UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BTQ MELALUI METODE IQRO’ PADA ANAK TPA AL IKHLAS PAPRINGAN KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : AMTI NIM 11410013
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) Fax. (0298) 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id. E-mail
[email protected]
Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag Dosen STAIN Salatiga
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Hal
: Naskah Skripsi Sdri. Amti NIM. 11410013 Kepada Yth.Ketua STAIN Salatiga di – Salatiga
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara : Nama NIM Jurusan Program Studi Judul
: : : : :
AMTI 11410013 Tarbiyah Pendidikan Agama Islam Upaya Meningkatkan Kemampuan BTQ Melalui Metode Iqro’ pada Anak TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun 2012
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 23 Juli 2012 Pembimbing
Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag NIP. 19680613 199403 1 004
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) Fax. (0298) 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id. E-mail
[email protected] PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI
SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BTQ MELALUI METODE IQRO’ PADA ANAK TPA AL IKHLAS PAPRINGAN KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012
DISUSUN OLEH AMTI NIM 11410013
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 24-09-2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar saraja SI Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji Ketua
: Drs. Miftahuddin, M.Ag
__________________
Seketaris
: Muh. Hafid, M.Ag
__________________
Penguji I
: H. Sidqon Maesur, LC,M.A.
__________________
Penguji II
: Siti Rukhayati, M.Ag
__________________
Penguji III
: Prof. Dr.H. Mansur, M.Ag
__________________
Salatiga, 24 – 9 -2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: AMTI
NIM
: 11410013
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 21 Juli 2012 Yang menyatakan,
AMTI
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ÇÌÈ ã Pt ø .F {$ #y 7š /u ‘ur ù &t ø %$ # ÇËÈ @ , n=tã ô` ÏB z` »|¡ SM} $# t, n=y{ ÇÊÈ t, n=y{ “ Ï%©!$# y7 În/u‘ ÉO ó™ $Î/ ù &tø %$ # ÇÎÈ ÷Ls>÷ètƒ óO s9 $tB z` »|¡ SM} $#zO ¯=tæ ÇÍÈ ÉO n=s)ø9$Î/ zO ¯=tæ “ Ï %© !$ # 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan : v
Ayah dan ibunda yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materiil serta doa, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi.
v
Anak-anak tersayang dan tercinta yang telah banyak membantu baik dalam keadaan suka maupun duka sampai skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu.
v
Almamaterku STAIN Salatiga.
ABSTRAK
Amti. 2012. Upaya Meningkatkan Kemampuan BTQ Melalui Metode Iqro’ pada Anak TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun 2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, Pembimbing Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag Kata Kunci : Meningkatkan Kemampuan BTQ dan Metode Iqro’. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran metode Iqro’ dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al Qur’an anak TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang. Analisis ini menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah ustadz/ustadzah TPA Al Ikhlas Papringan dan sebagai informan adalah anak TPA Al Ikhlas Papringan. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa sebagai faktor pendorong dalam belajar metode Iqro’ diantaranya: sarana dan prasarana, minat belajar anak, dorongan orang tua anak dan dorongan dari masyarakat. Sedangkan faktor penghambat: belum adanya sarana yang bersifat teknologi, ada sebagian anak yang tingkat minat belajar rendah dan masih ada sebagian kecil orang tua yang belum mampu memberikan bimbingan membaca Al-Qur’an ketika anak di rumah. Sebagai pengelola dan pengajar (ustadz/ustadzah) TPA Al Ikhlas Papringan berusaha secara maksimal untuk meningkatkan kemampuan baca tulis Qur’an anak. Sarana dan prasarana yang ada dimanfaatkan secara maksimal dalam memberikan bimbingan secara sabar. Secara individu kepada anak yang minat belajar membaca Iqro’ rendah, melalui metode Iqro’ merupakan upaya yang mampu meningkatkan kemampuan baca tulis Qur’an anak TPA Al Ikhlas Papringan.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah atas rahmat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai jadwal yang telah ditentukan. Penulisan skripsi ini dilakukan secara maksimal, karena keterbatasan disiplin ilmu yang dimiliki tidak tertutup kemungkinan kesalahan-kesalahan baik dalam penulisan maupun penyajian data akan dijumpai, oleh karena itu dengan rendah hati kritik dan saran diharapkan dari pada pembaca yang budiman. Penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada yang terhormat : 1.
Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah memberikan ijin penelitian.
2.
Prof. Dr. H. Mansyur, M.Ag selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan secara ikhlas dan sabar sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu.
3.
Bapak dan Ibu dosen, yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan studi di STAIN Salatiga.
4.
Pimpinan dan staf perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga yang telah banyak membantu di dalam memperoleh sumber data yang berkaitan dengan kajian pustaka.
5.
Pengelola, Ustadz/ustadzah dan anak TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu yang telah memberikan izin dan data penelitian, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan penulisan skripsi ini.
6.
Anak-anakku tercinta dan tersayang, yang telah banyak memberikan dorongan positif, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya..
7.
Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, khususnya yang telah memberikan bimbingan dan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengharap mudah-mudahan skripsi ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 21 Juli 2012 Penulis,
AMTI NIM. 11410013
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................
ii
PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI ...........................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................................
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................
v
ABSTRAK ...................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vii
DAFTAR ISI ................................................................................................
ix
BAB
PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................
1
B. Rumusan Masalah..................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................
3
D. Hipotesis Penelitian ...............................................................
4
E. Manfaat Penelitian .................................................................
4
F. Definisi Operasional Variabel ................................................
5
G. Metode Penelitian ..................................................................
6
KAJIAN PUSTAKA ...................................................................
12
A. Kajian Pustaka Membaca, Menulis Al Qur’an ........................
12
I
BAB II
1.
Pengertian Al Qur’an.......................................................
12
2.
Keutamaan-keutamaan Membaca Al-Qur’an ...................
14
3.
Materi Pengajaran Al-Qur’an ..........................................
15
4.
Pentingnya Pengajaran Membaca Al-Qur’an ...................
15
5.
Etika dalam Membaca Al-Qur’an ....................................
18
B. Pengajaran .............................................................................
19
1.
Pengertian Pengajaran .....................................................
19
2.
Komponen-komponen Pengajaran Al-Qur’an ..................
20
C. Metode Membaca Al Qur’an ..................................................
26
D. Metode Menulis Al Qur’an.....................................................
30
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ....................
32
A. Paparan Data..........................................................................
32
1. Sejarah Berdirinya TPA Al Ikhlas Papringan ...................
32
2. Denah Lokasi TPA Al Ikhlas Papringan ..........................
34
3. Sarana dan Prasarana Pembelajaran TPA Al Ikhlas..........
35
4. Keadaan Ustadz/Ustadzah dan Anak TPA Al Ikhlas
BAB IV
Papringan ........................................................................
35
5. Susunan Kepengurusan TPA Al Ikhlas Papringan............
37
6. Sumber Dana TPA Al Ikhlas Papringan ...........................
38
7. Kurikulum TPA Al Ikhlas Papringan ...............................
39
B. Temuan Penelitian ................................................................
39
PEMBAHASAN .........................................................................
47
A. Metode Iqro’ TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu .............................................................................
47
1. Waktu dan Pembelajaran Metode Iqro’ ............................
47
2. Sarana dan Prasarana Pembelajaran Metode Iqro’............
49
3. Faktor-faktor Pendorong dan Faktor Penghambat dalam Pembelajaran Metode Iqro’ ............................................
50
B. Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Qur’an TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu ..........................................
53
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
58
A. Kesimpulan............................................................................
58
B. Saran-saran ...........................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
60
BAB V
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa yang mempercayai serta mengamalkannya. Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 1-3 :
Í= ø ‹t óø 9$Î /t b qã ZÏ B÷ sã ƒt ûïÏ %© !$ # ÇËÈ z` ŠÉ)FßJ ù=Ïj9 “ W‰ èd ¡Ïm‹Ïù ¡|= ÷ƒu‘ Ÿw Ü= »tGÅ6 ø9$# y7 Ï9ºsŒ ÇÊÈ $O ! 9# ÇÌÈ tb qà)ÏÿZムöN ßg»uZø%y—u‘ $®ÿÊEur no4qn=¢Á 9$# tb qãK‹É )ã ƒu r Artinya : Alif laam miin. Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. (Depag RI, 2011: 2) Berdasarkan ayat tersebut diatas, karena Al Qur’an berfungsi sebagai dalil atau petunjuk atas kerasulan Muhammad SAW, pedoman hidup bagi umat manusia, menjadi ibadah bagi yang membacanya, serta pedoman dan sumber petujuk dalam kehidupan (Abuddin Nata, 1992: 57).
Oleh karena itu setiap
manusia yang mengikuti ajarannya akan mendapatkan keselamatan, kesejahteraan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak, sehingga sebelum melaksanakan isi Al Qur’an sebelumnya diawali dari belajar membaca Al Qur’an. Di era globalisasi ini masih banyak umat Islam yang belum mampu membaca Al Qur’an baik mulai dari anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Hal ini salah satunya disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak mendukung
dan bagi yang belajar membaca Al Qur’an kurang tepat di dalam memilih metode Baca Al Qur’an secara efektif.
Metode baca Al Qur’an secara tradisional,
misalnya hafalan dan hafalan saat ini sudah tidak pas lagi, karena sangat membutuhkan waktu yang cukup lama dan ketika ada yang hafal bacaan selanjutnya mengenai tulisanpun belum bias menguasai secara benar. Supaya belajar Al Qur’an itu mudah dipelajari dan tidak membosankan serta cepat membaca Al Qur’an mulai dari dasar, maka harus ditemukan solusi jalan keluarnya. Metode pengajaran adalah cara penyampaikan bahan pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar (Depag RI, 2004: 21).
Salah satu metode dasar
membaca Al Qur’an yaitu menggunakan metode iqro’ merupakan salah satu metode baca Al Qur’an secara praktis dan mudah dipahami dan dipelajari mulai dari anak-anak sampai orang tua. Metode iqro ini dalam pengajarannya tidak dikenalkan dulu huruf-huruf hijaiyah dan tanda baca, melainkan lansung diajarkan membaca bunyi huruf, begitu juga tajwid belum diajarkan secara mendetail teapi diayatkann secara praktis yaitu diajarkan cara membaca atau penguacapannya secara baik dan benar. Matei dalam pengajaran metode iqro’ disusun dalam 6 (enam) jilid dan disusun secara sistematis yaitu lengkap dan sempurna, terencana, terarah, yang dimulai dari pelajaran yang dasar, yang selanjutnya bagi pemula akan lebih mudah untuk mempalajari. TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang dalam memberikan pelajaran membaca Al Qur’an pemula menggunakan metode iqro jilid 1 sampai dengan jilid 6. Ternyata buku pedoman metode Iqro’ yang digunakan mempermudah anak untuk belajar dari awal. Artinya anak yang belum
bisa membaca Al Qur’an sama sekali di awali dari Iqro’ jilid 1 dan setelah selesai dan sudah menguasai bangku naik ke jilid berikutnya sampai jilid 6. Dari anak yang ada dalam mengikuti belajar membaca Iqro’ terdapat beberapa tingkatantingkatan anak. Artinya tingkat IQ anak sangat menentukan dalam penguasaan membaca, ada yang anak mudah membaca dengan baik, ada juga yang agak lambat dalam membaca. Dari tingkatan-tingkatan itu tidak menjadi masalah, karena anak yang sudah menguasai membaca metode iqro’ jilid satu langsung naik ke jilid 2, tetapi bagi anak yang belum menguasai jilid 1 diberikan bimbingan secara maksimal dan berkesinambungan sampai betul-betul anak mampu membaca dengan baik. Berdasarkan permasalahan tersebut, selanjutnya untuk mengetahui kondisi kongrit di lapangan dilakukan penelitian dengan judul: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BTQ MELALUI METODE IQRO’ PADA ANAK TPA DI AL IKHLAS PAPRINGAN KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012.
