Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan
TopCareer Tantangan dalam Mengembangkan Soft Skill Karyawan
“The Talent War”
Persaingan Di dalam Dunia Kerja
Wujudkan Karier Impian Anda
Free Buletin salespreneur
Benjamin Handradjasa Rp 35.000 Pulau Jawa Rp 39.000 di luar P Jawa
President Director PT Adidas Indonesia
Walk the talk, Trust the team, Set a good example
Hadir kali pertama pada 2011 dalam bentuk majalah, Top Career mewarnai dunia karier profesional di Indonesia. Sebagai pionir media karier di Indonesia, Top Career menyajikan ragam informasi dan inspirasi untuk pengembangan karier profesional di Tanah Air. Demi memperluas jangkauan pembaca, bisa diakses oleh siapa saja dan kapan saja, mulai pertengahan 2013, majalah Top Career memperkuat versi digitalnya dalam bentuk www.topcareermagazine.com. Hadir sekali dalam setiap bulan, majalah digital Top Career menghadirkan sajian khas yang berbobot seperti Company of Choice, Top Career Issue, Profile serta sajian menarik lainnya. Semua bisa dinikmati dengan mendownload setiap edisi di www.topcareermagazine.com. Tak ingin tertinggal ragam perkembangan informasi khususnya terkait dunia karier profesional, Top Career menghadirkan www.topcareer.id sejak 2016. Disajikan dengan konten-konten yang lebih beragam dengan pembahasan yang ringan serta diupdate setiap hari, www. topcareer.id sangat layak dijadikan referensi update seputar dunia karier profesional. Dengan kelebihan keduanya, www.topcareermagazine.com dan www.topcareer.id siap menjadi bacaan kompas karier profesional. ALAMAT REDAKSI: Address : Jl. Cidodol Raya No.40 , Kebayoran Lama - Jakarta Selatan , Indonesia Telepon : 021 293 06720 Email :
[email protected]
topcareerid
UCP
Walk the talk, trust the team, set a good example Benjamin handradjasa
president director pt. adidas Indonesia
8 | Mei 2013 | TopCareer
Up Close & personal
J
akarta semakin menunjukkan geliatnya siang itu. Jalan-jalan semakin padat dan kesibukan pun seakan terus melaju tidak henti. Di sela-sela itulah pemilik nama lengkap Benjamin Handradjasa, President Director PT. Adidas Indonesia menyediakan waktunya. Kami berjanji pukul dua siang, namun rupanya ia sudah siap sebelumnya. Sapaan ramah Ben langsung menyambut kami saat masih berada di ruang tunggu. Penampilan dengan stelan jas abu-abu dan kemeja putih membuat ia terlihat sederhana, namun tetap berwibawa. Keramahannya semakin terasa ketika sudah berada di ruang rapat tempat kami melakukan wawancara. Ia tidak ragu menceritakan kegiatannya saat itu. “Saya dari 356 hari, mungkin 120 hari tidak ada di Indonesia karena ini perusahaan global, jadi memiliki bisnis unit masing-
Oleh: Eddy Sukmana Foto: Eddy Sukmana
masing dan jadwal meeting-nya banyak,” tutur penggemar tenis itu. Ben mulai bergabung dengan Adidas di Februari 2007 dan menempati department finance sebagai Chief Finance Officer. Satu tahun kemudian, Ben mulai diberi kepercayaan untuk menangani departement operation. “Di sana saya banyak belajar tentang logistik, warehousing, hingga ekspor impor. Tahun 2009 saat mengalami krisis global, terjadi restrukturisasi yang membuat pimpinan saya pindah ke South East Asia, dan saya ditawari posisi saat ini,” ucap Ben. Bekerja di perusahaan global yang berdomisili di Indonesia merupakan tantangan tersendiri untuk Ben. “We live by rule. Ada aturan yang cukup ketat, mana yang boleh dan tidak boleh. Apalagi perusahaan Jerman. Cukup ketat soal aturan. Selain peraturan dari perusahaan global, ada pula peraturan pemerintah. Jadi, saya harus pinter-pinter menyeimbangkan untuk TopCareer | Mei 2013 | 9
mematuhi peraturan global dan peraturan di Indonesia,” ungkap Ben. Selain itu, Ben juga menuturkan tantangan lainya adalah bagaimana mengantisipasi pasar. “Bisnis sport brand seperti ini mirip dengan fashion. Mudah berubah. Karena perputarannya cukup cepat, jadi kita harus cermat dalam melihat trend dan keinginan pasar,” tambah pecinta olah raga lari itu. Guna menyikapi tantangan tersebut, Ben mengaku sejalan dengan pandangan Human Resource Global Adidas. “ Kami percaya bahwa kami harus mengembangkan karyawan. Kami bisa berhasil kalau karyawannya punya passion. Kami juga percaya kalau karyawan harus di-engage. Jadi, bukan kerja cari duit jam lima pulang. Just doing the job. Tiap tahun kami selalu mengadakan development and training. Jadi, kami selalu berusaha menyediakan budget, sekalipun harus memangkas cost dari departemen lain untuk melakukan pengembangan karyawan dan pelatihan,” ucap Ben. Menurut Ben, tidak semua dapat diukur dengan uang. Ada banyak perusahaan yang mau dan bisa menawarkan lebih. Ben mengatakan kuncinya untuk menjaga karyawan adalah menawarkan apa yang jarang didapatkan di tempat lain. “Kami memiliki working from home sekali seminggu. Kami mengizinkan karyawan untuk kerja dari rumah, modal laptop sama internet. Saya liat program ini cukup berhasil. Feedback-nya juga bagus. Tahun ini sedang kita evaluasi untuk diperpanjang lagi programnya. Kami juga memiliki program Adiflex. Program ini adalah bentuk pengumpulan dana di tiap-tiap level yang bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan karyawan, seperti child care, parents care, education, dan 10 | Mei 2013 | TopCareer
biaya-biaya yang tidak di-cover oleh asuransi. Karyawan boleh memilih dana tersebut digunakan untuk apa. Dari program-program tersebut, kami berusaha untuk meng-engage karyawan. Karyawan akan lebih care kepada perusahaan karena mereka tahu kalau perusahaan juga care terhadap karyawan,” tuturnya. Tidak hanya berhenti pada program enggagement itu saja, Ben juga mencoba untuk menerapkan suasana kantor yang informal dengan menyediakan beberapa permainan seperti xbox, PS 3 hingga meja pingpong. “Kami juga punya fruits day. Jadi kami beli buah dan kami bagi-bagi. Ada pula di minggu kedua dan keempat yogurt day. Hal seperti ini ternyata membuat karyawan lebih semangat dan mampu berkomunikasi dengan baik
antardepartemen. Program ini sudah berjalan satu tahun dan itu yang saya lihat, “ ucap pria yang gemar traveling itu. Tidak hanya dengan karyawannya, Ben pun berusaha menjaga komunikasi dengan keluarganya, sekalipun tidak jarang kesibukan menuntutnya pergi ke luar negeri. Dalam menjaga komunikasi dengan keluarga, Ben yang baru beberapa bulan menjadi seorang ayah selalu menyempatkan diri untuk berada di Indonesia, terutama di tanggaltanggal penting, seperti saat ulang tahun. Baginya, ketika di rumah adalah waktu untuk bermain dengan anak dan berkomunikasi dengan istri. Sekalipun di saat ia tidak dapat berada di Indonesia, Ben selalu menyempatkan untuk menelepon dan mengirim email.
Saya sadar bahwa respect dan trust tidak dapat diminta. I have to earn their respect and trust
Up Close & Personal
SDM Indonesia
Ben mengakui bahwa SDM Indonesia saat ini sudah banyak mengalami perkembangan. Ben mencontohkan bahwa beberapa tahun ke belakang saat orang hendak melamar pekerjaan yang harus dimiliki adalah bahasa Inggris, komputer, dan kemampuan mengetik. “Saya ingat karena saat itu saya harus kursus mengetik. Sedangkan saat ini, kemampuan tersebut sudah jarang ditanyakan lagi,” tuturnya. Ben mengatakan saat ini second foreign language dan kemampuankemampuan lain seperti negosiasi, dan presentasi lebih banyak diharapkan dari SDM Indonesia. “Saya kira kemampuan seperti itu next step yang harus dimiliki
untuk mengembangkan karier. Tidak cukup hanya mengandalkan ijasah atau kuliah saja. Karena saya lihat persaingan saat ini semakin ketat. Lulusan S1 sudah banyak dan banyak pula yang menganggur. Jadi untuk menghadapi persaingan, SDM Indonesia harus memiliki nilai lebih,“ ucap Ben. Dalam praktiknya, Ben juga menerapkan penambahan kemampuan pada setiap karyawan. Tidak jarang ia memanggil trainer dari luar untuk menambah kemampuan presentasi, negosiasi, hingga sales untuk karyawankaryawannya. Hal tersebut dimaksudkan agar karyawannya tidak hanya memiliki soft skill yang diharapkan, namun juga untuk meningkatkan personality dari setiap
karyawan. Ben menyadari bahwa sebenarnya lapangan pekerjaan itu selalu ada. Hanya saja kompetisi antarkemampuan personal itu yang cukup ketat.
