TRANSPARANSI Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162
Volume VI, Nomor 02, September 2014
PENGARUH LABA PER LEMBAR SAHAM, DIVIDEN PER LEMBAR SAHAM DAN PENGUNGKIT KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2006-2010 Henny Ritha dan Luna Mukti Lestari Perbanas Institute
[email protected] Abstract. This study aimed to determine the effect of Earnings Per Share, Dividend Per Share and the Financial Leverage of the company's stock price on auto listed in Indonesia Stock Exchange 2006-2010 period either simultaneously or partially. The method used is the method of documentation, the data processing techniques using the Software Package for Social Sciences (SPSS) version 19.0 for windows evaluation. In conducting this study the authors using multiple linear regression analysis. The results either simultaneously or partially indicates that a significant difference between earnings per share, dividend per share and financial leverage on stock prices. This is evident from the calculated F and t is greater than F table (2.975) and t table (1,706). In addition, 69.3 % stock price able to be explained by the variable earnings per share, dividend per share and financial leverage. The remaining 30.7 % can be explained by other variables, such as Return On Assets (ROA), SBI Interest Rate, Price Earning Ratio (PER). The result is expected to be useful for the researchers themselves, the automotive company's management, as well as potential investors for further research. For automotive company's management should pay attention to earnings per share, dividend per share and the financial leverage that can be used to predict the rise or fall of stock prices is then to take the decision to invest. Keywords: EPS, DPS, FL, Stock Prices Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Laba per Saham, Dividen per Saham dan Leverage Keuangan harga saham perusahaan di auto tercantum dalam periode Bursa Efek Indonesia 2006-2010 baik secara simultan maupun parsial. Metode yang digunakan adalah metode dokumentasi, teknik pengolahan data menggunakan Paket Software untuk Ilmu Sosial (SPSS) versi 19.0 untuk evaluasi jendela. Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil baik secara simultan maupun parsial menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan antara laba per saham, dividen per saham dan leverage keuangan terhadap harga saham. Hal ini terlihat dari nilai F dan t lebih besar dari F tabel (2,975) dan t tabel (1,706). Selain itu, 69,3 % harga saham dapat dijelaskan oleh laba variabel per saham, dividen per saham dan leverage keuangan. Sisanya 30,7 % dapat dijelaskan oleh variabel lain, seperti Return on Assets (ROA), Suku Bunga SBI, Price Earning Ratio (PER). Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri, manajemen otomotif perusahaan, serta calon investor untuk penelitian lebih lanjut. Untuk manajemen perusahaan otomotif harus memperhatikan laba per saham, dividen per saham dan leverage keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi naik atau turunnya harga saham ini kemudian mengambil keputusan untuk berinvestasi. Kata kunci: EPS, DPS, FL, Harga Saham Kinerja merupakan tolok ukur dari harga saham dan kinerja suatu perusahaan yang baik memberikan nilai dan harga saham yang tinggi. Harga saham dikatakan mahal, murah atau wajar dengan melihat laba bersih dan dividen perusahaan melalui laporan keuangan, serta sekuritas berpenghasilan tetap yang diukur 169
dengan financial leverage. Financial Leverage dilihat sebagai eksistensi utang dalam struktur modal, karena itu leverage suatu perusahaan adalah salah satu perusahaan yang memiliki utang dalam struktur modal (Pandey, 2008 dalam Ojo, 2012). Weston dan Brigham (2001: 26) menegaskan faktor yang memengaruhi naik
Henny Ritha dan Luna Mukti Lestari, Pengaruh Laba Per Lembar Saham, Dividen Per . . .
atau turunnya harga saham di antaranya adalah laba per lembar saham (Earning per Share) dan Cash Dividend. Achim, et al. (2009) menyatakan Earning per Share umumnya dianggap sebagai variabel/ indikator paling penting dalam menentukan harga saham. Pentingnya indikator ini dalam pengambilan keputusan investor berkaitan dengan kinerja internal perusahaan dan citra publik di pasar, hal ini tercermin melalui rasio pasar saham internal. Hadianto (2007) juga mengatakan salah satu rasio profitabilitas yang berhubungan dengan kepentingan saham saat ini maupun yang akan datang adalah Earning per Share. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih bagi pemegang saham ditunjukkan dari perolehan Earning per Share yang tinggi sehingga meningkatkan harga saham. Faktor lain yang mempengaruhi perubahan harga saham adalah dividen. Peningkatan dalam pembagian dividen dapat meningkatkan kepercayaan para investor. Dividend per Share menggambarkan besarnya jumlah pendapatan per lembar saham yang akan didistribusikan pada para pemegang saham biasa. Semakin besar Dividend per Share, maka akan berdampak positif terhadap harga saham. AlTwaijry (2007) menyatakan dividen berdampak positif terhadap harga saham dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Penelitian Khan (2009) tentang faktor-faktor penentu dalam pergerakan harga saham di Bangladesh menunjukkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh cash dividends dan retained earnings, namun pengaruh cash dividends lebih besar dibandingkan dengan retained earnings dan ekspektasi dividen memainkan peranan penting dalam penentuan harga saham. Hasil temuan Naamon Power dan Mac Donald dalam AlTroudi (2013) membuktikan bahwa hubungan signifikan dan positif antara kebijakan cash dividend dan earnings retention dengan harga saham Hal senada diungkapkan Nazir, et al. (2010) yang menegaskan bahwa kebijakan dividen mempunyai hubungan signifikan yang kuat dengan volatilitas harga saham 73 perusahaan di Karachi Stock Exchange periode 2003-2008. Beberapa peneliti seperti Gordon dan Salih dalam
