah merah (Erytrocyt) 13,4 g/dl - Kadar haemoglobin(Hb) 44% - Pack Cell Volume (PCV) 8,4 X 103 /μl - Jumlah sel darah putih (Leucocyte)
a) Cara penanganan Untuk memegang mencit yang akan diperlakukan (baik pemberian obat maupun pengambilan darah) maka diperlukan cara-cara yang khusus sehingga mempermudah cara perlakuannya. Secara alamiah mencit denderung menggigit bila mendapat sedikit perlakuan kasar. Pengambilan mencit dari kandang dilakukan dengan mengambil ekornya kemudian mencit ditaruh pada kawat kasa dan ekornya sedikit ditarik. Cubit kulit bagian belakang kepala dan jepit ekornya (Lihat gambar 4)
16
Gambar 4. Cara menghandel mencit untuk pemberian obat baik injeksi maupun peroral Disamping itu secara komersial telah diproduksi sebuah alat untuk menghandel hewan laboratoium (mencit/tikus) dengan berbagai ukuran, sehingga memudahkan peneliti untuk mengambil darah atau perlakuan lainnya (gambar 5).
Gambar 5.
Alat
penghandel hewan laboratorium khusus hewan pengerat
(rodensia) b) Penandaan (identifikasi) hewan laboratorium. Beberapa cara penandaan hewan lab. Dilakukan untuk mengetahui kelompok hewan yang diperlakukan berbeda dengan kelompok lain. Penandaan ini dapat dilakukan secara permanen untuk penelitian jangka panjang (kronis), sehingga tanda tersebut tidak mudah hilang. Yaitu : dengan ear tag (anting bernomor), tatoo pada ekor, melubangi daun telinga dan elektronik transponder.
17
c) Pengambilan darah Pada umumnya pengambilan darah terlalu banyak pada hewan kecil dapat menyebabkan shok hipovolemik, stress dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Tetapi bila dilakukan pengambilan sedikit darah tetapi sering, juga dapat menyebabkan anemia. Pada umumnya pengambilan darah dilakukan sekitar 10% dari total volume darah dalam tubuh dan dalam selang waktu 2-4 minggu. Atau sekitar 1% dengan interval 24 jam. Total darah yang diambil sekitar 7,5% dari bobot badan. Diperkirakan pemberian darah tambahan (exsanguination) sekitar setengah dari total volume darah. Contohnya: Bobot 25g, total volume darah 1,875 ml, maksimum pengambilan darah 0,1875 ml, maka pemberian exsanguination 0,9375 ml. Pengambilan darah dapat dilakukan pada lokasi tertentu dari tubuh, yaitu: - vena lateral dari ekor -
sinus orbitalis mata
-
vena saphena (kaki)
-
langsung dari jantung.
Tabel 2.2. Tempat pengambilan injeksi, volume dan ukuran jarum IV Lokasi
Lateral ekor
Volume Ukuran jarum
0,2 ml <25 guage
IP
2-3 ml <21guage
IM
SC
Tidak Belakang direkomendasi leher 2-3 ml <20 guage
Oral
5-10 ml/Kg Jarum tumpul 22-24 guage
18
d) Euthanasia: Dengan beberapa cara yaitu euthanasia dengan CO2, injeksi barbiturat over dosis (200mg/Kg) IP atau dengan dislokasi maupun dekapitasi. Yang terakhir perlu keahlian khusus dan bergantung pada tujuan dilakukan euthanasia. e) Hiperurisemia Kadar asam urat normal pada mencit adalah 0,5-1,4 mg/dl, dan mencit dikatakan mengalami hiperurisemia bila kadar asam uratnya 1,7-3,0 mg/dl. 2.5 Uji Mutu Fisik dan Uji Khasiat a. Waktu alir Waktu alir yaitu waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah granul atau serbuk pada alat yang dipakai. Pada campuran serbuk atau granul sifat alirnya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya rapat jenis, porositas, bentuk partikel, ukuran partikel, kondisi percobaan dan kandungan lembab (Voigt, 1984). Diameter corong (bagian atas dan bawah) juga mempengaruhi waktu alir granul. Serbuk atau granul dikatakan mempunyai sifat alir yang baik jika 100 gram granul atau serbuk yang diuji mempunyai waktu alir ≤ 10 detik atau mempunyai kecepatan alir 10 g/detik (Fudholi, 1983). b. Pengetapan Pengetapan menunjukkan penerapan volume sejumlah granul, serbuk akibat hentakan atau tap dan getaran (vibrating). Faktor-faktor yang berpengaruh adalah bentuk, kerapatan dan ukuran partikel. Makin kecil indeks pengetapan makin kecil sifat alirnya. Granul atau serbuk dengan indeks pengetapan diatas 20% menunjukkan kemampuan mengalir yang buruk (Fassihi dan Kanfer, 1986).
