TUGAS AKHIR SEBUAH KARYA AUDIO VISUAL YANG BERJUDUL “MEMOTIVASI USIA PRODUKTIF DALAM MENCAPAI CITA-CITA” Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh :
Nama
: MOHAMAD FAHRIZZA
NIM
: 4440401-005
Jurusan
: Komunikasi Visual
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA 2010
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Nama
: Mohamad Fahrizza
NIM
: 4440401-005
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Bidang Studi : Komunikasi Visual Judul
: Memotivasi Masyarakat Usia Produktif Dalam Mencapai Cita-cita
Jakarta, Februari 2010 Mengetahui,
Pembimbing I
( Nurlela, S.Ds )
Pembimbing II
(Ponco B. Sulistyo, M.Comn )
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI Nama
: Mohamad Fahrizza
NIM
: 4440401-005
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Bidang Studi : Komunikasi Visual Judul
: Memotivasi Masyarakat Usia Produktif Untuk Mencapai Cita-cita Jakarta, Februari 2010 Mengetahui,
1. Ketua Sidang :
( Nurprapti W.Widyastuti.,M.Si ) 2. Dosen Penguji Ahli :
( Wajar Bimantoro,S.Sn M.Ds. ) 3. Pembimbing I :
(Nurlela, S.Ds.) 4. Pembimbing II :
(Ponco B. Sulistyo, M.Comn.)
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI Nama
: Mohamad Fahrizza
NIM
: 4440401-005
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Bidang Studi : Komunikasi Visual Judul
: Memotivasi Masyarakat Usia Produktif Dalam Mencapai Cita-cita
Jakarta, Februari 2010 Disetujui dan Diterima Oleh : Pembimbing I
Pembimbing II
( Nurlela, S.Ds )
(Ponco B. Sulistyo,
M.Comn )
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
( Dra. Diah Wardhani,M.Si)
Ketua Bidang Studi
( Nurprapati W.W,M.Si )
KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur saya panjatkan terhadap Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas segala karunia yang telah Ia berikan. Kekuatan yang luar biasa telah diberikan-Nya kepada saya dalam menghadapi segala perjuangan, kegagalan, suka cita maupun duka yang saya hadapi dalam penulisan skripsi ini. Mudah-mudahan segala yang terjadi selama penulisan skripsi ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi saya untuk menjadi manusia yang lebih sabar, kuat dan lebih baik dari sebelumnya. Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam jenjang pendidikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi FIKOM Universitas Mercu Buana. Saya memilih topic penelitian mengenai “Memotivasi Masyarakat Usia Produktif Dalam Menggapai Cita-cita” dengan mengambil sampel mahasiswa Universitas Mercu Buana FIKOM Jurusan Komunikasi Visual Angkatan 2004/2005. Ucapan terimakasih rasanya belum cukup untuk semua orang yang telah memberikan semangat beserta dukungan yang luar biasa kepada saya, baik materil, moral maupun spiritual. Saya mengucapkan terimaksih kepada : 1. Kepada ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan kekuatan serta kesabaran dalam mengerjakan tugas akhir ini.. 2. Ibu Nurlela,S.Ds atas bimbingannya selama ini. 3. Bapak Ponco B. Sulistyo, M.Comn atas bimbingannya selama ini. 4. Ibu Nurprapti W.Widyastuti, M.Si atas bantuannya selama ini 5. Ibu Diah atas bantuan dan bimbingannya selama ini. 6. Kepada Bapak Gufroni Sakaril, atas bantuan dan waktunya 7. Kepada Bapak Dedy Junaidi, atas bantuan dan waktunya 8. Seluruh Dosen Pengajar yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga kepada penulis. 9. Para Staff Tata Usaha FIKOM, yang selalu siap melayani dalam pembuatan surat-surat keperluan selama saya masih menjadi mahasiswa. 10. Orang Tuaku Tersayang, terimakasih atas segala semangat dan motivasi yang sudah kalian berikan, kesabaran dalam menghadapi saya ketika masa-masa i
sulit, bantuan atas segala masalah yang saya hadapi, dan sudah memperhatikan dan peduli terhadap saya. Terima kasih karena kalian sudah menjadi orang tua terbaik yang saya punya. Mudah-mudahan saya bisa menjadi kebanggaan Baba dan Mamah. Dan mudah-mudahan saya bisa meneruskan pendidikan pasca sarjana seperti yang kalian harapkan. Pengorbanan yang Baba dan Mamah lakukan selama ini begitu luar biasa, saya tidak akan pernah melupakan itu semua dan saya berjanji akan selalu membahagiakan Baba dan Mamah. 11. Untuk Bang Arif, Ka’Wardah, Ka’Eva dan Ka’Mila, terimakasih sudah mau membantu, dan begitu peduli terhadap pendidikan saya. Semoga saya tidak megecewakan kalian. 12. Untuk Weni Novia terimakasih banyak telah memberikan semangat dan do’a selama saya menyusun penulisan ini. 13. Untuk anak-anak Komvis, tanpa kalian, saya tidak akan bisa berbuat apa-apa. 14. Untuk teman-teman
terdekat Fahrur Rozi(Doal), Achzan Farid Zamzami,
Farur Rajab, Desma Rina, Vanni Boi dan Syaiful Anwar terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama proses pengerjaan tugas akhir ini. 15. Semua pihak yang telah berjasa dan luput dari ingatan, aku mohon maaf dan terimakasih. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian semua. Akhir kata, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. oleh karena itu saya amat menghargai saran dan kritik dari pembaca sekalian. Saya berharap semoga skripsi ini bisa berguna bagi siapa saja yang membacanya dikemudian hari.
Jakarta, Februari 2010
Mohamad Fahrizza
ii
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PROGRAM ILMU KOMUNIKASI BIDANG STUDI KOMUNIKASI VISUAL
Mohamad Fahrizza 4440401-005
ABSTRAK SEBUAH KARYA AUDIO VISUAL YANG BERJUDUL MEMOTIVASI USIA PRODUKTIF DALAM MENCAPAI CITA-CITA Jumlah halaman : (VI BAB, 12 buku, 13 situs internet) Bibliografi
: 1987 - 2009
Film Dokumenter adalah.film yang menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat dengan berbagai macam tujuan. Film dokumenter ini tidak pernah lepas dari penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda dari orang atau kelompok tertentu. Dalam
melakukan
penyebaran
film
dokumenter.disesuaikan
dengan
segmentasi, yaitu di sekolah-sekolah, perpustakaan karena sebagai pedoman pendukung pembelajaran pada setiap siswa-siswi di sekolah tersebut.dan dengan menyaksikan film tersebut siswa-siswi dapat termotivasi dan bersemangat dalam menggapai cita-cita mereka. Konsep visual untuk Promosi Memotivasi Usia Produktif Dalam Mencapai Cita-Cita adalah dengan tema "kesuksesan dibalik ketidaksempurnaan ".. Diharapkan dengan adanya promosi film dokumenter ini dapat mengubah persepsi masyarakat tentang impian can cita-cita, serta perjuangan keeras dalam menghadapi hidup.
DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................................................... i Daftar Isi .......................................................................................................... iii Daftar Tabel ...................................................................................................... vi Daftar Gambar ................................................................................................. vii BAB 1 Pendahuluan…………………………………………………………..
1
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………….
1
1.2. Identifikasi Permaslahan…………………………………………………..
3
1.3 Rumusan Masalah………………………………………………………….
4
1.4 Batasan Masalah……………………………………………………………
5
1.4.1. Geografis…………………………………………………………….
5
1.4.2. Segmentasi…………………………………………………………..
5
1.5. Tujuan Pembuatan Karya…………………………………………………..
6
BAB II Kajian Teoritis………………………………………………………..
7
2.1. Komunikasi Visual………………………………………………………...
7
2.2. Teknologi Komunikasi..................................................................................
7
2.2.1. Televisi.................................................................................................
7
2.3. Pengertian Audio Visual...............................................................................
10
2.3.1. Jenis-Jenis Audio Visual......................................................................
10
2.3.1.1. Film...........................................................................................
10
2.3.1.2. Film Dokumenter......................................................................
11
2.3.1.3. Video Klip.................................................................................
12
2.3.1.4. Iklan Televisi.............................................................................. 13 2.3.1.5. Program Televisi........................................................................
13
2.3.2. Jenis-Jenis Film Dokumenter.................................................................
14
2.3.3. Perbedaan Film Dokumenter Dengan film Dokudrama......................... 15 2.3.4. Elemen-Elemen Visual dalam Film Dokumenter................................... 16 2.3.4.1. Citra............................................................................................ 18 2.3.4.2. Ciri-Ciri Pembentuk Citra..........................................................
19
2.3.4.3. Tipografi..................................................................................... 20
2.3.4.4. Suara........................................................................................... 21 2.3.4.5. Warna.......................................................................................... 21 2.3.4.6. Pengelompokan........................................................................... 23 2.3.4.7. Istilah Lain Dari Warna.............................................................
24
2.3.4.8. Desain Grafis.............................................................................
25
2.4. Pra Produksi Film Dokumenter......................................................................
26
2.4.1. Konsep Audio Visual.............................................................................
26
2.4.2. Media Film Dokumenter........................................................................
28
2.5. Produksi ( Cara Memproduksi Film Dokumenter )........................................
30
2.5.1. Sudut Pengambilan Gambar ( Camera Angle ).....................................
30
2.5.2. Pergerakan Kamera................................................................................
32
2.6. Pasca Produksi................................................................................................
33
2.6.1. Proses Editing........................................................................................
33
2.6.2. Memilih Tempat Editing........................................................................
34
2.6.3. Jalur Distribusi.......................................................................................
34
BAB III Strategi dan Konsep..............................................................................
37
3.1. Strategi Komunikasi........................................................................................ 37 3.1.1. Segmentasi.............................................................................................. 38 3.1.2. Judul Film............................................................................................... 39 3.2. Tujuan Komunikasi.........................................................................................
39
3.2.1. Pesan Utama atau Tema Dasar Komunikasi..........................................
40
3.3. Strategi Kreatif................................................................................................
40
3.3.1. Strategi Audio........................................................................................
40
3.3.2. Strategi Visual.......................................................................................
41
3.3.3. Audio Visual..........................................................................................
41
3.3.4. Strategi Desain.......................................................................................
42
3.3.4.1. Tipography.................................................................................
43
3.3.4.2. Warna………………………………………………………….
44
3.3.4.3. Ide Cerita………………………………………………………
45
3.3.5. Strategi Media…………………………………………………………
49
3.3.6. Strategi Pemasaran…………………………………………………….
49
BAB IV Teknik Pengerjaan……………………………………………………
51
4.1. Langkah Pengerjaan…………………………………………………………. 51 4.2. Konsep Visual................................................................................................
52
4.2.1. Tipografi..............................................................................................
52
4.2.2. Tone / Warna.......................................................................................
52
4.3. Konsep Musik..............................................................................................
53
4.4. teknis Produksi.............................................................................................
53
4.5. Jalur Distribusi.............................................................................................
59
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1........................................................................................................... 27 Tabel 2.2 .......................................................................................................... 28 Tabel 2.3........................................................................................................... 29 Tabel 2.4........................................................................................................... 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 ..................................................................................................... 25 Gambar 2.2 ..................................................................................................... 33 Gambar 4.1 ..................................................................................................... 54 Gambar 4.2 ..................................................................................................... 55 Gambar 4.3 ..................................................................................................... 56 Gambar 4.4 ..................................................................................................... 57 Gambar 4.5 ..................................................................................................... 58
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan kota metropolitan yang sangat padat penduduknya. Penduduknya bukan hanya berasal asli Jakarta saja yang ada disana, tetapi dari luar pulau bahkan sampai turis asing pun ada di Jakarta. Karena begitu banyaknya manusia yang menetap di Jakarta, sudah jelas dapat dibayangkan begitu banyak pengangguran yang mempunyai cita-cita. Menurut kamus umum bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan, harapan, dan tujuan yang selalu ada dalam pikiran seseorang. keinginan, harapan, maupun tujuan tersebut merupakan orientasi yang ingin diperoleh seseorang pada masa mendatang.1 Motivasi menjadi topik pertama yang dibahas dalam buku psikologi masyarakat, karena motivasi merupakan daya dorong jiwa yang utama. Motivasi hal yang utama karena setiap perilaku individu selalu disebabkan oleh suatu keinginan tertentu, keinginan merupakan perasaan manusia. Sehingga ketika manusia merasa memiliki suatu keinginan dapat dikatakan bahwa kondisi yang tengah dihadapi berbeda dengan harapannya. Motivasi merupakan dorongan jiwa untuk melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi atau mendapatkan sesuatu yang diharapkan atau diinginkannya.2
1 2
http://mianhotmida.multiply.com/journal/item/36/mian/cita_cita Erna Ferrinadewi, Merek Dan Psikologi Konsumen, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2008, hal. 11
Di zaman modern seperti saat ini banyaknya pengangguran di Jakarta pada usia produktif menyebabkan banyaknya tindak kriminal, yang menjadi penyebab banyaknya tindak kriminal dikarenakan kebutuhan hidup yang semakin meningkat yang membutuhkan pemasukan untuk bisa memenuhinya. Jika kebanyakan orang sering menyia-nyiakan kesempatan yang telah mereka miliki, kemungkinan besar masyarakat Jakarta akan sulit untuk dapat menggapai cita-citanya. Menurut Amien Rais, orang Indonesia mempunyai karakter pemalas, boros dan beberapa karakter negatif lainnya. Mochtar Lubis menambahkan beberapa ciri atau karakter manusia Indonesia:3 1. Hipokrit atau munafik; lain di mulut dan lain di hati. 2. Enggan bertanggung jawab; 3. Mental menerabas, ingin kaya tanpa usaha, ingin pintar tanpa belajar; 4. Feodalistik; 5. Masih percaya tahayul; 6. Artistik/penampilan/bergaya 7. Berwatak lemah sehingga dengan mudah dirubah keyakinannya demi kelangsungan hidup. Dan karakter tambahan: 1. Senang bernostalgia/efouria masa lalu; 2. Cepat marah; 3. Tukang lego untuk ditukar dengan yang lain asal dapat uang tunai.” Berdasarkan karakter, pengangguran itu terjadi dikarenakan karakter mereka yang malas untuk berusaha dan berjuang dalam upaya menggapai apa yang mereka
3
http://www.apakabar.ws/forums/viewtopic.php?f=1&t=11819/film-dokumenter/Robert Flaherty, Moana
inginkan. Kehidupan sosial mereka, dalam pergaulan mereka sehari-hari sangat mempengaruhi karakter mereka dalam menjalani kehidupan yang mereka tempuh. Kehidupan sosial juga sangat mempengaruhi gaya hidup mereka, karena lingkungan pergaulan yang menyebabkan adaptasi terhadap gaya hidup mereka, dan gaya hidup tersebut yang membentuk karakter mereka. Dalam hal ini, dibutuhkan komunikasi untuk menciptakan suatu hubungan interaksi sehingga masyarakat yang dituju dapat menerima informasi yang akan disampaikan. Salah satu yang dibutuhkan manusia, seperti dikatakan Susasnne K. Langer4, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunann lambang. Manusia memang satu-satunya hewan yang menggunakan lambang, dan itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Ernst Cassier mengatakan bahwa keunggulan manusia atas makhluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum. Oleh karena itu lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya. Berdasarkan hal tersebut ada informasi yang ingin kita sampaikan maka kita membutuhkan sebuah komunikasi agar terjalin sebuah hubungan yang baik, menjadikan komunikasi sebagai sebuah simbol dalam melakukan interaksi antar sesama manusia.
