TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA MELALUI TRANSAKSI PIHAK BERELASI DI SEKITAR PENAWARAN SAHAM PERDANA
Oleh: AYU SURYANDARI NIM: 232010006
KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014 i
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Jl. Diponegoro 52-60 : (0298) 321212, 311881 Telex 322364 ukswsaia Salatiga 50711-Indonesia Fax. (0298)-321433 PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : AYU SURYANDARI NIM : 232010006 Program Studi : AKUNTANSI Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi, Judul : TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA MELALUI TRANSAKSI PIHAK BERELASI DI SEKITAR PENAWARAN SAHAM PERDANA Pembimbing : MI Mitha Dwi Restuti, SE., MSi Tanggal diuji : 25 April 2014 adalah benar-benar hasil karya saya. Di dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, April 2014 Yang memberi pernyataan,
Ayu Suryandari
ii
iii
MOTTO Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' (Al. Baqarah: 45) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap. (Al. Insyirah: 6-8)
iv
ABSTRACT This study aimed to examine the influence of related party transaction by related party receivable transaction (RPT Receivable), related party payable transaction (RPT Payable) on earnings management is proxied by ROA in the period before initial public offering (IPO). Such actions can also be an opportunity to perform tunneling as measured by net outstanding corporate loans to the year-end total assets (NOREC) are seen through the performance of the company's shares using buy-and-hold returns in the period after initial public offering (IPO). By using the control variable is a non-related party transactions receivables, debt, firm size, and market returns. The population of this study is 32 samples from non-financial firms that conduct IPO’s in the Indonesia Stocked Exchange in 2007 to 2011. The results of this study in Indonesia indicate that earnings management and tunneling does not occur through related party transactions. But the loan transactions between related parties after the IPO is viewed by investors as opportunistic actions that degrade the performance of the company's shares after the IPO.
Keyword: Related party transaction, earnings management, IPO, and tunneling.
v
SARIPATI Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh transaksi pihak berelasi melalui transaksi piutang pihak berelasi (RPT Piutang), transaksi hutang pihak berelasi (RPT Hutang) terhadap manajemen laba yang diproksikan dengan ROA pada periode sebelum penawaran saham perdana (IPO). Tindakan tersebut juga dapat menjadi kesempatan untuk melakukan tunneling yang diukur dengan net outstanding corporate loans to year-end total assets (NOREC) yang dilihat melalui kinerja saham perusahaan menggunakan buy-and-hold return pada periode setelah penawaran saham perdana (IPO). Dengan menggunakan variabel kontrol yaitu transaksi piutang non pihak istimewa, debt, ukuran perusahaan, dan market return. Penelitian ini menggunakan 32 sampel dari perusahaan non-keuangan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 sampai tahun 2011. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa di Indonesia manajemen laba dan tunneling tidak terjadi melalui transaksi pihak berelasi. Namun transaksi pinjaman antar pihak hubungan berelasi setelah IPO dipandang oleh investor sebagai tindakan yang oportunistik sehingga menurunkan kinerja saham perusahaan setelah IPO.
Kata kunci: Transaksi pihak istimewa, manajemen laba, IPO, dan tunneling.
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT yang oleh karena segala limpahan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Tunneling sebagai Insentif dari Manajemen Laba melalui Transaksi Pihak Berelasi Di Sekitar Penawaran Saham Perdana“. Penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Namun, penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sangatlah penulis harapkan. Semoga berkat kasih karunia Allah SWT selalu menyertai kita.
Salatiga, April 2014
Penulis
vii
UCAPAN TERIMA KASIH Dengan segenap kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas karunia dan pimpinan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah senantiasa membantu, mendorong, dan membimbing penulis dalam penulisan skripsi. Ucapan terima kasih penulis tujukan terutama kepada: 1. Bapak dan almarhumah Ibu yang tercinta yang telah memberi kasih sayang, perhatian, dan segala pengorbanan baik materiil maupun spirituil kepada penulis. Terima kasih atas doanya. 2. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. 3. Bapak Dr. Usil Sis Sucahyo, SE, MBA selaku Kaprodi Akuntansi. 4. Ibu MI Mitha Dwi Restuti, SE., MSi. selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan mencurahkan perhatiannya dalam memberi petunjuk-petunjuk dan saran yang sangat berharga. 5. Bapak Prof. Supramono, S.E., MBA., DBA. dan Ibu Like Soegiono, S.E., M.Si. selaku penguji kertas kerja penulis yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan kertas kertas kerja ini. 6. Ibu Suzy Noviyanti, SE., MM, Akt., CPA selaku wali studi. 7. Ibu Supatmi, SE., M.Akt., CA dan Ibu Linda Ariany Mahastanti, SE., M.Sc. terima kasih atas diskusinya.
viii
8. Seluruh staff pengajar, tata usaha, dan perpustakaan yang telah membantu penulis baik dalam studi maupun penulisan skripsi. 9. Saudara-saudaraku Mas Eko, Mas Dwi, Mas Deby, Mbak Rini, Mbak Nita, Mbak Vivi dan seluruh keluarga besar tercinta yang selama ini mendoakan, memberikan semangat, kasih sayang kepada penulis. 10. Buat sahabat-sahabat penulis, Diva, Dwi, Nita, Murta yang sudah menjadi teman, dan sahabat baik selama penulis menempuh kuliah di FEB-UKSW dalam suka maupun duka. Terima kasih juga atas semua dukungan, motivasi, bantuan dan dorongan semangat kepada penulis. 11. Buat semua teman-teman: Asna, Nindi, Dhoni, Monic, Rara, dan yang lain-lain tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang sudah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. 12. Semua teman-teman angkatan 2010 dan teman-teman sebimbingan yang telah senantiasa sama-sama berjuang dalam penulisan skripsi. Ada nama-nama yang lainya yang berhak dan pantas mendapatkan ucapan terima kasih, namun penulis menyadari sepenuhnya, tidak mungkin untuk menyebut satu persatu. Kiranya kasih dan berkat Allah SWT selalu melimpahkan atas kebaikan mereka.
Salatiga, April 2014
Penulis ix
DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................................................................................
i
Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi ..............................................................
ii
Halaman Persetujuan / Pengesahan ................................................................................
iii
Halaman Motto ...............................................................................................................
iv
Abstract ...........................................................................................................................
v
Saripati ............................................................................................................................
vi
Kata Pengantar .....................................................................................................................
vii
Ucapan Terima Kasih ..........................................................................................................
viii
Daftar Isi .........................................................................................................................
x
Daftar Tabel ....................................................................................................................
xii
Daftar Lampiran ..............................................................................................................
xii
PENDAHULUAN ..........................................................................................................
1
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS .....................................
4
Tunneling ..................................................................................................................
4
Manajemen Laba .......................................................................................................
5
Transaksi Dengan Pihak-Pihak Berelasi ...................................................................
7
Tunneling sebagai Insentif Manajemen Laba ...........................................................
9
Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan Pasca-IPO ..............................................
9
Rumusan Hipotesis ...................................................................................................
10
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO ........
10
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah proses IPO ...............................................................................................
12
METODE PENELITIAN ................................................................................................
14
Data dan Sampel .......................................................................................................
14
Operasionalisasi Variabel .........................................................................................
15
Variabel Dependen ..............................................................................................
15
Variabel Independen ...........................................................................................
16
Variabel Kontrol .................................................................................................
18
Metode Analisis ........................................................................................................
19
Analisis Regresi ..................................................................................................
19
Uji Hipotesis .......................................................................................................
21
x
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ....................................................................
22
Analisis Data .............................................................................................................
22
Statistika Deskriptif RPT ....................................................................................
22
Statistika Deskriptif Variabel ..............................................................................
24
Uji Asumsi Klasik ...............................................................................................
29
Pengujian Hipotesis ............................................................................................
31
Pembahasan ...............................................................................................................
34
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO ........
34
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah proses IPO ...............................................................................................
37
KESIMPULAN DAN KETERBATASAN ....................................................................
41
Kesimpulan ...............................................................................................................
41
Keterbatasan dan Saran Penelitian ............................................................................
42
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
43
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................................
46
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
58
xi
DAFTAR TABEL Tabel 1. Pemilihan Sampel Penelitian ......................................................................
14
Tabel 2. Deskripsi Variabel Model 1 ........................................................................
20
Tabel 3. Deskripsi Variabel Model 2 ........................................................................
21
Tabel 4. Statistika Deskriptif RPT ............................................................................
23
Tabel 5. Ringkasan Hasil Regresi Model 1 ..............................................................
34
Tabel 6. Ringkasan Hasil Regresi Model 2 ..............................................................
37
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan ....................................................................
46
Lampiran 2. Sampel Data .........................................................................................
47
Lampiran 3. Statistik Deskriptif ................................................................................
52
Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik ................................................................................
53
Lampiran 5. Pengujian Hipotesis ..............................................................................
56
xii
PENDAHULUAN Perkembangan pasar modal Indonesia yang pesat menyebabkan munculnya banyak investor maupun perusahaan publik baru. Dalam proses Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana disyaratkan penerbitan suatu prospektus, yang diharapkan dapat memberi informasi bagi investor sebelum berinvestasi. Namun, Rao (1993) dalam Kusumawardhani dan Veronica (2009) menyatakan bahwa pada periode sebelum terjadinya IPO, hampir tidak ada pemberitaan apapun mengenai perusahaan yang bersangkutan baik di media massa maupun media elektronik. Adanya keterbatasan informasi yang dimiliki para investor mengharuskan mereka untuk mengandalkan laporan keuangan yang ada untuk melakukan penilaian atas kinerja saham sebelum IPO dan juga menilai kemungkinan terjadinya manajemen laba. Manajemen laba adalah tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu
standar tertentu dengan tujuan memaksimalkan
kesejahteraan dan atau nilai pasar perusahaan (Scott, 1997). Manajer dapat menyusun laporan keuangan dengan memilih metode akuntansi atau akrual yang akan meningkatkan laba, dan laba yang tinggi diharapkan akan dihargai tinggi oleh investor berupa harga penawaran yang tinggi (Assih et al., 2005). Dalam Irawan dan Gumanti (2009), Barth et al., (1999) meneliti hubungan antara laba perusahaan sebelum go pubic dan harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga saham akan lebih tinggi jika dimiliki oleh perusahaan yang memiliki keuntungan yang konsisten dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki laba yang tidak konsisten. Hasil penelitian ini mampu menjelaskan kenapa manajer menggunakan metode akuntansi tertentu untuk menilai besaran laba perusahaan pada periode menjelang go public, dan tindakan ini lebih dikenal sebagai earning management. Dengan asumsi demikian, diperkirakan bahwa praktik manajemen laba yang dilakukan pada saat IPO dimaksudkan untuk mendongkrak harga saham perdana.
1
Manajemen laba salah satunya dapat dilakukan melalui transaksi pihak-pihak berelasi (Related party transaction - RPT), dalam hal ini hubungan antara induk dan anak perusahaan (McKay, 2002). RPT dapat menyebabkan perpindahan laba dari perusahaan anak ke induk (Cheung et al., 2006). Contoh, Coca-Cola pernah memanfaatkan RPT dengan mempengaruhi pihak pembuat botolnya untuk membebankan harga botol yang lebih rendah agar Harga Pokok Penjualan Coca-Cola turun dan laba Coca-Cola meningkat (McKay, 2002). Penelitian Geriesh (2003) juga menemukan bahwa perusahaan yang terlibat dalam kecurangan akuntansi lebih banyak melibatkan RPT. Melihat lebih jauh lagi, RPT dapat memunculkan motif oportunistik baru yaitu tunneling. Menurut Johnson et al. (2000) tunneling adalah pengalihan keluar aset dan keuntungan dari anak perusahaan untuk kepentingan induk perusahaan yang berdampak pada ekspropriasi pemegang saham non-pengendali. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa perusahaan induk di Cina melakukannya dengan cara tidak membayar hutang kepada anak perusahaan yang IPO, yang berdampak pada buruknya kinerja anak perusahaan (Aharony et al., 2010). Selain itu Cheung et al. (2006) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pinjaman perusahaan cenderung mengakibatkan ekspropriasi hak pemegang saham non-pengendali, yang diukur menggunakan cummulative abnormal market-adjusted returns (CAR).
