Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Seri Dewi Ular 48-Tara Zagita Perempuan Pengisap Darah Karya : Tara Zagita Sumber DJVU : Jisokam Editor : Jisokam Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ PEREMPUAN PENGHISAP DARAH oleh Tara Zagita Serial : Dewi Ular Cetakan pertama Gambar sampul oleh Fan Sardy Penerbit Sinar Matahari, Jakarta Hak cipta dilindungi oleh undang-undang All rights reserved
0o-dwkz-234-o0 Seorang pemuda tampan bernama Kenyon terlibat skandal cinta dengan gadis cantik yang mempunyai daya tarik melebihi magnit kutub utara: Winne, namanya. Bagi pemuda itu, Winne adalah ladang kemesraan yang luar biasa indahnya, sehingga ia pun tergila-gila kepada Winne. Namun di balik pesta cinta mereka itu, korban kematian misterius mulai berjatuhan satu-persatu. Siapa pelaku pembunuhan itu? Hanya Kenyon yang tahu. Kenyon yang menceritakan munculnya seorang wanita cantik yang setiap lima hari sekali butuh sumber energi untuk kelangsungan hidupnya. Sumber energi itu diperolehnya dari darah manusia baik dewasa maupun anak-anak. Dewi Ular kebingungan mengejar kemana perginya perempuan penghisap darah itu, karena perempuan tersebut mempunyai kekuatan supranatural tinggi yang dapat menyembunyikan energi gaibnya, sehingga tak dapat dilacak oleh kekuatan gaib dari mana pun. Dapatkah Kumala menyelamatkan umat manusia dari ancaman maut si perempuan penghisap darah itu? Ikuti ceritanya sampai ditemukannya telur-telur makhluk angkasa luar yang sangat misterius itu! Oo-dwkz-234-oO Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
1 HUJAN deras menyungsong datangnya sang malam. Meski belum terhitung kelam, tapi sunyi telah menguasai sang malam tanpa permisi lagi. Kilatan cahaya petir sesekali terdengar menggelegar di angkasa. Kadang-kadang dentumannya menyentak keras, seakan ingin membelah bumi menjadi separuh bagian. Sebuah mobil terjebak dalam genangan banjir. Jakarta memang kadangkala memuakkan. Hujan sedikit, banjir membukit. Para pengguna jalan raya yang sudah hafal tempat-tempat rawan banjir tidak akan melintasi tempat itu. Lebih baik ambil arah memutar, agak jauh sedikit tak jadi soal, asal tidak terjebak banjir. Agaknya pengemudi sedang Grand Civic keluaran tahun 90 warna biru metalik itu kurang memahami daerah-daerah rawan banjir. Tak ayal lagi mobil tersebut terjebak banjir yang meluap melebihi trotoar. Mesinnya tak bisa hidup. Sebagian air merembas masuk membasahi karpet mobil. Hanya lampunya yang menyala dan sepasang wippernya yang bergerak-gerak menyingkirkan air dari kaca. “Sial! Kalau tahu begini aku nggak usah pulang dulu!
Ngapain pulang cepat-cepat kalau akhirnya akan terjebak banjir di sini. Uuh, mana tempatnya sepi, nggak ada orang yang bisa dimintai tolong buat dorong mobil. Jarang kendaraan lawat Jauh dari rumah dan perkantoran. Aduh, celaka deh kalau begini caranya! Tempat -ini bukan hanya gelap dan sepi saja, tapi juga mengerikan. Seingatku, di belakang tadi kulihat ada kubwran. Kayaknya tempat ini juga masih menjadi bagian dari wilayah pema-kaman umum. Iiih… sekujur tubuhku jadi merinding deh!” Si pengemudi yang menggerutu sendiri itu adalah seorang pemuda berusia 30 tahun. la seorang staff programmer dari perusahaan yang bergerak dalam bidang software Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ development dan aplikasi kpmputer. Titelnya ada dua: sarjana SI Komputer dan bujangan. Titel terakhir ini sengaja dipertahankan karena ia belum menemukan wanita yang cocok dengan seleranya. Toh ia tak pernah riskan atau malu dengan titel bujangannya itu. Kenyon, nama depan pemuda lajang itu, hanya merasa malu jika ia tidak dapat mengatasi masalah-masalah kecil yang
tergolong problem memuakkan, misalnya terjebak banjir, seperti saat ini. Biasanya jika dalam keadaan begitu, temperamen Kenyon mulai tinggi. Mudah tersinggung dan mudah marah, walau dalam bentuk geratuan panjang. “Bisa semalaman suntuk aku berada di tempat ini kalau nggak segera cari bantuan. Ah, brengsek juga cuaca malam ini! Pakai acara hujan segala. Padahal tadi siang panasnya sangat menyengat kulit, kok sekarang hujannya sebegini deras sih?!” Kenyon mengambil handphonenya. la menghubungi perusahaan jasa marga, maksudnya mau memanggil mobil derek. Tapi nomor telepon yang ada dalam catatan agenda-nya itu selalu sibuk. Akhirnya ia menghubungi teman dekatnya yang dipastikan sudah berada di rumah, sebab sang teman tadi tidak ikut rapat. Kenyon sendiri hanya stor muka di ruang rapat, lalu buru-buru pulang karena ada janji dengan seorang gadis yang sudah beberapa waktu menjadi bahan incarannya. Sayang, niatnya itu tertahan di jalanan sepi berlimpah air brengsek. “Hallo, Pieter…?! Oh, bukan. Siapa ini? Donni? Kakakmu ada, Don? Ya… dari Bang Kenyon!” Handphone mengalami gangguan signal. Gemerusuk. Tapi sebentar kemudian terdengar suara Pieter. “Ada apa, Ken…?” “Piet, aku terjebak banjir di tempat sepi nih!” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
. “Bagaimana…?!” Pieter mengeraskan suara karena gelombang suara sangat buruk “Aku nggak dengar, Ken…!” “Aku terjebak…. Hallo…?! Hallo…!” Signal hilang. Muncul tulisan ‘Low Power’ pada display handphone. Dicobanya lagi menghubungi Pieter dan tempat lain, ternyata gagal. “Kenapa jadi Low Power sih? Padahal baru saja di-charge. Tadi saat bicara dengan Donni pertama kali bening, kok sekarang jadi rusak parah begini s ih?” Tek, tek, tek…! Kenyon kaget, ada orang mengetuk kaca pintu sebelah kiri. Wajah orang itu tidak jelas karena tertutup butiran air hujan yang melekat pada kaca. Mau tak mau kaca pun diturunkan setelah Kenyon menenangkan debar-debar hati serta detak jantung yang berdebur cepat. “Hai, sorry mengganggu nih. Boleh numpang nggak?” Makin berdesir hati Kenyon, merinding dulu romanya, mata pun tak bisa berkedip setelah tahu orang yang mengetuk kaca mobil tadi ternyata seorang wanita berusia sekitar 25 tahun. Tak jelas seberapa panjang rambutnya karena diikat ke belakang pakai saputangan kecil. Yang jelas, jenis rambutnya sedikit berombak, lebat. “Anda keberatan, ya? Kalau gitu, ya udah… nggak jadi numpang deh,” kata gadis berpayung merah, dan masih mengenakan pakaian kerja: jas dan span ketat. Pakaian itu
ba-sah oleh hujan, hamun tidak sampai basah kuyup. Gadis itu ingin meninggalkan Kenyon, namun buru-buru Kenyon sadar dari ketertegunannya dan berkata agak keras untuk mengimbangi deru hujan. “Anda mau ke arah mana, Nona?!” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Kelapa Dua. Dari tadi saya berdiri di sana menunggu taksi lewat, tapi nggak ada taksi atau kendaraan umum yang lewat.” “Sayang sekali, mobilku nggak bisa jalan. Mogok!” “Masa sih? Coba saja lagi, siapa tahu hidup.” Kenyon membatin, “Nggak percaya juga nih orang.” Lalu untuk imembuktikan kata-katanya, ia menstarter mobil tersebut. Zrrrd… zrrrd…! Mesin mobil masih belum rnau hidup. “Tuh, mogok kan!” Tapi tangan Kenyon masih menstarter lagi, dan zrrrreeeng…! “Lho, bisa…?!” Kenyon terbelalak girang. “Tuh, bisa kan?” “Kalau begitu cepatlah naik selagi mesinnya hidup. Kalau kelamaan di s ini nanti mati lagi.” Dalam keremangan cahaya lampu dalam, Kenyon dapat melihat raut wajah gadis itu ternyata cantik. Wajah oval itu mempunyai bentuk mata yang indah, hidung yang mancung
dan bibir yang sensual menggemaskan. Senyumannya pun enak dipandang mata dan menciptakan debar-debar lain dalam hati Kenyon. Aroma parfum semerbak wangi menyebar seluruh ruangan mobil. Jelas, parfum yang dikenakan adalah parfum kelas mahal. Pasti berkualitas import. Tapi sempat terlintas pula dalam benak Kenyon kecurigaan yang membuatnya bergidik merinding lagi. Dalam keadaan sepi, hujan deras dan petir menyambar-nyambar, mungkinkah seorang gadis berani berjalan menyusuri banjir sendirian? Aroma wangi yang tercium kuat itu, pantaskah milik seorang wanita biasa? Bukankah menurut cerita yang pernah didengar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kenyon, rupa cantik dan bau wangi adalah identik dengan ciri-ciri kemunculan roh halus yang bernama Kuntilanak? “Wah, gawat juga nih! Kenapa tadi kusuruh dia masuk ke mobil, ya? Mestinya nggak perlu berbaik hati dengan perempuan jelmaan seperti ini,” pikir Kenyon dengan deg-degan. “Ahh… tapi kayaknya dia manusia beneran kok. Sikapnya nggak menunjukkan keanehan apa pun. Wewangian yang dipakainya itu, dulu pernah juga tercium olehku waktu masuk lift di sebuah plaza. Kayaknya memang berasal dari wewangian parfum import. Bukan dari bunga kuburan.” Dag-dig-dug jantung Kenyon tetap saja berirama keras. Repotnya lagi, mobil tak bisa berjalan cepat. Seperti kapal selam menyibak gelombang air, seakan ingin muncul dari kedalaman samudera. Untuk menghibur diri, Kenyon sengaja
mengajak gadis itu bicara apa saja. Sebisa-bisanya. Sambil bicara ia menganalisa dalam hati, apakah gadis yang mengaku bernama Winne itu benar-benar manusia biasa, atau roh halus yang mencari mangsa lawan jenisnya? “Kau kerja di mana, Win?” “Kantorku di BBC Building lantai tujuh.” “O, temanku juga ada yang kerja di BBC Building. Apa nama perusahaanmu?” “PT Armon Nusa.” Kenyon ingat tentang PT Armon Nusa yang memang berada di lantai tujuh BBC Building. Tapi apakah Winne tahu, bergerak di bidang apakah perusahaan tersebut?” “Jasa pengiriman dokumen dan asuransi jiwa.” “Benar juga,” pikir Kenyon. “Kau di bagian asuransinya?” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Bukan. Aku di bagian pengiriman dokumen.” “Pasti sekretaris,” pancing Kenyon. “Data Analyst.” “Oooo…,” Kenyon manggut-manggut, mulai lega hatinya. “Siapa temanmu yang. kerja di sana?” “Wijanarko.” Winne berkerut dahi. “Kayaknya nggak ada deh yang namanya Wijanarko.” “Dia sudah lama keluar dari sana dan pindah ke
perusahaan asing,” jawab Kenyon m nutupi kebohongannya. Dalam hati ia tertawa. geli, hampir saja dirinya sendiri yang terjebak oleh pancingannya. Rasa curiganya terhadap Winne semakin berkurang. Tapi anehnya, semakin lama mobil itu bergerak semakin lambat. Padahal jalanan sudah tidak digenangi air lagi. Mestinya mobil itu bisa bergerak lebih cepat, atau bahkan kalau perlu bisa dipakai untuk ngebut. Kenyataannya laju mobil semakin berat, sepertinya memuat barang yang melebihi kapasitas beban mobil. “Kok jadi begini mobil ini?! Berat amat?!” gumam Kenyon bernada terheran-heran. Gas ditambah, mesin menderu keras, tapi kecepatan mobil justru semakin lambat. “Ada yang nggak beres pada versnalingnya kali,” kata Winne. “Nggak tahu nih, apanya yang rewel!” Kenyon menggerakkan tongkat versnalingnya berkali-kali, tapi laju mobil masih seperti mengangkut beban berat. Padahal hujan masih deras dan tujuan masih jauh. Jalanan masih sepi dan
bengkel tak ada yang buka. Pertokoan tutup, tanda see-food di pinggir jalan tak ada yang buka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Mau dibongkar dulu? Periksa beberapa bagian yang sekiranya memperberat tekanan mobil ini?” Winne setengah mengajukan usul, setengah saran juga. “Hujan sederas ini mau bongkar mobil? Wah, bisa tambah parah nanti. Bukan mobilku saja yang kronis, tapi pemiliknya juga ikut kronis nanti,” kata Kenyon berseloroh. Winne tertawa kecil. Tapi karena mobil itu makin lama semakin berat, nyaris seperti kura-kura berjalan, mau tak mau Kenyon menepikan mobilnya di kolong jalan layang. Di sana ada tiga pengendara motor yang sedang meneduh. Kenyon semakin merasa tenang. Kalau toh terjadi apa-apa, ada tiga pengendara motor yang bisa dimintai bantuannya.Winne ikut sibuk memeriksa mesin! Kenyon tak tahu apakah gadis itu benar-benar mengetahui seluk beluk mesin, atau hanya sekedar partisipasi. Yang jelas, Kenyon tidak menemukan kerusakan apa pun pada mesin mobilnya. Mereka berdua mencobanya kembali. Mobil meluncur dengan lancar. Kenyon merasa lega, walau ia tak tahu apa penyebabnya. Namun beberapa kilometer kemudian, laju mobil menjadi lamban kembali. Seperti membawa barang berat, atau seperti ada yang menahan dari belakang. Kenyon menjadi gusar,
berkali-kali mendesah jengkel. “Mestinya memang dibakar aja mobil ini!” “Boleh kasih saran?” kata Winne. “Saran apaan?” “Jalan saja terus sampai perempatan sana belok ke kiri. Satu kilometer dari perempatan jalan itu sudah sampai rumahku.” “Lho, katanya rumahmu di Kelapa Dua. Ini kan masih jauh dari daerah Kelapa Dua?” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Maksudku, aku tinggal di Kelapa Dua pada hari libur, sebab rumah di sana adalah rumah orangtuaku. Tapi setiap hari kerja aku kost di Tebet, satu kilometer dari perempatan jalan itu.” “Ooo.,..” “Pikirku, besok kan hari Sabtu, kantorku libur. Aku mau pulang ke Kelapa Dua. Tapi kalau keadaan begini… besok aja pulangnya. Sekarang pulang ke tempat kost aja. Kau bisa bongkar mobil ini di sana. Ada garasi nganggur kok. Garasi cuma pakai atap saja sih, nggak pakai dinding. Mungkin saja mesinnya tadi basah akibat terendam air, jadi menghambat sistem mekanisnya.” Sebuah tawaran yang sederhana dan masuk akal sekali. Tapi apakah di balik tawaran itu tersimpan maksud-maksud pribadi yang tak mudah diketahui siapa pun? Dapatkah
tawaran itu diartikan lain oleh Kenyon? Mobil terus menggelinding dengan lambat. Akhimya sampai juga di tempat kost berbentuk huruf L. Winne menempati kamar paling pinggir. Di samping kamarnya itu memang ada garasi kosong, tanpa dinding, selain hanya atap awning. Apa yang dikatakan gadis itu. memang benar. Bukan sebuah tipu muslihat. Tapi Kenyon masih menduga-duga dalam hatinya, “Setulus ikutkah saran dan usul yang dilontarkan Winne tadi?” Oo-dwkz-234-oO Di hari lain hujan juga turun dengan deras. Buliran air dari langit itu bagaikan diguyurkan ke atap sebuah rumah indah berhalaman luas. Rumah itu merupakan satu dari empat rumah indah yang ada di kompleks pemukiman para selebritis maupun eksekutif muda yang frekuensi bisnisnya sedang melambung tinggi. Rumah yang memiliki pendapa di bagian belakangnya itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terletak di Jalan Manila Utara nomor 17, Perumahan Pasundan Permai. Pedagang rokok yang mangkal di ujung jalan bersebelahan dengan warung mie rebus itu kenal betul siapa pemilik rumah nomor 17 itu. Hampir semua orang yang bekerja atau berdagang di Pasundan Permai, entah itu tukang ojek ataupun petugas Hansip, tahu persis bahwa rumah bernomor keramat itu milik seorang gadis cantik yang punya kharisma tinggi,
namun cukup supel, ramah, serta anggun. “Bang, numpang tanya, Bang…. Kalau rumah nomor tujuh belas, Jalan Manila Utara itu di sebelah mana, Bang?” tanya sopir taksi kepada si pedagang rokok. “Oo, itu tuh… yang ada puranya di setiap sudut halaman. Pagarnya besi putih mengkilap itu, Kang!” “Yang punya dua lampu terang di kanan-kiri gerbang itu?” “Benar. Yang dimaksud, rumahnya Non Kumala Dewi, kan?” “Ya, benar!” sahut penumpang taksi. Tampaknya penumpang taksi itu punya kepentingan yang sangat mendesak, sehingga hujan-hujan begini ia memaksakan diri untuk datang ke rumah paranormal cantik yang dikenal dengan nama Kumala Dewi, alias Dewi Ular. Nama itu memang cukup kondang di dunia mistik. Sebab si cantik jelita Dewi Ular sering melakukan tindakan penyelamatan terhadap manusia secara magis. Kekuatan supranaturalnya sering membuat beberapa paranormal lainnya merasa iri, namun mereka tak pernah mampu menandinginya,
karena Kumala Dewi adalah anak dewa asli dari Kahyangan. Dibuang ke bumi karena kasus ayah-ibunya, yaitu Dewa Permana dan Dewi Nagadini. Dan ia baru diizinkan kembali ke Kahyangan setelah menemukan cinta sejati dari seorang anak manusia yang kelak akan menjadi pendamping hidupnya di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kahyangan, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: “ROH PEMBURU CINTA”). Tak heran jika seorang perempuan berusia 35 tahun nekat bertamu ke rumah Dewi Ular di atas.pukul 9 malam, karena menurutnya hanya anak dewa itulah yang mampu mengatasi masalah gawatnya. Perempuan itu adalah seorang ibu rumah tangga, yang saban harinya dipanggil dengan. panggilan: Nyonya Lieza. Ia istri seorang pilot yang bekerja pada maskapai penerbangan asing. Mereka dikaruniai. dua orang putra: Ditto dan Ekey, masing-masing berusia 7 tahun dan 3 tahun. Kedatangan Nyonya Lieza cukup mengejutkan bagi Sandhi. Permainan caturnya dengan Buron dihentikan begitu mendengar suara bel tamu berbunyi. Dari ruang tamu pandangan Sandhi dapat menembus kaca yang belum tertutup gordenya, dan ia sangat iba melihat seorang perempuan turun dari taksi, menggendong bocah berusia 3 tahun, dipayungi pelayannya yang masih berusia 16 tahun. “Ron, ada tamu tuh. Kayaknya dia sangat membutuhkan pertolongan!” Sandhi berkata tanpa memandang Buron.
“Kenapa kamu hanya menonton saja, Bego?!” sentak pemuda berambut kucai yang sebenarnya adalah titisan dari Jin Layon. “Cepat bukakan pintu gerbang, Ron!” “Kamu aja! Kamu kan sudah berdiri di situ? Kenapa mesti aku yang jauh dari pintu dan sedang mengamati kudamu: Kuda jantan apa kuda betina sih yang kamu pakai main dari tadi ini?!” Sang sopir pribadi yang sudah dianggap seperti saudara sendiri oleh Kumala itu tak menghiraukan candaan Buron. Ia segera berlari keluar dan membukakan pintu gerbang. “Apa benar di sini rumah, Nona Kumala?” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Iya, benar!” jawab Sandhi sambil membiarkan tubuhnya diguyur air hujan. “Masuk… Silakan masuk, Nyonya!” “Apakah… apakah Kumala ada di rumah?” “Ada, ada…! Mari , masuk…!” Nyonya Lieza dan pelayannya agak berlari-lari menuju teras. Bocah berusia 3 tahun itu dipondongnya. Dari nada bicaranya perempuan itu sudah menunjukkan ketegangannya. Raut wajahnya memancarkan duka yang dalam. Caranya membawa anak dengan dipondong dua tangan telah membuat Sandhi berfirasat buruk terhadap anak itu, T ernyata sampai di teras, Nyonya Lieza menangis sambil masih memondong bocah berwajah pucat pasi itu.
