Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X Volume 7, Nomor 2, April 2013
TV Publik dan Lokalitas Budaya: Urgensinya di Tengah Dominasi TV Swasta Jakarta Puji Rianto Direktur Pusat Kajian Media dan Budaya Populer (PKMBP) Intania Poerwaningtias Peneliti pada Pusat Kajian Media dan Budaya Populer (PKMBP)
Abstract This article discusses about public service broadcasting and the urgency of culture program, especially the local culture program. This discussion based on the argument that broadcasting in Indonesia is dominated by private television that considered rating as the principal goal. In the other hand, local culture programs are ignored as the result of sentralized broadcasting system. In fact, local culture program is very required. It is showed by the popularity of culture program “Pangkur Jenggleng” that shows on TVRI Jogja. For public service broadcasting, culture program is one of their duty and mission that must be carried on. Keyword: public service broadcasting, private domination, local culture Abstrak Artikel ini membahas lembaga penyiaran publik dan urgensi program budaya, terutama yang bermuatan budaya lokal. Bahasan ini didasarkan pada argumen bahwa penyiaran di Indonesia didominasi oleh stasiun televisi swasta yang menganggap rating adalah segalanya. Di sisi lain, program budaya lokal menjadi diabaikan, sebagai hasil dari sistem penyiaran yang sentralistik. Pada faktanya, program budaya lokal sangatlah penting. Ini ditunjukkan dengan popularitas program budaya “Pangkur Jenggleng” yang ditayangkan oleh TVRI Jogja. Bagi lembaga penyiaran publik, program budaya adalah salah satu tugas dan misi yang harus dipenuhi. Kata Kunci: lembaga penyiaran publik, dominasi swasta, budaya lokal
Pendahuluan Reformasi
1998
Indikasinya, baik media cetak maupun telah
mengubah
elektronik
tidak
pembredelan,
Indonesia,
di
dilarang menghalangi wartawan menggali
antaranya adalah sistem penyiaran. Jika
informasi. Media benar-benar berorientasi
pada masa Orde Baru sistem penyiaran
untuk melayani publik dan juga pasar.
diorientasikan untuk melayani negara
Namun
(baca penguasa), maka setelah Orde Baru
terutama televisi swasta Jakarta yang
tumbang menjadi jauh lebih demokratis.
siaran
terimbas
satu
dominasi nasional
pihak
dikenakan
sedemikian rupa sistem ekonomi politik di yang
dan
lagi
manapun
televisi
menunjukkan
swasta— bahwa 163
Jurnal komunikasi, Volume 7, Nomor 2, April 2013
kondisi pertelevisian Indonesia tengah
informasi yang relevan. Bahkan, dalam
bergerak
negara
kasus tertentu, kandidat Gubernur di
menuju otoriarianisme pasar. Saat ini, ada
suatu daerah harus beriklan di televisi
11 stasiun televisi siaran nasional, yakni
Jakarta, begitu pula debat kandidatnya.
TVRI, RCTI, SCTV, Indosiar, MNC TV,
Hal ini membuat masyarakat di daerah
Global TV, Trans TV, Trans 7, ANTEVE,
lain harus mendapati informasi yang tidak
TVOne, dan Metro TV. Di antara kesebelas
relevan
lembaga siaran tersebut, hanya TVRI yang
sehari-hari. Sementara, televisi swasta
merupakan televisi publik. Selebihnya,
lokal tidak mampu berbuat banyak karena
televisi swasta komersial yang sangat
tersedotnya
sentralistik karena dikuasai oleh beberapa
daerah oleh televisi-televisi swasta yang
pemilik saja.
siaran nasional.
dari
otoritarianisme
Terlalu kuatnya dominasi televisi
dengan
kehidupan
seluruh
Dalam
politiknya
sumber
situasi
daya
semacam
di
ini,
swasta dalam dunia penyiaran tentu akan
keberadaan lembaga penyiaran publik
mengundang masalah. Pertama, demi
seperti TVRI—terlepas dari
mengejar
yang
iklan
dan
keuntungan
melilitnya—sangat
persoalan dibutuhkan
perusahaan, televisi-televisi swasta itu
karena beragam alasan pula. Pertama, visi
akan jauh lebih mementingkan rating
lembaga penyiaran publik sangat berbeda
dibandingkan dengan membuat program
dibandingkan
acara yang bagus. Akibatnya, tayangan
Eksistensi
televisi banyak dipenuhi oleh “tayangan-
adalah
tayangan
hanya
mempunyai nilai edukasi dan budaya yang
menekankan nilai hiburan dibandingkan
tinggi, sedangkan televisi swasta demi
edukasi. Kedua, tayangan berita dan
rating dan keuntungan. Kedua, lembaga
informasi yang penting dalam mendorong
penyiaran
publik
demokrasi akan teracuni oleh motif-motif
bergantung
pada
sampah”
mengejar
rating
Market-driven
yang
dan
keuntungan.
