TUGAS AKHIR ANALISIS ASPEK TEKNOLOGI DAN FINANSIAL BIDANG INDUSTRI ELEKTRONIKA MEDIS DI INDONESIA Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Dalam Mencapai Gelar SarjanaStrata Satu (S1)
Disusun Oleh : Muhamad Fattah Mahdi 4160412-036
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2008
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Muhamad Fattah Mahdi
NIM
: 4160412-036
Jurusan
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknologi Industri
Judul Skripsi
: Analisis Aspek Teknologi Dan Finansial Bidang Industri Elektronika Medis Di Indonesia
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata dikemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Mercu Buana. Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Penulis,
Muhamad Fattah Mahdi
ii
LEMBAR PENGESAHAN ANALISIS ASPEK TEKNOLOGI DAN FINANSIAL BIDANG INDUSTRI ELEKTRONIKA MEDIS DI INDONESIA
Disusun Oleh : Nama
: Muhamad Fattah Mahdi
NIM
: 4160412-036
Program Studi
: Teknik Industri
Peminatan
: Teknik Industri Menyetujui,
Pembimbing
Koordinator TA
( Aifrid Agustina, MT. )
( Muhamad Kholil, ST. MT. ) Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Industri
( Muhammad Kholil, ST. MT. )
iii
iv
ABSTRAKSI Industri elektronika dapat dikelompokkan menjadi elektronika konsumsi, elektronika komunikasi, dan kelompok instrumentasi dan alat kontrol. Industri alat-alat kesehatan berbasis elektronika atau yang dikenal juga sebagai Elektronika Medis sangat bergantung pada kelompok elektronika instrumentasi dan alat kontrol. Sejak Pelita IV, kelompok Industri elektronika konsumsi dan elektronika komunukasi sudah berkembang dengan pesat. Akan tetapi alat- alat Elektronika Medis sebagian besar masih diimpor. Perkembangan terakhir pada tahun 2007 menunjukkan nilai produksi mencapai U$ 37.111.111, nilai ekspor U$ 26.132.638, dan nilai impor U$ 141.391.730. Secara keseluruhan kebutuhan dalam negeri mencapai U$ 152.370.203. Akan tetapi sangat menarik untuk dianalisis lebih lanjut peningkatan kebutuhan dalam negeri dari tahun 2006 ke tahun 2007 mencapai ± 300%. Perkembangan pasar industri Elektronika Medisini dapat dilihat pada tabel 1.1 Mengacu
pada
perkembangan
investasi
diatas,
penulis
menarik
kesimpulan bahwa peluang pasar industri Elektronika Medis kedepan sangat besar. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan analisis kelayakan atau peluang usaha industri Elektronika Medis di Indonesia yang pada skripsi ini penulis batasi dalam 2 aspek yaitu aspek teknis (lokasi&teknologi) dan aspek keuangan.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayat-nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Tak lupa shalawat dan salam kepada pemimpin akhir zaman nabi Muhammad SAW. Penulisan karya tulis ini di susun sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Akhir Strata 1 Pendidikan Universitas Mercubuana Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri. Dengan maksud sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap bidang studinya. Dalam kesempatan ini penulis mengambil judul : “ Analisis Peluang Aspek Teknologi Dan Finansial Bidang Industri Elektronika Medis di Indonesia ”. Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak yang membantu hingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada: 1.
Papa-Mama, kakak dan adik seluruh keluarga di rumah yang memberi dorongan, semangat dan do’a kepada penulis.
2.
Pak Muhammad Kholil selaku ketua Program Studi Teknik Industri
3.
Ibu Aifrid Agustina selaku pembimbing TA
vii
4.
Rika Agustina terima kasih sudah menemani, memberikan dorongan dan semangat penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.
5.
Yamaha Scorpio, Daihatsu Taft GTS 90, Vespa PS 86
yang tidak
pernah rewel untuk menemani penulis kuliah. 6.
Rekan-rekan angakatan ke VI
terima kasih atas motivasinya dan
dukungannya. 7.
Seluruh Staff dan Karyawan Perkuliahan Sabtu Minggu Jurusan Teknik Industri. Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis perlu kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan karya tulis ini. Dan smoga karya tulis dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan lingkungan pendidikan. Penulis banyak mengucapkan terimakasih, semoga semua yang telah memberikan bantuannya mendapat balasan yang setimpal Amien…. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Jakarta, 16 Agustus 2008 Penulis
Muhamad Fattah Mahdi 4160412-036
viii
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERNYATAAN ..........................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
iii
ABSTRAKSI .................................................................................................
v
KATA PENGANTAR………………………………………………………
vii
DAFTAR ISI
ix
……………………………………………………………....
DAFTAR TABEL ……………………………………………………......... xii DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
BAB I
BAB II
xiii
PENDAHULUAN..........................................................................
1
A.
Latar Belakang Masalah.........................................................
1
B.
Rumusan Masalah...................................................................
4
C.
Tujuan Penelitian....................................................................
4
D.
Pembatasan Masalah...............................................................
5
E.
Manfaat Penelitian..................................................................
5
F.
Sistematika Penulisan..............................................................
5
LANDASAN TEORI....................................................................
7
A.
Aspek Teknis Dan Teknologi............................................
7
1.
Teknis Pengelompokan Alat Industri Elektronika Medis..
7
2.
Teori Dasar-dasar Pemilihan Lokasi Pabrik....................... 10
ix
3.
B.
Aplikasi Teknologi Industri Elektronika Medis................. 12
Analisa Aspek Finansial .............................................. 1.
Net Present Value
13
.....................................................
13 2.
Break Even Point
......................................................
14 3.
Internal Rate of Return
.............................................
15
BAB III
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN……………………………
17
1
Pendekatan ……………………………………………….
17
2
Sumber Data .......................................................................
17
2
Metode Pelaksanaan ...........................................................
17
3
Pengumpulan Data .............................................................
18
4
Teknik Analisa Data ...........................................................
18
5
Kerangka Berfikir.................................................................
20
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA.................
21
A.
21
Aspek Teknologi Industri Elektronika Medis................... 1. Teknologi Yang Diaplikasi Dalam Industri Elektronika
x
Medis..........................................................................
21
2. Keterkaitan Industri Elektronika Medis Dengan Industri
B.
Elektronika Nasional...................................................
23
2. Lokasi Industri Elektronika Medis ...........................
26
Aspek Finansial Industri Elektronika Medis ...................
27
1.
BAB V
BAB VI
Kebutuhan Modal Investasi Industri Elektronika Medis Di Indonesia................................................................
28
2. Perhitungan Biaya Produksi / Modal Kerja ..............
29
3. Break Even Point........................................................
29
4. Rugi Laba ...................................................................
33
5. Aliran Kas ( Cash Flow ) ..........................................
34
6. Kelayakan Usaha .......................................................
35
ANALISIS HASIL ...................................................................
39
A. Analisis Aspek teknologi Industri Elektronika Medis
39
B. Analisis Aspek Finansial Industri Elektronika Medis
41
KESIMPULAN ......................................................................
48
1. Kesimpulan .................................................................
48
2. Saran ............................................................................
49
xi
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel I.1.
Perkembangan Produksi, Exspor dan Impor Industri .......................... 3
2.1.
Peralatan Kesehatan/Medis menurut Sistem HS(System) tarif ……... 8
2.2.
Rincian Produk menurut Pos Heading yang terdapat dalam H.S ……
4.1.
Nama Perusahaan dan Alat/Komponen yang Diproduksi …………… 27
4.2.
Asumsi Kebutuhan Modal Industri …………………………………. 28
4.3.
Kebutuhan Modal Kerja Selama 4 Bulan ............................................ 29
4.4.
Struktur Biaya Produksi Alat Elektronika medis ................................ 30
4.5.
Cash Flow dari Investasi Industri Besar Alat Elektronika Medis …… 34
4.6.
Cash Flow Dari Industri Menengah Alat Elektronika Medis ……….. 35
4.7.
Perhitungan Net Present Value Industri Besar Alat elektronika Medis. 35
4.8.
Perhitungan Net Present Value Industri Menengah alat Elektronika Medis …………………………………………………...
8
36
4.9.
Perhitungan IRR Untuk Industri Besar Alat Elektronika Medis ……. 37
4.10.
Perhitungan IRR Untuk Industri Menengah Alat Elektronika Medis … 38
5.1.
Struktur Perhitungan BEP Industri Elektronika Medis ……………… 42
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1
Kerangka Berpikir ................................................................................. 20
4.1.
Diagram Kerja Peralatan Elektronika Medis ......................................... 21
4.2.
Keterkaitan Industri Elektronika Nasional Dengan Alat Industri Elektronika Medis ..................................................................... 24
4.3.
