TOR Dialog Publik
Menapak Jejak Kerukunan di Indonesia: Model Penyelesaian Konflik di Jazirah Asia Dalam rangka Peringatan “Hari Kemanusiaan Sedunia”, 19 Agustus 2014 A. Latar Belakang Skala dan kedalaman konflik dan bencana alam di seluruh dunia meningkat seiring dengan semakin meluasnya tantangan global seperti urbanisasi, pertumbuhan penduduk di beberapa negara, kerusakan lingkungan, konflik, perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya1. Pertikaian antar manusia masih menjadi permasalahan besar di berbagai belahan dunia. Konflik yang melanda, baik sesama maupun antar bangsa, seringkali melibatkan unsur agama dan kesukuan sebagai pemicu maupun pemuncak seperti konflik IsraelPalestina, Rohingya di Myanmar, pemindahpaksaan agama di Mosul-Irak, pengusiran etnis akibat sengketa perbatasan di Vietnam. Sejak dimerdekakannya bangsa ini pada tahun 1945 dari penjajahan, kesukuan dan agama menjadi penantang pertama bagi soliditas bangsa kita. Berbagai perjuangan bangsa Indonesia lepas dari ujian perpecahan menunjukkan kerja keras para pemuka agama, negarawan, aparat negara, seluruh komponen bangsa, serta dengan elan pemuda untuk mengejawantahkan sila-sila Pancasila dalam karya nyata dalam membangun bangsa dengan keberagaman budaya dan agama. Saat RIS kembali menjadi RI di tahun 1950, kesenjangan ekonomi dan sosial menjadi tantangan yang hampir memecah belah kesatuan bangsa ketika beberapa daerah memutuskan berontak, perpecahan politik di tahun 1965. Konflik yang dibawa ke isu antar umat beragama di Maluku tahun 1999, kerusuhan setelah pemilihan kepala daerah di tahun 2005, konflik di beberapa wilayah di Indonesia seperti Aceh, Poso, Lampung, dan sejumlah konflik lainnya menunjukkan bahwa diversivitas atau keberagaman sebenarnya adalah kekayaan Indonesia, akan tetapi pada saat bersamaan dapat menjadi kerentanan. Bangsa Indonesia sedari dulu mengenal adanya budaya kerukunan melalui gotong royong. Budaya dan ajaran agama inilah yang direfleksikan oleh para pekerja kemanusiaan yang terbukti mampu menjaga posisi ekuilibrium di tengah tantangan perbedaan yang beragam, contohnya adalah ketika keluarga Humanitarian Forum Indonesia (forum lintas agama) mengadakan dialog lintas agama ketika terjadi isyu kristenisasi pada saat distribusi bantuan gempa di Padang tahun 2009, atau ketika gempa Merapi tahun 2010 pengungsi Muhammadiyah dikoordinir oleh Yakkum Emergency Unit (lembaga Kristen) untuk mengungsi di gereja Katholik, dan ketika HFI turun dalam penanganan konflik LampungBali Nuraga dan di Myanmar. Bukti nyata seperti ini perlu disuarakan secara terus 1
Dicuplik dari Pernyataan Wakil Sekretaris Jenderal PBB, Valerie Amos, dalam Konsultasi Regional wilayah Afrika Barat dan Tengah untuk Pertemuan Puncak Urusan Kemanusiaan Sedunia, 19 Juni 2014.
menerus, sehingga menjadi tapak yang dapat dilihat dan dipelajari sebagai model budaya kerukunan oleh bangsa-bangsa baik di jazirah Asia maupun belahan bumi lainnya. Dalam rangka memperingati Hari Kemanusiaan Sedunia atau World Humanitarian Day yang diperingati setiap tanggal 19 Agustus, Kwartir Nasional Praja Muda Karana (Kwarnas Pramuka), Humanitarian Forum Indonesia (HFI), United Nations Office for Coordination of Humanitarian Affairs (UNOCHA), American Institute for Indonesian Studies (AIFIS) serta Asia Pacific Regional Messenger of Peace (APR MOP) dan Platform Nasional PRB bersamasama menggelar sebuah Dialog Publik yang bertema “Menapak Jejak Kerukunan di Asia: Model Penyelesaian Konflik di Jazirah Asia”, dengan menghadirkan pembicara yang berasal dari para pemuka agama, organisasi kemanusiaan dan media. Harapannya adalah dialog ini membuka cakrawala baru bahwa agama atau iman dan budaya kerukunan bukanlah menjadi penghalang atau sesuatu yang normatif, tetapi menjadi salah satu model penanganan konflik yang efektif. B. Tujuan 1. Menggali tradisi budaya kerukunan dan pemikiran inklusif dari para pemuka agama dan negarawan Indonesia 2. Menelaah pergaulan dunia untuk perdamaian antar bangsa 3. Menawarkan model penanganan konflik di Indonesia pada pergaulan bangsa di Asia dan benua lainnya C. Bentuk Kegiatan Kegiatan ini berupa sebuah dialog yang dibagi dalam dua sesi yaitu: - Sesi pertama adalah sesi dengan pembicara dari para pemuka agama dan menggunakan Bahasa Indonesia - Sesi kedua adalah sesi dengan pembicara dari organisasi kemanusiaan dan media, dan menggunakan Bahasa Inggris Panitia menyediakan penterjemahan simultan untuk dialog publik ini.
