TUGAS AKHIR Analisis Hubungan Tingkat Kecelakaan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu ( S 1)
Disusun Oleh :
NAMA
: Muhamad Uji Rohmadi
NIM
: 41606110002
Program
: Teknik Industri
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2008
LEMBAR PERNYATAAN Nama
:
Muhamad Uji Rohmadi
NIM
:
41606110002
Jurusan
:
Teknik Industri
Fakultas
:
Teknologi Industri
Judul Tugas Akhir
:
Analisis Hubungan Tingkat Kecelakaan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat ini dalah merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya, apabila ternyata di kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sangsi berdasarkan aturan tata tertib Universitas Mercubuana. Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak di paksakan
Penulis,
( Muhamad Uji Rohmadi )
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Analisis Hubungan Tingkat Kecelakaan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical
Disusun Oleh :
NAMA
: Muhamad Uji Rohmadi
NIM
: 41606110002
Program
: Teknik Industri
Mengetahui Pembimbing
( Alfa firdaus ST. MT )
Koordinator TA / KaProdi
( Ir. Muhammad Kholil, MT )
ABSTRAK PT. Lautan Otsuka Chemical adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kimia pembuatan bahan pengembang ( Blowing Agent ) yang khusus untuk produk - produk plastik dan yang lainnya. Perusahaan ini telah memanfaatkan teknologi informasi dan teknologi proses terkini untuk menghasilkan produknya. Seiring dengan perkembangan itu kemampuan dan pengetahuan operator sangat dibutuhkan agar dapat dicapai tingkat kinerja dan produktivitas yang optimal. Semakin tinggi kemampuan peralatan dalam melaksanakan pekerjaan, semakin besar pula resiko kecelakaan kerja yang ditimbulkan dari penggunaan peralatan itu. Berhubungan dengan hal ini, maka program Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjadi sangat penting dalam menganalisis dan memperkirakan kecelakaan kerja dan akibat yang ditimbulkannya. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui hubungan tingkat kekerapan (Frekuency rate) dan tingkat keparahan (Severity rate) kecelakaan kerja terhadap produktivitas. Obyek dalam penelitian ini adalah Departemen Produksi yang merupakan bagian yang berhubungan langsung dengan peralatan, mesin-mesin dan alat-alat yang berpotensi menimbulkan kecelakaan melalui analisis pada data kejadian kecelakaan yang tercatat sejak Januari 2004 sampai dengan desember 2007. Tahun 2004 terjadi kecelakaan pada bulan februari dan mei sehingga tingkat kekerapan menjadi 35,37; 33,39. Tahun 2005 terjadi kecelakaan pada bulan mei dan juli dengan tingkat kekerapan sebesar 31,69; 32,19 Tahun 2006 terjadi kecelakaan pada bulan januari, februari, juni dengan tingkat kekerapan masing-masing sebesar 35,05; 36,33; 33,74. Tahun 2007 terjadi kecelakaan pada bulan maret, agustus, september, november dengan tingkat kekerapan masingmasing sebesar 37,39; 35,82; 39,87; 36,72. Tahun 2004 terjadi kecelakaan pada bulan februari, maret, mei, juli, agustus, november dengan tingkat keparahan masing-masing sebesar 70,74; 92,00; 66,77; 155,67; 64,22; 166,93. Tahun 2005 terjadi kecelakaan pada bulan Mei, juli dengan tingkat keparahan masing-masing sebesar 126,77; 160,96. Tahun 2006 terjadi kecelakaan pada bulan januari, juni dengan tingkat keparahan masing-masing sebesar 105,16; 67,48. Tahun 2007 terjadi kecelakaan pada bulan maret, agustus, september, november dengan tingkat keparahan sebesar 74,78; 35,82; 79,74; 183,61. Tingkat kekerapan (X1) dan tingkat keparahan (X2) kecelakaan kerja pada periode di atas dihubungkan dengan rasio produktivitas (Y) pada periode yang sama dengan menggunakan analisis regresi kurvilinier. Hasil dari analisis ini diperoleh persamaan regresi Y = 0,03674297 − 0,00178306 X 1 + 0,00004948Z 1 + 0,00004894X 2 − 0,00000028 Z 2
yang menyatakan bahwa tingkat kekerapan ( frekuensi rate ) berhubungan kuat yaitu semakin tinggi frekuensi rate semakin tinggi juga pengaruh ke rasio produktivitas dan tingkat keparahan berhubungan lemah dengan arah berlawanan terhadap produktivitas Kata kunci : kecelakaan kerja, produktivitas iv
ABSTRACTION PT. Lautan Otsuka Chemical is a company which is active in chemistry of making of developer substance ( Blowing Agent ) special for the product of product of plastic and the other. This company have exploited the information technology and technology process nowadays to yield its product. Along with that growth is ability and operator knowledge very required by so that reachable mount the optimal productivity and performance. excelsior of equipments Ability in working, ever greater also risk of accident of job generated from that equipments use. Relate to this matter, hence program the Safety and Health Work to become of vital importance in analysing and approximating accident work and effect of generated This research is focussed to know the relation mount the frequency ( Frekuency Rate) and hard level ( Severity Rate) accident work to productivity. Obyek in this research is Production Department representing direct coresponding shares with the equipments, machine and appliance which have potency to generate the accident of through analysis of at data of accident occurence noted by since January 2004 up to december 2007. Year 2004 happened by the accident of at month of februari and mei so that mount the frequency become 35,37; 33,39. Year 2005 happened by the accident of at month of mei and juli with the frequency level of equal to 31,69; 32,19, Year 2006 happened by the accident of at month januari, februari, juni with the frequency level of each of 35,05; 36,33; 33,74. Year 2007 happened by the accident of at month maret, agustus, september, november with the frequency level of each of 37,39; 35,82; 39,87; 36,72. Year 2004 happened by the accident of at month februari, maret, mei, juli, agustus, november with the hard level each of 70,74; 92,00; 66,77; 155,67; 64,22; 166,93. Year 2005 happened by the accident in Mei, juli with the level each of 126,77; 160,96. Year 2006 happened by the accident of at month januari, juni with the hard level each of 105,16; 67,48. Year 2007 happened by the accident of at month maret, agustus, september, november with the hard level equal to 74,78; 35,82; 79,74; 183,61 Frequency level (X1), Hard level ( X2) Accident work at attributed to by above period of productivity ratio ( Y) of at same period by using analysis of regresi kurvilinier. Result from this analysis is obtained by equation regresi Y = 0,03674297 − 0,00178306 X 1 + 0,00004948Z1 + 0,00004894X 2 − 0,00000028 Z 2
expressing that frequency level ( frequency rate ) correlate the strength that is excelsior of frequency of rate excelsior also influence to ratio of hard level and productivity correlate the weak with the contrary direction to productivity Key word : Accident, Productivity
v
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan bimbingan-Nya, serta hanya dengan ridhoNyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir di PT. Lautan Otsuka Chemical “ Analisis Hubungan Tingkat Kecelakaan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical ”. Selama penyelesaian tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapat bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :
1.
Alfa firdaus ST. MT, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan saran, bimbingan dan waktunya dalam penyelesaian skripsi.
2.
Ir. Muhammad Kholil, MT, KaProdi yang telah membantu lewat ide, saran, waktu & kontribusinya
3.
Manajemen PT Lautan Otsuka Chemical telah memberikan kemudahan dan bantuan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.
4.
Semua rekan departemen Safety Health Environment PT. Lautan Otsuka Chemical yang telah memberikan luang waktu selama penulis menjalankan penelitian
5.
Semua rekan departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical yang membantu pengumpulan data produksi
6.
Bapak, Ibu dan saudara-saudara ku yang telah memberikan dukungan dan doa restunya yang secara tidak langsung telah membangkitkan semangat dan motivasi penulis
7.
Tri juni , ST yang selalu memberikan motivasi kepada saya dan rekan rekan TI angkatan 9.
vi
Penulis
menyadari
bahwa
penulisan
skripsi
ini
belum
mencapai
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis menerima kritikan dan saran dari pembaca. Akhir kata penulis mengharapkan skripsi ini bemanfaat bagi semua pihak
Jakarta, Mei 2008
Penyusun
vii
DAFTAR ISI Halaman Judul............................................................................................... i Lembar Pernyataan ....................................................................................... ii Lembar Pengesahan .................................................................................... iii Abstrak.......................................................................................................... iv Kata Pengantar............................................................................................... vi Daftar isi........................................................................................................ viii Daftar Tabel.................................................................................................. xiii Daftar Gambar.............................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian...................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah............................................................... 2 1.3 Pembatasan Masalah ............................................................ 2 1.4 Tujuan Penelitian................................................................... 3 1.5 Metode penelitian ................................................................. 3 1.6 Sistematika Penulisan............................................................ 3 BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................... 6 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........................................ 6 2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja........... 6
viii
2.1.2 Alasan Perlunya Keselamatan dan Kesehatan Kerja........................................................................... 7 2.1.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja................ 8 2.1.4 Unsur – unsur yang Mendukung Keberhasilan Keselamatan dan Kesehatan Kerja............................. 10 2.2 Kecelakaan Kerja................................................................... 18 2.2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja..................................... 18 2.2.2 Macam – Macam Kecelakaan Kerja.......................... 18 2.2.3 Faktor – Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja............ 19 2.2.4 Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja ...................... 21 2.2.5 Akibat Kecelakaan Kerja........................................... 22 2.2.6 Mengurangi Kecelakaan Kerja............ ..................... 22 2.3 Ketentuan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja.......... 23 2.4 Pengukuran Usaha Keselamatan Kerja.................................. 24 2.4.1 Pengukuran Kegiatan Usaha Keselamatan Kerja ..... 24 2.4.2 Pengukuran Hasil Usaha Keselamatan Kerja ............25 2.5 Produktivitas Karyawan.........................................................27 2.5.1 Pengertian Produktivitas Karyawan .......................... 27 2.5.2 Konsep Produktivitas ................................................ 28 2.6 Hubungan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Produktivitas Karyawan............................................ 30
ix
2.7 Statistik ................................................................................. 31 2.7.1 Elemen Statistik ........................................................ 32 2.7.2 Keseragaman dan Kecukupan Sampel Data Pengamatan ............................................................... 34 2.7.3 Analisis Hubungan .................................................... 35 2.7.4 Analisis Regresi Linier ............................................. 36 2.7.5 Analisis Regresi Kurvilinier ..................................... 38 2.7.6 Standart Error Pendugaan ......................................... 40 BAB III. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH .................................. 41 3.1 Studi Literatur dan Observasi Awal ..................................... 41 3.2 Identifikasi Masalah ............................................................. 41 3.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 42 3.4 Pengumpulan Data ................................................................ 42 3.4.1 Metode Pengumpulan Data ...................................... 43 3.4.2 Uji Keseragaman Data .............................................. 43 3.4.3 Uji Kecukupan Data ................................................. 43 3.5 Pengolahan Data ................................................................... 44 3.5.1
Menetukan Pola Distribusi Data Tingkat Kecelakaan dan Rasio Produktivitas ............................................ 44
3.5.2
Pemilihan Model Kolerasi ........................................ 45
3.5.3
Menguji Kesesuaian Model ...................................... 50
x
3.6 Analisis Akhir ....................................................................... 51 3.7 Kesimpulan ........................................................................... 51 BAB IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ....................... 70 4.1 Tinjauan Umum Perusahaan ................................................ 70 4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan .................................70 4.1.2 Produksi dan Kapasitasnya ....................................... 73 4.1.3 Struktur Organisasi .................................................. 75 4.1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan .......................77 4.1.5 Program Keselamatan Kerja di Departemen Produksi .................................................................... 77 4.2
Pengumpulan Data ................................................................ 84 4.2.1 Data Karyawan Departemen Produksi ...................... 84 4.2.2 Data Kecelakaan kerja di Departemen Produksi ...... 85 4.2.3 Data Produksi PT.Lautan Otsuka Chemical.............. 87 4.2.4 Menghitung Frekuensi rate dan Severity rate............ 88 4.2.5 Menghitung Rasio Produktivitas .............................. 90 4.2.6 Menguji Keseragaman dan Kecukupan Data ........... 91
4.3
Hubungan Tingkat Kekerapan dan Keparahan Kecelakaan Kerja dengan Produktivitas .................................................. 94 4.3.1 Memilih Model Hubungan ....................................... 95 4.3.2 Menguji Kesesuaian Model ...................................... 99
xi
BAB V. ANALISA DAN PEMBAHASAN ................................................ 100 5.1 Analisis Frekuensi rate dan Severity rate ..............................100 5.2 Analisis Faktor–Faktor Keselamatan Kerja ......................... 102 5.3 Analisis Terhadap Data yang Diperoleh ............................... 104 5.4 Analisis Hubungan Frekuensi rate dan Severity rate Terhadap Produktivitas ......................................................... 105 5.5 Evaluasi Program Keselamatan Kerja .................................. 108 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 110 6.1 Kesimpulan ........................................................................... 110 6.2 Saran ..................................................................................... 112 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 114 LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT.Lautan Otsuka Chemical. ................................................................................... 78 Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kerja PT Lautan Otsuka Chemical................... 85 Tabel 4.3 Jumlah Jam Bekerja PT Lautan Otsuka Chemical .................... 85 Tabel 4.4 Data Kecelakaan Departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical..................................................................................... 86 Tabel 4.5 Hasil Produksi Rata-Rata PT. Lautan Otsuka Chemical .......... 87 Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Frekuensi rate / kekerapan (Cidera Cacat Per Juta Jam Kerja)..................................................................... 89 Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Tingkat Keparahan (Jumlah Hari Hilang per Juta Jam Kerja)........................................................................... 90 Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Rasio Produktivitas PT Lautan Otsuka Chemical ................................................................................... 91 Tabel 4.9 Hasil Pengujian Keseragaman dan Kecukupan Data.................. 94 Tabel 5.1 Kejadian kecelakaan yang mengakibatkan cidera cacat dan hari hilang ................................................................................. 100 Tabel 5.2 Kegiatan pencegahan kecelakaan di lingkungan PT Lautan Otsuka Chemical ....................................................................... 101 Tabel 5.3 Faktor keselamatan dan kesehatan kerja .................................... 102 Tabel 5.4 Perbandingan unsur program keselamatan kerja ........................ 108 xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1
Flow chart kerangka pemecahan masalah ............................ 69
Gambar 4.1
Grafik Hubungan Frekuensi rate / Tingkat kekerapan Lautan Otsuka Chemical Kecelakaan Kerja dan Produktivitas ....... 95
Gambar 4.2
Grafik Hubungan Saverity Rate / Tingkat Keparahan Kecelakaan Kerja dan Produktivitas..................................... 95
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Dessler, Gary. Human Resources Management Productivity of Work Life Profit. Mc Growwhill international. 1991. Flippo, Edwin B. Managemen Personalia, Disadur oleh Moh. Masud, Jakarta. Penerbit Erlangga, Edisi Keenam, jilid 2, 1997 Flippo, Edwin B. Personnel Management, Sixth Edition, Mc. Graw Hill,Inc.1984. Heidjrahman & Husnan, Suad. Managemen Sumber Daya Manusia, Edisi Keempat. Pustaka Binaan Presindo, Jogjakarta, 1996. Hasibuan S.P, Melayu. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kesembilan, Penerbit PT. Gunung Agung, 1997. Kussriyanto, Bambang. Meningkatkan Productivity Karyawan. Jakarta : PPM Cetakan Keempat, 1993. P.K, Suma’mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakan. Cetakan Kesembilan Penerbit Haji Masagung, 1996. P.K, Suma’mur. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja, Jakarta : CV. Haji Masagung Cetakan Kesembilan, 1996. Supranto, J. Statistik Teori dan Aplikasi, Jilid 2, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga. 1992. Saydam, Gauzali. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Penerbit Gunung Agung, Jilid 2, Cetakan Pertama, 1996. Siagian, Dergibson & Sugiarto, Metode Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta : PT. Garamedia Pustaka Utama, 2002 Sillahi, Bennet N.B dan Rumondang B. Sillahi. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta, 1996. Stoner, James F. Management, Prentice Hall, 1995. Walpole, Ronald E. & Mayers, Ramond H., Ilmu Peluang dan Statistik, Edisi 4, Bandung: ITB, 1995 Sudjana, Metoda Statistika, Edisi 6, Bandung, 2005
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk : Allah yang selalu mencurahkan rahmat dan segalanya, Rosululloh sebagai junjungan hidupku, Bapak, Ibu, mertua serta kiai dan guru guruku tercinta yang telah memberi semangat serta kesempatan kepada saya untuk tetap kuliah dan yang selalu mendo’akan setiap langkah saya, Kakak, adik-adik ku, pacarku tercinta, yang selalu memberikan dukungan dan memberikan motivasi kepadaku dan semua yang telah memberikan kontribusi untuk meyelesaikan tugas ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan teknologi informasi dan teknologi proses telah mendorong suatu perubahan yang mendasar dalam perkembangan industri. Perubahan tersebut juga telah menciptakan perkembangan baru di bidang lain, seperti pengolahan sumber daya manusia, standar keselamatan dan kesehatan kerja dan standar produktivitas karyawan atau perusahaan. PT. Lautan Otsuka Chemical adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kimia yaitu pembuatan bahan pengembang ( Blowing Agent ) produk produk plastik yang lainnya. Perusahaan ini telah memanfaatkan teknologi informasi dan teknologi proses terkini untuk menghasilkan produknya namun demikian penggunaan dari teknologi informasi dan teknologi proses tersebut juga berpengaruh terhadap cara pandang dan pengelolaan keselamatan dan kesehatan karyawan. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan diperhatikan dalam perusahaan, hal ini terkait dengan peraturan dan perundang–undangan yang berlaku. Perhatian dan pengawasan terhadap pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja oleh manajemen sangat menentukan kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuan usahanya. Saat ini perhatian dan pengawasan terhadap pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Lautan Otsuka Chemical masih dirasakan 1
2
kurang. Hal ini dapat diketahui dengan masih terjadinya kecelakaan-kecelakaan besar maupun kecil yang secara langsung atau tidak langsung menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Untuk membantu PT. Lautan Otsuka Chemical dalam memperkirakan kerugian-kerugian yang akan ditimbulkan dari kecelakaan kerja akan dilakukan penelitian mengenai hubungan antara kecelakaan kerja terhadap produktivitas agar dapat diperhitungkan tingkat produktivitas pada tingkat kejadian kecelakaan tertentu. 1.2 Perumusan Masalah Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui tingkat kekerapan (Frequency Rate) dan tingkat keparahan (Severity Rate) kecelakaan kerja yang terjadi beserta hubungannya terhadap produktivitas pada departemen produksi PT. Lautan Otsuka Chemical. Secara garis besar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tingkat kekerapan (Frequency Rate) dan Tingkat keparahan (Severity Rate ) kecelakaan kerja 2. Pengaruh tingkat kekerapan (Frequency Rate ) dan
tingkat keparahan
(Severity Rate) kecelakaan kerja terhadap produktivitas karyawan 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini bisa lebih fokus dan terarah, maka perlu dilakukan pembatasan-pembatasan, pembatasan pada penelitian ini adalah : 1. Obyek yang diteliti dibatasi hanya karyawan Departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical. Data kecelakaan kerja yang diambil adalah data
3
kecelakaan kerja selama 4 tahun terakhir, yaitu dari periode Januari 2004 sampai desember 2007. 2. Kriteria data yang dipakai adalah tingkat frekuensi dan tingkat keparahan kecelakaan kerja, jumlah jam kerja, jumlah cidera cacat akibat kecelakaan kerja, jumlah hari yang hilang akibat kecelakan kerja dan tingkat produktivitas. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : 1. Menentukan tingkat kekerapan dan tingkat keparahan kecelakaan kerja. 2. Menganalisis hubungan antara kecelakaan kerja terhadap produktivitas karyawan Departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical 1.5 Metode penelitian Untuk mendapatkan keakuratan pengolahan data dari hasil penelitian yang akan dilakukan, maka harus didukung dengan data yang cukup dan akurat, serta untuk mendapatkan data
yang perlukan maka metode yang dipakai adalah
gabungan antara studi pustaka dan mengambil data langsung dilokasi penelitian 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
4
BAB II
Landasan Teori Bab ini berisi teori–teori mengenai keselamatan dan kesehatan kerja beserta teori-teori mengenai analisis hubungan yang akan digunakan sebagai alat analisis untuk memperkirakan tingkat produktivitas berdasarkan nilai tingkat kecelakaan tertentu. Tingkat kecelakaan dalam penelitian ini merupakan nilai tingkat kekerapan (Frequency Rate) dan tingkat keparahan (Severity Rate ).
BAB III
Metodologi Penelitian Bab ini berisi tentang pengumpulan data berupa gambaran umum perusahaan, data kecelakaan kerja, data jam kerja normal dan data jumlah produksi. Selanjutnya data–data tersebut diolah sesuai kebutuhan guna melakukan analisis hubungan dalam kerangka pemecahan masalah.
BAB IV
Pengumpulan dan Pengolahan data Bab ini berisi tentang pengumpulan data berupa gambaran umum perusahaan, data kecelakaan kerja, data jam kerja normal dan data jumlah produksi. Selanjutnya data–data tersebut diolah sesuai kebutuhan guna melakukan analisis hubungan dalam kerangka pemecahan masalah.
