JURNAL AGROTEKNOS NOPEMBER 2012 Vol. 2 No. 3. Hal: 158-166 ISSN: 2087-7706
UJI KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK DALAM POLA LEISA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SORGUM LOKAL PADA LAHAN MARGINAL Test Of Organic And Anorganic Fertilizer Combination In The Leisa Pattern On Growth And Yield Of Local Sorghum Crop On Dry Land SITTI LEOMO, GUSTI AYU KADE SUTARIATI*, AGUSTINA
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari ABSTRACT
The experiment was aimed to know the effect of combination of organic and anorganic fertilizers on growth and yield of local sorghum crops on dry land. The experiment was conducted in Kambu District Poasia and Agrotechnology Laboratory, Faculty of Agriculture University of Haluoleo, from August to December 2011. The experiment was arranged on randomized block design (RBD), which consisted of 7 treatments namely: control (A), 5 tons ha-1 of organic fertilizer (B), anorganic fertilizer (200 kg ha-1 urea, 100 kg ha-1 SP36 and 50 kg ha-1 KCl) (C), organic + anorganic fertilizer full recommended dosage (D), organic fertilizer +1/2 recommended dosage of anorganic fertilizer (E), organic fertilizer + ¼ recommended dosage of anorganic fertilizer (F) and organic fertilizer + 1/8 recommended dosage of anorganic fertilizer (G). Each treatment was repeated 3 times, therefore overall there were 21 experimental units. Data obtained were analyzed using analysis of variance and followed by Duncan’s Multiple Range Test. The research results showed that the combination of organic and anorganic fertilizers provided a significant influence on growth and yield of sorghum crops. Treatment of organic fertilizer + ½ recommended dosage of anorganic fertilizer (organic fertilizer 5 ton ha-1 + anorganic fertilizer 100 kg ha-1 Urea, 50 kg ha-1 SP36dan 20 kg ha-1 KCl) gave better effects on the observed variables: plant height, stem diameter, leaf number, leaf area, dry weight of plant biomass, panicle length, fresh weight of panicle, grain weight and the weight of 1000 seeds of sorghum.
Keywords: combination of organic and anorganic fertilizers, rhizobakteria, sorghum 1PENDAHULUAN
LEISA (Low Eksternal Input Sustainable Agriculture) merupakan suatu pola usahatani yang memanfaatkan sumberdaya alam seperti pupuk organik serta sumber daya hayati (mikroba berguna) dalam bentuk pupuk hayati, namun penggunaan input luar (pupuk anorganik dan pestisida kimia) masih diperbolehkan dalam jumlah yang lebih rendah selama produk yang dihasilkan aman dan sehat (Sutanto, 2002; Giovannucci, 2007; Sumarno, 2006). LEISA mengacu pada bentuk *) Alamat
Korespondensi: Email:
[email protected]
pertanian yang berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal yang ada dengan mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usahatani dan pemanfaatan input luar hanya bila diperlukan untuk melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam ekosistem dan meningkatkan sumber daya biologi, fisik dan manusia. Berdasar pada hal tersebut, maka LEISA bertujuan untuk memaksimalkan produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang. Oleh karena itu, dalam mengembangkan sistem LEISA membutuhkan tanaman yang memerlukan input yang rendah dan memiliki daya adaptasi yang luas serta dapat tumbuh pada lahan marginal. Salah satu jenis tanaman yang bisa
Vol. 2 No. 3, 2012
Kombinasi Pupuk organik dan Anorganik dalam Pola LEISA