“Tolong… tolong beritahukan kepada Kumala Dewi… anak saya butuh pertolongan secepatnya. Tolong, Mas… kasihan anak saya….” “Silakan masuk ke dalam saja. Mari. Masuk…!” Sandhi jadi ikut-ikutan panik, masuk ruang tamu tanpa peduli pakaiannya basah kuyup dan sandalnya masih dipakai. Sebelum Sandhi menyuruh Buron memanggil Kumala yang sejak tadi sudah masuk kamar tidurnya, ternyata gadis berambut panjang yang cantik jelita itu sudah keluar sendiri dari kamarnya. Sepertinya ia tahu ada seseorang yang membutuhkan bantuannya dengan segera. Namun ia sendiri sebenarnya belum kenal dengan Nyonya Lieza, sehingga dahinya sedikit berkerut menatap Nyonya Lieza yang menangis semakin keras, semakin terguncang-guncang badannya. “Too… tolong… tolong anak saya, Kumala Dewi…. Tolonglah diaaa…,” suara itu sampai mengecil, nyaris hilang. Melihat bocah berwajah pucat dengan bibir membiru, Dewi Ular cepat-cepat mengambil alih anak tersebut, lalu dibaringkan di sofa panjang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Ambil bantal!” perintahnya kepada Buron. Jin usil itu segera menyambar bantalan sofa yang ada di ujung dan menyangga kepala anak itu dengan bantal tersebut. “Apa yang terjadi, Nyonya?” tanya Sandhi dengan tegang.
“Ekey… anak saya itu… tahu-tahu… tahu-tahu tidak bernapas. Dia sulit bernapas sampai badannya dingin dan… dan….” “Maksudnya, anak ini telah meninggal dunia, begitu?” “Bukan!” sentak Nyonya Lieza kepada Buron. “Anak saya tidak mati! Anak saya masih hidup, tapi sulit bernapas! Jangan katakan anak saya mati. Ooh, tidak…. Ekeyyy… Mama di sini, Nak. Mama bersamamu. Sembuh, ya Ekey… sembuhlah kamu, Naak…!” Ratapan itu sangat memilukan. Mak Bariah, pelayan Kumala yang setia, ikut keluar dari dapur dan memperhatikan Ekey di atas sofa. Melihat bocah itu pucat pasi tanpa gerakan sedikit pun, Mak Bariah juga yakin di dalam hatinya, bahwa bocah tersebut sebenarnya telah mati beberapa jam yang lalu. Si pelayan yang tadi membawakan payung, hanya duduk di sudut ruang tamu sambil menitikkan air mata. Mak Bariah nyaris ikut menangis, namun ia bertahan agar bisa membantu menenangkan Nyonya Lieza. Tanpa diperintah siapa pun, Mak Bariah membujuk Nyonya Lieza agar menjauhi sofa dan menghentikan tangisnya. “Biar Non Kumala memeriksanya dulu, Nyonya. Mohon tenang, jangan menangis, nanti bikin Non Kumala nggak bisa serius….” Nyonya Lieza mau dituntun menjauh beberapa langkah, tapi tak bisa menghentikan tangisnya. Suara tangis saja yang
bisa dikecilkan, namun luapan duka tak bisa disurutkan. Saat itu Kumala memeriksa Ekey dengan menyentuhkan jari Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ telunjuk di dada bocah itu. Kemudian ia memandang Buron dan Sandhi yang adb di depannya. “Bagaimana?” bisik Sandhi. “Bocah ini sudah mati?” timpal Buron. Kumala menganggukkan kepala samar-samar. “Dia kehabisan darah.” “Apa penyebabnya?” Sandhi semakin membisik hati-hati sekali. “Entahlah. Yang jelas, tidak tersisa setetes pun darah pada tubuh mayat anak ini,” jawab Kumala sangat pelan. “Astagaaaa…?!” gumam Sandhi. la terperangah sedih sekali. Mau tak mau kenyataan itu harus disampaikan kepada Nyonya Lieza. Perempuan itu semakin meratap duka mendengar keputusan dari Kumala, bahwa anaknya sudah tidak bernyawa lagi. Rasa duka yang amat dalam itu sempat membuat Nyonya Lieza menjerit histeris, tapi untung segera dikendalikan oleh kekuatan supranaturalnya Dewi Ular, sehingga jeritan itu tak terulang kedua kalinya. Seberkas sinar hijau transparan yang keluar dari telapak tangan Kumala menyerupai sorot lampu mobil itu telah menenangkan jiwa
Nyonya Lieza, sehingga tangis pun berangsur-angsur reda. “Anak Nyonya telah meninggal karena kehabisan darah …” “Ooooh, Anakku…,” ratapnya pelan, namun tak sehisteris tadi. “Lihat kulit tubuhnya yang bukan hanya pucat, tapi juga kering dan kusam. Ini menandakan tidak ada sisa darah sedikit pun dalam tubuh Ekey, Nyonya.” “Mengapa dia harus mengalami nasib semalang itu? Ekey masih kecil, belum tahu dosa apa-apa. Mengapa dia menjadi korban?” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Nyonya bisa jelaskan, apa sebenarnya yang terjadi pada diri Ekey yang manis itu?” tanya Kumala dengan tutur kata yang ramah, menghibur, dan lembut sekali. Sepertinya ia berusia lebih tua dari Nyonya Lieza, padahal menurut perhitungan tahun bumi ia masih ber usia 24 tahun. “Tadi sore, sebelum hujan turun, anak ini bermain dengan lincah, sehat, tanpa tanda-tanda penyakit apa pun….” “Sejak kapan mulai ada tanda-tanda sakit?” “Sekitar pukul… yaah, pukul tujuh lewat sedikitlah. Saya temukan dia berbaring di lantai kamarnya bersama kakaknya: Ditto. Kakaknya sedang belajar menggambar, dan seperti biasa, Ekey selalu ingin melakukan apa yang dilakukan kakaknya.” Nyonya Lieza menjelaskan pula, bahwa sebelum ia masuk
ke kamar, Ekey sudah mengeluh kepada kakaknya. Ditto menceritakan bahwa adiknya yang ikut mewarnai gambar itu tiba-tiba berkata dengan mengerjap-ngerjapkan mata. “Kak… lampunya kok elap?” “Lampu terang begini dibilany gelap!” gerutu kakaknya tak begitu memperhatikan. “Mata Ekey kok elap, Kak?” “Kamu ngantuk tuh. Bobo aja sana!” “Ekey mau bobo cini, ya?” “Heh, bobo jangan di sini. Nanti dimarahin Mama lho. Sana bobo di kasur!” “Ekey lemas, Kak…. Pucing sekali-kepala Ekey….” “Bandel nih anak!” Ditto menyentak, tapi Ekey tetap terkulai miring sambil masih memegangi crayon warna. Ditto tidak peduli lagi, membiarkan adiknya diam terkulai lemas, sementara dia sendiri sibuk melanjutkan lukisannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Beberapa saat kemudian, mamanya masuk ke kamar tersebut. Sang mama mencoba membangunkan Ekey agar pindah ke ranjang, tapi bocah itu tidak mau bangun. Dengan kesal mamanya mengangkat Ekey untuk dipindahkan ke ranjang: Namun alangkah terkejutnya sang mama melihat Ekey berwajah pucat dan bibirnya membiru. Semakin gugup perempuan itu sete lah merasalah sekujur tubuh Ekey dingin seperti es, napasnya tak ada, denyut nadinya hilang. Berkali-kali ia mengguncang-guncang Ekey, tapi anak itu tak mau
bangun. “Saya langsung larikan anak itu ke rumah sakit terdekat,” sambung Nyonya Lieza kepada Kumala. “Tapi… dokter bilang, anak saya sudah tak ada. Dokter bilang, Ekey sudah meninggal. Saya tidak percaya! Saya desak dokter memeriksanya ulang, tapi hasilnya tetap sama: Ekey meninggal. Maka… saya segera lari kemari. Saya mendapat alamat rumah ini dari Johan, tetangga saya….” “Johan…?” gumam Sandhi, lalu ia ingat tentang insinyur tampan yang pernah terlibat kasus misteri dan diselamatkan oleh Dewi Ular itu, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: “MAKHLUK SEBERANG ZAMAN”). “Saya… saya berharap, sebagai anak dewa kamu bisa kembalikan Ekey dalam kehidupan kami, Kumala. Saya berharap sekali, kamu bisa hidupkan kembali anakku itu. Aku sangat sayang padanya…. Aku tak rela dia menjadi korban wabah atau penyakit misterius yang datangnya tak diduga-duga.” Buron yang sejak tadi memperhatikan Ekey, menemukan kejanggalan yang mencurigakan. Dengan kesaktian mata jin yang dimilikinya, Buron melihat ada lubang kecil di tengah kening mayat Ekey. Lubang itu tak bisa dilihat oleh mata manusia biasa. Bahkan mata paranormal pun bisa terkecoh oleh lubang kecil yang mirip dengan pori-pori kulit itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Kumala, aku melihat ada lubang di kening bocah itu,” bisiknya antara terdengar dan tidak di telinga Sandhi, Nyonya
Lieza dan Mak Bariah. “Ya, aku sudah melihatnya sejak tadi,” jawab Kumala dengan kalem. “Justru itu yang ingin kutanyakan kepada mamanya.” “Maksudnya…?” Nyonya Lieza mulai bersemangat penuh harap. “Maksudnya kau ingin bertanya tentang apa, Kumala?” “Apakah waktu dibawa ke rumah sakit, anak ini disuntik oleh dokter yang memeriksanya?” “Tidak. Saya tahu persis, dia tidak disuntik. Tidak diobati apa pun, kecuali diperiksa dengan statiskup.” “Apakah ada hewan berbahaya yang menyengat keningnya?” “Rasa-rasanya…. Ekey tidak pernah bermain hewan, dan rumah kami bersih dari hewan penyengat. Memangnya ada apa, Kumala?” “Sebelum Ekey tewas, ada sesuatu yang menghirup habis seluruh darahnya melalui tengah kening. Lubang kecil di tengah keningnya itu adalah saluran tempat menghisap habis darah Ekey, hingga anak itu meninggal secara pelan-pelan.” “Oohh…?! Be… benarkah ada yang menghisap darah
anakku?! Siapa…?! Siapa yang menghisapnya, Kumala?!” “Itu yang perlu kita selidiki!” Semua diam, terbungkam dengan bulu kuduk merinding. Setiap hati bertanya-tanya, siapa yang menghisap habis darah anak itu?” Oo-dwkz-234-oO Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
2 KASIHAN sekali. Bocah tanpa dosa menjadi korban kejahatan mistik. Entah dari mana datangnya kekuatan mistik itu, yang jelas Dewi U lar sangat terharu dan iba kepada nasib Ekey. Mengingat kesucian bocah itu yang belum mengenal kebiadaban makhluk di alam jagat raya ini, Dewi Ular pun segera lakukan kebijaksanaan yang terlebih dulu melalui pertimbangan ayah dan ibunya: Dewa Permana dan Dewi Nagadini. Komunikasi batin dilakukan pada malam itu juga. Tanpa menggunakan handphone maupun satelit, Dewi U lar langsung berseru kepada ayahandanya. “Ayah, di depanku ada bocah tanpa dosa menjadi korban kebiadaban makhluk yang belum kukenal!” Terdengar suara ayahnya menyahut, “Bocah itu sudah tidak mempunyai darah lagi, Kumala.” “Aku tahu, Ayah. Justru itu aku mohon izinmu untuk membangkitkan bocah lugu ini, Ayah. Aku akan mengisinya dengan darahku, supaya dia mempunyai….” “Jangan!” tegas Dewa Permana. Hanya Kumala yang mendengarnya. Dan satu orang lagi yang mencuri dengar percakapan super gaib itu. Orang tersebut adalah Buron! Ia menggunakan telinga jinnya untuk menyadap percakapan rahasia itu. Tentu saja kalau sampai bocor, pasti akan menimbulkan
kegemparan yang melebihi bocornya percakapan via telepon dari orang penting ke orang penting. “Ayah, aku tidak bisa menangkap si pencuri darah, karena belum sempat kulacak. Tapi pekerjaan yang paling utama harus kulakukan adalah menyelamatkan masa depan anak ini dari kematian tanpa dosa! Garis kematiannya pun kulihat masih jauh dari saat sekarang. Masa hidupnya telah dirampas oleh tindakan keji dari si penghisap darah itu, Ayah! Jadi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kurasa, bocah ini masih punya hak untuk hidup. Masih punya hak pula untuk dialiri darah dalam raganya, Ayah!” “Benar, tapi jangan pakai darahmu! Kalau darahmu yang mengalir dalam raganya, berarti dia adalah anak dewa, dan punya hak untuk hidup di Kahyangan. Padahal dia anak pilot, bukan?” Suara sang ibu terdengar pula, “Jangan, samakan status ayahmu dengan pilot, Sayang. Nanti merosot harga diri ayahmu kalau disamakan dengan pilot!” “Baik, Ibu. Ayah memang bukan pilot. Tapi persoalan ini bukan terletak pilot atau bukan pilot. Persoalan ini terletak pada roh manusiawiku yang tak bisa melihat bocah tanpa dosa jadi korban kekejaman gaib begini, Ibu!”
“Kamu ini kok malah mirip Bidadari Gugat!” gerutu sang ibu yang memang selalu tampil jenaka. “Tapi baiklah, Sayangku… Ibu dan Ayahandamu mengerti perasaanmu, paham dengan naluri kemanusiaanmu.” “Jadi menurut Ibu bagaimana?” “Ibu sih… okey-okey saja. Keputusannya tergantung ayahandamu, Sayang.” “Ayah, aku minta keputusan sekarang juga; boleh atau tidak aku menghidupkan bocah ini?!” “Kalau tidak boleh, bagaimana?” pancing sang ayah. “Kalau tidak boleh, rohku akan kutransfer ke raganya. Biarlah bocah ini hidup dan aku yang mati.” “Husy?! Jangan senekat itu, Anakku!” sergah suara Dewi Nagadini. “Kalau kamu mati, Ibu juga ikut mati. Pasti ayahmu juga ikut mati demi cintanya pada Ibu. Kalau semua mati, terus yang mau ngubur jenazah kita siapa?!” “Kumala,” ujar sang ayah dengan wibawa, kalem, dan penuh kasih sayang. “Seandainya kau nekat begitu, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ percayalah… usahamu tak akan berhasil, Manisku. Kau adalah manusia berdarah dewa. Setiap dewa
mempunyai immortal….” “Immortal itu apa sih, Kanda?” tanya Dewi Nagadini. “Immortal itu keabadian hidup. T idak bisa mati. Contohnya, seperti Hercules!” “Nah, itu film seri teve yang paling Ibu sukai, Kumala,” sahut sang ibu, tapi buru-buru teputus oleh suara Dewa Permana. “Jangan bicara soal teve! Kita belum bayar iurannya!” Kumala jengkel dan berseru, “Terus bagaimana dengan bocah ini, Ayah?! Kenapa jadi melantur sih?!” “Kanda, segeralah kasih jawaban. Anak kita mulai sewot tuh!” “Kumala Dewi, putriku yang cantik jelita…. Baiklah, gunakan kekuatan mahasaktimu untuk menghidupkan bocah tak berdosa itu. Tapi ambillah darah dari sanak saudaranya; ayahnya, ibunya, kakaknya, pamannya, bibinya, atau siapa saja yang masih satu darah dengannya. Ambil sedikit-sedikit dan jadikan satu daah dalam raganya. Maka bocah itu akan hidup dengan darah yang sejenis darahnya semula.” “Terima kasih, Ayah!” suara Kumala terdengar ceria sekali.“Ingat, habis ini jangan desak lagi Ayah dengan persoalan yang sulit Ayah tolak, ya?” “Satu lagi pertanyaanku, Ayah. Siapa penghisap darah itu sebenarnya?!”
“Itu tugasmu sebagai manusia di bumi. Ayah tak boleh bocorkan jawabannya, sebelum kau berusaha sekuat tenaga untuk menemukan pencuri darah itu. Usahamu nanti akan menambah kedewasaanmu dan membuat dirimu menjadi lebih Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dikasihi manusia maupun para dewa di sini. Nah, selamat bekerja, Putriku yang manja!” “Ayah…! Ayaaaah…!” Yang muncul suara ibunya, “Ayahmu sudah jauh. Beliau tidak mendengar suaramu, Sayang.” “Tapi Ibu mendengar suaraku, bukan?” “Tidak. Ibu juga tidak mendengar,” jawab sang ibu dengan nada konyol, membuat hati Kumala tertawa geli dan semakin berseri-seri. Oo-dwkz-234-oO Pemuda berambut cepak rapi dan selalu trendy itu manggut-manggut mendengar cerita dari Kumala. Pemuda mantan peragawan yang sedang menikmati santap siangnya bersama Dewi Ular itu tak lain adalah Niko Madawi, yang kini berprofesi sebagai reporter dan pembawa acara sebuah tayarigan berbau mistik di station teve swasta, yaitu ‘Lorong Gaib’. “Sayang sekali, lima hari yang lalu aku masih di Toraja, sehingga nggak
bisa me liput kesaktianmu dalam menghidupkan bocah itu. Padahal peristiwa ajaibmu itu merupakan materi yang sangat bagus dalam acaraku, dan pasti akan membuat serial Lorong Gaib lebih dikagumi pemirsa. Setidaknya akan membuat acaraku itu mendapatkan ‘rating’ lebih tinggi lagi.” “Masih banyak bahan yang bisa kau liput untuk acaramu. Jangan kecewa,” kata Kumala sambil memotong steak dengan pisau. “Maksudmu, masih banyak korban seperti Ekey yang akan datang?” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Keajaiban itu, maksudku. Bukan korbannya!” tegas Kumala. “Kuharap sih jangan ada korban lagi seperti Ekey. Kasihan.” “Tapi bukankah setengah bulan yang lalu korban seperti itu sudah ada?” Kumala menghentikan makannya. Menatap Niko dengan dahi berkerut heran. “Setengah bulan yang lalu?!” “Iya. Masa’ kamu belum tahu sih? Kayaknya aku udah telepon kamu dan memberitahukan kematian misterius itu
deh.” “Ah, cewek lain kali yang kamu telepon. Bukan aku.” Kumala berlagak sinis, memancing reaksi dengan kecemburuan. Ternyata Niko jadi ketakutan dan ngotot keras bahwa ia memberitahukan kasus itu kepada Kumala, bukan kepada cewek lain. Sikap Niko yang takut dicurigai selingkuh dengan cewek lain membuat hati Kumala berdesir girang. Itu tandanya belum ada gadis lain yang menyelinap di relung hati Niko, selain dirinya sendiri. “Iya deh, aku yang kamu telepon. Cuma karena aku kelewat sibuk, jadi kurang memperhatikan kabar darimu itu. Sorry, ya…? Jangan marah, ya?” Kumala sengaja menggoda dengan lagak m irip gadis murahan. Ia hanya ingin memancing tawanya Niko, agar kecemburuan hilang dari ketampanan yang diam-diam dikagumi itu. Niko benar-benar tertawa walau ditahan kuat-kuat. Tidak mau tampak terang-terangan merasa geli oleh lagak Kumala. Tapi hal itu membuat Kumala pun merasa lega. Bagaimanapun juga Kumala tidak ingin membuat Niko kecewa secara serius, karena pemuda itu sering dijadikan buah khayalan dalam lamunannya. Terutama sejak Niko berhasil menyelamatkan kehancuran Dewi Ular dari pertarungan melawan Nini Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Cupangayu, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: “TERORIS DARI NERAKA”).