1.2 Identifikasi Permasalahan Setelah menganalisa berbagai data yang telah terkumpul, banyak masyarakat yang memiliki tubuh dan jiwa normal, namun memiliki karakter mental yang lemah, seperti malas dan tidak bertanggung jawab. Namun banyak dari mereka yang cacat tapi memiliki mental yang sangat kuat dan keinginan yang kuat dalam menjalani kehidupan mereka, sedangkan mereka yang normal namun mereka dalam berusaha 4
Deddy Mulyana, “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2004, hal. 83
dan berjuang memiliki mental yang lemah dan mudah menyerah dalam menghadapi kehidupan yang mereka hadapi. Dalam hal ini keadaan tersebut merupakan perbandingan yang sangat ironis, dimana mereka yang cacat memiliki kemauan dan usaha yang tinggi dalam berjuang menghadapi kehidupan mereka, dibanding mereka yang normal yang memilki mental lemah dan tanggung jawab yang kurang dalam berjuang menghadapi kehidupan yang mereka hadapi.
1.3 Rumusan Masalah Bagaimana merancang sebuah film dokumenter dengan media komunikasi visual yang selain mampu menarik perhatian dengan emosi masyarakat, tetapi juga berperan sebagai media yang informatif dan edukatif. Sehingga masyarakat semakin memiliki rasa kepedulian dan menghargai kepada sesamanya. Dengan menggunakan media film dokumenter ini, ingin mengetahui : 1. Bagaimana cara untuk memotivasi masyarakat pada usia produktif agar lebih bersemangat untuk berkerja keras dalam mengapai cita-citanya? 2. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk dalam berusaha untuk menggapai cita-cita, khususnya untuk usia produktif yang mempunyai fisik normal?
1.4 Batasan Masalah 1.4.1 Geografis Secara geografis, wilayah yang akan menjadi perhatian dan penelitian dalam film pendek layanan sosial ini adalah wilayah DKI Jakarta. Karena sumber aktivitas
dan tujuan masyarakat pada umumnya adalah DKI Jakarta yang merupakan ibu kota negara Indonesia. Kebanyakan mereka mencari lapangan pekerjaan di DKI Jakarta, sehingga pusat mobilitas penduduk di DKI Jakarta sangat padat.
1.4.2 Segmentasi Segmentasi dalam film pendek layanan sosial ini diantaranya adalah : 1. Umur
: 16-20 tahun
2. Pendidikan
: SMA dan Perguruan Tinggi
3. Jenis Kelamin
: Pria dan Wanita
4. Status sosial
: Menengah kebawah dan menengah keatas
Pada umur 16-20 tahun adalah umur dimana mayoritas remaja sedang menentukan masa depan mereka dan dihadapkan dengan banyak pilihan masa depan serta dibutuhkan semangat dan dukungan untuk menghadapinya. Dan pada usia tersebut dimana mereka pada fase setelah lulus sekolah, dan perlu akan motivasi dan tujuan, kemana mereka setelah lulus sekolah. Alasannya memilih status sosial kelas menengah ke bawah dan menengah ke atas sebagai target adalah karena mereka kurang kesadaran dan motivasi dalam menjalani hidup yang mereka tempuh. Selain itu dengan keadaan mereka yang malas membuat mereka tidak bergairah untuk memperjuangkan segala hal yang harus mereka perjuangkan dalam hal ini cita-cita mereka. Segmentasi demografi sangat dibutuhkan karena dengan segmentasi demografi, kita dapat menentukan sasaran dari komunikasi yang ingin disampaikan.5
5
http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/4003-25655974556.pdf/mercubuana/modul
1.5 Tujuan Pembuatan Karya Tujuan yang hendak dicapai untuk rancangan film dokumenter dengan judul “kesuksesan dibalik ketidak sempurnaan” antara lain membuat masyarakat menjadi termotivasi dan lebih besemangat untuk mencapai cita – cita mereka. Tujuan pembuatan film dokumenter adalah untuk memotivasi masyarakat agar lebih semangat dalam menggapai cita-cita. Selain itu ingin menarik simpati masyarakat. Memberitahukan kepada ( mereka ) masyarakat yang mempunyai fisik yang normal agar mereka mau berjuang semaksimal mungkin untuk manggapai citacita mereka. Dan membuat masyarakat dan pemerintah sadar bahwa mereka yang memiliki cacat bukan berarti tidak memiliki kemampuan dan kemauan untuk bekerja.
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Komunikasi Visual Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.6 Komunikasi visual, sesuai namanya, adalah komunikasi melalui penglihatan. Komunikasi visual merupakan sebuah rangkaian proses penyampaian kehendak atau maksud tertentu kepada pihak lain dengan penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera penglihatan.7 Komunikasi visual mengkombinasikan seni, lambang,
tipografi,
gambar,
desain
grafis,
ilustrasi,
dan
warna
dalam
penyampaiannya.
2.2 Teknologi Komunikasi 2.2.1 Televisi Kehadiran televisi kini dapat dinikmati pemirsa di seluruh penjuru dunia, ini merupakan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dan tidak lepas dari peran penting seorang mahasiswa dari Berlin yang bernama Paul Nipkow pada tahun 1884. Paul Nipkow menemukan electrisce telescope yang berfungsi untuk mengirimkan gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat lain.8 Keadaan televises telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap orang. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan pada masyarakat amerika ditemukan bahwa hampir setiap orang di benua itu menghabiskan waktunya antara 6 sampai 7 jam perminggu untuk menonton televisi. Televisi mamapu mengatasi jarak dan waktu, sehingga penonton yang tinggal di daerah terpencil dapat menikmati siaran televisi. Biasa dikatakan televisi membawa 6
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_visual Adi Kusrianto, “Pengantar Desain Komunikasi Visual”, Yogyakarta, CV. ANDI OFFSET , 2007, hal. 10 8 Morissan, “Jurnalistik TV Mutakhir”, Jakarta, Ramdina Prakarsa, 2004. 7
bioskop kedalam rumah tangga, mendekatkan dunia yang jauh ke depan mata tanpa perlu membuang waktu dan uang untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut.9 Televisi diumpamakan sebagai raja setelah uang, banyak masyarakat yang merelakan mengisolasi diri dikarenakan hanya untuk menonton televisi selama berjam-jam. Di Indonesia televisi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1962, ketika akan dilangsungkan pesta olahraga Asian Games di Jakarta. Waktu itu siaranya terbatas hanya selama 3 jam perhari dengan wilayah liputan Jakarta dan bogor. Seiring dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan jumlah stasiun televisi bertambah dari 4 stasiun pada tahun 1971, menjadi 18 stasiun pada tahun 1994, diantaranya 5 stasiun televisi swasta yang semakin menambah maraknya dunia pertelevisiaan di Indonesia.10 Manusia telah dikondisikan untuk haus akan tayangan-tayangan televisi, masyarakat saat ini telah menjadi suatu masyarakat tayangan. Ritme-ritme kehidupan telah diatur oleh program-program tayangan yang dimaksudkan untuk memberi informasi dan hiburan. Sesuai dengan karakteristik dari komunikasi massa yaitu pola penyampaian pesan media massa. Pola ini berjalan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak luas, bahkan mungkin tidak terbatas secara geografis, maupun cultural, karena karakteristiknya yang demikiaan media massa disebut sebagai massage multiplier (memiliki kemampuaan untuk menyampaikan pesan secara cepat dan menjangkau khalayak luas).11 Fungsi dari komunikasi massa adalah menyebar luaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi dan menciptakan kegembiraan dalam
9
Hafied Cangara,”Pengantar Ilmu Komunikasi”, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 123. Ibid, hlm. 124. 11 Sasa Djuarsa Sendjaja,”Pengantar Ilmu Komunikasi”, Universitas Terbuka, 2003, hlm7.5. 10
hidup seseorang, namun informasi yang ditujukan bukan khusus untuk satu prang saja tapi untuk keseluruhan khalayak yang berhubungan dengan informasi tersebut. Media terbagi menjadi dua bagian, yaitu: media cetak dan media elektronik, sebagaimana telah dibahas sebelumnya salah satu media yang digunakan untuk menyampaikan pesan adalah televisi. Hal ini dikarenakan televisi mempunyai keunggulan dalam menyampaiakn pesan dalam bentuk gambar dan suara sehingga khalayak pemirsa dapat langsung melihat dan membayangkan suatu kejadian tertentu.12 Kemudahan dalam memahami suatu peristiwa inilah yang merupakan salah satu dari trik dari televisi agar mampu menciptakan efek-efek yang luar biasa yang mampu mengubah dan mempengaruhi perilaku pemirsanya. Maka media televisi menjadi panggung yang menarik tempat iklan atau program-program televisi sehingga masyarakat terseret pada hal-hal yang ditampilkan televisi. Televisi juga mampu mengatasi jarak dan waktu sehingga penonton yang tinggal di daerah terpencil dapat menikmati siaran televisi, biasa dikatakan televisi mampu mendekatkan dunia yang jauh kedepan mata tanpa perlu membuang waktu dan uang untuk mengunjungi tempat-tempat tertentu.13 Majunya teknologi dalam media massa harus membuat kita memiliki pengetahuan akan perkembangan media massa baru dan lebih jauh dari itu kita dapat memahami apakah media baru tersebut mempunyai fungsi yang sesuai dengan fungsi dari komunikasi massa sebenarnya.
2.3 Pengertian Audio Visual
12 13
Op,cit, hlm.7.6 Op,cit, hlm. 7.8
Audio berarti radio, yaitu suara. Visual berarti grafik, gambar, dapat dilihat. Dengan demikian audio visual merupakan penggabungan suara dan gambar dalam menyampaikan suatu informasi.14
2.3.1 Jenis-Jenis Audio Visual 2.3.1.1 Film Film pertama kali lahir diparuh kedua abad 19,dibuat dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar, bahkan oleh percikan abur rokok sekalipun. Sesuai perjalanan waktu para ahli berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksi, dan enak ditonton.15 Film itu adalah beberapa kesatuan dari beberapa scene yang digabung menjadi satu.
2.3.1.2 Film Dokumenter film documenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan ( travelogues ) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam tahun kemudiaan, kata ‘dokumenter’ kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal inggris jhon Grierson untuk film Moana (1926) karya Robert Flaherty. Grierson berpendapat dokumenter cara kretif mempresentasikan realitas (Susan Hayward, key concepts in cinema studies, 1996, hal 72).16 Sekalipun 14
Adi Kusrianto, “Pengantar Desain Komunikasi Visual”, Yogyakarta, CV. ANDI OFFSET , 2007, hal. 4 15 Heru Effendy, “Mari Membuat Film”, Konfiden, 2002, hal. 20 16 Heru Effendy, “Mari Membuat Film”, Konfiden, 2002, hal. 11
Grierson mendapat tentangan dari berbagai pihak, pendapatnya tetap relevan sampai saat ini. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuaan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuaan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda dari orang atau kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter berpijak dari hal-hal senyata mungkin. Seiring dari perjalanan waktu, muncul aliran dari film dokumenter misalnya dokudrama (docudrama). Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estestis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikiaan, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap jadi pakem pegangan. Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia. Para pembuat film biasanya bereksperimen dan belajar tentang banyak hal ketika terlibat dalam produksi film dokumenter. Tak hanya itu, film dokumenter juga dapat membawa keuntungan dalam jumlah yang cukup memuaskan. Ini bisa dilihat dari banyaknya dokumenter yang bias kita saksikan melalui saluran televisi seperti program National Geographic dan Animal Planet. Bahkan siaran televisi Discovery channel pun mantap menasbih diri sebagai saluran televisi yang hanya menayangkan program dokumenter tentang keragaman alam dan budaya. Selain konsomsi televisi, film dokumenter juga lazim diikutsertakan dalam berbagai festival film di dalam dan di luar negri. Sampai penghabisannya di tahun 1992, festival film Indonesia (FFI) memiliki kategori untuk penjuriaan jenis film dokumenter.
