UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ISOLAT ACTINOMYCETES DARI TANAH PEKARANGAN TERHADAP Escherichia coli DAN Bacillus subtilis Ambarwati*, Retno Sintowati**, dan Sri Darnoto* *Dosen Progdi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UMS, **Dosen Progdi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UMS
ABSTRACT : Soil is one of microorganism habitat, included actinomycetes. In the same habitat, there are several symbiosises between microorganism, one of them is antagonism. Antagonism can make a lucky for human life, because it can produce antibiotic, included antibacteria. Now, some research is focussed to actinomycetes that is indicated as the biggest antibiotic producer. The aims of the research were : 1) to know the quantity of actinomycetes isolate from the garden land and 20 to knew the potentially of actinomycetes isolate to inhibit the growth of E.coli and B. subtilis. From this research was found 25 isolates actinomycetes from garden land sample. Based on colour grouping result there were 9 colour group. Based on the result of inhibition test to test bacteria, it was known that from the 9 isolates, 8 isolates could inhibit the grouwth of test bacteria : 6 isolates (75%) could inhibit B. Subtilis (gram positif bacteria) and 2 isolates could inhibit B. Subtilis (gram positif bacteria) and E.coli (gram negative bacteria). Based on the research it can be concluded thata actinomycetes can be isolated from garden land and potentially as antibacteria producer.
Key words : actinomycete, garden land, antibacteria
A. PENDAHULUAN Tanah merupakan salah satu habitat bagi mikroorganisme, dalam satu gram tanah terdapat jutaan mikroorganisme. Populasi mikroorganisme per gram tanah yang subur meliputi : bakteri (2.500.000.000), actinomycetes (700.000), fungi (400.000), algae (50.000) dan protozoa (30.000)(Budiyanto,2004). Sebagai mana makhluk hidup lainnya, terdapat hubungan antara mikroorganisme satu dengan lainnya yang hidup berdekatan dalam satu habitat. Hubungan ini bisa berupa netralisme, mutualisme, komensialisme, parasitisme, kompetisi, atau antagonisme. Hubungan antagonisme inilah yang sebenarnya menguntungkan bagi kehidupan manusia, karena dengan adanya antagonisme dimungkinkan suatu jenis mikroorganisme menghasilkan zat anti mikrobial yang dapat menghambat kehidupan mikroorganisme jenis lain. Zat anti mikrobial yang dihasilkan oleh mikroorganisme tertentu bisa saja berperan sebagai anti bakteri atau anti fungi. Bila suatu mikroorganisme terbukti menghasilkan zat anti mikrobial maka mikrorganisme tersebut berpotensi sebagai penghasil antibiotik. Saat ini banyak penelitian yang difokuskan pada actinomycetes yang diindikasikan sebagai bakteri yang mampu menghasilkan antibiotik terbanyak. Sekitar 70% dari antibiotik yang telah ditemukan dihasilkan oleh actinomycetes terutama streptomyces (Suwandi, 1993). Menurut Okami & Hotta (1988), hampir 95% dari 2000 antibiotik yang ada dihasilkan oleh streptomyces. Actinomycetes termasuk bakteri yang berbentuk batang, gram pasitif, bersifat anaeraob atau facultatif. Struktur actinomycetes berupa filament lembut yang sering disebut hyfa atau mycelia, sebagai mana yang terdapat pada fungi, memiliki konidia pada hyfa yang menegak. Actinomycetes merupakan bakteri yang bereprodusi dengan pembelahan sel, rentan terhadap penisislin, tetapi tahan terhadap zat antifungi (Rollin & Joseph, 2000). Beberapa antibiotik yang dihasilkan oleh streptomyces , yaitu aureomycin yang dihasilkan oleh S.aureofaciens, oleandomycin ( oleh S. Antibioticus), dan spiramycin (oleh S. Ambofaciens)(Dwidjoseputro, 1989). Habitat