TUKANG SUUN ANAK-ANAK : BENTUK EKSPLOITASI ORANGTUA TERHADAP ANAK (Studi Kasus di Pasar Badung, Denpasar-Bali) Putu Fania Pebriani, Ni Luh Nyoman Kebayantini, Ketut Sudhana Astika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRACT Children who are labored as casual worker to carry their customer’s goods on the head or “tukang suun” at Badung market by their parents are considered as form of child exploitation because those children are labored without regarding to Labor Minister Rule No. 1 Year 1967 about children who are forced to work, boundaries of reasonableness, dan children’s rights. The theory which was used in this research to analyze the problem was Social Interaction Theory (Superordination and Subordination) from Georg Simmel which was supported by his concepts about Individual Awareness and Culture Tragedy. This research used qualitative research method and applied descriptive and case study approach as the research type. Collecting data is done by observation, deep interview, and study document techniques. The research’s result showed that the reasons of the presence of children as “tukang suun” at Badung market are the low of parental education, poverty, individual encouragement, and the low of public understanding and awereness of the efforts to minimize children labor. Forms of children as “tukang suun” exploitation can be seen from the children’s age, work location, work time, the amount of wages, and violence. This exploitation’s effects are those children do not have any chance to continue their study, bad mental and behavior of those children, and cleanliness less maintenance of children as “tukang suun”. Key Words : children as “tukang suun”, exploitation, Badung market tergolong
1. PENDAHULUAN
sebagai
dipekerjakan
Adanya fenomena tukang suun anak-
tanpa
pekerja
anak
mempertimbangkan
anak yang bekerja di Pasar Badung,
batas-batas kewajaran dan menelantarkan
Denpasar-bali sebagai penjual jasa angkut
hak-hak anak. Selain itu, orangtua juga
barang
tidak
belanjaan
pembeli
merupakan
mempedulikan
suatu bentuk dari eksploitasi orangtua
Peraturan
terhadap
Tahun 1967 tentang
anak.
Hal
ini
dikarenakan
adanya
standar
Menteri Tenaga Kerja No. 1
Terpakasa
telah
dengan
bahwa boleh mempekerjakan anak diatas
memanfaatkan tenaga dan waktu anak
usia 14 tahun dengan ketentuan pekerjaan
untuk bekerja, dimana penghasilan yang
tersebut
didapat sebagian besar diserahkan kepada
berbahaya, jam kerja tidak lebih dari empat
keuntungan
orangtuanya. Tukang suun anak-anak yang 1
tidak
yang
yang
orangtua baik secara sadar ataupun tidak mengambil
Bekerja
Anak-Anak
berada
di
menyatakan
lokasi
yang
jam sehari, dan anak tetap diperbolehkan
Penelitian ini bertujuan untuk memahami
untuk bersekolah (Sofian, 2012 : 47).
dan
Adanya tukang suun anak-anak yang
mendeskripsikan
mengenai
latar
tiga
belakang
hal
yaitu
kemunculan
bekerja di pasar Badung merupakan hal
tukang suun anak-anak di Pasar Badung,
yang cukup miris mengingat bahwa kota
bentuk eksploitasi orangtua terhadap anak
Denpasar sempat meraih penghargaan
yang bekerja sebagai tukang suun di Pasar
Menuju Kota Layak Anak tahun 2015
Badung, dan dampak eksploitasi orangtua
karena dianggap telah mampu memenuhi
bagi anak yang bekerja sebagai tukang
hak-hak anak dengan berbagai fasilitas
suun di Pasar Badung.
yang disediakan. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua anak-anak
di
memiliki
Studi yang dilakukan Putra dkk. (dalam
kesempatan
untuk
haknya
Suyanto, 2013 : 31-32) menyatakan bahwa
khususnya bagi tukang suun anak-anak
di masyarakat terdapat hubungan natural
yang
keluarga
asimetris antara orang dewasa dan anak,
dengan tingkat perekonomian yang rendah.
dimana anak berada dalam posisi yang
Tidak ada pilihan lain yang dapat anak-
lebih lemah dan karena itu juga lebih
anak lakukan ketika orangtua mengajak
rendah sehingga orang dewasa secara
dan mengharuskan mereka bekerja. Anak-
sadar
anak mengikuti ajakan tersebut baik secara
ketidakseimbangan kultural kepada anak
rela ataupun terpaksa sebagai rasa bakti
yang
mereka terhadap orangtua. Anak-anak juga
dewasa. Anak menerima hubungan ini
tidak bisa menolak ajakan tersebut karena
sebagai
kekuasaan atas diri anak tersebut berada di
merupakan
tangan
anak-anak
kekerasan orang dewasa kepada anak.
sebagai subordinat ditunjukkan dengan
Penelitian tersebut bermanfaat bagi penulis
kemauan anak-anak untuk bekerja sebagai
dalam
tukang
kepatuhan,
terhadap anak yang bekerja sebagai tukang
terpaksa, atau dipaksa orangtuanya yang
suun dimana anak memiliki posisi lebih
menduduki posisi superordinat.
rendah
berasal
Denpasar
2. KAJIAN PUSTAKA
dari
orangtuanya.
suun
atas
menikmati
kalangan
Posisi
dasar
Anak-anak yang bekerja sebagai tukang
maupun
sifatnya
sehingga
tidak
menciptakan
menguntungkan
sesuatu akar
mengkaji
yang
biasa
dari
berbagai
eksploitasi
orang
dan
ini
tindak
orangtua
dibandingkan
orangtuanya
orangtua
cenderung
suun merupakan hal yang memprihatinkan
memanfaatkan posisi anak yang lebih
karena berkaitan dengan dampak negatif
rendah
yang diakibatkan karena bekerja di usia
anaknya demi kepentingan ekonomi.