2.3.1.3 Video Klip Video Klip (Music Video) adalah sarana bagi para produser musik untuk memasarkan produknya lewat media televisi. Dipopulerkan pertama kali lewat saluran televisi MTV 1981. Di Indonesia, video klip ini sendiri kemudian berkembang sebagai bisnis yang menggiurkan seiring dengan pertumbuhan televisi swasta. Akhirnya video klip tumbuh sebagai aliran dan industri tersendiri. Beberapa rumah produksi mantap memilih video klip menjadi bisnis utama (core business) mereka. Di Indonesia, tak kurang dari 60 video klip diproduksi tiap tahunnya. (Heru Effendy, Membuat Fim itu Gampang).17
2.3.1.4 Iklan Televisi Iklan Televisi (TV Commercial) Film
ini diproduksi untuk
Kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk (iklan produk) maupun layanan masyarakat (iklan layanan masyarakat atau public service announcement/PSA). Iklan produk biasanya menampilkan produk yang diiklankan ‘secara eksplisit’, artinya ada stimulus audio-visual yang jelas tentang suatu produk tersebut. Sedangkan iklan produk terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut. Sedangkan iklan layanan masyarakat menginformasikan kepedulian produsen suatu produk terhadap
17
Heru Effendy, “Mari Membuat Film”, Konfiden, 2002, hal. 11
fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut. Dengan demikian, iklan layanan masyarakat umumnya menampilkan produk secara implisit.18
2.3.1.5 Program Televisi Program Televisi (TV Programme)Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi. Secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan non cerita. Jenis cerita ini terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok fiksi dan kelompok non fiksi. Kelompok fiksi memproduksi film serial (TV series), film televisi/FTV (popular lewat saluran televisi SCTV) dan film pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh dari daerah tertentu. Sedangkan program non cerita sendiri menggarap realiety show, TV quiz, talkshow dan liputan/ berita.
2.3.2 Jenis - Jenis Film Dokumenter Hal-hal yang berhubungan dengan kejadian nyata atau realita yang berhubungan dengan karekter, gaya hidup, dan kehidupan sosial sering diambil sebagai dokumentasi dan didokumentasikan kedalam sebuah film, yaitu film dokumenter. Film dokumenter yang menceritakan tentang kehidupan manusia, bahkan tentang kehidupan hewan dan tumbuh-tumbuhan. Selain itu, banyak juga film dokumenter yang menyampaikan pesan-pesan moral, sosial, maupun ilmu pengetahuan. Banyak film dokumenter yang bertemakan sosial dan menggunakan konsep dramatis. Film dokumenter (documentary film) menurut Robert Flaherty adalah karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality).19 Film dokumenter
18
Heru Effendy, “Mari Membuat Film”, Konfiden, 2002, hal. 11
merupakan sebuah produk visual yang memvisualisasikan tentang kehidupan nyata, yang dapat menginformasikan suatu pesan tertentu, bahkan ilmu pengetahuan. Semua Film dokumenter adalah visual dari kejadian nyata yang terjadi di dunia ini. Film dokumenter dihadirkan dengan tujuan memberikan informasi kepada khalayak tentang pesan yang ditampilkan dalam film dokumenter tersebut. Biasanya menggunakan cerita atau pengisi suara untuk memperjelas kegiatan yang berlangsung dalam kejadian yang didokumentasikan ke dalam film tersebut. Menggunakan cerita ataupun pengisi suara berguna untuk membuat khalayak lebih cepat menangkap pesan yang disampaikan. Satu titik awal yang berguna adalah daftar kategori Richard Barsam tentang apa yang dia sebut sebagai ‘film non-fiksi’. Daftar ini secara efektif menunjukkan jenisjenis film yang dipandang sebagai dokumenter, dan dengan jelas memiliki ide dan kode etik tentang dokumenter yang sama. Kategori-kategori tersebut adalah:20 a.
film factual : film yang diangkat berdasarkan sebuah kenyataan.
b.
film etnografik : film yang diangkat berdasarkan sebuah kenyataan dalam sebuah etnik/adat dari suatu populasi hidup tertentu
c.
film eksplorasi : film yang berdasarkan sebuah eksplorasi atau sebuah pengamatan dari sebuah realita
d.
film propaganda : film yang berdasarkan sebuah realita atau kenyataan dengan maksud mensugesti para audience
e.
cinéma-vérité : sebuah film yang berdasarkan kisah nyata namun dibuat ke dalam sebuah cerita yang telah direkontruksi
19
Elvinaro Ardianto dan Lukiyati Komala Erdinaya, “Komunikasi Massa Suatu Pengantar”, Penerbit Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004, hal 139 20 http://www.kawanusa.co.id/news-detail.php?id=15/yoga/apa_itu_film_dokumenter
f.
direct cinema : sebuah film yang berdasarkan sebuah kisah nyata dan direkontruksi, namun diambil dari tempat yang berhubungan langsung dengan kejadian yang diangkat ke dalam film tersebut
g.
documenter : film yang berdasarkan sebuah realita kehidupan yang langsung diangkat menjadi sebuah film berdasarkan kejadian yang sedang berlangsung
2.3.3 Perbedaan Film Dokumenter dan Film Dokudrama Film Dokumenter (Documentary Film) biasanya menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda atau issue bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Dokumenter biasanya bisa diambil dari berbagai pendokumentasian suatu fakta maupun issue sosial. Salah satu aliran yang mendukung dokumenter adalah dokudrama (docudrama). Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap jadi pakem pegangan. Dokumentasi atau dokumenter dan dokudrama itu berbeda, jika dokumentasi biasanya hanya bisa dinikmati dan dimengerti oleh orang yang terlibat dalam film itu sendiri. tapi, kalo dokumenter lebih mengunggulkan bagaimana pesan sebuah film itu dapat tersampaikan kepada khalayak. untuk itu, film harus dibuat semenarik mungkin tanpa menyampingkan fakta yang terjadi sebagai unsur utama.21
21
http://cr3ativ3bri3f.blogspot.com/2009_06_01_archive.html/ramadana/mengenal-lebih-dalamdokumenter
2.3.4 Elemen-Elemen Visual Dalam Film Dokumenter Dalam film dokumenter terdapat beberapa elemen, dan elemen tersebut terdiri dari dua unsur. Pada dasarnya, Barsam menempatkan dokumenter sebagai suatu kategori tersendiri, karena ia mengatakan bahwa peran si pembuat film dalam menentukan interpretasi materi dalam jenis-jenis film tersebut jauh lebih khas. Perkembangan dokumenter dan genre-nya saat ini sudah sangat pesat dan beragam, tetapi ada beberapa unsur yang tetap dan penggunaannya; yakni unsur-unsur visual dan verbal yang biasa digunakan dalam dokumenter.22 Unsur Visual: a.
Observasionalisme reaktif; pembuatan film dokumenter dengan bahan yang sebisa mungkin diambil langsung dari subyek yang difilmkan. Hal ini berhubungan dengan ketepatan pengamatan oleh pengarah kamera atau sutradara.
b.
Observasionalisme proaktif; pembuatan film dokumenter dengan memilih materi film secara khusus sehubungan dengan pengamatan sebelumnya oleh pengarah kamera atau sutradara.
c.
Mode ilustratif; pendekatan terhadap dokumenter yang berusaha menggambarkan secara langsung tentang apa yang dikatakan oleh narator (yang direkam suaranya sebagai voice over).
d.
Mode asosiatif; pendekatan dalam film dokumenter yang berusaha menggunakan potongan-potongan gambar dengan berbagai cara. Dengan demikian, diharapkan arti metafora dan simbolis yang ada pada informasi harafiah dalam film itu, dapat terwakili.
22
http://www.kawanusa.co.id/news-detail.php?id=15/yoga/apa_itu_film_dokumenter
Unsur Verbal: a.
Overheard exchange; rekaman pembicaraan antara dua sumber atau lebih yang terkesan direkam secara tidak sengaja dan secara langsung.
b.
Kesaksian; rekaman pengamatan, pendapat atau informasi, yang diungkapkan secara jujur oleh saksi mata, pakar, dan sumber lain yang berhubungan dengan subyek dokumenter. Hal ini merupakan tujuan utama dari wawancara.
c.
Eksposisi; penggunaan voice over atau orang yang langsung berhadapan dengan kamera, secara khusus mengarahkan penonton yang menerima informasi dan argumen-argumennya
2.3.4.1 Citra Citra tidak dapat dibuat seperti barang dalam suatu pabrik, akan tetapi citra adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Citra yang ada pada perusahaan terbentuk dari bagaimana perusahaan tersebut melakukan kegiatan operasionalnya yang mempunyai landasan utama pada segi pelayanan.23 Suatu perusahaan harus mampu untuk melihat sendiri bagaimana citra yang ditampilkan kepada masyarakat yang dilayani. Perusahaan juga harus bisa memberikan suatu evaluasi apakah citra yang diberikan telah sesuai dengan yang diharapkan atau jika perlu ditingkatkan lagi. Jadi citra ini dibentuk berdasarkan impresi atau pengalaman yang dialami oleh seseorang terhadap sesuatu, sehingga pada akhirnya membangun suatu sikap mental. Sikap mental ini nantinya akan dipakai sebagai pertimbangan untuk
23
http://www.geocities.com/agus_lecturer/skripsi/bab_2.htm/Agus/Skripsi
mengambil keputusan karena citra dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Dengan demikian menurut Alma (1992) citra adalah : Image is the impression, feeling, the conception which the public has of a company, a conditionally created impression of an object, person or organization atau citra adalah kesan, impresi, perasaan atau konsepsi yang ada pada publik mengenai perusahaan, mengenai suatu obyek, orang atau lembaga. 2.3.4.2 Ciri – Ciri Pembentuk Citra Ciri-ciri produk atau jasa yang membentuk suatu citra berkaitan dengan unsur-unsur kegiatan pemasaran. Ciri-ciri pembentuk citra yang sering bersinggungan dengan kegiatan pemasaran, misalnya, merek, desain produk atau jasa, pelayanan, label dan lain sebagainya. Program yang baik dalam suatu perencanaan dalam pengembangan produk atau jasa tidak akan lupa untuk mencantumkan kegiatan perusahaan yang mencakup ciri pembentuk citra untuk produk dan jasa atau perusahaannya. A. Analisis dan Penilaian Citra Dalam menganalisis dan memberikan suatu penilaian terhadap citra yang ada pada perusahaan atau produk digunakan dua metoda yaitu analisis Semantic Differential dan analisis audiens.
1. Analisis Semantic Differential Sebuah alat ukur yang berfokus pada sebuah kata atau konsep pada satu waktu untuk mengukur makna konsep konotatif. Merupakan serangkaian kata
sifat bipolar skala diberikan dan responden diminta untuk menunjukan perasaan pada setiap skala yang berkaitan dengan kata atau konsep 2. Analisis Audiens Teknik dalam menganalisis audiens dan mengembangkan strategi untuk mentargetkan informasi kepada audiens Alasan menggunakan kedua teknik analisis tersebut karena sangat dibutuhkan dalam mengambil langkah dan menentukan strategi dalam menyampaikan informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat
2.3.4.3 Tipografi Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.24 Dikenal pula seni tipografi, yaitu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama. Dalam seni tipografi, pengertian huruf sebagai lambang bunyi bisa diabaikan. Kata begitu penting dalam pesan komunikatif dan membentuk hubungan yang vital antara maksud dari kata-kata dan kata-kata yang terlihat(tipografi).25
2.3.4.4 Suara
24 25
http://id.wikipedia.org/wiki/Tipografi Paul Martin Lester, “Visual Communication”, Thomson Wadsworth, 2003, hal. 125
Voice dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah suara. Kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitudo atau tekanan suara dengan pengukuran dalam desibel.26 Batas suara yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya. Suara di atas 20 kHz disebut ultrasonik dan di bawah 20 Hz disebut infrasonik. Voice ini sebenarnya sama dengan data, tetapi dengan menggunakan suatu cara, bisa diterjemahkan oleh mesin menjadi suara.
2.3.4.5 Warna Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer.27 Warna sebagai unsur visual yang berkaitan dengan bahana yang mendukung keberadaannya ditentukan oleh jenis pigmennya. Kesan yang diterima oleh mata lebih ditentukan oleh cahaya. Permasalahan mendasar dari warna diantaranya adalah hue (spektrum warna), Saturation (nilai kepekatan), dan lightness (nilai cahaya dari gelap ke terang). Ketiga unsur tersebut
26 27
http://www.total.or.id/info.php?kk=voice/jack_febrian/pengantar_informatika http://id.wikipedia.org/wiki/Warna
memiliki nilai 0-100. Hal yang paling menentukan adalah lightness. Jika ia bernilai 0, maka seluruh palet warna akan menjadi hitam (gelap tanpa cahaya), sebaliknya jika lightness bernilai 100, warna akan berubah menjadi putih, alias tidak berwarna karena terlalu silau. Pada nilai 40 hingga 40, kita akan dapat melihat warna-warna dengan jelas.28 Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara 380-780 nanometer. Pengertian fungsi artistik simbolis yang dimaksud dalam penggunaan warna adalah konteks perlambangan yang digunakan oleh masyarakat tertentu. Selain barang yang dinilai itu punya nilai perlambangan, secara visual juga memiliki nilai visual yang indah menurut kaidah-kaidah estetika.29 Dalam peralatan optis, warna bisa pula berarti interpretasi otak terhadap campuran tiga warna primer cahaya: merah, hijau, biru yang digabungkan dalam komposisi tertentu. Misalnya pencampuran 100% merah, 0% hijau, dan 100% biru akan menghasilkan interpretasi warna magenta. Dalam seni rupa, warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Misalnya pencampuran pigmen magenta dan cyan dengan proporsi tepat dan disinari cahaya putih sempurna akan menghasilkan sensasi mirip warna merah. Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai kondisi sosial pengamatnya. Misalnya warna putih akan memberi kesan suci 28
Adi Kusrianto, “Pengantar Desain Komunikasi Visual”, Yogyakarta, CV. ANDI OFFSET , 2007, hal. 31 29 Sulasmi Darmaprawira W.A., “Warna, Teori dan Kreatifitas Penggunaannya”, ITB Bandung, 2002, hal. 153
dan dingin di daerah Barat karena berasosiasi dengan salju. Sementara di kebanyakan negara Timur warna putih memberi kesan kematian dan sangat menakutkan karena berasosiasi dengan kain kafan (meskipun secara teoritis sebenarnya putih bukanlah warna). Di dalam ilmu warna, hitam dianggap sebagai ketidakhadiran seluruh jenis gelombang warna. Sementara putih dianggap sebagai representasi kehadiran seluruh gelombang warna dengan proporsi seimbang. Secara ilmiah, keduanya bukanlah warna, meskipun bisa dihadirkan dalam bentuk pigmen. 2.3.4.6 Pengelompokan 1. Warna netral, adalah warna-warna yang tidak lagi memiliki kemurnian warna atau dengan kata lain bukan merupakan warna primer maupun sekunder. Warna ini merupakan campuran ketiga komponen warna sekaligus, tetapi tidak dalam komposisi tepat sama. 2. Warna kontras, adalah warna yang berkesan berlawanan satu dengan lainnya.
