SNI 01-7212-2006
Standar Nasional Indonesia
Uji cepat viabilitas benih tanaman kehutanan: tusam, mangium, sengon, mahoni dan gmelina
ICS 65.020.20
Badan Standardisasi Nasional
SNI 01-7212-2006
Daftar isi
Daftar isi.....................................................................................................................................i Prakata .................................................................................................................................... iii 1
Ruang lingkup.................................................................................................................... 1
2
Acuan normatif................................................................................................................... 1
3
Istilah dan definisi .............................................................................................................. 1
4
Pengambilan contoh uji ..................................................................................................... 2
5
Cara uji .............................................................................................................................. 3
6
Persyaratan hasil uji ........................................................................................................ 14
Lampiran A (normatif) Struktur benih.................................................................................... 29 Bibliografi ............................................................................................................................... 31 Tabel 1
Kunci interpretasi hasil uji tetrazolium pada benih tusam..................................... 15
Tabel 2
Kunci interpretasi hasil uji tetrazolium pada benih mangium................................ 16
Tabel 3
Kunci interpretasi hasil uji tetrazolium pada benih sengon................................... 17
Tabel 4
Kunci interpretasi hasil uji tetrazolium pada benih mahoni................................... 18
Tabel 5
Kunci interpretasi hasil uji tetrazolium pada benih gmelina .................................. 19
Tabel 6
Kunci interpretasi hasil uji eksisi embrio benih tusam .......................................... 23
Tabel 7
Kunci interpretasi hasil uji eksisi embrio benih mangium ..................................... 23
Tabel 8
Kunci interpretasi hasil uji eksisi embrio benih sengon ........................................ 24
Tabel 9
Kunci interpretasi hasil uji eksisi embrio benih mahoni ........................................ 25
Tabel 10
Kunci interpretasi hasil uji eksisi embrio benih gmelina....................................... 25
Tabel 11
Kunci interpretasi hasil uji belah benih tusam...................................................... 26
Tabel 12
Kunci interpretasi hasil uji belah benih mangium................................................. 26
Tabel 13
Kunci interpretasi hasil uji belah benih sengon.................................................... 27
Tabel 14
Kunci interpretasi hasil uji belah benih mahoni.................................................... 27
Tabel 15
Kunci interpretasi hasil uji belah benih gmelina................................................... 28
Gambar 1
Cara pengambilan contoh uji .............................................................................. 3
Gambar 2
Sketsa pola pewarnaan hasil uji tetrazolium pada benih tusam ........................ 15
Gambar 3
Sketsa pola pewarnaan hasil uji tetrazolium pada benih mangium ................... 17
Gambar 4
Sketsa pola pewarnaan hasil uji tetrazolium pada benih sengon ...................... 18
Gambar 5
Sketsa pola pewarnaan hasil uji tetrazolium pada benih mahoni ...................... 19
Gambar 6
Sketsa pola pewarnaan hasil uji tetrazolium pada benih gmelina ..................... 20
i
SNI 01-7212-2006
Gambar 7
Benih tusam viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji hidrogen peroksida............. 20
Gambar 8
Benih mangium viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji hidrogen peroksida........ 21
Gambar 9
Benih sengon viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji hidrogen peroksida........... 21
Gambar 11
Benih gmelina viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji hidrogen peroksida ........ 22
Gambar 12
Benih tusam viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji eksisi embrio .................... 23
Gambar 13 Benih mangium (a) viabel dan (b) non viabel hasil uji eksisi embrio................. 24 Gambar 14
Benih sengon viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji eksisi embrio .................. 24
Gambar 15
Benih mahoni viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji eksisi embrio................... 25
Gambar 16
Benih gmelina viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji eksisi embrio.................. 25
Gambar 19
Benih sengon viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji belah............................... 27
Gambar 20
Benih mahoni viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji belah............................... 28
Gambar 21
Benih gmelina viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji belah.............................. 28
Gambar A.1 Sketsa struktur benih tusam ............................................................................. 29 Gambar A.2 Sketsa struktur benih mangium ........................................................................ 29 Gambar A.3 Sketsa struktur benih sengon ........................................................................... 29 Gambar A.4 Sketsa struktur benih mahoni .......................................................................... 30 Gambar A.5 Sketsa struktur benih gmelina ......................................................................... 30
ii
SNI 01-7212-2006
Prakata
Standar ini digunakan sebagai pedoman dalam pengujian benih-benih tersebut. Standar ini bertujuan untuk memperoleh gambaran potensi viabilitas suatu benih secara cepat. Potensi viabilitas benih yang diperoleh dengan uji cepat ini hasilnya sedikit lebih tinggi dari tingkat viabilitas benih yang diperoleh dari uji viabilitas secara langsung. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 65-01, Pengelolaan Hutan yang telah dibahas pada rapat-rapat teknis dan disepakati pada rapat konsensus nasional pada tanggal 31 Desember 2004 di Bogor. Standar ini disusun dengan memperhatikan hal-hal yang terdapat dalam: 1. Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman; 2. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 3. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman; 4. Keputusan Menteri Kehutanan No. 085/Kpts-II/2001 tentang Perbenihan Tanaman Kehutanan; 5. Pedoman Standardisasi Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Tanaman Hutan, BTP (2000).
iii
SNI 01-7212-2006
Uji cepat viabilitas benih tanaman kehutanan: tusam, mangium, sengon, mahoni dan gmelina
1
Ruang lingkup
Standar ini menetapkan cara uji cepat viabilitas benih tusam (Pinus merkusii), mangium (Acacia mangium), sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia sp.) dan gmelina (Gmelina arborea) serta persyaratan hasilnya, meliputi uji tetrazolium, uji hidrogen peroksida, uji eksisi embrio, dan uji belah (digunakan untuk benih yang baru dipanen). Uji belah hanya digunakan untuk benih yang baru dipanen. 2
Acuan normatif
SNI 01-5006.7-2002, Tanaman kehutanan – Bagian 7: Istilah dan definisi yang
berhubungan dengan perbenihan dan pembibitan tanaman kehutanan. 3
Istilah dan definisi
3.1 garam tetrazolium (2,3,5 triphenil tetrazolium chlorida) suatu senyawa kimia dengan rumus 2,3,5 triphenyl tetrazolium klorida atau bromida yang digunakan sebagai pewarna untuk membedakan sel hidup dengan sel mati pada uji tetrazolium 3.2 hidrogen peroksida (H2O2) suatu larutan yang tidak stabil dan tidak berwarna, dapat larut dalam air dan alkohol, serta mudah didekomposisikan dalam air dan oksigen bila disimpan pada suhu yang terlalu tinggi/rendah atau di bawah cahaya langsung 3.3 plumula bagian dari struktur tumbuh benih yang akan membentuk organ batang 3.4 radikel bagian dari struktur tumbuh benih yang akan membentuk organ akar 3.5 sterilisasi kegiatan pembebasan/pembersihan suatu obyek (alat, bahan, atau media) dari organisme yang tidak diinginkan, seperti fungi, bakteri, virus, atau yang lainnya 3.6 viabilitas benih kemampuan benih untuk hidup, yang ditunjukkan oleh gejala pertumbuhan atau gejala metabolismenya dan dapat pula ditunjukkan oleh keadaan organel sitoplasma atau kromosom 1 dari 31
SNI 01-7212-2006
3.7 uji belah uji cepat viabilitas benih dengan cara melihat langsung penampakan struktur tumbuhnya yang menunjukkan kondisi yang baik (hidup) 3.8 uji cepat viabilitas metode pengujian viabilitas benih yang didasarkan pada proses metabolisme benih yang merupakan indikasi tak langsung 3.9 uji eksisi embrio salah satu uji cepat viabilitas benih yang dilakukan dengan mengamati perilaku embrio dalam kondisi jaringan setelah pemotongan dan inkubasi selanjutnya, dimana embrio yang viabel akan memperlihatkan warna hijau, tumbuh atau tetap segar sementara embrio yang non viabel akan rusak 3.10 uji hidrogen peroksida uji cepat viabilitas benih dengan memanfaatkan sifat larutan hidrogen peroksida yang dapat merangsang perkecambahan benih dan dapat digunakan untuk mempercepat perkecambahan 3.11 uji tetrazolium uji cepat viabilitas benih secara biokimia yang didasarkan kepada pewarnaan yang menggunakan garam tetrazolium yang membentuk endapan formazan merah pada setiap sel hidup dan warna putih pada sel mati CATATAN
Istilah dan definisi mengacu kepada SNI 01-5006.7-2002, Tanaman
kehutanan – Bagian 7: Istilah dan definisi yang berhubungan dengan perbenihan dan pembibitan tanaman kehutanan. 4 4.1
Pengambilan contoh uji Jumlah contoh uji
Jumlah contoh uji yang dianggap mewakili kelompok benih (seed lot) yang akan diuji adalah 4 x 100 butir benih. 4.2
Prosedur pengambilan contoh
Prosedur pengambilan contoh adalah sebagai berikut: - Contoh kirim dan komposit (A) dihamparkan, kemudian dibagi menjadi 4 bagian, yaitu bagian 1, 2, 3 dan 4; - Bagian 1 dan 3 dicampur (B) dan dihamparkan, kemudian dibagi menjadi 4 bagian, yaitu bagian 5, 6, 7 dan 8; - Bagian 5 dan 7 dicampur (C) dan dihamparkan, kemudian dibagi menjadi 4 bagian, yaitu bagian 9, 10, 11 dan 12;
2 dari 31
SNI 01-7212-2006
-
Bagian 9 dan 11 adalah bagian yang diambil sebagai contoh uji.