BAB V
Analisis Data dan Pembahasan Bab ini menyajikan hasil pengolahan data dan melakukan pembahasan terhadap hasil pengolahan tersebut, untuk menemukan solusi kesimpulan akhir.
5
BAB VI
Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan pengolahan data dan analisis juga sebagai jawaban dari masalah yang diteliti. Bab ini juga berisi saran-saran yang diharapkan akan bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi penelitian lebih lanjut.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan tempat kerja, dan lingkungannya serta cara–cara melaksanakan pekerjaan. Keselamatan kerja melingkupi semua tempat kerja, baik didarat, di dalam tanah, di permukaan air maupun diudara. Keselamatan dan kesehatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan / kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan , agar pekerja / masyarakat pekerja mendapat derajat kesehatan setinggi–tingginya baik fisik, mental, maupun sosial, dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit – penyakit atau gangguan – gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor–faktor pekerja dan lingkungan kerja dan terhadap penyakit-penyakit umum. [Suma’mur P.K, 1996 : 1] Berdasarkan pengertian di atas dapat diartikan bahwa keselamatan kerja adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan situasi kerja, yang berarti juga usaha melindungi pekerja dengan menciptakan keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan dengan mesin, peralatan, bahan proses produksi, kondisi tempat kerja, lingkungan, prosedur pelaksanaan pekerjaan, dan karakteristik fisik dan mental dari pekerjaannya. 6
7
2.1.2 Alasan Perlunya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ada beberapa alasan sehingga diselenggarakan program keselamatan dan kesehatan kerja di suatu perusahaan seperti dikemukakan oleh Willie Hammer yang dikutip oleh [Garry Dessler, 1981 : 614], yaitu : Safety programe undertaken for three fundamental reason : 1. Moral First, managers undertaken accident prevention on purely humane ground. They do so minimize the pain and suffering the injured worker and his family are often expose to as the result of an accident. 2. Legal There are also legal reason for undertaking a safety program. Today there are federal, state and municipal laws covering accupational safety and health, and penalities for noincompliance have become quite severe. Organization subject to fines and supervisors can ( and have ) received jail sentence if found responsible for fatal accidents. 3. Economic Finally, there are economic reasons for being safety conscious, since the cost to the company of even a small accident can quite high. Dari ketiga alasan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa bidang keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh para manager, karena : 1. Moral Para manajer menyelenggarakan upaya mencegah kecelakaan, pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan. Mereka melakukan hal itu untuk memperingati penderitaan karyawan dan keluarganya yang mengalami kecelakaan.
8
2. Hukum Adanya ketentuan hukum untuk menjalankan program keselamatan kerja yang selain berguna untuk mengatur masalah keselamatan kerja, juga terdapat hukum - hukum di dalamnya bagi pihak-pihak yang melanggar ketentuan tersebut. 3. Ekonomi Secara ekonomi, program keselamatan kerja dapat menghindari biaya pengeluaran - pengeluaran yang tinggi bagi perusahaan akibat terjadinya kecelakaan, baik kecelakaan ringan maupun kecelakaan berat. Dari ketiga alasan diatas maka terlihat bahwa program Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat penting baik bagi karyawan maupun perusahaan, karena dengan adanya program tersebut, karyawan merasa diperhatikan oleh perusahaan, sebaliknya perusahaan juga mendapat manfaat terhindar dari kerugian akibat dari pengeluaran dana yang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya karena hal tersebut telah diatur dengan jelas. 2.1.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan dalam melaksanakan suatu program tertentu sudah pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai, demikian pula dengan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. [Suma’mur P.K, 1996 : 2], menyebutkan bahwa tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut: 1. Melindungi karyawan dan orang lain yang berada di tempat kerja dari resiko kecelakaan dan sakit akibat kerja serta asset perusahaan dan lingkungannya
9
dari kemungkinan kerusakan, kebakaran / peledakan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya sehari – hari, bertekad untuk menempatkan keselamatan dan kesehatan kerja pada prioritas utama. 2. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional . 3. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja . 4. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien . Selanjutnya tujuan kesehatan kerja menurut [Suma’mur P.K, 1996 : 3], adalah sebagai berikut : 1. Memberantas penyakit – penyakit dan kecelakaan akibat kerja. 2. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dan gizi tenaga kerja. 3. Merawat dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas. 4. Memberantas kecelakaan kerja dan melipatgandakan kegiatan kerja, serta kenikmatan kerja. 5. Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya pengotoran dan bahan – bahan dari perusahaan yang bersangkutan. 6. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya – bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh industri. Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk melindungi dan menjamin tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaanya, menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif serta menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari
10
kecelakaan sehingga kerugian yang di akibatkan kecelakaan kerja dapat dihindari atau minimal ditekan serendah mungkin. 2.1.4 Unsur – Unsur yang Mendukung Keberhasilan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Setiap program keselamatan dan kesehatan kerja dapat terdiri dari salah satu atau lebih unsur - unsur penting. Keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilaksanakan secara efektif dengan jalan terlebih dahulu dibuat atau disusun suatu program yang matang, sebagaimana yang dikemukakan oleh [Edwin B. Flippo 1995 : 523], yaitu : A. Program Keselamatan Kerja Meliputi : 1. Adanya dukungan manajemen puncak. ( Support by Top Management ) Seperti halnya dalam setiap bidang lain, manajemen puncak harus memberikan dukungan aktif pada program keselamatan dan kesehatan kerja agar program itu dapat tetap hidup dan menjadi efektif . Dukungan menajemen ditandai dengan kehadiran secara pribadi pada rapat – rapat yang membahas masalah keselamatan, penekanan pada laporan – laporan tetap tentang keselamatan kerja dan prestasi bidang keselamatan dan kesehatan kerja pada agenda rapat dewan direktur perusahaan. 2. Adanya Direktur keselamatan. ( Appointing a Safety Director ) Pada berbagai perusahaan, hubungan antara direktur keselamatan kerja dengan pekerja bersifat fungsional. Artinya direktur keselamatan kerja berhak memerintah dan memaksakan perintahnya untuk dijalankan bidangnya, yakni bidang keselamatan kerja.
11
3. Adanya rekayasa operasi yang aman. ( Engineering a safe Plant and Operation ) Rekayasa yang sehat dan berorientasi ke masa depan menjadi syarat pokok dari setiap usaha keselamatan kerja. Setiap usaha keselamatan kerja memerlukan perhatian yang seksama dari aspek teknis. Berbagai peraturan pemerintah tentang aspek teknis ini telah dikeluarkan dengan pengawasan pelaksanaan pada departemen tenaga kerja. Peraturan tersebut mensyaratkan antara lain bahwa tempat kerja haruslah bersih, penerangan cukup dan berventilasi cukup pula. Peralatan mekanis untuk material handling perlu disediakan dan semua peralatan yang berbahaya haruslah disertai dengan pengamannya. Tetapi walaupun demikian faktor manusia tetap berpengaruh bagi keselamatan kerja. 4. Adanya pendidikan semua pekerja untuk bertindak secara aman Sebagian besar program keselamatan kerja haruslah dititik beratkan untuk proses mendidik pekerja agar bertindak, berfikir dan bekerja dengan aman. 5. Pengadaan dan penyimpanan catatan statistik kecelakaan. ( Accident Analysis ) Perusahaan diwajibkan untuk mengadakan dan menyimpan catatan– catatan yang teliti sehubungan dengan kecelakaan kerja yang terjadi. Hal ini diperlukan untuk pelaporan pada pihak–pihak yang berwenang dan untuk ditindak lanjuti pada analisis kecelakaan.
12
6. Adanya analisis kecelakaan. ( Recording Keeping ) Analisis kecelakaan hendaknya digunakan untuk usaha perbaikan di masa yang akan datang. Penyidikan sebab–sebab kecelakaan, cara yang bisa dilakukan adalah meminta pendapat dari pihak–pihak yang bersangkutan pada kecelakaan tersebut. 7. Diadakannya lomba keselamatan kerja Lomba keselamatan kerja dapat dianggap sebagai salah satu bentuk pendidikan pekerja, tetapi keduanya mempunyai perbedaan besar dalam pendekatan sehingga memerlukan pembahasan secara terpisah. Banyak manfaat dari lomba keselamatan kerja, diantaranya adanya penurunan tingkat kecelakaan kerja selama periode lomba, namun diharapkan kebiasaan untuk bertindak secara aman terjadi secara berkesinambungan jangan pada saat periode lomba saja. 8. Terwujudnya pelaksanaan peraturan.- peraturan ( Enforcing Rules) Program keselamatan kerja akan berhasil bila peraturan yang telah dibuat dapat dijalankan dengan baik. Keharusan untuk menjalankan peraturan– peraturan yang telah dibuat disertai dengan sanksi–sanksi yang akan membantu pelaksanaan dalam program ini. Sanksi diberikan mulai dari peringatan lisan sampai dengan pemecatan pekerja. Dalam hal ini ILO mengemukakan unsur–unsur penunjang program keselamatan kerja sebagai berikut :
13
1. Adanya perencanaan Perencanaan yang baik penting sekali bagi keselamatan kerja seperti dalam produksi. Jika suatu perusahaan akan didirikan atau suatu perusahaan yang telah ada akan dibangun kembali, biasanya terdapat banyak hal yang mempengaruhi perencanaan
keselamatan seperti
lokasi,
dan
harus
fasilitas
diperhitungkan untuk
pada
pengolahan
dan
tingkat untuk
penyimpanan material dan peralatan, lantai, penerangan, ventilasi, fasilitas perawatan dan perbaikan serta pencegahan kebakaran. 2. Adanya keteraturan dan penataan rumah tangga yang baik Pemeliharaan keteraturan rumah tangga yang baik adalah sangat penting bagi keselamatan kerja. Keteraturan dan penataan rumah tangga yang baik disini menyangkut : Tata ruang dan segala sesuatu disediakan tepat sendiri–sendiri dan harus selalu berada di tempatnya masing–masing sesuai dengan fungsi yang sedang dijalaninya. 3. Pengadaan pakaian kerja Pakaian kerja adalah pakaian, termasuk sepatu yang dipakai pada waktu bekerja. Dalam memilih pakaian kerja perlu diperhatikan ketentuan–ketentuan berikut : a.
Ukuran pakaian kerja harus sesuai dengan pemakainya.
b.
Pakaian, dasi, kerudung yang terlalu longgar, sobek, arloji berantai tidak boleh dipakai didekat bagian–bagian mesin yang bergerak.
c.
Benda–benda tajam dan runcing, bahan mudah meledak, cairan mudah terbakar, tidak boleh dibawa dalam kantong pakaian kerja.
14
Pakaian kerja biasanya tidak mampu melindungi pekerja terhadap logam panas, asam–asam dan berbagai resiko lainya. Dalam hal ini, alat perlindungan diri harus digunakan. 4. Pengadaan peralatan perlindungan diri Cara
terbaik
mencegah
kecelakaan
adalah
menghilangkan
atau
mengendalikan sumbernya. Bila langkah itu dapat dilaksanakan, perlu disediakan alat pelindung diri bagi para pekerja. Persyaratan pelindung diri adalah : a.
Memberikan cukup perlindungan terhadap bahaya yang dimaksud.
b.
Ringan, awet dan sekecil mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi menjamin mobilitas, penglihatan dan sebagainya secara optimal.
Aneka alat perlindungan diri adalah : a.
Perlindungan badan.
b.
Perlindungan mata.
c.
Topi pengaman / helmet.
d.
Perlindungan telinga.
e.
Perlindungan paru–paru.
f.
Alat perlindungan diri lainnya.
5. Pemakaian warna, peringatan dan tanda-tanda, label a.
Pemakaian warna Kode warna dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, diantaranya untuk kepentingan keselamatan, seperti contoh berikut :
15
•
Pola warna yang tepat dapat meningkatkan kejelasan pandangan di dalam ruang pabrik, di dalam lorong dan sebagainya dan
•
Pola warna menarik pada dinding ruang kerja, langit–langit, peralatan dan sebagainya dapat memberikan efek psikologis positif bagi pekerja.
b.
Peringatan dan tanda–tanda Peringatan dan tanda–tanda dapat membawa suatu pesan instruksi, pesan peringatan atau memberikan keterangan secara umum. Contoh : di ruang masuk, hati–hati licin.
c.
Label Label merupakan petunjuk bagi pekerja terhadap bahan berbahaya, beracun, mudah terbakar, meledak dan sebagainya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahan berbahaya tanpa label. Penggunaan lambang pada label wadah suatu bahan sangat membantu pekerja yang tidak dapat membaca. Pada label perlu penjelasan tertulis yang memuat : Nama bahan, uraian tentang bahaya, penjelasan pencegahan bahaya, dan petunjuk pertolongan pertama.
6. Penataan Lingkungan fisik yang memenuhi syarat lingkungan fisik a.
Penerangan / pencahayaan Penerangan merupakan suatu aspek lingkungan penting bagi keselamatan kerja, beberapa penelitian membuktikan bahwa penerangan
16
yang tepat dan disesuaikan dengan pekerjaan berakibat produksi yang optimal dan dengan begitu secara tidak langung membantu mengurangi terjadinya kecelakaan. Faktor–faktor yang menjadi penyebab kecelakaan meliputi kesilauan langsung, kesilauan akibat pantulan dari lingkungan pekerjaan, kelemahan mata karena kurangnya cahaya dan lainnya. Penerangan harus diadakan secara baik seperti jalan–jalan untuk lewat, di tangga– tangga, di daerah mesin–mesin dan lain–lain. Maka dari itu, diperlukan pembangkit tenaga listrik khusus untuk berbagai keperluan. b.
Ventilasi dan pengaturan suhu Ventilasi adalah sistem pengaliran udara untuk ruang kerja. Tujuan ventilasi antara lain untuk mencukupi kebutuhan akan gas oksigen bagi pekerja di dalam ruangan dan membuang keluar gas–gas/debu–debu yang berbahaya dari dalam ruang kerja. Ventilasi terbagi atas dua macam, yaitu : sistem ventilasi alam dan sistem ventilasi buatan ( yang dibagi lagi menjadi sistem ventilasi umum dan sistem ventilasi setempat ). Demikian pula dengan pengaturan suhu ruang kerja perlu diperhatikan dengan baik. Suhu terlalu dingin menyebabkan anggota badan menjadi kaku dan sulit untuk digerakkan, sedangkan suhu yang terlalu panas menyebabkan cepat lelah. Suhu ruang kerja yang sesuai dengan pekerja Indonesia sekitar 25–32 °C.
17
c.
Kebisingan Kebisingan mempengaruhi konsentrasi dan dapat membantu terjadinya kecelakaan. Kebisingan yang lebih dari 85 dB dapat mempengaruhi daya dengar dan menimbulkan ketulian. Pencegahan terhadap kebisingan harus dimulai sejak perencanaan mesin dan dilanjutkan dengan memasang bahan–bahan yang menyerap kebisingan. Alat–alat pelindung diri juga dapat dipergunakan.
B. Program Kesehatan meliputi : 1.
Kesehatan jasmani terdiri atas : a.
Pemeriksaan pra penempatan.
b.
Pemeriksaan keseluruhan para karyawan kunci secara periodik.
c.
Pemeriksaan kesehatan secara sukarelawan secara periodik untuk semua karyawan.
d.
Tersedianya peralatan dan staf medis yang cukup.
e.
Pemberian perhatian dan preventif terhadap masalah ketegangan Industri.
f. 2.
Pemeriksaan periodik terhadap persyaratan sanitasi yang baik.
Kesehatan mental terdiri atas : a.
Adanya Psikiatris untuk konsultasi.
b.
Kerjasama dengan psikiatris diluar perusahaan atau yang ada dilembaga -lembaga konsultasi kesehatan.
c.
Mendidik para karyawan perusahaan tentang arti pentingnya kesehatan mental.
18
2.2 Kecelakaan Kerja 2.2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja Menurut [Heidjrachman dan Suad Husnan 1997 : 249] kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terencanakan dan tak terkontrol yang merupakan suatu aksi dan reaksi dari obyek, zat dan manusia. Untuk analisa sebab-sebab kecelakaan akibat kerja hanya ada dua golongan penyebab. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungannya, yang meliputi segala sesuatu selain manusia. Golongan kedua adalah manusia itu sendiri yang merupakan penyebab. Menurut [Bennet N.B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi 1995 : 22] bahwa kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan dan kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan kerja merupakan kondisi celaka yang tidak direncanakan dan disebabkan oleh peristiwa tertentu yang dapat terjadi pada saat melakukan pekerjaan. 2.2.2 Macam – Macam Kecelakaan Kerja 1. Berdasarkan selang waktu akibat a.
Kecelakaan yang berakibat langsung. Kecelakaan yang berakibat langsung tampak atau terdeteksi, misalnya korban manusia, alat / mesin rusak dan kegagalan produksi.
b.
Kecelakaan yang tidak langsung / terasa. Kecelakaan yang akibatnya baru tampak atau terasa setelah selang waktu dari saat kejadian, misalnya timbul penyakit akibat kerja, mesin menjadi cepat rusak dan lingkungan tercemar.
19
2. Berdasarkan korban a.
Kecelakaan dengan korban manusia. •
Kecelakaan ringan. Korban cukup diobati dengan persediaan kotak PPPK, paling jauh ke poliklinik perusahaan dan korban langsung bekerja kembali.
•
Kecelakaan sedang. Korban berobat ke poliklinik perusahaan atau jika dibawa ke rumah sakit dan perlu diberi istirahat 1–2 hari.
•
Kecelakaan berat. Korban perlu dirawat di rumah sakit dan mendapat istirahat lebih dari 5 hari serta ada yang mengakibatkan meninggal dunia.
b.
Kecelakaan tanpa korban manusia. Berat ringan kecelakaan diukur berdasarkan besar kecilnya kerugian material, kekacauan organisasi kerja, maupun dampak negatif yang diakibatkan.
2.2.3 Faktor - Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Sumber timbulnya masalah tidak aman dan tidak selamat itu di sebutkan oleh Stauss disebabkan oleh : 1. Jenis usaha yang dilakukan perusahaan Tidak semua perusahaan mempunyai potensi kecelakaan tinggi, hal ini ditentukan oleh jenis usaha yang dilakukan. Misalnya perusahaan yang bergerak dibidang industri ( menggunakan mesin – mesin pabrik ) akan lebih
20
tinggi resiko kecelakaannya dibanding dengan perusahaan yang bergerak di bidang jasa. 2
Sikap pimpinan Pimpinan perusahaan merupakan orang yang mempunyai kebijaksanaan dalam mengatur pekerjaan, dalam hal ini pemimpin harus mempertimbangkan secara matang kebijaksanaan penggunaan alat, penempatan orang sebelum pekerjaan dilaksanakan.
3
Penggunaan Teknologi Semakin banyak perusahaan yang menggunakan mesin berkecepatan tinggi yang
kadang
kurang
didukung
oleh
keterampilan
manusia,
dapat
menimbulkan kecelakaan. Penggunaan teknologi radiasi, laser dan bermacam - macam bahan kimia akan memperbesar resiko terjadinya kecelakaan 4. Sikap para Karyawan Perilaku tenaga kerja yang kurang cermat, sembrono dan kurang memperhatikan hal – hal kecil dapat membahayakan keamanan dan keselamatan pekerja itu sendiri. Disamping itu [Garry Dessler, 1997 : 300] dalam bukunya “ Personal Management Modern Konsep”, menyatakan bahwa ada faktor utama yang menyebabkan timbulnya kecelakaan di dalam perusahaan, faktor - faktor tersebut adalah : 1. Peristiwa yang terjadi secara kebetulan 2. Kondisi yang membahayakan 3. Tindakan – tindakan yang membahayakan
21
2.2.4 Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja Kecelakaan–kecelakaan kerja dapat dicegah dengan : 1. Peraturan perudang - undangan, yaitu ketentuan–ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi–kondisi kerja pada umumnya. 2. Adanya standarisasi, yaitu penempatan standar–standar resmi, setengah resmi atau tak resmi misalnya mengenai alat–alat perlindungan diri. 3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan–ketentuan terhadap perudang–undangan yang berlaku. 4. Penelitian bersifat teknik, yaitu menyangkut tentang sifat dan ciri – ciri bahan yang berbahaya, pengujian alat pelindung diri dan lain–lain. 5. Adanya riset medis, misalnya meliputi faktor–faktor lingkungan. 6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kewajiban yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. 7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis–jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebabnya. 8. Pendidikan yang menyangkut tentang keselamatan dan kesehatan kerja. 9. Adanya latihan–latihan yang menyangkut tentang keselamatan kerja dan kesehatan kerja. 10. Adanya penyuluhan tentang keselamatan dan kesehatan kerja. 11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan. 12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja.