Analisa grafik Break Event Point Chart ................................................ 32
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pada awal tahun 1990, kemampuan industri peralatan kesehatan berbasis komputer telah mengalami tingkat kemajuan yang pesat, terlihat dari makin luasnya penggunaan alat elektronika medis. Teknologi komputer telah memudahkan institusi kesehatan seperti rumah sakit dan klinik memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien. Dengan semakin meluasnya perkembangan rumah sakit, pusat layanan kesehatan kepada masyarakat, maka akan mendorong kepada para pengguna teknologi elektronika peralatan medis meningkatkan pembangunan dan pengembangan industri peralatan kesehatan tersebut secara lebih terarah. Menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat dalam perdagangan bebas, industri peralatan kesehatan dalam negeri memiliki peluang yang sangat baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Sebagai gambaran industri peralatan kesehatan yang sudah berkembang di dalam negeri antara lain adalah CTScan, X-Ray Unit, Pengukur tekanan darah, Inchubator, Dental Chair, Ultrasound dan sebagainya. Beberapa jenis komoditi ini sudah mampu di ekspor, antara lain X-Ray Unit, pengukur tekanan darah dan Ultra-sound. Hingga saat ini beberapa alat-alat kesehatan telah dapat dibuat di dalam negeri, baik berbasis bukan elektronika dan beberapa diantaranya yang berbasis elektronika. Pemenuhan kebutuhan dalam negeri terhadap alat-alat kesehatan yang berbasis elektronika mayoritas masih dipenuhi dari impor. Adanya impor alat-alat kesehatan yang terus meningkat, memberi indikasi bahwa peluang yang besar bagi pengembangan industri di bidang alat Elektronika medis.
2
Krisis moneter tahun 1998 yang menerpa bangsa Indonesia telah menyebabkan kemampuan bangsa indonesia untuk menanggulangi masalah layanan kesehatan merosot sangat tajam, hal ini diperparah dengan belum mandirinya industri obat dan alat kesehatan dalam negeri. Ketergantungan dari produk luar negeri juga lebih mempersulit layanan kesehatan bagi masyarakat berpendapatan rendah. Pengalaman ini memberikan hikmah positif dengan meningkatnya kesadaran pemerintah, perguruan tinggi, lembaga litbang dan industri untuk secara mandiri mengatasi masalah layanan kesehatan, antara lain dengan cara mengembangkan industri alat kesehatan dalam negeri melalui Keputusan Menteri Kesehatan No. 363, April 1998. Untuk mengembangkan kebutuhan dan kemampuan layanan kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya perlu diberikan kepada kelas bawah dan kelas menengah bawah yang jumlahnya mencapai 97% atau 196.244.00 orang. Kondisi terburuk yang pernah dialami menyebabkan layanan kesehatan menjadi tidak terjangkau oleh sebagaian besar masyarakat Indonesia, oleh karena itu upaya darurat untuk menurunkan kebutuhan dasar manusia terutama sembilan bahan baku (sembako) dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat kurang mampu merupakan suatu keharusan. Hingga saat ini berbagai peralatan kesehatan (medis) telah dapat diproduksi di Indonesia. Hal ini tampak pada jumlah perusahaan alat kesehatan yang tidak berbasis elektronika yang diperkirakan sebanyak 28 perusahaan dan jumlah perusahaan alat kesehatan dengan berbasis elektronika diperkirakan sebanyak 15 perusahaan, sehingga total keseluruhan 43 industri, yang mayoritas berlokasi di pulau Jawa. Perkiraan ini timbul karena sumber daya manusia dengan pendidikan yang memadai untuk pengembangan industri tersebut cukup memadai, di samping itu
3
industri-industri penunjang untuk kegiatan industri ini juga cukup baik. Faktor pengguna/konsumen utama tampaknya juga menjadi pertimbangan utama industri elektronika medis ini dapat berkembang baik terutama di sekitar Pulau Jawa. Nilai investasi industri dibidang Industri alat kesehatan investasi sampai tahun 2007 mencapai ± US$ 37 juta, (Rp. 334 miliar), nilai ekspor pada tahun yang sama sebesar US$ 26 juta dan impor mencapai US$ 141juta, dengan demikian diperkirakan kebutuhan akan alat kesehatan elektronika di dalam negeri pada tahun 2007 adalah US$ 150 juta. Trend perkembangan beberapa tahun dapat dilihat dalam tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1 Perkembangan Produksi, Ekspor dan Impor Industri Alat Elektronika Medis No
Ratarata Perkembangan (%)
Uraian
2003
2004
2005
2006
2007
1
Produksi
8.461.538
8.461.538
16.000.000
19.625.000
37.111.111
34,40%
2
(US$) Ekspor
5.070.000
15.476.172
16.498.036
19.119.791
26.132.638
40,88%
3
(US$) Impor
52.820.000
74.738.783
62.111.296
52.313.424
141.391.730
21,77%
4
(US$) Kebutuh
56.211.538
75.262.611
72.327.546
52.818.633
152.370.203
21,75%
DN Investasi PMA
33.313.000
33.313.000
33.313.000
33.313.000
33.313.000
0%
(US$) PMDN
2931.457.500
2931.457.500
2931.457.500
2931.457.500
2931.457.500
0%
(US$) Nilai
25
72
209
176
281
62,24%
an
5
6
Tambah (US$)
Catatan : 2003 $ = 9800 2004 $ = 9700 2005 $ = 9500
2006 $ = 9400 2007 $ = 9300
4
Pada tabel 1.1 diatas terlihat bahwa nilai eksport dari tahun ke tahun cenderung meningkat dengan pesat. Jumlah perkembangan ekspor rata-rata adalah sekitar 40.88% /tahun, sedangkan nilai impor rata2 meningkat sekitar 21.77% /tahun. Dari data-data tersebut terlihat bahwa ada kenaikan nilai exsport maupun nilai import tahun demi tahun, dengan demikian pasar yang tersedia adalah sangat menarik untuk diikuti dan dicermati. Dengan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk menelaah dan melakukan penelitian yang berhubungan dengan industri peralatan kesehatan, khususnya dibidang Elektronika medik. Judul yang penulis ajukan dalam skripsi ini adalah :” Analisis aspek teknologi dan finansial industri elektronika medis di Indonesia ”.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana peluang usaha / produksi alat elektronika medis di Indonesia di lihat dari beberapa aspek”. Aspek yang akan dibahas adalah: a. Aspek Teknis dan Teknologi. b. Aspek Keuangan.
C. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui aspek teknis usaha industri Elektronika Medis (aplikasi teknologi dan lokasi yang tepat). b. Untuk melihat kelayakan industri Elektronika Medis dari sudut pandang keuangan.
5
D. Pembatasan Masalah Penelitian ini hanya menganalisis kelayakan/ peluang usaha industri Elektronika Medis di Indonesia dalam aspek teknis dan teknologi ( teknologi&lokasi ) serta aspek keuangan dengan tingkat suku bunga yang diharapkan (i) 22% .
E. Manfaat Penelitian Dari Penelitian ini diharapkan beberapa manfaat: a. Memberikan informasi
peluang usaha/investasi industri elektronika medis
kepada kalangan akademis atau pendidikan. b. Memberikan informasi tentang peluang usaha kepada calon investor yang berminat terhadap industri elektronika medis.
F. Sistematika Penulisan Agar pembahasan dalam penulisan ini sistematis, teratur dan terarah dengan baik, penulis menyajikannya dengan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I
:
PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan secara singkat tentang latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah,
perumusan
masalah
penelitian,
tujuan
penelitian, manfaat/kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
:
LANDASAN TEORI
6
Dalam bab ini diuraikan tentang penjelasan teoritis yang dapat digunakan untuk membahas masalah yang diteliti antara lain: Aplikasi teknologi dan Analisa keuangan industri Elektromedis BAB III
:
METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang meliputi tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode pengolahan / analisis data.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini membahas analisa peluang usaha, dilihat dari teknologi dan finansial.
BAB V
:
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat kesimpulan berdasarkan penjelasan yang diperoleh dari hasil penelitian beserta beberapa saran.
BAB II LANDASAN TEORI
Perkembangan Industri Elektronika Medis di Indonesia. Industri elektronika dalam negeri secara keseluruhan sejak beberapa dasawarsa telah tumbuh dengan pesat, bahkan kebutuhan dalam negeri sebagian telah mulai dapat dipenuhi oleh produk domestik sehingga impor peralatan elektronika berangsur menurun. Akan tetapi tidak seluruh kelompok industri elektronika yang mengalami pertumbuhan yang pesat. Kelompok peralatan elektronika konsumsi dan kelompok elektronika propesional mengalami pertumbuhan tinggi, termasuk didalamnya elekktronika komunikasi. Dan kelompok industri instrumentasi dan alat kontrol sudah mulai berkembang.Tumbuhnya kelompok industri alat-alat Elektronika Medis sangat bergantung pada pengembangan industri instrumentasi dan alat kontrol elektronika.