tersebut
untuk
mengeksploitasi
dini. Tukang suun anak-anak seharusnya
Skripsi berjudul “Eksploitasi Orangtua
mendapatkan pemenuhan atas hak-haknya
Terhadap Anak dengan Mempekerjakan
seperti hak untuk mendapatkan pendidikan,
Sebagai Buruh” yang ditulis oleh Rahman
perlindungan, kasih sayang, waktu istirahat,
(2007)
dan hak anak lainnya.
menjadi pengambil keputusan yang paling 2
menyatakan
bahwa
orangtua
dominan
termasuk
dalam
Salla tersebut memiliki keterkaitan dengan
pabrik
penulis dimana rendahnya perekonomian
konveksi dengan cara memanipulasi umur
dalam keluarga, mendorong orangtua untuk
anak.
relevansi
melibatkan anak-anak pada dunia kerja
dengan penelitian penulis yaitu adanya
demi meringankan beban orangtua atau
anak-anak yang bekerja untuk membantu
memberikan
perekonomian keluarga merupakan suatu
pendapatan orangtua.
mempekerjakan
Penelitian
juga
anaknya
ini
pada
memiliki
keputusan yang diambil oleh orangtua
sumbangan
terhadap
Dari beberapa pemaparan penelitian
karena orangtua memiliki kuasa atas anak
diatas,
termasuk dalam mengeksploitasi tenaga
sebelumnya dengan penulis terletak pada
dan waktu anak untuk bekerja.
topik yang dikaji yaitu mengenai eksploitasi
Fitriani (2013) dalam skripsinya yang berjudul
“Faktor-faktor
maka
anak
Penyebab
yang
persamaan
didalamnya
peneliti
membahas
mengenai faktor penyebab, bentuk, dan
Terjadinya Eksploitasi Seksual Terhadap
dampak
Anak Ditinjau dari Sudut Kriminologi di Kota
Namun dalam penelitian ini penulis akan
Pontianak”
bahwa
mengungkap hubungan superordinasi dan
tindak
subordinasi antara orangtua dengan anak
eksploitasi anak secara ekonomi maupun
sebagai penyebab timbulnya eksploitasi
seksual masih sebatas wacana dan belum
terhadap anak dalam wujud tukang suun,
sepenuhnya
permasalahan
dimana teori, subjek, dan lokasi penelitian
eksploitasi anak. Penelitian Fitriani tersebut
penulis memiliki perbedaan dengan peneliti
memiliki relevansi dengan penulis yaitu
sebelumnya.
adanya larangan tertulis di Pasar Badung
Penelitian
menggambarkan
undang-undang
yang
memuat
menyentuh
negatif
dari
ini
eksploitasi
anak.
menggunakan
Teori
yang melarang anak di bawah usia 18
Interaksi
tahun untuk bekerja belum cukup optimal
Subordinasi) dari Georg Simmel serta
dalam meminimalisir keberadaan tukang
didukung
suun anak-anak sebagai bentuk pekerja
yaitu
anak yang dipekerjakan oleh orangtuanya.
Kebudayaan.
Sosial
(Superordinasi
dengan
Kesadaran
dan
beberapa konsepnya Individu
dan
Tragedi
Superordinasi
dan
Hasil penelitian lain yang tertuang dalam
subordinasi merupakan salah satu bentuk
skripsi berjudul “Eksploitasi Anak Jalanan
interaksi yang memiliki beragam motif,
(Studi Kasus Anak Jalanan di Pantai Losari
tujuan,
Kota Makassar)” yang ditulis oleh Salla
ditemukan di berbagai latar, “dalam negara
(2012)
maupun
mengambarkan
adanya
dan
kepentingan
dalam
komunitas
yang
dapat
keagamaan,
penggusuran para pedagang di sekitar
dalam
Pantai
pengembangan
sebagaimana dalam asosiasi ekonomi, di
infrastruktur mengakibatkan para pedagang
sekolah seni, maupun di dalam keluarga”
kehilangan sumber penghasilan sehingga
(Ritzer & Goodman, 2011 : 177-183).
mereka mengeksploitasi anaknya sebagai
Dalam hal ini, eksploitasi yang terjadi pada
anak jalanan. Penelitian yang dilakukan
tukang suun anak-anak disebabkan oleh
Losari
demi
3
sekelompok
konspirator
adanya hubungan interaksi timbal balik
kewenangan atau dominasi superordinat
dalam
(Johnson, 1994 : 263-267).
bentuk
superordinasi
dan
subordinasi antara orangtua dengan anak, dimana
orangtua
menduduki
posisi
Kesadaran
Individu
terinternalisasinya
norma
adalah dan
nilai
superordinat dan anak menduduki posisi
masyarakat ke dalam kesadaran individu
subordinat.
dengan
(Ritzer & Goodman, 2011 : 178). Melalui
rendah,
konsep Kesadaran Individu maka dapat
tingkat
Sebagai
keluarga
perekonomian
yang
interaksi antara orangtua dengan anak
diketahui
disebabkan
hubungan
tukang suun anak-anak menuruti ajakan
ketergantungan, dimana anak tergantung
orangtuanya untuk bekerja yaitu adanya
oleh
kasih
norma dan nilai yang ditanamkan orangtua
orangtua,
maupun masyarakat kepada anak-anak
sedangkan orangtua tergantung pada anak
bahwa anak harus mematuhi perintah
dengan harapan anak dapat memberikan
orangtuanya. Konsep Tragedi Kebudayaan
sumbangan terhadap pendapatan keluarga.
