Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
UJI AKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK KULIT BUAH DUKU (Lansium membranaceum (Kosterm.) Mabb) PADA MENCIT PUTIH JANTAN Relly Sapta Rahmat Hura1, Suhatri 2, Elisma 1, Hafiz Vahrozi 1 1
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang 2 Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang email:
[email protected] ABSTRACT
Diarrhea is an increased frequency defecate which occurs tree times or more within 24 hours and decreased consistency of fecal is soft and liquid of defecate. In Indonesian there are lanzones plant were peels is traditionally used to treatment and prevention of diarrheal diseases. This research is done to prove the antidiarrheal activity test of extract lanzones peels (Lansium membranaceum (Kosterm.) Mabb) on male white mice. The method used is the intestinal transit. As many as twenty five test animals were devided in to five groups, two groups of dose variation (100 mg/kg body weight and 300 mg/kg body weight), the comparison groups (Loperamid HCl 2 mg/kg body weight), negative control groups (NaCMC 1 %) and positive control groups (Oleum ricini 10 mL/ kg body weight). The result showed that a dose of 100 mg/kg body weight give antidiarrheal activity similar to the comparison groups and give a small transit intestinal not significantly as the negative control groups. Keywords: Lanzones peels extract, antidiarrheal, intestinal transit.
PENDAHULUAN Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi dari feses bila dibandingkan dengan individu yang normal, dengan kata lain diare adalah buang air besar lembek atau cair yang terjadi sebanyak tiga kali atau lebih dalam waktu 24 jam (Dipiro et al., 2006). Diare merupakan masalah utama di negaranegara ke tiga dunia (Meite et al., 2009) yang menyebabkan banyaknya angka kesakitan dan angka kematian (Hossain et al., 2012). Penyakit diare mengakibatkan lebih dari 5-8 juta kematian diseluruh dunia setiap tahunnya pada usia kurang dari lima tahun, terutama pada negara berkembang (Akuodor et al., 2011). Menurut Word Health Organization (WHO) 80% masyarakat di dunia sebagian besar masih bergantung pada pengobatan secara tradisional yaitu dengan menggunakan
ekstrak-ekstrak tumbuhan sebagai obat (Balaji et al., 2012). Di negara berkembang, mayoritas masyarakat yang hidup di pedesaan sering menggunakan obat tradisional dalam pengobatan semua jenis penyakit termasuk diare (Chitme, 2004). Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki keanekaragaman hayati yang berupa tanaman dan hewan yang 80% berkhasiat obat. Salah satu dari tanaman tersebut adalah buah duku (Lansium membranaceum (Kosterm.) Mabb) (Mabberley et al., 1995). Kulit buah duku mengandung senyawa kimia yang terdiri dari alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol (Isfaeni et al., 2012) serta kaya akan oleoresin yang digunakan untuk mengobati diare. Resin tersebut tidak toksik dan digunakan untuk menghentikan diare dan kejang usus (Klungsupya et al., 2012). Pemanfaatan tanaman buah duku tersebut
268
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
sebagai obat tradisional biasanya berdasarkan pengalaman empiris. Di Indonesia konsumsi buah duku sangat besar dan kulit buah duku biasanya hanya dijadikan sebagai sampah. Untuk mengangkat nilai ekonomis dari kulit buah
duku dan untuk peningkatan pengobatan dengan konsep back to nature maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang uji aktivitas antidiare ekstrak kulit buah duku (Lansium membranaceum (Kosterm.) Mabb) pada mencit putih jantan.
METODOLOGI PENELITIAN Alat Pisau, gelas ukur, jarum oral, mistar, mortir dan stamper, timbangan hewan, timbangan analitik (OHAUS®), blender, seperangkat alat bedah hewan, meja bedah hewan, botol maserasi, alat destilasi, rotary evaporator (IKA®), kertas saring, kandang mencit, kertas grafik dan stopwatch. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah duku (Lansium membranaceum (Kosterm.) Mabb), etanol 70 %, norit, NaCMC, mencit putih jantan, oleum ricini dan aquadest. Metode Transit Intestinal Pada menit pertama semua kelompok diberikan sediaan sesuai dengan kelompok
perlakuan secara oral. Empat puluh lima menit kemudian, hewan diberikan suspensi norit 0,1 mL/10 g berat badan mencit. Pada menit ke enam puluh lima, mencit dikorbankan secara dislokasi tulang leher kemudian ususnya dikeluarkan dengan hatihati. Usus direntangkan pada meja operasi tanpa direnggang, gunakan gunting untuk memutus jaringan ikat pada usus, dan jarum pentul untuk menyematkan usus pada papan operasi. Ukur panjang usus yang ditempuh oleh norit menggunakan penggaris. Analisis data Data hasil penelitian diolah secara statistik menggunakan SPSS 17 analisa variansi (Anova) satu arah dan dilanjutkan dengan uji Duncan.