dibudidayakan adalah tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench). Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Namun, pengembangan tanaman sorgum di Indonesia masih sangat terbatas, bahkan secara umum produk sorgum belum begitu populer di masyarakat. Padahal sorgum memiliki potensi besar untuk dapat dibudidayakan dan dikembangkan secara komersial. Sorgum yang memiliki daya adaptasi yang luas berpeluang besar untuk dikembangkan di Indonesia sejalan dengan optimalisasi pemanfaatan lahan kosong yang kemungkinan berupa lahan marginal, lahan tidur atau lahan non-produktif lainnya (Sirappa, 2003). Sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan dan pakan alternatif, dimana sorgum memiliki kandungan nutrisi yang baik bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi daripada beras. Sorgum memiliki kandungan nutrisi yaitu kalori 332 cal, protein 11,0 g, lemak 3,3 g, karbohidrat 73,0 g, kalsium 28,0 mg, zat besi 4,4 mg, fosfor 287 mg dan vitamin B1 0,38 mg (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1992). Biji sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan serta bahan baku industri pakan dan pangan seperti industri gula, monosodium glutamat (MSG), asam amino dan industri minuman. Dengan kata lain, sorgum merupakan komoditas penting untuk diversifikasi pangan dan industri (Sirappa, 2003). Oleh karena itu, mengingat pentingnya tanaman sorgum dan luasnya lahan marginal yang terdapat di Sulawesi Tenggara, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman sorgum yang dibudidayakan dengan menggunakan pola LEISA dengan mengkombinasikan pupuk organik dan pupuk anorganik. Kombinasi pupuk organik dan anorganik dilakukan karena tidak semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disediakan oleh bahan organik dalam waktu yang singkat (Reijntjes et al., 1999). Hal ini disebabkan karena tanaman sorgum membutuhkan asupan unsur hara yang bersumber dari pupuk anorganik dengan dosis tertentu. Pupuk organik yang digunakan adalah
159
biogreen yang merupakan pupuk organik plus yang diperkaya dengan mikroorganisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dosis kombinasi pupuk organik Biogreen dan pupuk anorganik yang mampu memperbaiki pertumbuhan dan hasil sorgum lokal pada lahan marginal dalam pola LEISA.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember 2011, bertempat di Kelurahan Kambu, Kecamatan Poasia Kota Kendari dan Laboratorium Agroteknologi unit Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Alat dan Bahan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, pacul, meteran, gembor, ember, aluminium foil, gelas kimia, baki, tugal, tali rafia, kayu patok, paranet, seng plat, arit, timbangan, kantong plastik, palu, kamera, timbangan analitik, mistar, jangka sorong dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sorgum kultivar Wakumoro, suspensi rizobakteri Bacillus sp. CKD061, P. fluorescens PG01 dan pupuk organik Biogreen (hasil penelitian Dr. Gusti Ayu K. Sutariati), serbuk bata merah, serbuk arang sekam, pupuk anorganik (Urea, SP36 dan KCl), air dan piloks. Rancangan Penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan yang diuji terdiri atas 7 perlakuan yaitu: A = tanpa pupuk organik dan anorganik (kontrol), B = pupuk organik Biogreen 5 ton ha-1 atau 2,25 kg petak1, C = pupuk anorganik Urea 200 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1 dan KCl 50 kg ha-1 atau Urea 90 g petak-1, SP36 45 g petak-1dan KCl 22,5 g petak1, D = perlakuan B + C , E = perlakuan B + ½ C , F = perlakuan B + ¼ C , dan G = perlakuan B + 1/8 C . Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 21 petak petak percobaan secara keseluruhan Persiapan Lahan. Persiapan lahan meliputi Pembukaan dan pembersihan lahan, Pengolahan Tanah, Pembuatan petak percobaan (Pembuatan petak percobaan dilakukan setelah pengolahan tanah ketiga yang dibuat dengan ukuran 1,5 meter x 3 meter). Perlakuan Benih. Perlakuan benih dilakukan 3 hari sebelum tanam
160
Leomo et al.
