UJI ADAPTASI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L.) DI KABUPATEN MADIUN, JAWA TIMUR DAN KABUPATEN MAROS, SULAWESI SELATAN
Oleh : Mansur Chadi Mursid A34401031
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
UJI ADAPTASI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L.) DI KABUPATEN MADIUN, JAWA TIMUR DAN KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : Mansur Chadi Mursid A34401031
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
PERSEMBAHAN
ﻣﺛﻞاﻠذﻴﻦ ﻳﻧﻓﻗون أﻣﻮاﻠﻬﻢ ﻓﻲ ﺴﺑﻴﻞاﷲ ﻜﻣﺛﻞ ﺣﺒﺔ أﻧﺒﺘﺖ ﺳﺑﻊ ﺴﻧﺎ ﺒل ﻓﻲ ﻜﻞ ﺳﻧﺑﻠﺔ ﻣﺎﺌﺔ ﺤﺒﺔ ﻮاﷲ ﻳﺿﻌﻒ ﻠﻤن ﻴﺷﺎﺀ ﻮاﷲ واﺴﻊ ﻋﻟﻴﻢ
( ٢٦١: ) أﻠﺑﻗرة ” Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan اﷲadalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji.
اﷲmelipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan اﷲMaha luas (karunia-Nya ) lagi Maha Mengetahui ” (Al Baqarah : 261) ” Sungguh indah ilmu padi, kian berisi makin merendah ” ” Berbeda dengan harta, jika ilmu diamalkan pastilah akan bertambah ” ” Niatkanlah setiap langkah untuk ibadah karena ” اﷲ
Karya kecil ini kupersembahka untuk : 1. Guru-guruku yang mulia. 2. Ayahbunda juga adik kakak tercinta. 3. Sahabat-sahabatku yang setia. 4. Para pelajar penuntut ilmu juga santri dan santriah. 5. Calon istriku yang shalihah.
RINGKASAN MANSUR CHADI MURSID. Uji Adaptasi Galur Harapan Padi Sawah Tipe Baru (Oryza sativa L.) di Kabupaten Madiun, Jawa Timur dan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. (Dibimbing oleh HAJRIAL ASWIDINNOOR). Percobaan ini dilakukan untuk menguji daya hasil padi tipe baru dengan beberapa varietas unggul sebagai pembanding dan mengidentifikasi galur-galur PTB yang berpotensi untuk dilepas menjadi Varietas Unggul Baru (VUB). Percobaan dilaksanakan pada bulan April-Juli 2005 di Desa Sidorejo Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun, Jawa Timur, dan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Analisa laboratorium dilakukan di laboratorium Pusat Studi Pemuliaan Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 12 perlakuan dan 3 ulangan, sehingga seluruhnya berjumlah 36 satuan percobaan untuk setiap lokasi. Setiap satuan percobaan ditanam dalam petakan berukuran 4 x 5 m. Galur-galur
harapan
yang
ditanam
adalah
StKt6-d-10s-1-1-1,
JlCr11-d-4s-2-1, KmSg13-d-2j-2-1-1, KmCr 15-d-13j-1-1-1, CsSg 17-d-4j-1-1-3, GgIr8-d-2j-2-1-1,GgGm20-d-7j-1-2-2, GgGm20-d-10j-1-2-1, SmJl 24-d-9j-1-1-1, HbGm 26-d-27j-1-1-1, dan sebagai pembanding yaitu Varietas IR64 sebagai varietas unggul nasional, varietas Ciherang dan varietas Cisantana sebagai varietas unggul lokal pada tiap-tiap lokasi percobaan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata interaksi genotipe dan lingkungan pada komponen hasil produksi. Galur harapan yang mampu beradaptasi pada lokasi Madiun, Jawa Timur dan lokasi Maros, Sulawesi Selatan adalah GgGm20-d-7j-1-2-2 dengan potensi produksi tertinggi dimana produksi gabah kering giling galur tersebut pada lokasi Madiun, Jawa Timur adalah 7,2 ton/ha sedangkan pada lokasi Maros, Sulawesi Selatan yaitu 6,4 ton/ha. Dari hasil percobaan disimpulkan bahwa kombinasi cahaya matahari yang optimum dengan pemeliharaan tanaman yang intensif menghasilkan potensi produksi maksimum dimana galur GgGm20-d-7j-1-2-2
adalah galur harapan
dengan produksi tertinggi dan mampu beradaptasi pada kedua lokasi percobaan.
SUMMARY MANSUR CHADI MURSID. Adaptation Test the Cultivar’s of New Type Paddy Rice Field (Oryza sativa L.) in Madiun, East Java, and Maros, South Celebes . (Guidanced by HAJRIAL ASWIDINNOOR) The experiment was performed to test productivity the new type paddy with some superior variety and to identification this cultivar’s for release become the new superior variety. The experiment was performed April to July 2005th in Sidorejo village, Wungu, Madiun, East Java, and Maros, South Celebes. The analysis laboratory in the Center of Study Plant Breeding Laboratory. This experiment used Randomized Complete Block Design with 12 treatment and 3 repetition, total 36 experiment unit. It was planted in compartment 4 x 5 m2 per plot. The cultivar’s was planted are StKt6-d-10s-1-1-1, JlCr11-d-4s-2-1, KmSg13-d-2j-2-1-1, KmCr15-d-13j-1-1-1, CsSg17-d-4j-1-1-3, GgIr8-d-2j-2-1-1, GgGm20-d-7j-1-2-2,
GgGm20-d-10j-1-2-1,
SmJl24-d-9j-1-1-1,
HbGm26-d-27j-1-1-1, IR64 variety, Ciherang variety in Madiun, and Cisantan variety in Maros. The result of this experiment is show real influence genotype and environment interaction for productivity. GgGm20-d-7j-1-2-2 is to be able adaption in Madiun, East Java, and Maros, South Celebes with the highest productivity. Productivity in Madiun 7,2 ton/ha, in Maros 6,4 ton/ha. The conclusion this experiment is combination between sun glow maximum with intensif irrigation can make potential productivity maximum. GgGm20-d-7j-1-2-2 is the cultivar with the highest productivity in Madiun, East Java, and Maros, south Celebes.
LEMBAR PENGESAHAN Judul
: UJI ADAPTASI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L.) DI KABUPATEN JAWA TIMUR,
DAN
KABUPATEN
SULAWESI SELATAN. Nama
: Mansur Chadi Mursid
NRP
: A34401031
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. H. Hajrial Aswidinnoor, M.Sc. NIP : 131 284 816
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. H. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP. 130 422 698
Tanggal Lulus :
MADIUN, MAROS,
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tegal, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 1982. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari keluarga Bapak H. Karnadi dan Ibu Hj. Taslicha. Pada tahun 1989 penulis memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan Madrasah Diniyah Awaliyah tepatnya di SDN Trayeman I dan MDAMubtadi’in Trayeman dan lulus pada tahun 1995. Tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Slawi, kemudian melanjutkan ke SMUN 1 Slawi hingga lulus pada tahun 2001. Tahun 2001 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Jurusan Budi Daya Pertanian (sekarang Jurusan Agronomi dan Hortikultura), Fakultas Pertanian. Secara internal kampus penulis aktif di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM KM IPB) 2001 sebagai staff Departemen Sosial, Dewan Keluarga Masjid (DKM) Al Ghiffari 2001 sebagai anggota Biro Syi’ar dan Tabligh, Lembaga Struktural IPB Crisis Center (ICC) sebagai sekretaris, Tim Mahasiswa Peduli Lingkungan Lingkar Kampus (TMPLLK), DKM Al Hurriyyah IPB 2002 sebagai Sekretaris Departemen Pembinaan Umat, DKM Al Fallah sebagai Ketua Biro Syi’ar. Penulis kembali aktif di BEM KM IPB 2003 di Departemen Pertanian. Secara Eksternal kampus penulis pernah bekerja pada Pusat Kajian Buahbuahan Tropika IPB. Kemudian di Pondok Pesantren Darussolihin sebagai dewan guru. Penulis juga aktif sebagai DKM Darussolihin, di SMP Plus dan SMA Plus Darussolihin mengajar bidang studi Matematika dan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia,
nikmat, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ Uji Adaptasi Galur Harapan Padi Sawah Tipe Baru ( Oryza sativa L.) di Madiun, Jawa Timur, dan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof . Dr. H. Supiandi Sabiham, M.Agr. selaku dekan Fakultas Pertanian. 2. Dr. Ir. H. Hajrial Aswidinnoor, M.Sc. sebagai dosen pembimbing yang telah mengarahkan dari awal penelitian sampai penyusunan skripsi. 3. M. Syukur, S.P., M.Sc dan Willy Bayuardi, S.P.,M.Si. sebagai dosen penguji. 4. Ayah bunda sekeluarga tercinta atas dukungan moril, materiil, dan spirituil kepada penulis 5. Bapak Seno Winarno, S.P. selaku Pengamat Hama Penyakit (PHP) Jawa Timur atas segala bimbingan dan dukungannya. 6. Bapak Ispriani selaku ketua kelompok tani, Mba Naim, dan Mas Hanif atas bantuan dan dukungannya. 7. K.H. Sulaiman, S.E. sekeluarga beserta segenap keluarga besar Pondok Pesantren Darussolihin, santri-santriah atas do’a, bantuan, dan dukungannya. 8. Tari, Nandang, dan Salha sebagai satu tim penelitian yang saling membantu dan mengarahkan. 9. Kang Wawan, Muhtar, Meka, Ali, dan semua sahabatku yang tiada tersebut satu per satu juga semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Mudahmudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Bogor, Januari 2006 Penulis
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ...............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xi
PENDAHULUAN....................................................................................... Latar belakang ........................................................................................ Tujuan..................................................................................................... Hipotesis .................................................................................................
1 1 3 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. Botani Tanaman Padi ............................................................................. Pemuliaan Tanaman Padi ....................................................................... Padi Tipe Baru ........................................................................................ Uji Adaptasi dan Multilokasi .................................................................