“Sekitar dua minggu yang lalu, seorang moderator dalam sebuah seminar, tiba-tiba tewas dalam keadaan kering, biru legam seperti habis dicekik setan. Moderator itu tewas di tempat, ketika ia sedang bicara di depan peserta seminar. Penyebab kematian masih belum diketahui sampai sekarang.” “0, ya… aku baru ingat. Korban adalah seorang dokter spesialis penyakit dalam, bukan? Aku lupa namanya.” “Ya, benar. Padahal dia dalam keadaan sehat. Boleh dibilang tidak punya penyakit apa pun. Tapi toh dia tewas begitu saja seperti kehilangan seluruh darahnya?!” Kumala menatap sambil manggut-manggut, namun juga sambil mengunyah makanannya. Sikapnya itu menandakan bahwa ia sangat antusias terhadap apa yang sedang dibicarakan Niko. “Kurang dari seminggu kemudian,” sambung Niko. “Peristiwa seperti itu terjadi lagi secara mengejutkan massa. Bahkan terjadinya dalam ruang sidang, ketika hakim wanita itu membacakan keputusan pengadilari… belum habis, tahu-tahu ia jatuh terpuruk. Orang menyangka hakim wanita itu pingsan, tapi ternyata justru pingsan selama-lamanya alias mati.” “Ya, ya… aku ingat juga. Pramuda yang menceritakan hal itu padaku. Tapi waktu itu aku sedang mau berangkat ke Batam, jadi nggak sempat menangani kasus tersebut.” “Ya, aku tahu waktu itu kau sibuk dengan urusan bisnismu di Batam. Tapi yang menjadi catatan dalam ingatanku adalah,
hakim wanita itu tewas dalam keadaan sama seperti korban sebelumnya; kulitnya kering, banyak bagian yang membiru, kesannya seperti raga yang sudah keropos atau usang. Tanpa darah yang tersisa dalam tubuhnya.” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kumala manggut-manggut menghabiskan makanan yang dikunyahnya. Niko menyuap makanannya lagi ke mulutnya. “Kalau begitu,” kata Kumala setelah mulutnya kosong. “… kematian itu bukan kematian yang wajar. Bukan karena penyakit. Tapi kematian yang sama seperti yang dialami Ekey. Mungkin juga di kening kedua korban terdapat lubang kecil yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia biasa.” Niko mengakhiri makannya. “Nggak nambah?” Niko menggeleng. “Takut gemuk.” Kumala tersenyum kecil. “Gemuk malah cakep.” “Cakep apanya? Kayak tong sampah, iya!” “Tong sampah yang cakep kan ada, Nik.” “Alaaa… biar cakep kalau namanya tong sampah jelas nggak menarik sama sekali.” “Kalau buatku ternyata menarik, bagaimana?” “Memangnya kamu suka cowok yang gemuk? Kalau suka, ya udah… aku mau gemukkan badan.” “Biar aku suka padamu? Uuh, nggak janji deh…!” cibir Kumala yang membuat Kumala dongkol tapi juga tersipu malu.
Belum sampai mereka menurunkan nasi yang ditelannya agar menetap di perut, tiba-tiba dering handphone berbunyi. Kumala segera menyambarnya dari dekat minuman air putihnya. Ia melirik display HP sebentar untuk mengenali nomor telepon yang datang dari si penelepon. “Sersan Burhan,” gumamnya sambil menatap Niko. “Ada apa, ya?” “Udah buruan dijawab tuh. Malah bengong aja?!” gerutu Niko. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Hallo, selamat siang, Pak Sersan,” sapa Kumala kepada sersan muda yang masih membujang itu. “Kumala Dewi, apa kamu ada waktu saat ini?” “Saya sedang makan bersama Niko, Pak Sersan.” “Oh, sorry. Tapi kuharap selesai acaramu meluncurlah ke sini secepatnya.” “Anda berada di kantor, Pak Sersan?” “Tidak. Aku ada di TKP, Jalan Bonilla, belakang Gedung Summo.” “Oh, dekat dong. Cuma sepuluh menit dari tempat makan saya. Memangnya ada apa, Boss?” “Kematian misterius. Korban dalam keadaan kering seperti kayu bakar. Tanpa darah setetes pun dalam tubuhnya.” “Ooh…?!” Dewi Ular terperanjat dan mulai bersemangat. “Saya dan Niko akan ke sana secepatnya! Kurang dari lima
belas menit!” Mendengar penjelasan dari Dewi Ular, Niko pun jadi bersemangat. Ia menelepon salah satu teamnya, agar meluncur secepatnya ke TKP sambil membawa handycam, sementara team lengkapnya diminta menyusul ke Jalan Bonilla secepatnya pula.” Dengan menggunakan mobilnya Niko; Escudo merah tua, Dewi Ular tiba di terripat kejadian perkara, yaitu sebuah perkantoran empat lantai yang banyak dikunjungi orang. Kantor itu adalah sebuah biro perjalanan yang menempati lantai pertama. Di dalam kantor itu, seorang karyawati berparas cantik menawan telah terkulai di atas meja kerjanya dalam keadaan tidak bernyawa. “Namanya…. Arisna. usia 26 tahun, masa kerja sudah 2 tahun lebih,” kata Sersan Burhan memberikan keterangan kepada Kumala Dewi yang tetap didampingi Niko. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Menurut keterangan rekan sekerjanya, Arisna yang setiap harinya selalu lincah, ceria dan senang bercanda itu, sekitar pukul sebelas tadi dijemput oleh seorang pemuda tampan yang sedang ditaksirnya. Pemuda itu mengajaknya makan siang, walau belum waktunya. Arisna tak menolak, karena memang suasana kantor sedang sepi tamu. Kabarnya, mereka berdua pergi tak begitu lama. Sekitar pukul satu kurang sepuluh menit, Arisna sudah kembali. Ia diantar oleh cowok
ganteng itu. “Malahan dia sempat melayani seorang tamu wanita yang ingin memesan ticket pesawat ke Bali,” kata sang teman sambil menangis sedih. “Setelah tamu itu pergi, dia sempat… sempat bilang pada saya kalau pandangan matanya berkunang-kunang dan kepalanya pusing sekali. Saya… saya justiru menggoda dia dengan mengatakan terlalu banyak makan, mentang-mentang makannya ditemani cowok gariteng. Tapi… tapi dia tidak menanggapi kelakar saya itu. Dia justru me letakkan kepalanya di meja dengan berbantalan kedua tangannya. Saya kira dia bohong, kami rnenertawakannya. Tapi ketika kami me lihatnya terlalu lama dalam posisi menelungkupkan wajah, kami curiga. Teman saya yang satu berusaha membangunkan, eeh… dia .justru tergeletak dengan mulut sedikit terbuka dan… dan tidak
bernapas lagi….” “Dugaan kami sementara ini,” kata Sersan Burhan, “… ada kemungkinan korban diberi racun oleh pemuda yang mengajaknya makan bersama tadi. Racun itu bekerja agak lambat, sehingga kematiannya tiba setelah cowok itu jauh darinya.” Kumala Dewi menggelengkan kepala sambil menutup kain putih yang menyelubungi jenazah korban. Jenazah itu segera dibawa masuk ke mobil ambulance. “Bukan racun, menurutku,” kata Kumala. “Kondisi mayat korban sama dengan mayat hakim wanita dan dokter spesialis Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang tewas di depan para peserta seminar, beberapa hari yang lalu. Bukankah begitu, Nik?” “Ya, aku yakln memang begitulah kenyataannya.” “Yang paling jelas bagiku, keadaan mayat korban sama seperti kematian Ekey, lima hari yang lalu.” “Ekey siapa maksudmu, Kumala?” Kumala Dewi belum sempat menjawab, percakapan di luar kantor dan di bawah pohon yang ada di tempat parkir itu pun terhenti. Kehadiran seorang lelaki bersedan biru metalik itu memancing perhatian Niko, membuat Niko menyapa dengan lambaian tangan. “Hei, Ken…!” Rupanya pemuda itu adalah Kenyon yang sudah cukup
lama kenal dengan Niko Madawi. Karena sudah beberapa waktu tidak saling jumpa, maka Kenyon pun segera menyodorkan tangannya dan berjabatan dengan Niko. Ia memaksakan diri untuk ramah, walau sebenarnya hati Kenyon menyimpan kegelisahan yang dapat dirasakan oleh kekuatan batin Dewi U lar. “Bagaimana kabarnya, Nik?! Makin gemuk aja kamu ini.” “Ah, bisa aja luh. O, ya… kenalin dong, ini Kumala Dewi, dan ini Sersan Burhan.” Saat tangan Kumala bersalaman dengan Kenyon, ia merasakan ada getaran yang mengalir dari hatinya. Getaran itu adalah getaran kecemasan yang meresahkan jiwa. Sepertinya pria ganteng itu sedang menghadapi masalah yang menjengkelkan, sekaligus mencemaskan dan menegangkan. “Nik, ada apa ini kok banyak orang di sini?!” “Kematian misterius terjadi di kantor biro peijalanan itu.” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Hah.,.?!” Kenyon semakin tegang. Ekspresi dan sikapnya diperhatikan betul oleh Sersan Burhan dan Dewi Ular “Kamu sendiri ngapain kemari? Ada bisnis sampingan atau….” “Aku mencari temanku: Winne, namanya. Tadi aku ke kantornya. Kata teman kantornya, dia kemari. Mau pesan ticket. Maka kukejar kemari karena….” Belum habis Kenyon menjelaskan, tahu-tahu seorang
karyawan dari biro perjalanan itu berseru dari depan kantor yang sudah dilingkari pita kuning kepolisian itu. “Pak Polisi…! Itu dia orang yang meracuni Arisna dari rumah makan tadi! Pemuda itulah yang tadi pergi dengan Arisna, Pak!” “Arisna…?! Ada apa dengan Arisna?!” “Dia tewas setelah Anda pergi, Bung!” jawab Sersan Burhan. Ketegangan Kenyon semakin memuncak, mulai tampak gusar dan panik. Akhirnya pihak kepolisian membawanya ke kantor polisi untuk dimintai keterangan lebih lengkap lagi. Teman-teman Arisna saling berseru mengutuk Kenyon, karena menurut anggapan yang mereka yakini, Arisna meriinggal akibat racun, dan Kenyon itulah orang yang meracuninya. “Dewi,” bisik Niko. “Aku nggak percaya kalau Kenyon tega berbuat sekejam itu. Aku yakin kematian korban bukan karena diracuni. Tolong jelaskan kepada pihak yang berwajib, Dewi!” “Setahuku dia menyimpan sesuatu yang mencemaskan dirinya sendiri. Ada rahasia yang mengandung resiko, dan ia ingin menanggung resiko itu sendiri.” “Rahasia apa?!” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Kurang jelas. Karena saat ini pikirannya sangat kacau dan jiwanya langsung menjadi error, sehingga kecamuk batinnya
sulit dilacak.” “Ah, setahuku…. Kenyon selalu blak-blakan padaku kalau dia punya masalah apa saja, sekalipun masalah pribadi. Aku dan dia pernah satu lifting saat kami sama-sama mengikuti pendidikan peragawan dan foto model. Hanya saja, ia lebih cinta dengan komputernya, sedangkan aku mencoba menekuni bidang itu, walau akhirnya alih profesi ke reporter. Tapi… pada dasarnya aku berkawan dekat dengannya. Kami saling terbuka, dan….” “Kalau begitu desaklah dia supaya mengaku!” potong kumala, membuat Niko diam ternganga tanpa suara. Oo-dwkz-234-oO Seringnya gadis cantik bermata bundar indah itu membantu polisi dalam menangani beberapa kasus yang sulit diatasi secara wajar dan ilmiah, maka hubungannya dengan pihak kepolisian menjadi sangat akrab. Bahkan belakangan ini Kumala Dewi mendapat tawaran menjadi konsultan kriminal untuk kepolisian, tapi gadis itu belum bisa memberi jawaban secepatnya. Menurutnya untuk menjadi konsultan kriminil membutuhkan konsentrasi khusus dan waktu tersendiri. Padahal belakangan ini Kumala sering kehabisan waktu, karena banyaknya pekerjaan atau pihak yang perlu dibantu dalam menyelesaikan kasus-kasus mistik. Dewi Ular memang secara tidak resmi mempunyai prioritas untuk urusan di lingkungan kepolisian, tapi ia tak mau
menggunakan prioritas itu semena-mena. Membebaskan seorang tersangka dengan jaminan nama besarnya bukan hal sulit bagi Kumala. Toh kali ini ia tak mau menuruti desakan Niko agar membebaskan Kenyon dari kecurigaan dan azaz praduga tak bersalah atas kematian Arisna. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Polisi berhak memeriksa siapa saja. Toh memeriksa bukan berarti menuduh, juga bukan berarti memvonis?!” katanya di depan Niko dengan sikap tegasnya. “Tapi kamu kan udah tahu kalau kematian Arisna itu disebabkan oleh suatu kekuatan iblis yang menyedot darah korban melalui lubang kecil di tengah dahi?! Kau kan bisa memakai alasan itu untuk….” ‘Itu pandangan dari sudut mistik, Niko. Bukan dari sudut ilmiah dan akuratis.” “Yaah, terserah kamulah..!” keluh Niko dengan hempasan napas kesalnya. “Bukan aku nggak mau lakukan pembelaan terhadap temanmu itu, tapi biarlah pihak yang berwajib memproses Kenyon sesuai jalurnya. Ada saatnya aku turut campur, ada saatnya tidak. Ngerti?” “Ngerti!” “Tapi bibirmu jangan monyong dua meter begitu dong. Ntar disangka orang pipa paralon bekas!” ledek Kumala mengalihkan kendongkolan hati Niko agar tidak berlarut-larut.
Kenyon sedang diperiksa di ruang kerjanya Sersan Burhan. Niko sibuk menelepon team peliputannya agar mengarahkan aktifitasnya ke kamar mayat dan mengambil gambar jenazah Arisna secara lebih sempurna lagi dengan camera khusus. Kumala Dewi sedang bicara dengan seorang Polwan berpangkat Peltu, pembantu letnan satu. Polwan itu masih muda dan sudah lama kenal Kumala. Ia sering dipanggil Kumala dengan sebutan Mbak Mer, karena nama lengkapnya adalah Peltu Merina Swastika. “Salah satu kesamaan yang berhasil kami temukan paling ganjil dari ketiga kasus kematian tersebut,” kata Mbak Mer. “adalah kematian yang terjadi di depan umum dengan melibatkan banyak saksi mata. Dengan begitu, sulit bagi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pihakku untuk mencurigai seseorang sebagai pelakunya. Apalagi dalam data-data yang kami himpun, ketiga korban ternyata bukan orang yang saling kenal dan tidak ada kaitannya antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lainnya.” “Mudah-mudahan Sersan Burhan dan yang lainnya berhasil mengorek keterangan dari Kenyon.” “Apakah menurutmu Kenyon terlibat dalam kasus ini?” “Untuk saat ini, tidak. Tapi saya yakin, bahwa Kenyon bisa menjadi jalan setapak untuk menuju ke istananya si pelaku sebenarnya. Karena saat dia mendengar kematian Arisna,
getaran jiwanya begitu kuat, namun kenapa ia berusaha menyembunyikan getaran dukanya itu agar tidak tercurah semuanya di depan umum?” Niko selesai bicara melalui handphone. Ia duduk di bangku kosong samping Kumala, mendengarkan apa yang sedang dibicarakan Mbak Mer tentang beberapa prediksi terhadap munculnya kasus kematian tanpa darah itu. Namun kata-kata Mbak Mer pun segera terhenti karena Sersan Burhan membuka pintu ruang kerjanya dan memanggil Kumala dengan wajah sedikit tegang. “Tolong kemari sebentar, Kumala!” Tanpa sungkan-sungkan Kumala pun masuk ke ruang kerja bagian kriminil untuk seksi pembunuhan. Mbak Mer jadi ingin tahu, walau ia tidak ikut dalam penanganan kasus Kenyon. Karena Mbak Mer mendekati pintu ruang kerja yang terbuka itu, maka Niko pun bergegas ikut-ikutan berada di samping Mbak Mer. “Ada apa, Mbak?” bisik Niko. Tanpa dijawab Mbak Mer, Niko akhirnya tahu sendiri bahwa Kenyon bersikap aneh dan membingungkan petugas. Pemuda itu tiba-tiba saja berubah tabiatnya, sering garuk-garuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kepala, garuk-garuk badan, dan sering meringkik dengan gigi merapat. Duduknya pun sudah mulai tak sopan. Dari mengangkat satu kaki, kini menjadi dua kaki yang diangkat. Ia
jongkok di kursi dan memandang kepada mereka dengan tatapan asing. Seolah-olah Kenyon tidak mengenali mereka. Bahkan ketika ditanya, apakah ia kenal dengan pemuda berambut cepak rapi itu, Kenyon tidak menjawab se lain hanya menggeram terputus-putus. Padahal semestinya ia kenal bahwa pemuda berambut cepak rapi itu adalah Niko, temannya sendiri. “Kenapa bisa jadi begini, Pak Sersan?” tanya Niko dengan sedih dan terheran-heran. “Waktu kami tanyakan tentang acara makan siangnya dengan Arisna, dia dapat menceritakan dengan lancar. Dia mengaku makan dengan mesra, bahkan Arisna sempat menyuapkan nasinya ke mulut Kenyon.” Mbak Mer rnenyimak pula penjelasan itu sambil memperhatikan gerak-gerik Kenyon yang serba cuek dan sering menggaruk-garuk kepala. Kumala justru memusatkan perhatiannya kepada Kenyon. Kekuatan batinnya menembus jiwa pemuda itu sambil menahan napas beberapa kali. “Dia sempat bersumpah berkali-kali bahwa dia tidak menaruh racun dalam makanan Arisna. Tapi ketika kutanyakan mengapa ia kembali ke kantor biro perjalanan itu, dia mulai panik. Kata-katanya serba salah. Lalu kusuruh dia untuk tenang beberapa saat, merenungi sebentar apa yang ia cari di kantor biro perjalanan itu….” “Bukankah tadi di sana dia sudah bilang kalau mencari
temannya untuk suatu keperluan? Sedangkan menurut informasi, temannya itu pergi ke kantor biro perjalanan untuk memesan ticket,” kata Niko bernada melakukan pembelaan terhadap temannya itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Memang. Aku hanya ingin menguji apakah jawabannya masih sama dengan yang kita dengar tadi atau berubah. Ternyata… ia justru diam sampai lama. Karena aku tak sabar, dia sedikit kubentak untuk menyadarkan lamunannya. Tapi justru dia jadi blingsatan dan garuk-garuk kepala, sampai akhirnya jadi seperti ini. Nggak bisa diajak bicara lagi! Apa maksudnya dengan berpura-pura bego begitu sih?” “Dia bukan berpura-pura!” tegas Kumala dengan suara berwibawa. “Sesuatu telah terjadi pada dirinya, dan tak mungkin bisa diajak bicara lagi.” “Sesuatu apa maksudmu?!” sergah Niko. “Jiwanya diganti dengan jiwa monyet.” “Hahh…?!” semua terperangah kaget. Seketika itu Kenyon menjerit aneh dan melompat, langsung hinggap di atas almari data. Jongkok disana sambil menjerit-jerit seperti monyet ketakutan. Oo-dwkz-234-oO
3 KASIHAN sekali. Pemuda tampan itu tingkah lakunya jadi seperti seekor beruk, alias monyet besar. Bahkan ia sempat mengamuk di kantor polisi sambil me lompat-lompat dan menjerit liar. Untung saja Kumala segera melepaskan kekuatan gaib pembius yang melalui sinar hijau kecil sebesar lidi yang keluar dari jari tengah tangannya. Begitu pinggang Kenyon terkena sinar hijau menyerupai laser itu, ia langsung lumpuh, mengerang sebentar dengan suara seperti monyet merintih, kemudian terkulai lemas tak sadarkan diri. “Biar kutangani dial” kata Kumala kepada Sersan Burhan. “Ada sesuatu dalam dirinya yang tidak dapat ditangani oleh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ manusia biasa. Perubahan jiwanya ini di luar jangkauan otak manusia. Jadi harus kutangani sendiri. Mohon izin.” “Silakan!” Dewi Ular dan Niko membawa pulang Kenyon. Sampai rumah senja mulai menampakkan keremangannya. Suara adzan magrib berkumandang mendayu-dayu tertiup angin utara. Kumala tidak bisa menunda pekerjaan itu, sebab ia tahu sebentar lagi pintu gaib dalam diri Kenyon akan tertutup. Jika pintu gaib tertutup, maka akan lebih sulit lagi mengeluarkan jiwa monyet dan menggantikan dengan jiwa aslinya Kenyon. “Buron, bawa orang ini ke pendopo belakang!” perintahnya seraya bergegas meninggalkan mobil. Buron sempat bingung
melihat seorang eksekutif terpuruk di jok belakang mobilnya Niko. “Ada apa, Nik?” tanyanya dengan dahi berkerut. “Dia temanku. Dia kena musibah aneh. Tolong bantu angkat dia ke pendopo belakang.” “Dia temanmu?!” buron semakin terheran-heran. “Apakah kamu bercanda? Sejak kapan kamu berteman dengan seekor orang utan?!” “Orang utan?!” “Iya. Ini kan seekor monyet besar, sejenis orang utan atau beruk! Lihat saja mukanya dan badannya yang berbulu abu-abu itu?!” Tentu saja Niko kebingungan, sebab dalam penglihatannya Kenyon adalah manusia biasa, berpakaian dan punya anggota tubuh lengkap. Lengan dan wajahnya-tidak berbulu. T api mata jin yang digunakan Buron telah membuat Kenyon berupa seekor kera besar yang berbulu abu-abu. Niko. menjadi merinding setelah menyadarinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Terserah apa katamu deh, yang penting… bantu aku mengangkat dia ke pendopo belakang!”’ “Biar kutangani sendiri. Minggir…!” Jelmaan dari Jin Layon yang sering pula dijuluki jin usil karena dulu suka usil kepada tamu-tamu yang baru pertama kali datang ke rumah Kumala, kali ini melakukan keusilan yang bermanfaat. la menghadapkan telapak tangannya ke mobil.