menjelaskan
oleh
adanya
orangtuanya
sayang
dan
karena
butuh
perlindungan
alasan
yang
bahwa
menyebabkan
dunia
modern
Interkasi dalam bentuk superordinasi
menyebabkan individu ditelan oleh hasil
dan subordinasi antara orangtua dengan
ciptaannya sendiri termasuk ekonomi uang
anak yang bekerja sebagai tukang suun
(Widyanta, 2002 : xviii). Dalam hal ini
dilakukan melalui proses pembagian kerja
orangtua tukang suun anak-anak tidak lagi
yang tidak memihak pada kondisi dan hak-
mempertimbangkan arti penting seorang
hak anak. Rendahnya posisi anak sebagai
anak
subordinat
memprioritaskan uang.
sering
dimanfaatkan
oleh
karena
orangtua
lebih
orangtuanya demi menambah pendapatan keluarga.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Simmel membagi subordinasi ke dalam
Penelitian
ini
menggunakan
metode
tiga jenis, yaitu subordinasi di bawah
penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
seorang
subordinat
deskriptif dan pendekatan studi kasus,
memandang penguasa bersifat mutlak dan
dimana ketiganya dapat saling mendukung
ketidaknyamanan
untuk menggambarkan eksploitasi orangtua
individu
superordinat subordinat bijaksana,
yaitu
subordinat
tersebut lain dan
terhadap
disampaikan
karena kurangnya
rasa
ke
terhadap anak-anak yang bekerja sebagai
takut,
tukang suun di Pasar Badung secara
kesempatan
menyeluruh,
rinci,
dan
kompleks.
untuk menyerang superordinat. Kedua yaitu
Pendekatan studi kasus digunakan untuk
subordinasi di bawah pluralitas individu
menempatkan objek penelitian sebagai
yang memungkinkan adanya eksploitasi
sebuah kasus, dimana kesimpulan dari
yang
hasil
lebih
parah,
dan
ketiga
yaitu
penelitian
hanya
berkaku
atau
eksploitasi di bawah prinsip umum / ideal
terbatas pada kasus tertentu (Iskandar,
dimana superordinat dan subordinat diatur
2009 : 54). Penelitian berlokasi di Pasar
oleh
Badung,
hukum
sehingga
membatasi 4
Jl.
Sulawesi,
Denpasar-Bali
karena tukang suun anak-anak hanya
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat ditemukan di pasar ini. Subjek
4.1. Gambaran Umum Pasar Badung
penelitian lebih terfokus pada tukang suun
Pasar Badung merupakan pasar induk
anak-anak, sedangkan objek penelitian
di kota Denpasar yang berlokasi di Jl.
dalam penelitian ini adalah eksploitasi.
Sulawesi, Denpasar-Bali. Menurut Supartini
Informan
ditentukan
melalui
teknik
(dalam Pohan, 2011 : 26) Pasar Badung
purposive dan snowball dimana informan
merupakan
ditentukan melalui pertimbangan peneliti
historis telah ada sejak zaman kerajaan
terhadap
orang-orang
dianggap
Badung. Pada tahun 2000, Pasar Badung
memiliki
pengetahuan
keterkaitan
berdiri di atas bangunan megah seluas
dengan penelitian ini yang kemudian akan
8.016 m2 dengan luas tanah 6.230 m2.
bekerbang
informan
Namun pada malam hari luas tanah yang
awal yang memberikan petunjuk mengenai
digunakan para pedagang untuk berjualan
informan lainnya. Informan dalam penelitian
hanya seluas 3.558 m2 (Bagian Teknik
ini diantaranya yaitu tukang suun anak-
Perusahaan Daerah Pasar Kota Denpasar,
anak di Pasar Badung, orangtua tukang
(t.t.)). Hal ini terjadi karena pada malam
suun anak-anak, tukang suun ibu-ibu, staf
hari para pedagang hanya melakukan
pengajar di Sanggar Belajar Lentera Anak
aktivitasnya di pelataran pasar, sedangkan
Bali (LAB), pihak di kantor unit Pasar
para pedagang yang berjualan di dalam
Badung, pedagang, dan pengguna jasa
kios dan los pada pagi hari telah menutup
tukang suun anak-anak.
dagangannya menjelang sore hari.
jumlahnya
yang dan
melalui
pasar
tertua
yang
secara
Terdapat dua jenis sumber data dalam
Pasar Badung dibangun dengan gaya
penelitian ini yaitu sumber data primer dan
arsitektur Bali berlantai empat dimana
sekunder, dimana sumber data primer
masing-masing lantai menunjukkan adanya
diperoleh langsung dari pihak pertama
barang-barang yang telah dikelompokkan
melalui teknik observasi dan wawancara
menurut jenisnya untuk memudahkan para
mendalam,
sedangkan
sumber
data
konsumen mencari barang yang ingin
sekunder
diperoleh
dari
teknik
dibeli. Pasar Badung juga menyediakan
dokumentasi. Teknik pengumpulan data
lahan parkir yang cukup luas, terlebih lagi
dalam
saat ini telah dibangun parkir di ruang
penelitian
(pengamatan),
ini
yaitu
wawancara
observasi mendalam
bawah
tanah
(basement).