Penelitian mereka juga berhasil menafsirkan bahwa transaksi tersebut
merupakan bukti tunneling oleh pemegang saham mayoritas dan merupakan RPT yang tidak didasarkan pada alasan ekonomi. Pemahaman ini menjadi penting karena dalam Teoh et al. (1998) dibuktikan bahwa investor tidak dapat mendeteksi hasil rekayasa pada saat IPO. Akibatnya, terjadi kesalahan pengambilan keputusan investasi oleh investor. Penelitian ini sudah dilakukan oleh Aharony et al. (2010) mengenai Tunneling sebagai insentif untuk melakukan manajemen laba selama proses IPO di Cina. Sedangkan, di Indonesia penelitian ini sudah dilakukan oleh Guing dan Aria (2011) mengenai manajemen
2
laba dan tunneling melalui transaksi pihak istimewa di sekitar penawaran saham perdana. Penelitian ini berusaha meneliti kembali lebih dalam mengenai perilaku manajemen laba yang dilakukan perusahaan sebelum IPO di Bursa Efek Indonesia beserta potensi kegiatan tunneling yang mungkin muncul sebagai insentif dari manajemen laba dengan mengubah jenis transaksi RPT. Dalam penelitian ini akan digunakan RPT Piutang dan RPT Hutang dalam mendeteksi manajemen laba. Penelitian ini memilih transaksi piutang-hutang karena transaksi ini memiliki pengaruh langsung terhadap laporan keuangan, khususnya pada perhitungan laba akuntansi suatu perusahaan. Transaksi piutang-hutang ini dapat timbul karena adanya transaksi penjualan atau pembelian kepada pihak berelasi (Jian dan Wong, 2003). Chang (2002) juga memaparkan bahwa adanya transaksi penjualan atau pembelian kepada pihak berelasi yang menimbulkan piutang atau hutang pihak berelasi tersebut, dapat digunakan untuk melakukan earnings management. Selain itu penelitian ini juga menggunakan data laporan keuangan yang lebih terbaru, yaitu laporan keuangan perusahaan non-keuangan yang IPO dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Secara spesifik maka tujuan dan permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Mengetahui pengaruh antara RPT dengan keberadaan manajemen laba pada periode sebelum IPO, sehingga dapat diketahui apakah RPT tersebut dilakukan sebagai sarana dalam manajemen laba pada periode sebelum IPO. (2) Mengetahui pengaruh RPT pada periode sebelum IPO dan pinjaman kepada pihak berelasi pada periode setelah IPO dengan kinerja saham perusahaan setelah IPO, sehingga dapat diketahui apakah RPT dan pinjaman tersebut berpengaruh negatif dengan kinerja saham perusahaan setelah IPO. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada investor dalam membuat keputusan investasi terutama yang berkaitan dengan penawaran saham perdana, sehingga menghindari terjadinya kesalahan dalam membuat keputusan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat membangun kepustakaan yang merupakan informasi tambahan
3
yang berguna bagi pembaca mengenai perilaku manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO melalui transaksi pihak berelasi dan pinjaman kepada pihak berelasi pada periode setelah IPO dengan kinerja saham perusahaan setelah IPO.
KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Tunneling Istilah
"tunneling"
awalnya
digunakan
untuk
menggambarkan kondisi
ekspropriasi pemegang saham non-pengendali di Republik Ceko melalui pengalihan aset dan keuntungan dari perusahaan demi kepentingan pemegang saham pengendali (Guing dan Aria, 2011). Menurut Johnson et al., (2000) tunneling adalah pengalihan keluar aset dan keuntungan dari anak perusahaan untuk kepentingan induk perusahaan yang berdampak pada ekspropriasi pemegang saham non-pengendali. Tunneling merupakan perilaku manajemen atau pemegang saham mayoritas yang mentransfer aset dan profit perusahaan untuk kepentingan mereka sendiri, namun biaya dibebankan kepada pemegang saham minoritas (Zhang, 2004 dalam Mutamimah, 2008). Sansing (1999) menunjukkan bahwa pemegang saham mayoritas dapat mentransfer kekayaan untuk dirinya sendiri dengan mengorbankan hak para pemilik minoritas, dan terjadi penurunan pengalihan kekayaan ketika persentase kepemilikan pemegang saham mayoritas menurun. Tunneling muncul dalam dua bentuk. Pertama, peran pemegang saham pengendali dalam memindahkan sumber daya perusahaan untuk kepentingannya sendiri melalui transaksi
pihak berelasi
yang
diatur
sedemikian
rupa. Kedua,
pemegang
saham
pengendali dapat meningkatkan porsi sahamnya tanpa memberikan kontribusi aset apapun bagi perusahaan melalui isu-isu saham dilutif, pembatasan terhadap pemegang
4
saham non-pengendali, atau transaksi lainnya yang merugikan kelompok non-pengendali (Johnson et al., 2000). Tunneling dapat juga dilakukan dengan cara menjual produk perusahaan kepada perusahaan yang memiliki hubungan dengan manajer dengan harga yang lebih rendah dibandingkan mempertahankan posisi/ jabatan pekerjaannya meskipun mereka sudah tidak kompeten atau berkualitas lagi dalam menjalankan usahanya atau menjual aset perusahaan kepada perusahaan yang memiliki hubungan dengan manajer (Dwinanto, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Johnson et al., (2000) dan Cheung (2006) terbukti bahwa di negara berkembang, pemilik saham mayoritas terlibat dalam praktek ekspropriasi atau tunneling yang dilakukan terhadap pemegang saham minoritas. Manajemen Laba Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis adalah laba yang dihasilkan perusahaan. Informasi laba merupakan unsur dalam laporan keuangan yang penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif. Berdasarkan hal tersebut membuat pihak manajemen berusaha untuk melakukan manajemen laba agar kinerja perusahaan tampak baik oleh pihak eksternal. Earnings
management
merupakan
upaya-upaya
manajemen
menggunakan
pertimbangannya dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat menyesatkan para pengambil keputusan dalam menilai kinerja perusahaan atau dapat mempengaruhi kontrakkontrak pendapatan yang telah ditetapkan berdasarkan angka-angka laporan keuangan (Healy dan Wahlen, 1998). Sedangkan menurut Setiawati dan Na’im (2000) earnings management diartikan sebagai campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri. Earnings management merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan.
5
Terdapat dua cara pandang dalam memahami manajemen laba menurut Scott (2000) dalam Rahmawati et al., (2006) yaitu: Pertama, memandang sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utulitias manajemen (opportunistic behavior). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (efficient earnings management), manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga sehingga dapat menguntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Scott (2000) dalam Rahmawati et al., (2006) juga mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mendorong manajer melakukan manajemen laba, diantaranya: 1. Bonus Purpose Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara opportunistic untuk melakukan laba dengan memaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985). 2. Motivasi Politik (Political Motivation) Manajemen laba dilakukan oleh perusahaan agar mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. 3. Motivasi Pajak (Taxation Motivation) Perusahaan yang mendapatkan laba lebih tinggi akan membayar pajak yang tinggi pula. Akan tetapi, manajer perusahaan akan melakukan rekayasa agar laba yang dilaporkan tidak seperti yang sebenarnya, sehingga pajak yang dibayarkan tidak terlalu tinggi. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan. Motivasi inilah yang mendasari praktik manajemen laba. 4. Perubahan Chief Executive Officer (CEO) CEO perusahaan yang akan habis masa jabatannya atau mendekati masa pensiun akan berusahaan menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus yang diterimanya dan jika
6
kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan. 5. Penawaran Saham Perdana (IPO) Pada perusahaan yang akan go public tetapi belum memiliki harga pasar sehingga perlu menetapkan nilai saham yang akan ditawarkan. Hal ini mengakibatkan manajer perusahaan yang go public melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas saham. Dengan menaikkan laba perusahaan akan mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan investasi. 6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor Kinerja perusahaan akan diinformasikan kepada investor sehingga pelaporan laba harus disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut berada dalam kinerja yang baik. Transaksi Dengan Pihak-Pihak Berelasi Di Indonesia, pengungkapan transaksi dengan pihak-pihak yang berelasi diatur dalam PSAK No.7 (R2010) mengenai “Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi”, pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas
yang menyiapkan laporan
keuangannya (dalam Pernyataan ini dirujuk sebagai “entitas pelapor”). Transaksi pihak berelasi adalah suatu pengalihan sumber daya, jasa atau kewajiban antara entitas pelapor dengan pihak-pihak berelasi, terlepas apakah ada harga yang dibebankan. Berikut ini adalah contoh transaksi yang diungkapkan jika pihak tersebut adalah pihak berelasi: a) Pembelian atau penjualan barang (barang jadi atau setengah jadi) b) Pembelian atau penjualan properti dan aset lainnya c) Penyediaan atau penerimaan jasa d) Sewa
7
e) Pengalihan riset dan pengembangan f) Pengalihan di bawah perjanjian lisensi g) Pengalihan di bawah perjanjian pembiayaan (termasuk pinjaman dan kontribusi ekuitas dalam bentuk tunai atau dalam bentuk natura) h) Provisi atas jaminan atau agunan i) Komitmen untuk berbuat sesuatu jika peristiwa khusus terjadi atau tidak terjadi dimasa depan, termasuk kontrak eksekutori* (diakui atau tidak diakui) j) Penyelesaian liabilitas atas nama entitas atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Dalam penelitian Cheung, Rau dan Stouraitis (2006) yang melihat pengaruh pengumuman transaksi pihak berelasi terhadap abnormal stock return, membagi sifat RPT menjadi tiga kelompok yang tidak semuanya merugikan, yaitu (1) transaksi yang apriori menyebabkan ekspropriasi pemegang saham minoritas perusahaan, antara lain akuisisi aset, penjualan aset, penjualan ekuitas, hubungan perdagangan, dan pembayaran tunai; (2) transaksi yang cenderung menguntungkan pemegang saham minoritas, seperti penerimaan kas dan hubungan antara anak perusahaan; dan (3) transaksi dengan alasan strategis dan mungkin tidak bersifat ekspropriasi, seperti takeover dan joint venture, akuisisi joint venture, dan penjualan antara sesama joint venture. Ryngaert dan Thomas (2007) membagi RPT ke dalam dua kategori yaitu transaksi exante dan ex-post. Transaksi
ex-ante didefinisikan
sebagai
transaksi
dimana suatu
perusahaan dan related party melakukan transaksi sebelum perusahaan tersebut menjadi perusahaan publik atau sebelum tertentu menjadi related party dengan perusahaan. Sedangkan, transaksi ex-post adalah transaksi yang muncul setelah perusahaan go public dan setelah suatu pihak memiliki hubungan khusus dengan perusahaan.
