PERBANDINGAN SPEKTRUM KLT-DENSITOMETRI dari EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale Rosc) dengan PELARUT ETANOL yang BERBEDA KONSENTRASINYA Diana Serlahwaty 1), Yunahara Farida 1) 1) Universitas Pancasila Fakultas Farmasi Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan,
[email protected]
ABSTRAK Jahe (Zingiber officinale Rosc) telah lama dimanfaatkan secara empiris oleh masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional. Pada saat ini industri obat tradisional mulai mengembangkan tanaman yang berkhasiat obat tidak saja dalam bentuk serbuk simplisia tetapi sudah dibuat dalam bentuk ekstrak. Pada pembuatan ekstrak, industri obat ttradisional menggunakan pelarut yang tidak berbahaya seperti etanol. Penelitian ini bertujuan membandingkan spektrum serapan secara KLTDensitometri rimpang jahe yang diekstraksi menggunakan etanol dengan konsentrasi 50%, 70% dan 96%. Masing-masing ekstrak kemudian dikromatografi menggunakan cairan eluasi toluenetilasetat-asam format (90:8:2) dan toluen-etilasetat (90:10). Kromatogram yang diperoleh diperiksa spektrumnya secara KLT-Densitometri pada panjang gelombang 217 nm, 254 nm, 284 nm dan 366 nm. Spektrum yang diperoleh dibandingkan untuk melihat persamaan dan perbedaannya. Hasil penelitian menunjukkan ekstraksi dengan etanol 50% menghasilkan rendemen yang lebih besar dibandingkan dengan etanol 70% dan 96%. Dari penapisan fitokimia menunjukkan ekstrak jahe mengandung flavonoid, steroid/triterpenoid, saponin dan kinon. Dari hasil KLT-Densitometri menunjukkan ekstrak etanol 96% memberikan bercak yang lebih banyak dibandingkan ekstrak etanol 50% dan 70% Kata kunci : Zingiber officinale Rosc., ekstrak, etanol, KLT-Densitometri
ABSTRACT Ginger (Zingiber officinale Rosc) has been used by Indonesian as the traditional medicine. The industries of traditional medicine have begun development plants in the extract form. The purpose of this study was to compare the spectrum ginger which extracted using ethanol 50%, 70% and 96% by KLT-Densitometry method. Each extract was eluated using toluene-ethylacetate-formic acid (90:8:2) and toluene-ethylacetate (90:10). The chromatogram was checked at wavelength 217 nm, 254 nm, 284 nm and 366 nm. The yield of the ethanol extract 50% was higher than the ethanol extract 70% and 96%. The result of screening phytochemistry shows the ginger extract contain flavonoids, steroid/triterpenoid, saponins and quinon. The result using KLT-Densitometer shows the ethanol extract 96% more spectrum than the ethanol extract 50% and 70%. Keyword : Zingiber officinale Rosc., extract, ethanol, KLT-Densitometri
Disampaikan pada Seminar Nasional & Kongres PATPI 2008 “Penerapan Ilmu dan Teknologi untuk Meningkatkan Kualitas dan Ketahanan Pangan dalam Memperluas Akses Pasar Palembang, 14-16 Oktobber 2008
I. PENGANTAR Telah diketahui bahwa tanaman atau bagian tanaman banyak digunakan masyarakat sebagai obat tradisional. Obat tradisional sudah digunakan sejak zaman dahulu oleh masyarakat Indonesia untuk keperluan mengobati penyakit serta menjaga atau memelihara kesehatan. Penggunaan bahan dari tanaman sebagai obat tradisional ini dilakukan berdasarkan pengalaman turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penyelidikan kandungan kimia tanaman yang mempunyai aktivitas biologis telah dilakukan selama bertahun-tahun dan semakin berkembang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jahe (Zingiber officinale Rosc.) salah satu dari familia Zingiberaceae telah lama dikenal di Indonesia. Kandungan kimia dari jahe adalah minyak atsiri 0,25-3,3% dengan komponen utama gingerol dan shogaol yang menimbulkan aroma khas jahe dan mengandung oleoresin (zingerol dan resin) yang menimbulkan rasa pedas dan pahit serta enzim protease 2,26%. Tanaman ini banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari untuk berbagai kepentingan seperti campuran bahan makanan, minuman, kosmetik, parfum juga secara empiris berkhasiat sebagai karminatif, stimulan, diuretik, ekspektoran serta untuk obat rematik. Dilihat dari kegunaannya yang cukup luas serta untuk menjamin khasiat dan keamanannya secara ilmiah dalam pengobatan, maka jahe mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai salah satu obat fitofarmaka. Menurut Sutaryadi (1991), penggunaan tumbuhan obat atau bahan tanaman obat harus aman dan tidak boleh menimbulkan efek samping yang membahayakan bagi pemakainya, dengan dosis tertentu harus memberikan efek terapetik yang diharapkan, sumber bahan bakunya harus cukup dan dapat dimanfaatkan secara kontinyu. Untuk menjamin sediaan mengandung zat aktif dengan dosis efektif untuk terapi, pada saat ini industri obat tradisional mulai mengembangkan tanaman yang berkhasiat obat tidak saja dalam bentuk serbuk tetapi sudah dibuat dalam bentuk ekstrak. Pada pembuatan ekstrak tersebut biasanya industri obat menggunakan pelarut yang tidak berbahaya seperti etanol. Oleh karena itu dilakukan peneltian pembuatan ekstrak jahe dengan pelarut etanol dengan berbagai konsentrasi, kemudian ekstrak yang diperoleh distandarisasi profil KLT-Densitometrinya.
