PENGAMATAN VIAB ILITAS BENIH TREMBESI (Samanea Saman) MENGGUNAKAN METODE UJI PERKECAMBAHAN UDK, UAK, DAN UJI LANGSUNG
Oleh : INARIO BIBIE NIM. 120500009
PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015
PENGAMATAN VIAB ILITAS BENIH TREMBESI (Samanea Saman) MENGGUNAKAN METODE UJI PERKECAMBAHAN UDK, UAK, DAN UJI LANGSUNG
Oleh : INARIO BIBIE NIM. 120500009
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015
PENGAMATAN VIAB ILITAS BENIH TREMBESI (Samanea Saman) MENGGUNAKAN METODE UJI PERKECAMBAHAN UDK, UAK, DAN UJI LANGSUNG
Oleh : INARIO BIBIE NIM. 120500009
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015
HALAMAN PENGESAHAN PENGAMATAN VIAB ILITAS BENIH TREMBESI (Samanea saman) MENGGUNAKAN METODE UJI PERKECAMBAHAN UDK, UAK, DAN UJI LANGSUNG
Judul Karya Ilmiah
:
Nama
: Inario Bibie
NIM
: 120500009
Program studi
: Pengelolaan Hutan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Elisa Herawati, S. Hut, MP NIP. 19710305 199512 2 001
Ir. Gunanto NIP. 19570905 198703 1 001
Ir. Herijanto Thamrin, MP NIP. 19621107 198903 1 015
Menyetujui, Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan
Agustina Murniyati,S.Hut, MP NIP. 19720803 199802 2 001
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. M. Masrudy, MP NIP. 19600805 198803 1 003
Lulus ujian pada tanggal : ......................................
ABSTRAK INARIO BIBIE. Pengamatan Viabilitas Benih Trembesi (Samanea saman)Menggunakan Metode Uji Perkecambahan UDK, UAK, dan Uji Langsung (di bawah bimbingan Elisa Herawati). Dalam upaya peningkatan kualitas benih diperlukan teori-teori tentang perbenihan dan termasuk di dalamnya adalah perbaikan kualitas benih dan identifikasi keadaan benih sebelum ditanam di lapangan, maka dari itu diperlukan teknologi benih. Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai caracara untuk dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik dari benih, mencakup kegiatan-kegiatan seperti pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produkisi benih, pengolahan, pengujian serta sertifikasi benih (Sutopo, 2002), dimana hal tersebut adalah kegiatan untuk mendapatkan keterangan tentang viabilitas benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil viabilitas benih jenis Trembesi (Samanea saman)melalui perbedaan metode pengujiannya. Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat ditemukan metode pengujian benih yang paling efektif. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur Program Studi pengelolaan Hutan Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dengan waktu yang diperlukan selama 2 bulan dari bulan Juni tanggal 11 sampai bulan Agustus tanggal 11, 2015 yang meliputi persiapan alat, bahan, pengambilan dan pengolahan data. Pada pengamatan viabilitas benih Trembesi (Samanea saman) metode yang digunakan adalah pengujian perkecambahan Uji Di atas Kertas (UDK), Uji Antar kertas (UAK), dan Uji langsung. Benih hasil seleksi, sebelum ditabur, diskarifikasi dengan cara perendaman ke dalam air pada suhu awal 1000C (mendidih), kemudian benih dimasukkan dan dibiarkan selama 12 jam. Tiap perlakuan menggunakan tiga ulangan, tiap ulangan menggunakan jumlah 100 biji. Jumlah total benih dalam penelitian ini sebanyak 900 biji. Pengambilan data dilakukan setiap hari selama 10 hari, mulai dari tanggal 2 sampai tanggal 11. Agustus 2015 Data yang diambil meliputi jumlah kecambah hadir harian, suhu dan kelembapan ruangan. Data perkecambahan harian tersebut diolah untuk mendapatkan nilai-nilai Persen Perkecambahan, Laju Perkecambahan, dan Daya Kecambah benih Penilaian viabilitas benih didasarkan pada nilai persentase perkecambahan untuk UDK 8.3%, UAK 16.33%, dan uji langsung 25.33%. Daya perkecambahan untuk UDK 96, UAK 94, dan uji langsung 97. Kecepatan harian perkecambahan untuk UDK 7 hari UAK 6 hari, dan uji langsung 6 hari. Dari hasil penghitungan disimpulkan bahwa menggunakan metode perkecambahan uji langsung adalah yang lebih baik untuk mendapatkan gambaran tentang viabilitas benih Trembesi (Samanea saman).
Kata kunci : Benih Trembesi (Samanea saman), Viabilitas Benih, Metode Uji Perkecambahan.
RIWAYAT HIDUP INARIO BIBIE. Lahir pada tanggal 22 September 1992 di Kampung Dilang Puti Kecamatan Bentian Besar Kabupaten Kutai
Barat.
Merupakan
anak
ke
enam
dari
tujuh
bersaudara, dari pasangan Bapak Dikit dan Ibu Pelem. Pada tahun 1999 memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 005 Dilang Puti dan lulus pada tahun 2005, pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Sendawar Dilang Puti dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Sendawar Muara Lawa dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mengambil Program Studi Manajemen Hutan, Jurusan Manajemen Pertanian.
KATA PENGANTAR Salam damai dan sejahtera bagi bagi kita semua , Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat, hidayah, dan petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah juga sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Atas segala bimbingan, petunjuk dan bantuan yang tidak ternilai harganya penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Ibu Elisa Herawati, S. Hut, MP selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan petunjuk dalam pembuatan dan penyusunan Karya Ilmiah.
2.
Bapak Ir. Gunanto selaku dosen penguji I
3.
Bapak Ir. Herijanto Thamrin, MP selaku dosen penguji II
4.
Seluruh anggota keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan baik moril maupun material..
5.
Rekan-rekan Mahasiswa lainnya yang juga turut membantu penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini belum sempurna,
untuk itu kritik dan saran penulis terima dengan tangan terbuka. Penulis berharap informasi yang tersaji di dalamnya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya
untuk
kemajuan
perkembangan
pengetahuan
di
bidang
Kehutanan. Inario Bibie
Kampus sei keledang,
Agustus 2015
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................. vii DAFTAR ISI ................................................................................................ viii DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x I.
PENDAHULUAN ................................................................................... 1
II.
TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan morfologi ................................................................. 3 B. Viabilitas benih trembesi (samanea saman)................................... 5 C. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi viabilitas benih .................. 7 D. Metode uji benih .......................................................................... 8 E. Factor-faktor yang mempengaruhi proses perkecambahan Benih .............................................................................................. 14 F. Tipe perkecambahan ..................................................................... 26
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ B. Alat dan Bahan ............................................................................... C. Prosedur Kerja ............................................................................... D. Pengolahan Data............................................................................ E. Analisa Data ...................................................................................