A. Aspek Teknis Dan Teknologi 1. Teknis Pengelompokan Alat Industri Elektronika Medis. Di tinjau dari segi kompleksitasnya peralatan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi: a. Peralatan kesehatan yang tidak berbasis elektronik dan b. Peralatan kesehatan yang berbasis elektronik. Secara umum peralatan kesehatan / medis dapat dikelompokkan menurut sistem HS (System) tarif. Ada 7 kelompok peralatan Kesehatan/Medis menurut Sistem HS tarif yaitu:
8
Tabel 2.1. Peralatan Kesehatan/Medis menurut Sistem HS (System) tarif. No
Nomor HS 841920000 842129300 842129300 9018 00 000
9022 00 000
9025 00 000
9042 00 000
Keterangan Alat pencuci hama pada kedokteran bedah atau laboratorium Mesin dan aparat penyaring dan pemurni, untuk keperluan kedokteran atau laboratorium Mesin dan aparat penyaringan dan pemurnian gas untuk keperluan kedokteran/laboratorium Instrumen dan peralatan-peralatan yang digunakan dalam bidang kedokteran, bedah, dokter gigi, atau ilmu hewan termasuk peralatan scienti graphic, peralatan elektromedis dan peralatan pengujian kemampuan lainnya Peralatan yang didasarkan atas penggunaan sinar X atau radiasi sinar alpha, beta atau gama digunakan atau tidak untuk keperluan kedokteran bedah, perwatan gigi atau kedokteran hewan termasuk peralatan radografi atau radio terapi, tabung sinar X dan generator sinar X lainnya, generator tegangan tinggi papan dan meja kontrol dan sebagainya Hidrometer dan instrumen apung yang semacam itu, termometer, pirometer, barometer, higrometer dan psikometer dengan pencatat atau tidak, dan setiap kombinasi dari instrmen tersebut. Perabot kedokteran, bedah perawatan gigi atau kedokteran hewan (misalnya meja operasi, meja periksa, tempat tidur rumah sakit dengan perlengkapan mekanis, kursi perawat (gigi) kursi tukang cukur dan yang semacam itu yang dapat berputar, rebah dan naik turun dan sebagainya.
Rincian produk menurut pos Heading yang terdapat dalam HS yang dikategorikan sebagai alat kedokteran elektronika diuraikan lebih rinci pada Tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2. Rincian Produk menurut pos Heading yang terdapat dalam HS No I i.i
Kelompok/Sub Kelompok X-Ray Equipment Apparatus based on the use of x rays For medical, surgical, dental or vetenary: - X-ray app. For radiodianostige or radiotherapy - External source x-tay system - Internal source x-ray system - Dental x-ray exposure aligment device - Dental x-ray position indicating device - Other dental x-ray app. And. Apcilliaries - Radiograpig system
Nomor HS 9022.11.000
9
- x-tray imaging system - Non image intensifield fluoro x-ray syatem -Stationary x-ray system - Mammographic x-ray system - Mobile x-ray system - Other medical charged particle radiation therapy system - For other use: - Gamma & x-ray radio metallography apparatus - x-ray app. For spectography and crysllography - Other radiological app. For industrial and scientific
9022.19.000
application - Theraphy apparatus - App. For radiological; examination use mainly in industrial - Beta & Gamma ray thikness ganges Other app. Based on the use at radiaton from radio aktive substance
2. Teori Dasar-dasar Pemilihan Lokasi Pabrik Ada dua langkah utama yang seharusnya diambil dalam proses penentuan lokasi suatu pabrik, yaitu pemilihan daerah atau teritorial secara umum dan pemilihan berdasarkan size dari jumlah penduduk (comunity) serta lahan secara khusus. Pemilihan teritorial secara umum adalah untuk mendapatkan informasi secara umum dan setelah itu baru kemudian ditentukan community dan lahan (size) yang dikehendaki secara khusus, yang mana untuk ini alternatif pemilihannya dapat diklasifikasikan kedalam daerah dikota besar , dipinggir kota, atau jauh diluar kota. Disini macam proses manufacturing ikut pula menentukan pemilihan size dari pabrik yang akan didirikan. Contoh lokasi di daerah terpencil yang jauh dari keramaian kota akan sangat dikehendaki untuk pabrik yang akan memproduksi bahan peledak.
10
Selanjutnya beberapa kondisi umum seperti tersebut dibawah ini akan pula mengambil peranan didalam penentuan lokasi pabrik, yaitu: a. Lokasi dikota besar (city location) ● Diperlukan tenaga kerja terampil dalam jumlah yang besar. ● Proses produksi sangat tergantung pada fasilitas-fasilitas yang umumnya hanya terdapat dikota besar saja listrik, gas dan lain-lain. ● Kontak dengan suppliers dekat dan cepat. ● Sarana transportasi dan komunikasi mudah didapatkan.
b. Lokasi di pinggir kota (sub urban location) ● Semi-skilled atau female labor mudah diperolah. ● Menghindari pajak yang berat seperti halnya kalau lokasi terletak dikota besar . ● Rencana ekspansi pabrik akan mudah dibuat. ● Populasi tidak begitu besar sehingga masalah lingkungan tidak banyak timbul.
c. Lokasi jauh diluar kota (country location) ● Lahan yang luas sangat diperlukan baik untuk keadaan sekarang maupun rencana ekspansi yang akan datang. ● Pajak terendah bisa diperoleh. ● Tenaga kerja tidak terampil dalam jumlah besar lebih dikehendaki. ● Upah buruh lebih rendah mudah didapatkan. ● Baik untuk proses manufacturing produk-produk yang berbahaya.
Untuk menentukan luas tanah yang dibutuhkan dalam pendirian suatu pabrik, hal ini dapat dicari dengan menggunakan perumusan umum, yaitu sekurang-kurangnya
11
lima kali luas area yang betul-betul dipakai untuk penempatan segala fasilitas produksi yang dibutuhkan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi tempat yang cukup lapang buat keperluan membongkar/memuat barang, fasilitas parkir, area untuk gudang dan lainlain. Lokasi akan menentukan dekat tidaknya pabrik tersebut ke sumber bahan baku ataupun jasa pemasarannya. Jarak dari pabrik ke kedua tempat ini akan menentukan pula metode transportasi yang sebaiknya dipergunakan. Metode dan macamnya transportasi ini akan kembali lagi menentukan apakah letak seharusnya direncanakan dengan memberikan fasilitas-fasilitas untuk keperluan membongkar/memuat barang dari rail road, kapal, truk dan lain-lain atau tidak. Demikian juga disini pengaturan dari departemen
penerimaan
dan/atau
pengiriman
barang
(receving
&
shipping
departement) akan mempunyai macam variasi dalam perencanaan letaknya yang harus disesuaikan pula dengan macam
dan metode transportasi yang dipergunakan.
Selanjutnya kemungkinan adanya ekspansi dimasa yang akan datang ikut pula menentukan lokasi pabrik ini. Untuk pabrik yang berlokasi dikota besar biasanya akan mengarah vertikal yaitu dengan cara menambah tingkat/lantai bangunan yang sudah ada. Hal ini jauh berbeda dengan pabrik yang mengambil lokasi jauh, dimana faktor tanah relatif tidaklah menjadi masalah utama, sehingga arah ekspansi pabrik bisa dilaksanakan kearah horizontal.
3. Aplikasi Teknologi Industri Elektronika Medis Pada dasarnya sistem elektronika yang digunakan dalam peralatan kesehatan tergolong dalam kelompok alat Pengolah Data, Instrumentasi dan alat Kontrol, ini di dasarkan pada prinsip-prisnip utama bekerjanya suatu peralatan kesehatan berbasis elektronika yang terdiri dari 5 komponen sub sistem sebagai berikut :
12
a. Sub-sistem Sensor Sub sistem ini adalah perangkat awal dari sistem secara keseluruhan yang berfungsi sebagai media yang mendeteksi dan merasakan (sensor) adanya suatu besaran fisik yang ingin diukur yang diterjemahkan menjadi besaran listrik. Besaran yang dirasakan/diraba dapat berupa suara, cahaya, perubahan posisi, tekanan, temperatur, radio-active dan sebagainya. Komponen-komponen sensor standar yang umumnya tersedia dipasaran adalah seperti misalnya stain gauge, tranducer dan sebagainya. Ditinjau dari cara kerjanya seperti diuraikan tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa sensor dapat
dikategorikan
ke
dalam
dua
prinsip,
yaitu
prinsip
elektronika/elektromagnetik dan komponen positif. Yang termasuk ke dalam kategori pertama adalah misalnya starain gauge dan transducer, sedangkan contoh bagi kategori kedua adalah thermistor.
b. Sub-sistem Signal Conditioner untuk Analizer Sistem ini berperan sebagai media yang mengkondisikan signal-signal listrik output dari sensor untuk diproses lebih lanjut pada Analizer. Pentingnya signal konditioner disini adalah bagaimana analizer dapat mengerti signal-signal yang dikirim oleh sensor, untuk diolah dan dianalisis.
c. Sub-sistem Analizer Analizer tidak lain merupakan suatu processor yang mengolah/ menganalis signal-signal listrik yang telah diolah sub-sub system sebelumnya agar sesuai dengan system yang dimengerti oleh analyzer.