menggunakan teknik invigorasi biomatriconditioning benih. Benih sorgum dilembapkan dengan serbuk bata merah plus rizobakteri Bacillus sp. CKD061 dan serbuk arang sekam dengan PG01 selama 12 jam pada suhu ruangan. Setelah perlakuan, benih dikeringanginkan selama 3 jam, kemudian ditanam di lapangan. Penanaman dan Aplikasi Pupuk Organik (Biogreen) . Lubang tanam dibuat dengan menggunakan tugal. Jarak tanam yang digunakan adalah 60 cm x 40 cm. Setiap lubang tanam, ditanam 3 butir benih sorgum. Setelah tanam, maka dilakukan pemupukan dengan pupuk organik (Biogreen) sesuai dengan dosis perlakuan (sekaligus berfungsi untuk menutupi lubang tanam yang telah ditanami benih sorgum). Selanjutnya dilakukan pula pemupukan dengan pupuk anorganik. Metode yang digunakan adalah metode kocor yaitu pupuk Urea, SP36 dan KCl (dosis sesuai perlakuan) dilarutkan dalam ember dengan menambahkan 8 liter air. Setelah tercampur homogen, larutan pupuk kemudian dikocorkan pada lubang (dibuat dengan tugal) di sisi kanan lubang tanam (jarak dari lubang tanam 14 cm) sebanyak 100 cc setara dengan 0,1 liter per lubang tanam. Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan, penyiraman, penyulaman (14 hst), penjarangan, pemupukan kedua (28 hst) dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penyiangan dilakukan apabila pada areal penanaman (petak percobaan) terdapat gulma. Pengamatan. Pengambilan sampel untuk pengamatan tanaman sorgum dilakukan dengan metode acak dengan jumlah sampel 3 tanaman dari keseluruhan populasi tanaman perpetak. Variabel pengamatan. Variabel (peubah) yang diamati adalah: 1. 1.Tinggi tanaman, tinggi tanaman diukur pada saat tanaman berumur 4 mst, 6 mst dan 8 mst. Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan meteran yaitu mulai dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi. 2. 2.Diameter batang, diameter batang diukur pada saat tanaman berumur 4 mst, 6 mst dan 8 mst. Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan 1 cm di atas pangkal batang.
J. Agroteknos 3. Jumlah daun, Jumlah daun diukur pada saat tanaman berumur 4 mst, 6 mst dan 8 mst. 4. Luas daun, Pengukuran luas daun membutuhkan data panjang dan lebar daun yang diukur pada saat tanaman berumur 4 mst, 6 mst dan 8 mst. Sampel daun yang diukur adalah daun terpanjang dari semua daun yang terdapat pada tanaman tersebut. Luas daun dapat dihitung dengan menggunakan rumus: ........................ (Pers. 3.1) Dimana, L = luas daun (cm2) P = Panjang daun (cm) L = lebar daun (cm) K = konstanta ( 0,47 ) 5. Bobot kering berangkasan tanaman, Pengambilan sampel dilakukan secara destruktif dengan cara mencabut tanaman sorgum, lalu akar dibersihkan dari tanah yang melekat, kemudian seluruh berangkasan tanaman diovenkan pada suhu 80o C selama 2x24 jam. Setelah pengovenan, berangkasan kering ditimbang. Pengamatan dilakukan pada umur 4, 6 dan 8 MST. 6. Panjang malai (cm), Sebelum mengukur panjang malai, terlebih dahuu memisahkan antara batang dengan malai. Panjang malai diukur dengan menggunakan mistar mulai dari pangkal malai sampai ujung malai. 7. Berat segar malai (g), Berat segar malai diukur dengan menimbang sampel malai pada timbangan analitik. 8. Berat biji permalai (g), Sebelum menimbang berat biji permalai terlebih dahulu memisahkan biji-biji sorgum dari malainya. Biji hasil panen dikeringkan dengan sinar matahari selama 3 hari dengan lama penyinaran 4 jam perhari (pukul 10.00-14.00) untuk mendapatkan kadar air 12% tersebut. 9. Bobot 1000 biji (g), Penimbangan dilakukan setelah biji mencapai kadar air 12%. Biji hasil panen dikeringkan dengan sinar matahari selama 3 hari dengan lama penyinaran 4 jam perhari (pukul 10.0014.00) untuk mendapatkan kadar air 12% tersebut. Analisis Data. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam. Hasil analisis yang menunjukkan Fhitung > Ftabel dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda
Vol. 2 No. 3, 2012
Kombinasi Pupuk organik dan Anorganik dalam Pola LEISA
Duncan pada taraf kepercayaan 95%, untuk mengetahui kombinasi pupuk organik dan anorganik yang memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman dan Diameter Batang. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik dalam pola LEISA berpengaruh sangat nyata dan nyata terhadap rata-rata tinggi dan diameter tanaman sorgum. Dinamika pertumbuhan tinggi tanaman sorgum dapat dilihat pada Gambar 2. Dinamika pertumbuhan diameter batang tanaman sorgum dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman pada umur 4, 6 dan 8 mst tertinggi diperoleh pada perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik yaitu pada perlakuan pupuk organik + ½ pupuk anorganik (E), perlakuan pupuk organik + pupuk anorganik full, perlakuan pupuk organik + ¼ pupuk anorganik (F) dan perlakuan pupuk organik + 1/8 pupuk anorganik (G). Hal ini disebabkan karena peran rizobakteri dalam pupuk organik sebagai dekomposer dan pemacu pertumbuhan tanaman mulai nampak secara nyata dan unsur hara yang bersumber dari pupuk anorganik dapat diserap langsung oleh tanaman sorgum.