Jenis transaksi ini
cenderung merugikan outside shareholder. Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan
8
istimewa (RPT) memiliki dua hipotesis yang bertolak belakang yaitu sebagai transaksi opportunis atau sebagai transaksi yang efisien. Tunneling sebagai Insentif Manajemen Laba Jian dan Wong (2003) meneliti penggunaan RPT sebagai sarana praktik manajemen laba dan tunneling pada perusahaan di Cina. Mereka menemukan bahwa perusahaan yang masih tergabung dalam satu konglomerasi cenderung melaporkan nilai RPT yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki konglomerasi. Selain itu dapat dibuktikan juga bahwa RPT tersebut digunakan untuk memanipulasi laba dalam rangka memenuhi syarat agar bisa sukses melakukan IPO. Ketika perusahaan IPO tersebut telah menghasilkan aliran dana yang cukup, cenderung terjadi pengalihan sumber daya tersebut kepada perusahaan afiliasinya dalam bentuk pinjaman lunak. Sedangkan ketika dilihat pengaruhnya terhadap kinerja saham, ditemukan bahwa transaksi antara afiliasi tersebut lebih mengarah kepada tindakan oportunistik dibandingkan tindakan yang efisien. Senada dengan Jian dan Wong, Aharony et al. (2010) juga menemukan penggunaan RPT sebagai sarana manajemen laba menjelang IPO dan lebih jauh juga membuktikan bahwa perilaku tersebut muncul karena adanya kesempatan untuk melakukan praktik tunneling pada masa setelah IPO. Tunneling biasanya dilakukan dalam bentuk pinjaman dari perusahaan IPO kepada induk perusahaannya, eksploitasi sumber daya dilakukan dengan tidak melunasi pinjaman tersebut yang berakibat pada buruknya kinerja keuangan perusahaan IPO. Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan Pasca-IPO Theo et al., (1998) meneliti hubungan manajemen laba dengan penurunan kinerja jangka panjang perusahaan dan mengungkapkan bahwa perusahaan yang melaporkan positif akrual pada saat IPO, setelah 3 tahun pasca IPO perusahaan tersebut mengalami kinerja saham yang buruk dan semakin besar (agresif) akrual diskresioner yang dimiliki
9
perusahaan akan semakin buruk pula kinerja saham jangka panjang yang dialami perusahaan. Temuan Jain dan Kini (1994) juga menyebutkan bahwa akan terjadi penurunan kinerja laba (underperformance) pasca penawaran, meskipun ada pertumbuhan penjualan dan pengeluaran modal yang tinggi. Assih et al. (2005) melakukan penelitian menggunakan ROA (return on asset) sebagai proksi kinerja perusahaan. Hasil pengujian pengaruh manajemen laba pada kinerja perusahaan menunjukkan bahwa manajemen laba mempunyai pengaruh negatif pada kinerja perusahaan yang diproksikan dengan ROA pada periode-periode setelah penawaran publik perdana. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen laba yang dilakukan manajemen
pada
periode
sebelum
IPO
adalah
sebuah
tindakan
yang
sifatnya
oportunistik dan tidak dapat dipertanggungjawabkan melalui kinerja perusahaan pasca-IPO. Rumusan Hipotesis Penelitian ini berfokus pada tiga jenis RPT: (1) piutang oleh perusahaan IPO kepada perusahaan pihak berelasi (RPT Piutang), (2) hutang oleh perusahaan IPO dari perusahaan pihak berelasi (RPT Hutang), (3) selisih saldo akhir akun piutang dan hutang lain-lain dengan pihak berelasi yang tercatat pada perusahaan IPO (Net Outstanding Corporate Loans). Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO Manajemen laba dapat digambarkan sebagai perilaku manajemen dalam memilih kebijakan akuntansi
tertentu,
atau
melalui
penerapan
aktivitas
tertentu,
yang
bertujuan mempengaruhi laba untuk mencapai sebuah tujuan spesifik (Scott, 2009). Salah satu motivasi yang dapat menjadi pemicu munculnya manajemen laba adalah motivasi untuk memanfaatkan
kegiatan Initial
Public
Offering (IPO)
sebagai
sebuah
kondisi
asimetri informasi dalam rangka mendapatkan harga saham perdana yang tinggi (Scott, 2009). Investor memiliki informasi yang relatif terbatas tentang perusahaan
10
yang akan melakukan IPO. Dengan demikian mereka hanya akan merujuk pada prospektus
yang merupakan informasi utama tentang perusahaan di pasar. Sejalan dengan
temuan Barth et al. (1999) pemilik menjaga
tingkat
Karena
harga
perusahaan
keuntungan perusahaan penawaran
yang
guna
tinggi akan
akan
berupaya
menaikkan
memaksimalkan
harga
berpengaruh
langsung
atau
penawaran. terhadap
kesejahteraan issuer. Jian dan Wong (2003) menemukan bahwa transaksi dengan pihak berelasi (RPT) menunjukkan kecenderung opportunis. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya tingginya tingkat penjualan dengan RPT, terutama kepada pemegang saham kendali dan anggota lain perusahaan dalam grup, ketika perusahaan memiliki insentif untuk memanipulasi laba (menjelang di delisted atau menjelang penerbitan saham baru). Aharony et al. (2010) dalam penelitiannya di China berhasil membuktikan bahwa transaksi RPT menjadi salah satu sarana manajemen laba menjelang proses IPO. RP Sales dan RP Purchases diperkirakan menjadi faktor utama dalam pengaturan laba menjelang IPO, dengan cara memperbesar tingkat penjualan dan memperkecil biaya pembelian sehingga akan membentuk
laba
yang
besar
dan
pada
akhirnya
akan
meningkatkan besarnya dana yang diterima perusahaan sehubungan dengan proses IPO. Dalam penelitian ini menggunakan transaksi RPT Piutang dan RPT Hutang yang timbul karena adanya transaksi penjualan dan pembelian. Ketika tingkat penjualan kepada pihak berelasi meningkat maka akan mempengaruhi besarnya laba dalam Laporan Laba Rugi, dan peningkatan piutang akan memperbesar nilai asset perusahaan dalam Neraca sehingga laba dalam Laporan Laba Rugi dan Neraca akan terpengaruh menjadi lebih besar. Sedangkan, ketika pembelian kepada pihak berelasi dilakukan maka besarnya harga beli dapat diatur sesuai dengan kepentingan pihak-pihak tersebut. Saat perusahaan menetapkan menggunakan harga beli lebih rendah maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil,
11
beban bunga hutang lebih rendah dan HPP yang tercatat juga lebih rendah. Saat beban bunga dan HPP rendah, maka laba akan terpengaruh (laba akan meningkat). Kemudian, dalam penelitian ini dimasukkan beberapa variabel untuk mengontrol Return on Assets sebagai indikator dalam mendeteksi manajemen laba. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1a: Kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO. H1b: Kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO. Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah proses IPO Praktik manajemen laba menjelang IPO cenderung menaikkan labanya dengan cara menggeser pendapatan masa depan menjadi pendapatan sekarang. Akibatnya, laba perusahaan pada tahun berikutnya akan cenderung turun karena pendapatan pada tahun tersebut telah diakui tahun sebelumnya. Bahkan penurunan kinerja laba akan tetap terjadi meskipun terdapat pertumbuhan penjualan dan pengeluaran modal yang tinggi setelah IPO (Ritter, 1991). Jika manajemen laba yang dilakukan sebelum IPO adalah sebuah tindakan oportunistik untuk mencapai tujuan tertentu, maka secara teoritis perusahaan tidak akan mampu mempertahankan kinerja perusahaan pasca-IPO. Beberapa peneliti terdahulu berhasil membuktikan adanya hubungan negatif yang signifikan antara manajemen laba sebelum IPO dengan kinerja perusahaan pasca-IPO. Teoh et
al. (1998) menemukan perusahaan yang
secara lebih agresif melakukan manajemen laba sebelum IPO akan mengalami penurunan nilai rata-rata return saham yang lebih buruk daripada perusahaan yang konservatif. Sementara itu Assih et al. (2005) menemukan bahwa ROA perusahaan pasca-IPO akan
12
menurun pada perusahaan-perusahaan yang melakukan manajemen laba menjelang IPO. Selain itu dalam penelitian Aharony et al. (2010) terbukti bahwa terjadi praktek tunneling pada periode setelah IPO, sebagai insentif manajemen laba. Tunneling ini diukur melalui Net Outstanding Corporate Loans. Praktek tunneling yang terjadi dapat dilihat dari perilaku perusahaan IPO yang memberikan pinjaman yang tidak dilunasi kepada pihak berelasi untuk kemudian dimanfaatkan oleh para pemegang saham pengendali. Semakin agresif praktek manajemen laba dan tunneling, para pemegang saham non pengendali akan semakin dirugikan. Hal ini akan terlihat dari kinerja saham perusahaan yang menurun pada periode setelah IPO. Sesuai dengan Gul et al. (2003) yang menemukan jika manajeman laba dilakukan dengan motivasi yang buruk, maka dalam jangka panjang kinerja aktual perusahaan akan menurun, dan para investor akan semakin tidak
percaya
kepada perusahaan
yang
berakibat
pada
turunnya
kinerja
saham
perusahaan. Aharony et al. (2010) juga menemukan bahwa tunneling atau eksploitasi sumber daya akan berakibat pada buruknya kinerja keuangan perusahaan yang baru terdaftar itu. Untuk mendeteksi hal ini, dimasukkan juga faktor return pasar satu hari setelah IPO sebagai pengontrol kondisi pasar saat itu. Berikut adalah hipotesisnya: H2a: Kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO. H2b: Kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO. H2c: Kenaikan
Net
Outstanding
Corporate
Loans
pada
periode
setelah
IPO
berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO.
13
METODE PENELITIAN Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Data sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang masih terdaftar di Bursa Efek Indonesi (BEI) sampai tanggal 31 Desember 2011. Data tersebut diperoleh dari laporan keuangan perusahaan non-keuangan yang listing di BEI dari tahun 2007 sampai tahun 2011 yang diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory), dan website Bursa Efek Indonesia. Sedangkan data harga saham dan level IHSG diperoleh dari internet, yaitu www.yahoofinance.com. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling, adapun kriterianya adalah: 1. Perusahaan non-keuangan yang IPO dari tahun 2007 sampai tahun 2011. 2. Perusahaan yang memiliki anak perusahaan. 3. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan atau prospektus satu tahun sebelum melakukan penawaran umum perdana (IPO), pada saat IPO, dan satu tahun setelah IPO. 4. Perusahaan yang memiliki minimal satu transaksi yang tergolong sebagai transaksi dengan pihak berelasi kategori piutang dan hutang. Berikut adalah sampel penelitian berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan: Tabel 1. Pemilihan Sampel Penelitian Deskripsi Perusahaan non-keuangan yang IPO dari tahun 2007-2011
Jumlah 95
Perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan
(22)
Perusahaan dengan data RPT tidak lengkap
(34)
Keterbatasan data tidak lengkap
(7)
Perusahaan Sampel
32
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014
14
Operasionalisasi Variabel Variabel Dependen Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel bebas (Sekaran, 2003). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
Return on Assets (ROA) merupakan indikator yang umum dalam mendeteksi manajemen laba (Aharony et al., 2000). Dalam penelitian Aharony et al., (2010) kinerja laba diukur dengan menggunakan ROA jika ROA memuncak pada tahun IPO tetapi pada pasca IPO, ROA kembali menurun sehingga terlihat apakah RPT berhubungan dengan pola ROA pada saat IPO dengan cara menunjukkan manajemen laba. Nilai ROA didapat dari perbandingan antara laba bersih perusahaan yang melakukan IPO pada tahun IPO dengan jumlah aset kecuali kas pada saldo akhir tahun IPO. Jumlah kas tidak diperhitungkan untuk menghilangkan cash effect akibat IPO. Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011). ROAt=0 =
Laba Bersih Total Aset ∗
*Total aset yang digunakan kecuali kas pada tahun IPO
Buy-and-Hold Return (BHR) merupakan variabel yang akan digunakan untuk melihat kinerja saham perusahaan pada periode setelah IPO. Metode buy-and-hold return dapat diukur dengan rumusan berikut (Rahman dan Gutagol, 2008): BHRi,t =
𝑇 𝑡=1
1 + 𝑟𝑖, 𝑡 −
𝑇 𝑡=1(1
+ 𝑚𝑖, 𝑡)
Keterangan: ri,t = imbal hasil saham i pada hari t yang dihitung sebagai berikut: ri,t =
harga penutupan saham i hari t0−harga penutupan saham i t−1 Harga penutupan saham i hari t−1
15
sedangkan mi,t adalah imbal hasil dari Indeks Harga Saham Gabungan pada hari t yang didapatkan dari perhitungan sebagai berikut: mi,t =
harga penutupan IHSG hari t0−harga penutupan IHSGi t−1 Harga penutupan IHSG t−1
Pengukuran kinerja jangka panjang imbal hasil saham perusahaan karena perbedaan periode (tahun) IPO, maka akan digunakan imbal hasil harian perusahaan selama 1 tahun yang akan dikategorikan ke dalam imbal hasil bulanan, dimana imbal hasil bulanan terdiri dari 21 imbal hasil harian. Abnormal return saham 1 tahun dihitung dari awal April setelah perusahaan melakukan IPO (tahun fiscal 0 berakhir) dihitung kedepan sampai dengan 252 hari perdagangan. Variabel Independen Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang membantu menjelaskan varians dalam variabel terikat (Sekaran, 2003). Variabel independen dalam penelitian ini, yaitu:
Related Party Receivable (RPT Piutang) merupakan perubahan rasio Related Party Receivable terhadap
jumlah
aset
pada
saldo
akhir
tahun.