Warna
kontras
bisa
didapatkan
dari
warna
yang
berseberangan (memotong titik tengah segitiga) terdiri atas warna primer dan warna sekunder. Tetapi tidak menutup kemungkinan pula membentuk kontras warna dengan menolah nilai ataupun kemurnian warna. Contoh warna kontras adalah merah dengan hijau, kuning dengan ungu dan biru dengan jingga. 3. Warna panas, adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. Warna ini menjadi simbol, riang, semangat, marah dsb. Warna panas mengesankan jarak yang dekat.
4. Warna dingin, adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari hijau hingga ungu. Warna ini menjadi simbol kelembutan, sejuk, nyaman dsb. Warna sejuk mengesankan jarak yang jauh. 2.3.4.7 Istilah lain dari warna Nilai warna, ditentukan oleh tingkat kecerahan maupun kesuraman warna. Nilai ini dipengaruhi oleh penambahan putih ataupun hitam. Di dalam sistem RGB, nilai ini ditentukan oleh penambahan komponen merah, biru, dan hijau dalam komposisi yang tepat sama walaupun tidak harus penuh seratus persen.30
30
http://id.wikipedia.org/wiki/Warna
Gambar 2.1 Color wheel
2.3.4.8 Desain Grafis Desain
grafis
adalah
suatu
bentuk
komunikasi
visual
yang
menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam desain grafis, teks juga dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan. Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan fine art. Seperti jenis desain lainnya, desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metoda merancang, produk yang dihasilkan (rancangan), atau pun disiplin ilmu yang digunakan (desain). Seni desain grafis mencakup kemampuan kognitif dan keterampilan visual, termasuk di dalamnya tipografi, ilustrasi, fotografi, pengolahan gambar, dan tata letak.31 Desain grafis adalah seni dan kerajinan membawa struktur terorganisir ke grup elemen yang beragam, baik secara lisan dan visual. Desain grafis biasanya pemikiran berkenaan dengan media cetak, tetapi karena penyebaran aplikasi disain untuk semua media, artinya telah diperluas untuk mencakup penggunaan katakata, gambar, dan bahkan suara dalam film, ditelevisi dan melalui komputer.32 2.4 Pra Produksi Film Dokumenter 2.4.1 Konsep Audio Visual Pengertian Media Komunikasi dan Audio-Visual Media berarti wadah atau sarana. Dalam bidang komunikasi, istilah media yang sering kita sebut
31 32
http://id.wikipedia.org/wiki/Desain_grafis Paul Martin Lester, “Visual Communication”, Thomson Wadsworth, 2003, hal. 151
sebenarnya adalah penyebutan singkat dari media komunikasi.33 Media komunikasi sangat berperan dalam mempengaruhi perubahan masyarakat. Televisi dan radio adalah contoh media yang paling sukses menjadi pendorong perubahan. Audio-visual visual juga dapat menjadi media komunikasi. Penyebutan audio-visual visual sebenarnya mengacu ppada ada indra yang menjadi sasaran dari media tersebut. Media audiovisual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak sasaran (penonton). Produk audio-visual audio visual dapat menjadi media dokumentasi dan dapat juga menjadi media komunikasi. Sebagai media dokumentasi mentasi tujuan yang lebih utama adalah mendapatkan fakta dari suatu peristiwa. Sedangkan sebagai media komunikasi, sebuah produk audio-visual audio melibatkan lebih banyak elemen media dan lebih membutuhkan perencanaan agar
dapat
mengkomunikasikan
sesuatu.
Film
cerita,
iklan,
media
pembelajaran adalah contoh media audio-visual audio visual yang lebih menonjolkan fungsi komunikasi. Media dokumentasi sering menjadi salah satu elemen dari media komunikasi. Karena melibatkan banyak elemen media, maka produk audio-visual visual yang diperuntukkan diperuntukkan sebagai media komunikasi kini sering disebut
sebagai
sarana
multimedia.
Tabel 2.1
33
http://tips-mempercepat-komputerku.blogspot.com/2008/07/pengertian komputerku.blogspot.com/2008/07/pengertian-media-komunikasi komunikasi-danaudio.html/rusli_febrian/pengertian /rusli_febrian/pengertian-media-komunikasi-dan-media
Pada masyarakat yang masih terbelakang (belum berbudaya baca-tulis) elemen-elemen multimedia tidak seluruhnya secara optimal menunjang komunikasi. Masyarakat terbelakang hanya mengenal gambar dan suara. Pada masyarakat modern seluruh elemen multimedia menjadi sangat vital dalam membangun kesatuan dan memperkaya informasi. Suara, teks, gambar statis, animasi dan video harus diperhitungkan sedemikian rupa penampilannya, sehingga dapat menyajikan informasi yang sesuai dengan ciri khas masyarakat modern yakni efektif dan efisien. Untuk kepentingan efektifitas dan efisiensi inilah kemudian muncul istilah multimedia yang bersifat infotainment (informatif sekaligus menghibur) dan multilayer (beberapa lapis tampil pada saat yang sama). Saat menyaksikan tayangan TV masyarakat telah terbiasa melihat sinetron sambil mencermati tambahan berita dalam bentuk teks yang bergerak di bagian bawah layar TV, dan sesekali melirik logo perusahaan TV di pojok atas.
2.4.2. Media Film Dokumenter Untuk efisiensi biaya yang harus dikeluarkan, pemilihan media dalam film dokumenter dilakukan dengan mengukur dan menganalisis kesempatan untuk melihat format dan isi pesan , akibat yang ditimbulkan dan kriteria lainnya. Dari sisi ekonomi, orang akan memperhitungkan media sebagai ”tempat bertemunya penjual dan pembeli” atau pasar dalam arti luas. Dan proses jual beli bahkan tawar-menawar dapat dilakukan di media media massa. Bentuk umumnya adalah iklan dan promosi melalui media, dimana slot
tertentu yang disediakan oleh media dibeli oleh pengiklan untuk menayangkan produk yang akan dipasarkannya. Dalam film dokumenter harus ditentukan dulu aspek-aspek yang akan mempengaruhi pemilihan media yang digunakan dalam film dokumenter sebagai berikut : Seleksi Media Jangkauan Tipe Khalayak Ukuran Khalayak Tujuan Komunikasi Waktu Bahasan atau Aturan
Jumlah orang yang memberi perhatian tertentu dalam batas geografis tertentu dan merupakan bagian dari seluruh populasi Profil dari orang yang potensial dan yang memberikan perhatian tertentu, seperti nilai, gaya hidup, dll. Seberapa banyak orang yang terhubung Apa yang dapat dicapai dan respon apa yang dibutuhkan? Skala waktu untuk respon yang dikehendaki, hubungan dengan penggunaan media lain, dan sebagainya Pengaturan untuk mencegah masuknya produk-produk atau halhal tertentu dari media tertentu
Sumber: Varey, Richard, (2003) Tabel 2.2 Setelah itu dilihat jenis media mana yang akan digunakan berdasarkan penghitungan alasan positif dan negatif dari penggunaannya dalam film dokumenter. Tabel Karakteristik Media atau Saluran TV
Radio
Film Banner
Media
Alasan Positif Penggunaaan Penglihatan, suara dan pergerakan terlihat nyata; repetisi (pengulangan); mencakup daerah tertentu; menghibur; memberi kredibilitas tertentu atas produk
Alasan Negatif Penggunaan Selektivitas kurang; hal-hal detail sering terabaikan; ramai/kacau balau; relatif mahal; waktu yang lama; ketatnya pengaturan isi pesan; khalayak tersebar secara renggang dan ter-fregmentasi (menghasilkan saluran-saluran baru); tidak fleksibel Tidak ada isi visual; sementara, tidak lama; sering digunakan sebagai latar belakang, perhatiannya rendah; khalayaknya sedikit; kurang istimewa
Dapat digunakan secara luas; aktif; target lokal; target berdasarkan pembagian waktu-waktu tertentu; relatif murah; adanya intimacy; menimbulkan kedekatan dan terjadi segera; berdasarkan topik tertentu; dapat mengikutsertakan pen-dengar Akibatnya besar; mengikat Mahal, terutama pembuatankhalayak nya; kurang detail Keberadaannya murah; aktif; Bukan ruang lingkup nasional;
pesan dapat berupa animasi, suara dan warna untuk menarik perhatian; penyediaan infor-masi yang serba cepat; dapat digunakan sebagai fasilitas dalam penjualan
Sumber: Varey, Richard, (2003)
aksesnya terbatas dan tidak relevan untuk barang yang merusak dan yang membutuhkan dan yang membutuhkan sensasi ter-tentu seperti parfum dan makanan
Tabel 2.3
2.5 Produksi (Cara Memproduksi Film Dokumenter) 2.5.1 Sudut Pengambilan Gambar (Camera Angle)
Camera Angle diterjemahkan sebagai teknis pengambilan gambar dari sudut pandang tertentu untuk mengekspose adegan. Menentukan camera angle tidaklah semudah menata interior ruangan, lebih dari itu menentukan angle ini perlu digambarkan kemungkinan dan effect tampilan gambar yang dihasilkan dengan menggunakan peta ruang produksi tampak atas atau biasa disebut floor plan. Termasuk didalamnya menentukan dimana blocking dan pergerakan kamera pada derajat ketinggian seberapa, kemudian menetapkan letak tata lampu pendukung adegan, disesuaikan pula dengan konstruksi set artistik dan blocking artis. Berikut ini beberapa camera angle yang dikelompokan dalam level yang sama. 1. Bird Eye View Teknik ini mengambil gambar dengan ketinggian kamera diatas ketinggian objek yang direkam. Hasil perekaman teknik ini memperlihatkan lingkungan yang demikian luas dengan benda-benda lain tampak di bawah demikian kecil dan berserakan.
2. High Angle Sudut pengambilan gambar dari atas objek sehingga kesan objek menjadi kecil. Selain itu teknik pengambilan gambar ini mempunyai kesan dramatis, yakni nilai ”kerdil.” 3. Low Angle Sudut pengambilan gambar dari bawah objek sehingga kesan objek jadi membesar. Sama seperti high angle, low angle juga memperlihatkan kesan dramatis, yakni prominence (keagungan) 4. Eye Level Sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek. Eye level ini memang tidak memberikan kesan dramatis, karena dalam kondisi shot yang biasa-biasa saja. Hasilnya dapat memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang yang berdiri atau pandangan mata seseorang yang mempunyai ketinggian tubuh yang sama dengan objek. 5. Frog Eye View Sudut pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dengan ketinggian kamera sejajar dasar (alas) kedudukan objek atau dengan ketinggian yang lebih rendah dari dasar (alas) kedudukan objek. Dengan teknik ini dihasilkan satu pandangan objek yang sangat besar, mengerikan dan penuh misteri.
2.5.2 Pergerakan Kamera Pergerakan kamera adalah istilah untuk memudahkan komunikasi kepada operator kamera bagaimana menyebut arah gerak kamera yang dimaksudkan. Disebut pergerakan kamera maksudnya perangkat kamera ini berubah posisi dalam proses pengambilan gambar. Ada beberapa pergerakan antara lain:
1. Panning Gerakan kamera menyamping secara mendatar horizontal kearah kiri maupun kanan. Dikatakan pan right jika pergerakannya menyamping ke kanan dan pan left jika pergerakannya menyamping ke kiri. 2. Tilting Gerakan kamera secara vertikal ke arah atas atau bawah, namun secara prinsip masih sama dengan panning, kamera masih berada pada tripodnya. Disebut tilt up apabila kamera bergerak ke atas, dan disebut tilt down jika kamera bergerak ke bawah. 3. Tracking Gerakan tracking kamera biasanya menggunakan alat yang disebut dolly (sebuah alat yang digunakan sebagai penyanggah tripod kamera dan bergerak diatas rel). 4. Crane
Gerakan kamera meninggi atau merendah dari dasar pijakan objek, untuk membantu pergerakan kamera secara optimal yang tidak mungkin dilakukan oleh kamera operator dengan hand held, dolly maupun jimmy jip. 5. Following Secara prinsip hampir sama dengan tracking, namun pada prakteknya pergerakan kamera ini lebih moveable artinya kamera secara aktif bergerak mengikuti kemanapun talent bergerak.
2.6 Pasca Produksi 2.6.1 Proses Editing Kita bisa mengombinasikan format film dan video untuk mencapai hasil yang kita inginkan. Setiap format membutuhkan perlakuaan yang berbeda, termasuk pada proses editing. Boleh jadi kita perlu untuk mentransfer exposed film kita ke bentuk Betacam atau VHS (proses ini dikenal sebagai telecina).34 Begitu keputusan soal format ini sudah disepakati, maka kita bisa mulai memesan tempat editing sesuai dengan format yang kita pilih.