4 4 4 5 5
BAHAN DAN METODE ........................................................................... Waktu dan tempat................................................................................... Bahan dan Alat ....................................................................................... Metode .................................................................................................... Pelaksanaan Percobaan .......................................................................... Pra tanam ........................................................................................... Tanam ................................................................................................ Pemeliharaan ..................................................................................... Panen ................................................................................................. Pengamatan .......................................................................................
7 7 7 8 9 9 9 9 10 10
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. Kondisi Umum Percobaan ..................................................................... Komponen Hasil ..................................................................................... Komponen Ragam dan Heritabilitas ...................................................... Produksi Gabah Kering Giling (GKG)................................................... Analisis Uji F ......................................................................................... Tinggi Tanaman ..................................................................................... Jumlah Anakan ....................................................................................... Panjang Malai ......................................................................................... Jumlah Gabah per Malai ........................................................................ Panjang Daun Bendera ........................................................................... Mutu Fisik Gabah dan Beras ..................................................................
12 12 12 14 15 18 19 21 22 24 24 25
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. Kesimpulan............................................................................................. Saran .......................................................................................................
27 27 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
28
LAMPIRAN ................................................................................................
30
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1. Genotipe-genotipe yang Diuji dan Varietas Pembanding ................
7
2. Analisis Ragam ................................................................................
8
3. Nilai Rataan Karakter Agronomi di Dua Lokasi..............................
13
4. Nilai Duga Komponen Ragam dan Heritabilitas Galur-galur yang Diuji di Dua Lokasi .......................................................................... 5. Produksi Gabah Kering Giling (ton/ha) di Jawa Timur
14
dan
Sulawesi Selatan ..............................................................................
16
6. Produksi Gabah Kering Giling (ton/ha, k.a. 14%) dan Persen Produksi Galur-galur yang Diuji terhadap Varietas Pembanding di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ....................................................
18
7. Rekapitulasi Analisis Ragam Gabungan pada Dua Lokasi ..............
19
8. Rataan Tinggi Tanaman (cm) di Dua Lokasi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ..............................................................................
20
9. Nilai Rataan Panjang Malai (cm) dan Indeks Kelebatan Malai .......
22
10. Rataan Panjang daun Bendera (cm) di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan beserta Rataan Gabungan Panjang Daun Bendera (cm) ......
25
11. Bentuk Gabah, Warna Beras, Rasa Nasi, dan Aroma Nasi ..............
26
Nomor
Halaman Lampiran
1. Analisis Ragam Tinggi Tanaman .....................................................
31
2. Analisis Ragam Jumlah Anakan Total ............................................
31
3. Analisis Ragam Jumlah Anakan Produktif ......................................
31
4. Analisis Ragam Panjang Malai ........................................................
32
5. Analisis Ragam Jumlah Gabah Total ...............................................
32
6. Analisis Ragam Jumlah Gabah Hampa ............................................
32
7. Analisis Ragam Persentase Gabah Hampa ......................................
33
8. Analisis Ragam Jumlah Gabah Bernas ............................................
33
9. Analisis Ragam Produksi Gabah Kering Giling ..............................
33
10. Analisis Ragam Bobot Seribu Butir .................................................
34
11. Analisis Ragam Panjang daun Bendera ...........................................
34
12. Analisis Ragam Umur Panen ...........................................................
34
13. Analisis Ragam Umur Berbunga .....................................................
35
14. Data Curah Hujan April sampai Juli Desa Sidorejo, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun Tahun 2005 .........................................
36
15. Analisis Tanah Lokasi Kabupaten Madiun, Jawa Timur .................
37
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
1. Galur GgGm20d-7j-1-2-2 Memiliki Potensi Produks Paling Tinggi
pada Lokasi Percobaan di
Jawa
Timur dan
Sulawesi Selatan .............................................................................. 2. Grafik Produksi Gabah Kering Giling (ton/ha) di
15
Lokasi
Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ....................................................
17
3. Perbandingan Tinggi Tanaman Galur-galur KmCr15d-13j-1-1-1, GgGm20d-7j-1-2-2, dan Varietas Ciherang .....................................
21
4. Perbandingan Kelebatan Malai Galur-galur JlCr11d-4s-2-1-1, KmCr15d-13j-1-1-1, GgGm20d-7j-1-2-2, SmJl24d-9j-1-1-1, dan Varietas Ciherang ............................................................................. Nomor
23
Halaman Lampiran
1. Galur-galur Harapan
Padi Tipe
Baru
yang
Diuji
di
Kabupaten Madiun, Jawa Timur ......................................................
38
2. Fase Vegetatif Galur CsSg 17-d-4j-1-1-3 .......................................
38
3. Persemaian Galur-galur PTB di Madiun, Jawa Timur .....................
39
4. Galur PTB StKt 6-d-10s-1-1-1 di Lokasi Madiun, Jawa Timur ......
39
5. Galur PTB JlCr 11-d-4s-2-1-1 di Lokasi Madiun, Jawa Timur .......
40
6. Galur PTB GgCr18-d-2j-2-1-1 di Lokasi Madiun, Jawa Timur ......
41
7. Galur PTB GgGm20-d-10j-1-2-1 di Lokasi Madiun, Jawa Timur ..
42
8. Tanaman Pagar dan Jaring Pelindung dari Burung ..........................
42
9. Varietas Ciherang di Lokasi Madiun, Jawa Timur ..........................
43
10. Sistem Tanam Serempak ..................................................................
43
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Total luas lahan persawahan di Jawa Timur 1.160.426 ha. Dari lahan sawah seluas itu terdapat 672.896 lahan sawah berpengairan teknis, sisanya berupa lahan semi teknis, lahan irigasi sederhana, lahan tadah hujan, lahan non pengairan, dan lahan pasang surut. Perkembangan produktifitas beberapa komoditas pertanian penting Indonesia terutama komoditas pangan didominasi oleh ubi kayu dan padi (sawah dan ladang) yang masing-masing mencapai 12.600 kg/ha dan 4.234 kg/ha pada tahun 1990-1999 (Pusdata, Departemen Pertanian). Komoditas pertanian pangan selanjutnya yang cukup tinggi diantaranya adalah jagung dan kedelai. Pulungan (2001)
menyatakan bahwa selama kurun waktu 1997-2001
produktifitas padi di Jawa menurun, yang diikuti produksi peternakan sapi, luas tanam kedelai, dan areal tanam tebu. Penurunan produksi dan produktifitas tersebut selain disebabkan oleh faktor alam (kemarau/kekeringan hebat) dan penurunan tingkat kesuburan tanah juga disebabkan oleh rendahnya daya beli petani
(kemiskinan),
ketidaktersediaan
modal
yang
memadai,
rata-rata
penguasaan/pemilikan lahan per petani kecil dan tidak ekonomis, derasnya fragmentasi dan alih fungsi lahan pertanian, rendahnya harga-harga pangan dipasar dalam negeri dan internasional, hama penyakit, serta buruknya sistem pengairan dan infrastruktur irigasi. Pada satu sisi, kebutuhan pangan nasional terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk sedangkan di sisi lain upaya pemenuhan kebutuhan pangan nasional dengan cara selalu mengimpor selain menguras banyak devisa, juga tidak strategis bagi kepentingan ketahanan nasional dalam jangka panjang. Hal ini secara tidak langsung membutuhkan solusi dari segi varietas tanaman pangan yang berkualitas, yang tentunya berkaitan dengan para pemulia tanaman agar menghasilkan suatu varietas tanaman yang dapat membantu dari sisi pemenuhan kebutuhan pangan. Menurut Barker (1985) beberapa negara diantaranya India, Filipina, Indonesia, Cina, Thailand, dan Malaysia umumnya memulai teknologi baru dalam produksi berasnya pada pertengahan tahun 60-an.
2
Negara-negara
didunia
telah
melakukan
berbagai
program
pemenuhan kebutuhan pokoknya dalam national rice programs. Antara tahun 1961-1972, negara Taiwan adalah negara yang tangguh para petaninya, negara superpower dalam pemenuhan kebutuhan beras dalam negerinya, dimana pada tingkat tenaga kerja 100 orang/hari/ha dapat mencapai produktivitas lebih dari 60 kg/orang/hari. Indonesia pernah mencapai keberhasilan pembangunan pertaniannya pada tahun 1984 dengan swasembada berasnya. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari peran semua pihak, yang diantaranya melalui pelepasan varietas-varietas unggul baru, peningkatan produksi dan produktifitas komoditas pertanian lainnya. Hal ini mendorong para pemulia tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas unggul baru yang dapat diterima petani. Pemerintah Indonesia akhir-akhir ini sedang memperkenalkan metode peningkatan produksi beras melalui program Padi Hibrida dan Padi Tipe Baru. Fagi et al. (2001) mengemukakan bahwa Padi Tipe Baru (PTB) merupakan salah satu hasil pemuliaan yang dicirikan dengan malai yang lebat dan panjang, produksi mencapai 10-30% lebih tinggi dari varietas unggul (IR 64, Way Apu Buru, Ciherang, dan Memberamo), jumlah anakan 8-10, perakaran dalam, batang kuat, daun tegak, tebal dan berwarna hijau, serta berumur 100-120 hari. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor, sejak beberapa tahun terakhir telah melakukan penelitian tanaman padi dalam usaha pengembangan PTB (Aswidinoor, et al, 2001). Sebelum suatu penemuan varietas unggul baru dilepaskan ke petani perlu adanya suatu pengujian galur harapan tersebut yang dapat dilakukan baik melalui uji daya hasil, maupun uji multilokasi. Pada uji daya hasil, varietas unggul hasil pemuliaan diuji dengan beberapa varietas pembanding. Hondrade dan Hondrade (2002) menyatakan bahwa beberapa kriteria dalam pengujian galur harapan hasil pemuliaan, terutama padi yang diidentifikasi diantaranya adaptasi untuk kondisi lokal (uji multilokasi), produktifitas (uji daya hasil), dan uji resistensi.