Gambar 2 dan gambar 3. Dinamika pertumbuhan tinggi dan diameter batang tanaman sorgum.
Gambar 3 menunjukkan bahwa rata-rata diameter batang tanaman pada umur 4, 6 dan 8 mst tertinggi diperoleh pada perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik yaitu pada perlakuan pupuk organik + ½ pupuk anorganik (E). Pada awal pengamatan (4 mst dan 6 mst) menunjukkan bahwa kombinasi pupuk organik dan anorganik mampu meningkatkan diameter batang tanaman sorgum lokal. Namun, pada pengamatan 8 mst diameter batang mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena sudah memasuki fase
161
generatif sehingga asupan unsur hara lebih dioptimalkan pada malai. Jumlah Daun dan Luas Daun. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun dan luas daun tanaman sorgum. Dinamika pertumbuhan jumlah daun tanaman sorgum dapat dilihat pada Gambar 4. Dinamika pertumbuhan luas daun tanaman sorgum dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 4 dan gambar 5. Dinamika pertumbuhan jumlah daun dan luas daun tanaman sorgum
162
Leomo et al.
Gambar 4 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah daun tanaman pada umur 4, 6 dan 8 mst tertinggi diperoleh pada perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik yaitu pada perlakuan pupuk organik + ¼ pupuk anorganik pada pengamatan 4 mst dan 6 mst . Hal ini disebabkan karena peran rizobakteri dalam pupuk organik sebagai dekomposer dan pemacu pertumbuhan tanaman mulai nampak secara nyata jika dibandingkan dengan kontrol dan pupuk anorganik saja. Namun, pada pengamatan 8 mst terjadi penurunan karena asupan unsur hara lebih dioptimalkan pada pengisian biji atau malai. Gambar 5 menunjukkan bahwa rata-rata luas daun tanaman tertinggi pada umur 4 dan 6 mst diperoleh pada perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik yaitu pada perlakuan pupuk organik + ½ pupuk anorganik (E). Hal ini disebabkan karena peran rizobakteri dalam pupuk organik sebagai dekomposer dan pemacu pertumbuhan tanaman mulai nampak secara nyata dibandingkan dengan kontrol dan pupuk anorganik saja. Namun pada pengamatan 8 mst terjadi penurunan. Hal ini
J. Agroteknos disebabkan karena tanaman sorgum sudah memasuki fase generatif sehinggan asupan unsur hara lebih dioptimalkan pada perkembangan malai. Bobot Kering Berangkasan Tanaman. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering brangkasan tanaman sorgum. Dinamika pertambahan bobot kering brangkasan tanaman sorgum dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 6 menunjukkan bahwa rata-rata bobot kering brangkasan tanaman tertinggi pada umur 4, 6 dan 8 mst diperoleh pada perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik. Pada pengamatan awal (4 mst) menunjukkan pengaruh yang belum signifikan antara perlakuan yang satu dengan yang lain. Namun, pada pengamatan 8 mst menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat dan menunjukkan pengaruh yang signifikan antara perlakuan yang satu dengan yang lain. Dimana, bobot brangkasan tanaman sorgum tertinggi pada umur 8 mst diperoleh pada perlakuan pupuk organik + anorganik full (D).
Gambar 6. Dinamika pertambahan bobot kering brangkasan tanaman sorgum.
Panjang Malai dan berat biji permalai. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik dalam pola LEISA berpengaruh sangat nyata dan nyata terhadap panjang malai dan berat biji permalai tanaman sorgum. Gambar 7
menunjukkan bahwa rata-rata panjang malai tanaman sorgum tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk organik + 1/8 pupuk anorganik (G) sedangkan panjang malai terendah terdapat pada perlakuan kontrol (tanpa pupuk organik).
Gambar 7. Grafik panjang malai tanaman sorgum. Gambar 8. Grafik berat biji permalai tanaman sorgum.