AlTroudi (2013) menegaskan kebijakan dividen meningkatkan kesejahteraan pemegang saham melalui pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan dan pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan. Nilai saham suatu perusahaan dapat menunjukkan prestasi perusahaan yang diukur melalui financial leverage yakni financial leverage menggambarkan bagaimana perusahaan membiayai aktivitasnya (Modigliani dan Miller, 1958). Financial leverage juga dapat digunakan sebagai input untuk mengukur perubahan harga saham. Dalam penelitian ini menggunakan Debt to Asset sebagai indikator financial leverage. Penelitian Kusumawardani (2010) mengenai pengaruh Earning per Share dan Financial Leverage terhadap harga saham, menyebutkan bahwa Earning per Share berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Hasil ini bertentangan dengan temuan Hadianto (2007) yang meneliti volume perdagangan, EPS dan PER terhadap harga saham, yang melaporkan bahwa EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Peneliti lain, Khan et al. (2011) menemukan bahwa Dividend Yield, Earnings per Share, Return on Equity dan Profit After Tax berhubungan positif terhadap harga saham, sementara Retention Ratio mrmpunyai hubungan negatif terhadap harga saham 55 perusahaan yang terdaftar di Karachi Stock Exchange periode 2001-2010. AlTroudi (2013) meneliti semua perusahaan industri yang terdaftar di Amman Stock Exchange periode 2005-2010, menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara cash dividend, retained earnings, earnings per share terhadap harga saham, namun harga saham secara positif tidak signifikan berhubungan terhadap financial leverage. Sehubungan dengan beberapa temuan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Earning per Share, Dividend per Share dan Financial Leverage terhadap harga saham perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010. Pengertian Saham 170
TRANSPARANSI Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162
Saham merupakan secarik kertas yang diperjual-belikan di bursa efek dan pemilik kertas tersebut berhak untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan (Husnan dan Pudjiastuti, 2004:39). Saham juga dapat disebut sebagai penyertaan/kepemilikan seseorang maupun badan usaha atas suatu perusahaan. Pemilik saham dapat dikatakan sebagai pemilik suatu perusahaan, selama perusahaan tersebut masih berdiri, karena saham tidak memiliki tanggal jatuh tempo (Rodoni dan Ali, 2010:53). Pengertian Harga Saham Horne (1997: 560) menjelaskan harga yang berlaku pada saat saham diperdagangkan adalah nilai pasar per lembar saham. Sedangkan Halim (2003:16) menyatakan bahwa harga pasar saham dapat ditentukan berdasarkan nilai buku sahamnya. Nilai buku saham mencerminkan nilai perusahaan, dan nilai perusahaan tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya. Kinerja suatu perusahaan selalu berada dalam pengawasan pemegang saham. Horne (1997: 5) menyatakan bahwa tolak ukur dari harga pasar adalah kinerja bisnis. Seberapa baik kinerja manajemen dalam menjalankan tugasnya dapat ditunjukkan melalui harga pasar. Jika pemegang saham tidak puas dengan kinerja perusahaan, maka saham dapat diperjualbelikan yang akhirnya dapat menyebabkan naik turunnya harga saham suatu perusahaan. Namun di sisi lain, kondisi perekonomian serta tingkat suku bunga juga sangat memengaruhi harga saham. Beberapa faktor yang memengaruhi naik turunnya harga saham (Weston dan Brigham, 2001: 26) antara lain Laba per lembar saham (Earning per share), Tingkat bunga, dan Jumlah kas dividen (Cash Dividend). Pengertian Earning per Share Menurut Kharisma dan Maski (2003), Earning per Share (EPS) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan oleh investor untuk memprediksi harga saham. Earning per Share adalah pendapatan perusahaan per lembar saham yang dijual. Earning per share diperoleh dari hasil bagi antara laba bersih perusahaan setelah dipotong pajak dengan 171
Volume VI, Nomor 02, September 2014
jumlah saham yang beredar. Menurut Darmadji dan Hendy (2006:139) Earning per Share merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan (Return) yang diperoleh investor per lembar saham. Laba merupakan alat ukur utama bagi kesuksesan suatu perusahaan dan dengan memperhatikan Earning per Share, maka para investor dapat mengukur laba yang akan diperoleh. Sedangkan Earning per Share yang diperoleh perusahaan, akan dipengaruhi oleh pendapatan perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan memperoleh pendapatan yang tinggi, maka Earning per Share juga akan tinggi, begitu sebaliknya (Husnan, 2001:287). Adapun perhitungan Earning per Share (EPS) dapat digunakan formula sebagai berikut: EPS =
Hubungan Earning per Share terhadap Harga Saham Achim, et al. (2009) earning per share merupakan variabel yang paling penting dalam menentukan harga saham perusahaan. Tinggi atau rendahnya Earning per Share dianggap sebagai suatu indikator kesuksesan perusahaan. Semakin tinggi Earning per Share menandakan kemampuan perusahaan memperoleh laba bersih setiap lembar saham yang tinggi pula. Menurut Kharisma dan Maski (2003) salah satu cara yang dapat ditempuh perusahaan dalam meningkatkan harga sahamnya adalah dengan meningkatkan Earning per Share. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Purnomo (1998) yang menyatakan Earning per Share yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu menghasilkan keuntungan bersih yang cukup besar bagi pemegang saham, sehingga meningkatkan harga saham. Namun jumlah Earning per Share yang besar tidak berarti dibagikan kepada para investor seluruhnya, karena berapapun besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan, pendistribusiannya tergantung pada kebijakan pembayaran dividen. Perubahan dividen lebih dipengaruhi oleh kinerja laba sekarang daripada kinerja laba dimasa mendatang (Reddy, 2004 dalam Kapoor, 2010). Dengan demikian
Henny Ritha dan Luna Mukti Lestari, Pengaruh Laba Per Lembar Saham, Dividen Per . . .
