MANAJEMEN LABA PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK JAKARTA: ANALISIS DENGAN MODEL HEALY
MAYLIANAWATI ERNI EKAWATI
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 MANAJEMEN LABA PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK JAKARTA: ANALISIS DENGAN MODEL HEALY
ABSTRACT This paper examines the existence of earnings management of the IPO companies at Jakarta Stock Exchange for the periods 1995-2003. When a firm is going public, information about the firm is available in the prospectus. One information that become their attention is earnings information. Thus, managers have incentives to manage reported earnings specifically at periods prior to IPO in order to influence market response. Tests were conducted on 84 firms. The method used to examine earnings management are the method that developed by Healy (1985) and Aharony et al (1993). The results show that these firms manage their earnings to increase reported income before and after going public, specifically in the periods one year prior to going public and one year after going public. This study also finds the association between earnings management and company size. Keyword : Earnings management, Discretionary accruals, Company size. A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Perkembangan pasar modal di Indonesia sangat pesat saat ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perusahaan yang melakukan go public. Salah satu alasan mengapa perusahaan melakukan go public karena go public merupakan alternatif yang dapat ditempuh oleh perusahaan dalam rangka menambah modal usaha. Dalam proses go public, laporan keuangan yang ada dalam prospektus memiliki fungsi yang penting karena prospektus merupakan sumber informasi bagi investor sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi. Menyadari ketergantungan calon investor terhadap informasi yang dimuat dalam prospektus membuat manajer untuk menyajikan informasi yang dapat memperlihatkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik. Oleh karena itu, manajer berusaha mengatur tingkat laba yang dilaporkan dengan memilih metoda-metoda akuntansi tertentu sehingga dapat meningkatkan penerimaan dari Initial Public Offerings (IPO). Tindakan inilah yang dikenal dengan istilah manajemen laba. Sedangkan menurut Saputro dan Setiawati (2004), manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri atau perusahaan. Beberapa penelitian sebelumnya yang bertujuan untuk mengetahui adanya manajemen laba berhasil menemukan bukti-bukti empiris bahwa manajemen laba memang terjadi namun beberapa penelitian dengan topik yang sama tidak menemukan bukti adanya manajemen laba atau terbukti tetapi lemah. Bukti-bukti tentang adanya manajemen laba antara lainditunjukkan oleh Gumanti (1996), Gumanti (2001), Sutanto (2000), Ihalauw dan Afni (2002), Setiawati (2002), Saiful (2004), Friedlan (1994), Teoh et al (1998). Sedangkan penelitian-penelitian yang tidak menemukan adanya bukti manajemen laba atau terbukti tetapi lemah antara lain adalah DeAngelo (1986), Liberty dan Zimmerman (1986), dan Aharony, Lin, dan Loeb (1993). Dalam penelitian ini, penulis menguji apakah terdapat manajemen laba pada perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO selama perioda 1995-2003 di Bursa Efek Jakarta. Peristiwa manajemen laba di sekitar IPO yang akan diuji adalah satu tahun sebelum IPO dan satu tahun setelah IPO. Penulis juga melihat ukuran perusahaan terhadap Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
2
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 kecenderungan manajer untuk melakukan manajemen laba. Sehingga penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah manajer melakukan manajemen laba dengan menerapkan income-increasing discretionary accruals untuk menaikkan tingkat laba pada perioda satu tahun sebelum IPO dan satu tahun setelah IPO ? 