UJI DAYA HAMBAT BAKTERI Aeromonas hydrophila SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK KASAR DAUN SIRSAK (Annona muricata L) SECARA IN VITRO
ARTIKEL SKRIPSI BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh: KADI MEY ISMAIL NIM. 115080500111055
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
UJI DAYA HAMBAT BAKTERI Aeromonas hydrophila SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK KASAR DAUN SIRSAK (Annona muricata L) SECARA IN VITRO
Artikel Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Oleh: KADI MEY ISMAIL NIM. 115080500111055
Menyetujui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Sri Andayani, MS NIP. 19611106 198602 2 001
Dr. Ir. M. Fadjar, M.Sc NIP. 19611106 198602 2 001
Tanggal :
Tanggal :
Mengetahui, Ketua Jurusan MSP
Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS NIP. 19620805 198603 2 001
Tanggal :
UJI DAYA HAMBAT BAKTERI Aeromonas hydrophila SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK KASAR DAUN SIRSAK (Annona muricata L) SECARA IN VITRO Kadi Mey Ismail1), Sri Andayani2), M. Fadjar2) Abstrak Dampak dari penggunaan antibakteri sintetis banyak menimbulkan masalah baru pada budidaya seperti resistensi bakteri, retensi bahan toksik dan bersifat residu bagi tubuh konsumen. Oleh sebab itu, dibutuhkan adanya antibakteri alternatif yang dapat digunakan untuk menghambat atau membunuh bakteri, salah satunya adalah dengan penggunaan daun sirsak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kasar daun sirsak (A. muricata L) terhadap daya hambat bakteri A. hydrophila secara in vitro. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 2 kontrol.. Perlakuan A (80 ppm), perlakuan B (90 ppm), perlakuan C (100 ppm), perlakuan D (110 ppm), perlakuan E (120 ppm), kontrol positif (ditambah Chlorampenicol ) dan kontrol negatif (tanpa diberi ekstrak kasar daun sirsak). Hasil penelitian menunjukkan rata – rata diameter zona bening tertinggi terdapat pada perlakuan E (dengan nilai zona bening rata-rata 10,85 ± 0,53 mm dan hasil zona bening terendah yaitu perlakuan A didapatkan rata-rata nilai 3,35 ± 0,28 mm. Penambahan dosis perlakuan ekstrak kasar daun sirsak (A. muricata L) terhadap diameter zona bening menunjukkan pola linier dengan persamaan y = 0,19x – 11,897 dan koefisien R² = 0,9866. Hubungan antara pemberian ekstrak kasar daun sirsak (A. muricata L) dalam menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila dengan rata – rata diameter zona bening yang dihasilkan menunjukkan respon yang meningkat seiring dengan bertambahnya dosis. Ekstrak kasar daun sirsak (A. muricata L) terbukti mampu menghambat bakteri A. hydrophila. Ekstrak kasar daun sirsak dapat diaplikasikan sebagai bahan obat namun harus dilakukan uji in vivo terlebih dahulu untuk membuktikan keefektifan bahan tersebut. Kata kunci: Annona muricata, A. hydrophila , Uji daya hambat
Aeromonas hydrophila INHIBITION TEST USING SOURSOP LEAF ROUGH EXTRACT (Annona muricata L) IN VITRO Kadi Mey Ismail1), Sri Andayani2), M. Fadjar2) Abstract The impact of synthetic antibacterial generated a lot of new issues in aquaculture as resistance in bacteria, retention material toxic and tend to residue for the consumers. It needed the alternative antibacterial that can be used to inhibit or kill bacteria, one example is the the use of soursop leaves. This research was aimed to understand the influence of the soursop leaf (A. muricata L.) rough extracts against A. hydrophila in vitro. The experiment method used randomize completely design consist of treatment and control. A treatment (80 ppm), B treatment (90 ppm), C treatment (100 ppm), D treatment (110 ppm), E treatment (120 ppm), positive control (plus Chlorampenicol) and negative control (without soursop leaves extract). The results of research showed the highest average of clear zone diameter in E treatment 10,85 ± 0,53 mm and the lowest average of clear zone 3.35 ± 0,28 mm in A treatment, with linear equation y = 0,19x - 11,897 and coefficients R2 = 0,9866 . The relationship between the soursop (A. muricata L. ) leaves rough extract in inhibiting bacterial growth showed that the diameter of clear zone has escalated in line with the improvement. It capable to inhibit A. hydrophila. Key word: Annona muricata, A. hydrophila, Inhibition test Student of Fisheries and Marine Science Faculty, University of Brawijaya 2,3) Lecture of Fisheries and Marine Science Faculty, University of Brawijaya 1)
1
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Budidaya
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kasar
perikanan
intensif
daun sirsak (A. muricata L) terhadap daya
menggunakan padat tebar dan jumlah pakan
hambat bakteri A. hydrophila secara in vitro.