meningkatnya keuntungan, cenderung akan meningkatkan nilai/harga saham perusahaan. Pengertian Dividend Per Share Rodoni (2010:121) menegaskan bahwa dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham atau investor. Besarnya dividen dinyatakan dalam suatu jumlah atau persentase (%) tertentu atas nilai nominal saham dan bukan atas nilai pasarnya. Menurut beberapa pendapat mengungkapkan dividen dapat meningkat ketika pendapatan riil meningkat untuk menyesuaikan inflasi dan mempertahankan pembayaran riil. Selain itu ditegaskan pula bahwa kebijakan dividen dibentuk sesuai dengan kriteria seperti keberlanjutan, profitabilitas saat ini dan perkiraan arus kas. Dividend per Share merupakan total semua dividen yang dibagikan baik dividen interim, dividen total maupun dividen saham dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar (Herlianto, 2010:124). Dividend per Share menggambarkan besarnya jumlah pendapatan per lembar saham yang akan dibagikan pada para pemegang saham biasa. George dan Kumudha dalam Kapoor (2010) menguji model Lintner terhadap perusahaan konstruksi di India dan menemukan bahwa Dividend per Share tahun berjalan secara positif berhubungan dengan Earning per Share tahun berjalan dan Dividend per Share tahun sebelumnya. Dividend per Share (DPS) dapat diformulasikan sebagai berikut: DPS = Hubungan Dividend per Share terhadap Harga Saham Rodoni (2010:125) menjelaskan bahwa kebijakan dividen dianggap penting karena dua alasan. Pertama, pembayaran dividen akan memengaruhi harga saham pada perdagangan saham. Kedua, laba ditahan (Retained Earning) biasanya merupakan sumber tambahan modal sendiri (Equity Capital) yang terbesar untuk pertumbuhan perusahaan. Suratman dan Sinaga (2004) membuktikan bahwa terdapat pengaruh
antara kebijakan dividen dengan nilai saham perusahaan go public 1977-1997 sehingga semakin banyak dividen yang dibayarkan, semakin tinggi harga saham. Khan (2009) menguji pengaruh Cash Dividend dan Retained Earnings terhadap harga saham dari 96 perusahaan yang terdaftar di Dhaka Stock Exchange selama 2000-2006. Hasilnya menunjukkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh Cash Dividends dan Retained Earnings, namun pengaruh Cash Dividends lebih besar daripada Retained Earnings. Pengertian Financial Leverage Ross, Westerfield dan Jordan (1998) menegaskan bahwa penggunaan utang dalam struktur modal disebut Financial Leverage. Financial Leverage adalah penggunaan surat berharga yang memiliki tingkat bunga tetap untuk membiayai sebagian dari aset perusahaan (Keown, et al. 2000:496). Sedangkan Rodoni (2010:142) mengatakan Financial Leverage adalah penggunaan modal pinjaman, selain modal sendiri dan perusahaan harus membayar beban tetap berupa bunga. Dilihat dari berbagai pengertian tersebut, maka Financial Leverage digunakan perusahaan karena adanya penggunaan modal yang memiliki beban tetap dalam pembiayaan perusahaan. Sedangkan Pandey dalam (Ojo, 2012) menegaskan bahwa Financial Leverage dipandang sebagai adanya utang dalam struktur modal perusahaan, karenanya perusahaan yang mempunyai leverage adalah perusahaan yang memiliki utang dalam struktur modalnya. Perusahaan yang memiliki Leverage (utang), nilai perusahaannya lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menggunakan Leverage karena pembayaran bunga atas utang merupakan pengurangan pajak, sehingga laba yang akan diperoleh lebih besar (Modigliani dan Miller, 1958). Selain itu penerbitan utang dapat dipandang sebagai suatu sinyal bahwa manajer yakin atas kemampuan perusahaan untuk membayar kembali utangnya. Perusahaan menginginkan utang pada tingkat yang lebih tinggi apabila arus kas yang diperkirakan lebih tinggi karena dapat lebih memanfaatkan keuntungan pajak dari utang (tax deductible expense/ obligation).