A 1
B
2 5
4
3
C
6
8
7
9
10
12
11
1 +2 + 3 + 4 5 +6 + 7 + 8
1+3
5+7
9 +10 + 11 + 12
9 + 11 Gambar 1 5
Cara pengambilan contoh uji
Cara uji
5.1 5.1.1
Bahan dan alat Bahan
Aquades, garam tetrazolium (2,3,5-triphenil tetrazolium klorida), Na2HPO4.2H2O, KH2PO4, etanol 70%, kertas merang, aluminium foil, larutan hidrogen peroksida, benomil, dan kertas saring. 5.1.2
Alat
Cawan petri, gelas piala, gunting kuku, pinset, silet, inkubator, oven, alat pengaduk, saringan, semprotan tangan, timbangan, alat pembagi benih, penggaris, lup, dan laminar flow. 5.1.3
Sterilisasi bahan dan alat
a. Sterilisasi dengan oven/etanol Cawan petri, gelas piala, gunting kuku, pinset, silet, alat pengaduk, saringan, kertas merang, dan aluminium foil dipanaskan dalam oven dengan suhu 105°C selama 24 jam, atau dengan cara menyemprotkan etanol 70% secara merata. b. Sterilisasi dengan larutan natrium hipoklorit dan benomil Benih yang akan diuji (tusam, mangium, sengon, mahoni dan gmelina) disterilkan dengan cara direndam dalam larutan natrium hipoklorit (pengenceran 1:5) selama 5 menit kemudian dibilas dengan aquades dan benih tersebut siap untuk diuji.
3 dari 31
SNI 01-7212-2006
Sedangkan benih mangium untuk uji hidrogen peroksida dan uji eksisi embrio disterilkan dengan cara direndam dalam larutan benomil selama 1 jam, kemudian dibilas dengan aquades dan benih siap untuk diuji. 5.2
Pengamatan struktur tumbuh benih
Pengamatan terhadap benih yang akan diuji difokuskan pada struktur tumbuh benihnya. Struktur tumbuh benih tusam (Gambar A.1), mangium (Gambar A.2), sengon (Gambar A.3), mahoni (Gambar A.4) dan gmelina (Gambar A.5) disajikan pada Lampiran A. 5.3
Prosedur uji tetrazolium
5.3.1
Pembuatan larutan
a)
Larutan I: larutkan 9,078 g KH2PO4 dalam aquades 1000 ml;
b)
Larutan II: larutkan 11,876 g Na2HPO4.2H2O dalam aquades 1000 ml;
c)
Larutan penyangga: campurkan 400 ml larutan I dengan 600 ml larutan II (2:3);
d)
Larutan tetrazolium 1%: masukkan 10 g garam tetrazolium (2,3,5 triphenil tetrazolium chloride) ke dalam 1000 ml larutan penyangga;
e)
Larutan 0,5%: masukkan 5 g garam tetrazolium ke dalam 1000 ml larutan penyangga;
f)
Larutan tetrazolium harus dihindarkan dari cahaya langsung sehingga untuk penyimpannya harus ditempatkan pada gelas piala yang dilapisi dengan aluminium foil dan disimpan di lemari es (4°C sampai dengan 8°C). Pencampuran benih dengan larutan harus dilakukan di tempat gelap.
5.3.2
Pelaksanaan pengujian
5.3.2.1 Uji tetrazolium benih tusam a)
Kupas kulit benih secara hati-hati agar endosperma tidak cacat atau rusak, dengan cara menggunting ujung kulit benih dengan gunting kuku atau pinset;
b)
Lembabkan benih, dengan cara menebarkan benih pada 6 lembar kertas merang basah dan menggulungnya, dan selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik atau cawan petri selama 24 jam;
c)
Kupas kulit ari benih menggunakan pinset dengan menjaga benih tetap dalam keadaan lembab;
d)
Rendam benih tersebut dalam larutan tetrazolium 0,5% yang ditempatkan dalam gelas piala tertutup dan dilapisi aluminium foil (larutan tetrazolium = 3 x volume benih);
e)
Masukkan gelas piala berisi benih tersebut ke dalam oven dengan suhu 40°C selama 4 jam;
f)
Tempatkan benih dalam saringan dan dibilas dengan aquades selama 30-60 detik;
g)
Belah benih menggunakan silet sehingga embrio (radikel dan kotiledon) dan endosperma terbagi dua;
4 dari 31
SNI 01-7212-2006
h)
Tempatkan benih pada cawan petri yang berisi 2 lembar kertas merang lembab untuk dianalisis pola pewarnaan yang terbentuk pada embrio (radikel dan kotiledon) dan endosperma;
i)
Amati intensitas dan luas pewarnaan yang terbentuk. Intensitas pewarnaan dibagi menjadi warna merah (M), merah muda (Mm), dan putih (P); sedangkan perhitungan luas pewarnaan (%) dilakukan dengan membandingkan masing-masing warna yang terbentuk terhadap luas keseluruhan permukaan bagian dalam keping benih. Pola pewarnaan yang terbentuk dicocokkan dengan kunci interpretasi pada Tabel 1 dan Gambar 2.