2. Apakah ukuran perusahan mempengaruhi kecenderungan manajer untuk melakukan manajemen laba ? B. TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS B.1. Manajemen Laba Pengertian manajemen laba merupakan proses dengan sengaja untuk melaporkan tingkat laba periodik (earning) sesuai dengan yang diinginkan (Suyatmin dan Suwarno, 2002). Sedangkan menurut Schipper (1989) manajemen laba merupakan intervensi langsung manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat tertentu, baik bagi manajer atau perusahaan. Menurut Scott (1997), bentuk-bentuk manajemen laba yang dilakukan oleh manajer antara lain: Taking a bath, dilakukan ketika keadaan buruk yang tidak menguntungkan tidak bisa dihindari pada perioda berjalan dengan cara mengakui biaya-biaya pada perioda-perioda yang akan datang dan kerugian perioda berjalan. Income minimization, dilakukan saat perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian politis. Kebijakan yang diambil bisa berupa pembebanan pengeluaran iklan, riset dan pengembangan yang cepat dan sabagainya. Income maximization, yaitu memaksimalkan laba agar memperoleh bonus yang lebih besar. Demikian pula dengan perusahaan yang mendekati suatu pelanggaran kontrak hutang jangka panjang, manajer perusahaan tersebut akan cenderung untuk memaksimalkan laba. Income smoothing, merupakan bentuk manajemen laba yang paling sering dilakukan dan paling populer. Lewat income smoothing, manajer menaikkan atau menurunkan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan terlihat stabil dan tidak berisiko tinggi. Scott (1997) mengemukakan motivasi perusahaan, dalam hal ini manajer melakukan manajemen laba adalah: Bonus Plans, laba sering dijadikan indikator penilaian prestasi manajer perusahaan, dengan cara menetapkan tingkat laba yang harus dicapai dalam perioda tertentu. Initial Public Offering (Penawaran Saham Perdana), saat perusahaan go public, informasi keuangan yang ada dalam prospektus merupakan sumber informasi yang penting. Informasi ini dapat digunakan sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor maka manajer berusaha menaikkan laba yang dilaporkan. Stock price effects, manajer melakukan manajemen laba dalam laporan keuangan bertujuan untuk mempengaruhi pasar, yaitu persepsi investor.
Political Motivations ¾ Untuk mengurangi biaya politis dan pengawasan dari pemerintah, dilakukan dengan cara menurunkan laba. ¾ Untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah, misalnya subsidi, perlindungan dari pesaing luar negeri, dilakukan dengan cara menurunkan laba.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
3
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
¾ Untuk meminimalkan tuntutan serikat buruh, dilakukan dengan cara menurunkan laba. Taxation Motivations, dalam hal ini manajer berusaha menurunkan laba untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayar. Changes of Chief Executive Officer (CEO), dalam kasus penggantian manajer biasanya di akhir tahun tugasnya, manajer akan melaporkan laba yang tinggi, sehingga CEO yang baru akan merasa sangat berat untuk mencapai tingkat laba tersebut.
B.2. Initial Public Offerings (IPO) Initial public offering (penawaran saham perdana) merupakan proses penjualan saham suatu perusahaan kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya. Pasar perdana menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 859/KMK.01/1987 adalah penawaran surat berharga untuk pertama kali kepada pemodal selama masa tertentu sebelum surat berharga tersebut dicatatkan di bursa. Sedangkan menurut Panduan Go-Public (2002), pengertian Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering) adalah penawaran efek dengan menggunakan media masa atau ditawarkan kepada lebih dari 100 (seratus) pihak atau telah dijual kepada 50 (limapuluh) pihak. Keputusan untuk menjadi perusahaan publik memberikan beberapa konsekuensi yang harus dipatuhi oleh emiten, yaitu (Sunariyah, 2003): keharusan untuk keterbukaan (full disclosure), keharusan untuk mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan, kewajiban membayar dividen, dan senantiasa berusaha untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan perusahaan. B.3. Ukuran Perusahaan Perusahaan adalah sebuah organisasi atau lembaga yang mengubah keahlian dan material (sumber ekonomi) menjadi barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan para pembeli, serta diharapkan akan memperoleh laba bagi para pemilik (Irawan dan Swastha, 1986). Ukuran perusahaan