Adanya
(deep interview), dan dokumentasi. Analisis
bangunan pasar yang bertingkat dan cukup
data digunakan melalui metode analisis dari
jauhnya jarak tempuh dari dalam pasar
Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga
menuju lahan parkir menjadi kesempatan
alur yaitu reduksi data, penyajian data, dan
bagi tukang suun anak-anak untuk menjual
penarikan
jasa angkut barang kepada pembeli yang
kesimpulan
atau
verifikasi
(Usman & Akbar, 2009 : 85).
merasa kewalahan membawa barang. Sebagai pasar terlengkap di kota Denpasar, Pasar Badung masih eksis di 5
tengah
menjamurnya
keberadaan
hewan ternak yang dapat dikelola untuk
minimarket yang ditunjukkan dengan masih
dimakan
ramainya masyarakat yang mengunjungi
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
sendiri
ataupun
dijual
dalam
pasar ini untuk membeli kebutuhan rumah
Menjadi buruh kasar dengan modal
tangga. Keramaian Pasar Badung tersebut
tenaga yang kuat pada akhirnya menjadi
dijadikan peluang bagi para tukang suun
sebuah pilihan orangtua tukang suun anak-
anak-anak
anak tersebut, dimana kota Denpasar
dengan
dalam
menjual
mencari jasa
penghasilan
angkut
barang
menjadi tempat mereka mengadu nasib
belanjaan menggunakan keranjang demi
menjadi tukang suun untuk kalangan ibu-
membantu
keluarga.
ibu dan buruh bangunan dilakoni oleh
Diberlakukannya sistem pasar pagi dan
bapak-bapak dari tukang suun anak-anak.
malam membuat pasar ini buka hampir 24
Namun
jam dan tidak pernah berhenti dari aktivitas
orangtua belum cukup untuk memenuhi
perekonomian (Purawati, 2011 : 50). Hal ini
kebutuhan
membuat tukang suun anak-anak dapat
banyaknya persaingan.
perekonomian
bekerja sesuai dengan waktu yang mereka
kenyataannya
penghasilan
sehari-hari
berhubung
Masalah tersebutlah yang kemudian
inginkan.
mendorong orangtua untuk mempekerjakan anak-anak perempuannya sebagai tukang
4.2. Latar
Belakang
Kemunculan
suun di Pasar Badung untuk mencari
Tukang Suun Anak-Anak di Pasar
penghasilan
Badung
pendapatan keluarga. Simmel melihat hal
uang
Penyebab munculnya tukang suun di
Pasar
Badung
bahwa
Hasil
desa
Tianyar
Tengah
semakin
yang menciut
memiliki nilai ekonomis yang bisa dijadikan alat untuk memperoleh keuntungan. Nilai
besar
anak di mata orangtua tukang suun anak-
keluarga tukang suun anak-anak berasal dari
justru
individu
menjadikan anaknya sebagai komoditi yang
penelitian
sebagian
penting
Orangtua tukang suun anak-anak telah
daya alam yang kurang mendukung di
menunjukkan
membantu
(Ritzer & Goodman, 2011 : para 33).
anak-anak yang disebabkan oleh sumber
asalnya.
arti
sesungguhnya
adalah
kemiskinan pada keluarga tukang suun
daerah
rangka
ini sebagai tragedi budaya, dimana karena
4.2.1. Kemiskinan anak-anak
dalam
anak pun menjadi sangat rendah.
(wilayah
Pedahan), kecamatan Kubu, Karangasem
4.2.2. Rendahnya
dimana wilayah tersebut merupakan daerah
Pendidikan Orangtua
dengan tingkat kesejahteraan hidup di
Rendahnya
Tingkat tingkat
pendidikan
bawah rata-rata dengan sumber daya alam
orangtua tukang suun anak-anak karena
yang sangat kering dan kurang memadai.
keterbatasan biaya berpengaruh terhadap
Hal ini berimbas pada tidak adanya aset
sempitnya pengetahuan dan pemahaman
produksi seperti lahan bercocok tanam dan
orangtua tukang suun anak-anak terhadap 6
peraturan tentang anak-anak yang terpaksa
Keberadaan tukang suun anak-anak
bekerja termasuk juga mengenai hak-hak
yang bekerja di Pasar Badung dipengaruhi
anak.
oleh minimnya pemahaman masyarakat
Rendahnya
tingkat
pendidikan
orangtua tukang suun anak-anak memicu
dan
munculnya pola pikir dari orangtua yang
tentang peraturan anak-anak yang terpaksa
masih menganggap remeh dampak negatif
bekerja dan hak-hak anak yang termuat
yang akan dialami oleh anak apabila
dalam Undang-Undang Perlindungan Anak
bekerja di usia dini. Orangtua beranggapan
No.
bahwa mempekerjakan anak di usia dini
mengenai sanksi yang termuat didalamnya.
merupakan hal yang dianggap wajar dan
Tidak
baik
anak
keberadaan tukang suun anak-anak juga
sebagai pribadi yang mandiri dalam meraih
dipengaruhi oeh adanya sikap apatis orang-
penghasilan.
