s Mediki
M e d i a P e n d i d i k a n d a n A k s i
Edisi I Tahun 2013
TUMBUH PULUHAN MEKAR SEBAGIAN Jejak Lestari Model PAUDNI
Pesona Bumi Cendana
PAUD dan Ekspektasi Masyarakat
DAFTAR ISI Ragam
Kolom
22
PAUD dan Ekspektasi Masyarakat
24
Masyarakat berharap agar lembaga PAUD yang sudah ada mampu membangun visi pendidikan yang cerdas, mewujudkan generasi yang sehat, cerdas dan berkarakter mulia. Tetapi akankah semuanya terwujud?
TANPA UJI KETERAMPILAN, LUPAKAN DANA BANTUAN Ditbinsuslat mewajibkan LKP untuk melampirkan surat keterangan bermeterai dari TUK terkait bahwa peserta kursusnya akan diikutkan pada uji kompetensi LSK. Tanpa surat keterangan TUK, pasti akan mempengaruhi lolos tidaknya proposal LKP.
3 PESONA BUMI CENDANA Klik
Laporan Utama Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, P.Si
Adu Model Antar Balai Model Dua Dekade Kemudian Dari Promosi ke Replikasi
8 10 14
NusaTenggara Timur adalah tanah yang kaya. Ragam budaya dan tradisi di propinsi kepulauan ini begitu menonjol. Keindahan alamnya membentang di berbagai penjuru pulau-pulaunya. Dari jajaran pantai indah, padang sabana yang luas sampai pegunungan dengan hawa dingin yang menusuk tulang. Rangkul dan Gandeng SKB
18
Sosok Nurfitriana
Peduli PAUD C. M. Alexandru S.
Jelajah Surabaya Band Balai
28
4 Jejak Lestari Model PAUDNI Laporan Utama
28
Belum Ada Nama
29
Lintas Peristiwa
30
Model ibarat detak jantung balai. Segala daya dan upaya dikerahkan untuk melahirkan model berkualitas. Puluhan model tumbuh, sebagian di antaranya mekar lestari. www.bppnfi-reg4.net
1
Dari Redaksi
PEMBINA Kepala BP-PAUDNI Reg. II
Wajah Baru dan Jejak Model Balai
PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNG JAWAB Eko Yunianto REDAKTUR PELAKSANA M. Subchan Sholeh DEWAN REDAKSI Eko Yunianto Edi Basuki Mukharlis Yunizal Lilik Rahajoe Lestari Ary Widyastuti M. Subchan Sholeh REDAKTUR Edi Basuki Mukharlis Yunizal Lilik Rahajoe Lestari Ary Widyastuti PENATA LETAK Ahmad Abdul Ghofur SEKRETARIS REDAKSI Ahmad Abdul Ghofur ALAMAT REDAKSI Kantor BP-PAUDNI Reg. II Surabaya Jl. Gebang Putih 10 Sukolilo, Surabaya 60117 Telp/Fax. 031 5925972, 5945101/031 5953787 LAMAN www.bppnfi-reg4.net
Mediksi M e d i a P e n d i d i k a n d a n A k s i
Edisi I Tahun 2013
n
TUMBUH PULUHAN MEKAR SEBAGIAN Jejak Lestari Model PAUDNI
2
Pesona Bumi Cendana
PAUD dan Ekspektasi Masyarakat
Edisi I Tahun 2013
Ada yang berbeda dari edisi tahun-tahun sebelumnya. Mulai tahun ini, dengan pasukan baru, dengan semangat baru, Mediksi tampil berbeda. Mulai dari penampilan grafisnya, gaya tulisannya, dan yang sangat penting adalah kemasan tulisannya. Redaksi Mediksi mulai mencoba menyajikan tulisan-tulisan yang dikemas secara tematik. Pengemasan ini selain untuk mengupas tuntas setiap topik yang diangkat, juga untuk memudahkan pembaca mencari kembali artikel-artikel yang diperlukan. Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal yang disingkat menjadi BP-PAUDNI dalam sejarahnya sering berganti-ganti nama, setidaknya telah empat kali ganti nama, seiring dengan berubahnya numenklatur Direktorat Jenderal PAUDNI. Banyak yang berubah dengan pergantian nama yang dialami BP-PAUDNI, terutama tugas dan fungsi lembaga ini, namun pengembangan model yang menjadi core business UPT Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini selalu ada. Bahkan dari tahun ke tahun, anggaran yang disediakan APBN untuk pengembangan model ini semakin besar. Penambahan anggaran ini seharusnya memberi dampak pada hasil model yang dikembangkan. Benarkah demikian? Benarkah selama ini pengembangan model memberi manfaat kepada masyarakat sebagai penyandang APBN? Benarkah pengembangan model yang dilakukan BP-PAUDNI Regional II Surabaya bermanfaat bagi Kementerian Pendidikan Nasional sebagai “sponsor” kegiatan ini? Ataukah selama ini pengembangan model dilaksanakan hanya sekedar untuk “menggugurkan tugas”? Redaksi Mediksi melacak keberadaan pengembangan model ini. Baik keberadaannya di masyarakat maupun keberadaannya bagi eksistensi BP-PAUDNI sebagai pengembang model. Redaksi Mediksi mencoba menemukan jawabannya untuk pembaca. Di edisi ini, Redaksi Mediksi melengkapi laporan utamanya dengan menurunkan wawancara eksklusif dengan Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog, Direktur Jenderal PAUDNI mengenai bagaimana pengembangan model kedepan dan bagaimana seharusnya model dikembangkan. Demikian juga beberapa tulisan lain yang memperkaya laporan utama edisi kali ini. (*)
KLIK
Dok. Ary Widyastuti
Dok. Putu A. Widhiartha
Danau Tiwu Ata Mbupu (arwah orang-orang tua)di Gunung Kelimutu-Ende Dok. Putu A. Widhiartha
Danau Tiwu Ata Polo (arwah orang-orang jahat) dan di sebelahnya, Danau Nua Muri Ko’o Fai (arwah anak-anak muda) di Gunung Kelimutu-Ende
Pesona Bumi Cendana
N
usaTenggara Timur adalah tanah yang kaya. Ragam budaya dan tradisi di propinsi kepulauan ini begitu menonjol. Keindahan alamnya membentang di berbagai penjuru pulau-pulaunya. Dari jajaran pantai indah, padang sabana yang luas sampai pegunungan dengan hawa dingin yang menusuk tulang. Sebagian dari pesona alam ini terekam lewat mata lensa abdi balai kala menunaikan tugas di bumi penghasil wewangian cendana yang pernah mendunia. Ada Gunung Kelimutu di Ende, Pulau Flores dengan tiga danau kawah berwarna di puncaknya. Di pulau ini pula, terhampar sawah bak permadani dalam bentuk jaring laba-laba di Desa Cancar, Manggarai. Inilah sawah adat dengan teknik pembagian sesuai kedudukan orangnya. Makin tinggi posisinya, maka makin luas pula sawah yang diterima. Simak juga tebaran pantai perawan berpasir putih yang memanjakan mata. Seperti deburan
ombak Pantai Baa, Nemberala, di Pulau Rote, langganan peselancar asing beradu nyali menaklukkan ombak tinggi. Atau sentuh lembutnya butiran pasir putih di Pantai Londa Lima di pinggiran Kota Waingapu, Sumba Timur. Nikmati pula semilir angin Pantai Lasiana di ibukota propinsi, Kupang sambil meneguk air kelapa yang segar di sore hari. Pesona alam tak terbantahkan di NTT berpotensi besar menjadi obyek wisata kelas dunia. Hanya perlu sedikit sentuhan tangan dingin untuk menyulapnya menjadi tujuan wisata yang terkenal hingga mancanegara. (mss)
Pantai Londalima Kuta-Sumba Timur
Dok. M. Subchan S.
Pantai Lasiana Kupang Dok. M. Subchan S.
Pantai Baa, Rote Dok. M. Subchan S.
Sawah jaring laba-laba di Manggarai, diambil dalam penerbangan Kupang-Manggarai
www.bppnfi-reg4.net
3
LAPORAN UTAMA
Jejak Lestari Model PAUDNI Model ibarat detak jantung balai. Segala daya dan upaya dikerahkan untuk melahirkan model berkualitas. Puluhan model tumbuh, sebagian di antaranya mekar lestari.
T
anjakan curam menyambut Mediksi di pintu masuk desa. Jalan terus menanjak walau mulai landai. Di kiri-kanan jalan, hamparan hijau ladang tersebar di berbagai penjuru. Udara dingin nan segar menyapu lembut wajah dan leher.Sang surya masih malumalu menampakkan wajahnya. Hawa dingin kian mencengkeram di desa yang diapit Gunung Panderman dan Arjuno ini. Pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, Desa Ngabab bertengger. “Selamat Datang di Desa Vokasi Berbasis Lingkungan Binaan BPPNFI Regional IV Surabaya.” Tulisan itu terpampang di atas papan persegi putih dari besi bertonggak hitam yang terpasang di tepi jalan masuk desa. Inilah desa vokasi binaan balai. Desa dimana sepertiga populasinya adalah sapi. Ya, sapi. Sapi perah tepatnya. Ada 2.500 sapi perah “menemani” kehidupan 7.500 jiwa penduduk itu. Setiap pagi dan sore, ribuan sapi itu mengalirkan sembilan ton susu segar menghidupi separo lebih warga desa di bagian utara Kabupaten Malang ini. Mayoritas produksi susu itu dipasok ke pabrik susu besar seperti Greenfields Indonesia dan Nestle Indonesia. Lazimnya desa yang menggantungkan nafkahnya dari peternakan, limbahya kerap menjadi persoalan pelik. Enam tahun silam, penduduk selalu membuang kotoran sapi langsung dari kandang ke selokan yang bermuara ke sungai. Padahal, kotoran sapi itu mengandung racun dan bakteri ecoli penyebab diare. Adalah Fatih Ridho Muhammad (21), santri
4
Edisi I Tahun 2013
Pondok Tahfidhul Quran Al Batul, Desa Mantung, yang prihatin melihat kondisi ini. Fatih yang saat itu masih menginjak bangku kelas dua SMP di Pujon, lantas mengadukan hal itu ke ayahnya, Muhammad Noval (47). “Dia cerita ke saya. Lalu muncul ide untuk pembuatan model biogas,” kenang Noval, Ketua Tim Model Pendidikan Sadar Lingkungan Melalui Life Skill Biogas. Menurut dia, warga masih belum tahu besarnya potensi energi alternatif berupa biogas dari tinja hewan mamalia itu. Padahal, biogas bukan hal baru di Indonesia. Pengembangannya telah dilakukan sejak tahun 1970-an. Tahun 2007 itu, Noval dan timnya mengajak masyarakat mengubah kebiasaan membuang tinja sapi sembarangan dengan mengolahnya menjadi biogas. Sepuluh warga Ngabab pun dilatih membuat digester biogas di rumah masing-masing. Digester ini merupakan tandon raksasa yang ditanam di bawah tanah pada kedalaman 2 meter dengan diameter 3 meter. Tutupnya berbentuk kubah setinggi satu meter. Digester ini berfungsi ganda sebagai penampung sekaligus pengendap kotoran sapi yang terkumpul di dalamnya. Gas yang terkumpul lalu dialirkan lewat pipa dari dalam digester ke selang plastik yang terhubung ke kompor gas di dapur dan instalasi listrik di rumah. Biogas pun mencukupi kebutuhan listrik dan memasak warga. Setelah merasakan manfaatnya, masyarakat menyambut positif model ini. Pertumbuhan digester pun terus merangkak naik. Dalam dua tahun berikutnya, telah ter-
bangun 15 digester tambahan. Tiga atas biaya warga sementara sisanya patungan warga dan balai. “Dulu kotoran sapi menjadi permasalahan tersendiri bagi kami para peternak. Sekarang sudah menjadi berkah,” kata Suliaman, pelopor pemakai biogas di Ngabab. Tahun 2009, upaya pelestarian model itu menemukan momentum yang tepat tatkala pemerintah mencanangkan program konversi minyak tanah ke gas. Saat itu, peredaran minyak tanah ditarik bertahap dari pasaran hingga harganya melejit dan terjadi kelangkaan dimana-mana. “Di tahun itu, makin banyak warga yang minta dibuatkan digester biogas,” kenang pria asal Tegal itu. Saat warga lain kebingungan, lanjut Noval, sebagian warga Ngabab tenang-tenang saja. Biogas telah menjadi juru selamat mereka. Mereka tak pusing dengan kelangkaan atau tingginya harga minyak tanah. Mereka tetap dapat memasak sembari menabung uang yang sebelumnya untuk membeli minyak tanah.
