TUGAS AKHIR Penentuan Lokasi Dan Jumlah Gudang Yang Optimal Dengan Metode Cluster Pada PT. “ X “ Diajukan Guna Melengkapai Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 )
Disusun Oleh : Nama
: Rosita Dwi Ayu Damayanti
Nim
: 41605120081
Program Studi
: Teknik Industri
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Rosita Dwi Ayu Damayanti
N.I.M
: 41605120081
Jurusan
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknologi Industri
Judul Skripsi : Penentuan Lokasi dan Jumlah Gudang Yang Optimal Dengan Metode Cluster Pada PT. X
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata dikemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Mercubuana.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Penulis,
( Rosita Dwi Ayu. D )
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Penentuan Lokasi Dan Jumlah Gudang Yang Optimal Dengan Metode Cluster Pada PT. “ X “
Disusun Oleh : Nama
: Rosita Dwi Ayu Damayanti
NIM
: 41605120081
Jurusan
: Teknik Industri
Mengetahui Koordinator TA / KaProdi
Pembimbing,
( Ir. Herry AP., MSc )
( Ir. Muhammad Kholil, MT )
iii
ABSTRAKS Penentuan Lokasi Dan Jumlah Gudang Yang Optimal Dengan Metode Cluster Pada PT. “ X “ Penentuan lokasi dan jumlah gudang pada PT.”X” dengan menggunakan metode cluster. Metode cluster adalah metode pengelompokan beberapa lokasi dengan cara iterasi-iterasi,yang diawali dengan ierasi ke nol sampai ditemukannya biaya yang optimal. Dalam perhitungan dengan menggunakan metode tersebut diperlukan jarak antara pabrik dengan gudang, biaya transportasi(biaya transportasi ini terdiri dari biaya in bound dan out bound ), Biaya simpan ( carrying cost ) dan biaya tetap gudang ( fixed cost ). Dari situ akan diperoleh total biaya logistic.setelah diperoleh total logistic maka lokasi tersebut dapat di bilang optimal tetapi meskipun total biaya logistic kecil belum tentu dikatakan optimal karena manejemen perusahaan akan melihat alasan lain mungkin manejemen akan melihat apakah jumlah agen / gudang yang dianggap optimal tersebut memungkinkan dapat memasok atau melayani konsumen dengan cepat.atau tidak. PT. “ X “ memilih metode cluster sebagai metode yang optimal karena dalam metode cluster akan terlihat mana lokasi dan jumlah agen / gudang yang optimal. PT. “ X “ memilik 5 gudang untuk melayani 19 agen ( pasar ), setelah dilakukan cluster maka terjadi perubahaan yaitu adanya penambahan gudang sebanyak 3 untuk melayani 19 daerah / agen. Disini perusahaan mengalami penghematan sebesar 14,65% untuk wilayah pekalongan dan sekitarnya, 15,24% untuk wilayah purwokerto dan sekitarnya , 4,9% untuk wilayah semarang dan sekitarnya, juga 6,7% untuk wilayah tasikmalya dan sekitarnya. The determination of a place and an amount in company X with cluster metode. Cluster metode is a metode that use to arange some location with iterations until got the point or optimal cost. which in cost counting on those metode which influence by thedistance between the factory and ware house,transportation cost (this thing consist of in bound and out bound cost), carrying cost, fixed cost. From all that we can found all logistic cost, after we found the result then that and location can be write so optimal but even though the logistic cost was minimalist it still cant be said so optimal because the company management will saw another reason, possibility the reason is about how much the agent / ware house which can be write optimal that possible can serve the customer faster or not. For example the company “X” chose the cluster method as the optimal method because in that method is able to saw which location or how much the agent / ware house that also optimal. The “X” company has 5 ware house to serve 19 agent ( market ), after cluster done then there is a change which is adding 3 more ware house to serve 19 agent / place. Here the company cast fixed the cost until 14,65% for Pekalongan and the area, 15,24% for Purwokerto and the area, 4,9% for Semarang and the area, also 6,7 % for Tasikmalaya and the area. Kata kunci : inbound , outbound , carrying cost, fixed cost , matrix /jarak , biaya total logistik
iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala petunjuk dan rahmatNYA , Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. Adapun penyusunan skripsi ini yaitu untuk memenuhi persyaratan ujian sidang sarjana pada program studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana. Judul skripsi ini adalah “ Penentuan Lokasi Dan Jumlah Gudang Yang Optimal Dengan metode Cluster pada PT. X “. Dalam penyusunan skripsi ini diperlukan data serta informasi disamping petunjuk dan pengarahan , yang tentu saja dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari kesulitan. Namun berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak , akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ir. Herry Agung P , MSC selaku dosen pembimbingvmateri yang telah memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dari awal hingga akhir dalam penulisan skripsi ini. 2. Seluruh Dosen , dan Staff civitas Akademika Universitas Mercu Buana Yang telah bersedia membantu kelancaran seelama penuliasan skripsi ini. 3. Teman – Teman Teknik Industri Mercu Buana Angkatan 8 yang telah memberikan dukungan moril dan materil yang tidak terbatas. 4. Ibunda tercinta dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil yang tidak terbatas.
v
5. Sahabatku ( Wisnu ) Dan temen terdekat ku ( M. Ircham ) yang telah memberikan dukungan moril dan materil yang tidak terbatas. 6. Pimpinan dan Seluruh Staff
PT. “ X “ Magelang atas tempat dan
waktunya dimana penulis melakukan penelitian selama ini. 7. Pimpinan PT. Centa Brasindo Abadi dan PT. Tokyo Jaya Santoso yang telah memberikan ijin dan dukungan untuk menempuh studi S1. 8. Semua Pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan moril dan materil dalam penulisan ini. Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Pada akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan membangun dari semua pihak yang terkait untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan. Terima Kasih Jakarta, Desember 2007
Penulis
vi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i LEMBAR PERNYATAAN................................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................iii ABSTRAK ........................................................................................................iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v DAFTAR ISI ....................................................................................................vii DAFTAR TABEL .............................................................................................ix DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 5 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 5 1.5 Batasan dan Asumsi ......................................................................... 5 1.6 Sistemetika ....................................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Logistik ......................................................................... 8 2.1.1 Definisi Distribusi ............................................................... 10 2.1.2 Komponen Sistem Distribusi .............................................. 11 2.2 Keputusan Distribusi ....................................................................... 9 2.3 Pengaturan Pergudangan .............................................................. 11 2.3.1 Pengertian Gudang .............................................................. 11 2.3.2 Ruang Lingkup Gudang ...................................................... 13 2.3.3 Fungsi dan Tujuan Gudang .................................................. 15 2.3.4 Ongkos Simpan Produk ...................................................... 17 2.4 Keputusan Lokasi fasilitas ............................................................. 18 2.4.1 Model Penentuan Lokasi Fasilitas Tunggal ........................ 19 2.4.2 Model Penentuan Lokasi Fasilitas Majemuk ...................... 22 2.5 Metode Pendistribusian Produk ..................................................... 34 2.5.1 Pengertian Umum Transportasi .......................................... 34 2.5.2 Pemecahan Masalah Transportasi ....................................... 38 2.6 Tinjauan pustaka ............................................................................. 41 2.7 Tinjauan Perusahaan ...................................................................... 42 2.7.1 Gudang dan Agen ............................................................... 42
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 47 3.1 Identifikasi Masalah.................................................................... 47 3.2 Perumusan Masalah .................................................................. 47 3.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 47 3.4 Tinjauan Pustaka ........................................................................ 47 3.5 Pengumpulan Data ..................................................................... 47 3.6 Penentuan Jumlah dan Lokasi Gudang Serta Optimasi Pendistribusian Dengan metode Cluster ...................................... 47 3.7 Analisa ....................................................................................... 52 3.8 Kesimpulan dan Saran ............................................................... 52
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data ....................................................................... 55 4.1.1 Penjualan Sabun Detergent Cream dan Plastik ................... 55 4.1.2 Struktur Distribusi ............................................................... 55 4.1.3 Biaya transportasi ................................................................ 57 4.1.4 Kapasitas Produksi Pabrik ................................................. 58 4.1.5 Lokasi Gudang dan Kapasitas ............................................. 59 4.1.6 Biaya Simpan ...................................................................... 59 4.1.7 Biaya Tetap Gudang ............................................................ 60 4.2 Pengolahan Data ........................................................................... 61 4.2.1 Peta Grid .............................................................................. 62 4.2.2 Perhitungan Biaya Tetap .................................................... 63 4.2.3 Menentukan Lokasi Gudang dan Jumlah Gudang .............. 64
BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA 5.1 Analisa Jumlah dan Lokasi Gudang Yang Optimal Dengan Menggunakan Metode Cluster ..................................................... 83 5.1.1 Analisa Cluster Daerah Pekalongan Dan Sekitarnya .......... 84 51.2 Analisa Cluster Daerah Purwokerto Dan Sekitarnya ........... 86 5.1.3 Analisa Cluster Daerah Magelang Dan Sekitarnya ............. 88 5.1.4 Analisa Cluster Daerah Semarang Dan Sekitarnya ........... 90 5.1.5 Analisa Cluster Derah Tasikmalaya Dan Sekitarnya .......... 91
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ................................................................................ 94 6.2 Saran .......................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 96 LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Model Transportasi ......................................................................... .37 Tabel 2.2 Lokasi Pabrik , gudang dan agen Pemasaran.................................... 44 Tabel 4.1 Biaya Transportasi Inbound sabun Detergent cream dan Plastik .... 57 Tabel 4.2 Biaya Transportasi Outbound Sabun Detergent Cream Dan Plastik 58 Tabel 4.3 Kapasitas Produksi Pabrik ............................................................... 59 Tabel 4.4 Lokasi Dan Kapasitas Gudang ......................................................... 59 Tabel 4.5 Biaya Simpan ................................................................................... 60 Tabel 4.6 Biaya Tetap Gudang ........................................................................ 61 Tabel 4.7 Permintaan / Penjualan .................................................................... 62 Tabel 4.8 Total Biaya Tetap ............................................................................. 63 Tabel 4.9 Biaya depresiasi Dan Total Biaya Tetap ......................................... 64 Tabel 4.10 Jarak Antar Daerah Pasar Yang Dilayani Oleh Gudang Pekalongan ........................................................................ 64 Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Dengan Metode Cluster ................................... 80 Tabel 4.12 Kesimpulan Hasil Metode Cluster ................................................. 81
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kegiatan – kegiatan utama dalam perusahaan ........................... ... 9 Gambar 2.2 Komponen Sistem Distribusi ....................................................... 11 Gambar 2.3 Fungsi Konsulidasi Gudang ......................................................... 15 Gambar 2.4 Fungsi Pemencaran Gudang ......................................................... 16 Gambar 2.5 Fungsi Pencampuran Gudang ...................................................... 17 Gambar 2.6 Jumlah Gudang Optimal .............................................................. 28 Gambar 2.7 Fungsi Ongkos Simpan ................................................................ 33 Gambar 2.8 Ilustrasi Model Transportasi ........................................................ 35 Gambar 2.9 Jaringan Distribusi ....................................................................... 46 Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah ....................................... 54 Gambar 4.1 Jaringan Distribusi ...................................................................... 56 Gambar 4.2 Jaringan Distribusi Setelah Revisi ............................................... 82 Gambar 5.1 Trade Off Biaya Gudang dan Biaya Transport ............................ 83 Gambar 5.2 Grafik Jumlah Gudang Yang Optimal Untuk Daerah Pekalongan ....................................................................... 85 Gambar 5.3 Grafik Jumlah Gudang Yang Optimal Untuk Daerah Purwokerto ....................................................................... 87 Gambar 5.4 Grafik Jumlah Gudang Yang Optimal Untuk Daerah Magelang .......................................................................... 89 Gambar 5.5 Grafik Jumlah Gudang Yang Optimal Untuk Daerah Semarang .......................................................................... 91 Gambar 5.6 Grafik Jumlah Gudang Yang Optimal Untuk Daerah Tasikmalaya ..................................................................... 92
x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, suatu perusahaan baik perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa maupun manufaktur dituntut untuk memiliki daya saing yang tinggi. Daya saing yang tinggi tidak hanya dilihat dari baik tidaknya suatu produk yang dihasilkan namun juga dari tingkat kepuasan konsumen akan produk tersebut. Dengan adanya manajemen yang baik dalam hal aliran barang maka perusahaan akan mempunyai nilai lebih dalam tingkat pelayanan terhadap konsumen. Hal ini dapat dikatakan bahwa kemampuan bersaing bagi setiap perusahaan
di masa yang akan datang sangat bergantung pada ke-efisienan
distribusinya (Taff, 1996). Proses distribusi produk merupakan suatu upaya produsen untuk menyampaikan produknya ke tangan konsumen dengan sistem yang terencana dan terprogram. Proses pendistribusian produk yang baik harus se-efisien dan seefektif mungkin, sehingga volume produksi, kapasitas gudang dan alokasi produk pada setiap daerah di dalam wilayah distribusinya mencapai tingkat keseimbangan yang baik. Untuk itulah diperlukan perencanaan distribusi
yang baik
(Firmansyah, 1997). Pendistribusian produk kepada konsumen harus ditangani dengan teliti dan cermat. Sebab hal ini dapat menjadi salah satu hambatan bagi perusahaan dalam memenangkan persaingan dengan perusahaan lainnya jika kecepatan
pendistribusiannya tidak tinggi. Cepat atau lambatnya pendistribusian produk ke konsumen salah satunya tergantung kepada kedekatan antara gudang penyalur dengan pasar (konsumen). Salah satu alternatif-alternatif pemecahan masalah tersebut yang dapat dilakukan diantaranya adalah mengevaluasi letak serta jumlah gudang agar dapat menghasilkan pendistribusian dan pengalokasian produk yang optimal. Melalui pendirian gudang distribusi diharapkan memperoleh pola distribusi dan pengalokasian produk yang optimal disamping kegunaan lainnya. Pergudangan merupakan suatu kebutuhan karena aktivitas produksi mengharapkan agar gudang bisa membantu dalam mewujudkan aktivitas produksi ekonomis, sedangkan bagian pemasaran menyatakan bahwa gudang bisa berperan dalam meningkatkan ”customer sevice”. Hal ini disebabkan karena gudang berperan sebagai penyangga antara “supply dan demand” (Bloomberg, 1996). Masalah penentuan lokasi gudang yang optimal untuk pusat distribusi merupakan masalah kunci pada fungsi konsolidasi gudang. Penentuan lokasi gudang seharusnya tidak hanya bergantung pada kriteria minimasi biaya saja tapi juga pada penawaran pelayanan terbaik pada konsumen (La Fuente dan Lozano, 1998). PT. “ X “ sebagai salah satu perusahaan yang sedang berkembang di Magelang, Jawa Tengah, juga tidak terlepas dari masalah pergudangan. Hal ini dikarenakan PT. “ X “ memproduksi sabun detergent cream dan plastik, yang merupakan salah satu kebutuhan harian dalam masyarakat yang memerlukan, fungsi gudang dalam mendistribusikan produknya.
Gudang mempunyai peranan yang penting dalam pendistribusian sabun detergent cream dan plastik. Hal ini disebabkan ketidakpastian jumlah penjualan sabun detergent cream dan plastik atau adanya fluktuasi penjualan pada setiap daerah pasar. Ketidakpastian penjualan pada setiap daerah pasar memerlukan suatu perencanaan jumlah dan lokasi gudang yang seefesien dan seefektif mungkin sehingga volume produksi, kapasitas gudang dan alokasi produksi setiap daerah
pasar
mencapai
tingkat
keseimbangan.
Selain
itu,
perusahaan
mengeluarkan biaya distribusi yang cukup tinggi setiap tahunnya. Biaya distribusi yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih tinggi 12% dari biaya produksinya. Tingginya biaya distribusi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan akan mengurangi laba/profit perusahaan tiap tahunnya. Dengan demikian PT. “ X “ memerlukan suatu perencanaan yang baik dalam hal penentuan jumlah dan lokasi gudang agar terjadi proses distribusi yang lancar dari pabrik ke konsumen akhir. Hal ini dikarenakan lancarnya proses distribusi selain ditentukan oleh ketersediaan produk dan transportasi, juga sangat tergantung pada kecukupan gudang yang tersedia pada jariangan distribusi. Masalah keputusan penentuan lokasi fasilitas dapat dibedakan atas 2 (dua) model (Ballou, 1992), yaitu model penentuan lokasi fasilitas tunggal dan model penentuan lokasi fasilitas majemuk. Untuk menyelesaikan masalah penentuan lokasi gudang pada PT. “ X “ dapat digunakan model penentuan lokasi fasilitas majemuk. Hal ini dikarenakan PT. “ X “ telah mempunyai 5 (lima) Buah gudang yang tersebar di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat, yaitu Pekalongan, Purwokerto, Semarang, Magelang dan Tasikmalaya
Gudang-gudang tersebut melayani permintaan sabun detergent cream dan plastik dapat 19 (sembilan belas) agen di kota sekitarnya. Gudang Pekalongan melayani daerah Brebes, Tegal, Batang, Pemalang dan Pekalongan sendiri. Gudang Purwokerto melayani daerah Purbalingga, Kebumen dan kota Purwokerto. Untuk Gudang Semarang melayani permintaan daerah Ungaran dan kota Semarang. Gudang di Magelang melayani daerah Magelang, Banjarnegara, Temanggung, Wonosobo dan Purworejo. Untuk gudang di kota Tasikmalaya melayani daerah Banjar, Ciamis, Garut dan Tasikmalaya itu sendiri. Pada model penentuan lokasi gudang majemuk dapat digunakan metode cluster. Metode cluster adalah merupakan pengelompokan lokasi pasar yang terdekat, selanjutnya dilakukan analisis tentang lokasi fasilitas potensial melalui central of gravity (Sutarman, 1997). Metode cluster ini mempunyai kelebihan dalam mengevaluasi letak dan jumlah gudang dibandingkan dengan metode lainnya karena metode ini dapat membebankan kebutuhan terhadap lokasi fasilitas yang potensial dan dapat menganalisa dengan lebih jelas ongkos-ongkos yang dikeluarkan karena dalam melakukan iterasi hal-hal yang perlu diperhatikan adalah ongkos-ongkos per unit. Selain itu metode cluster memberikan solusi yang optimal Dari algoritma cluster tersebut akan diperoleh alternatif-alternatif dari jumlah dan lokasi gudang. Selanjutnya alternatif-alternatif cluster akan dipilih alternatif yang mempunyai total ongkos logistik yang terkecil. Dengan menggunakan metode cluster ini akan dapat menentukan jumlah dan lokasi
gudang yang akan menghasilkan pola distribusi dan pengalokasian produk yang lebih optimal. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi dasar dari penelitian ini yaitu bagaimana menentukan lokasi dan jumlah gudang yang optimal dengan menggunakan metode cluster pada kasus yang terjadi di PT. “ X “ , Megelang. 1.3. Tujuan Penelitan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menentukan jumlah gudang yang optimal sehingga total biaya logistik dapat seminimal mungkin. 2. Menentukan lokasi gudang yang optimal sehingga total biaya logistik dapat seminimal mungkin. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah : 1. Dapat mengevalusi jumlah dan lokasi gudang saat ini telah ada sehingga dapat memperlancar proses distribusi produk. 2. Meningkatkan tingkat pelayanan kepada konsumen karena tiap-tiap gudang melayani kebutuhan konsumen secara tepat. 3. Meminimasi biaya total logistik yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
1.5. Batasan dan Asumsi Batasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Data permintaan
yang digunakan berdasarkan data penjualan pada tahun
2005-2006. 2. Waktu yang digunakan untuk menyuplai produk dari pabrik ke gudang dan dari gudang ke penyalur (agen) tidak diperhitungkan.