172
TRANSPARANSI Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162
Untuk setiap tingkat utang tertentu, Mark dan Sheridon (Ojo, 2012) menjelaskan kemungkinan timbulnya biaya financial distress atau financial risk lebih rendah, jika arus kas yang diperkirakan lebih tinggi. Hal ini bertentangan dengan Westerfield dan Jordan (1998) yang mengungkapkan bahwa semakin banyak utang yang dimiliki (sebagai persentase dari aktiva), semakin besar degree of financial leverage-nya. Financial leverage meningkatkan potensi keuntungan bagi pemegang saham, tetapi juga meningkatkan potensi financial distress dan kegagalan bisnis. Perbedaan ini juga ditemukan oleh Bhayani (2009) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan financial leverage dengan penilaian perusahaan dan leverage menurunkan probabilitas pembayaran dividen (Al-Malkawi, 2008). Konsep financial leverage adalah rasio antara nilai buku seluruh hutang (Debt = D) terhadap total aktiva (Total Asset = TA). Formulasi Financial Leverage (FL) adalah: FL = Faktor-faktor yang Memengaruhi Financial Leverage Faktor yang memengaruhi Financial Leverage antara lain tingkat pertumbuhan penjualan, stabilitas arus kas, karakteristik industri, struktur aktiva, sikap manajemen, dan sikap pemberi pinjaman. Earning per share suatu perusahaan dapat dilihat melalui tingkat pertumbuhan penjualan yang dapat ditingkatkan oleh leverage. Jika laba dan volume penjualan meningkat maka pembiayaan dengan utang akan berpengaruh meningkatkan pendapatan pemegang saham. Beban utang tetap akan memiliki risiko yang relatif kecil jika stabilitas penjualan dan labanya besar, karena jika stabilitas penjualan dan labanya kecil, akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Selain itu kemampuan untuk membayar utang tergantung pada profitabilitas dan volume penjualan. Dengan demikian stabilitas laba sama pentingnya dengan stabilitas penjualan. Struktur aktiva memengaruhi sumber-sumber pembiayaan melalui beberapa cara. Perusahaan yang
173
Volume VI, Nomor 02, September 2014
mempunyai aktiva tetap terutama jika permintaan produk meningkat, banyak menggunakan utang hipotik jangka panjang. Perusahaan yang sebagian aktivanya berupa piutang dan persediaan barang, tidak begitu tergantung pada pembiayaan jangka pendek. Sikap manajemen yang paling berpengaruh dalam memilih cara pembiayaan yaitu dengan pengendalian risiko dan bagi perusahaan besar (sahamnya banyak), akan memilih meningkatkan penjualan saham biasa. Pemberi pinjaman akan mengurangi posisi kredit pinjaman dan penilaian kredibilitas terhadap manajemen yang menggunakan leverage melebihi batas normal. Hubungan Financial Leverage terhadap Harga Saham Penggunaan Financial Leverage dimaksudkan untuk meningkatkan pengembalian (Return) para pemegang saham. Leverage yang meningkat, akan meningkatkan risiko arus laba yang diperoleh para pemegang saham, sedangkan meningkatnya risiko berbanding lurus dengan meningkatknya laba perusahaan. Karena itu perusahaan harus dapat mencapai titik keseimbangan antara risiko dan return yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan harga pasar saham perusahaan. Financial Leverage merupakan kemampuan perusahaan menggunakan kewajiban fiinansial yang sifatnya tetap untuk memengaruhi perubahan EBIT terhadap Earning per Share. Semakin tinggi Earning per Share akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham, karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham (Darmadji dan Hendy, 2006:139). Meningkatnya laba cenderung akan meningkatkan harga saham sedangkan jika laba menurun, maka harga saham juga akan menurun. Hal ini disebabkan karena laba merupakan indikator penilaian kinerja perusahaan sehingga laba berhubungan positif dengan harga saham (Wiguna dan Mendari, 2008). Penelitian Sebelumnya
Henny Ritha dan Luna Mukti Lestari, Pengaruh Laba Per Lembar Saham, Dividen Per . . .
Kusumawardani (2010) meneliti pengaruh Earning per Share dan Financial Leverage dengan sampel perusahaan LQ45 periode 20052009, menyebutkan bahwa Earning per Share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham sebesar 82 %. Sedangkan Financial Leverage berdampak negatif signifikan terhadap harga saham. Hal tersebut berarti Earning Per Share dapat digunakan sebagai salah satu rasio pertimbangan bagi para investor untuk berinvestasi. Penelitian yang dilakukan oleh Bhayani (2009) mengenai hubungan Fnancial Leverage terhadap nilai perusahaan pada industri semen di India periode 2001-2008, menyebutkan tidak terdapat korelasi antara Financial Leverage dengan nilai perusahaan yakni perusahaan dapat mencerminkan harga saham sehingga Financial Leverage tidak dapat dijadikan acuan untuk memperkirakan harga saham perusahaan. Namun Jong (2002) mengkaji peran Leverage dalam mendisiplinkan perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Belanda periode 1992-1997 dan melaporkan bahwa Leverage ditemukan memiliki dampak yang negatif signifikan dengan nilai perusahaan. Selain itu, Hadianto (2007) meneliti volume perdagangan, Earning per Share dan Price Earning Ratio terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2005, menyimpulkan bahwa EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Sedangkan Wiguna dan Mendari (2008) menggunakan sampel penelitian Earning per Share dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap harga saham pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 20042007, menyimpulkan bahwa EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Kharisma dan Maski (2003) melakukan penelitian terhadap 15 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya periode 1999-2001 tentang variabel fundamental dan teknikal terhadap harga saham. Hasilnya menunjukkan EPS, ROE, tingkat bunga deposito dan harga saham masa lalu secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Achim, et al. (2002)