B. Rumusan Masalah Supaya penelitian terarah dan tidak jauh dari tujuan perlu dirumuskan sebagai berikut: Apakah metode Iqro’ dapat meningkatkan kemampuan baca tulis Al Qur’an anak di TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dalam penelitian di TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang adalah untuk mengetahui: apakah metode Iqro’ dapat meningkatkan kemampuan baca tulis Al Qur’an anak di TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang?
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian di
TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Semarang adalah: metode iqro’ dapat meningkatkan baca tulis Al Qur’an di TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang tahun 2012.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Menambah teori-teori yang membahas masalah metode mengajarkan baca tulis al-Qur’an. b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian yang sejenis dengan penelitian ini. 2. Manfaat Praktis a.
Membantu para guru dalam mengajarkan baca tulis al-Qur’an.
b. Dapat membantu kepada lembaga pendidikan agama Islam dalam mengajarkan baca tulis al-Qur’an.
F. Definisi Operasional Variabel 1. BTQ BTQ singkatan dari Baca Tulis Al Qur’an. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan kemampuan baca tulis Al Qur’an.
2. Metode Iqro’ Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Departemen P dan K, 1996: 950). Iqro’ dapat diartikan sebagai bacaan sesuatu. Metode Iqro’ salah satu metode yang dilakukan dengan kegiatan membaca dari dasar atau pemula.
3. Pengajaran Membaca Al Qur’an Pengajaran adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenal segi kognitif dan psikomotor semata yaitu supaya anak banyak pengetahuannya, lebih cakap berpikir kritis, sistematis dan obyektif, serta teramil dalam mengerjakan sesuatu, misalnya : menulis, membaca, lari cepat, loncat tinggi, berenang, membuat pesawat radio dan sebagainya (Ahmad, 1996: 7). Membaca: “Mengucapkan, mengeja, atau melafalkan apa yang tertulis (Departemen P dan K, 1999: 72).
Al Qur’an: “Kalam Allah SWT yang
merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah (Depag RI, 1992: 13).
4. TPA Al Ikhlas Papringan TPA kepanjangan dari Taman Pendidikan Al Qur’an. TPA Al Ikhlas Papringan merupakan lembaga pendidikan non formal yang bercirikan Islami untuk mempelajari Al Qur’an mulai dari dasar yang diberi nama TPA Al Ikhlas yang berlokasi di Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif mengacu pada penelitian tindakan kelas. Deskriptif menurut Lexy J. Moleong (2008: 6) adalah penelitian yang menggambarkan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka-angka. Sedangkan kualitatif menurut Lexy J. Moleong (2008: 2) adalah penelitian yang tidak menggunakan perhitungan. Penelitian tindakan kelas deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang berusaha memaparkan, mengkaji dan mengkaitkan data yang diperoleh baik secara tekstual (seperti aslinya) atau kontekstual (pemahaman terhadap data) ke dalam tulisan-tulisan untuk mendapatkan kejelasan terhadap permasalahan yang dibahas kemudian dipaparkan dalam bentuk penjelasanpenjelasan (Subagyo, 1991: 106).
Pendekatan penelitian deskriptif
kualitatif dilakukan untuk mengetahui metode iqro’ efektif dalam pengajaran membaca Al-Qur’an di TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.
2. Waktu dan Tempat a. Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2012. b. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.
3. Subyek dan Informan a. Subyek Dalam
penelitian
ini
yang
menjadi
subyek
adalah
ustadz/ustadzah TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang. b. Informan Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah anak
TPA
Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang yang mengikuti pembelajaran membaca Al Qur’an tahun 2012.
4. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang berada di lapangan, penulis menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 1982: 136). Kuncaraningrat (1993) observasi adalah “kegiatan perilaku yang relevan
dalam kondisi lingkungan yang tersedia di lokasi penelitian”. Metode observasi digunakan untuk memperoleh data yang kongkrit terhadap efektivitas metode iqro’ dalam pengajaran membaca Al Qur’an di TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu.
b. Metode Wawancara Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Percakapan dilakukan oleh 2 pihak, yakni pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan yang diwawancarai. (Moleong, 2008: 137). Metode ini digunakan untuk memperoleh data langsung dari obyek penelitian yaitu berupa informasi yang berkaitan dengan efektivitas metode iqro’ dalam pengejaran membaca Al-Qur’an.
Wawancara
ditujukan kepada ustadz/ustadzah dan anak TPA Al Ikhlas Papringan.
c. Metode Dokumentasi Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang ada kaitannya dengan efektivitas metode iqro’ dalam pengajaran membaca Al Qur’an di TPA Alkhlas Papringan.
Misalnya dokumentasi yang
dibutuhkan: jumlah anak, jumlah ustadz, prestasi siswa dalam membaca Al Qur’an dan foto-foto pembelajaran.
5. Teknik Analisis Data Menurut Miles dan Huberman seperti yang dikutip Sutopo (1998: 34)
mengatakan
bahwa,
data
yang
berupa
kalimat-kalimat
yang
dikumpulkan lewat observasi, wawancara dan dokumen lain yang sudah disusun teratur, tetap, berupa kata yang amat banyak sebelum siap digunakan. Analisa data mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam suatu penelitian. Dengan menganalisa data, data yang diperoleh akan memiliki
makna
yang
penting
serta
berguna
dalam
penyelesaian
permasalahan yang ada dalam penelitian. Menurut Huberman dan Miles bahwa metode analisis interaktif adalah model analisis yang menyatu dengan proses pengumpulkan data dalam satu siklus yang secara sistematis digambarkan sebagai berikut:
PENGUMPULAN DATA
REDUKSI DATA
SAJIAN DATA
PENARIKAN KESIMPULAN
Dalam pandangan model ini tiga jenis kegiatan analis (reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan) beserta kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan proses siklus interaktif artinya ketiga langkah analisa ini tidak dapat dipidahkan satu dnegan lainnya. Untuk lebih jelasnya uraiannya adalah sebagai berikut:
a. Reduksi data Reduksi pemusatan,
data
perhatian
dapat dan
diartikan
sebagai
penyederhanaan,
proses
pemilihan,
pengabstrakan
dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan. Reduksi data juga merupakan bagian dari analisa data yang mempertegas, memperpendek, dan memilih data yang dipakai dan membuang yang tidak penting kemudian mengatur data sedemikian rupa sehingga memberikan gambaran tentang hasil pengamatan. Reduksi data ini berlangsung secara terus menerus selama penelitian berlangsung sampai tahap penyusunan laporan. b. Penyajian data Penyajian data diartikan sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat suatu penyajian data, pada penelitian akan diketahui apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut. c. Penarikan kesimpulan Dalam penarikan kesimpulan yaitu dengan cara data yang terkumpul dicari hubungan persamaan dan hal-hal yang sering timbul, kemudian disimpulkan. Kesimpulan sementara yang sudah didapat lalu diferikavikasi, difokuskan utnuk lebih memperoleh kesimpulan yang lebih
valid dan mantap sesuai dengan kondisi lapangan yang ada. Sehingga data yang ada merupakan data kongkrit yang mampu menjawab tentang metode iqro’ dapat meningkatkan bata tulis Al-Qur’an di TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Membaca, Menulis Al-Qur’an 1. Pengertian Al Qur’an Al-Qur’an berasal dari kata qaraa berarti “bacaan”, bentuk masdar dengan arti isim maful yaitu maqru (dibaca). Adapun definisi Al-Qur’an ialah kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhamamd yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah (Depag, 1992: 13). Al Qur’an menurut bahasa adalah bacaan atau dibaca (Hasbi AshShiddieqy, 1989: 1). Dari pengertian ini maka Qur’an berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca, maka Al-Qur’an dari segi bahasa ini didasarkan pada firman Allah surat al-Qiyamah auat 16-18 sebagai berikut:
#s ŒÎ *sù ÇÊÐÈ ¼ç mt R#u äö è %ur ¼ç my è÷Hsd $uZøŠn=tã ¨b Î) ÇÊÏÈ ÿ¾ÏmÎ/ Ÿ@ yf ÷ètGÏ9 y7 tR$|¡ Ï9 ¾ÏmÎ/ õ8 ÌhptéB Ÿ w ÇÊÑÈ ¼çmtR#uäöè% ôì Î7¨?$sù çm»tRù&t s % Artinya : Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran Karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu (Depag, 2011: 999).
Sedangkan al-Qur’an secara terminologi atau menruut istilah, ada beberapa pendapat, di antaranya adalah pendapat As Suyuti, mengatakan bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai mukjizat dan membacanya adalah ibadah (Nasrudin Razak, 1986: 86). Menurut Muhammad Ali Ash-Shabuni, sebagaimana dikutip oleh Miftah Faridl dan Agus Syihabuddin adalah sebagai berikut: “Al-Qur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingannya di turunkan kepada nabi Muhammad SAW penutup para Rasul dan Nabi, dengan perantara malaikat Jibrik dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta bagi yang membacanya dan mempelajari merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-Nass (1989: 2). Al-Qur’an merupakan salah satu dari empat kitab Allah yang diturunkan kepada para Rasul-Nya, yakni kitab Taurat yang diturunkan kepada nabi Musa, kitab Zabur kepada nabi Dawud, dan kitab Injil kepaeda nabi Isa, serta kitab Al-Qur’an kepada nabi Muhamamd SAW. Yang dimaksud dengan membaca disini adalah mengucapkan, mengeja, atau melafalkan apa yang tertulis (Departemen P dan K, 1999: 72). Jadi membaca Al-Qur’an di sini berarti mengucapkan atau melafalkan apa yang tertulis dalam Al-Qur’an, arti membaca ini dalam bahasa Arab terkandung dalam kata qara’a. Kata qara’a mempunyai arti nataqa bil maktuh fihi au alqa an Nazru wal thali ahu (Munjid, 1992: 616) yaitu membaca, meneliti atau menelaah. Kata Qara’a pada mulanya berarti menghimpun, apabila kita menghimpun huruf atau kata kemudian kita mengucapkan rangkaian tersebut maka berarti kita telah menghimpunya. Arti asal kata ini menunjukkan bahwa iqra’ yang
diterjemahkan dengan membaca tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis yang dibaca tidak pula harus diucapkan (Quraisy, 1992: 167). Seperti firman Allah dalam surat Al-‘alaq ayat 1-3:
Pt ã ø .F {$ #y 7š /u ‘ur ù &t ø %$ # ÇËÈ @, n=tã ô` ÏB z` »|¡ SM} $# t, n=y{ ÇÊÈ t, n=y{ “ Ï%©!$# y7 În/u‘ ÉO ó™ $Î/ ù&t ø %$ # ÇÌÈ Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, (Depag RI, 2011: 706) Maka iqra’ pada ayat di atas adalah bacalah, telitilah, dalamilah, bacalah alam, bacalah tnda-tanda zaman, sejarah diri sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis. Kesimpulannya, iqra’ itu mencakup segala sesuatu yantg dapat dijangkau (Quraisy, 1996: 5).
