UJI FOTOTOKSISITAS SEDIAAN HAND AND BODY LOTION “E”TERHADAP KELINCI PUTIH JANTAN
KaryaTulisIlmiah DiajukanSebagaiSyaratMemperolehGelarAhliMadyaFarmasi Pada Program Studi D III Farmasi
Oleh : DEVI IVANI NIM. 13DF277014
PROGRAM STUDI D III FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
INTISARI UJI FOTOTOKSISITAS SEDIAAN HAND AND BODY LOTION “E” TERHADAP KELINCI PUTIH JANTAN 1 Devi Ivani2 Susan Sintia Ramdhani, S. Far. 3 Davit Nugraha, M.Pharm4 Ada beberapa bahan kimia dalam kosmetik penyebab iritasi yang bila terkena paparan sinar ultra violet dengan panjang gelombang tertentu dapat memperparah iritasi tersebut. Selain bahan kimia yang terkandung dalam kosmetik factor suhu, kelembaban juga gesekan dapat menyebabkan timbulnya iritasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek fototoksik dari sampel produk Hand and Body Lotion “E” pada kelinci sebagai hewan uji. Penelitian ini menggunakan 3 ekor kelinci jantan yang dicukur punggungnya sebanyak 3 area. Area 1 merupakan control negatif yang diberi perlakuan NaCl, sedangkan area 2 merupakan control positif yang diberi perlakuan sunblock dan area 3 merupakan area uji yang diberi perlakuan produk Hand and Body Lotion “E”.Setelah pemejanan dengan senyawa uji selama 30 menit dilakukan pemaparan dengan sinar UV 320400nm selama 30 menit. Efek fototoksik yang harus diamati berupa erithema dan hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan metode skorsing. Hasil penelitian menunjukan bahwa produk hand and body lotion “E” memberi nilai positif fototoksik sebesar 66,67% dengan rata-rata skor 1 berupa eritema sangat sedikit. Kata kunci
: Fototoksisitas, eritema.
Keterangan : 1 Judul, 2 Nama Mahasiswa, 3 Nama Pembimbing I, 4 Nama Pebimbing II
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keanekaragaman jenis kosmetik akibat banyaknya industri yang berkembang, memberikaan banyak alternatif untuk konsumen. Hal ini sering menyebabkan konsumen kurang selektif dalam memilih produk kosmetik. Padahal tidak semua produk kosmetik yang ada dipasaran merupakan produk yang aman untuk digunakan oleh masyarakat. Banyak produk kosmetik yang mengandung zat aktif berbahaya yang dijual bebas dipasaran. Hal ini tentu saja dapat merugikan konsumen. Bahan penyebab iritasi biasanya adalah bahan-bahan yang terkandung dalam kosmetik yang seharusnya tidak boleh ada dalam kosmetik tersebut. Ada beberapa bahan kimia dalam kosmetik penyebab iritasi yang bila terkena paparan sinar ultra violet dengan panjang gelombang tertentu dapat memperparah iritasi tersebut. Selain bahan kimia yang terkandung dalam kosmetik faktor suhu, kelembaban juga gesekan dapat menyebabkan timbulnya iritasi (Trihapsoro, 2003). Reaksi negatif yang lazim dialami oleh manusia akibat zat-zat kimia berbahaya dalam kosmetik adalah fototoksik. Fototoksik adalah suatu reaksi negatif pada kulit yang timbul karena adanya induksi cahaya yang dapat muncul setelah pemakaian kosmetik secara topical (Lu, 1995). Untuk memastikan potensi efek fototoksis perlu dilakukan uji fototoksisitas. Uji fototoksisitas ini dilakukan secara in vivo dengan jalur perkutan terhadap hewan uji kelinci yang dipaparkan pada sinar ultra violet atau lampu ultra violet dengan panjang gelombang 300-340 nm. Setelah beberapa hari diamati apakah iritasi yang timbul seperti kemerahan, gatal-gatal, pruritis dan jerawat semakin parah. Parameter tingkatkeparahan 24
2
diamati dengan cara membandingkan bagian yang terkena paparan ultra violet dengan yang tidak (control). Berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan kulit, Alloh SWT berfirman dalam Alquran surat Al-Baqoroh ayat 222 yang berbunyi :
. “Mereka
bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah
suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri[137] dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci[138]. apabila mereka Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” Dari firman Alloh diatas disebutkan dalam kalimat terakhir bahwa “Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”, terkait dengan penelitian ini mengenai uji fotoksisitas hand and body lotion V tidak hanya sekedar menguji tapi melanjutkan arti dari mensucikan diri yang tertulis pada firman Alloh diatas bahwa kita harus bisa menjaga kesehatan tubuh salah satunya dengan memilih hand and body lotion yang baik dan tidak menyebabkan iritasi bagi kesehatan kulit kita.