28 28 29 33 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil................................................................................................ 36 B. Pembahasan .................................................................................. 38 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan..................................................................................... 41 B. Saran ............................................................................................. 41 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 42 LAMPIRAN.................................................................................................. 44
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Perendaman Benih ........................................................................................ 52 2. Penaburan Benih ........................................................................................... 52 3. Penyiraman Benih Trembesi ......................................................................... 52 4. Penghitungan Benih Trembesi....................................................................... 52 5. Hygro Thermometer ....................................................................................... 53 6. Baki Perkecambahan ..................................................................................... 53 7. Hand Sprayer ................................................................................................. 53 8. Kompor Listrik dan Ceret ............................................................................... 53 9. Petridish ........................................................................................................ 54 10. Pinset.............................................................................................................. 54 11. Peroses sangrai media pasir ......................................................................... 54 12. Beker Glas ...................................................................................................... 54 13. Benih Trembesi .............................................................................................. 55 14. Kertas merang................................................................................................ 55 15. Pasir................................................................................................................ 55 16. Uji Antar Kertas .............................................................................................. 56 17. Uji Langsung .................................................................................................. 56 18. Uji Atas kertas ................................................................................................ 56
DAFTAR TABEL
No
Tubuh Utama
Halaman
1.
Persentase Perkecambahan Trembesi (Samanea saman) Per Ulangan dan Per Perlakuan ............................
36
2.
Daya Perkecambahan Benih Trembesi (Samanea saman)
37
3.
Data Laju perkecambahan Trembesi (samanea saman)
37
4.
Rekapitulasi nilai persentase perkecambahan, daya berkecambah, dan kecepatan harian perkecambahan………..
38
Lampiran 5.
Data Temperatur dan kelembapan dari tanggal 2-11 Agustus 2015
6.
Perkecambahan harian benih Trembesi (samanea saman) dengan perlakuan uji diatas kertas, uji antar kertas, dan uji langsung………………………………………
45
46
1
BAB I PENDAHULUAN Benih merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani, yang memiliki fungsi agronomis atau merupakan komponen agronomi (Sadjad dkk, 1976). Melihat dari pengertian ini maka benih merupakan komponen yang berperan sangat penting dalam konsep agronomi dan dalam pengembangan usaha tani. Benih yang baik akan menentukan kualitas produksi dan tentu pula akan berimplikasi pada pendapatan petani. Dalam upaya peningkatan kualitas benih, maka diperlukan sebuah teknologi untuk mengembangkan teori-teori tentang perbenihan dan termasuk di dalamnya adalah perbaikan kualitas benih dan identifikasi keadaan benih sebelum ditanam di lapangan, maka dari latar belakang tersebut diperlukan teknologi benih. Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai caracara untuk dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik dari benih, mencakup kegiatan-kegiatan seperti pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produksi benih, pengolahan, penyimpanan, pengujian serta sertifikasi benih (Feistritzer, 1975, dalam Karim, 1976). Salah satu yang menjadi cakupan dalam kegiatan teknologi benih adalah uji Viabilitas dan Vigor benih. Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjat, 1993). Mengingat hal-hal tersebut di atas penulis bermaksud melakukan pengamatan uji viabilitas benih dimana variabelnya adalah berupa persentase perkecambahan,
daya
perkecambahan,
dan
laju
atau
kecepatan
2
perkecambahan, dengan metode Uji Di atas Kertas (UDK), Uji Antar Kertas (UAK), dan Uji secara langsung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil viabiltas benih jenis Trembesi (Samanea saman) melalui perbedaan metode perkecambahan. Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat ditemukan metode perkecambahan benih yang paling efektif di antara metode yang digunakan.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan morfologi Trembesi (samanea saman) Klasifikasi dan morfologi Trembesi (Samanea saman) sebagai berikut: Kingdom
: Plantae ( Tumbuhan )
Divisio
: Magnoliophyta ( Tumbuhan Berbunga )
Kelas
: Magnoliopsida ( Tumbuhan Bekeping dua )
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae ( Suku Polong-polongan )
Genus
: Albizia saman
Spesies
: (Samanea saman)
Trembesi (Samanea saman) disebut juga Pohon Hujan atau Ki Hujan merupakan tumbuhan pohon besar dengan ketinggian hingga 20 meter dan tajuknya yang sangat lebar. Pohon Trembesi (Ki Hujan) mempunyai jaringan akar yang luas sehingga kurang cocok ditanam di pekarangan karena bisa merusak bangunan dan jalan. Akhir-akhir ini pemerintah, dalam rangka gerakan one man one tree menggalakkan penanaman pohon Trembesi (Ki Hujan) di seluruh wilayah Indonesia karena diyakini dari satu batang Trembesi dewasa mampu menyerap 28 ton karbondioksida (CO2) pertahunnya. Bahkan di Istana Negara, terdapat 2 batang pohon Trembesi yang ditanam oleh presiden pertama RI, Ir. Soekarno yang masih terpelihara dengan baik hingga kini. Pohon Trembesi disebut juga sebagai Pohon Hujan atau Ki Hujan lantaran air yang sering menetes dari tajuknya karena kemampuannya menyerap air tanah yang kuat. Di beberapa daerah di Indonesia tanaman pohon ini sering disebut sebagai Kayu Ambon (Melayu), Trembesi, Munggur, Punggur, Meh (Jawa), Ki Hujan (Sunda). Dalam bahasa Inggris pohon ini mempunyai beberapa
4
nama seperti, East Indian Walnut, Rain Tree, Saman Tree, Acacia Preta, dan False Powder Puff. Di beberapa negara Pohon Trembesi ini disebut Pukul Lima (Malaysia), Jamjuree (Thailand), Cay Mura (Vietnam), Vilaiti Siris (India), Bhagaya Mara (Kanada), Algarrobo (Kuba), Campano (Kolombia), Regenbaum (Jerman), Chorona (Portugis) Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari Meksiko, Peru dan Brazil namun sekarang telah tersebar ke seluruh daerah beriklim tropis termasuk ke Indonesia ( Kirsman 2011). a. Syarat Tumbuh Samanea
saman yang
sering
disebut
dengan
Trembesi
merupakan tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat. Trembesi dapat bertahan 2-4 bulan atau lebih lama di daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm/tahun (dry season) atau bahkan dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon, temperatur dan tanah. Trembesi juga dapat hidup di daerah dengan temperatur 20-300oC, maksimum