5.3.2.2
Uji tetrazolium benih mangium
a)
Lubangi ujung kulit benih (berlawanan arah dengan radikel) dengan gunting kuku. Pada saat melubangi kulit, jangan sampai terkena kotiledon, karena akan mempengaruhi pola pewarnaan yang terbentuk;
b)
Rendam benih dalam aquades selama 24 jam;
c)
Kupas kulit benih dan kemudian belah menjadi keping benih dengan menggunakan silet. Pengupasan dan pembelahan harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi cacat. Pada saat membelah, kondisi radikel, plumula, dan kotiledon harus terbagi dua;
d)
Rendam salah satu keping benih dalam larutan tetrazolium 1% yang ditempatkan dalam gelas piala yang telah ditutup dan dilapisi seluruhnya dengan alumunium foil (volume larutan tetrazolium = 3 kali volume benih);
e)
Masukkan gelas piala ke dalam inkubator/oven dengan suhu 40°C selama 2 jam;
f)
Tempatkan benih dalam saringan, lalu bilas dengan aquades selama 30 – 60 detik;
g)
Tempatkan benih di cawan petri yang berisi 2 lembar kertas merang lembab untuk dianalisis pola pewarnaan yang terbentuk pada radikel, plumula, dan kotiledon;
h)
Amati intensitas dan luas pewarnaan yang terbentuk. Intensitas pewarnaan dibagi menjadi warna merah (M), merah muda (Mm), dan putih (P); sedangkan perhitungan luas pewarnaan (%) dilakukan dengan membandingkan masing-masing warna yang terbentuk terhadap luas keseluruhan permukaan bagian dalam keping benih. Pola pewarnaan yang terbentuk dicocokkan dengan kunci interpretasi pada Tabel 2 dan Gambar 3.
5.3.2.3 5.3.2.3.1
Uji tetrazolium benih sengon Menggunakan benih utuh
a)
Lubangi ujung kulit benih (berlawanan dengan radikel) menggunakan gunting kuku dan lakukan dengan hati-hati agar kotiledon tidak rusak;
b)
Lembabkan benih pada 6 kertas merang lembab selama 24 jam dan masukkan ke dalam plastik atau cawan petri untuk menghindari adanya penguapan;
c)
Kupas kulit benih secara hati-hati dengan menggunakan silet;
5 dari 31
SNI 01-7212-2006
d)
Rendam benih dalam larutan tetrazolium 1% dan tempatkan dalam gelas piala tertutup dan dilapisi aluminium foil (volume larutan = 3 X volume benih);
e)
Masukkan gelas piala yang berisi benih dan larutan ke dalam inkubator/oven dengan suhu 40°C selama 3 jam;
f)
Letakkan benih pada saringan dan bilas dengan aquades selama 30-60 detik;
g)
Belah benih menjadi keping benih dengan menggunakan silet dan plumula, radikel, serta kotiledon harus terbagi menjadi dua;
h)
Tempatkan salah satu keeping benih pada cawan petri yang berisi 2 kertas merang lembab untuk dianalisis pola pewarnaan yang terbentuk pada radikel, plumula, dan kotiledon;
i)
Amati intensitas dan luas pewarnaan yang terbentuk. Intensitas pewarnaan dibagi menjadi warna merah (M), merah muda (Mm), dan putih (P); sedangkan perhitungan luas pewarnaan (%) dilakukan dengan membandingkan masing-masing warna yang terbentuk terhadap luas keseluruhan permukaan bagian dalam keping benih. Pola pewarnaan yang terbentuk dicocokkan dengan kunci interpretasi pada Tabel 3 dan Gambar 4.
5.3.2.3.2
Menggunakan keping benih yang direndam dalam larutan TTZ 0,5%
a)
Lubangi ujung kulit benih (berlawanan dengan radikel) menggunakan gunting kuku dan lakukan dengan hati-hati agar kotiledon tidak rusak;
b)
Lembabkan benih pada 6 kertas merang lembab selama 24 jam dan masukkan ke dalam plastik atau cawan petri untuk menghindari adanya penguapan;
c)
Kupas kulit benih dan belah benih dengan menggunakan silet; kondisi plumula, radikel, dan kotiledon harus terbagi dua;
d)
Rendam salah satu keping benih dalam larutan tetrazolium 0,5% yang ditempatkan pada gelas piala tertutup dan dilapisi aluminium foil (volume larutan = 3 x volume benih);
e)
Masukkan gelas piala yang berisi benih dan larutan ke dalam inkubator/oven dengan suhu 40°C selama 2 jam;
f)
Tempatkan benih dalam saringan dan bilas dengan aquades selama 30 detik-60 detik;
g)
Tempatkan benih pada cawan petri yang berisi 2 lembar kertas merang lembab untuk dianalisis pola pewarnaan yang terbentuk pada radikel, plumula, dan kotiledon;
h)
Amati intensitas dan luas pewarnaan yang terbentuk.
5.3.2.4 a)
Uji tetrazolium benih mahoni
Kupas kulit benih secara hati-hati dengan menggunakan silet. Pada saat pengupasan kulit benih, silet tidak boleh mengenai benih, karena akan mempengaruhi pola pewarnaan yang terbentuk;
6 dari 31
SNI 01-7212-2006
b)
Lembabkan benih pada 6 kertas merang lembab selama 24 jam dan dimasukkan ke dalam plastik untuk mencegah penguapan;
c)
Belah benih menjadi 2 bagian melalui titik tumbuhnya dengan silet atau pisau tajam. Pada saat membelah benih, usahakan tidak sampai terputus;
d)
Rendam benih dalam larutan tetrazolium 0,5% yang ditempatkan pada gelas piala tertutup dan dilapisi aluminium foil (volume larutan = 3 x volume benih);
e)
Masukkan gelas piala yang berisi benih dan larutan ke dalam inkubator/oven dengan suhu 40°C selama 4 jam;
f)
Tempatkan benih dalam saringan dan bilas dengan aquades selama 30 detik -60 detik;
g)
Tempatkan benih pada cawan petri yang berisi 2 lembar kertas merang lembab untuk dianalisis pola pewarnaan yang terbentuk pada titik tumbuh dan kotiledon;
h)
Amati intensitas dan luas pewarnaan yang terbentuk. Intensitas pewarnaan dibagi menjadi warna merah (M), merah muda (Mm), dan putih (P); sedangkan perhitungan luas pewarnaan (%) dilakukan dengan membandingkan masingmasing warna yang terbentuk terhadap luas keseluruhan permukaan bagian dalam keping benih. Pola pewarnaan yang terbentuk dicocokkan dengan kunci interpretasi pada Tabel 4 dan Gambar 5.
5.3.2.5 Uji tetrazolium benih gmelina a)
Keluarkan benih dari endocarpnya dengan menggunakan ragum dan martil secara hati-hati. Kondisi benih jangan sampai cacat atau rusak, karena akan mempengaruhi pola pewarnaan yang terbentuk;
b)
Ambil salah satu benih dalam satu endocarp untuk mewakili satu buah;
c)
Sterilkan benih-benih tersebut dengan larutan natrium hipoklorit;
d)
Lembabkan benih pada 6 lembar kertas merang lembab selama 24 jam. Kertas merang lembab yang berisi benih tersebut dimasukkan ke dalam plastik atau cawan petri untuk mencegah penguapan;
e)
Kupas kulit benih dan belah menjadi keping benih dengan menggunakan silet. Pengupasan dan pembelahan benih harus dilakukan secara hati-hati, jangan sampai terjadi cacat. Pada saat membelah, kondisi ujung radikel, plumula, dan kotiledon harus terbagi dua;
f)
Rendam salah satu keping benih dalam larutan tetrazolium 0,5% yang ditempatkan dalam gelas piala yang telah ditutup dan dilapisi seluruhnya dengan aluminium foil (volume larutan tetrazolium = 3 x volume benih);
g)
Masukkan gelas piala ke dalam inkubator/oven dengan suhu 40°C selama 4 jam;
h)
Tempatkan benih pada saringan, lalu dibilas dengan aquades selama 30-60 detik;
7 dari 31
SNI 01-7212-2006
i)
Tempatkan benih pada cawan petri yang berisi 2 lembar kertas merang lembab untuk dianalisis pola pewarnaan yang terbentuk pada ujung radikel, plumula, dan kotiledon;
j)
Amati intensitas dan luas pewarnaan yang terbentuk. Intensitas pewarnaan dibagi menjadi warna merah (M), merah muda (Mm), dan putih (P); sedangkan perhitungan luas pewarnaan (%) dilakukan dengan membandingkan masingmasing warna yang terbentuk terhadap luas keseluruhan permukaan bagian dalam keping benih. Pola pewarnaan yang terbentuk dicocokkan dengan kunci interpretasi pada Tabel 5 dan Gambar 6.