yang tinggi sehingga beresiko menurunkan
Sehingga diharapkan mampu memberikan
kualitas air budidaya karena tingginya buangan
informasi yang berguna untuk kemajuan dunia
metabolit. Hal ini dapat memicu berbagai
perikanan yang ramah lingkungan.
macam penyakit (Mariyono dan Sundana,
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
2002). Salah satu penyakit yang timbul akibat
Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan dan
menurunnya kualitas perairan tersebut yaitu
di
penyakit bakterial yang disebabkan oleh
Fakultas
bakteri Aeromonas hydrophila.
Universitas Brawijaya Malang pada bulan
Bakteri ini
merupakan bakteri Gram negatif yang pada
Laboratorium Perikanan
Mikrobiologi dan
Perairan,
Ilmu Kelautan,
Desember 2014.
umumnya hidup di perairan tawar yang mengandung bahan organik tinggi (Wintoko et
2 2.1
al., 2013).
Alat yang digunakan dalam penelitian
Selama ini antibakteri sintetis banyak digunakan
dalam
budidaya
seperti
Cloramphenicol
dan
Oxytetracycline
untuk
menghambat
atau
membunuh
bakteri
patogen. Dampak dari penggunaan antibakteri sintetis banyak menimbulkan masalah baru pada budidaya seperti resistensi bakteri, retensi bahan toksik dan bersifat residu bagi tubuh konsumen. Hal ini berimbas pada penolakan hasil perikanan yang diduga masih
adalah
ikan (Sarida et al., 2010). Oleh sebab itu, dibutuhkan adanya antibakteri alternatif yang dapat digunakan untuk menghambat atau membunuh bakteri, salah satunya adalah dengan penggunaan daun sirsak. Menurut Permatasari et al. (2013), daun sirsak yang mengandung flavonoid, saponin, tanin dan alkaloid ini berpotensi sebagai bahan untuk penyakit
infeksi
bakteri.
Autoklaf,
Kulkas,
Cawan
petri,
Erlenmeyer 500 ml, Beaker glass 1000 ml, Toples 500 ml, Gelas ukur 100 ml, Bunsen, Tabung Reaksi, Hot Plate, Timbangan Digital, Timbangan Analitik, Vortex Mixer, Curigen 5 Liter, Mikropipet 10-100 µl, Mikropipet 1001000 µl, Nampan, Spektrofotometer, Washing bottle, Sprayer, Masker, Sarung Tangan, Botol Sampel ± 25 ml, LAF (Laminary Air Flow), Inkubator, Sendok Bahan dan Oven.
menggunakan pestisida pada proses ekspor
mencegah
Metode Penelitan Alat dan Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah Daun Sirsak (Annona muricata L.), Aquades, Etil Asetat, Tissue, tisu, Alumunium Foil, Alkohol 70%, Kapas, kertas label, Bakteri A. hydrophila, TSA (Tryptone Soy Agar), NB (Nutrient Broth), MHB (Mueller Hinton Broth), Plastik 2 Kg, Kertas Koran, Kertas Cakram, Kertas Saring Whattman No.41, Tali Kasur, DMSO 10%, NaCl, Spirtus, Plastik wrap.
Berdasarkan informasi tersebut, daun sirsak diduga
dapat
menghambat
bakteri A. hydrophila.
pertumbuhan
2.2 Metode dan Rancangan Penelitian Metode
penelitian
yang
digunakan
adalah metode eksperimen. Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
sebanyak 50 ml dan dihomogenkan. Media
(RAL). Penelitian terdiri dari 5 perlakuan dan
yang sudah homogen dimasukkan ke dalam
1 kontrol dengan 3 kali ulangan.