19
c. Waktu Larut Waktu larut didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk hancurnya sediaan dalam media yang sesuai. Waktu larut dari sediaan effervescent dipengaruhi oleh suhu pelarut. Pengaruh suhu dapat dilihat dari perbandingan waktu larut masing-masing tablet dalam formula. Kecepatan reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh kenaikan suhu, karena suhu dapat meningkatkan energi, sehingga atom-atom penyusun partikel lebih aktif untuk bergerak, menjadikan lebih cepat bereaksi (Gunawan et al., 2003). Sediaan effervescent yang baik mempunyai waktu larut tidak lebih dari 2 menit (Mohrle, 1989). d. Uji Volunter Uji Volunter merupakan salah satu uji sifat fisik granul yang menentukan keberhasilan suatu formula sediaan effervescent (Gunawan et al.,2003, dalam anggorowati 2010) e. Uji Khasiat Hewan uji yang telah dikondisikan dengan lingkungan tempat uji diukur kadar asam urat serumnya sebagai kadar awal (normal) pada hari ke-0. Kemudian hewan uji dibuat hiperurikemia dengan memberikan bahan peningkat kadar asam urat (campuran jus hati ayam ras mentah 25 ml/Kg BB 2 kali sehari dan melinjo 2 g/Kg BB perhari) dimulai hari ke-0 sampai hari ke-7. Kadar asam urat serumnya diukur pada saat hiperurikemia (hari ke-3 dan ke-7). Pada hari ke-8 sampai hari ke-18 dimulai pemberian sediaan uji peroral, hari ke-13 dan hari ke-18 dilakukan pengambilan serum hewan uji melalui vena ekor (Purwatiningsih, 2008). Kemudian ditentukan kadar asam urat dengan test kit untuk mengetahui penurunan kadar asam uratnya.
20
2.6 Kerangka Teori Jahe merupakan tanaman rempah yang memiliki khasiat sebagai antiemetik atau antimuntah, penghangat tubuh, stimulan, aromatik, antiseptik, dan obat batuk. Penelitian ini menggunakan jahe merah segar dengan alasan untuk mendapatkan nilai tambah dari jahe merah yang sebagian besar hanya digunakan untuk bahan baku jamu gendong atau sekedar bumbu masak. Jahe mengandung oleoresin (gingerol, shogaol). Minyak atsiri (sineol, linaloal limonene, zingiberol, zingiberen kamfena), sehingga bisa digunakan untuk penurun asam urat dengan mekanisme menekan prostagladin dan menghambat enzim siklo oksigenase sehingga purin dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui keringat, urin atau fases. Jahe merah yang diperoleh dikondisikan dengan cara diangin-anginkan untuk menghindari rusak atau hilangnya senyawa senyawa berkhasiat dalam jahe karena pemanasan atau dijemur dibawah sinar matahari untuk mengurangi kadar air dan mendapatkan jahe merah yang tingkat kekeringannya ralatif sama. Ekstraksi jahe merah menggunakan metode sokhletasi dengan campuran pelarut air dan etanol 70% , karena oleoresin jahe dapat tersari maksimal dengan etanol, dan etanol juga berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Akan tetapi jahe rentan rusak dengan pemanasan langsung, sehingga digunakan metode sokhletasi. Ekstraksi dengan sokhletasi menghasilkan ekstrak dengan kandungan senyawa senyawa oleoresin yang larut dalam pelarut yang digunakan. Ekstraksi dengan metode sokhletasi dilakukan selama dua jam atau hingga pelarut dalam sirkulasi menjadi bening atau tidak bewarna. Proses evaporasi menggunakan vaccum rotary evaporator yang bertujuan untuk memisahkan ekstrak dengan etanol. Proses ini dilakukan pada suhu 80-90
21
o
C, sesuai dengan titik didih etanol. Pada saat proses evaporasi, etanol akan
menguap dan didinginkan di kondensor kemudian mengalir menuju wadah yang disediakan. Proses evaporasi berakhir ketika sudah tidak ada lagi peristiwa kondensasi pada kondensator. Setelah diperoleh ekstrak kental maka siap untuk diformulasi dengan asam sitrat, natrium karbonat, asam tatrat, dan manitol dengan metode granulasi kering. Granul yang sudah terbentuk diuji mutu granul dengan parameter waktu alir, pengetapan, waktu larut dan uji volunter. Setelah didapat granul yang memenuhi berbagai syarat dalam parameter uji mutu, maka granul diuji khasiat penurun asam urat pada mencit dengan cara granul dilarutkan dengan air dan diberikan peroral pada mencit dan dipantau kadar asam uratnya dengan metode test kit. Dengan demikian kadar asam urat dalam mencit dapat terpantau dengan mudah. Untuk metode test kit, diperlukan beberapa pengamatan dan pembanding obat kimia untuk mengetahui tingkat penurunan kadar asam urat pada mencit.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu proses dalam perencanaan penelitian dan pelaksanaan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian. Berdasarkan permasalahannya, penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui mutu fisik granul effervescent ekstrak jahe merah dan khasiat jahe merah dalam menurunkan kadar asam urat mencit. Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. 3.1.1
Tahap Persiapan Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi persiapan bahan, persiapan
alat, dan penyediaan hewan uji. 3.1.2
Tahap Pelaksanaan Tahap ini meliputi sokhletasi jahe merah untuk memperoleh ekstrak, dan
pemanasan untuk memperoleh ekstrak kental. Selanjutnya dibuat sediaan granul effervescent dan di uji mutu fisik dan uji khasiat sediaan effervescent pada mencit. 3.1.3
Tahap Akhir Menganalisa data yang diperoleh dan menyimpulkannya.