22
2.2.5 Akibat Kecelakaan Kerja Kerugian yang bersifat ekonomi merupakan kerugian langsung yang meliputi : 1. Kerugian / kehancuran alat atau bahan 2. Tunjangan ganti rugi kecelakaan 3. Terhentinya proses produksi 4. Melatih tenaga kerja baru 5. Memperbaiki / mengganti peralatan yang rusak 2.2.6 Mengurangi Kecelakaan Kerja 1. Periksalah dan hilangkan kondisi-kondisi yang tidak aman jika bahaya tidak bisa dihilangkan, berjaga-jagalah atau jika perlu gunakan alat perlindungan pribadi seperti kaca mata, sepatu pengaman, helmet. 2. Melalui seleksi, cobalah menyaring karyawan yang mungkin mudah mendapat kecelakaan bagi pekerja yang dibicarakan . 3. Tetapkan satu kebijakan keselamatan yang menekan bahwa perusahaan akan melakukan apa saja yang praktis untuk menghilangkan kecelakaan, cedera dan
menekankan
arti
atau
pentingnya
mengurangi menghindari
kecelakaan 4. Tetapkan
tujuan
–
tujuan
yang memungkinkan kehilangan kontrol
tertentu. Lakukan analisa jumlah kecelakaan dan incident – incident keselamatan kerja dan selanjutnya tetapkan tujuan – tujuan keselamatan spesifik untuk diterima, misalnya, dari segi frekuensi kerugian kehilangan waktu per jumlah karyawan purna waktu.
23
5. Dukung dan latih karyawan anda untuk menjadi sadar akan keselamatan kerja; tunjukanlah kepada mereka bahwa manajemen puncak dan semua pengawas sangat serius tentang keselamatan . 6. Lakukan pemenuhan aturan – aturan standar keamanan bekerja . 7. Lakukanlah inspeksi kesehatan dan keselamatan secara teratur.juga diselidiki semua kecelakaan atau “Near miss “ dan buatkan sebuah sistem pengganti untuk memungkinkan karyawan mengingatkan ke atasan, teman sejawat dan bawahan tentang kondisi berbahaya. 2.3 Ketentuan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Undang – Undang Dasar 1945. Di bidang ketenagakerjaan, khususnya bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang mengacu pada pasal 27 ayat 2, yang menyatakan bahwa : “ Tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan “. 2. Undang – Undang No.14 tahun 1969 tentang ketentuan – ketentuan pokok mengenai ketenagakerjaan. Pasal 9 : “ Tiap – tiap pekerja mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril
manusia
serta
perlakuan
manusia sesuai dengan martabat manusia dan moral agama “. 3. Undang – Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. 4. Undang – Undang No. 1 tahun 1992 tentang kesehatan kerja. 5. Undang – Undang No. 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja.
24
6. Peraturan menteri tenaga kerja RI No. 05/men/1993 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan pemberian santunan akibat kecelakaan kerja. 2.4 Pengukuran Usaha Keselamatan Kerja Pengukuran merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan program keselamatan kerja perusahaan. Tanpa pengukuran kita tidak dapat mengetahui tingkat kemajuan maupun kegagalan usaha keselamatan kerja. Dari hasil pengukuranlah, akan dapat dilakukan peningkatan maupun perbaikan mutu program keselamatan kerja yang sedang dilaksanakan. Selain itu, pengukuran dapat digunakan sebagai alat pendorong agar manajemen lebih memperhatikan usaha keselamatan kerja. 2.4.1 Pengukuran Kegiatan Usaha Keselamatan Kerja Pengukuran ini ditujukan untuk mengetahui tingkat mutu standar manajemen
dan
pelaksanaan
pengawasan
yang
dilakukan
manajemen.
Pengukuran ini erat hubungannya dengan tanggung jawab pada masing–masing tingkat manajemen. Ditinjau dari pelaksanaan pengukuran, pengukuran ini ditujukan pada inspeksi keselamatan kerja, audit keselamatan kerja, penyelidikan kecelakaan, cara lain, seperti misalnya : perbandingan berdasarkan waktu dan tugas. Langkah pengukuran usaha keselamatan kerja, meliputi : 1. Penentuan sasaran yang diukur. Berbentuk kecelakaan kerja atau tingkat kegiatan pelaksanaan program.
25
2. Pelaksanaan pengukuran. Kegiatan ini meliputi inspeksi, audit, pencatatan, maupun cara–cara lain yang sesuai dengan sasaran yang akan diukur. 3. Pengelolaan hasil dan penilaian. Dapat digunakan metode statistik maupun metode lainnya agar diperoleh kesimpulan yang obyektif dan penarikan kesimpulan ( penilaian ) yang benar. 4. Penyajian hasil. Penyajian hasil berbentuk laporan, grafik maupun diagram. 2.4.2 Pengukuran Hasil Usaha Keselamatan Kerja Pengukuran ini ditujukan untuk mengetahui perkembangan dari : 1. Kejadian kecelakaan kerja (cidera cacat) ditinjau dari jumlahnya keparahan serta kerugian yang ditimbulkan. 2. Kejadian kecelakaan ringan, yaitu kecelakaan kerja yang dapat diatasi dengan memberikan bantuan pertolongan pertama pada kecelakaan ( P3K ) dan tanpa adanya waktu yang hilang. Semua unsur inilah yang merupakan perwujudan keberhasilan usaha keselamatan kerja. Makin baik pelaksanaan penurunan kejadian kecelakaan kerja maupun kejadian hampir celaka semakin baik program keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karenanya dengan pengukuran unsur–unsur tersebut akan diperoleh gambaran
tentang
dilaksanakan.
keberhasilan
usaha
keselamatan
kerja
yang
sedang
26
Ada dua cara pengukuran yang biasanya dipergunakan untuk mengetahui ( Frekuensi Rate) / tingkat kekerapan dan ( Severity Rtae ) / tingkat keparahan cidera cacat, yaitu sebagai berikut : [Suma’mur P.K, 1996 : 14], 1. Frekuensi Rate / tingkat kekerapan. Frekuensi Rate menyatakan jumlah cidera cacat setiap sejuta jam kerja dalam periode kerja saat itu atau dalam diformulasikan sebagai berikut :
F= Di mana :
n x 1.000.000 N
cidera cacat jam ke rja
F = Frekuensi Rate / tingkat kekerapan cidera cacat. n = Jumlah cidera cacat. N = Jumlah jam kerja karyawan.
Cidera cacat adalah cidera karena kecelakaan kerja yang dapat berbentuk kematian, cacat total seumur hidup, cacat sebagian yang permanen atau cacat total sementara. Kecelakaan yang mengakibatkan si pekerja tidak mampu melaksanakan pekerjaan tetapnya sendiri, tetapi dapat mengerjakan pekerjaan lainnya dan tanpa jam kerja yang hilang, tidak dimasukan dalam perhitungan. 2. Tingkat severity/keparahan. Tingkat severity menyatakan jumlah hari hilang akibat terjadinya cidera dan kematian karena kecelakaan kerja untuk setiap juta jam kerja dari jumlah jam kerja karyawan atau diformulasikan sebagai berikut : S=
H x1.000.000 N
hari hilang jam ke rja
27
Di mana : S
= Tingkat severity / keparahan.
H =
Jumlah total hari hilang.
N =
Jumlah jam kerja karyawan.
Jumlah hari yang hilang mencakup : jumlah hari hilang yang diakibatkan cacat total sementara, dihitung berdasarkan kalender ( termasuk hari libur selama pekerja tidak bekerja ) dan koefisien bagi cacat total permanen serta kematian. 2.5 Produktivitas Karyawan 2.5.1 Pengertian Produktivitas Karyawan Pada
hakekatnya
produktivitas adalah pertumbuhan yang mengarah
pada peningkatan per kapita yang pada akhirnya untuk mencapai kemakmuran produktivitas kerja adalah ratio terbaik antara (Input ) dan ( Output ). Dari definisi di atas dapat dikemukakan : [S. Pujohartono 1998 : 35].
Produktivitas =
Output Input (labour)
Menurut [Bambang Kusriyanto, 1998 : 35], Peningkatan produktivitas karyawan dapat dikelompokkan dalam empat bentuk : 1. Pengurangan sedikit sumber daya untuk memperoleh jumlah produksi yang sama. 2. Pengurangan sumber daya sekedarnya, untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar. 3. Penggunaan jumlah sumber daya yang sama untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar.
28
4. Penggunaan jumlah sumber daya yang lebih besar untuk memperoleh jumlah produksi yang jauh lebih besar lagi. Dari uraian di atas, sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses meningkatkan produktivitas, karena aktivitas produksi dan teknologi pada hakekatnya merupakan hasil karya berbagai faktor baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor lainnya seperti pendidikan, ketrampilan, disiplin, sikap, motivasi, kesehatan dll. 2.5.2 Konsep Produktivitas
Beberapa definisi produktivitas yang lain adalah sebagai berikut : 1. Menurut Organization for Economic Coorporation and Development (OECD). Produktivitas
adalah
output
dibagi
dengan
elemen
produksi
yang
dimanfaatkan. 2. Menurut International Labour Organization (ILO). Perbandingan antara elemen–elemen produksi dengan yang dihasilkan merupakan ukuran produktivitas. Elemen–elemen tersebut berupa tanah, capital, buruh dan organisasi. 3. Menurut Fabricant. Produktivitas adalah perbandingan antara output dan input. 4. Menurut Kendrick dan Creamer Produktivitas adalah definisi fungsional untuk produktivitas parsial, produktivitas faktor total dan produktivitas total.
29
5. Menurut Paul Mali. Produktivitas adalah pengukuran seberapa baik sumber daya digunakan bersama di dalam organisasi untuk menyelesaikan suatu kumpulan hasil– hasil. 6. Menurut Venay Goel dalam “ Toward Higher Productivity “. Produktivitas adalah hubungan antara keluaran yang dihasilkan dengan masukan yang dipakai pada waktu tertentu 7. Menurut National Productivity Board, Singapura. Produktivitas adalah sikap mental yang mempunyai kebiasaan untuk melakukan peningkatan kebaikan. Perwujudan sikap mental tersebut dalam berbagai kegiatan antara lain : a. Yang berkaitan dengan diri sendiri dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya pribadi dan kerukunan kerja. b. Yang berkaitan dalam pekerjaan dilakukan melalui manajemen dan metode yang lebih baik, penghematan biaya, tepat waktu serta sistem dan teknologi yang lebih baik sehingga dapat mencapai hasil yang bermutu tinggi, pangsa pasar yang lebih besar dan standar kehidupan yang lebih tinggi. 8. Menurut Dewan Produktivitas Nasional. Produktivitas juga dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu secara filosofi psikologis, secara ekonomis dan secara teknis.
30
Jadi secara umum produktivitas merupakan perbandingan dari beberapa kekurangan keluaran dengan beberapa masukan. Pengertian produktivitas perlu dibedakan dengan produksi. Peningkatan produksi menunjukan pertambahan jumlah hasil dan perbaikan cara berproduksi. Peningkatan produktivitas tidak selalu dihasilkan oleh peningkatan produksi. Produksi dapat meningkat tetapi produktivitasnya menurun. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor–faktor sebagai berikut pendidikan latihan, disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi gizi, kesehatan, tingkat penghasilan dan jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, teknologi, sarana produksi, manajemen, kesehatan kerja dan prestasi. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam memajukan perusahaan karena dengan produktivitas yang tinggi maka perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih besar. 2.6 Hubungan
Program
Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
dengan
Produktivitas Karyawan.
Keselamatan kerja sangat erat hubungannya dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Keselamatan Kerja dapat membantu meningkatkan produksi dan produktivitas seperti yang dikemukakan oleh [Suma’mur P.K, 1996 : 4], yaitu : 1. Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan – kecelakaan yang menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi atau ditekan sekecil mungkin, sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.
31
2. Tingkat keselamatan sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efisien dan bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi. 3. Keselamatan Kerja yang dilaksanakan sebaik - baiknya dengan partisipasi pengusaha dan buruh akan membawa iklim keamanan dan ketenangan kerja. Sehingga sangat membantu bagi hubungan buruh dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi terciptanya kelancaran produksi. Dari perumusan diatas, nampak adanya hubungan sebab akibat antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas karyawan. Disini dapat dilihat bahwa tingkat keselamatan kerja yang tinggi akan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawannya, demikian juga sebaliknya. Untuk itu butuh dukungan seluruh karyawan yang terkait dalam melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dan efisien guna meningkatkan produktivitas karyawannya. 2.7 Statistik
Statistik dalam prakteknya berhubungan dengan banyak angka, hingga dapat diartikan numeric description oleh banyak orang. Misalnya indek bursa saham, jumlah tanaman disuatu wilayah, jumlah penduduk di suatu desa dan seterusnya. Dalam dunia usaha, statistik juga sering disosialisasikan dengan sekumpulan data, seperti pergerakan tingkat inflasi, jumlah pengunjung suatu toko dan sebagainya. Selain merupakan sekumpulan data, statistik juga dipakai untuk melakukan berbagai analisis terhadap data.
32
2.7.1 Elemen Statistik
Meskipun statistik dapat diterapkan pada hampir semua aspek kehidupan, namun ada beberapa elemen yang biasa terdapat dalam suatu persoalan statistik, yaitu : [Santoso, 2001] 1. Populasi. Masalah dasar dari persoalan statistik adalah menentukan populasi data. Secara umum populasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan data yang mengidentifikasi suatu fenomena. Misal pekerja di seluruh indonesia dapat disebut suatu populasi, namun semua pekerja di PT . X juga dapat dikatakan populasi dan bahkan pekerja wanita khususnya di bagian yang bekerja lembur pada malam hari juga dapat disebut suatu populasi. Jadi tergantung
kegunaanya dan relevansi data yang terkumpul. Jika
diinginkan adalah hal tersebut, maka populasinya adalah pekerja wanita khsusnya dibagian produksi yang bekerja lembur pada malam hari di PT. X. namun jika ingin diteliti status seluruh wanita indonesia yang aktif bekerja. Populasi dalam statistik juga tidak hanya terbatas pada masalah–masalah manusia atau bisnis, namun lebih luas seperti populasi ayam disuatu daerah dan seterusnya. Juga populasi dapat sedemikian besarnya hingga dapat dikatakan tidak terbatas seperti oksigen di dunia, populasi plankton di lautan dan sebagainya. 2. Sampel. Sampel dapat didefinisikan sebagai sekumpulan data yang diambil atau diseleksi dari suatu populasi. Seperti pada kasus di atas, jika populasi adalah
33
seluruh pekerja wanita di PT. X, maka sampel dapat diambil dari sebagian pekerja wanita atau beberapa pekerja wanita di perusahaan tersebut. Jadi sampel adalah bagian dari populasi, atau populasi dapat dibagi dalam berbagai jenis sampel. Pengambilan sampel dilakukan karena dalam praktek banyak kendala yang tidak memungkinkan seluruh populasi diteliti. Kendala tersebut dapat karena situasi, waktu, tenaga, biaya dan sebagainya. Oleh karena itu pengambilan sampel data pada banyak kasus statistik merupakan suatu kebiasaan dan karenanya metode pengambilan sampel menjadi bagian penting dari statistik. 3. Statistik inferensi. Statistik inferensi pada dasarnya adalah suatu keputusan, perkiraan atau generalisasi tentang suatu populasi berdasarkan informasi yang terkandung dari suatu sampel. 4. Pengukuran reliabilitas dan statistik inferensi. Dari ketiga elemen di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan statistik pada dasarnya adalah melakukan deskripsi terhadap data sampel, kemudian melakukan inferensi terhadap populasi data berdasarkan pada informasi ( hasil statistik deskriptif ) yang terkandung dalam sampel. Namun, karena sampel yang diambil hanyalah sebagian dari populasi, dapat terjadi bias dalam kesimpulan yang diperoleh, misalnya dapat saja tidak semua wanita di PT. X merasa tidak merasa cukup puas. Sebagai konsekuensi dari kemungkinan timbulnya berbagai bias dalam inferensi perlu reliabilitas dari
34
setiap inferensi yang telah dibuat, seperti pelaporan adanya prediksi kesalahan keputusan. 2.7.2 Keseragaman dan Kecukupan Sampel Data Pengamatan
Agar sampel yang diambil dalam penelitian benar-benar mewakili populasinya maka beberapa syarat harus dipenuhi. Syarat sampel yang mewakili populasi tersebut antara lain adalah : [Sugiarto at all, 2001: 8] 1. Tidak bias. Suatu parameter penduga dianggap tidak bias apabila nilai yang diharapkan dari statistik adalah sama dengan nilai parameternya. Agar tidak tejadi bias, maka keseragaman data sampel dapat digunakan sebagai ukuran parameter. Persamaan yang digunakan untuk menentukan keseragaman data adalah dengan menghitung batas-batas kontrol, yaitu : [Wignjosoebroto, 2003: 172] BKA = X + 3δX BKB = X − 3δX
di mana : X
= rata-rata data pengamatan.
δX = standar deviasi data pengamatan. 2. Efisien. Suatu penduga dikatakan efisien apabila penduga tersebut menghasilkan standar error yang kecil dibanding standar error yang lain. 3. Konsisten. Suatu penduga dikatakan konsisten apabila peluang untuk memperoleh perbedaan antara statistik dengan parameter mendekati nol jika jumlah sampel pengamatan bertambah. Konsistensi sampel data pengamatan dapat diketahui
35
dengan pengukuran kecukupan sampel yang ditetapkan. Kecukupan dalam hal ini merupakan ukuran jumlah sampel pengamatan minimum yang diperlukan dalam penelitian. Untuk menduga proporsi pada populasi terbatas digunakan persamaan : [Sugiarto at all, 2001: 70].
Z 2σ 2 N n' = 2 α2 2 Zασ + e N di mana
n' =
banyaknya data yang diperlukan.
Zα = nilai Z pada tingkat keyakinan yang digunakan.
σ = standar deviasi. e
= standar kesalahan akibat pengambilan sampel.
N = banyaknya data. 2.7.3 Analisis Hubungan
Untuk menguji pernyataan bahwa terdapat hubungan / korelasi antara dua vaiabel X dan Y digunakan sebuah rumus korelasi product moment yaitu : r=
n ∑ XY − ∑ X ∑ Y
n ∑ X 2 − (∑ X )
2
n ∑ Y 2 − (∑ Y )
2
di mana :
Jika r = 1 berarti terdapat korelasi yang positif antara kedua variabel
Jika r = 0 berarti tidak terdapat korelasi antara kedua variabel.
Jika r = -1 berarti terdapat korelasi yang negatif antara variabel.
Berdasarkan rumus korelasi product moment di atas, dengan mudah dapat dianalisis hubungan yang terjadi antara dua variabel.
36
2.7.4 Analisis Regresi Linier
Sering kali dalam praktek kita berhadapan dengan
persoalan yang
menyangkut sekelompok peubah bila diketahui bahwa antara peubah tersebut terdapat suatu hubungan alamiah. Misalnya dalam industri diketahui bahwa kadar hasil suatu proses kimia berkaitan dengan temperatur masukan. Mungkin perlu dikembangkan suatu metode peramalan, yaitu suatu cara kerja guna menaksir kadar hasil untuk berbagai taraf temperatur masukan yang didapat dari data percobaan. Segi statistik dari persoalan tersebut menjadi persoalan menemukan taksiran terbaik untuk hubungan antara sekolompok peubah itu. [Walpole dan Mayers, 1995] Regresi linier adalah hubungan antara 2 variabel, yaitu variabel dependent Y dan variabel independent X. tujuan utama analisis regresi sederhana sedemikian itu ialah guna mengukur intensitas hubungan antara 2 variabel, dan membuat prediksi maupun dugaan nilai Y atas dasar nilai X meskipun demikian, penggunaan variabel independent tunggal guna menduga variabel dependent dalam hal ini, suatu variabel yang dependent dapat saja dihubungkan dengan dua atau lebih dari dua variabel independent. Teknik regresi berganda sebetulnya dipakai guna menggambarkan beberapa variabel dependent dihubungkan dengan 2 atau lebih dari variabel independent. [Dajan, 1991] Dalam kondisi sehari–hari, sering kali dijumpai hubungan antara suatu variabel dengan satu atau lebih variabel lain. Secara umum ada dua macam hubungan antara dua atau lebih variabel, yaitu bentuk hubungan dan keeratan hubungan. [Siagian dan Sugiarto, 2002: 222]
37
Analisis regresi linier banyak digunakan untuk mempelajari bentuk hubungan antara variabel. Aplikasi regresi sangat banyak dijumpai pada berbagai area bisnis
misalnya untuk melihat bentuk hubungan antar periklanan dan
penjualan, hubungan antara tes sikap dengan kinerja karyawan, hubungan antara resiko keuangan dengan harga saham, dan lain-lain. Regresi linier bertujuan mempelajari hubungan linier antara dua variabel. Dua variabel ini dibedakan menjadi variabel bebas (X) dan variabel tak bebas (Y) variabel bebas adalah variabel yang bisa dikontrol, sedangkan variabel tak bebas adalah variabel yang mencerminkan respon dari variabel bebas. Model populasi regresi linier sederhana dinyatakan dalam persamaan :
Yi = α + βX + ε i , i = 1, 2, 3, ... , n di mana : X1,X2,….Xn = variabel kontrol (variabel independent). ε¡
= komponen sisaan yang tidak diketahui nilainya (acak).
α dan β
= parameter yang nilainya tidak diketahui sehingga diduga menggunakan statistik sampel.