3
B. Identifikasi Masalah Krim sering menyebabkan efek samping pada kulit, antara lain terjadinya iritasi primer, reaksi sensitivitas, fotoalergi, dan fototoksisitas.
C. Batasan Masalah Reaksi fototoksisitas atau iritasi pada kulit kelinci putih jantan yang diberi hand and body lotion “E” dengan ditandai ada tidaknya eritema atau kemerahan pada area kulit kelinci yang diberi senyawa uji.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah “Apakah produk “E” mempunyai efek toksisitas atau tidak?.
E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui fototoksik pada sebuah kosmetik. 2. Tujuan Khusus Untuk membuktikan apakah produk “E” mempunyai efek fototoksik atau tidak?
F. Manfaat Penelitian Selain untuk peneliti, masyarakat pun bisa lebih mengetahui efek yang diberikan dari sebuah krim lotion selain efek terapi tetapi juga efek sampingnya.
4
G. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 data keaslian penelitian No
Judul
.
Penelitian
Peneliti
Metode
Perbedaan
Penelitian
Penelitian
Penyebaran kuisioner untuk pemilihan produk uji. Menggunaka n sinar UV untuk uji efektifitasnya . Dibuat Formulasi sendiri untuk uji efektifitasnya . Tanpa sinar UV.
Produk dipilih langsung dari hasil percobaan sebelumnya.
1
Uji Fototoksisitas sediaan Krim Muka X Terhadap Kelinci Putih Jantan
Syifa Peresia, Indri Hapsari, Susanti (Fakultas Farmasi Univ.Muhammadiy ah Purwekerto, 2009)
2
Uji Iritasi Krim Antioksidan Ekstrak Biji Lengkeng (Euphoria longana stend) Pada Kulit Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
Irsan, Marianti A. Manggau, Ermina Pakki, dan Usmar (Fakultas Farmasi Univ.Hasanudin, Makassar, 2013)
3
Dermatitis dan Peran Steroid Dalam Penangananny
Ari Muhandari Teori Ardhie (Klinik Kulit dan Kelamin RASB Harapan Kita, Jkt)
Menggunaka n sinar UV yang berasal dari lampu ultra vioet dengan panjang gelombang 320-400 nm (Lu,1995:24 0)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kulit 1. Pengertian Kulit adalah organ tunggal paling berat dari tubuh, merupakan lebih kurang 16% dari berat badan total dan pada orang dewasa, memaparkan 1,2-2,3 m2 permukaan terhadap lingkungan luar (Junquera et al, 1997).
Gambar 1.1 Struktur kulit (yahya,2007) 2. Anatomi Kulit terdiri atas epidermis yang merupakan lapisan epitel yang berasal dari eksodermis dan dermis yang merupakan selapis jaringan ikat yang berasal dari mesoderm (Junquera et al, 1997).