13
B. Aspek Finansial Industri Elektronika Medis Aspek finansial sangat penting diperhatikan, karena aspek ini menjadi perhatian utama para investor yang ingin berinvestasi di bidang ini.
Beberapa indikator yang
menunjukkan aspek finansial yang harus diperhatikan dalam bidang industri elektromedika ini adalah : 1. Net Present Value (NPV) Usaha dianggap layak (feasible) apabila Net Present Value (NPV) dari usaha tersebut positif atau lebih besar dari nol. NPV merupakan metode yang tepat digunakan untuk menilai investasi karena 2 hal yaitu (Sartono, 2001) : a. Net Present Value suatu proyek menunjukkan besarnya perubahan kemakmuran pemilik perusahaan yang disebabkan karena investasi tersebut. i.
Arus kas didiscounted pada tingkat discount rate sebesar biaya modal
setelah pajak yang tidak lain adalah tingkat keuntungan minimal yang diminta investor. ii.
Kelebihan arus kas atas tingkat keuntungan yang diminta investor
menghasilkan NPV positif. Pemegang saham akan menerima keuntungan sebesar NPV yang positif tersebut. b. Dengan mendiscountedkan baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dengan tingkat discount rate sebesar biaya modal rata-rata memisahkan keputusan investasi dengan keputusan pemenuhan dana. i.
Yang dimaksud dengan arus kas adalah arus kas setelah pajak yang akan diterima perusahaan jika ada utang.
ii.
Pertimbangan pemenuhan kebutuhan dana hanya akan mempengaruhi biaya modal tetapi tidak pada arus kas karena adanya
14
beban bunga telah disesuaikan.
2. Break Event Point (BEP) Untuk mengetahui laba atau rugi suatu investasi industri diperlukan analisa Break Even Point (BEP), yaitu suatu analisa untuk mengetahui titik pulang pokok atau titik impas. Pada Break Even Point (BEP) dicapai keseimbangan antara besarnya penghasilan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Dengan perkataan lain, pada tingkat kapasitas produksi tersebut tercapai keseimbangan antara jumlah biaya yang dikeluarkan dengan jumlah penerimaan, sehingga pada tingkat kapasitas produksi tersebut perusahaan tidak rugi dan tidak untung. Dengan analisis titik pulang pokok ini, maka dengan cepat manajemen industri akan dapat menganalisis dan mengevaluasi tentang bagaimana pengaruh perubahan volume produksi/penjualan terhadap besarnya keuntungan yang bisa diperoleh Berikut adalah rumus yang digunakan untuk mencari BEP : Biaya Tetap BEP = --------------------------------------------Harga jual/unit – Biaya varibel per unit Sedangkan asumsi pada analisis ini dilaksanakan dengan mengabaikan hal-hal seperti : 1. Kondisi masa yang akan datang yang berkaitan dengan perubahan tingkat kebutuhan yang serba pasti (diasumsikan demand akan konstan). 2. Nilai uang tidak akan berubah seiring dengan periode waktu berjalan (Time Value of Money)
3. Internal Rate of Return (IRR)
15
Metode Internal Rate of Return menggunakan asumsi reinvestment rate atau opportunity cost yang salah, dimana aliran kas diasumsikan akan diinvestasikan kembali dengan tingkat keuntungan penginvestasian kembali sebesar Internal rate of return. (Sartono, 2001) : Metode ini menghitung tingkat biaya yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa mendatang. Apabila tingkat bunga ini lebih besar dari pada tingkat bunga yang diharapkan, maka investasi dikatakan menguntungkan.
Formula IRR = R = DFP +
PVP (PVP-(-PVN)
Keterangan : R
= IRR yang dicari
DFP = Tingkat bunga ke 1 DFN = Tingkat bunga ke 2 PVP = NPV ke 1 PVN = NPV ke 2
x (DFN - DFP)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu : a. Data pasar, yang meliputi permintaan terhadap produk, segmen pasar yang akan dilayani, harga jual produk, daya beli konsumen, sifat permintaan terhadap produk, jalur distribusi, saingan dan lain-lain. b. Data Teknis teknologis, Standart aplikasi teknlogi yang dipakai dalam Industri Elektronika Medis dan keterkaitan dengan industri elektronika. c. Data finansial, antara lain data yang menyangkut biaya investasi, biaya operasional, biaya lain-lain, alternatif sumber dana.
2. Sumber Data Data yang diperlukan dalam kajian ini adalah Para Pengusaha Industri Elektronika Medis, Deperindag, khususnya Ditjen ILMEA, Departemen Kesehatan, dan BPS (Biro Pusat Statistik), Buku2 Teknik Industri Dari Berbagai Pustaka.
3. Metoda Pelaksanaan Pendekatan terhadap kelayakan Peluang Usaha Industri Elektronika Medis menjadi dasar dalam penelitian ini, dengan memperhatikan keselarasan jenjang kelembagaan dan pola mitra kerja yang telah dan akan berlangsung dalam mekanisme pelaksanaan/ operasional. Sesuai dengan tujuan dan ciri permasalahan yang dihadapi, startegi pengembangan yang ditempuh adalah: a. Melakukan studi awal kelayakan (profil) Usaha Industri Elektronika Medis
18
b. Studi lingkup tugas unit-unit terkait, kendala-kendala perencanaan dan pengelolaan dan Peluang Usaha Industri Elektronika Medis. c. Indentifikasi teknik perencanaan dan pembuatan industri Elektronika Medis, dengan memperhatikan industri pendukung. d. Penyusunan Analisa Investasi Industri Elektronika Medis.
4. Pengumpulan Data Secara garis besar, data yang diperlukan dalam kajian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut: a. Studi literatur, yaitu kegiatan menelaah berbagai publikasi ilmiah dan penghimpunan data sekunder b. Diskusi dan konsultasi, kegiatan ini dilaksankan pada nara sumber terpilih dan ahli di bidangnya serta pihak pemberi tugas agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah dengan menggunakan pendekatan deskriptif dan analisis kuantitatif. Tahap pengolahan data penyususnan Peluang Usaha Industri Elektronika Medis secara sistematis disajikan dalam uraian berikut ini a. Evaluasi Teknis – Teknologis Dalam evaluasi teknis-teknologis, pemilihan teknologi proses didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
Potensi bahan baku
Jumlah kapasitas produksi yang dapat dicapai
19
Perkiraan umur ekonomis seluruh sektor produksi dan efisiensi produksi yang dapat dicapai
Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap
Pemasaran produk
Kemungkinan pengembangan usaha di masa mendatang
b. Lokasi pabrik ditentukan berdasarkan pertimbangan biaya transportasi bahan baku dan produk c. Evaluasi Finansial Dalam evaluasi ini, beberapa kriteria keputusan yang digunakan :
Kebutuhan modal dan atau investasi
Perhitungan biaya produksi /Modal kerja
Proyeksi laba rugi
Break Even Poin (BEP), yaitu jumlah unit yang diproduksi saat tercapainya titik pulang pokok
Net Present Value (NPV), yaitu metode yang digunakan untuk menilai kelayakan investasi.
Internal Rate of Return (IRR), yaitu metode yang digunakan untuk menilai keuntungan investasi.
20
6. Kerangka Berpikir Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Indentifikasi Masalah
Perumusan Masalah
.
Studi Literatur
Studi Lapangan
Pengumpulan Data ●
Data aspek teknis & teknologi - Lokasi Iindustri - Teknologi pendukung produksi
●
Data aspek finansial - Modal tetap - Modal kerja
Pengolahan Data -
Aspek teknis & teknologi Aspek finansial
Analisis Data
Kesimpulan & Saran
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
A. Aspek Teknis Dan Teknologi 1. Teknologi Yang Diaplikasikan Dalam Industri Elektronika Medis Dibawah ini diuraikan diagram kerja peralatan Elektronika Medis :
Data Transmissi on Element
Besaran Yang Diukur
Primary Sensing Element (Sensor)
Variabel Convension Element (Signal Conditional)
Analyzer
Data Stirage/Pl ayback Element
Signal Conditi onal
INPUT
OUTPUT
Suara
Printing
Cahaya
Display
Posisi
Action
Tekanan
Dan lain-lain.