orang yang berada di Pasar Badung
karena
dapat
menjadikan
orangtua
23
tukang suun anak-anak
Tahun
hanya
2002
itu,
termasuk
masih
juga
eksisnya
tentang adanya larangan mempekerjakan
4.2.3. Keinginan Individual
anak-anak di usia dini yang termuat dalam
Hal yang melatarbelakangi anakanak
bekerja
sebagai
tukang
papan pengumuman yang dipasang di
suun
setiap sudut pasar. Secara tidak langsung
selanjutnya yaitu keinginan dari tukang suun anak-anak itu sendiri. Menjadi tukang suun
untuk
merupakan
cara
membantu yang
orangtua
dilakukan
rendahnya
kepedulian
terhadap
upaya
masyarakat peminimalisiran
keberadaan tukang suun anak-anak dalam
oleh
merespon
tukang suun anak-anak untuk menghormati
larangan
yang
ada
telah
memberi kesempatan kepada tukang suun
orangtuanya. Keinginan indivudial anak
anak-anak ini untuk tetap bekerja dan
untuk bekerja sebagai tukang suun muncul
berada pada posisi yang merugikan diri
karena adanya perasaan bangga bisa
anak itu sendiri.
memperoleh uang secara mandiri, takut dicap sebagai anak yang malas dan
4.3. Bentuk
durhaka oleh orangtua, masih tergantung dengan
orangtua,
temannya,
ajakan
trauma
dari
teman-
di
bangku
duduk
Terhadap Sebagai
menyenangkan
dari
tetangga
Anak Tukang
Orangtua
yang
Bekerja
Suun
di
Pasar
Badung
sekolah, dan untuk menghindari perlakuan tidak
Eksploitasi
di
4.3.1. Usia
rumah kontrakannya.
Usia
rupanya
tidak
4.2.4. Rendahnya Pemahaman dan
pertimbangan
Kepedulian
mempekerjakan anaknya sebagai tukang
Upaya
Masyarakat
Peminimalisisran
Terhadap
suun
Pekerja
demi
orangtua
menjadi
mendapatkan
dalam
penghasilan.
Padahal bekerja sebagai tukang suun tidak
Anak
sesuai dengan usia dan kondisi fisik anak karena membutuhkan tenaga yang kuat 7
dalam
menjunjung
barang
belanjaan
pasar mengharuskan tukang suun anak-
pelanggan. Kondisi anak tersebut justru
anak
dimanfaatkan oleh orangtua karena buruh
belanjaan pelanggan yang cukup berat
anak dapat digaji murah, mudah diatur,
dalam waktu yang tidak singkat mengikuti
tidak banyak menuntut, produktifitas tinggi,
pelanggan
dan
belanjaan yang diinginkan. Tukang suun
dalam
beberapa
sektor
tertentu
untuk
dapat
menjunjung
tersebut
mencari
beban
barang
kualitas pekerjaan buruh anak lebih baik
anak-anak
dibandingkan buruh dewasa (Sofian, 2012 :
mengangkut barang belanjaan pelanggan
45-46).
terutama saat siang hari dimana mereka
Data
di
lapangan
menunjukkan
mengaku
cukup
lelah
harus berpanas-panasan.
bahwa tukang suun anak-anak berusia
Tukang suun anak-anak terpaksa
belasan tahun. Hal ini juga diperkuat oleh
harus berlapang dada dalam menghadapi
staf pengajar di Sanggar Lentera Anak Bali
situasi kerja yang cukup melelahkan dan
bahwa rata-rata usia tukang suun anak-
membahayakan keselamatan dirinya demi
anak yang bekerja di Pasar Badung adalah
mendapatkan uang dari para pengguna
mulai dari usia 4-16 tahun. Padahal pihak
jasa. Mereka harus berani mengambil dan
PD Pasar Kota Denpasar telah melarang
merasakan risiko kerja demi mendapatkan
anak di bawah 18 tahun untuk mejadi buruh
uang dari pengguna jasa termasuk juga
pasar di setian sudut pasar melalui papan
mengantar
pengumuman.
kenyataannya
penjualan daging dan ikan yang jorok dan
pengumuman tersebut belum cukup efektif
bau. Bentuk eksploitasi tukang suun anak-
dalam meminimalisir keberadaan pekerja
anak dilihat dari lokasi kerja termasuk ke
anak dalam wujud sebagai tukang suun.
dalam jenis subordinasi di bawah pluralitas
Namun
Mempekerjakan
anak
sebagai
para
pembeli
ke
tempat
individu karena selain adanya tekanan dari
tukang suun dalam usia di bawah 14 telah
orangtua
melanggar peraturan yang dibuat oleh
mereka juga mendapat tekanan dan diatur
Menteri Tenaga Kerja mengenai anak-anak
oleh pengguna jasa yang menuntut mereka
yang terpaksa bekerja. Bentuk eksploitasi
untuk
tukang suun anak-anak bila dilihat dari
berbelanja di dengan kondisi pasar yang
batasan usia tergolong ke dalam jenis
luas dan bertingkat.
subordinasi
dibawah
individu
dalam
mampu
meraih
pendapatan,
mengantar
pelanggan
karena
4.3.3. Waktu Kerja
pelibatan anak-anak dalam dunia kerja
Diberlakukannya
tanpa memandang usia dilakukan oleh
sistem
Pasar
Badung yang buka setiap hari dan hampir
orangtua tukang suun anak-anak itu sendiri.
24 jam telah memberikan peluang kepada
4.3.2. Lokasi Kerja
tukang
suun
anak-anak
dalam
Adanya bangunan pasar yang luas
memanfaatkan waktu yang ada semaksimal
dan bertingkat ditambah dengan jarak
mungkin untuk bekerja sesuai dengan
lahan parkir yang cukup jauh dari bangunan
kebutuhan 8
mereka.