2. Keutamaan-keutamaan Membaca Al-Qur’an Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang merupakan wahyu zat yang diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW dan membacanya adalah ibadah (Depag RI, 1985: 17). Al-Qur’an adalah pedomah hidup petunjuk rahmat serta penawar (obat) bagi orang yang beriman (Mukmin, 1991: 12). Dalam surat Yunus ayat 57 Allah berfirman:
‘rß Í ‰ Á 9$ # ’Î û $y JÏ 9Ö j ä!$xÿÏ© ur öN à6 În/§‘ ` ÏiB ×psà Ïã öq¨B Nä3 ø?uä!$y_ ô‰ s% ⨠$¨Z9$# $pkš ‰r '¯ »t ƒ ÇÎÐÈ tûüÏYÏB÷sßJ ù=Ïj9 ×puH÷q u‘ur “ Y‰ è d ur Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Depag RI, 2011: 315).
Orang mukmin seharusnya tidak buta huruf Al-Qur’an dan senantiasa membacanya agar mendapat petunjuk serta rahmat dari allah SWT. Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk dzikir yang mempunyai banyak keutamaan. Di antara keutamaan-keutamaan membaca Al-Qur’an menurut Ali (1990: 17-24) adalah: 1) Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada pembacanya 2) Pahala membaca satu huruf Al-Qur’an sama dengan satu amal kebajikan yang dilipatkan sepuluh kali. 3) Orang yang pandai membaca Al-Qur’an akan bersama para malaikat. 4) Bacaan Al-Qur’an mendatangkan rahamt dan ketentraman jiwa.
3. Materi Pengajaran Al-Qur’an Materi pengajaran Al-Qur’an terdiri dari: 1) Materi pokok Yaitu belajar membaca al-Qur’an sampai fasikh dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. 2) Materi tambahan atau penunjang Yaitu materi yang tidak dijadikan sebagai penentu kelulusan santri. Adapun materi penunjang itu adalah: a) Hafalan bacaan shalat b) Hafalan do’a sehari-hari c) Hafalan syat-ayat pilihan
4. Pentingnya Pengajaran Membaca Al-Qur’an Banyak arti dan makna yang akan diperoleh dalam kepandaian membaca al-Qur’an, antara lain:
a.
Pandai membaca huruf arab yang menjadi tulisan dalam al-Qur’an.
b.
Mengetahui arti dan makna yang terkandung dalam al-Qur’an.
c.
Dapat menghayati ajaran agama Islam secara langsung dari sumbernya.
d.
Dapat melaksanakan ajaran agama Islam untuk pribadi, keluarga dan dalam pergaulan sehari-hari dengan orang banyak.
e.
Dapat mengetahui kebenaran dan kelebihan ajaran-ajaran agama Islam dan agama lainnya (Agus Salim Sitompul, 1991: 7). Mempelajari al-Qur’an adalah kewajiban setiap muslim, dan juga
wajib mengetahui dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu anak didik mempelajari al-Qur’an sedini mungkin, mulai dari
membaca, menulis, dan seterusnya.
Belajar al-Qur’an itu
dianjurkan dari semenjak kecil dari anak berusia 5 tahun atau 6 tahun. Sebab anak umur 7 tahun sudah disuruh mengerjakan shalat. Dengan demikian pelajaran membaca Al-Qur’an sudah dimulai sejak usia anak-anak, sehingga anak akan terdidik mencintai kitab suci agamanya. Apabila anak tidak terbiasa melaksanakan ajaran agama Islam terutama ibadah seperti: shalat, puasa, membaca al-Qur’an dan berdo’a serta tidak dilatih pula atas dibiasakan melaksanakan hal-hal yang disuruh Allah dalam kehidupan sehari-hari, maka pada waktu dewasanya nanti ia akan cenderung pada acuh tak acuh, anti agama atau sekurang-kurangnya ia tidak akan merasakan pentingnya agama bagi dirinya (Zakiah Daradjat, 1990: 64). Setiap muslim yang beriman kepada Allah wajib mempelajari alQur’an. Dalam hal ini bagi orang tua wajib baginya mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anaknya. Rasulullah bersabda yang artinya :
Didiklah anak-anak kalian dengan tiga hal: mencitai nabimu, mencintai keluaga nabi, dan cinta membaca al-Qur’an, sebab orang yang membaca al-Qur’an itu akan mendapat naungan Allah, pada hari itu tidak aka nada naungan selain naungannya. (HR. Thobroni) (Abdullah Nashih Ulwan, 1990: 72) Ibnu Sina dalam As Siyasah menjelaskan tentang pendidikan anakanak dimulai dengan pelajaran Al-Qur’an, yaitu, segera setelah ada kesediaan fisik dan mental untuk belajar (Athiyah Al-Abrasyi, 1990: 161). Mengajarkan Al-Qur’an merupakan tugas yang sangat mulia di sisi Allah. Di dalam tuas mengajar Al-Qur’an terkandung tiga kemuliaan, yaitu: a. Kemuliaan mengajar yang merupakan warisan nabi. b. Kemuliaan membaca al-Qur’an. c. Kemuliaan memperdalam maksud yang terkandung di dalam Al-Qur’an (Depag, 1987: 129). Dengan mengajarkan al Qur’an terus menerus, akan menjadi orang yang mahir membaca dan memahami al-Qur’an. Isam sangat menghargai orang pandai dan mahir dalam membaca Al-Qur’an. Mahir membaca alQur’an artinya dapat membaca al-Qur’an dengan baik, lancar dan tartil serta sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Tartil meksudnya membaca dengan pelanpelan, tenang, benar bacaannya, mengerti akan maksudnya, dan meresap di dalam hati. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Muzamil ayat 4:
ÇÍÈ ¸x ‹Ï?ös? tb #uäöà)ø9$#È@ Ïo?u‘ur Ïmø‹n=tã ÷ŠÎ— ÷rr& Artinya : Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. (Depag, 1987: 988).
5. Etika dalam Membaca Al-Qur’an Membaca al Qur’an terdapat etika atau adab yang sudah diatur dengan baik sebagai penghormatan atas keagungan al-Qur’an kalam ILahi. Di antara adab-adab membaca al-Qur’an yang terpenting menurut Zainal (1992: 145149): a. Disunnahkan membaca al-Qur’an setelah berwudlu dan dalam keadaan bersih sebab yang dibaca adalah wahyu Allah. Kenudian mengambil alQur’an dengan tangan kanan. b. Disunnahkan membaca al-Qur’an di tempat yang bersih, seperti di rumah, di surau, di mushalla dan tempat yang lain yang dianggap bersih. c. Sisunnahkan membaca Al-Qur’an menghadap kearah kiblat, membacanya dengan khusuk, dan tenang dan sebaiknya berpakaian yang pantas. d. Ketika membaca Al-Qur’an mulut hendaknya bersihk, tidak berisi makanan. e. Disunnahkan membaca al-Qur’an dengan tartil, yaitu bacaan yang pelan dan tenang. f. Sebelum membaca al-Qur’an disunnahkan membaca Ta’awudz, sesudah itu barulan membaca Al-Qur’an. g. Dalam membaca Al-Qur’an itu hendaknya benar-benar diresapkan arti dan maksudnya. h. Disunahkan membaca Al-Qur’an dengan suara yang bagus dan merdu. i. Sedapat-dapatnya membaca al-Qur’an janganlah diputuskan hanya karena hendak berbicara dengan orang lain. Hendaknya pembacaan diteruskan sampai ke batas yang telah ditentukan. Itulah di antara adab-adab yang terpenting yang harus dijaga dan diperhatikan, sehingga dengan demikian kesucian Al-Qur’an dapat terpelihara menurut arti yang sebenarnya. Jadi etika membaca Al-Qur’an pada prinsipnya seseorang dalam keadaan suci dan membacannya selain tartil juga isi bacaan yang lebih utamanya harus diresapi. Membaca Al Qur’an harus melalui etika-etika yang ada, karena dengan melalui etika itu seseorang yang membaca Al Qur’an akan mencapai pada tingkat kesempurnaan. Sebab membaca Al Qur’an itu merupakan salah satu bentuk ibadah.
B. Pengajaran 1.
Pengertian Pengajaran Pengajaran berasal dari kata mengajar yang berarti pemberian pengetahuan kepada anak didik agar mereka mengetahui peristiwa-peristiwa, hokum-hukum ataupun proses dari suatu ilmuj pengetahuan (Zuhairini, 1993: 10).
Menurut Sikun Pribadi, pengajaran adalah suatu kegiatan yang
menyangkut pembinaan anak mengenali segi kognitif dan psikomotor semata, yaitu supaya anak banyak pengetahuannya, lebih cakap berpikir kritis, sistematis dan obyektif, serta terampil dalam mengerjakan sesuaut, misalnya: terampil menulis, membaca lari cepat, loncat tinggi, berenang, membuat pesawat radio dan sebagainya (Ahmad, 1996: 7). Sedangkan Mohammad Ali dalam bukunya Guru dalam Proses Belajar Mengajar menyatakan bahwa pengajaran adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka member kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan (Mohammad Ali, 1996: 12). Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran adalah suatu kegiatan yang disengaja dalam rangka memberikan pembinaan kepada anak didik agar anak didik banyak pengetahuannya, cakap dalam berpikir serta terampil dalam mengerjakan sesuatu. Dalam pengajaran keduaduanya harus aktif antara siswa dengan guru, karena keaktifan itu akan menghantarkan pada pencapaian tujuan.
2.
Komponen-komponen Pengajaran Al-Qur’an Dalam suatu proses pengajaran terdapat komponen-komponen yang bergerak sekaligus dalam suatu rangkaian kegiatan yang terarah dalam rangka membawa perkembangan siswa ke tujuan yang diinginkan. Di antara komponen-komponen tersebuat adalah: a.
Tujuan Secara sederhana tujuan bias diartikan sebagai suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegaitan. Sedangkan dalam kegiatan pembelajaran, tujuan merupakan suatu cita-cita yangningin dicapai dalam kegiatan pembelajran (Djamarah dan Aswan Zain, 1996: 49). Tujuan pendidikan adalah suatu faktor yang sangat penting di dalam pengajaran, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak dituju oleh pendidikan (Zuhairini, 1993:31). Dengan kata lain, tujuan dalam prosese belajar mengajar merupakan langkahlangkah pertama yang harus diterapkan dalam pross belajar mengejar (pengajaran).
Karena tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan
tingkah laku yang harus dicapai dan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Dalam pendidikan dan pengajaran tujuan dapat diartikan sbagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa setelah menyelesaikan atau memperoleh pengalaman belajar.
Tujuan
pengajaran merupakan petunjuk praktis tentang sejauh manakah interaksi edukatif itu harus dibawa untuk mencapai tujuan yang terakhir (Winarno Surakhmad, 1986: 34).
Adapun tujuan pengajaran itu perlu dirumuskan, dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Sardiman mengemukakan sebagai berikut: 1)
Jika pekerjaan atau tugas tidak disertai tujuan yang jelas, maka akan sulit memilih atau merencanakan bahan dan strategi yang hendak ditempuh.
2) Rumusan yang rinci dan baik akan mempermudah pengawasan dan penilaian hasil belajar sesuai dengan harapan yang dikehendaki dari subyek belajar. 3) Perumusan tujuan yang benar akan memberikan bagi siswa dalam menyelesaikan materi dari kegiatan belajar (1986: 58). Addullah An Nahlawi (1989: 184) menyatakan : Tujuan jangka pendek dari pendidikan Al-Qur’an adalah mampu membacanya dengan baik dan menerapkan segala ajarannya. Di sini terkandung ubudiyah dan ketaatan kepada Allah, mengambil petunjuk dari kalam-Nya, taqwa kepada-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya dan tunduk kepada-Nya.
b. Peserta Didik/Siswa Di antara komponen terpenting dalam pendidikan adalah peserta didik. Dalam bahsa Arab dikenal beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan pada anak didik, yaitu kata tilmidz (murid), tholib al-ilmi (yang menuntut ilmu, pelajar,a tau mahasiswa), dan muta-allim (orang yang mencari ilmu).