5.4
Prosedur uji hidrogen peroksida
5.4.1 Pembuatan larutan Larutan H2O2 di pasaran memiliki konsentrasi tinggi, yaitu 35%, sedangkan yang digunakan untuk uji konsentrasinya 0,5% - 2%. Oleh karena itu, larutan H2O2 35% harus diencerkan terlebih dahulu dengan cara sebagai berikut: a)
larutan H2O2 0,5%: campurkan 14,29 ml larutan H2O2 35% ke dalam 985,71 ml aquades sehingga diperoleh 1000 ml larutan H2O2 0,5%;
b)
larutan H2O2 1%: campurkan 28,57 ml larutan H2O2 35% ke dalam 971,43 ml aquades sehingga diperoleh 1000 ml larutan H2O2 1%;
c)
larutan H2O2 2%: campurkan 57,14 ml larutan H2O2 35% ke dalam 942,86 ml aquades sehingga diperoleh 1000 ml larutan H2O2 2%.
Pengenceran larutan tersebut dilakukan mengikuti rumus: C1 x V1 = C2 x V2 dimana: C1 = konsentrasi larutan awal C2 = konsentrasi larutan yang diinginkan V1 = volume larutan awal V2 = volume larutan yang diinginkan 5.4.2
Pelaksanaan pengujian
5.4.2.1
Uji hidrogen peroksida benih tusam
a)
Sterilkan benih dengan natrium hipoklorit;
b)
Potong ujung kulit benih menggunakan gunting kuku;
c)
Rendam benih tersebut dalam larutan H2O2 1% (volume larutan H2O2 = 3 x volume benih) dalam gelas piala yang ditutup dengan aluminium foil;
d)
Masukkan gelas piala tersebut ke dalam inkubator atau ruangan gelap pada suhu 25 °C sampai dengan 30°C selama 7 hari;
e)
Ganti larutan H2O2 pada hari ke-1, ke-3 dan ke-4 dengan larutan H2O2 yang baru;
8 dari 31
SNI 01-7212-2006
f)
Bilas benih dengan aquades, kemudian tempatkan benih tersebut dalam cawan petri yang berisi 2 lembar kertas merang lembab;
g)
Ukur panjang radikel yang muncul menggunakan penggaris dan cocokkan hasil pengukuran dengan kunci interpretasi (Gambar 7).
5.4.2.2 Uji hidrogen peroksida benih mangium a)
Sterilkan benih dengan benomil;
b)
Lubangi ujung kulit benih (berlawanan arah dengan radikel) menggunakan gunting kuku;
c)
Rendam benih dalam larutan H2O2 0,5% (volume larutan H2O2 = 3 X volume benih) dan letakkan dalam gelas piala yang ditutup dengan aluminium foil;
d)
Masukkan gelas piala ke dalam inkubator atau ruangan gelap pada suhu 25°C sampai dengan 30°C selama 7 hari;
e)
Ganti larutan H2O2 pada hari ke-1 dan ke-4 dengan larutan H2O2 yang baru;
f)
Bilas benih dengan aquades dan benih tempatkan dalam cawan petri yang berisi 2 lembar kertas merang lembab;
g)
Ukur panjang radikel yang muncul menggunakan penggaris dan cocokkan hasil pengukuran dengan kunci interpretasi (Gambar 8).
5.4.2.3
Uji hidrogen peroksida benih sengon
a)
Sterilkan benih dengan natrium hipoklorit;
b)
Kupas ujung kulit benih (berlawanan arah dengan radikel) menggunakan gunting kuku;
c)
Rendam benih dalam larutan H2O2 0,5% (volume larutan H2O2 = 3 X volume benih) dan letakkan dalam gelas piala yang ditutup dengan aluminium foil;
d)
Masukkan gelas piala ke dalam inkubator atau ruangan gelap pada suhu 25°C sampai dengan 30°C selama 7 hari;
e)
Ganti larutan H2O2 pada hari ke-1 dan ke-4 dengan larutan H2O2 yang baru;
f)
Bilas benih dengan aquades dan tempatkan benih dalam cawan petri yang berisi 2 lembar kertas merang lembab;
g)
Ukur panjang radikel yang muncul menggunakan penggaris dan cocokkan hasil pengukuran dengan kunci interpretasi (Gambar 9).
5.4.2.4
Uji hidrogen peroksida benih mahoni
a)
Kupas kulit benih secara hati-hati dengan menggunakan silet. Pada saat mengupas kulit benih, silet tidak boleh mengenai benih;
b)
Sterilkan benih dengan natrium hipoklorit;
c)
Rendam benih dalam larutan H2O2 0,5% (volume larutan H2O2 = 3 X volume benih) dan letakkan dalam gelas piala yang ditutup dengan aluminium foil;
9 dari 31
SNI 01-7212-2006
d)
Masukkan gelas piala ke dalam inkubator atau ruangan gelap pada suhu 25°C sampai dengan 30°C selama 7 hari;
e)
Ganti larutan H2O2 pada hari ke-1 dan ke-4 dengan larutan H2O2 yang baru;
f)
Bilas benih dengan aquades dan tempatkan benih dalam cawan petri yang berisi 2 lembar kertas merang lembab;
g)
Ukur panjang radikel yang muncul menggunakan penggaris dan cocokkan hasil pengukuran dengan kunci interpretasi (Gambar 10).
5.4.2.5
Uji hidrogen peroksida benih gmelina
a)
Keluarkan benih dari endocarp-nya menggunakan ragum dan martil secara hati-hati. Kondisi benih jangan sampai retak atau cacat, karena benih akan cepat terkontaminasi oleh jamur;
b)
Ambil salah satu benih dalam satu endocarp untuk mewakili satu buah;
c)
Sterilkan benih-benih tersebut dengan natrium hipoklorit;
d)
Rendam benih tersebut dalam larutan H2O2 2% (volume larutan H2O2 = 3 x volume benih) dalam gelas piala yang ditutup dengan aluminium foil;
e)
Masukkan gelas piala ke dalam inkubator atau ruangan gelap pada suhu 25°C sampai dengan 30°C selama 4 hari;
f)
Ganti larutan H2O2 pada hari ke-1 dan ke-3 dengan larutan H2O2 yang baru;
g)
Bilas benih dengan aquades dan tempatkan benih dalam cawan petri yang berisi 2 lembar kertas merang lembab;
h)
Ukur panjang radikel yang muncul menggunakan penggaris dan cocokkan hasil pengukuran dengan kunci interpretasi (Gambar 11).