Temeperatur Radiasi Dan lain-lain
Gambar 4.1: Diagram Kerja Peralatan Elektronika Medis. Pembahasan Diagram Kerja :
Data Pressenta tion Element
22
Suara biasanya ditangkap dalam bentuk panjang gelombang berfrekuensi teretentu yang umumnya ditangkap dalam paduan prinsip kapasitas dan konduktifitas atau resistansi dan kapasitansi atau kombinasi lainnya dari prinsip-prinsip tersebut yang dirasakan oleh komponen-komponen elektronika standar. Cahaya ditangkap/dirasakan melalui peralatan optik atau dalam bentuk frekuwensi seperti halnya suara. Posisi biasanya ditangkap oleh perubahan posisi suatu membran atau komponen mekanis, sinar dan lain-lain. Tekanan ditangkap oleh sistem tranducer yang diterjemahkan oleh karena adanya perubahan resistensi atau konduktivitas dari sensor. Temperatur ditangkap oleh karena adanya terjadi perubahan resistensi pada dua material tertentu (umumnya logam karena kesensitifannya) atau karena terjadinya beda pemuaian dari 2 jenis bahan tertentu. Sedangkan radiasi dari bahan radioactive ditangkap karena kekuatan intensitas dari pancaran sinar radioaktifnya. Signal Conditional dapat berupa filter, yang menyaring frekuensi atau tegangan, atau suatu sistem analog. Sistem analog akan mengkonfirmasikan signal digital (DAC), yang akan diproses lebih lanjut oleh Analizer. Pentingnya signal konditioner disini adalah bagaimana analizer dapat mengerti signal-signal yang dikirim oleh sensor, untuk diolah dan dianalisis. Signal konditioner selain mengkondisikan besaran listrik yang tertangkap di sensor, juga mengkondisikan output hasil printing, display pada layar komputer, atau ”action” yang diperhatikan oleh peralatan actuator yang dipasang sesuai dengan kebutuhan. Di Analizer signal listrik tersebut akan dianalisis disesuaikan dengan objek dari pengukuran yang sedang dilaksanakan. Sebagai suatu processor, analyzer dapat hanya berupa micro processor tertentu (IC) dimana fungsi objective pengukuran sudah
23
direkam di dalamnya, atau lebih komplek lagi merupakan sebuah computer yang khusus didesain disesuaikan dengan tujuan pengukuran Kompleksitas serta intelegensi analyzer system computer lebih tinggi dari analyzer yang hanya menggunakan micro processor saja. 2. Keterkaitan Industri Elektronika Medis Dengan Industri Elektronika. Cukup banyak industri komponen di Indonesia yang dapat menunjang sebuah industri elektronika medis antara lain: -
Industri catu daya
-
Industri baterai
-
Industri PCB
-
Industri travo Hi-Power
-
Industri resistor
-
Industri filter
-
Industri kapasitor
-
Industri transisstor
-
Industri DAC, ADC
-
Industri ASIC
-
Industri coax cable
-
Industri kabel
-
Industri komponen metal
-
Industri komponen pabrik industri software komputer
-
Industri processor komputer
-
Industri phiperal komputer, misal printer, UPS dan lain-lain. Dukungan keterkaiatan industri Elektronika dengan alat Elektronika Medis
secara makro dapat dilihat pada diagram Gambar 4.2 dibawah ini:
24
Gambar 4.2 Keterkaitan Industri Elektronika Nasional Dengan Alat Industri Elektronika Medis.
INDUSTRI ELEKTRONIKA NASIONAL >
Industri Komponen ● Semi Konduktor ● Kapasitor ● Resistor
INDUSTRI ELEKTRONIKA NASIONAL >
Belum Ada
Industri Alat Elektronika Medis
sensor
Industri Alat Elektronika Medis
signal conditional
INDUSTRI ELEKTRONIKA NASIONAL >
Industri Komponen ● Semi Konduktor
>
Industri Pengolah Data, Instrumentasi dan Alat Kontrol ● Jasa Instrumentasi
Industri Alat Elektronika Medis
analyzer
INDUSTRI ELEKTRONIKA NASIONAL >
Industri Pengolah data, Instrumentasi dan Alat Ukur ● Micro Komputer ● Aplikasi Komputer
Industri Alat Elektronika Medis
out put
25
INDUSTRI ELEKTRONIKA NASIONAL >
Industri Alat Elektronika Medis
Industri Komponen & Sub Assy ● PCB ● Floppy Disk ● UPS ● Monitor ● Key Board ● Kabel Komputer ● Speaker ● Mekanik ● Baterai
sistem dan penunjang
INDUSTRI ELEKTRONIKA NASIONAL >
Industri Alat Elektronika Medis
Industri Mesin Dan Komponen
sistem dan penunjang
● Industri Stamping Plat Baja Dan Alumunium
Karena teknologi untuk memproduksi Industri Elektronika Medis terkait dengan Industri elektronika nasional, dibawah ini beberapa 1. P.T Sharp Semikonduktor > Semikonduktor
nama perusahaan
Produsen dan distributor yang akan menjadi vendor pendukung untuk memproduksi 2. P.T Samcon > Disc ceramic capasitor, chip inductor, vasitor, chip beads, alat industri elektronika medis: capasitor keramik multi lapis, power Tabel 4.1.Nama Perusahaan dan Alat/Komponencapacitor. yang Diproduksi 3. No
P.T Yuasa Battery Indonesia Nama Perusahaan
> Baterry Alat / Kompenen Yang Dproduksi
4.
C.V Adhika Instrument Supply
> Instrumentasi
5.
P.T Widya Latansa Teknologi ( Widyatech )
> Custom software development
6.
P.T Alam Raya Electronic
> Hard
7.
P.T Sutanto AriCandra Electronic
> Berbagai
dan alat kontrol
Ware:CPU, Mainboard, dll jenis kabel ( Coaxial,
RCA dll ) 8.
P.T Kabelindo Murni Tbk
> Kabel listrik
9.
P.T International Steel Indonesia
> Stamping
dan Telekomunikasi
plat baja
26
3. Lokasi Industri Elektronika Medis Pemilihan lokasi Industri Elektronika Medis berdasar pada kondisi dan faktor-faktor yang berperan didalam proses penentuan lokasi pabrik, yaitu : a. Lokasi dipinggir kota (sub urban location) hal-hal yang berperan didalamnya: -
Semi-skilled atau female labor mudah diperoleh.
-
Menghindari pajak yang berat seperti halnya kalau lokasi terletak di kota besar.
-
Tenaga kerja dapat tinggal berdekatan dengan lokasi pabrik.
-
Rencana ekspansi pabrik akan mudah dibuat.
-
Populasi tidak begitu besar sehingga masalah lingkungan tidak banyak timbul.
b. Lokasi pasar (market location) Karena pangsa
pasar yang akan disuplai akan tersebar
dan titik beratnya di
Jakarta, maka lokasi industri elektronika medis sebaiknya berada di sekitarnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan aspek pendistribusian.
c. Lokasi sumber bahan baku (raw material location) Perlu dijelaskan sebagian besar bahan baku industri elektronika medis yaitu industri komponen-komponen antara lain PCB layer, transistor, dan lain-lain jadi pemilihan
27
lokasi industri elektronika medis sebaiknya berada dikawasan industri karena untuk efektifitas dan efisiensi dalam mendapatkan sumber bahan baku.
d. Alat angkutan (transportasi) Karena lokasi yang dipilih berada dikawasan industri tentunya fasilitas transportasi akan tersedia dan juga biaya transportasi akan lebih efisien karena lokasi berada dekat atau disekitar titik berat pasar dan sumber bahan baku.
B. Aspek Finansial 1. Kebutuhan Modal Investasi Industri Elektronika Medis di Indonesia Modal investasi/modal tetap yang diperlukan untuk alat kesehatan elektronika, seperti tercantum dalam tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2.Asumsi Kebutuhan Modal Industri. No Uraian
Industri Besar
Industri Menengah
28
1
Tanah 10.000 M2
Luas Nilai 2
3.000 M2
Rp. 2.000.000.000,-
Rp. 600.000.000,-
Bangunan Pabrik dan Gudang 8.000 M2
Luas Nilai 3
Rp.120.000.000.000,-
Nilai
5
Rp. 2.250.000.000,-
Mesin dan Peralatan Produksi kapasitas pertahun
4
1.500 M2
50.000 Unit
1.000 Unit
Rp. 190.500.000.000,- Rp. 4.500.000.000,-
Perlengkapan kantor dan kendaraan
Rp 32.000.000.000,-
Rp.
755.000.000,-
Lain-lain
Rp 13.000.000.000,-
Rp
185.000.000,-
Jumlah
Rp.357.500.000.000,-
Rp. 8.290.000.000,-
2. Perhitungan Biaya Produksi/Modal kerja. Kebutuhan modal kerja yang diperlukan dalam waktu 4 (empat) bulan, untuk industri alat kesehatan elektronik, dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.3.Kebutuhan Modal Kerja selama 4 Bulan No Uraian
Industri Besar
Industri Menengah
29
1.
Bahan Baku dan bahan Rp.551.000.000.000,- Rp. 10.777.000.000,-
2.
Penolong
Rp. 11.140.000.000,- Rp.
630.000.000,-
3.
Gaji / Upah
Rp
480.000.000,-
Jumlah
Rp.564.540.000.000,- Rp. 11.887.000.000,-
2.400.000.000,- Rp.