Ketiga istilah tersebut pada dasarnya mengarah
kepada seseorang yang tengah menempuh pendidikan.
Sebelum melaksanakan pengajaran guru hendaknya mengenal keadaan muridnya agar dapat membantu perkembangannya secara efektif. Adapun aspek-aspek yang perlu dikenali menurut Oemar Hamalik adalah: latar belakang masyarakat, latar belakang keluarga, tingkat intelegensi, hasil belajar, kesehatan badan, hubungan-hubungan antar pribadi, kebutuhan-kebutuhan emosional, sifat-sifat kepribadian dan macammacam minat belajr (Oemar, 2011: 101). c. Guru Guru adalah orang menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didik (Syaiful, 2000: 31). Oleh karena itu guru juga termasuk komponen pengajaran yang sangat penting. Secara bahasa guru atau pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidiik.
Secara
fungisonal kata pendidik menunjukkan kepada orang yang melakukan kegiatan dalam membagikan pengetahuan, ketrampilan, bimbingan, pendidiikan, pengalaman dan sebagainya. merupakan
orang
yang
memikul
Secara umum, pendidik
pertanggungjawaban
mendidik
(Marimba, 1989: 37). Kewajiban seorang pendidik antar lain: 1) Para pendidik hendaknya mengambil ajaran dari Al-Qur’an. 2) Memelihara lidah anak didik dan meluruskan ucapannya agar tidak tejradi salah ucap serta salah baca. 3) Mendidik kalbu peserta didik agar khusuk ketika menemui ayat yang menhendaki khusuk, marah karena Allah atau cinta kepada Allah.
4) Mendidik peserta didik lalu mengamanatkan kepadanya agar menjalankan aturan-aturan dalam al-Qur’an pada waktu mengadakan pelawatan atau pada setiap kesempatan. 5) Mendidik akal peserta didik dengan memberikan dalil atas apa saja yang diisyaratkan oleh Al-Qur’an dan merenungkan keagujngan Allah serta membuat pertanyaan untuk melatih akal peserta didik (Abdurrahman An Nahlawi, 1989: 145-146). d. Metode Mengajar Secara bahasa metode berasal dari kata “meta” (melalui), dan “hodos” (jalan/cara). Dalam bahasa Arab, metode diungkapkan dengan kata “Al-Thariqah” (jalan). “manhaj” (system), dan “al-washilah” (perantara/mediator). Sehingga metode bisa diartikan sebagai cara/jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan (Abudin Nata, 1997: 91). Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Departemen P dan K, 1996: 950). Sehingga metode pengajaran adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru secara sadar, teratur, dan bertujuan untuk menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa. e. Alat Bantu (Media) Yang dimaksud alat bantu di sini adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam mencapai tujuan pengajaran. Dalam pelaksanaan pengajaran dibutuhkan adanya alat-alat pengajaran. Alat-alat pengajaran tersebut dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (Zuhairini, 1993: 3839):
1) Alat pengajaran klasikal Yaitu alat-alat pengajaran yang dipergunakan oleh guru bersama-sama dengan murid. Sebagai contoh: papan tulis, kapur dan lain sebagainya yang kesemuanya itu sangat membantu dalam pengajaran dan mempermudahkan siswa untuk menerima materi pelajaran. 2) Alat pengajaran individual Yaitu alat-alat yang dimiliki oleh masing-masing murid dan guru. Misalnya alat tulis, buku pegangan dan buku persiapan guru. Alat pengajaran secara individual ini merupakan salah satu sarana yang harus dimiliki siswa secara pribadi dan alat itu sangat penting untuk dimiliki supaya pembelajaran dapat dilaksanakan dengan sebaik mungkin. 3) Alat peraga Yaitu alat pengajaran yang berfungsi untuk memperjelas maupun mempermudah dan memberikan gambaran konkrit tentang hal-hal yang diajarkan. Alat peraga bisa diambil dari yang paling sederhana sampai yang berteknologi, hal ini disesuaikan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari. 4) Penilaian Penilaian atau evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Ngalim, 1992: 3). Dengan kata lain penilaian atau evaluasi berperan sebagai barometer
untuk mengukur dan menentukan sejauh mana tujuan pengajaran telah tercapai oleh siswa. Penilaian dalam pengajaran mempunyai beberapa fungsi. Menurut Nana Sudjana, penilaian yang dilakukan terhadap proses belajar-mengajar berfungsi sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional khusus. Dengan fungsi ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang dikuasai oleh para siswa. 2) Untuk mengetahui keefektifan proses belajar-mengajar yang telah dilakukan oleh guru.
Dengan fungsi ini guru dapat
mengetahui berhasil tidaknya pengajaran, sehingga dapat dijadikan
bahan
dalam
memperbaiki
tindakan
mengajar
berikutnya (Syaiful, 2000: 211). Dari uraian di atas maka evaluasi dapat membantu guru untuk memahami anak didik dan mengetahui sejauh mana dapat diberikan bantuan terhadap kekurangan-kekurangan anak didik. dapat
membantu
guru
untuk
memperbaiki
cara
Evaluasi juga mengajar
dan
mengembangkan program pengajaran. Bahkan dapat dikatakan bahwa evaluasi tidak dapat dilepaskan dari pengajaran yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Setelah mengetahui evaluasi yang ada, selanjutnya akan mampu menilai bahwa pengajaran yang dilaksanakan itu sudah mencapai tujuan yang diharapkan atau sebaliknya.
C. Metode Membaca Al-Qur’an Metode merupakan salah satu komponen penting dalam pengajaran karena metode merupakan media tranformasi bahan pelajaran terhadap tujuan yang hendak dicapai. Tanpa adanya metode yang tepat maka belajar mengajar apapun akan menjadi sulit. Demikian juga dalam belajar mengajar membaca Al-Qur’an. Dalam pengajaran membaca Al-Qur’an juga diperlukan adanya metode agar belajar membaca al-Qur’an lebih mudah dan lebih cepat. Berbagai metode dan teknik telah diupayakan oleh kaum muslimin terutama para pendidik untuk mengajarkan Al-Qur’an baik cara membacanya ataupun cara menulisnya. Menurut Ahmad Munif (1989: 3-4) terdapat beberapa metode pengajaran membaca al-Qur’an yang dapat dikembangkan antara lain: 1.
Thariqah Tarkibiyah Yaitu metode pengajaran membaca dimulai dari memperkenalkan huruf hijaiyah, kemudian diberi tanda baca/baris, lalu disusun menjadi katga, kemudian dirangkai dalma suatu kalimat.
2.
Tjaroqah Muhakah/Musyafahah Metode ini dimulai dengan menirukan/mengikuti bacaan seorang guru sampai hafal. Setelah itu baru diperkenalkan beberapa buah huruf beserta tanda bacaannya dari kata-kata atau kalimat yang dibacanya tersebut. Metode ini sejalan dengan naluri anak dalam belajar bahasanya sendiri. Anak-anak akan mengucapkan kalimat secara langsung tanpa ada pikiran-pikiran untuk menguraikan bagian-bagiannya serta huruf-hurufnya.
3.
Thariqah Muqaranah Thariqah muqaramah ialah metode-metode di atas dengan dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain sebagai pembantu.
Misalnya ALIF fathah
digambarkan A, BA’ kasrah dilambangkan BI (B dan I), dan seterusnya. Satu sisi hal ini akan member kemudahan-kemudahan, akan tetapi pada sisi lain (pada saat ingin mencari persamaan huruf-huruf dalam bahasa Indonesia tidak ada wakilnya yang persis) maka guru akan mengalami kesulitan. 4. Thariqah Jami’ah Yaitu metode campuran atau gabungan dari metode-metode yang telah disebutkan di atas. Dalam hal ini seorang guru dituntut untuk pandai menggabungkan metode-metode yang sudah ada, sehingga dari perpaduan metode-metode tersebut dapat dirumuskan suatu metode yang lebih baik dan tepat yang akan memperlancar proses pengajaran al-Qur’an. 5. Thariqah Wasilah Yaitu menggunakan salah satu metode di atas dengan dibantu alatalat lain (gambar, alat peraga, video, kaset, computer dan lain-lain). Thariqah wasilah dapat juga digabung dengan thariqah jami’ah. Demikianlah beberapa metode pengajaran Al-Qur’an yang mungkin dapat dikembangkan. Seorang guru/pengajar tidak harus terikat secara ketat dengan metode-metode tersebut, akan tetapi justru harus kreatif dan dinamis serta mampu menciptakan cara atau metode mengajar yang lebih inovatif lebih tepat dan lebih baik untuk mempermudah dan memperlancar belajar membaca AlQur’an. Berkaitan dengan hal ini, maka dewasa ini terdapat banyak inovasi
metode pengajaran membaca al-Qur’an yang diciptakan untuk mempermudah dan memperlancar belajar membaca Al-Qur’an. Misalnya metode Iqro. Metode Iqro’ ialah mengajarkan al-Qur’an dengan cara yang mudah dan cepat serta benar dan baik sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid, dan dilaksanakan dengan aktif, praktis dan sistematis (As’ad, 1990: 15). Metode iqro’ merupakan cara atau teknik yang digunakan dalam mengajarkan baca tulis al-Qur’an dengan cara menggunakan buku iqro’. Buku Iqro’ terdiri dari 6 jilid menekankan langsung pada latihan membaca, dimulai dari tingkatan yang sederhana, tahap demi tahap, sampai pada tingkat yang sempurna (Depag RI, 1997: iv). Pengajaran iqro’ bersifat privat, dimana masing-masing santri disimak satu persatu secara bergantian dan hasil belajarnya dicatat pada kartu prestasi santri yang harus dimiliki oleh setiap santri (Depag RI, 1997: iv). Sedangkan untuk santri lain yang menunggu giliran, supaya latihan membaca sendiri atau diberi tugas untuk menulis huruf al-Qur’an. Dalam siatem privat, seorang guru idealnya hanya mengajar 3-6 orang dengan waktu + 1 jam. Tetapi jika dipaksa karena kekurangan guru, maka bisa memakai syistem klasikal dimana santri dikelompokkan menurut persamaan jilidnya dan belajar besama-sama halaman demi halaman dengan seorang guru. Sedangkan untuk mengatasi kekurangan guru, maka bagi santri yang lebih tinggi penggunaan bacaan menurut jilidnya diharap membantu menyimak santri lain yang belajar pada jilid di bawahnya. Kelebihan metode Iqro’ dibandingkan dengan metode belajar membaca yang lain (tradisional) diantaranya: 1) metode Iqro belajarnya langsung dibaca
bacaannya dan tidak boleh di eja, 2) dalam pengenalan ilmu tadjwid tidak perlu anak diberikan keterangan secara mendetail, tetapi cukup diberikan bimbingan bahwa cara membaca panjang pendek dan lain sebagainya,
setelah mahir
membaca baru disampaikan tenang bacaan yang telah dibaca dalam Al Qur’an itu. Adapun penilaian efektivitas metode iqro’ sebagaimana diungkapkan As’ad (1990: 5), diukur dengan cara tes lisan, yang meliputi tiga kategori yaitu kelancaran, makhraj dan tajwidnya, dengan pedoman penilaian sebagai berikut: Nilai A : Sangat baik, yaitu dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid tanpa ada kesalahan. Nilai B` : Baik, yaitu dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid tapi masih ada kesalahan satu atau dua kata/kalimat. Nilai C : Cukup, yaitu dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar tetapi tajwidnya belum lancar. NIlai D : Kurang dari cukup, yaitu santri pemula yang masih banyak kesalahan-kesalahan bacaan. Di samping itu efektif dari segi hasil yang dicapai, metode iqro’ juga efektif dalam penggunaan waktu. Metode iqro’ ini menekankan langsung pada latihan membaca, dimulai dari tingkatan yang sederhana, tahap demi tahap, sampai pada tingkat yang sempurna menggunakan waktu secara kondisional. Artinya ketika anak sudah bisa lulus satu jilid, maka tanpa menunggu waktu atau teman-teman lainnya bisa langsung meningkat ke jilid selanjutnya. Sehingga
dalam hal ini terjadi suatu kopetisi yang sehat dan juga memakan waktu yang lebih pendek dari biasanya.