Gambar 2.2 Bagan format shooting,editing dan penayangan
34
Heru Effendy, Mari Membuat Film, Konfiden, 2002, h. 112
Bila kita memilih konfigurasi film-film-film, artinya kita harus menyiapkan kamera film (16 mm atau 35 mm) dan perlengkapannya, memesan tempat editing film, dan menyiapkan tempat penayangan dan proyektor film. Bila anda memilih konfigurasi film-vidio-film, maka anda menyiapkan pula kamera film, memesan tempat editing untuk video, dan tempat-tempat penayangan dengan proyektor film (misal bioskop)
2.6.2 Memilih Tempat Editing Editor lazimnya mengenal berbagai tempat editing (studio editing), masing-masing dengan teknologi dan suasana berbeda. Cari informasi sebanyakbanyaknya tentang fasilitas yang bisa disediakan oleh sejumlah tempat editing berikut biayanya. Mintalah mengirim penawaran tertulis sebagai bahan pertimbangan kita untuk memilih. Berdiskusi dengan sutradara dan editor kita untuk menentukan tempat terbaik untuk mengedit film kita. Ini penting karena tempat editing bisa jadi kantor kedua kita. Karma kita akan kerap menhabiskan waktu ditempat editing, binalah hubungan baik dengan semua orang ditempat ini. Banyak hal yang tak terduga bisa terjadi di masa pasca produksi, hubungan baik dengan pihak tempat editing bisa membantu kita mencari jalan keluar.
2.6.3 Jalur Distribusi Tahap selanjutnya setelah editing yaitu pendistribusian media, yang merupakan salah satu proses dalam tahap pasca produksi. Pendistribusian media ini akan dilakukan di wilayah – wilayah akademis dalam hal ini sekolah sekolah
yang sederajat SMU. Karena sasaran dari film dokumenter ini adalah anak – anak muda, mereka adalah generasi penerus bangsa. Dengan adanya film documenter ini diharapkan mereka para generasi muda dapat membuka mata mereka dan membangkitkan gairah dan semangat mereka untuk bekerja keras. Pendistribusian media akan dilakukan di wilayah DKI jakarta, karena DKI Jakarta merupkan ibu kota negara Indonesia dan merupakan pusat aktivitas masyarakat juga tujuan migrasi dari wilayah. Jakarta, 3/12/2009 (Kominfo-Newsroom) – Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di DKI Jakarta hingga Agustus 2009 mencapai 580.510 orang atau 12,16 persen, sehingga mengalami penambahan 0,01 persen dibanding TPT pada Agustus 2008 yang mencapai 569.340 orang atau 12,15 persen.35 Penurunan TPT itu hampir terjadi di seluruh wilayah DKI Jakarta, kecuali di Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Kepulauan Seribu, demikian Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta Agus Suherman menjelaskan di Jakarta, Rabu )2/12) Menurut Agus Suherman, kenaikan tingkat pengangguran terbesar terjadi di Jakarta Timur dan Jakarta Pusat, sedangkan penambahan TPT terbesar ada di wilayah Jakarta Selatan. “Namun, jika ditotal pengangguran di DKI Jakarta mengalami penambahan, walaupun sangat tipis sekali, hanya 0,01 persen,” katamya. Tingkat pendidikan yang paling banyak menyumbangkan angka pengangguran yaitu lulusan siswa menengah kejuruan (SMK) dan yang paling
35
Depkominfo-tingkat-pengangguran-di-jakarta-meningkat-tipis
kecil lulusan Diploma I-III, III, dengan rincian TPT dari lulusan SMK 156.390 orang, lulusan usan SMU 146.198 orang, lulusan SMP 86.866 orang, lulusan SD 75.203 orang, lulusan universitas (S1-S3) (S1 S3) 73.417 orang, dan lulusan diploma (DI-DIII) (DI 31.266 orang
Jumlah Penduduk Jakarta Sumber/ Source SP: (1975, 1980, 1995, 2000) dan supas (2005, 2009)36
Tabel 2.4
36
datastatistik-indonesia _tabel
BAB III STRATEGI DAN KONSEP
3.1 Strategi Komunikasi Pembuatan karya audio visual berupa film dokumenter ini memiliki efek penyampaian pesan komunikasi tersendiri yang diharapkan mampu dimengerti dan diterima oleh penonton yang menjadi target sasaran. Penulis menggunakan tokoh Dedy dan Bapak Gufroni Sakaril karena beliau merupakan seorang tokoh yang mempunyai kecacatan fisik namun memiliki cita-cita dan semangat yang tinggi. Pada film dokumenter ini penulis mengangkat sebuah kisah nyata seorang Dedi Junaedi yang merupakan penyandang cacat dan tuna rungu yang memiliki citacita menjadi seorang polisi, namun sadar akan kekurangan fisiknya Dedi hanya mampu menjadi seorang ”polisi cepek” yang mengatur lalu lintas di daerah Larangan Jakarta Selatan. Ketekunannya membantu kelancaran lalu lintas membuahkan hasil karena Dedi diberikan sebuah penghargaan, menjadi staff kepolisian bahkan diberikan seragam lengkap. Dan disisi lain Bapak Gufroni Sakaril juga memiliki kecacatan fisik, tapi dia mampu menjadi seseorang yang sukses dalam kehidupan yang dia jalani. Dia adalah seorang dosen dan dalam waktu yang sama dia juga merupakan seorang kepala Humas stasiun televisi swasta. Hal ini tentu membawa kebanggaan tersendiri bagi seorang Dedi Junaedi dan juga Bapak Gufron. Penulis mengharapkan film dokumenter yang dibuatnya dapat menjadi panutan dan inspirasi bagi kaum muda Indonesia khususnya di Kota besar seperti Jakarta untuk mampu memperjuangkan cita-cita mereka dan tidak mudah menyerah dalam menjalani hidup.
3.1.1 SEGMENTASI Yang menjadi target audience dalam hal ini antara lain: a. Demografi Segmentasi ini ditujukan kepada Pria/Wanita dengan tingkat ekonomi yang berada pada kalangan menengah kebawah dan menengah keatas. Seluruh masyarakat menengah kebawah maupun masyarakat keatas harus mengetahui cerita film tersebut. Karena didalam cerita ini terdapat banyak beberapa jalan cerita yang menceritakan tentang betapa berharganya sebuah citacita yang kita miliki.
b. Geografi DKI Jakarta. Sehubungan dengan kisah yang digunakan dalam cerita ini, maka dilihat dari kelompok para remaja putra maupun putri dimana mereka adalah sebagai generasi muda penerus bangsa. Penulis atau sutradara membuat film ini mencoba mencari masyarakat kota Jakarta saja karna pusat mobilitas dan sumber lapangan pekerjaan berpusat di ibu kota negara ini. agar memberi motivasi kepada semua masyarakat diseluruh daerah propinsi di indonesia agar semua masyarakatnya menjadi lebih baik dalam memperjuangkan cita-cita dan impian dalam membangun bangsa.
c. Psikografi Segmen psikografis adalah umur 16-20 tahun yang telah memiliki kedewasaan fisik dan psikologi yang telah mampu mengolah nalar dan mencerna imajinasi ke dalam bentuk nyata. Banyak pertimbangan dalam pemikiran dan pemilihan akan sesuatu. Telah mampu mencerna jalan cerita yang kompleks dan
psikologis mempunyai kecenderungan menyukai akan sesuatu yang spesifik dan sudah mempunyai kelompok-kelompok tersendiri seperti mempunyai cerita fantasi dan lain-lain. Penggunaan media film dokumenter untuk menuturkan cerita yang menggabungkan antara visual dan audio dengan bentuk visual secara nyata dan penambahan efek-efek visual digital maupun manual untuk lebih mendramatisir cerita agar lebih menarik untuk dilihat. Dalam usia tersebut masyarakat dapat memahami dan menangkap isi dalam cerita tersebut, bahwa pentingnya sebuah cita-cita dalam kehidupan kita..
3.1.2 Judul Film Judul film dokumter ini adalah “Kesuksesan Dibalik Ketidaksempurnaan”. Mengangkat judul tersebut dikarenakan sesuai dengan motivasi dan semangat si tokoh dalam film tersebut dalam mencapai cita-cita. 3.2 Tujuan Komunikasi Pembuatan film dokumenter ini memiliki tujuan komunikasinya tersendiri, yaitu penulis berharap pesan yang terdapat dalam film dokumenter ini dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat dan mampu menjadi inspirasi, serta memotivasi hidup mereka. Maka dari itu diharapkan dengan film dokumenter ini pengenalan profesi tokoh dalam film ini dapat tersampaikan dengan baik kepada seluruh masyarakat yang menjadi target audience. Karna film dokumenter dapat menyampaikan masalah ini secara informatif, edukatif, emosional.
3.2.1 Pesan Utama Atau Tema Dasar Komunikasi
Profesi tokoh dalam film dokumenter ini mengisahkan tentang kehidupan seseorang yang memiliki kekurangan namun dia terus berusaha menggapai impiannya, dengan semangat yang gigih dan perjuangan yang keras, walaupun ternyata impian yang dia harapkan tidak menjadi kenyataan dan disisi lain berusaha dengan kemampuan yang dia memiliki namun dia mampu menggapai kesuksesan yang tergolong luar biasa. Kenyataan tersebut yang adalah sebagian dari kehidupan yang ada saat ini ditengah-tengah masyarakat, dan kita seperti tidak peduli akan kehadiran mereka, bahkan cenderung meremehkannya.
3.3 Strategi Kreatif Setelah dilakukan penyusunan strategi komunikasi maka akan dilakukan penerapannya kedalam film dokumenter. Adapun uraian pendekatan strategi kreatif yang akan dilakukan demi tercapainya tujuan komunikasi diatas adalah:
3.3.1 Strategi Audio Elemen audio yang dipergunakan dalam pembuatan film dokumenter ini adalah dengan menggunakan efek suara dan dubbing.
3.3.2 Strategi Visual Konsep yang digunakan dalam pembuatan film dokumenter ini adalah dramatik story, dengan menggunakan warna-warna desaturasi yang memberikan kesan dramatis. Informasi yang disampaikan berupa sebuah cerita kehidupan seharihari seseorang yang memiliki keadaan fisik yang kurang normal, dengan semangat tinggi dalam menjalani sebuah kehidupan yang ia jalani.
Pembuatan film dokumenter ini juga sangat dipengaruhi oleh kamampuan editing yang baik. Karena tanpa kemampuan tersebut informasi yang akan disampaikan sulit untuk dicerna oleh masyarakat dan sulit untuk mempengaruhi emosi masyarakat. Kemudian menggunakan teknik pengambilan gambar dan pengeditan gambar yang sempurna, agar dalam tayangan film tersebut audiens dapat memahami dan mencerna isi dalam cerita film tersebut. Kategori film dokumenter yang digunakan adalah direct cinema, yaitu sebuah film yang berdasarkan sebuah kisah nyata dan direkontruksi, namun diambil dari tempat yang berhubungan langsung dengan kejadian yang diangkat ke dalam film tersebut. Memasukkan ke dalam kategori tersebut karena visual yang diambil merupakan kisah nyata dan diambil secara langsung tanpa skenario dan rekontruksi keadaan yang sebenarnya. 3.3.3 Audio Visual Unsur-unsur desain yang dipilih dalam pembuatan film dokumenter “memotivasi masyarakat usia produktif dalam mencapai cita-cita” adalah sebagai berikut: 1. skema atau keluarga warm color, karena disesuaikan dengan karakter tokoh yang menjadi objek pembahasan dalam film. 2. tipografi serif untuk penulisan teks dan judul untuk menonjolkan kekuatan, sifat klasik namun sekaligus modern 3. sinematografi yang bersifat pelan untuk memberi kesan lebih mendramatisir dan keras dan kerasnya hidup sang tokoh.
4. audio dan musik lebih mengandalkan dengan suasana gitar akustik, untuk merasakan kesan sederhana nemun tetap memiliki emosi yang mendalam.
3.3.4 Strategi Desain 1. film documenter, yg terdiri dari pre-opening, title, opening, background story, main story, closing dan credit title Ukuran
: 720 x 576 PAL
Durasi
:
2. cover dvd 3. cakram/label dvd 4. storyboard 5. storyline 6. stiker 7. poster promosi film, ukuran : 42 x 59 8. kaos 9. x-banner 10. flye 3.3.4.1 Tipography Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.37
37
http://id.wikipedia.org/wiki/Tipografi
Dikenal pula seni tipografi, yaitu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama. Dalam seni tipografi, pengertian huruf sebagai lambang bunyi bisa diabaikan. Dan tipografi yang akan digunakan dalam film dokumenter itu adalah :
Citra Helvetica yang kadung melekat pada otoritas membuatnya seolah menawarkan kenyamanan dan stabilitas, itulah pesan tidak langsung yang dipersepsikan pada font ini. Selain itu Helvetica, jaga memiliki tampilan yang bersih dan tidak neko-neko.38 Awalnya Helvetica diciptakan di tahun 1957 oleh desainer Swiss bernama Max Miedenger dan dikenal sebagai Neue Haas Grotesk. Ia menciptakannya dengan menggunakan entah-benda-apa-itu-namanya yang disebut sebagai Akzidenz Grotesk. Kemudian di era 1960-an Neue Haas
38
http://sayapimaji.multiply.com/reviews/item/26/gary_hustwit/hevetica_a_documentary_film
Grotesk diganti dengan plesetan nama Latin untuk Swiss, Helvetia, menjadi Helvetica. 3.3.4.2 Warna Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer.39 Warna yang digunakan dalam film dokumenter ini adalah warna desaturasi, menggunakan warna-warna desaturasi karena warna-warna tersebut memiliki kesan dramatis. Bentuk waran-warna desaturasi adalah warna-warna netral dan warna-warna yang mendekati warna sephia.