Arti Kepemimpinan
Menjadi seorang pemimpin tentu harus memiliki prinsip dan modal kemampuan memimpin yang mumpuni. Bagi Ben, menjadi seorang pemimpin adalah walk the talk, trust the team, set a good example. “Kalau saya mau mereka on time, ya saya harus juga tidak terlambat. Kalau saya mau mereka cost saving, ya saya juga harus cost saving, “ tutur Ben Ben pun menambahkan bahwa menjadi seorang pemimpin itu jangan sungkan bergaul sampai
TopCareer | Mei 2013 | 11
ke lapisan paling bawah. “Saya berusaha untuk mengenal tim saya sampai lapisan departemen paling bawah. Proses pengenalan pun kami lakukan saat kegiatan team building. Dari sana akan terbangun pula komunikasi dua arah, bukan top down. Tidak sedikit pemimpin berpikir as a leader, i have to define everything. They just to do it what i says. Bukan seperti itu. Saya selalu ingin ada dialog atas-bawah,” kata Ben mantap. Menjadi pemimpin buat Ben adalah proses untuk selalu belajar. Baginya, tidak ada kata untuk berhenti belajar. “Belajar itu never stop learning. Saya bisa belajar dari buku atau best practice share seperti
12 | Mei 2013 | TopCareer
yang diadakan Adidas Global. Tapi yang lebih penting itu, belajar dari diri sendiri. Kita harus sadar atas apa kekurangan dan kelebihan kita. Saya bukan pemimpin yang sempurna. Tapi kita bisa mengolah kekurangan itu dengan menonjolkan kelebihan yang kita miliki dan belajar dari orang lain,” ucapnya. Ben pun menambahkan bahwa proses belajar itu bisa dari mendengarkan tim di bawahnya. Tidak jarang, menurut Ben, justru dengan belajar dan mendengarkan dari anak buah, kita menemukan beragam solusi atau pun masukan. Tidak hanya itu, Ben pun berpendapat menjadi seorang pemimpin tidak perlu ragu untuk
merekrut orang yang lebih pintar dari pemimpinnya. “Jika HR Manager saya lebih pintar daripada saya, maka ia akan dapat dengan mudah membantu saya dalam menangani permasalahan HR. Atau misalnya saya tidak jago di bidang sales maka saya akan merekrut sales manager yang lebih pintar dari saya untuk bisa membantu saya,” jelas Ben yang mengidolakan Walt Disney dalam mencapai mimpinya. Pola kepemimpinan tersebut telah perlahan tertanam dalam diri Ben. Sejak kecil, Ben sudah belajar dari orang tuanya mengelola karyawan, dimana orang tuanya melakukan karyawan dengan respect sekaligus disiplin. Tidak hanya pada karyawan,
Up Close & Personal
Ben pun menjadi buah hasil dari didikan orang tuanya, sekalipun Ben anak tunggal. Jika salah, ia pun harus kena disiplin orang tuanya. “Telat makan siang saja, meja makan sudah bersih. Saya harus menyiapkan makanan dan membersihkannya sendiri,” kenangnya.
Awal Karier
Setelah menempuh pendidikan di Bandung dan lulus di tahun 1995, Ben lantas mengadu nasib ke Jakarta dengan bekerja di salah satu perusahaan ternama di Indonesia. “Saya bekerja selama satu tahun di sana. Dan pindah bekerja di Amerika Serikat setelah dosen saya menelepon dan menawarkan pekerjaan di sana,” akunya Bekerja di negara adidaya tidak membuatnya berhenti untuk belajar. Tahun 1999, Ben memutuskan untuk pindah ke London dan mengambil gelar S2 finance di Business Finance School. “Setelah menyelesaikan pendidikan, saya kembali ke California untuk bekerja hingga tahun 2000 dan memutuskan untuk kembali ke Indonesia,” tuturnya. Ben mengaku bekerja di Adidas Indonesia adalah suatu kebetulan. Tawaran itu datang ketika ia membantu teman dari istrinya yang bekerja di Adidas sebagai Accountant Manager. “Saat itu saya masih bekerja di English First di bagian office-nya dan diminta membantu oleh teman istri saya soal perpajakan dan akuntasi. Karena background saya di bidang keuangan maka niat saya saat itu memang hanya ingin membantu, sebelum akhirnya ditawari untuk bergabung,” ucap lulusan Universitas Widyatama itu.
Kekhawatiran pun sempat menghinggapi Ben saat awal ia menduduki posisi President Director Adidas. “Saya sempat tidak percaya diri saat diminta menjabat posisi ini. Karena selama 13 tahun, saya lebih banyak menangani masalah finance. Tiba-tiba saya diminta untuk pegang semuanya. Bahkan saya sempat menanyakan pada pimpinan saya, “Are you sure, I never sell anything in my life” Dan pimpinan saya mengatakan mengapa tidak kamu coba?” tutur Ben yang menjadikan
sales saya dengan meminta jadwal traveling mereka untuk ikut bersama mereka. Jangan bayangkan itu dari mal ke mal. Saya ikut dengan para sales di daerah, bahkan naik angkot bersama mereka. Dari sana saya mengenal sales saya secara personal dan profesional, “ kenang Ben yang saat kecil sempat bercita-cita ingin menjadi astronot dan pilot. Tidak hanya mendekatkan diri pada karyawannya, Ben pun mendapat keuntungan lain dengan proses pendekatan yang ia lakukan. Ben lebih dapat mengenal pasar yang hendak ditargetkan secara langsung. “Dengan mengetahui market secara langsung, saya tahu produk apa yang hendak dipasarkan. Jika saya tidak tahu maka saya akan salah push produk kepada sales-sales dan pasar yang ditargetkan. Sama seperti orang berenang, ya harus nyemplung. Tidak bisa hanya belajar dari teori atau hanya dipegangi terus,” tutur penyuka ice cream itu. Proses itu memang tidak mudah. Diakui oleh Ben pada tahun-tahun itu, ia harus rela kurang tidur, banyak belajar, dan mengerjakan banyak hal. Namun Ben dapat berbangga karena melalui proses dan pembangunan pondasi itu, Adidas dapat ia bawa lepas landas di tahun 2011 dalam menjangkau pasar Indonesia. Jika melihat Ben saat ini, hanya kesuksesan yang tergambar dalam perjalanan kariernya. Namun sama seperti pelari profesional, ia pun berlari dari garis start dan berlatih terus menerus. Perjuangan dan tekad untuk terus berusaha yang membuat ia menjadi “seorang pelari” yang melewati setiap tantangan, dan terus berlari hingga garis finish. TCM
Karyawan akan lebih care kepada perusahaan karena mereka tahu kalau perusahaan juga care terhadap karyawan hal tersebut sebagai sebuah tantangan. Ben pun menyadari bahwa ia harus bisa membuktikan pada pihak internal dan eksternal bahwa ia mampu menjalani tanggung jawab itu. “ Saya sadar bahwa respect dan trust tidak dapat diminta. I have to earn their respect and trust. Saya mendatangi setiap departemen secara perorangan satu per satu. Saya mengatakan pada mereka bahwa saya ingin belajar dari mereka. Saya pun melakukan pendekatan pada sales-
TopCareer | Mei 2013 | 13
TCI
TanTangan dalam mengembangkan
SofT Skill kaRyawan
Peran Sdm dalam organisasi perusahaan sangat penting. guna mengikuti perkembangan bisnis, kini banyak perusahaan menyadari pentingnya soft skill karyawan untuk menunjang kinerjanya. Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana bagian HRd dalam mengembangkan soft skill para karyawan? Oleh: Arie Ishami
14 | Mei 2013 | TopCareer
Top Career Issue
S
oft skills atau keterampilan non-teknis adalah sekumpulan kualitas pribadi, kebiasaan, sikap dan daya tarik sosial yang membuat seseorang menjadi karyawan yang baik dan rekan bekerja yang menyenangkan. Sikap positif, percaya diri, kemampuan beradaptasi dan berkomunikasi, memecahkan masalah serta kemampuan menerima kritik atau belajar dari kritikan yang diberikan orang lain, termasuk keterampilan-keterampilan non-teknis yang kerap disebut dalam praktik sehari-hari. Untuk mendapat kesempatan wawancara kerja, Anda membutuhkan keterampilan teknis.
Katakanlah bahwa seorang arsitek harus menguasai teknik rancang bangunan, seorang dokter gigi harus tahu teknis mencabut gigi, dan seorang sekretaris harus memiliki keterampilan mengetik. Namun selain dari keterampilan atau keahlian tersebut, seorang arsitek harus tahu bagaimana mengomunikasikan konsep rancangan terhadap klien, seorang dokter gigi harus paham cara menenangkan pasien yang takut giginya akan dicabut, dan seorang sekretaris pun harus menguasai kalimat yang pantas dalam kegiatan administratif yang dilakukannya, bukan? Dalam hal ini, soft skill sangat menentukan kualitas kerja seseorang
sehingga ia mampu mempertahankan pekerjaannya. Lebih jauh dari itu, soft skill memegang peranan penting dalam kesuksesan karier seseorang.
Kebutuhan Soft Skill di Dunia Kerja Menurut kajian yang dilakukan oleh Harvard University, saat ini di dunia kerja banyak orang yang sukses karena memiliki kemampuan soft skill daripada hard skill. Dalam setiap perekrutan SDM di beberapa perusahaan, diketahui pula soft skill memiliki peranan penting. Dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa 80% orang sukses berdasarkan soft skill-nya yang tinggi dan 20% selebihnya
dari yang memiliki hard skill. Untuk itu, kemampuan soft skill yang meliputi intrapersonal, kepemimpinan, pengelolaan masalah dan kerja sama tim harus lebih ditingkatkan pada dunia pendidikan. Kebutuhan terhadap tenaga kerja profesional dan manajerial skill sudah menjadi syarat mutlak. Terlebih di dunia kerja, sekarang banyak dipengaruhi perubahan pasar, ekonomi dan teknologi. Tenaga kerja yang memiliki kecerdasan emosional (Emotional Quatient) sangat mendukung pemenuhan kebutuhan tersebut, disamping kecerdasan intelektual. Berdasar hasil survei Nasional Assosiation of Colleges
Menurut kajian yang dilakukan oleh Harvard University, 80% orang sukses berdasarkan soft skill-nya yang tinggi dan 20% selebihnya dari yang memiliki hard skill TopCareer | Mei 2013 | 15
and Employers USA (2002) terhadap 457 pimpinan perusahaan, menyatakan bahwa Indeks Kumulatif Prestasi (IPK) bukanlah hal yang dianggap penting dalam dunia kerja. Yang jauh lebih penting adalah soft skill, antara lain kemampuan komunikasi, kejujuran, kerja sama, motivasi, kemampuan beradaptasi dan kemampuan interpersonal dengan orientasi nilai pada kinerja yang efektif.