5.5 5.5.1 a) b) c)
d) e)
f) g)
Prosedur uji eksisi embrio Uji eksisi embrio benih tusam Sterilkan benih dengan natrium hipoklorit; Kupas kulit benih dengan pinset atau gunting kuku; Lembabkan benih tersebut, yaitu dengan cara menebarkan benih pada 6 lembar kertas merang basah, menggulung kertas tersebut dan kemudian memasukkannya ke dalam plastik untuk disimpan selama 24 jam; Kupas kulit ari benih menggunakan pinset dengan tetap dalam keadaan lembab; Belah sedikit bagian endosperma menggunakan silet dan keluarkan embrionya secara hati-hati agar kondisi embrio tetap utuh (tidak terbelah atau cacat). Untuk menjamin kondisi aseptis selama kegiatan pemotongan maka kegiatan dilakukan di laminar air flow atau di tempat steril, peralatan yang digunakan juga harus steril; Letakkan embrio pada cawan petri yang berisi media berupa 3 lembar kertas saring lembab; Masukkan cawan petri tersebut ke dalam inkubator atau ruang kamar pada suhu konstan (25°C sampai dengan 27°C) selama 5 hari dengan periode pencahayaan minimal 8 jam per hari;
10 dari 31
SNI 01-7212-2006
h)
i)
5.5.2
Amati kondisi embrio setiap hari untuk menjamin bahwa embrio yang busuk atau berjamur dibuang, dan menjamin media tetap lembab dengan menyemprotkan aquades secukupnya apabila media mulai kering; Cocokkan kondisi embrio (radikel dan kotiledon) yang diperoleh pada akhir pengamatan dengan kunci interpretasi pada Tabel 6 dan Gambar 12. Uji eksisi embrio benih mangium
a)
Sterilkan benih dengan benomil;
b)
Lubangi ujung kulit benih (berlawanan arah dengan radikel) menggunakan gunting kuku;
c)
Rendam benih dalam aquades selama 24 jam dengan suhu perendaman 25°C;
d)
Belah benih dan keluarkan embrio menggunakan silet. Ketika membelah, kondisi plumula dan radikel harus utuh (tidak boleh ikut terbelah atau cacat). Untuk menjamin kondisi aseptis selama kegiatan pemotongan dilakukan dalam laminar air flow atau di tempat yang steril. Peralatan yang digunakan harus selalu dalam keadaan steril;
e)
Letakkan embrio dalam cawan petri yang berisi media berupa 2 lembar kertas saring lembab;
f)
Masukkan cawan petri ke dalam inkubator atau ruang kamar pada suhu konstan (25 °C sampai dengan 27°C) selama 5 hari dengan periode pencahayaan minimal 8 jam perhari;
g)
Amati kondisi embrio setiap hari dengan membuang yang busuk atau berjamur. Semprot media dengan aquades secukupnya apabila mulai kering;
h)
Cocokkan kondisi radikel dan plumula yang diperoleh pada akhir pengamatan dengan kunci interpretasi pada Tabel 7 dan Gambar 13.
5.5.3
Uji eksisi embrio benih sengon
a)
Sterilkan benih dengan natrium hipoklorit;
b)
Lubangi ujung kulit benih (berlawanan dengan radikel) dengan gunting kuku;
c)
Rendam benih dalam aquades selama 24 jam dengan suhu perendaman 25°C;
d)
Ganti air perendam 2 kali sehari untuk mencegah terakumulasinya eksudat yang dikeluarkan oleh benih;
e)
Belah benih dan keluarkan embrionya menggunakan silet. Saat membelah, kondisi plumula dan radikel harus utuh (tidak terbelah atau cacat) dan untuk menjamin aseptis selama kegiatan pemotongan maka kegiatan dilakukan di laminar air flow atau di tempat steril, peralatan yang digunakan juga harus steril;
f)
Letakkan embrio pada cawan petri yang berisi media berupa 2 lembar kertas saring lembab;
11 dari 31
SNI 01-7212-2006
g)
Masukkan cawan petri ke dalam inkubator atau ruang kamar suhu konstan (25°C sampai dengan 27°C) selama 3 hari dengan periode pencahayaan minimal 8 jam per hari;
h)
Amati kondisi embrio setiap hari dan buang embrio yang busuk atau berjamur. Apabila media mulai kering maka semprotkan aquades secukupnya;
i)
Cocokkan kondisi radikel dan plumula yang diperoleh pada akhir pengamatan dengan kunci interpretasi pada Tabel 8 dan Gambar 14.
5.5.4
Uji eksisi embrio benih mahoni
a)
Sterilkan benih dengan natrium hipoklorit;
b)
Kupas kulit benih secara hati-hati menggunakan silet. Pada saat mengupas kulit benih, silet tidak boleh mengenai benih;
c)
Lembabkan benih pada 6 lembar kertas merang basah selama 24 jam. Masukkan kertas merang basah yang berisi benih tersebut ke dalam plastik untuk mencegah penguapan;
d)
Potong bagian di sekeliling titik tumbuh menggunakan silet sehingga membentuk potongan segitiga. Kondisi titik tumbuh harus utuh (tidak boleh cacat atau terpotong) dan untuk menjamin aseptis selama kegiatan pemotongan maka kegiatan dilakukan di laminar air flow atau di tempat steril, peralatan yang digunakan juga harus steril;
e)
Letakkan embrio pada cawan petri yang berisi media berupa 2 lembar kertas saring lembab;
f)
Masukkan cawan petri ke dalam inkubator atau ruang kamar suhu konstan (25°C sampai dengan 27°C) selama 6 hari dengan periode pencahayaan minimal 8 jam per hari;
g)
Amati setiap hari kondisi embrio dan buang embrio yang busuk atau berjamur. Apabila media mulai kering maka semprotkan aquades secukupnya;
h)
Cocokkan kondisi embrio (titik tumbuh) yang diperoleh pada akhir pengamatan dengan kunci interpretasi pada Tabel 9 dan Gambar 15.
5.5.5
Uji eksisi embrio benih gmelina
a)
Keluarkan benih dari endocarp-nya menggunakan ragum dan martil secara hatihati. Kondisi benih jangan sampai retak, cacat, atau rusak; karena benih akan mudah terkontaminasi oleh jamur;
b)
Ambil salah satu benih dalam satu endocarp untuk mewakili satu buah;
c)
Sterilkan benih-benih tersebut dengan natrium hipoklorit;
d)
Lembabkan benih pada 6 lembar kertas merang lembab selama 24 jam. Masukkan kertas merang lembab yang berisi benih tersebut ke dalam plastik atau cawan petri agar benih tidak kering/mencegah penguapan;
12 dari 31
SNI 01-7212-2006
e)
Kupas kulit benih dengan silet dan untuk memisahkan ujung radikel (extreme tip of radicle) dan plumula (embryonic axis) dari kotiledonnya, potong bagian kotiledon yang berada di sekitar plumula menggunakan silet membentuk potongan segitiga. Pengupasan kulit benih dan pemotongan ujung radikel dan plumula harus dilakukan secara hati-hati, kondisi ujung radikel dan plumula harus utuh (tidak boleh terpotong atau cacat). Untuk menjamin kondisi aseptik selama kegiatan, pemotongan dilakukan di dalam laminar air flow atau di tempat yang steril. Peralatan yang digunakan harus selalu dalam keadaan steril;
f)
Letakkan ujung radikel dan plumula yang telah dipisahkan pada cawan petri yang berisi media berupa 2 lembar kertas saring lembab;
g)
Masukkan cawan petri ke dalam inkubator atau ruang kamar pada suhu konstan (25°C sampai dengan 27°C) selama 5 hari dengan periode pencahayaan minimal 8 jam perhari;
h)
Amati kondisi ujung radikel dan plumula setiap hari dengan membuang yang busuk atau berjamur. Semprot media dengan aquades secukupnya apabila mulai kering;
i)
Cocokkan kondisi ujung radikel dan plumula yang diperoleh pada akhir pengamatan dengan kunci interpretasi pada Tabel 10 dan Gambar 16.