Vol. 2 No. 3, 2012
Kombinasi Pupuk organik dan Anorganik dalam Pola LEISA
Gambar 8 menunjukkan bahwa rata-rata berat biji permalai tanaman sorgum tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk organik + ½ pupuk anorganik (E) sedangkan terendah terdapat pada perlakuan pupuk anorganik (C). Berat segar malai dan bobot 1000 biji. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik dalam pola LEISA berpengaruh sangat nyata terhadap berat segar malai dan bobot 1000 biji tanaman sorgum.
Gambar 9. Grafik berat segar malai
Gambar 10.
Grafik berat 1000 butir sorgum.
tanaman
Gambar 10 menunjukkan bahwa rata-rata berat 1000 butir tanaman sorgum terdapat pada perlakuan Pupuk Organik 5 ton ha-1(B), pupuk organik + anorganik full (D), pupuk organik + ½ pupuk anorganik (E), pupuk organik + ¼ pupuk anorganik (F) dan pupuk organik + 1/8 pupuk anorganik (G) sedangkan rata-rata berat 1000 biji terendah terdapat pada perlakuan kontrol (A) dan pupuk anorganik (C).
PEMBAHASAN
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik lebih mampu meningkatkan tinggi tanaman sorgum pada umur 4, 6 dan 8 mst dibandingkan dengan perlakuan pupuk anorganik dan juga kontrol. Dimana, rata-rata tinggi tanaman pada umur 4 dan 6 mst tertinggi diperoleh pada perlakuan kombinasi
163
pupuk organik dan anorganik yaitu pada perlakuan pupuk organik + ½ pupuk anorganik (E) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk organik + anorganik full, perlakuan pupuk organik + ¼ pupuk anorganik (F) dan perlakuan pupuk organik + 1/8 pupuk anorganik (G) pada awal pengamatan (4 mst). Namun, pada pengamatan selanjutnya (8 mst) menunjukkan bahwa kombinasi pupuk organik dan anorganik full (D) mampu meningkatkan tinggi tanaman sorgum lokal. Hal ini disebabkan karena pada awal pertumbuhan tanaman terdapat unsur hara yang langsung dapat diserap oleh tanaman yang bersumber dari pupuk anorganik. Disamping itu, peran rizobakteri dalam pupuk organik sebagai dekomposer mulai nampak secara nyata dibandingkan dengan kontrol dan pupuk anorganik saja, sehingga unsur hara lebih cepat tersedia bagi tanaman sorgum. Disamping itu, hal ini tentu disebabkan oleh rizobakteri yang terdapat dalam pupuk organik dapat berperan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman yang diketahui mampu menghasilkan hormon tumbuh seperti IAA, yang berperan penting bagi tanaman. Seperti telah diketahui, hormon tumbuh ini berperan dalam merangsang pembentukan akar baru, memacu pertumbuhan tanaman, berpengaruh pada pemanjangan batang (Santoso dan Nursandi, 2004), selain itu, unsur hara N, P dan K yang terdapat dalam pupuk anorganik dapat lansung diserap oleh tanaman sehingga fungsi keduanya terakumulasi pada peningkatan tinggi tanaman sorgum. Hai ini sejalan dengan pendapat Novizan (2002) yang menyatakan bahwa Unsur hara yang dikandung dalam pupuk Urea sangat besar kegunaannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain: (1) membuat tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun (Chlorophyil) yang mempunyai peranan dalam proses fotosintesis, (2) mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain). Diameter batang tanaman pada umur 4, 6 dan 8 mst tertinggi diperoleh pada perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik yaitu pada perlakuan pupuk organik + 1/8 pupuk anorganik (G) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk organik + anorganik full,
164
Leomo et al.