16 | Mei 2013 | TopCareer
Namun apa yang terjadi di perusahaan? Dalam banyak hal perusahaan – dalam hal ini diwakili oleh manajemen dan bagian SDM menganggap semua orang tahu bagaimana caranya untuk bekerja tepat waktu, mengambil inisiatif, beradaptasi, dan berproduktivitas tinggi di dalam bekerja. Ketika kemampuan teknis karyawan sangat mumpuni, tapi lemah dari sisi soft skill, maka telah terjadi kesenjangan soft
skill. Saat Anda mudah mendapatkan klien, namun tidak bagus dalam hal menangani kebutuhan mereka, berarti Anda memiliki kesenjangan soft skill. Jika Anda memiliki banyak manajer, tapi mereka bukanlah seorang pemimpin, berarti Anda memiliki kesenjangan soft skill. Singkatnya, pada saat perusahaan tidak bisa mengelola kekayaan pengetahuan, pengalaman, dan kebersamaan
dengan tim, maka terjadi kesenjangan soft skill.
Tantangan Pengembangan Soft Skill Meski soft skill menjelma menjadi kebutuhan penting dibandingkan hard skill, sebenarnya soft skill adalah karakter yang melekat pada diri seseorang, dan sudah dibangun sejak kecil (didikan lingkungan, keluarga dan pendidikan). Di dunia kerja, perusahaan tak cukup
Top Career Issue
hanya melulu melatih dan mengembangkan kemampuan teknis, tapi juga harus mengembangkan soft skill, interpersonal, dan kemampuan membina hubungan agar dapat membantu orang dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan efektif. Tak bisa dipungkiri, keberhasilan suatu perusahaan didukung orang-orang berkualitas di belakangnya. Dengan demikian, tampak jelas bahwa SDM merupakan aset bagi perusahaan. Bila diarahkan oleh bagian SDM dengan baik, akan sangat mendukung bisnis perusahaan. Dengan mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh karyawan, otomatis akan meningkatkan produktivitas kerja, yang berujung kepada semakin meningkatnya kuantitas maupun kualitas produksi yang dihasilkan. Pengembangan karyawan digarisbawahi, bisa dilihat sebagai investasi jangka panjang bagi perusahaan. Ada beberapa cara
meningkatkan soft skill, di antaranya adalah modelling, berinteraksi, dan melakukan kegiatan grup seperti mengikuti organisasi, dan lainlain. Lingkungan kerja berhubungan erat dengan dinamika interpersonal yang tak dapat diabaikan. Kemampuan mendengar, mempresentasikan ide, menyelesaikan masalah, dan membina keterbukaan terkorelasi dengan kemampuan bagaimana membangun dan memelihara hubungan dengan orang. Rudi Eko Hartono, Sales Director PT. Sinar Niaga Sejahtera, mengungkapkan tips-nya untuk dapat mengembangkan soft skill di lingkungan kerja, yakni dengan membangun keterbukaan, komunikasi dua arah, couching counselling yang efektif. Kesemuanya itu dianggap Rudi bisa dijadikan langkah awal dalam mengembangkan soft skill di dalam timnya. Sementara Dewi Kartini, seorang
supervisor perusahaan asing yang bergerak di bidang logistik pun menilai soft skill sangat berperan. Untuk membangun timnya, Dewi lebih suka melakukan metode sharing sehingga lebih dapat mengetahui masalah yang dihadapi timnya. ”Dengan sharing, selain bisa memecahkan masalah bersama, secara langsung juga membangun kedekatan emosional dengan tim.” Sangat penting untuk mengetahui peran vital dari soft skill dalam tim, sehingga dapat men-challage tim untuk berkembang di organisasi. Hal yang biasanya perlu diperhatikan di antaranya: 1. Integritas Sebuah integritas dibutuhkan bagi setiap karyawan karena sifat profesional biasanya tumbuh dari integritas seseorang. Karyawan yang berintegritas akan konsisten dalam menjalankan value dan kode etik perusahaan. Bisa jadi akan muncul calon-calon leader
dari karyawan yang memiliki soft skill ini 2. Kerja Sama Tim Dalam bekerja, kita tidak bekerja sendirian. Ada orang yang yang terlibat dan mempunyai visi yang sama untuk perusahaan. Apabila kerja sama di dalam tim bisa disinergikan satu sama lain, tentulah akan melahirkan sebuah tim yang kuat dan kompak. 3. Loyalitas Jika karyawan tidak memiliki loyalitas terhadap perusahaan, akan sulit baginya untuk dapat mengerjakan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Hal ini dikarenakan tidak adanya ikatan yang kuat sehingga dapat memperlemah kinerjanya dalam bekerja. 4. Resolusi Konflik Soft skill ini sangat dibutuhkan karena tak sedikit mencuat masalah-masalah dari
Singkatnya, pada saat perusahaan tidak bisa mengelola kekayaan pengetahuan, pengalaman, dan kebersamaan dengan tim, maka terjadi kesenjangan soft skill
TopCareer | Mei 2013 | 17
Semua orang harus jelas dalam berkomunikasi sehingga pesan yang ingin disampaikannya dapat ditangkap oleh lawan bicaranya.
18 | Mei 2013 | TopCareer
Top Career Issue
orang yang tidak dapat mencari resolusi dari sebuah konflik. Dengan tergabung dalam satu perusahaan, tentulah potensi terjadinya konflik sangat besar. Kemampuan meredam ataupun mencari solusi dari sebuah konflik sangat berguna di dalam sebuah organisasi perusahaan. 5. Adaptasi dan Fleksibilitas Kecenderungan untuk selalu sendiri dan terlalu kaku merupakan benih dari terjadinya konflik. Mudah beradaptasi dan fleksibel dalam bersosialisasi di kantor sangat mendukung hubungan pribadi di sesama rekan kerja. 6. Komunikasi Semua orang harus jelas dalam berkomunikasi sehingga pesan yang
ingin disampaikannya dapat ditangkap oleh lawan bicaranya. Bahkan secara teknis, cara mengartikulasikan kata harus jelas, sehingga tidak terjadi distorsi di dalam pembicaraan. 7. Berpikir Kreatif Untuk perusahaan yang bergerak di bidang kreatif, memiliki kreativitas dalam berpikir menjadi modal utama. Dengan berpikir kreatif, akan banyak muncul ide baru dan menyegarkan. 8. Coaching dan Mentoring Tiap karyawan harus dapat melakukan coaching dan mentoring. Ini sangat penting, terutama bagi karyawan di posisi middle management. Dengan menguasainya, maka dia
/WFCJDGTCFCRVCUKFCPƀGMUKDGNFCNCO bersosialisasi di kantor sangat mendukung hubungan pribadi di sesama rekan kerja
TopCareer | Mei 2013 | 19
akan mudah melakukan coaching ataupun mentoring. Idealnya, bagian HRD tinggal ‘mengolah’ karyawannya, apabila soft skill yang dimiliki mereka sudah memenuhi apa yang diharapkan. Namun begitu, meskipun telah memenuhi standar pun, perusahaan
20 | Mei 2013 | TopCareer
harus bisa mengembangkan potensi di setiap karyawannya. Hal tersebut merupakan investasi yang dapat mendukung pengembangan bisnis dari perusahaan itu sendiri. Memang ada pengalokasian biaya diproses pengembangan soft skill tersebut, akan tetapi bisa dikatakan lebih cenderung masuk ke dalam bentuk investasi people
Top Career Issue
development ketimbang dilihat sebagai angka nominal yang dibuang sia-sia. Irma Suryani, salah satu asisten manajer di salah satu bank di Jakarta, mengatakan dia kerap mengikuti pelatihan yang sering diadakan oleh kantornya, dan dapat menarik manfaat ketika harus mengembangkan soft skill timnya. Dalam
mengembangkan soft skill yang ada di timnya, Irma mengatakan dibutuhkan kemampuannya dalam melihat potensi dari masingmasing anggota. “Saya challenge mereka untuk dapat melakukan tugas yang tidak hanya merupakan tugas utamanya. Ini saya lakukan untuk menimbulkan sisi soft skill yang ada. Dengan cara ini, saya dapat melihat skill apa yang bisa dikembangkan. Saya tidak ingin mereka berada di zona nyaman, sehingga terpacu untuk menunjukkan kreativitas, leadership, maupun kecerdasan intelektual yang mereka punyai,” ucapnya. Bila melihat pernyataan di atas, dapat terbaca bahwa karyawan yang telah mengikuti pelatihan pengembangan soft skill tidak berhenti untuk kemajuan dirinya sendiri. Apa yang telah mereka serap di pelatihan, mereka duplikasi kembali untuk mempersiapkan timnya. Hal ini akan berlaku secara kontinyu, sehingga perlahan pengembangan ini
dapat diterapkan ke seluruh karyawan. Jika memperhatikan begitu banyak benefit yang didapatkan dengan program pengembangan soft skill ini, apakah perusahaan masih memandang penginvestasian terhadap karyawan sebagai anggaran yang terbuang sia-sia? Sekilas, kebutuhan mengembangkan kompetensi karyawan hanya agar menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Namun cobalah untuk melihat dari sisi yang lain. Dengan bertambahnya kompetensi yang dimiliki seseorang dalam bekerja, berarti dia pun telah mengembangkan kemampuan dirinya sendiri, dan dapat menjadi modal dasar dalam meningkatkan perkembangan kariernya di kemudian hari. TCM
TopCareer | Mei 2013 | 21
Company of Choice
Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan
Sesuai dengan tema pendidikan dalam edisi ini, Top Career Magazine mengangkat dua institusi di Tanah Air yang memiliki karakteristik berbeda, namun memiliki visi yang sama. Melalui pendidikan, keduanya turut berkontribusi dalam meningkatkan kecerdasan bangsa, demi terbentuknya manusia-manusia Indonesia yang berkualitas.