Dalam
persamaan regresi di atas, komponen sisaan (ε¡=galat) merupakan
komponen yang dapat menunjukkan : 1. Pengaruh dari berbagai variabel yang tidak dimasukkan dalam persamaan regresi karena berbagai pertimbangan. 2. Penerapan persamaan matematika yang tidak sempurna. 3. Kesalahan pengukuran dalam pengumpulan dan pemrosesan data observasi.
38
model populasi linier ini diduga dengan metode kuadrat terkecil. Prinsip metode kuadrat terkecil ini adalah meminimumkan selisih kuadrat antara Y observasi dan Y dugaan. Model sampel untuk regresi linier sederhananya :
Yi =α + βX ¹ di mana : Y = variabel tak bebas. X = variabel bebas. a = pendugaan bagi intersep (α).
a=
(∑ Y − b∑ X ) n
b = pendugaan bagi koefisien regresi (β) Angka arah atau koefisien korelasi yang menunjukan peningkatan atau penurunan variabel dependent yang didasarkan pada variabel independent. Bila b (+) maka naik dan bila (-) maka turun.
b=
(n∑ XY )− (∑ X )(∑ Y ) n X (∑ X ) 2
2
2.7.5 Analisis Regresi Kurvilinier
Hubungan fungsi X dan Y dikatakan tidak linier bila mana laju perubahan Y sebagai akibat perubahan X itu tidak konstan untuk nilai-nilai X tertentu. Untuk kasus-kasus hubungan tidak linier, prosedur regresi tidak dapat digunakan dalam mencari pola hubungan dari variabel-variabel yang terlibat. Dalam hal ini, prosedur analisis regresi kurvilinier merupakan prosedur yang sesuai. Dalam
kenyataan
banyak
dijumpai
bentuk
fungsi
yang
dapat
menggambarkan fungsi kurvilinier (non linier) di antara dua variabel atau lebih.
39
Karena itu, dalam menganalisis suatu hasil penelitian harus ditentukan dulu bentuk kurva yang paling tepat untuk mengekspresikan pola data yang dihadapi. Setelah kurva yang tepat dapat digambarkan, selanjutnya adalah melinierkan fungsi yang tidak linier, biasanya dilakukan dengan transformasi variabel ataupun membuat variabel baru. Analisis kurvilinier yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas (X1, X2, X3, ... Xn) dan satu variabel terikat (Y) sering disebut dengan analisis kurvilinier berganda. Dalam hal ini ada beberapa dasar yang menyebabkan terjadinya hubungan non linier ini, antara lain : 1. Paling sedikit ada satu variabel bebas yang menampakkan hubungan tidak linier dengan variabel terikat. Misalnya dengan dua variabel bebas X1 dan X2, suatu hubungan bisa terjadi bila salah satu atau kedua variabel bebas menampakkan hubungan
non linier dengan variabel terikat. Jika kedua
variabel X1 dan X2 berhubungan dengan Y dalam pola kuadratik, maka persamaan regresi non linier berganda yang dapat mewakilinya adalah : [Siagian dan Sugiarto, 2002: 296] Yi = β 0 + β 1 X 1i + β 2 X 12i + β 3 X 2i + β 4 X 22i
persamaan non linier ini dapat dilinierkan dengan menciptakan dua variabel baru yaitu Z1 = X12 dan Z2 = X22, sehingga bentuk liniernya menjadi : Yi = β 0 + β 1 X 1i + β 2 Z 1i + β 3 X 2i + β 4 Z 2i
kemudian regresi dilakukan pada fungsi Yi = f(X1, Z1, X2, Z2). 2. Setidaknya ada dua variabel bebas yang saling berinteraksi, misalnya variabel X
1
dan X2 mempengaruhi Y dalam pola linier yang terpisah. Dengan
40
demikian, maka persamaan regresi non linier berganda yang dapat mewakilinya adalah : Yi = β 0 + β 1 X 1i + β 2 X 2i + β 3 X 1i X 2i
3. Setidak-tidaknya satu dari variabel bebas mempunyai hubungan non linier dengan variabel terikat, dan setidak-tidaknya dua variabel bebas saling berinteraksi sehingga mungkin dijumpai persamaan regresi non linier berganda yang dapat mewakilinya adalah : Yi = β 0 + β 1 X 1i + β 2 X 12i + β 3 X 2i + β 4 X 22i + β 5 X 1 X 2
2.7.6 Standar Error Pendugaan
Untuk mengetahui penyimpangan data di sekitar
model perlu diukur
standar error pendugaannya. Standar error menggambarkan standar deviasi yang mengukur variasi titik-titik di atas dan di bawah kurva regresi. Rumus standar error pendugaan adalah : [Anto dajan, pengantar metode statistik II] S
Y / X
1 48 − 2
=
di mana : S
∑
[
Y i
−
= standar error pendugaan.
[Y’Y] = ΣY2. n
Yˆ i
= banyaknya data sampel.
]
2
BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian, perlu diuraikan prosedur penelitian yang dipergunakan agar diperoleh hasil penelitian yang baik, untuk mendukung dalam pelaksanaannya maka diperlukan sebuah kerangka sebagai pijakan dalam melakukan setiap kegiatan yang berhubungan dengan penelitian. Berikut ini adalah uraian langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian ini. 3.1 Studi Literatur dan Observasi Awal Pada bagian studi literatur dan observasi awal ini peneliti berusaha untuk mencari masalah–masalah yang sedang dihadapi pada bagian Safety Health Environment PT. Lautan Otsuka Chemical. Pada studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi–informasi yang dipakai sebagai landasan berfikir juga sebagai pijakan dasar dalam penelitian. Sedangkan observasi dilakukan pada awal penelitian
dengan
cara
mengamati secara langsung atas objek yang diteliti guna memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dihadapi mengenai pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan oleh
PT. Lautan Otsuka
Chemical. 3.2 Identifikasi Masalah Langkah ini dilakukan untuk menentukan pokok permasalahan yang dihadapi sesuai dengan kejadian – kejadian kecelakaan atau tingkat kekerapan ( Frequency Rate ) dan tingkat keparahan ( Severity Rate ) kecelakaan kerja yang 41
42
terjadi dengan pengaruhnya terhadap peningkatan produktivitas karyawan Departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical. 3.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : 1.
Menentukan tingkat kekerapan ( Frequency Rate ) dan tingkat keparahan ( Severity Rate ) kecelakaan kerja.
2.
Menganalisa hubungan antara kecelakaan kerja terhadap produktivitas karyawan Departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical.
3.4 Pengumpulan Data Pada langkah ini dilakukan pengambilan data–data yang diperlukan dalam penelitian ini, meliputi : 1. Data program keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Data kecelakaan kerja karyawan Departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical tahun 2004 sampai tahun 2007. 3. Data jam kerja karyawan Departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical tahun 2004 sampai tahun 2007. 4. Data hari hilang akibat terjadinya kecelakaan kerja karyawan Departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical tahun 2004 sampai tahun 2007. 5. Jumlah karyawan Departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical tahun 2004 sampai tahun 2007.
43
3.4.1 Metode Pengumpulan Data Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari studi dokumentasi dengan cara mengumpulkan data-data yang sudah ada dan sudah didokumentasikan oleh
PT. Lautan Otsuka Chemical. Selain itu metode
pengumpulan data yang lain dilakukan dengan wawancara dan observasi di PT. Lautan Otsuka Chemical untuk memperoleh data pendukung. 3.4.2 Uji Keseragaman Data Uji keseragaman data dilakukan dengan menentukan batas kontrol untuk membuang data-data yang berada di luar batas kontrol tersebut, sebab data yang berada di luar batas kontrol adalah data yang tidak seragam. Hal ini dilakukan agar data yang akan digunakan dalam analisis tidak terdapat data ekstrim yang akan memberikan hasil analisis yang kurang tepat. Data dalam hal ini adalah hasil perhitungan tingkat kekerapan ( Frequency Rate ) dan tingkat keparahan (Severity Rate ) kecelakaan kerja. Batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) ditentukan dengan persamaan : BKA = X + 3δX dan BKB = X − 3δX
3.4.3 Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data dilakukan dengan menggunakan persamaan : Z 2 σ 2N n' = 2 α / 22 2 Z α / 2σ + e N di mana
n' =
banyaknya data yang diperlukan.
Zα =
nilai Z pada tingkat keyakinan yang digunakan.
44
σ = standar deviasi. e
= standar kesalahan akibat pengambilan sampel.
N = banyaknya data. persamaan kecukupan data di atas digunakan untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%. Uji kecukupan data dilakukan untuk menentukan banyaknya data minimal yang dibutuhkan untuk melakukan analisis. Dengan menguji kecukupan data, maka akan diketahui apakah data yang dikumpulkan sudah memenuhi batas minimal data yang dibutuhkan tersebut.
3.5 Pengolahan Data Untuk mengolah data yang terkumpul dilakukan pengukuran hasil usaha keselamatan kerja. Data yang diperlukan diambil dari laporan–laporan kecelakaan kerja, jam kerja dan jumlah total hari yang hilang karyawan PT. Lautan Otsuka Chemical. Data di atas diperlukan untuk mengukur tingkat kekerapan ( Frequency Rate ) dan tingkat keparahan ( Severity Rate ) kecelakaan kerja.
3.5.1 Menentukan Pola Distribusi Data Tingkat Kecelakaan dan Rasio Produktivitas Pola distribusi data akan ditentukan dengan teknik sederhana yaitu dengan memasukkan data tingkat kecelakaan kerja pada grafik distribusi hubungan antara data tingkat kecelakaan kerja dan produktivitas, kemudian dilakukan analisis dengan melihat bentuk kurvanya. Data tingkat kecelakaan kerja yang digunakan dalam hal ini adalah data tingkat kekerapan ( Frequency Rate ) dan tingkat keparahan ( Severity Rate ) kecelakaan kerja. Data rasio produktivitas
45
digambarkan dalam sumbu y dan data tingkat kekerapan ( Frequency Rate ), tingkat keparahan ( Severity Rate ) pada sumbu x. Kemudian ditentukan titik-titik hubungan yang terjadi. Model hubungan variabel ( X ) dan ( Y ) Variabel pada ( X )
Variabel pada ( Y )
Frequency Rate
Produktivitas
Severity Rate
Produktivitas
X
X 1 = Frekuensi rate
Y
Y = Produktivitas
X 2 = Saverity rate
3.5.2 Pemilihan Model Korelasi Setelah pola distribusi data diketahui langkah selanjutnya adalah memilih model korelasi yang akan digunakan untuk menentukan berapa kuat hubungan variabel - variabel antara produktivitas karyawan dan keselamatan dan kesehatan kerja. Model ini akan didapatkan dari pola distribusi data tingkat kecelakan kerja yang dihubungkan dengan rasio produktivitas di mana kurva yang terbentuk merupakan representasi dari model hubungan yang terjadi. Sebelumnya kita pelajari beberapa teori tentang korelasi : a. Regresi dan korelasi digunakan untuk mempelajari pola dan mengukur hubungan statistik antara dua atau lebih variabel
46
b. Jika digunakan hanya 2 variabel disebut regresi dan korelasi sederhana c. Jika digunakan lebih dari dua variabel disebut regresi dan korelasi berganda d. Variabel yang akan diduga disebut variabel terikat ( tidak bebas ) atau dependent variabel, biasanya dinyatakan dengan variabel Y e. Variabel yang menerangkan perubahan variabel terikat disebut variabel bebas atau independent variable, biasanya dinyatakan dengan X f. Persamaan regresi ( penduga / perkiraan / peramalan ) di bentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel – variabel g. Analisa korelasi digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel – variabel Untuk menentukan persamaan hubungan antar variabel, dengan langkah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan data dari variabel yang dibutuhkan, misalnya X sebagai variabel bebas dan Y sebagai variabel tidak bebas 2. Menggambarkan titik – titik pasangan ( X,Y ) dalam sebuah sistem koordinat
bidang. hasil dari gambar tersebut disebut SCATTER
DIAGRAM ( Diagram pencar / tebaran ) dimana dapat dibayangkan bentuk kurva halus yang sesuai dengan data
Analisa regresi sederhana 1. Persamaan regresi linier sederhana untuk sampel : y = a + bx , yang diperoleh dengan menggunakan “ Metode kuadrat terkecil “
47
2. Bila diberikan data sampel (( xi,yi ) i = 1,2, ..., n ) Maka nilai dugaan kuadrat terkecil bagi parameter dalam garis regresi : y = a + bx dapat diperoleh dari rumus sebagai berikut :
b=
x=
n ∑x y − ∑x ∑ y n∑
∑x n
x
2
− (∑ x )
2
x=
∑x n
a=y–bx Keterangan : y = Nilai yang diukur / dihitung pada variabel tidak bebas x = Nilai tertentu dari variabel bebas a = Intersep / perpotongan garis regresi dengan sumbu y b = Koefisien regresi / kemiringan dari garis regresi untuk mengukur penurunan dan y untuk setiap perubahan satu – satuan x / untuk mengukur besarnya pengaruh x terhadap y, kalau x naik satu unit.
Analisa korelasi sederhana : Analisa korelasi digunakan untuk mengukur kekuatan keeratan hubungan antara dua variabel melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi ~ koefisien korelasi linier ( r ) adalah ukuran hubungan linear antara dua variabel / peubah acak X dan Y untuk mengukur sejauh mana titik – titik menggerombol disekitar sebuah garis lurus regresi.
48
Rumusnya, r =
n ∑x y − ∑x ∑ y
{n∑ x2 − (∑ x )2 } {n ∑ y 2
− (∑ y )
2
}
Jika b positif, maka r positif sedangkan jika b negatif, maka r negatif a. Nilai r terletak dari -1 sampai + 1 atau ditulis -1 ≤ r ≤ +1 b. Bila r mendekati +1 dan – 1 maka terjadi korelasi tinggi dan terjadi hubungan linear yang sempurna antara X dan Y c. Bila r mendekati 0 hubungan linear sangat lemah atau tidak ada. ~ misalnya : r = - 0,6 , menunjukkan arah yang berlawanan , X atau X
maka Y
r = + 0,6 , menunjukkan arah yang sama , atau X atau X
maka Y
maka Y
maka Y
r = 0 menunjukkan tidak adanya tidak adanya hubungan linear antara X dan Y
Koefisien determinasi ( r 2 ) ~ Nilainya antara 0 dan 1 Untuk menyatakan proporsi keragaman total nilai nilai peubah Y dan yang dapat di jelaskan oleh nilai – nilai peubah X melalui hubungan linear tersebut ~ Contoh : r = 0,6 artinya 0,36 atau 36 % diantara keragaman total nilai nilai Y dapat dijelaskan oleh hubungan linearnya dengan nilai – nilai X , atau besarnya sumbangan X terhadap naik turunnya Y adalah 36 % , sedangkan 64 % disebabkan oleh faktor lain
49
Untuk aplikasi komputer Menentukan persamaan regresi dan koefisien korelasi
sederhana antara dua
variabel dengan excel
a. Regresi b. Korelasi Menentukan persamaan regresi dan koefisen korelasi sederhana antara dua variabel dengan SPSS
Korelasi data kualitatif ~ Contingency coefficient ( Koefisien bersyarat ) Data kualitatif yang dipergunakan untuk mengukur kuatnya suatu hubungan , misalnya hubungan antara kedudukan orang tua dengan anak ( kalau orang tuanya pangkatnya tinggi apakah anaknya juga demikian ? ) antara pendidikan orang tua dan anak, antara pendidikan dengan pendapatan ( makin tinggi pendapatan ) dan lain sebagainya Koefisien bersyarat mempunyai pengertian sama dengan koefisien korelasi, misalnya hasil penelitian disajikan dalam bentuk p x q tabel dan jika nilai Cc sebesar nol berati tidak ada hubungan , akan tetapi batas atas Cc tidak sebesar satu tergantung atau sebagai fungsi banyaknya kategori ( baris atau kolom ) Batas tertinggi nilai Cc adalah :
Cc =
(r − 1) r
50
dengan nilai r adalah banyaknya baris dan kolom andaikan banyaknya baris tidak sama dengan kolom pilihan nilai terkecil Untuk menghitung nilai koefisien bersyarat ( Cc ) digunakan rumus :
x2 x2 + n
Cc =
p
q
n=∑
∑
i =1
e ij =
p
f ij =
j =1
q
∑ ni =
∑ nj =
i =1
j =1
p
∑= i =1
q
∑ n ij = Banyaknya observasi j =1
(ni ) (n j ) n p
x =∑ 2
i =1
q
∑=
(f
)
2
ij − eij
j =1
e ij
Dengan : F ij = n ij = Frekuensi atau banyaknya observasi baris i kolom j i = 1,2, ..... p; j = 1,2, ..... q; e ij = Frekuensi harapan ( X 2 dibaca kai skuer atau khi kuadrat )
3.5.3 Menguji Kesesuaian Model Model korelasi yang dipilih kemudian diuji kesesuaiannya dengan mencari standar error untuk setiap hasil pendugaan dari persamaan regresi yang diperoleh. Kesesuaian model regresi yang diperoleh akan ditunjukkan dengan nilai standar
error yang kecil. Perhitungan standar error pendugaan (S) dalam hal ini menggunakan persamaan :
51
S
Y / X
1 48 − 2
=
∑
[
Yi
−
Yˆi
]
2
= Standar error pendugaan.
di mana : S n
= banyaknya data sampel. ( 48 sampel )
3.6 Analisis Akhir Analisis akhir dilakukan terhadap hubungan keselamatan kerja dengan produktivitas kerja dengan menggunakan analisis regresi dengan menguji kesesuaian model terlebih dahulu. Selain itu dilakukan pula analisis terhadap pelaksanaan program pelayanan kesejahteraan karyawan dengan metode kualitatif deskriptif
yaitu dengan menjabarkan secara terperinci pelaksanaan program
keselamatan dan kesehatan kerja oleh PT. Lautan Otsuka Chemical yang kemudian dibandingkan dengan teori yang mendukung dalam penelitian ini.
3.7 Kesimpulan Langkah akhir adalah membuat kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam analisis hubungan dengan menggunakan analisis regresi yang akan menunjukkan ada atau tidaknya hubungan antara kecelakaan kerja dengan produktivitas
karyawan.
Memberikan
saran–saran
untuk
meningkatkan
produktivitas karyawan melalui program perbaikan keselamatan dan kesehatan kerja.
52
Data Pengalaman yang pernah dilakukan :
Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan (The Relation Between Job Satisfaction and The Employees Work Productivity) Nuzsep Almigo
Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang Abstract
This research was aimed to know the relation between job satisfaction, reward, and year of service with the work productivity. Hypothesis raised shall be as follows : There is a relation between job satisfaction, reward, and year of service with the work productivity. Research’s instruments used is job satisfaction questionnaire. This research uses the technique of purposive random sampling in election of subject research. The subject of this research is 82 employees of PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang. The data were analyzed using regression analysis. The result of data analysis show : There is a relation between job satisfaction with the work productivity. The increase of job satisfaction followed by the increase of work productivity (r = 0,252; p = 0,011.)
