UJI EFEK ANTIURISEMIA EKSTRAK ETANOL KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus novergicus
Intan K Tuiyo, Hamsidar Hasan, Moh.Adam Mustapa Mahasiswa Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai penyakit gout merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat dalam tubuh.yang ditandai dengan keadaan hiperurisemia atau kadar asam urat dalam darah di atas normal Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek antiurisemia ekstrak etanol kayu manis (Cinnamomum burmanii) pada tikus putih
jantan (Rattus novergicus) yang diinduksi kalium bromat. Penelitian ini
menggunakan metode ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol 96% untuk merendam sampel selama 3 hari untuk mendapatkan ekstrak kayu manis. Setelah itu, ekstrak dibagi menjadi 3 konsentrasi yaitu 5% b/v, 10% b/v, 15% b/v. 15 ekor tikus jantan dibagi menjadi 5 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3 ekor tikus jantan. Kelompok I adalah kontrol negatif yang diinduksi Na CMC suspensi 1%, kelompok II adalah kontrol positif yang diinduksi allopurinol 0,018%% b / v dan kelompok III, IV, V adalah kelompok perlakuan yang diinduksi ekstrak kayu manis 5% b/v, 10% b/v, 15% b/v. Analisis data statistik anova menyatakan bahwa kelompok III dengan konsentrasi 15% b/v ekstrak kayu manis memberi efek penurunan kadar asam urat darah lebih baik yaitu sebesar 64.33 % jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif yang mengandung suspensi allopurinol dengan konsentrasi penurunanya 60.00 %.
Kata Kunci : Antiurisemia , ekstrak kayu manis, tikus putih jantan.
PENDAHULUAN WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan (Sidauruk, 2011). Tingginya populasi gangguan sendi di Indonesia menunjukkan perlunya perhatian serius dalam terapi penyakit tersebut. Terapi dengan obat-obat sintetis sering menemui kegagalan, antara lain disebabkan efek samping dan biaya yang tinggi akibat pengobatan jangka panjang. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sistem pengobatan tradisional untuk penderita asam urat yang relatif murah dan aman. Salah satu sistem pengobatan tradisional diperoleh dari tanaman obat. Indonesia sendiri merupakan mega senter keragaman hayati dunia, dan menduduki urutan terkaya kedua di Dunia setelah Brazil (Depkes RI, 2007). Di Indonesia diperkirakan hidup sekitar 30.000 spesies tumbuhan, dimana dari seluruh spesies tumbuhan tersebut diketahui sekurang - kurangnya 9.600 spesies tumbuhan berkhasiat sebagai tanaman obat dan kurang lebih 300 spesies yang baru digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh industri obat tradisional (Depkes RI, 2007). Untuk itu perlu dilakukan pengembangan – pengembangan obat tradisional secara berkelanjutan dan terpadu sehingga kekayaan alam Indonesia dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Diantara ribuan tanaman di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai obat salah satunya adalah kayu manis, Menurut Rohmah (2010) Kayu manis mengandung bahan aktif cinnamaldehyde yang merupakan turunan dari senyawa polifenol yang bersifat sebagai antioksidan. Aktivitas sebagai penurun asam urat berkaitan dengan kandungan vitamin C dan senyawa polifenol sebagai senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan (Mardiana, dalam Prasetyorini 2013), Menurut Astawan (2011) senyawa dengan kandungan polifenol tinggi memiliki aktivitas antioksidan tinggi sehingga mampu menghambat enzim xantin oksidase. Enzim xantin oksidase berfungsi untuk mengkatalisis perubahan purin menjadi asam urat. Dengan terhambatnya enzim xantin oksidase maka pembentukan asam urat akan terhambat pula ( Feig, dalam Prasetyoni 2013) kayu manis juga banyak digunakan sebagai obat antidiabetes Kandungan senyawa yang terdapat pada kayu manis dapat menurunkan kadar gula dalam darah yaitu senyawa