Sejumlah getaran gelombang gaib terpancar dari telapak tangan itu tanpa rupa dan tanpa suara. Getaran gelombang gaib membuat tubuh Kenyon bergerak sendiri dengan pelan-pelan, lalu turun dari mobil dalam keadaan mata tetap terpejam, dan melangkah agak bungkuk seperti seekor gorila sedang berjalan. Kekuatan gaib Buron membuat Kenyon berjalan sendiri menuju pendopo dengan tubuh sesekali limbung ke sana-sini. Buron menertawakannya. Tapi Niko segera membentak marah karena merasa temannya dipermainkan Buron. Sesampainya di pendopo yang menyerupai rumah panggung tanpa dinding itu, Kenyon berbaring sendiri dan telentang bebas di lantai kayu yang mengkilap itu. Dewi U lar segera muncul. Gadis itu sudah berganti pakaian. Bukan lagi pakaian kantor yang dikenakan, tapi ce lana pendek ketat yang menampakkan kemulusan pahanya, dan kaos ‘tank top’ yang persis kaos kutang lelaki. Kaos warna hijau bertepian putih itu sangat ketat dengan tubuh, sehingga bentuk payudaranya yang membusung sekal dan padat terlihat jelas bentuk keindahannya. Aroma wangi cendana dari keringat bidadarinya semakin menyebar ke mana-mana, membuat Niko diam-diam punya debar-debar indah tersendiri di sela-sela ketegangan hatinya. “Kumala Dewi tampak cantik sekali kalau mengenakan pakaian kayak gitu, rambutnya digulung asa l-asalan. Wow…! Menantang gairah betul gadis pujaanku itu,” pikir Niko.“T api…
persetan dengan gairahku! Keadaan Kenyon lebih penting Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ diperhatikan secara serius ketimbang mengkhayalkan kecantikan anak dewa itu!” “Perlu diikat, Dewi?” tanya Niko mengalihkan kecamuk batinnya. “Nggak usah.” “Nanti kalau dia bangun dan mengamuk kayak tadi, bagaimana?” “Energi pembiusku masih cukup banyak Buat membius dirimu selama lima tahun juga masih mampu,” sambil Kumala Dewi menatap beberapa batang lilin agar mengelilingi tubuh Kenyon. Buron ikut membantunya sambil menyempatkan bertanya kepada Kumala. “Apa sebenarnya yang terjadi pada monyet satu ini?!” “Dia seorang pemuda, teman Niko. Ada pihak yang tiba-tiba menukar jiwanya dengan jiwa monyet, seperti yang kau lihat dengan mata jin-mu.” “Siapa yang menukarnya?” “Entahlah. Yang jelas, dilakukan dari jarak jauh dengan maksud yang belum jelas juga;”
“Kasihan,” gumam Buron. “Pasang pagar sekeliling rumah, Ron!” Pemuda berambut kucai itu langsung mengeluarkan letupan kecil, menjadi asap tipis dan cahaya kuning. Cahaya kuning itu segera terbang dengan cepat dalam gerakan mengelilingi halaman rumah. Beberapa kejap kemudian, ia kembali lagi ke pendopo. Bluuub…! Sudah berubah menjadi pemuda berambut kucai lagi. Telepon berdering. Sandhi yang ditinggal Kumala di kantor sejak jam rnakan siang tadi, kini ngomel-ngomel minta kepastian harus bagaimana. Sopir pribadi itu berani ngomel Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kepada majikan cantiknya walau tidak secara langsung, karena memang emosi seperti itu dianggap sah-sah saja oleh Kumala. Toh selama ini Sandhi maupun Buron tetap tahu diri, tahu batas omelannya. Niko yang menerima telepon Sandhi. Ia menjelaskan persoalan yang mereka hadapi. Sandhi diperiritahkan kembali ke rumah. Ketika Niko bergegas ke pendopo lagi, Kumala Dewi sudah duduk bersila dalam lingkaran nyala api lilin. Jaraknya hanya dua jengkal dari Kenyon. Niko tak berani bersuara karena Buron memberi isyarat agar Niko diam. Hening dan sunyi tercipta panjang. Langit senja yang merah tembaga itu kini mulai bergulung-gulung awannya. Awan itu tetap berwarna merah seperti lautan lahar di langit. Angin berhembus lebih cepat, dan cepat
lagi, sehingga daun-daun terhempas menimbulkan suara gemuruh. Niko tahu, hembusan angin kencang dan langit yang mengalami keganjilan adalah tanda-tanda mulai bekerjanya kekuatan supranatural si Dewi Ular. Seperti biasa, ia deg-degan diliputi ketegangan. Ia bahkan tak berani naik ke pendopo. Hanya memandang dari tempat jemuran pakaian, karena tak jauh darinya ada Mak Bariah. Jika terjadi apa-apa ia bisa bergabung dengan Mak Bariah sebagai kelompok yang sama-sama ketakutan. Tanah mulai terasa bergetar. Mula-mula getarannya nyaris tak terasa, tapi makin lama seperti getaran resonansi dari kereta api yang lewat tak jauh dari tempat itu. Bahkan belum sampai setengah menit getaran tanah semakin bertambah kuat. Daun-daun pohon semakin bergemuruh. Tiang-tiang besi penyangga lam-pu taman tampak gemetar. Kolam ikan yang lewat di bawah lantai pendopo terlihat guncang airnya. Ikannya berlari ke sana-sini ketakutan. Cuaca semakin gelap. Kian mendebarkan hati manusia awam seperti Niko dan Mak Bariah. Tapi pandangan kedua Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ orang itu masih tertuju pada Kumala Dewi, Kenyon dan Buron yang berjaga-jaga di luar batas lingkaran nyala api lilin. “Lihat, Tuan Niko… apa itu yang keluar dari tubuh si pemuda?!” bisik Mak Bariah dengan tegang. Niko semakin tak berkedip. Ia melihat bayangan sinar merah terputus-putus keluar dari tubuh Kenyon. Ada yang dari
kaki, ada yang dari perut, dari dada, dan dari mana saja. Sinar merah terputus-putus itu akhirnya bergerak membentuk putaran arus. Kedua tangan Kumala yang Semula merapat di dada, kini mulai bergerak pelan-pelan merenggangkan jarak. Getaran bumi semakin kuat. Suara gaduh datang dari dapur. Rak piring bagaikan sedang diguncang-guncang kekuatan setan sehingga barang pecah belah di atasnya saling berdenting. Suara itu dibarengi oleh deru angin dan ledakan guntur di langit. Menyeramkan sekali. bahkan membuat keringat dingin Niko mulai mengucur. Tapi rasa penasarannya masih ada, bahkan semakin kuat, sehingga matanya tetap tak berkedip memandangi pusaran cahaya arah yang kini membentuk seperti gerakan angin topan. Topan kecil. Rentangan kedua tangan Kumala pun semakin lebar. Setiap jari-jari tangannya memancarkan cahaya hijau fosfor yang berpijar-pijar cahaya itu semakin terang ketika pusaran cahaya merah dari Kenyon membentuk bayangan seekor kera besar tanpa ekor. Kera yang terbuat dari cahaya merah itu menyambar ke arah Dewi U lar dengan liar dan ganas, tapi tak pernah mengenai sasaran. Padahal jaraknya hanya sekitar dua-tiga jengkal. “Grrrrraaawwww…!!” Cahaya merah berbentuk
kera besar itu dapat mengeluarkan suara yang membaur dengan suara gemuruh alam sekelilingnya. Pada aat itu tiba-tiba tubuh Dewi Ular berubah menjadi cahaya hijau yang berbentuk bayangan seekor ular naga. Niko dan Mak Bariah semakin menggigil melihat ular naga itu bagaikan dicengkeram kera besar dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ siap digigit kepalanya. T api dengan gerakan melilit cepat ular naga dari cahaya hijau itu berhasil meloloskan diri, melayang berputar lalu menyabetkan ekornya. Buuuummm…! Dentuman itu cukup dahsyat. Mak Bariah dan Niko sempat oleng mau jatuh karena tanah terasa menyentak separuh bagian, namun segera rata kembali. Dentuman itu juga membuat daun-daun berguguran, khususnya yang sudah tua dan layu. Pertarungan ular naga dalam cahaya hijau dan seekor kera besar dalam cahaya merah berlangsung cukup seru. Memakan waktu sekitar satu menit lebih. Pada akhirnya kera besar itu mengeluarkan suara pekikan yang meraung setelah disabet ekor naga beberapa kali. Cahaya merah itu pun buyar menjadi percikan bunga api yang menyebar ke mana-mana. Sekejap kemudian semua bunga
api padam, tinggal asap tipis tak begitu kentara. Cahaya hijau yang berbentuk seekor ular naga itu menyatu kembali dalam tubuh Dewi Ular, kemudian meresap lenyap di sekujur tubuh berkulit putih mulus itu. “Non Mala menang…! Non Mala unggul, Tuan Niko…! Lihat, kera besar itu lenyap setelah pecah berhamburan!” ujar Mak Bariah. Pelayan agak gemuk berusia 40 tahun itu tampak girang sekali. Niko pun tersenyum sambil menghempaskan napas lega. Alam kembali normal. Tapi gelap semakin iekat dengan bumi. Buron melepaskan sikap berjaga-jaganya yang tadi tampak serius sekali. Namun agaknya pekerjaan Dewi Ular belum selesai. Ia masih duduk bersila dengan badan tegak dan kedua tangan merapat di depan dada. Keringatnya tampak membasahi sekujur tubuh, membuat aroma wangi cendana bercampur pandan semakin menyebar dan terhirup kuat oleh siapa saja, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terutama bagi mereka yang berada dalam radius 1 kilometer dari pendopo. “Mak, ada cahaya yang datang dari arah barat tuh!” bisik Niko kepada Mak Bariah. Perempuan berkebaya itu memandang ke arah barat. Ia memang melihat cahaya putih kebiru-biruan me layang dalam gerakan berputar-putar. Besarnya seukuran mangkok bakso. Cahaya itu bagus sekali,
enak dipandang. Menakjubkan siapa saja. Makin lama cahaya itu semakin masuk ke pendopo, berputar-putar sesaat seperti gerakan pesawat mau landing. Tak lama kemudian merendah dan terbenam di tubuh Kenyon. Zuuuuubbs…! Sekujur tubuh Kenyon menjadi bersinar putih kebiru-biruan. Namun tak lebih dari tiga hitungan. Setelah itu sinar tersebut padam tanpa meninggalkan asap atau bunyi aneh apa pun. “Kenapa pemuda itu belum bangun juga, ya Tuan Nik?” “Mungkin pengaruh biusnya belum dilepaskan Kumala, atau karena ada sesualu hal yang menghalangi kesadarannya ? Entahlah Kita lihat saja apa yang dilakukan Kumala Dewi setelah ini.” Mak Bariah manggut-manggut dengan sikap menunggu akhir dari pemulihan jiwa manusia yang tadi sempat ditukar dengan jiwa monyet. Oo-dwkz-234-oO Kenyon masih kikuk dan ma lu bicara dengan Dewi Ular. Terutama yang menyangkut cerita kehidupan pribadinya. Tapi kepada Niko, ia tak pernah merasa malu, sehingga menurutnya hanya Niko-lah yang pantas mendengar pengalaman pribadinya akhir-akhir ini. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ingatan Kenyon terpancing oleh datangnya seorang tamu yang bermaksud menemui Kumala Dewi. Sebelumnya, Kenyon
memang mengalami amnesia insidentil, yaitu lupa ingatan dalam beberapa hal yang semestinya selalu diingatnya. Misalnya, ia sempat bingung ketika harus menyebutkan nama jalan dalam alamat rumahnya. Ia juga tak bisa menjawab saat ditanya tujuannya datang kembali ke biro perjalanan itu. Ia terpaksa berpikir keras sewaktu Niko menanyakan Warna mobilnya, Walau akhirnya terjawab juga. “Wajar,” kata Kumala. “Itu karena dia mengalami shock psikis. T api sebentar saja sudah bisa pulih kembali. Gangguan ingatannya itu tidak akan menjadi parah.” “Jadi sampai sekarang kamu belurn ingat siapa orang yang kamu khawatirkan akan membunuh Arisna?” tanya Niko memancing kembali ingatan Kenyon. “Sulit sekali mengingatnya. Yang dapat kuingat adalah, aku memang bicara pada Arisna saat makan siang di restoran, bahwa kuingatkan dia agar hati-hati. Sebab, firasatku merasakan bahwa Arisna dalam ancaman bahaya. la dapat dibunuh orang kapan saja. Dan jika hal itu terjadi, maka tidak seorang pun bisa menyelamatkan dirinya.” “Kenapa kau bisa punya keyakinan begitu?” tanya Dewi Ular. “Hmmm, aku punya alasan kuat. Tapi aku lupa… aduuh, aku benar-benar lupa a lasan kuat apa yang membuatku yakin betul bahwa Arisna tidak akan tertolong kalau ancaman maut itu sudah diarahkan padanya.”
Kenyon tampak jengkel sendiri karena tidak menemukan alasan kuat yang dimaksud dalam ingatannya. la masih bertisaha berpikir keras untuk mengingat hal tersebut. Sandhi yang waktu itu sudah tiba di rumah dan ikut nimbrung dalam percakapan di ruang tamu itu, segera bicara pelan kepada majikan cantiknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Mungkinkah orang yang dikhawatirkan akan membunuh Arisna itu sama dengan pihak yang menukar jiwa Kenyon dengan jiwa kera?!” “Sangat mungkin. Dan memang itulah kemungkinan besar yang ada dalam benakku.” “Kalau begitu kamu tahu siapa orangnya dong? Bukankah kamu berhasil merampas kembali jiwa Kenyon dari tangan orang itu?” “Aku nggak merampas dari jarak dekat, San. Aku hanya menarik jiwa asli Kenyon dengan kekuatanku dari jarak jauh. Entah di mana jiwa itu sebenarnya dan siapa penjaganya, aku nggak ngerti. Yang penting, begitu jiwa itu kupanggil menyahut, aku tahu arahnya dan langsung kubetot sekuat tenaga. Memang agak berat sih. Dan itu bisa diartikan pula bahwa pihak yang menukar jiwa Kenyon itu pasti punya kekuatan yang nggak boleh disepelekan.” “Mungkinkah semua ini perbuatan dari s i Damasscus?” sela Buron yang dari tadi menjadi pendengar percakapan tersebut
dengan serius. “Belum tentu Damasscus, si Raja Iblis itu,” kata Kumala. “Mungkin juga pihak lain yang ciri-cirinya belum pernah kita kenal.” Buron manggut-manggut, Kenyon ganti menyimak percakapan tadi. Tapi sesaat kemudian ia menjadi sasaran pertanyaan Niko yang kelihatannya paling penasaran terhadap rahasia misteri tersebut. “Ken, menurutmu apakah Arisna punya musuh berbahaya yang nggak diketahui atau nggak disadarinya.” “Ya. Punya. Musuhnya itulah yang sedang kuingat-ingat dari tadi.” “Ada memory yang sengaja dihapus dari ingatanmu,” sahut Kumala. “Kuanggap hebat orang yang mampu menghapus Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ingatanmu untuk beberapa bagian saja. Biasanya
penghapusan memory dalam ingatan manusia bisa dihapus jika penghapusan itu dilakukan secara menyeluruh. Bukan hanya bagian-bagian tertentu saja.” “Okey,” sela Niko kepada Kenyon. “Lalu… masih ingat nggak, permusuhan Arisna dengan seseorang itu disebabkan karena persoalan apa? Harta? Jabatan? Gengsi? Asmara? Salah paham? Atau apa?” “Hmmmmm…,” Kenyon mengingat-ingat, tapi akhirnya ia mendesah lagi dengan kecewa. “Sial! Itu pun aku nggak ingat lagi, Nik!” Niko menarik napas, yang lain ikut-ikutan. Kumala akhirnya melarang siapa pun mengajukan pertanyaan yang memusingkan kepada Kenyon. Menurutnya, pertanyaan yang sukar dijawab jika dicari terus jawabannya justru akan mernbuat Kenyon semakin jauh dari ingatannya yang terhapus itu. Y ang jelas, malam itu Kumala sarankan agar Kenyon tidak pulang ke rumah. Ia inginkan Kenyon bermalam di situ bersama Niko. “Firasatku mengatakan, kau sedang dicari seseorang, dan orang itu membawa bencana untukmu.”