perlakuan pupuk organik + ½ pupuk anorganik (E) dan perlakuan pupuk organik + ¼ pupuk anorganik (F) pada awal pengamatan (4 mst) dan pengamatan selanjutnya mennunjukkan bahwa kombinasi pupuk organik dan anorganik mampu meningkatkan diameter batang tanaman sorgum lokal. Hal ini disebabkan karena pada awal pertumbuhan tanaman terdapat unsur hara yang langsung dapat diserap oleh tanaman yang bersumber dari pupuk anorganik. Disamping itu, peran rizobakteri dalam pupuk organik sebagai dekomposer tanaman mulai nampak secara nyata terhadap kontrol dan pupuk anorganik saja. Hal ini diduga karena rizobakteri (Pseudomonas sp., Serratia sp. dan Bacillus sp.) yang diinkorporasikan dalam pupuk organik menghasilkan hormon yang akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih optimal. Selain itu, Nadeem et al., (2010) menambahkan bahwa rizobakteri jenis Bacillus sp. selain memacu pertumbuhan tanaman juga mampu melarutkan P untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan rizobakteri pelarut fosfat yang dapat mensubstitusi sebagian atau seluruh kebutuhan tanaman akan pupuk P dapat memberikan hasil positif terhadap pertumbuhan tanaman. Pelarutan fosfat ini disebabkan oleh bakteri yang menghasilkan enzim fosfatase yang dapat memutuskan fosfat yang terikat oleh senyawa-senyawa organik menjadi bentuk yang tersedia sehingga ketersediaan unsur P tanaman tercukupi (Vleesschauwer et al., 2009; Koo & Cho, 2009). Dalam pupuk organik mengandung bakteri Pseudomonas sp.. Dimana, bakteri Pseudomonas sp. mampu melarutkan fosfat, mampu memproduksi senyawa HCN dan menghasilkan IAA (Sutariati et al., 2006). Jumlah daun dan luas daun tanaman pada umur 4 dan 6 mst tertinggi diperoleh pada perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik yaitu pada perlakuan pupuk organik + ½ pupuk anorganik (E) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk organik + anorganik full, perlakuan pupuk organik + ¼ pupuk anorganik (F) dan perlakuan pupuk organik + 1/8 pupuk anorganik (G). Hal ini disebabkan karena peran rizobakteri dalam pupuk organik sebagai dekomposer dan pemacu pertumbuhan tanaman mulai nampak secara
J. Agroteknos nyata terhadap kontrol dan pupuk anorganik saja. Dimana, rizobakteri Bacillus sp. diketahui mampu menghasilkan hormon seperti IAA, sitokinin dan giberelin yang merupakan hormon tumbuh yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman (Thakuria et al., 2004). Namun, memasuki fase generatif (umur 8 mst), terjadi penurunan jumlah daun secara linier karena serapan unsur hara lebih difokuskan untuk pembentukan dan perkembangan buah atau malai dan biji. Perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap panjang malai. Namun berbeda nyata dengan perlakuan pupuk anorganik dan kontrol. Hal ini tidak terlepas dari peranan rizobakteri yang terdapat dalam pupuk organik dalam meningkatkan hasil tanaman. Dimana, rizobakteri yang terdapat dalam pupuk organik adalah Bacillus sp., Pseudomonas sp. dan Serratia sp. telah terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil berbagai jenis tanaman berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Sutariati et al., 2006). Disamping itu, Rizobakteri Bacillus sp. mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti Ca dan Fe (Rao, 1994) sehingga suplai nutrisi bagi tanaman dapat tersedia. Disamping itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik mampu meningkatkan hasil tanaman sorgum. Hal ini dapat dilihat pada berat segar malai, berat biji permalai dan berat 1000 butir sorgum. Berat segar malai sorgum dan berat biji permalai sorgum tertinggi diperoleh pada perlakuan pupuk organik + ½ pupuk anorganik. Namun, berat 1000 butir tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk organik. Pengaruh pupuk organik terhadap hasil tanaman sorgum merupakan akumulasi dari perannya dalam meningkatkan atau mempercepat ketersediaan unsur hara bagi tanaman sorgum dan memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman sorgum. Hal ini merupakan akumulasi dari aktivitas mikroorganisme yang diikorporasikan ke dalam pupuk organik tersebut. Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa rizobakteri pemacu tumbuh tanaman dapat memperbaiki pertumbuhan yang akan terakumulasi dalam bentuk peningkatan hasil tanaman (Luz, 2001).