temperatur
25-380oC,
minimum
18-200oC,
temperatur
minimum yang dapat ditoleransi 80oC. Tanaman peneduh hujan ini akan tumbuh 15-25 m di tempat terbuka dengan diameter kanopi (payung) lebih besar dari tingginya. Trembesi (Samanea saman) (Jacq.) Merr.berbentuk melebar seperti payung (canopy), pohon yang masuk dalam sub famili Mimosaceae dan famili Fabaceae ini biasa ditanam sebagai tumbuhan pembawa keteduhan. b. Manfaat Trembesi ( Samanea saman) (Jacq.) Merr. merupakan jenis pohon yang memiliki kemampuan menyerap karbondioksida dari udara
5
yang sangat besar. Pohon ini mampu menyerap 28.488,39 kg CO2/pohon setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian Hartwell (1967-1971) di Venezuela, akar trembesi dapat digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk mencegah kanker. Ekstrak daun trembesi dapat menghambat pertumbuhan (mikrobakterium Tuberculosis) (Perry, 1980) yang dapat menyebabkan sakit perut. Trembesi juga dapat digunakan sebagai obat flu, sakit kepala dan penyakit usus (Duke and Wain, 1981). B. Viabilitas Benih 1. Pengertian Viabilitas benih
Viabilitas benih diartikan sebagai daya hidup benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme dan fenomena pertumbuhan (Sadjad, 1972) Dapat pula ditunjukkan oleh keadaan organela sitoplasma sel atau kromosom. Dalam kondisi fisiologi yang baik benih mempunyai viabilitas yang tinggi meliputi vigor dan daya kecambah. Daya kecambah dan vigor benih merupakan penentu viabilitas benih yang merupakan gambar mutu fisiologi benih. Perkecambahan mencerminkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang optimum. Sedangkan vigor benih mencerminkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang suboptimum atau berkembang menjadi tanaman di atas normal pada kondisi lingkungan yang optimum atau mampu disimpan dalam kondisi lingkungan yang suboptimum dan tahan disimpan lama dalam kondisi simpan optimum (Sadjad, 1989)
6
2. Parameter Viabilitas (Daya hidup Benih) Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih. Berbagai macam metode pengujian benih dibuat untuk mendeteksi parameter viabilitas benih. Pengujian daya berkecambah benih digunakan untuk mendeteksi parameter viabilitas potensial benih. Daya berkecambah atau daya tumbuh benih adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi lingkungan yang optimum. Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya (Sutopo, 2002). Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu. Bila daya uji kecambah benih memberikan hasil yang negatif maka perlu diadakan usaha lain untuk mengetahui faktor apakah yang mengakibatkan kegagalan perkecambahan. Prosedur uji daya kecambah dilakukan dengan menjamin agar lingkungan menguntungkan bagi perkecambahan seperti ketersediaan air, cahaya, suhu dan oksigen (Throneberry and Smith, 2001). Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan metode uji = UDK (Uji Di Atas Kertas), UDKm (Uji Diatas Kertas diMiringkan), UAK (Uji Antar Kertas), UAKm (Uji Antar Kertas diMiringkan), UKD (Uji Kertas Digulung), UKDp (Uji Kertas Digulung dalam Plastik), UKDd (Uji Kertas Digulung Didirikan) dan UKDdp (Uji Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik). Uji perkecambahan benih di rumah kaca umumnya
7
menggunakan media tanah halus, pasir halus, serbuk gergaji dan media lainnya, dapat berupa campuran atau tidak dicampur. (anonim, 2008). C. Faktor – faktor lain yang mempengaruhi viabilitas benih Pemeliharaan dengan seksama terhadap kelembapan relatif udara (kadar air benih) serta temperatur dalam penyimpanan sebagai telah dikemukakan adalah penting. Hendaknya hal ini jangan sampai mengabaikan pula pengaruhpengaruh lainnya yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap umur benih atau daya kemampuan tumbuhnya selama berlangsungnya penyimpanan. Antara lain tentang kandungan O2 dan CO2 udara di sekeliling, cahaya yang langsung mengenai benih, jenis benih, riwayat benih, jenis dan frekuensi fumigasi, perlakuan benih, serangan hama, tikus, insektisida serta jamur (Kartasapoetra, 1986). 1. Tentang Kandungan O 2 dan CO2 Benih dengan kadar air di bawah 10% akan dapat bertahan lebih lama, apabila CO2 pada udara di sekeliling benih tersebut kenyataannya lebih tinggi dari O2 pada udara itu. Benih dengan kadar air di atas 14% akan lebih pendek umurnya karena uap air di sekeliling benih itu akan menurunkan O2nya dan menaikkan CO2 pada udara tersebut. 2. Tentang Jenis Benih Jenis serealia yang berbeda, dalam penyimpanan di bawah keadaan atau persyaratan yang sama, umur simpannya akan berbeda pula. Hal ini berarti jenis yang satu akan lebih lambat kehilangan daya tumbuhnya, sedang jenis yang lainnya akan lebih cepat. Kejadian demikian akan terjadi pula pada jenis benih yang berlainan varietasnya, bila mengalami penyimpanan umur simpannya berbeda-beda.
8
3. Tentang riwayat benih Keadaan cuaca sewaktu benih masih di lapangan, kerusakan mekanis selama pengolahan (processing), suhu yang terlalu tinggi sewaktu pengeringan, serangan hama dan penyakit, fumigasi, serta perlakuanperlakuan lainnya sebelum penyimpanan, kesemua ini menunjukkan riwayat benih. Riwayat ini besar sekali pengaruhnya pada daya tumbuh benih sewaktu benih tersebut dalam penyimpanan (Kartasapoetra, 1986). D. Metode Uji Benih Menurut Sutopo (2002) dan Anonim (2011) pengujian viabilitas benih dapat dilakukan dengan cara, antara lain : 1. UKDd atau Uji Kertas Digulung Didirikan Metode ini digunakan untuk menguji kekuatan tumbuh benih berdasarkan spontanitas tumbuhnya benih. benih ditanam dalam satu deretan, diantara lembar substrat dan digulung. Letakkan deretan benih kirakira 1/3 X ½ kertas dari lebar kertas, dengan arah pertumbuhan akar primer ke bagian 2/3 X ½ lebar kertas. Caranya : a. Siapkan substrat kertas merang berukuran 20cmx30cm sebanyak 3x4 l lembar setebal 1 mm, kemudiam rendam dalam air sampai lembap., tekan dengan tangan sehingga kelebihan air terbuang. Lipat bagian tengah dari lebar kertas, tanam benih dalam satu deretan pada 1/3 dari separuh lebar kertas dengan arah pertumbuhan akar primer kebagian 2/3 separuh lebar kertas ke arah bawah. b. Tutup bagian substrat yang telah ditanami dengan separuh substrat yang lain, kemudian digulung dengan arah gulungan dari kiri ke kanan.
9
c. Gulungan
substrat diletakkan dengan cara didirikan pada baki dalam
alat pengecambah. d. Alat pengecambah yang digunakan adalah IPB tipe 73-2B e. Pengamatan dilakukan1x (4x24 jam). 2. UKDdp (Uji Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik) Metode ini UKDdp sama dengan kegunaannya dengan metode UKDd, hanya perbedaanya UKDdp digunakan untuk menguji benih berukuran sebesar seperti jagung,kedelai,kacang tanah,dan sebagainya karena benihnya agak besar , metode ini mengggunakan plastik di luarnya. Caranya: a. Meletakkan lembaran kertas substrat merang (3-4 lembar) yang telah dibasahi, diatas plastik berukuran sama. b. Menanam benih diatas kertas lembaran dalam satu deretan pada 1/3 x lembar subtrat dan menyusunnya secara teratur dalam beberapa baris, denagn arah pertumbuhan akar primer ke bagian 2/3 x lembar subtrat ke arah bawah. c. Menutup subtrat yag telah ditanami benih dengan lembaran subsrat yang lain lalu menggulungnya. d. Meletakkan pada alat pengecambah dengan cara mendirikannya pada trays, 2/3 lembar kertas terletak di dasar tray dan menjaga kelembapan subtrat. e. Alat pengecambah yang digunakan IPB tipe 72-1 3.