D. Metode Menulis Al Qur’an Sebelum disampaikan tentang metode menulis Al Qur’an, terlebih dahulu akan disampaikan pengertian metode, menulis dan Al Qur’an menurut kamus bahasa Indonesia. Metode: cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud (WJS. Poerwadarminto, 1976 : 649). Menulis berasal dari kada dasat tulis diawali dengan awalan me, tulis: buku yang masih berupa kertas kosong untuk ditulisi (WJS. Poerwadarminto, 1976 : 1098). Al Qur’an: Kitab suci Islam (WJS. Poerwadarminto, 1976 : 32). Jadi metode menulis Al Qur’an merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan seseorang dengan menggunakan beberapa cara yang penting mampu menulis Al Qur’an ditempat yang telah ditentukan. Kaitannya dengan menulis dapat dikemukakan, bahwa: 1.
Menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi.
2.
Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan id eke dalam bentuk lambing-lambang bahasa grafis.
3.
Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi. (Mulyono Abdurrahman, 1996: 193). Ada dua pendapat tentang bentuk tulisan yang harus dipelajari pada awal
anak belajar menulis Al Qur’an. Ada yang berpendapat bahwa anak harus belajar huruf cetak (Hijaiyah) terlebih dahulu sebelum belajar huruf yang bersambung, dan ada pula yang menyarankan agar anak langsung belajar huruf sambung
seperti ayat-ayat Al Qur’an. Ada berbagai macam cara anak belajar memegang pensil untuk menulis, diantaranya : sudut pensil terlalu besar, sudut pensil terlelu kecil, menggenggam pensil, menyerat pensil, memegang pensil yang benar dan memerang pensil dengan bantuan segitiga. (Mulyono Abdurrahman, 1996: 197). Dari beberapa cara memegang pensil bagi anak untuk menulis saja sudah berfariasi modelnya, yang terpenting dalam menulis. Khususnya bagi pemula harus mendapatkan bimbingan yang maksimal dari guru atau orang tua tentang metode menulis dengan baik dan benar yang menghasilkan tulisan bagus dan setiap orang akan tertarik. Menulis Al Qur’an itu diawali dari sudut kanan ke kiri yang memerlukan keseriusan dan kesabaran. Supaya anak yang belajar di TPQ mampu menulis dengan baik sebaiknya dalam pembelajaran menulis huruf Al Qur’an diawali dengan metode demonstrasi supaya anak mampu menulis: 1.
Menyalin bacaan teks, bacaan shalat
2.
Menyalin teks ayat pilihan tertentu.
3.
Menyalin teks Do’a harian tertentu (Departemen Agama RI, 2004: 14). Supaya anak mampu menulis dengan baik, maka setiap selesai
mengerjakan menulis diberikan nilai dan motivasi supaya dalam menulis ayat-ayat Al Qur’an semakin hari semakin baik.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A.
Paparan Data 1. Sejarah Berdirinya TPA Al Ikhlas Papringan Lembaga pendidikan non formal yang bersifat keagamaan yang difokuskan pada materi pendalaman membaca Al Qur’an telah didirikan di Desa Papringan yang diberi nama TPA Al Ikhlas. TPA Al Ikhlas merupakan salah satu Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) yang dikelola oleh masyarakat muslim untuk mendidik putra/putri anak usia Sekolah Dasar supaya dalam waktu singkat mampu membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Latar belakang berdirinya TPA Al Ikhlas Papringan telah didirikan pada tahun 2004, pada awalnya masyarakat yang memiliki anak usia Sekolah Dasar merasa resah dan khawatir banyak anak-anak yang belum bisa membaca Al Qur’an pada hal mayoritas masyarakat beragama Islam. Sebenarnya
banyak
para
remaja
yang
berpotensi
menjadi
calon
ustradz/ustadzah, tetapi karena belum adanya koordinasi dalam lingkungan masyarakat Papringan mengakibatkan belum tersalurnya bakat-bakat yang dimiliki para remaja terutama dalam hal membaca Al Qur’an. Pada awal tahun 2004 tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat Papringan mengadakan rapat di Masjid untuk membahas kemajuan dan kemakmuran Masjid.
Hasil
musyawarah tersebut
membuahkan hasil yang positif yaitu mendirikan TPA (Taman Pendidikan
Al Qur’an) yang diberi nama TPA Al Ikhlas, pada pemula menggunakan metode Iqro’ jilid 1 sampai dengan jilid 6, setelah selesai jilid 6 dilanjutkan pada pembelajaran Al Qur’an. Perkembangan demi perkembangan, awalnya pembelajaran hanya dilaksanakan di Masjid Papringan, selanjutnya TPA Al Ikhlas mengalami kemajuan dari berbagai macam donator masyarakat sekitarnya selanjutnya mendirikan bangunan 3 lokal yang luas tanahnya 105 m2. Letak bangunan TPA Al Ikhlas berdekatan dengan Masjid Al Ikhlas Papringan. Tanah bangunan TPA Al Ikhlas Papringan merupakan salah satu wakaf dari masyarakat Papringan yang memiliki kepedulian tentang kemajuan Islam. Setelah berdiri TPA Al Ikhlas di Papringan, selanjutnya masyarakat yang memiliki anak usia Sekolah Dasar menitipkan putra/putrinya di TPA Al Ikhlas untuk belajar agama Islam terutama dalam hal membaca Al Qur’an. Proses pembelajaran TPA Al Ikhlas Papringan dilaksanakan pada sore hari mulai dari jam 14.30 sampai dengan jam 17.00 WIB. Sebelum berdiri TPA Al Ikhlas pada sore hari anak-anak usia Sekolah Dasar tidak memiliki kegiatan dan hanya main saja, tetapi setelah adanya TPA alkhamdulillah anak dapat dibimbing untuk mempelajarai agama Islam yang disesuaikan dengan kemampuan. Supaya pembelajaran mudah untuk mengkondisikan anak yang ada dikelompokan menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok I : 15 anak, kelompok II : 10 anak, kelompok III : 13 anak dan kelompok IV : 12 anak (Wawancara dengan Bp. Sumadi, 20 Mei 2012).
Ternyata
anak/anakawan TPA
Al Ikhlas
setelah
mengikuti
pembelajaran membaca Al Qur’an dimulai dari metode Iqro’ jilid 1 sampai dengan jilid VI hasilnya sangat positif, karena pada awal anak di titipkan di TPA Al Ikhlas mayoritas belum mampu membaca Al Qur’an.
Setelah
mendapatkan pelajaran membaca Al Qur’an siswa sudah memiliki kemampuan membaca Al Qur’an sesuai dengan kemampuan.
2.
Denah Lokasi TPA Al Ikhlas Papringan Denah lokasi TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang secara singkat dapat disampaikan di bawah ini:
Solo
Desa Ampel
Semarang
Kebun Jeruk
Pertigaan Papringan Boyolali
Simo
Masjid Al Ikhlas Papringan TPA Al Ikhlas
Mata Air Keterangan : a. Jumlah ruang kelas
: 3 lokal
b. Masjid
: 1 unit
c. WC/Kamar mandi
: 2 unit ( 1 untuk putra, 1 untuk purti )
3. Sarana dan Prasarana Pembelajaran TPA Al Ikhlas Sarana dan prasarana pembelajaran TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang sebagai berikut: a.
Meja anak
:
30 unit
b.
Kursi anak
:
30 unit
c.
Kursi Tamu
:
1 set
d.
Papan Tulis
:
4 unit
e.
Buku Iqro’
:
50 set (per set terdiri dari 6 jilid)
f.
Al Qur’an
:
20 buah
g.
Almari
:
1 buah
h.
Masjid
:
1 buah (Dokumentasi, 20 Mei 2012)
Sarana prasarana pembelajaran TPA Al Ikhlas tersebut diatas dimanfaatkan secara maksimal, diharapkan pembelajaran membaca Al Qur’an berjalan sesuai tujuan yang diharapkan. Bagi anak yang telah menamatkan pembelajaran metode Iqro’ jilid 1 sampai dengan jiid 6, selanjutnya langsung pada pembelajaran membaca Al Qur’an yang diawali dari surat Al Baqarah.
4. Keadaan Ustadz/Ustadzah dan Anak TPA Al Ikhlas Papringan Keadaan Ustadz/ustadzah TPA Al Ikhlas Papringan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Keadaan Ustadz/Ustadzah TPA Al Ikhlas Papringan Tahun 2012 No.
Nama
Jabatan
1
Sumadi, SH., MM
Penggerak
2
Mujiono, S.Pd, M.Pd
Penggerak
3
Sutarno
Ustadz
4
Isnaini, S.Ag
Ustadz
5
Nur Alif, SP
Ustadzah
6
Fitri Febri Liani
Ustadzah
7
Siti Juariyah
Ustadzah
. (Dokumentasi, 20 Mei 2012)
Keadaan penggerak dan ustadz/ustadzah TPA Al Iklhas Papringan pada tabel 1 tersebut di atas merupakan pejuang-pejuang yang gigih dalam syiar Islam untuk selalu memberikan motivasi, bimbingan dan pembelajaran tentang membaca Al Qur’an.
Tabel 2 Keadaan Anakwan/Anakwati TPA Al Ikhlas Papringan Tahun 2012 No.
Kelompok
Jumlah
1
Kelompok I
15
2
Kelompok II
10
3
Kelompok III
13
4
Kelompok IV
12
Jumlah Total
50
5. Susunan Kepengurusan TPA Al IKhlas Papringan STRUKTUR PENGURUS TPA AL IKHLAS PAPRINGAN TAHUN 2012
a. Pelindung
: Takmir Masjid Al Ikhlas
b. Penasehat
: H. Sumadi, SH.MM
c. Ketua
: Sutarno
d. Sekretaris
: 1). Mujiono, S.Pd.MM 2). Suherman, S.Kom
e. Bendahara
: 1). Sajuri 2). Jiwati
f. Pembantu Umum : Samino Pengurus TPA Al Ikhlas Papringan tersebut di atas memiliki peranan penting dalam memajukan TPA. Karena pengurus merupakan salah satu sosok yang punya tugas dan kemampuan untuk menghidup suburkan TPA. Pemikiran pengurus mulai dari pelindung, penasehat, ketua, sekretaris, bendahara dan pembantu umum merupakan satu kesatuan dalam kepengurusan yang akan menghasilkan pemikiran untuk memajukan TPA. Tentunya tidak hanya pemikiran saja yang diharapkan, tetapi infak setiap bulan yang diberikan kepada TPA memberikan konstribusi besar untuk kemajuan TPA.