Pengukuran
ini
dimaksudkan untuk mendeteksi jumlah RPT Piutang yang tidak normal selama proses IPO. Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011). ∆RPT-Piutangi,t=0 =
Piutang kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO Total Aset pada tahun IPO
-
Piutang kepada Pihak Berelasi pada tahun sebelum IPO Total Aset pada tahun sebelum IPO
∆RPT-Piutangi,t=1 =
Piutang kepada Pihak Berelasi pada tahun setelah IPO Total Aset pada tahun setelah IPO
-
Piutang kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO Total Aset pada tahun IPO
16
Related Party Payable (RPT Hutang) merupakan perubahan rasio Related Party Payable terhadap jumlah liabilitas pada saldo akhir tahun. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mendeteksi jumlah RPT Hutang yang tidak normal selama proses IPO. Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011). ∆RPT-Hutangi,t=0 =
Hutang kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO Total Liabilitas pada tahun IPO
-
Hutang kepada Pihak Berelasi pada tahun sebelum IPO Total Liabilitas pada tahun sebelum IPO
∆RPT-Hutangi,t=1 =
Hutang kepada Pihak Berelasi pada tahun setelah IPO Total Liabilitas pada tahun setelah IPO
-
Hutang kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO Total Liabilitas pada tahun IPO
Net Outstanding Corporate Loans to year-end Total Assets (NOREC) digunakan untuk mengukur keberadaan tunneling pada periode setelah IPO. NOREC merupakan perubahan rasio Net Outstanding Corporate Loans (didapat dari selisih piutang dan hutang lain-lain kepada pihak berelasi) terhadap jumlah aset pada saldo akhir tahun. Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011). ∆NORECi,t=0
=
(Piutang − Hutang Lain −Lain kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO ) Total Aset pada tahun IPO
-
(Piutang − Hutang Lain −Lain kepada Pihak Berelasi pada tahun sebelum IPO ) Total Aset pada tahun sebelum IPO
∆NORECi,t=1
=
(Piutang − Hutang Lain −Lain kepada Pihak Berelasi pada tahun setelah IPO ) Total Aset pada tahun setelah IPO
-
(Piutang − Hutang Lain −Lain kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO ) Total Aset pada tahun IPO
17
Variabel Kontrol Variabel kontrol digunakan untuk mengontrol hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, karena variabel kontrol diduga dapat mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini menggunakan variabel kontrol, yaitu:
Non-Related Party Receivable (NRPT Piutang) merupakan perubahan rasio NonRelated Party Receivable terhadap jumlah aset pada saldo akhir tahun. NRPT Piutang diambil sebagai variabel kontrol karena pada kenyataannya dapat mempengaruhi besarnya pendapatan perusahaan. Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011). ∆NRPT-Piutangi,t=0 =
Piutang selain kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO Total Aset pada tahun IPO
-
Piutang selain kepada Pihak Berelasi pada tahun sebelum IPO Total Aset pada tahun sebelum IPO
∆NRPT-Piutangi,t=1 =
Piutang selain kepada Pihak Berelasi pada tahun setelah IPO Total Aset pada tahun setelah IPO
-
Piutang selain kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO Total Aset pada tahun IPO
IPO Firm’s Long-Term Debt to year-end Total Assets (DEBT) diambil sebagai variabel
kontrol karena semakin tinggi
financial
leverage,
pengawasan dari
manajemen akan semakin ketat dan menyebabkan peningkatan kinerja perusahaan (Myers, 2001). Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011). DEBTi,t=0 =
Hutang Jangka Panjang Total Aset Perusahaan pada tahun IPO
IPO Firm’s Natural Logarithm of the Market Value of Equity at year-end (SIZE) diambil
sebagai
variabel
kontrol
karena
semakin
besar
ukuran
perusahaan,
pengawasan dari manajemen akan semakin berkurang dan mempengaruhi kinerja
18
perusahaan (Williamson, 1967). Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011). SIZEi,t=0 = Logaritma Natural dari Nilai Pasar Ekuitas Perusahaan pada tahun IPO
Market Return (MARKET) merupakan imbal hasil pasar (IHSG) dalam jangka waktu satu hari sejak tanggal IPO untuk melihat risiko sistematis yang dialami perusahaan. Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011). MARKETi = Imbal Hasil Pasar Perusahaan yang IPO dalam Periode 1 Hari
Metode Analisis Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini penulis melakukan analisis statistik regresi linear berganda dengan evaluasi hasil regresi menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan analisis regresi berganda. Analisis Regresi Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Analisis regresi digunakan untuk memprediksi dan/atau mengestimasi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2011). Model untuk mendeteksi manajemen laba dalam proses IPO Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011). ROAi,t=0 = α0 + α1∆RPT-Piutangi,t=0 + α2∆RPT-Hutangi,t=0 + α3∆NRPT-Piutangi,t=0 + α4∆DEBTi,t=0 + α5∆SIZEi,t=0 + ɛi,t (Model 1)
19
Tabel 2. Deskripsi Variabel Model 1 Variabel ROAi,t=0
Deskripsi Rasio Laba Perusahaan terhadap Total Aset kecuali Kas pada tahun IPO
∆RPT-Piutangi,t=0
Selisih Transaksi Piutang kepada Pihak-Pihak Berelasi pada tahun IPO dengan tahun sebelum IPO
∆RPT-Hutangi,t=0
Selisih Transaksi Hutang dari Pihak-Pihak Berelasi pada tahun IPO dengan tahun sebelum IPO
∆NRPT-
Selisih Transaksi Piutang selain RPT-Piutang pada tahun IPO dengan
Piutangi,t=0
tahun sebelum IPO
DEBTi,t=0
Rasio
antara
Hutang
Jangka
Panjang
dengan
Total
Aset
Perusahaan pada tahun IPO SIZEi,t=0
Logaritma Natural dari Nilai Pasar Ekuitas Perusahaan pada tahun IPO
Model untuk mengukur akibat dari manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah proses IPO Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011) BHRi = f0 + f1∆RPT-Piutangi,t=0+ f2∆RPT-Hutangi,t=0+ f3∆NORECi,t=1 + f4∆NRPTPiutangi,t=0+ f5∆NORECi,t=0 + f6∆RPT-Piutangi,t=1 + f7∆RPT-Hutangi,t=1+ f8∆NRPTPiutangi,t=1
+ f9∆MARKETi + f10∆ROAi,t=0 + f11∆SIZEi,t=0 + ɛi,t
(Model 2)
20
Tabel 3. Deskripsi Variabel Model 2 Variabel BHRi
Deskripsi Imbal Hasil Buy-and-Hold perhitungan dari selisih return perusahaan dengan return market index
∆NORECi,t=1
Perbandingan antara Selisih Piutang dan Hutang Lain-Lain dengan Total Aset pada tahun setelah IPO dengan tahun IPO
∆NORECi,t=0
Perbandingan antara Selisih Piutang dan Hutang Lain-Lain dengan Total Aset pada tahun IPO dengan tahun sebelum IPO
∆RPT-Piutangi,t=1
Selisih Transaksi Piutang kepada Pihak-Pihak Berelasi pada tahun setelah IPO dengan tahun IPO
∆RPT-Hutangi,t=1
Selisih Transaksi Hutang dari Pihak-Pihak Berelasi pada tahun setelah IPO dengan tahun IPO
∆NRPT-
Selisih Transaksi Piutang selain RPT-Piutang pada tahun setelah
Piutangi,t=1
IPO dengan tahun IPO
MARKETi
Imbal Hasil Pasar Perusahaan yang IPO dalam Periode 1 Hari
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah dengan koefisien determinasi (R2), uji signifikansi simultan (uji statistik F), dan uji signifikansi simultan (uji t). Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model untuk menerangkan variasi variabel independen. Dalam Ghozali (2011), nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen. 21
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Penentuan penerimaan atau penolakan hipotesis sebagai berikut: 1. Apabila nilai F > 0,05, maka semua variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen. 2. Apabila nilai F < 0,05, maka semua variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Hipotesis akan diuji dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) sebesar 5 persen atau 0.05. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis akan didasarkan pada nilai probabilitas signifikansi. Jika nilai probabilitas signifikansi < α, maka hipotesis diterima. Jika nilai probabilitas signifikansi > α, maka hipotesis ditolak.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis Data Statistika Deskriptif RPT Berikut adalah statistika deskriptif nilai rata-rata perusahaan non-keuangan yang IPO dari tahun 2007 sampai tahun 2011 untuk memberikan gambaran perubahan related party transaction (RPT) pada satu tahun sebelum IPO, pada saat IPO, dan satu tahun setelah IPO.
22
Tabel 4. Statistika Deskriptif RPT Tahun IPO = 0 Piutang kepada Related Party (rata-rata dalam ribuan Rupiah)
-1
0
1
145,432,931
153,807,381
171,188,424
3.066%
2.166%
2.082%
253,491,504
363,296,108
470,369,841
8.804%
8.307%
8.285%
Hutang dari Related Party
100,622,058
130,195,406
151,210,223
*Presentase terhadap Total Liabilitas
3.303%
3.137%
3.003%
15,914,787
22,005,910
18,917,754
1.177%
0.876%
0.782%
37,882,211
22,161,949
24,837,152
1.412%
0.652%
0.664%
(21,967,424)
(156,039)
(5,919,398)
*Presentase terhadap Total Aset Piutang kepada Non-Related Party
Piutang lain-lain
Hutang lain-lain Selisih Piutang dan Hutang lainlain
Diff0
Diff1
-0.90% -0.08%
-0.50% -0.02%
-0.17% -0.13%
-0.30% -0.09%
-0.76%
0.01%
-0.236% 0.224% 0.119% 0.46% -0.11% Keterangan Tabel: Diff0 = Perbandingan persentase antara tahun IPO dengan tahun sebelum IPO; Diff1 = Perbandingan persentase antara tahun setelah IPO dengan tahun IPO Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 4, terlihat RPT Piutang maupun NRPT Piutang perusahaan di Indonesia mengalami penurunan pada periode sebelum IPO (Diff0) dan mengalami penurunan lagi pada periode setelah IPO (Diff1). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Guing dan Aria (2011) di Indonesia dimana Diff0 dan Diff1 juga mengalami
23
penurunan. Namun, hal ini bertentangan dengan hasil penelitian di Cina yang dilakukan oleh Aharony et al. (2010) menunjukkan terjadinya peningkatan pada Diff0 sebagai pertanda peningkatan laba perusahaan. Tetapi, pada Diff1 di Cina juga mengalami penurunan yang mungkin terjadinya peningkatan laba pada Diff0 karena indikasi terjadinya manajemen laba. Terjadi perbedaan juga dalam RPT Hutang yang dapat dilihat pada Diff0 dan Diff1, rata-rata perusahaan Indonesia mengalami penurunan jumlah hutang karena terjadi penurunan pembelian, sedangkan di Cina dalam penelitian Aharony et al. (2010) yang terjadi adalah peningkatan jumlah pembelian pada Diff 0 dan Diff1. Peningkatan jumlah pembelian di Cina disebabkan karena pada saat IPO, banyak perusahaan membebankan Harga Pokok Penjualan (HPP) yang lebih rendah sehingga dapat meningkatkan laba. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah pembelian pada tahun setelah IPO. Selisih Piutang dan Hutang lain-lain, yang menunjukkan nilai negatif pada periode sekitar IPO, yang artinya lebih tinggi hutang dibanding piutang kepada pihak berelasi. Namun pada periode setelah IPO (Diff1) nilai ini semakin mengecil, yang dapat diartikan bahwa pinjaman yang diberikan kepada pihak berelasi semakin meningkat. Hal ini sudah dapat dijadikan indikasi awal terjadinya tunneling berupa pengalihan dana IPO dalam bentuk pemberian pinjaman kepada pihak berelasi yang meningkat pada periode setelah IPO. Sejalan dengan penelitian Aharony et al. (2010) di Cina dan Guing dan Aria (2011) di Indonesia, selisih Piutang dan Hutang lain-lain cenderung meningkat setiap tahunnya yang menunjukkan terjadinya pemberian pinjaman dari perusahaan yang IPO kepada pihak berelasi, dalam hal ini pemegang saham pengendali. Statistika Deskriptif Variabel Uji statistika deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum atau karakteristik data yang digunakan dalam penelitian ini. Deskripsi suatu data dapat dilihat dari nilai rata – rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan minimum.
24
Pengujian statistika deskriptif variabel ROAt=0 memiliki nilai minimum 0,09% yang dimiliki oleh PT. Visi Media Asia Tbk dan nilai maksimum 20,88% yang dimiliki oleh PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk. Rata-rata ROA pada periode tahun IPO (ROAi,t=0) adalah sebesar 6,7322%. Nilai rata-rata menunjukkan ROA positif berarti bahwa perusahaan-perusahaan sampel cenderung memiliki laba positif pada laporan keuangan pada saat IPO. Nilai standar deviasi sebesar 5,52498 lebih kecil dari nilai rata-rata, dengan demikian data ROAi,t=0 dalam penelitian ini penyebarannya merata, artinya perbedaan data satu dengan yang lainnya tidak terlalu tinggi. Pengujian statistika deskriptif variabel BHRi memiliki nilai minimum -0,03 yang dimiliki oleh PT. Bayan Resources Tbk dan nilai maksimum 0,17 yang dimiliki oleh PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. Rata-rata BHRi yang digunakan untuk melihat kinerja saham
perusahaan
pada periode setelah IPO adalah sebesar 0,0227. Nilai rata-rata
menunjukkan BHRi positif berarti bahwa perusahaan-perusahaan sampel cenderung memiliki return saham yang meningkat setelah IPO. Nilai standar deviasi sebesar 0,04533 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data BHRi dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata. Pengujian statistika deskriptif variabel ∆RPT-Piutangi,t=0 memiliki nilai minimum 8,60 yang dimiliki oleh PT. Visi Media Asia Tbk dan nilai maksimum 3,45 yang dimiliki oleh PT. Bisi International Tbk. Rata-rata perubahan piutang pada pihak-pihak berelasi (∆RPT-Piutangi,t=0) dalam bentuk rasio terhadap total asset adalah sebesar -0,9002. Secara rata-rata ∆RPT-Piutangi,t=0 menunjukkan negatif berarti bahwa terjadi penurunan piutang terhadap pihak-pihak berelasi pada saat menjelang IPO. Nilai standar deviasi sebesar 2,19098 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆RPT-Piutangi,t=0 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
25
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆RPT-Piutangi,t=1 memiliki nilai minimum 2,05 yang dimiliki oleh PT. Harum Energy Tbk dan nilai maksimum 2,70 yang dimiliki oleh PT. Darma Henwa Tbk. Rata-rata perubahan piutang pada pihak-pihak berelasi (∆RPTPiutangi,t=1) dalam bentuk rasio terhadap total asset adalah sebesar -0,0848. Secara rata-rata ∆RPT-Piutangi,t=1 menunjukkan negatif berarti bahwa terjadi penurunan piutang terhadap pihak-pihak berelasi pada saat setelah IPO. Nilai standar deviasi sebesar 0,95474 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆RPT-Piutangi,t=1 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata. Pengujian statistika deskriptif variabel ∆RPT-Hutangi,t=0 memiliki nilai minimum 5,33 yang dimiliki oleh PT. Panorama Transportasi Tbk dan nilai maksimum 3,83 yang dimiliki oleh PT. Harum Energy Tbk. Rata-rata perubahan hutang pada pihak-pihak berelasi (∆RPT-Hutangi,t=0) dalam bentuk rasio terhadap total kewajiban adalah sebesar -0,1655. Secara rata-rata ∆RPT-Hutangi,t=0 menunjukkan negatif berarti bahwa terjadi penurunan hutang terhadap pihak-pihak berelasi pada saat menjelang IPO. Nilai standar deviasi sebesar 2,02433 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆RPT-Hutangi,t=0 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata. Pengujian statistika deskriptif variabel ∆RPT-Hutangi,t=1 memiliki nilai minimum 3,13 yang dimiliki oleh PT. Panorama Transportasi Tbk dan nilai maksimum 2,13 yang dimiliki oleh PT. Darma Henwa Tbk. Rata-rata perubahan hutang pada pihak-pihak berelasi (∆RPT-Hutangi,t=1) dalam bentuk rasio terhadap total kewajiban adalah sebesar -0,1340. Secara rata-rata ∆RPT-Hutangi,t=1 menunjukkan negatif berarti bahwa terjadi penurunan hutang terhadap pihak-pihak berelasi pada saat setelah IPO. Nilai standar deviasi sebesar 1,17791 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆RPT-Hutangi,t=1 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
26
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆NORECi,t=0 memiliki nilai minimum -3,63 yang dimiliki oleh PT. Wintermar Offshore Marine Tbk dan nilai maksimum 3,30 yang dimiliki oleh PT. Greenwood Sejahtera Tbk. Rata-rata perubahan Net
Outstanding