3
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah menguji daya hasil Padi Tipe Baru dengan beberapa varietas unggul sebagai pembanding dan mengidentifikasi galur-galur PTB yang berpotensi untuk dilepas menjadi Varietas Unggul Baru (VUB). Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Terdapat minimal satu galur harapan dengan daya hasil tinggi. 2. Terdapat minimal satu galur harapan dengan daya adaptasi yang baik terhadap berbagai kondisi lingkungan. 3. Terdapat minimal satu galur PTB yang dapat dikembangkan dan dilepas sebagai varietas tipe baru.
4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) termasuk dalam famili Graminae, sub famili Bambusoideae, suku oryzae, dan genus Oryza yang dibedakan menjadi subspesies Indica,
Japonica,
dan
Javanica
(Vergara
dan
De
Datta,
1996).
Selanjutnya De Datta (1975) menyatakan bahwa tanaman padi dapat tumbuh pada tanah dengan kisaran pH 3 sampai pH 10 dengan kandungan bahan organik 1% sampai 50%. Tanaman padi ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Panjang ruas antara yang satu dengan yang lain tidak sama. Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang sedangkan ruas yang kedua, ketiga, dan seterusnya lebih panjang daripada ruas yang didahuluinya. Pada buku bagian bawah dari ruas tumbuh daun pelepah yang membalut ruas sampai buku bagian atas. Kemudian Vergara (1995) menyatakan bahwa anakan adalah tanaman yang terdiri dari satu batang, akar, dan daun-daun. Anakan dapat mempunyai malai atau tidak. Yoshida (1981) mengemukakan bahwa padi dapat tumbuh di berbagai lokasi dan kondisi iklimyang berbeda pada ketinggian 0-2300 m dpl, pada 530 LU hingga 350 LS, dan pada suhu rata-rata 20-380 C. Pemuliaan Tanaman Padi Usaha perbaikan varietas padi diarahkan kepada daya hasil yang tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit utama,
dan mampu beradaptasi terhadap
lingkungan serta mutu beras yang baik dan rasa nasi yang enak. Metode pemuliaan tanaman padi sama seperti metode pemuliaan pada tanaman menyerbuk sendiri lainnya yaitu,
introduksi (pengumpulan plasma
nutfah), seleksi ( galur murni dan massa), hibridisasi dan pengembangan hibrid F1 Metode pedigree dilakukan pada generasi
F2 dengan cara memilih
tanaman dengan kombinasi karakter yang dikehendaki, turunan selanjutnya diseleksi lagi pada generasi berikutnya sampai kemurnian genetik. Metode seleksi bulk merupakan metode pemuliaan dimana lanjut.
seleksi ditunda sampai generasi
5
Pelaksanaan program pemuliaan ”shuttle breeding” dilakukan dengan cara menyeleksi populasi generasi awal di Lembaga Nasional, kemudian untuk generasi lanjut dan skrining di IRRI. Prosedur mengikuti prosedur China National Rice Research Institute (CNRRI). Prosedur shuttle breeding untuk pengembangan varietas –varietas padi lahan sawah tadah hujan. (Rahman, 2004). Padi Tipe Baru Padi tipe baru adalah tanaman padi yang memiliki batang kokoh, jumlah anakan sedang 8-10 batang dan semua produktif, berumur genjah (100-130 hari). Setiap malai menghasilkan 200-250 gabah dengan tingkat kehampaan <10% dan tahan terhadap hama dan penyakit tanaman sehingga diharapkan mampu memberi hasil 30-50% lebih tinggi dibanding varietas-varietas unggul lainnya. Tinggi tanaman hanya 80-100 cm, dengan daun tegak, tebal dan berwarna hijau tua, perakarannya dalam dan banyak (Fagi et al., 2002). Selanjutnya Khush et al.,(2001) menyatakan bahwa beberapa karakteristik padi tipe baru adalah : kapasitas anakan rendah (3-4 anakan pada tanam langsung, 8-10 anakan bila transplanting), tak ada anakan yang tidak produktif, jumlah gabah/malai 200-250, batang yang kokoh, daun hijau tua, tegak dan tebal, sistem perakaran vigor, masa panen 100-130 hari, penyakit beragam dan resisten terhadap serangga, dan kualitas gabah yang diterima petani. Uji Adaptasi dan Multilokasi Percobaan adaptasi teknologi dirancang untuk menduga wilayah adaptasi dari suatu teknologi produksi baru, dimana adaptasi teknologi pada suatu lokasi dinyatakan dalam bentuk keunggulannya antar teknologi yang diuji serempak pada lokasi tersebut. Tujuan utama dari percobaan seperti itu adalah memberikan satu saran atau lebih tentang bentuk praktek baru yang merupakan perbaikan atau dapat menggantikan praktek yang dilakukan petani sekarang ini (Gomez dan Gomez, 1995). Selanjutnya Gomez dan Gomez (1995) menyatakan bahwa dasar utama dalam memilih lokasi pengujian adalah menunjukkan area geografis. Lokasi yang khusus untuk percobaan adaptasi teknologi dipilih yang menunjukkan area
6
geografis atau wilayah lingkungan yang merupakan wilayah adaptasi teknologi yang diteliti. Percobaan teknologi adaptasi pada beberapa lokasi umumnya mempunyai gugus perlakuan yang sama dan menggunakan rancangan percobaan yang sama.
7
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juli 2005 di Desa Sidorejo Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun, Jawa Timur, dan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Analisis laboratorium dilakukan di laboratorium Pusat Studi Pemuliaan Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan adalah 12 genotipe terdiri dari 10 genotipe padi tipe baru, dan 2 varietas pembanding. Dua varietas pembanding yang masing-masing mewakili satu varietas pembanding umum yang ada di setiap lokasi, dan satu varietas pembanding lokal yang ditentukan sesuai kondisi lingkungan lokasi percobaan. Varietas pembanding yang umum pada kedua lokasi yaitu IR64, sedangkan varietas lokal pembanding di Madiun adalah Ciherang, di Sulawesi Selatan yaitu Cisantana. Galur-galur tersebut disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Genotipe-genotipe yang Diuji dan Varietas Pembanding No.
Genotipe
Tetua Persilangan
1.
StKt 6-d-10s-1-1-1
Sentani x Ketombol
2.
JlCr 11-d-4s-2-1-1
Jatiluhur x Cingri
3.
KmSg 13-d-2j-2-1-1
Kalimutu x Sigundil
4.
KmCr 15-d-13j-1-1-1
Kalimutu x Cingri
5.
CsSg 17-d-4j-1-1-3
Cisadane x Sigundil
6.
GgIr 18-d-2j-2-1-1
Grogol x IR64
7.
GgGm 20-d-7j-1-2-2
Grogol x Gajahmungkur
8.
GgGm 20-d-10j-1-2-1
Grogol x Gajahmungkur
9.
SmJl 24-d-9j-1-1-1
Seratus malam x Jatiluhur
10.
HbGm 26-d-27j-1-1-1
Hawarbunar x Gajahmungkur
11.
IR64
Varietas pembanding di dua lokasi
12.
Ciherang
Varietas pembanding di Jawa Timur
13.
Cisantana
Varietas pembanding di Sulawesi Selatan
8
Alat yang diperlukan terbagi menjadi : 1. Tahap penyiapan lahan : traktor, diesel, ember, cangkul, arit,
alat
pengukur, tali pembatas, alat penanda percobaan. 2. Tahap pemeliharaan : sabit, cangkul, sprayer, ember. 3. Tahap pemanenan : alat pemotong, karung, peralatan pengamatan. Pupuk dasar yang digunakan adalah Urea, SP-36, dan KCl. Untuk pengendalian hama dan penyakit digunakan pestisida Furadan 3 G, Insektisida Dithane M-45, dan Decis. Metode Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 12 perlakuan masing-masing perlakuan diulang tiga kali, seluruhnya berjumlah 36 satuan percobaan untuk setiap lokasi. Setiap satuan percobaan ditanam dalam petakan berukuran 4 x 5 m. Model rancangan percobaan yang digunakan adalah : Yijk = μ + βi/k + Gj + Lk + (GL)jk + εijk Yijk
= Nilai pengamatan pengaruh perlakuan ulangan ke-i, genotipe ke-j, lokasi ke-k.
μ
= Nilai tengah umum.
βi
= Pengaruh kelompok ke-i (1,2,3,...).
Gj
= Pengaruh genotipe ke-j (1,2,3,...,12).
Lk
= Pengaruh lokasi ke-k (1,2).
(GL)jk = Pengaruh interaksi antara genotipe ke-j dengan lokasi ke-k. εijk
= Pengaruh galat percobaan.