5 tabung reaksi sebanyak 10 ml disetiap adalah
tabung reaksinya. Tabung reaksi ditutup
penanaman bakteri A. hydrophilla pada ekstrak
kapas dan dibungkus alumunium foil serta
daun sirsak dengan dosis yang berbeda.
diikat oleh tali. Media disterilisasi dengan
Perlakuan A (ekstrak kasar daun sirsak dosis
autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit
80 ppm), perlakuan B (ekstrak kasar daun
dengan tekanan 1 atm. Tabung reaksi yang
sirsak dosis 90 ppm), perlakuan C (ekstrak
berisi media steril dimiringkan dengan
kasar daun sirsak dosis 100 ppm), perlakuan D
kemiringan
(ekstrak kasar daun sirsak dosis 110 ppm),
menjadi padat.
Perlakuan
yang
digunakan
30o
dan
ditunggu
sampai
perlakuan D (ekstrak kasar daun sirsak dosis 120 ppm). Selain itu, dilakukan kontrol positif yaitu dengan pemberian antibakteri sintetis
C. Pembuatan Broth)
Media
NB
(Nutrient
Media NB ditimbang 0,40 gr dengan
(Chlorampenicol) dan kontrol negatif (tanpa
menggunakan
penambahan ekstrak daun sirsak).
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Media
Daun
dicuci
digital
dan
dilarutkan dengan aquades sebanyak 50 ml
2.3 Prosedur Penelitian 2.3.1 Persiapan Penelitian A. Pembuatan Sembung
timbangan
lalu dihomogenkan. Media yang sudah
Ekstrak
Kasar
Daun
homogen ditutup kapas dan dibungkus alumunium foil serta diikat oleh tali. Media
terlebih
dahulu
dan
disterilisasi dengan autoklaf pada suhu
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan
121oC selama 15 menit dengan tekanan 1
dihaluskan dengan menggunakan blender. Daun
atm.
yang sudah halus ditimbang. Kemudian dicampur dengan pelarut etil asetat dalam beaker glass 1000 ml dengan perbandingan 1 : 3 lalu ditutup dengan alumunium foil. Daun yang
sudah
dicampur
dengan
pelarut
didiamkan selama 2x24 jam (maserasi). Setelah itu
disaring
menggunakan
kertas
saring
Whatman No. 41. Hasil filtrasi dievaporasi dengan rotary evaporator pada suhu 60-70oC
D. Pembuatan Media Agar untuk Uji Cakram Media TSA ditimbang 16,8 gr dengan menggunakan dimasukkan
ke
timbangan
digital.
dalam
Erlenmeyer
Media dan
dilarutkan dengan aquades sebanyak 420 ml kemudian dihomogenkan. Erlenmeyer ditutup kapas dan dibungkus alumunium foil serta diikat oleh tali. Media disterilisasi dengan
sampai pelarut menguap. Hasil ekstraksi
autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit
ditimbang.
dengan tekanan 1 atm. Media steril ditunggu hingga media tidak terlalu panas. Media
B. Pembuatan Media Agar Miring Media TSA (Triptic Soy Agar) ditimbang 2 gr dengan menggunakan timbangan digital. Media dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian
dilarutkan
dengan
aquades
dituangkan pada 21 cawan petri sebanyak ± 20 ml di setiap cawannya. Media ditunggu hingga menjadi padat.
E. Pembuatan Media MHB (Mueller Hinton Broth) Media MHB digunakan sebagai media untuk
uji
MIC
Concentration).
Media
sebanyak 1,26 gr digital.
Media
(Minimun
Inhibitoring
MHB
ditimbang
menggunakan timbangan dimasukkan
ke
dalam
Erlenmeyer dan dilarutkan dengan aquades sebanyak 60 ml. Media yang sudah homogen dimasukkan ke dalam 11 tabung reaksi sebanyak 4,5 ml di setiap tabung reaksi. Tabung reaksi ditutup kapas dan dibungkus alumunium foil serta diikat oleh tali. Media disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit dengan tekanan 1 atm. F.