UHDP (Uji Hoope dirobah dalam Plastik) Metode ini dimaksud untuk menguji kekuatan tumbuh benih terhadap serangan suatu penyakit . Caranya seperti pada metode UKDP atau UKDDP
10
hanya bedanya sebelum substrat ditutup dengan substrat lainnya, ditaburi tanah bekas pertananaman yang terserang penyakit,sehingga metode ini menjadi UHDP atau UHDDP. Caranya : a. Letakkan substrat kertas ukuran 20x30 cm (3 – 4 lembar) yang telah dibasahi diatas plastik berukuran sama. b. Taburi
dengan
selapis
tanah
bekas
pertanaman
yang
diduga
mengandung patogen penyakit yang akan diuji. c. Tanam benih seperti UKDP atau UKDDP d. Letakkan dalam alat pengecambah benih. 4. UDK (Uji Diatas Kertas), UDKM (Uji Diatas Kertas Dimiringkan) Dengan UDK, UDKM dimaksudkan untuk menguji benih di atas lembar substrat. Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya untuk perkecambahannya. Benih ditanam di atas lembar substrat yang diletakkan pada petridish atau cawan plastik. Petridish dapat ditutup atau dibuka, tergantung pada ukuran besarnya benih. untuk benih sebesar benih sengon, petridish dibuka, sedangkan sebesar tembakau ditutup. Meletakkan petridish pada trays di germinator dapat secara dimiringkan yaitu dengan memiringkan letak trays di germinator, sehingga metode menjadi UDKM. Caranya : a. Substrat kertas ukuran 20x30 (3-4 lembar) diletakkan pada alas petridish atau cawan plastik b. Basahi substrat, biarkan sampai air meresap, kemudian air yg berlebih dibuang.
11
c. Tanamlah benih di atas lembar substrat dengan pinset. 5. UAK (Uji Antar Kertas), UAKM (Uji Antar Kertas Dimiringkan) UAK dimaksudkan menguji benih dengan menanam benih diantara lembar substrat, kemudian dilipat. Metode ini digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya. Misalnya benih padi, sorghum, bayam dan sebagainya. Seperti pada UDK, metode UAK dapat dilakukan secara dimiringkan, yaitu dengan memiringkan letak trays dialat pengecambah benih, metode menjadi UAKM. Caranya : a. Siapkan substrat kertas berukuran 20 x 30 cm, 3 – 4 lembar atau setebal kurang lebih 1mm b. Rendam dalam air selama beberapa menit sampai basah. c. Hilangkan air yang berlebihan dengan jalan memasukkan substrat basah tersebut ke dalam alat pengepres substrat sampai air tidak menetes lagi. d. letakkan substrat dan bentuklah lipatan kertas pada bagian tengahnya. e. Benih ditanam dengan pinset pada ½ bagian lipatan tadi agak masuk ke dalam. Jarak tanam tidak saling berdekatan. f.
Tutuplah substrat yang telah ditanami benih dengan1/2 bagian substrat yang lain tepat pada lipatan.
g. Lipat lagi pinggir-pinggir substrat kurang lebih 1 ½ cm ke dalam (kecuali yang sudah ada lipatannya) h. Letakkan di dalam alat pengecambah benih. Untuk metode UAK letak trays dimiringkan.
12
6. UKDP Atau Uji Kertas Digulung Dalam Plastik Metode ini dimaksudkan untuk menguji benih dengan cara menanam benih di antara lembar substrat, kemudian digulung. Dapat digunakan untuk benih yang tidak peka cahaya untuk perkecambahannya. Untuk benih yang berukuran sebesar benih sengon. Substrat pengujian dilapisi plastik di luarnya sehingga metodenya menjadi UKDP (Uji Kertas Digulung dalam Plastik). Caranya : a. Meletakkan lembaran kertas substrat merang (3 lembar) yang telah dibasahi, diatas plastik berukuran sama. b. Menanam benih diatas kertas lembaran dalam satu deretan pada 1/3 x lembar subtrat dan menyusunnya secara teratur dalam beberapa baris, denagn arah pertumbuhan akar primer ke bagian 2/3 x lembar subtrat ke arah bawah. c. Menutup subtrat yag telah ditanami benih dengan lembaran subsrat yang lain lalu menggulungnya. d. Meletakkan pada alat pengecambah dengan cara mendirikannya pada trays, 2/3 lembar kertas terletak di dasar tray dan menjaga kelembapan subtrat. 7. Plastick Cell Woodstock (PCW) Metode ini sama kegunaannya dengan UKDP, perbedaannya pada PCW digunakan benih-benih yang peka cahaya untuk perkecambahannya. Untuk itu penutupnya adalah plastik dan bukan substrat kertas. Caranya :
13
a. Letakkan substrat kertas ukuran 15 x 20 cm (3 – 4 lembar) yang telah dibasahi di atas plastik berukuran sama. b. Tanam benih dalam satu deretan dengan jarak 1/3 x lebar kertas. c. Tutup dengan plastik yang lain, dan pasang kawat pada ujung sebelah atas. d. Gantung di dalam alat pengecambah dengan kawat tersebut. e. Pengamatan dilakukan 6 x 24 jam. 8. Metode Uji kekuatan T umbuh Secara Langsung Dengan Substrat Pasir, Tanah Metode ini dilakukan dengan cara menanam benih pada kedalaman tertentu. Untuk benih trembesi di tanam pada kedalaman 2,5 cm, Caranya : a. Pasang seng yang telah dibengkokkan ujung-ujung pada kotak kayu. b. Isi pasir atau tanah yang telah steril ke dalam kotak sampai batas seng. c. Tanam benih diatas seng tersebut, kemudian tutup dengan pasir atau tanah. d. Siram pasir, tanah yang telah ditanami, secara hati – hati dengan menggunakan gembor. 9. Uji tetrazolium Benih yang memerlukan waktu yang lama untuk berkecambah, dan data viabilitas dibutuh kan dengan segera maka uji tetrazolium dapat menjadi alternative, (kacang merah, jagung). 1) . Benih direndam dalam air selama18-20 jam. 2) buang selaput dan kulit benih. 3) Rendam dalam larutan tetrazolium 1% selama18-20 jam.
14
4) Amati embiro benih, jika timbul warna merah menunjukan benih tersebut masih baik dan mampu berkecambah. Sebaliknya biji-biji tetap berwarna putih menunjukan kalau biji tersebut sudah mati. Daya kecambah benih dihitung mengunakan rumus. E. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Proses Perkecambahan Benih Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya proses pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang. Benih dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama terjadinya proses perkecambahan. Perkembangan benih dipengaruhi oleh faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal) (Taiz and Zeiger 1998) dalam (Irwanto 2010). 1. Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain : a. Tingkat Kemasakan Benih Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologis atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapai berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979). b. Ukuran Benih Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis
15
yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, (tt) dalam (Sutopo, 2002). c. Dormansi Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembapan yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002). d. Penghambat Perkecambahan Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi 2. Faktor Luar Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan di antaranya : a. Air Air memegang peranan penting dalam proses perkecambahan biji. Air adalah merupakan factor yang menetukan di dalam kehidupan
16
tumbuhan. Tanpa adanya air, tumbuhan tidak bias melakukan berbagai macam proses kehidupan apapun ( Kamil, 1979). Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 30% sampai 55% (Darjadi,1972) dalam (Irwanto, 2010) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30% sampai 55% (Kamil, 1979). Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002). Menurut Kamil (1979), kira-kira 70% berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air antara lain : 1) Untuk melembapkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi pengembangan embrio dan endosperm. 2) Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen ke dalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeable untuk gas, tetapi apabila dinding sel di-imbilasi oleh air, maka gas akan masuk ke dalam sel secara diffusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embryo menyerap air, maka suplai oksigen meningkat kepada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya pernafasan. Sebaliknya juga CO2 yang dihasilkan oleh pernafasan tersebut lebih mudah mendiffusi ke luar.