Tabel 2. Analisis Ragam Sumber Keragaman Lokasi (L)
db
KT
l–1
M1
Ragam Fhitung E (KT) σ2+rσgl2+gσe2+grσ2l
l(r – 1)
M2
σ2 + gσ2e
g–1
M3
σ2 + rσgl2 + rlσg2
M3/M4
GxL
(g – 1)(r – 1)
M4
σ2 + rσ gl 2
M4/M5
Galat
(g – 1) (r – 1) (l – 1)
M5
σ2
Ulangan/Lokasi Genotipe(G)
9
Ragam genetik (σ2 g) Ragam interaksi genetik x lingkungan (σ2gl) Ragam lingkungan (σ2l) Ragam fenotipe (σ2p) F hitung Heritabilitas arti luas (h2bs)
= (M3-M4)/r.l = (M4-M5)/r = M5 = σ2 g + σ2gl + σ2 l = M3/M4 = σ2 g /σ2p
Pelaksanaan Percobaan Pra tanam Percobaan dilakukan di lahan sawah dengan luas lahan yang digunakan 1000 m2
untuk 36 petak percobaan termasuk tanaman pagar. Lahan tempat
penyemaian sebelumnya diolah dan diratakan (digaru). Penyemaian dilakukan pada petakan kecil berukuran 2 m2 dengan jarak antar petakan 0,5 m sebanyak 12 petakan disesuaikan dengan genotipe/galur. Dosis pupuk yang digunakan pada persemaian urea 50 g/petak. Tanam Benih disemai selama 21 hari, bibit hasil persemaian dipindah (transplanting) ke petak percobaan sebanyak 3 bibit per lubang dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Pemupukan dilakukan bertahap, pada saat tanam SP36 sebanyak 150 kg/ha dan KCl 100 kg/ha, saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam urea sebanyak 75 kg/ha, pada 30 hari setelah tanam ( 4 minggu ) urea sebanyak 50 kg/ha, dan pada saat 10% tanaman di petakan keluar malai diberikan urea sebanyak 50 kg/ha. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan meliputi pengendalian gulma, hama, dan penyakit tanaman secara manual dan kimiawi. Setiap 3 minggu sekali dilakukan penyemprotan terhadap hama, pembersihan gulma ( matun ) dilakukan sebelum pemupukan. Pemeliharaan juga meliputi pengairan yang intensif setinggi 5 cm pada fase vegetatif. Penjagaan terhadap gangguan burung dilakukan dengan memasang jaring di sekeliling tanaman percobaan, dan dengan tanaman pagar.
10
Panen Padi yang siap panen dicirikan oleh 90% bulir-bulir telah menguning yaitu 30 hari setelah pembungaan atau sekitar 14-15 MST. Pemanenan dilakukan secara manual dengan memotong pangkal malai menggunakan sabit, untuk tanaman contoh dipotong tepat pada permukaan tanah kemudian dipisah antar tanaman dan antar galur. Dilakukan penimbangan gabah kering panen dan gabah kering giling tiap petak percobaan setelah dikurangi tanaman pinggir. Pengamatan Karakteristik tanaman yang diamati
meliputi fase vegetatif dan fase
generatif. Pengamatan dilakukan pada tanaman contoh meliputi : 1. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai buku tempat keluar malai. 2. Umur berbunga ketika 80 % tanaman pada petakan telah berbunga. 3. Umur panen dihitung saat 90% bulir yang ada dalam setiap petak tanaman telah masak. 4. Jumlah anakan produktif adalah anakan yang menghasilkan malai yang sebagian besar gabahnya bernas dihitung per rumpun. 5. Panjang malai diukur dari buku terakhir malai sampai bulir gabah pada ujung malai. 6. Bobot 1000 butir. 7. Jumlah gabah total per malai. 8. Jumlah gabah hampa per malai. 9. Persentase gabah hampa per malai dihitung jumlah gabah hampa per jumlah gabah total dikalikan 100%. 10. Jumlah gabah bernas per malai dihitung dengan mengurangkan jumlah gabah total per malai dengan jumlah gabah hampa per malai. 11. Panjang daun bendera dihitung pada daun terakhir dari pangkal daun sampai ujung daun. 12. Produksi panen per hektar dihitung dengan konversi bobot gabah ubinan dalam 20 m2 .
11
13. Uji organoleptik (rasa beras) dan aroma oleh beberapa panelis. 14. Bentuk gabah. 15. Warna beras diamati pada gabah yang telah digiling. 16. Kadar air gabah kering giling diukur dengan alat pengukur kadar air steinlite electronic tester. 17. Pengamatan hama penyakit tanaman sebagai data tambahan. 18. Indeks kelebatan malai dihitung dari membagi jumlah gabah total dengan panjang malai. 19. Jika analisis ragam berbeda nyata dilakukan uji lanjut Dunnett’s pada taraf 5%.
12
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Pelaksanaan penelitian di Madiun, Jawa Timur pada musim kemarau pertama (MK I) dengan rata-rata curah hujan pada bulan April-Juli 2005 yaitu 58,75 mm/bulan, dan rata-rata hari hujan 5 hari/bulan dengan pH tanah 5 dengan kandungan unsur Kalium 0,18 me/100 g (Laboratorium tanah IPB, 2005). Wirnas, et al (2002) menyatakan bahwa tingkat ketersediaan hara kalium berpengaruh terhadap karakter jumlah anakan total dan jumlah anakan produktif. Galur tanaman pada tiap petak percobaan menunjukkan kondisi yang ideal pada setiap fase pertumbuhannya. Galur CsSg 17-d-4j-1-1-3 mempunyai daun tegak dan sangat efektif dalam memperoleh cahaya matahari. Menurut Sulistiyono, et al (2002), potensi fotosintesis yang maksimum menyebabkan potensi produksi yang maksimum. Hama penggerek batang serigala tanah atau orong-orong atau anjing tanah (Gryllotalpa africana) menyerang pada saat fase vegetatif terutama tanaman pinggir dan tanaman pagar. Gejala yang ditimbulkan berupa daun layu, mengering, dan tanaman mati. Untuk mengendalikannya dengan pengairan yang intensif setinggi 3-5 cm, sedangkan pada tanaman yang mati dilakukan penyulaman. Hama Walang sangit (Leptocoriza acuta) dan burung menyerang saat fase bunting. Jajagoan (Echinochloa crusgalli), Jekeng (Cyperus iria), dan Enceng lembut (Monochoria vaginalis) adalah gulma umum yang ditemui pada lokasi penelitian. Gejala penyakit hawar daun (Rhizoctonia solani) terdapat pada galur HbGm26-d-27j-1-1-1, sedangkan pada varietas pembanding lokal tidak ditemukan gejala serupa. Prayudi (2000) menyatakan bahwa perkembangan penyakit pada padi lokal lebih lambat daripada padi unggul, sehingga intensitas penyakit hawar daun pada padi lokal lebih rendah daripada padi unggul. Produksi Gabah Kering Giling (GKG) Produksi gabah kering giling galur-galur yang diuji dan varietas pembanding diperoleh dari bobot panen per 20 m2 yang dikonversi menjadi produksi ton/ha pada kadar air 14%.
13
Pada lokasi Jawa Timur galur dengan potensi produksi tertinggi adalah GgGm 20-d-7j-1-2-2 yaitu 7,20 ton/ha dimana masih memiliki potensi hasil sebesar 0,10 ton/ha. Galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 juga memiliki potensi produksi tertinggi pada lokasi Sulawesi Selatan yaitu 6,43 ton/ha dimana masih memiliki potensi hasil sebesar 0,23 ton/ha.
Gambar 1. Galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 memiliki potensi produksi tertinggi pada lokasi Madiun, Jawa Timur dan Maros, Sulawesi Selatan Bertambahnya hasil gabah pada jenis malai banyak dihasilkan dari meningkatnya jumlah malai-malai tersebut, sedangkan bertambahnya hasil gabah dari jenis malai berat dihasilkan dari penambahan berat tiap malai. Varietas unggul baru biasanya adalah jenis malai banyak, sedangkan varietas lokal umumnya jenis malai berat (Vergara, 1995). Nilai produksi gabah kering giling (ton/ha) dengan potensi produksi pada lokasi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan disajikan pada Tabel 3.
14
Tabel 3. Produksi Gabah Kering Giling (ton/ha) di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan
No
Genotipe
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
Produksi GKG
Produksi GKG
(ton/ha)
(ton/ha)
1
StKt 6-d-10s-1-1-1
5,53 ± 0,25
4,60 ± 1,04
2
JlCr 11-d-4s-2-1-1
6,13 ± 0,47
4,83 ± 0,25
3
KmSg 13-d-2j-2-1-1
5,27 ± 0,06
5,13 ± 0,38
4
KmCr 15-d-13j-1-1-1
6,53 ± 0,06
5,77 ± 0,50
5
CsSg 17-d-4j-1-1-3
4,37 ± 0,12
5,87 ± 0,68
6
GgCr18-d-2j-2-1-1
4,97 ± 0,12
3,87 ± 0,40
7
GgGm 20-d-7j-1-2-2
7,20 ± 0,10
6,43 ± 0,23
8
GgGm 20-d-10j-1-2-1
5,60 ± 0,10
4,93 ± 0,35
9
SmJl 24-d-9j-1-1-1
5,17 ± 0,06
4,27 ± 0,21
10
HbGm 26-d-27j-1-1-1
3,03 ± 0,12
4,30 ±0,17
11
IR64
5,17 ± 0,12
4,80 ±0,61
12
Ciherang
5,67 ± 0,15
13
Cisantana
4,63 ± 0,38
Galur-galur dengan produksi GKG lebih tinggi daripada varietas pembanding
Ciherang
di
Jawa
Timur
adalah
GgGm
20-d-7j-1-2-2,
KmCr 15-d-13j-1-1-1, dan JlCr 11-d-4s-2-1-1 masing-masing sebesar 7,20 ton/ha, 6,53 ton/ha dan 6,13 ton/ha dimana masih memiliki potensi hasil sebesar 0,10 ton/ha, 0,06 ton/ha dan 0,47 ton/ha. Sedangkan di lokasi Sulawesi Selatan hampir semua galur memiliki produksi GKG lebih tinggi daripada varietas pembanding Cisantana diantaranya
JlCr11-d-4s-2-1-1,
KmSg13-d-2j-2-1-1,
KmCr15-d-13j-1-1-1, CsSg17-d-4j-1-1-3, dan GgGm20-d-10j-1-2-1 masingmasing sebesar 4,83 ton/ha, 5,13 ton/ha, 5,77 ton/ha, 5,87 ton/ha, dan 4,93 ton/ha. Pada lokasi Jawa Timur galur-galur yang memiliki potensi produksi lebih rendah daripada varietas pembanding adalah CsSg 17-d-4j-1-1-3, GgCr18-d-2j-2-1-1, HbGm 26-d-27j-1-1-1 masing masing sebesar 4,37 ton/ha, 4,97 ton/ha, dan 3,03 ton/ha sedangkan galur-galur StKt 6-d-10s-1-1-1, KmSg 13-d-2j-2-1-1, dan
15
GgGm 20-d-10j-1-2-1 memiliki produksi GKG lebih tinggi daripada varietas IR64 namun masih lebih rendah daripada varietas Ciherang. Di Jawa Timur Galur SmJl 24-d-9j-1-1-1 memiliki produksi GKG yang sama dengan varietas IR64.