dalam hasil temuannya tentang penggunaan analisis Earning per Share terhadap penilaian pasar pada perusahaan go public di Rumania, menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada Earning per Share terhadap nilai pasar suatu perusahaan. Ali (2010) meneliti pengaruh dividen terhadap harga saham pada bank umum swasta yang terdaftar pada DSE, Bangladesh dengan periode 44 hari setelah pengumuman dividen. Hasilnya menjelaskan bahwa tidak ditemukan pengaruh pengumuman pembagian dividen terhadap naik atau turunnya harga saham. Hal ini menjelaskan bahwa para investor tidak tertarik dengan besar atau kecilnya dividen per lembar saham yang dibagikan kepada pemegang saham. Peneliti lain, Khan (2009) membuktikan pengaruh cash dividend dan retained earnings terhadap harga saham 96 perusahaan yang terdaftar di Dhaka Stock Exchange selama 2000-2006 dengan hasil harga saham dipengaruhi oleh cash dividends dan retained earnings, namun pengaruh cash dividends lebih besar daripada retained earnings. Hal senada ditemukan oleh Nazir M.S. et al. (2010) terhadap 73 sampel perusahaan di Karachi Stock Exchange selama 2003-2008. Dengan pengolahan data panel, digunakan fixed effect dan random effect models menegaskan bahwa kebijakan dividen memiliki hubungan signifikan dengan volatilitas harga saham di Karachi Stock Exchange. Nazir M.S. et al. (2010) juga menjelaskan beberapa peneliti seperti Gordon, Friend and Puckett, Nishat and Irfan, Ball et al. menyimpulkan bahwa Dividend Payout Ratio dan Dividend Yield signifikan mempengaruhi volatilitas harga saham. Sedangkan pendapat berbeda ditemukan oleh Allen and Rachim (1996), Conroy et al. (2000), Rashid dan Rahman (2008), menyebutkan terdapat hubungan positif namun tidak signifikan dividend policy dan dividend yield terhadap volatilitas harga saham. Disisi lain, Khan et al. (2011) menemukan bahwa Dividend Yield, Earnings per Share, Return on Equity dan Profit after Tax berhubungan positif terhadap harga saham, sementara Retention Ratio mempunyai hubungan negatif terhadap harga saham 55 perusahaan yang 174
TRANSPARANSI Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162
Volume VI, Nomor 02, September 2014
Tabel 1. 6 Sampel Perusahaan Otomotif di BEI 2006 - 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Perusahaan Astra Internasional Tbk. (ASII) Astra Otoparts Tbk. (AUTO) Goodyear Indonesia Tbk. (GDYR) Selamat Sempurna Tbk. (SMSM) Tunas Ridean Tbk. (TURI) United Tractors Tbk. (UNTR)
Sumber: Bursa Efek Indonesia 2008 dan diolah (2011)
terdaftar di Karachi Stock Exchange periode 2001-2010. Peneliti lainnya, AlTroudi (2013) mengkaji semua perusahaan industri yang terdaftar di Amman Stock Exchange periode 2005-2010 dan melaporkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara cash dividend, retained earnings, earnings per share terhadap harga saham, namun harga saham secara positif tidak signifikan berhubungan terhadap financial leverage. MATERI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel data yaitu variabel bebas yang terdiri dari Earning per Share (EPS), Dividend per share (DPS), Financial Leverage (FL) dan variabel terikat yaitu harga saham. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan masingmasing variabel bebas dan terikat. Dari 193 perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Januari 2006 sampai Desember 2010, hanya 19 perusahaan yang bergerak di bidang otomotif dan yang memenuhi kriteria sampel adalah 6 perusahaan (Lihat tabel 1). Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Beberapa kriteria pemilihan sampel yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2010; (2) Sahamnya aktif diperdagangkan dan tidak memiliki ekuitas negatif selama periode 2006-2010; (3) Perusahaan secara rutin membayarkan dividen setiap tahunnya; (4) Mempublikasikan laporan keuangan selama periode 2006-2010 dengan lengkap.
175
Astra Internasional Tbk. (ASII) Astra Internasional Tbk. adalah perusahaan yang bergerak dalam enam bidang usaha, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, teknologi informasi, infrastruktur dan logistik. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1957 dan menjadi perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1990. Selama periode penelitian, laba bersih terendah yang dimiliki oleh Astra Internasional Tbk. adalah pada 2006 sebesar Rp 3.712.097.000.000,00 sedangkan laba bersih tertinggi diperoleh tahun 2010 sebesar Rp 14.366.000.000.000,00. Dengan laba bersih yang tinggi, maka Astra Internasional Tbk. dapat membagikan dividen kepada pemegang saham dengan rutin. Adapun besarnya financial leverage (utang) selama periode penelitian berkisar antara 45-54 %, namun para investor tidak khawatir akan mengalami kerugian, karena keuntungan yang dimiliki perusahaan sangat tinggi sehingga dapat menjamin pembayaran utang akan berjalan dengan lancar. Astra Otoparts Tbk. (AUTO) Astra Otoparts Tbk berdiri pada tahun 1967, yang kemudian menjadi perusahaan go public sejak tahun 1998. Perusahaan ini bergerak di bidang otomotif, perakitan mesin dan konstruksi. Pada 2010 perusahaan memperoleh laba tertinggi sejak berdirinya perusahaan, yaitu mencapai Rp 1,14 triliun. Keuntungan tersebut membuat perusahaan mendapatkan penghargaan sebagai perusahaan yang terpercaya. Dengan laba bersih yang tinggi, perusahaan mampu membagikan dividen secara rutin kepada para investor. Besarnya financial leverage (utang) selama periode penelitian tidak pernah lebih dari 38%. Hal ini
Henny Ritha dan Luna Mukti Lestari, Pengaruh Laba Per Lembar Saham, Dividen Per . . .