6. Sumber Dana TPA Al Ikhlas Papringan Kegiatan pembelajaran TPA Al Ikhlas Papringan tidak akan berjalan sesuai tujuan yang diharapkan, apabila tidak di imbangi dengan pendapatan dana untuk operasional. Sumber dana yang diperoleh TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang berasal dari: a. Infak dari penduduk yang merantau yang sudah berhasil b. Infak dari masyarakat sekitar Desa Papringan c. Iuran dari para anak (Wawancara dengan Sumadi, 20 Juni 2012). Infak dari penduduk yang merantau biasanya diberikan setiap setahun sekali ketika pulang kampung, biasanya diberikan pada hari raya idul fitri. Pemberian infak dari penduduk yang merantau diberikan dari masyarakat yang sudah berhasil mendapatkan pekerjaan di luar Desa yang jarang pulang. Besar kecilnya tergantung keikhlasan masyarakat. Infak dari masyarakat sekitar desa Papringan, merupakan salah satu sumber dana yang masuk setiap sebulan sekali yang besar kecilnya menetap. Artinya infak bulanan ini sudah disepakati oleh masyarakat yang memberikan donator tentang tanggal dan besarnya dana yang diberikan. Iuran dari para anak diberikan setiap bulan yang besar kecilnya tidak ditentukan yang penting ikhlas tidak ada paksaan. Masyarakat yang menitipkan putra-putrinya di TPA Al Ikhlas Papringan secara sadar dan ikhlas setiap bulan membayar iuran untuk operasional TPA. Pendapatan dana dari beberapa sumber di atas setelah terkumpul, selanjutnya digunakan untuk keperluan operasional mulai dari pengadaan buku metode iqro’, Al Qur’an dan sekedar transport bagi ustadz/ustadzah.
7. Kurikulum TPA Al Ikhlas Papringan Pembelajaran
TPA
Al
Ikhlas
Papringan
berpedoman
dengan
menggunakan kurikulum pada Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dari KANWIL Depag Propinsi Jawa Tengah Bagian peningkatan pendidikan agama tingkat dasar dan masyarakat tahun 2004. Metode pengajaran yang digunakan yaitu ceramah, tanya jawab, demonstrasi, latihan, pemberian tugas di rumah, hafalan surat-surat pendek. Penerapan metode mengajar tersebut disesuaikan dengan materi pelajaran yang diberikan kepada anak dengan harapan anak betul-betul mampu menerima pelajaran membaca Al Qur’an, yang selanjutnya berusaha secara maksimal untuk mempraktikkan cara membaca Al Qur’an yang dimulai dari dasar yaitu belajar metode Iqro’ jilid 1 sampai jilid 6, setelah selesai jilid 6 meningkat untuk belajar membaca Al Qur’an.
B. Temuan Penelitian 1. Sumber Dana TPA Al Ikhlas Papringan Kegiatan pembelajaran TPA Al Ikhlas Papringan tidak akan berjalan sesuai tujuan yang diharapkan, apabila tidak diimbangi dengan pendapatan dana untuk operasional.
Sumber dana yang diperoleh TPA Al Ikhlas
Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang berasal dari: a.
Infak dari masyarakat sekitar Desa Talakbroto sebulan sekali
b.
Iuran dari para anak
c.
Donatur
Pemberian infak dari penduduk yang merantau diberikan dari masyarakat yang sudah berhasil mendapatkan pekerjaan di luar Desa yang jarang pulang. Besar kecilnya tergantung keikhlasan masyarakat. Infak dari masyarakat sekitar desa Talakbroto, merupakan salah satu sumber dana yang masuk setiap sebulan sekali yang besar kecilnya menetap.
Artinya infak
bulanan ini sudah disepakati oleh masyarakat yang memberikan donator tentang tanggal dan besarnya dana yang diberikan. Iuran dari para anak diberikan setiap bulan yang besar kecilnya tidak ditentukan yang penting ikhlas tidak ada paksaan.
Masyarakat yang
menitipkan putra-putrinya di TPA Al Ikhlas Papringan secara sadar dan ikhlas setiap bulan membayar iuran untuk operasional TPA. Pendapatan dana dari beberapa sumber di atas setelah terkumpul, selanjutnya digunakan untuk keperluan operasional mulai dari pengadaan buku metode iqro’, Al Qur’an dan sekedar transport bagi ustadz/ustadzah.
2. Kurikulum Pembelajaran TPA Al Ikhlas Papringan Kurikulum TPA Al Ikhlas Papringan menggunakan kurikulum pada Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dari KANWIL Depag Propinsi Jawa Tengah Bagian peningkatan pendidikan agama tingkat dasar dan masyarakat tahun 2004. Metode pengajaran yang digunakan yaitu ceramah, tanya jawab, demonstrasi, latihan, pemberian tugas di rumah, hafalan surat-surat pendek. Penerapan metode mengajar tersebut disesuaikan dengan materi pelajaran yang diberikan kepada anak dengan harapan anak betul-betul mampu menerima pelajaran membaca Al Qur’an, yang selanjutnya berusaha secara
maksimal untuk mempraktikkan cara membaca Al Qur’an yang dimulai dari dasar yaitu belajar metode Iqro’ jilid 1 sampai jilid 6, setelah selesai jilid 6 meningkat untuk belajar membaca Al Qur’an. Penggunaan kurikulum di TPQ Walisongo sebagai landasan dasar untuk memberikan bimbingan membaca Al-Qur’an yang dimulai dari penguasaan metode Iqro sampai pada membaca Al Qur’an. Materi pembelajaran di TPQ Walisongo dimulai dari tingkat dasar bagi anak pemula: a.
Membaca Al Qur’an Tingkat Dasar
b.
Hafalan surat-surat pendek
c.
Bacaan shalat
d.
Amalan pada ibadah
e.
Doa dan adab harian
f.
Menulis Huruf Al Qur’an Setelah anak selesai belajar pada tingkat dasar, selanjutnya anak
dikelompokkan ke jenjang tingkat lanjutan, yang materi pembelajarannya meliputi: a.
Membaca Al Qur’an dengan tadarus dan tartil
b.
Ilmu tajwid
c.
Hafalan ayat pilihan
d.
Amalan pada ibadah shalat
e.
Materi ke-Islaman
f.
Menulis huruf Al Qur’an
3. Hasil Penilaian kemampuan BTQ melalui metode Iqro’ TPA Al Ikhlas Papringan Penilaian diambil dari indeks prestasi belajar membaca dan menulis anak TPA Al Ikhlas pada tanggal 15 Juni 2012. Penilaian : Membaca Iqro’
Kelompok : I PRESTASI
No.
Nama
Sangat Baik
Baik
Cukup
1
Amru Mursidin
V
2
Yoga Setiawan
V
3
Bintang Eka Wibowo
V
4
Ikhsan Kurniawan
V
5
Iwan Kurniawan
V
6
Jeksen Hendriyanto
V
7
Rian Apriyanto
8
Yusuf Saifullah
V
9
Nilam Cahyani
V
10
Rosidah
11
Nur Cahyani
V
12
Pujiastuti
V
13
Rizki Kurniawan
V
14
M. Rizki Aditia S
V
15
Irwan Priyanto
V
Penilaian : Menulis Al Qur’an
Kurang
V
V
Kelompok : I
PRESTASI No.
Nama
Sangat Baik
Baik
Cukup Kurang
1
Amru Mursidin
V
2
Yoga Setiawan
V
3
Bintang Eka Wibowo
V
4
Ikhsan Kurniawan
V
5
Iwan Kurniawan
V
6
Jeksen Hendriyanto
V
7
Rian Apriyanto
8
Yusuf Saifullah
9
Nilam Cahyani
10
Rosidah
V
11
Nur Cahyani
V
12
Pujiastuti
V
13
Rizki Kurniawan
V
14
M. Rizki Aditia S
V
15
Irwan Priyanto
Penilaian : Membaca Iqro’
V V V
V
Kelompok : II
PRESTASI No.
Nama
Sangat Baik
Baik
1
Sulaiman Muhammad L.
V
2
M. Latif Ramadhan A
V
3
Farisah Ayu Pramudita
4
Setyo Wanda M.P
5
Firman Maulana
6
Wennya Pujiastuti
V
7
Rina Agustina Lestari
V
8
Windy Diastuti
V
9
Rianda Dwi Arnanto
10
Nur Azizah
Cukup Kurang
V V V
V V
Penilaian : Menulis Al Qur’an
Kelompok : II PRESTASI
No.
Nama
Sangat Baik
Baik
Cukup Kurang
1
Sulaiman Muhammad L.
V
2
M. Latif Ramadhan A
V
3
Farisah Ayu Pramudita
V
4
Setyo Wanda M.P
V
5
Firman Maulana
V
6
Wennya Pujiastuti
V
7
Rina Agustina Lestari
V
8
Windy Diastuti
V
9
Rianda Dwi Arnanto
10
Nur Azizah
Penilaian : Membaca Iqro’
V V
Kelompok : III
PRESTASI No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama
Sangat Baik
Galuh Suciyani Aulia Emi kaka Siwi Listia Ningrum Budi R. Adharu Bagus Anafi Wiwin Aminatul Makrifah Nur Azijah Nur Rohman Wakhid Bayu Prasetyo M. Zaenal Anna Wulandari Anas Firmansyah Dani Bagus Dwi P Arif Dwi Setiawan
Baik
Cukup Kurang
V V V V V V V V V V V V
Penilaian : Menulis Al Qur’an
Kelompok : III PRESTASI
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama
Galuh Suciyani Aulia Emi kaka Siwi Listia Ningrum Budi R. Adharu Bagus Anafi Wiwin Aminatul Makrifah Nur Azijah Nur Rohman Wakhid Bayu Prasetyo M. Zaenal Anna Wulandari Anas Firmansyah Dani Bagus Dwi P Arif Dwi Setiawan
Penilaian : Membaca Iqro’
Sangat Baik
Baik
Cukup Kurang
V V V V V V V V V V V V
Kelompok : IV
PRESTASI No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama
Sangat Baik
Desi Wulandari Umi Rahayu Anik Rofiqoh Retnaningsih Aulia Nur Azizah Yeni Oktanianingsih Aprilia Rahmawati Putri Amalia Solikhah Dyah Ayu Sulistianingsih Oktavininrat Zelo kristanti Lutfianingsih Nani Rohana Latifa Desi P
Baik
Cukup Kurang
V V V V V V V V V V V V
Penilaian : Menulis Al Qur’an
Kelompok : IV PRESTASI
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama
Desi Wulandari Umi Rahayu Anik Rofiqoh Retnaningsih Aulia Nur Azizah Yeni Oktanianingsih Aprilia Rahmawati Putri Amalia Solikhah Dyah Ayu Sulistianingsih Oktavininrat Zelo kristanti Lutfianingsih Nani Rohana Latifa Desi P
Sangat Baik
Baik
Cukup Kurang V
V V V V V V V V V V V
BAB IV PEMBAHASAN
A. Metode Iqro’ TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu 1.
Waktu dan Pembelajaran Metode Iqro’ Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Al Ikhlas Papringan merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam non formal yang difokuskan untuk mempelajari
membaca
Al-Qur’an
secara
cepat
dan
benar.
Waktu
pembelajaran TPA Al Ikhlas Papringan dilaksanakan pada sore hari mulai dari jam 14.30 sampai dengan jam 17.30 WIB (Dokumentasi, dikutip tanggal 20 Mei 2012).