journalism
dengan
lembaga
menciptakan
televisi penyiaran program
seyogianya iklan
karena
swasta. publik yang
tidak dana
disediakan oleh negara (atau bisa juga
(lihat
license fee) sehingga lembaga penyiaran
mengalahkan
publik lebih bisa diandalkan sebagai
public-driven journalism sehingga dunia
sumber informasi. Ketiga, dalam konteks
pemberitaan akan dipenuhi berita-berita
Indonesia,
politik yang penuh skandal, sensasional,
seyogianya menjadi penyeimbang lembaga
McManus,
dan
1994)
dangkal.
akan
Ketiga,
lembaga
penyiaran
publik
tergerusnya
penyiaran swasta yang sangat komersial.
demokrasi lokal. Berita dan informasi
Dengan demikian, budaya populer yang
adalah
prasyarat
penting
demokrasi.
berkembang tidak semata budaya pasar,
di
tapi juga budaya yang mempunyai “nilai
Dominasi
televisi
Jakarta
membuat
publik
tidak
164
daerah
mendapatkan
pencerahan”.
Puji Rianto & Intania Poerwaningtias, TV Publik dan Lokalitas Budaya: Urgensinya di Tengah Dominasi TV Swasta Jakarta
Berangkat dari beragam argumen di atas, tulisan ini ingin menyoroti bagaimana
program-program
Mendefinisikan Lembaga Penyiaran Publik
budaya
Gazali
dan
Manayang
(Gazali,
lokal diminati oleh masyarakat. Tulisan
2002) mengemukakan bahwa lembaga
ini akan mengambil contoh kasus acara
penyiaran
Pangkur Jenggleng Ayom Ayem yang
penyiaran yang mempunyai visi untuk
tayang
di
TVRI
Jogja
publik
adalah
lembaga
(selanjutnya
memperbaiki kualitas kehidupan publik,
disingkat menjadi Pangkur Jenggleng).
kualitas kehidupan suatu bangsa, dan juga
Sebagai
kualitas
lembaga
penyiaran
publik,
menjaga identitas kebudayaan adalah salah
satu
tugas
TVRI,
antarbangsa
pada
umumnya. Selain itu, lembaga penyiaran
dan
publik mempunyai misi untuk menjadi
Pangkur Jenggleng kemudian menjadi
forum diskusi, artikulasi, dan pelayanan
salah satu program kebudayaan yang
kebutuhan publik. Menurut Gazali dan
dimaksud. Program ini diangkat sebagai
Manayang,
suatu
dua
memberikan pengakuan secara signifikan
alasan. Pertama, hasil survei menyatakan
terhadap peran supervisi dan evaluasi oleh
bahwa Pangkur Jenggleng merupakan
publik dalam posisinya sebagai khalayak
tayangan budaya yang paling populer di
dan partisipan yang aktif, karena itu
Yogyakarta, bahkan mampu menembus
lembaga
penyiaran
publik
dominasi televisi - televisi Jakarta yang
lembaga
penyiaran
pemerintah
sangat profit oriented. Ini menunjukkan
bukan pula lembaga penyiaran yang
kuatnya
semata-mata mendasarkan dirinya pada
kajian
utama
hubungan
karena
kebutuhan
setidaknya
masyarakat
akan
program budaya yang bersifat sangat lokal. betapa
Kedua, program
dengan
seperti
Pangkur Jenggleng diminati khalayak, tulisan ini ingin menunjukkan bahwa dominasi siaran televisi Jakarta di seluruh Indonesia, bukan saja keliru jika dilihat dari aspek hukum, tapi juga menegasikan kebutuhan masyarakat di tingkat lokal. Kebudayaan lokal hanya mungkin dilayani oleh siaran televisi lokal, dan lebih-lebih lembaga penyiaran publik.
bukanlah serta
hukum-hukum pasar.
menunjukkan
kebudayaan
lembaga penyiaran publik
Acuan lembaga penyiaran publik juga bisa disimak dalam undang-undang penyiaran. Pasal 14 ayat (1) undangundang lembaga
tersebut
menyatakan
penyiaran
publik
bahwa sebagai
lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum
yang
bersifat
didirikan
independen,
oleh netral,
negara, tidak
komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Secara khusus, Pasal 4 PP No. 13 Tahun 2005, mengenai tugas TVRI adalah sebagai berikut. 165
Jurnal komunikasi, Volume 7, Nomor 2, April 2013
TVRI mempunyai tugas memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sasa Djuarsa Sendjaja (2006: 498500)
mengemukakan
empat
alasan
mengenai pentingnya lembaga penyiaran publik dalam sistem demokrasi. Pertama, dalam konteks kehidupan demokrasi dan penguatan masyarakat sipil, publik berhak mendapatkan
siaran
mencerdaskan,
lebih
yang
lebih
mengisi
kepala
dengan sesuatu yang lebih bermakna dibandingkan sekadar menjual kepala kepada pemasang iklan melalui logika rating. Kedua, warga berhak memperoleh siaran yang mencerdaskan tanpa adanya batasan geografis, lebih-lebih sosio-politis. Lembaga penyiaran swasta akan selalu berpikir dalam kerangka besaran jumlah penduduk dan potensi ekonomi untuk membuka jaringannya sehingga daerahdaerah yang miskin dan secara ekonomi tidak
menguntungkan
tidak
akan
mendapatkan layanan siaran swasta. Oleh karena itu, beberapa pihak mengatakan bahwa
perbedaan
lembaga
penyiaran
harus melayani banyak komunitas. Oleh karena itu, daya jangkau menjadi sangat penting dalam lembaga penyiaran publik karena
jangkauan
akan
sangat
menentukan banyaknya komunitas yang mampu dilayani. Di titik ini, lembaga penyiaran publik tidak berkait erat dengan pasar, dan tidak berkait dengan rating. Sejauh komunitas itu eksis dalam suatu wilayah layanan,
maka
komunitas
itu
harus
dilayani berapapun banyaknya. Ketiga, penyiaran
publik
merupakan
entitas
penyiaran yang memiliki concern lebih terhadap identitas dan kultur nasional. Keberadaan lembaga penyiaran publik penting dalam rangka menjaga identitas dan kultur nasional yang bersifat dinamis. Keempat,
demokrasi
media
niscaya
memerlukan lembaga penyiaran yang bersifat independen, baik dilihat dari kepentingan negara maupun komersial. Lembaga penyiaran yang dikontrol negara akan cenderung menjadi ideological state aparatus, sedangkan lembaga penyiaran yang
dikontrol
mengakibatkan accumulation
swasta
logic
penggunaan and
akan
exclusion
of
sebagai
penentu apa dan bagaimana sesuatu ditayangkan.