3. Break Even Point (BEP) Untuk mengetahui laba atau rugi suatu investasi industri diperlukan analisa Break Even Point (BEP), yaitu suatu analisa untuk mengetahui titik pulang pokok atau titik impas. Pada Break Even Point (BEP) dicapai keseimbangan antara besarnya penghasilan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Dengan perkataan lain, pada tingkat kapasitas produksi tersebut tercapai keseimbangan antara jumlah biaya yang dikeluarkan dengan jumlah penerimaan, sehingga pada tingkat kapasitas produksi tersebut perusahaan tidak rugi dan tidak untung. Di dalam menggunakan Analisa Break Event Point (BEP) diperlukan data mengenai besarnya biaya tetap (fixed cost), biaya Variable (Variable cost) dan penjualan (sales). Untuk maksud tersebut diperlukan beberapa asumsi, antara lain : a. Umur Mesin dan perlatan
: 8 tahun
b. Umur bangunan
: 10 Tahun
c. Umur peralatan kantor dan kendaraan
: 5 tahun
d. Gaji pimpinan per bulan
: Rp. 7.000.000,-
e. Gaji manajer per orang per bulan
: Rp. 3.000.000,-
f.Gaji Staf administrasi kantor per bulan
: Rp.
g. Bunga pinjaman bank
: 22%
h. Persentase pinjaman bank untuk modal tetap
: 40%
900.000,-
30
i. Persentase asuransi dari modal tetap
: 0,5% (permil)
j. Persentase biaya pemeliharaan dari modal tetap
: 0,1% (permil)
Dengan
demikian
prakiraan
struktur
biaya
produksi
industri
alat
elektronikamedis dapat dilihat dalam tabel 4.4 Tabel 4.4. Struktur Biaya Industri Alat Elektronika Medis No Uraian 1.
Perkiraan Struktur Biaya Industri Besar Industri Menengah
BIAYA TETAP a. Depresiasi Mesin dan Peralatan Produksi
Rp. 23.813.000.000,-
Rp. 562.500.000,-
Rp 12.000.000.000,-
Rp
Rp.
6.400.000.000,-
Rp. 151.000.000,-
d. Bunga Pinjaman
Rp. 37.620.000.400,-
Rp. 729.520.000,-
e. Biaya Pemeliharaan
Rp
42.750.000,-
Rp.
829.000,-
f. Gaji Pegawai Tetap
Rp.
58.500.000,-
Rp.
33.106.000,-
g. Asuransi dan Biaya Tetap
Rp.
213.750.000,-
Rp.
4.145.000,-
b. Depresiasi bangunan Pabrik dan Kantor
225.000.000,-
c. Depresiasi Peralatan Kantor dan Kendaraan
Lainnya JUMLAH BIAYA TETAP 2.
Rp. 80.148.000.000,-
Rp. 1.706.094.000,-
BIAYA VARIABEL a. Bahan Baku dan Bahan Penolong
3.
Rp. 183.667.000.000,- Rp. 3.592.330.000,-
b. Tenaga Kerja
Rp.
3.713.000.000,- Rp.
210.000.000,-
c. Biaya Variabel Lain
Rp.
800.000.000,- Rp.
160.000.000,-
JUMLAH BIAYA VARIBEL
Rp. 188.180.000.000,- Rp 3.962.330.000,-
HARGA JUAL/UNIT
Rp
5.567.000,- Rp.
5.669.000,-
31
Dan berdasarkan perhitungan struktur biaya tersebut di atas, selanjutnya dapat diperkirakan laba/rugi dari rencana investasi yang tertanam pada industri alat kesehatan elektronika dengan analisa BEP nya. Analisis Titik Pulang pokok (B.E. Analysis) merupakan analisis ekonomi yang umum diaplikasikan dalam proses pengambilan keputusan. Dengan analisis ini, maka keputusan mengenai berapa volume produksi harus dibuat agar suatu operasi tetap
menguntungkan
akan
bisa
ditetapkan.
Analisis
dibuat
dengan
mempertimbangkan unit-unit biaya tetap (fixed cost), biaya variable dan harga (price) per unit produknya. Dengan analisis titik pulang pokok ini, maka dengan cepat manajemen industri akan dapat menganalisis dan mengevaluasi tentang bagaimana pengaruh perubahan volume produksi/penjualan terhadap besarnya keuntungan yang bisa diperoleh. Perlu diketahui disini, analisis ini dilaksanakan dengan mengabaikan hal-hal seperti : - Kondisi masa yang akan datang yang berkaitan dengan perubahan tingkat kebutuhan yang serba pasti (diasumsikan demand akan konstan). - Nilai uang tidak akan berubah seiring dengan periode waktu berjalan (Time Value of Money). B.E. analisis akan dapat dievaluasi dengan cepat dan sistemastis dengan cara menggambarkannya. Dalam bentuk peta (Break even Chart) seperti contoh berikut ini:
Penerimaan
32
Y Profit (termasuk pajak) Total Pulang Pokok (BEP)
Total penerimaan Biaya Total
Rugi (loss)
Nb
X N (jumlah produk yang dibuat)
Gambar 4.3. Analisis grafik Break Even Point Chart
Sb.X
: menggambarkan jumlah / volume produk (N) yang dihasilkan atau dijual. Selain itu juga bisa digunakan untuk menunjukkan % kapasitas pendaya gunaan dari fasilitas produksi (kapasitas terpasang).
Nb
: jumlah / volume produk yang menyebabkan terjadinya titik pulang pokok.
Sb.Y
: menggambarkan besarnya biaya (cost) atau penerimaan (revenns) untuk berbagai jumlah / output produk.
BEP
: titik pulang pokok yaitu titik yang menunjukan kondisi impas, dimana pada jumlah / volume produksi sebesar NB terjadi keadaan Total Biaya = Total Penerimaan.
4. Analisis Rugi Laba Bila mana : TC > TR – Rugi (Loss)
33
TC < TR – Untung (Profit) Untuk melakukan analisis perhitungan, maka hal tersebut bisa dilihat dari hubungan – hubungan berikut ini : Untung (profit) atau Rugi (loss) = Total Penerimaan - Total Biaya atau Z = TR - TC Jumlah Output Produsi Pulang Pokok
=
Total Biaya Tetap -------------------------Harga Jual - Biaya Variabel Per unit Produk Per unit Produk
Perbedaan / selisih antara P – V disebut dengan istilah “contribution per unit of output”. Dari analisis B.E dijumpai adanya asumsi dan batasan antara sebagai berikut : a. Harga jual per unit produk (unit price) atau P akan selalu konstan, tidak perduli berapa pun jumlah unit output yang bisa terjual. Dalam kondisi yang nyata, unit price ini akan tergantung pada hokum supply – demand yang ada. b. Biaya Variabel per unit output (V) juga dianggap konstan. Tidak perduli berapapun jumlah output yang dijual, disini tidak dikenal adanya potongan harga (discount price). c. Asumsi nilai P dan V yang konstan memberikan asumsi baru yaitu semua yang berhubungan dengan biaya (cost) ataupun penerimaan (costs) akan linier. d. Analisis B.E hanya bisa diaplikasikan untuk menganalisis fasilitas produksi yang menghasilkan produk atas jasa tunggal (single output). Selanjutnya berdasarkan peta pulang pokok (B.E. Chart) manajemen industri akan dapat menjawab beberapa pertanyaan – pertanyaan yang berhubungan dengan telah ditetapkannya jumlah / volume produk yang mengakibatkan kondisi pulang pokok terjadi (NB).
34
5. Aliran Kas (Cash Flow) Untuk dapat melakukan penilaian investasi didasarkan pada aliran kas (Cash Flow). Dan setiap usul pengeluaran modal selalu mengandung dua macam aliran kas, yaitu : a.
Aliran Kas Keluar Neto (Net Out Flow of Cash), yaitu aliran kas yang diperlukan untuk investasi baru.
b.
Aliran Kas Masuk Neto Tahunan (Net Annual Inflow of Cash) yaitu aliran kas sebagai hasil dari investasi baru diatas, ini sering disebut Net Cash Proceeds atau Proceeds, yaitu keuntungan neto sesudah pajak ditambah depresiasi.
Tabel 4.5. Cash Flow dari Investasi Industri Besar Alat Elektronika Medis Tahun Aliran Kas Keluar 0
Aliran Kas Masuk
Rp. 357.500.000.000,-
1
Rp.
940.823.000,-
2
Rp
5.567.000.000,-
3
Rp.
35.595.398.000,-
4
Rp.
167.010.000.000,-
5
Rp
247.720.366.000,-
6
Rp
247.720.366.000,-
7
Rp
247.720.336.000,-
8
Rp
247.720.336.000,-
Tabel 4.6. Cash Flow Dari Industri Menengah Alat Elektronika Medis. Tahun Aliran Kas Keluar Aliran Kas Masuk 0 Rp. 8.290.000.000,1
Rp.
941.054.000,-
35
2
Rp.
2.267.600.000,-
3
Rp.
3.684.850.000,-
4
Rp.
4.597.559.000,-
5
Rp.
5.669.000.000,-
6
Rp
5.669.000.000,-
7
Rp
5.669.000.000,-
8
Rp.
5.669.000.000,-
6.