Sedangkan asumsi-asumsi yang digunakan adalah : 1. Hambatan-hambatan dalam proses produksi tidak diperhitungkan 2. Tidak terjadi fluktuasi biaya-biaya yang berhubungan dengan pendistribusian produk. 1.6. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Bab ini membahas tentang teori-teori tentang konsep distribusi fisis, pengertian logistik, pengaturan gudang, keputusan lokasi fasilitas, metode cluster, metode pendistribusian produk., tinjauan pustaka tentang penelitian yang berhubungan dengan masalah penentuan jumlah dan lokasi gudang, tinjauan perusahaan. Bab III Metodologi Pemecahan Masalah Bab ini membahas tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam memecahkan permasalahan yang ada. Langkah-langkah tersebut digambarkan dalam diagram alir beserta penjelasan singkat untuk masing diagram tersebut
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data Bab ini membahas tentang proses pengumpulan dan pengolahan data menggunakan metode cluster. Bab V Analisis Menguraikan analisis dan pembahasan masalah sesuai dengan landasan teori dan berdasarkan metodologi pemecahan masalah yang telah dirumuskan. Bab VI Kesimpulan dan Saran Menguraikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan beberapa saran.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Logistik Logistik merupakan suatu aktifitas perusahaan yang tertua tapi juga yang termuda. Istilah logistik tidak begitu spesifik pada sektor publik dan bisnis. Konsep dasar logistik dapat diterapkan pada aktivitas perusahaan maupun pribadi. Setelah bertahun-tahun, istilah umum yang sering digunakan yaitu logistik usaha, distribusi fisis, managemen logistik bahan, supply fisis, distribusi logistik, logistik pemasaran dan total distribusi. Pada tahun 1991, Badan Logistik Manajemen mendefinisikan logistik sebagai berikut (Bowersox and Closs) : “Logistik adalah integrasi dari dua atau lebih kegiatan untuk tujuan perencanaan, pengimplementasian dan pengendalian arus bahan baku, persediaan dalam proses dan barang jadi, dari titik awal sampai ke titik konsumsi.” Aktifitas logistik meliputi lokasi fasilitas, transportasi, inventarisasi, komunikasi dan pengurusan serta penyimpanan. Dalam sebuah perusahaan, kegiatan logistik ini terletak diantara pemasaran dan produksi. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan usaha yang terdiri kegiatan perencanaan, penentuan harga dan distribusi untuk memuaskan konsumen. Tanggung jawab pemasaran atas distribusi produk meliputi pergudangan, pelayanan kepada konsumen, dan pengelolaan persediaan. Adapun tujuan dari logistik ini adalah menyampaikan persediaan barang jadi dan material dalam jumlah yang tepat, pada saat dibutuhkan untuk lokasi
yang membutuhkan dan pada biaya yang paling minimal, sehingga prestasi logistik ini ditunjukkan oleh pemanfaatan waktu dan tempat yang merupakan aspek penting dalam kegiatan usaha. Gambar 2.1. berikut menunjukkan kegiatan utama perusahaan untuk memperjelas letak kegiatan logistik.
PRODUKSI Contoh kegiatan : 1. Kegiatan dalam pabrik dan penanganan bahan 2. Jadwal produksi secara rinci 3. Pengendalian mutu 4. Pememliharaan alat
Kegiatan peralihan : 1. lokasi dan desain pabrik 2. skedul produksi 3. Pembelian
1. 2. 3.
LOGISTIK Transportasi Pengendaalian persediaan Pergudangan dan persediaan bahan
Kegiatan peralihan : 1. Tingkat pelayanaan konsumen 2. Aliraan informassi 3. Pengemasan 4. Lokasi pengecer
PEMASARAN 1. Penelitian Pasar 2. Promosi 3. Penentapan Harga 4. Bauran Produk
Gambar 2.1. Kegiatan-kegiatan utama dalam Perusahaan Dari skema diatas dapat dilihat bahwa yang merupakan komponen logistik adalah masalah pergudangan, transportasi dan pengendalian persediaan. 2.2 Keputusan distribusi Salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan dalam memperlancar aliran barang dari produsen ke konsumen adalah saluran distribusi yang tepat. Masalah pemilihan saluran distribusi produk merupakan persoalan yang sangat penting mengingat fungsinya sebagai penyalur/penghubung hasil produksi dari produsen ke konsumen. Distribusi produk merupakan proses pengangkutan atau penyaluran yang berhubungan dengan pengangkutan suatu komoditas dari beberapa sumber penyediaan ke berbagai titik permintaan. Dalam pendistribusian yang mungkin dihadapi adalah produk yang tersedia untuk diangkut sama besarnya dengan
jumlah permintaan di tempat tujuan, dapat juga jumlah kapasitas produk yang tersedia dalam jumlah permintaan tujuan. Pendistribusian produk ini merupakan faktor yang sangat penting sebagai perantara sekaligus penghubung antara produsen dan konsumen agar produk dapat diterima konsumen dengan cepat, tepat dan dalam kondisi yang sesuai yang diharapkan baik produsen maupun konsumen, perlu pengelolaan pendistribusian secara baik. Perencanaan pengiriman produk dapat dilakukan setelah diketahui permintaan produk untuk masa yang akan datang. Kemungkinan produk dimasa yang akan datang bersifat probabilistik serta keterbatasan yang ada pada produsen untuk memperkirakannya, maka diharapkan pendistribusian produk akan memberikan hasil yang optimal, untuk itu perlu diperhitungkan kapasitas angkutan, ongkos angkut per unit dan yang lebih penting adalah kapasitas produk yang ada pada sumber. 2.1.1. Definisi Distribusi Definisi distribusi banyak dikemukakan oleh para ahli. Salah satu definisi distribusi dikemukan oleh Charles A. Taff (1996), definisi distribusi adalah sebagai berikut : a. Pemindahan barang jadi dari akhir lini produksi kepada para pelanggan. b. Tanggung jawab untuk merancang dan melaksanakan sistem untuk mengendalikan arus bahan baku dan barang jadi.
c. Manajemen
pemindahan,
pengendalian
persediaan,
perlindungan
dan
penyimpanan bahan mentah dan barang-barang yang diproses atau barang jadi ke dan dari lini produksi. 2.1.2. Komponen Sistem Distribusi Komponen-komponen sistem distribusi meliputi berbagai bidang yang saling berkaitan yaitu transportasi, penanganan bahan, pengemasan hasil produksi, pergudangan, pengendalian persediaan, pemrosesan pesanan, analsis lokasi dan jaringan komunikasi yang diperlukan untuk manajemen yang efektif (Taff, 1996). Model skematik komponen distribusi dapat dilihat pada gambar 2.2. Analisis lokasi
Transportasi
Pemrosesan pesanan
Distribusi (komputer pendukung dan jaringan komunikasi)
Penanganan bahan
Pengemasan barang industri
Pengendalian persediaan
Pergudangan
Sumber : Charles A. Taff (1996) Gambar 2.2 Komponen sistem distribusi 2.3 Pengaturan Pergudangan 2.3.1
Pengertian Gudang/Warehouse Pergudangan memainkan peran kunci dalam pengembangan strategi
logistik terpadu, karena berdampak terhadap keberhasilan upaya penjualan dan
pemasaran produk perusahaan. Tujuan keberadaan gudang adalah untuk menyimpan produk sampai produk tersebut diminta oleh pelanggan, dengan demikian gudang berperan dalam untuk menghubungkan fasilitas produksi dengan pelanggan, atau pemasok dengan produksi. Dipandang dari sudut logistik, pergudangan adalah sebuah kebutuhan karena
aktivitas produksi mengharapkan agar gudang bisa membantu dalam
mewujudkan aktivitas produksi ekonomis, sedangkan bagian pemasaran menyatakan bahwa gudang
dapat berperan dalam meningktkan “customer
service”. Sebenarnya jika jumlah permintaan dalam kondisi yang pasti, maka keberadaan gudang tidak diperlukan, namun dalam dunia nyata, sulit untuk mendapatkan informasi permintaan dengan jumlah yang pasti, oleh karena itu keberadaan gudang sangat diperlukan untuk menyangga antara “supply dengan demand”. (Bloomberg, 1996). Gudang merupakan fasilitas yang dipergunakan untuk penyimpanan bahan baku atau produk jadi tersebut mengalami aktifitas produksi atau aktifitas lebih lanjutnya. Gudang merupakan arena primer dari operasi penanganan, karena itu gudang merupakan salah satu aspek integral dari keseluruhan efisiensi penanganan dan juga sangat vital untuk meningkatkan produktivitas. Selain itu gudang juga merupakan salah satu bagian dari usaha menyeluruh suatu perusahaan untuk dapat memanfaatkan waktu dan tempat. Titik akhir dari suatu distribusi produk adaah konsumen atau pelanggan. Oleh karena itu pemanfaatan gudang akan dibenarkan apabila dapat meningkatkan penjualan dan total biaya.
Pentingnya penyimpanan produk dapat disimpulkan dalam beberapa aspek sebagai berikut (Ballou, 1992): 1. Sebagai salah satu pelayanan perusahaan terhadap pelanggan atau konsumen 2. Merupakan
sistem material/produk handling yang dapat meredam atau
mengurangi fluktuasi demand/permintaan 3. Dapat meminimumkan ongkos transportasi dimana kuantitas produksi lebih ekonomis 4. Fasilitas
gudang
juga
merupakan
penyeimbang
antara
produksi,
penyimpanaan dan ongkos transportasi. 2.3.2
Ruang Lingkup Gudang Suatu perusahaan akan menggunakan fasilitas pergudangan berdasarkan 4
(empat) pokok alasan, yaitu : 1. Mengurangi/menurunkan biaya transportasi produk Fasilitas pergudangan/warehouse dan penanganan material merupakan suatu tambahan ongkos produksi, tetapi dengan adanya fasilitas pergudangan dapat mengurangi ongkos yang dapat direalisasikan dengan penyempurnaan antara transportasi dan produksi (distribusi). 2. Koordinasi antara permintaan dan persediaan Suatu perusahaan dengan tingkat produksi musiman yang tinggi dan tingkat permintaan yang konstan akan menemukan permasalahan dalam mengkoordinasikan antara tingkat persediaan dengan tingkat permintaan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang memproduksi sayuran dan buahbuahaan dimana mereka melebihkan output produk sebagai stock mereka
untuk memenuhi tingkat persediaan pasar selama musim paceklik. Konsekuensinya perusahaan tersebut harus menentukan tingkat persediaan dari produk dan pola permintaan produk pada tingkat yang konstan selama tahun tersebut. Bagaimanapun sulitnya mongkoordinasikan persediaan dengan permintaan sehingga tercapainyaa kesesuaian, gudang memang diperlukan dimana ongkos akan didapatkan lebih baik bagi komoditi tersebut.
3. Kebutuhan produksi Gudang merupakan bagian dari proses produksi. Perusahaan yang mempunyai produksi yang tetap seperti keju dan minuman memerlukan periode waktu penyimpanan. Gudang/warehouse tidak saja menyediakan fasilitas untuk penanganan produk selama pengerjaan, tetapi gudang dapat digunakan untuk memasarkan produk pada saat yang tepat. Dalam hal ini perusahaan dapat menangguhkan pembayaran pajak produk sampai produk tersebut dijual/terjual.
4. Berdasarkan pemasaran Pemasaran
merupakan suatu penentu bagaimana kemampuan jual
produk pada pasar. Pergudangan/warehousing digunakan dalam menentukan/ menetapkan nilai pada produk, dengan gudang produk dapat dekat dengan konsumen/pasar dan waktu pengiriman dapat dipercepat. Peningkatan tingkat pelayanan terhadap konsumen/pasar dan waktu pengiriman yang cepat dan tepaat waktu dapat mempengaruhi tingkat penjualan.
2.3.3
Fungsi dan tujuan gudang Gudang/warehouse itu berisi material, suku cadang dan barang jadi. Oleh
karena itu gudang sesungguhnya merupakan fasilitas tempat penyimpanan dimana tujuannya adalah tercapainya pengangkutan yang efisien dalam jumlah besar dari gudang ke konsumen dalam suatu sistem distribusi. Praktek yang baik adalah adalah barang/produk tersebut sampai ke tujuan dan berangkat dari gudang dalam waktu satu hari saja. Menurut Ballou (1992) fasilitas mempunyai empat fungsi utama, yakni : 1. Fungsi penyimpanan Fungsi
penyimpanan
adalah
untuk
memberikan
penjagaan
dan
penyimpanan persediaan atas produk yang dipesan dan dikumpulkan disana. Lamanya waktu simpan barang dalam gudang tersebut merupakan dasar untuk menentukan desain dan lokasi gudang. 2. Fungsi konsolidasi Fungsi konsolodasi merupakan keuntungan ekonomis dari gudang. Jika produk berasal dari sejumlah sumber, maka akan lebih ekonomis apabila ditempatkan
gudang
yang
bertujuan
untuk
mengkonsodasikan
(menggabungkan) pengiriman dengan jumlah sedikit menjadi jumlah kiriman yang besar. Gambar 2.3. mengilustrasikan fungsi konsolidasi gudang. Pabrik A Konsumen Pabrik B Pabrik C
Gudang
Gambar 2.3. Fungsi Konsolidasi Gudang
A
B
C
3. Fungsi pemencaran (breakbulk) Fungsi pemencaran merupakan kebalikan dari fungsi konsolidasi. Apabila jarak antara pabrik dengan konsumen jauh, sedangkan konsumen biasa memesan dalam jumlah kecil maka diperlukan sebuah gudang yang dipergunakan sebagai pemecar, untuk mengirimkan produk pabrik kepada konsumen sesuai dengan pesanannya. Gambar 2.4 mengilustrasikan fungsi pemencaran gudang. Pabrik A Gudang
Pabrik A
Pabrik B Pabrik C
Gambar 2.4. Fungsi Pemencaran Gudang 4. Fungsi pencampuran (mixing) Bila pabrik-pabrik
terpisah letaknya, maka biaya transportasi dan
kebutuhan gudang keseluruhannya dapat dikurangi dengan adanya pelayanan ini. Pencampuran dalam perjalanan (in transit mixing) dapat dilakukan pada satu langganan atau lebih. Gudang menerima pengiriman dari masing-masing pabrik, kemudian mencampurnya dan selanjutnya mengirimkan kepada konsumen yang memesannya tanpa adanya pencampuran dalam perjalanan, konsumen haus memesan langsung dari produk-produk yang memproduksi produk yang dibutuhkan dengan biaya transportasi yang mahal. Gambar 2.5 mengilustrasikan fungsi pencampuran gudang.
Konsumen W A
Pabrik A
Gudang
Pabrik B
pencampuran
Pabrik C
Produk D
B
C
C
Konsumen X A
B
C
Konsumen Y A
B
Gambar 2.5 Fungsi Pencampuran gudang
2.3.4
Ongkos Simpan Produk Penyimpanan produk yang dilakukan perusahaan pada gudang tertentu
akan menimbulkan ongkos baru yang akan dikeluarkan pihak perusahaan, sebelumnya perusahaan tersebut tidak menggunakan gudang. Tetapi dengan adanya gudang tersebut, diharapkan ongkos total distribusi produk tersebut mulai dari pabrik ke konsumen dapat diminimalkan. Dalam hal pengadaan gudang, perusahaan dapat memperolehnya dengan dua cara, yaitu gudang milik sendiri dan gudang yang disewa. Perusahaan yang memiliki gudang sendiri biasanya mempunyai pasar yang tetap pada wilayah atau kawasan tersebut. Sedangkan perusahaan yang menyewa gudang biasanya tidak mempunyai pasar yang tetap pada wilayah tersebut. Adapun ongkos-ongkos yang dikeluarkan untuk biaya pergudangan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Ballou, 1992) : WC = FW +VW........................................................ 2.1 dimana : WC = Total warehouse cost (ongkos total gudang)
FW = Fixed warehouse cost (ongkos tetap gudang) VW = Variable warehouse cost (ongkos variabel gudang) Untuk Fixed warehouse cost dapat dirumuskan sebagai berikut : FW = SG + PG + P + S........................................... 2.2 dimana : SG
= Sewa gudang (jika bukan milik perusahaan)
PG
= Pajak bangunan (jika milik perusahaan)
P
= Biaya penyusutan
A
= asuransi
Sedangkan untuk variable warehouse cost dapat dirumuskan sebagai berikut : VW = OBM + OMH................................................. 2.3 Dimana : OBM = Ongkos bongkar muat OMH = Ongkos material handling. 2.4 Keputusan Lokasi Fasilitas Penentuan lokasi fasilitas di dalam jaringan logistik adalah merupakan keputusan kunci sebab hal tersebut mendorong terhadap struktur ongkos palayanan yang berada dalam
sistem logistik. Keputusan tersebut adalah
menentukan jumlah, lokasi dan ukuran tempat penyimpanan. Keputusan logistik terdiri dari dua tingkat yaitu diputuskan pada lokasi umum yang didasarkan terhadap ongkos primer dan pertimbangan pelayanan konsumen, kedua adalah memilih lokasi spesifik dalam lokasi umum.