Corporate Loans to year-end Total Assets (∆NORECi,t=0) yang diproksikan dengan menggunakan selisih piutang dan hutang lain-lain kepada pihak berelasi terhadap jumlah asset menunjukkan rata-rata sebesar 0,4601. Secara rata-rata ∆NORECi,t=0 menunjukkan positif berarti bahwa terjadi kenaikan selisih piutang dan hutang lain-lain terhadap pihakpihak berelasi pada saat menjelang IPO. Nilai standar deviasi sebesar 1,46240 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆NORECi,t=0 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata. Pengujian statistika deskriptif variabel ∆NORECi,t=1 memiliki nilai minimum -3,30 yang dimiliki oleh PT. Panorama Transportasi Tbk dan nilai maksimum 2,53 yang dimiliki oleh PT. Megapolitan Developments Tbk. Rata-rata perubahan Net Outstanding Corporate Loans to year-end Total Assets (∆NORECi,t=1) yang diproksikan dengan menggunakan selisih piutang dan hutang lain-lain kepada pihak berelasi terhadap jumlah asset menunjukkan rata-rata sebesar -0,1060. Secara rata-rata ∆NORECi,t=1 menunjukkan negatif berarti bahwa terjadi penurunan selisih piutang dan hutang lain-lain terhadap pihak-pihak berelasi pada saat setelah IPO. Nilai standar deviasi sebesar 0,968888 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆NORECi,t=1 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata. Pengujian statistika deskriptif variabel ∆NRPT-Piutangi,t=0 memiliki nilai minimum 6,56 yang dimiliki oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk dan nilai maksimum 5,84 yang dimiliki oleh PT. Bayan Resources Tbk. Rata-rata perubahan non-piutang pada pihak-pihak berelasi (∆NRPT-Piutangi,t=0) sebagai variable kontrol dalam bentuk rasio terhadap total asset adalah sebesar -0,4973. Secara rata-rata ∆NRPT-Piutangi,t=0 menunjukkan negatif berarti
27
bahwa terjadi penurunan non-piutang terhadap pihak-pihak berelasi pada saat menjelang IPO. Nilai standar deviasi sebesar 3,24190 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆NRPT-Piutangi,t=0 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata. Pengujian statistika deskriptif variabel ∆NRPT-Piutangi,t=1 memiliki nilai minimum 4,34 yang dimiliki oleh PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk dan nilai maksimum 4,04 yang dimiliki oleh PT. Harum Energy Tbk. Rata-rata perubahan non-piutang pada pihakpihak berelasi (∆NRPT-Piutangi,t=1) sebagai variable kontrol dalam bentuk rasio terhadap total asset adalah sebesar -0,0208. Secara rata-rata ∆NRPT-Piutangi,t=1 menunjukkan negatif berarti bahwa terjadi penurunan non-piutang terhadap pihak-pihak berelasi pada saat setelah IPO. Nilai standar deviasi sebesar 2,14971 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆NRPT-Piutangi,t=1 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata. Pengujian statistika deskriptif variabel kontrol DEBTi,t=0 memiliki nilai minimum 0,38 yang dimiliki oleh PT. PP (Persero) Tbk dan nilai maksimum 38,47 yang dimiliki oleh PT. Destinasi Tirta Nusantara Tbk. Variabel kontrol financial
leverage (DEBTi,t=0) dalam
penelitian ini yang diproksikan dengan menggunakan hutang jangka panjang dibagi dengan total asset perusahaan pada tahun IPO dari seluruh sampel penelitian selama tahun penelitian menunjukkan rata-rata sebesar 12,6616. Nilai standar deviasi sebesar 11,12179 lebih kecil dari nilai rata-rata, dengan demikian data financial
leverage dalam penelitian ini
penyebarannya merata, artinya perbedaan data satu dengan yang lainnya tidak terlalu tinggi. Pengujian statistika deskriptif variabel kontrol SIZEi,t=0 memiliki nilai minimum 24,99 yang dimiliki oleh PT. Indika Energy Tbk dan nilai maksimum 30,94 yang dimiliki oleh PT. Harum Energy Tbk. Variabel kontrol ukuran perusahaan (SIZEi,t=0) dalam penelitian ini yang diproksikan dengan menggunakan nilai ekuitas perusahaan dalam bentuk transformasi logaritma natural dari seluruh sampel penelitian selama tahun penelitian menunjukkan ratarata sebesar 28,5800. Nilai standar deviasi sebesar 1,63972 lebih kecil dari nilai rata-rata,
28
dengan demikian data ukuran perusahaan dalam penelitian ini penyebarannya merata, artinya perbedaan data satu dengan yang lainnya tidak terlalu tinggi. Pengujian statistika deskriptif variabel kontrol MARKETi,t=0 memiliki nilai minimum -0,04 yang dimiliki oleh PT. Trada Maritime Tbk dan nilai maksimum 0,03 yang dimiliki oleh PT. Megapolitan Developments Tbk. Variabel kontrol market return (MARKETi,t=0) dalam penelitian ini yang diproksikan dengan menggunakan imbal hasil pasar (IHSG) dalam jangka waktu satu hari sejak tanggal IPO menunjukkan rata-rata sebesar -0,0009. Nilai standar deviasi sebesar 0,01383 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data MARKETi,t=0 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Hipotesis akan diuji dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) sebesar 5 persen atau 0,05. Jika nilai probabilitas signifikansi > α, maka hipotesis diterima yang berarti data residual berdistribusi normal. Uji normalitas pada tabel lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov model regresi 1 adalah 0,567 dan signifikan pada 0,905 yang melebihi nilai α = 0,05 dan nilai Kolmogorov-Smirnov model regresi 2 adalah 1,030 dan signifikan pada 0,239 yang melebihi nilai α = 0,05. Hal ini berarti bahwa data residual pada model 1 dan model 2 terdistribusi normal. Uji Multikolinieritas Dalam penelitian ini digunakan uji Multikolinieritas untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas (Ghozali, 2011).
29
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance di atas 10% dan nilai VIF di bawah 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas multikolinearitas. Hasil perhitungan nilai Tolerance pada tabel lampiran 4 menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai kurang dari 0,10 dan hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi pada model 1 dan model 2. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011). Kriteria yang digunakan dalam mendeteksi adanya autokorelasi dalam model regresi linier berganda adalah sebagai berikut (Santoso, 2000): 1. Jika nilai d < −2, maka ada autokorelasi positif. 2. Jika −2 ≤ d ≤ 2, maka tidak ada autokorelasi. 3. Jika nilai d > 2, maka ada autokorelasi negatif. Melihat dari nilai DW pada tabel lampiran 4 model regresi 1 adalah 1.710 maka berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW hitung berada diantara -2 dan 2, yakni -2 ≤ 1.710 ≤ 2 dan nilai DW pada tabel model regresi 2 adalah 1.695 maka berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW hitung berada diantara -2 dan 2, yakni -2 ≤ 1.695 ≤ 2 maka ini berarti tidak terjadi autokorelasi pada model 1 dan model 2. Uji Hesteroskedastisitas Heteroskedasitas merupakan kedalam menunjukan faktor penganggu (error) tidak konstan. Dalam hal ini terjadi korelasi antara faktor pengganggu dengan variabel penjelas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedasitas
30
(Ghozali, 2011). Untuk mendeteksi gejala heteroskedasitas, salah satunya dapat menggunakan Uji Glejser, Jika probabilitas signifikan > 0.05, maka model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Uji hesteroskedasitas pada tabel lampiran 4 menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt). Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi model 1 dan model 2 tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. Pengujian Hipotesis
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO (Model 1) Koefisien Determinasi (R2) Tabel hasil regresi model 1 pada lampiran 5 menunjukkan bahwa besarnya adjusted R2 adalah 0,314. Hal ini berarti bahwa 31,4% terjadinya manajemen laba yang diwakili oleh ROAt=0 dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variabel kontrol yaitu ∆RPTPiutangi,t=0, ∆RPT-Hutangi,t=0 , ∆NRPT-Piutangi,t=0, DEBTi,t=0, SIZEi,t=0, sedangkan sisanya sebesar 68,6% ROAt=0 dapat dijelaskan oleh variabel lain. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Tabel hasil regresi model 1 pada lampiran 5 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 3,833 dengan probabilitas sebesar 0,010. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi manajemen laba yang diwakili oleh ROAt=0. Jadi dapat disimpulkan bahwa ∆RPT-Piutangi,t=0, ∆RPTHutangi,t=0 , ∆NRPT-Piutangi,t=0, DEBTi,t=0, SIZEi,t=0 secara bersama – sama berpengaruh terhadap ROAt=0.
31
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) Berdasarkan tabel hasil regresi model 1 pada lampiran 5 pengujian hipotesis 1a tentang kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO menghasilkan nilai t sebesar 2,386 dengan signifikansi sebesar 0,025. Nilai probabilitas signifikansi yang kurang dari 0,05 tersebut menunjukkan bahwa RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO. Oleh karena itu, hipotesis 1a yang menyatakan bahwa “Kenaikan transaksi
RPT Piutang
pada
periode
sebelum
IPO
berpengaruh
positif terhadap
manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO” diterima. Pengujian hipotesis 1b tentang kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO menghasilkan nilai t sebesar 2,179 dengan signifikansi sebesar 0,039. Nilai probabilitas signifikansi yang kurang dari 0,05 tersebut menunjukkan bahwa RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO. Namun, karena arah koefisien regresi RPT Hutang bertanda positif maka hipotesis 1b yang menyatakan bahwa “Kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO” tidak didukung. Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah proses IPO (Model 2) Koefisien Determinasi (R2) Tabel hasil regresi model 2 pada lampiran 5 menunjukkan bahwa besarnya adjusted R2 adalah 0,534. Hal ini berarti bahwa 53,4% terjadinya buy-and-hold return (BHR) dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variabel kontrol yaitu ∆RPT-Piutangi,t=0, ∆RPT-
32
Hutangi,t=0, ∆NORECi,t=1, ∆NRPT-Piutangi,t=0, ∆NORECi,t=0, ∆RPT-Piutangi,t=1, ∆RPTHutangi,t=1, ∆NRPT-Piutangi,t=1, MARKETi,t=0, ROAt=0, SIZEi,t=0, sedangkan sisanya sebesar 45,2% BHRi dapat dijelaskan oleh variabel lain. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Tabel hasil regresi model 2 pada lampiran 5 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 4,228 dengan probabilitas sebesar 0,003. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi buy-and-hold return (BHRi). Jadi dapat disimpulkan bahwa ∆RPT-Piutangi,t=0, ∆RPT-Hutangi,t=0, ∆NORECi,t=1, ∆NRPT-Piutangi,t=0, ∆NORECi,t=0, ∆RPT-Piutangi,t=1, ∆RPT-Hutangi,t=1, ∆NRPT-Piutangi,t=1, MARKETi,t=0, ROAt=0, SIZEi,t=0 secara bersama – sama berpengaruh terhadap BHRi. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) Berdasarkan tabel hasil regresi model 2 pada lampiran 5 pengujian hipotesis 2a tentang kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO menghasilkan nilai t sebesar -0,671 dengan signifikansi sebesar 0,510. Nilai probabilitas signifikansi yang lebih dari 0,05 tersebut menunjukkan bahwa kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO tidak berpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO. Oleh karena itu, hipotesis 2a yang menyatakan bahwa “Kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO” tidak diterima. Pengujian hipotesis 2b tentang kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum
IPO
berpengaruh positif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO
menghasilkan nilai t sebesar 1,625 dengan signifikansi sebesar 0,120. Nilai probabilitas signifikansi yang lebih dari 0,05 tersebut menunjukkan bahwa kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO tidak berpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO. Oleh karena itu, hipotesis 2b yang menyatakan bahwa “Kenaikan transaksi
33
RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO” tidak diterima. Pengujian hipotesis 2c tentang kenaikan Net Outstanding Corporate Loans pada periode setelah IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO menghasilkan nilai t sebesar -2,685 dengan signifikansi sebesar 0,014. Nilai probabilitas signifikansi yang kurang dari 0,05 tersebut menunjukkan bahwa kenaikan Net Outstanding Corporate Loans pada periode setelah IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO. Oleh karena itu, hipotesis 2c yang menyatakan bahwa “Kenaikan Net Outstanding Corporate Loans pada periode setelah IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO” diterima. Pembahasan Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO (Model 1) Tabel 5. Ringkasan Hasil Regresi Model 1 Variabel C
Koefesiensi -16.733
Prob. 0.273
∆RPT-Piutangi,t=0
0.928 0.025**
∆RPT-Hutangi,t=0
0.929 0.039**
∆NRPT-Piutangi,t=0
0.341
DEBTi,t=0
0.223
-0.146 0.075*
SIZEi,t=0 0.926 0.090* Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014 Hasil analisis regresi model 1 (Tabel 5) mengenai pengaruh variabel ∆RPTPiutangi,t=0 terhadap manajemen laba yang diproksikan dengan ROAi,t=0 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,025. Arah koefisien regresi bertanda positif sesuai dengan yang dihipotesiskan dan nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Maka hipotesis 1a yaitu kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO, yang berarti hipotesis
34
1a diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada periode sebelum IPO, perusahaan melakukan manajemen laba dengan menaikkan transaksi penjualan dengan pihak berelasi yang mengakibatkan naiknya piutang terhadap pihak-pihak berelasi sehingga laba perusahaan meningkat menjelang periode IPO. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Aharony et al. (2010) dan Jian et al. (2003) bahwa terjadi kecenderungan tindakan opportunities dalam transaksi yang dilakukan oleh pihak berelasi (RPT) yang dibuktikan dengan adanya tingkat penjualan yang tinggi dengan RPT menjelang IPO. Perusahaan meningkatkan laba perusahaan melalui transaksi penjualan terhadap pihak-pihak berelasi dikarenakan laba perusahaan akan meningkat pada periode sebelum IPO sehingga laba terlihat tinggi dan akan menarik investor untuk berinvestasi. Sebaliknya,
∆NRPT-Piutangi,t=0 tidak
signifikan
terhadap
variabel
ROAi,t=0
disebabkan kurangnya hubungan yang signifikan antara kinerja laba pada tahun IPO dengan perubahan NRPT Piutang pada tahun sebelum IPO menunjukkan bahwa manajer mungkin tidak menggunakan kebijakan mereka dalam memanfaatkan pendapatan dari NRPT Piutang yang dapat mempengaruhi besarnya pendapatan perusahaan sebagai sebuah alat manajemen laba selama melakukan proses IPO. Pengujian hipotesis 1b mengenai pengaruh variabel RPT Hutang terhadap manajemen laba menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,039. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 akan tetapi arah koefisien regresi bertanda positif. Maka hipotesis 1b yaitu kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO, yang berarti hipotesis 1b tidak didukung. Alasan yang mendasar bahwa tidak adanya pengaruh dari transaksi hutang pihak berelasi terhadap manajemen laba adalah dikarenakan perusahaan lebih meningkatkan transaksi penjualan terhadap pihak berelasi agar laba perusahaan meningkat ketika periode sebelum IPO berlangsung, sedangkan jika perusahaan lebih meningkatkan transaksi pembelian akan
35
dapat menurunkan laba perusahaan (Aharony et al., 2010). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Guing dan Aria (2011) bahwa semakin rendah RP Purchases pada perusahaan IPO di Indonesia, cenderung menunjukkan terjadinya manajemen laba dengan tujuan meningkatkan laba pada periode sebelum IPO. Berdasarkan pengujian terhadap variabel kontrol debt yang diukur dengan menggunakan hutang jangka panjang terhadap jumlah
aset
pada
saldo akhir tahun,
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,075. Nilai signifikan tersebut diatas 0,05. Namun, arah koefisien regresi variabel kontrol bertanda negatif. Dalam penelitian Myers (2001) semakin tinggi financial leverage, pengawasan dari manajemen akan semakin ketat dan menyebabkan peningkatan kinerja perusahaan. Dengan arah koefisien kontrol negatif, ini berarti pengawasan dari manajemen semakin longgar sehingga menyebabkan penurunan kinerja perusahaan. Hal tersebut terjadi karena adanya indikasi terjadinya manajemen laba yang mengakibatkan penurunan kinerja. Namun, dalam penelitian ini berdasarkan sampel perusahaan mungkin manajemen tidak memanfaatkan debt pada tindakan kebijakan mereka sehingga financial leverage tidak berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba tersebut. Variabel kontrol yang lain adalah ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan logaritma natural nilai pasar ekuitas perusahaan tahun IPO, menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,090. Nilai signifikan tersebut diatas 0,05. Namun, arah koefisien regresi variabel kontrol bertanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar pula kesempatan manajer untuk melakukan manajemen laba dimana perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks dan selain itu juga perusahaan besar lebih dituntut untuk memenuhi ekspektasi investor yang lebih tinggi. Dalam penelitian ini berdasarkan sampel perusahaan mungkin manajer tidak memanfaatkan ukuran perusahaan pada tindakan kebijakan mereka sehingga ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba tersebut.