Kelayakan Usaha
a. Net Present Value Dalam perhitungan ini biaya modal, seperti telah diasumsikan di bab sebelumnya adalah 22%. Perhitungan NPV usaha industri alat kesehatan elektronika seperti tabel di bawah ini. Tabel 4.7. Perhitungan Net Present Value Industri Besar Alat Elektronika Medis. Tahun Proceeds D.F (22%) P.V Dari Proceeds 1 Rp. 940.823.000,- 0,81967 Rp 771.165.000,2
Rp.
5.567.000.000,- 0.67186
Rp
3.740.245.000,-
3
Rp.
35.595.398.000,- 0.55071
Rp
19.602.741.000,-
4
Rp.
167.010.000.000,- 0.45140
Rp
75.388.314.000,-
5
Rp.
247.720.366.000,- 0.37000
Rp
91.654.400.000,-
6
Rp.
247.720.366.000,- 0.31328
Rp
75.128.521.000,-
7
Rp.
247.720.366.000,- 0.24859
Rp
61.580.714.000,-
8
Rp.
0.20376
Rp
50.475.427.000,-
247.720.366.000,PV dari Proceeds
Rp 378.341.527.000,-
36
Modal Investasi
Rp 357.500.000.000,-
Net Present Value
Rp
20.841.527.000,-
Tabel 4.8. Perhitungan Net Present Value Industri Menengah Alat Elektronika Medis. Tahun Proceeds D.F (22%) Pv. Dari Proceeds 1 Rp. 941.054.000,- 0,81967 Rp 771.353.720,2
Rp.
2.267.600.000,-
0.67186
Rp
1.523.509.700,-
3
Rp.
3.684.850.000,-
0.55071
Rp
2.029.283.700,-
4
Rp.
4.597.559.000,-
0.45140
Rp
2.075.338.100,-
5
Rp
5.669.000.000,-
0.37000
Rp
2.097.530.000,-
6
Rp
5.669.000.000,-
0.31328
Rp
1.719.294.300,-
7
Rp
5.669.000.000,-
0.24859
Rp
1.409.256.700,-
8
Rp
5.669.000.000,-
0.20376
Rp
1.155.115.400,-
PV dari Proceeds
Rp
12.780.681.630,-
Modal Investasi
Rp
8.290.000.000 ,-
Net Present Value
Rp
4.490.681.630,-
b. Internal Rate of Return (IRR) Formula IRR = R = DFP +
PVP (PVP-(-PVN)
Keterangan:
DFP = Tingkat bunga ke 1 DFN = Tingkat benga ke 2 PVP = NPV ke 1
x (DFN - DFP)
37
PVN = NPV ke 2 Tabel 4.9. Perhitungan IRR Untuk Industri Besar Alat Elektronika Medis Tahun Proceeds (Rp) 1
Tingkat Bunga 22% D.F P.V
Tingkat Bunga 23% D.F P.V
(Rp)
(Rp)
940.823.000,- 0,81967
0.81301
764.899.000,-
3.740.245.000,-
0.66098
3.679.676.000,-
2
5.567.000.000,-
3
35.595.398.000,- 0.55071
19.602.741.000, 0.53738
19.128.254.000,-
4
167.010.000.000,- 0.45140
75.388.314.000, 0.43690
72.966.669.000,-
5
247.720.366.000,-
0.37000
91.654.400.000, 0.35520
87.990.144.000,-
6
247.720.366.000,-
0.31328
75.128.521.000, 0.28878
71.536.581.000,-
7
247.720.366.000,-
0.24859
61.580.714.000, 0.23478
58.159.701.000,-
247.720.366.000,- 0.20376
50.475.427.000, 0.19088
47.284.793.000,-
8
0.67186
771.165.000,-
PV dari Proceeds
378.341.527.000,-
361.510.717.000,-
Modal Investasi
357.500.000.000,-
357.500.000.000,-
20.841.527.000,-
4.010.717.000,-
NPV I.R.R
22.83%
Tabel 4.10. Perhitungan IRR untuk Industri Menengah Alat Elektronika Medis T
Proceeds
ah
(Rp)
Tingkat Bunga 22% D.F P.V
Tingkat Bunga 23% D.F P.V
(Rp)
(Rp)
un 1
941.054.000,-
0,81967
771.353.720,- 0.81301
765.086.310,-
2
2.267.600.000,-
0.67186
1.523.509.700,- 0.66098
1.498.823.200.-
3
3.684.850.000,-
0.55071
2.029.283.700,- 0.53738
1.980.164.600.-
4
4.597.559.000,-
0.45140
2.075.338.100,-
2.470.636.200,-
0.43690
38
5
5.669.000.000,-
0.37000
2.097.530.000,- 0.35520
2.013.628.800,-
6
5.669.000.000,-
0.31328
1.719.294.300,- 0.28878
1.636.640.300,-
7
5.669.000.000,- 0.24859
1.409.256.700,- 0.23478
1.330.967.800,-
8
5.669.000.000,- 0.20376
1.155.115.400,- 0.19088
1.082.098.700,-
PV dari Proceeds
12.780.681.630,-
12.778.060.910,-
PV dari Outlays
8.290.000.000,-
8.290.000.000,-
4.490.000.000,-
4.488.060.910,-
NPV I.R.R
22.50%
BAB V ANALISIS HASIL
A. Analisis Aspek Teknologi Industri Elektronika Medis 1. Teknologi Yang Diaplikasikan Dalam Industri Elektronika Medis Dari Diagram Kerja Peralatan Elektronika Medis yang telah dibahas pada bab 4 terlihat bahwa peralatan lain yang terkait sangat erat dengan Alat Kedokteran elektronika adalah Peralatan Komputer, Komunikasi, Kontrol dan Proses Kontrol dan instrumentasi di pabrik. Pengolah perlu dicatat bahwa gradasi kompleksitas dari yang tertinggi sampai terendah dari ketiganya adalah berturut-turut alat kedokteran, proses kontrol dan instrument pabrik pengolah, dan yang terakhir adalah komputer komunikasi dan kontrol. Dengan memperhatikan posisi tingkat penguasaan posisi teknologi alat kesehatan di dalam negeri, terlihat bahwa tingkatannya masih terbatas pada peralatan kesehatasn elektronik yang sederhana, misalnya: a. Peralatan kesehatan untuk perawatan gigi (dental unit) di mana beberapa bagian alat pendukungnya telah menggunakan sistem elektronika (power electronic). b. Peralatan untuk incubator bayi, menggunakan sistem elektronika dalam mengontrol temperatur. c. Peralatan ukur tekanan darah (tensi meter) dengan system elektronik dengan sistem elektronik digital yang saat ini perusahaannya adalah PMA. d. Alat timbang digital untuk balita, dan lain-lain. Peralatan kesehatan yang telah menggunakan basis elektronika dengan digital process, sensor sebagian besar masih impor.
Pilihan terhadap prioritas jenis industri
40
elektronika kesehatan banyak ragamnya, sehingga prioritas penggunaan peralatan mesin dibuat berdasarkan pilihan yang menguntungkan bagi investor. 2. Keterkaitan Industri Elektronika Medis Dengan Industri Elektronika. Dalam 3 kelompok jenis industri elektronika yang dikembangkan di Indonesia, yaitu Industri Peralatan Elektronika Konsumsi, Industri Profesional dan Industri Komponen, maka secara spesifik yang sangat terkait dengan industri alat Elektronika Medis adalah elektronika profesional dan industri komponen elektronika, maka pola pengembangan industri peralatan elektronika medik tidak menyimpang bila di kaitkan dengan konsep pengembangan industri elektronika di dalam negeri. Ini dapat diartikan bahwa adanya persamaan dalam karakteristik, maka industri Elektronika Medis dapat memanfaatkan apa yang sudah tersedia dalam industri profesional, walaupun dalam hal lainnya diluar industri elektronika. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa industri elektronika di Indonesia telah mulai memiliki beberapa kemampuan, untuk mendukung berkembangnya industri alat elektronikamedis di Indonesia. Dari gambar 4.2 pada bab 4 yaitu Keterkaitan Industri Elektronika Nasional Dengan Alat Industri Elektronika Medis, bisa dikatakan bahwa industri elektronika nasional sudah dapat mendukung industri Elektronika Medis, akan tetapi masih diperlukan komponen impor yaitu signal conditional karena industri komponen nasional belum ada yang mengembangkannya. 3. Lokasi Industri Elektronika Medis Lokasi pabrik industri elektronika medis dapat didirikan di zona industri sekitar Botabek (Bogor, Tangerang, Bekasi), Lampung, Cikampek, Gerbangkertasusila dan disekitar zona industri Semarang, lokasi ini diusulkan dengan perkiraan bahwa potensi pasar industri ini dan bahan baku maupun bahan penolong di daerah
41
sekitarnya sangat mendukung sekali, di samping juga faktor askes transportasi yang cukup baik. B. Analisis Aspek Finansial Industri Elektronika medis. Dalam analisis aspek finansial ini industri alat Elektronika medis berada di lokasi Botabek (Bogor, Tangerang, Bekasi), Lampung, Cikampek, Gerbangkertasusila dan sekitar zona industri Semarang. Pilihan ini masih tetap diminati investor, mengingat letaknya yang cukup strategis, dilihat dari berbagai kepentingan. Dan unit Elektrocardiograph (ECG) yang akan diproduksi dalam analisis aspek finansial ini, unit ECG dipilih karena pangsa pasar yang baik dan biaya produksi per unit masih dibawah Rp 10 juta rupiah yang nantinya harga unitl dipasaran masih bisa bersaing dengan produk impor. 1. Analisis Break Even Point a. Analisis BEP pada Industri menengah
Biaya Tetap BEP = --------------------------------------------Harga jual/unit – Biaya varibel per unit Rp. 1.706.094.000 BEP = --------------------------------------------Rp. 5.669.000 – Rp. 3.963.000 Rp. 1.706.094.000 BEP = --------------------------------------------Rp. 1.706.000 BEP = 1.000,0551 unit atau 1.000 unit
42
b. Analisis BEP pada Industri besar
Biaya Tetap BEP = --------------------------------------------Harga jual/unit – Biaya varibel per unit Rp. 80.148.000.000 BEP = --------------------------------------------Rp 5.567.000 – Rp. 3.763.000 Rp. 80.148.000.000 BEP = --------------------------------------------Rp. 1.804.000 BEP = 44.427.93 unit atau 44.428 unit
Perhitungan BEP atas rencana investasi tersebut terdapat pada tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1. Struktur Perhitungan BEP Industri Alat Elektronika Medis No Keterangan 1. Biaya Tetap
Industri Besar Industri Menengah Rp 80.148.000.000,- Rp. 1.706.094.000,-
Biaya Variabel per unit
Rp.