disebabkan oleh jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan cukup besar dibandingkan dengan total kewajiban yang harus dibayar. Goodyear Indonesia Tbk. (GDYR) Pada 1917 pabrik Goodyear Indonesia Tbk. berdiri, dan pada 1980 Goodyear Indonesia Tbk. melakukan Penawaran Umum Perdana (IPO) berupa 6.150.000 lembar saham dengan nominal Rp 1.000 per lembar saham. Perusahaan ini bergerak di bidang manufaktur, ekspor, impor, penjualan ban, ban dalam, flap dan produk turunan karet lainnya. Di akhir tahun 2000, Goodyear Indonesia Tbk. mendaftarkan 34.850.000 lembar sahamnya, kemudian pada awal Januari 2001, seluruh saham Goodyear Indonesia tercatat secara resmi di Bursa Efek Jakarta. Persentase kepemilikan perusahaan sebesar 85% milik The Goodyear Tire & Rubber Company di Ohio, Amerika Serikat, 9,32% milik PT. Kalibesar Asri, Jakarta dan 5,68% milik publik. Selamat Sempurna Tbk. (SMSM) PT Selamat sempurna Tbk. didirikan di Indonesia pada 1976 dan tahun 1996 mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan Selamat Sempurna Tbk. memiliki tingkat keuntungan yang secara konstan mengalami peningkatan selama periode penelitian, dapat dilihat melalui laba per lembar saham yang diperoleh perusahaan. Laba per lembar saham terendah sebesar Rp 46,00 pada tahun 2006 dan paling tinggi sebesar Rp 104,00 pada tahun 2010. Dengan keuntungan yang terus meningkat, maka mengakibatkan perusahaan dapat membagikan dividen secara rutin kepada para pemegang saham. Tingkat financial leverage (utang) perusahaan dianggap tidak terlalu mempengaruhi kepercayaan para investor untuk tetap menanam sahamnya di perusahaan Selamat Sempurna Tbk. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya harga saham perusahaan dari tahun ke tahun. Tunas Ridean Tbk. (TURI) Berdiri pada tahun 1967 sebagai perusahaan keluarga dengan nama Tunas
Indonesia Motor yang bergerak dibidang importer dan penyaluran resmi Mercedes-Benz, Fiat dan Holden. Kemudian pada tahun 1980 grup mengintegrasikan seluruh bisnis unit ke dalam satu perusahaan induk PT Tunas Ridean Tbk. Perusahaan ini terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1995. Keuntungan perusahaan terus meningkat secara signifikan selama 2006-2008, namun karena adanya krisis global, berdampak pada perusahaan yang dapat dilihat dari menurunnya keuntungan yang diperoleh. Namun hal ini tidak lama terjadi, perusahaan dapat kembali menaikan jumlah keuntungannya dengan memperbaiki kinerja perusahaan. Tunas Ridean Tbk. secara rutin selalu membagikan dividen pada para pemegang saham, dengan jumlah yang dibagikan sesuai dengan kesepakatan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dengan meningkatnya keuntungan yang diperoleh perusahaan, membuat penggunaan financial leverage perusahaan semakin menurun setiap tahunnya. United Tractors Tbk. (UNTR) United Tractors Tbk. berdiri pada tahun 1972, dan go public pada tahun 1989. Pemegang saham mayoritasnya adalah Astra Internasional Tbk. yaitu sebesar 59,5% dan sisanya 40,5% milik publik. Perusahaan bergerak di bidang mesin konstruksi, kontraktor penambangan dan pertambangan Perusahaan mengalami peningkatan harga sahamnya dari tahun ke tahun, berawal dari Rp 5.020,92 pada 2006 dan tertinggi pada 2010 sebesar Rp 18,984,17. Begitu pula dengan laba per lembar saham, yaitu Rp 326,00 pada 2006 dan Rp 1.164,00 pada 2010. Pembagian dividen per lembar saham juga mengalami peningkatan selama 2006-2010. Namun berbeda dengan tingkat financial leverage perusahaan yang justru menurun setiap tahunnya. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis Regresi Linear Berganda dengan nilai signifikansi (£) 5 persen. Analisis ini untuk mengetahui hubungan dan pengaruh tiga variabel independen terhadap satu varabel
176
TRANSPARANSI Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162
Volume VI, Nomor 02, September 2014
Tabel 2. Hasil Uji Parsial (Uji t) a
Coefficients
Model 1 (Constant)
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -9555.048 4241.065
EPS 4.450 1.814 DPS 17.312 5.888 FL 17829.767 7958.972 a. Dependent Variable: Harga Saham Sumber: data diolah (2011)
dependennya. Adapun bentuk persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan: Y X1 X2 X3 a b1, b2, b3 e
= Harga Saham = Earning Per Share = Dividend Per Share = Financial Leverage = Konstanta = Koefisien Regresi = Kesalahan Pengganggu (Error)
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah memenuhi uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas maka berikut ini disajikan hasil pengujian regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh variabel independen Earning per Share, Dividend Per Share dan Financial Leverage terhadap variabel dependen harga saham. Berikut ini adalah hasil dari regresi linear berganda: (Tabel 2) Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa thitung EPS, thitung DPS dan thitung Finansial Leverage masing-masing sebesar 2,453; 2,940 dan 2,240 lebih besar dari t tabel, yaitu 1,706 dan untuk nilai signifikansinya juga menunjukan angka kurang dari 0,05 yang terdiri dari 0,021; 0,007 dan 0,034. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Earning per Share, Dividend per Share dan Financial Leverage secara parsial berpengaruh positif terhadap harga saham. Tingginya Earning per Share yang diberikan perusahaan akan memberikan tingkat pengembalian (Return) yang baik dan akan mendorong para investor melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga 177
.405 .495 .241
t -2.253 2.453 2.940 2.240
Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF .033 .021 .007 .034
.389 .373 .913
2.571 2.680 1.095
mendorong naiknya harga saham. Dengan kebijakan pembayaran dividen meningkat secara konsisten yang dilakukan perusahaan otomotif memberikan dampak dan sinyal positif kepada para investor sehingga semakin banyak dividen yang dibayarkan, semakin tinggi harga saham. Ini sependapat dengan temuan Suratman dan Sinaga (2004). Di sisi lain, penggunaan utang yang lebih besar dibandingkan modal sendiri ditujukan dalam rangka mengembangkan dan inovasi produk yang lebih bersaing serta mempersiapkan kemungkinan dilakukannya perluasan usaha. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian sebelumnya oleh Kharisma dan Maski (2003), Wiguna dan Mendari (2008), Achim etal. (2009), Bhayani (2009), Kusumawardani (2010) dan Hadianto (2010) yang menyatakan bahwa Earning per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil sama lainnya dilakukan AlTroudi (2013) membuktikan hasil yang sama bahwa terdapat hubungan positif antara cash dividends, retained earnings, earnings per share dan financial leverage terhadap harga saham. Disisi lain temuan Ojo (2012) menyimpulkan bahwa Earning Per Share lebih tergantung pada feedback shock dan kurang pada leverage shock. Leverage shock secara tidak langsung mempengaruhi Aktiva Bersih per Saham (Net Assets per Share) perusahaan karena sebagian besar guncangan di Aktiva Bersih per Saham (NAPS) diperoleh dari Earning per Share perusahaan. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali (2010) yang mengatakan bahwa tidak terdapat pengaruh dari pengumuman pembagian dividen terhadap harga saham. Penemuan kontra
Henny Ritha dan Luna Mukti Lestari, Pengaruh Laba Per Lembar Saham, Dividen Per . . .