komunitas dan lembaga penyiaran publik terletak pada banyaknya komunitas yang
Urgensi Program Budaya
dilayani (Gazali, 2002; lihat juga Higgins, 2008). Lembaga penyiaran komunitas melayani
hanya
sedangkan
lembaga
166
satu
komunitas,
penyiaran
publik
Lukas kesaksian 1
di
Ispandriarno, Mahkamah
dalam
Konstitusi,1
Risalah Sidang Perkara Nomor 78/PUU-IX/2011 Perihal Pengujian Undang-Undang Nomor 32
Puji Rianto & Intania Poerwaningtias, TV Publik dan Lokalitas Budaya: Urgensinya di Tengah Dominasi TV Swasta Jakarta
mengemukakan
bahwa
kemajemukan
demokrasi, kebudayaan, dan seterusnya
budaya bangsa tidak mendapatkan tempat
akan didominasi oleh cara pandang pasar.
sama sekali dalam layar televisi swasta.
Dilihat
dari
sistem
politik
Sebaliknya, yang muncul justru sajian
demokrasi, kuatnya dominasi pasar ini
infotainment
tidak
jelas tidak akan menguntungkan. Dalam
tidak
Rich Media Poor Democracy, Chesney
yang
mengembangkan
dangkal, nalar,
menumbuhkan cita rasa yang baik, jauh
mengemukakan
dari suasana reflektif, dan sebagainya. Hal
hiperkomersialisasi dan oligopoli dalam
yang kurang lebih sama dikemukakan oleh
sistem media telah mengancam demokrasi
Hanif Suranto dari Lembaga Studi Pers
dan opini publik. Douglas Kellner juga
dan Pembangunan
(LSPP).2
bahwa
Menurutnya,
menyampaikan keberatan-keberatan yang
selain bahwa media-media lokal sangat
sama menyangkut kuatnya kapitalisasi
bias Jakarta, konsentrasi kepemilikan
penyiran
dan
pada
demokrasi.
Sebagaimana
akhirnya
homogenisasi
isi,
berimbas dan
pada
pada upaya
penunggalan opini publik.
implikasinya
bagi
dikemukakan
Kellner (Ibrahim, 2011: 7), fondasi dari imperatif
kapitalis
dalam
‘sistem
Dominannya neoliberalisme dalam
penyiaran’ komersial sebagai antitesis bagi
penyelenggaraan penyiaran di Indonesia
demokrasi itu sendiri. Ini disebabkan oleh
akan berimplikasi serius bagi masa depan
kurangnya
demokrasi dan kebudayaan di Indonesia.
akses gelombang udara yang terbatas, dan
Sebagaimana dikemukakan Kellner (2010:
sempitnya
1), budaya media hadir di mana citra,
ditampilkan.
suara, dan lensa membantu menghasilkan rajutan
kehidupan
sehari-hari,
tanggung
jawab
perspektif
korporat,
politik
yang
Tidak bisa dimungkiri, lembaga penyiaran
swasta
bertugas
mendominasi waktu luang, membentuk
memaksimalkan
pandangan-pandangan politik dan sikap
karenanya, prinsip ekonomi akan menjadi
sosial, dan memberikan bahan yang
pegangan utama. Biaya produksi akan
digunakan
ditekan
orang
untuk
membangun
keuntungan.
semaksimal
mungkin
Oleh
demi
identitas sosial. Di sini, persoalan krusial
mendapatkan selisih keuntungan yang
muncul ketika media—dalam hal ini
semakin besar. Maraknya infotainment
televisi—didominasi pasar. Maka, cara
tak lepas dari prinsip ekonomi ini. Dalam
pandang terhadap realitas, cara pandang
bidang jurnalis, akan muncul apa yang disebut sebagai market-driven journalism (McManus, 1994). Dalam market-driven
Tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal 18 ayat (1) dan Pasal 34 ayat (4) terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Rabu 15 Februari 2012. 2 Risalah Sidang, ibid.