3.2 Populasi dan Sampel Populasi dan sampel dalam penelitian berikut adalah sediaan granul effervescent jahe 22
23
3.3 Definisi Operasional Variable Variabel penelitiannya penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel uji mutu fisik serbuk efferfescent jahe dan uji khasiat asam uratnya. Adapun defenisi operasinal tertera pada tabel di bawah ini Tabel 3.1 Definisi Operasional Variable Variabel Sub Variabel Uji mutu - Waktu alir fisik granul
Definisi Untuk mengetahui sifat ailir granul
Indikator Farmakope Indonesia (10gram/ detik)
Alat Ukur Stopwatch
Skala Ukur Nominal
-
Pengetapan
Farmakope Indonesia (maks. 20%)
Gelas ukur
Nominal
-
Waktu larut
Untuk mengetahui penerapan volume granul akibat hentakan Untuk mengetahui kecepatan melarut granul
Farmakope Stopwatch Indonesia (kurang dari 1 menit dan tidak lebih dari 2 menit)
Nominal
-
Uji Volunter
Untuk mengetahui penerimaan produk dari masyarakat Untuk mengetahui penurunan kadar asam urat pada darah mencit
Organoleptis Masyarakat (warna, bau, rasa)
Voluenter
Adanya Test kit penurunan asam urat kadar asam urat dalam mencit sebelum dan sesudah perlakuan dengan granul effervescent jahe merah
Kadar asam urat dalam darah (normal 0,7-1,4 mg/dl, hiperurikmia 1,5-3,4 mg/dl)
Uji khasiat asam urat granul
24
3.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Pada proses pembuatan sediaan effervescent dan uji mutu dan uji khasiat dilaksanakan di laboratorium Analisis Makanan dan Minuman serta labolatorium Farmakognosi Akademi Analis Farmasi dan Makanan Yayasan Putra Indonesia Malang. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai penyusunan proposal bulan Desember 2011 sampai terselesaikannya karya tulis ilmiah ini. 3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1
Alat Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur 100ml
(kimax usa TD 200C), Corong glas (Herma), Stopwatch,
Sokhlet (Pyrex),
Pemanas (Thermo Scientific), Tes kid ( Easy Touch GCU), Sonde (One Med Disposabele Syringe), Ayakan mesh 12-14 (Restsch Germany), Oven (Wtc Binder), Beaker glas (Pyrex) 3.5.2
Bahan (spesifikasi) Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian adalah Jahe merah,
Aquades, Mencit, Asam sitrat (food grade), Natrium karbonat (food grade),Etanol 70% , Manitol (food grade) 3.6 Pengumpulan data Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai berikut: 3.6.1
Persiapan Bahan Jahe merah kering yang diperoleh dikondisikan selama dua hari dengan
cara diangin-anginkan yang bertujuan untuk mengurangi kandungan air dan
25
mendapatkan jahe merah yang keringnya relatif sama antara satu rimpang dengan rimpang yang lain. Selanjutnya dilakukan ekstraksi jahe merah kering. 3.6.2
Ekstraksi dengan Sokhletasi-Evaporasi Proses dilakukan dengan cara : a)Menimbang jahe merah sebanyak 50
gram, b)Memasukkan dalam timbel dan isi labu dasar bulat dengan pelarut air dan etanol 70%, c)Memanaskan pada suhu 900C, d)Melihat sirkulasi hingga bening atau lima belas kali sirkulasi, e)Mengambil ekstrak yang didapatkan, f)Memasukan ekstrak yang didapat dalam evaporator, g)Mengatur pada suhu 90oC, h)Mengevaporasi hingga didapatkan ekstrak kental 3.6.3
Pembuatan Granul Effervescent Granul asam dan basa dibuat secara terpisah. Granul asam dibuat dengan
campuran ekstrak jahe merah, asam sitrat, asam tatrat, dan manitol. Granul basa dibuat dengan campuran natrium bikarbonat, dan manitol. Granul asam dan granul basa masing-masing dihomogenkan kemudian dikeringkan dalam oven (suhu ± 40C) selama 1 hari, lalu dihancurkan untuk mendapatkan granul dengan ukuran tertentu (dengan menggunakan ayakan ukuran mesh 12). Granul asam dan basa yang terbentuk dihomogenkan, lalu dikeringkan dalam oven (suhu ±40° C) hingga granul kering. 3.6.4
Uji Mutu Fisik Granul Effervescent
1. Waktu Alir Proses dilakukan dengan cara : a)Menimbang 100 gram granul, b)Memasukan dalam corong glas yang ditutup ujungnya, c)Melepas penyumbat ujung corong glas, d)Mencatat waktu saat granul telah habis selesai mengalir
26