Dok. Tim Labsite Program Kursus Tahun 2011
Balai pun terus mengembangkan kegiatan di Ngabab. Khususnya saat menerima dana hibah APBN lewat Program Desa Vokasi Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan (Ditbinsuslat), selama tiga tahun berturut-turut. Di tahun pertama, bantuan hibah senilai Rp 200 juta itu dikelola untuk bantuan pembuatan sepuluh digester, pembelian mesin dan sejumlah alat untuk produksi pupuk organik berikut pelatihannya. Pupuk organik buatan warga berasal dari ampas biogas serta sayuran busuk yang cukup melimpah. Pada tahun berikutnya, balai kembali mendapat hibah serupa dengan nilai sama. Menurut Ketua Program Desa Vokasi Tahun 2010, Santoso, dana itu dipakai untuk menggelar tiga pelatihan. Pembuatan yogurt, pengemasan pupuk organik, dan penangkaran bibit wortel. Di tahun terakhir, program desa vokasi digunakan untuk pelatihan pemanfaatan jamur tiram. Dari budidaya sampai pengolahan menjadi keripik. “Ada 50 warga yang kami latih budidaya jamur tiram lalu dilanjutkan dengan produksi keripik
Warga Desa Ngabab, Pujon, Kabupaten Malang, sedang belajar membuat media tanam jamur tiram saat mengikuti “Pelatihan Budidaya Jamur Tiram” yang digelar BPPAUDNI Reg. II Surabaya.
jamur yang bersinergi dengan program labsite,” ujar Ketua Program Desa Vokasi Tahun 2011, Krisna Kartika. Kini, 168 digester tertanam di seluruh penjuru Ngabab. Dalam catatan Krisna, sekitar separo lebih digester terdapat di Dukuh Lemburejo. Melonjak enam kali lipat lebih dibanding enam tahun silam yang cuma 25 digester. Pupuk organik rutin diproduksi untuk kebutuhan peternak. Produksi yogurt mulai menyasar desa-desa tetangga, bahkan siap menerima pesanan. Berkah tak ternilai lain adalah munculnya “kader-kader” biogas. Mereka ini adalah alumni dari ujicoba model biogas yang dipandang mampu menularkan kemampuannya membuat digester biogas. Ada lima orang yang menjadi narasumber tetap untuk urusan ini. Suliaman salah satunya. “Mereka berlima telah ditunjuk oleh Koperasi SAE untuk menjadi narasumber untuk biogas di wilayah Kecamatan Pujon,” tambah Krisna. Sekarang, Suliaman yang berkumis tebal itu memimpin Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Al Mubarok untuk terus melestarikan lingkungan Ngabab dengan prinsip 3 R. Yaitu, reduce, reuse dan recycle atau kurangi, pakai lagi, dan daur ulang. Noval merasa senang karena model biogas dapat berkelanjutan hingga kini. Terlebih minat masyarakat Ngabab kini makin besar untuk membangun digester di rumah masing-masing dengan biaya sendiri. “Selain itu, saya senang karena model ini membawa manfaat bagi masyarakat. Khususnya solusi atas masalah lingkungan mereka berupa pencemaran sungai dari kotoran sapi dengan mengolahnya jadi biogas,” tandas insinyur pertanian lulusan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini.
Senam yang sesuai Di Sidoarjo, riuh rendah suara anak-anak bermain sayup-sayup terdengar saat Mediksi memasuki PAUD Batik, Sidoarjo. Dalam sekolah yang terletak di pusat kota udang itu, anak-anak sedang asyik senam di aula seluas separo lapangan bulu tangkis. Penuh semangat, anak-anak berumur empat sampai lima tahun itu mencontoh gerak senam Suastini, guru mereka. Tak seperti tarian, gerak senam ini mudah diikuti karena sesuai dengan lirik lagunya. Isi lirik lagu berupa panduan gerak seperti hadap kanan-kiri, maju-mundur, jalan di tempat, merentangkan tangan seperti pesawat, lompat ke belakang mirip bangau dan lari lompat di tempat bak kanguru membuat anak-anak cepat paham gerak senam itu. “Hap, hap!” teriakan riang anak-anak mengiringi gerak lincah mereka mengikuti irama lagu. “Kami menambah sorakan-sorakan kecil supaya lebih meriah dan semangat’” terang Tini, panggilan Suastini, guru PAUD Batik. Itulah rangkaian gerak dan lagu dalam “Senam PAUD Ceria” kreasi balai saat masih bernama BPPLSP Regional IV, enam tahun lalu. PAUD Batik adalah salah satu tempat ujicoba model itu. Sampai hari ini, PAUD pimpinan Elzim Khosiyati ini masih memakai model ini setiap Jumat. Berselang-seling dengan senam lain agar anak-anak tak bosan. Menurut Tini, gerakan dalam senam balai itu tidak rumit, irama musiknya riang, durasinya sedang sesuai dengan usia anak sehingga mudah diikuti. “Cuma tiga kali diajarkan, berikutnya anak-anak sudah bisa melakukan gerakan sendiri tanpa melihat guru. Bahkan, kadang anak-anak yang sudah lebih besar, ingin bergantian memimpin temannya yang lain untuk senam,” ucap Tini bangga. Selain itu, tambah dia, anakanak tidak kelelahan. Bahkan, terkadang mereka meminta diulang lagi karena merasa senang. Dia menerangkan, saat senam anak-anak dibiarkan mengikuti sewww.bppnfi-reg4.net
5
LAPORAN UTAMA suai kemampuan mereka sementara para guru melakukan observasi. Setelah selesai dan istirahat, anak-anak baru dijelaskan gerakan-gerakan yang betul. Selain itu, dari hasil observasi, para guru menjumpai sejumlah kesulitan pada beberapa kelompok. Khususnya, koordinasi tangan dan kaki. “Misalnya, di satu kelompok, tangan mengikuti gerakan tapi kaki tidak sementara di kelompok lain melakukan sebaliknya. Secara keseluruhan gerak senam PAUD ceria cukup mudah diikuti,” jelas Tini. Di samping itu, lanjut dia, walau geraknya sederhana, senam PAUD ceria itu cukup bermanfaat bagi stimulasi tumbuh kembang anak usia dini. Utamanya dalam melatih motorik kasar anak, menambah kosakata anak dengan menirukan syair lagu, serta melatih daya konsentrasi anak dengan melihat gerakan. Elzim berharap agar balai dapat membuat lebih banyak senam untuk anak usia dini dengan lagulagu yang lebih riang agar menyenangkan dan membuat anak bersemangat. Senam PAUD Ceria terbilang produk balai yang laris manis. Ketua Tim Model Senam PAUD Ceria, Suhardjo, mengatakan, peredaran kaset dan video cakram padat (VCD) senam PAUD ceria telah mencapai berbagai propinsi. Di antaranya Jawa Timur (Jatim), Kalimantan Timur (Kaltim), Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Padahal, produk ini hanya dipromosikan terbatas dan tak dijual bebas di pasaran. “Agar tidak kena pajak pertambahan nilai (PPn) sehingga biaya penggandaannya lebih murah,” katanya. Pamong belajar muda ini menjelaskan, sejak diluncurkan perdana pada tahun 2008 hingga sekarang produksinya telah mencapai 8 ribu keping VCD dan kaset. Peminat cukup ganti biaya produksi yang terjangkau. “Sekarang sisa sedikit. Kalau VCD sudah mau habis, tinggal puluhan saja. Untuk kaset cuma sisa sekitar seratus,” ujar Suhardjo.
6
Edisi I Tahun 2013
Mediksi/Im Sodiawati
Anak-anak PAUD Batik Sidoarjo sedang senam PAUD Ceria. Inset: VCD Senam PAUD Ceria
Putut Purnawirawan, anggota tim model, menambahkan, pihaknya hanya melakukan promosi terbatas. Caranya dengan menggandeng Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) di seluruh Jatim untuk sosialisasi. Selain itu, lanjut dia, tim model juga melakukan strategi jemput bola ketika mereka bertugas di berbagai daerah. “Kalau sedang diundang sebagai pemateri atau ikut pelatihan, di sela-sela kegiatan, kami tawarkan juga produk ini ke peserta lain dari berbagai daerah. Rata-rata responnya baik dan banyak yang akhirnya membeli,” jelas Putut. Kepiting pemberi harapan Berjarak 28 Kilometer di sebelah utara Kota Surabaya, puluhan keramba bambu menjadi mata pencaharian baru bagi sebagian warga Desa Tengket, Kecamatan Arosbaya, Bangkalan. Di desa yang berbatasan langsung dengan Selat Madura dan Laut Jawa itu, setidaknya terpasang 25 keramba di tambak-tambak warga dan bibir pantai. Dalam tiap keramba itu terisi 80 bibit kepiting bakau (Scylla serrata) seberat 20 Kilogram (Kg) untuk digemukkan. Dengan pakan
ikan rucah, kurang dari tiga pekan berikutnya, kepiting bisa dipanen. “Hasil panen rata-rata 40 kilo atau lebih dengan harga jual Rp 80 ribu sampai Rp 120 ribu per kilo. Jadi, untungnya sekitar 100 persen dari harga bibit yang 40 ribu per kilo,” jelas Sekretaris Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Karya Makmur, Desa Tengket, Wahyu Bilal Kurniawan (33). Semula, tambah dia, hanya empat keramba yang dibuat awal 2012 lalu. Dua diletakkan di tambak, sisanya di dekat pantai. Pilihan budidaya penggemukan kepiting bakau ini ditetapkan saat Tengket menjadi lokasi percontohan balai untuk program Pendidikan Masyarakat dalam bentuk laboratorium site (lab-site). Ketua Tim Labsite Dikmas, Dwi Ari Noerharijanti (39), mengatakan, pembuatan empat keramba itu dimaksudkan sebagai langkah penjajakan. Ini untuk melihat tingkat resiko penggemukan di tambak dengan pantai. Pengelolaannya pun dilakukan berkelompok dalam kendali KSM Karya Makmur. “Ternyata hasil panen perdana menghasilkan keuntungan yang menjanjikan. Nah, ini membuat masyarakat tertarik mengembangkan dengan keramba sendiri,” ujar Pamong Belajar Muda ini.
Tingginya minat warga ini ditangkap tim labsite dengan memanfaatkan peran KSM untuk membahas aspirasi itu dalam pertemuan-pertemuan rutin sembari tetap memasukkan pembelajaran keaksaraan. “Jadi, pembelajaran aksaranya digandeng dengan pembahasan kebutuhan penggemukan kepiting seperti pembuatan keramba, pembelian bibit, pemberian pakan, cara panen dan penjualannya,” ungkap Bilal. Lewat metode ini, kata Bilal, warga tak merasa sedang belajar baca dan tulis sehingga tak pernah bosan. Desa Tengket adalah salah satu lokasi ujicoba Model Keaksaraan Kewirausahaan Sosial Pada Masyarakat Sekitar Hutan tahun 2010. Pelestarian model balai di desa ini terus berlangsung hingga hari ini. Dari pendirian Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sampai budidaya kepiting. Bahkan, laju pertumbuhan kerambah telah mencapai lima kali lipat dan berpotensi untuk berkembang lebih banyak lagi. Ketua Tim Model Keaksaraan Kewirausahaan Sosial, Marliah (47), menyampaikan rasa bangganya dengan pencapaian warga Tengket itu. Dia sungguh berharap prestasi itu bisa dipertahankan sehingga mampu membuat warga Tengket mandiri. “Harus ada penghargaan terhadap prestasi mereka ini. Tampilkan keberhasilan mereka dalam brosur-brosur profil balai atau poster-poster di kantor balai sebagai bentuk best practice yang dibina balai,” ujar Pamong Belajar Madya ini. Dia menyarankan balai untuk tetap memelihara hubungan komunikasi secara berkala dengan warga Tengket. Agar perkembangan aktivitas mereka senantiasa terpantau walaupun program yang diberikan telah tuntas dilaksanakan. Seperti fenomena gunung es, Model Biogas, Senam PAUD Ceria, dan Keaksaraan Kewirausahaan Sosial, baru sebagian kecil model balai yang menapakkan jejak manfaatnya di tengah masyarakat. Di bawah permukaan, puluhan model lainnya menanti giliran untuk dikenalkan secara agresif agar menebar manfaat lebih banyak bagi masyarakat.
Dok. Tim Labsite Program Dikmas Tahun 2011
Mediksi/M. Subchan Sholeh
Dok. Tim Labsite Program Dikmas Tahun 2011
• MUKHARLIS JUNIZAL, IM SODIAWATI,
ARY WIDYASTUTI, M. SUBCHAN SHOLEH
Dari atas ke bawah Jajaran keramba kepiting bakau di lokasi labsite Program Dikmas BPPAUDNI Reg. II Surabaya di Desa Tengket, Arosbaya, Bangkalan. Sekretaris Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Karya Makmur, Wahyu Bilal Kurniawan (33), menunjukkan bibit kepiting bakau di keramba yang dipasang di tambak-tambak di Desa Tengket, Arosbaya, Kabupaten Bangkalan. Warga Desa Tengket, Arosbaya, Kabupaten Bangkalan sedang memilah kepiting bakau yang siap panen untuk dijual ke pengepul.
www.bppnfi-reg4.net
7
LAPORAN UTAMA
LYDIA FREYANI HAWADI :
Adu Model Antar Balai
P
andangan mata Lydia Freyani Hawadi lekat mengikuti gerak senam dan tari Putut Purnawirawan di hadapannya. Putut, pamong belajar balai, 37 tahun, menampilkan tiga sesi senam dan tari secara bergantian pada pembukaan “Sinkronisasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahun 2013”, Rabu malam, akhir Mei lalu. Lydia tak menonton sendirian. Duduk di sebelah kanannya Kepala Balai Pria Gunawan, dan Purmiasih Rasiyo, Ketua DPD Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-Kanak Indonesia (GOPTKI) Jawa Timur (Jatim) di samping kirinya. Turut hadir pula, puluhan peserta rapat dari UPTD
Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
8
Edisi I Tahun 2013
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Jatim dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam setelan seragam olahraga kuning-ungu dibalut ikat kepala kuning dan lilitan kain batik Madura , Putut mengawali unjuk aksinya dengan senam PAUD ceria, produk balai tahun 2007. Gerak sederhana senam anak diiringi musik ritmik yang dinamis, dibawakan alumnus seni tari IKIP Surabaya dengan sempurna. Seperti hadap kanank i r i ,
maju-mundur, jalan di tempat, kaki buka-tutup sambil merentangkan tangan ibarat pesawat, hingga lari lompat di tempat bak kanguru. Alunan musik berganti, giliran gerak braindance atau senam otak yang diperagakan Putut. Produk balai tahun 2012 ini diawali dengan gerak atur nafas. Dia berdiri sempurna lalu menangkupkan kedua tangan di depan dada, diangkat ke atas, direntangkan dari atas ke bawah lalu ditangkupkan lagi dan digerakkan ke kanan dan kiri. Gerakan ini diulang sekali lagi sambil membuka kaki selebar bahu lantas disambung dengan gerak bahu menyamping. Ayah dua anak ini sedikit membungkuk lalu menggerakkan bahu bergantian ke kanan dan kiri bersamaan dengan gerakan maju-mundur kedua tangan dengan telapak menghadap atas. Tuntas dengan senam anak, Putut pun ganti kostum dengan baju hitam dan udeng sembari mengenggam pecut. Dia lantas melompat maju-mundur sambil mengayunkan pecut laiknya memacu sapi saat membawakan tari karapan sapi dari Madura. Dia memungkasi penampilannya dengan tari besek asal Flores. Kali ini, pria asal Banyuwangi itu berganti tutup kepala dengan topi khas Nusa Tenggara Timur (NTT), ti’i langga. Topi mirip sombrero Meksiko ini berbahan daun lontar dengan ‘antena’ tegak di atasnya. Sambil terus tersenyum, diperagakannya gerak mencangkul, menanam dan menyiram untuk tari yang terinspirasi dari budaya petani jagung di Flores, NTT. Lydia memperhatikan seksama bagian demi bagian unjuk seni di depannya. Beberapa kali pakar psikologi pendidikan itu bertepuk tangan mengapresiasi penampilan Putut. Tepuk tangan Lydia makin panjang saat Putut mengakhiri
Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
Putut Purnawirawan, PB BPPAUDNI Reg. II menyerahkan buku Model Braindance kepada Dirjen PAUDNI Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi Psi., disaksikan Kepala BP-PAUDNI Reg II. Pria Gunawan (tengah).