Keputusan penentuan lokasi fasilitas dapat dibedakan atas 2 (dua) model (Ballou, 1992), yaitu : Model penentuan lokasi fasilitas tunggal Model penentuan lokasi fasilitas majemuk 2.4.1
Model Penentuan Lokasi Fasilitas Tunggal Model ini mengasumsikan bahwa dengan hanya satu fasilitas saja, sudah
dapat dinyatakan cukup atau merupakan kebijakan manajemen karena beberapa kendala, misalnya dana yang tersedia hanya cukup untuk satu fasilitas saja ataupun besarnya demand terhadap produk yang diminta pelanggan dapat dipenuhi dengan satu fasilitas saja.
Pada model ini terdapat beberapa model
antara lain metode grafik dan metode grid. 1. Metode Grafik Metode grafik merupakan pendekatan klasik dalam masalah penentuan lokasi fasilitas tunggal. Metode ini disebut juga sebagai metode “Webe Graph”. Metode ini menggunakan grafik 2 (dua) dimensi dan ongkos transport yang non linier. Salah satu contoh penyelesaian masalah lokasi fasilitas dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut : Terdapat 1 buah pabrik P1 dengan kapasitas produksi per tahun sebesar a, mensuplai produk terhadap 2 (dua) pasar yaitu M1 dengan demand b dan M2 dengan demand c. Ongkos transportasi ditunjukkan dengan garis iso-cost yaitu garis yang menyatukan ongkos yang sama pada setiap titik pada garis tersebut.
Penentuan lokasi gudang dipilih berdasarkan ongkos trasport minimum, dengan rumus : Transport cost = Inbound cost + outbound cost ............ (2.33) Dimana : Inbound cost
= ongkos kirim dari pabrik ke gudang
Outbound cost
= ongkos kirim dari gudang ke pasar
Langkah pertama adalah menentukan lokasi gudang di sembarang titik, misalkan titik X, maka ongkos total dihitung sebagai berikut :
P
X
d1
M1 d2 d3
M2
Total cost = (d1 . a) + (d2. b) + (d3 . c), dimana d1
= Inbound cost dari pabrik ke gudang
d2
= outbound cost dari gudang ke pasar M1
d3
= outbound cost dari gudang ke pasar M2
d1, d2, d3, diketahui dari garis iso cost. Dengan perhitungan yang sama ditetapkan pula ongkos total untuk lokasi gudang pada setiap pasar kemudian lokasi gudang dipilih berdasarkan ongkos total yang minimum.
2. Metode Grid Metode ini sering disebut pendekatan “center of gravity” atau metode Firs Movement atau ton mile centre. Salah satu contoh penyelesaian masalah lokasi fasilitas dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut : Terdapat m pabrik yang melayani n pasar, dimana lokasi pabrik dan pasar berada dalam satu grid dan ditetapkan dalam koordinat kartesius. Pada iterasi ke nol lokasi pabrik ditentukan dengan menggunakan rumus “central of gravity” X =
∑ V .R X / d ∑ V R /d i
i
i
Y =
i
i
i
.................................................. (2.34)
i
∑ Vi .RiYi / d i ∑ Vi Ri / d i
.................................................. (2.35)
dimana : Vi
= volume produk yang dikirim dari (ke) titik i
Ri
= ongkos transport untuk mengirim dari (ke) titik i
Xi, Yi
= titik koordinat untuk titik i
X,Y
= titik koordinat untuk lokasi fasilitas
di
= jarak ke titik i dari fasilitas yang dilokasikan
Ongkos transportasi bergantung pada pendekatan jarak (d) Untuk matrik jarak dapat digunakan rumus jarak “euclidean” yaitu sebagai berikut :
d = k ( X i − X ) 2 + (Yi − Y ) 2 .................................... (2.36) dimana : k
= skala pada peta grid
maka fungsi ongkos total adalah : n
TC =
∑Vi .Ri d ........................................................ (2.37)
i =1
2.4.2
Model Penentuan Lokasi Fasilitas Majemuk
Model yang lebih komplek dalam masalah penentuan lokasi adalah jika harus menentukan 2 (dua) atau lebih lokasi fasilitas secara simultan. Sebab perusahaan dalam kenyataannya memiliki lebih dari 1 (satu) fasilitas di dalam sistem logistiknya. Masalah penentuan lokasi fasilitas majemuk, dipecah ke dalam beberapa pertanyaan dasar : 1. Berapa jumlah gudang di dalam jaringan logistik serta berapa ukuran dan dimana lokasinya. 2. Konsumen-konsumen mana saja yang harus dilayani oleh setiap gudang 3. Produk mana saja yang disimpan pada setiap gudang, serta produk mana saja yang harus dikirim serta langsung dari pabrik ke konsumen. Untuk memecahkan masalah diatas, terdapat beberapa model diantaranya model Algoritma, model Simulasi dan Sampling, model Heuristik, model Displan dan model Cluster
1. Model Algoritma
Model algoritma merupakan penjabaran dari strukur matematika untuk menemukan solusi secara teliti. Waktu perhitungan dan tingkat kepastian masalah secara nyata dapat digambarkan lebih akurat. Contoh dari model algortima adalah metode kalkulus dan mixed integer linier programming. 2. Model Simulasi dan Sampling
Penyelesaian masalah lokasi secara matematika dapat menghasilkan solusi optimum terbaik, tetapi dalam dunia nyata model optimasi tersebut sulit untuk dipahami dan perlu ketrampilan teknik dimana banyak manajer tidak memiliki ketrampilan tersebut. Model simulasi lokasi menerangkan gambaran matematika sistem logistik dalam bentuk hitungan sederhana dan statemen logistik bisa dimanipulasi dengan bantuan komputer. Model simulasi tidak seperti model alokasi algoritma dimana ahli analisa harus mengkhususkan fasilitas utama dalam jaringan kerja yang telah dievaluasi. Model simulasi digunakan untuk melakukan jaringan kerja terbaik melalui pengulangan pemakaian model yang memberikan pilihan fasilitas yang berbeda. Kualitas hasil dan efisiensi tergantung pada ketrampilan pemakai dalam menyeleksi pilihan lokasi yang dianalisis. Model simulasi klasik untuk tujuan lokasi gudang dikembangkan oleh perusahaan H.J Heinz Company. 3. Model Heuristik
Metode heuristik terdiri dari serangkaian hitungan yang diyakini akan membawa kepada solusi yang diharapkan. Keyakinan ini didapatkan dari
logika pada perhitungan dan sering di dukung oleh pengalaman empiris yang luas. Pada metode ini. Tidak ada jaminan solusi yang ditemukan merupakan solusi yang terbaik Metode heuristik untuk fasilitas lokasi, memperbaiki secara luas lebih luas definisi masalah akurat dari metode simulasi. Metode Kuehn-Hamburger adalah metode heuristik klasik yang dikembangkan oleh Kuehn-Hamburger untuk menentukan jumlah dan lokasi gudang pada jaringan kerja distribusi skala besar. Model ini merupakan salah satu model heuristik yang dapat digunakan. Masalah penting yang diisikan dalam model ini adalah : Masalah penting yang diisikan dalam model ini adalah : a. banyaknya produk b. biaya tetap dan variabel gudang c. kapasitas gudang d. kapasitas pabrik e. waktu penyerahan dan pelayanan konsumen f. ongkos transportasi 4. Model Displan
Displan adalah suatu model lokasi/pabrik heuristik yang dikembangkan oleh Ballou (1992) yang digunakan secara primer untuk merencanakan strategi jaringan logistik. Logika pemecahan masalah didasari oleh programa linier. Masalah-masalah yang diperlukan oleh model ini adalah : a. Pola terbaik aliran produk dari pabrik ke gudang sampai ke konsumen.
b. Jumlah, lokasi dan ukuran dari gudang dalam jaringan distribusi c. Pabrik dan gudang yang diisi oleh group produk d. Produk yang akan disimpan pada masing-masing lokasi e. Hasil dari perubahan kapasitas pabrik, customer servis, ongkos dan jarak pola permintaan, gudang yang digunakan, keputusan inventori atau model data pada total cost, pelayanan dan keuntungan. f. Pengaruh dari pabrik baru atau perluasan pabrik dan penutupannya. g. Pola distribusi yang menghasilkan perubahan keputusan harga dan perubahan harga pada pola distribusi. h. Pengaruh dari pengurangan dan penambahan stocking point. Masukan yang diperlukan model ini adalah : a. ongkos produksi atau pembelian b. ongkos gudang dan pemindahan barang c. ongkos modal dari inventori d. stock order dan ongkos pemroses customer order e. ongkos transportasi inbound dan outbound Masing-masing kategori ongkos diatas sangat dipengaruhi oleh perbedaan geografi, volume dan karakteristik pengiriman, jenis keputusan dan skala ekonomi. Tujuan dari model displan ini adalah mencari konfigurasi gudang yang akan menghasilkan total cost minimum dengan subyek customer service dan pembatas-pembatas lainnya. Philosophi prosedur komputasi adalah memenuhi dengan biaya tinggi tetapi pemecahannya layak dan berfokus pada pemecahan optimum rata-rata
dengan cara penggunaan iterasi transportasi tiga dimensi algoritma linier. Perhitungan diakhiri jika perubahan biaya total dari iterasi satu ke iterasi berikutnya, lebih kecil dari prosentase yang biasaya antara 0,1 dan 0,001 % biaya total. Secara garis besar pemecahan masalah model displan a. Langkah pertama : 1). Estimasi level inventori dan jumlah demand pada setiap gudang, catat level
inventori
tertinggi
dan
ongkos-ongkosnya
yang
akan
memberikan jumlah gudang untuk iterasi pertama. 2). Estimasi jumlah yang dapat disimpan pada masing-masing gudang yang potensial, sehingga fixed cost dapat dihitung untuk per-unit produk, fixed cost terbaik dapat dihasilkan prosedur pemecahan. b. Dengan model transportasi tiga dimensi pemecahan masalah dimulai, sel ongkos pada algoritma transportasi berisi semua variabel cost ditambah alokasi per unit dari inventori dan fixed cost. Kapasitas pabrik dan kebutuhan konsumen juga harus dimasukkan, prosedur ini juga dilakukan untuk prosedur group yang lain. c. Dari barang yang disimpan dan informasi total cost yang diperoleh dari iterasi sebelumnya, per-unit inventori cost dan fixed cost direvisi dan ditambahkan ke sel variable cost pada algoritma transportasi, total biaya dijumlahkan untuk semua produk dan dibandingkan dengan iterasi sebelumnya menghasilkan batas persen penurunan dan perubahan pengalokasian demand maka lakukan iterasi berikutnya.
d. Langkah 3 diulangi sampai penurunan total biaya dari iterasi sebelumnya mencapai spesifikasi persen, dan solusi terbaik telah ditemukan. 5. Model Cluster
Masalah mendasar dalam melakukan analisis lokasi fasilitas majemuk, adalah bagaimana cara membebankan kebutuhan pelanggan terhadap lokasi potensial fasilitas, karena terdapat banyak alternatif pembebanan jika dihadapkan pada masalah pelanggan yang tersebar serta fasilitas yang banyak. Pada prinsipnya metode cluster merupakan metode pengelompokan pasar terdekat, selanjutnya dilakukan analisis tentang lokasi fasilitas potensial melalui central of gravity. Adapun algoritma cluster adalah sebagai berikut : a. Mulai dengan sebuah gudang di masing-masing demand atau market site. Ongkos total yang dihasilkan oleh solusi ini, ongkos total logistik yang tertinggi karena diperoleh dengan jumlah fasilitas yang paling maksimum. b. Kurangi jumlah gudang satu per satu dengan cara melakukan pengelompokan antar pasar-pasar yang terdekat, menjadi satu kelompok baru dengan satu lokasi gudang potensial. c. Tentukan center of gravity dari kelompok baru ini, dan tetapkan titik itu sebagai lokasi gudang. d. Hitung ongkos logistik total, setelah mengalami pengurangan jumlah gudang.
e. Ulangi langkah 2-4 sampai tidak mungkin adanya pengelompokkan lagi, dengan kata lain fasilitas gudang tinggal satu. Dari algoritma cluster tersebut akan diperoleh alternatif-alternatif dari jumlah dan lokasi gudang. Selanjutnya alternatif-alternatif cluster akan dipilih alternatif yang mempunyai total ongkos logistik yang terkecil. Metode cluster memiliki dasar pemikiran bahwa semakin banyak jumlah gudang yang dimiliki akan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, resikonya akan menanggung biaya gudang yang tinggi tapi biaya transport yang kecil. Konflik pada dua ongkos tersebut perlu dilakukan trade off, hasil proses trade off tersebut merupakan jumlah fasilitas gudang yang optimal dengan kriteria ongkos logistik terkecil. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.6 TC Logistik Ongkos gudang TC
Ongkos transport Optimum
Jumlah Gudang
Sumber : Sutarman, 2000 Gambar 2.6 Jumlah gudang optimum
Pada gambar 2.6 terdiri dari tiga fungsi ongkos, yaitu ongkos transport, gudang dan total ongkos logistik. Garis horisontal menunjukkan jumlah gudang dan garis vertikal menunjukkan total ongkos. Hal tersebut
menunjukkan adanya konflik antara fungsi ongkos gudang dengan fungsi ongkos transport dan untuk menyelesaikan konlik tersebut, perlu dilakukan trade off antar fungsi ongkos yang konflik, dengan cara menjumlahkannya untuk setiap titik pada garis horisontal dan menghasilkan total ongkos logistk. Maka total ongkos logistik yang terendah merupakan titik trade off yang dicari dan proyeksinya adalah jumlah gudang yang optimal. Pada metode cluster, data masukan (input) yang diperlukan untuk menyelesaikan persoalan penentuan lokasi dan jumlah gudang yang optimal adalah sebagai : a) Peta grid setiap daerah, sehingga di dapat koordinat tiap-tiap daerah b) Data hasil peramalan tiap daerah pemasaran c) Pengelompokan daerah dengan daerah lain yang terdekat, yang telah memiliki data demand dan center of gravitynya. d) Data ongkos tetap e) Data fungsi ongkos transport dan fungsi ongkos simpan (gudang). Setelah data diperoleh, selanjutnya dilakukan proses iterasi. Iterasi awal dilakukan dengan mengalokasikan gudang pada setiap daerah pasar, sehingga akan mendapat ongkos total logistik yang besar. Banyaknya jumlah gudang akan berakibat ongkos simpan yang tinggi, walaupun ongkos transport yang rendah. Pada kondisi ini, tingkat pelayanan kepada pihak konsumen akan tinggi, tapi perusahaan akan menderita rugi. Proses iterasi berlanjut, dengan cara melakukan pengelompokkan antar daerah pasar yang paling berdekatan, dengan kata lain jumlah alokasi gudang
akan berkurang dari sebelumnya karena terdapat daerah pasar yang disatukan, maka ongkos simpan akan menurun tapi ongkos transport mulai naik. Iterasi akan berhenti, pada saat pengelompokkan sudah selesai dilakukan, dengan kata lain pasar hanya tinggal satu dan alokasi gudang hanya satu. Pada kondisi ini jumlah gudang paling sedikit dan ongkos simpan paling rendah sedangkan ongkos transportasi paling tinggi. Langkah-langkah iterasi cluster adalah sebagai berikut : 1). Melakukan pembentukan cluster antara pasar untuk membentuk suatu pelayanan gudang dengan jarak yang terdekat 2). Menghitung “center gravity” atas cluster yang terbentuk 3). Menghitung matrik jarak 4). Menghitung ongkos transportasi 5). Menghitung ongkos simpan (carrying cost) 6). Menghitung ongkos tetap gudang 7). Menghitung Total Ongkos Logistik 8). Mengulangi tahap ini sampai ditemukan ongkos logistik yang paling minimum. a. Melakukan pembentukan cluster antara pasar untuk membentuk suatu pelayanan gudang dengan jarak yang terdekat
Pada langkah ini, dilakukan pembentukan cluster-cluster antar daerah pemasaran
untuk membentuk suatu pelayanan gudang dengan
jarak yang terdekat. Cluster yang telah terbentuk ini merupakan langkah
awal dalam menentukan lokasi dan jumlah gudang dengan menggunakan metode cluster. b. Menghitung “center gravity” atas cluster yang terbentuk
Setelah terbentuk cluster antar daerah pemasaran maka selanjutnya adalah menghitung “center gravity”. Adapun formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut : X =
∑ V .R X ∑ VR i
i
i
Y =
i
∑ V .R Y ∑ VR i
i i
i
................................................... (2.38)
i
..................................................... (2.39)
i
dimana : Vi
= volume produk yang dikirim dari (ke) titik i
Ri
= ongkos transport untuk mengirim dari (ke) titik i
Xi, Yi
= titik koordinat untuk titik i
X , Y = titik koordinat untuk lokasi fasilitas
c. Menghitung matrik jarak
Untuk menghitung jarak digunakan rumus jarak “euclidean” yaitu sebagai berikut : d = k ( X 1 − X 2 ) 2 + (Y1 − Y2 ) 2 ............................. (2.40) dimana : d
= Jarak antara gudang dengan pasar atau jarak dari pabrik ke gudang
k
= skala pada peta grid
X1, Y1 = titik koordinat untuk tempat yang dituju (gudang, pasar) X2, Y2 = titik koordinat untuk tempat asal (pabrik, gudang) d. Menghitung ongkos transportasi
Pada langkah ini, dilakukan perhitungan ongkos transportasi baik ongkos transportasi inbound maupun outbound. Ongkos transportasi inbound yaitu ongkos transportasi untuk mengangkut produk atau komoditi dari pabrik ke gudang.