D. Sistematika Dialog 1. Sesi Bahasa : “Menghadang Potensi Konflik Bangsa; Welas Asih/Cinta Kasih sebagai Perdamaian dalam Kebhinekaan Indonesia” Keynote Speaker : DR. Adhyaksa Dault: Pesan Perdamaian dari Pramuka (Messenger of Peace)
Pendekatan
Narasumber : 1. Parisadha Hindu Dharma Indonesia Bpk. Ida Pedande Tianyar Sebali: Dharma untuk kemanusiaan 2. WALUBI Pandita: Tali kasih lintas kepercayaan (masih dalam konfirmasi) 3. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof. DR. Din Syamsudin: Agama payung peradaban manusia (masih dalam konfirmasi) 4. Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Romo Agustinus Ulahayanan: Damai dalam keberagaman (masih dalam konfirmasi) 5. Persatuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Albert Patty: Kasih dalam hubungan dengan sesama manusia Moderator: Victor Rembeth (HFI) 2. English Session: “Design Peacefull Relationship among Asian Countries through Humanitarian Mission” Keynote Speaker : DR. Anies Baswedan : Generating Peace Tradition with Inclusive & Humane Education Resource persons: 1. Asian Moslem Action Network: Brother Sobur: Understanding of Asian humanitarian network 2. APR MOP (Asia Pacific Regional Messenger of Peace) Coordinator : Mr. S. Prassanna Srivastava : Messenger of peace in Asia Pacific 3. National Media: Tempo/Kompas (to be confirmed) Neutral Journalism in a Conflict Situation 4. Humanitarian Forum Indonesia/Muhammadiyah Disaster Centre Mrs. Rahmawati Husein: Interfaith network for community Moderator: Arief Rukmantara (Kwartir Nasional Pramuka)
Management
E. Tanggal, Waktu dan Tempat Hari dan Tanggal Tempat
Jam
: Kamis, 28 Agustus 2014 : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ruang Graha Utama lt. 3 Gedung Ki Hajar Dewantara Jl. Jend. Sudirman, Senayan, Jakarta Selatan : 08.30 – 16:00 WIB
F. Peserta Kegiatan ini diharapkan dihadiri oleh 150 orang yang berasal dari semua kalangan (publik) G. Kontak Informasi dan Konfirmasi Pendaftaran -
Rangga Wisnu (Andalan Nasional Kwarnas Pramuka)
[email protected] / HP: 085616993418. Dear Sinandang (Humanitarian Forum Indonesia)
[email protected] / HP: 08174926247.
Email: Email:
Kegiatan ini tidak dipungut biaya (gratis). Panitia hanya menyediakan snack, makan siang dan merchandise. Untuk konfirmasi pendaftaran, dapat menghubungi salah satu dari kontak informasi diatas paling lambat 26 Agustus 2014.
JADWAL KEGIATAN Waktu 08.30 – 08.45
Kegiatan Pendaftaran Peserta
PIC Panitia Kepala Kantor Indonesia
08.45 – 09.10
Pembukaan
09.10 – 09.40
Keynote speaker 1:
09.40 – 09.50 09.50 – 10.10 10.10 – 10.30 10.30 – 10.50 10.50 – 11.10 11.10 – 11.20
Coffee break
Sesi Bahasa Indonesia
11.20 – 12.00
Tanya Jawab
12.00 – 12.05 12.05 – 13.00 13.00 – 13.30 13.30 – 13.40 13.40 – 13.50 14.00 – 14.10 14.10 – 14.20
Foto Bersama ISHOMA Keynote Speaker 2 Sesi Bahasa Inggris
14.20 – 15.00
Tanya Jawab
15.00 – 15.15
Pembacaan “Charter for Compassion”
15.15 – 15.25
Penutupan
UN
OCHA
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
DR. Adhyaksa Dault Ketua Kwarnas Pramuka Panitia Narasumber 1 : PHDI Narasumber 2 : WALUBI Narasumber 3 : MUI Narasumber 4 : KWI Narasumber 5 : PGI Moderator: Pdt. J. Victor Rembeth Panitia Panitia DR. Anies Baswedan Narasumber 1 : AMAN Narasumber 2 : APR MOP Narasumber 3 : Media Narasumber 4 : HFI Moderator: Arie Rukmantara (Pramuka) / Venny HFI Brigjen Herindra Wakil Ketua Kwarnas Pramuka