17
3) Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai macam fungsinya. Sebagian besar air di dalam protoplasma sel-sel embryo dan bagian hidup lainnya pada biji, hilang sewaktu biji tersebut telah mencapai masak sempurna dan lepas dari tanaman induknya semenjak saat ini aktivitas protoplasma hampir seluruhnya berhenti sampai perkecambahan dimulai. Sel-sel hidup tidak bisa aktif melaksanakan proses-proses yang normal sperti pencernaan, pernapasan, assimilasi,dan tumbuh, apabila protoplasma tidak mengandung sejumlah air yang cukup. 4) Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau cotyledon ke titik tumbuh pada embryonic axis, di daerah mana diperlukan untuk membentuk protoplasma baru. Selama periode waktu pemasakan biji, air dikurangi atau hilang dari biji, dengan kata lain
terjadi
peristiwa
(“dehydration”).
Sebaliknya
untuk
perkecambahan diperlukan penambahan air kembali dalam biji, maka terjadi peristiwa( “rehydration”). Beberapa
faktor
yang
yang
mempengaruhi kecepatan
penyerapan air (“rate of water absorption”) oleh biji yaitu : 1) Permeabilitas Kulit Biji atau Membran Biji Keadaan yang paling dramatis ialah biji yang kulit bijinya (seed coat) tidak lewat air (“completely impermeable to water”), seperti biji kulit keras (hard seed) pada legumes, okra. Biji-bijian tergolong ini, tidak akan berkecambah dalam jangka periode waktu perkecambahan
walaupun
(dikecambahkan)
pada
biji
medium
tersebut
ditempatkan
perkecambahan
dengan
18
kelembapan yang cukup. Hal ini disebabkan karena air tidak bisa masuk ke dalam biji. 2) Konsentrasi Air Pada faktor lain sama, penyerapan atau imbisisi air oleh biji akan lebih cepat pada biji yang ditempatkan di dalam air murni dari pada biji di dalam larutan “(solution)”. 3) Suhu Apabila air dipanaskan maka energi dipakai “(supplied)”. Sebagian energi digunakan untuk meningkatkan diffusi air. Oleh sebab itu, apabila suhu dtingkatkan maka kecepatan penyerapan juga naik sampai batas waktu tertentu, dimana tiap10oC suhu dinaikkan kecepatan penyerapan kira-kira dua kali lipat, pada waktu permulaan. 4) Tekanan Hidrostatik Dengan masuknya air ke dalam biji, timbul tekanan hidrostatik karena meningkatnya volume air pada membran biji. Tekanan hidrostatik ini sama dengan tekanan pada air di dalam dan menyebabkan meningkatnya tekanan diffusi air. Hal ini menyebabkan naiknya kecepatan diffusi ke luar dan menurunnya kecepatan air oleh biji. 5) Luas permukaan biji yang kontak dengan air Pada keadaan faktor lainnya sama, kecepatan penyerapan air oleh biji berbanding lurus dengan luas permukaan biji yang kontak dengan selaput air. Pada keadaan tertentu, areal (bagian)
19
khusus pada biji dapat menyerap air lebih cepat, umpamanya, embryo pada biji jagung. 6) Daya Intermolekuler Daya ini merupakan suatu tenaga listrik. Apabila tenaga ini meningkat akan menyebabkan menurunnya tekanan diffuse air dan juga berarti menurunnya kecepatan penyerapan air. Tenaga ini sangat penting pada tanah. Pada tanah kering, air kurang, dan dipegang lebih kuat oleh daya Intermolekuler. 7) Species Masing-masing species mempunyai kecepatan penyerapan air tertentu, misalnya jarak (castor bean) menyerap air lambat, sedangkan kedele (soybean) lebih cepat. 8) Tingkat kemasakan Jagung yang dipanen pada masak susu (milk stage) menyerap air lebih cepat sampai tingkat tertentu dibandingkan dengan biji a j gung yang dipanen masak atau dent stage (butir tepung lebih lunak pada biji muda). b. Suhu Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan saat berlangsungnya
perkecambahan
benih
dimana
presentase
perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin. Bermacam -macam jenis biji mempunyai titik (suhu) kritis yang
20
berbeda-beda disebut suhu cardinal atau cardinal temperatures yang berkaitan dengan perkecambahannya yaitu: a) Suhu Minimum Suhu minimum adalah suhu di bawah mana proses perkecambahan biji (perkecambahan dapat dilihat) tidak akan terjadi selama periode waktu perkecambahan. Tidak mudah menentukan suhu minimum perkecambahan ini karena umumnya si peneliti mengakhiri percobaanya dalam waktu terbata dan mengambil suatu suhu terendah dimana perkecambahan (pertumbuhan) terjadi, kemudian menetapkan itulah suhu minimum, sehingga tergantung pada kesabaran si peniliti. Sedangkan mungkin saja terjadi percambahan suatu jenis biji, walaupun lambat, pada suhu di atas titik beku, bahkan pernah mencatat ada biji berkecambah di atas lapisan es. b) Suhu Maksimum Suhu maksimum adalah suhu di atas mana proses perkecambahan biji tidak akan terjadi selama periode waktu pendek atau panjang. Berlawanan dengan suhu minimum, suhu mkasimum ini agak khusus dan relatif lebih mudah ditentukan. Suhu di atas maksimum biasanya mematikan biji, karena menyebabkan mesin metabolisme biji non aktif sehingga biji menjadi busuk dan mati. Suhu ini disebut ”thermal death temperature”. Apabila biji yang sedang mengadakan
imbibsi
diekspos kepada suhu di atas maksimum akan segera menjadi mati. Suatu biji kering angin yang diekspos kepada suhu di atas
21
maksimum paling kurrang selama periode waktu yang diperlukan untuk
perkecambahan
optimum,
kemudian
biji
tersebut
dikecambahkan pada suhu di bawah maksimum, bahkan pada suhu optimum, biji tersebut tidak akan berkecambah. c) Suhu Optimum Suhu optimum adalah suatu suhu pada mana kecepatan dan persentase biji berkecambah tertinggi pada periode waktu minimum. Suhu optimum terletak di antara suhu minimum dan suhu maksimum, lebih dekat kepada suhu maksimum. Dalam jangka suhu minimum ke optimum, persentase perkecambahan tidak berbeda nyata kalau waktu perkecambahan bertambah tinggi bila kian dekat ke suhu optimum ke maksimum dan kecepatan perkecambahan pada umumnya menurun setelah lewat suhu optimum, kecuali pada biji dan keadaan tertentu perkecambahan berlangsung lebih cepat (Kamil, 1979). c. Oksigen Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto, 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29% oksigen dan 0.03% CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya
22
akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80%, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 %. Perkecambahan biji adalah suatu proses yang berkaitan dengan
sel hidup yang mana membutuhkan energi. Energi yang
dibutuhkan oleh suatu proses di dalam sel hidup biasanya diperoleh dari proses oksidasi, baik molekul O2 atau tidak. Proses ini, secara berurutan disebut pernapasan dan fermentasi, dimana terjadi pertukaran gas yaitu CO2 dikeluarkan pada kedua proses di atas dan O2
diambil dari proses pernapasan, disebut pernapasan aerob.