Sedangkan ongkos transportasi
outbound yaitu ongkos transportasi untuk mengangkut produk atau komoditi dari gudang ke agen (penyalur). Ongkos transportasi merupakan fungsi dari jarak dan jumlah barang yang diangkut, memiliki hubungan linier terhadap jarak dan volume. Formulasi yang dapat digunakan yaitu :
Tr =
∑ V .R .d i
i
i
i
...................................................... (2.41)
Dimana : Tr = total ongkos transport Vi = volume pada titik i Ri = rata-rata transportasi untuk titik i di = Jarak antara ke titik i dari fasilitas yang dilokasikan e. Menghitung ongkos simpan (carrying cost)
Pada langkah ini, dilakukan perhitungan ongkos simpan. Ongkos simpan adalah semua ongkos yang dikeluarkan sehubungan dengan
adanya proses penyimpanan suatu barang. Besarnya biaya ini dipengaruhi oleh jumlah/volume barang yang disimpan. Pada penyimpanan barang digudang tidak terlepas dari prinsip yang menyatakan bahwa laju ongkos penyimpanan akan menurun jika volume barang yang disimpan meningkat, sehingga mengakibatkan ongkos simpan tidak meningkat secara linier tetapi mendekati fungsi pangkat 0,5 seperti pada gambar 2.7 berikut ini : Ongkos
Volume Sumber : Ballou, 1992 Gambar 2.7. Fungsi Ongkos Simpan
Dengan mengestimasi persamaan garis ongkos simpan diatas maka diketahui persamaan ongkos simpannya sebagai berikut : Ongkos simpan (CC) =
koefisien ongkos simpan volume …………(2.42) volume
f. Menghitung ongkos tetap gudang
Ongkos tetap gudang adalah ongkos yang besar/kecilnya tidak dipengaruhi oleh fluktuasi ongkos barang yang disimpan di gudang. Perhitungannya
adalah
penjumlahan
dari
ongkos-ongkos
depresiasi, gaji pegawai, listrik, perawatan, administrasi, PBB dan asuransi. g. Menghitung Ongkos total
Pada langkah ini, dilakukan perhitungan total ongkos logistik, baik ongkos transportasi, ongkos simpan maupun ongkos tetap gudang.
Dari 5 (lima) buah model untuk penentuan lokasi fasilitas, model cluster mempunyai beberapa kelebihan, yaitu : 1. Dapat menganalisa lebih jelas ongkos-ongkos yang dikeluarkan karena dalam melakukan iterasi hal yang diperhatikan adalah ongkos-ongkos per unit. 2. Model cluster akan memberikan solusi yang optimal. 3. Model cluster dapat membebankan kebutuhan konsumen terhadap lokasi fasilitas yang potensial. 2.5 Metode Pendistribusian Produk 2.5.1
Pengertian Umum Transportasi
Persoalan transportasi membahas masalah pendistribusian suatu komoditi (produk) dari sejumlah sumber kepada sejumlah tujuan dengan tujuan meminimumkan ongkos pengangkutan. Model transportasi adalah model yang berkaitan
dengan
penentuan rencana berbiaya terendah untuk mengirimkan
barang dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan (Taha, 1996) Model transportasi pada dasarnya merupakan program linier yang dapat dipecahkan oleh metode simplek biasa, tetapi strukturnya harus khusus memungkinkan pengembangan sebuah prosedur pemecahan. Tujuan model ini adalah menentukan jumlah yang harus dikirim dari setiap sumber ke setiap tujuan sedemikian rupa sehingga biaya transportasi total minimum. Dalam menggunakan metode transportasi pihak manajemen mencari rute distribusi yang akan
mengoptimumkan tujuan tertentu. Misalnya tujuan meminimumkan total biaya transportasi, memaksimumkan laba atau meminimumkan waktu yang digunakan. Gambar 2.8 memperlihatkan sebuah model transportasi dari sebuah jaringan dengan m sumber dan n tujuan. Sebuah sumber atau tujuan diwakili dengan sebuah node. Busur yang menghubungkan sebuah sumber dan sebuah tujuan mewakili rute pengiriman barang tersebut. Jumlah penawaran di sumber i adalah ai dan permintaan di tujuan adalah bj. Biaya unit transportasi antara sumber i dan tujuan j adalah cij. Jika Xij mewakili jumlah barang yang dikirim dari sumber i ke tujuan j, maka ilustrasi model transportasi dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut. Tujuan
Sumber
C11: X11
a1
1
1
b1
a2
2
2
b2
am
m
n
bm
Cmn Unit penawaran
: Xmn Sumber : Taha, 1996
Gambar 2.8 Ilustrasi Model Transportasi
Keterangan : Cij: Biaya pengangkutan barang/unit dari sumber i ke tujuan j Xij : Jumlah barang/unit yang diangkut dari sumber i ke tujuan j a : Kapasitas masing-masing sumber b : Komoditi yang dibutuhkan oleh asing-masing tujuan
Unit permintaan
Dari ilustrasi model transportasi diatas maka model Linier Programming yang mewakili masalah transportasi ini diketahui secara umum sebagai berikut : m n
Minimumkan :
Z =
∑ ∑ Cij X ij
(2.3).................. (2.43)
i =1 j =1
Dengan batasan : m
∑X j =1
ij
m
∑X j =1
ij
≤ ai , i = 1,2,….m ................ (2.44)
≥ bi , j = 1,2,….n ................. (2.45)
Kelompok batasan pertama menetapkan bahwa jumlah pengiriman dari sebuah sumber tidak dapat melebihi penawarannya, demikian pula, kelompok batasan kedua mengharuskan bahwa pengiriman ke sebuah tujuan harus memenuhi permintaannya. Model yang baru digambarkan diatas menyiratkan bahwa penawaran total harus setidaknya sama dengan permintaan total. Ketika penawaran total sama dengan permintaan total, formulasi yang dihasilkan disebut model trasportasi berimbang (balanced transportation model). Model ini berbeda dengan model di atas hanya dalam fakta bahwa semua batasan adalah persamaan; yaitu : m
∑X j =1
ij
= ai , i = 1,2,….m ............................. (2.46)
ij
= bi , j = 1,2,….n .............................. (2.47)
m
∑X j =1
Sebuah metode yang lebih ringkas untuk mewakili model transportasi ini adalah menggunakan apa yang disebut tabel transportasi. Tabel ini adalah bentuk
matriks dengan baris-baris yang mewakili sumber dan kolom-kolom yang mewakili tujuan. Unsur biaya cij diringkas dalam sudut timur laut dari sel matriks (i, j). Model ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Model Transportasi
T1 S1
T2
c11 X11
S2
c12 X12
c21 X12
Sm
c22
cm1
a1
c2n
a2
cmn
ai
X2n cm2
Xm2 b1
c1n X1n
X22
Xm1
Tn
Xmn b2
bj
ai = bj
Sumber : Taha, 1996 Asumsi dasar dari model transportasi adalah bahwa biaya transportasi untuk sebuah rute tertentu adalah proporsional secara langsung dengan jumlah unit yang dikirimkan. Definisi “unit transportasi” akan bervariasi bergantung pada jenis “barang” yang dikirim. Ciri-ciri khusus tansportasi adalah sebagai berikut : 1. Terdapat sejumlah sumber dan sejumlah tujuan tertentu 2. Kuantitas komoditas atau barang yang disitribusikan dari setiap sumber 3. Komoditas yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya sesuai dengan permintaan dan kapasitas sumber.
4. Biaya transportasi komoditas dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya tertentu. 2.5.2
Pemecahan masalah transportasi
Langkah-langkah dasar teknik transportasi adalah : 1. Menentukan pamecahan awal yang layak 2. Menentukan menentukan variabel masuk diantara variabel non dasar. Jika semua variabel masuk memenuhi kondisi optimalitas, langkah penyelesaian berhenti. Jika tidak, lanjutkan ke langkah berikutnya. 3. Menentukan variabel keluar diantara variabel basis yang ada kemudian hitung solusi baru. Kemudian kembali ke langkah 2. A. Menentukan Pemecahan Awal
Pada proses transportasi ada tiga metode yang dapat digunakan dalam menentukan fisibel basisi awal yaitu : 1. Metode pojok Kiri Atas (Northwest Corner Rule) Dimulai dengan alokasi pada sel matrik yang terletak pada pojok kiri atas dan memakai supply dari sumber yang tersedia semaksimal mungkin disesuaikan dengan kebutuhan dari lokasi tujuannya tanpa memperhatikan faktor biaya masing-masing sel matriks. 2. Metode Ongkos Terkecil Untuk memimumkan total cost distribusi supply produk yang ada untuk setiap tujuan dengan memperhatikan biaya pengiriman. Alokasi supply ke tujuan diprioritaskan berturut-turut sesuai dengan dengan struktur biaya terkecil, sehingga diharapkan akan diperoleh biaya transportasi terkecil.
3. Metode VAM (Vogel Approximation Method) Metode ini merupakan sebuah heuristik dan biasanya memberikan pemecahan awal yang lebih baik daripada metode pojok kiri atas atau metode ongkos terkecil. Pada kenyataannya, VAM umumnya menghasilkan pemecahan awal yang optimum, atau dekat dengan optimum. Langkah-langkah pada metode ini adalah sebagai berikut: Langkah 1 : menghitung pinalti untuk setiap baris dan kolom yang sama dengan perbedaan antara dua biaya terkecil di dalam baris atau kolom. Langkah 2 : mencari baris atau kolom dengan pinalti yang terbesar Langkah 3 : memilih variabel basis awal, yaitu variabel di dalam baris atau kolom yang mempunyai biaya pengangkutan terkecil. Langkah 4 : mencoret baris atau kolom dan merubah supplai atau demand yang dihubungkan dengan variabel basis. Langkah 5 : Menghitung kembali pinalti baru dan mengulangi prosedur sebelumnya sampai hanya 1 kotak yang tertinggal. Langkah 6 : Mengatur variabel tersebut dengan menyamakan antara supply dan demand yang berhubungan dengan variabel dan coretlah variabel-variabel baris dan kolom.
B. Menentukan Variabel Masuk dan Variabel Keluar
Langkah berikutnya adalah pemecahan transportasi untuk memperoleh penyelesaian optimum yaitu dengan menentukan variabel masuk dan variabel keluar. Ada dua cara yang digunakan yaitu : 1. Metode Batu Loncoatan (Stepping Stone) Dengan membuat loop tertutup untuk setiap variabel non basis selanjutnya memeriksa kemungkinan diperolehnya penurunan ongkos jika variabel non basis dimasukkan menjadi basis. Lebih jelasnya langkah-langkah metode batu loncatan adalah sebagai berikut: a. membuat jalur tertutup pada semua variabel non basis. b. analisa perubahan biaya yang terjadi pada jalur tersebut (cij). c. bila semua cij pada jalur tertutup non negatif (>0) terjadi solusi optimal, namun bila ada cij pada jalur tertutup berharga negatif maka dipilih cij negatif terbesar sebagai entering variabel. d. dari langkah diatas, kemudian diulang lagi ke langkah pertama sampai semua cij > 0. 2. Metode MODI Selain menggunakan metode batu loncatan dapat juga menggunakan metode MODI dalam pemecahan yang optimal pada transportasi yang mana prosedurnya adalah sebagai berikut : a. diawali dengan menentukan nulai Ui pada tiap baris dan nilai Vj untuk tiap kolom kemudian menggunakan hubungan/perhitungan indeks perbaikan Iij = Ui + Vij untuk semua kotak non basis. Dan proses dihentikan bila semua
nilainya nol atau negatif sebab pemecahan sudah optimal dan jumlah biaya transportasi minimum. Bila masih bernilai posistif maka perhitungan dilakukan untuk langkah selanjutnya. b. Gambarkan lintasan atau jalur tertutup (closed path) dari kotak dengan indeks perbaikan positif terbesar. c. Beri tanda (+) lalu secara bergantian pada biaya dari yang membentuk lintasan seperti pada metode batu loncatan. 2.6 Tinjauan Pustaka
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sehubungan dengan masalah penentuan jumlah dan lokasi gudang yaitu : 1. Determining Warehouse number and Location in Spain by Cluster Analysis
Penelitian tersebut dilakukan oleh David de La Fuente dan Jesus Lozano pada tahun 1998. Pada penelitian tersebut dilakukan analisis cluster untuk menentukan jumlah dan lokasi gudang yang optimal pada industri makanan di Spayol. Penelitian ini dilakukan karena tingginya persaingan pasar di Eropa untuk perusahaan makanan. Hasil penelitian ini berupa evaluasi jumlah gudang, posisi geografi, kapasitas dan ukuran gudang sehingga menghasilkan keuntungan yang maksimal. 2. Penentuan
Jumlah
dan
Lokasi
Gudang
yang
Optimal
dengan
Menggunakan Metode Displan (Studi Kasus pada PT. Inti Boga Jakarta). Penelitian ini dilakukan oleh Hengky Firmansyah pada tahun 1997. Pada penelitian ini, dilakukan pengoptimasian distribusi minyak goreng pada
wilayah Jawa Barat dengan
optimasi ongkos total distribusi dengan
menggunakan metode displan. Hasil pada penelitian ini adalah jumlah dan lokasi gudang yang menghasilkan total ongkos distribusi yang optimal. 3. Penentuan Jumlah dan Lokasi Fasilitas Gudang Distribusi dengan menggunakan Metode Cluster (Studi Kasus di Apegti Jawa Barat). Penelitan ini dilakukan oleh Sutarman pada tahun 2000. Pada penelitian ini dilakukan analisis cluster pada pendistribusian gula pasir di wilayah jawa Barat. Penelitian ini dilakukan karena adanya ketidakseimbangan pelayanan sehingga berakibat ongkos total logitik yang ditanggung oleh penyalur menjadi tinggi. Hasil penelitian ini adalah evaluasi jumlah gudang dan lokasi gudang sehingga menghasilkan total ongkos logistik yang minimal. 2.7 Tinjauan Perusahaan 2.7.1
Gudang dan Agen
PT. “ X “ mempunyai 5 (lima) buah gudang distribusi yang tersebar di sebagian besar Jawa Tengah dan sebagian kecil Jawa Barat. Perusahan ini juga telah mempunyai 19 (sembilan belas) agen untuk memasarkan produk yang dihasilkannya. Produk yang dihasilkan oleh PT. “ X “ yaitu sabun detergent cream dan Plastik. Untuk Sabun detergent cream terdiri dari 3 (tiga) ukuran yaitu
1 kg, 500 gram dan 250 gram. Lokasi gudang dan agen pemasaran PT. “ X “ dapat dilihat pada tabel. 2.2. Gudang Pekalongan melayani daerah Brebes, Tegal, Batang, Pemalang dan Pekalongan sendiri. Gudang Purwokerto melayani daerah Purbalingga, Kebumen dan kota Purwokerto. Untuk Gudang Semarang melayani permintaan
daerah Ungaran dan kota Semarang. Gudang di Magelang melayani daerah Magelang, Banjarnegara, Temanggung, Wonosobo dan Purworejo. Untuk gudang di kota Tasikmalaya melayani daerah Banjar, Ciamis, Garut dan Tasikmalaya itu sendiri. Pada produk jenis plastik, hanya dipasarkan pada beberapa daerah saja yaitu Pekalongan dan sekitarnya, Purwokerto dan sekitarnya dan Magelang dan sekitarnya. Hal ini disebabkan keterbatasan dari kemampuan produksi plastik sehingga baru dapat memenuhi kebutuhan plastik di tiga kota saja.
Tabel 2.2. Lokasi pabrik, gudang dan agen pemasaran Keterangan
Lokasi
Pabrik
Magelang
Gudang
Pekalongan Puwokerto Magelang Semarang Tasikmalaya
Agen
Pekalongan Brebes Tegal Batang Pemalang Purwokerto Purbalingga Kebumen Magelang Banjarnegara Temanggung Wonosobo Purworejo Ungaran Semarang Tasikamalaya Banjar Ciamis Garut
Sumber : Arsip perusahaan
2.7.2
Struktur Distribusi
Untuk memudahkan dalam pengiriman sabun detergent cream dan plastik, PT. “ X “ telah memiliki jaringan distribusi. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang jelas dalam pengiriman produknya mulai dari pabrik sebagai pusat distribusi, ke gudang-gudang sampai ke agen (penyalur). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.9 berikut ini.
Pabrik
Gudang
Agen Pekalongan
Brebes Tegal Pekalongan
Batang Pemalang Purwokerto Purbalingga
Purwokerto
Kebumen Magelang
Banjarnegara Temanggung
Magelang
Magelang
Wonosobo Purworejo Ungaran
Semarang
Semarang
Tasikmalaya Banjar Tasikmalaya
Ciamis Garut
Sabun Plastik Gambar 2.9 Jaringan Distribusi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Identifikasi Masalah Pada langkah, dilakukan identifikasi masalah yang terjadi pada PT. “ X “ . Identifikasi masalah ini dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan yang apa sebenarnya terjadi dan bagaimana pemecahan masalah tersebut. 3.2. Perumusan Masalah Pada penelitian ini, perumusan permasalahan yang akan diteliti yaitu menentukan jumlah dan lokasi gudang agar menghasilkan sistem pendistribusian produk seefektif dan seefisien mungkin pada PT. “ X “ , Magelang, memproduksi 2 (dua) macam produk yaitu sabun cream detergent dan plastik. 3.3. Tujuan penelitian Tujuan pada penelitian adalah untuk menentukan jumlah dan lokasi gudang optimal sehingga total biaya logistik dapat seminimal mungkin. 3.4. Tinjauan Pustaka Adapun studi pustaka yang dilakukan meliputi teori-teori tentang pengertian logistik, pengaturan gudang, konsep distribusi produk, teori persediaan, keputusan lokasi fasilitas, metode cluster, penelitian-penelitian yang berhubungan dengan masalah penentuan jumlah dan lokasi gudang, tinjauan perusahaan. 3.5. Pengumpulan Data Pada langkah ini dilakukan pengumpulan data dengan
menggunakan
metode pengumpulan data Interview dan observasi. Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data sekunder perusahaan yaitu arsip-arsip perusahaan. Adapun secara terperinci data-data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : 1. Daerah pemasaran produk sabun cream detergent dan plastik yang meliputi : a) Jumlah dan lokasi gudang b) Jumlah dan lokasi daerah pemasaran (agen) 2. Permintaan produk sabun detergent cream dan plastik pada masing-masing daerah pemasaran (agen) untuk periode tahun 2005-2006 3. Peta grid setiap daerah 4. Sistem distribusi 5. Biaya tetap gudang 6. Biaya transportasi dan biaya simpan 7. Kapasitas masing-masing gudang 8. Kapasitas produksi pabrik (sumber) 3.6 Penentuan jumlah dan lokasi gudang serta optimasi pendistribusian dengan metode cluster Permintaan tiap – tiap daerah pemasaran, maka dapat dilakukan pengolahan data lebih lanjut yaitu menentukan jumlah dan lokasi gudang dengan menggunakan metode cluster. Garis besar dalam proses pengelompokan untuk penentuan lokasi gudang adalah sebagai berikut: 1. Mulai dengan sebuah gudang di masing-masing demand atau market site. Ongkos total yang dihasilkan oleh solusi ini, ongkos total logistik yang tertinggi karena diperoleh dengan jumlah fasilitas yang paling maksimum.