36
Dengan demikian, hipotesis 1a yang menyatakan bahwa kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO terbukti secara signifikan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai RPT Piutang pada perusahaan IPO di Indonesia, cenderung menunjukkan terjadinya manajemen laba dengan tujuan meningkatkan laba pada periode sebelum IPO. Sedangkan hipotesis 1b yang menyatakan bahwa kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO tidak didukung. Hal ini sebabkan karena arah koefisien regresinya yang positif meskipun probabilitas signifikansinya terbukti secara signifikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perusahaan IPO di Indonesia tidak menggunakan RPT Hutang sebagai sarana dalam melakukan manajemen laba pada periode sebelum IPO. Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah proses IPO (Model 2) Tabel 6. Ringkasan Hasil Regresi Model 2 Variabel C
Koefesiensi 0.253
Prob. 0.045
∆RPT-Piutangi,t=0
-0.002
0.510
∆RPT-Hutangi,t=0
0.006
0.120
∆NORECi,t=1
-0.025 0.014**
∆NRPT-Piutangi,t=0
-0.004
0.181
0.001
0.737
∆NORECi,t=0 ∆RPT-Piutangi,t=1
-0.020 0.022**
∆RPT-Hutangi,t=1
0.011 0.097*
∆NRPT-Piutangi,t=1
-0.012 0.004**
MARKETi
1.187 0.040**
ROAi,t=0
0.000
0.760
SIZEi,t=0 -0.008 0.062* Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014
37
Hasil analisis regresi model 2 (Tabel 6) mengenai pengaruh variabel ∆RPTPiutangi,t=0 terhadap BHRi tidak signifikan, tidak sesuai dengan ekspektasi hipotesis 2a. Hal ini mungkin disebabkan karena nilai transaksi RPT Piutang yang tidak signifikan dalam mempengaruhi laba maupun kondisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis 2a yang menyatakan bahwa kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO tidak dapat diterima. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Guing dan Aria (2011) bahwa ∆RP-Salesi,t=0 pada periode sebelum IPO tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan setelah IPO. Sementara itu, dalam hasil penelitiannya Aharony et al. (2010) ∆RP Salesi,t=0 adalah negatif signifikan yang menunjukkan bahwa hubungan ini juga memiliki makna ekonomi. Berbeda dengan ∆RPT-Piutangi,t=0, variabel ∆RPT-Piutangi,t=1 menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,022. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 dan arah koefisien regresi bertanda negatif yang berarti kenaikan RPT Piutang setelah IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Laughran dan Ritter (1997) menyatakan bahwa penurunan kinerja operasi yang terjadi pasca penawaran akan sejalan dengan penurunan kinerja saham sebagai akibat dilakukannya manipulasi saat penawaran. Kondisi tersebut terjadi karena harga saham berkolerasi dengan kinerja keuangan, sehingga penurunan kinerja keuangan akan membuat pasar melakukan koreksi harga saham yang overvalue tersebut. Pengaruh variabel ∆RPT-Hutangi,t=0 terhadap BHRi tidak signifikan, tidak sesuai dengan ekspektasi hipotesis 2b. Hal ini mungkin disebabkan karena nilai transaksi RPT Hutang juga tidak signifikan dalam mempengaruhi laba maupun kondisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis 2b yang menyatakan bahwa kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO tidak dapat diterima. Variabel ∆RPT-Hutangi,t=0 dan ∆RPT-Hutangi,t=1 tidak
38
signifikan terhadap variabel BHRi, yang berarti bahwa hutang sebelum dan setelah IPO tidak berpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian (Aharony et al., 2010) dimana juga ∆RP-Purchasesi,t=0 dan ∆RP-Purchasesi,t=1 tidak signifikan terhadap variabel BHRi. Hal tersebut menunjukkan tidak ada implikasi pasar opotunistik RP Purchases baik sebelum atau setelah IPO. Variabel ∆NRPT-Piutangi,t=0 yang tidak signifikan menunjukkan bahwa transaksi NRPT Piutang yang mampu mempengaruhi besarnya pendapatan perusahaan ini tidak berpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan. Namun, berbeda dengan ∆NRPTPiutangi,t=1 yang negatif signifikan terhadap variabel BHRi, yang berarti terdapat kenaikan transaksi NRPT Piutang setelah IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan. Hal tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan karena arah koefisien regresinya negatif. Dalam penelitian ini diharapkan NRPT Piutang setelah IPO ini berpengaruh positif terhadap kinerja saham perusahaan, sebab besarnya pendapatan dari transaksi NRPT Piutang diharap mampu meningkatkan kinerja saham perusahaan setelah IPO. Berdasarkan hasil analisis regresi variabel ∆RPT-Piutangi,t=1 negatif signifikan dan variabel ∆NORECi,t=0 tidak signifikan. Hal ini berarti terjadinya RPT Piutang yang tidak biasa pada saat periode setelah IPO membuktikan bahwa tidak terjadi praktek manajemen laba melalui RPT Piutang dan Norec yang tidak biasa pada saat periode sebelum IPO mengindikasi terjadinya perilaku tunneling melalui pinjaman dari perusahaan IPO kepada pihak berelasi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Aharony et al. (2010) dimana variabel ∆RP-Salesi,t=1 dan ∆NORECi,t=0 secara statistik tidak signifikan, yang menunjukkan bahwa RP Sales yang tidak biasa pada saat periode setelah IPO maupun Norec yang tidak biasa pada saat periode sebelum IPO dirasa oleh investor sebagai tindakan oportunistik dari manajemen laba atau perilaku tunneling.
39
Pengujian hipotesis mengenai variabel ∆NORECi,t=1 berpengaruh negatif secara signifikan terhadap variabel BHRi dengan signifikansi 0,014. Artinya, setiap terjadi peningkatan selisih piutang dan hutang lain-lain akan menurunkan nilai secara signifikan. Maka hipotesis 2c yaitu kenaikan Net Outstanding Corporate Loans pada periode setelah IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO, yang berarti hipotesis 2c diterima. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar bentuk pinjaman yang diberikan kepada pihak berelasi dilakukan tidak atas dasar keputusan efisiensi ekonomi. Akibatnya, tidak terjadi peningkatan dalam kinerja saham perusahaan, malah yang terjadi adalah penurunan dalam kinerja saham perusahaan. Dapat disimpulkan, walaupun di Indonesia tidak terbukti terjadi praktek manajemen laba melalui RPT Piutang, RPT Hutang yang diikuti dengan tunneling melalui pinjaman dari perusahaan IPO kepada pihak berelasi (dalam hal ini pemegang saham pengendali pada periode setelah IPO), transaksi pinjaman antar pihak berelasi ini berpengaruh buruk terhadap kinerja saham perusahaan. Hal ini disebabkan karena pinjaman tersebut kemungkinan dikenali investor sebagai salah satu bentuk pelarian aset yang merugikan pemegang saham non-pengendali. Variabel kontrol MARKETi,t=0 berpengaruh positif signifikan terhadap variabel BHRi dengan signifikansi 0,040. Artinya, setiap terjadi peningkatan MARKETi,t=0 akan meningkatkan nilai BHRi secara signifikan. Namun, dengan meningkatnya nilai BHRi menunjukkan akan terjadinya peningkatan risiko pasar pada perusahaan dalam periode setelah IPO (Aharony et al., 2010). Variabel ROAi,t=0 tidak signifikan terhadap variabel BHRi, yang berarti ringkasan ukuran kinerja akuntansi ini tidak berpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan. Namun, arah koefisien regresinya positif yang mungkin menunjukkan bahwa kinerja akuntansi pada tahun IPO memiliki dampak positif pada satu tahun berikutnya (Aharony et al., 2010). Sedangkan, variabel SIZEi,t=0 negatif tidak signifikan terhadap variabel BHRi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Aharony et al., (2010) yang
40
memperkirakan bahwa ukuran perusahaan mungkin tidak memiliki dampak pada kinerja saham di masa mendatang.
KESIMPULAN DAN KETERBATASAN Kesimpulan Penelitian ini dilakukan terhadap 32 sampel perusahaan non-keuangan yang melakukan IPO di Indonesia dalam rentang tahun 2007-2011. Penelitian ini menggunakan RPT untuk mendeteksi manajemen laba, hal ini dilakukan karena di Cina telah terbukti bahwa banyak perusahaan melakukan manajemen laba melalui RPT. Fenomena ini kemudian tidak terbukti pada kondisi Indonesia. Dalam penelitian ini, membuktikan bahwa di Indonesia terjadi peningkatan variabel piutang kepada pihak berelasi yang signifikan terhadap kinerja perusahaan yang dilihat menggunakan proksi ROA selama proses IPO. Peningkatan variabel piutang dari pihak berelasi hanya menunjukkan kecenderungan terjadinya manajemen laba dengan tujuan meningkatkan ROA perusahaan. Sedangkan, penurunan variabel hutang di Indonesia ini tidak terbukti dikarenakan perusahaan lebih meningkatkan transaksi piutang terhadap pihak berelasi agar laba perusahaan meningkat ketika periode sebelum IPO berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia manajemen laba mungkin tidak dilakukan melalui transaksi piutang dan hutang dengan pihak berelasi selama proses IPO. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan IPO di Indonesia tidak menggunakan transaksi piutang dan hutang dengan pihak berelasi sebagai sarana dalam manajemen laba menjelang IPO. Selanjutnya diperoleh bukti yang menunjukkan bahwa kinerja saham perusahaan setelah IPO berhubungan negatif dengan tidak dilunasinya pinjaman kepada pihak berelasi pada periode setelah IPO. Hal ini tampak dari selisih piutang dan hutang lain-lain yang memiliki hubungan negatif dengan Buy-and-Hold Return yang merepresentasikan kinerja
41
saham. Sedangkan tidak terbukti secara signifikan bahwa keberadaan piutang kepada pihak berelasi pada periode sebelum IPO berhubungan negatif dengan kinerja saham perusahaan setelah IPO. Hal ini konsisten dengan hasil model 1, karena transaksi RPT tidak menjadi pilihan utama dalam melakukan manajemen laba selama proses IPO. Dengan demikian, walaupun penelitian ini tidak mendukung adanya manajemen laba yang diikuti tunneling melalui RPT pada saat seputar IPO, namun transaksi pinjaman antar pihak berelasi setelah IPO dipandang oleh investor sebagai tindakan yang oportunistik sehingga menurunkan kinerja saham perusahaan setelah IPO. Keterbatasan dan Saran untuk Penelitian Selanjutnya Penelitian ini tak lepas dari berbagai keterbatasan. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai berbagai keterbatasan yang dihadapi serta saran bagi penelitian selanjutnya: 1. Penelitian ini hanya berkonsentrasi pada RPT Piutang dan RPT Hutang yang dianggap sebagai faktor utama dalam manajemen laba. Penelitian lebih lanjut dapat meneliti jenis transaksi RPT lain (misalnya pengalihan biaya riset dan pengembangan) 2. Penelitian ini hanya berkonsentrasi pada selisih piutang dan hutang lain-lain yang dianggap sebagai faktor utama dalam tunneling. Penelitian lebih lanjut dapat meneliti cara lain yang mungkin dapat digunakan perusahaan induk dalam mengeksploitasi sumber daya anak perusahaanya (misalnya transfer pricing). 3. Jumlah sampel perusahaan di Indonesia yang sangat sedikit dan standar pelaporan keuangan yang belum seragam khususnya pada bagian transaksi dengan pihak berelasi. Penelitian lebih lanjut disarankan dapat meningkatkan jumlah sampel penelitian sehingga dapat menggambarkan karakteristik perusahaan di Indonesia dengan lebih baik.