HASIL DAN DISKUSI Hasil karakterisasi organoleptik ekstrak kulit buah duku (Lansium membranaceum (Kosterm.) Mabb) menunjukkan bau khas aromatic, rasa pahit, warna cokelat muda dan konsistensinya kental.
Hasil penentuan susut pengeringan ekstrak kulit buah duku (Lansium membranaceum (Kosterm.) Mabb) didapat persen rata-ratanya adalah 37, 3989 %.
Tabel 1. Hasil karakterisasi organoleptik ekstrak kulit buah duku (Lansium membranaceum (Kosterm.) Mabb). No
Pemeriksaan
Pengamatan
1
Bau
Khas aromatik
2
Rasa
Pahit
3
Warna
Cokelat muda
4
Konsistensi
Kental
269
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
Tabel 2. Hasil penentuan susut pengeringan ekstrak kulit buah duku (Lansium membranaceum (Kosterm.) Mabb). No
Berat botol Timbang (g)
Berat botol timbang + ekstrak (g)
1
15,5263
16,6374
Berat botol timbang + ekstrak setelah dikeringkan (g) 16,1874
2
15,2137
16,3488
15,8940
39,4415
3
12,5146
13,9240
13,4694
32,2548
Rata-rata susut pengeringan (%)
Hasil penentuan kadar abu ekstrak kulit buah duku (Lansium membranaceum (Kosterm.)
Susut pengeringan (%) 40,5004
37,3989
Mabb) didapat persen rata-ratanya adalah 6,9155 %
Tabel 3. Hasil penentuan kadar abu ekstrak kulit buah duku (Lansium membranaceum (Kosterm.) Mabb). No
Berat krus (g)
Berat krus + ekstrak (g)
Berat krus + ekstrak setelah dipijar (g)
Kadar abu (%)
1
53,3571
55,3580
53,4950
6,8918
2
53,8935
55,8947
54,0321
6,9258
3
54,8773
56,8790
55,0160
6,9291
Rata-rata kadar abu (%)
6,9155
Tabel 4. Data hasil pengujian aktivitas antidiare ekstrak kulit buah duku (Lansium membranaceum (Kosterm.) Mabb) pada mencit putih jantan No 1
2
3
4
5
Klp. Perlakuan Kontrol negatif Suspensi NaCMC 1 % Kontrol positif Emulsi ol.ricini 10 mL/kg BB EKBD I Emulsi ol.ricini 10 mL/kg BB + EKBD 100 mg/Kg BB per oral EKBD II Emulsi ol.ricini 10 mL/kg BB + EKBD 300 mg/Kg BB per oral Pembanding Emulsi ol.ricini 10 mL/kg BB + Loperamid HCl 2 mg/Kg BB per oral
1 2 3 1 2 3 1 2
PLN (cm) 32 25 31 42 41 45 27 20
PUK (cm) 49,9 48 48,5 52 46 52 48 39,8
% Lintasan 64,12 52,08 63,91 80,76 89,13 86,53 56,25 50,25
3
34
58
58,62
1 2
15 13
46,5 43
32,25 30,23
3
18
51,9
34,68
1
19,2
37
51,89
2
24
44
54,54
3
23
43
53,48
Hewan
270
Rata2 % Lintasan ± SD 60,0367±6,8914
85,4733±4,2838
55,0400±4,31420
32,3867±2,22815
53,3033±11,3338 0
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
Tabel 5. Hasil uji lanjut Duncan terhadap persentase panjang lintasan norit. Perlakuan
N
EKBD 300 mg/kg BB Pembanding (Loperamid HCl) EKBD 100 mg/kg BB Kontrol Negatif Kontrol Positif Sig.
3 3 3 3 3
Subset for alpha = 0.05 1 2 3 32,3867 53,3033 55,0400 60,0367 85,4733 1,000 0,095 1,000
Dari tabel data di atas menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah duku dosis 300 mg/kg BB berbeda nyata (P<0,05) dengan kelompok kontrol negatif, artinya ekstrak kulit buah duku dosis 300 mg/kg BB dapat memberikan persentase panjang lintasan norit yang lebih kecil (32,3867 %) dibandingkan dengan kontrol negatif (60,0367 %), dengan kata lain ekstrak kulit buah duku dosis 300 mg/kg BB memberikan efek yang berlebih (toksik) sebagai antidiare. Ekstrak kulit buah duku dosis 300 mg/kg BB berbeda nyata (P<0,05) dengan ekstrak kulit buah duku dosis 100 mg/kg BB, artinya ekstrak kulit buah duku dosis 300 mg/kg BB dapat memberikan persentase panjang lintasan norit yang lebih kecil (32,3867 %) dibandingkan ekstrak kulit buah duku dosis 100 mg/kg BB (55,0400 %), dengan kata lain peningkatan dosis
pemberian ekstrak kulit buah duku dapat memperpendek persentase panjang lintasan norit terhadap panjang usus keseluruhan. Ekstrak kulit buah duku dosis 100 mg/kg BB tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok pembanding (Loperamid HCl) (P>0,05), artinya ekstrak kulit buah duku dosis 100 mg/kg BB memberikan persentase panjang lintasan norit (55,0400 %) yang sama dengan kontrol negatif (60,0367 %) dan kelompok pembanding (Loperamid HCl) (53,3033 %), dengan kata lain ekstrak kulit buah duku dosis 100 mg/kg BB memberikan aktivitas antidiare yang sama dengan kelompok pembanding (Loperamid HCl) dan memberikan persentase panjang lintasan norit seperti yang ditunjukkan oleh kontrol negatif.