3.3.4.3 Ide Cerita a. Sinopsis Jakarta merupakan ibukota Negara dipercaya banyak orang memiliki peluang besar untuk mendapatkan lapangan pekerjaan. Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat diusia produktif tidak memiliki semangat untuk mencapai impian dan cita-citanya. Dari sekian banyak penduduk Jakarta, banyak masyarakat yang memiliki fisik normal namun mereka tidak memiliki semangat dalam menjalani hidup. Di sisi lain ada seseorang yang memiliki ketidaksempurnaan fisik terus berjuang mempertahankan impiannya dan bekerja keras dalam kehidupan yang dijalani.
39
http://id.wikipedia.org/wiki/Warna
Ia tinggal di dalam kesedarhanaan, namun kegigihan dalam menjalani kehidupan sangatlah tinggi. Ketidaksempurnaan fisik bukanlah halangan baginya untuk mengejar impian dan cita-citanya. Dedi
Junaidi
adalah
salah
satu
orang
yang
memiliki
ketidaksempurnaan fisik namun semangat juang dan cita-citanya memberikan kehidupan sempurna karena impian dan cita-cita yang Ia raih terwujud Dedi Junaedi lahir di Jakarta pada tahun 1972. merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Dedi terlahir dalam kondisi fisik yang cacat, dia tidak memiliki kaki yang sempurna. Bahkan sampai menginjak dewasa dia tidak dapat berbicara, hanya bahasa isyarat yang dapat dilakukannya untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya. Dedi tinggal bersama kakak kandungnya yang bernama Pak Nuradi. Sejak kecil Dedi terbiasa hidup mandiri. Makan, minum, berpakaian, dan aktivitas lainnya dilakukannya dengan sendiri tanpa merepotkan orang-orang disekitarnya. Pada usia 15 tahun, Dedi sudah mulai bekerja menjadi tukang parkir dijalan raya Ciledug. Hal ini dilakukannya untuk mendapatkan penghasilan guna membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Dedi bercita-cita menjadi seorang Polisi, sehingga dalam bekerja dia selalu menggunakan seragam polisi. Seragam Polisi tersebut didapat dari seorang anggota Polisi yang merasa kagum akan semangat Dedi dalam menjalani pekerjaan sebagai tukang parkir. Kini usianya menginjak 35 tahun, berarti selama 20 tahun dia berprofesi menjadi tukang parkir. Setiap harinya mulai pukul 07.00 pagi Dedi sudah bersiap-siap dijalan raya untuk menertibkan laulintas. Profesi ini dia jalani dengan tekun, tak kenal lelah dan sabar walaupun kondisi fisik kurang sempurna. Penghasilan yang didapat mulai dari Rp.100-Rp.1000/kendaraan. Itupun kadang-kadang, karena tidak semua pengendara melintas memberi uang terhadapnya. Namun Tuhan Yang Maha Esa telah mengatur rezeki setiap mahluk-Nya, sehingga
penghasilan Dedi jika dikumpulkan setiap harinya bisa mencapai Rp.20.000-Rp.30.000. Dedi sudah dikenal orang banyak, karena perjuangannya dalam membantu mengatur lalulintas. Sehingga Dedi sering disebut juga sebagai ”Polisi Cepe”, karena berseragam polisi dan mendapatkan uang cepe dalam mengatur lalulintas. Selain mengatur lalulintas dijalan raya Ciledug, Dedi juga menjadi tukang parkir di Apotik Taman Asri Ciledug. Hal ini dilakukannya setelah mengatur lalulintas di jalan raya Ciledug pada pagi dan sore hari. Walau dengan berjalan secara perlahan-lahan menuju tempat bekerja, Dedi tetap semangat dalam membantu menertibkan lalulintas. Dia dikenal sebagai sosok yang ramah, tegas, dan sabar. Orang-orang disekelilingnya menghormati Dedi karena sifatnya yang baik tersebut. Tepat pukul 21.00, Dedi mengakhiri pekerjaannya. Penghasilan yang didapat dihitungnya dan dia bergegas pulang menuju rumah untuk beristirahat serta memberi uang hasil bekerja untuk keluarganya. Selain Dedi Junaidi ada juga yang memiliki ketidaksempurnaan fisik tetapi tetap semangat dalam menjalani hidup. Pak Gufroni Sakaril juga memiliki kondisi fisik yang kurang sempurna seperti Dedi Junaidi.
Beliau
mampu
menjadi
orang
yang
sukses
dalam
kehidupannya karena Ia sangat mengutamakan pendidikan. Pria kelahiran sragen 22 februari 1966 ini memulai aktifitas dari pukul 08.00 pagi. Setiap hari senin sampai jum’at dia bekerja di salah satu stasiun TV swasta di Jakarta sebagai kepala humas, selama 12 tahun ia bekerja. Selain itu pada hari sabtu dan minggunya beliau juga mengajar di salah satu perguruan tinggi swasta dijakarta, Selama sembilan tahun ia mengajar. Beliau sangat cerdas dan energik dalam memberikan materinya. Walaupun memiliki fisik yang kurang Pak Gufroni Sakaril tetap semangat dalam meraih cita-cita. b. Treatment
Dedi terlahir dalam kondisi fisik yang cacat, dia tidak memiliki kaki yang sempurna. Bahkan sampai menginjak dewasa dia tidak dapat berbicara, hanya bahasa isyarat yang dapat dilakukannya untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya. Dalam usianya yang ke 35 tahun, selama 20 tahun dia berprofesi menjadi tukang parkir. Setiap harinya mulai pukul 07.00 pagi Dedi sudah bersiap-siap dijalan raya untuk menertibkan lalulintas. Penghasilan yang didapat mulai dari Rp.100-Rp.1000/kendaraan. Itupun kadang-kadang, karena tidak semua pengendara melintas memberi uang terhadapnya. Namun Tuhan Yang Maha Esa telah mengatur rezeki setiap mahluk-Nya, sehingga penghasilan Dedi jika dikumpulkan setiap harinya bisa mencapai Rp.20.000-Rp.30.000. Dedi sudah dikenal orang banyak, karena perjuangannya dalam membantu mengatur lalulintas. Sehingga Dedi sering disebut juga sebagai ”Polisi Cepe”, karena berseragam polisi dan mendapatkan uang cepe dalam mengatur lalulintas. Selain mengatur lalulintas dijalan raya Ciledug, Dedi juga menjadi tukang parkir di Apotik Taman Asri Ciledug. Hal ini dilakukannya setelah mengatur lalulintas di jalan raya Ciledug pada pagi dan sore hari. Tepat pukul 21.00, Dedi mengakhiri pekerjaannya. Penghasilan yang didapat dihitungnya dan dia bergegas pulang menuju rumah untuk beristirahat serta memberi uang hasil bekerja untuk keluarganya. Selain Dedi Junaidi ada juga yang memiliki ketidaksempurnaan fisik tetapi tetap semangat dalam menjalani hidup. Pak Gufroni Sakaril namanya, ia juga memiliki kondisi fisik yang kurang sempurna seperti Dedi Junaidi. Beliau mampu menjadi orang yang sukses dalam kehidupannya karena Ia sangat mengutamakan pendidikan. Pria kelahiran sragen 22 februari 1966 ini memulai aktifitas dari pukul 08.00 pagi. Setiap hari senin sampai jum’at dia bekerja di salah satu stasiun TV swasta di Jakarta sebagai kepala humas, selama 12 tahun ia bekerja. Selain itu pada hari sabtu dan minggunya beliau juga mengajar di salah satu perguruan tinggi swasta dijakarta, Selama sembilan tahun ia
mengajar. Beliau sangat cerdas dan energik dalam memberikan materinya. Walaupun memiliki fisik yang kurang Pak Gufroni Sakaril tetap semangat dalam meraih cita-cita.
3.3.5 Strategi Media Startegi media adalah taktik dalam menentukan media yang tepat yang akan digunakan dalam melakukan sebuah penyampaian informasi. Dan di sini strategi media yang akan digunakan menggunakan media audio visual yaitu film dokumenter karena media audio visual adalah media yang membutuhkan dua panca indra dalam berkomunikasi sehingga memungkinkan untuk lebih mudah di mengerti oleh remaja. Media audio visual yang digunakan berbentuk kepingan CD atau biasa kita sebut DVD. Menggunakan media ini karena selain mengandung unsur audio visual, permasalahan yang diangkat lebih mudah disampaikan dengan adanya unsur verbal dan non-verbal yang disampaikan dalam film tersebut. Selain itu dengan menggunakan media tersebut, audience dapat melihat sebuah realita kehidupan yang ingin penulis sampaikan mengenai sebuah harapan dan cita-cita.
3.3.6 Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah pengambilan keputusan-keputusan tentang biaya pemasaran, alokasi pemasaran dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang diharapkan dan kondisi persaingan. Distribusi DVD ini dilakukan disekolah-sekolah, perpustakaan karena sebagai pedoman pendukung pembelajaran pada setiap siswa – siswi disekolah tersebut dan agar dalam menyaksikan film tersebut para siswa maupun siswi dapat menghormati cita cita mereka, sehingga termotivasi untuk menggapai cita-cita mereka.. Pada tempat-tempat tersebut diharapkan akan dapat sering terjadi perubahan oleh para pecinta film khususnya oleh audience yang telah menyaksikan film dokumenter yang berjudul ”Kesuksesan Dibalik Ketidaksempurnaan” yang akan dipublikasikan ketika dalam masa-masa kelulusan siswa-siswi sekolah.
BAB IV TEKNIK PENGERJAAN
4.1
Langkah Pengerjaan Dalam pembuatan film dokumenter ini, banyak tahapan yang dilalui oleh
penulis.. Pertama-tama penulis mempersiapkan konsep atau ide cerita dari film yang ingin dibuat. Lalu melakukan survei lokasi dan pencarian orang-orang sebagai objek dalam konsep cerita dalam film yang ingin diproduksi. Setelah itu penulis menyusun jadwal untuk melakukan proses shooting. Sebelum semua persiapan pra produksi, penulis memulai pembuatan story board untuk setiap scene atau adegan peradegan untuk mempermudah penulis dalam melakukan proses pengambilan gambar. Setelah pembuatan story board selesai, dilakukan proses shooting pada hari yang sudah ditentukan sebelumnya. Proses shooting berjalan selama beberapa hari sesuai dengan yang direncanakan. Setelah proses pengambilan gambar selesai dilakukan, penulis melanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu melakukan proses capture atau mentransfer gambar yang berada dalam kaset handycam ke komputer. Proses ini dilakukan untuk mempermudah penulis dalam melakukan proses pengeditan gambar yang diinginkan dan setelah itu baru memulai pengeditan.
4.2
Konsep Visual Dalam proses perancangan film menggunakan konsep visual yang mengacu
pada bentuk-bentuk dasar yang dipakai didalam dunia film dokumenter. Tetapi perwujudan ke dalam bahasa visual film dengan penyederhanaan yang disesuaikan dengan kondisi pada suatu waktu tertentu yang diambil pada saat itu juga.
4.2.1 Tipografi Tipografi yang dipakai didalam film dokumenter yang berjudul ”Kesuksesan
Dibalik Ketidaksempurnaan” ini terbatas pada judul dan penulisan yang memerlukan penekanan akan keterkaitan dengan film seperti penulisan pada judul film, baik utama maupun akhir film tersebut. Adapun jenis atau bentuk teks yang digunakan adalah Helvetica dan Bickham script pro , menggunakan animation
preset dan teks menggunakan animated in dengan type writer.
4.2.2 Tone / Warna Didalam sebuah film dikenal unsur warna yang berfungsi untuk menambah dramatisasi suatu adegan. Didalam film ini digunakan tone warna asli dan warna desaturasi untuk menjelaskan kejadian dahulu kala, dan ingatan masa lalu serta menggunakan Effect image Old Movie, color balance, dan dengan memblending
multiply dan opacity 80% dan menggunakan transisi deep to black, Disolve serta Swibe. Teknik pewarnaan ini digunakan dengan tidak membuang secara keseluruhan tone warna aslinya dibantu dengan keadaan real
4.3
Konsep Musik Konsep penggunaan musik pendukung yang digunakan dalam film
”Kesuksesan Dibalik Ketidaksempurnaan” ini telah dijelaskan dalam bab sebelumnya diatas. Pada point ini akan dijelaskan bahwa penggunaan musik pendukung selain akan mengubah suasana, adegan mengingat suasana asli suatu adegan akan berbeda dengan yang diinginkan, bisa saja suatu adegan akan terlihat sangat mengharukan apabila diiringi dengan musik tertentu, hal lain adalah bahwa pada saat shooting banyak sekali noise atau gangguan suara yang timbul diluar kontrol seperti suara motor, suara masyarakat sekitar, atau bahkan banyak lagi suara-suara yang lainnya yang ikut melihat atau melewati dalam proses pengambilan gambar, mengingat pengambilan gambar dilakukan ditempat umum. Dengan demikian pemilihan musik haruslah tepat, dalam film dokumenter ini musik yang kami gunakan adalah ”jangan menyerah” yang dipopulerkan oleh group band D’masiv. Kemudian selain lagu jangan menyerah menyerah backsound ”drugs for me” oleh Jimmy eat world, ”bukalah semangat baru” oleh ello, ipang, lala dan Berry Saint Locco ”morning” oleh Toshiro Masuda.