3.763.000,- Rp.
3.963.000,-
Harga Jual/unit
Rp.
5.567.000,- Rp.
5.669.000,-
Kapasitas Produksi (Unit/Thn)
50.000
1.000
BEP/Unit
44.428
1.000
2. Analisis Rugi Laba Dari kegiatan produksi yang telah dilaksanakan di sebuah industri manufaktur, dari kasus data di atas maka dapat dianalisis sebagai berikut : a. Industri Menengah •
Total biaya tetap TFC = Rp 1.706.094.000,- / tahun
•
Total biaya variabel TVC = Rp. 3.962.330..000,- / tahun
•
Jumlah produk yang dibuat / dijual adalah sebesar 1.000 unit / tahun
43
•
Total penerimaan dari hasil penjualan 1.000 units produk tersebut adalah TR = Rp. 5.669.000.000 ,-
Berdasarkan data tersebut diatas, maka dapat dianalisa apakah proses produksi industri menengah berada dalam kondisi yang menguntungkan (profit) ataukah merugikan (loss)? Hal ini bisa diteliti dengan langkah perhitungan yang menggunakan formulasi :
Profit atau Loss = Total Penerimaan - Total Biaya (Z)
(TR)
(TC)
Atau Z = TR – (TFC + TVC) Z = Rp. 5.669.000.000,-/tahun - (Rp1.706.094.000,-/ tahun + Rp. 3.962.330.000,- / tahun ) Z = Rp. 576.000,- / tahun Karena Z disini bernilai positif (+) jelas kondisi yang terjadi adalah untung (profit) dengan analisis B.E, maka dapat dikatakan bahwa pihak manajemen telah melakukan hal yang positif. b. Industri Besar •
Total biaya tetap TFC = Rp 80.148.000.000,- / tahun
•
Total biaya variabel TVC = Rp. 188.180.000.000,- / tahun
•
Jumlah produk yng dibuat / dijual adalah sebesar 50.000 unit / tahun
•
Total penerimaan dari hasil penjualan 50.000 units produk tersebut adalah TR = Rp. 278.350.000.000.000 ,-
44
Berdasarkan data tersebut diatas, maka dapat dianalisa apakah proses produksi industri besar berada dalam kondisi yang menguntungkan (profit) ataukah merugikan (loss)?Hal ini bisa diteliti dengan langkah perhitungan yang menggunakan formulasi:
Profit atau Loss = Total Penerimaan - Total Biaya (Z)
(TR)
(TC)
Atau Z = TR – (TFC + TVC) Z = Rp. 278.350.000.000.,-/tahun - (Rp 80.148.000.000,-/ tahun + Rp. 188.180.000.000,- / tahun ) Z = Rp. 10.022.000.000,- / tahun
Karena Z disini bernilai positif (+) jelas kondisi yang terjadi adalah untung (profit) dengan analisis B.E, maka dapat dikatakan bahwa pihak manajemen telah melakukan hal yang positif. 3. Analisis Kelayakan Usaha a. Net Present Value Perhitungan NPV: ● Industri Besar NPV = P.V dari Proceeds – Modal Investasi = Rp 378.341.527.000 – Rp 357.500.000.000 NPV = Rp 20.841.527.000 Usaha dibidang Industri besar alat Elektronika Medis telah dianggap layak karena Net Present Value nya positif atau lebih besar dari nol ( Rp. 20.841.527.000 )
45
● Industri Menengah NPV = P.V dari Proceeds – Modal Investasi = Rp 12.780.681.630 – Rp 8.290.000.000 NPV = Rp 4.490.681.630 Usaha dibidang Industri menengah alat Elektronika Medis telah dianggap layak karena Net Present Value nya positif atau lebih besar dari nol ( Rp. 4.490.681.630 )
b. Internal Rate of Return (IRR) Perhitungan IRR: ● Industri Besar Formula IRR = DFP +
PVP
x (DFN - DFP)
(PVP-(-PVN) IRR = 22 + 20.841.527.000 x (23 – 22) (20.841.527.000 – (- 4.010.717.000) IRR = 22 + 20.841.527.000
x (1)
24.852.244.000 IRR = 22 + 0,83 IRR = 22,83%
Investasi Industri Besar alat Elektronika Medis diprediksikan menguntungkan karena nilai I.R.R sebesar 22,83% lebih besar daripada tingkat pengembalian yang diharapkan sebesar 22%.
46
● Industri Menangah Formula IRR = DFP +
PVP
x (DFN - DFP)
(PVP-(-PVN)
IRR = 22 +
4.490.681.630
x (23 – 22)
(4.490.681.630 – (- 4.488.060.910) IRR = 22 + 4.490.681.630
x (1)
8.978.742.540 IRR = 22 + 0,50 IRR = 22,50% Investasi Industri Menengah alat Elektronika Medis diprediksikan menguntungkan karena nilai I.R.R sebesar 22,50% lebih besar daripada tingkat pengembalian yang diharapkan sebesar 22%.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kebutuhan peralatan kesehatan nasional cukup besar sesuai dengan besarnya permintaan pasar yang berkaitan langsung dengan jumlah penduduk dan fasilitas infrastruktur, serta sarana dan prasarana layanan kesehatan yang harus disediakan oleh pemerintah. Besarnya kebutuhan peralatan kesehatan tersebut secara alami merupakan starting point dan peluang bagi pengembangan industri alat kesehatan di dalam negeri, yang berarti terbukanya kesempatan berusaha dibidang tersebut. Perlatan kesehatan yang bersifat high-tech dengan presisi tinggi, termasuk peralatan elektronika medis sebagian besar masih diimpor, tetapi beberapa produk tersebut sudah mampu diadopsi dan dikembangkan sendiri di dalam negeri. Berdasarkan data yang telah dipaparkan di muka, dapat diambil kesimpulan yaitu: 1.
Dengan dibangunnya industri elektronika medis, maka dengan sendirinya akan berkembang pula industri komponen-komponennya antara lain industri PCB layer, transistor, dan lain-lain. Dari kegiatan ini semua ada gilirannya juga akan mampu meningkatkan sektorsektor lainnya seperti misalnya transportasi, jasa catering dan lain sebagainya.
2.
Kesimpulan aspek Finansial usaha Industri Elektronika medis berdasarkan analisis kelayakan usaha yaitu telah dianggap dianggap layak berdasarkan perhitungan NPV yang hasilnya positif atau lebih besar dari nol dan investasi diprediksikan menguntungkan
48
berdasarkan perhitungan IRR yang yang hasilnya lebih besar dari tingkat pengembalian yang diharapkan. B. Saran 1. Alat kesehatan berbasis elektronika, karena banyak berasal dari impor, maka perlu dikembangkan produksinya di dalam negeri. Dari hasil analis awal (berdasarkan biaya produksi per unit dan kebutuhan pasar alat elektronika medik) diketahui bahwa yang menjadi basis industri ini dengan nilai yang cukup dan menguntungkan adalah industri electrocardiograph (ECG) unit. 2. Secara Strategis pengembangan industri alat kesehatan khususnya alat kesehatan elektronika cukup prospektif dan menjanjikan untuk dikembangkan di dalam negeri sejalan dengan upaya pengembangan industri elektronika professional, dan dukungan SDM yang terus berkembang secara baik di Indonesia.