journalism,
liputan
kebutuhan
konsumen
lebih
menyentuh dibandingkan
dengan warga negara. Biaya liputan akan 167
Jurnal komunikasi, Volume 7, Nomor 2, April 2013
ditekan sedemikian rupa. Investasi untuk
atasnya
sumber daya wartawan juga berkurang.
berdasarkan nilai guna menjadi konsumsi
Akibatnya, berita yang dihasilkan dangkal
produk berdasarkan nilai tanda menjadi
dan kurang bermakna bagi sistem politik
mungkin dan berlangsung masif.
sehingga
konsumsi
produk
demokrasi. Ini karena salah satu syarat
Di manapun, kapanpun, dan dalam
penting demokrasi adalah masyarakat
situasi bagaimanapun iklan senantiasa
yang well-informed (McNair, 2003), tapi
menghipnotis manusia, mensubversi dan
prasyarat semacam itu tidak mungkin
mengaburkan
dipenuhi oleh liputan media yang dangkal
kebutuhan dan keinginan. Itu hanya
dan bias. Akhirnya, situasi yang akan kita
mungkin melalui media, terutama melalui
hadapi mirip seperti yang pernah disitir
periklanan komersial. Di sinilah, program
McChesney
budaya—yang tidak semata komersial—
(2000),
kita
memang
batas-batas
antara
mempunyai banyak media, tapi demokrasi
menjadi
kita tetaplah miskin.
dikemukakan Gazali (2002: 34), salah
begitu
urgent.
Sebagaimana
Di sisi lain, lembaga penyiaran
satu pembeda utama lembaga penyiaran
swasta hidup dari iklan. Ini berarti bahwa
publik dan swasta adalah pada program
semakin
budaya.
swasta
banyak akan
lembaga
semakin
penyiaran
banyak
iklan
Lembaga
penyiaran
publik
berkewajiban membuat program-program
menerpa masyarakat. Di bidang sosial
mengenai
budaya, ini akan memunculkan suatu
kearifan di dalamnya yang mungkin telah
masyarakat yang menempatkan konsumsi
tertinggal sedemikian rupa karena kita
pada derajat paling tinggi. Akibat lebih
terlanda sedemikian rupa oleh budaya
lanjut
benda.
populer, budaya kontemporer, budaya
Eksistensi individu akan lebih ditentukan
langsung jadi yang lama-lama membuat
oleh benda atau barang-barang material
kita terbiasa, dan mulai tidak merasa ada
yang
sesuatu yang kosong di batin kita karena
adalah
mereka
dengan
pemujaan
konsumsi
sumbangan
peradaban. merajalela
dibandingkan
serta
kehilangan kearifan dan budaya kita
akan
semakin
sendiri.
dorongan
terus-
kita pada akhirnya akan didominasi oleh budaya pasar di mana nilai uang dan transaksi menjadi dasar utama dari relasisosial
tradisi
terhadap
menerus untuk mengonsumsi. Budaya
relasi
dan
mereka
Korupsi karena
atas
budaya
yang
lebih
luas.
Televisi
Publik
dan
Tayangan
Budaya Lokal Undang-undang Penyiaran telah menunjuk
TVRI
sebagai
lembaga
Bagaimanapun, media penting karena ia
penyiaran publik televisi. Sebagai sebuah
mampu
lembaga
produk 168
“menyosialisasikan kapitalis,
produk-
membangun
citra
penyiaran
publik,
TVRI
berkewajiban untuk melayani kebutuhan
Puji Rianto & Intania Poerwaningtias, TV Publik dan Lokalitas Budaya: Urgensinya di Tengah Dominasi TV Swasta Jakarta
publik. Lembaga penyiaran publik ini
bisa menyajikan tayangan budaya lokal
harus bisa melayani kebutuhan komunitas
karena bersiaran nasional, maka televisi
yang ada di wilayah siarannya, termasuk
publik lokal, baik TVRI daerah maupun
komunitas yang minoritas. Pelayanan
lembaga penyiaran publik lokal televisi
lembaga
lainnya
penyiaran
publik
tak boleh
harus
mampu
memproduksi
tergantung pada ada tidaknya keuntungan
tayangan tersebut karena sesuai dengan
yang akan didapat dari iklan dan sponsor.
konteks lokal di mana lembaga penyiaran
Lembaga penyiaran publik benar-benar
publik tersebut berada. Salah satu contoh
tak boleh diintervensi oleh kekuatan
tayangan budaya lokal yang diproduksi
negara maupun kekuatan pasar.
dengan
Salah satu tayangan yang harus disediakan oleh televisi publik adalah
baik
Jenggleng
adalah yang
Pangkur
acara
diproduksi
dan
ditayangkan oleh TVRI Jogja.