2. Mengurangi jumlah gudang satu per satu dengan cara melakukan pengelompokan antar pasar-pasar yang terdekat, menjadi satu kelompok baru dengan satu lokasi gudang potensial. 3. Menentukan center of gravity dari kelompok baru ini, dan tetapkan titik itu sebagai lokasi gudang. 4. Menghitung ongkos logistik total, setelah mengalami pengurangan jumlah gudang. 5. Mengulangi
langkah
2-4
sampai
tidak
mungkin
adanya
pengelompokan lagi, dengan kata lain fasilitas gudang tinggal satu. Adapun pembentukan iterasi cluster adalah sebagai berikut : 1. Melakukan pembentukan cluster antara pasar untuk membentuk suatu pelayanan gudang dengan jarak yang terdekat 2. Menghitung “center gravity” atas cluster yang terbentuk 3. Menghitung matrik jarak 4. Menghitung ongkos transportasi 5. Menghitung ongkos simpan (carrying cost) 6. Menghitung ongkos tetap gudang 7. Menghitung Total Ongkos Logistik 8. Mengulangi tahap ini sampai
ditemukan ongkos logistik yang paling
minimum. 3.3.1
Melakukan Pembentukan Cluster Pada langkah ini, dilakukan pembentukan cluster-cluster antar daerah
pemasaran untuk membentuk suatu pelayanan gudang dengan jarak yang
terdekat. Cluster yang telah terbentuk ini merupakan langkah awal dalam menentukan lokasi dan jumlah gudang dengan menggunakn metode cluster. 3.3.2
Menghitung “Center Gravity” Setelah terbentuk cluster antar daerah pemasaran maka selanjutnya adalah
menghitung “center gravity”. Adapun formulasi yang digunakan adalah persamaan (2.38) dan (2.39) yaitu : X =
∑ V .R X ∑ VR i
i
i
i
V .R Y ∑ Y = ∑ VR i
i i
i
................................................... (2.38)
i
..................................................... (2.39)
i
dimana : Vi
= volume produk yang dikirim dari (ke) titik i
Ri
= ongkos transport untuk mengirim dari (ke) titik i
Xi, Yi
= titik koordinat untuk titik i
X,Y
= titik koordinat untuk lokasi fasilitas
3.3.3
Menghitung Matrik Jarak
Pada langkah ini, dihitung jarak antara daerah pemasaran, baik jarak pabrik ke gudang maupun jarak gudang ke agen. Untuk menghitung jarak digunakan rumus jarak “euclidean” pada persamaan (2.40) yaitu : d = k ( X 1 − X 2 ) 2 + (Y1 − Y2 ) 2
(2.40)
Dimana : D
= Jarak antara gudang dengan pasar atau jarak dari pabrik ke gudang
k
= skala pada peta grid
X1, Y1
= titik koordinat untuk tempat yang dituju (gudang, pasar)
X2, Y2
= titik koordinat untuk tempat asal (pabrik, gudang)
3.3.4
Menghitung ongkos transportasi
Pada langkah ini, dilakukan perhitungan ongkos transportasi baik ongkos transportasi inbound maupun outbound. Ongkos transportasi inbound yaitu ongkos transportasi untuk mengangkat produk atau komoditi dari pabrik ke gudang.
Sedangkan ongkos transportasi
outbound yaitu ongkos transportasi
untuk mengangkat produk atau komoditi dari gudang ke agen (penyalur). Ongkos transportasi merupakan fungsi dari jarak dan jumlah barang yang diangkut, memiliki hubungan linier terhadap jarak dan volume. Formulasi yang dapat digunakan adalah persamaan (2.41) yaitu : Tr =
∑ V .R .d i
i
i
i
...................................................... (2.41)
Dimana : Tr = total ongkos transport Vi = volume pada titik i Ri
= rata-rata transportasi untuk titik i
di = Jarak antara ke titik i dari fasilitas yang dilokasikan 3.3.5
Menghitung ongkos simpan (carrying cost)
Pada langkah ini, dilakukan perhitungan ongkos simpan. Ongkos simpan adalah semua ongkos yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya proses penyimpanan suatu barang. Besarnya biaya ini dipengaruhi oleh jumlah/volume
barang yang disimpan. Ongkos simpan dapat dihitung dengan menggunakan (2.42) sebagai berikut : Ongkos simpan (CC) = 3.3.6
koefisien ongkos simpan volume ………. (2.42) volume
Menghitung ongkos tetap gudang
Pada langkah ini, dilakukan perhitungan ongkos tetap gudang. Ongkos tetap gudang adalah ongkos yang besar/kecilnya tidak dipengaruhi oleh fluktuasi ongkos barang yang disimpan di gudang. Perhitungannya adalah penjumlahan dari ongkos-ongkos depresiasi, gaji pegawai, listrik, perawatan, administrasi, PBB dan asuransi. 3.3.7
Menghitung Ongkos total
Pada langkah ini, dilakukan perhitungan total ongkos logistik, baik ongkos trasportasi, ongkos simpan maupun ongkos tetap gudang. 3.3.8
Mengulangi tahap ini sampai ditemukan ongkos logistik yang paling minimum.
Pada langkah ini, iterasi akan terus berlanjut sampai akhirnya didapatkan ongkos logistik yang minimum dari setiap cluster daerah pemasarn yang terbentuk. 3.7.Analisa Pada tahapan ini dilakukan pembahasan dan analisa hasil pengolahan data
dengan menggunakan metode cluster sehingga dapat sesuai tujuan penelitian. Adapun
hasil
yang
diperoleh
berupa
minimasi
biaya
logistik
dalam
pendistribusian produk. Hal ini akan dapat mengusulkan perbaikan sistem distribusi sehingga dapat meningkatkan tingkat pelayanan kepada konsumen.
3.8.Kesimpulan dan Saran
Setelah dilakukan analisa pada masalah penentuan lokasi dan jumlah gudang optimal dengan metode cluster, maka langkah selanjutnya adalah menyimpulkan permasalahan yang telah dibahas. Hal ini akan dapat digunakan untuk memberikan saran berupa usulan perbaikan bagi perusahaan.
Mulai Identifikasi Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Tinjauan Pustaka Pengumpulan data
Permintaan
Metode Cluster
Pembentukan cluster antar pasar untuk membentuk suatu pelayanan gudang dengan jarak terdekat Menghitung “center of gravity” atas cluster yang terbentuk Menghitung matrik jarak dengan rumus jarak “euclidean” Menghitung menghitung ongkos transportasi Menghitung ongkos simpan (carrying cost) Menghitung ongkos tetap gudang Menghitung total ongkos (TC) logistik Tidak
TC Minimum? Ya Analisa Kesimpulan dan saran
Selesai Gambar 3.1 Langkah-langkah Pemecahan Masalah
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1. PENGUMPULAN DATA Berikut ini data-data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan terhadap objek penelitian. 4.1.1. Penjualan Sabun Detergent cream dan Plastik Untuk mengetahui kebutuhan sabun detergent cream
dan plastik
diperlukan data historis penjualan sabun di tiap-tiap agen selama tahun 20052006. Pada produk sabun detergent cream terdapat 3 (tiga) macam ukuran produk yaitu sabun detergent cream 1 kg, 500 g dan 250 g. Data permintaan sabun detergent cream tiap-tiap ukuran produk pada masing-masing agen (daerah pasar) dan data permintaan plastik tiap-tiap agen selama periode 2005-2006 dapat dilihat pada lampiran . 4.1.2. Struktur Distribusi Untuk memudahkan dalam pengiriman sabun detergent cream dan plastik, PT. “ X “ telah memiliki jaringan distribusi. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang jelas dalam pengiriman produknya mulai dari pabrik sebagai pusat distribusi, ke gudang-gudang sampai ke agen (penyalur). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini.
Pabrik
Gudang
Agen Pekalongan
Brebes Tegal Pekalongan
Batang Pemalang Purwokerto Purbalingga
Purwokerto
Kebumen Magelang
Banjarnegara Temanggung
Magelang
Magelang
Wonosobo Purworejo Ungaran
Semarang
Semarang
Tasikmalaya Banjar Tasikmalaya
Ciamis Garut
Sabun Plastik Gambar 4.1 Jaringan Distribusi
4.1.3. Biaya Transportasi Untuk mengetahui biaya transportasi tiap unit maka perlu diketahui biaya transportasi tiap kali pengiriman dan jumlah unit yang dikirim dari sumber ke tujuan. a. Biaya Transportasi Inbound Biaya transportsi inbound yaitu biaya yang diperlukan dalam pengiriman produk atau komoditi dari pabrik selaku pusat distribusi ke gudang. Biaya transportasi per unit untuk produk sabun dan plastik dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1. Biaya Transportasi Inbound Sabun Detergent cream dan Plastik
Tujuan Pekalongan Purwokerto Magelang Semarang Tasikmalaya
Sumber (Magelang) Rp/karton/km Sabun Detergent cream Plastik 5 11 6 11,5 5 10 4 6 -
b. Biaya Transportasi Outbound Biaya transportsi outbound yaitu biaya yang diperlukan dalam pengiriman produk atau komoditi dari gudang ke penyalur (agen). Biaya transportasi per unit untuk produk sabun detergent cream dan plastik dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2. Biaya Transportasi Outbound Sabun Detergent cream Sumber (Pekalongan) Rp/karton/km Sabun Detergent cream Plastik Pekalongan 8 15 Brebes 8 15 Tegal 8 15 Batang 8 15 Pemalang 8 15 Tujuan
Sumber (Purwokerto) Rp/karton/km Sabun Detergent cream Plastik Purwokerto 7 15 Purbalingga 7 15 Kebumen 7 15 Sumber (Magelang) Tujuan Rp/karton/km Sabun Detergent cream Plastik Magelang 6 11 Banjarnegara 6 11 Temanggung 6 11 Wonosobo 6 11 Purworejo 6 11 Sumber (Semarang) Tujuan Rp/karton/km Sabun Detergent cream Plastik Semarang 7 Ungaran 7 Sumber (Tasikmalaya) Tujuan Rp/karton/km Sabun Detergent cream Plastik Tasikmalaya 11 Banjar 11 Ciamis 11 Garut 11 Tujuan
4.1.4. Kapasitas Produksi Pabrik PT. “ X “ memproduksi dua jenis produk yaitu sabun detergent cream dan plastik. Perusahaan mempunyai tiga shift kerja per hari untuk tiap produk. Kapasitas produksi dari dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Kapasitas Produksi Pabrik Jenis produk Kapasitas Produksi /shift Kapasitas Produksi/tahun Sabun Detergent cream 1 kg 495 karton 445500 karton Sabun Detergent cream 500 g 1305 karton 1174500 karton Sabun Detergent cream 250 g 450 karton 405000 karton Plastik 300 bal 259200 bal 4.1.5. Lokasi Gudang dan Kapasitasnya Salah satu fungsi gudang adalah sebagai sarana untuk menyimpan barang jadi, seperti halnya di PT. “ X “ yang memproduksi produknya dalam dalam jumlah besar tentunya harus memiliki gudang atau warehouse. Selain sebagai tempat penyimpanan sementara, gudang juga digunakan sebagai salah satu pelayanan
perusahaan terhadap pelanggan atau konsumen dan untuk untuk
meredam fluktuasi demand. PT. “ X “ mempunyai lima gudang dalam melayani kebutuhan konsumen. Lokasi gudang, dan kapasitas gudang dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Lokasi dan kapasitas gudang Kapasitas gudang/th Sabun detergent Plastik cream Pekalongan 420000 karton 61000 bal Purwokerto 260000 karton 38000 bal Magelang 500000 karton 48000 bal Semarang 240000 karton Tasikmalaya 375000 karton Gudang
4.1.6. Biaya Simpan (Carrying cost) Biaya simpan (carrying cost) merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk segala sesuatu yang berkaitan dengan penyimpanan suatu barang. Besarnya biaya tersebut sangat dipengaruhi oleh jumlah/volume barang yang disimpan. PT. “ X “ menetapkan bahwa koefisien biaya simpan merupakan pengurangan harga sebesar 3% perbulan dari harga jual produknya. Biaya Simpan (carrying cost) sabun detergent cream dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Produk Sabun detergent cream 1 kg Sabun detergent cream 500 g Sabun detergent cream 250 g Plastik
Tabel 4.5 Biaya Simpan Harga Jual/unit Biaya simpan/bulan (Rp) 16500/karton 495 17500/karton 525 18000/karton 540 32000/bal 960
Biaya simpan/th (Rp) 5940 6300 6480 11520
4.1.7. Biaya Tetap Gudang (Fixed cost) Biaya tetap gudang adalah pengeluaran setiap periode yang dikeluarkan oleeh perusahaan untuk mengoperasikan gudang dimana besarnya tidak tergantung jumlah/volume baraang yang disimpan. Pada PT. “ X “, biaya tetap gudang terdiri dari dari : 1. Biaya depresiasi 2. Biaya gaji pegawai 3. Biaya administrasi 4. Biaya perawatan 5. PBB
6. Asuransi 7. Biaya listrik Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :
No 1
2
3 4 5 6 7
Tabel 4.6 Biaya Tetap Gudang Jenis Biaya Biaya (Rp) Investasi gudang a. Pekalongan b. Purwokerto c. Magelang d. Semarang e. Tasikmalaya Gaji pegawai a. Kepala Gudang (1 orang) b. Keamanan (2 orang) c. Pembantu (3 orang) Listrik Perawatan gudang Administrasi PBB Asuransi
125000000 100000000 300000000 130000000 200000000 600000/bulan/orang 400000/bulan/orang 350000/bulan/orang 2080000/th/gudang 2000000/th/gudang 1000000/th/gudang 950000/th/gudang 2500000/th/gudang
4.2. PENGOLAHAN DATA Permintaan selama tahun 2005 - 2006 tersebut menjadi volume penjualan tiap-tiap produk pada masing-masing penyalur (agen). Permintaan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Permintaan Kebutuhan Sabun dan Plastik selama tahun 2005- 2006 Daerah
Sabun 1 kg
Sabun 500 g
Sabun 250 g
Plastik
Pekalongan
19256,724
61336,800
22824,000
12374,004
Brebes
12596,844
49610,100
29304,264
11702,401
Tegal
14957,940
48151,140
14172,000
13208,784
Batang
16710,000
42689,676
14017,080
11240,160
Pemalang
17655,996
48413,436
15845,364
11690,185
Purwokerto
27896,436
59994,576
17056,056
11337,098
Purbalingga
14738,148
59920,896
11955,454
14071,044
Kebumen
24175,104
51000,780
29988,000
11092,441
Magelang
33848,436
51002,844
15729,996
13349,820
Banjarnegara
14754,636
44560,848
14925,528
11742,728
Temanggung
21948,000
53793,168
27924,312
11718,000
Wonosobo
19028,436
59966,208
14299,764
11682,000
Purworejo
13580,592
48568,536
14652,000
-
Semarang
28666,500
63636,600
34578,804
-
Ungaran
24252,816
63756,576
15603,360
-
Tasikmalaya
22684,248
49340,472
14942,400
-
Banjar
20869,416
53523,240
29130,792
-
Ciamis
14701,452
49213,320
14802,564
-
Garut
22013,304
50521,248
15396,012
-
4.2.1. Peta Grid Peta grid digunakan menentukan titik koordinat tiap daerah. Dengan menggunakan bantuan software Corel Draw 12 dibuat peta grid pulau Jawa. Dari hasil pembuatan grid pulau Jawa, maka didapat koordinat setiap derah pasar.
4.2.2. Perhitungan Biaya Tetap Gudang Perhitungan biaya tetap gudang terdiri dari biaya depresiasi masingmasing gudang, biaya gaji karyawan, biaya listrik, biaya perawatan gudang, biaya administrasi, PBB dan biaya asuransi. Contoh perhitungan dilakukan pada gudang Pekalongan. a
Perhitungan biaya depresiasi Perhitungan biaya depresiasi dilakukan dengan menggunakan metoda Straight Line (garis lurus) dengan umur ekonomis bangunan 25 tahun dan nilai sisa 10%. Biaya depresiasi ini ditentukan untuk masing-masing kapasitas gudang kemudian dihitung nilai depresiasi rata-rata, dengan rumus perhitungannya adalah : Depresiasi = =
Investasi − nilai sisa umur ekonomis 125.000.000 − 12.500.000 25
= Rp. 4.500.000,b
Perhitungan total biaya tetap gudang Total biaya tetap gudang (fixed cost) untuk gudang Pekalongan dapat dilihat pada tabel 4.8 Tabel 4.8 Total Biaya Tetap (fixed cost) Gudang Pekalongan No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Biaya Biaya depresiasi Gaji pegawai Listrik Perawatan gudang Administrasi PBB Asuransi Total
Biaya (Rp)/th 4500000 29400000 2080000 2000000 1000000 950000 2500000 42430000
Untuk perhitungan biaya depresiasi dan total biaya masing-masing gudang dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Biaya depresiasi dan total biaya tetap (fixed cost) tiap gudang No Gudang Depresiasi Total Biaya tetap 1 Purwokerto 3600000 41530000 2 Magelang 10800000 48730000 3 Semarang 4680000 42610000 4 Tasikmalaya 7200000 45130000 4.2.3. Menentukan lokasi gudang dan jumlah gudang Untuk menentukan lokasi dan jumlah gudang yang optimal digunakan metode cluster. Metode cluster merupakan pengelompokan lokasi pasar yang terdekat, selanjutnya dilakukan analisis tentang lokasi fasilitas potensial melalui central of gravity. Contoh perhitungan dilakukan pada daerah-daerah pasar/agen yang dilayani oleh gudang Pekalongan. Sedangkan untuk hasil perhitungan metode cluster untuk daerah-daerah pasar yang lainnya dapat dilihat pada lampiran . A. Pengelompokan Daerah Pasar Daerah-daerah pasar dikelompokan berdasarkan perhitungan matrik jarak. Dari perhitungan matrik jarak akan dikelompokkan daerah-dareah pasar yang mempunyai jarak paling dekat. Perhitungan matrik jarak pada daerah-daerah pasar yang dilayani oleh gudang Pekalongan dapat dilihat pada tabel 4.10 Tabel 4.10. Jarak antar dareah pasar yang dilayani oleh gudag Pekalongan. Jarak (km) Pekalongan Brebes Tegal Batang Pemalang Pekalongan 0 66,5230223 56,027337 9,424038 28,0546342 Brebes 66,523 0 10,5 75,432917 10,5 Tegal 56,0273 10,5 0 64,962489 28,2179021 Batang 9,42404 75,432917 64,962489 0 36,7916430 Pemalang 28,0546 38,6587636 28,217902 36,791647 0
Pengelompokan daerah pasar 1 Pekalongan 2 Batang
3
Pemalang
4
Tegal Brebes B. Melakukan iterasi metode cluster Setelah dilakukan pengelompokan daerah pasar maka dilakukan iterasi-iterasi. Pada iterasi 0, terdapat gudang pada masing-masing daerah pasar, sehingga transportation cost pada iterasi awal adalah 0.