cinnamaldehyde yang merupakan turunan dari senyawa polifenol bersifat sebagai antioksidan (Rohmah, 2010) dalam penelitian lainya mengenai pengaruh kayu manis menunjukkan bahwa bahan aktif dalam kayu manis cinnamaldehyde dapat menurunkan kadar glukosa plasma pada tikus diabetes (Ping dkk, 2010). Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang efek kayu manis (Cinnamomum burmani) terhadap penurunan kadar asam urat pada tikus jantan (Rattus novergicus). Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ekstrak etanol kayu manis (Cinnamomum burmanii) dapat menurunkan kadar asam urat pada tikus putih jantan (Rattus novergicus) dan untuk mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak etanol kayu manis dapat menurunkan kadar asam urat paling besar pada tikus jantan (Rattus novergicus) METODE PENELITIAN Alat :Bejana maserasi (Pyrex), batang pengadunk cawan porselin, lumpang, gelas kimia (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), rotary evapator (Heidolf ®), easy touch GCU, sendok tanduk, sonde oral, timbangan analitik (Precisa®), timbangan hewan (Ohaus®). Bahan :Alkohol, aluminium foil, aquadest, kayu manis (Cinnamomum burmanii), etanol (pelarut), kalium bromat, kapas, kertas perkamen, Na-CMC,tablet allpurinol®, tissue. Pembuatan Ekstrak Serbuk kayu manis (Cinnamomum burmanii)
ditimbang sebanyak 500 gram, dimasukkan
kedalam bejana maserasi, kemudian ditambahkan pelarut etanol 96% sampai semua serbuk terendam sempurna, ditutup dengan aluminium foil, dan dibiarkan selama 3 kali 24 jam terlindung dari cahaya sambil diaduk, disaring didapat maserat, residu dimaserasi kembali dengan pelarut yang baru etanol 96% menggunakan prosedur yang sama, hingga pelarut tidak berubah warna (jernih). Semua filtrat yang didapatkan digabungkan dan diuapkan dengan menggunakan alat penguap rotary evapator sampai diperoleh ekstrak kental kemudian dikeringkan. Prosedur Penelitian Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan sehat dengan bobot badan 100 200 gram, sebanyak 15 ekor dan dibagi dalam 5 kelompok perlakuan, tiap kelompok terdiri dari 3 ekor. Kelompok I diberikan suspensi Na CMC sebagai kelompok negatif. Kelompok II diberikan suspensi allopurinol yang merupakan kontrol positif. Kelompok III, IV dan V merupakan kelompok perlakuan.
Sebelum perlakuan, tikus terlebih dulu di puasakan (tidak makan tapi tetap minum) selama 8 jam. Kemudian berat badan ditimbang dan diukur kadar asam urat. Diberikan larutan kalium bromat 5 ml secara oral lalu diukur kadar asam urat tikus Setelah 72 jam kemudian masing-masing diberi perlakuan kelompok I untuk kelompok kontrol negatif diberi suspensi Na-CMC 1% b/v, kelompok II untuk kelompok kontrol positif diberi suspensi allopurinol dengan konsentrasi 0,18%, kelompok III untuk kelompok uji diberi suspensi ekstrak etanol kayu manis konsentrasi 5% b/v, kelompok IV untuk kelompok uji diberi suspensi ekstrak etanol kayu manis konsentrasi 10% dan kelompok V untuk kelompok uji diberi suspensi ekstrak etanol kayu manis konsentrasi 15%. Lalu diukur kadar Asam urat tikus selama 60, 90, 120 menit dengan menggunakan cek darah otomatis (Easy Touch GCU). Pengumpulan data dan Analisis Data Data dikumpulkan dari hasil pengukuran kadar Asam Urat darah awal, setelah pemberian Kalium bromat, setelah pemberian suspensi Na-CMC, setelah pemberian suspensi allopurinol dan setelah pemberian suspensi ekstrak kayu manis dengan konsentrasi 5% b/v, 10% b/v, 15% b/v. Analisis data dilakukan dengan uji statistik Anova dengan taraf kepercayaan 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil rata-rata kadar asam urat darah setelah perlakuan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terjadi penurunan kadar asam urat dalam darah yang berbeda - beda pada masing – masing konsentrasi. ini dapat dilihat pada tabel bahwa kelompok 1 (kontrol negatif) yang dinduksi Na cmc, kelompok II (kontrol positif) yang dinduksi allopurinol dan kelompok III, IV, V (ekstrak kayu manis dengan masing – masing konsentrasi 5%, 10%.15% b/v), penurunan kadar asam urat dalam darah dapat dilihat dari nilai presentasi. Nilai presentasi penurunan kadar asam urat dalam darah yang paling rendah terdapat pada kelompok 1 (kontrol negatif) Sebesar 30.66% Hal ini disebabkan karena Na-CMC pada dasarnya memang tidak mengandung senyawa yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah dan presentasi penurunan kadar asam urat paling tinggi terdapat pada kelompok V 64.66% yang dinduksi ekstrak kayu manis Hal ini disebabkan karena kayu manis (Cinnamomum burmanii) merupakan tumbuhan yang mengandung senyawa polifenol yang memiliki kemampuan menurunkan asam urat dalam darah.