TopCareer | Mei 2013 | 23
Company of ChoiCe
“Basic Teaching Skill adalah Basic Leadership Skill” Berhenti mengecam kegelapan. Nyalakan lilin. Ini negeri besar dan akan lebih besar. Sekedar mengeluh dan mengecam kegelapan tidak akan mengubah apapun. Nyalakan lilin, lakukan sesuatu. Oleh: Arie Ishami
Hikmat Hardono
Executive Director Indonesia Mengajar
24 | Mei 2013 | TopCareer
Company of Choice
J
argon yang mewakili visi dari Indonesia Mengajar (IM) di atas sangat jelas, yakni saatnya bertindak nyata ketimbang hanya berdiam melihat hal yang kurang di bumi nusantara ini, khususnya di bidang pendidikan. Sebagai yayasan nirlaba yang tumbuh organik, tujuan akhir IM adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hikmat Hardono, Executive Director IM, mengatakan bahwa tujuan dari IM itu sederhana, yaitu menggalang orang untuk terlibat, turun tangan untuk mengembangkan dan memajukan pendidikan Indonesia. Menurutnya, aspek pendidikan itu sangat banyak. Hal itu bukan hanya merupakan tanggung jawab pemerintah semata, namun tanggung jawab bersama. Untuk itu, sebagai bangsa Indonesia, kita tidak harus melulu mengkritik pemerintah mengenai sistem pendidikan, namun mengerjakan sesuatu terhadap dunia pendidikan juga sangat penting. Masih banyak pekerjaan yang masih belum selesai dikerjakan oleh pemerintah, untuk itu perlu dibantu oleh segenap elemen bangsa. Melalui visinya, IM tidak berencana untuk menyelesaikan seluruh masalah pendidikan, tapi bertindak sebagai fasilitator yang berusaha mengajak semua orang untuk turun tangan membantu terkait dengan masalah pendidikan. Cara yang mereka lakukan adalah mengirim anak-anak muda terbaik Indonesia untuk menjadi guru dengan tujuan mengembangkan sebuah wilayah atau komunitas yang punya kemandirian pengembangan pendidikan di suatu tempat. Selain
itu, IM berusaha memfasilitasi anak-anak muda terbaik Indonesia untuk belajar kepemimpinan, belajar tentang daerah, dan belajar tentang pengabdian. “Coba bayangkan jika kita mengajar selama satu tahun di suatu tempat, saya yakin kita tidak akan melupakannya. Anak-anak yang dikirimkan untuk mengajar itu tinggal di rumah penduduk di pelosok daerah tersebut. Seumur hidup mereka tak akan lupa. Sesungguhnya, itu merupakan investasi buat Indonesia masa depan. Ini merupakan program pengembangan kepemimpinan. Ini merupakan human capital investment,” ucap Hikmat. Mengapa program IM ini juga merupakan program pengembangan kepemimpinan juga? Dijelaskan Hikmat, jika ingin pemimpin yang memiliki keberpihakan kepada rakyat, dia harus ‘belepotan’ sehingga tahu apa akar permasalahan yang terjadi. Inilah yang dimaksud IM sebagai investasi pengembangan karakter kepemimpinan. IM mengirimkan satu Pengajar Muda (PM) di satu daerah kerja, di satu sekolah dasar, selama lima tahun. Berdasarkan hasil pengamatan IM, untuk menggerakkan komunitas haruslah melalui pendekatan seorang guru, karena di seluruh budaya lokal di Indonesia ada dua profesi yang dihormati, yakni guru dan dokter. Sesuai dengan misinya di dunia pendidikan, untuk itulah IM mengirimkan PM untuk menjadi seorang guru. IM memiliki pandangan bahwa investasi terbesar di pendidikan Indonesia adalah bukan mengirim buku, komputer, ataupun alat peraga sekolah, akan tetapi dengan cara mengirim guru. “Ada cerita, saat seorang PM
membuka lemari di sekolah pada sebuah daerah, dia menemukan empat unit notebook, 1 unit perangkat PC komputer, dan 1 unit infocus yang tidak pernah dipakai. Sebenarnya bantuan negara itu banyak. Selama ini kita pikir untuk mengembangkan kemampuan baca rakyat Indonesia dengan cara mengirim buku. Tapi ternyata tidak bisa begitu, karena mereka di daerah lebih membutuhkan pendamping. Jika begitu, maka yang dibutuhkan adalah orang,” ujar Hikmat. IM sangat yakin masih banyak orang baik di Indonesia, namun selama ini ada kesalahan logika dalam ‘mengetuk’ passion untuk berkontribusi di bidang pendidikan. Oleh karena itu pada saat merekrut PM-PM, mereka ‘disentuh’ dengan pertanyaan: maukah bermanfaat untuk sesama? Maukah mengabdi? Maukah berguna bagi masyarakat? Ego manusialah yang ditohok, karena IM yakin ada hal-hal baik di dalam diri tiap manusia. IM menyentuh aspek-aspek mulia di diri seseorang yang bersifat abstrak. Pesan yang IM ingin sampaikan adalah mereka menghargai tiap individu. Semua orang memiliki elemen itu. Bukan memanjakan dengan menjanjikan beragam fasilitas ataupun benefit yang akan didapat, namun dengan menchallenge. IM percaya, orang bekerja memiliki lebih dari satu alasan. Perbedaannya dengan melakukan rekrutmen bekerja di perusahaan, orang diseleksi berdasarkan kompetensi teknis, lalu setelah masuk diintervensi oleh motivasi, dan dikasih paket benefit sehingga orang mau bertahan dan berperforma. Namun di IM beda, seleksinya adalah pengorbanan dahulu. Motivasinya dahulu, lalu kompetensinya kemudian dibangun. TopCareer | Mei 2013 | 25
Proses Rekrutmen Pengajar Muda 3URVHV 3HQGDIWDUDQ 2QOLQH
ä 0HWRGH Pengisian form pendaftaran secara online ä ,VL di antaranya 12 esai, prestasi, pengalaman organisasi/kerja
3HQLODLDQIRUP 3HQGDIWDUDQ
ä $XWRVFRULQJ oleh sistem ä 0DQXDOVFRULQJ oleh minimal 2 assessor ä .DQGLGDW urutan score tertinggi
“Kami tidak bisa merekrut orang seumur hidup dengan pengorbanan seperti itu. Kami tanyakan, mau gak satu tahun hidup rumit di daerah untuk mengajar? Jadi, PM kami sudah siap dengan pengorbanannya. Kami percaya anak muda Indonesia bukan tidak mau menjadi guru, tidak mau berbakti. Tapi yang mereka tidak mau adalah menjadi guru seumur hidup. Untuk itu, kami buat paket dengan pilihan tahun pengabdian yang limited, sesuai dengan yang diinginkan,” ucap Hikmat.
Key Success Factor
Profil yang dicari untuk menjadi seorang PM adalah profil pemimpin. Mereka bisa bekerja tanpa ada 26 | Mei 2013 | TopCareer
'LUHFW $VVHVVPHQW
ä 0XOWLWRRO Self Presentation, Forum Group Discussion, Interview, Teaching Simulation, Problem solving ä 0XOWLDVVHVVRU satu kandidat dilihat > 2 assessor
0HGLFDO &KHFN8S
ä 3HPHULNVDDQ NHVHKDWDQ Phisical Examination Opthamology Cardiology, urinalisis, serologi, kimia klinik
supervisi. Untuk itu, mereka harus bisa mengelola diri sendiri, berinisiatif, punya kemampuan menggalang orang, mempunyai ketabahan. IM percaya, basic teaching skill merupakan basic leadership skill. Sebagai ilustrasi, setiap manajer pasti bisa memimpin rapat. Setiap direktur pasti bisa menyampaikan konsep apa yang ingin dijalankan. Jadi yang IM lakukan dalam rekrutmen adalah memilih kandidat yang benar dan melatihnya dengan benar. Dalam melakukan rekrutmen, IM melakukannya dengan proses online. Hingga kini, sudah ada 33.000 orang, dan yang dipilih adalah 290 orang. Salah satunya tesnya adalah membuat 8-12 esai. Mengapa esei? IM berpendapat,
3HQJDMDU 0XGD
ä 0HQJLNXWL training 7 minggu
setiap pemimpin harus bisa menulis dan mengartikulasikan pesannya. Begitu pula dengan seorang guru. Dan yang juga penting adalah PM dapat menyosialisasikan program yang disusun oleh IM. Seluruh PM nantinya adalah ambassador bagi IM. Semua pertanyaan esei itu bersifat reflektif, yakni bagaimana mereka dalam bertindak. Bisa dikatakan ini sebagai evidence based. Past behavior credits future behavior. Mereka yang lolos seleksi dengan skor tertinggi akan mengikuti direct assessment seharian penuh. Mereka akan mengikuti tes psikologi, focus group discussion, self presentation, interview, teaching skill, dan problem solving. Hikmat berkata proses ini mahal, namun inilah bisnis IM, yakni berinvestasi SDM, karena
Company of Choice
mereka yang akan menggerakkan program dan menjadi ambassador IM. Setetah dinyatakan lulus, calon PM ini akan mengikuti medical check-up, dan training selama 7 minggu penuh dari pukul 04.30 WIB hingga 23.00 WIB. Mereka hanya boleh libur di hari Minggu siang, dan selebihnya masuk ke camp lagi. Setelah selesai training, para PM tersebut langsung berangkat ke daerah yang telah ditentukan. “Proses rekrutmen, khususnya pada saat direct assessment melibatkan para praktisi HR sebagai volunteer. Bahkan mereka pun ikut sebagai instruktur di training dan pembuatan program training. Mereka sangat mendukung IM, bahkan menyiapkan program sekembalinya para PM dari tugas, dalam rangka menghadapi dunia yang cukup lama mereka tinggalkan,” jelas Evi Trisna, Public Engagement Manager IM. Ada dua materi training yang diberikan kepada PM, yaitu leadership dan paedagogis.
Paedagogis adalah keterampilan mengajar. Sedangkan untuk materi kontennya adalah pengetahuan dasar. Para PM ini secara akademis sudah bagus, dan dalam teknis mengajar tinggal diarahkan untuk mengacu ke kurikulum pendidikan dasar yang dikeluarkan pemerintah. Dalam setahun, ada dua batch rekrutmen yangdilakukan, yakni batch genap dan batch ganjil. Proses rekrutmen ini dilakukan di empat kota, yakni Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar.