tari beseknya sembari beranjak meninggalkan panggung. Sejurus kemudian, Putut kembali lagi. Kali ini, ia membawa map plastik menuju Lydia. Diberikannya map plastik berisi seperangkat buku model braindance kepada nahkoda Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal itu. Persembahan Putut menjadi sambutan selamat datang yang mengesankan. Kini, giliran Lydia menyampaikan arahannya. Mengenakan baju kurung ungu dan rok tenun NTT, dia paparkan panjang lebar visi-misi Kemdikbud serta capaian lengkap seluruh program PAUDNI di Indonesia. Termasuk sejumlah target yang belum tercapai. Tentang model balai, begini kritikannya. “Buat model tidak bisa hanya begitu-begitu saja. Tidak melihat kebutuhan masyarakat, flow-nya nggak jelas. Apa gerakan (braindance) itu cocok untuk anak? Panggil orang (ahli). Berapa banyak senam yang sudah ada? Ini otokritik,” tegasnya. Dia sampaikan gagasannya untuk “mengadu” model-model buatan seluruh balai di tingkat Ditjen PAUDNI. Selanjutnya, model terbaik yang terpilih yang akan dipakai. Namun, sebelum dipakai, model itu wajib diujicobakan dulu
di SKB. “Sesudah itu baru buat NSPK (norma, standar, prosedur, kriteria), selanjutnya baru hasil senamnya dipakai di seluruh Indonesia,” kata guru besar UI itu. Selepas acara, Lydia menguraikan latar belakang idenya itu kepada Mediksi. Bagi dia, model harus dibuat berdasar kebutuhan masyarakat agar bermanfaat. “Apa gunanya pembuatan model kalau tidak berguna buat masyarakat. Semuanya ini kan uang dari masyarakat, dari pajak. Jadi, berarti peruntukannya kembali ke masyarakat,” tandas perempuan yang akrab dipanggil Reni Akbar ini. Sejauh ini, menurut Lydia, belum ada sinkronisasi dari modelmodel buatan seluruh pusat dan balai pengembangan PAUDNI di Indonesia. Ia menginginkan adanya dialog intensif dari empat direktorat di lingkungan Ditjen PAUDNI bersama seluruh pusat dan balai pengembangan PAUDNI untuk melahirkan model yang sesuai kebutuhan masyarakat. “Agar yang dihasilkan UPT itu akan lebih berguna bagi masyarakat. Selama ini, (model) berdasar selera, berdasar masukan PB-nya saja, bukan berdasar kebutuhan,” lanjut ibu enam anak itu. Di sisi lain, dia menyampaikan
pujian atas Model Batung Bingar, Braindance, dan Saka Widya Bhakti. Khusus Batung Bingar, Lydia meminta agar segera direvisi. Untuk braindance, dia meminta agar segera diujicoba di seluruh SKB di Jatim sebelum diterapkan kepada masyarakat. “Kalau memang senam otak itu berdasar kebutuhan, itu harus kita apresiasi tapi harus ujicoba dulu di SKB kemudian baru diterapkan ke masyarakat. Pada waktu ini berhasil, terus dibawa ke Direktorat PAUD dan mereka yang informasikan secara nasional kalau ada model braindance ini yang bagus dan aman buat anak,” paparnya. Lydia berharap balai antisipatif terhadap perkembangan zaman dalam membuat model. Utamanya terkait penetrasi teknologi informasi yang makin agresif kepada anak-anak. Agar anak-anak tak kehilangan jati dirinya, perempuan kelahiran Bandung ini meminta balai membuat model yang membuat anak memiliki kecerdasan komprehensif. “Bagaimana membuat model yang mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Agar visi cerdas komperehensif dan kompetitif terwujud,” pungkas istri Zulkifli Akbar itu. • M. SUBCHAN SHOLEH
www.bppnfi-reg4.net
9
LAPORAN UTAMA Dok. Seksi Program BPPAUDNI Reg. II Surabaya
Kepala SKB Gudo Kasmuji Rahardja (tengah) sedang memandu Seminar Hasil Pengembangan Model BPPAUDNI Reg. II Surabaya Tahun 2012, akhir tahun lalu.
Model Dua Dekade Kemudian Dua dekade lalu, pertama kali model balai dibuat. Setelah 20 tahun, empat kali ganti nama balai, pengembangan model melaju pesat.
E
mpat pemuda terlihat sedang berdiskusi di meja persegi. Seorang di antaranya tampak berbicara sementara tiga lainnya menyimak dengan penuh perhatian sambil mencatat di buku masing-masing. Di dekat mereka, seorang pemuda lainnya memperhatikan diskusi sambil berdiri di depan papan tulis. Adegan ini tak berlanjut karena memang bukan proses pengambilan gambar untuk film atau sinetron. Dalam warna hitam-putih, ilustrasi sederhana itu dimaksudkan untuk menggambarkan kegiatan belajar pada Kelompok Belajar (Kejar) Paket B
10
Edisi I Tahun 2013
setara SLTP. Inilah gambar kulit muka pada buku model pertama yang dibuat Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Surabaya tahun 1993. Judulnya “Model Penyelenggaraan Kejar Paket B”. Lima orang penyusunnya. Sutarjo, Endah Warsiati, Sukani Ma’ruf, Dwi Rahayu, dan Sumiah. Kulit muka buku tak lagi putih bersih. Termakan usia, sebagian warnanya berubah putih kecoklatan. Di beberapa bagian tampak kusut karena terlipat. “Ini model pertama yang dibuat balai dalam rangka Program Wajar Dikdas (Wajib Belajar Pendidi-
kan Dasar). Setelah ini, dibuat lagi model untuk Paket A,” ujar Endah Warsiati yang kini menjadi Kepala Seksi Program Balai. Menurut dia, isi model itu sangat sederhana dengan bahasa sehari-hari sehingga mudah dipahami. Isinya berupa petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan Kejar Paket B. Dibimbing Sanafiah Faisal, dosen IKIP Negeri Malang, sebagai konsultan, model ini menjalani uji konsep di tiga provinsi yaitu Jatim, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Hasilnya lantas diujicoba di Kejar Paket B SKB Gresik. “Setelah diseminarkan untuk penyempurnaan, model ini dijadikan panduan di seluruh SKB di tiga provinsi itu. Cuma dulu tidak ada anggaran penggandaan model, jadi SKB yang diminta fotokopi sendiri,” jelas Endah sambil tersenyum. Hingga hari ini, tercatat 93
Mediksi/M. Subchan Sholeh
Lintang, Meida, Nanda, Atika, Tata dari Sanggar Tari Gito Maron Surabaya sedang menjalani pengambilan gambar di Jaya Record Surabaya untuk video gerak dan lagu “Model Braindance untuk Mengoptimalkan Otak Anak Usia Dini”, produk BPPAUDNI Reg. II Surabaya tahun 2012.
model diproduksi balai. Sejak jaman BPKB hingga BPPAUDNI. Paling banyak adalah model di bidang kursus, lalu pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, dan PAUD. Periode emas pengembangan model terjadi pada era BPPNFI. Dalam kurun empat tahun tersebut, sebanyak 50 model dihasilkan balai. Dari jumlah itu separo di antaranya dibuat dalam tempo dua tahun. Tepatnya pada tahun 2007 sampai 2008 dengan masing-masing 19 dan 15 judul model. Walau memproduksi puluhan model, sayangnya baru sebagian di antaranya yang dikenal dan dipakai masyarakat. Inilah pekerjaan rumah yang mendesak untuk diselesaikan oleh balai. Dijumpai di ruang kerjanya, Kepala Balai Pria Gunawan mengaku telah mengetahui persoalan ini. Bahkan, sejak dirinya menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Balai dua tahun silam, dia telah melakukan berbagai upaya untuk membumikan model. Mulai meminta masukan Pamong Belajar (PB) balai tentang modelmodel unggulan yang layak terap
hingga mengundang konsultan pemasaran profesional. “Upaya yang lalu dan yang akan datang masih akan terus dilakukan untuk memasarkan model ke masyarakat,” katanya. Menurut mantan Kepala Balai periode 2009-2011, Sucahyono, secara konseptual model balai terbilang baik. Namun, diakuinya, model itu belum mampu diterapkan secara langsung sesuai kebutuhan pemakai. “Misalnya ketika masyarakat harus melanjutkan model itu tersebut, bagaimana pembiayaannya dan berapa besar biaya untuk rutinitas kegiatan itu belum terpikirkan sehingga masyarakat menganggap itu mahal dan menjadi enggan untuk melanjutkan,” jelasnya. Secara terpisah, Koordinator Program PAUD Balai, Widya Ayu Puspita (37) menyampaikan hal senada. Bagi dia, minimnya pemanfaatan model balai karena memang masih diperlukan beberapa perbaikan di dalamnya. “Jadi, hingga saat ini model balai bisa dibilang abstrak. Bagus
secara konseptual, tapi sulit dipakai masyarakat karena butuh perbaikan terus-menerus,” jelas pamong belajar muda ini. Dia mencontohkan model braindance yang masih bisa dipakai dalam dua tahun mendatang. Namun, dalam perjalanannya model itu memerlukan perbaikanperbaikan agar dapat optimal. “Ibarat puzzle, sebuah model itu merupakan kepingan puzzle yang harus disatukan. Jadi, tidak berhenti pada satu model tanpa perbaikan-perbaikan,” urai perempuan asli Malang ini. Di sisi lain, menurut doktor lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair itu, bahasa model yang masih ilmiah murni ikut menghambat pemahaman masyarakat akan model balai. Widya mengalaminya sendiri ketika berhadapan langsung dengan masyarakat. “Padahal, saat akan mulai menulis, saya sudah memosisikan diri sebagai konsumen”, ungkap ibu dua anak itu sambil tersenyum. Kasi Program Balai Endah Warsiati (49), berpendapat serupa. Dia mengaku telah berkali-kali menyampaikan kepada pamong belajar untuk memakai bahasa sederhana yang mudah dipahami calon pengguna. “Coba anda lihat isi buku model pertama ini. Bahasanya sangat praktis jadi gampang diikuti langkah-langkahnya,” ujarnya seraya menunjukkan halaman demi halaman dari buku model lama itu. Isi utamanya hanya dua bab berupa persiapan dan pelaksanaan program sedang dua bab lainnya adalah pendahuluan dan penutup. Bagi dia, pamong belajar tak perlu takut modelnya dianggap tidak ilmiah cuma karena memakai bahasa sederhana. Menurut Kepala Balai, Pria Gunawan (51), balai harus kembali kepada tujuan utama pendiriannya. Yaitu membuat model yang bermanfaat bagi masyarakat dan mudah diterapkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan PAUDNI di wilayahnya. “Apakah sekarang balai sudah mampu melakukan ini?,” www.bppnfi-reg4.net
11
LAPORAN UTAMA tanyanya. Koordinator Program Kursus Balai, Muhamad Noval (47), sependapat dengan Pria Gunawan. Dalam pandangannya, rendahnya pemakaian model balai karena model yang belum mampu menjadi solusi persoalan masyarakat. Kalaupun bisa dipakai, tidak mampu bertahan lama di masyarakat. “Jadi ketika hendak memunculkan sebuah model pembelajaran, hendaknya memang telah dirancang bahwa model tersebut menjadi solusi permasalahan yang dihadapi masyarakat,” ujar Noval. Widya setuju dengan Noval. Dia menilai, pendekatan penyusunan model sebaiknya dari atas ke bawah dan bukan lagi sebaliknya. Maksudnya, agar tim model punya kesempatan membangun kesamaan misi dan kemampuan analisa yang lebih tajam. Koordinator Program Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Balai, Sujarno (45), berpendapat lain. Menurut dia, minimnya penerapan model balai karena kualitas model yang masih belum baik. Di awal dekade pertama, menurut dia, sebab utamanya adalah belum adanya pendampingan intensif dari akademisi sebagai konsultan teknis. “Apalagi saat itu balai masih belum fokus ke pengembangan model,” kata pamong belajar muda itu. Walau kini telah didampingi konsultan teknis, lanjut dia, masih ada saja model-model yang belum menciptakan sesuatu yang baru. “Ada yang masih merangkum teori-teori yang sudah ada,” tukas Magister Pendidikan lulusan Universitas Negeri Yogyakarta itu. Khusus model-model Dikmas, dia menuturkan, ada yang temanya masih parsial sehingga menyulitkan untuk diterapkan secara lebih luas. Ia mencontohkan model yang dibuat bagi masyarakat di tepi hutan. Belum lagi, lanjut dia, tak adanya model lanjutan dari model yang telah dibuat sebelumnya. “Akibatnya, pelestarian pasca model tidak ada,” tegasnya
12
Edisi I Tahun 2013
Ini masih ditambah dengan minimnya sosialisasi balai terhadap model yang telah ada. Terutama kepada calon-calon pengguna yang terkait. “Padahal dana itu (sosialisasi) ada. Jadi, kadang kita merasa hebat di dalam padahal di luar belum tentu,” tandas pria asli Pacitan itu. Sucahyono menambahkan, persoalan lain adalah perbedaan waktu dalam memperoleh manfaat antara model balai dengan model buatan lembaga lain. Bila model balai dirancang untuk memberi dampak optimal dalam jangka waktu yang panjang sementara model lain mampu membawa hasil bagi masyarakat dalam tempo singkat. “Kalau dulu tahun 1990 hingga 1994 pernah ada yang namanya pembakuan model. Ini dilakukan oleh pusat sehingga ada peluang pembuatan petunjuk teknis yang bisa dibawa ke daerah sebagai pendamping penerapan sebuah model.