Tabel 3. Hasil Uji F b
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 2.217E9 8.433E8
ANOVA Df
3 26
3.060E9
Mean Square 7.391E8 32432718.246
F 22.788
Sig. .000a
29
a. Predictors: (Constant), FL, EPS, DPS b. Dependent Variable: Harga Saham Sumber: data diolah (2011)
Tabel 4. Hasil Analisis Determinasi Model Summaryb
Model 1
R .851a
R Square .724
Adjusted R Square .693
Std. Error of the Estimate 5694.97307
Durbin-Watson 2.036
a. Predictors: (Constant), FL, EPS, DPS b. Dependent Variable: Harga Saham Sumber: data diolah (2011)
lainnya ditunjukan oleh Allen dan Rachim (Nazir M.S, 2010) yang menujukan terdapat hubungan positif yang signifikan antara volatilitas harga saham dengan volatilitas earning dan leverage, serta hubungan negatif yang signifikan antara volatilitas harga saham dan dividend payout ratio. Beberapa peneliti lainnya, yaitu Jong (2002), Bhayani (2009), dan Kusumawardani (2010) membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari financial leverage dengan harga saham. Uji Simultan (Uji F) Pengujian ini menggunakan uji F dengan tingkat keyakinan 95 %, untuk mengetahui apakah variabel independen (EPS, DPS dan FL) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Harga saham). Dari pengujian simultan, diperoleh hasil sebagai berikut: (Tabel 3) Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah 22,788. dan nilai Ftabel pada tingkat keyakinan 95 % adalah 2,975. Karena nilai F hitung > F tabel maka Ha diterima yaitu ada pengaruh Earning per Share, Dividend per Share dan Financial Leverage secara bersamasama dengan harga saham. Ini menunjukkan dengan pembayaran dividen yang rutin, tidak mengurangi pendapatan per lembar saham dan dengan adanya leverage akan meningkatkan harga saham.
Analisis Determinasi (R2) Analisis determinasi dilakukan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen Earning per Share (EPS), Dividend per Share (DPS) dan Financial Leverage (FL) secara bersama-sama terhadap variabel dependen Harga saham. (lihat tabel 4) Koefisien determinasi sebesar 69,30 persen, menunjukkan bahwa kontribusi Earning per Share (EPS), Dividend per Share (DPS) dan Financial Leverage (FL) secara bersamasama adalah sebesar 69,3 persen, sedangkan sisanya 30,7 persen dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil penelitian ini mendukung temuan AlTroudi (2013) yang membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara cash dividends, retained earnings, earnings per share dan financial leverage terhadap harga saham. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengujian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Earning per Share, Dividend per Share dan Financial Leverage berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap harga saham. Hal ini ditunjukan dari Fhitung lebih besar dari Ftabel dan thitung earning per share, thitung dividend per share dan thitung Financial Leverage lebih besar dari t tabel. Selain 178
TRANSPARANSI Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162
itu harga saham dapat dijelaskan sebesar 69,3 % oleh Earning per Share, Dividend per Share dan Financial Leverage, sedangkan sisanya 30,7 % dipengaruhi oleh faktor lainnya antara lain misalnya Return On Asset (ROA), Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Price Earning Ratio (PER). Rekomendasi untuk pengembangan penelitian selanjutnya agar menggunakan periode penelitian yang lebih panjang untuk memperoleh hasil penelitian yang konsisten dari pengaruh variabel-variabel independen terhadap harga saham. Disarankan juga untuk menggunakan faktor-faktor lain yang memengaruhi harga saham misalnya Return on Asset (ROA), Tingkat Suku Bunga SBI, Price Earning Ratio (PER) yang memungkinkan memperoleh hasil penelitian yang lebih spesifik terhadap pengaruh variabel independen dan variabel dependen. Selain itu penelitian ini dapat menggunakan objek penelitian lainnya dengan melihat fenomena ekonomi yang sedang berkembang, dan tekhnik analisis dapat dilengkapi dengan menambahkan analisis/ pendekatan non finansial, sehingga penelitian yang dilakukan lebih menarik. DAFTAR PUSTAKA
Volume VI, Nomor 02, September 2014
Ali, Mohammad. 2010. “Effect of Dividend on Stock Price in Emerging Stock Market: A Study on the Listed Private Commercial Banks in DSE”. International Journal of Economics and Finance. (Online), Vol.2, No.4, diakses 25 November 2011. Bhayani, Sanjay J. 2009. “Impact of Financial Leverage on Cost of Capital and Valuation of Firm: A Study of Indian Cement Industry”. Paradigm. (Online). Vol.XIII, No.2, diakses 18 September 2011. Darmadji, Tjiptono & Fakhruddin Hendy M. 2006. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat. Jong, Abe. 2002. “The Disciplining Role of Leverage in Dutch Firms”. Reviews of Finance. (Online). Vol.6, No.1, diakses 13 November 2011. Hadianto, Ronny Bram. 2007. “Pengaruh Volume Perdagangan, EPS dan PER terhadap Harga Saham Sektor Pertambangan pada Periode 2000-2005 di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Manajemen Maranatha Christian University, (Online), Vol.7, No.1, diakses 06 Mei 2011.