Pengalaman di Daerah
“Niat baik, rencana baik, orang baik, belum tentu mendapat respons yang baik. Tapi justru itu tantangan leadership. Dan saya rasa ini adalah masalah biasa yang dihadapi saat memasuki lingkungan baru. Itu tantangan bagi seorang leader, yakni bagaimana mereka dapat mengonversi resistensi tersebut,” tutur Hikmat. Sejak akhir 2010 hingga 2012, IM telah menempatkan para PM di 17
kabupaten di seluruh Indonesia, antara lain: t ,BCVQBUFO"DFI6UBSB1SPQJOTJ Nanggroe Aceh Darussalam. t ,BCVQBUFO#FOHLBMJT1SPQJOTJ Riau. t ,BCVQBUFO.VBSB&OJN Propinsi Sumatera Selatan. t ,BCVQBUFO.VTJ#BOZVBTJO Propinsi Sumatera Selatan. t ,BCVQBUFO5VMBOH#BXBOH#BSBU Propinsi Lampung. t ,BCVQBUFO-FCBL1SPQJOTJ Banten. t 1VMBV#BXFBO ,BCVQBUFO(SFTJL - Propinsi Jawa Timur. t ,BCVQBUFO,BQVBT)VMV Propinsi Kalimantan Barat. t ,BCVQBUFO1BTFS1SPQJOTJ Kalimantan Timur. t ,BCVQBUFO,FQ4BOHJIF Propinsi Sulawesi Utara. t ,BCVQBUFO#BOHHBJ1SPQJOTJ Sulawesi Tengah. t ,BCVQBUFO.BKFOF1SPQJOTJ Sulawesi Barat. t ,BCVQBUFO#JNB1SPQJOTJ/VTB Tenggara Barat.
Data Pengajar Muda $QJNDWDQ
-XPODQ 3HQGDIWDU
7DKDS,
7DKDS,,
-XPODK30
1
1383
1383
160
51
2
4299
1232
274
72
3
5279
1467
158
47
4
8501
2453
268
71
5
6845
1968
175
52
6
7502
2098
263
74
TopCareer | Mei 2013 | 27
Profil Umum Pengajar Muda
:RUOG&ODVV &RPSHWHQFH
1
ä 3HUZDNLODQ,QWHUQDWLRQDO Conference ä 3HQHULPDEHDVLVZD/1 ä /XOXVDQXQLYHUVLWDV/1 ä 3HUWXNDUDQSHODMDU ä /RPEDNDU\DLOPLDK internasional ä 3HUQDKNHUMDPDJDQJGL/1
2
$NWLI2UJDQLVDVL ä .HWXDMDEDWDQWLQJJLGDODP organisasi pemuda ä 0HQJLQLVLDVLSURJUDPDWDX gerakan baru ä 3HQJXUXVLQWLGDODP organisasi/komunitas (minimal)
$NDGHPLV QRQDNDGHPLVWLQJJL ä 3HQHULPDEHDVLVZD nasional ä /XOXVDQWHUEDLNVHIDNXOWDV (minimal) ä 3HQHULPDSHQJKDUJDDQ tingkat universitas (minimal)
4 28 | Mei 2013 | TopCareer
3HQJDODPDQNHUMD ä 3HQJDODPDQNHUMDGLZHOO NQRZQFRPSDQ\01&GDQ national scale company)
3
Company of Choice
t ,BCVQBUFO3PUF/EBP1SPQJOTJ Nusa Tenggara Timur. t ,BCVQBUFO)BMNBIFSB4FMBUBO Propinsi Maluku Utara. t ,BCVQBUFO.BMVLV5FOHHBSB#BSBU Propinsi Maluku. t ,BCVQBUFO'BLGBL1SPQJOTJ1BQVB Barat. Dalam mengirimkan PM, IM tidak membedakan jenis kelamin dan tidak membeda-bedakan agama. Hikmat mengatakan, selama ini ada ‘pakem’ bahwa untuk mengirimkan guru yang beragama Islam ke sebuah daerah yang mayoritas penduduknya beragama sama, dan begitu pula dengan daerah yang memiliki mayoritas agama lain. Namun mitos ini ‘dilanggar’ oleh IM. Karena dalam melakukan penempatan, IM tidak mempertimbangkan hal tersebut. “Kami memiliki beberapa pengalaman mengirimkan PM yang beragama Katolik ke sebuah daerah yang mayoritas Muslim. Tidak ada masalah. Bahkan PM tersebut tinggal di rumah penduduk yang berprofesi sebagai guru mengaji. Ada pula pula seorang PM muslim yang ditempatkan di daerah yang penduduknya bermayoritas Nasrani. Malah PM tersebut memiliki keahlian tambahan, yaitu menyembelih hewan karena PM tersebut di-support untuk menyembelih sendiri sesuai adab Islam sebagai bahan lauk-pauk makannya. Jadi, terbukti bahwa setiap orang yang memiliki niat baik akan menembus sekat perbedaan yang prinsip sekali pun,” jelas Hikmat. Tapi diakui Hikmat terdapat sejumlah resistensi muncul dari tiap daerah yang dialami PM mereka. Hal ini terkait dengan adat ataupun proses pengajaran. Tapi di sinilah dituntut munculnya sifat kepemimpinan tiap PM dalam menghadapinya. Mau tidak mau, seorang PM pada akhirnya
menjadi aktivator penggerak di daerah masing-masing. Tak hanya masalah pendidikan, bahkan kerap dijadikan role model bagi penduduk daerah di setiap aktivitas mereka. Hingga saat ini, tak ada PM yang menyerah dalam menjalankan tugasnya. IM menyikapi ini sebagai keberhasilan mereka dalam melakukan rekrutmen dan pola training yang telah dipersiapkan sehingga menjadi modal bagi para PM dalam melakukan tugasnya di lapangan. “Terlepas dari pemilihan PM dan training yang tepat dan benar, motivasi para PM itu pun menjadi penentu keberhasilan mereka di daerah penempatan. IM dan PMPM berkeyakinan bangsa ini harus maju bersama. Jika ada daerah yang tertinggal, kewajiban kita untuk menjadi katalisator agar bisa maju bersama. Karena pada awalnya, negara ini dibangun bersama, dengan kondisi yang sama-sama dari 0. Sehingga pada akhirnya kita seharus bersama-sama juga dalam menyongsong kemajuan ini,” kata Hikmat.
Sisi ‘Bisnis’ IM
Belepotan! Itu jawaban Hikmat ketika ditanyakan bagaimana proses pada awalnya IM sebagai yayasan nirlaba dapat mengoperasikan kegiatannya. Hikmat menceritakan, susah meyakinkan ke perusahaan untuk dapat menginvestasi dana mereka dengan cara mengirimkan guru ke daerah-daerah. Perusahaan lebih suka mendanai pembangunan fisik penunjang pendidikan, seperti sekolah, buku atau peralatan saja. Hikmat menegaskan bahwa dana yang diperoleh IM sebagian besar dari korporasi Indonesia. Pada akhirnya, mereka dapat melihat visi IM. Untuk meyakinkan mereka ini melalui proses sangat panjang, karena apa yang
dilakukan IM dinilai sebagai hal yang intangible. Oleh karena itu, IM serius dalam membangun kredibilitasnya. IM menjalin kerja sama dengan institusi yang telah dipercaya, seperti DDI dalam proses perekrutan, dan sejak IM terbentuk mereka melakukan proses audit oleh lembaga akuntan publik PricewaterhouseCoopers. “Agak berat di awal, tapi hal ini harus kami dijalankan. Semoga dunia korporasi di Indonesia dapat menanam investasi ke isu-isu yang tak terlihat, tapi nyata. Namun kami pun memiliki donasi publik bagi pribadi maupun korporasi yang memiliki komitmen dalam mendukung program IM dalam jangka waktu tahunan,” ujar Hikmat. Langkah dasar yang dilakukan IM dalam bermitra dengan korporasi adalah mendapatkan kepercayaan mengenai visi IM. Dijelaskan lebih lanjut oleh Hikmat, IM tidak mengirim proposal, lalu melakukan presentasi. IM selalu mengawalinya dengan melakukan pendekatan dengan orangorang yang sevisi, walaupun pada akhirnya melakukan presentasi apa yang telah IM lakukan. Dengan jumlah karyawan sebanyak 30 orang, IM menjalankan organisasinya secara profesional karena memang IM dibentuk sebagai yayasan yang bekerja profesional. Para karyawan ini praktis sebagai volunteer juga, karena mereka menghabiskan waktu kerja tidak selayaknya jam kerja yang telah ditentukan. Namun inilah kekuatan IM dalam mengelola karyawannya, sehingga mereka dapat turut merasakan passion yang senafas dengan visi dan misi IM. TCM
TopCareer | Mei 2013 | 29
Company of ChoiCe
Meyongsong Dunia Pendidikan Global
Kestabilan tingkat pertumbuhan ekonomi, membuat Indonesia masuk ke daftar negara layak investasi. Sebagai sekolah bisnis, Prasetiya Mulya menyiapkan lulusan terbaiknya agar dapat ikut dalam pusaran bisnis internasional ini. Oleh: Arie Ishami
d
unia pendidikan saat ini harus berubah karena lingkungan dunia pendidikan tinggi sudah berubah, terutama lingkungan bisnis yang berubah. Dampak dari perubahan teknologi, kondisi perekonomian, dan globalisasi menjadi salah 30 | Mei 2013 | TopCareer
satu pemicunya. Dikarenakan bisnis berubah, maka perusahaan juga harus berubah. Ikut dalam perputaran roda perubahan ini, menjadikan sekolah bisnis bersiap diri untuk dapat menjawab tantangan dari dunia bisnis ini. Jika tidak, mereka akan tertinggal. Bagi Prasetiya Mulya (PM), ada tiga hal perubahan yang dilakukan untuk menyiapkan perubahan. Pertama, perubahan kompetensi
dari fakultas. Dosen merupakan aset terbesar bagi sekolah bisnis. Jika mereka tidak berubah untuk mengembangkan kompetensi dari fakultasnya, maka bisa dikatakan sekolah bisnis tidak berubah. Perubahan inilah yang akan ditransfer ke mahasiswa dalam bentuk kurikulum yang sesuai dengan kondisi terkini. Kurikulum dirancang sesuai dengan misi program, yakni menyelenggarakan
Company of Choice
pendidikan bisnis yang hebat, bagi talenta yang hebat, dari perusahaan yang hebat. PM juga melakukan control point ke para mahasiswanya dalam mengembang kurikulum yang akan dirancang, dengan menanyakan apa yang menjadi kebutuhan mereka dalam mata kuliah yang akan dipelajari. “Dosen harus mengembangkan kompetensi untuk menjawab kebutuhan bisnis ke depan. Contohnya, mahasiswa tidak lagi ingin tahu apa itu leadership. Mereka sudah tahu. Yang diinginkan mereka adalah bagaimana leadership dapat digunakan di dalam perusahaan atau unitnya untuk dapat meningkatkan produktivitas. Jika dosen tidak dapat menjawab itu, maka sekolah bisnis akan ditinggalkan. Makanya dalam mengelola dosen dan SDM-nya, kami memandang mereka sebagai sebuah investasi, bukan merupakan expence,” ucap Prof. Djoko Wintoro, Ph.D, Ketua Prasetiya Mulya Business School. Menurut Djoko, fungsi pemimpin dari sekolah bisnis berbeda dengan perusahaan. Chief Executive Officer (CEO) dari sebuah perusahaan banyak dikenal oleh publik. Namun di sekolah bisnis, justru tidak ada yang mengenal siapa rektornya, tapi dosen dari fakultaslah yang lebih banyak dikenal. “Siapa yang tidak kenal CEO dari Apple atau Microsoft. Tapi adakah yang tahu siapa rektor dari Harvard University? Di sinilah pentingnya kami meningkatkan kompetensi dari dosen dan fakultas.” Perubahan Kedua yang dilakukan oleh PM adalah kompetensi supporting member atau staf. Mereka ini yang menjalankan pekerjaan administratif yang kompleks sehingga kegiatan operasional dapat berjalan dengan teratur dan terarah.