Produ ktifitas (ton/ha
10,0 5,0 0,0 1 2
3
4
5 6
7
8
9 10 11 12*)
Genotipe yang di Uji
Madiun
Makasar
Gambar 2. Grafik Produksi Gabah Kering Giling (ton/ha) di Lokasi Jawa Timur dan sulawesi Selatan. *) = Rataan produksi varietas Ciherang dan varietas Cisantana Galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 sangat sesuai dengan ciri-ciri padi tipe baru dimana memiliki potensi produksi 19 – 36 % lebih tinggi dari pada varietas pembanding. Menurut Fagi et al. (2001) padi tipe baru memiliki ciri-ciri malai yang lebat dengan produksi 10 – 30 % lebih tinggi dari varietas unggul. Selanjutnya galur-galur JlCr 11-d-4s-2-1-1, dan KmCr 15-d-13j-1-1-1 memiliki potensi produksi 10%, dan 22% lebih tinggi dari varietas IR64, 20%, dan 33% lebih tinggi dari varietas lokal Cisantana. Kombinasi cahaya matahari yang maksimum dan pemeliharaan tanaman yang intensif akan menghasilkan daya hasil yang optimum. Nilai rataan produksi pada kedua lokasi, rataan gabungan, dan persen produksi terhadap varietas pembanding disajikan pada Tabel 4.
16
Tabel 4. Produksi Gabah Kering Giling (ton/ha,k.a.14%) dan Persen Produksi Galur-galur yang Diuji terhadap Varietas Pembanding di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan Jawa Timur No
Genotipe
GKG
Sulawesi Selatan
Persen Produksi (%)
GKG
Gabungan
Persen Produksi (%)
GKG
Persen Produksi (%)
IR64
CHR
IR64
CST
IR64
CHR
CST
1
StKt 6-d-10s-1-1-1
5.5
106
97
4.1
85
89
4.8
96
84
104
2
JlCr 11-d-4s-2-1-1
6.1
117*
107
4.8
100
104
5.5
110
97
120*
3
KmSg 13-d-2j-2-1-1
5.3
102
93
5.1
106
111
5.3
106
93
115
4
KmCr 15-d-13j-1-1-1
6.5
125*
114*
5.7
119*
124*
6.1
122*
107
133*
5
CsSg 17-d-4j-1-1-3
4.4
85
77
5.8
121*
126*
5.1
102
90
111
6
GgCr18-d-2j-2-1-1
5.0
96
88
3.8
79
83
4.4
88
77
96
7
GgGm 20-d-7j-1-2-2
7.2
139*
126*
6.4
133*
139*
6.8
136*
119*
148*
8
GgGm 20-d-10j-1-2-1
5.6
108
98
4.9
102
107
5.3
103
93
115
9
SmJl 24-d-9j-1-1-1
5.2
100
91
4.2
88
190
4.7
94
83
102
10
HbGm 26-d-27j-1-1-1
3.0
58
53
4.3
90
94
3.7
74
65
80
11
IR64
5.2
100
4.8
100
5.0
100
12
Ciherang
5.7
13
Cisantana
100
5.7 4.6
100
100
4.6
100
Keterangan : * berbeda nyata pada uji lanjut Dunnett’s pada taraf 5%
Komponen Hasil Menurut Pane et al (1993), komponen hasil jumlah malai/m2, jumlah gabah/malai, dan bobot seribu butir tidak dipengaruhi oleh pengolahan tanah namun lebih dipengaruhi oleh musim. Selanjutnya Vergara (1995) menyatakan bahwa setiap fase pertumbuhan berpengaruh terhadap komponen hasil, dan faktor lingkungan mempengaruhi setiap fase pertumbuhan. Jumlah anakan produktif, kesuburan bulir, dan jumlah gabah per malai sangat menentukan komponen hasil. Nilai rataan beberapa komponen hasil disajikan pada Tabel 5.
17
Tabel. 5. Nilai Rataan Karakter Agronomi di Dua Lokasi GALUR
TT
AT AP
PM
GT GH %GH
GB UP UB BSB
StKt 6-d-10s-1-1-1
89,58* 33* 25* 23,83
130* 30* 22,20* 100
JlCr 11-d-4s-2-1-1
94,52* 11
10 21,63
146* 10 6,60*
KmSg 13-d-2j-2-1-1
92,78* 11
KmCr 15-d-13j-1-1-1
PDB GKG
111
81 30.21 32.11* 5,07*
136* 112
82 25.13 27.82* 5,48*
11 22,75
130* 19* 14,90* 111* 111
81 28.32 25.55* 5,20*
87,90* 14
13 23,47
140* 29* 22,20* 111* 103
73 30.12 33.91* 6,15*
CsSg 17-d-4j-1-1-3
89,10* 10
8 22,38
138* 21* 15,70* 117* 113
83 27.52 28.51* 5,12*
GgCr18-d-2j-2-1-1
88,12* 36* 30* 24,08
106* 22* 23,15* 84
111
81 29.32 33.13* 4,42
GgGm 20-d-7j-1-2-2
98,62* 11
11 22,72
145* 13 9,43
132* 111
81 30.11 33.11* 6,82*
GgGm 20-d-10j-1-2-1
98,83* 11
10 22,65
145*
136* 111
81 30.41 29.75* 5,27*
SmJl 24-d-9j-1-1-1
79,08* 13
12 23,63
118* 23* 18,13* 95
112
82 29.32 33.81* 4,72
HbGm 26-d-27j-1-1-1
82,83* 11
10 20,08
108* 13 12,65
95
111
81 41.21* 24.63* 3,67*
IR64
59,88
16
13 22,93
104
94
103
73 30.31
Ciherang
65,57
13
11 23,40
114* 10 8,65
104* 103
73 29.51 24.31* 5,15*
Cisantana
63,1
12
11 24.2
120* 10 8.42
110
73 30.11
9 6,10*
10 9,48
103
19.83
23,33
4,98
4,62
Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf 5% uji lanjut dunnett’s terhadap varietas IR64 TT = Tinggi Tanaman (cm) PM = Panjang Malai (cm) AT = jumlah Anakan Total AP = jumlah Anakan Produktif GT = jumlah gabah total per malai GH = jumlah gabah hampa per malai % %GH = Persentase Gabah Hampa GB = Gabah Bernas UP = Umur panen (hari setelah tanam) UB = Umur berbunga (hari setelah tanam) BSB = Bobot seribu butir PDB = Panjang daun bendera (cm) GKG = Produksi Gabah Kering Giling per hektar. Komponen Ragam dan Heritabilitas Nilai duga komponen ragam genetik (σ2g ), ragam lingkungan (σl2 ), ragam interaksi genetik dan lingkungan (σgl2 ), ragam fenotipe (σf2 ), dan nilai heritabilitas arti luas ( h2bs ) terhadap karakter-karakter agronomi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai Duga Komponen Ragam dan Heritabilitas Galur-galur yang Diuji di Dua Lokasi.