Menurut penggerak TPA Al Ikhlas Papringan Mujiono
(Wawancara 14 Juni 2012) di lingkungan Desa Papringan ini anak-anak kalau pagi hari masuk sekolah, sehingga jadwal pembelajaran TPA Al Ikhlas dilaksanakan pada sore hari supaya tidak mengganggu pelajaran sekolah. TPA Al Ikhlas Papringan dalam belajar membaca Al Qur’an menggunakan metode Iqro’, karena metode Iqro’ merupakan salah satu metode pembelajaran baca Al Qur’an yang mudah dipraktekkan baik oleh anak-anak pemula maupun anak-anak yang sudah mengikuti pembelajaran. Isnaini (Wawancara, 14 Juni 2012)
memberikan pelajaran dengan
menggunakan metode Iqro’ sangat mudah dipelajari oleh santri, karena pelajaran awal dimulai dari jilid I sebagai pemula untuk mengenalkan hurufhuruf hijaiyah yang selalu diulang-ulang. Ustadz/ustadzah dalam memberikan pembelajaran cukup memberikan contoh bacaan yang ada di barisan paling atas, sedangkan bacaan selanjutnya santri diharapkan aktif untuk membaca
dan para ustadz/ustadzah menyemak.
Apabila dalam menyemak ada
kesalahan dalam membaca cukup diberikan kode tergantung ustadznya ada yang menggunakan kayu ketika santri salah kayu tersebut dipukulkan ke meja, ada juga yang menggunakan kalimat-kalimat. Jadi pembelajaran metode Iqro’ menekankan supaya santri berperan aktif untuk membaca sesuai tingkatannya. Menurut Nur Alif
(Wawancara, 17 Juni 2012) TPA Al Ikhlas
Papringan dimasukkan sore hari sangat membantu para santri untuk melancarkan membaca Al Qur’an secara tepat dan benar. Hal ini terbukti dari beberapa santri yang baru masuk masih ditemukan santri yang sama sekali belum bisa membaca Al Qur’an, padahal pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar hanya diberikan 2 jam selama satu minggu dan belum ada pelajaran khusus untuk membaca Al Qur’an dengan metode Iqro’ akibatnya santri yang tidak mencari tambahan pada sore harinya akan sangat ketinggalan pelajaran. Menurut Isnaini (Wawancara, 14 Juni 2012) memberikan pelajaran belajar membaca Al-Qur’an dengan metode Iqro’ merupakan salah satu metode yang banyak memberikan kemudahan-kemudahan bagi pemula, yang penting dalam diri santri memiliki dasar minat belajar yang tinggi dan mengikuti pelajaran secara berkesinambungan. Pelajaran dasar pada jilid I metode Iqro’ menuntunkan para santri untuk menghafalkan huruf-huruf pendek yang belum disambung, setelah menguasai bacaan jilid I santri naik ke jilid II sampai jilid VI. Bagi santri yang sudah menamatkan jilid VI secara benar sesuai dengan mahrajnya akan dapat dijadikan sebagai modal awal untuk belajar membaca Al Qur’an.
2. Sarana dan Prasarana Pembelajaran Metode Iqro’ Belajar membaca Al Qur’an dengan metode Iqro’ harus ditunjang dengan sarana dan prasarana. Isnaini (Wawancara, 14 Juni 2012) sarana dan prasarana merupakan salah satu kunci awal yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan.
Sarana dan prasarana pembelajaran yang
dimiliki TPA Al Ikhlas Papringan diantaranya: meja santri, kursi santri, kursi tamu, papan tulis, buku Iqro’, Al-Qur’an, almari dan Masjid. Sumadi (Wawancara 14 Juni 2012) sarana dan prasarana di TPA Al Ikhlas Papringan secara kelembagaan belum mencukupi, karena keterbatasan dana maka sarana dan prasarana yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal, yang penting pembelajaran membaca tulis Al Qur’an dapat berjalan.
Santri TPA Al Ikhlas Papringan tahun 2012 sejumlah 50
santriwan/santriwati, dari jumlah yang ada itu dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok I sejumlah 15 santriwan/santriwati belajar metode Iqro’ jilid I, kelompok II ada 10 santriwan/santriwati belajar Iqro’ jilid II, kelompok III sejumlah 10 santriwan/santriwati belajar metode Iqro; jilid III dan jilid IV. Sedangkan kelompok IV sebanyak 12 santriwan/santriwati belajar Iqro’ jilid V dan jilid VI. Buku Iqro’ yang dimiliki TPA Al Ikhlas Papringan ada 50 set dan setiap setnya terdiri dari 6 jilid. Sehingga jumlah santri dan jumlah buku Iqro’ yang ada sudah mencukupi. Bagi pemula santri diberikan pelajaran metode Iqro’ jilid I, setelah menamatkan jilid I bisa naik ke jilid II, jilid III, jilid IV, jilid V dan jilid VI. Santri yang sudah mampu menamatkan membaca metode Iqro’ sampai jilid
VI secara langsung santri akan mampu dan menguasai membaca Al Qur’an secara baik, lancar dan benar. Hal ini merupakan salah satu terobosan bagi umat Islam khususnya yang belum mampu membaca Al Qur’an, maka metode Iqro’ merupakan solusi terbaik dan tercepat dalam menguasai bacaan AlQur’an.
Dengan kemampuan belajar dan ada yang membimbing secara
maksimal dan berkesinambungan dalam belajar membaca Iqro’ merupakan salah satu faktor dalam menghantarkan pencapaian belajar membaca Al Qur’an. Nur Alif (Wawancara, 17 Juni 2012) pembelajaran baca tulis AlQur’an di TPA Al Ikhlas Papringan dilaksanakan dengan baik. Artinya selain santriwan/santriwati diajarkan membaca Al-Qur’an mulai dari dasar juga pelajaran menulis diberikan secara berkesinambungan dengan harapan santri mampu menguasai baca dan menulis Al Qur’an secara baik dan benar. Sarana dan prasarana yang ada dimanfaatkan secara maksimal, yang terpenting pembelajaran dapat dijalankan secara berkesinambungan.
3. Faktor-Faktor
Pendorong dan Penghambat dalam Pembelajaran
Metode Iqro’ Pembelajaran metode Iqro’ di TPA Al Ikhlas Papringan terdapat adanya faktor pendorong dan faktor penghambat. Sebagai faktor pendorong diantaranya: tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, minat belajar santri, dorongan orang tua santri dan dorongan dari masyarakat (Wawancara, Mujiono, 14 Juni 2012). Sedangkan sebagai faktor penghambat dalam belajar metode Iqro’ di TPA Al Ikhlas Papringan diantaranya: belum adanya sarana
yang menggunakan teknologi, masih adanya santri yang minat belajar rendah, adanya sebagian orang tua santri yang kurang memberikan motivasi belajar santri dan masih ada sebagian kecil masyarakat yang kurang mendukung kegiatan TPQ di TPA Al Ikhlas Papringan. Nur Alif
(Wawancara, 17 Juni 2012) karena TPA Al Ikhlas
Papringan berasa di pedesaan sebenarnya dapat dilaksanakan secara maksimal, selain adanya faktor pendorong juga ada faktor penghambat. Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor pendorong kegiatan pembelajaran TPA Al Ikhlas Papringan. Walaupun sarana teknologi seperti LCD, Proyektor, komputer/lek top belum ada yang penting dalam kegiatan pembelajaran secara maksimal dapat menggunakan sarana dan prasarana yang ada sampai santriwan/santriwati mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Dalam memberikan pembelajaran kepada santri, memang tidak
tertutup kemungkinan adanya beberapa faktor yang dapat menghambat kegiatan pembelajaran. Misalnya: tingkat IQ santri rendah, motivasi belajar kurang, orang tua santri kurang memberikan motivasi dan santri ketika di rumah tidak terbiasa mengulangi pelajaran yang diberikan di TPA. Akibatnya dari adanya faktor penghambat tersebut berdampak kurang baik bagi santri yaitu santri menjadi lamban atau sulit membaca atau menghafal ayat-ayat pendek. Isnaini (Wawancara, 14 Juni 2012) sebagai tenaga pendidik yang setiap kegiatan berhadapan dengan santri tentunya faktor pendorong dan penghambat akan ditemukan, yang jelas menciptakan pembelajaran yang prima selalu dilakukan untuk mengurangi kekurangan-kekurangan yang ada.
TPA Al Ikhlas Papringan terletak di pedesaan yang memungkinkan untuk berusaha memajukan dan mengatasi berbagai macam faktor penghambat dalam pembelajaran supaya ke depan keberadaan TPA Al Ikhlas Papringan dapat dijadikan sebagai salah satu sarana pembelajaran BTA (Baca Tulis AlQur’an) bagi masyarakat di sekitar Papringan. Faktor pendorong dan penghambat TPA Al Ikhlas Papringan merupakan salah satu faktor yang dapat dijadikan sebagai renungan bagi pengelola dan pengajar untuk lebih meningkatkan proses pembelajaran yang maksimal. Kamto salah satu wali santri (Wawancara, 24 Juni 2012) saya sangat senang menitipkan anak di TPA Al Ikhlas Papringan, karena saya sebagai orang tua belum memiliki kesempatan memberikan pelajaran membaca Al Qur’an sehingga adanya TPA Al Ikhlas ini sangat membantu masyarakat.
Zainal (Wawancara, 24 Juni 2012) sebagai orang tua santri
sangat mendukung keberadaan TPA Al Ikhlas Papringan, walaupun sarana dan prasarana belum memadai yang penting proses belajar membaca AlQur’an dapat berjalan dengan baik. Jumadi (Wawancara, 24 Juni 2012) terus terang saya belum bisa membaca Al Qur’an, keberadaan TPA Al Ikhlas Papringan sangat membantu masyarakat di sekitar Papringan. Berdasarkan wawancara orang tua santri tersebut di atas, dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa kurangnya bimbingan membaca Al Qur’an santri oleh orang tua disebabkan orang tua ada yang belum mampu membaca Al Qur’an dan belum memiliki kesempatan membimbing anak di rumah. Isnaini (Wawancara, 14 Juni 2012) mengatakan sebagai ustadz di TPA Al Ikhlas Papringan melihat adanya beberapa faktor penghambat dalam
pembelajaran metode Iqro’ selalu berusaha secara maksimal untuk mencarikan solusi agar supaya seluruh santriwan/santriwati mampu belajar Iqro’ sampai betul-betul ada peningkatan dalam membaca Al-Qur’an. Hal ini terbukti dari beberapa santri yang pada awal masuk belum memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an, setelah mengikuti kegiatan dalam kurun waktu tertentu siswa ada yang sudah menyelesaikan Iqro’ jilid 6 dan sudah mampu membaca Al-Qur’an khususnya surat-surat pendek.
B. Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Qur’an (BTQ) TPA Al Ikhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kegiatan TPA Al Ikhlas Papringan dilaksanakan pada sore hari secara terus menerus dan berkesinambungan dan diharapkan seluruh santriwan/santriwati betul-betul memiliki kemampuan membaca Al Qur’an. Isnaini (Wawancara, 14 Juni 2012) seluruh santri di TPA Al Ikhlas Papringan sudah ada peningkatan kemampuan baca tulis Qur’an baik santri yang belajar membaca Iqro’ jilid I, jilid II, jilid III, jilid IV, jilid V dan jilid VI. Irwan Priyanto (Wawancara, 25 Juni 2012) saya sebagai santri TPA Al Ikhlas Papringan baru belajar Iqro’ jilid I dan sekarang sudah ada peningkatan dalam membaca metode Iqro’ yang pelajarannya baru awal. Sulaiman Muhammad Latif (Wawancara, 25 Juni 2012) sebagai santri TPA Al Ikhlas Papringan saya sudah mempunyai kemampuan membaca Iqro’ jilid II. Arif Dwi Setiawan (Wawancara, 25 Juni 2012) alkhamdulillah sekarang saya sudah memiliki kemampuan membaca metode Iqro’ jilid III. Peningkatan membaca santri TPA Al Ikhlas Papringan disesuaikan dengan tingkat atau kelompok belajar. Pada awal santri belum mampu membaca Iqro’
dengan baik, setelah mengikuti pembelajaran dalam kurun waktu tertentu santri memiliki peningkatan kemampuan membaca sesuai dengan tingkat atau kelompok belajar. Arif Dwi Setiawan (Wawancara, 25 Juni 2012) berdasarkan kesabaran dan ketekunan dari ustadz/ustadzah TPA Al Ikhlas Papringan para santri secara umum sudah ada kemajuan atau peningkatan dalam membaca iqro’. Sulaiman Muhammad Latif (Wawancara, 25 Juni 2012) pada awalnya saya takut dan malu karena belum mampu membaca metode iqro’ sama sekali, tetapi karena saya rajin masuk dan pada ustadz/ustadzah sabar membimbing sekarang saya sudah mampu membaca walaupun belum selesai. Irwan Priyanto (Wawancara, 25 Juni 2012) setelah saya belajar di TPA Al Ikhlas Papringan dan mendapatkan bimbingan dari ustadz/ustadah dengan sabar dan berkesinambungan akhirnya sekarang saya sudah memiliki peningkatan kemampuan membaca metode Iqro’. Belajar membaca melalui metode Iqro’ di TPA Al Ikhlas Papringan pada prinsipnya memberikan pelayanan bagi masyarakat muslim untuk belajar membaca Al-Qur’an yang diawali dari dasar dengan menggunakan metode Iqro’ dari belum mampu membaca sama sekali, diharapkan setelah mengikuti kegiatan belajar membaca metode Iqro’ santri memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an sesuai tingkat IQ yang dimiliki. Isnaini (Wawancara, 14 Juni 2012) dalam memberikan pembelajaran santri TPA
Al
Ikhlas
Papringan
supaya
ada
peningkatan
membaca,
maka
pembelajarannya diberikan kepada siswa baik secara bersama-sama maupun secara individu. Secara bersama-sama biasanya dilakukan hafalan-hafalan suratsurat pendek maupun belajar menulis.
Sedangkan belajar secara individu
diberikan kepada siswa dalam membaca Iqro’. Guru memberikan contoh baris
yang paling atas secara jelas dan terang dan ditirukan santri berulang-ulang sampai betul. Selanjutnya untuk baris berikutnya setiap halaman santri di suruh untuk membaca secara keras dan ustadz/ustadzah tinggal menyimak, jika mengalami kesulitan atau kesalahan santri baru diberikan bimbingan atau contoh cara membaca. Nur Alif (Wawancara,
14 Juni 2012) alkhamdulillah setelah santri
mendapatkan bimbingan membaca Iqro’ yang disesuaikan dengan kelompok belajar sekarang sudah memiliki peningkatan kemampuan baca metode Iqro’. Tingkat IQ santri satu sama lain berbeda-beda, ada yang cepat mampu membaca Iqro’ dan ada juga santri yang lamban membaca iqro’.
Bagi santri yang
mengalami kesulitan atau tingkat IQ rendah diberikan prioritas dalam belajar membaca. Artinya bagi santri yang tingkat IQ rendah waktu pembelajarannya di tambah dan di ulang-ulang sampai betul-betul mampu dan menguasai membaca iqro’. Kesabaran dan ketekunan ustadz/ustadzah untuk memberikan bimbingan membaca Al Qur’an melalui metode Iqro’ merupakan salah satu faktor yang mampu menghantarkan pada pencapaian tujuan utama. Mujiono (Wawancara, 14 Juni 2012) seluruh santri TPA Al Ikhlas Papringan berdasarkan kerjasama yang baik di antara santri, ustadz/ustadzah dan orang tua santri memiliki dampak yang positif dalam meningkatkan kemampuan Baca Tulis Qur’an santri di TPA Al Ikhlas Papringan. memberikan
bimbingan
berkesinambungan.
kepada
santri
secara
Orang tua berperan
terus
menerus
dan
Ustadz/ustadzah berperan memberikan bimbingan baca
Qur’an melalui metode Iqro baik secara teori maupun praktik secara terus menerus tanpa membeda-bedakan. Santriwan/santriwati memiliki peranan untuk
berusaha secara maksimal untuk belajar membaca Al-Qur’an tanpa ada paksaan dari orang lain. Peningkatan kemampuan Baca Tulis Qur’an (BTQ) bagi santri TPA Al Ikhlas Papringan merupakan kebanggaan sendiri baik dari orang tua, santri maupun ustadz/ustadzah. Kamto (Wawancara, 24 Juni 2012) sebagai wali santri saya merasa bangga dan senang, karena setelah anak saya titipkan di TPA Al Ikhlas Papringan dalam kurun waktu tertentu, sekarang sudah memiliki kemampuan baca tulis Qur’an. Zainal (Wawancara, 24 Juni 2012) anak saya sudah banyak peningkatan dalam membaca Qur’an, hal ini menjadikan kebanggaan bagi keluarga saya, sebab sebelum anak saya titipkan belajar di TPA Al Ikhlas rumah saya belum terbiasa terdengar anak membaca Al-Qur’an, tetapi setelah mengikuti pelajaran di TPA Al Ikhlas Papringan hampir setiap malam sudah terbiasa di rumah ada anak yang membaca Al-Qur’an rasanya keluarga sangat bahagia. Jumadi (Wawancara, 24 Juni 2012) memang saya akui walaupun sebagai orang tua buta huruf dan tidak bisa membaca Al-Qur’an, tetapi setelah anak saya belajar di TPA Al Ikhlas Papringan dalam kurun waktu tertentu, sekarang anak saya sudah memiliki peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an dan hal in menjadikan kebanggan tersendiri dalam keluarga. Peningkatan kemampuan baca tulis Qur’an santri TPA Al Ikhlas Papringan merupakan salah satu tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran metode Iqro’. Isnaini (Wawancara, 14 Juni 2012) tujuan akhir pelajaran Iqro’ yang diawali dari jilid I sampai dengan jilid VI supaya santri dalam kurun waktu tertentuada peningkatan kemampuan baca tulis Qur’an secara benar. Dari beberapa santri yang belajar di TPA Al Ikhlas Papringan secara umum sudah ada peningkatan
kemampuan membaca Al-Qur’an. Hal ini merupakan salah satu kegembiraan bersama baik orang tua santri, ustadz/ustadzah dan santri, dengan memiliki modal dasar membaca Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk belajar AlQur’an secara baik dan benar menurut ilmu tajwid.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian terhadap upaya meningkatkan kemampuan BTQ (Baca Tulis Qur’an) melalui metode Iqro’ pada santri di TPA Al Akhlas Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang dapat disimpulkan, bahwa sebagai faktor pendorong dalam belajar metode Iqro’ diantaranya: sarana dan prasarana, minat belajar santri, dorongan orang tua santri dan dorongan dari masyarakat. Sedangkan faktor penghambat: belum adanya sarana yang bersifat teknologi, ada sebagian santri yang tingkat minat belajar rendah dan masih ada sebagian kecil orang tua yang belum mampu memberikan bimbingan membaca Al-Qur’an kepada anak di rumah. Sebagai pengelola dan pengajar (ustadz/ustadzah) TPA Al Ikhlas Papringan berusaha secara maksimal untuk meningkatkan kemampuan baca tulis Qur’an santri. Sarana dan prasarana yang ada dimanfaatkan secara maksimal, untuk memberikan bimbingan dan kesabaran secara individu kepada santri, baik yang minat belajar membaca Iqro’ rendah atau yang lainnya, sehingga melalui metode Iqro’ merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan baca tulis Qur’an santri TPA Al Ikhlas Papringan.
B.
Saran Supaya pembelajaran di TPA Al Ikhlas Papringan lebih meningkat, perlu adanya saran dan kritik yang bersifat membangun, diantaranya :
1. Kepada orang tua santri Mendidik anak yang paling berperan adalah orang tua sedangkan ustadz/ustadzah hanya sebagai sarana membantu kewajiban orang tua. Sebagai orang tua walaupun belum mampu membaca Al-Qur’an dengan benar, tetapi bimbingan untuk menumbuhkan semangat belajar membaca Al Qur’an kepada anak harus selalu diberikan supaya anak memiliki motivasi belajar.
2. Kepada santri Bagi santri yang motivasi belajar membaca Al-Qur’an masih kurang, mulai saat ini harus ada peningkatan yang lebih baik, karena belajar itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Kemalasan hanya semata-mata akan menjadikan kebodohan dan ketekunan belajar merupakan salah satu penghantar untuk mencapai kesuksesan. Siswa yang tingkat IQ rendah jangan merasa putus asa dalam belajar membaca Al-Qur’an, tumbuhkan semangat belajar dengan ketekunan dan kesabaran. Karena ketekunan dan kesabaran akan mampu merubah dari belum tahu atau belum mampu membaca akan menjadi tahu dan lancar membaca terutama membaca Al Qur’an.
3. Kepada Pengelola TPA Al Ikhlas Papringan Keberadaan TPA Al Ikhlas Papringan sangat didambakan dan dibutuhkan masyarakat sekitarnya, sehingga pengelolaan yang prima dan profesionalisme akan menjadikan kepercayaan masyarakat untuk menitipkan putra-putrinya belajar di TPA Al Ikhlas Papringan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nashih Ulwan, 1988. Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Bandung: Asy-Syifa’. Ahmad D Marimba. Ma’arif.
1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al
Adenan Suhalis, 1995, Statistik Ekonomi I, Jakarta: Mawar Gempita. Alisuf Sabri, 1995. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Dalyono, 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Dede Rosyada, 1996. Hukum Islam dan Pranata Sosial Dirasah Islamiyah III¸ Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Depag RI., 1994. Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum / GBPP Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Umum, Jakarta : Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. _______, 2011. Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelennggara Penerjemah/Penafsiran Al-Qur’an. Djumhur & Moh. Surya, 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Guidance & Counseling), Bandung: CV. Ilmu. Fazlur Rahman, 1984. Islam, Bandung Pustaka. Hery Noer & Munzier, 2000. Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani. Himpunan Perundang-Undangan RI tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, 2005. Bandung : CV. Nuansa Aulia. Humam, As’ad et.al., 1992. Pedoman Pengelolaan Pembinaan dan Pengembangan TKA-TPA Nasional, Yogyakarta: Team Tadarus AMM. Lexy J. Moleong, 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Moh. Uzer Usman, 1992. Rosdakarya.
Menjadi Guru Profesional, Bandung
Mukhtar Yahya & Fatchurrahman, 1986. Islam, Bandung: PT. Al Ma’arif.
PT. Remaja
Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh
Mulyono Abdurrahman, 1996. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan. Nur Uhbiyati. 1995. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Setia. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. 2008. Salatiga: STAIN. Sitompul, Nana, 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya. Subana & Sudrajat, 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia. Suharsimi Arikunto, 1996. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Jakarta PT. Rineke Cipta. Sutari Imam Barnadib, 1989. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta: Andi Offset. Suparta & Herry Noer Aly, 2003. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Amissco Tim Pengembangan MKDK, 1991. Semarang Press.
Dasar-Dasar Pendidikan, Semarang: IKIP
Zakiah Daradjat, 1994. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Haji Masagung.