actinomycetes, terutama streptomyces adalah ditanah, bahkan 70% mikroorganisme yang ada ditanah adalah streptomyces (Rao, 2001). Keberadaan actinomycetes dalam tanah telah banyak dikaji peneliti. Sebanyak 22 genus actinomycetes telah berhasil diisolasi dari sampel tanah yang berasal dari 12 tempat di Yunnan dan 91% diindikasikan sebagai streptomyces (Jiang & Xu, 1990). Sementara itu Runmao, et al. (1994) juga berhasil menemukan 4520 actinomycetes pada sampel tanah yang berasal dari 34 lokasi ladang pertanian dan non pertanian di Cina bagian timur laut. Di Sabah juga telah ditemukan sebanyak 78 strain actinomycetes yang diisolasi dari tanah yang berasal dari 22 lokasi ( Lo, et al., 2002). Oskay, et al. (2004), berhasil menemukan 50 strain actinomycetes yang berbeda padaa sampel ladang pertanian yang diambil dari daerah Manisa di Turki. Ternyata 34% dari keseluruhan isolat berpotensi sebagai
penghasil anti biotik, dan 7 isolat menghasilkan antibiotik baru. Penelitian Nedialkova & Naidenova (2005) , juga berhasil menemukan 40 strain actinomycetes yang di isolasi dari antartika. Setelah diujikan pada 7 spesies bakteri didapatkan hasil 60% strain berpotensi sebagai penghasil antibiotik, dan 10 strain mempunyai daya hambat dengan spektrum yang luas. Tanah pekarangan juga merupakan habitat bagi actinomycetes. Menurut Jiang & Xu (1990), pada tanah yang lebih kering , lebih tandus dan lebih dingin, lebih benyak ditemukan streptomyces. Tanah pekarangan di depan kantor MENWA ( resimen mahasiswa) UMS kurang terawat, tanahnya cukup kering dan tandus , hal ini terlihat dengan sedikitnya tumbuhan liar yang mapu tumbuh disana. Selain itu pekarangan ini tidak dikelola dengan baik, misalnya dengan penyiraman atau pemupukan, karenaa memang tidak ditujukkan untuk lahan pertanian. Dengan kondisi seperti diatas dimungkinkan dipekarangan ini akan ditemukan actinomycetes khususnya streptomyces. Untuk mengetahui jumlah dan potensi actinomycetes pada tanah pekarangan depan kantor MENWA UMS perlu dilakukan penelitian. Untuk mengunci kemampuan isolat actinomycetes yang ditemukan sebagai penghasil zat anti bakteri, dapat dilakukan penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri uji. Bakteri yang sering digunakan pada penelitian adalah Escherichia coliu yang mewaki;li kelompok bakteri gram negatif dan staphylocuccus aureus atau Bacillus subtilis sebagai wakil kelompok bakteri gram positif. Dalam penelitian ini digunakan E. Coli dan B. Sibtilis. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1). Mengetahui jumlah isolat actinomycetes yang dapat ditemukan di tanah pekarangan depan kantor MENWA UMS, dan 2). Mengetahui kemampuan isolat actinomycetes yang ditemukan di depan kan tor MENWA UMS dalam menghambat pertumbuhan E. Coli dan B. Subtilis. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalh eksplorasi dengan pemeriksaan labolatorium. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan. Tempat pengambilan sampel adalah di tanah pekarangan kantor MENWA UMS, sedang tempat pemeriksaan di labolatorium Mikro biologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tanah di pekarangan kantor MENWA UMS. Sedangkan sampel diambil dari 5 lokasi dipekarangan tersebut. Pada lokasi yang dipulih diambil tanahnya pada kedalaman 10-15 cm dari permukaan tanah. Tanah sampel dari 5 lokasi tersebut dicampur dan dibawa ke labolatorium. Koleksi sampel tanah dilakukan dengan : sampel tanah diambil secara aseptis dari tanah pekarangan. Dicatat tanggal pengambilan, lokasi pengambilan, tempratur, pH, dan kelembaban tanah. Sampel tanah diletekkan dalam cawan petri dan dibiarkan di udara terbuka selama 4 hari.