2. Pengetapan Proses dilakukan dengan cara : a)Menimbang 100 gram granul, b)Memasukan gelas ukur dan dicatat volumenya, c)Memampatkan 500 kali ketukan, d)Mencatat volume dan amati granul setelah dimampatkan 3. Waktu Larut Proses dilakukan dengan cara : a)Menimbang 5 gram granul, b)Melarutkan dengan 100 ml aquades, c)Menghitung waktu mulai granul melarut hingga larut sempurna 4. Uji Volunter Proses dilakukan dengan cara : a)Menimbang 5 gram granul, b)Melarutkan dengan 100 ml aquades, c)Menguji rasa pada 20 orang hasil sampling 3.6.5
Pengkondisian Asam Urat -
Untuk kontrol positif proses dilakukan dengan cara : a)Memuasakan
mencit selama 1 hari pada tempat uji, b)Mengukur kadar asam urat normal mencit, c)Memberi bahan pengikat asam urat( campuran jus hati ayam mentah 25 ml/kg BB 2 hari sekali, dan melinjo 2g/kg BB perhari) dimulai hari ke-0 hingga hari ke 7, d)Mengukur Kadar asam urat pada hari ke 3 dan 7 untuk mengetahui tingkat hiperurikmia mencit, e)Memberi obat kimia allopurinol pada hari ke-8 hingga ke-18, f)Mengukur penurunan asam urat pada hari ke-19. -
Untuk kontrol negatif proses dilakukan dengan cara : a)Memuasakan
mencit selama 1 hari pada tempat uji, b)Mengukur kadar asam urat normal mencit, c)Memberi bahan pengikat asam urat( campuran jus hati ayam mentah 25
27
ml/kg BB 2 hari sekali, dan melinjo 2g/kg BB perhari) dimulai hari ke-0 hingga hari ke 7, d)Mengukur Kadar asam urat pada hari ke 3 dan 7 untuk mengetahui tingkat hiperurikmia mencit. -
Untuk perlakuan proses dilakukan dengan cara : a)Memuasakan
mencit selama 1 hari pada tempat uji, b)Mengukur kadar asam urat normal mencit, c)Memberi bahan pengikat asam urat( campuran jus hati ayam mentah 25 ml/kg BB 2 hari sekali, dan melinjo 2g/kg BB perhari) dimulai hari ke-0 hingga hari ke 7, d)Mengukur Kadar asam urat pada hari ke 3 dan 7 untuk mengetahui tingkat hiperurikmia mencit, e)Memberi larutan granul effervescent jahe merah pada hari ke-8 hingga ke-18, f)Mengukur penurunan asam urat pada hari ke-19 3.6.6
Perhitungan Dosis Tabel 3.2 dosis formulasi granul effervescent Bahan Ekstrak Asam sitrat Asam tatrat Natrium bikarbonat Manitol TOTAL
3.6.7
Jumlah (miligram) 63,3 535 1.065 2.400 937 5.000
Uji Khasiat Granul Effervescent a. Timbang 5gram granul dan larutkan dengan 100ml aquades b. Mengambil 0,26 ml larutan c. Minumkan pada mencit dengan bantuan sonde d. Dilakukan 4x sehari, tiap pagi, siang, sore, dan malam e. Amati tiap 5 hari sekali kadar asam urat dengan alat test kit asam urat
28
3.7 Analisis Data Tabel 3.3 Penentuan Uji Mutu Granul Effervescent Uji Mutu Granul Waktu Alir Pengetapan Waktu Larut Uji Volunter
Hasil
Warna : Bau : Rasa :
Tabel 3.4 Penentuan Uji Khasiat Granul Evervessent Hari Kadar Asam Urat
3.7.1
0
3
7
13
18
19
Dihitung standar deviasi dan koefisien variasi
Untuk melihat ketelitian masing-masing pengamatan dihitung standar deviasi (SD) dan koefisien variasi (Kv) dengan menggunakan rumus sebagai berikut : SD = KV=
n = jumlah sampel x 100%
X1 = kadar sampel
Keterangan :
x = kadar rata-rata sampel
SD = standar deviasi
Kv = koefisien variasi
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1
Jahe Merah Jahe merah yang diperoleh merupakan jahe merah basah yang harus
dikondisikan dengan cara diangin-anginkan untuk menghindari rusak atau hilangnya zat aktif karena pemanasan, atau dijemur dibawah sinar matahari untuk mengurangi kadar air dan mendapatkan jahe merah yang tingkat kekeringannya relatif sama serta agar jahe merah yang diperoleh lebih tahan lama dalam penyimpanan. Setelah diperoleh jahe merah kering, maka jahe merah dihaluskan dengan blender untuk memperluas permukaan, sehingga mempermudah saat proses penyarian 4.2
Ekstrak Jahe Merah Ekstrak kental yang dihasilkan dari ekstraksi jahe merah (Zingiber
officinale Rosc) menggunakan metode ekstraksi soxhletasi adalah sebanyak 95 gram dari 500 gram jahe merah kering. Soxhletasi dilakukan sebanyak 10 kali dengan masing-masing ekstrak yang didapat sebanyak 9,5 g tiap ekstraksi. 4.3
Effervescent Jahe Effervescent jahe menggunakan metode granulasi kering dengan
mencampur granul asam dan granul basa dalam campurannya. Dengan formulasi yang ditunjukkan pada tabel 4.1.