4.4
Teknis Produksi Produksi film ini didahului dengan pencarian data-data pendukung. Data
tersebut diambil dari buku ataupun dari data nara sumber dilokasi tersebut. Setelah data terkumpul proses selanjutnya adalah melakukan breakdown cerita, kemudian tim
produksi memikirkan cerita yang diperbaharui dengan acuan cerita yang belum dibuat.. Setelah cerita dibuat didapat secara keseluruhan, dilakukan breakdown teknis yaitu bagaimana akan dilakukan proses pengambilan gambar agar sesuai dengan efek yang manual yaitu dengan memanipulasi kamera maupun manipulasi digital agar terdapat sinkronisasi dalam pengerjaan post-production dikemudian hari Manipulasi digital melibatkan beberapa software pendukung antara lain:
1. Adobe Premiere Cs 3 Digunakan untuk proses awal capturing digital video (DV) dari pita menjadi data di Hardisk PC selain itu software ini berfungsi untuk editing video yang telah dipindahkan tadi. Di software ini dilakukan pemotongan video yang akan dibutuhkan, membuang potongan video yang tidak dibutuhkan menjadi segmen dengan durasi pendek yang dipisahkan per scene untuk dilakukan proses selanjutnya dan memberi background sound dalam filem dokumenter ini.
Gambar 4.1 2. Adobe After Effect Cs 3 Digunakan untuk menghasilkan scene yang memakai visual efek, dan mempertajam pewarnaan untuk film dokumenter tersebut
Gambar 4.2
3. Adobe photoshop Cs 3
Digunakan untuk memberi bantuan dalam teks yang nantinya akan masuk ke adobe premier
Gambar 4.3
4. Adobe Soundboth
digunakan untuk memotong dan meninggikan kualitas sound sebelum ketahap soft ware adobe premier
Gambar 4.4
5. Xilsoft Video Convorter digunakan untuk mengconfert atau meminimalkan video untuk memperkecil megabith kualitas film agar dapat berubah format menjadi VCD atai DVD
Gambar 4.5
4.5
Jalur Distribusi Penyebaran distribusi diawali dengan penyangan pada televisi dengan jadwal
tayang pada hari biasa maupun hari libur kuliah atau sekolah. Setelah itu akan dilanjutkan jalur distribusi dengan menggunakan format DVD dengan exslusive packaging dan buku panduan yang berisi cerita dan tokoh dalam cerita film tersebut
dengan bonus lainnya berupa merchandise film. Pembuatan film ini dipasarkan apabila fim tersebut dapat diterima oleh seluruh masyarakat dengan alasan untuk lebih memperkuat positioning film dikalangan audience atau penonton. Pemasaran DVD ini dilakukan disekolah-sekolah, perpustakaan karena sebagai pedoman pendukung pembelajaran pada setiap siswa – siswi
disekolah
tersebut dan agar dalam menyaksikan film tersebut para siswa maupun siswi dapat termotivasi dan bersemangat dalam menggapai cita-cita mereka. Melakukan distribusi di sekolah-sekolah karena menurut data statistik indonesia khususnya DKI jakarta tingkat pendidikan yang paling banyak menyumbangkan angka pengangguran yaitu lulusan siswa menengah kejuruan (SMK) dan yang paling kecil lulusan Diploma I-III, dengan rincian TPT dari lulusan SMK 156.390 orang, lulusan SMU 146.198 orang, lulusan SMP 86.866 orang, lulusan SD 75.203 orang, lulusan universitas (S1-S3) 73.417 orang, dan lulusan diploma (DI-DIII) 31.266 orang. Pada tempat-tempat tersebut diharapkan akan dapat sering terjadi perubahan oleh para pecinta film khususnya oleh audience yang telah menyaksikan film dokudrama yang berjudul ”Kesuksesan Dibalik Ketidaksempurnaan” pada masa jadwal
tayang
di
televisi
dan
mengnginkan
mengoleksi
film
tersebut.
Daftar Pustaka
Buku Ardianto, Elvinaro dan Lukiyati Komala Erdinaya. “Komunikasi Massa Suatu
Pengantar”. Penerbit Simbiosa Rekatama Media. Bandung. 2004. Cangara, Hafied.”Pengantar Ilmu Komunikasi”. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. 2004. Deddy Mulyana, “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2004 Djuarsa Sendjaja, Sasa.”Pengantar Ilmu Komunikasi”. Universitas Terbuka. 2003 Depkominfo-tingkat-pengangguran-di-jakarta-meningkat-tipis Datastatistik-indonesia _tabel Erna Ferrinadewi, Merek Dan Psikologi Konsumen, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2008 Effendy, Heru. “Mari Membuat Film”. Konfiden. 2002 Kusrianto, Adi. “Pengantar Desain Komunikasi Visual”. Yogyakarta. CV. ANDI OFFSET . 2007. Morissan. “Jurnalistik TV Mutakhir”. Jakarta. Ramdina Prakarsa. 2004. Paul Martin Lester, “Visual Communication”, Thomson Wadsworth, 2003 Sulasmi Darmaprawira W.A., “Warna, Teori dan Kreatifitas Penggunaannya”, ITB Bandung, 2002
Internet http://www.apakabar.ws/forums/viewtopic.php?f=1&t=11819/filmdokumenter/Robert Flaherty, Moana http://cr3ativ3bri3f.blogspot.com/2009_06_01_archive.html/ramadana/mengenallebih-dalam-dokumenter
http://www.depkominfo.go.id/2009/12/03/tingkat-pengangguran-di-jakartameningkat-tipis/ http://www.datastatistikindonesia.com/compenent/option,com_tabel/kat,1/itemid,165/ http://www.geocities.com/agus_lecturer/skripsi/bab_2.htm/Agus/Skripsi http://id.wikipedia.org/wiki/Desain_grafis http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_visual http://id.wikipedia.org/wiki/Tipografi http://id.wikipedia.org/wiki/Warna http://www.kawanusa.co.id/news-detail.php?id=15/yoga/apa_itu_film_dokumenter http://mianhotmida.multiply.com/journal/item/36/mian/cita_cita http://tips-mempercepat-komputerku.blogspot.com/2008/07/pengertian-mediakomunikasi-dan-audio.html/rusli_febrian/pengertian-media-komunikasi-dan-media http://www.total.or.id/info.php?kk=voice//jack_febrian/pengantar_informatika
Daftar Pustaka
Buku Ardianto, Elvinaro dan Lukiyati Komala Erdinaya. “Komunikasi Massa Suatu
Pengantar”. Penerbit Simbiosa Rekatama Media. Bandung. 2004. Cangara, Hafied.”Pengantar Ilmu Komunikasi”. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. 2004. Deddy Mulyana, “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2004 Djuarsa Sendjaja, Sasa.”Pengantar Ilmu Komunikasi”. Universitas Terbuka. 2003 Depkominfo-tingkat-pengangguran-di-jakarta-meningkat-tipis
Datastatistik-indonesia _tabel Erna Ferrinadewi, Merek Dan Psikologi Konsumen, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2008 Effendy, Heru. “Mari Membuat Film”. Konfiden. 2002 Kusrianto, Adi. “Pengantar Desain Komunikasi Visual”. Yogyakarta. CV. ANDI OFFSET . 2007. Morissan. “Jurnalistik TV Mutakhir”. Jakarta. Ramdina Prakarsa. 2004. Paul Martin Lester, “Visual Communication”, Thomson Wadsworth, 2003 Sulasmi Darmaprawira W.A., “Warna, Teori dan Kreatifitas Penggunaannya”, ITB Bandung, 2002
Internet http://www.apakabar.ws/forums/viewtopic.php?f=1&t=11819/filmdokumenter/Robert Flaherty, Moana http://cr3ativ3bri3f.blogspot.com/2009_06_01_archive.html/ramadana/mengenallebih-dalam-dokumenter http://www.depkominfo.go.id/2009/12/03/tingkat-pengangguran-di-jakartameningkat-tipis/ http://www.datastatistikindonesia.com/compenent/option,com_tabel/kat,1/itemid,165/ http://www.geocities.com/agus_lecturer/skripsi/bab_2.htm/Agus/Skripsi http://id.wikipedia.org/wiki/Desain_grafis http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_visual http://id.wikipedia.org/wiki/Tipografi http://id.wikipedia.org/wiki/Warna http://www.kawanusa.co.id/news-detail.php?id=15/yoga/apa_itu_film_dokumenter http://mianhotmida.multiply.com/journal/item/36/mian/cita_cita
http://tips-mempercepat-komputerku.blogspot.com/2008/07/pengertian-mediakomunikasi-dan-audio.html/rusli_febrian/pengertian-media-komunikasi-dan-media http://www.total.or.id/info.php?kk=voice//jack_febrian/pengantar_informatika
Time Line •
00.00-00.20 = intro
•
00.20-00.23 = Tugu monas
•
00.23-00.26 = Kepadatan gedung-gedung dikota Jakarta
•
00.26-00.30 = Orang-orang yang berlalulalang di kota Jakarta
•
00.30-00.34 = Rumah-rumah kumuh
•
00.34-00.46 = Orang-orang yang sedang nongkrong di jam waktu kerja (pengangguran)
•
00.46-00.58 = Dedi Junaidi saat memakai seragam
•
00.58-02.34 = Perjalanan Dedi Junaidi dari rumah sampai aktivitasnya
•
02.34-04.22 = Aktivitasnya dalam mengatur lalu lintas
•
04.22-04.39 = aktivitas lain Dedi Junaidi selain mengatur lalu lintas ( menjadi tukang parkir di apotik taman asri cileduk) untuk mencari tambahan uang untuk biaya hidupnya
•
04.39-04.46 = Dedi mengakhiri aktifitas dan beristirahat dirumah
•
04.46-04.55 = Foto-foto Dedi saat mengatur lalulintas
•
04.55-04.58 = Dedi Junaidi menutup Buku catatannya
•
04.58-05.04 = -
•
05.04-05.28 = Pengenalan Pak Gufroni Sakaril
•
05.28-05.32 = Perjalanan dari rumah ingin menuju kekantor
•
05.32-05.42 = Aktifitasnya di kantor
•
05.42-05.51 = Tag line pertanyaan untuk memotivasi audience
•
05.51-06.33 = Wawancara
•
06.36-06.46 = Cut away ”pak Gufroni masih terus belajar walaupun impian dan Cita-citanya Sudah terwujud”
•
06.46-06.56 = Wawancara
•
06.56-07.04 = Cut away ”pak Gufroni mengisi seminar/mengajar”
•
07.04-07.19 = Wawancara
•
07.19-07.27 = Cut away ”sedang berdiskusi dengan rekan kantornya”
•
07.27-08.09 = Wawancara
•
08.09-08.12 = Jalan menuju kelas
•
08.12-08.23 = Mengajar sebagai dosen di kelas
•
08.23-08.31 = Berdiskusi/sharing dengan muridnya seusai mengajar
•
08.31-08.56 = mengakhiri aktifitasnya
•
08.56-09.54 = Tag line ”memberi motivasi ke Audience untuk bersemanat dalam impian dan Cita-cita.
Voice over Jakarta merupakan ibukota Negara dipercaya banyak orang memiliki peluang besar untuk mendapatkan lapangan pekerjaan. Pada kenyataannya masih banyak masyarakat diusia produktif tidak memiliki semangat untuk mencapai impian dan cita-citanya. Dari sekian banyak penduduk Jakarta, banyak masyarakat yang memiliki fisik normal namun mereka tidak memiliki semangat dalam menjalani hidup. Di sisi lain ada
seseorang
yang
memiliki
ketidaksempurnaan
fisik
terus
berjuang
mempertahankan impiannya dan bekerja keras dalam kehidupan yang dijalani. Ia tinggal di dalam kesedarhanaan, namun kegigihan dalam menjalani kehidupan sangatlah tinggi. Ketidaksempurnaan fisik bukanlah halangan baginya untuk mengejar impian dan cita-citanya. Dedi Junaidi adalah salah satu orang yang memiliki ketidaksempurnaan fisik namun semangat juang dan cita-citanya memberikan kehidupan sempurna karena impian dan cita-cita yang Ia raih terwujud. Dedi Junaidi lahir di Jakarta pada tahun 1972, Ia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara yang terlahir dalam keadaan fisik kurang sempurna. Hingga menginjak dewasa Ia tidak dapat berbicara selain bahasa isyarat yang digunakan untuk berkomunikasi. Pada usia 15 tahun Dedi junaidi bekerja mengatur lalu lintas di jalan raya Cileduk. Pekerjaan ini dilakukan karena cita-citanya menjadi seorang polisi lalu lintas. Dalam mengatur lalu lintas, Ia selalu mengenakan seragam lengkap polisi yang dihadiahkan kapolsek Cileduk sebagai penghargaan untuk membantu polisi dalam mengatur lalu lintas. Kini usianya menginjak 37 tahun. Maka sudah 22 tahun beliau telah mengabdi untuk mengatur lalu lintas. Setiap harinya pukul 08.00 pagi Ia sudah bersiap menuju jalan raya Cileduk untuk menertibkan lalu lintas. Profesi ini dijalani dengan tekun, tak kenal lelah dan sabar walaupun dengan kondisi fisiknya yang kurang sempurna. Selain mengatur lalu lintas Dedi Junaidi juga menjadi tukang parkir di wilayah Taman Asri Cileduk untuk mencari uang tambahan dalam membantu ekonomi keluarganya. Hal ini dilakukan setelah Ia mengatur lalu lintas di jalan Cileduk raya. Tepat pukul 21.00 WIB Dedi Junaidi mengakhiri pekerjaannya
Selain Dedi Junaidi ada juga yang memiliki ketidaksempurnaan fisik tetapi tetap semangat dalam menjalani hidup. Pak Gufroni Sakaril juga memiliki kondisi fisik yang kurang sempurna seperti Dedi Junaidi. Beliau mampu menjadi orang yang sukses dalam kehidupannya karena Ia sangat mengutamakan pendidikan. Pria kelahiran sragen 22 februari 1966 ini memulai aktifitas dari pukul 08.00 pagi. Setiap hari senin sampai jum’at dia bekerja di salah satu stasiun swasta di Jakarta sebagai kepala humas selama 12 tahun. Selama sembilan tahun beliau juga mengajar di perguruan tinggi swasta pada hari sabtu dan minggu. Beliau sangat cerdas dan energik dalam memberikan materinya. Walaupun memiliki fisik yang kurang Pak Gufroni Sakaril tetap semangat dalam meraih cita-cita
SCRIPT FORMAT TITLE DURATION SCRIPT WRITER PRODUCER SCENE
: : : : :
VIDIO TUGAS AKHIR ( DOKUMENTER ) “MERAIH MIMPI DAN CITA-CITA“ 00:09:54 MOHAMAD FAHRIZZA MOHAMAD FAHRIZZA
VIDIO Establising shots : 1. cut away shot tugu monas 2. cut away shot rumah-rumah kumuh
1
3. cut away shot gedung-gedung bertingkat 4. cut away shot Orang-orang lalulalang 5. cut away shot Pengangguran yang menyia-nyiakan waktunya (nongkrong di pinggir jalan)
3
Footages : Dedi Junaidi saat memakai seragam polisi di kamarnya 1.Memakai baju 2.Memakai Gesper 3.Memakai kaos kaki 4.Memakai topi 5.Lalu berjalan dengan merangkak keluar rumah
AUDIO Theme song: Title : Drugs For Me Song by : D’Masiv V/O : Jakarta merupakan ibukota Negara dipercaya banyak orang memiliki peluang besar untuk mendapatkan lapangan pekerjaan, pada kenyataannya masih banyak masyarakat diusia produktif tidak memiliki semangat untuk mencapai impian dan cita-citanya.