Disampaikan pada Seminar Nasional & Kongres PATPI 2008 “Penerapan Ilmu dan Teknologi untuk Meningkatkan Kualitas dan Ketahanan Pangan dalam Memperluas Akses Pasar Palembang, 14-16 Oktobber 2008
II. METODE PENELITIAN A. Bahan • Bahan penelitian : rimpang jahe yang diperoleh dari Pasar Lenteng Agung Jakarta Selatan • Bahan kimia : etanol, pereaksi untuk penapisan fitokimia (amonia 25% dan 1%, asam asetat anhidrat, kloroform , asam sulfat, asam klorida, pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, pereaksí Stiassny, serbuk Mg, besi (III) klorida, amil alkohol, eter, natrium hidroksida 1N), toluen, etil asetat, asam format, metanol p.a. Alat • Penguap rotasi vakum • Shaker • KLT Densitometer Camag type TLC Scanner 3 • Lampu UV • Timbangan analitik • Alat-alat gelas B. Tahapan Penelitian 1. Pembuatan Ekstrak Sejumlah masing-masing 125 g serbuk rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.) dimaserasi menggunakan masing-masing 1500 mL etanol 50, 70 dan 96%. Masingmasing filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan penguap rotasi vakum (rotavapor) pada suhu dibawah 50°C sehingga diperoleh ekstrak kental. 2. Penapisan Fitokìmia Dilakukan penapisan fitokimia terhadap ekstrak kental etanol 50, 70 dan 96% menggunakan metode Farnsworth, sebagai berikut: a. Identifikasi golongan alkaloid Sejumlah 0,2 g ekstrak dilembabkan dengan 5 mL amonia 25 %, kemudian cek pH hingga didapatkan pH alkali. Setelah itu dikocok dengan 20 mL kloroform dan didapat larutan organik (larutan A). Sebagian larutan A diteteskan pada kertas saring yang telah ditetesi dengan pereaksi Dragendorff, terjadi warna merah atau jingga menunjukkan adanya alkaloid. Sisa larutan A diekstraksi 2 kali, setiap kali dengan 10 ml asam klorida (1:10 v/v), pisahkan lapisan asam (larutan B). Ke dalam dua tabung reaksi yang masing-masing berisi 5 mL larutan B ditambahkan beberapa tetes pereaksi Dragendorff dan pereaksi Mayer. Terbentuk endapan merah bata dengan pereaksi Dragendorff atau endapan putih dengan pereaksi Mayer, membuktikan adanya alkaloid. b. Identifikasi golongan flavonoid Sejumlah 0,2 g ekstrak dididihkan dengan 100 mL air panas selama 5 menit, disaring ambil 5 mL. Terhadap 5 mL larutan ditambahkan serbuk magnesium, 1 mL asam klorida pekat dan 2 mL amil alkohol kemudian kocok kuat, biarkan memisah. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol. Disampaikan pada Seminar Nasional & Kongres PATPI 2008 “Penerapan Ilmu dan Teknologi untuk Meningkatkan Kualitas dan Ketahanan Pangan dalam Memperluas Akses Pasar Palembang, 14-16 Oktobber 2008
c. Identifikasi golongan saponin Sebanyak 10 mL larutan percobaan pada identifikasi flavonoid dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dikocok kuat-kuat secara vertikal selama 10 detik. Terbentuk-nya busa setìnggi 1-10 cm yang stabil dalam waktu kurang lebih 10 menit dan tidak hilang pada penambahan setetes asam klorida 2N menunjukkan adanya saponin. d. Identifikasi golongan tanin Sejumlah 0,2 g ekstrak ditambah 100 mL air dan dididihkan selama 15 menit, dinginkan, dan disaring. Filtrat dibagi menjadi tiga bagian. Kedalam larutan pertama ditambahkan larutan besi (III) klorida 1% terjadi warna biru atau hijau kehitamhitaman menunjukkan adanya senyawa golongan tanin. Ke dalam larutan kedua ditambahkan gelatin, terbentuk endapan putih menunjukkan adanya senyawa tanin. Kedalam larutan ketiga ditambahkan 15 mL pereaksi Stiassny (formaldehid 30%asam klorida pekat = 2: 1), dipanaskan diatas tangas air, terbentuk endapan merah muda menunjukkan adanya tanin katekuat. Endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan natrium asetat dan ditambahkan beberapa tetes larutan besi (III) klorida 1% terjadi warna biru tinta menunjukkan adanya tanin galat. e. Identifikasi golongan kuinon Sebanyak 0,2 g ekstrak dididihkan selama 5 menit dalam 10 mL air, kemudian ditambahkan 5 mL natrium hidroksida 1N, terjadi warna merah menunjukkan adanya kuinon. f. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid Sejumlah 0,2 g ekstrak di maserasi dengan 20 mL eter selama 2 jam (dalam wadah tertutup rapat), kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh diambil 5 mL, diuapkan hingga diperoleh residu. Selanjutnya pada residu tersebut ditambahkan 2 tetes larutan asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Terjadinya warna merah, hijau, ungu menunjukkan adanya senyawa steroid dan triterpenoid. g. Identifikasi golongan kumarin Sejumlah 0,2 g ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi (volume 20 mL) ditambahkan 10 mL kloroform dan dipasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung, kemudian dipanaskan selama 10 menit di atas tangas air dan disaring. Filtrat diuapkan pada cawan penguap sampai mengering, sisa ditambahkan air panas sebanyak 10 mL kemudian didinginkan. Larutan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambah 0,5 mL larutan amonia 10 % kemudian diamati dibawah sinar lampu ultraviolet pada panjang gelombang 366 nm maka terjadi flouresensi warna biru atau hijau menunjukkan adanya senyawa golongan kumarin. h. Identifikasi golongan minyak atsiri Sejumlah 0,2 g ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambah 10 mL eter minyak tanah dan dipasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung. Dipanaskan selama 30 menit di atas tangas air, didinginkan dan disaring. Filtrat diuapkan pada cawan penguap sampai kering, residu yang diperoleh dilarutkan dalam 5 mL etanol dan disaring dengan kertas saring, filtrat diuapkan pada cawan penguap. Residu berbau aromatik/ menyenangkan menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri Disampaikan pada Seminar Nasional & Kongres PATPI 2008 “Penerapan Ilmu dan Teknologi untuk Meningkatkan Kualitas dan Ketahanan Pangan dalam Memperluas Akses Pasar Palembang, 14-16 Oktobber 2008
3. Kromatografi Lapis Tipis Ditimbang saksama sejumlah ekstrak etanol 50, 70 dan 96% masing-masing setara dengan 300 mg serbuk dan dilarutkan dalam 5 mL metanol p.a. Larutan masingmasing ekstrak dan campuran ditotolkan masing-masing sebanyak 20 µL pada lempeng silika gel GF254 dan dieluasi dua kali berturut-turut menggunakan cairan eluasi toluen-etilasetat-asam format (90:8:2) dengan jarak rambat 8 cm, keringkan lempeng di udara selama 10 menit, eluasi lagi dengan toluen- etil asetat (90:10) dengan jarak rambat 18 cm. Kromatogram yang diperoleh diperiksa spektrumnya secara KLTDensitometri pada panjang gelombang 217, 254, 284 dan 366 nm. Spektrum yang diperoleh dibandingkan untuk melihat persamaan dan perbedaannya. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pada pembuatan ekstrak menggunakan etanol 50, 70 dan 96% (v/v) diperoleh rendemen sebagai berikut: Tabel 1. Rendemen ekstrak rimpang jahe dalam etanol 50, 70 dan 96% (v/v) Ekstrak Bobot awal (g) Bobot ekstrak (g) Rendemen (%) Etanol 50% 125,00 25,13 20,10 Etanol 70% 125,10 23,90 19,11 Etanol 96% 125,00 13,05 10,44 Hasil penelitian menunjukkan ekstraksi dengan etanol 50% menghasilkan rendemen yang lebih besar dibandingkan dengan ekstraksi dengan etanol 70 dan 96% B. Hasil penapisan fitokimia dari ekstrak etanol 50, 70 dan 96% (v/v) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, steroid/triterpenoid, saponin dan kuinon C. Hasil KLT-Densitometri dari ekstrak etanol 50,70 dan 96%(v/v) adalah sebagai berikut: 1. Profil kromatogram ekstrak etanol jahe (Zingíber officinale Rosc.)