18
Karakter Tinggi tanaman
Komponen Ragam 2
σ
g
σl
2
σgl
2
σf
2
h2bs
95.23
115.71
179.16
390.10
0.20
2.14
21.33
146.47
169.94
0.01
Jumlah anakan produktif
-0.08
15.95
80.67
96.54
0.00
Panjang malai
-0.33
2.49
2.21
4.38
0.00
-129.17
574.13
587.72
1032.73
0.00
27.49
42.58
45.38
115.45
0.24
168.39
36.78
28.14
233.31
0.72
Jumlah gabah bernas
8.74
511.54
421.43
941.71
0.01
Gabah kering giling
0.42
0.12
0.37
0.91
0.46
13.51
0.27
-0.02
13.76
0.98
124.94
167.17
-55.72
236.39
0.53
Umur panen
14.97
0.00
0.00
89.92
0.00
Umur berbunga
14.97
0.00
0.00
89.92
0.00
Jumlah anakan total
jumlah gabah total Jumlah gabah hampa Persentase gabah hampa
Bobot seribu butir Panjang daun bendera
Keterangan : σ2g : ragam genetik σl2 : ragam lingkungan σgl2 : interaksi ragam genetik dan lingkungan σf2 : ragam fenotipe h2bs : heritabilitas arti luas Analisis Ragam Berdasar F hitung gabungan pada karakter yang diamati menunjukkan bahwa galur-galur yang diuji menunjukkan respon yang berbeda-beda. Karakter tinggi tanaman, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, jumlah gabah total per malai, jumlah gabah bernas, dan produksi per hektar berbeda sangat nyata. Sedangkan umur panen dan umur berbunga tidak berbeda nyata. Karakter tinggi tanaman berbeda nyata pada interaksi genotipe dan lingkungan, bobot seribu butir, dan panjang daun bendera terlihat berbeda nyata. Analisis ragam disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rekapitulasi Analisis Ragam Gabungan pada Dua Lokasi
19
Karakter
F hitung Genotipe
GxL
Tinggi tanaman
**
**
Jumlah anakan total
**
**
Jumlah anakan produktif
**
**
Panjang malai
**
**
Jumlah gabah total per malai
**
**
Jumlah gabah hampa per malai
**
*
Jumlah gabah bernas
**
**
Persentase gabah hampa
**
Umur panen (hari setelah tanam)
**
Umur berbunga (hari setelah tanam)
**
Bobot seribu butir
**
Panjang daun bendera
**
Produksi per hektar
**
**
**
Keterangan : * = berpengaruh nyata pada taraf 1%. ** = berpengaruh sangat nyata pada 5%. Tinggi Tanaman Pengurangan tinggi tanaman adalah faktor yang terpenting dalam peningkatan potensi hasil gabah. Tanaman tinggi dan rimbun mengakibatkan sedikit cahaya yang diterima oleh daun-daun yang lebih bawah (Vergara, 1995). Nilai tertinggi rataan tinggi tanaman pada lokasi Jawa Timur adalah galur JlCr 11-d-4s-2-1-1 yaitu 94,33 cm dimana masih mempunyai potensi tinggi tanaman sebesar 2,52 cm, sedangkan pada lokasi Sulawesi Selatan nilai tertinggi rataan tinggi tanaman adalah galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 yaitu 104,23 cm dimana masih mempunyai potensi tinggi tanaman sebesar 3,38 cm. Varietas IR64 memiliki rataan tinggi tanaman terendah pada kedua lokasi masing-masing 60,33 cm di Jawa Timur, dan 59,43 cm di Sulawesi Selatan, sedangkan rataan tinggi tanaman varietas lokal Ciherang, dan Cisantana masing-masing adalah 68,00 cm dimana masih memiliki potensi tinggi tanaman sebesar 2,65 cm, dan 63,13 cm dimana masih memiliki potensi tinggi tanaman 1,05 cm. Nilai rataan tinggi
20
tanaman (cm) di lokasi Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan beserta rataan gabungan tinggi tanaman disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Di Lokasi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan beserta Rataan Gabungan Tinggi Tanaman (cm). Rataan Tinggi Tanaman (cm) No
Genotipe
Lokasi Jawa
Lokasi
Timur
Sulawesi Selatan
Rataan Gabungan Tinggi Tanaman (cm)
1
StKt 6-d-10s-1-1-1
88,67± 4,73
90,50± 5,00
89,58
2
JlCr 11-d-4s-2-1-1
94,33± 2,52
94,70± 3,08
94,52
3
KmSg 13-d-2j-2-1-1
85,67±1,15
99,90± 1,40
92,78
4
KmCr 15-d-13j-1-1-1
86,67± 2,31
89,13± 1,76
87,90
5
CsSg 17-d-4j-1-1-3
91,00±4,36
87,20± 1,95
89,10
6
GgCr18-d-2j-2-1-1
85,67± 8,02
90,57± 4,12
88,12
7
GgGm 20-d-7j-1-2-2
93,00± 9,54
104,23± 3,38
98,62
8
GgGm 20-d-10j-1-2-1
98,33± 0,58
99,33± 6,53
98,83
9
SmJl 24-d-9j-1-1-1
73,67± 2,08
84,50± 2,80
79,08
10
HbGm 26-d-27j-1-1-1
69,33± 5,86
96,33± 1,31
82,83
11
IR64
60,33± 1,53
59,43± 0,61
59,88
12
Ciherang
68,00± 2,65
13
Cisantana
68,00 63,13± 1,05
63,13
Menurut Vergara (1995), semakin tinggi tanaman semakin tinggi pula kecenderungan untuk rebah. Irsal (2003) menyatakan bahwa varietas unggul tipe baru dirancang memiliki tinggi tanaman 90 – 110 cm. Varietas IR64 pada lokasi Jawa Timur masih memiliki potensi tinggi tanaman sebesar 1,53 cm, sedangkan di lokasi Sulawesi Selatan tinggi tanaman hanya mencapai 59,43 cm dengan potensi tinggi tanaman sebesar 0,61 cm. Galur JlCr 11-d-4s-2-1-1 yang memiliki rataan tinggi tanaman tertinggi di Jawa Timur hanya memiliki rataan tinggi tanaman 94,70 cm di lokasi Sulawesi Selatan. Sedangkan galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 yang memiliki rataan tinggi
21
tanaman tertinggi di lokasi Sulawesi Selatan hanya mempunyai rataan tinggi tanaman sebesar 93,00 cm di lokasi Jawa Timur.
Gambar 3. Perbandingan Tinggi Tanaman Galur-galur KmCr15d-13j-1-1-1, GgGm20d-7j-1-2-2, dan varietas Ciherang
Jumlah Anakan Rataan jumlah anakan total terbanyak pada galur GgCr18-d-2j-2-1-1 sejumlah 36, sedangkan galur dengan jumlah anakan total terendah adalah CsSg 17-d-4j-1-1-3 sejumlah 10. Begitu pula dengan jumlah anakan produktif, terbanyak pada galur GgCr18-d-2j-2-1-1 sejumlah 30, sedangkan galur dengan jumlah anakan produktif terendah adalah CsSg 17-d-4j-1-1-3 sejumlah 8. Vergara (1995) menyatakan bahwa kesanggupan dalam membentuk anakan yang baik menjamin jumlah anakan per satuan luas meskipun beberapa tanaman mati pada stadia awal pertumbuhan. Anakan tegak menghasilkan penyebaran cahaya yang lebih baik. Umumnya tanaman padi memproduksi anakan lebih sedikit di musim kemarau dari pada di musim hujan. Fagi et al. mengemukakan bahwa padi tipe baru memiliki ciri jumlah anakan 8 – 10.
22
Panjang Malai Galur dengan rataan panjang malai tertinggi pada lokasi Jawa Timur yaitu galur StKt 6-d-10s-1-1-1 dengan nilai 25,40 cm dimana masih berpotensi 0,75 cm, sedangkan galur dengan rataan panjang malai terendah adalah varietas IR64 dengan nilai rataan 20,53 cm dengan nilai potensi 0,93 cm. Pada lokasi Sulawesi Selatan varietas IR 64 memiliki rataan panjang malai paling tinggi yaitu 25.33 cm dimana masih berpotensi 1,31 cm, sedangkan paling rendah adalah galur GgGm20-d-10j-1-2-1 yaitu 20.93 cm dengan nilai potensi panjang malai sebesar 3,16 cm. Nilai rataan panjang malai di lokasi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan beserta indeks kelebatan malai disajikan pada Tabel 9. Tabel. 9 Nilai Rataan Panjang Malai (cm) dan Indeks Kelebatan Malai
No
Genotipe
Nilai Rataan Panjang
Rataan
Malai (cm)
Gabungan
Lokasi
Lokasi
Panjang
Jawa
Sulawesi
Malai
Timur
Selatan
(cm)
Rataan Jumlah Gabah Total
Indeks Kelebatan Malai
1 StKt 6-d-10s-1-1-1
25,40±0,75 22,27±3,79
23,83
130
5,46
2 JlCr 11-d-4s-2-1-1
20,77±0,50 22,50±0,80
21,63
146
6,75
3 KmSg 13-d-2j-2-1-1
23,00±0,75 22,50±0,92
22,75
130
5,71
4 KmCr 15-d-13j-1-1-1 22,57±1,88 24,37±0,95
23,47
140
5,97
5 CsSg 17-d-4j-1-1-3
23,27±1,07 21,50±1,04
22,38
138
6,17
6 GgCr18-d-2j-2-1-1
23,43±1,70 24,73±0,40
24,08
106
4,40
7 GgGm 20-d-7j-1-2-2
22,83±1,72 22,60±0,95
22,72
145
6,38
8 GgGm 20-d-10j-1-2-1 24,37±0,95 20,93±3,16
22,65
145
6,40
9 SmJl 24-d-9j-1-1-1
23,57±0,46 23,70±1,23
23,63
118
4,99
10 HbGm 26-d-27j-1-1-1 18,43±1,10 21,73±3,90
20,08
108
5,38
11 IR64
20,53±0,93 25,33±1,31
22,93
104
4,54
12 Ciherang
22,57±1,01
23,40
114
4,87
24.20
120
4,96
13 Cisantana
24,23±0,81
23
Tanaman padi ideal adalah yang mempunyai malai yang panjang dan lebat, dimana jumlah gabahnya banyak. Indeks kelebatan malai ditentukan oleh jumlah gabah total dan panjang malai. Semakin tinggi jumlah gabah total per malai, makin tinggi pula indeks kelebatan malai. Pada umumnya petani menyukai tanaman padi yang panjang dan lebat.
Gambar 4. Perbandingan Kelebatan Malai Galur-galur JlCr11-d-4s-2-1-1, KmCr15-d-13j-1-1-1, GgGm 20-d-7j-1-2-2, SmJl 24-d-9j-1-1-1, dan Varietas Ciherang (dari kiri ke kanan). Indeks kelebatan malai tertinggi yaitu galur JlCr 11-d-4s-2-1-1 dengan nilai 6,75 sedangkan nilai indeks kelebatan malai terendah yaitu galur GgCr18-d-2j-2-1-1 sebesar 4,40. Menurut Vergara (1995) bertambahnya hasil gabah pada jenis malai banyak dihasilkan dari meningkatnya jumlah malai-malai tersebut, sedangkan bertambahnya hasil gabah dari jenis malai berat dihasilkan dari penambahan berat tiap malai. Jumlah Gabah per Malai Galur dengan jumlah gabah total per malai paling tinggi adalah galur JlCr 11-d-4s-2-1-1 sebanyak 146 bulir, sedangkan terendah adalah varietas IR64 sebanyak 104 bulir. Sedangkan galur yang mempunyai gabah hampa per malai tertinggi adalah galur StKt 6-d-10s-1-1-1 yaitu 30%, sedangkan terendah galur
24
GgGm 20-d-10j-1-2-1 yaitu 9%. Jumlah gabah bernas per malai tertinggi pada galur JlCr 11-d-4s-2-1-1 dan GgGm 20-d-10j-1-2-1 sebanyak 136 bulir, sedangkan terendah galur GgCr18-d-2j-2-1-1 sebanyak 84 bulir. Bobot seribu butir tertinggi pada galur HbGm 26-d-27j-1-1-1 dengan berat 41,21 gram. Menurut Vergara (1995), penyebab kehampaan bulir diantaranya rebah, kurang intensitas cahaya, serangan penyakit, pemberian pupuk terlalu banyak, suhu rendah sedangkan kelembaban tinggi pada masa pembungaan, dan suhu rendah pada saat pembentukan malai. Intensitas cahaya matahari yang rendah dapat menyebabkan jumlah gabah per malai yang sedikit. Panjang Daun Bendera Nilai rataan panjang daun bendera pada lokasi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan beserta nilai rataan gabungan panjang daun bendera disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Rataan Panjang Daun Bendera di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan beserta Rataan Gabungan Panjang Daun Bendera.