Theme song: Title : Jangan menyerah Song by : D’Masiv
V/O : Dari sekian banyak penduduk Jakarta, banyak masyarakat yang memiliki fisik normal namun mereka tidak memiliki semangat dalam menjalani hidup. Di sisi lain ada seseorang yang memiliki
• • •
REMARKS Rapid cut Low angle Lokasi : Tugu monas
•
Eye angle
•
Bird eye level Low angle Eye angle
•
Sedikit low angle
•
Eye angle
•
Lokasi : Kamar Dedi Junaidi
•
High angle Eye angle
ketidaksempurnaan fisik terus berjuang mempertahankan impiannya dan bekerja keras dalam kehidupan yang dijalani. Ia tinggal di dalam kesedarhanaan, namun kegigihan dalam menjalani kehidupan sangatlah tinggi. Ketidaksempurnaan fisik bukanlah halangan baginya untuk mengejar impian dan cita-citanya.
4
Footages : Memulai perjalanan dari rumah menggunakan kursi roda menuju tempat aktifitasnya
Theme song: Title : Jangan menyerah Song by : D’Masiv V/O : Dedi Junaidi adalah salah satu orang yang memiliki ketidaksempurnaan fisik namun semangat juang dan cita-citanya memberikan kehidupan sempurna karena impian dan cita-cita yang Ia raih terwujud. Dedi Junaidi lahir di Jakarta pada tahun 1972, Ia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara yang terlahir dalam keadaan fisik kurang sempurna. Hingga menginjak dewasa Ia tidak dapat berbicara selain bahasa isyarat yang digunakan untuk berkomunikasi
•
•
Lokasi : Rumah Dedi Junaidi, jalan Gotong-royong High angle Eye angle
5
6
Footages : Turun dari kursi roda dan memulai Aktifitasnya mengatur lalulintas dijalan cileduk raya
Theme song: Title : Jangan menyerah Song by : D’Masiv
Footages : Aktifitas lain mencari uang tambahan menjaga parkiran di apotik taman asri
Theme song: Title : Jangan menyerah Song by : D’Masiv
• •
V/O : Pada usia 15 tahun Dedi junaidi bekerja mengatur lalu lintas di jalan raya Cileduk. Pekerjaan ini dilakukan karena cita-citanya menjadi seorang polisi lalu lintas. Dalam mengatur lalu lintas, Ia selalu mengenakan seragam lengkap polisi yang dihadiahkan kapolsek Cileduk sebagai penghargaan untuk membantu polisi dalam mengatur lalu lintas. Kini usianya menginjak 37 tahun. Maka sudah 22 tahun beliau telah mengabdi untuk mengatur lalu lintas. Setiap harinya pukul 08.00 pagi Ia sudah bersiap menuju jalan raya Cileduk untuk menertibkan lalu lintas. Profesi ini dijalani dengan tekun, tak kenal lelah dan sabar walaupun dengan kondisi fisiknya yang kurang sempurna.
V/O : Selain mengatur lalu lintas Dedi Junaidi juga menjadi tukang parkir di wilayah Taman Asri Cileduk untuk mencari uang tambahan
• •
Lokasi : Jalan raya cileduk High angle Low angle Eye angle
Lokasi : Apotik taman asri Frog eye view Eye angle Low angle
dalam membantu ekonomi keluarganya.
7
8
Footages : Duduk beristirahat dan melepas topinya setelah mengakhiri aktifitasnya
Theme song: Title : Jangan menyerah Song by : D’Masiv
Footages : Foto-foto Dedi Junaidi saat beraktifitas mengatur jalan Raya
Theme song: Title : Jangan menyerah Song by : D’Masiv
Footages : Menutup buku hariannya
Theme song: Title : Jangan menyerah Song by : D’Masiv
9
• •
Lokasi : Jalan Gotongroyong High angle
V/O : none
10
Footages : Memperkenalkan sosok lain yaitu Pak Gufron. Yang samasama memiliki kecacatan fisik namun pak gufron lebih beruntung karna dia memiliki pekerjaan yang layak Pak Gufroni Sakaril dari rumah ingin berangkat kekantor menggunakan mobil
Theme song: Title : Morning Song by : Toshiro Masuda V/O : Selain Dedi Junaidi ada juga yang memiliki ketidaksempurnaan fisik tetapi tetap semangat dalam menjalani hidup. Pak Gufroni Sakaril juga memiliki kondisi fisik yang kurang sempurna seperti Dedi Junaidi.
• •
Lokasi : Rumah Pak Gufroni Sakaril High angle Low angle
11
13
14
Footages : Aktifitas Pak Gufroni Sakaril diruang kerjanya sebagai kepala humas disalah satu stasiun TV swasta di Jakarta
Footages : Tagline pertanyaan untuk memotivasi audience Footages : Wawancara 1.
cut away shot membaca buku
2.
cut away shot wawancara
Theme song: Title : Morning Song by : Toshiro Masuda
•
• V/O : Beliau mampu menjadi orang yang sukses dalam kehidupannya karena Ia sangat mengutamakan pendidikan. Pria kelahiran sragen 22 februari 1966 ini memulai aktifitas dari pukul 08.00 pagi. Setiap hari senin sampai jum’at dia bekerja di salah satu stasiun swasta di Jakarta sebagai kepala humas selama 12 tahun. Theme song: Title : Morning Song by : Toshiro Masuda Theme song: • Title : Morning Song by : Toshiro Masuda
Lokasi : ruang kerja Pak Gufroni Sakaril High angle Low angle Eye angle
Lokasi : ruang tunggu tamu, ruang kerja, ruang kelas
V/O :
•
High angle Low angle Eye angle
•
Lokasi : ruang kelas Mercubuana
3. cut away shot mengisi seminar 4. cut away shot wawancara 5. cut away shot Berdiskusi dengan rekan kerjanya 6. cut away shot wawancara Footages : Aktifitas lain Pak Gufroni Sakaril yaitu
Theme song: Title : Morning
15
16
menjadi seorang dosen disalah satu perguruan tinggi swasta di jakarta Mengajar dimulai dari pukul 08.00-10.30
Footages : Sedang sharing dengan mahasiswanya setelah selesai mengajar
Song by : Toshiro Masuda V/O : Selama sembilan tahun beliau juga mengajar di perguruan tinggi swasta pada hari sabtu dan minggu. Beliau sangat cerdas dan energik dalam memberikan materinya. Walaupun memiliki fisik yang kurang Pak Gufroni Sakaril tetap semangat dalam meraih cita-cita
•
High angle Low angle Eye level
Theme song: Title : Morning Song by : Toshiro Masuda
•
Lokasi : Mercubuana
•
Low angle
•
Lokasi : Parkiran Mercubuana
•
Low angle
V/O:
17
18
Footages : Menuju parkiran dan mengakhiri aktifitasnya Dengan mobilnya
Tag line : Memberi motivasi kepada audience termasuk yang berusia produktif agar mau bekerja keras dalam menggapai citacitanya ’Bukalah semangat baru untuk kehidupan yang lebih baik. Dengan semangat kita akan mampu mewujudkan segala mimpi dan harapan yang ingin kita raih.
Theme song: Title : Morning Song by : Toshiro Masuda
Theme song: Title : Buka Semangat Baru Song by : Ello, Ipang, Berry st Locco & Lala
19
Thanks to.....
Theme song: Title : Buka Semangat Baru Song by : Ello, Ipang, Berry st Locco & Lala
Story Board
Scene
Video Shoot : Low Angle
Audio Theme Song : Title : Drugs For Me
1
Song By : Jimmy Eat World
Description : Mascot Kota Jakarta Shoot : Eye Level
Theme Song : Title : Drugs For Me
2
Song By : Jimmy Eat World
Description : Gedung bertingkat ditengah koka Jakarta
Shoot : Low Angle
Theme Song : Title : Drugs For Me
3
Song By : Jimmy Eat World Description : Orang-orang Yang Lalulalang Diwilayah Kota Jakarta Shoot : Eye Level
Theme Song : Title : Drugs For Me
4
Song By : Jimmy Eat World Description : Kepadatan Rumahrumah Kumuh Diwilayah Jakarta Shoot : Eye Level
Theme Song : Title : Drugs For Me
5
Song By : Jimmy Eat World Description : Pengangguran Yang Menyia-nyiakan Waktunya Dijam Kerja
Shoot : Eye Level
Theme Song : Title : Jangan Menyerah
6
Song By : D’Masiv
Description : Memakai Seragam Shoot : High Angle
Theme Song : Title : Jangan Menyerah
7
Song By : D’Masiv
Description : Perjalanan Memulai aKtifitas Shoot : Low Angle
Theme Song : Title : Jangan Menyerah
8
Song By : D’Masiv
Description : Aktifitas Dalam Mengatur Lalulintas
Shoot : Frog Eye View
Theme Song : Title : Jangan Menyerah
9
Song By : D’Masiv
Description : Aktifitas Lain Mencai Uang Tambahan, Menjaga Parkiran Di Apotik Taman Asri Shoot : Eye Level
Theme Song : Title : Jangan Menyerah
10 Song By : D’Masiv
Description : Menakhri Aktifitasnya, Pulang Kerumah Theme Song :
11
Foto Dedi Junaidi Beraktivitas
Title : Jangan Menyerah
Song By : D’Masiv
Shoot :High Angle
Theme Song : Title : Jangan Menyerah
12
Song By : D’Masiv
Description : The And Shoot : Eye Level
Theme Song : Title : Morning
13
Song By : Toshiro Masuda
Description : Pengenalan Pak Gufroni Sakaril Shoot : High Angle
Theme Song : Title : Morning
14
Song By : Toshiro Masuda
Description : Aktifitas Pak Gufroni Sakaril dari Senin-Jum’at yaitu sebagai Kepala Humas Indosiar
Theme Song : Title : Morning
15
Description: Tag line pertanyaan wawancara Shoot : Eye Level
Song By : Toshiro Masuda Theme Song : Title : Morning
16
Song By : Toshiro Masuda Description : Wawancara Shoot : High Angle
Theme Song : Title : Morning
17
Song By : Toshiro Masuda Description : Cut away Pak Gufroni sedang membaca buku
Shoot : Eye Level
Theme Song : Title : Morning
18
Song By : Toshiro Masuda Description : Wawancara Shoot : Eye Level
Theme Song : Title : Morning
19
Song By : Toshiro Masuda Description : Cut away Mengisi seminar Shoot : Eye Level
Theme Song : Title : Morning
20 Song By : Toshiro Masuda Description : Wawancara
Shoot : High angle
Theme Song : Title : Morning
21 Song By : Toshiro Masuda Description : Berdiskusi dengan rekan kerjanya Shoot : Eye Level
Theme Song : Title : Morning
22
Song By : Toshiro Masuda Description : Wawancara Shoot : Eye Level
Theme Song : Title : Morning
23
Song By : Toshiro Masuda Description : Aktivitas selain menjabat kepala humas yaitu mengajar sebagai Dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di jakarta
Shoot : Low Angle
Theme Song : Title : Morning
24
Song By : Toshiro Masuda Description : Selasai mengajar dan sedang berinteraksi dengan mahasiswanya Shoot : Low Angle
Theme Song : Title : Morning
25
Song By : Toshiro Masuda Description : Mengakhiri aktifitasnya Theme Song : Title : Semangat Baru
26
Description : Tag line memberi motivasi untuk audience
Song By : Ello, Ipang, Berry Saint Locco & Lala
Theme Song : Title : Semangat Baru
27
Description : Thanks to…….
Song By : Ello, Ipang, Berry Saint Locco & Lala
Behind The Scenes
Media Promosi Poster
T-Shirt
Note Book
Cakram CD
Cover CD
Flyer
Stiker
X-Benner
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama penulis adalah Mohamad Fahrizza anak ke terakhir dari lima bersaudara dari keluarga H.Joni Rachman dan Hj.Lailiyah. Lahir di Jakarta tanggal 28 November 1985. Beralamat di Jl. H.Radin No.22 Petukangan Utara. Riwayat pendidikan penulis tamatan SDI Annajah Petukangan Selatan, Jakarta tahun 1991-1997, tamatan Mts Annajah Jakarta tahun 1997-2000, tamatan SMU Kartika X-1 Jakarta tahun 20002003, mahasiswa Universitas Mercu Buana angkatan 2004. Pengalaman penulis dalam dunia fotografi dan desain gafis antara lain : Mendesain buku tahunan sekolah untuk sekolah SMUN 47 jakarta dan SMU Ricci 2 Bintaro.