“Tiap pamong belajar harus bangga dengan modelnya, dan dimana saja berada, promosi produknya Itu yang penting.” - PRIA GUNAWAN KEPALA BP-PAUDNI REG. II Kalau sekarang tidak ada lagi,” papar mantan Kepala Seksi Program Balai ini. Di sisi lain, lanjut dia, belum ada kesesuaian antara model balai dengan kebijakan daerah. Dicontohkannya Model Pengelolaan Ketuntasan Belajar WB Paket C dengan Pola Satuan Kredit Kompetensi lansiran 2006. “Model ini sudah dirasakan
manfaatnya di lokasi ujicoba di Kota Malang tapi masih belum direkomendasi oleh Dinas Pendidikan setempat karena beda dengan aturan daerahnya,” ungkapnya. Agar tak terulang hal serupa, dosen Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Malang itu menyarankan agar penyusunan model di masa depan lebih melibatkan daerah yang menjadi sasaran kegiatan. “Sehingga tumbuh rasa memiliki daerah terhadap model balai,” tandasnya. Noval sendiri berharap agar pembuatan model di masa depan fokus pada upaya penyelesaian masalah di masyarakat. Secara teknis, dia menyarankan agar isi kerangka model yaitu TOR (term of reference) hanya membahas rumusan masalah secara umum, tidak langsung menetapkan tema di atas kertas. “Setelah ada identifikasi lapangan, barulah diambil langkah penyusunan ToR yang berbunyi tema,” kata pamong belajar muda itu. Di samping itu, Noval berharap adanya pendampingan outcome pasca pembuatan model antara tiga sampai empat kali selama setahun. Tujuannya untuk memastikan penerapan model balai secara optimal serta menjamin pelestariannya. “Janganlah pekerjaan itu berhenti sampai langkah ouput saja,” tambah pria asal Tegal itu. Sujarno sendiri menyarankan agar tema-tema yang diangkat dalam model harus lebih umum sehingga mudah dipakai oleh berbagai kelompok masyarakat. “Mudah juga untuk disosialisasikan ke calon-calon pengguna,” tegasnya. Selain itu, dia mendesak adanya edukasi pada pengguna model agar penerapan model sesuai model beserta seluruh perangkat penunjangnya. “Setelah edukasi itu, lakukan survei pemanfaatan model oleh mereka yang pakai. Ini penting untuk melihat kesesuaian langkahlangkah dalam model dengan prakteknya di lapangan,” jelasnya. Bagi Widya, kemampuan pe-
Grafis: Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
MODEL DALAM ANGKA
4
MODEL PERTAMA BALAI
PRODUSEN MODEL
Judul
: Model Penyelenggaraan Kejar Paket B Tahun Pembuatan : 1993 Penyusun : Sutarjo, Endah Warsiati, Sukani Ma’ruf, Dwi Rahayu, Sumiah. Lembaga : Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Surabaya
93 6
MODEL DALAM DUA DEKADE
Model Dikmas
BP-PAUDNI (2012-...) 9 Model
19
Model Kesetaraan
15
17 3
Model Kursus
BPKB (1991-2002) 11 Model
TAHUN TERPRODUKTIF
32
18
BPPLSP (2003-2006) 27 Model
2
TERBANYAK 20
BPPNFI (2007-2011) 50 model
Model PAUD
Model PTK
3 Model IT
2008
2007
Sumber : Seksi Program BPPAUDNI Regional II Surabaya
nyusun model juga menjadi faktor penting yang ikut menentukan tingkat keberhasilan produksi model. Persoalannya, lanjut dia, motivasi untuk meningkatkan kapasitas akademis ini masih rendah. Pria Gunawan sendiri mengaku tak berpangku tangan saja melihat kenyataan ini. Dia mengaku telah menyiapkan sejumlah strategi untuk memasarkan model balai lebih luas. Salah satunya dengan meminta tim model menjelaskan calon pemakai dan strategi pemasaran model sejak tahap usulan judul. Pada aspek produk, dia menyarankan agar judul dibuat lebih singkat sementara isi model disusun dalam bahasa sederhana
sehingga cepat dimengerti. “Prinsipnya, sejak awal, tim model harus berupaya menyusun model yang mudah dipakai, dengan bahasa yang enak dibaca dan mudah dipahami serta didesain menarik,” jelas Magister Ilmu Administrasi Untag Surabaya ini. Dia pun berharap agar tim model membangun rasa memiliki terhadap produknya untuk mendukung upaya ini. “Tiap pamong belajar harus bangga dengan modelnya, dan dimana saja berada, promosi produknya Itu yang penting,” tandasnya Dua dasawarsa berlalu begitu cepat seolah baru kemarin saja
balai membuat model pertamanya. Atas berbagai kelebihan dan kekurangannya, pengembangan model belum akan berakhir. Jejak langkahnya masih akan terus mewarnai kehidupan balai. Demi mencerahkan mereka yang tertinggal dan terbelakang. M. SUBCHAN SHOLEH, ARY WIDYASTUTI
www.bppnfi-reg4.net
13
LAPORAN UTAMA
Dari Promosi ke Replikasi Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara memasarkan model balai. Dari sosialisasi sampai replikasi. Demi model yang kian membumi.
Warga Desa Sumber, Kabupaten Probolinggo sedang berlatih menulis saat mengikuti kegiatan ujicoba Model Batung Bingar di PKBM Tunas Bangsa.
“Saiki saget nulis alon-alon, moco nggih saget. Ngitung nggih saget, pokok mboten katah-katah. Wong tiyang sepuh. (Sekarang saya sudah bisa menulis tapi pelanpelan, baca juga bisa. Menghitung juga bisa asal tidak terlalu besar angkanya. Maklum sudah tua. Red),” ujar Kasidi (65) sambil tertawa menunjukkan gigi geliginya yang sudah tidak lengkap lagi. Untuk membuktikan bisa membaca, dia mengambil kacamata bacanya, lalu meraih buku di atas meja. Kakek itu pun membuka buku dan membaca salah satu cerita di dalamnya. “PKBM adalah pusat kegiatan belajar masyarakat. Hari ini mereka belajar ketrampilan membuat kue. Mereka belajar membuat kue.
14
Edisi I Tahun 2013
Kue ini adalah kue asli orang Betawi.” Dua tahun lalu, pria langsing itu masih buta huruf. Warga Desa Sumber, Kabupaten Probolinggo ini beruntung saat tim model balai memilih desanya untuk ujicoba model keaksaraan. B ersama 39 warga lainnya lantas belajar baca tulis dan berhitung dengan model balai, Pembelajaran Keaksaraan Akseleratif Inovatif Batung Bingar. Batung Bingar merupakan singkatan dari baca, hitung, bicara, dan dengar. Pembelajaran berlangsung di PKBM Tunas Bangsa di desa tersebut selama 12 hari simultan dan 4 jam tiap harinya. Yusuf Mualo, anggota tim Model Batung Bingar mengatakan, ujicoba model itu dilakukan terhadap
Dok. Tim Model Batung Bingar
40 orang dalam empat kelompok. “Tingkat keberhasilan metode ini mencapai 80 persen. Cuma satu atau dua orang saja yang masih harus mengulang pembelajaran. Untuk yang mengulang itu akan diberikan perlakuan intensif sampai bisa,” ujarnya. Ditemui terpisah, tutor keaksaraan PKBM Tunas Bangsa, Kurniawan (30) mengatakan, mereka yang masih belum bisa baca, tulis dan hitung dengan metode batung bingar menjadi tanggungjawab tutor meski program pembelajaran sudah selesai. “Saya berikan perlakuan intensif dengan saya datangi seminggu sekali,” tambahnya. Selain itu, Kurniawan mengungkapkan jika dirinya tidak han-
Bagi Kepala Balai Pria Gunawan, replikasi merupakan upaya untuk menguatkan identitas balai sebagai lembaga pengembangan model terpadu.
“Jadi, modelnya disusun oleh balai, lalu diterapkan oleh SKB melalui BOP. Haarapannya, replikasi ini juga bisa dilakukan untuk masyarakat,” katanya. Dok. Tim Labsite Kursus 2012
ya mengandalkan pembelajaran di ruang kelas. Dalam aktivitas keseharian, ia berusaha mengulang proses pembelajaran dengan warga belajar binaannya. “Misalnya saya mampir ke sawah mereka, lalu saya ajak mereka untuk mengulang materi perkenalan diri atau hitungan sederhana. Jadi, tidak selalu pakai modul ketika di luar kelas,” tandasnya. Secara berkala, Yusuf menambahkan, tim model terus memantau pelestarian keaksaraan para warga belajar melalui Ketua PKBM Tunas Bangsa Supriyadi. Batung Bingar merupakan model balai tahun 2011. Model dengan pendekatan baru yang memadukan kecepatan untuk mampu beraksara dengan penuntasan dalam mencapai standar kompetensi keaksaraan dasar (SKKD). Terdiri dari empat metode belajar yang telah terbukti mampu meningkatkan pencapaian hasil belajar dalam waktu singkat. Antara lain metode Glenn Doman, Kata Lembaga, Quantum Learning, dan Struktural Analitik Sintetik (SAS). Atas inovasi ini, Batung Bingar dipilih balai sebagai salah satu dari sepuluh model yang wajib direplikasi atau diterapkan oleh SKB pada program PAUDNI tahun ini. Sembilan lainnya meliputi dua model tahun 2009, dua model 2011, dan enam model 2012. Replikasi adalah strategi baru dalam pemasaran model balai. Pada program replikasi yang dimulai sejak 2012, SKB diwajibkan memilih model balai untuk melaksanakan program-program PAUDNI yang dibiayai APBN, dalam bentuk bantuan operasional penyelenggaraan (BOP). Pada tahun 2012, ada tujuh model yang ditetapkan balai untuk replikasi dengan masing-masing dua model untuk Program PAUD, Kursus dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas). SKB bebas memilih model yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik mereka. Selanjutnya, balai menggelar orientasi teknis kepada seluruh pengelola program PAUD dan Kursus ditiap SKB. Khusu pengurus program Dikmas di SKB, diberikan bimbingan teknis.
Para peserta Program Labsite Kursus tahun 2012, sedang belajar pengemasan keripik buah di Sentra Produk UMKM Kab. Pasuruan.