24
6
a. Epidermis Merupakan lapisan epiter yang berasal dari eksodermis, yang terutama terdiri atas epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk. Dari dermis ke atas sampai epidermis terdiri atas lima lapis sel penghasil keratin (Junquera at al, 1997) yaitu: Stratum basale (stratum
germinativum),
Stratum
spinosum,
Stratum
granulosum,Stratum lusidum,Stratum korneum. b. Dermis Terdiri atas jaringan ikat yang menunjang epidermis dan mengikatnya pada lapisan dibawahnya yaitu jaringan subkutan (hypodermis). Ketebalan dermis bervariasi tergantung pada daerah tubuh dan mencapai pada maksimum 4 mm di daerah punggung, permukaan dermis sangat tidak teratur dan memiliki banyak tonjolan (papilla dermis) yang saling mengunci dengan juluranjuluran epidermis (Junqueira et al, 1997). c. Permeabilitas dan Penetrasi Kulit Permeabilitas dan penetrasi kulit perlu dipelajari lebih dalam karena akan mempengaruhi penyerapan senyawa seperti obat atau kosmetik yang digunakan. Beberapa factor pada kulit yang mempengaruhi penetrasi adalah kelembaban kulit, keadaan kulit (normal atau mengalami modifikasi), kulit gundul atau banyak rambutnya, usia, jenis kelamin dan kecepatan metabolisme bahan di dalam kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). Ada beberapa factor pada bahan yang dikenakan pada kulit, antara lain: besar kecilnya molekul bahan, daya larut bahan itu dalam lemak maupun air, basis bahan tersebut (lemak atau garam), tingkat keasaman (pH) bahan dan kecepatan pemberian bahan pada kulit. Untuk bahan yang berbasis lemak lebih mudah mempenetrasi kulit daripada yang berbasis garam atau yang
7
lainnya. Angka keasaman bahan yang tinggi dapat memperbesar daya penetrasi karena kulit akan menjadi lemak. Kulit yang mengalami luka, keratolisis, hiperaemia, kehilangan lemak, akan semakin mudah dipenetrasi oleh bahan kosmetik (Tranggono dan Latifah, 2007).
B. Toksikologi Toksikologi merupakan ilmu tentang aksi berbahaya zat kimia atau
mekanisme
berkembang
biologi
menjadi
(Loomis,
1978).
Toksikologi
bagian
besar
yaitu,
tiga
telah
toksikologi
lingkungan adalah toksikologi yang menyangkut efek berbahaya zat kimia yang baik secara kebetulan dialami oleh manusia karena zat kimia tersebut berada di udara, maupun karena kontak pada waktu bekerja maupun berekreasi, dengan ingesti senyawa makanan yang secara alami mengandung senyawa toksik atau sisa zat kimia, atau dengan ingesti air yang mengandung kontaminan kimia atau biologi. Toksikologi ekonomi adalah toksikologi yang menguraikan efek berbahaya dari zat kimia, yang dengan sengaja ditambahkan mencapai
pada suatu
jaringan efek
biologi
khusus.
dengan
maksud
Toksikologi
untuk
kehakiman
(forensic),adalah toksikologi yang berhubungan dengan aspek medis dan aspek hukum dari efek berbahaya zat kimia pada manusia (Loomis, 1978).
C. Kosmetik Kosmetik berasal dari bahasa Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan menghias dan mengatur. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/Permenkes/1998 definisi kosmetik adalah “Sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan
8
dibagian luar badan (Epidermis,rambut,kuku,bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan
untuk
mengobati
atau
menyembuhkan
suatu
penyakit.”(Tranggono dan Latifah,2007).
D. Efek Kosmetik Ada beberapa reaksi merugikan yang ditimbulkan oleh kosmetik (Tranggono dan Latifah,2007), antara lain : 1. Iritasi : reaksi langsung timbul setelah pemakaian kosmetik yang mengandung bahan yang bersifat iritatif. 2. Alergi : reaksi negatif dari kosmetik yang digunakan setelah beberapa kali atau bahkan bertahun-tahun yang timbul karena kosmetik tersebut mengandung bahan yang bersifat alergenik bagi seseorang. 3. Fotosensitisasi : reaksi negatif dari kosmetik yang bersifat photosensitizer yang baru muncul setelah kulit yang ditempeli kosmetik tersebut terkena paparan sinar ultra violet. 4. Jerawat (acne) : timbul karena pemakaian pelembab kulit yang sangat lengket dan berminyak pada kulit, seperti kosmetik yang diperuntukan bagi kulit kering, dapat menimbulkan jerawat bila digunakan pada kulit berminyak karena kosmetik seperti ini dapat menyumbat pori-pori kulit bersama kotoran dan bakteri. Jenis kosmetik seperti ini disebut kosmetik aknegenik. 5. Intoksikasi : adanya bahan – bahan yang bersifat toksik yang terkandung dalam kosmetik, seperti merkuri yang terkandung dalam krim pemutih wajah.