29
30
Tabel 4.1 Formulasi Effervesen Bahan Konsentrasi (%) Massa bahan (g) Ekstrak jahe merah 1,26 1,890 Manitol 18,74 28,110 Natrium bikarbonat 48 72,0 Asam sitrat 10,7 16,05 Asam tartat 21,3 31,95 Berdasarkan formulasi tersebut dihasilkan granul effervescent sebanyak 150g dengan tiap 5g mengandung 1,26% ekstrak jahe merah. 4.4
Hasil Uji Mutu Fisik Jahe Merah Effervescent
4.4.1 Hasil dari Pemeriksaan Mutu Fisik granul effervescent ekstrak jahe merah terhadap Uji Waktu Alir Tabel 4.2 Hasil Uji Waktu Alir Pengamatan
Hasil Uji
1
9,32 detik
2
9,35 detik
3
9,35 detik
= 9,34
= 0,0001
31
KV =
x100 %
= 0,0934% Uji waktu alir granul effervescent ekstrak jahe merah rata-rata 9,34 detik, R-I 9,32 detik , R-II 9,35 detik, R-III 9,35 detik. Persyaratan waktu alir yang baik adalah kurang dari 10 detik. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pengamatan I, II, III memenuhi persyaratan. 4.4.2 Hasil dari Pemeriksaan Mutu Fisik granul effervescent ekstrak jahe merah terhadap Uji Waktu larut Tabel 4.3 Hasil Uji Waktu Larut Pengamatan
Hasil Uji
1
40,09 detik
2
40,54 detik
3
40,28 detik
32
SD =
=
= = 0,034
KV =
=
100 %
X 100 %
=0,084 %
Hasil uji waktu larut granul effervescent ekstrak jahe merah rata-rata 40,30 detik, R-I 40,09 detik, R-II 40,54 detik, R-III 42,28. Sedangkan dalam persyaratan untuk melarutkan 1 sachet dibutuhkan waktu < 1 menit, sehingga dapat diketahui bahwa granul mempunyai waktu larut yang baik dan memenuhi standart. 4.4.3 Hasil dari Pemeriksaan Mutu Fisik granul effervescent ekstrak jahe merah terhadap Uji Pengentapan Indeks = Volume awal – volume akhir x 100 % Indeks 1 = 100 ml – 85 ml x 100 % = 15 % Indeks 2 = 100 ml – 84 ml x 100 % = 16 % Indeks 3 = 100 ml – 82 ml x 100 % = 18 % X=
=
= 16,33 %
33
Hasil uji pengentapan granul effervescent ekstrak jahe merah rata-rata 12,33 % , R-I 15%, R-II 16%, R-III 18%. Sedangkan dalam persyaratan indeks pengetapan yang baik adalah < 20 %, sehingga dapat diketahui bahwa granul mempunyai indeks pengentapan yang baik dan memenuhi standart. 4.4.4 Hasil dari Pemeriksaan Mutu Fisik granul effervescent ekstrak jahe merah terhadap Uji Tanggapan Rasa Tabel 4.4 Hasil Uji Organoleptis No / Uji 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 total
Warna 90 75 60 60 60 80 70 75 75 80 75 80 90 75 80 85 80 75 80 85 1530
Warna = 1530 / 20 = 76,5 Bau
= 1495 / 20 = 76,25
Rasa = 1000 / 20 = 50
Bau 70 75 50 65 60 70 75 75 70 75 80 80 90 80 75 90 80 85 85 90 1525
Rasa 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 1000
34
Keterangan nilai Tidak disukai
= 50 – 62,5
Kurang disukai
= 62,6- 75,1
Disukai
= 75,2- 87,7
Sangat disukai
= 87,8- 100
Hasil uji tanggapan rasa granul effervescent ekstrak jahe merah meliputi warna, bau, dan rasa memiliki nilai 76,5, 76,25 dan 50. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk uji warna dan bau disukai, sedangkan untuk rasa tidak disukai. 4.5
Hasil Potensi Granul Effervescent Ekstrak Jahe Merah sebagai Penurun Asam Urat
Tabel 4.5.1 Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Kontrol positif (mencit +allopurinol) Pengamatan
1 2 3
Awal
Induksi konsentrat
Induksi Allopurinol
penurunan
Hari ke-0
Hari ke-3
Hari ke-7
Hari ke-13
Hari ke-19
1,1 mg/dl 1 mg/dl 1,2mg/dl
5,1 mg/dl 5 mg/dl 5,3 mg/dl
11,5 mg/dl 10 mg/dl 9,2 mg/dl 11,3 mg/dl 9,7 mg/dl 8,8 mg/dl 11,7 mg/dl 10,3 mg/dl 9,4 mg/dl
Hari ke-18
2,3 mg/dl 2,5 mg/dl 2,3 mg/dl
Tabel 4.5.2 Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Kontrol negatif (mencit +konsentrat) Pengamatan Awal Induksi konsentrat
1 2 3
Tanpa Perlakuan
penurunan
Hari ke-13
Hari ke-19
Hari ke-0
Hari ke-3
Hari ke-7
Hari ke-18
1 mg/dl 1,1 mg/dl 1,3 mg/dl
5,7 mg/dl 6,0 mg/dl 5,9 mg/dl
12,3 mg/dl 12,7 mg/dl 13,3 mg/dl 12,4 mg/dl 13,0 mg/dl 13,5 mg/dl 12,3 mg/dl 12,9 mg/dl 13,7 mg/dl
-
35
Tabel 4.5.3 Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Perlakuan (mencit +larutan granul effervescent) Pengamatan
1 2 3
Awal
Induksi konsentrat
Induksi Lar. Effvescent
Granul penurunan
Hari ke-0
Hari ke-3