5.6
Prosedur uji belah
5.6.1 Uji belah benih tusam a)
Sterilkan benih dengan natrium hipoklorit;
b)
Kupas kulit benih dengan pinset atau gunting kuku;
c)
Lembabkan benih, yaitu dengan cara menebarkan benih pada 6 lembar kertas merang basah, menggulungnya dan memasukkan gulungan tersebut ke dalam plastik atau cawan petri untuk disimpan selama 24 jam;
d)
Kupas kulit ari benih dengan pinset dan belah benih dengan silet sedemikian sehingga embrio dan endosperma terbagi dua;
e)
Amati warna dan penampakan embrio dan endosperma dengan mata atau menggunakan lup (kaca pembesar) sehingga dapat ditentukan apakah benih tersebut viabel atau tidak berdasarkan kunci interpretasi pada Tabel 11 dan Gambar 17.
5.6.2
Uji belah benih mangium
a)
Lubangi ujung kulit benih (berlawanan arah radikel) dengan gunting kuku;
b)
Rendam benih dalam gelas piala yang berisi aqudes selama 24 jam;
c)
Kupas kulit benih dan belah benih searah keping (memanjang) menggunakan silet. Radikel, plumula, dan kotiledon harus terbagi dua;
d)
Amati warna dan penampakan radikel, plumula, dan kotiledon dengan mata atau menggunakan lup (kaca pembesar) sehingga dapat ditentukan apakah benih tersebut viabel atau tidak, sesuai dengan kunci interpretasi (Gambar 18).
13 dari 31
SNI 01-7212-2006
5.6.3
Uji belah benih sengon
a)
Lubangi ujung kulit benih (berlawanan dengan radikel) dengan gunting kuku;
b)
Rendam benih dalam gelas piala yang berisi aquades selama 24 jam;
c)
Kupas kulit benih dan belah benih searah keping (memanjang) menggunakan silet. Radikel, plumula, dan kotiledon harus terbagi dua;
d)
Amati warna dan penampakan radikel, plumula, dan kotiledon dengan mata atau menggunakan lup (kaca pembesar) sehingga dapat ditentukan apakah benih tersebut viabel atau tidak sesuai dengan kunci interpretasi (Gambar 19).
5.6.4
Uji belah benih mahoni
a)
Kupas kulit benih secara hati-hati dengan menggunakan silet;
b)
Belah benih dengan silet atau pisau tajam menjadi 2 bagian melalui titik tumbuhnya;
c)
Amati warna dan penampakan titik tumbuh dan kotiledon dengan mata atau menggunakan lup (kaca pembesar) sehingga dapat ditentukan apakah benih tersebut viabel atau tidak sesuai dengan kunci interpretasi (Gambar 20).
5.6.5
Uji belah benih gmelina
a)
Keluarkan benih dari endocarp-nya menggunakan ragum dan martil secara hatihati. Kondisi benih jangan sampai retak, cacat, atau rusak, karena benih akan mudah terkontaminasi oleh jamur;
b)
Ambil salah satu benih dalam satu endocarp untuk mewakili satu buah;
c)
Sterilkan benih-benih tersebut dengan natrium hipoklorit;
d)
Lembabkan benih pada 6 lembar kertas merang selama 24 jam. Masukkan kertas merang lembab yang berisi benih tersebut ke dalam plastik atau cawan petri agar benih tidak kering/mencegah penguapan;
e)
Kupas kulit benih dan belah benih searah keping (memanjang) menggunakan silet. Ujung radikel, plumula, dan kotiledon harus terbagi dua;
f)
Amati warna dan penampakan ujung radikel, plumula, dan kotiledon dengan mata atau menggunakan lup (kaca pembesar) sehingga dapat ditentukan apakah benih tersebut viabel atau tidak, sesuai dengan kunci interpretasi (Gambar 21).
6
Persyaratan hasil uji
6.1 Uji tetrazolium 6.1.1
Benih tusam
Viabilitas benih tusam yang diuji dapat diketahui dengan melihat persentase pola pewarnaan yang terbentuk dan mencocokkannya dengan kunci interpretasi pada Tabel 1 dan Gambar 2.
14 dari 31
SNI 01-7212-2006
Tabel 1
Kunci interpretasi hasil uji tetrazolium pada benih tusam Persentase pola pewarnaan struktur tumbuh benih (%)
Benih
Viabel
No. Kriteria
Embrio
Endosperma
Radikel
Kotiledon
1.
100 M
100 M
100 M
2.
100 M
100 M
Terdapat Mm, tanpa P
Tabel 1 (lanjutan)
Non viabel
3.
100 M
100 M
< 20 P dan memiliki > 50 M
4.
100 M
Terdapat Mm, tanpa P
100 M
5.
Terdapat Mm, tanpa P
100 M
100 M
1.
100 M
100 M
> 20 P dan memiliki < 50 M
2.
100 M
Terdapat Mm, tanpa P
Terdapat Mm, tanpa P
3.
100 M
Terdapat P
-
4.
Terdapat Mm, tanpa P
100 M
Terdapat MM, tanpa P
5.
Terdapat P
-
-
6.
overstain
overstain
overstain
Keterangan M : Merah Mm : Merah muda
P : Putih
Benih Viabel
1
2a
2b
3
4
5
5
6
Benih Non Viabel
1
2
Gambar 2
3
4
Sketsa pola pewarnaan hasil uji tetrazolium pada benih tusam
15 dari 31
SNI 01-7212-2006
6.1.2
Mangium
Viabilitas benih akasia yang diuji dapat diketahui dengan melihat persentase pola pewarnaan yang terbentuk dan mencocokkannya dengan kunci interpretasi pada Tabel 2 dan Gambar 2.
Tabel 2 Benih
Viabel
Non viabel
Kunci interpretasi hasil uji tetrazolium pada benih mangium Persentase pola pewarnaan struktur tumbuh benih (%)
No. Kriteria
Radikel
Plumula
Kotiledon
1.
100 M
100 M
100 M
2.
100 M
100 M
Terdapat Mm dan tanpa P
3.
100 M
100 M
5 – 50 P yang terletak jauh di atas atau tidak di sekitar poros embrio dan memiliki ≥ 50 M
4.
100 M
Terdapat Mm dan tanpa P
Terdapat Mm dan tanpa P
5.
100 M
Terdapat Mm dan tanpa P
5 – 20 P terletak jauh di atas atau tidak di sekitar poros embrio dan memiliki > 50 M
6.
Terdapat Mm dan tanpa P
Terdapat Mm dan tanpa P
0 – 5 P terletak jauh di atas atau tidak di sekitar poros embrio dan memiliki > 50 M
1.
100 M
100 M
> 50 P
2.
100 M
Terdapat Mm dan tanpa P
> 20 P dan memiliki < 50 M
3.
100 M
Terdapat P
-
4.
Terdapat Mm dan tanpa P
Terdapat Mm dan tanpa P
> 5 P dan memiliki < 50 M
5.