Replikasi Model Balai untuk SKB Model
PAUD
Tahun Replikasi dan Nama Model 2012 2013 1. Outbound untuk 1. Kelompok Bermain Anak Usia Dini Holistik Integratif 2. Kelompok Bermain Holistik Integratif
2. Pendidikan Karakter untuk Anak Usia 2-4 Tahun
3. Pembelajaran Inkuiri di Pos PAUD 1. Enam Fitur Inti untuk Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat
1. Enam Fitur Inti untuk Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat 2. Kewirausahaan di Rumah Usaha Serumpun
Kursus
3. Kursus Pendidik Anak Usia Dini Dikmas
1. Batung Bingar
1. Batung Bingar
2. Keaksaraan Ekonomi
2. Kecakapan Sosial Lansia
-
1. Penyelenggaraan Saka Widya Bhakti
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK)
2. Strategi Pembinaan Pendidik Inti
Sumber : Seksi Program BPPAUDNI Regional II Surabaya
www.bppnfi-reg4.net
15
LAPORAN UTAMA Potensial berkembang Kepala UPTD SKB Sumenep Program Replikasi Model Lokasi Hariyanto menyambut baik strategi replikasi lewat program PAUD1. Outbound untuk Anak 1. PAUD Strawberry, NI dari dana APBN. Bagi dia, repUsia Dini Kecamatan Pare, Kab. likasi ini menambah kombinasi Kediri. 2. Kelompok Bermain pembelajaran sekaligus upaya penPAUD 2. PAUD Anak Sholeh, Holistik Integratif genalan model kepada SKB. Hal Kec. Beji, Kab. 3. Pembelajaran Inkuiri serupa disampaikan Kepala SKB Pasuruan. di Pos PAUD Tuban Teguh Widodo dan Kepala SKB Gudo, Jombang Kasmuji Ra1. Desa Selorejo, Kec. 1. Enam Fitur Inti hardja, di sela mengikuti SinkroMojowarno, Kab. untuk Pendidikan nisasi Rencana Kegiatan dan AngKursus Jombang Kewirausahaan garan Tahun 2013 di Balai, akhir 2. Desa Ngliman, Kec. Masyarakat Sawahan, Kab. Nganjuk Mei lalu. Teguh mendukung program 1. Batung Bingar 1. Desa Semampir, tersebut untuk variasi programKabupaten Sidoarjo program pembelajaran PAUDNI. Dikmas 2. Keaksaraan Ekonomi 2. Desa Tambaksari, Bagi Kasmuji, program ini meruKec. Purwodadi, Kab. pakan hal baru yang patut diaprePasuruan siasi positif karena potensial untuk Sumber : Seksi Program BPPAUDNI Regional II Surabaya berkembang lebih baik. Selain itu, tambah dia, sinergi program PAUDNI, menggelar ori“Paradigma kita itu kemapini juga diwujudkan dalam bentuk entasi teknis, sampai bimbingan anan, kalau ada sesuatu yang baru kerjasama antar unit kerja di balai teknis. pasti ada sedikit antipati. Bagi saya untuk menunjang replikasi itu. “Tahun lalu, pusat memberi kalau sesuatu yang baru itu punya Dia menyebutkan, pemberian BOP keleluasaan bagi balai untuk potensi, kenapa tidak?,” ujar Kasmelalui Seksi Program, sosialisasi mengembangkan wilayah dengan muji. model lewat Seksi Informasi dan program kerja kami,” ujar mantan Meski begitu, ketiganya mendiklat serta orientasi teknis terkait Kasi Fasilitas Sumber Daya (FSD) gaku tak semudah membalik tereplikasi oleh Seksi Fasilitasi Sum- ini. lapak tangan dalam melakukan ber Daya (FSD). Di samping untuk membu- penerapan model tersebut di SKB. Menurut Kasi Program Balai mikan model, Endah menuturkan, Perlu strategi khusus agar model Endah Warsiati, replikasi model replikasi juga dimaksudkan untuk mudah dipahami lalu diterapkan sesungguhnya konsep lama. Bah- melihat sulit tidaknya pemakaian oleh SKB. kan, ide itu telah muncul sejak era model oleh masyarakat “Kendalanya ada pada pemaBPPLSP pada kurun 2003-2006. Selain replikasi, program se- haman yang belum maksimal oleh “Keinginan dari dulu ya replika- rupa adalah laboratorium per- SKB terhadap model itu karena si tapi tentu harus tetap memper- contohan atau lab-site. Pada pro- minimnya sosialisasi,” kata Harihatikan isu sentral di pusat (Ditjen gram ini, kegiatan pembelajaran yanto. PAUDNI, Red),” kata Endah. pada program PAUD, pendidikan Dia melihat pentingnya sosialDia menambahkan, balai men- masyarakat dan kursus memakai isasi intensif model balai dalam gawali replikasi pada tahun 2010 model-model balai. Bedanya, lab- waktu yang cukup agar makin mudengan menganjurkan SKB untuk site dilakukan kepada masyarakat dah dimengerti SKB. Menurut Tegmemakai dua model balai yaitu di dua lokasi untuk setiap program. uh, balai perlu menyelenggarakan model PAUD dan Kursus. Namun, Total ada enam lokasi lab-site yang bimbingan teknis kepada pamong program replikasi saat itu belum dipilih sesuai kriteria yang telah di- belajar SKB untuk memahami maksimal karena harus mengi- tentukan. model yang akan diterapkan. Tukuti rambu-rambu dalam petunSebelum replikasi dan lab-site, juannya agar pamong mudah menjuk teknis pemakaian dana hibah strategi jamak yang dilakukan ada- erapkan atau memodifikasi model pusat. lah sosialisasi sambil bagi-bagi balai sesuai kondisi lapangan. “Jadi ruang geraknya masih buku model kepada seluruh SKB Menurut Kasmuji, pembekalan terbatas. Maksimal hanya bisa le- dan PPNFI. Baik oleh Seksi Pro- menjadi kunci sukses dalam penwat bimbingan teknis untuk mem- gram maupun Seksi Informasi. erapan model balai. Ia mendukung bantu SKB dalam replikasi,” ucap Terutama pada agenda rapat-rapat orientasi teknis yang dilakukan mantan pamong belajar ini. kerja di awal dan akhir tahun. Un- balai sebagai bentuk pembekalan Pada tahun 2012, lanjut dia, ba- tuk mitra balai, sosialisasi dan ba- bagi SKB dalam program replikasi. rulah balai bisa tancap gas untuk gi-bagi buku model dilakukan pada “Kalau buku (model) itu keprogram replikasi. Mulai membuat agenda-agenda khusus. mudian diserahkan begitu saja petunjuk pelaksanaan (juklak) lalu kita disuruh mempelajari dan Labsite Balai Tahun 2012
16
Edisi I Tahun 2013
Dok. Tim Model Saka Widya Bakti
Kegiatan ujicoba Model Saka Widya Bakti di Kelompok Bermain Bina Bangsa UPTD SKB Gudo, Jombang.
menggunakan, sementara tidak ada pembekalan atau diberi contoh tentu akan sulit,” tambah Kasmuji. Pasca program Setahun sudah program replikasi model balai berlangsung di SKB. Ada yang berhasil, ada yang masih perlu dibenahi. Dari replikasi Model EFI, Kasmuji berbagi cerita tentang kesulitannya mengontrol pemanfataan bantuan modal usaha bagi 26 peserta di tempatnya. “Begitu selesai mengikuti kursus kemudian modal usaha itu dibagikan. Ada yang langsung buka usaha, tapi ada juga yang modalnya itu go somewhere, kita nggak tahu. Meskipun mereka sudah buat surat pernyataan, namanya orang ya ada-ada saja,” jelas Kasmuji sambil tersenyum. Pengalaman Hariyanto juga sama. Dari 28 peserta, tak satupun yang melapor kepadanya terkait maju-mundurnya usaha mandiri mereka. Walau demikian, Kasmuji memuji alur pemilihan jenis vokasi pada Model EFI yang ditetapkan belakangan sesuai minat peserta. “Jadi, begitu modal usaha itu dibagikan kepada peserta, serta merta mereka langsung buka usaha
sesuai minatnya. Sebelumnya, kegagalan program kursus itu karena penentuan jenis vokasi dilakukan di depan terus peserta dipaksakan ikut. Padahal, bisa jadi vokasi itu tidak menarik buat mereka,” urainya. Pada Model Batung Bingar, Kasmuji menyampaikan belum adanya strategi pelestarian keaksaraan seusai program pembelajaran. Padahal, pelestarian itu penting artinya dalam mengisi jeda waktu sebelum pelaksanaan program keaksaraan lanjutan di tahun berikutnya. “Jadi, biasanya KD (Keaksaraan Dasar) selesai tahun ini baru tahun depan dapat program lanjutan seperti KUM (Keaksaraan Usaha Mandiri) berdasarkan Sukma (Surat Keterangan Melek Aksara) yang ada. Nah, jeda waktu itu yang penting untuk tetap melestarikan keberaksaraan mereka,” paparnya. Di Gudo, dia menyatakan, SKB tetap berupaya melestarikan keaksaraan warga belajar dengan membentuk kelompok arisan yang senantiasa dipantau kelangsungannya. Tentang Model Batung Bingar, Hariyanto mengungkapkan, SKB tak menemui kendala berarti saat pelaksanaannya. Namun, dia tetap melakukan evaluasi terkait kelebi-
han dan kekurangan model itu. “Mungkin masih bisa klop untuk SKB tapi Dinas kabupaten sampai sekarang masih meragukan efektivitas model ini,” tukasnya. Tentang evaluasi replikasi ini, Endah punya catatan positif. Dia mengungkapkan, dari hasil pemantauan tercatat sebanyak 80 persen program replikasi di SKB berjalan dengan baik. Terutama di wilayah Jatim. “Ini diakui sendiri oleh SKB saat Tekon (temu konsultasi dan koordinasi, Red) di Bali tahun lalu. Menurut mereka replikasi membuat hasil penyelenggaraan program lebih baik dan efektif,” tandasnya Sebaliknya dengan wilayah NTT. Perempuan asli Madiun mengakui jika hasil evaluasi di NTT menunjukkan hasil yang belum menggembirakan. Dia masih merancang strategi berbeda agar dapat mencapai hasil baik di tahun-tahun berikutnya di propinsi cendana itu. Untuk memantapkan strategi replikasi ini, Endah telah ancangancang untuk menyampaikan cerita sukses ini ke pusat. Harapannya agar pusat melirik strategi ini untuk dijadikan contoh secara nasional. “Tinggal peran pusat saja untuk pembakuan, pemberlakuan, dan pengakuan replikasi secara nasional,” tegasnya dengan penuh keyakinan. Jalan keberhasilan program replikasi model di seluruh wilayah kerja balai masih panjang. Sosialisasi serta pendampingan intensif menjadi kuncinya. Sebab Kota Roma memang tidak dibangun dalam semalam. Tak ada jalan pintas menuju sukses. Butuh proses berliku dan jalan terjal mendaki untuk menggapainya. EKO YUNIANTO, M. SUBCHAN SHOLEH, EDI BASUKI
www.bppnfi-reg4.net
17
LAPORAN UTAMA
Dok. Tim Model Strategi Pembinaan Pendidik Inti
Rangkul dan Gandeng SKB
Kegiatan ujicoba Model Strategi Pembinaan Pendidik Inti di SKB Nganjuk.
Proses pengembangan model balai hampir selalu melibatkan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Baik sejak tahap awal seperti eksplorasi maupun pada tahap krusial berupa uji coba pelaksanaan. SKB pun punya penilaian sendiri terhadap pelaksanaan agenda kerja reguler balai ini.
D
alam catatan Kepala SKB Situbondo, Suratno (45), SKB kurang dilibatkan dalam penyusunan model balai. Akibatnya, Pamong Belajar (PB) SKB yang mendampingi tim pengembang model tidak bisa memberi masukan sesuai kondisi serta potensi lokal. “Selama ini, SKB hanya dijadikan tempat ujicoba,” ujarnya. Padahal, lanjut dia, sesuai dengan tugas dan fungsinya, SKB sebenarnya bisa mendukung fungsi balai. Salah satunya sebagai mitra dalam pengembangan model balai sehingga model yang disusun kelak bisa digunakan oleh lembaga-lembaga PAUDNI di daerahnya.
18
Edisi I Tahun 2013
Kepala SKB Sumenep, Hariyanto (42), sependapat dengannya. Dia merasa SKB jarang diberi kesempatan memberi masukan. Ini yang membuat model balai sulit diterapkan saat dicoba di SKB. “Perlu ada ajang untuk SKB agar bisa beri masukan untuk pembuatan model terutama sebelum membuat model,” pintanya. Minimnya aspirasi SKB dalam produksi model balai dirasakan betul Kepala SKB Nganjuk, Elok Wahyu Widayatri (50). Dia melontarkan kesulitannya mengumpulkan peserta didik untuk penerapan Model Batung Bingar. Menurut dia, tidak mudah menemukan peserta yang bersedia belajar aksara
selama 12 hari simultan, empat jam tiap harinya. “Selain berat mengumpulkan orangnya, berat juga pembiayaannya,” ujarnya sambil tersenyum. Sementara itu, Kepala SKB Amanuban Barat, Nusa Tenggara Timur, Dan Robert Ludji (48), menggarisbawahi kembali soal model balai yang tak cocok dengan situasi daerah. Dia lantas menuturkan pengalamannya memakai Model Enam Fitur Inti untuk Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat di wilayah kerjanya. Model Kursus ini, lanjut dia, sesungguhnya bagus namun menjadi susah diterapkan di wilayahnya karena gagal mema-
hami karakter masyarakatnya. “Saat pelatihan, bisa dibentuk satu kelompok usaha. Tapi, selesai pelatihan, mereka lebih senang berusaha sendiri-sendiri karena usaha secara individu di sini masih sangat tinggi. Sulit sekali membentuk kelompok,” ungkapnya. Menurut Robert, realitas ini telah terjadi turun temurun. Kalaupun berhasil membentuk sebuah kelompok, tambah dia, anggotanya cuma sekitar 2-4 orang saja. Di sisi lain, dia menilai model EFI hanya sesuai untuk mereka yang telah memiliki usaha dan ingin meningkatkan potensi usahanya. Padahal, di daerahnya, strategi pembinaan usaha diawali dari nol. “Artinya dari yang sama sekali belum punya usaha sampai merintis usaha lalu meningkatkannya,” jelas Robert yang dijumpai di sela “Sosialisasi, Konsolidasi dan Pemantapan Rencana Kegiatan Tahun 2013” di balai, akhir Mei lalu. Bagi Kepala SKB Mollo Utara, Matheos Nifueki, agar dapat diterapkan di wilayah NTT, pengembang model sebaiknya mempelajari dahulu latar belakang masyarakatnya. Misalnya, adat, tradisi, iklim, posisi geografis, struktur tanah, potensi lokal, dan lainnya. Hal sebaliknya diutarakan Kepala SKB Gudo, Jombang, Kasmuji Rahardja (46). Menurut dia, model balai dihasilkan dari risetriset dan ujicoba panjang. Ketika kondisinya ideal, model itu bisa dilaksanakan dengan baik. “Artinya, ide-ide itu sudah bagus tinggal bagaimana implementasinya di lapangan. Saya kira pendampingan itu memang penting sehingga itu bisa betul-betul menjadi model,” tandasnya. Dengan pendampingan intensif balai, dia yakin, model balai apapun bisa diterapkan dengan baik. “Karena kita itu kadang sukanya diberi contoh terlebih dahulu,” katanya sambil tersenyum. Adapun Suratno dan Hariyanto menekankan pada promosi dan sosialisasi model yang perlu dibenahi. Suratno menyarankan balai menggandeng SKB untuk menggelar sosialisasi model di hadapan Dinas Pendidikan kabupaten serta
Dok. Tim Model Saka Widya Bakti
Seorang anggota Saka Widya Bakti sedang memandu kegiatan pada kelompok keaksaaraan binaan UPTD SKB Gudo, Jombang saat ujicoba model tersebut tahun lalu.
lembaga terkait lainnya. “Agar mereka juga tahu dan kenal dengan BPPAUDNI serta model-model yang dihasilkan,” tandasnya. Hariyanto meminta agar sosialisasi model dilakukan terfokus pada satu model di satu waktu agar SKB mampu memahaminya secara utuh. “Yang terjadi selama ini, satu model belum tuntas dikenalkan, muncul lagi model lain yang disosialisasikan. Jadi, harus ada kesinambungan pengenalan model yang terencana,” ungkapnya. Sedangkan Elok berharap model balai mendatang lebih sederhana, inovatif, berbiaya murah, dan mudah diterapkan. Secara khusus, Robert dan Matheos meminta balai membuat model pengolahan hasil pertanian di daerahnya untuk avokad, dan labu jepang. Pasalnya, hasil panen dua komoditas itu selalu melimpah ruah sampai menurunkan harga jualnya “Banyak juga yang tidak terjual sehingga terbuang, busuk, lalu jadi makanan ternak,” ujar Matheos. Walau menuai banyak catatan, SKB tak serta merta meninggal-
kan model balai. Mereka masih memakainya dengan berbagai penyesuaian berdasar kondisi masing-masing. Paling banyak model PAUD, berikutnya Dikmas dan Kursus. Bahkan, SKB Sumenep telah mencoba model PAUD terbaru lansiran 2012 yaitu model braindance. “Dari seluruh SKB, baru kami yang mencobanya. Saya juga baru tahu kalau ada model ini (Braindance, Red) waktu telepon Mbak Widya (Widya Ayu Puspita, Ketua Tim Model Braindance, Red),” papar Hariyanto. Tak ada gading yang tak retak. Begitu pun model balai. Pelibatan dan pendampingan SKB dalam proses pengembangan adalah salah satu upaya untuk menutupi retak-retak itu di kemudian hari. Demi lahirnya model balai yang bermanfaat bagi masyarakat.