9
6. Penyumbatan fisik : penyumbatan terjadi karena bahan- bahan berminyak dan lengket yang terkandung dalam pelembab dan dasar bedak terhadap pori-pori kulit. Selain berefek merugikan kosmetik juga memiliki efek yang menguntungkan (Tranggono dan Latifah,2007), yaitu: a. Kosmetik perawatan kulit, dapat digunakan untuk merawat kebersihan, melembabkan, pelindung dan kesehatan kulit. b. Kosmetik riasan (make up),dapat digunakan untuk merias dan menutupi cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan
yang
lebih
menarik
dan
meningkatkan
kepercayaan diri.
E. Fototoksisitas Fototoksisitas adalah Iritasi yang disebabkan oleh paparan dari radiasi berupa energi foton yang berasal dari sinar ultra violet yang menyebabkan terjadinya perubahan molekul bahan yang kontak dengan kulit. Dermatitis dapat timbul akibat paparan sinar ultra violet pada panjang gelombang 320-340 nm dengan onset yang cepat dan ditandai oleh eritema dan bulla pada daerah yang kontak langsung dengan sinar ultra violet (Trihapsoro,2003). Sinar ultra violet yang dipaparkan ini mengakibatkan adanya energi yang tereksitasi, pemindahan energi inilah yang menyebabkan kerusakan sel (Loomis, 1978) Fototoksisitas lebih sering terjadi dibanding fotoalergi. Zat kimia yang sering menyebabkan fototoksisitas pada manusia adalah turunan asam aminobenzoat, bahan pewarna antrakuinon, klorpromazin, klorotiazid, fenotiazid, sulfanilamide dan turunan tersebut (misalnya antrasen, piridin, dan fenantren).(Lu, 1995)
10
Banyak pengobatan yang umum digunakan terkait dengan reaksireaksi fotosensitifitas, tetapi frekuensi yang digunakan masing-masing obat untuk memicu respon ini sedikit bervariasi pada populasi manusia. Pengobatan yang lebih umum digunakan, yang mengandung agen-agen fotoreaktif antara lain antibiotik (tetrasiklin, fluoroqiunolon, sulfonamida, dll), NSAID, obat-obat kardiovaskular, diuretik, obat-obat antidiabetes, antipsikotik, antihistamin, agen-agen kulit, dan lain-lain Reaksi fototoksik merupakan penyebab timbulnya reaksi fotoiritasi. Reaksi fotoiritasi adalah reaksi non imunologi yang merupakan respon kulit terhadap senyawa kimia yang bersifat fotoreaktif. Reaksi fototoksik disebabkan oleh reaksi iritasi yang diperparah dengan paparan sinar ultra violet. Dalam reaksi fototoksisitas, senyawa kimia menyerap energi dari sinar ultra violet dan memaparkannya ke permukaan kulit, hal ini menyebabkan kerusakan atau kematian sel kulit (Lu,1995) Kerusakan pada kulit akibat reaksi fototoksik suatu senyawa kimia dapat berupa Erythema dan Edema (Okumura,2004). Erythema adalah kemerahan pada kulit yang dihasilkan oleh kongesti pembuluh kapiler. Ada beberapa tipe erythema, yaitu erhytema anuler, erythema anuler centrifugum, erythema chronicum migrans, erythema induratum, erythema infectiosum, erythema iris, erythema marginatum, erythema multiforme,
erythema
nodosum,
erythema
nodosum
leprosum,
erythema toxicum dan erythema toxicum neonatum (Kumala et al, 1998). Untuk membuktikan adanya senyawa kimia dalam Hand and body lotion yang dicurigai menimbulkan reaksi fototoksik dilakukan uji fototoksisitas. Hewan yang digunakan dalam pengujian fototoksisitas adalah mencit tidak berbulu, kelinci atau marmot (Lu,1995). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu produk kosmetik
11
menimbulkan fototoksisitas. Perbedaan uji fototoksisitas dengan uji-uji yang lain adalah adanya pemaparan dengan menggunakan kosmetik. Dalam pengujian ini dilakukan pengamatan iritasi seperti timbulnya kemerahan, gatal, panas, dan pruritis yang timbul akibat paparan sinar matahari terhadap senyawa uji. F. Profil Hand and body lotion “E” Kompisisi
:
1. Aquadest ( Anonim,79) Nama resmi
: AQUA DESTILLATA
Nama lain
: air suling
BM/RM
: 18,02/H2O
Pemerian
: cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau tidak mempunyai rasa
Kelarutan
: -
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: sebagai fase air
2. Vitamin C (Anonim,79) Nama resmi
: ACIDUM ASCORBICUM
Nama lain
: asam askorbat, vitamin C
BM/RM
: 176,13/C6H8O6
Pemerian
: serbuk atau hablur; putih atau agak kuning Tidak berbau, rasa asam.