Keywords : Job satisfaction, work productivity, performance
Pendahuluan Pada berbagai bidang khususnya kehidupan berorganisasi, faktor manusia merupakan masalah utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya. Hal ini dikarenakan adanya garis ketersinggungan atau interaksi antar individu itu
53
sendiri, pada organisasi maupun pada teknologinya. Hal ini mengakibatkan kehidupan dinamik dalam suatu organisasi akan menjadi suatu dinamika itu sendiri. Produktivitas kerja merupakan suatu hasil kerja dari seorang karyawan. Hasil kerja karyawan ini merupakan suatu proses bekerja dari seseorang dalam mengasilkan suatu barang atau jasa. Proses kerja dari karyawan ini merupakan kinerja dari karyawan. Sering terjadi produktivitas kerja karyawan menurun dikarenakan kemungkinan adanya ketidaknyamanan dalam bekerja, upah yang minim dan juga ketidakpuasan dalam bekerja. PT. Pusri dalam meningkatkan produtivitas kerja karyawan juga mengalami kendala-kendala. Ini ditunjukkan dengan adanya permasalahan yang terjadi dilingkungan PT. Pupuk Sriwidjaja. Penurunan produktivitas kerja masih sering terjadi. Permasalahan tentang produktivitas kerja ini merupakan permasalahan umum yang terjadi pada setiap perusahaan. Kadang produktivitas kerja seorang karyawan cenderung menurun dan pengaruhnya adalah merosotnya suatu perusahaan. Bila tidak diatasi dengan baik maka perusahaan tersebut akan cenderung mengalami penurunan yang signifikan. pada penelitian ini yang dimaksud mengenai produktivitas kerja adalah kinerja karyawan atau performance yang merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Data tentang produktivitas kerja ini berupa performance
appraisal, yaitu penilaian kerja. Hal ini dikarenakan penilaian kerja merupakan faktor evaluasi bagi pihak perusahaan terhadap kerja karyawan dan juga evaluasi bagi karyawan sendiri sebagai perwujudan untuk kerja.
peningkatan
produktivitas
54
Permasalahan-permasalahan yang timbul mengenai produktivitas kerja Ini merupakan suatu indikasi bahwa peranan manajemen sebagai
pengelolaan
sumberdaya manusia diperlukan. Hal ini merupakan suatu cara meningkatkan suatu produktivitas kerja karyawan. Kadang kemajuan dari suatu organisasi tidak diimbangi oleh sumber daya yang
baik pula. Hal ini
mengakibatkan
tidak akuratnya antara keinginan dengan realita yang ada. Produktivitas kerja ini dapat menurun kemungkinan adanya persaingan yang
tidak sehat,
Kecemburuan sosial antara para anggotanya. Kurangnya
pemahaman
berpola pikir akan mengakibatkan kemerosotan
kemajuan
dari
dalam pada
peningkatan organisasi. Ini menjadi polemik dalam organisasi tersebut. Data dari Depnaker (1993), sekitar 80 % kasus
terjadinya pemogokan pekerja hanya
karena ulah pengusaha. Pengusaha hanya melihat produktivitas para pekerjanya, sedangkan faktor mendasar dalam menunjang produktivitas kerja adalah seperti upah, kondisi kerja
serta untuk memenuhi jumlah dan mutu yang memadai,
tidak diperhatikan. Perusahaan PT. Pupuk Sriwidjaja yang notabanenya adalah perusahaan BUMN yang mempunyai sekitar 3.492 karyawannya juga tidak luput dari
permasalahan dengan produktivitas kerja karyawan. Pada kasus ini bahwa
produktivitas kerja dalam hal ini penilaian kerja menjadi faktor evaluasi bagi perusahaan dan karyawan sendiri sering terjadi ketidaksesuaian dikarenakan pihak yang memberikan penilaian, memberikan penilaian kerja tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Hal ini akan mempengaruhi dari kerja karyawan. Penilaian yang bersifat subjektif akan berdampak pada ketidaksesuaian antara keinginan pihak perusahaan untuk selalu memperbaiki sistem dan
55
pengembangan sumber daya manusia yang lebih baik, menciptakan sumber daya manusia yang potensial apa yang sebagai nilai dan tujuan dari perusahaan dalam menciptakan
produktivitas
kerja
karyawannya
sehingga
nantinya
akan
meningkatkan mutu perusahaan BUMN tersebut. Kendala seperti hal di atas sering terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa proses evalusasi mengenai kerja karyawan tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak perusahaan. Bila penilaian kerja ini kurang akurat akan mengakibatkan pihak manajemen perusahaan tidak bisa mengontrol pengelolaan sumber daya manusianya. Hal ini akan berdampak pada pola kinerja karyawan. Penilaian kerja yang kadang bersifat subjektif dan terlalu tinggi membuat karyawan kadang kala merasa puas dan cenderung nantinya penurunan pada produktivitas kerjanya.
Kondisi seperti yang telah diungkapkan di atas
menunjukkan bahwa faktor manusia sangat berperan aktif dalam peningkatan dari mutu perusahaan tersebut. Hal ini terkait juga dengan teknologi yang ada. Banyak kasus menunjukkan bahwa teknologi sudah maju namun ketersediaaan sumber daya manusianya sangat minim. Ini dikarenakan ketidaksiapan bagi organisasi tersebut untuk melaksanakan kemajuan yang optimal. Hal ini didukung oleh Gomez (1997) bahwa sumber daya manusia memegang peranan penting dan menentukan bagi keberhasilan organisasi. Sehubungan dengan hal di atas, munculah fenomena yang merugikan dan dapat menghancurkan tujuan organisasi perusahaan, diantaranya adalah kepuasan kerja, kelambanan kerja, kebosanan kerja, penurunan efisiensi
kerja, senioritas, kecemburuan sosial,
penurunan semangat kerja dan penurunan produktivitas kerja. Kenyataannya
56
sekarang ini banyak para
pekerja atau karyawan yang masuk terlambat,
bermalas-malasan, dan sebagainya sehingga bukannya menunjang kemajuan dan pengembangan
tetapi akan menghambat kemajuan dan pengembangan dari
perusahaan itu
sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut di atas Tanaja dan
Srimulyani
(1995), bahwa diantara sumber daya, manusia merupakan harta
kekayaan
yang terpenting dan mempunyai kontribusi paling besar bagi
keberhasilan
suatu organisasi. Produktivitas kerja yang merupakan kinerja
karyawan sebagai perwujudannya adalah performance appraisal atau penilain kerja, sering mengalami kendala. Kendala ini berupa penilian kerja yang tidak sesuai dengan kinerja karyawan. Atasan kadang memberikan penilaian kerja yang sering mengikuti unsur subjektifitas. Sehingga penilian kerja tinggi, namun kinerja dalam keseharian kerjanya cenderung rendah. Hal ini nantinya akan berdampak pada pengelolaan sumber daya manusia yaitu karyawan diperusahaan tersebut. Perusahaan akan mengalami kesulitan dalammeningkatkan kinerja karyawan yang nantinya berdampak pada produktivitas kerja.
Tinjauan Pustaka Produktivitas kerja menurut Cascio (1998) adalah produktivitas sebagai pengukuran output berupa barang atau jasa dalam hubungannya dengan input yang berupa karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan. Sejalan dengan pandangan di atas, Sedarmayanti (2001) menyebutkan produktivitas kerja menunjukkan bahwa individu merupakan perbandingan dari efektivitas keluaran (pencapaian unjuk kerja maksimal) dengan efisiensi salah satu masukan (tenaga kerja) yang mencangkup kuantitas, kualitas dalam waktu tertentu. Produktivitas
57
kerja adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan dan output sebagai keluarannya yang merupakan indikator daripada kinerja karyawan dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan produktivitas kerja adalah performance appraisal atau penilaian kinerja yang merupakan suatu penggambaran sistematis tentang individu atau kelompok yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan dalam suatu pekerjaan sebagai bentuk evaluasi bagi indiviu yang berkaitan dengan pelaksanaan organisasinya (Cascio, 1998). Kepuasan kerja ini merupakan sikap umum individu yang bersifat individual tentang perasaan seseorang terhadap pekerjaannya (Robbins, 1998). Sejalan dengan pandangan Robbins, Luthans (1995) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah ungkapan kepuasan karyawan tentang bagaimana pekerjaan mereka dapat memberikan manfaat bagi organisasi, yang berarti bahwa apa yang diperoleh dalam bekerja sudah memenuhi apa yang dianggap penting. Kepuasan kerja itu dianggap sebagai hasil dari pengalaman karyawan dalam hubungannya dengan nilai sendiri seperti apa yang dikehendaki dan diharapkan dari pekerjaannya. Pandangan tersebut dapat disederhanakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap dari individu dan merupakan umpan balik terhadap pekerjaannya. Menurut Smith, Kendall dan Hulin (dalam Gibson, Ivancevich, dan Donnelly, 2000), ada lima karakteristik penting yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu : a. Pekerjaan, sampai sejauhmana tugas kerja dianggap menarik dan memberikan kesempatan untuk belajar dan menerima tanggung jawab.
58
b. Upah atau gaji, yaitu jumlah yang diterima dan keadaan yang dirasakan dari upah atau gaji. c. Penyelia atau pengawasan kerja yaitu kemampuan penyelia untuk membantu dan mendukung pekerjaan. d. Kesempatan promosi yaitu keadaan kesempatan untuk maju. e. Rekan kerja yaitu sejauhmana rekan kerja bersahabat dan berkompeten. Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat kerangka berpikir tentang bagaimana hubungan antara kepuasan kerja dengan produktivitas kerja seperti pada gambar di bawah ini :
Penampilan kerja
Produktivitas kerja
Kepuasan kerja
Gambar 1. Hubungan Timbal Balik Produktivitas Kerja dengan Kepuasan Kerja
Sebagai motor penggerak daripada produktivitas ini adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia sebagai agent of change dalam proses perkembangan memerlukan suatu keterampilan dan pengetahuan sebagai pengembangan untuk menuju produktivitas yang tinggi. Karyawan yang merupakan bagian dari organisasi atau perusahaan perlu ditingkatkan produktivitasnya sebagai feed back dari perusahaan untuk tetap menjaga dan mengikat daripada karyawan agar tetap bergabung dalam perusahaan tersebut. Kepuasan kerja bagi seorang karyawan akan berdampak positif bagi perusahaan, yang tentunya meningkatkan produktivitas bagi perusahaan tersebut. Individu
59
sebagai karyawan memerlukan perhatian yang baik dalam kerjanya. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : dan hubungan antara kepuasan kerja dengan produktivitas kerja pada karyawan PT. Pupuk Sriwijaya.
Metode Penelitian Variabel-Variabel Penelitian Variabel penelitian terdiri dari dua variabel. Variabel pertama adalah
variabel
bebas (independent variabele), yaitu
kepuasan Kerja. Variabel kedua adalah variabel tergantung (dependent variable), yaitu: produktivitas kerja. Subjek Subjek penelitian adalah karyawan PT. Pusri Palembang. Pada penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah purposive random sampling. Subjek penelitian ini adalah Karyawan Departemen Jasa-Jasa Teknik (JJT), Perkapalan dan Pengantongan (Paltong), dan Rancang Bangun dan Perencanaan (RBP) PT. Pupuk Sriwijaya Palembang. Subjek penelitian adalah karyawan Level Staff Pelaksana (Muda, Madya, Senior). Telah menempuh pendidikan formal minimal SLTA atau yang sederajat, dan telah masuk kedalam karyawan tetap minimal 1 tahun.
Alat Ukur Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua metode, yakni metode data atau catatan yang telah ada, dan metode angket. Metode data digunakan untuk
mengumpulkan
data
produktivitas
kerja
karyawan.
Pengukuran
produktivitas kerja para karyawan dilihat berdasarkan dokumen atau catatan yang ada pada perusahaan. Pada penelitian ini pengukuran produktivitas kerja pada karyawan PT. Pupuk Sriwidjaja adalah penilaian per - semester. Sistem penilaian
60
prestasi kerjanya adalah dalam jangka waktu 6 (enam) bulan. Penilaian atau pengukuran produktivitas karyawan adalah kinerja karyawan selama satu semester adalah enam bulan yang sudah distandarisasi oleh PT. Pusri. Data penilaian kerja yang diambil adalah satu tahun yaitu dua semester.
Metode
angket digunakan untuk mendapatkan data mengenai kepuasan kerja. Angket kepuasan kerja digunakan untuk mengukur kepuasan kerja. Angket ini menggunakan skala pengukuran index uraian pekerjaan (Job Description Index
atau disingkat JDI) dari Smith (1987) yang telah diterjemahkan dan disesuaikan. Skala ini sering dipergunakan serta disajikan serangkaian item atau pernyataan yang diasumsikan berhubungan dengan kepuasan kerja yang diberikan pada subjek dan diminta subjek mengisi sesuai dengan apa yang dirasakannya. Adapun karakteristik dalam JDI adalah pekerjaan itu sendiri, kesempatan promosi, gaji, penyelia, dan rekan kerja. Bentuk angket berupa lima tipe pilihan jawaban yaitu STS (sangat tidak setuju), TS (tidak setuju), N (netral), S (setuju), dan SS (sangat setuju) dengan metode dari Likert. Penelitian bergerak dari lima sampai satu.
Metode Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi. Teknik analisis regresi ini digunakan untuk melihat seberapa besar korelasi antara masing-masing variabel bebas dengan variabel tergantung. Teknik analisis ini tergolong dalam kategori model kolektif sehingga akan diperoleh koefisien korelasi antara variabel bebas dengan variabel tergantung, taraf signifikan koefisien, persamaan garis regresi, korelasi antara sesama sub variabel prediktor
61
dan sumbangan efektif (Hadi, 1994). Analisis yang digunakan adalah program SPSS 12.0 For Windows dari MS Windows XP.
Hasil Hasil uji terhadap hipotesis pertama yang mengatakan ada hubungan antara
kepuasan kerja dengan produktivitas pada karyawan PT. Pupuk Sriwidjaja, menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,252 dengan nilai p = 0,011. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang petama teruji kebenarannya. Kemudian pengujian hubungan aspek-aspek kepuasan kerja dengan produktivitas kerja. Kepuasan kerja mempunyai 5 aspek, yaitu pekerjaan itu sendiri, gaji atau upah, pengawasan kerja, promosi kerja, dan rekan kerja. Berdasarkan kelima aspek tersebut yang tidak signifikan adalah aspek rekan kerja. Kemudian pengujian hubungan aspekaspek kepuasan kerja dengan produktivitas kerja. Kepuasan kerja mempunyai 5 aspek, yaitu pekerjaan itu sendiri, gaji atau upah, pengawasan kerja, promosi kerja, dan rekan kerja. Berdasarkan kelima aspek tersebut akan diketahui masingmasing hubungan tiap komponen dengan produktivitas kerja. 1)
Hubungan antara aspek pekerjaan itu sendiri dengan produktivitas kerja.
Berdasarkan hasil uji analisis regresi diketahui bahwa aspek pekerjaan itu sendiri berkorelasi secara signifikan dengan produktivitas kerja. Koefisien korelasi sebesar r = 0,220 dan p = 0,023 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara aspek pekerjaan sendiri dengan produktivitas kerja. 2) Hubungan antara gaji atau upah dengan produktivitas kerja. Berdasarkan hasil uji analisis regresi diketahui bahwa aspek gaji atau upah berkorelasi secara signifikan dengan produktivitas kerja. Koefisien korelasi sebesar r = 0,245 dan p
62
= 0,013 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara aspek gaji atau upah dengan produktivitas kerja. 3) Hubungan antara pengawasan kerja dengan produktivitas kerja. Berdasarkan hasil uji analisis regresi diketahui bahwa aspek pengawasan kerja berkorelasi secara signifikan dengan produktivitas kerja. Koefisien korelasi sebesar r = 0,194 dan p = 0,041 (p<0,05) yang berarti terdapat
hubungan yang positif dan
signifikan antara aspek pengawasan kerja dengan produktivitas kerja. 4) Hubungan antara promosi kerja dengan produktivitas kerja. Berdasarkan hasil uji analisis regresi diketahui bahwa aspek promosi kerja berkorelasi secara signifikan dengan produktivitas kerja. Koefisien korelasi sebesar r = 0,186 dan p = 0,047 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara aspek promosi kerja dengan produktivitas kerja. 5) Hubungan antara rekan kerja dengan produktivitas kerja. Berdasarkan hasil uji analisis regresi diketahui bahwa aspek rekan kerja berkorelasi secara tidak signifikan dengan produktivitas kerja. Koefisien korelasi sebesar r = 0,179 dan p = 0,054 (p<0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang positif dan tidak signifikan antara rekan kerja dengan produktivitas kerja.
Pembahasan Terhadap hasil uji terhadap hipotesis, menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kepuasan kerja dengan produktivitas pada karyawan PT. Pupuk Sriwidjaja (r = 0,252; p = 0,011), maka kepuasan kerja dapat dianggap sebagai faktor penentu bagi seorang karyawan untuk meningkatkan produktivitas
63
kerjanya. Kepuasan kerja adalah ungkapan kepuasan karyawan tentang bagaimana pekerjaan mereka dapat memberikan manfaat bagi organisasi, yang berarti bahwa apa yang diperoleh dalam bekerja sudah memenuhi apa yang dianggap penting, sehingga karyawan yang mendapatkan kerja mempunyai catatan kehadiran yang baik yang nantinya akan berprestasi kerja lebih baik serta dapat mengahasilkan produksi yang lebih tinggi dari pada karyawan yang tidak mempunyai kepuasan kerja. Berkaitan dengan hal tersebut, PT Pusri dalam hal ini telah melakukan sosialisasi kepada karyawan tentang permasalahanpermasalahan yang timbul. Ini dibuktikan dengan adanya diadakannya forum kerjasama dari pihak manajemen dengan ikatan karyawan atau buruh yang ada di PT. Pusri. Terjadinya komunikasi antar karyawan dengan pihak manajemen akan berdampak pada kemajuan dan peningkatan dari karyawan itu sendiri maupun pada perusahaan pada umumnya. Mencari solusi bagi kepentingan bersama sudah ditunjukkan dengan adanya perhatian terhadap permasalahan-permasalahan dari karyawan. Pada dasarnya pandangan dan sikap karywan PT. Pusri, sabagai tata nilai yang harus diusahakan agara dapat menjadi budaya perusahaan. Hal ini mengingat bahwa, apabila budaya perusahaan dimanajemeni dengan baik diharapkan dapat berperan sebagai (PT. Pusri, 2001): 1) Pedoman yang baku bagi sikap dan perilaku setiap karyawan dalam bekerja; 2) Pengikat keutuhan organisasi, 3) Kebanggaan karyawan, 4) Kesimbangan jiwa perusahaan dalam alih teknologi.
64
Berdasarkan hal tersebut di atas PT. Pusri seharusnya memberikan fasilitator sebagai ajang komunikasi antar karyawan sehingga permasalahan-permasalahan antar karyawan maupun karyawan dengan pihak atasan menjadi baik, sehingga tidak terjadinya gap dan kecemburuan sosial terhadap rekan kerja. Hal ini nantinya berdampak yang negatif terhadap kelangsungan dari PT. Pusri itu sendiri. Keharmonisan antar karyawan perlu dijaga dengan baik supaya dalam bekerja pun karyawan merasa senang dan produktif, sehingga nantinya berdampak
pada
peningkatan
produktivitas
kerja
karyawan
tersebut.
Kekompakan antar karyawan perlu dilestarikan sebagai pedoman kebersamaan, supaya mereka merasa sama-sama memiliki dan saling membutuhkan antar satu dengan yang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Hadipranata (1997), bahwa seseorang tidak mungkin secara mutlak berdiri sendiri tanpa orang lain, sesuai kodrat manusia sebagai mahluk individu dan sosial, atau sosok mandiri tetapi perlu manunggal bersatu kompak dengan orang lain. Sebagai sumber daya insani, maka perlu bersatu kompak untuk bersama-sama mewujudkan kinerja yang baik. PT. Pusri dalam mengembangkan karyawannya dan sejalan dengan visi PT. Pusri yaitu menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri pupuk, petrokimia dan jasajasa teknik melalui maksimasi nilai untuk perusahaan dan kepuasan pelanggan tetap berusaha semaksimal mungkin memberikan perasaan senang dan berupaya agar karyawan tetap berada diperusahaan. PT. Pusri dalam hal ini berusaha memberikan yang terbaik bagi anggota organisasi yang terbaik. Searah perjalanannya karyawan yang merupakan bagian dari organisasi atau perusahaan perlu ditingkatkan produktivitasnya. Timbal balik dari perusahaan untuk tetap
65
menjaga dan mengikat daripada karyawan agar tetap bergabung dalam perusahaan. Kepuasan kerja bagi seorang karyawan akan berdampak positif bagi perusahaan, yang tentunya meningkatkan produktivitas perusahaan tersebut. Begitupun juga memberikan imbalan kerja, membuat sistem imbalan yang sesuai dengan kerja dan prestasi kerjanya. Hal ini dengan diberikannya tunjangantunjangan yang relatif tinggi bagi karyawannya. Seperti tunjangan bagi para karyawan yang bekerja dipabrik bagian produksi, misalnya tunjangan kesehatan dan keamanan dalam bekerja. Hal ini dirasakan karyawan cukup memberikan semangat dalam bekerja dan sebagai motivasi untuk lebih giat bekerja. Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil penelitian, yaitu: Ada hubungan positif yang signifikan antara kepuasan kerja dengan produktivitas kerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepuasan kerja yang diterima karyawan, semakin tinggi pula produktivitas kerjanya. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka beberapa saran yang dapat diajukaan adalah sebagai berikut. 1) Bagi perusahaan. a. Berdasarkan temuan dalam penelitian menujukkan kepuasan kerja memiliki pengaruh terhadap produktivitas kerja. Oleh sebab itu pihak perusahaan perlu meningkatkan manajemen yang baik dengan yang senantiasa memberikan kepuasan pada karyawan dengan memberikan kenyaman dalam bekerja, memberikan motivasi sebagai umpan balik yang baik kepada karyawan, sehingga karyawan merasa senang bekerja dan merasa memiliki pekerjaan sebagai upaya peningkatan produktivitas kerjanya.
66
b. Peningkatan hubungan antar karyawan perlu dilakukan dengan tetap menjaga hubungan yang baik antar karyawan yang diupayakan dari pihak perusahaan dalam memberikan nuansa keharmonisan dalam perusahaan sehingga antar karyawan merasa saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. 2) Bagi peneliti selanjutnya. a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel-variabel lain yang berhubungan dengan masalah produktivitas kerja, seperti sistem penilaian kinerja. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini data produktivitas kerja hanya berdasarkan pada penilaian kerjanya saja. Diharapkan pada penelitian salanjutnya dapat membuat alat ukur sendiri mengenai produktivitas kerja. b. Perlu juga diteliti faktor kepuasan kerja secara intrinsik dan ekstrinsik. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini kepuasan kerja dan imbalan kerja yang dimaksud berdiri sendiri, sehingga perlu peneliti selanjutnya memasukkan imbalan kerja ini dalam kepuasan kerja ekstrinsik.