tayangan budaya. Meski tak populer dan tak
bisa
mendatangkan
keuntungan,
televisi publik tetap harus memproduksi
Pangkur
televisi. Di tengah tayangan televisi yang hanya mementingkan popularitas dan kemungkinan untuk meraup untung dari iklan—yang budaya
notabene
menyuguhkan
konsumtif—tayangan
budaya
menjadi kebutuhan yang penting sebagai rujukan
bagi
publik
untuk
bisa
mengembangkan nalar, menumbuhkan cita rasa yang baik, dan merefleksikan kehidupan sehari-hari. Tayangan
Pangkur Jenggleng adalah acara lokal
terutama
dan sumber edukasi. Jika televisi Jakarta bersiaran nasional tak mau membuat karena
tak
mendatangkan keuntungan, maka televisi publik
menjadi
paling
Yogyakarta penelitian
dan LPP
diminati
warga
sekitarnya.
khalayak
Pustlitbang
yang
TVRI
Dalam dilakukan Inspect
dan
(Rianto, dkk, 2013) menemukan bahwa acara ini menjadi salah satu acara televisi lokal
yang
mampu
bersaing
dengan
televisi Jakarta yang bersiaran nasional. Survei
tersebut
menanyakan
kepada
responden tentang tayangan televisi apa sore, dan malam hari dalam dua hari terakhir (lihat Grafik 1).
publik sebagai bentuk pelestarian budaya
budaya
yang
yang mereka konsumsi pada pagi, siang,
budaya,
budaya lokal sangat dibutuhkan oleh
program
Tayangan
Budaya Lokal yang Populer
siaran budaya. Bagaimanapun, tayangan budaya mesti mendapat tempat di dalam
Jenggleng:
solusi
untuk
menghadirkan tayangan budaya di tengah masyarakat. Ketika televisi Jakarta tak
Pangkur sebagai
Jenggleng
program
televisi
muncul
lokal
yang
mampu bersaing di tingkat nasional. Pangkur Jenggleng memiliki persentase yang
mencapai
menunjukkan
8,05%.
program
Grafik
televisi
1
yang
ditonton oleh responden pada pagi hingga 169
Jurnal komunikasi, Volume 7, Nomor 2, April 2013
malam hari, namun hanya yang memiliki persentase lebih dari 2% saja. Dengan demikian, hanya acara yang populer saja yang terlihat di sana.
Surat Kecil Untuk Tuhan (RCTI) Metro Malam (Metro TV) Anak-anak Manusia (RCTI) Kabar Malam (TV One) YKS (Trans TV) Pangkur Jenggleng (TVRI/TVRI Jogja) Pesantren Rock N Roll (SCTV) Sepak Bola (MNC TV) Hitam Putih (Trans 7) Raden Kian Santang (MNC TV)
2.30% 2.30% 2.30% 2.87% 3.45% 3.45% 4.60% 5.75% 6.32% 7.47% 7.47% 8.05% 8.05% 8.05% 8.05% 9.20% 9.77% 12.07% 13.22% 13.22% 33.33%
OVJ (Trans 7) Tukang Bubur Naik Haji (RCTI) Kabar Petang (TV One) Tendangan dari Langit (RCTI) Hitam Putih (Trans 7) Liputan 6 Petang (SCTV)
2.31% 2.31% 2.89% 3.47% 4.05% 4.05% 4.05% 4.62% 5.20% 5.78% 6.36% 8.09% 9.83%
Show Imah (Trans TV) infotainment (Global TV) kartun (Global TV) Si Bolang (Trans 7) Insert (Trans TV) Kabar Siang (TV One) Seputar Indonesia (Siang) (RCTI) FTV (SCTV) Hot Shot (SCTV) Fokus Pagi (Indosiar) Go Spot (RCTI) FTV (SCTV) Spongebob (Global TV) Inbox (SCTV) Kabar Pagi (TV One) Curhat bersama Mamah Dedeh (Anteve)
0.00%
15.61% 2.00% 2.00% 2.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 7.00% 7.00% 8.00% 13.00% 14.00% 16.00% 2.46% 2.46% 2.46% 3.28% 3.28% 3.28% 4.10% 4.92% 4.92% 5.74% 5.74% 7.38% 9.02% 11.48% 11.48%
5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00%
Grafik 1. Program Acara Televisi yang Ditonton di Waktu-Waktu Tertentu
170
Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X Volume 7, Nomor 2, April 2013
Dari
program-program
yang
penontonnya. Bagaimanapun, tayangan
ditonton di waktu-waktu tersebut, hanya
budaya semacam Pangkur Jenggleng
Pangkur
hanya bisa dibuat dengan konteks lokal.
Jenggleng
yang
merupakan
program budaya. Program yang paling
Sementara,
banyak
ditonton
tersebut memiliki penonton yang berasal
sinetron
Tukang
Bubur
Program
lainnya
yang
responden
responden
adalah
adalah
Naik
Haji.
disebut
oleh
program
berita,
dari
stasiun-stasiun
berbagai
wilayah
di
televisi Indonesia.
Tayangan kebudayaan yang dirumuskan oleh
stasiun
televisi
swasta
Jakarta
talkshow, sinetron, dan infotainment.
bersiaran nasional seringkali jatuh pada
Hasil
tujuan
ini
secara
tidak
langsung
pariwisata.