atau besaran perusahaan merupakan ukuran yang ditetapkan berdasarkan jumlah total asset yang dimiliki perusahaan (Mpaata dan Agus S, 1997). Perusahaan yang mampu menghasilkan laba besar biasanya perusahaan yang memiliki kinerja baik dan berskala besar, karena pangsa pasarnya besar pula. Namun, perusahaan yang seperti ini biasanya sudah menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah sehingga peluang untuk melakukan manajemen laba atau kecenderungan melakukan manajemen laba menjadi terbatas. Perusahaan kecil lazimnya belum menjadi perhatian masyarakat, oleh karena itu peluang untuk melakukan manajemen laba dalam hal ini incomeincreasing discretionary accruals lebih terbuka. B.4. Penelitian Terdahulu ¾ Di Luar Negeri Di Amerika, manajemen laba sudah menjadi perhatian para praktisi dan akademisi, dan sudah banyak pula penelitian manajemen laba ini. Penelitian yang menggunakan pasar modal Amerika Serikat sebagai obyek penelitian diantaranya adalah Friedlan (1994), Neill, Pourciau, dan Schaefer (1995), Magnan dan Cornier (1997) dan Teoh et al (1998). Penelitian Friedlan (1994) menemukan bukti yang kuat bahwa pemilik perusahaan melakukan manajemen laba pada saat sebelum go public dengan meningkatkan tingkat keuntungan yang ada. ¾ Di Indonesia Penelitian manajemen laba dengan objek penelitian pasar modal Indonesia yaitu BEJ antara lain dilakukan oleh Gumanti (2001), Sutanto (2000), Ihalauw dan Afni (2002), Setiawati (2002), dan Saiful (2004). Penelitian Gumanti (2001) dengan menggunakan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
4
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 sampel sebanyak 39 perusahaan yang go public tahun 1995 sampai dengan 1997 di Bursa Efek Jakarta. Model yang digunakan adalah model yang dikembangkan oleh Friedlan yaitu model total accruals sebagai proxy atas discretionary accruals. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba ditemukan pada perioda dua tahun sebelum go public. Manajemen laba tidak ditemukan dengan kuat (ada bukti lemah) pada perioda setahun sebelum go public. Hal ini disebabkan karena manajer tidak ingin upaya rekayasa laba yang dilakukan diketahui oleh pihak luar. Hasil penelitian Setiawati (2002) terhadap 24 perusahaan yang go public tahun 1995-2001 membuktikan bahwa terjadi manajemen laba pada satu perioda sebelum dan setelah IPO. B.5. Hipotesis B.5.1. Manajemen Laba dan IPO Manajemen laba sangat mungkin terjadi pada perioda seputar IPO karena adanya keinginan manajer untuk mempengaruhi penilaian pihak ekternal (calon investor). Manajer termotivasi untuk melakukan manajemen laba dengan menerapkan income-increasing discretionary accruals pada perioda-perioda sekitar IPO, khususnya pada perioda satu tahun sebelum IPO dan satu tahun sesudah IPO. Laporan keuangan perusahaan tidak selalu menunjukkan bagaimana perusahaan melakukan manajemen laba namun manajemen laba dapat dibuktikan melalui analisis accruals. Penelitian ini tidak meneliti bagaimana manajemen laba dilakukan, tetapi membuktikan hasil tindakan tersebut berkaitan dengan motivasi untuk mempengaruhi harga saham. Peluang dilakukannya manajemen laba adalah apabila perusahaan menggunakan metoda accruals dalam pencatatan laporannya. Teoh et al (1998) menemukan discretionary accruals di sekitar IPO lebih tinggi untuk perusahaan yang sedang melakukan IPO dibanding dengan perusahaan yang tidak sedang melakukan IPO. Teoh et al (1998) menyimpulkan perusahaan yang sedang IPO melakukan manajemen laba. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Kiswara (1999), Sutanto (2000), dan Gumanti (2001) memberikan bukti bahwa di Indonesia juga terjadi manajemen laba untuk perusahaan publik pada saat IPO. Dari penjelasan di atas, maka penulis menyusun hipotesis sebagai berikut: H1: Manajer melakukan manajemen laba dengan menerapkan income-increasing discretionary accruals untuk menaikkan tingkat laba pada perioda satu tahun sebelum IPO dan satu tahun setelah IPO. B.5.2. Manajemen Laba dan Ukuran Perusahaan Perusahaan adalah sebuah organisasi atau lembaga yang mengubah keahlian dan material (sumber ekonomi) menjadi barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan para pembeli, serta diharapkan akan memperoleh laba bagi para pemilik (Irawan dan Swastha, 1986). Perusahaan yang mampu menghasilkan laba besar biasanya perusahaan yang memiliki kinerja baik dan berskala besar, karena pangsa pasarnya besar pula. Namun, perusahaan yang seperti ini biasanya sudah menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah sehingga peluang untuk melakukan manajemen laba atau kecenderungan melakukan manajemen laba menjadi terbatas. Perusahaan yang relatif kecil lazimnya belum menjadi perhatian masyarakat, oleh karena itu peluang untuk dilakukannya manajemen laba lebih terbuka. Selain hal di atas, kecenderungan perusahaan kecil melakukan manajemen laba karena kesempatan perusahaan kecil untuk memperoleh investor lebih kecil dibanding perusahaan besar yang menghasilkan laba yang besar. Oleh karena itu manajemen laba dalam hal ini income-increasing discretionary accruals lebih cenderung dilakukan oleh perusahaan kecil agar investor tertarik untuk membeli saham yang ditawarkan. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
5
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Friedlan (1994) dan Aharony et al (1993) menegaskan bahwa manajemen laba lebih banyak dilakukan oleh perusahaan yang relatif berskala kecil. Dari penjelasan di atas, maka penulis menyusun hipotesis sebagai berikut: H2: Manajemen laba lebih cenderung dilakukan oleh perusahaan kecil dibanding perusahaan besar. C. METODA PENELITIAN C.1. Sampel Data Penentuan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada metoda purposive sampling, dimana sampel perusahaan yang terpilih didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Kriteriakriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Perusahaan tersebut melakukan penawaran saham perdana atau go public di Bursa Efek Jakarta dalam perioda 1995-2003. b. Perusahaan memiliki kesamaan komponen laporan keuangan. c. Perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam kelompok industri properti, real estate dan kontruksi, dan keuangan tidak dimasukkan dalam sampel. C.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan. Sumber data diperoleh dari www.jsx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Indonesian Security Market Database (ISMD). TABEL 1 DI SINI Sebagaimana dapat dilihat dalam tabel 1 dari 162 perusahaan yang go public antara tahun 1995 sampai tahun 2003, terdapat 84 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk diuji. Sampel penelitian terdiri dari 14 perusahaan go public tahun 1995, 11 perusahaan go public tahun 1996, 12 perusahaan go public tahun 1997, 3 perusahaan go public tahun 1998, 3 perusahaan go public tahun 1999, 11 perusahaan go public tahun 2000, 19 perusahaan go public tahun 2001, 10 perusahaan go public tahun 2002, dan 1 perusahaan go public tahun 2003. Dalam analisis regresi terdapat 14 outlier, sehingga jumlah perusahaan yang digunakan untuk analisis regresi antara DAC dengan size berjumlah 70 perusahaan. C.3. Desain Riset Penelitian ini bersifat event study yang mengamati adanya manajemen laba pada perioda satu tahun sebelum IPO dan satu tahun setelah IPO. Perioda estimasi (estimation period) umumnya merupakan perioda sebelum perioda peristiwa. Perioda peristiwa (event period) disebut juga dengan perioda pengamatan atau jendela peristiwa (windows period). Lamanya perioda estimasi dalam penelitian ini selama dua tahun berturut-turut. Sedangkan perioda pengamatan yang digunakan adalah dua tahun yaitu satu tahun sebelum go public (Tahun T) dan satu tahun sesudah go public (Tahun T+1). Perioda estimasi dan perioda pengamatan dapat digambarkan sebagai berikut:
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
6
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Gambar 1 Perioda Waktu dalam Analisis Manajemen Laba di Sekitar IPO Tahun T-1 Tahun T Tahun T+1 Akhir tahun T-2
Akhir tahun T-1
Akhir tahun T
Akhir tahun T+1