Estimasi berat kering sampel tanah dilakukan dengan : suspensi sampel dengan nilai pengenceran 10-1 yang tersisa dipindahkan kedalam cawan porslein yang sudah diketahui beratnya. Selanjutnya cawan porslein yang berisi suspensi sampel tersebut dimasukkan dalam oven suhu 1050C selama 24 jam untuk mengeringkan air. Setelah kering ditimbang untuk mengetahui berat kering tanah. Estimasi kelembaban sampel tanah dilakukan dengan : satu gram tanah ditimbang lalu dimasukkan dalam cawan porslein yang sudah diketahui beratnya, kemudian di panaskan dalam oven pada suhu 105 0C selama 24 jam atau sampai beratnya konstan, nilai kelembaban sampel tanah dinyatakan sebagai presentase rata-rata kehilangan berat tanah selama pemanasan. Penentuan pH sampel tanah dilakukan dengan : diambil kira-kira 2 gram sampel tanah lalu dimasukkan dalam beacker glass ukuran 50 ml dan ditambahkan aquadest sedikit demi ssedikit sambil di aduk dengan batang gelas. Penambahan lalu dibiarkan selama 30 menit sampai 1 jam. Pengukuiran nilai pH dilakukan dengan pH meter kemudian dibaca dan di catat. Pengukuran dilakukan selama tiga kali dan hasilnya dirata-rata. Ekstraksi propagol dari sampel tanah dilakukan dengan : tanah ditimbang sebanyak 1 gram kemudian ditempatkan pada botol universal. Setelah iti ditambahkan 9 ml larutan ringer dan dikocok selama 5 menit (suspensi ini merupakan pengencerasn 10-1). Setelah itu suspensi sampel diletakkan dalm air panas (500C) selama 10 menit. Diambil empat tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 4,5 ml larutan ringer dengan pipet steril. Dimasukkan 0,5 ml suspensi dari pengenceran 10 -1 kesalah satu tabung reaksi yang berisi 4,5 ml larutan ringer, dan dikocok secara merata, suspensi ini mempunyai tingkat pengenceran 10 -2. Dengan cara yang sam, dibuat suspensi dengan tingkat pengenceran 10-3,10-4, dan 10-5. Isolasi selektif actinomycetes dilakukan dengan : dari masingmasing tingkat pengenceran, diambil sampel sebanyak 0,1 ml dan di inokulasikan secara surface plate pada medium starch-casein Agar (ScA) dan medium Raffinosa-histidin Agar (RhA) dengan penambahan cyclohexamide sebagai anti fungi. Medium yang telah diinokulasi diinkubasi pada suhu 280C selama 2 minggu. Purifikasi actinomycetes dilakukan dengan : koloni yang tumbuh pada media diamati. Setiap koloni yang memiliki kkenampakan berbeda diisolasi pada media ScA hingga diperoleh isolat murni. Isolat diinkubasi pada suhu 280C selama 2 minggu. Isolat diduga sebagai anggota actinomycetes terutama streptomyces bisa diamati dari terbentuknya miselium dan warna isolat. Colour grouping dilakukan dalam : isolat yang telah di purifikasi di inokulasi pada media Oatmeal Agar. Caranya diambil satu ose isolat dan ditumbuhkan secata streat pada media oatmeal agar. Medium yang telah diinokulasi diinkubasi pada suhu 280C selama 2 minggu. Diamati warna isolat yang tumbuh.