Sedangkan pernapasan tanpa molekul O2 bebas disebut pernapasan anaerob (anaerobic respiration) dimana oksigen diperoleh
dari
proses kimia (Kamil, 1979). Perkecambahan biji dipengaruhi oleh komposisi (susunan) udara di sekitarnya (ambient atmosphere). Umumnya biji akan berkecambah dalam udara yang mengandung 20% O2 dan 0,03% CO2.
Tetapi
diketahui
ada
biji
dan
serelia
tertentu
yang
perkecambahannya dinaikkan dengan meningkatkan kadar O2 di atas 20%. Kebanyakan biji tidak membutuhkan O2 dengan tekanan penuh 20%. Diketahui bahwa O2 yang sampai ke embryo kurang dari 3%. Sebetulnya di lapangan, oksigen tidaklah merupakan faktor pembatas utama untuk perkecambahan. Oksigen menjadi faktor pembatas mungkin karena tingginya kadar air tanah dimana biji tadi ditanam.
Rendahnya
kadar
O2 di
dalam
tanah
tidak
akan
23
berkecambah karena kekurangan O2 . yang terlalu basah untuk perkecambahan walaupun ditempatkan di dalam germinator dengan pengaturan suhu, juga akan menyebabkan biji tidak berkecambah. d. Cahaya Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya bervariasi tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh cahaya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979).
Menurut
(Sutopo,
2002)
pengaruh
cahaya
terhadap
perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya. Pentingnya peranan cahaya sebagai faktor pengontrol perkecambahan biji sudah lama dikenal banyak usaha penyelidikan untuk ini telah dilakukan. Usaha-usaha tersebut telah dimulai sejak akhir abad ke-19 atau permulaan abad ke-20 seperti apa yang telah dilaporkan oleh Ceisler (1883) dan Grassner (1915) dalam (Sutopo, 2002). Berdasarkan fenomena di atas, maka biji dapat di bedakan dalam beberapa kategori, yaitu : a. Biji yang hanya bisa berkecambah dalam gelap b. Biji yang hanya bisa berkecambah dalam cahaya terus-menerus c. Biji yang berkecambah setelah disinari cahaya
24
d. Biji yang tidak terpengaruh dengan ada atau tidaknya cahaya selama perkecambahan. Penyinaran harian matahari ternyata mempunyai pengaruh terhadap perkecambahan biji seperti halnya sama dengan peristiwa photoperiodism pada pembungaan. Sementara itu , Kinzel (1926) dalam Sutopo, (2002) telah menyusun suatu daftar dari ratusan spesies tanaman dan membaginya atas lima golongan berdasarkan respon bijinya terhadap cahaya untuk perkecambahan sebagai berikut Tanaman yang bijinya berkecambah dalam cahaya pada atau di atas suhu 200C (270 spesies) 1) Tanaman yang bijinya berkecambah dalam gelap pada atau di atas suhu 200C (114 spesies). 2) Tanaman yang bijinya berkecambah dalam cahaya sesudah mengalami suhu sangat dingin (190 spesies) 3) Tanaman yang bijinya berkecambah dalam gelap sesudah mengalami (81 spesies). 4) Tanaman yang bijinya berkecambah tidak terpengaruh oleh cahaya atau gelap (33 spesies). e. Media Media yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah. (Irwanto, 2010).
25
Banyak media tanam yang bisa dipilih untuk tanaman kita. Meskipun begitu, sebagian besar kegiatan pertanian dan pertamanan sampai saat ini masih bergantung kepada tanah. Mahluk-mahluk hidup di dalam tanah membantu memecah materi sisa tumbuhan dan bangkai hewan menjadi zat hara, yang kemudian diserap oleh akar tumbuhan. F. Tipe Perkecambahan A. Hipogeal Pada perkecambahan hipogeal, terjadi pertumbuan memanjang dari epikotil (bakal batang) yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon tetap berada di dalam tanah. Singkatnya, biji tidak terdorong ke atas dan tetap berada di dalam tanah B. Epigeal Pada perkecambahan epigeal, Hipokotil (bakal akar) tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah. Pada perkecambahan epigeal, kotiledon berada di atas tanah. Singkatnya, biji terdorong ke atas dan muncul di permukaan tanah. Tipe perkecambahan trembesi (Samanea saman) adalah tipe hipogeal. Perkecambahan yang menghasilkan sedikit hipokotil sehingga kotiledon tetap berada di dalam biji dan tidak muncul di atas tanah. (Sutopo, 2002).
31136
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Hasil pengamatan viabilitas benih Trembesi (Samanea saman) melalui perlakuan Uji Di atas Kertas (UDK), Uji Antar Kertas (UAK), dan uji Langsung sebaagai berikut berikut : 1. Persentase Perkecambah Tabel 1. Persentase Perkecambahan Benih Trembesi (Samanea saman) Perlakuan Media
Ulangan 1 2 3
UDK
1 2 3
UAK
1 2 3
Uji Langsung
Jumlah benih yang ditabur
Jumlah benih yang berkecambah
100 100 100 Rata-rata 100 100 100 Rata-rata 100 100 100 Rata-rata
7 12 6 8.3 20 13 16 16.33 19 24 33 25.33
Persentase perkecambahan (%) 7 12 6 8.3 20 13 16 16.33 19 24 33 25.33
2. Daya Kecambah Tabel 2. Daya Perkecambahan Benih Trembesi (Samanea saman) Perlakuan Media
UDK
UAK
Uji Langsung
Ulangan
Benih yang ditabur
1 2 3
100 100 100
1 2 3
100 100 100
1 2 3
100 100 100
Benih berkecambah
Benih busuk
Benih dorman
7 12 6 Rata-Rata 20 13 16 Rata-Rata 19 24 33 Rata-Rata
5 3 4
88 85 90
6 7 5
74 80 79
3 2 2
78 74 65
Daya kecambah (%) 95 % 97 % 96 % 96 % 94 % 93 % 95 % 94 % 97 % 98 % 98 % 97 %
37
3. Laju Perkecambahan Hasil perhitungan Laju perkecambahan Trembesi (Samanea saman) dari tiap ulangan dan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Data Laju perkecambahan Trembesi (samanea saman) Perlakuan Media
Ulangan
UDK
UAK
Uji Langsung
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Benih yang Benih di tabur busuk 100 5 100 3 100 4 Rata-rata 100 6 100 7 100 5 Rata-rata 100 3 100 2 100 2 Rata-rata
Benih dorman 88 85 90 74 80 79 78 74 65
Kecepatan perkecambah (hari) 7 8 6 7 6 6 7 6 6 6 6 6
4. Rekapitulasi Hasil perhitungan nilai rataan persentase perkecambahan, daya berkecambah, dan kecepatan harian pada metode perkecambahan uj di atas kertas, uji antar kertas, dan uji langsung pada ulangan I, II, dan III dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini : Tabel 4. Rekapitulasi nilai persentase perkecambahan, daya berkecambah, dan kecepatan harian perkecambahan. Persentase Kecepatan Daya Perlakuan Ulangan Perkecambahan Perkecambahan Kecambah (%) Harian 7 95 7 1 2 12 97 8 UDK 3 6 96 6 Rata-rata 8.3 96 7 1 20 94 6 2 13 93 6 UAK 3 16 95 7 Rata-rata 16.33 94 6 1 19 97 6 2 24 98 6 Uji langsung 3 33 98 6 Rata-rata 25.33 97 6
38
B Pembahasan Dari hasil penelitian yang dilakukan selama 10 hari, diperoleh hasil persentase perkecambahan benih dengan jumlah benih yang ditabur sebanyak 100 biji adapun hasil masing-masing perlakuan rata-rata sebagai berikut : UDK : 8.3%, UAK : 16.33%, dan Uji Langsung sebesar 25.33%.