Kompetensi yang dikembangkan bagi staf PM adalah bagaimana dapat melayani mahasiswa secara profesional, baik, dan benar. Karena mereka harus berinteraksi dengan para mahasiswa, baik melayani urusan administratif akademik, pembayaran, hingga jadwal perkuliahan. Perubahan yang terakhir, adalah infrastruktur atau layanan. PM sangat memperhatikan infrastruktur lokasi dari kampus. Kebersihan, kondisi ruang kuliah, pengaturan parkir kendaraan, merupakan faktor pendukung yang perlu diperhatikan untuk kenyamanan mahasiswa dalam berkuliah. Ketiga perubahan ini menjadi hal mendasar yang dilakukan dikarenakan PM ingin menjadi tempat pembelajar yang lengkap. Untuk itu, sikap tetap terus belajar menjadi kultur di PM. Dosen dan staf di PM telah terbiasa dengan kultur ini agar menjadikan PM sebagai sekolah bisnis yang maju. “Tantangan bagi sekolah bisnis sekarang adalah talenta yang masuk sebagai mahasiswa tidak ingin
belajar tentang ‘what’. Mereka tidak belajar dari nol. Untuk itu, kami di PM harus mau terus banyak belajar pula untuk mengimbangi kebutuhan dari mahasiswa,” kata Djoko. Kekuatan yang dimiliki oleh PM adalah kemampuan first mover advantage-nya, yakni kemampuan untuk lebih dulu maju dibanding yang lain. Saat ini, PM membuat Prasetiya Mulya Global Scholar Network. “PM tidak bisa sekadar hidup di Indonesia. Kami harus bergaul dengan lingkungan internasional. Itu yang saat ini dirintis. Contohnya, tahun lalu kami mengundang profesor, dari Korea Selatan dan China untuk berbicara mengenai peta dunia bisnis Asia sekarang ini. Tahun ini, kami kembali akan mendatangkan profesor dari Korea Selatan, China, Jepang, dan Amerika Serikat untuk berbicara tentang kovergen bisnis Asia, Timur dan Barat,” ucap Djoko. Mencari Talenta Terbaik Berbicara mengenai kebutuhan SDM bagi sekolah bisnis, terutama dosen, Djoko
Prof. Djoko Wintoro, Ph.D,
.HWXD3UDVHWL\D0XO\D%XVLQHVV6FKRRO TopCareer | Mei 2013 | 31
menuturkan bahwa PM tidak pernah berhenti mencari talenta-talenta pengajar yang berkompeten. PM tidak kekurangan dosen, tapi PM berinvestasi dalam mencari talenta yang cocok dengan standar untuk mengajar di sana. Namun diakuinya, hal pencarian ini tidaklah mudah, karena pasar tenaga kerja untuk dosen masih sedikit. Djoko menduga hal ini terjadi dikarenakan profesi pengajar bukan menjadi sebuah profesi yang dicita-citakan orang dalam berkarier. ‘Menjaga’ SDM-nya pun merupakan hal lain yang dilakukan oleh PM. Bagi Djoko, PM merupakan tempat yang ideal untuk berkembang. PM menjadi lahan subur yang ditanami oleh benih-benih yang hebat. Satu hal yang mungkin tidak didapatkan di tempat lain adalah kemerdekaan. Kemerdekaan untuk mengemukakan pendapat, kemerdekaan untuk memacu potensi yang dimiliki, kemerdekaan dalam mencapai
32 | Mei 2013 | TopCareer
mencapai kemajuan, kemerdekaan untuk belajar. Kemajuan di PM tidak memiliki batasan. “Bagi yang senang kemerdekaan, mereka akan tetap di sini. Tapi bagi mereka yang mengejar uang dan menggadaikan kemerdekaannya, mereka akan pergi. Kemerdekaan itu mahal harganya, dan tak dapat dinilai dengan uang. Kemerdekaan bisa menjadikan orang sebagai dirinya sendiri. Semuanya bebas ngobrol dengan saya. Meski ada perbedaan pendapat, kami melihatnya sebagai hal yang baik sehingga memicu adanya kemajuan. Yang tidak boleh ada di sini adalah sikap jealous. Sikap menghargai terus dikembangkan di PM. Kultur jealous itu memunculkan kemunduran, sedangkan kultur menghargai akan memunculkan kemajuan,” tegas Djoko. Ditambahkannya, di PM, mereka sering makan pagi bersama sambil mengobrol dengan siapa saja. Bebas, tidak ada sekat. Di PM, komunikasi berjalan lancar. Komunikasi adalah
roh dari kemerdekaan. Tapi Djoko mengemukakan bahwa tertarik akan godaan untuk pindah bekerja ke tempat lain merupakan hal yang sangat manusiawi. Dia tidak menyalahkan pilihan tersebut. Karena lingkungan yang terkadang membentuk kebutuhan tersebut.
Pendidikan di Indonesia Mahal
Saat disinggung mengenai adanya anggapan bahwa biaya pendidikan di Indonesia sangat mahal, Djoko tergelitik untuk mengeluarkan pendapatnya akan hal itu. Dia malah balik bertanya, jika harga sebuah barang mahal, tidak ada yang mengomentari dengan sinis. Tapi lain halnya jika biaya pendidikan mahal. Baginya ini pernyataan yang lucu. Djoko mengatakan untuk sebuah kualitas baik, maka dibutuhkan investasi. PM membayar pajak bumi bangunan (PBB), listrik yang banyak digunakan untuk pengoperasionalan
Company of Choice
sekolah dengan harga yang sama dengan industri komersial lainnya. Tidak ada kompensasi. Belum lagi persyaratan untuk menjadikan PM menjadi sekolah bisnis yang berkualitas, otomatis harus menginvestasikan SDMnya, terutama dosen, dengan pendidikan yang lebih tinggi lagi. Itu semua membutuhkan dana yang tinggi. Pernyataan pendidikan mahal di Indonesia menurut Djoko merupakan pernyataan yang mendiskreditkan pendidikan itu sendiri. “Pendidikan di negara lain bisa murah karena disubsidi pemerintah. Kami mengeluarkan biaya yang tidak murah untuk menyediakan fasilitas yang nyaman bagi mahasiswa untuk belajar. Kami tidak berbisnis yang dengan memanfaatkan lahan tidur sebagai aset komersial. Lahan tidur tersebut kami buat taman untuk mahasiswa rileks, tapi pajaknya sama dengan lahan yang difungsikan sebagai bisnis komersial. Bisnis kami ini adalah bisnis pendidikan yang mendukung peningkatan kualitas bangsa Indonesia, lho,” seru Djoko. Solusi untuk permasalahan ini, Djoko menyarankan bagi orangorang untuk mengubah mindsetnya dengan memandang pendidikan sebagai investasi yang dapat diartikulasikan dengan hitung-
hitungan bisnis. “Ada seorang lulusan S1 dapat gaji yang normal 5 juta. Kalau dia meneruskan pendidikannya ke S2 selama satu tahun setengah, gajinya akan 9 juta. Jika dia hanya bekerja dan tidak kuliah lagi, dengan kenaikan gaji 20 persen pada tahun berikutnya, maka dia hanya akan mendapatkan gaji 6 juta. Jadi, apa pilihan yang paling menguntungkan dengan hitunghitungan ini?”
Kualitas Pendidikan
Djoko mengungkapkan bahwa investasi sekolah bisnis di Tanah Air kerap kali tidak dihargai. Dia memberikan contoh, PM mengirimkan dosennya yang memiliki gelar S2 ke luar negeri untuk mengambil S3 selama empat tahun, nilai investasinya 2 miliar. Hal seperti ini tidak dilihat oleh pemerintah. Padahal hal ini dilakukan PM untuk berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional. 'FOPNFOBCBOZBLPSBOHZBOH memilih berkuliah ke luar negeri membuktikan bahwa ketidakpercayaan bangsa ini akan kualitas pendidikan di Indonesia, padahal asumsi itu tidak benar. Djoko menyarankan pemerintah membentuk sistem sehingga dapat membuat orang percaya kuliah di dalam negeri. Djoko tetap yakin kualitas yang dihasilkan oleh PM mampu bersaing dengan lulusan luar negeri. Proxy ini yang memicu PM untuk menjaga kemampuan lulusannya. Industri jelas membutuhkan SDM yang unggul untuk mendukung bisnis perusahaan mereka, dan PM siap untuk memenuhi kebutuhan itu. “Ada sebuah multinational company yang mengadakan management trainee sebanyak 12 orang, dan 4
orang di antaranya merupakan lulusan PM. Dari head office regional mereka, CEO regional mereka, datang ke sini. Dia penasaran, karena ke-4 lulusan kami itu selama mengikuti management trainee prestasinya luar biasa. Saya bisa katakana, lulusan kami siap diadu dengan lulusan luar negeri sekalipun,” ucap Djoko dengan nada bangga.