Tayangan
budaya
mengatakan bahwa televisi Jakarta yang
mereka kebanyakan berbentuk feature
bersiaran nasional tidak bisa menciptakan
tentang budaya masyarakat tertentu atau
tayangan budaya yang diminati oleh
cerita
khalayak di tingkat lokal.
episode.
perjalanan
yang
berganti
tiap
alasan
Acara Pangkur Jenggleng tayang
mengapa televisi Jakarta yang bersiaran
di TVRI Jogja setiap hari Senin pukul
nasional tidak bisa menciptakan program
18.00 – 19.00. Cerita Pangkur Jenggleng
budaya yang diminati oleh khalayak.
adalah cerita di sebuah padepokan yang
Pertama, stasiun-stasiun televisi tersebut
bernama Padepokan Ayom Ayem. Di sana
tidak mempunyai tempat untuk tayangan-
ada orang-orang yang berperan layaknya
tayangan
kehidupan sehari-hari. Di
Setidaknya
budaya.
ada
dua
Tayangan
budaya
sana pula
memang tak pernah mendapat rating
persoalan-persoalan sehari-hari dibahas
yang sangat tinggi secara nasional. Tentu
sesuai dengan tema yang diangkat. Dalam
saja mereka tidak mau membuat tayangan
padepokan tersebut terdapat seorang yang
budaya karena alasan tersebut. Bukan hal
dituakan yang nantinya memberi nasihat
yang mengherankan lagi jika selama ini
kepada orang-orang yang ada di sana.
televisi-televisi pembuatan Selama
tersebut
mendasarkan
rating
ini
memiliki
format
pada
rating.
“dagelan Mataram”, yaitu berupa lawakan
tertinggi
banyak
yang
programnya
ini,
Tayangan diselingi
dengan
musik.
Tema
dikuasai oleh tayangan dengan genre
lawakan yang diangkat dalam acara ini
sinetron, reality show, dan komedi.
menyangkut masalah kehidupan sehari-
Kedua,
yang
hari atau tentang isu yang sedang populer,
mempunyai
misalnya tema “kurban” saat mendekati
tempat untuk tayangan-tayangan yang
Hari Raya Idul Adha, “kwalon” untuk
bersifat lokal. Stasiun televisi tersebut
membahas tentang saudara tiri, “njago”
tidak
untuk
bersiaran
televisi
nasional
mampu
Jakarta
tidak
merumuskan
tayangan
budaya yang bisa diterima oleh semua
membahas
tentang
banyaknya
orang yang berniat mencalonkan diri 171
Jurnal komunikasi, Volume 7, Nomor 2, April 2013
menjadi
anggota
legislatif
maupun
eksekutif, dan lain sebagainya.
dijelaskan di atas mewajibkan mereka untuk turut serta berakting dan melawak.
Selain menghibur, acara ini juga berusaha
memberikan
refleksi
Acara ini melibatkan artis-artis
bagi
lokal, mulai penyanyi, pelawak, pengrawit,
penonton atas kehidupan sehari-hari.
dan bintang tamu lainnya. Artis-artis
Format dagelan dipilih karena pesan
tersebut berasal dari Yogyakarta maupun
dianggap bisa lebih mudah diterima oleh
kota-kota di wilayah sekitar (Klaten,
penonton. Dengan format tersebut, acara
Sragen, Wonogiri, Solo, Kebumen, dan
Pangkur Jenggleng menjadi acara budaya
lain-lain). Beberapa nama populer yang
yang paling banyak disukai oleh penonton
pernah menjadi bintang tamu di acara ini
di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
adalah Yati Pesek, Soimah Pancawati,
Nama Pangkur Jenggleng diambil dari nama salah satu tembang macapat, yaitu
Pangkur.
Jenggleng
cara
tokoh utama.
Pangkur
Adapun
adalah
serta Ki Ngabdul (Alm.) yang menjadi
menyajikan
tembang Pangkur yang bisa diselingi
Kebutuhan Publik akan Program Budaya
dengan lawakan di tengah-tengah lagu. Oleh karena itu, format acara ini pun sesuai
dengan
namanya.
Tembang
macapat atau lagu yang mengiringi acara bisa dihentikan sewaktu-waktu dengan guyonan yang seringkali muncul secara spontan
dari
para
pengisi
acara.
Kemudian lagu dilanjutkan lagi setelah semua selesai tertawa.
Tayangan televisi swasta Jakarta yang
bersiaran
monoton
dan
membutuhkan
nasional
seringkali
membuat
penonton
tayangan
alternatif.
Tayangan budaya merupakan salah satu alternatif tayangan yang mereka sukai. Hal ini terbukti dari hasil penelitian kami yang
menunjukkan
bahwa
tayangan
budaya lokal disukai oleh responden.
Pangkur
Jenggleng
Tayangan budaya yang disiarkan oleh
selalu diiringi dengan musik. Pada setiap
berbagai stasiun televisi lokal mendapat
episode
tempat tersendiri bagi khalayak.
Lawakan akan
menyanyikan
ada
penyanyi
lagu-lagu
campur
yang sari,
keroncong, lagu-lagu Jawa, atau tembang macapat sesuai dengan kebutuhan dengan diiringi
gamelan.