2.3.2 Pelaksanaan Penelitian 2.3.2.1 Uji MIC (Minimum Inhibiting
Concentration) Sebanyak 11 tabung reaksi yang sudah berisi media MHB steril sebanyak 4,5 ml disiapkan terlebih dahulu. Ekstrak kasar daun sirsak (A. Muricata L) diberikan pada 9 tabung reaksi dengan dosis yang berbeda setiap tabungnya. Adapun dosisnya terdiri dari 1000 ppm, 750 ppm, 500 ppm, 250 ppm, 100 ppm, 75 ppm, 50 ppm, 25 ppm, dan 10 ppm. Pada 2 tabung reaksi sisa dijadikan kontrol positif dan kontrol negatif. Kontrol positif diberi antibakteri sintetis (Chlorampenicol). Setiap tabung reaksi diberi isolat bakteri 1 ose. Media diinkubasi di inkubator dengan suhu 32oC
Kultur Bakteri A. hydrophila Biakan bakteri yang sudah diremajakan
selama 24 jam. Media dicek kekeruhannya dan
pada media Agar Miring diambil dengan
diukur
menggunakan jarum ose sebanyak 1 gores.
spektrofotometer.
Ose yang sudah ada bakteri dicelupkan pada
2.3.2.2 Uji Cakram
media NB yang sudah di persiapkan. Media disimpan pada inkubator dengan suhu 30 0C selama 24 jam. Semua kegiatan pengkulturan dilakukan secara steril.
absorbansinya
menggunakan
Cawan petri yang telah terdapat media TSA disiapkan terlebih dahulu. Kertas cakram steril diberikan beberapa perlakuan, yakni direndam ke dalam ekstrak daun sirsak (A.
G. Cara memperoleh bakteri Aeromonas hydrophila 107 sel/ml
muricata L) dengan konsentrasi 80 ppm, 90
Kultur murni bakteri dari media agar
kontrol positif, kertas cakram direndam ke
miring disiapkan terlebih dahulu. Bakteri
dalam antibakteri sintetis (Chlorampenicol) dan
diambil dan dimasukkan ke dalam tabung
untuk kontrol negatif direndam ke dalam
reaksi yang sudah berisi NaFisiologis 10 ml
aquades selama 10-15 menit. Bakteri A.
dan di vortex. Kekeruhan bakteri disamakan
hydrophila disebar pada seluruh permukaan
108.
lempeng Agar dengan cara dioleskan, untuk
Tabung reaksi yang berisi NaFisiologis dengan
mendapatkan pertumbuhan yang merata,
volume 9 ml disiapkan. Bakteri dari kekeruhan
kapas lidi dioleskan secara mendatar kemudian
dengan kekeruhan Mc Farlan yang
bakteri
108
diambil
1
ml
ppm, 100 ppm, 110 ppm, 120 ppm. Perlakuan
kemudian
diputar lempeng Agar 80o dan dibuat olesan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi
kedua dengan lempeng Agar diputar 45o dan
NaFisiologis dengan volume 9 ml. Didapatkan
dibuat olesan ke tiga. Setelah 10-15 menit
kekeruhan bakteri 107.
kertas cakram yang telah mengandung ekstrak diletakkan pada media Agar. Media yang
sudah ditanam bakteri dan diberi kertas cakram diinkubasi pada suhu 30oC selama 1824 jam. Media diamati hasil dan diukur zona bening yang terbentuk di sekitar kertas cakram
Dosis yang tinggi menghasilkan nilai absorbansi yang rendah dan sesuai dengan pernyataan Wardani et al., (2012), menyatakan bahwa dosis yang digunakan berbanding
dengan menggunakan jangka sorong.
terbalik 2.3.3 Parameter Uji parameter
nilai
absorbansi
yang
dihasilkan, atau semakin tinggi dosis yang
Parameter uji dalam penelitian ini ada 2 yaitu
dengan
utama
dan
parameter
digunakan maka nilai absorbansi semakin rendah.