Penegecatan gram dilakukan berdasarkan metode Prescott et al (1999). Seleksi isolat penghasilan antibiotik dilakukan dengan cara : isolat-isolat yang telah dipurifikasi diuji cobakan pada bakteri uji, yaitu E.coli dan B. Subtilis dengan metode agar blok. Caranya : dibuat piaraan agar cawan dari E. Coli (diambil 1 tetes suspensi E.coli, tambahkan media NA cair, ratakan dan padatkan), dengan car yang sam dibuat piaraan agar cawan B. Subtilis. Selanjutnya cawan petri dibagi menjadi empat juring atau (buat garis dengan spidol dibagian bawwah cawan). Setelah itu agar cawan dilubangi dengan cork borer. Dengan cara yang sama dibuat agar blok biakan actinomycetes. Agar blok yang terbentuk ditempatkan pada lubang agar cawan salah satu juring. Langkah yang sama dilakukan pada ke-3 juring lainya untuk biakan actinomycetes lainnya. Hal ini dilakukan paada semua koloni yang di duga actinomycetes. Langkah selanjutnya semua piaraan diinkubasi pada suhu 300C sekama 4 hari. Setelah 4 hari diamati pertumbuhan bakteri dan terbentuknya daerah hambatan (daerah yang tidak ditumbuhi bakteri). Langkah terakhir ditentukan diameter daerah hambatan dan ditentukan tingkat hambatannya sesuai dengan pengkategorian Lee & Hwang (2002), yaitu bila diameter daerah hambatan (tidak termasuk diameter agar blok 8 mm) 5,00-9,00 mm maka aktivitas penghambatnya dikategorikan lemah, 10,00-19,00 mm dikatakan sedang dan lebih dari atau sama dengan 20,00 mm dikategorikan kuat. Data dikumpulkan dari hasil pemeriksaan berat kering sampel;, kelembaban sampel dan pH sampel tanah. Selain itu data data juga didapat dari hasil penghitungan jumlah koloni dan penghambatan terhadap koloni yang tumbuh dan penentuan ada tidaknya daerajh hambatan. Analisis hasil dilakukan secara deskriptif untuk menggambarkan jumlah actinomycetes dari sampel tanah pekarangan serta potensinya untuk menghasilkan zat anti bakteri. Luas daerah hambatan yang terbentuk ditentukan dan dikatagorikan. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil a. Hasil pengukuran berat kering, kelembaban dan PH sampel tanah Hasil pengukuran berat kering sampel, kelembaban sampel dan PH sampel tanah pekarangan, disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengukuraan Berat Kering, Kelembaban dan PH Sampel Tanah Pekarangan No Uraian Sampel Tanah Sawah 1. Berat kering 6,14 g 2. Kelembaban 0,14 % 3. pH rata-rata 6,77 b. Hasil isolasi dan purifikasi Berdasarkan hasil isolasi dilakukan purifikasi pada kolom yang menunjukkan penampakan yang berbeda. Berdasarkan hasil purifikasi
diperoleh sebanyak 25 isolat. Hasil selengkapya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Purifikasi Isolat dari Sampel Tanah Pekarangan Media Isolasi Jumlah Isolat Kode Isolat Starch-Casein Agar 15 STP1, STP2, STP3, STP 4, STP 5, STP 6, STP7, STP8, STP9, STP10, STP11, Raffinose-Histidine 10 STP12, STP13, Agar STP15 RTP1, RTP2, RTP3, RTP5, RTP6, RTP7, RTP8, RTP9, RTP10 c. Hasil colour grouping Berdasarkan hasil purifikasi dilakukan colouring grouping untuk mengelompokkan isolate berdasarkan warna miselium udara, miselium vegetative, dan warna pigmen yang terbentuk terdifusi ke dalam media atau tidak. Hasil colour grouping selengkapnya disajikan pada tabel 3.