KESIMPULAN Pemberian ekstrak kulit buah duku (Lansium membranaceum (Kosterm.) Mabb) dapat memberikan aktivitas antidiare pada mencit putih jantan. Ekstrak kulit buah duku dosis 100 mg/kg BB memberikan aktivitas
antidiare yang sama dengan kelompok pembanding (Loperamid HCl) dan memberikan persentase panjang lintasan norit seperti yang ditunjukkan oleh kontrol negatif.
DAFTAR PUSTAKA Adnyana, I. K., Yulinah, E., Sigit, J. I., Fisheri, N. K,. & Insanu, M. (2004). Efek ekstrak daun jambu biji daging buah putih dan jambu biji daging buah merah sebagai antidiare. Acta
Pharmaucetica Indonesia. 29, (1), 1926. Akuodaor, G. C., Muazzam, I., Idris, M. U., Megwas, U. A., Akpan, J. L.,Chilk, K. C., Okoroafor, D. O., & Osunkwo, U.
271
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
A. (2011). Evaluation of the antidirrheal activity of methanol leaf extract of Bombax buonopozense in rats. Ibnosina J Med BS. 3, (1), 15-20. Balaji, G., Chalamaiah, M., Ramesh, B., & Reddy, Y. A. (2012). Antidiarrhoeal activity of ethanol and aqueous extracts of Carum copticum seeds in experimental rats. Asian Pac J Trop Med. 10,(12), S1151-S1155. Chitme, H. R. (2004). Studies on antidiarrheal of activity of Calotropis gigantea R. BR. in experimental animals. J. Pharm. Pharmaceut. Sci. 7, (1), 70-75. DepKes RI. (2008). Farmakope herbal Indonesia (Edisi I). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dipiro, J.T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posay. L. M. (2006). Pharmacotherapi Handbook. (6th Edition). McGraw-Hill. Hardjasaputra, P., Budipranoto, G., Sembiring, S., & Kamil, I. (2002). DOI data obat di Indonesia. (edisi 10). Jakarta: Grafidian Medipress. Hossain, H., Howlader, M. S. I., Dey., S. K., Hira, A., & Ahmed, A. (2012). Antinociceptive and antidiarrheal properties of the ethanolic extract of Manilkara zapota (Linn.) Bark. IJPSR. 3, (12), 4791-4795. Isfaeni, H., Filani, R., & Pertiwi, A. (2012). Repellency of lansium domesticum
peels extract to nilaparvata lugens (Homoptera) on oryza sativa IR 42. Proc Soc Indon Biodive Intl Conf, 1, 55-58. Jayakumari, S., Rao, G. H. S., Anbu, J., & Ravichandiran, V. (2011). Antidiarrhoeal activity of Dichrostachys cinerea (L.) Wight & Arn. Int J Pharm Sci. 3, 3, 61-63. Klungsupya. P., Sutghepakul, N., Laovitthayangoon, S., Thongdon, J., Trangwacharakul, S,. & Pornchirasilp, S. (2012). Invesgation on antioxidant, antimutagenic and cytotoxicpropertis of active fractions of thai long-kong (Lansium domesticum Corr.) fruit. J Ethnobiol Ethnopharmacol. 1, (1), 1-9. Mabberley, D. J., Pannell, C. M., & Sing, A. M. (1995). Flora malesiana: series 1spermatophyta flowering Plant (vol.12, part 1) meliceae. Denhag: Gegevens Koninkluke Bibliotheek. Meite, S., N’guessan, J. D., Bahi, C., Yapi, H. F., Djaman, A. J., & Guina, F. G. (2009). Antidiarrheal activity of the ethyl acetat extract of Morinda morindoides in rats. Trop J Pharm Res. 8, (3), 201-207. Rajput, M. S., Nair, V., Chauhan, A., Jawanjal, H., & Dange, V. (2011). Evaluation of antidiarrheal activity of aerial part of Vinca major in experimental animals. Middle-East J. Sci. Res. 7, (5), 784-788.
272