Tabel 4.4 Hasil rata-rata kadar asam urat darah setelah perlakuan
Kel.
KAU
KAU
Awal
Setelah 72 jam
(mg/dl)
Pemberian Larutan Kalium
KAU Setelah Perlakuan (mg/dl)
Presentasi (%) 30’
60’
90’
120’
Bromat (Mg/Dl) ± SD I
32
82.33
77.33
73
II
39
90.67
77.33
63
III
40.13
92
83.33
73
IV
38
92.33
76.7
58.3
V
35.6
89
72
5 6.7
64.67
56
30.66%
35
60.00%
61
43.33
52.00%
6.7
35
56.67%
48.67
43.6
33
64.66 %
Sumber data: Data primer yang diolah, 2014
100
Kadar Asam Urat Mg/dl
90 80 70 60
Na cmc
50
Allpurinol
40
ekstrak 5 %
30
ekstrak 10%
20
ekstrak 15 %
10 0 0
30
60
90
120
Waktu (menit)
Dari grafik 4.2 diplot diagram sehingga diperoleh histogram presentasi penurunan kadar kadar asam dalam darah berikut ini.
Penurunan Kadar Asam Urat Na cmc 70
52.00
60
KAU MG/DL
64.33
60.00
56.67
Allopurinol ekstrak 5 %
50 40
ekstrak 10%
30.66
30
ekstrak 15 %
20 10
0
Perlakuan Gambar 4.3 Histogram Presentasi Penurunan Kadar Asam Urat Tikus
Putih Jantan
Setelah Diberi Perlakuan Berdasarkan gambar 4.3 histogram presentasi penurunan kadar asam urat dalam darah yang paling besar hingga terkecil secara berturut-turut yaitu kelompok V (ekstrak kayu manis 5% b/v), kelompok II (kontrol positif) yang diinduksi suspensi allopurinol, kelompok IV, III (ekstrak kayu manis dengan konsentrasi 10% b/v, 15% b/v) dan kelompok I (kontrol negatif) yang diinduksi suspensi Na-CMC. Untuk membuat keadaan hiperurisemia tikus diberi kalium bromat sebagai penginduksi dengan dosis 0,2775% yang diperoleh dari konversi dosis kelinci 111 mg. Kalium bromat dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah yaitu dengan cara mempercepat metabolisme purin dengan cara meningkatkan aktifitas xantin oksidase (Alexander dkk, 2011). Pemilihan allopurinol sebagai kontrol positif karena Allopurinol banyak digunakan sebagai drug of choice untuk menurunkan kadar asam urat pada pasien underexcretors dan overproducers. Mekanisme aksinya allopurinol yaitu memblok tahapan akhir dari sintesis asam urat dengan cara menghambat enzim Xantin oxidase, yaitu enzim yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. Selain itu, allopurinol juga meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal dengan cara mengubah asam urat menjadi prekusor oxipurine, hal ini mengurangi pembentukan batu asam urat dan nefropati. Selain itu juga allopurinol dapat mengakibatkan
efek samping diantaranya yaitu masalah kulit, yang dapat menyebabkan ruam atau pengelupasan pada kulit, bisul, bibir terasa sakit, kelelahan, megantuk, dan sakit kepala (Nidaghania,2014). Grafik 4.2 menggambarkan hasil rata – rata kadar asam urat darah awal, setelah induksi kalium bromat dan setelah diberi perlakuan kelompok 1 (kontrol negatif) yang dinduksi Na cmc, kelompok II (kontrol positif) yang dinduksi allopurinol dan kelompok III, IV, V (ekstrak kayu manis dengan masing – masing konsentrasi 5%,10%.15% b/v). grafik tersebut mengambarkan kadar asam urat darah tikus rata – rata berada dibawah nilai 7mg/dl. Namun setelah diberi induksi kalium bromat oral 0,2775% terlihat adanya kenaikan yang signifikan pada semua hewan uji setelah 72 jam dengan kenaikan diatas nilai 7 mg/dl, Selanjutnya diberi perlakuan masing – masing kelompok dengan berbagai konsentrasi, terjadi penurunan kadar asam urat dalam darah yang berbeda – beda pada setiap kelompok perlakuan. Untuk perlakuan kelompok 1 yang dinduksi suspensi Na cmc 1% hanya sedikit tejadi penurunan jika dibandingkan dengan kelompok II (kontrol positif) yang di induksi dengan suspensi allopurinol hal ini di dasarkan karena allopurinol mampu menghambat sintesis asam