Group ke1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Tabel.3. Hasil Colour Grouping Warna Warna Warna Jml miselium miselium pigmen yang Isolat udara vegetatif berdifusi Abu-abu Coklat Coklat muda 3 Abu-abu Kehijauan Orange Keputihan Abu-abu Kehijauan Abu-abu Keputihan Hijau Keabuan Hitam Keputihan Hijau keabuan Putih
Ket* : wakil isolate
Anggota Representatif
Coklat
Coklat tua
4
Coklat Muda Coklat Muda Putih
-
3
-
4
-
3
Coklat Muda hitam
-
2
RTP*, STP2,STP3 RTP2*, STP1, STP6, STP8 RTP3*,RTP5, STP10 RTP4*, STP4, STp7, STP9 RTP6*, STp12, STP13 STP11*, RTP9
_
1
STP13*
Kuning
4
-
1
RTP7*, RTP8, STP5, STP 14 RTP10*
Hijau kekuningan Orange, Putih Kecoklatan Jumlah
25
d. Hasil Pewarnaan Gram Berdasarkan hasil colour grouping, diperoleh 9 colour group. Selanjutnya dilakukan pewarnaan gram pada isolate wakil dari masingmasing kelompok. Berdasarkan hasil pewarnaan gram, ke-9 isolat mempunyai morfologi sel bintang, miselium bercabang, warna ungu (gram positip) yang merupakan cirri-ciri dari Actinomycetes. e. Hasil Uji Potensi Isolat Sebagai Penghasil Antibiotik Pada ke-9 isolat dilakukan uji potensi sebagai penghasil antibiotic, yang hasilnya disajikan pada table 5 Tabel.5 Hasil Uji Potensi Isolat Sebagai penghasil Antibiotik Group Kode Isolat Diameter daerah hambatan (mm) keyang dihasilkan oleh isolate terhadap bakteri uji E.coli B. subtilis 1 RTP1 0,00 12,00** 2 RTP2 0,00 8,00* 3 RTP3 0,00 8,00* 4 RTP4 0,00 5,00* 5 STP11 0,00 6,00* 6 STP13 12,00**i 28,00*** 7 RTP7 0,00 6,00* 8 RTP10 9,00* 30,00***
Ket : Potensi isolate sebagai penghasil antibiotic (Lee & Hwang,2002) *: daerah hambatan yang terbentuk tergolong lemah (5,00-9,00 mm) **: daerah hambatan yang terbentuk tergolong sedang (10,0019,00mm) ***: daerah hambatan yang terbentuk tergolong kuat (e”20,00mm) i : hambatan samar (iradikal) 2. PEMBAHASAN Pada penelitian ini, digunakan dua media isolasi yang sangat efektif untuk menumbuhkan Actinomycetes, yaitu Starch-casein Agar (ScA) dan Raffinosa histidin agar (RHA). Baik raffinosa maupun Starchcasein Agar dapat digunakan oleh mikroorganisme, termasuk Actinomycetes sebagai sumber karbon (Antonova-Nikolova,et,al.2005). Untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang lain, maka suspense sampel tanah dipanaskan dulu pada suhu 500 C selama 10 menit (Sembiring, 2002). Selain penggunaan media selektif juga ditambahkan cyclohexamide yang merupakan antifungi untuk mencegah pertumbuhan fungi (KornWendisch & Kutzner, 1992). Hasil in dilakukan untuk menghindari adanya keracunan, karena meskipun Actinomycetes termasuk bakteri,
namun secara morfologi koloni mirip dengan fungi karena sama-sam membentuk miselium. Berdasarkan table 1. Diketahui bahwa berat kering sampel tanah 6,14 gram. Berat kering sampel tanah ini menunjukkan tingkat kering atau basahnya tanah. Hal ini mempengaruhi jumlah Actinomycetes yang dapat ditemukan karena Actinomycetes lebih menyukai tempay yang kering daripada yang basah (Jiang & Xu, 1990). Untuk kelembaban sampel tanah sebesar 0,14%. Ini berarti sampel tanah memiliki kelembaba yang relative rendah. Kelembaba tanah juga mempengaruhi jumlah Actinomycetes yang dapat ditemukan karena Actinomycetes lebih menyukai tempat yang kandungan airnya rendah (Kelembabn rendah), hal ini berbeda dengan kebanyakan bakteri lainnya yang menyukai tempat dengan kelembaban tinggi (Korn-Wendisch & Kutzner, 1992). Sedangkan PH sampel sebesar 6,77, sehinnga termasuk asam. PH tanah juga mempengaruhi jumlah Actinomycetes yang dapat ditemukan, karena Actinomycetes lebih menyukai tempat dengan PH netral dan cenderung basah daripada PH asam (Korn-Wendisch & Kutzner, 1992). Menurut Rao,(2001) PH yang mendukung kehidupan Actinomycetes berkisar antara 6,5-8,0 dengan demikian PH sampel tanah masih termasuk dalam kisaran PH yang mendukung kehidupan Actinomycetes. Berdasarkan table 2. Diperoleh sebanyak 25 isolat hasil purifikasi, dengan perincian 15 isolat diperoleh dari media Starch-casein Agar dan 10 isolat dari media Raffinosa-histidin Agar. Dari hasil purifiakasi ini selanjutnya dilakukan colour grouping untuk mengelompokkan isolate berdasarkan warna meselium udara, miselium vegetative dan warna pigmen yang terbentuk terdifusi kedalam media atau tidak. Berdasarkan hasil colour grouping diperoleh 9 colour group (table 3). Berdasarkan hasil pewarnaan gram 9 isolat wakil dari ke 9 group menunjukka ciri-ciri Actinomycetes, yaitu bentuk sel batang, miselium bercabang dan berwatna biru atau ungu (gram positif). Berdasarkan table 5 diketahui bahwa dari 9 isolat sebanyak 8 isolat mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji dengan perincian isolate (75%) mampu menghambat bacilum subtilis dan 2 isolat (25%) mampu menghambat bacilis subtilis dan eschericia coli. Hal ini berarti hanya ada 6 isolat yang berpotensi sebagai penghasil antibiotic dengan spectrum kerja menghambat kerja bakteri gram positif dan 2 isolat menghambat gram positif dan negative. Menurut lee & Hwang (2002) bila diameter darah hambatan (tidak termasuk diameter agar blok 8mm) sebesar 5,00-9,00 mm maka aktifitas penghambatannya dikategorikan lemah, 10,00-19,00 mm dikategorikan sedang dan lebih besar atau sama dengan 20mm dikategorikan kuat. Oleh karena itu dari 6 isolat yang mampu menghambat B. Subtilis, yaitu isolate RTP1 dapat dikategorikan sedang (12,00 mm) RTP2 dan RTP3 =lemah (8,00 mm) RTP 4 = lemah (5,00 mm) serta STP 11 dan RTP 7 =lemah (6,00 mm), serta ada 2 isolat yang mampu menghambat B.subtilis dan E.colli yaitu STP13, yang menghabat B.subtillis = kuat (28,00 mm) dan
menghambat E.colli = sedang (12,00mm) dan RTP 10 yang menghambat B.subtillis =kuat (30,00 mm) dan menghambat E.colli = lemah (9,00mm) Berdasarkan hasil penelitian ambarwati dan trisnawati (2008) yang meng isolasi Actinomycetes dari tanah sawah telah terpilih 3 isolat yang berpotensi sebagai penghasil antibiotic, yang mampu menghambat S.aureus. bila dibandingkan dengan hasil tersebut maka dari segi sektrum kerjannya, isolate dari tanah pertanahan lebih luias sepektrum kerjannya karena diantara isolate yang ditemukan selain mampu menghambat bakteri B.subtilis (gram positif) juga ada yang mampu menghambat E.colli (gram negative) Menurut Pelezar dan Chan (1988) secara umum ada 3 macam mekanisme kerja antibiotic, yaitu (1) menghabat bisosintesis dinding sel, meliputi antiboatika penisilin, selafosporin, sikloserin dan basitrasin, (2) meninggikan permeabilitas membrane sitoplasma, meliputi sefalosporin, siklusserin, dan basitrasin, dan (3) mengganggu sintesis protein pada bakteri, meliputi antibiotika tetrasiklin, kloramfenikol, eritomisin, novobiosin, dan aminiglikosida Menurut mutschaler (1991) antibiotic yang dihasilkan oleh streptomyces meliputi 5 golongan, yaitu tetrasiklin , kloramfenikol, makroloda (kelompok eritromisin), limkomisin dan aminoglikosida (termasuk streptomisin). Dengan demikian mekanisme kerja antibiotic yang dihasilkan oleh striptominises adalah dengan menghambat sintesis protein. Menurut suwandi (1992) untuk melangsungkan kehidupannya Mikroorganisme harus mensintesis protein, sehingga apabila sintesis protein ini terganggu maka akan berakibat fatal terhadap kelangsunggan hidup mikroorganisme tersebut. Oleh karena itu, antibiotic yang memiliki mekanisme kerja menghambat sintesisi protein akan mempunyai daya anti bakteri yang sanggat kuat. Namun demikian , dari segi sifat toksisitas selektif , antibiotic jenis ini mempunyai toksisitas selektif relative rendah. Hal ini disebabkan karena pada sel hospes juga terjadi sintesis , sehingga antibiotic tersebut juga dimungkinkan dapat mempengaruhi sintesis protein pada sel hospes Isolate STP13 diperoleh dari sampel tanah pekarangan, yang diisolasi pada media ScA,warna misellium udara hitam keabu abuan,miselium vegatatif hitam. Warna pikmen tidak terdifusi, bentuk sel batang missellium bercabang, warna unggu, gram positif. Issolat RTP10 diperolleh dari sampel pekaranggan, yang diisolasi pada media RhA, warna misselium warna putik, misselium vegetative orange putih keecoklatan, warna pikmen tidak terdefusi, bentuk sel batang misselium bercabang, warna unggu, gram positif. C. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1). Telah ditemukan sebanyak 25 isolat yang dapat dikelompokan menjadi 9 colour group berdasarkan hasil colour
grouping dan 2). Diantara 9 isolat sebanyak 8 isolat mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji, dengan perincian 6 isolat (75%) mampu menghambat dan 2 isolat (25%) mampu baik B. Subtilis atau gram positif maupun E. Coli atau gram negatif. 2. Saran Mengingat ada 2 isolat yang mampu menghambat B. Subtilis dan E. Coli dengan kuat, maka penelitian ini dapat dilanjutkan dengan mengidentifikasi isolat tersebut sampai tingkat spesies, misalnya dengan pengamatan menggunakan SEM atau mengidentifikasi jenis senyawa kimia yang diduga sebagai antibiotik dengan KLT.