Vol. 2 No. 3, 2012
Kombinasi Pupuk organik dan Anorganik dalam Pola LEISA
Kombinasi pupuk organik dan anorganik sangat efektif digunakan dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. Hal ini terbukti bahwa bakteri serratia sp. yang terdapat dalam pupuk organik dapat mensintesis hormon IAA, sitokinin dan giberelin (Bai et al., 2003) dan dapat menghasilkan tiga jenis enzim yaitu DNAase, lipase dan gelatinase (Giri et al., 2007), sementara pupuk KCl mengandung unsur K yang berperan sebagai aktivator berbagai jenis enzim. Dengan demikian, enzim-enzim yang dihasilkan oleh serratia sp. dapat beraktivitas maksimal dalam proses metabolism tanaman sorgum dengan bantuan unsur K. Disamping itu, Rizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman diketahui berperan dalam proses ekosistem penting seperti pengendali biologi patogen tanaman, siklus nutrisi atau unsur hara dan pertumbuhan benih (Nelson et al., 2004). Siklus nutrisi atau unsur hara berhubungan dengan fiksasi N non simbiotik dan berperan meningkatkan ketersediaan P serta unsur hara lainnya dalam tanah. Mikroba pelarut fosfat mensekresikan sejumlah asam organik seperti asam-asam format, asetat, propionat, laktonat, glikolat, fumarat dan suksinat yang mampu membentuk khelat dengan kation-kation seperti Al dan Fe pada tanah ultisol atau lahan marginal sehingga berpengaruh terhadap pelarutan fosfat yang efektif sehingga P menjadi tersedia dan dapat diserap oleh tanaman (Rao, 1994).
SIMPULAN
Perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum yang diindikasikan oleh peubah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, bobot kering berangkasan tanaman, panjang malai, berat segar malai, berat biji permalai dan bobot 1000 biji. Perlakuan kombinasi pupuk organik dan ½ pupuk anorganik (pupuk organik Biogreen 5 ton ha-1 atau 2,25 kg petak-1 + pupuk anorganik Urea 100 kg ha-1, SP36 50 kg ha-1 dan KCl 20 kg ha-1 atau Urea 45 g petak-1, SP36 22,5 g petak-1dan KCl 11,25 g petak-1) memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum lokal.
165
SARAN. Dalam upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum maka dianjurkan untuk menggunakan kombinasi pupuk organik dan ½ pupuk anorganik (pupuk organik Biogreen 5 ton ha-1 + pupuk anorganik Urea 100 kg ha-1, SP36 50 kg ha-1 dan KCl 20 kg ha-1).
DAFTAR PUSTAKA
Ashrafuzzaman, M., F. A. Hossen, M. R. Ismail, Md. A. Hoque, M. Z. Islam, S.M. Shahidullah, dan S. Meon. 2009. Efficiency of plant growthpromoting rhizobacteria (PGPR) for the enhancement of rice growth. African Journal of Biotechnology. 8(7): 1247-1252. Das, K., R. Dang, Shivananda. 2008. Influence Of Bio-Fertilizers On The Availability Of Nutrients (N, P And K) In Soil In Relation To Growth And Yield Of Stevia Rebaudiana Grown In South India. International Journal Of Applied Research In Natural Products. 1(1):20-24. Giovannucci, D. 2007. Organik Farming As A Tool For Productivity And Poverty Reduction In Asia. Prepared For The International Fund For Agricultural Development /Nacf Conference Seoul, 13-16 March 2007. Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Rao, S.N.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi Kedua. Terjemahan Erawati Susilo. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Reijntjes C, Haverkort B, Waters-Bayers A. 1999. Pertanian Masa Depan. Diterjemahkan oleh Y. Sukoco. Yogyakarta: Kanisius. Sirappa, M. P,. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan, dan Industri. Jurnal Litbang Pertanian, 22(4):133-140. Sutanto, R. 2002. Gatra Tanah Pertanian Akrab Lingkungan Dalam Menyongsong Pertanian Masa Depan. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 3(1):29-37. Sutariati GAK. 2006. Perlakuan Benih dengan Agens Biokontrol untuk Pengendalian Penyakit Antraknosa, Peningkatan Hasil dan Mutu Benih Cabai. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sutariati GAK, Widodo, Sudarsono, Ilyas S. 2006. Pengaruh perlakuan Plant Growth Promoting Rhizobacteria terhadap pertumbuhan bibit tanaman cabai. Buletin Agronomi 34(1):46-54. Sutariati GAK dan Wahab A. 2010. Isolasi dan Uji Kemampuan Rizobakteri Indigenous sebagai Agensia Pengendali Hayati Penyakit pada Tanaman Cabai. Jurnal Hortikultura, 20(1):8695