Terdapat P
-
-
Keterangan: M : Merah Mm : Merah muda P : Putih
16 dari 31
SNI 01-7212-2006
Benih Viabel
1
2a
4a
2b
4b
3a
5a
5b
3b
6a
6b
Benih Non Viabel
1
2
Gambar 3 6.1.3
3
4a
4b
5
Sketsa pola pewarnaan hasil uji tetrazolium pada benih mangium
Benih sengon
Viabilitas benih sengon yang diuji dapat diketahui dengan melihat persentase pola pewarnaan yang terbntuk dan mencocokkannya dengan kunci interpretasi pada Tabel 3 dan Gambar 3. Tabel 3 Benih
No. Kriteria
Kunci interpretasi hasil uji tetrazolium pada benih sengon Persentase pola pewarnaan struktur tumbuh benih (%) Radikel Plumula Kotiledon
1. 2. 3.
100 M 100 M 100 M
100 M 100 M 100 M
4.
Terdapat M, Mm, tanpa P 100 M Terdapat P Merah kehitaman, layu (overstain)
Terdapat M, Mm, tanpa P 100 M Terdapat P Merah kehitaman, layu (overstain)
Viabel
Non viabel
Keterangan: M : Merah
1. 2. 3. 4.
Mm : Merah muda
P : Putih
17 dari 31
100 M Terdapat Mm tanpa P 5-40 P yang terletak jauh di atas atau tidak di sekitar poros embrio dan memiliki ≥ 60 M Terdapat M, Mm atau memiliki ≤ 20 P dengan ≥ 60 M > 40 P dan memiliki < 60 M Merah kehitaman, layu (overstain)
SNI 01-7212-2006
Benih Viabel
1
2a
2b
3a
3b
4a
4b
Benih Non Viabel
1
2
Gambar 4 6.1.4
3
4
Sketsa pola pewarnaan hasil uji tetrazolium pada benih sengon
Benih mahoni
Viabilitas benih mahoni yang diuji dapat diketahui dengan melihat persentase pola pewarnaan yang terbentuk dan mencocokkannya dengan kunci interpretasi pada tabel 4 dan Gambar 4. Tabel 4 Benih Viabel
Non viabel
No. Kriteria 1. 2. 3. 1. 2. 3.
Kunci interpretasi hasil uji tetrazolium pada benih mahoni Persentase pola pewarnaan struktur tumbuh benih (%) Titik Tumbuh Endosperma 100 M 100 M 100 M Terdapat Mm tanpa P dan memiliki > 30 M 100 M < 20 P dan memiliki > 40 M 100 M Terdapat Mm, P dan memiliki < 30 M 100 M > 20 P dan memiliki < 40 M Terdapat Mm atau P -
18 dari 31
SNI 01-7212-2006
Benih Viabel
1
2
3
Benih Non Viabel
1
Gambar 5 6.1.5
2
3
Sketsa pola pewarnaan hasil uji tetrazolium pada benih mahoni
Benih gmelina
Viabilitas benih gmelina yang diuji dapat diketahui dengan melihat persentase pola pewarnaan yang terbentuk dan mencocokkannya dengan kunci interpretasi pada Tabel 5 dan Gambar 5. Tabel 5 Benih
Viabel
Non viabel
Kunci interpretasi hasil uji tetrazolium pada benih gmelina Persentase pola pewarnaan struktur tumbuh benih (%)
No. Kriteria
Radikel
Plumula
Kotiledon
1.
100 M
100 M
100 M
2.
100 M
100 M
< 10 P
3.
100 P
100 M
100 M
4.
100 P
100 M
< 10 P
5.
100 M
Terdapat P
100 M
1.
100 M
Terdapat P
< 10 P
2.
100 Mm
100 Mm
100 Mm
3.
100 P
Terdapat Mm
Terdapat Mm
4.
100 P
100 P
Terdapat Mm
5.
100 P
100 P
100 P
19 dari 31
SNI 01-7212-2006
Benih Viabel
1
2
3
4
5
Benih Non Viabel
1
2
Gambar 6
3
4
5
Sketsa pola pewarnaan hasil uji tetrazolium pada benih gmelina
6.2 Uji hidrogen peroksida 6.2.1
Benih tusam
Kunci interpretasi hasil uji hidrogen peroksida didasarkan pada panjang radikel yang muncul pada akhir periode pangamatan. Benih viabel memiliki panjang radikel ≥1 mm, sedangkan benih non viabel memiliki panjang <1 mm atau tidak terjadi pemunculan radikel. Contoh benih viabel dan non viabel hasil uji hidrogen peroksida dapat dilihat pada Gambar 7.
(a)
(b)
Gambar 7 6.2.2
Benih tusam viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji hidrogen peroksida
Benih mangium
Kunci interpretasi untuk benih viabel dan non viabel hasil uji hidrogen peroksida didasarkan pada panjang radikel yang muncul pada akhir periode pangamatan. Benih viabel memiliki panjang radikel ≥0,5 mm, sedangkan benih non viabel memiliki panjang < 5 mm atau tidak terjadi pemunculan radikel. Contoh benih viabel dan non viabel dapat dilihat pada Gambar 8.
20 dari 31
SNI 01-7212-2006
(a)
(b)
Gambar 8 6.2.3
Benih mangium viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji hidrogen peroksida
Benih sengon
Kunci interpretasi untuk benih viabel dan non viabel hasil uji hidrogen peroksida didasarkan pada panjang radikel yang muncul pada akhir periode pangamatan. Benih viabel memiliki panjang radikel ≥1 mm, sedangkan benih non viabel memiliki panjang <1mm atau tidak terjadi pemunculan radikel. Contoh benih viabel dan non viabel hasil uji hidrogen peroksida dapat dilihat pada Gambar 9.
(a)
(b)
Gambar 9 6.2.4
Benih sengon viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji hidrogen peroksida
Benih mahoni
Kunci interpretasi untuk benih viabel dan non viabel hasil uji hidrogen peroksida didasarkan pada panjang radikel yang muncul pada akhir periode pangamatan. Benih viabel memiliki panjang radikel ≥1 mm, sedangkan benih non viabel memiliki panjang <1mm atau tidak terjadi pemunculan radikel. Contoh benih viabel dan non viabel hasil uji hidrogen peroksida dapat dilihat pada Gambar 10.
21 dari 31
SNI 01-7212-2006
(a)
Gambar 10
6.2.5
(b)
Benih mahoni viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji hidrogen peroksida
Benih gmelina
Kunci interpretasi untuk benih viabel dan non viabel hasil uji hidrogen peroksida didasarkan pada panjang radikel yang muncul pada akhir periode pangamatan. Benih viabel memiliki panjang radikel ≥ 2 mm atau kotiledon terbuka, sedangkan benih non viabel memiliki panjang < 2 mm atau tidak terjadi pemunculan radikel. Contoh benih viabel dan non viabel dapat dilihat pada Gambar 11.
(a)
(b)
Gambar 11
Benih gmelina viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji hidrogen peroksida
6.3 Uji eksisi embrio 6.3.1
Benih tusam
Kunci interpretasi hasil uji eksisi embrio benih tusam dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 12.
22 dari 31
SNI 01-7212-2006
Tabel 6
1. 2. 3. 4.
Kunci interpretasi hasil uji eksisi embrio benih tusam
Embrio viabel Terjadi pertumbuhan pada radikel dan kotiledon Kotiledon tumbuh mekar Embrio tetap kokoh/segar Berwarna kuning atau kuning kehijauan
1. 2. 3.
(a)
Gambar 12 6.3.2
Embrio non viabel Tidak terjadi pertumbuhan pada radikel dan kotiledon Embrio cepat rusak, lunak/membusuk Berwarna abu-abu, coklat dan mengeluarkan cairan
(b)
Benih tusam viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji eksisi embrio
Benih mangium
Kunci interpretasi hasil uji eksisi embrio benih akasia dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 13.