Mendukung Entrepreneurship
Dengan maraknya semangat entrepreneurship di Indonesia saat ini, PM merupakan sekolah bisnis pertama yang membuat program S1 entrepreneurship. Putusan ini diambil karena PM menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi negara ditentukan oleh produk domestik bruto (PDB). Dan yang membangun iklim perekonomian sehingga meningkatkan perekonomian Indonesia adalah para pengusaha. Di Indonesia, yang membangun PDB banyak lapisan, yaitu perusahaan kecil, perusahaan menengah, dan perusahaan besar. Di tataran S2, PM merupakan sekolah bisnis yang pertama kali berbicara mengenai business plan. Dahulu, orang harus membuat tesis untuk lulus, namun di PM harus membuat rencana bisnis. Inilah menjadikan lulusan PM memiliki kesadaran business mindset. PM terus berusaha memberikan kontribusinya dalam dunia pendidikan nasional, dengan cara mencetak lulusan-lulusan terbaiknya. Mereka dipersiapkan untuk dapat berakselerasi dengan cepat, mengikuti tuntutan perkembangan bisnis yang juga semakin cepat berubah. TCM
TopCareer | Mei 2013 | 33
Advertorial
BNI SALES ACADEMY 2013
SALES HUNTER, SALES FARMER & SALES LEADER WILAYAH PADANG Oleh: Billy Asmoro
D
engan berakhirnya pelatihan di Wilayah Medan bulan Maret yang lalu, langsung dilanjutkan di bulan April berikutnya dengan pelatihan wilayah Padang yang diselenggarkan di BNI Pekanbaru mulai tanggal 2 April 2013 sampai tanggal 18 April 2013 dengan total sebanyak 8 kelas terdiri dari Pelatihan Kelas Hunter sebanyak 2 kelas, Pelatihan Kelas Farmer sebanyak 3 kelas dan Pelatihan Kelas Leader sebanyak 3 kelas. Dimulai dengan 2 Pelatihan Kelas Sales Farmer Angkatan 1 dan Sales Leader Angkatan 1, Global Top Career mengirimkan 3 Fasilitatornya untuk membawakan 2 materi yang berbeda yaitu Selling Skill Training di kelas Farmer oleh Adhi Mulia Lubis dan Sales Leadership Traing di kelas Leader oleh Herri Prasetijo, dimana di kedua kelas ini juga secara bergantian dibawakan oleh Billy Asmoro sebagai pendamping fasilitator. Dibuka secara singkat oleh Ari Sitompul dari Global Top Career dengan sesi perkenalan yang memaparkan mengenai Permata Indonesia Group sebagai induk perusahaan maupun penjelasan mengenai tata tertib pelatihan, Sales Farmer Angkatan I Padang ini dilaksanakan tanggal 2-4 April 2013, Angkatan II dari tanggal 9-11 April 2013 dan Angkatan III tanggal 13-15 April 2013, dimulai dengan sesi Sales Mindset dilanjutkan dengan sesi Sales Mindset & Attitude dimana peserta dibekali dengan
46 || Mei Mei 2013 2013 || TopCareer TopCareer 46
Advertorial
pemahaman mengenai profesi Sales Banking sebenarnya dan diharapkan dapat membuat peserta lebih yakin dan memiliki sikap sebagai seorang Bankers Sejati serta tahu betul apa yang harus dilakukan dan dikerjakan sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya dalam bekerja sebagai salah satu ujung tombak penjualan BNI. Jumlah Peserta total sebanyak 80 orang yang terbagai kedalam 3 kelas ini sangat antusias mengikuti materi demi materi yang disampaikan dengan sangat baik oleh fasilitator yang tentunya akan memberikan banyak masukan bagi para peserta Sales Farmer dengan unit kerja PBA, IBC, dan CRO dari kota-kota yang masuk dalam Wilayah Padang tentang bagaimana berperilaku sebagai seorang Bankers Sejati dan bukan sebagai penjual produk bank atau karyawan bagian penjualan. Tugas utama Sales Farmer adalah mempererat hubungan dan menggali kebutuhan nasabah existing atau yang sudah berbanking dengan BNI sehingga metode Consultative Selling Skill menjadi metode utama yang disampaikan dalam materi
selanjutnya oleh fasilitator Global Top Career. Hari kedua materi mulai masuk pada tahapan-tahapan Consultative Selling Skill dilanjutkan dengan Tele-appointment, Opening dan ditutup dengan Investigating. Materi sedikit mirip dengan Sales Hunter namun titik berat lebih kepada sisi Consultative mengingat Sale Farmer harus lebih bertindak sebagai Financial Consultant dibanding penjual produk perbankan. Penyampaian materi dibuat sedemikian rupa sehingga membuat peserta sangat aktif melakukan tanya jawab yang tentunya semakin memperkaya wawasan termasuk sharing dari peserta-peserta yang sudah cukup sukses dalam menjalankan tugasnya. Dalam Pelatihan Sales Leader, Angkatan I diselenggarakan tanggal 2-4 April 2013, Angkatan II tanggal 9-11 April 2013 dan Angkatan III tanggal 13-15 April 2013. Diawali dengan materi yang cukup menarik mulai Sales Leader Mindset, New Paradigm of Sales Leader, Sales Proses Discipline dan Business Acumen sehingga secara perlahan para peserta dengan total 81 orang
Hubungi:
[email protected] atau +6287875273237
Ingin Menyelenggarakan Program
OutbOund MeMOtIvAsI
Yang 47 | April 2013 | TopCareer
sekaligus bagi Individu, tim, dan Organisasi?
berMAnfAAt
TopCareer | Mei 2013 | 47
Advertorial
yang terbagi kedalam 3 kelas dan terdiri dari para Pemimpin KLN, Penyelia Penjualan, PBN dan KSM BWU yang terlihat cukup antusias hadir dan mendengarkan penjelasan materi termasuk di hari Sabtu dan Minggu diharapkan bisa jauh lebih memahami apa yang harus dilakukan sebagai Sales Leader dan bagaimana memandang Sales Leader ini sebagai bagian yang sangat penting dalam perkembangan bisnis perbankan dewasa ini dimana perubahanperubahan yang terjadi sangat cepat dan dibutuhkan kemampuan penyesuaian yang ekstra dari para Leader terutama dalam bidang penjualan. Di hari kedua, materi mulai masuk pada hal yang berkaitan dengan Managing Sales Team Performance dan cara-cara serta kiat dalam melakukan Pelatihan terhadap bawahannya (Tim Penjualan) termasuk di dalamnya menggunakan salah satu perangkat pembantu yaitu sistem SAPM (Sales Acitivity Performance Management) yang sudah dibuat dan disediakan oleh BNI dengan cukup mutakhir untuk memantau perkembangan dan aktivitas nasabah maupun tenaga penjual, sehingga sistem ini nantinya akan bisa dipergunakan secara maksimal oleh para tenaga penjual sebagai penunjang aktivitas penjualan dan merupakan sistem pemantau yang dipergunakan oleh para pemimpin penjualan dalam memantau aktivitas timnya sehari-hari. Di hari ketiga, facilitator menyampaikan materi yang berkaitan dengan Managing Sales Growth, Managing Sales Team, Managing Sales Acitivities, 48 || Mei Mei 2013 2013 || TopCareer TopCareer 48
dan Sales Forecasting & Capacity Planning, dimana para peserta diharapkan mampu lebih memahami bagaimana kinerja seorang tenaga penjualan sebenarnya serta bagaimana cara mengatur, mengawasi dan memberikan pelatihan bagi tim penjualannya. Di hari ketiga itu pula diberikan kiat-kiat dan strategi dalam menyusun strategi penjualan, rencana penjualan serta hal-hal penting lainnya yang sangat berguna bagi peserta dalam melaksanakan dan mengawasi kegiatan penjualan anggota timnya. Melalui metode Role Play dan Personal Exercise serta Diskusi Kelompok, penyampaian materi tidak lah membuat para peserta bosan, sehingga waktu tiga hari yang sudah disiapkan dirasa kurang bagi sebagian peserta karena antusiasme peserta sangat tinggi serta sangat interaktif membuat suasana ruangan di kedua angkatan ini selalu ramai oleh diskusi dan tanyajawab yang tentunya semakin memperkaya dan menambah wawasan lebih luas bagi para peserta dalam dunia penjualan. Di kelas Sales Farmer, fasilitator Global Top Career diperkuat dengan 2 fasilitator unggulan yang berpengalaman di perbankan yaitu Jo Renwarin dan Sandy Wijaya Kusuma sehingga memberikan banyak masukan dan pembekalan buat para peserta. Untuk Kelas Sales Hunter Angkatan I dilaksanakan tanggal 5-7 April 2013 dan Angkatan II sebagai penutup rangkaian acara pelatihan Wilayah Padang dilaksanakan tanggal 16-18 April 2013. Dibawakan secara
bergantian oleh Associate Fasilitator Hasbi dan Adhi Mulia Lubis, pelatihan yang diikuti 54 peserta yang terbagi kedalam 2 kelas dimulai dengan sesi Sales Mindset dan Sales Mindset & Attitude yang
Advertorial
membekali peserta dengan pemahaman mengenai profesi Sales Banking sebenarnya dan diharapkan dapat membuat peserta lebih yakin dan memiliki sikap sebagai seorang Bankers Sejati dan langsung dilanjutkan dengan sesi Who is My Customer dan Sales Strategy Based on Customer Behaviour di hari pertama berlangsung cepat dan menarik. Hari kedua dimulai dengan materi mengenai Sales Acquisition & Prospecting, dilanjutkan dengan materi Tele-appointment, Opening dan ditutup dengan Investigating yang merupakan bagian dari rangkaian materi SPIN Selling Skill. Hari ketiga pelatihan dipadatkan tiap sesinya mengenai Demonstrating Capability, Obtaining Commitment dan Handling Objection karena sebelum makan siang, peserta diwajibkan melakukan Canvassing di wilayah sekitar lokasi pelatihan. Canvassing dengan metode tugas kelompok ini merupakan bagian dari rangkaian pelatihan untuk melihat sejauh mana materi yagn disampaikan berdampak positif terhadap praktek di