Iterasi 0 Pabrik Magelang Magelang Magelang Magelang Magelang
Gudang Pekalongan Brebes Tegal Batang Pemalang
Pasar Pekalongan Brebes Tegal Batang Pemalang
Transport Jarak Jarak pabrik gudang Inbound Outbound ke gudang ke pasar sabun Plastik sabun plastik (D) (d) 89,12982105 0 5 11 0 0 144,0219167 0 5 11 0 0 134,7954469 0 5 11 0 0 80,671014 0 5 11 0 0 109,2454232 0 5 11 0 0 Total logistic cost
TC 58219747,42 84437522,66 71671011,93 39587326,91 58792174,33
FC
Logistic cost
42430000 42430000 42430000 42430000 42430000
105294748,65 131292906,38 118305328,88 86075384,65 105458896,94 546427265,50
CC 4645001,233 4425383,722 4204316,948 4058057,739 4236722,613
Contoh perhitungan : Jarak dari pabrik ke gudang Pekalongan (D) = k ( X mgl − X pkl ) 2 + (Ymgl − Y pkl ) 2 = 17,5 × (16 − 12,5) 2 + (5,7 − 9,4) 2 = 89,12982105 Transportation cost (TC)
= ((D) x Rp 5,- x volume sabun 1 kg) + ((D) x Rp 5,- x volume sabun 500 g) + ((D) x Rp 5,- x volume sabun 250 g) ((D) x Rp 11,- x volume plastik) = (89,12982105x Rp. 5,- x 19256,724) +(89,12982105x Rp. 5,- x 61336,8) +(89,12982105x Rp. 5,- x 22824,000) + (89,12982105x Rp. 11,- x 12374,004) = Rp. 58.219.747,42,-
Carrying cost (CC) Gudang Pekalongan
=
(5940 ×
(
) (
) (
)
volume sabun 1 kg + 6300 × volume sabun 500 g + 6480 × volume sabun 250 g + 11520 × volume permintaan plastik
) (
) (
)
= 5940 × 19256,724 + 6300 × 61336,8 + 6480 × 22824 + 11520 × 12374,004 = Rp. 4.645.001,233,Logistic Cost
= Transportation cost + carrying cost + fixed cost = Rp. 58.219.747,42,-+ Rp. 4.645.001,233,-+ Rp. 42.430.000,= Rp. 105.294.748,65,-
Center of Gravity 1 (CG 1) X = X =
((vol sabun 1 kg pkl + vol sabun 500 g pkl + vol sabun 250g pkl + vol plastik pekalongan)× (Xpkl ) + ((vol sabun 1 kg btg + vol sabun 500 g btg + vol sabun 250 g btg + volume plastik batang )× (Xbtg ) vol sabun 1 kg pkl + vol sabun 500 g pkl + vol sabun 250g pkl + vol plastik pekalongan + vol sabun 1 kg btg + vol sabun 500 g btg + vol sabun 250 g btg + volume plastik batang
((19256,724 + 61336,8 + 22824 + 12374 ,004)× (12,5)) + ((16710 + 41540 ,135 + 14017 ,080 + 11240,60 )× (13)) 19256 ,724 + 61336 ,8 + 22824 + 12374 ,004 + 16710 + 41540 ,135 + 14017 ,080 + 11240 ,160
= 12,71
Y = Y =
((vol sabun 1 kg pkl + vol sabun 500 g pkl + vol sabun 250g pkl + vol plastik pekalongan)× (Ypkl ) + ((vol sabun 1 kg btg + vol sabun 500 g btg + vol sabun 250 g btg + volume plastik batang )× (Ybtg ) vol sabun 1 kg pkl + vol sabun 500 g pkl + vol sabun 250g pkl + vol plastik pekalongan + vol sabun 1 kg btg + vol sabun 500 g btg + vol sabun 250 g btg + volume plastik batang
((19256,724 + 61336,8 + 22824 + 12374,004) × (9,4)) + ((16710 + 41540,135 + 14017,080 + 11240,160 ) × (9,2))
= 9,32
19256,724 + 61336,8 + 22824 + 12374,004 + 16710 + 41540,135 + 14017,080 + 11240,160
Iterasi 1 Pabrik Magelang Magelang Magelang Magelang Magelang
Transport Jarak pabrik Jarak gudang ke gudang ke pasar Inbound Outbound (D) (d) sabun Plastik sabun plastik CG1 Pekalongan 85,53273502 3,980125824 5 11 8 15 Brebes Brebes 144,0219167 0 5 11 0 0 Tegal Tegal 134,7954469 0 5 11 0 0 CG1 Batang 85,53273502 5,443912589 5 11 8 15 Pemalang Pemalang 109,2454232 0 5 11 0 0 Total logistic cost Gudang
Pasar
Contoh perhitungan : Jarak dari pabrik ke CG 1 (D) = k ( X mgl − X CG1 ) 2 + (Ymgl − YCG1 ) 2 = 17,5 (16 − 12,71) 2 + (5,7 − 9,32) 2 = 85,53 km Jarak dari CG 1 ke daerah pasar (d) = k ( X pkl − X CG1 ) 2 + (Y pkl − YCG1 ) 2
= 40 (12,5 − 12,71) 2 + (9,4 − 9,32) 2 = 3,98 km
FC TC 59901794,3 84437522,66 71671011,93 46088349,53 58792174,33
CC
Logistic cost
3499414,273 24510215,37 87911423,94 4425383,722 42430000 131292906,38 4204316,948 42430000 118305328,88 2673088,169 17919784,63 66681222,32 4236722,613 42430000 105458896,94 509649778,47
Transportation cost (TC)
= ((D) x Rp 5,- x volume sabun 1 kg) + ((D) x Rp 5,- x volume sabun 500 g) + ((D) x Rp 5,- x volume sabun 250 g) ((D) x Rp 11,- x volume plastik) + ((d) x Rp 8,- x volume sabun 1 kg) +((d) x Rp 8,- x volume sabun 500 g) +((d) x Rp 8,- x volume sabun 250) ((d) x Rp 15,- x volume plastik Pekalongan) = (85,53 x Rp. 5,- x 19256,724) + (85,53 x Rp. 5,- x 61336,8) +(85,53 x Rp. 5,- x 22824,000) + (85,53 x Rp. 11,- x 12374,004) + (3,98 x Rp. 8,- x 19256,724) + (3,98 x Rp. 8,- x 61336,8) +(3,98 x Rp. 8,- x 22824,000) + (3,98 x Rp. 15,- x 12374,004) = Rp. 59.901.794,3,-
Carrying cost (CC) Gudang Pekalongan
=
(
)
(
)
⎞ ⎞ ⎛ 6300 × vol sabun 500 g pkl + vol sabun 500 g btg ⎛ 5940 × vol sabun 1 kg pkl + vol sabun1 kg btg ⎜ × vol sabun 500 g pkl ⎟ × vol sabun 1 kg pkl ⎟ + ⎜ ⎟ ⎟ ⎜ ⎜ vol sabun 1 kg pkl + vol sabun 1 kg btg vol sabun 500 g pkl + vol sabun 500 g btg ⎠ ⎠ ⎝ ⎝
(
)
⎛ 6480 × vol sabun pkl 250g + vol sabun 250 gbtg ⎞ 11520 × vol plastik pkl + vol plastik btg +⎜ × vol sabun 250 g pkl ⎟ + × vol plastik pkl ⎜ ⎟ vol sabun 250 g pkl + vol sabun 250 g btg vol plastik pkl + vol plastik btg ⎝ ⎠
(
)
(
)
⎛ 5940 × 19256,724 + 16710,000 ⎞ 6300 × 61336,8 + 42689,676 × 19256,724 ⎟⎟ + × 61336,8 = ⎜⎜ 19256,724 + 16710,000
⎝
(
61336,8 + 42689,676
⎠
)
(
)
⎛ 6480 × 22824,000 + 14017,080 ⎞ 11520 × 12374,004 + 11240,160 + ⎜⎜ × 22824,000 ⎟⎟ + × 12374,004 22824,000 + 14017,080 12374,004 + 11240,160 ⎝ ⎠
= Rp. 3.499.414,273,-
Fixed cost (FC) Gudang Pekalongan
=
vol sabun 1 kg pkl + vol sabun 500 g pkl + vol sabun 250 g pkl + vol plastik pkl × 42430000 vol sabun 1 kg pkl + vol sabun 500 g pkl + vol sabun 250 g pkl + vol plastik pkl + vol sabun 1 kg btg + vol sabun 500g btg + vol sabun 250 g btg + vol plastik btg
= Rp. 24.510.215,4,Logistic Cost = Transportation cost + carrying cost + fixed cost
= Rp. 59.901.794,3,- + Rp. 3.499.414,273,- + Rp. 24.510.215,4,-= Rp. 87.911.423,94,-
Center of Gravity 2 (CG 2) X =
((∑ vol sabun pkl + vol plastik pkl + ∑ vol sabun btg + vol plastik btg )× (XCG1 ))+ ⎛⎜⎝ (vol sabun 1 kg pml + vol sabun 500 g pml + vol sabun 250 g pml + vol plastik pml)× ⎛⎜⎝ Xpml ⎞⎟⎠ ⎞⎟⎠ ∑ vol sabun pkl + vol plastik pkl + ∑ vol sabun btg + vol plastik btg + vol sabun 1 kg pml + vol sabun 500 g pml + vol sabun 250 g pml + vol plastik pml
= 12,13
Y=
((∑ vol sabun pkl + vol plastik pkl + ∑ vol sabun btg + vol plastik btg ) × (YCG1 )) + ((vol sabun 1 kg pml + vol sabun 500 g pml + vol sabun 250 g pml + vol plastik pml) × (Ypml ))
= 9,31
∑ vol sabun pkl + vol plastik pkl + ∑ vol sabun btg + vol plastik btg + vol sabun 1 kg pml + vol sabun 500 g pml + vol sabun 250 g pml + vol plastik pml
Iterasi 2 Pabrik Magelang Magelang Magelang Magelang Magelang
Gudang CG2 Brebes Tegal CG2 CG2
Transport Jarak pabrik Jarak gudang ke gudang ke pasar Inbound Outbound (D) (d) sabun Plastik sabun plastik Pekalongan 92,56402196 6,206560924 5 11 8 15 Brebes 144,0219167 0 5 11 0 0 Tegal 134,7954469 0 5 11 0 0 Batang 92,56402196 14,39479229 5 11 8 15 Pemalang 92,56402196 20,3720761 5 11 8 15 Total logistic cost Pasar
Contoh perhitungan : Jarak dari pabrik ke CG 2 (D) = k ( X mgl − X CG 2 ) 2 + (Ymgl − YCG 2 ) 2 = 17,5 (16 − 12,13) 2 + (5,7 − 9,31) 2 = 92,56402196 km Jarak dari CG 2 ke daerah pasar (d) = k ( X pkl − X CG 2 ) 2 + (Y pkl − YCG 2 ) 2 = 17,5 (12,5 − 12,13 ) 2 + (9,4 − 9,31) 2 = 6,206560 km
FC TC 66749910,62 84437522,66 71671011,93 56305077,81 66737306,84
CC
Logistic cost
2207691,983 16707965,67 85665568,27 4425383,722 42430000 131292906,38 4204316,948 42430000 118305328,88 1783126,445 12215443,31 70303647,57 1901862,743 13506591,02 82145760,60 487713211,70
Transportation cost (TC)
= ((D) x Rp 5,- x volume sabun 1 kg) + ((D) x Rp 5,- x volume sabun 500 g) + ((D) x Rp 5,- x volume sabun 250 g) ((D) x Rp 11,- x volume plastik) + ((d) x Rp 8,- x volume sabun 1 kg) +((d) x Rp 8,- x volume sabun 500 g) +((d) x Rp 8,- x volume sabun 250) ((d) x Rp 15,- x volume plastik Pekalongan) = (92,56402196 x Rp. 5,- x 19256,724) + (92,56402196 x Rp. 5,- x 61336,8) +(92,56402196 x Rp. 5,x 22824,000) + (92,56402196 x Rp. 11,- x 12374,004) + (6,206560 x Rp. 8,- x 19256,724) + (6,206560 x Rp. 8,- x 61336,8) +(6,206560 x Rp. 8,- x 22824,000) + (6,206560 x Rp. 15,- x 12374,004) = Rp. 66.749.910,62,-
Carrying cost (CC) Gudang Pekalongan
)
(
)
(
=
⎞ ⎛ 5940 × vol sabun 1 kg pkl + vol sabun 1kg btg + vol sabun 1 kg pml ⎞ ⎛ 6300 × vol sabun 500 g pkl + vol sabun 500 g btg + vol sabun 500 g pml ⎜ × vol sabun 1 kg pkl ⎟⎟ + ⎜⎜ × vol sabun 500g pkl ⎟⎟ ⎜ vol sabun 1 kg pkl + vol sabun 1 kg btg + vol sabun 1 kg pml vol sabun 500 g pkl + vol sabun 500 g btg + vol sabun 500 pml ⎠ ⎝ ⎠ ⎝
=
+ ⎜⎜
(
⎛ 6480 × vol sabun 250g pkl + vol sabun 250g btg + vol sabun 250g pml ⎝
⎟ ⎠
vol sabun 250g pkl + vol sabun 250g btg + vol sabun 250g pml
(
) × vol sabun 250 g pkl ⎞⎟ + 11520 ×
)
vol plastik pkl + vol plastik btg + vol plastik pml × vol plastik pkl vol plastik pkl + vol plastik btg + vol plastik pml
(
)
⎛ 5940 × 19256,724 + 16710,000 + 17655,996 ⎞ 6300 × 61336,8 + 42689,676 + 48413,436 × 19256,724 ⎟⎟ + × 61336,8 = ⎜⎜ ⎝
19256,724 + 16710,000 + 17655,996
(
)
⎠
61336,8 + 42689,676 + 48413,436
(
)
⎛ 6480 × 22824,000 + 14017,080 + 15845,364 ⎞ 11520 × 12374,004 + 11240,160 + 11690,185 +⎜ × 22824,000 ⎟ + × 12374,004 ⎜ ⎟ 22824,000 + 14017,080 + 15845,364 12374,004 + 11240,160 + 11690,185 ⎝ ⎠ = Rp. 2.207.691,983
Fixed cost (FC) Gudang Pekalongan =
=
vol sabun 1 kg pkl + vol sabun 500g pkl + vol sabun 250kg pkl + vol plastik pkl × 42430000 + vol plastik pkl + ∑ vol sabun btg + vol plastik btg + ∑ vol sabun pml + vol plastik pml vol sabun pkl ∑
Rp. 16.707.965,7,-
Logistic Cost = Transportation cost + carrying cost + fixed cost
= Rp. 66.749.910,62,- + Rp. 2.207.691,983 + Rp. 16.707.965,7,= Rp. 85.665.568,27,-
Center of Gravity 3 (CG 3) X =
((∑ vol sabun pkl + vol plastik pkl + ∑ vol sabun btg + vol plastik btg + ∑ vol sabun pml + vol plastik pml)× (X CG2 ) + ⎛⎜⎜⎝ (∑ vol sabun tgl + vol plastik tgl)× ⎛⎜⎝ Xtgl ⎞⎟⎠ ⎞⎟⎟⎠ ∑ vol sabun pkl + vol plastik pkl + ∑ vol sabun btg + vol plastik btg + ∑ vol sabun pml + vol plastik pml + ∑ vol sabun tgl + vol plastik tgl
= 11,47
Y =
((∑ vol sabun pkl + vol plastik pkl + ∑ vol sabun btg + vol plastik btg + ∑ vol sabun pml + vol plastik pml)× (Y CG2 ) + ⎛⎜⎜⎝ (∑ vol sabun tgl + vol plastik tgl)× ⎛⎜⎝ Ytgl ⎞⎟⎠ ⎞⎟⎟⎠
= 9,35
∑ vol sabun pkl + vol plastik pkl + ∑ vol sabun btg + vol plastik btg + ∑ vol sabun pml + vol plastik pml + ∑ vol sabun tgl + vol plastik tgl
Iterasi 3 Pabrik Magelang Magelang Magelang Magelang Magelang
Gudang CG3 Brebes CG3 CG3 CG3
Jarak pabrik ke gudang (D) Pekalongan 101,8959241 Brebes 144,0219167 Tegal 101,8959241 Batang 101,8959241 Pemalang 101,8959241 Pasar
Transport Jarak gudang ke pasar Inbound Outbound (d) sabun Plastik sabun plastik 19,11762644 5 11 8 15 0 5 11 0 0 40,18980415 5 11 8 15 28,49457027 5 11 8 15 10,54984878 5 11 8 15 Total logistic cost
TC 85923791,69 84437522,66 86988437,46 71543016,61 63600378,61
FC
Logistic Cost
12776284,68 42430000 9984532,398 9340932,599 10328250,33
101218835,38 131292906,38 99035581,46 82802631,49 76018637,47 490368592,18
CC 2518759,015 4425383,722 2062611,604 1918682,282 2090008,535
Contoh perhitungan : Jarak dari pabrik ke CG 3 (D) = k ( X mgl − X CG 3 ) 2 + (Ymgl − YCG3 ) 2 = 17,5 (16 − 11,47) 2 + (5,7 − 9,35) 2 = 101,8959241 km Jarak dari CG 3 ke daerah pasar (d) = k ( X pkl − X CG 3 ) 2 + (Y pkl − YCG 3 ) 2 = 17,5 (12,5 − 11,47) 2 + (9,4 − 9,35) 2 = 19,11762644 km
Transportation cost (TC)
= ((D) x Rp 5,- x volume sabun 1 kg) + ((D) x Rp 5,- x volume sabun 500 g) + ((D) x Rp 5,- x volume sabun
250 g) ((D) x Rp 11,- x volume plastik) + ((d) x Rp 8,- x volume sabun 1 kg) +((d) x Rp 8,- x volume sabun 500 g) +((d) x Rp 8,- x volume sabun 250) ((d) x Rp 15,- x volume plastik Pekalongan)