EDI BASUKI, ARY WIDYASTUTI, M. SUBCHAN SHOLEH
www.bppnfi-reg4.net
19
INKUIRI
BP-PAUDNI REGIONAL II
Mengembangkan Keaktifan Anak dalam belajar Bersama Meningkatkan Mutu Menuju Layanan Terbaik
BP-PAUDNI REGIONAL II
Membantu Proses Belajar Anak Dalam Pemahaman Norma Dan Nilai Sejak Usia Dini
KOLOM
PAUD dan Ekspektasi Masyarakat
Pendahuluan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan layanan pendidikan bagi Anak Usia Dini (AUD) usia 0-6 tahun. Diyakini benar oleh para pakar kecerdasan anak, salah satunya adalah Howard Gardner, bahwa masa AUD adalah masa yang tepat untuk melesatkan kecerdasan majemuk anak (multiple intellegencies). Karena hakekatnya setiap anak memiliki 9 kecerdasan yang jika distimulus dengan sentuhan edukatif maka akan menjadi potensi bagi anak tersebut yang luar biasa. Atas dasar keyakinan tersebutlah, maka PAUD akhirnya menjelma menjadi sebuah ikon di dunia pendidikan, terlebih dengan gencarnya disuarakan pendidikan karakter. Maka gema PAUD semakin menjangkau ke seluruh desa dan dusun. PAUDisasi adalah sebuah keniscayaan yang akan terjadi di Indonesia. Memetakan PAUD yang berkualitas dan tidak berkualitas tentunya bukan pekerjaan mudah. Menjamurnya PAUD yang ada seperti sekarang, tentunya akan menimbulkan pemikiran baru bagi pemerintah, terkait bagaimakah caranya untuk melakukan pemetaan PAUD secara berkeadilan. Pemetaan PAUD juga penting bagi pemerintah dalam rangka memberikan sentuhan atau fasilitasi program pengembangan kapasitas kepada PAUD yang belum memenuhi standar. Masyarakat sudah terlanjur percaya dengan penyelenggaraan PAUD saat ini, tetapi masyarakat juga dihadapkan pada pertanyaan tentang sejauh mana kontrol pemerintah terh-
22
Edisi I Tahun 2013
adap lembaga PAUD yang ada saat ini. Adakah acuan yang diberikan kepada masyarakat dalam memilih lembaga PAUD yang berkualitas. Upaya memetakan lembaga PAUD kedalam kelompok-kelompok tertentu akan mempermudah pemerintah memberikan pembinaan. Sayangnya pemetaan terhadap lembaga PAUD yang sudah tumbuh subur bagai jamur di musim hujan, belum menjadi prioritas pemerintah. Ekspektasi adalah harapan yang bermakna positif. Masyarakat berharap agar lembaga PAUD yang sudah ada mampu membangun visi pendidikan yang cerdas, mewujudkan generasi yang sehat, cerdas dan berkarakter mulia. Tetapi akankah semuanya terwujud? Jika mencermati keberadaan lembaga PAUD yang ada saat ini cenderung sporadis dan bebas pendiriannya. Lembaga PAUD bertujuan untuk mendorong tumbuh kembang optimal anak, melalui pembelajaran yang utama yaitu bermain dan belajar, belajar melalui bermain (learning through playing), semakin menguatkan eksptasi masyarakat terhadap eksistensi lembaga PAUD. Namun demikian, ekspektasi yang positif tersebut, harus pula didorong dengan penguatan kepada lembaga PAUD menuju kepada PAUD yang berkualitas. Disinilah pentingnya pemetaan lembaga PAUD untuk mengetahui posisi penyelenggara PAUD yang menjamur saat ini. Ketegasan kepada para penyelenggara PAUD untuk memenuhi dan mematuhi regulasi tentang PAUD sangat
diperlukan. Kenyataan yang ada dilapangan, banyak PAUD lembaga PAUD yang didirikan di garasi, kolong rumah, emper rumah, bahkan di Poskamling tentunya sangat tidak memadai, baik dilihat dari aspek kelayakan, ketersediaan sarana parasaran dan peruntukan lokasi atau tempat. Terkadang kita sangat miris dengan kondisi PAUD yang didirikan oleh masyarakat, hanya demi mengejar dana BOP atau bantuan PAUD, pengelola PAUD tega melakukan manipulasi atau segala cara untuk meyakinkan petugas visitasi akan kesiapan menyelenggaraka lembaga PAUD. Kondisi ini tentunya bertentangan dengan tujuuan awal sebuah lembaga PAUD. Melirik Keluarga sebagai basis PAUD Keluarga sabagai satuan terkecil dalam hubungan sosial,memiliki peran yang besar. Menggantungkan harapan terhadap keluarga dalam memberikan pola asuh dan PAUD sesungguhnya sangat tepat. Anak-anak disekolah hanya 2-3 jam, selebihnya di keluargalah mereka menghabiskan waktunya. PAUD dalam keluarga haruslah menjadi prioritas dalam upaya menyiapkan generasi emas Indonesia. Selama ini perhatian pemerintah hanya fokus kepada lembaga PAUD yang bersifat formal. Memberikan penguatan kepada lembaga PAUD dalam bentuk manajemen, ketenagaan, sarana prasarana, tetapi melupakan peran keluarga sebagai jalur informal sebagai sebuah layanan PAUD. Manakala penataan lembaga
AGUS SADID, M.Pd*
PAUD yang ada sulit, kegiatan pemetaan juga mengalami kendala, maka keluarga harus dijadikan jalur alternatif untuk pengembangan PAUD. Program BKB (Bina Keluarga Balita) salah satunya, memberikan solusi yang efektif untuk semakin mendayagunakan keluarga dalam PAUD. Para orang tua harus diberikan pemahaman yang kuat tentang pola asuh, mendidik anak, mengetahui tentang beragam APE yang aman, merespon keingintahuan anak, menanamkan nilai-nilai kejujuran, kesopanan, patuh terhadap orang tua, kedisiplinan adalah hal hal yang harus diketahui oleh para orang tua. Menguatkan keberadaan keluarga dalam sebagai sayap dari perluasan PAUD sangat penting, mengingat peran keluarga yang begitu dominan terhadap perkembangan anak. Siapasih yang paling tahu dan paham tentang anaknya, kalau bukan orang tuanya sendiri. Selain itu langkah ini juga akan semakin menguatkan hubungan sosial, emosi dan psikologis anak dengan orang tua. Ekspektasi ganda terhadap PAUD Generasi emas dengan sejuta harapan adalah visi yang harus diraih oleh para pengelola PAUD. Lembaga PAUD dan keluarga menjadi instrumen kunci (key instrument) dalam rangka mewujudkan semua itu. PAUD yang manakah yang mampu memberikan kontribusi tersebut, yaitu PAUD yang berkualitas, dikelola oleh orang yang amanah, paham psikologi pendidikan anak, mengerti seluk
beluk pengelolaan PAUD yang baik. Kemudian, keluarga yang seperti apa juga yang mampu mewujudkan tujuan tersebut? Yaitu keluarga yang harmonis, mengerti tentang pengasuhan anak, matang dalam berumah tangga dan selalu memberikan yang terbaik buat pendidikan anaknya. PAUD harus hidup dalam keluarga, setiap orang tua harus memiliki kemampuan dalam memberikan pola asuh dan pendidikan anaknya. Menggeser paradigma pemberdayaan PAUD kepada keluarga akan memberikan pengaruh yang kuat pada sisi (1) peningkatan peran keluarga sebagai pusat pendidikan anak dan (2) pengetahuan tentang pola asuh anak yang benar. Lembaga PAUD adalah lembaga yang berbasis kepada masyarakat, untuk itu masyarakat harus diberikan edukasi yang memadai tentang PAUD. Edukasi tersebut diantaranya (1) terkait tentang regulasi penyelenggaraan lembaga PAUD, (2) pola pembelajaran dalam PAUD, (3) sarana atau fasilitas belajar yang harus ada dan bersifat aman untuk anak, (4) program belajar atau kurikulum yang diterapkan dalam PAUD dan (5) peran keluarga sebagai basis PAUD dari sisi pendidikan informal. Keluarga dan lembaga PAUD, jika dua program kegiatan ini dapat terpenuhi dan berjalan dengan efektif maka, akan memunculkan ekspektasi ganda masyarakat terhadap keberadaan PAUD yang akan berdampak kepada (1) tumbuhnya semangat untuk mensukseskan PAUD, (2) secara sadar diri terlibat secara aktif dalam PAUD, tentunya
jika terwujud maka akan memunculkan keswadayaan masyarakat untuk PAUD, (3) mewajibkan kepada anakanya untuk berperilaku hidup sebagaimana dalam program PAUD yang diajarkan, dan (4) menciptakan minat dan motivasi para orang tua untuk mengunjungi kegiatan pelayanan PAUD seperti BKB, KB, Posyandu. Kesimpulan Momen 1 abad Indonesia adalah momen yang tepat untuk mendeklarisasikan keberhasilan PAUD dalam mencetak generasi Emas anak-anak Indonesia. Keluarga dan lembaga PAUD menjadi ujung tombak untuk memnuhi ketercapaian momen tersebut. Dua instrumen penyiapan generasi emas Indonesia yaitu keluarga dan lembaga PAUD harus diberikan perhatian yang setara. Masyarakat sudah memberikan ekspektasi yang positif terhadap PAUD, masyarakat sudah menaruh harapan tinggi terhadap keberadaan PAUD sehingga harapan tersebut harus mampu diwujudkan oleh semua pihak. Mari kita raih generasi emas Indonesia yang nantinya akan membawa bangsa Indonesia berjaya.
*Ketua Ikatan Pamong Belajar Indonesia NTB (IPABI NTB)
www.bppnfi-reg4.net
23
RAGAM Mediksi/Lilik R. Lestari
Ketua Umum Ikatan Pamong Belajar Indonesia (Ipabi) Jawa Timur, Dwi Sudarmanto, sedang memandu pelaksanaan ujian Program Desain Grafis yang diikuti 12 peserta didik LP3I Surabaya di Tempat Uji Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TUK TIK) BPPAUDNI Regional II Surabaya, akhir tahun lalu.
TANPA UJI KETERAMPILAN LUPAKAN DANA BANTUAN
L
elaki tinggi besar itu mengangkat setinggi dada sebuah amplop coklat besar berbungkus plastik. Tangan kanannya memegang sebilah pisau ‘cutter’ dan dipakainya untuk mengiris bungkus plastik itu, dan terbukalah amplop coklat terang itu. Masih ada amplop kedua dengan ukuran lebih kecil di dalamnya. Selanjutnya, pria berkacamata itu mengangkat tinggi-tinggi amplop kedua. Di hadapannya, 12 pria dan wanita dalam setelan jas biru laut dan kemeja biru langit serta dasi biru memperhatikan seksama. Cetakan huruf merah di bagian depan menjelaskan isi amplop itu. Bunyinya “Naskah Soal Uji Kompetensi Desain Grafis LSK TIK.” Untuk membuktikan kerahasiaan naskah soal, pria bernama Dwi Sudarmanto itu menunjukkan segel di tengah amplop. Sabtu,
24
Edisi I Tahun 2013
akhir November tahun lalu, dia bertugas sebagai pengawas ujian di Tempat Uji Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TUK TIK) di BPPAUDNI Regional II Surabaya. Pagi itu, Dwi yang juga Ketua Umum Ikatan Pamong Belajar Indonesia (Ipabi) JawaTimur itu memandu ujian program desain grafis. Pesertanya, 12 siswa Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I) College Cabang Surabaya. Soal ujian mereka cuma satu yaitu membuat desain brosur toko hewan atau pets shop sesuai contohnya. Peserta diberi waktu 3 jam untuk menuntaskan desain berwarna itu. Mereka pun menatap serius layar komputer masing-masing saat mengerjakan soal tunggal tersebut. Tepat tengah hari, waktu ujian berakhir. Satu demi satu peserta mulai meninggalkan lokasi ujian, sementara panitia
ujian masih sibuk mengumpulkan hasil ujian seluruh peserta. “Sebab kami harus segera kirim hasil ujian ke LSK TIK di Jakarta lewat email dalam waktu satu jam sejak ujian berakhir,” kata Lilik Rahajoe Lestari, Ketua TUK TIK Balai. Sekitar 15 hari berikutnya, hasil ujian sudah keluar. Selanjutnya, dalam tempo yang sama, sertifikat kelulusan berhologram bisa diambil. Khusus LP3I, Lilik mengungkapkan, hasilnya sangat baik. “LP3I tertinggi karena sembilan dari 12 pesertanya lulus ujian. Kalau grup sebelumnya, dari sepuluh instruktur kursus grafis di Surabaya yang ikut ujian, hanya dua yang lulus,” tambahnya. TUK TIK Balai lahir tiga tahun silam sebagai penerapan aturan yang mengganti ujian nasional dengan uji kompetensi. Antara lain UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Peraturan Mendiknas No. 70 tahun 2008 Uji Kompetensi Bagi Peserta
Didik Kursus dan penden yang berTENTANG UJI KOMPETENSI Warga Masyarakat. hak menggelar uji Selain membentuk Uji kompetensi adalah proses pengujian dan penilaian yang kompetensi. LSK TUK, dibentuk pula dilakukan oleh penguji uji kompetensi untuk mengukur sendiri dibentuk Lembaga Sertifikasi tingkat pencapaian kompetensi hasil belajar peserta didik oleh asosiasi atau Kompetensi (LSK), kursus dan satuan pendidikan nonformal lainnya, serta organisasi proditunjuk penguji, warga masyarakat yang belajar mandiri pada suatu jenis dan fesi yang selama dan disusun in- tingkat pendidikan tertentu. ini menjadi mitra trumen uji komPAUDNI yang teDASAR HUKUM UJI KOMPETENSI petensi. Pelaksanlah diakui Ditjen aan ujian nasional PAUDNI. Sampai program kursus ►► Pasal 61 ayat 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem tahun lalu, 27 LSK Pendidikan Nasional. berakhir pada telah terbentuk dan Desember 2008. seluruhnya berpoSebelumnya, ujian Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pen- sisi di Jakarta. Di didikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan Jawa Timur, ada program kursus warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kom- 109 TUK untuk 15 digelar Kemdikbud petensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lu- jenis keterampilan di daerah masinglus uji kompetensi yg diselenggarakan oleh satuan pen- di 26 kabupaten/ masing yang lokasdidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. inya ditunjuk oleh kota. Dinas Pendidikan Saat ini TUK ►► Pasal 89 ayat 5 PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar setempat. menjadi primaNasional Pendidikan Pada TUK TIK dona bak kembang balai, ada dua katSertifikat kompetensi diterbitkan oleh satuan pendidikan desa. Semua beregori ujian yang yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi mandiri yang mula dari beleid ditangani. Kategori dibentuk oleh organisasi profesi yang diakui pemerintah baru yang diterpertama adalah sebagai tanda bahwa peserta didik yang bersangkutan te- bitkan Direktorat Computer LiterPembinaan Kursus lah lulus uji kompetensi. ate Certified Prodan Pelatihan (Ditfessional ( CLCP) ►► Peraturan Mendiknas No. 70 Tahun 2008 tentang binsuslat) Ditjen yang terdiri dari Uji Kompetensi Bagi Peserta Didik Kursus dan Warga PAUDNI, dalam program Word Petunjuk Teknis Masyarakat. Processor (WP), (Juknis) Dana EMPAT KOMPONEN PENUNJANG UJI KOMPETENSI Spread Sheet (SS), Bantuan Sosial dan Power Point Program Pendidi(PP). CLCP dapat 1. Lembaga Sertifikasi Kompetensi kan Kecakapan dilakukan untuk 2. Tempat Uji Kompetensi Hidup (PKH) Tasemua program, 3. Penguji hun 2013. yang biasa disebut 4. Instrumen uji kompetensi. Di bagian Evalutama atau parsial uasi Peserta Didik yakni ikut salah pada halaman sendiri merupakan proses ujian satu program baik WP, SS atau PP dan penilaian oleh penguji un- 17-18, juknis itu mewajibkan lemsaja. Tarif untuk ujian utama sebe- tuk mengukur tingkat pencapaian baga penyelenggara program PKH sar Rp 200 ribu sementara parsial kompetensi hasil belajar peserta untuk melakukan evaluasi hasil Rp 100 ribu. Untuk kategori kedua pada lembaga-lembaga kursus. belajar lewat uji kompetensi. Bagi bernama Office Application CertiDi seluruh Indonesia telah penyelenggara jenis ketrampilan fied Specialist (OACS), meliputi berdiri 579 TUK untuk 26 bidang yang telah memiliki LSK, wajib program desain grafis, desain web, keterampilan. Di antaranya, tata hukumnya untuk mendaftarkan dan D-base programming. Tarif rias pengantin, menjahit, tata peserta kursusnya untuk ikut uji ujian masing-masing adalah Rp busana, humas, pendidik PAUD, kompetensi yang digelar LSK 125 ribu, Rp 175 ribu, dan Rp 225 tata boga, Bahasa Inggris, dan Ba- oleh TUK masing-masing. Untuk ribu. hasa Mandarin. TUK berdiri atas mengikat komitmen lembaga, DitSelain TUK TIK, balai juga penetapan LSK setelah menilai ke- binsuslat mewajibkan mereka unmemiliki TUK Bahasa Inggris dan layakan sarana dan prasarananya. tuk melampirkan surat keterangan Pendidik PAUD. Uji kompetensi LSK merupakan lembaga inde- bermeterai dari TUK terkait bahwa www.bppnfi-reg4.net
25
RAGAM
itu tak jadi kendala berarti bagi LKP. Pasalnya, ini demi kepentingan bersama No. Nama LSK Jenis Kompetensi baik peserta didik maupun 1 Teknisi Akuntasi Bond’09 Akuntansi instansi pemerintah atau 2 Akupunktur Akupunktur swasta yang akan merekrut 3 BIG Bahasa Inggris mereka di pasar kerja kelak. 4 Bahasa Mandarin Indonesia Bahasa Mandarin Tentang kemungkinan ingkar janji oleh LKP di tengah 5 Penyiaran Broadcasting jalan dengan membatalkan 6 Ekspor – Impor Ekspor – Impor partisipasi pada uji kom7 Hantaran Hantaran petensi, Abdoellah punya 8 Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Operator Komputer siasat sendiri. 9 Tata Busana Menjahit “Kalau mereka sudah 10 Merangkai Bunga dan Desain Floral Merangkai Bunga menyatakan ikut (uji kom11 Otomotif Otomotif petensi) tapi di akhir kegia12 Pendidik PAUD Pendidik PAUD tan kenyataannya tidak, ya 13 Humas Public Relation mereka harus kembalikan dana untuk uji kompetensi 14 Master of Ceremony (MC) Public Speaking itu ke negara,” tegasnya. 15 Sekretaris Sekretaris Secara terpisah, pen16 Musik Seni Musik gelola TUK Tata Kecanti17 Spa Spa kan Rambut di Madiun, 18 Tata Boga Tata Boga Atik Koestantiningsih me19 Tata Kecantikan Tata Kecantikan Rambut nilai aturan baru ini sangat 20 Tata Rias Pengantin Tata Rias Pengantin menguntungkan bagi TUK. 21 Battra Ramuan Indonesia Pengobatan Tradisional “Karena ini akan me22 Sinshe Sinshe maksa LKP untuk mengikutkan peserta didiknya 23 Bordir dan Sulam Bordir untuk uji kompetensi di 24 Senam Indonesia Senam TUK,” ujarnya 25 Mengemudi Kendaraan Bermotor Mengemudi Bagi Dwi Setya Am26 Perpajakan Pajak brawinarni, pengelola TUK 27 Merangkai Bunga Kering Merangkai Bunga Artifisial Hantaran di Blitar, aturan dan Buatan ini akan meningkatkan Sumber : Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan (www.infokursus.net) popularitas program keterampilan yang sebelumpeserta kursusnya akan diikutkan lum ada kewajiban, cuma sebatas nya belum dikenal masyarakat. pada uji kompetensi LSK. himbauan,” katanya Salah satunya keterampilan mem“Tanpa surat keterangan TUK, Antisipasi pun telah disiapkan buat hantaran untuk lamaran dan pasti akan mempengaruhi lolos Ditbinsuslat bagi kondisi terburuk pernikahan. tidaknya proposal lembaga,” ujar yang mungkin ada. Misalnya, be“Animo masyarakat untuk Abdoellah, Kepala Sub Direktorat lum ada TUK untuk program ketmengenal program hantaran pasti (Kasubdit) Pembelajaran dan Pe- erampilan di daerah tertentu. Unmakin besar seiring kebijakan baru serta Didik Ditbinsuslat, saat di- tuk soal ini, Abdoellah mendorong itu,” katanya. hubungi medio Juni lalu. agar LKP di daerah itu mengusulGayung bersambut juga datang Dia menerangkan, aturan baru kan pada organisasi profesi setemdari LKP. Mereka mendukung keini untuk menjamin lulusan pro- pat untuk menunjuk lembaga yang bijakan ini. Seperti disampaikan gram PKH memiliki keterampil an siap sebagai TUK sementara. Ketua Himpunan Pengelola Kursus sesuai program pelatihan yang dii“Kalau di daerah itu tidak ada Indonesia (Hipki) Propinsi Jawa kutinya. Caranya dengan memas- organisasi profesi, bisa minta DiTimur Muchtar. Dia menyebutkan, tikan bahwa lembaga kursus dan nas Pendidikan untuk tunjuk lemsedikitnya ada tiga keuntungan pelatihan (LKP) penyelenggara baga yang layak untuk jadi TUK,” bagi LKP. Pertama, keterampiPKH telah mendaftarkan dirinya tandasnya. lan yang dimiliki alumni program ke TUK terkait. Dengan sejumlah solusi ini, PKH benar-benar terjamin dengan “Kalau tahun lalu memang be- Abdoellah berharap syarat baru LEMBAGA SERTIFIKASI KOMPETENSI (LSK) DI INDONESIA
26
Edisi I Tahun 2013
sertifikat kompetensi yang mereka dapatkan. Kedua, aktivitas TUK akan lebih hidup dari sebelumnya karena LKP penerima dana hibah pusat wajib mendaftarkan anak didiknya ke TUK. “Contohnya, di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, diandaikan saja masing-masing punya tiga LKP. Kalau tiga LKP di tiga kota itu saja mengikutkan pesertanya 20 orang
No. 1 2
3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15
“Bila peserta didiknya lulus uji kompetensi tentu dia akan menjadi tenaga yang terampil dan ahli sehingga LKP yang mendidiknya akan lebih dikenal masyarakat,” tandasnya. Di bagian lain, Ketua LSK TIK Janis Hendratet berpendapat, strategi ini akan membuat penyaluran dana bantuan PKH menjadi lebih tepat sasaran. Soalnya, standar kualitas pelaksanaan program TEMPAT UJI KOMPETENSI (TUK) DI PROPINSI JAWA TIMUR keterampilan menjadi lebih Jumlah jelas dengan level nasional. Jenis Kompetensi Lokasi Bahkan, lanjut dia, LSK TUK dapat berperan dalam menAdministrasi 1 Kota Mojokerto gawal pelaksanaan program Perkantoran Akuntansi 10 Kab. Magetan, Malang, Pasuruan Ponorogo, melalui cek silang data peSidoarjo, Tulungagung, Kota Kediri, Kota Ma- serta uji kompetensi di TUK lang, Kota Probolinggo, Kota Surabaya (4 loka- TIK dengan data LKP penerima dana hibah PKH dari si). Ditbinsuslat. Akupunktur 2 Surabaya “Kewajiban uji komBahasa Inggris 12 Kab. Banyuwangi, Gresik, Jember, Jombang, petensi juga dapat dijadiKediri, Sampang, Tulungagung, Kota Kediri, kan tolok ukur keberhasilan Kota Surabaya (3 lokasi) proses belajar-mengajar Hantaran 4 Kab. Blitar, Bondowoso, Jember, Kota Sura- dengan melihat pencapaian baya. peserta berdasar pada SKL Komputer 9 Kab. Malang, Jombang, Nganjuk, Tulunga- (standar kompetensi lulugung, Kota Malang, Kota Kediri, Kota Madiun, san),” jelasnya. Kota Surabaya (2 lokasi). Selain itu, Janis menilai, Menjahit 15 Kab. Jember (2 lokasi), Jombang (2 lokasi), kebijakan ini membuat tata Kediri, Pacitan, Ponorogo, Sidoarjo, Treng- kelola dana hibah lebih jelas. galek, Tulungagung, Kota Madiun, Kota Ma- Akan tetapi, dia mengaku belum mendapat penjelasan lang, Kota Surabaya (3 lokasi). dari Ditbinsuslat tentang Merangkai Bunga 1 Surabaya. data LKP penerima PKH Otomotif 3 Kab. Blitar Lumajang, Nganjuk. khususnya program TIK unSekretaris 2 Surabaya tuk dicek ulang dengan TUK Spam 2 Kota Malang dan Surabaya TIK di berbagai daerah. Tata Boga 4 Kab. Malang, Mojokerto, Bondowoso, Kota “Kalau kami diberi inforSurabaya. masi tentu akan memudahTata Kecantikan Kulit 3 Kota Madiun, Kota Surabaya 2 lokasi kan kami untuk koordinasi Tata Kecantikan 24 Kab. Blitar, Bondowoso, Jember (3 lokasi), Jom- dengan TUK TIK di seluruh Rambut bang, Lamongan, Magetan, Malang, Nganjuk, Indonesia,” tukasnya. Sampang, Sidoarjo, Tulungagung, Kota Batu, Kompetensi di dunia Kota Blitar, Kota Madiun 2 lokasi, Kota Sura- kursus kini bukan lagi pilibaya (4 lokasi). han. Ia telah menjadi kewaTata Kecantikan 17 Kab. Blitar, Jember, Jombang, Lamongan, Mag- jiban. Agar siap kerja dan Pengantin etan, Ngawi (2 lokasi), Pacitan, Sidoarjo, Treng- berdaya saing tinggi. Hari galek, Tulungagung, Kota Kediri, Kota Madiun, gini, tanpa kompetensi. Apa kata dunia? Kota Malang, Kota Surabaya (3 lokasi).