Tidak
semua
hasil
uji
MIC
penunjang. Parameter utama dalam penelitian
menunjukka nilai absorbansinya sesuai dengan
ini adalah hasil pengamatan yaitu hasil zona
pernyataan tersebut karena warna ekstrak
bening yang terlihat di sekitar kertas cakram
dapat
yang sudah ditumbuhi oleh bakteri A.
spektrofotometer terhadap perlakuan yang
hydrophila. Sedangkan parameter penunjang
dilakukan. Menurut Putri et al., (2008),
yaitu lama waktu perendaman kertas cakram
spektrofotometer tidak mampu membedakan
pada ekstrak kasar daun sirsak (A. muricata L).
kekeruhan warna ekstrak dengan kekeruhan
mempengaruhi
pembacaan
bakteri oleh karena itu pengamatan bisa 3
Hasil dan Pembahasan
3.1
(Minimum Concentration) Uji
MIC
Hasil
pengamatan
uji
dibantu
Inibiting MIC
dengan
melihat
warna
dan
membandingkan dengan control (Gambar 1).
yang
dilakukan menggunakan berbagai macam dosis ekstrak kasar daun sirsak ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji MIC No
Konsentrasi Absorbansi Warna (ppm) 1 1000 0,4843 Bening 2 750 0,4206 Bening 3 500 0,4060 Bening 4 250 0,5350 Bening 5 100 0,2565 Bening 6 75 0,2771 Keruh 7 50 2,9016 Keruh 8 25 2,4383 Keruh 9 10 2,5672 Keruh 10 Kontrol (-) 1,9211 Keruh 11 Kontrol (+) 0,2613 Bening Keterangan : Tabung No. = Konsentrasi 100 ppm 5 mampu menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila Kontrol (-) = Perlakuan tidak ditambahkan antibakteri Kontrol (+) = Perlakuan ditambahkan antibakteri konvensional (Chloramfenicol)
Gambar 1. Hasil uji MIC (kiri-kanan: no19, kontrol (-) dan kontrol (+) Hasil
spektrofotometer pada
tabung
nomor lima menghasilkan nilai absobansi di bawah kontrol negatif atau mendekati kontrol positif yaitu terdapat pada dosis 100 ppm, dosis
tersebut
dapat
menghambat
pertumbuhan bakteri A. hydrophila. 3.2 Uji Cakram Uji cakram dilakukan menggunakan perlakuan dosis 80 ppm, 90 ppm, 100 ppm, 110 ppm, 120 ppm serta kontrol (negatif dan positif). Digunakan dosis di bawah 100 ppm yakni 80 ppm dan 90 ppm dikarenakan, adanya kemungkinan di bawah dosis 100 ppm
dan di atas 75 ppm dari uji MIC sudah dapat menghambat
pertumbuhan
bakteri
A.
hydrophila. Suryawiria (2005), menyatakan bahwa
Kontrol (+)
respon hambat dari suatu bahan aktif dapat
Gambar 2. Hasil Uji Cakram
diklasifikasikan pada empat respon seperti Hasil uji cakram dari ekstrak kasar daun
yang disajikan pada Tabel 2.
sirsak (A. muricata L) dengan lima perlakuan Tabel 2. Klasifikasi Respon Hambat No
Diameter Zona Bening (mm) 1. <5 2. 5-10 3. 10-19 4. >20 Sumber: Suryawiria (2005)
Respon Hambatan
dosis dan tiga kali ulangan yang dilakukan yaitu dengan dosis 80 ppm, 90 ppm, 100 ppm, 110 ppm, 120 ppm didapatkan diameter zona bening setelah dilakukan pengamatan 24 jam
Lemah Sedang Kuat Sangat Kuat
Berdasarkan Tabel 2 mengenai respon
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Rata-rata Pengamatan Zona Bening Setelah Pemberian Ekstrak Kasar Daun Sirsak (A. muricata L) terhadap Bakteri A. hydrophila
hambat suatu bahan aktif terhadap bakteri Zona Bening (mm)
dengan uji cakram dapat ditentukan bahwa respon hambatan ekstrak kasar daun sirsak
Perlakuan 1
(A. muricata L) terhadap bakteri A. hydrophila dengan dosis 80 ppm dan 90 ppm dikatakan
2
3
Total
Rerata ± Standar Deviasi
A
3,3
3,65
3,1
10,05
3,35 ± 0,28
B
4,65
5,1
5,45
15,2
5,07 ± 0,40
dan 120 ppm dikatakan sedang karena ukuran
C
7,1
7
7,45
21,55
7,18 ± 0,24
diameter zona bening yang dihasilkan berada
D
9,45
9,1
8,65
27,2
9,07 ± 0,40
E
10,65
10,45
11,45
32,55
10,85 ± 0,53
lemah karena ukuran diameter zona bening < 5 mm , sedangkan dosis 100 ppm, 110 ppm
pada jarak antara 5-10 mm. Adapun gambar hasil uji daya hambat bakteri A. hydrophila setelah pemberian ekstrak kasar daun sirsak (A. muricata L) dapat dilihat pada Gambar 2.