67
Daftar Pustaka Bernadin, H.J, 7 Russel, J.E.A. 1993. Human Resource Management, An
Experimental Approach. International Edition. New York : McGraw Hill Book Company, Inc. Cascio, W.F. 1995. Managing Human Resource. International Edition. McGraw Hall Inc. Cascio, W.F. 1998. Applied Psychology in Personel Management. Third edition. New Jersey : Prestice Hill, Inc. Hadipranata, A.F. 1996. Produktivitas Insani (human Productivity). Buletin Psikologi IV. No. 2.
Yogyakarta : Edisis Khusus Ulang Tahun XXXII. Hadipranata, A.F. 1997. Pengaruh Manajemen Interpersonal Kelompok Efektif Objektif (MIKEO) Terhadap Produktivitas Karyawan Perusahaan Jawa Timur. Journal Psikologika, 1. 13-20 Judge, T.A, Welbourne, T.M. 1994. A Confirmatory Investigation Of 2 Mensionality Of Pay Satisfaction Quistionnaire. Journal Of Applied Psychology.
71 (3) : 457-467. Luthans, F. 1995. Organizational Behavior. Edisi Ke 7. Singapore : McGraw Hill Book Co. Myers, D.G. 1983. Social Psychology. Tokyo : MCGraw Hill International Book Company. PT. Pupuk Sriwidjaja, 2001. A Journey to The 21ST Century 1959-1999. PT. Cipta Visi Mandiri. PT. Pupuk Sriwidjaja, 2004. www.pusri.co.id. Robbins, S, 1998. Perilaku Organisasi Jilid 1. Jakarta : Prenhallindo.
68
Robbins, S, 1998. Perilaku Organisasi Jilid 2. Jakarta : Prenhallindo. Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Bandung : Mandar Maju Sinungan, M. 2003. Produktivitas Apa Dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara. Schmidt, F.L, Hunter, J.E, Outerbridge, A.N. 1986. Impact of Job Experience an Ability on Job Knowledge, Work Sample Performance, and Supervisory Rating of Job Performance. Journal of Applied Psychology. 71, 432-439.
69
Gambar 3.1 Flow Chart Kerangka Pemecahan Masalah
M U LA I
ST U D I LITER A T U R D A N O BSER V A SI A W A L
TAHAP 1 ID E N TIFIK A SI M A SA LA H
M EN E TA PK A N TU JU A N D A N M E TO D E P EN E LITIA N
M EN G H ITU N G TIN G K A T FR EK U EN SI D A N SEV ER ITY
PEN G U M PU LA N D A T A
M EN G H IT U N G R A SIO P R O D U K TIV ITA S
U JI K ESE R A G A M A N D A T A
TAHAP 2
DATA SER A G A M ?
TID A K BU A N G ITE M D A TA
YA
U JI K EC U K U PA N D A TA
TID A K
YA D A TA C U K U P ?
M EN E N TU K A N PO LA D IST R IBU SI D A TA
M EM ILIH M O D EL H U BU N G A N /R EG R ESI
PEN G U JIA N K E SESU A IA N M O D EL
YA A N A LISIS A K H IR
TAHAP 4 K E SIM PU L A N
SE LESA I
M ODEL SESU A I ?
T ID A K
TAHAP 3
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan Pada tahun 1989 didirikan PT. Lautan Otsuka Chemical sebagai penanaman modal asing (PMA) Pada tahun 1989 telah selesai konstruksi pabrik di kawasan KIEC Cilegon PROFIL PERUSAHAAN / COMPANY PROFILE
Established
: July 17th, 1989
Business Description
: Manufacturing of Blowing Agent Chemical
Main product
: Azodicarbonamide
Annual Capacity
: 14,500 MT
Capital
: U$$ 17,500,000.00
Total Turn Over
: U$$ 3,300,000.00
Area
: 63,816 M2
Number of worker
: 344
Head Office
: Graha Indramas, 5th Fl.. Jl. AIP KS Tubun No. 77 Jakarta 1140 - INDONESIA Telp. (62-21) - 53671251 Fax. (62-21) – 53671250
70
71
Factory
: Jl. Raya Anyer Km. 123 & Km 125 Gunung Sugih, Ciwandan Cilegon 42447 – Banten – INDONESIA Telp. (62-254) - 601150 Fax. (62-254) – 601152
PT. LAUTAN OTSUKA CHEMICAL ( LOC ) adalah perusahaan joint antara PT. LAUTAN LUAS Tbk. Dan OTSUKA CHEMICAL CO. LTD yang didirikan pada Juli tahun 1989. Sejak tahun 1997, telah mendapatkan akreditasi ISO 9002, Tahun 2006 mendapatkan ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:1999
Company Filosophy :
With the business of blowing agent We will aim to prosper based on the profit Together with our costumer To become a reliable company for both public and individual “ Melalui bisnis Blowing agent kami akan mencapai kesejahteraan berdasarkan keuntungan bersama dengan para pelanggan kami, menjadi perusahaan yang handal bagi masyarakat dan individu.” PT. LOC melibatkan setiap bagian yang terkait di pabrik dan head office, bertekad untuk turut berpartisipasi di dalam menciptakan kehidupan yang menyenangkan terhadap lingkungan, keamanan, dan kesehatan di bumi Indonesia dengan mempertahankan lingkungan yang alami dan keaslian tradisi kebudayaan serta dapat menjadi perusahaan yang dapat dipercaya dalam
72
menjaga kelestariaan di pantai Selat Sunda, sebagai kebijakan perusahaan dengan melakukan kegiatan sebagai berikut : 1. Memenuhi semua ketentuan hukum, peraturan persyaratan dan perjanjian lain yang berhubungan dengan mutu, pengelolaan lingkungan dan keselamatan serta kesehatan kerja yang ditetapkan. 2. Memenuhi kebutuhan pelanggan dengan memperbaiki kepuasan pelanggan, dengan mengoperasikan sistem manajemen yang terarah dengan bisnis terkait. 3. Memastikan untuk memenuhi kebutuhan dan melakukan perbaikan terus menerus, melalui kontrol pemeliharaan pada setiap sistem manajemen mengurangi keluhan dan mengembalikan produk dari pelanggan dan melaksanakan sistem yang sehat dan aman meliputi pencegahan penurunan mutu dan lingkungan serta kecelakaan kerja. Untuk pencapaian sasaran dan target ini kami akan melakukan perbaikan terus menerus, selanjutnya untuk memastikan keefektifan dari kebijakan ini, peninjauan ulang perlu dilakukan sehubungan dengan sasaran dengan target yang dibuat. Secara umum kami akan menginformasikan kebijakan ini untuk diketahui secara baik pada semua organisasi
73
Proses produksi di dalam pabrik PT. Lautan Otsuka Chemical yang merupakan fasilitas dan sarana dalam proses produksi, tiap-tiap bagian produksi mempunyai fungsi dan tanggung jawab masing–masing, yang tujuannya adalah sama yaitu berproduksi dengan semaksimal mungkin dan bekerja dengan baik sehingga hasil yang dicapai dapat memuaskan pelanggan. 4.1.2 Produksi dan Kapasitasnya Salah satu bagian yang terdapat di PT. Lautan Otsuka Chemical yang paling produktif adalah departemen produksi, proses produksi yang terdapat di dalamnya adalah proses pembuatan :
Unifoam AZ Unifoam AZ adalah bahan kimia berbentuk serbuk atau powder yang berwarna kuning terang berfungsi sebagai bahan pengembang untuk produk-produk yang menggunakan bahan dasar plastik atau karet.
Structur Formula
O
O CN=NC
H 2N
NH2 C2H4O2N4
Chemical name
: Azodicarbonamide Azobisformamide Diazendicarboxamide
74
Physical properties : • Decomposition Temperature
195 ∼ 202 o C
• Amount of gas generate
220 ∼ 245 ml/g
• Specific gravity
1.65
• Specific heat capacity
0.26 Kcal/kg o C
• Combustion heat
217.2 Kcal/mol
• Decomposition heat
10
Kcal/mol
Application Unifoam AZ :
• Thermal function
Heat insulator Construction, civil engineering, refrigerated truck, air conditioning conduit lagging, cooler boxes and other insulated
• Impact-absorbing vehicles • Acoustic function
Shoes, sandals, sport protector, interior elasticity Sound Insulator Building interior and vehicle trim
• Filtering, air Ventilation properties • Mechanical Properties
Filter Air conditioners, cleaners, engine dust filter Stretchable or flexible material Wet suit and other sport equipment
75
• Decorative Function
Decorative material Imitation
leather
product
(
bag
and
accessories), wall covering, ceiling and cushioned flooring material. • Light weight Function
Buoyancy material Life jacket, buoys for fishing nets and vehicle interior trims.
Departemen produksi menjalankan proses produksi dari proses awal (Raw material ) dan proses akhir ( packing ) 4.1.3 Struktur Organisasi Setiap perusahaan pasti memiliki struktur organisasi, di mana struktur oganisasi tersebut harus baik dan jelas dalam pelaksanaannya yang diharapkan dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan lewat kerjasama yang baik antara pimpinan dan karyawan. Dengan struktur organisasi yang baik dan jelas, maka masing–masing bagian akan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya. PT. Lautan Otsuka Chemical memiliki struktur organisai yang dirancang dengan cermat sehingga jelas bagi pihak-pihak yang termasuk di dalam struktur organisasi tersebut, struktur organisasi yang dimiliki oleh PT. Lautan Otsuka Chemical adalah dipimpin oleh orang yang secara langsung bertanggung jawab atas tercapainya tujuan perusahaan, yang ditunjuk dengan rantai komando yang berawal dari chairman/share holder, terus kebawah melalui berbagai tingkatan sampai pada titik di mana aktivitas dilaksanakan. Sedangkan staff adalah
76
kelompok yang memberikan layanan dan nasehat kepada share holder dan menunjang tugas-tugas pokok. Adapun bagan Sruktur Organisasi PT. Lautan Otsuka Chemical dapat dilihat pada lampiran. Sebagai departemen yang menangani langsung mengenai proses produksi, maka departemen produksi merupakan salah satu bagian yang penting dalam struktur organisasi PT. Lautan Otsuka Chemical. Departemen produksi sendiri memiliki struktur organisasi yang berbentuk struktur sendiri, di mana departemen produksi ini langsung bertanggung jawab kepada Factory manager. Uraian tugas untuk departemen produksi PT. Lautan Otsuka Chemical adalah sebagai berikut : 1. Manajer produksi. Mempunyai tanggung jawab dan berwenang untuk mengatur aktivitas/kegiatan dan pengawasan produksi secara menyeluruh, bertanggung jawab terhadap kualitas produk, alat dan mesin produksi di seluruh plant produksi 2. Asisten manajer. Mempunyai tanggung jawab dan berwenang untuk mengatur aktivitas/kegiatan dan pengawasan produksi. Dia bertanggung jawab dan membantu tugas manager terhadap kualitas produk, alat-alat dan mesin produksi. 3. Superintendent Mempunyai tanggung jawab dan berwenang untuk mengatur aktivitas/kegiatan dan pengawasan produksi. Membantu tugas asisten manager bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan langsung terhadap kualitas produk, alatalat dan mesin produksi di satu bagian plant produksi
77
4. Supervisor. Mempunyai tanggung jawab dan berwenang untuk mengatur aktivitas/kegiatan dan pengawasan produksi. Membantu superintendent dan bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan langsung terhadap kualitas produk, alat - alat mesin–mesin produksi langsung di satu bagian plant produksi. 5. Assisten supervisor. Mempunyai tanggung jawab dan berwenang untuk mengatur aktivitas/kegiatan dan pengawasan produksi. Membantu tugas supervisor dan
bertanggung
jawab untuk melakukan pengawasan terhadap setiap section. 6. Foreman Bertanggungjawab langsung terhadap proses produksi dan mengatur pelaksanaan pekerjaan operator di section - section yang ada 7. Operator produksi. Menyiapkan proses produksi dimulai seperti persiapan raw material sampai dengan packing dan persiapan pengiriman produk ke konsumen. 4.1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan PT.
Lautan Otsuka Chemical mempunyai ruang lingkup usaha dalam
bidang kimia menghasilkan produk azodicarbonamida ( blowing agent ), yang telah memenuhi standart internasional. 4.1.5 Program Keselamatan Kerja di Departemen Produksi Setiap tindakan yang efektif, perlu dibuat perencanaan terlebih dahulu. Begitu juga dalam bidang manajemen keselamatan kerja, perencanaannya dituang dalam bentuk suatu program keselamatan kerja. Pada hakekatnya penerapan
78
program keselamatan kerja telah sesuai dan efektif bila telah memuat unsur sebagai berikut : 1. Adanya program periode pertahun. 2. Langkah–langkah utama dari kegiatan keselamatan kerja para pekerja. 3. Sasaran yang ingin dicapai. 4. Anggota organisasi yang bertanggung jawab. 5. Biaya keselamatan kerja. Table 4.1 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Lautan Otsuka Chemical Langkah – langkah utama kegiatan keselamatan kerja
No 1 2
Pencegahan kecelakaan dan kesehatan kerja Pencegahan kebakaran
3
Lindungan lingkungan
4 5
Menunjang kehandalan operasi Pembinaan dan Administrasi
Sasaran program 1. Terciptanya budaya dan meningkatkan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja 2. Terciptanya kepatuhan terhadap peraturan baik dari pemerintah ataupun dari internal
Anggota yang bertanggung jawab Factory manajer, Manager produksi, Manager safety health environment dan seluruh pekerja serta rekanan
Biaya Terpisah dalam budget S H E dept. dan dimasukkan ke dalam biaya operasi
Semua langkah–langkah kegiatan keselamatan kerja yang dilaksanakan perusahaan didasarkan pada undang-undang dan peraturan pemerintah tentang keselamatan kerja antara lain UU No. 1 Tahun 1970, PP No. 11 tahun 1979 dan juga didasari pada kebijakan perusahaan. Langkah–langkah kegiatan keselamatan kerja yang diterapkan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi dari perusahaan yang menggunakan teknologi tinggi dalam berproduksi. Langkah–langkah utama dari kegiatan keselamatan kerja dan kesehatan kerja, meliputi hal–hal sebagai berikut : 1. Pencegahan kecelakaan kerja. Pencegahan kecelakaan kerja dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
79
a. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja OHSAS 18000 : 2004 , Sistem manajemen lingkungan ISO 14001 : 2004, yang terintegrasi dalam manajemen kualitas / mutu ISO 9002 : 2000 b. Inspeksi / patrol keselamatan kerja. Inspeksi keselamatan kerja adalah suatu pemeriksaan umum terhadap suatu unit operasi yang dilaksanakan oleh petugas yang berwenang yang arahnya untuk melihat ketidaknormalan dari aturan standar perusahaan dan keselamatan & kesehatan kerja, unsafe action juga unsafe condition serta
proses dan peralatan pendukung proses produksi, dan juga
lingkungan kerja. Tujuannya untuk mengetahui sumber–sumber bahaya yang ada dan berusaha
menghilangkan
sumber
bahaya
tersebut
yang
bisa
mengakibatkan kecelakaan. Inspeksi dilaksanakan secara rutin setiap hari oleh bagian Safety Health and Environment
departement, inspeksi
dilakukan tindakan lanjutan untuk menghilangkan potensi yang membahayakan keselamatan kerja. c. Safety talks ( breifing ) adalah pemberian pengarahan tentang cara kerja yang aman kepada para karyawan, tamu dan kontraktor. Safety talks ( breifing ) ini dilaksanakan oleh Safety Health and Environment departement
sebelum memulai pekerjaan. Tujuannya sebagai
upaya
pencegahan kecelakaan kerja secara dini. Kegiatan safety talks ( breifing ) meliputi :
80
•
Memeriksa kesiapan kerja karyawan dan kontraktor yang akan bekerja di area operasi, mengenai kondisi fisik dan mental dengan mengumpulkan karyawan dan kontraktor yang akan bekerja di area tersebut atau dalam ruangan khusus di Safety Health Environment departemen
•
Memeriksa kesiapan pakai ( APD ) alat pelindung diri dan peralatan kerja yang akan dipakai, baik kondisinya maupun jumlah kebutuhannya.
•
Mengingatkan atau mengulangi kembali cara / prosedur kerja yang harus dilakukan dalam pekerjaan pada hari itu.
•
Memberitahukan bila ada perubahan kondisi ditempat kerja seperti adanya kerusakan, perbaikan dan lain–lain.
d. Audit keselamatan kerja. Audit keselamatan kerja adalah suatu pengujian yang kritis dan sistematis terhadap seluruh kegiatan operasi
( manusia, perangkat keras dan
perangkat lunak ), untuk menentukan kelemahan sistem dan langkah perbaikannya sebelum timbul kerugian/kecelakaan. Tujuan audit keselamatan kerja adalah : •
Menilai secara kritis dan sistematis bahaya potensial dalam sistem ( manusia, perangkat keras dan perangkat lunak ).
•
Memastikan bahwa manajemen keselamatan kerja di perusahaan telah memenuhi ketentuan pemerintah, standar keselamatan kerja yang handal dan sesuai sasaran.
81
•
Menentukan langkah untuk mengatasi bahaya potensial sebelum timbul kerugian (manusia, harta dan lingkungan alam) maupun gangguan operasi, sehingga mutu keselamatan kerja dapat meningkat. Audit keselamatan kerja dilaksanakan dalam bentuk team.
e. Penyempurnaan prosedur keselamatan kerja. Penyempurnaan ini dilaksanakan mengingat kemajuan teknologi yang semakin tinggi dan untuk memudahkan kelancaran operasi dan mempermudah
pertanggungjawaban.
Penyempurnaan
prosedur
keselamatan kerja dilaksanakan sesuai kebutuhan dan perubahan perundang–undangan yang berlaku. f. Pangadaan alat–alat keselamatan kerja. Secara umum alat keselamatan ada 2 macam, yaitu : Alat pelindung untuk para pekerja dan alat pelindung untuk mesin–mesin dan alat kerja. disini penulis hanya membahas yang langsung dikenakan oleh pekerja. Alat pelindung diri ini diberikan kepada para pekerja yang gunanya untuk melindungi pekerja dari bahaya–bahaya yang mungkin terjadi sewaktu melaksanakan pekerja atau dengan kata lain, alat pelindung diri merupakan sarana dari salah satu upaya pencegahan kecelakaan sehingga pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya dengan tenang dan aman, secara langsung dapat meningkatkan produktivitas kerja. pengadaan alat– alat keselamatan kerja dikoordinir oleh Safety Health & Environment departemen.
82
Alat–alat keselamatan kerja yang disediakan antara lain : •
Alat pelindung kepala.
•
Alat pelindung mata.
•
Alat pelindung muka.
•
Alat pelindung badan.
•
Alat pelindung anggota badan.
•
Alat pelindung pendengaran.
•
Alat pelindung pernafasan.
•
Dan alat - alat lain seperti alat–alat pertolongan pertama pada kecelakaan.
g. Pemeriksaan kendaraan yang memasuki area pabrik. Dalam rangka menjamin kelangsungan kegiatan operasi perusahaan dengan aman dan lancar, perlu adanya sistem pengawasan dan pelaksanaan norma–norma keselamatan kerja terhadap kendaraan dan peralatan. Sistem yang dimaksud sebagai pedoman kerja agar dapat tercipta control terhadap kendaraan dan peralatan yang beroperasi didalam pabrik sebagai upaya untuk mencegah terjadi kecelakaan dan kebakaran. •
Salah satu cara yang ditempuh yaitu pemberian ijin masuk kendaraan dan peralatan yang beroperasi didaerah berbahaya. Surat izin masuk adalah surat izin yang juga merupakan identitas bahwa kendaraan atau alat-alat tersebut telah memenuhi persyaratan keselamatan dan dapat diizinkan untuk melakukan aktifitas / bekerja diarea PT LOC
83
h.
Kampanye keselamatan bulan K 3. Untuk meningkatkan kesadaran keselamatan kerja terutama bagi pekerja operasi dan kontraktor, diadakan berbagai macam kegiatan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Kegiatan ini juga merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun ketika kampanye keselamatan kerja dari pemasangan spanduk, lomba lomba, training , seminar, yang akan membantu merefresh kembali tentang kepedulian terhadap pentingnya masalah keselamatan dan kesehatan kerja
2. Pencegahan kebakaran. Dalam peningkatan kewaspadaan dan pengawasan terhadap kerawanan bahaya kebakaran usaha pencegahan kebakaran yang dilakukan meliputi : a.
Inspeksi aspek kebakaran. Inspeksi ini meliputi : • Inspeksi pekerjaan panas. Pemeriksaan terhadap semua kegiatan yang menggunakan dan menghasilkan api / panas. Hal ini ditinjau dari permit sistem kerja panas. Dilakukan sebelum pekerjaan dimulai. Tujuannya untuk melihat apakah pekerjaan tersebut boleh dilakukan di area proses atau non proses yang mempunyai potensi kebakaran atau tidak. • Inspeksi pekerjaan. Pemeriksaan secara umum terhadap pekerjaan yang dilaksanakan rutin oleh petugas berwenang yang arahnya cenderung kepada aspek fisik
84
kimia, biologi dan juga kesehatan kerja dari karyawan internal dan juga kontraktor b. Penyempurnaan prosedur pencegahan kebakaran. Sebagai usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran perlu ada peraturan atau prosedur yang dapat dijadikan pedoman dalam melakukan pekerjaan yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran. Prosedur dan peraturan tersebut antara lain : •
Membuat prosedur operasi ( SOP ) bagi pekerjaan yang dianggap berbahaya dan dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
•
Setiap pekerjaan panas atau pekerjaan lain yang dapat menimbulkan api harus dilengkapi dengan izin kerja panas ( Hot work permit )
•
Mengisolasi sumber bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran, saat akan melakukan pekerjaan dengan benar.