Hari ke-7
Hari ke-13
1,2 mg/dl 1 mg/dl 1,1mg/dl
5,1 mg/dl 4,9 mg/dl 5,3 mg/dl
11,7 mg/dl 11,0 mg/dl 9,5 mg/dl 11,5 mg/dl 10,7 mg/dl 9,1 mg/dl 11,3 mg/dl 10,7 mg/dl 9,3 mg/dl
Hari ke-18
Hari ke-19 2,2 mg/dl 2,4 mg/dl 2 mg/dl
Keterangan : Kontrol positif `: pemberian mencit dengan obat kimia. Kontrol negatif : perlakuan mencit tanpa obat kimia ataupun granul effervescent. Perlakuan
: pemberian mencit dengan larutan granul effervescent.
Hari ke-0
: pengukuran kadar asam urat mencit setelah dipuasakan 1hari atau sebelum mencit diberi perlakuan .
Hari ke-3
: pengukuran kadar asam urat mencit setelah diberi perlakuan dengan pemberian konsentrat peninggi asam urat.
Hari ke-7
: pengukuran kadar asam urat mencit setelah diberi perlakuan dengan pemberian konsentrat peninggi asam urat
Hari ke-13
: pengukuran kadar asam urat mencit setelah diberi perlakuan dengan pemberian allopurinol atau larutan granul effervescent.
Hari ke-18
: pengukuran kadar asam urat mencit setelah diberi perlakuan dengan pemberian allopurinol atau larutan granul effervescent.
Hari ke-19
X= = = 2,2
: pengukuran penurunan kadar asam urat mencit.
36
SD =
=
= =0,02 KV =
100 %
= = 0,9 Hasil uji khasiat granul effervescent ekstrak jahe merah rata-rata 2,2 mg/dl , R-I 2,2 mg/dl, R-II 2,4 mg/dl, R-III 2 mg/dl. Sehingga dapat diketahui bahwa granul effervescent ekstrak jahe merah dapat menurunkan kadar asam urat mencit.
BAB V PEMBAHASAN
Jahe merupakan tanaman rempah yang memiliki khasiat sebagai antiemetik atau antimuntah, penghangat tubuh, stimulan, aromatik, antiseptik, dan obat batuk. Pada penelitian ini digunakan jahe merah segar dengan alasan untuk mendapatkan nilai tambah dari jahe merah yang sebagian besar hanya digunakan untuk bahan baku jamu gendong atau sekedar bumbu masak. Jahe mengandung oleoresin (gingerol, shogaol). Minyak atsiri (sineol, linaloal limonene, zingiberol, zingiberen kamfena), sehingga bisa digunakan untuk penurun asam urat dengan mekanisme menekan prostagladin dan menghambat enzim siklo oksigenase sehingga purin dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui keringat, urin atau fases (Sutrisno,2008). Jahe merah basah yang diperoleh dikondisikan dengan cara diangin-anginkan untuk menghindari rusak atau hilangnya senyawa aktif karena pemanasan atau dijemur dibawah sinar matahari untuk mengurangi kadar air dan mendapatkan jahe merah yang tingkat kekeringannya relatif sama. Ekstraksi jahe merah menggunakan metode sokhletasi dengan campuran pelarut air dan etanol 70% , karena oleoresin jahe dapat tersari maksimal dengan etanol, dan etanol juga berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Ekstraksi dengan sokhletasi menghasilkan ekstrak dengan kandungan senyawa senyawa oleoresin yang larut dalam pelarut yang digunakan. Ekstraksi dengan metode sokhletasi dilakukan selama dua hingga empat jam atau hingga pelarut 37
38
dalam sirkulasi menjadi bening atau tidak bewarna. Setelah proses sokhletasi dilakukan proses evaporasi menggunakan vaccum rotary evaporator yang bertujuan untuk memisahkan ekstrak dengan etanol. Proses ini dilakukan pada suhu 85oC, sesuai dengan titik didih etanol. Pada saat proses evaporasi, etanol akan menguap dan didinginkan di kondensor kemudian mengalir menuju wadah yang disediakan. Proses evaporasi berakhir ketika sudah tidak ada lagi peristiwa kondensasi pada kondensator. Setelah diperoleh ekstrak kental maka siap untuk diformulasi dengan asam sitrat, natrium karbonat, asam tatrat,dan manitol dengan metode granulasi kering, yaitu memisahkan antara granul asam (campuran asam sitrat, asam tatrat, ekstrak, dan manitol) dan granul basa (natrium bikarbonat dan manitol), setelah granul asam dan granul basa dibentuk pada ayakan 12 mesh lalu dioven pada suhu 30-40 derajat selama 24 jam dan bila benar benar telah kering maka granul asam dan basa dicampurkan dan diayak pada ayakan 14 mesh dan dioven pada suhu 30-40 derajat selama 6 jam. Setelah semua telah dipersiapkan, kemudian dilakukan uji mutu fisik dengan