Data
di
lapangan
menunjukkan bahwa tukang suun anak-
Penderitaan tukang suun anak-anak
anak rata-rata bekerja selama 10-14 jam
tidak berhenti disitu saja, namun juga dapat
per
dilihat dari rendahnya upah yang diberikan
hari
walaupun
peratuan
hanya
memperbolehkan anak-anak bekerja tidak
pelanggan
lebih dari empat jam. Hal ini dikarenakan
tergantung kepada para pelanggan yang
oleh adanya jumlah tukang suun anak-anak
bersedia
dan ibu-ibu yang cukup banyak sehingga
Rendahnya upah dari para pengguna jasa
menimbulkan adanya persaingan kerja.
suun anak-anak dan tidak adanya upah
Terlebih lagi, tidak semua pembeli yang
yang diberikan orangtua kepada anaknya
berbelanja di Pasar Badung menggunakan
yang
jasa tukang suun karena merasa mampu
menyumbangkan
untuk
menopang
membawa
barang
belanjaannya
sendiri.
di
pasar.
Mereka
menggunakan
telah
turut
sangat
jasanya.
membantu
penghasilannya
pendapatan
untuk
keluarga
merupakan suatu hal yang cukup miris di
Waktu kerja yang cukup panjang
tengah sulitnya mereka mencari pelanggan
tersebut membuat anak-anak kehilangan
dalam waktu kerja yang cukup panjang dan
waktu
beban kerja yang cukup berat.
untuk
belajar,
beristirahat,
dan
bermain yang merupakan bagian dari hak
Terlebih lagi salah satu alasan tukang
anak yang harus dipenuhi. Eksploitasi anak
suun anak-anak tersebut bekerja adalah
dilihat dari waktu kerja termasuk ke dalam
untuk dapat menabung dan menempuh
jenis subordinasi di bawah individu yang
bangku sekolah untuk dapat menggapai
merujuk kepada orangtua tukang suun anak
cita-cita yang diinginkannya. Namun dalam
itu sendiri karena waktu kerja anak-anak
hal ini orangtua secara tidak langsung
telah diatur oleh orangtuanya melebihi
justru mematahkan cita-cita anak tersebut
batas-batas yang ditentukan oleh standar
karena hasil kerja yang mereka peroleh
Permenaker No. 1 Tahun 1967.
yang seharusnya dapat ditabung telah diambil alih oleh orangtuanya. Upah kerja
4.3.4. Upah Menurut
tukang suun anak-anak terkategri ke dalam hasil
wawancara
yang
subordinasi di bawah pluralitas individu
dilakukan bersama beberapa tukang suun
karena mereka tidak hanya tersubordinasi
anak-anak menyatakan bahwa hasil kerja
oleh
cenderung diserahkan kepada orangtuanya
orangtua
sebagai
pemberi
upah,
namun juga oleh pengguna jasa yang
setelah bekerja dalam waktu yang cukup
menentukan pendapatannya dalam sehari.
panjang. Mereka mengaku uang tersebut akan digunakan oleh orangtuanya untuk
4.3.5. Kekerasan Fisik dan Verbal
biaya sekolah anak laki-lakinya dan untuk
Kondisi yang tidak menyenangkan
keperluan rumah tangga. Tukang suun
dapat menghampiri tukang suun anak-anak
anak-anak juga tidak diberikan upah atas
kapan saja karena tidak semua pengunjung
jerih payah yang telah dilakukan untuk
yang datang ke Pasar Badung berkenan
keluarganya.
menggunakan jasa mereka. Apalagi tukang 9
suun anak-anak ini kerap kali mengikuti
4.4.1. Pendidikan
pengunjung sambil mencolek dan menarik baju
pengunjung.
membaut
Hal
pengunjung
ini
Salah satu dampak negatif dari
terkadang kesal
suun di Pasar Badung adalah tidak adanya
terhadap kehadiran mereka yang sedikit
kesempatan bagi tukang suun anak-anak
memaksa.
untuk menempuh pendidikan yang layak
Akibatnya
merasa
dipekerjakannya anak-anak sebagai tukang
beberapa
tukang
suun anak-anak mengalami perlakukan
karena
yang tidak menyenangkan berupa pukulan
dengan waktu untuk bekerja. Padahal dari
atau tamparan dari pengunjung.
beberapa tukang suun anak-anak yang
waktu
belajar
telah
digantikan
Permasalahan yang harus dihadapi
telah diwawancara memiliki cita-cita yang
tukang suun anak-anak yang bekerja di
tinggi diantaranya sebagai chef di sebuah
Pasar Badung tidak berhenti di situ saja.
hotel, dokter, guru, dan penyanyi. Tidak
Perasaan kecewa dan sedih di saat mereka
adanya alokasi dana untuk pendidikan
tidak mampu mendapatkan uang yang
karena rendahnya penghasilan orangtua
sesuai dengan jumlah yang diharapkan
mengakibatkan anak-anak menjadi putus
justru semakin diperparah dengan adanya
sekolah
kekerasan verbal maupun fisik yang harus
pendidikan yang layak samasekali. Hal ini
mereka
justru
terima
dari
orangtua
mereka
atau
tidak
semakin
dapat
menempuh
diperparah
dengan
sendiri. Walaupun tukang suun anak-anak
dilibatkannya anak-anak perempuan dalam
tidak setiap hari mendapat perlakuan kasar
dunia kerja sebagai tukang suun sehingga
dari orangtuanya, namun tukang suun
mereka tidak memiliki waktu yang cukup
anak-anak tersebut telah terbiasa untuk
untuk menikmati bangku sekolah.