Selain
menyanyi,
penyanyi dalam acara ini juga harus bisa berakting dan melawak karena format Pangkur Jenggleng sebagaimana yang
Pada tayangan TVRI Jogja, acara Pangkur Jenggleng menjadi acara yang paling favorit.
banyak disebut Acara
mayoritas
tersebut
responden
sebagai dipilih
yang
acara oleh
menonton
TVRI, yaitu sebanyak 63,89%. Sementara acara-acara TVRI Jogja lainnya dipilih oleh masing-masing kurang dari 10%.
172
Puji Rianto & Intania Poerwaningtias, TV Publik dan Lokalitas Budaya: Urgensinya di Tengah Dominasi TV Swasta Jakarta
Grafik 2 berikut ini menunjukkan data jumlah responden yang menonton acaraacara acara di TVRI Jogja.
(tidak mengisi
3.70%
Adi Budaya
0.00%
(pilihan lebih dari 2)
0.46%
Ranah Publik
0.46%
Kethoprak
0.93%
Sentuhan Qolbu
0.93%
Zona Musik
0.93%
Yogya Istimewa
0.93%
Dialog Bisnis
0.93%
Konsultasi Kesehatan
1.85%
Saba Desa
2.31%
Kanal 22
3.70%
Kuis Cerdas
4.17% 6.48%
Taman Gabusan
8.33%
Angkringan
63.89%
Pangkur Jenggleng
Grafik 2. Program Siaran TVRI yang Ditonton Responden
Acara
Pangkur
Jenggleng
Pangkur
Jenggleng
dianggap
bisa
memang disukai oleh masyarakat di
memberikan
hiburan
wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Selain
memberikan
pendidikan
dari penelitian di atas, pada bulan Juli AC
melestarikan
Nielsen pun mencatat Pangkur Jenggleng
mampu memberikan hiburan yang segar
memiliki rating hingga 6,2%. Selain itu,
di tengah acara televisi lain yang dianggap di
pada setiap proses pengambilan gambar
monoton. Selain itu, acara ini juga
pun
oleh
dianggap mampu memberikan refleksi
masyarakat. Menurut Heruwati, produser
atas pengalaman kehidupan sehari-hari sehari
acara ini, penonton harus rela menunggu
dan mencerminkan kebudayaan mereka.
selalu
ditunggu-tunggu tunggu
panggilan hingga 7 bulan untuk bisa
sekaligus
kebudayaan.
Sayangnya,
tayangan
serta Acara
ini
semacam
menyaksikan acara Pangkur Jenggleng di
Pangkur
studio.
diproduksi oleh stasiun televisi, baik yang Tingginya
maupun
bisa
masyarakat
Pangkur
Jenggleng
Nyatanya, Pangkur Jenggleng menguasai
mestinya bisa menjadii indikasi kebutuhan
mayoritas perhatian penonton. Belum ada
publik akan tayangan budaya. Tayangan
acara lain yang bisa sesukses Pangkur
acara
nasional
belum
animo
terhadap
bersiaran rsiaran
Jenggleng
lokal.
173
Jurnal komunikasi, Volume 7, Nomor 2, April 2013
Jenggleng
dalam
masyarakat,
merebut
setidaknya
perhatian
oleh
stasiun
baik
Dengan
berbagai
finansial
maupun
keterbatasan, sumber
daya
televisi yang tayang di wilayah Yogyakarta.
manusia, membuat acara yang prima
Keadaan tersebut menjadi catatan
seperti Pangkur Jenggleng dalam jumlah
tersendiri
bagi
para
pegiat
media.
banyak akan terasa sangat sulit. (4)
Beberapa tantangan yang dihadapi oleh
Sentralisasi
media sehingga belum bisa menyajikan
membuat akumulasi kapital berada di
tayangan-tayangan yang bisa memenuhi
tangan televisi Jakarta bersiaran nasional.
kebutuhan dan keinginan publik antara
Sistem
lain:
sangat merugikan televisi lokal karena
1. Lemahnya regulasi media yang tidak
memberikan
kepada
televisi
kesempatan
lokal
maupun
tayangan lokal untuk hadir di tengah-tengah penonton. Seperti yang selama ini terjadi, syarat televisi
swasta
bersiaran
Jakarta
yang
nasional
untuk
memberikan porsi yang cukup untuk tayangan lokal tidak pernah diindahkan.
Dengan
keadaan
demikian, tak akan ada upaya dari pihak
stasun
televisi
untuk
sistem
penyiaran
pemasukan televisi
dari
Jakarta
penyiaran
yang iklan
yang
tersentralisasi dikuasai
bersiaran
oleh
nasional.