“Siapa orang itu?” tanya Kenyon. “Nggak jelas. Tapi biasanya firasatku selalu benar, Ken. Karena itu, kau sebaiknya bermalam di sini, anggap saja sedang bersembunyi dari incaran maut. Sebab….” Bel tamu berbunyi. Kata-kata Dewi Ular terhenti. Sandhi segera membukakan pintu pagar. Ia kembali menemui majikan cantiknya bersama seorang perempuan yang belum lama dikenal Kumala dan Sandhi, juga Buron. Perempuan datang bersama seorang wanita yang lebih tua lagi, yaitu ibunya sendiri. Di samping itu juga membawa dua orang anak lelaki, serta didampingi pemuda berusia 23 tahun yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengemudikan mobil mereka. Pemuda itu belakang diketahui sebagai adik bungsu perempuan tersebut. “Eeeeeh, Ekey sama Kak Ditto…. Aduh, kenapa nggak telepon Tante Kumala dulu kalau kalian mau datang, hmm? Coba kalau telepon dulu, Tante bisa beli es cream buat kalian berdua….” Dewi Ular disukai anak-anak karena pengaruh kekuatan gaib dewatanya, juga karena keramahannya yang bisa menyentuh hati anak-anak, seperti Ekey dan Ditto, kakaknya. Rupanya malam itu keluarga Nyonya Lieza menyempatkan mampir ke rumaK Kumala sepulangnya dari belanja di Mall. Nyonya Lieza yang mengusulkan acara itu, karena rupanya wanita berusia 65 tahun itu ingin memberikan hadiah kenang-kenangan kepada Dewi Ular yang telah menyelamatkan
cucunya dari kematian gaib. Namun ketika mereka dipersilakan masuk ke ruang tamu, Nyonya Lieza terperanjat girang mengetahui Kenyon ada di situ. “Lho, Ken…?! Kamu ada di sini juga, ya?” “Hmm, eeh… iya, Tante. Hmm, eeh….” “Wah, nggak kusangka kalau kamu kenal juga dengan Kumala Dewi ini? Sudah lama kenal dia, Kumala?” “Cukup lama, Nyonya Liez,” jawab Kumala menutupi rasa malu Kenyon. Pemuda itu dilihatnya menjadi malu dan gugup, sehingga gerak-geriknya menjadi kikuk Entah apa penyebabnya, yang jelas Kumala berusaha membuat Kenyon sedikit terhindar dari rasa malu atau gugup atau entah apa lagi itu. “Hei, bagaimana dengan Winne? Jadi semakin akrab dengan gadis cantik itu, atau semakin berjauhan?!” “Semakin… semakin….” Kenyon jadi tersipu-sipu seperti gadis dusun ditantang kawin. Diam-diam Niko merasa aneh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ melihat sikap Kenyon begitu, sebab setahunya Kenyon tak
pernah bersikap seperti banci begitu. “Kumala, dulu aku lupa menceritakan padamu, waktu sebelum Ekey kutemukan dalam keadaan tak bernyawa, waktu itu aku sedang menerima tamu. Ya, ini…. Kenyon dan calon pacarnya: Winne. Ih, anaknya cantik sekali, Kumala. Cocok deh kalau berpasangan dengan Kenyon. Dengar-dengar sih bulan depan mau dikawinin tuh cewek. Iya, Ken?” “Ah, Tante bisa aja…,” Kenyon semakin salah tingkah. Lalu ia buru-buru menutupi sendiri sikapnya itu dengan bertanya kepada Nyonya Lieza. “Oom Hans belum landing, Tante?” “Uuh, papanya Ekey sih kalau landing secepat kilat. Kayak nggak tahu aja kesibukan oom-mu itu, Ken. Baru dua hari yang lalu pulang, eeh… besoknya sudah harus take-off lagi. Biasa, kerja di maskapai penerbangan asing kalau nggak disiplin bisa dipecat, Ken.” Melihat keakraban itu, Kumala bertanya, “Nyonya Lieza. sudah lama kenal Kenyon rupanya?” “Papanya Ekey yang bawa-bawa dia ke rumah. Dulu sempat jadi rekanan dalam bisnis spektakuler selama hampir-hampir satu tahun kalau nggak salah, ya Ken?” “Ya,” jawabnya pendek. Beban moral, tekanan batin dan rasa malu semakin tampak jelas dalam sikap Kenyon. Hati Niko pun menjadi semakin curiga. Namun kesempatan untuk bertanya tidak ada, sebab Nyonya Lieza mengambil tempat duduk berdekatan dengan Kenyon.
Untung saja kunjungan keluarga yang ingin menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Kumala itu tidak terlalu lama. Hanya setengah jam kurang, mereka langsung pamit setelah menyerahkan bingkisan mahal kepada Dewi Ular. Kebetulan malam juga sudah menunjukkan pukul 9 lewat beberapa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menit. Ditto dan Ekey sudah mengantuk. Ekspresi wajah Kenyon berubah merah, tidak sepucat tadi. Seolah-olah darahnya mengalir kembali ke wajah. la pun tampak lega. Namun debar-debar ketegangan hatinya masih belum berhenti tuntas dan tak dapat disembunyikan dari mata mereka. Kenyon pun sehabis mengantar kepulangan Nyonya Lieza sekeluarga segera masuk ke ruang tengah lebih dulu, duduk tertegun sambil berlagak memandangi layar teve yang sedang ditonton Mak Bariah. Maka Niko dan yang lainnya segera menyerbunya dengan masing-masing memamerkan ekspresi ingin tahunya. “Ken.” kata Niko: “… kayaknya kamu ada persoalan dengan Nyonya Lieza tadi, ya? Jujur aja luh. Ada apa sebenarriya?” “Sikapmu sangat berbeda, Ken,” timpal Kumala. “Terus terang, kami curiga dan ingin tahu apa sebenarnya yang kamu sembunyikan dari pertemuan tadi?’ Sorot pandangan mata Dewi Ular mengandung getaran gaib yang membuat hati Kenyon tak dapat berdusta Lagi. Sebenarnya ia bermaksud merahasiakannya, tapi gemuruh
dalam dadanya semakin kuat, mendesak nuraninya untuk berkata apa adanya di depan Dewi U lar. “Yaah, kuakui… aku memang agak takut dengan Tante Lieza, terutama kepada anaknya yang kecil tadi: Ekey.” “Kenapa?” desak Niko sambil duduk di samping Kenyon. “Anak itu…,” Kenyon diam karena ragu sesaat. Tapi akhirnya dilanjutkan kembali kata-katanya. “Kusangka anak itu sudah mati kehabisan darah. Ternyata masih hidup dengan segar begitu. Benar-benar nggak nyangka anak itu kuat dan nasibnya bagus sekali.” Mereka membiarkan Kenyon menerawang sesaat, lalu Niko bertanya lagi, “Kenapa kau menyangka Ekey sudah meninggal?” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Darahnya…,” Kenyon ambil napas, sepertinya sulit sekali mengatakan hal yang sebenarnya karena diliputi perasaan takut yang mencekam hatinya. “Darah anak itu… kutahu persis sudah disedot oleh Winne.” “Winne?!” gumam mereka hampir serempak. “Yah, sekarang aku ingat! Aku ingat betul bahwa orang yang kuanggap membahayakan jiwa Arisna adalah Winne.” “Kenapa Winne?” tanya Niko. “Winne yang mana?” desak Kumala. Wajah ganteng itu dicekam kesedihan sekaligus kengerian yang terbungkus penyesalan cukup dalam. Hampir saja ia
menangis mengenang kematian Arisna, karena ia kini tahu persis siapa pelakunya. “Aku nggak tahu persis, siapa sebenarnya Winne. Aku kenal dia pada malam hujan deras dan mobilku terperangkap banjir. Kusangka dia bukan gadis jahat. Tapi setelah kutahu dia selalu membutuhkan darah setiap lima hari sekali, aku jadi ngeri berteman dengannya. Tapi anehnya aku tak bisa meninggalkan Winne begitu saja.” Kumala manggut-manggut. Ingatannya membenarkan pengakuan Kenyon tentang Winne. Sebab ketika Kenyon bertemu dengannya di tempat parkir kantornya Arisna, saat itu Kenyon sempat menyebutkan nama Winne sebagai orang yang dicarinya. Sersan Burhan juga mendengar kata-kata Kenyon itu. Tapi , agaknya nama Winne kurang diperhatikan oleh mereka, termasuk oleh Niko. “Sewaktu aku pulang makan siang dengan Arisna, aku pergi ke kantornya Winne di BBC Building. Aku bermaksud mengantar pesanan Winne yang dipesannya pagi hari dan baru bisa kubelikan pada siang itu….”
“Pesanan apa?” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Pizza. Aku memang terlambat mengantar pesanannya itu karena waktuku tersita buat makan siang bersama Arisna. Namun ketika aku tiba di sana, kudapatkan informasi dari temannya bahwa Winne pergi ke kantornya Arisna. Sebelumnya ia sempat ngomel-ngomel dan bilang pada temannya, bahwa ia yakin siang itu aku menemui Arisna. Maka ia pun pergi ke kantornya Arisna dengan marah. Aku buru-buru lari ke kantor Arisna, maksudnya mencegah kemarahannya. Tapi… terlambat. Winne sudah lebih dulu me luapkan kemarahannya kepada Arisna dengan caranya yang sadis, yaitu menghirup darah Arisna hingga kering kerontang.” “Kok dia marah sama Arisna, alasannya apa?” sela Niko. “Dia sangat cemburu,” jawab Kenyon pelan. “Cemburu…?!” gumam Niko dan Kumala bersamaan. “Jadi…,” sela Buron tegas. “Sebenarnya yang jadi pacarmu itu Arisna atau Winne?!” “Ceritanya begini…,” Kenyon tarik napas dalam-dalam. Agaknya ia harus ceritakan juga peristiwa sebenarnya di depan mereka, karena tatapan mata mereka menuntut penjelasan lebih lengkap lagi.
Oo-dwkz-234-oO
4 HUJAN deras di malam itu sampai berlarut-larut. Mogoknya mesin mobil Kenyon juga ikut berlarut-larut. Lebih dari 20 kali Kenyon mencoba menstarter mobilnya, tapi tak pernah berhasil. Sampai-sampai ia merasa malu oleh penghuni kost lainnya, karena suara mesin distarter berulang-ulang bisa menimbulkan kejengkelan, yang pada akhirnya akan membangkitkan kemarahan bagi mereka yang merasa terganggu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Ken, biar sampai kunci kontakmu patah kalau belum kering betul mesin itu nggak bakalan hidup!” kata Winne dari pintu kamarnya. Gadis cantik itu ternyata sudah mandi dan sudah ganti pakaian segala. Berarti sudah cukup lama Kenyon mengakali mesin mobilnya yang tidak pernah bisa hidup lagi itu. “Biarkan dulu beberapa saat, Ken. Duduklah di dalam sini!” Tawaran itu adalah tawaran yang ketiga kalinya. Tak ada pilihan lain bagi Kenyon kecuali mengikuti ajakan ramah Winne itu. Ia masuk ke kamar tersebut yang lantainya dilapisi, karpet hampir separuh bagian. Kamar itu mempunyai meja rendah tanpa kursi. Tamu dipersilakan duduk di karpet yang masing-masing tempat disediakan bantal tipis tempat untuk duduk. Bantal-bantal itu mengelilingi meja bundar dari bahan kayu jati berukir. Di situ juga tidak ada ranjang. Yang ada kasur busa tebal, digelar di atas lantai pada salah satu sisi
kamar. Satu set audio s istem merek Aiwa dan pesawat telev isi 14 inch diletakkan di atas raknya dalam posisi sedemikian rupa, sehingga dapat dilihat dari beberapa sisi. “Kalau mau cuci tangan dan bersih-bersih badan, langsung aja ke kamar mandi, Ken. Tapi kalau mau istirahat dulu, silakan. Cuma, mohon dimaklumi keadaannya begini, jadi duduknya di lantai.” “Justru aku suka suasana interior gaya Jepang begini ” kata Kenyon sambil melepas kaos kaki dan meletakkan sepatu pada tempatnya yang sudah disediakan di samping pintu. “Aku numpang mandi bisa, kan? Kotor semua badanku!” “O, ya… ini handuknya, Ken,” Winne menyodorkan handuk bersih yang diambilnya dari dalam almari. Senyumnya tersungging manis, seakan sengaja dipamerkan untuk menawan hati Kenyon. Pria itu menyimpan debar-ctebar kegembiraan dalam hatinya. Ia berlagak kurang mem-pedulikan senyuman dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tatapan indah Winne. Ia langsung masuk ke kamar mandi tanpa sungkan-sungkan. Sudah telanjur dibuat malu dan kesal oleh mobilnya, kenapa harus bersikap sungkan-sungkan. “Cuek sajalah…,” begitu pikirnya. Kamar itu mempunyai pintu tembus ke belakang, tapi juga mempunyai pintu khusus ke kamar mandi. Untuk masuk ke kamar mandi, Kenyon tidak perlu harus keluar kamar. Tempat mandi itu termasuk berada di dalam kamar tersebut. Hanya
saja, jaraknya dengan perabot lainnya agak jauh. Harus melewati dapur kecil yang dilengkapi dengan kompor gas berukuran kecil pula. Selesa i mandi, Kenyon dipaksa mengenakan sarung dan kaos oblong longgar yang masih bersih dan kering. Kenyon menolak karena merasa kikuk mengenakan sarung alau kaos milik orang lain. Tapi Winne mendesaknya dengan tatapan mata lembut yang memancarkan keakraban lebih dalam lagi. “Ken, celanamu itu basah kuyup begitu, bajumu juga basah kuyup, kalau kamu nekat memakainya sampai nanti, kamu bisa masuk angin! Gantilah dengan yang kering ini.” “Nggak usahlah. Aku manusia anti masuk angin kok.” “Jangan bandel deh, Ken. Lagi pula kalau kamu duduk, bisa bikin karpet basah. Karpet kalau sudah basah, baunya nggak enak!” Winne bicara tegas-tegas dengan intonasi kesabarannya. Ia seperti bicara dengan anak kemarin sore. Kenyon jadi geli sendiri. Tapi mengingat celana basahnya bisa bikin karpet yang diduduki nanti ikut basah juga, pikir punya pikir akhirnya Kenyon memaksakan diri Untuk mengenakan sarung dan kaos oblong itu. “Nggak ada celana pendek atau celana panjang, W in?” sambil ia melangkah ke kamar mandi. “Ada. Tapi pasti nggak cukup untuk kau pakai. Kekecilan.” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Winne sendiri malam itu hanya mengenakan mini set dari kain katun halus. Bawahan-nya sangat pendek dan longgar, sedangkan atasannya berpotongan cekak sebatas perut dengan belahan leher rendah dan tanpa lengan. Praktis sebagian besar kemulusan kulit tubuhnya yang putih itu dapat dilihat dari sudut mana saja. Rambutnya diikat ke belakang tidak terlalu kencang, sehingga sebagian kulit lehernya pun terlihat jelas kemulusannya. Kenyon tertawa geli begitu keluar dari kamar mandi, karena merasa lucu sekali mengenakan sarung dan kaos longgar. Winne menahan tawanya supaya Kenyon tidak merasa semakin ma lu. Ia membantu menjemurkan pakaian Kenyon pada jemuran handuk yang terbuat dari besi putih anti karat setinggi satu meter lebih. “Kamu doyan kopi panas, kan?” katanya. “Cuma minuman itu yang kupunya. Bir habis. Belum belanja sih.” Hujan masih deras. Angin berhembus dengan kecepatan di atas normal. Butiran hujan menerpa masuk ke kamar tersebut. Dari depan pintu Kenyon melihat jalanan di depan rumah kost itu sudah digengani air. Aspalnya tertutup air setinggi satu betis. Alamat mogok lagi mobilnya seandainya bisa berjalan lagi. Kenyon gelisah menahan rasa dongkol terhadap sang hujan. “Ken, sorry… tolong dong pintunya ditutup aja. Biar air hujan nggak masuk dan nggak dingin,” kata W inne sambil
mengawali duduk di depan meja berkaki rendah, punggungnya bersandar dinding. Kenyon terpaksa mengikuti perintah sopan itu, lalu ia pun duduk di samping Winne, karena gelas minumanya berada di dekat gelasnya Winne. Gadis itu mengeluarkan sebungkus rokok halus, dan tanpa segan-segan ia menyalakan rokok itu. Blaaak…! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tiba-tiba pintu terbuka dalam sentakan yang mengejutkan Kenyon. Angin kencang menerobos masuk Kenyon sempat deg-degan tegang, sementara Winne tertawa cekikikan sambil bergegas menutup pintu kembali dan menguncinya. Biar tak dihempas angin lagi. “Mukamu jadi pucat begitu, Ken?” Pemuda itu nyengir malu. “Kaget aku tadi.” “Pasti karnu kira paearku atau suamiku datang. Iya kan?” Kenyon semakin tertawa geli “Nggak tuh…,” jawabnya bohong. Padahal apa yang dikatakan W inne tadi memang benar. Kenyon takut ada pria lain yang mengamuk padanya
akibat ia berada dalam satu kamar dengan Winne. “Nggak usah takut Aku masih single kok. Belum pernah kawin, eh. . kawin sih sering tapi belum pernah menikah. Sekarang malah lagi kosong.” “Masih kosong? Wah, kenapa nggak disewa-sewakan aja kalau memang kosong? Kan lumayan. Bisa dibuat kost-kostan.” Kenyon pandai menimpali canda. Winne pandai memancing tawa. Ada kesan istimewa dalam perkenalan mereka itu. Kenyon merasa seperti sudah kenal lama dengan Winne. Keramahan Winne, kesupelannya, candanya sikap cueknya, semua membuat Kenyon jadi terkesan sekali kepada gadis itu. Suasana tenang di antara mereka berdua, percakapan dari hati ke hati, lama-lama membuat Kenyon menjadi betah dan lupa pada kebrengsekan mobilnya. Sikap familiar W inne te lah membuat Kenyon merasa seperti hidup sebagai suami-istri dengan gadis itu. Keterbukaan Winne dan ceplas-ceplosnya telah berhasil menghilangkan kekakuan Kenyon, sehingga pria ganteng itu pun berani blak-blakan tentang pribadinya. Waktu yang relatif singkat telah membuat perkenalan pertama menjadi persahabatan yapg semakin erat. Rasa mhlu cepat berlalu, keromantisan pun menjelma di sela canda, tawa dan keluh kesah merka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Wah, gawat! Udah jam setengah sebelas nih, Win. Hujannya bukan menjadi reda malah semakin deras?!” “Memangnya kalau sudah jam segini, kenapa? Takut
dimarahi orang rumah “ “Orang rumahnya siapa? Kan aku tadi sudah bilang kalau aku belum berkeluarga.” “Berarti nggak akan ada yang marah dong kalau kamu pulang jam berapa saja ?” “Memang nggak sih.” “Ya udah. Kenapa gelisah?” “Bukan gitu. Aku cuma merasa nggak enak kalau sampai larut malam masih berada di kamarnya.” “Nggak enak sama siapa?” Winne melirik bergaya angkuh. “Yaah, nggak enak sama penghuni kost lainnya.” “Cuek aja!” Winne bersungut-sungut. “Toh sembilan dari dua belas kamar diisi oleh pasangan cowok-cewek yang nggak jelas statusnya. Buktinya mereka tenang-tenang saja. Mereka enak saja dengan tetangga kanan-kiri. Kenapa kita mesti merasa nggak enak? Bodoh amat kalau kita berperasaan begitu.” Kenyon hanya senyum-senyum saja, memandangi raut wajah cantik yang bersungut-sungut itu. Menurutnya, wajah cantik Winne semakin menarik dan mendebarkan hati jika sedang bersungut-sungut seperti tadi. Gemas sekali hati Kenyon, ingin mencubit pipi atau rnenggigit bibir gadis itu. “Kamu tidur sini aja deh. Nggak usah pulang. Mau nggak?” Winne berpaling menatap Kenyon. Tatapan metanya punya makna menantang, seperti halnya ucapan itu sendiri. Detak
jantung Kenyon semakin cepat karena dihinggapi kegembiraan yang indah. Tantangan itu merupakan harapan yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tersimpan di lubuk hati kecilnya sejak tadi. Tapi tentu saja Kenyon tidak mau asal terima saja. Ia gemar memancing ungkapan hati lawan jenisnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang kadang terkesan dibuat bego. “Kalau aku nggak mau tidur di sini, bagaimana?” “Ya, udah. Aku nggak akan memaksamu,” Winne sedikit cemberut. “Kurasa… kita juga nggak perlu ketemu lagi.” “Deeee… segitu aja marah!” ledek Kenyon sambil mengusap rambut Winne. “Iya deh, aku tidur sini deh. Tapi… apa kompensasinya kalau aku tidur sini?” Winne berbalik menghadap Kenyon total. Jaraknya hanya satu jengkal lebih sedikit. Matanya menatap nanap, senyumnya membias samar-samar. “Kamu maunya kompensasi kayak apa?!” W inne ganti menantang. “Kamu dong yang menentukan. Bukan aku.” “Lho, yang minta kompensasi kan kamu? Ya tentunya kamu yang menentukan jenisnya dong.” “Bener nih? Aku yang menentukan jenis kompensasinya?” “lya dong. Tentukan saja. Apa yang kamu iriginkan. Kalau aku merasa nggak sanggup, aku akan bilang nggak sanggup. Begitu pula sebaliknya.”