berbagai macam uji, di antaranya yaitu uji waktu alir, uji pengatapan, uji kelarutan, uji tanggapan rasa, dan uji khasiat. Pada uji waktu alir granul effervescent ekstrak jahe merah dari pengamatan 1,2, dan 3 rata –ratanya memenuhi standart,yaitu dengan rata – rata 9,34 detik , karena pada literatur untuk mengalirkan 100 g serbuk dibutuhkan waktu < 10 detik sehingga serbuk tersebut dapat dikatakan memiliki waktu alir yang baik. Uji waktu alir yang baik memiliki pengaruh pada beberapa faktor diantaranya rapat jenis, porositas, bentuk partikel, ukuran partikel, kondisi percobaan dan kandungan lembab (Voigt, 1984), sehingga sangat penting 38
39
memperhatikan hal tersebut selama proses pembuatan agar didapatkan granul dengan waktu alir yang baik. Pada uji waktu larut granul effervescent ekstrak jahe merah, rata-rata yang didapat adalah 40,30 detik, itu berarti rata – ratanya memenuhi standart, karena waktu yang diperoleh
kurang dari 1 menit. sehingga dapat diketahui bahwa
granul mempunyai waktu larut yang baik. Waktu larut dipengaruhi oleh besar kecil ukuran partikel dari zat terlarut serta komposisi asam basa dalam formula. Semakin kecil zat terlarut maka semakin cepat zat terlarut tersebut larut dalam pelarutnya sedangkan komposisi asam basa dalam formula juga berpean penting dalam proses waktu larut, karena bila komposisi tidak tepat akan meninggalkan sisa asam atau basa yang dapat berpengaruh terhadap kelarutan sediaan. Pada uji pengetapan granul effervescent ekstrak jahe merah , rata rata yang didapat adalah 16,33 %, yang masih memenuhi indeks pengentapan yang baik dan memenuhi standart, indeks pengetapan yang baik adalah < 20 %. Proses pengetapan juga turut mendukung waktu alir karena uji pengetapan dipengaruhi rapat jenis, porositas, bentuk partikel, ukuran partikel, kondisi percobaan dan kandungan lembab. Sehingga uji pengetapan dan waktu alir saling mendukung. Pada uji tanggapan rasa diketahui nilai penerimaan warna 76,5, aroma 76,25, dan rasa 50, yang dapat dikatakan bahwa volunter kurang menyukai warna dan bau, dan tidak menyukai rasa. Hal ini dikarenakan pada pembuatan granul effervescent tidak menggunakan pewarna, perasa dan aroma tambahan. Rasa jahe tertutup rasa asam tatrat yang terlalu banyak dalam formula, sehingga larutan effervescent terasa asin agak asam. Begitu juga dengan warna dan aroma granul yang dihasilkan kurang menarik dan kurang tercium aroma jahe merahnya. 39
40
Pada uji khasiat diketahui rata rata nilai penurunan kadar asam urat mencit perlakuan dalam 10 hari adalah 2,2 mg/dl dari pengamatan 1 (2,2 mg/dl), 2 (2,4 mg/dl), 3 (2 mg/dl). Sedangkan untuk kontrol negatif mengalami kenaikan yang dikarenakan faktor makanan yang mengandung purin, untuk kontrol positif dengan penambahan allopurnol penurunan yang terjadi dari pengamatan 1 (2,3mg/dl), 2 (2,5mg/dl), 3 (2,3mg/dl) Hal ini dapat dikatakan bahwa ekstrak jahe merah memiliki potensi sebagai obat penurun asam urat.
40
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : a)
Hasil evaluasi mutu fisik sediaan granul effervescent ekstrak jahe merah
memiliki hasil rata – rata uji waktu alir 9,34 detik, hasil rata - rata uji waktu larut 40,30 detik, hasil rata - rata uji pengentapan 16,33 %, hasil uji tanggapan rasa granul effervescent untuk warna dan bau kurang disukai dengan nilai 76,5 dan 76,25, serta rasa yang tidak disukai dengan nilai 50. Berdasarkan hasil evaluasi mutu fisik, granul effervescent jahe merah memenuhi syarat yang terdapat pada Farmakope Indonesia, akan tetapi rasa pada granul effervescent tidak disukai. b)
Hasil uji khasiat granul effervescent ekstrak jahe merah dapat menurunkan
kadar asam urat mencit hingga 2,2 mg/dl. Dan dapat dikatakan bahwa jahe merah mampu digunakan untuk pengobatan asam urat. 6.2 Saran Dilakukan penelitian lanjutan guna mendapatkan formula yang lebih tepat untuk membuat produk granul yang lebih baik. baik dalam segi penampilan, rasa, mutu fisik maupun khasiat yang lebih baik, terutama pada rasa sediaan.