•
Membuat, mengembangkan serta memasang peraturan keselamatan kerja yang berkaitan dengan bahaya kebakaran.
4.2 Pengumpulan Data 4.2.1 Data Karyawan Departemen Produksi Departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical memiliki karyawan yang terdiri dari beberapa bagian, dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang berbeda-beda. Fluktuasi jumlah karyawan produksi PT. Lautan Otsuka Chemical selama 4 tahun terakhir disajikan dalam tabel berikut :
85
Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kerja Departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical. Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
2004 201 201 201 201 201 201 201 201 201 201 201 201
2005 199 199 199 199 199 199 199 199 199 199 199 199
2006 193 193 193 193 193 193 193 193 193 193 193 193
2007 190 190 190 190 190 190 190 190 190 190 190 190
Sumber : PT. Lautan Otsuka Chemical RosKar
Jumlah karyawan, bekerja dengan waktu kerja ( Man hours) berdasarkan yang tercatat adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Jumlah Jam Bekerja Departemen Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical 2004 2005 2006 Januari 31000 32112 28528 Februari 28272 27752 27528 Maret 32608 31064 30624 April 29320 29960 27400 Mei 29952 31552 30624 Juni 32192 31080 29640 Juli 32120 31064 29576 Agustus 31144 32672 30064 September 31000 30520 29080 Oktober 31560 31064 28528 Nopember 29952 26400 30128 Desember 34216 30992 29552 [Sumber : PT Lautan Otsuka Chemical] Zero accident program
Bulan
2007 35120 24800 26744 25280 27632 25696 26944 27920 25080 27776 27232 23960
4.2.2 Data Kecelakaan kerja di PT. Lautan Otsuka Chemical Kecelakaan kerja yang terjadi dibedakan berdasarkan tingkat bahaya yang diakibatkan dari kecelakaan tersebut. Berikut ini disajikan data kecelakaan dari Januari 2004 sampai dengan desember 2007.
86
Tabel 4.4 Data Kecelakaan di PT. Lautan Otsuka Chemical Tahun
2004
2005
2006
2007
Bulan
a
b
c
d
e
f
g
h
i
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0
0 2 3 0 2 0 5 2 0 0 5 0
[Sumber : PT. Lautan Otsuka Chemical] Acc. Record
0 0 0 0 4 0 5 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 1 2 0 5 0
87
Keterangan Tabel : a. Hampir Celaka
f. Kecelakaan Lalu Lintas
b. Luka Ringan
g. Kerusakan Alat Berat
c. Luka Serius
h. Jumlah Cidera Cacat (orang)
d. Luka Berat
i. Jumlah Hari Hilang (hari)
e. Kebakaran 4.2.3 Data Produksi PT. Lautan Otsuka Chemical Data produksi PT. Lautan Otsuka Chemical
yang tercatat dinyatakan
dalam ukuran berat produk (tonase). Berat produk ini dihitung setelah produk yang dibuat telah dipackaging dan stuffing. Data hasil produksi rata-rata per bulan untuk semua jenis ( type ) produk yang dihasilkan dan dicatat, terhitung dari Januari 2004 sampai dengan desember 2007 disajikan dalam tabel di berikut ini : Tabel 4.5 Hasil Produksi Rata-Rata PT. Lautan Otsuka Chemical Bulan 2004 1,201.53
Hasil Produksi ( Ton ) 2005 2006 1,121.67 980.43
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
996.95 1,199.96
1,019.49 1,216.48
1,149.31 1,225.79 908.29 1,161.23 1,238.11 1,200.18 1,264.94 1,164.69 1,206.98
Jumlah
13,917.96
2007
1,021.88 860.83 1,129.88 930.55 1,027.10 955.18 1,035.37 699.18 920.36
876.74 1,018.81 1,124.07 1,172.52 1,101.91 1,163.03 968.77 1,089.69 1,201.30 1,098.15 996.81
1,118.88 1,050.38 1,160.05 1,130.86 1,092.22 889.48 1,120.39 1,169.13 1,119.08 1,142.47 1,116.54 1,200.90
11,937.97
12,792.22
13,310.37
[Sumber : PT. Lautan Otsuka Chemical] Data.transfer Ware House
88
4.2.4 Menghitung Frekuensi rate dan Severity rate Tingkat kekerapan / frekuensi kecelakaan dinyatakan dengan persamaan :
F=
n x 1.000.000 N
cidera cacat jam ke rja
Di mana F = Tingkat kekerapan / frekuensi. n = Jumlah cidera cacat. N = Jumlah jam kerja karyawan. Dengan memasukkan angka-angka ke dalam persamaan ini, maka perhitungan tingkat kekerapan dapat dilakukan. Perhitungan tingkat kekerapan untuk setiap bulan dilakukan sebagai berikut : (sebagai contoh dilakukan perhitungan untuk bulan februari 2004) F=
n x 1.000.000 N
=
=
1x 1.000.000 28.272
1.000.000 28.272
= 35,371 Perhitungan kekerapan ini dilakukan pada setiap bulan untuk menentukan tingkat kekerapan cidera cacat untuk setiap juta jam kerja . Hasil perhitungan ini disajikan dalam tabel di bawah ini :
89
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Tingkat Frekuensi (Cidera Cacat Per Juta Jam Kerja) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
2004 0,00 35.37 0,00 0,00 33.39 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 68.76
Tahun 2005 2006 0,00 35.05 0,00 36.33 0,00 0,00 0,00 0,00 31.69 0,00 0,00 33.74 32.19 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 63.89 105.12
2007 0,00 0,00 37.39 0,00 0,00 0,00 0,00 35.82 39.87 0,00 36.72 0,00 149.80
Tingkat keparahan (severity) kecelakaan dinyatakan dengan persamaan :
S=
H x1.000.000 N
hari hilang jam ke rja
Di mana : S = Tingkat keparahan (severity). H = Jumlah total hari hilang. N = Jumlah jam kerja karyawan. Perhitungan tingkat keparahan ini dilakukan pada setiap bulan untuk menentukan tingkat keparahan cidera cacat untuk setiap jam kerja. Perhitungan tingkat keparahan untuk setiap bulan dilakukan sebagai berikut : (sebagai contoh dilakukan perhitungan untuk bulan februari 2004 ) S=
H x 1.000.000 N
90
=
2 x 1.000.000 28.272
=
2.000.000 28.272
= 70.741
Hasil perhitungan untuk setiap bulan dari Januari 2004 sampai desember 2007 adalah sebagai berikut : Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Tingkat Keparahan (Jumlah Hari Hilang per Juta Jam Kerja) Bulan
2004
Tahun 2005 2006
2007
Januari
0,00
0,00
105.16
0,00
Februari
70.74
0,00
0,00
0,00
Maret
92.00
0,00
0,00
74.78
April
0,00
0,00
0,00
0,00
Mei
66.77
126.77
0,00
0,00
Juni
0,00
0,000
67.48
0,00
Juli
155.67
160.96
0,00
0,00
Agustus
64.22
0,00
0,00
35.82
September
0,00
0,00
0,00
79.74
0,00
0,00
0,00
0,00
November
Oktober
166.93
0,00
0,00
183.61
Desember
0,00
0,00
0,00
0,00
616.34
287.71
172.64
373.95
Jumlah
4.2.5 Menghitung Rasio Produktivitas Tingkat produktivitas dalam penelitian ini dinyatakan sebagai rasio antara output dan input proses produksi di mana ukuran berat hasil produksi merupakan output dan jam bekerja
(manhour) karyawan PT. Lautan Otsuka Chemical
merupakan input. Perhitungan untuk menentukan rasio produktivitas PT. Lautan Otsuka Chemical dilakukan dengan membandingkan output dan input seperti
91
tersebut di atas, yaitu sebagai berikut : ( sebagai contoh perhitungan produktivitas pada bulan februari tahun 2004 )
P roduktivitas = =
Jumlah pr oduksi Jumlah Jam Kerja Normal
996,95 28.272
= 0,03526
Hasil perhitungan rasio produktivitas PT. Lautan Otsuka Chemical setiap bulan adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Rasio Produktivitas PT. Lautan Otsuka Chemical Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah total Rata - rata
2004 0.03876 0.03526 0.03680 0.03920 0.04093 0.02821 0.03615 0.03975 0.03872 0.04008 0.03889 0.03528 0.44802 0.03734
Rasio Produktivitas 2005 2006 0.03493 0.03437 0.03674 0.03185 0.03916 0.03327 0.03411 0.04102 0.02728 0.03829 0.03635 0.03718 0.02996 0.03932 0.03144 0.03222 0.03130 0.03747 0.03333 0.04211 0.02648 0.03645 0.02970 0.03373 0.39077 0.43728 0.03256 0.03644
2007 0.03186 0.04235 0.04338 0.04473 0.03953 0.03462 0.04158 0.04187 0.04462 0.04113 0.04100 0.05012 0.49680 0.01410
4.2.6 Menguji Keseragaman dan Kecukupan Data Uji keseragaman data dilakukan dengan menentukan batas kontrol atas ( BKA ) dan batas kontrol bawah ( BKB ) untuk setiap distribusi nilai kekerapan cidera cacat, nilai keparahan cidera cacat dan nilai rasio produktivitas. Perhitungan untuk pengujian ini dibantu dengan menggunakan Microsoft Office Excel
92
Sebelum melakukan penentuan batas kontrol terlebih dahulu dihitung nilai rata-rata dan standar deviasi data. Nilai rata-rata dihitung dengan persamaan :
x=
∑x n
Sedangkan standar deviasi dihitung dengan persamaan :
n∑ x 2 − (∑ x )
2
σ =
n(n − 1)
Batas control ditentukan dengan persamaan :
BK AB = x ± 3σ Sebagai contoh perhitungan akan dilakukan uji keseragaman untuk data frekuensi ( table 4.8 ), yaitu sebagai berikut : banyaknya data
= 48
Jumlah data
=1,77287 ( dikuadratkan ) = 3,14307 kuadrat jumlah
Jumlah kuadrat 1,77287 x= 48
= 0.06662 = 0,03693
48(0,06662) - 3,14307 48(48 − 1)
= 0,00492
BKA = 0,03693 + 3(0,00492)
= 0,05169
BKB = 0,03693 − 3(0,00492)
= 0,02217
σ=
Pengujian keseragaman data akan membuang data-data yang lebih besar dari nilai BKA dan lebih kecil dari nilai BKB.
93
Sedangkan
uji
kecukupan
dilakukan
dengan
persamaan
:
Z 2σ 2 N n' = 2 α2 2 Zασ + e N di mana n' Zα
= Banyaknya data yang diperlukan. = Nilai Z pada tingkat keyakinan yang digunakan yang dalam hal ini digunakan 95 %, dengan nilai Z = 1,96.
σ
= Standar deviasi.
e
= Standar kesalahan akibat pengambilan sampel pengamatan yang dalam hal ini dipilih sebesar 5%.
N
= Banyaknya data yang sudah diamati dalam hal ini adalah 48 data.
Maka kecukupan data untuk data frekuensi (table 4.8) adalah :
(1,96) 2 (0,00492) 2 48 = 0,03680 n' = 2 2 2 ( 1 , 96 ) ( 0 , 00492 ) + ( 0 , 05 ) 48 Dengan demikian data frekuensi kecelakaan kerja dalam penelitian ini dapat dikatakan cukup karena n' < N. Hasil pengujian keseragaman dan kecukupan data untuk data frekuensi, severity dan rasio produktivitas menunjukkan nilai yang seragam dan jumlah data yang dikumpulkan cukup. Perhitungan dan hasil dari uji keseragaman dan kecukupan data tersebut disajikan pada tabel berikut :
94
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Keseragaman dan Kecukupan Data Item Banyaknya data (n) Jumlah data (Σx) Jumlah Kuadrat (Σx2) Kuadrat Jumlah (Σx)2 Rata-Rata ( x ) Standar Deviasi ( σ ) BKA BKB Data Kebesaran Data Kekecilan Kecukupan Data (n’)
Frekuensi 48 387.56 3,712.14 150,206.63 8.07 25.65 85.02 -68.88 0 0 47.99
Severity 48 1,450.66 178,687.56 2,104,402.42 30.22 53.56 191.00 - 130.00 0 0 47.99
Produktivitas 48 1,77287 0.06662 3,14307 0,03693 0,00492 0,05169 0,02217 0 0 0,03680
Dari perhitungan pada tabel di atas tampak bahwa tidak ada data yang berada di luar batas kontrol ( data kebesaran atau data kekecilan ). Selain itu juga diperoleh angka kecukupan data untuk data tingkat frekuensi sebesar 47.99 yang lebih kecil dari jumlah data yang telah dikumpulkan yaitu 48 data, angka kecukupan data tingkat severity sebesar 47.99 juga lebih kecil dari jumlah data yang telah dikumpulkan dan angka kecukupan data untuk rasio produktivitas sebesar 0,03680 lebih kecil dari jumlah data yang dikumpulkan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah data minimal yang dibutuhkan sudah terpenuhi.
4.3 Hubungan Tingkat Kekerapan dan Keparahan Kecelakaan Kerja dengan Produktivitas Hubungan antara tingkat kekerapan dan keparahan kecelakaan kerja dengan produktivitas ditentukan dengan mencari persamaan regresi yang dapat mewakili pola hubungan tersebut atau mencari nilai koefisien hubungannya. Penentuan hubungan ini dilakukan setelah melalui tahap pemilihan model untuk menggambarkan pola hubungannya.
95
4.3.1 Memilih Model Hubungan Pemilihan model dilakukan dengan melihat distribusi nilai tingkat kekerapan kecelakaan kerja, keparahan kecelakaan kerja, dan produktivitas. Kemudian nilai-nilai tersebut digambarkan dalam diagram tebar (scatter) untuk melihat pola distribusinya. Penggambaran nilai-nilai tersebut dalam grafik adalah sebagai berikut : Kurva Hubungan Frekuensi Rate & Rasio Produktivitas 0.1 0.09 Rasio Produktivitas
0.08 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 0 31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
Tingkat Frekuensi Rate
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Tingkat Frekuensi Kecelakaan Kerja dan Produktivitas.
Kurva hubungan Saverity Rate & Rasio Produktivitas 0.05
Rasio Produktivitas
0.045 0.04 0.035 0.03 0.025 0.02 40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
Tingkat Saverity Rate
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Tingkat Keparahan Kecelakaan Kerja dan Produktivitas
96
Dengan melihat kurva frekuensi rate dengan rasio produktivitas di atas serta kurva severity rate dengan rasio produktivitas, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tingkat frekuensi/kekerapan kecelakaan kerja terhadap rasio produktivitas memiliki hubungan fungsional linier, tingkat frekuensi rate berhubungan linier dengan tingkat produktivitas dengan koefisien korelasi sebesar r = 0,727562 ( hubungan kuat ) menunjukkan arah yang sama yaitu bila frekuensi rate naik maka rasio produktivitas naik atau jika frekuensi rate turun maka rasio produktivitas juga turun, sedangkan data tingkat severity rate menunjukkan adanya hubungan dengan nilai korelasi sebesar r = -0,38011 ( hubungan lemah ) dengan menunjukkan arah yang berlawanan yaitu jika tingkat severity rate naik maka rasio produktivitas turun dan kalau tingkat severity rate turun maka rasio produktivitas naik. Dalam hal ini terdapat dua variabel bebas yaitu frekuensi/kekerapan kecelakaan kerja dan severity/keparahan kecelakaan kerja yang sama-sama akan dihubungkan dengan rasio produktivitas. Dengan melihat tujuan ini, maka model regresi kurvilinier yang dipilih adalah regresi kurvilinier berganda dengan dua variabel bebas. Regresi kurvilinier ini memiliki persamaan sebagai berikut : Yi = β 0 + β 1 X 1i + β 2 X 12i + β 3 X 2i + β 4 X 22i
untuk dapat menyelesaikan persamaan di atas maka langkah awal adalah merubah persamaan non linier menjadi linier dengan menciptakan dua variabel baru yaitu Z1 untuk mengganti X12 dan Z2 untuk mengganti X22, sehingga bentuk liniernya menjadi : Yi = β 0 + β 1 X 1i + β 2 Z 1i + β 3 X 2i + β 4 Z 2i
97
kemudian regresi dilakukan pada fungsi Yi = f(X1, Z1, X2, Z2) untuk menentukan persamaan regresi dugaan. Penentuan persamaan regresi dugaan dilakukan dengan menggunakan metode matriks, untuk itu maka data frekuensi, severity dan rasio produktivitas perlu
disusun
terlebih
dahulu
dalam
sebuah
daftar
(lampiran)
untuk
menjumlahkan nilai-nilai ΣX1, ΣX2, ΣZ1, ΣZ2, ΣYX1 dan lain sebagainya. Matriks yang akan digunakan dalam menentukan persamaan regresi dugaan ini adalah matriks [X’X] dan [X’Y] dengan bentuk sebagai berikut : n ∑ X1 X ' X = ∑ Z1 ∑ X 2 Z ∑ 2
∑X ∑Z ∑X ∑Z ∑X ∑X Z ∑X X ∑X Z ∑ X Z ∑Z ∑ X Z ∑Z Z ∑X X ∑X Z ∑X ∑X Z ∑ X Z ∑Z Z ∑ X Z ∑Z 1 2 1
1
1
1
2
1
2 1
1
1
2
2
1
2
2
1
1
2
1
2
1
2 2
2
1 2 1 2 2 2 2 2 2
2
∑Y ∑Y X1 X ' Y = ∑ Y Z1 ∑ Y X 2 YZ ∑ 2 Koefisien b untuk menentukan persamaan regresi dugaan ditentukan dengan persamaan : b [X’X] = [X’Y], sehingga b = [X’X]-1[X’Y]. Dengan memasukkan nilai-nilai penjumlahan dalam daftar (lampiran) pada matriks [X’X] dan matriks [X’Y], maka matriks [X’X] dapat ditulis sebagai berikut :
98
387.6 13,712.4 1,450.7 178,687.5 48.0 387.6 13,712.4 487,207.2 33,894.8 3,957,063.8 X ' X = 13,712.4 487,207.2 17,383,757.2 1,187,969.7 138,027,355.6 33,894.8 1,187,969.7 178,687.5 24,958,013.2 1,450.7 178,687.5 3,957,063.8 138,027,355.6 24,958,013.2 3,779,694,935.5
1.8 14.5 X 'Y = 515.4 53.5 6,520.3 dengan menggunakan Microsoft Office Exell, inverse matriks [X’X] dapat ditentukan, yaitu sebagai berikut : 0,0295856 0,0001654 - 0,0000123 - 0,0004241 0,0000017 0,0001654 0,0186082 - 0,0005120 - 0,0002137 0,0000006 [ X ' X ] −1 = - 0,0000123 - 0,0005120 0,0000142 0,0000031 0,0000000 - 0,0004241 - 0,0002137 - 0,0000031 0,0001385 - 0,0000008 0,0000017 0,0000006 0,0000000 - 0,0000008 0,0000000
Sehingga koefisien untuk b0, b1, b2, b3, dan b4 dapat ditentukan dengan perkalian antara matriks [X’X]-1 dengan matriks [X,Y], yaitu sebagai berikut : b0 0,0295856 b 0,0001654 1 b 2 = - 0,0000123 b3 - 0,0004241 b 4 0,0000017
0,0001654 0,0186082 - 0,0005120 - 0,0002137 0,0000006
b0 0,03674297 b - 0,00178306 1 b2 = 0,00004948 b3 0,00004894 b4 - 0,00000028
- 0,0000123 - 0,0005120 0,0000142 - 0,0000031 0,0000000
- 0,0004241 - 0,0002137 0,0000031 0,0001385 - 0,0000008
0,0000017 0,0000006 0,0000000 - 0,0000008 0,0000000
1.8 14.5 515.4 53.5 6,520.3
99
sehingga persamaan Yi = β 0 + β 1 X 1i + β 2 Z 1i + β 3 X 2i + β 4 Z 2i diubah menjadi : Y = 0,03674297 − 0,00178306 X 1 + 0,00004948Z 1 + 0,00004894X 2 − 0,00000028 Z 2
Dengan demikian, jika Z1dan Z2 dikembalikan pada bentuk asalnya yaitu X12 dan X22, maka persamaan regresi untuk menduga nilai rasio produktivitas (Y) berdasarkan tingkat frekuensi kecelakaan kerja (X1) dan tingkat severity kecelakaan kerja (X2) dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = 0,03674297 − 0,00178306 X 1 + 0,00004948Z 1 + 0,00004894X 2 − 0,00000028 Z 2
4.3.2 Menguji Kesesuaian Model Pengujian kesesuaian model dilakukan dengan menghitung standar error pendugaan (S) berdasarkan persamaan regresi dugaan yang telah diperoleh. Perhitungan Standar error pendugaan (S) dalam hal ini menggunakan persamaan :
S
Y / X
1 48 − 2
=
∑
[
Y i
−
Yˆi
]
2
Dengan demikian, maka perhitungan standar error pendugaan dapat dilakukan sebagai berikut : S 2Y / X =
1 48 −2
[
0.00067 − 0.001756
(−0.21443 ) ]
= 0.02173913 x 0.001043 = 0.0000227 Nilai standar error yang diperoleh di atas menunjukkan bahwa model regresi yang diperoleh cukup handal untuk memperkirakan nilai produktivitas berdasarkan tingkat kekerapan kecelakaan kerja di PT. Lautan Otsuka Chemical, hal ini dapat terlihat dari nilai standar error sebesar 0.0000227.