42
DAFTAR PUSTAKA Aharony, J., Wang, J., & Yuan, H. 2010. Tunneling As An Incentive For Earnings Management During The IPO Process in China. Journal of Accounting and Public Policy, 29, 1-26. Aharony, J., Lee, C.-W.J., & Wong, T.J. 2000. Financial Packaging of IPO Firms in China. Journal of Accounting Research, 38, 103-126. Assih, P., Hastuti, Ambar Woro., dan Parawiyati. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Nilai dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 2, 125144. Barth, M. E. Elliot, J. A. dan Finn, M. W. (1999). Market Rewards Associated With Patterns of Increasing Earnings. Journal of Accounting Research. Volume 37 Nomor 2. 387413. Chang, Sea Jin. 2002. Ownership Structure, Expropriation, and Performance of Group Affiliated Companies in Korea. Academy of Management Journal 2003, Vol. 46, No. 2, 238-253. Cheung, Y.-L., Rau, P.R., & Stouraitis, A. 2006. Tunneling, Propping, and Expropriation: Evidence From Connected Party Transactions in Hong Kong. Journal of Finance Economics, 82, 343–386. Cohen, D., & Zarowin, P. 2008. Economic Consequences of Real and Accrual-Based Earnings Management Activities. Dwinanto, J. 2010. Pengaruh Merger dan Akuisisi terhadap Kekayaan Pemegang Saham Minoritas (Studi Kasus PT Lippo Karawaci Tbk.). Tesis Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Dyanty et al,. 2012. Pengaruh Kepemilikan Pengendalian Akhir terhadap Transaksi Pihak Berelasi. Simposium Nasional Akuntansi XV. Geriesh, L. 2003. Organizational Culture and Fraudulent Financial Reporting. The CPA Journal, 73, 28. Gordon, E.A.dan E.Henry and D.Palia (2004a). Related Party Transaction and Corporate Governance. Advances in Financial Economics, Volume 9:1-27. Graham, J.R., Harvey, C.R., & Rajgopal, S. 2005. The Economic Implications of Corporate Financial Reporting. Journal of Accounting and Economics, 40, 3-73. Guing, A., dan Aria, F. 2011. Manajemen Laba dan Tunneling melalui Transaksi Pihak Istimewa di Sekitar Penawaran Saham Perdana. Simposium Nasional Akuntansi XIV. Gul, F.A., Leung, S., & Srinidhi, B. 2003. Informative and Opportunistic Earnings Management and The Value Relevance of Earnings: Some Evidence on The Role of IOS. 43
Healy, P. M., dan Wahlen, J. M. 1999. A Review of the Earnings Management Literature and Its Implications for Standard Setting. Accounting Horizons. 13 (4): 365-383. Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Jakarta: Salemba Empat. Imam Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS1. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Irawan, Moh. Adi dan Gumanti, Tatang Ary. 2009. Indikasi Earnings Management pada Initial Public Offering. Simposium Nasional Akuntansi XII. Jain, B. A. dan Kini, O. (1994). The Post-Issue Operating Performance of IPO Firms. Journal of Finance. Volume 49. 1699-1726. Jian, M., & Wong, T.J. 2003. Earnings Management and Tunneling Through Related Party Transactions: Evidence From Chinese Corporate Groups. Johnson, S., La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., & Shleifer, A. 2000. Tunneling. The American Economic Review, 90, 22-27. Kusumawardhani, N.A.S., dan Veronica, S. 2009. Fenomena Manajemen Laba Menjelang IPO dan Kaitannya dengan Nilai Perusahaan Perdana Serta Kinerja Perusahaan Pasca-IPO: Studi Empiris Pada Perusahaan Yang IPO Di Indonesia Tahun 20002003. Simposium Nasional Akuntansi XII. Loughran, Tim, dan Ritter Jay R. 1997. The Operating Performance of Firms Conducting. McKay, B. 2002. Coca-Cola: Real Thing Can Be Hard To Measure. Wall Street Journal. Mutaminah. 2008. Tunneling atau Value Added dalam Strategi Merger dan Akuisisi di Indonesia. Manajemen & Bisnis. Vol. 7, No. 1. Myers, S.C. 2001. Capital Structure. Journal of Economic Perspectives, 15, 81-102. Rahman, A., dan Hutagol, Y. 2008. Manajemen Laba melalui Akrual dan Aktivitas Real pada Penawaran Perdana dan Hubungannya dengan Kinerja Jangka Panjang. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Volume 5 – Nomor 1, Juni 2008. Rahmawati et al,. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX. Ritter, J. R., 1991, The Long Run Performance of Initial Public Offering. Journal of Finance. 46: 3-27. Roychowdhury, S. 2006. Earnings Management through Journal of Accounting and Economics.
Real Activities Manipulation.
44
Ryngaert, Michael and Thomas, Shawn. 2007. Related Party Transactions: Their Origin and Wealth Effect. Wall Street Journal. Sansing, R. C. 1999. Economic Foundations of Valuation Discounts. The Journal of the American Taxation Association 21: 28–38. Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo. Scott, William R. 1997. Financial Accounting Theory, International Edition, New Jersey : Prentice-Hall, Inc. Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory. 5th ed. Ontario: Pearson Education Canada, Inc. Seasoned Equity Offerings. Journal of Finance (5), pp1833-1850. Sekaran, U. 2003. Research Methods for Business : A Skill Building Approach 2nd Edition, John Wiley and Son. New York. Setiawati, L., dan Na’im, A. 2000. Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 15 (4): 159- 576. Teoh, S.H., Welch, I., & Wong, T.J. 1998. Earnings Management and The Long-Run Market Performance of Initial Public Offerings. The Journal of Finance, 53, 1935-1974. Williamson, O. 1967. Hierarchical Control and Optimum Firm Size. Journal of Political Economy, 75, 123-138.
45
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Tanggal No Nama Perusahaan Kode IPO 1 PT. Bisi International Tbk BISI 28-May-07 2 PT. Panorama Transportasi Tbk WEHA 31-May-07 3 PT. Media Nusantara Citra Tbk MNCN 22-Jun-07 4 PT. Darma Henwa Tbk DEWA 26-Sep-07 5 PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk JKON 4-Dec-07 6 PT. Catur Sentosa Adiprana Tbk CSAP 12-Dec-07 7 PT. Indo Tambangraya Megah Tbk ITMG 18-Dec-07 8 PT. Duta Graha Indah Tbk DGIK 19-Dec-07 9 PT. Elnusa Tbk ELSA 6-Feb-08 10 PT. Indika Energy Tbk INDY 11-Jun-08 11 PT. Destinasi Tirta Nusantara Tbk PDES 8-Jul-08 12 PT. Adaro Energy Tbk ADRO 16-Jul-08 13 PT. Bayan Resources Tbk BYAN 12-Aug-08 14 PT. Trada Maritime Tbk TRAM 10-Sep-08 15 PT. Trikomsel Oke Tbk TRIO 14-Apr-09 16 PT. Inovisi Infracom Tbk INVS 3-Jul-09 17 PT. Dian Swastatika Sentosa Tbk DSSA 10-Dec-09 18 PT. PP (Persero) Tbk PTPP 9-Feb-10 19 PT. Skybee Tbk SKYB 7-Jul-10 20 PT. Indopoly Swakarsa Industry Tbk IPOL 9-Jul-10 21 PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk BUVA 12-Jul-10 22 PT. Harum Energy Tbk HRUM 6-Oct-10 23 PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP 7-Oct-10 24 PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk KRAS 10-Nov-10 25 PT. Wintermar Offshore Marine Tbk WINS 29-Nov-10 26 PT. Megapolitan Developments Tbk EMDE 12-Jan-11 27 PT. Martina Berto Tbk MBTO 13-Jan-11 28 PT. Salim Ivomas Pratama Tbk SIMP 9-Jun-11 29 PT. Golden Energy Mines Tbk GEMS 17-Nov-11 30 PT. Visi Media Asia Tbk VIVA 21-Nov-11 31 PT. Erajaya Swasembada Tbk ERAA 14-Dec-11 32 PT. Greenwood Sejahtera Tbk GWSA 23-Dec-11 Sumber : Bursa Efek Indonesia dan Indonesian Capital Market Directory
46
Lampiran 2. Sampel Data Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO (Model 1) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Kode BISI WEHA MNCN DEWA JKON CSAP ITMG DGIK ELSA INDY PDES ADRO BYAN TRAM TRIO INVS DSSA PTPP SKYB IPOL BUVA HRUM ICBP
ROAi,t=0 ∆RPT-Piutangi,t=0 ∆RPT-Hutangi,t=0 ∆NRPT-Piutangi,t=0 DEBTi,t=0 SIZEi,t=0 4.12 3.449627 -4.265561 4.242373 22.11 26.02 1.64 -0.531865 -5.325619 -4.998109 31.05 29.97 7.47 -1.800631 -0.915677 -6.098611 2.70 27.52 3.18 0.115661 0.281945 -2.655246 8.38 27.11 7.46 -0.341450 0.894518 3.544667 10.21 30.69 8.19 -1.148082 2.258970 -0.378079 5.66 27.85 0.28 0.253483 0.156618 -6.555980 2.73 27.01 0.36 -0.823059 2.383291 -0.695458 21.06 30.04 13.08 -0.412206 2.951475 -3.475673 31.18 29.37 3.70 -0.810753 -0.534599 1.502162 21.52 24.99 2.79 -2.060487 -2.668823 -1.577424 38.47 30.37 0.34 -4.590219 -3.840239 -5.468941 0.55 30.59 3.25 -6.151944 0.410544 5.841104 15.10 26.80 17.01 0.123051 -1.698219 0.760067 3.35 29.42 15.89 0.295527 0.257783 0.097452 4.19 27.13 1.05 0.344296 0.231007 0.072056 28.36 29.09 4.42 -1.538548 -0.033074 -3.955962 15.74 27.47 7.18 -0.200411 0.651832 0.174553 0.38 26.50 8.07 2.367115 -1.522056 -1.371566 18.96 28.15 4.67 0.544519 -1.796645 4.754034 28.58 27.56 20.88 -0.288695 1.741829 1.166242 1.71 30.82 18.27 0.563945 3.833734 -0.101326 9.71 30.94 6.25 -1.817316 0.415824 -4.291211 6.98 30.57 47
24 25 26 27 28 29 30 31 32
KRAS WINS EMDE MBTO SIMP GEMS VIVA ERAA GWSA
5.67 6.20 8.02 9.57 9.35 1.12 0.09 12.06 3.80
-0.724756 -0.256989 -1.456276 -0.437966 -0.530185 -0.591697 -8.603003 -1.830957 0.084361
1.234365 -0.110684 0.026306 0.429146 -0.276157 0.017383 -0.406203 2.075588 -2.155113
4.363161 4.318227 -0.093148 -0.136778 -0.392346 -1.086639 -2.305728 0.849716 -1.962296
24.92 0.40 5.26 21.79 0.68 5.81 0.80 8.51 8.32
27.74 27.61 26.81 30.53 30.41 29.72 28.70 28.07 28.99
48
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah proses IPO (Model 2) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kode BISI WEHA MNCN DEWA JKON CSAP ITMG DGIK ELSA INDY PDES ADRO BYAN TRAM TRIO INVS DSSA PTPP SKYB IPOL BUVA HRUM ICBP KRAS
BHRi 0.012040 0.054946 -0.000977 -0.013328 0.174067 0.094517 0.042873 0.018144 0.026104 -0.007222 0.053303 0.010798 -0.033849 0.103479 0.047378 0.093037 0.076337 -0.008631 -0.001033 -0.017918 0 -0.008279 -0.001113 -0.006102
∆RPT-Piutangi,t=0 ∆RPT-Hutangi,t=0 ∆NORECi,t=1 0.123051 -1.698219 -0.276270 3.449627 -4.265561 -3.299582 -0.823059 2.383291 -0.052262 -0.531865 -5.325619 0.011615 -1.800631 -0.915677 -0.345563 0.115661 0.281945 -0.028447 -0.341450 0.894518 -1.156647 -1.148082 2.258970 -0.206441 -1.538548 -0.033074 0.099252 -0.412206 2.951475 0.204873 -0.810753 -0.534599 -0.241320 -2.060487 -2.668823 -0.008576 -4.590219 -3.840239 0.431558 -6.151944 0.410544 -2.935879 -0.256989 -0.110684 -0.089981 0.295527 0.257783 -0.066180 0.344296 0.231007 -0.349181 0.084361 -2.155113 0.006386 -0.200411 0.651832 0.022735 2.367115 -1.522056 0.423262 0.544519 -1.796645 0.310635 -0.288695 1.741829 0.029480 0.563945 3.833734 0.169974 -1.817316 0.415824 0.330433