Jumlah Total
109
untuk uji kompetensi, berarti ada 180 orang yang akan ikut ujian di TUK. Luar biasa itu untuk TUK,” jelas pria berkumis ini. Hal terakhir bagi Muchtar yang tak kalah penting adalah LKP tak akan main-main dalam pembelajaran. Mereka akan lebih serius dalam proses pembelajaran agar peserta didiknya mampu lulus uji kompetensi.
Sumber : Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan
LILIK RAHAJOE LESTARI, M. SUBCHAN SHOLEH
www.bppnfi-reg4.net
27
SOSOK
Peduli PAUD U
sia dini merupakan periode emas (golden age) bagi tumbuh kembang seorang anak. Agar tumbuh kembang anak menjadi optimal, layanan pendidikan anak usia dini (PAUD) yang memadai menjadi sebuah kebutuhan. Salah satunya melalui peningkatan kemampuan para pendidik PAUD. Hal ini yang sedang menjadi perhatian Ketua Tim
Penggerak PKK Kabupaten Sumenep, Nurfitriana (34). Strateginya adalah melalui pelatihan berkala di seluruh wilayah Bumi Sumekar itu. “Akan dilaksanakan pelatihan rutin pendidik PAUD secara bergantian di berbagai tempat di Sumenep agar semua pendidik mendapat sentuhan pelatihan,” tukas istri Bupati Sumenep Busyro Karim ini, seusai membuka Pelatihan Deteksi Dini Tumbuh Kembang dan Pelatihan Pembelajaran Psikomotorik Bagi Pendidik PAUD di UPTD SKB Sumenep, akhir
Jelajah Surabaya
B
aru beberapa hari menginjakkan kaki di Surabaya, bukan halangan bagi Constantin Mircea Alexandru Spiridon (29), untuk segera menjelajahi kota pahlawan ini. Penggemar joging dan membaca ini tiba di Surabaya awal Januari 2013 lalu. Dia diminta mengajar Bahasa Inggris di Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Surabaya hingga Juni mendatang. “Saya sudah beberapa kali naik motor sendiri, keliling ke beberapa tempat di Surabaya. Sempat juga ke Jembatan Suramadu. Saya suka sekali di jembatan itu,” ungkap Alex, panggilan akrabnya,
28
Edisi I Tahun 2013
saat ditemui di BPPAUDNI Reg. II Surabaya, akhir Mei lalu. Sayangnya, rendahnya disiplin pengguna motor lain terhadap aturan lalu lintas mendatangkan musibah baginya. Mantan penerjemah Pemerintah Rumania ini mengaku telah tujuh kali ditabrak pengendara motor lain. Uniknya, semua kecelakaan itu terjadi di persimpangan jalan. Gara-garanya, pengguna jalan lain kerap menerjang lampu lalu lintas yang masih menyala merah. “Saya juga bingung kenapa selalu tertabrak di persimpangan. Untungnya, saya tidak luka,” tukas lajang kelahiran Bukares, 11
Mei lalu. Menurut perempuan kelahiran Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), 5 September 1978 itu, peningkatan kapasitas pendidik PAUD merupakan faktor penting dalam suksesnya proses pembelajaran di PAUD. “Pendidik (PAUD) harus selalu di-upgrade (ditingkatkan, Red) pengetahuannya sesuai perkembangan jaman,” tandas Fitri, panggilan akrabnya. Bagi mantan presenter berita di TVRI NTB itu, anak usia dini adalah investasi masa depan di sebuah negara. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang bermutu oleh pendidik yang kompeten menjadi syarat mutlak yang tak bisa ditawar-tawar. “Insya Allah dengan menggelar berbagai jenis pelatihan yang menggandeng instansi lainnya, salah satunya bekerjasama dengan BPPAUDNI, kita bisa terus tingkatkan kualitas pendidik PAUD di sini (Sumenep),” pungkas Fitri sambil tersenyum. (mss)
Mediksi/Alief Habibiy
Desember 1983 itu. Apakah kapok? Alex menggeleng. Bila tidak begitu, tentu penggemar musisi jazz legendaris, Miles Davis dan band post-rock asal Islandia Sigur Ros, takkan pernah mencicipi makanan khas Indonesia. “Makanan favorit saya gado-gado. Nasi goreng juga, pakai lombok lima,” ujarnya sambil tertawa. Alex diundang ke BPPAUDNI Reg. II Surabaya untuk memetakan kemampuan Bahasa Inggris jajaran manajemen dan staf. Dia sangat serius saat menerangkan strategi menguasai Bahasa Inggris dengan baik. Salah satunya dengan memeragakan mimik wajah yang benar saat mengucapkan kata atau kalimat dalam Bahasa Inggris.
Dari kiri, Andri, Yogie, Kholik dan Adi saat tampil perdana pada 2 mei 2013 lalu.
Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
M
BELUM ADA NAMA yono- dan Kholik sebagai petugas satuan pengamanan (satpam). Aksi perdana mereka digelar selepas upacara Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei lalu. Minus Budiantoro yang sedang bertugas, mereka membawakan sejumlah lagu pop dan balada. Kholik didaulat sebagai vokalis, Andre – panggilan Suandriyono- dan Budi sebagai gitaris, Yogie pada bas, serta Adi menabuh drum akustik. Aksi perdana mereka memang belum terlalu solid namun cukup menjanjikan. Tak sedikit staf dan jajaran manajemen yang bergantian meminta diiringi bernyanyi. “Karena dadakan, belum semuanya ahli main alat musik ditambah persiapan yang terbatas. Meskipun kocar- kacir tetapi tetap pede,” ujar Kholik sambil tertawa. Yogie menuturkan ihwal pem-
“Cobalah berlatih di depan cermin mengucapkan kata-kata Bahasa Inggris dengan aksen Inggris sepenuhnya, bukan aksen Indonesia. Pasti akan terasa beda,” tandas master psikologi klinis dari Universitas Spiru Haret, Rumania itu. Untuk melengkapi paparannya, anak kedua dari tiga bersaudara ini memutar video inspiratif tentang proyek Prof. Sugata Mitra berjudul “Lubang di Dinding” di India. Dalam proyek itu, Sugata menunjukkan bagaimana anak-anak saling mengajari satu sama lain lewat bantuan seperangkat komputer berakses internet yang diletakkan di dalam dinding. “Percobaan ini tidak hanya di India, tapi juga sudah dicoba di beberapa negara di Eropa dan Afrika.
Semuanya berhasil. Saya yakin anda juga bisa. Kuncinya konsistensi dan kesungguhan belajar,” tegas Alex. (mss)
Me
diks i/Ah
ma
dA
bdu
l Gh
ofu
r
akan sambil mendengarkan musik merupakan pemandangan jamak di kafe atau restoran. Agar suasana santai tercipta sehingga pelanggan betah duduk berjam-jam sambil menikmati makanan dan minuman. Konsep itu pula hendak diadopsi BPPAUDNI Regional II untuk menghibur para tamu khususnya mereka yang mengikuti kegiatan diklat. Adalah Mohamad Yogie Alambara (27), Adi Priyanto (31), Budiantoro (28), Suandriyono (35) dan Mohamad Kholik Noto Prayitno (33) yang mengemban misi itu dalam sebuah band. Sehari-hari mereka bertugas di unit kerja berbeda. Yogie di Bagian Persuratan, Budi adalah wiyata bhakti, Adi sebagai terapis pijat serta Andre –panggilan Suandri-
bentukan band itu. Idenya berawal dari obsesi Kepala Balai Pria Gunawan untuk menciptakan suasana santai di ruang makan khususnya saat diklat digelar. Andre dan Kholik menambahkan, pembentukan band itu juga agar kebiasaan mereka bermain musik di sela rutinitas harian lebih terarah. Sudah sekitar dua bulan mereka berlatih. Meski begitu, mereka mengaku masih menyesuaikan satu sama lain. Khususnya dalam harmoni musik dan lagu. “Kami masih menjajaki karakter masing-masing,” kata Adi. Adi menambahkan, jadwal latihan band ini sangat fleksibel karena menyesuaikan dengan aktivitas harian pemain lainnya. Namun, lanjut Yogie, latihan diusahakan minimal dua pekan sekali. Soal jenis musik yang dibawakan, mereka kompak menjawab, lagu-lagu nostalgia. “Kami diminta (Kepala Balai) bawa lagu-lagu nostalgia karena mayoritas tamu di balai sudah berumur,” jawab Yogie. Lalu, apa nama band ini? Semuanya tertawa sambil garukgaruk kepala.”Belum ada namanya,” ujar Adi. Andre ikut menimpali, “Apa ya kira-kira namanya yang pas?” Anda punya usul? Sampaikan langsung saja ke mereka. (wid,mss)
www.bppnfi-reg4.net
29
LINTAS PERISTIWA Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
Bunda-bunda PAUD dari IGTKI Tuban melakukan studi banding dengan mengamati proses pembelajaran di KB & TK Cahaya Tazkia BPPAUDNI Reg. II Surabaya, Rabu (17/4). Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
Siti Murtini, Pamong Belajar BP-PAUDNI Reg. II (batik hitam) menyambut anak didik Play Group Anak Sholeh, Lumajang saat berkunjung ke TK & KB Cahaya Tazkia.Rabu(24/4) Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
Bunda-bunda PAUD dari Kec. Palang, Tuban (batik merah) mengamati proses pembelajaran di KB & TK Cahaya Tazkia BPPAUDNI Reg. II Surabaya, ketika studi banding pada Rabu (24/4).
30
Edisi I Tahun 2013
Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
Suhardjo, Pamong Belajar BPPAUDNI Reg. II Surabaya, (kiri, batik hijau) saat menyambut rombongan studi banding dari PKK Kab. Pasuruan yang dipimpin Kepala Bidang PAUDNI Dinas Pendidikan Kab. Pasuruan, Tasripin (kanan, batik biru), di TK & KB Cahaya Tazkia BPPAUDNI Reg. II Surabaya. Selasa (9/4) Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
Sekretaris Ditjen PAUDNI, Dr Gutama (tengah) menyampaikan paparannya di sela kunjungan ke BPPAUDNI Reg. II, didampingi Kepala BP-PAUDNI Reg. II, Pria Gunawan (kanan) dan Kasi Informasi BP-PAUDNI Reg. II Eko Yunianto, Rabu (19/6).
Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
Dok. Tim Model Braindance
Erma Inayati (PB BP-PAUDNI Reg II) memaparkan Model Pembelajaran Inkuiri, di hadapan perwakilan IGTKI, Aisyiyah, Himpaudi dan Muslimat NU Kab. Lamongan, di Gedung Dharma Wanita, Lamongan, Rabu (10/4).
Putut Purnawirawan, PB BP-PAUDNI Reg. II sedang memandu gerakan senam braindance kepada para pendidik PAUD saat “Pelatihan Pembelajaran Psikomotorik Bagi Pendidik PAUD” di SKB Kab. Sumenep, Rabu (29/5).
Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
Alief Habibiy, Staf Seksi Informasi dan Kemitraan BPPAUDNI Reg. II Surabaya sedang membagikan buku model tentang PAUD kepada bunda PAUD, dalam Pameran Hari Pendidikan Nasional 2013 di Kab. Lamongan, Kamis (16/5). Mediksi/M. Subchan S.
Alief Habibiy, staf BPPAUDNI Reg. II Surabaya (kiri) sedang memandu Cita, Ayu, Enggar dan Novia (searah jarum jam), siswi Kelas XI Jurusan Multimedia SMKN 6 Surabaya yang tengah mengikuti Praktek Kerja Industri di Laboratorium Multimedia BP-PAUDNI Reg. II, Senin (15/4).
Oktiniwati Ulfa Dariah Rajasa (Istri Hatta Rajasa-Menko Perekonomian), berkunjung ke stan pameran BP-PAUDNI Reg. II, di sela peresmian 20 Rumah Pintar se-Jawa Timur di Pondok Pesantren Al-Anwar, Modung, Bangkalan, Senin (1/7). Dok. Tim Pameran Hari Pendidikan Nasional
Musnedi Zaira, staf BPPAUDNI Reg. II Surabaya (kanan) memberikan produk balai saat bertugas di stan BPPAUDNI Reg. II di Pameran Hari Pendidikan Nasional, yang digelar di aula Kemdikbud, Kamis (27/6)
www.bppnfi-reg4.net
31
LINTAS PERISTIWA Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
Pria Gunawan Kepala BP-PAUDNI Reg. II Surabaya (Kiri) dan Totok Isnanto, Kasi PAUD Dinas Pendidikan Jawa Timur, ketika menutup Rapat Penyusunan Rencana Kerja Tahunan BP-PAUDNI Reg. II Surabaya, Senin (20/5)
Dok. Upacara 2 Mei 2013
Kepala BP PAUDNI Reg. II. Pria Gunawan (kiri) bertindak sebagai pembina upacara saat upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2013, Kamis (2/5).
Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
Alexandru Spiridon (kiri), pengajar Bahasa Inggris asal Rumania saat menyampaikan strategi penguasaan Bahasa Inggris kepada jajaran manajemen dan staf BP-PAUDNI Reg. II, di Aula Agus Salim, Rabu (22/5).
Puluhan staf BP-PAUDNI Reg II sedang bermain game yang membutuhkan konsentrasi, dalam Diklat Internal Karyawan BPPAUDNI Reg. II di Trawas, Mojokerto, Selasa (25/6).
Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
Mediksi/Ahmad Abdul Ghofur
Suasana rapat para kepala UPT PP-PAUDNI dan BP-PAUDNI se-Indonesia di Ruang Sidang BP-PAUDNI Reg.II. Rapat dipimpin oleh Dirjen PAUDNI Lydia Freyani Hawadi (baju ungu), Senin (17/6).
Dirjen PAUDNI Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, P.Si saat menyampaikan sambutan pada Pembukaan Rapat Koordinasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahun 2013, di Aula Cut Nyak Dien, BP-PAUDNI Reg. II, Rabu (29/5).
32
Edisi I Tahun 2013
BATUNG BINGAR Teknik Cepat Mengajarkan Keaksaraan