dimarahi oleh orangtuanya. Kekerasan fisik
Ketika pemerintah kota Denpasar
dan verbal yang dilakukan orangtua dan
telah
pengunjung pasar termasuk ke dalam jenis
belajar berupa Sanggar Belajar LAB dan
subordinasi di bawah pluralitas individu dan
asrama gratis bagi tukang suun anak-anak
prinsip umum karena kekerasan fisik dan
untuk dapat belajar dan mengejar cita-
verbal
citanya, tukang suun anak-anak justru lebih
dilakukan
pengunjung
pasar
oleh
orangtua
dimana
dan
kekerasan
berupaya
memilih
menyediakan
untuk
tetap
fasilitas
melakukan
terhadap tukang suun anak-anak diatur
pekerjaannya
oleh hukum dan semua diharapkan untuk
nikmatnya mendapatkan uang dari jerih
taat sehingga dominasi orang dewasa
payah sendiri.
dapat dibatasi dan diminimalisir.
karena
tergiur
akan
Pendidikan kini tidak lagi menjadi sesuatu yang patut diperjuangkan oleh
4.4. Dampak
Eksploitasi
Orangtua
tukang
suun
anak-anak
karena
bagi
Bagi Anak yang Bekerja Sebagai
mereka uang merupakan hal yang lebih
Tukang Suun di Pasar Badung
bernilai
daripada
pendidikan.
Diperkenalkannya anak-anak dalam meraih pendapatan telah mengubah pola pikir 10
anak-anak bahwa tanpa pendidikan mereka
fungsi proteksi dan afeksi dalam sebuah
juga bisa berpenghasilan.
keluarga
tukang
tersebut
membuat
Mengesampingkan pendidikan
pentingnya
lambat
laun
suun anak-anak. Hal anak-anak
menjadi
akan
pribadi yang bandel, kasar, egois, tidak bisa
mengakibatkan keluarga tukang suun anak-
diatur, terlibat pergaulan bebas, dan suka
anak tidak mampu memperbaiki kondisi
mencari perhatian orang lain.
keuangan keluarga dan cenderung tetap berada
pada
kehidupan
yang
4.4.3. Kebersihan
serba
Waktu kerja yang cukup panjang
kekurangan karena ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang
didapat
di
membuat tukang suun anak-anak menjadi
bangku
tidak mampu untuk merawat dan menjaga
pendidikan dapat dijadikan bekal untuk
kebersihan dirinya. Begitu pula dengan
mencari nafkah.
orangtuanya yang cenderung tidak peduli
4.4.2. Mental dan Perilaku
dengan
penampilan
anaknya.
Hasil
Adanya kekerasan fisik dan verbal
observasi menunjukkan bahwa tukang suun
yang diterima tukang suun anak-anak
anak-anak rata-rata berpenampilan kumal
berdampak negatif pada mental anak-anak
dengan kondisi tubuh dan pakaian yang
dimana mereka menjadi sangat tertutup,
kotor
takut,
berantakan dan agak kusut.
dan
tertekan.
Hasil
observasi
dan
bau
Kurang
menunjukkan bahwa mereka lebih sering
serta
terjaganya
rambut
yang
kebersihan
diri
berkomunikasi
tukang suun anak-anak didukung juga
sambil memainkan jemari tangan atau
dengan adanya lingkungan pasar yang
bajunya. Dampak negatif pada mental
kotor
tukang
kuman penyakit dapat dengan mudah
menunduk
saat
diajak
suun
merupakan
anak-anak
salah
satu
tersebut
cerminan
mengakibatkan
menyerang
dari
tukang
berbagai
suun
macam
anak-anak
teropresinya mereka terhadap kekuasaan
tersebut. Adanya penampilan kumal dan
orangtua
Sikap
wajah memelas justru merupakan cara
tertutup, perasaan tertekan dan takut yang
untuk membuat para pengunjung pasar
dialami tukang suun anak-anak tersebut
merasa lebih iba sehingga mereka mau
lambat
menggunakan
sebagai
laun
superordinat.
dikhawatirkan
akan
jasa
suun
anak-anak
melumpuhkan rasa percaya diri anak yang
sebagai wujud empatinya. Namun apapun
berpengaruh
alasannya, mengesampingkan kebersihan
juga
terhadap
tumbuh
akan mengakibatkan dampak buruk bagi
kembang dan masa depannya. Dampak
dari
eksploitasi
juga
kesehatan
tukang
suun
anak-anak
berpengaruh terhadap buruknya perilaku
sehingga dikhawatirkan mereka tidak dapat
tukang suun anak-anak yang beberapa
berpikir dan menjalani kehidupan dengan
diantaranya
baik dan sehat.
disebabkan
oleh
adanya
kekerasan yang dialami dalam dunia kerja (fisik dan verbal) serta kurang optimalnya 11
telah merasakan pahit dan kerasnya
5. KESIMPULAN telah
dunia kerja, dan kurang terjaganya
dijabarkan diatas, maka terdapat beberapa
kebersihan tukang suun anak-anak yang
simpulan sebagai berikut.
juga
Berdasarkan
pembahasan
a. Terdapat
yang
empat
melatarbelakangi
hal
kesehatan
yang
kemunculan
orangtua,
tukang
buruk
suun
pada
anak-anak
d. Eksploitasi
orangtua
terhadap
anak
tingkat
yang bekerja sebagai tukang suun
keinginan
dianalisa dengan menggunakan Teori
rendahnya
pendidikan
berdampak
tersebut.