Persentase
perkecambahan terbesar yaitu pada metode Uji Langsung sebesar 25.33%. Hal ini diduga disebabkan oleh faktor cahaya, dimana cahaya tidak sepenuhnya terserap oleh benih karena adanya pasir yang menutupi benih. Hasil laju perkecambahan dari masing–masing perlakuan adalah sebagai berikut : UDK (Uji Di atas Kertas) selama 7 hari, UAK (Uji Antar Kertas) selama 6 hari, dan Uji Langsung selama 6 hari laju perkecambahan terbaik terdapat pada metode Uji langsung karena menghasilkan nilai kecambah terbanyak
dengan
nilai sebesar 25.33%. Diduga yang faktor mempengaruhi perkecambahan tersebut adalah cahaya. dimana cahaya yang mengenai benih terhalang oleh lapisan pasir sehingga intensitas cahaya yang masuk lebih kecil/sedikit. Jika memperhatikan nilai rataan Daya Kecambah pada masing-masing perlakuan, yaitu nilai pada metode Uji langsung menunjukkan nilai yang terbesar 97 dibanding nilai hasil pada Uji Di atas Kertas 96 dan Uji antar kertas 94. Nilai
Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum. Adapun perlakuan yang menunjukkan nilai tertinggi tersebut, diduga juga dipengaruhi oleh sirkulasi air, dimana pada media pasir sirkulasi tersebut lebih lancar atau baik. Keadaan ini sesuai dengan pernyataan Sutopo (2002) yang menyatakan bahwa air yang berlebih merangsang timbulnya penyakit serta
39
busuknya benih karena cendawan atau bakteri. Juga sejalan dengan
Kamil
(1979) dalam air memegang peranan penting dalam proses perkecambahan biji. Air merupakan faktor yang menentukan di dalam kehidupan tumbuhan. Tanpa adanya air dan oksigen, tumbuhan tidak bisa melakukan berbagai macam proses kehidupan apapun dan umumnya dibutuhkan kadar air sekitar 30% - 55%. Pada saat perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto, 1996). Menurut Kamil (1979), umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29% oksigen dan 0.03% persen CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80%, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 %. Perkecambahan biji adalah suatu proses yang berkaitan dengan sel hidup yang mana membutuhkan energi. Energi yang dibutuhkan oleh suatu proses di dalam sel hidup biasanya diperoleh dari proses oksidasi, baik molekul O2 atau tidak. Proses ini, secara berurutan disebut pernapasan (respiration), dan fermentasi, dimana terjadi pertukaran gas yaitu CO2 dikeluarkan pada kedua proses di atas dan O2 diambil dari proses pernapasan, disebut pernapasan aerob (aerobic respiration). Sedangkan pernapasan tanpa molekul O2 bebas (fermentation) disebut pernapasan anaerob dimana oksigen diperoleh dari proses kimia. Memperhatikan pendapat tersebut di atas berarti sejalan dengan perlakuan yang digunakan.
40
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat diasumsikan bahwa metode Uji langsung menunjukkan metode yang lebih baik dibandingkan dengan kedua metode lainnya yang dipakai dalam pengamatan ini. Hal ini disebabkan karena uji langsung menggunakan media pasir, sehingga pada saat penyiraman terjadi pengendapan air dan kurang nya penguapan sehingga proses kelembaban nya lebih tahan lama di bandingkan dengan uji diatas kertas dan uji antar kertas.
35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan Dari hasil pengamatan, pengolahan data sampai dengan pembahasan viabilitas benih Trembesi (Samanea saman) dapat disimpulkan bahwa : 1.
Metode Uji langsung menunjukkan nilai yang paling banyak tumbuh dibandingkan dengan jika menggunakan metode Uji Di atas Kertas dan Uji Antar Kertas,
2.
Dari ketiga metode yang dipakai yang bagus digunakan adalah metode uji langsung, Karena saat penyiraman proses kelembaban uji langsung lebih tahan lama. B Saran Berasalkan hasil penelitian disarankan perlu waktu pengamatan yang
lebih lama lagi untuk uji viabilitas ini, agar bias menghasilkan hasil yang maksimum.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Viabilitas Benih. http://khasindonesia asliindonesia. blogspot.com/2011/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi. html (Di unduh pada tanggal 14 Desember 2013). Anonym. 2011. Pedoman umum budi daya tanaman obat. Kementrian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Balai Besar Penelitian dan Pengamatan Tanaman Obat Tradisional (B2P2TOOT). Arche, dkk. 1998 Mengenal Tanaman trambesi. nhttp:// pracayudha. blogspot. com/ 2012/ 05/ mengenal tanaman-trembesi.html (diunduh pada 22 Juni 2014). Duke and wain. 1981 ttps://id.search.yahoo.com/search; manfaat trembesi Ekastika. 2013 .blogspot.com/2013/04/uji-viabilitas-benih_22.html Ermansyah.1992. Studin pembuangan Funiculus terhadap perkecambahan dengan skarifikasi yang berbeda pada biji Acacia mangium Wild. Samarinda Forda. 2013. Kebutuhan Benih. forda-mof.org/files/5. Kebutuhan Benih APHI.pdf (Di unduh pada tanggal 22 Juni 2014) Irwanto. 2010. Perkecambahan benih. http:/www.irwantoshut. net/seed _viabilty_ factor.html. (Di unduh pada tanggal 8 Januari 2014) Krisman. 2011 Klasifikasi dan morfologi trembesi (samanea saman) Kamil.
1979. Perkecambahan Benih. http:/www.irwantoshut. net/seed_viabilty_factor.html (Di unduh pada tanggal 8 Januari 2014)
Kartasapoetra. 1986. Teknologi Benih. PT. Rineka Cipta. Jakarta Kuswanto. 1996. Perkecambahan Benih. http:/www.irwantoshut. net/seed_viabiltyf actor.html (Di unduh pada tanggal 8 Januari 2014) Lambers. 1992. Perkecambahan Benih. http:/www.irwantoshut. net/seed_viabilty_factor.html (Di unduh pada tanggal 8 Januari 2014) Mulyani. 2012. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Laju Perkecambahan Biji .http://triee.student. fkip.uns.ac.id/ 2012/ 05/ 08/pengaruh- intensitascahaya-terhadap-laju-perkecambahan-biji/ (Di unduh pada tanggal 17 Agustus 2014).