Kelarutan
: mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol( 95% ) P, dan dalam benzen P, dalam kloroform P.
Penyimpana
:dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Kegunaan
: sebagai antioksidan
12
3. Vitamin E (Anonim,79) Nama resmi
: TOCOFEROL
Nama lain
: tokoferol, vitamin E
RM/BM
: C29H50O2/430,72
Pemerian
: tokoferol tidak berbau, atau sedikit ber bau, tidak berasaatau sedikit berasa. Alfa-tikoferol atau alfatokoferil asetat, cairanseperti; minyak, kuning, jernih,d-alfa-tokoferil
asetatpada
suhu
dingin
bentuk padat. Pada alfa-tokoferil asam suksinat, serbuk, putih melebur pada suhu lebih kurang 75 0. Sediaan
cairan
seperti
minyak,
kuning
hinggamerah kecokltan, jernih. Bentuk esternya stabil di udara dan cahaya. Kelarutan
:alfa-tokoferil asam suksinat praktis tidak larut dalamair, sukar larut dalam minyak, sangat mudah larut dalam kloroformP,bentuk lain tokoferol praktis tidak larut dalam air, dalam etanol(95%) P, dan dapat bercampur dengan ester P, dengan aseton P,dengan minyak nabati, dan dengan kloroform P.
Penyimpanan :dalam wadah tertutup rapat,terlindung dari cahaya. Kegunaan
: sebagai antioksidan
4. Gliserin (Anonim,79) Nama resmi
: GLYCEROLUM
Nama lain
: gliserol, gliserin
RM/BM
: C3H8O2/92,10
Rumus struktur : CH2OH – COH – CH2OH Pemerian
:Cairan
seperti
sirup,
tidakberwarna,tidakberbau,manis hangat, higroskopik.
jernih, diikuti
rasa
13
Kelarutan
:dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%) P,praktis tidak larut dalam kloroform P,dan eter P, dandalam minyak lemak.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : sebagai emolien air 5. Propylparaben (Anonim,79) Nama resmi
: PROPYLIS PARBENUM
Nama lain
: propil paraben, nipasol
RM/BM
: C10H12O3/180,21
Pemerian
: serbuk hablur putih, tidak berbau, tidakberasa
Kelarutan
: sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P,dalam 140 bagian gliserol, 40 bagian mineral oil.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat Kegunaan: sebagai pengawet 6. Methyl paraben (Anonim,79) Nama resmi
: METHYLIS PARABENUM
Nama lain
: Metil paraben, nipagin M
RM/BM
: C8H8O3/152,15
Pemerian
:serbuk
hablur
halus,
putih,hampir
tidakberbau,tidak berasa,kemudian agak membakar diikuti rasatebal Kelarutan
: larut dalam 550 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,
dalam
3,5
bagianetanol
(95
P,eterP,dan dalam larutan alkali hidroksida Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat Kegunaan
: sebagia pengawet
%)
14
7. Propilen glikol (Anonim,79) Nama Resmi
: PROPYLEN GLYCOLUM
Nama Lain
: Propilen glikol
RM/BM
: C3H8O2/76,10
Pemerian
:Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, Higroskopik.
Kelarutan
: Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P, dan dengan kloroform P., larut dalam 6 bagian eter P. Tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P. Dandengan minyak lemak.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: pengawet
8. Mineral oil (Anonim,79) Nama resmi
: PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama lain
: paraffin cair, mineral oil
Pemerian
: cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa
Kelarutan
: praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)P, larut dalam kloroform P, dan dalam eterP.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: sebagai emolien
9. Mineral zaitun(Anonim,79) Nama resmi
: OELUM OLIVAE
Nama lain
: minyak zaitun
Pemerian
: cairan, kuning pucat, atau kuning kehijauan, bau lemah,tidak tengik, rasa khas. Pada suhu rendah sebagian atau seluruhnya membeku.