= (101,8959241 x Rp. 5,- x 19256,724) + (101,8959241 x Rp. 5,- x 61336,8) +(101,8959241 x Rp. 5,- x 22824,000) + (101,8959241 x Rp. 11,- x 12374,004) + (19,11762644 x Rp. 8,- x 19256,724) + (19,11762644 x Rp. 8,- x 61336,8) +(19,11762644 x Rp. 8,- x 22824,000) + (19,11762644 x Rp. 15,- x 12374,004) = Rp. 85.923.791,69,-
Carrying cost (CC) Gudang Pekalongan =
⎛⎛ ⎜ ⎜ 5940 × ⎜⎝ ⎜ vol ⎜ ⎝
vol sabun 1 kg pkl + vol sabun 1 kg btg + vol sabun 1 kg pml + vol sabun 1 kg tgl ⎞⎟ sabun 1 kg pkl + vol sabun1 kg btg + vol sabun 1 kg pml + vol sabun 1 kg tgl
⎠ × vol
⎞ ⎟ sabun 1 kg pkl ⎟⎟ ⎟ ⎠
(
)
(
)
⎛ 6300 × vol sabun 500 g pkl + vol sabun 500g btg + vol sabun 500 g pml + vol sabun 500 g tgl ⎞ × vol sabun 500 g pkl ⎟ +⎜ ⎜ ⎟ vol sabun 500 g pkl + vol sabun 500 g btg + vol sabun 500 g pml + vol sabun 500 g tgl ⎝ ⎠ ⎛ 6480 × vol sabun 250 g pkl + vol sabun 250g btg + vol sabun 250 g pml + vol sabun 250 g tgl ⎞ × vol sabun 250 g pkl ⎟ +⎜ ⎜ ⎟ vol sabun 250 g pkl + vol sabun 250 g btg + vol sabun 250 g pml + vol sabun 250 g tgl ⎝ ⎠ ⎛ 11520 × vol plastik pkl + vol plastik btg + vol plastik pml + vol plastik tgl ⎞ + ⎜⎜ × vol plastik pkl ⎟⎟ vol plastik pkl + vol plastik btg + vol plastik pml + vol plastik tgl ⎝ ⎠
(
)
⎞ ⎛ 5940 × 19256,724 + 16710,000 + 17655,996 + 14957,940 = ⎜⎜ × 19256,724 ⎟ ⎟ 19256,724 + 16710,000 + 17655,996 + 14957,940 ⎠ ⎝
(
)
⎞ ⎛ 6300 × 61336,8 + 42689,676 + 48413,436 + 48151,14 × 61336,8 ⎟ ⎟ ⎜ 61336,8 + 42689,676 + 48413,436 + 48151,14 ⎠ ⎝
+⎜
(
)
⎞ ⎛ 11520 × 12374,004 + 11240,160 + 11690,185 + 13208,784 ⎛ 6480 × 22824,000 + 14017,080 + 15845,364 + 14172,000 ⎞ × 22824,000 ⎟ + ⎜⎜ × 12374,004 ⎟⎟ ⎟ ⎜ 12374,004 + 11240,160 + 11690,185 + 13208,784 22824,000 + 14017,080 + 15845,364 + 14172,000 ⎠ ⎠ ⎝ ⎝
+⎜
= Rp. 2.518.759,015,-
Fixed cost (FC) Gudang Pekalongan =
vol sabun 1 kg pkl + vol sabun 500g pkl + vol sabun 250kg pkl + vol plastik pkl
∑ vol sabun pkl + vol plastik pkl + ∑ vol sabun btg + vol plastik btg + ∑ vol sabun pml + vol plastik pml + ∑ vol sabun tgl + vol plastik tgl
× 42430000
= Rp. 12.776.284,7,-
Logistic Cost = Transportation cost + carrying cost + fixed cost = Rp. 85.923.791,69,-+ Rp. 2.518.759,015,- + Rp. 12.776.284,7,= Rp. 101.218.835,38 Center of Gravity 4 (CG 4)
X =
((∑ vol sabun pkl + vol plastik pkl + ∑ vol sabun btg + vol plastik btg + ∑ vol sabun pml + vol plastik pml + ∑ vol sabun tgl + vol plastik tgl) × (X CG3 ))+ ((∑ vol sabun brb + vol plastik brb)× (Xbrb )) ∑ vol sabun pkl + vol plastik pkl + ∑ vol sabun btg + vol plastik btg + ∑ vol sabun pml + vol plastik pml + ∑ vol sabun tgl + vol plastik tgl + ∑ vol sabun brb + vol plastik brb
= 10,88
Y =
((∑ vol sabun pkl + vol plastik pkl + ∑ vol sabun btg + vol plastik btg + ∑ vol sabun pml + vol plastik pml + ∑ vol sabun tgl + vol plastik tgl)× (Y CG3 ))+ ((∑ vol sabun brb + vol plastik brb) × (Ybrb ))
= 9,38
∑ vol sabun pkl + vol plastik pkl + ∑ vol sabun btg + vol plastik btg + ∑ vol sabun pml + vol plastik pml + ∑ vol sabun tgl + vol plastik tgl + ∑ vol sabun brb + vol plastik brb
Iterasi 4 Pabrik Magelang Magelang Magelang Magelang Magelang
Gudang CG4 CG4 CG4 CG4 CG4
Jarak pabrik ke gudang (D) Pekalongan 110,3745209 Brebes 110,3745209 Tegal 110,3745209 Batang 110,3745209 Pemalang 110,3745209 Pasar
Transport Jarak gudang ke pasar Inbound Outbound (d) sabun Plastik sabun plastik 31,553338 5 11 8 15 42,60610241 5 11 8 15 30,92813732 5 11 8 15 41,46074876 5 11 8 15 1,709933516 5 11 8 15 Total logistic cost
FC CC
TC 104058782,4 103381037,7 83935481,3 85505287,54 60820208,77
2810538,732 2579335,296 2292154,342 2040437,638 2263324,633
10072711,53 8978557,664 7871718,354 7364309,88 8142702,574
Logistic cost 116942032,68 114938930,62 94099354,00 94910035,06 71226235,98 492116588,34
Contoh perhitungan : Jarak dari pabrik ke CG 4 (D) = k ( X mgl − X CG 4 ) 2 + (Ymgl − YCG 4 ) 2 = 17,5 (16 − 10,88) 2 + (5,7 − 9,38) 2 = 110,3745209 km Jarak dari CG 4 ke daerah pasar (d) = k ( X pkl − X CG 4 ) 2 + (Y pkl − YCG 4 ) 2 = 17,5 (12,5 − 10,88) 2 + (9,4 − 9,38) 2 = 31,553338 km
Transportation cost (TC) = ((D) x Rp 5,- x volume sabun 1 kg) + ((D) x Rp 5,- x volume sabun 500 g) + ((D) x Rp 5,- x volume sabun 250 g) ((D) x Rp 11,- x volume plastik) + ((d) x Rp 8,- x volume sabun 1 kg) +((d) x Rp 8,- x volume sabun 500 g) +((d) x Rp 8,- x volume sabun 250) ((d) x Rp 15,- x volume plastik Pekalongan)
= (110,3745209 x Rp. 5,- x 19256,724) + (110,3745209 x Rp. 5,- x 61336,8) +(110,3745209 x Rp. 5,- x 22824,000) + (110,3745209 x Rp. 11,- x 12374,004) + (31,553338 x Rp. 8,- x 19256,724) + (31,553338 x Rp. 8,- x 61336,8) +(31,553338 x Rp. 8,- x 22824,000) + (31,553338 x Rp. 15,- x 12374,004) = Rp. 104.058.782,4,-
Carrying cost (CC) Gudang Pekalongan =
)
(
⎛ 5940 × vol sabun 1 kg pkl + vol sabun 1 kg btg + vol sabun 1 kg pml + vol sabun 1 kg tgl + vol sabun 1 kg brb ⎞ ⎜ × vol sabun 1 kg pkl ⎟⎟ ⎜ vol sabun 1 kg pkl + vol sabun1 kg btg + vol sabun 1 kg pml + vol sabun 1 kg tgl + vol sabun 1 brb ⎝ ⎠
(
⎛ 6300 × vol sabun 500 g pkl + vol sabun 500g btg + vol sabun 500 g pml + vol sabun 500 g tgl + vol sabun 500 g brb
+ ⎜⎜ ⎝
(
vol sabun 500 g pkl + vol sabun 500 g btg + vol sabun 500 g pml + vol sabun 500 g tgl + vol sabun 500 g brb
) × vol sabun 500 g pkl ⎞⎟
⎛ 6480 × vol sabun 250 g pkl + vol sabun 250g btg + vol sabun 250 g pml + vol sabun 250 g tgl + vol sabun 250 g brb
+ ⎜⎜ ⎝
vol sabun 250 g pkl + vol sabun 250 g btg + vol sabun 250 g pml + vol sabun 250 g tgl + vol sabun 250 g brb
⎟ ⎠
) × vol sabun 250 g pkl ⎞⎟ ⎟ ⎠
⎞ vol plastik pkl + vol plastik btg + vol plastik pml + vol plastik tgl + vol plastik brb ⎟ × vol plastik pkl ⎟ vol plastik pkl + vol plastik btg + vol plastik pml + vol plastik tgl + vol plastik brb ⎟
⎛ ⎜ 11520 ×
+⎜ ⎜ ⎝
⎠
)
(
⎛ 5940 × 19256,724 + 16710,000 + 17655,996 + 14957,940 + 12596,844 ⎞ × 19256,724 ⎟ ⎟ 19256,724 + 16710,000 + 17655,996 + 14957,940 + 12596,844 ⎝ ⎠
= ⎜⎜
(
(
)
⎛ 6300 × 61336,8 + 42689,676 + 48151,14 + 45556,777 + 49610,1 ⎞ × 61336,8 ⎟ ⎜ 61336,8 + 42689,676 + 48413,436 + 48151,14 + 45556,777 + 49610,1 ⎟ ⎝ ⎠
+⎜
)
⎛ 6480 × 22824 + 14017,080 + 15845,364 + 14172 + 29304,264 ⎞ ⎛ 11520 × 12374,004 + 11240,160 + 11690,185 + 13208,784 + 11702,401 ⎞ × 22824 ⎟ + ⎜⎜ × 12374,004 ⎟⎟ ⎜ ⎟ 12374,004 11702,401 11240,160 11690 , 185 13208 , 784 + + + + 22824 + 14017,080 + 15845,364 + 14172 + 29304,264 ⎠ ⎝ ⎠ ⎝
+⎜
= Rp. 2.810.538,7,-
Fixed cost (FC) Gudang Pekalongan =
vol sabun 1 kg pkl + vol sabun 500g pkl + vol sabun 250kg pkl + vol plastik pkl × 42430000 vol sabun pkl + vol plastik pkl + vol sabun btg + vol plastik btg + ∑ vol sabun pml + vol plastik pml + ∑ vol sabun tgl + vol plastik tgl + ∑ vol sabun brb + vol plastik brb ∑ ∑
= Rp. 10.072.712,-
Logistic Cost = Transportation cost + carrying cost + fixed cost = Rp. 104.058.782,4,- + Rp. 2.810.538,7,-+ Rp. 10.072.712,= Rp. 116.942.032,68,-
C. Penentuan Lokasi dan Jumlah Gudang yang Optimal Setelah dilakukan perhitungan jumlah dan lokasi gudang dengan metode cluster untuk tiap-tiap daerah pasar maka selanjutnya akan dapat dipilih lokasi dan jumlah gudang yang optimal berdasarkan total logistik yang paling kecil. Hasil perhitungan dengan metode cluster dapat dilihat pada tabel 4.11. Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Dengan Menggunakan Metode Cluster Wilayah
Pekalongan dan sekitarnya Purwokerto dan sekitarnya Magelang dan sekitarnya
Semarang dan sekitarnya Tasikmalaya dan sekitarnya
Jumlah gudang
5 gudang 4 gudang 3 gudang 2 gudang 1 gudang 3 gudang 2 gudang 1 gudang 5 gudang 4 gudang 3 gudang 2 gudang 1 gudang 2 gudang 1 gudang 4 gudang 3 gudang 2 gudang 1 gudang
Total logistic cost
Rp.546.427.265,5 Rp.509.649.778,5 Rp.487.713.211,7 Rp.490.368.592,2 Rp.492.116.588,3 Rp.332.480.507,7 Rp.304.123.560,4 Rp.304.472.740,8 Rp.346.772.351,3 Rp.317.004.950,5 Rp.271.977.966,1 Rp.235.253.613,5 Rp.203.547.433,6 Rp.141.513.875,5 Rp.109.707.738,3 Rp.654.076.830,7 Rp.623.179.969,9 Rp.595.135.787,9 571315850,2
Jumlah gudang optimal
Lokasi gudang optimal
3 gudang
Gudang I (12,13; 9,31) Gudang II (8,7;9,5) Gudang III (9,3;9,5)
2 gudang
Gudang I (10,16;6,19) Gudang II (12,7;4,5)
1 gudang
Gudang I (14,6;6,16)
1 gudang
Gudang I (17,21;8,5) Gudang I (3,75; 6,71)
1 gudang
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode cluster maka didapat jumlah gudang yang optimal sebayak 8 (delapan) buah gudang. kesimpulan metode cluster dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini.
Hasil dari
Tabel 4.12. Kesimpulan Hasil Metode Cluster
1 2 3 4 5
Lokasi gudang X Y 12,13 9,31 8,7 9,5 9,3 9,5 10,16 6,19 12,7 4,5
6
14,6
6,16
7 8
17,21 3,75
8,5 6,71
Gudang
Daerah Pasar yang Dilayani
Pekalongan, Batang Pemalang Brebes Tegal Purwokerto, Purbalingga Kebumen Magelang, Banjarnegara, Temanggung, Wonosobo, Purworejo Semarang, Ungaran Tasikmalaya, Banjar, Ciamis, Garut
Agar lebih jelas, letak gudang yang optimal dapat dilihat pada gambar 4.2
Pabrik
Gudang
Agen Pekalongan
Batang Pemalang Comal
Brebes
Brebes
Tegal Tegal
Purwokerto Purbalingga
Sukaraja
Kebumen
Kebumen Magelang
Banjarnegara Temanggung
Magelang
Magelang
Wonosobo Purworejo Ungaran
Gunung Pati
Semarang
Tasikmalaya Banjar Ciamis
Ciamis Garut
Gambar 4.2 Jaringan Distribusi Setelah Revisi
Sabun Plastik
BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA 5.1
Analisa Jumlah dan Lokasi Gudang ( agen ) yang Optimal dengan menggunakan Metode Cluster Dalam menentukan jumlah dan lokasi gudang, terdekat metode cluster
merupakan suatu metode yang mengelompokkan daerah pasar dan berdasarkan total biaya logistik yang paling minimum. Adapun yang termasuk biaya logistik adalah biaya transportasi yang terdiri dari biaya transportasi inbound dan biaya transportasi outbound, biaya tetap gudang dan biaya simpan. Metode cluster mempunyai dasar pemikiran bahwa semakin banyak jumlah gudang yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan dapat meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Namun resikonya adalah perusahaan akan menanggung biaya gudang yang tinggi dengan biaya transportasi yang rendah. Adanya konflik pada biaya-biaya tersebut, perlu dilakukan trade off. Hasil trade off dari biaya-biaya tersebut merupakan jumlah fasilitas gudang yang optimal dengan kriteria total biaya biaya logistik minimal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut ini: TC
TC Logistik Ongkos gudang
Ongkos transport Optimum
Jumlah Gudang
Gambar 5.1 Trade Off Biaya Gudang dan Biaya Transport
Pada PT. “ X “ Detergent Cream, telah terdapat lima gudang yang melayani kebutuhan sabun detergent cream dan plastik pada daerah sekitarnya. Analisa cluster dilakukan pada 5 (lima) buah gudang yang telah ada dan daerahdaerah pasar yang dilayani oleh masing-masing gudang. Jaringan distribusi yang dimiliki oleh PT. “ X “ Detergent Cream dapat dilihat pada gambar 4.1. Pada jaringan distribusi tersebut memberikan informasi yang jelas dalam pengirman produk, mulai dari pabrik ke gudang dan dari gudang sampai ke agen (daerah pasar). 5.1.1
Analisa Cluster Daerah Pekalongan dan Sekitarnya Gudang Pekalongan melayani kebutuhan daerah pasar (agen) dari wilayah
Batang, Pemalang, Brebes, Tegal dan Kota Pekalongan sendiri. Pengelompokkan daerah pasar berdasarkan jarak yang terdekat dari daerah-daerah pasar tersebut. Berdasarkan jarak antar kota (Lihat tabel 4.14) maka pengelompokkan daerah pasar terdekat adalah sebagai berikut: Pekalongan Batang Pemalang Tegal
1 2 3 4
Brebes Pengelompokkan pertama yaitu daerah pasar Pekalongan dan Batang, pengelompokkan yang kedua yaitu daerah pasar Pekalongan, Batang dan Pemalang. Pengelompokkan yang ketiga yaitu Pekalongan, Batang, Pemalang dan tegal. Pengelompokkan yang keempat yaitu Pekalongan Batang, Pemalang, Tegal dan Brebes.