No
Genotipe
Rataan Panjang Daun Bendera
Rataan
(cm)
Gabungan
Lokasi Jawa
Panjang daun
1
StKt 6-d-10s-1-1-1
34.11
Lokasi Sulawesi Selatan 30,11
2
JlCr 11-d-4s-2-1-1
29.84
25.80
27.82
3
KmSg 13-d-2j-2-1-1
25.60
26.50
25.55
4
StKt 6-d-10s-1-1-1
30.92
36.90
33.91
5
CsSg 17-d-4j-1-1-3
30.50
26.52
28.51
6
GgCr18-d-2j-2-1-1
33.00
33.26
33.13
7
GgGm 20-d-7j-1-2-2
31.23
35.19
33.11
8
GgGm 20-d-10j-1-2-1
33.75
25.75
29.75
9
SmJl 24-d-9j-1-1-1
35.82
31.80
33.81
10
HbGm 26-d-27j-1-1-1
23.63
25.63
24.63
11
IR64
20.83
18.83
19.83
12
Ciherang
24.31
13
Cisantana
Timur
Bendera (cm) 32.11
24.31 23.33
23,33
25
Galur yang memiliki panjang daun bendera tertinggi pada lokasi Jawa Timur
adalah StKt6-d-10s-1-1-1 dengan panjang daun bendera 34,11 cm,
sedangkan pada lokasi Sulawesi Selatan galur yang memiliki panjang daun bendera tertinggi adalah StKt6-d-10s-1-1-1 dengan panjang daun bendera 36,90 cm. Varietas IR64 di Jawa Timur memiliki panjang daun bendera 20,83 cm sedangkan di Sulawesi Selatan 18,83 cm. Varietas lokal Ciherang memiliki panjang daun bendera 24,31 cm sedangkan Cisantana 23,33 cm. Nilai rataan gabungan panjang daun bendera terendah IR64 yaitu 19,83 cm sedangkan tertinggi galur StKt 6-d-10s-1-1-1 yaitu 33,91 cm. Tanaman padi yang ideal memiliki panjang daun bendera yang melebihi panjang malai. Menurut Vergara (1995) naungan dari daun atas akan berkurang bila malai tidak tumbuh melebihi daun bendera. Mutu Fisik Gabah dan Beras Mutu gabah yang baik memegang peran penting dalam perdagangan, demikian juga rasa nasi, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Faktor-faktor yang menentukan mutu gabah diantaranya adalah bentuk, ukuran, dan rendemen. Sedangkan faktor yang mempengaruhi mutu beras diantaranya warna beras, rasa nasi, dan aroma. Pada umumnya masyarakat dan petani menyukai bentuk gabah yang lonjong dan sedang, warna beras yang transparan, rasa nasi yang enak, dan aroma nasi wangi sampai sedang. Varietas-varietas unggul nasional maupun lokal memiliki bentuk gabah lonjong, dan warna beras transparan. Menurut Prihatiningsih (2001) varietas Cisantana termasuk dalam golongan padi ukuran panjang, bentuk lonjong dengan rataan ukuran panjang 7,4 mm dan nisbah (P/L) 3,6. Sedangkan varietas Ciherang memiliki bentuk gabah lonjong dan warna beras transparan. Pengujian beberapa kriteria mutu fisik gabah dan beras disajikan pada Tabel 11.
26
Tabel 11. Bentuk Gabah, Warna Beras, Rasa Nasi, dan Aroma Nasi . No
Genotipe
Bentuk
Warna
Gabah
Beras
Rasa Nasi
Aroma
1
StKt 6-d-10s-1-1-1
Lonjong
Transparan
Pulen
Sedang
2
JlCr 11-d-4s-2-1-1
Sedang
Sedang
Pera
Sedang
3
KmSg 13-d-2j-2-1-1
Sedang
Transparan
Sedang
Sedang
4
KmCr 15-d-13j-1-1-1
Sedang
Sedang
Sedang
Apek
5
CsSg 17-d-4j-1-1-3
Bulat
Transparan
Sedang
Sedang
6
GgCr18-d-2j-2-1-1
Lonjong
Transparan
Pera
Sedang
7
GgGm 20-d-7j-1-2-2
Lonjong
Transparan
Pera
Sedang
8
GgGm 20-d-10j-1-2-1
Sedang
Sedang
Pera
Sedang
9
SmJl 24-d-9j-1-1-1
Sedang
Putih
Pulen
Sedang
10
HbGm 26-d-27j-1-1-1
Sedang
Transparan
Sedang
Sedang
11
IR64
Lonjong
Transparan
Sedang
Sedang
12
Ciherang
Lonjong
Transparan
Sedang
Sedang
13
Cisantana
Lonjong
Transparan
Sedang
Sedang
27
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Lokasi uji adaptasi merupakan bentuk lingkungan yang berbeda dimana menyebabkan keragaman hasil. Dengan adanya lingkungan yang berbeda dapat ditentukan galur harapan padi sawah tipe baru yang mampu beradaptasi. Dari segi potensi produksi, Galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 merupakan galur yang mampu beradaptasi di lingkungan Madiun, Jawa Timur, dan Maros, Sulawesi Selatan. Dari pengamatan komponen hasil yang meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah total, jumlah gabah hampa, dan produksi gabah kering giling menunjukkan bahwa Galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 adalah galur yang memiliki daya hasil tinggi pada kedua lokasi pengujian. Potensi produksi galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 mencapai 19 – 36 % lebih tinggi dari varietas unggul pembanding, baik varietas IR64 sebagai varietas nasional maupun varietas Ciherang dan varietas Cisantana sebagai varietas pembanding lokal. Saran Perlu dilakukan pengujian kembali pada lokasi yang sama, musim yang berbeda sehingga diperoleh galur yang stabil, baik pada lokasi (kondisi lingkungan) yang berbeda maupun musim yang tidak sama. Pengujian juga perlu dilakukan pada tahun yang berbeda.
28
DAFTAR PUSTAKA Aswidinnoor, H., Rusdiansyah, M. Syukur, dan M. Gulahmadi. 2001. Studi Perakitan Varietas Padi Gogo dan Perluasan Keragaman Kerabat Liar Oryza sp. Laporan Penelitian Hibah Bersaing VI/5 tahun 2001. Bogor. Barker, R., Robert W., Beth R. 1985. The Rice Economy of Asia. The Johns Hopkins University Press. Washington D.C. De Datta, S.K., and R. Fever. 1975. Soils on Which Upland Rice is Grown. p. 2739. In IRRI (ed.) Major Research in Upland Rice. IRRI. Los Banos. Philipines. Fagi, A. M., B. Abdullah, dan S. Kertaadmaja. 2001. Peran Padi sebagai Sumber Daya Genetik Padi Modern. Dalam. Budaya Padi, Prosiding Diskusi Panel dan Pameran Budaya Padi Surakarta 28 Agustus 2001. Yayasan Padi Indonesia. Gomez, K. A. and A. A. Gomez. 1995. Uji Multilokasi. dalam. E. Sjamsuddin, J. S. Baharsyah (Eds.). Terjemahan Bahasa Inggris. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi ke 2. UI press. Jakarta. 698 hal. Hondrade, R., and E. Hondrade. 2002. Upland Rice Varietal Acces, Test and Multiplication (ATM), p. 54. In: J.R. Witcombe, L.B. Parr, and G.N. Atlin (Eds.). Breeding Rainfed Rice for Drought-prone Environments: Integrating Conventional and Participatory Plant Breeding in South and Southeast Asia. IRRI. Philippines. Irsal. 2003. Pengembangan Padi Varietas Fatmawati di Propinsi DIY. Pemda DIY. Yogyakarta. Khush, G. 1997. Prospect of and Approach to Increasing the Genetic YieldPotential of Rice. Hal:59-68. In. R.E. Evenson, R.W. Herdt, and M. Hossain (Eds.). Rice Research in Asia Progress. Prihatiningsih. 2001. Pengaruh Waktu Panen terhadap Produksi dan Mutu Fisik Gabah dan Beras pada Beberapa Varietas Padi. (Oryza sativa L.). Faperta. IPB. Nasution, M. 2003. Pertanian Sebagai Platform Pembangunan Indonesia Masa Depan. Makalah Kongres Masyarakat Pertanian Indonesia (KMPI). Bogor. Pane, H., Rochmat. 1993. Pengolahan Tanah dan Pengendalian Gulma pada Padi Tanam Pindah. Media Penelitian Sukamandi. No:14. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Sukamandi. Prayudi, B. 2000. Toleransi Padi Lokal Rawa pasang Surut terhadap Penyakit Hawar Pelepah Daun Padi (Rhizoctonia solani). Faperta. IPB.