urat. Mekanisme penghambatan ini dapat dimanfatkan untuk menjaga sintesis asam urat tetap stabil (Nidaghina, 2014). Sedangkan untuk hasil penelitian kelompok perlakuan V (ekstrak kayu manis dengan konsentrasi 15% b/v. Memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menurunkan kadar asam urat dalam darah jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan II kelompok kontrol positif (suspensi alloprinol) dan kelompok perlakuan III,IV (ekstrak kayu manis dengan kensentrasi 5%,10%. Berdasarkan gambar 4.3 histogram presentasi penurunan kadar asam urat dalam darah yang paling besar hingga terkecil secara berturut-turut yaitu kelompok V (ekstrak kayu manis 5% b/v), kelompok II (kontrol positif) yang diinduksi suspensi allopurinol, kelompok IV, III (ekstrak kayu manis dengan konsentrasi 10% b/v, 15% b/v) dan kelompok I (kontrol negatif) yang diinduksi suspensi Na-CMC. Hasil penurunan kadar asam urat dalam darah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) kemudian dilanjutkan dengan analisis statistik uji Anova untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antar kelompok. Hasil analisis statistiknya terhadap penurunan kadar asam urat darah dapat dilihat pada nilai yang ditunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel pada taraf 1% yakni 13.625 > 5.994 Hal ini berarti ada perbedaan yang sangat nyata atau terdapat perbedaan terhadap
penurunan kadar asam urat dalam darah antar kelompok I (kontrol negatif), kelompok II (kontrol positif) dan kelompok III, IV, V (ekstrak kayu manis dengan masing-masing konsentrasi 5% b/v, 10% b/v, 15% b/v). Kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoct berdasarkan uji untuk melihat signifikan penurunan berdasarkan masing-masing kelompok I (kontrol negatif), kelompok II (kontrol positif) dan kelompok III, IV, V (ekstrak kayu manis dengan masing-masing konsentrasi 5% b/v, 10% b/v, 15% b/v). Hasil analisis uji beda rata-rata Duncan menunjukkan bahwa penurunan kadar asam urat dalam darah pada kelompok II (kontrol positif) yang diinduksi suspensi allopurinol, kelompok III, IV, V (ektrak kayu manis dengan konsentrasi 5% b/v, 10% b/v, 15% b/v) tidak berbeda nyata karena terletak pada 1 subset yang sama yang berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna atau penurunan kadar asam urat dalam darah tidak terlalu berbeda jauh. Sedangkan kelompok 1 (kontrol negatif) yang diinduksi suspensi Na-CMC terdapat perbedaan yang nyata terhadap kelompok II (kontrol positif) yang diinduksi suspensi allopurinol dan kelompok III, IV, V (ekstrak kayu manis dengan masing-masing konsentrasi 5% b/v, 10% b/v, 15% b/v) atau penurunannya sangat kecil karena terdapat pada 1 subset lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) memiliki efek menurunkan kadar asam urat dalam darah pada tikus putih jantan (Rattus novergicus). Ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) memberi efek menurunkan kadar asam urat pada tikus hiperurisemia, ini dikarenakan ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) mengandung polifenol yaitu sinamldehid yang cukup tinggi yaitu (68.65 %) menjadi sumber senyawa antioksidan
sehingga mampu menghambat enzim xantin oksidase
(Winda,2014). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) mempunyai efek antiurisemia pada tikus putih jantan (Rottus novergicus) yang diinduksi dengan kalium bromat 2. Ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii ) yang paling besar terhadap penurunan kadar asam urat pada tikus putih jantan (Rottus novergicus) adalah 15% b/v dengan penurunan sebesar 64.33%.