tukang
suun anak-anak di Pasar Badung yaitu kemiskinan,
akan
individual, dan rendahnya pemahaman
Interaksi
dan kepedulian masyarakat terhadap
Subordinasi) dari Georg Simmel, yang
upaya peminimalisiran pekerja anak.
didukung
b. Bentuk-bentuk
eksploitasi
Sosial
dengan
(Superordinasi
kedua
dan
konsepnya
yaitu Kesadaran Individu dan Tragedi
orangtua
terhadap anak yang bekerja sebagai
Kebudayaan.
tukang suun di Pasar Badung yaitu
antara orangtua dan anak yang bekerja
dapat dilihat pada usia tukang suun
sebagai tukang suun hanya sebatas
anak-anak yang bekerja di bawah usia
hubungan kerja yang tidak memihak
14 tahun, lokasi kerja yang cukup
pada kondisi dan hak anak. Hal ini juga
rawan, waktu kerja yang lebih dari
dipicu oleh adanya kekuasaan orangtua
empat
sebagai
jam
dalam
sehari,
Interaksi
superordinat
yang
yang
terjadi
dapat
kecenderungan tidak menerima upah
mengontrol anak sebagai subordinat.
sebagai
Melalui
hasil
kerja,
kekerasan
fisik
menimpa
tukang
dan
dan
adanya
verbal
suun
dapat
yang
konsep
Kesadaran
Individu
alasan
yang
diketahui
menyebabkan tukang suun anak-anak
anak-anak
tersebut baik dari orangtua maupun
menuruti
pengunjung
Masing-masing
mencari uang. Sesuai dengan konsep
bentuk eksploitasi tersebut kemudian
Tragedi Kebudayaan, hak anak yang
digolongkan dan dianalisa melalui tiga
seharusnya dihormati oleh orangtua
jenis subordinasi yang dikemukakan
telah terkikis karena orangtua lebih
oleh Simmel yaitu subordinasi di bawah
memprioritaskan uang.
pasar.
ajakan
orangtuanya
untuk
seorang individu, subordinasi di bawah suatu pluralitas individu, dan subordinasi
6. DAFTAR PUSTAKA
di bawah suatu prinsip umum.
Buku
c. Dampak eksploitasi orangtua bagi anak
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif : Aplikasi untuk Penelitian Pendidikan, Hukum, Ekonomi & Manajemen, Sosial, Humaniora, Politik, Agama, dan Filsafat. Saiful Ibad (Ed.). Jakarta : Gaung Persada Press
yang bekerja sebagai tukang suun di Pasar
Badung
berkesempatan pendidikan,
yaitu untuk
buruknya
tidak
menempuh mental
dan
perilaku tukang suun anak-anak karena 12
Johnson, Doyle Paul. 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jilid1). (Terjemahan Robert M. Z. Lawang). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Skripsi dan Tesis Pohan, Faizal Ricky. 2011. “Perkembangan Pasar Badung Di Kota Denpasar1992-2009”. Skripsi S1 pada Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Udayana.
Ritzer, G. & Douglas J. Goodman. 2011. Teori Sosiologi : dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern (Ed Terbaru). (Terjemahan Nurhadi). Inyiak Ridwan Muzir (Ed.). Bantul : Kreasi Wacana
Purawati. 2011. “Pergulatan Perempuan Tukang Suun Pasar Badung, Kota Denpasar : Sebuah Kajian Budaya” [pdf]. Tesis S2 pada Program Studi Kajian Budaya, Program Pascasarjana, Universitas Udayana. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2011 dari http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pd f_thesis/unud-760-ktpurawati.pdf
Sofian, Ahmad. 2012. Perlindungan Anak di Indonesia : Dilema & Solusinya. Farid Wadji (Ed.). Jakarta : PT. Sofmedia
Rahman, Astriani. 2007. “Eksploitasi Orang Tua Terhadap Anak dengan Mempekerjakan Sebagai Buruh” [pdf]. Skripsi S1 pada Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma. Diakses pada tanggal 8 Desember 2013 dari http://www.gunadarma.ac.id/library/ abstract/gunadarma_10502032skripsi_fpsi.pdf
Suyanto, Bagong. 2013. Masalah Sosial Anak (Ed Revisi). Jakarta : Kencana Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial (Ed ke-2). Rini Rachmatika (Ed.). Jakarta : PT. Bumi Aksara Widyanta, AB. 2002. Problem Moderenitas dalam Kerangka Sosiologi Kebudayaan Georg Simmel. Yogyakarta : Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas
Salla, Hilmy Nasruddin. 2012. “Eksploitasi Anak Jalanan (Studi Kasus Anak Jalanan di Pantai Losari Kota Makassar)” [doc]. Skripsi S1 pada Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin. Diakses pada tanggal 9 November 2013 dari http://repository.unhas.ac.id/handle/ 123456789/1682?show=full
Jurnal Fitriani. 2013. “Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Eksploitasi Seksual Terhadap Anak Ditinjau dari Sudut Kriminologi di Kota Pontianak”. EJurnal Gloria Yuris Prodi Ilmu Hukum Untan, [online], 1 (2), 1. Diakses pada tanggal 8 Desember 2013 dari http://jurnal.untan.ac.id/index.php/j mfh/article/view/1821 Dokumen Lembaga Bagian
Teknik
Perusahaan
Daerah
Pasar Kota Denpasar. (t.t.)
13