∆NRPT-Piutangi,t=0 0.760067 4.242373 -0.695458 -4.998109 -6.098611 -2.655246 3.544667 -0.378079 -3.955962 -3.475673 1.502162 -1.577424 -5.468941 5.841104 4.318227 0.097452 0.072056 -1.962296 0.174553 -1.371566 4.754034 1.166242 -0.101326 -4.291211
∆NORECi,t=0 0.513946 0.918170 0.008187 1.604790 0.354165 -0.788216 2.978865 -2.619978 1.194079 0.403426 -1.686512 -0.130354 0.622474 2.580148 0.093226 0.093024 0.046973 0.401332 -0.316129 0.793033 2.823820 -0.004394 0.554622 1.945325 49
25 26 27 28 29 30 31 32
WINS EMDE MBTO SIMP GEMS VIVA ERAA GWSA
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kode BISI WEHA MNCN DEWA JKON CSAP ITMG DGIK ELSA INDY PDES ADRO BYAN TRAM TRIO INVS
0.004566 -0.014425 -0.002136 -0.020354 -0.008346 0.006416 0.043259 0.009916
-0.724756 0.253483 -1.456276 -0.437966 -0.530185 -0.591697 -8.603003 -1.830957
1.234365 0.156618 0.026306 0.429146 -0.276157 0.017383 -0.406203 2.075588
-0.135782 2.527496 0.017690 0.032938 0.020090 0.165575 -0.047400 1.043768
4.363161 -6.555980 -0.093148 -0.136778 -0.392346 -1.086639 -2.305728 0.849716
-3.634054 1.280642 0.031699 0.125868 0.219111 1.529910 -0.518022 3.303563
∆RPT-Piutangi,t=1 ∆RPT-Hutangi,t=1 ∆NRPT-Piutangi,t=1 MARKETi ROAi,t=0 SIZEi,t=0 -0.060822 1.591647 2.172776 0.007926 17.01 29.42 -0.480207 -3.131748 -0.341064 0.014070 4.12 26.02 1.036912 1.209164 1.181714 -0.000009 0.36 30.04 2.699465 2.126909 -2.724231 0.013152 1.64 29.97 0.186984 -0.239263 -4.342207 0.009538 7.47 27.52 0.206563 1.993349 -3.875765 -0.005379 3.18 27.11 -0.293526 -0.609326 -3.642741 -0.007013 7.46 30.69 0.185702 -1.058681 -1.701671 0.004440 8.19 27.85 -0.929930 -0.479085 -2.801430 -0.024095 4.42 27.47 0.654938 0.120065 2.567838 0.000404 13.08 29.37 -0.791686 -2.866046 -2.530233 -0.010786 3.70 24.99 -0.639353 -0.123969 0.511730 0.001476 2.79 30.37 -0.198337 1.828894 1.429270 -0.035775 0.34 30.59 -0.005212 0.682073 -3.381833 -0.037631 3.25 26.80 0.683924 0.205275 -0.226571 0.019385 6.20 27.61 0.186209 -0.252061 -0.074683 0.004623 15.89 27.13 50
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
DSSA PTPP SKYB IPOL BUVA HRUM ICBP KRAS WINS EMDE MBTO SIMP GEMS VIVA ERAA GWSA
-0.759438 0.252137 0.002653 -1.185080 -0.537944 -2.053769 -0.316451 1.642727 0.143121 -0.085964 1.009035 0.118921 0.095540 0.072958 -1.983982 -1.568428
-0.381859 -1.176350 -0.070624 0.149645 0.267754 -1.091785 -0.857639 0.334463 -0.867243 0.113034 -0.019692 -1.035824 0.545741 -0.059464 0.102197 -1.236521
0.379266 -0.592571 -0.062630 2.675910 1.863665 4.041302 0.539656 0.146396 0.039772 2.295444 0.049812 -0.112929 -0.077687 2.292545 1.835795 1.799520
0.002071 0.005623 -0.002958 0.009599 0.005058 0.003258 -0.004776 0.005215 -0.003256 0.028838 0.002861 -0.005131 -0.005726 -0.019888 -0.003183 0.000451
1.05 3.80 7.18 8.07 4.67 20.88 18.27 6.25 5.67 0.28 8.02 9.57 9.35 1.12 0.09 12.06
29.09 28.99 26.50 28.15 27.56 30.82 30.94 30.57 27.74 27.01 26.81 30.53 30.41 29.72 28.70 28.07
51
Lampiran 3. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N ROA BHR RPT_Piutang0 RPT_Piutang1 RPT_Hutang0 RPT_Hutang1 Norec0 Norec1 NRPT_Piutang0 NRPT_Piutang1 Debt Size Market Valid N (listwise)
Minimum 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
.09 -.03 -8.60 -2.05 -5.33 -3.13 -3.63 -3.30 -6.56 -4.34 .38 24.99 -.04
Maximum 20.88 .17 3.45 2.70 3.83 2.13 3.30 2.53 5.84 4.04 38.47 30.94 .03
Mean 6.7322 .0227 -.9002 -.0848 -.1655 -.1340 .4601 -.1060 -.4973 -.0208 12.6616 28.5800 -.0009
Std. Deviation 5.52498 .04533 2.19098 .95474 2.02433 1.17791 1.46240 .96888 3.24190 2.14971 11.12179 1.63972 .01383
32
52
Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO (Model 1) Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N a Normal Parameters
32 .0000000 4.19199989 .100 .074 -.100 .567 .905
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Uji Multikolinieritas Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
-16.733
14.926
RPT_Piutang0
.928
.389
RPT_Hutang0
.929
NRPT_Piutang0
.341
Debt Size
a
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics T
Sig.
Tolerance
VIF
-1.121
.273
.368
2.386
.025
.932
1.073
.426
.340
2.179
.039
.908
1.102
.273
.200
1.250
.223
.864
1.157
-.146
.079
-.294
-1.855
.075
.882
1.134
.926
.526
.275
1.761
.090
.908
1.101
a. Dependent Variable: ROA
Uji Autokorelasi b
Model Summary Model 1
R .651
R Square a
.424
Adjusted R Square .314
Std. Error of the Estimate 4.57736
Durbin-Watson 1.710
a. Predictors: (Constant), Size, Debt, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, NRPT_Piutang0 b. Dependent Variable: ROA
53
Uji Hesteroskedastisitas Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error -8.433
7.836
RPT_Piutang0
.393
.204
RPT_Hutang0
.387
NRPT_Piutang0
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
-1.076
.292
.330
1.928
.065
.224
.300
1.729
.096
-.085
.143
-.106
-.596
.557
Debt
-.036
.041
-.153
-.869
.393
Size
.437
.276
.274
1.582
.126
a. Dependent Variable: Abs_Ut
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah proses IPO (Model 2) Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N a Normal Parameters Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
32 .0000000 .02486086 .182 .182 -.097 1.030 .239
a. Test distribution is Normal.
54
Uji Multikolinieritas Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
.118
RPT_Piutang0
-.002
.003
RPT_Hutang0
.006
Norec1 NRPT_Piutang0 Norec0
Standardized Coefficients
Std. Error .253
a
Collinearity Statistics
Beta
T
Sig.
Tolerance
VIF
2.137
.045
-.110
-.671
.510
.562
1.779
.004
.260
1.625
.120
.588
1.700
-.025
.009
-.544
-2.685
.014
.366
2.731
-.004
.003
-.251
-1.388
.181
.459
2.178
.001
.004
.044
.340
.737
.895
1.118
RPT_Piutang1
-.020
.008
-.424
-2.494
.022
.521
1.920
RPT_Hutang1
.011
.007
.298
1.740
.097
.514
1.946
NRPT_Piutang1
-.012
.004
-.551
-3.266
.004
.528
1.893
Market
1.187
.541
.362
2.195
.040
.552
1.810
ROA
.000
.001
.049
.310
.760
.601
1.664
Size
-.008
.004
-.302
-1.980
.062
.647
1.546
a. Dependent Variable: BHR
Uji Autokorelasi b
Model Summary Model
R
1
.836
Adjusted R Square
R Square a
.699
Std. Error of the Estimate
.534
Durbin-Watson
.03095
1.695
a. Predictors: (Constant), Size, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, RPT_Piutang1, Norec0, Norec1, ROA, NRPT_Piutang1, Market, RPT_Hutang1, NRPT_Piutang0 b. Dependent Variable: BHR
Uji Hesteroskedastisitas Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.087
.074
RPT_Piutang0
.002
.002
RPT_Hutang0
.000
Norec1 NRPT_Piutang0
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
1.184
.250
.192
.722
.479
.002
.039
.150
.882
-.002
.006
-.126
-.383
.706
-.002
.002
-.387
-1.313
.204
2.984E-6
.002
.000
.001
.999
RPT_Piutang1
-.001
.005
-.078
-.284
.780
RPT_Hutang1
.000
.004
-.036
-.128
.899
-.001
.002
-.178
-.647
.525
.027
.336
.022
.081
.936
ROA
1.627E-5
.001
.005
.020
.984
Size
-.002
.003
-.231
-.931
.363
Norec0
NRPT_Piutang1 Market
a. Dependent Variable: Abs_Ut
55
Lampiran 5. Pengujian Hipotesis
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO (Model 1) Koefisien Determinasi (R2) Model Summary Model
R
1
.651
Adjusted R Square
R Square a
.424
Std. Error of the Estimate
.314
4.57736
a. Predictors: (Constant), Size, Debt, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, NRPT_Piutang0
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
401.528
5
80.306
Residual
544.759
26
20.952
Total
946.286
31
F
Sig.
3.833
.010
a
a. Predictors: (Constant), Size, Debt, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, NRPT_Piutang0 b. Dependent Variable: ROA
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
-16.733
14.926
RPT_Piutang0
.928
.389
RPT_Hutang0
.929
NRPT_Piutang0
.341
Debt Size
Beta
T
Sig.
-1.121
.273
.368
2.386
.025
.426
.340
2.179
.039
.273
.200
1.250
.223
-.146
.079
-.294
-1.855
.075
.926
.526
.275
1.761
.090
a. Dependent Variable: ROA
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah proses IPO (Model 2) Koefisien Determinasi (R2) Model Summary Model 1
R .836
R Square a
.699
Adjusted R Square .534
Std. Error of the Estimate .03095
a. Predictors: (Constant), Size, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, RPT_Piutang1, Norec0, Norec1, ROA, NRPT_Piutang1, Market, RPT_Hutang1, NRPT_Piutang0
56
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
.045
11
.004
Residual
.019
20
.001
Total
.064
31
F
Sig.
4.228
.003
a
a. Predictors: (Constant), Size, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, RPT_Piutang1, Norec0, Norec1, ROA, NRPT_Piutang1, Market, RPT_Hutang1, NRPT_Piutang0 b. Dependent Variable: BHR
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) RPT_Piutang0 RPT_Hutang0
Std. Error .253
.118
-.002
.003
Standardized Coefficients Beta
T
-.110
Sig.
2.137
.045
-.671
.510
.006
.004
.260
1.625
.120
Norec1
-.025
.009
-.544
-2.685
.014
NRPT_Piutang0
-.004
.003
-.251
-1.388
.181
.001
.004
.044
.340
.737
RPT_Piutang1
-.020
.008
-.424
-2.494
.022
RPT_Hutang1
.011
.007
.298
1.740
.097
NRPT_Piutang1
-.012
.004
-.551
-3.266
.004
Market
1.187
.541
.362
2.195
.040
ROA
.000
.001
.049
.310
.760
Size
-.008
.004
-.302
-1.980
.062
Norec0
a. Dependent Variable: BHR
57
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ayu Suryandari
Tempat, tanggal lahir : Salatiga, 12 Agustus 1992 Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Kauman VII/ 67 Salatiga
Email
:
[email protected]
Pendidikan
: – 2010 – 2014 Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Pengalaman
2007 – 2010 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga.
2004 – 2007 SMP Negeri 2 Salatiga.
1998 – 2004 SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga.
1996 – 1998 TK Sinar Nyata Salatiga.
: – Panitia acara National Seminar on Accounting, sebagai konsumsi yang diadakan oleh Fakultas Ekonomika dan Bisnis tanggal 4-5 April 2012. Panitia acara Entrepreneurship National Seminar, sebagai usaha dana yang diadakan oleh Universitas Kristen Satya Wacana tanggal 5 Februari 2013. Panitia acara Leading
in
Training
Young
Entrepreneur,
sebagai usaha dana yang diadakan oleh Universitas Kristen Satya Wacana tanggal 6 Februari 2013. Panitia acara Business Plan Competition and Exhibition, sebagai usaha dana yang diadakan oleh Universitas Kristen Satya Wacana tanggal 3 April 2013.
58