15
Kelarutan
: sukar larut dalam etanol (95%)P, mudah larut dalam kloroform P, dan dalam eter P dan dalam eter minyak tanahP
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh
Kegunaan
: sebagai pelembut
10.Polisorbat 20 (Anonim,79) Nama resmi : POLYSORBATUM 20 Nama lain
: polisorbat 20
Pemerian
: cairan kental, butiran kuning, bau agak harum atau bau minyak khas
Kelarutan
: larut dalam air, dalam minyak biji kapas P, dapat campur dengan aseton, P dengandioksian P
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: sebagai emulgator
DAFTAR PUSTAKA
Alatas,
Z.,danLusiyanti, Y.2003. EfekKesehatanRadiasi Non PengionPadaManusia. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_Efek KesehatanRadiasi Non Pengion.pdf. [diakses 14 Januari 2016]
Anonim , Al-Qurannul Karim, Qur’ansurat Al-Baqorohayat 222 Anonim.
1979.Farmakofe Indonesia edisi DepartemenkesehatanRepublik Indonesia.
III
Anonim.
1979.Farmakofe Indonesia Titan.DepartemenkesehatanRepublik Indonesia.
Anonim.
1979.Farmakofe Indonesia edisi DepartemenkesehatanRepublik Indonesia.
III
Tokoferol.
edisi Vitamin
III C.
Ari MuhandariArdhie, Dermatitis danPeran Steroid DalamPenanganannya, KlinikKulitdanKelamin RASB Harapan Kita, Jkt Galen, C. 2008. anography. http://www.healderm.com/phoebe.pdf [diakses14Januari 2016] Junqueira, C.L.,Carneiro, J,. dan Kelley, R.O. 1997. HistologiDasar. Edisi 8. Sugiarto, K. & Alex, S. (Ed). Jakarta : EGC Irsan,
Marianti A. Manggau, ErminaPakki, danUsmar, 2013, UjiIritasiKrimAntioksidanEkstrakBijiLengkeng (Euphoria longanastend) PadaKulitKelinci (Oryctolaguscuniculus), FakultasFarmasiUniv.Hasanudin, Makassar.
Loomis,
T.A. 1978. ToksikologiDasar (Terjemahan). Edisi3.Semarang : IKIP Semarang Press
Lu,
Imono,
A.D.
F. 1995. ToksikologiDasar :Asas,OrganSasarandanPenilaian (Terjemahan).Edi, N. Edisi 2. Jakarta :Universitas Indonesia Press (UI Press)
Notoatmodjo, S. 2002. MetodologiPenelitianKesehatan.EdisiRevisi. Jakarta. PT RinekaCipta
Okumura, Y.,Yamauchi, H.,Takayama, S.,Kato, H.,Kokubu, M. 2004. Phototoxicity Study Of A Ketoprofen Poultice in Guinea Pigs.http://www.jstage.jst.go.jp/article/jst/30/1/19/_pdf[diakses20Janu ari 2016] Singarimbun, M., Efendi, S. 1989. MetodePenelitianSurvai. EdisiRevisi. Jakarta : LP3ES Spielmann, H., Lovell, W.W., Holzle, E.,Johnson, B.E., Maurer, T., Miranda, M.A., Pape, W.J.W.,Sapora, O., danSladowski, D .1993. http://altweb.jhsph.edu/index.htm Syifa, P.B. 2009. UjiFototoksisitasSediaan Hand and Body Lotion “X” terhadapkelinciPutihjantan. Skripsi. FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahPurwokerto. Tranggono, R.I danLatifah, F. 2007. BukuPeganganIlmuPengetahuanKosmetik. Joshita, D. (Ed). Jakarta : PT GramediaPustakaUtama Trihapsoro, I. 2003. Dermatitis KontakAlergikpadaPasienRawatJalan di RSUP Haji Adam Malik Medan. http://library.usu.ac.id.