Nasrudin. 2014 http://teknologibenih.blogspot.com/2009/08/pengujian-dayakecambah-adalah.html
43
Paputungan,S. 2014 pengamatan Veabilitas benih sengon (Paraserianthes falcataria) menggunakan metode uji perkecambahan UDK, UAK, dan Uji langsung. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Samarinda. Sadjad. 1977. Tinjauan Pustaka Fisiologi Benih Padi Dan Viabilitas Benih. Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor : Bogor. Sadjat. dkk, 1977. Agroteknolog. Agustus 22, 2013 groteknologi08.blogspot.com/2013/08/laporan-uji-viabilitas-dan-vigor-benih.html (Di unduh pada tanggal 22 Juni 2014). Sadjat. 1993. Silvikultur. http://www.silvikultur.com/viabilitas_benih.html (Di unduh pada tanggal 22 Juni 2014) Sudjadi. 2006. Uji Viabilitas Benih. http:// ekastika. blogspot. com/ 2013/ 04/ ujiviabilitas-benih_22. html (Di unduh pada tanggal 22 Juni 2014) Sutopo. 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo. Jakarta. Wirawan. 2007. Perkembangbikan generatif.
47
1. Persentase Perkecambahan a. Persentase Perkecambahan Per Ulangan untuk Perlakuan dengan Metode Uji Di atas Kertas.
1.
= 7 x 100% 100 = 7 %...................................(ulangan 1)
2.
= 12 x 100% 100 = 12 %...................................(ulangan 2)
3.
= 6 x 100% 100 = 6 %...................................(ulangan 3)
b. Persentase Perkecambahan Per Ulangan untuk Perlakuan dengan Metode Uji Antar Kertas.
1.
= 20 x 100% 100 = 20 %...................................(ulangan 1)
2.
= 13 x 100% 100 = 13 %...................................(ulangan 2)
3.
= 16 x 100% 100 = 16 %...................................(ulangan 3)
48
c.
Persentase Perkecambahan Per Ulangan untuk Perlakuan dengan Metode Uji Langsung
1.
= 19 x 100% 100 = 19 %...................................(ulangan 1)
2.
= 24 x 100% 100 = 24 %...................................(ulangan 2)
3.
= 33 x 100% 100 = 33 %...................................(ulangan 3)
2. Daya kecambah Rumus yang digunakan untuk menghitung daya kecambah adalah sebagai berikut : a. Daya berkecambah benih trembesi uji atas kertas Ulangan 1. 7+88 = 95 % Ulangan 2. 12+85 = 97 % Ulangan 3. 6+90 = 96 %
b. Daya berkecambah benih trembesi uji antarkertas Ulangan 1. 20+74 = 94 % Ulangan 2. 13+80 x = 93 % Ulangan 3. 16+79 = 95 c. Daya berkecambah benih trembesi uji lansung Ulangan 1. 19+78 = 97 %
49
Ulangan 2. 24+74 = 98 % Ulangan 3. 33+65 = 98 %
3. Pengolahan Data untuk Laju Perkecambahan Benih trembesi a. Laju Perkecambahan Per Ulangan untuk Perlakuan dengan Metode Uji Di atas Kertas.
1. = 0x1+1x2+0x3+4x4+0x5+1x6+0x7+0x8+0x9+2x10 7 x 100% = 44 x 100% 7 = 6.28 =6 hari..............................(ulangan 1) 2. = 0x1+1x2+0x3+1x4+0x5+0x6+0x7+1x8+6x9+3x10 12 x 100% = 98 x 100% 12 = 8.16= 8 hari..............................(ulangan 2) 3. = 01+1x2+1x3+0x4+0x5+1x6+0x7+0x8+3x9+0x10 6 x 100% = 38 x 100% 6 = 6.33 =6 hari.............................(ulangan 3)
50
b. Laju Perkecambahan Per Ulangan untuk Perlakuan dengan Metode Uji Antar Kertas.
1. = 0x1+3x2+3x3+0x4+3x5+2x6+1x7+2x8+4x9+2x10 20
x 100%
= 121 x 100% 20 = 6.05 =6 hari..............................(ulangan 1) 2. = 0x1+2x2+0x3+2x4+0x5+2x6+1x7+2x8+2x9+2x10 13 x 100% = 85 x 100% 13 = 6.53 =6 hari..............................(ulangan 2) 3.=0x1+1x2+1x3+1x4+1x5+1x6+3x7+1x8+6x9+1x10 16 x 100% = 113 x 100% 16 = 7.06 =7 hari..............................(ulangan 3) c. Laju Perkecambahan Per Ulangan untuk Perlakuan dengan Metode Uji Langsung.
1. = 0x1+1x2+2x3+0x4+0x5+6x6+2x7+3x8+2x9+2x10 19 = 120 x 100% 19 = 6.31 =6 hari..............................(ulangan 1)
x100%
51
2. = 0x1+1x2+0x3+2x4+2x5+5x6+8x7+3x8+1x9+2x10 x 100% 24 = 157 x 100% 24 = 6.54 =6 hari..............................(ulangan 2) 3.=0x1+0x2+2x3+2x4+6x5+5x6+4x7+8x8+3x9+3x10 x 100% 33 = 223 x 100% 33 = 6.75 =6 hari..............................(ulangan 3)
45
Tabel5. Data Temperatur dan kelembapan dari tanggal 2-11 Agustus 2015 Harike 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata
Temperatur (o C) 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26
Kelembapan (%) 61 61 57 57 56 53 53 53 53 53 55.7
46 Tabel6.Perkecambahan harian benih Trembesi (samaneasaman) dengan perlakuan uji diatas kertas, uji antar kertas, dan uji langsung. Perlakuan
UDK
UAK
UJI Langsung
1
Jumlah perkecambahan yang hadir pada hari ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 0 0 2 1 0 0 1 2
2
0
2
3
1
0
0
2
1
1
2
12
3
85
3 Rata-rata 1
0
0
1
1
1
0
0
o
2
1
6
4
90
0
2
2
0
1
8
2
0
3
2
20
6
74
2
0
0
1
6
1
0
1
0
2
2
13
7
80
3 Rata-rata 1
0
1
4
4
0
1
2
4
0
0
16
5
79
0
3
2
6
4
0
3
0
0
1
19
3
78
2
0
2
8
4
3
2
0
3
1
1
24
2
74
3 Rata-rata
0
3
3
2
7
5
3
3
4
3
33
2
65
Ulangan
Keterangan : UDK :Uji diatas Kertas UAK :Uji Antar Kertas Uji langsung
Total kecambah yang hadir 7
Jumlah benih yang busuk
Jumlah benih yang dorman
5
88
52
Gambar 1. Perendaman Benih trembesi
Gambar 2 Penaburan benih
Gambar 3. Penyiraman benih trembesi
Gambar 4. Penghitungan data benih trembesi
53
Gambar 5. Hygro Termomer
Gambar 6. baki perkecambahan
Gambar 7. Kompor listrik dan ceret
Gambar 8. Hand Sprayer
54
Gamabar 9. Petridish
Gambar 9. Peroses sangrai media pasir
Gambar 10. Pinset
Gambar 10. Beaker glas
55
Gambar 10. Benih trembesi
Gambar 11. Pasir media kecambah
Gambar 11. Kertas merang
56
Gambar 11. Uji antar kertas
Gambar 13. Uji atas kertas
Gambar 12. Uji langsung