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Frekuensi Rate / Tingkat kekerapan dan Severity Rate / Tingkat keparahan Frekuensi Rate / Tingkat kekerapan dan Severity Rate / Tingkat keparahan didasarkan pada jumlah kejadian kecelakaan yang mengakibatkan cidera cacat pada korban kecelakaan. Nilai-nilai frekuensi rate / tingkat kekerapan dan severity rate / tingkat keparahan kecelakaan kerja akan menyebabkan menurunnya produktivitas karyawan, sebab terdapat jam kerja yang hilang (manhours loss) sebagai akibat dari kecelakaan tersebut. Berikut ini disajikan data mengenai kecelakaan yang mengakibatkan cidera cacat yang terjadi selama periode Januari 2004 sampai dengan desember 2007, yaitu sebagai berikut : Tabel 5.1 Kejadian Kecelakaan yang Mengakibatkan Cidera Cacat dan Hari Hilang Tahun
Bulan Februari
2005
2006
Jumlah Cidera Cacat
Jumlah Jam Kerja
Jumlah Hari Hilang
Frekuensi Rate
Severity Rate
1
1
28272
2
35.37
70.74
2
0
32608
3
0.00
92.00
Mei
1
1
29952
2
33.39
66.77
Juli
Luka berat
1
0
32120
5
0.00
155.67
Agustus
Luka Serius
1
0
31144
2
0.00
64.22
November
Luka Serius
2
0
29952
5
0.00
166.93
Mei
Luka Serius, Luka berat
2
1
31552
4
31.69
126.77
Juli
Luka Serius, Luka berat Luka Serius, Luka ringan, Nearmiss Luka Serius
3
1
31064
5
32.19
160.96
3
1
28528
3
35.05
105.16
1
1
29640
2
33.74
67.48
Januari Juni
2007
Jumlah Kejadi an
Luka Serius Luka Serius, Luka ringan Luka Serius
Maret 2004
Jenis Kecelakaan
Maret
Luka Serius
1 1
2
37.39
74.78
Luka Serius
1 1
26744
Agustus
27920
1
35.82
35.82
September
Luka Serius
1
1
25080
2
39.87
79.74
November
Luka berat, Kebakaran
2
1
27232
5
36.72
183.61
100
101
Berdasarkan Tabel di atas, diketahui jumlah cidera cacat selama periode Januari 2004 sampai dengan desember 2007, masih terjadi angka kecelakaan di mana terdapat 10 orang menderita cacat akibat kecelakaan ( 0,2 kecelakaan cacat / bulan ), pada kolom hari yang hilang terdapat 43 hari hilang selama periode tersebut ( 0,8 hari hilang / bulan ). Dengan melihat data ini, maka dapat dikatakan PT. Lautan Otsuka Chemical dalam melaksanakan operasinya, berada pada tingkat aman. Keamanan dan keselamatan pelaksanaan tugas dalam pekerjaan karyawan tidak mungkin terlepas dari pengawasan dan pengendalian dari manajemen PT. Lautan Otsuka Chemical. Pengawasan dan pengendalian ini dapat dilaksanakan dengan membuat standar-standar kerja dan fasilitas-fasilitas yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman. Berikut ini adalah kegiatankegiatan PT. Lautan Otsuka Chemical dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja : Tabel 5.2 Kegiatan Pencegahan Kecelakaan di Lingkungan PT. Lautan Otsuka Chemical Pencegahan
Pencegahan kecelakaan kerja
Pencegahan kebakaran
Kegiatan Penerapan ISO 18001 OHSAS & Audit keselamatan kerja Inspeksi / Patrol keselamatan kerja Safety Talks, Training, Seminar K 3 Penyempurnaan prosedur keselamatan kerja Pangadaan alat–alat keselamatan kerja Razia aspek keselamatan Penyempurnaan Prosedur Pencegahan Kebakaran Drill Emergency Plant Prosedur Pangadaan fasilitas fire figthing dan Latihan team ERT Inspeksi continue aspek penyebab kebakaran
102
5.2 Analisis Faktor–Faktor Keselamatan Kerja Faktor-faktor keselamatan kerja adalah hal-hal yang menyebabkan tercapainya keselamatan kerja atau sebaliknya menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Secara umum faktor yang paling dominan menjadi penyebab kecelakaan kerja adalah faktor manusia terutama dari sub faktor pekerja. Alasan ini sering menjadi dasar dalam audit keselamatan dan kesehatan kerja di dalam sebuah organisasi perusahaan. Dari sudut pandang yang lebih luas, faktor manusia sendiri berhubungan dengan faktor-faktor lain, terutama dengan faktor pekerjaan, sebab faktor pekerjaan adalah faktor yang langsung menyebabkan kondisi kerja dan suasana kerja dari faktor manusia. Berikut ini disajikan faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja yang mempengaruhi terlaksananya program keselamatan dan kesehatan kerja. Tabel 5.3 Faktor-Faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja Faktor-Faktor Faktor Manusia
Keterangan Pengusaha Pekerja Jam kerja Kompleksitas Pekerjaan
Faktor Mesin
Penggunaan mesin - mesin proses produksi
Faktor Metode Faktor Money
Pelaksanaan prosedur kerja aman ( SOP, WI ) Komitmen pengurus / pengusaha penyediaan sarana pendukung K 3
Faktor Material
Penggunaan Raw Material pendukung proses
103
Tabel 5.3 Faktor-Faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( Lanjutan )
Faktor Ergonomi Faktor kimia Faktor biologi Lingkungan Kerja Faktor fisik & Psikologi Penerangan Kebisingan Cuaca ruangan Di lingkungan kerja PT. Lautan Otsuka Chemical , penyebab dominan dari kecelakaan kerja adalah faktor manusia, terutama dari sub faktor pekerja. Hal ini terjadi karena masih kurangnya pemahaman mengenai bagaimana menciptakan pola kerja yang aman dan keselamatan belum menjadi jiwa dari tiap karyawan, meskipun sering dilakukan pelatihan-pelatihan, training, seminar mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Pemahaman mengenai bagaimana menciptakan pola kerja yang aman menjadi tidak optimal setelah dihadapkan pada Habit / kebiasaan kerja yang kurang baik, khususnya pada level operator. Kebiasaan yang telah terbiasa dilakukan oleh pekerja pada akhirnya menciptakan pola kerja yang tidak aman dan berbahaya bagi semua pihak yang berhubungan dengan lingkungan kerja mereka.
104
5.3 Analisis Terhadap Data yang Diperoleh Analisis hubungan antara satu variabel bebas atau lebih terhadap satu atau lebih variabel terikat dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan. Langkahlangkah yang dilakukan dalam analisis hubungan adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan data pengamatan. Penelitian ini menggunakan data skunder, di mana data kecelakaan kerja diperoleh dari dokumentasi PT. Lautan Otsuka Chemical. Data-data mengenai kecelakaan kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan kecelakaan kerja di PT. Lautan Otsuka Chemical periode Januari 2004 sampai dengan desember 2007. Data ini terdiri dari 48 data catatan bulanan. 2. Menguji keseragaman data. Uji keseragaman data dalam penelitian ini, dilakukan pada data hasil perhitungan Frekuensi rate / tingkat kekerapan dan Severity rate/ tingkat keparahan kecelakaan kerja. Uji keseragaman data ini dilakukan terhadap data kecelakaan kerja yang mana penelitian dilakukan untuk menganalisis hubungan antara tingkat kecelakaan kerja di PT. Lautan Otsuka Chemical terhadap produktivitas dan nilai-nilai yang digunakan dalam analisis tersebut adalah frekuensi rate / tingkat kekerapan kecelakaan kerja, severity rate / tingkat keparahan kecelakaan kerja, dan rasio produktivitas. Uji keseragaman data yang dilakukan menunjukkan data yang diperoleh sudah seragam, sebab tidak terdapat data yang berada di luar batas kontrol.
105
3. Menguji kecukupan data. Uji kecukupan data dalam penelitian ini dilakukan pada taraf keyakinan 95 % dan standar kesalahan pengamatan ditetapkan sebesar 5 %. Jumlah data minimum yang diperlukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh sudah cukup sebab jumlah data yang dikumpulkan ≈ jumlah data minimum yang diperlukan. Nilai - nilai data minimum yang diperlukan untuk data frekuensi rate adalah 47,99 pengamatan, severity rate sebanyak 47,99 dan produktivitas sebesar 0,03680 pengamatan. Dengan mengumpulkan data sebanyak 48 pengamatan, maka hasil pengujian kecukupan data menyatakan data yang diperoleh sudah cukup untuk melakukan analisa. 5.4 Analisis Hubungan Frekuensi Rate dan Severity rate terhadap Produktivitas 1. Memilih pendekatan / model yang sesuai dengan pola distribusi data. Pemilihan model regresi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan grafis, di mana seluruh nilai frekuensi rate / tingkat kekerapan kecelakaan kerja dimasukkan ke dalam diagram pencar dan dihubungkan dengan nilai rasio produktivitas, demikian pula dengan nilai severity rate / tingkat keparahan kecelakaan kerja. Hasil yang diperoleh dari penggambaran ini adalah data frekuensi rate berhubungan linier dengan tingkat produktivitas dengan koefisien korelasi sebesar
r = 0,727562 ( hubungan kuat )
menunjukkan arah yang sama yaitu bila frekuensi rate naik maka pengaruh terhadap rasio produktivitas naik dan jika frekuensi rate turun maka pengaruh
106
terhadap rasio produktivitas turun, sedangkan data severity rate menunjukkan adanya hubungan dengan nilai korelasi sebesar r = -0,38011 ( hubungan lemah ) dengan menunjukkan arah yang berlawanan yaitu jika tingkat severity rate naik maka rasio produktivitas turun dan kalau severity rate turun maka rasio produktivitas naik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kecelakaan kerja dengan produktivitas dengan menghitung nilai-nilai frekuensi rate / tingkat kekerapan kecelakaan kerja dan severity rate / tingkat keparahan kecelakaan kerja, sama-sama akan dihubungkan dengan rasio produktivitas. Menyesuaikan dengan tujuan ini, maka model regresi yang dipilih adalah model regresi linier. 2. Menentukan hubungan. Hubungan antara frekuensi rate / tingkat kekerapan kecelakaan kerja dan severity rate / tingkat keparahan kecelakaan kerja terhadap produktivitas dalam penelitian ini menggunakan regresi linier dengan persamaan regresi pendugaan nilai produktivitas berdasarkan nilai frekuensi rate / tingkat kekerapan kecelakaan kerja dan severity rate / tingkat keparahan kecelakaan kerja yang didapatkan, dari hasil penentuan hubungan nilai frekuensi rate / tingkat kekerapan dengan rasio produktivitas dan juga nilai severity rate / tingkat keparahan dengan rasio produktivitas, maka dapat ditentukan (dengan metode matriks) dengan persamaan sebagai berikut : Y = 0,03674297 − 0,00178306 X 1 + 0,00004948 Z 1 + 0,00004894 X 2 − 0,00000028 Z 2
Nilai intersep 0.03674297 memberikan arti bahwa jika frekuensi rate / tingkat kekerapan kecelakaan kerja (X) mempunyai nilai nol ( 0 ), maka
rasio
produktivitas ( Y ) bernilai 0.03674297 yang berarti hubungan antara ketiga
107
variabel dalam persamaan tersebut adalah positif kuat, dengan demikian, jika Z1dan Z2 dikembalikan pada bentuk asalnya yaitu X12 dan X22, maka persamaan regresi untuk menduga nilai rasio produktivitas (Y) berdasarkan frekuensi rate / tingkat kekerapan kecelakaan kerja (X1) dan severity rate / tingkat keparahan kecelakaan kerja (X2), dengan jalan memasukkan nilai-nilai tersebut dalam persamaan diatas didapat nilai yang sama. Dengan menggunakan program excel dapat diketahui bahwa korelasi frekuensi rate dan rasio produktivitas sebesar r = 0,727562 ( hubungan kuat ) jadi setiap Frekuensi rate yang naik maka semakin tinggi juga berpengaruh ke rasio produktivitas karyawan produksi. Sedangkan dengan melihat hasil nilai r / korelasi antara severity rate / tingkat keparahan kecelakaan kerja terhadap rasio produktivitas hasil perhitungan korelasi sebesar
-0,38011 , hal ini
mengindikasikan bahwa ( hubungan lemah ) dengan arah berlawanan antara severity rate / tingkat keparahan kecelakaan kerja terhadap rasio produktivitas 3. Menguji ketepatan pemilihan pendekatan / model hubungan. Pengujian kehandalan model regresi untuk melakukan pendugaan terhadap nilai rasio produktivitas berdasarkan frekuensi rate / tingkat kekerapan kecelakaan kerja dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung standar error untuk nilai pendugaan dengan menggunakan persamaan :
S
Y / X
1 48 − 2
=
di mana : S n
∑
[
Y i
−
Yˆi
]
2
= Standar error pendugaan. = Banyaknya data sampel. ( 48 )
108
hasil dari perhitungan ini menunjukkan nilai standar error yang cukup baik di mana standar error yang dihasilkan sangat kecil, yaitu sebesar 0.0000227 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa standar error pendugaan menggambarkan standar deviasi yang mengukur variasi titik-titik di atas dan di bawah kurva regresi. Dengan demikian hasil analisis regresi ini menunjukkan bahwa model regresi yang dipilih cukup handal untuk melakukan pendugaan rasio produktivitas berdasarkan data tingkat frekuensi kecelakaan kerja. 5.5 Evaluasi Program Keselamatan Kerja Evaluasi (penilaian) program keselamatan ditinjau dari unsur–unsur dan pendukung program keselamatan kerja yang dilaksanakan PT. Lautan Otsuka Chemical dibandingkan dengan standar ILO dan Teori dari Edwin B. Flippo adalah sebagai berikut : Tabel 5.4 Perbandingan Unsur Program Keselamatan Kerja yang Ada NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Unsur-Unsur Program Adanya Dukungan Manajemen Puncak
PT.LOC
Edwin B. Flipo
√
√
Standar ILO
√
Adanya Direktur Keselamatan Adanya rekayasa operasi yang aman
√
√
Adanya pendidikan semua pekerja untuk bertindak secara aman Pengadaan dan penyimpangan catatan statistik kecelakaan
√
√
√
√
Adanya analisa kecelakaan
√
√
Diadakannya lomba keselamatan kerja
√
√
Terwujudnya pelaksanaan peraturan
√
√
Adanya perencanaan
√
√
Adanya keteraturan dan penataan rumah tangga yang baik
√
√
109
11 12 13 14 15 16 17 18 19
Pengadaan pakaian kerja
√
√
Pengadaan peralatan perlindungan diri
√
√
Pemakaian warna, peringatan dan tanda-tanda, label
√
√
Penataan Lingkungan fisik yang memenuhi syarat lingkungan fisik
√
√
Adanya periode pertahun
√
Langkah–langkah utama dari kegiatan keselamatan kerja para pekerja
√
Sasaran yang ingin dicapai
√
Anggota organisasi yang bertanggung jawab
√
Biaya keselamatan kerja
√
Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir semua unsur program keselamatan kerja telah dilaksanakan oleh PT. Lautan Otsuka Chemical. Terdapat 19 unsur yang semestinya dipenuhi untuk melaksanakan program keselamatan kerja dan PT. Lautan Otsuka Chemical sudah memenuhi 18 unsur dan hanya satu unsur yang belum ada yaitu Direktur keselamatan dan kesehatan kerja akan tetapi hanya level managerial departemen. Unsur-unsur program keselamatan kerja merupakan hal-hal yang harus dipenuhi untuk mendukung terlaksananya program keselamatan kerja. Jika unsur-unsur tersebut tidak dipenuhi, maka program kesehatan kerja yang telah disusun akan mendapatkan hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya. Dan dengan terpenuhinya unsur – unsur pendukung program keselamatan kerja di PT Lautan Otsuka Chemical maka dapat dipastikan akan memudahkan pencapaian hasil program yang direncanakan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini berdasarkan pengolahan data dan analisis adalah sebagai berikut : 1. Frekuensi rate / tingkat kekerapan dan Severity rate / tingkat keparahan didasarkan pada jumlah kejadian kecelakaan yang mengakibatkan cidera cacat pada korban kecelakaan. Nilai-nilai frekuensi rate / tingkat kekerapan dan severity rate / tingkat keparahan kecelakaan kerja akan menyebabkan menurunnya produktivitas karyawan, sebab terdapat jam kerja yang hilang (manhour loss) sebagai akibat dari kecelakaan tersebut. Diketahui bahwa jumlah cidera cacat selama periode Januari 2004 sampai dengan desember 2007, masih terjadi kecelakaan di mana terdapat 11 orang menderita cacat akibat kecelakaan. Kecelakaan-kecelakaan ini termasuk ke dalam kecelakaan dengan cidera cacat sedang, sebab terdapat 28 hari hilang selama periode tersebut. Dengan melihat data ini, maka dapat dikatakan PT. Lautan Otsuka Chemical dalam melaksanakan operasinya, berada pada tingkat aman. 2. Hubungan antara frekuensi rate / tingkat kekerapan kecelakaan kerja terhadap produktivitas dan Severity rate / tingkat keparahan terhadap produktivitas adalah kurvilinier dan mengikuti persamaan regresi kurvilinier : Y = 0,03674297 − 0,00178306 X 1 + 0,00004948 Z 1 + 0,00004894 X 2 − 0,00000028 Z 2
110
111
di mana : Y
= Produktivitas.
X
= Tingkat kekerapan/frekuensi.
Z
= Tingkat keparahan / saverity
Hasil yang diperoleh dari penggambaran ini adalah data frekuensi rate berhubungan linier dengan tingkat produktivitas dengan koefisien korelasi sebesar r = 0,727562 ( hubungan kuat ) menunjukkan arah yang sama yaitu bila frekuensi rate naik maka akan semakin tinggi pengaruhnya dengan rasio produktivitas atau jika frekuensi rate turun maka akan semakin rendah pengaruh dengan rasio produktivitas. Sedangkan dengan melihat hasil nilai r / korelasi antara severity rate / tingkat keparahan kecelakaan kerja terhadap rasio produktivitas hasil perhitungan korelasi sebesar -0,38011, hal ini mengindikasikan bahwa ada ( hubungan lemah ) dengan arah yang berlawanan antara
severity rate / tingkat keparahan kecelakaan kerja terhadap rasio
produktivitas, jika severity rate naik maka rasio produktivitas turun dan kalau tingkat severity rate turun maka rasio produktivitas naik Pendugaan rasio produktivitas berdasarkan frekuensi rate / tingkat kekerapan kecelakaan kerja dengan persamaan di atas memiliki standar error sebesar 0.0000227 dan dapat dikatakan pendugaan dengan persamaan regresi ini handal untuk menduga nilai produktivitas. 3. Kendala-kendala yang dihadapi PT. Lautan Otsuka Chemical dalam melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja adalah : a. Implementasi penerapan unsur-unsur keselamatan dan kesehatan kerja yang belum sempurna, di mana sudah terdapat 18 unsur keselamatan dan
112
kesehatan kerja yang dipenuhi PT. Lautan Otsuka Chemical, akan tetapi masih adanya kecelakaan yang mengakibatkan orang cacat. b. Kebiasaan kerja karyawan PT. Lautan Otsuka Chemical yang merupakan faktor manusia dalam keselamatan dan kesehatan kerja, di mana kebiasaan kerja yang kurang memahami tentang bagaimana menciptakan pola kerja yang aman baik terhadap manusia, alat dan lingkungan dengan mengikuti Standard Operating Procedure dan Work Instruction dan Standard keselamatan dan kesehatan kerja 4. Perhatian manajemen terhadap pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja sudah sepatutnya ditingkatkan, hal ini perlu sebab keselamatan dan kesehatan kerja serta produktivitas memiliki hubungan sebab akibat di mana pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja yang baik akan menurunkan tingkat kecelakaan kerja dimana pada akhirnya dapat melindungi karyawan dan meningkatkan produktivitas. 6.2 Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan bagi perusahaan terkait dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja belum berjalan dengan baik sehingga dapat menjadi masukan untuk menyempurnakan program keselamatan dan kesehatan kerja yang lebih comprehensive dengan peningkatan pemahaman dan pendidikan kepada seluruh karyawan untuk lebih peduli terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
113
2. Unsur-unsur program keselamatan kerja merupakan hal-hal yang harus dipenuhi untuk mendukung terlaksananya program keselamatan kerja. Jika unsur-unsur tersebut tidak dipenuhi, maka program kesehatan kerja yang telah disusun akan mendapatkan hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya