AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL CACING TANAH Megascolex sp.) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhosa, Escherichia coli, Shigella dysenteriae Sudarmi, Masfria, Esna Waty Manik ABSTRAK
Cacing tanah adalah hewan yang mempunyai banyak khasiat dan mudah untuk ditemukan. Hasil informasi dari masyarakat dengan mengkonsumsi air rebusan cacing tanah dan serbuk dalam kemasan kapsul berkhasiat sebagai obat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui skrining golongan senyawa kimia dan aktivitas antibakteri ekstrak etanol cacing tanah terhadap bakteri Salmonella typhosa, Escherichia coli dan Shigella dysenteriae dengan metode difusi agar menggunakan pencetak lubang (punch hole). Hasil skrining senyawa kimia dari serbuk dan ekstrak etanol cacing tanah menunjukkan adanya senyawa golongan glikosida, alkaloida, dan saponin. Ekstrak etanol cacing tanah diperoleh dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol. Masing-masing bakteri dengan konsentrasi 100 mg/ml ekstrak etanol efektif menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa dengan diameter hambat 14,35 mm, bakteri Escherichia coli dengan diameter hambat 14,10 mm, sedangkan bakteri Shigella dysenteriae. Kata kunci : Cacing tanah Megascolex sp., Salmonella typhosa, Escherichia coli dan Shigella dysenteriae.
ABSTRACT Earthworms are animals that have many properties and are easy to find. Outcome information from the public to consume boiled water and powdered earthworms in containers efficacious as drug capsules. This test was conducted to determine the screening of chemical compounds and classes of antibacterial activity of ethanol extract of earthworms to the bacteria Salmonella typhosa, Escherichia coli and Shigella dysenteriae by agar diffusion method using the printer hole (hole punch). The results of chemical screening of powder and ethanol extracts of earthworms indicate a class of compounds glycosides, alkaloids, and saponins. Ethanol extract of earthworm is obtained by maceration using ethanol solvent. Each of these bacteria with a concentration of 100 mg / ml ethanol extract effectively inhibited the growth of Salmonella typhosa with a diameter of 14.35 mm resistor, the bacterium Escherichia coli with a diameter of 14.10 mm resistor, while the bacterium Shigella dysenteriae. Key words: Earthworms Megascolex sp., Salmonella typhosa, Escherichia coli and Shigella dysenteriae.
PENDAHULUAN Pengobatan tradisional semakin dikembangkan dan diteliti oleh para ilmuan mulai dari tanaman hingga hewan, salah satunya adalah cacing tanah. Cacing tanah sangat dikenal di masyarakat terutama masyarakat pedesaan yang hampir setiap hari menemukannya di kebun, sawah dan cacing tanah memberi manfaat yang cukup besar (Rusdi, 1995). Sejak dahulu cacing tanah sangat berperan dalam kehidupan manusia disebabkan kandungan gizinya yang cukup tinggi, terutama kandungan proteinnya yang mencapai 64 - 76 %. Selain protein, kandungan lainnya yang terdapat dalam tubuh cacing tanah antara lain lemak 7 10%, kalsium 0,55%, fosfor 1% dan serat kasar 1,08% (Palungkung, 2010). Menurut prof. Dr Dondin Sajuthi cacing tanah juga mengandung golongan senyawa alkaloida yang dapat digunakan sebagai antipiretik. Manfaat cacing tanah bagi kehidupan manusia antara lain adalah sebagai penghasil pupuk organik, pendaur ulang limbah, bahan baku pakan ternak, sebagai bahan baku makanan dan minuman pada masyarakat Jepang dan beberapa negara Eropa misalnya vermijuice dan worm spaghetti, bahan baku kosmetik, menurunkan kadar kolesterol, meningkatkan daya tahan tubuh, dan menurunkan tekanan darah tinggi, disamping itu cacing tanah juga dikenal sebagai obat untuk penyakit tifus dengan mengkonsumsi air rebusan cacing tanah ataupun serbuk cacing tanah (Palungkung, 2010). Cacing tanah telah dicantumkan dalam "Ben Cao Gang Mu", buku bahan obat standar pengobatan tradisional China. Di Cina, cacing tanah akrab disebut 'naga tanah' dan nama lain dari cacing tanah kering di kalangan pedagang obat-obatan tradisional China adalah ti lung kam (Hasanudin, 2010). Cacing tanah yang digunakan sebagai sampel dalam pengujian ini adalah cacing tanah Megascolex sp., atau yang sering disebut masyarakat dengan julukan cacing merah. Mudah
ditemukan di tempat-tempat sampah dan merupakan cacing lokal Indonesia. Tifus disebabkan oleh bakteri Salmonella typhosa, yang
seringkali ditularkan pada
manusia oleh kotoran ternak. Gejala penyakit tifus bisa sangat bervariasi yaitu terjadi demam dengan kenaikan suhu secara bertahap dalam tiga hari pertama, nyeri kepala yang hebat, perut kembung dan nyeri, anorexia, nausea dan obstipasi. Kemudian sering kali diikuti diare, bronchitis dan perdarahan hidung ( T.H. Tjay, 2002). Salah satu gejala penyakit tifus adalah diare. Diare dapat juga disebabkan oleh bakteri Escherichia coli dan Shigella dysenteriae. Salmonella typhosa, Escherichia coli dan Shigella dysenteriae merupakan bakteri dari kelompok bakteri gram-negatif berbentuk batang (Enterobacteriaceae) yang habitat alaminya berada pada sistem usus manusia (Jawetz et al, 2001). Berdasarkan latar belakang diatas perlu dilakukan pemeriksaan skrining golongan senyawa kimia serbuk dan ekstrak serta uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol cacing tanah Megascolex sp. terhadap beberapa bakteri gram negatif yaitu Salmonella typhosa, Escherichia coli, dan Shigella dysenteriae. Menggunakan metode difusi dengan mengukur diameter zona hambat pertumbuhan bakteri. METODE PENELITIAN Alat-Alat Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, autoklaf (Fisons), blender (Philips), bola karet, freeze dryer (Modulio), inkubator (Fiber Scientific), jangka sorong, jarum ose, kamera digital (Sony), kompor (Sharp), autoklaf, Laminar Air Flow Cabinet (Astec HLF 1200L), lemari pendingin (Toshiba), mikroskop, neraca kasar (Sun), neraca listrik (Vibra AJ), oven (Memmert), penangas air (Yenaco), pinset, pipet mikro (Eppendorf), rotary evaporator (Haake D) dan punch hole.
Bahan-Bahan 1. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah cacing tanah, nutrient agar, Salmonella typhosa (ATCC 29213), Escherichia coli (ATCC 25922), Shigella dysenteriae (ATCC 25931), air suling, larutan NaCl 0,9 % 2. bahan kimia yang digunakan berkualitas pro analisa, kecuali dinyatakan lain: alfa naftol, asam klorida pekat, asam asetat anhidrida, asam asetat glasial, asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, benzen, besi (III) klorida, bismut (III) nitrat, etanol, etilasetat, n-heksana, iodium, isopropanol, kalium iodida, kloroform, natrium hidroksida, natrium klorida, natrium sulfat anhidrat, raksa (II) klorida, serbuk magnesium, serbuk zinkum, timbal (II) asetat, dan toluena. Pembuatan Simplisia Cacing tanah yang telah dikumpulkan kemudian dibersihkan dari kotoran dan tanah dengan cara dicuci pada air mengalir hingga air cucian bersih dari kotoran, ditiriskan, tubuh cacing dibelah, kemudian cuci kembali dengan air agar tidak ada lagi tanah dalam tubuh cacing, ditiriskan kemudian dikeringkan di lemari pengering pada suhu 40-60 0C hingga kering. Selanjutnya simplisia diserbuk menggunakan blender, disimpan dalam wadah plastik yang tertutup rapat. Skrining Golongan Senyawa Kimia Skrining golongan senyawa kimia serbuk simplisia dan ekstrak cacing tanah meliputi: pemeriksaan senyawa alkaloida, flavonoida, glikosida, saponin, glikosida antrakinon dan triterpenoida/steroida.
Pembuatan ekstrak etanol Sebanyak 200 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah gelas berwarna gelap dan ditambahkan pelarut etanol 96% sebanyak 1,5 liter sampai serbuk terendam sempurna. Ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya dan sering diaduk, kemudian disaring, ampas dimaserasi kembali dengan 0,5 liter pelarut etanol 96% dan filtrat yang diperoleh dienapkan selama 2 hari kemudian dituang melalui penyaring. Semua maserat digabung menjadi satu lalu dipekatkan dengan bantuan alat rotari evaporator sampai diperoleh ekstrak kental, kemudian ekstrak di freeze dryer ( + - 40oC) . Penyiapan inokulum bakteri Bakteri hasil inkubasi diambil dengan menggunakan jarum ose steril kemudian disuspensikan ke dalam 10 ml NaCl 0,9% steril hingga diperoleh kekeruhan yang sama dengan standar Mc Farland (konsentrasi 10 8 CFU/ml). Kemudian diencerkan hingga didapat suspensi bakteri dengan konsentrasi 10 6 CFU/ml (Lay,1994). Pembuatan larutan uji ekstrak etanol Ditimbang 5 g ekstrak etanol dilarutkan dengan etanol 96% hingga 10 ml dan dibuat pengenceran diperoleh konsentrasi 500 mg/ml, 400 mg/ml; 300 mg/ml; 200 mg/ml; 100 mg/ml; 90 mg/ml; 80 mg/ml; 70 mg/ml; 60 mg/ml; 50 mg/ml; 40 mg/ml; 30 mg/ml.
Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol Dipipet 0,1 ml suspensi bakteri Salmonella typhosa dengan konsentrasi 106 CFU/ml, dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Selanjutnya dituangkan 20 ml media Nutrient Agar cair, lalu dihomogenkan dan didiamkan hingga media memadat. Setelah media padat kemudian dibuat lubang dengan menggunakan pencetak lubang (punch hole) lalu tetesi 0,1 ml larutan uji ekstrak
etanol dengan berbagai konsentrasi, kemudian diinkubasi pada suhu 35+ 2 o C selama 18-24 jam. Selanjutnya diukur diameter zona bening disekitar larutan uji dengan menggunakan jangka sorong. Pengujian dilakukan sebanyak dua kali. Hal yang sama dilakukan pada bakteri Escherichia coli dan Shigella dysenteriae.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil skrining serbuk simplisia dan ekstrak cacing tanah menunjukkan adanya golongan senyawa alkaloida, glikosida, dan saponin. Hasil skrining dapat dilihat pada tabel1 berikut:
Tabel 1 Hasil Skrining Golongan Senyawa Kimia Serbuk Simplisia dan Ekstrak Etanol Cacing Tanah. No
Golongan senyawa yang
Hasil skrining
Hasil skrining
diperiksa
Serbuk simplisia
Ekstrak etanol
1
Alkaloida
+
+
2
Glikosida
+
+
3
Saponin
+
+
4
Flavonoida
_
_
5
Glikosida Antrakinon
_
_
6
Triterpenoida/Steroida
_
_
7
Tanin
_
_
Keterangan :
+ -
= Mengandung senyawa yang diperiksa = Tidak mengandung senyawa yang diperiksa
Hasil skrining golongan senyawa kimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol cacing tanah yang ditambah dengan pereaksi Dragendorff memberikan warna jingga, dengan pereaksi Bouchardat memberikan warna kuning, sedangkan dengan pereaksi Mayer terbentuk adanya kekeruhan dan endapan putih, ini menunjukkan adanya senyawa alkaloida. Skrining glikosida ditunjukkan dengan penambahan pereaksi Molish dan asam sulfat pekat dimana terbentuk cincin
ungu. Penambahan 10 ml air panas dan dikocok kuat-kuat selama 10 detik dengan adanya buih dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes HCl 2N menunjukkan adanya saponin. Maka serbuk simplisia dan ekstrak etanol cacing tanah memperlihatkan adanya golongan senyawa alkaloida, glikosida dan saponin. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa, Escherichia coli dan Shigella dysenteriae..Hasil uji dari ekstrak etanol dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Hasil Pengukuran Diameter Daerah Hambatan Ekstrak Etanol Cacing Tanah terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhosa, Eschericia coli dan Shigella dysenteriae.
Konsentrasi (mg/ml) 500 400 300 200 100 90 80 70 60 50 40 30 Blanko
Diameter daerah hambatan (mm)* Salmonella typhosa Shigella dysenteriae Escherichia coli 18,10 17,28 13,00 17,40 15,70 13,08 15,725 15,50 11,20 15,3 15,30 10,95 14,35 14,10 10,20 12,73 13,50 9,35 12,60 12,50 8,95 11,60 11,00 8,05 11,10 9,80 10,25 8,80 8,62 8,65 7,75 7,50 -
Keterangan: (*) = Hasil rata-rata dua kali pengukuran, (-) = Tidak ada hambatan Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode difusi dengan mengukur diameter zona hambat pertumbuhan bakteri, dimana diameter zona hambat akan meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan konsentrasi terhadap ekstrak cacing tanah memiliki korelasi positif terhadap peningkatan
diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa, Escherichia coli dan Shigella dysenteriae. Dari data di atas menunjukkan bahwa ekstrak cacing tanah dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa, Escherichia coli dan Shigella dysenteriae. Hasil uji aktivitas antibakteri dari ekstrak tersebut diperoleh batas daerah hambat yang efektif pada bakteri Salmonella typhosa dengan konsentrasi 100 mg/ml dengan diameter hambat 14,35 mm, pada bakteri Escherichia coli dengan konsentrasi 100 dengan diameter hambat 14,10 mm. Dengan demikian ekstrak etanol cacing tanah lebih kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa dibandingkan bakteri Escherichia coli dan Shigella dysenteriae. Bakteri Salmonella typhosa, Escherichia coli dan Shigella dysenteriae merupakan bakteri gram negatif. Batas daerah hambat dinilai efektif apabila memiliki diameter daya hambat lebih kurang 14 mm sampai 16 mm (Ditjen POM, 1995).
KESIMPULAN 1. Pada cacing tanah terdapat golongan senyawa alkaloida, glikosida, saponin. 2. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol cacing tanah memiliki daerah hambat yang efektif pada bakteri Salmonella typhosa dan Escherichia coli dan pada bakteri Shigella dysenteriaea tidak mempunyai daerah hambat yang efektif, dimana daerah hambat yang efektif pada bakteri Salmonella typhosa pada konsentrasi 100 mg/ml dengan diameter hambat 14,35 mm, pada bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 100 mg/ml dengan diameter hambat 14,10 mm.
DAFTAR PUSTAKA Beisher, L. 1991. Microbiology in Practice. A self Instructional Laboratory Course. New York: Ed Harper Collins Publisher. Cappuccino, J and Sherman, N. 1996. Microbiology: A Laboratory Manual. Fourth Edition. New York: Addison-Wesley Publishing Company. Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Depkes RI. Ditjen POM. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Depkes RI. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Depkes RI. Dwidjoseputro. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit D. Jambatan. Fransworth, N.R. 1996. Biologycal and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Science. 55(3). Chicago: Reheis Chemical Company. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: Penerbit ITB. Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid Satu. Bandung: Penerbit Yrama Widya. Jawetz, E. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Penerjemah: Mudihardi, E., dkk. Surabaya: Penerbit Salemba Medika. Lay, B.W. 1996. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada Lee, J. 1983. Microbiology. First Edition. USA: The Barnes and Nobel Outline Series. Palungkung, R. 2010. Usaha Ternak Cacing Tanah Lumbricus rubellus. Jakarta: Penebar Swadaya, Pelczar, MJ. Chan, ECS dan Crieg, NR. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerjemah: Ratna Siri, dkk. Cetakan pertama. Jilid Dua. Jakarta: Penerbit UI Press. Stanier, RY. Adelberg, EA dan Ingraham, JL. 1982. Dunia Mikrobe I. Penerjemah: Agustin Wydia, dkk. Jakarta: Penerbit Bhratara Karya Aksara. Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya. 2003. Bakteriologi Medik. Cetakan Pertama. Malang: Bayu Media Publishing.