DAFTAR PUSTAKA Ambarwati dan Trisnawati,A. G, 2008. Isolasi Actinomycetes dari Tanah Sawah sebagai Penghasil Antibiotik. Laporan Penelitian Dosen Muda Dikti. Antanova-Nikolova, S., Tzekova, N. @ Yocheva, L.,2005, Taxonomy of Streptomyces sp. Strain 3B, Journal of Collection, vol. 4 pp: 36-42. Budiyanto, M.A.K., 2004, Mikrobiologi Terapan, UMM press, Malang. Dwidjoseputra, D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan, Malang. Jiang, C-L, & Xu, L-H, 11990, Characteristics Of The Populations Of Soil Actinomycetes In Yunani, journal : Actinomycetes, 1990 Vol. 1, part.3. pp : 67-74. ISSN : 0732-0574, Depkes : jumat, 21 september 2007 . http://www.bioline.org.br/abstracr?id=ac90010 Korn-Wendisch, F., & kutzner, H. J. 1992. The family Streptomycetaceae. In The Prokaryotes, A Hanbook on The Biology of Bacteria : Ecophysiology, Isolation, Identification, Aplications. Second Edition. ( A. Balows, H. G. Truper, M. Drowkin, W. Harder, & karl-Heinz Schleifer. Eds). SpringerVerlag, New york, berlin, Heidelberg, London, Paris, tokyo, Hongkong, barcelona, & Budapest. Lee, J. Y., & Hwang, B.K., 2002. Diversity of AntifungalnActinomycetes in varios Vegetativ Soils of Korea. Diakes : senin, 27 mei 2007. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fegi?CMD=search&DB=pubme d
Lo, C. W., Lai, N. S., Cheah, H-Y., Wong, N. K. I @ HO, C. C, 2002, Actinomycetes Isolated From Soil Samples From The Crocker Range Sabah ASEAN review of Biodiversity and Environmental Conservation ( ARBEC), Juli-september 2002. Madingan, M. T., Martinko, J. M., & Parker, J. 2003. Brock Biology of Microorganisms. Tent Edition. Prentice Hall, USA. Mutschlear, E. 1991. Dinamika Obat, Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi. Edisi Kelima. Ahli Bahasa Widianto, M. B. & Ranti, A.S> penerbit ITB, Bandung. Nedialkova, D. & Naidenova, M. 2005. Screening thhe Antimicrobial Acctivity of Actinomycetes Strains Isolated from Antartica. Journal of Culture Collections, Vol. 4,pp : 29-35. Okami, Y., & Hotta, K., 1988. Search and Discovery of New Antibiotics. In, Actinomycetes in Biotechology. Goodfellow, M., Williams, S., T and Mordaski, M., (ED). Oskay, M., Tamer, A. U. & Azeri, C., 2004, Antibacterial Activity of some Actinomycetes Isolated from farming Soil of Turkey, African journal of Biotechnology Vol.3 (9) : pp. 441-446, september 2004, ISSN 1684-5315. Diaknes : jumat, 21 september 2007 http://www.bioline.org.br/request?/b04089 pelczar, M. J. & Chn, E. C. S., 1988, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Alih Bahasa Hadioetomo, R. S., Imas, Tjitrosomo, S. S., dan Angka, S. L., UI Press, Jakarta. Prescott, L. M., Harley, J. P.,& Klein, D. A. 1999. Microbiology. Fourth Edition. WCB McGraw-Hill, Boston. Rao, N.,S.,S.,2001, soil Microbiology, Foutrh editions of Soil Microorganisme and Pland Growth. Science Publishers, Inc. Enfield (NH), USA. Rollins, D. M. & Joseph, S. W.,2000, Actinomycetes Summary, University of Maryland, Diakses : Rabu tanggal 29 Agustus 2007. http://www.life.imd.edu/cllasroom/bsci424/PathogenDescriptions/ Actinomycetes.html Runmao, H.,Lianjun, M. & Guizhe, W.,1994, Distribution of soil Actinomycetes in Nort-East china, journal Actinomycetes, vol. 5, part 1, 12-13,1994.ISSN:0732-0574. Diakses : Jumat, 21 september 2007. http://www.bioline.org.br/request?ac84003.
Sembiring, L. 2002. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Untuk Mahasiswa S2. Labolatorium mikrobiologi. Fakultas Biologi. UGM, Yogyakarta. Suwandi, U. 1992. Mekanisme Kerja Antibiotika. Cermin Dunia kedokteran 76 (59), pp: 56-59. Suwandi, U 1993, Skrining Mikroorganisme penghasil antibiotik, cermin dunia kedokteran no.89,1993,diakses: sabtu tanggal 18 agustus 2007. http://www.kalbefarma.com/ files/cdk/files/14screaningMikroorganisme89.pdf/14screaningMikroorgani sme89.html.