Kenyon masih ditatap dengan lagak sok angkuh. Bahkan kedua tangan gadis itu bertolak pinggartg dalam posisi masih sama-sama duduk berjarak sangat dekat. Hembusan napas dari hidung saling dirasakan menghangat di wajah masing-masing. “Kau mau tahu yang kuinginkan? Okey…,” kata Kenyon dengan berlagak tenang, padahal hatinya berdebar-debar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Kalau aku harus tidur sini, yang kuinginkan adalah… kehangatan!” “Memangnya kopi panasmu tadi kurang hangat?” “Ada yang lebih hangat dari kopi.” “Sehelai selimut tebal?” suara Winne kian pelan. “Ada yang lebih hangat lagi dari selimut tebal.” “Coba sebutkan,” sambil tatapan mata Winne mulai berubah sayu. Kenyon mendekatkan wajah dan berbisik, “Kemesraan….” Senyum Winne kian lebar, tampak berseri-seri kegirangan. “Sanggupkah kau memberi kernesraan yang hangat?” bisik Kenyon. “Sanggupkah kau mengimbangi asmaraku?” samhil bibirnya semakin mendekat dan suaranya mulai mendesah. “Untuk wanita secantik kamu, aku selalu sanggup.” “Buktikan,” suara Winne kian mendesah. Napasnya semakin menghangat di wajah Kenyon. Kehangatan itu telah membakar gairah Kenyon, mendesak batin, untuk menuntu
kenyataan indahnya. Maka bibir yang sedikit tebal tapi menggairahkan itu segera dikecup pelan-pelan oleh Kenyon. Winne menyamutnya dengan statis, seperti tak ingin melakukan perlawanan. Namun kedua matanya terpejam dan tangannya meremas lembut di pangkuan Kenyon. Sarung itu jadi sasaran remasan tangan Winne. Kenyon sengaja melepaskan kecupan lembut itu untuk melihat reaksi di wajah cantik yang menawan itu. Oh, kedua mata indah Winne semakin sayu. Memancarkan ajakan untuk bercumbu, mengisyaratkan hasratnya untuk mendapat kecupan lembut lagi. “Ken…,” bisiknya nyaris tak terdengar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kenyon paham maksud bisikan itu. Ia. kembali mengecup bibir sensual yang punya kenikmatan tersendiri itu. Ternyata kali ini Winne memberikan balasan. Kenyon sempat diterkam debar-debar keindahan ketika bibirnya dilumat oleh Winne dengan penuh gairah. Lumatan itu makin lama semakin ganas. Kedua tangan Winne meremas rambut Kenyon sambil menyusuri punggung pemuda itu. Tangan Kenyon sendiri bergerak secara naluri cinta. Salah satu tangan berhasil menerobos dari bagian bawah blus, lalu menemukan kehangatan yang menggetarkan jiwa di dada Winne. Sementara itu, tangan yang satunya bergerilya dengan nakalnya, menyelusup ke sana kemari.
“Oh, Ken…!” desah Winne semakin sayu. Gadis cantik itu ternyata punya irama cinta yang energik, ganas, dan liar. Ia berhasil menguasai Kenyon, berhasil memaksa pria tampan itu terkulai pasrah menerima keganasan gairahnya. Kenyon membiarkan tubuhnya dijadikan ajang cumbuan Winne. Dia bersikap menerima. Hanya sebagai penerima kehangatan gairah yang makin lama semakin menggelora itu. Ketika telah merasa puas mencumbui Kenyon, kini Winne menuntut pembalasan serupa. Bagi Kenyon, tuntutan itu bukan sesuatu yang menekan perasaannya, malah justru membangkitkan semangat cintanya. la tunjukkan bahwa reaksinya lebih dahsyat daripada Winne. Hujan deras membuat suara desahan Winne tak terdengar dari kamar sebelah. Ibarat tamu, Kenyon dipersilakan masuk. Pintu ruang tamu telah dibuka lebar-lebar. T ak perlu menunggu lebih lama lagi, Kenyon pun masuk ke rumah cinta, bahkan nyelonong sampai ke belakang. Tak ayal lagi, perahu cinta pun mulai berlayar mengarungi samudera dengan berbagai irama yang dikehendaki W inne. Kenyon dinilai sebagai lelaki yang pandai memberikan fantasi cinta luar biasa bagi Winne. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Hujan mulai reda. Tapi peluh mereka bercucuran dengan
deras. Puncak-puncak cinta telah mereka rengkuh bersama penuh bahagia. Winne kelihatan sekali berlimpah kebahagiaan. Ia belum mau berpisah. Kedua tangannya masih memeluk Kenyon agar tetap saling lekat erat. Di s isi lain, Kenyon seperti telah terbius kenikmatan asmara Winne. Ia sangat mengagumi Winne, karena gadis itu dinilainya mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki wanita mana pun. Cukup lama Kenyon belum keluar dari rumah itu, selain atas kehendak Winne, juga karena Kenyon merasakan ada sesuatu yang menaburkan bunga indah di dalam rumah tersebut. “Benar-benar menakjubkan sekali kemesraanmu, Winne.” “Kau suka, Ken?” “Oooh, suka sekali, Winne. Indah sekali kemesraanmu ini.” “Kau mau memiliki selamanya?” “Oh, yaaahh… aku mau. Pasti mau! Aku ingin memiliki rumah cinta seindah ini, Winne sayang….” “Pintu rumah cintaku hanya terbuka untukmu, Ken. Tapi aku tak ingin ada perempuan lain yang ikut menikmati kehangatanmu. Aku tak mau kau masuk ke rumah cinta yang
lain, Ken….” “Tidak, Sayang…. Aku hanya akan masuk ke rumah cintamu ….” “Kalau sampai ada perempuan lain yang coba-coba ingin menikmati keistimewaanmu, dia akan kubunuh saat itu juga!” “Oh, Win….” Kenyon merinding. “Itu tak mungkin, Sayang…. Aku tak akan memberikan apa yang kau sukai kepada wanita lain. Hanya kau yang boleh memilikinya, Win sayang….” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kenyon terbius, dan agaknya Winne pun ikut terbius. Tentu saja Kenyon hanyut terlena asmara Winne, karena dalam keadaan sama-sama diam tak bergerak pun rumah cinta Winne mampu memberikan keindahan yang nyaris setara dengan keindahan perahu cintanya tadi. Kenyon terjerat jiwanya dalam asmara Winne, membuatnya rela melakukan apa saja demi Winne. Bahkan menjadi budak asmara Winne di hari-hari berikutnya adalah tindakan yang sangat menyenangkan bagi Kenyon. Tanpa berpikir panjang lagi, Kenyon mendesak Winne agar
pindah ke rumahnya yang mungil namun bersuasana tenang itu. Pada dasarnya Winhe tidak keberatan, selama Kenyon tidak mendekati wanita lain. Akibat Kenyon tergila-gila dengan mahkota cinta Winne yang mempunyai gerakan-gerakan kenikmatan misterius di dalamnya, dan yang mempunyai mekanisme kerja menyerupai ‘vacum cleaner’, alat penyedot udara, maka si cantik berdada montok itu diperlakukan dengan manja. Kenyon selalu berusaha menuruti apa yang diinginkan Winne. Dan setiap apa yang dilakukan untuk Winne, selalu dikerjakan dengan tanpa rasa tertekan maupun terpaksa. Kemana pun Kenyon pergi selalu didampingi W inne, kecuali urusan pekerjaan kantor. Pergi mentune up mobil pun Winne ikut juga: Tanpa disangka-sangka, di bengkel itu Kenyon bertemu dengan gadis anak tetangga seberang rumahnya. Ernas namanya. Gadis bermata bundar itu sudah lama berada di Amerika, kuliah di sana. Saat ia pulang ke rumah, ia belum sempat bertemu Kenyon. Dulu mereka sering bertegur sapa dan bercanda, terutama ketika Ernas masih duduk di bangku SMU. Pertemuan di bengkel yang tidak disangka-sangka itu telah membuat Ernas terpekik girang. Spontan saja Ernas berlari memeluk Kenyon dan mencium pipi pemuda itu sebagai cium persahabatan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Kak Yoon ..! Haaii.!” “Lho, Ernas?! Kamu… kamu sudah pulang, ya?” Kenyon dicium sepintas. “Ya, ampuuun…. Kakak sampai nggak tahu kalau kamu sudah pulang dari Amerika, Er.” “Habis kulihat rumah Kak Yon tutup terus sih. Mobilnya nggak pemah ada. Jadi… aku malas mau bertandang ke rumah Kak Yon!” sambil Ernas masih memegangi tangan Kenyon dengan manja. “O, ya. kenalkan, ini calon istri Kak Yon!” sekalipun W irine menerima uluran tangan Ernas, tapi ia sangat tak suka dengan tingkah Ernas yang dianggap ganjen itu. Diam-diam hati Winne dibakar rasa cemburu kepada Ernas yang telah berani menciumi pipi Kenyon tanpa izin darinya. Sikap Winne kelihatan sekali tak suka dengan Ernas. Dingin dan angkuh. Ketika Ernas sibuk bicara dengan Kenyon, pandangan mata Winne ditujukan tajam-tajam kepada Ernas. Sekitar satu menit lamanya Winne menatap Ernas tanpa berkedip. Kenyon sempat melihat tindakan Winne. Ia memendam rasa curiga karena melihat bola mata Winne seperti memancarkan cahaya api yang berkobar-kobar. Maka buru-buru
Kenyon meninggalkan Ernas, sadar akan ketidak sukaan Winne terhadap sikapnya kepada Ernas. “Jangan cemburu,” bisik Kenyon. “Dia anaknya Oom Yosep yang tinggal di seberang rumah.” “Dia harus menebus kelancangannya dengan seluruh darahnya!” kata Winne seperti bergumam. Tapi wajahnya yang semula tampak sedikit pucat, sekarang sudah menjadi segar kembalL Hanya saja sangat kentara sekali rona kecemburuannya terhadap Emas. Pulang dari bengkel, Kenyon membawa Winne jalan-jalan ke plaza-nya para eksekutif. Setelah membelikan giwang sebagai penghibur kecemburuan Winne tadi, mereka pun Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pulang. Pada saat itulah Kenyon tahu bahwa Ernas telah meninggal. Gadis itu meninggal setibanya ia dari bengkel. Beberapa saksi mata melihat Ernas dan kakaknya turun dari mobil. Tapi tiba-tiba Ernas jatuh di depan pintu pagar, lalu tak bernyawa lagi. Jenazahnya tampak kering, seperti kayu mau keropos, tanpa darah setetes pun. Kenyon berdebar-debar melihat keadaan jenazah Ernas. Ada rasa takut dalam hatinya, juga rasa sesal atas perjumpaannya di bengkel tadi siang. Bulu kuduk Kenyon meremang merinding ketika ingat kata-kata Winne yang menyerupai geram penunda dendam itu.
“Dia harus menebus kelancangannya dengan seluruh darahnya!” Itulah ucapan Winne yang menjadi buah pertimbangan hati kecil Kenyon. Kecurigaan hati pemuda itu semakin kuat bahwa kematian Ernas ada hubungannya dengan kecemburuan Winne, sebab ia ingat waktu itu kedua bola mata Winne seperti mengandung kobaran lidah api yang cukup mengerikan. “Tapi apakah benar kobaran lidah api itu sebuah kenyataan gaib, atau hanya bayangan dalam penglihatan khayalanku saja?” pikir Kenyon dalam kebimbangannya. Kebimbangan itu tetap saja tersimpan dalam hati Kenyon. Ia berusaha menganggap semua itu hanya ilusi. Kematian Ernas adalah sebuah ajal yang datang bertepatan dengan munculnya rasa cemburu di hati Winne. Tidak ada hubungannya dengan mistik apa pun. Dengan beranggapan begitu perasaan Kenyon kepada Winne menjadi netral kembali. Ia tetap menjadi pengagum dan pemuja ‘mahkota’ cintanya Winne yang hampir-hampir setiap saat, di mana ada kesempatan, selalu ia nikmati keindahannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Namun pada suatu hari, Kenyon menemukan beberapa kejanggalan yang terjadi pada diri Winne. Wajah cantik berhidung mancung itu kelihatan pucat pias. Guratan kerut-kerut ketuaan mulai membayang di wajah oval itu, Keceriaan
dan kelincahan Winne pun terasa berkurang. Gerakannya lamban, sepertinya Winne dihinggapi penyakit malas-malasan. Senyum pun tampak hambar, tidak seceria biasanya. Kejanggalan itu diketahui Kenyon setelah seharian penuh mereka pergi ke Bandung, tanpa berma lam. Karena hari itu adalah hari M inggu, mereka punya masa libur satu hari, maka Kenyon rnenyempatkan membawa Winne ke Bandung. Gadis itu diperkenalkan oleh mamanya Kenyon, adik-adiknya dan sanak saudaranya yang lain. Kenyon memperkenalkan Winne sebagai calon istrinya yang dalam waktu dekat nanti akan dinikahinya secara resmi. Keluarga Kenyon tidak ada yang menolak kehadiran W inne, justru mereka tampak senang mendengar Kenyon sudah punya pilihan ca lon istri. Karena esoknya hari Senin, maka Kenyon dan Winne tak sempat bermalam di Bandung. Mereka tiba di rumah mungilnya Kenyon sekitar pukul sembilan malam. Saat Winne selesai mandi dan duduk di depan cermin rias, Kenyon memperhatikan wajah cantik itu dari pantulan cermin. Saat itulah ia menemukan bayang-bayang kejanggalan di wajah Winne. “Kau pucat sekali, Sayang,” bisik Kenyon sambil membungkuk dan memeluk Winne dari belakang. Lembut dan mesra sekali “s ikap Kenyon saat itu. “Kamu sakit, ya? Sakit apa kecapekan?” seraya diciumnya telinga Winne dengan sentuhan kasih sayang.
“Memangnya kenapa sih wajahku? Kelihatan pucat sekali, ya?” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “He, eh. Pucat dan kelihatan bergurat-gurat seperti keriput ketuaan yang akan muncul di sekitar bawah mata, kanan-kiri hidung dan… di dekat alis ini juga kelihatan mulai berkerut.” Winne tampak mulai resah. Ia memperhatikan tempat yang ditunjukkan Kenyon. Napasnya ditarik dalam-dalam. “Biasanya kulit wajahmu kencang, halus dan segar. Kok sekarang begini sih, Sayang?” “Aku lupa sesuatu,” gumamnya pelan. “Lupa soal apa? Nggak minum vitamin?Nggak rnakan buah segar?” “Ah, udah, udah… sana, aku mau sisiran dulu,” hardik Winne dengan semakin tampak cernas. Tapi Kenyon menanggapinya dengan canda. Bahkan tangannya menggerayang nakal, meremas binal. “Nggak usah sisiran tetap aja menggairahkan. Buat apa sisiran segala. Kalau perlu, buat apa mengenakan gaun tidur segala. Kan lebih baik nggak usah pakai apa-apa, supaya kapan saja pesawat mau landing, landasan udah siap. Tul,
nggak? Hee, hee, hee….” “Iiiih, kamu ini, Ken! Geli, ah!”. Winne menghindari ciuman nakal Kenyon yang sengaja diarahkan ke ketiaknya. Tawa pun berderai, canda pun santai. Winne lari ke ranjang, Kenyon mengejar. Mereka berguling-gulingan sesaat, akhirnya bibir mereka saling melumat. Kencan asmara pun tiba. Setelah puncak demi puncak mereka lalui penuh kebahagiaan, terkulai lemas tubuh mereka yang belum mau berpisah. Pada saat itu Kenyon juga merasakan ada kejanggalan pada diri W inne. Perbedaan rasa yang sangat mencolok terjadi di dalam ‘rumah cinta’-nya Winne. Malam itu, ‘rumah cinta’ tersebut bagaikan kosong tanpa penghuni. Tidak memiliki getaran yang menyerupai jari-jari membelai mesra, tidak mempunyai daya tarik seperti ‘vacum cleaner’ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sebagaimana biasanya. Hal itu membuat Kenyon menjadi kecewa dan penasaran. “Kok gini s ih, Sayang…?” tanyanya masih dengan lembut. “Apanya yang gini?” Winne menanggapi dengan malas-malasan. “Mahkotamu kok nggak seindah biasanya sih? Kayaknya… dingin, bisu dan sepi. Hambar sekali. Ada apa sebenarnya, Win sayangku?” Setelah menarik napas dan merenggangkan jarak, Winne pun bangun dan duduk bersandar dinding dengan satu kaki ditekuk naik, satunya lagi ditekuk rebah ke samping. ia
menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya tiga kali, setelah itu baru suaranya terdengar sedikit datar. “Hari ini aku lupa mengisi energiku. Terlalu sibuk bicara dengan mama dan adik-adikmu, terlalu hanyut dalam rasa bahagiaku karena aku benar-benar ingin mengawiniku….” “Itu pasti. Tak boleh gagal,” sahut Kenyon. “Yaaah… justru karena hanyut oleh kegembiraan, sampai-sampai aku tak ingat bahwa hari ini adalah batas waktuku untuk mencari sumber energiku. Sumber energi ini akan habis kalau nggak segera ditambah. Kalau aku kehabisan sumber energi, maka… maka aku akan mati. Cinta kita pun akan sampai di sini.” “Oh, Win… jangan bicara seperti itu, aku nggak suka.” Kenyon memeluknya erat-erat. Merangkul dari samping kiri Winne. “Aku harus bicara padamu tentang kenyataan ini, Ken. Percuma saja kututup-tutupi kalau toh akhirnya akan terbongkar juga, sebab kita akan menjadi pasangan suami-istri yang ideal. Begitu kan?” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Tepat sekali. Tapi… aku masih belum mengerti apa maksud kata-katamu, Sayang?” “Setiap lima hari sekali, aku butuh sumber energi yang baru.” “Sumber energi apaan sih? Matahari?!” Winne menatap dingin sambil gelengkan kepala.