Setelah dilakukan pengelompokkan daerah pasar maka selanjutnya dilanjutkan dengan perhitungan iterasi-iterasi. Dimana pada iterasi ke-0 terdapat gudang pada tiap-tiap daerah pasar. Proses iterasi berlanjut, dengan cara mengelompokkan antar daerah pasar yang paling berdekatan. Dengan kata lain jumlah gudang akan berkurang dari sebelumnya karena terdapat daerah pasar yang disatukan, maka ongkos simpan akan menurun tapi ongkos transport akan mulai menaik. Iterasi akan berhenti, pada saat daerah-daerah pasar yang ada sudah dikelompokkan semua dan alokasi gudang hanya satu buah gudang. Pada kondisi ini, biaya gudang adalah paling rendah dan biaya transportasi paling tinggi. Keputusan jumlah dan lokasi gudang berdasarkan iterasi yang menghasilkan biaya logistik yang paling rendah. Hasil perhitungan iterasi dapat dilihat pada tabel 4.11. Berdasarkan hasil perhitungan metode cluster, jumlah gudang yang optimal adalah sebanyak 3 (tiga) buah gudang. Pada iterasi ini, total biaya logistik mencapai titik minimum. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik 5.2 berikut ini.
Total Biaya Logistk
G r a fi k J u m l a h g u d a n g y a n g o p ti m a l 560000000 550000000 540000000 530000000 520000000 510000000 500000000 490000000 480000000 470000000 460000000 450000000
5 4 6 4 2 7 2 6 5 ,5
5 0 9 6 4 9 7 7 8 ,5 4 9 0 3 6 8 5 9 2 4,29 2 1 1 6 5 8 8 ,3 4
4 8 7 7 1 3 2 1 1 ,7 0
5
4
3
2
1
J u m la h G u d a n g
Gambar 5.2. Grafik Jumlah Gudang yang Optimal untuk Daerah Pekalongan
Biaya logistik minimum untuk daerah Pekalongan dan sekitarnya adalah sebesar Rp. 304.123.560,39-. Biaya logistik ini terdiri dari total biaya transportasi sebesar Rp. 210.033.680,8,-, biaya simpan sebesar Rp. 14.522.382,- dan biaya tetap gudang sebesar Rp. 127.290.000,-. Sedangkan lokasi gudang yang optimal yaitu terletak pada titik koordinat (12,13 ;9,3) untuk gudang yang yang pertama. Gudang I ini terletak diantara Kota Pekalongan dan Pemalang. Gudang I ini melayani kebutuhan 3 (tiga) buah daerah pasar (agen) yaitu kota Pekalongan, Batang dan Pemalang. Gudang yang kedua terletak di kota Brebes dengan titik koordinat (8,7;9,5). Gudang ini melayani gudang di kota Brebes saja. Untuk Gudang yang ketiga terletak di kota Tegal dengan titik koordinat (9,3 ; 9,5). Gudang ini melayani kebutuhan sabun detergent cream dan plastik untuk wilayah kota Tegal saja. Dengan adanya penambahan 2 (dua) buah gudang pada daerah Pekalongan dan sekitarnya, maka proses distribusi produk menjadi lebih lancar karena kebutuhan konsumen dapat dipenuhi dengan lebih cepat. Selain itu, terjadi penghematan biaya logistik sebesar Rp. 83.719.715,47,- atau sebesar 14,65% dari total seluruh biaya logistik yang harus dikeluarkan perusahaan untuk pendistribusian produk di wilayah Pekalongan dan sekitarnya selama satu tahun. Dengan adanya penghematan biaya logistik maka akan dapat meningkatkan laba (profit) perusahaan tiap tahunnya. 5.1.2
Analisa Cluster Daerah Purwokerto dan Sekitarnya Gudang Purwokerto melayani kebutuhan daerah pasar (agen) dari wilayah
Purbalingga, Kebumen dan Kota Purwokerto sendiri. Pengelompokkan daerah
pasar berdasarkan jarak yang terdekat dari daerah-daerah pasar tersebut. Berdasarkan jarak antar kota maka pengelompokkan daerah pasar terdekat adalah sebagai berikut: Purwokerto
1
Purbalingga
2
Kebumen
Pengelompokkan yang pertama yaitu daerah pasar Purwokerto dan Purbalingga. Pengelompokkan yang kedua yaitu daerah pasar Purwokerto, Purbalingga dan Kebumen. Berdasarkan hasil perhitungan metode cluster, jumlah gudang yang optimal adalah sebanyak 2 (dua) buah gudang. Pada iterasi ini, total biaya logistik mencapai titik minimum. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik 5.3 berikut ini. Grafik Jumlah Gudang Optimum
Total Biaya Logistik
335000000,00
332480507,68
330000000,00 325000000,00 320000000,00 315000000,00 310000000,00 305000000,00 300000000,00 295000000,00 290000000,00 285000000,00
304472740,8
304123560,4
3
2
1
Jumlah Gudang
Gambar 5.3. Grafik Jumlah Gudang yang Optimal untuk Daerah Purwokerto
Biaya logistik minimum untuk daerah Purwokerto dan sekitarnya adalah
sebesar Rp. 304.846.136,38,-. Biaya logistik ini terdiri dari total biaya transportasi
sebesar Rp.210.756.256,7,-, biaya simpan sebesar Rp. 11.029.879,64,- dan biaya tetap gudang sebesar Rp. 83.060.000,-. Sedangkan lokasi gudang yang optimal yaitu terletak pada titik koordinat (10,16;6,19) untuk gudang yang yang pertama. Gudang ini terletak di antara kota Purwokerto dan Purbalingga atau di wilayah Sokaraja. Gudang ini melayani kebutuhan 2 (dua) buah daerah pasar (agen) yaitu kota Purwokerto, dan Purbalingga. Untuk Gudang yang kedua terletak di kota Kebumen dengan titik koordinat (12,7;4,5). Gudang ini melayani kebutuhan sabun detergent cream dan plastik untuk wilayah kota Kebumen saja. Dengan adanya penambahan 1 (buah) buah gudang pada daerah Pekalongan dan sekitarnya, maka proses distribusi produk menjadi lebih lancar karena kebutuhan konsumen dapat dipenuhi dengan lebih cepat. Selain itu, terjadi penghematan biaya logistik sebesar Rp. 54.707.168,69,- atau sebesar 15,24% dari total seluruh biaya logistik yang harus dikeluarkan perusahaan untuk pendistribusian produk di wilayah Purwokerto dan sekitarnya selama satu tahun. Dengan adanya penghematan biaya logistik maka akan dapat meningkatkan laba (profit) perusahaan. 5.1.3
Analisa Cluster Daerah Magelang dan Sekitarnya Gudang Magelang melayani kebutuhan daerah pasar (agen) dari wilayah
Banjarnegara, Temanggung, Wonosobo, Purworejo dan Kota Magelang sendiri. Pengelompokkan daerah pasar berdasarkan jarak yang terdekat dari daerah-daerah pasar tersebut. Berdasarkan jarak antar kota maka pengelompokkan daerah pasar terdekat adalah sebagai berikut:
Magelang
1 2
Temanggung
3
Purworejo
4
Wonosobo Banjarnegara
Pengelompokkan pertama yaitu daerah pasar Magelang dan Temanggung, pengelompokkan yang kedua yaitu daerah pasar Magelang, Temanggung dan Purworejo.
Pengelompokkan
yang
ketiga
yaitu
Magelang,Temanggung,
Purworejo dan Wonosobo. Pengelompokkan yang keempat yaitu Magelang, Temanggung, Purworejo, Wonosobo dan Banjarnegara. Berdasarkan hasil perhitungan metode cluster, jumlah gudang yang optimal ternyata sebanyak 1 (satu) buah gudang. Pada iterasi ini, total biaya logistik mencapai titik minimum. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik 5.4 berikut ini. G r a f i k J u m la h G u d a n g O p t im a l 4 0 0 0 0 0 0 0 0 .0 0 ik t is g o L a y ia B l a t o T
3 5 0 0 0 0 0 0 0 .0 0
3 4 6 7 7 2 3 5 1 .2 9 3 1 7 0 0 4 9 5 0 .5
3 0 0 0 0 0 0 0 0 .0 0
2 7 1 9 7 7 9 6 6 .1
2 5 0 0 0 0 0 0 0 .0 0
2 3 5 2 5 3 6 1 3 .5 203 54743
2 0 0 0 0 0 0 0 0 .0 0 1 5 0 0 0 0 0 0 0 .0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 .0 0 5 0000 000.00 0.00 5
4
3
2
1
Ju m lah G u d a n g
Gambar 5.4. Grafik Jumlah Gudang yang Optimal untuk Daerah Magelang
Biaya logistik minimum untuk daerah Magelang dan sekitarnya adalah sebesar Rp. 203.547.433,59. Biaya logistik ini terdiri dari total biaya transportasi sebesar Rp. 145.256.283,3,- , biaya simpan sebesar Rp. 9.561.150,3,- dan biaya tetap gudang sebesar Rp. 48.730.000,-.
Berdasarkan perhitungan metode cluster, maka terjadi perubahan lokasi gudang. Gudang yang semula terletak di kota Magelang yang mempunyai titik koordinat (16;5,7) berubah ke lokasi baru yang bertitik koordinat (14,6;6,16). Lokasi baru ini terletak diantara kota Wonosobo dan Temanggung atau di wilayah Kertek.
Dengan adanya perubahan lokasi gudang ternyata tidak terjadi
penghematan biaya logistik. Hal ini disebabkan adanya penambahan biaya transportasi pada daerah pasar (agen) Magelang jika terjadi perubahan lokasi gudang. Dengan demikian untuk daerah Magelang dan sekitarnya, lokasi gudang sebaiknya tidak berubah atau tetap pada kota Magelang. 5.1.4
Analisa Cluster Daerah Semarang dan Sekitarnya Gudang Semarang hanya melayani kebutuhan untuk 2 (dua) daerah pasar
(agen) yaitu wilayah Ungaran dan Semarang sendiri. Sehingga pengelompokkan daerah pasar (agen) adalah sebagai berikut:
Semarang Ungaran
1
Pada daerah ini hanya terjadi sebuah pengelompokkan daerah pasar yaitu Semarang dan Ungaran. Berdasarkan hasil perhitungan metode cluster, jumlah gudang yang optimal ternyata sebanyak 1 (satu) buah gudang. Pada iterasi ini, total biaya logistik mencapai titik minimum. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik 5.5 berikut ini.
Gra fik Juml ah Gudang ya ng Opti mal 16 00 000 00 .0 0 141 51 38 75.47
14 00 000 00 .0 0 k ti 12 00 000 00 .0 0 s i g 10 00 000 00 .0 0 o L a 8 00 000 00 .0 0 y a i B l 6 00 000 00 .0 0 ta o 4 00 000 00 .0 0 T 2 00 000 00 .0 0
10 97 077 38 .3
0 .0 0 2
1 J um lah G udang
Gambar 5.5. Grafik Jumlah Gudang yang Optimal untuk Daerah Semarang
Biaya logistik minimum untuk daerah Seamarang dan sekitarnya adalah sebesar Rp. 109.707.738,31,-. Biaya logistik ini terdiri dari total biaya transportasi sebesar Rp.62.031.072,37,-, biaya simpan sebesar Rp. 5.066.665,9,- dan biaya tetap gudang sebesar Rp. 42.610.000,-. Berdasarkan perhitungan metode cluster, maka terjadi perubahan lokasi gudang. Gudang yang semula terletak di kota Semarang yang mempunyai titik koordinat (17,3;8,9) berubah ke lokasi baru yang bertitik koordinat (17,21;8,5). Dengan adanya perubahan lokasi gudang tersebut terjadi penghematan biaya logistik sebesar Rp. 5.399.618,70,- atau sebesar 4,9% dari total seluruh biaya logistik yang harus dikeluarkan perusahaan untuk pendistribusian produk di wilayah Semarang dan sekitarnya selama satu tahun. Adanya penghematan biaya logistik tersebut maka akan dapat meningkatkan laba (profit) perusahaan. 5.1.5
Analisa Cluster Daerah Tasikmalaya dan Sekitarnya Gudang Tasikmalaya melayani kebutuhan sabun detergent cream untuk 4
(empat) daerah pasar (agen) yaitu daerah Banjar, Garut, Ciamis dan Tasikmalaya sendiri. Pengelompokkan daerah pasar berdasarkan jarak yang terdekat dari
daerah-daerah pasar tersebut. Berdasarkan jarak antar kota maka pengelompokkan daerah pasar terdekat adalah sebagai berikut: Tasikmalaya
1
Ciamis
2
Banjar
3
Garut Pengelompokkan yang pertama yaitu daerah pasar Tasikmalaya dan Ciamis. Pengelompokkan yang kedua yaitu daerah pasar Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar. Pengelompokkan yang ketiga yaitu daerah pasar Tasikmalaya, Ciamis, Banjar dan Garut. Berdasarkan hasil perhitungan metode cluster, jumlah gudang yang optimal ternyata sebanyak 1 (satu) buah gudang. Pada iterasi ini, total biaya logistik mencapai titik minimum. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik 5.6 berikut ini. G rafik Penentuan Jum lah Gud an g 6800 00 00 6600 00 00 ik ts i g o L a y a i B l ta o T
65 40 76830 .7
6400 00 00 62317 99 69.9
6200 00 00 6000 00 00
5951 3578 7.9
5800 00 00
5 71 315850.2
5600 00 00 5400 00 00 5200 00 00 4
3
2
1
Jumla h Gudang
Gambar 5.5. Grafik Jumlah Gudang yang Optimal untuk Daerah Tasikmalaya
Biaya logistik minimum untuk daerah Tasikmalaya dan sekitarnya adalah sebesar Rp. 571.315.850,24,-. Biaya logistik ini terdiri dari total biaya transportasi
sebesar Rp. 519.901.275,96,-, biaya simpan sebesar Rp. 6284574,28,- dan biaya tetap gudang sebesar Rp. 45.130.000,-. Berdasarkan perhitungan metode cluster, maka terjadi perubahan lokasi gudang. Gudang yang semula terletak di kota Tasikmalaya yang mempunyai titik koordinat (8,5 ; 5,0) berubah ke lokasi baru yang bertitik koordinat (8,67 ; 5,02). Dengan adanya perubahan lokasi gudang tersebut terjadi penghematan biaya logistik sebesar Rp. 41.389.266,59,- atau sebesar 6,7% dari total seluruh biaya logistik yang harus dikeluarkan perusahaan untuk pendistribusian produk di wilayah Tasikmalaya dan sekitarnya selama satu tahun. Adanya penghematan biaya logistik tersebut maka akan dapat meningkatkan laba (profit) perusahaan. Dengan demikian total penghematan biaya distribusi adalah sebesar sebesar Rp.185.215.769,45 atau 9,5% dari total seluruh biaya logistik yang harus dikeluarkan perusahaan untuk pendistribusian produk.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisa hasil pengolahan data,
maka dari penelitian ini dapat dibuat beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut: 1. Jumlah gudang yang optimal berdasarkan perhitungan metode cluster pada PT. “ X “ Detergent Cream adalah sebanyak 8 (delapan) buah gudang. 2. Lokasi gudang yang optimal yaitu sebagai berikut: a. Gudang I, terletak pada titik koordinat (12,13;9,31) menyuplai daerah Pekalongan, Batang dan Pemalang. b. Gudang II, terletak pada titik koordinat (8,7;9,5) menyuplai daerah Brebes. c. Gudang III, terletak pada titik koordinat (9,3;9,5) menyuplai daerah Tegal. d. Gudang IV, terletak pada titik koordinat (10,16;6,19) menyuplai daerah Purwokerto dan Purbalingga. e. Gudang V, terletak pada titik koordinat (12,7;4,5) menyuplai daerah Kebumen. f. Gudang VI, terletak pada titik koordinat (14,6;6,16) menyuplai daerah Magelang, Temanggung, Wonosobo, Banjarnegara dan Purworejo. g. Gudang VII, terletak pada titik koordinat (17,21;8,5) menyuplai daerah Semarang dan Ungaran. h. Gudang VIII, terletak pada titik koordinat (3,75;6,71) menyuplai daerah Tasikmalaya, Banjar, Garut dan Ciamis. 3. Pada Wilayah Pekalongan dan Sekitarnya terdapat penghematan sebesar 14,65% dari total seluruh biaya logistik yang harus dikeluarkan perusahaan untuk pendistribusian produk di wilayah Pekalongan dan sekitarnya selama satu tahun. 4. Pada Wilayah Purwokerto dan sekitarnya terdapat penghematan sebesar 15,24% dari total seluruh biaya logistik yang harus dikeluarkan perusahaan
untuk pendistribusian produk di wilayah Purwokerto dan sekitarnya selama satu tahun. 5. Pada wilayah Semarang dan sekitarnya terdapat penghematan sebesar 4,9% dari total seluruh biaya logistik yang harus dikeluarkan perusahaan untuk pendistribusian produk di wilayah Semarang dan sekitarnya selama satu tahun. 6. Pada wilayah Tasikmalaya dan sekitarnya terdapat penghematan sebesar 6,7% dari total seluruh biaya logistik yang harus dikeluarkan perusahaan untuk pendistribusian produk di wilayah Tasikmalaya dan sekitarnya selama satu tahun.
6.2
Saran Adapun beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian
ini adalah sebagai berikut : 1.
Sebaiknya disediakan 8 (delapan) buah gudang untuk pendistribusian produk agar dapat meng-cover kebutuhan pelanggan dan didukung ongkos logistik yang minimum.
2. Perlu adanya penambahan 3 (tiga) buah, namun disesuaikan dengan kebutuhan setiap wilayah distribusi. 3. Untuk gudang Magelang sebaiknya tidak dilakukan perubahan lokasi gudang karena tidak terjadi penghematan biaya logistik. 4. Untuk gudang Semarang dan Tasikmalaya sebaiknya dilakukan perubahan gudang karena dapat menghemat biaya logistik dalam sistem pendistribusian produk. 5.
Untuk menentukan lokasi gudang dengan lebih yang lebih tepat maka diperlukan penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Charles A. Taff, Manajemen Transportasi Dan Distribusi Fisis , Erlangga , Jakarta, 1996 .
Ballou, Ronald H. Business Logistik Management, prentice hall, 1992.
Bowersox,closs dan Cooper, Supplay Chain Logistik Management. Mc Graw Hill, New York, 2002.
Sutarman, Manajemen Pergudangan , Sinar Harapan, Jakarta, 1997.
Taha , H.A., Operation Research : an Introductio. New York : macmillian, 1982.