lapangan. Hasil Canvassing dievaluasi di akhir sesi, dimana dari target yang sudah dibuat diawal kegiatan. Setiap kelompok melakukan praktek Canvassing ini dengan sangat baik terlihat dari hasil yagn dicapai dimana salah satu target adalah pencarian prospek baru sebanyak-banyaknya sehingga bisa menjadi bekal atau asset yang nantinya harus dikembangkan oleh peserta lebih lanjut. Pelatihan ditutup dengan dilakukannya Post Test serta SHPEDJLDQ6HUWLÀNDWGDQKDGLDKEDJL peserta aktif dimana hal ini juga menjadi momen yang ditunggu oleh peserta karena merupakan bagian dari proses pembelajaran mengenai Challenge dan Rewarding serta pengakuan akan kinerja peserta selama dalam pelatihan. Di setiap awal dan akhir pelatihan selalu dilakukan tes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta mengenai topik pembahasan sebelum materi disampaikan dan sejauh mana materi yang disampaikan oleh para facilitator bisa dipahami oleh peserta pelatihan. Pembagian hadiah sebagai
peserta teraktif juga dilakukan di hari terakhir pelatihan dan langsung ditutup GHQJDQSHPEDJLDQVHUWLÀNDWVHEDJDL tanda bahwa peserta sudah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Global Top Career serta merupakan bukti bahwa peserta telah lulus mengikuti seluruh rangkaian pelatihan Sales Leadership, Sales Farmer dan Sales Hunter. Melihat antusiasme dan keseriusan sebagian besar peserta serta hadirnya Ibu Yoanita Febri selaku Head of Consumer and Retail BNI Kantor Wilayah Padang pada beberapa sesi pelatihan tentunya membuat pihak manajamen Global Top Career sangat yakin bahwa pelatihan ini akan membawa dampak yang sangat positif terhadap perilaku peserta sebagai bankers sejati maupun pemimpin bankers sejati serta memberikan pertumbuhan penjualan yang fantastis yang merupakan target utama penyelenggaraan BNI Sales Academy 2013 ini. SEMANGAT PAGI!! TCM
TopCareer || Mei Mei 2013 2013 || 49 49 TopCareer
Advertorial
STUDIUM GENERALE WIDYA KARYA MALANG 2013
A
wal semester merupakan saat yang penting dalam proses akademik di perguruan tinggi dimana mahasiswa dan dosen memulai perkuliahan dengan harapan dan semangat baru. Dalam usaha “menyuntik” semangat para akademisi tersebut, Universitas Katolik Widya Karya Malang (UKWK) mempunyai program Kuliah umum atau STUDIUM GENERALE. Kuliah umum ini juga bertujuan menambah wawasan dan kepedulian civitas akademika pada dunia aktual di luar kampus. Untuk semester genap 2012/2013 ini, secara istimewa kuliah dibawakan oleh Agus S Suthedjo dari PT Permata Indonesia dengan mengusung tema “Menguji Kompetensi Lulusan dalam Dunia Kerja”. Tema ini dipilih dalam rangka revisi dan pengembangan kurikulum untuk memenuhi tuntutan terkini yang tertuang dalam kerangka NXDOLÀNDVLQDVLRQDO,QGRQHVLD..1, Peraturan Presiden tentang KKNI ini mengharapkan peran nyata perguruan tinggi dalam pembentukkan dan pengembangan kompetensi lulusannya. Kuliah umum yang dilaksanakan pada Kamis, 21 Maret 2013, dan dihadiri oleh sekitar 300-an peserta ini berlangsung hangat dan meriah sejak pukul 09.00 pagi hingga tengah hari pukul 12.00. Sebagai pendiri dan pimpinan PT Permata Indonesia Group, Agus Suthedjo sangat berpengalaman dalam hal pengembangan karier dan kompetisi dalam dunia kerja global. Secara total, dia berbagi pengetahuan dan pengalaman yang amat berguna, terutama bagi 50 || Mei Mei 2013 2013 || TopCareer TopCareer 50
Advertorial
mahasiswa dalam meniti kariernya. Dengan gaya dan materi yang menarik, peserta kuliah dibuat kerasan bahkan antusias hingga akhir acara. Kuliah ini tidak hanya dihadiri oleh civitas akademika UKWK saja, tetapi juga para tamu undangan dari perguruan tinggi lain, seperti Universitas Machung, Universitas Merdeka, STIKI, dan ITN. Seusai acara perkuliahan, diskusi yang tidak kalah hangatnya dilakukan dalam kalangan terbatas, yaitu para dosen dan tamu undangan. Dalam diskusi ini, banyak hal dibicarakan, seperti paradigma perguruan tinggi dalam pembelajaran yang secara strategis harus dirancang untuk keperluan dunia kerja, sedangkan karakter khusus seperti nilai keimanan dan kasih merupakan kekhasan yang menjadi bagian selanjutnya. Hal ini juga berkaitan dengan masalah keberlanjutan hidup perguruan tinggi, terutama dari sisi ketertarikan calon mahasiswa untuk belajar di sebuah perguruan tinggi. Dari diskusi ini diharapkan UKWK dapat memperoleh masukan aktual sehingga dapat beradaptasi dalam merancang kurikulum dan masa depannya dengan mantap. Semoga! (Djoko 2013) TCM
TopCareer || Mei Mei 2013 2013 || 51 51 TopCareer
Advertorial
Sales Leadership for DBS
N
aik turunnya kinerja penjualan suatu perusahaan merupakan hal yang wajar di dunia bisnis, namun pemimpin penjualan yang hebat mampu mempertahankan peningkatan pertumbuhan dari waktu ke waktu. Menyadari hal tersebut, pemimpin perusahaan tentu sangat berkepentingan dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya dalam memimpin tim penjualan. Steffano Ridwan, Kepala Divisi Consumer Banking Bank DBS meyakini bahwa kesinambungan peningkatan kinerja penjualan sangatlah tergantung pada 52 || Mei Mei 2013 2013 || TopCareer TopCareer 52
kualitas pemimpin penjualan dalam memimpin timnya, dalam hal ini adalah para Treasures Development Manager (TDM) dan Regional TDM. Dengan menggandeng PT. Global Top Career sebagai mitra untuk memfasilitasi pengembangan kompetensi pimpinan penjualan, Steffano Ridwan didampingi oleh Lingche Verawaty sebagai National Sales Head Funding serta Yumiati selaku Direktur Utama PT. Global Top Career membuka kegiatan Sales Leadership Training di Gedung Plaza Permata Thamrin pada tanggal 4 April hingga 6 April 2013. Agus Suthedjo, Business & Career Coach dari PT. Global Top Career mengawali training
dengan topik New Paradigm and Sales Leader Mindset. Melalui pengalaman suksesnya Agus Suthedjo mampu memberikan inspirasi dan motivasi yang tepat dalam mengelola pola pikir dan mengubah pemahaman tentang kesuksesan seorang pemimpin. Agus Suthedjo juga memberikan pemahaman yang mudah dicerna mengenai nilai, integritas dan sikap yang diterapkan oleh seseorang akan berdampak pada keberhasilannya. Selain itu, tujuan pribadi dan tujuan perusahaan harus selaras agar kita terus termotivasi untuk berprestasi katanya. Di siang hari Sandy W Kusuma Senior Trainer sekaligus Head of Learning & Development
Advertorial
PT Global Top Career memperkaya dinamika pelatihan. Dengan role play, assessment dan games menarik peserta dibawa antusias dalam materi yang dikemas secara khusus berkaitan dengan Sales Process Discipline. Layaknya energy yang selalu terbarukan, para peserta selalu semangat dalam mengikuti setiap role play hingga sore hari. Hari kedua, Benny A. Chrisdianto Senior Trainer sekaligus Direktur Bisnis PT. Permata Indo Sejahtera turut menuangkan pengalaman menjualnya. Dengan piawai Benny mengolah topik Commitment-based Leadership dan Sales Performance Coaching hingga sesi pada hari kedua ini berakhir. Ketertarikan peserta terhadap materi yang diberikan dalam pelatihan ini dapat dilihat tidak hanya pada saat di kelas saja, namun saat kelas telah usai pun dengan semangat peserta menghujani para trainer dan fasilitator dengan pertanyaan sehingga diskusi tambahan terjadi sampai malam menjelang. Di hari ketiga, Benny melanjutkan materi dengan topik Managing Sales Team and Activity yang mendorong pertumbuhan penjualan secara VLJQLÀNDQ6HVLKDULWHUDNKLULQLGLWXWXSNHPEDOL oleh Agus Suthedjo dengan topik Capacity Planning sebagai bekal para pemimpin penjualan bukan hanya dalam merencanakan pertumbuhan penjualan namun juga menegakkan disiplin penjualan di unit kerjanya. Sebelum ditutup, peserta menuliskan komitmen pribadi mereka terhadap performa pencapaian penjualan setelah mengikuti pelatihan ini, karena sehebat apapun materi yang disampaikan tidak akan memberikan dampak yang besar terhadap perusahaan jika para Treasures Development Manager (TDM) dan Regional TDM tidak berkomitmen untuk menerapkannya. Sukses untuk tim TDM & Regional TDM DBS dan tetap semangat!! TCM
TopCareer || Mei Mei 2013 2013 || 53 53 TopCareer