“Bukan matahari yang kubutuhkan.” “Lalu, apa?” “Darah.”. “Hahh…?!!” Kenyon terbelalak. Kaget sekali. Sekujur tubuhnya jadi merinding semya. Untuk sesaat ia sulit bicara karena tatapan mata Winne seperti mengandung kekuatan gaib yang sangat menakutkan. “Kamu nggak usah takut. Aku nggak akan menghirup habis darah kekasihku. Di sekelilingku banyak sumber energi yang kubutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidupku sebagai kekasihmu.” “Ja… jadi… kematian Ernas akibat semua darahnya kamu hisap habis?!” “Orang-orang seperti Ernas itulah yang patut menjadi sumber energiku. Perempuan mana yang coba-coba menarik simpatimu, dia akan mengalami nasib seperti Ernas. Kuhirup habis darahnya untuk bekal hidupku di hari-hari berikutnya.” Kenyon menyeringai ngeri. Tangannya yang merangkul punggung Winne pun dilepaskan dengan berlagak mengusap wajahnya, membuang rasa takutnya. “Kenapa harus begini?” gumam Kenyon seperti bicara pada diri sendiri. Wajah ceria dan senyum mesranya berubah menjadi murung dan tegang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Kalau sampai besok siang aku nggak mendapatkan
penambahan sumber energi, maka kau akan kehilangan kehangatanku, kecantikanku, mahkotaku dan… semua itu tidak akan kau dapatkan pada perempuan mana pun, Kenyon.” “Aku sungguh tak menyangka kau punya kelainan jiwa.” “Kau menyesal?” Pertanyaan itu. bernada tegas. Kenyon jadi semakin takut. Salah-salah dia sendiri akan bisa menjadi korban jika sikapnya mengecewakan Winne, atau membuat si cantik itu marah. Oleh sebab itu, Kenyon segera menggelengkan kepala dalam menjawab pertanyaan tersebut. “Tidak, Win. Aku tidak menyesal.” “Sungguh? Kau tidak akan lari dariku setelah tahu semua ini?” “Nggak akan mungkin aku bisa lari darimu. “ Kenyon menatap, dipaksakan selembut mungkin. “Aku sangat mencintaimu, Win.” “Ken…,” Winne menatap sayu, lembut dan mesra. Kenyon merasa lega. Karena dengan begitu Winne tidak akan kecewa, emosinya tidak akan membahayakan jiwa pasangannya. Kenyon membiarkan dicium pipinya, dikecup bibirnya, walau sebenarnya Kenyon gemetar dalam hati dan serba salah. Bagaimana Kenyon tidak serba salah kalau sebenarnya ia sangat mengagumi dan menyayangi Winne, tapi ternyata Winne adalah perempuan penghisap darah. Seandainya Kenyon lari meninggalkan Winne, dia akan menanggung dua
resiko yang cukup berat. Pertama, tak dapat merasakan nikmatnya ‘mahkota’ cinta yang tidak dimiliki perempuan lain. Kedua, Winne akan sakit hati, Kenyon pasti diburu dan dijadikan korban seperti Ernas. Pertimbangan itulah yang membuat sikap Kenyon sementara ini masih berada di persim-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pangan jalan. Ia tak tahu harus berbuat apa dalam menghadapi kenyataan yang cukup me ngerikan itu. Dia hanya berharap, apa yang dikatakan Winne hanya sekedar siasat untuk menguji kesetiaan hatinya dengan Winne. Ia sangat berharap wanita cantik itu sengaja ‘ngerjain’ dirinya untuk suatu maksud yang sangat pribadi. Tapi esok harinya, ketika Kenyon bangun tidur agak kesiangan, ia melihat W inne sudah berpakaian rapi, siap pergi ke tempat kerjanya. Wajah Winne kelihatan cerah, segar, kulitnya kencang kembali. Halus tanpa kerutan sedikit pun. Sikapnya pun kelihatan energik dan penuh semangat. Kenyon curiga, “Jangan-jangan dia telah dapatkan korban, sehingga energinya terisi kembali?” Untuk menghindari rasa tersinggung, Kenyon sengaja berpura-pura tidak tahu. Juga, sengaja tidak menanyakan hal-hal yang be kaitan dengan jatuhnya korban. Namun ketika ia bersama Winne berangkat ke kantor, dua ratus meter dari rumahnya terdapat kerumuman orang berwajah tegang. Rupanya ada yang menemukan mayat di dalam pos Hansip. Seorang petugas keamanan yang malamnya habis melakukan
tugas ronda, rupanya karena tak kuat menahan ngantuk orang tersebut ketiduran di pos. Temannya sengaja ngerjain dengan tidak membangunkan orang tersebut. Sepuluh menit yang lalu, ketika seorang warga ingin membangunkannya, ternyata orang tersebut bukan hanya tidur sesaat, tapi tidur selama-lamanya dan tak akan pernah bangun lagi . Heboh ditemukannya mayat tak berdarah menyebar di sepanjang jalanan kompleks perumahan tersebut. Setiap mulut selalu mengatakan, mayat petugas keamanan itu dalam keadaan kering, kusam, seperti mau keropos, karena tidak memiliki cairan darah lagi dalam tubuhnya. Bekas darah yang membeku pun tidak ada. Kabar tersebut didengar Kenyon yang sedang mengemudikan mobilnya pelan-pelan. Mata Kenyon hanya melirik sepintas ke arah Winne. Perempuan itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ diam saja, seolah-olah tidak merasa sedang dilirik Kenyon. Sampai mereka berpisah ke kantor masing-masing, tak sedikit pun percakapan mereka yang menyinggung tentang mayat petugas keamanan itu. “Gawat kalau begini?!” gumam hati Kenyon setelah Winne turun di kantornya. “Haruskah aku mempunyai istri seorang perempuan penghisap darah? Ooh, apa kata keluargaku kalau sampai tahu, bahwa istriku perempuan penghisap darah? Lalu bagaimana cara mengatasi kasus separah ini?!” Kenyon memutar otak berhari-hari untuk mencari jalan terbaik dalam mengatasi masalah tersebut. Napnun anehnya,
belakangan ini otak Kenyon seperti telah menjadi tumpul. Terutama sejak Winne menuturkan pengakuannya itu, Kenyon selalu tak pernah berhasil menemukan sikap yang harus diambilnya. Setiap ia berpikir tentang kemisteriusan W inne, tiba-tiba saja otaknya menjadi kusut dan fokus konsentrasinya terpecah belah kemana-mana. Akhirnya Kenyon hanya bisa menunda dan menunda lagi niat memikirkan masalah itu. Kenyon terjerat dan terjebak lagi dalam lingkaran mesra dari ‘mahkota’ cinta yang melambungkan jiwa ke puncak keindahan yang belum pernah dialam i orang lain. Sampai tiba di suatu sore yang hujan, Kenyon harus menemui bekas rekanan bisnisnya yang menjadi pilot, yaitu Oom Hans, suaminya Nyonya Lieza. Ia bermaksud menawarkan bisnis yang dulu pernah digarapnya bersama Oom Hans, tapi kandas karena krismon. Kini peluang bisnis itu terkuak kemblai. Kenyon ingin memanfaatkan peluang itu bersama Oom Hans lagi. Saat itu Kenyon terpaksa harus bersama Winne, karena
Winne sempat curiga. Kenyon disangka pergi menemui Arisna. Winne sudah tahu, bahwa Kenyon sedang naksir Arisna, gara-gara Arisna menghubungi HP-nya Kenyon, tapi yang menerima telepon itu Winne sendiri. Dengan caranya sendiri yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tergolong mistik, W inne berhasil mengorek isi hati Arisna yang memang sedang naksir Kenyon juga. Maka tak heran jika Wirine tahu di mana Arisna bekerja dan di mana rumah gadis itu. Pada waktu itu Kenyon tidak tahu kalau W inne dalam masa krisis energi. Hari itu adalah hari kelima di mana Winne harus segera mendapatkan darah manusia dari mana saja. Secara kebetulan sikap Nyonya Lieza kepada Kenyon dari dulu memang selalu baik, ramah dan tak segan-segan bercanda. Sikap itu menimbulkan kecemburuan dalam hati Winne. Meski di luarnya senyum, tapi di dalam hatinya Winne sengit kepada Nyonya Lieza. “Kali ini aku hanya akan memberinya pelajaran, agar lain kali kalau bicara dengan Kenyon nggak perlu pakai genit-genitan begitu!” Melihat di ruang tengah ada anak kecil yang sedang mencari buku mewarnai, maka kebencian Winne dilampiaskan kepada anak itu. Setidaknya dapat membuat Kenyon tidak mengetahui apa yang telah dilakukannya nanti, sebab yang dijadikan korban bukan Nyonya Lieza. Hanya saja, sewaktu Nyonya Lieza pergi ke belakang dan Winne mengerahkan kekuatan penghisap darah me lalui
pandangan matanya, secara kebetulan Kenyon menatapnya. Pria itu terkejut melihat kedua bola mata Winne menampakkan bayangan api yang sedang berkobar-kobar. Kenyon segera paham apa yang dilakukan Winne dan sasarannya adalah Ekey. Seketika itu juga Kenyon mendorong tubuh Winne agar pandangan matanya beralih sasaran. “Win, gila luh!” sentak Kenyon tegang sekali. Winne sempat terseritak; namun tak sampai jatuh. Sayangnya, usaha Kenyon itu terlambat. Winne telah mendapatkan seluruh darah si bocah kecil itu, terbukti Winne menyunggingkan senyum kemenangan dan membiarkan anak kecil, itu pergi ke kamar menemui kakaknya. Kenyon menjadi sangat panik, sebab dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tahu Ekey pasti akan mati dalam keadaan tanpa darah setetes pun. Untuk menutupi kepanikannya, Kenyon segera pamit pulang. Sejak itu ia sangat malu dan takut bertemu Nyonya Lieza. Namun pertemuannya dengan Nyonya Lieza di rumah Kumala Dewi memberikan arti penting bagi ingatan Kenyon. Pertemuan itulah yang membuat Kenyon dapat menceritakan kesaksiannya tentang perempuan penghisap darah itu. Oo-dwkz-234-oO
5 BUKAN hanya Kumala, Niko dan Sandhi saja yang geram terhadap kekejaman Winne. Jelmaan Jin Layon itu juga menggeram jengkel dan mengecam habis tindakan sadis perempuan penghisap darah itu. Maklum, jin yang satu ini sudah ikut aliran putih, jadi nalurinya selalu menentang segala jenis kekejaman, kejahatan dan kebiadaban. “Biar kutangani sendiri perempuan itu, Kumala!” ujarnya dengan nada geregetan. “Jangan gegabah,” kata Dewi Ular dengan kalem. “Perempuan itu jelas bukan perempuan sembarangan. Terbukti dari tadi kucoba untuk meneropong pribadinya tapi yang kutemukan hanya gumpalan kabut hitam tanpa tanda-tanda yang jelas.” “Siapa pun dia,” sahut Buron penuh semangat. “… kurasa aku masih sanggup menghancurkannya, Kumala. Kalau nggak bisa pakai kekerasari, ya pakai kemesraan.” “Apa maksudmu?!” sentak Sandhi agak kesal. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Lihat saja aksiku nanti!” Buron mencibir. Sok jago. Ia bertainya kepada Kenyon, “Apakah perempuan itu menetap di rumahmu?” “Ya. Di rumahku hanya ada dia dan Mak Yem, pelayanku.” “Kalau begitu dia akan kuseret kemari malam ini juga!” “Buron….” Blubbs…! Buron lenyap dalam sekejap sebelum Kumala
berhasil mencegahnya dengan kata-kata. Niko dibayang-bayangi kecemasan, karena malam itu sudah pukul 12 lewat. Sandhi tampak menggerutu kesal melihat tingkah Buron yang sok jago itu. Ia kurang setuju dengan lagak seperti itu, sebab hati kecilnya tak rela jika Buron celaka akibat melawan perempuan itu. “Lakukan sesuatu, Kumala!” kata Sandhi. “Buron bisa mati kalau me lawan perempuan itu, sebab bisa menyedot darah dalam sekejap tanpa kita ketahui di mana posisinya saat itu!” Sebelum Kumala bicara, tiba-tiba di belakang tempat duduk Kumala terjadi letupan kecil yang menyemburkan asap. Bluuubs…! Buron pun muncul kembali dan bertanya kepada Kumala. “Rumahmu di sebelah mana sih?” Sandhi melempar bantal penghias sofa. Buuuk…! Tepat mengenai kepala Buron. “Makanya jadi orang itu jangan sok tahu!” sentak Sandhi kesal. Dewi Ular punya perhitungan sendiri dalam menghadapi Winne yang belum diketahui asal usul dan jati dirinya itu. Jika baru tadi siang Winne menyerap darah Arisna, berarti kekuatan Winne sedang dalam kondisi prima. Energinya sedang penuh-penuhnya. Tapi dalam waktu dua-tiga hari lagi, energi itu akan berkurang dan tingkat kekuatan Winne pun Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ diperkirakan tidak akan setangguh sebelumnya. Tapi haruskah
seorang gadis anak bidadari dan putri kesayangan Dewa Permana yang kesohor berilmu tinggi itu menunggu saat kelemahan lawannya tiba? Tidak. Dewi Ular tidak mau dianggap licik atau pengecut. Prima atau tidak kekuatan Winne tetap harus segera dilumpuhkan. Hanya saja, dibutuhkan suatu perhitungan yang matang, supaya tidak menimbulkan korban di pihak yang tak bersalah. Kumala tak ingin ada pihak lain yang jadi korban kekuatan penghisap darahnya Winne jika nanti ia berhadapan dengan perempuan itu. “Kenyon, kuharap kau tetap diam di rumahku ini. Jangan ke mana-mana, sebab dalam firasatku mengatakan bahwa kau sedang dicari Winne. Mungkin untuk disedot darahnya, mungkin juga untuk disedot kemesraannya. Yang jelas, demi keselamatanmu, jangan keluar dari rumah ini sebelum keadaan benar-benar aman!” “Baik, aku ikut saja apa saranmu,” kata Kenyon dengan pasrah. “Buron, kau tetap di rumah. Jaga sobat kita ini!” Pemuda berambut kucai dengan tubuh tak terlalu kurus itu hanya menganggukkan kepala. Agak kesal hatinya, karena tugas itu menandakan bahwa Kumala tidak mengizinkannya untuk bertarung melawan kekuatan ilmunya si perempuan penghisap darah. Dan kalau Dewi Ular sudah memutuskan begitu, Buron jarang sekali berani menentang keputusan
tersebut, kecuali kalau ia sedang mood bandelnya. Pagi itu masih ada sisa embun di pucuk dedaunan. Dewi Ular dan Sandhi meluncur ke rumah Kenyon, Niko tidak bisa ikut karena harus menghadiri pertemuan di kantornya. Ia hanya sempat berpesan kepada Kumala dalam bisikan lembutnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Jangan sampai terluka sedikit pun gadis yang kucintai selama ini. Kalau sampai ia terluka, aku complain ke HAM.” Kumala Dewi hanya tersenyum dingin, setengah mencibir. Tapi dalam hatinya ada desiran lembut yang membangkitkan semangatnya untuk segera melumpuhkan Winne. Seolah-olah hari itu juga Kumala ingin menunjukkan pada Niko bahwa gadis yang dicintai Niko berhasil me lumpuhkan lawan tanpa luka sedikit pun. Padahal ia sadar bahwa gadis yang dicintai Niko adalah dirinya sendiri. “Romantis juga anak itu,” gumam Kumala dalam hatinya. BMW kuning menyala tiba di rumah mungil dalam sebuah kompleks pemukiman elite. Wajah Sandhi agak tegang saat memberitahukan bahwa dugaannya tidak salah, rumah mungil itulah rumahnya Kenyon. “hati-hati, Mala,” bisik Sandhi sebelum kumala turun dari mobilnya. Kumala menatap sopir pribadinya itu. “Hei, nggak usah tegang begitu, San!” senyum Kumala sengaja diparnerkan untuk menenangkan Sandhi. “Anggap
saja ini kunjungan biasa. Bukan sesuatu yang berbahaya.” “Aku menganggap begitu juga kok.” “Kenapa keringat dinginmu keluar?” Sandhi mengusap keningnya. Tersenyum kaku. “Nggak tahu nih. Mungkin gejala masuk angin,” ujarnya menutupi rasa malu atas sindiran itu. Tawa kecil Kumala akhirnya mengurangi beban ketegangan hati Sandhi. Dalam keadaan menghadapi bahaya seperti saat ini, Sandhi selalu tidak mau tinggal diam, menunggu di dalam mobil. Ia selalu ikut turun dan mendampingi Kumala dari belakang, sekalipun sebenarnya ia tidak mempunyai ilmu apa pun untuk menghadapi bahaya gaib, tapi sebagai sopir yang sudah dianggap seperti saudara sendiri itu Sandhi merasa perlu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ membayangi Kumala. Ia tak rela jika majikan cantiknya sampai terluka atau cedera lebih berat lagi. “Suasananya sepi sekali,” bisik Sandhi saat Kumala mendorong pintu gerbang, ternyata pintu besi itu tidak terkunci. “Kayaknya kita akan gagal nih, San. Aku nggak menangkan
getaran energi gaib apa pun tuh.” “Mungkin dia sudah berangkat ke kantor. Kita susul ke kantornya saja, bagaimana?” “Tunggu dulu dong. Belum diperiksa lebih cermat, sudah mau pergi aja!” Kumala bersungut-sungut kecil. Bel tamu ditekan. Tak berapa lama muncul seorang perempuan berusia sebaya dengan Mak Bariah, tapi badannya kurus dan berkulit hitam. Kumala langsung mengerti, perempuan berkebaya itu pasti Mak Yem, pelayannya Kenyon. “Tuan ada, Mak?” “Tuan, hmmmm…. Tuan belum pulang dari kemarin, Nona.” “Kalau…. Winne, ada?” “Non Winne juga belum pulang dari kemarin tuh.” “Mak Yem tahu di mana mereka berada?” pancing Sandhi. “Wah, saya nggak pernah tahu kalau beliau berdua pergi ke mana tujuannya. Tapi… kayaknya Tuan Ken nggak pergi bersama Non Winne, Mas. Soalnya dari semalam Non Winne telepon kemari terus, menanyakan Tuan Ken. Malahan baru saja lima menit yang lalu Non Winne habis telepon juga.” “Apa dia meninggalkan pesan buat Tuan Ken?” tanya Kumala. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Ya. Non Winne cuma bilang, kalau Tuan Ken datang diminta segera menghubungi Nona Winne di telepon biasanya.
Gitu aja tuh.” Dewi Ular dan sopirnya meninggalkan rumah Kenyon saat jarum jam menunjukkan pukul 10 tepat. Dari dalam mobilnya Kumala menelepon Kenyon, menanyakan nomor telepon ‘biasanya’ itu. Sudah pasti hanya Kenyon yang tahu. Dan ternyata telepon yang dimaksud adalah telepon kantornya Winne. “Hubungi saja ke kantornya, tanyakan dulu kepada Allen, apakah dia sudah datang atau belum,” saran Kenyon. “Siapa Allen itu?” “Teman dekatnya di kantor itu. Mejanya berseberangan dengan meja kerja Winne.” “Kalau sampai dia nggak ada, atau nggak masuk kerja, kira-kira ada di mana dia?” “Tempat kostnya. Sebab dia belum resmi pindah dari tempat kost itu, dan masih ada beberapa barangnya yang belum dibawa ke rumahku.” Setelah mencatat dalam ingatartnya tentang alamat tempat kost tersebut, Kumala segera menghubungi Allen melalui HP-nya. Pada saat itu ternyata Winne belum datang. “Tapi dia akan datang, tadi sudah telepon kemari. Dia sedang ada urusan di bank. Sekitar pukul sebelas baru tiba di kantor,” kata Allen polos-polos saja, karena Allen tidak mengetahui persoalan yang sedang dihadapi Winne sebenarnya. Allen justru menyarankan agar Kumala menunggu kedatangan Winne di kantor itu. Tapi menurut pertimbangan
Kumala, ia lebih baik memeriksa tempat kost yang ada di daerah Tebet itu. “Apa nggak bisa dilacak dengan kekuatan batinmu?” tanya Sandhi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Kalau bisa, nggak perlu kutanyakan ke sana-sini tentang keberadaannya.” “Jadi, dia itu sebenarnya iblis dari mana kok nggak bisa dilacak dengan teropong gaibmu sih?” “Kita akan tahu dari mana asalnya setelah bertatap muka dengan perempuan itu.” Sampai di tempat kost, Kumala dan Sandhi justru sibuk menghindari kerumunan massa. Ternyata di situ telah terjadi peristiwa yang memancing perhatian massa setempat. Seorang pemuda, pacar salah satu penghuni kost di situ, ditemukan tewas di dalam mobil yang masih dalam keadaan belum diparkir dengan rapi. Pemuda itu tewas dalam keadaan kehabisan darah. Orang-orang menyangka kematian tersebut dikarenakan adanya racun ganas monoksida yang ada dalam mobil. Tapi Kumala dan Sandhi tahu persis, bahwa kematian itu adalah karena ulah si perempuan penghisap darah. “Kita terlambat,” bisik Kumala setelah ia memeriksa keadaan mayat pemuda itu. “Satu jam yang lalu dia dari sini. Mungkin sekarang sedang menuju ke kantor.” “Memangnya ada yang melihatnya pergi dari sini?”