Data rata – rata diameter zona bening tertinggi terdapat pada perlakuan E (dengan nilai zona bening rata-rata 10,85 ± 0,53 mm dan hasil zona bening dengan nilai terendah yaitu perlakuan A didapatkan rata-rata nilai
Kontrol (-)
80 ppm
90 ppm
3,35 ± 0,28 mm. Kemudian dilakukan analisis regresi untuk mengetahui hubungan dosis dengan diameter zona bening (Gambar 3).
100 ppm
110 ppm
120 ppm
terjadi perubahan ukuran. Bahan aktif yang
15 Diameter zona bening (mm)
diduga
10
berperan
menghambat
5
sangat
penting
pertumbuhan
dalam
bakteri
A.
hydrophila adalah flavonoid. Menurut
0 0
50 100 Dosis (ppm)
150
Gambar 3. Hubungan Dosis Ekstrak Kasar Daun Sirsak dengan Diameter Zona Bening
Haryani
et
al.,
(2012),
Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol.
Flavonoid dan flavonol
disintesis tanaman dalam responnya dalam infeksi
mikroba.
Mekanisme
senyawa
Penambahan dosis perlakuan ekstrak
flavonoid dalam mengganggu aktifitas bakteri
kasar daun sirsak (A. muricata L) terhadap
adalah dengan mendenaturasi protein sel
diameter zona bening menunjukkan pola linier
bakteri dan merusak membran sitoplasma, hal
dengan persamaan y = 0,19x – 11,897 dan
tersebut didukung dengan pernyataan Brooks
koefisien R² = 0,9866. Hubungan antara
et al., (2005), bahwa flavonoid efektif bekerja
pemberian ekstrak kasar daun sirsak (A.
sebagai bakteriostatik karena diduga dapat
muricata L) dalam menghambat pertumbuhan
menghambat dan merusak dinding sel atau
bakteri A. hydrophila dengan rata – rata
membran sel bekteri yang terdiri dari lapisan
diameter
dihasilkan
protein, mekanisme kerja senyawa-senyawa
menunjukkan respon yang meningkat seiring
fenol termasuk flavonoid sebagai antibakteri
dengan bertambahnya dosis ekstrak kasar
adalah dengan mendenaturasi protein sel
daun sirsak (A. muricata L) dari dosis 80 ppm,
bakteri
90 ppm, 100 ppm, 110 ppm, 120 ppm.
Penghambatan dan perusakan dinding dan
zona
bening
yang
Menurut Chomnawang et al. (2005),
dan
merusak
membran
sel.
membran sel ini dapat dilakukan dengan
dilihat dari cara kerjanya antibakteri dibagi
terbentuknya
menjadi dua yaitu anti bakteri yang bersifat
kovalen antara bahan aktifnya yang bersifat
bakteriostatik
bakteriosidal.
hidrofobik sehingga mengganggu integrasi
yang
dinding dan membran sel bakteri.
dan
Bakteriostatik
adalah
zat
dapat
mengambat pertumbuhan bakteri sedangkan bakteriosidal
adalah
zat
yang
dapat
membunuh bakteri.
hidrogen
dan
Volk dan Wheeler (1993) menjelaskan bahwa senyawa flavonoid dapat merusak membran
Hasil penelitian Uji Daya hambat bakteri
ikatan-ikatan
sitoplasma
yang
dapat
menyebabkan hilangnya metabolit penting dan
A. hydrophila setelah pemberian ekstrak kasar
menginaktifkan
daun sirsak (A. muricata L) menghasilkan sifat
Kerusakan ini memungkinkan nukleotida dan
bakteriostatik terhadap bakteri A. hydrophila.
asam amino meresap keluar dan mencegah
Uji
MIC
(Minimum
sistem
enzim
bakteri.