Mereka menguasai hampir 67% belanja iklan
nasional
yang
diperkirakan
mencapai lebih dari Rp90 triliun. Sisanya dibagi untuk televisi lokal di seluruh Indonesia (data AC Nielsen kwartal 2 tahun 2013, dalam Sudarmawan, 2013). Keadaan yang demikian berakibat pada keterbatasan yang harus dihadapi oleh televisi lokal untuk memproduksi siaran yang
bagus
dan
berorientasi
pada
kebutuhan publik, terutama acara budaya.
menggarap program lokal secara Penutup
serius. 2. Jam siar yang kurang. Hal ini
Tayangan budaya, terutama yang
terjadi terutama pada tv publik.
bersifat lokal, ternyata sangat dibutuhkan
TVRI lokal hanya memiliki jam
oleh publik. Salah satu tayangan yang
siar 4 jam, yaitu mulai pukul 15.00
menunjukkan
–
yang
menginginkan tayangan yang menarik dan
perlu
mampu mengangkat budaya lokal adalah
tambahan waktu bagi stasiun lokal
Pangkur Jenggleng. Akan tetapi, acara
sehingga
bisa
budaya seperti Pangkur Jenggleng tak
pelayanan
yang
17.00.
sesingkat
Dengan itu,
waktu
kiranya
memberikan lebih
banyak
kepada publik. 3. Kualitas televisi lokal yang masih kurang. 174
betapa
publik
diproduksi oleh stasiun televisi lain. Televisi Jakarta yang bersiaran nasional tak punya tempat untuk acara-acara yang
Puji Rianto & Intania Poerwaningtias, TV Publik dan Lokalitas Budaya: Urgensinya di Tengah Dominasi TV Swasta Jakarta
bersifat lokal. Acara seperti ini juga
pun akan memiliki rujukan yang lebih
dianggap tidak mampu mendatangkan
banyak
keuntungan
besar.
mengembangkan diri dan kebudayaan
seringkali
lokal bisa mendapat tempat untuk terus
finansial
Sementara
televisi
yang lokal
kesulitan membuat acara yang menarik dan
berkualitas
karena
atas
tayangan
Daftar Pustaka
budaya,
harus dipecahkan oleh sistem media mengingat
urgensinya
dan
betapa kuatnya kebutuhan publik akan tayangan
tersebut.
untuk
keterbatasan
terutama yang bersifat lokal, mestinya penyiaran
budaya
berkembang.
finansial dan sumber daya manusia. Kelangkaan
program
Upaya
untuk
mendukung tayangan yang berisi budaya
Gazali,
Effendi.
Penyiaran
2002.
Alternatif, tapi Mutlak: Sebuah Acuan tentang Penyiaran Publik dan Komunitas. Jakarta: Jurusan Ilmu
Komunikasi
FISIP
Universitas Indonesia
lokal harus segera dilakukan. Sentralisasi
Higgins, Michael. 2008. Media and Their
penyiaran yang selama ini berlaku harus
Publics. New York: McGraw Hill-
segera dihentikan. Televisi lokal harus
Open University Press
didukung,
terutama oleh
pemerintah,
Ibrahim,
Idi
Subandy.
Kritik
2011.
sehingga televisi lokal bisa lebih banyak
Budaya
memproduksi
Media, dan Gaya Hidup dalam
tayangan-tayangan
yang
Komunikasi:
Budaya,
berkualitas dan menarik. Industri media
Proses
penyiaran harus terdesentralisasi sehingga
Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra
belanja iklan bisa dipecah ke lebih banyak pihak, tidak hanya dikuasai oleh televisi Jakarta yang bersiaran nasional. Dukungan
terhadap
penyiaran publik juga menjadi kebutuhan yang mendesak. Bagaimanapun, lembaga penyiaran
publik
berkewajiban
untuk
membuat program budaya sebagaimana
di
Kellner, Douglas. 2010. Budaya Media: Cutural Studies, Identitas, dan Politik:
lembaga
Demokratisasi
Antara
Modern
dan
Posmodern. Yogyakarta: Jalasutra McChesney, Robert W. 2000. Rich Media, Poor Democracy: Communication Politics in Dubious Times. New York: The New Press
yang dibutuhkan oleh publik. Dengan sistem yang memperkuat media penyiaran lokal dan lembaga penyiaran publik, tayangan budaya yang menarik dan bisa mengangkat kebudayaan lokal serta dapat
McManus, John H. 1994. Market-Driven Journalism:
Let
the
Citizen
Beware. Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage Publications
menjawab kebutuhan publik bisa lebih banyak diproduksi. Jika demikian, publik 175
Jurnal komunikasi, Volume 7, Nomor 2, April 2013
McNair, Brian. 2003. An Introduction to Political
Communication.
third
Sudarmawan, Wahyu. 2013. Manajemen Televisi Lokal: Strategi Bisnis
edtition, London and New York:
Berjaringan,
Routledge
Artikel
Suatu
disampaikan
Pilihan. pada
Rianto, Puji, dkk. 2013. Laporan Riset
Workshop Penelitian Kepemilikan
Penonton dan Program Siaran
Media, Isi Siaran, dan Regulator
TVRI di Wilayah Yogyakarta.
Penyiaran:
Yogyakarta: Inspect dan Pulitbang
untuk Demokratisasi Penyiaran di
LPP TVRI.
Indonesia. Agustus 2013.
Sendjaja, Sasa Djuarsa. 2006. “Badan Hukum TVRI dan RRI sebagai Lembaga
Penyiaran
Publik”,
Jurnal Bisnis dan Birokrasi No. 02/Vol. XIV/Mei/2006
176
Advokasi
Kebijakan