“Mayat itu yang memberitahukannya,” jawab Kumala datar dan berkesan dingin. Biasanya jika begitu Dewi Ular sedang menahan rasa kecewa atau kemarahan yang ditekan kuat-kuat dalam hati. “Belum ada lima hari, masa dia sudah menghisap darah korban lagi s ih?â Kata Kenyon, âSetiap lima hari sekali?! Pasti dia tahu kalau sedang kuburu, sehingga perlu stock energi untuk melawanku nanti.” “Hebat sekali dia kalau begitu. Mungkinkah dia termasuk makhluk dari Kahyangan, seperti dirimu juga?” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Mungkin saja. Tapi dewa mana yang bertindak sebegitu bodoh dan keji di muka bumi ini? Bisa dihancur leburkan oleh kakekku dewa yang sadis kayak gitu!” Sandhi paham yang dimaksud kakeknya Dewi Ular, yaitu Dewa Murkajagat. Dewa senior itu sangat berbahaya kalau sedang marah. Bisa-bisa bumi ini dibelah dijadikan delapan keping lalu disambung lagi dalam bentuk trapesium atau kota kubus. Sampai di kantornya Winne, ternyata perempuan itu belum datang juga. Kumala menunggu dengan hati jengkel, karena ia tak bisa melacak getaran gaib perempuan penghisap darah itu. Lebih jengkel lagi setelah Sampai pukul 1 lewat, ternyata Winne belum muncul di kantor tersebut. “Kalau benar dia tahu sedang diburu olehmu, kenapa ia
harus menghindar, sementara menurutmu dia punya kekuatan gaib cukup tinggi? Jangan-jangan kau salah persepsi, Mala?” “Bisa juga aku salah menilainya. T api yang jelas, dia pasti punya sinyal khusus yang dapat mengetahui bahwa dirinya sedang diburu seseorang.” Baru saja Kumala ingin meninggalkan kantor tersebut, tiba-tiba Allen memberitahukan bahwa Winne baru saja menelepon dan mengatakan kalau dia tidak bisa datang karena ada urusan penting. “Apakah dia memberi tahu di mana posisinya saat itu?” “Di bandara, sedang menunggu kedatangan tamunya dari Jerman.” Langsung saja Kumala menyuruh Sandhi meluncurkan BMW kuningnya ke arah bandara. Tetapi sampai pukul 4 sore, Kumala tidak berhasil menemukan wanita cantik dengan ciri-ciri seperti yang pernah diceritakan Keoyon padanya itu. Setiap orang yang ada di bandara diperhatikan, diteropong Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ getaran gaibnya, tapi tidak ada yang pantas dicurigai sebagai perempuan penghisap darah. “Kita pulang aja deh. Atur strategi di rumah,” katanya kepada Sandhi. Si sopir pribadi itu ikut-ikutan kesal dan semakin jengkel terhadap W inne. Justru dia yang merasa seperti dipermainkan oleh Winne, dibuat lari ke sana-sini tanpa hasil. “Kurasa keadaan ini adalah salah satu permainannya juga.
Kita sengaja dibuat pontang panting begini! Brengsek!” geram Sandhi. “Jangan ikuti arus emosi kalau mengerjakan sesuatu,” kata Kumala. “Tenang dan santai saja. Anggap perjalanan ini sebuah tamasya penangkal stress. Kalau kamu hanyut dalam emosi, sasaran akan semakin jauh darimu.” Kenyon menghubungi Kumala dan menanyakan Hasilnya. Kumala menceritakan perjalanannya sambil tertawa pelan, berkesan santai. “Dia pasti mencariku, Kumala. Bagaimana kalau aku keluar dari rumah bersama Buron?” “Jangan!” tegas Kumala. “Aku tahu dia kelabakan mencarimu dan tidak berhasil menemukan dirimu karena kau diselubungi lapisan gaibnya Buron yang sukar diteropong dari jarak jauh. Sebaiknya kau hubungi saja melalui telepon tempat-tempat di mana dia sering berada. Atau mungkin di rumah orangtuanya yang katamu ada di daerah Kelapa Dua itu.” “Aku belum pernah ke sana. Aku punya nomor teleponnya, tapi ketika tadi kutelepon ke sana, di sana tidak ada yang kenal dengan gadis bernama Winne. Aku yakin alamat dan nomor telepon itu palsu. Dan aku baru menyadari sekarang.” “Itulah kelemahanmu.” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Kalau
dia kita pancing dengan kemunculanku, bagaimana?” “Itu berbahaya. Dia dapat mencelakaimu karena tahu kalau sedang dipancing!” Ternyata memang tidak mudah menangkap perempuan penghisap darah itu. Untuk bisa bertemu dengannya secara sengaja, sulitnya bukan ma in, apalagi untuk menangkapnya. Kumala punya rencana untuk mengerahkan kekuatannya; ekstra gaib, jika nanti berhasil bertemu dengan perempuan itu. Sebab jika tidak langsung diserang dengan kekuatan ekstra, Winne bisa lolos lagi. Dan kalau sudah lolos akan sulit dilacaknya. Menjelang magrib BMW kuning itu sudah bisa keluar dari jalur tol yang macet. Tapi tiba-tiba dering handphone berbunyi. Suara perempuan terdengar jelas melalui handphone itu.
“Siapa itu?” bisik Sandhi. Kumala menjawab dengan gerakan bibir. “Mbak Mer.” “Ooo…,” Sandhi manggut-manggut. Ia tahu, yang dimaksud Mbak Mer pasti polwan yang berpangkat Peltu itu, yakni Merina Swastika. Belakangan ini Mbak Mer juga sering datang ke rumah Kumala, baik sekedar bertandang maupun membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan dunia supranatural. “Mala, kamu bisa menemuiku sekarang juga di sirkuit Ancol?” “Bisa saja sih. Tapi … ada apa sih, Mbak?” “Ada barang temuan yang perlu kau lihat. Kayaknya mengandung sesuatu yang sangat misterius. Mungkin kau bisa mengenalinya.” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Apakah barang temuan. itu berbahaya?” “Sudah ada empat orang yang tewas di s ini dalam keadaan nggak punya sisa darah sedikit pun.” Mendengar penjelasan itu, semangat Kumala jadi timbul kembali. “Kalau begitu saya akan meluncur ke sana deh, Mbak!” Sandhi menggumam tegang. “Empat orang jadi korban lagi?! Gila! Rupariya dia benar-benar sedang mengumpulkan peluru untuk menghadapi lawan yang dianggapnya sangat
tangguh. Berarti kekuatanmu sudah bisa dijajaki olehnya, Mala. Hebat juga iblis satu itu!” Kumala Dewi hanya tersenyum tipis. Tetap kalem. Justru Sandhi yang tampak gusar dan semakin tak sabar. Laju mobil sedan itu pun menjadi ngebut dan zig-zag, sehingga dalam tempo relatif singkat Kumala dan Sandhi sudah tiba di pantai, sekitar sirkuit Ancol. Mereka bukan saja melihat kerumunan massa, tapi juga beberapa mobil polisi Unit Reaksi Cepat, ambulance, dan terutama seorang polwan berpakaian dinas yang dikenalnya sebagai Mbak Mer. “Keempat mayat korban ditemukan di tempat yang agak berjauhan,” kata Mbak Mer menjelaskan. “Coba periksa salah satu dari mayat itu, apakah ada kesamaan magisnya dengan korban yang sudah-sudah?” Salah satu mayat yang belum sempat dibawa oleh ambulance diperiksa Dewi Ular. Satu-satunya kesamaan magis yang ditemukan pada mayat tersebut adalah lubang kecil di tengah dahi yang tidak bisa dilihat mata manusia biasa. Lubang sekecil pori-pori itu juga ditemukan di mayat pemuda yang tewas di depan rumah kost Winne. Lewat lubang itulah Winne menghisap darah korbannya dengan kekuatan gaib yang sulit dijelaskan secara ilmiah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Ya, memang mayat ini mempunyai kesamaan magis dengan korban yang lain, Mbak. Dan pelakunya adalah
seorang perempuan muda yang bernama Winne…,” lalu Kumala menceritakan secara singkat tentang pengakuan Kenyon itu. “Sekarang coba kau lihat barang temuan team kami itu. Ada di semak-semak sebelah sana tuh!” Untuk mencapai tempat tersebut, mereka terpaksa menggunakan mobilnya kumala. Jaraknya cukup jauh kalau ditempuh dengan jalan kaki, tapi ditempuh dengan mobil menjadi sangat dekat. Beberapa petugas berjaga-jaga di tempat barang temuan tersebut. Pita kuning memagari sekeliling tempat tersebut yang membuat tempat tersebut menjadi daerah ter-larang bagi umum. Tetapi Sandhi tak dilarang ikut mendekati barang temuan itu, karena beberapa petugas yang sudah kernal Kumala mengetahui bahwa Sandhi adalah orang dekatnya, Kumala Dewi yang perlu mendapatkan prioritas juga. “Nah, coba lihat itu…,” sambil Mbak Mer menunjuk ke arah semak-semak ilalang di bawah pohon rindang. “Wow…?! Benda apa itu?!” gumam Sandhi dengan terperangah. Benda temuan yang dimaksud berbentuk seperti rumah kura-kura. Besarnya seukuran piring untuk makan. Jumlahnya ada tujuh buah. Benda-benda aneh itu bagaikan terbuat dan kristal biru yang memancarkan cahaya biru uranium. Tidak menyilaukan, namun justru berkesan menyejukkan mata.
Cahaya uraniumnya berpendar-pendar menerangi sekelilingnya. Sesuatu hal yang terasa aneh adalah ilalang di sekitar itu ternyata habis terbakar, tinggal sisanya yang hangus menghitam dan membuat benda-benda aneh itu tampak mencolok sekali letaknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Kami belum berani mengangkat atau memindahkan benda-benda itu, Kumala. Karena salah seorang petugas yang tadi berusaha mengangkat benda itu terpaksa segera dilarikan ke rumah sakit.” “Kenapa, Mbak?” tanya Sandhi spontan. “Tangannya terbakar sebelum menyentuh benda itu.” “Gila!” Sandhi menggumam tegang. “Bagaimana, Kumala? Kau bisa mengenali benda-benda itu?” “Ya,” jawab Kumala seperti orang menerawang. “Itu adalah telur.” “Telur…?!” Mbak Mer berkerut dahi dengan heran. “Kamu nggak salah Iihat, Kumala?” “Tidak, Mbak. Itu memang delapan butir telur, karena kurasakan ada getaran energi panas dari dalamnya. Energi panas itu adalah energi pembangkit kehidupan yang sedang
berproses. Kekuatan panasnya dapat melelehkan besi. Sangat berbahaya.” “Telur apaan itu?!” gumam Mbak Mer sambil menyeringai antara ngeri dan heran “Entahlah. Tapi yang jelas sangat membahayakan keselamatan umum. Organik yang ada di dalam telur itu akan tumbuh pesat dan jika menetas nanti akan menjadi ancaman maut bagi manusia.” “Kalau begitu perlu dihancurkan?” “Perlu!” jawab Kuma la dengan tegas. “Tapi perlu diketahui, sebutir geranat tak akan cukup untuk menghancurkan tujuh telur aneh itu, Mbak.” “Wow…?! Sebegitu hebatnyakah kekuatan telur itu?” Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Energi panas yang ada di dalamnya itulah yang membentuk kekuatan baja, karena ia sedang berproses. Jika ia sedang tidak berproses, maka tak akan timbul reaksi baja, dan mudah dihancurkan dengan benda apa pun yang bersifat keras.” “Gawat! Jadi, bagaimana menghancurkannya?!” “Kalau diizinkan akan saya hancurkan sendiri, Mbak.” Mbak Mer segera berunding dengan teamnya, termasuk beberapa Meminta persetujuan dengan pihak markas.. Akhirnya izin itu diberikan. Mbak Mer mempersilakan Dewi Ular melakukan penghancuran terhadap tujuh telur aneh itu.
Para petugas dan massa terpaksa harus mundur menjauhi tempat itu sekitar 200 meter. Cahaya senja semakin redup. Kumala berada dalam jarak 25 meter dari tujuh butir telur aneh itu. Dengan kekuatan kedewaannya tangan gadis cantik itu memancarkan sinar hijau berbentuk seperti spiral. Sinar hijau itu menghantam tujuh butir telur aneh. Blegaaarrrr…!! Ledakan dahsyat terjadi cukup mengerikan. Kumala Dewi sendiri terpental me lambung di udara. Untung ia sigap dan saat mendaratkan kaki ke tanah dalam posisi setengah jongkok. Sedangkan, tujuh butir telur itu pecah menjadi berkeping-keping dan menyebar ke berbagai arah dengan memercikkan cairan kental berwarna biru tua, seperti tinta. Rupanya ledakan itu mengundang perhatian orang banyak. Namun ada salah satu orang yang mampu bergerak lebih cepat dari mereka yang berlari-lari dari tempat ditemukannya keempat mayat tadi. Orang yang mampu bergerak cepat itu menerjang beberapa orang hingga mereka saling memekik kesakitan sambil terpental ke mana-manaâ Orang tersebut tahu-tahu sudah ada di depan Kumala Dewi yang sedang melangkah ingin menemui Mbak Mer dan Sandhi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Zeeeb.! Sosok tinggi berwajah cantik menghadang langkah Kumala
dengan ekspresi marah besar. Kumala masih tenang, justru memberi isyarat kepada Mbak Mer agar tidak mengerahkan pasukan untuk menangkap perempuan berambut lebat dan bertubuh sexy itu. “Keparat! Iblis busuk kau!” tudingnya kepada Kumala. “Ciri-cirimu seperti wanita penghisap darah yang diceritakan Kenyon padaku,” pancing Kumala, dan kedua mata si cantik ganas itu terbelalak kaget mendengar nama Kenyon disebutkan. “Apa benar kamu yang bernama Winne?” tanya Kumala tetap tenang. “Ooo, jadi kaulah orang yang menyembunyikan kekasihku itu, hah?!” Ternyata perempuan cantik itu memang Winne. Ia berjalan pelan memutari Kumala. Napasnya tampak terengah-engah karena didera luapan amarahnya. “Ya, Kenyon ada di kamar tidurku saat ini.” “Kurang ajar!” geramnya makin kuat. “Kau telah menghancurkan telur-telurku, sekarang justru menyekap kekasihku. Gadis busuk kau! Sepantasnya kau hidup tanpa
darah setetes pun!” Zlaaap…! Kumala Dewi melihat seberkas sinar putih bening sebesar lidi keluar dari mulut W inne. Sinar yang menyerupai pipet beling itu jelas tak akan dapat dilihat oleh manusia biasa. Tapi mata dewa Kumala me lihat jelas gerakan sinar lurus itu ke arah dahinya. Seketika itu juga ia menadahkan telapak tangannya dan memancarkan kesaktiannya yang berwarna hijau bening itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Teeess…! la berhasil menahan sinar putih agar tak menembus keningnya. Namun sentakan kuat tiba-tiba datang dari sinar putih tersebut. Sentakan itu membuat Kumala Dewi terlempar ke belakang. Lalu dengan separuh berdiri ia menahan kembali datangnya sinar putih yang menyerupai pipet gaib penyedot darah lawan. Teess…! Namun sekali lagi sentakan lebih besar datang membuat Kumala terjungkal ke belakang hingga sebagian spannya tersingkap. Paha putih mulus tak ada yang menghiraukan karena orang-orang di sekitar tempat itu cenderung memperhatikan Winne yang kali ini melompat mirip seekor kelelawair terbang. Wees…! Dewi U lar cepat bangkit dan melompat tegak lurus. Telapak tangannya dihantamkan ke depan dan sinar hijau spiral
meluncur deras ke arah kepala Winne. Zlaaap…! Blegaaarrr…! “Akkkkkrrrrrr…!!” W inne mengerang histeris. Keras sekali. Suara jeritannya tidak seperti manusia. Namun beberapa saat semua orang melihat dengan menyeringai ngeri, karena pada saat itu seluruh kulit tubuh Winne terkelupas bagaikan kelopak-kelopak borok. Dalam sekejap kemudian sosok penampilan wajah cantik bertubuh sexy itu berubah total menjadi makhluk menjijikkan. Makhluk itu berbentuk seperti gorila tapi berkulit mirip kadal. Kepalanya bundar elips dengan mata lebar dan telinga menyerupai sayap kelelawar. Ketika ia mengerang ganas, tampaklah giginya yang runcing-runcing mirip ujung tombak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Astagaaaa…?! Binatang aneh dari mana ini?!” gumam salah seorang penonton dengan tubuh gemetar dan celana basah sendiri. “Krrroooooaaaakkrr…!!” binatang atau makhluk aneh itu menyerang Dewi U lar lagi dengan lompatan mirip terbang dan mata mengeluarkan sinar merah besar. Dewi Ular tahu-tahu lenyap dari tempatnya. Sinar merah menghantam karang di tepi pantai. Jegaaaarrr…! Hancur seketika karang besar itu. Makhluk aneh tersebut clingak-clinguk mencari lawannya dengan
gerakan ganas. Ketika ia berpaling ke belakang, ternyata Kumala sudah ada di sana. Gerakan berpaling ke belakang itu disambut dengan hantaman cahaya hijau yang menyerupai spiral tadi. Blegaaarr.!. “Aaaaakhhhrr…!!” makhluk itu pun tumbang dalam keadaan sekarat. Sekujur tubuhnya tercabik-cabik menjijikkan dan mengerikan. Suaranya seperti suara orang tertutup kaleng kosong. Kering dan bergema rendah. “Siapa kau sebenarnya?!” tanya Kumala setelah meredakan emosinya. “Zakranuga…!” makhluk itu menjawab dengan lemah. “Zakranuga…?! Dari mana asalmu?” “Pontranus…,” selesai menyebutkan tempat asalnya, ia terkulai lemah, tak bernapas lagi. Wuuuuss…! Tubuhnya terbakar dengan sendirinya dan dalam waktu singkat telah menjadi arang tanpa bentuk. Sandhi buru-buru menyalakan lampu mobil agar menerangi alam yang sudah semakin gelap itu. Beberapa mobil polisi juga digunakan sebagai alat penerang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Mereka sudah mulai berani mendekati sisa arang tersebut, karena Kumala memberikan isyarat aman kepada Mbak Mer. Tapi suasana mengerikan tadi masih mencekam jiwa mereka,
sehingga sangat sedikit yang mulai bicara dengan rekannya. Mbak Mer sendiri hanya terbengong bisu memandangi arang sisa kebakaran tubuh makhluk yang bernama Zakranuga itu. Sandhi mendekati Kumala dan berbisik, “Kudengar dia berasal dari Pontranus. Tempat apa Pontranus itu?” “Nama planet di luar tata surya kita.” “Astaga…?! Jadi… jadi dia makhluk planet luar angkasa?!” “Benar. Kurasa dia sedang melakukan ekspansi ke bumi atau jatuh tanpa sengaja ke sini, dan segera melakukan transformasi bentuk rupa, sehingga menjadi perempuan cantik bernama Winne.” “Gila! Ka lau begitu dia makhluk planet yang berjenis betina dong?” “Tentu saja, sebab dia punya selera dengan makhluk bumi yang berjenis jantan dan bernama Kenyon.” “Ck, ck, ck, ck…,” Sandhi geleng-geleng kepala. “Kalau saja Kenyon tahu wajah asli W inne seburuk itu, pasti dia lebih baik bunuh diri daripada melayani gairah W inne, ya?!” Kumala tertawa kecil, tetap kalem. la melangkah ke mobil didampingi Sandhi, sementara Mbak Mer segera menyusulnya. “Bagaimana keadaanmu, Mala?”. “Nggak apa-apa, Mbak. Bisa kuatasi sendiri rasa nyeriku. tadi.”. “Makhluk jelek itu tadi nyaris membunuhmu, Kumala,” kata Sandhi.
“Ya, memang begitu. Dia punya kekuatan sangat besar. Biar jelek rupanya, tapi dia makhluk yang punya intelegensi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tinggi. Super cerdas dan kekuatan supranaturalnya juga cukup tinggi. Tentu saja gaibnya sukar kulacak karena ia rnempunyai cara menyembunyikan getaran gaibnya agar tak terpantau oleh radar batinnya siapa saja. Dan mungkin para penghuni planet Pontranus itu memang berkemampuan genius semua, pandai menyembunyikan sensor gaibnya.” “Ja… jadi makhluk itu tadi bukan iblis, Mala? Dia… dia makhluk dari planet lain?!” tanya Mbak Mer dengan heran sekali. “Benar, Mbak. Daya hidupnya di bumi bisa bertahan kalau ia menghisap darah manusia bumi. Darah itu rupanya bukan saja untuk dirinya, tapi juga sebagai suplemen energi tujuh telurnya itu.” Mbak Mer berdecak sambil geleng-geleng kepala. Suasana damai segera menyebar di sepanjang permukaan bumi Jakarta. Esoknya setiap koran memuat berita tentang pertarungan Dewi Ular dengan makhluk luar angkasa, sebagian koran lagi ada yang menuturkan kisah cinta Kenyon dengan. perempuan penghisap darah. Kumala hanya tersenyum setelah membaca nama Niko Madawi yang digosipkan sedang menjalin hubungan cinta dengan Kumala Dewi.
SELESAI Tiraikasih Website http://kangzusi.com/