29
Pulungan, A. 2003. Peran Petani di dalam Pertanian Nasional. Makalah Kongres Masyarakat Pertanian Indonesia (KMPI). Bogor. Rahman, Y. 2004. Metode Shuttle Breeding pada Padi. Makalah seminar Puslitbang Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balitbangtan. Bogor. Saragih, B. 2003. Isu Pokok Ekonomi Indonesia dan Kontribusi Sektor Ekonomi Berbasis Pertanian. Makalah Kongres Masyarakat Pertanian Indonesia (KMPI). Bogor. Sulistiyono, E., Chozin, M.A., Rezkiyanti, F. 2002. Uji Potensi Hasil Beberapa Galur Padi Gogo ( Oryza sativa L. ) pada Berbagai Tingkat Naungan. Bul. Agr. hal:3. Faperta. IPB. Vergara, B.S., and S.K. De Datta. 1996. Oryza sativa L. p:106-115. In : G.J.H. Grubben and S. Partohardjono, Eds. Plant Resources of South-East Asia. No. 10. Cereals. Bogor. Indonesia. Vergara, B. S. 1995. Bercocok Tanam Padi. (terjemahan Bahasa Inggris). Departemen Pertanian. Jakarta. 221 hal. Wirna, D., A. Makmur., H. Aswidinnoor. 2002. Evaluasi Ketenggangan Galur Padi Gogo terhadap Cekaman Aluminium dan Efisiensi Penggunaan Hara Kalium. Faperta IPB. Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. IRRI. Los Banos. Philipines. 269 p.
Tabel 1. Analisis ragam tinggi tanaman Sumber
Derajat
Keragaman
Bebas
Ulangan/lokasi
4
Jumlah Kuadrat
392.83433889
Kuadrat Tengah
F hit
Pr > F
98.20858472
0.85
0.5021
0.01
0.9239
Lokasi(L)
1
1.06823472
1.06823472
Genotipe(G)
11
13470.24791528
1224.56799230 10.58
0.0001
Interaksi LxG
11
7184.99458194
653.18132563
0.0001
5.64
Galat
44
5091.56639444
115.71741806
Total
71
26140.71146528
Terkoreksi Koefisien keragaman = 12.95882 % Tabel 2. Analisis ragam jumlah anakan total Sumber
Derajat
Keragaman
Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F hit
Pr > F
Ulangan/lokasi
4
132.22222222
Lokasi(L)
1
1760.22222222 1760.22222222 82.53 0.0001
Genotipe(G)
11
5209.44444444 473.58585859 22.20 0.0001
Interaksi LxG
11
5068.11111111 460.73737374 21.60 0.0001
33.05555556 1.55 0.2045
Galat
44
938.44444444
21.32828283
Total
74
13108.44444444
Terkoreksi Koefisien keragaman = 29.27063 % Tabel 3. Analisis ragam jumlah anakan produktif Sumber
Derajat
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F hit
Pr > F
Keragaman
Bebas
Ulangan/lokasi
4
146.11111111 36.52777778 2.29 0.0747
Lokasi(L)
1
968.00000000 968.00000000 60.68 0.0001
Genotipe(G)
11
2832.27777778 257.47979798 16.14 0.0001
Interaksi LxG
11
2837.66666667 257.96969697 16.17 0.0001
Galat
44
701.88888889 15.95202020
Total
71
7485.94444444
Terkoreksi Koefisien keragaman = 29.52442 % Tabel 4. Analisis ragam panjang malai Sumber
Derajat
Keragaman
Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat
F hit
Pr > F
Ulangan/lokasi
4
18.33888889 4.58472222 1.84
0.1385
Lokasi(L)
1
4.01388889 4.01388889 1.61
0.2112
Genotipe(G)
11
79.06944444 7.18813131 2.88
0.0061
Interaksi LxG
11
100.52277778 9.13843434 3.66
0.0010
Tengah
Galat
44
109.71444444 2.49351010
Total
71
311.65944444
Terkoreksi Koefisien keragaman = 6.926656 % Tabel 5. Analisis ragam jumlah gabah total Sumber
Derajat
Keragaman
Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F hit
Pr > F
Ulangan/lokasi
4
1755.61111111 438.90277778 0.76 0.5541
Lokasi(L)
1
15138.00000000 15138.00000000 26.37 0.0001
Genotipe(G)
11
17185.44444444 1562.31313131 2.72 0.0091
Interaksi LxG
11
25710.33333333 2337.30303030 4.07 0.0091
Galat
44
25261.72222222 574.13005051
Total
71
85051.11111111
Terkoreksi Koefisien keragaman = 18.88346 % Tabel 6. Analisis ragam jumlah gabah hampa Sumber
Derajat
Keragaman
Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F hit
Pr > F
Ulangan/lokasi
4
21.77777778 5.44444444 0.13 0.9715
Lokasi(L)
1
36.12500000 36.12500000 0.85 0.3620
Genotipe(G)
11
3780.15277778 343.65025253 8.07 0.0001
Interaksi LxG
11
1966.04166667 178.73106061 4.20 0.0003
Galat
44
1873.55555556 42.58080808
Total
71
7677.65277778
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Terkoreksi Koefisien keragaman = 37.43654 % Tabel 7. Analisis ragam persentase gabah hampa Sumber Keragaman
Derajat
F hit
Pr > F
Bebas Ulangan/lokasi
4
63.05611111 15.76402778 0.43 0.7871
Lokasi(L)
1
64.22222222 64.22222222 1.75 0.1932
Genotipe(G)
11
2566.42000000 233.31090909 6.34 0.0001
Interaksi LxG
11
714.10444444 64.91858586 1.77 0.0903
Galat
44
1618.15722222 36.77630051
Total Terkoreksi
71
5025.96000000
Koefisien keragaman = 43.00955 % Tabel 8. Analisis ragam jumlah gabah bernas
Sumber
Derajat
Keragaman
Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F hit
Pr > F
Ulangan/lokasi
4
1644.16666667 411.04166667 0.80 0.5296
Lokasi(L)
1
13695.12500000 13695.12500000 26.77 0.0001
Genotipe(G)
11
20110.70833333 1828.24621212 3.57 0.0012
Interaksi LxG
11
19534.04166667 1775.82196970 3.47 0.0015
Galat
44
22507.83333333 511.54166667
Total
71
77491.87500000
Terkoreksi Koefisien keragaman = 20.66292 % Tabel 9. Analisis ragam produksi gabah kering giling Sumber
Derajat
Keragaman
Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat
F hit
Pr > F
Ulangan/lokasi
4
1.19277778 0.29819444 2.40
Lokasi(L)
1
3.38000000 3.38000000 27.17 0.0001
Genotipe(G)
11
41.17277778 3.74297980 30.09 0.0001
Tengah 0.0646
Interaksi LxG
11
13.53333333 1.23030303 9.89
0.0001
Galat
44
5.47388889
0.12440657
Total
71
64.75277778
Terkoreksi Koefisien keragaman = 6.823038 % Tabel 10. Analisis ragam bobot seribu butir Sumber
Derajat
Keragaman
Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah F hit
Pr > F
Ulangan/lokasi
4
0.27777778 0.06944444 0.26
0.9016
Lokasi(L)
1
1.38888889 1.38888889 5.21
0.0273
Genotipe(G)
11
893.83333333 81.25757576 305.00 0.0001
Interaksi LxG
11
2.27777778 0.20707071 0.78
0.6604
Galat
44
11.72222222 0.26641414
Total Koreksi
71
909.50000000
Koefisien keragaman = 1.715745 % Tabel 11. Analisis ragam panjang daun bendera Sumber
Derajat
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F hit
Pr > F
Keragaman
Bebas
Ulangan/lokasi
4
3.20333333 0.80083333 0.21 0.9311
Lokasi(L)
1
0.00000000 0.00000000 0.00 1.0000
Genotipe(G)
11
1374.32666667 124.93878788 32.88 0.0001
Interaksi LxG
11
0.00000000 0.00000000 0.00 1.0000
Galat
44
167.17000000 167.17000000
Total
71
1544.70000000
Terkoreksi Koefisien keragaman = 6.748473 %
Tabel 12. Analisis ragam umur panen Sumber
Derajat
Keragaman
Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah F hit
Pr > F
Ulangan/lokasi
4
0.00000000 0.00000000 0
0
Lokasi(L)
1
0.00000000 0.00000000 0
0
Genotipe(G)
11
988.00000000
89.81818182 99999.99 0.0001
Interaksi LxG
11
0.00000000 0.00000000 0
0
Galat
44
0.00000000
0.00000000
Total
71
988.00000000
Terkoreksi Koefisien keragaman = 0 % Tabel 13. Analisis ragam umur berbunga Sumber
Derajat
Keragaman
Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah F hit
Pr > F
Ulangan/lokasi
4
Lokasi(L)
1
0.00000000
0.00000000
0.00
1.0000
0.00000000
0.00000000
0.00
Genotipe(G)
11
988.00000000 89.81818182 99999.99 0.0001
1.0000
Interaksi LxG
11
0.00000000
0.00000000
0.00
1.0000
Galat
44
0.00000000
0.00000000
Total
71
988.00000000
Terkoreksi Koefisien keragaman = 0.000001 %
Tabel 14. Data Curah Hujan Bulan April sampai Juli Desa Sidorejo, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun Tahun 2005 Tanggal hujan Bulan April Mei Juni Juli
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
35 -
-
7 -
19 -
3
-
-
5
-
-
42
2 -
23 -
34 13 -
1 7 -
-
2 -
12 -
2 -
-
24 -
-
4 -
1 -
-
-
-
8 -
1 -
-
Sumber : DPU Pengairan Kab. Madiun (Telp. 0351 462227)
Volume hujan (mm/hari) 3.87 2.3 1.613
Hari hujan
Hujan max.
Hujan min.
11 6 3
35 23 42
1 4 3
Tabel 15. Analisis Tanah Lokasi Kab. Madiun, Jawa Timur Jenis analisis
Hasil
Penilaian analisis tanah
pH 1:1 H2O
5.00
Masam
KCl
4.08
C Organik (%)
1.86
Rendah
N total (%)
0.14
Rendah
P Bray Olsen (ppm)
8.9
Rendah
Ca (me/100g)
6.40
Rendah
Mg (me/100g)
3.05
Rendah
K (me/100g)
0.18
Rendah
Na (me/100g)
0.36
-
KTK (me/100g)
40.26
sangat tinggi
Al (me/100g)
0.20
sangat tinggi
H (me/100g)
0.08
-
Sumber : Laboratorium Ilmu Tanah IPB (September 2005)