Tanggal IPO Dalam hal ini, T-2 merupakan perioda estimasi yaitu tiga tahun sebelum go public, T1 merupakan perioda estimasi yaitu dua tahun sebelum go public, T merupakan perioda pengamatan yaitu satu tahun sebelum go public dan T+1 merupakan perioda pengamatan satu tahun setelah go public. C.4. Metoda Analisis Data dan Pengujian Hipotesis C.4.1. Manajemen Laba dan IPO Penelitian ini menggunakan pendekatan total accruals untuk mendeteksi apakah terjadi manajemen laba atau tidak. Pendekatan total accruals yang digunakan dalam penelitian ini sejalan dengan model awal yang dikembangkan oleh Healy (1985). Healy berpendapat bahwa total accruals terdiri dari discretionary accruals dan non-discretionary accruals. Pendekatan ini berasumsi bahwa komponen non discretionary accruals cenderung stabil sepanjang waktu, sehingga yang layak untuk dipertimbangkan adalah komponen discretionary accruals. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan accruals yang dikembangkan oleh Aharony, Lin, dan Loeb (1993) dan Friedlan (1994). Total accruals (TAC) pada perioda t merupakan selisih antara laba bersih/net income (NI), yang dalam hal ini sama dengan pendapatan sebelum extraordinary items pada perioda t, dan aliran kas dari aktivitas operasi/cash flow from operating activities (CFO) pada perioda t. Secara sistematis total accruals pada perioda t dapat dinyatakan dalam pernyataan sebagai berikut: TACt = NIt _ CFOt Dalam hal ini TACt adalah total accruals pada perioda t, NIt adalah laba bersih operasi (net operating income) yang juga merupakan income before extraordinary items pada perioda t, dan CFOt adalah aliran kas dari aktivitas operasi (cash flow from operating activities) pada perioda t. Salah satu kelebihan dari pendekatan total accruals adalah pendekatan ini berpotensi untuk mengungkapkan cara-cara untuk menurunkan atau menaikkan laba, karena cara-cara tersebut tidak diketahui pihak luar termasuk investor. Friedlan (1994) melakukan modifikasi terhadap model DeAngelo (1986) yaitu dengan menstandarisasi total accruals dengan total penjualan (sales). Karena salah satu alasan utama perusahaan go public adalah pesatnya pertumbuhan dalam hal ini pertumbuhan penjualan, maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap pengukuran discretionary accruals. Penyesuaian dilakukan untuk mengurangi kemungkinan bahwa pengukuran discretionary accruals sepenuhnya dipengaruhi oleh pertumbuhan. Model yang digunakan untuk menghitung non discretionary accruals adalah model Healy (1985) yang dimodifikasi dengan model Friedlan (1994). Secara formal perhitungan non discretionary accruals adalah sebagai berikut: Σ TACt / Salest NDAτ = T Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
7
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Dalam hal ini NDA adalah non discretionary accruals, TAC adalah total accruals pada perioda t (perioda estimasi), Sales adalah penjualan pada perioda t (perioda estimasi), t adalah 1,2,……, T adalah jumlah perioda estimasi, τ adalah perioda estimasi. Model yang digunakan untuk membuktikan adanya income-increasing discretionary accruals adalah sebagai berikut: TACt = NDAτ + DACt DACt = TACt _ NDAτ Dalam hal ini TACt merupakan Total Accruals pada perioda t (perioda event), NDAτ merupakan Non Discretionary Accruals pada perioda estimasi, dan DACt merupakan Disretionary Accruals pada perioda t (perioda event). Indikasi bahwa telah terjadi manajemen laba ditunjukkan oleh koefisien DAC positif, sebaliknya bila koefisien DAC negatif berarti tidak ada indikasi bahwa manajemen telah melakukan upaya untuk menaikkan keuntungan melalui income-increasing discretionary accruals. Dalam penelitian ini, hipotesis pertama (H1) diuji dengan menggunakan one sample ttest. Dengan hipotesis statistis sebagai berikut: H0 : DACt = ∅ H1 : DACt > ∅ Apabila nilai mean DACt lebih besar dari nol maka hipotesis pertama (H1) terdukung. C.4.2. Manajemen Laba dan Ukuran Perusahaan Dalam penelitian ini, sebagai ukuran perusahaan penulis menggunakan total asset (size). Untuk menentukan pengaruh ukuran perusahaan dan manajemen laba digunakan regresi linear sederhana antara DAC (indikator manajemen laba) sebagai variabel dependen dan size (indikator besaran perusahaan) sebagai variabel independen. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut: DACt = a + b Sizet + e Dari model tersebut disusun hipotesis statistis H0 : b = ∅ H1 : b < ∅, apabila hasil pengujian menunjukan b besarnya negatif dan signifikan maka hipotesis kedua (H2) terdukung. D. ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN D.1. Statistik Deskriptif Penyajian statistik deskriptif mengenai seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel tersebut meliputi jumlah seluruh data (N), mean atau nilai rata-rata, median atau nilai tengah, standar deviasi, minimum atau nilai terendah, dan maksimum atau nilai tertinggi. TABEL 2 DI SINI Tabel 2 menunjukkan mean net income yang telah di bagi dengan sales pada perioda T (satu tahun sebelum go public) adalah 0,08, median sebesar 0,07, standar deviasi sebesar 0,12, minimum sebesar –0,38, dan maksimum sebesar 0,53. Mean untuk perioda T (satu tahun setelah go public) adalah 0,05. median sebesar 0,07, standar deviasi sebesar 0,19, minimum sebesar –0,72, dan maksimum sebesar 0,61. Mean cash flow from operation di bagi sales pada perioda T adalah 0,02, median sebesar 0,03, standar deviasi sebesar 0,34, minimum sebesar –1,62, dan maksimum sebesar 2,16. Mean untuk perioda T+1 adalah –0,01, median sebesar 0,02, standar deviasi sebesar 0,34, minimum sebesar –2,39, dan maksimum sebesar 0,59. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
8
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 D.2. Manajemen Laba dan IPO Pengujian manajemen laba di dalam penelitian ini didasarkan pada nilai discretionary accruals yang dihitung dengan model Healy (1985). Dengan pendekatan tersebut manjemen laba dalam hal ini income-increasing discretionary accruals terjadi jika discretionary accruals (DAC) > 0. Untuk menguji apakah nilai DAC > 0 atau tidak, digunakan pendekatan statistik parametrik (one sample T-test). TABEL 3 DI SINI Hasil penelitian (tabel 3) menunjukan bahwa mean nilai DAC pada satu tahun sebelum IPO (DAC T) adalah sebesar 0,1255 (12,55%), median 0,0538 (5,38%), standar deviasi 0,415 (45,15%), dan secara statistik nilai mean DAC tersebut lebih besar dari nol. Pada perioda tersebut 67,86% sampel mempunyai nilai mean DAC positif. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada perioda satu tahun sebelum IPO terdapat indikasi manajemen laba. Manajemen laba kembali dilakukan pada perioda satu tahun setelah IPO (T+1) yang ditunjukan dengan tingginya nilai DAC (mean sebesar 0,1260/12,60%), median 0,0632 (6,32%), standar deviasi 0,4935 (49,35%), dan secara statistik signifikan pada level 5%. Pada perioda ini 65,48% sampel mempunyai nilai mean DAC positif. Oleh karena itu, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa manajer cenderung melakukan manajemen laba di sekitar IPO. Atas dasar hasil analisis tersebut, maka hipotesis pertama yang menyatakan bahwa manajer melakukan manajemen laba dengan menerapkan income-increasing discretionary accruals untuk menaikkan tingkat laba pada perioda satu tahun sebelum IPO dan satu tahun setelah IPO terdukung. D.3. Manajemen Laba dan Ukuran Perusahaan Di dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan untuk mengukur besaran/ukuran perusahaan ditetapkan berdasarkan jumlah total asset (Mpaata dan Agus S, 1997). Pengujian untuk hipotesis kedua yaitu mengenai manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan kecil lebih besar dari pada manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan besar menggunakan regresi linear sederhana dengan DAC (indikator manajemen laba) sebagai variabel dependen dan total asset (indikator ukuran perusahaan) sebagai variabel independen. TABEL 4 DI SINI Uji t di atas berguna untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil pengujian di atas didapatkan bahwa variabel Size pada perioda T berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DAC pada level α 5%. Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin kecil ukuran perusahaan maka akan mempengaruhi kecenderungan manajer untuk melakukan manajemen laba. Dan sebaliknya, semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil kecenderungan manajer untuk malakukan manajemen laba. Hasil ini konsisten dengan temuan yang diperoleh dalam penelitian yang pernah dilakukan oleh Friedlan (1994) dan Aharony et al (1993). Oleh karena itu hipotesis kedua untuk perioda satu tahun sebelum IPO terdukung. Sedangkan hasil pengujian untuk variabel Size T+1 didapatkan hasil berpengaruh positif dan signifikan yaitu pada level α 1%. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada perioda satu tahun sesudah IPO, ternyata perusahaan besar lebih cenderung melakukan manajemen laba dibanding dengan perusahaan kecil. Hipotesis kedua untuk satu tahun setelah IPO tidak terdukung karena adanya kemungkinan bahwa pada perioda satu tahun setelah IPO, perusahaan yang berukuran besar cenderung melakukan manajemen laba untuk menarik minat investor dalam menanamkan modalnya.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
9
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 E. KESIMPULAN DAN SARAN E.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Manajer melakukan manajemen laba dengan menerapkan income-increasing discretionary accruals untuk menaikkan tingkat laba pada perioda satu tahun sebelum IPO dan satu tahun setelah IPO terdukung. b. Perusahaan kecil lebih cenderung melakukan manajemen laba dibanding perusahaan besar pada perioda satu tahun sebelum IPO (perioda T). Sedangkan pada perioda satu tahun setelah IPO (perioda T+1) justru perusahaan besar yang lebih cenderung melakukan manajemen laba. Hal ini kemungkinan dikarenakan perusahaan yang berukuran besar cenderung melakukan manajemen laba untuk menarik minat investor dalam menanamkan modalnya. E.2. Saran Guna melengkapi dan memperbaiki penelitian sejenis di masa yang akan datang sehubungan dengan keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti mengemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan sebagi berikut: a. Penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih banyak, supaya hasilnya bisa kuat. b. Penelitian yang akan datang sebaiknya melakukan pemisahan jenis industri untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan perilaku manajemen laba masing-masing industri. c. Penelitian yang akan datang sebaiknya melakukan penelitian tambahan dengan mengevaluasi kinerja operasi perusahaan yang baru go public. d. Penelitian yang akan datang dalam melakukan pengujian manajemen laba dapat menggunakan model lain seperti menggunakan model Jones.
REFERENSI Aharony, J., Lin, C.J., dan Loeb, M.P. 1993. Initial Public Offerings, Accounting Choices, and Earnings Management. Conteporary Accounting Research. Bursa Efek Jakarta. 2002. Panduan Go-Public, Jakarta: PT BEJ. DeAngelo, L.E. 1986. Accounting Number as Valuation Subtitutes: A Study of Management Buyout of Public Stockholders. The Accounting Review 59. Friedlan, M.L. 1994. Accounting Choices of Issuers of Initial Public Offerings. Contemporary Accounting Research, 11. Gumanti, Tatang A. 1996. Earnings Management and Accounting Choices in Initial Public Offerings: Evidence from Indonesia. Thesis Master, Perth, Australia: Edith Cowan University. (tidak dipublikasikan) . 2001. Earnings Management dalam Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 4 (2). 165-183. Healy, P.M. 1985. The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions. Journal of Accounting and Economics, 10. Ihalauw, John J. O.I dan Afni, Ummi A. 2002. Manajemen Earning dalam Panawaran Perdana Saham di Bursa Efek Jakarta Periode 1998-2000. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume VIII No. 2. Edisi September 2002. Irawan dan Swasha. 1986. Lingkungan Perusahaan, Yogyakarta: BPFE. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 859/KMK.01/1987 tentang pasar perdana. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
10
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Kiswara, Endang. 1999. Indikasi Keberadaan Unsur Manajemen Laba (Earnings Management) dalam Laporan Keuangan Perusahaan Publik. Thesis S2 Akuntansi UGM, Yogyakarta. Liberty, S.E dan Zimmerman, J.L. 1986. Labor Union Contract Negotiations and Accounting Choices. The Accounting Review, 61. Magnan, M dan Courmier, D. 1997. The Impact of Forward-Looking Financial Statement Analysis. Spring. 6-7. Mpaata, Kaziba A dan Sartono, Agus. 1997. Factor DeterminingPrice Earning Ratio. Kelola No. 15. Neill, J.D, Pourciau, S.G, dan Schaever, T.F. 1995. Accounting Method Choice and Initial Public Offerings Valuation. Accounting Horizons, 9. Saiful. 2004. Hubungan Manajemen Laba (Earnings Management) dengan Kinerja Operasi dan Return Saham di Sekitar IPO. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Volume 7 No. 3. Edisi September 2004. 316-332. Saputro, Julianto A dan Setiawati, Lilis. 2004. Kesempatan Bertumbuh dan Manajemen Laba: Uji Hipotesis Political Cost. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Volume 7 No. 2. Edisi Mei 2004.251-263. Schipper, Katherine. 1989. Commentary on Earnings Management. Accounting Horizons. Volume 3 No. 4. Scott, William R. 1997. Financial Accounting Theory, New Jersey: Practice Hall. Setiawati, Lilis. 2002. Manajemen Laba dan IPO di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 5. 112-125. Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi 3, Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Sutanto, Imam. 2000. Indikasi Manajemen Laba Menjelang IPO oleh Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Thesis S2 UGM, Yogyakarta. Suyatmin dan Suwarno, Agus E. 2002. Review atas Earning Manajemen dan Implikasinya dalam Standar Setting. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 1 No. 2. Edisi September 2002. 153-171. Teoh et al. 1998. Earnings Management and The Underperformance of Seasoned Equity Offerings. Journal of Financial Economics, 50. www.jsx.co.id
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
11
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Tabel 1 Sampel Penelitian Keterangan
Jumlah Perusahaan
Tidak % Tidak Terpilih Terpilih
Terpilih
% Terpilih
Perusahaan go public tahun 1995
21
7
4,32
14
8,64
Perusahaan go public tahun 1996
16
5
3,09
11
6,79
Perusahaan go public tahun 1997
30
18
11,11
12
7,41
Perusahaan go public tahun 1998
6
3
1,85
3
1,85
Perusahaan go public tahun 1999
9
6
3,70
3
1,85
Perusahaan go public tahun 2000
21
10
6,17
11
6,79
Perusahaan go public tahun 2001
31
12
7,41
19
11,73
Perusahaan go public tahun 2002
22
12
7,41
10
6,17
Perusahaan go public tahun 2003 Perusahaan go public tahun 1995-2003 Pengaruh outlier
6
5
3,09
1
0,62
162
78
48,15
84
51,85
84
14
16,67
70
83,33
Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel
Net Income (NI)/Sales
Cash Flow from
T-2
Mean
Median
Standar Deviasi
Min
Max
-0,02
0,04
0,39
-2,48
0,29
T-1
0,07
0,06
0,25
-1,03
1,67
T
0,08
0,07
0,12
-0,38
0,53
T+1
0,05
0,07
0,19
-0,72
0,61
T-2
0,06
0,05
0,21
-0,89
0,57
Operation (CFO)/Sales T-1
0,11
0,05
0,51
-1,92
2,99
0,02
0,03
0,34
-1,62
2,16
T Sales
a
Total Assets
a
T+1
-0,01
0,02
0,34
-2,39
0,59
T-2
170.494,36
53.032,50
359.635,03
195,00
2.425.862,00
T-1
223.385,65
76.399,00
427.130,50
731,00
3.072.184,00
T
315.124,14
121.195,00
596.006,50
4.069,00
4.043.436,00
T+1
397.643,20
167.241,50
693.256,00
57,00
5.105.069,00
T-2
271.342,48
58.580,50
885.112,56
57,00
7.883.579,00
T-1
333.792,77
95.321,00
1.029.772,66
689,00
9.220.020,00
T
452.650,57
150.486,50
1.315.549,55
7.309,00
11.815.850,00
651.596,92
220.736,00
1.766.198,45
20.071,00
15.912.499,00
T+1 Catatan : a Angka dalam jutaan Rupiah N = 84 perusahaan
Tabel 3 Hasil Pengujian Discretionary Accruals Sebelum IPO dan Sesudah IPO Statistik Discretionary Accruals Mean
Median
Std. Dev
Min
Max
% Positif
t-stat
0,1255
0,0538
0,4515
-2,1300
1,7600
67,86%
2,5470**
DAC T+1 0,1260 Keterangan : ** signifikan pada level 5 %
0,0632
0,4935
-0,9600
3,1900
65,48%
2,3410**
DAC T
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
12
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 N = 84 perusahaan Tabel 4 Hasil Pengujian Hubungan antara Size dengan Manajemen Laba Variabel
Koefisian Regresi
t
Terstandardisiasi Konstanta Size
T
2,204**
T+1
-2,696***
T
-0,243
T+1 Jumlah Sampel
0,339
T
70
T+1
70
-2,066** 2,968***
Keterangan : ** signifikan pada level 5% *** signifikan pada level 1%
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
13
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 CURRICULUM VITAE Nama Institusi Alamat korespondensi e-mail Telp Pendidikan Tinggi
: Maylianawati : Universitas Kristen Duta Wacana : Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 5-25Yogyakarta :
[email protected] : 08156597171 : S-1: Sarjana Ekonomi
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
14