Gambar 1. Profil kromatogram pada λ 254 nm
Gambar 2. Profil kromatogram pada λ366nm
Disampaikan pada Seminar Nasional & Kongres PATPI 2008 “Penerapan Ilmu dan Teknologi untuk Meningkatkan Kualitas dan Ketahanan Pangan dalam Memperluas Akses Pasar Palembang, 14-16 Oktobber 2008
2. Profil Kromatogram KLT-Densitometri
Ekstrak Etanol 50%
Ekstrak Etanol 70%
Ekstrak Etanol 96%
Gambar 3. Profil kromatogram KLT-Densitometri masing-rnasing ekstrak etanol pada λ217 nm
Gambar 4. Profil kromatogram KLT-Densitornetri tiga ekstrak etanol pada λ217 nm
Ekstrak Etanol 50%
Ekstrak Etanol 70%
Ekstrak Etanol 96%
Gambar 5. Profil kromatogram KLT-Densitometri masing-rnasing ekstrak etanol pada λ254 nm
Disampaikan pada Seminar Nasional & Kongres PATPI 2008 “Penerapan Ilmu dan Teknologi untuk Meningkatkan Kualitas dan Ketahanan Pangan dalam Memperluas Akses Pasar Palembang, 14-16 Oktobber 2008
Gambar 6. Profil kromatogram KLT-Densitornetri tiga ekstrak etanol pada λ254 nm
Ekstrak Etanol 50%
Ekstrak Etanol 70%
Ekstrak Etanol 96%
Gambar 7. Profil kromatogram KLT-Densitometri masing-rnasing ekstrak etanol pada λ284 nm
Gambar 8. Profil kromatogram KLT-Densitornetri tiga ekstrak etanol pada λ 284 nm
Disampaikan pada Seminar Nasional & Kongres PATPI 2008 “Penerapan Ilmu dan Teknologi untuk Meningkatkan Kualitas dan Ketahanan Pangan dalam Memperluas Akses Pasar Palembang, 14-16 Oktobber 2008
Ekstrak Etanol 50%
Ekstrak Etanol 70%
Ekstrak Etanol 96%
Gambar 9. Profil kromatogram KLT-Densitometri masing-rnasing ekstrak etanol pada λ 366nm
Gambar 10. Profil kromatogram KLT-Densitornetri tiga ekstrak etanol pada λ 366 nm
Disampaikan pada Seminar Nasional & Kongres PATPI 2008 “Penerapan Ilmu dan Teknologi untuk Meningkatkan Kualitas dan Ketahanan Pangan dalam Memperluas Akses Pasar Palembang, 14-16 Oktobber 2008
IV. KESIMPULAN Darì hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap rimpang jahe dapat disimpulkan sebagaì berikut: 1. Ekstraksi dengan etanol 50% menghasilkan rendemen yang lebih besar dibandingkan dengan etanol 70% dan 96% 2. Hasil penapisan fitokirnia menunjukkan ekstrak jahe mengandung flavonoid, steroid / triterpenoid, saponin dan kuinon. 3. Profil bercak Kromatografi Lapis Tipis, menghasilkan bercak yg terpisah dengan baik. 4. Profil kromatogram ekstrak dari KLT-Densitometri menunjukkan ekstrak etanol 96% memberikan bercak yang lebih banyak dibandingkan ekstrak etanol 50% dan 70%
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1986. Medicinal Herb Index in Indonesia. PT Eisai Indonesia Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Ballitro, 1997, Penerbit Riza Graha Jaya, Bogor Budavari S, 2001. The Merck Index, Merck & Co., Inc Whitehouse Station, NJ Bobbit, J.M., dkk, 1991. Pengantar Kromatografi. Terbitan kedua. Penerbit ITB Bandung. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978, Materia Medika Indonesia Jilid 2. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1981, Daftar Tanaman Obat. Jilid 1. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1981, Materia Medika Indonesia, Jìlid 1. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, 2000. Buku Panduan Workshop “Ekstrak dan Standarisasinya”, Jakarta Farrel ,KT. Spices, Condiments and Seasoning, 1990. Avi Book, New York: Van Nostrand Reinhold Koswara S, 1995, Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Paimin FB, Murhananto, 1991. Budidaya Pengolahan dan Perdagangan Jahe, Penebar Swadaya, Jakarta. Syamsuhidayat SS, , Hutapea JR, 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid l, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitìan dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta
Disampaikan pada Seminar Nasional & Kongres PATPI 2008 “Penerapan Ilmu dan Teknologi untuk Meningkatkan Kualitas dan Ketahanan Pangan dalam Memperluas Akses Pasar Palembang, 14-16 Oktobber 2008