41
42
DAFTAR RUJUKAN
Anief, M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Penerbit Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta. Anonim. 1974. Ekstra Farmakope Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 45, 649, Departemen Republik Indonesia, Jakarta. Anonim. 1989. Material Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 605-607, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Anshory, Hady, dkk. Formulasi Tablet Efervessent dari Ekstrak Ginseng Jawa (Talinum paniculatum) Dengan Variasi Pemanis Aspartam. Universitas Islam Indonesia Dewoto, Hedi R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Dwiyanti, Siska. Efek Anti Asam Urat Hasil Fraksinasi Dari Ekstrak Daun Kembang Sungsang (Gloriosa Superba Linn.) Terhadap Tikus Putih Diabetes. Fakultas Farmasi UHAMKA. Jakarta Ervina, Aan Tri. 2010. Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc) Dengan Kombinasi Asam Sitrat Dan Asam Malat Sebagai Sumber Asam Dan Natrium Karbonat Sebagai Sumber Basa. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Lestari, agatha budi susiana. 2010. Pengaruh asam fumarat-natrium bikarbonat terhadap kualitas granul effervescent teh hijau secara granulasi kering. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia, 21(4), 231 – 237, 2010 Purwatiningsih, Arif. Efek Hipourekimia Ekstrak Daun Kepel [Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook.f.& Th.] Terhadap Allopurinol Secara In Vivo. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
43
Rahayu, Fitri. 2010. Formulasi Sediaan Cheweable Lozenges Yang Mengandung Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.Var.Rubrum). Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Ramadhan, Ahmad Eka dan Haries. 2010. Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu dan Jumlah Stage pada Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale Rosc) Secara Batch. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Restiani, Kusumaning Dyah. 2009. Uji Efek Sediaan Serbuk Instan Rimpang Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Sebagai Tonikum Terhadap Mencit Jantan Galur Swiss Webster. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya, Edisi IV, 295-296, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Voigt, Rudolf, 1984, Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendari Noerono Soewandhi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta http://asamurat.org/2009/12/definisi-asam-urat.html (diakses pada 16 desember 2011) Koswara, Sutrisno. Jahe, Rimpang Dengan Sejuta Khasiat. Ebookpangan.com (diakses pada 16 desember 2011) Widita, Prima Widya. Jahe (Zingiber officinale). http://fpk.unair.ac.id (diakses pada 12 desember 2011)
44
Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Serbuk Jahe Merah
Jahe merah basah
Dicuci
Dirajang atau dipotong tipis tipis
Diangin anginkan atau dipanaskan hingga kering
Diahaluskan
Serbuk Jahe Merah
45
Lampiran 2. Diagram Alir Ekstraksi Jahe Merah Serbuk
500 gram serbuk jahe merah
sokhlet selama 4 jam atau hingga bening
dievaporator dengan suhu 85-105
ekstrak jahe merah cair
ekstrak jahe merah kental
46
Lampiran 3. Diagram Alir Pembuatan Granul Effervescent
asam sitrat
asam tatrat
manitol
manitol
natrium bikarbonat
ekstak kental
oven suhu 30-40C(24 jam)
granul asam
granul basa oven suhu 30-40C(6 jam)
granul effevescent
47
Lampiran 4. Uji Mutu Fisik Granul Effervescent
waktu alir
100gram granul
dihitung kecepatan mengalir / detik
pengetapan
dihitung persen penyusutan
100 ml granul
500x hentakan
Waktu larut
5 gram granul
100 ml air
dihitung kecepatan larut / detik
48
Lampiran 5. Perhitungan Dosis Uji Khasiat Dosis empiris
= 10 gram jahe basah
Jahe yang digunakan
= 1500 gram jahe basah
Berat ekstrak yang dihasilkan = 95 gram ekstrak kental Faktor konversi mencit
= 0,0026
Dosis 1x pakai untuk manusia =
=
ekstrak
Dosis 1x pakai untuk mencit = 63,3 x 0,0026 = 0,16458 mg ekstrak Dosis pemberian larutan granul effervescent Dosis untuk manusia x faktor konversi mencit = α mencit
63,3 x 0,0026 = 0,16458 Larutan
Dosis allupurinol Dosis untuk manusia = 150 mg Dosis untuk mencit = 150 mg x 0,0026 =0,39 mg Stok larutan allopurinol 1% b/v = 1 g/100 ml = 1000 mg/100 ml Volume pemberian parasetamol= dosis untuk mencit / konsentrasi allopurinol = 0,39 / (1000/100ml) = 0,039 ml
49
Lampiran 6. Uji Khasiat Granul Effervescent
adaptasi 24 jam
I induksi melinjo dan jus hati ayam
cek asam urat
Induksi larutan allopurinol
Tanpa induksi apapun
Induksi larutan effervescent
cek asam urat
Dihitung penurunan yang terjadi