Tabel 7
Kunci interpretasi hasil uji eksisi embrio benih mangium
Embrio viabel 1. terjadi pertumbuhan pada radikel dan plumula 2. embrio tetap kokoh/segar 3. berwarna kuning atau kuning kehijauan
Embrio non viabel 1. tidak terjadi pertumbuhan pada radikel dan plumula 2. embrio cepat rusak, lunak/membusuk 3. berwarna putih dan mengeluarkan cairan 4. terjadi pengotoran berwarna coklat atau hitam
23 dari 31
SNI 01-7212-2006
(a)
(b)
Gambar 13 Benih mangium (a) viabel dan (b) non viabel hasil uji eksisi embrio
6.3.3
Benih sengon
Kunci interpretasi hasil uji eksisi embrio benih sengon dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 14. Tabel 8
Kunci interpretasi hasil uji eksisi embrio benih sengon
Embrio viabel 1. Terjadi pertumbuhan pada radikel dan plumula 2. Embrio tetap kokoh/segar 3. Berwarna putih atau putih kehijauan
Embrio non viabel 1. Tidak terjadi pertumbuhan pada radikel dan plumula 2. Embrio cepat rusak/membusuk 3. Berwarna putih kecoklatan dan mengeluarkan cairan 4. Terjadi pengotoran berwarna coklat atau hitam
(a)
Gambar 14
6.3.4
(b)
Benih sengon viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji eksisi embrio
Benih mahoni
Kunci interpretasi hasil uji eksisi embrio benih mahoni dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 15.
24 dari 31
SNI 01-7212-2006
Tabel 9
Kunci interpretasi hasil uji eksisi embrio benih mahoni
Embrio viabel 1. Terjadi pertumbuhan pada titik tumbuh berupa radikel yang berwarna putih 2. Tetap kokoh/segar 3. Pada bekas potongan terlihat pengotoran berwarna coklat kering
Embrio non viabel 1. Tidak terjadi pertumbuhan pada titik tumbuh 2. Titik tumbuh berwarna hijau lumut 3. Berbau busuk dan lunak/layu
(b)
(a) Gambar 15 6.3.5
Benih mahoni viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji eksisi embrio
Benih gmelina
Kunci interpretasi hasil uji eksisi embrio benih gmelina dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 16. Tabel 10
Kunci interpretasi hasil uji eksisi embrio benih gmelina
Embrio viabel
Embrio non viabel
1. terjadi pertumbuhan akar serabut pada ujung rdikel dan berwarna putih. 2. plumula berwarna hijau 3. tetap kokoh/segar 4. pada bekas potongan terlihat pengotoran berwarna coklat kering
1.
2.
3.
(a)
Gambar 16
tidak terjadi pertumbuhan akar serabut pada ujung radikel ujung radikel dan plumula berwarna coklat atau putih kekuningan dan mengeluarkan cairan busuk/lunak
(b)
Benih gmelina viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji eksisi embrio
25 dari 31
SNI 01-7212-2006
6.4 Uji belah 6.4.1
Benih tusam
Kunci interpretasi uji belah dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar 17. Tabel 11
Kunci interpretasi hasil uji belah benih tusam
Benih viabel 1. Embrio berwarna putih atau kuning dan segar 2. Endosperma berwarna putih dan segar 3. Tidak terdapat kerusakan mekanis
Benih non viabel 1. Embrio berwarna putih kekuningan dan kering atau lunak/layu 2. Endosperma berwarna putih atau coklat dan kering atau lunak/layu 3. Tidak terdapat kerusakan mekanis 4. Berbau busuk
(a)
(b)
Gambar 17 6.4.2
Benih tusam viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji belah
Benih mangium
Kunci interpretasi uji belah dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 18. Tabel 12
Kunci interpretasi hasil uji belah benih mangium
Benih viabel 1. Struktur tumbuh berwarna kuning, kuning kehijauan atau putih kekuningan dan segar 2. Tidak terdapat kerusakan mekanis
1.
2. 3.
Benih non viabel Struktur tumbuh berwarna putih atau putih kecoklatan atau kering atau lunak/kayu Terdapat kerusakan mekanis Berbau busuk
(a)
(b)
Gambar 18
Benih mangium (a) vabel dan (b) non viabel hasil uji belah
26 dari 31
SNI 01-7212-2006 6.4.3
Benih sengon
Kunci interpretasi uji belah dapat dilihat pada Tabel 13 dan Gambar 19. Tabel 13 1. 2.
3.
4.
Kunci interpretasi hasil uji belah benih sengon
Benih viabel Radikel berwarna putih atau kuning muda dan segar Plumula berwarna putih kehijauan atau kuning muda segar Kotiledon berwarna hijau muda/hijau kekuningan atau kuning dan segar Tidak terdapat kerusakan mekanis
Benih non viabel 1. Radikel berwarna putih, putih kehijauan/kecoklatan dan kering atau lunak/layu 2. Plumula berwarna putih, putih kekuningan, kuning atau coklat dan kering atau lunak/layu 3. Kotiledon berwarna hijau, hijau kecoklatan atau kuning dan kering atau lunak/layu 4. Terdapat kerusakan mekanis 5. Berbau busuk
(a)
(b)
Gambar 19 6.4.4
Benih sengon viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji belah
Benih mahoni
Kunci interpretasi uji belah dapat dilihat pada Tabel 14 dan Gambar 20.
Tabel 14
Kunci interpretasi hasil uji belah benih mahoni
Benih viabel 1. Titik tumbuh berwarna putih atau kuning dan segar 2. Endosperma berwarna putih atau segar 3. Tidak terdapat kerusakan mekanis
1. 2. 3. 4.
27 dari 31
Benih non viabel Titik tumbuh berwarna putih kekuningan dan kering atau lunak/layu Endosperma berwarna putih atau coklat dan kering atau lunak/layu Terdapat kerusakan mekanis Berbau busuk
SNI 01-7212-2006
(a)
(b)
Gambar 20 6.4.5
Benih mahoni viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji belah
Benih gmelina
Kunci interpretasi uji belah dapat dilihat pada Tabel 15 dan Gambar 21. Tabel 15
Kunci interpretasi hasil uji belah benih gmelina
Benih viabel 1. Ujung radikel, plumula, dan kotiledon segar. 2. Berwarna putih
Benih non viabel 1. Ujung radikel, plumula, dan kotiledon kurang segar dan lunak/layu. 2. Berwarna putih kekuningan atau putih kecoklatan
(a)
(b)
Gambar 21
Benih gmelina viabel (a) dan non viabel (b) hasil uji belah
28 dari 31
SNI 01-7212-2006
Lampiran A (normatif) Struktur benih
Kulit benih Endosperma Kotiledon Hipokotil Radikel
Gambar A.1 Sketsa struktur benih tusam
Kulit benih Kotiledon Plumula Radikel
Gambar A.2 Sketsa struktur benih mangium
Kulit benih Kotiledon Plumula Radikel
Gambar A.3 Sketsa struktur benih sengon
29 dari 31
SNI 01-7212-2006
Lampiran A
(lanjutan)
Hilum
Mikropil
Chalaza
Gambar A.4 Sketsa struktur benih mahoni
Ujung radikel Plumula
Kotiledon
Gambar A.5 Sketsa struktur benih gmelina
30 dari 31
SNI 01-7212-2006
Bibliografi
Balai Teknologi Perbenihan – 2000: Pedoman Standardisasi Pengujian Mutu Fisik dan
Fisiologis Benih Tanaman Hutan
31 dari 31