Saran 1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya terhadap ekstrak kayu manis(Cinnamomum burmanii) dengan konsentrasi yang lebih besar. 2. Sebaiknya dilakukan penelitian selanjutnya tentang uji toksisitas akut pada hewan coba terhadap ekstrak kayu manis yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA Departemen Farmakologi Dan Terapi, (2007), Farmakologi Dan Terapi Edisi V. Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia Depkes RI. (2007). Kotranas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 4-14. Departemen Kesehatan . (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.Jakarta : Diktorat Jendral POM. hal 10-11. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Farmakope Indonesia. Ed.4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 1995. hal. 7. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 1986. hal.4-6, 10-12. Feig, DI. Duk-HeeKang, Md. and Richard, J.J. (2008). Uric Acid and Cardiovascular Risk,New England Journal Medicinal. 359, 1811-1821 Guyton, A,(1990). Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit. Edisi III. Jakarta: penerbit EGC. hal 355. Gunawan, E. S. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii) Terhadap Gambaran Mikroskopis Hepar, Kadar SGOT dan SGPT Darah Mencit BALB/c yang Diinduksi Paracetamol [Skripsi]. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro.
Handoko, T. dan Suharto B (1995), “insulin glucagon dan antidiabetik”dalam farmakologi dan terapi , edisi IV, editor: Sulista G , Ganiswara, Jakarta: gaya baru. Hal 471-472 Hayden, M.R and Tyagi, S.C. (2004). Uric acid: A new look at an old risk marker forcardiovascular disease, metabolic syndrome, and type 2 diabetes mellitus ;the urate redox shuttle,Nutrition & Metabolism, 1 : 10. King,
M.
W.
(1996).
Insulin
Regulation
of
(Online)
Metabolism.http://www.themedicalbiochemistrypage.org/insulin.php
tersedia [28
di Maret
2012]. Kurokawa Y, Maekawa A, Takahashi M, and Hayashi Y. (1990) Toxicity and carcinogenicity of potassium bromatea new renal carcinogen. Ehp environmental health.; 87. Mariane, (2011). Antidiabetic activity from ethanol Extract of kluwih’s leaf (artocarpus camansi) NidaGhania. (2014). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anrendera Cordifolia(Ten) Steenis) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Dalam Darah Tikus Jantan Yang Dinduksi Dengan Kafeina. Skripsi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Ping,H.Zhang, Ren G., (2010) Antidiabetes effect cinnamon oil in diabetic kk ay mice food and chemical Toxicology 48: 2344 – 2349. Riza Apriani, (2012). Uji Penghambatan Aktivitas Glukosidase Dan Identifikasi Golongan Senyawa Dari Fraksi Yang Aktif Pada Ekstrak Kulit Batang Cinnamomum Burmanii. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Indonesia fakultas MIPA. Rohmah, M. (2010). Aktifitas Antioksidan Pada Campuran Kopi Robusta (Coffea cannephora) dengan Kayu Manis (Cinnamomun burmanii) Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 6 (2): 50-54.
Syukri, M. (2007), Asam Urat dan Hiperuresemia. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Unsyiah/BPK . Universitas Sumatera Utara Sidauruk, P. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Dengan Tindakan Terhadap Faktor-Faktor Yang Memperberat Terjadinya Gout Arthritis di Kecamatan Tebing Tinggi Medan, Fakultas Kedokteran Sumatera Utara Medan Susanti P, Dan Sri Murwani, (Tanpa tahun). Pengaruh Ekstrak Etanol Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) Terhadap Peningkatan GR Yang Mengekspresikan IFN4 Dan Aktivitas Faositosis Makrofag. Universitas. Saputra, R. (2008). Efek Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Mencit Putih Jantan Galur Balb-C Yang Diinduksi Kalium Oksonat. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Signh V, Gomez VV, Swamy SG, (2010) ,Approach to a Case of Hyperuricemia’, in Indian J Aerospace Med, vol 54(1), p 40-5.