Inhibiting
masuknya bahan-bahan aktif ke dalam sel.
Concentration) dan uji cakram yang telah
Pada perusakan membran sitoplasma, ion H+
didapatkan bahwa ekstrak kasar daun sirsak
dari senyawa fenol dan turunannya (flavonoid)
(A.
menghambat
akan menyerang gugus polar (gugus fosfat)
pertumbuhan bakteri A. hydrophila hal tersebut
sehingga molekul fosfolipida akan terurai
dilihat dari panjangnya zona bening yang
menjadi gliserol, asam karboksilat dan asam
muricata
L)
mampu
Daftar Pustaka
fosfat. Hal ini mengakibatkan fosfolipida tidak mampu mempertahankan bentuk membran sitoplasma akibatnya membran sitoplasma akan bocor dan bakteri akan mengalami hambatan pertumbuhan dan bahkan kematian. Parameter penunjang dari penelitian ini yaitu lama waktu perendaman kertas cakram
Brooks, G. F.Butel, J.S Morse. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Alih Bahasa. Salemba Medika. Jakarta. 31727 hlm. Chomnawang, M.T, Surassno S., Nukoolkarn, V.S., and Gristanapan, W. 2005.
Antimicrobial effects medicinal plants acneinducing
pada perlakuan ekstrak kasar daun sirsak (A. muricata L) dengan dosis yang berbeda. Perendaman kertas cakram yang dilakukan selama ±15 menit. Lama waktu perendaman tersebut dilakukan agar bahan aktif dapat meresap
ke
dalam
kertas
cakram
dan
mencegah rusaknya kertas cakram akibat terlalu lama dilakukan perendaman. 4 4.1
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Ekstrak kasar daun sirsak (A. muricata L)
mampu menghambat bakteri A. hydrophila dan bersifat bakteriostatik dilihat dari diameter zona bening yang dihasilkan dari semua perlakuan yang sudah ditentukan selama penelitian.
Diameter zona bening yang
dihasilkan semakin meningkat seiring dengan semakin
tinggi
dosis
perlakuan
yang
digunakan. Perlakuan dengan dosis 80 ppm sudah
dapat
menghambat
pertumbuhan
bakteri A. hydrophila dengan ukuran diameter rata-rata zona bening 3.35 ± 0,28.mm. 4.2 Saran Daun sirsak (A. muricata L) dapat dimanfaatkan
untuk
menghambat
pertumbuhan bakteri A. hydrophila dengan dosis 80 ppm (dosis terendah), namun perlu dilakukan
penelitian
lanjutan
untuk
mendapatkan dosis optimal serta perlu diuji secara in vivo untuk membuktikan keefektifan bahan tersebut sebagai obat.
of
Thai against bacteria.
Jethnopharmacol 101. 330-333 hlm. Haryani, A., R, Grandiosa., I,D, Buwono dan A, Santika. 2012. Uji efektivitas daun papaya (Carica papaya) untuk pengobatan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan mas koki (Carrasius auratus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(3): 214-220 Mariyono dan A. Sundana. 2002. Teknik pencegahan ppengobatan penyakit bercak merah pada ikan air tawar yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Buletin Teknik Pertanian. 7(1): 33-36 Permatasari, G. A. A, I. N. K Besung, H. Mahatmi. 2013 Daya Hambat Perasan Daun Sirsak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(2) : 162 – 169. Putri,
R,W., W, Tjajaningsih dan D, Handijatno. 2008. Daya antibakteri pigmen pyocyanin dari isolate Pseudomonas aeruginosa terhadap Aeromonas hydrophila secara in vitro. Jurnal berkala ilmiah perikanan. 3(1): 65-73.
Sarida, M. Tarsim., I. Faizal. 2010. Pengaruh Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dalam menghambat Pertumbuhan Bakteri Vibrio harveyi secara In Vitro. J. Penelitian Sains Vol. 13 (3D). Suryawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.
Volk,
W.A and M.F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Edisi Kelima. Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Wintoko, F., A. Setyawan., S. Hudaidah., dan M. Ali. 2013. Imunogenisitas heat killed vaksin inaktif. E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 2(1): 205-206 hlm.