Achim, Monica, et al. “The Use of Earning per Share in the Analysis of a Company’s Market Value”. The Journal of American Academy of Business. (Online), Vol.14, No.2, diakses 17 September 2011.
Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.
Al-Malkawi, Husam-Aldin Nizar. 2008. “Factors Influencing Corporate Dividend Decision: Evidence from Jordanian Panel Data”. International Journal of Business. Vol.13, No. 2, 2008, diakses 20 Juni 2014.
Horne, James C. Van & Wachowicz Jr. John M. 1997. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan. Jilid 2. Jakarta: Salemba Empat.
AlTroudi Wasfi. 2013. “Cash Dividends, Retained Earnings and Stock Prices: Evidence from Jordan”. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business. Vol. 4, No. 12 Al-Twaijry, Abdulrahman Ali. 2007. “Dividend Policy and Payout Ratio: Evidence from The Kuala Lumpur Stock Exchange”. The Journal of Risk Finance. (Online). Vol.8, No.4, diakses 27 Juni 2011. 179
Herlianto, Didit. 2010. Seluk Beluk Investasi di Pasar Modal Indonesia. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Yogyakarta. Husnan, Suad & Pudjiastuti Enny. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Yogyakarta. Kapoor. et al. (2010). “Dividend Policy Determinants Of Indian Services Sector: A Factorial Analysis”. Paradigm. Vol. XIV,
Henny Ritha dan Luna Mukti Lestari, Pengaruh Laba Per Lembar Saham, Dividen Per . . .
No. 1, January-June 2010, diakses 21 Juni 2014. Keown, Arthur J. et al. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Exchange: The Mediating Role of Corporate Dividend Policy”. International Research Journal of Finance and Economics, ISSN 1450-2887, No. 55, diakses 27 Juni 2011.
Khan. et al. 2011. “Can Dividend Decisions Affect the Stock Prices: A Case of Dividend Paying Companies of KSE”. International Research Journal of Finance & Economics. No. 76, p67, diakses 10 Agustus 2013.
Ojo, Akinmulegun Sunday 2012. “The Effect of Financial Leverage on Corporate Performance of Some Selected Companies in Nigeria”. Canadian Social Science. Vol. 8, No. 1, 2012, pp. 85-91, diakses 17 Juni 2014.
Khan, S. H. 2009. “Determinants of Share Price Movements in Bangladesh: Dividends and Retained Earnings”. Thesis for MSc. In Business Administration, School of Management, Blekinge Institute of Technology, Bangladesh, diakses 25 November 2011.
Purnomo, Yoga. 1998. “Keterkaitan Kinerja Keuangan dengan Harga Saham (Studi Kasus 5 Rasio Keuangan 30 Emiten di BEJ Pengamatan 1992-1996)”. Manajemen Usahawan. Vol.XXII, No.12.
Kharisma, Erina & Maski. Ghozali. 2003. “Analisis Pengaruh Fundamental dan Teknikal Terhadap Harga Saham (Studi di Bursa Efek Indonesia)”. Lintasan Ekonomi. Vol.XX, No.2. Kusumawardani, Angrawit. 2010. Analisis Pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, ROA Pada Harga Saham dan Dampaknya terhadap Kinerja Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di BEI Periode 2005-2009. Disertasi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Gunadarma. Modigliani & Miller. 1958. “The Cost of Capital, Corporation Finance and The Theory of Investment”. The American Economic Review. Vol. XLVIII, No.3, diakses 16 November 2011.
Rodoni, Ahmad & Ali, Herni. 2010. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media. Ross et.al (1998). Fundamentals of Corporate Finance. USA: Irwin/ McGraw-hill Coy. Suratman, Adji & Sinaga Dajim. 2004. “Kebijakan Dividend dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Saham Perusahaan”. Jurnal Ekonomi Teleskop STIE YAI. Vol.3, No.6. Weston, J. Fred & Brigham, Eugene F. 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Wiguna, Robin & Mendari, Anastasia Sri. 2008. Pengaruh Earning Per Share dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di LQ45 BEI. Jurnal Keuangan dan Bisnis. (Online). Vol.6, No.2, diakses 18 Juni 2011.
Nazir, M.S. et al. 2010. “Determinants of Stock Price Volatility in Karachi Stock
180